Pancasila hakikat

25
MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA HAKIKAT SILA-SILA PANCASILA OLEH: Fitratul Hayana Batry (125130101111055) Vindy Rahmatika (125130101111056) Aidil Akbar Saimima (125130101111069) Analya (125130107111043) PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

description

pancasila dan hakikat sila sila

Transcript of Pancasila hakikat

MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILAHAKIKAT SILA-SILA PANCASILA

OLEH:

Fitratul Hayana Batry(125130101111055)Vindy Rahmatika(125130101111056)Aidil Akbar Saimima(125130101111069)Analya(125130107111043)

PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS BRAWIJAYAMALANG2015BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangPancasila sebagai ideologi berhakikat sebagai sistem nilai bangsa Indonesia. Sistem nilai seperti ini dipandang oleh studi filsafat yang secara historik digali pada budaya bangsa dan ditempa oleh penjajahan, yang kemudian diterapkan pada wilayah yuridis kenegaraan sebagai pedoman bermoral, berhukum, dan berpolitik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.Sebagai ideologi, Pancasila berhakikat (berperanan utama) sebagai: (a) pandangan hidup bangsa, (b) dasar negara, dan (c) tujuan nasional (negara).Sebagai pandangan hidup bangsa, hakikat Pancasila diwujudkan dalam P-4 (yang saat ini dicabut oleh MPR hasil Sidang Istimewa 1998), yang lebih lanjut dilaksanakan dalam bentuk Anggaran-Dasar (AD) bagi masing-masing organisasi sosial-politik (seperti Ormas, LSM, Parpol) dan Kode-Etik (KE) bagi masing-masing organisasi profesi/keahlian (seperti IDI, PGRI, Ikahi)yang teknis-operasionalnya berbentuk Anggaran-Rumah-Tangga (ART).Sebagai dasar negara, hakikat Pancasila diwujudkan dalam Batang Tubuh UUD 1945, yang lebih lanjut dilaksanakan dalam bentuk Peraturan Perundang-undangan (Tap. MPR, UU, PP, Keppres, Perda, dst.) yang teknis operasionalnya berbentuk Surat-Edaran (SE) berupa Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) atau Petunjuk Teknis (Juknis).Sebagai tujuan nasional (bangsa)/negara, hakikat Pancasila diwujudkan dalam Garis-garis Besar daripada Haluan Negara (GBdHN) (seperti Propenas) yang lebih lanjut dilaksanakan dalam bentuk Repetanas (seperti APBN).Dengan demikian, hakikat pandangan hidup Pancasila berbentuk pada norma moral bangsa Indonesia; hakikat dasar negara Pancasila berbentuk pada norma hukum negara Indonesia; dan hakikat tujuan nasional/negara Pancasila berbentuk pada norma politik (kebijakan) pembangunan nasional Indonesia.Pemahaman tersebut bersumber pada kerangka dan substansi nilai-nilai yang termuat dalam Pembukaan UUD 1945. Pembukaan ini merupakan Teks Proklamasi Kemerdekaan NKRI yang lengkap dan terinci. Teks Proklamasi itu sendiri lahir melalui proses sejarah perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia, dari yang semula sebagai budaya suku-suku asli, berkembang dalam budaya kerajaan-kerajaan besar (Kutai, Sriwijaya, Majapahit, dst), kemudian dipengaruhi oleh budaya agama-agama/penjajah-penjajah, sampai akhirnya dipengaruhi pula oleh ideologi-ideologi besar dunia (bahkan sampai kini di era globalisasi informasi). Jadi, hakikat Pancasila (demikian pula UUD 1945) tidak lahir secara mendadak, tetapi mereka ditempa oleh sejarah lahirnya Indonesia sebagai suatu bangsa.

1.2 Rumusan Masalah1.2.1 Apa definisi Pancasila ?1.2.2 Bagaimana Hakikat dari sila-sila Pancasila ?1.2.3 Bagaimana penerapan/implementasi Hakikat sila-sila Pancasila ?

