HAK-HAK PEREMPUAN DALAM KELUARGA MENURUT...

80
HAK-HAK PEREMPUAN DALAM KELUARGA MENURUT PANDANGAN ASMA BARLAS SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H) Oleh : ULFAH ABDULLAH NIM : 1112044100049 PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/2016 M

Transcript of HAK-HAK PEREMPUAN DALAM KELUARGA MENURUT...

Page 1: HAK-HAK PEREMPUAN DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33536/1/ULFAH... · nafkah lahir dan batin serta perlakuan yang baik dari suami. Sedangkan

HAK-HAK PEREMPUAN DALAM KELUARGA MENURUT PANDANGAN ASMA BARLAS

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh :

ULFAH ABDULLAH NIM : 1112044100049

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438 H/2016 M

Page 2: HAK-HAK PEREMPUAN DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33536/1/ULFAH... · nafkah lahir dan batin serta perlakuan yang baik dari suami. Sedangkan

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakulas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh:

ULFAH ABDULLAH NIM: 1112044100049

Di Bawah Bimbingan:

Hj. Rosdiana, MA.

NIP.196906102003122001

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438 H/2016 M

ii

Page 3: HAK-HAK PEREMPUAN DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33536/1/ULFAH... · nafkah lahir dan batin serta perlakuan yang baik dari suami. Sedangkan

iii

Page 4: HAK-HAK PEREMPUAN DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33536/1/ULFAH... · nafkah lahir dan batin serta perlakuan yang baik dari suami. Sedangkan

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya, yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh Gelar Strata Satu (S1) di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua narasumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Ciputat, 05 Oktober 2016

Ulfah Abdullah

iv

Page 5: HAK-HAK PEREMPUAN DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33536/1/ULFAH... · nafkah lahir dan batin serta perlakuan yang baik dari suami. Sedangkan

ABSTRAK

Ulfah Abdullah. NIM 1112044100049. HAK-HAK PEREMPUAN DALAM KELUARGA MENURUT PANDANGAN ASMA BARLAS . Konsentrasi Peradilan Agama. Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syari’ah dan Hukum, Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1437 H/2016 M.

Skripsi ini mengambil judul Hak-Hak Perempuan dalam Keluarga Menurut Pandangan Asma Barlas, dengan tujuan untuk memahami bagaimana metodologi pemikiran Asma Barlas dan bagaimana hak-hak perempuan dalam wilayah keluarga (domestik) menurut Asma Barlas. Beberapa alasan mendasar yang mendasar pemilihan judul ini diantaranya, pertama adanya ketimpangan sosial dalam hubungan antara laki-laki dan perempuan, kedua eksistensi perempuan seringkali dianggap hanya sebatas konco wingking dan diperparah lagi dengan adanya doktrin yang ditanamkan sejak dini, bahwa suami dalam keluarga memiliki hak istimewa, sedangkan perempuan (istri) sebaliknya. agamanya.

Hak-hak perempuan dalam keluarga yang disoroti Asma Barlas diantaranya adalah hak perempuan sebagai istri dan hak perempuan sebagai orang tua, hak sebagai istri yang dimiliki oleh perempuan bersifat wajib bagi suami dalam hal ini yaitu nafkah lahir dan batin serta perlakuan yang baik dari suami. Sedangkan hak perempuan sebagai orang tua Barlas menekankan bahwa Meskipun al-Qur’an tidak menggambarkan hak ibu dalam pengertian yang sama dengan hak ayah dalam sistem patriarki Barlas berpendapat al-Qur’an telah memasukan ibu kedalam wilayah penghormatan simbolis yang diasosiasikan dengan Tuhan, sehingga ibu diangkat posisinya melebihi ayah. Penghormatan simbolis ini terlihat pada surat an-Nisa ayat 1 dimana barlas menafsirkan konsep taqwa kepada Tuhan dan ke pada ibu. Barlas menegaskan bahwa ayah dalam tradisi patriarki tidak sesuai dengan al-Qur’an. Barlas dengan semangat pembebasan menafsirkan ayat-ayat tersebut dengan menerapkan hermenutik yang berdasarkan ontology ketuhanan.

Dalam skripsi ini penulis menggunakan metode deskriptif- analitik yaitu dengan cara mendeskripsikan isi naskah, memaparkan suatu peristiwa atau pemikiran dan berusaha untuk menguraikan secara teratur konsepsi tentang tokoh. Tujuan metode ini adalah untuk mendapatkan gambaran pemikiran Asma Barlas yang tertuang dalam karya-karyanya, khususnya yang terkait dengan persoalan hak-hak perempuan.

Dosen Pembimbing : Hj. Rosdiana, MA

Kata Kunci : Hak, Asma Barlas

Bahan Pustaka : 1994 S.d. 2016

v

Page 6: HAK-HAK PEREMPUAN DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33536/1/ULFAH... · nafkah lahir dan batin serta perlakuan yang baik dari suami. Sedangkan

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat, hidayah serta kekuatan sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi. Shalawat serta salam kita sanjungkan keharibaan Nabi

besar Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat dan umatnya hingga akhir

zaman.

Dalam proses penyelesaian skripsi ini penulis menyakini bahwa rintangan

dan hambatan yang terus menerus datang silih berganti. Berkat bantuan dan

motivasi dari berbagai pihak maka segala kesulitan dan hambatan tersebut dapat

diatasi dan tentunya dengan izin Allah SWT, serta dengan wujud yang berbeda-

beda dapat diminimalisir dengan adanya nasihat dan dukungan yang diberikan

oleh keluarga dan teman-teman penulis.

Pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkanc terimakasih yang

tiada terhingga untuk semua pihak yang telah memberikan bantuan baik moril

maupun materil sehingga terselesaikannya skripsi ini. Tentunya kepada:

1. Asep Saepudin Jahar, MA. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

Negri Syarif Hidayatullah Jakarta serta pembantu Dekan I, II, dan III Fakultas

Syariah dan Hukum.

2. Dr. H. Abdul Halim, M.Ag. Ketua program Studi Hukum Keluarga serta bapak

Arip purqon, M.Ag. sekertaris Program Studi Hukum Keluarga yang telah

bekerja dengan Maksimal.

3. Rosdiana. MA. Pembimbing skripsi yang telah banyak membimbing memberikan

pencerahan, motivasi semangat dan ilmunya kepada penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini

vi

Page 7: HAK-HAK PEREMPUAN DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33536/1/ULFAH... · nafkah lahir dan batin serta perlakuan yang baik dari suami. Sedangkan

4. Seluruh dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan ilmu-ilmu

yang tak ternilai harganya, seluruh staf dan karyawan perpustakaan Fakultas

Syariah dan Hukum, Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan

bagian tata usaha Fakultas Syariah dan Hukumyang telah memberikan layanan

terbaik.

5. Terimaksih untuk kedua orang tua penulis Alm Ujang Abdullah Taufiqurrahman

dan ibu Ojah Khadijah yang telah memberikan dukungan moril dan materil serta

arahan yang tak pernah jenuh serta tiada henti mendo’akan penulis dalam

menempuh pendidikan. Juga kepada kakak penulis Hikmayati Abdullah dan adik

penulis Ahmad Muthohari yang selalu memberikan doa, dukungan dan semangat

dengan penuh keikhlasan dan kesabaran yang tiada tara.

6. Sahabat-sahabat Terbaik, Husnul Alfia Aulia, Aida Makbullah Suti Halwan, Deza

Emira, M. Sayyid Rifa’i, Asep Awaludin, A. Wahid Hasyim, M. Faishal Kamal,

Nanik Maulidah, Aprilia Farchataeni, Fani Setianingsih dan Erni Nur Fatahela

Dewi. yang telah memberikan kesan terbaik selama saya menjalani masa masa

kuliah.

7. Himpunan Mahasiswa Program Studi Akhwalu Syakhsiyyah (HMPS SAS)

Keluarga Besar Peradilan Agama (KBPA), Pergerakan Mahasiswa Islam

Indonesia (PMII), Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU), Korp Putri

PMII (KOPRI), Keluarga Besar Nahdlatul Ulama’ Tangerang Selatan (KBNU),

Riungan Mahasiswa Sukabumi Jakarta (RIMASI) dan tidak lupa juga Sahabat-

sahabat Moderat Muslim Society (MMS), yang telah menjadi wadah bagi penulis

untuk berorganisaai dan berperoses mennjadi insan penggerak yang sadar akan

dunia pergerakan dan pemikiran.

vii

Page 8: HAK-HAK PEREMPUAN DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33536/1/ULFAH... · nafkah lahir dan batin serta perlakuan yang baik dari suami. Sedangkan

8. Teman-teman program studi Peradilan Agama Angkatan 2012 yang telah

memberi saran dan motivasi kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan dan banyak yang

perlu diperbaiki lebih dalam. Oleh karena itu, saran dan kritik penulis harapkan

demi kesempurnaan skripsi ini. Mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi

penulis khususnya dan setiap pembaca dan umumnya serta menjadi amal baik

disisi Allah SWT. Semoga setiap bantuan, doa, motivasi yang telah diberikan

kepada penulis mendapat balasan dari Allah SWT.

Wassalamualaikum. Wr.Wb

Ciputat, 05 Oktober 2016

Penulis

viii

Page 9: HAK-HAK PEREMPUAN DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33536/1/ULFAH... · nafkah lahir dan batin serta perlakuan yang baik dari suami. Sedangkan

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………..………………..…………………….....i PERSETUJUAN PEMBIMBING…………………………………………………..ii

LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………………………iii

LEMBAR PERNYATAAN…………………………………………………………iv

ABSTRAK...…………………………………………………………….………….....v

KATA PENGANTAR………………………………….……………….………….viii

DAFTAR ISI……………………………………………. …………………….…….ix

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah............................................................ 1 B. Identifikasi Masalah .................................................................. 4 C. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah .......................... 4 D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................. 4 E. Metode Penelitian ..................................................................... 5 F. Kajian (Review) Studi Terdahulu .............................................. 7 G. Sistematika Penulisan ............................................................. 10

BAB II : HAK-HAK PEREMPUAN DALAM KELUARGA ISLAM

A. Kedudukan Perempuan dalam Keluarga Islam ........................ 12 B. Hak Perempuan dalam Keluarga Islam .................................. 17 C. Hak Perempuan Sebagai Istri .................................................. 34 D. Hak Perempuan Sebagai Orangtua .......................................... 39

BAB III : BIOGRAFI ASMA BARLAS

A. Riwayat Hidup Asma Barlas ............................................. 43 B. Perjalanan Pendidikan dan Karir Intelektual Asma Barlas . 46 C. Daftar Karya ..................................................................... 47 D. Metode Pemikiran Asma Barlas……..……………………50 E. Prinsip Pokok-Pokok Pikiran Asma Barlas………...……..52

BAB IV : PANDANGAN ASMA BARLAS TERHADAP HAK- HAK PEREMPUAN DALAM KELUARGA

A. Kedudukan Perempuan dalam Keluarga ........................... 56 B. Hak Perempuan dalam Keluarga …………………………57 C. Hak Perempuan Sebagai Istri……………………………..60 D. Hak Perempuan Sebagai Orangtua……………………..…65

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ...................................................................... 61 B. Saran ................................................................................ 68

DAFTAR PUSTAKA

xi

Page 10: HAK-HAK PEREMPUAN DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33536/1/ULFAH... · nafkah lahir dan batin serta perlakuan yang baik dari suami. Sedangkan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Adalah Asma Barlas yang memberikan seperangkat metodologi bagaimana

memberikan pembaca baru terhadap al-Quran yang tidak bias gender melainkan

memberikan dukungan penuh terhadap apa yang ia sebut ‘’karakter egalitarian dan

antipatriarkal dalam al-Quran’’

Karakter egalitarian dan antipatriarkal menjadi sangat penting, sebab tema-

tema inilah yang kerapkali luput dari pembacaan terhadap al-Quran selama ini. Asma

barlas memberikan penekanan pada dua hal. Pertama, menentang pembaca al-Quran

yang menindas perempuan. Kedua, menawarkan pembacaan yang mendukung bahwa

perempuan dapat berjuang untuk kesetaraan di dalam kerangka ajaran al-Quran. Asma

Barlas kemudian mengajukan dua pertanyaan penting. Pertama, apakah kitab al-

Quran mengajarkan ketidak setaraan dan penindasan? Kedua, apakah al-Quran

mendorong atau mengizinkan pembebasan terhadap perempuan?. 1

Bagi Asma Barlas, kunci utama untuk menampilkan wajah Islam yang egaliter

adalah melalui cara membaca kembali al-Quran. Ketika al-Quran dibaca akan muncul

beberapa kemungkinan hasil bacaannya. Mereka yang membaca al-Quran dengan

kaca mata patriarkis, maka akan dihasilkan pembaca yang tentu juga patriarkis. Barlas

1 Asma Barlas, Cara Qur’an Membebaskan Wanita, Terj. R. Cecep Lukman Yasin, ( Jakarta :

Serambi ,2005) Cet. 1

Page 11: HAK-HAK PEREMPUAN DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33536/1/ULFAH... · nafkah lahir dan batin serta perlakuan yang baik dari suami. Sedangkan

2

mengakui bahwa cara baca terhadap al-Quran yang berkembang di masyarakat

memang sangat kental dengan nuansa patriarkal. 2

Berbicara tentang perempuan, Barlas menggunakan argumentasi historis

(sejarah) dan hermeneutik. Argumentasi sejarah menjelaskan pengungkapan karakter

politik tekstual yang berkembang dikalangan masyarakat islam, terutama proses yang

telah menghasilkan tafsir-tafsir di dalam islam yang memiliki kecendrungan patriarki.

Sedangkan argumentasi hermeneutik dipakai untuk menemukan apa yang Barlas

sebut epistemology egalitarianisme dan antipatriarkalisme dalam al-Quran

Ada tiga isu utama yang diambil Barlas dalam menganalisa penafsiran al-

Quran, khususnya mengenai penerapan prinsip egalitarianism al-Quran untuk isu

perempuan. Pertama, soal patriarki. Istilah ini yang menjadi sorotan Barlas karena

adanya wacana yang berkembang, tidak hanya dalam islam tapi dalam agama lainnya,

tentang dominasi corak patriarkal di dalam menafsirkan teks-teks utama agama,

termasuk Islam. Barlas menolak adanya patriarkisme di dalam al-Quran apabila yang

dimaksud adalah aturan kebapakan atau politik pengistimewaan laki-laki. 3

Kedua, isu-isu seksualitas dan gender dalam islam, khususnya di sekitar isu

persamaan, perbedaan, dan kesetaraan antar laki-laki dan perempuan. Untuk konsep

‘persamaan’. sebagaimana yang diungkapkan oleh sebagian kalangan feminis,

menurut Barlas, itu tidak sesuai dengan al-Quran. Persamaan antara laki-laki dan

perempuan adalah bahwa keduanya memiliki kemampuan yang sama sebagai agen

moral untuk sama-sama memiliki tugas-tugas kemanusiaan yang tidak berbeda. Allah

2 Jurnal, Fauziah, Egaliterianisme dalam Keluarga Menurut Al-Quran :Studi Pemikiran Asma

Barlas Terhadap Q.s an-Nisa Ayat 1, di akses pada 10 mei 2016 3 Jurnal, Fauziah, Egaliterianisme dalam Keluarga Menurut Al-Quran :Studi Pemikiran Asma

Barlas Terhadap Q.s an-Nisa Ayat 1, di akses pada 10 mei 2016

Page 12: HAK-HAK PEREMPUAN DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33536/1/ULFAH... · nafkah lahir dan batin serta perlakuan yang baik dari suami. Sedangkan

3

tidak pernah membedakan manusia berdasarkan jenis kelamin, kekayaan, kebangsaan,

atau konteks sejarah, melainkan ketakwaannya.

Al-Quran surah al-Hujurat/49:13 menyebutkan:

Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.

Ketiga, tentang keluarga dan perkawinan. Bagi Barlas, sistem keluarga dalam

islam tidak menunjukan nilai-nilai patriarkal. Selama ini memang ada anggapan

bahwa lembaga keluarga dan juga perkawinan menjadi bukti nyata akan kentalnya

budaya patriarkal dalam islam. Dia menganalisis pandangan al-Quran tentang ibu dan

ayah dan tentang suami dan istri serta membedakan pandangan al-Quran dari

pemikiran patriarkis (Barat) maupun kaum feminis.

Berangkat dari pemikiran diatas, penulis memilih judul ‘’Hak-hak Perempuan

dalam Keluarga Menurut Pandangan Asma Barlas’’. Pemilihan judul ini dilatar

belakangi oleh pengandaian bahwa Asma Barlas mengusung nilai-nilai kesetaraan

dalam anggota keluarga dan bagaiman relasi antara suami dan istri serta ibu dan ayah

itu harus dibangun sehingga terciptanya ke luarga bahagia yang tidak mendiskriminasi

antara yang satu dan yang lain.

Page 13: HAK-HAK PEREMPUAN DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33536/1/ULFAH... · nafkah lahir dan batin serta perlakuan yang baik dari suami. Sedangkan

4

B. Identifikasi Masalah

Pembahasan yang berkenaan dengan hak-hak perempuan dalam keluarga

cukup banyak maka terlebih dahulu penulis mengidentifikasi permasalahan yang

perlu di ungkap dalam karya tulis ini:

a. Pandangan Asma Barlas terkait kedudukan perempuan dalam keluarga

b. Pandangan Asma Barlas terkait hak perempuan dalam keluarga

c. Pandangan Asma Barlas terkait hak perempuan sebagai istri

d. Pandangan Asma Barlas terkait hak perempuan sebagai Orangtua

C. Pembatasan Masalah

Untuk mempermudah pembahasan dalam penulisan skripsi ini, penulis

membatasi masalah yang akan di bahas sehingga pembahasannya lebih jelas dan

terarah sesuai yang diharapkan penulis. Disini penulis hanya akan membahas

bagaimana tentang pandangan Asma Barlas terhadap hak-hak perempuan dalam

keluarga.

D. Perumusan Masalah

Rumusan masalah penulis rinci dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana pandangan Asma Barlas terkait hak perempuan dalam kehidupan

keluarga?

2. Bagaimana metodologi pemikiran Asma Barlas?

3. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi pandangan Asma Barlas?

E. Tujuan dan manfaat penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

Page 14: HAK-HAK PEREMPUAN DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33536/1/ULFAH... · nafkah lahir dan batin serta perlakuan yang baik dari suami. Sedangkan

5

1. Untuk mengetahui bagaiman pandangan Asma Barlas terkait hak-hak

perempuan dalam keluarga

2. Untuk mengetahui metodologi pemikiran Asma Barlas

3. Untuk mengetahui apa faktor-faktor yang mempengaruhi pandangan Asma

Barlas

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. bagi penulis, penelitian ini sangat bermanfaat sebagai wawasan ataupun

pengetahuan mengenai hak-hak perempuan dalam pandangan Asma Barlas.

2. Bagi masyarakat, untuk membuka pemikiran pada masyarakat bahwa Islam

bukan agama yang mendiskriminasi perempuan.

3. Bagi akademik, penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber referensi dan

acuan bagi kalangan akademisi dan praktisi di dalam menunjang penelitian

selanjutnya yang mungkin cakupan nya lebih luas sebagai bahan

perbandingan.

