HALAMAN JUDUL ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA PERBANKAN...
Transcript of HALAMAN JUDUL ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA PERBANKAN...
i
HALAMAN JUDUL
ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA PERBANKAN SYARIAH
BERDASARKAN KONSEP MAQASID SYARIAH INDEX (MSI) DI
INDONESIA DAN PAKISTAN PERIODE 2007-2016
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Ekonomi (S.E)
Disusun Oleh:
NOVITASARI
NIM 21313008
PROGRAM STUDI S1 PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2018
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
iii
PENGESAHAN KELULUSAN
iv
PERNYATAAN KEASLIAN
v
PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
vi
MOTTO
MOTTO
Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah, hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah dipersiapkannya untuk hari esok (akhirat), dan
bertaqwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan.
(QS Al-Hasyr, ayat 59:18)
Barang siapa yang melakukan perbuatan baik, ia akan mendapatkan pahala (dalam perbuatan itu) dan pahala orang yang menirunya tidak di kurangi pahalanya
sedikitpun. Dan barang siapa yang melakukan perbuatan yang jelek,
ia akan menanggung dosa dan orang-orang yang menirunya dengan tidak di kurangi dosanya sedikitpun.
(HR. Muslim)
There is no easy walk to freedom anywhere, and many of us will have to pass through the valley of the shadow of death.
Again and again before we reach the mountain
top of our desires.
(Nelson Mandela)
PERSEMBAHAN
vii
PERSEMBAHAN
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada:
Untuk Allah SWT yang telah melimpahkan ilmu yang tiada tara,
Untuk Kedua Orang TuaKu darinya saya belajar tentang kehidupan,
Untuk Bapak Ibu Dosen IAIN Salatiga yang telah mencurahkan ilmunya untukku, terimakasih saya ucapkan untuk segala motivasi dan dukungannya para sahabat-
sahabatku dan teman-teman FEBI angkatan 2013 dan tidak lupa kepada pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
viii
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Rabbil „alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan atas
kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia, rizqi dan
pertolongan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Analisis Perbandingan Kinerja Perbankan Syariah Berdasarkan Konsep Maqasid
Syariah Index (MSI) Di Indonesia Dan Pakistan Periode 2007-2016.” Shalawat serta
salam semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Skripsi ini disusun dan diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
IAIN Salatiga sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana dalam ilmu
perbankan syariah. Dalam penyusunan skripsi ini telah banyak pihak yang membantu
baik secara moril maupun material, maka penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Dr. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri
Salatiga.
2. Dr. Anton Bawono, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
IAIN Salatiga.
3. Fetria Eka Yudiana, M.Si. selaku Ketua Program Studi Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam IAIN Salatiga.
4. Dr. Ahmad Mifdlol M, Lc.,M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
memberikan bimbingan, arahan dan masukan dalam penulisan skripsi ini.
5. Dr. Agus Waluyo, M. Ag. selaku dosen pembimbing akademik.
6. Seluruh dosen Program Studi S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu dan wawasan kepada
penulis selama perkuliahan.
7. Seluruh karyawan dan staff akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
IAIN Salatiga atas pelayanannya.
ix
8. Bapakku dan Ibukku, serta adikku yang telah memberikan doa, kasih sayang,
hiburan, semangat dan dukungannya.
9. Segenap mahasiswa Program studi S1-Perbankan Syariah, khususnya
angkatan 2013, terimakasih atas kebersamaan dan semangatnya selama
perkuliahan sampai penyelsaian skripsi ini.
10. Kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
11. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan dan
penuh kekurangan, oleh karena itu dengan segenap kerendahan hati penulis
menyampaikan permohonan maaf yang sebanyak-banyaknya, serta semoga
skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak. Amiin.
Salatiga, 15 Januari 2018
Penulis
Novitasari
NIM. 21313008
x
ABSTRAK
ABSTRAK
Novitasari. 2018. Analisis Perbandingan Kinerja Perbankan Syariah Berdasarkan
Konsep Maqasid Syariah Index (MSI) Di Indonesia Dan Pakistan Periode
2007-2016. Skripsi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Program Studi S1-
Perbankan Syariah IAIN Salatiga. Pembimbing : Dr. Ahmad Mifdlol M,
Lc.,M.SI
Penilaian kinerja perbankan syariah biasanya menggunakan alat ukur
konvensional. Padahal untuk menilai kinerja perbankan syatiah tidak dapat
disamakan dengan menggunakan alat ukur penilaian perbankan konvensional karena
baik perbankan syariah dan perbankan konvensional memiliki tujuan dan pandangan
yang berbeda. Penelitian inibertujuan untuk menganalisis kinerja perbankan syariah
berdasarkan konsep maqasid syariah index (MSI) di Indonesia dan di Pakistanperiode
2007-2016, serta untuk mengetahui apakah ada perbedaan nilai maqasid syariah
index (MSI) di Indonesia dan di Pakistan periode 2007-2016.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah 80 data yang dianalisis dan diambil dariannual report perbankan
syariah di Indonesia yaituBank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, Bank
Mega Syariah,Bank Syariah Bukopin dan di Pakistan yaitu AlBaraka Bank (Pakistan)
Limited, BankIslami Pakistan Limited, Dubai Islamic Bank Pakistan Limited,
Meezan Bank Limited selama 10 tahun, teknik pengambilan data yang digunakan
adalah purpose sampling. Teknik analisis data yang digunakan menggunakan adalah
menggunakan uji Ttes bantuan aplikasi IBM SPSS Statistics 21.
Hasiluji ttestdapat dinyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan nilai maqasid
syariah index diperbankan syariah Indonesia dan di Pakistan pada periode 2007
sampai 2016, berdasarkan analisis pada rasio kinerja maqasid syariah indexdi
Indonesia lebih unggul, pada rasiokinerja maqasid syariah index: rasio publikasi,rasio
interest free product,profit ratios,rasio personal income,rasio investment ratios in
real sector. Berdasarkan analisis pada rasiokinerja maqasid syariah indexdi Pakistan
lebih unggul, pada rasiokinerja maqasid syariah index: rasio penelitian, rasio
pendidikan, rasio pelatihan, rasio fair returns, rasio functional distribution.
Kata Kunci: Kinerja, Perbankan Syariah, Indonesia, Pakistan dan Maqasid Syariah
Index.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................................. ii
PENGESAHAN KELULUSAN .................................................................................. iii
PERNYATAAN KEASLIAN ...................................................................................... iv
PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ........................................................................ v
MOTTO ....................................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN ....................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ............................................................................................... viii
ABSTRAK .................................................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................................ xi
DAFTAR TABEL ....................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xiii
DAFTAR DIAGRAM ................................................................................................ xiv
BAB I ............................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 18
C. Tujuan Penelitian ........................................................................................................ 19
D. Manfaat Penelitian ...................................................................................................... 20
E. Sistematika Penulisan ................................................................................................. 21
BAB II ......................................................................................................................... 24
LANDASAN TEORI .................................................................................................. 24
A. Telaah Pustaka ............................................................................................................ 24
B. Kerangka Teori ........................................................................................................... 30
1. Maqasid Syariah ..................................................................................................... 30
2. Maqasid Syariah Index (MSI) ................................................................................. 37
xii
3. Pengukuran Kinerja Bank Syariah .......................................................................... 38
4. Perbankan Syariah .................................................................................................. 46
5. Perbankan Syariah Di Indonesia ............................................................................. 53
6. Perbankan Syariah Di Pakistan ............................................................................... 63
C. Kerangka Penelitian .................................................................................................... 73
D. Hipotesis ..................................................................................................................... 75
BAB III ....................................................................................................................... 81
METODE PENELITIAN ............................................................................................ 81
A. Jenis Penelitian ............................................................................................................ 81
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................................................... 81
C. Populasi dan Sampel ................................................................................................... 83
D. Teknik Pengumpulan Data .......................................................................................... 85
E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ............................................. 87
F. Uji Istrumen Penelitian ............................................................................................. 100
G. Alat Analisis .............................................................................................................. 102
BAB IV ............................................................................................................................. 103
ANALISIS DATA ............................................................................................................ 103
A. Deskripsi Objek Penelitian........................................................................................ 103
B. Hasil Penelitian ......................................................................................................... 104
BAB V .............................................................................................................................. 130
KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................................... 130
A. Kesimpulan ............................................................................................................... 130
B. Saran ......................................................................................................................... 131
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 133
LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................................................ 139
xii
DAFTAR TABEL
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1Research Gap........................................................................................16
Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu.......................................................29
Tabel 2.2 Konsep Operasionalisasi Metode Sekaran yang Dirumuskan
dalamPeneliti Mohammed dan Taib (2010)........................................44
Tabel 2.3 Konsep Operasionalisasi Metode Sekaran yang Dirumuskan
oleh Mohammed dan Taib (2010)Bobot..............................................45
Tabel 2.4 Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional......................53
Tabel 3.1 Konsep Operasionalisasi Metode Sekaran yang Dirumuskan
oleh Mohammed dan Taib (2010)Bobot.............................................99
Tabel 4.1 Daftar Sampel Perbankan Syariah................................................104
Tabel 4.2 Statistik Deskriptif........................................................................105
Tabel 4.3 Uji Normalitas...............................................................................106
Tabel 4.4 Uji Normalitas Dengan Grafik......................................................107
Tabel 4.5 Uji Beda Ttest..................................................................................109
Tabel 4.6 Rasio Kinerja Maqashid Syariah Index yang Pertama
Tahun 2007-2016...............................................................................111
Tabel 4.7 Rasio Kinerja Maqashid Syariah Index yang Kedua
Tahun 2007-2016...............................................................................119
Tabel 4.8 Rasio Kinerja Maqashid Syariah Index yang Ketiga
Tahun 2007-2016...............................................................................124
xiii
DAFTAR GAMBAR
AFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Konsep Operasionalisasi Sekaran...............................................43
Gambar 2.2 Dampak Perkembngan Syaria Terhadap Sektor Lain..................63
Gambar 2.3 Kerangka Teori Pemikiran..........................................................74
xiv
DAFTAR DIAGRAM
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 4.1Uji Normalitas Dengan Grafik Nilai Maqasid Syariah Index
(MSI) Di Indonesia.............................................................................108
Diagram 4.2Uji Normalitas Dengan Grafik Nilai Maqasid Syariah Index
(MSI) Di Pakistan...............................................................................108
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perbankan merupakan lembaga keuangan yang berfungsi untuk
menghimpun dan menyalurkan dana seluruh lapisan masyarakat secara
efektif dan efisien, dengan berdasarkan asas demokrasi ekonomi untuk
mendukung pelaksanaan pembangunan dalam rangka meningkatkan
pertumbuhan ekonomi, meningkatkan taraf hidup masyarakat dan
stabilitas ekonomi.
Kata bank dapat kita telusuri dari kata banque dalam bahasa
Prancis, dan dari banco dalam bahasa Italia, yang dapat berarti peti/lemari
atau bangu. Konotasi kedua kata ini menjelaskan dua fungsi dasar yang
ditunjukkan oleh bank komersial. Kata peti atau lemari menyiratkan
fungsi sebagai tempat menyimpan benda-benda berharga, seperti peti
emas, peti berlian, peti uang dan sebagainya. Pada abad ke-12 kata banco
di Italia merujuk pada meja, counter atau tempat usaha penukaran uang
(money changer) yang artinya penukaran uang atau dalam arti transaksi
lebih luas yaitu “ membayar barang atau jasa” (Arifin, 2009: 2).
2
2
Menurut Arifin sebagai intermediasi, bank konvensional
menerima simpanan dari nasabah dan meminjamkannya kepada nasabah
(unit ekonomi) lain yang membutuhkan dana. Atas simpanan para
nasabah itu bank memberi imbalan berupa bunga. Demikian pula, atas
pemberian pinjaman itu bank mengenakan bunga kepada para
peminjaman. Dalam perbankan konvensional terdapat kegiatan-kegiatan
yang dilarang syariah islam, seperti menerima dan membayar bunga,
membiayai kegiatan produksi dan perdangan barang-barang yang dilarang
syariah, misalnya memperdagangkan minuman keras (Arifin, 2009: 2-3).
Dalam sejarah perekonomian kaum muslimin, fungsi bank ketika
zaman Rasulullah SAW sudah ada. Pembiayaaan yang dilakukan dengan
akad yang sesuai dengan syariah telah menjadi bagian dan tradisi umat
Islam sejak zaman Rasulullah SAW pelaksanaan-pelaksanaan seperti
menerima penitipan harta, meminjam uang untuk keperluan konsumtif
dan bisnis, serta melakuakan pengiriaman uang, telah lazim dilakukan
sejak zaman Rasulullah SAW, walaupun secara formal belum ada
lembaga perbankan. Berdirinya bank Islam diawali dengan berdirinya
sebuah bank tabungan lokal yang beroprasi tanpa bunga di desa Mit
Ghamair yang berlokasi di tepi Sungai Nil pada tahun 1963 oleh Dr.
Abdul Hamid an-Nag-gar, meskipun beberapa tahun kemudian ditutup
(Mardani, 2015: 12-13)
3
3
Menurut Antonio (2001: 18) tujuan utama dari pendirian lembaga
keuangan adalah tiada lain sebagai upaya kaum muslimin untuk
mendasari segenap aspek kehidupan ekonomi berlandaskan Al-Qur‟an
dan As-Sunnah. Upaya awal penerapan sistem profit dan loss sharing
tercatat pada tahun 1940-an di Malaysia dan Pakistan yaitu adanya upaya
mengelola dana jamaah haji secara non konvensional.
Pakistan adalah negara yang memiliki penduduk muslim
terbanyak kedua di dunia setelah Indonesia. Pakistan merupakan republik
yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa, yaitu Punjabi, Sindhi,
Pasthun (Pathan), Baloch, dan Muhajir (imigran Muslim dari India pada
saat pemisahan dari India). Meskipun berbeda-beda suku, mereka
mayoritas Muslim (95 persen) dan hanya 5 persen beragama lainnya,
seperti Hindu dan Kristen. Pakistan memisahkan diri dari India dan
memproklamasikan kemerdekaan pada tahun 1947 yang diharapkan
menjadi tanah air masyarakat Muslim.
Munculnya bank syariah di Pakistan setelah ada penghapusan
sistem bungga, pada awal 1979. Seiring dengan dihapuskannya sistem
bungga, maka pada saat itu pemerintah Pakistan mulai memperkenalkan
skema pinjaman tanpa bunga kepada petani dan nelayan. Pada tahun
4
4
1985, sistem perbankan Pakistan berubah menjadi sistem perbankan
syariah (Pracoyo & Pracoyo, 2005: 175).
Islamisasi di sektor perbankan mencapai puncaknya pada tahun
1985 ketika semua perusahaan perbankan diwajibkan untuk menyediakan
skema pembiayaan bebas bunga dan tidak boleh menerima simpanan
yang berbasis bunga. Namun, hal ini tidak berlaku untuk cabang bank
asing dan simpanan dan pinjaman dalam valuta asing. Selain sektor
internasional, sektor pemerintah juga dikecualikan. Setahun setelah
ketentuan ini, deposito perbankan berbasis bagi hasil (mudharabah) telah
mencapai 65 persen dari total dana pihak ketiga, sedangkan deposito
berbasis bunga tinggal 17,7 persen.
Akan tetapi setelah meninggalnya Jenderal Muhammad Zia Ul-
Haq dan naiknya Junejo sebagai pengganti selama tiga tahun, proses
Islamisasi ekonomi kurang mendapat perhatian. Pada masa berkuasanya
kembali PPP diikuti sebentar oleh masa pemerintaan Muslim League
maka terjadi ketidakstabilan yang cukup parah yang membuat negara
tidak memiliki kebijakan ekonomi yang jelas, termasuk mengenai
perbankan syariah yang kurang mendapat perhatian dan dukungan.
Pemerintah kembali memberikan komitmennya untuk menghapuskan riba
5
5
dalam perekonomian dan mengembangkan perbankan syariah pada tahun
2002.
Dalam keinginannya untuk mewujudkan dan mengembangkan
keungan syariah di negara Pakistan, maka pada bulan Desember 2001
Bank Sentral Pakistan merilis panduan bank yang ingin merubah
sepenuhnya menjadi bank syariah (full-fledged commercial Islamic
banks). Perbankan syariah harus mengikuti aturan-aturan syariah yang
melarang riba dan spekulasi moneter, perbankan syariah juga sudah
seharusnya mengesesampingkan penggunaan instrument keungan
berbasis bunga seperi obligasi dan treasury. Bank Sentral Pakistan juga
mewajibkan bank yang ingin mengoprasikan bank syariah harus memiliki
operasi keungan syariah dan proses konversi harus dimulai selama enam
bulan setelah persetujuan diajukan. Setelah konversi selesai, pemohon
bisa mengajukan lisensi bank syariah.
Negara Pakistan ingin membangun keuangan syariah di negaranya
dengan sepenuhnya dan perlahan untuk menciptakan sistem
perekonomian tanpa bunga. Langkah-langkah yang diambil Bank Sentral
tersebut memang jarang terjadi di keuangan syariah, akan tetapi cara ini
dipandang berhasil sebagai cara untuk meningkatkan skala perbankan
6
6
syariah dan memperluas jangkauannya ke dalam daerah-daerah pedesaan
yang kurang terlayani.
Selanjutnya, pada tahun 2005-2010 dibuatlah Strategic Plan oleh
Bank Sentral Pakistan yang meliputi pengembangan perbankan syariah
untuk memajukan perbankan syariah sebagai sistem yang paralel dan
kompatibel dengan sistem konvesional dan membuat perbankan syariah
sebagai perbankan pilihan utama untuk penyedia dan pengguna jasa
keuangan. Hal ini berarti Pakistan masih berada pada tahap sistem
keuangan dan perbankan ganda (dual financial and banking system)
dengan sistem keuangan syariah yang lebih dominan, untuk menuju
sistem ekonomi Islam secara penuh. Dengan sistem ini, lembaga
keuangan syariah beroperasi berdampingan dengan lembaga keuangan
konvensional ( Ascarya, 2006: 153).
Di dalam perkembangan perbankan syariah di Pakistan, menurut
Muhammad Iqbal (2017) saat ini, di negara Pakistan telah ada 5 bank
syariah dan 16 bank konvensional yang menawarkan produk keuangan
syariah. Pada bulan maret pada tahun 2017 yang lalu, aset perbankan
syariah mencapai US$17,9 miliar (Rp239,79 triliun) dan meningkat 16
persen dari periode yang sama tahun sebelumnya. Aset bank syariah saat
ini sebesar 11,7 persen dari total aset perbankan. Perbankan syariah di
7
7
negara Pakistan terbukti tumbuh seacara cepat namun tertinggal dari
perbankan konvensional dalam segi ukuran maupun keuntungan.
Berkembangnya bank-bank syariah di negara-negara Islam
berpengaruh ke Indonesia. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di
dunia yang memiliki beragam suku bangsa, bahasa, dan agama dengan
jumlah penduduk 240 juta. Meskipun bukan negara Islam, Indonesia
merupakan negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia dengan
jumlah penduduk beragama Islam sebanyak 88 persen, Kristen 5 persen,
Katolik 3 persen, Hindu 2 persen, Budha 1 persen, dan lainnya 1 persen.
Pada awal periode 1980-an, diskusi mengenai bank syariah sebagi pilar
ekonomi Islam mulai dilakukan. Para tokoh yang terlibat dalam kajian
tersebut adalah Karnaen A. Perwataatmadja, M. Dawam Rahardjo, A. M,
Saefuddin, M. Amien Azis dan lain-lain. Beberapa uji coba pada skala
yang relative terbatas telah diwujudkan. Diantaranya adalah Baitut
Tamwil-Salman, Bandung. Di Jakarta juga dibentuk lembaga serupa
dalam betuk koprasi, yakni Koprasi Ridho Gusti. Akan tetapi, prakarsa
lebih khusus untuk mendirikan bank Islam di Indonesia baru dilakukan
pada tahun 1990. Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada tanggal 18-20
Agustus pada tahun 1990 menyelenggarakan lokakarya Bunga Bank dan
Perbankan di Cisarua, Bogor, Jawa Barat. Hasil lokakarya tersebut
dibahas lebih mendalam pada Musyawarah Nasional IV MUI yang
8
8
berlangsung di Hotel Sahid Jaya Jakarta, 22-25 Agustus 1990.
Berdasarkan amanat Munas IV MUI, dibentuk kelompok kerja untuk
mendirikan bank Islam ( Antonio, 2001: 25).
Setelah adanya rekomendasi dari lokakarya Ulama tentang Bunga
Bnak dan Perbankan di Cisarua, kemudian diikuti dengan
diundangkannya UU No.7 tahun 1992 tentang Perbankan di mana
perbankan bagi-hasil mulai diakomodasi, maka berdirilah Bnak Muamalat
Indonesia (BMI), yang merupakan bank umum Islam yang pertama yang
beroperasi di Indonesia. Pembentukan BMI ini diikuti oleh pendirian
bank-bank perkreditan rakyat syariah (BPRS). Namun karena lembaga ini
masih dirasakan kurang mencukupi dan belum sanggung menjangkau
masyarakat Islam lapisan bawah, maka dibangunlah lembaga-lembaga
simpin pinjam yang disebut Bait al Maal wat Tamwil (BMT) atau Bait al
Qiradh menurut masyarakat Aceh (Arifin,2009: 8).
Perkembangan perbangan syariah di Indonesia pada era reformasi
ditandai dengan disetujui Undang-undang No.10 tahun 1998. Dalam
undang-undang tersebut diatur dengan rinci landasan hukum serta jenis-
jenis usaha yang dapat dioprasikan dan diimplementasikan oleh bank
syariah. Undang-undang tersebut juga memberikan arahan bagi bank-
9
9
bank konvensional untuk membuka cabang syariah atau bahkan
mengkonversi dari secara total menjadi bank syariah (Antonio, 2001: 27).
Bank syariah didirikan dengan tujuan untuk mempromosikan dan
mengembangkan penerapan prinsip-prinsip Islam, syariah dan tradisinya
ke dalam transaksi keuangan dan perbankan serta bisnis lain yang terkait.
Prinsip utama yang diikuti oleh bank Islami itu adalah : larangan riba
dalam berbagai bentuk transaksi, melakukan kegiatan usaha dan
perdangan berdasarkan perolehan keuntungan yang sah, dan memberikan
zakat (Arifin,2009: 3).
Sebagai lembaga kuangan yang berbasis syariah, sudah
seharusnya lembaga keuangan tersebut menggunakan pengukuran kinerja
yang juga berbasis syariah, terutama harus terbebas dari riba (bunga),
maysir (permainan kesempatan atau spekulasi) dan terbebas dari gharar (
ketidakpastiaan) dalam semua operasinya. Mengambil dan mengutip
pemaparan (El-Hawary et. Al, 2007) menjelaskan bahwa pengaturan
terkait perbankan syariah, belum sepenuhnya memperhitungkan keunikan
yang ada di dalam bank syariah tersebut, termasuk pengaturan sistem
penilaian kinerja.
Dalam menerapkan model evaluasi kinerja yang berkembang saat
ini, bisa dikatakan bahwa model evaluasi kinerja mencontoh model
10
10
evaluasi kinerja yang digunakan oleh industri perbankan konvensinoal.
Mengapa dikatakan demikian, dikarenakan masih digunakannya sistem
penilaian kinerja yang berfokus kepada peran bank syariah sebagai
orangisasi bisnis, seperti: penilaian kinerja kuangan tradisional, Balaced
Scorecard (BSC) dan Capital, Asset Quality, Management, Earning
Liquidity, and Sensitivity to Market Risk (CAMELS).
Pengukuran kinerja yang telah ada saat ini seperti CAMELS,
Balance Scorecard, Return On Investment (ROI), Return On Asset (ROA),
Return On Equity (ROE), Payback Period, biaya operasi di bagi
pendapatan operasional (BOPO), tnonperforming financing (NPF),
financing to deposits ratio (FDR), termasuk pengukuran efisiensi teknis
dan efisiensi biaya masih bersifat konvensional atau bersifat materi
semata. Pengukuran kinerja keuangan dan teknis operasional oleh LKS
mendorong LKS untuk lebih memperhatikan aspek-aspek keuangan dan
operasioanl saja, sedangkan aspek-aspek lainnya keuangan kurang
mendapatkan perhatian yang memadahi (Ascarya, 2004: 25).
Dikarenakan bank islam tidak hanya melaporkan nilai-nilai
materialistik saja, namun juga aspek sosial dan syariah maka diperlukan
pengukuran kinerja yang komprehensif berbasis pada nilai-nilai sosial dan
syariah yang diambilkan dari sumber pokok Al-Qur‟an dan Al-Hadits
Nabi. Nilai-nilai sosial dan syariah yang dimaksud disini adalah
11
11
meminimalisir ketidakadilan (rof‟u azh-zhulmi), meminimalisir
kebodohan (rof‟u al-jahli), meminimalisir kemiskinan (rof‟u al-faqri), dan
meminimalisir kebatilan (rof‟u al-batili).
Imam Abu Hamid Al-Ghozali seseorang ulama Islam
memberikan penjelasan mengenai tujuan syariah sebagai berikut: “Tujuan
utama syariah adalah untuk mendorong kesejaheraan manusia, yang
terletak pada perlindungan kepada keimanan, jiwa, akal, keturunan dan
harta mereka. Apa saya yang menjamin terlindungnya lima perkara ini
adalah menemui kepentingan public dan dianjurkan, dan apa saja yang
menciderai lima perkara ini adalah melawan kepentingan public yang
harus di buang”( Chapra: 2011).
Akan tetapi kenyataanya di dalam penelitian yang dilakukan oleh
Musri dan Rama (2015) menjelaskan bahwa bank syariah maupun bank
konvensional masih sepenuhnya didorong oleh pertimbangan mencari
keuntungan atau profit motive dalam keputusan mereka untuk memilih
sistem layanan perbankan. (Sanrego, 2015: 1). Padahal sebagai sebuah
objek bisnis, perbankan syariah tidak hanya dituntut sebagai perusahaan
yang mencari keuntungan (high profitability) saja, akan tetapi juga harus
menjalankan fungsi dan tujuannya sebagai sebuah objek syariah yang
berlandasikan kepada kondep maqasid syariah (good shariah objectives).
