hadis ahkam II

download hadis ahkam II

of 21

description

hadis ahkam materi tentang haji

Transcript of hadis ahkam II

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangAgama Islam bertugas mendidik dhahir manusia, mensucikan jiwa manusia, dan membebaskan diri manusia dari hawa nafsu. Dengan ibadah yang tulus ikhlas dan aqidah yang murni sesuai kehendak Allah, insya Allah kita akan menjadi orang yang beruntung. Ibadah dalam agama Islam banyak macamnya. Haji adalah salah satunya, yang merupakan rukun iman yang kelima. Ibadah haji adalah ibadah yang baik karena tidak hanya menahan hawa nafsu dan menggunakan tenaga dalam mengerjakannya, namun juga semangat dan harta. Dalam mengerjakan haji, kita menempuh jarak yang demikian jauh untuk mencapai Baitullah, dengan segala kesukaran dan kesulitan dalam perjalanan, berpisah dengan sanak keluarga dengan satu tujuan untuk mencapai kepuasan batin dan kenikmatan rohani.Untuk memperdalam pengetahuan kita, penulis mencoba memberi penjelasan secara singkat mengenai hal-hal yang berkaitan dengan haji dan umrah.B. Rumusan Masalah1. Apa pengertian haji?2. Apa hukum haji?3. Apa saja syarat wajib haji?4. Apa saja syarat sah haji?5. Apa saja rukun haji?6. Apa saja hal yang wajib dalam ibadah haji?7. Apa saja hal yang sunat dalam ibadah haji?8. Apa saja manasik dalam ibadah haji?9. Apa saja hal-hal yang membatalkan haji?10. Apa saja hikmah yang dapat diambil dalam ibadah haji?11. Apa pengertian umrah?12. Apa hukum dan dalil yang menjelaskan tentang umrah?13. Apa saja syarat dan rukun umrah?14. Apa saja wajib, sunat dan yang membatalkan umrah?C. Tujuan PenulisanAdapun yang menjadi tujuan dari penulisan makalah ini adalah:1. Mengetahui dan memahami pengertian haji.2. Mengetahui dan memahami hukum haji.3. Mengetahui dan memahami syarat wajib haji.4. Mengetahui dan memahami syarat sah haji.5. Mengetahui dan memahami rukun haji.6. Mengetahui dan memahami wajib haji.7. Mengetahui dan memahami sunat haji. 8. Mengetahui dan memahami manasik haji.9. Mengetahui dan memahami hal yang membatalkan haji.10. Mengetahui dan memahami hikmah haji.11. Mengetahui dan memahami pengertian umrah.12. Mengetahui dan memahami hukum dan dalil tentang umrah.13. Mengetahui dan memahami syarat dan rukun umrah.14. Mengetahui dan memahami wajib, sunat, dan yang membatalkan umrah.D. Batasan MasalahMengingat begitu luasnya hal-hal yang berhubungan dengan rumusan masalah di atas, maka penulis memberikan batasan pembahasan ini sesuai yang terdapat dalam rumusan masalah. Adapun hal lain yang tidak berhubungan dengan hal di atas tidak diuraikan pada makalah ini.E. Metodologi PenulisanDalam penulisan makalah ini saya menggunakan metode reserch library yaitu dengan menggunakan buku-buku yang terdapat di perustakaan sebagai bahan referensi.

BAB IIPEMBAHASANA. Haji1. Pengertian HajiHaji secara lughowi (epistimologi) berasal dari bahasa Arab Al-Hajj yang berarti tujuan, maksud, menyengaja untuk perbuatan yang besar dan agung. Selain itu al-Hajj bisa diartikan mengunjungi atau mendatangi. Makna ini sejalan dengan aktivitas ibadah haji, di mana umat Islam dari berbagai negara mengunjungi dan mendatangi Baitullah (kabah) pada musim haji karena tempat ini dianggap mulia dan agung.[footnoteRef:2] [2: Said Agil Al Munawar dan Abdul Halim, Fikih Haji: Penuntun Jamaah Haji Mencapai Haji Mabrur, Cet. I, Jakarta: Ciputat Press, 2003, h. 1.]

Makna yang dilakukan ditempat tertentu dalam pengertian di atas ialah sekitar Kabah, Arafah, Muzdalifah dan Mina. Sedangkan makna pada waktu tertentu, yaitu mulai tanggal 9 sampai 13 Zulhijjah setiap tahun. Sementara makna melakukan serangkaian ibadah tertentu adalah yang termasuk dalam katagori rukun haji, wajib haji seperti Wukuf, Mabit, Melontar Jumrah, Thawaf, Sai, dan Tahallul.[footnoteRef:3] [3: Ibid.]

