Hanif's Scripti
-
Upload
nurudinhanif -
Category
Documents
-
view
987 -
download
2
description
Transcript of Hanif's Scripti
i
SKRIPSI
ANALISIS PENGARUH RETURN ON ASSETS, CURRENT RATIO
DAN DEBT RATIO TERHADAP DIVIDEN PADA INDUSTRI
MAKANAN KONSUMSI YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA
OLEH :
NURUDIN HANIF
STB: 09.401.031
PROGRAM STUDI : AKUNTANSI
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI
YAYASAN PENDIDIKAN UJUNG PANDANG
MAKASSAR
2011
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Diterangkan bahwa skripsi yang disusun oleh:
Nama : Nurudin Hanif
Nomor Pokok Mahasiswa : 09.401.031
Jurusan : Akuntansi
Jenjang Program : Strata Satu (S1)
Judul : Analisis Pengaruh Return On Assets, Current Ratio
Dan Debt Ratio Terhadap Dividen Pada Industri
Makanan Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia
Telah kami periksa, perbaiki dan menyetujui skripsi ini untuk memenuhi syarat guna
memperoleh Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi
Makassar, Agustus 2011
Disetujui Oleh :
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Drs. Eldi Manca, M.Si, Ak Drs. Idham Mannaga, MM
iii
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji pada hari Sabtu, tanggal 20
Agustus 2011 dan diterima oleh Panitia Ujian Skripsi yang dibentuk berdasarkan Surat
Keputusan Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Yayasan Pendidikan Ujung Pandang
(YPUP) Nomor: 33/it/III-A/50/08/2011 tanggal 19 Agustus 2011 untuk memenuhi syarat guna
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Yayasan
Pendidikan Ujung Pandang (YPUP) dengan susunan Panitia Skripsi sebagai berikut:
Pengawas Ujian : Pembina STIE, STKIP-YPUP
Ketua : DR. H. M. Kamal Hidjaz, SH., MH.
Sekretaris : Drs.H.Muhammad Basir, M.Si
Anggota : 1. Hadidu, SE., MM.
2. Rohani, SE., M.Pd
Tim Penguji : 1. Drs. Eldi Manca, M.Si, Ak. (……………….......)
2. Sultan Iskandar SE, MM (……………….......)
3. Hj.Rusdiah Hasanuddin, SE, M.Si, Ak. (……………….......)
4. Nur Alimin Aziz, S.E, M.Si, Ak. (……………….......)
Makassar, 20 Agustus 2011
Ketua STIE – YPUP
DR. H. M. Kamal Hidjaz, SH., MH.
iv
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh
Alhamdulillahirabbil ‘aalamin. Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan segala karunia, rahmat dan hidayah-Nya, sehingga di bulan Ramadhan ini
penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan lancar. Sholawat dan salam
semoga tetap tercurah kepada Rasullullah Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan para
pengikut beliau yang mengikuti ajaran beliau sampai hari akhir kelak. Skripsi yang saya
kerjakan ini dipergunakan untuk memenuhi prasyarat kelulusan strata 1 pada Program Studi
Akuntansi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Yayasan Pendidikan Ujung Pandang.
Penulis menyadari tanpa dorongan, bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak
akan sulit untuk dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karenanya, penulis mengucapkan
terima kasih yang dalam dan penghargaan yang tinggi kepada:
1. Bapak dan ibu tercinta, Drs. Muhammad Ali dan Dra. Nuryati Masrurotun, atas doa restu,
nasihat, kasih sayang, kesabaran dan dukungan yang tiada habis-habisnya kepada penulis.
Semoga Allah senantiasa memberikan kasih sayang-Nya sebagaimana ketika kalian telah
mengasihiku ketika masih kecil. Juga kepada Mbak Alif, Mas Endro, Dik Nikmah dan Dik
Dian atas segala dukungannya.
2. Bapak DR. H. M. Kamal Hidjaz S.H, M.H selaku Ketua STIE-YPUP dan Bapak Sultan
Iskandar SE, MM selaku Ketua Program Studi Akuntansi STIE-YPUP
3. Bapak Drs. Sri Haryoso Suliyanto, M.Si selaku Kepala Perwakilan BPK RI Perwakilan
Provinsi Sulawesi Barat yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk menyelesaikan
pendidikan S-1 pada STIE-YPUP.
v
4. Drs. Eldi Manca, M.Si, Ak. dan Drs. Idham Mannaga, MM. Selaku dosen pembimbing
yang telah dengan sabar memberikan bimbingan, arahan, dorongan dan semangat kepada
penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.
5. Bapak Drs.H.Muhammad Basir, M.Si, Bapak Nur Alimin Aziz, S.E, M.Si, Ak, Ibu Hj.
Rusdiah Hasanuddin, SE, M.Si, Ak, Bapak Drs. H. Kamaruddin DP, Ak, dan Bapak
Yusriadi Hala, SE, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak masukan,
kritik dan saran bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
6. Mas Fahmin dan Mbak Dian beserta seluruh staf pada Pusat Informasi Pasar Modal
(PIPM) Bursa Efek Indonesia di Makassar atas data referensi dan fasilitasnya.
7. Para dosen dan seluruh staf pengajar Fakultas Ekonomi STIE-YPUP yang telah
memberikan bekal ilmu yang bermanfaat bagi penulis.
8. Teman-temanku, Hera, Inna, Ike, Rafiqa, Nia, Nani, Yeni, Desi, Yos, Mulyadi dan masih
banyak yang lain yang tak bisa disebutkan di sini satu persatu, terimakasih atas motivasi
dan dorongannya, serta kerjasama selama kuliah di STIE-YPUP.
9. Rekan sekantor di BPK RI Perwakilan Provinsi Sulawesi Barat; Ibu Nurul Sa’diyah,
Yonas, Dimaz, Kang Indra, Herry dan seluruh rekan, atas kerjasama yang baik dan
dukungan bagi penulis untuk segera menyelesaikan kuliah.
10. Berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah memberikan
bantuan baik moril maupun materiil.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis ucapkan terima kasih dan semoga
amal dan kebaikan yang telah diberikan mendapatkan balasan yang lebih baik dari Allah
SWT.
vi
Penulis menyadari bahwa karya ini tidak luput dari kekurangan dan
ketidaksempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
demi perbaikan di masa mendatang. Semoga karya kecil ini dapat bermanfaat bagi pembaca,
dapat menjadi sumbangan bagi almamater tercinta dan dapat menjadi catatan dari amal
kebaikan penulis. Amin ya robbil’alamin.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh
Makassar, 19 Agustus 2011
Penulis
Nurudin Hanif
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................................... ii
PENGESAHAN........................................................................................................ iii
KATA PENGANTAR ............................................................................................. iv
DAFTAR ISI ............................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL .................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian ................................................................................... 4
D. Kegunaan Penelitian ............................................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Analisis Rasio Keuangan ....................................................................... 5
B. Return On Assets ................................................................................... 6
C. Current Ratio .......................................................................................... 8
D. Debt Ratio .............................................................................................. 9
E. Pasar Modal ............................................................................................ 11
F. Dividen ................................................................................................... 13
G. Hipotesis ................................................................................................ 26
viii
BAB III METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................. 27
B. Jenis dan Sumber Data ........................................................................... 27
C. Metode Pengumpulan Data .................................................................... 28
D. Metode Analisis ..................................................................................... 29
E. Definisi Operasional ............................................................................... 29
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia ................................................... 31
B. Struktur Organisasi Bursa Efek Indonesia ............................................. 33
C. Gambaran Umum Objek Penelitian ....................................................... 38
D. Prosedur Analisa Data ........................................................................... 45
E. Analisis Deskriptif .................................................................................. 46
F. Uji Asumsi Klasik .................................................................................. 51
G. Analisis Regresi dan Koefisien Determinasi ......................................... 57
H. Pengujian Hipotesis ............................................................................... 59
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................................ 65
B. Saran ....................................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Hasil Perhitungan Dividend Payout Ratio (DPR) ...................................... 46
Tabel 2 Hasil Perhitungan Return On Assets (ROA) ............................................... 47
Tabel 3 Hasil Perhitungan Current Ratio (CR) ....................................................... 48
Tabel 4 Hasil Perhitungan Debt Ratio (DR) ............................................................ 49
Tabel 5 Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov .................................. 52
Tabel 6 Hasil Uji Multikolinearitas ......................................................................... 54
Tabel 7 Hasil Uji Autokorelasi dengan Durbin-Watson .......................................... 54
Tabel 8 Hasil Perhitungan Regresi Berganda .......................................................... 57
Tabel 9 Hasil Perhitungan Koefisien Determinasi .................................................. 58
Tabel 10 Hasil Uji F .................................................................................................. 60
Tabel 11 Hasil Uji t .................................................................................................... 61
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Struktur Organisasi Bursa Efek Indonesia .............................................. 33
Gambar 2 Hasil Uji Normalitas dengan Normal P-P Plots...................................... 53
Gambar 3 Hasil Uji Autokorelasi dengan Durbin-Watson ...................................... 55
Gambar 4 Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Scatterplot ................................... 56
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Perhitungan Dividend Payout Ratio (DPR)
Lampiran 2 Perhitungan Return On Assets (ROA)
Lampiran 3 Perhitungan Current Ratio (CR)
Lampiran 4 Perhitungan Debt Ratio (DR)
Lampiran 5 Output SPSS
Lampiran 6 Tabel F, signifikansi 0.05
Lampiran 7 Tabel t, signifikansi 0.05
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ketika menanamkan modal di perusahaan emiten, pemegang saham
mempunyai harapan akan mendapatkan keuntungan dari modal yang
ditanamkannya itu. Keuntungan tersebut dapat diperoleh melalui capital gain
(selisih lebih harga saham pada saat menjual dan membeli saham), pembagian
dividen atau berupa penguasaan manajerial suatu perusahaan.
Dividen adalah pembagian laba bersih perusahaan kepada pemegang
saham berdasarkan banyaknya saham yang dimiliki. Ada dua jenis dividen yang
bisa diperoleh pemegang saham, yaitu dividen kas dan non kas. Dividen kas (cash
dividend) adalah dividen yang dibayar oleh emiten kepada pemegang saham
dalam bentuk uang tunai. Dividen non kas adalah dividen yang dibayarkan dalam
bentuk saham (stock dividend) atau aktiva lainnya dengan proporsi tertentu.
Pembagian dividen bergantung pada kebijakan dividen yang ditetapkan
oleh perusahaan. Kebijakan dividen ini menjadi penting karena melibatkan
beberapa pihak yang berkepentingan yaitu kepentingan para pemegang saham
dengan dividennya, kepentingan perusahaan dengan laba ditahan (retained
earning)-nya dan kepentingan kreditor atas pelunasan piutang-piutangnya.
Ditinjau dari kepentingan perusahaan emiten, kebijakan dividen yang
optimal sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan perusahaan di masa yang akan
datang karena pembagian dividen kas akan mengurangi kas dan laba ditahan yang
merupakan sumber pembiayaan internal perusahaan. Perusahaan yang
2
mengandalkan sumber pembiayaan internal daripada menjual saham atau obligasi
mempunyai kecenderungan untuk tidak membayar dividen secara kas dan nantinya
dapat digunakan sebagai modal perusahaan.
Di lain pihak ditinjau dari kepentingan pemegang saham, terutama bagi
pemegang saham jangka menengah, distribusi keuntungan perusahaan dalam
bentuk dividen yang tinggi dan stabil merupakan salah satu tujuan yang
diharapkan investor dari kepemilikan saham. Sedangkan bagi pemegang saham
yang membeli saham untuk kepentingan jangka panjang, relatif lebih
menginginkan pengembangan modal perusahaan sehingga tidak terlalu menuntut
untuk dibagikan dividen. Dari penjelasan ini dapat diketahui bahwa kebijakan
dividen yang tepat sangat diperlukan untuk memenuhi harapan pihak perusahaan
dan pihak pemegang saham.
Selain untuk memenuhi harapan pihak perusahaan dan pihak pemegang
saham dalam pembagian dividen, kebijakan dividen juga berguna bagi investor
yang akan menanamkan modalnya di perusahaan. Perubahan pengumuman
pembayaran dividen mengandung informasi yang dapat digunakan para investor
untuk mengambil keputusan dalam berinvestasi. Perubahan ini juga akan
mempengaruhi nilai saham perusahaan, sehingga seringkali dividen digunakan
sebagai indikator atau sinyal prospek suatu perusahaan di masa mendatang.
Besarnya dividen kas yang dibayar oleh perusahaan diduga berkaitan
dengan kinerja keuangan perusahaan. Apabila perusahaan mempunyai kinerja
keuangan yang baik diduga perusahaan dapat mempertahankan kemampuannya
untuk membayar dividen kepada para pemegang saham.
3
Bagi pemegang saham, semakin besar Return On Assets (ROA)
menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik, sehingga wajar jika
pemegang saham mengharapkan pembagian dividen kas jika ROA meningkat.
Demikian juga apabila current ratio meningkat, maka pemegang saham
mempunyai harapan bahwa perusahaan akan mempunyai kemampuan untuk
membagi dividen kas. Sebalikya jika debt ratio perusahaan emiten meningkat,
maka pemegang saham tidak mengharapkan perusahaan membagikan dividen kas
karena terlebih dahulu akan digunakan untuk menutup utang-utang perusahaan.
Bagi perusahaan emiten, pertimbangan yang digunakan untuk
memutuskan pembagian dividen kas tidak semudah itu. Perusahaan emiten akan
mempunyai banyak pertimbangan yang kadangkala bertentangan dengan harapan
dari pemegang saham. Ketika terjadi pertentangan seperti ini, segala teori yang
berkaitan dengan pembagian dividen kas, faktor ROA, current ratio, debt ratio
dan rasio-rasio keuangan lainnya tidak dipertimbangkan dalam pembagian cash
dividend karena keputusan akhir untuk membagi dividen kas berada sepenuhnya
di tangan manajemen perusahaan emiten, khususnya RUPS.
Berdasarkan uraian di atas, maka ingin diteliti Return On Assets,
Current Ratio dan Debt Ratio yang diduga berpengaruh terhadap dividen kas.
Dividen kas dalam hal ini direpresentasikan oleh dividend payout ratio pada setiap
perusahaan yang bergerak di bidang industri makanan konsumsi yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia. Oleh karena itu, peneliti akan menuangkannya dalam
sebuah karya ilmiah dalam bentuk skripsi dengan judul: “Analisis Pengaruh
Return On Assets, Current Ratio dan Debt Ratio terhadap Dividen Pada Industri
Makanan Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”.
4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan
sebelumnya, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
berikut:
Apakah Return On Assets, Current Ratio dan Debt Ratio berpengaruh secara
simultan dan parsial terhadap pembagian dividen kas pada industri makanan
konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Return On Assets,
Current Ratio dan Debt Ratio baik secara simultan maupun parsial terhadap
pembagian dividen kas pada industri makanan konsumsi yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia.
D. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah:
1. Memberikan kontribusi pemikiran tentang pengaruh Return On Assets,
Current Ratio dan Debt Ratio terhadap pembagian dividen kas pada industri
makanan konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang dapat
digunakan sebagai acuan bagi investor untuk menilai prestasi dan kinerja
manajemen terkait kebijakan dividen yang diambil oleh perusahaan.
2. Sebagai bahan referensi bagi peneliti-peneliti lain yang bermaksud
mengadakan penelitian yang sama.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Analisis Rasio Keuangan
Salah satu cara untuk mengetahui kinerja suatu perusahaan dan
masalah-masalah yang sedang dihadapinya adalah melalui analisis rasio
keuangan. Analisis rasio keuangan merupakan salah satu teknik yang digunakan
dalam analisis laporan keuangan. Analisis rasio keuangan dapat membantu
perusahaan dalam mendeteksi masalah-masalah yang dihadapi sehingga dapat
dilakukan perbaikan-perbaikan untuk mencegah semakin memburuknya kondisi
atau kesehatan perusahaan. Selain itu, analisis ini juga dapat dijadikan sebagai
dasar untuk mengevaluasi hal-hal yang perlu dilakukan ke depan agar kinerja
manajemen dapat ditingkatkan atau dipertahankan sesuai dengan target
perusahaan.
