hal yang penting

75
. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekologi berhubungan dengan sistem kehidupan sehingga dalam perkembangannya erat kaitannya dengan perkembangan biologi. Sejak ¼ abad yang lalu biologi diperkenalkan melalui Natural History atau sejarah alam (populer dengan istilah kajian alam) pada saat manusia sadar akan pentingnya alam sekitarnya (hutan dieksploitasi dan padang dibuka menyebabkan banyak hewan yang punah). Gerakan konservasi mulai dibentuk pada tahun 1930-an, kajian tentang alam masuk dalam kurikulum sekolah (meskipun hanya konsep sederhana misalnya mewarnai gambar burung dan membuat paragraf singkat tentang alam). Pada saat itu ditulis buku-buku tentang kehidupan di alam (The Reed Bird Guides dan The Camstock Handbook of Natural Study). Namun, ternyata daerah urban lebih banyak dan daerah rural terbatas, demikian halnya dengan perhatian biologis terhadap alam menurun dan lebih fokus pada fungsi dari organisme dari pada hubungannya dengan alam sekitar. (Nontji, 2005). Adanya kesalahan pola pikir seperti itu, sebagian dikarenakan oleh biologi itu sendiri. Pandangan dalam biologi tradisional selalu memulai dan mengakhiri dengan penamaan organisme hidup (bersifat deskriptif dan lemah dalam data kuantitatif sehingga tidak memiliki konsep dasar yang kuat seperti pada fisika, kimia dan matematika). Misalnya, pencinta alam amatir, pengamat burung atau insekta melakukan kegiatan tidak sampai pada tahapan identifikasi yang mendalam (kurang memahami bagaimana organisme hidup dan apa fungsinya di alam). Pada saat itu pula biologi kehilangan posisinya dalam kedudukannya sebagai ilmu (Barnes, 1987). Ekologi adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang hubungan makluk hidup dan lingkungannya. Bumi

description

hal yang penting

Transcript of hal yang penting

Page 1: hal yang penting

. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ekologi berhubungan dengan sistem kehidupan sehingga dalam

perkembangannya erat kaitannya dengan perkembangan biologi. Sejak ¼

abad yang lalu biologi diperkenalkan melalui Natural History atau sejarah

alam (populer dengan istilah kajian alam) pada saat manusia sadar akan

pentingnya alam sekitarnya (hutan dieksploitasi dan padang dibuka

menyebabkan banyak hewan yang punah). Gerakan konservasi mulai

dibentuk pada tahun 1930-an, kajian tentang alam masuk dalam kurikulum

sekolah (meskipun hanya konsep sederhana misalnya mewarnai gambar

burung dan membuat paragraf singkat tentang alam). Pada saat itu ditulis

buku-buku tentang kehidupan di alam (The Reed Bird Guides dan The

Camstock Handbook of Natural Study). Namun, ternyata daerah urban

lebih banyak dan daerah rural terbatas, demikian halnya dengan perhatian

biologis terhadap alam menurun dan lebih fokus pada fungsi dari

organisme dari pada hubungannya dengan alam sekitar. (Nontji, 2005).

Adanya kesalahan pola pikir seperti itu, sebagian dikarenakan oleh biologi

itu sendiri. Pandangan dalam biologi tradisional selalu memulai dan

mengakhiri dengan penamaan organisme hidup (bersifat deskriptif dan

lemah dalam data kuantitatif sehingga tidak memiliki konsep dasar yang

kuat seperti pada fisika, kimia dan matematika). Misalnya, pencinta alam

amatir, pengamat burung atau insekta melakukan kegiatan tidak sampai

pada tahapan identifikasi yang mendalam (kurang memahami bagaimana

organisme hidup dan apa fungsinya di alam). Pada saat itu pula biologi

kehilangan posisinya dalam kedudukannya sebagai ilmu (Barnes, 1987).

Ekologi adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang

hubungan makluk hidup dan lingkungannya. Bumi memiliki banyak sekali

jenis-jenis mahkluk hidup, mulai dari tumbuhan dan binatang yang sangat

kompleks hingga organisme yang sederhana seperti jamur, amuba dan

bakteri. Meskipun demikian semua mahkluk hidup tanpa kecuali, tidak bisa

hidup sendirian. Masing-masing tergantung pada mahkluk hidup yang lain

ataupun benda mati di sekelilinganya. Misalnya seekor kijang

membutuhkan tumbuh-tumbuhan tertentu untuk makanan, jika tumbuhan di

lingkungan sekitarnya dirusak maka kijang tersebut harus berpindah atau

Page 2: hal yang penting

mati kelaparan. Sebaliknya tumbuhan agar bisa hidup juga tergantung

pada binatang untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya. Kotoran binatang,

bangkai binatang maupun tumbuhan, menyediakan berbagai nutrisi yang

bermanfaat bagi tanaman (Anonymous, 2011).

Mempelajari ekologi sangat penting, karena masa depan kita sangat

tergantung pada hubungan ekologi di seluruh dunia. Meskipun perubahan

terjadi di tempat lain di bumi ini, namun akibatnya akan kita rasakan pada

lingkungan di sekitar kita. Meskipun ekologi adalah cabang dari biologi,

namun seorang ahli ekologi harus menguasai ilmu lain seperti kimia, fisika,

dan ilmu komputer. Ekologi juga berhubungan dengan bidang ilmu-ilmu

tertentu seperti geologi, meteorologi, dan oseanografi, guna mempelajari

lingkungan dan hubungannya antara tanah, air, dan udara. Pendekatan

dari berbagai ilmu membantu ahli ekologi untuk memahami bagaimana

lingkungan nonhidup mempengaruhi mahkluk hidup. Hal ini juga bisa

membantu untuk memperkirakan atau meramalkan dampak dari masalah

lingkungan seperti hujan asam atau efek rumah kaca (Anonymous, 2011).

Jika suatu organisme mempunyai batas toleransi yang lebar untuk suatu

faktor yang relatif mantap dan dalam jumlah yang cukup, maka faktor tadi

bukan merupakan faktor pembatas. Sebaliknya apabia organisme diketahui

hanya mempunyai batas-batas toleransi tertentu untuk suatu faktor yang

beragam, maka faktor tadi dapat dinyatakan sebagai faktor pembatas.

Beberapa keadaan faktor pembatas, termasuk diantaranya adalah

temperatur, cahaya, air, gas atmosfir, mineral, arus dan tekanan, tanah,

dan api. Masing-masing dari organisme mempunyai kisaran kepekaan

terhadap faktor pembatas (Hutagalung dan Riyono, 1992).

Dengan adanya faktor pembatas, dapat dianggap faktor ini bertindak

sebagai ikut menseleksi organisme yang mampu bertahan dan hidup pada

suatu wilayah. Sehingga seringkali didapati adanya organisme-organisme

tertentu yang mendiami suatu wilayahtertentu.pula. Organisme ini

disebut sebagai indikator biologi (indikator ekologi) pada wilayah tersebut

(Sahriany, 1992).

Page 3: hal yang penting

Danau Maninjau terbentuk akibat letusan gunung berapi pada masa

kwarter, yang terletak ± 450 m diatas permukaan laut kecamatan Tanjung

Raya Kabupaten Agam. Letak geografis 0`15’10’ sampai 0’24’10’ lintang

selatan dan100’8’45” sampai 103’13’37 bujur timur. Panjang maksimum

danau Maninjau 12 km lebar maksimum 6,5 km kedalaman maksimum ±

150 km, dan luas permukaan air danau 9950 ha. Dari penelitian PSLH

(1978) dan Mayunar (1985) danau ini digolongkan kedalam danau

mesotropik (Anonimous, 2011).

Keadaan lingkungan suatu daerah tertentu bisa saja berubah, termasuk

daerah di sekitar danau Maninjau, sehingga perlu dilakukan pengamatan

terhadap lingkungan ekologi yang ada disana, sehingga ada data lengkap

mengenai perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu

Adapun faktor lingkungan yang penting adalah : (1) Iklim yang terdiri dari

suhu, udara, cahaya, kelembaban udara, penguapan air, curah hujan dan

angin. (2) Fisika – kimia tanah yang terdiri dari warna tanah, suhu tanah,

kadar air tanah, kadar organic tanah, struktur tanah dan pH tanah. (3)

Fisika- kimia air yang terdiri dari suhu air, kekeruhan air, kecerahan air,

kecepatan arus, daya hantar listrik, zat padat tersuspensi, salinitas,

pH,O2, CO2,  BOD, COD, nitrogen,  pospat, Ca, Mg, silica dan TDS (Tim

Ekologi, 2011).

Suhu atau temperatur udara adalah derajat panas dari aktivitas molekul

dalam atmosfer. Alat untuk mengukur suhu atau temperatur udara atau

derajat panas disebut Thermometer. Biasanya pengukuran suhu atau

temperatur udara dinyatakan dalam skala Celcius (C), Reamur (R), dan

Fahrenheit (F). Udara timbul karena adanya radiasi panas matahari yang

diterima bumi. Tingkat penerimaan panas oleh bumi dipengaruhi oleh

beberapa faktor, antara lain : (1) Sudut datang sinar matahari, yaitu sudut

yang dibentuk oleh permukaan bumi dengan arah datangnya sinar

matahari. Makin kecil sudut datang sinar matahari, semakin sedikit panas

yang diterima oleh bumi dibandingkan sudut yang datangnya tegak lurus;

Lama waktu penyinaran matahari, makin lama matahari bersinar, semakin

banyak panas yang diterima bumi, (2) Keadaan muka bumi (daratan dan

lautan), daratan cepat menerima panas dan cepat pula melepaskannya,

Page 4: hal yang penting

sedangkan sifat lautan kebalikan dari sifat daratan, (3) Banyak sedikitnya

awan, ketebalan awan mempengaruhi panas yang diterima bumi. Makin

banyak atau makin tebal awan, semakin sedikit panas yang diterima bumi

(Anonymuos, 2011).

Faktor-faktor lingkungan mengendaliakan laju berfungsinya berbagai

proses hidup dalam suatu organisme. Setiap proses mempunyai batas atas

an batas bawah toleransi untuk masing-masing faktor lingkungan. Faktor-

faktor udara, tanah dan beberapa faktor stabil yang mempengaruhi

diantaranya kemiringan, arah-hadapan, ketinggian, lintang, letak dan pH,

mempengaruhi tanaman dan hewan, yang secara tidak langsung melalui

pengaruhnya terhadap faktor tanah dan udara (Michael, 1994).

Minimal area adalah suatu metode dasar dalam menyelidiki ekologi

tumbuhan dengan memakai plot. Ukuran plot dibuat sedemikian rupa

sehingga merupakan representative untuk mengambil data-data dalam

ekologi tumbuhan. Metode ini sangat objektif bila dipergunakan untuk

daerah-daerah padang rumput karena vegetasinya homogeny. Di daerah

negara-negara maju minimal area ini mempunyai fungsi yang sangat

penting  pada daerah peternakkan atau tidak karena dalam hal ini dapat

ditentukan apakah baik secara kuantitatif atau baik secara kualitatif

maupun pada suatu areal tertentu.

Bentos adalah hewan yang sebagian atau seluruh siklus hidupnya berada

didasr perairan, baik yang sesil merayap maupun menggali lubang

(Goldman and Horne, 1983, cit, Putra 2002). Berdasarkan ukuran

tubuhnya,  hewan bentos dibedakan atas tiga kelompok, yaitu

mikrozoobentos, mesozoobentos dan makrozoobentos.  Mikrozoobnetos

mempunyai ukuran tubuh yang kecil dari 0,045mm, mesozoobentos ukuran

tubuhnya berkisar antara 0,045-0,425 mm dan makrozoobentos ≥ 0,0425

mm (Cole, 1984, cit Putra, 2002) .

