HARGA DIRI RENDAH

26
HARGA DIRI RENDAH 1. Pengertian Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri. Adanya perasaan hilang percaya diri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan ideal diri (Keliat, 2004). Gangguan harga diri rendah adalah penilaian negatif seseorang terhadap diri dn kemampuan, yang diekspresikan secara langsung (Schult & Videbeck, 2003). Gangguan harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif yang dapat secara langsung atau tidak langsung diekspresikan (Towsend, 2005). 2. Etiologi 1) Faktor Presdiposisi menurut Stuart & Sundeen (2002) sebagai berikut : a. Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi : a) Penolakan orang tua, b) Harapan orang tua yang tidak realistis, c) Kegagalan yang berulang, d) Kurang mempunyai tanggung jawab yg personal, e) Ketergantungan pada orang lain, f) Ideal diri yang tidak realistis. b. Faktor yang mempengaruhi penampilan peran Meliputi sreotif peran gender, terutama peran kerja dan harapan peran budaya. c. Faktor yang mempengaruhi identitas diri meliputi :

description

hdr

Transcript of HARGA DIRI RENDAH

Page 1: HARGA DIRI RENDAH

HARGA DIRI RENDAH

1. Pengertian

Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri

yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan

diri. Adanya perasaan hilang percaya diri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai

keinginan ideal diri (Keliat, 2004).

Gangguan harga diri rendah adalah penilaian negatif seseorang terhadap diri dn

kemampuan, yang diekspresikan secara langsung (Schult & Videbeck, 2003).

Gangguan harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau

kemampuan diri yang negatif yang dapat secara langsung atau tidak langsung

diekspresikan (Towsend, 2005).

2. Etiologi

1) Faktor Presdiposisi menurut Stuart & Sundeen (2002) sebagai berikut :

a. Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi :

a) Penolakan orang tua,

b) Harapan orang tua yang tidak realistis,

c) Kegagalan yang berulang,

d) Kurang mempunyai tanggung jawab yg personal,

e) Ketergantungan pada orang lain,

f) Ideal diri yang tidak realistis.

b. Faktor yang mempengaruhi penampilan peran Meliputi sreotif peran gender,

terutama peran kerja dan harapan peran budaya.

c. Faktor yang mempengaruhi identitas diri meliputi :

a) Ketidakpercayaan orang tua,

b) Tekanan dari kelompok sebaya,

c) Perubahan struktur sosial.

2) Faktor presipitasi menurut Stuart & Sundeen (2002) dapat berasal dari sumber internal

dan eksternal yaitu :

a. Trauma Seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan peristiwa

yang mengancam kehidupan.

b. Ketegangan peran Berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dan

individu mengalaminya sebagai frustasi. Ada tiga jenis transisi peran, yaitu :

Page 2: HARGA DIRI RENDAH

a) Transisi peran perkembangan Adalah perubahan normative yang berkaitan

dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam

kehidupan individu atau keluarga dan norma-norma budaya, nilai-nilai serta

tekanan untuk menyesuaikan diri.

b)Transisi peran situasi Terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota

keluarga melalui kelahiran atau kematian.

c) Transisi peran sehat-sakit Terjadi akibat pergeseran dari keadaan sehat

kekeadaan sakit, transisi ini dicetuskan oleh :

1. Kehilangan anggota tubuh

2. Perubahan ukuran, bentuk, penampilan atau fungsi tubuh

3. Perubahan fisik yang berhubungan dengan tumbuh kembang

4. Prosedur medis dan keperawatan.

3. Rentang respon

1.      Aktualisasi diri : pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar

belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima

2.      Konsep diri positif apabila individu mempunyai pengalaman yang positif dalam

beraktualisasi diri dan menyadari hal –hal positif maupun yang negative dari dirinya

3.      Harga diri rendah: individu cenderung untuk menilai dirinya negative dan merasa

lebih rendah dari orang lain

4.      Identitas kacau: kegagalan individu mengintegrasikan aspek – aspek identitas masa

kanak – kanak ke dalam kematangan aspek psikososial kepribadian pada masa dewasa

yang harmonis

5.      Depersonalisasi: perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri sendiri yang

berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan dirinya

dengan orang lain.

