HE Mioma Uteri - Delie.docx
-
Upload
randy-manapa -
Category
Documents
-
view
7 -
download
0
Transcript of HE Mioma Uteri - Delie.docx
PENDAHULUAN
Mioma ialah suatu pertumbuhan jinak dari sel-sel otot polos, sedangkan untuk otot-
otot rahim disebut dengan mioma uteri.1 Jadi mioma uteri adalah tumor jinak otot polos
yang terdiri dari sel-sel jaringan otot polos, jaringan pengikat fibroid dan kolagen. Nama
lain dari mioma uteri yaitu: leiomioma uteri, fibromioa uteri, dan uterin fibroid.2,3 Mioma
uteri merupakan tumor pelvis yang terbanyak pada organ reproduksi wanita. Kejadian
mioma uteri sebesar 20-40% pada wanita yang berusia lebih dari 35 tahun dan sering
menimbulkan gejala klinis berupa menorrhagia dan dismenorea. Selain itu mioma juga
dapat menimbulkan kompresi pada traktus urinarius, sehingga dapat menimbulkan
gangguan berkemih maupun tidak dapat menahan berkemih.4
Mioma uteri sekitar 30-35% terjadi pada wanita, tetapi tidak semua wanita
memberikan gejala klinis. Patologis mioma uteri, berdasarkan teori sel nest (genitoblast)
dari Meyer dan de Snoo, terangsang oleh hormon estrogen berlebihan dan berlangsung
terus-menerus.2 Penyakit reproduksi yang banyak diderita oleh wanita Indonesia ialah
mioma uteri. Jumlah kejadian penyakit ini di Indonesia menempati urutan kedua setelah
kanker serviks.5 Tingginya kejadian mioma uteri pada usia 35-50 tahun menunjukkan
adanya hubungan mioma uteri dengan estrogen pada usia reproduksi. Pada usia sebelum
menarche kadar estrogen rendah, dan meningkat pada usia reproduksi, serta akan menurun
pada usia menopause.6
Mioma uteri memiliki banyak faktor risiko, yang meningkat seiring dengan
peningkatan usia. Kasus mioma uteri terbanyak pada kelompok usia 40-49 tahun, dengan
usia rata-rata 42,97 tahun sebanyak 51%. Risiko mioma uteri meningkat pada wanita
nullipara. Mioma umumnya ditemukan pada wanita usia reproduksi, dan belum pernah
dilaporkan terjadi sebelum menarche. Pada masa menopause, mioma akan mengecil seiring
dengan penurunan hormon estrogen dalam tubuh.7
Di Indonesia angka kejadian mioma uteri ditemukan 2,39 % - 11,87 % dari semua
penderita ginekologi yang dirawat. Di USA wanita kulit hitam 3-9 kali lebih tinggi
menderita mioma uteri dibandingkan wanita berkulit putih.Sedangkan di Afrika,wanita
kulit hitam sedikit sekali menderita mioma uteri.8,9
1
Perihal penyebab pasti terjadi tumor mioma belum diketahui. Mioma uteri mulai
tumbuh dibagian atas (fundus) rahim dan sangat jarang tumbuh di mulut rahim. Bentuk
tumor bisa tunggal atau multiple (banyak), umumnya tumbuh didalam otot rahim yang
dikenal dengan intramural mioma. Tumor mioma ini akan cepat memberikan keluhan, bila
mioma tumbuh kedalam mukosa rahim, keluhan yang biasa dikeluhkan berupa perdarahan
saat siklus dan diluar siklus haid. Sedangkan pada tipe tumor yang tumbuh dikulit luar
rahim yang dikenal dengan tipe subserosa tidak memberikan keluhan perdarahan, akan
tetapi seseorang baru mengeluh bila tumor membesar yang dengan perabaan di daerah perut
dijumpai benjolan keras, benjolan tersebut kadang sulit digerakkan bila tumor sudah sangat
besar.10
2
DEFINISI
Mioma uteri adalah tumor jinak otot polos yang terdiri dari sel-sel jaringan otot
polos, jaringan pengikat fibroid dan kolagen. Nama lain dari mioma uteri yaitu: leiomioma
uteri, fibromioa uteri, dan uterin fibroid.2,3
PATOLOGI ANATOMI
Sarang mioma di uterus dapat berasal dari serviks uteri ( 1-3% ) dan selebihnya
adalah dari korpus uteri. Menurut tempatnya di uterus dan menurut arah pertumbuhannya,
maka mioma uteri dibagi 3 jenis antara lain11 :
1. Mioma submukosa
2. Mioma intramural
3. Mioma subserosa
Jenis mioma uteri yang paling sering adalah jenis intramural (54%), subserosa
(48,2%), submukosa (6,1%).11
1. Mioma submukosa
Berada dibawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus. Jenis ini di jumpai
6,1% dari seluruh kasus mioma. Jenis ini sering memberikan keluhan gangguan perdarahan.