Makna haji secara istilahi (terminologis) adalah perjalanan mengunjungi baitullah untuk melaksanakan serangkaian ibadah pada waktu dan tempat yang telah ditentukan. Sayyid Sabiq, dalam Fikih Sunnah mendefinisikan haji: Dengan sengaja pergi ke Mekah untuk melaksanakan tawaf, sai, wukuf di Arafah, dan rangkaian manasik haji lainnya, dalam rangka memenuhi panggialan (kewajiban dari) Allah dan mengharapkan keridhaan Allah.[footnoteRef:4] [4: Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, Penerjemah: Lely Shofa, dkk, Cet. I, Jakarta: PT Pena Pundi Aksara, 2009, h. 261.]

2. Hukum HajiHaji merupakan salah satu dari rukun Islam yang lima. Sebagai rukun Islam, haji hukumnya wajib berdasarkan Al-Quran, Sunnah dan Ijma para Ulama. Diantara ayat Al-Quran yang menjadi landasan kewajiban haji adalah: ... Artinya: Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, Yaitu (bagi) orang yang sanggup Mengadakan perjalanan ke Baitullah. (QS. Ali Imron: 97)Kewajiban haji ini dipertegas Nabi Muhammad dalam hadisnya:Artinya: Islam itu didirikan di atas lima prinsip dasar yaitu: bersaksi tiada tuhan yang disembah selain Allah dan Muhammad adalah Rasulullah, mendirikan shalat, membayar zakat, mengerjakan haji dan puasa pada bulan Ramadhan. (Mutafaqun `Alaih)Pada umumnya melakukan amal ibadah adalah kewajiban tetap dan berkelanjutan sepanjang umur. Namun khusus untuk ibadah haji, kewajibannya hanya satu kali seumur hidup. Pembatasan sekali ini dijelaskan oleh nabi dengan hadisnya yang berasal dari Ibnu Abbas yang diriwayatkan lima perawi hadis di bawah ini: : : , Artinya: Rasul Allah mengajak kami berbicara dan ia bersabda: Sesungguhnya Allah telah mewajibkan haji atasmu. Maka Aqra bin Habis berdiri dan bertanya: Apakah setiap tahun ya Rasul Allah. Nabi menjawab: Kalau saya jawab begitu tentu akan diwajibkan. Haji hanya satu kali dan lebih dari itu adalah perbuatan sunat.[footnoteRef:5] [5: Amir Syarifudin, Garis-garis Besar Fiqih, Cet. III, Jakarta: Kencana, 2010, h. 60.]

Berdasarkan hadis di atas dapat kita simpulkan bahwa haji di wajibkan hanya satu kali seumur hidup. Sedangkan lebih dari itu hukumnya menjadi sunat.Seorang yang telah melakukan haji dengan memenuhi segala ketentuan, ia telah bebas dari kewajibannya. Namun, bagi mereka yang mempunyai kemampuan biaya, fisik, waktu dan terjamin keamanan dalam perjalanan, Nabi SAW. menganjurkan untuk mengerjakan haji sekali dalam lima tahun.[footnoteRef:6] [6: Said Agil Al Munawar dan Abdul Halim, Fikih Haji: Penuntun Jamaah Haji Mencapai Haji Mabrur,..., h. 15.]

Keutamaan haji dapat kita lihat pada hadis Nabi SAW yang artinya:Artinya: Barang siapa yang berhaji di Baitullah, lalu ia tidak berbuat keji dan berlaku fasik, maka ia keluar dari dosanya laksana hari di mana ia dilahirkan dari kandungan ibunya. (HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah RA.)[footnoteRef:7] [7: Imam Al-Ghazali, Hikmah dan Rahasia Haji, Alih bahasa: A. Hufaf Ibriy, Cet. I, Surabaya: Tiga Dua, 1995, h. 7.]

Dan menurut riwayat lain: { }Artinya: tamu-tamu Allah itu ada tiga, yaitu: orang-orang berhaji, orang-orang berumrah dan orang-orang yang sedang berperang sabil. (HR. al-Hakim)[footnoteRef:8] [8: M. Ali Usman, dkk, Hadis Qudsi, Cet. 18, Bandung: CV. Diponegoro, 1975, h. 234.]