1.3 Tujuan1.3.1 Untuk mengetahui definisi Pancasila1.3.2 Untuk mengetahui Hakikat dari sila-sila Pancasila1.3.3 Untuk mengetahui penerapan/implementasi Hakikat sila-sila Pancasila

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Definisi PancasilaPancasila di Perguruan Tinggi dikaji secara menyeluruh sebagai satu kesatuan sila-ideologis bangsa/negara Indonesia. Pancasila sebagai ideology berhakikat sebagai sistem nilai bangsa Indonesia. Sistem nilai seperti ini dipandang oleh studi filsafat yang secara historik digali pada budaya bangsa dan ditempa oleh penjajahan, yang kemudian diterapkan pada wilayah yuridis kenegaraan sebagai pedoman bermoral, berhukum, dan berpolitik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Mempelajari Pancasila sebagai dasar negara, ideologi, ajaran tentang nilai-nilai budaya dan pandangan hidup bangsa Indonesia adalah kewajiban moral seluruh warga negara Indonesia. Pancasila yang benar dan sah (otentik) adalah yang tercantum dalam alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Hal itu ditegaskan melalui Instruksi Presiden RI No.12 Tahun 1968, tanggal 13 April 1968. Pancasila artinya lima dasar atau lima asas yaitu nama dari dasar negara kita, Negara Republik Indonesia. Istilah Pancasila telah dikenal sejak zaman Majapahit pada abad XIV yang terdapat dalam buku Nagara Kertagama karangan Prapanca dan buku Sutasoma karangan Tantular. Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945. Rumusan Pancasila yang dijadikan dasar negara Indonesia seperti tercantum dalam pembukaan UUD 1945 adalah: 1.Ketuhanan Yang Maha Esa 2. Kemanusiaan yang adil dan beradab 3.Persatuan Indonesia 4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan 5. Keadilan sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia.

2.2 Hakikat Sila-Sila PancasilaSecara filsafat, Pancasila merupakan sistem nilai ideologis yang berderajat. Artinya, di dalamnya terkandung nilai-luhur (NL), nilai-dasar (ND), nilai-instrumental (NI), nilai-praksis (NP), dan nilai-teknis (NT). Agar ia dapat menjadi ideologi bangsa dan negara Indonesia yang lestari tetapi juga dinamis/berkembang, NL dan ND-nya harus dapat bersifat tetap, sementara NI, NP, dan NT-nya harus semakin dapat direformasi sesuai dengan perkembangan tuntutan zaman.Adapun susunan sila-sila pancasila adalah sistematis-hierarkhis, artinya kelima sila itu menunjukan suatu rangkaian yang bertingkat (heararkhis). Sekalipun sila-sila didalam Pancasila merupakan suatu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan satu dari yang lainnya, namun dalam memahami hakikat pengertiannya sangat diperlukan uraian sila demi sila. Uraian atau penafsiran haruslah bersumber, berpedoman dan berdasar kepada Pembukaan dan Batang Tubuh UUD 1945. Falsafah Pancasila yang abstrak tercermin dalam pembukaan UUD 1945 yang merupakan uraian terperinci dari Proklamasi 17 Agustus 1945 yang dijiwai Pancasila. Jiwa Pancasila yang abstrak setelah tercetus menjadi proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, tercermin dalam pokok-pokok yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945.

