HASIL ANALISIS jadi

102
49 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Profil Puskesmas Patikraja 1. Gambaran Umum Puskesmas Patikraja a. Keadaan Geografi Puskesmas Patikraja merupakan salah satu puskesmas di Patikraja. Wilayah kerja yang meliputi 13 desa yaitu : 1) Desa Sawangan Wetan 2) Desa Karangendep 3) Desa Notog 4) Desa Patikraja 5) Desa Pegalongan 6) Desa Sokawera 7) Desa Wlahar Kulon 8) Desa Kedungrandu 9) Desa Kedungwuluh Kidul

Transcript of HASIL ANALISIS jadi

Page 1: HASIL ANALISIS jadi

49

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Profil Puskesmas Patikraja

1. Gambaran Umum Puskesmas Patikraja

a. Keadaan Geografi

Puskesmas Patikraja merupakan salah satu puskesmas di Patikraja. Wilayah

kerja yang meliputi 13 desa yaitu :

1) Desa Sawangan Wetan

2) Desa Karangendep

3) Desa Notog

4) Desa Patikraja

5) Desa Pegalongan

6) Desa Sokawera

7) Desa Wlahar Kulon

8) Desa Kedungrandu

9) Desa Kedungwuluh Kidul

10) Desa Kedungwuluh Lor

11) Desa Karanganyar

12) Desa Sidabowa

13) Desa Kedungwringin

Page 2: HASIL ANALISIS jadi

50

Luas wilayah Puskesmas Patikraja yaitu 43,23 km. Puskesmas Patikraja

berbatasan dengan desa wilayah kecamatan sebagai berikut :

Sebelah timur : wilayah kec. Purwokerto Selatan dan kec. Kalibagor

Sebelah barat : wilayah kec. Purwojati

Sebelah utara : wilayah kec. Karanglewas

Sebelah selatan : wilayah kec. Kebasen dan Rawalo

b. Keadaan demografi

1) Pertumbuhan Penduduk

Berdasarkan data dari Kecamatan Patikraja, registrasi penduduk tahun

2008 yaitu 53.536 jiwa terdiri dari laki-laki 27.392 jiwa, perempuan

26.144 jiwa. Jumlah penduduk tertinggi Desa Kedungwringin yaitu

6.725 jiwa dan terendah di Desa Karanganyar dengan 1.810 jiwa. Laju

pertumbuhan penduduk Kecamatan Patikraja dari tahun 2007-2008 rata-

rata sebesar 1,13% atau 293 jiwa per tahun.

2. Tugas pokok dan fungsi pada puskesmas Patikraja yaitu :

a. Survailan penyakit

1. Melaksanakan kegiatan pengamatan epidemiologi penyakit.

2. Melaksanakan kegiatan pelacakan KLB dan bencana.

3. Melaksanakan kegiatan pelacakan kesehatan haji.

4. Melaksanakan kegiatan intergrasi program penyuluhan penyakit

penyuluhan dan bencana.

Page 3: HASIL ANALISIS jadi

51

b. Sanitasi atau penyehatan lingkungan

1. Melaksanakan kegiatan pengawasan sanitasi tempat-tempat umum,

tenaga pelatih masyarakat, TP2, TPAS, dan perusahaan.

2. Melaksanakan kegiatan pembinaan institusi sehat.

3. Melaksanakan kegiatan klinik sanitasi.

4. Melaksanakan kegiatan penyehatan air.

5. Melaksanakan kegiatan penyehatan rumah.

6. Melaksanakan kegiatan penyehatan kegiatan lingkungan pemukiman.

7. Melaksanakan kegaiatn integrasi program Pamsimas, Penyuluhan

Keamanan Pangan.

c. Promosi kesehatan

1. Melaksanakan kegiatan pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan

seperti Posyandu, UKS, UKGS, UKK, Desa Siaga, PSN, PHBS.

2. Melaksanakan kegiatan penyuluhan kesehatan.

3. Melaksanakan kegiatan integrasi program seperti JAMKESMAS dan

PIN.

3. Sumber Daya Kesehatan

Tenaga kesehatan merupakan sumber daya yang sangat penting untuk memacu

pembangunan di bidang kesehatan. Secara keseluruhan tenaga kesehatan di

Puskesmas Patikraja pada tahun 2009 menurut jenisnya sebagai berikut :

Page 4: HASIL ANALISIS jadi

52

Tabel 4.1 Tabel Tenaga Kesehatan Di Puskesmas Patikraja

NoJenis Tenaga Kesehatan di Puskesmas

PatikrajaJumlah

1. Dokter umum 2 orang2. Dokter gigi 1 orang3. Tenaga perawat 3 orang4. Tenaga bidan 4 orang5. Tenaga farmasi 1 orang6. Tenaga gizi 1 orang7. Tenaga tehnisi medis 6 orang

8. Tenaga sanitasi

1 orang sebagai tenaga sanitasi dan

1 orang sebagai tenaga penyuluh

kesehatan.

9. Tenaga Kesehatan Masyarakat1 orang (kepala

puskesmas)

4. Sepuluh Besar Penyakit Di Puskesmas Patikraja

Tabel 4.2 Sepuluh Besar Penyakit Di Puskesmas Patikraja|No Penyakit Jumlah1 Ispa 68482 Rheumatoid artritis 23203 Dermatitis 21534 Hipertensi 13035 Gastritis 18446 Febris 10827 Chepalgia 11168 Diare 9089 Konjungtivitis 42010 Paringitis 196

Dari 10 besar penyakit tersebut, penyakit yang berbasis lingkungan meliputi : ISPA, Dermatitis, Konjungtivitis, Diare, Chepalgia, dan Febris, sedangkan yang berbasis perilaku meliputi : Rheumatoid Artritis, Hipertensi, Gastritis, dan Paringitis.

Page 5: HASIL ANALISIS jadi

53

5. Indikator Pencapaian Pembangunan Kesehatan Masyarakat di Jajaran Dinkes

Banyumas

a. Mortalitas

1) Angka Kematian Bayi

Jumlah lahir mati tahun 2010 adalah 10 orang sedangkan jumlah bayi

yang mati sebesar 16 bayi. Angka kematian bayi (AKB) di Kabupaten

Banyumas adalah sebesar 9,6 per 1000 kelahiran hidup. AKB tahun 2009

sebesar 2 kasus. Dengan demikian AKB tahun 2010 mengalami

peningkatan sebesar 16 kasus. Sedangkan pada Desa Sidabowa sendiri

terdapat 3 kasus kematian bayi bukan karena lahir mati. Kondisi yang

demikian perlu dilakukan perbaikan dengan menyusun perencanaan yang

optimal. Jika dibandingkan dengan Indikator Indonesia Sehat terhitung

masih rendah (IIS 2010=40 per 1000 kelahiran hidup).

2) Angka Kematian Ibu

Angka Kematian Ibu (AKI) di wilayah Puskesmas Patikraja tahun 2010

tidak ada, AKI tahun 2009 juga tidak ada, jadi nilainya tetap dan 100%

kelahiran tidak ada kematian ibu. Begitu juga di Desa Sidabowa tidak ada

kasus AKI.

Page 6: HASIL ANALISIS jadi

54

b. Morbiditas

1) Pneumonia

a) Perkiraan Pneumonia Balita

Jumlah kasus perkiraan pneumonia balita tahun 2010 menurut data

Puskesmas Patikraja sebanyak 737 kasus.

b) Pneumonia Balita Ditangani

Jumlah kasus TB paru klinis tahun 2010 di Puskesmas Patikraja ada

25 kasus.

2) HIV

Kasus HIV di Puskesmas Patikraja tidak terdeteksi.

3) Acute Flaccid Paralysis (AFP)

Jumlah kasus AFP di Puskesmas Patikraja tahun 2010 tidak ada kasus

4) Demam Berdarah Dengue (DBD)

Berdasarkan data yang dihimpun kasus DBD di Puskesmas Patikraja

tahun 2010 sebanyak 52 kasus dari yang ditangani sehingga persentase

DBD ditangani 100% dan kemtian akibat DBD tidak ada. Hal tersebut

dikarenakan kurangnya pengetahuan sikap dan perilaku masyarakat

terhadap pencegahan dan penanggulangan DBD melalui PSN.

c. Status Gizi

Jumlah balita yang ada pada tahun 2010 sebesar 4.061 orang, yang ditimbang

sebesar 2.186 (54%) yang naik berat badannya setelah ditimbang 1.475

(68%), target 80% jadi belum sesuai dari standar yang ditetapkan.

Page 7: HASIL ANALISIS jadi

55

d. Keadaan Lingkungan

1) Rumah Sehat

Tahun 2010 dari 124.588 rumah yang diperiksa di wilayah Puskesmas

Patikraja sebanyak 541 rumah, yang memenuhi syarat rumah sehat 403

rumah (74,43%).