Dari hadis di atas dapat kita lihat betapa mulianya orang-orang yang berangkat menunaikan haji tersebut.3. Syarat Wajib HajiMenurut Said Agil Syarat-syarat wajib haji ada yang bersifat umum (berlaku bagi laki-laki dan perempuan) dan ada yang bersifat khusus bagi perempuan. Adapun yang bersifat umum tersebut terdiri dari empat macam, yaitu: muslim, mukallaf, merdeka, memiliki kemampuan.Adapun syarat wajib yang khusus bagi wanita meliputi dua hal yaitu: pertama harus didampingi oleh suami atau mahramnya dan yang kedua wanita tidak sedang menjalani masa iddah.4. Syarat Sah HajiSyarat sah haji adalah segala ketentuan yang harus dipenuhi sebelum melaksanakan ibadah haji. Jika terpenuhi, maka ibadah haji yang dilaksanakannya dipandang sah (diterima) namun jika ketentuan itu tidak terpenuhi, ibadah haji yang dilaksanakan tidak sah. Diantara syarat sah ibadah haji menurut Abdurrahman al-Jazziri yang dikutip oleh Said Agil ialah: 1. Beragama Islam (muslim)2. Mumayyiz3. Amalan Ibadah haji harus dilakukan pada waktu yang telah ditentukan.[footnoteRef:9] [9: Ibid., h. 27-28.]

5. Rukun HajiRukun haji adalah amalan-amalan yang wajib dikerjakan selama melaksanakan ibadah haji. Bila salah satu amalan tersebut tertinggal atau sengaja ditinggal, ibadah haji menjadi batal dan wajib mengulangi kesempatan pada kesempatan lain. Ulama berbeda pendapat dalam menentukan amalan-amalan mana saja yang termasuk dalam rukun haji.Ulama mazhab Syafii menetapkan rukun haji sebanyak enam macam, yaitu:a. Ihram b. Wukuf di Arafahc. Tawaf ifadah d. Saie. Memotong minimal 3 helai rambutf. Tertib, yaitu mendahulukan ihram dari keseluruhan rukun lainnya, mendahulukan wukuf dari tawaf ifadah dan potong rambut, dan mendahulukan tawaf atas sai bila sai itu tidak dilaksanakan setelah tawaf qudum (tawaf pembuka).6. Wajib HajiWajib haji adalah rangkaian amalan yang harus dilakukan dalam ibadah haji disamping rukun haji, bila ditinggalkan akan dikenakan dam atau denda.Terdapat perbedaan dikalangan ulama mazhab dalam menetapkan wajib haji ini. Namun penulis lebih banyak memaparkan pendapat mazhab Syafii. diantara wajib haji tersebut adalah: a. Ihram dari miqat zamani (waktu memulai ihram yaitu bulan Syawal, Zulqaedah, dan Sembilan hari pertama bulan Zulhijjah) dan miqat makani (tempat memulai ihram)b. Melontar jumrah Aqabah pada tanggal 10 Zulhijjah setelah datang dari Mina dan melontar tiga jumrah, yaitu jumrah Ula, jumrah Wustha, dan jumrah Aqabah pada setiap hari selama hari tasyri.c. Bermalam di Muzdalifah sekalipun sejenak dengan syarat hal itu dilakukan setelah pertengahan malam setelah wukuf di Arafah. Tidak diisyaratkan berhenti (berdiam), melainkan cukup sekedar lewat, baik dia tahu bahwa tempat itu Muzdalifah atau bukan.d. Mabit di Mina sampai tergelincir matahari tergelincir 12 Zulhijjah.e. Melaksanakan tawaf Wada, jika akan meninggalkan kotsa Mekah.f. Menjauhi segala yang diharamkan ketika ihram.[footnoteRef:10] [10: Said Agil Al Munawar dan Abdul Halim, Fikih Haji: Penuntun Jamaah Haji Mencapai Haji Mabrur,..., h. 34.]

7. Sunat HajiSunat haji adalah amalan-amalan yang dianjurkan agar dilaksanakan dalam ibadah haji. Bila amalan ini dijalankan maka akan mendapatkan ganjaran pahala. Namun, apabila amalan tersebut ditinggalkan, tidak akan mendapatkan dosa.Ulama mazhab Syafii menetapkan sejumlah sunat haji, diantaranya:a. Mabit di Mina pada malam Arafah (tanggal 9 Zulhijjah).b. Berjalan dengan cepat dilembah Mahsar, yaitu tempat yang membatasi Muzdalifah dengan Mina. c. Menyampaikan khutbah pada waktu yang disunatkan.d. Bercukur habis bagi laki-laki dan memendekkan bagi wanita.e. Wukuf di suatu tempat di Masyar al-Haram (suatu tempat di Muzdalifah), yaitu di Jabal Quzah.f. Tidak cepat-cepat berangkat dari Mina, melainkan tetap di sana selama malam-malam tasyri.g. Membaca zikir yang disunatkan.h. Melunasi hutang sebelum berhaji.i. Memaafkan musuh, bertaubat atas segala maksiat yang telah diperbuat, dan meminta maaf kepada setiap orang yang pernah menjalin hubungan dan persahabatan dengannya.j. Jika perlu, hendaknya menuliskan waasiat sebelum berangkat haji.k. Banyak-banyak melaksanakan shalat, tawaf dan itikaf di Masjidil Haram setiap kali dia memasukinya.l. Banyak meminum air zamzam hingga puas sambil menghadap kiblat dan membaca doa sebelum minum air zamzam.[footnoteRef:11] [11: Ibid., h. 37-39.]

