Hana uas dpp 1
-
Upload
maulida-hannah -
Category
Education
-
view
115 -
download
1
description
Transcript of Hana uas dpp 1
1
Strategi Gerindra Memajukan Prabowo Menjadi Calon Presiden pada
Pemilu 2014 dalam Perspektif Praktik Sosial oleh Bourdieu1
HANA MAULIDA
Mahasiswi Program Studi Prancis, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia.
Abstrak
Keinginan Prabowo untuk mencalonkan diri sebagai presiden Indonesia pada pemilu 2014 didukung
penuh oleh partainya, Gerindra. Gerindra dan Prabowo menyusun dan menjalankan strategi demi
tercapainya target. Artikel ini menganalisis strategi Gerindra dan Prabowo dengan menggunakan
pendekatan praktik sosial oleh Pierre Bourdieu. Terlihat bahwa Gerindra dan Prabowo berhasil
mengatur kapital dan menerapkan habitus yang tepat untuk mencapai target.
Kata kunci: Gerindra, Prabowo, Calon Presiden, Kapital.
Abstract
The ambition of Prabowo become candidate in Indonesian presidential election 2014 got a great
support from his parties, Gerindra. Gerindra and Prabowo made and did strategies in order that
Prabowo can be a candidate in presidential election. This article was made to analyze these strategies
by using the theory of social practice by Pierre Bourdieu. The result showed that the succeed of
Gerindra and Prabowo because of their ability to manage the capitals and use a proper habitus in
politics arena.
Key Words: Gerindra, Prabowo, Candidate of Presidential Election, Capital.
Partai Gerindra dalam Politik Indonesia
Partai politik Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) adalah partai yang dibentuk pada
bulan Februari 2008 dan diprakarsai oleh Prabowo Subianto, Hasyim Djojohadikusumo yang
merupakan adik kandung Prabowo, Fadli Zon, dan sejumlah tokoh lainnya2. Di usia partai
yang terbilang sangat muda, Gerindra berhasil ikut serta dalam pemilu 2009 dan mampu
mendapatkan suara sebanyak 4,46% pada pemilu legislatif. Prabowo sebagai salah satu
pendiri partai ini memang memiliki ambisi untuk maju menjadi calon presiden. Namun,
1 Jurnal dibuat sebagai Ujian Akhir Semester mata kuliah Dinamika Pemikiran Prancis, FIB UI, 2014.
2 “Profil Partai Gerindra”. Merdeka.com. diakses pada 1 Juni 2014.
http://profil.merdeka.com/indonesia/p/partai-gerakan-indonesia-raya/
2
keinginan itu sirna ketika perolehan suara dalam pemilu legislatif tidak mencukupi untuk
partainya dan tidak ada partai yang ingin berkoalisi dengan Gerindra untuk mengusung
Prabowo sebagai calon presiden. Akhirnya, partai Gerindra berkoalisi dengan PDI-P dan
memajukan nama Megawati sebagai calon presiden dan Prabowo sebagai wakil calon
presidennya. Partai yang terbilang pendatang baru ini sukses mengantarkan Prabowo sebagai
salah satu pendirinya maju sebagai calon wakil presiden. Sayangnya, pasangan Megawati-
Prabowo gagal dalam pemilu presiden setelah dikalahkan oleh pasangan SBY-Boediono.
Kekalahan pada pemilu presiden 2009 tidak menyurutkan keinginan Gerindra untuk
dapat mencalonkan Prabowo sebagai presiden bagi republik ini. Ia bersama partainya
menyusun sejumlah strategi demi meningkatkan elektabilitas partai dan dirinya dalam pemilu
2014. Dalam pemilu ini, Prabowo tidak ingin mengalah lagi dan hanya menjadi calon wakil
presiden tetapi ia bertekad untuk maju sebagai calon presiden. Strategi tersebut berhasil
setelah Gerindra mampu meraih 11,81% suara nasional dalam pemilu legislatif 2014 yang
menempati posisi ketiga setelah PDI-P dan Golkar.3 Bukan hanya itu, pada pemilu tahun ini,
Prabowo berhasil berkoalisi dengan PPP, PAN, PKS, dan Golkar yang bersedia mengusung
Prabowo menjadi Presiden. Kini, Prabowo bersama Hatta Rajasa maju menjadi pasangan
calon presiden dan wakil presiden menghadapi pasangan Jokowi-Jusuf Kalla yang diusung
partai PDI-P, Nasdem, PKB, dan PKP.
