HADISTENTANGPENDIDIK
-
Upload
mahdiahbabay -
Category
Documents
-
view
207 -
download
1
Transcript of HADISTENTANGPENDIDIK
1
Makalah Pendidikan Islam; http://abuaqil.co.nr
HADIS-HADIS TENTANG PENDIDIK
PENDAHULUAN
Sebagaimana dimaklumi bahwa hadis merupakan segala aktivitas Nabi
Muhammad Saw, baik perkataan, perbuatan dan takrirnya, yang dijadikan pedoman
dalam kegiatan muslim. Atas dasar itulah sudah selayaknya kita mencoba untuk
mencari dan menelusuri aktivistas nabi tersebut sehubungan dengan pendidik.
Walaupun disadari tak semua aktivitas nabi yang tertuang dalam hadis dapat penulis
telusuri, hal ini disebabkan keterbatasan penulis.
Pendidik merupakan elemen yang sangat penting dalam pendidikan, sebab
ditangan pendidiklah berfungsinya semua kegiatan pembelajaran. Hampir semua
faktor pendidikan yang disebut dalam teori pendidikan dilakukan operasionalnya di
tangan pendidik. Ditangan pendidiklah perencanaan aktivitas pengajaran itu
dikendalikan. Pendidiklah yang meramu semua itu sehingga dapat menjadi sebuah
menu yang baik dan sesuai dengan selera/tujuan dari pendidikan itu sendiri.
Selanjutnya, Pendidik atau guru merupakan faktor utama dalam mewujudkan
keberhasilan belajar siswa, kemampuan guru dalam menggunakan metode,
menguasai bahan pelajaran dan teknik penyajian yang sesuai, dapat merangsang
siswa untuk lebih bergairah dalam belajar.
Karena itu lah untuk menjadi seorang pendidik tentulah memerlukan
beberapa kriteria sehingga dalam meracik dan meramu aktivitas pengajaran dapat
sesuai dengan yang diharapkan. Kesalahan dalam mendidik akan beakibat fatal bagi
2
Makalah Pendidikan Islam; http://abuaqil.co.nr
kelangsungan generasi mendatang. Oleh sebab itu dirasa perlu untuk mengenal lebih
dekat bagaimana sebenarnya seorang pendidik itu menurut ajaran Islam yang
tertuang dalam hadis-hadis Nabi. Tentunya pembahasan ini nantinya akan memberi
kontribusi terhadap pemahaman yang lebih mapan dan siqnifikan terhadap pendidik
itu sendiri
Dalam Islam Rasul merupakan seorang pendidik yang mengayomi para
ummatnya. Beliau manpu memberikan pengaruh dan keteladanan yang besar
sehingga rohani dan jasmani umat dapat merujuk sebagaiman pola yang ditampikan
rasul kepada para sahabat dan seterusnya pada generasi berikutnya. Hal dapat dilihat
sebagaimana dalam unkapan Zafar Alam bahwa Rasul merupakan seorang pendidik
yang memberikan pengaruh dan kebenarannya menyinari dunia. Rasul juga
merupakan seorang guru per-excellence.1
Permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini diharapkan dapat
memunculkan pemikiran baru dalam melihat eksistensi pendidik dalam pendidikan
Islam. Makalah ini membahas hadis-hadis Nabi tentang karakteristik pendidik, baik
pendidik formal maupun non formal dan informal.
1 Zafar Alam, Islamic Education, Theory and Practice, ( New Delhi: Adam Publisher &
Distribution, 2003), h. 64
3
Makalah Pendidikan Islam; http://abuaqil.co.nr
PEMBAHASAN
1. Pengertian Pendidik
Pendidik mengandung arti yang cukup luas. Menurut bahasa (etimologi),
pendidik adalah orang yang mendidik.2 Pengertian tersebut memberikan kesan
bahwa pendidik adalah orang yang melakukan kegiatan mendidik. Dalam bahasa
Inggeris ditemukan beberapa perkataan yang berdekatan dengan kata pendidik.
Seperti kata teacher diartikan dengan guru atau pengajar. Tutor berarti guru pribadi
atau guru yang mengajar di rumah.3 Dalam perkataan Arab, pendidik disebut dengan
ustaz, mudarris, muallim dan muaddib. Kata ustaz, berarti guru, professor gelar
akademik, jenjang di bidang intelektual, pelatih, penulis dan penyair.4 Kata al-
mudarris, berarti teacher atau guru, instructor atau pelatih, lecture atau dosen.5
Kemudian, kata muallim, juga berarti teacher (guru), instructor (pelatih), trainer
(pemandu).6 Kata mu’addib berarti educator, pendidik atau teacher in coranic school
(guru pada lembaga pendidikan Alquran).7
Semua kata yang bermakna pendidik di atas secara global bertujuan untuk
mentransformasikan ilmu pengetahuan, kecakapan, keterampilan dan pengalaman
2 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1991), h.
250. 3 Jhon M.Echols dan Hassan Shadily, Kamus Bahasa Inggeris- Indonesia (Jakarta:
Gramedia, 1980), h. 15. 4 Hans Wehr, A Dictionary of Modern Written Arabic (Beirut: Library Duliban, 1974), h.
279. 5 Ibid. h. 279. 6 Ibid., h. 637. 7 Ibid., h. 11.
4
Makalah Pendidikan Islam; http://abuaqil.co.nr
kepada anak didik, agar anak didik memiliki ilmu dalam berbagai bidang sesuai
dengan bidangnya. Masing-masing term di atas, memiliki wadah tranformasi yang
berbeda. Guru misalnya berperan di sekolah, dosen atau professor berperan di
perguruan tinggi, tutor berperan sebagai guru privat, instruktur atau pemandu
berperan di lembaga-lembaga khusus, yang tugasnya melatih dan membina.
Dalam istilah pendidikan Islam kata pendidik itu sendiri masih
diperselisihkan apakah kata Murabbi, Muaddib dan atau Muallim. Walaupun
demikian perbedaan itu hanya dalam tataran terminologi saja yang tidak membawa
kepada prinsip dasar atau visi akhir dari pendidikan Islam itu sendiri.8
Penulis menuangkan term dalam tulisan ini adalah term pendidik, karena kata
pendidik itu dapat merangkum semua wadah tersebut. Meskipun kandungan makna
kata pendidik itu berada pada tempat tertentu, namun juga memiliki tugas yang
sangat luas, sebagaimana tujuan pendidik itu sendiri, yaitu memberikan bantuan
pembinaan kepada anak didik untuk mengembangkan multi potensinya yang masih
menyatu dalam aqliyah (akal), ruhiyah (kejiwaan) dan jasmiyah (jasad dan
keterampilan).
Term pendidik ini tidak berubah baik di era klasik maupun modern. Kata ini
mulai sejak nabi Muhammad saw. Bahkan Rasul saw. sendiri adalah pendidik yang
agung dan sampai di era modern pun kata pendidik itu tetap eksis kandungan
8 Samsul Nizar, Pengantar Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media
Pratama, 2001), h. 91
5
Makalah Pendidikan Islam; http://abuaqil.co.nr
maknanya di berbagai tempat, seperti di sekolah, madrasah, masjid, perguruan tinggi
dan lain sebagainya.
Selanjutnya secara istilah (terminologi), istilah pendidik dipahami berbeda
oleh para pakar pendidikan. Al-Djamali, menyebutkan; bahwa pendidik adalah orang
yang mengarahkan kepada manusia kepada kehidupan yang baik sehingga terangkat
derajat kemanusiaannya sesuai dengan kemampuan dasar yang dimiliki oleh
manusia.9 Senada dengan itu, Barnadib, mengemukakan bahwa pendidik setiap
orang yang dengan sengaja mempengaruhi orang lain untuk mencapai kedewasaan
peserta didik.10 Selanjutnya pendidik adalah individu yang akan memenuhi
kebutuhan pengetahuan, sikap dan tingkah laku peserta didik.11
Di dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor: 20 Tahun
2003 dibedakan antara pendidik dengan tenaga kependidikan. Tenaga kependidikan
adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang
penyelenggara pendidikan, sedangkan pendidik adalah tenaga kependidikan yang
berkualifikasi sebagai pendidik, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor,
instruktur, fasilitator dan sebutan lain yang sesuai dengan khususnya serta
berpartisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan. 12
9Muhammad fadhil al-Jamali, Tarbiyah al Ihsan al-Jadis (Al-Tunisiyah: al-Syarikah, tt.), h.
