Hasil eksplorasi PT tantra sebamban tanah bumbu kalsel
-
Upload
blank-kusuma -
Category
Documents
-
view
55 -
download
12
description
Transcript of Hasil eksplorasi PT tantra sebamban tanah bumbu kalsel
BAB III HASIL EKSPLORASI
2013
BAB III
HASIL EKSPLORASI
Sebagai realisasi dari kegiatan eksplorasi yang telah dilaksanakan
sejak tanggal 16 Mei 2013 s/d 30 Juni 2013., telah dilakukan serangkaian
kegiatn eksplorasi, antara lain : pemetaan geologi detail, pengambilan
contoh (sampel) batubara baik dari singkapan maupun hasil dari kegiatan
pemboran pandu.
3.1. Pemetaan Geologi
Pemetaan geologi yang dilakukan meliputi : Pengamatan
dan pendataan litologi (untuk semua singkapan baik batubara
maupun non batubara), morfologi dan struktur geologi termasuk
didalamnya pengukuran terhadap kedudukan lapisan dan
ketebalannya.
Tujuan utama dari pemetaan geologi ini adalah untuk
mendapatkan gambaran mengenai keadaan geologi dan
mengetahui bentuk geometri dari lapisan batubara serta
hubungannya dengan batuan lain di daerah yang diselidiki.
Pengamatan terhadap lapisan batuan yang berada diatas
(roof) dan dibawah (Floor) meliputi sifat-sifat keteknikan, yakni
kemudahan untuk digali dan dibor. Dari korelasi data singkapan
dan dibantu dengan data hasil pemboran pandu dapat diketahui
sebaran batubara kearah lateral (Long strike) maupun kearah
vertical (Down dip dan up dip), tebal tanah penutup (Overburden)
dan struktrur geologi yang berkembang di daerah penyelidikan.
Laporan Eksplorasi PT. TANTRA MINING DEVELOPMENT
III-1
BAB III HASIL EKSPLORASI
2013
Keadaan geologinya tidak berbeda dengan geologi
regionalnya. Batuan penyusun di daerah penyelidikan disusun oleh
Formasi Dahor (Tqd) yang berumur Plistosen - Pliosen Awal.
Formasi Dahor (Tqd) menempati seluruh daerah penyelidikan.
3.1.1. Morfologi
Morfologi daerah penyelidikan termasuk kedalam
satuan morfologi dataran rendah dan bergelombang..
Ketinggian satuan morfologi ini berkisar antara 10 m – 30 m
dari permukaan air laut. Daerah ini merupakan sebagian
pemukiman penduduk desa Makmur, tanaman sawit plasma
PT, Mina Mas, serta tanaman karet Penduduk setempat.
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan,
morfologi di daerah penyelidikan dapat dikelompokkan pada
satuan morfologi dataran, yaitu morfologi ini sebagian besar
(Hampir 95 %) menempati lokasi penyelidikan, satuan
morfologi ini dicirikan oleh kemiringan sudut lereng kurang
dari 5%. Litologi yang menyusun satuan morfologi ini
didominasi oleh endapan alluvial sungai yang berumur
Kuarter.
3.1.2. Stratigrafi
Daerah penelitian termasuk pada Formasi Dahor dalam
kategori kala yang muda berumur Plio-Plistosen
diendapkan secara tidak selaras. Formasi Dahor
terdiri atas batu pasir dan sedikit batuan sedimen
klastik berbutir halus, serta lapisan lignit. Formasi
Dahor ditindih oleh sedimen kuarter berupa sedimen
klastik hasil rombakan batuan sebelumnya.
Singkapan sedimen perselingan tipis, lapisan sejajar,
antara batupasir halus dan lempung, struktur
Laporan Eksplorasi PT. TANTRA MINING DEVELOPMENT
III-2
BAB III HASIL EKSPLORASI
2013
sedimen silang siur pada batupasir halus
menunjukkan lingkungan pengendapan dataran
banjir. Endapan batubara yang sangat rapuh dari
jenis lignit dan banyak dijumpai polen mangrove,
mengindikasikan lingkungan rawa. Jadi Formasi
Dahor dapat
dikatagorikan sebagai endapan alufial dan rawa.