Kasmir (2009 : 104) menyatakan bahwa rasio keuangan merupakan
kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan
cara membagi satu angka dengan angka lainnya. Dari hasil rasio keuangan ini
akan terlihat kondisi kesehatan perusahaan yang bersangkutan.
Menurut J. Fred Weston (2004) dalam Kasmir (2009 : 106), bentuk-
bentuk rasio keuangan antara lain:
1. Rasio Likuiditas, misalnya rasio lancar (current ratio) dan rasio sangat lancar
(quick ratio).
2. Rasio Solvabilitas, misalnya rasio total utang terhadap total aset (debt ratio)
dan jumlah kali perolehan bunga (times interest earned).
6
3. Rasio Aktivitas, misalnya perputaran persediaan (inventory turnover).
4. Rasio Profitabilitas, misalnya hasil pengembalian total aktiva (return on
assets).
5. Rasio Pertumbuhan (Growth), misalnya pertumbuhan penjualan dan
pertumbuhan laba bersih.
6. Rasio Penilaian (Valuation), misalnya rasio harga saham terhadap
pendapatan.
B. Return On Assets
Analisa ROA dalam analisa rasio keuangan mempunyai arti yang sangat
penting sebagai salah satu teknik untuk memprediksi profitabilitas perusahaan
yang bersifat menyeluruh (komprehensif). Profitabilitas merupakan
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba pada masa mendatang dan
merupakan indikator dari keberhasilan operasi perusahaan. Perusahaan yang
mempunyai profitabilitas yang tinggi akan menarik minat investor untuk
menanamkan modalnya dengan harapan akan mendapatkan keuntungan yang
tinggi pula.
Menurut Kasmir (2009: 201), hasil pengembalian investasi atau lebih
dikenal dengan Return On Investment atau Return On Total Assets merupakan
rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan oleh
perusahaan. Sedangkan Darmadji (2011 : 158) menyatakan bahwa rasio ini
adalah salah satu rasio yang paling banyak digunakan untuk mengukur kinerja
perusahaan, khususnya menyangkut profitabilitas perusahaan. Return on Assets
itu sendiri merupakan salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang
7
dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan
keseluruhan dana yang ditanamkan dalam seluruh aktiva perusahaan, baik yang
digunakan secara langsung untuk operasi perusahaan maupun aktiva non
operasional seperti aktiva penyertaan atau aktiva yang tidak lagi digunakan
oleh perusahaan namun mungkin dapat dijual di masa mendatang.
Besarnya tingkat Return On Assets (ROA) dapat dihitung dengan
rumusan sebagai berikut :
(Sumber: Kasmir, 2009 : 202)
Return On Asset diukur dari laba bersih setelah pajak (earning after tax)
terhadap total assetnya yang mencerminkan kemampuan perusahaan dalam
penggunaan investasi yang digunakan untuk operasi perusahaan dalam rangka
menghasilkan laba perusahaan. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja
perusahaan yang semakin baik karena tingkat kembalian investasi (return)
yang semakin besar.
Apabila dikaitkan dengan cash dividend, keuntungan yang didapatkan
perusahaan mempunyai hubungan yang sangat erat. Dividen adalah merupakan
sebagian dari laba bersih yang diperoleh perusahaan, oleh karenanya dividen
akan dibagikan jika perusahaan memperoleh keuntungan. Keuntungan yang
layak dibagikan kepada para pemegang saham adalah keuntungan setelah
perusahan memenuhi seluruh kewajiban tetapnya yaitu beban bunga dan pajak.
Karena dividen diambil dari keuntungan bersih perusahaan, maka keuntungan
tersebut akan mempengaruhi besarnya dividend payout ratio. Perusahaan yang
Laba Bersih Setelah Pajak
Return On Assets =
Total Aktiva
8
memperoleh keuntungan lebih besar cenderung akan membayar porsi
keuntungan yang lebih besar sebagai dividen. Semakin besar keuntungan yang
diperoleh, maka akan semakin besar pula kemampuan perusahaan untuk
membayar dividen.
C. Current Ratio
Hal penting yang harus diperhatikan tentang perusahaan adalah
likuiditasnya atau kemampuan untuk memenuhi kewajiban lancarnya (Stice,
2009 : 805). Current Ratio merupakan salah satu rasio yang paling umum
digunakan untuk mengukur likuiditas atau kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban jangka pendek tanpa menghadapi kesulitan. Semakin besar
current ratio menunjukkan semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban jangka pendeknya (termasuk didalamnya kewajiban
membayar dividen kas yang terutang).
Rumus untuk mencari Current Ratio (CR) adalah sebagai berikut:
(Sumber: Kasmir, 2009 : 135)
Perhitungan rasio lancar (current ratio) dilakukan dengan cara
membandingkan antara total aktiva lancar dengan total utang lancar (Kasmir,
2009 : 134). Dalam hal ini aktiva lancar terdiri dari uang kas dan juga surat-surat
berharga antara lain surat pengakuan hutang, wesel, saham, obligasi, sekuritas
kredit, atau setiap derivatif dari surat berharga atau kepentingan lain atau suatu
kewajiban dari penerbit, dalam bentuk yang lazim diperdagangkan dalam pasar
Total Aktiva Lancar
Current Ratio =
Total Utang Lancar
9
uang dan pasar modal. Di lain pihak utang jangka pendek dapat berupa utang
pada pihak ketiga (bank atau kreditur lainnya).
Dari hasil pengukuran rasio ini, apabila rasio lancar rendah, dapat
dikatakan bahwa perusahaan kurang modal untuk membayar utang jangka
pendek. Namun, apabila hasil pengukurannya tinggi, belum tentu kondisi
perusahaan sedang baik dan sehat. Hal ini dapat terjadi karena kas tidak
digunakan secara optimal. Untuk mengatakan suatu kondisi likuiditas perusahaan
baik atau tidak, ada suatu standar rasio yang digunakan, misalnya rata-rata
industri untuk usaha sejenis atau dapat pula digunakan target yang telah
ditetapkan perusahaan sebelumnya (Kasmir, 2009 : 135).
Jika pada saat yang bersamaan dibutuhkan aktiva lancar untuk
membayar utang dan cash dividend maka yang didahulukan adalah pembayaran
utang, baru kemudian jika perusahaan masih mampu untuk membayar cash
dividend, maka perusahaan membagi cash dividend kepada investor. Dalam
kaitannya dengan cash dividend, semakin tinggi current ratio menunjukkan
semakin tinggi kemampuan perusahaan membayar cash dividend yang
dijanjikan.
D. Debt Ratio
Salah satu aspek yang dinilai dalam mengukur kinerja perusahaan
adalah aspek leverage atau hutang perusahaan. Hutang merupakan komponen
penting perusahaan khususnya sebagai salah satu sarana pembiayaan selain
saham. Sering terjadi penurunan kinerja perusahaan karena besarnya tingkat
10
hutang yang dimiliki perusahaan sehingga perusahaan kesulitan dalam membayar
kewajibannya tersebut.
Debt Ratio atau sering disebut juga dengan Debt to Total Asset Ratio
(DAR) merupakan rasio antara total hutang (total debts) baik hutang jangka
pendek (current liability) dan hutang jangka panjang (long term debt) terhadap
total aktiva (total assets) baik aktiva lancar (current assets) maupun aktiva
tetap (fixed assets) dan aktiva lainnya (other assets). Rasio ini menunjukkan
seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang dan seberapa besar utang
perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva.
Besarnya tingkat Debt Ratio (DR) dapat dihitung dengan rumusan
sebagai berikut :
(Sumber: Kasmir, 2009 : 156)
Debt Ratio dipengaruhi oleh unsur total hutang dan total asset. Dalam
hal ini semakin besar Debt Ratio menunjukkan semakin besar tingkat
ketergantungan perusahaan terhadap pihak eksternal (kreditur) dan semakin besar
pula beban biaya hutang (biaya bunga) yang harus dibayar oleh perusahaan.
Dengan demikian semakin meningkatnya Debt Ratio (dimana beban hutang juga
semakin besar), maka hal tersebut berdampak terhadap profitabilitas yang
diperoleh perusahaan, karena sebagian digunakan untuk membayar bunga
pinjaman. Dengan biaya bunga yang semakin besar, maka profitabilitas
(earning after tax) semakin berkurang (karena sebagian dipergunakan untuk
Total Utang
Debt Ratio =
Total Aktiva
11
membayar bunga), maka hak para pemegang saham (dividen) juga semakin
berkurang (menurun).
Jika dikaitkan dengan cash dividend dapat dilihat bahwa antara cash
dividend dengan Debt Ratio mempunyai hubungan yang negatif. Hal ini
ditunjukkan oleh semakin besar Debt Ratio, maka semakin banyak bagian dari
keuntungan harus dikurangi untuk membayar utang, akibatnya keuntungan yang
dibagi sebagai cash dividend semakin berkurang.
E. Pasar Modal
Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen
keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi),
ekuiti (saham), reksadana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya
(Darmadji, 2011). Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan
maupun institusi lain (misalnya pemerintah), dan sebagai sarana bagi kegiatan
berinvestasi. Dengan demikian, pasar modal memfasilitasi berbagai sarana dan
prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terkait lainnya.
Instrumen keuangan yang diperdagangkan di pasar modal merupakan
instrumen jangka panjang (jangka waktu lebih dari 1 tahun) seperti saham,
obligasi, warrant, right, reksa dana, dan berbagai instrumen derivatif (turunan)
seperti option, futures, dan lain-lain.
Undang-Undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal
mendefinisikan pasar modal sebagai “kegiatan yang bersangkutan dengan
Penawaran Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan
12
dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan
dengan Efek”.
Pasar Modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara
karena pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus: ekonomi dan keuangan
(Darmadji, 2011 : 2). Pasar modal dikatakan mempunyai fungsi ekonomi, karena
pasar menyediakan fasilitas atau wahana untuk mempertemukan dua kepentingan
yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) dan pihak yang memerlukan
dana (issuer). Dengan kata lain, pasar modal berfungsi sebagai sarana bagi
pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana
dari masyarakat pemodal. Dana yang diperoleh dari pasar modal dapat digunakan
untuk pengembangan usaha, ekspansi, penambahan modal kerja dan lain-lain
tanpa menunggu tersedianya dana dari laba operasional perusahaan.
Kedua, pasar modal dikatakan memiliki fungsi keuangan karena
memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbalan/return bagi
pemilik dana sesuai dengan karasteristik investasi yang dipilih. Masyarakat
diberi pilihan untuk berinvestasi pada instrumen keuangan seperti saham,
obligasi, reksadana, dan lain-lain, sesuai dengan karakteristik keuntungan dan
risiko masing-masing instrumen. Salah satu yang diharapkan oleh pemilik dana
adalah dividen.
Beberapa manfaat dari keberadaan pasar modal adalah sebagai berikut
(Darmadji, 2011 : 2):
1. Menyediakan sumber pembiayaan (jangka panjang) bagi dunia usaha
sekaligus memungkinkan alokasi sumber dana secara optimal.
13
2. Memberikan wahana investasi bagi investor sekaligus memungkinkan
upaya diversifikasi.
3. Menyediakan indikator utama bagi tren ekonomi suatu negara.
4. Memungkinkan penyebaran kepemilikan, keterbukaan dan profesionalisme
serta penciptaan iklim berusaha yang sehat.
5. Menciptakan lapangan kerja/profesi yang menarik.
6. Memberikan kesempatan memiliki perusahaan yang sehat dan mempunyai
prospek.
7. Menjadi alternatif investasi yang memberikan potensi keuntungan dengan
risiko yang bisa diperhitungkan melalui keterbukaan, likuiditas dan
diversifikasi investasi.
8. Membina iklim keterbukaan bagi dunia usaha, memberikan akses kontrol
sosial.
9. Mendorong pengelolaan perusahaan dengan iklim keterbukaan dan
pemanfaatan manajemen profesional.
F. Dividen
1. Pengertian Dividen
Perusahaan yang berhasil pasti meraih laba. Laba tersebut
kemudian direinvestasikan dalam aktiva operasi, digunakan untuk
membeli sekuritas, melunasi hutang atau dibagikan kepada pemegang
saham dalam bentuk dividen. Menurut Ahmad Syafi’i Syakur (2009 :
378), dividen merupakan bagian dari laba ditahan yang dibagikan kepada
setiap lembar saham. Sedangkan menurut Stice (2009 : 138) dividen
14
adalah pembagian kepada pemegang saham dari suatu perusahaan secara
proporsional sesuai dengan jumlah lembah saham yang dipegang oleh
masing-masing pemilik. Dividen ini untuk dibagikan kepada para
pemegang saham sebagai pembagian keuntungan dari laba perusahaan.
Menurut Weston dan Copeland (2005) dalam Rodoni (2010 :
121), dividen adalah keuntungan perusahaan yang berbentuk perseroan
terbatas yang diberikan kepada para pemegang saham. Besarnya dividen
yang diberikan dinyatakan dalam suatu jumlah atau persentase tertentu
atas nilai nominal saham. Pembayaran dividen hanya dapat dilakukan jika
saldo laba ditahan adalah positif.
Pembagian dividen adalah salah satu tindakan/aksi korporasi
(corporate action) selain penerbitan rights, pemecahan saham (stock split)
dan saham bonus (Darmadji, 2011 : 139). Corporate action yaitu aktivitas
emiten/perusahaan yang berpengaruh terhadap jumlah saham yag beredar
dan berpengaruh terhadap harga saham di pasar bursa efek. Corporate
action ini sering menyedot perhatian pihak-pihak yang terkait di pasar
modal, khusunya para pemegang saham.
Dividen merupakan pendapatan investor yang dikenakan pajak.
Besarnya pajak untuk pemegang saham dalam negeri adalah 15% dan
untuk pemegang saham luar negeri adalah 20% (Pasal 23 dan Pasal 26
Undang-undang Nomor 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan). Pajak
ini tidak boleh dikurangkan dari laba perusahaan (tidak boleh menjadi
beban).
15
Menggunakan istilah dividen tanpa perkecualian biasanya
berarti pembagian tunai (Stice, 2009 : 138). Pembagian dividen non kas
harus dinyatakan dalam bentuk khusus dan dijelaskan tersendiri dalam
laporan keuangan.
Dalam hal pembagian dividen ini dikenal istilah dividen interim
dan dividen final (Darmadji, 2011 : 141). Istilah interim atau sementara
menunjukkan bahwa dividen tersebut merupakan dividen yang sifatnya
sementara sehingga dimungkinkan adanya pemberian dividen lanjutan
sampai tercipta nilai dividen yang sifatnya final untuk tahun buku
tertentu. Berikut gambaran dividen interim dan dividen final yang pernah
dibagikan Unilever Indonesia Tbk.
Dividen Tunai (Rp) Payment Date Interim/Final
1.900 20 Juli 2000 Final 1999
200 18 Desember 2001 Interim 2000
490 01 Agustus 2001 Final 2000
250 07 Desember 2001 Interim 2001
(Sumber: Darmadji, 2009 : 142)
Dari tabel di atas diketahui bahwa pembagian dividen tahun
buku 2000, terdapat dividen interim yang dibayarkan pada tahun 2000
yaitu sebesar Rp200 tanggal 18 Desember 2000. Dividen final untuk laba
ditahan tahun 2000 baru dibayarkan pada tanggal 01 Agustus tahun 2001
sebesar Rp490, sehingga total pembagian dividen per lembar saham dari
laba ditahan tahun 2000 adalah Rp690.
Wewenang untuk menentukan kebijakan pembagian dividen ini
didelegasikan oleh pemegang saham kepada dewan direksi perusahaan
(Stice, 2009 : 141). Pendelegasian wewenang ini berkaitan dengan
shareholder’s right atau hak pemegang saham untuk memilih direksi
16
perusahaan dalam RUPS. Oleh karena itu, RUPS merupakan alat penting
bagi pemegang saham. Karena pembagian ini ditentukan oleh direksi,
maka pembagian dividen bukan suatu kewajiban perusahaan. Sebuah
perusahaan tidak dapat dikatakan bangkrut karena tidak memberikan
dividen (Rodoni, 2010 :116).