Mioma uteri jenis lain meskipun besar mungkin belum memberikan keluhan perdarahan,
tetapi mioma submukosa, walaupun kecil sering memberikan keluhan gangguan
perdarahan. Mioma submukosa umumnya dapat diketahui dari tindakan kuretase, dengan
adanya benjolan waktu kuret, di kenal sebagai “Currete bump” dan dengan pemeriksaan
histeroskopi dapat diketahui posisi tangkai tumor. Tumor jenis ini sering mengalami
infeksi, terutama pada mioma submukosa pedinkulata. Mioma submukosa pedinkulata
adalah jenis mioma submukosa yang mempunyai tangkai. Tumor ini dapat keluar dari
rongga rahim ke vagina,dikenal dengan nama “mioma geburt” atau mioma yang di
lahirkan, yang mudah mengalami infeksi, ulserasi dan infark. Pada beberapa kasus,
penderita akan mengalami anemia dan sepsis karena proses di atas.11
2. Mioma intramural
3
Terdapat didinding uterus diantara serabut miometrium. Karena pertumbuhan tumor,
jaringan otot sekitarnya akan terdesak dan terbentuklah semacam simpai yang mengelilingi
tumor. Bila didalam dinding rahim dijumpai banyak mioma, maka uterus akan mempunyai
bentuk yang berbenjol-benjol dengan konsistensi yang padat. Mioma yang terletak pada
dinding depan uterus, dalam pertumbuhannya akan menekan dan mendorong kandung
kemih keatas, sehingga dapat menimbulkan keluhan miksi.11
3. Mioma subserosa
Mioma subserosa adalah mioma yang terletak di permukaan serosa dari uterus dan mungkin
akan menojol keluar dari miometrium. Mioma subserous tidak jarang bertangkai dan
menjadi mioma geburt. Bila mioma subserosa bertumbuh ke arah lateral dan meluas
diantara 2 lapisan peritoneal dari ligamentum latum makan akan menjadi mioma
intraligamenter.4
GAMBARAN KLINIS DAN DIAGNOSIS
4
1. Gejala klinis
Gejala yang timbul sangat tergantung pada tempat sarang mioma ini berada
(serviks, intramural, submukus), besarnya tumor, perubahan dan komplikasi yang
terjadi. Gejala tersebut dapat digolongkan sebagai berikut12 :
1. Peradarahan abnormal
Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah hipermenore, menoragia, dan
dapat juga terjadi metroragia. Beberapa faktor yang menjadi penyebab perdarahan ini
adalah pengaruh ovarium sehingga terjadi hyperplasia endometrium sampai
adenokarinoma endometrium, permukaan endometrium yang lebih luas daripada
biasa, dan atrofi endometrium di atas mioma submukosum
2. Rasa nyeri
Rasa nyeri timbul karena gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma, yang disertai
nekrosis setempat dan peradangan.
3. Gejala dan tanda penekanan
Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri. Penekanan pada
kandung kemih menyebabkan poliuri, pada uretra dapat menyebabkan retensio urin,
pada ureter dapat menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis, pada rectum dapat
menyebabkan obstipasi dan tenesmia, pada pembulu darah dan pembuluh limfe
dipanggul dapat menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul.
4. Infertilitas dan abortus
Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau menekan pars
intertisialis tuba, sedangkan mioma submukosum juga memudahkan terjadinya
abortus karena distorsi rongga uterus.
2. Pemeriksaan fisik
Mioma uteri mudah ditemukan melalui pemeriksaan bimanual rutin uterus.
