Hakikat Menyimak

93
Hakikat Menyimak Dalam pengetahuan kebahasaan kita mengenal istilah mendengar, mendengarkan dan menuimak.. Ketiga kata ini tentu mempunyai makna yang berbeda. Secara sekilas, mendengar adalah proses kegiatan menerima bunyi-bunyian yang dilakukan tanpa sengaja atau secara kebetulan saja. Contoh : Saat Anda mengikuti kegiatan perkuliahan, Anda mendengar benda jatuh. Anda menoleh ke arah suara benda tadi. Anda tidak melihat apa-apa kemudian Anda melanjutkan kembali kegiatannya. Mendengarkan adalah proses kegiatan menerima bunyi bahasa yang dilakukan dengan senagaja tetapi belum ada unsur pemahaman. Contoh : Saya sedang membuat materi perkuliahan bahasa Indonesia. Saat saya sedang menulis, tiba-tiba saya mendengarkan lagu kesenangan saya. Kemudian saya berhenti sejenak sambil menikmati lagu tersebut. Setelah lagu selesai, saya mengerjakan tugas lagi. Sedangkan menyimak adalah suatu proses kegiatan menyimak lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan (HG.Tarigan : 28) Contoh : pada saat belajar bahasa Indonesia, saya menyimaknya dengan sungguh-sungguh. Sambil menyimak, saya mencatat hal-hal penting yang ada kaitannya dengan isi pembicaraan. Tanpa saya sadari, sesekali saya mengangguk-anggukkan kepala karena saya memahami apa

Transcript of Hakikat Menyimak

Page 1: Hakikat Menyimak

Hakikat Menyimak

Dalam pengetahuan kebahasaan kita mengenal istilah mendengar, mendengarkan

dan menuimak.. Ketiga kata ini tentu mempunyai makna yang berbeda. Secara

sekilas, mendengar adalah proses kegiatan menerima bunyi-bunyian yang

dilakukan tanpa sengaja atau secara kebetulan saja.

Contoh : Saat Anda mengikuti kegiatan perkuliahan, Anda mendengar

benda jatuh. Anda menoleh ke arah suara benda tadi. Anda tidak melihat apa-apa

kemudian Anda melanjutkan kembali kegiatannya.

Mendengarkan adalah proses kegiatan menerima bunyi bahasa yang dilakukan

dengan senagaja tetapi belum ada unsur pemahaman.

Contoh : Saya sedang membuat materi perkuliahan bahasa Indonesia. Saat saya

sedang menulis, tiba-tiba saya mendengarkan lagu kesenangan saya. Kemudian

saya berhenti sejenak sambil menikmati lagu tersebut. Setelah lagu selesai, saya

mengerjakan tugas lagi.

Sedangkan menyimak adalah suatu proses kegiatan menyimak lambang-lambang

lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk

memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna

komunikasi yang telah disampaikan oleh sang pembicara melalui ujaran atau

bahasa lisan (HG.Tarigan : 28)

Contoh : pada saat belajar bahasa Indonesia, saya menyimaknya dengan sungguh-

sungguh. Sambil menyimak, saya mencatat hal-hal penting yang ada kaitannya

dengan isi pembicaraan. Tanpa saya sadari, sesekali saya mengangguk-anggukkan

kepala karena saya memahami apa yang telah dijelaskan. Saat guru memberi

kesempatan untuk bertanya, saya bertanya apa yang belum saya pahami. Sebelum

berakhir, saya merasa puas mengenai pembelajaran yang telah dibahas.

Setelah Anda membaca dan memahami ketiga kata dan contoh di atas, maka kata

apa yang paling tepat digunakan dalam bahan pelatihan ini? Tentu kata menyimak

bukan? Oleh sebab itu, dalam pembahasan pembelajaran, konsep atau

pengetahuan dalam pelatihan ini istilah yang digunakan adalah istilah menyimak.

Page 2: Hakikat Menyimak

Menyimak dalam kehidupan sehari-hari sangatlah penting karena dapat

memperoleh informasi untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Begitu juga

di sekola, menyimak mempunyai peranan penting karena dengan menyimak siswa

dapat menambah ilmu, menerima dan menghargai pendapat orang lain. Oleh

sebab itu dalam pembelajaran menyimak memerlukan latihan-latihan yang

intensif.

MENYIMAK

Modul 1

HAKIKAT MENYIMAK

Pendahuluan

Modul ini membicarakan tentang hakikat menyimak. Pembicaraan dipusatkan

kepada tiga hal yakni :

(1) pengertian, tujuan, dan peranan menyimak

(2) menyimak sebagai proses dan kemampuan penunjang

(3) jenis-jenis menyimak

Pembicaran mengenai ketiga butir tersebut di atas dianggap sangat penting

karena beberapa alasan. Pertama, hakikat menyimak merupakan dasar

pengetahuan yang sangat fungsional dalam rangka memahami seluk beluk

menyimak. Kedua, butir-butir tersebut di atas perlu dipahami para mahasiswa

sehingga pengetahuan dan pengalaman menyimak mereka selama ini menjadi

lebih bermakna. Dalam alasan kedua ini tersirat pengertian pengetahuan dan

pengalaman menyimak mahasiswa dikaitkan dengan teori. Sebagai alasan ketiga,

pemahaman ketiga unsur hakikat menyimak sangat membantu para mahasiswa

dalam mempelajari modul menyimak berikutnya serat merupakan modal dalam

mempraktekkan pengajaran menyimak di kelas.

Setelah mengkaji isi modul ini, mahasiswa diharapkan dapat memahami

atau mengetahui pengertian, tujuan, dan peranan menyimak, menyimak sebagai

Page 3: Hakikat Menyimak

proses dan kemampuan penunjang, serta jenis-jenis menyimak. Tujuan yang

sangat umum ini bila dirinci adalah sebagai berikut:

(1) mahasiswa dapat menjelaskan pengertian menyimak

(2) mahasiswa dapat menyebutkan empat tujuan menyimak

(3) mahasiswa dapat menjelaskan pengertian setiap tujuan menyimak

(4) mahasiswa dapat menyebutkan tahap-tahap menyimak

(5) mahasiswa dapat mengidentifikasi kemampuan penunjang dalam setiap

tahap menyimak

PENGERTIAN, TUJUAN, DAN PERANAN MENYIMAK

Istilah mendengarkan, mendengar dan menyimak sering kita jumpai dalam dunia

pengajaran bahasa. Ketiga istilah itu berkaitan dengan makna.

Peristiwa mendengar biasanya terjadi secara kebetulan, tiba-tiba dan tidak diduga

sebelumnya. Karena itu kegiatan mendengar tidak direncanakan. Hal itu terjadi

secara kebetulan. Apa yang didengar mungkin tidak dimengerti maknanya dan

mungkin pula tidak menjadi perhatian sama sekali. Suara yang didengar masuk

telingan kanan dan keluar dari telinga kiri. Dalam hal tertentu suara yang didengar

itu dipahami benar-benar maknanya. Hal itu terbukti dari reaksi si pendengar yang

bersangkutan.

Mendengarkan setingkat lebih tinggi tarafnya dari mendengar. Bila dalam

peristiwa mendengar belum ada faktor kesengajaan , maka dalam peristiwa

mendengarkan hal itu sudah ada. Faktor pemahaman biasanya juga mungkin tidak

ada karena hal itu belum menjadi tujuan. Mendengarkan sudah mencakup

mendengar.

Di antara ketiga istilah teraf tertinggi diduduki istilah menyimak. Dalam peristiwa

menyimak sudah ada faktor kesengajaan. Faktor pemahaman merupakan unsur

utama dalam setiap peristiwa menyimak. Bila mendengar sudah tercakup dalam

Page 4: Hakikat Menyimak

mendengarkan maka baik mendengar maupun mendengarkan sudah tercakup

dalam menyimak.

Peristiwa menyimak selalu diawali dengan mendengarkan bunyi bahasa baik

secara langsung atau pun melalui rekaman, radio atau televisi. Bunyi bahasa yang

ditangkap oleh telinga diidentifikasi bunyinya. Pengelompokannya menjadi suku

kata, kata, frasa dan klausa, kalimat dan wacana. Lagu dan intonasi yang

menyertai ucapan pembicarapun turut diperhatikan oleh penyimak. Bunyi bahasa

yang diterima kemudian diinterpretasikan maknanya, ditelaah kebenarannya atau

dinilai lalu diambil keputusan menerima atau menolaknya. Berdasarkan uraian di

atas maka dapat disimpulkan difinisi menyimak sbb :

“ Menyimak adalah suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi

bahasa, mengidentifikasi, menginterpretasi, menilai dan mereaksi atas makna

yang terkandung di dalamnya. “ Menyimak melinbatkan pendengaran,

penglihatan, penghayatan, ingatan, pengertian. Bahkan situasi yang menyertai

bunyi bahasa yang disimakpun harus diperhitungkan dalam menentukan

maknanya.

Penyimak yang baik adalah penyimak yang berencana. Salah satu butir dari

perencanaan itu ada alasan tertentu mengapa yang bersangkutan menyimak.

Alasan inilah yang kita sebut sebagai tujuan menyimak. Menyimak pada

hakikatnya adalah mendengarkan dan memahami isi bahan simakan Karena itu

dapat disimpulkan bahwa tujuan utama menyimak adalah menangkap,memahami,

atau menghayati pesan,ide, gagasan yang tersirat dalam bahan simakan.

Tujuan yang bersifat umum itu dapat dipecah-pecah menjadi beberapa bagian

sesuai dengan aspek tertentu yang ditekankan. Perbedaan dalam tujuan

menyebabkan perbedaan dalam aktivitas menyimak yang bersangkutan. Salah satu

klasifikasi tujuan menyimak adalah seperti pembagian berikut yaitu menyimak

untuk tujuan :

1. mendapatkan fakta

2. menganalisis fakta

3. mengevaluasi fakta

Page 5: Hakikat Menyimak

4. mendapatkan inspirasi

5. menghibur diri

6. meningkatkan kemampuan berbicara

Pengumpulan fakta dapat dilakukan dengan berbagai cara. Para peneliti

mengumpulkan atau mendapatkan fakta melalui kegiatan penelitian, riset atau

eksperimen. Pengumpulan fakta seperti cara ini hanya dapat dilakukan oleh orang-

orang terpelajar. Bagi rakyat biasa hal itu jarang atau hampir-hampir tidak dapat

dilakukan. Cara lain yang dapat dilakukan dalam pengumpulan fakta ialah melalui

membaca. Orang-orang terpelajar sering mendapatkan fakta melakui kegiatan

membaca seperti membaca buku-buku ilmu pengetahuan, laporan penelitian,

makalah hasil seminar,majalah ilmiah, dan populer, surat kabar, dsb. Hal yang

seperti ini pun jarang dilakukan oleh rakyat biasa. Dalam masyarakat tradisional

pengumpulan fakta melalui menyimak tersebut banyak sekali digunakan. Dalam

masyarakat modern pun pengumpulan fakta melalui menyimak itu masih banyak

digunakan.

Kegiatan pengumpulan fakta atau informasi melalui menyimak dapat

berwujud dalam berbagai variasi. Misalnya mendengarkan radio, televisi,

penyampaian makalah dalam seminar, pidato ilmiah, percakapan dalam keluarga,

percakapan dengan tetangga, percakapan dengan teman sekerja, sekelas dsb.

Kegiatan pengumpulan fakta atau informasi ini di kalangan pelajar dan mahasiswa

banyak sekali dilakukan melalui menyimak. Fakta yang diperoleh melalui

kegiatan menyimak ini kemudian dilengkapi dengan kegiatan membaca atau

mengadakan eksperimen.

Fakta atau informasi yang telah terkumpul perlu dianalisis. Harus jelas

kaitan antarunsur fakta, sebab dan akibat apa yang terkandung di dalamnya. Apa

yang disampaikan pembicara harus dikaitkan dengan pengetahuan atau

pengalaman menyimak dalam bidang yang relevan. Proses analisis fakta ini harus

berlangsung secara konsisten dari saat-ke saat selama proses menyimak

berlangsung. Waktu untuk menganalisis fakta itu cukup tersedia asal penyimak

dapar menggunakan waktu ekstra. Yang dimaksud waktu ekstra adalah selisih

kecepatan pembicaraan 120 – 150 kata per menit dengan kecepatan berpikir

menyimak sekitar 300 – 500 kata per menit. Analisis kata sangat penting dan

Page 6: Hakikat Menyimak

merupakan landasan bagi penilaian fakta. Penilaian akan jitu bila hasil analisis itu

benar.

Tujuan ketiga dalam suatu proses menyimak adalah mengevaluasi fakta-fakta

yang disampaikan pembicara. Dalam situasi ini penyimak sering mengajukan

sejumlah pertanyaan seperti antara lain :

1. Benarkah fakta yang diajukan?

2. Relevankah fakta yang diajukan?

3. Akuratkah fakta yang disampaikan?

Apabila fakta yang disampaikan pembicara sesuai dengan kenyataan,

pengalaman dan pengetahuan penyimak maka fakta itu dapat diterima. Sebaliknya

bila fakta yang disampaikan kurang akurat atau kurang relevan, atau kurang

meyakinkan kebenarannya maka penyimak pantas meragukan fakta tersebut. Hasil

pengevaluasian fakta-fakta ini akan berpengaruh kepada kredibilitas isi

pembicaraan dan pembicaranya. Setelah selesai mengevaluasi biasanya penyimak

akan mengambil simpulan apa isi pembicaraan pantas diterima atau ditolak.

Adakalanya orang menghadiri suatu konvensi, pertemuan ilmiah atau

jamuan tertentu, bukan untuk mencari atau mendapatkan fakta. Mereka menyimak

pembicaraan orang lain semata-mata untuk tujuan mencari ilham. Penyimak

seperti ini biasanya orang yang tidak memerlukan fakta baru. Yang mereka

perlukan adalah sugesti, dorongan, suntikan semangat, atau inspirasi guna

pemecahan masalah yang sedang mereka hadapi. Mereka ini sangat

mengharapkan pembicara yang isnpiratif, sugestif dan penuh gagasan orisinal.

Pembicaraan yang semacam ini dapat muncul dari tokoh-tokoh yang disegani,

dari direktur perusahaan, orator ulung, tokoh periklanan, salesman dsb.

Sejumlah penyimak datang menghadiri pertunjukan seperti bioskop,

sandiwara, atau percakapan untuk menghibur diri. Mereka ini adalah orang-orang

yang sudah lelah letih dan jenuh. Mereka perlu penyegaran fisik dan mental agar

kondisinya pulih. Karena itulah mereka menyimak untuk tujuan menghibur diri.

Sasaran yang mereka pilih pun tertentu, misalnya menyimak pembicaraan cerita-

cerita lucu, banyolan percakapan pelawak, menonton pertunjukan yang kocak

seperti yang dibawakan Grup Srimulat.

Page 7: Hakikat Menyimak

Tujuan menyimak yang lain yaitu untuk meningkatkan keterampilan

berbicara. Dalam hal ini penyimak memperhatikan seseorang pembicara pada segi

:

1. cara mengorganisasikan bahan pembicaraan

2. cara penyampaian bahan pembicaraan

3. cara memikat perhatian pendengar

4. cara mengarahkan perhatian pendengar

5. cara menggunakan alat-alat bantu seperti mikrofon, alat peraga dsb.

6. cara memulai dan mengakhiri pembicaraan

Semua hal tersebut diperhatikan oleh penyimak dan kemudian

dipraktikkan. Menyimak yang seperti inilah yang disebut menyimak untuk tujuan

peningkatan kemampuan berbicara. Cara menyimak untuk tujuan peningkatan

kemampuan berbicara biasanya dilakukan oleh mereka yang baru belajar menjadi

orator dan mereka yang mau menjadi profesional dalam membawa acara atau

master ceremony.

Berapa jam manusia menyimak dalam kegiatan sehari-hari? Jawaban

pertanyaan itu bagi masyarakat diindonesia belum ada karena penelitian terhadap

masalah tersebut sepengetahuan penulis belum pernah ada. Untuk sekedar

informasi, penulis kutipan beberapa laporan hasil penelitian yang pernah

dilaksanakan oleh para ahli di Amerika serikat. Donald E. Bird melaporkan hasil

penelitiannya terhadap mahasiswa Stephene College Girls bahwa mahasiswa pada

perguruan tinggi tersebut dalam mengikuti perkuliahan membagi aktivitasnya

sebagai berikut:

a. menyimak : 42%

b. berbicara : 25%

c. membaca : 15%

Page 8: Hakikat Menyimak

d. menulis : 18%

_____

Jumlah : 100% (Stuart Vhase, Power of Words, Harcourt, Brace & World,

Inc., New York, 1951, halaman 166)

Paul T. Rankin seorang ahli bidang komunikasi, meneliti tentang

penggunaan waktu kerja sekelompok manusia, Laporan Rankin adalah sebagai

berikut:

a. menyimak : 42%

b. berbicara : 32%

c. membaca : 15%

d. menulis : 11%

_____

Jumlah : 100% (Martin P. Anderson dkk. The speaker and His Audience,

Harper & Row Publisher, New York, Evanston, and

London, halaman 158).

Hasil penelitian lainnya walaupun hasilnya agak bervareasi namun tetap

membuktikan bahwa kegiatan menyimak lebih lama dari kegiatan berbicara,

membaca atau menulis.

Sekarang mari kita perhatikan sejenak bagaiman perbandingan antara

kegiatan menyimak dan berbicara dalam suatu diskusi dengan jumlah peserta

yang berbeda-beda. Diskusi yang beranggotakan dua orang dan kesempatan

berbicara untuk masing-masing anggota setengah jam, maka perbandingan antara

kegiatan menyimak dan berbicara adalah 1 : 1. Dalam diskusi yang pesertanya

tiga orang dengan kesempatan berbicara masing-masing setengah jam,

perbandingan kegiatan menyimak dan berbicara adalah 2 : 1. Bila jumlah peserta

Page 9: Hakikat Menyimak

diskusi empat orang, maka perbandingan tersebut menjadi 4 :1. Artinya semakin

banyak peserta diskusi, semakin lama kegiatan menyimak. Untuk memperjelas

uraian diatas perhatikanlah diagram berikut:

No. Urut

Jumlah Peserta

Kesempatan/orang Perbandingan Bicara-MenyimakBerbicara Menyimak

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

2 Orang

3 Orang

4 Orang

5 Orang

6 Orang

7 Orang

8 Orang

½ jam

½ jam

½ jam

½ jam

½ jam

½ jam

½ jam

1x½ jam

2x½ jam

3x½ jam

4x½ jam

5x½ jam

6x½ jam

7x½ jam

1 : 1

1 : 2

1 : 3

1 : 4

1 : 5

1 : 6

1 : 7

Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling sempurna di muka bumi ini. Tanda-

tanda kesempurnaan ini amat banyak, antara lain kelihatan bahwa manusia

(normal) dianugerahi dengan satu mulut dan dua telinga. Apa makna dari

kenyataan ini?Kenyataan tersebut mengisyaratkan kepada kita bahwa faktor

menyimak sangat penting, setidak-tidaknya, jalur untuk mendengar berbanding

jalur untuk berbicara adalah 2:1.

