RESUME USHUL FIQH DAN QAWAIDH FIQQIYAH · Ahkam diturunkan dari adillah. ... “Dan tidak ada dosa...

37

Transcript of RESUME USHUL FIQH DAN QAWAIDH FIQQIYAH · Ahkam diturunkan dari adillah. ... “Dan tidak ada dosa...

Page 1: RESUME USHUL FIQH DAN QAWAIDH FIQQIYAH · Ahkam diturunkan dari adillah. ... “Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan sindiran. ... Misalnya dalam hadis nabi
Page 2: RESUME USHUL FIQH DAN QAWAIDH FIQQIYAH · Ahkam diturunkan dari adillah. ... “Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan sindiran. ... Misalnya dalam hadis nabi

RESUME USHUL FIQH DAN QAWAIDH FIQQIYAH

PERTEMUAN 1 –7

PERTEMUAN 1

USHUL FIQH DAN QAWA’ID FIQHIYYAH

Definisi Ushul Fiqh

Ushul fiqih ( أصول فالقه ) tersusun dari dua kata, yaitu ushul ( أصول ) dan fiqih ( فالقه ).

Pengertian ushul ( أصول ) secara bahasa:

Ushul ( صأول ) merupakan jamak (bentuk plural/majemuk) dari kata ashl ( أصل ) yang

berarti dasar, pondasi atau akar.

Pengertian fiqih ( فالقه ) secara bahasa:

Fiqih ( فالقه ) secara bahasa berarti pemahaman ( فالهم ). Pengertian

fiqih ( فالقه ) secara istilah:

Fiqih ( فالقه ) menurut istilah mutasyarri’in (ahli syari’ah) adalah ilmu tentang hukum-

hukum syar’i yang bersifat amaliyah yang digali dari dalil-dalil yang terperinci( عاللم

باكحألامم شالرعية عالملية مالستنبطة من الأدلة تالفص يل( ية. Ruang lingkup fiqih terbatas pada hukum-hukum

yang bersifat aplikatif dan furu’iy (cabang) dan tidak membahas perkara-perkara i’tiqad

(keyakinan).

Pengertian ushul fiqih ( أصول فالقه ):

Menurut Dr. Wahbah az-Zuhaili hafizhahullah: kaidah-kaidah yang dengannya seorang

mujtahid bisa mencapai istinbath (penggalian hukum) terhadap hukum-hukum syar’i

dari dalil-dalilnya yang terperinci.

Perbedaan Ushul Fiqh dengan Fiqh

Ushul Fiqh Fiqh

Objek metodologi penetapan hukum fiqh sedangkan objek kajian fiqh

hukum yang berhubungan dengan perbuatan manusia beserta dalil- dalilnya yang terperinci

Page 3: RESUME USHUL FIQH DAN QAWAIDH FIQQIYAH · Ahkam diturunkan dari adillah. ... “Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan sindiran. ... Misalnya dalam hadis nabi

Konsentrasi metode yang digunakan dalam

deduksi beberapa peraturan

yang terdapat di dalam sumber

pengetahuan dari peraturan

detail hukum Islam dalam

berbagai cabangnya

Objek dan Pokok Pembahasan Ushul Fiqh

Adapun yang menjadi obyek pembahasan ushul fiqih adalah :

1. Menjelaskan macam-macam hukum dan jenis-jenis hukum seperti wajib,

haram, sunnat, makruh, dan mubah.

2. Menjelaskan macam-macam dalil dan permasalahannya.

3. Menjelaskan cara mengeluarkan hukum dari dalil-dalilnya.

4. Menjelaskan ijtihad dan cara-caranya.

Jadi yang menjadi obyek pembahasan ushul fiqh itu adalah perbuatan mukallaf dari sagi

dapat diterapkan kepadanya hukum-hukum syari’at serta syari’at yang bersifat kully

dari segi dapat ditarik daripadanya hukum yang bersifat kully (umum) pula,sedangkan

yang menjadi pokok pembahasannya adalah :

1. Hukum,yang didalamnya meliputi

wajib,sunnat,makruh,mubah,haram,hasan,qabih,’ada,qada,shahih,fasid,dan lain-

lain.

2. Adillah ,yaitu dalil-dalil qur’an ,sunnah,ijma’,dan qiyas.

3. Jalan-jalan serta cara-cara beristimbath (turuqul istimbath).

4. Mustambith,yaitu mujthid dengan syarat-syaratnya.

Ushul Fiqh berfokus pada sumber hukum Islam, metode yang diturunkan dari

sumber materi Syariah dan juga mengatur praktek dari ijtihad.

Sumber dari syariah ada dua: wahyu (revelation) dan bukan wahyu (non revelation).

Dimana wahyu menghasilkan fakta dasar dan indikasi yang dapat diturunkan peraturan

mendetail darinya. Sedangkan yang bukan wahyu menghasilkan metodologi dan petunjuk

prosedural untuk meyakinkan pemenuhan yang benar dari sumber wahyu.

Tujuan dan Manfaat Ushul Fiqh

Menurut Prof Dr. Amir Syarifuddin, tujuan yang hendak dicapai dari ilmu ushul fiqh

ialah untuk dapat menerapkan kaidah-kaidah terhadap dalil syara’ yang terinci agar

sampai kepada hukum-hukum syara’ yang bersifat amali, yang ditunjuk oleh dalil-dalil

itu.

Page 4: RESUME USHUL FIQH DAN QAWAIDH FIQQIYAH · Ahkam diturunkan dari adillah. ... “Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan sindiran. ... Misalnya dalam hadis nabi

Dua maksud mengetahui ushul fiqh:

(1) Bila kita telah mengetahui metode ushul fiqh, maka bila suatu ketika kita

menghadap suatu masalah baru yang tidak mungkin ditemukan dalam kitab fiqh

terdahulu, maka kita akan mencari jawaban hukum terhadap masalah baru itu dengan

cara menerapkan kaidah-kaidah hasil rumusan ulama terdahulu

(2) Bila kita menghadapi masalah hukum fiqh yang terurai dalam kitab-kitab fiqh, tetapi

mengalami kesukaran dalam penerapannya, kita bisa merumuskan kaidah baru yang

memungkinkan timbulnya rumusan baru dalam fiqh.

Pendekatan Ilmu Ushul Fiqh

Ada tiga pendekatan ilmu ushul fiqh yaitu:

(1) teoritis (ushul al-shafiiyah atau tariqah al-mutakallimin); berfokus pada tampilan

prinsip.

(2) deduktif (ushul al-hanafiyyah atau tariqah al-fuqaha); lebih cenderung

mengembangkan sebuah sintesis diantara prinsip dan persyaratan dari kasus parsial.

(3) gabungan dari teoritis dan deduktif

Adillah shar’iyyah dan ahkam

Adillah shar’iyyah dan ahkam adalah hukum atau nilai yang mengatur hal yang

dilakukan oleh mukallaf.

Ahkam diturunkan dari adillah. Ahkam memiliki arti membuktikan atau menetapkan

satu hal dalam menghargai yang lainnya dimana bisa berbentuk afirmatif atau negatif.

Jadi, ketika kita mengatakan bahwa air itu tidak dingin atau matahari itu tidak terbit,

ada hukum di dalam kasus ini. (Kamali)

Hukum adalah arti juridis yang digunakan untuk menetapkan sesuatu nilai seperti

sebuah kewajiban (wujub), rekomendasi (nadb), atau perintah atau larangan dalam

menghormati keberlakuan kecakapan seseorang dalam melakukan perbuatan hukum.