Diagnosis mioma uteri menjadi jelas bila dijumpai gangguan kontur uterus oleh satu atau
lebih massa yang licin, tetapi sering sulit untuk memastikan bahwa massa seperti ini
adalah bagian dari uterus.11
5
3. Laboratorium
Anemia merupakan akibat paling sering dari mioma. Hal ini disebabkan perdarahan
uterus yang banyak dan habisnya cadangan zat besi. Kadang-kadang mioma
menghasilkan eritropoetin yang pada beberapa kasus menyebabkan polisitemia. Adanya
hubungan antara polisitemia dengan penyakit ginjal diduga akibat penekanan mioma
terhadap ureter yang menyebabkan peninggian tekanan balik ureter dan kemudian
menginduksi pembentukan eritropoetin ginjal.11
4. Pemeriksaan penunjang
a. Ultrasonografi
Ultrasonografi transabdominal dan transvaginal bermanfaat dalam menetapkan adanya
mioma uteri. Ultrasonografi transvaginal terutama bermanfaat pada uterus yang kecil.
Uterus atau massa yang paling besar paling baik diobservasi melalui ultrasonografi
transabdominal. Mioma uteri secara khas menghasilkan gambaran ultrasonografi yang
mendemonstrasikan irregularitas kontur maupun pembesaran uterus.
b. MRI ( Magnetic Resonance Imaging )
MRI sangat akurat dalam menggambarkan jumlah,ukuran dan lokasi mioma, tetapi
jarang diperlukan. Pada MRI, mioma tampak sebagai massa gelap terbatas tegas dan
dapat dibedakan dari miometrium yang normal. MRI dapat mendeteksi lesi sekecil 3 mm
yang dapat dilokalisasi dengan jelas, termasuk mioma submukosa. MRI dapat menjadi
alternatif ultrasonografi pada kasus -kasus yang tidak dapat disimpulkan.11
ETIOLOGI dan PATOGENESIS
Penyebab utama mioma uteri belum diketahui secara pasti sampai saat ini, tetapi
penyelidikan telah dijalankan untuk memahami keterlibatan faktor hormonal, faktor
genetik, growth factor, dan biologi molekular untuk tumor jinak ini. Faktor yang diduga
berperan untuk inisiasi pada perubahan genetik pada mioma uteri adalah abnormalitas
intrinsik pada miometrium, peningkatan reseptor estrogen secara kongenital pada
miometrium, perubahan hormonal, atau respon kepada kecederaan iskemik ketika haid.
Setelah terjadinya mioma uteri, perubahan-perubahan genetik ini akan dipengaruhi oleh
6
promoter (hormon) dan efektor (growth factors). Bagi Meyer dan De Snoo, mereka
mengajukan teori Cell nest atau teori genitoblast. Percobaan Lipschutz yang memberikan
estrogen pada kelinci percobaan ternyata menimbulkan tumor fibromatosa baik pada
permukaan maupun pada tempat lain dalam abdomen. Efek fibromatosa ini dapat dicegah
dengan pemberian preparat progesteron atau testosteron.Puukka dan kawankawan pula
menyatakan bahwa reseptor estrogen pada mioma lebih banyak didapati daripada
miometrium normal. Menurut Meyer asal mioma adalah sel imatur, bukan dari selaput otot
yang matur. Mioma uteri yang berasal dari sel otot polos miometrium, menurut teori
onkogenik maka patogenesa mioma uteri dibagi menjadi 2 faktor yaitu inisiator dan
promotor. Faktor-faktor yang menginisiasi pertumbuhan mioma masih belum diketahui
pasti. Dari penelitian menggunakan glucose-6-phosphatase dihydrogenase diketahui bahwa
mioma berasal dari jaringan uniseluler. Transformasi neoplastik dari miometrium menjadi
mioma melibatkan mutasi somatik dari miometrium normal dan interaksi kompleks dari
hormon steroid seks dan growth factor lokal. Mutasi somatik ini merupakan peristiwa awal
dalam proses pertumbuhan tumor. Tidak dapat dibuktikan bahwa hormon estrogen berperan
sebagai penyebab mioma, namun diketahui estrogen berpengaruh dalam pertumbuhan
mioma. Mioma terdiri dari reseptor estrogen dengan konsentrasi yang lebih tinggi
dibanding dari miometrium sekitarnya namun konsentrasinya lebih rendah dibanding
endometrium. Hormon progesteron meningkatkan aktifitas mitotik dari mioma pada wanita
muda namun mekanisme dan faktor pertumbuhan yang terlibat tidak diketahui secara pasti.
