Handout Fisiologi Menyusui
-
Upload
hengky-hanggara -
Category
Documents
-
view
141 -
download
2
description
Transcript of Handout Fisiologi Menyusui
HANDOUT FISIOLOGI MENYUSUI
TUTI RAHMANANI, S.SIT
1. Laktasi
a. Pengertian
Laktasi merupakan keseluruhan proses menyusui mulai dari Air Susu Ibu
(ASI) diproduksi sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI. Laktasi
merupakan bagian integral dari siklus reproduksi manusia dengan tujuan
meningkatkan pemberian ASI sampai anak umur 2 tahun secara baik dan benar
serta anak mendapatkan kekebalan tubuh secara alami (Ambarwati, 2010: 6).
b. Fisiologi Laktasi
Selama kehamilan, hormon prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI
biasanya belum keluar karena masih dihambat oleh kadar estrogen yang tinggi.
Pada hari kedua atau kari ketiga pasca salin, kadar estrogen dan progesteron turun
drastis, sehingga pengaruh prolaktin lebih dominan dan pada saat inilah mulai
terjadi ekskresi ASI. Menyusukan bayi lebih dini terjadi perangsangan puting
susu, terbentuklah prolaktin dari hipofisis, sehingga sekresi ASI semakin lancar.
Reflek yang berperan dalam proses laktasi menurut Ambarawati (2010: 10) yaitu :
1) Refleks Prolaktin
Sewaktu bayi menyusu, ujung syaraf peraba yang terdapat pada puting
susu terangsang. Rangsangan tersebut oleh serabut afferent dibawa ke
hipotalamus di dasar otak, lalu memacu hipofise anterior untuk mengeluarkan
hormon prolaktin kedalam darah. Melalui sirkulasi prolaktin memacu sel
kelenjar (alveoli) untuk memproduksi air susu, jumlah prolaktin yang disekresi
dan jumlah susu yang diproduksi berkaitan dengan stimulus isapan, ayitu
frekuensi, intensitas dan lamanya bayi menghisap.
2) Refleks Aliran (Let Down reflex)
Rangsangan yang ditimbulkan bayi saat menyusui selain mempengaruhi
hipofise anterior mengeluarkan hormon prolaktin yang mempengaruhi
hipofise posterior mengeluarkan hormon oksitosin, dimana setelah iksitosin
dilepas kedalam darah akan mengacu otot-otot polos yang mengaliri alveoli
dan duktulus berkontraksi sehingga memeras air susu dari alveoli, duktulus
dan sinus menuju puting susu.
Reflek let down dapat dirasakan sebagai sensasi kesemutan atau dapat
juga ibu merasakan sensasi apapun. Tanda-tanda lain dari refleks let down
adalah tetesan pada payudara lain yang sedang dihisap oleh bayi, refleks ini
dipengaruhi oleh kejiwaan ibu. Refleks yang terjadi pada bayi menurut
Maryunani (2012: 29) diantaranya adalah :
1) Refleks menangkap (rooting reflex)
Ini adalah refleks yang terjadi bila bayi baru lahir tersentuh pipinya. Ia
akan menoleh ke arah sentuhan. Bila bibirnya dirangsang dengan papilla
maka ia akan membuka mulut dan berusaha menangkapnya.
2) Refleks mengisap (sucking reflex)
Refleks ini aktif apabila langit-langit mulut bayi tersentuh, biasanya oleh
papilla. Supaya sentuhan ini sempurna, mencapai bagian belakang
palatum, maka seluruh areola harus tertangkap mulut bayi. Dengan cara
demikian maka sinus laktiferus yang berada dibawah areola akan tertekan
antara gusi, lidah dan palatum, sehingga pemerasan ASI menjadi
sempurna.
3) Refleks menelan
Bila mulut bayi terisi ASI, ia akan menelannya. Pada saat bayi menyusu maka
akan terjadi peregangan puting susu dan areola, karena itu sebagian besar
areola harus ikut masuk ke dalam mulut. Lidah bayi akan menekan ASI keluar
dari sinus laktiferus yang berada di bawah areola.