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia dihadapkan dengan berbagai kesibukan

menyimak. Dialog di keluarga baik antara anak dan orang tua, antara orang tua,

antar anak-anak sendiriaktivitas menyimak terjadi. Keluar dari rumah, terjadi

dialog atau percakapan ataupun diskusi dengan teman sepermainan, rekan kerja

sekantor, teman sekelas atau teman sejurusan di fakultas. Mungkin juga dialog

terjadi di pasar sewaktu berbelanja. Dalam semua peristiwa itu pun aktivitas

menyimak terjadi juga. Dalam mengikuti pendidikan baik di tingkat SD, SMP,

SMA, ataupun tingkat perguruan tinggi tugas menyimak sangat sering dan harus

dilakukan oleh siswa ataupun mahasiswa. Kemajuan ilmu dan teknologi

khususnya di bidang komunikasi menyebabkan arus informasi melalui radio,

telepon, televisi, rekaman, dan film semakin menderas. Dalam peristiwa ini pun

Page 10: Hakikat Menyimak

keterampilan menyimka mutlak diperlukan. Pendek kata seribu satu macam

kegiatan menuntut manusia terampil menyimak.

Uraian tersebut di atas menggambarkan secara umum betapa fungsionalnya

kegiatan menyimak bagi kehidupan manusia. Bila diperinci, peranan menyimak

tersebut hasilnya seperti berikut. Menyimak berperan sebagai:

1. landasan belajar berbahasa

2. penunjang keterampilan berbicara, membaca, dan menulis

3. pelancar komunikasi lisan

4. penambah informasi

Belajar berbahasa dimulai dengan menyimak. Coba perhatikan bagaimana

anak kecil belajar bahasa ibunya. Mula-mula yang bersangkutan banyak

menyimak rangkaian bunyi bahasa. Bunyi bahasa itu dikaitkan dengan makna.

Setelah banyak menyimak, ia mulai meniru ucapan-ucapan yang pernah

disimaknya dan kemudian mencoba menerapkannya dalam pembicaraan. Proses

menyimak, mengartikan makna, meniru, dan mempraktekkan bunyi bahasa itu

dilakukannya berulang-ulang sampai akhirnya yang bersangkutan lancar

berbicara.

Hal yang sama terjadi pula pada saat orang dewasa belajar bahasa asing.

Yang bersangkutan mulai dengan mendengarkan cara pengucapan fonem, kata,

dan kalimat serta menghafalkan maknanya. Langkah berikutnya meniru

pengucapan, dan mempraktekannya dalam berbicara. Semakin banyak yang

bersangkutan menyimak, meniru, dan berlatih berbicara semakin cepat ia

menguasai bahasa yang dipelajarinya.

Melalui proses menyimak, orang dapat menguasai pengucapan fonem,

kosa kata, dan kalimat. Pemahaman terhadap fonem, kata, dan kalimat serta

menghafalkannya dalam berbicara. Semakin banyak yang bersangkutan

menyimak, meniru, dan berlatih berbicara, semakin cepat ia menguasai bahasa

yang dipelajarinya.

Page 11: Hakikat Menyimak

Melalui proses menyimak, orang dapat menguasai pengucapan fonem,

kosa kata, dan kalimat. Pemahaman terhadap fonem, kata dan kalimat ini sangat

membantu yang bersangkutan dalam kegiatan berbicara, membaca, ataupun

menulis. Petunjuk-petunjuk dalam belajar berbicara, membaca, ataupun menulis

selalu disampaikan melalui bahasa lisan. Ini berarti bahwa keterampilan

menyimak memang benar-benar menunjang keterampilan berbicara, membaca

dan menulis.

Komunikasi lisan dapat bebrbentuk jarak dekat dan jarak jauh dengan dua

arah atau satu arah. Dalam komunikasi lisan dua arah, juga yang satu arah, faktor

menyimak sangat penting. Penyimak harus memahami benar apa yang diutarakan

pembicara. Bila penyimak memahami apa yang disampaikan pembicara maka ia

dapat memberikan reaksi, respon, atau tanggapan yang tepat. Terutama dalam

komunikasi lisan dua arah, menyimak berperan sebagai pelancar jalannya

komunikasi. Pada giliran memberikan reaksi atas apa yang telah disimak,

penyimak berubah manjadi pembicara, sedang pembicara pertama beralih fungsi

sebagai penyimak. Bila penyimak kedua ini benar-benar menyimak pembicaraan

teman bicaranya, maka ia dapat memberikan reaksi yang tepat pula. Dengan

demikian terjadilah komunikasi dua arah yang lancar.

Menyimak merupakan salah satu sarana ampuh dalam menjaring

informasi. Berbagai ragam pengetahuan atau informasi dapat dikuasai melalui

menyimak. Kita dapat menyimak siaran radio dan televisi, pembicaraan para ahli

dalam diskusi, seminar, konvensi, atau pertemuan ilmiah. Kita pun dapat

mengundang para pakar di bidangnya berceramah dan ceramahnya kita simak.

Karena itu dapatlah disimpulkan bahwa salah satu peranan menyimak adalah

sebagai penambah informasi.

2. MENYIMAK SEBAGAI SUATU PROSES PENUNJANG DAN

KEMAMPUAN PENUNJANGNYA

Pada hakikatnya, menyimak berarti mendengarkan dan memahami bunyi bahasa.

Namun sebelum sampai kepada taraf pemahaman, yang bersangkutan harus

menapaki jalan yang berliku-liku. Artinya, yang bersangkutan harus berupaya

Page 12: Hakikat Menyimak

bersungguh-sungguh. Kenyataan ini membuktikan bahwa menyimak sebenarnya

bersifat aktif.

Bial perhatian kita hanya berpusat pada aktivitas fisik penyimak selama yang

bersangkutan terlibat dalam peristiwa menyimak, maka seolah-olah menyimak

memang benar bersifat pasif. Anggapan seperti ini memang pernah dianut orang.

Tetapi kini anggapan seperti itu sudah ditinggalkan. Meyimak dianggap

bersifat aktif-reseptif.

Setiap orang yang terlibat dalam proses menyimak harus menggunakan sejumlah

kemampuan. Jumlah kemampuan yang digunakan itu sesuai dengan aktivitas

penyimak. Pada saat penyimak menangkap bunyi bahasa, yang bersangkutan

harus menggunakan kemampuan memusatkan perhatian. Bunyi yang ditangkap

perlu diidentifikasi. Di sini diperlukan kemampuan linguistik. Kembali, bunyi

yang sudah diidentifikasi itu harus diidentifikasi dan dipahami maknannya. Dala

hal ini penyimak harus menggunakan kemampuan linguistik dan non-linguistik.

Makna yang sudah diidentifikasi dan dipahami, makna itu harus pula ditelaah,

dikaji, dipertimbangkan, dan dikaitkan dengan pengalaman serta pengetahuan

yang dimiliki si penyimak. Pada situasi ini diperlukan kemampuan mengevaluasi.

Melalui kegiatan menilai ini, maka si penyimak sampai pada tahap mengambil

keputusan apakah dia menerima, meragukan, atau menolak isi bahan simakan.

Kecermatan managgapi isi bahan simakan membutuhkan kemampuan mereaksi

atau menanggapi.

Beberapa orang ahli pengajaran bahasa beranggapan bahwa menyimak adalah

suatu proses. Loban membagi proses menyimak tersebut atas tiga tahap, yakni

pemahaman, penginterpelasikan, dan penilaian. Logan dan Greene membagi

proses menyimak atas empat tahap, yakni mendengarkan, memahami,

mengevaluasi, dan menanggapi. Walker Morris membagi proses menyimak itu

atas lima tahap, yakni mendengar, perhatian, persepsi, menilai, dan menanggapi.

Berdasarkan keteraguan dan pendapat para ahli pengajaran bahasa tersebut di atas

penyusun modul ini berkesimpulan bahwa menyimak adalah suatu proses. Proses

menyimak tersebut mencakup enam tahap, yakni:

1. mendengar

Page 13: Hakikat Menyimak

2. mengidentifikasikan

3. menginterpretasi

4. memahami

5. menilai

6. menanggapi

Dalam tahap mendengar, penyimak berusaha menagkap pesan pembicara

yang sudah diterjemahkan dalam bentuk bunyi bahasa. Untuk menangkap bunyi

bahasaitu diperlukan telinga yang peka dan perhatian terpusat.

Bunyi yang sudah ditangkap perlu diidentifikasi, dikenali dan

dikelompokkan menjadi suku kata, kata, kelompk kata, kalimat, paragraf, atau

wacana. Pengidentifikasian bunyi bahasa akan semakin sempurna apabila

penyimak memiliki kemampuan linguistik.

Kemudian, bunyi bahasa itu perlu diinterprestasikan maknannya. Perlu

diupayakan agar interpretasi makna ini sesuai atau mendekati makna yang

dimaksudkan oleh pembicara.

Setelah proses penginterpretasian makna selesai, maka penyimak dituntut

untuk memahamiatau menghayati makna itu. Hal ini sangat perlu buat langkah

berikutnya, yakni penilaian.

Makna pesan yang sudah dipahami kemudian ditelaah, dikaji,

dipertimbangkan, dikaitkan dengan pengalaman, dan pengetahuan penyimak.

Kualitas hasil penilaian sangat tergantung kepada kualitas pengetahuan dan

pengetahuan penyimak.

Tahap akhir dari proses menyimak ialah menanggapi makna pesan yang

telah selesai dinilai. Tanggapan atau reaksi penyimak terhadap pesan yang

diterimanya dapat berujud berbagai bentuk seperti mengagguk-angguk tanda

setuju, mencibir atau mengerjakan sesuatu.

Menyimak adalah suatu proses. Proses itu terbagi atas tahap-tahap, yakni:

Page 14: Hakikat Menyimak

1. mendengar

2. mengidentifikasi

3. menginterpretasi

4. memahami

5. menilai

6. menaggapi

Dalam setiap tahap itu diperlukan kemampuan tertentu agar proses

menyimak dapat berjalan mulus. Misalnya, dalam fase mendengar bunyi bahasa

diperlukan kemampuan menangkap bunyi. Telinga penyimak harus peka.

Gangguan pada alat pendengaran menyebabkan penangkapan bunyi kurang

sempurna. Di samping itu penyimak ditunutut pula dapat mengingat bunyi yang

telah ditangkap oleh telinganya. Kemampuan menangkap danmengingat itu harus

dilandasi kemampuan memusatkan perhatian.

Kemampuan memusatkan perhatian sangat penting dalam menyimak, baik

sebelum, sedang maupun setelah proses menyimak berlangsung. Artinya

kemampuan memusatkan perhatian selalu diperlukan dalam setiap fase

menyimak. Memusatkan perhatian terhadap sesuatu berarti yang bersangkutan

memusatkan pikiran dan perasaannya pada objek itu.

Memusatkan perhatian merupakan pekerjaan yang sangat melelahkan.

Karena itu kemampuan memusatkan perhatian tidak sama pada setiap saat. Hanya

tiga perempat dari jumlah orang dewasa dapat meusatkan perhatiannya kepada

bagian simakan dalam 15 menit pertama. Dalam 15 menit bagian kedua jumlah itu

meyusut menjadi setengahnya. Dan 15 menit bagian ketiga jumlah itu hanya

tingghal seperempatnya. Menyimak setelah lewat waktu 45 menit merupakan

pekerjaan sia-sia karena pendengar sudah tak dapat lagi memusatkan

perhatiannya.

Disamping kemampuan memusatkan kemampuan memusatkan perhatian,

masih ada satu kemampuan lagi yang diperlukan dalam setiap fase menyimak,

yakni kemampuan menyimak, kemampuan mengingat digunakan untuk hal-hal

yang berkaitan dengan hal yang akan disampaikan. Pada saat menyimak

Page 15: Hakikat Menyimak

berlangsung, kemampuan menyimak digunakan untuk mengingat bunyi yang

sudah didengar, pernagkat kebahasaan untuk mengidentifikasi dan menafsirkan

makna bunyi bahasa. Dalam fase menilai perlu diingat kembali isi pesan bahan

simakan, hasil penilaian, tuntutan isi bahan simakan, sebagai landasan menyusun

reaksi, respon, atau tanggapan yang tepat.

Perlu didasari bahwa kemempuan mengingat seseorang terbatas. Apa yang

sudah ditangkap, dipahami, diketahui bila disimpan dalam dua bulan sudah

berkurang setengahnya saat diproduksi kembali. Mungkin dalam dua bulan

berikutnya hanya tinggal sedikit yang tinggal. Karena itu diperlukan penyegaran,

misalnya, membaca kembali sumbernya, memperhatikan kebali catat-annya,

mengekspresikan kembali simpanan itu baik secara lisan maupun tulisan.

Dalam fase mengidentifikasi, menginterpretasi, dan memahami diperlukan

tiga atau empat kemampuan. Dan diantaranya, yakni kemampuan linguistik dan

non-linguistik akan dijelaskan dalam paragraf berikut.

Melalui proses persepsi bunyi yang ditangkap oleh gendang pendengaran

diteruskan ke syaraf-syaraf pendengaran. Penyimak menterjemahkan pesan dalam

bentuk bunyi bahasa itu. Di sini diperlukan kemampuan linguistik. Penyimak

harus memahami susunan dan makna dari fonem, kata,kalimat paragraf atau

wacana yang telah dilisankan. Tidak hanya itu, gerak-gerik tubuh, ekspresi wajah,

cara pengucapan, nada, dan intonasi pembicara, serta situasi yang menyertai

pembicara perlu dipahami agar penafsiran makna dan pemahaman makna tepat.

Kemampuan yang terakhir ini disebut kemampuan nonlinguistik.

Pesan yang sudah ditangkap, ditafsirkan dan dipahami maknanya. Setelah

itu makna pesan itu perlu pula ditelaah, dikaji, diuji kebenaran isinya. Di sini

diperlukan pengalaman yang luas, kedalaman dan keluasan ilmu dari penyimak.

Kualitas hasil pengujian sangat ditentukan oleh kualitas orang yang mengujinya.

Dalam fase menilai inilah diperlukan kemampuan menilai.

Bunyi bahasa yang disampaikan oleh pembicara diterima oleh penyimak.

Bunyi itu kemudian diidentifikasi, ditafsirkan, dipahami maknanya. Makna itu

kemudian dikaji dari berbagai segi. Hasil pengkajian itu digunakan sebagai dasar

Page 16: Hakikat Menyimak

untuk memberikan reaksi, respon atau tanggapan. Di sini diperlukan kemampuan

memberikan tanggapan.

Kualitas tanggapan diwarnai dan dipengaruhi oleh kualitas penangkapan

pesan, penginterpretasian makna pesan, pemahaman makna pesan, penilaian

pesan, dan ketepatan memberikan reaksi atas makna pesan. Kualitas individu yang

berbeda menyebabkan reaksi yang berbeda atas makna pesan yang sama.

Kualitas pesan yang diterima menentukan ragam respon yang terjadi.

Pesan yang kebenarannya diragukan kurang meyakinkan, atau pesan yang tidak

didukung oleh argumentasi yang kuat akan menimbulkan reaksi cemooh, cibiran

atau gelengan kepala penyimak. Serbaliknya pesan yang meyakinkan akan

menghadirkan reaksi mengiakan, mengangguk, acungan jempol dari penyimak.

Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam setiap fase

penyimak diperlukan kemampuan tertentu. Kemampuan inilah yang dimaksud

dengan kemampuan penunjang menyimak. Menurut pengamatan penulis, paling

sedikit ada tujuh kemampuan penunjang penyimak yaitu :

1. kemampuan memusatkan perhatian

2. kemampuan mengingat

3. kemampuan menangkap bunyi

4. kemampuan linguistik

5. kemampuan nonlinguistik

6. kemampuan menilai

7. kemampuan menanggapi

3. JENIS-JENIS MENYIMAK

Apabila kita membaca dan memperhatikan berbagai buku literatur mengenai

menyimak, maka akan ditemui jenis dan nama menyimak. Misalnya menyimak

terputus-putus, menyimak dangkal, menyimak sekelumit, menyimak sosial,

Page 17: Hakikat Menyimak

menyimak kritis, menyimak responsif dan sebagainya. Keanekaragaman nama

menyimak ini disebabkan oleh pengklasifikasian menyimak dengan titik pandang

yang berbeda-beda pula.

Menurut pengamatan penulis, paling sedikit ada tujuh titik pandang yang

digunakan sebagai dasar pengklasifikasian menyimak. Ketujuh titik pandang itu

adalah :

1. sumber suara

2. taraf aktivitas menyimak

3. taraf hasil simakan

4. keterbatasan penyimak dan kemampuan khusus

5. cara penyimakan bahan simakan

6. tujuan menyimak

7. tujuan spesifik

Berdasarkan sumber suara yang disimak, dikenal dua jenis nama penyimak

yaitu intrapersonal listening atau menyimak intrapribadi dan interpersonal

listening atau menyimak antarpribadi. Sumber suara yang disimak dapat berasal

dari diri kita sendiri. Ini terjadi di saat kita menyendiri merenungkam nasib diri,

menyesali perbuatan sendiri, atau berkata-kata dengan diri sendiri. Jenis

menyimak yang seperti inilah yang disebut intrapersonal listening. Sumber suara

yang disimak dapat pula berasal dari luar diri penyimak. Menyimak yang seperti

inilah yang paling banyak kita lakukan misalnya dalam percakapan, diskusi,

seminar, dan sebagainya. Jenis menyimak yang seperti ini disebut inter personal

listening.

Taraf aktivitas penyimak dalam menyimak dapat dibedakan atas kegiatan

bertaraf rendah dan bertaraf tinggi. Dalam aktivitas bertarf rendah penyimak baru

sampai pada kegiatan memberikan dorongan, perhatian, dan menunjang

pembicaraan. Biasanya aktivitas itu bersifat nonverbal seperti mengangguk-

Page 18: Hakikat Menyimak

angguk, senyum, sikap tertib dan penuh perhatian atau melalui ucapan-ucapan

pendek seperti benar, saya setuju, ya, ya dan sebagainya. Menyimak dalam taraf

rendah ini dikenal dengan nama silent listening. Dalam aktivitas yang bertaraf

tinggi, penyimak sudah dapat mengutarakan kembali isi bahan simakan.

Pengutaraan kembali isi bahan simakan menandakan bahwa penyimak sudah

memahami isi bahan simakan. Jenis menyimak seperti ini disebut dengan nama

active listening.

Taraf hasil simakan bervariasi merentang mulai dari taraf terendah sampai

taraf mendalam. Berdasarkan taraf hasil simakan tersebut dikenal sembilan jenis

penyimak. Yaitu :

1. Menyimak tanpa mereaksi : penyimak mendengar sesuatu berupa

suaraatau teriakan, namun yang bersangkutan tidak memberikan

reaksi apa-apa. Suara masuk ke telinga kiri keluar dari telinga kanan.