F. Metode Penelitian

Metode penelitian yang penyusun gunakan dalam pembahasan skripsi ini

adalah sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah menggunakan

analisis normatif yang didasarkan pada hasil analisis dengan melakukan penelitian

terhadap data kepustakaan, pendapat para ahli dan teori yang terkait dengan

pembahasan masalah atau disebut dengan data sekunder. Yang bersifat deskriptif

analisis, yaitu memberikan data seteliti mungkin yang menggambarkan objek

penelitian dan kemudian menghasilkan data berupa kata-kata tertulis dari

Page 15: HAK-HAK PEREMPUAN DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33536/1/ULFAH... · nafkah lahir dan batin serta perlakuan yang baik dari suami. Sedangkan

6

sumber-sumber yang diperoleh. Selanjutnya data tersebut dianalisis dan diambil

kesimpulannya.

2. Jenis Data Penelitian

Dalam melakukan penelitian ilmiah ini. Penelitian menyusun berdasarkan sumber

data yang terbagi kedalam dua kriteria, yaitu sumber data utama (primer) dan

sumber data tambahan (sekunder) ialah :

a. Sumber data Primer

Adapun sumber data primer yang digunakan ialah buku karya Asma Barlas

yang berjudul Cara Quran Membebaskan Perempuan, Democracy

Nationalism and Communalism, dan The Pleasure of Our Texts: Reading

the Qur’an

b. Sumber Data Sekunder

Di dalam penelitian ini, digunakan pula data sekunder yang memiliki

kekuatan mengikat yang dibedakan dalam beberapa macam:

1) Bahan hukum primer yaitu: bahan-bahan hukum yang mengikat.

Dalam skripsi ini adalah buku Amina Wadud yang berjudul Wanita di

dalam al-Qur’an, Asghar Ali Eagineer, Hak-hak Perempuan dalam

Islam, dan Fatima Mernissi, Rebbellionb and Islamic Memory.

2) Bahan hukum sekunder yaitu: berupa buku-buku, makalah seminar,

jurnal-jurnal, laporan penelitian, artikel, majalah, situs, testimony dan

blog.

3) Bahan hukum tersier yaitu: berupa kamus, ensiklopedia dan

sebagainya.

Page 16: HAK-HAK PEREMPUAN DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33536/1/ULFAH... · nafkah lahir dan batin serta perlakuan yang baik dari suami. Sedangkan

7

3. Teknik Pengumpulan data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah Studi

kepustakaan (Library Research ) yaitu metode yang digunakan untuk

mengumpulkan serta menganalisa data yang diperoleh dari literatur-literatur

yang berkenaan dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini

berupa buku, artikel, dan sebagainya.

4. Tempat dan Waktu Penelitian

a. Tempat Penelitian

Perpustakaan merupakan tempat yang tepat guna memperoleh bahan -bahan

dan informasi yang relevan untuk dikumpulkan, dibaca, dikaji, dicatat, dan

dimanfaatkan. Adapun perpustakaan yang penulis sering kunjungi dalam

penelitian ini yaitu, perpustakaan yang ada di lingkungan kampus dan

sekitarnya.

b. Waktu Penelitian

waktu penelitian yang penulis lakukan dimulai pada bulan Juni 2016 sampai

dengan bulan November 2016

5. Teknik Penulisan

Adapun teknik penulisan yang digunakan dalam skripsi ini mengacu kepada “

Pedoman Penulisan Skripsi “ yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012.

G. Kajian (Review) Studi Terdahulu

Asma Barlas merupakan tokoh feminis yang karya tulis nya tergolong banyak

bukan hanya soal Islam dan perempuan dalam Islam melainkan karya-karya lain

Page 17: HAK-HAK PEREMPUAN DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33536/1/ULFAH... · nafkah lahir dan batin serta perlakuan yang baik dari suami. Sedangkan

8

dalam ranah filsafat, ekonomi, dan ilmu-ilmu sosial lainnya. Pemikiran nya ini mulai

di kenal oleh kalangan terbatas pemikir Indonesia sejak diterbitannya buku Cara

Qur’an Membebaskan Perempuan (Believing Women In Islam : Unreading

Patriarchal Interpretations of the Qur’an) tahun 2002.

Kendati Pemikiran Asma Barlas relatif baru, namun corak teori yang di

tawarkan sebetulnya bisa ditemui dalam pemikiran beberapa tokoh feminis muslim

yang telah banyak diketahui secara luas oleh berbagai kalangan diantraanya:

Menurut Amina Wadud dalam bukunya Wanita di dalam al-Qur’an juga

membicarakan panjang lebar mengenai penafsiran al-Qur’an yang berkenaan dengan

perempuan. Menurutnya, laki-laki maupun perempuan sesungguhnya memiliki

kemungkinan untuk berpartisipasi nyata dan punya potensi untuk berperan serta di

dalam melakukan fungsi-fungsi yang ada. Dalam al-Qur’an derjad diperoleh melalui

perbutan (amal sholeh) bukan pada status jenis kelamin, dan punya potensi untuk

berperan serta di dalam melakukan fungsi-fungsi yang ada.

Al-Qur’an tidak berusaha menghapus perbedaan laki-laki dan perempuan

atau menghilangkan pentingnya perbedaan jenis kelamin yang akan membantu

masyarakat memenuhi kebutuhan dan berjalan dengan mulus, tetapi al-Qur’an tidak

mendukung peran tunggal itu defnisi tunggal mengenai seperangkat peran bagi setiap

jenis kelamin dalam setiap kebudayaan.

Al-Qur’an mengakui fungsi laki-laki dan perempuan baik sebagai individu

maupun sebagai anggota masyarakat. Tetapi tidak ada aturan rinci yang mengikat

mengenai keduanya berfungsi secara kultural. Spesifikasi semacam itu akan

mempersempit dan mengurangi nilai al-Qur’an, dari ayat-ayat yang bersifat universal

menjadi ayat yang khusus yang bersifat kultur, karena ajaran-ajaran yang ada di

Page 18: HAK-HAK PEREMPUAN DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33536/1/ULFAH... · nafkah lahir dan batin serta perlakuan yang baik dari suami. Sedangkan

9

dalam al-Qur’an adalah melebihi ruang dan waktu. Amina menepatkan perempuan

sebagai kawan laki-laki, bukan sebagai lawan, sebagaimana yang di presepsikan kaum

feminis modernis yang memaksakan kategorisasi - kategorisasi pemikiran barat untuk

mereformasi ajaran Islam. 4

Menurut Asghar Ali Engineer, dalam bukunya Hak-hak Perempuan dalam

Islam, upaya penempatan kembali hak-hak perempuan dalam Islam, suatu masalah

yang sampai saat ini masih sering disalah mengertikan dan disalah tafsirkan. Dan

Asghar kembali menangkap semangat sejati dari hukum-hukum al-Qur’an yang

menyangkut hubungan laki-laki dan perempuan. Dengan semangat yang menyakini,

ia membuktikan hak-hak setara bagi laki-laki dan perempuan, yang tidak

mendeskreditkan mereka dalam hal apapun terutama yang berkaitan dalam masalah

prestasi .5.

Menurut Fatma Mernisi, dalam bukunya yang berjudul Wanita di dalam Islam.

Siapa saja yang meyakini bahwa seorangg wanita Muslim yang berjuang untuk

meraih kemuliaan hak-hak sipilnya berarti telah mengeluarkan dirinya sendiri dari

lingkungan umat dan merupakan cuci otak propaganda barat adalah orang yang

menyalah-pahami warisan agama dan identitas budaya sendiri, selanjutnya dia

berpendapat bahwa hak-hak wanita merupakan masalah bagi seagian laki-laki Muslim

modern, hal itu bukan karena al-Qur’an ataupun sunnah Nabi, bukan pula karena

tradisi Islam, melinkan karena hak-ak tersebut bertentangan dengan kepentingan

kaum elit laki-laki6.

4 Amina Wadud Muhsin, Wanita di dalam al-Qur’an, Terj. Yaziar Radianti, (Bandung Pusaka,

1994) h.47 5Asghar Ali Eagineer, Hak-hak Perempuan dalam Islam, Terj Farid Wajdi dan cici farkha

(Yogyakarta: Yayasan Benteng Budaya, 1994), cet 1 h.55 6 Fatima mernissi, Rebbellion and Islamic Memory, (Atlantic Highlands, NJ: Zed Book,

1996), h. 84.

Page 19: HAK-HAK PEREMPUAN DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33536/1/ULFAH... · nafkah lahir dan batin serta perlakuan yang baik dari suami. Sedangkan

10

Indri Sri Sembadra dari Fakultas Ushuluddin dalam skripsinya yang berjudul:

Karakteristik Anti Patriarkal Dalam Al-Qur’an: Studi Pemikiran Asma Barlas,

menjelaskan mengenai metode penafsiran barlas yang menawarkan metode lain dalam

melihat al-Qur’an untuk membebaskan diskriminasi penafsiran bagi perempuan. Al-

Qur’an bagi barlas merupakan wacana Ilahi yang tidak bisa dipisahkan dari Tuhan.7

H. Sistematika Penulisan

Dalam menjabarkan penelitian ini kedalam bentuk penulisan, maka penulis

menyusunnya secara sitematis guna memudahkan dalam menganalisis suatu masalah.

Adapun sistematika penulisan ini adalah:

Bab pertama merupakan pendahuluan yang memuat latar belakang masalah,

pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

metode penelitian, jenis penelitian, pendekatan penelitian, sumber data dan objek

penelitian, teknik pengumpulan data, pedoman penulisan, metode analisis data,

review studi terdahulu dan sistematika penulisan.

Bab kedua penulis memaparkan landasan teori yang mencakup hak-hak

perempuan dalam keluarga menurut hukum Islam. Yang meliputi kedudukan

perempuan dalam keluarga Islam, hak perempuan dalam keluarga Islam, hak

perempuan sebagai istri dalam keluarga islam, hak perempuan sebagai orangtua

dalam keluarga Islam.

Bab ketiga penulis membahas tentang biografi, metode, serta pokok-pokok

pemikiran Asma Barlas serta faktor-faktor yang mempengaruhi pemikiran Asma

Barlas yang merupakan objek dari penelitian.

7 Indri Sri Sembadra, Karakteristik Anti Patriarkal Dalam Al-Qur’an : Studi Pemikiran Asma

Barlas, Jakarta : Fakultas Ushuluddin, 2007

Page 20: HAK-HAK PEREMPUAN DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33536/1/ULFAH... · nafkah lahir dan batin serta perlakuan yang baik dari suami. Sedangkan

11

Bab keempat mengenai Analisis Pemikiran Asma Barlas tentang hak-hak

perempuan dalam keluarga yang meliputi: kedudukan perempuan dalam keluarga

menurut pandangan Asma Barlas, hak perempuan dalam keluarga menurut pandangan

Asma Barlas, hak perempuan sebagai istri dalam keluarga menurut pandangan Asma

Barlas dan yang terakhir hak perempuan sebagai orang tua dalam keluarga menurut

pandangan Asma Barlas.

Bab kelima ini merupakan bagian akhir yaitu penutup dari isi keseluruhan

skripsi meliputi kesimpulan, yang merupakan jawaban dari pokok masalah dan saran-

saran bagi pihak-pihak yang ada kaitannya dengan pembahasan ini.

Page 21: HAK-HAK PEREMPUAN DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33536/1/ULFAH... · nafkah lahir dan batin serta perlakuan yang baik dari suami. Sedangkan

12

BAB II

HAK-HAK PEREMPUAN DALAM KELUARGA ISLAM

A. Kedudukan perempuan dalam keluarga Islam

Kata Parpuanta yang di serap jadi kata perempuan, memilki arti yang di

pertuan atau di hormati. Empu dalam pengertian ini adalah gelar kehormatan yang

berarti tuan. Dalam buku kakawin Arjunawiwaha XXXII kata wanita berasal dari kata

kawi yang sepadan dengan kata Priya atau perempuan. Dalam perkembangannya, di

jumpai istilah wanita karir, wanita tuna susila, dan sebagainya.

Wanita kariri di artikan dengan, seorang wanita yang berkecimpung dalam

kegiatan propesi, seperti kegiatan usaha, atau perkantoran. Wanita tunasusila adalah

wanita yang kurang atau tidak memiliki susila (adat atau sopan santun). Istilah

perempuan geladag, perempuan jalanan, perempuan nakal, perempuan jalang, semua

memiliki makna yang sama dengan pelacur.1 Jadi, pada hakikatnya banyak sekali

istilah-istilah perempuan dalam beberapa pengertian, sehingga kita harus mengetahui

posisi perempuan dalam keluarga seperti yang akan di jelaskan para urainyan

selanjutnya.

Menurut Teori Heraty Noerhadi, ketua Program Study Ilmu Filsafat Pasca

Sarjana UI, menyebutkan bahwa kata wanita dianggap lebih halus, lembut dan indah.

Sehingga sesuai dengaan kodratnya. Sementara kata perempuan, agak kasar dan

biasanya di katkan dengan kedudukan sosial yang rendah. Seakan dalam kata tersebut

tersirat sifat -sifat kurang baik yang tidak sesuai dengan kodratnya.

1Zainah Subhan, Kodrat Perempuan, (Jakarta, El kahfi, 2004 ) cet-1, h.5.

Page 22: HAK-HAK PEREMPUAN DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33536/1/ULFAH... · nafkah lahir dan batin serta perlakuan yang baik dari suami. Sedangkan

13

Kedua istilah ini, wanita dan perempuan bukan hanya berkaitan dengan asal bahasa

atau padanan kata saja, tetapi berkaitan dengan cerita, mitos, atau setereotype. Wanita

itu meski lemah lemmbut, mesra, hangat, dan cantik sekaligus menarik dan produktif,

sesuai dengan peran ganda yang di pikulnya dan menjadi mitra sejajar pria.

Sedangkan istilah perempuan dalam Al-quran mengunakan lafal yang

berbeda-beda, antara lain, mar’ah, imra’ah, nisa’atau niswah dan untsa. Ada pendpat

yang mengatakan bahwa akar kata nisa adalah nis nya artinya lupa yang disebabkan

oleh kelemahan akal. Bila di lihat dari Philologi Arab, kata nisa berarti anisa yaitu

penghibur, bisa juga anisa yang berarti jinak atau lemah lembut. Sedangkan kata

unsta mempunyai arti lemah lembut dan halus perkataannya. 2

Ada dua perbedaan yang dikenal antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan

yang bersifat mutlak dan relatif. Dua perbedaan ini, pertama dikenal dengan istilah

kodrati. Perbedaan ini disebut perbedaan biologis. Secara biologis laki-laki dan

perempuan berbedaa kelaminnya. Perbedaan kedua disebut dengan perbedaan yang

dihasilkan oleh interpretasi sosial. Perbedaan ini disebut nonkodrati, tidak kekal,

sangat mungkin berubah dan berbeda-beda berdasarkan ruang dan waktu. Perbedaan

ini bersifat relatif, tidak berlaku umum, perannya bisa berubah dan dipertukarkan atau

bisa menjadi bawaan, bukan alami.

Sebagian masyarakat berpandangan, perbedaan antara perempuan dan laki-laki

tidak hanya terbatas pada perbedaan yang bersifat kodrati, perbedaan ini bisa berupa

penyipatan. Seperti perempuan dianggap emosional, laki-laki rasuonal, laki-laki

2 Zainah Subhan, Kodrat Perempuan, (Jakarta, El kahfi, 2004 ) h.5-7.

Page 23: HAK-HAK PEREMPUAN DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33536/1/ULFAH... · nafkah lahir dan batin serta perlakuan yang baik dari suami. Sedangkan

14

memiliki akal yang sempurna, perempuan akalnya sempit. Laki-laki memimpin dan

perempuan di pimpin, dan seterusnya. 3

Dari beberapa uraian diatas, perlulah kita ketahui bahwa perbedaan antara

laki-laki dan perempuan kini menempatkan perempuan dalam keluarga islam seperti

yang telah di ajarkan dalam islam sendiri. Sejatinya bahwa mahluk yang ada di bumi

ini diciptakan berpasang-pasangan, begitupun manusia, dan adapun untuk

menyatukan pasangan-masangan itulah melalui jalur yang telah di ajarkan oleh islam,

yaitu melewati sebuah prosessi perkawinan sehingga perempuan pun mendapatkan

kedudukannya didalam keluarga islam.

Ulama sepakat bahwa pernikahan adalah sesuatu yang disyaratkan

berdasarkan Al-Qur’an dan Hadist antara lain terdapat dalam surat An-Nisa ayat 4:3

dan jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. kemudian jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil, Maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.

Ayat yang lain di sebutkan didalam Al-Quran Surat An-Nur 24:

3 Zainah Subhan, Kodrat Perempuan, (Jakarta, El kahfi, 2004 ) ha.11-12

Page 24: HAK-HAK PEREMPUAN DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33536/1/ULFAH... · nafkah lahir dan batin serta perlakuan yang baik dari suami. Sedangkan

15

Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka

dengan kurnia-Nya. dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.

Dari ayat-ayat Quran dan hadist yang semakna dengan itu munculah beberapa

hukuman nikah yaitu, pertama wajib, bila dimungkinkan terjerumus dalam zina, tidak

mampu menjaga diri dari arah zina meski dengan berpuasa serta mampu membelikan

mahar dan nafkah: kedua, haram bila dimungkinkan terjadi kedzaliman dalam rumah

tangga karena ketidak mampuan memberi nafkah keluarga atau tanggung jawab

keluarga, ketiga, makruh bagi orang yang belum siap bekal dan belum berkeinginan

nikah, keempat sunnah, apabila seseorang sudah memiliki kemampuannya, biaya

hidup dan kemampuan hubungan intim. 4

Didalam islam, perempuan mempunyai kedudukan yang sangat mulia

terutama dalam berumahtangga atau keluarga. Berbeda dengan masa jaman jahiliah

dulu, ketika perempuan hanya di jadikan sebagai pemuas atau pelayan saja, tidak

mempunya hak-hak yang setara dengan laki-laki, dan bahkan perempuan dianggap

sebagai mahluk yang tidak sempurna. Banyak pada waktu zaman jahiliah dulu anak-

anak perempuan yang di bunuh ketika masih bayi, karena di anggap tidak bisa

melakukan apa-apa dan tidak penting kehadirannya di dunia ini. Bahkan salah seorang

sahabat nabi, Umar Ibn Khattab pun pernah mengubur anak perempuannya yang

masih bayi ketika dia belum masuk islam.

Tetapi hari ini telah berbeda, zaman jahiliah telah berlalu ratusan tahun yang

lalu. Bahkan ketika nabi muhammad di utus untuk memperbaiki akhlak umat

manusia, pada saat itu pula wanita memiliki kedudukan yang sederajat dengan laki-

laki, begitupun didalam keluarga. Wanita menjadi pendamping suami dalam

4 Lilik ummu kaltsum dan Abd Muqsitd Ghazali, Tafsir Ahkam, (Ciputat, UIN Press. 2015) cet.

1, ha. 201

Page 25: HAK-HAK PEREMPUAN DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33536/1/ULFAH... · nafkah lahir dan batin serta perlakuan yang baik dari suami. Sedangkan

16

menjalankan roda kehidupan dalam berkeluarga, meski dalam surat An-Nisa 04:34 di

jelaskan .

Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh Karena Allah Telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan Karena mereka (laki-laki) Telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. sebab itu Maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh Karena Allah Telah memelihara (mereka) wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya Maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, Maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha besar.

Dari ayat di atas di jelaskan bahwa laki-laki menjadi pemimpin bagi kaum

wanita, Khusunya dalam keluarga. Tetapi wanita juga bisa memerankan perananya

sebagai pemimpin keluarga, sesuai dengan hadist nabi yang diriwayatkan oleh

Bukhori yang artinya :

“istri adalah pemimpin didalam rumah suaminya dan dia bertanggung jawab atas

apa yang dipimpinnya” ( HR. Bukhori ).

B. Hak Perempuan dalam Keluarga Islam

Perempuan di sebagian besar belahan dunia, termasuk di negara-negara

Muslim, secara umum mengalami ketersaingan. Di banyak negara dewasa ini, tidak

ada jaminan kesetaraan antara perempuan dan laki-laki dalam bidang sosial, politik,

Page 26: HAK-HAK PEREMPUAN DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33536/1/ULFAH... · nafkah lahir dan batin serta perlakuan yang baik dari suami. Sedangkan

17

ekonomi, dan hukum. Di sejumlah negara, perempuan dibatasi haknya atas

kepemilikan tanah, mengelola properti, bisnis, bahkan dalam melakukan perjalanan

pun harus dengan persetujuan suami.5

Islam memberikan hak yang sama bagi perempuan dengan laki-laki di wilayah

publik, seperti terlihat dari para perempuan masa Nabi, tetapi sebagian besar syari’ah

tentang perempuan yang diderivasi dan ditafsirkan dari sumber-sumber wahyu

sesungguhnya problematik. Menurut Abdullahi an-Na’im, syari’ah memberikan

peluang bagi terjadinya diskriminasi serius terhdap perempuan yang sulit untuk bisa

diterima masyarakat modern saat ini.6

Meski syari’ah yang banyak dianut oleh masyarakat Muslim adalah syari’ah

yang cenderung menempatkan perempuan dalam urusan domestik (rumah tangga),

tetapi pada dasarnya sikap syari’ah mengenai persoalan tersebut tidaklah tunggal.

Dalam syari’ah literalis sekalipun, sesungguhnya terdapat pandangan yang

mendukung konsep kesetaraan gender.7 Laki-laki dan perempuan memiliki banyak

sekali perbedaan akan tetapi keduanya haruslah diperlakukan secara setara. Artinya

hak-hak masing-masing pihak hendak nya dilindungi. Perkawinan haruslah

merupakan pilihan, bukan paksaan. Dengan begitu, kita memberi hak sepenuhnya

kepada perempuan untuk memilih siapa calon suaminya. Cara lain untuk melindungi

perempuan adalah dengan cara memenuhi hak-hak perempuan dalam keluarga.

Adapun hak-hak perempuan dalam keluarga Adalah :

1. Hak Reproduksi

5 Sukron dkk, Syari’ah Islam dan HAM Dampak Perda Syari’ah terhadap Kebebasan Sipil,

Hak-hak Perempuan dan Non-Muslim, (Jakarta : Center for the Study of Religion and Culture UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2007) cet.1, h. 38

6 Abdullahi Ahmed an-Na’im, Syari’ah dan Isu- Isu HAM, h. 387 7 Ali Munhanif dkk, Perempuan dalam Literatur Islam Klasik, ( Jakarta : Gramedia dan PPIM

UIN Jakarta, 2002) h. 113-114

Page 27: HAK-HAK PEREMPUAN DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33536/1/ULFAH... · nafkah lahir dan batin serta perlakuan yang baik dari suami. Sedangkan

18

Kesehatan reproduksi didefinisikan sebagai keadaan fisik, mental, sosial yang

utuh dan aman dalam segala hal yang berkaitan dengan sistim, fungsi-fungsi dan

proses reproduksi. Pengertian kesehatan reproduksi yang demikian luas, akan

membawa berbagai persoalan yang luas pula. Antara lain menyangkut kesehatan alat-

alat reproduksi perempuan pra reproduksi (masa remaja), ketika produksi (masa hamil

dan menyusui) dan pasca produksi (masa monopouse). Persoalan-persoalan lain yang

acap tertinggal dalam kajian atasnya adalah tentang kehidupan seksual perempuan

secara memuaskan dan aman, tidak dipaksa, hah-haknya untuk mengatur kelahiran,

menentukan jumlah anak, hak-haknya untuk mendapatkan perlakuan yang baik dari

semua pihak baik dalam sektor domestik, maupun publik, hak untuk mendapatkan

informasi dan pelayanan kesehatan yang benar. 8

Jika ditinjau dari segi peran, fungsi, dan relasi hak-hak reproduksi perempuan

merupakan rangkaian yang saling berhubungan antara satu persoalan perempuan

dengan persoalan lainnya. Untuk itu, pembahasan hak-hak reproduksi dimulai dari

proses yang paling awal, misalnya pernikahan hingga membangun muasyarah bil

makruf dalam konteks kerumahtanggaan maupun dalam relasi perempuan pada dunia

publik sebab persoalan itu ibarat mata rantai yang tidak dapat dipisahkan antara satu

dan yang lain.9

Hak dan kewajiban manusia berkembang sesuai dengan perkembangan status

dalam kehidupan pada komunitasnya ketika seorang perempuan baru lahir, ia

berstatus sebagai anak, lalu menikah berkembang menjadi anak sekaligus istri. Ketika

mempunyai anak maka menjadi ibu, kemudian masuk pula menantu, baby sister, anak

8Artikel Husain Muhammad, Kesehatan Reproduksi dan Seksualitas Prespektif Islam,

kumpulan artikel PSGA UIN Jakarta, di akses pada : 3 September 2016 (11:23) 9 Dra. Hj. Mufidah. Ch. M.Ag, Psikologi Keluarga Islam berwawasan gender, (Malang: UIN-

MALANG PRESS, 2008), h.244

Page 28: HAK-HAK PEREMPUAN DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33536/1/ULFAH... · nafkah lahir dan batin serta perlakuan yang baik dari suami. Sedangkan

19

asuh, lalu lahir cucu dan seterusnya. Hal-hal tersebut akan mempengaruhi peran,

fungsi, dan relasi, maupun hak dan kewajiban perempuan.

Hak reproduksi perempuan dalam Islam Mengacu pada QS al-Baqarah : 228

Artinya: Dan Para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma'ruf. akan tetapi Para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Q.S Al-baqarah (2) ayat: 228)

Ayat tersebut jika dikaitkan dengan hak-hak reproduksi perempuan merupakan

bagian dari keseluruhan hak-hak manusia perempuan yang berfungsi sebagai

pengemban amanat reproduksi manusia yang harus mendapatkan perhatian dari aspek

kesehatannya.10

Ada tiga kategori hak-hak reproduksi perempuan sebagai berikut:11

Pertama: Hak jaminan keselamatan dan kesehatan. Hak tersebut mutlak ada,

mengingat resiko sangat besar yang di alami oleh ibu, dalam menjalankan fungsi

reproduksinya, mulai menstruasi, hubungan seks, melahirkan, dan menyusui. Untuk

itu di perlukan informasi diseputar hak-hak reproduksi bagi ibu, memperoleh

pelayanan kesehatan yang memadai guna kelangsungan hidup ibu dan anak.

Sebagaimana dalam QS. Al- Ahqaf (46) :15

10 Dra. Hj. Mufidah. Ch. M.Ag, Psikologi Keluarga Islam berwawasan gender, (Malang:

UIN-MALANG PRESS, 2008), h.245 11 Dra. Hj. Mufidah. Ch. M.Ag, Psikologi Keluarga Islam berwawasan gender, (Malang:

UIN-MALANG PRESS, 2008), h.245

Page 29: HAK-HAK PEREMPUAN DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33536/1/ULFAH... · nafkah lahir dan batin serta perlakuan yang baik dari suami. Sedangkan

20

Artinya: Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila Dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang berserah diri". (Q.S Al-Ahqaf (46) ayat:15)

Kedua : Hak jaminan kesejahteraan, bukan hanya pada saat proses vital

reproduksi (mengandung, melahirkan, dan menyusui) berlangsung, tetapi di luar

masa-masa itu dalam statusnya sebagai ibu dari anak-anak. Sebagaimana Qs.Al-

baqarah : 222

Artinya: mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: "Haidh itu adalah suatu kotoran". oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. apabila mereka telah Suci, Maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri

Ketiga: Hak ikut mengambil keputusan yang berhubungan dengan

kepentingan perempuan (istri) terutama yang menyangkut fungsi reproduksi. Hal ini

Page 30: HAK-HAK PEREMPUAN DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33536/1/ULFAH... · nafkah lahir dan batin serta perlakuan yang baik dari suami. Sedangkan

21

tercermin dalam prinsip dasar ajaran Islam dalm mengambil keputusan harus

senantiasa melibatkan hak-hak yang berkepentingan sebagaimana dalam QS. Al

Syura: 38

Artinya: dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka. (Q.S Asy.Syura ayat: 38)

Hak reproduksi perempuan dalam Islam dimulai dari pembahasan bmemasuki

kehidupan rumah tangga yang mencakup empat hal penting, yaitu: Hak memilih

pasangan, Hak menikmati hubungan seksual, Hak menentukan kehamilan dan Hak

merawat dan mengasuh anak.

Prinsip-prinsip diatas juga harus menjadi dasar dari setiap perjanjian antara

dua pihak. Perjanjian yang dilakukan tanpa merealisasiakn prinsip-prinsip ini akan

menimbulkan ketimpangan dan ketidakadilan. al-Qur’an dengan jelas

mengemukakan:

yang artinya ‘’ mereka, para istri adalah pakaian kalian, para suami dan sebaliknya para suami juga merupakan pakaian bagi para istri’’ (Q.S al-baqarah, 2:187).

Ayat ini secara tegas menghimbau agar perkawinan dibangun atas dasar prinsip-prinsip kesetaraan, sekaligus juga menunjukan ide dasar Islam tentang relasi seksual. Dengan ungkapan lain, hak yang dimiliki perempuan dalam menyalurkan naluri seksualnya adalah setara dengan hak-hak laki-laki atasnya . ini berarti pula bahwa relasi seksual harus dilakukan berdasarkan atas asas kesamaan atau asas kesataraan, hak suami untuk relasi seksual menjadi kewajiban istri, dan demikian pula

Page 31: HAK-HAK PEREMPUAN DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33536/1/ULFAH... · nafkah lahir dan batin serta perlakuan yang baik dari suami. Sedangkan

22

sebaliknya. Dengan begitu, tidak ada lagi praktek dominasi atau kekuasaan mutlak dalam kehidupan keluarga. 12

Akan tetapi, realitas yang dijumpai di masyarakat sangat berbeda jauh dari

pandangan dan tas dianut sangat bias nilai-nilai patriarki. Masyarakat mempunyai

paradigma bahwa persenggamaan hanya sekedar sarana perkembang biakan bagi

manusia. Dan perempuan itu memiliki kewajiban mutlak untuk memenuhi kebutuhan

atau hasrat seksual laki-laki sebagai bagian dari kewajibannya istri. Ketimpangan

inilah yang memposisikan seolah perempuan hanya sekedar objek pemuas hasrat

biologis laki-laki.

Selain itu akibat dari hal tersebutpun dibebankan pada pundak perempuan,

segala proses reproduksi dari kehamilan, persalinan menyusui, merawat anak lebih

banyak melibatkan peran istri yang tentunya hal tersebut tidak mudah. Ditambah lagi

pandangan masyarakat yang lebih memposisikan perempuan sebagai contributor

terbesar dalam mengurus itu semua.

Di Indonesia sendiri adanya isu tentang kesehatan reproduksi masih menjadi

agenda yang menyita banyak perhatian dan merupakan isu yang paling sensitive

terutama jika dikaitkan dengan agama dimana masyarakat Indonesia merupakan

masyarakat yang religius. Masalah kesehatan reproduksi boleh dikatakan masih relatif

baru bagi masyarakat Indonesia. Faktor pemicu salah satunya adalah disebabkan

karena kurangnya pengetahuan dan buruknya sistem penyampaian informasi tentang

hak dan kesehatan reproduksi. Selain itu, masyarakat Indonesia masih banyak yang

memiliki pola pikir negative tentang perempuan dan pandangan yang diskriminatif

12 Siti Musdah Mulia, Islam dan Inspirasi Kesetaraan Gender, (Yogyakarta: Kibar Press.

2007) H. 93

Page 32: HAK-HAK PEREMPUAN DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33536/1/ULFAH... · nafkah lahir dan batin serta perlakuan yang baik dari suami. Sedangkan

23

terhadap perempuan terutama berkaitan dengan kontrol kehidupan seksual dan

reproduksi mereka yang dilegitimasi oleh agama.13

Pada dasarnya secara yuridis keberadaan hak-hak reproduksi perempuan telah

dijamin dalam perjanjian Internasional seperti termasuk dalam CEDAW, Hasil

konferensi ICPD ke-4 di kairo dan konferensi ke-4 tentang perempuan diBeijing, 12

Hak tersebut antara lain:

a. Hak untuk mendapat informasi dan pendidikan. Hak informasi dan pendidikan

yang terkait dengan masalah kesehatan reproduksi termasuk jaminan

kesehatan dan kesejahteran seorang maupun keluarga.

b. Hak untuk kebebasan berpikir termasuk kebebasan dari penafsiran ajaran

agama yang sempit, kepercayaan, filosofi dan tradisi yang akan membatasi

kebebasan berfikir tentang pelayanan kesehatan reproduksi.

c. Hak atas kebebasan dan keamanan. Setiap individu dipercaya untuk

menikmati dan mengatur kehidupan reproduksinya dan tidak seorangpun dapat

dipaksa untuk hamil atau menjalani sterilisasi serta aborsi.

d. Hak untuk hidup setiap perempuan mempunyai hak untuk dibebaskan dari

resiko kematian karena kehamilan.

e. Hak mendapat pelayanan dan perlindungan kesehatan termasuk. Hak atas

informasi, keterjangkauan, pilihan, keamanan, kerahasiaan, harga diri,

kenyamanan, keseinambungan pelayanan dan hak berpendapat.

f. Hak untuk memutuskan kapan dan akan mempunyai anak.

g. Hak untuk bebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk termasuk hak anak-

anak agar dilindungi dari eksploitasi dan penganiayaan seksual serta hak

13Artikel, Fatma Laili Khorun Nisa, Penegakan Hak Reproduksi Perempuan dalam Kebijakan

Keluarga Berencana Di Indonesia, di akses pada 21 September 2016 pukul 19:44

Page 33: HAK-HAK PEREMPUAN DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33536/1/ULFAH... · nafkah lahir dan batin serta perlakuan yang baik dari suami. Sedangkan

24

setiap orang untuk dilindungi dari perkosaan, kekerasan, penyiksaan dan

pelecehan seksual.

h. Hak memilih bentuk keluarga dan hak untuk membangun dan merencanakan

keluarga.

i. Hak atas kerahasiaan pribadi pelayanan reproduksi dilakukan dengan

menghormati kerahasiaan dan bagi perempuan diberi hak untuk menentukan

pilihan sendiri reproduksinya.

j. Hak atas kesetaraan dan bebas dari segala bentuk diskriminasi. Termasuk

kehidupan berkeluarga dan reproduksinya.

k. Hak mendapatkan manfaat dari hasil kemajuan ilmu pengetahuan. Termasuk

pengakuan hak bahwa setiap orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan

reproduksi dengan teknologi mutakhir yang aman dan dapat diterima.14

Berdasarkan item-item yang terdapat dalam kesepakatan tentang hak

reproduksi perempuan tersebut, maka pada dasarnya perjuangan dalam

pemenuhan hak dasar bagi perempuan tersebut sudah memiliki kekuatan

yuridis secara universal. Berbicara tentang hak reproduksi perempuan juga

termasuk di dalamnya adalah hak yang menyangkut kesehatan reproduksi

perempuan tersebut.

2. Hak Pendidikan

Pria dan perempuan saling melengkapi satu sama lain. Seorang perempuan

tidaklah lengkap tanpa seorang pria, begitu pula sebaliknya seorang pria tidaklah

lengkap tanpa seorang perempuan. Sebagai pendidik keluarga, kaum perempuan

memiliki tanggung jawab mendidik anak-anaknya. Jika kurang mendapat pendidikan

yang benar, seorang perempuan akan menghasilkan anak-anak yang tidak

14 WWW. Sribd.com/12, Hak Reproduksi Perempuan, di akses pada 18 agustus 2016 pukul 21:05

Page 34: HAK-HAK PEREMPUAN DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33536/1/ULFAH... · nafkah lahir dan batin serta perlakuan yang baik dari suami. Sedangkan

25

berpendidikan. Karenanya perempuan mempunyai peran penting dalam

mengembangkan umat dan memegang kunci kesuksesannya.15

Islam merupakan agama yang mengatur keseluruhan kehidupan manusia,

termasuk di dalamnya makhluk tuhan yang berjenis kelamin perempuan. Termasuk di

dalamnya makhluk tuhan yang berjenis kelamin perempuan. Maksud dan tujuan

penciptaan manusia di muka bumi ini adalah, disamping untuk menjadi hamba Allah

SWT. Yang tunduk dan patuh terhadap segala perintah-Nya juga menjadi pemimpin

di bumi ( khalifah fi al ard), kapasitas manusia sebagai khalifah ditegaskan dalam Q.S

Al-An’am ayat 165 yang berbunyi:

Artinya : ‘’Dan Dialah yang menjadikan sebagai khalifah-khalifah di bumi dan dia mengangkat ( drajat) sebagaian kamu diatas yang lain, untuk menguji atas karunia yang Diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu sangat cepat memberi hukuman dan sungguh dia maha pengampun, Maha Penyayang. ‘’ (Q.S Al- An’am [6]: 165)’’

Kata ‘’khalifah’’ tidak menunjuk pada salah satu jenis kelamin tertentu,

artinya , baik perempuan maupun laki-laki mempunyai fungsi yang sama sebagai

khalifah, yang akan mempertanggung jawabkan tugas-tugas ke khalifahnya di bumi.

Sebagaimana mereka bertanggung jawab sebagai hamba Allah. Untuk menjadi

seorang pemimpin, manusia harus memiliki bekal ilmu pengetahuan yang cukup.