12
12
Sebagai lembaga menyalurkan antara pihak kelebihan dana
dengan pihak kekurangan dana, perbankan syariah berperan juga dalam
menyalurkan dana yang dihimpunnya kepada masyarakat dan khususnya
sector riil. di perbankan syariah terdapat hubungan pemilik modal dengan
tenaga kerja (pengelola), dan terdapat hubungan debitur dan kreditur yang
ada di dalam sistem perbankan konvensional.
Dengan melihat hal-hal tersebut di atas maka kebutuhan untuk
menemukan dan menerapkan alat ukur bank syariah yang khas dan
komprehensif sangatlah penting, yang sesuai dengan prinsip dan tujuan
bank syariah yang dapat memberikan penilaian, sehingga dapat dilihat
sejauh manakah bank syariah mampu menunjukan kinerjanya. Tidak
hanya pada aspek keuangannya saja, tetapi bank syariah juga harus
mampu mencapai aspek-aspek yang ada didalam maqasid shariah
(Mohammed dan Taib, 2009).
Maqashid sharia merupakan tujuan dibalik ditetapkanya hukum
atau peraturan dalam agama Islam. Syariah merupakan suatu sistem etika
dan nilai-nilai moral yang mencangkup semua aspek kehidupan. Karena
syariah ditunjukan untuk seluruh umat manusia, maka dasar maqasid
syariah adalah untuk mencapai kemaslahatan (maslahah) dan
menghindari kerusakan (mafsadah). Bedoi dan Mansour (2003)
13
13
menegaskan ruang lingkup maqashid sharia mencakup seluruh aspek di
dalam kehidupan yang berkaitan dengan sosial, personal, ekonomi dan
intelektual. Di dalam penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Adib
Samsudin (2015) menemukan bahwa dawabit (parameter) mengendalikan
dan menerapankan maqasid syariah (tujuan akhir atau tujuan syariah).
Hal ini dikarenakan dawabit berperan dalam menyeimbangkan antara
bukti teks atau bukti syariah secara parsial (juz'iyy) dan maqasid syariah
secara umum atau universal (kulliyy).
Penggunaan konsep maqashid syariah dalam konteks kinerja bank
syariah dinilai sangat penting, dikarenakan sebagian besar bank syariah
menggunakan rasio-rasio keuangan yang berasal dari bank konvensional
sehingga tidak memberikan penilaian pada semua aspek dimensi yang
dimiliki oleh bank syariah. Penelitian yang dilakukan oleh Jaka Susila
(2016) menunjukkan bahwa bank syariah tidak memiliki perbedaan
dengan perbankan konvensional, kecuali pada produk perbankan syariah
dimana produk perbankan yang mengandung rasa keadilan dan solusi
yang ditawarkan adalah pembebasan segala perhitungan dari rate-interest
dan penelitian yang dilakukan oleh Rosiana dan Triaryati (2016)
menunjukan bahwa bank konvnsional lebih baik kinerjanya di
bandingkan dengan kinerja bank syariah dilihat dari rasio ROA dan
BOPO.
14
14
Di dalam penelitian yang dilakukan oleh Mustafa Omar
Muhammad (2015), merumuskan bahwa sebuah pengukuran yang sangat
berguna untuk mengukur kinerja perbankan syariah yang dikembangkan
berdasarkan prinsip-prinsip yang ada di dalam maqasid syariah tersebut,
yaitu dengan tujuan agar ada sebuah pengukuran bagi bank syariah yang
sesuai dengan tujuanya. Pengukuran kinerja bagi perbankan syariah tidak
berfokus hanya pada laba dan ukuran keuangan lainnya saja, akan tetapi
dirumuskan nilai-nilai lain dari perbankan yang mencerminkan ukuran
manfaat non profit yang sesuai dengan tujuan perbankan syariah.
Penelitian Mustafa tersebut menghasilkan sebuah pengukuran kinerja
keuangan perbankan syariah yang disebut Maqasid Syariah Index (MSI).
Konsep pengukuran kinerja sosial lainnya melalui konsep
Maqashid Syariah telah didiskusikan oleh para pakar ekonomis islam
diantaranya oleh (Wasyith, 2017: 23) Hasil penelitian menunjukkan
bahwa revitalisasi konsep maqasid Muhammad Abu Zahrah dan Abdul
Majid Najjar dapat digunakan untuk melakukan pengukuran kinerja
perbankan syariah secara lebih terukur. (Mohammed and Taib, 2009: 6).
Hasilnya menunjukkan bahwa Indeks Maqashid (Maqashid Index) dapat
menjadi pilihan yang strategis untuk mengukur kinerja perbankan islam.
15
15
Hasil dari pengukuran menggunakan kinerja maqasid syariah
index yang dilakukan oleh Al Ghifari, dkk (2015) menunjukan bahwa
kinerja industri perbankan syariah di Indonesia lebih baik dibandinkan
dengan kinerja perbankan syariah di Malaysia. Penelitian yang dilakukan
oleh Thuba Jazil and Syahruddin (2013), berdasarkan hasil indeks
maqasid, itu jelas menunjukkan bahwa BMI menjadi nyata dari kinerja
tertimbang tertinggi. Menurut Antonio, dkk (2012) menunjukan bahwa
hasil penelitian untuk saat ini, kinerja perbankan syariah di Indonesia
adalah lebih baik dari pada kinerja perbankan islami di Yordania.
Mengambil dan mengutip dari Al Ghifari, dkk (2015) Menurut
Zahrah (2011), tujuan syariah (maqashid syariah) adalah segala sesuatu
yang ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya dengan tujuan untuk
kemaslahatan manusia secara keseluruhan, yaitu untuk menjaga
eksistensi, mengembangkan baik kualitas maupun kuantitas, baik material
maupun spiritualnya (hlm.549). Kemudian dioprasikan ke dalam metode
sekaran sehingga menjadi parameter yang dapat diukur (Anton, Sanrego
dan Taufiq, 2012: 16). Ketiga tujuan ini bersifat universal yang
seharusnya maenjadi tujuan bank syariah dan bank konvensional, karena
berkaitan dengan kesejahteraan bagi semua pemangku kepentingan,
bukan hanya pemegang saham atau pemilik perusahaan (Rusydiana,
2014: 2).
16
16
Tabel 1.1
Research Gap
Gap Penulis Temuan
Mengukur
kinerja
perbankan
syariah
dengan
menggunakan
Maqasid
syariah Index
(MSI)
Mohammed,
dkk (2015)
Penelitian Mustafa tersebut menghasilkan sebuah
pengukuran kinerja keuangan perbankan syariah yang
disebut Maqasid syariah index (SIM)
Wasyith
(2017)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa revitalisasi konsep
maqasid Muhammad Abu Zahrah dan Abdul Majid
Najjar dapat digunakan untuk melakukan pengukuran
kinerja perbankan syariah secara lebih terukur.
Mohammed
and Taib,
(2009)
Hasil menunjukkan bahwa pendekatan indeks maqashid
(maqashid index) dapat menjadi pendekatan alternatif
yang strategis untuk mengukur kinerja perbankan islam.
Al Ghifari,
dkk (2015)
Hasil analisis dari pengukuran menggunakan kinerja
maqasid syariah index menunjukan bahwa kinerja
industri perbankan syariah di Indonesia lebih baik
dibandinkan dengan kinerja perbankan syariah di
Malaysia.
Thuba Jazil
and
Syahruddin
(2013)
Berdasarkan hasil indeks maqasid, itu jelas menunjukkan
bahwa BMI menjadi nyata dari kinerja tertimbang
tertinggi.
Antonio, dkk
(2012)
Hasil analisis dari pengukuran menggunakan kinerja
maqasid syariah index menunjukan bahwa hasil
penelitian untuk saat ini, kinerja perbankan syariah di
Indonesia adalah lebih baik dari pada kinerja perbankan
islami di Yordania.
Pengukuran
yang sama
dengan bank
konvensional
dan tidak
menggunakan
Maqasid
syariah Index
(MSI) sebagai
alat mengukur
kinerja
Musri dan
Rama (2015)
Hail penelitian menunjukan bahwa bank syariah maupun
bank konvensional masih sepenuhnya didorong oleh
pertimbangan mencari keuntungan atau profit motive
dalam keputusan mereka untuk memilih sistem layanan
perbankan.
Jaka Susila
(2016)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bank syariah tidak
memiliki perbedaan dengan perbankan konvensional,
kecuali pada produk perbankan syariah dimana produk
perbankan yang mengandung rasa keadilan dan solusi
yang ditawarkan adalah pembebasan segala perhitungan
dari rate-interest.
17
17
perbankan
syariah
Rosiana dan
Triaryati
(2016)
Hasil penelitian menunjukan bahwa bank konvnsional
lebih baik kinerjanya di bandingkan dengan kinerja bank
syariah dilihat dari rasio ROA dan BOPO.
Sumber: Jurnal diolah, 2017
Berdasarkan latar belakang dan research gap yang telah di
uraikan di atas, penulis tertarik melakukan penelitian tentang
“ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA PERBANKAN
SYARIAH BERDASARKAN KONSEP MAQASID SYARIAH
INDEX (MSI) DI INDONESIA DAN PAKISTAN PERIODE 2007-
2016”.
18
18
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belang diatas, dapat diketahui bahwa
permasaahan dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah terdapat perbedaan kinerja berdasarkan nilai indeks Maqasid
Syariah Index (MSI) antara perbankan syariah di Indonesia dengan
perbankan syariah di Pakistan selama tahun 2007-2016?
2. Rasio kinerja maqasid syariah index manakah yang memiliki nilai
paling tinggi untuk tujuan pertama yaitu pendidikan individu pada
perbankan syariah di Indonesia dan Pakistan selama tahun 2007-
2016?
3. Rasio kinerja maqasid syariah index manakah yang memiliki nilai
paling tinggi untuk tujuan yang kedua yaitu menetapkan keadilan
pada perbankan syariah di Indonesia dan Pakistan selama tahun
2007-2016?
4. Rasio kinerja maqasid syariah index manakah yang memiliki nilai
paling tinggi untuk tujuan yang ketiga yaitu kepentingan masyarakat
pada perbankan syariah di Indonesia dan Pakistan selama tahun
2007-2016?
19
19
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang hendak dicapai dari peneliti ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk menguji apakah terdapat perbedaan kinerja nilai Maqasid
Syariah Index (MSI) dan membandingkan nilai MSI antara perbankan
syariah di Indonesia dan bank syariah di Pakistan selama tahun 2007-
2016.
2. Untuk mengetahui rasio kinerja maqasid syariah index manakah yang
memiliki nilai paling tinggi untuk tujuan pertama yaitu pendidikan
individu pada perbankan syariah di Indonesia dan Pakistan selama
tahun 2007-2016.
3. Untuk mengetahui rasio kinerja maqasid syariah index manakah yang
memiliki nilai paling tinggi untuk tujuan yang kedua yaitu menetapkan
keadilan pada perbankan syariah di Indonesia dan Pakistan selama
tahun 2007-2016.
4. Untuk mengetahui rasio kinerja maqasid syariah index manakah yang
memiliki nilai paling tinggi untuk tujuan yang ketiga yaitu
kepentingan masyarakat pada perbankan syariah di Indonesia dan
Pakistan selama tahun 2007-2016.
20
20
D. Manfaat Penelitian
Setelah penelitian ini selesai dilakukan, diharapkan akan
memberikan manfaat bagi berbagai pihak, diantaranya adalah:
1. Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawaan dan ilmu tentang
pengukuran menggunakan maqasid syariah index (MSI) sehingga
dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh didalam dunia kerja.
Selain itu, penelitian ini juga sebagai pemenuhan salah satu syarat
dalam menyelesaikan Program Studi Strata-1 Jurusan Perbankan
Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam di IAIN Salatiga.
2. Bagi Pihak Nasabah
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi tamabahan
kepada nasabah yang menggunakan layanann jasa dan produk
perbankan syariah di Indonesia dan Pakistan.
3. Bagi Pihak Perbankan Syariah
Peneliti ini diharpkan menjadi bahan acuan dalam mengukur kinerja
perbankan syariah di Indonesia dan Pakistan, tidak hanya dari segi
keuangan tetapi juga dari segi pelaksanaan maqasid syariah yang di
tinjau dari syariah maqasid index (SMI).
21
21
4. Bagi Para Pembaca (Umum)
Diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi peneliti yang sedang
melakukan penelitian terkait dengan pengkuran kinerja perbankan
syariah di tinjau dari pelaksanaan maqasid syariah mengunakan
indikator maqasid syariah index (MSI).
E. Sistematika Penulisan
Perumusan sistematika ini untuk memberikan gambaran yang jelas
mengenai materi pembahasan dalam penelitian sehingga dapat
mempermudah pembaca untuk mengetahui maksud dilakukannya
penelitian ini.
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
dan kegunaan penelitian serta sistematika penulisan. Dalam bab ini
diuraikan latar belakang keputusan mahasiswa yang dipengaruhi oleh
pengetahuan, fasilitas, lokasi dan kepercayaan. Selain itu juga diuraikan
mengenai rumusan permasalahan yang dijadikan dasar dari penelitian ini.
22
22
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini berisikan landasan teori yang berupa penjabaran teori-teori
yang mendukung perumusan hipotesis serta sangat membantu dalam
analisis hasil-hasil penelitian lainnya. Di dalamnya juga terdapat hasil
dari penelitian-penelitian terdahulu yang mendukung penelitian ini. Bab
ini juga menjelaskan tentang kerangka pemikiran yang diteliti serta
hipotesis yang timbul dari pemikiran tersebut.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini berisikan deskripsi bagaimana penelitian ini dilakukan
secara operasional. Oleh karena itu, dalam bab ini dijelaskan jenis dan
lokasi penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, skala
pengukuran yang digunakan serta metode analisis yang digunakan.
BAB IV ANALISIS DATA
Bab ini berisikan deskripsi dari obyek yang dipilih untuk
penelitian dan hasil dari analisis data. Dalam bab ini dibahas hasil
penelitian yang telah dianalisis dengan metode penelitian yang ditentukan
sebelumnya dengan pembahasan yang detail dan mendalam.
23
23
BAB V PENUTUP
Bab ini berisikan kesimpulan yang diperoleh dari pembahasan
yang telah dilakukan sebelumnya serta saran kepada pihak-pihak yang
berkepentingan terhadap hasil penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
24
24
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Telaah Pustaka
Penelitian terdahulu sangat penting sebagai dasar pijakan dalam
rangka penyusunan suatu penelitian. Kegunaan penelitian terdahulu
yaitu: untuk mengetahui hasil yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu
sekaligus sebagai perbandingan dan gambaran yang dapat mendukung
kegiatan penelitian selanjutnya. Adapun penelitian terdahulu yang
berkaitan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:
Evaluasi kinerja perbankan syariah dengan maqasid syriah index
pertama kali dilakukan oleh Mustafa Omar Mohammed, Dzuljastri (2008)
melalui sebuah penelitian yang berjudul “The Performance Measures of
Islamic Banking Based on the Maqashid Framework”. Konsep maqasid
syariah index dikembangkan dengan metode SAW (The Simple Additive
Weighting). terdapat enam perbankan syariah yang diambil sebagai
sampelnya, yaitu Bank Muamalat Malaysia, Islamic Bank Bangladesh,
Bank Syariah Mandiri (Indonesia), Bahrain Islamic Bank, Islamic
International Arab Bank (Jordan), dan Sudanese Islamic Bank (Sudan).
Ke enam perbankan syariah tersebut diteliti dalam periode 2000-2005.
25
25
Variabel yang digunakan mengacu pada teori maqasid syariah yang
digagas Abu Zahrah, meliputi educating individual, establishing justice,
dan promoting welfare. Variabel tersebut dioperasionalkan dengan
metode. Sekaran, sehingga didapatkan 10 rasio yang kemudian menjadi
performance indicator. Dari 10 rasio tersebut, Mustafa hanya
menggunakan 7 rasio untuk penelitiannya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada satu pun dari ke
enam bank yang mampu mewujudkan kinerja dengan nilai tinggi untuk
ketujuh rasio yang diujikan. Artinya, perbankan syariah membutuhkan
evaluasi ulang tujuan perbankan mereka agar sesuai dengan maqasid
syariah. Berdasarkan ranking, didapatkan bahwa IIABJ Jordan
menduduki peringkat pertama, disusul oleh BSM Indonesia, Bahrain
Islamic Bank, Islamic Bank Bangladesh, Bank Muamalat Malaysia, dan
terakhir Sudanese Islamic Bank.
Dalam penelitian lain yang berjudul “Testing the Performance
Measured Based on Maqashid al-Shariah (PMMS) Model on 24 Selected
Islamic and Conventional Banks”, Mustafa Omar Mohammed dan
Fauziah Md. Taib (2009) menganalisis kinerja perbankan syariah selama
periode 2000-2005 dan membandingkannya dengan perbankan
konvensional. Metode analisis yang digunakan adalah Mann-Withney U-
Test dan SAW (The Simple Additive Weighting). Terdapat dua model
yang digunakan, pertama yaitu PMMS yang terdiri dari 10 rasio dengan
26
26
variabel yang mengacu pada teori maqasid syariah Abu Zahrah
sebagaimana disebutkan sebelumnya. Model kedua yaitu model CBPM,
yang terdiri dari tiga rasio keuangan, yaitu Return on Assets (ROA), Net
Interest Income (NII), dan Liquidity (LIQ).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja perbankan syariah
yang diukur dengan model PMMS untuk variabel maqsid syariah
menduduki peringkat yang lebih tinggi daripada perbankan konvensional.
Sedangkan untuk model CBPM, kinerja perbankan syariah untuk variabel
ROA dan NII lebih rendah daripada perbankan konvensional. Namun,
kinerja perbankan syariah untuk variabel LIQ lebih tinggi daripada
perbankan konvensional. Dengan kata lain, perbankan syariah memiliki
rasio likuiditas yang lebih tinggi daripada perbankan konvensional.
Mughess (2008) di dalam penelitiannya yang berjudul The Recent
Financial Growth of Islamic Banks and Their Fulfillment of Maqashid al
–shari‟ah and Gap Analysis menganalisis mengenai pertumbuhan dan
kinerja tiga bank syariah yaitu Meezan Bank Pakistan, Bank Islam
Malaysia dan Emirates Bank Uni Emirat Arab dengan mengambil
variabel maqashid sharia index. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
dari keseluruhan bank dengan Grind Matrix menghasilkan peringkat C.
Hal ini berarti bahwa terdapat pertumbuhan yang cepat dalam aspek
keuangannya, akan tetapi terdapat kekurangan dalam pencapaian pada
prinsip maqashid shariah.
27
27
Penelitian serupa juga dilakukan oleh Thuba Jazil dan Syahruddin
(2013) dalam penelitian yang berjudul “The Performance Measures of
Selected Malaysian and Indonesian Islamic Banks Based on the
Maqashid al-Shariah Approach”. Penelitian Thuba Jazil menggunakan
pendekatan PMMS, langkah-langkah kinerja yang dipilih tiga bank Islam
Indonesia yaitu Bank Muamalat Indonesia (BMI), Bank Syariah Mandiri
(BSM) dan Bank Mega Syariah (BMS) dan juga memilih tiga bank Islam
Malaysia yaitu RHB bank Islam (RHBiB) , CIMB Bank Islam (CIMBiB)
dan Bank Islam (BIS) selama periode 2007- 2011.
bank dievaluasi dan peringkat pada tiga tingkatan berdasarkan
mereka: 1) rasio kinerja, 2) indikator kinerja dan 3) indeks maqashid
keseluruhan. Berdasarkan hasil indeks maqasid, itu jelas menunjukkan
bahwa BMI menjadi nyata dari kinerja tertimbang tertinggi. Oleh karena
itu, menurut indeks maqashid, kinerja tertinggi tidak lebih dari 35%.
Selanjutnya, terendah adalah 17,18% terjadi di CIMBiB. Dengan
demikian, berdasarkan hasil ini, bank-bank Islam didorong untuk
meninjau kembali tujuan dan ukuran kinerja IB berdasarkan maqashid
assyariah framework.
Yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya
terletak pada objek dan periode penelitian. Penelitian ini menganalisis
kinerja PT BPRS Jabal Nur sebagai objek penelitan. Sedangkan periode
penelitian dilakukan dalam kurun 2010-2014. Model maqasid syariah
28
28
index yang digunakan seluruhnya mengadopsi model maqasid syariah
index yang digagas oleh Mustafa.
Penelitian yang di lakuan oleh Wasyith (2017) dalam
penelitiannya yang berjudul Beyond Banking: Revitalisasi Maqāṣid dalam
Perbankan Syariah. Penelitian ini memberikan gambaran bahwa kajian
genuine maqāṣid yang digali dari khazanah keilmuan Islam, dapat
diaplikasikan dalam ranah penelitian kontemporer, khususnya bidang
garap ekonomi Islam, seperti tercermin dari konsep maqāṣid Muhammad
Abu Zahrah dan Abdul Majid Najjar Karena itu, penelitian-penelitian
sejenis sangat diharapkan: sebuah ijtihad reflektif menjawab tantangan
kekinian dengan tetap memperhatikan akar dan tradisi keilmuan Islam.
Penelitian ini menggunakan informasi laporan tahunan perbankan Islam
dari tahun 2008- 2012. Sampel di dalam penelitian ini ditentukan dengan
ketersediaan laporan tahunan. Hasil kinerja pengukuran maqāṣid berbagai
bank tersebut berdasarkan ranking adalah: Indonesia (56.83%), Pakistan
(34.67%), Malaysia (33.53%), Turki (29.34%), Qatar 23.82%, dan UK
(11.44%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa revitalisasi konsep
maqāṣid Muhammad Abu Zahrah dan Abdul Majid Najjar dapat
digunakan untuk melakukan pengukuran kinerja perbankan syariah secara
lebih terukur.
29
29
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian
Research Gap :
Terdapat perbedaan hasil penelitian rasio kinerja perbankan syariah dengan
menggunakan maqashid sharia index (MSI) sebagai alat ukur.
Mustafa Omar
Mohammed dan
Dzuljastri (2008)
The Performance
Measures of Islamic
Banking Based on the
Maqashid
Framework
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
tidak ada satu pun dari keenam bank
yang mampu mewujudkan kinerja
dengan nilai tinggi untuk ketujuh rasio
yang diujikan.
Muhammed dan
Taib (2009)
Testing the PMMS
(Performance
Measured Based On
Maqashid Syariah )
Model on 24 Selected
Islamic and
Conventional Banks
Hasil penelitian ini menunjukkan
kinerja perbankan syariah diukur
dengan perbankan konvensional
dengan PMMS atau variabel maqashid
shariah lebih baik dari pada perbankan
kovensional.
Mughess (2008) The Recent Financial
Growth of Islamic
Banks and Their
Fulfillment of
Maqashid al –
shari‟ah and Gap
Analysis
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dari keseluruhan bank dengan Grind
Matrix menghasilkan peringkat C. Hal
ini berarti terdapat pertumbuhan yang
cepat dalam aspek keuangannya, akan
tetapi terdapat kekurangan dalam
pencapaian pada prinsip maqashid
shariah.
Thuba Jazil dan
Syahruddin
(2013)
The Performance
Measures of Selected
Malaysian and
Indonesian Islamic
Banks Based on the
Maqashid al-Shariah
Approach
Hasil indeks maqasid, itu jelas
menunjukkan bahwa BMI menjadi
nyata dari kinerja tertimbang tertinggi
Wasyith (2017) Beyond Banking:
Revitalisasi Maqāṣid
dalam Perbankan
Syariah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
revitalisasi konsep maqāṣid
Muhammad Abu Zahrah dan Abdul
Majid Najjar dapat digunakan untuk
melakukan pengukuran kinerja
perbankan syariah secara lebih terukur.
Sumber: Mohammed, dkk (2008), Muhammed dan Taib (2009), Mughess
(2008), Taib, dkk (2009), Thuba Jazil dan Syahruddin (2013), Wasyith
(2017).
30
30
B. Kerangka Teori
1. Maqasid Syariah
Perkataan maqasid berasal dari kata fi‟il thulathi (kata kerja
yang terdiri dari tiga huruf), yaitu َقَ قَ ق yang bermaksud menuju.
Maqasid adalah kata jamak dan kata tunggalnya adalah maqasid
dalam ilmu sorof adalah masdar mimi dan isim مق perkataan .(مق )
makan. Ia terbentuk dari kata wazan فْعِل dan wazan ini digunakan ( (مقَ
untuk member makna masa, tempat, dan masdar ( kata terbitan). Oleh
karena itu, ( مق) berarti tempat dituju ataupun masa dituju. ( مق)
juga bermaksud tujuan (Rahman, 2014: 4).
Menurut Jaya, kata maqasid merupakan bentuk jamak dari
kata ( مق) yang berarti maksud dan tujuan, sementara kata syariah
memiliki pengertian hukum-hukum Allah yang telah ditetapkan
sebagai pedoman kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
Sedangkan istilah maqasid syariah adalah tujuan-tujuan yang hendak
dicapai dari suatu penetapan hukum (Jaya, 1996 : 5).