Adapun tipe pembayaran dividen (Rodoni, 2010 :122) adalah
sebagai berikut:
1. Perusahaan membayar dividen kas reguler
a. Perusahaan publik sering membayar triwulan
b. Kadang perusahaan akan memberikan dividen kas ekstra
c. Kasus ekstrim adalah dividen likuidasi
2. Perusahaan sering membagikan dividen saham
a. Tidak ada kas keluar dari perusahaan
b. Perusahaan menambah jumlah saham beredar
3. Beberapa perusahaan memberikan dividend in kind, contohnya
seperti Wrigley’s Gum yang mengirimkan sekitar satu kotak permen
karet kepada para pemegang saham.
2. Dividend Payout Ratio
Rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio/DPR) adalah
rasio terpenting dalam menganalisis kebijakan dividen sebuah perusahaan
(Stice, 2009 : 807). Rasio ini merupakan rasio dividen tunai yang
dibagikan kepada pemegang saham dengan laba bersih perusahaan
(Kieso, 2007 : 333).
17
Besarnya tingkat Dividend Payout Ratio (DPR) dapat dihitung
dengan rumusan sebagai berikut :
(Sumber: Stice, 2009 : 807)
Menurut Darmadji (2011: 159), jika rasio pembayaran dividen
dihitung dalam basis per lembar saham, maka rumus perhitungannya
adalah sebagai berikut :
(Sumber: Darmadji, 2011 : 159)
3. Jenis Dividen
Ahmad Syafi’i Syakur (2009 : 379) menyebutkan lima jenis
dividen yang dapat dibagikan oleh perusahaan yaitu:
1. Dividen tunai (cash dividend), yaitu pembayaran dividen dengan
menggunakan kas.
2. Dividen aktiva selain kas (property dividend), yaitu pembayaran
dividen dengan menggunakan aktiva selain kas.
3. Dividen utang (script dividend), yaitu surat janji atau tanda kesediaan
melakukan pembayaran sejumlah uang di waktu kemudian yang
diberikan oleh perusahaan sebagai dividen. Dividen jenis ini timbul
karena pada saat diputuskan untuk melakukan pembayaran dividen
tunai, tidak memperhatikan ketercukupan kas sebagai alat
pembayarannya.
Dividen per Saham (DPS)
Dividend Payout Ratio =
Laba Bersih per Saham (EPS)
Dividen
Dividend Payout Ratio =
Laba Bersih
18
4. Dividen likuidasi (liquidating dividend), yaitu dividen yang di
dalamnya termasuk pengembalian modal kepada pemegang saham
dan tidak berdasarkan laba ditahan, biasanya mengurangi paid in
capital. Pada saat pemegang saham menerima dividen, pemegang
saham juga mengkredit investasinya sebesar bagian dari
pengembalian modal dari dividen yang diterima.
5. Dividen saham (stock dividend), yaitu dividen yang dibayarkan dalam
bentuk saham perusahaan itu sendiri.
4. Pengakuan dan Pembayaran Dividen
Ada tiga tanggal penting dalam pengakuan dan pembayaran
dividen: (1) tanggal pengumuman, (2) tanggal pencatatan, dan (3) tanggal
pembayaran (Stice, 2009 : 142). Adapun rincian tanggal- tanggal yang
perlu diperhatikan dalam pembayaran dividen adalah sebagai berikut:
a. Tanggal pengumuman
Tanggal pengumuman merupakan tanggal yang mana
secara resmi diumumkan oleh emiten tentang bentuk dan besarnya
serta jadwal pembayaran dividen yang akan dilakukan. Isi
pengumuman tersebut menyampaikan hal-hal yang dianggap
penting yakni: tanggal pencatatan, tanggal pembayaran, besarnya
dividen kas per lembar.
b. Tanggal pencatatan
Pada tanggal ini perusahaan melakukan pencatatan nama-
nama pemegang saham. Para pemilik saham yang terdaftar pada
19
daftar pemegang saham tersebut diberikan hak, sedangkan
pemegang saham yang tidak terdaftar pada tanggal pencatatan
tidak diberikan hak untuk memperoleh dividen.
c. Tanggal pembayaran
Tanggal ini merupakan saat pembayaran dividen oleh
perusahaan kepada para pemegang saham yang telah mempunyai
hak atas dividen . Jadi pada tanggal tersebut, para investor
sudah dapat mengambil dividen sesuai dengan jumlah saham
kepemilikannya.
5. Kebijakan Dividen
Salah satu komitmen penting para penegelola keuangan
perusahaan adalah memaksimalkan nilai perusahaan atau maksimalisasi
kesejahteraan pemilik perusahaan. Bila perusahaan mampu memberikan
ekspektasi nilai yang besar di masa depan, maka perusahaan akan
memperoleh nilai yang tinggi. Sebaliknya bila perusahaan tidak mampu
memberikan ekspektasi yang mantap terhadap nilainya di masa depannya,
perusahaan akan dinilai rendah oleh masyarakat dan pemilik perusahaan.
Kebijakan dividen optimal merupakan kebijakan yang
menciptakan keseimbangan antara dividen saat ini dan pertumbuhan
dimasa yang akan datang, sehingga perusahaan dapat memaksimalkan
laba dan meningkatkan nilai perusahaan. Hal ini sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Rodoni (2010 : 4) bahwa terdapat tiga faktor utama
20
yang mendorong terciptanya suatu value atau nilai dalam suatu
perusahaan, yaitu:
1. Mencoba untuk membuat keputusan investasi yang tepat.
2. Mencoba untuk membuat keputusan pendanaan yang tepat.
3. Keputusan dividen yang tepat dan keputusan investasi modal kerja
bersih.
Dalam hal perusahaan telah berhasil mendapatkan laba bersih,
manajemen perusahaan memiliki 2 (dua) alternatif dalam perlakuannya,
yaitu yang pertama dibagi kepada para pemegang saham perusahaan
dalam bentuk dividen dan yang kedua diinvestasikan kembali kepada
perusahaan sebagai laba ditahan (retained earning). Jika seluruh
keuntungan yang dihasilkan perusahaan dibayarkan sebagai dividen
kepada para pemegang saham, maka perusahaan tidak memiliki cadangan
dana (kepentingan akan laba ditahan terabaikan) untuk melakukan
reinvestment. Sebaliknya, jika seluruh keuntungan yang dihasilkan
perusahaan akan tetap dipertahankan, maka kepentingan pemegang saham
akan terabaikan sehingga dapat menyebabkan hilangnya kesempatan
untuk mendapatkan investor baru. Selain itu, semakin besar dividen yang
dibagikan kepada pemegang saham, maka kinerja perusahaan akan
dianggap semakin baik pula dan pada akhirnya perusahaan yang memiliki
kinerja yang baik dianggap menguntungkan dan penilaian terhadap
perusahaan tersebut akan semakin baik pula, yang biasanya tercermin
melalui tingkat harga saham perusahaan (Haruman, 2008). Oleh karena
itu, kebijakan dividen yang tepat sangat diperlukan untuk menciptakan
21
keseimbangan antara kepentingan perusahaan dengan kepentingan
pemegang saham.
Rodoni (2010 :125) menjelaskan bahwa kebijakan dividen
penting karena dua alasan, yaitu:
1. Pembayaran dividen akan berpengaruh terhadap harga saham, dengan
demikian akan berpengaruh pula terhadap perdagangan saham.
2. Laba ditahan biasanya merupakan sumber tambahan modal sendiri
(equity capital) yang terpenting dan terbesar untuk pertumbuhan
perusahaan.
Kedua alasan ini merupakan dua sisi kepentingan perusahaan
yang agak kontroversial dan agar kedua kepentingan itu dapat terpenuhi
secara optimal, perusahaan seharusnya memutuskan secara hati-hati dan
teliti kebijakan dividen yang akan dipilih oleh perusahaan
Jika manajemen perusahaan mengambil keputusan untuk
membagikan dividen kepada pemegang saham, akan muncul tiga masalah
penting (Brigham, 2001 : 65) yaitu:
1. Berapa persentase dari laba yang harus dibagikan.
2. Apakah pembagian itu harus berupa dividen tunai atau dalam bentuk
pembelian kembali saham (menjadi treasury stock).
3. Bagaimana kestabilan pembagian itu, yakni apakah dana yang
dibayarkan dari tahun ke tahun akan stabil atau dapat diandalkan
(yang mungkin disukai oleh para pemegang saham) atau
diperbolehkan bervariasi disesuaikan dengan arus kas atau kebutuhan
22
investasi perusahaan (yang mungkin lebih baik dari sudut pandang
perusahaan).
Bodie (2008) dalam Rodoni (2010 : 122) menjelaskan bahwa
terdapat dua asumsi yang mendasari kebijakan dividen yaitu:
a. Kebijakan dividen pada perusahaan yang tidak sedang tumbuh (a
low reinvestment rate plan). Pada perusahaan-perusahaan yang
termasuk kategori ini mampu membayarkan dividen lebih tinggi
pada awal periode, tetapi pertumbuhan dividen pada tahun-tahun
berikutnya lebih rendah.
b. Kebijakan dividen pada perusahaan yang sedang tumbuh (a high
reinvestment rate plan). Perusahaan-perusahaan yang sedang
tumbuh akan memberikan dividen relatif rendah pada awalnya,
karena adanya rencana reinvestasi (reinvestment) dari sebagian laba
yang diperoleh untuk membiayai aktifitas ekspansi usaha. Tetapi
perusahaan-perusahaan yang termasuk kelompok perusahaan yang
sedang tumbuh akan mampu menghasilkan tingkat perumbuhan
dividen yang lebih tinggi pada tahun-tahun berikutnya. Walaupun
sebagian besar perusahaan kelompok ini tetap berusaha
mempertahankan rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio)-
nya. Namun pertumbuhan laba yang lebih besar akhirnya
memberikan dividen yang lebih besar pula.
23
6. Teori Kebijakan Dividen
Ada lima teori tentang kebijakan dividen sebagaimana yang
dijelaskan oleh Sjahrial (2010 : 311) yaitu:
1. Teori “Dividen Tidak Relevan”
Teori ini menyatakan bahwa kebijakan dividen perusahaan tidak
mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan maupun biaya modalnya.
Pendukung utama teori ketidak relevanan dividen ini adalah Merton
Miller dan Franco Modigliani (MM). Mereka berpendapat bahwa nilai
suatu perusahaan hanya ditentukan oleh kemampuan dasarnya untuk
menghasilkan laba dan resiko bisnisnya, artinya nilai suatu perusahaan
tergantung semata-mata pada pendapatan yang dihasilkan oleh aktivanya,
bukan pada bagaimana pendapatan tersebut dibagi diantara dividen dan
laba yang ditahan.
2. Teori “Bird In The Hand”
Sementara itu, menurut Myron Gordon dan John Linther,
sesungguhnya investor jauh lebih menghargai pendapatan yang
diharapkan dari dividen daripada pendapatan yang diharapkan dari
keuntungan modal (capital gain) karena komponen hasil dividen,
resikonya lebih kecil. Teori ini juga beranggapan investor memandang
bahwa satu burung di tangan lebih berharga daripada seribu burung di
udara.
3. Teori Perbedaan Pajak
Teori ini diajukan oleh Litzenberger dan Ramaswamy karena
adanya perbedaan perlakuan pajak terhadap dividen dan capital gains.
24
Para investor lebih menyukai capital gains karena dapat menunda
pembayaran pajak. Ada tiga alasan yang berkaitan dengan pajak untuk
beranggapan bahwa investor mungkin lebih menyukai pembagian dividen
yang rendah daripada yang tinggi, yaitu (1) Keuntungan modal jangka
panjang yang dikenakan dengan pajak lebih rendah dari pajak atas
dividen (2) Pajak atas keuntungan tidak dibayarkan sampai saham
tersebut dijual sehingga dengan adanya nilai waktu dari uang, nilai rupiah
yang sama untuk pajak yang dibayarkan di masa mendatang nilainya akan
lebih rendah dari pajak yang dibayarkan pada saat ini, dan (3) Apabila
sebuah saham dimiliki oleh seseorang sampai ia meninggal, keuntungan
modal tersebut tidak akan dibebankan pajak sama sekali, dan bagi para
ahli waris dapat menggunakan nilai saham pada saat kematian sebagai
dasar perolehan sehingga terhindar dari pajak keuntungan modal.
4. Teori “Signaling Hypothesis”
Teori ini menyebutkan bahwa jika ada kenaikan dividen
seringkali diikuti dengan naiknya harga saham. Menurut Modigliani dan
Miller, kenaikan dividen merupakan suatu “signal (tanda)” kepada para
investor bahwa manajemen perusahaan meramalkan suatu penghasilan
yang baik di masa mendatang. Sebaliknya suatu penurunan dividen atau
kenaikan dividen di bawah normal, biasanya diyakini investor sebagai
tanda (signal) bahwa perusahaan akan menghadapai masa sulit di waktu
mendatang.
25
5. Teori “Clientele Effect”
Kelompok pemegang saham yang berbeda akan memiliki
preferensi yang berbeda terhadap kebijakan dividen perusahaan.
Kelompok pemegang saham yang memerlukan penghasilan pada saat ini
lebih menyukai adanya pembagian dividen yang tinggi. Kelompok
lainnya lebih menyukai menghindari pajak dengan cara pembagian
dividen yang rendah. Dengan demikian kebijakan dividen ditujukan untuk
memenuhi segmen investor tertentu karena akan menarik segmen tertentu
pula. Kebijakan dividen yang berubah-ubah akan mengacaukan efek klien
tersebut dan menyebabkan harga saham berubah.
7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen
Sjahrial (2010 : 305) menyebutkan terdapat beberapa faktor
yang mempengaruhi kebijakan dividen antara lain:
1. Posisi likuiditas perusahaan
Makin kuat posisi likuiditas perusahaan makin besar dividen yang
dibayarkan.
2. Kebutuhan dana untuk membayar utang
Apabila sebagian besar laba digunakan untuk membayar utang maka
sisanya yang digunakan untuk membayar dividen makin kecil.
3. Rencana perluasan usaha
Makin besar perluasan usaha perusahaan makin berkurang dana yag
dibayarkan untuk dividen.
26
4. Pengawasan terhadap perusahaan
Kebijakan pembiayaan untuk ekspansi apakah dibiayai oleh sumber
intern (laba) atau ekstern (saham/obligasi). Apabila ekspansi usaha
dibiayai dengan penjualan saham baru, hal ini akan melemahkan
kontrol dari kelompok pemegang saham mayoritas, karena suara
pemegang saham mayoritas berkurang.
G. Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan sebelumnya, maka
hipotesis yang diajukan adalah diduga bahwa nilai Return On Assets, Current
Ratio dan Debt Ratio secara simultan dan parsial tidak mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap nilai Dividend Payout Ratio pada industri makanan
konsumsi yang terdaftar di BEI.
27
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Pusat Informasi Pasar Modal (PIPM) Bursa
Efek Indonesia, Jalan A.P. Pettarani 18 A-4, Makassar dengan waktu penelitian
dari bulan Juni sampai dengan Juli 2011.
B. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
a. Data kualitatif
Data kualitatif yaitu data yang nilainya tidak dinyatakan dalam
bentuk angka, yakni berupa sejarah perusahaan dan jenis kegiatan yang
dilakukan.
b. Data kuantitatif
Data kuantitatif yaitu data laporan keuangan dan ringkasan
kinerja industri makanan konsumsi di Bursa Efek Indonesia untuk periode
2007-2009. Periode penelitian mencakup data selama tiga tahun dengan
alasan periode ini dipandang cukup mewakili kondisi bursa yang relatif
stabil dan normal pada tahun-tahun tersebut. Penelitian ini belum
memasukkan tahun 2010 sebagai objek penelitian karena masih terdapat
perusahaan yang belum membagikan dividen final untuk tahun laba 2010
sehingga perhitungan dividend payout ratio tidak dapat dilakukan.