3.1.3. Litologi
Perlapisan batuan yang ditemukan selama
penyelidikan umumnya berarah hampir utara - selatan
kearah lateral (long strike) dan kemiringan atau kearah
vertical (up dip dan down dip) lapisan kearah timur, besarnya
kemiringan berkisar antara 5° - 10°. Batuan yang ditemukan
didaerah penyelidikan berupa perselingan batulempung,
Laporan Eksplorasi PT. TANTRA MINING DEVELOPMENT
III-3
Diendapkan batupasir Dahor pada kala Pliosen, yang berlangsung ketika transgresi laut
Diendapkan selaras batuan pasir dahor berselingan dengan lempung dan terjadi proses pembatubaraan, akibat adanya akumulasi material organik dari sisa tumbuhan yang tertimbum dan terkompaksi, lithifikasi, perubahan kimia dan metamorphosis akibat suhu dan pembebanan
Terdorong gerakan tektonik ringan menyebabkan pengangkatan pada salah satu sisi kedua satuan batuan pasir dahor dan batubara dengan kemiringan 5 - 100
Selanjutnya terjadi pelapukan dan pengerosian pada ketiga satuan batuan tersebut, akibat eksogen
Selanjutnya diendapkan satuan kerikil limonit yang kemudian menjadi soil. Limonit berasal dari pelapukan batuan tua dan batu beku, secara tidak selaras dengan batupasir dahor dan satuan alluvial (Qa)
BAB III HASIL EKSPLORASI
2013
batu lempung lanau, dengan sisipan batubara dan batupasir
kuarsa.
1. Batupasir
Berwarna abu-abu terang sebagian abu-abu kehijauan,
besar butir halus sangat kasar, terpilah bail, membulat
tanggung – menyudut tanggung, porositas baik, padat,
lunak keras, ketebalan dari beberapa centimeter hingga
30 meter.
2. Batulempung
Berwarna kecoklatan, lunak elstic, tebal dari beberapa
centi hingga 2 meter
3. Batulempung Lanau
Berwarna abu-abu kehitaman, masif, struktur kayu,
sebagian elastic, tebal 10 centimeter hingga 20
centimeter
4. Batubara
Berwarna hitam - kecoklatan, kusam, warna gores coklat,
pecahan concidial, brittle – agak keras, beberapa masih
mencirikan struktur kayu,mengandung sulfur terdapat
dammar (resin), tebal 0,2 meter – 7.2 meter.
Berdasarkan kenampakan fisik dan hasil pengamatan
dilapangan atau secara megaskopis, batuan yang terdapat
di daerah penyelidikan termasuk ke dalam Formasi Dahor
(Tqd) berdasarkan peta geologi yang dibuat oleh Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi (P3G) Bandung.
3.1.4. Struktur Geologi
Berdasarkan hasil eksplorasi yang telah dilakukan,
Formasi Dahor diendapkan di daerah pinggiran
Laporan Eksplorasi PT. TANTRA MINING DEVELOPMENT
III-4
BAB III HASIL EKSPLORASI
2013
cekungan sehingga proses sedimentasi struktur geologi
yang berkembang di wilayah penyelidikan tidak begitu
Nampak atau tidak ditemukan struktur lipatan dan sesar.
3.2. Pemboran Pandu (Scout Drill)
Kegiatan Pemboran yang dilakukan merupakan pemboran
pandu (Scout Drill). Evaluasi data pemboran pandu dapat
memberikan gambaran susunan batuan secara vertical,
penyebaran batubara secara lateral dan ketebalan batubara.