74. 10Sutari Imam Barnadib, Pengantar Ilmu Pendidikan sistematis (Yokyakarta: Andi Ofset,
1983), h. 61. 11Zakiah Daradjad, Islam untuk disiplin Ilmu Pendidikan (Jakarta: Bulan Bintang, 1987), h.
19. 12Undang-Undang SISDIKNAS 2003 UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab I Pasal I point 5 dan 6.
6
Makalah Pendidikan Islam; http://abuaqil.co.nr
Dari berbagai pendapat di atas dapat dipahami bahwa pendidik adalah tenaga
yang terlatih dalam bidangnya dan bertanggung jawab terhadap tugasnya dalam
rangka mengarahkan, membimbing dan mempengaruhi peserta didik agar menjadi
manusia yang mempunyai derajat yang tinggi (Insan al-kamil) sesuai dengan
kemampuan peserta didik.
2. Jenis-Jenis Pendidik
Dalam pandangan Islam, pendidik dapat diperuntukan kepada beberapa
macam:
a. Allah Ta’ala.
Dari berbagai ayat al-Qur’an yang membahas tentang posisi Allah Ta’ala
sebagai pendidik dapat diketahui dari beberapa firman yang disampaikan
kepada Nabi Muhammad Saw. Allah memiliki pengetahuan yang sangat luas
dan maha tinggi, disamping ia juga sebagai pencipta alam semesta. Dalam al-
Qur’an dinyatakan bahwa Allah merupakan pendidik bagi alam semesta. Hal
ini dapat dilihat pada firman Allah Ta’ala:
13
Dalam ayat tersebut menurut Muhammad Yunus mengatakan kata رب
bermakna yang mendidik14; Sementara di ayat lain juga ada disebutkan
bahwa Allah mengajar akan nama-nama benda pada Adam As. Sebagaimana
dapat dijumpai dalam al-Quran;
13 Q.S. 1, al-Fatihah: 2 14 Muhammad Yunus, Tarjamah Al-Qur’an al Karim, Bandung: PT. Al-Ma’rif, 1993, h. 2
7
Makalah Pendidikan Islam; http://abuaqil.co.nr
قنيعلم ا هؤال كنتم صا نبئو بأ ملالئكة فقا ا كلها عرضهم على أل . 15
Artinya; Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!”
Dari berbagai keterangan di atas dapat dipahami bahwa Allah Ta’ala dalam
kontek ini berlaku sebagai pendidik walaupun secara tegas tidak disebutkan
dengan kata’pendidik’ dalam ayat dan hadis di atas. Namun perlu dipahami
bahwa Allah Ta’ala sebagai pendidik tidaklah sama dengan manusia. Allah
sebagai pendidik sudah barang tentu mengetahuai akan segalanya, termasuk
kebutuhan peserta didiknya karena Allah adalah Zat Pencipta. Perhatian Allah
tidak terbatas hanya pada kelompok tertentu saja tetapi memperhatikan
seluruh alam semesta ini bahkan jauh dari itu.16
b. Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam
Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam merupakan pendidik (muallim),
hal ini ditandai dengan wahyu yang diterima olehnya dan disampaikan kepada
ummatnya. Dalam penyampaiannya Rasul mengajarkan dan
mengimplementasikannya dalam bentuk prilaku yang dicontohkan oleh para
15Q.S. 2, al-Baqarah: 31. 16 Al-Razi dalam Muhammad Dahlan, Landasan dan Tujuan Pendidikan Menurut al-Qur’an
serta Implementasinya, (Bandung: CV. Diponegoro, 1991), h. 43
8
Makalah Pendidikan Islam; http://abuaqil.co.nr
sahabat-sahabatnya17 Hal ini pada dasarnya bahwa kedudukan Nabi sebagi
pendidik ditunjuk langsung oleh Allah Ta’ala.18
c. Ulama
Ulama merupakan perpanjangan tugas kerasulan setelah para rasul tidak ada
lagi. Tentunya para ulama yang benar menjalankan perintah Allah dan
mengikuti sunnah Rasul yang dapt dikatakan ulama. Kata ulama sendiri
secara bahasa bermakna mengetahui. Ia terambil dari kata ‘allama. Sementara
secara istilah kata ini dimaknai dengan orang yang mengetahui, mempunyai
ilmu agama yang luas. Sesungguhnya ulama dapat dikatakan pendidik karena
para ulama adalah pewaris para nabi ( اء ورثة ªم العلماء وأن ...الأنب ) dan
disamping itu ulama mewariskan banyak khazanah intelektual Islam kepada
kita yang dapat dijadikan sebagai ‘ibrah.
d. Orang Tua
Dalam lingkungan yang sangat sederhana dapat dikatakan bahwa manusia
lahir pertama-tama dididik oleh orang tuanya yang melahirkan, mengasuh,
membesarkan dan membinanya hingga sampai orang tuanya tak manpu
menghandle sendiri. Ketika orang tua merasa tak manpu memberi pendidikan
yang dibutuhkan oleh anak, maka disaat itulah orang tua mencoba membagi
tanggunggung jawabnya sebagai pendidik kepada orang lain, dalam hal ini
tentu ‘guru’. Pada saat anak hidup dilingkungan keluarga banyak hal-hal yang
17 Djamaluddin Darwis, English For Islamic Studies,(Jakarta: Rajawali Pers, 2000), h. 13 18 Al-Razi, Landasan dan …,h. 43
9
Makalah Pendidikan Islam; http://abuaqil.co.nr
prinsip tertanam pada jiwa anak termasuk pandangan hidup, sikap hidup, dan
keterampilan lainnya. Orang tua merupakan pendidik yang secara natural
terjadi bagi diri orang tua tersebut. Sehingga orang tua juga dikatakan sebagai
pendidik kudrati. Artinya ia terbentuk karena kudrat dari Allah Ta’ala. sebagai
Pencipta.
Al-Qur’an menyetir akan hal-hal yang harus ditanamkan oleh orang tua
kepada anaknya, seperti tidak menyekutukan Allah Ta’ala, memerintahkan
agar melaksanakan shalat, sabar dalam menghadapi ujian dan lainnya.
Sebagaimana firman Allah Ta’ala. dalam Q.S. Lukman: 12-19.
e. Guru
Pendidik yang ada di lembaga pendidikan di istilahkan dengan guru, mulai
dari TK sampai dengan Perguruan Tinggi bahkan sampai dengan pondok
pesantren. Perbedaannya hanya terletak pada penamaannya untuk masing-
masing tingkat ataupun lembaga itu menamakan untuk pendidik. Seperti kiyai,
guru, dosen, ustadz, dan lain sebagainya. Pendidik merupakan orang yang
dipercaya untuk dapat memberikan pencerahan bagi generasi dan melanjutkan
proses penghambaan/abdullah dan khalifatu fi al- ardh. Untuk itu seorang
guru atau pendidik harus ada melekat pada dirinya karakteristik dan sifat-sifat
pendidik sebagaimana akan diutarakan dalam makalah ini lebih lanjut. Paling
tidak kita akan dapat mengambil sebagaimana yang dicontohkan oleh
Rasulullah Saw.