28
2. Sumber Data
a. Data primer
Data primer adalah data yang didapat dari sumber pertama, baik
individu atau perseorangan seperti hasil wawancara atau hasil pengisian
kuesioner yang biasa dilakukan oleh peneliti. Data primer dalam
penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara dan workshop dengan
petugas di Pusat Informasi Pasar Modal (PIPM) Makassar.
b. Data sekunder
Data sekunder adalah data primer yang diperoleh oleh pihak lain
atau data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh
pengumpul data primer atau oleh pihak lain yang pada umumnya
disajikan dalam bentuk tabel-tabel atau diagram-diagram. Data sekunder
dalam penelitian ini yaitu data yang diperoleh dari dokumentasi
perusahaan yang dipublikasikan pada Bursa Efek Indonesia (Indonesian
Stock Exchange).
C. Metode Pengumpulan Data
1. Wawancara dengan petugas di Pusat Informasi Pasar Modal (PIPM)
Makassar.
2. Dokumentasi, yaitu data laporan keuangan dan ringkasan kinerja industri
makanan konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun
2007-2009 yang diambil dari penelusuran data lewat internet melalui situs
Bursa Efek Indonesia (BEI) di http://www.idx.co.id serta artikel-artikel dari
media cetak dan jurnal ilmiah.
29
D. Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
regresi linier berganda. Rumusan model dari regresi linier berganda adalah
sebagai berikut :
Dimana :
Y = Dividend Payout Ratio (DPR)
α = Konstanta
β 1 s/d β 3 = Koefisien Regresi
X1 = Nilai Return On Assets
X2 = Nilai Current Ratio
X3 = Nilai Debt Ratio
e = Error Terms (kesalahan pengganggu)
Pengujian hipotesis menggunakan uji F dan t. Tingkat signifikansi yang
digunakan adalah 5%. Hipotesis awal (Ho) akan ditolak bila signifikansi F dan t
lebih kecil dari 5%.
E. Definisi Operasional
Untuk mendapatkan pemahaman yang jelas dan untuk tidak
menimbulkan penafsiran yang berbeda-beda mengenai penelitian ini, maka setiap
variabel perlu adanya batasan pengertian dan definisi operasinal sebagai berikut:
a. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan industri makanan
konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, sedangkan sampel yang
diambil adalah perusahaan industri makanan konsumsi yang selama tiga
Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + e
30
tahun berturut-turut membagikan dividen kepada pemegang sahamnya,
yaitu tahun 2007, 2008 dan 2009.
b. Dividend Payout Ratio yaitu rasio antara dividen per lembar saham dengan
laba bersih per lembar saham, yang dalam penelitian ini dihitung dengan
rumus sebagai berikut:
𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛𝑑 𝑃𝑎𝑦𝑜𝑢𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 𝐷𝑃𝑅 = 𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛𝑑 𝑃𝑒𝑟 𝑆𝑎𝑟𝑒 (𝐷𝑃𝑆)
𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑃𝑒𝑟 𝑆𝑎𝑟𝑒 (𝐸𝑃𝑆)
c. Return On Assets (X1) yaitu rasio antara laba bersih setelah pajak (earning
after tax) dengan total aktiva (total assets) yang dirumuskan sebagai
berikut:
𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑂𝑛 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 𝑅𝑂𝐴 = 𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝐴𝑓𝑡𝑒𝑟 𝑇𝑎𝑥 (𝐸𝐴𝑇)
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠
d. Current Ratio (X2) yaitu rasio antara total aktiva lancar (current assets)
dengan total hutang lancar (current liabilities) yang dirumuskan sebagai
berikut:
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 (𝐶𝑅) = 𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠
e. Debt Ratio (X3) yaitu rasio antara total hutang (total liabilities) dengan total
aktiva (total assets) yang dirumuskan sebagai berikut:
𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜(𝐷𝑅) = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠
31
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia
Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka.
Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan tepatnya
pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah
Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC.
Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan
pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada
beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut
disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan
kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan
berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan
sebagimana mestinya.
Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada
tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan
seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah.
Berikut ini disajikan perkembangan pasar modal Indonesia (bursa efek)
sejak tahun 1977 hingga menjadi Bursa Efek Indonesia di akhir tahun 2007:
1. 1977 - 1987 : Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu, jumlah emiten hingga
1987 baru mencapai 24 perusahaan.
32
2. 1987 : Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang
memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan Penawaran Umum
dan investor asing menanamkan modal di Indonesia.
3. 1988 – 1990 : Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal
diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat meningkat.
4. 2 Juni 1988 : Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh
Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan organisasinya
terdiri dari broker dan dealer.
5. Desember 1988 : Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES 88)
yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa
kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal.
6. 16 Juni 1989 : Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh
Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya.
7. 13 Juli 1992 : Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan
Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ.
8. 22 Mei 1995 : Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan
sistem computer JATS (Jakarta Automated Trading Systems).
9. 10 November 1995 : Pemerintah mengeluarkan Undang –Undang No. 8 Tahun
1995 tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai diberlakukan mulai
Januari 1996.
10. 1995 : Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya.
11. 2000 : Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai
diaplikasikan di pasar modal Indonesia.
33
12. 2002 : BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote
trading).
13. 2007 : Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ)
dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).
B. Struktur Organisasi Bursa Efek Indonesia
Struktur organisasi yang baik adalah struktur organisasi yang
didalamnya menggambarkan tugas dan wewenang yang harus dijalankan sesuai
dengan posisinya dalam suatu organisasi tersebut. Dengan kata lain, dalam
struktur organisasi yang baik tidak akan terjadi penyerobotan wewenang dan
pelemparan tanggung jawab oleh dan kepada orang atau bagian lain.
Adapun struktur organisasi Bursa Efek Indonesia adalah sebagai berikut:
Gambar 1
Struktur Organisasi Bursa Efek Indonesia
Sumber: www.idx.co.id, diakses 19 Agustus 2011
Berdasarkan struktur organisasi tersebut maka diperlukan suatu sistem
pembagian tugas/kerja (Job Description) yaitu sebagai berikut:
RUPS
Direktur
Perdagangan
dan Pengaturan
Anggota Bursa
Direktur
Utama
Direktur
Pengawasan
Transaksi dan
Kepatuhan
Divisi Hukum Dewan Komisaris
Direktur
Penilaian
Perusahaan
Direktur
Keuangan dan
SDM
Direktur
Teknonogi
Dan Manajemen
Risiko
Direktur
Pengembangan
Satuan Pemeriksa
Internal Sekretaris
Perusahaan
34
1. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) dan Rapat
Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) merupakan organ yang
memiliki kewenangan khusus yang tidak diberikan kepada Dewan
Komisaris atau Direksi terkait penetapan keputusan-keputusan penting
yang berhubungan dengan kebijakan Bursa. RUPST dilaksanakan sekali
dalam setahun, sedangkan RUPSLB dapat dilaksanakan sewaktu-waktu
bila diperlukan.
2. Direktur Utama
Direktur Utama bertanggungjawab atas pelaksanaan dan
pengelolaan Bursa secara umum dalam rangka mencapai hasil usaha yang
telah ditetapkan serta optimalisasi nilai bagi para pemangku kepentingan.
Direktur Utama juga bertanggungjawab atas upaya koordinasi kegiatan
Bursa, memproyeksikan citra Bursa yang positif melalui kegiatan
kehumasan dan komunikasi perusahaan yang efektif, serta kegiatan
lainnya yang dapat meningkatkan citra Bursa.
3. Dewan Komisaris
Dewan Komisaris bertanggung jawab atas pengawasan dan
pengarahan Direksi dalam mengelola Bursa sehari-hari. Dewan Komisaris
bertugas mengarahkan pengelolaan tersebut sesuai dengan visi dan misi
Bursa yang telah digariskan, serta kebijakan dan panduan tata kelola
perusahaan yang berlaku, dalam rangka mengupayakan pertumbuhan nilai
jangka panjang yang berkesinambungan bagi segenap pemangku
kepentingan
35
Di dalam menjalankan fungsi pengawasan, setiap anggota Dewan
Komisaris secara berkala menerima penjelasan dan laporan mengenai
perkembangan Pasar Modal pada umumnya dan perkembangan bursa pada
khususnya. Untuk memperoleh informasi lengkap yang mendukung proses
pembuatan keputusan, anggota Dewan Komisaris memiliki akses penuh
kepada setiap pejabat senior Bursa dan jasa konsultan profesional
independen yang ditunjuk BEI.
4. Sekretaris Perusahaan
Tugas dan tanggung jawab Sekretaris Perusahaan adalah
membantu Direktur Utama dalam mengatur kegiatan kerja, menjadi
penghubung Bursa dengan berbagai lembaga terkait; menyiapkan laporan
pertanggungjawaban Direksi; mengkoordinasikan penyelenggaraan
RUPST dan RUPSLB; mengadministrasikan dokumen resmi seperti
risalah rapat Dewan Komisaris dan Direksi, daftar pemegang saham, dan
MoU dengan pihak ketiga; serta membantu Direksi merancang dan
mengkoordinasikan perencanaan strategis.
5. Divisi Hukum
Divisi Hukum bertanggung jawab untuk mempersiapkan
peraturan dan perjanjian perusahaan, membuat peraturan perdagangan
dan keanggotaan, membuat peraturan pencatatan serta bekerja sama
dengan lembaga hukum dan menteri kehakiman mengenai kebijaksanaan
hukum yang digunakan dalam pembuatan aturan Bursa.
36
6. Satuan Pemeriksa Internal
Tanggungjawab utama Satuan Pemeriksa Internal adalah
mengkaji ulang proses audit internal Bursa, mengevaluasi survei awal
kegiatan audit dan memastikan keandalan sistem maupun proses
pengendalian internal; mengawasi jalannya pelaksanaan audit umum,
menguji keabsahan laporan keuangan yang belum diaudit serta mengkaji
proposal audit yang diajukan oleh auditor eksternal; melaporkan hal-hal
penting dari laporan keuangan baik yang belum diaudit maupun yang
sudah diaudit; dan mempersiapkan agenda rapat yang dihadiri anggota
Dewan Komisaris dan Direksi untuk membahas pelaporan keuangan
pada tahun yang bersangkutan.
7. Direktur Penilaian Perusahaan
Direktur Penilaian Perusahaan bertanggung jawab untuk menilai
perusahaan yang ingin menjadi anggota dan perusahaan yang sudah
terdaftar di Bursa, termasuk mengawasi aturan kerja yang berlaku antara
Emiten dengan Bursa; melakukan koordinasi dan pengawasan atas
pelaksanaan tindakan korporasi oleh Emiten, membangun arahan strategis
dan implementasi program pelatihan dan pendidikan Emiten, serta
melaporkan semua kegiatan tersebut kepada Direktur Utama.
8. Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa
Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa
bertanggung jawab untuk menetapkan peraturan perdagangan saham di
bursa, memimpin dan mengelola aktivitas perdagangan saham dan
informasi pasar, meningkatkan efisiensi dan efektivitas sistem
37
perdagangan, menetapkan peraturan keanggotaan bursa dan pelanggaran
peraturan keanggotaan bursa, serta melaporkan semua kegiatan tersebut
kepada Direktur Utama.
9. Direktur Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan
Direktur Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan bertanggung
jawab untuk mengembangkan, mengimplementasikan dan memonitor
kegiatan audit eksternal agar kegiatan audit kepada Anggota Bursa dan
Partisipan berjalan secara efektif, mengawasi kegiatan pengawasan
perdagangan Bursa dan pemeriksaan Emiten, memastikan bahwa kegiatan
usaha yang dijalankan memenuhi aturan yang berlaku, meningkatkan
kepastian hukum di Bursa, serta melaporkan semua kegiatan tersebut
kepada Direktur Utama.
10. Direktur Pengembangan
Direktur Pengembangan bertanggung jawab untuk mengelola
program pengembangan usaha Bursa yang mencakup pemasaran,
penyebaran informasi, sosialisasi dan edukasi, riset dan pengembangan
produk baru, serta melaporkan semua kegiatan tersebut kepada Direktur
Utama.
11. Direktur Teknonogi dan Manajemen Risiko
Direktur Teknologi dan Manajemen Risiko bertanggung jawab
untuk memimpin dan mengelola strategi pengembangan dan implementasi
sistem Teknologi Informasi, yang meliputi pengadaan piranti lunak dan
keras untuk mendukung jalannya operasi; bekerja sama dengan pihak-
pihak terkait, termasuk didalamnya mengembangkan sistem penghubung
38
antar platform dengan Bursa-bursa lainnya di dunia; serta
mengembangkan system teknologi informasi untuk memberikan solusi
bisnis bagi kepentingan internal organisasi, calon investor, investor. dan
pengguna jasa, serta melaporkan semua kegiatan tersebut kepada Direktur
Utama.
12. Direktur Keuangan dan SDM
Direktur Keuangan dan SDM bertanggungjawab untuk
memimpin dan mengelola pengembangan serta implementasi strategi
SDM dalam menunjang tercapainya tujuan organisasi Bursa, mengatur
urusan administrasi dan perencanaan keuangan, mengendalikan anggaran
tahunan, serta melaporkan semua kegiatan tersebut kepada Direktur
Utama.
C. Gambaran Umum Objek Penelitian
Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah industri
makanan konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang
membagikan dividen secara terus-menerus selama periode 2007-2009. Industri
makanan konsumsi (consumer goods industry) adalah salah satu sektor dari
perusahaan manufaktur dan dibagi lagi menjadi lima sektor yaitu industri makanan
dan minuman (food and beverages), perusahaan tembakau (tobacco
manufactures), farmasi (pharmaceuticals), perusahaan kosmetik (cosmetics and
household), dan peralatan rumah tangga (houseware). Berdasarkan ketentuan
tersebut, terdapat sembilan perusahan industri makanan konsumsi dengan
gambaran umum sebagai berikut.
39
1. Aqua Golden Mississipi Tbk.
Aqua Golden Mississipi Tbk. adalah perusahaan industri yang
bergerak di bidang pengolahan dan pembotolan air minum dalam kemasan.
Produk utamanya adalah air minum dalam kemasan (AMDK) Aqua dan
Mizone.
Perusahaan ini berdiri pada tanggal 23 Februari 1973 berdasarkan
akta notaris Tan Thong Kie, SH. dan terdaftar di Bursa Efek Jakarta pada
tanggal 1 Maret 1990. Pada awalnya saham perusahaan ini dikuasai oleh
PT Tirta Investama, namun karena ketatnya persaingan dan munculnya
pesaing-pesaing baru, Lisa Tirto (putra dari perintis AMDK Tirto Utomo)
menjual sahamnya kepada Danone pada tanggal 4 September 1998.
Perusahaan berkedudukan di Jakarta dan berkantor pusat di Jl.H. R.
Rasuna Said, Jakarta. Pabrik perusahaan berlokasi di Bekasi, Citeureup dan
Mekarsari, Jawa Barat.
2. Delta Djakarta Tbk.
Delta Djakarta Tbk. adalah perusahaan yang memproduksi dan
menjual bir serta produk minuman non-alkohol. Perusahaan ini berdiri pada
tanggal 15 Juni 1970. PT. Delta Djakarta Tbk. terdaftar di Bursa Efek
Jakarta pada tanggal 27 Februari 1984.
Perusahaan dan pabriknya berlokasi di Jl. Inspeksi Tarum Barat,
Bekasi Timur, Jawa Barat. Produk utama yang dipasarkan dengan merek
dagang Anker Bir. Hasil produksi perusahaan dipasarkan di dalam dan di
luar negeri.
40
3. Gudang Garam Tbk.
Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasarnya, perusahaan bergerak
di bidang industri rokok dan yang terkait dengan industri rokok.
Perusahaan ini pada awalnya adalah perusahaan perseorangan yang
didirikan tahun 1958, kemudian pada tahun 1969 berubah status menjadi
firma dan pada tahun 30 Juni 1971 menjadi Perseroan Terbatas dengan
nama PT Perusahaan Rokok Tjap ”Gudang Garam” Kediri. Perusahaan ini
terdaftar di Bursa Efek Jakarta tanggal 17 Juli 1990.
Perusahaan berdomisili di Indonesia dengan kantor pusat di Jl.