Sedangkan secara terminologis, menurut jumhur ushuliyyin, hukum yaitu: “Khitab

(Kalam) Allah yang berhubungan dengan perbuatan seseorang mukallaf, baik berupa

iqtidha’ (perintah, larangan, anjuran untuk mengerjakan atau anjuran untuk

meninggalkan), takhyir (kebolehan bagi orang mukallaf untuk memilih antara

melakukan dan tidak melakukan) atau wadhi’ (ketentuan yang menetapkan sesuatu

sebagai sebab, syarat atau mani’ (penghalang)).

Page 5: RESUME USHUL FIQH DAN QAWAIDH FIQQIYAH · Ahkam diturunkan dari adillah. ... “Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan sindiran. ... Misalnya dalam hadis nabi

Menurut fuqaha, pengertian hukum adalah “tuntutan dari khitab (firman) Allah yang

berhubungan dengan perbuatan-perbuatan seorang mukallaf.”

Sedangkan kata syara’ secara harfiyah artinya membuat peraturan undang-undang,

membuka, memulai, menjelaskan, menerangkan, jalan ke tempat mata air, atau tempat

yang dilalui air sungai, atau peraturan, sesuai dengan firman Allah dalam Qur-an surat

al-Jatsiyah ayat 18.

Pembagian Hukum Syara

1. Hukum Taklifi

Ketentuan-ketentuan Allah dan Rasulullah yang berhubungan langsung dengan

perbuatan mukallaf, baik dalam bentuk perintah (anjuran untuk melakukan), larangan

(anjuran untuk tidak melakukan) atau dalam bentuk memilih antara berbuat atau tidak

berbuat.

2. Hukum Wadh’i

Khitabullah yang Ia menjadikan sesuatu itu sebagai sebab, syarat, dan mani’

(sesuatu yang menjadi penghalang kecakapan untuk melakukan hukum taklifi), sah dan

fasad (rusak).

Hukum Taklifi

Hukum taklifi ini terbagi kepada lima bagian yaitu; ijab (wajib), nadb (sunat) , tahrim

(haram), karahah (makruh), dan ibahah (mubah).

Ijab adalah firman yang menuntut melakukan suatu perbuatan dengan tuntutan

pasti. Misalnya firman Allah dalam surat Al-Baqarah [2]:43:

“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan ruku’lah beserta orang-orang yang ruku’.”

Pembagian wajib berdasarkan orang yang dibebani kewajiban hukum :

1. Wajib ‘Aini (fardhu ‘Ain). Yaitu kewajiban yang disebabkan kepada

setiap orang yang sudah baligh berakal (mukallaf) tanpa kecuali.

Kewajiban seperti ini tidak bisa gugur, kecuali dilakukannya sendiri.

Misalnya kewajiban melaksanakan shalat lima kali sehari semalam

2. Wajib Kifa’i (Fardhu Kifayah). Yaitu kewajiban yang dibebankan kepada

seluruh mukallaf, namun bilamana telah dilaksanakan oleh sebagian umat

Islam, maka kewajiban itu sudah terpenuhi sehingga orang yang tidak

ikut melaksanakannya tidak lagi diwajibkan untuk melaksanakannya.

Misalnya pelaksanaan shalat jenazah.

3. Wajib muayyan. Yaitu suatu kewajiban dimana yang menjadi objeknya

adalah tertentu tanpa ada pilihan lain. Misalnya seperti kewajiban puasa

Ramadhan, kewajiban shalat lima waktu sehari semalam.

Page 6: RESUME USHUL FIQH DAN QAWAIDH FIQQIYAH · Ahkam diturunkan dari adillah. ... “Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan sindiran. ... Misalnya dalam hadis nabi

4. Wajib mukhayyar. Yaitu suatu kewajiban dimana objeknya boleh dipilih

antara beberapa alternatif. Misalnya, kewajiban membayar kafarat yang

telah dijelaskan dalam Qur-an surat al-Maidah ayat 89. Ayat tersebut

menjelaskan bahwa orang yang melanggar sumpah, dikenakan kafarat.

Jenis kafaratnya boleh memilih antara beberapa macam kafarat tersebut.

Pembagian wajib berdasarkan waktu pelaksannanya :

1. Wajib mutlaq. Yaitu kewajiban yang tidak ditentukan waktu

pelaksanaannya, dengan arti tidak salah bila waktu pelaksaannya

ditangguhkan sampai waktu yang ia sanggup melaksanakannya.

Misalnya mengqadha puasa Ramadhan yang tertinggal karena

uzur. Ia wajib melakukannya, dan dapat dilakukan kapan saja ia

mempunyai kesanggupan.

2. Wajib Muwaqqat. Yaitu kewajiban yang pelaksanaannya

dibatasi oleh waktu tertentu dan tidak sah dilakukan di luar

waktu yang telah ditentukan itu. Contohnya puasa Ramadhan,

dilaksanakan bulan Ramadhan dan ibadah haji dilaksanakan pada

bulan-bulan tertentu saja.

Pembagian wajib berdasarkan jumlah atau kadar yang ditentukan :

1. Wajib Muhaddad. Yaitu kewajiban yang telah ditentukan

kadarnya, misalnya kadar zakat fitrah, kadar (nishab) zakat maal.

2. Wajib Ghairu Muhaddad. Yaitu kewajiban yang pelaksanaannya

yang tidak ditentukan ukurannya, misalnya, nafkah untuk keluarga

tidak ditentukan kadarnya, tergantung kemampuan suami.

Nadb adalah firman Allah yang menuntut melakukan suatu perbuatan dengan

perbuatan yang tidak pasti, tetapi hanya berupa anjuran untuk berbuat. Misalnya,

firman Allah surat Al-Baqarah [2]:282:

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak secara tunai untuk

waktu yang ditentukan, hendaknya kamu menuliskannya.”

Pembagian sunnah dari selalu atau tidak Nabi melakukannya :

1. Sunnah Muakkad. Yaitu sunnah-sunnah yang selalu dikerjakan oleh

Nabi Muhammad, di samping ada keterangan bahwa perbuatan itu,

bukan perbuatan fardhu, contohnya shalat witir.

2. Sunnah Ghairu Muakkad. Yaitu sunnah yang dilakukan oleh Nabi

Muhammad tetapi tidak terus menerus dilakukan, contohnya

memberi sedekah kepada fakir miskin

Pembagian sunnah berdasarkan kemungkinan meninggalkan perbuatan :

Page 7: RESUME USHUL FIQH DAN QAWAIDH FIQQIYAH · Ahkam diturunkan dari adillah. ... “Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan sindiran. ... Misalnya dalam hadis nabi

1. Sunnah Huda yaitu: pelaksanaannya dimaksudkan sebagai

penyempurna atau pelengkap kewajiban agama, seperti adzan dan

sholat berjama’ah. Orang yang sengaja meninggalkannya dianggap

sesat dan berdosa, sehingga apabila penduduk suatu daerah sepakat

untuk meninggalkannya, maka mereka boleh diperangi.

2. Sunnah Zaidah (sunnah tambahan), yaitu hal-hal yang dikerjakan

nabi saw., berupa hal-hal biasa yang bersifat akhlak; seperti etika

makan, minum, tidur dan memakai pakaian. Apabila mukallaf

melakukannya adalah lebih baik, sedang bila ia meninggalkannya,

maka hal itu tidak berpengaruh apa-apa yaitu tidak berkaitan dengan

makruh dan keburukan.

3. Nafal, yaitu yang ditetapkan sebagai tambahan atas fardlu, wajib dan

sunnah, seperti shalat tathawwu’ (sunnah yang dilakukan secara

individu). Contohnya seorang melakukan sholat sunnah empat rakaat

sebelum dzuhur. Seseorang yang melakukannya akan mendapatkan

pahala dan tak ada hukuman dan teguran bagi yang meninggalkannya.