2) Tempat-tempat Umum

Pada tahun 2010 jumlah tempat-tempat umum yang ada 118 yang

diperiksa syarat kesehatannya sebanyak 56 TTU, adapun tempat-tempat

umum sehat atau yang memenuhi syarat kesehatan sebanyak 44 buah atau

sebesar 78,57% dari jumalah TTU yang diperiksa.

e. Perilaku Hidup Masyarakat

1) Posyandu

Berdasarkan data tahun 2010 jumlah posyandu di Puskesmas Patikraja 87

posyandu.

2) Posyandu Purnama

Tahun 2010 jumlah posyandu sebanyak 87, jumlah posyandu purnama

sebanyak 31 posyandu atu sebesar 23,91%. Dibandingkan pada tahun

2010 tahun 2009 tidak ada perubahan.

3) Posyandu Mandiri

Dari 87 posyandu, jumlah posyandu mandiri sebanyak 8 posyandu atau

sebesar 9%. Karena rata-rata posyandu pada strata pratama.

Page 8: HASIL ANALISIS jadi

56

f. Akses Pelayanan Kesehatan

Dari jumlah penduduk di wilayah Puskesmas Patikraja 53.536 orang, yang

menggunakan sarana pelayanan kesehatan (puskesmas) sebesar 22.262 orang

atau sebesar 84,98% dari jumlah penduduk wilayah Puskesmas Patikraja. Hal

ini dikarenakan jumlah penduduk yang menggunakan sarana pelayanan

kesehatan bukan saja dari penduduk asli wilayah Puskesmas Patikraja

melainkan ada yang berasal dari wilayah lain dan kabupaten lain, terutama

yang menggunakan sarana pelayanan kesehatan di Swasta atau Rumah Sakit.

1) Puskesmas

Penduduk yang menggunakan sarana pelayanan kesehatan di puskesmas

sejumlah 53536 orang atau sebesar 84,98% dari penduduk wilayah

Puskesmas Patikraja.

2) Obat generik

Pengadaan obat-obat di puskesmas sudah di drop dari Dinas Kesehatan

Kabupaten dan bila tidak mencukupi bisa dengan pengadaan komponen

B.

g. Pelayanan Kesehatan Ibu Dan Wanita

1) Pelayanan K-4

Jumlah ibu hamil di wilayah Puskesmas Patikraja pada tahun 2010

sebanyak 2.287 ibu hamil, adapun ibu hamil yang mendapatkan pelayanan

K-4 adalah sebesar 1.299 atau 56,8% ibu hamil. Standar pelayanan

minimal untuk cakupan kunjungan ibu hamil K-4 sebesra 95%. Dengan

Page 9: HASIL ANALISIS jadi

57

demikian untuk wilayah Puskesmas Patikraja dibawah standar pelayanan

minimal yang diharapkan.

2) Pertolongan oleh Tenaga Kesehatan

Menurut data jumlah ibu hamil yang melahirkan tahun 2010 sebanyak

897 ibu bersalin. Jumlah yang ditolong oleh nakes dari ibu bersalin

tersebut sebanyak 871 atau sebesar 97,1%. Standar Pelayanan Minimal

untuk pertolongan persalinan oleh nakes sebesar 90%. Dengan demikian

Puskesmas Patikraja telah memenuhi standar pelayanan minimal.

3) Neonatus

Berdasarkan data yang tercatat pada PWS KIA Puskesmas Patikraja

Neonatus tahun 2010 sebanyak 889 dan mendapat kunjungan

sebanyak852 atau 108,26%.

4) Bayi dan Bayi dengan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah)

Jumlah bayi yang lahir diwilayah Puskesmas Patikraja sebanyak 787 bayi.

Bayi dengan BBLR ada 57 bayi atau 7,24%. Standar Pelayanan Minimal

100%, sedangkan untuk bayi BBLR sudah ditangani semuanya atau

100%. Jadi puskesmas belum memenuhi standar minimal.

h. Pelayanan KB

Jumlah PUS diwilayah Puskesmas Patikraja 2010 ada 9.447 orang dengan

jumlah PUS terbanyak Desa Notog sebanyak 1.354 orang. Jumlah peserta KB

baru 1.310 orang, peserta KB aktif = 6.830 orang, dengan pencapaian 723,3%

Standar Pelayanan Minimal = 85%, jadi masih dibawah SPM.

Page 10: HASIL ANALISIS jadi

58

i. Pemantauan Pertumbuhan Balita

Jumlah balita diwilayah Puskesmas Patikraja ada 4.061 balita dan jumlah

bayi 787 bayi, Jumlah penimbangan sebanyak 2.186 balita (54%), yang naik

timbangannya sebanyak 68 balita atau 68%. Standar Pelayanan Minimal

balita BGM < 15%, data balita BGM 27 balita atau 2,25% jadi masih diatas

Standar Pelayanan Minimal.

j. Pelayanan Gizi

Jumlah balita usia 6-11 bulan sebanyak 1.926 balita yang dapat kapsul

vitamin A sebanyak 1.027 atau 53%, Standar Pelayanan Minimal balita yang

dapat kapsul vitamin A 90%. Jumlah bumil sebanyak 2.287 orang, jumlah

yang dapat 90 butir tablet Fe sebanyak 1.287 orang atau 100%. Standar

Pelayanan Minimalbumil dengan pelayanan tablet Fe 56,6%, jadi diatas

Standar Pelayanan Minimal.

k. Penyelenggaraan Penyelidikan Epidemiologi (PE) dan Penanggulangan KLB

Di wilayah Puskesmas Patikraja penyelidikan epidemiologi rutin

dilaksanakan melalui survey lapangan ada kasus. Untuk KLB (Kejadian Luar

Biasa) yaitu ada 3 kasus, sudah ditangani Puskesmas 100%. Standar

Pelayanan Minimal < 24jam = 100%.

l. Pencegahan dan Pemberantasan Polio

Data AFP Puskesmas Patikraja ada 4 kasus. Standar Pelayanan Minimal per

100.000 peenduduk umur 1-5 tahun > 1.

Page 11: HASIL ANALISIS jadi

59

m. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit HIV dan AIDS

Data kasus diwilayah Puskesmas II Kembaran untuk kasus HIV, AIDS tidak

ada kasus, infeksi menular sex juga tidak ada kasus.

n. Pelayanan Kesehatan Lingkungan

Jumlah institusi sebanyak 50 buah, yang telah mendapat pembinaan ada 0

buah atau 0%, standar pelayanan minimal 70% jadi dibawah standar.

o. Pelayanan Pengendalian Vektor

Pengendalian vektor yang dilakukan secara rutin adalah dengan gerakan PSN.

Tahun 2010 wilayah Puskesmas Patikraja telah memeriksa bangunan

sejumlah 541 buah, yang bebas jentik adalah 504 buah atau 87%.

p. Pelayanan hygiene sanitasi ditempat umum

Menurut data dalam Masjid, Pesantren dan Mushola yang ada 86 buah, yang

memenuhi kriteria sehat ada 30 buah atau 34%. Jumlah TTU, kantor-kantor

meliputi SD, SLTP, SLTA, Balai Desa ada 33 buah, yang memenuhi kriteria

sehat ada 30 buah atau 91%, Standar Pelayanan Minimal ada 80% jadi diatas

standar.

q. Pemeriksaan Kesehatan Anak Sekolah

Frekuensi pemeriksaan sebanyak 101, sedang frekuensi penyuluhan dengan

pesan tentang kesehatan jadi sesuai standar pelayanan minimal.

Page 12: HASIL ANALISIS jadi

60

6. Profil Desa Sidabowa

a. Letak geografis

Desa Sidabowa, Kecamatan Patikraja Kabupaten Banyumas, provinsi

Jawa Tengah berbatasan dengan :

Sebelah Utara : Desa Kedungringin

Sebelah Selatan : Desa Kedung Randu

Sebelah Barat : Desa Karanganyar

Sebelah Timur : Kecamatan Purwokerto Selatan

Luas wilaya Desa Sidabowa yaitu

b. Keadaan demografis

Jumlah penduduk : 6.533 orang

Jumlah laki-laki : 3.230 orang

Jumlah perempuan : 3.303 orang

Jumlah kepala keluarga : 1.997 KK

c. Pendidikan

Grafik 4.1. Pendidikan responden

Page 13: HASIL ANALISIS jadi

61

d. Mata pencaharian

Grafik 4.2. Mata Pencaharian

e. Sepuluh besar penyakit

Sepuluh besar penyakit yang terdapat di Desa Sidabowa yaitu :

Tabel 4.3. 10 besar penyakit di Desa Sidabowa

No. NamaPenyakit Jumlahkejadian1. Ispa 1632. Rheumatoid Athritis 1273. Gastritis 374. Hipertensi 285. Fibrosis 276. Diare 257. Dermatritis 78. Cacar Air 79. Konjungtivitis 610. Pharingitis 10

Page 14: HASIL ANALISIS jadi

62

f. Gambaran Umum Responden

Berdasarkan wawancara terhadap 95 responden yang meliputi aspek

genetik, lingkungan, perilaku dan pelayanan kesehatan didapatkan hasil

sebagai berikut :

1) Lingkungan sosio-kultural

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada 95 responden yaitu

masyarakat Desa Sidabowa melalui wawancara dengan menggunakan

metode observasi menggunakan kuesioner, maka diperoleh hasil sebagai

berikut :

Identitas Reponden Berdasarkan Hasil Kuesioner di Desa Sidabowa

Gambar 4.1. Jenis Kelamin Responden

Gambar 4.1 Menunjukan 80% responden atau sebesar 77 responden

berjenis kelamin perempuan.

