halusinsi pendengara

97
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan yang pesat di segala bidang dan kemajuan teknologi yang mengarah ke globalisasi mengakibatkan adanya perubahan dalam tata kehidupan dari yang sederhana menjadi yang modern. Adanya perubahan ini dalam masyarakat membuat masyarakat perlu bersaing dalam menguasai sumber daya alam sehingga akan mempengaruhi sikap dan gaya hidup manusia yang cenderung individualistik. Perubahan yang terjadi pada masyarakat menuntut individu untuk menyesuaikan diri tetapi tidak semua individu bisa menyesuaikan diri terhadap perubahan tersebut.. Dan bila terjadi kegagalan dalam menyesuaikan diri akan menimbulkan goncangan jiwa yang disebut stres psikososial. Apabila stres psikososial ini terjadi berkepanjangan manusia akan jatuh ke dalam gangguan jiwa. Walaupun timbulnya gangguan jiwa tidak menyebabkan kematian secara langsung namun akan menghambat dan merugikan pembangunan bukan saja karena beban ekonomis untuk pengobatan tetapi karena penderita tidak produktif dan efesien. Oleh karena itu kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan perawatan kesehatan jiwa semakin meningkat mengingat banyaknya keluhan di bidang kejiwaan seperti gangguan jiwa skizofrenia. Skizofrenia berasal dari 2 kata yaitu ”Skizo” yang artinya pecah dan ”Frenia” yang artinya jiwa. Dengan 1

Transcript of halusinsi pendengara

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan yang pesat di segala bidang dan kemajuan teknologi yang

mengarah ke globalisasi mengakibatkan adanya perubahan dalam tata kehidupan dari

yang sederhana menjadi yang modern. Adanya perubahan ini dalam masyarakat

membuat masyarakat perlu bersaing dalam menguasai sumber daya alam sehingga akan

mempengaruhi sikap dan gaya hidup manusia yang cenderung individualistik. Perubahan

yang terjadi pada masyarakat menuntut individu untuk menyesuaikan diri tetapi tidak

semua individu bisa menyesuaikan diri terhadap perubahan tersebut.. Dan bila terjadi

kegagalan dalam menyesuaikan diri akan menimbulkan goncangan jiwa yang disebut

stres psikososial.

Apabila stres psikososial ini terjadi berkepanjangan manusia akan jatuh ke dalam

gangguan jiwa. Walaupun timbulnya gangguan jiwa tidak menyebabkan kematian secara

langsung namun akan menghambat dan merugikan pembangunan bukan saja karena

beban ekonomis untuk pengobatan tetapi karena penderita tidak produktif dan efesien.

Oleh karena itu kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan perawatan kesehatan jiwa

semakin meningkat mengingat banyaknya keluhan di bidang kejiwaan seperti gangguan

jiwa skizofrenia. Skizofrenia berasal dari 2 kata yaitu ”Skizo” yang artinya pecah dan

”Frenia” yang artinya jiwa. Dengan demikian skizofrenia berarti jiwa yang pecah atau

retak. Keretakan jiwa atau kepribadian ini dibuktikan dengan adanya ketidakharmonisan

antara pikiran perasaan dan perbuatan dari orang penderita skizofrenia. Gambaran

perilaku mencolok penderita bicara kacau, isi pikir tidak rasional, agresif, sebentar-

bentar tertawa gembira atau sebaliknya sedih, dan lain-lain.

Menurut bloom (1974), status kesehatan itu dipengaruhi oleh banyak faktor,

salah satunya adalah faktor lingkungan. Lingkungan yang tidak sesuai dengan keinginan

akan menjadi beban dan apabila tubuh tidak mampu memberikan koping yang adekuat

maka akan menimbulkan stress yang akan mengarah pada perubahan perilaku baik yang

bersifat adaptif maupun yang bersifat maladaptif.

1

Halusinasi merupakan bentuk yang paling sering dari gangguan persepsi. Bentuk

halusinasi ini bisa berupa suara-suara yang bising atau mendengung, tapi yang paling sering

berupa kata-kata yang tersusun dalam bentuk kalimat yang agak sempurna.

Biasanya kalimat tadi membicarakan mengenai keadaan pasien sedih atau yang dialamatkan

pada pasien itu. Akibatnya pasien bisa bertengkar atau bicara dengan suara halusinasi itu.

Bisa pula pasien terlihat seperti bersikap dalam mendengar atau bicara keras-keras seperti

bila ia menjawab pertanyaan seseorang atau bibirnya bergerak-gerak. Kadang-kadang pasien

menganggap halusinasi datang dari setiap tubuh atau diluar tubuhnya. Halusinasi ini kadang-

kadang menyenangkan misalnya bersifat tiduran, ancaman dan lain-lain.

Persepsi merupakan respon dari reseptor sensoris terhadap stimulus esksternal ,juga

pengenalan dan pemahaman terhadap sensoris yang diinterpretasikan oleh stimulus yang

diterima. Jika diliputi rasa kecemasan yang berat maka kemampuan untuk menilai realita

dapat terganggu. Persepsi mengacu pada respon reseptor sensoris terhadap stimulus. Persepsi

juga melibatkan kognitif dan pengertian emosional akan objek yang dirasakan. Gangguan

persepsi dapat terjadi pada proses sensori penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan

dan pengecapan.

Menurut May Durant Thomas (1991) halusinasi secara umum dapat ditemukan pada

pasien gangguan jiwa seperti: Skizoprenia, Depresi, Delirium dan kondisi yang berhubungan

dengan penggunaan alcohol dan substansi lingkungan. Berdasarkan hasil pengkajian pada

pasien dirumah sakit jiwa Medan ditemukan 85% pasien dengan kasus halusinasi. Sehingga

penulis merasa tertarik untuk menulis kasus tersebut dengan pemberian Asuhan keperawatan

mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk memperoleh tentang gambaran umum tentang asuhan keperawatan jiwa pada

klien dengan gangguan persepsi sensori di ruang Dahlia RSJ Mataram

2. Tujuan Khususa. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan gangguan persepsi sensori

: halusinasi lihat dan dengar.

b. Menyusun rencana keperawatan pada klien dengan gangguan gangguan persepsi

sensori : halusinasi lihat dan dengar.

2

c. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan gangguan persepsi

sensori : halusinasi lihat dan dengar.

d. Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai dalam melaksanakan asuhan

keperawatan terhadap klien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi lihat

dan dengar.

C. Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan dalam menyusun laporan kasusu ini adalah

metode deskriptif laporan kasus yaitu metode yang menggambarkan atau melukiskan

sesuatu dengan memusatkan perhatian pada suatu kasus. Adapun tehnik pengumpulan

data yang digunakan adalah wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan studi

dokumentasi.

D. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan kasus ini penulis membagi secara garis besar menjadi lima bab.

Adapun sistematikanya adalah sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan yang meliputi Latar belakang, Tujuan penulisan, Metode penulisan

dan Sistematika penulisan.

BAB II Tinjauan Teori yang meliputi Konsep dasar kasus dan Konsep dasar Asuhan

keperawatan kasus. Konsep dasar kasus menguraikan pengertian-pengertian,

psikopatologi dan penatalaksanaan medis. Konsep dasar asuhan keperawatan kasus

meliputi pengkajian, perencanaan dan evaluasi.

BAB III Tinjauan kasus menguraikan pelaksanaan asuhan keperawatan dari pengkajian

sampai evaluasi.

BAB IV Pembahasan yang membahas mengenai kesenjangan asuhan keperawatan yang

diberikan di lapangan dengan teori yang seharusnya dilakukan.

BAB V Kesimpulan & saran.

Lampiran

3

BAB II

LANDASAN TEORITIS

KONSEP DASAR GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI

A. MASALAH UTAMA KLIEN

Halusinasi pendengaran

B. PROSES TERJADINYA MASALAH

1. PENGERTIAN

a. Persepsi

Adalah proses diterimanya rangsang sampai rangsang itu disadari dan dimengerti

penginderaan/sensasi : proses penerimaan rangsang. Jadi gangguan persepsi adalah

ketidakmampuan manusia dalam membedakan antara rangsang yang timbul dari sumber

internal seperti pikiran, perasaan, sensasi somatik dengan impuls dan stimulus eksternal.

Dengan maksud bahwa manusia masih mempunyai kemampuan dalam membandingkan

dan mengenal mana yang merupakan respon dari luar dirinya.

Manusia yang mempunyai ego yang sehat dapat membedakan antara fantasi dan

kenyataaan. Mereka dalap menggunakan proses pikir yang logis, membedakan dengan

pengalaman dan dapat memvalidasikan serta mengevaluasinya secara akurat. Jika ego

diliputi rasa kecemasan yang berat maka kemampuan untuk menilai realitas dapat

terganggu. Persepsi mengacu pada respon reseptor sensoris terhadap stimulus eksternal.

Misalnya sensoris terhadap rangsang, pengenalan dan pengertian akan perasaan seperti :

ucapan orang, objek atau pemikiran. Persepsi melibatkan kognitif dan pengertian

emosional akan objek yang dirasakan. Gangguan persepsi dapat terjadi pada proses

sensoris dari pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan dan pengecapan. Gangguan

ini dapat bersifat ringan, berat, sementara atau lama. (Harber, Judith, 1987, hal 725)

b. Halusinasi

Merupakan salah satu gangguan persepsi, dimana terjadi pengalaman panca indera

tanpa adanya rangsangan sensorik (persepsi indra yang salah). Menurut Cook dan Fotaine

(1987), halusinasi adalah persepsi sensorik tentang suatu objek, gambaran dan pikiran

yang sering terjadi tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua system

penginderaan (pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan atau pengecapan),

sedangkan menurut Wilson (1983), halusinasi adalah gangguan penyerapan/persepsi

4

panca indera tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat terjadi pada sistem

penginderaan dimana terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh dan baik. Maksudnya

rangsangan tersebut terjadi pada saat klien dapat menerima rangsangan dari luar dan dari

individu. Dengan kata lain klien berespon terhadap rangsangan yang tidak nyata, yang

hanya dirasakan oleh klien dan tidak dapat dibuktikan.

KLASIFIKASI HALUSINASI

Pada klien dengan gangguan jiwa ada beberapa jenis halusinasi dengan

karakteristik tertentu, diantaranya :

Halusinasi pendengaran : karakteristik ditandai dengan mendengar

suara, teruatama suara – suara orang, biasanya klien mendengar suara

orang yang sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan

memerintahkan untuk melakukan sesuatu.

Halusinasi penglihatan : karakteristik dengan adanya stimulus

penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya, gambaran geometrik,

gambar kartun dan / atau panorama yang luas dan kompleks.

Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.

Halusinasi penghidu : karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk,

amis dan bau yang menjijikkan seperti : darah, urine atau feses.

Kadang – kadang terhidu bau harum. Biasanya berhubungan dengan

stroke, tumor, kejang dan dementia.

Halusinasi peraba : karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit

atau tidak enak tanpa stimulus yang terlihat. Contoh : merasakan

sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau orang lain.

Halusinasi pengecap : karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu

yang busuk, amis dan menjijikkan.

Halusinasi sinestetik : karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi

tubuh seperti darah mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna

atau pembentukan urine.

2. FAKTOR – FAKTOR PENYEBAB HALUSINASI

Menurut Mary Durant Thomas (1991), Halusinasi dapat terjadi pada klien dengan

gangguan jiwa seperti skizoprenia, depresi atau keadaan delirium, demensia dan kondisi

5

yang berhubungan dengan penggunaan alkohol dan substansi lainnya. Halusinasi adapat

juga terjadi dengan epilepsi, kondisi infeksi sistemik dengan gangguan metabolik.