2. Menyimak terputus-putus : penyimak sebentar menyimak sebentar

tidak menyimak, kemudian meneruskan menyimak lagi dan

seterusnya. Pikiran penyimak bercabang, tidak terpusat pada bahan

simakan.

3. Menyimak terpusat : pikiran penyimak terpusat pada sesuatu, misalnya

pada aba-aba untuk mengetahui bila saatnya mengerjakan sesuatu.

4. Menyimak pasif : menyimak pasif hampir sama dengan menyimak

tanpa mereaksi. Dalam menyimak pasif sudah ada reaksi walau sedikit.

5. Menyimak dangkal : penyimak hanya menangkap sebagian isi

simakan. Bagian-bagian yang penting tidak disimak., mungkin karena

sudah tahu, menyetujui atau menerima.

6. Menyimak untuk membandingkan : penyimak menyimak sesuatu

pesan, kemudian menbandingkan isi pesan itu dengan pengalaman

dan pengetahuan penyimak yang relevan.

7. Menyimak organisasi materi : penyimak berusaha mengetahui

organisasi materi yang disampaikan pembicara, ide pokoknya beserta

detail penunjangnya.

Page 19: Hakikat Menyimak

8. Menyimak kritis : penyimak menganalisis secara kritis terhadap materi

yang disampaikan pembicara. Bila diperlukan, penyimak minta data

atau keterangan terhadap pernyataan yang disampaikan pembicara.

9. Menyimak kreatif & apresiatif : penyimak memberikan responsi mental

dan fisik yang asli terhadap bahan simakan yang diterima.

Komisi kurikulum pengajaran bahasa Inggris di Amerika Serikat melandaskan

klasifikasi menyimak pada taraf hasil simakan dan keterampilan khusus yang

diperlukan dalam menyimak. Menurut komisi tersebut ada empat jenis menyimak.

Nama setiap jenis menyimak beserta alasannya seperti di bawah ini :

1. Menyimak marginal : Menyimak marginal atau sekelumit, biasa juga

disebut menyimak pasif. Orang yang sedang belajar sambil

mendengarkan siaran radio adalah contoh menyimak marginal.

Perhatian menyimak terhadap siaran radio hanya sambilan, sedikit

atau kecil.

2. Menyimak apresiatif. Penyimak larut dalam bahan yang disimaknya. Ia

terpaku dan terpukau dalam menikmati drmatisasi cerita atau puis,

dalam menyimak pemecahan masalah yang disajikan secara orisinil

oleh pembicara. Ecara imajinatif penyimak seolah-olah ikut mengalami,

merasakan, melakukan karakter pelaku cerita yang dilisankan.

3. Menyimak atentif. Penyimak dalam menyimak atentif dituntut

memahami secara tepat isi bahan simakan. Misalnya menyimak isi

petunjuk, pengumuman dan perkenalan.salah satu karateristik jenis

menyimak ini ialah penyimak tidak berpartisipasi secara langsung

seperti dalam percakapan, diskusi, tanya jawab dan sejenisnya.

4. Menyimak analisis : Penyimak mempertimbangkan, menelaah,

mengkaji isi bahan simakan yang diterimanya. Bila diperlukan, isi

simakan dibandingkan dan dipertentangkan dengan pengalaman dan

pengetahuan penyimak. Jenis menyimak ini perlu dikuasai oleh siswa

atau mahasiswa agar mereka dapat menilai secara kritis apa yang

mereka simak.

Page 20: Hakikat Menyimak

Klasifikasi menyimak dapat pula didasarkan kepada cara penyimakan bahan

simakan. Cara menyimak isi bahan simakan mempengaruhi kedalaman dan

keluasan hasil simakan. Berdasarkan cara penyimakan dikenal dua jenis

menyimak :

1. Menyimak intensif. Penyimak memahami secara terinci, teliti dan

mendalam bahan yang disimak. Menyimak intensif mencakup

menyimak kritis, menyimak konsentratif, menyimak kreatif, menyimak

eksploratori, menyimak interogatif, dan menyimak selektif.

2. menyimak ekstensif. Penyimak memahami isi bahan simakan secara

sepintas, umum, dalam garis besar, atau butir-butir penting tertentu.

Menyimak ekstensif meliputi menyimak sosial, menyimak sekunder,

menyimak estetis, dan menyimak pasif.

Tidyman dan Butterfield mengklasifikasikan menyimak atas dasar tujuan

menyimak. Hasil pengklasifikasian mereka menghasilkan tujuh jenis menyimak :

1. Menyimak sederhana : menyimak sederhana terjadi dalam percakapan

dengan teman atau bertelepon.

2. Menyimak diskriminatif : Menyimak untuk membedakan suara,

perubahan suara seperti membedakan suara burung, suara mobil,

suara orang dalam senang, marah, atau kecewa.

3. Menyimak santai : Menyimak untuk tujuan kesenangan misalnya

pembacaan puisi, cerita pendek, rekaman dagelan atau lawak.

4. Menyimak informatif : Menyimak untuk mencari informasi seperti

menyimak pengumuman, jawaban pertanyaan, mendaftar ide dsb.

5. Menyimak literatur : Menyimak untuk mengorganisasikan ide seperti

penyusunan materi dari berbagai sumber, pembahasan hasil

penemuan, merangkum, membedakan butir-butir dalam pidato,

mencari penjelasan butir tertentu.

6. Menyimak kritis : Menyimak untuk menganalisis tujuan pembicara,

misalnya dalam diskusi, perdebatan, percakapan, khotbah atau untuk

mengetahui penyimpangan emosi, melebih-lebihkan propaganda,

kejengkelan, kebingungan dan sebagainya.

Page 21: Hakikat Menyimak

Logan dan kawan-kawan mengklasifikasikan menyimak atas dasar tujuan

juga, yakni tujuan khusus. Menurut mereka ada tujuh jenis menyimak yang perlu

dikembangkan melalui pengajaran bahasa bagi siswa di sekolah. Jenis dan

penjelasan setiap menyimak tersebut adalah :

1. Menyimak untuk belajar : Melalui kegiatan menyimak seseorang

mempelajari berbagai hal yang dibutuhkan. Misalnya para siswa

menyimak ceramah guru sejarah, guru bahasa Indonesia, botani dan

sebagainya; mahasiswa mendengarkan siaran radio, televisi, diskusi

dan sebagainya.

2. Menyimak untuk menghibur : Penyimak, menyimak sesuatu untuk

menghibur dirinya, misalnya, menyimak pembacaan cerita-cerita lucu,

dagelan, pertunjukan sandiwara, film dan sebagainya.

3. Menyimak untuk menilai : Penyimak mendengarkan dan memahami isi

simakan kemudian menelaah, mengkaji, menguji, membandingkan

dengan pengalaman dan pengetahuan menyimak.

4. Menyimak apresiatif : Penyimak memahami, menghayati,

mengapresiasi isi bahan simakan. Misalnya menyimak pembacaan

puisi, cerita pendek, roman, menyimak pertunjukan sandiwara dan

lain-lain.

5. Menyimak untuk mengkomunikasikan ide dan perasaan : Penyimak

memahami, merasakan ide, gagasan, perasaan pembicara sehingga

terjadi sambung rasa antara pembicara dengan pendengar.

6. Menyimak diskriminatif : Menyimak untuk membedakan bunyi, suara.

Dalam belajar bahasa Inggris misalnya siswa harus dapat

membedakan bunyi [ i ] dan [ i: ].

7. Menyimak pemecahan masalah : Penyimak mengikuti uraian

pemecahan masalah secara kreatif dan analitis yang disampaikan oleh

pembicara. Mungkin juga penyimak dapat memecahkan masalah yang

dihadapinya, secara kreatif dan analitis setelah yang bersangkutan

mendapat informasi dari menyimak sesuatu. ( Logan dan kawan-

kawan, Creative Communication, Teaching The Language Arts, Mc

Grawa Hill Ryerson Limited, Montreal, Canada, 1972, hal 42 )

Page 22: Hakikat Menyimak

Modul 2

EFEKTIVITAS MENYIMAK

PENDAHULUAN

Modul kedua ini membahas efektivitas menyimak secara umum dengan fokus

pembicaraan tiga butir masalah, yakni:

1. faktor keberhasilan menyimak

2. ciri penyimak ideal dan duga daya simak

3. meningkatkan daya simak

pembahasan butir (1), (2), dan (3) dianggap sangat penting mengingat

berbagai alasan. Secara umum dapat dipastikan setiap penyimak berkeinginan

untuk menjadi penyimak yang berkualitas, penyimak yang efektif. Hal yang sama

tentu juga berlaku bagi para mahasiswa yang bersangkutan mengenal,

menghayati, dan menguasai faktor penentu keberhasilan menyimak, ciri

menyimak ideal, serta cara-cara meningkatkan daya simak. Pembicaraan butir (1),

(2), dan (3) pun sangat penting bagi memperkuat landasan pembahasan bagian

modul berikutnya, serta merupakan modal utama bagi pengajaran menyimak

nantinya, saat mahasiswa sudah bertugas sebagai guru bahasa Indonesia di kelas.

Di bagian akhir proses pengkajian modul ini, mahasiswa diharapkan dapat

memenuhi, mengenal, atau mengetahui faktor penentu keberhasilan menyimak,

ciri menyimak ideal, serta cara-cara meningkatkan daya simak. Tujuan yang

masih bersifat umum tersebut di atas dapat dirinci menjadi tujuan yang khusus

sebagai berikut:

1. mahasiswa dapat menyebutkan semua faktor keberhasilan menyimak

2. mahasiswa dapat menjelaskan pengertian semua penentu

keberhasilan menyimak

3. mahasiswa dapat menyebutkan semua ciri penyimak ideal

4. mahasiswa dapat menjelaskan pengertian semua ciri penyimak yang

ideal

Page 23: Hakikat Menyimak

5. mahasiswa dapat menyebutkan manfaat pengenalan dan daya simak

diri

6. mahasiswa dapat menyusun skenario pelaksanaan cara peningkatan

daya simak

FAKTOR PENENTU KEBERHASILAN MENYIMAK

Dalam modul pertama sudah disinggung bahwa menyimak sangat fungsional

dalam kehidupan sehari-hari manusia. Artinya, setiap insan tak akan terlepas dari

kegiatan menyimak. Rakyat jelata menyimak, para pedagang menyimak,

mahasiswa dan pelajar sering harus menyimak dosen atau gurunya, para

ilmuwanpun harus menyimak dalam berbagai kegiatan seperti pidato ilmiah,

seminar, diskusi, dan sebagainya. Kegiatan menyimak selalu terjadi dimana saja,

kapan saja, dan dilakukan oleh siapa saja.

Berikut ini disajikan beberapa gambaran peristiwa menyimak yang terjadi dalam

kehidupan sehari-hari. Perhatikan faktor-faktor yang terlibat dalam setiap contoh.

(1) Ganda mengikuti dengan cermat tanya-jawab antara wartawan olah raga

dengan Robby Darwis yang disiarkan melalui televisi. Inti pertanyaan

berkisar tentang hukuman yang dijatuhkan wasit Malaysia terhadap

Darwis. Ganda sangat berminat terhadap masalah tersebut, sehingga ia

mengikuti acara itu sampai selesai.

(2) Kelompencapir Mayangsari sedang mendengarkan siaran pedesaan dari

RRI Bandung. Mereka berdesak-desakan duduk di ruang tamu, rumah Pak

Hasan. Sebentar-sebentar suara mesin mobil menderu mengalahkan suara

penyiar. Udara di ruangan itu pengap dipenuhi asap rokok. Siaran yang

berisi cara memelihara domba itu tidak bisa mereka tangkap sepenuhnya.

(3) Anggota Koperasi Mahasiswa FPBS IKIP Bandung, mendengarkan

dengan cermat ceramah koperasi yang disampaikan oleh dekan. Sebentar-

sebentar mahasiwa itu bertanya ini-itu, kadang-kadang minta diulangi,

Page 24: Hakikat Menyimak

dijelaskan lagi butir-butir tertentu. Kegiatan itu berlangsung digedung

baru. Suasana akrab, meriah, kadang-kadang serius.

(4) Halimah, mahasiswa tingkat pertama, Jurusan Pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia, IKIP Bandung, dengan tekun dan penuh perhatian

mengikuti kuliah menyimak. Materi yang direncanakan dosen mencakup

pengertian, peranan, dan jenis-jenis menyimak. Kuliah tersebut

berlangsung di ruang 19 pagi-pagi jam 7.00.

Bila pembaca jeli memperhatikan contoh tang tertera pada nomor (1),(2),

(3), dan (4) maka akan ditemui sejumlah faktor pendukung setiap peristiwa

menyimak. Faktor-faktor itu ada yang sering berulang, ada yang berbeda, ada

yang lengkap, dan ada pula yang tidak lengkap. Peristiwa menyimak selalu

mencakup faktor pembicara, bahan yang dibicarakn, pendengar, waktu, peralatan,

suasana, keadaan cuaca, ruangan, dan sebagainya.

Karena sering dikatakan orang bahwa efektivitas menyimak bergantung

kepada sejumlah faktor. Salah seorang ahli bahasa mengklarifikasikan faktor-

faktor itu menjadi empat bagian, yaitu:

a. pembicara

b. pembicaraan

c. situasi

d. penyimak

Pembicara adalah orang yang menyampaikan pesan, ide, informasi kepada

para pendengar melalui bahasa lisan. Kualitas pembicara, keahliannya,

karismanya, dan kepaopulerannya sangat berpengaruh kepada para pendengarnya.

Karena itu ada sejumlah tuntutan yang dialamatkan kepada pembicara seperti:

(1) Penguasaan materi: Pembicara harus menguasai, memahami, menghayati,

benar-benar materi yang akan disampaikannya kepada para pendengar.

Akan lebih baik apabila pembicara adalah pakar, dalam bidang yang

disampaikan tersebut.

Page 25: Hakikat Menyimak

(2) Berbahasa baik dan benar: Pembicara harus menyampaikan materi

pembicaraannya dalam bahasa yang baik dan benar. Ucapan jelas, intonasi

tepat, susunan kalimat sederhana dan benar, pilihan kata atau istilah tepat.

Bahasa yang digunakan pembicara dalam menyampaikan materi

pembicaraan menarik, sederhana, efektif, dan sesuai dengan taraf

pendengarnya.

(3) Percaya diri: Pembicara haru percaya akan kemampuan diri sendiri.

Pembicara yang yakin akan kemampuan dirinya akan tampil dengan

mantap dan meyakinkan pendengar.

(4) Berbicara sistematis: Pembicara harus berbahasa sistematis. Bahan yang

disampaikan harus tersusun secara sistematis dan mudah dimengerti.

(5) Gaya bahasa menarik: Pembicara harus tampil dengan gaya yang menarik

dan simpatik. Yang bersangkutan harus menghindari tingkah laku yang

dibuat-buat atau berlebih-lebihan. Pembicara yang terlalu “over acting”

akan membuat pendengarnya beralih dari isi pesan yang disampaikan

kepada tingkah laku yang dianggap aneh itu.

(6) Kontak dnegan pendengar: Pembicara harus menjalin kontak dengan

pendengarnya. Pembicara menghargai, menghormati, serta menguasai para

pendengarnya.

Pembicaraan adalah materi, isi, pesan, atau informasi yang hendak

disampaikan oleh seseorang pembicara kepada pendengarnya. Pembicaraan yang

baik harus memenuhi syarat-syarat tertentu seperti:

(1) Aktual: pembicaraan haruslah sesuatu yang baru, hangat, dan aktual.

Sesuatu yang baru pastilah lebih menarik, diminati, atau digandrungi oleh

pendengar.

(2) Bermakna: Pembicaraan haruslah sesuatu yang berarti, berguna, atau

bermakna bagi pendengar. Materi yang bermakna bagi kelompok

pendengar A belum tentu bermakna bagi kelompok pendengar B.

Page 26: Hakikat Menyimak

(3) Dalam pusat minat mendengar: Pembicaraan haruslah yang berkaitan

dengan pendengar. Akan lebih baik lagi bila pembicaraan itu berada dalam

lingkaran pusat minat pendengar.

(4) Sistematis: Pembicaraan harus tersusun sistematis, sehingga mudah diikuti

dan dipaham pendengar.

(5) Seimbang: Taraf kesukaran pembicaraan harus seimbang dengan taraf

kemampuan pendengar. Materi pembicaraan yan terlalu mudah tidak

menarik dan berguna bagi pendengar. Sebaliknya materi pembicaran yang

terlalu tinggi akan membuat pendengar kewalahan.

Situasi dalam menyimak diartikan segala sesuatu yang menyertai peristiwa

menyimak di luar pembicara, pembicaraan, dan menyimak. Situasi tersebut

sangatlah berpengaruh dan menentukan kefektifan menyimak. Beberapa hal yan

pantas diperhatikan, yang termasuk kategori situasi dalam proses menyimak,

antara lain:

(1) Ruangan: Ruangan atau tempat berlangsungnya peristiwa menyimak harus

menunjang. Ruangan yan menunjang adalah ruangan yang memenuhi

persyaratan akustik, ventilasi, penerangan, penataan tempat duduk

pendengar, tempat pembicara, warna ruangan, luas ruangan dan

sebagainya.

(2) Waktu: waktu berlangsungnya peristiwa menyimak harus diperhatikan dan

diperhitungkan sebaiknya pada saat yang tepat misalnya pagi-pagi, saat-

saat pendengar masih segar, rileks, dan sebagainya.

(3) Tenang: Suasana dan lingkungan yang tenang, jauh dari kebisingan,

pemandangan yang tidak mengganggu konsentrasi, suasana yang baik

antar kelompok pendengar sangat menunjang keefektifan menyimak.

(4) Peralatan: Peralatan yang digunakan dalam peristiwa menyimak haruslah

yang mudah dioperasikan, baik produksi suasananya dan berguna dalam

melancarkan kegiatan menyimak.

Page 27: Hakikat Menyimak

Peristiwa menyimak yang berlangsung dalam ruangan yang baik, waktu

yang tepat, suasana tenteram, nyaman, dan menyenangkan serta dilengkapi

dengan peralatan yang fungsional dapat diharapkan hasilnya yang efektif.

Penyimak adalah orang yang mendengarkan dan memahami isi bahan

simakan yang disampaikan oleh pembicara dalam suatu peristiwa menyimak.

Dibandingkan dengan faktor pembicara, pembicaraan dan situasi, faktor penyimak

adalah yang terpenting dan paling menentukan keefektifan dalam peristiwa

menyimak. Sebab, walau ketiga faktor yang pertama sudah memenuhi segala

persyaratan, bila si penyimak tidak mau menyimak maka sia-sialah semuanya.

Sebaliknya biarpun ketiga faktor yang pertama kurang memadai, kurang

sempurna, asal si penyimak berusaha sungguh-sungguh, tekun, dan kerja keras

maka keefektifan menyimak dapat tercapai.

