Hasil Survey Aspek K3 Petugas Linen Kotor Instalasi Laundry Di Ibsi (Amirah-dian)

download Hasil Survey Aspek K3 Petugas Linen Kotor Instalasi Laundry Di Ibsi (Amirah-dian)

of 23

description

ikm

Transcript of Hasil Survey Aspek K3 Petugas Linen Kotor Instalasi Laundry Di Ibsi (Amirah-dian)

docx

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PROPOSALDAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS

APRIL 2014FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDINASPEK K3 TERHADAP PETUGAS INSTALASI LAUNDRY DI

RUMAH SAKIT IBNU SINA MAKASSAR

OLEH:Dian Astrini Asikin C 111 09 125A. Amirah Shaleha

C 111 09 276PEMBIMBING:dr. Sultan Buraena, MS, SpOKDIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIKBAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITASFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDINMAKASSAR2014BAB IPENDAHULUAN1.1. Latar Belakang

Kesehatan kerja merupakan bagian dari kesehatan masyarakat atau aplikasi kesehatan masyarakat di dalam suatu masyarakat pekerja dan masyarakat lingkungannya. Kesehatan kerja bertujuan untuk memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik fisik, mental, dan sosial bagi masyarakat pekerja dan masyarakat lingkungan perusahaan tersebut, melalui usaha-usaha preventif, promotif dan kuratif terhadap penyakit-penyakit atau gangguan-gangguan kesehatan akibat kerja atau lingkungan kerja. Kesehatan kerja ini merupakan terjemahan dari Occupational Health yang cenderung diartikan sebagai lapangan kesehatan yang mengurusi masalah-masalah kesehatan secara menyeluruh bagi masyarakat pekerja. Menyeluruh dalam arti usaha-usaha preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif, higine, penyesuaian faktor manusia terhadap pekerjaannya dan sebagainya.1

Tujuan akhir dari kesehatan kerja ini adalah untuk menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif. Tujuan ini dapat tecapai, apabila didukung oleh lingkungan kerja yang memenuhi syarat-syarat kesehatan kerja. Lingkungan kerja yang mendukung terciptanya tenaga kerja yang sehat dan produktif antara lain: suhu ruangan yang nyaman, penerangan atau pencahayaan yang cukup, bebas dari debu, sikap badan yang baik, alat-alat kerja yang sesuai dengan ukuran tubuh atau anggotanya (ergonomic) dan sebagainya.1

Dasar hukum sistem managemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) tercantum dalam undang-undang keselamatan kerja no.1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja. Dalam undang-undang no.23 tahun 1992 tentang kesehatan, pasal 23 dinyatakan bahwa K3 harus diselenggarakan di semua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai resiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau mempunyai karyawan paling sedikit sepuluh orang. Jika memperhatikan isi dari pasal diatas maka jelaslah rumah sakit, termasuk kedalam kriteria tempat kerja dengan berbagai ancaman bahaya yang dapat menimbulkan dampak kesehatan tidak hanya terhadap para pelaku langsung yang bekerja dirumah sakit, tapi juga terhadap pasien maupun pengunjung rumah sakit sehingga sudah seharusnya pihak pengelola rumah sakit menerapkan upaya-upaya K3 di rumah sakit. Instalasi laundry merupakan bagian dari rumah sakit yang mempunyai resiko penularan penyakit infeksi dan juga terdapat beberapa resiko bahaya yang mempengaruhi situasi dan kondisi di rumah sakit.2

Dari berbagai potensi bahaya tersebut, maka perlu upaya untuk mengendalikan dan meminimalisirkan dan bila mungkin meniadakannya. Oleh karena itu perlu diadakannya sistem K3 di instalasi laundry agar penyelenggaraan K3 tersebut lebih efektif, efisien dan terpadu.21.2. Tujuan 1.2.1. Tujuan Umum