Secara tidak langsung Tuhan menyuruh umatnya untuk belajar (membaca). Ayat yang

pertama kali diturunkan adalah iqra’ yang artinya bacalah, membaca dapat diartikan

15 Artikel Heirin puspitawati, Fungsi Keluarga Pembagian Peran dan Kemitraan Gender

dalam Keluarga, diakses pada 14 september 2016, Pukul 20:34

Page 35: HAK-HAK PEREMPUAN DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33536/1/ULFAH... · nafkah lahir dan batin serta perlakuan yang baik dari suami. Sedangkan

26

secara luas. Membaca alam semesta, keadaan sekitar dan kejadian pada masa

lampau.16

Dalam hal kesempatan mendapatkan pengetahuan, Al-Qur’an memandang

sama antara laki-laki dan perempuan. Keduanya di anjurkan untuk memperdalam

ilmu pengetahuan dalam rangka menghilangkan kebodohan diri dan umat yang ada

disekitarnya. Dalam kaitannya dengan hal itu, Allah berfirman dalam Q.S At-Taubah

ayat 122, yang berbunyi:

Artinya : ‘’Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi (ke medan perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan diantara mereka tidak pergi untuk memperdalam agama mereka dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali, agar mereka dapat menjaga dirinya’’ (Q.S At-taubah [9]: 122)

Dalam konteks pembangunan, perhataian terhadap isu-isu yang langsung

berkenaan dengan bagaimana mendorong partisipasi perempuan dalam program

pembangunan. Peran perempuan tidak hanya identik sebagai ibu rumah tangga saja,

melainkan juga berpartisipasi di dunia publik, sosial, memiliki hak (harus)

berpendidikan, hak-hak politik disamping kewajiban sebagai ibu rumah tangga,

kecendrungan memasuki dunia kerja, dan pendidikan tinggi semakin meningkat.

Pendidikan, akses politik, dan kemandirian ekonomi menjadi justifikasi posisi tawar

yang setara dengan laki-laki, termasuk relasi kesetaraan dalam relasi domestik.17

Islam telah menyumbangkan jasa yang besar, Islam menyelamatkan kaum

perempuan dari penindasan dan mengangkat mereka ke kedudukan yang khusus,

16 Lily Zakiyah Munir, Memposisikan Kodrat ,( Bandung: Mizan, 1999), Cet Ke-1 h.135 17 Lily Zakiyah Munir, Memposisikan Kodrat , (Bandung: Mizan, 1999), Cet Ke-1 h.136

Page 36: HAK-HAK PEREMPUAN DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33536/1/ULFAH... · nafkah lahir dan batin serta perlakuan yang baik dari suami. Sedangkan

27

Islam tidak pernah berupaya menurunkan derajat perempuan melainkan malah

mendukung untuk maju dan berupaya menjaga kehormatan dan kemuliaan gendernya.

Hal ini meliputi pendidikan yang semestinya bagi perempuan.18

3. Hak Waris

Berbagai literatur sejarah menceritakan bahwa nasib perempuan pra-Islam,

tidak pernah mendapatkan harta waris dari manapun, termasuk dari lingkungan

keluarga paling dekatnya; seperti ayah, suami, anak atau saudara laki-lakinya.

Konsep kewarisan pra-islam berkaitan langsung dengan konsep kepemilikan dan

struktur masyarakat ketika itu.

Masyarakat arab ketika itu berstruktur masyarakat kabilah yang dipadu dengan

sistem kekerabatan patrilineal, yang hanya mengikuti garis keturunan laki-laki.

Masyarakat kabilah yang selalu dibayangi perang antar kabilah menetapkan bahwa

yang bisa mewarisi keluarga hanyalah keluarga laki-laki yang terdekat dari si mayit.

Urutan ialah anak ( laki-laki), bapak, saudara laki-lakinya, nenek garis ayah,

dan terakhir paman serta keturunannya. Meskipun anak laki-laki yang masih kecil

belum aqil baligh atau orang yang sudah uzur (tua Bangka) tidak juga berhak

mendapatkan harta waris karena dihukumkan sama dengan perempuan. Konsep

kewarisan dalam masyarakat Arab ketika itu terkait dengan konsep kepemilikan harta

dalam sistem masyarakat qabiliyyah (tribal society), yang mirip dengan extended

family; yaitu belum/ tidak bisa ikut berperang untuk mempertahankan kabilah maka

anaknya tersebut tidak berhak mendapatkan harta, sebelum mereka dapat mengangkat

pedang untuk membela eksistensi dan kelangsunganhidup kabilah. Oleh karena itu

18 Ali Hosein Hakim, et, al, Membela Perempuan, Terj. A.H.Jemala Gembala, (Jakarta : Al-

Huda 2005)

Page 37: HAK-HAK PEREMPUAN DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33536/1/ULFAH... · nafkah lahir dan batin serta perlakuan yang baik dari suami. Sedangkan

28

yang berhak untuk mendapatkan harta waris hanya laki-laki yang kuat, sudah aqil-

baligh dan belum uzur.19

Alih-alih mendapatkan warisan, pada masa tersebut, perempuan sendiri justru

berfungsi sebagai ‘’harta warisan’’ bagi anak tiri laki-laki kalau suaminya

meninggal.20

Islam datang dengan memperkenalkan konsep warisannya, yaitu kaum

perempuan tetap mendapatkan warisan. Perubahan hukum waris bagi perempuan

dalam masyarakat dari ‘’tidak mendapat’’ menjadi ‘’mendapat’’ warisan, tidak lepas

dari konteks historis masyarakat arab ketika itu, yang sudah berangsur bergeser dari

masyarakat yang bertumpu pada kabialh ke masyarakat yang bertumpu pada

keluarga.21

Islam memperkenalkan pembagian dasar 2 banding 1 antara anak laki-laki dan

anak perempuan. Logikanya, porsi dua banding satu (liddzakari mitslu haddil unsa

yain) dalam hukum kewarisan islam bukanlah bentuk final dari hukum kewarisan

Islam , sebagaimana juga hukum-hukum lainnya adalah mewujudkan rasa keadila (al-

‘adl) dan menegakan amanat dalam masyarakat (tuadd al-amanah)

Sesungguhnya, bukan hanya dunia Islam yang mengenal konsep kewarisan

demikian. Dikawasan belahan bumi lainya, seperti anak benua india, anak perempuan

pun tidak mendapat harta warisan. Bahkan seorang perempuan yang ditinggal mati

oleh suaminya, maka ia pun turut serta di bangkar di api pembakaran suaminya.

19 Prof. DR. Nasarudin Umar, Fikih Wanita untuk Semua, (Jakarta: Serambi, 2010) Cet. 1 h.

136 20 Artikel Muhammad Rasyid Ridho, MSI, Hak-hak perempuan dalam Islam, diakses pada

hari jum’at 17 september 2016 pukul 11:48 21 Prof. DR. Nasarudin Umar, Fikih Wanita untuk Semua, (Jakarta: Serambi 2010) Cet. 1 h.

136

Page 38: HAK-HAK PEREMPUAN DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33536/1/ULFAH... · nafkah lahir dan batin serta perlakuan yang baik dari suami. Sedangkan

29

Ayat pembagian waris yang sering mendapat gugatan adalah:

Artinya: ‘’Allah mensyariatkanbagimu tentang (pembagian pusaka untuk)anak-anakmu. Yaitu :bagian seorang anak laki-laki sama dengan bagian dua orang anak perempuan. Dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua, maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja, maka ia memperoleh separo harta. Dan untuk dua orang ibu-bapak, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan jika yang meninggal itu mempunyai anak. Jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak. Dan ia diwarisi oleh ibu-bapak (saja), ibunya mendapat sepertiga. jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, ibunya mendapat seperenam. (pembbagian-pembagian tersebut di atas)sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar utangnya. (tentang) orangtuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat (banyak) manfaatnya bagimu, ini adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi maha bijaksana’’. (Q.S al-Nisa (4) :11)

Dalam satu riwayat menyebutkan sabab nuzul ayat ini, bahwa istri Sa’ad ibn

Rabi mendatangi Rasulullah dan menanyakan perihal dua anak perempuan sa’ad ibn

Abi Rabi, yang bapaknya meninggal di medan perang ketika bersama Rasulullah di

Perang Uhud. Paman kedua anak itu mengambil semua harta dari ayah anak tersebut,

dan tidak menyisakan sedikit pun. Rasulullah menjawab: ‘’Allah menetapkan yang

demikian itu.’’ Kemudian turunlah ayat ini. Setelah itu, Rasulullah memerintahkan

pamanya untuk menyerahkan sepertiga harta itu untuk kedua anak perempuan Sa’ad,

seperdelapan untuk ibu kedua anak itu, dan selebihnya untukpamanya. Ayat Lain

yang senada adalah:

Page 39: HAK-HAK PEREMPUAN DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33536/1/ULFAH... · nafkah lahir dan batin serta perlakuan yang baik dari suami. Sedangkan

30

Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri atas) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bahagian seorang saudara laki-laki sebanyak bahagian dua orang perempuan.(Q.S al-Nisa (4) :176)

Poin yang amat penting disini ialah islam memberikan pengakuan hak waris

kepada perempuan. Soal porsi yang diperoleh adalah persoalan lain. Pemberian hak

waris kepada perempuan, seperti halnya nanti pada pemberian hak untuk menjadi

saksi, bagian dari terobosan terbesar besar Islam untuk mentransformasi masyarakat

dari pola hidup qobiliyyah yang mengandalkan ikatan primodialisme kesukuan yang

sempit (‘ashabiyyah) kepada masyarakat yang berpola hidup ummah, suatu pola

hidup masyarakat baru yang mengandalkan ikatan nilai-nilai kemanusiaan secara

universal. Dalam pola hidup qabiliyyah, promosi karier hanya bergulir kepada laki-

laki.

Ayat-ayat tadi sudah dianggap memenuhi hak-hak standar perempuan ketika

itu, karena anak perempuan, apa pun posisinya tidak pernah diterlantarkan dan selalu

di pertanggungjawabkan oleh bapaknya. Sebagai saudara, dipertanggungjawabkan

saudara laki-lakinya. Dan sebagai istri, dipertanggungjawabkan suaminya.

Dalam masyarakat Indonesia, pada umumnya, penerapan porsi seperti disebut

dalam ayat diatas sudah tidak umum lagi diterapan. Porsi sedemikian ini biasanya

melalui putusan hakim di pengadilan jika alternatif lain tidak disepakati. Hakim dalam

memutuskan persoalan kewarisan, dituntut untuk mempertimbangkan seluruh aspek

di dalam lingkungan keluarga yang berperkara; termasuk mempertimbangkan sendi-

Page 40: HAK-HAK PEREMPUAN DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33536/1/ULFAH... · nafkah lahir dan batin serta perlakuan yang baik dari suami. Sedangkan

31

sendi keadilan yang hidup dalam masyarakat tem pat dan di mana para pihak yang

berperkara hidup.22

4. Hak Khulu’

Perempuan sebagaimana laki-laki, mempunyai hak untuk menjatuhkan talak

yang disebut khulu’.23 Pemutus akad nikah dari pihak Istri, Islam memberi peluang,

jika Istri yang dirugikan secara syara’ maka dapat mengajukan khulu’ atau gugat cerai

di pengadilan. Istri membayar kembali mahar/maskawin suaminya. Jika pengadilan

menerima gugat cerai tersebut, maka putuslah ikatan nikahnya. Akibatnya, tidak bisa

rujuk lagi.24

Dalam hak talak bagi perempuan, Wahbah al-Zuhaili berpendapat bahwa

seorang perempuan berhak mengajukan talak dengan alasan-alasan suami tidak dapat

memberi nafkah dengan tidak mencukupi kebutuhan pangan, sandaang, dan papn

serta kesehatan yang diperlukan oleh istri karena sebab cacat atau keadaan yang

membuat dia tidak mampu menafkahi istri. Jika suami menolak, maka pengadilan

yang akan memutuskannya, suami perperilaku kasar terhadap istri, kepergian suami

yang relative lama,dan jika suami dalam status kurungan/tahanan.25 Sebagaimana

yang telah diugkapkan di atas bahwa jika suami menolak permintaan talak dari istri

maka istri dapat mengajukan cerai kepada pengadilan yang disebut dengan cerai

gugat.

22 Prof. DR. Nasarudin Umar, Fikih Wanita untuk Semua, (Jakarta: Serambi 2010) Cet. 1 23 Prof. DR. Nasarudi Umar, Fikih Wanita Untuk Semua, Jakarta: serambi 2010) cet 1 h.122 24 Dra. Hj. Mufidah. Ch. M.Ag, Psikologi Keluarga Islam berwawasan gender, (Malang:

UIN-MALANG PRESS, 2008) h.24 25Wahbah al-Zuhaili, al fiqh al-Islam wa Adillatuh, Beirut: dar al-Fikr, 1989, h.728

Page 41: HAK-HAK PEREMPUAN DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33536/1/ULFAH... · nafkah lahir dan batin serta perlakuan yang baik dari suami. Sedangkan

32

Dalam kitab Nailul Authar Juz 6 menyebutkan bahwa khulu’ pertama kali

terjadi pada istri Tsabit bin Qaisbin Syammas yang disebutkan dalam Sabda

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

یا رسول اهللا، انى ما : جاءت امرأة ثابت بن قیس بن شماس الى النبي ص فقالت: عن ابن عباس قال

: اتردین علیھ حدیقتھ؟ قالت: فقال رسول اهللا ص. ب علیھ فى خلق و ال دین، و لكنى اكره الكفر فى االسالماعت

ائى، فى نیل االوطار و النس البخارى. اقبل الحدیقة و طلقھا تطلیقة: فقال رسول اهللا ص. نعم

Dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata : Istri Tsabit bin Qais bin Syammas datang kepada Nabi SAW, lalu ia berkata, “Ya Rasulullah, sesungguhnya aku tidak mencela dia (suamiku) tentang akhlaq dan agamanya, tetapi aku tidak menyukai kekufuran dalam Islam”. Kemudian Rasulullah SAW bertanya, “Maukah kamu mengembalikan kebunmu kepadanya ?”. Ia menjawab, “Ya”. Lalu Rasulullah SAW bersabda (kepada Tsabit), “Terimalah kebunmu itu dan thalaqlah dia sekali”. [HR. Bukhari dan Nasai, dalam Nailul Authar juz 6, hal. 276]

Menurut jumhur khulu’ juga didasarkan pada Al-QS Al-Baqarah : 229

Artinya: Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara yang ma'ruf atau menceraikan dengan cara yang baik. tidak halal bagi kamu mengambil kembali sesuatu dari yang telah kamu berikan kepada mereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. jika kamu khawatir bahwa keduanya (suami isteri) tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah, Maka tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh isteri untuk menebus dirinya. Itulah hukum-hukum Allah, Maka janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka Itulah orang-orang yang zalim.

Ayat ini menunjukan bahwa khulu’ boleh dilakukan bukan hanya dalam keadaan

takut dalam ayat diatas dimaksudkan bukan sebagai syarat, tetapi menunjukan situasi

Page 42: HAK-HAK PEREMPUAN DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33536/1/ULFAH... · nafkah lahir dan batin serta perlakuan yang baik dari suami. Sedangkan

33

perempuan tersebut. Seperti situasi dimana hubungan suami-istri betul-betul tidak

harmonis satu dengan yang lainnya sehingga khawatir tidak dapat melaksanakan

hak-hak yang telah ditetapkan oleh Allah. 26

C. Hak perempuan sebaga istri

Dalam hubungan suami istri dalam rumah tangga suami mempunyai hak dan

begitu pula istri mempunyai hak. Dibalik itu suami mempunyai beberapa kewajiban

dan begitu pula istri mempunyai beberapa kewajiban27. Demikian pula kaum wanita

mempunyai hak atas suami mereka, dan tidak akan berlanjut kehidupan suami istri di

atas keadilan yang diperintahkan oleh Allah, kecuali jika setiap suami dan istri

memenuhi hak-hak diantara mereka. Adapun hak-hak istri adalah sebagai berikut:28

1. Hak istri yang bersifat materi meliputi:

Hak mengenai harta, yaitu mahar atau maskawin dan nafkah

Sebagaimana firman Allah surat An-nisa (4) ayat 4:

berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan. kemudian jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari maskawin itu dengan senang hati, Maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap lagi baik akibatnya.

Maka kata an nihlah dalam ayat di atas, adalah pemberian dan hadiah.

Ia bukan merupakan imbalan yang diberikan laki-laki karena boleh menikmati

perempuan, sebagaimana persepsi yang telah berkembang di sebagian

masyarakat. Sebenarnya dalam hukum sipil juga kita dapatkan bahwa

26Prof. DR. Nasarudi Umar, Fikih Wanita Untuk Semua,( Jakarta: serambi 2010) cet 1 h.123 27 Amir Syarifudin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, ( Jakarta: Peranada Media, 2007),

h.160 28 Abu Musa Abdurrahim, Kitab Cinta Berjalan, (Jakarta, Gema Insani 2011), cet 1, h.233

Page 43: HAK-HAK PEREMPUAN DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33536/1/ULFAH... · nafkah lahir dan batin serta perlakuan yang baik dari suami. Sedangkan

34

perempuan harus menyerahkan sebagian hartanya kepada laki-laki. Namun,

fitrah Allah telah menjadikan perempuan sebagian pihak penerima, bukan

pihak yang harus memberi.29 Penganut Mazhab Hanafi menetapkan batas

minimal mahar adalah sepuluh dirham. Sementara penganut Mazhab Maliki

menetapkan tiga dirham, tapi penetapan ini tidak berdasar pada dalil yang

layak dijadikan sebagai landasan, tidak pula hujjah yang dapat

diperhitungkan.30 Sedangkan Madzhab Hanafi berpendapat bahwasanya tidak

ada ketentuan terkait besaran nafkah, dan bahwasannya suami berkewajiban

memikul kebutuhan istri secukupnya yang terdiri dari makan, lauk pauk,

daging, sayur mayor, buah, minyak, mentega dan semua yang dikonsumsi

untuk menopang hidup sesuai dengan ketentuan yang berlaku secara umum,

dan bahwasanya itu berbeda-beda sesuai sesuai dengan perbedaan tempat,

zaman dan keadaan. Madzhab Syafi’i tidak mengaitkan pendapat besaran

nafkah dengan batasan kecukupan. Mereka mengatakan nafkah ditetapkan

berdasarkan ketentuan syari’at. Meskipun demikian. Mereka sepakat dengan

Madzhab Hanafi dalam mempertimbangkan keadan suami, dari segi

kelapangan ataupun kesulitan, dan bahwasannya suami yang mengalami

kondisi lapang, yaitu yang mampu memberikan nafkah dengan harta dan

penghasilannya, harus memenuhi sebanyak dua mud setiap hari ( satu mud

kurang lebih setara dengan 543 gram). Sedangkan orang yang mengalami

kesulitan, yaitu yang tidak mampu memberikan nafkah dengan harta tidak

pula penghasilan, harus menafkahi sebanyak satu mud setiap hari.31

2. Hak-hak istri yang bersifat non materi:

29 Yusuf Al Qardawi, Panduan Fiqih Perempuan, (Yogyakarta: Salma Pustaka, 2004), cet.1,

h.151 30 Wahbah Az-Zuhaili, ‘’Fiqih Islam Wa Adillatuhu jilid 7’’, h.412 31 Wahbah Az-Zuhaili, ‘’Fiqih Islam Wa Adillatuhu jilid 7’’, h.437

Page 44: HAK-HAK PEREMPUAN DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33536/1/ULFAH... · nafkah lahir dan batin serta perlakuan yang baik dari suami. Sedangkan

35

a. Hak mendapatkan perlakuan baik dari suami.