2. Manfaat Pemberian ASI
a. Manfaat ASI bagi bayi
1) Kesehatan
Kandungan antibodi yang terdapat dalam ASI tetap paling baik sepanjang
masa, oleh karena itu bayi yang mendapatkan ASI eksklusif lebih sehat dan
lebih kuat dibandingkan yang tidak mendapatkan ASI. ASI juga
menghindarkan anak dari busung lapar/ malnutrisi karena komposisi ASI
paling lengkap termasuk protein, lemak, karbohidrat, mineral, vitamin dan zat-
zat penting lainnya.
2) Kecerdasan
ASI mengandung DHA terbaik, selain laktosa yang berfungsi untuk proses
mielinasi otak yaitu proses pematangan otak, saat ibu memberikan ASI terjadi
pula proses stimulasi yang merangsang terbentuknya networking antar
jaringan otak hingga menjadi lebih baik dan terjalin sempurna.
3) Emosi
1) Pada saat disusui, bayi berada dalam dekapan ibu
2) Hal ini akan merangsang terbentuknya emotional intellegent (EI).
3) ASI merupakan wujud curahan kasih sayang ibu pada buah hatinya.
4) Do’a dan harapan yang didengungkan di telinga bayi/ anak selama proses
menyusuipun akan mengasah kecerdasan spirittual anak.
b. Manfaat ASI untuk Ibu
1) Merupakan diet alami bagi ibu
Dengan memberikan ASI eksklusif, berat badan ibu yang bertambah selama
hamil, akan segera mendekati berat badan semula. Naiknya hormon oksitosin
selagi menyusui, menyebabkan kontraksi semua otot polos, termasuk otot-otot
uterus.
2) Mengurangi risiko anemia
Saat memberikan ASI, otomatis risiko perdarahan pasca salin berkurang.
Adanya kontraksi dari rahim dan terjadi pengecilan sekaligus menghentikan
perdarahan.
3) Mencegah kanker
Pemberian ASI dapat mencegah kanker payudara, pada saat menyusui kadar
hormon estrogen mengalami penurunan, sementara tanpa aktifitas menyusui,
kadar hormon estrogen tetap tinggi dan hal inilah yang diduga menjadi salah
satu pemicu kanker karena tidak adanya keseimbangan antar hormon.
4) Manfaat ekonomis
Ibu tidak perlu mengeluarkan dana untuk membeli susu/ suplemen bayi, cukup
dengan ASI Eksklusif kebutuhan bayi selama 6 bulan terpenuhi, selain itu ibu
tidak perlu repot untuk mensterilkan peralatan bayi seperti dot, cangkir, gelas
atau sendok untuk membersihkan auau kepada bayi.
3. Komposisi Gizi ASI
ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein laktose dan garam
organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu, sebagai makanan
utama bagi bayi. Komposisi ASI tidak sama dari waktu ke waktu, hal ini berdasarkan
stadium laktasi. Komposisi ASI menurut Ambarwati (2010: 24) dibedakan menjadi 3
macam yaitu :
a. Kolustrum
Yaitu ASI yang dihasilkan pada hari pertama sampai ketiga setelah bayi
lahir. Kolustrum merupakan cairan yang agak kental berwarna kekuningan, lebih
kuning dibandingkan ASI matur, bentuknya agak kasar karena mengandung
butiran lemak dan sel-sel epitel, dengan kasit kolostrum sebagai berikut :
1) Sebagai pembersih selaput usus BBL sehingga saluran pencernaan siap untuk
menerima makanan.
2) Mengandung kadar protein yang tinggi terutama gama glubulin sehingga dapat
memberikan perlindungan tubuh terhadap infeksi.
3) Mengandung zat antibodi sehingga mampu melindungi tubuh bayi dari
berbagai penyakit infeksi untuk jangka waktu sampai dengan 6 bulan.
b. ASI masa transisi
ASI yang dihasilkan mulai hari keempat sampai hari kesepuluh
c. ASI matur
ASI yang dihasilkan mulai hari kesepuluh sampai seterusnya.