Page 15: HASIL ANALISIS jadi

63

Gambar 4.2. Umur Responden

Gambar 4.2 menunjukan 35,8% responden atau sebesar 34 responden

berumur lebih dari 50 tahun.

Gambar 4.3. Jumlah Anggota Keluarga

Gambar 4.3 menunjukan 73,7% responden atau sebesar 64 responden

memiliki jumlah anggota keluarga sebanyak 3-5 orang.

Page 16: HASIL ANALISIS jadi

64

Gambar 4.4. Tingkat Pendidikan

Gambar 4.4 Menunjukan 35,8% responden atau sebesar 34 responden

memiliki tingkat pendidikan SD/MI.

Gambar 4.5. Agama

Gambar 4.5 Menunjukan 98,9% responden atau sebesar 94 responden

beragama Islam.

Page 17: HASIL ANALISIS jadi

65

Gambar 4.6. Pekerjaan

Gambar 4.6 Menunjukan 47,5% responden atau sebesar 45 responden

sebagai ibu rumah tangga.

Gambar 4.7. Pendapatan Per Bulan

Gambar 4.7 Menunjukan 29,5% responden atau sebesar 28 responden

memliki pendapatan per bulan kurang dari Rp 500.000.

Page 18: HASIL ANALISIS jadi

66

Gambar 4.8. Status Perkawinan

Gambar 4.8 Menunjukan 96,8% responden atau sebesar 92 responden

berstatus menikah.

2) Lingkungan

Variabel lingkungan yang diteliti terdiri dari variabel yang meliputi air

bersih, kondisi rumah, sarana pembuangan tinja, sarana pembuangan air

limbah, hewan ternak dan penyediaan sarana pembuangan atau

pengelolaan sampah. Hasil yang diperoleh selengkapnya ada pada

gambar dibawah ini:

Page 19: HASIL ANALISIS jadi

67

Gambar 4.9. Tempat Responden Mengambil Air Bersih

Gambar 4.9 Menunjukan masih ada 1,1% responden atau sebanyak 1

responden yang menjadikan sumur sebagai sumber air bersih.

Gambar 4.10 Tempat Penampungan Air Bersih

Gambar 4.10 Menunjukan masih ada 4,2% responden atau sebanyak 4

responden yang menggunakan gentong sebagai tempat penampungan air

bersih.

Page 20: HASIL ANALISIS jadi

68

Gambar 4.11. Bahan Atap Rumah Responden

Gambar 4.11 Menunjukan masih ada 4,2% responden atau sebanyak 4

responden memiliki atap rumah dari bahan asbes dan 7,4% responden

atau sebanyak 7 responden memiliki atap rumah dari bahan seng.

Gambar 4.12. Bahan Dinding Rumah Responden

Gambar 4.12 Menunjukan 90,5% responden atau sebanyak 86

responden memiliki dinding rumah dengan bahan tembok.

Page 21: HASIL ANALISIS jadi

69

Gambar 4.13. Bahan Lantai Rumah Responden

Gambar 4.13 Menunjukan masih ada 2,1% responden atau sebanyak 2

responden yang memilih tanah sebagai bahan lantai rumahnya.

Gambar 4.14. Ukuran Ventilasi Rumah Responden

Gambar 4.14 Menunjukan 31,6% responden atau sebesar 30 responden

memiliki ukuran ventilasi yang tidak memenuhi syarat.

Page 22: HASIL ANALISIS jadi

70

Gambar 4.15. Tempat MCK Responden

Gambar 4.15 Menunjukan 83,2% responden atau sebesar 69 responden

menggunakan kamar mandi sebagai tempat MCK.

Gambar 4.16. Jenis Jamban Responden

Gambar 4.16 Menunjukan 22,1% responden atau sebesar 21 responden

masih menggunakan jamban jenis empang karena masih banyaknya

kolam yang ada di desa Sidabowa dan 77,9% responden atau sebanyak

74 responden sudah menggunakan jenis jamban leher angsa tetapi

saluran pembuangannya masih ke sungai dan parit.

Page 23: HASIL ANALISIS jadi

71

Gambar 4.17. Jarak Septictank dengan Sumber Air Bersih

Gambar 4.17 Menunjukan 71,6% responden atau sebesar 68 responden

antara jarak septictank dengan sumber air bersih kurang dari 15 meter.

Gambar 4.18. Tempat Membuang Air Limbah Rumah Tangga

Gambar 4.18 Menunjukan 3,2% responden atau sebesar 73 responden

masih membuang air limbah rumah tangga ke kolam. Namun, beberapa

responden masih belum membang air limbah dengan benar seperti ke

selokan, sungai, dan pekarangan yang dapat mencemari lingkungan.

Page 24: HASIL ANALISIS jadi

72

Gambar 4.19. Jenis Hewan Ternak

Gambar 4.19 Menunjukan 55,8% responden atau sebesar 53 responden

tidak memiliki hewan ternak, namun beberapa responden lainnya

memilik ayam, itik, angsa, bebek, entok dan kambing sebagai hewan

ternak.

Gambar 4.20. Jarak Kandang Ternak dengan Rumah

Gambar 4.20 Menunjukan 55,8% responden atau sebanyak 53

responden tidak memiliki kandang hewan ternak tetapi ada 34,7% atau

Page 25: HASIL ANALISIS jadi

73

sebanyak 33 responden yang jarak kandang hewan dengan rumah

kurang dari 5m sedangkan sisanya memiliki kandang ternak yang

berjarak lebih dari 5m dari rumah.

Gambar 4.21. Pengolahan Sampah

Gambar 4.21 Menunjukan 72,6% responden atau sebanyak 69 responden

mengolah sampah dengan cara dibakar.

.Gambar 4.22. Frekuensi Membuang Sampah

Page 26: HASIL ANALISIS jadi

74

Gambar 4.22 Menunjukan 53,7% responden atau sebesar 51 responden

membuang sampah setiap hari.

Gambar 4.23. Mengetahui Ciri-ciri Tempat Pembuangan Sampah Sehat

Gambar 4.23 Menunjukan 36,8% responden atau sebanyak 35

responden masih belum mengetahui tentang ciri-ciri pembuangan

sampah yang baik.

Gambar 4.24. Mengetahui Bau Sampah bisa Menjadi Sumber Penyakit

Page 27: HASIL ANALISIS jadi

75

Gambar 4.24 Menunjukan 35,8% responden atau sebanyak 34 responden

masih belum mengetahui bahwa bau sampah bisa menjadi sumber

penyakit.

Gambar 4.25. Mengetahui Asap Pembakaran Sampah Bisa Menjadi

Sumber Penyakit

Gambar 4.25 Menunjukan 48,4% responden atau sebesar 46 responden

masih belum mengetahui bahwa asap pembakaran sampah dapat

menjadi sumber penyakit.

Gambar 4.26. Mengetahui Genangan Air Bisa menjadi Sumber Penyakit

Page 28: HASIL ANALISIS jadi

76

Gambar 4.26 Menunjukan 32,6% responden atau sebesar 31 responden

masih belum mengetahui bahwa genangan air dapat menjadi sumber

penyakit.

3) Perilaku

Variabel perilaku yang diteliti terdiri dari variabel yang meliputi

pembuangan sampah responden, pemisahan sampah organik dan non

organik, frekuesndi pembuangan sampah, rutin buang air besar, tempat

untuk buang air besar, mencuci tangan pakai sambun setelah BAB,

kerutinan mandi responden, kerutinan dalam menggosok gigi, penerapan

pola makan 4 sehat 5 sempurna, rajin olahraga, melakukan 3M plus,

tempat melakukan persalinan anak terakhir, pemberian asi eksklusif, dan

mengunjungi puskesmas ketika sakit. Hasil yang diperoleh selengkapnya

ada pada gambar dibawah ini:

Gambar 4.27. Pembuangan Sampah Responden

Page 29: HASIL ANALISIS jadi

77

Gambar 4.27 Menunjukan masing-masing 15,8% responden atau

sebanyak 15 responden masih membuang sampah ke sungai dan

kubangan sedangkan sisanya membuang ke kebon dan tong sampah.

