WAN'S KTI

download WAN'S KTI

of 57

Transcript of WAN'S KTI

1

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN TN. A DENGAN DENGUE HAEMORAGIC FEVER (DHF) RUANG DAHLIA RSUD TARAKAN JAKARTA

Di Susun Oleh : SRI RUSWANTI 40108049

AKADEMI KESEHATAN SWAKARSA PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN JAKARTA 2011

2

LEMBAR PERSETUJUAN

Makalah Ilmiah dengan judul Asuhan keperawatan pada klien Tn. A dengan Dengue Haemoragic Fever di Ruang Dahlia RSUD Tarakan Jakarta ini telah disetujui untuk diujikan pada Ujian Sidang dihadapan Tim Penguji.

Jakarta, Juli 2011 Pembimbing Makalah

MUBAROKAH, SKM

Mengetahui, Akademi Kesehatan Swakarsa Jakarta Direktur

Ns. SHINTA MAHARANI, S.Kep

3

LEMBAR PENGESAHAN

Makalah Ilmiah dengan judul Asuhan Keperawatan pada klien Tn. A dengan Dengue Haemoragic Fever di Ruang Dahlia RSUD Tarakan Jakarta ini telah diujikan dan dinyatakan Lulus dalam Ujian Sidang dihadapan Tim Penguji pada tanggal 19 Juli 2011.

Penguji I

Warsijati, SKp

Penguji II

MUBAROKAH, SKM

Penguji III

Turyaningsih, SKp

4

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan pada klien Tn. A dengan Dengue Haemoragic Fever di Ruang Dahlia RSUD Tarakan Jakarta. Makalah ilmiah ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan program Diploma III Keperawatan di Akademi Kesehatan Swakarsa Jakarta.

Dalam proses penulisan makalah ini berbagai hambatan dan kesulitan yang muncul dapat penulis atasi berkat adanya bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:1. Bapak Dr. R. Koesmedi Priharto, Sp. Ot, MKes,

selaku kepada RSUD

Tarakan Jakarta.2. H. Idran A Karyan. SH, SMIP, selaku Kepala Yayasan Swakarsa Mandiri

Jakarta.3. Ns. Shinta Maharani, S.Kep, selaku Direktur Akademi Kesehatan Swakarsa

Jakarta.4. Ibu Warsijati, SKp, selaku penguji I dan penguji nasional. 5. Mubarokah, SKM, selaku Pembimbing Makalah, Penguji II dan Wali Tingkat

III dari Institusi Akademi Kesehatan Swakarsa Jakarta. 6. Ibu turyaningsih, Skp, selaku penguji III dari lahan praktek RSUD Tarakan.

57. Seluruh staff Keperawatan di Ruang Dahlia RSUD Tarakan Jakarta.

8. Seluruh staff Akademi Kesehatan Swakarsa. 9. Orang tua dan keluarga tercinta yang telah memberikan dukungan serta doa kepada penulis dalam meraih cita-cita dan harapan penulis. 10. Rekan-rekan mahasiswa/i yang banyak memberi semangat dan bantuan dalam menyelesaikan laporan ini.

Penulis menyadari, makalah ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi perbaikan makalah ilmiah yang akan datang. Penulis berharap, makalah ilmiah ini dapat bermanfaat untuk semua orang, pembaca pada umumnya dan penulis khususnya.

Jakarta, Juli 2011

Penulis

6

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ...................................................................................i LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................... ii KATA PENGANTAR .............................................................................................iii DAFTAR ISI ............................................................................................................v

BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang ................................................................................1 B. Tujuan Penulisan .............................................................................2 1. Tujuan Umum..............................................................................2 2. Tujuan Khusus.............................................................................2 C. Ruang Lingkup.................................................................................3 D. Metode Penulisan.............................................................................3 .......................................................................................................... E. Sistematika Penulisan ......................................................................4

BAB II

TINJAUAN TEORI A. Pengertian ........................................................................................5 B. Etiologi ............................................................................................5 C. Patofisiologi ....................................................................................6 1.Proses Terjadinya Penyakit .......................................................... 2. Manisfestasi Klinik......................................................................

7 3. Komplikasi................................................................................... .......................................................................................................... D. Penatalaksanaan Medis ...................................................................8 E. Pengkajian Keperawatan .................................................................8 F. Diagnosa Keperawatan ..................................................................9 G. Perencanaan Keperawatan ..............................................................10 H. Penatalaksanaan Keperawatan ........................................................12 I. Evaluasi Keperawatan .....................................................................14

BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Keperawatan..................................................................16 B. Diagnosa Keperawatan ...................................................................26 C. Perencanaan Keperawatan............................................................... D. Pelaksanaan Keperawatan................................................................ E. Evaluasi Keperawatan ....................................................................

BAB IV PEMBAHASAN A. Pengkajian Keperawatan .................................................................37 B. Diagnosa Keperawatan ....................................................................38 C. Perencanaan, Pelaksanaan, Evaluasi Keperawatan..........................41

BAB V

PENUTUP A. Kesimpulan .....................................................................................42 B. Saran ...............................................................................................43

8 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

9

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Dengue Haemoragic Fever (DHF) atau sering di sebut Demam Berdarah Dengue, adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue ( Arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti.

Demam Berdarah Dengue pertama kali di indonesia di laporkan dari Surabaya Pada tahun 1968 yang kemudian menyebar keseluruh Indonesia sampai sekarang, seringh kali menjadi penyebab kematian terutama pada anak remaja dan dewasa. Dari tahun ketahun penderita cenderung meningkat.

Infeksi firus dengue terus mengalami peningkatan prevalensi. Setiap tahunya diperkirakan terdapat 50 juta-100 juta kasus demam berdarah dengue dan lebih dari 500.000 kasus demam berdarah dengue di dunia (http://kesehatan. Kompas.com.2011).

Dinas kesehatan DKI mencatat selama januari-februari 2011 terdapat 4290 pasien DBD/DD 12 orang diantaranya meninggal. Di DKI Jakarta barat dengan 482 dan 2 diantaranya meninggal. (http://m.kompas.com). Pemerintah DKI mencangkan gerakan PSN (pemberantasan sarang nyamuk) setiap hari jumat pukul 09.0009.30 WIB untuk mencegah bertambahnya kasus DBD.

10 Menurut data medikal record RSUD Tarakan Jakarta di Ruang Dahlia bahwa jumlah klien DHF periode Januari sampai dengan Mei 2011 sebanyak 93

(1,72%) klien dari 5386 klien yang berkunjung. Ini menunjukan bahwa angka kejadian DHF masih cukup tinggi di RSUD Tarakan khususnya ruang dahlia yaitu ruang perawatan penyakit dalam.

Dengan permasalahan di atas, maka perawat sebagai salah satu dari tenaga kesehatan mempunyai peran penting dalam penanganan kasus-kasus atau masalah DHF, dilihat dari perawat sebagai fungsi promotif yaitu perawat mempunyai peranan dalam memberikan pengetahuan tentang kesehatan berupa pendidikan kesehatan kepada setiap individu, keluarga atau masyarakat terutama pada pasien dengan DHF. Fungsi perawatan pada aspek preventif yaitu perawat mempunyai paranan untuk melakukan upaya pencegahan supaya tidak terjadi syok, klien yang menderita DHF harus diperhatikan kebutuhan cairanya yang akan menimbulkan syok hipovolemik. Selain dari kedua fungsi perawat di atas, perawat juga mempunyai fungsi pada aspek kuratif yaitu dimana perawat mempunyai peranan langsung untuk menangani masalah kesehatan kepada setiap individu, keluarga dan masyarakat yang mempunyai penyakit tertentu. Dimana perawat memberikan terapi atau pengobatan terhadap suatu penyakit berdasarkan ilmu keperawatan atau dengan cara berkolaborasi dengan tim medis lainya. Adapun fungsi perawat sebagai aspek rehabilitative, berperan untuk memberikan terapi penyembuhan terhadap individu, keluarga atau masyarakat yang dalam penyembuhan dari suatu penyakit. Dengan kata lain perawat memberikan upaya dari tindak lanjut dari tindakan kesehatan yang dilakukan sebelumnya terhadap masalah-masalah kesehatan khususnya terhadap masalah klien dengan DHF,

11 sehingga jelas sekali pentingnya Asuhan Keperawatan dalam penanggulangan penyakit DHF yang dirawat di rumah sakit.