8. Manasik Hajia. Ihram Ihram adalah niat seseorang muslim untuk mengerjakan ibadah haji atau umrah ke tanah suci Mekah. Disebut ihram, karena dengan niat itu, seseorang telah masuk kepada keadaan di mana beberapa perbuatan yang sebelumnya diperbolehkan menjadi diharamkan. Dengan ihram, seseorang telah berada pada anak tangga pertama mendapatkan kedudukan sebagai tamu Allah, memperoleh kehormatan berada dihadirat-Nya dan membawa kembali izin melanjutkan perjalanan menuju ridha-Nya.[footnoteRef:12] [12: Ibid., h. 61.]

Pada saat memakai pakaian ihram, para tamu Allah dengan penuh kesadaran hendaklah menanggalkan pakaian sehari-hari yang melambangkan atribut kebesarannya. Ini sebagai isyarat persamaan manusia di hadapan Allah. Ihram yang intinya niat dan memakai pakaian ihram merupakan salah satu rukun haji, apabila ditinggalkan maka ibadah haji menjadi tidak sah. Kedudukan niat pada ihram sama kedudukannya dengan niat pada ibadah-ibadah lainnya. Adapun bagi orang yang sedang ihram ada beberapa hal yang diharamkan diantaranya dilarang kawin (menikah), menikahkan, dan meminang (melamar wanita). Hal ini sejalan dengan hadis Nabi yang berbunyi: Artinya: Orang yang sedang ihram haji (atau umrah) dilarang kawin (menikah), menikahkan, dan meminang (melamar wanita). (HR. Muslim)[footnoteRef:13] [13: Husein Bahreisj, Himpunan Hadits Shahih Muslim, Surabaya: Usana Offset Printing, 1987.]

b. TawafTawaf secara etimologi adalah berkeliling atau berputar. Dalam konteks ibadah haji, tawaf adalah salah satu rukun haji yang dilakukan dengan cara berjalan mengitari atau mengelilingi Kabah sampai tujuh kali putaran.[footnoteRef:14] [14: Said Agil Al Munawar dan Abdul Halim, Fikih Haji: Penuntun Jamaah Haji Mencapai Haji Mabrur,..., h. 85.]

Para ahli fikih sepakat menyatakan bahwa tawaf adalah salah satu rukun haji. Apabila tawaf ini ditinggalkan, maka ibadah haji menjadi batal dan wajib mengulang pada tahun berikutnya. Ketentuan ini didasarkan pada firman Allah SWT sebagai berikut: Artinya: Kemudian, hendaklah mereka menghilangkan kotoran[987] yang ada pada badan mereka dan hendaklah mereka menyempurnakan nazar-nazar mereka[988] dan hendaklah mereka melakukan melakukan thawaf sekeliling rumah yang tua itu (Baitullah). (QS. Al-Hajj: 29)[footnoteRef:15] [15: Ibid.]

c. SaiSai adalah berlari-lari kecil dari bukit shafa ke bukit Marwah dan sebaliknya sebanyak tujuh kali. Menurut jumhur ulama kecuali Abu Hanifah melakukan sai merupakan rukun haji sehingga siapa yang tidak mengerjakannya, hajinya batal dan tidak dapat digantikan dengan dam atau lainnya. Mengenai dasar hukum sai ini dijelaskan dalam hadis Nabi SAW yang artinya: Dari Shafiyah binti Syaibah bahwa seorang perempuan telah menyampaikan kepadanya bahwa dia telah mendengar Nabi SAW bersabda di antara Bukit Shafa dan Marwah: telah diwajibkan atas kamu sai, maka hendaklah kamu kerjakan. (HR. Ahmad)[footnoteRef:16] [16: Ibid.]

Dalam riwayat lain juga disebutkan:Bersailah kamu, karena sesungguhnya Allah telah mewajibkan sai atasmu. (HR. Imam Syafii dari Abdu `I-Lah bin al-Muammal)[footnoteRef:17] [17: Ibnu Rusyd, Bidyatul `I-Mujtahid, penerjemah: M. A. Abdurrahman dan A. Haris Abdullah, Cet. I, Semarang: CV. Asy Syifa, 1990, h. 60.]

d. Wukuf di ArafahWukuf di padang Arafah artinya berhenti atau berdiam diri di padang pasir yang dinamakan Arafah. Padang Arafah terletak di sebelah timur, berbatasan dengan pegunungan Thaif, dan sebelah utaranya membujur bukit-bukit yang tingginya sekitar 30 meter yang dinamakan dengan bukit Arafah. Para ulama sepakat bahwa wukuf di Arafah merupakan rukun haji yang paling besar.[footnoteRef:18] Jadi jika dalam rangkaian haji seseorang tidak melakukan wukuf maka hajinya tidak sah. Hal ini berdasarkan sebuah hadis, yaitu Abdurrahman bin Yamur meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW. memberikan kepada seseorang untuk menyerukan: [18: Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah,..., h. 383.]