Hal-hal yang perlu diperhatikan menyangkut diri penyimak antara lain:

(1) Kondisi: Kondisi fisik dan mental penyimak dalam keadaan baik dan

stabil. Penyimak tidak mungkin menyimak secara efektif bila kondisi fisik

dan mentalnya tidak menunjang.

(2) Konsentrasi: penyimak harus dapat memusatkan pikirannya terhadap

bahan simakan. Buat sementara yang bersangkutan harus dapat

menyingkirkan pikiran-pikiran lain selain bahan simakan.

(3) Bertujuan: penyimak harus bertujuan dalam penyimak. Yang bersagkutan

harus dapat merumuskan tujuannya secara tegas sehingga ia mempunyai

arah dan pendorong dalam menyimak.

(4) Berminat: Penyimak hendaknya berminat, atau mengusahakan meminati

bahan yang disimaknya.

(5) Mempunyai kemampuan linguistik dan nonlinguistik. Penyimak haruslah

memiliki kemampuan linguistik agar yang bersangkutan dapat

menginterpretasi dan memahami makna yang terkandung dalam bunyi

bahasa. Di samping itu penyimak juga harus memiliki kemampuan

nonlinguistik. Kemampuan nonlinguistik berguna dalam membaca situasi,

Page 28: Hakikat Menyimak

menafsirkan gerak-gerik pembicara, perubahan air mukanya, yang

berfungsi sebagai pelengkap makna pembicaraannya.

(6) Berpengalaman luas dan berpengetahuan: penyimak juga harus memiliki

pengalaman dan pengetahuan luas mendalam akan lebih mudah menerima,

mencerna, dan memahami isi bahan simakan.

Penyimak yang dapat memenuhi persyaratan tersebut diatas pasti berhasil

dalam setiap peristiwa menyimak. Penyimak yang belum dapat memenuhi

persyaratan tersebut jelas akan mengalami berbagai hambatan dalam menyimak.

Penyimak seperti golongan terakhir ini sudah dapat dipastikan gagal dalam

menyimak.

CIRI MENYIMAK IDEAL

DAN DUGA DAYA SIMAK

Menyimak pernah dianggap dan diperlakukan oleh para ahli, guru bahasa,

dan orang awam sebagai suatu hal yang akan dikuasai oleh manusia normal pada

waktunya. Perlakuan demikian didasari oleh asumsi bahwa keterampilan

menyimak akan dikuasai secara otomatis. Sebagai mana orang dapat bernafas

tanpa mempelajari cara bernafas, begitu pula menyimak tidak perlu dipelajari

karena pada saatnya orang akan dapat menyimak. Penelitian mengenai menyimak

jarang dilakukan. Buku teks jarang ditulis. Pada gilirannya pengajaran menyimak

diabaikan.

Lama-kelamaan para ahli menyadari bahwa asumsi yang dipegang selama

ini mengenai menyimak, ternyata keliru. Manusia memang dilahirkan dengan

potensi dapat menyimak. Namun, potensi itu perlu dikembangkan melalui latihan

sistematis, terarah, dan berkesinambungan supaya menjadi kenyataan. Potensi itu

akan tetap merupakan potensi bila tidak dipupuk, dikembangkan, atau dibina.

Mulai tahun lima puluhan, menyimak mulai banyak diperhatikan.

Menyimak dengan segala aspeknya diteliti. Buku teks menyimak bermunculan.

Pengajaran menyimak mulai diperhatikan. Bahkan lebih dari itu, menyimak

Page 29: Hakikat Menyimak

diperlakukan sebagai mata pelajaran yang mandiri. Sebagai mata pelajaran yang

mandiri, menyimak dilaksanakan tersendiri. Tujuan, bahan, metode, media, dan

penilaian menyimak direncanakan, dilaksanakan, dan dinilai tersendiri pula.

Dalam pokok bahasan faktor penentu keberhasilan menyimak, sudah

dijelaskan faktor-faktor penentu keberhasilan menyimak itu mencakup:

(1) pembicara

(2) pembicaraan

(3) situasi

(4) penyimak

Faktor penyimak ini akan dibicarakan sekali lagi. Fokus pembicaraan

mengenai ciri-ciri atau karakteristiknya.

Pengenalan, pemahaman, dan penghayatan ciri-ciri penyimak yang baik

atau ideal sangat berguna bagi setiap penyimak. Bagi penyimak yang belum

berpengalaman, pengetahuan tentang ciri penyimak ideal itu dapat digunakan

sebagai pedoman dalam melatih diri menjadi penyimak yang ideal. Bagi

penyimak yang sudah berpengalaman, pengetahuan tersebut dapat digunakan

sebagai bahan perbandingan. Yang bersangkutaan dapat menggunakan hal yang

dianggap perlu dan membuang hal yang dianggap tak perlu.

Dari hasil pengamatan penulis, paling sedikit ada lima belas ciri penyimak

ideal. Berikut ini akan disajikan ciri-ciri tersebut beserta penjelasannya.

(1) Siap fisik dan mental

Penyimak yang baik adalah penyimak yang benar-benar bersiap untuk

menyimak. Fisiknya segar, sehat, atau dalam kondisi prima. Mentalnya

stabil, pikiran jernih.

(2) Berkonsentrasi

Page 30: Hakikat Menyimak

Penyimak yang baik adalah penyimak yang dapat memusatkan

perhatiannyakepada bahan simakan. Yang bersangkutan harus dapat

menyingkirkan hal-hal lain selain materi simakan.

(3) Bermotivasi

Penyimak yang baik selalu mempunyai motivasi yang kuat dalam

menyimak. Yang bersangkutan mungkin mempunyai tujuan menambah

pengetahuan, mau belajar tentang sesuatum mau menguji tentang sesuatu

dan sebagainya. Hal itulah yang dijadikannya sebagai motivasi atau pemacu,

pendorong, penggerak, dalam menyimak.

(4) Objektif

Penyimak yang baik adalah penyimak yang berprasangka, tidak berat

sebelah. Yang bersangkutan bukan melihat siapa yang berbicara tetapi apa

yang dikatakannya. Bila yang dikatakan itu memang benar, ia terima, bila

salah, ia menolak siapapun yang mengatakannya.

(5) Menyeluruh

Penyimak yang baik ialah penyimak yang menyimak bahan simakan

secara lengkap, utuh, atau menyeluruh. Ia tidak menyimak meloncat-loncat

ataupun terputus-putus, atau hanya menyimak yang disenangi saja.

(6) Menghargai pembicara

Penyimak yang baik ialah penyimak yang menghargai pembicara. Ia tidak

menganggap enteng, menyepelakan apa yang disampaikan oleh pembicara.

Ia pun tidak mengaggap diri tahu segalanya dan pengetahuannya melebihi

pembicara. Penyimak yang baik selalu menghargai pendapat pembicara,

walaupun mungkin pendapat itu berbeda dengan pendapatnya.

(7) Selektif

Penyimak yang baik tahu memilih bagian-bagian penting dari bahan

simakan yang perlu diperhatikan da diingat. Tidak semua bahan yang

Page 31: Hakikat Menyimak

diterima diteln mentah-mentah, tetapi dipilihnya bagian–bagian yang

bersifat inti.

(8) Sungguh-sungguh

Penyimak yang baik selalu menyimak bahan simakan dengan sesungguh

hatinya. Ia tidak akan berpura-pura menyimak padahal hatinya dan

perhatiannya ke tempat lain. Yang bersangkutan benar-benar menyimak

pesan pembicara walau pesan itu kurang menarik baginya.

(9) Tak mudah terganggu

Penyimak yang baik tak mudah diganggu oleh hal-hal lain di luar bahan

simakan. Yang bersangkutan dapat membentengi diri dari berbagai

gangguan kecil seperti kebisingan. Kalaupun sekali waktu ia mendapat

gangguan yang tak terelakan, ia dengan cepat kembali kepada tugas semula,

yakni menyimak.

(10) Cepat menyesuaikan diri

Penyimak yang baik ialah penyimak yang tanggap terhadap situasi. Ia

cepat menghayati dan menyesuaikan diri dengan inti pembicaraan, irama

pembicaraan, dan gaya pembicara.

(11) Kenal arah pembicaraan

Penyimak yang baik selalu mengenal arah pembicaraan, bahkan sudah

dapat menduga ke arah mana pembicaraan berlangsung. Biasanya, pada

menit-menit pertama awal pembicaraan, penyimak yang baik sudah

mengetahui arah pembicaraan dan barangkali sudah dapat menduga isi

pembicaraan.

(12) Kontak dengan pembicara

Penyimak yang baik selalu mengadakan kontak dengan pembicara.

Misalnya dengan cara memperhatikan pembicara, memberikan dukungan

atau dorongan kepada pembicara melalui ucapan singkat, ya, ya; benar, saya

Page 32: Hakikat Menyimak

setuju, atau saya sependapat, dan sebagainya. Hal yang sama dapat pula

disampaikan melalui gerak-gerik tubuh seperti mengagguk-angguk,

mengacungkan jempol dan sebagainya.

(13) Merangkum

Penyimak yang selalu dapat menangkap sebagian besar isi bahan simakan.

Hal itu terbukti dari hasil rangkuman penyimak yang disampaikan secara

lisan atau tertulis setelah proses menyimak selesai.

(14) Menilai

Penyimak yang baik selalu menilai, menguji, mengkaji, atau menelaah isi

bahan simakan yang diterimanya. Fakta yang diterima dikaitkan atau

dibandingkan dnegan pengetahuan dan pengalamannya.

(15) Merespons

Sebagai tindak lanjut dari kegiatan penilaian hasil simakan, penyimak

menyatakan pendapat terhadap isi pembicaraan tersebut. Yang bersangkutan

mungkin setuju atau tidak setuju, sependapat atau tidak sependapat dengan

si pembicara. Reaksi atau tanggapn penyimak itu dapat berwujud dalam

bentuk mengagguk-angguk, menggeleng-geleng, mengerjakan sesuatu, dan

sebagainya.

Ciri-ciri penyimak ideal biasanya diterapkan kepada orang lain. Artinya, bila

seseorang menilai apakah orang lain penyimak ideal atau tidak, maka penilai

memeriksa karakteristik penyimak yang dinilainya. Patokan penilaian adalah ciri

penyimak yang sudah dibicarakan.

Ada kalanya seseorang ingin pula menilai, mengetahui, dan mendapat gambaran

kemampuan menyimaknya. Tentang hal itu dia tidak ingin dicampuri atau

diketahui orang lain. Keinginan seperti itu dapat dipenuhi melalui “Checking up

on my listening”, yang disadur secara bebas menjadi duga daya simak diri.

Duga daya simak diri berisi sebelas pertanyaan pada diri sendiri yang dapat

dijawab dengan ya atau tidak. Bila semua pertanyaan itu dapat dijawab dengan ya,

Page 33: Hakikat Menyimak

artinya Anda mempunyai daya simak tinggi. Sebaliknya bila pertanyaan itu

dijawab tidak, Anda mempunyai daya simak yang rendah.

Duga Daya Simak Diri

1. Siapkah saya untuk menyimak?

(1) Sudahkah saya duduk di tempat yang nyaman dna strategis sehingga saya

dapat melihat dan mendengarkan si pembicara

(2) Terarahkah pandangan saya kepada pembicara?

2. Berkonsentrasilah saya terhadap pembicaraan yang akan disampaikan?

(1) Dapatkah menyingkirkan pikiran lain pada saat ini?

(2) Siapkah saya memikirkan topik pembicaran dan menghubungkannya

dengan pengetahuan siap saya mengenai hal itu?

(3) Bersiapkah saya belajar lebih lanjut mengenai topik yang akan

disampaikan?

3. Siapkah saya memulai menyimak?

(1) Pada menit-menit pertama, sadarkah saya ke mana dibawa oleh

pembicara?

(2) Dapatkah saya temukan ide pusat sehingga saya dapat mengikutinya

sepanjang pembicaraan?

4. Dapatkah saya temukan ide penunjang ide pusat atau pokok?

(1) Saya manfaatkankah petunjuk-petunjuk pembicara (seperti yang pertama,

yang terpenting dan sebagainya) guna membantu menyusun ide-ide

dalam pikiran saya?

5. Setalah pembicaraan selesai, sudahkah saya evaluasi pembicaraan pembicara?

Page 34: Hakikat Menyimak

(1) Sesuaikah pengetahuan baru itu (hasil simakan) dengan pengetahuan siap

saya?

(2) Saya pertimbangkan setiap ide yang disampaikan pembicara sehingga saya

dapat mengatakan setuju atau tidak setuju dengan pembicara?

(Diterjemahkan secara bebas dari Checking up on my listening, yang dimuat

dalam Greene&Petty, 1969:182)

MENINGKATKAN DAYA SIMAK

Setiap manusia dialhirkan dengan sejumlah potensi. Salah satu potensi

pembawaan sejak lahir itu adalah potensi mampu menyimak. Potensi harus dibina

dan dikembangkan. Melalui latihan menyimak yang terarah dan

berkesinambungan, potensi tadi dapat berwujud menjadi kemampuan menyimak

yang nyata. Tanpa pembinaan dan pengembangan, potensi tersebut tetap berupa

potensi tertutup. Tidak timbuh, ataumati.

Walaupun manusia berlatih menyimak, kemampuan menyimaknya terbatas.

Keterbatasan itu dosebabkan oleh daya tangkapnya yang terbatas dan daya

ingatannya terbatas pula. Para ahli memperkirakan orang yang cukup mendapat

latihan menyimak, dlam kondisi fisik yang segar dan mental yang stabil, hanya

dpat menangkap isi bahan simakan 50%. Dalam dua bulan berikutnya yang

diingat hanya setengahnya. Mungkin dalam dua bulan berikutnya sisanya sudah

menghilang pula.

Menyimak sangat fungsional dalam kehidupan manusia. Melalui menyimak

seseorang memperoleh kemungkinan besar mendapatkan informasi. Para ahli

berpendapat bahwa sebagian besar dari pengetahuan seseorang dan nilai-nilai

yang diyakininya diperoleh melalui kegiatan menyimak. Karena itu sangatlah

beralasan bila setiap orang dituntut terampil menyimak.

Kawolda, seorang ahli, menawarkan lima cara untuk mempertajam daya simak.

Kelima cara tersebut adalah:

Page 35: Hakikat Menyimak

(1) simak-ulang ucap

(2) identifikasi kata kunci

(3) parafrase

(4) merangkum

(5) menjawab pertanyaan.

MODUL 3

BAHAN DAN METODE

PENGAJARAN MENYIMAK

Modul ketiga ini membahas tentang bahan dan metode pengajaran menyimak.

Pembicaraan dipusatkan kepada tiga hal, yakni:

(1) Bahan pengajaran

(2) Metode pengajaran

(3) Penilaian dan umpan balik

Bahan, metode, dan penilaian merupakan sebagian dari butir-butir panjang

dalam setiap pengajaran, termasuk pengajaran menyimak. Setiap guru atau calon

guru harus memahami benar-benar dan mempraktekkan penyusunan bahan,

penerapan metode dan penilaian dalam proses belajar mengajar. Jika guru dan

calon guru sudah menguasai ketiga hal terseebut, mak ayang bersangkutan akan

mendapatkan berbagai manfaat. Pertama, yang bersangkutan dapat merencanakan

pengajaran menyimak dengan sebaik-baiknya. Kedua, yang bersangkutan akan

tampil di kelas dengan penuh percaya diri, meyakinkan dan mengesankan.Ketiga,

pemahaman terhadap ketiga butir tersebut diatas sangat membantu yang

bersangkutan dalam melaksanakan pengajaran pokok bahasan lainnya.

Page 36: Hakikat Menyimak

Sebagimana modul-modul lainnya, modul ini pun dapat Anda pelajari

denagn berbagai cara. Anda dapat mempelajari secara mandiri, berkelompok,

berdiskusi, atau secara tutorial. Cara mana pun yang dipilih, pada akhirnya

kegiatan belajar-mengajar Anda diharapkan dpat memahami dan menerapkan

penyusunan bahan, metode dan penilaian dalam pengajaran menyimak.

Tujuan instruksional umum di atas dapat dirinci menjadi tujuan

instruksional khusus seperti berikut yaitu mahasiswa dapat;

a. menjelaskan kedudukan pengajaran menyimak;

b. menggunakan bahan pokok bahasan membaca; pragmatik; dan

apresiasi menjadi bahan pengajaran menyimak;

c. menyebutkan manfaat berbagai metode pangajaran menyimak;

d. meyebutkan ciri metode pengajaran menyimak yang baik;

e. mengidentifikasi metode pengajaran menyimak;

f. membuat dua contoh penerapan metode pengajaran menyimak;

g. menjelaskan pengertian penilaian;

h. membuat dua contoh penilaian pengajaran menyimak; dan

i. menyusun langkah tindak lanjut berdasarkan hasil penilaian.

BAHAN PENGAJARAN MENYIMAK

Teori tidak selamanya sejalan dengan prakteknya. Buktinya, tergambar dalam

pengajaran menyimak. Kita sudah mengetahui bahwa menyimak sangat

fungsional dalam kehidupan manusia. Pengajaran bahasa, baik bahasa pertama

ataupun bahasa kedua, harus berlandaskan menyimak. Menyimak juga

memperlancar ketrampilan berbicara, membaca, dan menulis. Keterampilan

menyimak juga sangat penting dalam memperlancar komunikasi lisan. Menyimak

adalah sarana ampuh dalam mengumpulkan informasi.

Page 37: Hakikat Menyimak

Sebenarnya menyusun bahan pengajaran menyimka tidak sesukar yang diduga.

Hampir sama bahan pengajaran pokok bahasan yang ada dapt dijadikan bahan

pengajaran menyimak. Semua bahan pengajaran yang tertulis dialihkan dalam

bentuk suara maka jadilah bahan tersebut menjadi bahan pengajaran menyimak.

Bahan pengajaran membaca yang sudah ada dapat dijadikan sebagai bahan

pengajaran menyimak. Caranya dengan mengubah bentuk tetulis menjadi bentuk

lisan.

METODE PENGAJARAN MENYIMAK

Disamping menguasai materi pelajaran, pengajar dituntut terampil menyampaikan

materi itu kepada siswa. Cara penyampaian materi itu disebut dengan istilah

metode pengajaran. Keterampilan menyampaikan bahan itu akan tercapai apabila

pengajar sudah mengenal, mengetahui, dan dapat menerapkan berbagai metode

pengajaran sehingga dapat menguntungkan pengajar tersebut antara lain:

Pengajaran Menyimak Bervariasi

Pengajaran menyimak dapat dilaksanakan dengan berbagai cara. Metode

yang dipilih sangat bergantung kepada pengajar dengan mempertimbangkan

tujuan, bahan,dan keterampilan proses yang ingin dikembangkan. Pengajaran

menyimak yang bervariasi sangat menunjang minat dan gairah belajar. Proses

belajar yang dilandasi oleh minat dan gairah dapat diharapkan akan berhasil.