Mengingat besernya angka kejadian yang cukup tinggi dan kemungkinan fatal yang bisa ditimbulkan oleh DHF, maka penulis tertarik untuk menulis makalah ilmiah tentang bagaimana memberikan Asuhan Keperawatan pada klien Tn. A dengan DF melalui pendekatan proses keperawatan.

B. Tujuan Penulis 1. Tujuan Umum Penulis mampu memperoleh pengalaman dan gambaran secara nyata dalam menerapkan Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Dengue Haemoragic Fever (DHF).

2. Tujuan Khusus Setelah pelaksanaan Asuhan Keperawatan di harapkan penulis mendapatkan pengalaman nyata dalam : a. Melakukan pengkajian pada klien dengan Dengue Haemoragic Fever (DHF). b. Menentukan masalah keperawatan pada klien dengan Dengue Haemoragic Fever (DHF). c. Merencanakan tindakan keperawatan pada klien dengan Dengue Haemoragic Fever (DHF).

12 d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan Dengue

Haemoragic Fever (DHF). e. Melakukan evaluasi keperawatan pada klien dengan Dengue Haemoragic Fever (DHF). f. Mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan kasus. g. Mengidentifikasi faktor faktor pendukung dan penghambat, serta solusi dalam mengatasi masalah tersebut. h. Mendokumentasikan semua kegiatan Asuhan Keperawatan dalam bentuk narasi.

C. Ruang Lingkup Dalam menyusun makalah ilmiah ini, penulis hanya membahas dan memfokuskan Asuhan Keperawatan Pada Klien Tn. A Dengan Dengue Haemoragic Fever (DHF) Di Ruang Dahlia RSUD Tarakan Jakarta, dari tanggal 04 Juli sampai 06 Juli 2011.

D. Metode Penulis Dalam penulisan makalah ilmiah ini, penulis menggunakan metode deskriptif yaitu dengan pendekatan studi kasus dimana penulis mengelola satu kasus dengan menggunakan proses keperawatan, dan menggunakan beberapa tekhnik antara lain tekhnik observasi yaitu metode pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung dalam mencari data penunjang masalah kesehatan klien. Wawancara yaitu Tanya jawab langsung dengan klien dan keluarga untuk mendapatkan data subyektif. Dokumentasi adalah mengumpul data dan catatan yang berhubungan dengan kendisi klien.

13

Pemeriksaan fisik dengan cara inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi dalam memperoleh status kesehatan klien saat ini. Studi pustaka digunakan untuk mempelajari bukubuku literatur yang berkaitan dengan kasus, untuk mendapatkan konsep dasar sehingga penulis dapat membandingkan antara teori dan kasus.

E. Sistematika Penulisan Penulisan makalah ilmiah ini terdapat lima BAB yaitu BAB I yang merupakan pendahuluan, meliputi latar belakang, tinjauan penulis, ruang lingkup, metode penulisan, dan sistematika penulisan. BAB II tinjuan teori yang meliputi pengertian, etiologi, patofisiologi, penatalaksanaan medis, pengkajian

keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. BAB III tinjauan kasus meliputi pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi keperawatan. BAB IV pembahasan yang meliputi tentang perbandingan antara teori dan praktik, analisa faktor-faktor pendukung dan penghambat serta alternative pemecahan masalah dalam memberikan asuhan keperawatan di tiap tahapan diantaranya yaitu : pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi keperawatan. BAB V penutup yang meliputi kesimpulan dan saran.

14

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Dengue Haemoragic Fever (DHF) atau Demam Berdarah Dengue adalah

penyakit menular yang disebabkan oleh Virus Dengue dan di tularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti (DR. Nursalam, M.Nurs, 2005,Hal.159).

Demam Berdarah Dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue (Arbovirus) yang masuk kedalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk aedes aegypti (Suradi, dkk, 2002,hal.57)

Demam Berdarah Dengue adalah infeksi akut yang disebabkan oleh arbovirus (arthropodborn virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti (aedes albopictus dan aedes aegypti).(Ngastiah, 2005, hal.368)

Demam Berdarah Dengue adalah merupakan penyakit deman akut disertai manifestasi perdarahan, trombositopnia dan hemokosentrasi disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti. (Marcellius Simadibrata, 2000.hal.254)

Jadi kesimpulan dari pengertian di atas bahwa DHF suatu penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk aedes aegypti yang disertai manifestasi perdarahan, trombositopenia, dan hemokonsntrasi serta dapat menyebabkan kematian.

15 B. Etiologi Penyakit Deman Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti. Penyakit ini dapat menyerang semua orang dan dapat mengakibatkan kematian, terutama pada anak, remaja, dewasa serta sering menimbulkan wabah. Dalam siklus hidupnya, aedes aegypti mengalami 4 stadium yaitu telur, larva, pupa dan dewasa. Stadium telur, larva dan pupa hidup didalam air tawar yang jernih serta tenang.

Tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti yaitu tempat dimana nyamuk meletakan telurnya terdapat didalam rumah (indoorr) maupun di luar rumah (outdoor). Tempat perindukan yang ada di dalam rumah yang paling utama adalah tempat-tempat penampungan air. Sedangkan tempat perindukan yang ada Di luar rumah (halaman) kaleng bekas, botol, dll. Factor-faktor yang mempengaruhi jumlah populasi nyamuk: a. Iklim

Tempat perindukan nyamuk aedes aegypti tidak terus menerus sepanjang tahun. Apabila musim hujan tiba maka populasi nyamuk aedes aegypti akan meningkan sedangkan pada waktu musim kemarau populasi nyamuk akan menurun. Hal ini disebabkan karena pada musim kemarau jumlah tempat perindukan berkurang (yang diluar rumah) b. Suhu dan kelembaban

Suhu udara yang tinggi dan kelembaban udara yang relative rendah sangat tidak menguntungkan bagi kehidupan nyamuk, akibatnya umur nyamuk lebih

16 pendek dan cepat mati. Sebaliknya suhu udara yang sejuk dan kelembaban udara yang tinggi sangat menguntungkan bagi kehidupan nyamuk.

C. Patofisiologi 1. Proses Perjalanan Penyakit Virus dengue masuk kedalam tubuh manusia lewat gigitan nyamuk aedes aegypti atau aedes albapictus. Organ sasaran ari virus adalah organ hepar, nodus limfaticus, sumsum tulang serta paru-paru. Di dalam tubuh manusia, virus berkembang biak dalam system retikuloendotelial dan target utama virus dengue adalah APC (antigen presenting cells) dimana pada umumnya berupa monosit atau makrofag jaringan seperti sel Kupffer dari hepar dapat juga terkena. Virus bersikulasi dalam darah perifer di dalam sel monosit/makrofag, sel limfosit B dan sel limfosit T.

Terdapat dua perubahan patofisiologis yang menyolok. Pertama adalah meningkatnya permeabilitas kapiler yang mengakibatkan bocornya plasma, hipovolemia dan hipotensi, hemokonsentrasi dan hipoproteinemia serta efusi dan renjatan (syok). Kedua, gangguan pada hemostasis yang mencakup perubahan vaskuler, trombositopenia dan kelainan koagulasi. Pada DBD terdapat kejadian unik yaitu terjadinya kebocoran plasma kedalam rongga pleura dan rongga peritoneal. Kebocoran terjadi singkat (24-48 jam). Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk kedalam tubuh penderita adalah veremia yang mengakibatkan penderita menjadi demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik kecil pada kulit (ptekie), hipertermi tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi

17 seperti pembesaran hati (hepatomegali) dan pembesaran limpa (spenomegali). System respon imun setelah virus dengue masuk dalam tubuh manusia, virus berkembang biak dalam sel retikuloendotelial yang selanjutnya diikuti dengan viremia yang berlangsung 2-7 hari. Akibat infeksi virus ini muncul respon imun baik hemoral maupun seluler, antara lain antinetralisasi, antihemaglutinin, antikomplemen. Antibody yang muncul pada umumnya adalah IgG dan IgM, pada infeksi dengue primer antibody mulai terbentuk dan pada infeksi sekunder kadar antibody yang telah ada meningkat (boosterbeffect). Antibody terhadap virus dengue dapat ditemukan didalam darah sekitar demam hari ke-5, meningkat pada minggu pertama sampai dengan ke-3 dan menghilang setelah 60-90 hari.