10
Makalah Pendidikan Islam; http://abuaqil.co.nr
3. Hadis-Hadis Tentang Kreteria Pendidik
Dalam hadis Rasulullah saw. ditemukan kreteria seorang pendidik, antara
lain, sebagai berikut:
a. Pendidik harus menyampaikan hal-hal yang baik
أخبرنا صالح بن حي أن رج من أªل الحدثنا محمد بن مقاتل أخبرنا عبد الل
ن أبي موسى الأشعري رضي خراسان قال للشعبي فقال الشعبي أخبرني أبو بردة ع
فأحسن وسلم إذا أدب الرجل أمت عل صلى الل قال قال رسول الل عن الل
ا ا وعلم ب ا تأد م 19.... فأحسن تعل
Artinya: Hadis dari Muhammad ibn Mukatil, hadis dari Abdullah, hadis dari Shalih ibn Hayy, seorang laki-laki dari Khurasan berkata pada Sya’by, katanya dia diberitahu Abu Burdah dari Abu Musa al-Asy’ary ra. Rasul Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Jika kamu mendidik seorang anak, maka berikanlah pendidikan yang baik dan ajarilah ia dengan pengajaran yang baik. Hadis di atas tergolong syarif marfu' dengan kualitas perawi yang sebagian
tergolong tsiqah dan tsiqah tsubut. 20
Dari hadis diatas dapat dipahami bahwa seorang pendidik harus memberikan
pendidikan yang benar dan baik dan jangan memberikan pendidikan yang tidak baik
kepada anak/peserta didik. Kalau dianalisa lebih jauh bahwa hadis diatas
menampilkan kepada kita bahwa rasul, secara mustatir, melarang mengajarkan
sesuatu kepada anak didik dengan pengajaran yang tidak baik dan tidak benar,
artinya pengajaran yang tidak baik akan dapat merusak kepribadian anak itu sendiri.
19 Abu Abdullah bin Muhammad Ismail al- Bukhari, Shahih al-Bukhari, Juz 1 (Saudi Arabia
: Idaratul Buhuts Ilmiah wa Ifta' wa ad-Dakwah wa al-Irsyad, t.t), h. 52 20 CD Room, Kutub at-Tis’ah, Mausū’atu al-Hadīs al- Syarif.
11
Makalah Pendidikan Islam; http://abuaqil.co.nr
Kemudian, pendidik sebelum melaksanakan tugasnya dalam mendidik,
mestinya sudah memiliki persepsi bahwa dirinya akan melaksanakan tugas yang suci
lagi mulia, yaitu menginternalisasikan nilai-nilai suci terhadap pengembangan
kepribadian anak didik. Sebab sesuatu yang suci dan mulia itu tidak bisa diantarkan
oleh sesuatu yang kotor. Karena yang kotor itu adalah tembok raksasa bagi
penerimaan ilmu. Oleh sebab itu, hal-hal yang suci harus disucikan terlebih dahulu
pengantarnya.
Pendidik dalam hal ini sebagai pengantar amanat melakukan tugas mendidik
mestinya sudah menaruh persepsi dirinya yang baik itu, sehingga tujuan yang baik
dan mulia itu mudah di dapatkan. Seorang pendidik mestinya menghiasi dirinya
dengan akhlak mahmudah, seperti rendah hati, khusyuk, tawadu, zuhud, qanaah dan
tidak sombong, tidak ria, tidak takabbur dan hendaknya memiliki tujuan
kependidikannya, yaitu penyempurnaan dan pendekatan diri kepada Allah Ta’ala.
Dalam kitab Adab al-Mualim wa al-Muta’allim disebutkan bahwa seorang pendidik
harus memiliki dua belas sifat sebagai berikut:
1. Tujuan mengajar adalah untuk mendapatkan keridhaan Allah Ta’ala. bukan
untuk tujuan yang bersifat duniawi, harta, kepangkatan, ketenaran, kemewahan,
status sosial dan lain sebagainya.
2. Senantiasa mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala. dalam keadaan terang-
terangan dan senantiasa menjaga rasa takut dalam semua gerak dan diamnya,
ucapan dan perbuatannya, karena dia adalah seorang yang di beri amanat dengan
12
Makalah Pendidikan Islam; http://abuaqil.co.nr
diberikannya ilmu oleh Allah Ta’ala. dan kejernihan panca indra dan
penalarannya.
3. Menjaga kesucian ilmu yang dimilikinya dari perbuatan yang tercela.
4. Berakhlak dengan sifat zuhud dan tidak berlebih-lebihan dalam urusan duniawi,
qanaah dan sederhana.
5. Menjauhkan diri dari perbuatan yang tercela.
6. Melaksanakan syariat Islam dengan sebaik-baiknya.
7. Melaksanakan amalan sunah yang di syari’atkan.
8. Bergaul dengan sesama manusia dengan menggunakan akhlak yang mulia dan
terpuji.
9. Memelihara kesucian lahir dan bathinnya dari akhlak yang tercela.
10. Senantiasa semangat dalam menambah ilmu dengan sungguh-sungguh dan kerja
keras.
11. Senantiasa memberikan manfaat kepada siapapun.
12. Aktif dalam pengumpulan bahan bacaan, mengarang dan menulis buku.21
Di antara sifat yang ditunjukkan oleh Rasul saw. sebagai pendidik adalah
sebagai berikut:
b. Pendidik Memiliki Sifat Penyayang
21 Maulana Alam al-Hajar, Adab al-Muta’allim wa al-Muta’allim (Beirut: Dar al-Manahil,
1985), h. 21-34.
13
Makalah Pendidikan Islam; http://abuaqil.co.nr
�ن � د ع � � �ن ز � �اد ب � دثنا حم � � �ال ح � ع ق � � و الرب � � صور وأب � � �ن من � د ب ع � � دثنا س � � �ت ح � ثابشر � �لم ع وس عل صلى الل البناني عن أنس بن مالك قال خدمت رسول الل
ما قال لي أف𠃌ا قط ولا قال لي لشيء لم فعلت كذا ن والل 22 ...سن Artinya: Hadis dari Sa'id ibn Mansyur dan Abu Rabi', hadis dari Hammad ibn Zaid dari Tsabit al-Bunani dari Anas ibn Malik katanya; Dia membantu Rasul saw. Selama sepuluh tahun, dia tidak pernah membentakku dengan kalimat 'uf', juga tidak pernah menegur: Mengapa engkau berbuat itu ....
Hadis di atas tergolong syarif marfu' dengan kualitas perawi yang sebagian
tergolong tsiqah dan tsiqah tsubut dan tsiqah lam yattsil. Imam an-Nawawi, memberi
komentar terhadap hadis di atas, mengatakan bahwa Rasul saw. tidak merasa jengkel
dan menjadikannya kesal terhadap pembantunya yang tinggal bersamanya selama
sepuluh tahun. Hal itu menandakan Rasul saw. memiliki sifat penyayang, termasuk
kepada pembantu.23
Kasih sayang adalah suatu perasan halus dan suatu kelembutan di dalam hati
sanubari, dan suatu ketajaman perasaan yang mengarah pada perlakuan lemah
lembut terhadap orang lain. Seorang pendidik harus menghindari dari tindakan yang
dapat menyakiti anak didik. Ia harus dapat merasakan perasaan anak didik tanpa
harus ada pembedaan antara satu dengan yang lain.
Perasaan kasih sayang yang pilih kasih akan mengakibatkan anak didik
melahirkan perasaan dengki dan benci, takut dan minder terasing, sedih, senang
22 Abu al-Husain Muslim ibn al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi, Shahih Muslim, Juz 1
(Saudi Arabia: Idaratul Buhuts Ilmiah wa Ifta' wa ad-Dakwah wa al-Irsyad, 1400 H), h. 89. 23 Abu Zakaria Yahya ibn Syaraf An-Nawawi, Syarah an-Nawawi 'ala Shahih Muslim
(Beirut: Dar al-Fikri, 1401 H), Juz 8, h. 15.