Dalam menentukan persyaratan hukum, para ulama terdahulu
melalui satu aliran pemahaman yang hampir sama, mereka bersepakat
dalam memahami maqasid, yaitu mereka member penekanan terhadap
konsep menjaga kemaslahatan manusia dan menolak kemudharatan di
dunia dan akhirat sebagai konsep utama maqasid syariah. Berikut ini
31
31
antara lain definisi maqasid yang dikemukakan oleh para ulama
kontemporari:
a. Muhammad Thahir bin Asyur
Beliau mentakrifkan maqasid sebagai: “Makna dan hikmah yang
diperhatiakan oleh syarak dalam setiap keadaan pensyariatan atau pun
sebagian besarnya. Pemerhatiannya itu tidak hanya sebatas kepada
jenis tertentu dari pada hukum-hukum syarak”. Beliau turut
menyebutkan definisi yang sama di tempat lain, “ Ia adalah perbuatan
dan kelakuan yang mempunyai maksud dan tujuan pada zatnya. Jiwa
akan berusaha bersungguh-sungguh bagi mencapainya dengan
berbagai usaha dan menahan segala kesusahan demi melaksanakan
perintah Allah SWT.”
b. „Alal Al-Fasi
Beliau menyatakan, “Apa yang dimaksud dengan maqasid syariah
ialah tujuan-tujuan persyaratan dan rahasia yang Allah SWT tentukan
untuk setiap hukum.”
c. Dr. Muhammad Zuhaili
Beliau mentakrifkannya sebagai, “Tujuan, matlamat, keputusan,
serta maksud yang dibawa dan terkandung dalam hukum-hukum
syariat Islam. Ia (tujuan, matlumat, keputusan, dan maksud) adalah
perkara-perkara yang direalisasikan oleh syariah pada setiap masa dan
tempat.”
32
32
d. Dr. Muhammad Fathi Ad-Duraini
Beliau mentakrifkan maqasid sebagai, “Sesuatu yang tersembunyi
di sebalik ungkapan dan teks, yaitu syarat Islam umum dan khusus.”
Beliau turut berkata, “ Maslahah ialah tujuan syariat. Ia juga adalah
tujuan adanya hukum. Memandangkan hukum itu sendiri adalah
keadilan dalam syariat, saya berpendapat, keadilan itu adalah maslahah
yang realistik, benar, dan perlu diambil kira dalam setiap keputusan,
sama ada di peringkat individu maupun orang awam.”
e. Dr. Muhammad Uqlah
Beliau berkata,“Tujuan pensyariatan Islam (maqasid) adalah setiap
urusan mempunyai makna, hikmah, nilai yang bersifat tinggi syariat
Islam, diwujudkan bagi mencapainya menerusi nas-nas yang
menyebutkan berkenaannya, ataupun menerusi hukum-hukum yang
disyariatkan kepada manusia.”
f. Dr. Yusuf Al-Qaradhawi
Beliau pula mentakrifkannya, “maqasid syariah ialah mendatangkan
maslahah (kebaikan) kepada manusia dan menolak kemudharatan.”
g. Dr. Ahmad Ar-Raisuni
Beliau menyatakan, “maqasid syariah ialah tujuan yang ditentukan
oleh syariat, dan ia perlu dicapai demi kebaikan manusia.” Nuruddin
Al-Khadimi pula menyatakan, “ ia adalah maksud tersitat yang dapat
dilihat pada hukum-hukum syarak dan mempunyai kesan kepada
33
33
hukum-hukum itu, sama ada maksud itu hikmah yang berbentuk
umum, maslahah yang bermaksud khusus, atupun tanda-tanda ringkas
Maksud-maksud itu tertakluk kepada tujuan yang satu, yaitu .(ٳجمالية)
pengakuan Allah SWT sebagai Tuhan dalam mencapai maslahah
manusia di dunia dan akhirat.”
Kesimpulannya, istilah maqasid syariah ialah pengertian yang
diberikan oleh „Alal Al-Fasi dan Ar-Raisuni karena maksudnya jelas.
Pilihan kata (الٔاسرار) (rahasia) sebagai ganti perkataan (الحکم)
(hikmah). Ini karena, perkataan (الٔاسرار) lebih selalu digunakan, selain
maksudnya lebih jelas. Penggunaan perkataan yang jarang digunakan
akan menimbulkan kekeliruan. maka, lebih baik menggantinya dengan
perkataan yang lebih mudah. Perkataan maslahah manusia itu lebih
baik karena hal itu lebih menyeluruh tanpa perlu menyebutkan
mendapatkan maslahah dan menolak kemudharatan di dunia dan
akhirat (Rahman, 2014:12- 15).
Menurut Sholihin, maqasid syariah yaitu berupa pemeliharaan
terhadap: akidah, keimanan dan ketakwaan (dien), intelek („aql),
keturunan (nasl), jiwa dan keselamatan (nafs) dan harta benda (mal).
Prinsip keseimbangan (tawazun) esensinya meliputi keseimbangan
aspek material dan spiritual, aspek privat dan publik, sektor keungan
dan sektor riil, bisnis dan social, dan keseimbangan aspek pemanfaatan
dan pelestarian. Transaksi syariah tidak hanya menekankan pada
34
34
maksimalisasi keuntungan perusahaan semata untuk kepentingan
pemilik (shareholder). Sehingga manfaat yang didapatkan tidak hanya
berfokuskan pada pemegang saham, tetapi pada semua pihak yang
dapat merasaakan manfaat adanya suatu kegiatan ekonomi (Sholihin,
2010:103).
Asy-Syatibi menyebutkan berkenaan syarat-syarat mujtahid,
yaitu mereka yang mempunyai dua sifat yang pertama memahami
maqasid syariah, yang kedua mampu mengistinbat hukum berdasarkan
pemahamannya kepada maqasid. Asy-Syatibi adalah ulama pertama
yang menyebutkan syarat-syarat mujtahid secara jelas memandangkan
kepentingan yang terdapat padanya. Sungguh pun begitu, sudah ramai
fuqaha sebelumnya yang menyebutkan perihal kepentingan ilmu ini
untuk mujtahid. Tetapi, mereka tidak menyebutkannya secara jelas
dalam syarat-syarat mujtahid. Ibdu A‟syur mengatakan: “Maqasid
syariah adalah perkara yang wajib diberi perhatian.”
Ibnu Al-Athir menyatakan bahwa “Syariat ialah jalan hidup
yang Allah SWT letakkan dan wajibkan kepada manusia. Dalam
bahasa Arab, ia dikatakan َرق رقَ , ع قَ ع ارفھوا ع رع هٰم قَ mensyariatkan
adalah fiil madhi, اع ر syara‟ ialah kata terbitan dan pelakunya di
sebut ع ار (pembuat syariat).” Ungkapan-ungkapan dia atas adalah
pengertian syariat secara umum.Adapun sekiranya kita gabungkan ia
35
35
dengan maqasid (maqasid syariah), maksudnya menjadi: “ Tujuan
syari‟ di sebalik persyariatan hukum.” (Rahman, 2014: 97- 98).
Maqasid Asy-syai‟ah adalah tujuan atau rahasia yang
ditetapkan oleh Syari‟ (pembuat hukum) pada setiap hukum dari
hukum-hukum syari‟ah. Menurut „Alal al-Fasi, maqasid Asy-syai‟ah
adalah tujuan akhir yang ingin dicapai oleh syari‟ah rahasia-rahasia di
balik setiap ketetapan hukum syari‟ah. Abdul Wahab Khalaf
menyimpulkan bahwa tujuan syari‟ah adalah untuk membawa manusia
kepada kebahagiaan dunia dan akhirat. Konsep maqasid Asy-syai‟ah
merupakan lanjutan dari konsep maslahah, menurut syara‟ dibagi
menjadi tiga, yaitu maslahah mu‟tabarah (diukungan oleh syara‟),
maslahah mulghah (ditoak syara‟), maslahah mursalah (tidak
didukung dan tidak ditolak syara‟, namun didukung oleh sekumpulan
makna nash (Al- Qur‟an dan Al-Hadits) (Ismanto, 2016: 125-126).
Menurut Fazlurrahman menjelaskan maqasid adalah
kesengajaan atau tujuan, sedangkan syariah adalah jalan menuju
sumber air, dapat juga dikatakan sebagai jalan ke arah sumber pokok
kehidupan. Imam al-Syatibi menyatakan bahwa tujuan syariah adalah
kemaslahatan umat manusia, artinya bahwa tidak satu pun hukum
Allah yang tidak mempunyai tujuan, karena hukum yang tidak
mempunyai tujuan sama dengan membebankan sesuatu yang tidak
36
36
dapat dilaksanakan. Urgensi pentingnya maqasid syariah berdasarkan
atas beberapa pertimbangan, yaitu:
a. Hukum Islam adalah hukum yang bersumber dari wahyu Tuhan
dan diperuntukkan bagi umat manusia, sehingga akan selalu
berhadapan dengan perubahan sosial.
b. raktik maqasid syariah secara historis, sudah pernah dilakukan
oleh Rasulullah SAW, para sahabat, dan generasi mujtahid.
c. Pengetahuan serta pemahaman tentang maqasid syariah merupakan
kunci keberhasilan mujtahid dalam ijtihad, karena di atas landasan
tujuan hukum itulah setiap persoalan dalam bermuamalah
antarsesama manusia dapat dikembalikan.
Merujuk pada kemaslahatan, maka dapat diartikan sebagai
segala sesuatu yang menyangkut rezeki manusia, pemenuhan
penghidupan manusia, dan perolehan apa-apa yang dituntut oleh
kualitas-kualitas emosional dan intelektualnya, dalam pengertian yang
mutlak. Adapun yang dijadikan tolok ukur untuk menentukan baik
buruknya (manfaat dan kerusakan) sesuatu yang dilakukan dan yang
menjadi tujuan pokok pembinaan pokok hukum adalah apa yang
menjadi kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia (Fazlurrahman,
1984: 140).
Tuntutan kebutuhan manusia dikelompokkan berdasarkan pada
tingkat kebutuhan dan skala prioritasnya, menurut Al-Ghazali ada tiga
37
37
kategori tingkatan kebutuhan itu yaitu daruriyah (kebutuhan primer),
hijiyah (kebutuhan sekunder), dan tahsiniyah/takmiliyyah (kebutuhan
tersier) (Ismanto, 2016: 127). Al-Ghazali memanfaatkan konsep
maqashid sebagai dasar bagi beberapa aturan dalam Islam. Maqashid
syariah dikembangkan berdasarkan tiga faktor utama yaitu pendidikan
individu, penciptaan keadilan dan pencapaian kesejahteraan, dimana
tiga faktor ini sesuai dengan tujuan maqashid shariah yaitu mencapai
kesejahteraan dan menghindari keburukan (Jaya, 1996 : 5).
2. Maqasid Syariah Index (MSI)
Menurut Muhammad Abu Zahrah, menyebutkan ada tiga
sasaran atau tujuan khusus syariah yang harus dituju, yaitu:
a. Untuk Penyucian jiwa, yaitu melalui pelaksanaan ibadah
mahdah yang dirumuskan dalam arkanul-Islam dan bersifat
vertikal sekaligus horizontal, maupun melalui pelaksanaan
ibadah umum yang bersifat horizontal yang tidak dilepaskan
pula dengan ibadah mahdah yang bersifat vertikal.
b. Untuk menegakkan keadilan dalam masyarakat, baik sesama
muslim maupun dengan non-muslim.
c. untuk menciptakan maslahat yang hakiki di dunia dan akhirat.
Kemaslahatan umum yang berasal dari pendapat Imam Malik
itu kemudian dirincikan oleh Imam Al-Gazali dalam al-
38
38
maqasid asy-syar‟iyyah yang kemudian dikembangkan oleh
para pakar usul fiqih dan fuqaha, antara lain Abu Ishaq Asy-
Syatibi dan Muhammad Abu Zahrah (Djubaedah, 2009: 95-96)
Menurut pendapat Thuba Jazil dan Syahruddin pendapat Abu
Zahrah dalam bukunya Ushul Fiqh hadir dengan bentuk yang lebih
halus dari tujuan spesifik al-syari'ah. Thuba Jazil dan Syahruddin
mengklasifikasikan ke dalam tiga bidang, yaitu
a. Tahdhib al-fard (mendidik individu)
b. Iqamah al-'Adl (menegakkan keadilan)
c. Jalb al-maslahah (mempromosikan kesejahteraan)
Ketiga bidang tersebut yang digagas oleh Zahrah tersebut
merupakan embrio maqasid syariah index di perbankan syariah. Dari
klasifikasi tersebut, maka penelitian ini harus menggunakan yang
paling dekat pendekatan untuk melakukan pengukuran dengan
menggunakan konsep maqasid syariah index, untuk menggukur
kinerja perbankan syariah (Jazil dan Syahruddin, 2013: 284-285).
3. Pengukuran Kinerja Bank Syariah
Kinerja (performance) adalah hasil kerja atau prestasi kerja
seseorang dalam suatu organisasi, baik organisasi pemerintah maupun
swasta. Yuchtman dan Seashore (1967) mendefinisikan kinerja sebagai
kemampuan suatu organisasi yang memanfaatkan lingkungannya untuk
39
39
mengakses sumber-sumber daya yang terbatas. Lebih lanjut Yuchtman
dan Seashore menjelaskan kinerja adalah sebuah pengukuran yang
mencangkup persepsi dari berbagai stakeholder dalam organisasi.
Pengukuran tersebut mencangkup keberhasilan pekerjaan dan mencapai
tujuan organisasi. Gruneberg (1979) menyatakan bahwa, kinerja
merupakan perilaku yang diperagakan secara aktual oleh individu
sebagai respos pada pekerjaan yang diberikan kepadanya yang dilihat
atas dasar hasil kerja, derajat kerja dan kualitas kerja (Bahua, 2016: 51)
Pengukuran kerja adalah pengukuran yang dilakukan terhadap
sebagai aktivitas dalam rantai nilai yang ada pada perusahaan. Hasil
pengukuran tersebut kemudian digunakan digunakan sebagai umpan
balik yang akan memberikan informasi tentang prestasi pelaksanaan
suatu rencana dan titik di mana perusahaan merupakan penyesuaian-
penyesuaian atas aktivitas perencanaan dan pengendalian (Yuwono
dkk,2016: 23).
Belows (1961) mendefinisikan penilain kinerja adalah suatu
pengukuran periodik atas hasil kerja seorang karyawan pada suatu
organisasi, dilakukan oleh atasnnya atau seseorang yang ditunjuk untuk
mengamati atau menilai prestasi karyawan. Beach (1970)
mendefinisikan penilaian kinerja adalah sebuah penilaian sistematis atas
prestasi seorang karyawan dan potensinya untuk pengembangan
organisasi (Bahua, 2016: 54).
40
40
Mengukur kinerja bank syariah memang perlu untuk bisa
dideteksi masalah dan mengatasi kekhawatiran tentang keamanan dan
kesehatan investasi deposan, manajer, dan regulator sama. Hal ini sangat
penting bagi para manajer menentukan posisi keuangan lembaga mereka
dibandingkan dengan kompetisi mereka atau tolok ukur industri, serta
mengevaluasi seberapa efektif keputusan yang diambil sebelumnya
mempengaruhi bank. Pengukuran kinerja bank syariah juga membantu
syariah Dewan Pengawas dan regulator lainnya untuk mengetahui
kinerja bank dan pastikan hanya informasi yang transparan dan jelas
yang tersedia dan digunakan. Sehingga dapat membantu para investor
untuk mengidentifikasi peluang dan peluang investasi dan memastikan
yang terbaik keputusan tentang penggunaan dana diambil (Badreldin,
2009: 2).
Zahrah dalam bukunya Ushul Fiqh hadir dengan bentuk yang
lebih halus dari tujuan spesifik al-syari'ah. Thuba Jazil dan Syahruddin
mengklasifikasikan ke dalam tiga bidang, yaitu
a. Tahdhib al-fard (mendidik individu)
b. Iqamah al-'Adl (menegakkan keadilan)
c. Jalb al-maslahah (mempromosikan kesejahteraan)
Ketiga bidang tersebut yang digagas oleh Zahrah tersebut
merupakan embrio maqasid syariah index di perbankan syariah (Jazil
dan Syahruddin, 2013: 284-285). Menurut Mohammed dkk, (2008)
41
41
Education the individual pada tujuan pertama maksudnya adalah bank
syariah sudah seharusnya melakukan pengembangan pengetahuan dan
keahlian pada individu sehingga nilai-nilai spiritual meningkat. Dalam
hal ini, agar setiap muslim bisa menjadi sumber kebaikan bukan sumber
keburukan bagi masyarakat di lingkungannya. Untuk itu pendidikan ini
terbagi menjadi dua, yaitu pendidikan bagi pihak internal dan eksternal
bank syariah. Dalam hal ini, dimana Pendidikan atau Beasiswa,
Research (Penelitian), dan Training (Pelatihan) merupakan bagian
pendidikan yang dilakukan bank syariah bagi karyawan (Internal) dan
Publicity (Iklan) merupakan edukasi atau pendidikan bagi masyarakat
(Eksternal).
Tujuan yang kedua adalah keadilan (justice). Perbankan syariah
seharusnya harus memastikan kejujuran dan keadilan dalam setiap
transaksi dan aktivitas bisnis yang tercakup dalam produk, pricing, dan
ketentuan-ketentuan kontrak. Di samping itu, seluruh akad-akad harus
bebas dari unsur-unsur ketidakadilan seperti maysir, gharar, dan riba.
Oleh sebab itu maka, variabel yang kedua ini terbagi menjadi tiga rasio,
yaitu Fair Return, Funcional Distribution, dan Interest free Product
Tujuan yang ketiga adalah Maslahah (Kesejahteraan). Bank
syariah seharusnya dapat mengembangkan proyek-proyek investasi dan
jasa sosial untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Karena
Maslahah (kesejahteraan) merupakan aspek penting bagi kehidupan
42
42
manusia, sehingga aspek ini turut menjadi perhatian yang utama
khususnya dalam industri perbankan syariah. Maslahah (Kesejahteraan)
ini juga selain memberikan manfaat bagi masyarakat, juga memberikan
manfaatnya pada bank syariah itu sendiri. Selanjutnya maka, variabel
yang ketiga ini terbagi menjadi tiga rasio, yaitu Profit Return, Personal
Income Transfer (Zakat), dan Investment In Real Sector (Al Ghifari dkk,
2015: 53-54). Ketiga tujuan perbankan tersebut kemudian secara
operasional didefinisikan menjadi unsur-unsur yang dapat diamati,
terukur melalui metode Sekaran (Jazil dan Syahruddin, 2013: 289).
Metode Sekaran digunakan untuk mendefinisikan secara operasional
ketiga tujuan perbankan syariah ke dalam item-item yang terukur
sehingga membentuk sebuah index pengukuran yang disebut maqasid
syariah index.
Agar dapat mengoperasionalkan atau secara operasional
mendefinisikan sebuah konsep untuk membuatnya bisa diukur, maka
dilakukan dengan melihat pada dimensi perilaku, aspek atau sifatnya
yang ditunjukkan oleh sebuah konsep. Kemudian diterjemahkan ke
dalam elemen yang dapat diamati dan diukur sehingga dapat
menghasilkan suatu indexs pengukuran konsep tersebut (Sekaran, 2006:
4). Menurut Mustafa dkk, terjemahkan ketiganya menjadi tiga langkah.
Dimana masing-masing tujuan atau konsep (C) mereka diterjemahkan
ke dalam karakteristik atau dimensi yang luas (D) dan akhirnya menjadi
43
43
perilaku atau elemen terukur (E). Akibatnya, berdasarkan literatur, tiga
(3) tujuan yang luas diterjemahkan ke dalam 9 dimensi dan 10 elemen,
yang diukur secara individual oleh Rasio sepuluh yang sesuai berasal
dari laporan tahunan masing-masing bank (Jazil dan Syahruddin, 2013:
289).
Gambar 2.1 Konsep Operasionalisasi Sekaran
Dalam menggunakan metode oprasionalisasi Sekaran tersebut,
maka konsep maqasid syariah dari Zahrah dan diterjemahkan oleh
Mohammed & Taib (2010) adalah sebagai berikut :
Konsep
D
D D D D
E E
E E
44
44
Tabel 2.2
Konsep Operasionalisasi Metode Sekaran yang Dirumuskan di dalam
Peneliti Mohammed dan Taib (2010)
Tujuan
Syariah
Dimensions (D) Elements
(E)
Rasio Kinerja Source
of Data
1. Tahzib Al-
Fard (Educating
Individual)
D1.
Advancement
Knowledge
E1. Education
Grant
R1. Education Grant/
Total Expense
Annual
report
E2. Research R2. Research
Expense/ Total
Expense
Annual
report
D2. Instilling
New Skill and
Improvement
E3. Training R3. Training
Expense/ Total
Expense
Annual
report
D3. Creating
Awareness of
Islamic Banking
E4. Publicity R4. Publicity
Expense/ Total
Expense
Annual
report
2. Iqamah Al-
„Adl
(Establishing
Justice)
D4. Fair
Returns
E5. Fair
Returns
R5. Profit
Equalization
Reserver (PER)/ Net
or Investment Income
Annual
report
D5. Cheap
Products and
Services
E6. Functional
Distribution
R6. Mudharabah and
Musyarakah Modes/
Total Investment
Mode
Annual
report
D6. Elimination
of Injustices
E7. Interest
free Product
R7. Interest Free
Income/ Total Income
Annual
report
3. Jalb al
Muslahah
(Public Interest)
D7. Profitability
of Bank
E8. Profit
Ratios
R8. Net Income/
Total Asset
Annual
report
D8.
Redistribution
of Income and
Wealth
E9. Personal
Income
R9. Zakah Paid/ Net
Income
Annual
report
D9. Investment
in Real Sector
E10.
Investment
Ratios in Real
Sector
R10. Investment in
Real Economic
Sectors/ Total
Investment
Annual
report
Sumber: Mohammed dan Taib (2010)
45
45
Menurut Jazil dan Syahruddin (2013:293) langkah selanjutnya
agar mendapatkan rasio tertimbang untuk tiga tujuan di atas, Mustafa,
dkk, menggunakan dua cara yang keduanya berbentuk kuesioner dan
wawancara dimana dikirim ke ahli syari'ah dari tengah timur dan
Malaysia yang berpengalaman baik dalam bidang Islam maupun
konvensional bank. Bobot rata-rata yang diberikan oleh para ahli
ditawarkan dalam tabel 2.3 di bawah:
Tabel 2.3
Konsep Operasionalisasi Metode Sekaran yang Dirumuskan oleh Mohammed
dan Taib (2010)
Tujuan
Syariah
Bobot
(Weighting)
Rata-rata
(100%)
Elemen (E)
Bobot
(Weighting)
Rata-rata
(100%)
1. Tahzib Al-
Fard (Educating
Individual)
30
E1. Education Grant 24
E2. Research 27
E3. Training 26
E4. Publicity 23
Total 100
2. Iqamah Al-
„Adl
(Establishing
Justice)
41
E5. Fair Returns 30
E6. Functional Distribution 32
E7. Interest free Product 38
Total 100
3. Jalb al
Muslahah
(Public Interest)
29
E8. Profit Ratios 33
E9. Personal Income 30
E10. Investment Ratios in Real
Sector
37
Total 100
Total 100
Sumber: Mohammed dan Taib (2010)
46
46
4. Perbankan Syariah
Islam adalah suatu dien ( way of life) yang praktis,
mengajarkan segala yang baik dan bermanfaat bagi manusia, dengan
mengabaikan waktu, tempat atau tahap-tahap perkembangannya.
Selain itu, Islam adalah agama fitrah, yang sesuai dengan dasar
manusia (human nature).
keungan dan perbankan dapat dipandang sebagai wahana bagi
masyarakat moderen untuk membawa mereka kepada, paling tidak,
pelaksanaan dua ajaran Al-Quran yaitu:
a) Prinsip at-Ta‟awun, yaitu saling membantu dan saling bekerja
sama di antara anggota masyarakat untuk kebaikan, sebagaimana
dinyatakan dalam A-Quran:
“… Tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat
dosa dan pelanggaran …” (QS Al- Ma‟idah: 2).
b) Prinsip menghindari Al-Iktinaz, yaitu menahan uang (dana ) dan
memberikannya menganggur (idle) dan tidak berputar dalam
transaksi yang bermanfaat bagi masyarakat umum, sebagaimana
dinyatakan di dalam Al-Quran:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesama dengan jalan batil, kecuali dengan jalan
47
47
perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu
…” ( QS An-Nisa: 29) (Arfin, 2009: 14-15).
Dalam beberapa hal, bank konvensional dan bank syariah
memiliki persamaan, terutama dalam sisi teknis penerimaan uang,
mekanisme transfer, teknologi computer yang digunakan, syarat-syarat
umum memperoleh pembiayaan seperti KTP, NPWP, proposal,
laporan keuangan, dan sebagaaianya. Akan tetapi, terdapat banyak
perbedaan mendasar di antara keduanya. Perbedaan itu menyangkut
aspek legal, struktur organisasi, usaha yang dibiyayai, dan lingkungan
kerja sebagai berikut:
a. Akad dan Aspek Legalitas
Dalam bank syariah, akad yang dilakukan memiiki
konsekuensi duniawi dan ukhrawi karena akad yang dilakukan
berdasarkan hukum islam. Seringkali nasabah berani melanggar
kesepakatan/ perjanjian yang telah dilakukan bila hukum itu hanya
berdasarkan hukum positif belaka, tetapi tidak demikian bila
perjajnian tersebut memiliki pertanggung jawaban hingga yaumil
qiyamah nanti. Setiap akad dalam perbankan syariah, baik dalam
hal barang, pelaku transaksi, maupun ketentuan lainnya, harus
memenuhi ketentuan akad, seperti :
1. Rukun: adanya penjual, pembeli, barang, harga, akad/ijab-
qabul.