2. Manifestasi Klinik a. demam tinggi mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari disertai nyeri sendi, tulang punggung dan kepala.b. Manifestasi perdarahan termaksuk uji tourniquet positif dan salah satu

bentuk

lain

(ptekie,

echimosis,

epitaksis,

perdarahan

gusi dan

hematemesis).c. Trombositopenia (< 100.000 mm3)

d. Pembesaran hati (hepatomegali) dan nyeri tekan pada pada epigastrium, mual, muntah, dan tidak nafsu makan. e. Rejatan yang ditandai nadi lemah, disertai tekanan darah menurun, kulit terasa dingin dan lembab, terutama pada jari tangan dan kaki.

3. Klasifikasi

18 a. derajat 1 demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan, panas 2-7 hari, uji tourniquet positif, trombositopenia dan hemokonsentrasi. b. Derajat II Sama dengan derajat I, ditambah dengan gejala-gajala perdarahan spontan seperti ptekie, ekimosis, hematemesis, melena dan pendarahan gusi. c. Derajat III Di tandai dengan kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan cepat, tekanan darah menurun, kulit dingin, lembab dan gelisah. d. Derajat IV Rejatan berat, nadi dan tekanan darah tidak dapat di ukur.

4. Komplikasi Komplikasi yang terjadi pada pasien DHF a. Perdarahan luas b. Syok c. Efusi pleura d. Anoreksia jaringan e. kematian

D. Penatalaksanaan Medis 1. test diagnostik a. darah Lengkap1)

PCV : hemokonsentrasi Hematokrit meningkat 20 % atau lebih Trombositopenia ( 100.000/mm)

2)

19 3) Lekopenia / lekositosisb. Serologi : uji HI (hemoaglutination Inhibition Test)

c. Thorax photo : Efusi pleura 2. Terapi a. Demam berdarah tanpa syok 1)2)

Tirah baring Penggantian cairan dengan memberi minum (1,5 liter- 2 liter)

seperti teh manis, sirup susu. Pemberian cairan IV di berikan bila pasien terus muntah atau tidak masuk melalui oral, berikan infus RL atau Nacl 0,9% 3) kejang 4) 5) 6) Makanan lunak Anti biotik diberikan bila ada infeksi sekunder Observasi penderita dengan teliti untuk menentukan tandaAntipiretik bila demam tinggi, Anti konvulsan: apabila timbul

tanda syok, terutama memeriksa hematokrit sesering mungkin.

b. Demam berdarah dengan syok Cairan RL atau nacl 0,9% dengan kecepatan 20 kg BB/jam.bila renjatan sudah teratasi, bila plasma atau plasma ekspender bila penderita dengan syok berat tidak dapat diatasi dengan RL. Darah diberikan bila hematesis dan melena/ diduga perdarahan gastrointestinal c. Oksigen diberikan pada semua pasien yang syokd. Obat Antibiotik diberika bila terdapat syok yang berkepanjangan atau

terdapat komplikasi infeksi bakteri.

20

E. Pengkajian Keperawatan 1. Riwayat keperawatan a. Identitas klien Nama, umur, jenis kelamin, status pekerjaan, agama, dan alamat. b. Riwayat kesehatan masa lalu Pada pengkajian riwayat kesehatan klien masa lalu yang perlu dikaji terutama apakah pasien mengalami penyakit-penyakit atau dengue sebelumnya. c. Riwayat kesehatan sekarang Adanya demam typoid, panas d. Riwayat penyakit keluarga Dalam pengkajian riwayat penyakit keluarga perlu ditanyakan, apakah ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit yang sama dengan pasien sebelumnya e. Riwayat psikisosial Respon terhadap stress, metode koping, respon terhadap penyakit, hubungan dengan orang lain f. Riwayat sosial Merokok (dulu atau sekarang) g. Riwayat pengobatan Obat yang pernah di gunakan (adanya alergi terhadap abat atau tidak)

2. pemeriksaan fisik

21a. penglihatan

posisi mata : simetris, asimetris pergerakan bola mata : normal, abnormal otot mata : tidak ada kelainan / juling b. system wicara kesulitan/gangguan wicara : ya, tidak jika ya : aphasia, pahonia, dysatria a. system pernafasan sesak, perdarahan melalui hidung, penapasan dangkal, pergerakan dada smetris/tidak, adanya ronchi/krekels b. system kardiovaskuler pada derajat 1 dapat terjadi hemokonsentrasi, uji tourniquet positif, trombositopenia, pada derajat III dapat terjadi kegagalan sirkulasi, nadi cepat, lemah, hipotensi, sianosis sekitar mulut, hidung dan jari-jari, pada derajat IV nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat diukur system. c. System hematologi Hematologi, hematokrit, leukosit, trombosit d. System pencernaan Selaput mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri tekan pada epigastrik, pembesaran limpa, pembesaran hati, abdomen tegang, penurunan nafsu makan, mual, muntah, nyeri saat menelan, terdapat hematemesis dan melena. e. System urogenital Produk urin menurun, kadang > 30 cc/jam, mengungkapkan nyeri saat kencing, kencing berwarna merah.

22 f. System integumen Terjadi peningkatan suhu, kulit kering, terjadi ptekie, perdarahan spontan pada kulit. g. System muskuloskeletal Kesulitan dalam pergerakan, sakit pada tulang, sendi, kulit h. System kekebalan tubuh Suhu, BB sebelum sakit, BB sesudah sakit

c. Pemeriksaan diagnostik a. Pemeriksaan diagnostik Pada pasien dengan DHF meliputi laboratorium diketahui trombositopenia, leukovenia atau leukositosis, uji tourniquet positif, blooding time memanjang clotingime normal, protein darah rendah b. Pemeriksaan radiologi Akan memperlihatkan pnemonerivaskuler dengan pleanal di paru kanan.

F. Diagnosa Keperawatan Diagnosa yang dapat dirumuskan pada pasien dengan demam berdarah dengue yaitu : 1. Gangguan keseimbangan cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah 2. Resiko tinggi terjadi perdarahan berhubungan dengan penurunan trombosit 3. Peningkatan duhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan proses inflamasi 4. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pemasukan yang tidak adekuat

23 5. Gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan kelemahan fisik 6. Resiki syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan 7. Kurang pengetahuan tentang penyakit bergubungan dengan kurangnya informasi G. Perencanaan Keperawatan1.

Gangguan keseimbangan cairan kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan peningkatan pemeabilitas dinding pembuluh darah Tujuan : gangguan keseimbangan cairan dapat teratasi

Kriteria hasil : a. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi b. Intake output seimbang c. Turgor kulit elastis d. Mukosa bibir lembab Intervensi :

a. Kaji keadaan umum klien b. Observasi tanda-tanda dehidrasi c. Monitor TTV setiap 4 jam d. Anjurkan klien untuk banyak minum 2-2,5 1/24 jam e. Monitor intake output /24 jam f. Berikan cairan infus parenteral

2.

Resiko tinggi terjadi perdarahan berhubungan dengan penurunan trombosit Tujuan : perdarahan tidak terjadi

Kriteria hasil :

24a. Tidak terjadi tanda-tanda perdarahan (ptekie, epitaksis, ekhimosis,

hematoma, hematemesis, melena dan hematuria)b. Trombosit dalam batas normal (150.000-400.000mm)

Intervensi

:

a. Kaji adanya tanda-tanda perdarahabn seperti ptekie, epitaksis, ekhimosis,

hematoma, hematemesis, melena dan hematuria b. Monitor TTV setiap 4 jam c. Monitor tanda-tanda penurunan trombosit setiap hari d. Anjurkan klien untuk istirahat yang cukup e. Berikan penjelasan pada klien untuk meleporkan jika ada tanda-tanda perdarahan f. Check darah lengkap setiap hari

3.

Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan proses

inflamasi Tujuan : peningkatan suhu tubuh dapat teratasi

Kriteria hasil: a. Suhu tubuh tidak panasb. Suhu dalam batas normal : 36-37 C

c. Demam tidak terjadi Intervensi :

a. Observasi TTV terutama suhu tubuh b. Kaji saat timbulnya demam c. Anjurkan klien untuk memakai pakaian yang dapat menyerap keringat d. Beri kompres air biasa

25 e. Anjurkan klien banyak minum 2-2,5 1/24jamf. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat antipiretik

4.

Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

pemasukan yang tidak adekuat Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi

Kriteria hasik: a. Klien dapat menghabiskan 1 porsi makanan b. BB seimbang sesuai dengan tinggi badan c. Nafsu makan baik d. Tidak ada mual dan muntah Intervensi :

a. Kaji keluhan mual, muntah dan sakit bila menelan b. Sajikan makanan saat masih hangat c. Anjurkan makan porsi sedikit tapi sering d. Timbang BB setiap hari e. Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian diet f. Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian vitamin

5.

Gangguan penemuan kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan

kelemahan fisik Tujuan : gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari dapat teratasi

Kriteria hasil : a. Kaji kemampuan untuk melakukan aktivitas b. Kaji adanya kelemahan otot

26 c. Berikan bantuan dalam aktivitas d. Pertahanan tirah baring jika ada keluhan pusing Intervensi :

a. Kaji pemenuhan kebutuhan sehari-hari b. Bantu klien dalam pemenuhan kebutuhan kebutuhan sehari-hari c. Dekatkan alat-alat yang dibutuhkan klien

6.

Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan Tujuan : resiko syok hipovolemik tidak terjadi

Kriteria hasil : a. Volume cairan dalam batas normal b. Kesadaran composmentis c. Tidak ditemukan tanda-tanda syok hipovolemik (nadi lemah dan cepat, hipotensi, akral dingin, sianosis) d. Hb, Ht, dalam batas normal Intervensi :

a. Kaji adanya tanda-tanda syok hipovolemik b. Observasi tingkat kesadaran klien c. Observasi TTV setiap 4 jam d. Observasi intake output /24 jam e. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapi cairan

7.

Kurang

pengetahuan

tentang

penyakit

berhubungan

dengan

kurangnya informasi Tujuan :pengetahuan klien tentang penyakit DHF meningkat

27 Kriteria hasil: klien mengerti tentang penyakit DHF Intervensi : a. Kaji tingkat pengetahuan klien b. Kaji tingkat pendidikan klien c. Berikan penjelasan tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala pencegahan dan perawatan d. Berikan kesempatan kepada klien untuk mananyakan kembali tentang hal-hal yang perlu diketahui

H. Pelaksanaan Keperawatan Implementasi adalah semua tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien beralih dari status kesehatan yang diuraikan dalam hasil yang diharapkan. Pada implementasi, perawat melaksanakan asuhan keperawatan yang diimplementasikan untuk membantu klien memenuhi kriteria hasil. Adapun komponen implementasi terdiri dari tindakan keperawatan mandiri yaitu yang diprakarsai perawat untuk membantu klien mengatasi masalah. Tindakan keperawatan kolaboratif merupakan tindakan keperawatan atas dasar kerjasama dengan tim kesehatan lain. Dokumentasi terhadap tindakan keperawatan dan respon klien terhadap tindakan keperawatan.

I. Evaluasi Keperawatan Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yaitu : penilaian hasil akhir dari seluruh tindakan keperawatan yang telah dilakukan, hasil yang telah dicapai dibandingkan hasil yang diharapkan semula.

28 Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan. Hal ini bisa dilaksanakan dengan mengadakan hubungan dengan klien berdasarkan respon klien terhadap tindakan yang diberikan sehingga dapat mengambil keputusan : 1. Menghakhiri rencana tindakan keperawatan (klien telah mencapai

tujuan yang telah ditetapkan) 2. Memodifikasi rencana tindakan keperawatan keperawatan (klien

mengalami kesulitan dalam mencapai tujuan) 3. Meneruskan tindakan keperawatan (klien memerlukan waktu yang

lebih lama untuk mencapai tujuan)

Adapun dua komponen untuk mengevaluasi kualitas tindakan keperawatan yaitu : a. Evaluasi formatif Fokus tipe evaluasi ini adalah aktivitas dari proses keperawatan dan kualitas pelayanan tindakan keperawatan, evaluasi formatif harus dilaksanakan untuk membantu keefektifan terhadap tindakan. b. Evaluasi sumatif Fokus hasil evaluasi atau perubahan perilaku serta kesehatan klien pada akhir tindakan keperawatan secara paripurna.

Semua perubahan atau perkembangan yang terjadi pada klien dapat diketahui sehingga dapat menilai sejauh mana pencapaian rencana keperawatan evaluasi dikatakan berhasil apabila semua dapat diatasi dengan hasil :

291. Gangguan keseimbangan cairan dapat teratasi yang ditandai dengan

membran mukosa mulut lembab, klien tidak mengeluh haus, turgor kulit elastis 2. Resiko tinggi terjadinya perdarahan tidak terjadi yang ditandai dengan ptekie hilang, trombosit normal 3. Suhu tubuh klien dalam batas normal yaitu 36-37C4. Gangguan nutrisi dapat tepenuhi yang ditandai dengan

: intake yang

adekuat, tidak mual, BB meningkat5. Gangguan kebutuhan sehari-hari dapat terpenuhi yang ditandai dengan

kebutuhan sehari-hari terpenuhi, mobilisasi fisik dapat dilakukan sendiri.6. Resiko syok hipovolemik tidah terjadi yang ditandai dengan : tidak ada

tanda-tanda syok hipovolemik, kesadaran composmentis, intake-output seimbang.7. Pengetahuan keluarga bertambah tentang penyakit DHF yang ditandai

dengan keluarga dapat menjelaskan kembali tentang penyakit DHF.

30

BAB III TINJAUAN KASUSA. Pengkajian keperawatan Pengkajian dilakukan pada tanggal 04 juli 2011, klien masuk RSUD Tarakan Jakarta tanggal 2 juli 2011 di ruang Dahlia kelas III no Register 100-09-00 dengan diagnosa medis DHF (Dengue Haemoragic Fever) 1. Identitas klien Klien bernama Tn. A, jenis kelamin laki-laki, usia 24 tahun, status perkawinan : belum menikah, agama islam, suku bangsa jawa, pendidikan mahasiswa, bahasa Indonesia, bekerja sebagai pegawai swasta, alamat : Jln TSS Raya 50 B Tambora Jakarta Barat. Sumber biaya adalah pribadi, sumber informasi dari klien, keluarga, perawat ruangan, dan catatan rekam medis. 2. Resume Klien Tn. A usia 24 tahun datang ke UGD RSUD Tarakan pada tanggal 2 juli 2011 pada pukul 11.49 WIB dengan keluhan dirumah sudah 3 hari deman, badanya terasa lemas, tidak nafsu makan, mual, muntah, diare dan kepala pusing. Kesadaran klien composmentis, keadaan umum lemah, hasil TTV, TD : 110/70 mmHg, N : 84x/menit, RR : 22x/menit, S: 39,2C, mukosa bibir kering, klien terpasang infus Asering 20tts/menit, klien diberikan terapi sanmol 3x1 tab, ranitidin 1 amp 25 mg, musin 3x1, pemerikasaan Laboratorium pada tanggal 2 juli 2011 hemoglobin : 15,7

31 g/dl, hematokrit : 46,1vol%, trombosit : 52.000mm, leukosit : 2.900 mm, eritrosit : 5,71 juta/dl.