Plankton merupakan organisme yang hidup melayang di dalam air tawar

atau air laut. Plankton dapat dibedakan atas zooplankton dan fitoplankton

(Djuanda, 1980). Fitoplankton adalah plankton yang bersifat fotosintesis

atau disebut juga plankton dari kelompok tumbuh-tumbuhan. Zooplankton

Page 5: hal yang penting

merupakan hewan yang sebagian atau seluruh hidupnya melayang-layang

di dalam air (Odum, 1971; Michael, 1984).

Berdasarkan ukurannya plankton dibagi atas: Ultraplankton, ukurannya 2

mikron, nanoplankton, ukurannya antara 2-20 mikron, mikroplankton,

ukurannya antara 20-200 mikron, makroplankton, ukurannya 200-2000

mikron, megaplankton, ukurannya diatas 2000 mikron. Berdasarkan

lingkungannya ada 5 golongan plankton diantaranya:  Limnoplankton, di

danau, heleoplankton, di kolam, halioplankton, pada air mengalir,

hypalmiriplankton, di air payau (Herawati cit Syaaf, 1997).

Di lapangan hewan tanah juga dapat dikumpulkan dengan cara memasang

perangkap jebak (pitfalltrap). Pengumpulan hewan permukaan tanah

dengan memasang perangkap jebak juga tergolong pada pengumpulan

hewan tanah secara dinamik (Suin, 1989).

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dilaksanakan kuliah lapangan ini adalah untuk memperluas

pengetahuan mahasiswa bagaimana kondisi lingkungan tempat tinggal dari

hewan serta mengetahui tingkat keragaman jenis hewan.

1.3 Tinjauan Pustaka

Faktor lingkungan menentukan makhluk hidup yang hidup/tinggal di

dalamnya dan juga vegetasi yang tumbuh di sekitarnya. Hal tersebut

mencakup semua faktor eksternal, yaitu lingkungan biotik dan abiotik.

Lingkungan biotik meliputi produsen, konsumen, dan dekomposer.

Sedangkan lingkungan abiotik termasuk suhu, cahaya matahari, air, tanah,

dan juga iklim. Faktor lingkungan tersebut mempengaruhi pertumbuhan,

perkembangan, serta reproduksi organisme (Suin, 2004 ).

Faktor abiotik merupakan faktor fisik yang sangat berpengaruh terhadap

kehidupan tumbuhan dan hewan. Faktor abiotik meliputi : Iklim (klimatik), 

iklim berpengaruh besar terhadap kehidupan. Unsur-unsur iklim sebagai

berikut: Suhu,

kondisi suhu udara sangat berpengaruh terhadap tumbuh-tumbuhan dan

hewan, karena jenis spesies tertentu memiliki persyaratan suhu lingkungan

yang ideal atau suhu optimum bagi kehidupannya, serta batas suhu

Page 6: hal yang penting

maksimum dan minimum untuk tumbuh yang dinamakan tolerensi spesies

terhadap suhu. Suhu bagi tumbuh-tumbuhan merupakan faktor pengontrol

bagi persebarannya sesuai dengan letak lintang, ketinggian dan

sebagainya. Penamaan habitat tumbuhan biasanya sama dengan nama-

nama wilayah berdasarkan lintang buminya, seperti vegetasi hutan tropik,

vegetasi lintang sedang, dan sebagainya. Kelembaban udara, kelembaban

berpengaruh langsung terhadap kehidupan tumbuhan. Ada tumbuhan yang

sangat cocok hidup di daerah kering, daerah lembab bahkan ada yang

dapat hidup di daerah yang sangat basah.

Berdasarkan tingkat kelembaban lingkungan habitatnya, dunia tumbuhan

dapat dikelompokan: Xerophyta (Xerofit), yaitu tumbuhan yang sangat

tahan terhadap lingkungan kering atau kondisi kelembaban udara yang

sangat rendah, misalnya kaktus,  mesophyta (Mesofit), yaitu tumbuhan

yang sangat cocok hidup di lingkungan yang lembab tetapi tidak basah,

seperti anggrek dan cendawan. Hygrophyta (Higrofit), yaitu tumbuhan yang

sangat cocok hidup di daerah basah, seperti teratai, eceng gondok, dan

selada air. Tropophyta (Tropofit), yaitu jenis tumbuh-tumbuhan yang

mampu beradaptasi terhadap perubahan musim hujan dan musim

kemarau. Tropophyta merupakan tumbuhan khas iklim muson tropik.

Komponen-komponen yang ada di dalam lingkungan hidup merupakan

satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan membentuk suatu sistem

kehidupan yang disebut ekosistem. Suatu ekosistem akan menjamin

keberlangsungan kehidupan apabila lingkungan itu dapat mencukupi

kebutuhan minimum dari kebutuhan organisme (Ramli, 1989).

Menurut Odum (1993), lingkungan (environment) adalah salah satu faktor

penting dalam interaksi makhluk hidup dalam sistem ekologi.  Lingkungan

adalah suatu sistem yang kompleks yang terdiri dari sejumlah faktor

lingkungan yang dapat dikategorikan menjadi 2 kelompok, yaitu : (1)

lingkungan abiotik, seperti tanah/lahan, cahaya matahari, suhu udara, air,

nutrien, hara, dan mineral dan (2) Lingkungan biotik yaitu makhluk hidup di

sekitarnya. Lingkungan merupakan sistem kompleks yang dapat

berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup

dan merupakan ruang tiga dimensi, dimana makhluk hidupnya sendiri

Page 7: hal yang penting

merupakan salah satu bagiannya.  Lingkungan bersifat dinamis berubah

setiap saat.  Perubahan yang terjadi dari faktor lingkungan akan

mempengaruhi makhluk hidup dan respon makhluk hidup terhadap faktor

tersebut yang akan berbeda-beda menurut skala ruang dan waktu, serta

kondisi makhluk hidup.

Faktor-faktor lingkungan mempengaruhi suatu organisme secara sendiri-

sendiri atau kombinasi dari berbagai faktor. Pengaruhnya dapat

menentukan kehadiran atau keberadaan dan proses kehidupan makhluk

hidup.  Terdapat berbagai prinsip yang mendasari hubungan makhluk

hidup dengan lingkungannya, seperti makhluk hidup tidak dapat hidup

pada lingkungan yang hampa udara; segala sesuatu yang dapat

mempengaruhi makhluk hidup akan membentuk lingkungan atau faktor

lingkungan yang terdiri dari faktor lingkungan abiotik dan lingkungan biotik.

Setiap jenis, individu, kelompok atau umur makhluk hidup dipengaruhi atau

membutuhkan faktor lingkungan yang berbeda-beda.  Komponen-

komponen lingkungan terdiri dari faktor-faktor lingkungan fisiko-kimiawi dan

biologi, seperti energi, tanah, gas-gas atmosfir, tumbuhan hijau, manusia

atau dekomposer. Dari analisis faktor-faktor lingkungan berdasarkan aspek

factor lingkungan yang penting, terdapat macam-macam factor lingkungan,

seperti faktor iklim, geografis dan edafis (lingkungan abiotik) dan faktor

tumbuhan, hewan, dekomposer, dan manusia sebagai lingkungan

biotik. Berkaitan dengan sifat-sifat toleransi dan adaptasi makhluk hidup

terhadap lingkungannya, terdapat beragam jenis, sifat, keanekaragaman,

kelimpahan, dan pola sebaran makhluk hidup (Anonymous, 2011).

Dalam kajian ekologi mengenai ekosistem dibagi menjadi 2 yaitu,

ekosistem daratan dan ekosistem perairan, mencakup organisme yang

hidup didalamnya. Salah satu contoh dalam ekosistem perairan termasuk,

hewan akuatik yaitu plankton. Kehadiran plankton didalam ekosistem

perairan adalah sangat penting. Hal ini berkaitan dengan perannya yang

cukup penting, baik sebagai produsen (Peterson,1990) komponen dasar

rantai kehidupan dalam ekosistem perairan atau sebagai sumber pakan

alami bagi ikan atau hewan kecil lainnya (Lammen,1990). Selain itu

Page 8: hal yang penting

plankton dipakai sebagai indikator ekologis untuk kualitas perairan (Van

Huet, 1990, dan Goldman and Horne, 1983).

Fitoplankton merupakan mata rantai utama dalam penyediaan energi bagi

zooplankton, melalui proses fotosintesis yang dilakukannya, yang

selanjutnya zooplankton merupakan sumber energi bagi ikan atau

karnivora kecil, berikutnya ikan atau karnivora kecil merupakan sumber

energi bagi ikan karnivora besar (Djuanda, 1980).

Nybakken (1988) menyatakan bahwa kestabilan populasi fitoplankton

sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor biotik. Faktor biotik yang sangat

mempengaruhi adalah zooplankton, yang merupakan hewan herbivora

yang kelangsungan hidupnya secara biologis tergantung pada herbivora

fitoplankton.

Bagi kebanyakan makhluk laut, plankton adalah makanan utama mereka.

Plankton terdiri dari sisa-sisa hewan dan tumbuhan laut. Ukurannya kecil

saja. Walaupun termasuk sejenis benda hidup, plankton tidak mempunyai

kekuatan untuk melawan arus, air pasang atau angin yang

menghanyutkannya. Plankton hidup di pesisir pantai di mana ia mendapat

bekal garam mineral dan cahaya matahari yang mencukupi. Ini penting

untuk memungkinkannya terus hidup. Mengingat plankton menjadi

makanan ikan, tidak mengherankan bila ikan banyak terdapat di pesisir

pantai. Itulah sebabnya kegiatan menangkap ikan aktif dijalankan di

kawasan itu (Arinardi, 1997).

Selain sisa-sisa hewan, plankton juga tercipta dari tumbuhan. Jika dilihat

menggunakan mikroskop, unsur tumbuhan alga dapat dilihat pada

plankton. Beberapa makhluk laut yang memakan plankton adalah seperti

batu karang, kerang, dan ikan paus. Plankton adalah organisme yang

menyumbang 80% kebutuhan oksigen yang ada di bumi ini. Dengan

kemampuannya berespisari menghasilkan gelembung-gelembung oksigen

yang terdapat di dalam laut, oksigen tersebut terlepas ke udara dan

menjadi gas yang bisa kita nikmati sekarang (Sachlan, 1972).

Page 9: hal yang penting

Para ilmuwan dari Amerika Serikat menemukan plankton secara tidak

langsung dapat membuat awan yang dapat menahan sebagian sinar

matahari yang merugikan. Sehingga plankton bisa membantu

memperlambat proses pemanasan bumi. Ketika matahari menyinari lautan,

lapisan atas laut (sekitar 25 meter dari permukaan laut) memanas, dan

menyebabkan perbedaan suhu yang cukup tinggi dengan lapisan laut di

bawahnya. Lapisan atas dan bawah tersebut terpisah dan tidak saling

tercampur (Gosari, 2002).