Gambar 4.28. Memisahkan Sampah Organik dan Non Organik

Gambar 4.28 Menunjukan 75,8% responden atau sebanyak 72

responden masih belum memisahkan antara sampah organik dan

anorganik.

Gambar 4.29. Sampah Penuh Langsung dibuang

Page 30: HASIL ANALISIS jadi

78

Gambar 4.29 Menunjukan sudah 97,9% responden atau sebesar 93

responden yang langsung membuang sampah ketika sudah penuh.

Gambar 4.30. Responden Rutin ber BAB Setiap Hari

Gambar 4.30 Menunjukan bahwa masih 6,3% responden atau sebanyak

6 belum ber BAB secara rutin.

Gambar 4.31. Tempat Responden ber BAB

Gambar 4.31 Menunjukan 18,9% responden atau sebanyak 18

responden masih ber BAB di sungai dan 3,2% responden atau sebanyak

Page 31: HASIL ANALISIS jadi

79

3 responden ber BAB di empang sedangkan sisanya sudah ber BAB di

jamban.

Gambar 4.32. Responden Mencuci Tangan Memakai Sabun Setelah BAB

Gambar 4.32 Menunjukan sudah 85,3% responden atau sebanyak 81

responden sudah mencuci tangan setelah BAB dan sisanya belum.

Gambar 4.33. Responden Rutin Mandi dalam Sehari

Gambar 4.33 Menunjukan bahwa 95 responden (100%) rutin mandi

dalam sehari.

Page 32: HASIL ANALISIS jadi

80

Gambar 4.34. Responden Rutin Menggosok Gigi Setip Hari

Gambar 4.34 Menunjukan bahwa 92 responden (96,8%) rutin

menggosok gigi setiap hari dan 3 orang responden (3,2%) tidak rutin

menggosok gigi setiap hari.

Gambar 4.35. Responden Mencuci Tangan Sebelum Makan

Page 33: HASIL ANALISIS jadi

81

Gambar 4.35 Menunjukan bahwa 88 responden (92,6%) mencuci tangan

sebelum makan dan 7 responden (7,4%) tidak mencuci tangan sebelum

makan.

Gambar 4.36. Responden Menerapkan Pola Makan 4 Sehat 5 Sempurna

Gambar 4.36 Menunjukan masih ada 45,3% responden atau sebesar 43

responden yang masih belum menerapkan pola makan 4 sehat 5

sempurna, sedangkan sisanya sudah.

Gambar 4.37. Responden Melakukan 3M Plus

Page 34: HASIL ANALISIS jadi

82

Gambar 4.37 Menunjukan masih 48,4% responden atau sebanyak 46

responden belum melakukan 3M plus untuk pencegahan DBD,

sedangkan sisanya sudah.

4) Pelayanan kesehatan

Pemanfaatan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang tersedia

baik di Desa Sidabowa maupun di luar daerah desa bertujuan

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pemanfaatanpelayanan

kesehatan di Desa Sidabowa dapat dilihat dari kemudahan terhadap

akses pelayanan kesehatan, jenis layanan kesehatan yang dikunjungi

ketika sakit, keikutsertaan terhadap program posyandu, pemeriksaan

kehamilan, pemakaian alat kontrasepsi, dan partisipasi terhadap program

asuransi kesehatan.

a) Akses terhadap pelayanan kesehatan

Akses terhadap pelayanan kesehatan ditunjukan dengan

kemudahan dalam mengakses pelayanan kesehatan yang dipilih

masyarakat Desa Sidabowa baik yang terdapat di desa tersebut

maupun di sekitar Desa Sidabowa. Hasil wawancara yang diperoleh

terhadap 95 responden mengenai akses pelayanan kesehatan

ditunjukan pada gambar gambar berikut ini.

Page 35: HASIL ANALISIS jadi

83

Gambar 4.38. Akses Pelayanan Kesehatan

Gambar 4.38. Menunjukan bahwa 85 responden (89,5%) menyatakan

bahwa pelayanan kesehatan mudah diakses.

b) Jenis transportasi yang digunakan menuju pelayanan kesehatan

Gambar 4.39. Jenis Transportasi ke Puskesmas

Gambar 4.39. Menunjukan bahwa 42 responden (44,2%) menggunakan

sepeda motor untuk menuju ke pelayanan kesehatan.

Page 36: HASIL ANALISIS jadi

84

c) Jenis layanan kesehatan yang dikunjungi

Gambar 4.40. Jenis Pelayanan Kesehatan Ketika Sakit

Gambar 4.40. Menunjukan bahwa 38 responden (40%) mengakses

pelayanan puskesmas, dan 29 responden (30,5%) mengakses pelayanan

dokter praktek.

d) Alasan memilih pelayanan kesehatan

Gambar 4.41. Alasan Memilih Pelkes

Page 37: HASIL ANALISIS jadi

85

Gambar 4.41 Menunjukan bahwa 31 responden (32,6%) mengakses

pelayanan kesehatan karena faktor biaya, 40 responden (42,1%)

mengakses pelayanan kesehatan karena kepuasan pelayanan, 23

responden (24,2%) mengakses pelayanan kesehatan karena faktor jarak,

dan 1 responden (1%) mengakses pelayanan kesehatan karena faktor

petugas.

e) Kunjungan ke Puskesmas

Gambar 4.42. Responden Sering Berobat ke Puskesmas

Gambar 4.42 Menunjukan bahwa 42 responden (44,2%) sering berobat

ke puskesmas dan 53 responden (55,8%) tidak pernah/jarang berobat ke

puskesmas.

Page 38: HASIL ANALISIS jadi

86

f) Sikap petugas puskesmas

Gambar 4.43. Sikap Petugas Puskesmas

Gambar 4.43 Menunjukan bahwa 91 responden (95,8%) menyatakan

petugas puskesmas ramah.

g) Aspek pelayanan kesehatan yang harus ditingkatkan

Gambar 4.44. Aspek Pelayanan Kesehatan yang Harus Ditingkatkan

Page 39: HASIL ANALISIS jadi

87

Gambar 4.44 Menunjukan bahwa 37 responden (38,9%) menginginkan

peningkatan aspek pengobatan dan 35 responden (36,8%) menyatakan

sudah cukup bagus sehingga tidak perlu ada peningkatan lagi.

h) Tarif puskesmas

Gambar 4.45. Tarif Puskesmas

Gambar 4.45 Menunjukan bahwa 82 responden (86,3%) menyatakan

tarif puskesmas murah.

i) Tingkat kepuasan terhadap layanan puskesmas

Gambar 4.46. Pelayanan Pengobatan yang Diberikan Puskesmas

Page 40: HASIL ANALISIS jadi

88

Gambar 4.46 Menunjukan 59 responden (62,1%) menyatakan pelayanan

pengobatan puskesmas memuaskan.

j) Kegiatan penyuluhan kesehatan

Gambar 4.47. Penyuluhan Kesehatan Oleh Petugas Kesehatan

Gambar 4.47 Menunjukan bahwa 72 responden (75,8%) menyatakan

ada penyuluhan kesehatan di Desa Sidabowa.

k) Partisipasi dalam penyuluhan kesehatan

Gambar 4.48. Partisipasi dalam Mengikuti Penyuluhan

Page 41: HASIL ANALISIS jadi

89

Gambar 4.48 Menunjukan bahwa 63 responden (66,3%) menyatakan

tidak mengikuti penyuluhan kesehatan karena ketidaktahuan adanya

penyuluhan ataupun kesibukan yang dimiliki responden.

l) Pengetahuan tentang posyandu

Gambar 4.49. Pengetahuan tentang Posyandu

Gambar 4.49 Menunjukan bahwa 88 responden (92,6%) menyatakan

tahu tentang posyandu dan 7 responden (7,4%) menyatakan tidak

mengetahui posyandu dikarenakan responden tidak pernah mengikuti

kegiatan posyandu.

m) Keaktifan dalam posyandu

Gambar 4.50. Keaktifan Kegiatan Posyandu

Page 42: HASIL ANALISIS jadi

90

Gambar 4.50 Menunjukan bahwa 87 responden (91,6%) menyatakan

ikut berpartisipasi dalam kegiatan posyandu.

n) Partisipasi dalam program KB

Gambar 4.51. Partisipasi Program KB

Gambar 4.51. Menunjukan bahwa 67 responden (70,5%) menyatakan

ikut berpartisipasi dalam program KB dan 28 responden (29,5%)

menyatakan tidak mengikuti program KB.

o) Jenis alat kontrasepsi yang digunakan

Gambar 4.52. Alat Kontrasepsi yang Digunakan

Page 43: HASIL ANALISIS jadi

91

Gambar 4.52 Menunjukan bahwa 13 responden (13,7%) memakai alat

kontrasepsi pil, 32 responden (33,7%)memakai alat kontrasepsi suntik, 6

responden (6,3%) memakai alat kontrasepsi susuk (IUD), 15 responden

(15,8%) memakai alat kontrasepsi spiral, 1 responden (1,1%) memakai

tubektomi dan 28 responden (29,5%) menyatakan tidak KB.

p) Efek samping alat kontrasepsi

Gambar 4.53. Efek Samping dari Kontrasepsi

Gambar 4.53. Menunjukkan bahwa 36 responden (37,9%) merasakan

adanya efek samping dari kontrasepsi dan 59 responden (62,1%) tidak

ada efek samping dari kontrasepsi.

q) Efek Samping yang Dirasakan dari Alat Kontrasepsi

Gambar 4.54 Efek Samping yang Dirasakan dari Kontrasepsi

Page 44: HASIL ANALISIS jadi

92

Gambar 4.54 Menunjukan bahwa 56 responden (58,9%) tidak

merasakan ada efek samping dari kontrasepsi.

r) Imunisasi

Gambar 4.55. Imunisasi Anak Terakhir

Gambar 4.55 Menunjukan bahwa 85 responden (89,5%) melakukan

imunisasi pada anak yang terakhir dan 10 responden (10,5%) tidak

melakukan imunisasi.