Tahrim adalah firman yang menuntut untuk tidak melakukan sesuatu perbuatan

dengan tuntutan yang pasti. Misalnya, firman Allah dalam surat Al-Maidah ayat 3:

“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, dan daging babi.”

1. Haram li-dzatihi. Yaitu perbuatan yang diharamkan oleh Allah

karena bahaya tersebut terdapat pada perbuatan itu sendiri, seperti

haramnya makan bangkai, minum khamr, berzina dan mencuri.

Bahaya perbuatan tersebut berhubungan langsung dengan lima hal

yang harus dijaga (adh-daruriyat al-khamas) yaitu badan, keturunan,

harta benda, akal dan agama.

2. Haram li-ghairihi. Yaitu perbuatan yang dilarang oleh syara’, dimana

adanya larangan tersebut bukan terletak pada perbuatan itu sendiri,

tetapi perbuatan itu dapat menimbulkan haram lidzatihi, contohnya

jual beli barang-barang secara riba diharamkan, karena dapat

menimbulkan riba, yang diharamkan dzatiah-nya.

Makruh adalah firman Allah yang menuntut untuk tidak melakukan suatu

perbuatan dengan tuntutan yang tidak pasti, tetapi hanya berupa anjuran untuk

tidak berbuat. Misalnya firman Allah dalam surat Al-Maidah ayat 101:

“Janganlah kamu menanyakan (kepada Nabimu) hal-hal yang jika diterangkan

kepadamu niscaya menyusahkanmu.”

Mubah dalah firman Allah yang memberi kebebasan kepada mukalaf untuk

melakukan atau tidak melakukan sesuatu perbuatan. Misalnya, firman Allah dalam

surat Al-Baqarah ayat 235:

“Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan sindiran.”

Page 8: RESUME USHUL FIQH DAN QAWAIDH FIQQIYAH · Ahkam diturunkan dari adillah. ... “Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan sindiran. ... Misalnya dalam hadis nabi

Hukum Wadh’i

a. Sebab, adalah suatu hukum yang dijadikan syar’i sebagai tanda adanya hukum.

Misalnya dalam firman Allah dalam surat al-Isra: 78,

b. syarat, adalah sesuatu yang berada diluar hukum syara’tetapi keberadaan

hukum syara bergantung kepadanya. Misalnya firman Allah dalam surat an-Nisa:

6

c. Mani’ (penghalang), adalah sifat yang keberadaannya menyebabkan tidak

ada hukum atau tidak ada sebab. Misalnya dalam hadis nabi yang berbunyi:

“Pembunuh tidak memdapat waris.” Hadis tersebut menunjukkan bahwa

pembunuhan sebagai penghalang untuk mendapatkan warisan.

d. Shahih, adalah suatu hukum yang sesuai dengan tuntutan syara,

yaitu terpenuhnya sebab, syarat dan tidak ada mani.

e. Bathal, adalah terlepasnya hukum syara dari ketentuan yang ditetapkan dan

tidak ada akibat hukum yang ditimbulkannya. Misalnya: memperjualbelikan

minuman keras. Akad ini dipandang batal, karena minuman keras tidak

bernilai harta dalam pandangan syara’.

f. Pengertian ‘Azimah secara bahasa berarti kemauan yang kuat.

Menurut istilah adalah Suatu ungkapan tentang hukum-hukum yang

disyari’atkan Allah sejak semula, tidak berkaitan dengan suatu peristiwa baru.

Contoh : Hukum shalat Dhuhur 4 raka’at adalah hukum asal, itu disebut ‘azimah.

Hukum makan bangkai adalah haram adalah hukum asal, itu adalah ‘azimah.

g. Pengertian Rukhshah menurut bahasa berarti mudah dan gampang.

Menurut istilah rukhshah berarti suatu nama bagi hukum yang disyari’atkan

karena adanya peristiwa baru yang keluar dari hukum asal karena ada udzur.

Contoh : menjama’ dua shalat karena ada udzur safar (perjalanan) dan hujan;

menqashar shalat bagi musafir; boleh makan bangkai bagi orang yang dalam

keadaan darurat. Hukum-hukum ini keluar dari hukum asal, dan yang

mempengaruhinya adalah karena ada udzur.

Mahkum fiih, Mahkum Alaih dan ahliyah

Definisi mahkum fih menurut Abdul Wahab Khallaf yaitu: “perbuatan mukallaf

yang berhubungan dengannya hukum syar’i.”

Menurut Syaikh Muhammad Khudari Biek, Mahkum ‘alaih yaitu mukallaf (orang

yang dibebani hukum atau subjek hukum). Sedangkan definisi Mahkum ‘alaih

menurut Abdul Wahab Khallaf yaitu: “Seorang mukallaf yang berhubungan

dengan kemampuan mengerjakan hukum syari’.

Page 9: RESUME USHUL FIQH DAN QAWAIDH FIQQIYAH · Ahkam diturunkan dari adillah. ... “Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan sindiran. ... Misalnya dalam hadis nabi

Pengertian Ahliyyah

=>> Secara etimologi ahliyyah berarti“kecakapan menangani suatu urusan”

=>> Secara terminologi, para ahli ushul fiqh mendefenisikan ahliyyah dengan

suatu sifat yang dimiliki seseorang, yang dijadikan ukuran oleh syari’ untuk

menentukan seseorang telah cakap dikenai tuntutan syara’

Pembagian Ahliyyah

1. Ahliyyah Al-wujub adalah kecakapan seseorang menerima hak-hak yang

menjadi haknya, tetapi belum cakap untuk dibebani seluruh kewajibannya.

Para ulama ushul membagi lagi Ahliyyah Al-wujub kepada dua bagian:

=>> Ahliyyah Al-wujub An-Naqishah

yaitu ketika seseorang masih berada dalam kandunga ibunya(janin).

=>> Ahliyyah Al-wujub Al-Kamilah

yaitu kecakapan menerima hak bagi seorang anak yang telah lahir, sampai ia

dinyatakan baligh dan berakal, sekalipun akalnya masih kurang seperti orang

gila.

2. Ahliyyah Al-Ada’ adalah kecakapan bertindak hukum seseorang yang telah

dianggap sempurna untuk bertanggung jawab atas seluruh perbuatannya , baik

yang bersifat positif maupun negatif.

Para ulama ushul membagi lagi Ahliyyah Al-ada’ kepada dua bagian:

=>>Adimul ahliyah li al-ada’ (tidak memiliki kecakapan untuk bertindak) yaitu

manusia sejak lahir sampai mencapai tamyiz sekitar umur 7 tahun.

=>>Ahliyah al-ada al-Naqishah (kecakapan bertindak tidak sempurna) yaitu

cakap berbuat hukum secara lemah yaitu manusia yang telah mencapai usia

tamyiz (kira-kira 7 tahun) sampai batas dewasa.

=>>Ahliyah al-Ada’ al-Kamilah, yaitu kecakapan bertindak secara sempurna

yaitu

seseorang yang telah mencapai usia dewasa (usia baligh).

Awaridh al-Ahliyah

Awaridh Samawiyah. Yaitu penghalang yang datangnya bukan dari diri manusia, dan

bukan pula dari kemauannya tetapi memang datangnya dari Allah Ta’ala.