Halusinasi juga dapat dialami sebagai efek samping dari berbagai pengobatan yang

meliputi anti depresi, anti kolinergik, anti inflamasi dan antibiotik, sedangkan obat-

obatan halusinogenik dapat membuat terjadinya halusinasi sama seperti pemberian obat

diatas. Halusinasi dapat juga terjadi pada saat keadaan individu normal yaitu pada

individu yang mengalami isolasi, perubahan sensorik seperti kebutaan, kurangnya

pendengaran atau adanya permasalahan pada pembicaraan.

Penyebab halusinasi pendengaran secara spesifik tidak diketahui namun banyak

faktor yang mempengaruhinya seperti faktor biologis , psikologis , sosial budaya,dan

stressor pencetusnya adalah stress lingkungan , biologis , pemicu masalah sumber-sumber

koping dan mekanisme koping.

a) Faktor predisposisi

1. BIOLOGIS

Gangguan perkembangan dan fungsi otak, susunan syaraf – syaraf pusat

dapat menimbulkan gangguan realita. Gejala yang mungkin timbul adalah

: hambatan dalam belajar, berbicara, daya ingat dan muncul perilaku

menarik diri.

2. PSIKOLOGIS

Keluarga pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respons

psikologis klien, sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan

orientasi realitas adalah : penolakan atau tindakan kekerasan dalam

rentang hidup klien.

3. SOSIOBUDAYA

Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti :

kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan

kehidupan yang terisolasi disertai stress.

6

b) Faktor Presipitasi

Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelahadanya

hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan

tidak berdaya

3. PSIKOPATOLOGI

Halusinasi merupakan bentuk yang paling sering dari gangguan persepsi. Bentuk

halusinasi ini bisa berupa suara-suara yang bising atau mendengung, tapi yang paling

sering berupa kata-kata yang tersusun dalam bentuk kalimat yang agak sempurna.

Biasanya kalimat tadi membicarakan mengenai keadaan pasien sendiri atau yang

dialamatkan pada pasien itu, akibatnya pasien bisa bertengkar atau bicara dengan suara

halusinasi itu.

Bisa pula pasien terlihat seperti bersikap mendengar atau bicara-bicara sendiri atau

bibirnya bergerak-gerak. Psikopatologi dari halusinasi yang pasti belum diketahui.

Banyak teori yang diajukan yang menekankan pentingnya faktor-faktor psikologik,

fisiologik dan lain-lain.Ada yang mengatakan bahwa dalam keadaan terjaga yang normal

otak dibombardir oleh aliran stimulus yang yang datang dari dalam tubuh ataupun dari

luar tubuh.Input ini akan menginhibisi persepsi yang lebih dari munculnya ke alam

sadar.Bila input ini dilemahkan atau tidak ada sama sekali seperti yang kita jumpai pada

keadaan normal atau patologis,maka materi-materi yang ada dalam unconsicisus atau

preconscious bisa dilepaskan dalam bentuk halusinasi.

Pendapat lain mengatakan bahwa halusinasi dimulai dengan adanya keinginan yang

direpresi ke unconsicious dan kemudian karena sudah retaknya kepribadian dan rusaknya

daya menilai realitas maka keinginan tadi diproyeksikan keluar dalam bentuk stimulus

eksterna.

4. MANIFESTASI KLINIK

Tahap I

Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai

Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara

Gerakan mata yang cepat

7

Respon verbal yang lambat

Diam dan dipenuhi sesuatu yang mengasyikkan

Tahap II

Peningkatan sistem saraf otonom yang menunjukkan ansietas misalnya

peningkatan nadi, pernafasan dan tekanan darah

Penyempitan kemampuan konsenstrasi

Dipenuhi dengan pengalaman sensori dan mungkin kehilangan kemampuan

untuk membedakan antara halusinasi dengan realitas.

Tahap III

Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh halusinasinya dari

pada menolaknya

Kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain

Rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik

Gejala fisik dari ansietas berat seperti berkeringat, tremor,

ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk

Tahap IV

Prilaku menyerang teror seperti panik

Sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh orang lain

Kegiatan fisik yang merefleksikan isi halusinasi seperti amuk, agitasi,

menarik diri atau katatonik

Tidak mampu berespon terhadap petunjuk yang kompleks

Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang

C. POHON MASALAH

8

D. MASALAH KEPERAWATAN

1. Isolasi sosial : menarik diri

2. Gangguan sensori/persepsi : halusinasi pendengaran

3. Risiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri

4. Gangguan konsep diri : harga diri rendah dan kronis

5. Ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik

6. Defisit perawatan diri : mandi dan berhias

7. Ketidakefektifan keluarga : ketidakmampuan keluarga merawat klien dirumah

8. Gangguan pemeliharaan kesehatan

E. PENATALAKSANAAN MEDIS

a. Psikofarmakologis

Obat – obatan yang lazim digunakan pada gejala halusinasi pendengaran

yang merupakan gejala psikosis pada klien skizoprenia adalah obat – obatan anti

psikosis. Adapun kelompok yang umum digunakan adalah :

KELAS KIMIA NAMA GENERIK (DAGANG)

Fenotiazin Asetofenazin (Tindal)

Klorpromazin (Thorazine)

Flufenazine (Prolixine, Permitil)

9

Risiko perilaku kekerasan terhadap diri sendir

Gangguan sensori/persepsi : halusinasi pendengaran

Isolasi sosial : menarik diriDefisit perawatan diri : mandi dan berhias

Gangguan pemeliharaan kesehatan

Ketidak efektifan penatalaksanaan program terapeutik

Ketidak efektifan koping keluarga : ketidak mampuan keluarga merawat klien di rumah

Gangguan konsep diri : harga diri rendah kronis

Mesoridazin (Serentil)

Perfenazin (Trilafon)

Proklorperazin (Compazine)

Promazin (Sparine)

Tioridazin (Mellaril)

Trifluoperazin (Stelazine)

Trifluopromazin (Vesprin)

Tioksanten Klorprotiksen (Taractan)

Tiotiksen (Navane)

Butirofenon Haloperidol (Haldol) 1-100 mg

Dibenzodiazepin Klozapin (Clorazil) 300-900 mg

Dibenzokasazepin Loksapin (Loxitane) 20-150 mg

Dihidroindolon Molindone (Moban) 15-225 mg

b. Terapi kejang listrik/Electro Compulsive Therapy (ECT)

c. Terapi aktivitas kelompok (TAK)

10

B. ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PERSEPSI

SENSORI : HALUSINASI

Klien yang mengalami halusinasi sukar untuk mengontrol diri dan sukar untuk

berhubungan dengan orang lain. Untuk itu perawat harus mempunyai kesadaran yang

tinggi agar dapat mengenal, menerima dan mengevaluasi perasaan sendiri sehingga dapat

menggunakan dirinya secara terapeutik dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap

klien halusinasi perawat harus bersikap jujur, empati, terbuka dan selalu memberi

penghargaan namun tidak boleh tenggelam juga menyangkal halusinasi yang klien alami.

Asuhan keperawatan tersebut dimulai dari tahap pengkajian sampai dengan evaluasi.

I. Pengkajian

Pada tahap ini perawat menggali faktor-faktor yang ada dibawah ini yaitu :

A. Faktor predisposisi.

Adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapat

dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress. Diperoleh baik dari klien maupun

keluarganya, mengenai factor perkembangan sosial kultural, biokimia, psikologis dan

genetik yaitu factor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapat

dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress.

a. Faktor Perkembangan

Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan interpersonal terganggu

maka individu akan mengalami stress dan kecemasan

b. Faktor Sosiokultural

Berbagai faktor dimasyarakat dapat menyebabkan seorang merasa disingkirkan oleh

kesepian terhadap lingkungan tempat klien di besarkan.

c. Faktor Biokimia

Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Dengan adanya stress yang

berlebihan dialami seseorang maka didalam tubuh akan dihasilkan suatu zat yang dapat

bersifat halusinogenik neurokimia seperti Buffofenon dan Dimetytranferase (DMP)

d. Faktor Psikologis

11

Hubungan interpersonal yang tidak harmonis serta adanya peran ganda yang

bertentangan dan sering diterima oleh anak akan mengakibatkan stress dan kecemasan

yang tinggi dan berakhir dengan gangguan orientasi realitas.

e. Faktor genetik

Gen apa yang berpengaruh dalam skizoprenia belum diketahui, tetapi hasil studi

menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh

pada penyakit ini.

B. Faktor Presipitasi

Yaitu stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai tantangan, ancaman/tuntutan

yang memerlukan energi ekstra untuk koping. Adanya rangsang lingkungan yang sering

yaitu seperti partisipasi klien dalam kelompok, terlalu lama diajak komunikasi, objek

yang ada dilingkungan juga suasana sepi/isolasi adalah sering sebagai pencetus terjadinya

halusinasi karena hal tersebut dapat meningkatkan stress dan kecemasan yang

merangsang tubuh mengeluarkan zat halusinogenik.

C. Prilaku

Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, perasaan tidak

aman, gelisah dan bingung, prilaku merusak diri, kurang perhatian, tidak mampu

mengambil keputusan serta tidak dapat membedakan keadaan nyata dan tidak nyata.

Menurut Rawlins dan Heacock, 1993 mencoba memecahkan masalah halusinasi

berlandaskan atas hakekat keberadaan seorang individu sebagai mahkluk yang dibangun

atas dasar unsur-unsur bio-psiko-sosio-spiritual sehingga halusinasi dapat dilihat dari

lima dimensi yaitu :

1. Dimensi Fisik

Manusia dibangun oleh sistem indera untuk menanggapi rangsang eksternal yang

diberikan oleh lingkungannya. Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi

fisik seperti kelelahan yang luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga

delirium, intoksikasi alkohol dan kesulitan untuk tidur dalam waktu yang lama.

2. Dimensi Emosional

Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat diatasi

merupakan penyebab halusinasi itu terjadi. Isi dari halusinasi dapat berupa perintah

12

memaksa dan menakutkan. Klien tidak sanggup lagi menentang perintah tersebut

hingga dengan kondisi tersebut klien berbuat sesuatu terhadap ketakutan tersebut.

3. Dimensi Intelektual

Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu dengan halusinasi

akan memperlihatkan adanya penurunan fungsi ego. Pada awalnya halusinasi

merupakan usaha dari ego sendiri untuk melawan impuls yang menekan, namun

merupakan suatu hal yang menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh

perhatian klien dan tak jarang akan mengontrol semua prilaku klien.

4. Dimensi Sosial

Dimensi sosial pada individu dengan halusinasi menunjukkan adanya

kecenderungan untuk menyendiri. Individu asyik dengan halusinasinya, seolah-olah

ia merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial, kontrol diri

dan harga diri yang tidak didapatkan dalam dunia nyata. Isi halusinasi dijadikan

sistem control oleh individu tersebut, sehingga jika perintah halusinasi berupa

ancaman, dirinya atau orang lain individu cenderung untuk itu. Oleh karena itu, aspek

penting dalam melaksanakan intervensi keperawatan klien dengan mengupayakan

suatu proses interaksi yang menimbulkan pengalaman interpersonal yang

memuaskan, serta mengusakan klien tidak menyendiri sehingga klien selalu

berinteraksi dengan lingkungannya dan halusinasi tidak berlangsung.

5. Dimensi Spiritual

Manusia diciptakan Tuhan sebagai makhluk sosial, sehingga interaksi dengan

manusia lainnya merupakan kebutuhan yang mendasar. Pada individu tersebut

cenderung menyendiri hingga proses diatas tidak terjadi, individu tidak sadar dengan

keberadaannya dan halusinasi menjadi sistem kontrol dalam individu tersebut. Saat

halusinasi menguasai dirinya individu kehilangan kontrol kehidupan dirinya.

d. Sumber Koping

Suatu evaluasi terhadap pilihan koping dan strategi seseorang. Individu dapat

mengatasi stress dan anxietas dengan menggunakan sumber koping dilingkungan.