Semampir II/1 Kediri, Jawa Timur, serta memiliki pabrik yang berlokasi di
Kediri dan Gempol. Perusahaan juga mempunyai kantor-kantor perwakilan
yaitu kantor perwakilan Jakarta dan kantor perwakilan Surabaya.
4. HM Sampoerna Tbk.
PT. Hanjaya Mandala (HM) Sampoerna Tbk. adalah perusahaan
yang bergerak di bidang industri dan perdagangan rokok serta investasi
saham pada perusahaan-perusahaan lain. Perusahaan ini berdiri pada
tanggal 19 Oktober 1963. HM Sampoerna Tbk. terdaftar di Bursa Efek
Jakarta pada tahun 1990. Dji Sam Soe dan Sampoerna A Mild merupakan
merek-merek utama Sampoerna di segmen premium, sementara Sampoerna
Kretek adalah merek yang bersaing pada segmen harga menengah.
Sampoerna mengoperasikan enam pabrik rokok di Jawa Timur (Surabaya,
Pandaan, Malang) dan di Jawa Barat (Karawang).
41
5. Indofood Sukses Makmur Tbk.
Indofood Sukses Makmur Tbk. adalah perusahaan yang bergerak
di bidang makanan. Perusahaan ini pada awalnya adalah perusahaan
perseorangan yang berdiri pada tahun 1971 oleh Sudono Salim dengan
nama perusahaan Panganjaya Intikusuma yang pada tanggal 14 Agustus
tahun 1990 berubah menjadi Indofood, kemudian terdaftar di Bursa Efek
Jakarta tanggal 14 Juli 1994. Perusahaan ini mengekspor bahan
makanannya hingga Australia, Asia, dan Eropa.
Kantor pusat perusahaan berlokasi di Sudirman Plaza, Indofood
Tower, Lantai 27, Jl. Jenderal Sudirman Kav. 76 – 78, Jakarta. Pabrik
perusahaan berlokasi di berbagai tempat di pulau Jawa, Sumatra,
Kalimantan, Sulawesi dan Malaysia.
Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, Indofood
memperoleh manfaat dari ketangguhan model bisnisnya yang terdiri dari
empat Kelompok Usaha Strategis (Grup) yang saling melengkapi sebagai
berikut:
a. Produk Konsumen Bermerek (CBP). Kegiatan usahanya
dilaksanakan oleh PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP),
yang sahamnya tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak tanggal
7 Oktober 2010.
b. Bogasari, memiliki kegiatan usaha utama memproduksi tepung
terigu dan pasta.
c. Agribisnis. Kegiatan usahanya terkonsentrasi pada Indofood Agri
Resources Ltd., yang tercatat di Bursa Efek Singapura, dan anak-
42
anak perusahaanya termasuk PT PP London Sumatra Indonesia Tbk
(Lonsum) dan PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP), yang tercatat
di BEI. Kegiatan usaha utama Grup ini meliputi penelitian dan
pengembangan, pembibitan, pemuliaan dan pengolahan kelapa sawit
hingga produksi dan pemasaran minyak goreng, margarin dan
shortening bermerek. Di samping itu, kegiatan usaha Grup ini juga
mencakup pemuliaan dan pengolahan karet dan tebu serta tanaman
lainnya.
d. Distribusi, memiliki jaringan distribusi yang paling luas di
Indonesia.
6. Kalbe Farma Tbk.
Kalbe Farma Tbk. memulai operasi komersial pada tanggal 10
September 1966 dan terdaftar di Bursa Efek Jakarta pada tanggal 30 Juli
1991. Perusahaan ini bergerak di bidang industri dan distribusi produk
farmasi (obat-obatan bagi manusia dan hewan).
Saat ini, perusahaan terutama bergerak dalam bidang produksi
dan pengembangan produk farmasi. Perusahaan telah berhasil
memposisikan merek-mereknya sebagai pemimpin di dalam masing-
masing kategori terapi dan segmen industri tidak hanya di Indonesia namun
juga di berbagai pasar internasional, dengan produk-produk kesehatan dan
obat-obatan yang telah senantiasa menjadi andalan keluarga seperti
Promag, Mixagrip, Woods, Komix, Prenagen dan Extra Jos.
Perusahaan berkedudukan di Jakarta dimana kantor pusat berada
di gedung KALBE, Jl. Letnan Jenderal Suprapto Kav 4, Cempaka Putih,
43
Jakarta 10510. Fasilitas pabrik berlokasi di Kawasan Industri Delta Silicon,
Jl. M. H. Thamrin Blok A.3-1, Lippo Cikarang, Bekasi, Jawa Barat.
7. Multi Bintang Indonesia Tbk.
NV Nederlandsch-Indische Bierbrouwerijen awalnya berdiri di
Medan tahun 1929 dan memiliki pabrik bir di Surabaya. Kemudian di tahun
1936 domisili perusahaan dipindahkan ke Surabaya dimana pada tahun
yang sama Heineken NV menjadi pemegang saham mayoritas. Di tahun
1951, perusahaan mengubah namanya menjadi Heineken’s Nederlandsch-
Indische Bierbrouwerijen Maatschappij NV, dan pada tahun 1972
membangun satu pabrik bir lagi di Tangerang.
Setelah beberapa kali berganti nama, perusahaan akhirnya
memakai nama PT Multi Bintang Indonesia dan resmi menjadi perusahaan
publik di tahun 1981 dan mengalihkan domisilinya dari Surabaya ke
Jakarta. Pada tahun ini pula, perseroan mencatatkan perusahaannya di
Bursa Efek Jakarta dan Surabaya. Pada tanggal 30 November 2007, Bursa
Efek Surabaya dimerger ke Bursa Efek Indonesia dan membentuk Bursa
Efek Indonesia. Dengan demikian, sejak 3 Desember 2007, saham
perusahaan telah diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia.
Sesuai dengan anggaran dasar, perusahaan beroperasi dalam
industri bir (seperti Bir Bintang dan Green Sands) dan minuman lainnya.
Perusahaan mengoperasikan pabrik-pabriknya di Sampang Agung
(Mojokerto) dan Tangerang, sedangkan anak perusahaannya, PT MuIti
Bintang Indonesia Niaga, mempunyai kantor penjualan dan pemasaran di
44
semua kota besar di Indonesia, dari Medan di Sumatra Utara hingga
Jayapura di Papua.
8. Mustika Ratu Tbk.
Awal pendirian perusahaan ini pada tahun 1975, dimulai dari
garasi kediaman Ibu BRA. Mooryati Soedibyo, kemudian menjadi Mustika
Ratu Tbk berdasarkan akta No. 35 pada tanggal 14 Maret 1978 oleh Notaris
G.H.S. Loemban Tobing, S.H. Sesuai dengan pasal 2 anggaran dasar
perusahaan, ruang lingkup kegiatan perusahaan meliputi pabrikasi,
perdagangan dan distribusi jamu dan kosmetik tradisional serta minuman
sehat dan kegiatan usaha lain yang berkaitan.
Perusahaan berdomisili di Jalan Gatot Subroto, Jakarta dan
pabrik berlokasi di Jalan Raya Bogor KM. 26,4 Ciracas, Jakarta Timur.
Perusahaan memulai kegiatan komersial pada tahun 1978.
9. Unilever Indonesia Tbk.
Unilever Indonesia Tbk didirikan pada 5 Desember 1933 dengan
nama pertama kali Zeepfabrieken N.V. Lever dengan akta No. 33 yang
dibuat oleh Tn.A.H. van Ophuijsen, seorang notaris di Batavia. Kemudian
dengan akta No.92 yang dibuat oleh notaris Tn. Mudofir Hadi, S.H.
tertanggal 30 Juni 1997, nama perusahaan diubah menjadi PT Unilever
Indonesia Tbk.
Perusahaan mendaftarkan 15% dari sahamnya di Bursa Efek
Jakarta dan Bursa Efek Surabaya pada tanggal 16 November 1981.
Perusahaan bergerak dalam bidang produksi sabun, deterjen, margarin,
45
minyak sayur dan makanan yang terbuat dari susu, es krim, makanan dan
minuman dari teh dan produk-produk kosmetik.
Kantor pusat perusahaan berada di Graha Unilever, Jalan Jend.
Gatot Subroto Kav.15, Jakarta. Perusahaan ini memiliki enam pabrik di
Kawasan Industri Jababeka, Cikarang, Bekasi, dan dua pabrik di Kawasan
Industri Rungkut, Surabaya, Jawa Timur.
D. Prosedur Analisa Data
Langkah pertama sebelum dilakukan pengujian terhadap variabel
dependen dan independen adalah menghitung variabel dependen dan independen.
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Dividend Payout Ratio (DPR),
sedangkan variabel independen adalah Return On Assets (ROA), Current Ratio
(CR) dan Debt Ratio (DR) pada perusahaan industri barang konsumsi yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Variabel ini diperoleh dengan cara menghitung
sesuai rumus masing-masing, yang sumber datanya diperoleh dari Indonesian
Capital Market Directory.
Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan
metode statistik memakai analisis regresi linier berganda. Menurut Priyatno
(2010 : 61), analisis regresi linier berganda adalah hubungan secara linier antara
dua atau lebih variabel independen (X1, X2, X3,.... Xn) dengan variabel
dependen (Y).
Agar metode regresi berganda dapat dijadikan alat estimasi yang tidak
bias, maka harus memenuhi asumsi klasik yaitu uji normalitas, uji
multikolinearitas, uji autokorelasi dan uji heteroskedastisitas.
46
E. Analisis Deskriptif
Analisis dalam statistik deskriptif pada umumnya berkaitan dengan
pengumpulan dan peringkasan data, serta menggambarkan karakteristik data yang
digunakan dalam penelitian seperti ukuran data, nilai rata-rata, nilai maksimum
dan minimum, standar deviasi, dan variasi.
1. Gambaran Mengenai Dividend Payout Ratio
Berikut ini disajikan ikhtisar mengenai Dividend Payout Ratio dari
perusahaan industri konsumsi selama tahun 2007 s.d 2009 yang dapat dilihat
dalam tabel 1.
Tabel 1
Hasil Perhitungan Dividend Payout Ratio (DPR)
No Nama Perusahaan 2007 2008 2009 Rata-rata
1 Aqua Golden Mississippi Tbk 19,97% 19,18% 24,70% 21,28%
2 Delta Djakarta Tbk 47,37% 66,92% 120,25% 78,18%
3 Gudang Garam Tbk 33,32% 35,81% 36,19% 35,11%
4 HM Sampoerna Tbk 65,31% 12,38% 65,91% 47,86%
5 Indofood Sukses Makmur Tbk 41,42% 39,89% 39,34% 40,22%
6 Kalbe Farma Tbk 14,39% 17,96% 27,33% 19,89%
7 Multi Bintang Indonesia Tbk 124,84% 142,17% 99,95% 122,32%
8 Mustika Ratu Tbk 20,00% 25,00% 20,00% 21,67%
9 Unilever Indonesia Tbk 99,81% 99,84% 100,01% 99,89%
Rata-rata (mean) 51,83% 51,02% 59,30% 54,05%
Standar deviasi 38,94
Sumber: Hasil pengolahan data menggunakan excell dan software SPSS
Berdasarkan tabel 1 tersebut, dapat diketahui variabel DPR memiliki
nilai terendah (minimum) sebesar 12,38% yaitu HM Sampoerna Tbk (2008) dan
nilai tertinggi (maximum) sebesar 142,17% yaitu Multi Bintang Indonesia Tbk
(2008). Perusahaan yang mempunyai rata-rata DPR terbesar adalah Multi Bintang
Indonesia Tbk (122,32%). Hal ini menunjukkan bahwa Multi Bintang Indonesia
Tbk membagi dividen per lembar saham lebih dari laba per lembar saham. Hasil
penelusuran laporan keuangan Multi Bintang Indonesia diketahui bahwa dividen
47
yang dibagi ini merupakan akumulasi dari laba ditahan yang tidak seluruhnya
dibagikan sebelum tahun 2007.
Bila dilihat dari besaran pembagian dividen selama 2007-2009, rata-rata
perusahaan industri konsumsi membagikan dividen relatif stabil. Misalnya
Unilever Indonesia Tbk yang mempunyai DPR berturut-turut sebesar 99,81%
(2007), 99,84% (2008) dan 100,01% (2009). Hanya ada dua perusahaan yang
rasio DPR-nya berfluktuatif yaitu Delta Jakarta Tbk dan HM Sampoerna Tbk.
Besarnya nilai rata-rata variabel DPR adalah 54,04% dengan nilai
standar deviasi sebesar 38,94331%. Nilai rata-rata sebesar 54,04% menunjukkan
bahwa secara umum perusahaan industri bahan konsumsi membayarkan dividen
per lembar saham dari 54,04% laba bersihnya.
2. Gambaran Mengenai Return On Assets
Berikut ini disajikan ikhtisar mengenai Return On Assets dari
perusahaan industri konsumsi selama tahun 2007 s.d 2009 yang dapat dilihat
dalam tabel 2.
Tabel 2
Hasil Perhitungan Return On Assets (ROA)
No Nama Perusahaan 2007 2008 2009 Rata-rata
1 Aqua Golden Mississippi Tbk 7,39% 8,21% 8,36% 7,99%
2 Delta Djakarta Tbk 7,99% 11,99% 16,64% 12,21%
3 Gudang Garam Tbk 6,03% 7,81% 12,69% 8,84%
4 HM Sampoerna Tbk 23,11% 24,14% 28,72% 25,32%
5 Indofood Sukses Makmur Tbk 3,32% 2,61% 5,14% 3,69%
6 Kalbe Farma Tbk 13,73% 12,39% 14,33% 13,49%
7 Multi Bintang Indonesia Tbk 13,57% 23,61% 34,27% 23,82%
8 Mustika Ratu Tbk 3,52% 6,28% 5,75% 5,18%
9 Unilever Indonesia Tbk 36,84% 37,01% 40,67% 38,17%
Rata-rata (mean) 12,83% 14,90% 18,51% 15,41%
Standar deviasi 11,49
Sumber: Hasil pengolahan data menggunakan excell dan software SPSS
48
Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa nilai terendah (minimum) dari
variabel Return On Assets adalah sebesar 2,61% yaitu Indofood Sukses Makmur
Tbk (2008) dan nilai tertinggi (maximum) sebesar 40,67% yaitu Unilever
Indonesia Tbk (2009). Dari tahun 2007 s.d 2009, rata-rata tingkat profitabilitas
perusahaan industri konsumsi menunjukkan kenaikan yang artinya kinerja
perusahaan semakin membaik.
Kemudian nilai rata-rata variabel Return On Assets adalah 15,41%
dengan nilai standar deviasi sebesar 11,49%. Nilai 15,41% menunjukkan bahwa
untuk setiap seratus rupiah aktiva yang dimiliki perusahaan, perusahaan
mendapatkan keuntungan sebesar 15,41 rupiah.
3. Gambaran Mengenai Current Ratio
Berikut ini disajikan ikhtisar mengenai Current Ratio dari perusahaan
industri konsumsi selama tahun 2007 s.d 2009 yang dapat dilihat dalam tabel 3.
Tabel 3
Hasil Perhitungan Current Ratio (CR)
No Nama Perusahaan 2007 2008 2009 Rata-rata
1 Aqua Golden Mississippi Tbk 709,16% 781,86% 633,52% 708,18%
2 Delta Djakarta Tbk 417,26% 378,94% 470,36% 422,19%
3 Gudang Garam Tbk 193,48% 221,74% 246,00% 220,40%
4 HM Sampoerna Tbk 177,97% 144,43% 188,06% 170,15%
5 Indofood Sukses Makmur Tbk 92,10% 89,77% 116,09% 99,32%
6 Kalbe Farma Tbk 498,26% 333,35% 298,70% 376,77%
7 Multi Bintang Indonesia Tbk 59,12% 93,53% 65,89% 72,84%
8 Mustika Ratu Tbk 768,02% 631,06% 717,89% 705,66%
9 Unilever Indonesia Tbk 110,98% 100,39% 104,17% 105,18%
Rata-rata (mean) 336,26% 308,34% 315,63% 320,08%
Standar deviasi 244,58
Sumber: Hasil pengolahan data menggunakan excell dan software SPSS
Nilai standar deviasi sebesar 244,58 yang artinya penyebaran atau
penyimpangan data dalam variabel Current Ratio cukup besar. Hal ini dapat
49
dilihat dari selisih antara nilai tertinggi dan terendah dari variabel ini. Variabel
Current Ratio mempunyai nilai terkecil (minimum) sebesar 59,12% yaitu Multi
Bintang Indonesia Tbk (2007) dan terbesar (maximum) adalah 781,86% yaitu
Aqua Golden Mississipi Tbk (2008).