Memecahkan Berbagai Masalah

Pemilihan dan penerapan metode pengajaran menyimak yang tepat akan dapat

menanggulangi berbagai masalah seperti:

a. jumlah yang belajar terlalu banyak

b. perbedaan kemmpuan individu

c. materi pelajaran yang kurang menarik

Page 38: Hakikat Menyimak

d. lingkungan belajar yang kurang menarik

Meningkatkan Rasa Percaya Diri

Pengajar yang memiliki pengetahuan dan keterampilan menggunakan berbagai

teknik pengajaran menyimak akan tampil lebih meyakinkan, percaya diri, dan

menarik.

Membangun Suasana Belajar Yang Baik

Pemilihan dan penerapan metode pengajaran menyimak yang tepat akan

menumbuhkan suasana belajar-mengajar yang baik.

Memusatkan Perhatian

Pemilihan dan penerapan metode pengajaran menyimak yang tepat membuat

perhatian terpusat pada pelajaran.

Penyampaian Materi Pelajaran Terarah

Pemilihan dan penerapan metode pengajaran menyimak yang tepat menjamin

penyampaian materi pejaran lebih terarah, efisien dan efektif.

Pengajaran Lebih Berhasil

Pemilihan dan penerapan metode pengajaran meenyimak yang lebi tepat lebih

menjamin tercapainya tujuan pengajaran. Ini berarti pengajarn pun akan berhasil

dengan baik.

Pada hakikatnya tidak ada metode yang baik atau buruk. Metode itu sifatnya

netral, karena baik buruknya suatu metode tergantung dari pengajar itu sendiri

yang memakai.

Namun dalam praktek pengajaran kita kenal juga istilah metode yang baik.

Sesuatu metode pengajaran yang baik dapat dikenal dari ciri-cirinya seperti:

1) menantang atau merangsang siswa untuk belajar.

Page 39: Hakikat Menyimak

2) mengaktifkan siswa dalam belajar.

3) mengembangkan kreativitas siswa, penampilan siswa secara individu atau

kelompok.

4) memudahkan siswa memahami materi pengajaran.

5) mengarahkan aktivitas belajar siswa ke arah tujuan pengajaran.

6) mudah dipraktekkan, tidak menuntut peralatan yang rumit.

Apabila anda rajin membuka-buka buku pengajaran bahasa, Anda akan

menemukan bermacam-macam metode pengajaran bahasa. Sebagian dari metode

tersebut digunakan sebagai metode pengajaran menyimak. Berikut ini disajikan

sejumlah metode pengajaran menyimak.

(1) Simak - Ulang Ucap

(2) Simak – Kerjakan

(3) Simak – Terka

(4) Simak – Tulis

(5) Memperluas kalimat

(6) Bisik Berantai

(7) Identifikasi Kata Kunci

(8) Identifikasi Kalimat Topik

(9) Menjawab Pertanyaan

(10) Menyelesaikan Cerita

(11) Merangkum

(12) Parafrase

Page 40: Hakikat Menyimak

Dalam pengetahuan kebahasaan kita mengenal istilah mendengar, mendengarkan

dan menuimak.. Ketiga kata ini tentu mempunyai makna yang berbeda. Secara

sekilas, mendengar adalah proses kegiatan menerima bunyi-bunyian yang

dilakukan tanpa sengaja atau secara kebetulan saja.

Contoh : Saat Anda mengikuti kegiatan perkuliahan, Anda mendengar

benda jatuh. Anda menoleh ke arah suara benda tadi. Anda tidak melihat apa-apa

kemudian Anda melanjutkan kembali kegiatannya.

Mendengarkan adalah proses kegiatan menerima bunyi bahasa yang dilakukan

dengan senagaja tetapi belum ada unsur pemahaman.

Contoh : Saya sedang membuat materi perkuliahan bahasa Indonesia. Saat saya

sedang menulis, tiba-tiba saya mendengarkan lagu kesenangan saya. Kemudian

saya berhenti sejenak sambil menikmati lagu tersebut. Setelah lagu selesai, saya

mengerjakan tugas lagi.

Sedangkan menyimak adalah suatu proses kegiatan menyimak lambang-lambang

lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk

memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna

komunikasi yang telah disampaikan oleh sang pembicara melalui ujaran atau

bahasa lisan (HG.Tarigan : 28)

Contoh : pada saat belajar bahasa Indonesia, saya menyimaknya dengan sungguh-

sungguh. Sambil menyimak, saya mencatat hal-hal penting yang ada kaitannya

dengan isi pembicaraan. Tanpa saya sadari, sesekali saya mengangguk-anggukkan

kepala karena saya memahami apa yang telah dijelaskan. Saat guru memberi

kesempatan untuk bertanya, saya bertanya apa yang belum saya pahami. Sebelum

berakhir, saya merasa puas mengenai pembelajaran yang telah dibahas.

Setelah Anda membaca dan memahami ketiga kata dan contoh di atas, maka kata

apa yang paling tepat digunakan dalam bahan pelatihan ini? Tentu kata menyimak

bukan? Oleh sebab itu, dalam pembahasan pembelajaran, konsep atau

pengetahuan dalam pelatihan ini istilah yang digunakan adalah istilah menyimak.

Menyimak dalam kehidupan sehari-hari sangatlah penting karena dapat

memperoleh informasi untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Begitu juga

Page 41: Hakikat Menyimak

di sekola, menyimak mempunyai peranan penting karena dengan menyimak siswa

dapat menambah ilmu, menerima dan menghargai pendapat orang lain. Oleh

sebab itu dalam pembelajaran menyimak memerlukan latihan-latihan yang

intensif.

MENYIMAK

Modul 1

HAKIKAT MENYIMAK

Pendahuluan

Modul ini membicarakan tentang hakikat menyimak. Pembicaraan dipusatkan

kepada tiga hal yakni :

(1) pengertian, tujuan, dan peranan menyimak

(2) menyimak sebagai proses dan kemampuan penunjang

(3) jenis-jenis menyimak

Pembicaran mengenai ketiga butir tersebut di atas dianggap sangat penting

karena beberapa alasan. Pertama, hakikat menyimak merupakan dasar

pengetahuan yang sangat fungsional dalam rangka memahami seluk beluk

menyimak. Kedua, butir-butir tersebut di atas perlu dipahami para mahasiswa

sehingga pengetahuan dan pengalaman menyimak mereka selama ini menjadi

lebih bermakna. Dalam alasan kedua ini tersirat pengertian pengetahuan dan

pengalaman menyimak mahasiswa dikaitkan dengan teori. Sebagai alasan ketiga,

pemahaman ketiga unsur hakikat menyimak sangat membantu para mahasiswa

dalam mempelajari modul menyimak berikutnya serat merupakan modal dalam

mempraktekkan pengajaran menyimak di kelas.

Setelah mengkaji isi modul ini, mahasiswa diharapkan dapat memahami

atau mengetahui pengertian, tujuan, dan peranan menyimak, menyimak sebagai

proses dan kemampuan penunjang, serta jenis-jenis menyimak. Tujuan yang

sangat umum ini bila dirinci adalah sebagai berikut:

Page 42: Hakikat Menyimak

(1) mahasiswa dapat menjelaskan pengertian menyimak

(2) mahasiswa dapat menyebutkan empat tujuan menyimak

(3) mahasiswa dapat menjelaskan pengertian setiap tujuan menyimak

(4) mahasiswa dapat menyebutkan tahap-tahap menyimak

(5) mahasiswa dapat mengidentifikasi kemampuan penunjang dalam setiap

tahap menyimak

PENGERTIAN, TUJUAN, DAN PERANAN MENYIMAK

Istilah mendengarkan, mendengar dan menyimak sering kita jumpai dalam dunia

pengajaran bahasa. Ketiga istilah itu berkaitan dengan makna.

Peristiwa mendengar biasanya terjadi secara kebetulan, tiba-tiba dan tidak diduga

sebelumnya. Karena itu kegiatan mendengar tidak direncanakan. Hal itu terjadi

secara kebetulan. Apa yang didengar mungkin tidak dimengerti maknanya dan

mungkin pula tidak menjadi perhatian sama sekali. Suara yang didengar masuk

telingan kanan dan keluar dari telinga kiri. Dalam hal tertentu suara yang didengar

itu dipahami benar-benar maknanya. Hal itu terbukti dari reaksi si pendengar yang

bersangkutan.

Mendengarkan setingkat lebih tinggi tarafnya dari mendengar. Bila dalam

peristiwa mendengar belum ada faktor kesengajaan , maka dalam peristiwa

mendengarkan hal itu sudah ada. Faktor pemahaman biasanya juga mungkin tidak

ada karena hal itu belum menjadi tujuan. Mendengarkan sudah mencakup

mendengar.

Di antara ketiga istilah teraf tertinggi diduduki istilah menyimak. Dalam peristiwa

menyimak sudah ada faktor kesengajaan. Faktor pemahaman merupakan unsur

utama dalam setiap peristiwa menyimak. Bila mendengar sudah tercakup dalam

mendengarkan maka baik mendengar maupun mendengarkan sudah tercakup

dalam menyimak.

Page 43: Hakikat Menyimak

Peristiwa menyimak selalu diawali dengan mendengarkan bunyi bahasa baik

secara langsung atau pun melalui rekaman, radio atau televisi. Bunyi bahasa yang

ditangkap oleh telinga diidentifikasi bunyinya. Pengelompokannya menjadi suku

kata, kata, frasa dan klausa, kalimat dan wacana. Lagu dan intonasi yang

menyertai ucapan pembicarapun turut diperhatikan oleh penyimak. Bunyi bahasa

yang diterima kemudian diinterpretasikan maknanya, ditelaah kebenarannya atau

dinilai lalu diambil keputusan menerima atau menolaknya. Berdasarkan uraian di

atas maka dapat disimpulkan difinisi menyimak sbb :

“ Menyimak adalah suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi

bahasa, mengidentifikasi, menginterpretasi, menilai dan mereaksi atas makna

yang terkandung di dalamnya. “ Menyimak melinbatkan pendengaran,

penglihatan, penghayatan, ingatan, pengertian. Bahkan situasi yang menyertai

bunyi bahasa yang disimakpun harus diperhitungkan dalam menentukan

maknanya.

Penyimak yang baik adalah penyimak yang berencana. Salah satu butir dari

perencanaan itu ada alasan tertentu mengapa yang bersangkutan menyimak.

Alasan inilah yang kita sebut sebagai tujuan menyimak. Menyimak pada

hakikatnya adalah mendengarkan dan memahami isi bahan simakan Karena itu

dapat disimpulkan bahwa tujuan utama menyimak adalah menangkap,memahami,

atau menghayati pesan,ide, gagasan yang tersirat dalam bahan simakan.

Tujuan yang bersifat umum itu dapat dipecah-pecah menjadi beberapa bagian

sesuai dengan aspek tertentu yang ditekankan. Perbedaan dalam tujuan

menyebabkan perbedaan dalam aktivitas menyimak yang bersangkutan. Salah satu

klasifikasi tujuan menyimak adalah seperti pembagian berikut yaitu menyimak

untuk tujuan :

1. mendapatkan fakta

2. menganalisis fakta

3. mengevaluasi fakta

4. mendapatkan inspirasi

5. menghibur diri

Page 44: Hakikat Menyimak

6. meningkatkan kemampuan berbicara

Pengumpulan fakta dapat dilakukan dengan berbagai cara. Para peneliti

mengumpulkan atau mendapatkan fakta melalui kegiatan penelitian, riset atau

eksperimen. Pengumpulan fakta seperti cara ini hanya dapat dilakukan oleh orang-

orang terpelajar. Bagi rakyat biasa hal itu jarang atau hampir-hampir tidak dapat

dilakukan. Cara lain yang dapat dilakukan dalam pengumpulan fakta ialah melalui

membaca. Orang-orang terpelajar sering mendapatkan fakta melakui kegiatan

membaca seperti membaca buku-buku ilmu pengetahuan, laporan penelitian,

makalah hasil seminar,majalah ilmiah, dan populer, surat kabar, dsb. Hal yang

seperti ini pun jarang dilakukan oleh rakyat biasa. Dalam masyarakat tradisional

pengumpulan fakta melalui menyimak tersebut banyak sekali digunakan. Dalam

masyarakat modern pun pengumpulan fakta melalui menyimak itu masih banyak

digunakan.

Kegiatan pengumpulan fakta atau informasi melalui menyimak dapat

berwujud dalam berbagai variasi. Misalnya mendengarkan radio, televisi,

penyampaian makalah dalam seminar, pidato ilmiah, percakapan dalam keluarga,

percakapan dengan tetangga, percakapan dengan teman sekerja, sekelas dsb.

Kegiatan pengumpulan fakta atau informasi ini di kalangan pelajar dan mahasiswa

banyak sekali dilakukan melalui menyimak. Fakta yang diperoleh melalui

kegiatan menyimak ini kemudian dilengkapi dengan kegiatan membaca atau

mengadakan eksperimen.

Fakta atau informasi yang telah terkumpul perlu dianalisis. Harus jelas

kaitan antarunsur fakta, sebab dan akibat apa yang terkandung di dalamnya. Apa

yang disampaikan pembicara harus dikaitkan dengan pengetahuan atau

pengalaman menyimak dalam bidang yang relevan. Proses analisis fakta ini harus

berlangsung secara konsisten dari saat-ke saat selama proses menyimak

berlangsung. Waktu untuk menganalisis fakta itu cukup tersedia asal penyimak

dapar menggunakan waktu ekstra. Yang dimaksud waktu ekstra adalah selisih

kecepatan pembicaraan 120 – 150 kata per menit dengan kecepatan berpikir

menyimak sekitar 300 – 500 kata per menit. Analisis kata sangat penting dan

merupakan landasan bagi penilaian fakta. Penilaian akan jitu bila hasil analisis itu

benar.

Page 45: Hakikat Menyimak

Tujuan ketiga dalam suatu proses menyimak adalah mengevaluasi fakta-fakta

yang disampaikan pembicara. Dalam situasi ini penyimak sering mengajukan

sejumlah pertanyaan seperti antara lain :

1. Benarkah fakta yang diajukan?

2. Relevankah fakta yang diajukan?

3. Akuratkah fakta yang disampaikan?

Apabila fakta yang disampaikan pembicara sesuai dengan kenyataan,

pengalaman dan pengetahuan penyimak maka fakta itu dapat diterima. Sebaliknya

bila fakta yang disampaikan kurang akurat atau kurang relevan, atau kurang

meyakinkan kebenarannya maka penyimak pantas meragukan fakta tersebut. Hasil

pengevaluasian fakta-fakta ini akan berpengaruh kepada kredibilitas isi

pembicaraan dan pembicaranya. Setelah selesai mengevaluasi biasanya penyimak

akan mengambil simpulan apa isi pembicaraan pantas diterima atau ditolak.

Adakalanya orang menghadiri suatu konvensi, pertemuan ilmiah atau

jamuan tertentu, bukan untuk mencari atau mendapatkan fakta. Mereka menyimak

pembicaraan orang lain semata-mata untuk tujuan mencari ilham. Penyimak

seperti ini biasanya orang yang tidak memerlukan fakta baru. Yang mereka

perlukan adalah sugesti, dorongan, suntikan semangat, atau inspirasi guna

pemecahan masalah yang sedang mereka hadapi. Mereka ini sangat

mengharapkan pembicara yang isnpiratif, sugestif dan penuh gagasan orisinal.

Pembicaraan yang semacam ini dapat muncul dari tokoh-tokoh yang disegani,

dari direktur perusahaan, orator ulung, tokoh periklanan, salesman dsb.

Sejumlah penyimak datang menghadiri pertunjukan seperti bioskop,

sandiwara, atau percakapan untuk menghibur diri. Mereka ini adalah orang-orang

yang sudah lelah letih dan jenuh. Mereka perlu penyegaran fisik dan mental agar

kondisinya pulih. Karena itulah mereka menyimak untuk tujuan menghibur diri.

Sasaran yang mereka pilih pun tertentu, misalnya menyimak pembicaraan cerita-

cerita lucu, banyolan percakapan pelawak, menonton pertunjukan yang kocak

seperti yang dibawakan Grup Srimulat.

Page 46: Hakikat Menyimak

Tujuan menyimak yang lain yaitu untuk meningkatkan keterampilan

berbicara. Dalam hal ini penyimak memperhatikan seseorang pembicara pada segi

:

1. cara mengorganisasikan bahan pembicaraan

2. cara penyampaian bahan pembicaraan

3. cara memikat perhatian pendengar

4. cara mengarahkan perhatian pendengar

5. cara menggunakan alat-alat bantu seperti mikrofon, alat peraga dsb.

6. cara memulai dan mengakhiri pembicaraan

Semua hal tersebut diperhatikan oleh penyimak dan kemudian

dipraktikkan. Menyimak yang seperti inilah yang disebut menyimak untuk tujuan

peningkatan kemampuan berbicara. Cara menyimak untuk tujuan peningkatan

kemampuan berbicara biasanya dilakukan oleh mereka yang baru belajar menjadi

orator dan mereka yang mau menjadi profesional dalam membawa acara atau

master ceremony.

Berapa jam manusia menyimak dalam kegiatan sehari-hari? Jawaban

pertanyaan itu bagi masyarakat diindonesia belum ada karena penelitian terhadap

masalah tersebut sepengetahuan penulis belum pernah ada. Untuk sekedar

informasi, penulis kutipan beberapa laporan hasil penelitian yang pernah

dilaksanakan oleh para ahli di Amerika serikat. Donald E. Bird melaporkan hasil

penelitiannya terhadap mahasiswa Stephene College Girls bahwa mahasiswa pada

perguruan tinggi tersebut dalam mengikuti perkuliahan membagi aktivitasnya

sebagai berikut:

a. menyimak : 42%

b. berbicara : 25%

c. membaca : 15%

Page 47: Hakikat Menyimak

d. menulis : 18%

_____

Jumlah : 100% (Stuart Vhase, Power of Words, Harcourt, Brace & World,

Inc., New York, 1951, halaman 166)

Paul T. Rankin seorang ahli bidang komunikasi, meneliti tentang

penggunaan waktu kerja sekelompok manusia, Laporan Rankin adalah sebagai

berikut:

a. menyimak : 42%

b. berbicara : 32%

c. membaca : 15%

d. menulis : 11%

_____

Jumlah : 100% (Martin P. Anderson dkk. The speaker and His Audience,

Harper & Row Publisher, New York, Evanston, and

London, halaman 158).

Hasil penelitian lainnya walaupun hasilnya agak bervareasi namun tetap

membuktikan bahwa kegiatan menyimak lebih lama dari kegiatan berbicara,

membaca atau menulis.