Gambar 4.56. Yakin Imunisasi Menjadikan Anak Kebal

Gambar 4.56 Menunjukan 89 responden (93,7%) yakin bahwa imunisasi

menjadikan anak kebal.

Page 45: HASIL ANALISIS jadi

93

Gambar 4.57. Imunisasi yang Diberikan

Gambar 4.57. Menunjukan bahwa sebanyak 79 responden (83,2%)

memberikan imunisasi lengkap anaknya.

s) Usia menikah

Gambar 4.58. Usia Menikah

Gambar 4.58. Menunjukan bahwa sebanyak 32,6% atau 31 responden

menikah usia 21-25 tahun, umur tersebut merupakan umur yang cukup,

karena menurut kesehatan reproduksi umur di atas 20 tahun reproduksi

telah berkembang sempurna.

Page 46: HASIL ANALISIS jadi

94

t) Usia kehamilan anak terakhir

Gambar 4.59 Umur Ibu Saat Hamil Anak Terakhir

Gambar 4.59 Menunjukan bahwa sebanyak 32 responden (33,7%) hamil

anak terakhir di bawah usia 30 tahun, 45 responden (47,4%) hamil usia

30-35 tahun, 13 responden (13,7%) hamil usia 35-40 tahun, 2 responden

(2,1%) hamil usia di atas 40 tahun, dan 3 responden belum hamil.

u) Pemeriksaan kehamilan

Gambar 4.60. Tempat Pelayanan Kesehatan untuk Memeriksakan

Kehamilan

Page 47: HASIL ANALISIS jadi

95

Gambar 4.60. Menunjukan bahwa 58,9% atau sebesar 56 responden

memeriksakan kehamilan di puskesmas.

Gambar 4.61 Frekuensi Memeriksakan Kehamilan

Gambar 4.61 Menunjukan bahwa 84,2% atau 80 responden

memeriksakan kehamilan lebih dari dua kali. Tetapi 11,2% atau 11

responden tidak memeriksakan kehamilan karena ada beberapa

responden yang belum pernah hamil.

v) Keguguran

Gambar 4.62 Pengalaman Mengalami Keguguran

Gambar 4.62. Menunjukan bahwa sebanyak 29,5% atau 28 responden

mengalami keguguran.

Page 48: HASIL ANALISIS jadi

96

Gambar 4.63 Alasan Terjadi Keguguran

Gambar 4.63. Menunjukkan 12,6% atau 12 responden tidak ada alasan

yang jelas dan sebanyak 67 responden (70,5%) tidak mengalami

keguguran.

1. Penolong persalinan

Gambar 4.64. Tenaga Penolong Persalinan

Gambar 4.64. Menunjukan bahwa sebanyak 48,4% persalinan dilakukan

oleh tenaga kesehatan.

Page 49: HASIL ANALISIS jadi

97

w) asuransi kesehatan

Gambar 4.65. Pengetahuan Tentang Asuransi Kesehatan

Gambar 4.65. Menunjukan sebanyak 58,9% atau 56 responden

mengetahui adanya asuransi kesehatan baik dari pemerintah maupun

swasta.

Gambar 4.66. Mengikuti Program Jaminan Kesehatan dari Pemerintah

Gambar 4.66. Menunjukan bahwa 64,2% atau 61 responden tidak

mengikuti jaminan kesehatan masyarakat karena sebagian responden

mengikuti program jaminan kesehatan lain atau tidak memiliki jaminan

kesehatan.

Page 50: HASIL ANALISIS jadi

98

Gambar 4.67. Asuransi Kesehatan yang Didapatkan

Gambar 4.67. Menunjukan bahwa sebanyak 50,5% atau 48 responden

tidak mengikuti program asuransi kesehatan.

5) Genetik

Variabel genetik yang diteliti meliputi variabel penyakit genetik yang di

derita dan garis keturunan yang diturunkan. .Hasil yang diperoleh

selengkapnya ada pada gambar dibawah ini:

Gambar 4.68 Penyakit genetik yang diderita

Page 51: HASIL ANALISIS jadi

99

Gambar 4.68. Menunjukan bahwa Sebesar 85,3% atau sebesar 81

responden tidak memiliki garis keturunan riwayat penyakit genetik.

Gambar 4.69. Garis Keturunan yang Diturunkan

Gambar 4.69. Menunjukkan sebesar 85,3% atau 81 responden tidak

memiliki garis keturunan riwayat penyakit genetik.

Hasil yang diperoleh dari Profil Puskesmas Patikraja, keadaan lingkungan

yang terdapat di Kecamatan Patikraja 2010 terdapat 403 rumah yang memenuhi

syarat sehat dari 541 rumah yang diperiksa. Dan terdapat 44 atau 77,57%

tempat-tempat umum yang memenuhi syarat kesehatan dari jumlah tempat umum

yang diperiksa. Puskesmas Patikraja mengembangkan program PHBS untuk

meningkatkan kualitas kesehatan seperti posyandu. Akses terhadap pelayanan

kesehatan sebesar 84,98% dari jumlah penduduk wilayah Kecamatan Patikraja,

Page 52: HASIL ANALISIS jadi

100

hal ini dipengaruhi oleh jumlah penduduk wilayah lain dana askses terhadap

pelayanan kesehatan di swasta atau Rumah Sakit.

Dari data profil Desa Sidabowa terdapat 10 besar penyakit yaitu ISPA,

Rheumatoid Athritis, Gastritis, hipertensi, febris, diare, dermatitis, cacar air,

konjungtivitis, rheumatoid artritis, sedangkan berdasarkan hasil wawancara pada

responden diperoleh beberapa penyakit yang diderita oleh masyarakat Desa

Sidabowa adalah ISPA, DBD, rheumatoid artritis, hipertensi, asma, diare, DM,

gastritis, asam urat, PJK, stroke, bronchitis, dan kanker payudara.

B. Pembahasan

1. Data sekunder

a. Gambaran umum Desa Sidabowa

Desa Sidabowa merupakan salah satu desa yang ada di wilayah

Kecamatan Patikraja, Banyumas. Desa Sidabowa terbagi menjadi 2 dusun,

8 RW , 35 RT, dan mempunyai 1997 Kepala Keluarga (KK). Jumlah

peduduk Desa Sidabowa pada tahun 2010 adalah 6.533 jiwa dengan

jumlah peduduk laki-laki 3,230 jiwa dan jumlah penduduk perempuan

3.303 jiwa.

Menurut Departemen Pekerjaan Umum (2005), jika jumlah

penduduk lebih dari 1.000.000 termasuk dalam kota metropolitan, jumlah

penduduk 500.000 hingga 1.000.000 termasuk dalam kategori kota besar,

jumlah penduduk 100.000 hingga 500.000 termasuk dalam kriteria kota

Page 53: HASIL ANALISIS jadi

101

sedang, jumlah penduduk 20.000 hingga 100.000 termasuk kota kecil,

jumlah penduduk 3.000 hingga 20.000 termasuk kriteria kecamatan dan

jumlah penduduk kurang dari 3.000 tergolong dalam desa. Jika dilihat dari

jumlah penduduknya maka Desa Sidabowa dengan penduduk sejumlah

6.533 jiwa tergolong desa yang padat penduduknya.

b. Data sekunder dari PKD, laporan tahun 2011

Tabel 4.4 Jenis Penyakit Di Desa Sidabowa

Jenis penyakitBULAN

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov JumlahFebrosis 5 1 4 6 5 2 - 3 9 5 2 42Ispa 12 10 11 18 12 15 9 30 28 26 20 191

Rheumatoid artritis

15 16 14 13 8 12 10 16 18 21 16 159

Hipertensi - 8 4 1 - - 7 1 1 5 5 32Diare - 2 1 2 1 2 2 3 11 2 1 27Gastritis 4 7 3 2 4 4 7 7 6 4 1 49Dermatitis 1 2 2 - - 1 - - 2 - - 8Cacar air - - - - - - - - 5 - 2 7Konjungtivitis - - - - 1 - 3 - 2 - - 6Pharingitis - - 3 1 1 3 - 1 1 - - 10

sumber : Profil PKD di Desa Sidabowa

Dari data PKD di peroleh 10 besar penyakit. Kesepuluh penyakit

tersebut selanjutnya diproses untuk dapat menentukan identifikasi masalah.