Survei ini dilakukan untuk mengetahui tentang aspek kesehatan dan keselamatan kerja (K3) pada petugas instalasi laundry di Rumah Sakit Ibnu Sina.1.2.2. Tujuan Khususa. Untuk mengetahui tentang faktor hazard yang dialami petugas instalasi laundry.b. Untuk mengetahui tentang alat kerja yang digunakan yang dapat menggangu kesehatan petugas instalasi laundry.c. Untuk mengetahui alat pelindung diri yang digunakan petugas instalasi laundry.d. Untuk mengetahui tentang ketersediaan obat P3K di tempat kerja petugas instalasi laundry.e. Untuk mengetahui pemeriksaan kesehatan yang pernah dilakukan sesuai peraturan (sebelum kerja, berkala, berkala khusus) pada petugas instalasi laundry.f. Untuk mengetahui tentang peraturan pimpinan rumah sakit perusahaan tentang K3 di tempat kerja.g. Untuk mengetahui keluhan atau penyakit yang dialami yang berhubungan dengan pekerjaan pada petugas instalasi laundry.h. Untuk mengetahui upaya K3 lainnya yang dijalankan (misalnya penyuluhan, pelatihan, pengukuran atau pemantauan lingkungan tentang hazard yang pernah diadakan). BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1. Definisi

Kesehatan kerja adalah merupakan bagian dari kesehatan masyarakat atau aplikasi kesehatan masyarakat didalam suatu masyarakat pekerja dan masyarakat lingkungannya.1

Keselamatan kesehatan kerja adalah merupakan multidisiplin ilmu yang terfokus pada penerapan prinsip alamiah dalam memahami adanya risiko yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan manusia dalam lingkungan industri ataupun lingkungan diluar industri, selain itu keselamatan dan kesehatan kerja merupakan profesionalisme dari berbagai disiplin ilmu yaitu fisika, kimia, biologi dan ilmu perilaku yang diaplikasikan dalam manufaktur, transportasi, penyimpanan dan penanganan bahan berbahaya. 1

Program K3 di rumah sakit (K3RS) bertujuan untuk melindungi keselamatan dan kesehatan serta meningkatkan produktifitas pekerja, melindungi keselamatan pasien, pengunjung, dan masyarakat serta lingkungan sekitar rumah sakit. 1,22.2. Petugas Instalasi Laundry2.2.1. Faktor HazardFaktor fisik yang merupakan hazard kesehatan kerja dapat berupa kebisingan, getaran, radiasi, dan temperatir ekstrim. Faktor-faktor ini penting diperhatikan dalam tempat kerja, karena pengaruhnya terhadap kesehatan pekerja dapat berlangsung dengan segera maupun secara kumulatif. Faktor-faktor yang membahayakan pekerja (faktor hazard) perlu dijelaskan kesan-kesan penggunaannya. Faktor hazard bisa didapatkan dari kotoran pada kain cucian atau di tempat tugasan. Ia bisa dibagi kepada faktor biologi (debu dari serat linen yang mengandung virus), faktor fisik (kebisingan mesin cuci, suhu panas faktor risiko), faktor kimia (detergen, desinfektan dan pewangi) dan faktor ergonomic (posisi kerja berdiri selama proses kerja sampai selesai) 1,22.2.2. Alat Kerja

Pada umumnya, instalasi laundry di rumah sakit digunakan untuk mencuci sprei ataupun seragam-seragam petugas rumah sakit seperti dokter atau perawat. Dengan itu, antara bahan yang sering digunakan adalah laundry disinfektan yang digunakan untuk membunuh kuman-kuman, bakteri yang menempel pada serat kain, bleaching atau pemutih untuk menghilangkan noda pada linen atau kain dasar putih. Selain itu, penghilang noda darah digunakan.2

Antara alat yang digunakan adalah mesin pencuci, mesin pengering, strika, dan sebagainya. 22.2.3. Alat Pelindung

Bagi petugas laundry di rumah sakit akan disediakan alat pelindung diri yang digunakan oleh petugas-petugas laundry sewaktu melakukan tugas mereka. Alat-alat yang disediakan seharusnya diberikan mengikut tingkat keselamatan yang diperlukan. Dalam hal ini dibagikan keperluan alat pelindung diri berdasarkan :a. Kontaminasi dengan darah patogen pihak rumah sakit harus menyediakan sarung tangan, baju, pelindung wajah / masker ketika menyortir cucian terkontaminasi.2,3b. Pajanan pada bahan kimia - Pelayanan Medis dan Pertolongan Pertama diberikan dimana mata atau tubuh seseorang dapat terkena bahan korosif merugikan, sehingga diperlukan fasilitas yang cocok untuk membasahi cepat atau pembilasan mata dan tubuh dalam area kerja untuk penggunaan darurat. Selain itu, pada paparan pekerja yang alergi lateks harus menggunakan sarung tangan lateksyang cocok untuk mereka.2,32.2.4. Kesediaan Obat P3K