Kadar gizi yang dihasilkan kolustrum, ASI transisi dan ASI matur dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :
Tabel Komposisi Kandungan ASI
Kandungan Kolustrum Transisi ASI MaturEnergiLaktosaLemakProteinMineralImunoglobulinIgAIg GIg MLisosimLaktofern
57,06,52,9
1,1950,3
335,95,917,1
14,2-16,4420-520
63,06,73,6
0,9650,3
-----
65,07,03,8
1,3240,2
119,62,92,9
24,3-27,5250-270
Sumber : Ambarawati, 2010
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI
Pada ibu yang normal dapat menghasilkan ASI kira-kira 550-1000 ml setiap hari.
Menurut Ambarwati (2010: 26) jumlah ASI tersebut dapat dipengaruhi oleh berbafai
faktor seperti :
a. Makanan
Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh makan yang dimakan ibu secra teratur dan
cukup mengadung gizi yang diperlukan akan mempengaruhi produksi ASI. Untuk
membentuk produksi ASIyang baik, makanan ibu harus memenuhi jumlah kalori,
protein, lemak dan vitamin serta mineral yang cukup, selain itu ibu dianjurkan
minum lebih banyak kurang lebih 8-12 gelas perhari. Bahan makanan yang
dibatasi untuk ibu menyusui yaitu :
1) Makanan yang merangsan sperti cabe, merica, jahe, kopi dan alkohol
2) Makanan yang menbuat kembung seperti ubi, singkong, kool, sawi dan daun
bawang
3) Bahan makanan yang banyak mengandung gula dan lemak.
b. Ketangan jiwa dan fikiran
Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan, ibu yang sellau dalam
keadaan tertekan, sedih, kurang percaya diri dan berbagai bentuk ketegangan
emosional akan menurunkan volume ASI bahkan tidak akan terjadi produksi ASI.
Untuk memproduksi ASI yang baik harus dalam keadaan tenang.
c. Penggunaan alat kontrasepsi
Pada ibu yang menyusui bayinya penggunaan alat kontrasepsi hendaknya
diperhatikan karena pemakaian kontrasepsi yang tidak tepat dapat mempengaruhi
produksi ASI.
d. Perawatan payudara
Rangsangan payudara akan mempengaruhi hipofise untuk mengeluarkan hormon
progesteron dan estrogen lebih banyak lagi dan hormon oxytocin.
e. Anatomis buah dada
Jumlah lobus dalam buah dada berkurang, maka lobulus pun berkurang, sehingga
produksi ASI juga berkurabg karena sel-sel acini yang menghisap zat-zat makan
dari pembuluh darah akan berkurang.
f. Fisiologi
Terbentuknya ASI dipengaruhi hormon terutama prolaktin, ini merupakan hormon
laktogenik yang menentukan dalam hal pengadaan dan mempertahankan sekresi
susu.
g. Faktor istirahat
Ibu yang kurang isirahat akan mengalami kelemahan dalam menjalankan
fungsinya dengan demikian pembentukan dan pengeluaran ASI berkurang.
h. Faktor isapan anak
Ibu yang jarang menyusui anaknya dan hanya sebentar-sebentar saja akan
mempengaruhi produksi ASI.
i. Faktor obat-obatan
Obat-obatan yang mengandung hormon mempengaruhi hormon prolaktin dan
oxytocin yang berfungsi dalam pembentukan dan pengeluaran ASI. Apabila
hormon-hormon ini terganggu dengan sendirinya akan mempengaruhi
pembentukan dan pengeluaran ASI.
5. Tanda bayi cukup ASI
Tanda bayi cukup ASI yaitu :
a. Jumlah buang air kecilnya dalam satu hari paling sedikit 6 kali.
b. Warna seni tidak berwarna kuning pucat
c. Bayi sering BAB berwarna kekuningan berbiji
d. Bayi kelihatannya puas, sewaktu waktu merasa lapar bangun dan tidur dengan
cukup.
e. Bayi paling sedikit menyusu 10 kali dalam 24 jam
f. Payudara ibu terasa lembut setiap kali selesai menyusui
g. Ibu dapat merasakan rasa geli karena liran ASI setiap kali bayi menyusui
h. Ibu dapat mendengar suara menelan yang pelan ketika bayi menelan ASI
i. Bayi bertambah berat badannya.