Diantaranya :

• Al-Junun (gila) • Al-Ikrah (dipaksa)

• Usia Kanak-Kanak • Al-Ighma (pingsan)

• An-Naum (tidur) • Al-Maradh (sakit)

• Al-’Ittah (lemah akalnya) • Haidh dan Nifas

• An-Nisyan (lupa) • Al-Maut (Mati)

• Al-Khata (kesalahan)

Page 10: RESUME USHUL FIQH DAN QAWAIDH FIQQIYAH · Ahkam diturunkan dari adillah. ... “Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan sindiran. ... Misalnya dalam hadis nabi

Awaridh Muktasabah. Yaitu penghalang yang terjadi dengan kehendak manusia, baik

dari dirinya sendiri maupun dari luar dirinya. Diantaranya :

• As-Sakr (mabuk)

• Al-Hazl (bergurau)

• As-Safah (Bodoh)

• As-Safar (Perjalanan)

PERTEMUAN 2

SUMBER UTAMA HUKUM ISLAM :

AL QUR’AN DAN SUNNAH

Pengertian Al-Qur’an dan Hadist

Secara etimologis, kata Al Qur’an merupakan ‘isim mashdar dari fi’il madli “ أرق “ yang artinya membaca, menelaah, mempelajari.

Pengertian Al Qur’an secara terminologis Menurut Istilah Ahli Usul Fiqh Dan Ahli

Fiqh adalah kalam Allah, yang menjadi mukjizat, yang diturunkan kepada nabi SAW,

yang dituliskan di mushaf, yang dinukilkan secara mutawatir, dan dipandang sebagai

ibadah bagi yang membacanya.

Sunnah secara etimologis yaitu perjalanan hidup, jalan/cara, tabiat, syariah, yang jamaknya adalah al-sunnan.

Pengertian hadist secara etimologis memiliki arti kabar, kejadian, sesuatu yang baru, perkataan, hikayat dan cerita.

Pengertian hadist secara terminologis adalah sesuatu yang diriwayatkan dari Rasulullah SW,

baik berupa perkataan, perbuatan dan ketetapannya setelah beliau diangkat menjadi Nabi.

Pembagian sunnah dilihat dari materi dan isinya, terbagi kepada :

1. Sunnah Qauliyah (ucapan), yaitu ucapan Nabi yang didengar oleh sahabat

beliau dan disampaikan kepada orang lain.

2. Sunnah Fi’liyah (perbuatan), yaitu perbutan yang dilakukan oleh Nabi

Muhammad SAW yang dilihat atau diketahui oleh sahabat, kemudian disampaikan

kepada orang lain dengan ucapannya.

3. Sunnah Taqririyah, yaitu perbuatan seorang sahabat atau ucapannya yang

dilakukan di hadapan atau sepengetahuan Nabi, tetapi tidak ditanggapi atau dicegah

oleh Nabi. Diamnya Nabi itu disampaikan oleh sahabat yang menyaksikan kepada

orang lain dengan ucapannya.

Pembagian hadits dilihat dari jumlah perawi terbagi kepada :

Page 11: RESUME USHUL FIQH DAN QAWAIDH FIQQIYAH · Ahkam diturunkan dari adillah. ... “Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan sindiran. ... Misalnya dalam hadis nabi

1. Hadist Mutawatir, yaitu hadist yang diriwayatkan oleh sejumlah banyak perawi

yang secara kebiasaan tidak mungkin mereka bersepakat untuk berdusta sejak tingkat

awal sanad sampai akhir sanad.

Hadist mutawatir terbagi menjadi 2 bagian, yaitu :

i. Mutawatir lafdzi, yaitu hadist yang disepakati oleh para perawi, bahwa ia

mutawatir dari segi lafal dan makna.

ii. Mutawatir maknawi, yaitu hadist yang disepakati para perawi dari segi maknanya,

tidak lafalnya, sehingga maknanya menjadi terputus, meskipun lafalnya tidak

sampai ke derajat putus. Contohnya hadist tentang mengusap sepatu (khuf).

2. Hadist Masyhur, yaitu hadist yang diriwayatkan oleh banyak sahabat, tetapi tidak sebanyak

orang yang meriwayatkan hadist mutawatir, kemudian menyamai tingkatan mutawatir pada

masa-masa sahabat dan pada masa-masa sesudahnya.

3. Hadist ‘Ahad, yaitu hadist yang diriwayatkan oleh satu orang atau dua orang atau lebih,

yang tidak terpenuhinya syarat masyhur dan mutawatir.

Pembagian hadits dilihat dari penerimaan dan penolakan :

1. Hadist shahih, yaitu hadist yang sanadnya muttasshil (bersambung) sampai kepada Nabi

Muhammad SAW., melalui rawi-rawi dengan karakteristik moral yang baik (‘adl) dan

tingkat kapasitas intelektual yang mumpuni, tanpa ada kejanggalan dan cacat, baik dalam

matan maupun sanadnya.

2. Hadist hasan, yaitu hadist yang diriwayatkan oleh perawi yang adil, tapi tidak begitu kuat

hafalannya, bersambung sanadnya, dan tidak terdapat illah, serta kejanggalan dalam

matannya. Hadist hasan termasuk hadist maqbul. Biasanya hadist ini dijadikan hujjah

untuk hal-hal yang tidak terlalu berat atau terlalu penting.

3. Hadist dha’if, ialah hadist yang tidak bersambung sanadnya dan diriwayatkan oleh orang

yang tidak adil dan tidak dhobit, syadz dan cacat. Menurut Imam Nawawi, yaitu hadist

yang tidak memenuhi kualifikasi hadist shahih maupun hadist hasan.

Dilihat dari gugurnya perawi, maka hadist dibagi menjadi :

Hadist yang terputus sanadnya

Mu’allaq: hadist yang dari permulaan sanadnya gugur seorang rowi atau lebih,

dengan berturut-turut

Mursal : Hadits yang gugur pada akhir sanadnya setelah tabi’in.

Mudallas

Munqathi

Mu’dhal

: Hadits yang menyembunyikan cacat dalam sanad,

: satu hadist yang di tengah sanadnya gugur seorang rowi atau beberapa rowi,

tetapi tidak berturut-turut.

: hadist yang ditengah sanadnya gugur dua rowi atau lebih dengan berturut-

turut.

HHHHst HHHH HHHHt HHrHwHHHH

Page 12: RESUME USHUL FIQH DAN QAWAIDH FIQQIYAH · Ahkam diturunkan dari adillah. ... “Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan sindiran. ... Misalnya dalam hadis nabi

Maudhu’ : hadits dusta yang dibuat-buat dan dinisbahkan kepada

rasulullah(perawi berdusta)

Matruk : hadits yang diriwayatkan oleh periwayat yang tertuduh sebagai

pendusta.

Mungkar : hadits yang seakan mengingkari atau berlawanan dengan hadits lain

yang lebih kuat.

Mu’allal : hadits yang setelah dilihat dengan lebih teliti terdapat ‘cacat’ atau

aib yang menggugurkan kesahihannya, meskipun secara dhohir

terlihat selamat dari cacat tersebut.

Mudhthorib : hadist yang diriwayatkan dengan berbagai riwayat versi beragam

yang mempunyai kekuatan yang sama atau berimbang, yang tidak

memungkinkan untuk digabungkan ( al-jam’) antara keduanya, dan

tidak memungkinkan pula ditarjih (dipilih) salah satu dari keduanya.

Munqalib/maqlub : hadis yang diriwayatkan dengan cara menganti kata-kata lain baik

pada sanad maupun muatannya

Mudraj : hadis yang bentuk sanadnya diubah atau ke dalam matannya

dimasukkan sesuatu kata atau dua kalimat yang sebetulnya bukan

bagian dari hadis tersebut tanpa ada tanda pemisah.