Kotak pertolongan pertama kecelakaan (P3K) seharusnya wajib dimiliki di setiap tempat pekerjaan. Hal ini sangat bermanfaat dalam keadaan darurat ataupun kecelakaan. Tujuan dari P3K adalah untuk menyelamatkan nyawa atau mencegah kematian, mencegah cacat yang lebih berat dan menunjang penyembuhan.2,42.2.5. Pemeriksaan Kesehatan

Petugas K3 harus mengadakan pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, pemeriksaan kesehatan berkala dan pemeriksaan kesehatan khusus oleh dokter yang telah memiliki sertifikasi.2,4

Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja dilakukan supaya memastikan pekerja sehat secara fisik dan mental untuk melakukan pekerjaannya serta tidak menderita penyakit menular yang dapat mempengaruhi pekerja lain. Pemeriksaan sebelum bekerja meliputi pemeriksaan fisik lengkap, kesegaran jasmani, rontgen paru-paru dan laboratorium rutin, serta pemeriksaan lain yang dianggap perlu. 2,4

Pemeriksaan berkala dilakukan oleh dokter sekurang-kurangnya setahun sekali. 2,4

Pemeriksaan kesehatan khusus dilakukan oleh dokter untuk pekerja tertentu yang melakukan pekerjaan dengan resiko-resiko tertentu. Pemeriksaan kesehatan khusus juga dilakukan kalau pekerja mengeluh tentang masalah kesehatan yang mereka derita. 2,42.2.6. Peraturan Pimpinan Rumah Sakit Tentang K3

Sistem management K3 adalah bagian dari sistem manajemen yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, pelaksanaan, prosedur, sumber daya, dan tanggungjawab organisasi. Tujuan dari Sistem management K3 RS adalah menciptakan tempat kerja yang aman dan sehat supaya tenaga kerja produktif disamping dalam rangka akreditasi rumah sakit itu sendiri. Prinsip yang digunakan dalam sistem management K3 adalah AREC (Anticipation, Recognition, Evaluation dan Control) dari metode kerja, pekerjaan dan lingkungan kerja.2,5,62.2.7. Keluhan atau Penyakit yang Berhubungan dengan Pekerjaan tersebut.

Pada setiap pekerjaan yang dilakukan pasti ada resiko terhadap kesehatan petugas tersebut. Pada petugas instalasi laundry di rumah sakit, terdapat beberapa penyakit yang perlu diwaspadai terutama penyakit yang menular. Penyakit penularan ini bisa saja menular melalui cucian yang dibersihkan seperti jika pada cucian yang terkena darah atau cairan tubuh patogen.3,4

Selain itu, cedera sewaktu melakukan pekerjaan seperti luka bakar akibat terkena aliran listrik, pingsan karena kepanasan dan sebagainya. Pada pekerja yang sering melakukan pekerjaan dengan posisi yang salah bisa saja mengeluh menderita nyeri pinggang bawah (low back pain). Pada pekerja yang sensitif terhadap bahan pencuci bisa saja menderita dermatitis kontak akibat detergen. 3,42.2.8. Upaya K3 lain yang Dijalankan

Kesehatan dan keselamatan kerja harus dijalankan pada setiap rumah sakit karena menurut penelitian insidens terjadinya kecelakaan saat bekerja mulai meningkat. Jadi setiap petugas di rumah sakit harus didedahkan dengan K3. Dengan itu, pihak rumah sakit harus aktif melakukan training kesehatan dan keselamatan kerja di rumah sakit ini kepada petugas-petugas di rumah sakit. Selain itu, pihak rumah sakit perlu melakukan evaluasi terhadap tahap pengetahuan, sikap dan perilaku terhadap aspek K3.5,6BAB IIIMETODE PENELITIAN3.1. BahanBahan yang digunakan pada survei ini adalah checklist yang di buat. Checklist ini dibuat berdasarkan informasi yang diperlukan daripada tujuan survei ini dilakukan. Pada survei ini, informasi yang diperlukan adalah ada tidaknya faktor hazard, alat kerja apa yang digunakan, alat pelindung diri yang digunakan, ketersediaan obat p3k di tempat kerja, pelayanan pemeriksaan kesehatan yang dilakukan, peraturan pimpinan tentang K3, keluhan atau penyakit yang dialami petugas dan upaya pengetahuan mengenai K3 kepada petugas instalasi laundry di rumah sakit yang berkaitan.3.2. CaraCara survey yang dilakukan adalah dengan menggunakan Walk Through Survey. Teknik Walk Through Survey juga dikenali sebagai Occupational Health Hazards. Untuk melakukan survei ini, dapat dimulai dengan mengetahui tentang manejemen perencanaan yang benar, berdiskusi tentang tujuan melakukan survey, dan menerima keluhan-keluhan baru yang releven.Bahaya apa dan dalam situasi yang bagaimana bahaya dapat timbul, merupakan sebagai hasil dari penyelenggaraan kegiatan Walk Through Survey. Mengenal bahaya, sumber bahaya dan lamanya paparan bahaya terhadap pekerja.