Artinya: Haji (yang memenuhi syarat) adalah (wukuf di) Arafah. Barang siapa yang datang (di Arafah) pada hari Nahar (sepuluh Dzulhijjah) malam sebelum fajar terbit, ia terhitung melakukan wukuf.[footnoteRef:19] [19: Ibid., h. 383-384.]

e. Mabit di MuzdalifahSecara geografis, Muzdalifah adalah sebuah lembah (wadi) yang berukuran sekitar 4 km dan terletak pada posisi antara lembah Muhassir sebelah Barat dan lembah al-Majamin di sebelah Timur. Posisi Muzdalifah berada di antara jalur Arafah dan Mina, berjarak sekitar 3,5 km dari Kota Mekah. sehingga Muzdalifah termasuk tanah haram dan menjadi sebuah kawasan yang selalu dilewati para jamaah haji, khususnya ketika mereka mulai melaksanakan ibadah Wukuf dan melempar jumrah.[footnoteRef:20] [20: Said Agil Al Munawar dan Abdul Halim, Fikih Haji: Penuntun Jamaah Haji Mencapai Haji Mabrur,..., h. 130.]

Muzdalifah menjadi tempat di mana jamaah haji menghabiskan waktu malam atau yang disebut dengan mabit (menginap), mulai tengah malam sampai masuk waktu subuh.Mabit berguna untuk mempersiapkan segala sesuatu dalam melaksanakan pelontaran Jumrah Aqabah besok harinya, yaitu memungut 7 butir batu tanpa harus mencucuinya jika yakin batu tersebut tidak tersentuh najis. Mabit di Muzdalifah ini dilakukan tepat pada malam tanggal 10 Zulhijjah, yaitu lewat tengah malam setelah wukuf di Padang Arafah atau pada hari Arafah.Mengenai hukum di mabit di Muzdalifah ini, ulama sepakat bahwa hukumnya adalah wajib, jadi apabila tidak dilakukan dikenakan dam atau denda.f. Melontar JumrahJumrah berarti tempat pelemparan, yang didirikan untuk memperingati Nabi Ibrahim As. yang digoda setan agar tidak melaksanakan perintah Alllah menyembelih putranya Ismail As. Tiga kali beliau digoda dan tiga kali pula beliau melemparkan batu kepada setan sebagaimana yang diperintahkan dan dibimbing langsung oleh malaikat. Ditempat-tempat inilah kemudian dibangun tugu-tugu dengan nama Ula, Wustha, dan Aqabah.[footnoteRef:21] [21: Ibid., h. 135.]

Jumhur Ulama berpendapat bahwa melempar Jumrah merupakan wajib haji, bukan termasuk rukun haji. Jadi jika jamaah haji meninggalkannya, maka yang bersangkutan harus membayar dam (denda).g. Mabit di MinaMina adalah sebuah hamparan padang pasir yang panjangnya sekitar 3,5 kilometer. Ia terletak di kawasan berbukit-bukit antara kota Mekah dan Muzdalifah.[footnoteRef:22] [22: Ibid., h. 149.]

Menurut Jumhur Ulama mabit (bermalam) di Mina Wajib dilakukan selama tiga malam (malam-malam hari tasyri) atau dua malam (malam 11 dan malam 12 Zulhijjah).[footnoteRef:23] [23: Ibid., h. 150.]

Hal ini sesuai dengan hadis yang artinya:Diriwayatkan dari Ibnu Umar RA. Dia telah berkata: Abbas bin Abdul Muthallib pernah meminta izin kepada Rasulullah SAW. untuk bermalam di Mekah pada malam hari Mina. Karena kepentingannya untuk mencari air, maka Beliau pun mengizinkannya.[footnoteRef:24] [24: Ahmad Mudjab Mahalli, Hadis-hadis Muttafaq Alaih, Cet. I, Jakarta: Kencana, 2004, h. 620.]

h. Bercukur atau menggunting rambutMencukur rambut adalah menghilangkan rambut di kepala dengan cara mempergunakan pisau cukur atau mencabutnya. Sedangkan menggunting rambut ialah mengambil rambut kepala sekedar satu jari minimal 3 helai.[footnoteRef:25] [25: Said Agil Al Munawar dan Abdul Halim, Fikih Haji: Penuntun Jamaah Haji Mencapai Haji Mabrur,..., h. 154.]