Keberhasilan Prabowo dan partai Gerindra memang menjadi fenomenal dalam kancah
perpolitikan Indonesia. Partai yang baru lahir ini berhasil mendapatkan suara yang cukup
tinggi di pemilu pertamanya serta berhasil melejitkan suara hingga 200% lebih dalam pemilu
yang kedua. Prabowo sebagai tokoh dan citra dari partai ini memiliki andil besar dalam
fenomena partai Gerindra. Hal ini tidak lepas dari ambisi Prabowo untuk menjadi presiden
Indonesia. Ia baru bisa mencalonkan diri menjadi presiden jika partainya memperoleh suara
20% atau kursi minimal 25% di parlemen dan diusulkan oleh satu partai atau gabungan yang
bersedia mengusungnya menjadi presiden4
. Strategi Gerindra untuk dapat memajukan
Prabowo sebagai calon presiden inilah yang akan dianalisis dalam artikel ini dengan
menggunakan pendekatan teori praktik sosial yang ditawarkan oleh Pierre Boudieu. Sebelum
menganalisis, terlebih dahulu dipaparkan mengenai teori praktik sosial oleh Pierre Bourdieu.
3 “Ini Hasil Lengkap Rekapitulasi Perolehan Suara Pileg 2014.” Republika Online. Dipublikasi Sabtu, 10 Mei 2014.
Diakses pada 31 Mei 2014. http://www.republika.co.id/berita/nasional/politik/14/05/10/n5bgv5-ini-hasil-lengkap-rekapitulasi-perolehan-suara-pileg-2014 4 “Ini Syarat Menjadi Capres dan Cawapres”. Metrotvnews. Edisi 30 April 2014. Diakses pada 30 Mei 2014.
http://pemilu.metrotvnews.com/read/2014/04/30/236917/ini-syarat-menjadi-capres-dan-cawapres
3
Pierre Boudieu dan Praktik Sosial
Pierre Bourdieu adalah seorang filsuf Prancis yang lebih dikenal sebagai seorang
sosiolog dan antropolog. Ia lahir di di Denguin (Haute-Pyrénées) Prancis pada tanggal 1
Agustus 1930. Ia merupakan lulusan sebuah sekolah yang telah banyak melahirkan filsuf
dunia, École Normale Supérieure. Selama kuliah ia aktif sebagai aktivis politik beraliran kiri.
Setelah lulus, ia pergi ke Aljazair dan melakukan sejumlah penelitian. Sekembalinya ia ke
Prancis, ia tetap melakukan penelitian dan berhasil melahirkan sejumlah karya yang
berkontribusi besar dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Diantaranya adalah La
Distinction (1979), Homo Academicus (1984), La Noblesse d’État (1989), dan La Misère du
Monde (1993)5. Meski karya-karyanya berfokus pada sosilogi namun ia juga mengaitkannya
dengan bidang lain seperti bahasa, politik, dan seni.
Pemikiran besar Bourdieu sebenarnya berpusat pada sebuah konsep praktik sosial
dimana ia mengatakan bahwa praktik sosial merupakan sinergi antara habitus dan kapital
dalam sebuah arena sosial. Pernyataan ini dapat dirumuskan menjadi [habitus x kapital] +
arena = praktik sosial. (Swartz, 1997:141) Untuk memahami lebih dalam mengenai konsep
praktik sosial Bourdieu terlebih dahulu kita harus memahami sejumlah istilah seperti habitus,
kapital, dan arena.
1. Habitus
Dalam karyanya, Bourdieu tidak memberikan definisi dari habitus itu sendiri tapi
melalui tulisan-tulisannya pula kita dapat memahami apa yang dimaksud habitus
menurut Bourdieu. Kata habitus sendiri bukanlah sebuah istilah yang diciptkan oleh
Bourdieu namun kata tersebut telah digunakan oleh para filsuf lama seperti Aristoteles.
(Dwizatmiko, 2010: 66) Habitus merupakan hasil bentukan sejarah dan budaya atas
perilaku manusia dalam kehidupan sosialnya. Habitus adalah bagaimana seorang
individu berperilaku.
Habitus memiliki beberapa karakterisktik yang dapat membantuk kita memahami
konsep ini. (1) Habitus merupakan produk dari sejarah panjang dan terjadi berulang kali6.
Habitus tercipta berkat adanya kegiatan yang dilakukan berulang-ulang dalam jangka
5 “Biography of Bourdieu”. Biographybase. Diakses pada 30 Mei 2014.
http://www.biographybase.com/biography/Bourdieu_Pierre.html 6 Mohammad Adib. (2012). Agen dan Struktur dalam Pandangan Pierre Bourdieu. BioKultur, Vol I (2), 91-110.
Diunduh pada 28 Mei 2014. http://journal.unair.ac.id/filerPDF/01%20Artikel%20AGEN%20DAN%20STRUKTUR%20DALAM%20PANDANGAN%20PIERE%20BOURDIEU%20Revisi%2020%20Okt%202012.pdf
4
waktu yang lama sehingga telah terstruktur dalam masyarakat. (2) Habitus
diinternalisasikan dalam diri melalui proses sosialisasi seseorang dan melalui pendidikan.