Progesteron memungkinkan pembesaran tumor dengan cara down-regulation apoptosis dari
tumor. Estrogen berperan dalam pembesaran tumor dengan meningkatkan produksi matriks
ekstraseluler.12
FAKTOR RESIKO
1. Usia penderita
Wanita kebanyakannya didiagnosa dengan mioma uteri dalam usia 40-an; tetapi, masih
tidak diketahui pasti apakah mioma uteri yang terjadi adalah disebabkan peningkatan
formasi atau peningkatan pembesaran secara sekunder terhadap perubahan hormon pada
waktu usia begini. Faktor lain yang bisa mengganggu insidensi sebenar kasus mioma uteri
adalah karena dokter merekomendasi dan pasien menerima rekomendasi tersebut untuk
7
menjalani histerektomi hanya setelah mereka sudah melepasi usia melahirkan anak.
Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahun mempunyai sarang
mioma. Mioma belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarke dan setelah menopause
hanya 10% mioma yang masih bertumbuh.
2. Hormon endogen (Endogenous Hormonal)
Mioma uteri sangat sedikit ditemukan pada spesimen yang diambil dari hasil histerektomi
wanita yang telah menopause, diterangkan bahwa hormon esterogen endogen pada wanita-
wanita menopause pada kadar yang rendah atau sedikit. Awal menarke (usia di bawah 10
tahun) dijumpai peningkatan resiko ( RR 1,24) dan menarke lewat (usia setelah 16 tahun)
menurunkan resiko (RR 0,68) untuk menderita mioma uteri.
3.Riwayat Keluarga
Wanita dengan garis keturunan tingkat pertama dengan penderita mioma uteri mempunyai
peningkatan 2,5 kali kemungkinan risiko untuk menderita mioma uteri dibanding dengan
wanita tanpa garis keturunan penderita mioma uteri. Penderita mioma yang mempunyai
riwayat keluarga penderita mioma uteri mempunyai 2 kali lipat kekuatan ekspresi dari
VEGF-α (a myoma-related growth factor) dibandingkan dengan penderita mioma yang
tidak mempunyai riwayat keluarga penderita mioma uteri (Parker, 2007).
4.Etnik
Dari studi yang dijalankan melibatkan laporan sendiri oleh pasien mengenai mioma uteri,
rekam medis, dan pemeriksaan sonografi menunjukkan golongan etnik Afrika-Amerika
mempunyai kemungkinan risiko menderita mioma uteri setinggi 2,9 kali berbanding wanita
etnik caucasia, dan risiko ini tidak mempunyai kaitan dengan faktor risiko yang lain.
Didapati juga wanita golongan AfrikaAmerika menderita mioma uteri dalam usia yang
lebih muda dan mempunyai mioma yang banyak dan lebih besar serta menunjukkan gejala
klinis. Namun masih belum diketahui jelas apakah perbedaan ini adalah kerana masalah
genetik atau perbedaan pada kadar sirkulasi estrogen, metabolisme estrogen, diet, atau
peran faktor lingkungan. Walaubagaimanapun, pada penelitian terbaru menunjukkan yang
Val/Val genotype untuk enzim essensial kepada metabolisme estrogen,catechol-O-
methyltransferase (COMT) ditemui sebanyak 47% pada wanita Afrika-Amerika berbanding
hanya 19% pada wanita kulit putih. Wanita dengan genotype ini lebih rentan untuk
8
menderita mioma uteri. Ini menjelaskan mengapa prevalensi yang tinggi untuk menderita
mioma uteri dikalangan wanita Afrika-Amerika lebih tinggi.
5.Berat Badan
Satu studi prospektif dijalankan dan dijumpai kemungkinan risiko menderita mioma uteri
adalah setinggi 21% untuk setiap kenaikan 10kg berat badan dan dengan peningkatan
indeks massa tubuh. Temuan yang sama juga turut dilaporkan wanita dengan 30%
kelebihan lemak tubuh. Ini terjadi kerana obesitas menyebabkan pemingkatan konversi
androgen adrenal kepada estrone dan menurunkan hormon sex-binding globulin. Hasilnya
menyebabkan peningkatan estrogen secara biologikal yang bisa menerangkan mengapa
terjadi peningkatan prevalensi mioma uteri dan pertumbuhannya.
Beberapa penelitian menemukan hubungan antara obesitas dan peningkatan insiden mioma
uteri. Suatu studi di Harvard yang dilakukan oleh Dr. Lynn Marshall menemukan bahwa
wanita yang mempunyai Indeks Massa Tubuh (IMT) di atas normal, berkemungkinan
30,23% lebih sering menderita mioma uteri. Penelitian lain mendapatkan resiko mioma
uteri meningkat hingga 21% untuk setiap 10 Kg kenaikan berat badan dan hal ini sejalan
dengan kenaikan IMT.