2. Identifikasi masalah

a. Lingkungan

1) Ukuran ventilasi

Sebagian besar responden telah mempunyai ventilasi rumah

yang telah memenuhi syarat (68, 4%) tetapi masih ada 31,6 % dari

total responden masih belum memenuhi syarat. Hal ini dapat

Page 54: HASIL ANALISIS jadi

102

menimbulkan masalah karena menurut standar luas ventilasi rumah,

menurut Kepmenkes RI No. 829 tahun 1999, adalah minimal 10% luas

lantai. Menurut Frinck (1993) setiap ruang yang dipakai sebagai ruang

kediaman sekurang-kurangnya terdapat satu jendela lubang ventilasi

yang langsung berhubungan dengan udara luar bebas rintangan dengan

luas 10% luas lantai.

Ventilasi adalah proses penyediaan udara segar ke dalam dan

pengeluaran udara kotor dari suatu ruangan tertutup secara alamiah

maupun mekanis. Tersedianya udara segar dalam rumah atau ruangan

amat dibutuhkan manusia, sehingga apabila suatu ruangan tidak

mempunyai sistem ventilasi yang baik dan over acrowded maka akan

menimbulkan keadaan yang dapat merugikan kesehatan (Gunawan et

al., 1982).

Rumah yang memenuhi syarat ventilasi baik akan

mempertahankan kelembaban yang sesuai dengan temperatur

kelembaban udara (Azwar, 1990). Ruangan yang ventilasinya kurang

baik akan membahayakan kesehatan khususnya saluran pernapasan.

Terdapatnya bakteri di udara disebabkan adanya debu dan uap air.

Sesuai data PKD selama setahun terakhir, di Desa Sidabowa

kejadian ISPA pada balita menduduki urutan pertama, terdapat jumlah

191 kasus. Penyakit atau gangguan saluran pernapasan dipengaruhi

oleh kondisi lingkungan yang buruk. Lingkungan yang buruk tersebut

Page 55: HASIL ANALISIS jadi

103

dapat berupa kondisi fisik perumahan yang tidak mempunyai syarat

seperti ventilasi. Jumlah bakteri udara akan bertambah jika penghuni

ada yang menderita penyakit saluran pernapasan, seperti TBC,

Influenza, dan ispa.

2) Jenis jamban

Jenis jamban sebagian besar responden sudah menggunakan

jenis jamban leher angsa (77.9%), tetapi masih ada beberapa responden

yang menggunakan jenis jamban empang (22,1%). Membuang tinja

harus dilakukan secara bersih dan benar. Menurut (Wibowo, 2004),

syarat pembuangan kotoran yang memenuhi aturan kesehatan adalah :

1. Tidak mengotori permukaan tanah di sekitarnya,

2. Tidak mengotori air permukaan di sekitarnya,

3. Tidak mengotori air dalam tanah di sekitarnya,

4. Kotoran tidak boleh terbuka sehingga dapat dipakai sebagai tempat

lalat bertelur atau perkembangbiakan vektor penyakit lainnya,

5. Tidak menimbulkan bau,

6. Pembuatannya murah, dan

7. Mudah digunakan dan dipelihara.

Tempat pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat sanitasi

akan meningkatkan risiko terjadinya diare berdarah pada anak balita

sebesar dua kali lipat dibandingkan dengan keluarga yang mempunyai

Page 56: HASIL ANALISIS jadi

104

kebiasaan membuang tinjanya yang memenuhi syarat sanitasi

(Wibowo, 2004).

Dengan masih adanya responden yang menggunakan jamban

empang, memungkinkan terjadinya penyebaran penyakit karena dapat

mencemari lingkungan sekitar sedangkan jamban yang berbentuk leher

angsa dapat mengurangi penyebaran penyakit secara langsung karena

akan selalu terisi air. Fungsi air ini sebagai sumbat sehingga bau busuk

dari kakus tidak tercium sehingga penyebaran penyakit dapat berkurang

(Azwar, 1998).

Tempat-tempat buang air seperti sungai/parit, empang/kolam,

kebun/pekarangan merupakan tempat yang tidak memenuhi syarat

kesehatan karena kotoran/tinja manusia dapat kembali bersentuhan atau

masuk ke dalam tubuh manusia. Hal ini dapat mencemari lingkungan

dan dapat dijangkau oleh tikus, serangga serta hewan lain sebagai

vektor penyakit sehingga dapat menimbulkan penyakit diare (Kamisah,

2009).

Berdasarkan data PKD Sidabowa, kejadian Diare menduduki

urutan ke-6 dengan jumlah jumlah penderita 27 orang.

3) Jarak septictank

Jarak septictank dengan sumber air bersih pada sebagian besar

responden sudah memenuhi syarat yaitu lebih dari atau sama dengan 15

Page 57: HASIL ANALISIS jadi

105

meter (71,6%) tetapi masih ditemukan septictank dengan jarak kurang

dari 15 meter (28,4%) hal ini berdampak pada terjadinya pencemaran

sumber air bersih yang akan digunakan karena setiap struktur tanah

berbeda permeabilitas sehingga mempengaruhi terhadap kemampuan

dalam memfilter air limbah dari septictank (Azwar, 1998).

Septictank adalah suatu bangunan kedap air yang berfungsi

menampung dan mengolah air limbah rumah tangga dengan

memanfaatkan mikroorganisme untuk menguraikan zat organik yang

terkandung dalam air limbah sehingga air yang keluar aman bagi

lingkungan (Chandra, 2007). Menurut DPU (2002), jarak septictank

dengan bidang resapan ke bangunan adalah 1,5 m, jarak septictank ke

sumur air bersih adalah 10 m dan 5 m untuk sumur resapan air hujan.

Berdasarkan data PKD Sidabowa, kejadian Diare menduduki urutan ke-

6 dengan jumlah jumlah penderita 27 orang.

4) Tempat pembuangan air limbah rumah tangga

Pembuangan air limbah pada beberapa responden sudah

diarahkan ke selokan (47,4%) akan tetapi masih banyak juga yang

pembuangan air limbahnya diarahkan ke sungai (21,1%) dan pekarangan

(20%). Dengan masih adanya rumah yang membuang air limbahnya di

atas tanah terbuka tanpa adanya saluran pembuangan limbah akan

membuat kondisi lingkungan di sekitar rumah menjadi sumber

penularan penyakit. Akibatnya tanah menjadi kotor, becek,

Page 58: HASIL ANALISIS jadi

106

menyebarkan bau tidak sedap dan dapat menjadi tempat berkembang

biak serangga terutama nyamuk.

Saluran limbah yang bocor atau pecah menyebabkan air keluar

dan menggenang serta meresap ke tanah. Bila jarak terlalu dekat dengan

sumur maka dapat mencemari sumur sehingga dapat menimbulkan

penyakit seperti diare, dermatitis dan mata. Hal ini dibuktikan dengan

data dari PKD yang menunjukan bahwa diare (27 orang), dermatitis (8

orang) dan sakit mata (60 orang) masuk 10 besar penyakit yang banyak

diderita oleh masyarakat di Desa Sidabowa (Kamisah, 2009).

5) Letak dan Jarak Kandang

Responden yang memiliki letak kandang yang berada di dekat

rumah sebesar (36,8%) dan hanya (7,4%) yang memilki letak kandang

jauh dari rumah. Sebagian besar jarak kandang responden dengan rumah

kurang dari 5 meter yaitu sebanyak 34,7%, sedangkan responden yang

memilki jarak kandang dengan rumah ≥ 5m sebanyak 9,5%. Sehingga

dapat disimpulkan jarak kandang yang dekat dengan rumah (<5 meter)

dapat menimbulkan penyakit diare karena dimungkinkan adanya

kontaminasi dengan lingkungan rumah. Hal ini dibuktikan dengan

masuknya penyakit diare sebanyak 27 orang ke 10 besar penyakit yang

ada di Desa Sidabowa.