Hasil korelasi data pemboran dan singkapan batubara digunakan
untuk mengkolerasi lapisan (seam) batubara dan menghitung
jumlah cadangan batubara didaerah yang dieksplorasi.
3.2.1. Penentuan Titik Bor
Penentuan titik bor diletakan pada lokasi yang potensial
untuk rencana eksploitasi yang akan dilaksanakan. Hal ini
mengacu pada data geologi regional ataupun kondisi geologi
dilapangan dan dibantu dengan data pengukuran lintasan
terhadap singkapan batubara baik searah jurus maupun
searah kemiringan lapisan.
Pola pemboran menggunakan beberapa pola, yakni triangle
dan pola umum. Triangle digunakan karena sebagian
wilayah PT. TMD telah memasuki tahap penambangan dan
memerlukan data yang teratur untuk perencanaan pit
lanjutan. Letak titik bor dan jarak antara titik bor diatur
dengan spasi 100-150m memotong outcrop.
Sedangkan pola bor umum sebagai data awal agar diperoleh
informasi keberadaan (bentuk, volume, kedudukan dan
karakteristik) dari lapisan batubara. Letak titik bor dan jarak
Laporan Eksplorasi PT. TANTRA MINING DEVELOPMENT
III-5
BAB III HASIL EKSPLORASI
2013
antara titik bor bervariasi diatur sedemikian rupa, baik
mengikuti jurus maupun searah kemiringan lapisan batuan.
Secara umum jarak antar titik bor sekitar 25m-100m.
Selama kegiatan penyelidikan telah direncanakan sebanyak
40 (empat puluh) titik bor, realisasi dari rencana tersebut
sebanyak 33 (tiga puluh tiga) titik bor dengan kedalaman
berkisar antara 6 – 52 meter, Total kedalam bor 1050
meter. Data hasil pemboran tersebut dapat dilihat pada
lampiran . Log Diskripsi Lubang Bor (Drill Log).
Untuk menentukan koordinat titik bor dilakukan dengan
menggunakan alat GPS (Global Positioning System).
Berdasarkan hasil pengukuran koordinat pada titik-titik bor di
wilayah penyelidikan diketahui bahwa titik-titik bor dapat
direkam dengan baik.
Tabel 3.1 : Kedalaman Batubara pada setiap lubang bor
No Drill Hole
Lokasi KOORDINAT TotalDepth
(m)
Kedalamanbatubara
Dari(m)
Ke(m)
Tebal(m)
1 B-1 MIR 030 39' 12.6''1150 38' 05.2''
25,50 4,5015,60
4,7021,00
0.205.40
2 B-2 MUJ 030 39' 10.2'' 27.00 5,8018,7031,50
6,0023,5032,00
0.204,800.50
1150 38' 03.2’’
3 B-3 MIR 3 39 09.4” 19.00 12,50 17,50 5.00115 38 05.6”
4 B-4 MUJ 030 39' 14.9'' 36.00 25,50 29,80 4,31150 38' 03.4''
5 B-5 SIUS 30 39’ 17.2” 49.5 35,90 42,00 6.11150 38’ 01.8”
6 B-6 SIUS 030 39' 15.9'' 28.5 no1150 37' 57.2'' coal
7 B-7 MUJ 030 39' 13.1'' 49.50 28,50 35,80 7.101150 38' 00.8''
8 B-9 SWT 030 39' 09.0'' 40.50 16.30 16.50 0.201150 37' 58.3'' 28.00 33.00 5.00
9 B-10 SWT 030 39' 13.5'' 42.50 14.90 15.00 0,101150 37' 53.6'' 36.40 41.70 5.3