6. Teknik Menyusui
a. Pengertian Teknik menyusui yang benar
Teknik menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi
dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar.
1) Cara menyusui dengan sikap duduk
a) Duduk dengan posisi santai dan tegak menggunakan kursi yang rendah
agar kaki ibu tidak tergantung dan punggung ibu bersandar pada sandaran
kursi.
b) Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada
puting susu dan areola sekitarnya.
c) Gunakan bantal atau selimut untuk menopang bayi. Bayi ditidurkan diatas
pangkuan ibu dengan cara :
(1) Bayi dipegang dengan satu tangan, kepala bayi ditelakkan pada
lengkung siku ibu dan bokong bayi ditelakkan pada lengan. Kepala
bayi tidak boleh tertengadah atau bokong bayi ditahan dengan telapak
tangan ibu.
(2) Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu dan yang satu
didepan.
(3) Perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi menghadap payudara.
(4) Telingan dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus
(5) Ibu menatap bayi dengan penuh kasih sayang.
Gambar Teknik menyusui yang benar
Gambar Cara memegang bayi dengan benar
2) Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting reflex) dengan cara :
a) Menyentuh pipi dengan puting susu atau,
b) Menyentuh sisi mulut bayi.
Gambar Cara merangsang mulut bayi
3) Setelah bayi membuka mulut, dengan cara kepala bayi didekatkan ke payudara
ibu dan puting serta kalang payudara dimasukkan ke mulut bayi:
a) Usahakan sebagian besar kalang payudara dapat masuk ke mulut bayi,
sehingga puting susu berada di bawah langit-langit dan lidah bayi akan
menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak di bawah
kalang payudara. Posisi yang salah, yaitu apabila bayi hanya mengisap
pada puting susu saja, akan mengakibatkan masukan ASI yang tidak
adekuat dan puting susu lecet.
b) Setelah bayi mulai menghisap payudara tak perlu dipegang atau disangga
lagi.
Gambar Perlekatan yang benar
Gambar Perlekatan yang salah
4) Melepaskan isapan bayi
Setelah menyusui pada satu payudara sampai terasa kosong, sebaiknya diganti
menyusui pada payudara yang lain. Cara melepaskan isapan bayi yaitu :
a) Jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut bayi,
atau
b) Dagu bayi ditekan ke bawah.
5) Menyendawakan bayi.
Tujuan menyendawakan bayi adalah mengeluarkan udara dari lambung supaya
bayi tidak muntah setelah menyusui. Cara menyendawakan bayi adalah :
a) Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu, kemudian
punggungnya ditepuk perlahan-lahan.
b) Bayi tidur tengkurap di pangkuan ibu kemudian punggungnya ditepuk
perlahan-lahan.
b. Posisi menyusui
Sebelum menyusui bayi, terlebih dahulu ibu mencuci kedua tangan dengan
sabun sampai bersih, kedua puting susu diberishkandengan kapas yang telah
direndam terlebih dahulu dengan air hangat. Bayi disusui secara bergantian mulai
dari sebelah kiri hingga sebelah kanan sampai bayi kenyang. Sebelum bayi
ditidurkan, bayi harus disendawakan dahulu supaya udara yang terhisap bisa
keluar. Adapun posisi menyusui yang benar menurut Proverawati dan
Rahmawati (2010: 40) yaitu :
1) Pegang bayi sehingga dia menghadap keseluruh badan, dapat menggunakan
bantal untuk mendukung.
2) Menyokong payudara dengan tiga jari di bawah areola (kulit seputar puting
susu) dan dua jari di atas.
3) Pastikan jari-jari anda berada dibelakang areola sehingga bayi bisa menarik
kedua puting susu dan areola ke dalam mulutnya.
4) Posisikan bayi lebih rendah dari bibir dengan puting susu, ini akan
merangsang bayi membuka mulut lebar dan latch on ke payudara.