Page 3: HARGA DIRI RENDAH

4. Tanda dan gejala

Menurut Carpenito, L.J (2003 : 352); Keliat, B.A (2001 : 20)

a) Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan terhadap

penyakit. Misalnya : malu dan sedih karena rambut jadi botak setelah mendapat

terapi sinar pada kanker

b) Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya : ini tidak akan terjadi jika saya segera

ke rumah sakit, menyalahkan/ mengejek dan mengkritik diri sendiri.

c) Merendahkan martabat. Misalnya : saya tidak bisa, saya tidak mampu, saya orang

bodoh dan tidak tahu apa-apa

d) Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri. Klien tidak ingin bertemu dengan

orang lain, lebih suka sendiri.

e) Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan, misalnya tentang memilih

alternatif tindakan.

f) Mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang suram,

mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.

5. Mekanisme koping

Menurut Keliat (1998), mekanisme koping pada klien dengan gangguan konsep diri

dibagi dua yaitu:

1.      Koping jangka pendek

a.   Aktivitas yang memberikan kesempatan lari sementara dari krisis, misalnya :

pemakaian obat, ikut musik rok, balap motor, olah raga berat dan obsesi nonton

televisi.

b.   Aktivitas yang memberi kesempatan mengganti identitas, misalnya: ikut

kelompok tertentu untuk mendapat identitas yang sudah dimiliki kelompok,

memiliki kelompok tertentu, atau pengikut kelompok tertentu.

c.   Aktivitas yang memberi kekuatan atau dukungan sementara terhadap konsep

diri atau identitas diri yang kabur, misalnya: aktivitas yang kompetitif, olah raga,

prestasi akademik, kelompok anak muda.

d.   Aktivitas yang memberi arti dari kehidupan, misalnya: penjelasan tentang

keisengan akan menurunnya kegairahan dan tidak berarti pada diri sendiri dan

orang lain.

2.   Koping jangka panjang

Page 4: HARGA DIRI RENDAH

Semua koping jangka pendek dapat berkembang menjadi koping jangka panjang.

Penyelesaian positif akan menghasilkan ego identitas dan Keunikan individu.

Identitas negatif merupakan rintangan terhadap nilai dan harapan masyarakat. Remaja

mungkin menjadi anti sosial, ini dapat disebabkan karena ia tidak mungkin mendapatkan

identitas yang positif. Mungkin remaja ini mengatakan “saya mungkin lebih baik

menjadi anak tidak baik”.

Individu dengan gangguan konsep diri pada usia lanjut dapat menggunakan ego-oriented

reaction (mekanisme pertahanan diri) yang bervariasi untuk melindungi diri. Macam

mekanisme koping yang sering digunakan adalah : fantasi, disosiasi, isolasi, proyeksi.

Dalam keadaan yang semakin berat dapat terjadi deviasi perilaku dan kegagalan

penyesuaian sebagai berikut: psikosis, neurosis, obesitas, anoreksia, nervosa, bunuh diri

criminal, persetubuhan dengan siapa saja, kenakalan, penganiayaan

6. Pohon masalah

Resiko perilaku kekerasan

^

Harga diri rendah

^

Koping individu tidak efektif

7. Masalah keperawatan yang perlu dikaji

8. Diagnosa kepereawatan

a) Harga Diri Rendah Kronis

b)  Koping Individu Tidak Efektif

c) Isolasi Sosial

Page 5: HARGA DIRI RENDAH

9. Rencana tindakan keperawatan

Tgl

No

Dx

Dx

keperawaatan

Perencanaan

Tujuan Kreteria Evaluasi Intervensi

Gangguan

konsep diri:

harga diri

rendah

TUM:

Klien memiliki

konsep diri

yang positif

TUK:

1.      Klien

dapat membina

hubungan

saling percaya

dengan perawat

1.      Klien menunjukan

ekspresi wajah bersahabat,

menunjukan rasa senang,

ada kontak mata, mau

berjabat tangan, mau

menyebutkan nama, mau

menjawab salam, klien

mau duduk berdampingan

dengan perawat, mau

mengutarakan masalah

yang dihadapi

1.      Membina hubungan

saling percaya dengan

menggunakan prinsip

komunikasi terapeutik :

–          Sapa klien dengan

ramah baik verbal maupun

non verbal.