Sumber koping tersebut sebagai modal untuk menyelesaikan masalah, dukungan

sosial dan keyakinan budaya, dapat membantu seseorang mengintegrasikan

pengalaman yang menimbulkan stress dan mengadopsi strategi koping yang berhasil.

13

e. Mekanisme Koping

Tiap upaya yang diarahkan pada pelaksanaan stress, termasuk upayapenyelesaian

masalah langsung dan mekanisme pertahanan yangdigunakan untuk melindungi diri

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Masalah yang dapat dirumuskan pada umumnya bersumber dari apa yang klien perlihatkan

sampai dengan adanya halusinasi dan perubahan yang penting dari respon klien terhadap

halusinasi.

Adapun diagnosa keperawatan yang mungkin terjadi pad aklien dengan

halusinasi adalah sebagai berikut :

a. Resiko perilaku kekerasan pada diri sendiri dan orang lain berhubungan dengan

halusinasi

b. Perubahan persepsi sensorik : halusinasi berhubungan dengan menarik diri

c. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah

d. Defisit perawatan diri : Mandi/kebersihan berhubungan dengan ketidakmampuan

dalam merawat diri

e. Perubahan proses pikir : Waham berhubungan dengan harga diri rendah kronis

f. Penatalaksanaan regimen terapeutik inefektif berhubungan dengan koping keluarga

tak efektif

g. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan menarik diri.

h. Gangguan pola tidur berhubungan dengan halusinasi

i. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan harga diri rendah.

14

III. PERENCANAAN TINDAKAN

a. Resiko perilaku kekerasan pada diri sendiri dan orang lain berhubungan

dengan halusinasi

Tujuan Umum : Tidak terjadi perilaku kekerasan pada diri sendiri dan orang lain.

Tujuan khusus :

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya

Intervensi :

1.1. Bina Hubungan saling percaya

1.1.1. Salam terapeutik

1.1.2. Perkenalkan diri

1.1.3. Jelaskan tujuan interaksi

1.1.4. Ciptakan lingkungan yang tenang

1.1.5. Buat kontrak yang jelas

1.2. Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya

1.3. Dengarkan ungkapan klien dengan empati

1.4. Adakan kontak secara singkat tetapi sering secara bertahap (waktu

disesuaikan dengan kondisi klien)

1.5. Observasi tingkah laku : verbal dan non verbal yang berhubungan

dengan halusinasi

1.6. Jelaskan pada klien tanda-tanda halusinasi dengan menggambarkan

tingkah laku halusinasi

1.7. Identifikasi bersama klien situasi yang menimbulkan dan tidak

menimbulkan halusinasi, isi, waktu, frekuensi

1.8. Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya saat

alami halusinasi.

2. Klien dapat mengenal halusinasinya

Intervensi:

2.1. Identifikasi bersama klien tindakan yang dilakukan bila sedang

mengalami halusinasi

2.2. Diskusikan cara-cara memutuskan halusinasi

15

2.3. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan cara memutuskan

halusinasi yang sesuai dengan klien

2.4. Anjurkan klien untuk mengikuti terapi aktivitas kelompok

3. Klien mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol halusinasinya

Intervensi:

3.1. Anjurkan klien untuk memberitahu keluarga ketika mengalami

halusinasi

3.2. Lakukan kunjungan rumah : Diskusikan dengan keluarga tentang :

3.2.1 Halusinasi klien

3.2.2 Cara memutuskan kelompok

3.2.3 Cara merawat anggota keluarga halusinasi

3.2.4 Cara memodifikasi lingkungan untuk menurunkan kejadianhalusinasi

3.2.5 Cara memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan pada saat mengalami

halusinasi

4. Klien dapat menggunakan obat untuk mengontrol halusinasinya

Intervensi:

4.1. Diskusikan dengan klien tentang manfaat obat untuk mengontrol

halusinasi

4.2. Bantu klien menggunakan obat secara benar

Kriteria Evaluasi :

Klien dapat :

1. Mengungkapkan perasaannya dalam keadaan saat ini secara verbal

2. Menyebutkan tindakan yang biasa dilakukan saat halusinasi, cara memutuskan

halusinasi dan melaksanakan cara yang efektif bagi klien untuk digunakan

3. Menggunakan keluarga untuk mengontrol halusinasi dengan cara sering

berinteraksi dengan keluarga

4. Menggunakan obat dengan benar

b. Perubahan persepsi sensorik : halusinasi berhubungan dengan menarik diri

Tujuan Umum : Klien mampu mengontrol halusinasinya

16

Tujuan Khusus :

1. Klien mampu membina hubungan saling percaya

Intervensi

1.1. Bina hubungan saling percaya

1.1.1 Buat kontrak dengan klien

1.1.2 Lakukan perkenalan

1.1.3 Panggil nama kesukaan

1.1.4 Ajak klien bercakap-cakap dengan ramah

2. Klien mampu mengenal prilaku menarik dirinya, misalnya menyebutkan

perilaku menarik diri

Intervensi

2.1. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tandatandanya

serta beri kesempatan pada klien mengungkapkan

perasaan penyebab klien tidak mau bergaul/menarik diri

2.2. Jelaskan pada klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta

yang mungkin jadi penyebab

2.3. Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaan

3. Klien mampu mengadakan hubungan/sosialisasi dengan orang lain :

perawat atau klien lain secara bertahap

Intervensi :

3.1. Diskusikan tentang keuntungan dari berhubungan

3.2. Perlahan-lahan serta klien dalam kegiatan ruangan dengan melalui

tahap-tahap yang ditentukan

3.3. Beri pujian atas keberhasilan yang telah dicapai

3.4. Anjurkan klien mengevaluasi secara mandiri manfaat dari

berhubungan

3.5. Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan klien mengisi

waktunya

3.6. Motivasi klien dalam mengikuti aktivitas ruangan

17

3.7. Beri pujian atas keikutsertaan dalam kegiatan ruangan

4. Klien dapat menggunakan keluarga dalam mengembangkan

kemampuan berhubungan dengan orang lain

Intervensi :

4.1 Lakukan kungjungan rumah, bina hubungan saling percaya dengan

keluarga

4.2 Diskusikan dengan keluarga tentang perilaku menarik diri, penyebab

dan cara keluarga menghadapi

4.3 Dorong anggota keluarga untuk berkomunikasi

4.4 Anjurkan anggota keluarga secara rutin menengok klien minimal

sekali seminggu

Kriteria Evaluasi :

1. Klien dapat dan mau berjabat tangan. Dengan perawat mau

menyebutkan nama, mau memanggil nama perawat dan mau duduk

bersama

2. Klien dapat menyebutkan penyebab klien menarik diri

3. Klien mau berhubungan dengan orang lain

4. Setelah dilakukan kunjungan rumah klien dapat berhubungan secara bertahap

dengan keluarga

c. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah

Tujuan Umum : Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara bertahap

Tujuan Khusus :

Klien dapat :

1. Mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki

Intervensi :

1.1. Dorong klien untuk menyebutkan aspek positip yang ada pada

dirinya dari segi fisik

1.2. Diskusikan dengan klien tentang harapan-harapannya

18

1.3. Diskusikan dengan klien keterampilannya yang menonjol selama di

rumah dan di rumah sakit

1.4. Berikan pujian

2. Menilai kemampuan diri yang dapat dipergunakan

Intervensi:

2.1. Identifikasi masalah-masalah yang sedang dihadapi oleh klien

2.2. Diskusikan koping yang biasa digunakan oleh klien

2.3. Diskusikan strategi koping yang efektif bagi klien

3. Klien mampu mengevaluasi diri

Intervensi:

3.1. Bersama klien identifikasi stressor dan bagaimana penialian klien terhadap

stressor

3.2. Jelaskan bahwa keyakinan klien terhadap stressor mempengaruhi pikiran dan

perilakunya

3.3. Bersama klien identifikasi keyakinan ilustrasikan tujuan yang tidak realistik

3.4. Bersama klien identifikasi kekuatan dan sumber koping yang dimiliki

3.5. Tunjukkan konsep sukses dan gagal dengan persepsi yang cocok

3.6. Diskusikan koping adaptif dan maladaptif

3.7. Diskusikan kerugian dan akibat respon koping yang maladaptif

4. Klien mampu membuat perencanaan yang realistik untuk dirinya

Intervensi :

4.1. Bantu klien untuk mengerti bahwa hanya klien yang dapat merubah

dirinya bukan orang lain

4.2. Dorong klien untuk merumuskan perencanaan/tujuannya sendiri

(bukan perawat)

4.3. Diskusikan konsekuensi dan realitas dari perencanaan/tujuannya

4.4. Bantu klien untuk menetpkan secara jelas perubahan yang

19

diharapkan

4.5. Dorong klien untuk memulai pengalaman baru untuk berkembang

sesuai potensi yang ada pada dirinya

5. Klien mampu bertanggung jawab dalam tindakan

Intervensi :

5.1. Beri kesempatan kepada klien untuk sukses

5.2. Bantu klien mendapatkan bantuan yang diperlukan

5.3. Libatkan klien dalam kegiatan kelompok

5.4. Tingkatkan perbedaan diri pada klien didalam keluarga sebagai individu yang

unik

5.5. Beri waktu yang cukup untuk proses berubah

5.6. Beri dukungan dan reinforcement positip untuk membantu mempertahankan

kemajuan yang sudah dimiliki klien

Kriteria Evaluasi :

1. Klien dapat menyebut minimal 2 aspek positip dari segi fisik

2. Klien dapat menyebutkan koping yang dapat digunakan

3. Klien dapat menyebutkan efektifitas koping yang dipergunakan

4. Klien mampu memulai mengevaluasi diri

5. Klien mampu membuat perencanaan yang realistik sesuai dengan

kemampuan yang ada pada dirinya

6. Klien bertanggung jawab dalam setiap tindakan yang dilakukan sesuai

dengan rencanan

d. Defisit perawatan diri : Mandi / kebersihan diri berhubungan dengan ketidak

mampuan dalam merawat diri

Tujuan Umum : Klien mampu melaksanakan perawatan diri dengan baik

sehingga penampilan diri adekuat

20

Tujuan Khusus :

Klien mampu :

1. Menjelaskan arti, tujuan, tanda-tanda kebersihan diri

Intervensi :

1.1. Dorong klien untuk menyebutkan arti, tujuan dan tanda-tanda

kebersihan diri

1.2. Diskusikan tentang arti, tujuan, tanda-tanda kebersihan diri

1.3. Dengarkan keluahan klien dengan penuh perhatian dan empati

1.4. Berikan pujian apabila klien menyebutkan secara benar

2. Mengidentifikasi kebersihan dirinya

Intervensi:

2.1. Bantu klien menilai kebersihan dirinya

2.2. Berikan pujian atas kemampuan klien menilai dirinya

3. Menjelasakan cara-cara membersihkan dirinya

Intervensi:

3.1. Dorong klien menyebutkan alat-alat dan cara membersihkan diri

3.2. Diskusikan tentang alat-alat dan cara membersihkan diri

3.3. Menjelasakan cara-cara membersihkan diri

3.4. Melakukan perawatan diri dengan bantuan perawat

4. Melakukan perawatan diri dengan bantuan perawat

Intervensi:

4.1. Demonstrasikan pada klien cara-cara membersihkan diri

4.2. Bimbing klien mendemonstrasikan kembali cara-cara membersihkan diri

4.3. Dorong klien membersihkan diri sendiri dengan bantuan

4.4. Melakukan perawatan diri secara mandiri

5. Melakukan perawatan diri secara mandiri

Intervensi:

21

5.1. Berikan kesempatan klien untuk membersihkan diri sendiri secara bertahap

sesuai dengan kemampuan

5.2. Dorong klien mengungkapkan manfaat yang dirasakan setelah membersihkan

diri

5.3. Beri penguatan positif atas perawatan klien

5.4. Bimbing klien membuat jadwal kegiatan untuk membersihkan diri

5.5. Bimbing klien membersihkan diri sesuai jadwal secara mandiri

5.6. Monitor kemampuan klien membersihkan diri sesuai jadwal

6. Memberdayakan sistem pendukung untuk meningkatkan perawatan diri

Intervensi:

6.1. Diskusikan dengan keluarga tentang ketidakmampuan klien dalam merawat diri

6.2. Diskusikan cara membantu klien membersihkan diri

6.3. Libatkan keluarga dalam perawatan kebersihan diri klien

6.3.1 Menyediakan alat-alat

6.3.2 Membantu klien membersihkan diri

6.3.3 Memonitor pelaksanaan jadwal

6.4. Beri pujian

Kriteria Evaluasi :

Klien mampu :

1. Menyebutkan arti kebersihan diri

2. Menyebutkan tujuan kebersihan diri (untuk memelihara kesehatan

tubuh dan badan terasa segar/nyaman)

3. Menyebutkan tanda-tanda kebersihan diri : kulit tidak ada daki dan tidak berbau,

rambut tidak ada ketombe, kutu, tidak ada bau dan tersisir rapi, kuku pendek dan

bersih, mulut/gigi tidak bau, genitalia tidak gatal dan mata tidak ada kotoran

4. Menilai keadaan kebersihan dirinya

5. Menyebutkan cara-cara membersihkan diri dari rambut sampai kaki

6. Mendemonstrasikan cara membersihkan diri secara benar dengan bantuan perawat

7. Melakukan perawatan diri secara mandiri dengan benar dan tersusun

22

jadwal kegiatan untuk kebersihan diri

8. Keluarga mampu menyebutkan cara meningkatkan kebersihan diri klien

dan keluarga dapat membantu/terlibat aktif dalam memelihara

kebersihan diri

e. Perubahan proses pikir : Waham somatis berhubungan dengan harga diri

rendah kronis

Tujuan Umum : Klien mampu berhubungan dengan orang lain tanpa

merasa rendah diri

Tujuan Khusus :

1. Klien dapat memperluas kesadaran diri

Intervensi :

1.1.1. Diskusikai dengan klien kelebihan yang dimiliknya

1.2.1. Diskusikan kelemahan yang dimilik klien

1.2.2. Beritahu klien bahwa manusia tidak ada yang sempurna,

semua memiliki kelebihan dan kekurangan

1.2.3. Beritahu klien bahwa kekurangan bisa ditutup dengan

kelebihan yang dimiliki

1.2.4. Anjurkan klien untuk lebih meningkatkan kelebihan yang

dimiliki

1.2.5. Beritahukan klien bahwa ada hikmah dibalik kekurangan

yang dimiliki

2. Klien dapat menyelidiki dirinya

Intervensi:

2.1.1. Diskusikan dengan klien ideal dirinya : Apa harapan selama di RS, rencana

klien setelah pulang dan apa cita-cita yang ingin dicapai

2.1.2. Beri kesempatan klien untuk berhasil

2.1.3. Beri reinforcement positip terhadap keberhasilan yang telah dicapai

23

3. Klien dapat mengevaluasi dirinya

Intervensi :

3.1.1. Bantu klien mengidentifikasikan kegiatan atau keinginan yang berhasil

dicapai

3.1.2. Kaji bagaimana perasaan klien dengan keberhasilantersebut

3.2.1. Bicarakan kegagalan yang pernah dialami klien dan sebab-sebab kegagalan

3.2.2. Kaji bagaimana respon klien terhadap kegagalan tersebut dan cara

mengatasi

3.2.3. Jelaskan pada klien bahwa kegagalan yang dialami dapatmenjadi pelajaran

untuk mengatasi kesulitan yang mungkin terjadi dimasa yang akan datang

4. Klien dapat membuat rencana yang realistis

Intervensi:

4.1.1. Bantu klien merumuskan tujuan yang ingin dicapai

4.1.2. Diskusikan dengan klien tujuan yang ingin dicapai dengan kemampuan

klien

4.1.3. Bantu klien memilih prioritas tujuan yang mungkin dapat dicapainya

4.2.1. Beri kesempatan kepada klien untuk melakukan kegiatan yang telah dipilih

4.2.2. Tunjukkan keterampilan atau keberhasilan yang telah dicapai klien

4.2.3. Ikutsertakan klien dalam kegiatan aktivitas kelompok

4.2.4. Beri reinforcement postif bila klien mau mengikuti kegiatan kelompok

5. Klien mendapat dukungan keluarga yang meningkatkan harga dirinya

Intervensi:

5.1.1. Diskusikan dengan keluarga tanda-tanda harga diri rendah

5.1.2. Anjurkan setiap anggota keluarga untuk mengenal dan menghargai

kemampuan tiap anggota keluarga

5.2.1 Diskusikan dengan keluarga cara berespons terhadap klien dengan harga diri

rendah seperti menghargai klien, tidak mengejek, tidak menjauhi

5.2.2 Anjurkan pada keluarga untuk memberikan kesempatan berhasil pada klien

5.2.3 Anjurkan keluarga untuk menerima klien apa adanya

24

5.2.4 Anjurkan keluarga untuk melibatkan klien dalam setiap pertemuan keluarga

Kriteria Evaluasi :

1. Klien dapat menyebutkan kemampuan yang ada pada dirinya setelah 1 kali

pertemuan

2. Klien dapat menyebutkan kelemahan yang dimiliki dan tidak menjadi halangan

untuk mencapai keberhasilan

3. Klien dapat menyebutkan cita-cita dan harapan yang sesuai dengan kemampuannya

setelah 1 kali pertemuan

4. Klien dapat menyebutkan keberhasilan yang pernah dialami setelah 1 kali

pertemuan

5. Klien dapat menyebutkan kegagalan yang pernah dialami setelah 4 kali pertemuan

6. Klien dapat menyebutkan tujuan yang ingin dicapai setelah 1 kali pertemuan

7. Klien dapat membuat keputusan dan mencapai tujuan setelah 1 kali pertemuan

8. Keluarga dapat menyebutkan tanda-tanda harga diri rendah :

Mengatakan diri tidak berharga

Tidak berguna dan tidak mampu

Pesimis

Menarik diri dari realita

9. Keluarga dapat berespon dan memperlakukan klien dengan harga diri rendah

secara tepat setelah 2 kali pertemuan

f. Penatalaksanaan regimen teraupetik inefektif berhubungan dengan ketidak

mampuan keluarga merawat klien

Tujuan Umum : Penatalaksanaan regimen teraupetik efektif

Tujuan Khusus :

1. Keluarga dapat mengetahui masalah yang ditemukan dalam merawat

klien di rumah dengan cara mengungkapkan perasaannya

Intervensi:

25

1.1. Bina hubungan saling percaya dengan keluarga dan anggota keluarga yang

lain :

o Terima anggota keluarg apa adanya

o Dengarkan keluhan keluarga dengan empati

o Hindari respon mengkritik/menyalahkan saat keluarga

mengekspresikan perasaannya

1.2. Buat kontrak dengan keluarga untuk bertemu (home visite) yaitu :

o Jelaskan tujuan kunjungan

o Jelaskan identitas perawat

1.3. Dorong keluarga untuk mengespresikan perasaannya dalam merawat klien

2. Keluarga dapat mengambil keputusan untuk melakukan tindakan kesehatan dalam

merawat klien dengan mengidentifikasikan sumbersumber koping yang dimiliki

Intervensi:

2.1. Diskusikan dengan keluarga tentang tindakan/koping yang selama ini telah

digunakan oleh keluarga

2.2. Beri reinforcement positip bila keluarga mengemukakan tindakan positip dan

berhasil

2.3. Diskusikan dengan keluarga tentang alternatif koping adaptif/sumber

pendukung dalam menangani masalah perawatan klien

3. Keluarga dapat menggunakan koping yang telah dipilih dalam merawat

anggota keluarga yang sakit

intervensi:

3.1. Diskusikan dengan anggota keluarga cara yang selama ini yang

dilakukan dalam merawat klien

3.2. Berikan reinforcement positip setiap anggota keluarga

mengemukakan tindakan yang benar dan berhasil

3.3. Jelaskan pada keluarga tentang berbagai cara yang adaptif dalam

merawat klien seperti :

Bersikap asertif

26

Komunikasi terbuka

Tidak bermusuhan/mengkritik

Memenuhi kebutuhan klien yang masih dapat ditoleransi seperti :

pakaian, alat-alat kebersihan diri

Libatkan klien dalam kegiatan keluarga

4. Keluarga dapat memodifikasi lingkungan keluarga yang sehat dalam

merawat klien di rumah

intervensi:

4.1. Motivasi keluarga untuk menerima klien apa adanya dengan cara :

Tidak mengeluarkan kata-kata yang mengejek dan merendahkan

Membantu klien dalam diskusi keluarga

Menghargai klien dan memuji setiap usaha yang adaptif

4.2. Diskusikan dengan keluarga untuk menyediakan perlengkapan yang

diperlukan klien sehari-hari seperti :

Peralatan kebersihan diri

Alat-alat makan

Usahakan tidak membedakan barang milik klien dengan anggota

keluarga yang lain

4.3. Diskusikan dengan keluarga untuk melatih kemampuan klien dalam

menyelesaikan masalah mulai dari yang sederhana sampai masalah kompleks

5. Keluarga dapat memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada

di masyarakat

Intervensi:

5.1. Diskusikan dengan keluarga tentang fasilitas pelayanan kesehatan yang ada dan

sejauh mana keluarga telah memanfaatkannya

5.2. Jelaskan pada keluarga tentang kegunaan dan efek samping obat serta

pentingnya keteraturan minum obat

27

Kriteria Evaluasi :

1. Keluarga mengungkapkan perasaannya secara verbal

2. Keluarga mengidentifikasi sumber-sumber koping yang ada

3. Keluarga mengungkapkan secara verbal koping apa yang akan dipilih

4. Keluarga mengidentifikasi lingkungan yang sehat dalam merawat klien

5. Keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada

dimasyarakat.

g. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan menarik diri

Tujuan Umum : Pasien dapat menunjukkan kemampuan dalam melakukan

komunikasi verbal dengan perawat dan sesama pasien

dalam suatu lingkungan sosial dengan cara yang tepat

Tujuan Khusus :

1. Pasien dapat menunjukkan kemampuan untuk bertahan pada satu topik

2. Pasien dapat menggunakan ketepatan kata

3. Pasien dapat melakukan kontak mata intermitten selama 5 menit

dengan perawat dalam waktu 1 minggu

Kriteria Evaluasi :

1. Pasien dapat berkomunikasi dengan cara mendapat dimengerti orang lain

2. Pesan non verbal pasien sesuai dengan verbalnya

3. Pasien dapat mengetahui bahwa disorganisasi pikiran dan kelainan

komunikasi verbal terjadi pada saat adanya peningkatan ansietas

melakukan kontak kepada pasien untuk memutuskan proses.