14
Makalah Pendidikan Islam; http://abuaqil.co.nr
berkelahi dan bermusuhan, serta menyebabkan timbulnya perasaan takut dan kurang
percaya diri.24
Oleh sebab itu Persepsi pendidik yang dipahamkan dalam Islam memiliki
kepribadian yang baik, mulia dan lengkap, tidak bisa sepotong-sepotong, karena
kesadaran terhadap pengemban amanat mendidik adalah tugas yang luas dan berat,
suci dan mulia. Karakter yang seperti itu mestinya telah ada pada seorang pendidik.
Oleh karena itu, bila terjadi sebaliknya, maka hasil pendidikan akan tidak sesuai
dengan cita-cita dan harapan ideal dalam ajaran Islam. Harapan ideal dimaksud
yakni menjadi manusia yang mampu mendayagunakan nilai-nilai multipotensi
kepribadiannya terhadap tujuan Allah Ta’ala. menciptakannya, sebagaimana
termaktub dalam Alquran berikut:
ال ليعبد إلنس جلن . 25 ما خلقت
Artinya: Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. Ada kecenderungan terjadinya degradasi moral pendidik dewasa ini. Persepsi
pendidik di era ini sudah mulai goyang dan rapuh. Hal ini dapat diidentifikasikan
dari beberapa persepsi dan fakta di lapangan. Pendidik di era ini tidak banyak lagi
yang mempersepsikan dirinya sebagai pengemban amanat yang suci dan mulia,
mengembangkan nilai-nilai multipotensi anak didik, tetapi mempersepsikan dirinya
sebagai seorang petugas semata, yang mendapatkan gaji baik dari negara, maupun
24 Abdullah Nashih Ulwan, Tarbiyatul Aulad Fil Islam, Terj. Jamaluddin Miri, Jakarta:
Pustaka Amani Cet. I. 1995, h. 367 25 Q.S. 51, al-Zariyat: 56.
15
Makalah Pendidikan Islam; http://abuaqil.co.nr
organisasi swasta dan mempunyai tanggung jawab tertentu yang harus dilaksanakan.
Bahkan kadang-kadang muncul sikap egoisme bahwa ketika seorang pendidik akan
melakukan tugasnya termotivasi oleh rasa keikhlasan panggilan mengembangkan
fitrahnya dan fitrah anak didiknya. Perlunya kesejahteraan dan kemakmuran seorang
pendidik, tidak dapat dinafikan. Bahkan, hal itu merupakan sesuatu yang sangat
krusial bagi kelangsungan keluarga dan menjalankan tugas mendidik. Akan tetapi,
ketika seseorang menjadi seorang pendidik, hendaklah mengapresiasikan tugas yang
mulia itu terlebih dahulu, kemudian tentang kesejahteraan dan kemakmuran adalah
bias dari pekerjaan itu sendiri. Pendidik saat ini banyak yang tidak lagi
memposisikan dirinya sebagai seorang figur teladan yang perlu di tiru. Ditiru atau
tidak, yang jelas ia sudah melaksanakan tugas tranfer ilmu pengetahuan kepada anak
didiknya.
Pada sisi lain, pendidik di era modern sekarang ini, dalam menjalankan
tugasnya lebih banyak menyentuh aspek kecerdasan akliyah (aspek kognitif) dan
kecerdasan ajasamiyah (aspek psikomotorik) dan kurang memerhatikan kecerdasan
ruhiyah (afektif). Hal ini terbukti dari produktivitas pendidikan yang banyak
melahirkan siswa dan kesarjanaan cerdas dan terampil, tetapi masih banyak siswa
yang tawuran, perkelahian, pemerkosaan dan lain sebagainya serta masih banyak
juga sarjana berdasi yang korupsi, menindas, maling hak rakyat. Hal-hal tersebut
adalah salah satu indikator bahwa pendidikan yang didapatkannya belum lengkap.
Walaupun ada yang berhasil, tapi jumlahnya tidak banyak. Padahal Islam menuntut
16
Makalah Pendidikan Islam; http://abuaqil.co.nr
secara keseluruhan dan dengan cara yang bijaksana. Sebagaimana ayat Alquran
berikut:
علم بك هو حسن م بال هي جا حلسنة ملوعظة بك باحلكمة سبيل
علم باملهتدين هو .26 مبن ضل عن سبيله Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
c. Pendidik bersikap lemah lembut
Sikap lemah lembut yang dimiliki pendidik akan menjadi nilai tambah bagi
pendidik itu sendiri, sebagaimana sabda Rasul saw:
لله ب�ن� �ه�ب خ�ب�ر�ني ح�ي�و� ح�د�ثني ب�ن� له�ا ح�د�ثن�ا ح�ر�م�لة ب�ن� ي�ح�ي�ى لت�جيبي� خ�ب�ر�ن�ا ع�ب�د�
لن�بي龷 ص�لى لل بي ب�كر ب�ن ح�ز� ع�ن� ع�م�ر� ي�ع�ني بن�ت� ع�ب�د لر�ح�م�ن ع�ن� ع�ائش�ة �� ه� ع�ن�
لله� �فيق� ي�حب� لر龷فق� لله ص�لى لله� ع�لي�ه �س�لم� قا ي�ا ع�ائش�ة �س�و ع�لي�ه �س�لم�
.27 �ي�ع�طي ع�لى لر龷فق م�ا لا ي�ع�طي ع�لى لع�ن�ف �م�ا لا ي�ع�طي ع�لى م�ا سو�� Artinya: Hadis Harmalah ibn Yahya at-Tujibiyyu, hadis Abdullah ibn Wahbin, hadis Haiwah, hadis ibn Hadi dari Abi Bakr ibn Hazmin dari ‘Amrah yaitu binti Abdurrahman dari Aisyah istri Rasul saw. bahwa Rasul saw. bersabda: Wahai Aisyah, sesungguhnya Allah Ta’ala. Maha lembut dan suka pada kelembutan. Dia memberikan pada orang yang lembut apa yang tidak diberikan pada orang yang kasar dan apa yang tidak diberikan kepada selainnya.
26 Q.S. 16, an-Nahl: 125. 27 Naisaburi, Shahih Muslim, juz 4. h. 2003.
17
Makalah Pendidikan Islam; http://abuaqil.co.nr
Hadis di atas tergolong syarif marfu' dengan kualitas perawi yang sebagian
tergolong tsiqah dan tsiqah tsubut dan tsiqah hafiz dan shaduq.28 Menurut an-
Nawawi, makna lembut dalam hadis di atas adalah perilaku seseorang di lingkungan
sosial yang didasarkan kepada nilai atau norma yang dianut masyarakat. Sehingga
seseorang selalu menampilkan dirinya tetap bersahaja. Tidak di luar kebiasaan yang
wajar dan dikenali masyarakat.29
Seorang pendidik yang kasar akan membuat anak menjadi kasar, berbohong
dan menimbulkan sifat kebencian dengan tidak disadari.30 Hal ini akan menjadi
sebuah pertanda tidak baik bagi anak jika ia dewasa.
Menghadapi peserta didik dalam belajar memerlukan sikap lemah lembut
sebab mereka memiliki tingkah laku yang beragam, ada siswa yang menyenangkan,
menjengkelkan dan bahkan ada juga mengecewakan dan sebagainya, untuk
menghadapi keadaan seperti itu diperlukan lemah lembut dan kesabaran yang tinggi
atau dengan kata lain memiliki kestabilan emosi yang baik.
Seorang guru yang tidak memiliki emosi yang tidak stabil akan melahirkan
suasana yang tidak efektif. Sebaliknya guru yang efektif akan memiliki stabilitas
emosional yang tenang, lemah lembut dan tidak lekas marah. Ia memahami peserta
didiknya dengan penuh pemahaman sehingga kondisi pembelajaran dapat terkendali
dengan penuh kearifan yang pada akhirnya akan menuai hasil yang baik.