48
48
2. Syarat: barang dan jasa harus halal segingga transakasi atas
barang dan jasa yang haram menjadi batal demi hukum syariat,
harga barang dan jasa harus jelas, tempat penyerahan (delivery)
harus jelas karena akan berdampak pada biaya transportasi,
barang yang ditransaksikan harus sepenuhnya dalam
kepemilikan dan tidak boleh menjual sesuatu yang belum
dimiliki atau dikuasai seperti yang terjadi pada transaksi short
sale dalam pasar modal.
b. Lembaga Penyelesaian Sengketa
Berbeda dengan perbankan konvensional, jika pada
perbankan syariah terdapat perbedaan atau perselisihan antara bank
dan nasabahnya, kedua belah pihak tidak menyelesaikannya di
pengadilan negeri, tetapi menyelesaikanya sesuai tata cara dan
hukum materi syariah . Lembaga yang mengatatur hukum materi
dan atau berdasrkan prinsip syariah di Indonesia dikenal dengan
nama Badan Abitrase Muamalah Indonesia atau BAUMI yang
didirikan secara bersama oleh kejaksaan Agung Republik
Indonesia dan Majelis Ulama Indonesia.
c. Stuktur Organisasi
Bank syariah dapat memiliki struktur yang sama dengan
bank konvensional, misalnya dalam hal komisaris dan direksi,
tetapi unsur amat membedakan antara bank syariah dan bank
49
49
konvensional adalah keharusan adanya. Dewan Pengawas Syariah
yang bertugas mengawasi operasional bank dan produk-produknya
agar sesuai denngan garis-garis syariah.Dewan pengawas syariah
biasanya diletakkan pada posisi setingkat Dewan Komisaris pada
setiap bank. Hal ini untuk menjamin efektivitas dari setiap opini
yang diberikan oleh Dewan Pengawas Syariah. Karena itu,
biasanya setiap opini yang diberikan oleh Dewan Pengawas
Syariah dilakukan oleh Rapat Umum Pemegang Saham, setelah itu
mendapat rekomendasi dari Dewan Syariah Nasional.
1. Dewan Pengawas Syariah
Peran utama para ulama dalam Dewan Pengawas
Syariah adalah mengawasi jalanya operasional bank sehari-hari
agar selalu sesuai dengan ketentuan-ketentuan syariah. Hal ini
karena transaksi-transaksi yang berlaku dalam bank syariah
sangat khusus jika dibandingkan bank konvesional, oleh karena
itu diperlukan garis panduan (guidelines) yang mengaturnya
sesuai garis panduan yang telah ditentuakan oleh Dewan
Syariah Nasional. Dewan Pengawas Syariah harus membuat
pernyataan secara berkala ( biasanya tiap bulan) bahwa bank
yang diawasinya telah berjalan sesuai dengan ketentuan
syariah. Peryataan tersebut dimuat dalam laporan tahunan
(annual report) bank bersangkutan.
50
50
Tugas lain Dewan Pengawas Syariah adalah meneliti
dan membuat rekomendasi produk baru dari bank yang
diawasinya. Dengan demikian, Dewan Pengawas Syariah
bertindak sebagai penyaring pertama sebelum suatu produk
diteliti kembali dan difatwakan oleh Dewan Syariah Nasional.
2. Dewan Syariah Nasional (DSN)
Dewan Syariah Nasional dibentuk pada tahun 1997
dan merupakan hasil rekomendasi Lokakarya Reksadana
Syariah pada bulan juli tahun 1997. Lembaga ini merupakan
lembaga otonomi di bawah Majelis Ulama Indonesia dipimpin
oleh Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (ex-officio).
Kegiatan sehari-hari Dewan Syariah Nasional dijalankan oleh
Badan Pelaksana Harian dengan seorang ketua dan sekertaris
serta beberapa anggota.
Fungsi utama Dewan Syariah Nasional adalah
mengawasi produk-produk lembaga keuangan syariah agar
sesuai dengan syariah Islam. Fungsi Dewan Syariah Nasional
yang lainnya meneliti dan memberi fatwa bagi produk-produk
yang dikembangkan oleh lembaga keungan syariah,
memberikan rekomendasi para ulama yang akan ditugaskan
sebagai Dewan Syariah Nasional pada suatu lembaga keuangan
bank syariah.
51
51
Dewan Syariah Nasional dapat memberikan teguran
kepada lembaga keuagan syariah jika lembaga yang
bersangkutan menyimpang dari garis panduan yang yang telah
ditetapkan.
3. Bisnis dan Usaha yang Dibiayai
Dalam bank syariah, bisnis dan usaha dilakukan tidak
lepas dari saringan syariah. Karena itu, bank syariah tidak akan
mengikuti membiayai usaha yang terkandung di dalamnya hal-
hal yang diharamkan. Dalam perbankan syariah suatu
pembiayaan tidak akan disetujui sebelum dipastikan beberapa
hal pokok, di antaranya sebagai berikut:
1. Apakah objek pembiayaan halal atau haram?
2. Apakah proyek menimbulkan kemudharatan untuk
masyarakat?
3. Apakah proyek berkaitan dengan perbuatan
mesum/asusila?
4. Apakah proyek berkaitan dengan perjudian?
5. Apakah usaha itu berkaitan dengan senjata yang illegal
atau beroperasi pada pengembangan senjata pembunuh
missal?
6. Apakah proyek dapat merugikan syiar Islam, baik secara
langsung maupun tidak langsung?
52
52
4. Lingkungan Kerja dan Corporate Culture
Sebuah bank syariah selayaknya memiliki lingkungan
kerja yang sealan dengan syariah. Dalam hal etika, misalnya
sifat amanah dan shiddiq, harus melandasi setiap karyawan
sehingga tercermin integritas eksekutif muslim yang baik.
Disamping itu, karyawan bank syariah harus skillful dan
professional (fathanah), dan mampu melakukan tugas (tabligh).
Demikian pula dalam hal reward dan (hukuman) punishment,
diperlukan prinsip keadilan yang sesuai dengn syariah.
Selain itu, cara berpakian dan tingkah laku dari para
karyawan merupakan cerminan bahwa mereka bekerja dalam
sebuah lembaga keuangan yang membawa nama besar Islam,
sehingga tidak ada aurat yang terbuka, senantiasa bersikap
sopan dan tidak bertingah laku kasar. Demikian pula dalam
menghadapi nasabah, akhlaknya harus senantiasa terjaga,
Nabi Muhammad SAW bersabda bahwa senyuman adalah
sedekah.
5. Antara Bank Syariah dan Konvesional
Perbandingan antara bank syariah dan bank
konvensional di sajikan dalam table berikut menurut Antonio
(2001: 29-34 ) :
53
53
Tabel 2.4
Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional
BANK ISLAM BANK KONVESIONAL
1) Melakukan investasi-investasi yang
halal saja.
2) berdasrkan prinsip bagi hasil, jual-
beli, atau sewa.
3) Profit dan falah oriented.
4) Hubungan dengan nasabah dalam
bentuk hubungan kemitraan.
5) Penghimpun dan penyaluran dana
harus sesuai dengan fatwa Dewan
Pengawas Syariah.
1) Investasi yang halal dan
haram.
2) Memakai perangkat bunga.
3) Profit oriented.
4) Hubungan dengan nasabah
dalam bentuk hubungan
kreditur- debitur.
5) Tidak terdapat dewan sejenis.
Sumber: Antonio (2001)
5. Perbankan Syariah Di Indonesia
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang
memiliki beragam suku bangsa, bahasa, dan agama dengan jumlah
penduduk 240 juta. Meskipun bukan negara Islam, Indonesia
merupakan negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia dengan
jumlah penduduk beragama Islam sebanyak 88%, Kristen 5%, Katolik
3%, Hindu 2%, Budha 1%, dan lainnya 1%. Semakin majunya sistem
keuangan dan perbankan serta semakin meningkatnya kesejahteraan,
kebutuhan masyarakat, khususnya Muslim, menyebabkan semakin
besarnya kebutuhan terhadap layanan jasa perbankan yang sesuai
dengan prinsip Syariah (Ascarya, 2007: 201).
Berkembangnya bank-bank syariah di negara-negara Islam
berpengaruh ke Indonesia. Pada awal periode 1980-an, diskusi
54
54
mengenai bank syariah sebagi pilar ekonomi Islam mulai dilakukan.
Para tokoh yang terlibat dalam kajian tersebut adalah Karnaen A.
Perwataatmadja, M. Dawam Rahardjo, A. M, Saefuddin, M. Amien
Azis dan lain-lain. Beberapa uji coba pada skala yang relative terbatas
telah diwujudkan. Diantaranya adalah Baitut Tamwil-Salman,
Bandung. Di Jakarta juga dibentuk lembaga serupa dalam betuk
koprasi, yakni Koprasi Ridho Gusti. Akan tetapi, prakarsa lebih
khusus untuk mendirikan bank Islam di Indonesia baru dilakukan pada
tahun 1990. Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada tanggal 18-20
Agustus pada tahun 1990 menyelenggarakan lokakarya Bunga Bank
dan Perbankan di Cisarua, Bogor, Jawa Barat. Hasil lokakarya tersebut
dibahas lebih mendalam pada Musyawarah Nasional IV MUI yang
berlangsung di Hotel Sahid Jaya Jakarta, 22-25 Agustus 1990.
Berdasarkan amanat Munas IV MUI, dibentuk kelompok kerja untuk
mendirikan bank Islam (Antonio, 2001: 25).
Setelah adanya rekomendasi dari lokakarya Ulama tentang
Bunga Bnak dan Perbankan di Cisarua, kemudian diikuti dengan
diundangkannya UU No.7 tahun 1992 tentang Perbankan di mana
perbankan bagi-hasil mulai diakomodasi, maka berdirilah Bnak
Muamalat Indonesia (BMI), yang merupakan bank umum Islam yang
pertama yang beroperasi di Indonesia. Pembentukan BMI ini diikuti
oleh pendirian bank-bank perkreditan rakyat syariah (BPRS). Namun
55
55
karena lembaga ini masih dirasakan kurang mencukupi dan belum
sanggung menjangkau masyarakat Islam lapisan bawah, maka
dibangunlah lembaga-lembaga simpin pinjam yang disebut Bait al
Maal wat Tamwil ( BMT) atau Bait al Qiradh menurut masyarakat
Aceh (Arifin,2009 : 8).
Dilihat dari sejarah pendiriannya di Indonesia, bank syariah
didirikan dengan tiga cara. Cara pertama adalah dengan mendirikan
bank syariah dari awal. Kedua, bank syariah didirikan dengan cara
mengubah bank konvensional menjadi bank syariah, dan cara yang
ketiga adalah dengan membuka cabang khusus bank syariah dari bank
konvensional yang ada.
Bank syariah yang berdiri sejak awal sebagai bank syariah
adalah bank Muamalat Indonesia. Sementara itu, bank syariah yang
berasal dari konversi bank konvensional adalah Bnak Syariah Mnadiri
dan Bank Syariah Mega Indonesia. Bank syariah yang merupakan
cabang dari konvensional atau sering disebut juga Unit Usaha Syariah
jumlahnya adalah lebih banyak, di antaranya Bank BNI Syariah, Bank
BRI Syariah, Bank Bungkopin Syariah, Bank BII Syariah, Bank Niaga
Syariah, dan lainnya (Gozali , 2005: 10 ).
Perbankan syariah di Indonesia memiliki karakteristik yang
unik (Ascarya, 2007: 202-206), beberapa diantaranya adalah:
56
56
a. Sistem Keuangan dan Perbankan
Indonesia merupakan negara yang menganut sistem
ekonomi kapitalis. Mulai tahun 1992, dengan dikeluarkannya
undang-undang perbankan No. 7 Tahun 1992, Indonesia mulai
memperkenalkan sistem keuangan dan perbankan ganda karena
bank boleh beroperasi dengan prinsip bagi hasil. Bank syariah
pertama berdiri pada tahun itu juga. Di samping itu, asuransi
syariah atau Takaful mulai muncul pada tahun 1994. Penerapan
sistem keuangan dan perbankan ganda mulai lebih terarah
semenjak dikeluarkannya undang-undang perbankan yang baru
No. 10 Tahun 1998. Semenjak itu, bermunculan lembaga-lembaga
keuangan syariah yang beroperasi berdampingan dengan lembaga
keuangan konvensional. Seperti halnya di Malaysia, lembaga
keuangan syariah di Indonesia tumbuh menjadi lembaga keuangan
alternatif bagi masyarakat yang menginginkan pelayanan jasa
keuangan yang sesuai dengan prinsip Syariah, sekaligus menjadi
pesaing langsung lembaga keuangan konvensional dalam produk
dan jasa yang ditawarkan.
b. Aliran Pemikiran
Mayoritas penduduk muslim di Indonesia menganut
madzhab (school of thought) Syafi‟i, seperti yang dianut oleh
57
57
muslim dan pemerintah Malaysia. Namun demikian, ulama
Indonesia mengaplikasikan prinsip syariah dalam dunia perbankan
dengan hati-hati dan cenderung memiliki pendapat yang sama
dengan ulama Timur Tengah. Oleh karena itu, akad-akad yang
digunakan dalam transaksi perbankan syariah merupakan akad-
akad yang sudah mendapat kesepakatan dari sebagian besar ulama
(jumhur ulama). Dengan prinsip kehatian-hatian ini, akad-akad
yang masih menimbulkan kontroversi tidak digunakan dalam
praktek.
Dalam hal ini ulama Indonesia berpendapat sama dengan
pendapat ulama Timur Tengah bahwa hutang sama dengan uang
(debt = money), bukan harta benda (debt ≠ property). Dengan
demikian, hutang tidak dapat diperjualbelikan dengan harga berapa
pun, kecuali dengan harga yang sama. Dalam hal hutang ini
ulama Indonesia sependapat dengan ulama Sudan bahwa akad Bai‟
Al-Inah (sale and buyback) dan Bai‟ Al-Dayn (jual beli hutang
dengan diskon) tidak sesuai dengan prinsip Syariah sehingga tidak
boleh digunakan dalam transaksi.
c. Kedudukan Bank Syariah dalam Undang-undang
Bank syariah di Indonesia, baik yang berbentuk bank
umum syariah atau BUS (full fledged Islamic bank), unit usaha
syariah atau UUS (full branch Islamic bank), maupun bank
58
58
perkreditan rakyat syariah atau BPRS, berada di bawah undang-
undang perbankan (UU No.10 Tahun 1998). Operasi perbankan
dengan prinsip Syariah sepenuhnya diakomodasikan oleh undang-
undang. Bank syariah di Indonesia dapat melakukan transaksi
berdasar titipan, pinjaman, bagi hasil, jual beli, sewa, dan prinsip
lain yang dibolehkan Syariah. Dengan demikian, bank syariah di
Indonesia merupakan bank universal yang dapat berusaha sebagai
consumer banking, investment banking, merchant banking, leasing
company, investment agent, dan sebagai lembaga amil zakat infaq
dan sadaqah.
Perbedaan operasi antara BUS dan UUS hampir tidak ada,
kecuali dalam hal kebebasan kebijakan manajemennya. BUS
merupakan badan usaha sendiri yang memiliki independensi
kebijakan sehingga memiliki otonomi dalam memilih strategi
bisnis dan pengembangannya. Sementara itu, UUS merupakan
bagian dari bank konvensional induknya sehingga kurang memiliki
kebebasan dalam menentukan kebijakan manajemen.
d. Kedudukan Dewan Syariah
Otoritas syariah tertinggi di Indonesia berada pada Dewan
Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia (DSN – MUI), yang
merupakan lembaga independen dalam mengeluarkan fatwa yang
berhubungan dengan semua masalah Syariah agama Islam, baik
59
59
masalah ibadah maupun muamalah, termasuk masalah ekonomi,
keuangan, dan perbankan.
Tugas DSN – MUI di bidang keuangan dan perbankan pada
prinsipnya tidak berbeda dengan tugas NSAC Malaysia yang
merupakan satu-satunya badan otoritas yang memberikan saran
kepada institusi terkait (Bank Indonesia, Departemen Keuangan,
atau Bapepam) berkaitan dengan operasi perbankan syariah atau
lembaga keuangan syariah lainnya, mengkoordinasi isu-isu Syariah
tentang keuangan dan perbankan syariah, dan menganalisis dan
mengevaluasi aspek-aspek Syariah dari produk baru yang diajukan
oleh institusi perbankan dan lembaga keuangan syariah lainnya.
Keberadaan DSN – MUI di luar struktur bank sentral
membuat otoritas fatwa ini independen, lebih kredibel, dan diakui
secara nasional dalam mengeluarkan keputusan dan fatwa yang
berkaitan dengan masalah-masalah Syariah yang dihadapi oleh
perbankan dan lembaga keuangan syariah lainnya. Namun
demikian, karena baragamnya urusan yang ditangani oleh DSN –
MUI dan tidak adanya spesialisasi khusus di bidang ekonomi,
keuangan, dan perbankan syariah, tanggapan DSN – MUI terhadap
masalah yang dihadapi oleh lembaga keuangan syariah menjadi
kurang responsif dan terlambat memenuhi kebutuhan pasar.
60
60
e. Strategi Pengembangan Perbankan Syariah dan Produknya
Dalam hal strategi pengembangan perbankan syariah dan
produk-produknya, ndonesia memilih pendekatan yang bertahap
dan berkesinambungan (gradual and sustainable) yang sesuai
Syariah (comply to Sharia principles) dan tidak mengadopsi akad-
akad yang kontroversial. Pendekatan yang melalui tahapan dan
berkesinambungan memungkinkan perkembangan yang sesuai
dengan keadaan dan kesiapan pelaku tanpa dipaksakan serta
membentuk sistem yang kokoh dan tidak rapuh. Sementara itu,
pendekatan yang berhati-hati yang sesuai dengan prinsip Syariah
menjamin produk-produk yang ditawarkan terjamin kemurnian
Syariah-nya dan dapat diterima masyarakat luas dan dunia
internasional.
Dengan strategi pengembangan yang dipilih, perbankan
syariah di Indonesia telah tumbuh menjadi salah satu sistem
perbankan syariah dalam dual financial system yang paling sesuai
dengan ketentuan Syariah. Selain itu, pengembangan perbankan
syariah memiliki dampak positif terhadap pengembangan sektor
lain dengan prinsip Syariah. Setelah bank syariah pertama berdiri
pada tahun 1992, asuransi syariah atau takaful mulai muncul pada
tahun 1994 dengan berdirinya Asuransi Takaful Keluarga yang
bergerak di bidang asuransi jiwa dan disusul dengan berdirinya
61
61
Asuransi Takaful Umum pada tahun 1995 yang bergerak di bidang
asuransi kerugian.
Setelah itu, Unit Syariah mulai bermunculan sejak tahun
2001 dengan berdirinya Unit Syariah Asuransi Great Eastern.
Dengan berkembangnya asuransi syariah muncul kemudian
reasuransi syariah pada tahun 2004 dengan berdirinya Reindo
Divisi Syariah. Bank syariah mulai tumbuh pesat semenjak
bermunculannya unit usaha syariah (UUS) dengan berdirinya UUS
Bank IFI pada tahun 1999. Dengan semakin banyaknya bank
syariah tidak dapat dihindari adanya kebutuhan pasar uang
antarbank syariah. Oleh karena itu, pada tahun 2000 didirikanlah
pasar uang antarbank syariah (PUAS) dengan instrumen utamanya
sertifikat investasi mudharabah antarbank (SIMA).
Pada tahun 2000 juga muncul Jakarta Islamic Index (JII)
yang merupakan pengelompokan saham-saham 30 emiten yang
dipandang paling mendekati criteria syariah. Seleksi yang
dilakukan terhadap saham-saham yang dimasukkan dalam
kelompok JII meliputi seleksi yang bersifat normatif dan finansial.
Sementara itu, pasar modal syariah baru berdiri pada 14 Maret
2003. Obligasi dan reksadana syariah juga tumbuh dengan pesat.
Dukungan dari aspek hukum dan perundang-undangan
menjadikan pertumbuhan lembaga keuangan syariah semakin pesat
62
62
karena telah memiliki landasan dan kepastian hukum yang jelas. Di
samping itu, sektor keuangan syariah lain juga berkembang, seperti
lembaga pembiayaan syariah.
Perkembangan tidak terbatas pada sektor keuangan syariah,
tetapi juga pada sektor riil berbasis syariah, voluntary sector
(zakat, infaq, sadaqah, dan waqaf), dan sector pendidikan dari
tingkat pendidikan dasar sampai tingkat perguruan tinggi.
Perkembangan SD, SMP, dan SMA Islam terpadu telah meluas
hampir di seluruh wilayah Indonesia, terutama di kota-kota besar
dan daerah yang mayoritas berpenduduk muslim. Di tingkat
perguruan tinggi bahkan sudah ada universitas yang menawarkan
program doktoral bertaraf internasional dengan staf pengajar
bertaraf internasional yang datang dari berbagai negara.
Perkembangan sistem yang berbasis Syariah di bidang
ekonomi, pendidikan, dan lainnya di Indonesia terus bergulir
seperti bola salju yang semakin lama semakin besar dan
berdampak ke semua bidang kehidupan. Secara skematis hal ini
dapat dibaca pada gambar gambar 2.2.
63
63
Sumber: Ascarya (2007)
Gambar 2.2
Dampak Perkembngan Syaria Terhadap Sektor Lain
6. Perbankan Syariah Di Pakistan
Pakistan merupakan republik yang terdiri dari berbagai macam
suku bangsa, yaitu Punjabi, Sindhi, Pasthun (Pathan), Baloch, dan
Muhajir (imigran Muslim dari India pada saat pemisahan dari India).
Meskipun berbeda-beda suku, mereka mayoritas Muslim (95 persen)
dan hanya 5 persen beragama lainnya, seperti Hindu dan Kristen.
Pakistan memisahkan diri dari India dan memproklamasikan
kemerdekaan pada tahun 1947 yang diharapkan menjadi tanah air
masyarakat Muslim. Pada tahun 1978 semasa pemerintahan Jenderal
Muhammad Zia Ul-Haq.
Obligasi
Syariah
Sektor Riil
Berbasis Syariah
Asuransi
Syariah
Reksadana
Syariah Bank
Syariah
Kurikulum
Pendidikan
(SMP,SMA, PT) Pasar Modal
Syariah Pasar
Modal
Syariah
Aspek Hukum
& Perundang-
Undangan
Voluntary
Sector
(ZISWaf)
Perusahaan
Pembiayaan
Syariah
64
64
Pakistan dinyatakan sebagai negara Islam berbentuk republik.
Oleh karena itu, semenjak 1978 Pakistan ingin meng- Islamkan sistem
ekonominya, termasuk sistem perbankannya. Pakistan mengklaim
sebagai satu dari tiga negara yang menerapkan sistem keuangan
Syariah secara penuh (selain Iran dan Sudan). Namun, karena berbagai
kendala, seperti komitmen dan dukungan pemerintah yang tidak
konsisten dengan berganti-gantinya rezim, proses Islamisasi ekonomi
belum tuntas sepenuhnya (Ascarya, 2007 : 150) .
Pakistan adalah negara yang memiliki penduduk muslim
terbanyak kedua di dunia setelah Indonesia (Pracoyo & Pracoyo,
2004: 175). Negara Pakistan juga merupakan pelopor di bidang
perbankan syariah. Pada Juli 1979, sistem bunga dihapuskan dari
operasional tiga institusi : National Investment (Unit Trust), House
Building Finance Corporation (Pembiayaan sector perumhan), dan
Mutual Funds of Investment Corporation Pakistan (kerja sama
investasi). Pada tahun 1979-80, pemerintah mensosialisasikan skema
pinjaman tanpa bunga kepada petani dan nelayan.
Pada tahun 1981, seiring dengan diberlakukannya Undang-
Undang Perusahaan Mudharabah dan Murabahah, mulailah
beroperasi tujuah ribu cabang bank komersial nasional di seluruh
65
65
Pakistan dengan menggunakan sistem bagi hasil. Pada awal tahun
1985, seluruh sistem perbankan Pakistan dikonversi dengan sistem
yang baru, yaitu sistem perbankan syariah ( Antonio, 2001:22).
Perbankan syariah di Paksitan memiliki karakteristik yang unik
menurut Ascarya (2007:152-156 ), beberapa diantaranya sebagai
berikut :
a. Sistem Keuangan dan Perbankan
Pakistan adalah negara yang ingin menerapkan sistem
ekonomi Islam sepenuhnya. Namun, karena berubah-ubahnya
komitmen dan dukungan pemerintah dengan bergantinya rezim
pemerintahan, SBP memilih strategi bertahap dengan tujuan
untuk memajukan perbankan syariah sebagai sistem yang
paralel dan kompatibel dengan sistem konvensional yang ada
dan membuat perbankan syariah sebagai perbankan pilihan
utama untuk penyedia dan pengguna jasa keuangan. Hal ini
berarti Pakistan masih berada pada tahap sistem keuangan dan
perbankan ganda (dual financial and banking system) dengan
sistem keuangan syariah yang lebih dominan, untuk menuju
sistem ekonomi Islam secara penuh. Dengan sistem ini,
lembaga keuangan syariah beroperasi berdampingan dengan
66
66
lembaga keuangan konvensional. Lembaga keuangan syariah
diharapkan menjadi lembaga keuangan utama bagi masyarakat
dalam menyediakan layanan produk dan jasa perbankan.
b. Aliran Pemikiran
Mayoritas penduduk Muslim Pakistan menganut
madzhab (school of thought) Hanafi. Pandangan fiqih ulama
Pakistan tentang fiqih muamalat yang berhubungan dengan
ekonomi dan keuangan secara umum tidak berbeda dengan
pendapat jumhur ulama. Misalnya Essentials and Model
Agreements for Islamic Modes of Financing yang disetujui
oleh Dewan Syariah SBP menyatakan, antara lain:
1) Promisory note atau bill of exchange atau bukti utang
lainnya tidak dapat dipindah tangankan atau ditransfer
dengan suatu harga yang berbeda dari face value-nya.
2) Perjanjian buy-back dilarang.
Pernyataan pertama menunjukkan bahwa ulama
Pakistan berpendapat bahwa hutang sama dengan uang (debt =
money), bukan harta benda (debt ≠ property). Oleh karena itu
hutang sama dengan uang, maka hutang hanya dapat
dijualbelikan atau dipertukarkan dengan harga yang sama.
Misalnya, piutang senilai Rp 1000 dapat dijual atau ditukar
dengan uang senilai Rp 1000 juga. Penjualan piutang dengan
67
67
diskon dilarang karena ada unsur riba di dalamnya. Pendapat
ini berimplikasi bahwa Bai‟ Al Dayn dengan diskon dilarang.
c. Kedudukan Bank Syariah dalam Undang-undang
Islamisasi sistem perbankan secara menyeluruh dimulai
bertahap sejak 1977 dan mencapai puncaknya pada 1985 ketika
melalui undang-undang perbankan tidak lagi dibolehkan
penerimaan simpanan berbasis bunga dan mereka harus
menyediakan pembiayaan yang bebas bunga. Pakistan mulai
serius kembali mengakselerasi perkembangan perbankan
syariah dengan mengeluarkan ketentuan tentang pendirian
bank syariah penuh (full-fledged commercial Islamic banks) di
sektor swasta pada Desember 2001, yang menjadi dasar
berdirinya Meezan Bank Limited (MBL) pada Januari 2002.