–          Perkenalkan diri

dengan sopan.

–          Tanyakan nama

lengkap dan nama

panggilan yang disukai

klien.

–          Jelaskan tujuan

pertemuan

–          Jujur dan menepati

janji

–          Tunjukan sikap

empati dan menerima

klien apa adanya.

–          Beri perhatian dan

perhatikan kebutuhan

dasar klien.

Page 6: HARGA DIRI RENDAH

2.      Klien

dapat

mengdentifikasi

aspek positif

dan

kemampuan

yang dimiliki

2.      Klien menyebutkan:

–          Aspek positif dan

kemampuan yang dimiliki

klien

–          Aspek positif

keluarga

–          Aspek positif

lingkungan klien

2.1  Diskusikan dengan

klien tentang:

–          Aspek positif yang

dimiliki klien, keluarga,

lingkungan.

–          Kemampuan yang

dimiliki klien.

2.2  Bersama klien buat

daftar tentang:

–          Aspek positif

klien, keluarga,

lingkungan

–          Kemampuan yang

dimiliki klien

2.3  Beri pujian yang

realistis, hindarkan

memberi penilaian negatif.

3.      Klien

dapat menilai

kemampuan

yang dimiliki

untuk

dilaksanakan

3.0  Klien mampu

menyebutkan  kemampuan

yang dapat dilaksanakan.

3.1  Diskusikan dengan

klien kemampuan yang

dapat dilaksanakan

3.2  Diskusikan

kemampuan yang dapat

dilanjutkan

pelaksanaanya.

4.      Klien

dapat

merencanakan

kegiatan sesuai

dengan

kemampuan

yang dimiliki

4.0  Klien mampu

membuat rencana kegiatan

harian

4.1  Rencanakan bersama

klien aktivitas yang dapat

dilakukan klien sesuai

dengan kemampuan klien:

–          Kegiatan mandiri

–          Kegiatan dengan

bantuan

4.2  Tingkatkan kegiatan

Page 7: HARGA DIRI RENDAH

sesuai kondisi klien.

4.3  Beri contoh cara

pelaksanaan kegiatan yang

dapat klien lakukan.

5.      Klien

dapat

melakukan

kegiatan sesuai

rencana yang

dibuat.

5.0  Klien dapat

melakukan kegiatan sesuai

jadwal yang dibuat.

5.1  Anjurkan klien untuk

melaksanakan kegiatan

yang telah direncanakan.

5.2  Pantau kegiatan yang

dilaksanakan klien.

5.3  Beri pujian atas usaha

yang dilakukan klien.

5.4  Diskusikan

kemungkinan pelaksanaan

kegiatan setelah pulang.

6.      Klien

dapat

memanfaatkan

sistem

pendukung

yang ada

6.0  Klien mampu

memanfaatkan sistem

pendukung yang ada

dikeluarga

6.1  Beri pendidikan

kesehatan kepada keluarga

tentang cara merawar

klien dengan harga diri

rendah.

6.2  Bantu keluarga

memberikan dukungan

selama klien dirawat.

6.3  Bantu klien

menyiapkan lingkungan

dirumah.

Daftar Pustaka

Page 8: HARGA DIRI RENDAH

Boyd dan Nihart. (1998). Psychiatric Nursing& Contemporary Practice.  1st      edition.

Lippincot- Raven     Publisher: Philadelphia.

Carpenito, Lynda Juall. (2003). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC:   Jakarta.

Keliat, Budi Anna dll. (2001). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa.. EGC: Jakarta.