Kelemahlembutan guru merupakan kata kunci untuk dapat mempengaruhi
peserta didik kearah pelaksanan proses pemelajaran yang baik. Guru merasa bahwa
peserta didik adalah manusia yang sedang berkembang sehinga ia tahu persis
bagaimana mengendalikan suasana yang terjadi di dalam ruang kelas. Untuk
28 CD Room, Kutub at-Tis’ah, Mausū’atu al-Hadīs al- Syarif. 29 Nawawi, Syarah an-Nawawi, juz 6, h. 307. 30Abdurrahman Ibn Khaldun, al-Muqadimah, Bairut: Dar al-Jayl,t.t. h. 625
18
Makalah Pendidikan Islam; http://abuaqil.co.nr
menumbuhkan sikap ini seorang guru harus memilki kebugaran tubuh, menguasai
materi ajar dan menguasai didaktik metodik.selain itu juga guru harus berpandangan
positif serta mempunyai harapan yang baik tentang masa depan peserta didiknya.
Sebaliknya bila guru berlaku kasar akan menjadi bomerang kepada guru itu
sendiri, dimana proses pemelajaran yang disajikan, baik di dalam kelas maupun di
luar kelas, akan terkesan kurang baik, karena sikap guru juga merupakan cerminan
terhadap peserta didik. Bukankah guru adalah suri tauladan bagi murid.31
Jelaslah bahwa guru yang memiliki kelemahlembutan akan menjadikan
pembelajaran lebih baik.
d. Pendidik Bersikap Tegas
Bersikap tegas kepada anak bukanlah suatu sikap emosional yang terkesan
kasar serta tak mendidik, yang ditampilkan pendidik pada anak didik. Namun suatu
sikap yang proporsional dan mengarah pada suatu kedisiplinan. Dengan demikian,
pendidik juga perlu menunjukkan sifat marah kepada anak didik, jika melakukan
kesalahan berulang kali. Perilaku marah yang proporsional tersebut dicontohkan
Rasul saw. sebagai berikut:
بيه ع�ن� ع�ائش�ة قالت� كا �س�و حد ثن�ا م�ح�م�د� ب�ن� س�لا قا خ�ب�ر�ن�ا ع�ب�د� ع�ن� هش�ا ع�ن�
بم�ا ي�طيقو قالو ن�ا لس�ن�ا كه�ي�ئتك� لله ص�لى لله� ع�لي�ه �س�لم� م�ر�ه�م� م�ر�ه�م� من� لأع�م�ا
ن�بك� �م�ا ت�أخ�ر� في�غ�ض�ب� ح�ت�ى ي�ع�ر�� لله� قد� غفر� لك� م�ا ت�قد�� من� لله ي�ا �س�و
ن�الغ�ض�ب� في �ج�هه ثم� ي�قو ت�قاكم� �ع�لم�كم� بالله 32.
31 Abidin Ibnu Rusn, Pemikiran Al-Ghazali tentang Pendidikan (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 1998), h. 75. 32 Bukhari, Shahih al-Bukhari, juz 1, h. 70.
19
Makalah Pendidikan Islam; http://abuaqil.co.nr
Artinya: Hadis Muhammad ibn Salam, katanya hadis ‘Abdah dari Hisyam dari ayahnya dari Aisyah r.a. katanya, Rasul saw. bersabda: Jika Rasul saw. menyuruh mereka (sahabat), beliau menyuruh perbuatan yang mampu mereka kerjakan, lalu mereka berkata: Kami bukan seperti engkau, wahai Rasulullah! Sesungguhnya Allah telah mengampuni semua kesalahan engkau yang telah lampau dan yang akan datang. Rasul saw. marah dan terlihat kemarahannya tersebut di wajahnya. Beliau bersabda: Sesungguhnya yang paling bertakwa dan paling mengenal Allah di antara kalian adalah saya. Hadis di atas tergolong syarif marfu' dengan kualitas perawi yang sebagian
tergolong tsiqah dan tsiqah tsubut dan tsiqah rubama dallasa.33 Ibn Hajar
menjelaskan hadis di atas, perkataan sahabat bahwa keadaan mereka tidak sama
dengan keadaan Rasul saw. dan Rasul saw. marah kepada sahabat. Sebab tingginya
kedudukan Rasul saw. tidak harus menjadikannya sebagai orang yang malas dalam
beribadah. Pelajaran yang dapat diambil bahwa pendidik perlu menunjukkan sikap
marah jika melihat penyimpangan dalam masalah keberagamaan anak didik.34
e. Pendidik Bersifat Pema’af
Selain marah terhadap hal-hal yang tidak wajar (negatif) yang dilakukan anak
didik, pendidik juga harus menunjukkan sifat pema’af, sebab Rasul saw.
memberitakan sifat pema’af tersebut dan dapat menjadikan guru sebagai orang yang
mulia di sisi Allah Ta’ala. Sebagaimana hadis berikut:
33 CD Room, Kutub at-Tis’ah, Mausū’atu al-Hadīs al- Syarif. 34 Ahmad ibn Ali ibn Hajar Abu al-Fadhil al-Asqalani, Fathul Bari Syarah Shahih al-
Bukhari (Beirut: Dar al-Ma'rifah, 1379 H), juz 1, h. 71.
20
Makalah Pendidikan Islam; http://abuaqil.co.nr
ن�س لج�ه�ني龷 ع�ن� ح�د�ثني ب�و م�ر�ح�و ع�ب�د� لر�حيم ب�ن� م�ي�م�و ع�ن� س�ه�ل… ب�ن م�ع�ا ب�ن
بيه ع�ن� لن�بي龷 ص�لى لله� ع�لي�ه �س�لم� قا م�ن� كظم� غي�ظا �ه�و� ي�س�ت�طيع� ي�ن�فذ� �ع�ا� لله�
龷 ر�� في龷لخ�لائق ح�ت�ى ي�خ�ي لقي�ام�ة ع�لى � ي�و�� ... 35 لح�و ش�ا
Artinya: Hadis Abu Marhum Abdurrahim ibn Maimun dari Sahl ibn Mu’az ibn Anas al-Juhani dari ayahnya dari Nabi saw. bersabda: Barangsiapa menahan kemarahan padahal ia mampu melakukannya, niscaya Allah Ta’ala. Akan memanggilnya di hari kiamat di atas makhluk lainnya dan menawarkan padanya ‘’bidadari mana yang ia kehendaki’’. Hadis di atas menjelaskan bahwa sifat pema’af yang dimiliki pendidik akan
membuahkan hasil yang sangat banyak dan nilai dengan kualitas tinggi di sisi Allah
Ta’ala.
f. Pendidik Bersikap Appersiatif dan Motivasi
Anak didik yang melakukan hal-hal positif, pendidik sudah semestinya
memberikan pujian terhadap perilaku positif anak didik. Sebagaimana Rasul saw.