Rasulullah pada saat haji wada mencukur habis rambutnya, seperti yang dijelaskan dalam hadis yang artinya:Diriwayatkan oleh Ibnu Umar RA, sesungguhnya Rasulullah SAW. mencukur rambut kepalanya sampai habis ketika beliau melakukan haji wada (HR. Mutafaq `Alaih)[footnoteRef:26] [26: Muhammad Nashiruddin Al-Albani, Shahih Sunan Abu Daud, Cet. II, Jakarta: Pustaka Azzam, 2006, h. 767.]

Mengenai mencukur atau memotong rambut ini, para ulama berbeda pendapat dalam menentukan hukumnya. Jumhur ulama berpendapat menggunting atau mencukur rambut ini hukumnya wajib. Bila ditinggalkan, maka dikenakan dam. Sedangkan menurut mazhab Syafii, mencukur rambut merupakan rukun haji. Bila mencukur rambut ini ditinggalkan maka hajinya menjadi batal.i. Menyembelih hewan (Hadyu)Hadyu adalah binatang yang disembelih dan dihadiahkan kepada penduduk Mekah, untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.[footnoteRef:27] hal ini ditegaskan dalam firman Allah SWT.: [27: Said Agil Al Munawar dan Abdul Halim, Fikih Haji: Penuntun Jamaah Haji Mencapai Haji Mabrur,..., h. 157.]

...Artinya: Dan sempurnakanlah ibadah haji dan 'umrah karena Allah. jika kamu terkepung (terhalang oleh musuh atau karena sakit), Maka (sembelihlah) korban yang mudah didapat, dan jangan kamu mencukur kepalamu, sebelum korban sampai di tempat penyembelihannya. (QS. Al-Baqarah: 196)Dapat kita pahami bahwa ayat di atas sebagai perintah kepada jamaah haji untuk menyembelih bintang kurban (hadyu), karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang melakukan perbuatan tersebut.j. TahallulTahallul secara etimologi berarti menjadi boleh atau diperbolehkan. Sedangkan secara terminologi, tahallul adalah diperbolehkannya atau dibebaskannya seseorang dari larangan pantangan ihram. Pembebasan itu ditandai dengan bercukur atau memotong rambut sedikitnya 3 helai.[footnoteRef:28] [28: Ibid., h. 166.]

Menurut ulama fikih, tahallul itu ada dua macam, yaitu: tahallul ashghar (tahallal kecil) dan tahallul al-tsani (tahallul akbar atau tahallul kedua).k. Hal-hal yang membatalkan hajiHaji menjadi batal lantaran melakukan tiga hal, yaitu: 1. Meninggalkan wukuf di Arafah pada waktunya.2. Meninggalkan salah satu rukun haji.3. Berjimak.[footnoteRef:29] [29: Ibid., h. 40.]

l. Hikmah HajiSaid Agil Al Munawar di dalam bukunya menerangkan beberapa hikmah yang dapat diambil sebagai itibar dari pelaksanaan haji, diiantaranya:1. Ibadah haji yang dilakukan dengan niat ikhlas, dan memenuhi ketentuan, Allah akan menghapuskan dosa orang yang menunaikannya.2. Melaksanakan ibadah haji dapat memperteguh dan memperbdiharui keimanan dan penolakan terhadap segala bentuk kemusyrikan.3. Mempertebal rasa sabar dan meningkatkan ketaatan terhadap ajaran-ajaran agama.4. Meningkatkan rasa syukur yang sedalam-dalamnya atas karunia Alah SWT. kepada hambanya, sehingga mempertebal raasa pengabdian kepada-Nya.5. Haji merupakan kongres internasional tahunan umat Islam yang dapat dimanfaatkan sebagai sarana memupuk kesatuan dan persatuan umat.6. Kesadaran akan nilai-nilai kemanusiaan yang universal dapat dirasakan selama ibadah haji dilakukan.Melalui sarana ibadah haji, terbuka kesempatan seluas-luasnya untuk saling menganal dan bertukar pikiran yang dibangun atas dasar nilai-nilai kemanusiaan yang universal.7. Dari segi ekonomi, ibadah haji memberikan manfaat yang besar bagi perkembangan ekonomi umat Islam, baik bagi negara Arab Saudi maupun negara asal jamaah haji.8. Dalam ibadah haji, khususnya semenjak dikenakannya pakaian ihram, terdapat sejumlah larangan yang harus diperhatikan oleh para jamaah haji. Diantaranya tidak boleh menyakiti/berburu binatang, melakukan pembunuhan, menumpahkan darah, dan memotong/mencabut pepohonan. Ini merupakan pelaaran berharga bahwa manusia berfungsi memelihara lingkungan sebagai pelindung makhluk-makhluk Allah SWT. dalam hal ini manusia dilatih untuk menjalankan fungsinya sebagai penyebar rahmat bagi sekalian makhluk yang ada di alam.[footnoteRef:30] [30: Ibid., h. 14-18.]