Sebagaiman firman Allah dalam Surat An-nisa (4) ayat 19:

Artinya: ‘’Dan bergaullah dengan mereka secara patut. kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, Padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak’’. (Q.S An-Nisa (4) ayat 19) Kewajiban istri terhadap suami tidak berdasarkan paradigma lama

dimana posisi wanita lemah sehingga bisa diperlakukan sewenang-wenang

oleh pria (suami). Sebaiknya cara melihat wanita tetap berdasarkan pada

pengakuan atas harkat dan martabat wanita yang mulia, selaras dengan hak-

hak yang harus diterima dari suaminya, kewajiban istripun tidak terlepas dari

upaya yang bersangkutan mendukung terciptanya kehidupan keluarga yang

sakinah, mawaddah, wa rahmah.32Adapun tujuan dari hak dan kewajiban

suami istri adalah suami istri dapat menegakan rumah tangga yang merupakan

sendi dasar dari susunan masyarakat, oleh karena itu suami istri wajib untuk

saling mencintai, saling menghormati, saling setia.33

b. Agar suami menjaga dan memelihara istrinya

Maksudnya ialah menjaga kehormatan istri, tidak menyia-nyiakan, agar selalu

melaksanaakan perintah Allah dan meninggalkan segala larangan-Nya.

Sebagaimana Firman Allah dalam surat At-Tahrim (28) ayat 6:

Artinya: ‘’Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka’’. (Q.S At-Tahrim (28) ayat 6)

32 Hasbi Indra, Potret Wanita Sholehah, (Jakarta: Penamadani,2004), cet 3, h. 188 33 http://www.jurnalhukum.com/hak-dan-kewajiban-suami-istri/. (diakses pada 15 oktober

2015) 12:45

Page 45: HAK-HAK PEREMPUAN DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33536/1/ULFAH... · nafkah lahir dan batin serta perlakuan yang baik dari suami. Sedangkan

36

c. Sabar dan kuat menghadapi masalah34

Wanita bukanlah peri yang hanya ada dalam dunia khayal, melainkan

dia hanyalah manusia biasa yang bisa saja baik dan jahat, benar dan salah

karena itu, suami harus sabar kdan kuat menghadapi masalah dalam rangka

menjaga keutuhan hidup suami istri agar tidak hancu. Laki-laki muslim sejati

adalah yang bijaksana dan menerima kenyataan atas apa yang dihayalkan.

Sehingga akal sehatnya lebih dikedepankan dari perasaannya. Mampu

menahan dan mengendalikan emosional tatkala perasaannya merasa tidak

simpati kepada sikap istrinya. Hal ini demi melanjutkan kehidupan rumah

tangga sebagai respon terhadap firman Allah dalam surat An-nisa (4) ayat 19:

Artinya: ‘’dan bergaullah dengan mereka secara patut. kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, Padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak’’ (Q.s (An-nisa (4) ayat 19)

d. Jangan menghalangi untuk pergi ke masjid35

Al- Kirmani berkata ‘’Hal itu diperbolehkan jika aman dari fitnah’’ Al-

Bukhari meriwayatkan dari Salim, dari ayahnya warahimahullahu, dari Nabi

SAW:

‘’Jika istri salah seorang dari klian meminta izin untuk pergi ke masjid, maka

janganlah menghalanginya’’.

34 Amru Abdul Karim Sa’dawi, Wanita dalam Fiqih Al-Qurdawi, (Jakarta: Pustaka Al-

Kautsar,2009) 35 Abu Hafsh Usamah bin Kamal bin ‘Abdir Razzaq, Panduan Lengkap Nikah dari ‘’A’’

sampai ‘’Z’’ ( Bogor, Pustaka Ibnu Katsir, 2006), cet 1. H.324

Page 46: HAK-HAK PEREMPUAN DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33536/1/ULFAH... · nafkah lahir dan batin serta perlakuan yang baik dari suami. Sedangkan

37

kewajiban taat kepada suami hanyalah dalam hal-hal yang dibenarkan

agama, bukan dalam hal kemaksiatan. Diantara ketaatan istri kepada suaminya

adalah tidak keluar rumah kecuali dengan seizinnya (suami).36 Sebagaimana

Rasulullah SAW menegaskan tentang hak suami terhadap istri:

‘’ Dari Abdullah bin Umar ra. Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: Hak

suami terhadap isttrinya adalah tidak menghalangi permintaan suaminya

kepadanya sekalipun sedang diatas punggung unta, tidak berpuasa walaupun

sehari saja selain dengan izinnya, kecuali puasa wajib. Jika ia tetap berpuasa,

ia berdosa dan puasanya tidak diterima. Ia tidak boleh memberikan sesuatu

dari rumahnya kecuali dengan izin suaminya. Jika ia memberinya maka

pahalanya bagi suaminya dan dosanya un tuk dirinya sendiri. Ia tidak keluar

dari rumahnya kecuali dengan izin suaminya, jika ia berbuat demikian maka

Allah melaknatnya dan para malaaikat memarahinya sampai tobat dan pulang

kembali sekalipun suaminya itu zhalim. ( HR. Abu Daud)

D. Hak Perempuan sebagai orang tua

Kehidupan keluarga demokratis biasanya di bangun di atas idieologi

kapilastik. Tujuan hidupnyapun lebih bermuara kepada pandangan yang matrealistik.

Dalam keluarga yang hidup d lingkungan masyarakat yang kapitalistik, model

pembangunan keluarga yang secara alami, dimana seoang suami menjadi pemimpin

keluarga dan pencari nafkah, dan seorang ibu mengurusi segala yang berhubungan

dengan kebutuhan rumah tangga dan pendidikan anak-anak mereka, akhirnya mulai

36 Abdul Rahman Ghozali, Fiqih Munakahat, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010)

h. 159

Page 47: HAK-HAK PEREMPUAN DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33536/1/ULFAH... · nafkah lahir dan batin serta perlakuan yang baik dari suami. Sedangkan

38

kabur37. Peran dan fungsi anggota menjadi bergeser karena harus memenuhi tuntutan

material. Apalagi ada konsep emansepasi wanita yang menuntuk pengakuan atas hak

dan kewajiban yang sama dan sejajar antara perempuan dan laki-laki. Disini timbul

masalah baru, dimana wanita bukan saja bertanggung jawab untuk memenuhi

kebutuhan materi, tetapi telah mengarah kearah karir sebagaimana lelaki.

Peran dan fungsi wanita yang terpenting pun menjadi kabur, sebab kedudukan

laki-laki dan wanita sama dalam menjalankan tugas dan fungsi tersebut. Akhirnya,

model menejemen keluarga secara alami menjadi tergeser kesudut yang sempit, oleh

model manajemen keluarga yang bergaya kapitalistik. Ikatan keluarga pun secara

tidak langsung mengikuti prinsip idiologi tersebut, yang lebih bermuara kepada

hubungan timbal balik yang bersifat kepentingan.38

Keberhasilan seorang suami dalam kariernya, banyak sekali didukung oleh

motivasi, cinta kasih dan doa seorang isteri. Sebaliknya, keberhasilan karier isteri juga

di dukung oleh pemberian akses, motivasi dan keihklasan suami. Oleh karena itu,

dalam peranannya sebagai seorang suami isteri, keduanya dapat melakukan peran

peran yang seimbang, diantaranya :

1. Berbagi rasa suka dan duka serta memahami peran, fungsi dan kedudukan

suami maupun isteri dalam kehidupan sosial dan propesinya, saling

memberikan dukungan, akses, berbagi peran kepada konteks tertentu dan

memerankan peranannya bersama sama dalam konteks tertentu.

37 Mudjab Mahali, Menikahlah, Engkau menjadi kaya, ( Yogyakarta, MITRA PUSAKA: 2003 ),

Cet-4., Ha.510-511 38 Mudjab Mahali, Menikahlah, Engkau menjadi kaya, ( Yogyakarta, MITRA PUSAKA: 2003 ),

Cet-4., Ha.510-511.

Page 48: HAK-HAK PEREMPUAN DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33536/1/ULFAH... · nafkah lahir dan batin serta perlakuan yang baik dari suami. Sedangkan

39

2. Memposisikan sebagai isteri sekaligus ibu, teman dan kakasih bagi suami.

Demikian puala menempatkan suami sebagai bapak, teman dan kekasih yang

keduanya sama sama membutuhkan perhatian dan kasih sayang.

3. Menjdi teman diskusi, bermusyawarah dan saling mengisi dalam proses peran

pengambilan keputusan. Peran pengambilan keputusan merupakan peran yang

cukup urgen, dan berat jika hanya di bebankan terus menerus pada salah satu,

suami ataupun isteri. 39

Alasan pertama mengapa perempuan harus dihargai, ialah karena dari

rahimnyalah setiap orang lair kedunia. Perempuan sebagai ibu yang melahirkan, telah

menanggung beban penderitaan sejak mengandung, melahirkan sampai memelihara

anaknya. Karena itu Allah SWT memerintahkan setiap orang untuk menghormati

ibunya.

Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya Telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, Hanya kepada-Kulah kembalimu. ( QS: Luqan, 31:14 ).

Bahwa dalam ayat di atas, Al-Quran menyebutkan ibu sebagai Al-Walidah,

yang berarti orang tua yang melahirkan. Dalam ayat inipun secara tidak langsung di

tegaskan bahwa anak yang lahir adalah milik ibunya. Dengan kalimat awladahunna (

anak-anak mereka ). Secara tidak langsung bahwa hak perempuan sebagai orang tua

salah satunya adalah mendapatkan perlakuan baik dan penghormatan dari anak-

39 Mufidah, Psikologi keluarga Islam, ( Malang: UIN-MALANG PRESS, 2008 ). Cet-1,. Ha. 140.

Page 49: HAK-HAK PEREMPUAN DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33536/1/ULFAH... · nafkah lahir dan batin serta perlakuan yang baik dari suami. Sedangkan

40

anaknya karena sejatinya ibu adalah orang yang sudah mengandung dan merawat

serta mendidik anak-anak.

Pernikahan ini berfungsi untuk mengatur hubungan antara laki-laki dan

perempuan berdasarkan pada asas saling menolong dalam wilayah kasih sayang dan

cinta serta penghormatan. Wanita muslimah berkewajiban untuk mengerjakan tugas

dalam rumah tangganya, mengatur anak, dan menciptakan suasana menyenangkan,

supaya suaminya dapat menegerjakan kewajibannya dengan baik untuk kepentingan

duniawi maupun ukhrawi.40 Begitulah kira-kira hak perempuan sebagai orang tua, hak

dalam mendapatkan kasih sayang baik dari suami maupun anak-anaknya, hak dalam

mendidik anak sebagaimana yang telah di jelaskan dalam ayat Al-Quran di atas, dan

hak menerima Nafkah atau biaya hidup dari suaminya. Dan kelak ketika anaknya

sudah menjadi dewasa, perempuan sebagai orang tua berhak mendapatkan warisan

dari anaknya ketika anaknya sudah meninggal.

40 Syeh Kamil Muhammad ‘Uwaidah, Fiqh Wanita, ( Jakarta: Pusaka Al-Kautsar, 1998 ) cet-1,

ha. 379.,

Page 50: HAK-HAK PEREMPUAN DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33536/1/ULFAH... · nafkah lahir dan batin serta perlakuan yang baik dari suami. Sedangkan

41

BAB III

BIOGRAFI ASMA BARLAS

A. Riwayat Hidup

Pada bab ini dibahas tentang latar belakang kehidupan Asma Barlas. Ini dirasa

perlu, mengingat yang menjadi kajian dalam penulisan ini adalah Asma Barlas. Oleh

sebab itu, penulis merasa butuh dan hendaknya mengetahui secara komprehensif dan

lebih spesipiknya adalah segala hal yang ikut mendukung dan mempengaruhi tumbuh

kembangnya keilmuan Asma Barlas dimulai dari masa kanak-kanak sampai dewasa.

Begitu juga dengan segala disiplin ilmu yang dikuasai olehnya, sehingga sampailah ia

menjadi salah satu tokoh penting dalam dunia feminis.

Karena Ketika mengkaji pemikiran seorang tokoh, maka menjadi suatu

keniscayaan untuk tidak memisahkan antara gagasan pemikiran yang dihasilkan

dengan latar belakang sosio –historis pemikirannya. Keduanya adalah saling terkait

dan tidak boleh dipisahkan. Oleh karena itu, keduanya harus dikaji secara integratif.

Sehingga antara ide dengan latar belakang sosio-historis dapat tergambarkan secara

sistematis dan dialektis.

Kajian mengenai latar belakang kehiduan serang tokoh merupakan suatu hal

sangat signifikan untuk dilakukan, bagaimana, ide, gagasan atau pemikiran tidak akan

pernah terlepas dari konteks latar belakang pencetus ide itu sendiri. Ide dan pemikiran

itu selalu base on historical problems, sebagaimana dalam kajian ‘ulumul al-Qur’an

juga di kenal dengan adanya konsep ashab al-nuzul.

Berangkat dari asumsi ini, kiranya perlu untuk menjelaskan bagaimana latar

belakang sosio-historis Asma Barlas. Urgensi dan signifikansinya adalah untuk

Page 51: HAK-HAK PEREMPUAN DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33536/1/ULFAH... · nafkah lahir dan batin serta perlakuan yang baik dari suami. Sedangkan

42

melihat bagaimana kita bisa melihat antara ide pemikiran yang dihasilkan dengan

kondisi sosial historis yang menyertai. Bagaimana harus disadari bahwa aspek

lingkungan keluarga, pendidikan, maupun kondisi sosio-kultural, bahkan situasi

politik pada saat Asma Barlas memunculkan ide, adalah sangat berpengaruh atau

setidaknya mengilhami dalam menggulirkan sebuah ide dan gagasan. Dengan melihat

latar belakang riwayat hidupnya, maka diharapkan akan dapat menganalisis secara

lebih tajam, kritis, dan cermat mengenai akar pemikiran Asma Barlas.

Dalam hal ini penulis akan mencoba menerapkan biografi Asma Barlas. Akan

tetapi, penulis mendapat kesulitan karena ulasan tentang Barlas kurang memadai.

Sejumlah sumber yang penulis dapatkan memiliki keterbatasan informasi yang cukup

berarti.

Asma Barlas dilahirkan di Lahore, Pakistan, tempat ia menjadi perempuan

pertama, 1956, di Negara tersebut yang bekerja untuk pelayanan luar negeri.1 ia

mempunyai seorang anak bernama Demir Mikail dari suaminya Ulises Ali. Ayahnya

bernama Iqbal Barlas, Ia memuja almarhum ayahnya, Iqbal Barlas, dan ibunya,

Anwar Barlas, yang kini bermukim di Vancouver, kanada. Keduanya mendidik tiga

anak perempuan serta satu anak laki-lakinya secara setara dan membukakan mata

mereka akan ilmu pengetahuan yang tidak terbatas. 2

Berkat didikan orang tua nya Barlas pun tumbuh menjadi pemikir-aktivis

yang sangat kritis. Pada masa Ziaul Haq, Barlas diberhentikan dari tugasnya karena

kritikannya yang keras terhadap kekuasaan rezim militer di Pakistan yang dipimpin

oleh jenderal ini..

30 Asma Barlas, Cara Qur’an Membebaskan Wanita, Terj. R. Cecep Lukman Yasin, Jakarta : Serambi 2005) Cet. 1

2 Maria Hartingsih dalam http://www.Barlasbarlas.com/link diakses pada 10 juni 2015 pukul 09:44

Page 52: HAK-HAK PEREMPUAN DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33536/1/ULFAH... · nafkah lahir dan batin serta perlakuan yang baik dari suami. Sedangkan

43

Selepas dari pekerjaannya, ia kemudian bergabung sebagai asisten editor di

surat kabar The Muslim, sebuah surat kabar yang menyuarakan oposisi terhadap

kebijakan pemerintah. Namun, pada tahun 1983, Asma Barlas harus meninggalkan

negaranya karena rezim saat itu melakukan pengusiran terhadapnya. 3

Asma Barlas hidup ditengah realitas masyarakat Pakistan yang sangat tidak

mendukung pembebasan perempuan, bukan mendiskriminasi perempuan sedemikian

rupa. Ketika Perdana Mentri Zulfikar Ali Buhutto ditangkap pada 5 Juli 1977, itulah

dimulainya perebutan kekuasaan oleh jenderal Ziaul Haq dimulai. Sembilan bulan

kemudian, jenderal Zia mengumumkan ketertarikannya melakukan islamisasi atas

kode etik masyarakat Pakistan. Ketika itu pulalah Zia melakukan kooptasi atas Liga

Muslim Pakistan dan menempatkan anggota-anggota jamaah Islamiyah di dalam

Kabinetnya. Jamaah Islamiyah adalah organisasi Islam Pakistan yang sangat getol

memperjuangkan penerapan syariat Islam. Zia sebagai penguasa berarti berkuasanya

kelompok jamaah Islamiyah, yang dengan demikian menjadi tanda akan

berlangsungnya diskriminasi besar-besaran terhadap perempuan.4

Kisah Pakistan seperti itulah yang membuat Asma Barlas terusir dari tanah

airnya sendiri. Di Pakistan, Perempuan benar-benar terbelenggu dengan berbagai

argument doktrin agama dengan banyak tingkatan. Menurut Asma Barlas, penerapan

syariat di Pakistan sangat mengecewakan. Ada pembantu rumah tangga yang

diperkosa lalu dihukum ranjam, padahal sanksi rajam sendiri tidak terdapat dalam al-

Qur’an untuk kejahatan apa pun. Tapi orang-orang yang pro-syariat akan

mengeluarkan ratusan hadis dan mengklaim diri setia mempraktekan ajaran Nabi.

3 Asma Barlas, Cara Qur’an Membebaskan Wanita, Terj. R. Cecep Lukman Yasin, (Jakarta :

Serambi 2005) Cet. 1 4 Maria Hartingsih dalam http://www.Barlasbarlas.com/link diakses pada 10 juni 2015 pukul

09:44

Page 53: HAK-HAK PEREMPUAN DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33536/1/ULFAH... · nafkah lahir dan batin serta perlakuan yang baik dari suami. Sedangkan

44

Ujungnya, perbincangan melanturkan ke tingkat lain. Asma Barlas menekankan

bahwa sebagai mukmin, kita tidak harus yakin 100% dengan apa yang ada di hadis,

tapi perlu yakin 100% pada apa yang ada di dalam al-Qur’an.

Di Pakistan, sanggahan terhadap hal semacam itu akan dijawab oleh mereka

yang pro-syariat dengan segera berpindah argumen dari al-Quran ke hadis, lalu ijma’

atau konsensus ulama. Asma Barlas mengatakan:

‘’ketika Anda mengatakan al-Qur’an dapat ditafsirkan lebih dari satu cara, mereka

segera memindahkan kancah perdebatan ke hadis. Ketika Anda dapat mematahkan

argument hadis karena ia lebih banyak diriwayatkan bil ma’na dan merupakan salah

satu refleksi kebijakan Nabi saja, mereka akan berdalih dengan ijma’. Padahal, konsep

ijma’ tidak dapat dierima, karena tidak datang dari langit. Ijma’ sudah jelas konstruksi

sosial manusia yang tidak sacral sama sekali. Tapi mereka akan kukuh dengan itu, dan

akan mencecar Anda keluar dari kesepakatan ulama. Bagi saya, itulah bentuk pusaran

penindasan ( circle of opressions) yang selama ini kita hadapi. Dan selama ini, sulit

bagi perempuan untuk lari dari pusara tersebut’’.5

Dengan latar belakang pengalaman hidup seperti ini, Asma Barlas muncul

dengan sejumlah argumentasi bagaimana mengatasi problem sosial masyarakat Islam

dengan terlebih dahulu menyoroti masalah teologis. Sebab bagi Asma Barlas,

persoalan umat Islam sesungguhnya tidak bisa dilepaskan dari kondisi keagamaan

masyarakat Islam itu sendiri.