Masalah keperawatan yang muncul pada Tn. A adalah meningkatnya suhu tubuh, resiko keseimbangan cairan kurang dari kebutuhan tubuh, resiko kekurangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Tindakan keperawatan mandiri seperti ; melihat keadaan umum pasien, mengukur TTV, memeberkan kompres hangat, mencatat intake output, menganjurkan banyak minum 2-2,5 liter 1/24 jam, memonitor hasil Lab, menimbang BB, memberikan penjelasan tentang nutrisi. Tindakan kolaborasi yang diberikan obat sanmol, ranitidin dan musin sesuai intruksi dokter, melakukan pengambilan darah. Evaluasi : observasi TTV klien masih demam S: 38C, klien masih tidak nafsu makan, dorong klien untuk makan lebih banyak, observasi cairan klien, klien masih diare anjurkan klien untuk minum banyak. Evaluasi sementar dari 3 masalah keperawatan belum teratasi, tujuan belum tercapai dan tindakan keperawatan dilanjutkan. 3. Riwayat keperawatan a. Riwayat kesehatan sekarang Keluhan utama klien adalah demam, pusing, mual dan tidak nafsu makan. Timbulnya keluhan secara bertahap dan lamanya kurang lebih 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Upaya mengatasinya keluarga klien memebawa ke RSUD Tarakan dan memutuskan untuk dirawat karena takut terjadi apa-apa. b. Riwayat kesehatan masa lalu Klien mengatakan baru pertama kali di rawat di RS.

32 c. Riwayat kesehatan keluarga Klien mengatakan dirumah belum ada keluarga yang terkena penyakit demam berdarah. d. Genogram

24

Keterangan : = laki-laki meninggal = perempuan meninggal = laki-laki = perempuan = klien = Tinggal serumah = ikatan pernikahan

e. Klien mengatakan dirumah tidak ada keluarga yang menderita DHF

f. Riwayat psikososial dan spiritual

33 Klien mengatakan orang terdekat dengan klien adlah Ibu, Bapak serta saudara-saudaranya. Interaksi dalam keluarga pada aspek komunikasi berjalan baik, harmonis dan menggunakan komunikasi dua arah. Pada aspek pembuat keputusan dalam keluarga adalah bapaknya. Dampak penyakit klien terhadap keluarga adalah keluarga harus menemani klien dalam proses perawatan di rumah sakit terutama bapaknya sehingga tidak bisa beraktifitas seperti biasa. Masalah yang klien pikirkan saat ini adalah masalah kemungkinan penyakitnya untuk sembuh, kuliahnya dan dana yang digunakan untuk perawatan di rumah sakit. Klien mengatakan jika ada maslah yang dialaminya klien selalu bercerika kepada semua yang ada di rumah. Harapan klien saat ini, klien ingin penyakitnya sembuh. Adapun perubahan yang klien alami adalah klien tidak bisa beraktifitas seperti biasa. Untuk kegiatan sehari-hari klien di bantu oleh kedua orang tuanya yang menemani di rumah sakit dan perawat ruangan. Klien mengatakan tidak ada nilai-nilai kepercayaan yang bertentangan dengan kesehatanya. Klien beragama islam, dan aktifitas yang dilakukan adalah berdoa dan sholat 5 waktu. g. Kondisi lingkungan rumah Klien mengatakan rumahnya bersih klien tinggal di wilayah yang padat penduduk dekat jalan dan kali yang bisa mempengaruhi kesehatan dan banyak gantungan baju. h. Pola kebiasaan 1) Pola nutrisi Sebelum sakit : makan 3x/hari, nafsu makan baik, porsi makan yang dihabiskan 1 porsi, makanan yang tidak disukai tidak ada, makanan

34 yang membuat alergi dan pantangan tidak ada. Klien tidak minum obat sebelum makan, tidak menggunakan alat bantu NGT. Di rumah sakit : makan 3x/hari, mual, porsi yang dihabiskan porsi, makanan yang tidak disukai tidak ada. Makanan yang membuat alergi dan pantangan tidak ada, klie mendapatkan diet makanan lunak 2) Pola Eliminasi

Sebelum sakit : klie BAK 5x/hari, warna kuning jernih, tidak ada keluhan, tidak menggunakan alat bantu. BAB 1x/hari, waktu pagi hari, warna kuning konsistensi padat, tidak ada keluhan, tidak menggunaka laxatif. Di rumah sakit : klien BAK 5x/hari, warna kuning jernih, tidak ada keluhan tidak menggunakan alat bantu. BAB 1x/hari, waktu pagi hari, warna kuning kecoklatan, konsistensi padat, tidak ada keluhan tidak menggunakan laxatif. 3) Pola personal hygiene Sebelum sakit : klien mandi 2x/hari pagi dan sore hari, oral hygiene 3x/hari waktu pagi, sore dan malam hari. Cuci rambut setiap kali mandi. Di remah sakit : klien mandi 2x/hari pagi dan sore, oral hygiene 2x/hari saat mandi pagi dan sore. Cuci rambut setiap mandi. 4) Pola istirahat dan tidur

Sebelum sakit : tidak pernah tidur siang karna kuliah dan kerja, tidur malam 8 jam, sebelum tidur berdoa. Di rumah sakit : lamanya tidur siang 3 jam, tidur malamnya 8 jam sebelum tidur berdoa.

35 5) Pola aktifitas dan latihan Sebelum sakit : klien bekerja pagi hari sampai sore dan malam kuliah. Berolah raga footsal sabtu minggu tidak ada keluhan saat beraktifitas. Di rumah sakit : klien tidak melakukan aktifitas di rimah sakit karena harus banyak istirahat. 6) Kebiasaan yang mempebgaruhi kesehatan

Sebelum sakit : klie tidak merokok dan tidak minum-minuman keras. Di rumah sakit : klien tidak merokok dan tidak minum-minuman keras. 4. Pengkajian Fisika. Pemerikasaan fisik umum b. BB 56 kg, berat badan sebelum sakit 58 kg, TB 160 cm, TD: 110/70

mmHg, N: 84x/mnt, RR: 22x/mnt, S: 38C, keadaan umum sedang dan tidak ada pembesaran kelenjar getah bening. c. Sistem penglihatan Sisi mata simetris, kelopak mata normal, pergerakan bola mata normal, konjungtiva anemis, kornea normal, sklera anikterik, pupil anisokor, otot mata tidak ada kelainan, fungsi penglihatan baik, tidak ada tanda-tanda peradangan, tidak menggunakan kacamata dan lensa kontak, reaksi terhadap cahaya normal. d. Sistem pendengaran Daun telinga normal, tidak ada serumen, kondisi telinga normal, tidak ada cairan telinga, tidak ada cairan penuh ditelinga, tidah ada tinitus, fungsi pendengaran normal, tidak ada gangguan keseimbangan, tidak menggunakan alat bantu pendengaran.

36 e. Sistem wicara System wicara normal f. Sistem pernafasan Jalan nafas bersih, tidak sesak, tidak menggunakan alat bantu pernafasan, frekuensi 20x/mnt, irama teratur, jenis pernafasan sepontan, nafas dalam, tidak batuk dan sputum, palpasi dada normal, perkusi dada sonor, suara nafas vesikuler, tidak ada nyeri saat bernafas, tidak menggunakan alat bantu nafas. g. System kardiovaskuler 1) Sirkulasi periver Nadi 84x/mnt, irama teratur, denyut nadi kuat, tekanan darah 110/70 mmHg, tidak ada distensi vena jugularis kanan dan kiri, temperatur kulit hangat, warna kulit pucat, pengisian kapiler < 2 detik, tidak ada edema. 2) Sirkulasi jantung Kecepatan denyut apical 85x/mnt dengan irama teratur, tidak ada kelainan bunyi jantung, tidak ada nyeri dada. h. Sistem hematologi Tidak pucat, tidak ada perdarahan, uji tourniquet negatif. i. Sistem persyarafan Keluhan sakit kepala pusing, tingkat kesadaran CM, GCS ; E:4, M: 6, V:5, tidak ada tanda-tanda peningkatan TIK, tidak ada gangguan persyarafan, reflek fisiologis normal, reflek patologis tidak ada. j. Sistem pencernaan