Schultz dan Videback. (1998). Manual Psychiatric Nursing Care Plan. 5th edition.

Lippincott- Raven Publisher: philadelphia.

Stuart dan Sundeen. (1999). Buku Saku Keperawatan Jwa. Edisi 3. EGC: Jakarta.

Townsend. (1995). Nursing Diagnosis in Psychiatric Nursing a Pocket Guide for Care Plan

Construction. Edisi 3.Jakarta : EGC

DAFTAR PUSTAKA Capernito, LJ. 2008. Diagnosa Keperawatan: Aplikasi pada Praktik

Klinis. Jakarta: EGC. Keliat, Budi A. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Edisi 2.

Jakarta: EGC. Purwaningsih, Wahyu. Karlina, Ina. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa.

Jogjakarta: Nuha Medika Press. Stuart and Sundeen. 2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa.

Jakarta : EGC Towsend, Mary C. 2005. Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri.

Jakarta : EGC

Page 9: HARGA DIRI RENDAH

MENARIK DIRI

1. Pengertian

Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksidengan orang lain,

menghindari hubungan dengan orang lain(Rawlins,1993).

Menurut Carpenito (2001), Menarik diri adalah suatu usaha untuk menghindari

interaksi dengan orang lain dan kemudian menghindari berhubungan, ini merupakan

pertahanan terhadap stresor dan ansietas !ang berhubungan dengan suatu stresor atau

ancaman.

Perilaku menarik diri adalah suatu usaha menghindari interaksi dengan orang lain.

Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan tidak menyadari kesempatan

untuk berhubungan secara spontan dengan orang lain yang dimanifestasikan dengan

sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian dan tidak sanggup membagi pengalaman

dengan orang lain (Budi Anna Keliat, 1999).

2. Etiologi

Salah satu penyebab dari menarik diri adalah harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.Gejala Klinis :  Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap penyakit (rambut botak karena terapi).  Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri).  Gangguan hubungan sosial (menarik diri).  Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan).  Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang suram, mungkin klien akan mengakiri kehidupannya.

( Budi Anna Keliat, 1999)

3. Faktor predisposisi dan presipitasi

a. Factor presdisposisi

1) Faktor tumbuh kembang

Pada masa tumbuh kembang seorang individu, ada perkembangan tugas yang harus

terpenuhi agar tidak terjadi gangguan dalam hubungan sosial. Tugas perkembangan ini

pada masing-masing tahap tumbuh kembang mempunyai spesifikasi sendiri-sendiri. Bila

Page 10: HARGA DIRI RENDAH

tugas-tugas dalam perkembangan ini tidak terpenuhi, misalnya pada fase oral dimana

tugas dalam membentuk rasa saling percaya tidak terpenuhi, akan menghambat fase

perkembangan selanjutnya.

2) Faktor komunikasi keluarga

Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor pendukung untuk terjadinya

gangguan dalam hubungan sosial atau isolasi sosial. Dalam teori ini termasuk

komunikasi yang tidak jelas (double blind) dimana seorang anggota keluarga menerima

pesan yang sering bertentanggan dalam waktu bersamaan ekspresi emosi yang tinggi

dalam keluarga untuk berhubungan di luar lingkungan keluarga (pingit).

3) Faktor sosial budaya

Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan sosial merupakan satu faktor

pendukung untuk terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Hal ini disebabkan oleh

norma yang dianut oleh keluarga yang salah, dimana setiap anggota keluarga yang tidak

produktif diasingkan dari orang lain (lingkungan sosial). Misalnya pada usia lanjut,

penyakit kronis dan penyandang cacat. Tidak nyata harapan dalam hubungan sosial

dengan orang lain merupakan faktor pendukung terjadinya gangguan hubungan sosial.