Pihak okupasi kesehatan dapat kemudian merekomendasikan monitoring survey untuk memperoleh kadar kuantitas eksposur atau kesehatan okupasi mengenai risk assessment. Walk Through Survey ini adalah bertujuan untuk memahami proses produksi, denah tempat kerja dan lingkungannya secara umum. Selain itu, mendengarkan pandangan pekerja dan pengawas tentang K3, memahami pekerjaan dan tugas-tugas pekerja, mengantisipasi dan mengenal potensi bahaya yang ada dan mungkin akan timbul di tempat kerja atau pada petugas dan menginventarisir upaya-upaya K3 yang telah dilakukan mencakup kebijakan K3, upaya pengendalian, pemenuhan peraturan perundangan dan sebagainya.3.3. Lokasi Survei

Survey dilakukan di instalasi laundry Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar.

3.4. Jadwal surveiSurvei akan dilaksanakan selama 1 minggu ( 1 6 April 2014)

No.TanggalKegiatan

1.1 April 2014 Melapor ke bagian K3 RS Ibnu Sina

Pengarahan kegiatan

2.2 April 2014 Pembuatan proposal walk through survey

Walk through survey

3.3 April 2014 Walk through survey

4.4 April 2014 Walk through survey

Pembuatan laporan walk through survey

5.5 April 2014 Presentasi laporan walk through survey

BAB IV

HASIL PEMBAHASAN4.1. Hazard Lingkungan Kerjaa) Faktor Fisik:Hazard fisik kebisingan disebabkan oleh mesin cuci, mesin pengering, dan kipas angin yang jaraknya sekitar 3-5 meter dari ruang karyawan dengan karyawan yang kerja 2 atau 3 orang. Dari hasil survey didapatkan kebisingan yang sudah berkurang dari mesin cuci dan mesin pengering pada petugas laundry masih dikeluhkan. Karena mesin yang digunakan sudah diganti dengan mesin yang lebih modern dan bagus daripada yang dulu.b) Faktor kimia

Hazard Kimia dipengaruhi oleh beberapa jenis seperti bahan kimia cair dan padat. Yang termasuk bahan cair adalah desinfektan, pewangi, pelembab, dan pelicin. Dari hasil survey didapatkan bahwa petugas laundry menggunakan sarung tangan untuk memasukkan bahan desinfektan, pewangi, pelembab dan pelicin ke dalam mesin cucian sehingga dampak untuk terkena hazard menjadi berkurang. Begitu pun pada bahan kimia padat seperti detergen, petugas menggunakan sarung tangan untuk memasukkan ke dalam mesin cuci sedangkan debu yang berasal dari serat kain bisa menyebabkan terkena hazard karena jarang menggunakan masker. Pajanan hazard kimia semakin minimal karena petugas diwajibkan memakai alat pelindung diri saat bekerja.c) Faktor biologis

