HAKIKAT

24
HAKIKAT, FUNGSI, DAN TUJUAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SD KEGIATAN BELAJAR 1 Hakikat , fungsi, dan tujuan PKn di SD Dalam kurikulum Pendidikan Dasar 94, terdapat mata pelajaran “Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan”, yang di singkat dengan PPkn. Istilah “Pendidikan pancasila dan Kewarganegaraan”, pada saat itu secara hukum tertera dalam undang-Undang No 2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Sejak di Undangkannya UU Sisdiknas No 20 tahun 2003 secara hukum istilsh tersebut sudah berubah menjadi “Pendidikan Kewarganegaraan”. Oleh karena itu nama mata pelajaran tersebut di SD berubah menjadi Mata Pelajaran Pendidikan Kewaganegaraan. A. HAKIKAT PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Apabila kita kaji secara historis-kurikuler mata pelajaran tersebut telah mengalami pasang surut pemikiran dan praktis. Sejak lahir kurikulum tahun 1946 di awal kemerdekaan sampai pada era reformasi saat ini. Dalam Kurikulum 1957, dan Kurikulum 1961 tidak dikenal adanya mata Pelajaran Penendidikan Kewarganegaraan. Dalam Kurikulum 1946 dan 1957 materi tersebut itu dikemas dalam Mata Pelajaran Pengetahuan Umum di SD atau Tata Negara di SMP dan SMA.

Transcript of HAKIKAT

Page 1: HAKIKAT

HAKIKAT, FUNGSI, DAN TUJUAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SD

KEGIATAN BELAJAR 1

Hakikat , fungsi, dan tujuan PKn di SD

Dalam kurikulum Pendidikan Dasar 94, terdapat mata pelajaran “Pendidikan Pancasila

dan Kewarganegaraan”, yang di singkat dengan PPkn. Istilah “Pendidikan pancasila dan

Kewarganegaraan”, pada saat itu secara hukum tertera dalam undang-Undang No 2/1989

tentang Sistem Pendidikan Nasional. Sejak di Undangkannya UU Sisdiknas No 20 tahun

2003 secara hukum istilsh tersebut sudah berubah menjadi “Pendidikan

Kewarganegaraan”. Oleh karena itu nama mata pelajaran tersebut di SD berubah

menjadi Mata Pelajaran Pendidikan Kewaganegaraan.

A. HAKIKAT PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Apabila kita kaji secara historis-kurikuler mata pelajaran tersebut telah mengalami pasang

surut pemikiran dan praktis. Sejak lahir kurikulum tahun 1946 di awal kemerdekaan sampai

pada era reformasi saat ini.

Dalam Kurikulum 1957, dan Kurikulum 1961 tidak dikenal adanya mata Pelajaran

Penendidikan Kewarganegaraan. Dalam Kurikulum 1946 dan 1957 materi tersebut itu

dikemas dalam Mata Pelajaran Pengetahuan Umum di SD atau Tata Negara di SMP dan

SMA.

Dalam Kurikulum SD tahun 1968 di kenal Mata Pelajaran Pendidikan Kewargaan

Negara (PKN). Menurut Kurikulum SD 1968 Pendidikan Kewargaan Negara mencakup

Sejarah Indonesia, Geografi, dan Civics yang di artikan sebagai Pengetahuan Kewargaan

Negara. Dalam kurikulum SMP 1968 PKN tersebut mencakup materi sejarah Indonesia dan

Tata Negara, sedang dalam Kurikulum SMA 1968 PKN lebih banyak berisikan materi UUD

1945.

Menrut Kurikulum SPG 1968 PKN mencakup sejarah Indonesia, UUD,

Kemasyarakatan, dan Hak Asasi Manusia (HAM).

Page 2: HAKIKAT

Dalam Kurikulum Proyek Printis sekolah Pembangunan (PPSP) 1973 terdapat Mata

Pelajaran Pendidikan Kewargaan Negara (PKN) dan Pengetahuan Kewargaan Negara.

Menurut Kurikulum PPSP 1973 di perkenalkan Mata Pelajaran Pendidikan

Kewargaan Negara/Studi Sosial untuk SD 8 tahun yang berisikan integrasi materi Ilmu

pengetahuan Sosial. Di sekolah Menengah 4 tahun selain studi Sosial terpadu juga terdapat

Mata pelajaran PKN sebagai Program inti dan Civics dan Hukum sebagai program utama

Jurusan Sosial.