37 Gigi tidak caries, tidak menggunakan gigi palsu, mukosa bibir kering, tidak stomatitis, lidah tidak kotor, salifa normal, tidak ada muntah, tidak ada nyeri diarea perut, bising usus 12x/mnt, tidak ada diare, tidak konstipasi, hepar tidak teraba, abdomen lembek. k. Sistem endokrin Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, nafas tidak berbau keton, tidak ada poliuri, tidak ada polidipsi, tidak ada luka ganggren. l. Sistem urogenital Balance cairan dalam 24 jam pada tanggal 4 juli 2011 ; intake : infus 1440 + minum 1000 + makan 300 = 2740 ml, output IWL 15x56 = 840 + BAK 1400 + BAB 100 =2340 ml, balance cairan : intake-output 27402340 = = 400, tidak ada perubahan pola kemih, warna urine kuning jernih, tidak ada distensi/ ketegangan kandung kemih, tidak ada keluhan sakit pinggang. i. Sistem integuman Turgor kulit baik, temperatur kulit hangat, warna kulit kemerahan, keadaan kulit baik, uji tourniquet negatif, tidak ada tanda-tanda plebitis di daerah pemasangan infus, keadaan rambut tekstur baik dan bersih. m.Sistem muskuloskeletal Tidak ada kesulitan dalam pergerakan, tidak ada sakit pada tulang, sendi, kulit, tidak ada fraktur, tidak ada bentuk kelainan tulang dan sendi, tidak ada kelainan bentuk tulang belakang, keadaan tonus otot dan kakuatan otot baik nilainya 5. Data tambahan (pemahaman tentang penyakit) :

38 Klien mengatakan pernah mendengar penyakit DHF tapi klien tidak mengerti tentang DHF. 5. Pemeriksaan penunjang Tanggal 04 juli 2011 Hemoglobin Hematokrit Trombosit Leukosit Eritrosit Tanggal 05 juli 2011 Hemoglobin Hematokrit Trombosit Leukosit Eritrosit Tanggal 06 juli 2011 Hemoglobin Hematokrit Trombosit Leukosit Eritrosit : 15,2 g/dl : 46,9 vol% : 72.000mm : 6.500 /ul : 4,74 juta/ul : 15,2 g/dl : 46,9 vol% : 54.000mm : 2.900 /ul : 5,74 juta/ul : 15,7 g/dl : 46,1 vol% : 52.000mm : 2.900 /ul : 5,71 juta/ul.

6. Penatalaksanaan ( terapi pengobatan termasuk diet ) Infus Asering 500 cc, 20 tts/mnt, 3 kolf/jam = 8 jam, diet makanan lunak7. Data fokus

tanggal 04 juli 2011

39 a. Data subjektif Klien mengtakan kepla pusing, klien mengatakan badanya terasa lemah, klien mengatakan mual, muil 1x, klien mengatakan tidak nafsu makan, klien mengatakan terasa pahit saat menelan, klien mengatakan minumnya 1 botol aqua besar tapi masih ada sisa, klien mengatakan malas minum. Klien mengatakan sudah pernah mendengar tentang DF tapi klien tidak mengerti tentang penyakit DF, klien tidak pernah mendapatkan penyuluhan kesehatan tentang penyakit DFb.

Data objektif klien terpasang infus Asering 20 tts/mnt. Warna kulit pucat temperatur hangat S: 39C, konjungtiva anemis, mukosa bibir tampak kering, balance cairan dalam 24 jam pada tanggal 04 juli 2011 ; intake : infus 1440 + minum 1000 + makan 300 = 2740 ml, output IWL 15x56 = 840 +BAK 1400 + BAB 100 = 2340 ml, balance cairan : intake-output 2740-2340 = + 400, makan klien porsi, BB sebelum sakit 58 kg, BB di rumah sakit 56 kg, BBI 54 kg, TB : 160 cm, TTV; TD: 110/70 mmHg, N: 84x/mnt, RR: 22x/mnt, S: 39C. Pemeriksaan Lab tanggal 04 juli 2011 Hemoglobin : 15,7 g/dl, Hematokrit : 46,1 vol%, Trombosit : 52.000mm , Leukosit : 2.900 /ul, Eritrosit : 5,71 juta/ul. Klien tampak bertanya-tanya tentang penyakit yang dideritanya, klien tampak cemas. 8. Analisa data No 1 DS: DATA MASALAH Resiko kekurangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh ETIOLOGI Mual

a. Klien mengatakan tidak nafsu

makanb. Klien mengatakan mual

c. Klien mengatakan badanya terasa lemas

40 DO: a. Makan klien porsi b. BB sebelum sakit : 58 kg c. BB di rumah sakit : 56 kg d. BBI : 54 kg e. TB 160 2 DS :a. Klien mengatakan badanya

Hipertermi

Pposes penyakit

panas b. Badanya lemas DO: a. Klien tampak lemahb. Suhu tubuh 39C

3

DS a. Klien mengatakan pernah Kurang mendengar penyakit DF pengetahuan tapi klien tidak mengerti tentang penyakit DF b. Klien tidak pernah penyuluhan

Kurang terpaparnya informasi

mendapatkan

kesehatan tentang penyakit DF. DO a. Klien banyak bertanya

tentang penyakit DF

41 b. Klien tampak cemas B. Diagnosa Keperawatan Setelah penulis melakukan pengkajian, tahap berikutnya yang penulis lakukan adalah membuat diagnosa keperawatan sesuai kondisi pasien dari hasil pengkajian yang telah dilakukan. Adapun diagnosa keperawatan yang penulis temukan pada klien Tn. A adalah 3 diagnosa keperawatan pada tanggal 04 juli 2011 sebagai berikut : 1. Resiko kekurangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual 2. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit 3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi

C. Perencanaan, Pelaksanaan, dan Evaluasi Keperawatan 1. Resiko kekurangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan mual Data Subyektif : klien mengatakan tidak nafsu makan, mual dan badanya terasa lemas Data Obyektif : Makan klien porsi, BB sebelum sakit : 58 kg, BB di rumah sakit : 56 kg, BBI : 54 kg, TB 160 Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam diharapkan kekurangan nutrisi tidak terjadi. Kriteria hasil a. b. :

Tidak lemas Tidak mual

c.Makan habis 1 porsi

42 Rencana Tindakan:a. Kaji keluhan mual, sakit saat menelan

b. Berikan makanan yang mudah di telan bubur dan di hidangkan saat masih panas c. Pantau tetesan infus d. Berikan makan dalam porsi kecil dan frekuensi sering e. Catat jumlah porsi makan yang di habiskan pasien setiap hari f. Pertahankan jadwal penimbangan BB g. Berikan posisi yang nyaman, usahakan situasi ruangan yang tenang h. Kolaborasi pemberian obat antiemetik

Pelaksanaan : Senin, 04 Juli 2011 Pukul 09.35 WIB menimbang BB, BB 56 kg, pukul 09.50 WIB memonitor TTV; TD: 110/70 mmHg, N: 84x/mnt, RR: 22x/mnt, S: 38,7C, pukul 10.20 WIB memonitor hasil Lab, Hemoglobin : 15,7 g/dl, Hematokrit : 46,1 vol%, Trombosit : 52.000mm , Leukosit : 2.900 /ul, Eritrosit : 5,71 juta/ul. Pukul 11.00 menganjurkan klien untuk makan sedikit tapi sering dalam keadaan hangat dan makanan yang mudah di telan, klien makan roti. Pukul 12.00 WIB mencatat jumlah makanan yang dihabiskan klien, makan klien porsi. Evaluasi : Subjektif Objektif Analisa : klien mengatakan mual, klien mengatakan lemas. : makan klien porsi : masalah belum teratasi

43 Planing : tindakan keperawatan di lanjutkan : a.Kaji makanan klien b. Beri makanan porsi sedikit tapi sering dan

hidangkan dalam keadaan hangat c.Timbang berat badan d. Pelaksaan Selasa Tanggal 05 juli 2011 Pukul 08.00 WIB mengkaji adanya mual, klien masih mual tetapi tidak muntah. Pukul 09.00 WIB, menimbang BB, BB 56 kg. Pukul 09.15 WIB memonitor TTV: TD: 110/70 mmHg, N: 84x/mnt, RR: 22x/mnt, S: 38,7C. Pukul 09.30 WIB Memonitor hasil Lab Hemoglobin : 15,2 g/dl, Memonitor hasil Lab