Rata-rata (mean) dari Current Ratio adalah 320,08% yang berarti bahwa
setiap 1,00 rupiah hutang lancar dijamin dengan aktiva lancar sebesar 3,20 rupiah.
Hal ini menunjukkan bahwa selama periode 2007 – 2009, perusahaan industri
makanan konsumsi mampu untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya, atau
dengan kata lain perusahaan industri makanan konsumsi mampu untuk melunasi
hutang lancarnya yang harus dipenuhi dengan aktiva lancar, karena nilai aktiva
lebih besar dibandingkan dengan nilai utang lancarnya.
4. Gambaran Mengenai Debt Ratio
Berikut ini disajikan ikhtisar mengenai Debt Ratio dari perusahaan
industri konsumsi selama tahun 2007 s.d 2009 yang dapat dilihat dalam tabel 4.
Tabel 4
Hasil Perhitungan Debt Ratio (DR)
No Nama Perusahaan 2007 2008 2009 Rata-rata
1 Aqua Golden Mississippi Tbk 42,35% 41,10% 41,92% 41,79%
2 Delta Djakarta Tbk 22,21% 24,96% 21,15% 22,77%
3 Gudang Garam Tbk 40,91% 35,53% 32,49% 36,31%
4 HM Sampoerna Tbk 48,56% 50,10% 40,93% 46,53%
5 Indofood Sukses Makmur Tbk 63,26% 66,77% 61,63% 63,88%
6 Kalbe Farma Tbk 21,83% 23,83% 26,10% 23,92%
7 Multi Bintang Indonesia Tbk 68,19% 63,43% 89,40% 73,67%
8 Mustika Ratu Tbk 11,53% 14,42% 13,46% 13,13%
9 Unilever Indonesia Tbk 49,49% 52,24% 50,45% 50,73%
Rata-rata (mean) 40,92% 41,38% 41,95% 41,42%
Standar deviasi 19,49
Sumber: Hasil pengolahan data menggunakan excell dan software SPSS
50
Pada variabel Debt Ratio, nilai terendah (minimum)-nya adalah sebesar
11,53% yaitu Mustika Ratu Tbk (2007) serta nilai tertinggi (maximum) sebesar
89,40% yaitu Multi Bintang Indonesia Tbk (2009). Kemudian nilai rata-rata
variabel Debt Ratio adalah 41,42% dengan nilai standar deviasi sebesar 19,49.
Standar deviasi ini menunjukkan bahwa variabel Debt Ratio mempunyai
persebaran yang kecil.
Semakin besar rasio ini menunjukkan semakin besar tingkat
ketergantungan perusahaan terhadap pihak kreditur. Namun, tidak seluruh
perusahaan yang hutangnya lebih besar dari modal/ekuitasnya maka pasti
hutangnya tidak wajar dan menunjukkan bahwa perusahaan tidak sehat. Salah
satu contohnya adalah Multi Bintang Indonesia Tbk. Penelusuran lebih lanjut
terhadap laporan keuangan perusahaan ini menunjukkan bahwa hutang usaha
yang dimiliki adalah hutang produktif yang digunakan dalam operasional
perusahaan. Sebagai contoh dalam laporan keuangan tahun 2009, perusahaan
memiliki hutang usaha sebesar Rp888.122.000.000,00, terdiri dari hutang lancar
sebesar Rp852.194.000,00 dan hutang tidak lancar sebesar Rp35.928.000.000,00.
Hutang lancar terdiri dari hutang usaha, hutang pajak, hutang dividen, biaya yang
masih harus dibayar, dan hutang lain-lain. Hutang-hutang ini pada umumnya
tidak mengandung bunga yang terlalu tinggi atau denda yang memberatkan
perusahaan, sehingga dapat dikatakan tidak berpengaruh terhadap perolehan laba
bersih perusahaan di tahun selanjutnya.
51
F. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik diperlukan untuk mengestimasi model regresi yang
digunakan dalam penelitian agar menunjukkan hubungan yang valid atau tidak
bias. Berikut hasil analisis masing-masing uji asumsi klasik yang digunakan dalam
penelitian ini:
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel independen dan variabel dependen mempunyai distribusi yang normal.
Model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi data normal atau
mendekati normal. Data yang memiliki distribusi normal merupakan salah satu
syarat dilakukannya parametric-test. Menurut Sujianto (2009 : 78) normalitas
dapat dideteksi dengan pendekatan Kolmogorov-Smirnov yang dipadukan
dengan kurva normal Q-Q Plots. Ketentuan dalam pengujian ini adalah jika
probabilitas atau Asymp. Sig. (2-tailed) lebih besar dari level of significant (α)
maka data berdistribusi normal. Sebagaimana telah dijelaskan dalam bab II,
penelitian ini menggunakan tingkat keyakinan 95% atau level of significant (α)
5%, sehingga jika nilai Sig. atau signifikansi > 0,05 maka distribusi data adalah
normal.
Hasil pengujian normalitas tampak dalam Tabel 5 sebagai berikut:
52
Tabel 5
Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
DPR (%) ROA (%) CR (%) DR (%)
N 27 27 27 27
Normal Parametersa,,b
Mean 54.0470 15.4067 320.0774 41.3333
Std. Deviation 38.94331 11.48919 244.57817 19.49359
Most Extreme
Differences
Absolute .220 .204 .179 .118
Positive .220 .204 .179 .118
Negative -.142 -.133 -.143 -.086
Kolmogorov-Smirnov
Z
1.142 1.060 .931 .611
Asymp. Sig. (2-tailed) .147 .211 .352 .850
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber: Hasil pengolahan data menggunakan software SPSS
Dari hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa data telah
terdistribusi secara normal. Hal ini ditunjukkan dengan hasil Asymp. Sig. (2-
tailed) yang memiliki tingkat signifikansi di atas 0,05 untuk setiap variabel.
Hasil terakhir di atas juga didukung hasil grafik Normal Probability Plot-nya
seperti Gambar 2 di bawah ini:
53
Gambar 2
Hasil Uji Normalitas dengan Normal P-P Plots
Sumber: Hasil pengolahan data menggunakan software SPSS
Dengan melihat tampilan grafik normal plot terlihat bahwa titik-titik
sebaran mendekati garis normal, sehingga dapat disimpulkan bahwa data tidak
mengalami gangguan normalitas.
2. Uji Multikolinieritas
Tujuan uji multikolinieritas adalah untuk menguji apakah pada model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika terjadi
korelasi maka dinamakan terdapat problem multikolinieritas (multiko). Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel independen.
Pengujian multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai Variance Inflation
Factor (VIF) dan Tolerance dengan kriteria dikatakan bebas dari masalah
multikolinearitas bila memiliki nilai VIF kurang dari 10 dan angka tolerance
lebih dari 0,1.
54
Tabel 6
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 ROA (%) .743 1.346
CR (%) .428 2.335
DR (%) .496 2.018
a. Dependent Variable: DPR (%)
Sumber: Hasil pengolahan data menggunakan software SPSS
Suatu model regresi dinyatakan bebas dari multikolinearitas jika
mempunyai nilai Tolerance di atas 0.1 dan nilai VIF di bawah 10. Dari Tabel 6
dapat diketahui bahwa semua variabel independen memiliki nilai Tolerance di
atas 0.1 dan nilai VIF jauh di bawah angka 10. Hal ini menunjukkan dalam
model ini tidak terjadi multikolinearitas.
3. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi
linier adanya korelasi antara kesalahan pengganggu (residual) pada periode t
dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Metode pengujian
autokorelasi dilakukan dengan uji Durbin-Watson (Uji DW).
Hasil uji autokorelasi ditunjukkan dala tabel 7 sebagai berikut:
Tabel 7
Hasil Uji Autokorelasi dengan Durbin-Watson
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .692a .479 .411 29.87740 2.236
a. Predictors: (Constant), DR (%), ROA (%), CR (%)
b. Dependent Variable: DPR (%)
Sumber: Hasil pengolahan data menggunakan software SPSS
55
Autokorelasi
Positif
Daerah ragu-
ragu
Tidak ada
autokorelasi
Autokorelasi
Negatif
Daerah ragu-
ragu
Berdasar hasil analisis regresi pada Tabel 7 maka diperoleh nilai
hitung Durbin Watson sebesar 2,236; Sedangkan besarnya DW-tabel untuk
k (banyaknya variabel independen) = 3 dan n (banyaknya observasi) = 27
adalah: dl (batas luar) = 1,162; du (batas dalam) = 1,651; 4 – du = 2,349;
dan 4 – dl = 2,838; maka dari perhitungan disimpulkan bahwa DW-test
terletak pada daerah uji. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 3 sebagai
berikut:
Gambar 3
Hasil Uji Autokorelasi dengan Durbin-Watson
0 1,162 1,651 2,349 2,838 4
2,236
Hasil di atas menunjukkan bahwa nilai DW sebesar 2,236 terletak
pada daerah yang tidak mengalami autokorelasi. Dari hasil tersebut, dapat
disimpulkan bahwa model regresi memenuhi kriteria bebas asumsi
autokorelasi.
4. Uji Heteroskedastisitas
Tujuan dari uji heteroskedastisitas adalah untuk menguji apakah dalam
sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari suatu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Penelitian ini menggunakan grafik
Scatterplot of Regresion Studentized Residual untuk menguji asumsi
heteroskedastisitas. Menurut Sujianto (2009 : 79) tidak terdapat
heteroskedastisitas jika penyebaran titik-titik data tidak berpola, titik-titik data
56
menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka 0, dan titik-titik data tidak
mengumpul di atas atau di bawah saja.
Gambar 4
Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Scatterplot
Sumber: Hasil pengolahan data menggunakan software SPSS
Dari hasil tersebut terlihat bahwa titik-titik yang ada, meski
penyebarannya tidak berpencar sempurna di atas dan di bawah angka 0 pada
sumbu Y, namun tidak ada pola yang jelas atau pola tertentu seperti titik-titik
(point-point) yang membentuk pola teratur seperti bergelombang, menyebar
kemudian menyempit. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa model ini bebas
masalah asumsi heteroskedastisitas.
57
G. Analisis Regresi dan Koefisien Determinasi
Dari data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan metode regresi dan
dihitung dengan menggunakan program SPSS. Berdasar output SPSS
tersebut secara parsial pengaruh dari Return On Assets (ROA), Current Ratio
(CR) dan Debt Ratio (DR) terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) ditunjukkan
pada Tabel 8 sebagai berikut:
Tabel 8
Hasil Perhitungan Regresi Berganda
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 24.109 30.091 .801 .431
ROA (%) 1.622 .592 .478 2.741 .012
CR (%) -.028 .037 -.178 -.774 .447
DR (%) .339 .427 .170 .794 .435
a. Dependent Variable: DPR (%)
Sumber: Hasil pengolahan data menggunakan software SPSS
Dari tabel di atas, maka didapat persamaan model regresi dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
DPR = 24,109 + 1,622 ROA – 0,028 CR + 0,339 DR
Berdasarkan hasil persamaan regresi linier berganda tersebut dapat
diketahui bahwa:
1. Nilai konstanta DPR sebesar 24,109. Hal ini mengindikasikan bahwa DPR
mempunyai nilai sebesar 24,109 dengan tidak dipengaruhi oleh variabel-
variabel independen (ROA, CR dan DR).
2. Variabel ROA sebesar 1,622 menjelaskan pengaruh positif terhadap
variabel DPR. Koefisien ini menunjukkan bahwa setiap adanya peningkatan
58
ROA sebesar 1 satuan akan menambah kemampuan perusahaan membayar
dividen sebesar sebesar 1,622.
3. Variabel CR sebesar (-0,028) menjelaskan pengaruh negatif terhadap DPR.
Koefisien ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan CR sebesar 1 satuan
akan mengurangi pembayaran dividen sebesar 0,028.
4. Variabel DR sebesar 0,339 menjelaskan pengaruh positif terhadap DPR.
Koefisien ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan DR sebesar 1 satuan
akan meningkatkan Dividend Payout Ratio sebesar 0,339.
Selanjutnya, hasil perhitungan koefisien determinasi (Adjusted R
square) ditunjukkan dengan tabel 9 berikut ini:
Tabel 9
Hasil Perhitungan Koefisien Determinasi
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .692a .479 .411 29.87740
a. Predictors: (Constant), DR (%), ROA (%), CR (%)
Sumber: Hasil pengolahan data menggunakan software SPSS
Angka Adjusted R Square atau koefisien determinasi yang mengukur
seberapa jauh kemampuan variabel independen mempengaruhi variabel
dependen adalah 0,411. Angka ini menunjukkan bahwa 41,1% variabel DPR
bisa dijelaskan oleh variasi dari ketiga variabel independent, yaitu ROA, CR
dan DR. Sedangkan sisanya sebesar 58,9% dijelaskan oleh sebab-sebab lain
yang tidak diperhitungkan dalam penelitian ini.
59
H. Pengujian Hipotesis
1. Uji F
Hipotesis pertama yang akan diuji adalah apakah variabel dependen
yaitu ROA, CR dan DR berpengaruh secara bersama-sama/ simultan
terhadap variabel dependen yaitu DPR.
H0: Diduga nilai Return On Assets, Current Ratio dan Debt Ratio secara
simultan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap nilai
Dividend Payout Ratio.
Ha : Diduga nilai Return On Assets, Current Ratio dan Debt Ratio secara
simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap nilai Dividend
Payout Ratio.
Uji F dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen. Pengambilan keputusan dilakukan
berdasarkan perbandingan antara nilai Fhitung (F ratio) dengan nilai Ftabel
(nilai kritis) sesuai dengan tingkat signifikansi yang digunakan. Jika Fhitung
< Ftabel, maka keputusannya adalah menerima daerah penerimaan hipotesis
nol (H0). Jika Fhitung > Ftabel , maka keputusannya adalah menolak hipotesis
nol (H0) dan menerima hipotesis alternatif (Ha). Artinya, secara statistik
data yang digunakan membuktikan bahwa semua variabel independen, yaitu
nilai Return On Assets (X1), Current Ratio (X2), dan Debt Ratio (X3)
berpengaruh terhadap nilai variabel dependen, yaitu nilai Dividend Payout
Ratio (Y).
60
Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 10 berikut ini:
Tabel 10
Hasil Uji F
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 18899.960 3 6299.987 7.058 .002a
Residual 20531.156 23 892.659
Total 39431.116 26
a. Predictors: (Constant), DR (%), ROA (%), CR (%)
b. Dependent Variable: DPR (%)
Sumber: Hasil pengolahan data menggunakan software SPSS
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa nilai Fhitung adalah
7,058 sedangkan nilai Ftabel untuk df1=(k-1)=(3-1)=2 dan df2=(n-k-1)=(27-
3-1)=23 adalah 3,422, maka dapat diambil kesimpulan bahwa secara
bersama-sama ketiga variabel independen (ROA, CR dan DR) berpengaruh
terhadap variabel dependen (DPR).
Selain itu, nilai sig. F sebesar 0,002 berada jauh dibawah 0,05 (0,002
< 0,05) sehingga diketahui bahwa secara simultan semua variabel
independen berpengaruh secara signifikan terhadap DPR. Demikian Dengan
demikian, uji F menghasilkan kesimpulan bahwa Ho ditolak dan Ha
diterima.