Oleh Somantri (1967) istilah Kewargaannegara merupakan terjemahan dari “civics”

yang merupakan mata pelajaran sosial yang bertujuan membina dan mengembangkan anak

didik agar menjadi warga Negara yang baik (good citizen)

Warga Negara yang baik adalah warga Negara yang tahu, mau, dn mampu berbuat

baik “(somantri 1970) atau secara umum yang mengetahui, menyadari, dan

melaksanakanhak dan kewajibanya sebagai warga Negara”

(Winaaputra 1978) Di lain pihak, istilah Kewarganegaraan digunakan dalam

perundangan mengenai Status formal warga negara dalam suatu negara. Misalnya

sebagaimana diatur dalam UU No 2 tahun 1946 dan Peraturan tentang diri kewarganegaraan

serta peraturan tentang naturalisasi atau perolehan status sebagai warga negara Indonesia bagi

Orang-orang warga Negara Asing.

Kedua konsep tersebut kini di gunakan untuk kedua-duanya dengan istilah

kewarganegaraan yang secara konseptul diadopsi dari konsep citizenship, yang secara

umum di artikan sebagai hal-hal yang terkait pada status hukum (legal standing)dan karekter

warga negara, sebagaimana digunakan dalam Perundang-undangan Kewarganegaraan untuk

status warga negara, dan pendidikan kewarganegaraan untuk program pengembangan

karekter warga negara secara kurikuler.

Dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara Sekolah sebagai wahana

pengembangan warga yang demokratis dan bertanggung jawab, yang secara kurikuler

pendidikan Kewarganegaraanyang harus menjadi wahana psikologis-pedagogis yang utama.

Secara yuridis ada beberapa ketentuan perundang-undangan yang mengandung

amanat tersebut,sebagai berikut

Page 3: HAKIKAT

1. Pembukaan Undang-Undang dasar negara Republik Indonesia dan

Perubahannya (UUD 1945 dan Perubahannya), khususnya alinea ke-4 yang

menyatakan bahwa pembentukan Pemerintah Negara Indonesia dimaksudkan untuk :

‘’…melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan

untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut

melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekan, perdamaian abadi dan

keadilan sosial maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu

Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan

Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada

Ketuhanan Yang Maha Esa,Kemanusian yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia

dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan Sosial bagi

seluruh rakyat Indonesia.

2. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU RI N0.

20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas) Khususnya:

a. Pasal 3 yang menyatakan bahwa ‘’Pendidikan nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membent uk watak serta peradaban bangsa

yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa , bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, Berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

jawab.

b. Pasal 4 mengatakan sebagai berikut:

1) Pendidikan di selenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak

diskriminatif     dengan menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia, Nilai

Keagamaan, Nilai kultural, dan Kemajemukan Bangsa.

2) Pendidikan di selenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik dengan

sistem terbuka dan Multimakna.

3) Pendidikan di selenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan

pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.

Page 4: HAKIKAT

4) Pendidikan diselenggarakan dengan member keteladanan, membangun

kemauan, dan mengembangkan kreatifitas pederta didik dalam proses

pembelajaran.

5) Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca,

menulis, dan berhitung bagi segenap warga masyarakat.

6) Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semu komponen

masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu

layanan pendidikan.

c. Pasal 37 ayat (1) yang menyatakan bahwa “ kurikulum pendidikan dassar dan

menengah wajib memuat : Pendidikan Agama, Pendidikan

kewarganegaraan, bahasa, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu

Pengetahuan Sosial, Seni dan Budaya, Pendidkan Jasmani dan Olahraga,

Keterampilan/Kejujuran, dan Muatan Lokal. Ayat (2) Memuat: Pendidikan

Agama, Pendidkan Kewarganegaraan, dsan Bahasa.

d.    Pasal 38 ayat yang menyatakan bahwa “Kurikulum Pendidkan Dasar dan

Menengah dikembangkan sesuai relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan

Pendidikan dan komite sekolah/Madrasah di bawah koordinasi dan supervise

Dinas Pendidikan atau kantor Departemen Agama kabupaten/kota untuk

Pendidikan Dasar  dan Propensi untuk Pendidikan Menengah.