Hematokrit : 46,9 vol%, Trombosit : 54.000mm , Leukosit : 2.900 /ul, Eritrosit : 5,74 juta/ul. Pukul 12.00 WIB mencatat jumlah makanan yang dihabiskan klien, klien makan roti dan porsi. Evaluasi Subjektif Objektif Analisa Planing : : klien mengatakan tidak mual : makan klien porsi, BB : 56 kg : masalah teratasi sebagian : tindakan keperwatan dilanjutkan a. Beri makanan porsi sedikit tapi sering hidangkan dalam keadaan hangat b. Timbang berat badan

Pelaksanaan

44 Rabu tanggal 06 2011 Pukul 08.00 WIB mengkaji adanya mual muntah, klien tidak mual dan tidak muntah. Pukul 08.45 WIB memonitor TTV; TD: 110/70 mmHg, N: 84x/mnt, RR: 22x/mnt, S: 38C. Pukul 09.15 WIB menimbang BB, 56,3 kg. Mengobservasi hasil Lab Hemoglobin : 15,2 g/dl, Hematokrit : 46,9 vol%, Trombosit : 72.000mm , Leukosit : 6.500 /ul, Eritrosit : 4,74 juta/ul. Mencatat jumlah makanan yang dihabiskan, makan klien 1 porsi. Evaluasi : Subjektif : klien mengatakan tidak mual Objektif : makan klien 1 porsi, BB klien 56,3 kg Analisa : tujuan tercapai masalah teratasi Planing : tindakan keperawatan dihentikan klien pulang

2. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit Data subjektif Data objektif Tujuan : klien mengatakan badanya panas, badanya lemas : klien tampak lemah, suhu tubuh 39C : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam diharapkan suhu tubuh klien kembali normal Kriteria hasil : a. Suhu tubuh tidak panas

b. Suhu dalam batas normal : 36 37 C c. Demam tidak terjadi Rencana tindakana. Observasi TTV terutama suhu tubuh

b. Kaji saat timbulnya demam

45 c. Anjurkan klien untuk memakai pakaian yang dapat menyerap keringat d. Beri kompres air biasa e. Anjurkan klien untuk banyak minum 2-2,5 1/24 jam f. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat antipiretik Pelaksanaan Senin tanggal 04 juli 2011 Pukul 08.30 WIB observasi TTV: TD: 110/70 mmHg, N: 84x/mnt, RR: 22x/mnt, S: 38,7C. Pukul 08.45 WIB mengobservasi hasil Lab, Hemoglobi : 15,7 g/dl, Hematokrit : 46,1 vol%, Trombosit : 52.000mm ,

Leukosit : 2.900 /ul, Eritrosit : 5,71 juta/ul. pukul 09.00 WIB Menganjurkan klien untuk memakai pakaian yang dapat menyerap keringat, klien menggunakan pakaian yang dapat menyerap keringat. Pukul 09.45 WIB memberikan kompres air biasa, keluarga klien memberikan kompres hangat pada klien. Pukul 09.50 WIB menganjurkan klien utuk banyak minum, klien minum sedikit-sedikit tapi sering. Pukul 10.00 WIB kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat antipiretik, obat yang diberikan sanmol. Evaluasi Subjektif Objektif Analisa Planing : klien mengatakan badanya panas, badanya lemas : suhu Tubuh klien 38,7C, klien terlihat lemah : masalah belum teratasi : tindakan keperawatan dilanjutkan a. Observasi TTV terutama suhu tubuh klien

b. Kaji tibulnya deman

c.

Beri kompres air biasa saat demam

46 d. Kolaborasi dengen dokter antipiretik untuk pemberian obat

Pelaksanaan Selasa tanggal 05 juli 2011 Pukul 08.00 WIB observasi TTV: TD: 110/70 mmHg, N: 84x/mnt, RR: 22x/mnt, S: 37,4C. Pukul 08.15 WIB mengobservasi hasil Lab,

Hemoglobin : 15,2 g/dl, Hematokrit : 46,9 vol%, Trombosit : 54.000mm , Leukosit : 2.900 /ul, Eritrosit : 5,74 juta/ul. Pukul 09.45 WIB memberikan kompres air biasa, keluarga klien memberikan kompres hangat pada klien. Pukul 09.50 WIB menganjurkan klien utuk banyak minum, klien minum sedikit-sedikit tapi sering. Pukul 10.45 WIB kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat antipiretik, obat yang diberikan sanmol. Evaluasi Subjektif : klien mengatakan badanya tidak terlalu panas tapi masih lemas Objektif Analisa Planing : klien tampak masih lemah, suhu tubuh klien 37,4C : masalah teratasi sebagian : tindakan keperawatan dilanjutkan a. Observasi TTV terutama suhu tubuh klien b. Kaji tibulnya deman c. Beri kompres air biasa saat demam d. Kolaborasi dengen dokter untuk pemberian obat antipiretik

47 Pelaksanaan Rabu tanggal 06 juli 2011 Pukul 08.00 WIB observasi TTV: TD: 110/70 mmHg, N: 84x/mnt, RR: 22x/mnt, S: 36,C. Pukul 08.15 WIB mengobservasi hasil Lab,

Hemoglobin : 15,2 g/dl, Hematokrit : 46,9 vol%, Trombosit : 72.000mm , Leukosit : 6.500 /ul, Eritrosit : 4,74 juta/ul. Pukul 09.50 WIB menganjurkan klien utuk banyak minum, klien minum sedikit-sedikit tapi sering. Evaluasi Subjektif Objektif Analisa Planing : klien mengatakan badanya tidak panas lagi : suhu tubuh klien 36C : masalah teratasi : tindakan keperawatan dihentikan

3. Kurang pengetahuan edukasi tentang DHF berhubungan dengan kurang

terpaparnya informasi Sujebtif : Klien mengatakan pernah mendengar penyakit DF tapi klien tidak mengerti tentang penyakit DF, Klien tidak pernah mendapatkan penyuluhan kesehatan tentang penyakit DF. Objektif : klien tampak bertanya-tanya tentang penyakit yang dideritanya Klien tampak cemas Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam diharapkan pengetahuan klien tentang penyakit DHF meningkat. Kriteria hasila. Klien mengerti tentang penyakit DHF b. Klien tidak bertanya-tanya lagi tentang DHF

48 Rencana tindakan a. Kaji tingkat pengetahuan klien b. Kaji tingkat pendidikan klienc. Beri penjelasan tentang pengertian,

penyebab, tanda dan gejala

pencegahan dan perawatand. Berikan kesempatan kepada klien untuk menanyakan kembali tentang

hal-hal yang perlu diketahui

Pelaksanaan Selasa 05 juli 2011 Pukul 10.55 WIB mengkaji tingkat pengetahuan klien, klien mengatakan belum mengeri tentang penyakit DHF, Mengkaji tingkat pendikan klien, klien menatakan pendidikan terakhir SMA dan sekarang sedang melanjutkan kuliah. Memberi penjelasan tentang, pengertian, penyebab, tanda gan gejala, pencegahan dan perawatan, klien tampak mendengarkan saat dijelaskan. Memberi kesempatan pada klien untuk bertanya tentang hal-hal yang perlu diketahui, klien menanyakan tentang cara perawatan DHF. Evaluasi Subjektif: klien mengatakan belum mengerti tentang penyakit DHF Objektif: klien tampak sudah mengerti tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala, pencegahan dan perawatan DHF Analisa:masalah teratasi Planing: tindakan keperawatan dihentikan

49

BAB IV PEMBAHASAN

BAB ini penulis akan membahas mengenai permasalahan atau kesenjangan yang terjadi selama melakukan asuhan keperawatan langsung terhadap Tn. A dengan kasus DHF (Dengue Haemoragic Fever) di Ruang Dahlia RSUD Tarakan Jakarta. Dalam bab ini penulis membandingkan antara teori yang ada pada literature dengan kasus yang ditemukan pada klien.Selain itu penulis juga membahas mengenai faktor pendukung dan faktor penghambat, yang penulis temukan pada saat melakukan asuhan keperawatan pada Tn. A, serta alternatif pemecahan masalah yang penulis berikan selama melakukan asuhan keperawatan pada tiap tahap keperawatan.