Langkah selanjutnya untuk mengakselerasi
perkembangan jaringan bank syariah, undang-undang
perbankan (Banking Company Ordinance) tahun 1962
diamandemen pada November 2002. Kemudian SBP
mengeluarkan surat edaran pada Januari 2003 yang mencakup:
1) Pendirian bank syariah penuh di sektor swasta.
2) Pendirian subsidiary oleh bank konvensional dan
3) Pembukaan cabang syariah oleh bank konvensional.
68
68
Dengan landasan undang-undang perbankan dan
ketentuan-ketentuan SBP, bank konvensional yang
menawarkan produk dan jasa keuangan syariah, bank syariah
penuh, subsidiary, maupun cabang syariah di Pakistan
mempunyai kedudukan yang kuat untuk dapat beroperasi
penuh sesuai dengan Syariah.
d. Kedudukan Dewan Syariah
Otoritas syariah tertinggi di bidang keuangan dan
perbankan di Pakistan berada pada Shariah Board (Dewan
Syariah) SBP yang dibentuk dalam struktur organisasi State
Bank of Pakistan. Anggota Dewan Syariah SBP terdiri dari dua
orang ulama Syariah ternama, seorang akuntan, seorang ahli
hukum, dan seorang bankir. Tugas dari Dewan Syariah SBP
tidak berbeda dengan tugas dewan syariah pada umumnya,
antara lain 1) bertindak sebagai satu-satunya badan otoritas
yang memberikan saran kepada SBP berkaitan dengan operasi
perbankan syariah, 2) mengkoordinasi isu-isu Syariah tentang
keuangan dan perbankan syariah, dan 3) menganalisis dan
mengevaluasi aspek-aspek Syariah dari skim atau produk baru
yang diajukan oleh institusi perbankan.
Keberadaan Dewan Syariah SBP di dalam bank sentral
akan meningkatkan respons dan efektivitas pengambilan
69
69
keputusan dan fatwa-fatwa yang berhubungan dengan masalah-
masalah Syariah yang dihadapi oleh perbankan syariah. Namun
demikian, independen dewan syariah ini terbatas karena bukan
merupakan lembaga independen tersendiri dan anggotanya
berasal dari berbagai disiplin ilmu.
e. Strategi Pengembangan Perbankan Syariah dan Produknya
Dalam hal strategi pengembangan perbankan syariah
dan produk-produknya, Pakistan memilih pendekatan
komprehensif dan gradual yang didukung oleh landasan teori
yang kokoh. Oleh karena itu, pengembangan perbankan
syariah dimulai dengan studistudi mengenai keuangan dan
perbankan Islam yang dilakukan oleh Council of Islamic
Ideology (CII) dan Islamic Economic Division (IED) SBP pada
tahun 1960-an dan 1970-an untuk mempersiapkan cetak biru
pembentukan sistem ekonomi bebas bunga yang sesuai dengan
ketentuan Syariah. Proses Islamisasi dimulai bertahap sejak
1979 melalui dua jalur utama, yaitu pendirian perusahaan
Modaraba dan perbankan. Islamisasi di sektor perbankan
mencapai puncaknya pada tahun 1985 ketika semua
perusahaan perbankan diwajibkan untuk menyediakan
pembiayaan dengan skim bebas bunga. Pada saat itu, skim
murabahah menjadi skim yang dominan bagi pembiayaan
70
70
karena paling dekat dan mudah untuk konversi dari
pembiayaan yang berbasis bunga. Selain itu, perusahaan
perbankan juga tidak lagi dibolehkan menerima simpanan
berbasis bunga. Namun demikian, program Islamisasi ini tidak
berlaku bagi kantor cabang bank asing atau rekening valuta
asing yang berada di Pakistan.
Dukungan dan komitmen pemerintah yang berubah-
ubah dan kurangnya arahan yang jelas karena sering
bergantinya rezim dan tidak stabilnya kondisi ekonomi dan
politik menyebabkan proses Islamisasi ekonomi dan keuangan
tidak tuntas-tuntas. Pertama, murabahah yang diterapkan bank
sejak 1985 dinyatakan tidak sesuai Syariah oleh Federal
Shariat Court (FSC) pada November 1991 dan harus
dihentikan mulai Juli 1992. Keputusan ini di-appeal oleh
Pemerintah dan sebuah bank komersial, tetapi ditolak oleh
Pengadilan Tinggi Shariat Appelate Bench (SAB).
Kedua, SAB memutuskan ketentuan berbasis bunga
harus sudah dihapuskan pada Juni 2002, dan bahwa sistem
keuangan yang ada harus diubah secara radikal menuju sistem
yang sesuai dengan Syariah. SAB juga menetapkan langkah-
langkah yang perlu dilakukan pemerintah dan infrastruktur dan
legal framework yang diperlukan untuk memiliki sistem
71
71
ekonomi yang sesuai dengan Syariah, sehingga dibentuklah
Commision for Transformation of Financial System (CTFS) di
SBP.
Ketiga, United Bank Limited mengajukan petisi untuk
merevieu keputusan SAB. Keputusannya bahwa semua yang
telah diputuskan oleh FSC dan SAB dibekukan, dan masalah
ini dikembalikan ke FSC untuk merevieu dan mengadakan
hearing baru untuk memutuskan masalah yang diperselisihkan
ini. Konsekuensinya CTFS dibubarkan pada Juni 2002, dan
proses Islamisasi sistem ekonomi di sektor perbankan agak
tersendat.
Keempat, proses Islamisasi ekonomi di sektor
perbankan kembali digalakkan oleh SBP dengan mengeluarkan
ketentuan pendirian bank syariah penuh pada Desember 2001
yang diikuti dengan ketentuan untuk pendirian subsidiary dan
pembukaan cabang syariah bank konvensional pada Januari
2003, serta rencana strategis pengembangan perbankan syariah
untuk 2005 – 2010. Pakistan mempunyai visi untuk
menjadikan perbankan syariah sebagai sistem yang paralel dan
kompatibel dengan sistem konvensional yang ada dan
membuat perbankan syariah sebagai perbankan pilihan utama
bagi penyedia dan pengguna jasa keuangan.
72
72
Sementara itu, strategi pengembangan produk keuangan
dan perbankan syariah yang diambil oleh Pakistan lebih
bersifat konservatif dan hati-hati. Akad-akad utama yang
digunakan dalam kegiatan pendanaan dan pembiayaan telah
distandardisasi oleh CTFS dan telah disetujui oleh Dewan
Syariah SBP pada April 2004. Selain itu, Takaful Rules atau
prosedur operasi takaful sudah dikeluarkan oleh SECP pada
September 2005 untuk menjadi standar operasi takaful di
Pakistan.
Dengan sejarah perkembangan yang sudah cukup
panjang dan naik turun, perbankan syariah Pakistan sebagian
besar telah berhasil dikonversi. Sampai 2006 telah ada enam
bank syariah penuh (full fledged Islamic bank), 11 cabang
syariah bank konvensional dengan sedikitnya 39 kantor, dan
beberapa subsidiary. Dukungan infrastruktur bervariasi.
Asuransi syariah atau takaful masih tertinggal, tetapi
infrastruktur lainnya, seperti pasar modal dan legal framework,
sudah berkembang. Produk dan jasa perbankan syariah cukup
beragam untuk memenuhi kebutuhan nasabah perorangan
maupun korporasi dengan pangsa simpanan yang dominan.
Selain itu, perusahaan Mudharabah berkembang dengan pesat.
73
73
C. Kerangka Penelitian
Berdasarkan pada teori-teori yang telah dibahas di atas, bahwa
Kinerja perbankan syariah tidak hanya terkonsep dari aspek kinerja
keuangan saja, namun juga harus dilihat dari aspek tujuannya maqashid
syariah. Hal ini dikarenakan pengukuran kinerja perbankan syariah dari
segi syariah sangatlah penting dan dibutuhkan. Selain untuk melihat
kinerja perbankan syariah, peneliti juga ingin mendeskripsikan
perbandingan kinerja perbankan syariah ditinjau dari maqashid shariah
antara perbankan syariah di Indonesia dan Pakistan, untuk melihat
perbankan mana (Indonesia dan Pakistan ) yang lebih baik kinerjanya
berdasarkan maqashid shariah. Penelitian ini menggunakan tiga konsep
maqashid shariah dalam mengukur kinerja, yaitu mendidik individu
(Tahzib Al-Fard), menetapkan keadilan (Iqamah Al- „Adl), dan mencapai
kepetingan masyarakat (Jalb al Muslahah) dan menggunakan uji hipotesis
(uji beda) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan pada nilai
maqashid shariah index (MSI) antara perbankan syariah di Indonesia dan
Pakistan tahun 2007-2016 dan untuk mengetahui rasio kinerja maqasid
syariah index manakah yang memiliki nilai paling tinggi di masing-
masing bidang pendidikan individu, bidang keadilan dan bidang
kepentingan masyarakat perbankan syariah Indonesia dan Pakistan tahun
2007-2016.
74
74
Dengan demikian maka dapat dirumuskan keangka konsep
penelitian seperti pada gambar 2.3 sebagai berikut :
Gambar 2.3 Kerangka Teori Pemikiran
Perbankan Syariah
Kinerja Maqashid Syariah Perbankan
Tahun 2007-2016
Menetapkan
Keadilan
Pendidikan
Individu
Kepentingan
Masyarakat
1. Education Grant
2. Research
3. Training
4. Publicity
1. Profit Ratios
2. Personal Income
3. Investment Ratios
in Real Sector
1. Fair Returns
2. Functional
Distribution
3. Interest free
Product
Indonesia Pakistan
Uji Hipotesis
(Uji Beda)
75
75
D. Hipotesis
Berdasarkan pada telaah teori dan penelitian sebelunya bahwa
Sebagai lembaga kuangan yang berbasis syariah, sudah seharusnya
lembaga keuangan tersebut menggunakan pengukuran kinerja yang juga
berbasis syariah, terutama harus terbebas dari riba (bunga), maysir
(permainan kesempatan atau spekulasi) dan terbebas dari gharar (
ketidakpastiaan) dalam semua operasinya. Mengambil dan mengutip
pemaparan (El-Hawary et. Al, 2007) menjelaskan bahwa pengaturan
terkait perbankan syariah, belum sepenuhnya memperhitungkan keunikan
yang ada di dalam bank syariah tersebut, termasuk pengaturan sistem
penilaian kinerja.
Tuntutan kebutuhan manusia dikelompokkan berdasarkan pada
tingkat kebutuhan dan skala prioritasnya, menurut Al-Ghazali ada tiga
kategori tingkatan kebutuhan itu yaitu daruriyah (kebutuhan primer),
hijiyah (kebutuhan sekunder), dan tahsiniyah/takmiliyyah (kebutuhan
tersier) (Ismanto, 2016: 127). Al-Ghazali memanfaatkan konsep maqashid
sebagai dasar bagi beberapa aturan dalam Islam. Maqashid syariah
dikembangkan berdasarkan tiga faktor utama yaitu pendidikan individu,
penciptaan keadilan dan pencapaian kesejahteraan, dimana tiga faktor ini
sesuai dengan tujuan maqashid shariah yaitu mencapai kesejahteraan dan
menghindari keburukan (Jaya, 1996 : 5).
76
76
Pengukuran dengan maqasid syariah index dapat digunakan untuk
mengetahui sejauh mana tingkat pemenuhan nilai-nilai syariah yang
dijalankan pada bisnis perbankan syariah dan teknik analisis data yang
digunakan menggunakan uji beda ttest untuk menguji apakah terdapat
perbedaan pada nilai maqasid syariah index atau tidak terdapat perbedaan
pada nilai maqasid syariah index antara perbankan syariah Indonesia dan
Pakistan pada tahun 2007-2016.
Perbankan syariah di Indonesia dan di Pakistan merupakan dua
perbankan syariah di dunia yang saat ini sedang berkembang dengan
pesat. Sebagai dua negara yang sama-sama tumbuh, perbankan syariah di
Indonesia dan di Pakistan memiliki karakteristik yang berbeda misalnya
dalam interpretasi madzhab (school of thought) yang dianut oleh kedua
Negara (Ascarya, 2007). Hal ini akan berimplikasi pada dominasi akad
dan produk yang terdapat pada perbankan syariah di kedua Negara.
Perbedaan ini juga akan mempengaruhi nilai Maqasid Syariah Index
(MSI) secara keseluruhan dan secara khusus. Oleh karena itu, maka
hipotesis yang dibangun adalah sebagai berikut:
H1: Tidak ada perbedaan pada nilai maqashid syariah index (MSI)
antara perbankan syariah Indonesia dan Pakistan tahun 2007-2016.
Tujuan syariah pendidikan individu menggambarkan sejauh mana
perbankan syariah di Indonesia dan di Pakistan untuk mencapai nilai-nilai
77
77
kepatuhan syariah berupa pemberian edukasi dan pemahaman produk-
produk perbankan syariah kepada masyarakat luas. Mohammedet al.
(2008), menyatakan bahwa tujuan maqasid syariah pertama yaitu
mendidik individu. Semakin tinggi anggaran perbankan syariah yang
dialokasikan untuk mengembangkan pengetahuan, semakin tinggi
perhatian perbankan syariah untuk mencapai tujuan mendidik individu dan
teknik analisis data yang digunakan menggunakan analisis deskriptif
untuk mengetahui nilai rasio kinerja yang paling tinggi untuk tujuan
pertama pendidikan individu antara perbankan syariah Indonesia dan
Pakistan tahun 2007-2016.
Dalam penelitian yang dilakukan Antonioet al. (2012)
menemukan bahwa perbankan syariah di Yordania dan Indonesia
menerapkan keberlanjutan perusahaan dari aspek pendidikan dengan
menyumbangkan beasiswa dan sumbangan kepada masyarakat, serta
penelitian. Dilihat dari annual report dari kedua Negara di Indonesia dan
di Pakistan terdapat perbedaan jumlah anggaran yang disalurkan untuk
penelitian, disumbangkan untuk biasiswa, disumbangkan kepada
masyarakat, untuk pelatihan dan mengeluaran anggaran untuk publikasi.
Sementara itu Afrinaldi (2013) menyatakan bahwa semakin besar
dana beasiswa dan biaya penelitian yang dikeluarkan bank syariah,
menunjukkan bahwa bank syariah perhatian terhadap peningkatan
pengetahuan masyarakat. Peningkatan dan pengembangan pengetahuan
78
78
sebagai salah satu unsur dari maqasid syariah untuk mengukur bagaimana
pengaruh maqasid syariah index dalam mencapai tujuan mendidik
individu. Berdasarkan keterangan diatas, maka dapat dikatakan bahwa
mengembangkan pengetahuan adalah faktor penting yang memengaruhi
maqasid syariah, sehingga hipotesis yang diambil yaitu:
H2: Perbankan syariah di Pakistan memiliki nilai rasio kinerja
maqasid syariah index paling tinggi untuk tujuan pertama pendidikan
individu antara perbankan syariah Indonesia dan Pakistan tahun
2007-2016 .
Tujuan syariah untuk menetapkan keadilan menggambarkan sejauh
mana perbankan syariah di Indonesia dan di Pakistan mampu mencapai
nilai-nilai syariah berupa keadilan kepada stakeholder dapat tercapai.
Tujuan ini dideskripsikan dengan 3 pengukuran rasio yaitu rasio fair
returns, rasio functional distribution dan rasio interest free product dan
teknik analisis data yang digunakan menggunakan analisis deskriptif
untuk mengetahui nilai rasio kinerja yang paling tinggi untuk tujuan kedua
yaitu menetapkan keadilan antara perbankan syariah Indonesia dan
Pakistan pada tahun 2007-2016. Antara dua negara yaitu negara di
Indonesia dan di Pakistan memiliki karakteristik yang sama yang akan
berimplikasi pada dominasi akad dan produk yang terdapat pada
79
79
perbankan syariah (Ascarya, 2007) seperti akad-akad bagi hasil atau jual
beli. Oleh karena itu, hipotes kedua dirumuskan sebagai berikut:
H3: Perbankan syariah di Pakistan memiliki nilai rasio kinerja
maqasid syariah index paling tinggi untuk tujuan kedua yaitu
menetapkan keadilan antara perbankan syariah di Indonesia dan
Pakistan tahun 2007-2016.
Kesejahteraan masyarakat menggambarkan sejauh mana
perbankan di Indonesia dan di Pakistan mempu mencapai nilai-nilai
syariah berupa hak-hak bank syariah terkat dengan kepentingan bank itu
sendiri dan pemenuhan hak-hak bagi masyarakat. Tujuan tersebut
dideskripsikan dengan tiga pengukuran rasio yaitu rasio profit ratios, rasio
personal income, dan rasiol investment ratios in real sector (investasi
pada sector riil). Semakin tinggi rasio-rasio tersebut semakin baik pula
nilai pencapaian syariahnya dan teknik analisis data yang digunakan
menggunakan analisis deskriptif untuk mengetahui nilai rasio kinerja yang
paling tinggi untuk tujuan ketiga yaitu kepentingan masyarakat antara
perbankan syariah Indonesia dan Pakistan pada tahun 2007-2016..
Sementara itu, penelitian dari Mohammad dan Shahwan (2013),
menemukan bahwa kepatuhan perbankan terhadap syariah baik dari tujuan
ekonomi islam untuk mensejahterakan masyarakat dan perbankan Islam,
akan mengangkat posisi perbankan syariah yang luar biasa dari pelanggan
80
80
muslim dan non muslim. Tindakan mempromosikan seperti itu, maka
prestasi kelembagaan harus dibuktikan oleh bank syariah melalui
pemenuhan tujuan maqasid pada bank syariah. Industri perbankan syariah
di Indonesia lebih menekankan pada sector riil, namun menurut
Muhammad Iqbal (2017) saat ini, di negara Pakistan pada bulan maret
pada tahun 2017 yang lalu, aset perbankan syariah mencapai US$17,9
miliar (Rp239,79 triliun) dan meningkat 16 persen dari periode yang sama
tahun sebelumnya. Aset bank syariah saat ini sebesar 11,7 persen dari total
aset perbankan. Perbankan syariah di negara Pakistan terbukti tumbuh
seacara cepat dalam hal pembiayaan pada nasabah. Hal ini akan
membentuk tujuan kepentingan masyarakat. Dengan demikia, hepotesis
ketiga dapat dirumuskan sebagai berikut:
H4: Perbankan syariah di Indonesia memiliki nilai rasio kinerja
maqasid syariah index paling tinggi untuk tujuan ketiga yaitu
kepentingan masyarakat antara perbankan syariah di Indonesia dan
Pakistan pada tahun 2007-2016.
81
81
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian kuantitatif. Menurut Sugiyono (2007) metode penelitian
kuantitatif merupakan metode ilmiah/scientific karena telah memenuhi
kaidah-kaidah ilmiah yang konkrit/empiris, objektif, terukur, rasional dan
sistematis. Metode ini juga disebut metode konformatif karena metode ini
cocok digunakan untuk pembuktian/konfirmasi. Metode ini disebut
metode kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka dan anlisis
menggunakan statistic (Bahri & Zamzam, 2014: 7).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan semala bulan Juli sampai bulan Desember
pada tahun 2017. Di Indonesia terdapat 12 perbankan umum syariah
menurut data statistik perbankan syariah pada bulan desember 2015 yang
telah diterbitkan OJK (Otoritas Jasa Keuangan) sebagai berikut:
1. PT. Bank Muamalat Indonesia
2. PT. Bank Victoria Syariah
82
82
3. PT. Bank BRISyariah
4. PT. Bank Jabar Banten Syariah
5. PT. Bank BNI Syariah
6. PT. Bank Syariah Mandiri
7. PT. Bank Mega Syariah
8. PT. Bank Panin Syariah
9. PT. Bank Syariah Bukopin
10. PT. BCA Syariah
11. PT. Maybank Syariah Indonesia
12. PT. Bank Tabungan Pensiun Nasional Syariah
Dari daftar nama-nama bank umum syariah di atas, hanya 4 bank
umum syariah yang lengkap memberikan informasi keuangangannya
kepada publik berupa annual report pada tahun 2007 sampai pada tahun
2016, maka lokasi yang dilakukan di perbankan syariah di Indonesia
mengambil 4 bank umum syariah yaitu sebagai berikut :
1. PT. Bank Muamalat Indonesia
2. PT. Bank Syariah Mandiri
3. PT. Bank Mega Syariah
4. PT. Bank Syariah Bukopin
83
83
Di Pakistan terdapat 5 bank umum syariah (Islamic Banks)
menurut Islamic Banking Bulletin (Islamic Banking Department State
Bank of Pakistan ) pada bulan desember 2016 yaitu, sebagai berikut :
1. AlBaraka Bank (Pakistan) Limited
2. BankIslami Pakistan Limited
3. Dubai Islamic Bank Pakistan Limited
4. Meezan Bank Limited
5. MCB -Islamic Bank Limited
Dari daftar nama-nama di atas hanya 4 bank umum syariah yang
memiliki laporan keungan lengkap berupa annual report pada tahun 2007
sampai pada tahun 2016, 4 nama-nama bank umum syariah tersebut, yaitu:
1. AlBaraka Bank (Pakistan) Limited
2. BankIslami Pakistan Limited
3. Dubai Islamic Bank Pakistan Limited
4. Meezan Bank Limited
C. Populasi dan Sampel
1. Popupasi
Menurut (Bawono, 2006: 28) populasi adalah keseluruhan
wilayah objek dan subjek penelitian yang ditetapkan untuk dianalisis
84
84
dan ditarik kesimpulan oleh peneliti. Akan tetapi menurut (Sumanto,
2014: 160) populasi adalah kelompok dimana seseorang peneliti akan
memperoleh hasil penelitian yang dapat disamaratakan atau
digeneralisasikan. Populasi dalam penelitian ini adalah perbankan
syariah di Indonesia, meliputi: PT. Bank Muamalat Indonesia, PT.
Bank Syariah Mandiri, PT. Bank Mega Syariah, PT. Bank Syariah
Bukopin dan perbankan syariah di Pakistan, meliputi: AlBaraka Bank
(Pakistan) Limited, BankIslami Pakistan Limited, Dubai Islamic Bank
Pakistan Limited, Meezan Bank Limited pada periode 2007-2016.
2. Sampel
Menurut Supardi (2005: 103) sampel adalah bagian dari
populasi yang dijadikan subyek penelitian sebagai wakil dari para
anggota populasi. Sedangkan menurut Bawono (2006: 28) mengatakan
bahwa sempel adalah objek atau subjek penelitian yang dipilih guna
mewakili keseluruhan dari populasi. Hasil ini dilakukan untuk
menghemat waktu dan biaya. Sedangkan didalam menentukan sampel
harus hati-hati, karena kesimpulan yang dihasilkan nantinya
merupakan kesimpulan dari populasi. Penelitian yang menggunakan
data sekunder, jumlah sampel minimum yang dapat digunakan agar
hasilnya respresentatif adalah 35 data. Sempel yang digunakan untuk
85
85
penelitian ini adalah perbankan syariah di Indonesia, meliputi: PT.
Bank Muamalat Indonesia, PT. Bank Syariah Mandiri, PT. Bank Mega
Syariah, PT. Bank Syariah Bukopin dan perbankan syariah di Pakistan,
meliputi: AlBaraka Bank (Pakistan) Limited, BankIslami Pakistan
Limited, Dubai Islamic Bank Pakistan Limited, Meezan Bank Limited
pada periode 2007-2016.
D. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data serta keterangan yang diperlukan, maka
teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Menurut sumbernya, data yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan data sekunder, yaitu data yang didapat dan disimpan oleh
orang lain yang biasanya merupakan data masa lalu/ historikal (Wibisono,
2003:119), seperi data-data yang dikumpulkan hingga membentuk suatu
dokumen yang dipublikasikan. Data sekunder eksternal dalam penelitian
ini adalah laporan tahunan (annual report) perbankan syariah di
Indonesia, meliputi: PT. Bank Muamalat Indonesia, PT. Bank Syariah
Mandiri, PT. Bank Mega Syariah, PT. Bank Syariah Bukopin dan
perbankan syariah di Pakistan, meliputi : AlBaraka Bank (Pakistan)
Limited, BankIslami Pakistan Limited, Dubai Islamic Bank Pakistan
Limited, Meezan Bank Limited pada periode 2007-2016.
86
86
Ke- 4 nama-nama bank umum syariah di Indonesia tersebut,
diperoleh dengan mengakses data melalui website:
1. http://www.bankmuamalat.co.id/en/investor-relations/annual-
report.
2. https://www.syariahmandiri.co.id/tentang-
kami/companyreport/annual -report
3. http://www.megasyariah.co.id/.
4. http://www.syariahbukopin.co.id/id/laporan.
Ke-4 nama-nama bank umum syariah di Pakistan tersebut,
diperoleh dengan mengakses data melalui website:
1. http://www.albaraka.com.pk/downloads-
documents/FinancialStatment/Annual/Annual-Financial-
Statements-for-the-year-2007.pdf.
2. http://www.islamibankbd.com/annual_report.php.
3. https://www.dibpak.com/category/financials/
4. https://www.meezanbank.com/wpcontent/themes/mbl/downloads/a
nnualreport2010.pdf .
87
87
E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
Secara teoristis variabel dapat didefinisikan sebagai atribut
seseorang, atau objek, yang mempunyai “variasi” antara satu orang
dengan yng lain atau satu objek dengan objek yang lain (Hatch dan
Farhady, 1981 dalam Sugiyono (2014: 58). Selanjutnya menurut Kidder
(1981), variabel adalah suatu kualitas (qualities) dimana peneliti
mempelajari dan menarik kesimpulan darinya.