3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang

Standar Nasional Penndidkan (PP RI NO 19 Tahun 2005 tentang SNP)

4. Pasal 6 ayat (4) menyatakan bahwa “setiap kelompok Mata Pelajaran sebagaimana di

maksud dalam ayat (1) dilaksanakan secara holistic sehinggga pembelajaran masing-

masing kelompok mata pelajaran ikut mewarnai pemahaman dan atau penghayatan

peserta didik”.

5. Pasal 7 ayat (2) Menyatakan bahwa kelompok mata pelajaran Kewarganegaraan dan

kepribadian pada SD/ MI/ SDLB/ Paket A/ SMP/ MTs/ SMPLB/ Paket B/ SMA/

MA/ SMALB/ SMK/ MAK/ Paket C. atau bentuk lain yang sederajat

Page 5: HAKIKAT

Dalam konteks itu, Khususnya pada jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah, Sekolah

seyogyanya dikembangkan sebagai pranata atau tatanan sosial-Pedagogis yang kondusif atau

member suasana bagi tumbuh kembangnya berbagai kualitas pribadi peserta didik.

Sekolah sebagai bagian integral dari masyarakat perlu dikembangkan sebagai pusat

pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sepanjang hayat, yang mampu member

keteladanan,, membangun kemauan, dan mengembangkan kreatifitas peserta didik dalam

proses pembelajaran demokratis.

Dalam kerangka semua itu mata pelajaran PKn harus berfungsi sebagai wahana kurikuler

pengembangan karakter warga negara Indonesia yang demokratis dan bertanggung jawab.

Peran PKn dalam proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sepanjang hayat,

melalui pemberian keteladanan, pembangunan kemauan, dan pengembangan kreatifitas

peserta didik dalam proses pembelajaran.

Melalui PKn sekolah perlu di kembangkan sebagai pusat pengembangan wawasan, sikap, dan

keterampilan hidup dan berkehidupan yang demokratis untuk membangun kehidupan

demokrasi.

Dari kedua konsep dasar tersebut dapat dikemukakan bahwa paradigma pendidikan

demokrasi melalui PKn yang perlu dikembangkan dalam lingkungan sekolah adalah

pendidikan demokrasi yang bersifat multidimensional atau bersifat jamak. Sifat

multidimensionalnya itu terletak pada:

1. Pandangan yang pluralistik –uniter (bermaacam-macam teetapi menyatu) dalam 

pengertian Bhineka Tunggal Ika.

1. Sikapnya dalam menempatkan individu, Negara, dan masyarakat global secara

harmonis.

2. Tujuannya yang diarahkan pada dimensi kecerdasan (spiritual, rasional, dan

sosial)

3. Konteks (setting) yang menghasilkan pengalaman belajarnyayang terbuka,

fleksibel atau luwes, dan bervariasi kepada dimensi tujuannya.

Dalam program pendidikan , paradigma ini menuntut hal-hal sebagai berikut:

Page 6: HAKIKAT

Pertama, memberikan perhatian yang cermat dan usaha yang sungguh-sungguh pada

pengembangan pengertian entang hakikat dan karekteristik aneka ragam demokrasi, bukan

hanya yang berkembang di Indonesia.

Kedua, mengembangkan kurikulum dan pembelajaran yang sengaja dirancang untuk

memfasilitasi siswa agar mampu mengeksplorasi sebagaimana cita-citademokrasi telah

diterjemahkan kedalam kelembagaan dan praktik diberbagai belahan bumi dn dalam berbagai

kurun waktu.

Ketiga, tersedianya sumber belajar yang memungkinkan siswa mampu mengekplorasi sejarah

demokrasi di negara untuk dapat menjawab persoalan apakah kekuatan dan kelemahan

demokrasi yang di terapkan di negaranya itu secara jernih.

Keempat, tersedianya sumber belajar yang dapat mempasilitasi siswa untuk dapat memahami

penerapandemokrasi di negara lain sehingga mereka memiliki wawasan yang luas tentang

ragam ide dan sistem demokrasi dalam berbagai konteks.

Stuasi sekolah  dan kelas di kembangkan sebagai democratic laboratory atau lab

demokrasi dengan lingkungan sekolah/kampus yang diperlakukan sebagai micro cosmos of

democracy atau linkungan kehidupan yang demokratis yang bersifat micro ddan

memperlakukan masyarakat luas sebagai open global classroom atau sebagai kelas yang

terbuka.