10 B-11 MINTO 030 39' 29.6'' 33.00 16.50 16.70 0.20
Laporan Eksplorasi PT. TANTRA MINING DEVELOPMENT
III-6
BAB III HASIL EKSPLORASI
2013
1150 37' 89.9''11 NEW 1 SAWIT 030 39' 20.9'' 45.00 6.50 6.80 0.30
1150 37' 95.5'' 27.60 34.20 6.6012 BH02 batas MAS 030 39' 12.3'' 21.00 5.80 6.00 0.20
1150 38' 8.5'' 14.10 18.50 4.40
13 SWT1 sawit 030 39' 43.7'' 46.50 23.80 23.90 0.101150 38' 30.5'' 28.50 29.20 0.70
14 Ut1 Batas MAS utara
030 38' 93.3'' 28.50 9.80 9.90 0.101150 38' 20.7'' 27.90 28.50 0.60
15 Ut1A Batas MAS utara
030 39' 1.9'' 30.00 no
1150 38' 24.1'' coal
16 Sou1 Sawit pit selatan
030 39' 58.2'' 42.00 18.40 23.60 5.201150 38' 14.4'' 25.90 26.25 0.35
17 Sou2 Sawit pit selatan
030 39' 57.7'' 30.00 13.20 17.60 4.41150 38' 17.7'' 19.30 19.80 0.50
18 Sou3 Sawit pit selatan
3 39 34.7” 30.00 12.00 16.10 4.10115 38 11.5” 18.60 18.80 0.20
19 Sou4 Sawit pit selatan
030 39' 58'' 27.00 10.50 15.00 4.501150 38' 21.4'' 17.80 18.10 0.30
20 Sou7 Sawit pit selatan
030 39' 62.6'' 24.00 7.50 7.80 0.31150 38' 22.6'' 9.00 13.00 4.0
21 Sou8 Sawit pit selatan
030 39' 75'' 33.00 16.50 16.60 0.101150 38' 26.5'' 18.30 18.80 0.50
22 Sou9 Sawit pit selatan
03 29' 74.8'' 24.00 no
1150 38' 24.9'' coal23 Sou10 Sawit pit
selatan030 39' 74.8'' 21.00
4.10 6.00 1.901150 38' 20.8''24 Sou11 Sawit pit
selatan03 39' 76.3'' 6.00
6.00 12.40 3.301150 38' 18.4''25 Sou12 Sawit pit
selatan030 39' 74.2'' 30.00
18.90 24.00 5.101150 38' 15.4''26 Sou13 Sawit pit
selatan03 39' 62.4'' 30.00 2.00 2.30 0.30
1150 38' 13.8'' 20.70 26.20 5.5027 Sou14 Sawit pit
selatan03 39' 62.6'' 30.00
6.50 10.80 4.301150 38' 25.3''28 Sou15 Sawit pit
selatan030 39' 65.2'' 30.00
5.10 9.30 4.201150 38' 25.9''29 Sou6 Sawit pit
selatan3 39 33.7 36.00
5.60 6.80 1.20115 38 15.4
30 BRDY1 Sawit dekat lapang bola
030 39' 26.9'' 39.00 8.90 9.00 0.101150 37' 36.2'' 11.50 11.80 0.30
31 BRDY2 Sawit dekat lapang bola
030 39' 40.5'' 15.00 No coal1150 37' 37.8''
32 BRDY3 Sawit dekat lapang bola
030 39' 24.0'' 39.00 19.90 20.20 0.301150 37' 47.1'' 21.30 23.60 2.30
Laporan Eksplorasi PT. TANTRA MINING DEVELOPMENT
III-7
BAB III HASIL EKSPLORASI
2013
33 BRDY4 030 39' 28.2" 34.50 11.50 11.70 0.201150 37' 44.8" 21.00 21.30 0.30
Total Pemboran 1280 meter
3.2.2. Jenis Pemboran
Jenis Pemboran yang dilakukan adalah pemboran open hole. Hasil dari pemboran open hole berupa serbuk bor (Cutting) sedangkan. Serbuk bor (Cutting ) atau inti bor yang diperoleh kemudian dideskripsi sesuai dengan aturan pendiskripsian yang berlaku saat ini . Hasil diskripsi setiap lobang bor dapat dilihat pada lampiran . Log Diskripsi Lobang Bor (Drill Log) dalam Laporan eksplorasi.