Sekarang mari kita perhatikan sejenak bagaiman perbandingan antara

kegiatan menyimak dan berbicara dalam suatu diskusi dengan jumlah peserta

yang berbeda-beda. Diskusi yang beranggotakan dua orang dan kesempatan

berbicara untuk masing-masing anggota setengah jam, maka perbandingan antara

kegiatan menyimak dan berbicara adalah 1 : 1. Dalam diskusi yang pesertanya

tiga orang dengan kesempatan berbicara masing-masing setengah jam,

perbandingan kegiatan menyimak dan berbicara adalah 2 : 1. Bila jumlah peserta

Page 48: Hakikat Menyimak

diskusi empat orang, maka perbandingan tersebut menjadi 4 :1. Artinya semakin

banyak peserta diskusi, semakin lama kegiatan menyimak. Untuk memperjelas

uraian diatas perhatikanlah diagram berikut:

No. Urut

Jumlah Peserta

Kesempatan/orang Perbandingan Bicara-MenyimakBerbicara Menyimak

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

2 Orang

3 Orang

4 Orang

5 Orang

6 Orang

7 Orang

8 Orang

½ jam

½ jam

½ jam

½ jam

½ jam

½ jam

½ jam

1x½ jam

2x½ jam

3x½ jam

4x½ jam

5x½ jam

6x½ jam

7x½ jam

1 : 1

1 : 2

1 : 3

1 : 4

1 : 5

1 : 6

1 : 7

Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling sempurna di muka bumi ini. Tanda-

tanda kesempurnaan ini amat banyak, antara lain kelihatan bahwa manusia

(normal) dianugerahi dengan satu mulut dan dua telinga. Apa makna dari

kenyataan ini?Kenyataan tersebut mengisyaratkan kepada kita bahwa faktor

menyimak sangat penting, setidak-tidaknya, jalur untuk mendengar berbanding

jalur untuk berbicara adalah 2:1.

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia dihadapkan dengan berbagai kesibukan

menyimak. Dialog di keluarga baik antara anak dan orang tua, antara orang tua,

antar anak-anak sendiriaktivitas menyimak terjadi. Keluar dari rumah, terjadi

dialog atau percakapan ataupun diskusi dengan teman sepermainan, rekan kerja

sekantor, teman sekelas atau teman sejurusan di fakultas. Mungkin juga dialog

terjadi di pasar sewaktu berbelanja. Dalam semua peristiwa itu pun aktivitas

menyimak terjadi juga. Dalam mengikuti pendidikan baik di tingkat SD, SMP,

SMA, ataupun tingkat perguruan tinggi tugas menyimak sangat sering dan harus

dilakukan oleh siswa ataupun mahasiswa. Kemajuan ilmu dan teknologi

khususnya di bidang komunikasi menyebabkan arus informasi melalui radio,

telepon, televisi, rekaman, dan film semakin menderas. Dalam peristiwa ini pun

Page 49: Hakikat Menyimak

keterampilan menyimka mutlak diperlukan. Pendek kata seribu satu macam

kegiatan menuntut manusia terampil menyimak.

Uraian tersebut di atas menggambarkan secara umum betapa fungsionalnya

kegiatan menyimak bagi kehidupan manusia. Bila diperinci, peranan menyimak

tersebut hasilnya seperti berikut. Menyimak berperan sebagai:

1. landasan belajar berbahasa

2. penunjang keterampilan berbicara, membaca, dan menulis

3. pelancar komunikasi lisan

4. penambah informasi

Belajar berbahasa dimulai dengan menyimak. Coba perhatikan bagaimana

anak kecil belajar bahasa ibunya. Mula-mula yang bersangkutan banyak

menyimak rangkaian bunyi bahasa. Bunyi bahasa itu dikaitkan dengan makna.

Setelah banyak menyimak, ia mulai meniru ucapan-ucapan yang pernah

disimaknya dan kemudian mencoba menerapkannya dalam pembicaraan. Proses

menyimak, mengartikan makna, meniru, dan mempraktekkan bunyi bahasa itu

dilakukannya berulang-ulang sampai akhirnya yang bersangkutan lancar

berbicara.

Hal yang sama terjadi pula pada saat orang dewasa belajar bahasa asing.

Yang bersangkutan mulai dengan mendengarkan cara pengucapan fonem, kata,

dan kalimat serta menghafalkan maknanya. Langkah berikutnya meniru

pengucapan, dan mempraktekannya dalam berbicara. Semakin banyak yang

bersangkutan menyimak, meniru, dan berlatih berbicara semakin cepat ia

menguasai bahasa yang dipelajarinya.

Melalui proses menyimak, orang dapat menguasai pengucapan fonem,

kosa kata, dan kalimat. Pemahaman terhadap fonem, kata, dan kalimat serta

menghafalkannya dalam berbicara. Semakin banyak yang bersangkutan

menyimak, meniru, dan berlatih berbicara, semakin cepat ia menguasai bahasa

yang dipelajarinya.

Page 50: Hakikat Menyimak

Melalui proses menyimak, orang dapat menguasai pengucapan fonem,

kosa kata, dan kalimat. Pemahaman terhadap fonem, kata dan kalimat ini sangat

membantu yang bersangkutan dalam kegiatan berbicara, membaca, ataupun

menulis. Petunjuk-petunjuk dalam belajar berbicara, membaca, ataupun menulis

selalu disampaikan melalui bahasa lisan. Ini berarti bahwa keterampilan

menyimak memang benar-benar menunjang keterampilan berbicara, membaca

dan menulis.

Komunikasi lisan dapat bebrbentuk jarak dekat dan jarak jauh dengan dua

arah atau satu arah. Dalam komunikasi lisan dua arah, juga yang satu arah, faktor

menyimak sangat penting. Penyimak harus memahami benar apa yang diutarakan

pembicara. Bila penyimak memahami apa yang disampaikan pembicara maka ia

dapat memberikan reaksi, respon, atau tanggapan yang tepat. Terutama dalam

komunikasi lisan dua arah, menyimak berperan sebagai pelancar jalannya

komunikasi. Pada giliran memberikan reaksi atas apa yang telah disimak,

penyimak berubah manjadi pembicara, sedang pembicara pertama beralih fungsi

sebagai penyimak. Bila penyimak kedua ini benar-benar menyimak pembicaraan

teman bicaranya, maka ia dapat memberikan reaksi yang tepat pula. Dengan

demikian terjadilah komunikasi dua arah yang lancar.

Menyimak merupakan salah satu sarana ampuh dalam menjaring

informasi. Berbagai ragam pengetahuan atau informasi dapat dikuasai melalui

menyimak. Kita dapat menyimak siaran radio dan televisi, pembicaraan para ahli

dalam diskusi, seminar, konvensi, atau pertemuan ilmiah. Kita pun dapat

mengundang para pakar di bidangnya berceramah dan ceramahnya kita simak.

Karena itu dapatlah disimpulkan bahwa salah satu peranan menyimak adalah

sebagai penambah informasi.

2. MENYIMAK SEBAGAI SUATU PROSES PENUNJANG DAN

KEMAMPUAN PENUNJANGNYA

Pada hakikatnya, menyimak berarti mendengarkan dan memahami bunyi bahasa.

Namun sebelum sampai kepada taraf pemahaman, yang bersangkutan harus

menapaki jalan yang berliku-liku. Artinya, yang bersangkutan harus berupaya

Page 51: Hakikat Menyimak

bersungguh-sungguh. Kenyataan ini membuktikan bahwa menyimak sebenarnya

bersifat aktif.

Bial perhatian kita hanya berpusat pada aktivitas fisik penyimak selama yang

bersangkutan terlibat dalam peristiwa menyimak, maka seolah-olah menyimak

memang benar bersifat pasif. Anggapan seperti ini memang pernah dianut orang.

Tetapi kini anggapan seperti itu sudah ditinggalkan. Meyimak dianggap

bersifat aktif-reseptif.

Setiap orang yang terlibat dalam proses menyimak harus menggunakan sejumlah

kemampuan. Jumlah kemampuan yang digunakan itu sesuai dengan aktivitas

penyimak. Pada saat penyimak menangkap bunyi bahasa, yang bersangkutan

harus menggunakan kemampuan memusatkan perhatian. Bunyi yang ditangkap

perlu diidentifikasi. Di sini diperlukan kemampuan linguistik. Kembali, bunyi

yang sudah diidentifikasi itu harus diidentifikasi dan dipahami maknannya. Dala

hal ini penyimak harus menggunakan kemampuan linguistik dan non-linguistik.

Makna yang sudah diidentifikasi dan dipahami, makna itu harus pula ditelaah,

dikaji, dipertimbangkan, dan dikaitkan dengan pengalaman serta pengetahuan

yang dimiliki si penyimak. Pada situasi ini diperlukan kemampuan mengevaluasi.

Melalui kegiatan menilai ini, maka si penyimak sampai pada tahap mengambil

keputusan apakah dia menerima, meragukan, atau menolak isi bahan simakan.

Kecermatan managgapi isi bahan simakan membutuhkan kemampuan mereaksi

atau menanggapi.

Beberapa orang ahli pengajaran bahasa beranggapan bahwa menyimak adalah

suatu proses. Loban membagi proses menyimak tersebut atas tiga tahap, yakni

pemahaman, penginterpelasikan, dan penilaian. Logan dan Greene membagi

proses menyimak atas empat tahap, yakni mendengarkan, memahami,

mengevaluasi, dan menanggapi. Walker Morris membagi proses menyimak itu

atas lima tahap, yakni mendengar, perhatian, persepsi, menilai, dan menanggapi.

Berdasarkan keteraguan dan pendapat para ahli pengajaran bahasa tersebut di atas

penyusun modul ini berkesimpulan bahwa menyimak adalah suatu proses. Proses

menyimak tersebut mencakup enam tahap, yakni:

1. mendengar

Page 52: Hakikat Menyimak

2. mengidentifikasikan

3. menginterpretasi

4. memahami

5. menilai

6. menanggapi

Dalam tahap mendengar, penyimak berusaha menagkap pesan pembicara

yang sudah diterjemahkan dalam bentuk bunyi bahasa. Untuk menangkap bunyi

bahasaitu diperlukan telinga yang peka dan perhatian terpusat.

Bunyi yang sudah ditangkap perlu diidentifikasi, dikenali dan

dikelompokkan menjadi suku kata, kata, kelompk kata, kalimat, paragraf, atau

wacana. Pengidentifikasian bunyi bahasa akan semakin sempurna apabila

penyimak memiliki kemampuan linguistik.

Kemudian, bunyi bahasa itu perlu diinterprestasikan maknannya. Perlu

diupayakan agar interpretasi makna ini sesuai atau mendekati makna yang

dimaksudkan oleh pembicara.

Setelah proses penginterpretasian makna selesai, maka penyimak dituntut

untuk memahamiatau menghayati makna itu. Hal ini sangat perlu buat langkah

berikutnya, yakni penilaian.

Makna pesan yang sudah dipahami kemudian ditelaah, dikaji,

dipertimbangkan, dikaitkan dengan pengalaman, dan pengetahuan penyimak.

Kualitas hasil penilaian sangat tergantung kepada kualitas pengetahuan dan

pengetahuan penyimak.

Tahap akhir dari proses menyimak ialah menanggapi makna pesan yang

telah selesai dinilai. Tanggapan atau reaksi penyimak terhadap pesan yang

diterimanya dapat berujud berbagai bentuk seperti mengagguk-angguk tanda

setuju, mencibir atau mengerjakan sesuatu.

Menyimak adalah suatu proses. Proses itu terbagi atas tahap-tahap, yakni:

Page 53: Hakikat Menyimak

1. mendengar

2. mengidentifikasi

3. menginterpretasi

4. memahami

5. menilai

6. menaggapi

Dalam setiap tahap itu diperlukan kemampuan tertentu agar proses

menyimak dapat berjalan mulus. Misalnya, dalam fase mendengar bunyi bahasa

diperlukan kemampuan menangkap bunyi. Telinga penyimak harus peka.

Gangguan pada alat pendengaran menyebabkan penangkapan bunyi kurang

sempurna. Di samping itu penyimak ditunutut pula dapat mengingat bunyi yang

telah ditangkap oleh telinganya. Kemampuan menangkap danmengingat itu harus

dilandasi kemampuan memusatkan perhatian.

Kemampuan memusatkan perhatian sangat penting dalam menyimak, baik

sebelum, sedang maupun setelah proses menyimak berlangsung. Artinya

kemampuan memusatkan perhatian selalu diperlukan dalam setiap fase

menyimak. Memusatkan perhatian terhadap sesuatu berarti yang bersangkutan

memusatkan pikiran dan perasaannya pada objek itu.

Memusatkan perhatian merupakan pekerjaan yang sangat melelahkan.

Karena itu kemampuan memusatkan perhatian tidak sama pada setiap saat. Hanya

tiga perempat dari jumlah orang dewasa dapat meusatkan perhatiannya kepada

bagian simakan dalam 15 menit pertama. Dalam 15 menit bagian kedua jumlah itu

meyusut menjadi setengahnya. Dan 15 menit bagian ketiga jumlah itu hanya

tingghal seperempatnya. Menyimak setelah lewat waktu 45 menit merupakan

pekerjaan sia-sia karena pendengar sudah tak dapat lagi memusatkan

perhatiannya.

Disamping kemampuan memusatkan kemampuan memusatkan perhatian,

masih ada satu kemampuan lagi yang diperlukan dalam setiap fase menyimak,

yakni kemampuan menyimak, kemampuan mengingat digunakan untuk hal-hal

yang berkaitan dengan hal yang akan disampaikan. Pada saat menyimak

Page 54: Hakikat Menyimak

berlangsung, kemampuan menyimak digunakan untuk mengingat bunyi yang

sudah didengar, pernagkat kebahasaan untuk mengidentifikasi dan menafsirkan

makna bunyi bahasa. Dalam fase menilai perlu diingat kembali isi pesan bahan

simakan, hasil penilaian, tuntutan isi bahan simakan, sebagai landasan menyusun

reaksi, respon, atau tanggapan yang tepat.

Perlu didasari bahwa kemempuan mengingat seseorang terbatas. Apa yang

sudah ditangkap, dipahami, diketahui bila disimpan dalam dua bulan sudah

berkurang setengahnya saat diproduksi kembali. Mungkin dalam dua bulan

berikutnya hanya tinggal sedikit yang tinggal. Karena itu diperlukan penyegaran,

misalnya, membaca kembali sumbernya, memperhatikan kebali catat-annya,

mengekspresikan kembali simpanan itu baik secara lisan maupun tulisan.

Dalam fase mengidentifikasi, menginterpretasi, dan memahami diperlukan

tiga atau empat kemampuan. Dan diantaranya, yakni kemampuan linguistik dan

non-linguistik akan dijelaskan dalam paragraf berikut.

Melalui proses persepsi bunyi yang ditangkap oleh gendang pendengaran

diteruskan ke syaraf-syaraf pendengaran. Penyimak menterjemahkan pesan dalam

bentuk bunyi bahasa itu. Di sini diperlukan kemampuan linguistik. Penyimak

harus memahami susunan dan makna dari fonem, kata,kalimat paragraf atau

wacana yang telah dilisankan. Tidak hanya itu, gerak-gerik tubuh, ekspresi wajah,

cara pengucapan, nada, dan intonasi pembicara, serta situasi yang menyertai

pembicara perlu dipahami agar penafsiran makna dan pemahaman makna tepat.

Kemampuan yang terakhir ini disebut kemampuan nonlinguistik.

Pesan yang sudah ditangkap, ditafsirkan dan dipahami maknanya. Setelah

itu makna pesan itu perlu pula ditelaah, dikaji, diuji kebenaran isinya. Di sini

diperlukan pengalaman yang luas, kedalaman dan keluasan ilmu dari penyimak.

Kualitas hasil pengujian sangat ditentukan oleh kualitas orang yang mengujinya.

Dalam fase menilai inilah diperlukan kemampuan menilai.

Bunyi bahasa yang disampaikan oleh pembicara diterima oleh penyimak.

Bunyi itu kemudian diidentifikasi, ditafsirkan, dipahami maknanya. Makna itu

kemudian dikaji dari berbagai segi. Hasil pengkajian itu digunakan sebagai dasar

Page 55: Hakikat Menyimak

untuk memberikan reaksi, respon atau tanggapan. Di sini diperlukan kemampuan

memberikan tanggapan.

Kualitas tanggapan diwarnai dan dipengaruhi oleh kualitas penangkapan

pesan, penginterpretasian makna pesan, pemahaman makna pesan, penilaian

pesan, dan ketepatan memberikan reaksi atas makna pesan. Kualitas individu yang

berbeda menyebabkan reaksi yang berbeda atas makna pesan yang sama.

Kualitas pesan yang diterima menentukan ragam respon yang terjadi.

Pesan yang kebenarannya diragukan kurang meyakinkan, atau pesan yang tidak

didukung oleh argumentasi yang kuat akan menimbulkan reaksi cemooh, cibiran

atau gelengan kepala penyimak. Serbaliknya pesan yang meyakinkan akan

menghadirkan reaksi mengiakan, mengangguk, acungan jempol dari penyimak.

Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam setiap fase

penyimak diperlukan kemampuan tertentu. Kemampuan inilah yang dimaksud

dengan kemampuan penunjang menyimak. Menurut pengamatan penulis, paling

sedikit ada tujuh kemampuan penunjang penyimak yaitu :

1. kemampuan memusatkan perhatian

2. kemampuan mengingat

3. kemampuan menangkap bunyi

4. kemampuan linguistik

5. kemampuan nonlinguistik

6. kemampuan menilai

7. kemampuan menanggapi

3. JENIS-JENIS MENYIMAK

Apabila kita membaca dan memperhatikan berbagai buku literatur mengenai

menyimak, maka akan ditemui jenis dan nama menyimak. Misalnya menyimak

terputus-putus, menyimak dangkal, menyimak sekelumit, menyimak sosial,

Page 56: Hakikat Menyimak

menyimak kritis, menyimak responsif dan sebagainya. Keanekaragaman nama

menyimak ini disebabkan oleh pengklasifikasian menyimak dengan titik pandang

yang berbeda-beda pula.

Menurut pengamatan penulis, paling sedikit ada tujuh titik pandang yang

digunakan sebagai dasar pengklasifikasian menyimak. Ketujuh titik pandang itu

adalah :

1. sumber suara

2. taraf aktivitas menyimak

3. taraf hasil simakan

4. keterbatasan penyimak dan kemampuan khusus

5. cara penyimakan bahan simakan

6. tujuan menyimak

7. tujuan spesifik

Berdasarkan sumber suara yang disimak, dikenal dua jenis nama penyimak

yaitu intrapersonal listening atau menyimak intrapribadi dan interpersonal

listening atau menyimak antarpribadi. Sumber suara yang disimak dapat berasal

dari diri kita sendiri. Ini terjadi di saat kita menyendiri merenungkam nasib diri,

menyesali perbuatan sendiri, atau berkata-kata dengan diri sendiri. Jenis

menyimak yang seperti inilah yang disebut intrapersonal listening. Sumber suara

yang disimak dapat pula berasal dari luar diri penyimak. Menyimak yang seperti

inilah yang paling banyak kita lakukan misalnya dalam percakapan, diskusi,

seminar, dan sebagainya. Jenis menyimak yang seperti ini disebut inter personal

listening.