Syadz : hadits yang diriwayatkan oleh seorang yang tsiqoh

namun bertentangan dengan hadits lain yang riwayatnya lebih kuat

dan perawinya lebih tsiqoh

Nasikh dan Mansukh

Secara etimologis, nasakh berarti membatalkan, dan menghapus, sedangkan menurut Al- Barizi, nasakh secara etimologis berarti mengganti.

Secara terminologis, nasakh yaitu pembatalan mengamalkan hukum syara’ oleh dalil yang

datang kemudian.

2 pendapat ulama tentang nasakh, yaitu:

Pendapat yang menerima Karena ada nash Al-Qur’an yang menjelaskan adanya nasakh, yaitu dalam surat Al

Baqarah ayat 106 :

“Ayat mana saja yang kami nasakh kan, atau kami jadikan manusia lupa kepadanya,

kami datangkan yang lebih baik daripadanya atau yang sebanding dengannya.

Tidakkah kamu mengetahui bahwa sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala

sesuatu.

Karena terkadang ada dua dalil yang seakan-akan bertentangan dan keduanya tidak bisa digabung dan/atau dikompromikan.

Page 13: RESUME USHUL FIQH DAN QAWAIDH FIQQIYAH · Ahkam diturunkan dari adillah. ... “Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan sindiran. ... Misalnya dalam hadis nabi

Allahlah yang membuat syariat, maka Allah pulalah yang berhak menghapus, membatalkan, atau menggantinya. Hal ini dijelaskan dalam surat An-Nahl ayat 101 :

“Dan apabila kami letakkan suatu ayat di tempat ayat yang lain sebagai penggantinya,

padahal Allah lebih mengetahui apa yang diturunkanNya, mereka berkata :

sesungguhnya kamu adalah orang-orang yang mengada-adakan saja, bahkan

kebanyakan mereka tiada mengetahui”

Pendapat yang menolak Surat Al-Kahfi ayat 27 :

“Dan bacakanlah apa yang diwahyukan kepadamu, yaitu kepada kitab Tuhanmu (Al

Qur’an). Tidak ada (seorangpun) yang dapat merobah kalimat-kalimat Nya. Dan kamu

tidak akan dapat menemukan tempat berlindung selain daripada nya.”

Kalau ada nasakh dalam Al-Qur’an akan mengakibatkan hilangnya sifat kemukjizatan Allah.

Sesungguhnya dua ayat yang bertentangan dapat dikompromikan, karena yang demikian

itu hanya berbeda di dalam lafalnya saja, tetapi intinya (makna) sama. Tidak ada hikmah dan manfaatnya dalam nasakh.

Macam-Macam Nasakh

A. Abdul Wahab Khallaf membagi nasakh kepada : Nasakh sharih (nasakh yang jelas), yaitu nasakh yang telah diterangkan dengan jelas

dalam nash.Contoh dalam surat Al Anfal ayat 65-66 :

Nasakh Al Dhamani, yaitu Allah tidak menerangkan dengan jelas, bahwa ayat itu telah dihapus secara zahir seakan-akan bertentangan, dan tidak mungkin dikompromikan kedua dalil tersebut, maka solusinya ayat yang datang belakangan dihapus (di nasakh) dengan ayat yang datang kemudian. Contoh yang terdapat dalam surat Al Baqarah ayat 180

B. Berdasarkan Muhammad bin Sholeh al Utsaimin :

Yang di nasakh adalah hukumnya, lafalnya tetap. Contoh nya terdapat dalam surat Al Anfal ayat 65-66:

Lafalnya telah di nasakh, tetapi hukumnya tetap berlaku.Contohnya adalah ayat tentang hukuman

rajam. Lafal ayat tersebut telah di-nasakh, akan tetapi hukumnya tetap berlaku

Yang di nasakh hukumnya dan lafalnya.Contohnya, perkataan Aisyah tentang persusuan

:Menurut Aisyah r.a., “dahulu tatkala Al Qur’an diturunkan, sepuluh kali susuan itu

menyebabkan mahram, kemudian dihapus menjadi lima kali susuan”

C. Dalam pembagian lain, nasakh dibagi lagi menjadi :

Page 14: RESUME USHUL FIQH DAN QAWAIDH FIQQIYAH · Ahkam diturunkan dari adillah. ... “Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan sindiran. ... Misalnya dalam hadis nabi

Al Qur’an me-nasakh Al Qur’an. Contohnya terdapat dalam surat Al Baqarah ayat 187 Sunnah me-nasakh Al Qur’an

Al Qur’an me-nasakh Sunnah

Syarat-syarat terjadinya nasakh, yaitu : Nash yang seakan-akan bertentangan tidak bisa digabungkan atau dikompromikan.

Harus diketahui mana nash yang datang lebih dahulu, dan mana nash yang datang

kemudian. Nash yang datang lebih dahulu disebut mansukh dan ayat yang datang kemudian disebut nasikh.

Nash nya harus shahih, karena menurut jumhur ulama, nasikh harus lebih kuat dari

mansukh atau semisal/sederajat dengannya. Sehingga menurut mereka dalil mutawatir tidak bisa di-nasakh dengan dalil ahad, walaupun dalil ahad itu shahih.

Yang disebut matan ialah materi atau lafazh hadits itu sendiri, yang penulisannya

ditempatkan setelah sanad dan sebelum rawi.

Secara temionologis,difinisi sanad ialah : ” silsilah orang-orang yang mehubungkan kepada

matan hadis”.

Ta’arudh Secara etimologis, ta’arudh berarti bertentangan.

Secara terminologis, ta’arudh berarti pertentangan dua dalil, antara satu dalil

berbeda/bertentangan dengan dalil lainnya. Unsur-unsur Ta’arudh:

Bahwa dalil yang bertentangan memiliki tingkatan kekuatan yang sama, dalam arti

yang satu tidak lebih kuat dari yang lain, misalnya sama-sama ayat Al Qur’an, sama-

sama hadist mutawatir, atau sama-sama hadis ahad.

Hukum yang lahir dari kedua dalil tersebut saling bertentangan, misalnya dalil yang

satu menunjuk haram, dalil yang satu menunjuk halal.

Dalil yang bertentangan tersebut memiliki kesamaan dari segi waktu munculnya.

Dengan demikian, pertentangan tidak terjadi jika terdapat perbedaan waktu datangnya

dalil.

Dalil yang bertentangan memiliki kesamaan baik pada segi materinya maupun pada

segi sifatnya. Misalnya, tingkat kejelasan makna kedua dalil tersebut sama-sama pada

tingkat mujmal, atau sama-sama pada tingkat zahir. Cara menyelesaikan Ta’arudh :

Terjadi perbedaan pendapat mengenai urutan metode penyelesaian dalil ta’arudh.