2.2.1 Ketuhanan Yang Maha Esa

Di dalamnya terkandung nilai-nilai bahwa NKRI bukan sebagai Negara Agama dan bukan pula sebagai Negara Sekuler, tetapi NKRI ingin dikembangkan sebagai Negara Beragama. Sebagai bukan negara-agama, NKRI tidak menerapkan hukum agama tertentu sebagai hukum positif, artinya: (1) ideologi negara tidak berasal dari ideologi agama tertentu, (2) Kepala Negara tidak harus berasal dari Kepala Agama tertentu, (3) konstitusi negara tidak dari Kitab Suci agama tertentu. Sebagai bukan negara sekuler, NKRI tidak memisahkan urusan negara dari urusan agama, artinya: (1) keputusan negara harus didasarkan pada ajaran agama-agama, (2) suara terbanyak dalam lembaga MPR, DPR, dan lain sebagai-nya harus dilandaskan pada kesesuaiannya dengan ajaran Tuhan Yang Maha Esa.Sebagai negara beragama, NKRI mendasarkan pengelolaan negara pada hukum positif yang disepakai oleh bangsa (MPR, DPR, dan Pemerintah) yang warga negaranya beragam agama, sementara negara pun tidak boleh mencampuri urusan aqidah agama apapun, tetapi negara wajib melindungi agama apapun.Di sini terkandung tekad bahwa mereka yang ber-Aliran Kepercayaan tidak diwajibkan (secara hukum positif) untuk beragama, tetapi mereka dibina oleh Negara (Pemerintah dan Masyarakat) untuk: (1) tidak menjadi atheis, (2) tidak membentuk agama baru, atau (3) sedapat mungkin memilih salah satu agama yang resmi diakui Negara (karena lebih banyak kedekatan ajarannya).Bangsa Indonesia sebagai manusia percaya dan taqwa terhadap Tuhan YME sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. Makna Sila Ketuhanan yang Maha Esa : Pengakuan adanya kuasa prima yaitu Tuhan yang Maha Esa Menjamin penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut agamanya. Tidak memaksa warga negara untuk beragama. Menjamin berkembang dan tumbuh suburnya kehidupan beragama. Bertoleransi dalam beragama, beribadah menurut agamanya Negara memberi fasilitator bagi tumbuh kembangnya agama dan iman warga negara dan mediator ketika terjadi konflik agama.Dengan mengikuti beberapa penjelasan dari para Pendiri negara sebagaimana di atas jelaslah bahwa dicantumkannya sila Ketuhanan YME ke dalam sistem filasafat pancasila bukan merupakan sebuah rumusan yang menggambarkan hasil telaah fakir yang terpuncak ataupun merupakan warisan dari budaya luhur manusia Indonesia. Rumusan sila pertama sama sekali bukan merupakan sebuah formulasi dari hasil kontemplasi manusia Indonesia. Ia bukan sebuah rumusan yang menggambarkan tangkapan ide abstrak yang terpuncak, yang menjadi ttik akhir dari proses berfikir secara kosmologis kausalistik, yang dalam dunia filsafat disebut dengan istilah Causa prima atw First Caus sebab pertama. Sila pertama dirumuskan untuk menggambarkan relitas hidu bangsa Indonesia yang benar-benar yakin dan beriman kepada Allah, sebagaimana yang telah diwartakan oleh agama. Menurut Syafii Maarif menegaskan bahwa : atribut YME Sesudah Ketuhanan dalam sila pertama jelas sekali menunjukkan bahwa konsep Ketuhanan dalam pancasila bukanlah suatu fenomena sosiologis, melainkan refleksi dari ajaran tauhid.Kant mengemukakan empat bukti adanya Tuhan, yaitu pembuktian secara Kosmologis, suatu bukti yg bertitik tolak dari aspek dunia (cosmos=dunia), Ontologis, yaitu suatu penbuktian dari titik tolak yang ada (0ntos= Ada), Teleologis, yaitu pembuktian yang bertitik tolak dari aturan alam semesta, dan tujuan dari aturan itu (telos= tujuan ), dan bukti pengamalan moral.

a) Pembuktian Kosmologis, yaitu sustu bukti yang sering dikemukakan berhubungan dengan ide tentang sebab (causality). Plato dalam bukunya Timaeus, menyatakan bahwa tiap-tiap benda yang terjadi pasti ada yang menjadikannya.b) Pembuktian Ontologis, yaitu pembuktian terhadap adanya Tuhan berdasarkaan refleksi atas kenyataan obyektif dengan berpedoman pada konsep mengenai Ada Yang Sempurna (perfect Being ). Anselmus menyatakan bahwa Tuhan adalah Ada Yang Sempurna atau kategori apriori yang dapat dipikirkan sebagai ada yang universal, yang melebihi dari particular.c) Pembuktian Teleologis, pembuktian tentang adanya Tuhan dengan berpedoman pada konsep mengenai desain (keterpolaan ) di dalam alam semesta, yang tidak boleh tidak pasti membutuhkan desainer. Alam semesta merupkan karya seni terbesar yang menunjukkan adanya a greater intelligent Desaigner, yaitu Tuhan.d) Pembuktian moral, yaitu pembuktian tentang adanya Tuhan dengan berpegang pada pengandaian adanya hokum moral umum yang menunjukkan adanya Penjamin Moral (Law-Giver).Dalam hubunganya dengan sifat-sifat Tuhan sebagaimana telah disinggung di atas ternyata ada beberapa konsepsi yang patut untuk disimak dan diperhatikan, natar lai seperti faham Pantheisme, Deisme, serta Theisme. Munculnya faham Pantheisme, Deisme & Theisme bermula dari pemikiran yang kritis spekulatif terhadap asal-usul dan kejadian alam semesta. Dari pertanyaan yang sangat mendasar, yang mempersoalakan bagaimanakah asal-usul alam semesta (universum ) ini terjadi, Pantheisme berpendapat bahwa alam semesta ini muncul dan ada semata-mata karena limphan (alfaidl) atau emanasi-Nya sementara Deisme dan Theisme berpendapat bahwa alam semesta beserta segala isiya terjadi karena diciptakan atas kehendak tuhan. Dan Tuhan dalam konsepsi Ketuhanan menurut pancasila bila menilik dari ketiga pendapat diatas Ketuhanan yang dimaksud bukanlah konsepsi sebaimana halnya yang dipahami oleh aliran pentheisme dan Deisme, tetapi sesuai dengan konsepsi ketuhana Theism, dimana Tuhan digambarkan sebagai dzat yang pribadi yang bersifat rohani, yang transenden terhadap alam semesta, tetapi immanen trehadap alam itu(Huijbers:26). Tuhan yang digambarkan dalam falsafah Pancasila ialah Tuhan yang aktif dalam dalam kehuidupan sehar-hari, Tuhan yang manusia dapat menyembahNya, Tuhan yang senantiasa mencurahkan dan memberikan berbagai macam kenikmatan kepada hamba-Nya, memberikan barakah serta rahmat-Nya kepada umat manusia.Jadi bahwa sila pertama ini adalah memang merupakan sila paling fundamental dari sila-sila yang ada karena dari sila-sila ini masyarakat Indonesia menjadi masyarakat yang merupakan masyarakat yang akan menjadi Negara kuat dan menjadi Negara jalan ketiga. Dan dengan mengikuti pendapat diatas jelaslah bangsa Indonesia dalam kehidupannya benar-benar menyakini dan menyadari akan kekuasaan serta kedaulatan Allah yang bersifat mutlak tak terbagi.