Plankton hidup di lapisan atas, tapi nutrisi yang diperlukan oleh plankton

terdapat lebih banyak di lapisan bawah laut. Karenanya, plankton

mengalami malnutrisi. Akibat kondisi malnutrisi ditambah dengan suhu air

yang panas, plankton mengalami stress sehingga lebih rentan terhadap

sinar ultraviolet yang dapat merusaknya. Karena rentan terhadap sinar

ultraviolet, plankton mencoba melindungi diri dengan menghasilkan zat

dimethylsulfoniopropionate (DMSP) yang berfungsi untuk menguatkan

dinding sel mereka (Odum, 1998).

Zat ini jika terurai ke air akan menjadi zat dimethylsulfide (DMS). DMS

kemudian terlepas dengan sendirinya dari permukaan laut ke udara. Di

atmosfer, DMS bereaksi dengan oksigen sehingga membentuk sejenis

komponen sulfur. Komponen sulfur DMS itu kemudian saling melekat dan

membentuk partikel kecil seperti debu. Partikel-partikel kecil tersebut

kemudian memudahkan uap air dari laut untuk berkondensasi dan

membentuk awan (Odum, 1998).

Jadi, secara tidak langsung plankton membantu menciptakan awan. Awan

yang terbentuk menyebabkan semakin sedikit sinar ultraviolet yang

mencapai permukaan laut, sehingga plankton pun terbebas dari gangguan

sinar ultraviolet. Proses ini sebenarnya telah beberapa tahun dipelajari di

laboratorium oleh para ilmuwan, tetapi proses alamiahnya baru kali ini

dapat dipelajari. Awan yang disebabkan oleh plankton ini, dipercaya dapat

memperlambat proses pemanasan bumi, serta memiliki efek besar tehadap

iklim bumi. Namun, untuk membuktikan hal tersebut, masih harus

dilakukan penelitian lanjutan yang seksama (Odum, 1998).

Page 10: hal yang penting

Istilah plankton pertama kali diperkenalkan oleh Victor Hensen pada tahun

1887, yang berarti pengembara. Plankton merupakan sekelompok biota di

dalam ekosistem akuatik (baik tumbuhan maupun hewan) yang hidup

mengapung secara pasif, sehingga sangat dipengaruhi oleh arus yang

lemah sekalipun.

Menurut Hutabarat dan Evans (1985), plankton adalah suatu organisme

yang terpenting dalam ekologi laut. Kemudian dikatakan bahwa bahwa

plankton merupakan salah satu organisme yang berukuran kecil dimana

hidupnya terombang-ambing oleh arus perairan laut.

Menurut Nontji (2005), plankton adalah organisme yang hidupnya

melayang atau mengambang di dalam air. Kemampuan geraknya,

kalaupun ada, sangat terbatas hingga organisme tersebut terbawa oleh

arus namun, mempunyai peranan penting dalam ekosistem laut, karena

plankton menjadi bahan makanan bagi berbagai jenis hewan laut lainnya.

Selain itu hampir semua hewan laut memulai kehidupannya sebagai

plankton terutama pada tahap masih berupa telur dan larva.

Klasifikasi dalam biologi membedakan plankton dalam dua kategori utama

yaitu fitoplankton yang meliputi semua hubungan renik dan zooplankton

yang meliputi hewan yang umumnya renik. Fitoplankton ada yang

berukuran besar dan kecil dan biasanya yang besar tertangkap oleh

jaringan plankton yang terdiri dari dua kelompok besar, yaitu diatom dan

dinoflagellata. Diatom mudah dibedakan dari dinoflagellata karena

bentuknya seperti kotak gelas yang unik dan tidak memiliki alat gerak.

Pada proses reproduksi tiap diatom akanmembela dirinya menjadi dua.

Satu belahan dari bagian hidup diatom akan menempati katup atas

(epiteka) dan belahan yang kedua akan menempati katup bawah

(hipoteka). Sedangkan kelompok utama kedua yaitu dinoflagellata yang

dicirikan dengan sepasang flagella yang digunakan untuk bergerak dalam

air. Beberapa dinoflagellata seperti Nocticula yang mampu menghasilkan

cahaya melalui proses bioluminesens (Nybakken, 1992).

Berdasarkan ukurannya plankton dibagi atas: (1) Ultraplankton, ukurannya

2 mikron, (2) Nanoplankton, ukurannya antara 2-20 mikron, (3)

Mikroplankton, ukurannya antara 20-200 mikron, (4) Makroplankton,

Page 11: hal yang penting

ukurannya 200-2000 mikron, (5) Megaplankton, ukurannya diatas 2000

mikron. Berdasarkan lingkungannya ada 5 golongan plankton diantaranya:

(1) Limnoplankton, di danau, (2) Heleoplankton, di kolam, (3)

Halioplankton, pada air mengalir, (4) Hypalmiriplankton, di air payau

(Herawati cit Syaaf, 1997).

Anggota fitoplankton yang merupakan minoritas adalah berbagai alga hijau

biru (Cyanophyceae), kokolitofor (Coccolithophoridae, Haptophyceae), dan

silicoflagellata (Dictyochaceae, Chrysophyceae). Cyanophyceae laut hanya

terdapat di laut tropik dan sering sekali membentuk “permadani” filamen

yang padat dan dapat mewarnai air (Nybakken, 1992).

Fitoplankton hanya dapat dijumpai pada lapisan permukaan saja karena

mereka hanya dapat hidup di tempat-tempat yang mempunyai sinar

matahari yang cukup untuk melakukan fotosintesis. Mereka akan lebih

banyak dijumpai pada tempat yang terletak di daerah continental shelf dan

di sepanjang pantai dimana terdapat proses upwelling. Daerah ini biasanya

merupakan suatu daerah yang cukup kaya akan bahan-bahan organik

(Hutabarat dan Evans, 1985).

Salah satu kelompok hewan akuatik lainnya adalah hewan bentos (Ryadi,

1981). Hewan bentos yaitu hewan-hewan yang sebahagian atau

keseluruhan hidupnya berada di dasar suatu perairan, baik yang menggali

lubang maupun yang merayap di permukaan dasar perairan (Welch, 1952;

Kendeigt, 1980; Goldman and Horne, 1983). Sebagai hewan yang selalu

hidup di dasar suatu perairan, hewan bentos secara terus menerus akan

terkena oleh substansi-substansi yang terkandung di dalam air tersebut.

Terutama di sungai-sungai.Substansi yang dikandung oleh air dapat

berubah-ubah sepanjang sungai yang dialirinya. Karena beraneka

ragamnya bahan masukan di daerah sekitarnya. Oleh karena itu hewan

bentos dapat digunakan sebagai indikator dari kondisi suatu perairan

(Cummins, 1975; Wilhm, 1975).

Jenis dan keanekaragaman hewan akuatis yang hidup di dalam sungai

atau danau umumnya berbeda, di samping itu banyak juga yang sama

(Anwar, dkk, 1984). Tipe-tipe substrat yang terdapat di sepanjang sungai

Page 12: hal yang penting

menjadi penentu bagi jenis-jenis hewan bentos yang mendiaminya.

Misalnya pada sungai yang berarus lemah, dasar sungai yang berlumpur,

disini banyak hewan bentos penggali lubang. Sebaliknya pada sungai yang

berarus deras, banyak hewan bentos yang melekat pada bebatuan (Ross,

1965).

Semua zat yang masuk, termasuk buangan industri maupun buangan

rumah tangga akan berpengaruh terhadap sifat-sifat fisika dan kimia air

sungai (Dix, 1980). Berbedanya sifat fisika dan kimia air sungai akan

berpengaruh terhadap kehidupan organisme di sungai tersebut. Besar

kecilnya pengaruh itu tergantung kepada kepekaan dan reaksi dari tiap-tiap

organisme penyusun komunitas tersebut (Michael, 1994)           Dari  5

macam hewan vertebrata, ikan merupakan kelas terbesar dan merupakan

nenek moyang dari keempat hewan vertebrata lainnya (Amphibia, Reptil,

Aves, dan Mamalia) dan hidup lebih berjaya dari pada lainnya. Jumlah ikan

yang masih hidup sekarang hampir setengah dari jumlah vertebrata.

Sebagaimana vertebrata lain, ikan adalah hewan simetris bilateral, artinya

sisi kanan dan sisi kiri tubuhnya sama. Ikan memiliki bagian anatomi dasar

yang sederhana, yakni berbentuk tabung yang kedua ujungnya terbuka

dengan sebuah saluran makanan yang memanjang dari depan ke

belakang (Ommaney, 1982).

Salah satu ciri khas ikan adalah siripnya, yaitu struktur mirip sayap kecil

atau besar, yang menjaga keseimbangan ikan itu di dalam air dan

membantu gerak serta pengemudiannya. Kebanyakan ikan mempunyai

perangkat sirip yang kembar, sirip dada tepat di belakang insang, pada

kedua sisi kepala dan sirip perut yang terletak jauh di belakang

(Ommanney, 1982).

Kelompok hewan tanah sangat banyak dan beraneka ragam, mulai dari

Protozoa, Nematoda, Annelida, Mollusca, Arthropoda,

hingga vertebrata.Hewan tanah dapat pula dikelompokkan berdasarkan

ukuran tubuhnya, kehadirannya di tanah, habitat yang dipilihnya, dan

kegiatan makanannya.

Page 13: hal yang penting

Dari hasil penelitian, hewan permukan tanah yang paling tinggi kepadatan

populasinya di Indonesia adalah Hymenoptera, yaitu family dari

Formicidae, dan diikuti oleh Coleoptera, Oniscoidea, Myriapoda dan

Arachnida.   Selain pada habitat air ada juga habitat terestrial, dimana di

lapangan hewan tanah juga dapat dikumpulkan dengan cara pit fall trap,

juga tergolong pada pengumpulan hewan tanah secara dinamik. Petangkat

lbang yang digunakan sangat sederhana, berupa bejana yang ditanam.

Permukaan bejana dibuat datar dengan tanah. Agar air hujan tidak masuk

dalam perangkap maka diberi atap dan agar air mengalir tidak masuk

maka perangkap dipasang pada tanah yang datar yang sedikit ditingikan

pada sekeliling tepi perangkap ± 5 cm (Suin, 2004).

Hasil penaksiran kepadatan hewan tidak tergantung pada ppulsi hewan

saja, tetapi juga pada aktifitas hewan tersebut. Jangkauan pergerakannya

dan juga tergantung pada kepandaian mmasang perangkap. Walaupun

tidak semua hewan dalam komunitas, individu populasinya dapat dihitung

atau kepadatan poplasinya dapat ditaksir (Suin, 2004).

Serangga permukaan tanah merupakan salah satu kelompok yang penting

dari organisme ekosistem tanah. Perannya sangat menonjol pada proses

dekomposisi material organik ditanah, sehingga sangat menentukan siklus

material organik di tanah. Serangga sangat penting pada hutan tropis,

seperti serangga herbivora dan berfungsi sebagai peerombak serta

penyubur tanah (Michael, 1994).

Untuk memahami banyaknya serangga adalah dengan memahami sifat-

sifat yang mereka warisi dan lingkungan yang khusus terhadap siklus hidup

mereka. Faktor-faktor yang menentukan kelimpahan serangga adalah

ditemukan dalam suatu sistem kehidupan spesies. Mereka terdiri dari

pewarisan sifat-sifat dari individu-individu dalam spesies dan atribut-atribut

lingkungan yang efektif. Faktor-faktor ini juga mengusahakan untuk

menurunkan atau memajukan jumlah serangga (Michael, 1994).