Page 59: HASIL ANALISIS jadi

107

6) Pembuangan sampah

Sampah rumah tangga pada sebagian responden sudah dibuang

ke tong sampah (32,8%) yang nantinya akan diangkut oleh petugas atau

ada pula yang dibakar. Akan tetapi masih ada responden yang

membuang sampah di kebun sebesar 36,8% dan sisanya 15,8%

membuang sampah dikubangan. Pembuangan sampah di kebun dan di

kubangan pada sebagian besar responden akan diolah dengan cara

ditimbun dan dibakar. Sampah yang ditimbun akan menjadi tempat

perindukan vektor bibit penyakit penyakit seperti lalat, kecoa, dan tikus.

Lalat dan kecoa dapat menjadi perantara dalam perpindahan penyakit

dari timbunan sampah ke makanan yang dikonsumsi manusia.

Makanan yang mengandung bibit penyakit akan masuk ke

saluran pencernaan manusia dan akan tersebar ke seluruh jaringan.

Sedangkan pembakaran sampah akan berdampak pada pencemaran

lingkungan sekitar seperti pencemaran udara. Asap hasil pembakaran

akan menyebabkan penyakit saluran pernafasan, pencemaran tanah dan

air akan terjadi akibat rembesan air sampah yang nantinya akan

mencemari sumber air bersih yang biasa digunakan oleh masyarakat

sekitar (Kamisah, 2009). Hal ini beresiko timbulnya penyakit Ispa (191

orang) dan diare (27 orang) yang masuk kedalam 10 besar penyakit yang

banyak diderita masyarakat desa Sidabowa.

Page 60: HASIL ANALISIS jadi

108

7) Tempat MCK Responden

Tempat MCK yang paling banyak digunakan responden adalah

kamar mandi yaitu sebesar 79 orang (83,2%), sedangkan 10 responden

(10,5%) di sumur, dan 6 responden (6,3%) di sungai. Sebaiknya

masyarakat melakukan MCK ditempat yang sumber airnya tidak

tercemar karena apabila melakukan MCK di sungai dapat menyebabkan

terjadinya kejadian diare, dermatitis karena air sungai tercemar oleh

limbah hasil aktifitas masyarakat (Kamisah, 2009). Sebesar 21,1%

masyarakat Desa Sidabowa membuang air limbah dibuang ke sungai

sekitar yaitu seperti limbah detergen, kotoran maupun sampah sehingga

secara otomatis sungai yang dijadikan tempak melakukan MCK

tercemar. Hal ini dibuktikan dengan tingginya angka kejadian diare dan

dermatitis di Desa Sidabowa yang diperoleh dari PKD menduduki

peringkat enam untuk penyakit diare dengan jumlah penderita 27 orang

dan penyakit dermatitis menduduki peringkat ketujuh dengan jumklah

penderita 7 orang.

Page 61: HASIL ANALISIS jadi

109

b. Perilaku

1) Pengolahan sampah

Pengolahan sampah yang paling banyak dilakukan oleh

responden dengan cara dibakar yaitu sebanyak 72,6%. Hasil

pembakaran sampah setiap harinya dapat menimbulkan debu partikel

yang tidak bisa disaring oleh hidung dan langsung masuk kedalam

paru-paru sehingga dapat menurunkan kualitas udara sampai taraf

yang membahayakan kesehatan dan akhirnya menimbulkan dan

meningkatkan gangguan penyakit saluran pernafasan seperti ispa

(Manik, 2003). Berdasarkan data PKD Sidabowa, kejadian Ispa

menduduki posisi pertama dengan jumlah penderita sebesar 191 orang.

2) ASI Esklusif

Data yang diperoleh dari hasil kuesioner jumlah ibu yang tidak

memberikan ASI eksklusif yaitu 40 responden atau 42,1%. Tidak

memberikan ASI Eksklusif secara penuh selama 4 sampai 6 bulan.

Baiknya ASI eksklusif diberikan selama 6 bulan tanpa makanan

pendamping ASI. Sedangkan pada bayi yang tidak diberi ASI, risiko

untuk menderita diare lebih besar dari pada bayi yang diberi ASI

penuh dan kemungkinan menderita dehidrasi berat juga lebih besar.

Pada bayi yang baru lahir, pemberian ASI secara penuh mempunyai

daya lindung 4 kali lebih besar terhadap diare daripada pemberian ASI

yang disertai dengan susu formula (Depkes RI, 2005).

Page 62: HASIL ANALISIS jadi

110

3. Prioritas masalah

Setelah mendapatkan data sekunder, diperoleh informasi mengenai masalah

kesehatan yang sering dialami para penduduk Desa Sidabowa sebagai berikut :

a. Demam Berdarah Dengue (DBD)

b. Diare

c. TB Paru

d. ISPA

Selanjutnya dari empat penyakit tersebut akan dipilih dan dijadikan

prioritas masalah melalui metode Multiple Criteria Utility Assesment (MCUA).

Kriteria yang digunakan dalam memilih prioritas masalah kesehatan yang ada

meliputi:

1. Keseriusan masalah (dilihat dari bisa tidaknya menimbulkan KLB,

menimbulkan penyakit menular atau tidak, dan angka mortalitas).

2. Besar/ jumlah (dilihat dari jumlah morbiditas).

3. Kemampuan SDM memecahkan masalah (dilihat dari kualitas dan

kuantitas SDM).

4. Kemudahan memecahkan masalah (dilihat dari penyediaan sarana dan

prasarana, anggaran dana,serta partisipasi masyarakat)

Penentuan bobot masing-masing kriteria dipengaruhi oleh kesepakatan

anggota kelompok, dengan range nilai antara 1-5 dengan hasil sebagai berikut :

Page 63: HASIL ANALISIS jadi

111

Tabel 4.5. Analisis Multiple Criteria Utility Assesment (MCUA).

Kriteria4 penyakit

DBD Diare TB Paru ISPA

Besarnya masalah

S 2 3 1 4B 3 3 3 3

Sxb 6 9 3 12

Keseriusan masalah

S 4 3 3 3B 5 5 5 5

Sxb 20 15 15 15Kemampuan

SDM memecahkan

masalah

S 4 4 2 3B 3 3 3 3

Sxb 12 12 6 9

Kemudahan memecahkan

masalah

S 3 4 1 3

B 4 4 4 4Sxb 12 16 4 12

Total 50 52 28 48

Hasil analisis dengan menggunakan metode Analisis Multiple Criteria

Utility Assesment ( MCUA) didapatkan 1 prioritas utama yaitu diare yang

merupakan penyakit berbasis lingkungan.

Berdasarkan hasil prioritas masalah dengan metode MCUA yang dikaitkan

dengan kuesioner yang telah disebarkan kepada responden di Desa Sidabowa

sehingga didapatkan dua faktor HL. Blum yang mempengaruhi prioritas

masalah utama (Diare) hasil dari metode MCUA yaitu sebagai berikut :

1. Keseriusan masalah

Kasus diare ditinjau dari keseriusan masalah karena kasus ini dapat

menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB). Berdasarkan data

dariPuskesmas Patikraja diare merupakan peringkat ke 3 dari peristiwa

KLB yang terjadi pada wilayah Patikraja dengan kasus sebesar 755 kasus,

Page 64: HASIL ANALISIS jadi

112

sehingga kasus ini dapat menjadi kejadian menular. Namun kasus diare

tidak menimbulkan kematian baik itu di wilayah Patikraja maupun di Desa

Sidabowa.

Besarnya masalah berdasarkan hasil observasi dipengaruhi oleh jarak

jamban yang terlalu dekat dengan sumber air minum, tempat pembuangan

air limbah yang masih ke sungai dan tempat pembuangan sampah ditempat

terbuka seperti pekarangan menyebabkan penyebaran penyakit menjadi

tinggi. Berdasarkan pembahasan diatas diare dapat dikategorikan menjadi

masalah kesehatan yang serius.

2. Besar/ jumlah masalah

Berdasarkan data yang diperoleh, diare merupakan salah satu masalah

kesehatan yang terdapat pada daerah Patikraja khususnya adalah Desa

Sidabowa. Hal ini dibuktikan dengan data 10 besar penyakit dari

Puskesmas Patikraja bahwa diare memasuki peringkat kedelapan dan pada

Desa Sidabowa diare menempati peringkat keenam. Selain itu angka

morbiditas pada data Puskesmas Patikraja untuk kasus diare sebanyak 908

kasus dan data dari Desa Sidabowa sebanyak 25 kasus. Sehingga diare

dikategorikan sebagai masalah kesehatan yang memiliki kasus besar .

3. Kemampuan SDM memecahkan masalah

Berdasarkan data Puskesmas Patikraja untuk kasus diare dilihat dari

kualitas dan kuantitas SDM kesehatan sudah memenuhi. Terlihat dari

jumlah tenaga paramedis dan nonmedis pada Puskesmas Patikraja yang

Page 65: HASIL ANALISIS jadi

113

cukup untuk kebutuhan penanganan kasus diare yaitu dokter 3 orang,

perawat 21 orang, dan sanitasi 1 orang.