(3) Habitus memiliki sifat dinamis atau transposable artinya dapat dialihkan dari satu
arena sosial ke arena sosial lainnya. (4) Swartz dalam Culture and Power: The Sociology
of Pierre Bourdieu mengatakan bahwa habitus mengenal waktu. Habitus akan berbeda
dalam waktu yang berbeda pula. Habitus kita saat bersama teman tentu akan berbeda
dengan habitus kita saat bersama orang tua ataupun guru. (5) Habitus juga mengenal
tempat. Habitus suatu negara tentu akan berbeda dengan habitus di negara lainnya.
Dengan demikian dapat kita katakan bahwa habitus merupakan bentukan sejarah
yang panjang dan berulang, terinternalisasi melalui proses sosialisasi dan pendidikan,
bersifat transposable, mengenal waktu, serta berbeda dari suatu tempat ke tempat lainnya.
Dalam melakukan praktik sosial, habitus tidak cukup untuk bertahan dalam arena sosial.
Habitus membutuhkan kapital.
2. Kapital
Kapital merupakan suatu alat yang digunakan seseorang untuk bertahan dan mencapai
tujuannya dalam suatu arena sosial. Dalam The Forms of Capital, Boudieu memaparkan
bahwa terdapat tiga bentuk dari kapital; kapital ekonomi, kapital budaya, kapital sosial,
dan kapital simbolik. Kapital ekonomi dapat berbentuk uang ataupun hak kepemilikan
pribadi. Sedangkan, kapital budaya merupakan intelektualitas yang dimiliki. Kemudian,
kapital sosial berkaitan dengan relasi kita dengan individu lainnya. Maksudnya adalah
seberapa luas jaringan yang kita miliki.
Dalam arena, agen (individu di dalamnya) berusaha untuk mendapatkan suatu kapital
sebanyak-banyaknya. Untuk mendapatkan kapital yang banyak, kita dapat
mengonversikan kapital yang kita miliki ke kapital yang kita butuhkan. Kita dapat juga
menambah kapital kita dengan memanfaatkan kapital yang kita miliki. Namun, kapital
juga bekerja seperti hukum ekonomi yaitu jika jumlahnya berlebih maka akan
mengalami inflasi. Ketika kapital mengalami inflasi, kapital justru akan berdampak
buruk bagi agen.
3. Arena
Arena merupakan suatu wilayah perjuangan untuk mengendalikan berbagai macam
sumber kapital. Agen akan berusaha untuk mendapatkan kapital yang paling berharga
atau penting dalam arena tersebut. Arena juga merupakan suatu tempat bertemunya para
5
agen. Akan ada pihak yang mendominasi dan pihak yang terdominasi dalam suatu arena.
Pihak yang mendominasi adalah pihak yang memiliki banyak kapital dan pihak
terdominasi adalah pihak yang memiliki sedikit kapital. Dari sini kita dapat melihat
bahwa kapital merupakan suatu kekuasaan karena dengannya kita bisa mendapatkan hal
yang paling berharga dalam arena. (Swartz: 1997, 117-142)
Strategi Gerindra untuk Memajukan Prabowo sebagai Calon Presiden 2014
Ambisi Prabowo untuk mencalonkan diri sebagai presiden terbilang sejak dirinya
memutuskan untuk terjun ke dunia politik. Hal ini dibuktikan dengan setelah berdirinya partai
Gerindra di tahun 2008 dan berhasil mengikuti pemilu 2009, Prabowo mendekati sejumlah
partai untuk berkoalisi yang akan mengusung dirinya sebagai calon presiden. Sayangnya, saat
itu, tidak ada partai yang ingin berkoalisi dengan Gerindra jika mengusung Prabowo sebagai
calon presiden. Prabowo pun akhirnya menurunkan target dan berkoalisi dengan PDI-P dan
berpasangan dengan Megawati untuk menjadi calon wakil presiden. Namun, pasangan Mega-
Prabowo kalah oleh pasangan SBY-Boediono.
Kekalahan pada pemilu 2009 tidak menyurutkan semangat Prabowo untuk menjadi
Presiden Indonesia. Ia bersama partainya, Gerindra, menyusun strategi agar dapat memajukan
dirinya sebagai calon presiden 2014 mendatang. Strategi dan keputusan partai untuk
mengusung Prabowo sebagai calon presiden pada pemilu 2014 diputuskan dalam Kongres
Luar Biasa Gerindra pada 17 Maret 20127. Oleh karena syarat agar dapat memajukan
Prabowo sebagai calon presiden pada pemilu nanti adalah partai harus mendapatkan suara
minimal 20% pada pemilu legislatif atau mendapatkan minimal 25% kursi di parlemen dan
diusung oleh satu atau gabungan partai, strategi untuk memajukan Prabowo bukan hanya
untuk Prabowo sendiri tapi Gerindra harus mendapat perolehan suara mencapai 25% pada
pemilu legislatif 2014. Sejumlah cara pun disusun agar Gerindra dapat memperoleh suara
yang ditargetkan dengan tujuan utama dapat mengusung Prabowo sebagai calon presiden.