Dengan cara itu akan memungkinkan siswa dapat belajar demokrasi dalam stuasi yang

demokratis dan membangun kehidupan yang lebih demokratis. Itulah makna dari konsep

“learning and for democracy,and for democracy” dengan PKn sebagai wahana kurikuler

yang utama.

KEGIATAN BELAJAR 2

Ruang lingkup PKn di SD

Dalam lampiran Permendiknas No 22 tahun 2006 di kemukakan bahwa “ mata pelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata Pelajaran yang memfokuskan pada

pembentukkan warga negara yang memahami dan mampu melakssanakan hak-hak dan

kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarekter

Page 7: HAKIKAT

yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945”  Sedangkan tujuannya digariskan dengan

tegas adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1. 1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menaggapi isu

kewarganegaraan.

2. 2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas

dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara serta anti korupsi.

3. 3. Berkembang secara fositif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan

karekter-karekter masyarakat Indonesia agar dpa hidup bersama dengan bangsa-

bangsa lain.

4. 4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam peraturan dunia seccara langsung

atau idak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

Ditetapkan pula bahwa “ Kedalaman muatan Kurikulum pada setiap Mata Pelajaran pada

setia Satuan Pendidikan di tuangkan dalam kompetensi yang harus dikuasai peserta didik

sesuai dengan beban belajar yang tercantum dalam Struktur Kurikulum”

Kompetensi yang dimaksud terdiri atas Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang

dikembangkan berdasarkan standar Kompetensi Lulusan.

Muatan Lokal dam kegiatan Pengembangan Diri merupakan bagian integral dari stuktur

kurikulum pada jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah.

Berdasarkan Pemendiknas No. 22 tahun 2006  Ruang lingkup Mata pelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan untuk Pendidikan Dasar dan Menengah secara umum  meliputi aspek-

aspek sebagai berikut:

1. Persatuan dan Kesatuan Bangsa

2. Norma, Hukum dan Peraturan

3. Hak Asasi Manusia

4. Kebutuhan Warga Negara

5. Konstitusi Negara

6. Kekuasaan dan Pilitik

Page 8: HAKIKAT

7. Pancasila

8. Globalisasi

KEGIATAN BELAJAR 3

Tuntutan Pedagogis PKn di SD

Istilah Pedagogis diserap dari bahasa Inggris paedagogical. Akar kata dari paes dan ago

(bahasa latin), artinya Saya Membimbing. Kemudian muncul istilah paedagogy yang

artinya ilmu mendidik atau Ilmu Pendidikan (Purbakawatja 1956) . tututan pedagogis

dalam modul ini diartikan sebagai pengalaman belajar (learning experiences) yang

bagaimana diperlakukan untuk mencapai tujuan Pindidikan Kewarganegaraan , dalam

pengertian ketuntasan penguasaan kompetensi penguasaan kompetesi kewarganegaraan yang

tersurat dan tersirat dalam lingkup dan kompetensi dasar.

Semua kompetensi dasar untuk setiap kelas menuntut prilaku nyata (overt behavior).

Hal ini berarti bahwa konsep dan nilai kewarganegaraan diajarkan tidak boleh berhenti pada

pemikiran semata, tetapi harus terwujudkan dalam perbuatan nyata.

Dengan kata lain PKn menuntut terwujudnya pengalaman belajar yang bersifat utuh

memuat belajar kognitf, belajar nilai dan sikap, dan belajar prilaku. PKn seharusnya tidak

lagi memisah-misahkan domain-domain prilaku dalam belajar.

Proses pendidikan yang menjadi kepedulian PKn adalah proses pendidikan yang terpadu

utuh, yang juga disebut sebagai bentuk confluent educatin (Mc, Neil, 1981), tuntutan

pedagogis ini memerlukan persiapan mental, professionalitas, sossial guru-Murid ysng

kohesif.

Guru siap memberi contoh dan menjadi contoh. Ingatlah pada postulat bahwa Value is

neither tough now cought, it is learned (Herman 1966). Nilai tidak bisa diajarkan ataupun

ditangkap sendiri, tetapi dicerna melalui proses belajar. Oleh karena itu, nilai harus

termuat dalam mater Pelaajaran PKn.

Page 9: HAKIKAT

PKn mata pelajaran dengan visi utama sebagai pendidikan demokrasi yang bersifat

multidimensional. Ia merupakan pendidikan demokrasi, pendidikan moral , pendidikan

sosial, dan masalah pendidikan politik.