Menurut Hanafiyah dan Hanabilah :

Page 15: RESUME USHUL FIQH DAN QAWAIDH FIQQIYAH · Ahkam diturunkan dari adillah. ... “Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan sindiran. ... Misalnya dalam hadis nabi

Sedangkan menurut Syafi’iyah dan Malikiyyah, yang juga terdapat dalam

: kitab Wahbah az Zuhaili

;Contoh dalil Al Qur’an yang bertentangan (ta’arudh) adalah

k

k

يلع ك م

مايف لع ف ن

ناج لاف ن هلجأ ح أ رo ه شأ ةعبر

و ن غلب اذإف ارشع

k صبرتي فنأب ن هس ن

جااوأز نوذريو مكنم

نوفوتي نيذ لوا

ولمعت }423{ ر يبخ ن

لالهو فورع ملاب نهس فنأ ماب

ي ف

istri-istri meninggalkan dengan antaramu di dunia meninggal Orang-orang yang "

.itu) menangguhkan dirinya (ber'iddah) empat bulan sepuluh hari (hendaklah para

istri ..." (Al-Baqarah:

234)

.Dan firman Allah swt Lainnya

k

سئي يئللاوا م ن ن

نأ عضي ن

مح لأkا تلاووأل ا

ن هلجأ oمل يئللاوا ر

ضحي ن ةثلثا

ش أ ه

لا م

إ مكئسان نم ضيح ن

م تترد اعف تنم به

نهلمح ا قتين مو لل ي }4{ راس ي هر م ن أم هل لعج

k

Dan perempuan- perempuan yang hamil, waktu iddah mereka itu ialah sampai mereka ..…

melahirkan kandungannya. …" (At Thalaq: 4)

Dengan menggabungkan dan mengkompromikan (al jam’u wal al taufiq) .1

Ayat pertama bersifat umum, yaitu setiap perempuan yang ditinggal mati suaminya, baik hamil atau

tidak hamil wajib beriddah selama empat bulan sepuluh hari. Ayat kedua juga bermakna umum, yaitu

setiap wanita hamil yang ditinggal mati suaminya atau bercerai hidup wajib beriddah sampai

melahirkan kandungannya. Dengan demikian, sepintas terbaca dari kedua ayat tersebut saling

bertentangan. Namun pertentangan itu, seperti dikemukakan oleh Abdul Karim Zaidan, ahli usul fiqh

dari irak, dapat dikompromikan sehingga keduanya berfungsi. Keduanya dikompromikan dengan

menyatakan bahwa iddah perempuan hamil yang ditinggal mati suaminya adalah masa

terpanjang dari dua bentuk iddah yang disebut oleh kedua ayat di atas, yaitu sampai melahirkan

atau 4 bulan 10 hari. Artinya jika perempuan itu melahirkan sebelum samapai 4 bulan 10 hari sejak

suaminya meninggal, maka iddahnya menunggu 4 bulan 10 hari, dan jika sampai 4 bulan 10 hari,

perempuan itu belum

.juga melahirkan, maka iddahnya sampai ia melahirklan

.2 : Mentarjih .adalah menguatkan salah satu dari dua dalil yang bertentangan

Contoh dalil yang perlu ditarjih

Page 16: RESUME USHUL FIQH DAN QAWAIDH FIQQIYAH · Ahkam diturunkan dari adillah. ... “Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan sindiran. ... Misalnya dalam hadis nabi

وا

لا د هاش ل لة

وي مك لذ هب ظع نم

نه وكk س مأ فن هل نه وقر افو أ فo و رع م ب ورع م ب

oف ا ذوده ش وأ ي و نم لo دع م يق أو مك

k

اذإف غلب ن

أ ج

ا ج رخم ه ل ل عج ي كا مؤ ي ن بلن ل ا لم اآويلاو

رخ مو ن ل

ل ق تي ا

Page 17: RESUME USHUL FIQH DAN QAWAIDH FIQQIYAH · Ahkam diturunkan dari adillah. ... “Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan sindiran. ... Misalnya dalam hadis nabi

“…dan persaksikanlah dengan dua saksi yang adil diantara kamu…”(At Thalaq :2)

Dan firman Allah swt. Lainnya

ف

هم ال ك

أولئ و ن

ا سقو

بأد ا دة ها لول اهم ش

قب

ت ولا ة د

ل

ني ن ج

هم مث ما ل دو ج

ف ا

ءا هد

بعة ش

ر ثلم ي تأوا بأ

ريمو ن ولاذ ي ن

ت مالح صن ا

k

“….dan janganlah kamu menerima kesaksian mereka buat selama-lamany ... ”(An Nur : 4)

Ayat pertama adalah nash yang mufassar, mengandung kemungkinan bahwa

kesaksian orang yang menuduh orang lain bebuat zina tanpa bukti, apabila telah bertaubat.

Karena setelah bertaubat, orang tersebut termasuk kategori orang adil. Sedangkan ayat kedua

merupakan nash yang muhkam, karena ada penegasan kata “selama-lamanya”.

Konsekuansinya kesaksian penuduh zina tetap tidak dapat diterima selama-lamanya.

Meskipun ia telah bertaubat dan diakui keadilan sikapnya. Dengan demikian keduanya saling

bertentangan. Akan tetapi mengingat ayat pertama termasuk mufassar dan ayat kedua

termasuk muhkam, maka yang pertama dikalahkan oleh yang kedua. Berdasarkan pentarjihan

itu, kesaksian orang tersebut tetap ditolak.

3. Dengan metode al nasakh : Meneliti mana diantara kedua dalil itu yang lebih dahulu turun

atau di tetapkan, jika tidak ada peluang untuk mentarjih. Jika diketahui, maka dalil yang

terdahulu dianggap telah di-nasikh oleh dalil yang kemudian.

4. Tasaaqut ad-Dalalain. Jika tidak mungkin diketahui mana yang terdahulu, maka kedua dalil

itu tidak dapat digunakan. Dalam keadaan demikian, seorang mujtahid hendaklah merujuk

kepada dalil lain yang lebih rendah bobotnya seperti hadits, qiyas atau ijma’ ulma’.

PERTEMUAN 3

ATURAN INTERPRETASI TEKS: MENURUNKAN HUKUM DARI SUMBER-NYA

Pengertian Tafsir dan Ta’wil

Secara bahasa tafsir berasal dari kata Al-Fasru yaitu menyingkap sesuatu yang

ditutup.

Menurut Az-Zarkasyi, Tafsir adalah ilmu untuk memahami Kitabullah yang

diturunkan kepada Muhammad, menerangkan makna-maknanya serta mengeluarkan

hukum dan hikmah-hikmahnya.

Secara bahasa ta’wil berasal dari kata “a-u-l” yang berarti kembali ke asal. Atas dasar ini

maka ta’wil al-kalam (penakwilan terhadap suatu kalimat), Dan menurut istilah

adalah suatu makna yang menjadi tempat kembali perkataan pembicara, atau suatu

makna yang kepadanya suatu kalam dikembalikan.

Tafsir memiliki arti “penjelasan” sedangkan Ta’wil memiliki arti “interpretasi yang

mengandung kiasan”. Tafsir pada bertujuan untuk menjelaskan arti dari teks

tertentu dan menurunkan hukum darinya dalam batasan-batasan kata dan kalimat

di dalamnya(eksplisit). Sedangkan Ta’wil, memiliki arti harfiah dalam kata-kata dan

Page 18: RESUME USHUL FIQH DAN QAWAIDH FIQQIYAH · Ahkam diturunkan dari adillah. ... “Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan sindiran. ... Misalnya dalam hadis nabi

kalimat yang dibaca sebuah arti tersembunyi dimana selalu berdasarkan alasan

yang spekulatif dan ijtihad(implisit).

tafsir adalah apa yang telah jelas di dalam Kitabullah atau tertentu (pasti) dalam

Sunnah yang sahih karena maknanya telah jelas dan gamblang. Sedangkan ta’wil

adalah apa yang disimpulkan para ulama

Metode Istinbath Hukum Melalui Pendekatan Bahasa

Metode istinbath hukum melalui pendekatan bahasa, meliputi pokok bahasan sebagai berikut:

Lafal dari segi shighat taklif Terbagi atas

1. Amr( Perintah)

Amr / perintah yaitu lafadz yang menunjukan permintaan dari pihak yang

lebih tinggi kepada pihak yang lebih rendah.