Pada penelitian ini, variabel pertama yang digunakan adalah
kinerja bank syariah berdasarkan maqasid sayriah index. Sehingga
definisi operational yang ditinjau dari tujuan-tujuan perbankan
berdasarkan hasil penjumlahan nilai tiga variabel tujuan bank syariah
meliputi, pendidikan individu, menetapkan keadilan, dan kepentingan
masyarakat.
1. Variabel Kinerja Perbankan Syariah Berdasarkan Maqasid
Syariah Index (MSI)
a. Variabel Pendidikan Individu
Tujuan syariah pendidikan individu (Tahzib Al-Fard),
merupakan tujuan maqasid syariah pertama yang memiliki 3
dimensi yang dinamakan (D1. Advancement of Knowledge), (D2.
Intilling new skill and imporovement), (D3. Creating Awareness of
88
88
Islamic Banking), yang dapat diukur ke dalam 4 elemen (raso
kinerja) yaitu: (E1. education grant), (E2. research), (E3.
training), (E4. publicity).
1) (D1) Advancement Knowledge
Bank syariah dituntut untuk ikut berperan serta dalam
mengembangkan pengetahuan tidak hanya pegawainya tetapi
juga masyarakat banyak. Peran ini dapat diukur melalui elemen
seberapa besar bank syariah memberikan beasiswa pendidikan
(E1.Education Grant) dan melakukan penelitian dan
pengembangan (E2. Research). Rasio pengukurannya dapat
diukur melalui seberapa besar dana beasiswa terhadap total
pendapatannya (R1. Education Grant/ Total Expense) dan rasio
biaya penelitian terhadap total biayanya (R2. Research
Expense/Total expense). Semakin besar dana beasiswa dan
biaya penelitian yang dikeluakan bank syariah, menunjukkan
bahwa bank syariah perhatian terhadap peningkatan
pengetahuan masyarakat.
2) (D2) Instilling New Skill and Improvement
Bank syariah memiliki kewajiban untuk meningkatkan
skill dan pengetahuan pegawainya, hal ini dapat diukur
dengan seberapa besar perhatian bank tersebut terhadap
89
89
pelatihan dan pendidikan bagi pegawainya (E3.training). Rasio
pengukurannya dapat diukur melalui seberapa besar biaya
pelatiahan terhadap total biayanya. (E3.training/ total expense).
Semakin besar rasio biaya training yang dikeluarkan oleh bank
syariah tersebut, artinya semakin besar perhatian bank terhadap
mendidik pegawainya.
3) (D3) Creating Awareness of Islamic Banking
Peran bank syariah dalam meningkatkan pengetahuan
masyarakat khususnya tentang perbankan syariah adalah
dengan melakukan sosialisasi dan publikasi perbankan syariah
dalam bentuk informasi produk bank syariah, operasional dan
sistem ekonomi syariah. (E4.publicity). Hal ini dapat diukur
melalui beberapa besar biaya publikasi atau promosi yang
dikeluarkan bank syariah tersebut terhadap total biaya yang
dikeluarkannya (E4.publicity/total expense). Semakin besar
promosi dan publisitas yang dilakukan bank syariah dan
berdampak pada peningkatan kesadaran masyarakat terhadap
perbangkan syariah.
90
90
b. Variabel Menetapan Keadilan (Iqamah Al- „Adl)
Tujuan syariah untuk menetapkan keadilan merupakan tujuan
maqasid syariah yang kedua yang memiliki 3 dimensi yang
dinamakan (D4. fair returns), (D5. cheap products and services),
(D6. elimination of injustices) dapat diukur ke dalam 4 elemen
(raso kinerja) yaitu: (E5. fair returns), (E6. functional distribution),
(E7. Interest free product).
1) (D4) Fair Returns
Bank syariah dituntut dapat melakukan transaksi secara
adil yang tidak merugikan nasabahnya. Salah satu yang dapat
dilakukan adalah dengan memberikan hasil yang adil dan
setara (fair returns). Ukuran yang digunakan adalah rasio profit
equalization reserve (PER) bank syariah. Untuk kasus bank
syariah di Indonesia, PER belum ditetapkan secara penuh dan
belum ada bank syariah yang melaporkan tingkat PER dalam
laporan tahunannya. Hal ini tentunya berbeda dengan
perbankan syariah di Malaysia dan di Negara-Negara lainya
yang telah menggunakan PER tersebut. oleh karena itu rasio
PER (R5. profit equalization reserve (PER)/ net or investment
91
91
income) tidak dapat digunakan di perbankan syariah di
Indonesia karena belum ada data terkait dengan hal tersebut.
2) (D5) Cheap Products and Services
Elemen pengukuran yang dilakukan adalah (E6.
functional distribution) dengan rasio kinerja pengukuran (R6.
mudharabah and musyarakah modes/ total investment mode),
berapa besar pembiayaan dengan sekema bagi hasil
mudharabah dan musyarakah terhadap seluruh model
pembiayaan yang diberikan bank syariah. Semakin tinggi
model pembiayaan bank syariah menggunakan mudharabah
dan musyarakah menunjukkan bahwa bank syariah tersebut
meningkatkan fungsinya untuk menetapkan keadilan sosiol
ekonomi melalui transaksi bagi hasil.
3) (D6) Elimination of Injustices
Riba (suku bunga) merupakan salah satu instrument
yang dilarang dalam sistem perbankan dan keuangan syariah.
Hal ini disebabkan riba menyebabkan ketidakadilan dalam
transaksi ekonomi. Riba memberikan kesempatan yang luas
kepada golongan kaya untuk mengeksploitasi golongan miskin.
Bank syariah dituntut untuk menjalankan aktivitas perbankan
92
92
khususnya investasi yang dilakuakn terbebas dari riba.
Semakin tinggi rasio invstasi yang bebas riba terhadap total
investasinya, akan berdampak positif terhadap berkurangnya
kesenjangan pendapatan dan kekayaan dalam kehidupan
bermasyarakat. Hal ini dapat diukur melalui rasio interest free
income/ total income.
c. Variabel Kepentingan Masyarakat
Tujuan syariah untuk kepentingan masyarakat merupakan
tujuan maqasid syariah yang ketiga yang memiliki 3 dimensi
yang dinamakan (D7. profitability of bank), (D8 redistribution of
income and wealt.), (D9.investment in real sector) dapat diukur ke
dalam 4 elemen (raso kinerja) yaitu: (E8. profit ratios), (E9.
personal income), (E10. investment ratios in real sector).
1) (D7) Profitability Of Bank
Semakin besar keuntungan yang diperoleh bank syariah
maka akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan tidak hanya
pemilik dan pegawai bank syariah tetapi dapat berdampak pada
semua stakeholder perbankan syariah dan dapat diukur melalui
seberapa besar net income terhadap total asset bank syariah.
93
93
Profitability of bank dapat diukur melalui rasio (R8.net income/
total asset).
2) (D8) Redistribution of Income and Wealth
Salah satu peran penting keberadaan bank syariah adalah
untuk mendistribusikan kekayaan kepada semua golongan. Peran
ini dapat dilakukan bank syariah melalui pendistribusian dana
zakat yang dikeluarkan oleh bank syariah. Peran ini dapat diukur
melalui seberapa besar rasio zakat yang di bayar bank syariah
terhadap net income. Redistribution of income and wealt dapat
diukur mealui rasio (R9. zakah paid/ net income).
3) (D9) Investment in Real Sector
Keberadaan bank syariah diharapkan dapat mendorong
pertumbuhan di sektor riil yang selama ini tidak seimbang dengan
sector keuangan . Prinsip dan akad-akad bank syariah dinilai lebih
sesuai dalam pengembangan di sektor riil, sehingga tingkat
pembiayaan bank syariah diharapkan lebih banyak pada sektor riil
tersebut seperti sector pertanian, pertambangan, konstruksi,
manufaktur dan usaha makro. Salah satu cara pengukuran yang
dilakukan untuk melihat hal ini adalah dengan melihat seberapa
besar pembiayaan bank syariah terhadap sektor riil dibandingkan
94
94
dengan total pembiayaan bank syariah tersebut (R10. Investment
in real economic sectors/ total investment). Semakin tinggi
pembiayaan yang disalurkan ke sector riil yang dilakukan
perbankan syariah akan mendorong terjadinya pengembangan
ekonomi sector riil yang akan memberikan kemaslahatan kepada
seluruh lapisan masyarakat Hameed et al (2004) menjadikan
pembiayaan mudharabah dan musyarakah sebagai rasio untuk
mengukur tingkat pembiayaan bank syariah terhadap sektor ril (
Afrinaldi, 2013: 7-9).
2. Tahapan Pengukuran Kinerja Maqasid Syariah Index (MSI)
Ada tiga tahap yang akan dilakukan untuk mengukur kinerja
maqasid syariah bank syariah, yaitu:
a. Menilai setiap rasio kinerja maqasid syariah yang terdiri dari 10
rasio kinerja yaitu:
1. Education Grant/Total Expense (R1.1)
2. Research expense/Total Expense (R2.1)
3. Training expense/Total Expense (R3.1)
4. Publicity expense/ Total Expense (R4.1)
5. Profit Equalization Reserves (PER) / Net or Investment
Income (R1.2)
95
95
6. Mudharabah and Musyarakah Modes/ Total Investment
Mode (R2.2)
7. Interest Free Income/Total Income (R3.2)
8. Net Income/ Total Asset (R1.3)
9. Zakah paid / Net Asset (R2.3)
10. Investment in Real Economic Sectors / Total Investment
(R3.3)
b. Menentukan peringkat dari bank syariah berdasarkan Indikator
Kinerja (IK)
Proses menentukan peringkat dari setiap bank syariah
dilakukan melalui Indikator Kinerja (IK) setiap bank syariah.
Proses tersebut menggunakan Simple Additive Weighting Method
(SAW) – (Hwang and Yoon, 1981) dengan cara pembobotan,
agregat dan proses menentukan peringkat (weighting, aggregating
and ranking processes), (Omar, 2008).
SAW merupakan metode Multiple Attribute Decision Making
(MADM) yang dilakukan sebagai berikut:
Pengambil keputusan (Decision Maker) mengidentifikasi
setiap nilai atribut dan nilai intra-atribut. Dalam penelitian ini yang
menjadi atribut adalah tiga tujuan maqasid syariah dan intra-atribut
adalah 10 elemen dan 10 indikator kinerja (rasio) sebagaimana
pada table (table 3.1) Para decision maker menentukan bobot
96
96
setiap atribut dan intra–atribut. Bobot dari 3 tujuan maqasid
syariah dan 10 elemen (intra-atribut) telah diberikan bobot oleh
pakar syariah sebagaimana padan table 3.1. Evaluasi dari 10 rasio
kinerja diperoleh dari laporan tahunan 8 bank syariah yang
menjadi objek penelitian periode 2007– 2016.
Kemudian akan diperoleh skor total untuk setiap bank
dengan cara mengalikan setiap rasio skala setiap atribut. Secara
matematis, proses menentukan Indikator kinerja dan tingkat indeks
maqasid syariah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1 Tahzib al-Fard (Mendidik Individu) = Tujuan 1 (T1)
Indikator Kinerja (IK) untuk Tujuan 1 sebagai berikut:
IK (T1) = W11 x E11 x R11 + W11 x E21 x R21 + W11 x
E31 x R31 + W11 x E41 x R41
Atau : W11 (E11 x R11 + x E21 x R21 + x E31 x R31
+ x E41 x R41) (1)
Dimana :
T1 = Tujuan pertama dari Maqasid Syariah (Tahzib
al Fardi)
W11 = Bobot rata-rata untuk tujuan pertama
(Tahzib al Fardi)
E11 = Bobot rata-rata untuk elemen pertama tujuan
1 (E1.Education Grant)
97
97
E21 = Bobot rata-rata untuk elemen kedua tujuan 1
(E2.Research)
E31 = Bobot rata-rata untuk elemen ketiga tujuan 1
(E3.Training)
E41 = Bobot rata-rata untuk elemen ke empat
tujuan 1 (E4.Publicity)
R11 = Rasio kinerja untuk elemen pertama tujuan 1
R21 = Rasio kinerja untuk elemen kedua tujuan 1
R31 = Rasio kinerja untuk elemen ketiga tujuan 1
R41 = Rasio kinerja untuk elemen ke empat tujuan
Sehingga, IK (T1) = IK11 + IK21 + IK31 + IK41
(2)
Dimana :
IK11 = W11 x E11 x R11 (3)
IK21 = W11 x E21 x R21 (4)
IK31 = W11 x E31 x R31 (5)
IK41 = W11 x E41 x R41 (6)
2 Iqamah al- Adl (Menegakkan Keadilan) = Tujuan 2 (T2)
Indikator Kinerja (IK) untuk Tujuan 2 sebagai berikut:
IK (T2) = W22 x E12 x R12 + W22 x E22 x R32 +
W22 x E32 x R32
98
98
atau : W22 ( E12 x R12 + E22 x R32 + E32 x R32)
(7)
Sehingga, IK (T2) = IK12 + IK22 + IK32 (8)
Dimana :
IK12 = W22 x E12 x R12 (9)
IK21 = W22 x E22 x R32 (10)
IK31 = W22 x E32 x R32 (11)
3 Jalb al Maslahah (Public Interest) = Tujuan 3 (T3)
Indikator Kinerja (IK) untuk Tujuan 3 sebagai berikut:
IK (T3) = W33 x E13 x R13 + W33 x E23 x R23 +
W33 x E33 x R33
atau : W33 ( E13 x R13 + E23 x R23 + E33 x R33)
(12)
Sehingga, IK (T2) = IK13 + IK23 + IK33 (13)
Dimana :
IK12 = W33 x E13 x R13 (14)
IK21 = W33 x E23 x R23 (15)
IK31 = W33 x E33 x R33 (16)
99
99
c. Menentukan Indeks Maqasid Syariah (IMS)/Sharia Maqasid Index
(SMI) setiap bank syariah
Indeks maqasid syariah (IMS) untuk setiap bank syariah
merupakan total semua kinerja indikator dari 3 tujuan maqasid
syariah. Sehingga IMS setiap bank syariah dapat dirumuskan
sebagai berikut:
IMS = IK(T1) + IK(T2) + IK(T3) (17)
Dengan kata lain IMS untuk setiap bank syariah adalah jumlah
total dari indikator kinerja maqasid syariah Tujuan 1, Tujuan 2 dan
Tujuan 3 ( Afrinaldi, 2013: 10-12).
Tabel 3.1
Konsep Operasionalisasi Metode Sekaran yang Dirumuskan oleh
Mohammed dan Taib (2010)
Tujuan
Syariah
Bobot
(Weighting)
Rata-rata
(100%)
Elemen (E)
Bobot
(Weigh
ting)
Rata-
rata
(100%)
1. Tahzib Al-
Fard (Educating
Individual)
30
E1. Education Grant 24
E2. Research 27
E3. Training 26
E4. Publicity 23
Total 100
2. Iqamah Al-
„Adl
(Establishing
Justice)
41
E5. Fair Returns 30
E6. Functional Distribution 32
E7. Interest free Product 38
Total 100
3. Jalb al
Muslahah
E8. Profit Ratios 33
E9. Personal Income 30
100
100
(Public Interest) 29 E10. Investment Ratios in Real Sector 37
Total 100
Total 100
Sumber: Mohammed dan Taib (2010)
F. Uji Istrumen Penelitian
A. Uji Deskiptif
Uji Deskiptif membemberikan gambaran atau deskiptif suatu
data yang dilhat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian,
maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness atau dengan
kata lain kemencengan distribusi. Kurtosis dan skewness menunjukan
ukuran apakah data terdistribusi secara normal atau tidak. Skewness
mengukur kemencengan dari data, kurtosis mengukur puncak dari
distribusi data, dengan kata lain data dikatakan terdistribusikan normal
jika data tersebut mempunyai nilai skewness dan kurtosis mendekati
angka nol. Nilai range merupakan selisih nilai maksimum dan nilai
minimum, nilai sum merupakan penjumlahan dari data yang tersedia
(Ghozali, 2013: 19-21).
B. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mendeteksi apakah sebuah data
tersebut terdistribusi secara normal, mendekati normal atau tidak
terdistribusi secara normal. Normalitas data dapat juga dilakukan
101
101
dengan kolmogorov-smirnov. Apabila nilai K-S untuk variabel
EARNS 1.859 dengan probabilitas signifikasi 0,002 dan nilainya jauh
di bawah α=0,05 hal ini berarti hipotesis nol ditolak atau variabel
EARNS tidak terdistribusi secara normal. Dan apabila nilai K-S untuk
variabel WEALTH 0,719 dengan probabilitas signifikasi 0,680 dan
nilainya jauh di atas α=0.05 hal ini berarti hipotesis nol diterima atau
variabel WEALTH terdistribusi secara normal. (Ghozali, 2013: 32-34).
C. Uji Beda Ttest
Variabel-variabel dalam penelitian ini akan diuji dengan
menggunakan uji beda independen. Uji beda ttest digunakan untuk
menentukan apakah dua sample yang tidak berhubungan memiliki
nilai rata-rata yang berbeda. Uji beda ttest dilakukan dengan cara
membandingkan perbedaan antara dua nilai rata-rata dengan standar
error dari perbedaan rata-rata dua sample atau secara rumus dapat
ditulis sebagai berikut:
t =Rata −rata sample pertama – rata −rata sample kedua
standar error perbedaan rata −rata kedua sample
Standar error perbedaan dalam nilai rata-rata terdistribusi
secara normal. Jadi tujuan uji beda t-test adalah membandingkan rata-
rata dua grup yang tidak berhubungan satu dengan yang lain. Apakah
102
102
grup tersebut mempunyai nilai rata-rata yang sama ataukah tidak sama
secara signifikan (Ghozali, 2013: 64-66).
Pengambilan keputusan:
Jika probabilitas ˃ 0.05, maka H0 tidak dapat ditolak jadi
variance sama. Jika probabilitas ˂ 0.05, maka H0 ditolak jadi variance
berbeda.
G. Alat Analisis
Penelitian kuantitatif (menggunakan data yang dapat diukur
dalam suatu skala numerik/angka), dengan menggunakan uji beda ttest
dengan alat bantu perangkat lunak SPSS version 21.0 for windows, yang
berfungsi untuk membantu dalam proses data statistik secara tepat dan
cepat, serta menghasilkan berbagai output yang dikehendaki para
pengambil keputusan.
103
103
BAB IV
ANALISIS DATA
A. Deskripsi Objek Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui dan menguji
mengenai apakah terdapat perbedaan kinerja nilai Maqasid Syariah Index
(MSI) dan membandingkan nilai MSI antara perbankan syariah di
Indonesia dan bank syariah di Pakistan selama tahun 2007-2016. Objek
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah perbankan syariah
yang terdaftar didalam data statistik perbankan syariah pada bulan
desember 2015 yang telah diterbitkan OJK (Otoritas Jasa Keuangan) dan
(Islamic Banks) yang terdaftar di dalam Islamic Banking Bulletin (Islamic
Banking Department State Bank of Pakistan) pada bulan desember 2016,
periode 2007-2016. Dari total keseluruhan yang ada, dengan kriteria yang
telah memenhi sampling yang ditetapkan maka diperoleh 8 perbankan
syariah yang menjadi sampel dalam penelitian ini. Nama-nama perbankan
syariah tersebut adalah sebagai berikut:
104
104
Tabel 4.1
Daftar Sampel Perbankan Syariah
Data Statistik Perbankan Syariah OJK
1 PT. Bank Muamalat Indonesia
2 PT. Bank Syariah Mandiri
3 PT. Bank Mega Syariah
4 PT. Bank Syariah Bukopin
Islamic Banking Bulletin (Islamic Banking
Department State Bank of Pakistan)
1 AlBaraka Bank (Pakistan) Limited
2 BankIslami Pakistan Limited
3 Dubai Islamic Bank Pakistan Limited
4 Meezan Bank Limited
Sumber: www.ojk.go.id dan www.sbp.org.pk/ibd/bulletin
B. Hasil Penelitian
Hasil penelitian yang dihasilkan dari pengolahan data SPSS dapat
dihasilkan pengujian sebagai berikut :
1. Analisis Deskiptif
Statistik deskriptif ini menunjukkan gambaran umum objek
penelitian yang dijadikan sampel penelitian. Dapat dilihat pada table
4.2 mengenai hasil analisis deskriptif sebagai berikut:
105
105
Tabel 4.2
Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
VAR000
03
80 16,76 97,31 48,1672 19,97148
Valid N
(listwise)
80
Sumber: data sekunder diolah, 2017
Tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa jumlah pengamatan pada
perusahaan yang terdaftar di dalam data statistik perbankan syariah pada
bulan Desember 2015 yang telah diterbitkan OJK (Otoritas Jasa
Keuangan) dan (Islamic Banks) yang terdaftar di dalam Islamic Bangking
Bulletin (Islamic Bangking Department State Bank of Pakistan) pada
bulan desember 2016, periode 2007-2016 . Mean atau rata-rata nilai
maqasid syariah index 48,1672, nilai maqasid syariah index terendah
(minimum) adalah 16,76 dan nilai maqasid syariah index tertinggi
(maksimum) adalah 97,31. Dari data di atas dapat diketahui bahwa
standar deviasi sebesar 19,97148 lebih kecil dari pada nilai rata-rata
sebeasar 48,1672. Berarti nilai maqasid syariah index dalam kondisi baik.
2. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi variabel dependen dan independen atau keduanya mempunyai
106
106
distribusi normal atau tidak. Peneliti menggunakan Kolmogorov-
smirnov untuk melakukan uji normalitas dengan nilai yang pasti.
Adapun uji normalitas dapat dilihat pada table 4.3 berikut:
Tabel 4.3
Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 80
Normal
Parametersa,b
Mean ,0000000
Std.
Deviation
19,59381685
Most
Extreme
Differences
Absolute ,108
Positive ,108
Negative -,068
Kolmogorov-Smirnov Z ,966
Asymp. Sig. (2-tailed) ,308
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber: data sekunder diolah, 2017
Berdasarkan tabel 4.3 diatas diketahui bahwa data terdistribusi
normal. Karena Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,966 dan sebesar 0,308
lebih besar dari 0,05. Hal ini menunjukkan data residualnya
terdistribusi normal, karena nilai signifikansi lebih dari 0,05.
107
107
Tabel 4.4
Uji Normalitas Dengan Grafik
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
(MSI)
Indonesia
(MSI)
Pakistan
N 40 40
Normal
Parametersa,b
Mean 44,325871 52,008433
Std.
Deviation
16,2550684 22,6594822
Most Extreme
Differences
Absolute ,120 ,158
Positive ,120 ,158
Negative -,063 -,099
Kolmogorov-Smirnov Z ,758 1,001
Asymp. Sig. (2-tailed) ,614 ,269
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber: data sekunder diolah, 2017
Hasil uji K-S untuk nilai maqasid syariah index (MSI) di
Indonesia memberikan nilai 0,758 dengan probabolitas 0,614 yang
jauh di atas ɑ = 0,05 jadi dapat disimpulkan bahwa hipotesis nol tidak
dapat ditolak atau data nilai maqasid syariah index (MSI) di
Indonesia terdistribusi secara normal. Begitu juga dengan uji K-S
untuk nilai maqasid syariah index (MSI) di Pakistan menghasilakan
nilai K-S 1,001 dengan probabilitas 0,269 yang jauh di atas ɑ = 0,05
yang berarti hipotesis nol tidak dapat ditolak atau nilai maqasid
syariah index (MSI) di Pakistan terdistribusi secara normal.
108
108
Berikut ini adalah tampilan grafik histogram variabel nilai maqasid
syariah index (MSI) di Indonesia dan di Pakistan:
Sumber: data sekunder diolah, 2017
Diagram 4.1
Histogram
Uji Normalitas Dengan Grafik
Nilai Maqasid Syariah Index (MSI) Di Indonesia
Sumber: data sekunder diolah, 2017
Diagram 4.2
Histogram
Uji Normalitas Dengan Grafik
Nilai Maqasid Syariah Index (MSI) Di Pakistan
109
109
3. Uji Beda Ttest
Pengujian hipotesis uji perbedaan ini dengan menggunakan uji
beda ttest disajikan dalam table 4.5. Hipotesis pertama dalam penelitian
ini menduga bahwa HA terdapat perbedaan signifikan nilai maqasid
syariah index pada perbankan syariah di Indonesia dan di Pakistan.
Hasil uji beda ttest dapat dilihat pada table 4.5 berikut:
Tabel 4.5
Uji Beda Ttest
Independent Samples Test
Levene's
Test for
Equality
of
Varianc
es
t-test for Equality of Means
F Si
g.
t df Sig.
(2-
taile
d)
Mean
Diffe
rence
Std.
Error
Differe
nce
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
VA
R00
003
Equal
variance
s
assumed
7,1
46
,0
09
1,74
2
78 ,085 7,682
57
4,4093
1
-
1,09569
16,46082
Equal
variance
s not
assumed
1,74
2
70,7
35
,086 7,682
57
4,4093
1
-
1,10991
16,47504
Sumber: data sekunder diolah, 2017
Dari table 4.4 diatas dapat diketahui nilai t hitung sebesar
1,742 dengan probabilitas sebesar 0,85 karena probabilitas ˃ 0,05 maka
110
110
dapat disimpulkan bahwa H0 ditrima atau tidak dapat ditolak jadi
variance sama, dengan kata lain bahwa tidak ada perbedaan nilai maqasid
syariah index diperbankan syariah Indonesia dan di Pakistan pada periode
2007 sampai 2016.