PKn dinilai sebagai mata pelajaran yang mengusung misi Pendidikan Nilai dan Moral,

dengan alasan sebagai berikut:

1. 1. Materi PKn adalah Konsep- konsep nilai Pancasila dan UUD 1945  beserta

dinamika peerwujudan dalam kehidupan masyarakat negara Indonesia.

2. 2. Sasaran akhir belajar PKn adalah perwujudan nilai-nilai tersebut dalam prilaku

nyata dalam kehidupan sehari-hari.

3. Proses pembelajaran menuntut terlibatnya emosional, intelektual, dan sosial dari

peserta didik dan guru sehingga nilai-nilai itu bukan hanya dipahami (bersifat

kognitif) tetapi dihayati (bersifat objektif) dan dilaksanakan (bersifat prilaku).

Sebagai pengayaan teoritik, pendidikan nilai dan moral sebagaimana dicakup dalam PKn

tersebut, dalam pandangan Lickona (1992) disebut “Educating for character”  atau

“pendidkan watak”

Lickona mengartikan watak atau karakter sesuai dengan pandangan filosof Michael

Novak (Lickona 1992 : 50-51). Yakni compatible mix of all thoese virtues identified sense

down traditions , litersry, stories, the sages, and persons of common sense down through

history. Artinya suatu perpaduan yang harmomis dari berbagai kebijakan yang tertuang dalam

keAgamaaan, Sastra, pandangan kaum,cerdik-pandai dan manusia pada mumnya sepanjang

zaman.

Liickona (1992,51) memamdang karakter atau watak itu memiliki tiga unsur yang

saling berkaitan yakni: moral knowing, moral feeling, and moral behavior (Konsep moral,

sikap moral, Prilaku moral)

MODUL 2

Karekteristik PKn sebagai Pendidikan Nilai dan Moral

KEGIATAN BELAJAR 1

Page 10: HAKIKAT

Pendidikan PKn sebagai Pendidikan Nilai dan Moral

Konsep Pendikan nilai secara teoritik, Herman (1972) mengemukakan suatu prinsip yang

sangat mendasar, yakni bahwa “…value is neither taught nor cought , it is learned” yang

artinya bahwa substansi nilai tidaklah semata-mata ditangkap dan diajarkan tetapi lebih

jauh, nilai dicerna dalam arti ditangkap, diinternalisasi, dibakukan sebagai bagian yang

melekat dalam kualitas pribadi seseorang melalui proses belajar.

Dalam latar kehidupan masyarakat, proses pendidikan nilai sudah berlangsung dalam

kehidupan masyarakat dalam berbagai bentuk tradisi. Tradisi ini dapat di lihat dari petatah-

petitih adat, tradisi, lisan turun-temurun seperti dongeng, nasihat, simbol-simbol, kesenian

daerah seperti “kekawihan” di tatar pesundan dan “berbalas pantun” ditatar melayu.

Sebagai salah satu unsur kebudayaan (Kuncaraningrat 1978) kesenian paada dasarnya

merupakan produk budaya masyarakat yang melukiskan penghayatan tentang nilsi ysng

berkembang dalam limgkungan masyarakat pada masing-masing jamanya.

Berkaitan dengan nilai-nilai dalam masyarakat, proses “indiginasi”, yakni pemanfaatan

budaya daerah untuk pembelajaran mata pelajaran lain dengan tujuan untuk mendekatkan

pelajaran itu dengan lingkungan sekitar siswa menjadi sangat penting. Hasil belajar akan

lebih bermakna sebagai wahana pengembangan watak individu sebagai warga negara.

Contohnya legenda dari seluruh tanah air.

Dalam pengertian generik, konsep dap roses pendidikan merupakan proses yang sengaja

dirancang dan dilakukan untuk mengembangkan potensi individu dalam interaksi dengan

lingkungannya sehingga menjadi dewasa dan dapat mengarungi kehidupan dengan baik, dala

arti selamat didunia dan diakhirat.

Oleh karena itu tepat sekali dikatakan pada dassarnya pendidikan mempunyai dua tujuan

besar yakni mengembangkan individu dan masyarakat yang “ smart and good” (Lickona 1992

: 6). Konsepsi tujuan tersebut mengandung arti bahwa tujuan pendidikan tidak lain adalah

mengembangkan individu dan masyarakat agar cerdas (smart) dan baik (good)

Secara elaboratif  tujuan ini oleh bloom dkk (1962) dirinci menjadi tujuan pengembangan

kognitif, afektif, dan psikomotorik, yakni pengembangan pengetahuan dan pengertian, nilai

dan sikap, dan keterampilan psikomotorik.