Intervensi :

1. Gunakan tehnik validasi dan klarifikasi untuk mengerti pola komunikasi

pasien

2. Pertahankan konsistensi perawat yang bertugas

3. Jelaskan kepada pasien dengan cara yang dapat mengancam bagaimana prilaku

dan pembicaraannya diterimia dan mungkin juga dihindari oleh orang lain

28

4. Antisipasi dan penuhi kebutuhan pasien sampai pola komunikasi yang

memuaskan kembali

h. Gangguan pola tidur berhubungan dengan panik

Tujuan Umum : Pasien mampu tidur dalam 30 menit istirahat dan tidur 6-8 jam

tanpa alat bantu tidur saat pulang

Tujuan Khusus :

1. Klien mampu membina hubungan saling percaya

2. Klien mampu mengenal prilaku panik

3. Klien dapat tidur dalam 30 menit istirahat dan tidur 5 jam tanpa

terbangun

Kriteria Evaluasi :

1. Klien dapat tidur dalam 30 menit setelah istirahat

2. Klien dapat tidur paling sedikit 6 jam berturut-turut

3. Pasien dapat menggunakan sedatif untuk membantu tidur

Intervensi :

1. Buat catatan secara rinci tentang pola tidur pasien

2. Berikan obat-obatan anti psikotik sebelum tidur

3. Bantu dengan tindakan-tindakan yang dapat menambah waktu tidur,

kehangatan dan minuman yang tidak merangsang

4. Lakukan latihan relaksasi menggunakan musik yang lembut sebelum

tidur mungkin membantu

5. Batasi masukan minuman yang mengandung kafein

i. Koping individu tak efektif berhubungan dengan rendah diri

Tujuan Umum : Klien dapat mendemonstrasikan lebih banyak penggunaan

keterampilan koping adaptif yang dibuktikan oleh adanya kesesuaian antara interaksi

dan keinginan untuk berpartisipasi dalam masyarakat

Tujuan Khusus :

1. Pasien akan mengembangkan rasa percaya kepada 1 orang perawat

dalam 1 minggu

Kriteria Evaluasi :

29

1. Klien dapat menilai situasi realistis dan tidak melakukan tindakan proyeksi

perasaannya dalam lingkungan tersebut

2. Klien dapat mengakui dan mengklarifikasi kemungkinan salah interpretasi

terhadap prilaku dan perkataan orang lain

3. Klien dapat berinteraksi secara kooperatif

Intervensi :

1. Bina hubungan saling percaya

2. Hindari kontak fisik

3. Motivasi klien untuk mengatakan perasaan yang sebenarnya dan perawat

menghindari sikap penolakan terhadap perasaan marah pasien dan Jangan berikan

kegiatan yang bersifat kompetitif.

30

BAB III

TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN

Pengkajian dilakukan pada tanggal 01 juli 2008 pukul 09.00 wita di ruang Dahlia RSJP

Mataram. Dengan metode wawancara, observasi pemeriksan fisik dan studi dokumentasi.

I. Pengumpulan Data

Identitas klien :

Inisial : Ny”Z”

Umur : 15 Tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pendidikan : Madrasah

Pekerjaan : tidak ada

Alamat : Montong tangi, Lotim.

No RM : 01.33.95

Tanggal MRS : 24-06-2008

Identitas Penanggung Jawab :

Nama : Tn.”R”

Umur : 40 Tahun

Alamat : Montong Tangi, Lotim

Hubungan dengan klien : Ayah

Pekerjaan : Petani

II. Alasan Masuk Rumah Sakit

Pasien sering ngomel dan bicara sendiri tanpa sebab, sering menelanjangi diri,

bernyanyi sendiri, dan merusak barang-barang disekitarnya,

Pasien sering mendengar suara-suara yang membisikinya, pasien pernah dirawat di

rumah sakit jiwa, pasien mengalami putus obat dari therapy pengobatan sebelumnya.

III. Faktor Predisposisi

31

Klien mengatakan pernah dirawat di RSJ Mataram, pengobatan berhasil, tapi sejak

sembuh klien tidak pernah kontrol&ambil obat. Klien mengatakan tidak pernah

menjadi pelaku, korban maupun saksi dalam hal aniaya fisik, seksual, kekerasan dan

tindakan kriminal. Keluarga mengatakan tidak ada keluarga yang mengalami

gangguan jiwa sebelumnya, keluarga mengatakan klien sudah yang kedua kalinya

masuk RSJ. Mataram.

Masalah Keperawatan : Mekanisme koping keluarga yang tidak efektif,

penatalaksanaan regimen terapeutik yang tidak

efektif.

IV. Pemeriksaan Fisik

Tanda Vital :

Tekanan Darah : 110/70 mmHg

Nadi : 78x/Menit

Suhu : 36ºC

Respirasi : 20x/Menit

Ukur :

Tinggi Badan : 145 cm

Berat Badan : 30Kg

Keluhan Fisik : tidak ada keluhan

Masalah keperawatan : -

V. Psikologi

Genogram

32

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Meninggal

: Klien

: Tinggal serumah

: garis keturunan

Penjelasan :

Klien merupakan anakke 4 dari 5 bersaudara, klien tinggal serumah bersama dengan

Ayah dan ibunya beserta adiknya, klien belum berkeluarga.

Konsep diri

a. Citra Diri

Klien merasa tidak terganggu dengan anggota tubuhnya, klien menerima

keadaannya sekarang

b. Identitas Diri

Klien mengenali dirinya sendiri sebagai seorang wanita, klien mampu

menyebutkan identitas dirinya , nama, umur, alamat.

c. Peran Diri

Klien mengatakan dirinya adalah seorang pelajar di sebuah madrasah di

wilayah tempat tinggalnya. Klien mengatakan belum menikah

d. Ideal Diri

Klien menolak berbicara ketika ditanya mengenai pandangan tentang dirinya

klien mengatakan ingin segera pulang ke rumah.

e. Harga Diri

Klien tidak menjawab apa yang ditanyakn oleh penanya berkaitan dengan

harga dirinya.

Masalah keperawatan: -

Hubungan Sosial

a. Orang yang berarti

33

Klien mengatakan tidak ada orang yang paling dekat dengannya

b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/ masyarakat

Klien pernah mengikuti kegiatan kelompok ketika masih besekolah

c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang

Klien mengatakan tidak memiliki hambatan dalam bergaul dengan temanya.

Masalah Keperawatannya : -

Spiritual

Klien mengatakan beragama Islam, Klien percaya kepada Allah yang memberikan

perlindungan kepadanya.klien percaya hanya allah saja yang dapat

menyembuhkan penyakitnya. Klien mengatakan di rumah tidak pernah

meninggalkan shalat 5 waktunya, disini klien shalat tapi tidak 5 waktu.

Masalah Keperawatan : -

VI. Status mental

a. Penampilan

Saat dilakukan pengkajian klien terlihat cukup rapi, walau berpakaian seadanya,

wajah terlihat bersih, rambut terlihat tidak kusut, tidak ada kotoran pada hidung

maupun gigi, kuku klien rapi, klien menggunakan alas kaki.

Masalah keperawatan :

b. Pembicaran

Saat wawancara klien dapat menjawab dengan baik dan hanya klien suka lupa,

nada suara kurang jelas tapi kadang-kadang keras pada hal-hal tertentu, klien

jarang bicara dengan teman ruangan.

Masalah Keperawatan : isolasi sosial : menarik diri

c. Aktivitas Motorik

Klien sering mondar-mandir dan adakalanya klien termenung dan berdiam diri.

Masalah Keperawatan : isolasi sosial : Menarik Diri

d. Alam Perasaan

Klien mengatakan tidak sedih, takut, khawatir, maupun putus asa.

Masalah Keperawatan : -

e. Afek

34

Saat wawancara emosi klien labil, klien berespon saat ada pertanyaan lucu klien

ketawa.

Masalah Keperawatan : -

f. Interaksi Selama Wawancara

Klien kooperatif selama wawancara, saat ditanya klien mau menjawab, kontak

mata kurang.

Masalah keperawatan : Harga diri rendah

g. Persepsi ada halusinasi

Klien mengatakan sering mendengar suara-suara gaib yang mengganggu

tidurnya.

Masalah keperawatan : Halusinasi Dengar.

h. Proses Pikir

Klien jika ditanya tidak semuanya bisa dijawab dan jawabannya kadang tidak

sesuai, kadang klien menolak menjawab pertanyaan perawat (blocking)

Masalah Keperawatan : Gangguan proses fikir

i. Isi Pikir

Tidak ditemukan waham pada diri klien.

Masalah Keperawatan : -

j. Tingkat Kesadaran

Tingkat kesadaran klien yaitu compos mentis, klien masih bisa mengenal orang

yang ada disekelilingnya dan tempat klien berada saat ini, klien tidak mengenali

waktu dan hari.

Masalah Keperawatan : Disorientasi waktu

k. Memori

Klien mampu mengingat usianya, tadi siang makan apa dan minum obat.

Masalah Keperawatan : -

l. Tingkat Konsentrsi dan Berhitung

Klien mampu berkonsentrasi dan berhitung sederhana, misalnya saat klien

diminta menyebutkan jumlah jari tangan, klien dapat menjawabnya dengan cepat

Masalah Keperawatan : -

m. Kemampuan Penilaian

35

Klien sering tidur-tiduran, setiap habis makan klien minum obat dan langsung

tidur, klien dapat mengambil keputusan yang sederhana, tidak suka dengan

keributan/perkelahian.

Masalah Keperawaran : -

n. Daya tilik diri

Klien tahu bahwa dirinya sekarang sedang berada di RSJ Mataram untuk berobat

Masalah Keperawatan : -

VII. Kebutuhan Persiapan Pulang

a. Makan dan minum

Klien mengatakan biasa makan 3x sehari dengan menu yang telah disediakan

dari RSJ. Klien bisa menghabiskan makanannya. Klien mengatakan minum

air putih satu gelas setiap habis makan.

b. Eliminasi

Klien mengatakan BAB 2 hari sekali dengan konsistensi lembek, dan BAK 3-

4x/hari dengan warna kuning jernih.

c. Kebersihan diri

Klien mengatakan biasa mandi 2x/hari, pada pagi hari, terkadang siang hari,

tiap kali mandi klien selalu membasahkan rambutnya. Klien jarang

menggunakan shampo.

d. Berpakaian

Klien mengatakan ganti pakaian 1x sehari dan mampu memakainya dengan

baik.

e. Istirahat dan tidur

Klien mengatakan sejak di rumah sakit jiwa klien kadang tidak dapat tdur

dengan nyeyak, klien biasa tidur malam jam 21.00 wita,. Pada siang hari klien

lebih banyak tidur.

f. Penggunaan obat

Klien mengatakan harus rajin minum obat, obat ini akan diminum sampai

klien sembuh.

g. Aktivitas didalam rumah

36

Klien biasa membantu orang tuanya membersihkan ruangan didalam rumah,

selain itu klien mengatakan senang menonton tv.

h. Aktivitas di luar rumah

Klien mengatakan sebelum sakit pernah bersekolah di madrasah tsnawiyah di

lingkungan tempat tinggalnya,

Masalah Keperawatan :

VIII. Mekanisme Koping

Klien mengatakan jika mendengar suara-suara gaib klien langsung bicara kacau,

tersenyum sendiri klien lebih senang tidur-tiduran.

Masalah Keperawatan : Koping individu tidak efektif

IX. Masalah Psikososial dan Lingkungan

Klien mengatakan dirumahnya sering merasa malu dan berdiam diri. Klien dalam

bergaul selalu memilih teman, apabila tidak sesuai dengan karakter pribadinya

klien merasa enggan untuk bergaul dengannya.