2. Uji t
Uji t atau t test dilakukan untuk mengetahui pengaruh secara parsial dari
masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Pembuktian
dilakukan dengan membandingkan nilai thitung dengan ttabel dengan α = 5 %, dan
membandingkan tingkat sig. t dengan α yang ditetapkan untuk melihat
61
signifikansinya, Jika thitung < ttabel, maka keputusannya adalah menerima daerah
penerimaan hipotesis nol (H0). Jika pengujian terhadap koefisien regresi, thitung
> ttabel, maka hasil keputusannya adalah menolak hipotesis nol (H0) dan
menerima hipotesis alternatif (Ha). Artinya variabel independen tersebut
masing-masing berpengaruh terhadap variabel dependen, yaitu nilai Dividend
Payout Ratio.
Berikut ini adalah hasil uji t analisis regresi:
Tabel 11
Hasil Uji t
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 24.109 30.091 .801 .431
ROA (%) 1.622 .592 .478 2.741 .012
CR (%) -.028 .037 -.178 -.774 .447
DR (%) .339 .427 .170 .794 .435
a. Dependent Variable: DPR (%)
Sumber: Hasil pengolahan data menggunakan software SPSS
Dengan melihat tabel distribusi t diperoleh nilai ttabel dengan df (N-k) =
27-3 = 24 dan adalah 2,0639, sedangkan nilai thitung masing-masing variabel
independen dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Pengaruh ROA terhadap DPR
Hipotesis kedua ditujukan untuk mengetahui pengaruh Return On Assets
(ROA) terhadap besarnya pembayaran dividen.
H0: Diduga nilai Return On Assets tidak mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap nilai Dividend Payout Ratio.
62
Ha: Diduga nilai Return On Assets mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap nilai Dividend Payout Ratio.
Dari uji t diperoleh angka thitung ROA adalah 2,741. Angka thitung ternyata
lebih besar dari ttabel (2,741 > 2,0639), maka secara statistik terbukti bahwa
secara parsial ROA berpengaruh terhadap DPR. Angka signifikansinya (sig.)
adalah 0,012. Nilai Sig. t ini berada dibawah 0,05 (0,012 < 0,05), dengan
demikian ROA berpengaruh secara signifikan. Dari koefisien regresinya
diketahui bahwa pengaruh ROA ini adalah positif. Oleh karena itu, dapat
diambil kesimpulan bahwa H0 ditolak dan menerima Ha.
Tanda positif pada koefisien ROA sesuai dengan asumsi semula bahwa
semakin tinggi profitabilitas perusahaan maka semakin besar pembayaran
dividen kepada pemegang saham. Dengan pembagian dividen ini, perusahaan
ingin menunjukkan kepada para investor dan calon investor bahwa perusahaan
dalam kondisi sehat sekaligus menunjukkan indikator dari keberhasilan operasi
perusahaan.
2. Pengaruh CR terhadap DPR
Hipotesis ketiga ditujukan untuk mengetahui pengaruh Current Ratio
(CR) terhadap besarnya pembayaran dividen.
H0: Diduga nilai Current Ratio tidak mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap nilai Dividend Payout Ratio.
Ha: Diduga nilai Current Ratio mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
nilai Dividend Payout Ratio.
Dari uji t diperoleh angka thitung CR adalah (-0,744). Angka thitung
ternyata lebih kecil dari ttabel (-0,744 < 2,0639), maka secara statistik terbukti
63
bahwa secara parsial CR tidak memiliki pengaruh terhadap DPR. Hal ini
menunjukkan bahwa suatu perusahaan yang mempunyai likuiditas tinggi belum
tentu melakukan pembagian dividen. Begitu juga dengan perusahaan yang
mempunyai likuiditas rendah belum tentu tidak membagikan dividen, karena
boleh jadi perusahaan tetap akan membayarkan dividen melalui hutang.
Angka signifikansi (sig.) dalam variabel ini adalah 0,447. Nilai Sig. t ini
berada di atas 0,05 (0,447 > 0,05), dengan demikian CR ini dapat dikatakan
tidak signifikan. Oleh karena itu, dapat diambil kesimpulan bahwa H0 diterima
dan menolak Ha.
3. Pengaruh DR terhadap DPR
Hipotesis keempat ditujukan untuk mengetahui pengaruh Debt Ratio
(DR) terhadap besarnya pembayaran dividen.
H0: Diduga nilai Debt Ratio tidak mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap nilai Dividend Payout Ratio.
Ha : Diduga nilai Debt Ratio mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
nilai Dividend Payout Ratio.
Dari uji t diperoleh angka thitung DR adalah 0,794. Angka thitung ternyata
lebih besar dari ttabel (0,794 < 2,0639), maka secara statistik terbukti bahwa
secara parsial DR tidak memiliki pengaruh terhadap DPR. Angka
signifikansinya (sig.) adalah 0,435. Nilai Sig. t ini berada di atas 0,05 (0,435 >
0,05), dengan demikian dapat dikatakan DR ini tidak berpengaruh signifikan
terhadap DPR. Oleh karena itu, dapat diambil kesimpulan bahwa H0 diterima
dan menolak Ha.
64
Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif tidak signifikan
DR terhadap DPR. Hal ini disebabkan karena perusahaan yang tidak memiliki
dana internal yang memadai tetapi bermaksud mempertahankan dividen dan
melakukan investasi akan mengeluarkan utang untuk membayar dividen dan
melakukan investasi. Ini dapat dlihat dari nilai utang perusahaan yang juga
semakin meningkat.
65
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini mencoba untuk meneliti, apakah Return On Assets (ROA),
Current Ratio (CR) dan Debt Ratio (DR) berpengaruh terhadap Dividen Payout
Ratio (DPR) pada perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia periode 2007-2009. Berdasarkan analisis dan pembahasan yang
telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Berdasarkan pengujian secara simultan dengan uji F, diperoleh hasil nilai
Fhitung (7,058) lebih besar dari Ftabel (3,422), maka ketiga variabel
independen yang terdiri dari ROA, CR dan DR, secara bersama-sama
terbukti berpengaruh signifikan terhadap tingkat pembayaran dividen kas
yang ditunjukkan dengan rasio DPR.
2. Berdasarkan pengujian secara parsial dengan uji t, diketahui bahwa terdapat
satu variabel independen yang berpengaruh signifikan terhadap DPR, yaitu
ROA, sedangkan variabel CR dan DR ditemukan tidak berpengaruh
signifikan terhadap variabel DPR.
3. Nilai koefisien determinasi dalam penelitian ini adalah 41,1% yang berarti
41,1% variabel DPR bisa dijelaskan oleh variasi dari ketiga variabel
independent, yaitu ROA, CR dan DR, sedangkan sisanya sebesar 58,9%
dijelaskan oleh sebab-sebab lain yang tidak diperhitungkan dalam penelitian
ini.
66
4. Para pemegang saham dan investor dapat memperkirakan besarnya dividen
yang akan dibagikan oleh perusahaan melalui rasio profitabilitasnya. Jika
perusahaan mempunyai net income yang tinggi, biasanya perusahaan akan
membagi dividen yang tinggi pula.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang dikemukakan sebelumnya, maka
disarankan sebagai berikut:
1. Bagi para investor dan manajemen perusahaan sebaiknya
mempertimbangkan tingkat Return On Assets (ROA) dalam menetapkan
rasio pembayaran dividen (Dividend Payout Ratio) serta berupaya untuk
meningkatkan rasio profitabilitas dengan cara meningkatkan laba bersih
perusahaan.
C. Faktor-faktor yang digunakan untuk menjelaskan variabel DPR hanya
mencakup 41,1%, oleh sebab itu bagi para pemegang saham dan manajemen
perusahaan sebaiknya mempertimbangkan faktor-faktor lain sebagai
pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi maupun penetapan
kebijakan dividen.
2. Bagi para akademisi yang tertarik untuk melakukan penelitian sejenis,
sebaiknya menggunakan objek penelitian, periode penelitian dan faktor-
faktor yang lebih lengkap agar hasil penelitian dapat lebih sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, Sri Dwi Ari. 2010. Manajemen Keuangan Lanjut. Yogyakarta: Graha Ilmu
Apperaningrum, Izzati dan Engela Vianita. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi
Dividen Kas Pada Perusahaan Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia. Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma.
Brigham, Eugene F dan Joel F. Houston. 2001. Manajemen Keuangan. Jakarta:
Erlangga
Darmadji, Tjiptono dan Hendy M. Fakhruddin. 2011. Pasar Modal di Indonesia.
Jakarta: Salemba Empat
Efferin, Sujoko, Stevanus Hadi Darmadji, Yuliana Tan. 2004. Metode Penelitian untuk
Akuntansi, Sebuah Pendekatan Praktis. Malang: Bayumedia Publishing
Harmono. 2009. Manajemen Keuangan Berbasis Balanced Scorecard. Jakarta: PT.
Bumi Aksara
Haruman, Tendi. 2008. Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Keputusan
Keuangan Dan Nilai Perusahaan (Survey Pada Perusahaan Manufaktur di
PT. Bursa Efek Indonesia). Simposium Nasional Akuntansi XI Pontianak.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat
Indonesia Stock Excange (http//:www.idx.co.id), Juli 2011
Kasmir, 2009. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Rajawali Pres
Kieso, Donald E., Jerry J Weygandt, Terry D. Warfield. 2007. Intermediate Accounting.
Jilid 2. Edisi 12. Terjemahan. Jakarta: Erlangga
Lubis, Tapi Anda Sari dan Yurico. Pengaruh Cash Dividend Coverage, Operating
Cashflow Per Share, Return On Equity, Return On Assets, Total Assets
Turnover, Dan Earning Per Share Terhadap Harga Saham Pada
Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI. Jurnal Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatra Utara.
Manurung, Indah Agustina dan Hasan Sakti Siregar. Pengaruh Laba Bersih Dan Arus
Kas Operasi Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Manufaktur
Yang Go Publik. Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Sumatra Utara.
Priyatno, Duwi. 2010. Paham Analisis Statistik Data dengan SPSS. Yogyakarta:
MediaKom
Rodoni, Ahmad dan Herni Ali. 2010. Manajemen Keuangan. Jakarta: Mitra Wacana
Media
Sarwono, Jonathan. 2006. Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS. Yogyakarta:
CV. Andi Offset
Sjahrial, Dermawan. 2010. Manajemen Keuangan Edisi 4. Jakarta: Mitra Wacana
Media
Stice, Earl K., James D.Stice, K. Fred. Skousen. 2009. Intermediate Accounting, Buku
2. Edisi 16. Terjemahan. Jakarta: Salemba Empat.
Sugiono, Arief dan Edy Untung. 2009. Panduan Praktis Dasar Analisa Laporan
Keuangan. Jakarta: PT. Grasindo
Sujianto, Agus Eko. 2009. Aplikasi Statistik dengan SPSS 16.0. Jakarta: PT. Prestasi
Pustakaraya
Syakur, Ahmad Syafi’i. 2009. Intermediate Accounting dalam Perspektif Lebih Luas.
Jakarta: AV Publisher
Umar, Husein. 2009. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta:
Rajawali Pres
Wahana Komputer, 2009. SPSS 17 untuk Pengolahan Data Statistik. Yogyakarta: CV.
Andi Offset
LAMPIRAN 1
PERHITUNGAN DIVIDEND PAYOUT RATIO
No DPS (Rp) EPS (Rp) DPR (%)
1
2007 1.000,00 5.007,63 19,97%
2008 1.200,00 6.255,43 19,18%
2009 1.800,00 7.286,85 24,70%
2
2007 1.400,00 2.955,73 47,37%
2008 3.500,00 5.230,34 66,92%
2009 9.500,00 7.900,00 120,25%
3
2007 250,00 750,27 33,32%
2008 350,00 977,34 35,81%
2009 650,00 1.796,02 36,19%
4
2007 540,00 826,84 65,31%
2008 110,00 888,72 12,38%
2009 765,00 1.160,70 65,91%
5
2007 43,00 103,81 41,42%
2008 47,00 117,81 39,89%
2009 93,00 236,42 39,34%
6
2007 10,00 69,49 14,39%
2008 12,50 69,60 17,96%
2009 25,00 91,47 27,33%
7
2007 5.000,00 4.004,98 124,84%
2008 15.000,00 10.550,88 142,17%
2009 16.150,00 16.158,42 99,95%
8
2007 5,20 26,00 20,00%
2008 13,02 52,08 25,00%
2009 9,82 49,10 20,00%
9
2007 257,00 257,49 99,81%
2008 315,00 315,50 99,84%
2009 399,00 398,97 100,01%
Kalbe Farma Tbk
Multi Bintang Indonesia Tbk
Mustika Ratu Tbk
Unilever Indonesia Tbk
Nama Perusahaan
Aqua Golden Mississippi Tbk
Delta Djakarta Tbk
Gudang Garam Tbk
HM Sampoerna Tbk
Indofood Sukses Makmur Tbk
LAMPIRAN 2
PERHITUNGAN RETURN ON ASSETS
No EAT (Juta Rp) Total Assets
(Juta Rp) ROA (%)
1
2007 65.913 891.530 7,39%
2008 82.337 1.003.488 8,21%
2009 95.913 1.147.206 8,36%
2
2007 47.331 592.359 7,99%
2008 83.754 698.297 11,99%
2009 126.504 760.426 16,64%
3
2007 1.443.585 23.928.968 6,03%
2008 1.880.492 24.072.959 7,81%
2009 3.455.702 27.230.965 12,69%
4
2007 3.624.018 15.680.542 23,11%
2008 3.895.280 16.133.819 24,14%
2009 5.087.339 17.716.447 28,72%
5
2007 980.357 29.527.466 3,32%
2008 1.034.389 39.594.264 2,61%
2009 2.075.861 40.382.953 5,14%
6
2007 705.694 5.138.213 13,73%
2008 706.822 5.703.832 12,39%
2009 929.004 6.482.447 14,33%
7
2007 84.385 621.835 13,57%
2008 222.307 941.389 23,61%
2009 340.458 993.465 34,27%
8
2007 11.130 315.998 3,52%
2008 22.290 354.781 6,28%
2009 21.017 365.636 5,75%
9
2007 1.964.652 5.333.406 36,84%