Page 11: HAKIKAT

Pasal 1 butir 1 UU Sidikan 20/2003, ditegaskan bahwa pendidikan adalah …….ussaha dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

secara aktif  mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

penendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Dalam pasal 3 dikemukakan bahwa Pendidikan Nasional berfungsimengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, beraklak mulia,

sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab. Selanjutnya sebagai prinsip pendidikan ditegaskan hal-hal sebagai

berikut:

1. Pendidikan disekengarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak

diskriminatifdengan menjunjung itnggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai

kultual,dan kemajemukan bangsa.

2. Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistematis dengan sistem

terbuka ddan multimakna.

3. Pedidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan

pesserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.

4. Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan dan

mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran.

5. Pendidikan diselenggarakan demgan mengembangkan budaya membaca , menulis,

dan berhitung bagi segenap warga masyarakat.

6. Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen masyarakat

melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pngendalian mutu pendidikan (Pasal

4)

Aspek cerdas dan baik itu seyogyanya dipandang sebagai satu kesatuan utuh. Hal itu

tercermin dari konsep kecerdasan saat ini, dimana kecerdasan tidak semata-mata berkenaan

denga aspek nalar atau intelektualitas atau kognitif, tetapi melingkupi ssegala poensi

individu.

Page 12: HAKIKAT

Didalam konteks pemikiran taksonomi bloom pengembangan nilai dan sikap termasuk dalam

kategori afektif, yang secara khusus berisikan perassaan dan sikap (value and attitudes)

Proses pendidikan yang memusatkan perhatian pada penembangan nilai dan sikap ini didunia

barat dikenal dengan “value education, effective education, moral education, caracteer

education” (Winataoutra 2001)

Di Indonesia wacana pendidikan nilai tersebut secara kurikulerterintegrasi antara lain dala

pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, pendidikan bahasa dan seni.

Bagaimana PKn sebagai mata pelajaran yang memiliki misi adalah pendidikan Nilai

dan Moral?

Pendidikan nilai dalam penjelasan pasal 37 Undang-Undang Republik  Indonesia No 20

Tahun 2003, secara khusus tidak menebutkan tetapi secara Implisit, antara lain tercakup

dalam muatan pendidikan kewarganegaraan yang secara substantif dan pedagogis

mempunyai misi mengembangkan peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa

kebangsan dan rasa cinta tanah air.

Hal itu juga di topang oleh rumusan landasan kurikulum, yang pada pasal 36 ayat (3) secara

eksplesit perlu memperhatikan persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan, perkembangan

ilmu pengetahuan teknologi dan seni, keragaman potensi daerah dan lingkungan dan

peningkatan potensi, kecerdasan dan minat pesrta didik.

Dalam konteks kehidupan masyarakat, kita melihat betapa masih besarnya kesenjangan

antara konsep dan muatan nilai yang tercermin dalam sumber-sumber normatif 

konstitusional dengan fenomena sosial,cultural, politik, ideologis, dan regiositas. Kita

menyaksikan kondisi paradoksl antara nilai dan fakta dalam keidupan masyarakat

berbangsa dan bernegara RI sampai dengan saat ini.

Alisyahbana (1976) mengatakan bahwa “value as integrating forces and personality, society

and culture” nilai merupakan perekat-pemersatu dalam diri masyarakat dan kebudayaan.

Secara psikologis dan sosial yang dimaksudkan dengan cerdas itu bukanlah hanya cerdas

rasional tetapi jugs cerdas emosional, ceerdas sosial dan cerdas spiritual. (Sanusi 1998,

Page 13: HAKIKAT

winataputra 2001) dengan kata lain indivvidu yang cerdas pikirannya, perasaannya, dan

prilakunya.

Oleh karena itu proses pendidikan tidak boleh dilepaskan dari proses kebudayaanyang pada

akhirnya akan mengantarkan manusia menjadi inssan yang berbudaya dan berkeadaban.

Secara umum yang dimaksud dengan pembudayaan adalahproses pengembangan nilai norma

dan moral dalam diri individumelalui proses perlibatan pesrta didik dalam proses pendidikan

yang merupakan bagian integral dari proses kebudayaan bangsa Indonesia.