Shighat-shigat yang menunjukan amr adalah sebagai berikut :

a) Fi’il amr, seperti dalam ayat al-qur’an :

اييأها لاذين مأنوا للها تاقوا للها حق تقتاه والت موتن إال ونأتم مسلمون

Lafadz تاقاو adalah fi’il amr yang berarti bertakwalah, yang berarti perintah atau

kewajiban bertakwa kepada allah

b) Sighat mudhari' yang disertai lam amr seperti dalam ayat al-Qur’an :

لينفقوذ س عة من سعته

Lafadz لينفق adalah fi’il mudhari' yang disertai lam amr yang berarti perintah atau

kewajiban orang kaya untuk menginfakan sebagian hartanya.

c) Sighat jumlah khobariyah yang bermakna permintaan (thalab),

seperti dalam ayat al-Qur’an :

ولاولادات ريضعنأ ولادهن وحلين كمالين

Lafadz ريضعن adalah sighat jumlah khobariyah yang berarti perintah atau

kewajiban bagi setiap keluarga atau ibu (menyusui) untuk menyusui anak

selama 2 tahun.

Dilalah Amr (makna setiap ungkapan perintah)

Menurut mayoritas ulama, kaidah ushul / ketentuan yang berlaku adalah:

Setiap amr (ungkapan perintah) menunjukan makna wajib, selama tidak ada

dalil yang menunjukan makna selain wajib.

2. Nahi(Larangan)

Nahyi / larangan yaitu lafadz yang menunjukan larangan untuk dikerjakan.

Shigat-shigat yang menunjukan nahyi adalah sebagai berikut :

Page 19: RESUME USHUL FIQH DAN QAWAIDH FIQQIYAH · Ahkam diturunkan dari adillah. ... “Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan sindiran. ... Misalnya dalam hadis nabi

Lafadz

: Fi’il nahyi (la taf'al), seperti dalam ayat al-Qur’an .a

ل طبالابم كنيبم كلاومأ اولكأت لوا

harta memakan larangan berarti yang nahyi fi’il adalahاولكأت لاو

.dengan cara bathil.b

: Lafadz tahrim, seperti dalam ayat al-Qur’an

... مدلوا ةتيملم اكيلع تمرح

Lafadz حرمت...berarti larangan untuk memakan bangkai, darah .c

:Nafyu al Hal (tidak halal untuk dilakukan), seperti dalam ayat al-Qur’an

هاركء نسالا اوثرت م أنكلل حي ا الونمن أيذلا هايأيا

itu berarti maknanya larangan Lafadz.ال يحل

-Perintah untuk meninggalkan suatu pekerjaan, seperti dalam ayat al d.

: Qur’an

روزلل اوق اوبنتجاو نثاولن اأمس جرلا ماوبنتجاف

Lafadz اوبنتاجف .itu berarti larangan berkata kotor

Dilalah Nahi (makna setiap ungkapan perintah) :

Menurut mayoritas ulama, kaidah ushul yang beraku adalah setiap Nahyi

menunjukan makna haram dan larangan melakukan hal dilarang selama tidak ada

dalil yang menunjukan makna lain

Lafal dari segi kandungan pengertian

.1 Am

Secara etimologis , ‘am berarti mencakup dan meliputi . Sedangkan secara

terminologis (istilah) ushul fiqig, yaitu: “Lafal yang meliputi semua pengertian

”.yang patut baginya pada satu kata

: Shighat- shigatnya adalah sebagai berikut

tirepes Jama' -zdLafa رعاشم م،رعشم ،يعمج ،لك: ،ةفاك ،ةماع ، :itrepes لك •

afadzl نيهر بسك ماب رئما

• Lafadz Jama' dengan alif lam atau idhafah , seperti:قد أفلح المؤمنون

:itrepes ,hfaadhi uata aml ifla nanged darufm zdafaL ةقراسلاو قراسلوا •

ماهيديأ ماوعطقفا

• :Lafaz Nakirah dalam siyaq nafi atau nahi atau syart, seperti ال وصية

ثراول

• Asma Mausuhulah seperti, ma, man, alladzi, seperti:وأحل لكم ما وراء ذلكم

• Asma Syarth seperti, Ai, Aina, seperti dalam:فمن شهد منكم الشهر فليصمه

• Asma istifham seperti, mata , madza, seperti أين ما كنتم تدعون من دون هلال

.2 Khas dan Takhshish

Page 20: RESUME USHUL FIQH DAN QAWAIDH FIQQIYAH · Ahkam diturunkan dari adillah. ... “Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan sindiran. ... Misalnya dalam hadis nabi

Secara etimologis, khas (khusus) yaitu lawan dari umum. Sedangkan secara

terminologis yaitu: “Lafal yang menunjukkan atas sesuatu yang terbatas dengan

orang tertentu atau bilangan tertentu, seperti nama-nama, istilah dan bilangan.”

Secara etimologis, takhshish yaitu lawan dari ta’mim. Sedangkan secara

terminologis, takhshish yaitu: “Mengeluarkan bagian dari anggota (satuan) yang

umum.”

Dalil takhshish terbagi kepada dua macam, yaitu:

Muttashil (bersambung) yaitu yang tidak berdiri

sendiri Munfashil (terpisah) yaitu yang berdiri sendiri

Kaidah ushul yang berlakua untuk lafadz jama’ adalah Lafadz menunjukan

makna umum selama belum ada pengkhususan (takhshih). Jika ada nash yang

mentakhsisnya, maka makna yang jadi rujukan adalah nash yang

mentakhsisnya.

3. Mutlaq

Lafadz Muthlaq yaitu lafadz yang menunjukan makna umum (yang tidak

tertentu dan tidak disifati).

4. Muqayyad

Lafadz Muqayyad yaitu lafadz yang menunjukan makna tertentu dan disifati.

Seperti دجم بالط (pelajar yang sugguh-sungguh).

Dilalah muthlak dan muqayyad

“Lafadz mutlak bermakna muthlaq (umum) sebelum ada yang membatasinya.”

“Lafadz muqayad bermakna khusus sebelum ada penghapusan batasan

tersebut.”

Lafal dari segi kejelasan artinya

1. Nash : Lafal yang menunjukkan artinya sebagai dalil yang tidak ada kemungkinan

untuk ditakwil.

2. Zahir : Lafal yang mengandung dua kemungkinan makna, namun salah satu di

antara keduanya lebih jelas.

3. Mujmal : Lafal yang tidak diketahui maksudnya kecuali dengan bantuan lafal lain.

Terkadang dari aspek ketentuannya, sifatnya atau kadarnya.

4. Mubayyan: Lafal yang dapat dipahami maksudnya, terkadang dengan

makna aslinya atau setelah dijelaskan maknanya.

5. Mufassar : Suatu lafal yang menunjukkan dengan sendirinya makna yang terinci,

yang tidak mungkin ditakwil.

6. Muhkam : Suatu lafal yang menunjukkan atas maknanya yang tidak mungkin

menerima pembatalan, pergantian dan takwil, karena dalilnya telah jelas dengan

sendirinya

LHHHl HHrH sHHH tHHHH tHrHnH HrtHnHH

Page 21: RESUME USHUL FIQH DAN QAWAIDH FIQQIYAH · Ahkam diturunkan dari adillah. ... “Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan sindiran. ... Misalnya dalam hadis nabi

1. Khafi : Lafal yang menunjukkan maknanya sebagai dalil yang jelas,

tetapi dalam praktik maknanya atas sebagian satuan mengandung kesamaran yang

membutuhkan kepada analisa dan pemiki

2. Musykil : Bentuk lafal yang tidak menunjukkan kepada maksudnya,

tetapi dapat diketahui melalui Qarinah (indikasi) luar yang menjelaskan

maksudnya.