4) Faktor biologi

Faktor keturunan juga merupakan faktor pendukung terjadinya gangguan dalam

hubungan sosial. Organ tubuh yang jelas mengalami perubahan adalah otak misalnya :

pada pasien schizofrenia terdapat abnormal dari organ tersebut adalah atropi otak,

menurunkan berat otak secara dramatis, perubahan ukuran dan bentuk sel-sel dalam

limbik dan daerah kortikol (Keliat, 1994)

b. Faktor Presipitasi

1) Faktor perkembangan

Tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan akan mencetuskan seorang

sehingga mempunyai masalah respon sosial maladaptif. Sistem keluarga yang terganggu

dapat menunjang perkembangan respon maladaptif. Beberapa orang percaya bahwa

individu yang mempunyai masalah ini adalah orang yang tidak berhasil memisahkan

dirinya dari orang tua. Norma keluarga mungkin tidak mendukung hubungan keluarga

dengan pihak lain di luar keluarga. Peran keluarga sering kali tidak jelas. Orang tua

pecandu Alkohol dan penganiaya anak juga dapat mempengaruhi seseorang berespon

sosial maladaptif. Organisasi anggota keluarga bekerjasama dengan tenaga profesional

untuk mengembangkan gambaran yang lebih tepat tentang hubungan antara kelainan

Page 11: HARGA DIRI RENDAH

jiwa dengan stres keluarga. Pendekatan kolaboratif sewajarnya mengurangi menyalahkan

keluarga oleh tenaga profesional.

2) Faktor Biologi

Faktor genetik dapat menunjang terhadap respon sosial maladaptif.

3) Faktor Sosial-kultural

Isolasi sosial merupakan faktor dalam gangguan berhubungan. Ini akibat dari norma

yang tidak mendukung pendekatan orang lain, atau tidak menghargai anggota

masyarakat yang tidak produktif, seperti lansia, orang cacat dan berpenyakit kronis.

Isolasi dapat terjadi karena menghadapi norma, perilaku dan sistem nilai yang berbeda

dari kelompok budaya mayoritas. Harapan yang tidak realistik terhadap hubungan

merupakan faktor yang berkaitan dengan gangguan ini.

4. Rentang respon

1. Respon adaptif adalah respon yang masih dapat diterima oleh

norma –norma sosial dan kebudayaan secara umum yang berlaku di

masyarakat. Respon adaptif terdiri dari :

1. 1.     Menyendiri(Solitude): Merupakan respons yang

dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang telah

dilakukan di lingkungan sosialnya dan suatu cara mengevaluasi

diri untuk menentukan langkah selanjutnya. Solitude umumnya

dilakukan setelah melakukan kegiatan.

2. 2.     Otonomi: Merupakan kemampuan individu untuk

menentukan dan menyampaikan ide-ide pikiran, perasaan dalam

hubungan sosial.

Page 12: HARGA DIRI RENDAH

3. 3.     Bekerja sama (mutualisme): adalah suatu kondisi dalam

hubungan interpersonal dimana individu tersebut mampu untuk

saling memberi dan menerima.

4. 4.     Saling tergantung (interdependen): Merupakan kondisi

saling tergantung antara individu dengan orang lain dalam

membina hubungan interpersonal.

2. B.     Respon maladaptive

Respon maladaptif adalah respon yang menimbulkan gangguan dengan berbagai tingkat

keparahan (Stuart dan Sundeen, 1998). Respon maladaptif terdiri dari :

1. 1.     Menarik diri: merupakan suatu keadaan dimana seseorang

menemukan kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka

dengan orang lain.

2. 2.     Manipulasi: Merupakan gangguan hubungan sosial yang

terdapat pada individu yang menganggap orang lain sebagai objek.

Individu tersebut tidak dapat membina hubungan sosial secara

mendalam.

3. 3.     Impulsif: Individu impulsif tidak mampu merencanakan

sesuatu, tidak mampu belajar dari pengalaman, tidak dapat

diandalkan.

4. 4.     Narkisisme: Pada individu narkisisme terdapat harga diri

yang rapuh, secara terus menerus berusaha mendapatkan

penghargaan dan pujian, sikap egosenetris, pencemburuan, marah

jika orang lain tidak mendukung.