4. Rasio Kinerja Maqashid Shariah Index pada Bank Syariah Di
Indonesia dan Pakistan
Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbandingan antara
perbankan syariah di Indonesia dan Pakistan ditinjau dari maqashid
shariah index. Penelitian ini menggunakan maqashid shariah index
untuk mengukur bagaimana selama ini bank syariah melaksanakan
tujuan-tujuan syariah dalam menjalankan operasionalnya yang
berkaitan dengan tahzib al-fard (pendidikan individu), iqamah al-„adl
(menetapkan keadilan keadilan), jalb al muslahah (kepentingan
masyarakat), dan apakah terdapat perbedaan atau tidak ada perbedaan
di dalam nilai maqashid shariah index. berdasarkan konsep Zahrah.
a. Tujuan Maqashid Syariah Index yang Pertama (Pendidikan)
Tujuan yang pertama dalam maqashid syariah index ini
memiliki empat elemen, yaitu pendidikan, penelitian, pelatihan dan
publicity. Rasio keuangan kinerja maqashid syariah index pada
tujuan pertama dapat dilihat dalam Tabel 4.6 sebagai berikut :
111
111
Tabel 4.6
Rasio Kinerja Maqashid Syariah Index yang Pertama
Bank Syariah di
Indonesia
Kinerja Tujuan 1
Tahun R11 R12 R13 R14
PT. Bank Muamalat
Indonesia
2007-2010 1,6641 0,0671 0,3221 0,8393
PT. Bank Syariah
Mandiri
2007-2010 3,2219 0,0222 0,5072 1,0507
PT. Bank Mega
Syariah
2007-2010 0,4825 0,0000
0,4064 0,1210
PT. Bank Syariah
Bukopin
2007-2010 0,7522 0,0000
0,4512 0,5762
Bank Syariah di
Pakistan
Albaraka Bank
(Pakistan) Limited
2007-2010 0,3825 0,2637 0,0094 0,1251
BankIslam Pakistan
Limited
2007-2010 0,5174 0,3190 2,6740 0,3061
Dubai Islaic Bank
Limited
2007-2010 1,2533 0,5471 0,0000 0,1656
Meezan Bank Limited 2007-2010 4,7392 2,4424 2,8064 0,1578
Sumber: annual report, 2007-2016.
Tabel 4.6 menggambarkan persentase pengalokasian dana
yang dilakukan oleh perbankan syariah untuk bidang pendidikan,
penelitian, pelatihan dan publisitas. Keempat elemen ini
merupakan salah satu bentuk kepedulian serta kontribusi yang
dapat bank syariah berikan untuk kemajuan perekonomian berbasis
prinsip syariah terutama dari segi industri perbankan syariah itu
sendiri.
1. Hibah Pendidikan (R11)
Hibah pendidikan yang dikeluarkan oleh bank syariah
diberikan dalam bentuk beasiswa serta bantuan kepada
112
112
lembaga pendidikan. Hal ini merupakan bentuk kepedulian
perusahaan dan juga sebagai wujud tanggung jawab sosial
kepada masyarakat (Mutia & Ramadhani, 2016: 12). Dilihat
dari table 4.6 rasio kinerja maqasid syariah index pada tahun
2007-2016 di atas, perbankan syariah di Indonesia memiliki
penyaluran terbesar untuk di bidang pendidikan adalah Bank
Syariah Mandiri dengan total hibah di bidang pendidikan
mencapai 3,22% dengan diikuti oleh Bank Muamalat Indonesia
mencapai 1,66%, Bank Syariah Bukopin mencapai 0,75%,
pada tahun 2013 Bank Mega Syariah mencapai 0,48% .
Sementara itu di Indonesia, kontribusi untuk membantu
bidang pendidikan masih tertinggal dibandingkan dengan
perbankan syariah di Pakistan. Hal ini dapat dilihat dari tabel
4.6 di atas ke empat perbankan syariah dimana kontribusi
terbesar dalam pendidikan di Pakistan mencapai 4,74% yaitu
oleh Meezan Bank Limited dan kemudian Dubai Islaic Bank
Limited mencapai 1,25%, lalu disusul BankIslam Pakistan
Limited mencapai 0,51%, yang terakhir Albaraka Bank
(Pakistan) Limited mencapai 0,38% pada tahun 2010. Dengan
demikian, persentase penyaluran dana perbankan syariah untuk
rasio pendidikan di Pakistan masih lebih baik dibandingkan
dengan di Indonesia.
113
113
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan
vital. Dengan adanya donasi pendidikan yang diberikan oleh
perbankan syariah ini diharapkan dapat melahirkan generasi-
generasi yang lebih baik sehingga dapat membantu
mempercepat pertumbuhan perekonomian berbasis Islam
secara menyeluruh sehingga eksistensi bank syariah dapat terus
berlanjut serta semakin berkembang dari waktu ke waktu
(Mutia & Ramadhani, 2016: 12) .
2. Pelelitian (R12)
Rasio yang kedua menggambarkan pengeluaran dana
yang digunakan untuk tujuan penelitian dan pengembangan
terutama dalam pengembangan bank syariah itu sendiri.
Penelitian ini diharpkan dapat membantu dalam
pengembangan-pengembangan produk-produk baru yang
sesuai dengan prinsip-prinsip syariah sehingga dapat
memperkuat kedudukan perbankan syariah (Mutia &
Ramadhani, 2016: 12).
Dilihat pada tabel 4.6 di atas menunjukkan bahwa Bank
Muamalat Indonesia berada pada urutan pertama dalam bidang
penelitian mencapai 0,07 %, sedangkan pada urutan kedua di
duduki oleh Bank Syariah Mandiri mencapai 0,02%,
berdasarkan analisa dari 4 bank syariah tersebut hanya 2 bank
114
114
syariah di Indonesia yang menyalurkan dananya untuk
penelitian sedangkan di kedua perbank syariah yang lainnya
tidak ditemukan pengalokasian dana pada bidang penelitian.
Sudah seharusnya, semua perbankan syariah dapat
menyediakan dana yang di salurkan untuk bidang penelitian
agar kedepanya nanti dapat membantu dalam mengembangkan
atau menciptakan produk-produk baru berbasis syariah
sehingga dapat memajukan perbankan syariah di Indonesia.
Berdasarkan analisis pada rasio kinerja maqasid
syariah index kedua dilihat dari tabel 4.6 di atas perbankan
syariah di Pakistan lebih unggul di bandingkan dengan
perbankan syariah di Indonesia. di Pakistan, bank syariah yang
memiliki penyaluran terbesar di bidang penelitian adalah
Meezan Bank Limited mencapai 2,44%, lalu disusul oleh
Dubai Islaic Bank Limited yaitu sebesar 0,55%, kemudian
BankIslam Pakistan Limited sebesar 0,32%, dan yang terakhir
Albaraka Bank (Pakistan) Limited sebesar 0,26%.
3. Pelatihan (R13)
Rasio ketiga dalam rasio kinerja maqasid syariah index
yang pertama adalah jumlah dana yang dikeluarkan oleh bank
syariah untuk kegiatan pelatihan maupun pendidikan pada para
karyawan perbankan syariah. Pelatiahan ini dilakukan untuk
115
115
meningkatkan pelatihan ini dilakukan untuk meningkatkan
pemahaman serta soft skill maupun hard skill para karyawan
sehingga bank dapat beroperasi secara lebih maksimal, selain
itu perbankan syariah juga memberikan kesempatan kepada
karyawan untuk memberikan pendidikan lebih lanjut sehingga
kedepanya nanti para karyawan bisa lebih siap menjalankan
tugas-tugas dan tanggung jawab yang lebih tinggi (Mutia &
Ramadhani, 2016: 13).
Perbankan Syariah di Indonesia yang berada pada
peringkat pertama untuk resio kinerja maqasid syariah index
ketiga dapat dilihat dari table 4.6 di atas adalah Bank Syariah
Mandiri mencapai 0,50% dengan diikuti oleh pada Bank
Syariah Bukopin mencapai 0,45%, Bank Mega Syariah pada
mencapai 0,40%, Bank Muamalat Indonesia mencapai 0,32%.
Pelatihan yang di berikan perbankan syariah sangat berguna
untuk berkembang dan memajukan industri perbankan syariah
untuk mengadapi perubahan dan berkembangnya
perekonomian dengan begitu cepat dan untuk mengadapi
berbagai ancaman termaksuk krisis perekonomian dan lainnya.
Perbankan syariah di Pakistan tampaknya hanya satu
perbankan syariah yang tidak menyatakan secara jelas
mengenai pengalokasian dana untuk kepentingan pelatiahan,
116
116
meskipun demikian perbankan syariah di Pakistan lebih unggul
di bandingkan perbankan syariah di Indonesia berdasarkan
analisis pada rasio kinerja maqasid syariah index dilihat dari
table 4.6 di atas bank syariah yang memiliki penyaluran
terbesar di bidang pelatihan adalah Meezan Bank Limited
mencapai 2,80%, lalu disusul oleh BankIslam Pakistan
Limited sebesar 2,67%, dan yang terakhir Albaraka Bank
(Pakistan) Limited sebesar 0,009%.
4. Publicity atau Promosi (R14)
Rasio pertama dalam rasio kinerja maqasid syariah
index yang keempat dilihat dari table 4.6 di atas adalah
publisitas atau promosi. Promosi adalah hal yang penting,
karena tanpa promosi perbankan syariah akan lambat
berkembang. Hal ini disbabkan karena promosi dapat memiliki
pengaruh yang cukup besar dalam hal penarikan minat
konsumen. Dengan adanya promosi dari perbankan syariah,
maka masyarakat dapat mengetahui semua informasi dari
perbankan syariah tersebut dengan jelas mengenai bank
syariah, produk-produk bank syariah serta masyarakat dapat
mengetahui keunggulan maupun keuntungan yang diperoleh
ketika menjadi nasabah perbankan syariah tersebut.
117
117
Publikasi juga diharapkan dapat menarik minat
masyarakat terutama para investor agar dapat berinvestasi
sesuai dengan prinsip agama Islam, sehingga profit yang
dihasilkan oleh perbankan syariah tersebut menjadi lebih
berkah. Perbankan syariah juga dapat memberikan
pengetahuan kepada masyarakat luas mengenai riba, sehingga
masyarakat yang khususnya beragama Islam dapat terhindar
dari riba. Ciri-ciri dari publikasi atau promosi yang bagus itu
adalah yang efektif, handal dan tepat sasaran, yang artinya
pesan yang di sampaikan harus lansung terjurus pada
konsumen dan para investor, sehingga diharapkan perbank
syariah juga bisa menjawab kekhawatiran konsumen bahwa
bank syariah sama sekali berbeda dengan bank konvensional
yang merupakan menggunakan sistem bunga (riba) (Mutia &
Ramadhani, 2016: 14).
Semua perbankan syariah di Indonesia dan di Pakistan
yang menjadi objek penelitian mengalokasikan dananya untuk
publikasi atau promosi, meskipun ada satu perbankan syariah
di Indonesia yaitu Bank Mega Syariah yang mengeluarkan dan
mengalokasikan dana untuk promosi dari tahun 2007 sampai
2016, hanya pada tahun 2015 sampai 2016 saja Bank Mega
Syariah memberikan dan mengalokasikan dananya untuk
118
118
publikasi atau promosi. Hal ini berarti, secara keseluruhan
perbankan syariah sadar akan arti pentingnya sebuah promosi
yang bisa mempengaruhi konsumen dalam membuat
keputusan.
Dilihat dari tabel rasio kinerja maqasid syariah index
pada tahun 2007-2016 dilihat dari table 4.6 di atas, perbankan
syariah di Indonesia memiliki penyaluran terbesar untuk
publikasi adalah Bank Syariah Mandiri dengan total hibah
mencapai 1,05% dengan diikuti oleh Bank Muamalat Indonesia
mencapai 0,83%, kemudian Bank Syariah Bukopin mencapai
0,58%, dan terakhir Bank Mega Syariah pada tahun 2016
mencapai 0,12% .
Sementara itu dalam hal kontribusi penyaluran dana
untuk publikasi perbankan syariah di Indonesia lebih unggul di
bandingkan dengan perbangkan syariah di Pakistan. Hal ini
dapat dilihat dari table 4.6 di atas ke empat perbankan syariah
dimana kontribusi terbesar dalam penyaluran dana untuk
publikasi di Pakistan mencapai 10,30% yaitu oleh BankIslam
Pakistan Limited dan kemudian di susul Dubai Islaic Bank
Limited mencapai 0,16 %, lalu disusul Meezan Bank Limited
mencapai 0,15%, yang terakhir Albaraka Bank (Pakistan)
119
119
Limited mencapai 0,12%. Dengan demikian, persentase
penyaluran dana perbankan syariah untuk rasio publikasi di
Indonesia masih lebih baik dibandingkan dengan di Pakistan.
b. Tujuan Maqashid Syariah Index yang Kedua (Menetapkan
Keadilan)
Tujuan yang kedua dalam maqashid syariah index ini
memiliki tiga elemen, yaitu fair returns, functional distribution,
dan interest free product. Rasio keuangan kinerja maqashid
shariah index pada tujuan kedua dapat dilihat dalam tabel 4.7
sebagai berikut :
Tabel 4.7
Rasio Kinerja Maqashid Syariah Index yang Kedua
Bank Syariah di
Indonesia
Kinerja Tujuan 2
Tahun R21 R22 R23
PT. Bank Muamalat
Indonesia
2007-2016 0,0000
4,7232 5,2722
PT. Bank Syariah
Mandiri
2007-2016 0,0000
3,0822 4,2904
PT. Bank Mega
Syariah
2007-2016 0,0000
0,6703 4,8040
PT. Bank Syariah
Bukopin
2007-2016 0,0000
3,8354 5,2258
Bank Syariah di
Pakistan
Albaraka Bank
(Pakistan) Limited
2007-2016 2,0177 6,7473 2,6087
BankIslam Pakistan
Limited
2007-2016 4,9253 3,1938 0,1255
Dubai Islaic Bank
Limited
2007-2016 3,7099 3,1681 4,5738
Meezan Bank Limited
2007-2016 9,6627 2,3377 4,5623
Sumber: annual report, 2007-2016.
120
120
5. Fair Returns (R21)
Rasio kedua dalam rasio kinerja maqasid syariah index
yang kepertama adalah fair returns. Bank syariah dituntut
dapat melakukan transaksi secara adil yang tidak merugikan
nasabahnya. Salah satu yang dapat dilakukan adalah dengan
memberikan hasil yang adil dan setara (fair returns). Ukuran
yang digunakan adalah rasio profit equalization reserve (PER)
bank syariah. Untuk kasus bank syariah di Indonesia, PER
belum ditetapkan secara penuh dan belum ada bank syariah
yang melaporkan tingkat PER dalam laporan tahunannya (
Afrinaldi, 2013: 8). Hal ini terdapat adanya perbeda dengan
perbankan syariah di Pakistan.
Dilihat dari tabel rasio kinerja maqasid syariah index
pada dilihat dalam tabel 4.7 di atas, perbankan syariah di
Pakistan memiliki penyaluran terbesar untuk fair returns
mencapai 9,66% yaitu oleh Meezan Bank Limited dan
kemudian di susul BankIslam Pakistan Limited mencapai
4,92%, lalu disusul Dubai Islaic Bank Limited mencapai
3,70% , yang terakhir Albaraka Bank (Pakistan) Limited
mencapai 2,01%. Dengan demikian, persentase penyaluran
121
121
dana perbankan syariah untuk rasio fair returns di Pakistan
masih lebih baik dibandingkan dengan di Indonesia.
6. Functional Distribution (R22)
Rasio kedua dalam rasio kinerja maqasid syariah index
yang kedua adalah functional distribution. Rasio kinerja
maqasid syariah index yang kedua ini menggunakan
pengukuran mudharabah and musyarakah modes, seberapa
besar perbangkan syariah di Indonesia dan di Pakistan
mengunakan pembiayaan dengan sekema bagi hasil
mudharabah dan musyarakah terhadap seluruh model
pembiayaan yang diberikan bank syariah. Semakin tinggi
model pembiayaan bank syariah menggunakan mudharabah
dan musyarakah menunjukkan bahwa bank syariah tersebut
meningkatkan fungsinya untuk menetapkan keadilan sosiol
ekonomi melalui transaksi bagi hasil (Afrinaldi, 2013: 8).
Dilihat pada tabel 4.7 di atas menunjukan bahwa Bank
Muamalat Indonesia berada pada urutan pertama mencapai
4,72%, sedangkan pada urutan kedua di duduki oleh Bank
Syariah Bukopin mencapai 3,83%, pada urutan ketiga diduduki
oleh Bank Syariah Mandiri mencapai 3,08% yang berada pada
122
122
urutan yang terakhir adalah Bank Mega Syariah mencapai
0,67%.
Berdasarkan analisis pada rasio kinerja maqasid syariah
index yang kedua dilihat pada tabel 4.7 diatas menggunakan
pengukuran mudharabah and musyarakah modes, ini
perbankan syariah di Pakistan lebih unggul di bandingkan
dengan perbankan syariah di Indonesia. Di Pakistan, bank
syariah yang memiliki mengunakan pembiayaan dengan
sekema bagi hasil mudharabah dan musyarakah terhadap
seluruh model pembiayaan yang diberikan bank syariah
terbesar adalah AlBaraka Bank (Pakistan) Limited mencapai
6,75%, lalu disusul oleh BankIslam Pakistan Limited yaitu
sebesar 3,19%, kemudian Dubai Islaic Bank Limited sebesar
3,17%, dan yang terakhir Meezan Bank Limited sebesar 2,34%
7. Interest Free Product (R23)
Rasio kedua dalam rasio kinerja maqasid syariah index
yang ketiga adalah interest free product. Bank syariah dituntut
untuk menjalankan aktivitas perbankan khususnya investasi
yang dilakuakn terbebas dari riba. Semakin tinggi rasio
investasi yang bebas riba terhadap total investasinya, akan
123
123
berdampak positif terhadap berkurangnya kesenjangan
pendapatan dan kekayaan dalam kehidupan bermasyarakat.
Dilihat pada tabel 4.7 di atas menunjukan bahwa Bank
Muamalat Indonesia berada pada urutan pertama mencapai
5,27%, sedangkan pada urutan kedua di duduki oleh Bank
Syariah Bukopin mencapai 5,22%, pada urutan ketiga diduduki
oleh Bank Mega Syariah mencapai 4,80% yang berada pada
urutan yang terakhir adalah Bank Syariah Mandiri mencapai
4,29%.
Di Pakistan, bank syariah yang mengunakan rasio
interest free product terbesar adalah Dubai Islaic Bank Limited
mencapai 4,57%, kemudian disusul oleh Meezan Bank
Limited sebesar 4,56%, lalu disusul oleh AlBaraka Bank
(Pakistan) Limited yaitu sebesar 2,61% dan yang terakhir
BankIslam Pakistan Limited sebesar 0,12%. Dengan demikian,
persentase penyaluran dana perbankan syariah untuk rasio
interest free product di Indonesia masih lebih baik
dibandingkan dengan di Pakistan.
124
124
c. Tujuan Maqashid Syariah Index yang Ketiga (Kepentingan
Masyarakat)
Tujuan yang ketiga dalam maqashid syariah index ini
memiliki tiga elemen, yaitu profit ratios, personal income dan
investment ratios in real sector. Rasio keuangan kinerja maqashid
shariah index pada tujuan kedua dapat dilihat dalam Tabel 4.8
sebagai berikut :
Tabel 4.8
Rasio Kinerja Maqashid Syariah Index yang Ketiga
Bank Syariah di
Indonesia
Kinerja Tujuan 3
Tahun R31 R32 R33
PT. Bank Muamalat
Indonesia
2007-2016 1,2826 0,3219 0,3702
PT. Bank Syariah
Mandiri
2007-2016 3,7420 1,0861 0,2539
PT. Bank Mega
Syariah
2007-2016 0,1285 0,1486 0,7140
PT. Bank Syariah
Bukopin
2007-2016 0,0324 0,0182 3,0452
Bank Syariah di
Pakistan
Albaraka Bank
(Pakistan) Limited
2007-2016 0,0649 0,0453 0,3015
BankIslam Pakistan
Limited
2007-2016 0,3315 0,0134 0,6267
Dubai Islaic Bank
Limited
2007-2016 0,1589 0,0365 0,8593
Meezan Bank
Limited
2007-2016 0,1103 0,0453 0,2813
Sumber: annual report, 2007-2016.
125
125
8. Profit Ratios (R31)
Tujuan perusahaan adalah untuk mendapatkan
keuntungan sebesar-besarnya, hal ini lah yang perlu di
perhatikan dalam pencapaian tujuan tersebut untuk perbankan
syariah, pencapaian keuntungan harus sesuai dengan prinsip
syariah itu sendiri. Perusahaan dapat dikatakan baik jika
perusahaan tersut mampu mendapatkan keuntungan yang
tinggi.
Profitabilitas merupakan sebuah gambaran suksesnya
sebuah perusahaan dalam menjalankan funsinya. Apabila
beban yang ditanggung perusahaan tersebut lebih besar dari
pada pendapatan yang diperoleh, maka dapat dikatakan bahwa
perusahaan tersebut telah gagal menjalnkan fungsinya dengan
baik. Selain itu,apabila profitabilitas yang semakin meningkat,
maka bertambahlah jumlah investor, karena para investor
cenderung memilih sebuah perusahaan dengan profit yang
semakin meningkat dari tahun ketahun atau minimal stabil dari
tahun ketahun (Mutia & Ramadhani, 2016: 17).
Dilihat pada tabel 4.8 di atas menunjukan bahwa Bank
Syariah Mandiri berada pada urutan pertama mencapai 3,74% ,
sedangkan pada urutan kedua di duduki oleh Bank Muamalat
Indonesia mencapai 1,28% , pada urutan ketiga diduduki oleh
126
126
Bank Mega Syariah mencapai 0,128% yang berada pada urutan
yang terakhir adalah Bank Syariah Bukopin mencapai 0,03%.
Di Pakistan, bank syariah yang mengunakan profit
ratios terbesar adalah BankIslam Pakistan Limited mencapai
0,33%, kemudian disusul oleh Dubai Islaic Bank Limited
sebesar 0,16%, lalu disusul oleh Meezan Bank Limited yaitu
sebesar 011% dan yang terakhir AlBaraka Bank (Pakistan)
Limited sebesar 0,06%. Dengan demikian, persentase
penyaluran dana perbankan syariah untuk profit ratios di
Indonesia lebih unggul dibandingkan dengan di Pakistan.
9. Personal Income ( R32)
Rasio ketiga dalam rasio kinerja maqasid syariah index
yang kedua adalah personal income. Perbankan syariah
memiliki peran penting untuk mendistribusikan kekayaan
kepada masyarakat lapisan bawah. Peran penting ini dapat
dilakukan perbankan syariah melalui pendistribusikan dana
zakat oleh perbankan syariah itu sendiri. Zakat merupakan
sesuatu yang sangat khusus karena untuk mendapatkan dana
zakat masyarakat harus memenuhi persyaratan dan peraturan-
peraturan yang baku yang di keluarkan untuk alokasi, sumber,
jumlah dan ukuran atau besarannya yang wajib dikeluarkan
127
127
maupun waktu tertentu yang telah ditetapkan oleh perbankan
syariah tersebut.
Zakat yang didistribusikan kepada penerima yang tepat
dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Semakin tinggi
keuntungan yang diperoleh perbankan syariah maka semakin
besar pula dana yang di keluarkan untuk zakat. Selain
melakukan pemabayaran zakat, perbankan syariah juga
bertindak untuk menyalurkan zakat, dalam penyaluran zakat
perbankan syariah juga dapat menjalin hubungan kerja sama
dengan lembaga-lembaga yang khusus mengelola zakat seperti
LAZNAS (Lembaga Amil Zakat Nasional), atau dengan
membentuk lembaga penyalur zakat sendiri sehingga dalam
menyalurkan dana-dana zakat tersebut dapat berjalan secara
efektif.
Dilihat pada tabel 4.8 di atas menunjukan bahwa Bank
Syariah Mandiri berada pada urutan pertama mencapai 1,09% ,
sedangkan pada urutan kedua di duduki oleh Bank Muamalat
Indonesia mencapai 0,32% , pada urutan ketiga diduduki oleh
Bank Mega Syariah mencapai 0,14% yang berada pada urutan
yang terakhir adalah Bank Syariah Bukopin mencapai 0,04% .
128
128
Di Pakistan, bank syariah yang mengunakan rasio
personal income terbesar adalah Meezan Bank Limited dan
AlBaraka Bank (Pakistan) Limited mencapai 0,45%,
kemudian disusul oleh Dubai Islaic Bank Limited sebesar
0,04% dan yang terakhir BankIslam Pakistan Limited sebesar
0,001% pada tahun 2013. Dengan demikian, persentase
penyaluran dana perbankan syariah untuk rasio personal
income di Indonesia lebih unggul dibandingkan dengan di
Pakistan.
10. Investment Ratios in Real Sector (R33)
Rasio terakhir dalam rasio kinerja maqasid syariah
index untuk kemaslahatan adalah untuk mengalokasikan dana
yang digunakan untuk investasi pada sector riil. Perbankan
syariah adalah lembaga yang menghimpun dana dari
masyarakat, sebaiknya perbankan syariah meusatkan perhatian
pada sector riil untuk memberikan kemaslahatan kepada
seluruh lapisan masyarakat dengan melakukan investasi yang
berdampak langsung kepada kesejahteraan masyarakat,
sehingga tujuan perbankan syariah untuk menciptakan
kesejahteraan dalam kepentingan masyarakat dapat tercapai
(Mutia & Ramadhani, 2016: 18).
129
129
Dilihat pada tabel 4.8 di atas menunjukan bahwa Bank
Syariah Bukopin berada pada urutan pertama mencapai 3,04%,
sedangkan pada urutan kedua di duduki oleh Bank Mega
Syariah mencapai 0,71%, pada urutan ketiga diduduki oleh
Bank Muamalat Indonesia mencapai 0,37% yang berada pada
urutan yang terakhir adalah Bank Syariah Mandiri mencapai
0,25%.
Di Pakistan, bank syariah yang mengunakan rasio
investment ratios in real sector pada tabel 4.8 di atas terbesar
adalah Dubai Islaic Bank Limited mencapai 0,86%, kemudian
disusul oleh BankIslam Pakistan Limited sebesar 0,63%, lalu
disusul oleh AlBaraka Bank (Pakistan) Limited yaitu sebesar
0,30% dan yang terakhir Meezan Bank Limited sebesar 0,28%
pada tahun 2008. Dengan demikian, persentase penyaluran
dana perbankan syariah untuk rasio investment ratios in real
sector di Indonesia masih lebih baik dibandingkan dengan di
Pakistan.