Jika dianalisis lebih cermat dan mendalam, pendidikan nilai memiliki dimensi pedagogis

praktis yang jauh lebih kompleks daripada dimensi teoritasnya karena terkait pada konteks

sosial-kultural dimana pendidian nilai dilaksanakan.

Perlunya upaya pendidikan nilai moral yang di lakukan secara menyaluaruh dengan

pertimbsngan sebagai berikut:

1. Pendidikan moral merupakan suatu kebutuhan sosiokultural yang jelas dan mendesak

bagi kelangsungan kehidupan yang berkeadaban

2. Pewarisan nilai antar generasi dan dalam suatu generasi merpakan ahana

sosiopsikologis dan sselalu menjadi tugas dari proses peradaban

3. Eranan sekolah sebagai wahana psikopedagogis dan sosiopsikologis yang berfungsi

sebagai pendidik moral menjadi semakin penting, pada saat dimana hanya sebagian

kecil anak yang mendapat pendidikan moral dari orang tuanya da peranan lembaga

keagamaan semakin kecil.

4. Dalam setiap masyassrakat terdapat landasan etika umum, yang bersifat  universal

melintasi batas ruang dan waktu sekalipun dalam masyarakat pluralistik yang

mengandung banyak potensi terjadi konflik nilai.

5. Demokrasi mempunyai banyak kebutuhan khususnya pendidikan moral karena inti

dari demokrasi adalah pemerintah yang berakar dari rakyat dilakukan oleh wakil

pembawa amanah rakyat, dan mengusung komitmen mewujudkan keadilan dan

kesejahteraan rakyat.

Page 14: HAKIKAT

6. Pertanyaan yang selalu dihadapi baik individu maupun masyarakat adalah

peertanyaan moral

7. Terdapat dukungan yang mendasar dan luas bagi pendidikan nilai disekolah.

8. Komitmen yang uat terhadap pendidikan moral sangatlah esensial untuk menarik dan

membina guru-guru yang berkeadaban dan fropesional.

9. Pendidikan nilai adalah pekerjaan yang dapat dan haarus dilakukan sebagai suatu

keniscayaan kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara serta bermasyarakat

global.

Dilihat dari substansidan prosesnya, Lickona (1992 : 53-63) yang perlu dikembangkan dalam

rangka pendidikan nilaitersebut adalah Nilai karakter yang baik, (good character) yang

didalamnya mengandung tiga dimensi nilai moral yaitu dimensi wawasaan moral, dimensi

perasaan moral, dimensi prilaku moral.

Ketiga domain moralita tersebut satu dengan yang lainya memiliki keterkaitan substantifdan

fungsional. Artinya bahwa wawasan dan perasaan atau sikap dan prilaku moral merupakan

tigs hal yang secara psikologis bersinergi.

Modul 3

KETERKAITAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DENGAN IPS

DAN MATA PELAJARAN LAINNYA

Modul ini akan ini akan membahas tentang keterkaitan pendidikan kewarganegaraan dengan

IPS dan Mata Pelajaran lainnya. Masudnya adalah agar para guru SD memahami bahwa

kewarganegaraan terdapat hubungan yang erat antara mata pelajaran pendidikan

kewarganegaraan dengan mata pelajaran lainnya khususnya dengan IPS.

Hal itu dimungkinkan olehh karena baik pendidikan kewarganegaraan maupun IPS adalah

berasal dari satu rumpun, ,yaitu rumpun-rumpun ilmu sosial. Hubungan dengan Mata

pelajaran lainnya adalah dimaksudkan agar mempelajari pendidikan kewarganegraan tidak

dibangun atas dasar-dasar pengetahuan yang luas. Keterkaitanya dengan demikian tidak

terbatas hanya antar mata pelajaran serumpun (Ilmu-ilmu sosial), tetapi juga dengan lintas

Page 15: HAKIKAT

rumpun, misalnya rupun humaniora (Bahasa dan Seni, pedidikan Agama) dan juga denan

rumpun Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

KEGIATAN BELAJAR 1

GAMBARAN UMUM DAN KAREKTERISTIK PENDIDIKAN

KEWARGANEGARAAN SERTA MATA PELAJARAN IPS DAN MATA

PELAJARAN LAINNYA DI SD

A. PENGANTAR

Pembahasan tentang hubungan tau keterkaitan anar mata pelajaran di SD. Maksudnya tiada

lain adalah upaya mengaitkan antar mata pelajaran dapat berlangsung dengan baik sesuai

dengan dasar-dasar pertimbangan psikologis untuk tujuan-tujuan pendidikan.