Taraf aktivitas penyimak dalam menyimak dapat dibedakan atas kegiatan

bertaraf rendah dan bertaraf tinggi. Dalam aktivitas bertarf rendah penyimak baru

sampai pada kegiatan memberikan dorongan, perhatian, dan menunjang

pembicaraan. Biasanya aktivitas itu bersifat nonverbal seperti mengangguk-

Page 57: Hakikat Menyimak

angguk, senyum, sikap tertib dan penuh perhatian atau melalui ucapan-ucapan

pendek seperti benar, saya setuju, ya, ya dan sebagainya. Menyimak dalam taraf

rendah ini dikenal dengan nama silent listening. Dalam aktivitas yang bertaraf

tinggi, penyimak sudah dapat mengutarakan kembali isi bahan simakan.

Pengutaraan kembali isi bahan simakan menandakan bahwa penyimak sudah

memahami isi bahan simakan. Jenis menyimak seperti ini disebut dengan nama

active listening.

Taraf hasil simakan bervariasi merentang mulai dari taraf terendah sampai

taraf mendalam. Berdasarkan taraf hasil simakan tersebut dikenal sembilan jenis

penyimak. Yaitu :

1. Menyimak tanpa mereaksi : penyimak mendengar sesuatu berupa

suaraatau teriakan, namun yang bersangkutan tidak memberikan

reaksi apa-apa. Suara masuk ke telinga kiri keluar dari telinga kanan.

2. Menyimak terputus-putus : penyimak sebentar menyimak sebentar

tidak menyimak, kemudian meneruskan menyimak lagi dan

seterusnya. Pikiran penyimak bercabang, tidak terpusat pada bahan

simakan.

3. Menyimak terpusat : pikiran penyimak terpusat pada sesuatu, misalnya

pada aba-aba untuk mengetahui bila saatnya mengerjakan sesuatu.

4. Menyimak pasif : menyimak pasif hampir sama dengan menyimak

tanpa mereaksi. Dalam menyimak pasif sudah ada reaksi walau sedikit.

5. Menyimak dangkal : penyimak hanya menangkap sebagian isi

simakan. Bagian-bagian yang penting tidak disimak., mungkin karena

sudah tahu, menyetujui atau menerima.

6. Menyimak untuk membandingkan : penyimak menyimak sesuatu

pesan, kemudian menbandingkan isi pesan itu dengan pengalaman

dan pengetahuan penyimak yang relevan.

7. Menyimak organisasi materi : penyimak berusaha mengetahui

organisasi materi yang disampaikan pembicara, ide pokoknya beserta

detail penunjangnya.

Page 58: Hakikat Menyimak

8. Menyimak kritis : penyimak menganalisis secara kritis terhadap materi

yang disampaikan pembicara. Bila diperlukan, penyimak minta data

atau keterangan terhadap pernyataan yang disampaikan pembicara.

9. Menyimak kreatif & apresiatif : penyimak memberikan responsi mental

dan fisik yang asli terhadap bahan simakan yang diterima.

Komisi kurikulum pengajaran bahasa Inggris di Amerika Serikat melandaskan

klasifikasi menyimak pada taraf hasil simakan dan keterampilan khusus yang

diperlukan dalam menyimak. Menurut komisi tersebut ada empat jenis menyimak.

Nama setiap jenis menyimak beserta alasannya seperti di bawah ini :

1. Menyimak marginal : Menyimak marginal atau sekelumit, biasa juga

disebut menyimak pasif. Orang yang sedang belajar sambil

mendengarkan siaran radio adalah contoh menyimak marginal.

Perhatian menyimak terhadap siaran radio hanya sambilan, sedikit

atau kecil.

2. Menyimak apresiatif. Penyimak larut dalam bahan yang disimaknya. Ia

terpaku dan terpukau dalam menikmati drmatisasi cerita atau puis,

dalam menyimak pemecahan masalah yang disajikan secara orisinil

oleh pembicara. Ecara imajinatif penyimak seolah-olah ikut mengalami,

merasakan, melakukan karakter pelaku cerita yang dilisankan.

3. Menyimak atentif. Penyimak dalam menyimak atentif dituntut

memahami secara tepat isi bahan simakan. Misalnya menyimak isi

petunjuk, pengumuman dan perkenalan.salah satu karateristik jenis

menyimak ini ialah penyimak tidak berpartisipasi secara langsung

seperti dalam percakapan, diskusi, tanya jawab dan sejenisnya.

4. Menyimak analisis : Penyimak mempertimbangkan, menelaah,

mengkaji isi bahan simakan yang diterimanya. Bila diperlukan, isi

simakan dibandingkan dan dipertentangkan dengan pengalaman dan

pengetahuan penyimak. Jenis menyimak ini perlu dikuasai oleh siswa

atau mahasiswa agar mereka dapat menilai secara kritis apa yang

mereka simak.

Page 59: Hakikat Menyimak

Klasifikasi menyimak dapat pula didasarkan kepada cara penyimakan bahan

simakan. Cara menyimak isi bahan simakan mempengaruhi kedalaman dan

keluasan hasil simakan. Berdasarkan cara penyimakan dikenal dua jenis

menyimak :

1. Menyimak intensif. Penyimak memahami secara terinci, teliti dan

mendalam bahan yang disimak. Menyimak intensif mencakup

menyimak kritis, menyimak konsentratif, menyimak kreatif, menyimak

eksploratori, menyimak interogatif, dan menyimak selektif.

2. menyimak ekstensif. Penyimak memahami isi bahan simakan secara

sepintas, umum, dalam garis besar, atau butir-butir penting tertentu.

Menyimak ekstensif meliputi menyimak sosial, menyimak sekunder,

menyimak estetis, dan menyimak pasif.

Tidyman dan Butterfield mengklasifikasikan menyimak atas dasar tujuan

menyimak. Hasil pengklasifikasian mereka menghasilkan tujuh jenis menyimak :

1. Menyimak sederhana : menyimak sederhana terjadi dalam percakapan

dengan teman atau bertelepon.

2. Menyimak diskriminatif : Menyimak untuk membedakan suara,

perubahan suara seperti membedakan suara burung, suara mobil,

suara orang dalam senang, marah, atau kecewa.

3. Menyimak santai : Menyimak untuk tujuan kesenangan misalnya

pembacaan puisi, cerita pendek, rekaman dagelan atau lawak.

4. Menyimak informatif : Menyimak untuk mencari informasi seperti

menyimak pengumuman, jawaban pertanyaan, mendaftar ide dsb.

5. Menyimak literatur : Menyimak untuk mengorganisasikan ide seperti

penyusunan materi dari berbagai sumber, pembahasan hasil

penemuan, merangkum, membedakan butir-butir dalam pidato,

mencari penjelasan butir tertentu.

6. Menyimak kritis : Menyimak untuk menganalisis tujuan pembicara,

misalnya dalam diskusi, perdebatan, percakapan, khotbah atau untuk

mengetahui penyimpangan emosi, melebih-lebihkan propaganda,

kejengkelan, kebingungan dan sebagainya.

Page 60: Hakikat Menyimak

Logan dan kawan-kawan mengklasifikasikan menyimak atas dasar tujuan

juga, yakni tujuan khusus. Menurut mereka ada tujuh jenis menyimak yang perlu

dikembangkan melalui pengajaran bahasa bagi siswa di sekolah. Jenis dan

penjelasan setiap menyimak tersebut adalah :

1. Menyimak untuk belajar : Melalui kegiatan menyimak seseorang

mempelajari berbagai hal yang dibutuhkan. Misalnya para siswa

menyimak ceramah guru sejarah, guru bahasa Indonesia, botani dan

sebagainya; mahasiswa mendengarkan siaran radio, televisi, diskusi

dan sebagainya.

2. Menyimak untuk menghibur : Penyimak, menyimak sesuatu untuk

menghibur dirinya, misalnya, menyimak pembacaan cerita-cerita lucu,

dagelan, pertunjukan sandiwara, film dan sebagainya.

3. Menyimak untuk menilai : Penyimak mendengarkan dan memahami isi

simakan kemudian menelaah, mengkaji, menguji, membandingkan

dengan pengalaman dan pengetahuan menyimak.

4. Menyimak apresiatif : Penyimak memahami, menghayati,

mengapresiasi isi bahan simakan. Misalnya menyimak pembacaan

puisi, cerita pendek, roman, menyimak pertunjukan sandiwara dan

lain-lain.

5. Menyimak untuk mengkomunikasikan ide dan perasaan : Penyimak

memahami, merasakan ide, gagasan, perasaan pembicara sehingga

terjadi sambung rasa antara pembicara dengan pendengar.

6. Menyimak diskriminatif : Menyimak untuk membedakan bunyi, suara.

Dalam belajar bahasa Inggris misalnya siswa harus dapat

membedakan bunyi [ i ] dan [ i: ].

7. Menyimak pemecahan masalah : Penyimak mengikuti uraian

pemecahan masalah secara kreatif dan analitis yang disampaikan oleh

pembicara. Mungkin juga penyimak dapat memecahkan masalah yang

dihadapinya, secara kreatif dan analitis setelah yang bersangkutan

mendapat informasi dari menyimak sesuatu. ( Logan dan kawan-

kawan, Creative Communication, Teaching The Language Arts, Mc

Grawa Hill Ryerson Limited, Montreal, Canada, 1972, hal 42 )

Page 61: Hakikat Menyimak

Modul 2

EFEKTIVITAS MENYIMAK

PENDAHULUAN

Modul kedua ini membahas efektivitas menyimak secara umum dengan fokus

pembicaraan tiga butir masalah, yakni:

1. faktor keberhasilan menyimak

2. ciri penyimak ideal dan duga daya simak

3. meningkatkan daya simak

pembahasan butir (1), (2), dan (3) dianggap sangat penting mengingat

berbagai alasan. Secara umum dapat dipastikan setiap penyimak berkeinginan

untuk menjadi penyimak yang berkualitas, penyimak yang efektif. Hal yang sama

tentu juga berlaku bagi para mahasiswa yang bersangkutan mengenal,

menghayati, dan menguasai faktor penentu keberhasilan menyimak, ciri

menyimak ideal, serta cara-cara meningkatkan daya simak. Pembicaraan butir (1),

(2), dan (3) pun sangat penting bagi memperkuat landasan pembahasan bagian

modul berikutnya, serta merupakan modal utama bagi pengajaran menyimak

nantinya, saat mahasiswa sudah bertugas sebagai guru bahasa Indonesia di kelas.

Di bagian akhir proses pengkajian modul ini, mahasiswa diharapkan dapat

memenuhi, mengenal, atau mengetahui faktor penentu keberhasilan menyimak,

ciri menyimak ideal, serta cara-cara meningkatkan daya simak. Tujuan yang

masih bersifat umum tersebut di atas dapat dirinci menjadi tujuan yang khusus

sebagai berikut:

1. mahasiswa dapat menyebutkan semua faktor keberhasilan menyimak

2. mahasiswa dapat menjelaskan pengertian semua penentu

keberhasilan menyimak

3. mahasiswa dapat menyebutkan semua ciri penyimak ideal

4. mahasiswa dapat menjelaskan pengertian semua ciri penyimak yang

ideal

Page 62: Hakikat Menyimak

5. mahasiswa dapat menyebutkan manfaat pengenalan dan daya simak

diri

6. mahasiswa dapat menyusun skenario pelaksanaan cara peningkatan

daya simak

FAKTOR PENENTU KEBERHASILAN MENYIMAK

Dalam modul pertama sudah disinggung bahwa menyimak sangat fungsional

dalam kehidupan sehari-hari manusia. Artinya, setiap insan tak akan terlepas dari

kegiatan menyimak. Rakyat jelata menyimak, para pedagang menyimak,

mahasiswa dan pelajar sering harus menyimak dosen atau gurunya, para

ilmuwanpun harus menyimak dalam berbagai kegiatan seperti pidato ilmiah,

seminar, diskusi, dan sebagainya. Kegiatan menyimak selalu terjadi dimana saja,

kapan saja, dan dilakukan oleh siapa saja.

Berikut ini disajikan beberapa gambaran peristiwa menyimak yang terjadi dalam

kehidupan sehari-hari. Perhatikan faktor-faktor yang terlibat dalam setiap contoh.

(1) Ganda mengikuti dengan cermat tanya-jawab antara wartawan olah raga

dengan Robby Darwis yang disiarkan melalui televisi. Inti pertanyaan

berkisar tentang hukuman yang dijatuhkan wasit Malaysia terhadap

Darwis. Ganda sangat berminat terhadap masalah tersebut, sehingga ia

mengikuti acara itu sampai selesai.

(2) Kelompencapir Mayangsari sedang mendengarkan siaran pedesaan dari

RRI Bandung. Mereka berdesak-desakan duduk di ruang tamu, rumah Pak

Hasan. Sebentar-sebentar suara mesin mobil menderu mengalahkan suara

penyiar. Udara di ruangan itu pengap dipenuhi asap rokok. Siaran yang

berisi cara memelihara domba itu tidak bisa mereka tangkap sepenuhnya.

(3) Anggota Koperasi Mahasiswa FPBS IKIP Bandung, mendengarkan

dengan cermat ceramah koperasi yang disampaikan oleh dekan. Sebentar-

sebentar mahasiwa itu bertanya ini-itu, kadang-kadang minta diulangi,

Page 63: Hakikat Menyimak

dijelaskan lagi butir-butir tertentu. Kegiatan itu berlangsung digedung

baru. Suasana akrab, meriah, kadang-kadang serius.

(4) Halimah, mahasiswa tingkat pertama, Jurusan Pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia, IKIP Bandung, dengan tekun dan penuh perhatian

mengikuti kuliah menyimak. Materi yang direncanakan dosen mencakup

pengertian, peranan, dan jenis-jenis menyimak. Kuliah tersebut

berlangsung di ruang 19 pagi-pagi jam 7.00.

Bila pembaca jeli memperhatikan contoh tang tertera pada nomor (1),(2),

(3), dan (4) maka akan ditemui sejumlah faktor pendukung setiap peristiwa

menyimak. Faktor-faktor itu ada yang sering berulang, ada yang berbeda, ada

yang lengkap, dan ada pula yang tidak lengkap. Peristiwa menyimak selalu

mencakup faktor pembicara, bahan yang dibicarakn, pendengar, waktu, peralatan,

suasana, keadaan cuaca, ruangan, dan sebagainya.

Karena sering dikatakan orang bahwa efektivitas menyimak bergantung

kepada sejumlah faktor. Salah seorang ahli bahasa mengklarifikasikan faktor-

faktor itu menjadi empat bagian, yaitu:

a. pembicara

b. pembicaraan

c. situasi

d. penyimak

Pembicara adalah orang yang menyampaikan pesan, ide, informasi kepada

para pendengar melalui bahasa lisan. Kualitas pembicara, keahliannya,

karismanya, dan kepaopulerannya sangat berpengaruh kepada para pendengarnya.

Karena itu ada sejumlah tuntutan yang dialamatkan kepada pembicara seperti:

(1) Penguasaan materi: Pembicara harus menguasai, memahami, menghayati,

benar-benar materi yang akan disampaikannya kepada para pendengar.

Akan lebih baik apabila pembicara adalah pakar, dalam bidang yang

disampaikan tersebut.

Page 64: Hakikat Menyimak

(2) Berbahasa baik dan benar: Pembicara harus menyampaikan materi

pembicaraannya dalam bahasa yang baik dan benar. Ucapan jelas, intonasi

tepat, susunan kalimat sederhana dan benar, pilihan kata atau istilah tepat.

Bahasa yang digunakan pembicara dalam menyampaikan materi

pembicaraan menarik, sederhana, efektif, dan sesuai dengan taraf

pendengarnya.

(3) Percaya diri: Pembicara haru percaya akan kemampuan diri sendiri.

Pembicara yang yakin akan kemampuan dirinya akan tampil dengan

mantap dan meyakinkan pendengar.

(4) Berbicara sistematis: Pembicara harus berbahasa sistematis. Bahan yang

disampaikan harus tersusun secara sistematis dan mudah dimengerti.

(5) Gaya bahasa menarik: Pembicara harus tampil dengan gaya yang menarik

dan simpatik. Yang bersangkutan harus menghindari tingkah laku yang

dibuat-buat atau berlebih-lebihan. Pembicara yang terlalu “over acting”

akan membuat pendengarnya beralih dari isi pesan yang disampaikan

kepada tingkah laku yang dianggap aneh itu.

(6) Kontak dnegan pendengar: Pembicara harus menjalin kontak dengan

pendengarnya. Pembicara menghargai, menghormati, serta menguasai para

pendengarnya.

Pembicaraan adalah materi, isi, pesan, atau informasi yang hendak

disampaikan oleh seseorang pembicara kepada pendengarnya. Pembicaraan yang

baik harus memenuhi syarat-syarat tertentu seperti:

(1) Aktual: pembicaraan haruslah sesuatu yang baru, hangat, dan aktual.

Sesuatu yang baru pastilah lebih menarik, diminati, atau digandrungi oleh

pendengar.

(2) Bermakna: Pembicaraan haruslah sesuatu yang berarti, berguna, atau

bermakna bagi pendengar. Materi yang bermakna bagi kelompok

pendengar A belum tentu bermakna bagi kelompok pendengar B.

Page 65: Hakikat Menyimak

(3) Dalam pusat minat mendengar: Pembicaraan haruslah yang berkaitan

dengan pendengar. Akan lebih baik lagi bila pembicaraan itu berada dalam

lingkaran pusat minat pendengar.

(4) Sistematis: Pembicaraan harus tersusun sistematis, sehingga mudah diikuti

dan dipaham pendengar.

(5) Seimbang: Taraf kesukaran pembicaraan harus seimbang dengan taraf

kemampuan pendengar. Materi pembicaraan yan terlalu mudah tidak

menarik dan berguna bagi pendengar. Sebaliknya materi pembicaran yang

terlalu tinggi akan membuat pendengar kewalahan.

Situasi dalam menyimak diartikan segala sesuatu yang menyertai peristiwa

menyimak di luar pembicara, pembicaraan, dan menyimak. Situasi tersebut

sangatlah berpengaruh dan menentukan kefektifan menyimak. Beberapa hal yan

pantas diperhatikan, yang termasuk kategori situasi dalam proses menyimak,

antara lain:

(1) Ruangan: Ruangan atau tempat berlangsungnya peristiwa menyimak harus

menunjang. Ruangan yan menunjang adalah ruangan yang memenuhi

persyaratan akustik, ventilasi, penerangan, penataan tempat duduk

pendengar, tempat pembicara, warna ruangan, luas ruangan dan

sebagainya.

(2) Waktu: waktu berlangsungnya peristiwa menyimak harus diperhatikan dan

diperhitungkan sebaiknya pada saat yang tepat misalnya pagi-pagi, saat-

saat pendengar masih segar, rileks, dan sebagainya.

(3) Tenang: Suasana dan lingkungan yang tenang, jauh dari kebisingan,

pemandangan yang tidak mengganggu konsentrasi, suasana yang baik

antar kelompok pendengar sangat menunjang keefektifan menyimak.

(4) Peralatan: Peralatan yang digunakan dalam peristiwa menyimak haruslah

yang mudah dioperasikan, baik produksi suasananya dan berguna dalam

melancarkan kegiatan menyimak.

Page 66: Hakikat Menyimak

Peristiwa menyimak yang berlangsung dalam ruangan yang baik, waktu

yang tepat, suasana tenteram, nyaman, dan menyenangkan serta dilengkapi

dengan peralatan yang fungsional dapat diharapkan hasilnya yang efektif.

Penyimak adalah orang yang mendengarkan dan memahami isi bahan

simakan yang disampaikan oleh pembicara dalam suatu peristiwa menyimak.

Dibandingkan dengan faktor pembicara, pembicaraan dan situasi, faktor penyimak

adalah yang terpenting dan paling menentukan keefektifan dalam peristiwa

menyimak. Sebab, walau ketiga faktor yang pertama sudah memenuhi segala

persyaratan, bila si penyimak tidak mau menyimak maka sia-sialah semuanya.

Sebaliknya biarpun ketiga faktor yang pertama kurang memadai, kurang

sempurna, asal si penyimak berusaha sungguh-sungguh, tekun, dan kerja keras

maka keefektifan menyimak dapat tercapai.

Hal-hal yang perlu diperhatikan menyangkut diri penyimak antara lain:

(1) Kondisi: Kondisi fisik dan mental penyimak dalam keadaan baik dan

stabil. Penyimak tidak mungkin menyimak secara efektif bila kondisi fisik

dan mentalnya tidak menunjang.

(2) Konsentrasi: penyimak harus dapat memusatkan pikirannya terhadap

bahan simakan. Buat sementara yang bersangkutan harus dapat

menyingkirkan pikiran-pikiran lain selain bahan simakan.

(3) Bertujuan: penyimak harus bertujuan dalam penyimak. Yang bersagkutan

harus dapat merumuskan tujuannya secara tegas sehingga ia mempunyai

arah dan pendorong dalam menyimak.

(4) Berminat: Penyimak hendaknya berminat, atau mengusahakan meminati

bahan yang disimaknya.

(5) Mempunyai kemampuan linguistik dan nonlinguistik. Penyimak haruslah

memiliki kemampuan linguistik agar yang bersangkutan dapat

menginterpretasi dan memahami makna yang terkandung dalam bunyi

bahasa. Di samping itu penyimak juga harus memiliki kemampuan

nonlinguistik. Kemampuan nonlinguistik berguna dalam membaca situasi,

Page 67: Hakikat Menyimak

menafsirkan gerak-gerik pembicara, perubahan air mukanya, yang

berfungsi sebagai pelengkap makna pembicaraannya.

(6) Berpengalaman luas dan berpengetahuan: penyimak juga harus memiliki

pengalaman dan pengetahuan luas mendalam akan lebih mudah menerima,

mencerna, dan memahami isi bahan simakan.

Penyimak yang dapat memenuhi persyaratan tersebut diatas pasti berhasil

dalam setiap peristiwa menyimak. Penyimak yang belum dapat memenuhi

persyaratan tersebut jelas akan mengalami berbagai hambatan dalam menyimak.

Penyimak seperti golongan terakhir ini sudah dapat dipastikan gagal dalam

menyimak.

CIRI MENYIMAK IDEAL

DAN DUGA DAYA SIMAK

Menyimak pernah dianggap dan diperlakukan oleh para ahli, guru bahasa,

dan orang awam sebagai suatu hal yang akan dikuasai oleh manusia normal pada

waktunya. Perlakuan demikian didasari oleh asumsi bahwa keterampilan

menyimak akan dikuasai secara otomatis. Sebagai mana orang dapat bernafas

tanpa mempelajari cara bernafas, begitu pula menyimak tidak perlu dipelajari

karena pada saatnya orang akan dapat menyimak. Penelitian mengenai menyimak

jarang dilakukan. Buku teks jarang ditulis. Pada gilirannya pengajaran menyimak

diabaikan.

Lama-kelamaan para ahli menyadari bahwa asumsi yang dipegang selama

ini mengenai menyimak, ternyata keliru. Manusia memang dilahirkan dengan

potensi dapat menyimak. Namun, potensi itu perlu dikembangkan melalui latihan

sistematis, terarah, dan berkesinambungan supaya menjadi kenyataan. Potensi itu

akan tetap merupakan potensi bila tidak dipupuk, dikembangkan, atau dibina.

Mulai tahun lima puluhan, menyimak mulai banyak diperhatikan.

Menyimak dengan segala aspeknya diteliti. Buku teks menyimak bermunculan.

Pengajaran menyimak mulai diperhatikan. Bahkan lebih dari itu, menyimak

Page 68: Hakikat Menyimak

diperlakukan sebagai mata pelajaran yang mandiri. Sebagai mata pelajaran yang

mandiri, menyimak dilaksanakan tersendiri. Tujuan, bahan, metode, media, dan

penilaian menyimak direncanakan, dilaksanakan, dan dinilai tersendiri pula.

Dalam pokok bahasan faktor penentu keberhasilan menyimak, sudah

dijelaskan faktor-faktor penentu keberhasilan menyimak itu mencakup:

(1) pembicara

(2) pembicaraan

(3) situasi

(4) penyimak

Faktor penyimak ini akan dibicarakan sekali lagi. Fokus pembicaraan

mengenai ciri-ciri atau karakteristiknya.

Pengenalan, pemahaman, dan penghayatan ciri-ciri penyimak yang baik

atau ideal sangat berguna bagi setiap penyimak. Bagi penyimak yang belum

berpengalaman, pengetahuan tentang ciri penyimak ideal itu dapat digunakan

sebagai pedoman dalam melatih diri menjadi penyimak yang ideal. Bagi

penyimak yang sudah berpengalaman, pengetahuan tersebut dapat digunakan

sebagai bahan perbandingan. Yang bersangkutaan dapat menggunakan hal yang

dianggap perlu dan membuang hal yang dianggap tak perlu.

Dari hasil pengamatan penulis, paling sedikit ada lima belas ciri penyimak

ideal. Berikut ini akan disajikan ciri-ciri tersebut beserta penjelasannya.

(1) Siap fisik dan mental

Penyimak yang baik adalah penyimak yang benar-benar bersiap untuk

menyimak. Fisiknya segar, sehat, atau dalam kondisi prima. Mentalnya

stabil, pikiran jernih.

(2) Berkonsentrasi

Page 69: Hakikat Menyimak

Penyimak yang baik adalah penyimak yang dapat memusatkan

perhatiannyakepada bahan simakan. Yang bersangkutan harus dapat

menyingkirkan hal-hal lain selain materi simakan.

(3) Bermotivasi

Penyimak yang baik selalu mempunyai motivasi yang kuat dalam

menyimak. Yang bersangkutan mungkin mempunyai tujuan menambah

pengetahuan, mau belajar tentang sesuatum mau menguji tentang sesuatu

dan sebagainya. Hal itulah yang dijadikannya sebagai motivasi atau pemacu,

pendorong, penggerak, dalam menyimak.

(4) Objektif

Penyimak yang baik adalah penyimak yang berprasangka, tidak berat

sebelah. Yang bersangkutan bukan melihat siapa yang berbicara tetapi apa

yang dikatakannya. Bila yang dikatakan itu memang benar, ia terima, bila

salah, ia menolak siapapun yang mengatakannya.

(5) Menyeluruh

Penyimak yang baik ialah penyimak yang menyimak bahan simakan

secara lengkap, utuh, atau menyeluruh. Ia tidak menyimak meloncat-loncat

ataupun terputus-putus, atau hanya menyimak yang disenangi saja.

(6) Menghargai pembicara

Penyimak yang baik ialah penyimak yang menghargai pembicara. Ia tidak

menganggap enteng, menyepelakan apa yang disampaikan oleh pembicara.

Ia pun tidak mengaggap diri tahu segalanya dan pengetahuannya melebihi

pembicara. Penyimak yang baik selalu menghargai pendapat pembicara,

walaupun mungkin pendapat itu berbeda dengan pendapatnya.

(7) Selektif

Penyimak yang baik tahu memilih bagian-bagian penting dari bahan

simakan yang perlu diperhatikan da diingat. Tidak semua bahan yang

Page 70: Hakikat Menyimak

diterima diteln mentah-mentah, tetapi dipilihnya bagian–bagian yang

bersifat inti.

(8) Sungguh-sungguh

Penyimak yang baik selalu menyimak bahan simakan dengan sesungguh

hatinya. Ia tidak akan berpura-pura menyimak padahal hatinya dan

perhatiannya ke tempat lain. Yang bersangkutan benar-benar menyimak

pesan pembicara walau pesan itu kurang menarik baginya.

(9) Tak mudah terganggu

Penyimak yang baik tak mudah diganggu oleh hal-hal lain di luar bahan

simakan. Yang bersangkutan dapat membentengi diri dari berbagai

gangguan kecil seperti kebisingan. Kalaupun sekali waktu ia mendapat

gangguan yang tak terelakan, ia dengan cepat kembali kepada tugas semula,

yakni menyimak.

(10) Cepat menyesuaikan diri

Penyimak yang baik ialah penyimak yang tanggap terhadap situasi. Ia

cepat menghayati dan menyesuaikan diri dengan inti pembicaraan, irama

pembicaraan, dan gaya pembicara.

(11) Kenal arah pembicaraan

Penyimak yang baik selalu mengenal arah pembicaraan, bahkan sudah

dapat menduga ke arah mana pembicaraan berlangsung. Biasanya, pada

menit-menit pertama awal pembicaraan, penyimak yang baik sudah

mengetahui arah pembicaraan dan barangkali sudah dapat menduga isi

pembicaraan.

(12) Kontak dengan pembicara

Penyimak yang baik selalu mengadakan kontak dengan pembicara.

Misalnya dengan cara memperhatikan pembicara, memberikan dukungan

atau dorongan kepada pembicara melalui ucapan singkat, ya, ya; benar, saya

Page 71: Hakikat Menyimak

setuju, atau saya sependapat, dan sebagainya. Hal yang sama dapat pula

disampaikan melalui gerak-gerik tubuh seperti mengagguk-angguk,

mengacungkan jempol dan sebagainya.

(13) Merangkum

Penyimak yang selalu dapat menangkap sebagian besar isi bahan simakan.

Hal itu terbukti dari hasil rangkuman penyimak yang disampaikan secara

lisan atau tertulis setelah proses menyimak selesai.

(14) Menilai

Penyimak yang baik selalu menilai, menguji, mengkaji, atau menelaah isi

bahan simakan yang diterimanya. Fakta yang diterima dikaitkan atau

dibandingkan dnegan pengetahuan dan pengalamannya.

(15) Merespons

Sebagai tindak lanjut dari kegiatan penilaian hasil simakan, penyimak

menyatakan pendapat terhadap isi pembicaraan tersebut. Yang bersangkutan

mungkin setuju atau tidak setuju, sependapat atau tidak sependapat dengan

si pembicara. Reaksi atau tanggapn penyimak itu dapat berwujud dalam

bentuk mengagguk-angguk, menggeleng-geleng, mengerjakan sesuatu, dan

sebagainya.

Ciri-ciri penyimak ideal biasanya diterapkan kepada orang lain. Artinya, bila

seseorang menilai apakah orang lain penyimak ideal atau tidak, maka penilai

memeriksa karakteristik penyimak yang dinilainya. Patokan penilaian adalah ciri

penyimak yang sudah dibicarakan.

Ada kalanya seseorang ingin pula menilai, mengetahui, dan mendapat gambaran

kemampuan menyimaknya. Tentang hal itu dia tidak ingin dicampuri atau

diketahui orang lain. Keinginan seperti itu dapat dipenuhi melalui “Checking up

on my listening”, yang disadur secara bebas menjadi duga daya simak diri.

Duga daya simak diri berisi sebelas pertanyaan pada diri sendiri yang dapat

dijawab dengan ya atau tidak. Bila semua pertanyaan itu dapat dijawab dengan ya,

Page 72: Hakikat Menyimak

artinya Anda mempunyai daya simak tinggi. Sebaliknya bila pertanyaan itu

dijawab tidak, Anda mempunyai daya simak yang rendah.

Duga Daya Simak Diri

1. Siapkah saya untuk menyimak?

(1) Sudahkah saya duduk di tempat yang nyaman dna strategis sehingga saya

dapat melihat dan mendengarkan si pembicara

(2) Terarahkah pandangan saya kepada pembicara?

2. Berkonsentrasilah saya terhadap pembicaraan yang akan disampaikan?

(1) Dapatkah menyingkirkan pikiran lain pada saat ini?

(2) Siapkah saya memikirkan topik pembicaran dan menghubungkannya

dengan pengetahuan siap saya mengenai hal itu?

(3) Bersiapkah saya belajar lebih lanjut mengenai topik yang akan

disampaikan?

3. Siapkah saya memulai menyimak?

(1) Pada menit-menit pertama, sadarkah saya ke mana dibawa oleh

pembicara?

(2) Dapatkah saya temukan ide pusat sehingga saya dapat mengikutinya

sepanjang pembicaraan?

4. Dapatkah saya temukan ide penunjang ide pusat atau pokok?

(1) Saya manfaatkankah petunjuk-petunjuk pembicara (seperti yang pertama,

yang terpenting dan sebagainya) guna membantu menyusun ide-ide

dalam pikiran saya?

5. Setalah pembicaraan selesai, sudahkah saya evaluasi pembicaraan pembicara?

Page 73: Hakikat Menyimak

(1) Sesuaikah pengetahuan baru itu (hasil simakan) dengan pengetahuan siap

saya?

(2) Saya pertimbangkan setiap ide yang disampaikan pembicara sehingga saya

dapat mengatakan setuju atau tidak setuju dengan pembicara?

(Diterjemahkan secara bebas dari Checking up on my listening, yang dimuat

dalam Greene&Petty, 1969:182)

MENINGKATKAN DAYA SIMAK

Setiap manusia dialhirkan dengan sejumlah potensi. Salah satu potensi

pembawaan sejak lahir itu adalah potensi mampu menyimak. Potensi harus dibina

dan dikembangkan. Melalui latihan menyimak yang terarah dan

berkesinambungan, potensi tadi dapat berwujud menjadi kemampuan menyimak

yang nyata. Tanpa pembinaan dan pengembangan, potensi tersebut tetap berupa

potensi tertutup. Tidak timbuh, ataumati.

Walaupun manusia berlatih menyimak, kemampuan menyimaknya terbatas.

Keterbatasan itu dosebabkan oleh daya tangkapnya yang terbatas dan daya

ingatannya terbatas pula. Para ahli memperkirakan orang yang cukup mendapat

latihan menyimak, dlam kondisi fisik yang segar dan mental yang stabil, hanya

dpat menangkap isi bahan simakan 50%. Dalam dua bulan berikutnya yang

diingat hanya setengahnya. Mungkin dalam dua bulan berikutnya sisanya sudah

menghilang pula.

Menyimak sangat fungsional dalam kehidupan manusia. Melalui menyimak

seseorang memperoleh kemungkinan besar mendapatkan informasi. Para ahli

berpendapat bahwa sebagian besar dari pengetahuan seseorang dan nilai-nilai

yang diyakininya diperoleh melalui kegiatan menyimak. Karena itu sangatlah

beralasan bila setiap orang dituntut terampil menyimak.

Kawolda, seorang ahli, menawarkan lima cara untuk mempertajam daya simak.

Kelima cara tersebut adalah:

Page 74: Hakikat Menyimak

(1) simak-ulang ucap

(2) identifikasi kata kunci

(3) parafrase

(4) merangkum

(5) menjawab pertanyaan.

MODUL 3

BAHAN DAN METODE

PENGAJARAN MENYIMAK

Modul ketiga ini membahas tentang bahan dan metode pengajaran menyimak.

Pembicaraan dipusatkan kepada tiga hal, yakni:

(1) Bahan pengajaran

(2) Metode pengajaran

(3) Penilaian dan umpan balik

Bahan, metode, dan penilaian merupakan sebagian dari butir-butir panjang

dalam setiap pengajaran, termasuk pengajaran menyimak. Setiap guru atau calon

guru harus memahami benar-benar dan mempraktekkan penyusunan bahan,

penerapan metode dan penilaian dalam proses belajar mengajar. Jika guru dan

calon guru sudah menguasai ketiga hal terseebut, mak ayang bersangkutan akan

mendapatkan berbagai manfaat. Pertama, yang bersangkutan dapat merencanakan

pengajaran menyimak dengan sebaik-baiknya. Kedua, yang bersangkutan akan

tampil di kelas dengan penuh percaya diri, meyakinkan dan mengesankan.Ketiga,

pemahaman terhadap ketiga butir tersebut diatas sangat membantu yang

bersangkutan dalam melaksanakan pengajaran pokok bahasan lainnya.

Page 75: Hakikat Menyimak

Sebagimana modul-modul lainnya, modul ini pun dapat Anda pelajari

denagn berbagai cara. Anda dapat mempelajari secara mandiri, berkelompok,

berdiskusi, atau secara tutorial. Cara mana pun yang dipilih, pada akhirnya

kegiatan belajar-mengajar Anda diharapkan dpat memahami dan menerapkan

penyusunan bahan, metode dan penilaian dalam pengajaran menyimak.

Tujuan instruksional umum di atas dapat dirinci menjadi tujuan

instruksional khusus seperti berikut yaitu mahasiswa dapat;

a. menjelaskan kedudukan pengajaran menyimak;

b. menggunakan bahan pokok bahasan membaca; pragmatik; dan

apresiasi menjadi bahan pengajaran menyimak;

c. menyebutkan manfaat berbagai metode pangajaran menyimak;

d. meyebutkan ciri metode pengajaran menyimak yang baik;

e. mengidentifikasi metode pengajaran menyimak;

f. membuat dua contoh penerapan metode pengajaran menyimak;

g. menjelaskan pengertian penilaian;

h. membuat dua contoh penilaian pengajaran menyimak; dan

i. menyusun langkah tindak lanjut berdasarkan hasil penilaian.

BAHAN PENGAJARAN MENYIMAK

Teori tidak selamanya sejalan dengan prakteknya. Buktinya, tergambar dalam

pengajaran menyimak. Kita sudah mengetahui bahwa menyimak sangat

fungsional dalam kehidupan manusia. Pengajaran bahasa, baik bahasa pertama

ataupun bahasa kedua, harus berlandaskan menyimak. Menyimak juga

memperlancar ketrampilan berbicara, membaca, dan menulis. Keterampilan

menyimak juga sangat penting dalam memperlancar komunikasi lisan. Menyimak

adalah sarana ampuh dalam mengumpulkan informasi.

Page 76: Hakikat Menyimak

Sebenarnya menyusun bahan pengajaran menyimka tidak sesukar yang diduga.

Hampir sama bahan pengajaran pokok bahasan yang ada dapt dijadikan bahan

pengajaran menyimak. Semua bahan pengajaran yang tertulis dialihkan dalam

bentuk suara maka jadilah bahan tersebut menjadi bahan pengajaran menyimak.

Bahan pengajaran membaca yang sudah ada dapat dijadikan sebagai bahan

pengajaran menyimak. Caranya dengan mengubah bentuk tetulis menjadi bentuk

lisan.