mencontohkan berikut:
بي طلح�ة ن�ه� س�مع� لله ب�ن لله ب�ن� ي�وس�ف� خ�ب�ر�ن�ا م�الك� ع�ن� س�ح�ا� ب�ن ع�ب�د ح�د�ثن�ا ع�ب�د�
بالم�دين�ة م�الا من� ن�خ�ل ن�س� ب�ن� م�الك �ضي� لله� ع�ن�ه� ي�قو كا ب�و طلح�ة كثر� لأن�ص�ا
لله ص�لى لله� ع�لي�ه �كا ح�ب� م�و�له لي�ه ب�ي�ر�ح�ا �كان�ت� م�س�ت�قبلة لم�س�جد �كا �س�و
لآي�ة لن� ت�ن�الو فيه�ا طي龷ب قا ن�س� فلم�ا ن�زلت� ه�ذ لبر� �س�لم� ي�د�خ�له�ا �ي�ش�ر�� من� م�ا
لله ص�لى لله� ع�لي�ه �س�لم� فقا ي�ا ح�ت�ى ت�ن�فقو مم�ا ت�حب�و قا� ب�و طلح�ة لى �س�و
لبر� ح�ت�ى ت�ن�فقو مم�ا ت�حب�و � لله� ت�ب�ا�� �ت�ع�الى ي�قو لن� ت�ن�الو لله ح�ب� �س�و
لله لله فض�ع�ه�ا ي�ا �س�و م�و�لي لي� ب�ي�ر�ح�ا �ن�ه�ا ص�د�قة لله �ج�و بر�ه�ا �خ�ر�ه�ا عن�د�
35 Abu Isa Muhammad ibn Isa Mustafa al-Halabi, Sunan at-Tirmizi, tahqiq Ahmad Syakir, cet ke 2 (t.k.p, t.t., 1978), 47.
21
Makalah Pendidikan Islam; http://abuaqil.co.nr
لك� م�ا �ب لله ص�لى لله� ع�لي�ه �س�لم� ب�خ لك� م�ا ح�ي�ث �� لله� قا فقا �س�و ح�
…36 �بح�
Artinya: Hadis Abdullah ibn Yusuf, hadis Malik dari Ishak ibn Abdullah ibn Abi Thalhah, dia mendengar Anas ibn Malik ra. berkata, bahwa harta kebun Abu Thalhah lebih banyak dari orang-orang Anshar di Madinah, katanya adapun harta yang paling saya cintai adalah (kebun) di Bairaha, maka kebun itu saya sedekahkan karena Allah. Saya berharap kebaikannya di sisi Allah, maka manfa’atkanlah sesuai dengan yang ditunjukkan oleh Allah kepada engkau ya Rasulullah. Rasul bersabda: Bagus, itu harta yang menguntungkan.
Hadis di atas tergolong syarif marfu' dengan kualitas perawi yang sebagian
tergolong tsiqah mutqinun dan tsiqah dan ra’su mutqinun.37 Hikmah hadis di atas,
bahwa Rasul saw. menunjukkan rasa senangnya dan karena kekagumannya pada
Thalhah, Rasul saw. memuji dengan perkataan ‘’bagus’’. Kata Ibn Hajar, maksudnya
mengagungkan sesuatu dan kagum karena peristiwa tersebut.38
Dalam hadis yang lain Rasul menyatakan:
لله ب�ن ح�م�د ي�ة ب�ن� ع�م�ر قا...ع�ب�د بي لن�ج�و ح�د�ثن�ا م�ع�ا ح�د�ثن�ا �ئد� ح�د�ثن�ا ع�اصم� ب�ن�
لله ي�ص�لي بي ب�كر �ع�م�ر� �ع�ب�د� لن�بي� ص�لى لله� ع�لي�ه �س�لم� ت�ا� ب�ي�ن� لله ع�ن� � ع�ن� ع�ب�د
بي� ص�لى لله� ع�لي�ه �س�لم� م�ن� ح�ب� ي�قر� لقر� غض�ا كم�ا فافت�ت�ح� لن龷س�ا فس�ح�له�ا فقا لن�
ب�ن 龷 ع�ب�د 39 ....ن�ز فلي�قر�� ع�لى قر� Artinya: Dari Abdullah ibn Ahmad… Hadis Muawiyah ibn Amrin katanya hadis Zaidah, hadis 'Ashim ibn Abi Nujuddari Zirin dari Abdullah, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam … ''Barang siapa yang ingin membaca
36 Bukhari, Shahih al-Bukhari, juz 5, h. 396. 37 CD Room, Kutub at-Tis’ah, Mausū’atu al-Hadīs al- Syarif. 38 Asqalani, Fathul Bari Syarah Shahih al-Bukhari, juz 5, h. 397. 39Ahmad Muhammad Syakir, Hamisy Musnad (Mesir: Darul Ma'arif, 1368 H), h. 128.
22
Makalah Pendidikan Islam; http://abuaqil.co.nr
Alquran yang bagus sebagaimana diturunkan, maka hendaklah ia membacanya sesuai dengan bacaan Ibnu Ummi Abdun.
Hadis di atas tergolong syarif marfu' dengan kualitas perawi yang sebagian
tergolong siqah dan siqah subut dan Shaduq. Adapun hikmah dari hadis di atas, yaitu
perlunya memberikan pujian kepada pelajar sesuai dengan kemampuan belajarnya.
Seorang guru hendaknya manpu mengarahkan dan mengendalikan peserta
didiknya dengan cara memberi rangsangan baik berupa pujian ataupun hadiah.
Dengan pujian ini pesera didik akan terpola prilakunya. 40 Misalnya apabila anak-
anak manpu mengikuti pelajaran tanpa bolos sekalipun, bapak akan memberikan
nilai plus pada nilai akhir.
Rangsangan hadiah ini berupa nilai 'plus' pada nilai akhir adalah reward.
Rangsangan ini akan dapat mengarahkan dan mengendalikan sikap dan prilaku
peserta didik. Mereka akan termotivasi akan nilai plus dan berimbas pada prilaku
positif yang di tampilkan dimana peserta didik tidak bolos. Hal semacam ini sangat
efektif untuk menumbuhkan rasa percaya diri mereka. Mereka akan merasa dihargai
dan dihormati, serta merasa diperhatikan dan diakui eksistensinya.
Pujian/reward ini dapat menumbuhkan konsep diri positif pada peserta didik.
Bila tepat penggunaannya, mereka lambat laun menjadi sorang manusia yang dapat
memandang dirinya secara positif. Hal ini sangat bermanfaat bagi keberhasilan dan
masa depan peserta didik tersebut.
Sukadi dalam bukunya ''Guru Powerful'' mengatakan ada beberapa kiat dalam
memberikan pujian/reward, antara lain:
a. Kaitkan reward dengan prilaku tertentu,
b. Berikan secepatnya,
c. Berikan pujian/reward dengan ikhlas,
d. Publikasikan didepan umum, dan
40 Sukadi, Guru Powerful Guru Masa Depan (Bandung: Kalbu, 2007), h. 105.
23
Makalah Pendidikan Islam; http://abuaqil.co.nr
e. Variasikan pemberiannya.41
Sebaliknya pujian yang diberikan tidak tepat penggunaannya akan berakibat
fatal, dimana peserta didik akan merasa suatu cemoohan/ejekan terhadap dirinya.
Oleh sebab itu seorang guru harus tahu kapan memberikan pujian secara tepat.
g. Pendidik Mencari Tahu Keadaan Peserta Didik.