2.2.2 Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

Di dalamya terkandung nilai-nilai bahwa NKRI merupakan Negara ber-HAM (kemanusiaan), Negara ber-Hukum (yang adil), dan Negara ber-Budaya (yang beradab).Sebagai negara yang ber-HAM, NKRI ingin mengembangkan dirinya sesebagai negara yang melindungi dan menegakkan HAM bagi warganegaranya. HAM dimaksud adalah yang sesuai dengan hukum positif Indonesia dan budaya bangsa Indonesia. Contoh, karena hukum positif Indonesia bersumber pada Ketuhanan Yang Mahaesa, maka HAM seperti euthanasia (seperti di Selandia Baru, Belanda) atau aborsi (seperti di Irlandia Utara dan Skotlandia) tidak bisa diundang-undangkan (tidak bisa dijadikan hukum positif di Indonesia).Sebagai negara yang ber-Hukum, NKRI ingin melindungi danvmengembangkan: (1) supremasi hukum, (2) persamaan di muka hukum, (3) menegakkan HAM, dan (4) membudayakan kontrol publik/sosial/masyarakat atas jalannya pemerintahan yang baik dan bersih (good governance).Sebagai negara yang ber-Budaya/Adab, NKRI ingin mengembangkan: (1) cipta, yang dapat melahirkan ilmu pengetahuan dan teknologi, (2) karsa, yang dapat melahirkan moral dan etika, (3) rasa, yang dapat melahirkan seni dan estetika, serta (4) karya, yang dapat melahirkan karya-karya monumental dalam arti yang seluas-luasnya. Sebagaimana diketahui, keempatnya itu merupakan unsur dari budaya/adab.Kemanusiaan yang adil dan beradab menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, gemar melakukan kegiatan kegiatan kemanusiaan, dan berani membela kebenaran dan keadilan. Sadar bahwa manusia adalah sederajat, maka bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia, karena itu dikembangkanlah sikap hormat dan bekerja sama dengan bangsabangsa lain. Makna Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab : Menempatkan manusia sesuai dengan hakikatnya sebagai makhluk Tuhan. Menjunjung tinggi kemerdekaan sebagai hak segala bangsa. Mewujudkan keadilan dan peradaban yang tidak lemah.Bila melihat makna hakikat sila kedua tersebut maka dapat diuraikan bahwa Indonesia adalah suatu Negara yang sangat memegang teguh prinsip kemanusian yang berdasar pada Sila pertama, dimana keduanya adalah merupakan dasar negra yang sangat tinggi kedudukanya. Dan dalam sila kedua tersebut dapatlah kita ambil maknanya bahwa sesungguhnya Indonesia adalah suatu Negara yang sangat mendukung pengakuan HAM namun yang tidak menyalahi aturan agama. Dalam kehidupan sekarang di Indonesia ini sila kedua ini sudah mulai luntur seiring dengan westernisasi masyarakat yang besar-besaran, dimana saat ini sudah banyak orang melakukan perbuatan-perbuatan yang melanggar HAM Indonesia.