B. Perjalanan Pendidikan Karier Intelektual Asma Barlas

Asma Barlas adalah satu di antara sekian intlektual Muslim yang merambah ke

berbagai disiplin ilmu. Studi Islam sebetulnya hanyalah konsekuensi dari focus

5 Indri Sri Sembadra, Karakteristik Anti Patriarkal Dalam Al-Qur’an : Studi Pemikiran Asma Barlas, (Jakarta : Fakultas Ushuluddin, 2007)

Page 54: HAK-HAK PEREMPUAN DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33536/1/ULFAH... · nafkah lahir dan batin serta perlakuan yang baik dari suami. Sedangkan

45

perhatian dia, yakni ilmu politik. Dengan mempelajari politik, ia kemudian tertarik

dan tertantang untuk meng etahui lebih jauh mengenai Islam, khususnya fenomena

kuatnya doktrin yang membuat realitas politik Islam cenderung tertutup.

Asma Barlas pergi ke Amerika Serikat dan mendapat suaka politik (political

asylum) dari negri ini. Riwayat pendidikannya dimulai dariuniversitas di Pakistan di

mana ia mendapatkan B.A dalam bidang sastra Inggris dan filsafat serta M.A dalam

bidang jurnalisme. Dia kemudian melanjutkan studinya di Amerika dan mendapatkan

M.A dan ph.D dalam bidang kajian Internasional di Universitas Dnver Colorado. 6

Secara intelektual, Asma Barlas memiliki karier yang cukup bagus. Hal ini

bisa dilihat dalam jabatan akademis yang ia pegang dan juga tulisan-tulisannya yang

tersebar di mana-mana. Bahkan Barlas menulis tidak hanya terbatas pada kajian

mengenai Islam dan perempuan, tetapi juga kajian-kajian mengenai politik

internasional dan isu yang lainnya.

Ia tampaknya juga menggunakan ceramah-ceramahnya untuk menyebarkan

nilai-nilai kesetaraan dalam Islam yang ia maknai sebagai saling memahami, saling

menghormati; nilai-nilai yang mengagungkan perdamaian dan cinta kasih terhadap

sesama. Membaca Barlas adalah membaca wajah Islam yang teduh. Barlas

menyepakati pandangan bahwa bukan agama yang melahirkan ekstremisme,

fundamentalisme, konservatisme, atau apa pun namanya, yang mengedepankan

ketidaksetaraan, kekerasan, dan kebencian.

C. Daftar Karya

Asma Barlas menulis banyak karya, baik dalam bentuk buku, esai, maupun

artikel lepas. Tulisan- tulisannya tidak hanya bicara politik, sebagaimana bidang

6 www.ithaca.edu/faculty/abarlas. Diakses pada 23 Juni 2016 pukul 15:20

Page 55: HAK-HAK PEREMPUAN DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33536/1/ULFAH... · nafkah lahir dan batin serta perlakuan yang baik dari suami. Sedangkan

46

kajian dalam pendidikan formalnya, melainkan juga tema-tema keislaman, khususnya

yang berkaitan dengan perempuan. Tema-tema ini diambil bukan tanpa tujuan,

melainkan untuk menjawab persoalan yang kerap menganggu pikirannya, yakni

tentang betapa susahnya pengembangan demokrasi di dunia Muslim. Barlas

menyakini bahwa salah satu penghambat demokrasi itu adalah maraknya berbagai

bentuk penindasan dan diskriminasi terhadap perempuan, tidak hanya pada tataran

praktik sosial melainkan juga dalam ranah teologis. Berikut ini uraian beberapa :

1. The Pleasure of Our Texts: Re-reading the Qur’an (2006). Buku mengajak

para pembaca untuk lebih memahami isi kandungan Qur’an yang tidak

mendiskriminasi prempuan dan buku ini juga mengupas tentang segala yang

dikatakan Qur’an bahwa Qur’an menyamakan antara Perempuan dan laki-laki

dalam urusan Re-read Qur’an.

2. Reviving Islamic Universalism (2006). Buku ini membahas tentang bagaiman

asma barlas memadukan antara islam modern dengan budaya dan dalam buku

ini juga asma memaparkan tentang islam timur dan barat.

3. Islam, Muslim, and the U.S ; Essays on Religion and Politics (India, Global

Media Publications, 2004). Buku ini membahas bagaimana perubahan

pandangan dunia terhadaap Islam pasca tragedy 11 September 2001 di

Amerika Serikat yang mengambil inisiatif menggalang kekuatan dunia untuk

melawan terorisme secara langsung menempatkan Islam sebagai tertuduh.

Akhirnya terjadi marginalisasi terhadap ‘’Islam’’ di berbagai belahan dunia.7

Diskriminasi terhadap dunia Islam tidak hanya berdampak negative kepada

dunia Islam secara keseluruhan, tetapi juga menambah derita berbagai

komponen di dunia Islam itu sendiri yang selama ini memang tertindas, salah

7 Asma Barlas, Islam, Muslim, and the U.S ; Essays on Religion and Politics (India, Global Media Publications, 2004)

Page 56: HAK-HAK PEREMPUAN DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33536/1/ULFAH... · nafkah lahir dan batin serta perlakuan yang baik dari suami. Sedangkan

47

satu komponen tertindas yang paling utama adalah perempuan. Asma Barlas

hendak menunjukan bahwa perempuan Islam mengalami diskriminasi ganda,

baik pada tartan global, di mana dunia Islam, juga pada tingkat regional,

dimana Islam itu sendiri mendiskriditkan perempuan. 8

Dunia Islam yang menindas itu disebut sebagai dunia patriarki. Islam

teroris tidak hanya meneror ‘’barat’’ dan Amerika Serikat, taapi juga kaum

perempuannya. Praktik yang telah ditinggalkan di belahan dunia lain itu masih

langgeng di dalam struktur masyarakat Muslim.9

4. Beliving Women ‘’in Islam: Unreading Patriarcal Interpretations of the Qur’an

(Universitu of Texas Press, 2002). Banyak kalangan yang menemukan bahwa

penindasan terhadap perempuan dikalangaan Islam, seperti kekerasan

mengaku ‘’Islami’’ Hal ini menjadi dasar bagi mereka bahwa doktrin agama

Islam yang tertuang dalam al-Qur’an memberikanjustifikasi religious bagi

ketertindasan itu. Melalui buku ini, Asma Barlas melakukan pembelaan yang

kuat bahwa al-Qur’an secara radikal mengembangkan ajaran egalitarian dan

antipatriarkal.10

Dimulai dengan analisis historis mengenai otoritas dan pengetahuan agama,

Barlas menunjukan bagaimana kalangan Muslim membaca al-Qur’an dengan

kacamata patriarkal dan diskriminatif untuk menjustifikasi struktur sosial dan

agama serta mengajukan hasil bacaan yang seolah-olah menempatkan al-

Quran sebagai pendukung ketidak setaraan. Sebaliknya, Barlas dengan

ketelitian seorang peneliti menunjukan bahawa al-Qur’an justru mendukung

8 Asma Barlas, Islam, Muslim, and the U.S ; Essays on Religion and Politics (India, Global Media Publications, 2004)

9 www. asma barlas.com/editorial/religious_authorites.pdf, diakses pada 5 Agustus 2015 Pukul 15:33

10 Asma Barlas, Cara Al-Qur’an Membebaskan Wanita, Terj. R. Cecep Lukman Yasin, (Jakarta : Serambi 2005) Cet. 1

Page 57: HAK-HAK PEREMPUAN DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33536/1/ULFAH... · nafkah lahir dan batin serta perlakuan yang baik dari suami. Sedangkan

48

penuh semua prinsip kesetaraan dan menyediakan kemungkinan teoritik bagi

pemahaman tentang kesetaraan itu sendiri. Karya ini bisa dijadikan landasan

bahwa secara teologis, Islam menganjurkan dan mendukung penuh semua

prinsip kesetaraan. Dengan demikian, pandangan ini sekaligus membantah

bahwa ide kesetaraan (perempuan dan laki-laki) adalah sesuatu yang baru dan

berasal dari luar Islam, melainkan berasal dari dalam Islam itu sendiri.11

5. Democracy, Nationalism, and Communalism: The Colonial Legacy in South

Asia (Westview Pres, 1995). Buku ini membahas perkembangan politik di

dunia Muslim, khususnya Asia Selatan. Barlas mencoba membandingkan

antar pengaruh agama pada politik dengan membandingkan antara wilayah-

wilayah berpenduduk Muslim dan Hindu. Pengaruh itu tampak dala m

beberapa aspek, yakni demokrasi, nasionalisme, dan komualisme.12

D. Metode pemikiran Asma Barlas

Metode dan prinsip-prinsip yang digunakan Asma Barlas dalam membaca

kembali al-Qur’an dan aplikasinya terhadap ayat-ayat gender yaitu dalam rangka

membangun sebuah prinsip egalitarianisme dan antipatriarkalisme di dalam al-

Qur’an yang erat kaitannya dengan pembebasan perempuan, Barlas menggunakan

dua argumen penting, yaitu: argumentasi sejarah dan argumentasi hermeneutik.

Argumentasi sejarah maksudnya adalah penggunaan karakter politik tekstual dan

seksual yang berkembang di kalangan masyarakat Islam, terutama proses yang telah

menghasilkan tafsir-tafsir di dalam Islam yang memiliki kecenderungan patriarkis.

Sedangkan argumentasi hermeneutik dimaksudkan untuk menemukan apa yang ia

11Asma Barlas, Cara Al-Qur’an Membebaskan Wanita, Terj. R. Cecep Lukman Yasin,

(Jakarta : Serambi 2005) Cet. 1 12 Asma Barlas, Democracy, Nationalism, and Communalism: The Colonial Legacy in South

Asia (Westview Press, 1995)

Page 58: HAK-HAK PEREMPUAN DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33536/1/ULFAH... · nafkah lahir dan batin serta perlakuan yang baik dari suami. Sedangkan

49

sebut sebagai epistemologi egalitarianisme dan antipatriarkalisme di dalam al-

Qur’an, yang terletak dalam karakteristik pengungkapan diri Tuhan, yang menolak

pandangan tentang kekuasaan ayah atau laki-laki.13

Ada tiga langkah yang digunakan Barlas dalam hal ini:

1. Menjelaskan karakter teks al-Qur’an yang polisemik dan membuka pelbagai

kemungkinan pemaknaan, sebagai kritik terhadap pola penafsiran yang

reduksionis dan esensialis, artinya tidak bolehnya membaca al-Qur’an dalam

kerangka patriarkis saja.

2. Barlas ingin menolak relativisme penafsiran, sebuah pandangan yang

menyatakan bahwa semua model bacaan pada dasarnya benar.

3. Meletakkan kunci-kunci hermeneutik untuk membaca al-Qur’an dalam

karakter divine ontology, yaitu yang berciri ontologi ketuhanan. Prinsip-

prinsip teologis yang digunakan oleh Barlas adalah terletak pada

pengungkapan Diri Tuhan, yaitu keesaan, keadilan dan keunikan Tuhan.

Sedangkan Metodologi yang digunakan oleh Barlas, merujuk pada pemikir

sebelumnya yaitu Fazlur Rahman, yaitu hermeneutika yang biasa disebut dengan

gerakan ganda (double movement), dari situasi sekarang ke masa al-Qur’an

diturunkan dan kembali lagi ke masa kini. ketika Barlas mencoba untuk mengungkap

makna teks yang polisemik serta ingin meluruskan pemahaman umat Islam tentang al-

Qur’an yang bersifat antipatriarki. Dilihat dari perspektif epistemologis, corak

berpikir Barlas yang lebih memilih dan merujuk teks kitab suci dapat dikategorikan

sebagai corak epistemologi bayani (explanatory).14

13 Jurnal, Fauziah, Egaliterianisme dalam Keluarga Menurut Al-Quran :Studi Pemikiran

Asma Barlas Terhadap Q.s an-Nisa Ayat 1, di akses pada 10 mei 2016 14 Artikel, Eva Septi Kurniawati, A Methodological Study In Interpretation AL-Qur’an,

diakses pada 22 Agustus 2016, pukul 14:55

Page 59: HAK-HAK PEREMPUAN DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33536/1/ULFAH... · nafkah lahir dan batin serta perlakuan yang baik dari suami. Sedangkan

50

E. Prinsip dan Pokok-Pokok Pemikiran Asma Barlas

Barlas ingin membuat klaim yang lebih spesifik dan lebih kontroversial

(ketika berdialog dengan para sarjana kritis dan feminis). Yaitu bahwa al-Qur’an

bersifat egaliter dan antipatriarki. Klaim ini tentu saja sangat sulit untuk ditegakkan,

setidaknya ada dua alasan. Pertama. Sementara tidak ada definisi kesetaraan jender

yang diterima secara universal, terdapat kecenderungan untuk memandang perbedaan

sebagai bukti ketidaksetaraan. Dari sudut pandang ini, perlakuan al-Qur’an yang

berbeda terhadap laki-laki dan perempuan dalam beberapa persoalan (semisal

pernikahan, perceraian, pembuktian dan lain-lain) diklaim sebagai bukti nyata dari

karakteristik al-Qur’an yang patriarkis dan anti-kesetaraan.

Namun, Barlas menentang klaim semacam ini dengan alasan (seperti yang kini

diakui oleh kebanyakan kaum feminis) bahwa memperlakukan laki-laki dan

perempuan secara berbeda tidak berarti harus memperlakukan mereka secara tidak

setara dan memperlakukan mereka secara sama juga tidak selalu berarti

memperlakukan mereka secara setara. Kedua, seperti yang akan terlihat dalam

pembacaan Barlas, perlakuan al-Qur’an yang berbeda terhadap laki-laki dan

perempuan tidak didasarkan pada klaim tentang perbedaan atau kesamaan gender

seperti yang dinyatakan oleh teori-teori ketidaksetaraan dan penindasan gender.

Kemudian mengenai aplikasi dari prinsip egalitarianisme al-Qur’an, Barlas

menguraikan isu-isu utama perempuan yaitu, pertama, seksualitas dan gender dalam

Islam, khususnya di sekitar isu mengenai persamaan (sameness), perbedaan

(difference), dan kesetaraan (equality) antara laki-laki dan perempuan. Berkaitan

dengan konsep sameness, yang telah dipromosikan oleh sebagian kalangan feminis,

bagi Barlas tidak sesuai dengan pandangan al-Qur’an. Tapi ia tetap mengakui

perbedaan biologis antara laki-laki dan perempuan, namun perbedaan fisik tidak

Page 60: HAK-HAK PEREMPUAN DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33536/1/ULFAH... · nafkah lahir dan batin serta perlakuan yang baik dari suami. Sedangkan

51

kemudian membedakan mereka dalam tataran moral dan etika. Selain itu menurutnya,

laki-laki dan perempuan memiliki kesetaraan, bahkan persamaan pada tingkat

ontologis, di mana laki-laki dan perempuan diciptakan dari nafs. Uraian yang

diberikan Barlas tentang konsep nafs ini cukup panjang, namun penulis sulit

menemukan temuan baru dari pemikirannya, sehingga terkesan ia banyak mengutip

dari pemikir sebelumnya seperti Fazlur Rahman, Riffat Hassan dan Amina Wadud.

Namun ia memberi kesimpulan bahwa persamaan antara laki-laki dan perempuan

terletak pada kapasitas yang sama sebagai agen moral artinya, mereka sama-sama

memiliki tugas-tugas kemanusiaan yang tidak berbeda.15

Hal kedua yang disorot Barlas adalah wacana tentang keluarga dan

perkawinan. Menurutnya sistem keluarga dalam Islam tidak menunjukkan nilai-nilai

patriarkalisme. Untuk meluruskan pemahaman umat Islam, yang menurutnya selama

ini menganggap lembaga perkawinan menjadi bukti nyata akan kentalnya

patriarkalisme di dalam al-Qur’an, Barlas menekankan perlunya pemahaman tidak

hanya terhadap teks, tapi juga terhadap konteks ayat itu diturunkan. Dalam melihat isu

mengenai keluarga dan perkawinan Barlas menggunakan pendekatan ini. Al-Qur’an

menurut Barlas dalam kaitannya dengan hubungan orangtua dan anak, lebih banyak

menekankan soal kewajiban di antara mereka daripada soal hak. Barlas berusaha

menjelaskan makna yang sebenarnya dari istilah qawwamuna, ia tidak

menafsirkannya dengan pemimpin, tapi ia lebih condong untuk menafsirkannya

sebagai laki-laki pencari nafkah. Namun menurutnya, laki-laki pencari nafkah tidak

otomatis menjadi kepala keluarga. Begitu pula dalam konteks nusyuz, menurutnya al-

Qur’an sama sekali tidak pernah menekankan agar istri menaati suami. Sebagaimana

15 Artikel, Eva Septi Kurniawati, A Methodological Study In Interpretation AL-Qur’an,

diakses pada 22 Agustus 2016, pukul 14:55

Page 61: HAK-HAK PEREMPUAN DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33536/1/ULFAH... · nafkah lahir dan batin serta perlakuan yang baik dari suami. Sedangkan

52

feminis lainnya, kata daraba tidak selalu d imaknai dengan memukul, tapi juga bisa

dimaknai dengan memberi contoh.16

Hal ketiga adalah soal kritik Barlas terhadap patriarkisme dalam menafsirkan

al-Qur’an. Barlas menolak patriarkisme di dalam al-Qur’an, jika yang dimaksud

adalah aturan kebapakan atau politik pengistimewaan laki-laki. Untuk membuktikan

bahwa al-Qur’an menolak patriarkisme, dan sebaliknya mengajarkan egalitarianisme,

Barlas menguraikan secara panjang konsep tauhid. Konsep ini ia gunakan untuk

menolak adanya asumsi patriarkisme di dalam Islam, misalnya konsep yang

mengatakan bahwa Tuhan terdiri atas unsur bapak dan anak.17

Asma Barlas yang berangkat dari tujuan demi sebuah pembebasan terhadap

perempuan dari penindasan terhadap penafsiran al-Qur’an, mencoba mengurai

beberapa hal yang berkaitan dengan sistem patriarki yang telah mempengaruhi

berbagai macam penafsiran al-Qur’an. Hal ini juga telah dilakukan oleh banyak

feminis perempuan di dunia Islam dewasa ini, seperti Riffat Hassan, Amina Wadud,

Fatima Mernissi, Nawal Sadawi, dan sebagainya – termasuk Wardah Hafidz, Lies

Marcoes-Natsir dan Siti Ruhaini, Nurul Agustina, dalam lingkup Indonesia-, berusaha

membongkar berbagai macam pengetahuan normatif yang bias kepentingan laki-laki,

tetapi selalu dijadikan orientasi kehidupan beragama, khususnya menyangkut relasi

gender.

