HAKI Part 2 (Desain Industri, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu Dan Rahasia Dagang)

21
BAB II PEMBAHASAN 2.1 DESAIN INDUSTRI 2.1.1 Pentingnya Desain Industri Indonesia sebagai negara berkembang perlu memajukan sektor industri dengan meningkatkan kemampuan daya saing. Salah satu daya saing tersebut adalah dengan memanfaatkan peranan Desain Industri yang merupakan bagian dari Hak Kekayaan Intelektual. Keanekaragaman budaya yang dipadukan dengan upaya untuk ikut serta dalam globalisasi perdagangan, dengan memberikan pula perlindungan hukum terhadap Desain Industri akan mempercepat pembangunan industri nasional. Dalam kaitan dengan globalisasi perdagangan, Indonesia telah meratifikasi Agreement Establishing the World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia) yang mencakup pula Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights (Persetujuan TRIPs) sebagaimana telah diratifikasi dengan Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1994. Ratifikasi atas Persetujuan-persetujuan tersebut mendukung ratifikasi Paris Convention for the Protection of Industrial Property (Konvensi Paris) dengan Keputusan Presiden Nomor 15 Tahun 1997 dan keikutsertaan Indonesia dalam

description

aspek hukum

Transcript of HAKI Part 2 (Desain Industri, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu Dan Rahasia Dagang)

Page 1: HAKI Part 2 (Desain Industri, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu Dan Rahasia Dagang)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 DESAIN INDUSTRI

2.1.1 Pentingnya Desain Industri

Indonesia sebagai negara berkembang perlu memajukan sektor

industri dengan meningkatkan kemampuan daya saing. Salah satu daya saing

tersebut adalah dengan memanfaatkan peranan Desain Industri yang

merupakan bagian dari Hak Kekayaan Intelektual. Keanekaragaman budaya

yang dipadukan dengan upaya untuk ikut serta dalam globalisasi perdagangan,

dengan memberikan pula perlindungan hukum terhadap Desain Industri akan

mempercepat pembangunan industri nasional.

Dalam kaitan dengan globalisasi perdagangan, Indonesia telah

meratifikasi Agreement Establishing the World Trade Organization

(Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia) yang mencakup

pula Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights

(Persetujuan TRIPs)

sebagaimana telah diratifikasi dengan Undang-Undang Nomor 7

Tahun 1994. Ratifikasi atas Persetujuan-persetujuan tersebut mendukung

ratifikasi Paris Convention for the Protection of Industrial Property (Konvensi

Paris) dengan Keputusan Presiden Nomor 15 Tahun 1997 dan keikutsertaan

Indonesia dalam the Hague Agreement (London Act) Concerning The

International Deposit of Industrial Designs.

Mengingat hal-hal tersebut dan berhubung belum diaturnya

perlindungan hukum mengenai Desain Industri, Indonesia perlu membuat

undang-undang di bidang Desain Industri untuk menjamin perlindungan hak-

hak Pendesain dan menetapkan hak dan kewajibannya serta menjaga agar

pihak yang tidak berhak tidak menyalahgunakan hak Desain Industri tersebut.

2.1.2 Ruang Lingkup Desain Industri

1. Dasar Hukum Desain Industri

Desain Industri di Indonesia diatur dalam Undang-Undang No.31

Tahun 2000 tentang Desain Industri.

Page 2: HAKI Part 2 (Desain Industri, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu Dan Rahasia Dagang)

a. Pengertian Desain Industri

Desain Industri adalah suatu kreasi tentang bentuk, konfigurasi,

atau komposisi garis atau warna, atau garis dan warna, atau gabungan

daripadanya yang berbentuk tiga dimensi atau dua dimensi yang

memberikan kesan estetis dan dapat diwujudkan dalam pola tiga dimensi

atau dua dimensi serta dapat dipakai untuk menghasilkan suatu produk,

barang, komoditas industri, atau kerajinan tangan.

b. Hak Desain Industri

Hak Desain Industri adalah hak eksklusif yang diberikan oleh

negara Republik Indonesia kepada Pendesain atas hasil kreasinya untuk

selama waktu tertentu melaksanakan sendiri, atau memberikan

persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakan hak tersebut

2.1.2 Desain Industri yang Mendapat Perlindungan

Hak Desain Industri akan diberikan untuk Desain Industri yang baru.

Desain Industri dianggap baru apabila pada Tanggal Penerimaan, Desain

Industri tersebut tidak sama dengan pengungkapan yang telah ada sebelumnya.

Pengungkapan sebelumnya, sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)

adalah pengungkapan Desain Industri yang sebelum :

a. tanggal penerimaan; atau

b. tanggal prioritas apabila Permohonan diajukan dengan Hak

Prioritas

c. telah diumumkan atau digunakan di Indonesia atau di luar

Indonesia.

2.1.3 Desain Industri yang Tidak Mendapat Perlindungan

Hak Desain Industri tidak dapat diberikan apabila Desain Industri

tersebut bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,

ketertiban umum, agama, atau kesusilaan

2.1.4 Jangka Waktu Perlindungan Desain Industri

Jangka waktu perlindungan terhadap Hak Desain Industri diberikan

untuk 10 (sepuluh) tahun terhitung sejak tanggal penerimaan. Tanggal mulai

Page 3: HAKI Part 2 (Desain Industri, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu Dan Rahasia Dagang)

berlakunya jangka waktu perlindungan dicatat dalam Daftar Umum Desain

Industri dan diumumkan dalam Berita Resmi Desain Industri.

2.1.5 Subjek Desain Industri

Menurut UU No 31 tahun 2000 pasal 6 yang berhak memperoleh Hak

Desain Industri adalah Pendesain atau yang menerima hak tersebut dari

Pendesain.

2.1.6 Permohonan Pendaftaran Desain Industri

Menurut UU No 31 tahun 2000 pasal 10 Hak Desain Industri diberikan

atas permohonan dengan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia ke

Direktorat Jenderal dengan membayar biaya sebagaimana diatur dalam

Undang-undang ini.

Permohonan harus memuat :

a. tanggal, bulan, dan tahun surat Permohonan

b. nama, alamat lengkap, dan kewarganegaraan Pendesain

c. nama, alamat lengkap, dan kewarganegaraan Pemohon

d. nama dan alamat lengkap Kuasa apabila Permohonan diajukan melalui

Kuasa

e. nama negara dan tanggal penerimaan permohonan yang pertama kali,

Dalam hal Permohonan diajukan dengan Hak Prioritas. Permohonan

sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dilampiri dengan :

a. contoh fisik atau gambar atau foto dan uraian dari Desain Industri yang

dimohonkan pendaftarannya.

b. surat kuasa khusus, dalam hal Permohonan diajukan melalui Kuasa.

c. surat pernyataan bahwa Desain Industri yang dimohonkan pendaftarannya

adalah milik Pemohon atau milik Pendesain

2.1.7 Pengalihan Hak dan Lisensi

Pasal 31 UU No. 31 Tahun 2000 mengatur pengalihan hak Rahasia

Dagang melalui dua cara, yaitu:

a. Pengalihan Hak

Hak Rahasia Dagang dapat beralih atau dialihkan dengan:

1) Pewarisan

2) Hibah

Page 4: HAKI Part 2 (Desain Industri, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu Dan Rahasia Dagang)

3) Wasiat

4) Perjanjian tertulis

5) Sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan.

Pengalihan Hak Desain Industri sebagaimana dimaksud dalam ayat

(1) disertai dengan dokumen tentang pengalihan hak.

Segala bentuk pengalihan Hak Desain Industri wajib dicatat dalam Daftar

Umum Desain Industri pada Direktorat Jenderal dengan membayar biaya

sebagaimana diatur dalam Undang-undang ini.

b. Lisensi

Dalam UU no 31 tahun 2000 pasal 33 pemegang Hak Desain Industri

berhak memberikan Lisensi kepada pihak lain berdasarkan perjanjian Lisensi

untuk melaksanakan semua perbuatan, kecuali jika diperjanjikan lain. Pada

Pasal 34 terdapat aturan pemegang Hak

Desain Industri tetap dapat melaksanakan sendiri atau memberikan Lisensi

kepada pihak ketiga untuk melaksanakan perbuatan, kecuali jika diperjanjikan

lain.

Menurut Pasal 35 Perjanjian Lisensi wajib dicatatkan dalam Daftar

Umum Desain Industri pada Direktorat Jenderal dengan dikenai biaya

sebagaimana diatur dalam Undang-undang ini. Perjanjian Lisensi yang tidak

dicatatkan dalam Daftar Umum Desain Industri tidak berlaku terhadap pihak

ketiga. Perjanjian Lisensi diumumkan dalam Berita Resmi Desain Industri.

Dalam UU No 31 tahun 2000 Pasal 36 terdapat peraturan Perjanjian

Lisensi dilarang memuat ketentuan yang dapat menimbulkan akibat merugikan

perekonomian Indonesia atau memuat ketentuan yang mengakibatkan

persaingan usaha tidak sehat sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-

undangan yang berlaku. Kemudian Direktorat Jenderal wajib menolak

pencatatan perjanjian Lisensi yang memuat ketentuan. Ketentuan mengenai

pencatatan perjanjian Lisensi diatur dengan Keputusan Presiden.

2.1.8 Biaya

Berdasarkan UU no 31 tahun 2000 pasal 45 untuk setiap pengajuan

Permohonan, pengajuan keberatan atas Permohonan, permintaan petikan

Daftar Umum Desain Industri, permintaan dokumen prioritas Desain Industri,

Page 5: HAKI Part 2 (Desain Industri, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu Dan Rahasia Dagang)

permintaan salinan Sertifikat Desain Industri, pencatatan pengalihan hak,

pencatatan surat perjanjian Lisensi, serta permintaan lain yang ditentukan

dalam Undang-undang ini dikenai biaya yang jumlahnya ditetapkan dengan

Peraturan Pemerintah.

Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan, jangka waktu, dan tata

cara pembayaran biaya diatur oleh Keputusan Presiden. Direktorat Jenderal

dengan persetujuan Menteri Keuangan dapat mengelola sendiri biaya

berdasarkan perundang-undangan yang berlaku.

2.1.9 Ketentuan Pidana

Pada UU no 31 tahun 2000 terdapat aturan tentang ketentuan pidana

mengenai Desain Industri. Disebutkan bahwa barangsiapa dengan sengaja dan

tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 dipidana

dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling

banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

Barangsiapa dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 8, Pasal 23 atau Pasal 32 dipidana dengan pidana penjara paling

lama 1 (satu) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 45.000.000,00 (empat

puluh lima juta rupiah). Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

dan ayat (2) merupakan delik aduan

2.2 DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU

2.2.1 Pengertian Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu

Berdasarkan No.32 tahun 2000 pasal 1 tentang Desain Tata Letak

Sirkuit Terpadu, Sirkuit Terpadu adalah suatu produk dalam bentuk jadi atau

setengah jadi, yang di dalamnya terdapat berbagai elemen dan sekurang-

kurangnya satu dari elemen tersebut adalah elemen aktif, yang sebagian atau

seluruhnya saling berkaitan serta dibentuk secara terpadu di dalam sebuah

bahan semikonduktor yang dimaksudkan untuk menghasilkan fungsi

elektronik.

Desain Tata Letak adalah kreasi berupa rancangan peletakan tiga

dimensi dari berbagai elemen, sekurang-kurangnya satu dari elemen tersebut

adalah elemen aktif, serta sebagian atau semua interkoneksi dalam suatu

Page 6: HAKI Part 2 (Desain Industri, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu Dan Rahasia Dagang)

Sirkuit Terpadu dan peletakan tiga dimensi tersebut dimaksudkan untuk

persiapan pembuatan Sirkuit Terpadu.

Hak Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu (DTLST) adalah hak eksklusif

yang diberikan oleh negara kepada pendesain atas hasil kreasinya, untuk

selama waktu tertentu melaksanakan sendiri, atau memberikan persetujuannya

kepada pihak lain untuk melaksanakan hak tersebut. Di Indonesia, DTLST

diatur dalam UU No.32 tahun 2000 tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu

dan mulai berlaku sejak tanggal 20 Desember 2000.

Rezim DTLST merupakan sesuatu yang baru bagi Indonesia sehingga

walaupun perangkat hukumnya telah ada, namun implementasinya belum

berjalan sebagaimana mestinya. Hingga saat ini belum ada data dari Ditjen

HKI tentang pendaftaran DTLST dari pendesain Indonesia.

2.2.2 Lingkup Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu

Pasal 2-8 no.32 tahun 2000 mengatur lingkup desain tata letak

sirkuit terpadu.

1. Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu yang Mendapat Perlindungan

a. Hak Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu diberikan untuk Desain Tata

Letak Sirkuit Terpadu yang orisinal.

b. Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu dinyatakan orisinal apabila desain

tersebut merupakan hasil karya mandiri Pendesain, dan pada saat Desain

Tata Letak Sirkuit Terpadu tersebut dibuat tidak merupakan sesuatu yang

umum bagi para Pendesain.

2. Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu yang Tidak Mendapat Perlindungan

Hak Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu tidak dapat diberikan jika

Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu tersebut bertentangan dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku, ketertiban umum, agama, atau kesusilaan.

2.2.3 Jangka Waktu Perlindungan Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu

a. Perlindungan terhadap Hak Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu diberikan

kepada Pemegang Hak sejak pertama kali desain tersebut dieksploitasi

secara komersial di mana pun, atau sejak Tanggal Penerimaan.

Page 7: HAKI Part 2 (Desain Industri, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu Dan Rahasia Dagang)

b. Dalam hal Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu telah dieksploitasi secara

komersial, Permohonan harus diajukan paling lama 2 (dua) tahun terhitung

sejak tanggal pertama kali dieksploitasi.

c. Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diberikan selama 10

(sepuluh) tahun.

d. Tanggal mulai berlakunya jangka waktu perlindungan sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1) dicatat dalam Daftar Umum Desain Tata Letak

Sirkuit Terpadu dan diumumkan dalam Berita Resmi Desain Tata Letak

Sirkuit Terpadu

2.2.4 Subjek Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu

(1) Yang berhak memperoleh Hak Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu adalah

Pendesain atau yang menerima hak tersebut dari Pendesain.

(2) Dalam hal Pendesain terdiri atas beberapa orang secara bersama, Hak

Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu diberikan kepada mereka secara

bersama, kecuali jika diperjanjikan lain.

2.2.5 Lingkup Hak

(1). Pemegang Hak memiliki hak eksklusif untuk melaksanakan Hak Desain

Tata Letak Sirkuit Terpadu yang dimilikinya dan untuk melarang orang

lain yang tanpa persetujuannya membuat, memakai, menjual, mengimpor,

mengekspor dan/atau mengedarkan barang yang di dalamnya terdapat

seluruh atau sebagian Desain yang telah diberi Hak Desain Tata Letak

Sirkuit Terpadu.

(2). Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah

pemakaian Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu untuk kepentingan

penelitian dan pendidikan sepanjang tidak merugikan kepentingan yang

wajar dari pemegang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu.

2.2.6 Permohonan Pendaftaran Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu

Menurut pasal 10 UU No.32 Tahun 2000, permohonan harus memuat :

1. tanggal, bulan, dan tahun surat Permohonan;

2. nama, alamat lengkap dan kewarganegaraan Pendesain;

3. nama, alamat lengkap, dan kewarganegaraan Pemohon;

Page 8: HAKI Part 2 (Desain Industri, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu Dan Rahasia Dagang)

4. nama dan alamat lengkap Kuasa apabila Permohonan diajukan melalui

Kuasa; dan

5. tanggal pertama kali dieksploitasi secara komersial apabila sudah pernah

dieksploitasi sebelum Permohonan diajukan.

2.2.7 Pembatalan Pendaftaran Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu

Menurut Pasal 30, Pembatalan Pendaftaran Berdasarkan Gugatan.

Gugatan pembatalan pendaftaran Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu dapat

diajukan oleh pihak yang berkepentingan dengan alasan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 2 atau Pasal 3 kepada Pengadilan Niaga. Putusan

Pengadilan Niaga sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tentang pembatalan

pendaftaran Hak Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu disampaikan kepada

Direktorat Jenderal paling lama 14 (empat belas) hari setelah tanggal putusan

diucapkan.

Menurut pasal 31, tata cara gugatan ditentukan sebagai berikut :

(1) Gugatan pembatalan pendaftaran Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu

diajukan kepada Ketua Pengadilan Niaga dalam wilayah hukum tempat

tinggal atau domisili tergugat.

(2) Dalam hal tergugat bertempat tinggal di luar wilayah Indonesia, gugatan

tersebut diajukan kepada Ketua Pengadilan Niaga Jakarta Pusat.

(3) Panitera mendaftarkan gugatan pembatalan pada tanggal gugatan yang

bersangkutan diajukan dan kepada penggugat diberikan tanda terima

tertulis yang ditandatangani panitera dengan tanggal yang sama dengan

tanggal pendaftaran gugatan.

(4) Panitera menyampaikan gugatan pembatalan kepada Ketua Pengadilan

Niaga dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) hari terhitung sejak

gugatan didaftarkan.

(5) Dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari terhitung sejak tanggal

gugatan pembatalan didaftarkan, Pengadilan Niaga mempelajari gugatan

dan menetapkan hari sidang.

(6) Sidang pemeriksaan atas gugatan pembatalan diselenggarakan dalam

jangka waktu paling lama 60 (enam puluh) hari setelah gugatan

didaftarkan.

Page 9: HAKI Part 2 (Desain Industri, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu Dan Rahasia Dagang)

(7) Pemanggilan para pihak dilakukan oleh juru sita paling lama 7 (tujuh) hari

setelah gugatan pembatalan didaftarkan.

(8) Putusan atas gugatan pembatalan harus diucapkan paling lama 90 (sembilan

puluh) hari setelah gugatan didaftarkan dan dapat diperpanjang paling

lama 30 (tiga puluh) hari atas persetujuan Ketua Mahkamah Agung.

(9) Putusan atas gugatan pembatalan sebagaimana dimaksud dalam ayat (8)

yang memuat secara lengkap pertimbangan hukum yang mendasari

putusan tersebut harus diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum dan

dapat dijalankan terlebih dahulu, meskipun terhadap putusan tersebut

diajukan suatu upaya hukum.

(10) Salinan putusan Pengadilan Niaga sebagaimana dimaksud dalam ayat (9)

wajib disampaikan oleh juru sita kepada para pihak paling lama 14 (empat

belas) hari setelah putusan atas gugatan pembatalan diucapkan.

2.2.8 Ketentuan Pidana

Berdasarkan pasal 42, terdapat ketentuan-ketentuan pidana yang

melanggar lingkup hak Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu.

(1) Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan salah satu perbuatan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dipidana dengan pidana penjara

paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau denda paling banyak Rp

300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

(2) Barang siapa dengan sengaja melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 7, Pasal 19, atau Pasal 24 dipidana dengan pidana penjara

paling lama 1 (satu) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 45.000.000,00

(empat puluh lima juta rupiah).

(3) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2)

merupakan delik aduan.

2.3 RAHASIA DAGANG

2.3.1 Pentingnya Perlindungan Rahasia Dagang

Sebagai negara berkembang, Indonesia perlu mengupayakan

adanya persaingan yang tangguh di kalangan dunia usaha. Hal itu sejalan

Page 10: HAKI Part 2 (Desain Industri, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu Dan Rahasia Dagang)

dengan kondisi global di bidang perdagangan dan investasi. Daya saing

semacam itu telah lama dikenal dalam sistem Hak Kekayaan Intelektual,

misalnya Paten. Dalam Paten, sebagai imbalan atas hak eksklusif yang

diberikan oleh negara, penemu harus mengungkapkan temuan atau

invensinya. Namun, tidak semua penemu atau kalangan pengusaha bersedia

mengungkapkan temuan atau invensinya itu. Mereka ingin tetap menjaga

kerahasiaan karya intelektual mereka. Di Indonesia, masalah kerahasiaan itu

terdapat di dalam beberapa aturan yang terpisah, yang belum merupakan satu

sistem aturan terpadu.

Kebutuhan akan perlindungan hukum terhadap Rahasia Dagang

sesuai pula dengan salah satu ketentuan dalam Agreement on Trade Related

Aspects of Intellectual Property Rights (Persetujuan TRIPs) yang merupakan

lampiran dari Agreement Establishing the World Trade Organization

(Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia), sebagaimana

telah diratifikasi oleh Indonesia dengan Undang-undang Nomor 7 Tahun

1994.

Adanya perlindungan tersebut akan mendorong lahirnya temuan

atau invensi baru yang meskipun diperlakukan sebagai rahasia, tetap

mendapat perlindungan hukum, baik dalam rangka kepemilikan, penguasaan

maupun pemanfaatannya oleh penemunya. (Penjelasan UU No.30 Tahun

2000)

2.3.2 Ruang Lingkup Rahasia Dagang

a. Dasar Hukum Rahasia Dagang

Rahasia Dagang di Indonesia diatur dalam Undang-Undang No.30

Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang.

b. Pengertian Rahasia Dagang dan Hak Rahasia Dagang

Menurut UU No.30 Tahun 2000 Pasal 1 ayat 1 yang dimaksud

dengan Rahasia Dagang adalah informasi yang tidak diketahui oleh umum

di bidang teknologi dan/atau bisnis, mempunyai nilai ekonomi karena

berguna dalam kegiatan usaha, dan dijaga kerahasiaannya oleh pemilik

Rahasia Dagang. Sedangkan Menurut UU No.30 Tahun 2000 Pasal 1 Ayat

Page 11: HAKI Part 2 (Desain Industri, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu Dan Rahasia Dagang)

(2) yang dimaksud dengan Hak Rahasia Dagang adalah hak atas Rahasia

Dagang yang timbul berdasarkan Undang-undang ini.

c. Hak Pemilik Rahasia Dagang

Menurut Pasal 2 UU No.30 Tahun 2000, Lingkup perlindungan

Rahasia Dagang meliputi metode produksi, metode pengolahan, metode

penjualan, atau informasi lain di bidang teknologi dan/atau bisnis yang

memiliki nilai ekonomi dan tidak diketahui oleh masyarakat umum.

Dijelaskan lebih lanjut pada Pasal 3 UU No.30 Tahun 2000

Rahasia Dagang mendapat perlindungan apabila informasi tersebut bersifat

rahasia, mempunyai nilai ekonomi, dan dijaga kerahasiaannya melalui

upaya sebagaimana mestinya. Berikut ini adalah penjelasan mengenai hal-

hal tersebut.

1) Informasi dianggap bersifat rahasia apabila informasi tersebut hanya

diketahui oleh pihak tertentu atau tidak diketahui secara umum oleh

masyarakat.

2) Informasi dianggap memiliki nilai ekonomi apabila sifat kerahasiaan

informasi tersebut dapat digunakan untuk menjalankan kegiatan atau

3) usaha yang bersifat komersial atau dapat meningkatkan keuntungan

secara ekonomi.

4) Informasi dianggap dijaga kerahasiaannya apabila pemilik atau para

pihak yang menguasainya telah melakukan langkah-langkah yang layak

dan patut.

2.3.3 Hak Pemilik Rahasia Dagang

Mengenai hak pemilik Rahasia Dagang diatur dalam Pasal 4 UU No.30

Tahun 2000 yaitu sebagai berikut.

a. Menggunakan sendiri Rahasia Dagang yang dimilikinya.

b. Memberikan Lisensi kepada atau melarang pihak lain untuk menggunakan

Rahasia Dagang atau mengungkapkan Rahasia Dagang itu kepada pihak

ketiga untuk kepentingan yang bersifat komersial.

2.3.4 Pengalihan Hak dan Lisensi

Pasal 5 UU No. 30 Tahun 2000 mengatur pengalihan hak Rahasia

Dagang melalui dua cara, yaitu:

Page 12: HAKI Part 2 (Desain Industri, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu Dan Rahasia Dagang)

a. Pengalihan Hak

Hak Rahasia Dagang dapat beralih atau dialihkan dengan:

1) Pewarisan

2) Hibah

3) Wasiat

4) Perjanjian tertulis

5) Sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-

undangan.

Setiap pengalihan hak Rahasia Dagang ini wajib dicatatkan di

Direktorat Jendral HAKI (Dirjen HAKI) Departemen Hukum dan HAM,

apabila tidak dicatat maka tidak berakibat hukum pada pihak ketiga.

b. Lisensi

Dalam Pasal 4 UU No.30 Tahun 2000, lisensi adalah izin yang

diberikan oleh pemegang Rahasia Dagang kepada pihak lain melalui suatu

perjanjian berdasarkan pada pemberian hak (bukan pengalihan hak), untuk

menikmati manfaat ekonomi dari suatu Rahasia Dagang yang diberi

perlindungan dalam jangka waktu tertentu dan syarat tertentu. Pemberian hak

ini bagi pemegang hak Rahasia Dagang tetap dapat melaksanakan sendiri atau

memberikan lisensi kepada pihak ketiga untuk melaksanakan perbuatan

sebagaimana dimaksud Pasal 3 kecuali diperjanjikan lain.

Perjanjian lisensi wajib dicatatkan pada Dirjen HAKI, bila tidak

dicatatkan maka tidak berakibat hukum terhadap pihak ketiga. Demikian pula

perjanjian lisensi dilarang memmuat ketentuan yang menimbulkan akibat

yang merugikan perekonomian Indonesia atau yang mengakibatkan

persaingan usaha tidak sehat sebagaimana diatur dlam UU No. 5 Tahun 1999

yang berlaku. Dirjen HAKI berhak untuk menolak perjanjian yang memuat

hal yang demikian ini.

2.3.5 Sengketa Dagang

Menurut Pasal 11 UU No.30 Tahun 2000 ) pemegang hak Rahasia

Dagang atau penerima Lisensi dapat menggugat siapa pun yang dengan

sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 4, berupa:

Page 13: HAKI Part 2 (Desain Industri, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu Dan Rahasia Dagang)

a. Gugatan ganti rugi; dan/atau

b. Penghentian semua perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4.

Gugatan dapat diajukan ke pengadilan negeri atau para pihak melalui

inisiatif arbitrase atau alternatif penyelesaian sengketan.

2.3.6 Pelanggaran Rahasia Dagang

Menurut UU No.30 Tahun 2000 Pasal 13, Pelanggaran Rahasia

Dagang juga terjadi apabila seseorang dengan sengaja mengungkapkan

Rahasia Dagang, mengingkari kesepakatan atau mengingkari kewajiban

tertulis atau tidak tertulis untuk menjaga Rahasia Dagang yang bersangkutan.

Pada Pasal 14 dijelaskan Seseorang dianggap melanggar Rahasia Dagang

pihak lain apabila ia memperoleh atau menguasai Rahasia Dagang tersebut

dengan cara yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

Perbuatan yang dianggap tidak termasuk sebagai pelanggaran Rahasia

Dagang menurut Pasal 15 UU No.30 Tahun 2000, adalah sebagai berikut.

1) Tindakan pengungkapan Rahasia Dagang atau penggunaan Rahasia

Dagang tersebut didasarkan pada kepentingan pertahanan keamanan,

kesehatan, atau keselamatan masyarakat.

2) Tindakan rekayasa ulang atas produk yang dihasilkan dari penggunaan

Rahasia Dagang milik orang lain yang dilakukan semata-mata untuk

kepentingan pengembangan lebih lanjut produk yang bersangkutan.

2.3.7 Ketentuan Pidana

Pada Pasal 17 UU No.30 Tahun 2000 disebutkan barangsiapa dengan

sengaja dan tanpa hak menggunakan Rahasia Dagang pihak lain atau

melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 atau Pasal 14

dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda

paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).