B. Umrah 1. Pengertian UmrahUmrah berasal dari bahasa Arab yaitu itamaru berarti berkunjung atau ziarah. Kata ini juga berarti meramaikan tanah suci Mekah yang di situ terletak Masjidil Haram dan di dalamnya terdapat Kabah. Sedangkan menurut terminologi, umrah adalah sengaja berziarah ke Baitullah (Kabah) untuk melakukan ibadah kepada Allah dengan cara-cara tertentu.[footnoteRef:31] [31: Ibid., h. 277.]

2. Hukum dan dalil UmrahPara pengikut mazhab Syafii dan Hanbali berpandangan bahwa umrah hukumnya fardhu ain (wajib bagi setiap individu) yang mampu, sebagaimana halnya ibadah haji. Kedua ibadah ini sama-sama diperintahkan Allah sebagaimana yang ditegaskan di dalam firman-Nya: . Artinya: Dan sempurnakanlah ibadah haji dan 'umrah karena Allah. (QS. Al-Baqarah: 196)Kewajiban haji ini dipertegas lagi dalam hadis Nabi yang artinya:Dari Aisyah berkata: Wahai Rasulullah, adakah kewajiban berjihad bagi kaum wanita? Rasulullah menjawab: Ya, bagi mereka ada kewajiban berjihad tanpa pertempuran, yaitu haji dan umrah. (HR. Ahmad dan Ibn Majah)Dengan berpegang kepada ayat dan hadis di atas kalangan mazhab Syafii dan Hanbali menyimpulkan umrah hukumnya wajib. Kewajiban umrah menurut mereka hanya sekali, sebagaimana kewajiban haji.[footnoteRef:32] [32: Ibid., h. 278.]

Kalangan Hanafiyah dan Malikiyah membantah pendapat di atas. Menurut mereka, hukum umrah adalah sunah muakkad sekali seumur hidup, bukan fardhu. Mereka mengemukakan sejumlah alasan, diantaranya hadis Nabi SAW. :Artinya: Haji adalah wajib sedangkan umrah adalah sunat. (HR. Ibn Majah)[footnoteRef:33] [33: Ibid., h. 280.]

Hadis ini menyatakan secara jelas haji wajib hukumnya, tetapi umrah adalah sunat. Dalam sebuah riwayat dari Jabir bin Abdillah, bahwa ada seseorang laki-laki yang bertanya kepada Rasulullah SAW. tentang umrah itu wajib atau tidak, maka jawabnya: Artinya: Tidak, tetapi berumrah lebih baik bagimu.Kemudian mereka juga berkata, bahwa hadis-hadis shahih yang menerangkan sendi-sendi Agama Islam, tidak ada yang menyebutkan umrah, maka ini menunjukkan bahwa umrah tidak wajib. Dalam hal ini berbeda dengan hukum ibadah haji.[footnoteRef:34] [34: Muhammad Ali Ash Shabuni, Terjemahan Tafsir Ayat Ahkam Ash Shabuni, diterjemahkan oleh Muamal Hamidy dan Imron A. Manan, Surabaya: PT Bina Ilmu Offset, 2008, h. 168.]

3. Syarat dan Rukun UmrahMengenai syarat-syarat pelaksanaan ibadah umrah, Abdul Halim dan Ikwan dalam Ensiklopedi haji dan umrah, menyatakan sama dengan syarat-syarat haji[footnoteRef:35], yaitu Islam, mukallaf, merdeka, dan memiliki kemampuan. Sedangkan mengenai rukun umrah, menurut ulama mazhab Maliki dan Hanbali, umrah mempunyai tiga rukun, yaitu ihram, tawaf, dan sai antara bukit Shafa dan Marwah. Sementara ulama mazhab Syafii menambahkan dua rukun lagi dari rukun yang telah dikemukakan di atas yaitu, mencukur atau memotong rambut dan tertib. [35: Abdul Halim dan ikhwan, Ensiklopedi Haji & Umrah, Cet. I, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2002, h. 492.]

4. Wajib, Sunat, dan Yang Membatalkan UmrahSemua yang wajib dalam haji adalah wajib pula dalam umrah. Demikian juga sunat dalam haji adalah sunat dalam umrah. Tegasnya, bahwa umrah itu sama seperti haji dalam masalah ihram, rukun-rukun, wajib-wajib, sunat-sunat, hal-hal yang haram dan makruh dilakukan dan yang membatalkannya.[footnoteRef:36] [36: Said Agil Al Munawar dan Abdul Halim, Fikih Haji: Penuntun Jamaah Haji Mencapai Haji Mabrur,..., h. 284.]