2.2.3 Persatuan Indonesia

Di dalamnya terkandung nilai-nilai bahwa NKRI menyatakan diri sebagai negara yang diikat oleh persatuan dan kesatuan.Nilai persatuan berprinsip pada bersatu dalam keberagaman/ keberbedaan/ ketidaksamaan/ heterogenitas. Sementara, nilai kesatuan berprinsip pada bersatu dalam keseragaman/ ketidakberbedaan/ kesamaan/ homogenitas.Nilai-persatuan sebagai faktor penopang dan pemberi peluang nilai-nilai demokratisasi, sivilisasi, penegakkan HAM, madanisasi, dan partisipasi (singkatnya kedaulatan rakyat). Sementara, nilai-kesatuan sebagai faktor penopang dan pemberi peluang nilai-nilai otokratisasi, militerisasi, etatisasi, dan mobilisasi (singkatnya kedaulatan negara).Sila ketiga ini (Persatuan Indonesia, bukan Kesatuan Indonesia) dengan demikian lebih akan mengedepankan dan memprioritaskan NKRI sebagai negara yang berjiwa civil society.Dengan sila persatuan Indonesia, manusia Indonesia menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara diatas kepentingan pribadi dan golongan. Persatuan dikembangkan atas dasar Bhineka Tunggal Ika, makna Sila Persatuan Indonesia : Nasionalisme. Cinta bangsa dan tanah air. Menggalang persatuan dan kesatuan Indonesia. Menumbuhkan rasa senasib dan sepenanggungan. Menghilangkan penonjolan kekuatan, keturunan dan perbedaan warna kulitAkhirnya dengan melihat ketiga sila yang tersimpul dalam sila pertama,kedua,ketiga, maka dalam kesatuan pemehaman terlihat bahwa bangsa Indonesia benar-benar telah menemukan dengan sempurna akan ketiga persoalan yang paling fundamental bagi umat manusia sepanjang zaman. Ketiga persoalan ini tergambarkan dalam satu kesatuan (totalitas) yang bulat dan serasi, yang mencerminkan keyakinan hidup bangsa Indonesia, yaitu:1) Sila pertama mencerminkan kesadaran hidup bangsa Indonesia yang menyakini akan hakikat dirinya sebagai makhluk Tuhan.2) Sila kedua mencerminkan kesadaran hidup bangsa Indonesia yang meyakini akan hakikat dirinya sebagai mahkluk sosial.3) Sila ketiga mencerminkan kesadaran hidup bangsa Indonesia yang meyakini akan hakikat dirinya sebagai mahluk individual.