Untuk dapat memajukan Prabowo sebagai calon presiden, tentu dibutuhkan dana yang
tidak sedikit. Sejak diputuskan Gerindra akan kembali mengusung Prabowo pada tahun 2012,
Hasyim, adik Prabowo, bahkan telah mempersiapkan 100 triliun rupiah untuk mendukung
pencalonan Prabowo. Hal ini dinyatakan Hasyim dalam koran Tempo dalam jaringan yang
7 “Ini Strategi Gerindra Usung Prabowo Jadi Presiden”. Tempo.co. Dipublikasikan pada Kamis, 18 Juli 2012.
Diakses pada 31 Mei 2014. http://www.tempo.co/read/news/2012/07/18/078417754/Ini-Strategi-Gerindra-Usung-Prabowo-Jadi-Presiden
6
dipublikasi pada 8 Maret 2012. Hasyim mendukung penuh keinginan kakaknya untuk
menjadi presiden.
Tidak hanya dana yang besar yang perlu dipersiapkan untuk meningkatkan
elektabilitas Gerindra tetapi juga sejumlah tindakan nyata di masyrakat perlu ditingkatkan.
Surat kabar Tempo dalam jaringan yang dipublikasikan pada 18 Juli 2012 memaparkan
sejumlah strategi Gerindra untuk mengusung Prabowo menjadi Presiden. Dalam artikel
tersebut dikatakan bahwa Gerindra akan membangun jaringan hingga ke desa dan tingkat
kelurahan. Suhardi, Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Gerindra, meyakini bahwa dengan
membangun jaringan hingga ke tingkat rendah akan menambah anggota Gerindra dan mampu
meningkatkan suara pada pemilu nanti. Gerindra sendiri menargetkan meraih 25% suara sah
dalam pemilu legislatif 2014 dan jika tidak mencapai maka Gerindra akan berkoalisi dengan
partai lain yang setuju untuk mengusung Prabowo menjadi presiden.
Strategi berikutnya yang dijalankan Gerindra adalah aktif dalam mendukung salah
satu calon dalam pemilihan kepala daerah (pilkada). Dari tujuh pilkada provinsi yang
calonnya didukung oleh Gerindra, Suhardi mengatakan, lima diantaranya berhasil menang.
Strategi ini digunakan agar dukungan tersebut dapat berlanjut ke pemilu nanti. Lima sebagai
angka keberhasilan calon kepala daerah memenangi pilkada kini telah bertambah seiring
dengan kemenangan pasangan Jokowi-Ahok dalam pemilihan gubernur DKI Jakarta.
Sejumlah kepala daerah yang merupakan kader partai Gerindra ataupun dukungan partai
Gerindra pun memiliki citra yang baik di masyarakat Indonesia. Ahok dengan citranya yang
tegas dan ikhlas bekerja untuk rakyat demi membenahi Jakarta dan Ridwan Kamil, walikota
Bandung, dengan citraan seorang pemimpin muda yang inovatif tentu akan berdampak pada
elektabilitas Gerindra dan juga Prabowo.
Strategi Gerindra tidak hanya seperti apa yang dikatakan Suhardi tetapi menurut
Agung Suprio, pengamat politik Universitas Indonesia, dalam koran Republika online yang
dipublikasikan pada 12 Mei 2014 mengatakan bahwa Gerindra Media Centre (GMC) juga
berhasil meningkatkan elektabilitas partai garuda ini. GMC berfungsi sebagai pusat informasi
seputar partai termasuk mengelola pemberitaan tentang partai di media massa. Menurut
Agung Prio, GMC berhasil mengelola pemberitaan mengenai Gerindra di media massa dan
keberhasilan ini juga memberikan sumbangsih terhadap keberhasilan Gerindra pada pemilu
legislatif 2014.
Strategi Gerindra untuk mendulang suara pada pemilu legislatif demi dapat
mengusung Prabowo sebagai calon presiden telah berhasil. Namun, hal itu belum cukup
untuk dapat mewujudkan Prabowo sebagai calon presiden. Gerindra pun harus dapat menarik
7
sejumlah partai untuk berkoalisi. Partai pertama yang diajak berkoalisi adalah PPP. Meski
Suryadarma Ali telah mengatakan setuju untuk berkoalisi, keputusan bulat belum dicapai
oleh internal partai PPP. PPP membatalkan koalisi dan merundingkannya kembali secara
internal yang pada akhirnya PPP setuju untuk mendukung Prabowo sebagai calon presiden8.
