hasil3

5

Click here to load reader

Transcript of hasil3

Page 1: hasil3

5. Hasil dan PembahasanPada praktikum mikrobiologi “Penentuan Aktivitas Antimikroba” ini dilakukan

uji aktivitas antimikroba dengan metode difusi, yaitu dengan cakram (disc diffusion) dan sumuran (Cup-plate technique). Prinsip dari percobaan ini adalah penghambatan terhadap pertumbuhan mikroorganisme, yaitu zona hambatan akan terlihat sebagai daerah jernih di sekitar daerah yang mengandung zat antibakteri. Diameter zona hambatan pertumbuhan bakteri menunjukkan sensitivitas bakteri terhadap zat antibakteri.

Bakteri yang digunakan pada praktikum ini adalah E. Coli yang merupakan bakteri gram negatif. Dalam praktikum ini digunakan 4 buah cawan petri, dua cawan petri di gunakan untuk metode cakram dan dua cawan petri yang lain digunakan untuk metode sumuran. Cakram yang digunakan adalah cakram antibiotik kloramfenikol (30 µg), ciprofloksasin (5 µg), tetrasiklin (30 µg) dan 3 cakram dari kertas saring yang masing telah ditetesi 20 µL minyak atsiri (100%) yaitu minyak sereh, minyak menthae pip dan minyak cengkeh. Cawan petri yang telah di beri perlakuan kemudian di inkubasikan selama 24 jam dan di hitung diameter zona hambatnya menggunakan penggaris. Berikut ini adalah data hasil percobaan yang telah dilakukan.Tabel 1. Diameter Zona Hambat Dari Antibiotik Dan Minyak Atsiri Terhadap Bakteri E.

Coli Dengan Metode CakramCakram Antibiotik/

minyak atsiriDiameter Zona Hambat (dalam mm)

Cawan petri 1 Cawan petri 2Kloramfenikol (30 µg) 31 28Ciprofloksasin (5 µg) 35 33Tetrasiklin (30 µg) 30 31Minyak sereh (20 µL) 14 10Minyak menthae pip (20 µL) 14 14Minyak cengkeh (20 µL) 17 15Tabel 2. Diameter Zona Hambat Dari Minyak Atsiri Terhadap Bakteri E. Coli Dengan

Metode Sumuran

Sumuran Minyak atsiri (Konsentrasi 100%)Diameter Zona Hambat (dalam mm)

Cawan Petri 3Minyak sereh (50 µL) 50Minyak menthae pip (50 µL) 42Minyak cengkeh (50 µL) 36

Tabel 3. Diameter Zona Hambat Dari Ekstrak Jambu Biji Terhadap Bakteri E. Coli Dengan Metode Sumuran

Konsentrasi Sumuran Ekstrak Jambu Biji (100 µL)

Diameter Zona Hambat (dalam mm)Cawan Petri 4

0,025% 00,050% 00,075% 0

Metode penentuan aktifitas antimikroba dengan menggunakan antibiotik bertujuan untuk menentukan sensitivitas dari bakteri terhadap antibiotik tertentu. Apakah antibiotik tersebut masih sensitif, intermediet atau bahkan sudah resisten dapat diketahui dengan menggunakan pengujian ini. Sedangkan pengujian aktifitas antimikroba dengan menggunakan bahan alam hanya bertujuan untuk mengetahui potensi bahan alam tersebut sebagai antimikroba.

Menurut M.N. Indu et al. (2006) diameter zona hambat yang kurang dari 12 mm tidak memiliki aktivitas antibakteri, diameter antara 12-16 mm intermediet dan diameter

Page 2: hasil3

yang lebih dari 16 mm memiliki aktivitas antibiotik yang cukup tinggi. Berdasarkan data-data ini, maka sensitivitas antimikroba dapat di tentukan

.