Masalah Keperawatan : Menarik Diri, koping individu tidak efektif

X. Pengetahuan

Klien mengatakan tidak tahu tentang penyakit jiwa, klien diajak ke RS untuk

berobat dan supaya cepat sembuh. Klien tahu bahwa sering minum obat untuk

mempercepat kesembuhan penyakitnya.

Masalah Keperawaran : -

XI. Aspek medik

Diagnosa medik : Skizofrenia simplex

Terapi medik :

Tanggal 01-07-2008

Sulfat ferous 3x1

Traf 2x275 mg

Trihexil 2x2

Haloperidol

2x100mg

37

XII. Daftar Masalah Keperawatan :

a. Isolasi sosial : menarik diri

b. Gangguan sensori/persepsi : halusinasi

pendengaran

c. Harga diri rendah

d. Ketidakefektifan penatalaksanaan program

terapeutik

e. Koping keluarga tidak efektif

f. Koping individu tidak efektif

XIII. Pohon Masalah

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran berhubungan

dengan manarik diri

b. Risiko mencederai diri sendiri dan orang lain berhubungan dengan

halusinasi pendengaran

c. Ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik berhubungan

dengan ketidakmampuan keluarga merawat klien di rumah

38

Risiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri dan orang lain

Gangguan sensori/persepsi : halusinasi pendengaran

Isolasi sosial : menarik diri

Ketidak efektifan penatalaksanaan program terapeutik

Ketidak efektifan koping keluarga : ketidak mampuan keluarga merawat klien di rumah

Gangguan konsep diri : harga diri rendah kronis

ANALISA DATA

No Data Masalah Etiologi

1. DS :

- Klien mengatakan mendengarkan suara-suara gaib

DO :

- Klien lebih banyak diam

- Kontak

mata kurang

- Klien

tampak bicara sendiri

- Klien

hanya bicara bila ditanya dan menjawab singkat

- Klien

terlihat lesu dan tidak bersemangat

Gangguan

perubahan

persepsi sensori :

halusinasi

pendengaran

Menarik diri

2. DS :

- Klien mengatakan mendengarkan suara-suara gaib

- Klien mengatakan jarang bergaul dengan orang lain

dan klien tidak mempunyai teman dekat

DO :

- Lebih banyak menunduk dan malu

- Klien tampak bicara sendiri

- Kontak mata kurang

- Ekspresi wajah klien tampak lesu

Risiko mencederai

diri sendiri dan

orang lain

Halusinasi

pendengaran

3. DS :

-Keluarga mengatakan klien tidak pernah menceritakan

masalahnya kepada keluarga/orang

-Klien mengatakan keluarganya yang membawanya

Ketidakefektifan

penatalaksanaan

program terapeutik

Ketidakmam

puan kelurga

merawat

dirumah

39

kemari

DO :

- Lebih banyak berdiam di rumah

- Pendiam

- Klien 2x masuk RSJ Mataram

40

C. RENCANA KEPERAWATAN

Dx

Kep

Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional

Rabu ,

02-07-2008

Jam08.00 wita

I Tujuan Umum :

Klien dapat berinteraksi

dengan orang lain

sehingga tidak terjadi

halusinasi

Tujuan Khusus :

TUK 1.

Klien dapat membina

hubungan saling

percaya

Setelah diberikan

asuhankeperawatan

selama 3xpertemuan

masing-masing 15

menit klien dapat :

Ekspresi wajah

bersahabat, menunjukan

rasa senang, ada kontak

mata, mau berjabat

tangan, mau

menyebutkan nama,

mau mnjawab salam,

mau duduk

berdampingan dgn

perawat, mau

mengutarakan masalah

yg dihadapi

- Bina hubungan saling percaya

dengan mengungkapkan prinsip

komunikasi terapeutik.

Sapa klien dengan

ramah baik verbal maupun

non verbal

Perkenalkan diri

dengan sopan

Tanyakan nama

lengkap klien dan nama

panggilan yang disukai klien.

Jelaskan tujuan

pertemuan

Hubungan saling percaya

merupakan awal dari

hubungan perawat-klien

sehingga klien terbuka

kepada perawat

41

Jujur dan menepati

janji.

TUK 2.

Klien dapat

menyebutkan penyebab

menarik diri

Klien dapat

menyebutkan penyebab

menarik diri yg berasal

dari

Diri sendiri

Orang lain

Lingkungan

- Kaji

pengetahuan klien tentang perilaku

menarik diri dan tandanya

- Beri

kesempatan kepada klien untuk

mengungkapkan perasaan yang

menyebabkan klien tidak maul

bergaul

-Beri pujian terhadap kemampuan

klien mengungkapkan perasaannya

Mengetahui sejauh mana

kemampuan klien

memahami perilaku

menarik diri dan

memberikan kesempatan

kepada klien

mengungkapkan

perasaanya serta klien

lebih percaya diri dan

bersemangat

TUK 3.

Klien dapat

menyebutkan

keuntungan berinteraksi

dengan orang lain dan

kerugian tidak

berinteraksi dengan

orang lain

Klien dapat

menyebutkan

keuntungan berinteraksi

dengan orang lain

misalnya banyak teman,

tidak sendiri, bisa

diskusi dan klien dapat

menyebutkan kerugian

bila tidak berinteraksi

dengan orang lain,

misalnya sendiri, tidak

- Kaji

pengetahuan klien tentang

keuntungan berinterksi dan

kerugian bila tidak berinteraksi

- Beri

kesempatan kepada klien u/

mengungkapkan perasaannya

tentang keuntungan berinterksi dan

kerugian bila tidak berinteraksi

- Diskus

ikan bersama klien tentang

Mengetahuai sejauh mana

kemampuan klien dalam

memahami tentang

keuntungan berinterksi dan

kerugian bila tidak

berinteraksi dan perasaan

klien terhadap semua itu

serta mengajak klien u/

berfikir bersama sehingga

memberi semangat kepada

klien lebih percaya diri

42

memiliki teman, sepi,

dll.

keuntungan berinterksi dan

kerugian bila tidak berinteraksi

- Beri

penguatan positif terhadap

kemampuan mengungkapkan

perasaan tentang keuntungan

berinterksi dan kerugian bila tidak

berinteraksi.

dan termotivasi untuk

bergaul.

TUK 4.

Klien dapat

melaksanakan interaksi

sosial secara bertahap

Klien dapat

mendemonstrasikan

interaksi sosial secara

bertahap antara lain :

Klien-perawat

Klien-perawat-

perawat lain

Klien-perawat-

pera wat lain-klien

lain

Klienkeluarga/

Kelom

pok/masyarakat

- Kaji

kemampuan klien membina

hubungan dgn orang lain

- Berma

in peran cara berinteraksi dengan

orang lain

- Doron

g dan bantu klien untuk

berinteraksi dengan orang lain

- Beri

penguatan positif terhadap

keberhasilan yang dicapai

- Bantu

klien untuk mengevaluasi

keuntungan menjalin hubungan

Menciptakan hubungan

yang terapeutik dan

lingkungan yang nyaman

membuat klien dapat

berinteraksi dengan orang

lain sehingga memotivasi

klien lebih percaya diri

dan klien mampu mengisi

waktu luangnya dengan

kegiatan yang telah

dibuatnya.

43

sosial

- Diskus

ikan jadwal harian yang dapat

dilakukan bersama klien dalam

mengisi waktu, yaitu berinteraksi

dgn orang lain

- Motiv

asi klien untuk mengikuti kegiatan

ruangan

- Beri

penguatan positif atas kegiatan

klien dalam kegiatan ruangan

TUK 5.

Klien dapat

mengungkapkan

perasaannya setelah

berinteraksi dengan

orang lain

Klien dapat

mengungkapkan

perasaannya setelah

berinteraksi dengan

orang lain utnuk diri

sendiri dan i\orang lain

- Doron

g klien untuk mengungkapkan

perasaannya bila berinteraksi

dengan orang lain

- Diskus

ikan dengan klien tentang

perasaan keuntungan berinteraksi

- Beri

penguatan positif atas

kemampuan klien

mengungkapkan perasaan

Mengetahui sejauhmana

klien mampu berinterksi

dengan orang laindan

mengajak klien untuk

berfikir yang realita agar

klien lebih bersemangat

dalam berinteraksi

44

keuntungan berhubungan dengan

orang lain

TUK 6.

Klien dapat

memberidayakan sistem

pendukung atau

keluarga

Keluarga dapat

menjelaskan

perasaannya dan

menjelaskan cara

merawat klien menarik

diri

- Bina

hubungan saling percaya dengan

keluarga

- Diskus

ikan dengan keluarga tentang

menarik diri

- Doron

g anggota keluarga untuk

memberi dukungan kepada klien

dalam berkomunikasi dengan

orang lain

- Anjurk

an anggota keluarga untuk secara

rutin bergantian menjenguk klien

minimal 1x seminggu

- Beri

penguatan positif atas hal-hal

yang telah dicapai oleh keluarga

Menciptakan hubungan

saling percaya antara klien

dengan perawat dan

keluarga sehingga

keluarga mampu merawat

klien menarik diri di

rumah

Hari/Tanggal Dx Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional

45

Kep

Rabu ,

03-07-2008

Jam

09.00wita

II Tujuan Umum :

Klien tidak mencederai

orang lain

Tujuan Khusus :

TUK 2.

Klien dapat mengenal

halusinasinya dengan

kriteria hasil :

waktu, isi, frekuensi

timbulnya halusinasi

mengungkapkan

perasannya terhadap

halusinasinya.

Adakan kontak yang

sering dan singkat secara

bertahap

Observasi tingkah laku

klien terkait dengan

halusinasinya.

Bantu klien mengenal

halusinasinya.

Diskusikan dengan

klien waktu dan frekuensi

terjadinya halusinasi.

Diskusikan dengan

klien apa yang dirasakan

jika terjadi halusinasi

Kontak yang sering dapat

meningkatkan keperacayaan

klien dan mendekatkan klien

dengan perawat. Serta dgn

mengobservsi dpt melihat

perilaku klien yang

berhubungan dgn

halusinasinya.Untuk memu

dahkan memutus halusinasi

serta mengetahui intensitas

halusinasi yang terjadi pada

klien&mengetahui perasaan

yg timbul akibat halusinasi.

TUK 3.

Klien dapat mengontrol

halusinasinya

Klien dapat

menyebutkan tindakan

yang biasa dilakukan

Identi

fikasi bersama klien

tindakan yang dilakukan

Mengetahui mekanisme

koping dari klien saat

menghadapi halusinasinya

46

untuk mengendalikan

halusinasi.

Klien dapat

memilih cara melakukan

halusinasi

Klien dapat

mengikuti TAK

jika terjadi halusinasi.

Disku

sikan manfaat dan cara

yang digunakan klien dan

berikan pujian.

Bantu

klien memilih dan

melatih cara memutus

halusinasi secara bertahap

Anjur

kan klien mengikuti TAK

dan memberikan dorongan

pada klien akan hal-hal yang

positif yang perlu dilakukan

dan dapat mengurangi

stimulus internal sehingga

tidak terjadi halusinasi

Memudahkan klien

memutuskan halusinasi

Melatih klien beradaptasi

dengan lingkungan.

TUK 4.

Klien mendapat dukungan

dari keluarga untuk

mengontrol halusinasinya

Keluarga

dapat membina hubungan

saling percaya dengan

perawat.

Keluarga

dapat menyebutkan

pengertian, tanda dan

tindakan untuk

mengendalikan

halusinasinya

Anjur

kan klien

memberitahukan keluarga

jika memngalami

halusinasi.

Laku

kan kunjungan rumah

untuk mengetahui gejala

dan cara yang dilakukan

klien dan keluarga untuk

memutus halusinasi.