بي �فع ع�ن� لله قا ح�د�ثن�ا ي�ح�ي�ى قا ح�د�ثن�ا ح�م�ي�د� قا ح�د�ثن�ا ب�كر� ع�ن� ح�د�ثن�ا ع�لي� ب�ن� ع�ب�د
ل لن�بي� ص�لى لله� ع�لي�ه �س�لم� لقي�ه� في ب�ع�ض طريق م�دين�ة �ه�و� ج�ن�ب� فان�خ�ن�س�ت� بي ه�ر�ي�ر�
من�ه� فذه�ب� فاغت�س�ل ثم� ج�ا فقا ي�ن� كن�ت� ي�ا ب�ا ه�ر�ي�ر� قا كن�ت� ج�ن�ب�ا فكره�ت� ج�الس�ك�
لم�س�لم� لا ي�ن�ج�س� لله 42 .�ن�ا ع�لى غي�ر طه�ا� فقا س�ب�ح�ا
Artinya: Hadis Ali ibn Abdullah katanya, hadis Yahya katanya hadis Muhammad katanya hadis bakar dari Abi Rafi' dari Abu Hurairah, bahwasanya Nabi saw, bertemu dengannya di jalan kota Madinah dan dia sedang dalam keadaan janabat, saya diam-diam dan pergi ke suatu tempat dan mandi. Setelah itu saya datang dan beliau masih duduk di tempat semula. Beliau bertanya: Dimana anda tadi wahai Abu Hurairah? Saya menjawab, saya dalam keadaan janabat dan saya tidak ingin duduk bersama engkau, sedang saya dalam keadaan tidak suci. Rasul menjawab. Subhanallah, Wahai Abu Hurairah, sesungguhnya seorang muslim itu tidak najis. Hadis di atas tergolong syarif marfu' dengan kualitas perawi yang sebagian
tergolong siqah, siqah mutqin, siqah mudallis dan siqah subut. Ibnu Hajar al-
Asqalani, mengkomentari hadis ini dengan mengatakan bahwa ada anjuran bagi
pendidik untuk mengingatkan peserta didik sesuatu yang benar.43
Memperhatikan siswa merupakan kata kunci dalam pemelajaran yang
efektif.44 Sejak kita melakukan perencanan sampai dengan pelaksanaan pemelajaran
41 Sukadi, Guru powerful, h. 106. 42Abu Abdullah bin Muhammad Ismail al- Bukhari, Shahih al-Bukhari, Juz 1 (Saudi Arabia :
Idaratul Buhuts Ilmiah wa Ifta' wa ad-Dakwah wa al-Irsyad, t.t), h. 390. 43Ahmad ibn Ali ibn Hajar Abu al-Fadhil al-Asqalani, Fathul Bari Syarah Shahih al-
Bukhari (Beirut: Dar al-Ma'rifah, 1379 H), juz 1, h. 391. 44Sukadi, Guru powerful, h. 67.
24
Makalah Pendidikan Islam; http://abuaqil.co.nr
dituntut untuk memperhatikan peserta didik. Oleh karena itu seorang guru harus
menguasi ilmu psikologi perkembangan. Pemelajaran yang tidak memperhatikan
siswa tidak akan mencapai sasaran yang efektif sehingga untuk itu guru dituntut
untuk memikirkan bagaimana keadaan peserta didik pada sa’at perencanaan sampai
pengevaluasiannya.
Guru juga harus mempertimbangkan bagaimana bahasa yang digunakan,
tingkat kesukaran materi ajar, suasana/lingkungan belajar, metode yang digunakan
bahkan internal peserta didik sekalipun menjadi bahan pertimbangan bagi guru
dalam pemelajaran. Sangat tidak baik jika seorang guru hanya melaksanakan
tugasnya tanpa memperhatikan keadaan peserta didik, dan hal ini akan menjadi
pemelajaran yang tidak berarti.
Dengan demikian untuk menjadi guru yang baik haruslah mau dan manpu
mencari tahu keadaan peserta didik.
h. Pendidik adalah Teladan bagi Anak Didik
خ�ب�ر�ن�ا م�ع�م�ر� ع�ن� ه�م� بي ه�ر�ي�ر� قا ح�د�ثني س�ح�ا� ب�ن� ب�ر�هيم� خ�ب�ر�ن�ا ع�ب�د� لر�� ا ع�ن�
لفطر� فأب�و�� ي�ه�و龷�نه لا ي�ولد� ع�لى لله ص�لى لله� ع�لي�ه �س�لم� م�ا من� م�و�لو قا �س�و
…45 �ي�ن�ص龷ر�نه كم�ا ت�ن�تج�و لب�هيم�ة Artinya: Hadis dari Ishak ibn Ibrahim, hadis Abdurrazzak, hadis Ma’mar dari Hammam dari Abu Hurairah berkata, Rasul saw. bersabda: Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci, maka kedua orang tuanya (sebagai pendidik) yang menjadikannya sebagai pengikut (berpola hidup) Yahudi atau Nasrani, sebagaimana seekor ternak melahirkan ternak pula. Hadis di atas tergolong syarif marfu' dengan kualitas perawi yang sebagian
tergolong tsiqah dan tsiqah tsubut dan tsiqah lam yattsil.46
45 Bukhari, Shahih al-Bukhari, h. 303. 46 CD Room, Kutub at-Tis’ah, Mausū’atu al-Hadīs al- Syarif.
25
Makalah Pendidikan Islam; http://abuaqil.co.nr
Hadis diatas dipahami bahwa kepribadian yang ditampilkan pendidik
merupakan cerminan terhadap peserta didik. Karena guru adalah suri tauladan bagi
murid. Apa yang dilakukan pendidik baik di dalam maupun di luar kelas akan
menjadi sebuah panutan bagi anak didik.
Islam mengisyaratkan bahwa seorang pendidik diwajibkan untuk memenuhi
syarat, bukan hanya orang yang pandai tapi juga orang yang berbudi, orang yang
beriman yang perbuatannya sendiri dapat memberikan pengaruh pada pikir, jiwa dan
akhlak muridnya. Pendidik dalam menunaikan tugasnya sebagai pendidik hendaknya
pandai dan menguasai berbagai macam metode dan tekhnik pendidikan.
Al-Kanani, sebagaimana dikutip oleh Ramayulis, menyatakan bahwa ada
beberapa persyaratan menjadi seorang pendidik yakni:
1. Yang berkenan dengan dirinya sendiri
2. Yang berkenan dengan pelajaran, dan
3. Yang berkenan dengan muridnya.47
Tiga persyaratan menjadi seorang pendidik seperti di atas, dapat dilihat
penjelasan berikut ini :
Pertama, syarat-syarat guru (pendidik) berhungan dengan dirinya, yaitu:
1. Guru (pendidik) hendaknya senantiasa insaf akan pengawasan Allah Ta’ala.
terhadapnya dalam segala perkataan dan perbuatan bahwa ia memegang amanat
ilmiah yang diberikan Allah Ta’ala. Kepadanya.
47 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), h. 89.
26
Makalah Pendidikan Islam; http://abuaqil.co.nr
2. Guru (pendidik) hendaknya memelihara kemuliaan ilmu.
3. Guru hendaknya bersifat zuhud.
4. Guru (pendidik) hendaknya tidak berorientasi duniawi yang mengutamakan
kedudukan, popularitas yang menyebabkan ia bangga diri.
5. Guru (pendidik) hendaknya menjauhi mata pencaharian yang hina dalam
pandangan syara’ dan menjauhi situasi yang mendatangkan fitnah.
6. Guru (pendidik) hendaknya memelihara syari’at Islam.
7. Guru (pendidik) hendaknya rajin melaksanakan hal-hal yang sunat yang
dianjurkan oleh ajaran Islam.
8. Guru (pendidik) hendaknya memelihara akhlak yang mulia.
9. Guru (pendidik) hendaknya pandai memanfaatkan waktu yang luang.
10. Guru (pendidik) hendaknya rajin meneliti, menyusun dan mengarang dengan
memperhatikan keterampilan dan keahlian yang dibutuhkan untuk itu.
Kedua, syarat-syarat yang berhubungan dengan pelajaran, yaitu:
1. Guru (pendidik) ketika hendak mengajar sebelum keluar dari rumah hendaknya
bersuci dari hadas dan kotoran serta mengenakan pakaian yang baik dengan
maksud menghargai ilmu dan syari’at.
2. Guru (pendidik) ketika keluar dari rumah hendaknya selalu berdo’a agar tidak
sesat dan menyesatkan dan terus berzikir kepada Allah Ta’ala. hingga sampai ke
majelis pembelajaran.
27
Makalah Pendidikan Islam; http://abuaqil.co.nr
3. Guru (pendidik) hendaknya memosisikan dirinya pada tempat yang dapat dilihat
oleh anak didik.
4. Sebelum mengajar mestinya guru membaca basmallah, do’a untuk mendapatkan
barkah Allah.
5. Guru (pendidik) hendaknya mengajarkan hierarki keilmuan dalam bidang
keahliannya.
6. Guru (pendidik) hendaknya dapat mengatur suara dengan baik.
7. Guru (pendidik) hendaknya mengendalikan majelis dan mengontrol agar tidak
menyimpang dari fokus.