4. Kemudahan memecahkan masalah

Berdasarkan kemudahan pemecahan masalah untuk penanganan kasus

diare di Desa Sidabowa memiliki sarana dan prasarana yang cukup

memadai. Hal ini dilihat dari adanya program kegiatan pengawasan sanitasi

tempat-tempat umum, dengan tenaga pelatih masyarakat, TP2, TPAS, dan

perusahaan, kegiatan penyehatan, kegiatan penyehatan rumah, kegiatan

penyehatan kegiatan lingkungan pemukiman, kegaiatn integrasi program

Pamsimas, penyuluhan keamanan pangan, kegiatan pemberdayaan

masyarakat dibidang kesehatan seperti posyandu, UKS, UKGS, UKK, desa

siaga, PSN, PHBS, dan melaksanakan kegiatan penyuluhan kesehatan.

Sedangkan dilihat dari segi pendanaan untuk kasus diare tidak

membutuhkan dana yang terlalu besar.

Kemudahan memecahkan masalah berdasarkan hasil observasi

dipengaruhi oleh jenis jamban. Karena sebagian besar di Desa Sidabowa

masyarakatnya sudah menggunakan jamban jenis leher angsa.

Selain itu partisipasi masyarakat untuk kasus diare ini cukup besar. Hal

ini terlihat adanya kader sejumlah 8 orang yang aktif dalam melakukan

penyuluhan dan adanya dukungan dari toga toma seperti ketua RT, RW ,

kepala desa dalam penanganan kasus diare karena kasus diare di daerah

sidabowa cukup banyak sehingga membutuhkan perhatian khusus seperti

Page 66: HASIL ANALISIS jadi

114

tindakan pencegahan dan penanganan. Untuk itu kasus diare dikategorikan

masalah yang cukup mudah ditangani.

Berdasarkan hasil MCUA diatas menunjukkan 4 besar masalah

kesehatan yang ada di Desa Sidabowa yaitu

Tabel 4.6. Ranking 4 Besar Masalah Kesehatan Rangking Penyakit

1. Diare

2. Demam Berdarah Dengue (DBD)

3. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)

4. Tubercullosis Paru (TB Paru)

Page 67: HASIL ANALISIS jadi

115

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Kondisi kesehatan masyarakat yang ada di desa Sidabowa sudah cukup baik.

2. Berdasarkan data sekunder sepuluh besar penyakit yang terdapat di Desa

Sidabowa antara lain ISPA, Rheumatoid Athritis, Gastritis, Hipertensi, Fibrosis,

Diare, Dermatitis, Cacar Air, Konjungtivitis, dan Rheumatoid artritis.

3. Identifikasi masalah yang menyebabkan timbulnya sepuluh besar penyakit yang

ada di desa Sidabowa dilihat dari teori H.L Blum adalah

a. Lingkungan

1) Ukuran ventilasi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah ventilasi yang tidak

memenuhi syarat yaitu sebanyak 31,6%.

2) Jenis jamban

Jenis jamban sebagian besar responden sudah menggunakan jenis jamban

leher angsa (77.9%), tetapi masih ada beberapa responden yang

menggunakan jenis jamban empang (22,1%).

3) Jarak septictank

Jarak septictank dengan sumber air bersih pada sebagian besar responden

sudah memenuhi syarat yaitu lebih dari atau sama dengan 15 meter (71,6%)

Page 68: HASIL ANALISIS jadi

116

tetapi masih ditemukan septictank dengan jarak kurang dari 15 meter

(28,4%).

4) Tempat pembuangan air limbah rumah tangga

Pembuangan air limbah pada beberapa responden sudah diarahkan ke

selokan (47,4%) akan tetapi masih banyak juga yang pembuangan air

limbahnya diarahkan ke sungai (21,1%) dan pekarangan (20%).

5) Letak dan Jarak Kandang

Responden yang memiliki letak kandang yang berada di dekat rumah

sebesar (36,8%) dan hanya (7,4%) yang memilki letak kandang jauh dari

rumah. Sebagian besar jarak kandang responden dengan rumah kurang dari

5 meter yaitu sebanyak 34,7%, sedangkan responden yang memilki jarak

kandang dengan rumah ≥ 5m sebanyak 9,5%.

6) Pembuangan sampah

Sampah rumah tangga pada sebagian responden sudah dibuang ke tong

sampah (32,8%) yang nantinya akan diangkut oleh petugas atau ada pula

yang dibakar. Akan tetapi masih ada responden yang membuang sampah di

kebun sebesar 36,8% dan sisanya 15,8% membuang sampah dikubangan.

7) Tempat MCK Responden

Tempat MCK yang paling banyak digunakan responden adalah kamar

mandi yaitu sebesar 79 orang (83,2%), sedangkan 10 responden (10,5%)

di sumur, dan 6 responden (6,3%) di sungai.

Page 69: HASIL ANALISIS jadi

117

b. Perilaku

1) Pengolahan sampah

Pengolahan sampah yang paling banyak dilakukan oleh responden dengan

cara dibakar yaitu sebanyak 72,6%.

2) ASI Esklusif

Data yang diperoleh dari hasil kuesioner jumlah ibu yang tidak

memberikan ASI eksklusif yaitu 40 responden atau 42,1%. Tidak

memberikan ASI Eksklusif secara penuh selama 4 sampai 6 bulan.

4. Prioritas masalah kesehatan yang ada di Desa Sidabowa yaitu penyakit Diare

5. Situasi masalah kesehatan masyarakat di Desa Sidabowa dilihat dari Teori H.L.

Blum yaitu masalah lingkungan dan perilaku.

6. Struktur organisasi puskesmas Patikraja :

a. Struktur Organisasi Puskesmas Patikraja dikepalai oleh seorang kepala

puskesmas .

b. Kepala pusekesmas membawahi kaur tata usaha.

c. Kaur tata usaha membawahi bendahara setor, bendahara puskesmas dan

sarana prasarana.

d. Terdapat lima koordinator, yaitu :

1) Seksi promkes dan kesling yang mengkoordinir program Imunisasi,

Posyandu Lansia/Balita, Program UKS dan P3K juga program Desa

Siaga.

Page 70: HASIL ANALISIS jadi

118

2) Seksi P2M/Haji yang mengkoordinir P2TB, P2 Kusta, P2 ISPA/Flu

Burung, dan Penyakit Tidak Menular.

3) Seksi Gizi dan SIMPUS yang mengkoordinir Program Gizi, Profil, dan

POA.

4) PKD yang mengkoordinir PUSTU.

5) Seksi KIA dan KLB yang mengkoordinir Program KIA, Program KB,

Program Pembinaan Bides, dan Pembinaan Dukun Bayi.

6) Seksi Pengobatan yang mengkoordinir Pendaftaran, BP Umum, KIA/KB,

Gigi, Tindakan, Kamar Obat, Laboratorium, dan Gudang Obat.

7. Tugas pokok dan fungsi pada puskesmas Patikraja yaitu :

a. Survailan penyakit

1. Melaksanakan kegiatan pengamatan epidemiologi penyakit.

2. Melaksanakan kegiatan pelacakan KLB dan bencana.

3. Melaksanakan kegiatan pelacakan kesehatan haji.

4. Melaksanakan kegiatan intergrasi program penyuluhan penyakit

penyuluhan dan bencana.

b. Sanitasi atau penyehatan lingkungan

1. Melaksanakan kegiatan pengawasan sanitasi tempat-tempat umum,

tenaga pelatih masyarakat, TP2, TPAS, dan perusahaan.

2. Melaksanakan kegiatan pembinaan institusi sehat.

3. Melaksanakan kegiatan klinik sanitasi.

4. Melaksanakan kegiatan penyehatan air.

Page 71: HASIL ANALISIS jadi

119

5. Melaksanakan kegiatan penyehatan rumah.

6. Melaksanakan kegiatan penyehatan kegiatan lingkungan pemukiman.

7. Melaksanakan kegaiatn integrasi program Pamsimas, Penyuluhan

Keamanan Pangan.

c. Promosi kesehatan

1. Melaksanakan kegiatan pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan

seperti posyandu, UKS, UKGS, UKK, Desa Siaga, PSN, PHBS.

2. Melaksanakan kegiatan penyuluhan kesehatan.

3. Melaksanakan kegiatan integrasi program seperti JAMKEMSAS, PIN.

B. Saran

a. Bagi Desa Sidabowa

Adanya kerjasama yang baik antara pemerintah desa dengan pelayanan

kesehatan dengan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam upaya kesehatan

masyarakat serta perlu adanya pembinaan perilaku hidup bersih dan sehat

(PHBS) dan kesehatan lingkungan dalam upaya pencegahan untuk masalah

utama yaitu Diare.

b. Bagi Puskesmas Sidabowa

1. Optimalisasi puskesmas.

2. Peningkatan intensitas penyuluhan kesehatan kepada masyarakat secara

langsung.