Karbondioksida sangat mudah larut dalam air tetapi sangat sedikit

karbondioksida berada dalam larutan biasa karena jumlahnya dalam udara

Page 14: hal yang penting

sangat sedikit. Karbondioksida bergabng secara kimiawi dengan air

membentuk asam karbonat yang mempengaruhi pH air. Terdapat sekitar

0,5 ml/L karbondioksida dalam air berbentuk larutan biasa. Jumlah

karbondioksida ini disebut sebagai karbondioksida bebas. Sejumlah

karbondioksida berada dalam bentuk bikarbonat dan karbonat. Sumber

karbondioksia tersebut disebut karbondioksida gabungan, tetap atau

terikat. Dalam air yang asam dengan pH yang rendah, gabungan

karbondioksida diubah menjadi bentuk bebas. Penentuan karbondioksida

bebas dapat dilakukan dengan cara titrasi biuret, cara titrasi dengan

menggunakan NaOH maupun Na2CO3 kedua cara ini menggunakan

phenolflatein sebagai indikator (Micahel, 1994).

Oksigen adalah salah satu faktor terpenting dalam setiap sistem perairan.

Oksigen di udara diserap dengan difusi langsung atau agitasi permukaan

air oleh angin dan arus. Jumlah oksien yang terkandung dalam air

tergantung pada daerah permukaan yang terkena suhu dan konsentrasi

garam. Kenaikan dan penurunan dalam konsentrasi oksigen dalam sehari-

hari dinyatakan sebagai pulsa oksigen, oksigen hilang, dari air, alam, oleh

adanya pernafasan biota, penguraian bahan organik, aliran masuk air

bawah tanah yang miskin oksigen, adanya besi dan kenaikan suhu.

Oksigen terlarut adalah faktor penting dalam menetapkan kualitas air. Air

yang polusinya sangat tinggi memiliki sangat sedikit oksigen terlarut. Bila

oksigen digunakan lebih cepat daripada yang digantikan, kualitas air mulai

menurun. Bila sampai batas tertentus semua oksigen dalam sistem

perairan habis digunakan, air akan menjadi kotor. Hilangnya oksigen

terlarut terutama yang disebabkan oleh penguraian, diukur dengan uji

kbutuhn oksigen biologis (BOD) yaitu membandingkan tingkat oksigen

terlarut dalam sampel air tawar dan air yang sama. Setelah beberapa

waktu penyimpanan dalam botol gelap (Michael, 1994).

Salah satu kelompok hewan akuatik lainnya adalah hewan bentos. Hewan

bentos adalah organisme yang sebagian atau seluruh siklus hidupnya

berada di dasar perairan baik yang sesil, merayap maupun yang menggali

lubang (Odum, 1971; Kendeigh, 1980; Goldman dan Horne, 1983). Hewan

bentos sebagai biota perairan, umumnya relatif tidak mudah bermigrasi

Page 15: hal yang penting

dan merupakan kelompok biota yang paling menderita akibat pencemaran

perairan. Diantara biota bentos yang relatif mudah di identifikasi dan peka

terhadap perubahan lingkungan perairan adalah jenis-jenis yang termasuk

kedalam kelompok invertebrata makro yang dikenal sebagai

makrozoobentos. Oleh karena itu para pakar seperti (James, 1979; cit.

Siswohardjono et al., 1990) menyatakan bahwa makrozoobentos dapat

digunakan sebagai indikator pencemaran perairan.

Berdasarkan ukuran tubuh zoobentos dapat dibedakan atas dua kelompok

besar, yaitu makrozoobentos dan mikrozoobentos. Makrozoobentos adalah

hewan bentos yang ukuran tubuhnya lebih besar dari 0,6 mm (Lind, 1979).

Menurut Cummins (1975) makrozoobentos dapat mencapai ukuran tubuh

sekurang-kurangnya 3-5 mm pada saat pertumbuhan maksimum.

Makrozoobentos dapat dijumpai pada berbagai tipe perairan seperti

sungai, kolam, danau, estuari dan laut. Komposisi taksa makrozoobentos

berbeda-beda dalam berairan yang berbeda-beda. Makrozoobentos sangat

banyak jenisnya umumya terdiri dari taksa crustacea, ampipoda, isopoda,

dekapoda, molusca, oligochaeta, nematoda dan annelida (Cummins, 1975;

Goldman dan Horne, 1983). Makrozoobentos yang merayap dipermukaan

dasar perairan disebut dengan epifauna, contohnya crustacea dan larva

serangga, sedangkan makrozoobentos yang hidup pada substrat lunak

atau di dalam lumpur disebut dengan infauna misalnya bivalve, polichaeta

dan lain sebagainya (Barnes, 1987; Nybakken, 1992).

Dalam komunitas perairan zoobentos memegang peranan penting seperti

dalam pendaurulangan material organik serta menduduki beberapa

tingkatan tropik dalam rantai makanan, yaitu menempati mata rantai

makanan kedua dan ketiga. Sebagai konsumen tingkat pertama,

zoobentos terdiri dari: pemakan tumbuhan air tigkat tinggi, pemakan

tumbuhan mikroskopis, dan pemakan detritus. Sebagai konsumen tingkat

kedua hewan bentos akan memangsa zooplankton dan pada giliran

selanjutnya akan dimangsa oleh tingkatan tropik yang lebih tinggi seperti

ikan dan burung (Odum, 1971; Barnes,1987).

Page 16: hal yang penting

Peranan lain dari zoobentos membantu mempercepat proses dekomposisi

material organik dan memainkan peranan dalam pembawaan bahan

beracun dalam rantai makanan. Berbagai zoobentos terutama yang

bersifat hervifor dan detrivor dapat menghancurkan makrofit akuatik yang

hidup maupun yang mati dan serasah yang masuk kedalam perairan

menjadi potongan-potongan yang lebih kecil sehingga mempermudah

mikroba untuk menguraikannya menjadi materi organik (Izmiarti, 1990).

Minimal area merupakan suatu metode dasar dalam penyelidikan ekologi

tumbuhan yang menggunakan plot. Ukuran plot dibuat sedemikian rupa

agar plot benar-benar dapat menjadi representatif untuk mengambil data.

Dengan metode ini dapat ditentukan apakah daerah ini dapat dijadikan

daerah peternakan atau tidak. Selain itu minimal area merupakan suatu

cara menentukan komposisi spesies dan struktur komunitas beberapa

fungsinya, dari suatu tempat tertentu. Proses pencapaian komunitas

kompleks umumnya dimulai oleh tumbuhan tingkat rendah sampai tingkat

tinggi dan campuran-campurannya. Proses yang terjadi tersebut sampai

terbentuk suatu komunitas yang tersebut sampai terbentuk suatu tingkat

komunitas yang disebut suksesi (Odum, 1998).

Metoda minimal area dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain adalah

jenis tumbuhan yang terdapat disekitar komunitas yang terganggu,

kehadiran pemencar biji dan benih, iklim tertama arah dan kecepatan angin

yang membawa biji, spora, dan benih lain serta hujan yang mempengaruhi

perkembangan biji dan spora serta perkembangan semai berikutnya,

macam substrat yang terbentuk dan sifat-sifat jenis tumbuhan yang ada

disekitar tempat terjadinya suksesi (Ewuse, 1980).

II. PELAKSANAAN KULIAH LAPANGAN

2.1 Waktu dan Tempat

Kuliah Lapangan ini dilaksanakan pada tanggal 26 s/d 27 Maret 2011 di

jorong Pasar Maninjau, Kenagarian Danau Maninjau, Kecamatan Tanjung

Raya,  Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Pengambilan sampel di lakukan

di lapangan, kemudian di analisa di Laboratorium Ekologi Perairan,

Jurusan Biologi, Universitas Andalas, Padang.

Page 17: hal yang penting

2.2 Alat dan Bahan

2.2.1 Fluktuasi Harian

Alat yang digunakan untuk Fluktuasi Harian yaitu termometer maksimum

minimum, termometer air raksa, lux meter, higrometer, ice box.

Sedangkan bahan yang digunakan yaitu MnSO4, KOHKI,

Na2S2O3 (Thiosulfat), 0,025 N, H2SO4 Pekat, Amilum, NaOH 0,02 N, PP

(Phenolpthalein), formalin, alkohol dan biuret.

2.2.2 Plankton

Alat yang digunakan pada pengambilan plankton adalah plankton net,

ember, sikat gigi bekas, botol film. Sedangkan bahan yang digunakan,

yaitu alkohol.

2.2.3 Bentos

Alat yang digunakan pada pengambilan sampel bentos adalah Surber

net, Ekman dredge. Sedangkan bahan yang digunakan, yaitu alkohol.

2.2.4 Pitfall Trap

Alat yang digunakan pada pitfall trap adalah gelas, tutup seng. Sedangkan

bahan yang digunakan adalah alkohol

2.2.5 Minimal Area

Alat yang digunakan pada minimal area adalah pancang, meteran, tali

rafia, dan alat tulis.

2.3.Cara Kerja

2.3.1. Di Lapangan

2.3.1.1 Fluktuasi harian

Hal pertama yang dilakukan adalah diukur beberapa faktor fisika kimia

pada tempat pengoleksian hewan bentos yaitu suhu air dengan

thermometer, kandungan O2 dengan titrasi Winkler, kandungan CO2 bebas

dengan metoda titrasi standar menggunakan NaOH, kecepatan arus

dilakukan dengan cara sederhana yaitu dengan menghanyutkan benda

mengapun (potongan gabus) pada jarak 1 m, kemudian dihitung berapa

waktu tempuh benda untuk sampai pada jarak yang ditentukan tersebut

(cm/s).

Page 18: hal yang penting

Untuk pengukuran Oksigen (O2) terlarut, baik itu di sungai atau kolam,

pertama sekali sampel air diambil dengan tidak adanya gelembung udara,

kemudian ditetesi dengan MnSO4 1 ml, dihomogenkan. Lalu dimasukkan 1

ml KOHKI, dihomogenkan, ditunggu selama 10 menit hingga

terbentuk endapan.Jika telah terbentuk endapan ditetesi dengan 1 ml

H2SO4 pekat.Homogenkan hingga larut.Sampel air tersebut diambil

sebanyak 100 ml, kemudian dimasukkan kedalam Erlenmeyer. Lalu dititrasi

dengan Thiosulfat hingga warnanya kuning muda,setelah itu ditambahkan

5 tetes amilum hingga berwarna biru.Dititrasi kembali dengan Thiosulfat

hingga warna biru hilang (bening). Kemudian dicatat Thiosulfat yang

terpakai.Setelah itu di cari ppm Oksigen (O2) dengan menggunakan rumus:

Ppm O2 =    ml titran x N titran x 1000 x 8

ml sampel ( vol.botol   – 2)

Vol.botol

Untuk mengukur CO2 bebas yaitu, sampel air diambil kemudian

dimasukkan sebanyak 100 ml kedalam Erlenmeyer, kemudian ditetesi

dengan pp sebanyak 10 tetes (Jika berwarna pink(C02 banyak)pengukuran

dihentikan),jika berwarna bening dititrasi dengan larutan NaOH hingga

berwarna pink muda.NaOH yang terpakai dicatat kemudian dihitung ppm

CO2dengan rumus:

Ppm CO2 = ml titran x N titran x 440000

ml sampel

Untuk pengukuran Biologycal Oxygen Demand (BOD), hanya dilakukan

pengambilan sampel air didalam botol gelap, dan didiamkan selama 5 hari

di dalam ice box, kemudian diukur kadar oksigennya di Laboratorium.