Hazard biologi penyebabnya adalah bakteri dan virus yang berasal dari kain yang telah dipakai oleh pasien atau petugas kesehatan. Dan jamur berasal dari lantai dan dinding yang selalu basah dan lembab. Dari hasil survey didapatkan bahwa petugas laundry masih rentan untuk terkena infeksi bakteri, virus ataupun jamur tetapi sudah dikatakan minimal karena pihak laundry telah menyediakan alat pelindung diri seperti sarung tangan dan selalu menjaga kebersihkan tempat proses pencucian.d) Faktor ergonomisHazard ergonomi dipengaruhi oleh posisi tubuh saat bekerja, cara bekerja dan ketata rumah tanggaan (House Keeping) pada petugas laundry. Dari hasil survey didapatkan bahwa petugas laundry rawan terhadap hazard ergonomi akibat posisi yang selalu berdiri dan duduk saat bekerja. Petugas laundry seringkali berdiri saat menyetrika dan melipat pakaian, spray, baju OK dan lain-lain. Dari cara bekerja pula, hasil survey menunjukkaan bahwa petugas laundry juga seringkali mengangkat pakaian kotor atau bersih ketempat yang telah disediakan. Sedangkan dari ketata rumah tanggaan (House Keeping), ruangannya tersusun rapih, bersih, teratur dan memuat semua petugas laundry namun tempat untuk menyetrika dan melipat masih kurang nyaman bagi petugas karena posisinya yang agak tinggi dan letak alat pelindung diri yang masih di letakkan di sembarang tempat. e) Faktor psikososialHazard psikososial dipengaruhi oleh jadwal bekerja pada petugas laundry, hubungan antara sesama petugas, atasan dan bawahan, beban kerja dan gaji yang dibayar. Semua hal yang terdapat dalam hazard psikososial ini berkaitan dengan emosional petugas laundry, sehingga harus diperhatikan agar tercipta keadaan aman dalam bekerja. Dari hasil survey didapatkan bahwa petugas laundry terhindar dari hazard psikososial karena masing-masing petugas laundry akan dibagikan jadwal bekerja yang sama yaitu shift pagi, sore dan malam. Dari segi hubungan antara pekerja, pihak atasan dan pihak bawahan dikatakan baik dan tidak mengganggu pekerjaan petugas, beban kerja yang dilakukan dikatakan agak berat karena banyak proses pencucian yang harus dilakukan yaitu dari proses mencuci, pengeringan, disinfektan dan sebagainya apalagi bila ada cito mereka harus bekerja terus sampai terkadang tidak tidur. Berdasarkan gaji yang diterima dikatakan sudah sesuai untuk mencukupi kebutuhan masing-masing petugas. 4.2. Alat yang digunakanJenis alat yang digunakan petugas laundry adalah 3 mesin cuci, 2 mesin pengering dan setrika adapun alat yang digunakan untuk melindungi bagian tubuh dari kontak langsung dengan benda adalah sarung tangan, baju pelindung, masker dan lain-lain. Dari hasil survei, mesin yang digunakan masih bagus dan setrika yang digunakan masih berfungsi dengan baik. 4.3. Menggunakan alat pelindung diri selama bekerja

Dari hasil survey didapatkan petugas laundry menggunakan alat pelindung diri yang disediakan saat bekerja. Alat yang digunakan berupa masker, sarung tangan, dan baju pelindung namun belum disediakan pelindung kepala dan kaca mata. Hal ini menunjukkan bahwa pihak rumah sakit masih perlu menyediakan alat pelindung yang sesuai demi keselamatan petugas dan mewajibkan petugas laundry memakai alat pelindung diri.4.4. Ketersediaan obat P3K di tempat kerja

Berdasarkan hasil survey, didapatkan tidak tersedianya obat P3K di tempat kerja. Hal ini karena jarak antara instalasi laundry dan UGD cukup dekat jadi jika terjadi kecelakaan yang di tempat kerja, maka petugas akan segera dibawa dan dirawat di Unit Gawat Darurat (UGD) rumah sakit. 4.5. Pemeriksaan kesehatan dan upaya pengobatan bila sakit

Berdasarkan survey yang dilakukan didapatkan petugas laundry masih kurang kesadaran untuk memeriksakan kesehatan secara berkala dan khusus walaupun telah diberikan kemudahan untuk selalu memeriksakan kesehatan di poliklinik rumah sakit. Para petugas akan memeriksakan kesehatan jika ada keluahn atau sakit. Hal ini menunjukkan bahwa kesehatan petugas masih perlu diperhatikan lagi karena ia bisa mempengaruhi kinerja dan penghasilan mereka. 4.6. Peraturan Pimpinan/Pemerintah tentang K3

Berdasarkan survey yang dilakukan didapatkan peraturan dari pimpinan atau pemerintah dari pihak rumah sakit untuk mengenai kesehatan dan keselamatan kerja (K3) dengan penggunaan alat pelindung diri kepada petugas laundry. Dengan adanya peraturan ini, maka petugas-petugas ini bisa terjamin keselamatan mereka saat bekerja.4.7. Keluhan petugas laundry selama melakukan pekerjaannya