5) Bayi akan memperbesar puting susu dan areola dalam mulut dan mulai
menyusu.
6) Slipkan jari anda ke sudut bayi untuk memutuskan sedotan, mengembalikan
keposisi semula sehingga posisi bayi akan merangsang bayi untuk membuka
mulutnya dan ibu mengambil lagi dengan bibir dan gusi pada areola, bukan
pada puting susu.
Tanda bayi menyusu dengan benar adalah :
a) Mulut bayi seluruhnya tertangkap di puting susu
b) Dahi bayi menyentuh payudara
c) Payudara tidak nyeri ketika menyusui
d) Apabila ibu dapat melihat daerah gelap di sekitar payudaranya, maka
seharusnya ibu melihat daerah gelap tersebut lebih banyak di atas bibir
bayi bagian atas dibandingkan bibir bagian bawah.
e) Pipi bayi tidak tertakan atau tetap pada posisinya.
f) Bayi secara teratur mengisap dan menelan ASI, normal jika sesekali bayi
berhenti.
g) Apabila sudah selesai menyusu maka dia akan melepaskan puting susu
dengan sendirinya.
7. Jenis-jenis posisi menyusui
Menurut Proverawati dan Rahmawati (2010: 45) jenis-jenis posisi menyusui
diantaranya yaitu :
a. Posisi Dekapan
Posisi kalsik dan telah menjadi kegemaran kebanyakan para ibu, posisi ini
membolehkan perut ibu dan perub bayi bertemu supaya tidak perlu memutar
kepalanya untuk menyusu. Kepala bayi berada dalam dekapan, sokong belakang
badan dan punggung bayi serta lengan bayi perlu berada di bagian sisinya.
Gambar Posisi menyusui balita pada kondisi normal
b. Posisi Berbaring
Posisi ini apabila ibu dan bayi merasa letih seperti baru pulih dari pembedahan
sesarea dimana posisi ibu bisa dicoba pada beberapa hari pertama. Sokong kepala
ibu dengan lengan dan sokong bayi dengan lengan atas.
Gambar Posisi menyusui berbaring
c. Posisi Football Hold
Tangan yang terletak paling dekat dengan payudara yang diisap bayi
memeluk leher bayi. Tubuh bayi berkontak dengan tubuh ibu, di bawah lengan.
Bayi telentang atau sedikit miring. Lengan lainnya menopang payudara dan
menekan puting. Untuk membantu bayi menempelkan mulutnya, gerakkan kepala
dan dadanya ke arah payudara. Hindari menarik dagunya ke arah dadanya karena
ini membuat bayi sulit menelan, bahkan sulit bernapas. Juga, hindari menekan
kepala bayi dengan tangan.
Gambar Posisi pegangan bola (football position) pada bayi kembar secara bersamaan
8. Masalah dalam menyusui
Adapun masalah - masalah dalam menyusui adalah sebagai berikut (Ambarwati,
2009 : 43)
a. Masalah menyusui masa antenatal
1) Kurang atau salah informasi
Banyak ibu yang merasa bahwa susu formula itu sama baiknya atau malah
lebih baik dari ASI sehingga cepat menambah susu formula bila merasa bahwa
ASI kurang.
2) Puting susu datar atau terbenam
Sejak kehamilan trimester terakhir, ibu yang tidak mempunyai resiko
kelahiran prematur, dapat diusahakan mengeluarkan puting susu datar atau
terbenam dengan : teknik atau gerakan Hoffman yang dikerjakan 2 kali sehari,
dibantu dengan jarum suntik yang dipotong ujungnya atau dengan pompa ASI.
b. Masalah menyusui pada masa nifas dini
1) Puting susu nyeri
Umumnya ibu akan merasa nyeri pada waktu awal menyusui. Perasaan sakit
ini akan berkurang setelah ASI keluar. Bila posisi mulut bayi dan puting susu
ibu benar, perasaan nyeri akan segera hilang.