6.Diet
Ada studi yang mengaitkan dengan peningkatan terjadinya mioma uteri dengan pemakanan
seperti daging sapi atau daging merah atau ham bisa meningkatkan insidensi mioma uteri
dan sayuran hijau bisa menurunkannya. Studi ini sangat sukar untuk diintepretasikan kerana
studi ini tidak menghitung nilai kalori dan pengambilan lemak tetapi sekadar informasi
sahaja dan juga tidak diketahui dengan pasti apakah vitamin, serat atau phytoestrogen
berhubung dengan mioma uteri.
7. Kehamilan dan paritas
Peningkatan paritas menurunkan insidensi terjadinya mioma uteri. Mioma uteri
menunjukkan karakteristik yang sama dengan miometrium yang normal ketika kehamilan
termasuk peningkatan produksi extracellular matrix dan peningkatan ekspresi reseptor
untuk peptida dan hormon steroid. Miometrium postpartum kembali kepada berat asal,
aliran darah dan saiz asal melalui proses apoptosis dan diferensiasi. Proses remodeling ini
berkemungkinan bertanggung jawab dalam penurunan size mioma uteri. Teori yang lain
9
pula mengatakan pembuluh darah di uterus kembali kepada keadaan atau saiz asal pada
postpartum dan ini menyebabkan mioma uteri kekurangan suplai darah dan kurangnya
nutrisi untuk terus membesar. Didapati juga kehamilan ketika usia midreproductive (25-29
tahun) memberikan perlindungan terhadap pembesaran mioma.
8.Kebiasaan merokok
Merokok dapat mengurangi insidensi mioma uteri. Banyak faktor yang bisa menurunkan
bioavalibiltas hormon estrogen pada jaringan seperti: penurunan konversi androgen kepada
estrone dengan penghambatan enzim aromatase oleh nikotin.12S
KOMPLIKASI
1. Degenerasi ganas
Mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemuken hanya 0.32 – 0.6 % dari seluruh
mioma serta merupakan 50 – 75 % dari semua sarkoma uterus. Keganasan umumnya
baru ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus yang telah diangkat. Kecurigaan
akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan apabila terjadi
pembesaran sarang mioma dalam menopause.
2. Torsi ( putaran tangkai )
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi akut
sehingga mengalami nekrosis. Keadaan ini dapat terjadi pada semua bentuk mioma
tetapi yang paling sering adalah jenis mioma submukosa pendinkulata.12
PENATALAKSANAAN
1. Terpi Hormonal
Saat ini pemakaian Gonadotropin-Releasing Hormon (GnRH) agonis memberikan hasil
untuk memperbaiki gejala-gejala klinis yang ditimbulkan oleh mioma uteri. Pemberian
GnRH agonis bertujuan untuk mengurangi ukuran mioma dengan jalan mengurangi
produksi estrogen dari ovarium. Efek maksimal pemberian GnRH agonis baru terlihat
setelah 3 bulan. Pada 3 bulan berikutnya tidak terjadi pengurangan volume mioma secara
bermakna. Pemberian GnRH agonis sebelum dilakukan tindakan pembedahan akan
10
mengurangi vaskularisasi pada tumor sehingga akan memudahkan tindakan
pembedahan.12
2. Terapi Pembedahan
Terapi pembedahan pada mioma uteri dilakukan terhadap mioma yang mennimbulkan
gejala. Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) dan
American Society for Reproductive Medicine) indikasi pembedahan pada pasien dengan
mioma uteri adalah12:
- Perdarahan uterus yang tidak respon terhadap terapi konservatif
- Sangkaan adanya keganasan
- Pertumbuhan mioma pada masa menopause
- Infertilitas karena gangguan pada cavum uteri maupun karena oklusi tuba
- Nyeri dan penekanan yang sangat mengganggu
- Gangguan berkemih maupun obstruksi traktus urinarius
- Anemia karena perdarahan
Terapi pembedahan yang dilakukan adalah miomektomi maupun histeroktomi.
a. Miomektomi, sering dilakukan pada wanita yang ingin mempertahankan fungsi
reproduksinya. Tindakan miomektomi dapat dilakukan dengan laparatomi, histeroskopi,
maupun dengan laparaskopi.
b. Histerektomi, tindakan histerektomi pada pasien dengan mioma uteri merupakan
indikasi bila didapati keluhan menorrhagia, metrorhagia, keluhan obstrukssi pada
traktus urinarius dan ukuran uterus sebesar usia kehamilan 12-14 minggu.12
11