BAB IIIPENUTUPANA. KesimpulanDalam ibadah haji dan umrah ini banyak sekali yang harus diiperhatikan, karena dilihat dari pengertiannya saja sudah dapat diketahui bahwa haji dan umrah ini adalah ibadah yang besar dan agung. Bagi siapa saja yang berangkat ke Baitullah, akan diberikan ganjaran yang berlipat ganda dari Allah SWT.Tidak sama dengan ibadah-ibadah yang lainnya, yang mana bisa dilakukan di mana saja, haji memiliki keistimewaan yaitu tempat yang telah ditentukan pula oleh syara. Keistimewaan ibadah ini semakin memantapkan niat bagi orang-orang yang ingin pergi untuk menunaikan ibadah haji ke Baitullah. Selain itu banyak hikmah yang dapat diambil dari ibadah haji itu sendiri.Dalam haji dan umrah terdapat wajib haji, syarat sah haji, rukun-rukun, wajib, sunat, hal yang membatalkannya dan hikmah yang mana kesemuanya itu bertujuan untuk menertibkan proses ibadah haji tersebut agar nantinya setelah pulang dari tanah suci menjadi haji yang mabrur atau hajinya diterima di sisi Allah. Semua ini akan terlihat pada seorang tersebut setelah kembali lagi terjun di masyarakat, apakah hajinya haji mabrur atau tidak.Bagi seorang yang ingin menunaikan haji, ada beberapa ketentuan yang harus diketahui misalnya pada manasik haji. Manasik haji disini adalah segala hal yang berkaitan dengan ibadah haji. Dalam memahami kesemuanya itu, hal yang harus diperhatikan ialah hukum masing-masing manasik haji tersebut. Karena dalam manasik haji ini terdapat banyak sekali perbedaan-perbedaan pendapat oleh para ahli-ahli fikih. Berbeda dengan haji yang hukumnya adalah wajib bagi yang mampu, umrah hukumnya adalah sunat. Walaupun ada pendapat yang mengatakan bahwa hukum umrah adalah sama dengan hukum haji yaitu wajib, dalam hal ini saya selaku penulis lebih cenderung mengatakan bahwa umrah adalah sunat, hal ini didasarkan kepada hadis yang menyatakan bahwa umrah sunat hukumnya. B. SaranBerkaitan dengan makalah ini, penulis menyarankan agar pembaca dapatSebagai manusia biasa, tanpa disadari mungkin terdapat banyak kesalahan yang disengaja maupun tidak disengaja dilakukan. Maka dari itu sebagai manusia kita harus saling mengingatkan, untuk meminimalisir kesalahan tersebut.Penulis menyadari, bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kita harus saling mengingatkan baik itu berupa kritik maupun saran yang sifatnya membangun agar nantinya bisa menjadi pelajaran bagi penulis sendiri maupun teman-teman pembaca.DAFTAR PUSTAKAAgil Al Munawar dan Abdul Halim, Said, Fikih Haji: Penuntun Jamaah Haji Mencapai Haji Mabrur, Cet. I, Jakarta: Ciputat Press, 2003.Al-Ghazali, Imam, Hikmah dan Rahasia Haji, Alih bahasa: A. Hufaf Ibriy, Cet. I, Surabaya: Tiga Dua, 1995.Ali Ash Shabuni, Muhammad, Terjemahan Tafsir Ayat Ahkam Ash Shabuni, diterjemahkan oleh Muamal Hamidy dan Imron A. Manan, Surabaya: PT Bina Ilmu Offset, 2008.Ali Usman, M., dkk, Hadis Qudsi, Cet. 18, Bandung: CV. Diponegoro, 1975.Bahreisj, Husein, Himpunan Hadits Shahih Muslim, Surabaya: Usana Offset Printing, 1987.Halim dan ikhwan, Abdul, Ensiklopedi Haji & Umrah, Cet. I, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2002.Mudjab Mahalli, Ahmad, Hadis-hadis Muttafaq Alaih, Cet. I, Jakarta: Kencana, 2004.Muhammad Nashiruddin Al-Albani, Shahih Sunan Abu Daud, Cet. II, Jakarta: Pustaka Azzam, 2006.Rusyd, Ibnu, Bidyatul `I-Mujtahid, penerjemah: M. A. Abdurrahman dan A. Haris Abdullah, Cet. I, Semarang: CV. Asy Syifa, 1990.Sabiq, Sayyid, Fiqih Sunnah, Penerjemah: Lely Shofa, dkk, Cet. I, Jakarta: PT Pena Pundi Aksara, 2009.Syarifudin, Amir, Garis-garis Besar Fiqih, Cet. III, Jakarta: Kencana, 2010.

16