Dari hasil survey didapatkan setiap petugas laundry yang mempunyai keluhan kesehatan atau sakit pasti akan mengajukan izin baik secara tertulis seperti surat sakit atau surat cuti maupaun secara lisan. Petugas laundry biasa mengeluh luka bakar yang disebabkan oleh menyetrika pakaian namun luka bakarnya ringan hanya derajat 1 berupa kemerahan (hiperemis). Juga low back pain dikeluhakan terutama pada petugas yang sudah berusia lanjut, keluhan yang paling sering adalah muskuloskeletal disorder seperti nyeri pada betis disebabkan oleh lamanya berdiri saat menyetrika dan melipat. Keluhan atau penyakit dermatits akibat penggunaan detergen tidak pernah lagi dikeluhan karena penggunaan alat pelindung diri seperti sarung tangan yang mencegah kontak langsung antara tangan dan bahan kimia tersebut.4.8. Upaya K3 terhadap K3Dari hasil survey didapatkan petugas laundry pernah diberikan pelatihan mengenai kesehatan dan keselamatan kerja (K3) dari pihak rumah sakit. Pelatihan ini dilakukan minimal satu kali dalam setahun. Pelatihan ini sekaligus dapat membantu petugas-petugas tersebut mendapat pengetahuan mengenai keselamatan mereka sewaktu bekerja. Upaya lainnya adalah penyuluhan tentang keselamatan kerja, dan adanya pengukuran atau pemantauan hazard yang dilakukan secara berkala. Kemudian disediakan pula rambu-rambu bahaya dan rambu-rambu evakuasi agar petugas mengetahui apa yang harus dilakukan jika terjadi kecelakaan. BAB VPENUTUP5.1. KesimpulanA. Hazard lingkungan kerja1) Hazard Fisik. Ditemukannya gangguan kesehatan pada instalasi laundry yang berhubungan dengan hazard fisik kebisingan yang dipengaruhi dari mesin cuci, mesin pengering, dan kipas angin yang sudah minimal.2) Hazard kimia. Petugas laundry masih rentan terkena apalagi jika tidak sering menggunakan alat pelindung diri. 3) Hazard Biologi. Petugas laundry cukup aman dari infeksi bakteri, virus, dan jamur. 4) Hazard ergonomik. Petugas laundry masih rawan terkena karena posisi yang berdiri dan duduk terlalu lama dan melakukan gerakan berulang melipat laundry dan juga mengangkat ketika mengambil, memasukkan dan menyimpan laundry ke tempat yang telah disediakan. 5) Hazard psikososial. Petugas laundry dapat terhindar dari hazard psikososial karena lingkungan kerja seperti sebuah keluarga, hubungan baik dengan masyarakat, waktu kerja mengikuti shift, beban kerja yang sederhana dan gaji yang sesuai.B. Alat yang digunakan adalah mesin cuci, mesin pengering dan setrika yang semuanya masih berfungsi dengan baik.C. Alat pelindung diri masih sering digunakan saat bekerja walaupun masih ada belum lengkap seperti pelindung kepala dan kaca mata.D. Berdasarkan survey, tidak disediakan obat P3K di ruangan. Ini karena mereka langsung dibawa ke Unit Gawat Darurat Rumah jika mengalami kecelakaan sewaktu bekerja.E. Berdasarkan survey, petugas laundry jarang melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala dan khusus, hanya melakukan pemeriksaan jika terdapat keluhan atau sakit. F. Berdasarkan survey, adanya peraturan dari pihak rumah sakit atau pemerintah tantang penggunakan alat pelindung diri yang harur digunakan saat bekerja.G. Dari hasil survey, didapatkan petugas laundry sering mengeluh gangguan muskuloskeletal berupa nyeri pada betis dan pegal-pegal seluruh badan.H. Dari hasil survey, petugas laundrypernah mendapatkan penyuluhan, pelatihan, simulasi tentang K3, adanya pemantauan/pengukuran hazard, adanya rambu-rambu bahaya dan evakuasi yang telah dilakukan oleh pihak K3. 5.2. SaranBerdasarkan survey yang telah dilakukan masih terdapat kekurangan dalam pengelolaan di instalasi laundry, terutama dari segi faktor hazard kimia, biologi dan ergonomik. Maka dari itu perlunya upaya dalam penyuluhan secara berkala dan kesadaran dari masing-masing petugas untuk mencegah agar faktor hazard lingkungan kerja tidak menjadi gangguan kesehatanSelain itu setiap petugas harusnya memeriksakan kesehatan secara berkala dan khusus agar tidak menjadi penghalang saat bekerja. Dan dari K3 harus selalu mengecek kesiapaan alat pelindung diri, pelatihan jika terjadi kecelakaan dan penyuluhan tentang cara-cara yang benar dalam melakukan pekerjaan. DAFTAR PUSTAKA1. Amarudin. Pengawasan Kesehatan dan Lingkungan Kerja. 2006 [cited; Available from: http://tiarasalsabilatoniputri.files.wordpress.com/2012/03/kesehatan-kerja-1.ppt2. Depkes, editor. Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3-IFRS). Jakarta; 20093. RSS. Sistem K3 di Instalasi Laundry RS (Kesmas, stase K3). 2012 [cited; Available from: http://aneukngupi.wordpress.com/2012/11/29/sistem-k3-di-instalasi-laundry-rs-kesmas-stase-k3/ 4. Ferdianto, Hengki. Dermatitis Kontak Iritan Pada Petugas Laundry Rumah Sakit X (Study Kasus Pengelolaan Penyakit Akibat Kerja). 2011. [cited; Available from:http://www.slideshare.net/YoTama/savedfiles?s_title=dermatitis-kontak-iritan-pada-petugas-laundry-rumah-sakit&user_login=hengkiferdianto.5. Depkes. Pedoman Kesehatan dan Keselamatan Kerja Instalasi Farmasi Rumah Sakit (K3-IFRS). Jakarta; 2006.6. Ishaq. Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja (SMK3). 2010. [cited; Available from: http://bocahbancar.files.wordpress.com/2012/09/materi-training-smk3-by-mr-ishaq-pd-21-sept-2012.pptxLAMPIRAN FOTO