5. 5.     Tergantung (dependen): terjadi bila seseorang gagal

mengembangkan rasa percaya diri atau kemampuannya untuk

berfungsi secara sukses.

6. 6.     Curiga: Terjadi bila seseorang gagal mengembangkan rasa

percaya dengan orang lain. Kecurigaan dan ketidakpercayaan

diperlihatkan dengan tanda-tanda cemburu, iri hati, dan berhati-

hati. Perasaan individu ditandai dengan humor yang kurang, dan

individu merasa bangga dengan sikapnya yang dingin dan tanpa

emosi.

5. Tanda dan gejala

Tanda dan gejala pada pasien dengan menarik diri menurut Keliat (1998) adalah:1)      Aptis, ekspresi sedih, afek tumpul

Page 13: HARGA DIRI RENDAH

2)      Menghindar dari orang lain (menyendiri), klien tampak memisahkan diri dari orang lain.3)      Komunikasi kurang atau tidak ada, pasien tidak nampak bercakap-cakap dengan pasien lain atau perawat.4)      Tidak ada kontak mata5)      Pasien lebih sering menunduk6)      Berdiam diri dikamar atau tempat terpisah. Pasien kurang mobilitasnya7)      Menolak berhubungan dengan orang lain8)      Tidak melakukan kegiatan sehari-hari9)      Kurang harga diri10)  Jika ditanya jawabanya singkat

6. Mekanisme koping

7. Pohon masalah

Resiko perubahan sensori persepsi

^

Isolasi sosial: menarik diri

^

Gangguan harga diri: harga diri rendah

8. Masalah keperawatan yang perlu dikaji

1) Masalah keperawatan:

a) Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi…

b) Isolasi sosial: menarik diri

c) Gangguan konsep diri: harga diri rendah

2) Data yang perlu dikaji

a. Resiko perubahan persepsi sensori : halusinasi

Data Subjektif:

▪ Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan dengan stimulus

nyata

▪ Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata

▪ Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus

▪ Klien merasa makan sesuatu

▪ Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya

Page 14: HARGA DIRI RENDAH

▪ Klien takut pada suara/bunyi/gambar yang dilihat dan didengar

▪ Klien ingin memukul/melempar barang-barang

Data Objektif:

▪Klien berbicara dan tertawa sendiri

▪ Klien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu

▪ Klien berhebti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu

▪ Disorientasi

b. Isolasi Sosial : menarik diri

Data Subyektif:

Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh,

mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.

Data Obyektif:

Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif

tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup.

c. Gangguan konsep diri : harga diri rendah

Data subyektif:

▪ Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh,

mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.

Data obyektif:

▪ Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif

tindakan, ingin mencederai diri / ingin mengakhiri hidup.

9. Diagnosa kepereawatan

1.       Isolasi sosial: menarik diri2.       Gangguan konsep diri : harga diri rendah

10. Rencana tindakan keperawatan

Diagnosa 1: menarik diriTujuan Umum :Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi halusinasiTujuan Khusus  :1.       Klien dapat membina hubungan saling percaya

Page 15: HARGA DIRI RENDAH

Tindakan :1.1 Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi

terapeutik dengan cara :a.       Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbalb.      Perkenalkan diri dengan sopanc.       Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukaid.      Jelaskan tujuan pertemuane.       Jujur dan menepati janjif.       Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanyag.      Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien

2.       Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diriTindakan:2.1        Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya.2.2        Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab

menarik diri atau mau bergaul2.3        Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta

penyebab yang muncul2.4        Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya

3.       Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.Tindakan :3.1          Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi (

tidur, marah, menyibukkan diri dll)3.2          Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan

dengan orang lain :a.       Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang

keuntungan berhubungan dengan prang lainb.      Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang

lainc.       Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan

perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain3.3          Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan

orang laina.       beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan dengan

orang lainb.      diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan

orang lainc.       beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan

perasaan tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain

4.       Klien dapat melaksanakan hubungan sosial

Page 16: HARGA DIRI RENDAH

Tindakan:4.1        Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain4.2        Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain melalui tahap :