2008 2.407.231 6.504.736 37,01%
2009 3.044.107 7.484.990 40,67%
Kalbe Farma Tbk
Multi Bintang Indonesia Tbk
Mustika Ratu Tbk
Unilever Indonesia Tbk
Nama Perusahaan
Aqua Golden Mississippi Tbk
Delta Djakarta Tbk
Gudang Garam Tbk
HM Sampoerna Tbk
Indofood Sukses Makmur Tbk
LAMPIRAN 3
PERHITUNGAN CURRENT RATIO
No Current Assets
(Juta Rp)
Current
Liability (Juta
Rp)
Current
Ratio (%)
1
2007 564.787 79.642 709,16%
2008 660.532,00 84.482,00 781,86%
2009 780.488 123.198 633,52%
2
2007 432.547 103.664 417,26%
2008 544.237,00 143.621,00 378,94%
2009 612.987 130.322 470,36%
3
2007 17.262.980 8.922.569 193,48%
2008 17.008.576 7.670.532 221,74%
2009 19.584.533 7.961.279 246,00%
4
2007 11.056.457 6.212.685 177,97%
2008 11.037.287 7.642.207 144,43%
2009 12.688.643 6.747.030 188,06%
5
2007 11.766.665 12.776.365 92,10%
2008 14.598.422 16.262.161 89,77%
2009 12.954.813 11.158.962 116,09%
6
2007 3.760.008 754.629 498,26%
2008 4.168.055 1.250.372 333,35%
2009 4.701.893 1.574.137 298,70%
7
2007 228.688 386.816 59,12%
2008 524.813 561.144 93,53%
2009 561.482 852.194 65,89%
8
2007 235.829 30.706 768,02%
2008 274.499 43.498 631,06%
2009 279.387 38.918 717,89%
9
2007 2.694.667 2.428.128 110,98%
2008 3.103.295 3.091.111 100,39%
2009 3.598.793 3.454.869 104,17%
Kalbe Farma Tbk
Multi Bintang Indonesia Tbk
Mustika Ratu Tbk
Unilever Indonesia Tbk
Nama Perusahaan
Aqua Golden Mississippi Tbk
Delta Djakarta Tbk
Gudang Garam Tbk
HM Sampoerna Tbk
Indofood Sukses Makmur Tbk
LAMPIRAN 4
PERHITUNGAN DEBT RATIO
No Total Liabilities
(Juta Rp)
Total Assets
(Juta Rp)
Debt Ratio
(%)
1
2007 377.577 891.530 42,35%
2008 412.466 1.003.488 41,10%
2009 480.891 1.147.206 41,92%
2
2007 131.545 592.359 22,21%
2008 174.316 698.297 24,96%
2009 160.808 760.426 21,15%
3
2007 9.789.435 23.928.968 40,91%
2008 8.553.688 24.072.959 35,53%
2009 8.848.424 27.230.965 32,49%
4
2007 7.614.388 15.680.542 48,56%
2008 8.083.584 16.133.819 50,10%
2009 7.250.522 17.716.447 40,93%
5
2007 18.679.042 29.527.466 63,26%
2008 26.435.324 39.594.264 66,77%
2009 24.886.781 40.382.953 61,63%
6
2007 1.121.539 5.138.213 21,83%
2008 1.359.297 5.703.832 23,83%
2009 1.691.775 6.482.447 26,10%
7
2007 424.028 621.835 68,19%
2008 597.123 941.389 63,43%
2009 888.122 993.465 89,40%
8
2007 36.426 315.998 11,53%
2008 51.146 354.781 14,42%
2009 49.211 365.636 13,46%
9
2007 2.639.287 5.333.406 49,49%
2008 3.397.915 6.504.736 52,24%
2009 3.776.415 7.484.990 50,45%
Kalbe Farma Tbk
Multi Bintang Indonesia Tbk
Mustika Ratu Tbk
Unilever Indonesia Tbk
Nama Perusahaan
Aqua Golden Mississippi Tbk
Delta Djakarta Tbk
Gudang Garam Tbk
HM Sampoerna Tbk
Indofood Sukses Makmur Tbk
LAMPIRAN 5
OUTPUT SPSS
DESCRIPTIVES
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
DPR (%) 27 12.38 142.17 54.0470 38.94331
ROA (%) 27 2.61 40.60 15.4067 11.48919
CR (%) 27 59.12 781.86 320.0774 244.57817
DR (%) 27 12.00 89.00 41.3333 19.49359
Valid N (listwise) 27
NORMALITAS
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
DPR (%) ROA (%) CR (%) DR (%)
N 27 27 27 27
Normal Parametersa,,b
Mean 54.0470 15.4067 320.0774 41.3333
Std. Deviation 38.94331 11.48919 244.57817 19.49359
Most Extreme Differences Absolute .220 .204 .179 .118
Positive .220 .204 .179 .118
Negative -.142 -.133 -.143 -.086
Kolmogorov-Smirnov Z 1.142 1.060 .931 .611
Asymp. Sig. (2-tailed) .147 .211 .352 .850
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
MULTIKOLINEARITAS
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 ROA (%) .743 1.346
CR (%) .428 2.335
DR (%) .496 2.018
a. Dependent Variable: DPR (%)
AUTOKORELASI
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .692a .479 .411 29.87740 2.236
a. Predictors: (Constant), DR (%), ROA (%), CR (%)
b. Dependent Variable: DPR (%)
HETEROSKEDASTISITAS
REGRESSION
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficient
s
B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 24.109 30.091 .801 .431
ROA (%) 1.622 .592 .478 2.741 .012
CR (%) -.028 .037 -.178 -.774 .447
DR (%) .339 .427 .170 .794 .435
a. Dependent Variable: DPR (%)
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .692a .479 .411 29.87740
a. Predictors: (Constant), DR (%), ROA (%), CR (%)
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 18899.960 3 6299.987 7.058 .002a
Residual 20531.156 23 892.659
Total 39431.116 26
a. Predictors: (Constant), DR (%), ROA (%), CR (%)
b. Dependent Variable: DPR (%)
LAMPIRAN 6
Tabel Uji F
α = 0,05 df1=(k-1) df2=(n-k-1) 1 2 3 4 5 6 7 8
1 161.448 199.500 215.707 224.583 230.162 233.986 236.768 238.883 2 18.513 19.000 19.164 19.247 19.296 19.330 19.353 19.371 3 10.128 9.552 9.277 9.117 9.013 8.941 8.887 8.845 4 7.709 6.944 6.591 6.388 6.256 6.163 6.094 6.041 5 6.608 5.786 5.409 5.192 5.050 4.950 4.876 4.818 6 5.987 5.143 4.757 4.534 4.387 4.284 4.207 4.147 7 5.591 4.737 4.347 4.120 3.972 3.866 3.787 3.726 8 5.318 4.459 4.066 3.838 3.687 3.581 3.500 3.438 9 5.117 4.256 3.863 3.633 3.482 3.374 3.293 3.230 10 4.965 4.103 3.708 3.478 3.326 3.217 3.135 3.072 11 4.844 3.982 3.587 3.357 3.204 3.095 3.012 2.948 12 4.747 3.885 3.490 3.259 3.106 2.996 2.913 2.849 13 4.667 3.806 3.411 3.179 3.025 2.915 2.832 2.767 14 4.600 3.739 3.344 3.112 2.958 2.848 2.764 2.699 15 4.543 3.682 3.287 3.056 2.901 2.790 2.707 2.641 16 4.494 3.634 3.239 3.007 2.852 2.741 2.657 2.591 17 4.451 3.592 3.197 2.965 2.810 2.699 2.614 2.548 18 4.414 3.555 3.160 2.928 2.773 2.661 2.577 2.510 19 4.381 3.522 3.127 2.895 2.740 2.628 2.544 2.477 20 4.351 3.493 3.098 2.866 2.711 2.599 2.514 2.447 21 4.325 3.467 3.072 2.840 2.685 2.573 2.488 2.420 22 4.301 3.443 3.049 2.817 2.661 2.549 2.464 2.397 23 4.279 3.422 3.028 2.796 2.640 2.528 2.442 2.375 24 4.260 3.403 3.009 2.776 2.621 2.508 2.423 2.355 25 4.242 3.385 2.991 2.759 2.603 2.490 2.405 2.337 26 4.225 3.369 2.975 2.743 2.587 2.474 2.388 2.321 27 4.210 3.354 2.960 2.728 2.572 2.459 2.373 2.305 28 4.196 3.340 2.947 2.714 2.558 2.445 2.359 2.291 29 4.183 3.328 2.934 2.701 2.545 2.432 2.346 2.278 30 4.171 3.316 2.922 2.690 2.534 2.421 2.334 2.266 31 4.160 3.305 2.911 2.679 2.523 2.409 2.323 2.255 32 4.149 3.295 2.901 2.668 2.512 2.399 2.313 2.244 33 4.139 3.285 2.892 2.659 2.503 2.389 2.303 2.235 34 4.130 3.276 2.883 2.650 2.494 2.380 2.294 2.225 35 4.121 3.267 2.874 2.641 2.485 2.372 2.285 2.217 36 4.113 3.259 2.866 2.634 2.477 2.364 2.277 2.209 37 4.105 3.252 2.859 2.626 2.470 2.356 2.270 2.201 38 4.098 3.245 2.852 2.619 2.463 2.349 2.262 2.194 39 4.091 3.238 2.845 2.612 2.456 2.342 2.255 2.187 40 4.085 3.232 2.839 2.606 2.449 2.336 2.249 2.180 41 4.079 3.226 2.833 2.600 2.443 2.330 2.243 2.174 42 4.073 3.220 2.827 2.594 2.438 2.324 2.237 2.168 43 4.067 3.214 2.822 2.589 2.432 2.318 2.232 2.163 44 4.062 3.209 2.816 2.584 2.427 2.313 2.226 2.157 45 4.057 3.204 2.812 2.579 2.422 2.308 2.221 2.152 46 4.052 3.200 2.807 2.574 2.417 2.304 2.216 2.147 47 4.047 3.195 2.802 2.570 2.413 2.299 2.212 2.143 48 4.043 3.191 2.798 2.565 2.409 2.295 2.207 2.138 49 4.038 3.187 2.794 2.561 2.404 2.290 2.203 2.134 50 4.034 3.183 2.790 2.557 2.400 2.286 2.199 2.130 51 4.030 3.179 2.786 2.553 2.397 2.283 2.195 2.126 52 4.027 3.175 2.783 2.550 2.393 2.279 2.192 2.122 53 4.023 3.172 2.779 2.546 2.389 2.275 2.188 2.119 54 4.020 3.168 2.776 2.543 2.386 2.272 2.185 2.115 55 4.016 3.165 2.773 2.540 2.383 2.269 2.181 2.112 56 4.013 3.162 2.769 2.537 2.380 2.266 2.178 2.109 57 4.010 3.159 2.766 2.534 2.377 2.263 2.175 2.106 58 4.007 3.156 2.764 2.531 2.374 2.260 2.172 2.103
LAMPIRAN 6
59 4.004 3.153 2.761 2.528 2.371 2.257 2.169 2.100 60 4.001 3.150 2.758 2.525 2.368 2.254 2.167 2.097 61 3.998 3.148 2.755 2.523 2.366 2.251 2.164 2.094 62 3.996 3.145 2.753 2.520 2.363 2.249 2.161 2.092 63 3.993 3.143 2.751 2.518 2.361 2.246 2.159 2.089 64 3.991 3.140 2.748 2.515 2.358 2.244 2.156 2.087 65 3.989 3.138 2.746 2.513 2.356 2.242 2.154 2.084 66 3.986 3.136 2.744 2.511 2.354 2.239 2.152 2.082 67 3.984 3.134 2.742 2.509 2.352 2.237 2.150 2.080 68 3.982 3.132 2.740 2.507 2.350 2.235 2.148 2.078 69 3.980 3.130 2.737 2.505 2.348 2.233 2.145 2.076 70 3.978 3.128 2.736 2.503 2.346 2.231 2.143 2.074 71 3.976 3.126 2.734 2.501 2.344 2.229 2.142 2.072 72 3.974 3.124 2.732 2.499 2.342 2.227 2.140 2.070 73 3.972 3.122 2.730 2.497 2.340 2.226 2.138 2.068 74 3.970 3.120 2.728 2.495 2.338 2.224 2.136 2.066 75 3.968 3.119 2.727 2.494 2.337 2.222 2.134 2.064 76 3.967 3.117 2.725 2.492 2.335 2.220 2.133 2.063 77 3.965 3.115 2.723 2.490 2.333 2.219 2.131 2.061 78 3.963 3.114 2.722 2.489 2.332 2.217 2.129 2.059 79 3.962 3.112 2.720 2.487 2.330 2.216 2.128 2.058 80 3.960 3.111 2.719 2.486 2.329 2.214 2.126 2.056 81 3.959 3.109 2.717 2.484 2.327 2.213 2.125 2.055 82 3.957 3.108 2.716 2.483 2.326 2.211 2.123 2.053 83 3.956 3.107 2.715 2.482 2.324 2.210 2.122 2.052 84 3.955 3.105 2.713 2.480 2.323 2.209 2.121 2.051 85 3.953 3.104 2.712 2.479 2.322 2.207 2.119 2.049 86 3.952 3.103 2.711 2.478 2.321 2.206 2.118 2.048 87 3.951 3.101 2.709 2.476 2.319 2.205 2.117 2.047 88 3.949 3.100 2.708 2.475 2.318 2.203 2.115 2.045 89 3.948 3.099 2.707 2.474 2.317 2.202 2.114 2.044 90 3.947 3.098 2.706 2.473 2.316 2.201 2.113 2.043 91 3.946 3.097 2.705 2.472 2.315 2.200 2.112 2.042 92 3.945 3.095 2.704 2.471 2.313 2.199 2.111 2.041 93 3.943 3.094 2.703 2.470 2.312 2.198 2.110 2.040 94 3.942 3.093 2.701 2.469 2.311 2.197 2.109 2.038 95 3.941 3.092 2.700 2.467 2.310 2.196 2.108 2.037 96 3.940 3.091 2.699 2.466 2.309 2.195 2.106 2.036 97 3.939 3.090 2.698 2.465 2.308 2.194 2.105 2.035 98 3.938 3.089 2.697 2.465 2.307 2.193 2.104 2.034 99 3.937 3.088 2.696 2.464 2.306 2.192 2.103 2.033
100 3.936 3.087 2.696 2.463 2.305 2.191 2.103 2.032
LAMPIRAN 7
TABEL t
Pr 0.25 0.10 0.05 0.025 0.01 0.005 0.001
df 0.50 0.20 0.10 0.050 0.02 0.010 0.002
1 1.00000 3.07768 6.31375 12.70620 31.82052 63.65674 318.30884 2 0.81650 1.88562 2.91999 4.30265 6.96456 9.92484 22.32712 3 0.76489 1.63774 2.35336 3.18245 4.54070 5.84091 10.21453 4 0.74070 1.53321 2.13185 2.77645 3.74695 4.60409 7.17318 5 0.72669 1.47588 2.01505 2.57058 3.36493 4.03214 5.89343 6 0.71756 1.43976 1.94318 2.44691 3.14267 3.70743 5.20763 7 0.71114 1.41492 1.89458 2.36462 2.99795 3.49948 4.78529 8 0.70639 1.39682 1.85955 2.30600 2.89646 3.35539 4.50079 9 0.70272 1.38303 1.83311 2.26216 2.82144 3.24984 4.29681
10 0.69981 1.37218 1.81246 2.22814 2.76377 3.16927 4.14370 11 0.69745 1.36343 1.79588 2.20099 2.71808 3.10581 4.02470 12 0.69548 1.35622 1.78229 2.17881 2.68100 3.05454 3.92963 13 0.69383 1.35017 1.77093 2.16037 2.65031 3.01228 3.85198 14 0.69242 1.34503 1.76131 2.14479 2.62449 2.97684 3.78739 15 0.69120 1.34061 1.75305 2.13145 2.60248 2.94671 3.73283 16 0.69013 1.33676 1.74588 2.11991 2.58349 2.92078 3.68615 17 0.68920 1.33338 1.73961 2.10982 2.56693 2.89823 3.64577 18 0.68836 1.33039 1.73406 2.10092 2.55238 2.87844 3.61048 19 0.68762 1.32773 1.72913 2.09302 2.53948 2.86093 3.57940 20 0.68695 1.32534 1.72472 2.08596 2.52798 2.84534 3.55181 21 0.68635 1.32319 1.72074 2.07961 2.51765 2.83136 3.52715 22 0.68581 1.32124 1.71714 2.07387 2.50832 2.81876 3.50499 23 0.68531 1.31946 1.71387 2.06866 2.49987 2.80734 3.48496 24 0.68485 1.31784 1.71088 2.0639
0 2.49216 2.79694 3.46678
25 0.68443 1.31635 1.70814 2.05954 2.48511 2.78744 3.45019 26 0.68404 1.31497 1.70562 2.05553 2.47863 2.77871 3.43500 27 0.68368 1.31370 1.70329 2.05183 2.47266 2.77068 3.42103 28 0.68335 1.31253 1.70113 2.04841 2.46714 2.76326 3.40816 29 0.68304 1.31143 1.69913 2.04523 2.46202 2.75639 3.39624 30 0.68276 1.31042 1.69726 2.04227 2.45726 2.75000 3.38518 31 0.68249 1.30946 1.69552 2.03951 2.45282 2.74404 3.37490 32 0.68223 1.30857 1.69389 2.03693 2.44868 2.73848 3.36531 33 0.68200 1.30774 1.69236 2.03452 2.44479 2.73328 3.35634 34 0.68177 1.30695 1.69092 2.03224 2.44115 2.72839 3.34793 35 0.68156 1.30621 1.68957 2.03011 2.43772 2.72381 3.34005 36 0.68137 1.30551 1.68830 2.02809 2.43449 2.71948 3.33262 37 0.68118 1.30485 1.68709 2.02619 2.43145 2.71541 3.32563 38 0.68100 1.30423 1.68595 2.02439 2.42857 2.71156 3.31903 39 0.68083 1.30364 1.68488 2.02269 2.42584 2.70791 3.31279 40 0.68067 1.30308 1.68385 2.02108 2.42326 2.70446 3.30688