Gerindra pun kemudian mendekati PKS, PAN, dan Golkar. Prabowo mendatangi
Amien Rais untuk mengajak PAN berkoalisi untuk memajukkan Prabowo sebagai presiden.
Amien Rais pun bersedia berkoalisi dengan PAN. Begitu juga dengan PKS, Anis Mata yang
ditemui oleh Prabawo untuk berkoalisi pun menyatakan setuju setelah rapat internal PKS dan
mengatakan bahwa PKS memiliki visi yang sama dengan Gerindra serta setuju mengusung
Prabowo sebagai calon presiden seperti yang dikabarkan dalam Republika online tanggal 17
Mei 2014. Kemudian Prabowo mendatangi Abu Rizal Bakri (ARB) untuk mengajak Golkar
berkoalisi dengan Gerindra. Sulit mendapatkan dukungan penuh dari keseluruhan anggota
Golkar. ARB yang akhirnya memutuskan untuk berkoalisi dengan Gerindra pasca-rapat
internal partai masih banyak kader yang belum dapat menerima keputusan tersebut. Bukan
hanya ARB yang menyurati kader Golkar di berbagai daerah bahkan hingga Akbar Tanjung
pun melakukannya agar suara Golkar penuh untuk Prabowo. Kini sudah empat partai yang
mengusung Prabowo sebagai calon presiden. Gerindra masih berharap partai Demokrat juga
akan memberikan suaranya pada Prabowo.
Strategi Gerindra dalam Perspektif Praktik Sosial oleh Bourdieu
Setelah mengetahui strategi yang digunakan agar Prabowo dapat mencalonkan diri
sebagai presiden pada pemilu 2014, pada bagian ini akan dianalisis dengan menggunakan
teori praktik sosial oleh Bourdieu. Melihat dari strategi yang dilakukan Gerindra untuk dapat
mengunsung Prabowo sebagai calon presiden terlihat bahwa Gerindra telah memahami arena
dan habitus dalam arena tersebut dengan baik. Dalam hal ini adalah arena politik dimana
tujuan utamanya adalah mendapatkan dukungan dari rakyat dan sejumlah tokoh berpengaruh
guna memenangkan pemilu.
Gerindra dan Prabowo telah menyiapkan sejumlah kapital dan berusaha untuk
mengakumulasi kapital yang sudah mereka miliki agar dapat menjadi agen dominan dalam
arena. Strategi pertama yang disiapkan adalah kapital ekonomi yang mencukupi untuk
mewujudkan target yang ingin dicapai. Gerindra ataupun Prabowo tidak perlu mengkonversi
8 “PPP Tetap Dukung Prabowo”. Tempo.co. Dipublikasi pada Jumat, 16 Mei 2014. Diakses pada 31 Mei 2014.
http://pemilu.tempo.co/read/news/2014/05/16/269578158/PPP-Tetap-Dukung-Prabowo
8
kapital lainnya yang mereka punya untuk mendapat kapital ekonomi yang cukup. Hal ini
disebabkan Hasyim dan Prabowo merupakan pengusaha sukses yang memiliki puluhan
perusahaan yang tersebar di dalam dan luar negeri. Oleh karena itu, kapital ekonomi sudah
mereka miliki dari awal dan pengkonversian kapital untuk menambah kapital ekonomi tidak
dibutuhkan.
Prabowo dan Gerindra menyadari bahwa mereka harus menambah kapital budaya dan
kapital sosial mereka karena pada dua jenis kapital inilah mereka yang kurang. Usaha
Gerindra untuk memperluas jaringan hingga ke desa dan keluruhan bertujuan untuk
menambah kapital budaya dan sosial. Penambahan kapital budaya terlaksana dengan semakin
bertambahnya anggota partai. Sedangkan untuk kapital sosial mereka dapatkan karena
dengan memperluas jaringan hingga ke tingkat yang rendah akan memperkenalkan Gerindra
sebagai partai ke warga pedesaan dan sekitarnya. Seperti yang kita ketahui bahwa beberapa
desa dan kelurahan di luar kota-kota besar sulit mendapatkan akses informasi mengenai dunia
luar. Dengan Gerindra yang mampu menjangkau daerah-daerah tersebut tentu akan membuat
kapital sosial mereka bertambah. Hal ini dapat berperan signifikan saat pemilu. Kemampuan
Gerindra untuk memperkenalkan diri sebagai partai akan membuat warga merasa dekat
dengan partai dan memilih Gerindra dalam pemilu.