▪         K – P▪         K – P – P lain▪         K – P – P lain – K lain▪         K – Kel/Klp/Masy

4.3        Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai.4.4        Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan4.5        Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu4.6        Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan4.7        Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan

5.       Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lainTindakan:

5.1      Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan orang lain

5.2      Diskusikan dengan klien tentang perasaan masnfaat berhubungan dengan orang lain.

5.3      Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan manfaat berhubungan dengan oranglain

6.       Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluargaTindakan:

6.1        Bina hubungan saling percaya dengan keluarga :▪         Salam, perkenalan diri▪         Jelaskan tujuan▪         Buat kontrak▪         Eksplorasi perasaan klien

6.2        Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :▪         Perilaku menarik diri▪         Penyebab perilaku menarik diri▪         Akibat yang terjadi jika perilaku menarik diri tidak ditanggapi▪         Cara keluarga menghadapi klien menarik diri

6.3        Dorong anggota keluarga untukmemberikan dukungan kepada klien untuk berkomunikasi dengan orang lain.

6.4        Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk klien minimal satu kali seminggu

6.5        Beri reinforcement positif positif atas hal-hal yang telah dicapai oleh keluarga

Diagnosa 2 : harga diri rendahTujuan Umum :Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal Tujuan khusus :

Page 17: HARGA DIRI RENDAH

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya

Tindakan :1.1 Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi

terapeutik dengan cara :a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal

b. Perkenalkan diri dengan sopan

c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai

d. Jelaskan tujuan pertemuan

e. Jujur dan menepati janji

f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya

g. Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien

2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

Tindakan:2.1  Diskusikan kemampuan  dan aspek positif yang dimiliki klien2.2  Setiap bertemu klien hindarkan dari memberi penilaian negatif2.3  Utamakan memberikan pujian yang realistik

3. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan

Tindakan:3.1.      Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama

sakit.3.2.      Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya.

4. Klien dapat (menetapkan) merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki

Tindakan:4.1.      Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai

kemampuan▪         Kegiatan mandiri▪         Kegiatan dengan bantuan sebagian▪         Kegiatan yang membutuhkan bantuan total

4.2.      Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.4.3.      Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan

5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya

Tindakan:5.1.        Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah  

direncanakan5.2.        Beri pujian atas keberhasilan klien.5.3.        Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah

6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada

Tindakan:

Page 18: HARGA DIRI RENDAH

6.1  Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga diri rendah.

6.2  Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat.6.3  Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah

DAFTAR PUSTAKA1.      Azis R, dkk. Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang : RSJD Dr. Amino

Gondoutomo. 20032.      Boyd MA, Hihart MA. Psychiatric nursing : contemporary practice. Philadelphia :

Lipincott-Raven Publisher. 19983.      Budi Anna Keliat. Asuhan Klien Gangguan Hubungan Sosial: Menarik Diri. Jakarta :

FIK UI. 19994.      Keliat BA. Proses kesehatan jiwa. Edisi 1. Jakarta : EGC. 19995.      Stuart GW, Sundeen SJ. Buku saku keperawatan jiwa. Edisi 3. Jakarta : EGC. 19986.      Tim Direktorat Keswa. Standar asuhan keperawatan kesehatan jiwa. Edisi 1.

Bandung : RSJP Bandung. 2000

Carpenito, L.J., !998. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 6. Alih Bahasa : Yasmin Asih. Editor Monica Aster, Jakarta : EGC.

Keliat, Budi Anna. 1998. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Editor Yasmin Asih, Jakarta : EGC

------------------,2000. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Editor Yasmin Asih, Jakarta : EGC.

Townsend, M. C., 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri. Edisi 3. Alih Bahas Novi Helena. Rditor Monica Ester, Jakarta : EGC.

Rasmun, 2001, Kepwrawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan Keluarga.  Edisi Pertama, Jakarta : CV, Sagung Seto.

Struart, G.W., S undeen, S.J., 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3, Jakarta.