Dasar pertimbangan untuk hal tersebut adalah siswa SD berpikir dalam kerangka yang

bersifat holistic (menyeluruh) dan belum bersifat fragmentaris dan detail. Artinya, upaya

mengsitkansecara alami tersebut memang sesuai dengan tingkat perkembangan dan

kematangan anak, dengan demikian anak akan belajar lebih wajar, bermakna, dan dalam

suasana yang menanang.

B. GAMBARAN UMUM, HAKIKAT DAN KAREKTERISTIK PENDIDIKAN

KEWARGANEGARAAN

1. Latar belakang masalah

Pembaruan dan inovasi dalam pendidikan kewarganegaraan serta keterkaitan dan aplikasinya

menjadi sebuah pembelajaran yang kreatif, produktif, yang bersifat kooperatif,dan

kolaboratif, menuntut konsep pembelajaran terpadumelalui pengkajian dan pelatihan yang

berwawasan demokrasi dan Hak Asasi Manusia (HAM)

Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang memang mengalami

perubahan nama dengan sangat cepatkarena mata pelajaran tersebut memang rentan terhadap

perubahan politik, namun ironisnya nama berubah berkali-kali, tetapi secara umum serta

pendekatan cara penyampaianya kebanyakan tidak berubah.

Page 16: HAKIKAT

Dari sisi isi misalnya,lebih menekankan pengetahuan untuk dihafal dan bukan materi

pembelajaran yang mendorong berpikir apalagi berpikir kritis siswa.

Dari segi pendekatan yang lebih ditonjolkan adalah pendekatan politis dan kekuasaan

Dari segi pembelajaran atausistem penyampaiannya lebih menekankan padapembelajaran

satu arahdengan dominasi guru yang lebih menonjolsehingga hasilnya sudah dapat diduga,

yaitu verbalisme yang selama ini sudah dianggap sangat Melakat padapendidikan umumnya

di Indonesia.

Unntuk dapat mengatasi hal itulsh kiranya dibutuhkan oerubahan-perubahan dalm pendidikan

kewarganegaraan psling tidak untuk ketiga aspek tersebut.

2. Tujuan pendidikan kewarganegaraan

Tujuan mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan adalah untuk mengembagkan

kemampuan-kemampuan sebagai berikut:

1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.

2. Berpartisifasi secara aktifdan bertanggung jawab, serta beeertindak cerdas dalam

kegiatan kemasyararakatan, berbangsa dan bernegara.

3. Berkembang secara positif dan demokratisuntuk membentuk diri beerdasarkan pada

karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa

lainnya.

4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam pecaturan dunia secar langsung atau

tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

C. HAKIKAT DAN KAREKTERISTIK BIDANG STUDI PENDIDIKAN

KEWARGANEGARAAN

1. Hakikat bidang studi pendidikan kewarganegaraan

Pendidikan kewarganegaraan adalah program pendidikan berdasarkan Nilai-nilai

pancasilasebagai wahana untuk mengembangkan dan melestatikan nilai luhur dan Moral yang

berakar pada budaya bangsa Indonesia yang diharapkan menjadi jati diri yang diwujudkan

Page 17: HAKIKAT

dalam bentuk prilaku dalam kehidupan sehari-hari para Mahasiswa baik sebagai individu,

sebagai calon guru/pendidik, anggota masyarakat dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha

Esa.

Hakikat Pendidikan kewarganegaraan adalah merupakan mata pelajaran yang

memfokuskan pada pembentukkan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa,

usia, dan suku bangsa untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan

berkarakter yang dilandasi oleh Pancasila dan UUD1945.

Secara umum tujuan Pendidikan Kewarganegaraan adalah sebagaii berikut:

1. Memberikan pengertian pengetahuan dan pemahaman tentang Pancasila yng benar

dan sah

2. Meletakkan dan membentuk pola pikir yang sesuai dengan Pancasila dan cirri khas

serta watak ke-Indonesian

https://h4dyme.wordpress.com/2010/05/17/hakikat-fungsi-dan-tujuan-pendidikan-

kewarganegaraan-di-sd/