Strategi berikutnya yang diterapkan Gerindra demi memajukan Prabowo sebagai
calon presiden dalam pemilu presiden 2014 mendatang adalah dengan cara mendukung salah
satu calon kepala daerah dalam pilkada provinsi. Tindakan ini tidak hanya menambah kapital
sosial dan budaya saja tetapi juga kapital simbolik bagi Gerindra. Kapital simbolik adalah
apresiasi, penghargaan, pengakuan, atau kehormatan yang diberikan kepada seseorang.
Kapital sosial sudah jelas akan bertambah dengan Gerindra mendukung salah seorang
calon dalam pilkada apalagi sebagian besar calon yang didukung memenangkan pilkada.
Contoh penambahan kapital sosial dalam strategi ini adalah ketika Gerindra berhasil
memenangkan pasangan Zaini Abdullah dan Muzakir Manaf dari partai Aceh dalam pilkada
provinsi Nangroe Aceh Darussalam. Calon yang diusung partai lokal ini akan mengenal
Gerindra dan bukan hanya itu Gerindra bukan hanya dikenal oleh partai lokal saja tetapi
masyarakat provinsi juga akan mengenal Gerindra. Masyarakat Aceh akan mengenal
Gerindra sebagai partai yang mengusung pasangan terpilih dalam pilkada provinsi.
Penambahan kapital sosial ini tentu akan membawa pengaruh baik dalam pemilu nasional
nanti.
Penambahan terjadi bukan hanya pada kapital sosial tetapi juga dapat menambah
kapital budaya. Hal ini akan menarik sejumlah orang dalam masyarakat lokal yang tertarik
9
untuk berkarir di politik nasional untuk bergabung dengan Gerindra. Bukan hanya orang
biasa, tetapi juga dapat menarik calon kepala daerah yang diusung Gerindra untuk
selanjutnya bergabung dengan Gerindra. Hal ini tentu sangat menguntungkan bagi Gerindra
karena berhasil mendapatkan orang-orang berpotensi dan berintelektual baik menjadi anggota
partai.
Kapital berikutnya yang akan dirasakan oleh Gerindra dan dapat meningkatkan
perolehan suara pada pemilu adalah kapital simbolik. Kapital simbolik didapatkan setelah
melihat kepala daerah yang diusung Gerindra menang dan mendapatkan pengakuan baik dari
masyarakat atas kinerja kepala daerah mereka. Contohnya, Ahok sebagai wakil gubernur DKI
Jakarta memiliki kinerja yang baik. Ia tidak segan untuk menegur bahkan memarahi pegawai
dinas kota Jakarta yang bekerja tidak benar. Ahok pun tegas dalam menindak oknum tidak
bertanggung jawab dalam programnya. Citra Ahok di masyarakat Jakarta tentu bagus. Ia
adalah pemimpin hebat yang mampu membawa perubahan bagi Jakarta. Citra ini tentu akan
berdampak kepada Gerindra sebagai partai dimana Ahok berasal. Masyarakat akan melihat
Gerindra sebagai Partai yang memiliki kader berkualitas dan bekerja untuk rakyat. Apalagi
kepala daerah yang juga memiliki citraan baik di masyarakat yang merupakan usungan
Gerindra bukan hanya Ahok tetapi ada Ridwan Kamil yang dikenal bekerja luar biasa untuk
membangun Bandung. Pengakuan dari masyarakat akan kader Gerindra tentu akan
mendatangkan suara bagi Gerindra di pemilu.
Gerindra mendukung pencalonan kepala daerah pada pilkada tingkat provinsi telah
tercatat kurang lebih tujuh provinsi. Dalam satu kali dukungan di satu daerah, Gerindra akan
menambah tiga kapitalnya sekaligus. Jelas strategi ini sungguh mendatangkan keuntungan
besar bagi Gerindra untuk sukse di pemilu legislatif 2014.
Strategi berikutnya adalah kemampuan Gerindra untuk mengelola informasi di media
massa tentang partai ini. Dalam hal ini yang sedang dikendalikan Gerindra adalah kapital
simbolik. Sudah banyak partai yang tidak mampu mengendalikan kapital simboliknya
akhirnya mendatangkan kerugian bagi partai. Dengan GMC, Gerindra berhasil mengelola
informasi yang keluar di media massa. Hal ini sekaligus menjaga citraan Gerindra di media
massa yang akan turut membentuk opini publik mengenai Gerindra. Hingga saat ini, tidak
ada pemberitaan buruk yang cukup memukul Gerindra. Oleh karena itu, citraan baik dan
masyarakat melihat Gerindra sebagai partai yang pantas untuk dipilih itu terbentuk di publik.
Melalui GMC, kapital simbolik pun dapat dikendalikan dan bahkan ditambah. Tidak
mengherankan jika Agung Suprio, pengamat politik Universitas Indonesia, mengatakan
10
bahwa keberhasilan Gerindra dalam mengelola informasi di media massa turut andil pada
keberhasilan di pemilu legislatif 2014.