LAMPIRAN FOTO

CHECKLIST ASPEK K3 PADA PETUGAS LAUNDRY DI RUANG PENCUCIANNo.YaTidakKeterangan

Faktor Hazard

A. Faktor fisik

1. Faktor Bising

Mesin cuci

Mesin Pengering

Kipas Angin

2.Faktor Radiasi

3.Faktor Tekanan

4.Faktor Penerangan

Lampu

5.Faktor Fibrasi

Mesin Cuci

Mesin Pengering

6.Faktor Temperatur

Suhu panas

B. Faktor kimia

1.Padat

Debu

Detergen

Desinfektan

2.CairPewangi

Air

3.Gas

4.Uap

C. Faktor biologi

1.Bakteri

Tetesan darah yang melekat di kain

Tempat cucian kotor

2.Virus

Tetesan darah yang melekat di kain

Tempat cucian kotor

3.Jamur

Tempat pencucian yang lembab

Plafon yang lembab

D. Faktor ergonomis

1.Posisi bekerja

Berdiri

2.Cara bekerja

Mengangkat

3.House Keeping

Posisi meja setrika yang tidak nyaman

Desain ruangan (rapi, bersih, teratur, tidak sempit)

Letak peralatan kerja (mesin cuci, mesin pengering, tempat menyetrika, APD)

E. Faktor Psikososial

1.Jadwal kerja

2.Hubungan kerja

3.Beban kerja

4.Gaji

F. Alat kerja yang digunakan

1.Mesin cuci

2.Mesin Pengering

3.Setrika

G. Alat pelindung diri ketika melakukan pekerjaan

1.Masker

2.Sarung tangan

3.Baju pelindung diri

4.Pelindung kepala

5.Kaca mata

Ketersediaan obat P3K

Pemeriksaan kesehatan

1.Berkala

2.Pemeriksaan khusus

3.Ada bukti hasil pemeriksaa kesehatan

Peraturan pimpinan rumah sakit tentang K3

Selalu menggunakan alat pelindung diri (APD)

Keluhan /penyakit yang dialami

1.Luka bakar

2.Dermatitis

3.Low back pain

4.Muskuloskeletal disorder's

5.Izin untuk berobat ke klinik/RS

6.Surat cuti sakit

Upaya lain perusahaan tentang K3

1. Penyuluhan

2. Pelatihan

3. Pemantauan hazard/pengukuran

4. Ada rambu-rambu bahaya

5. Rambu-rambu eavkuasi