Cara menangani :
a) Pastikan posisi menyusui sudah benar.
b) Mulailah menyusui pada putting susu yang tidak sakit, guna membantu
mengurangi sakit pada puting susu yang sakit.
c) Segera setelah minum, keluarkan sedikit ASI, oleskan di putting susu dan
biarkan payudara terbuka untuk beberapa waktu sampai puting susu
kering.
2) Puting susu lecet
Puting susu lecet dapat disebabkan oleh posisi menyusui yang salah, tapi dapat
pula disebabkan oleh thrush (candidates) atau dermatitis.
3) Payudara bengkak
Pada hari-hari pertama (sekitar 2–4 jam), payudara sering terasa penuh dan
nyeri disebabkan bertambahnya aliran darah ke payudara bersamaan dengan
ASI mulai di produksi dalam jumlah banyak. Untuk mencegah maka
diperlukan : menyusui dini, perlekatan yang baik, menyusui “on demand”.
Bayi harus lebih sering disusui. Apabila terlalu tegang atau bayi tidak dapat
menyusu sebaiknya ASI dikeluarkan dahulu, agar ketegangan menurun.
4) Mastitis atau abses payudara
Mastitis adalah peradangan pada payudara. Payudara menjadi merah, bengkak
kadangkala diikuti rasa nyeri dan panas, suhu tubuh meningkat.
c. Masalah menyusui pada masa nifas lanjut
1) Sindrom ASI kurang
Tanda bahwa ASI benar-benar kurang, antara lain : BB bayi meningkat kurang
dari rata-rata 500 gram per bulan, BB lahir dalam waktu 2 minggu belum
kembali, BAK rata-rata kurang dari 6 kali dalam 24 jam, cairan urin pekat, bau
dan warna kuning. Cara mengatasinya disesuaikan dengan penyebab seperti
faktor teknik menyusui, faktor psikologis, fisik ibu atau faktor kondisi bayi.
Ibu dan bayi dapat saling membantu agar produksi ASI meningkat dan bayi
terus memberikan isapan efektifnya.
2) Ibu yang bekerja
Seringkali alasan pekerjaan membuat seorang ibu berhenti menyusui.
Sebenarnya ada beberapa cara yang dapat dianjurkan pada ibu menyusui yang
bekerja :
a) Susuilah bayi sebelum ibu bekerja
b) ASI dikeluarkan untuk persediaan di rumah sebelum berangkat bekerja.
c) Pengosongan payudara di tempat kerja setiap 3-4 jam.
d) ASI dapat disimpan di lemari pendingin dan dapat diberikan pada bayi saat
ibu bekerja dengan cangkir.
e) Pada saat ibu di rumah sesering mungkin bayi disusui dan ganti jadwal
menyusuinya sehingga banyak menyusui di malam hari.
f) Keterampilan mengeluarkan ASI dan merubah jadwal menyusui sebaiknya
telah dipraktekkan satu bulan sebelum kembali bekerja.
g) Minum dan makan makanan yang bergizi dan cukup selama bekerja dan
selama menyusui bayinya.
d. Masalah menyusui pada keadaan khusus
1) Ibu melahirkan dengan bedah sesar
Posisi menyusui yang dianjurkan adalah sebagai berikut :
a) Ibu dapat dalam posisi berbaring miring dengan bahu dan kepala yang
ditopang bantal, sementara bayi disusukan dengan kakinya ke arah ibu.
b) Apabila ibu sudah dapat duduk bayi dapat ditidurkan di bantal di atas
pangkuan ibu dengan posisi kaki bayi mengarah ke belakang ibu di bawah
lengan ibu.
c) Dengan posisi memegang bola (football position) yaitu ibu terlentang dan
bayi berada di ketiak ibu dengan kaki ke arah atas dan tangan ibu
memegang kepala bayi.
2) Ibu sakit
3) Ibu yang memerlukan pengobatan
4) Ibu hamil
e. Masalah menyusui pada bayi
1) Bayi segera menangis
Menangis untuk bayi adalah cara berkomunikasi dengan orang-orang di
sekitarnya. Karena itu bila bayi sering menangis perlu dicari sebabnya, dan
sebabnya tidak selalu karena kurang ASI.