Keluarga dapat membantu

dalam perawatan klien

sehingga dapat

meminimalkan halusinasi

klien

.

TUK 5. Klien dan Disku Menambah pengetahuan

47

Klien dapat memanfaatkan

obat dengan baik.

keluarga

dapatmenyebutkan

manfaat manfaat, dosis,

dan efek samping obat.

Klien dapat

mendemonstrasikan

penggunaan obat dengan

benar

Klien

memahami akibat

berhenti minum obat.

Klien dapat

menyebutkan prinsip 5

benar dalam minum obat.

sikan dengan klien dan

keluarga tentang dosis,

frekuensi dan manfaat obat.

Anjur

kan klien minta sendiri

obatny pada perawat.

Disku

sikan dengan klien efek

samping berhenti minum

obat.

Bantu

klien menggunakan obat

dengan prinsip 5 benar.

klien dan keluarga tentang

manfaat obat dan melatih

klien untuk mandiri dalam

pengelolaan obat.

Menambah pengetahuan

klien tentang manfaat obat.

Melatih klien menggunakan

obat dengan benar

Rabu ,

02-07-2008

Jam

12.00wita

III TUM: Pelaksanaan

regiment therapeutik

efektif

Tujuan khusus :

TUK I:

Keluarga dapat mengenal

masalah yang ditemukan

dalam merawat klien di

rumah dengan cara

1. Keluarga

mengungkapkan

perasaannya secara

verbal

1.1. Bina hubungan saling

percaya dengan keluarga dan

anggota keluarga yang lain :

o Terima

anggota keluarg apa

adanya

o Dengar

kan keluhan keluarga

dengan empati

Menciptakan hubungan

saling percaya antara klien

dengan perawat dan keluarga

sehingga keluarga mampu

merawat klien menarik diri di

rumah

48

mengungkapkan

perasaanya

TUK 2.

Keluarga dapat mengambil

keputusan dalam

mengambil tindakan

kesehatan dalam merawat

klien dengan

2. Keluarga

mengidentifikasi

sumber-sumber

koping yang ada

3. Keluarga

mengungkapkan

o Hindari

respon

mengkritik/menyalah

kan saat keluarga

mengekspresikan

perasaannya

1.2. Buat kontrak

dengan keluarga

untuk bertemu

(home visite) yaitu :

o Jelaska

n tujuan kunjungan

o Jelaska

n identitas perawat

1.3. Dorong keluarga untuk

mengespresikan perasaannya

dalam merawat klien

2.1. Diskusikan dengan

keluarga tentang

tindakan/koping yang selama

ini telah digunakan oleh

Keluarga dapat

mengidentifikasi

sumbersumber koping yang

dimiliki sehingga

memudahkan untuk

menerapkanya kepada pasien

49

mengidentifikasi

TUK 3

Keluarga dapat

menggunakan koping yang

telah dipilih dalam

merawat

anggota keluarga

yang sakit

secara verbal koping

apa yang akan

dipilih

keluarga

2.2. Beri reinforcement positip

bila keluarga mengemukakan

tindakan positip dan berhasil

2.3. Diskusikan dengan

keluarga tentang alternatif

koping adaptif/sumber

pendukung dalam menangani

masalah perawatan klien

3.1. Diskusikan dengan

anggota keluarga cara yang

selama ini yang dilakukan

dalam merawat klien

3.2. Berikan reinforcement

positip setiap anggota

keluarga mengemukakan

tindakan yang benar dan

berhasil

3.3. Jelaskan pada keluarga

tentang berbagai cara yang

adaptif dalam merawat klien

seperti :

Keluarga dapat

mengidentifikasi

sumbersumber koping yang

dimiliki sehingga

memudahkan untuk

menerapkanya kepada pasien

50

Bersikap asertif

Komunikasi

terbuka

Tidak

bermusuhan/mengkritik

Memenuhi

kebutuhan klien yang

masih dapat ditoleransi

seperti :

pakaian, alat-

alat kebersihan diri

Libatkan klien

dalam kegiatan keluarga

TUK 4.

Keluarga dapat

memodifikasi lingkungan

keluarga yang sehat dalam

merawat klien di rumah

4. Keluarga

mengidentifikasi

lingkungan yang

sehat dalam

merawat klien

4.1. Motivasi keluarga untuk

menerima klien apa adanya

dengan cara :

Tidak

mengeluarkan kata-kata

yang mengejek dan

merendahkan

Membantu

klien dalam diskusi

Dengan memodifikasi

lingkungan di jiwa

diharapkan klien dapat

merawat klien dirumah

.

51

keluarga

Menghargai

klien dan memuji setiap

usaha yang adaptif

4.2. Diskusikan dengan

keluarga untuk menyediakan

perlengkapan yang

diperlukan klien sehari-hari

seperti :

Peralatan

kebersihan diri

Alat-alat

makan

Usahakan tidak

membedakan barang

milik klien dengan

anggota

keluarga yang

lain

4.3. Diskusikan dengan

keluarga untuk melatih

kemampuan klien dalam

menyelesaikan masalah

52

mulai dari yang sederhana

sampai masalah kompleks

D. PELAKSANAAN/IMPLEMENTASI

Hari/Tanggal/

Jam Dx kep

Implementasi Respon Hasil

Kamis

03-07-2008

08.30 wita

I

1. Membina Hubungan saling percaya dengan klien yaitu:

Mengucapkan salam

Memperkenalkan diri

Menjelaskan tujuan interaksi

2. Mengajak klien berkomunikasi dan mendengarkan

keluhannya

3. Menanyakan kepada klien penyebab klien tidak mau

bergaul/menarik diri

1. Klien mau menjawab salam dan memperkenalkan

namanya

2. Klien mau diajak berbicara

3. Klien tidak mau menjelaskan kenapa klien tidak

bergaul dengan orang lain

53

Kamis 03-07-

2008

10.00 wita

II

16.00 wita

1. Mengadakan kontak sering dan singkat secara bertahap

2. Mengobservasi tingkah laku klien terkait dengan

halusinasinya

3. Membantu klien mengenal halusinasinya

4. Menanyakan pada klien waktu dan frekuensi terjadinya

halusinasi

5. Menanyakan pada klien apa yang dirasakan apabila

mengalami halusinasi

6. Menanyakan pada klien apa yang dilakukan saat halusinasi

1. Motivasi keluarga untuk menerima klien apa

adanya dengan cara :

Tidak mengeluarkan kata-kata yang mengejek dan

merendahkan

Membantu klien dalam diskusi keluarga

Menghargai klien dan memuji setiap usaha yang

adaptif

2. Mendiskusikan dengan keluarga untuk menyediakan

perlengkapan sehari-hari yang diperlukan klien ketika pulang

1. Perawat selalu mengadakan kontak

dgn klien walau sebentar

2. Klien terkadang termenung, sering

tidur-tiduran

3. Klien mengatakan mendengar suara-

suara yang ingin membunuhnya

4. Klien mengatakan suara itu datang

pada malam hari pada saat saya sedang sendiri

5. Klien mengatakan sangat kaget

dengan suara yang datang

6. Klien mengatakan saya berdoa

1. Klien mengatakan menerima klien apa

adanya, dia tidak pernah menhina klien

2. Keluarga mau berdiskusi

54

seperti :

Peralatan kebersihan diri

Alat-alat makan

Usahakan tidak membedakan barang milik klien

dengan anggota

keluarga yang lain

Jumat

04-07-2008

08.30 wita

I

1. Memberi atau mengucapkan salam

dan menanyakan kabar

2. Mengobservasi tingkah laku klien

terkait dengan menarik diri

3. Memberi kesempatan kepada klien

u/ mengungkapkan perasaannya tentang keuntungan berinterksi

dan kerugian bila tidak berinteraksi

4. Memberi penguatan positif

terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang

keuntungan berinterksi dan kerugian bila tidak berinteraksi.

5. Mendorong dan bantu klien untuk

berinteraksi dengan orang lain dan mengungkapkan

perasaannya bila berinteraksi dengan orang lain

6. Mendiskusikan jadwal harian yang

dapat dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu, yaitu

berinteraksi dgn orang lain

7. Memotivasi klien untuk mengikuti

1. Klien menjawab salam dan mengatakan ”baik-baik

saja”.

2. Klien terlihat mulai membaur dengan teman-

temannya, klien terlihat tenang

3. Klien menjawab dengan benar sesuai dengan

pertanyaan, klien tampak tenang

4. Klien merasa senang

5. Klien mampu berinteraksi dengan siapa saja baik

klien yang lain atau dengan perawat

6. Klien belum mampu mampu merencakan

kegiatannya untuk besok

7. Klien tersenyum dan merasa senang

55

kegiatan ruangan

II

09.00 wita

1. Memberi atau mengucapkan salam dan menanyakan kabar.

2. Menanyakan pada klien ”masih ingat dengan nama saya”.

3. Mengobservasi tingkah laku klien terkait dengan

halusinasinya.

4. Menanyakan pada klien apakah masih sering mendengar

suara-suara.

5. Menanyakan apa yang dilakukan setelah tidak mendengar

suara-suara.

6. Memberi pujian pada klien atas apa yang dilakukan untuk

mengatasi halusinasinya.

1. Klien menjawab salam dan mengatakan

”baik-baik saja”.

2. Klien menjawab ”namanya lipa”

3. Klien terlihat tenang, mulai bercakap-cakap

dan menegur teman ruangannya

4. Klien mengatakan suara-suara itu sudah

tidak lagi terdengar jarang terdengar.

5. Mengikuti kegiatan diruangan, mengajak

teman mengobrol, dan minum obat

6. Klien tersenyum karena merasa senang

denga pujian yang diberikan

Sabtu

05-07-2008

I

14.00 wita

1. Memberi atau mengucapkan salam dan

menanyakan kabar

2. Mengobservasi tingkah laku klien terkait

dengan menarik diri

3. Memberi kesempatan kepada klien u/

mengungkapkan perasaannya tentang keuntungan berinterksi dan

kerugian bila tidak berinteraksi

4. Memberi penguatan positif terhadap

kemampuan mengungkapkan perasaan tentang keuntungan

berinterksi dan kerugian bila tidak berinteraksi.

1. Klien menjawab salam dan mengatakan ”baik-baik

saja”.

2. Klien terlihat mulai membaur dengan teman-

temannya, klien terlihat tenang

3. Klien menjawab dengan benar sesuai dengan

pertanyaan, klien tampak tenang

4. Klien merasa senang

5. Klien mampu berinteraksi dengan siapa saja baik

klien yang lain atau dengan perawat

6. Klien belum mampu mampu merencakan

56

II

15.00 wita

III

16.00 wita

5. Mendorong dan bantu klien untuk

berinteraksi dengan orang lain dan mengungkapkan perasaannya

bila berinteraksi dengan orang lain

6. Mendiskusikan jadwal harian yang dapat

dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu, yaitu berinteraksi

dgn orang lain

7. Memotivasi klien untuk mengikuti kegiatan

ruangan

1. Memberi atau mengucapkan salam dan menanyakan

kabar.

2. Mengobservasi tingkah laku klien terkait dengan

halusinasinya.

3. Menanyakan pada klien apakah masih sering

mendengar suara-suara.

4. Menanyakan apa yang dilakukan setelah tidak

mendengar suara-suara.

5. Memberi pujian pada klien atas apa yang dilakukan

untuk mengatasi halusinasinya.

1. Membina Hubungan saling percaya dengan keluarga klien yaitu:

kegiatannya untuk besok

7. Klien tersenyum dan merasa senang

1. Klien menjawab salam dan mengatakan ”baik-

baik saja”.