130
130
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis dengan IBM SPSS Statistik 21 dapat di
simpulkan bahwa:
1. Berdasarkan uji beda ttest dapat dinyatakan bahwa tidak
terdapat perbedaan nilai maqasid syariah index diperbankan
syariah Indonesia dan di Pakistan pada periode 2007 sampai
2016.
2. Tujuan yang pertama dalam maqashid syariah index untuk
rasio pendidikan, rasio penelitian, rasio pelatihan di Pakistan
masih unggul dibandingkan dengan di Indonesia, dan untuk
rasio publikasi di Indonesia masih lebih unggul dibandingkan
dengan di Pakistan.
3. Tujuan yang kedua dalam maqashid syariah index untuk rasio
fair returns dan rasio functional distribution di Pakistan masih
lebih unggul dibandingkan dengan di Indonesia, dan untuk
rasio interest free product di Indonesia masih lebih unggul
dibandingkan dengan di Pakistan.
131
131
4. Tujuan yang ketiga dalam maqashid syariah index untuk profit
ratios, rasio personal income dan rasio investment ratios in
real sector di Indonesia masih unggul dibandingkan dengan di
Pakistan.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan kesimpulan
diatas, maka penulis dapat memberikan saran:
1. Untuk para investor, sebaiknya memasukkan kriteria
kepatuahan syariah di dalam perbankan syariah pada setiap
keputusan yang diambil karena hal tersebut akan
mempengaruhi keuangan dan kinerja perbankan syariah
tersebut.
2. Untuk para perbankan syariah hendaknya memberikan
perhatian lebih terhadap penggunaan aspek-aspek syariah dan
di harapkan akan terus di pertahankan untuk produk-produk
yang di keluarkan perbankan syariah dan sistem operasional
yang sudah sesuai deangan prinsip syariah dan memberikan
informasi yang lebih jelas dan lengkap lagi sehingga para
nasabah atau calon nasabah, investor dapat langsung faham
132
132
dalam melihat semua informasi yang tertera di dalam annual
report yang dipublikasikan oleh perbankan syariah tersebut.
3. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan penelitian ini dapat
digunakan sebagai tambahan refrensi bagi penelitain
selanjutnya dan di harapkan peneliti selanjutnya dapat
mengukur semua rasio yang ada di metode maqasid syariah
index, agar mendapatkan kesimpulan yang baik, maka peneliti
dapat meneliti keseluruhan perbankan syariah di Indonesia dan
di Pakistan dengan menambahkan periode tahun penelitian atau
pun sigmen syariah yang lebih banyak, seperti perusahaan
asuransi syariah atau pegadaian syariah.
133
133
DAFTAR PUSTAKA
Afrinaldi, Analisis Kinerja perbankan syariah Indonesia Ditinjau dari Maqasid
Syari‟ah: Pendekatan Sharia Maqasid Index (SMI) dan Profitabilitas Bank
Syri‟ah. Penelitian Madya Islamic Economic and Finance (IEF)
Universitas Trisaki. 2 Desember 2016
Al Ghifari, Muhammad, Luqman Hakim Handoko dan Endang Ahmad Yani. 2015.
Analisis Kinerja Perbankan Syariah Di Indonesia Dan Malaysia Dengan
Pendekatan Maqashid Indeks. Jurnal Ekonomi dan Perbankan Syariah.
Vol 3. No. 2.
Antonio, Muhammad Syafi‟i. 2001. Bank Syariah: Dari Teori Ke Praktik. Gema
Insani Press Jakarta.
Antonio, Muhammad Syafii, dkk. An Analysis of Banking Performance: Maqasid
Index Implementation in Indonesia and Jordania. Jurnal of Islamic
Finance. Vol. 1, No. 1, Tahun 2012.
Arifin, Zainal. 2009. Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah. Azkia Publisher:
Tangerang.
Ascarya. 2006. Akad dan Produk Bank Syariah: Konsep dan Praktek di Beberapa
Negara. Bank Indonesia: Jakarta.
134
134
Badreldin, Ahmed Mohamed. 2009. Measuring the Performance of Islamic Banks by
Adapting Conventional Ratios. Working Paper No. 16, University in
Cairo, German.
Bahri, Syamsul & Fahkry Zamzam. 2014. Model Penelitian Kuantitatif Berbasis
Sem-amos. CV Budi Utama: Yogyakarta.
Bahua, Mohamad Ikbal. 2016. Kinerja Penyuluh Pertanian. DEEPUBLISH (Grup
Penerbitan CV BUDI UTAMA): Yogyakarta.
Bawono, Anton .2006. Multivariabel Analisis Dengan SPSS. Salatiga Press: STAIN.
Bedoi, M Houssem Eddine dan Walid Mansour, Islamic banks performace and
Maqasid al Shari‟ah. 9th
Asia-Pacific Economic Association Conference,
Osaka University. 2 Desember 2016
Chapra, Umer . 2011. Visi Islam dalam Pembangunan Ekonomi: Menurut Maqasid
Asy-Syariah, Penerjemah: Ikhwan Abdin Basri. Al-Hambra: Solo.
Djubaedah, Neng. 2003. Pornografi Dan Pornoaksi Ditinjau Dari Hukum Islam.
Kencana Prenada Media Group: Jakarta.
Fazlurrahman. 1984. Islam. Penerbit Pustaka: Bandung.
Ghozali, Imam. 2013. Amplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS
21. Badan penerbit Universitas Diponegoro: Semarang.
135
135
Gozali, Ahmad. 2005. Serba-serbi Kredit Syariah: Jangan ada bunga di antara kita.
Elex Media Komputindo: Jakarta.
Ismanto, Kuat. 2016. Asuransi Perspektif Maqasid Asy-Syari‟ah. Pustaka Pelajar
(Anggota IKAPI): Yogyakarta.
Jaya, Asafri. 1996. Konsep Maqashid al-Syari‟ah menurut al-Syathibi. Raja Grafindo
Persada: Jakarta.
Jazil, Thuba dan Syahruddin. 2013. The Performance Measures of Selected
Malaysian and Indonesian Islamic Banks Based on the Maqashid al-
Shariah Approach. Jurnal Hukum dan Ekonomi: Ijtihad, Vol 7 No.2.
Mardani. 2015. Aspek Hukum Lembaga Keungan Syariah Di Indonesia. PT Kharisma
Putra Utama: Jakarta.
Mohammed, Dzuljastri dan Taib. 2008. The Performance of Islamic Banking Based
on The Maqashid Frammework. Makalah disampaikan pada IIUM
International Accounting Conference (INTAC IV). Putra Jaya Marroit.
Malaysia. 25 Juni 2015.
Mohammed, Mustafa Omar & Fauziah Md Taib. Developing Islamic Banking
Performace Measures Based on Maqasid Al-Shariah Framework: Cases
of 24 selected banks, 9th
Australian Society of Heterodox Economists
Conference. UNSW, Sydney. Australia 6-7 Desember 2010.
136
136
Mohammed, Mustafa Omar, Kazi Md. Tarique, and Rafikul Islam. 2015. Measuring
the performance of Islamic banks using maqāṣid-based model.
Intellectual discourse, Vol .23, Tahun 2015.
Mohammed, Mustafa Omar. 2008. The Syariah Index Sebagai Ukuran Kinerja
Perbankan. Jurnal Ekonomi Perbankan. Vol. 4 No 1.Tahun 2008.
Mughess, Saukat. (2008). The Recent Financial Growth of Islamic Banks and Their
Fulfilment of maqashid al-Shariah Gap Analysis: INCEIF.
Musri, Mustabsyirah dan Ali Rama. 2015. Analisis Perilaku Deposan Perbankan Di
Indonesia (Studi Kasus Bank Syariah Dan Konvensional). The Journal of
Tauhidinomics. Vol. 1 No 1. Tahun 2015.
Pracoyo ,Tri Kunawangsih & Antyo Pracoyo. 2005. Aspek Dasar Ekonomi Makro Di
Indonesia. PT Grasindo: Jakarta.
Rahman, Zaharuddin Abdul. 2014. Fiqh Kewangan Islam. BS PRINT (M) BHD:
Malaysia.
Ramadhani , Riky dan Evi Mutia. 2016. Analisis Perbandingan Kinerja Perbankan
Syariah Di Indonesia dan Malaysia Ditinjau Dari Maqashid Shariah
Index. Full paper Simposium Nasional Akuntansi XIX, Lampung. Tahun
2016.
137
137
Rosiana, Desy dan Nyoman Triaryati. 2016. Studi Komparatif Kinerja Keuangan
Pada Bank Konvensional Dan Bank Syariah Di Indonesia. E-Jurnal
Manajemen Unud. Vol. 5, No 2. Tahun 2016.
Samsudin, Muhammad Adib. 2015. Confusion Concerning the Use of Maqasid Al-
Shari‟ah in some Social Issues in Malaysia. Mediterranean Journal of
Social Sciences MCSER Publishing, Rome-Italy. Vol 6. No.55. Tahun
2015
Sekaran, Uma. 2006. Research Methods for Business (Metode penelitian untuk
bisnis) Buku 2 Edisi 4. Salemba Empat: Jakarta.
Sholihin, Ahmad Ifham. 2010. Ekonomi Syariah. PT Gramedia Puataka Utama:
Jakarta.
Sugiyono. 2010. Statistika untuk Penelitian. CV Afabeta: Bandung.
Supardi. 2015. Metodologi Penelitian Ekonomi & Bisnis. UII Press: Yogyakarta.
Susila, Jaka. 2016. Fiduciary Dalam Produk-Produk Perbankan Syariah. Jurnal Ilmu
Syariah dan Hukum. Vol. 1, No 2. Tahun 2016.
Wasyith. 2017. Beyond Banking: Revitalisasi Maqāṣid Dalam Perbankan Syariah.
Economica: Jurnal Ekonomi Islam. Vol. 8, No 1. Tahun 2017.
Yuwono, Sony, Edy Sukaro dan Muhammad Ichsan. 2007. Petunjuk Praktis
Scorecard Menuju Organisasi Yang Berfokus Pada Strategi. PT Gramedia
Pustaka Utama: Jakarta.
138
138
http://www.sbp.org.pk/ibd/bulletin/2016/Dec.pdf di akses Agustus 08 2017
http://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/data-dan-statistik/statistik-perbankansyariah
/Documents/Pages/statistik-perbankan-syariah-desember2015/New%20 SPS %20Des
%2015.pdf di akses Agustus 08 2017
https://www.dream.co.id/dinar/pakistan-rilis-aturan-bank-syariah-full-fledged-17071
03.html di akses Agustus 08 2017
http://www.bankmuamalat.co.id/en/investor-relations/annual-report. di akses Agustus
08 2017
https://www.syariahmandiri.co.id/tentang-kami/companyreport/annual-reportdiakses
Agustus 08 2017
http://www.megasyariah.co.id/. di akses Agustus 08 2017
http://www.syariahbukopin.co.id/id/laporan. di akses Agustus 08 2017
http://www.islamibankbd.com/annual_report.php. di akses Agustus 08 2017
https://www.dibpak.com/category/financials/. di akses Agustus 08 2017
http://www.albaraka.com.pk/downloads-documents/FinancialStatment/Annual
/Annual-Financial-Statements-for-the-year-2007.pdf. di akses Agustus 08 2017
https://www.meezanbank.com/wpcontent/themes/mbl/downloads/annualreport2010.p
df . di akses Agustus 08 2017
139
139
LAMPIRAN-LAMPIRAN
140
140
TAHU
N
Donasi
Pendidika
n
Pelatiha
n
Penelitia
n
Publika
si
Pengembalia
n yang Adil
Fungsi
Distribu
si
2007 0,0258 0,0258 0,0012 0,1286 0,0000 0,5120
2008 0,0393 0,0393 0,0016 0,0139 0,0000 0,4877
2009 0,0129 0,0512 0,0147 0,0966 0,0000 0,4384
2010 0,0709 0,0031 0,0081 0,0888 0,0000 0,4534
2011 0,0021 0,0405 0,0108 0,0948 0,0000 0,3793
2012 0,0001 0,0279 0,0043 0,1038 0,0000 0,4389
2013 0,0015 0,0583 0,0038 0,1013 0,0000 0,5241
2014 0,6848 0,0169 0,0041 0,0852 0,0000 0,4889
2015 0,0750 0,0432 0,0045 0,1019 0,0000 0,4915
2016 0,7517 0,0161 0,0139 0,0244 0,0000 0,5090
2007 0,0000 0,0466 0,0002 0,1311 0,0000 0,4543
2008 0,8604 0,0787 0,0006 0,1583 0,0000 0,4147
2009 0,0040 0,1015 0,0023 0,1403 0,0000 0,3884
2010 0,1627 0,0621 0,0039 0,1690 0,0000 0,3473
2011 0,8805 0,0586 0,0038 0,1408 0,0000 0,2619
2012 0,4886 0,0506 0,0056 0,1038 0,0000 0,2596
2013 0,3949 0,0360 0,0018 0,0721 0,0000 0,2340
2014 0,2985 0,0204 0,0021 0,0484 0,0000 0,2014
2015 0,1317 0,0359 0,0015 0,0464 0,0000 0,3005
2016 0,0006 0,0169 0,0005 0,0404 0,0000 0,2202
141
141
2007 0,0000 0,0454 0,0000 0,0000 0,0000 0,0520
2008 0,0000 0,0540 0,0000 0,0000 0,0000 0,0411
2009 0,0000 0,0647 0,0000 0,0000 0,0000 0,2785
2010 0,0000 0,0791 0,0000 0,0000 0,0000 0,1659
2011 0,0069 0,0433 0,0000 0,0000 0,0000 0,0744
2012 0,0135 0,0393 0,0000 0,0000 0,0000 0,0225
2013 0,0791 0,0210 0,0000 0,0000 0,0000 0,0178
2014 0,0292 0,0290 0,0000 0,0000 0,0000 0,0173
2015 0,3244 0,0142 0,0000 0,0574 0,0000 0,0001
2016 0,0293 0,0162 0,0000 0,0636 0,0000 0,0006
2007 0,0000 0,0530 0,0000 0,0165 0,0000 0,0000
2008 0,0451 0,0909 0,0000 0,0321 0,0000 0,9370
2009 0,0418 0,0284 0,0000 0,0600 0,0000 0,3907
2010 0,0134 0,0511 0,0000 0,0620 0,0000 0,6912
2011 0,0785 0,0491 0,0000 0,0450 0,0000 0,8782
2012 0,0912 0,0534 0,0000 0,0707 0,0000 0,7310
2013 0,1679 0,0517 0,0000 0,0878 0,0000 0,0988
2014 0,1259 0,0398 0,0000 0,0664 0,0000 0,0794
2015 0,1066 0,0428 0,0000 0,0484 0,0000 0,0159
2016 0,0819 0,0428 0,0000 0,0874 0,0000 0,0132
142
142
Perbankan Syariah Di Indonesia
PT. Bank Muamalat Indonesia
PT. Bank Syariah Mandiri
PT. Bank Mega Syariah
PT. Bank Syariah Bukopin
Produk
Bank Bebas
Bunga
Rasio
Profitabilitas
Pendapatan
Operasional
Investasi pada
Sektor Riil INDEX
0,9277 0,0138 0,0464 0,0181 58,4295
0,8764 0,0164 0,0356 0,0174 53,4945
0,8641 0,0031 0,0101 0,0221 52,3458
0,5413 0,6632 0,0105 0,0219 62,1338
0,5296 0,3785 0,0357 0,0203 50,1472
0,3401 0,2009 0,0558 0,0207 39,2656
0,2687 0,0031 0,0699 0,0307 34,2981
0,3576 0,0009 0,0020 0,0620 50,5635
0,2820 0,0013 0,0559 0,0733 36,2626
0,2848 0,0014 0,0000 0,0838 49,6539
0,4863 0,0815 0,0164 0,0279 41,4655
0,4964 0,0912 0,0000 0,0288 62,5586
0,4237 0,0940 0,0635 0,0226 40,3941
0,4188 1,4889 0,0377 0,0244 87,7001
0,3890 0,7978 0,0000 0,0219 76,3001
0,4052 0,1730 0,0454 0,0295 47,4468
143
143
0,4058 0,4403 0,0373 0,0299 51,7821
0,4170 0,4085 0,7078 0,0292 66,9527
0,4208 0,0847 0,1080 0,0356 38,1656
0,4274 0,0820 0,0700 0,0041 29,6448
0,6556 0,0340 0,0000 0,0212 29,6669
0,6724 0,0053 0,0078 0,0316 29,8468
0,5924 0,0137 0,0008 0,1478 39,0516
0,5206 0,0136 0,0167 0,1465 33,5145
0,3754 0,0097 0,1006 0,1445 26,6232
0,3691 0,0226 0,0043 0,0922 20,3820
0,4421 0,0164 0,0038 0,0633 22,8099
0,4476 0,0025 0,0051 0,0668 21,7246
0,3632 0,0051 0,0073 0,0000 23,6697
0,3656 0,0057 0,0023 0,0000 16,7554
0,0000 0,0017 0,0001 0,8397 32,8876
0,0223 0,0008 0,0002 0,7971 64,5403
0,4722 0,0004 0,0044 0,0730 36,4132
0,5372 0,0047 0,0116 0,0434 47,7130
0,8050 0,0045 0,0013 0,1147 67,3126
0,8771 0,0048 0,0002 0,0953 65,6157
0,4395 0,0045 0,0001 0,3319 39,6856
0,4351 0,0017 0,0001 0,4374 40,9001
144
144
0,8310 0,0048 0,0001 0,1920 44,1355
0,8065 0,0047 0,0001 0,1207 40,7816
TAHUN
Donasi
Pendidi
kan Pelatihan Penelitian Publikasi
Pengem
balian
yang
Adil
Fungsi
Distribu
si
2007 0,7993 0,2481 0,3337 0,0252 0,5867 0,5042
2008 0,1009 0,1188 0,5037 0,0165 0,6921 0,6411
2009 0,0138 0,6433 0,0541 0,0132 0,9872 0,0034
2010 0,1629 0,5898 0,0050 0,0083 0,7377 0,0143
2011 0,0000 0,3143 0,0000 0,0165 1,3540 0,0136
2012 0,5379 0,2942 0,6422 0,0108 1,4626 0,0327
2013 0,6830 0,2152 0,3812 0,0133 1,1300 0,0332
2014 0,7569 0,1545 0,1800 0,0239 0,9611 0,0299
2015 0,8154 0,1361 0,2817 0,0171 0,9411 0,3405
2016 0,8691 0,0922 0,0607 0,0129 0,8102 0,7248
2007 0,0000 0,3541 0,0000 0,0708 0,0264 0,4264
2008 0,0000 0,5400 0,0000 0,0401 0,0270 0,4404
2009 0,0000 0,1239 0,0000 0,0334 0,1398 0,7023
2010 0,1591 0,6364 0,1364 0,0243 0,2247 0,4092
2011 0,1222 0,2353 0,0000 0,0313 1,8070 0,3127
2012 0,1176 0,1222 0,0000 0,0265 0,7694 0,1960
145
145
2013 0,0637 0,2549 0,1275 0,0217 0,4085 0,1749
2014 0,0000 0,2426 0,0000 0,0165 0,4963 0,1337
2015 0,0331 0,1104 0,0552 0,0184 0,3438 0,1900
2016 0,0217 0,0543 0,0000 0,0231 0,7094 0,2082
2007 0,0000 0,0000 0,0000 0,0135 0,0000 0,8076
2008 0,0000 0,0000 0,0000 0,0100 0,0000 1,3412
2009 0,0000 0,0033 0,0000 0,0078 0,0000 0,7698
2010 0,0000 0,0011 0,0000 0,0114 0,4209 0,3257
2011 0,1760 0,0002 0,0880 0,0101 0,8513 0,1855
2012 0,0000 0,0007 0,1053 0,0194 0,1582 0,2165
2013 0,1420 0,0007 0,0125 0,0101 0,0069 0,3017
2014 0,0085 0,0009 0,0354 0,0224 0,2009 0,5623
2015 0,0339 0,0013 0,0000 0,0107 0,3663 0,8998
2016 0,0221 0,0012 0,0225 0,0099 0,0132 1,3373
2007 0,0000 0,0000 0,0000 0,0553 0,1097 0,0207
2008 0,0000 0,0000 0,0000 0,0226 0,5419 0,3942
2009 0,1518 0,0000 0,0000 0,0098 0,6206 0,5070
2010 0,0603 0,0000 0,0000 0,0071 0,0259 0,0621
2011 0,1356 0,0000 0,0000 0,0114 0,3090 0,0255
2012 0,2500 0,0000 0,0000 0,0100 0,4972 0,0208
2013 0,1707 0,0000 0,0000 0,0105 0,1841 0,0544
2014 0,1500 0,0000 0,0000 0,0147 0,5376 0,1970
146
146
2015 0,2155 0,0000 0,5172 0,0153 0,3378 1,2121
2016 0,1194 0,0000 0,0299 0,0089 0,5461 0,6742
Perbankan Syariah Di Pakistan
Meezan Bank Limited
BankIslami Pakistan
Albaraka Bank (Pakistan)
Dubai Islamic Bank Pakistan Limited
Produk Bank
Bebas Bunga
Rasio
Profitabilitas
Pendapatan
Operasional
Investasi pada
Sektor Riil INDEX
0,6782 0,0072 0,0007 0,0628 97,3136
0,6801 0,0141 0,0003 0,0758 89,8898
0,4819 0,0083 0,0015 0,0383 68,5961
0,4407 0,0107 0,0214 0,0192 60,6109
0,3499 0,0169 0,0094 0,0149 64,2951
0,3528 0,0128 0,0006 0,0101 97,2937
0,3474 0,0120 0,0052 0,0100 81,6684
0,3812 0,0104 0,0031 0,0110 72,7124
0,3845 0,0094 0,0019 0,0202 85,9643
0,4656 0,0085 0,0012 0,0189 91,3986
0,0566 0,2807 0,0007 0,1958 43,9481
0,0126 0,0025 0,0004 0,2017 37,8964
0,0097 0,0138 0,0017 0,1280 36,2672
0,0015 0,0010 0,0020 0,0050 44,7729
147
147
0,0068 0,0104 0,0016 0,0061 74,8632
0,0049 0,0084 0,0015 0,0139 36,9866
0,0116 0,0035 0,0025 0,0148 31,1283
0,0047 0,0046 0,0015 0,0189 26,9309
0,0069 0,0009 0,0008 0,0153 22,8532
0,0103 0,0057 0,0007 0,0273 32,0188
0,2287 0,0142 0,0093 0,0462 37,3023
0,2098 0,0030 0,0034 0,0851 54,4696
0,1723 0,0096 0,0060 0,1023 35,7290
0,2209 0,0171 0,0003 0,0034 32,4284
0,2364 0,0057 0,0009 0,0000 47,5108
0,2319 0,0093 0,0009 0,0012 24,1697
0,2663 0,0005 0,0092 0,0198 24,9997
0,2928 0,0015 0,0084 0,0082 37,4505
0,3579 0,0028 0,0050 0,0141 55,2377
0,3918 0,0012 0,0019 0,0211 60,3536
0,4467 0,0266 0,0064 0,3213 35,1586
0,4400 0,0085 0,0150 0,2895 57,5532
0,4589 0,1035 0,0032 0,0920 63,0651
0,4376 0,0004 0,0021 0,0459 22,7776
0,4261 0,0040 0,0019 0,0156 30,5640
0,4507 0,0054 0,0027 0,0125 39,6586
148
148
0,5055 0,0017 0,0024 0,0093 31,2845
0,4733 0,0059 0,0013 0,0346 45,8681
0,4634 0,0027 0,0007 0,0204 86,8912
0,4716 0,0000 0,0008 0,0182 60,4566
HASIL PENGOLAHAN DATA
A. Uji Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimu
m
Maximu
m
Mean Std. Deviation
VAR00
003
80 16,76 97,31 48,1672 19,97148
Valid N
(listwise
)
80
B. Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 80
Normal
Parametersa,b
Mean ,0000000
Std.
Deviation
19,59381685
Most
Extreme
Differences
Absolute ,108
Positive ,108
Negative -,068
Kolmogorov-Smirnov Z ,966
Asymp. Sig. (2-tailed) ,308
149
149
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber: data sekunder diolah, 2017
C. Uji Normalitas Dengan Grafik
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
(MSI)
Indonesia
(MSI)
Pakistan
N 40 40
Normal
Parametersa,b
Mean 44,325871 52,008433
Std.
Deviation
16,2550684 22,6594822
Most Extreme
Differences
Absolute ,120 ,158
Positive ,120 ,158
Negative -,063 -,099
Kolmogorov-Smirnov Z ,758 1,001
Asymp. Sig. (2-tailed) ,614 ,269
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber: data sekunder diolah, 2017
150
150
151
151
D. Uji Beda t-test
Independent Samples Test
Levene's
Test for
Equality
of
Varianc
es
t-test for Equality of Means
F Si
g.
t df Sig.
(2-
taile
d)
Mean
Diffe
rence
Std.
Error
Differe
nce
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
VA
R00
003
Equal
variance
s
assumed
7,1
46
,0
09
1,74
2
78 ,085 7,682
57
4,4093
1
-
1,09569
16,46082
Equal
variance
s not
assumed
1,74
2
70,7
35
,086 7,682
57
4,4093
1
-
1,10991
16,47504
152
152
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. IDENTITAS PRIBADI
Nama : Novitasari
Tempat, Tanggal Lahir : Boyolali, 01 November 1993
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat Rumah : Klarisan, Tanduk, Ampel, Boyolai
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Nama Orang Tua :
Ayah : Sutrisno
Ibu : Slamet Roh Katin
B. Riwayat Pendidikan
1. SDN Tanduk 2 : ( 2000-2007)
2. Mts N Boyolali : ( 2007-2010)
3. Man 1 Boyolali : ( 2010-2013)
4. IAIN Salatiga : ( 2013-2018)
Email : [email protected]
153
153
154
154