Keberhasilan Gerindra dalam pemilu legislatif karena berhasil mengakumulasi dan
mengendalikan berbagai kapitalnya dengan baik telah memuluskan jalan Prabowo untuk
menjadi calon presiden. Namun perjuangan belum selesai, kini Prabowo berusaha untuk
menambah kapital yang dimilikinya untuk dapat lolos sebagai calon presiden. Oleh karena
suara yang didapatkan Gerindra pada pemilu legislatif kemarin tidak mencapai target yaitu
25%, Gerindra harus berkoalisi untuk dapat mencapai taget mencalonkan Prabowo sebagai
presiden.
Dalam melaksanakan misi mendapatkan partai yang bersedia mendukung Gerindra
untuk mencalonkan Prabowo sebagai Presiden, Prabowo sebagai ketua dewan pembina partai
Gerindra bergerak cepat mendekati sejumlah partai untuk mengajak berkoalisi. Di sini kita
dapat melihat bahwa untuk mendapatkan kawan, Prabowo menggunakan kapital sosial yang
telah dimilikinya. Ia berusaha mendekati partai-partai yang memperoleh suara yang cukup
tinggi dalam pemilu legislatif. Ia pun juga menggunakan habitus yang sesuai agar partai lain
ingin mendukungnya. Penggunaan habitus yang tepat oleh Prabowo dapat kita lihat dari hasil
yang ia dapatkan yaitu empat partai yang mendapat suara cukup tinggi dalam pemilu
legislatif mendukungnya karena pada pemilu 2009 menurut Nico Harjanto, pengamat dari
yayasan Populi Centre, dalam koran elektronik Tempo, mengatakan bahwa kegagalan
Prabowo untuk berkoalisi dengan partai lain yang bersedia mengusungnya sebagai calon
presiden karena komunikasi politiknya kurang baik karena cendrung bersifat intimidatif.
Dalam mendapatkan kawan koalisi, bukanlah hal yang mudah bagi Prabowo. Ia harus dapat
memanfaatkan kapital sosial yang dimilikinya sekaligus menerapkan habitus yang tepat untuk
mencapai tujuannya.
Tantangan terbesar datang dari partai Golkar. Golkar yang semula berniat untuk
mendukung pasangan Jokowi-JK menjadi mendukung Prabowo-Hatta setalah Prabowo
mendekati petinggi-petinggi Golkar. Dalam surat kabar elektronik Merdeka.com tanggal 25
Mei 2014, Akbar Tandjung mengirimkan surat kepada seluruh kader partai Golkar untuk
mendukung Prabowo. Dari berita ini kita dapat melihat bahwa untuk mendapatkan dukungan
yang utuh dari partai Golkar, Prabowo memaksimalkan penggunaan kapital sosial yang ia
miliki. Tidak hanya mendekati ketua partai Golkar, ARB, tetapi juga Akbar Tandjung yang
menjabat sebagai ketua dewan pertimbangan Golkar demi mendapatkan dukungan penuh dari
partai tersebut. Alhasil, dengan berhasil mengakumulasi dan mengendalikan setiap kapitalnya
Gerindra berhasil dalam pemilu legislatif dan Prabowo berhasil menggunakan kapital tersebut
11
untuk mendapatkan koalisi sejumlah partai berpengaruh di negeri ini. Prabowo berhasil
berkoalisi dengan empat partai yang mendukungnya maju sebagai calon presiden pada
pemilu 2014.
Penutup
Keinginan Prabowo untuk menjadi presiden Indonesia mendapatkan dukungan besar
dari partainya. Demi dapat mencalonkan Prabowo sebagai presiden pada pemilu 2014,
Gerindra menyusun strategi untuk berhasil pada pemilu 2014. Gerindra berusaha untuk
menambah setiap kapital yang dimilikinya, mulai dari kapital ekonomi sampai kapital
simbolik. Pengkonversian kapital pun turut dilakukan demi mendapatkan kapital terpenting
dalam arena politik ini; kapital sosial. Mereka tidak hanya mampu mengakumulasi kapitalnya
dan mengonversi kapital untuk mendapatkan kapital terpenting, mereka juga mampu
mengendalikan kapital simbolik yang juga kapital terpenting kedua setelah kapital sosial.
Prabowo bersama partainya pun mampu memanfaatkan kapital yang dimilikinya demi
semakin memuluskan targetnya untuk menjadi calon presiden. Bukan hanya dari segi
kepandaian Gerindra dan Prabowo dalam mengatur kapitalnya, mereka juga menggunakan
habitus yang tepat demi mencapai targetnya. Keselarasan antara habitus dan kapital ini
menjadi kunci kesuksesan Prabowo dan Gerindra dalam arena politik ini. Demikianlah
praktik sosial yang dilakukan Prabowo dan Gerindra dilihat dalam perspektif praktik sosial
yang ditawarkan oleh Pierre Bourdieu.