Laporan Eksplorasi PT. TANTRA MINING DEVELOPMENT
III-8
BAB III HASIL EKSPLORASI
2013
3.3. Pengambilan Contoh (Sampling)
Conto batubara pada tahap eksplorasi ini diambil dari pit yang
sudah di buka. Conto tersebut terutama dipilih yang belum
mengalami pelapukan atau belum terkontaminasi. Setiap conto
batubara yang diambil untuk keperluan analisa adalah seberat ± 3
kg.
Pengambilan batubara dilakukan dengan mengikut sertakan “
Parting “ ( apabila parting tersebut tebalnya < 0,10 m, sedangkan
untuk parting yang mempunyai ketebalan > 0,10 m, maka parting
tersebut dipisah). Conto-conto batubara tersebut dibungkus dalam
pelastik wrap yang bertujuan conto-conto batubara tersebut tidak
terkontaminasi dengan udara luar. Conto-conto tersebut kemudian
dipilih dan dibawa kelaboraturium untuk keperluan analisa.
3.4. Sifat Fisik Batubara
Batubara yang dari bukaan tambang , secara umum penampakan
fisiknya adalah sebagai berikut : berwarna hitam kecoklatan, kusam
rapuh, resin, sulfur. Dari data pengeboran, ketebalan batubara
pada umumnya berkisar antara 0,20 meter sampai dengan 7,20
meter dengan kemiringan lapisan antara 3° sampai dengan 8°.
Laporan Eksplorasi PT. TANTRA MINING DEVELOPMENT
III-9
GAMBAR 3.1
Peta Lokasi dan distribusi titik bore
BAB III HASIL EKSPLORASI
2013
3.4.1. Sebaran Batubara/Kontur Struktur
Penyebaran lapisan (seam) batubara umumnya berarah
hampir selatan-utara kearah lateral (long strike) dan Barat –
Timur kearah vertical (up dip dan down dip), mengikuti arah
penyebaran dari Formasi Dahor (Tqd) batuan pengapit (roof
dan Floor) umumnya barupa batu lempung karbonan dan
pasiran.
Data yang dipakai untuk pembuatan peta kontur struktur
adalah data dari seam yang memiliki tingkat distribusi relatif
merata serta berada pada kedalaman yang besar sehingga
dianggap dapat merepresentasikan keadaan struktur yang
ada pada daerah penelitian. Dalam hal ini, seam B dianggap
merepresentasikan kondisi tersebut.
Dari peta kontur struktur yang dibuat (Lampiran), secara
umum menunjukkan suatu stuktur dengan relatif berarah–
barat-timur
3.4.2. Korelasi Lapisan Batubara
Korelasi lapisan (seam) batubara didasarkan pada
persamaan sifat fisik yang didasarakan pada hasil
pengamatan singkapan batubara yaitu sebagai berikut :
Ketebalan batubara maupun batuan sela (parting)
Litologi batuan pengapit (roof dan Floor)
Adanya lapisan petunjuk ( key beds)
Sifat fisik dari batubara
Berdasarkan hasil korelasi, di daerah penelitian ditemukan 2 buah
seam mayor (seam A dan B) dan 1 seam minor (seam C). Seam A dan B
digolongkan seam mayor karena tebalnya lebih dari 1 m berbeda dengan
seam C yang memiliki ketebalan dibawah 1 m. Sedangkan untuk seam
dibawah 0.5 m (medium bedded) digolongkan menjadi sub seam.
Laporan Eksplorasi PT. TANTRA MINING DEVELOPMENT
III-10
BAB III HASIL EKSPLORASI
2013
Ketiganya merupakan seam yang berlainan oleh karena seam yang satu
dengan yang lain ditemukan di arah penyebaran yang berbeda, dapat
dilihat di peta sebaran titik bor dan kontur struktur (lampiran). Identifikasi
batubara di lapangan sebagai berikut :
1) Seam A variasi ketebalan dari 0.8 m - 2.3 m. dengan kenampakan
megaskopis bewarna hitam kecoklatan, kusam, perlapisan resin
cukup tebal sekitar 3 - 5 cm. Arah penyebaran Seam A merata.