2) Bayi bingung puting
Bingung puting (nipple confusion) adalah suatu keadaan yang terjadi karena
bayi mendapat susu formula dalam botol berganti-ganti dengan menyusu pada
ibu. untuk menghindari bayi bingung puting : jangan mudah mengganti ASI
dengan susu formula tanpa indikasi (medis) yang kuat, kalau terpaksa harus
memberikan susu formula berikn dengan sendok atau pipet dan bahkan
cangkir, jangan sekali-kali menggunakan botol dan dot atau bahkan memberi
kempeng.
3) Bayi prematur dan bayi kecil (BBLR)
Bayi kecil, prematur atau dengan berat badan lahir rendah (BBLR)
mempunyai masalah menyusui karena refleks mengisapnya masih relatif
lemah. Oleh karenanya bayi kecil justru harus cepat dan lebih sering dilatih
menyusu. Untuk merangsang mengisap sentuhlah langit-langit bayi dengan
jari ibu yang bersih. Bila belum bisa menyusu, ASI dikeluarkan dengan tangan
atau pompa, yang kemudian diberikan dengan sendok atau cangkir.
4) Bayi kuning (ikterik)
Bayi ikterik disebabkan kadar bilirubin yang tinggi dalam darah, yang dapat
terlihat pada kulit dan sklera (putih mata). Untuk mencegah agar warna kuning
tidak lebih berat bayi jelas membutuhkan lebih banyak menyusu. Yang harus
dilakukan adalah mulai menyusui segera setelah bayi lahir dan susui bayi
sesering mungkin tanpa dibatasi.
5) Bayi kembar
Ibu dapat menyusui bayinya seorang demi seorang, tetapi ibu dapat menyusui
sekaligus berdua. Salah satu posisi yang mudah untuk menyusui adalah
dengan posisi memegang bola (football position).
6) Bayi sakit
Sebagian kecil sekali dari bayi yang sakit, dengan indikasi khusus tidak
diperbolehkan mendapatkan makanan peroral, tetapi apabila sudah
diperbolehkan, maka ASI harus terus diberikan.
7) Bayi sumbing
Cara menyusui yang dianjurkan adalah : posisi bayi duduk, puting dan areola
dipegang selagi menyusui, hal ini sangat membantu bayi untuk mendapatkan
cukup ASI, ibu jari ibu dapat dipakai sebagai penyumbat celah pada bibir bayi
bila bayi mempunyai sumbing pada bibir dan langit-langit, ASI dikeluarkan
dengan cara manual ataupun pompa, kemudian berikan dengan sendok/pipet,
atau botol dengan dot yang panjang sehingga ASI dapat masuk dengan
sempurna.
8) Bayi dengan lidah pendek
Bayi pada kondisi seperti ini akan sukar dapat melaksanakan laktasi dengan
sempurna, karena lidah tak sanggup memegang puting dan areola dengan baik.
Ibu dapat membantu dengan menahan kedua bibir bayi segera setelah bayi
dapat menangkap putting da areola dengan benar. Pertahankan kedudukan
kedua bibir bayi agar posisi tidak berubah-ubah.
9) Bayi yang memerlukan perawatan
Ibu dianjurkan memerah ASI setiap 3 jam dan disimpan di dalam lemari es
untuk kemudian sehari sekali diantar ke rumah sakit di dalam termos es. Perlu
diberikan tanda pada botol penampung ASI, jam berapa ASI diperah dan yang
lebih dahulu diperah dapat diberikan terlebih dahulu.
9. Faktor-faktor yang menghambat penggunaan ASI
Menurut Maryunani (2012: 198) faktor-faktor yang menghambat penggunaan ASI
adalah
a. Kurangnya pengetahuan ibu tentang keunggulan ASI dan fisiologi laktasi
b. Kurangnya persiapan fisik dan mental ibu
c. Kurangnya dukungan keluarga
d. Kurangnya dukungan dari fasilitas kesehatan
e. Kurangnya fasilitas yang mendukung laktasi di tempat kerja
f. Kurangnya dukungan lingkungan.