Gambar 1. Cawan Petri 1: Metode Cakram Antibiotik Dan Minyak Atsiri

Gambar 2. Cawan Petri 2: Metode Cakram Antibiotik Dan Minyak Atsiri

Cawan petri 1 dan 2 (gambar 1 dan gambar 2) menggunakan metode disc diffusion berisi 6 buah cakram dan di beri perlakuan yang sama. Namun nilai diameter zona hambat pada petri disc 1 dan 2 memiliki selisih nilai yang kecil, hal ini di sebabkan kondisi dari petridisc 1 dan 2 tidak sepenuhnya, misalnya kelembapan yang berbeda dan sebagainya. Diameter zona hambat rata-rata dari petridisc 1 dan 2 pada Kloramfenikol (30 µg) sebesar 29,5 mm; pada Ciprofloksasin (5 µg) sebesar 34 mm, pada Tetrasiklin (30 µg) sebesar 30,5 mm; pada minyak sereh (20 µL) sebesar 12 mm; pada minyak menthae pip (20 µL) sebesar 14 mm dan pada minyak cengkeh (20 µL) sebesar 16 mm. Dari data tersebut terlihat bahwa antibiotik Kloramfenikol (30 µg), Ciprofloksasin (5 µg), Tetrasiklin (30 µg) memiliki sensitifitas yang tinggi terhadap bakteri E. Coli karena memiliki diameter zona hambat yang lebih besar dari 16 mm. Sedangkan minyak-minyak atsiri seperti minyak sereh (20 µL), minyak menthae pip (20 µL) dan minyak cengkeh (20 µL) memiliki aktifitas antibiotik intermediet terhadap bakteri E. Coli karena memiliki diameter zona hambat antara 12-16 mm. Dari data hasil praktikum ini, Ciprofloksasin (5 µg) memiliki sensitivitas terhadap bakteri E. Coli yang paling tinggi, disusul oleh Tetrasiklin (30 µg) kemudian Kloramfenikol (30 µg), minyak cengkeh (20 µL), minyak menthae pip (20 µL) dan yang terakhir minyak sereh (20 µL). Jika dilihat dengan seksama, lingkaran zona hambat yang dihasilkan oleh antibiotik lebih mulus dibandingkan dengan minyak-minyak atsiri. Hal ini di sebabkan karena minyak atsiri memiliki berbagai macam kandungan bukan hanya zat antimikroba saja sehingga lingkaran zona hambatnya tidak rata.

Gambar 3. Cawan Petri 3: Metode Sumuran Minyak Atsiri (Konsentrasi 100%, 50 µL)

Page 3: hasil3

Dari gambar 3 terlihat bahwa diameter zona hambat yang di hasilkan oleh Minyak sereh (50 µL), Minyak menthae pip (50 µL), Minyak cengkeh (50 µL) sangat besar hingga tidak terlihat batas tepinya karena telah mencapai tepi cawan petri dan saling berhimpitan satu sama lain hingga tidak bisa di ukur nilai diameter zona hambatnya. Namun pengukuran diameter zona hambat tetap di lakukan dengan cara menghitung jari-jari dari pusat cakram ke tepi dari zona hambat kemudian di kali 2. Dari pengukuran tersebut di dapatkan nilai diamter zona hambat untuk Minyak sereh (50 µL), Minyak menthae pip (50 µL), Minyak cengkeh (50 µL) masing-masing adalah 50 mm, 42 mm dan 36 mm. Dari data ini terlihat bahwa Minyak sereh (50 µL), Minyak menthae pip (50 µL), Minyak cengkeh (50 µL) memiliki potensi sebagai antibiotik yang cukup sensitif terhadap bakteri E. Coli karena memiliki diameter zona hambat yang lebih besar dari 16 mm.. Zona daya hambat dari minyak atsiri dengan metode sumuran ini terlalu besar karena konsentrasinya terlalu tinggi yaitu 100% dan dalam jumlah banyak yaitu 50 µL. Untuk dapat melihat diameter zona hambat yang lebih jelas minyak-minyak atsiri ini harus di encerkan terlebih dahulu menggunakan pelarut yang sesuai, dengan syarat pelarut tersebut tidak memiliki efek antimikroba seperti pelarut alkohol.

Gambar 4. Cawan Petri 4: Metode Sumuran Ekstrak Jambu Biji (100 µL) dengan berbagai konsentrasi yang berbeda

Dari gambar 4 terlihat bahwa ekstrak jambu biji (100 µL) dengan konsentrasi 0,025%, 0,050% dan 0,075% sama sekali tidak memiliki zona bening/zona hambat terhadap bakteri E. Coli sehingga dapat dikatakan bahwa ekstrak jambu biji (100 µL) dengan konsentrasi 0,025%, 0,050% dan 0,075% tidak memiliki potensi/aktivitas anti bakteri. Diameter zona hambat dari masing-masing konsentrasi adalah 0 (Ro). Hal ini kemungkinan besar terjadi karena konsentrasi yang terlalu kecil dari ekstrak jambu biji sehingga tidak menunjukkan aktivitas anti bakteri. Konsentrasi yang terlalu kecil ini di sebabkan karena kesalahan perhitungan konsentrasi ekstrak jambu biji yang menggunakan satuan mg/mL, dimana seharusnya g/mL. Konsentrasi ekstrak jambu biji yang di kehendaki untuk praktikum kali ini adalah sebesar 25%, 50% dan 75%.