Terdapat sub seam upper (medium bedded) di atas seam A dengan
ketebalan berkisar 0.2 m – 0.3 m, sub seam ini penyebarannya
tidak merata. Keberadaannya di paling barat IUP.
2) Seam B variasi ketebalan dari 1.9 m - 7.3 m Dengan kenampakan
megaskopis bewarna hitam kecoklatan, kusam, rapuh, resin, sulfur,
pecahan choncoidal, arah penyebaran merata cukup luas dari
selatan- utara. Floor seam B yang litologinya berupa pasir kuarsa
bersifat loose atau mudah terberai digunakan sebagai acuan keybed
karena disetiap bor hampir selalu ditemukan litologi tersebut.
Terdapat sub seam upper setebal 0.2 m – 0.5 m di atas seam B
dengan pola penyebaran yang tidak merata (profil korelasi seam B
dapat dilihat pada gambar 5.3). Keberadaannya di tengah IUP.
3) Seam C variasi ketebalan Seam 0.5 m – 0.7 m . Dengan
kenampakan megaskopis bewarna hitam kecoklatan, kusam, rapuh,
resin, sulfur, arah penyebaran merata. Dari data log bor bor UT1,
bor Swt1, dan Sou8 (lampiran) terdapat 2 perlapisan batubara yaitu
seam minor C dan sub seam minor . Roof dari seam C minor
digunakan sebagai keybed karena ditemukan di hamper semua titik
bor. Litologi roof berupa pasir berukuran sedang, warna putih - abu-
abu, dengan ketebalan berangsur menipis dariT1 (sebelah Utara) ke
Sou8 (selatan) 6.9 m. Keberadaannya di paling timur IUP.
3.5 Kualitas Batubara
Laporan Eksplorasi PT. TANTRA MINING DEVELOPMENT
III-11
BAB III HASIL EKSPLORASI
2013
Dalam tahapan penyelidikan ekplorasi ini telah dilakukan analisa
batubara, laboraturium yang dipilih adalah laboraturium PT.
Sucofindo Banjarmasin atau PT. Geoservices Banjarbaru. Hal ini
dilakukan karena berdasarkan pengamatan secara megaskopis
sifat fisik batubara menunjukkan keseragaman, sehingga hasil
analisa dari setiap contoh batubara gambaran kualitas rata-rata dari
suatu lapisan batubara.
Conto-conto batubara yang dianggap mewakili kualitas seam
(lapisan) batubara, secara keseluruhan dikirim kelaboratorium
untuk dianalisa. Adapun parameter kualitas batubara yang di
analisa adalah :
1. Total Moisture (ar)
2. Inherent Moisture (adb)
3. Ash Content (adb)
4. Volaltile Matter (adb)
5. Fixed Carbon (adb)
6. Total Sulphur (adb)
7. Calorific Value
Seluruh parameter kualitas diatas merupakan parameter dasar
untuk mengevaluasi sifat batubara. Berdasarkan hasil analisa
tersebut, batubara di daerah penyelidikan termasuk jenis batubara
Brown Coal (Middle Calory) yang mempunyai kadar air rata-rata
yaitu 33 %, total moisture 38,8, kandungan ash 4,44 %, total sulfur
0,4 %, dengan kandungan karbon tertambat (Fixed Carbon) rata-
rata 48,0 % dan nilai kalori rata-rata 5.500 Kcal/kg. Secara umum
hasil analisa di analisa dalam basis Air Received (ar) dan Air Dry
Basis (adb) (lihat Lampiran Hasil Laboratorium).