Kemudian dalam pengukuran zat padat tersuspensi, juga hanya dilakukan

pengambilan sampel air sebanyak 600 ml, dan diukur di Laboratorium.

2.3.1.2 Plankton

Adapun cara kerja dari pengambilan sampel plankton adalah, pertama

dicari lokasi yang diperkirakan memilki banyak jenis Plankton, kemudian

sampel plankton diambil dengan memakai net plankton yang sebelumnya

telah dilemparkan pada danau dengan kedalamn tertentu. Setelah itu net

Plankton ditarik dengan tarikan horizontal dan vertikal. Selain itu

Page 19: hal yang penting

pengambilan sampel plankton dapat diambil secara langsung dengan

menimba air danau menggunakan ember dan disaring dengan net

plankton. Selanjutnya  sampel yang telah disaring dimasukan kedalam

botol film, dan diberi label. Setelah itu proses terakhir dari cara kerja ini

adalah pemberian alkohol 70 % pada sampel yang telah didapatkan.

2.3.1.3 Bentos

Adapun cara kerjanya adalah Surber net diletakkan di dasar sungai

kurang lebih 30 cm dengan posisi menentang arus. Alat ini ditahan dengan

kaki pada bingkainya. Semua batu yang terdapat dalam bingkai kuadrat

dipindahkan ke dalam ember dan digosok dengan sikat kawar agar hewan

bentosnya terlepas. Dasar sungai yang berada di bawah bingkai kuadrat

diaduk-aduk dengan sekop kecil agar hewan bentos yang berada di dalam

substrat terlepas dan terperangkap ke dalam net. Kemudian seluruh

sampel hewan bentos disaring dengan saringan (ukuran mesh 250

mikron). Lalu dimasukkan ke dalam botol koleksi atau kantong plastik,

diberi formalin dan diberi label. Selanjutnya, untuk koleksi hewan bentos di

danau berlumpur digunakan alat Ekman Dredge. Posisi pengeruk alat ini

harus terbuka, kemudian alat diturunkan perlahan sampai ke dasar kolam

dengan posisi tali harus tegak lurus, messenger dilepaskan sehingga alat

ini menutup lalu diangkat dan dipindahkan isinya ke dalam baskom. Lalu

sampel disaring dengan saringan mesh 0,5 mm, dimasukkan ke dalam

botol koleksi dan diawetkan dengan formalin.

2.3.1.4 Pit fall trap

Adapun cara kerjanya adalah pertama dibuat lubang dan ditanamkan

bejana didalam lubang tersebut dengan posisi harus terbenam atau sejajar

dengan permukaan tanah. Dimasukkan alkohol 70% kedalam bejana

dengan volume setengah bejana. Ditutup dengan seng bertangkai dengan

jarak lebih kurang 20 cm dari tanah. Dibiarkan perangkap selama 72 jam

atau 3 hari. Setelah 72 jam diambil dan dan dimasukkan kedalam botol

koleksi dan dibawa ke laboratorium.

2.3.1.5 Minimal area

Adapun cara kerjanya adalah pertama dibuat plot dengan ukuran 25×25

cm diamati dan dicatat jenis tumbuhan yang ada. Kemudian plot diperbesar

Page 20: hal yang penting

dengan penambahan luas dua kali lipat sehingga plot berukuran 25 X 50

cm. kemudian dilakukan penambahan plot lagi sampai jenis tumbuhan

yang ditemukan kurang dari 10% baru berhentidan ukuran plot terakhir

dianggap sebagai plot yang representatif.

2.3.2. Di Laboratorium

2.3.2.1. Biologycal Oxygen Demand (BOD)

Sementara cara kerjanya adalah sampel air yang telah disimpan di dalam

inkubator selama 5 hari diambil sebanyak 100 mL, kemudian dimasukkan

ke dalam erlenmeyer. Sampel dititrasi dengan thiosulfat hingga warnanya

kuning muda. Lalu ditambah dengan amilum sebanyak 5 tetes sehingga

sampel akan berwarna biru. Titrasi kembali hingga warna biru hilang

(bening). Pengukuran dilakukan dua kali, kemudian dicari rata-ratanya.

BOD = DO awal – DO akhir

2.3.2.2. Identifikasi Sampel

2.3.2.2.1. Bentos

Cara kerjanya adalah sampel yang telah disimpan dalam larutan formalin

dicuci hingga bau formalinnya hilang. Setelah itu simpan di dalam botol film

dan diberi larutan alkohol 75 %. Selanjutnya bentos diletakkan pada

mikroskop bedah/disecting microscop untuk kemudian diamati dan

diidentifikasi.

2.3.2.2.2. Plankton

Cara kerjanya sampel diletakkan di atas kaca objek dan ditutup

dengan cover glass. Amati di bawah mikroskop.

2.3.2.2.3. Pit fall Trap

Cara kerjanya sama dengan light trap. Pertama sampel diletakkan di atas

cawan petri dan identifikasi. Kemudian sampel dimasukkan kembali ke

dalam botol film dan beri alkohol 75 %.

2.3.3 Analisa Data :

2.3.3.1 Fluktuasi harian

Ppm O2 =  ml titran x N titran x 1000 x 8

ml sampel ( vol.botol   – 2)

Page 21: hal yang penting

Vol.botol

Ppm CO2 = ml titran x N titran x 440000

ml sampel

2.3.3.2 Plankton

Rumus kepadatan untuk plankton

K =

Dimana:   a = jumlah individu suatu spesies

c = volume sub sampel

L = volume sampel (liter)

r = jari –jari plankton net

2.3.3.3 Bentos

Rumus Kepadatan untuk hewan bentos

K = Jumlah suatu individu

Luas plot

2.3.3.4 Pit fall trap

Rumus perhitungan Pit fall trap:

Kepadatan                   =       Jumlah individu   suatu jenis

Jumlah botol/gelas yang digunakan

Kepadatan relatif                    = Kepadatan suatu jenis   x 100%

Kepadatan seluruh jenis

 

 

Page 22: hal yang penting

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan kuliah lapangan yang telah dilakukan di Danau Maninjau

didapatkan hasil-hasil sebagai berikut:

3.1 Fluktuasi harian

Dari pelaksanaan kuliah lapangan terhadap fluktuasi harian diperoleh data

sebagai berikut:

Tabel 1. Fluktuasi harian di Kawasan Danau Maninjau ppm O2

Page 23: hal yang penting

No

Waktu Ppm O2

15.00 6,67

18.00 7,07

21.00 6,56

24.00 4,23

03.00 2,81

06.00 3,085

09.00 2,668

12.00 3,756

Grafik 1. Fluktuasi harian di Kawasan Danau Maninjau Ppm O2

Tabel 2. Fluktuasi harian di Kawasan Danau Maninjau ppm CO2

No

Waktu Ppm CO2

15.00 –

Page 24: hal yang penting

18.00 0,589

21.00 0,61

24.00 0,88

03.00 0,267

06.00 0,38

09.00 0,322

12.00 0,2904

Grafik 2. Fluktuasi harian di Kawasan Danau Maninjau Ppm CO2

Tabel 3. Fluktuasi harian di Kawasan Danau Maninjau Kelembaban Udara

No

Waktu Kelembaban udara

1

15.00 91%

Page 25: hal yang penting

2

18.00 88%

3

21.00 92%

4

24.00 77%

5

03.00 92%

6

06.00 92%

7

09.00 75%

8

12.00 72%

Grafik 3. Fluktuasi harian di Kawasan Danau Maninjau Kelembaban Udara

Tabel 4. Fluktuasi harian di Kawasan Danau Maninjau suhu udara

maximum-minimum

No

Waktu Suhu udara maximum-minimum

1

15.00 34,18

2 18.00 31,16

Page 26: hal yang penting

3

21.00 32,16

4

24.00 33,16

5

03.00 31,15

6

06.00 31,15

7

09.00 24,28

8

12.00 25,3

Grafik 4. Fluktuasi harian di Kawasan Danau Maninjau suhu udara

maximum-minimum

.

Dari tabel diatas dapat di simpulkan bahwa pada waktu tertentu kondisi

lingkungan berubah artinya disuatu lingkukngan itu tidak stabil baik itu

kandung O2 , CO2 ,kelembaban udara dan suhu maximum-minimumFaktor

lingkungan yang paling menentukan berbeda antara kehidupan di darat

dengan perairan. Cahaya, temperatur dan air (hujan) secara ekologi

merupakan faktor lingkungan yang penting di darat. Di laut, cahaya,

temperatur dan kadar garam (salinitas) merupakan tiga faktor yang

menentukan. Di air tawar, faktor oksigen merupakan faktor yang utama.

Page 27: hal yang penting

Faktor kimia dan laju pendauran hara-hara mineral pokok sangat

menentukan baik di daratan maupun di perairan (Suin, 2004).

Pada kedua daerah tersebut dapat banyak ditemukan hewan akuatik,

seperti : bentos, plankton dan lain-lain. Keberadan hewan-hewan tersebut

tidak lepas dari faktor-faktor lingkungan yang mendukung

pertumbuhannya.

Dari data faktor fisika kimia yang didapat pada saat kuliah lapangan di

danau suhunya 240C.  Sementara derajat keasamaan (pH) 7,4.  Arus dapat

menguntungkan organisme akuatik karena membantu membawa

makanan, O2, dan lain sebagainya tetapi juga menyebabkan

ketidakseimbangan dasar perairan yang lunak seperti dasar perairan yang

berpasir atau berlumpur (Odum, 1993).

Berdasarkan hasil percobaan dari setiap waktu, sampel air mempunyai

nilai pH yang berbeda-beda. Sebagian besar ikan dapat beradaptasi

dengan baik pada lingkungan perairan yang mempunyai derajat keasaman

berkisar antara 5-9. Pada danau, fluktuasi sangat dipengaruhi oleh proses

respirasi karena gas karbondioksida yang dihasilkannya. Pada danau yang

banyak dijumpai alga atau tumbuhan lainnya, pH air pada pagi hari

biasanya mencapai kurang dari 6,5 sedangkan pada sore hari dapat

mencapai 7- 7,5.

Data yang didapat saat kuliah lapangan sesuai dengan teori yang

dikemukakan oleh Irianto (2005), yang mengatakan bahwa nilai suhu di air

danau ini yaitu berkisar antara 23°C sampai 27°C, suhu diukur pada saat

matahari berada pada puncak dan berkisar diantara pukul 15.00 wib

sampai dengan pukul 12.00 wib dan perubahan suhu disuatu perairan

dikarenakan adanya pengaruh penyerapan dan pelepasan panas dari

teriknya matahari. Suhu pada danau ini tergolong optimum dikarenakan

suhu yang baik bagi suatu perairan untuk pertumbuhan fitoplankton dan

organisme lainnya yaitu antara 27°C sampai 31°C, dan suhu yang

berubah-ubah dapat mempengaruhi pertumbuhan fitoplankton dan

organisme yang ada diperairan tersebut.

Page 28: hal yang penting

Pada dasarnya suhu rendah memungkinkan air mengandung oksigen lebih

tinggi, tetapi suhu rendah menyebabkan stres pernafasan pada ikan

berupa menurunnya laju pernafasan dan denyut jantung sehingga dapat

berlanjut dengan pingsannya ikan-ikan akibat kekurangan oksigen (Irianto,

2005).

Suhu dan O2 terlarut merupakan faktor yang penting bagi kehidupan

hidrobiota di dalam perairan. Suhu air secara langsung dapat

mempengaruhi konsentrasi O2 dan CO2 di dalam air dan juga

mempengaruhi metabolisme organisme (Goldman dan Horne, 1983).