2.2.4 Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan

Di dalamnya terkandung makna bahwa NKRI menerapkan asas kerakyatan; asas ini sebagai landasan penerapan kedaulatan rakyat; kedaulatan rakyat ini sebagai basis demokrasi; dan prinsip-prinsip demokrasi itu bersifat universal bagi bangsa-bangsa beradab di dunia. Sebagai negara demokrasi, NKRI menerapkan prinsip-prinsip: (1) pembagian kekuasaan antarlembaga negara, (2) pemilu yang bebas, (3) multi parpol, (4) pemerintahan mayoritas, perlindungan minoritas, (5) pers yang bebas, (6) kontrol publik/sosial, (7) negara untuk kesejahteraan rakyat dan pelayanan publik, (8) dan seterusnya.Jadi, NKRI merupakan negara demokrasi yang dipimpin oleh hikmatkebijaksanaan. Pemimpin yang hikmat adalah pemimpin yang berakal sehat, rasional, cerdas, terampil, dan seterusnya pada hal-hal yang bersifat fisis/jasmaniah; sementara kebijaksanaan adalah pemimpin yang berhatinurani, arif, bijaksana, jujur, adil, dan seterusnya pada hal-hal yang bersifat psikis/rohaniah. Jadi, pemimpin yang hikmat-kebijaksanaan itu lebih mengarah pada pemimpin yang profesional (hikmat) dan juga dewasa (bijaksana).Itu semua negara demokratis yang dipimpin oleh orang yang dewasa profesional dilakukan melalui tatanan dan tuntunan permusyawaratan/ perwakilan. Tegasnya, sila keempat menunjuk pada NKRI sebagai negara demokrasi-perwakilan yang dipimpin oleh orang profesional-dewasa melalui sistem musyawarah (government by discussion).Masyarakat Indonesia menghayati dan menjun jung tinggi setiap hasil keputusan musyawarah, karena itu semua pihak yang bersangkutan harus menerimannya dan melaksanakannya dengan itikad baik dan penuh rasa tanggung jawab. Disini kepentingan bersamalah yang diutamakan. Pembicaraan dalam musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur. Keputusan-keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung jawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan. Dalam melaksanakan permusyawaratan, kepercayaan diberikan kepada wakil-wakil yang dipercayanya. Makna Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan adalah : Hakikat sila ini adalah demokrasi. Permusyawaratan, artinya mengusahakan putusan bersama secara bulat, baru sesudah itu diadakan tindakan bersama. Dalam melaksanakan keputusan diperlukan kejujuran bersama.Sila ini dalam konsep Bung Karno dinamakan: Mufakat atau Demokrasi. Sila keempat ini mrupakan rumusan yang menegaskan tentang cara atau langakah yang dipih oleh bangsa Indonesia untuk mewujudkan tercapainya tujuan hidup berbangsa dan bernegara. Sila kerakyatan diyakini sebagai salah satu alternatif dari sekian alternatif keyakinan yang dipilih oleh bangsa Indonesia. Kerakyatan atau demokrasi di samping berfungsi sebagai alat (tool), ia juga merupakan suatu kepercayaan, satu keyakinan bahwa hanya lewat cara ini sajalah yang dapat dibenarkan oleh pandangan atau keyakinan hidupnya, dan hanya dengan cara seperti inilah yang dapat mengantarkan bangsa Indonesia mencapai tujuan hidup berbangsa dan bernegara. Bagi kita (demokrasi) bukan sekedar satu alat teknis saja, tetapi suatu gellof, satu kepercayaan dalam usaha mencapai bentuk masyarakat yang kita cita-citakan.Dikatakan sebagai kepercayaan, sebagai keyakinan karena hanya dengan prinsip demokrasi sajalah yang diyakini sebagai satu-satunya alat yang paling sesuai dengan hakikat manusia selaku mahluk Tuhan. Manusia diciptakan dalam kedudukan dan martabat yang sama sederajat, tidak ada yang berlebihan dan tidak ada yang kurang.Prinsip demokrasi sajalah yang diyakini sebagai satu-satunya alat yang sesuai dengan hakikat manusia selaku mahluk sosial. Sebagai mahluk sosial manusia wajib memperlakukan kepada sesamanya sebagai mahluk yang menyandang kemuliaan dan kehormatan. Adagium yang menyatakan Manking is one hanya dapat diaktualisasikan secara konkrit ditengah-tengah kehidupan bersama manakala kehidupan bersama diletakan di atas prinsip demokrasi.Prinsip demokrasi sajalah satu-satunya alat yang sesuai dengan hakikat manusia selaku makhluk individu. Istilah demokrasi pada asalnya berarti rakyat yang berkuasa atau government or rule by people. Dalam perkembangannya lebih jauh istilah demokrasi memuat pengertian yang beragam. Di satu sisi dapat diamati adanya kecenderungan anggapan bahwa semua bentuk pemerintahan-kecuali sistem monakhi absolute-dapat menyebut dirinya sebagai pemerintahan yang demokratik. Demokrsi Pancasila betapapun memiliki sifat-sifat yang khas tetapi ia adalah demokrasi yang tetap berpijak pada konstitusi atau lazim disebut demokrasi konstitusional.