3.6. Cadangan Batubara
Laporan Eksplorasi PT. TANTRA MINING DEVELOPMENT
III-12
BAB III HASIL EKSPLORASI
2013
Cadangan batubara (Coal Reserves) adalah bagian dari sumber
daya batubara yang telah diketahui dimensi, sebaran kuantitas, dan
kualitasnya, yang pada saat pengkajian kelayakan dinyatakan layak
untuk ditambang.
Klasifikasi sumber daya dan cadangan batubara didasarkan pada
tingkat keyakinan geologi dan kajian kelayakan. Pengelompokan
tersebut mengandung dua aspek, yaitu aspek geologi dan aspek
ekonomi.
Pada kesempakatan ini, perhitungan cadangan yang dilakukan
pada area Ijin Usaha Pertambangan Ekplorasi maupun Ijin Usaha
Pertambangan Operasi Produksi PT. TANTRA MINING
DEVELOPMENT dilakukan pengeboran detail terbatas pada areal
seluas 136, 65 hektar saja dari luas areal keseluruhan 211 hektar,
kemudian akan dilanjutkan pada pengeboran detail tahap
selanjutnya setelah aktifitas penambangan berjalan.
3.6.1. Cara Perhitungan Cadangan
Berdasarkan sebaran dan ketebalan untuk setiap lapisan
dasar perhitungan cadangan batubara ini adalah hasil
pemetaan topografi dan pengeboran yang sudah dilakukan,
kemudian data yang didapat diolah dalam sebuah software
Minescape dari Mincom dengan metode perhitungan yang
digunakan adalah menggunakan fungsi Triangle Cut and Fill
atau perhitungan antar dua surface triangulasi.
Fungsi di atas menggunakan nilai elevasi rata-rata dari
surface bagian bawah dan bagian atas. Elevasi rata-rata ini
kemudian dihitung terhadap "area of interest". Jika poligon
Laporan Eksplorasi PT. TANTRA MINING DEVELOPMENT
III-13
BAB III HASIL EKSPLORASI
2013
batas tidak dimasukkan, maka areanya adalah area dari
masing-masing triangulasi. Jika poligon batas dimasukkan
maka area yang digunakan area masing-masing triangulasi
di dalam poligon batas.
Nilai thickness rata-rata kemudian dikalikan terhadap nilai
rata-rata area.
Metoda perhitungan ini tidak akan akurat jika area atas dan
bawah berbeda. Perhitungan akan semakin tidak akurat jika
perbedaan area semakin besar. Oleh karena itu untuk
menjaga akurasi, maka area kedua traingulasi dibuat sama
seperti telah dilakukan di tahap sebelumnya, yaitu
menggabungkan kedua data progress dan juga poligon
batas yang digunakan untuk perhitungan dibuat sama, yaitu
hasilgabun
Laporan Eksplorasi PT. TANTRA MINING DEVELOPMENT
III-14
BAB III HASIL EKSPLORASI 2013
3.6.2. Jumlah Sumber daya Batubara
Dari data yang diproses melalui software Minescape dari Mincom, maka didapat data sebagai berikut :
Laporan Eksplorasi PT. TANTRA MINING DEVELOPMENT III-1
BAB III HASIL EKSPLORASI 2013
Laporan Eksplorasi PT. TANTRA MINING DEVELOPMENT III-1
BAB III HASIL EKSPLORASI 2013
Laporan Eksplorasi PT. TANTRA MINING DEVELOPMENT III-2
1 user TANTRA_MINING_DEVELOPMENT_PROJECT MINCOM PTY LTD
30-Jun-13 19:43:15 SURFSAMPFORM 4.116b
BAB III HASIL EKSPLORASI 2013
Dari hasil perhitungan diatas, maka didapat sumber daya seperti pada tabel 3.2 berikut ini :
Tabel 3.2. : Hasil perhitungan sumber daya batubara
Laporan Eksplorasi PT. TANTRA MINING DEVELOPMENT III-1