Secara umum dapat dikatakan bahwa konstruksi metodologi dan pemikiran

Asma Barlas merupakan refleksi pemikiran yang kritis berperspektif gender, di mana

ia ingin melihat isu-isu perempuan dalam bingkai epistemologi egalitarianisme yang

16 Ahmad Shadiq, Membebaskan Perempuan dari Patriarki: Analisis Historis Pemikiran

Asma Barlas , Skripsi Fakultas Ushuludin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2016 17 Asma Barlas, Cara Al-Qur’an Membebaskan Wanita, Terj. R. Cecep Lukman Yasin,

(Jakarta : Serambi 2005) Cet. 1

Page 62: HAK-HAK PEREMPUAN DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33536/1/ULFAH... · nafkah lahir dan batin serta perlakuan yang baik dari suami. Sedangkan

53

menjunjung keadilan, kesetaraan yang dilandasi oleh semangat menghormati hak-hak

asasi manusia, tanpa membedakan jenis kelamin laki-laki dan perempuan.

Begitu pula yang diusung oleh teologi feminis, yaitu teologi pembebasan yang

diterapkan untuk membebaskan perempuan dari ketertindasan. Teologi feminisme

adalah gerakan reformis dan revolusioner untuk mendekonstruksi ideologi dan

pemahaman keagamaan yang bias kelelakian. Dekonstruksi ini bertujuan untuk

menghapus patriarki, dan mencari landasan teologis atas kesetaraan gender. Gender

bukan semata-mata persoalan sosiologis, tetapi telah merambah wilayah ketuhanan.

Hal ini sejalan dengan isu yang diangkat oleh Asma Barlas, tentang

ketidakadilan gender dan prinsip egalitarianisme atau pembebasan dalam membaca

al-Qur’an terhadap konteks ayat-ayat tentang perempuan. Karena salah satu wacana

utama tentang ketidakadilan gender yang sering dipermasalahkan adalah pandangan

“agama” tentang penciptaan Adam dan Hawa serta kepemimpinan perempuan.

Melihat realitas semacam ini, dekonstruksi terhadap pandangan teologis sebagai akar

terjadinya diskriminasi gender menjadi agenda utama gerakan ini.

Page 63: HAK-HAK PEREMPUAN DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33536/1/ULFAH... · nafkah lahir dan batin serta perlakuan yang baik dari suami. Sedangkan

54

BAB IV

PANDANGAN ASMA BARLAS TERHADAP HAK-HAK PEREMPUAN

DALAM KELUARGA

A. Kedudukan Perempuan dalam Keluarga

Perkawinan dalam Islam didasarkan pada sebuah kontrak sosial yang

menjadikan kesetaraan hukum sebagai hal yang meletak bagi pasangan suami-istri.

Meskipun sistem patriarki muslim jelas tidak menepatkan laki-laki dan perempuan

dalam kedudukan hukum yang setara, gagasan tentang perkawinan sebagai sesuatu

yang bersifat kontraktual, setidaknya dalam teori, adalah untuk memberikan

kesetaraan kepada perempuan. Dalam konteks ini, mungkin ada benarnya bahwa,

seperti yang dikemukakan oleh beberapa feminis, sistem patriarki modern didasarkan

pada institusi-institusi konstektual . Namun, sekalipun sistem-sistem patriarki.

berhasil membentuk ulang dirinya dengan cara seperti itu, tidak berarti bahwa kontrak

sosial perkawinan itu sendiri bersifat patriarki. sebaliknya, pengenalan kontrak sosial

perkawinan oleh Islam ke dalam patriarki kesukuan tradisional telah melindungi

posisi perempuan dalam masyarakat tersebut.1

Dengan memungkinkan perempuan untuk beralih posisi dari harta benda

menjadi Individu penyandang hak-hak yang mengikat dan dapat dilaksanakan secara

hukum vis-à-vis laki-laki, kontrak itu telah membantu melenyapkan beberapa aspek

paling merusak dalam sistem patriarki (seperti pandangan bahwa istri adalah harta

milik).sebagai sebuah perjanjian pranikah, kontrak itu juga memungkinkan

perempuan untuk menyusun persyaratan bukan saja dalam pernikahan tapi juga dalam

1 Asma Barlas, Cara Al-Qur’an Membebaskan Wanita, Terj. R. Cecep Lukman Yasin,

(Jakarta : Serambi 2005) Cet. 1, h.316

Page 64: HAK-HAK PEREMPUAN DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33536/1/ULFAH... · nafkah lahir dan batin serta perlakuan yang baik dari suami. Sedangkan

55

perceraian. (persyaratan itu dapat berbentuk mulai dari ketentuan tentang hak cerai

bagi istri, penentuan sejak awal jumlah uang tebusan perceraian, hingga perjanjian

tentang pengasuhan anak,) Tentu saja, adalah persoalan lain jika banyak perempuan

yang memilih tidak menggunakan kontrak perkawinan dengan cara seperti ini, atau

banyak laki-laki yang memilih untuk tidak menghormati kontrak itu, sekalipun al-

Qur’an memperingatkan kita ‘’ untuk menepati janji-janji apabila berjanji’’ (Q.S 2:

177; dalam Ali Imran :69-70) atau banyak Negara yang memilih untuk tidak

memberlakukan kontrak-kontrak pernikahan atau tidak menghukum pelanggaran

terhadapnya (terutama bila dilakukan oleh laki-laki). Tentu saja kaum muslim harus

menangani persoalan-persoalan tersebut agar perkawian menjadi Islami.2

Namun, meskipun kita perlu mengkaji hak-hak yang secara kontraktual bisa

dituntut oleh seorang perempuan dalam pernikahan, ia bukanlah satu-satunya sudut

yang bisa kita gunakan untuk menilai ajaran al-Qur’an tentang relasi suami-istri.

Karena, kesetaraan suami-istri menurut al-Qur’an bukanlah buah dari ontologi

manusia (gagasan tentang kesamaaan/keserupaan jender). Dan, karena al-Qur’an

mengajarkaan prinsip-prinsip kesetaraaan jender sebagai suatu kenyataan ontologis, ia

secara logis tidak mungkin mengajaarkan prinsip-prinsip ketidaksetaraan antara suami

dan istri. Jadi, menurut asma kita perlu memahami betul perbedaan hak yang

dinikmati oleh tiap-tiap pihak dalam keseluruhan konteks ajaran al-Qur’an tentang

kesetaraan jender.

B. Hak Perempuan dalam Keluarga

Diantara yang menjadi pokok pembahasan dalam buku Asma Barlas adalah

wacana tentang keluarga dan perkawinan. Menurut Barlas sistem keluarga dalam

2Asma Barlas, Cara Al-Qur’an Membebaskan Wanita, Terj. R. Cecep Lukman Yasin, (

Jakarta : Serambi 2005) Cet. 1, h.317

Page 65: HAK-HAK PEREMPUAN DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33536/1/ULFAH... · nafkah lahir dan batin serta perlakuan yang baik dari suami. Sedangkan

56

Islam sama sekali tidak menunjukan nilai-nilai patriarkalism. Selama ini memang ada

anggapan bahwa lembaga keluarga dan juga mungkin perkawinan menjadi bukti nyata

akan kentalnya patriarkalisme di dalam Islam. Pandangan seperti ini muncul karena

kesalahan dalam melihat teks dan konteks Al-qur’an.

Karenanya, Barlas dalam hal ini menekankan perlunya pemahaaman tidak

hanya terhadap teks, tetapi tak kalah pentingnya, juga terhadap konteks ketika ayat-

ayat Al-quran diturunkan. Dalam melihat isu mengenai keluarga dalam Islam, Barlas

menggunakan pendekatan seperti diatas, sebuah pendekatan yang sebenarnya sudah

menjadi kebiasaaan dikalangan para penafsir Al-qur’an.

Di dalam kehidupan keluarga, Al-qur’an mendukung penuh kesetaraaan antar

laki-laki dan perempuan. Al-qur’an menurut barlas dalam kaitanya dengan orangtua

dan anak lebih banyak menekankan soal kewajiban diantaraa mereka dari pada soal

hak3. Pembicaraaan tentang hak biasanya diderivasi dari pembicaraan tentang

kewajiban.4 Selain itu, di dalam Al-qur’an posisi laki-laki atau bapak tidak begitu

menonjol. Antra bapak dan ibu memiliki hak yang setara terhadap anak-anak mereka.

Meskipun demikian, ada beberapa ayat di dalam Al-qur’an yang selama ini dijadikan

sebagai dalil atas supermasi laki-lakiaitu ayat tentang kepemimpinan perempuan dan

tentang pemukulan istri.

Tentang kepemimpinan perempuan dengan merujuk kepada terjemah-

terjemah Al-qur’an yang kompeten, Barla berusaha menjelaskan makna yang

sebenarnya yang dikehendaki dengan istilah qowwamuuna. Dari telaahnya terhadap

referensi yang ia baca, Barlas tampaknya setuju untuk idak menafsirkan kata

3 Asma Barlas, Cara Al-Qur’an Membebaskan Wanita, Terj. R. Cecep Lukman Yasin, ( Jakarta :

Serambi 2005) Cet. 1, h.301 4 Asma Barlas, Cara Al-Qur’an Membebaskan Wanita, Terj. R. Cecep Lukman Yasin, ( Jakarta :

Serambi 2005) Cet. 1, h.17

Page 66: HAK-HAK PEREMPUAN DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33536/1/ULFAH... · nafkah lahir dan batin serta perlakuan yang baik dari suami. Sedangkan

57

qowwamuuna sebagai pemimpin. Barlas lebih condong menafsirkan qowwamuuna

sebagai laki-laki pencari nafkah.

Dalam hal ini barlas menekankan bahwa Pemberian nafkah kepada istri juga

merupakan hak perempuan dalam rumah tangga. Setelah pernikahan, suami wajib

memberi nafkah kepada istrinya. Dalam kehidupan sekarang, nafkah wanita meliputi

pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasar seperti rumah, pakaian, pelayanan kesehatan,

dan segala kebutuhan dasar untuk kehidupan bersama. Suami wajib memenuhi

kebutuhan-kebutuhan ini sesuai dengan kedudukan dan posisi sang istri.5

Saat ini gerakan feminisme dan sejumlah faham lainnya di Barat menilai

ketergantungan istri kepada suami terkait masalah ekonomi, termasuk juga mahar dan

nafkah, sama dengan diskriminasi dan ketidaksetaraan. Padahal, mahar dan nafkah

ditentukan atas dasar karakteristik dan ketidaksamaan peran antara pria dan wanita.

Tanggung jawab berat mengandung anak dan melahirkan secara alamiah berada di

pundak wanita. Kondisi ini membuat wanita rentan terhadap gangguan fisik dan

mental.

Jika pria dan wanita memiliki tanggung jawab dan peran yang sama untuk

memenuhi kesejahteraan keluarga dan tidak ada hukum yang membela perempuan,

maka perempuan akan menghadapi beban yang berat. Barlas menilai wanita berhak

menerima nafkah karena mengemban tugas berat seperti mengandung, melahirkan,

dan menyusui. Pria dan wanita tidak memiliki kondisi fisik yang sama untuk

melakukan aktivitas dan kegiatan berat dalam mencari nafkah. Pria memiliki

kemampuan lebih untuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan berat. Allah Swt telah

5 Asma Barlas, Cara Al-Qur’an Membebaskan Wanita, Terj. R. Cecep Lukman Yasin, ( Jakarta :

Serambi 2005) Cet. 1

Page 67: HAK-HAK PEREMPUAN DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33536/1/ULFAH... · nafkah lahir dan batin serta perlakuan yang baik dari suami. Sedangkan

58

membagi urusan kehidupan, dan menentukan pemenuhan kebutuhan ekonomi wanita

ada di pundak pria. Allah jugalah yang membuat pria memerlukan perempuan dari

segi kejiwaan dan mental.

Selain itu, wanita membutuhkan ketenangan dan ketentraman untuk

memainkan peran sebagai seorang istri dan ibu. Jika istri dipaksa untuk melakukan

pekerjaan berat, maka ia akan cepat tua dan tidak mampu memenuhi kebutuhan

mental suami dan anak-anaknya. Barlas meyakini bahwa Agar wanita bisa selalu

tampil ceria, ia memerlukan ketenangan lebih dari pria. Aturan penciptaan telah

mewujudkan kesesuaian dan keselarasan maksimal antara pria dan wanita dengan ada

sejumlah perbedaan di antara mereka, sehingga pria dan wanita akan saling

melengkapi. Oleh karena itu menurut pandangan Islam, istri tidak dipaksa bekerja

demi memenuhi kebutuhan hidupnya dan purta-putrinya dengan memikulkan

kewajiban itu pada pundak suami. Islam tidak menganggap pekerjaan dan karir

sebagai tujuan utama bagi wanita untuk menjaga kelembutan mental dan fisik mereka.

Meski demikian, Islam menerima keputusan wanita untuk berkarir demi

mengembangkan potensi dan memenuhi kebutuhan masyarakat.

C. Hak Perempuan Sebagai Istri

Dalam perkawinan, terdapat ajaran-ajaran tentang hak dan kewajiban antara suami

dan istri. Suami memiliki hak dan kewajiban atas istrinya, demikian pula istri,

memiliki hak dan kewajiban terhadap suami. Mahar dan nafkah misalnya, merupakan

kewajiban yang harus dibayar suami yang karena hal itu adalah hak istri. Sedangkan

sebagai imbangan dari kewajiban yang telah dilakukan suami, istri berkewajiban taat

dan hormat kepada suami (termasuk di dalamnya adalah menjaga kehormatan dan

harta suami serta minta ijin jika ingin keluar dari rumah).

Page 68: HAK-HAK PEREMPUAN DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33536/1/ULFAH... · nafkah lahir dan batin serta perlakuan yang baik dari suami. Sedangkan

59

Perbincangan tentang hak dan kewajiban suami istri tidak terlepas dari

perbincangan tentang bagaimana masing-masing ber-mu’âsyarah secara ma’rûf,

saling menggauli dengan baik secara obyektif. Karena itu hak dan kewajiban suami

istri diletakkan dalam bingkai mu’âsyarah bi al-ma’rûf. Termasuk dalam persoalan

hak dan kewajiban suami istri adalah dalam soal hubungan seks suami istri. Sehingga

secara normatif, hubungan seks suami istri adalah aplikasi dan turunan dari konsep

mu’âsyarah bi al-ma’rûf. Hanya saja yang menjadi persoalan adalah, apakah dalam

soal hubungan seks, suami istri dalam posisi sama dan sederajad? Ataukah istri yang

cenderung sebagai obyek karena itu adalah kewajiban yang harus dia lakukan sebagai

istri dan menjadi hak suami?

Dalam soal hubungan seks suami istri, pandangan tentang status keduanya

dipengaruhi oleh konsep dasar perkawinan itu sendiri. Jika sebuah perkawinan

didefinisikan sebagai aqad tamlik (kontrak pemilikan), yakni bahwa dengan

pernikahan seorang suami telah melakukan kontrak pembelian perangkat seks (bud’u)

sebagai alat melanjutkan keturunan, dari pihak perempuan yang dinikahinya. Dalam

konsep pernikahan yang seperti ini, pihak laki-laki adalah pemilik sekaligus penguasa

perangkat seks yang ada pada tubuh istri. Dengan begitu, kapan, di mana, dan

bagaimana hubungan seks dilakukan, sepenuhnya tergantung kepada pihak suami, dan

istri tidak punya pilihan lain kecuali melayani.

Akan tetapi, jika perkawinan didefinisikan senagai akad ibâhah (kontrak untuk

membolehkan sesuatu dalam hal ini alat seks yang semula dilarang), artinya dengan

perkawinan itu alat seks perempuan tetap merupakan milik perempuan yang dinikahi,

hanya saja kini alat tersebut sudah menjadi halal untuk dinikmati oleh seseorang yang

Page 69: HAK-HAK PEREMPUAN DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33536/1/ULFAH... · nafkah lahir dan batin serta perlakuan yang baik dari suami. Sedangkan

60

telah menjadi suaminya. Dengan definisi yang demikian, kapan hubungan seks

dilaksanakan, dengan cara bagaimana bukan semata-mata urusan suami, melainkan

urusan kedua belah pihak, yakni suami dan istri, baik waktu maupun caranya.6

Terdapat kecenderungan umum di masyarakat, bahwa hubungan seksual suami

istri, yang lebih banyak menikmatinya adalah suami. Sementara pihak istri hanya

melayani, sesuatu yang telah melekat dalam predikatnya sebagai istri, pelayan dan

pemuas suami, sehingga istri dalam melakukan hubungan seks dengan suami, semata-

mata menjalankan kewajiban. Hal itu dipengaruhi oleh pandangan yang dianut

kalangan ahli fiqih, yang mengatakan bahwa hubungan seks bagi istri adalah semata-

mata kewajiban.7

Kesimpulan para ahli fiqih bahwa hubungan seks bagi istri adalah kewajiban

didasarkan pada beberapa ayat al-Qur’an dan hadis yang membicarakan tentang hal

itu. Dari pemahaman yang demikian, maka adalah absah bagi seorang suami untuk

meminta kapan pun dan bagaimana pun agar dilayani dalam hubungan seksual dengan

istrinya. Dan bagi istri yang menolak, laknat Allah (istilah dalâlâh hadis) akan

menimpa istri tersebut. Bagi istri yang mencintai suaminya, satu dua kali tidak

menjadi persoalan, tetapi jika itu sering dilakukan, maka dalam pandangan penulis,

dapat dikategorikan sebagai pemaksaan (pemerkosaan) terhadap perempuan (istri).

Barlas, menilai bahwa tiadanya hak seksualitas perempuan adalah akibat rumusan

hukum Islam yang termaktub dalam berbagai kitab Fiqih dan produk abad

pertengahan yang dirumuskan berdasarkan kaca mata laki-laki. Dasar yang dipakai

dalam fiqih itu, kata, itu adalah bahwa hubungan suami istri memiliki dimensi ibadah.

6 Husein Muhammad, Pandangan Islam tentang seksualitas, dikutip dari Abdurrahman al-

Jazairi, Al-Fiqh ‘alâ Mazâhib al-Arba’ah, (Istanbul : Dâr ad-Da’wah, t.t.), IV : 1-3

Page 70: HAK-HAK PEREMPUAN DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33536/1/ULFAH... · nafkah lahir dan batin serta perlakuan yang baik dari suami. Sedangkan

61

Namun, Barlas berpendapat, ibadah harus dilaksanakan secara ikhlas tanpa

keterpaksaan. Karena hubungan seksual bukan sekedar hubungan yang bersifat fisik

maka nilai ibadahnya juga harus ditentukan oleh keikhlasan yang bersifat psikologis

dan harus di dasari dari cinta dan kasih sayang.8 Sehingga aplikasi konsep mu’asyarah

bi al-ma’ruf dalam hubungan seksual suami-istri adalah kebaikan obyektif dalam

pandangan mereka berdua. Tidak cukup hanya baik menurut orang lain, para teoritisi

(ulama fiqih), atau pihak suami saja. Tetapi harus baik bagi suami istri sebagai satu

pasangan yang menurut al-Qur’an setara. Bukan sebagai kedua belah pihak yang

berbeda derajatnya, di mana yang satu majikan yang lainnya pelayan, yang satu

subyek yang lainnya obyek. Dalam hal ini, asy-Syirazi mengatakan, meskipun pada

dasarnya istri wajib melayani permintan suami, akan tetapi jika dia memang tidak

terangsang untuk melayaninya, ia boleh menawar atau menangguhkan sampai batas

tiga hari. Dan bagi istri yang sedang sakit atau tidak enak badan, maka tidak wajib

baginya untuk melayani ajakan suami sampai sakitnya hilang.9 Jika suami tetap

memaksa pada hakekatnya dia telah melanggar prinsip mu’asyarah bi al-ma’ruf

dengan berbuat aniaya kepada pihak yang justru seharusnya dia lindungi dengan

kapasitas sebagai suami.