2.2.5 Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Di dalamnya terkandung makna keadilan-sosial (keadilan-socius) atau pemerataan-bersama bagi seluruh-rakyat (atas dasar keadilan distributif), bukan keadilan bagi segolongan/pemerintah/penguasa.Dengan demikian secara filsafat (hakikat) kelima sila tersebut dipahami sebagai sistem-nilai-yang-mencakup/meliputi (satu kesatuan nilai Pancasila), yaitu bahwa Sila-1 melandasi Sila-sila ke-2, 3, 4, 5; Sila ke-2 melandasi Sila-sila ke-3, 4, 5; Sila ke-3 melandasi Sila-sila ke-4, 5; dan Sila ke-4 melandasi Sila ke-5. Sehingga, sebagai contoh, bila berbicara Demokrasi Pancasila misalnya, maka dapat dipahami bahwa Sila ke-4 (negara demokrasi) itu yang dilandasi oleh Sila ke-1 (norma agama), yang menjunjung tinggi Sila ke-2 (HAM, negara hukum, negara budaya), yang mengutamakan Sila ke-3 (persatuan dan kesatuan bangsa), dan yang untuk kepentingan Sila ke-5 (keadilan sosial bagi seluruh rakyat). Dengan sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, manusia Indonesia menyadari hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan sosial dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Dalam rangka ini dikembangkan perbuatannya yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan gotong royong. Makna Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia : Kemakmuran yang merata bagi seluruh rakyat dalam arti dinamis dan meningkat. Seluruh kekayaan alam dan sebagainya dipergunakan bagi kebahagiaan bersama menurut potensi masing-masing. Melindungi yang lemah agar masyarakat dapat bekerja sesuai bidangnya.Setiap orang hendaknya memiliki hak yang sama terhadap sistem yang menyeluruh dan yang terluas mengenai kebebasan-kebebasan dasar. Adapun yang dimaksud dengan kebebasan dasar adalah meliputi:a) Freedom of speech &assembly (kebebasan berbicara & berkumpul)b) Liberty of conscience (kebebasan hati nurani)c) Freedom of thought (kebebasan berfikir)d) Freedom of the person (kebebasan pribadi)e) Right to hold property (hak memiliki harta benda pribadi), danf) Freedom from arbitrary arrest and seizure (kebebasan dari penahanan dan penangkapan yang sewenag-wenang).

2.3 Penerapan/Implementasi di Era ReformasiHakikat (sila-sila Pancasila) dalam penerapannya (implementasinya) pernah disalahtafsirkan di masa Orde Lama (berupa Trisila kemudian Ekasila), disepihaktafsirkan di masa Orde Baru (P-4, asas tunggal Pancasila, referendum, massa-mengambang), dan direformasitafsirkan (masih diproses oleh BP-MPR, karenanya belum final, dan direncanakan akan dituntaskan pada Sidang Tahunan MPR bulan Agustus 2002 pada agenda Perubahan-IV UUD 1945) di masa Era Reformasi.Atas dasar itu, tampak bagi kita bahwa pemahaman dan penerapan Pancasila dapat dikembangkan sesuai dengan perkembangan dinamika global, dinamika nasional, dan dinamika lokal/daerah, yang pada akhirnya diarahkan untuk kepentingan bangsa/nasional dan NKRI. Ini yang dimaksud dengan salah satu makna reformasi-ideologis.Namun demikian, proses reformasi itu dapat dipahami dari berbagai sudut pandang (kacamata), yang salah satunya (kacamata filsafat-nilai Pancasila) sebagaimana dilampirkan.

BAB IIIPENUTUP

3.1 KesimpulanPancasila sebagai ideologi berhakikat sebagai sistem nilai bangsa Indonesia. Sebagai ideologi, Pancasila berhakikat (berperanan utama) sebagai: (a) pandangan hidup bangsa, (b) dasar negara, dan (c) tujuan nasional (negara). Rumusan Pancasila yang dijadikan dasar negara Indonesia seperti tercantum dalam pembukaan UUD 1945 adalah: 1.Ketuhanan Yang Maha Esa; 2. Kemanusiaan yang adil dan beradab; 3.Persatuan Indonesia; 4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan; 5. Keadilan sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia. Susunan sila-sila pancasila adalah sistematis-hierarkhis, artinya kelima sila itu menunjukan suatu rangkaian yang bertingkat (heararkhis).

DAFTAR PUSTAKA

Astrid S. Susanto Sunario. 1999. Masyarakat Indonesia Memasuki Abad ke Duapuluh Satu, Jakarta: Ditjen Dikti Depdikbud.Darmodiharjo, Darji dan Shidarta. 1996. Penjabaran Nilai-nilai Pancasila dalam Sistem Hukum Indonesia, Jakarta:PT RajaGrafindo Persada.Mubyarto. 2000. Membangun Sistem Ekonomi, Yogyakarta: BPFE.Notonagoro. 1974. Pancasila Dasar Falsafah Negara, Jakarta: CV Pantjuran Tudjuh.Pangeran Alhaj S.T.S Drs., Surya Partia Usman Drs., 1995. Materi Pokok Pendekatan Pancasila. Jakarta; Universitas Terbuka Depdikbud.