Oksigen adalah salah satu faktor terpenting dalam setiap sistem perairan.

Hampir setiap tumbuhan dan binatang memerlukan oksigen untuk

bernafas. Sumber utama oksigen terlarut berasal dari atmosfir dan proses

fotosintesis tumbuhan hijau. Oksigen dari udara diserap dengan difusi

langsung atau agitasi permukaan air oleh angin dan arus. Jumlah oksigen

yang terkandung bergantung pada daerah permukaan yang terkena suhu

dan konsentrasi garam. Banyak oksigen yang berasal dari tumbuhan hijau

bergantung pada kerapatan tumbuhan, jangka waktu dan intensitas sinar

efektif (Suin, 2002).

Menurut Suin (2002), kebutuhan oksigen biologi suatu badan air adalah

banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh organisme yang terdapat di

dalamnya untuk bernafas selama 5 hari. Untuk itu perlu diukur kadar

oksigen terlarut pada saat pengambilan contoh air dan kadar oksigen

terlarut dalam contoh air yang telah disimpan selama 5 hari.

3.2. Bentos

Gambar 1. Melanoides                                    Gambar 2.  Corbicula

Gambar 3. Thyara

Adapun hasil dari pengamatan dan pengidentifikasian terhadap sampel

bentos yang di dapat di kolam serta sungai diperoleh data sebagaimana

termuat dalam tabel 2 di bawah ini

Page 29: hal yang penting

Tabel  Komunitas Bentos di danau Maninjau

No Spesies Jumlah K

KR

(%) Pi Lnpi

1 Corbicula

moltkiana

5 222,22 31,25 0,3125

-

1,1632 0,3635

2

Thyara sp

1 44,44 6,25 0,0625

-

2,7726 0,1733

3

Melanostes sp

5 222,22 31,25 0,3125

-

1,1632 0,3635

4

Turbificitae sp

5 222,22 31,25 0,3125

-

1,1632 0,3635

Total

16 711,11 H’ 1,2637

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa kerapatan yang terendah dari

semua jenis bentos adalah Thyara sp yaitu 44,44, dengan kerapatan 

relatifnya 6,25. Sedangkan jenis bentos yang lainnya memilki kerapatan

yang sama yaitu 222,22 dengan kerapatan relatif  31,25. Pada umumnya

jenis zoobentos tersebut diatas jumlahnya sama

sedangkan Thyara spmemilki jumlah yang paling sedikit hal ini bisa

disebabkan oleh faktor lingkungan, makanan dan adanya kompetisi

dengan jenis bentos yang lain.

Page 30: hal yang penting

Pengambilan sampel menggunakan alat Ekman dredge. Alat ini

berukuran 20 x 20 x 20 cm3, sehingga volumenya berukuran 0,008 m3.

Jenis bentos yang ditemukan adalah dari ordo Nemathoda. Perairan

berarus tenang terdapat hewan-hewan bentos yang dapat membenamkan

diri seperti cacing dan beberapa jenis insekta lain. Pada tipe substrat

berlumpur dan berpasir ditemukan bentos penggali substrat seperti

Annelida dan Crustacea Pada arus  deras terdapat insekta seperti Bactis

dan Centroptilum. Pada substrat berbatu-batu ditemukan bentos yang

hidup melekat serta berbentuk pipih atau ramping, biasanya dari golongan

Trichoptera dan Ephemoptera. (Michael, 1994).

Struktur dan komposiosi komunitas makrozoobentos dipengaruhi oleh

faktor biotis seperti pola siklus hidup dari masing-masing spesies. Faktor

abiotik meliputi fisika kimia air seperti DO, CO2 , pH, kecepatan arus,

kandungan organik substrat, dan tipe substrat dasar perairan. Perubahan

sifat fisika kimia terjadi karena adanyan limbah yang masuk kedalam

perairan. Hal ini akan mempengaruhi struktur dan komposisi bentos.

Kecepatan arus juga mempengaruhi penyebaran bentos. Masuknya

pencemar kedalam perairan akan mengakibatkan terjadinya perubahan

faktor fisika, kimia dan biologis dalam perairan (Michael, 1994).

3.3. Plankton

 

Gambar 1. Keratella                                          Gambar 2.Cyclops

Data identifikasi dan perhitungan terhadap komunitas plankton yang

terdapat di danau maninjau

No Nama Spesies Jumlah K KR (%)

1 Asplachna 2 0,004 5,2

2 Bracheonus 1 0,002 2,6

Page 31: hal yang penting

3 Ceriodaphnia 4 0,008 10,2

4 Cyclops 2 0,004 5,2

5 Cypris 3 0,006 7,7

6 Karatella 15 0,03 34,5

7 Lymbia 4 0,008 10,2

8 Monoctella 1 0,002 2,6

9 Oedogonium 2 0,004 5,2

10 Oscillatoria 2 0,004 5,2

11 Platias 2 0,004 5,2

12 Spyrogira 1 0,002 2,6

13 Sp1 1 0,002 2,6

Page 32: hal yang penting

40 0,078 99

Pengambilan sampel plankton ini adalah dengan menggunakan plankton

net yang berjari-jari 10 cm.

Jenis yang paling banyak ditemukan adalah Karatella. Kepadatan

plankton pada danau tersebut adalah  0,03 ind/L, kepadatan relatif 34,5%.

Kondisi danau  pada saat pengambilan plankton:  berlumpur dengan pH

7,4, hal ini disebabkan oleh keadaan lingkungan, suhu, air dan pH yang

pada saat itu dalam kondisi normal atau bagus sehingga membuat jenis

plankton banyak ditemukan khusunya untuk jenis keratell, hal ini sesuai

dengan pendapat Djuhanda (1980) plankton sangat dipengaruhi oleh

keadaan lingkungan, suhu air, kecerahan, pH, keadaan kimia dan biologi

perairan. Perairan yang kaya dengan berbagai jenis plankton dengan

jumlah individu yang banyak, merupakan perairan yang subur untuk

perikanan.

Faktor utama pengendali laju pertumbuhan fitoplankton adalah

kemampuan untuk mencapai cahaya dan nutrisi yang optimum. Semakin

meningkatnya aktifitas manusia disekitar peraiaran akan menyebabakan

perubahan terhadap komposisi dan struktur komunitas planktonnya.

Kepadatan  plankton juga dipengaruhi oleh musim. Kepadatan pada musim

kemarau lebih rendah dibandingkan dengan musim hujan yang melonjak

sangat tajam (Suin, 2001).

Untuk kehidupan organisme kecil faktor air yang penting adalah turbulensi

karena biasanya merupakan substansi organik. Disamping turbulensi,

faktor perbedaaan gerakan partikel juga sangat penting dalam menambah

kehidupan organisme. Didalam air kita membedakan dua macam gerakan

air, yaitu gerakan yang  horizontal yang disebut laminar flow yang

ditimbulkan oleh gerakan angin dan turbulent flow yaitu gerakan air yang

disebabkan oleh sistem turbelensi yang ada dalam air. Gerakan-gerakan

tersebut dapat dibedakan dengan jelas sekali (Reid, 1976).

Gambar 1. Monomolium sp                             Gambar 2. Monopedole

Pada pengambilan sampel dengan metoda pit fall trap ini jenis yang

paling banyak ditemukan adalah family Formicidae dari ordo Hymenoptera

Page 33: hal yang penting

yaitu sebanyak 6 ekor. Jenis lain yang ditemukan dari ordo ini adalah

Brachonidae sebanyak 1 ekor. Menurut Suin (1989), hewan yang paling

tinggi kepadatan populasinya di Indonesia adalah Hymenoptera yaitu famili

oleh Formicidae, diikuti oleh Colleoptera, Oniscoidea, Myriapoda, dan

Arachnida.

Serangga permukaan tanah merupakan salah satu kelompok yang penting

dari organisme ekosistem tanah. Perannya sangat menonjol pada proses

dekomposisi material organik tanah, sehingga sangat menentukan siklus

material organik ditanah. Serangga sangat penting pada hutan tropis,

seperti serangga herbivora yang berfungsi sebagai perombak dan

penyubur tanah (Suhardjono, 1985).

3.5 Minimal area

3.5.1 Minimal Area Kelompok 1

Data Minimal Area Kelompok 1

Tabel 13. Minimal Area Kelompok I Pada Plot 2,5×2,5m

NO NAMA JENIS K KR(%) F FR(%) NP(%)

1. Arthocarpus

0,16 3,84 0,34 3,49

2. Alingera

0,16 3,84 0,34 3,49

3. Ficus sp

0,16 3,84 0,34 3,49

4. Eugenia sp

0,16 3,84 0,34 3,49

Page 34: hal yang penting

5. Homalomena frutadoa

0,48 11,53 1 10,26 21,79

6. Lea indica

0,16 3,84 0,67 6,87 10,71

7. Neprolepis

0,16 3,84 0,67 6,87 10,71

8. Palmae

0,16 3,84 0,67 6,87 10,71

9. Pandanus

0,64 15,38 1 10,26 25,64

10. Piper sp

0,8 19,23 0,34 3,49 22,72

11. Ptenandra

0,16 3,84 0,34 3,49

12. Selaginela

0,16 3,84 0,34 3,49

13. Simplococus

0,16 3,84 0,67 6,87

14. Symplocos

0,16 3,84 0,34 3,49

15. Sp 1

0,16 3,84 1 10,26

Page 35: hal yang penting

16. Hipterocarpus sp

0,16 3,84 0,67 6,87

17. Deris sp

0,16 3,84 0,67 6,87

Tabel 14. Minimal Area Kelompok I Pada Plot 2,5m x 5m

NO NAMA JENIS K KR(%) F FR(%) NP(%)

1. Cyperus rotundus

0,08 5,56 0,34 5,97 11,53

2. Homalomena frutadoa

0,6 11,11 1 17,57 28,68

3. Lea indica

0,08 5,56 0,67 11,77 17,33

4. Pandanus

0,08 5,56 1 17,57 23,13

5. Simplococus

0,08 5,56 0,67 11,77 17,33

6. Sp 1

0,8 55,56 0,67 11,77 17,33

7. Hipterocarpus sp

0,08 5,56 0,67 11,77 17,33

8. Deris sp 0,08 5,56 0,67 11,77 17,33

Page 36: hal yang penting

Tabel 15. Minimal Area Kelompok I Pada Plot 5m x 5m

NO NAMA JENIS K KR(%) F FR(%) NP(%)

1. Homalomena frutadoa

0,12 15,78 1 19,96 35,74

2. Neprolepis

0,04 5,26 0,67 13,37 18,63

3. Palmae

0,04 5,26 0,67 13,37 18,63

4. Pandanus

0,28 36,84 1 19,96

5. Piper sp

0,04 5,26 0,67 13,37 18,63

6. Sp 1

0,04 31,57 1 19,96

Tabel 16. Minimal Area Kelompok I Tentang Pertambahan jenis

NO PLOT (M)

PERTAMBAHAN JENIS PERSENTASE

1. 2,5 X 2,5

– –

Page 37: hal yang penting

2. 2,5 X 5

1 5,88%

3. 5 X 5

– –

3.5.2  Minimal Area  Kelompok 6

Tabel 17. Minimal Area Kelompok 6

Plot

Ukuran (m2)