Perempuan sebagaimana juga laki-laki memiliki keinginan dan hasrat untuk dapat

menikmati sebuah hubungan badan (seksual) dengan masing-masing pasangannya.

Para spikonanalisis menganggap bahwa seksualitas merupakan sesuatu yang otonom

di mana setiap individu memiliki hak terhadap pemuasannya.10 Bahkan ajaran agama

memandang itu sebagai hal yang manusiawi dan -tentu – perlu disalurkan lewat jalan

8 Asma Barlas, Cara Al-Qur’an Membebaskan Wanita, Terj. R. Cecep Lukman Yasin, 2005,

Jakarta : Serambi Cet. 1 318 9 Al-Syirazi, Al-Muhazzab, (Beirut : Dar al-Fikr, t.t.), h. 65

10 Asma Barlas, Cara Al-Qur’an Membebaskan Wanita, Terj. R. Cecep Lukman Yasin, 2005, Jakarta : Serambi Cet. 1 h.264

Page 71: HAK-HAK PEREMPUAN DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33536/1/ULFAH... · nafkah lahir dan batin serta perlakuan yang baik dari suami. Sedangkan

62

yang sah yakni sebuah perkawinan. Sehingga dalam perkawinan kepuasan seksual

bukan monopoli laki-laki.

Nafkah bagi suami tidak hanya sebatas nafkah lahiriyah (makan, pakaian, tempat

tinggal, jaminan kesehatan dan lain-lain), tetapi meliputi juga nafkah batin

(menggauli, berhubungan seks, bisa juga perhatian dan kasih sayang). Sehingga jika

ditelusuri lebih jauh dalam persoalan nafkah suami, maka adalah kewajiabn suami

untuk melakukan hubungan seks dengan istri sampai pada batas istri dapat terpuaskan

(menikmati)nya. Barlas bahkan sampai berpendapat, jika suami tidak bersedia

menunaikan kewajiban nahkahnya kepada istri (nafkah batin) dan istri tidak mau

menerimanya, maka istri berhak mengajukan hal itu ke pangadilan dan pengadilan

pun bisa mempertimbangkan tindakan yang lebih bisa menjamin keadilan, dalam hal

ini bagi pihak istri.

Ulama mazhab Ahmad bin Hambal mengatakan bahwa batas maksimal

pemenuhan hasrat itu empat bulan. Jika tidak ada halangan serius, minimal setiap

empat bulan satu kali hubungan dengan istri harus dilakukan. Sementara menurut

sebuah riwayat dari ‘Umar Ibn Khattab, batas maksimal adalah emam bulan. Akan

tetapi batasan-batasan yang dilakukan baik oleh ulama mazhab Ahmad bin Hambal

maupun dalam riwayat ‘Umar, sebaiknya batasan tersebut lebih fleksibel. Akan lebih

baik jika ukuran batasannya adalah ketika istri sudah tidak mampu menahan

hasratnya, bisa empat bulan atau bisa lebih kurang dari itu. Sangat tergantung dengan

kondisi masing-masing istri.11

D. Hak Perempuan Sebagai Orangtua

11 Masdar Farid Mas’udi, Islam dan Hak-Hak Reproduksi ..., h. 115-116

Page 72: HAK-HAK PEREMPUAN DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33536/1/ULFAH... · nafkah lahir dan batin serta perlakuan yang baik dari suami. Sedangkan

63

Islam telah mendudukkan wanita sebagai manusia yang mulia dalam status

mereka sebagai seorang ibu. Rasullah saw. mengkhabarkan bahwa syurga dibawah

Telapak kaki ibu. Hal ini mengisyaratkan bahwa syurga yang diinginkan oleh

seseorang hendaklah ia meraihnya dengan taat kepada ibunya, menghormatinya,

berbuat baik kepadanya dan tidak melakukan tindakan durhaka kepadanya.

Islam memerintahkan agar seorang anak selalu mendahulukan perintah ibunya

diatas manusia lainnya. Jika suatu ketika berbenturan antara perintah ayah dan

ibu,maka perintah ibulah yang harus diutamakan untuk ditaati. Seorang anak haram

berkata "ahh" yg menunjukan akan keengganannya untk melaksanakan perintah orang

tua,apalagi menolaknya dgn keras, apalagi membentak dan berbuat kasar kepadanya.

Allah menjdikan siksaan bagi siapa saja yang berbuat aniaya dan durhaka kepada

ibunya.Bahkan durhaka kepada ibu bapak termasuk ralah satu dosa yang akan

disegerakan azab siksanya ketika seseorang mash didunia.

Sebagaimana Firman Alllah dalam Surat Al-Ahqaf ayat 15:

Artinya: "Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang tua ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah pula, mengandungnya sampai menyapihnya" (QS.Al-Ahqaf:15)

Meskipun al-Qur’an tidak menggambarkan hak ibu dalam pengertian yang

sama dengan hak ayah dalam sistem patriarki namun Barlas berpendapat al-Qur’an

Page 73: HAK-HAK PEREMPUAN DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33536/1/ULFAH... · nafkah lahir dan batin serta perlakuan yang baik dari suami. Sedangkan

64

telah memasukan ibu kedalam wilayah penghormatan simbolis yang diasosiasikan

dengan Tuhan, sehingga ibu diangkat posisinya melebihi ayah. Penghormatan

simbolis ini terlihat pada surat an-Nisa ayat 1 dimana barlas menafsirkan konsep

taqwa kepada Tuhan dan kepada ibu. Barlas menegaskan bahwa ayah dalam tradisi

patriarki tidak sesuai dengan al-Qur’an. Barlas dengan semangat pembebasan

menafsirkan ayat-ayat tersebut dengan menerapkan hermenutik yang berdasarkan

ontology ketuhanan. 12

Ibu mempunyai peran dan kedudukan yang sangat istimewa dalam rumah

tangga. Banyalk peran besar dan strategis yang harus dilakukannya didalam rumah

tangga. Walaupun terkadang tidak terlihat kasat mata, tetapi peran secara umum,

peran utama perempuan ada banyak sekali diantaranya menjadi mitra dan pendamping

bagi suami dalam memimpin rumah tangga, sebagai pendamping berarti wanita juga

merupakan manajer yang mengatur segala hal yang berhubungan dengan

rumahtangga selain itu juga ibu juga dituntut untuk memiliki berbagai keahlian untuk

merawat, membesarkan, dan mendidik anak menjadi generasi terbaik kedepannya.

Selaim memiliki kewajiban tentunya ibu juga memiliki hak adapun hak-hak

ibu dalam rumah tangga baik lahir maupun bathin, hak ibu yang bersifat lahir

diantaranya: sandang, pangan, papan dan untuk kebutuhan bathinya ibu mempunyai

hak diantaranya, ibu berhak mendapatkan kasih sayang yang tulus dari suami dan

anggota keluarga lainnya, pemenuhan kebutuhan biologis, perlindungan dan

pemberian rasa aman. Hal ini sangat penting bagi keberlangsungan kehidupan ruamah

tangga. Karena keluarga yang harmonis tidak dapat di bangun ketika hak-hak dasar

pasangan suami-istri.

12 Asma Barlas, Cara Al-Qur’an Membebaskan Wanita, Terj. R. Cecep Lukman Yasin, 2005,

Jakarta : Serambi Cet. 1 h.301

Page 74: HAK-HAK PEREMPUAN DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33536/1/ULFAH... · nafkah lahir dan batin serta perlakuan yang baik dari suami. Sedangkan

65

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan yang penulis lakukan dari awal hingga

akhir dari penelitian ini berkenaan dengan hak-hak perempuan dalam keluarga yang

dilakukan oleh Asma Barlas mulai dari metode yang digunakan hingga pendekatan

yang digunakan sebagai langkah untuk membebaskan perempuan dari budaya

patriarki yang mengakibatkan tidak terpenuhinya hak-hak perempuan dalm keluarga

sebagaimana mestinya. Sebagai hasil akhir dari penelitian ini, peneliti mendapat

beberapa kesimpulan dari hipotesis yang kami susun, adapun hasil kesimpulan

diantaranya:

1. Berkenaan dengan konstruksi pemikiran Asma Barlas yang berangkat dari dua

latar belakang Negara yakni Pakistan dan Amerika. Di Pakistan realitas yang

alaminya adalah rezim otoriter Ziaul Haq yang gencar-gencarnya menerapkan

syari’at sebagai hukum positif dan dalam penerapan hukum syari’at ini banyak

merugikan terhadap perempuan. Sedangkan di Amerika juga sama realitas

masyarakat Amerika banyak menganggap Islam sebagai suatu yang aneh.

Banyak warga Amerika yang beranggapan bahwa Islam adalah agama yang

anti kesetaraan dan anti kedamaian, pernyataan semacam ini dikarenakan

banyaknya praktik seperti perbudakan, sunat perempuan, jilbab dan jihad

sebenarnya dalam pandangan Barlas kecil kaitannya dengan Islam.

2. Hak-hak perempuan dalam keluarga yang disoroti Asma Barlas diantaranya

adalah hak perempuan sebagai istri dan hak perempuan sebagai orang tua, hak

sebagai istri yang dimiliki oleh perempuan bersifat wajib bagi suami dalam hal

Page 75: HAK-HAK PEREMPUAN DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33536/1/ULFAH... · nafkah lahir dan batin serta perlakuan yang baik dari suami. Sedangkan

66

ini yaitu nafkah lahir dan batin serta perlakuan yang baik dari suami.

Sedangkan hak perempuan sebagai orang tua Barlas menekankan bahwa

Meskipun al-Qur’an tidak menggambarkan hak ibu dalam pengertian yang

sama dengan hak ayah dalam sistem patriarki Barlas berpendapat al-Qur’an

telah memasukan ibu kedalam wilayah penghormatan simbolis yang

diasosiasikan dengan Tuhan, sehingga ibu diangkat posisinya melebihi ayah.

Penghormatan simbolis ini terlihat pada surat an-Nisa ayat 1 dimana barlas

menafsirkan konsep taqwa kepada Tuhan dan ke pada ibu. Barlas menegaskan

bahwa ayah dalam tradisi patriarki tidak sesuai dengan al-Qur’an. Barlas

dengan semangat pembebasan menafsirkan ayat-ayat tersebut dengan

menerapkan hermenutik yang berdasarkan ontology ketuhanan.

Oleh sebab itu sudah seharusnya apa yang menjadi hak ibu/ perempuan

sebagai orangtua dapat terpenuhi dalam hal ini yaitu hak lahir dan batin, hak

yang bersifat lahir diantaranya: sandang, pangan, papan dan untuk kebutuhan

bathinya ibu mempunyai hak diantaranya, ibu berhak mendapatkan kasih

sayang yang tulus dari suami dan anggota keluarga lainnya.

A. Saran-Saran

Saran -saran ini kami tujukan kepada peneliti selanjutnya bagi mahasiswa

Syari’ah dan Hukum dan pemikir Islam khususnya jurusan Hukum Keluarga,

penelitian lebih lanjut, berkenaan dengan pemikiran Asma Barlas ini sebenarnya

sudah ada yang mengkaji pemikirannya. Namun masih banyaak lagi pemikiran yang

belum tersentuh secara utuh berkenaan dengan konsep lain yang dia bangun dalam

memahami Keluarga dalam Islam dan perempuan tentunya.

Page 76: HAK-HAK PEREMPUAN DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33536/1/ULFAH... · nafkah lahir dan batin serta perlakuan yang baik dari suami. Sedangkan

67

Jika pada beberapa penelitian sebelumnya terpusat pada metode dan perinsip

hermeneutika dan kedudukan perempuan sudah ada yang membahasnya. Posisi

peneliti kali ini hanya mengambil satu pokok saja dari sekian banyak pemikiran Asma

Barlas yakni hak perempuan dalam keluarga. Sehingga penelitian lanjutan dari tokoh

ini masih punya peluang untuk diteliti lebih lanjut.

Page 77: HAK-HAK PEREMPUAN DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33536/1/ULFAH... · nafkah lahir dan batin serta perlakuan yang baik dari suami. Sedangkan

68

DAFTAR PUSTAKA

‘Uwaidah Syeh Kamil Muhammad, Fiqh Wanita, ( Jakarta: Pusaka Al-Kautsar, 1998

) cet-1

Abdurrahim Abu Musa, Kitab Cinta Berjalan, (Jakarta, Gema Insani 2011), cet 1

Al Qardawi Yusuf, Panduan Fiqih Perempuan, (Yogyakarta: Salma Pustaka, 2004),

cet.1

Al-Syirazi, Al-Muhazzab, (Beirut : Dar al-Fikr, t.t.), h. 65

al-Zuhaili Wahbah, al fiqh al-Islam wa Adillatuh, Beirut: dar al-Fikr, 1989

Artikel Heirin puspitawati, Fungsi Keluarga Pembagian Peran dan Kemitraan Gender

dalam Keluarga, diakses pada 14 september 2016, Pukul 20:34

Artikel Husain Muhammad, Kesehatan Reproduksi dan Seksualitas Prespektif Islam,

kumpulan artikel PSGA UIN Jakarta, di akses pada : 3 September 2016 (11:23)

Artikel Muhammad Rasyid Ridho, MSI, Hak-hak perempuan dalam Islam, diakses

pada hari jum’at 17 september 2016 pukul 11:48

Artikel, Eva Septi Kurniawati, A Methodological Study In Interpretation AL-Qur’an,

diakses pada 22 Agustus 2016, pukul 14:55

Artikel, Fatma Laili Khorun Nisa, Penegakan Hak Reproduksi Perempuan dalam

Kebijakan Keluarga Berencana Di Indonesia, di akses pada 21 September 2016 pukul

19:44

Barlas Asma Democracy, Nationalism, and Communalism: The Colonial Legacy in

South Asia (Westview Press, 1995)

Page 78: HAK-HAK PEREMPUAN DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33536/1/ULFAH... · nafkah lahir dan batin serta perlakuan yang baik dari suami. Sedangkan

69

Barlas Asma, Cara Qur’an Membebaskan Wanita, Terj. R. Cecep Lukman Yasin, (

Jakarta : Serambi ,2005) Cet. 1

Barlas Asma, Islam, Muslim, and the U.S ; Essays on Religion and Politics (India,

Global Media Publications, 2004)

Eagineer Ali Asghar , Hak-hak Perempuan dalam Islam, Terj Farid Wajdi dan cici

farkha (Yogyakarta: Yayasan Benteng Budaya, 1994), cet

Fauziah, Egaliterianisme dalam Keluarga Menurut Al-Quran :Studi Pemikiran Asma

Barlas Terhadap Q.s an-Nisa Ayat 1, di akses pada 10 mei 2016 jurnal

Ghozali Abdul Rahman, Fiqih Munakahat, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,

2010)

Hakim Ali Hosein et, al, Membela Perempuan, Terj. A.H.Jemala Gembala, (Jakarta :

Al- Huda 2005)

http://www.jurnalhukum.com/hak-dan-kewajiban-suami-istri/. (diakses pada 15

oktober 2015) 12:45

Husein Muhammad, Pandangan Islam tentang seksualitas, dikutip dari Abdurrahman

al-Jazairi, Al-Fiqh ‘alâ Mazâhib al-Arba’ah, (Istanbul : Dâr ad-Da’wah, t.t.), IV : 1-3

Indra Hasbi, Potret Wanita Sholehah, (Jakarta: Penamadani,2004), cet 3

kaltsum lilik ummu dan Abd Muqsitd Ghazali, Tafsir Ahkam, (Ciputat, UIN Press.

2015) cet. 1

Mahali Mudjab, Menikahlah, Engkau menjadi kaya, ( Yogyakarta, MITRA

PUSAKA: 2003 ), Cet-4

Page 79: HAK-HAK PEREMPUAN DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33536/1/ULFAH... · nafkah lahir dan batin serta perlakuan yang baik dari suami. Sedangkan

70

Maria Hartingsih dalam http://www.Barlasbarlas.com/link diakses pada 10 juni 2015

pukul 09:44

Mernissi Fatima, Rebbellion and Islamic Memory, (Atlantic Highlands, NJ: Zed

Book, 1996)

Mudjab Mahali, Menikahlah, Engkau menjadi kaya, (Yogyakarta, MITRA PUSAKA:

2003 ), Cet-4

Mufidah. Ch. M.Ag, Dra. Hj., Psikologi Keluarga Islam berwawasan gender,

(Malang: UIN-MALANG PRESS, 2008)

Mulia Siti Musdah, Islam dan Inspirasi Kesetaraan Gender, (Yogyakarta: Kibar

Press. 2007)

Munhanif Ali dkk, Perempuan dalam Literatur Islam Klasik, ( Jakarta : Gramedia dan

PPIM UIN Jakarta, 2002)

Munir Lily Zakiyah Memposisikan Kodrat ,( Bandung: Mizan, 1999), Cet -1

Sa’dawi Amru Abdul Karim, Wanita dalam Fiqih Al-Qurdawi, (Jakarta: Pustaka Al-

Kautsar,2009)

Shadiq Ahmad, Membebaskan Perempuan dari Patriarki: Analisis Historis Pemikiran

Asma Barlas , Skripsi Fakultas Ushuludin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2016

Sri Indri Sembadra, Karakteristik Anti Patriarkal Dalam Al-Qur’an : Studi Pemikiran

Asma Barlas, Jakarta : Fakultas Ushuluddin, 2007

Subhan Zaitunah, Kodrat Perempuan, (Jakarta, El kahfi, 2004 ) cet-1

Page 80: HAK-HAK PEREMPUAN DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33536/1/ULFAH... · nafkah lahir dan batin serta perlakuan yang baik dari suami. Sedangkan

71

Sukron dkk, Syari’ah Islam dan HAM Dampak Perda Syari’ah terhadap Kebebasan

Sipil, Hak-hak Perempuan dan Non-Muslim, (Jakarta : Center for the Study of

Religion and Culture UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2007) cet.1

Syarifudin Amir, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, ( Jakarta: Peranada Media,

2007)

Umar Nasarudin Prof. DR , Fikih Wanita untuk Semua, (Jakarta: Serambi, 2010) Cet.

1

Usamah Abu Hafsh bin Kamal bin ‘Abdir Razzaq, Panduan Lengkap Nikah dari

‘’A’’ sampai ‘’Z’’ ( Bogor, Pustaka Ibnu Katsir, 2006), cet 1

Wadud Amina Muhsin, Wanita di dalam al-Qur’an, Terj. Yaziar Radianti, (Bandung

Pusaka, 1994)

www. asma barlas.com/editorial/religious_authorites.pdf, diakses pada 5 Agustus

2015 Pukul 15:33

www. Sribd.com/12, Hak Reproduksi Perempuan, di akses pada 18 agustus 2016

pukul 21:05

www.ithaca.edu/faculty/abarlas. Diakses pada 23 Juni 2016 pukul 15:20