8. Guru (pendidik) hendaknya menegur anak didiknya yang tidak menjaga
kesopanan.
Ketiga, karakter guru (pendidik) di tengah para anak didiknya:
1. Guru (pendidik) mestinya mengajar dengan niat mengharapkan keridhaan Allah
Ta’ala.
2. Tidak menolak mengajar anak didik yang tidak lulus dan ikhlas belajar.
3. Mencintai anak didiknya.
4. Memberikan motivasi anak didik dalam belajar.
5. Berusaha menyampaikan materi pelajaran agar anak didiknya dapat
memahaminya.
6. Melakukan evaluasi terhadap pembelajaran yang telah dilakukannya.
28
Makalah Pendidikan Islam; http://abuaqil.co.nr
7. Bersikap adil terhadap semua anak didiknya dan terus melakukan pemantauan
terhadap perkembangan anak didik.
Di samping itu hendaknya seorang pendidik memiliki kecakapan dalam
bidang administrasi, dinamisasi, inovasi, motivasi dan evaluasi yang akan dipakai
ketika mendidik anak didiknya.
Apa yang telah dipaparkan di atas adalah karakter yang sangat penting yang
tidak boleh ditinggalkan oleh setiap pendidik. Pendidik dalam masyarakat modern
yang ideal seperti dalam masyarakat Islam, lebih dari sekedar petugas yang
mendapat gaji dari pemerintah atau organisasi swasta semata. Ia hendaknya
memahami dirinya lebih dari itu. Bahwa ia adalah teladan yang akan ditiru anak
didiknya, baik cara bersikap, berucap maupun berperilaku. Ia diharapkan untuk
memperlakukan murid-murid tidak seperti domba atau ternak yang perlu digembala
dan didisiplinkan, melainkan sebagai manusia yang mudah dipengaruhi, yakni sifat-
sifatnya yang mesti harus dibentuk dan harus dididik olehnya untuk mengenal aturan
moral, etika, estetika dan spiritual yang dianut oleh masyarakat.
PENUTUP
Istilah Pendidik terdiri dari berbagai istilah sesuai pemaknaannya. Namun
dalam istilah pendidikan Islam, istilah pendidik erdiri dari muaddib, murabbi dan
atau muallim. Istilah-istilah ini masih belum ada kata sepakat para ahli, sehingga
29
Makalah Pendidikan Islam; http://abuaqil.co.nr
pengambilan istilah tersebut masih diserahkan pada kesesuaian pemaknaan yang
diambil. Walupun demikian hal ini tidak merubah visi pendididkan Islam itu sendiri.
Jenis-jenis Pendidik dalam pendidikan Islam terdiri dari Allah Ta’ala, Nabi
Muhammad Saw, Orang Tua dan Guru. Ke-empat jenis pendidik tersebut secara
implementasinya berbeda satu dengan yang lainnya namun secara substansinya
memiliki kesamaan yaitu memberikan pencerahan pada selain dirinya.
Untuk dapat menjadi seorang pendidik, sebagaimana ditegaskan dalam
hadis-hadis Nabi, maka seorang pendidik tersebut harus memiliki kreteria antara
lain:
a. Pendidik harus menyampaikan hal-hal yang baik, pengajaran harus menyajikan
sesuatu yang baik bagi anak, bukan sebaliknya,
b. Pendidik harus memiliki sifat penyayang,
c. Pendidik harus bersikap lemah lembut,
d. Pendidik harus bersikap tegas,
e. Pendidik harus pema’af,
f. Pendidik harus appresiatif,
g. Pendidik Mencari Tahu Keadaan Peserta Didik,
h. Pendidik harus menjadi teladan bagi anak.
Semua potensi yang dimiliki di atas merupakan satu kesatuan yang tak dapat
dipisahkan antara satu dengan yang lain, dimana yang satu dengan lainnya
terintegrasi dalam kepribadiannya secara utuh (holistic personality). Selanjutnya,
30
Makalah Pendidikan Islam; http://abuaqil.co.nr
Pendidik/guru memegang peranan yang penting dan strategis. Sebagai pendidik, guru
merupakan agent of social change yang mengubah pola pikir, sikap, dan perilaku
manusia menuju yang lebih baik, lebih bermartabat dan lebih mandiri sehingga
terwujud apa yang diharapkan yaitu menjadikan peserta didik yang memiliki sikap
insan al-kamil.
DAFTAR BACAAN
Al-Qur’anul Karim. Alam, Zafar. Islamic Education, Theory and Practice, New Delhi: Adam Publisher
& Distribution, 2003.
al- Bukhari, Abu Abdullah bin Muhammad Ismail. Shahih al-Bukhari, Juz 1, Saudi
Arabia : Idaratul Buhuts Ilmiah wa Ifta' wa ad-Dakwah wa al-Irsyad, t.t.
al-Asqalani, Ahmad ibn Ali ibn Hajar Abu al-Fadhil. Fathul Bari Syarah Shahih al-
Bukhari, Juz I, Beirut: Dar al-Ma'rifah, 1379 H.
al-Hajar, Maulana Alam. Adab al-Muta’allim wa al-Muta’allim , Beirut: Dar al-
Manahil, 1985.
al-Halabi, Abu Isa Muhammad ibn Isa Mustafa. Sunan at-Tirmizi, tahqiq Ahmad
Syakir, cet ke 2, t.t., 1978.
al-Jamali, Muhammad fadhil. Tarbiyah al Ihsan al-Jadis, Al-Tunisiyah: al-Syarikah,
tt.
al-Razi dalam Muhammad Dahlan, Landasan dan Tujuan Pendidikan Menurut al-
Qur’an serta Implementasinya, Bandung: CV. Diponegoro, 1991.
31
Makalah Pendidikan Islam; http://abuaqil.co.nr
an-Naisaburi, Abu al-Husain Muslim ibn al-Hajjaj al-Qusyairi. Shahih Muslim, Juz
1, Saudi Arabia: Idaratul Buhuts Ilmiah wa Ifta' wa ad-Dakwah wa al-Irsyad,
1400 H.
An-Nawawi, Abu Zakaria Yahya ibn Syaraf. Syarah an-Nawawi 'ala Shahih Muslim,
Juz 8, Beirut: Dar al-Fikri, 1401 H.
Barnadib, Sutari Imam. Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis, Yokyakarta: Andi
Ofset, 1983.
CD Room, Kutub at-Tis’ah, Mausū’atu al-Hadīs al- Syarif.
Daradjad, Zakiah. Islam untuk disiplin Ilmu Pendidikan, Jakarta: Bulan Bintang,
1987.
Darwis, Djamaluddin. English For Islamic Studies, Jakarta: Rajawali Pers, 2000.
Ibn Khaldun, Abdurrahman. al-Muqadimah, Bairut: Dar al-Jayl,t.t.
M.Echols, Jhon dan Shadily, Hassan. Kamus Bahasa Inggeris- Indonesia, Jakarta:
Gramedia, 1980.
Nizar, Samsul. Pengantar Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam, Jakarta: Gaya
Media Pratama, 2001.
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2002.
Rusn, Abidin Ibnu. Pemikiran Al-Ghazali tentang Pendidikan , Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 1998.
Sukadi, Guru Powerful Guru Masa Depan, Bandung: Kalbu, 2007.
Syakir, Ahmad Muhammad. Hamisy Musnad, Mesir: Darul Ma'arif, 1368 H.
Ulwan, Abdullah Nashih. Tarbiyatul Aulad Fil Islam, Terj. Jamaluddin Miri,
Jakarta: Pustaka Amani Cet. I. 1995.
Undang-Undang SISDIKNAS 2003 UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab I Pasal I point 5
dan 6.
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,
1991.
Wehr, Hans. A Dictionary of Modern Written Arabic, Beirut: Library Duliban, 1974.
Yunus, Muhammad. Tarjamah Al-Qur’an al Karim, Bandung: PT. Al-Ma’rif, 1993.