Spesies

Junlah

Individu

Jumlah

spesies

I 0,5 m x 0,5 m

Sp 1 115

Cyperacea (Sp 2) >47

Imperata cylindrica

>14

Caladium sp

10

II 1 m x 0,5 m Palmae (sp 3) 1

Sp 4 1

Impatien balsamina 6

Page 38: hal yang penting

Mimosa sp

40

Cyperus rotundus

>50

Asistasia

coromandeliana

1

III 1 m x 1 m

Davalia sp

3

Ageratum conyzoides

11

Sidingin 2

Sp 5 9

Mimosa pudica

13

IV 1 m x 2 m

Sp 6 1

Sp 7 1

Sp 8 1

Page 39: hal yang penting

V 2 m x 2 m Kakao 1

3.5.3 Minimal Area Kelompok 8

Tabel 18. Minimal Area Kelompok 8

Sub plot Ukuran(m2) Spesies

Jumlah

individu

Jum;ah

spesies

1 0.5×0.5 m

Sp 1

Sp2

Cyperus sp

10

15

42 3

2 1×0,5 m

Amaranthus

3 1

3 1×1  m Mimosa pudica

Sp 3

1

2 3

4 2×1  m Graminae

Mimosa

1

1 2

5 2×2  m

Sp 6

1 1

Page 40: hal yang penting

6 2×4  m

Sp 7

1 1

3.5.4 Minimal Area Kelompok 3

Tabel 19. Minimal Area Kelompok 3

No Ukuran Spesies Individu

Jumlah

individu

Jumlah

spesies

1

0,5 x 0,5

m Acistasia sp

Graminae a

Graminae b

Selaginellasp4

10

6

424420,5 x 1 mAgeratum conizoides

Graminae a

Graminae b

Imperata cylindrica

Selaginellasp2

11

8

4

Page 41: hal yang penting

631531 x 1 mAgeratum conizoides

Graminae a

Graminae b

Melastoma malabatricum

Mimosa sp

Rhodomirtus tomentosa5

15

10

2

2

135641 x 2 mAgeratum conizoides

Cocoa sp

Graminae a

Graminae b

Leea indica

Melastoma malabatricum

Mangifera indica

Hevea braziliensis

Page 42: hal yang penting

Sp 17

1

15

10

5

3

1

2

145952 x 2 mMimosa sp

Leea indica

Graminae

Sp 21

7

15

225462 x 4Graminae

Leea indica

Cocoa sp

Graminae b

Page 43: hal yang penting

Hevea braziliensis

Euphorbiaceae

Sp 120

7

2

15

3

2

2517

 

3.5.5 Minimal Area Kelompok 4

Data Minimal Area Kelompok 4

Tabel 20. Minimal Area Kelompok 4 Pada Plot 1×1 m

No Spesies

Jumlah

1

2

3

4

Page 44: hal yang penting

5

6

7Acasia auriculiformis

Rhodomyrtus tomentosa

Melastoma malabathricum

Graminae

Mimosa sp.

Ixonanthes

Sp 1

36

1

1

13

3

1

1

 

Tabel 21. Minimal Area Kelompok 4 Pada Plot 2×1 m

No Spesies

Jumlah

Page 45: hal yang penting

1

2

3

4

5

6

7

8Acasia auriculiformis

Melastoma malabathricum

Graminae

Mimosa sp

Ixonanthes

Simplocos cocunensis

Sp 2

Euphorbiaceae

18

6

8

2

2

Page 46: hal yang penting

1

1

1

 

Tabel 22. Minimal Area Kelompok 4 Pada Plot 2×2 m

No Spesies

Jumlah

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10Acasia auriculiformis

Rhodomyrtus tomentosa

Melastoma malabathricum

Graminae

Page 47: hal yang penting

Ixonanthes

Mimosa sp

Sp 2

Clitoria laurifolia

Euphorbiaceae

Orchidaceae

65

4

7

14

4

1

2

2

5

1

 

Tabel 23. Minimal Area Kelompok 4 Pada Plot 4×2 meter

Page 48: hal yang penting

No Spesies

Jumlah

1

2

3

4

5Acasia auriculiformis

Melastoma malabathricum

Graminae

Euphorbiaceae

Sp 2

29

6

57

1

20

 

3.5.6 Minimal Area Kelompok 7

Tabel 28. Minimal Area Kelompok 7

Page 49: hal yang penting

No. Spesies

Plot (m)

0,5 x

0,5 0,5 x 1 1 x 1 1 x 2 2 x 2

1 Piper bettle

1 1 1 1

2 Sp1

2 7 5 4

3 Sp 2

6 5 3 5

4 Sp 3

2 4 6 3

5 Sp 4

5 6 6 4

6 Sp 5

10 9 5 7

7 Sp 6

1 1 – –

8 Euchaterium sp

– 1 – –

9 Asteraceae

– – 1 –

Page 50: hal yang penting

10 Cyperus sp

– – – 1

11 Sp 7

– – – 2

12 Sp 8

– – – 1

13 Sp 9

– – – 1

14 Sp 10

– – – 1

15 Sp 11

– – – –

Total

27 34 27 30

 

3.5.7 Minimal Area Kelompok 2

Plot 1 (1×1) meter

No Luas plot Spesies

Jumlah

1

Plot (1×1)Sp 1

Sp 2

Page 51: hal yang penting

Paku-pakuan

Coffea sp

6

2

1

2

2Plot (2×1)Sp 1

 

Paku-pakuan

Coffea sp

Graminae

Sp 3

Sp 4

4

1

2

4

3

1

Page 52: hal yang penting

3Plot (2×2)Sp 1

 

Paku-pakuan

Sp 2

Asplenium sp

Piper aduncum

6

3

4

1

1

4Plot (2×3)-

 

Pada plot pertama terdapat empat buah spesies. Pertama, sp 1 dengan

jumlah 6. Kemudian sp 2, Coffea sp, dan paku-pakuan. Untuk plot 2,

masih terdapat tumbuhan yang sama dengan jumlah yang berbeda dan

terdapat tumbuhan baru pada plot ini yaitu sp 6 dan sp 7. Pada plot ketiga

masih terdapat tanaman yang sama dengan plot pertama dan plot kedua

tetapi ada penambahan Asplenium sp dan piperaceae. Pada plot ke 4

tidak terdapat pertambahan tanaman. Plot inilah yang mengakhiri minimal

area pada kelompok 2.

Page 53: hal yang penting

Tabel pertambahan tumbuhan

No Plot Jumlah pertambahan Persentase

1 1 x 1

0 0

2 2 x 1

3 75

3 2 x 2

2 50

4 2 x 3

0 0

Tabel di atas dapat disajikan dalam bentuk grafik berikut :

Dari grafik dapat dilihat pertambahan jenis yang ditemukan setiap

dilakukan penambahan luas plot haruslah semakin lama semakin kecil,

karena jika tidak plot yang akan dibuat kemungkinan akan mencapai

hitungan hektar dan akan semakin mempersulit dalam proses pendataan

jenis hingga menghasilkan data yang belum sahih dan kurang tepat. Hal ini

mungkin disebabkan pada saat pembuatan plot tidak dimulai dari tempat

yang rimbun, tempat yang kemungkinan ditemukan jenis yang lebih

banyak, tetapi dimulai dari tempat yang kurang rimbun ke tempat yang

rimbun.

Kesahihan analisis berdasarkan penggunaan petak contoh bergantung

pada tiga hal yaitu populasi dalam tiap petak contoh yang diambil harus

dapat dihitung dengan tepat, luas atau satuan tiap petak harus jelas dan

pasti dan petak contoh yang diambil harus dapat mewakili seluruh

area/daerah penelitian. (Suin, 2004)

Page 54: hal yang penting

Menentukan keadaan medan dan keadaan topografi, untuk itu terlebih

dahulu harus dilakukan survai tinjauan umum dan pendahuluan. Dari survai

tinjauan tersebut baru ditentukan bentuk penyebaran minimal area yang

akan diambil untuk dianalisis (Marsono, 1997).

Hasil dari delapan kelompok diatas di dapatkan tumbuhan yang beraneka

ragam, karena pada saat melakukan kuliah lapangan kami di bagi dua

kelompok,. Sehingga sampel yang didapaatkan berbeda dan plot yang

digunakaan juga berbeda. Pada kelompok satu, mereka mendapat sampel

minimal area yang kurang dari 10 % pada plot 2,5 x 5 M nilai nya 5,8 %.

Pada kelompok 6 mereka mendapatkan sampel minimal area yang kurang

dari 10 % pada plot 2 x 2 M, sedangkan kelompok delapan terdapat pada

plot 2 x 4 M, Kelompok tiga terdapat pada plot 2 x 4 M, kelompok empat

terdapat pada plot 2 x 4. Keragaman yang terdapat pada masing-masing

kelompok dipengaruhi oleh keadaan lokasi yang terlindung dan terbuka.

Lokasi yang terbuka cenderung memiliki keragaman vegetasi yang lebih

banyak, sedangkan pada lokasi terlindung cenderung memiliki vegetasi

yang sedikit. Ketika melakukan kuliah lapangan kelompok satu, dua, tiga,

dan empat  melakukan minimal area di daerah yang agak terlindung dan

memiliki pohon-pohon yang besar. Rata-rata vegetasi yang berada pada

daerah tersebut memiliki keragaman jenis yang sedikit.

 

 

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari praktikum kuliah lapangan yang telah dilakukan didapatkan beberapa

kesimpulan yaitu sebagai berikut :

1. Pada danau didapatkan nilai-nilai dari faktor abiotik pukul 03.00

wib yaitu suhu sebesar 220 C, pH 7,4, O2 2,81 Ppm, CO2 0,264

Ppm.

2. Kepadatan tertinggi bentos pada Danau Maninjau pukul 03.00

WIB  ditemukan yaitu pada jenis Cepalodella  sp. sebesar 0,061

ind/m2 dengan kepadatan relatif sebesar 0,48690.

Page 55: hal yang penting

3. Kepadatan tertinggi plankton di Danau Maninjau pukul 03.00 WIB

adalah jenisKaratella yaitu sebesar 0,03 ind/m2  dengan Kerapatan

Relatif  34,5 %.

4. Jenis tanaman yang banyak ditemukan pada semua plot adalah

jenis tumbuhan Sp1.

5. Jenis yang paling banyak ditemukan adalah family Formicidae dari

ordo Hymenoptera

5.2 Saran

Dari kuliah lapangan yang telah dilakukan maka disarankan agar peserta

kuliah lapangan harus mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan

pada saat kuliah lapangan. Peserta kuliah lapangan harus serius dalam

mengikuti kuliah lapangan. Hendaknya terjalin kerjasama yang baik antar

peserta kuliah lapangan, asisten dan dosen. Untuk kuliah lapangan

selanjutnya disarankan agar mencari daerah atau lokasi baru agar kita bisa

mendapatkan banyak koleksi sampel yang akan kita praktikumkan.

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous, 2011. Ekologi.www.smartsains.com. diakses 05 Juni 2011.

Arinardi, O. H. 1997. Status Pengetahuan Plankton di

Indonesia. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia. Puslitbang-LIPI.

Jakarta.

Barnes, D R. 1987. Invertebrate Zoology. USA: college publishing the

dryden press.

Cummins, K.W. 1975. Macroin vertebrates. In: whitton, B.A (eds) River

ecology. Blackwell scientific public. Oxford. London.170-198

Djuanda, T.1980. Kehidupan dalam setetes embun.ITB.Bandung.

Goldman, C.R & A.J. Horne. 1983. Limnology. Mc. Grew Hill book Int.

Student. Ed. Tokyo. Japan.