DAFTAR PUSTAKA
Bourdieu, Pierre. (1986). The Forms of Capital. Dalam J. Richardson (Ed). Handbook of
Theory and Research for the Sociology of Education (hlm. 241-258). New York:
Greenwood Press.
Dwizatmiko. (2010). (Skripsi) Kuasa Simbolik Menurut Pierre Bourdieu: Telaah Filosofis.
Depok: Universitas Indonesia.
Mohammad Adib. (2012). Agen dan Struktur dalam Pandangan Pierre Bourdieu. BioKultur,
Vol I (2), 91-110. Diunduh pada 28 Mei 2014.
http://journal.unair.ac.id/filerPDF/01%20Artikel%20AGEN%20DAN%20STRUKTU
12
R%20DALAM%20PANDANGAN%20PIERE%20BOURDIEU%20Revisi%2020%2
0Okt%202012.pdf
Swartz, David. (1997). Culture and Power: The Sociology of Pierre Bourdieu. Chicago: The
University of Chicago Press.
Artikel Surat Kabar Elektronik
“Biography of Bourdieu”. Biographybase. Diakses pada 30 Mei 2014.
http://www.biographybase.com/biography/Bourdieu_Pierre.html
“Demi Prabowo, Hasyim Siapkan Rp. 100 Triliun”. Tempo.co. Dipublikasi pada Kamis, 8
Maret 2012. Diakses pada 30 Mei 2014.
http://www.tempo.co/read/news/2012/03/08/078388933/Demi-Prabowo-Hasyim-
Siapkan-Rp-100-Triliun
“Dukung Prabowo, Akbar Tandjung Kirim Surat ke Semua Kader Partai Golkar”.
Merdeka.com. Dipublikasi pada Minggu, 25 Mei 2014. Diakses pada 30 Mei 2014.
http://www.merdeka.com/politik/dukung-prabowo-akbar-tandjung-kirim-surat-ke-
semua-kader-golkar.html
“Ini Alasan PKS Dukung Prabowo”. Republika online. Dipublikasi pada Sabtu, 17 Mei 2014.
Diakses pada 30 Mei 2014. http://www.republika.co.id/berita/pemilu/hot-
politic/14/05/17/n5q7yc-ini-alasan-pks-dukung-prabowo
“Ini Hasil Lengkap Rekapitulasi Perolehan Suara Pileg 2014.” Republika Online. Edisi Sabtu,
10 Mei 2014. Diakses pada 31 Mei 2014.
http://www.republika.co.id/berita/nasional/politik/14/05/10/n5bgv5-ini-hasil-lengkap-
rekapitulasi-perolehan-suara-pileg-2014
“Ini Strategi Gerindra Usung Prabowo Jadi Presiden”. Tempo.co. Dipublikasi pada Kamis, 18
Juli 2012. Diakses pada 31 Mei 2014.
13
http://www.tempo.co/read/news/2012/07/18/078417754/Ini-Strategi-Gerindra-Usung-
Prabowo-Jadi-Presiden
“Ini Syarat Menjadi Capres dan Cawapres”. Metrotvnews. Edisi 30 April 2014. Diakses pada
30 Mei 2014. http://pemilu.metrotvnews.com/read/2014/04/30/236917/ini-syarat-
menjadi-capres-dan-cawapres
“Media Centre Berhasil Dorong Elektabilitas Gerindra”. Republika online. Dipublikasi pada
Senin, 12 Mei 2014. Diakses pada 30 Mei 2014.
http://www.republika.co.id/berita/pemilu/berita-pemilu/14/05/12/n5gcnw-media-centre-
berhasil-dorong-elektabilitas-gerindra
“Pengamat: Prabowo Terancam Gagal Jadi Capres”. Tempo.co. Dipublikasi Jumat, 25 April
2014. Diakses pada 30 Mei 2014.
http://pemilu.tempo.co/read/news/2014/04/25/270573118/Pengamat-Prabowo-
Terancam-Gagal-Jadi-Capres
“PPP Tetap Dukung Prabowo”. Tempo.co. Dipublikasi pada Jumat, 16 Mei 2014. Diakses
pada 31 Mei 2014. http://pemilu.tempo.co/read/news/2014/05/16/269578158/PPP-
Tetap-Dukung-Prabowo
“Profil Partai Gerindra”. Merdeka.com. Diakses pada 1 Juni 2014.
http://profil.merdeka.com/indonesia/p/partai-gerakan-indonesia-raya/