2. Klien terlihat tenang, mulai bercakap-cakap dan

menegur teman ruangannya

3. Klien mengatakan suara-suara itu sudah tidak

lagi terdengar sejak kemarin

4. Mengikuti kegiatan diruangan, mengajak teman

mengobrol, dan minum obat

5. Klien tersenyum karena merasa senang denga

pujian yang diberikan

1. Keluarga dapat menjelaskan

2. Keluarga sanggup melakukannya

3. Keluarga ingin datang kesana tapi belum ada uang

untuk menjenguk klien

57

Mengucapkan salam

Memperkenalkan diri

Menjelaskan tujuan interaksi

2. Mendiskusikan dgn keluarga tentang penyakit klien sekarang

3. Mendorong anggota keluarga untuk memberi dukungan kepada

klien dalam berkomunikasi dengan orang lain

1. Menganjurkan anggota keluarga untuk secara rutin

bergantian menjenguk klien

2. Menganjurkan keluarga untuk menanyakan klien jika

mengalami halusinasi.

7. Mengajarkan kepada keluarga cara mengatasi halusinasi

8. Memberi penguatan positif atas hal-hal yang telah dicapai oleh

keluarga

4. Keluarga mengatakan klien jarang bercerita tentang

dirinya

5. Keluarga dapat mengerti tentang penjelasan yang

diberikan

6. Keluarga tersenyum dan senang

58

E. EVALUASI

Hari/tanggal DX Kep Evaluasi

Senin

07.07.2008

Jam 10.00

wita.

I S : Klien mengatakan sudah berinteraksi dengan teman-teman yang lain

O :

- Klien mengenal nama perawat yang menemaninya ngobrol dengan baik

- Klien memperkenalkan diri dengan baik

- Klien terlihat tenang

- Klien masih tampak diam dan menyendiri

A : Masalah menarik diri sebagian teratasi

P : Intervensi dilanjutkan

1. Mengobservasi tingkah laku klien terkait dengan menarik diri

2. Memberi kesempatan kepada klien u/ mengungkapkan perasaannya tentang

keuntungan berinterksi dan kerugian bila tidak berinteraksi

3. Mendorong dan bantu klien untuk berinteraksi dengan orang lain dan

mengungkapkan perasaannya bila berinteraksi dengan orang lain

4. Memotivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan

II S : Klien mengatakan masih mendengar suara-suara di sekelilingnya, tetapi jarang.

59

O :

- Klien terlihat tenang

- Klien tidak merenung lagi

- Klien selalu minum obat

- Klien tidak bicara sendiri lagi

- Klien dapat melakukan kegiatan yang sehat seperti menyapu dan kadang dapat membersihkan

tempat tidurnya sendiri

A : Masalah halusinasi sebagian teratasi

P : Intervensi dilanjutkan

1. Adakan kontak yang sering dan singkat

2. Mengobservasi tingkah laku klien

3. Membantu klien mengenal halusinasinya

4. Membantu klien mengontrol halusinasinya dengan melakukan kegiatan yang sudah direncanakan

III S : Keluarga mengatakan akan memberikan dukungan kepada klien dalam mengatasi perilaku menarik

diri

O :

- Keluarga tampak mengerti

- Keluarga aktif bertanya kepada perawat

A : Masalah koping keluarga inefektif sebagian teratasi

P : Intervensi dilanjutkan

1. Mendorong anggota keluarga untuk memberi dukungan kepada klien dalam berkomunikasi

60

dengan orang lain

2. Menganjurkan anggota keluarga untuk secara rutin bergantian menjenguk klien

3. Menganjurkan keluarga untuk menanyakan klien jika mengalami halusinasi lagi.

4. Mengajarkan kepada keluarga cara mengatasi halusinasi

61

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada Bab ini penulis akan menguraikan kesenjangan yang ada pada teori dengan

kenyataan yang terjadi pada kasus, argumentasi atas kesenjangan yang terjadi dan solusi

yang diambil untuk mengatasi masalah yang terjadi saat memberikan asuhan keperawatan

pada klien ”R” dengan gangguan hubungan sosial : menarik diri di ruang Melati RSJP

Mataram. Pembahasan ini meliputi keseluruhan langkah-langkah dalam proses

keperawatan meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

A. PENGKAJIAN

Menurut teori, gejala yang muncul pada klien yang mengalami gangguan

hubungan sosial menarik diri antara lain apatis (acuh terhadap lingkungan), ekspresi

sedih, afek datar atau tumpul, menghindari orang lain, komunikasi kurang atau tidak

ada, tidak ada kontak mata, kurang mobilisasi, menolak berhubungan dengan orang

lain. Klien memutuskan percakapan atau pergi jika diajak bercakap-cakap, tidak

melakukan kegiatan sehari-hari, kurangnya perawatan diri, dan saat tidur posisi

penderita seperti janin dengan frekuensi tidur lebih lama, menolak berhubungan

dengan orang lain, gairah seksual menurun dan ragu terhadap kenyakinan yang

dianut.

Pada klien ”R” gejala yang muncul adalah suka menyendiri, tidak bergaul, lebih

banyak diam, bicara sendiri, halusinasi pendengaran (mendengar suara-suara gaib),

makan kurang, tidur kurang, dan menyadari sejak 2 minggu yang lalu sebelum masuk

ke RSJ Mataram.

Ditinjau dari masalah keperawatan, masalah yang muncul pada kasus ini yaitu

perubahan persepsi sensori : halusinasi dengar berhubungan dengan menarik diri,

masalah ini muncul karena klien merasa malu dengan keadaannya. Apabila tindakan

ini dibiarkan terus menerus maka akan merugikan klien dalam bersosialisasi dengan

lingkungan sekitarnya. Sedangkan masalah yang tidak muncul dalam kasusu ini

62

sesuai dengan teori yaitu : resiko mencederai diri sendiri dan orang lain berhubungan

dengan menarik diri.

B. PERENCANAAN

Berdasarkan diagnosa keperawatan yang disusun pada asuhan keperawatan

klien ”R”, penulis memperioritaskan masalah berdasarkan core problem sebagai

masalah utama yaitu menarik diri. Maka itu diambil tiga diagnosa keperawatan yang

muncul yaitu Perubahan persepsi sensori : haluisinsi dengar berhubungan dengan

menarik diri, Gangguan hubungan sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri

rendah, Ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga merawat klien di rumah.

Dalam menyusun rencana keperawatan akan ditentukan tujuan dan rencana

yang disusun, tujuan perawatan ini dibagi dua yaitu tujuan umum yaitu mengacu pada

penyebab sedangkan tujuan khusus mengacu pada masalah. Tujuan umum sangat

penting dibuat karena dalam memberikan asuhan keperawatan klien dengan gangguan

jiwa membutuhkan waktu yang cukup lama.

C. PELAKSANAAN

Pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien ”R” dengan perubahan sensori

persepsi halusinasi dengar di ruang melati RSJ Mataram, terdiri dari semua

pelaksanaan asuhan keperawatan yang ada baik dalam tinjauan kepustakaan dan

tinjauan kasus. Pada pelaksanaan disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan klien

akan pelayaan keperawatan. Pada klien ”R” tidak semua rencana yang penulis

rencanakan dapat dilaksanakan misalnya mengobservasi tingkah laku klien terkait

dengan halusinasinya karena klien tidak menunjukkan prilaku terkait dengan

halusinasinya, hanya mengatakan bahwa klien masih mendegarkan suara-suara gaib.

Tidak ada hambatan yang terjadi dalam melaksanakan pelaksanaan klien

dapat berkomunikasi baik dengan perawat. Hanya ada pada keluarga karena selama

pelaksanaan keluarga klien ”R” tidak pernah berkunjung ke RSJ Mataram karena

jaraknya terlalu jauh. Solusi yang diambil perawat yaitu perawat melakukan

kunjungan rumah klien ”R”. Disana perawat melakukan pendekatan BHSP dan

63

memberikan penyuluhan kepada keluarga serta memberikan nasehat untuk

mengunjungi klien di RSJ Mataram.

E. EVALUASI

Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan untuk mengetahui

sejauhmana keberhasilan dari asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien

selama observasi. Evaluasi yang dapat dilakukan adalah evaluasi keberhasilan

tindakan dalam jangka pendek. Setelah dilaksanakan evaluasi selama tiga hari

perawatan pada klien. Klien mampu berinteraksi dengan klien-klien lain yang ada

diruangan. Adapun penulis mengalami beberapa hambatan yaitu penulis belum dapat

melaksanakan semua tindakan keperawatan secara baik sesuai dengan teori yang ada,

karena penulis masih kurang pengalaman dalam praktek keperawatan klien dengan

halusinasi dengar. Dalam hal ini penulis berusaha semaksimal mungkin untuk

menerapikan teori yang ada dengan bantuan perawat diruangan, sehingga

permasalahan yang ada dapat dipecahkan bersama. Tidak lupa juga penulis

memberikan penyuluhan pada keluarga supaya selalu memperhatikan klien serta

memperhatikan pengobatan klien yang lebih baik di rumah.

64

BAB. V

P E N U T U P

Berdasarkan uraian diatas mengenai halusinasi dan pelaksanaan asuhan keperawatan

terhadap pasien, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Saat memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan halusinasi ditemukan

adanya perilaku menarik diri sehingga perlu dilakukan pendekatan secara terus menerus,

membina hubungan saling percaya yang dapat menciptakan suasana terapeutik dalam

pelaksanaan asuhan keperawatan yang diberikan.

2. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien khususnya dengan halusinasi,

pasien sangat membutuhkan kehadiran keluarga sebagai system pendukung yang

mengerti keadaaan dan permasalahan dirinya. Disamping itu perawat / petugas kesehatan

juga membutuhkan kehadiran keluarga dalam memberikan data yang diperlukan dan

membina kerjasama dalam memberi perawatan pada pasien. Dalam hal ini penulis dapat

menyimpulkan bahwa peran serta keluarga merupakan faktor penting dalam proses

penyembuhan klien.

Saran-saran

1. Dalam memberikan asuhan keperawatan hendaknya perawat mengikuti langkah-

langkah proses keperawatan dan melaksanakannya secara sistemati dan tertulis agar

tindakan berhasil dengan optimal

2. Dalam menangani kasus halusinasi hendaknya perawat melakukan pendekatan secara

bertahap dan terus menerus untuk membina hubungan saling percaya antara perawat

klien sehingga tercipta suasana terapeutik dalam pelaksanaan asuhan keperawatan yang

diberikan

3. Bagi keluarga klien hendaknya sering mengunjungi klien dirumah sakit,

sehingga keluarga dapat mengetahui perkembangan kondisi klien dan dapat

membantu perawat bekerja sama dalam pemberian asuhan keperawatan bagi

klien.

65

DAFTAR PUSTAKA

Directorat Kesehatan Jiwa, Dit. Jen Yan. Kes. Dep. Kes R.I. Keperawatan Jiwa. Teori

dan Tindakan Keperawatan Jiwa, Jakarta, 2000

Keliat Budi, Anna, Peran Serta Keluarga Dalam Perawatan Klien Gangguan Jiwa,

EGC,

Jakarta, 1995

Keliat Budi Anna, dkk, Proses Keperawatan Jiwa, EGC, Jakarta, 1987

Maramis, W.F, Ilmu Kedokteran Jiwa, Erlangga Universitas Press, Surabaya, 1990

Rasmun, Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi dengan Keluarga, CV.

Sagung Seto, Jakarta, 2001.

Residen Bagian Psikiatri UCLA, Buku Saku Psikiatri, EGC, 1997

Stuart & Sunden, Pocket Guide to Psychiatric Nursing, EGC, Jakarta, 1998

66