Gosari, Benny. 2002. Skripsi Komposisi Jenis Fitoplankton

Berbahaya di Sekitar Pelabuhan Soekarno Hatta. Universitas

Hasanuddin. Makassar.

Page 56: hal yang penting

Hutabarat, S. dan S.M, Evans, 1985. Pengantar

Oseanografi. Universitas Indonesia Press Jakarta.

Hutagalung, H.P., D. Setiapermana dan S.H. Riyono., 1997. Metode

Analisis Air Laut, Sedimen dan Biota. Buku 2. Puslitbang Oseanologi

LIPI. Jakarta.

Irianto, A. 2005. Probiotik Akuakultur. Gadjah Mada University Press:

Yogyakarta.

Kendeigh, S.C. 1980. Ecology with spesies reference to animal and

man. Practice hall of india. Private limited. New delhi.

Khiatuddin, M. 2003. Melestarikan Sumber Daya Air dengan

Teknologi Air dengan Teknologi Rawa Buatan. Yogyakarta: Gadjah

Mada University Press.

Lind, O.T. 1979. Handbook of common methods in limnology.

C.V, mosby.St Louis.

Marsono, Dj. 1977. Potensi dan Kondisi Hutan Hujan Tropika Basah

di Indoensia. Buletin Instiper Volume.2. No.2. Institut Pertanian STIPER:

Yogyakarta.

Michael, P. 1994. Ecologycal Methods for Field and Laboratory

Investigation.Mc

Nontji, A. 2005. Laut Nusantara Djambatan. Jakarta.

Nontji, A. 2008. Plankton Laut. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

Pusat Penelitian Osenografi: Jakarta.

Nybakken, J. W. 1988. Biologi Laut suatu Pendekatan Ekologi. PT

Gramedia.        Jakarta.

Nybakken, J. W. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologi.

Gramedia: Jakarta.

Odum, E.P. 1993. Dasar-dasar Ekologi. Terjemahan Tjahjono

Samingan. Edisi Ketiga. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Odum, E.P. 1998. Dasar-Dasar Ekologi. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press

Ommaney, F. D. 1982. Ikan edisi Kedua. TIRA Pustaka: Jakarta.

Ramli, O. 1989. Ekologi. Jakarta: Depdikbud Dirjen Pendidikan Tinggi.

Reid, G. K & R.D. Wood. 1976. Ekologi of inland warer and estuaries. Van

nostrand company. New york. Cincinati toronto london. Melbourne.

Page 57: hal yang penting

Ross, H. 1965. A text book of Entology third

Edition.Incompany.Ltd Tokyo.

Sachlan, M. 1972. Planktonologi. Correspondense Course Center.

Jakarta.

Sahriany, S. 2001. Studi Komposisi dan Kelimpahan Fitoplankton di

Perairan Karbino Kepulauan Sembilan Kabupaten Sinjai. Skripsi.

Jurusan Perikanan. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas

Hasanuddin: Makassar.

Siswohardjono. S. H. W. & S. S. Agus. 1990. Makrozoobentos sebagai

indikator biologis kaualitas air sungai cakung. Pros. Sem. Das. 1:72-

78

Suin, N, M.  2004. Ekologi Populasi.Unand:  Padang.

Sutisna, U. T. Kalima dan Purnadja. 1998. Pedoman Pengenalan Pohon

Hutan Indonesia. Yayasan PROSEA. Bogor

Tim Ekologi. 2011. Penuntun Praktikum Ekologi. Padang; Universitas

Andalas

LAMPIRAN

1. 1.    Fluktuasi Harian

Perhitungan

Ppm O2 =

Data mentah:   Thiosulfat 1 = 1,5 ml

Thiosulfat 2 = 1,3 ml

Ppm O2               =

=

= 2,81

Ppm CO2  =

Data mentah = NaOH 1 yang terpakai = 0,02

= NaOH 2 yang terpakai = 0,04

Page 58: hal yang penting

Ppm CO2  =

= 0,264

1. 2.    Plankton

Kerapatan (K) =

K Asplachna         =

= 0,04

KR                  =  x 100%

=  x 100 %

= 5,2

H’ = –

pi                     =

=  = 0,05

Pilnpi               = 0,05 ln 0,05 = -0,150

K Bracheonus           =

= 0,002

KR                  =   x 100%= 2,6

Pi                     =  = 0,025

Pilnpi               = 0,025 ln 0,025 = -0,092

K Ceriodaphnia        =

= 0,008

Page 59: hal yang penting

KR                  =   x 100% = 10,2

Pi                     =   = 0,1

Pilnpi               = 0,1 ln 0,1 = -2,303

K Cyclops                =

= 0,004

KR                  =   x 100% = 5,2

Pi                     =  = 0,05

Pilnpi               = 0,05 ln 0,05 =- 0,15

K Cypris             =

= 0,006

KR                  =   x 100% = 7,7

Pi                     =  0,075

Pilnpi               = 0,075 ln 0,075 = -0,194

K Keratella              =

= 0,03

KR                  =   x 100% = 34,5

Pi                     =  = 0,375

Pilnpi               = 0,375 ln 0,375 = -0,368

K Lymbia                 =

= 0,008

Page 60: hal yang penting

KR                  =   x 100% = 10,2

Pi                     =  = 0,1

Pilnpi               = 0,1 ln o,1 = -0,230

K Monoctella            =

= 0,002

KR                  =   x 100% = 2,6

Pi                     =  = 0,025

Pilnpi               = 0,025ln0,025 = -0,092

K Oedogonium          =

= 0,004

KR                  =   x 100% = 5,2

Pi                     =  = 0,05

Pilnpi               = 0,05 ln 0,05 = -0,150

K Oscillatoria          =

= 0,004

KR                  =   x 100% = 5,2

Pi                     =  = 0,05

Pilnpi               = 0,05 ln 0,05 = -0,150

K Platias                 =

= 0,004

Page 61: hal yang penting

KR                  =   x 100% = 5,2

Pi                     =  = 0,05

Pilnpi               = 0,05 ln 0,05 = -0,150

K Spyrogira             =

= 0,002

KR                  =   x 100% = 2,6

Pi                     =  = 0,025

Pilnpi               = 0,025 ln 0,025 = – 0,092

K Sp 1                =

= 0,002

KR                  =   x 100% = 2,6

Pi                     =  = 0,025

Pilnpi               = 0,025 ln 0,025 = – 0,092

Maka,

Indeks H’ =   (-0,150 + (-0,092) + (-0,230) + (-0,150) + (-0,194) + (-0,368) +

(-0,230) + (-0,092) +  (-0,150) + (-0,150) + (-0,150) + (-0,092) + (-0,092) + (-

2,140)) = 2,14

 

3. Bentos

1. Kerapatan

K =

Page 62: hal yang penting

Corbicula moltkiana      =  = 222,22 ind/m2

Thyara sp.                      =  = 44,44 ind/m2

Melanostes sp.                =  = 222,22 ind/m2

Turbificitae sp.               =  = 222,22 ind/m2

2. Kerapatan Relatif

K =

Corbicula moltkiana      =  = 31,25 %

Thyara sp                       =  = 6,25 %

Melanostes sp                 =  = 31,25 %

Turbificitae sp                =  = 31,25 %

3. Indeks (H’)

H’ = –

dengan,

pi =

pi Corbicula moltkiana =              = 0,31

pi Thyara sp.                  =              = 6,25

pi Melanostes sp.            =              = 0,31

pi Turbificitae sp.           =              = 0,31

pi.lnpi Corbicula moltkiana              = 0,31 x ln 0.31 = – 0.36

pi.ln pi Thyara sp.                             = 6,25 x ln 6,25 = – 0,17

pi.ln pi Melanostes sp.                       = 0,31 x ln 0.31 = – 0.36

pi.ln pi Turbificitae sp                       = 0,31 x ln 0.31 = – 0.36

Maka,

H’ =

=  1,26

1. 4.     Pit fall Trap

Page 63: hal yang penting

2. Anoplolepis gracillipes pada Transek 2

K = Jumlah individu per transek / jumlah botol

K   = 6/8 = 0,75

KR = K / Total individu per transek

KR = 0,75/ 7,745 = 0,09

FK = Jumlah individu per transek / total botol x transek x  100 %

FK = 6/32  x 100 % = 18,75 %

H’ = ∑ Pi lon Pi

= ∑ 6/ 175. -3,38

= – 0,114.

1. Coleoptera sp, Transek 3

K = Jumlah individu per transek / jumlah botol

K   = 5/8 = 0,625

KR = K / Total individu per transek

KR = 0,625/ 12,49 = 0,05

FK = Jumlah individu per transek / total botol x transek x  100 %

FK = 5/32  x 100 % = 15,6 %

H’ = ∑ Pi lon Pi

= ∑ 5/ 175. -3,55

Page 64: hal yang penting

= – 3,52

1. Monomorium sp, transek 4

K = Jumlah individu per transek / jumlah botol

K   = 4/8 = 0,5

KR = K / Total individu per transek

KR = 0,5/ 1,865 = 0,268

FK = Jumlah individu per transek / total botol x transek x  100 %

FK = 4/32  x 100 % = 12,5 %

H’ = ∑ Pi lon Pi

= ∑ 4/ 175. -3,77

= – 0,07

1. Odontoponera denticulata, transek 2

K = Jumlah individu per transek / jumlah botol

K   = 20/8 = 2,5

KR = K / Total individu per transek

KR = 2,5/ 7,745 = 0,322

FK = Jumlah individu per transek / total botol x transek x  100 %

FK = 20/32  x 100 % = 62,5 %

H’ = ∑ Pi lon Pi

Page 65: hal yang penting

= ∑ 20/ 175. -2,16

= – 0,23

1. Blattria sp2, transek 3

K = Jumlah individu per transek / jumlah botol

K   = 3/8 = 0,375

KR = K / Total individu per transek

KR = 0,375/ 12,49 = 0,03

FK = Jumlah individu per transek / total botol x transek x  100 %

FK = 3/32  x 100 % = 9,3 %

H’ = ∑ Pi lon Pi

= ∑ 3/ 175. -4,06

= – 4,04

1. Parathrecina longicornis, transek 2

K = Jumlah individu per transek / jumlah botol

K   = 17/8 = 2,125

KR = K / Total individu per transek

KR = 2,125/ 7,745 = 0,274

FK = Jumlah individu per transek / total botol x transek x  100 %

FK = 17/32  x 100 % = 53,1 %

Page 66: hal yang penting

H’ = ∑ Pi lon Pi

= ∑ 17/ 175. -2,33

= – 0,2

1. Dorylus laevicatus, transek 4

K = Jumlah individu per transek / jumlah botol

K   = 1/8 = 0,125

KR = K / Total individu per transek

KR = 0,125/ 1,865 = 0,067

FK = Jumlah individu per transek / total botol x transek x  100 %

FK = 1/32  x 100 % = 3,1 %

H’ = ∑ Pi lon Pi

= ∑ 1/ 175. -5,16

= – 0,0258

1. Locusta sp, transek 4

K = Jumlah individu per transek / jumlah botol

K   = 1/8 = 0,125

KR = K / Total individu per transek

KR = 0,125/ 1,865 = 0,067

FK = Jumlah individu per transek / total botol x transek x  100 %

Page 67: hal yang penting

FK = 1/32  x 100 % = 3,1 %

H’ = ∑ Pi lon Pi

= ∑ 1/ 175. -5,16

= – 0,0258

About these ads

Share this: