HAKEKAT BELAJAR
Click here to load reader
-
Upload
muhammad-ghozali -
Category
Documents
-
view
147 -
download
0
Transcript of HAKEKAT BELAJAR
HAKEKAT BELAJAR
Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mandiri
Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Islam
Dosen Pengampu : Dr. Ahmad Janan Asifudin, MA
Disusun Oleh :
Agus SutejoNIM. 1220411241
PAI-B Mandiri
KONSENTRASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PROGAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM
PROGAM PASCA SARJANA
UIN SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2012
BAB I
Pendahuluan
Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi,
ketrampilan, dan sikap. Belajar dimulai sejak manusia lahir sampai akhir hayat. Kemampuan
manusia untuk belajar merupakan karakteristik penting yang membedakan manusia dengan
makhluk hidup lainnya. Belajar mempunyai keuntungan, baik bagi individu maupun bagi
masyarakat. Bagi individu, kemampuan untuk belajar secara terus-menerus akan memberikan
kontribusi terhadap pengembangan kualitas hidupnya. Sedangkan bagi masyarakat, belajar
mempunyai peran yang penting dalam mentransmisikan budaya, pengetahuan dan pemikiran
dari generasi ke generasi.
Belajar tidak hanya dipahami sebagai aktivitas yang dilakukan oleh pelajar saja.
Belajar merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan perubahan dalam
dirinya melalui berfikir, pelatihan-pelatihan atau pengalaman-pengalaman.
Dengan demikian, belajar dapat membawa peubahan bagi si pelaku, baik perubahan
pengetahuan, sikap, maupun keterampilan. Dengan perubahan-perubahan tersebut, tentunya
si pelaku juga akan terbantu dalam memecahkan permasalahan hidup dan bisa menyesuaikan
diri dengan lingkungannya
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Belajar
Definisi dari belajar secara adalah berusaha memperoleh kepandaian atau
ilmu. Definisi ini kemudian memiliki pengertian bahwa belajar adalah sebuah
kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu. Kegiatan ini merupakan usaha
manusia untuk memenuhi kebutuhannya mendapatkan ilmu atau kepandaian yang
belum dipunyai sebelumnya. Sehingga dengan belajar itu manusia menjadi tahu,
memahami, mengerti, dapat melaksanakan bahkan mengembangkan.
Penjelasan diatas mungkin masih terlihat sederhana, sehingga pengertian
belajar perlu dipertajam lagi. Secara terminologi belajar merupakan suatu proses
perubahan tingkah laku yang dinyatakan dalam bentuk, penguasaan, penggunaan, dan
penilaian,mengenai sikap dan nilai-nilai, pengetahuan dan kecakapan dasar yang
terdapat dalam berbagai bidang studi atau dalam berbagai aspek kehidupan atau
pengalaman yang terorganisasi1. Menurut WS. Winkel Belajar adalah suatu aktifitas
mental dan fisik yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang
menghasilkan perubahan-perubahan pengetahuan pemahaman ketrampilan dan sikap
atau nilai dan perubahan itu bersifat relative konstan2. Sehingga menurut Usman
Najati dengan belajar itu diharapkan dapat meningkatkan kemampuannya, untuk
mempertanggungjawabkan kehidupan di bumi dan memakmurkannya sehingga ia
mampu mencapai kesempurnaan insane yang dikaruniakan Allah kepadanya3.
Beberapa definisi tersebut menunjukan bahwa belajar adalah suatu proses
perubahan tingkah laku atau kecakapan manusia. Perubahan tingkah laku ini bukan
disebabkan oleh proses pertumbuhan yang bersifat fisiologis atau proses kematangan.
Perubahan yang terjadi karena belajar dapat berupa perubahan-perubahan dalam
kebiasaan (habitat), kecakapan-kecakapan (skill) atau dalam ketiga aspek yakni
pengetahuan (kognitif), sikap (affektif), dan ketrampilan (psikomotor).
1 Tabrani Rusyan, Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994), hal. 82 W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran (Jakarta: Grasindo, 1991), hal. 363 M.Usman Najati, Al-Qur’an dan Ilmu Jiwa (Bandung: Balai Pustaka, 1985), hal. 169
Adapun cirri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar, ada enam
kriteria, yaitu sebagai berikut :
1. Perubahan terjadi secara wajar
Seseorang yang belajar akan menyadari terjadi perubahan, atau sekurang-
kurangnya ia merasakan telah terjadi perubahan dalam dirinya. Misal menyadari
bahwa pengetahuannya bertambah, kecakapannya bertambah. Jadi perubahan yang
terjadi karena mabuk misalnya, itu bukan termasuk perubahan dalam pengertian
belajar karena orang yang bersangkutan tidak menyadari hal ini.
2. Perubahan dalam belajar bersifat kontinyu dan fungsional
Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam dirii seorang
berlangsung secara kesinambungan, tidak statis. Misal jika seorang belajar menulis
maka ia akan mengalami perubahan, dari tidak dapat menulis menjadi dapat
menulis. Perubahan ini berlangsung terus secara kesinambungan sehingga
kemampuan menulisnya akan bertambah semakin baik.
3. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
Dalam belajar perubahan senantiasa bertambah dan tertuju untuk
memperoleh sesuatu yang lebih baik sebelumnya. Perubahan bersifat aktif berarti
perubahan tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan karena usaha individu
sendiri.
4. Perubahan belajar bukan bersifat sementara
Perubahan yang bersifat sementara atau temporer terjadi hanya untuk beberapa saat
saja dan tidak dapat digolongkan sebagai perubahan dalam arti belajar.
5. Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah
Perubahan tingkah laku terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perbuatan
belajar terarah kepada perubahan tingkah laku benar-benar disadari. Misalnya
seseorang yang ingin belajar mengetik, sebelumnya tentu mempunyai keinginan
yang akan dicapai.
6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui proses belajar, meliputi
perubahan seluruh aspek, baik dalam sikap, ketrampilan, pengetahuan, dan
sebagainya.4
4 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hal. 3
B. Dasar Belajar
Kalau kita berbicara mengenai dasar-dasar yang mewajibkan belajar, maka
bagi kita umat Islam sebetulnya masalah ini sudah jelas,. Karena sesungguhnya ajaran
agama dengan jelas dan gamblang menjelaskan kepada kita betapa pentingnya belajar
dan betapa pentingnya ilmu pengetahuan. Justru disinilah letak keberbedaan manusia
dan binatang. Agama Islam sendiri mendukung umatnya untuk melaksanakan
pendidikan. Karena menurut ajaran Islam pendidikan adalah merupakan kebutuhan
hidup manusia yang mutlak harus di penuhi, demi untuk mencapi kesejahteraan dan
kebahagiaan dunia dan akhirat.
Dengan pendidikan itu pula manusia akan mendapatkan berbagai macam ilmu
pengetahuan untuk bekal kehidupannya.5 Lebih lebih Islam adalah agama ilmu dan
akal. Karena Islam selalu mendorong umatnya untuk mempergunakan akal dan
menuntut ilmu pengetahuan. Dengan demikian mereka dapat membedakan mana yang
benar dan mana yang salah. Dapat menyelami hakekat alam dan dapat menganalisa
segala pengalaman yang telah dialami oleh umat-umat yang telah lalu.
Apabila kita memperhatikan ayat-ayat yang pertama kali diturunkan oleh
Allah kepada Nabi Muhammad, maka nyatalah bahwa Allah telah menekankan
perlunya baca tulis dan belajar ilmu pengetahuan. Dalam surat al –Alaq 1-5 misalnya.
Dari ayat tersebut nyatalah bahwa agama Islam mendorong umatnya agar pandai,
dimulai dengan belajar membaca, menulis dan diteruskan dengan belajar berbagai
ilmu pengetahuan. Dari ayat diatas dijelaskan bahwa sesungguhnya Al-Qur’an telah
memerintahkan manusia untuk selalu belajar dan menggunakan akal fikirannya agar
hati dan wawasan terhadap alam semesta ini terbuka.
Dengan dasar tersebut sesungguhnya Allah telah memberikan kedudukan yang
tinggi kepada manusia, yaitu ilmu pengetahuan. Namun meski demikian ilmu
pengetahuan tidaklah dengan begitu saja datang atau dapat diperoleh manusia. Untuk
dapat menjadi orang yang berilmu pengetahuan, maka diwajibkan manusia untuk
mencarinya atau belajar. Dengan demikian keseluruuhan proses belajar haruslah
berpegangan pada prinsip al-Qur’an dan as-Sunnah serta unsur-unsur luar secara
adaptif yang ditilik dari persepsi keislaman. Yang akhirnya perubahan yang
diinginkan adalah perubahan orientasi hidup yang menyeluruh sesuai dengan
kehendak Allah (bermakna Ibadah) dan konsisten dengan kekhalifahannya di bumi.
5 Zuhairini dkk, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), hal. 98
Kesimpulan dari ajaran agama mengenai belajar diantaranya adalah sebagai
berikut :
1. Agama Islam memerintahkan umatnya untuk belajar berbagai macam ilmu
pengetahuan
2. Bahwa Islam telah mewajibkan menuntut ilmu pengetahuan kepada seluruh kaum
muslimin, baik pria maupun wanita, sepanjang hidupnya. Hal ini membuktikan
bahwa Islam sejak awal telah meletakkan dasar adanya pendidikan seumur hidup.
3. Disamping memerintahkan umatnya untuk belajar, juga memerintahkan umatnya
untuk mengajarkan ilmunya kepada orang lain, dengan mempergunakan metode
pendidikan yang tepat guna sehinnga dapat berhasil
4. Allah sangat mendorong umatnya untuk belajar dan mengajar dan sangat
menghargai orang yang berilmu pengetahuan, bahkan akan mengangkat
martabat/derajat mereka ke tempat yang terpuji.6
C. Prinsip-Prinsip Belajar
Proses belajar akan tercapai dengan mudah jika prinsip belajar dapat dipenuhi.
Jika tidak maka belajar akan mengalami kesulitan, kalaupun dapat dicapai maka akan
memakan waktu yang lama. Dalam tulisan Muhammad Usman Najati, beliau
mengungkapkan bahwa sebelum para ahli mengungkapkan prinsip-prinsip belajar, 14
abad silam Al-Qur’an telah mempraktekkan prinsip belajar dalam mengubah perilaku
manusia dan membangun kepribadiannya. Motivasi merupakan prinsip yang penting
dari semua prinsip belajar. Manusia biasanya tidak mau belajar kecuali bila ada
persoalan yang dapat membangkitkan motivasinya untuk mencari pemecahannya.
Contoh dalam Al-Qur’an dalam hal motivasi ini adalah melalui janji dan ancaman.
Al-Qur’an menggunakan janji dan ancaman untuk membangkitkan motivasi manusia
supaya beriman, beribadah, bertaqwa dan lain-lain7.
Selain berupa janji juga dapat berupa motivasi dengan cerita. Kisah atau cerita
dapat menggugah konsentrasi dan membangkitkan hasrat untuk lebih menyimak. Oleh
karena itu penggunaan kisah untuk memotivasi juga sebagai metode pengajaran ini
merupakan signifikan pada proses belajar. Seperti tercantum dalam surat Yusuf ayat
111, Allah berfirman yang artinya “ Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu
terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal”. 6 Muhammad Fadhil Al-Jamali, Filsafat Pendidikan Dalam Al-Qur’an (Surabaya: Bina Ilmu, 1986), hal. 1027 M.Usman Najati, Al’Qur’an wa ilm an Nafs, Al-Qur’an dan Psikologi, terj Ade Asnawi (Jakarta: Aras Pustaka, 2003), hal. 175
Dalam perkembangan prinsip belajar kemudian dijelaskan oleh para ahli
pendidikan diantaranya adalah pandangan Slameto, beliau mengungkapkan prinsip
belajar sebagai berikut:
1. Dalam belajar harus diusahakan partisipasi aktif, meningkatkan minat dan
membimbing untuk mencapai tujuan
2. Belajar bersifat keseluruhan dan materi harus memiliki struktur penyajian yang
sederhana atau sesuai
3. Belajar harus menimbulkan motivasi yang kuat untuk mencapai tujuannya
4. Belajar itu kontinyu, maka tahap demi tahap menurut perkembangannya
5. Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, dan eksploitasi
6. Belajar harus dapat mengembangkan kemampuannya tertentu sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapainya
7. Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga dapat tercipta suasana belajar
yang baik
8. Belajar perlu lingkungan yang sesuai dimana anak dapat mengembangkan
kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan efektif
9. Belajar perlu interaksi sesama komponen pendidikan
10.Belajar adalah proses konguitas (hubungan saling pengertian yang satu dengan
yang lain), sehingga mendapatkan pengertian yang diharapkan
11.Belajar merupakan suatu proses yang dapat diulang-ulang untuk mendapatkan
pengertian yang mendalam8.
D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Secara umum faktor-faktor yang memengaruhi hasil belajar dibedakan atas
dua kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor tersebut saling
memengaruhi dalam proses belajar individu sehingga menentukan kualitas hasil
belajar. Faktor faktor yang menpengaruhi belajar adalah :
1. Faktor internal
a. Faktor jasmaniah (fisiologis) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh.
Misalnya kesehatan dan cacat tubuh. Kondisi organ tubuh yang lemah, dapat
menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang dipelajarinya
kurang atau tidak berbekas
8 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), hal. 29
b. Faktor psikologis (rohaniah) melipiti intelegensi, minat, bakat, motivasi dan
presepsi
2. Faktor yang berasal dari luar (eksternal)
a. Faktor pengaturan belajar seperti kurikulum, disiplin, sekolah, guru, fasilitas,
teman
b. Faktor sosial, system sosial di sekolah atau lingkunagn belajar, status sosial
c. Faktor situsional, keadaan politik, ekonomi, keadaan waktu, tempat, atau iklim.
BAB III
KESIMPULAN
1. Hakikat hidup adalah belajar. Hakikat belajar adalah proses transformasi diri menuju
peningkatan kapasitas intelektual, keluhuran moral, kedalaman spiritual, kecerdasan
sosial, keberkahan profesional, dan perubahan sosial menuju khaira ummah (umat
terbaik). Dengan belajar, manusia bisa hidup bermartabat dan membangun peradaban.
2. Ciri-Ciri Belajar :
a. Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku
b. Perubahan perilaku relatif permanen
c. Perubahan perilaku tersebut bersifat potensial
d. Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau pengalaman
e. Pengalaman atau latihan itu dapat memberi penguatan.
3. Perintah Allah SWT yang pertama kepada Nabi Muhammad SAW adalah membaca.
(QS al-Alaq [96]:1-6). Perintah ini sangat penting karena inti belajar adalah membaca.
Tidak ada proses pembelajaran yang tidak melibatkan aktivitas pembacaan. Membaca
ini adalah merupakan melibatkan proses mental yang tinggi yaitu proses pengenalan,
(kognitif), ingatan (memory), pengamatan (reasing), dan daya kreasi (reativity).
4. Secara umum faktor-faktor yang memengaruhi hasil belajar dibedakan atas dua
kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor tersebut saling
memengaruhi dalam proses belajar individu sehingga menentukan kualitas hasil
belajar.
Daftar Pustaka
Al-Jamali Fadhil, Filsafat Pendidikan Dalam Al-Qur’an, Surabaya: Bina Ilmu, 1986
Najati Usman, Al-Qur’an Dan Ilmu Jiwa , Bandung: Balai Pustaka, 1985
Rusyan Tabrani, Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar , Bandung: Remaja Rosdakarya, 1991
Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta, 2003
Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta, 1991
Usman Najati, Al-Qur’an Wa Ilm An- Nafs, Al-Qur’an Dan Psikologi, Terj Ade Asnawi, Jakarta: Aras Pustaka, 2003
Winkel W.S, Psikologi Pengajaran, Jakarta: Grasindo, 1991
Zuhairini Dkk, Filsafat Pendidikan Islam , Jakarta: Bumi Aksara, 1991