A. Pengkajian Keperawatan Pengkajian merupakan tahap awal proses keperawatan. Pada tahap ini penulis mengumpulkan data melalui wawancara, observasi, pengkajian fisik dan catatan medical record.

50 Etiologi antara kasus dan teori tidak ada kesenjangan yaitu disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk aedes aegypti, pada kasus dibuktikan dengan hasil serologi IgM (+). Pada teori tanda dan gejala DHF adalah demem mendadak selama 2-7 hari, anoreksia, nyeri sendi, nyeri perut, sakit kepala perdarahan (ptekie, ekimosis, epitaksis, melena, hematemesis), hepatomegali, trombositopenia, hemokonsentrasi, dan syok hipovolemik. Sedangkan pada kasus tanda dan gejala yang ditemukan adalah demam sudah 5 hari, sakit kepala, sakit perut, trombositopenia, namun uji touniquet negatif, tidak sampai ketahap ekimosis, epitaksis, melena, hematemesis, hepatomegali, hemokonsentrasi, dan syok. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa klien terserang DHF (Dengue Haemoragic Fever).

Pada pelaksanaan medis antara teori dan kasus sama yaitu obat antipiretik, antiemetik, dan diberi terapi intravena. Pemeriksaan diagnostik pada teori dan kasus sama, namun pemeriksaan rontgent tidak dilakukan karena tidak terjadi efusi pleura.

Penulis tidak menentukan fakto penghambat dalam melakukan pengkajian ini karena dalam pengkajian klien dan keluarga sangat koopratif. Sehingga memudahkan penulis dalam melengkapi data-data yang diperlukan.

B. Diagnosa Keperawatan Diagnosa yang didapatkan di teori ada 7 diagnosa, yang terdapat pada khasus ada 3 diagnosa yang sama dan yang tidak terdapat pada khasus 4 diagnosa yaitu :gangguan keseimbangan cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

51 dengan peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah. Diagnosa ini tidak muncul karena uji tourniquet negatif. Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan. Diagnosa ini tidak muncul karena saat pengkajian tidak terjadi tanda-tanda syok hipovolemik seperti nadi cepat dan lemah, hipotensi, akral dingin dan sianosis. Gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan kelemahan fisik. Diagnosa ini tidak muncul karena klien dapat melakukan aktivitasnya sendiri. Resiko tinggi terjadinya perdarahan berhubungan dengan penurunan trombosit.

Sedangkan diagnosa yang ada pada kasus yaitu : resiko kekurangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi. C. Perencanaan Keperawatan Pada tahap perencanaan penulis membuat prioritas masalah dengan menguraikan masalah keperawatan berdasarkan kebutuhan klien. Setelah penulis menetapkan tujuan yang mengaruh pada harapan yang ingin di capai dan menjabarkanya pada kriteria hasil yang mengacu pada SMART (spesifik, measurable, Achievable, Reliable, and Time bound). Setelah itu penulis memilih rencana tindakan yang sesuai dengan kondisi klien saat dilakukan pengkajian.

Pada tahap penetapan tujuan dan kriteria hasil terhadap perbedaan antar teori dan kasus. Pada teori tidak dialokasikan penentuan waktu. Sedangkan pada kasus terdapat keterangan waktu penentuan tujuan. Hal ini dilakukan untuk

52 mempermudah pencapaian tujuan dan mengoptimalkan rencana tindakan yang telah dibuat.

Masalah keperawatan prioritas pertama adalah resiko kekurangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual alasanya bila masalah ini tidak segera ditangani akan menimbulkan masalah baru yang lebih berat bagi klien dan mengingat bahwa nutrisi merupakan kebutuhan fisiologis dasar manusia. Adapun tujuan yang ditentukan yaitu selama 3x24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria hasil klien mampu menghabiskan makan sesuai porsi yang disajikan, nafsu makan baik, mual berkurang. Untuk menentukan perencanaan keperawatan ditentukan sesuai kondisi klien saat ini, sehingga dapat memperbaiki keadaan klien.

Masalah keperawatan yang menjadi prioritas kedua adalah hipertermi berhubungan dengan proses penyakit, alasanya bila masalah ini jika tidak segera ditangani akan menimbulkan masalh baru yang lebih berat terhadap klien karena hipertermi dapat menyebabkan dehidrasi.

Masalah keperawatan yang menjadi prioritas ketiga yaitu kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi. Alasanya jika klien tidak mengetahuai masalah yang menyebabkan klien menderita DHF.

D. Pelaksanaan Keperawatan Pada tahap pelaksanaan asuhan keperawatan yang dilakukan secara umum sesuai dengan rencana keperawatan yang telah disusun dan telah didokumentasikan

53 dalam cacatan keperawatan. Dan rencana keperawatan yang telah disusun sudah disesuaikan dengan kondisi klien saat ini sehingga seluruh perencanaan dapat dilaksanakan secara optimal.

Dalam pelaksanaan penulis mengalami hambatan dalam mengobservasi klien karena penulis tidak 24 jam berada di ruangan.

E. Evaluasi Keperawatan Selama dilakukan implementasi 3x24 jam di dapatkan evaluasi yaitu 4 diagnosa yang sudah teratasi semua.

diagnosa yang sudah teratasi adalah resiko kekurangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, hipertermi berhubungan dengan proses penyakit, dan kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi. Dalam melakukan evaluasi keperawatan penulis tidak menemukan faktor penghambat.

54

BAB V PENUTUPSetelah penulis membahas secara keseluruhan tentang Asuhan Keperawatan pada klien Tn. A dengan DHF (Dengue Haemoragic Fever) maka pada BAB ini penul is akan mengambil kesimpulan dan memberikan saran sebagai berikut.

A. Kesimpulan Pada pengkajian penulis dapat menyimpulkan bahwa klien mengalami DHF, dibuktikan dengan hasil serologi IgM (+), dengan manifestasi klinis yaitu demam, anoreksia, mual, penurunan trombosit.

Pada teori didapatkan 7 diagnosa, yang terdapat pada kasus ada 3 diagnosa, 4 diagnosa yang sama dengan teori dan yang tidak terdapat pada kasus ada 4 diagnosa.

Perencanaan dibuat sesuai teori dan disesuaikan dengan kondisi klien dan kemampuan penulis dalam melakukan asuhan keperawatan

55

Pada pelaksanaan keperawatan semua rencana tindakan yang telah dibuat dapat diimplementasikan.

Pada evaluasi keperawatan, semua diagnosa dapat teratasi dan klien pulang.

Dari tahap pengkajian sampai evaluasi, penulis memang menemukan hambatan namun demikian hambatan-hambatan tersebut dapat diatasi dengan baik.

B. Saran Penulis memberikan saran untuk bahan pertimbangan dan peningkatan mutu asuhan keperawatan, adapun saran dari penulis yaitu untuk diri penulis sendiri agar meningkatkan pengetahuan khususnya dalam konsep DHF, melakukan pendekatan yang lebih baik kapada klien agar mendapatkan data-data yang lebih akurat lagi. Adapun saran selanjutnya adalah meningkatkan kemampuan ketrampilan dalam mengidentifikasi masalah pada klien, menguasai kasus, dan mengatasi masalah yang ada pada klien. Sehingga proses tindakan keperawatan lebih baik dalam memberikan Asuhan Keperawatan kepada pasien khususnya dengan DHF.

56

DAFTAR PUSTAKADongoes, Marlyn, (2000). Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta : EGC

Mansjoer , Arif, Dkk, (2000). Kapita Selakta Kedokteran,Edisi 3 jilid kedua. Jakarata: media Aesculapius

Ngastiyah. (2005). Perawatan Anak Sakit, Jakarta : EGC

Nursalam. (2000). Proses dan Dokumentasi Perawatan, Konsep dan Praktek. Jakarta: Salemba Medika

Nursalam. (2005). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak, Jakatara: Salemba Medika

57