3. Mutasyabih : Lafal yang tidak ditunjukkan oleh lafalnya itu sendiri kepada

maksudnya itu dan tidak terdapat indikasi luar yang menerangkannya, hanya

Allah yang mengetahuinya dan lafal tersebut tidak bisa diinterpretasikan.

4. Musytarak : Lafal yang digunakan untuk dua arti atau lebih dengan

penggunaan yang bermacam-macam

PERTEMUAN 4

ATURAN INTERPRETASI TEKS: al-Dalalat (Implikasi Tekstual)

Dengan referensi dari aturan Al Qur’an dan Sunnah, ulama ushul fiqh membedakan beberapa

bentuk dari arti/makna yang mungkin disampaikan oleh suatu nash.

Hanafi membedakan 4 level arti/makna, yaitu ibarah al-nass, isharah al-nass, dalalah al-

nass, iqtida' al-

‘Ibarah al-Nashs dikenal juga dengan mantuq sharih dalam kalangan Hanafiyah.Mantuq sharih, yaitu sesuatu yang diucapkan secara tegas. Contohnya dalam surat An-Nisa ayat 3

Dalalah al-isyarah yaitu suatu pengertian yang ditunjukkan oleh suatu redaksi, namun bukan pengertian aslinya, tetapi merupakan suatu kemestian atau konsekuensi dari hukum yang ditunjukkan oleh redaksi itu.Contohnya dalam surat Al-Ahqaf ayat 15

Dalalat al nashsh berasal dari analogi dan identifikasi dari ‘illah yang biasa terjadi diantara makna yang eksplisit dan makna yang berasal dari indikasi. Beberapa ulama menyebutkan bahwa Dalalat al nashsh sama dengan qiyas jali.

Dalalah al-Iqtidha, yaitu pengertian kata yang disisipkan secara tersirat (dalam pemahaman) pada redaksi tertentu yang tidak bisa dipahami secara lurus kecuali dengan adanya penyisipan itu.

Dalalah al-Iqtidha terbagi kepada tiga macam, yaitu :

1) Suatu lafal yang mengungkapkan tunjukan maknanya yang tersembunyi bersifat wajib

agar makna lafal tersebut menjadi benar.

Contohnya hadist Rasulullah SAW :

“Tidak ada wasiat kepada ahli waris” (HR. Bukhari)

lafal tersebut penunjukkan maknanya tidak jelas. Oleh karena itu, agar

penunjukkan makna lafal itu menjadi sempurna, harus ditunjukkan maknanya yang

tersembunyi, yaitu “sah”, sehingga berbunyi :

Page 22: RESUME USHUL FIQH DAN QAWAIDH FIQQIYAH · Ahkam diturunkan dari adillah. ... “Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan sindiran. ... Misalnya dalam hadis nabi

“Tidak sah wasiat kepada ahli waris”

2) Suatu lafal yang tunjukan maknanya yang tersembunyi wajib dikemukakan

berdasarkan konsekuensi pertimbangn logis.

Contohnya dalam surat Yusuf ayat 82:

“Dan tanyalah (penduduk) negeri yang kami berada disitu, dan kafilah yang

kami datang bersamanya, dan sesungguhnya kami adalah orang-orang yang benar.”

Dalam ayat di atas, diperintahkan untuk bertanya kepada negeri, padahal negeri

itu tidak bisa ditanya karena benda mati. Agar tunjukan makna lafal ini dapat dipahami

dengan benar, harus dimunculkan makna yang tidak terungkap pada lahirnya, yaitu kata

“penduduk negeri” sehingga berbunyi “tanyalah penduduk negeri”

3) Suatu lafal yang tunjukan maknanya wajib ditakdirkan berdasarkan konsekuensi

syara’

Contohnya dalam surat Al-Baqarah ayat 178

Logika terbalik (Mafhum al-Mukhalafah)

Mafhum al-Mukhalafah yaitu pengertian kebalikan dari pengertian lafal yang diucapkan.

Ulama ushul membagi Mafhum al-Mukhalafah kepada:

• Mafhum ash-shifah (Implication of the Attribute)

Contohnya : Zakat binatang ternak, apabila telah mencapai 40 ekor kambing” (HR.

Malik dan Abu Daud) Hadist di atas menggunakan lafal (yang diternak di padang

rumput lepas tanpa perlu diambilkan makanannya), jika dipahami secara mafhum

mukhalafah, maka binatang ternak (yang diambilkan makanannya), maka tidak ada

kewajiban menzakatkan ternak kambing yang ma’lunah*.

hadist di atas menurut jumhur ulama menunjukkan dua hukum. Pertama, hukum yang

ditarik melalui mantuq, yaitu berupa kewajiban membayar zakat ternak kambing as-

simah. Kedua, hukum yang ditarik melalui mafhum mukhalafahnya, yaitu tidak ada

kewajiban menzakatkan ternak yang ma’lufah (yang diambilkan makanannya).

Hukum yang disebut kedua ini, yaitu tidak wajib menzakatkan kambing yang

ma’lunah, disepakati sebagian ulama Hanafiah.

• Mafhum al-ghayah (Implication of the Extent)

Contohnya yaitu surat Al-Baqarah ayat 187 :

“Dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu

fajar.”

Contoh lainnya, yaitu :

“Tidak wajib mengeluarkan zakat sampai mencapai setahun”

• Mafhum asy syarat (Implication of the Condition)

Page 23: RESUME USHUL FIQH DAN QAWAIDH FIQQIYAH · Ahkam diturunkan dari adillah. ... “Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan sindiran. ... Misalnya dalam hadis nabi

Contohnya dalam surat Ath-Thalaq ayat 6

• Mafhum al-’adad (Implication of the Stated Number)

Contohnya yaitu surat An Nur ayat 2:

“Perempuan yang berzina dal laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap

seorang dari keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan kepada

keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman

kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka

disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman.”

Berdasarkan mafhum al-adad yang terdapat pada ayat di atas, maka tidak sah deraan

yang kurang atau lebih dari 100 kali.

Mafhum laqab

Contohnya hadist berikut :

“Janganlah kalian menjual emas dengan emas kecuali sama-sama jenisnya” (HR

Muslim)

Secara mafhum laqab, boleh jual beli sejenis, bila bukan emas.

PERTEMUAN 5

QIYAS

Pegertian Qiyas

Qiyas memiliki arti mengukur panjang dan lebar atau kualitas dari sesuatu.

Qiyas adalah perluasan dari nilai syariah dari kasus asli (asl) kepada kasus baru disebabkan

kasus baru memiliki penyebab efektif yang sama dengan kasus asli.

Rukun-Rukun Qiyas

• Kasus asli (asl) : Dimana sebuat peraturan diberikan dalam teks yang dicari

oleh analogi untuk memperluas kepada sebuah kasus baru

Asl mempunyai dua arti. Pertama merujuk kepada sumber (Quran dan

sunnah). Kedua arti dari Asl itu subjek sesuatu yang diberi peraturan

• Kasus baru (far’) : Dimana sebuah peraturan dibutuhkan

Kasus baru harus memenuhi 3 kondisi ini:

1. Kasus baru tidak boleh teratasi oleh Quran dan sunnah ataupun Ijma’.

Page 24: RESUME USHUL FIQH DAN QAWAIDH FIQQIYAH · Ahkam diturunkan dari adillah. ... “Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan sindiran. ... Misalnya dalam hadis nabi

2. Penyebab efektif dari analogi harus dapat diaplikasikan kepada kasus baru dengan

jalan yang sama yang dilakukan pada kasus asli.

3. Aplikasi qiyas kepada kasus baru harus tidak menghasilkan perubahan dalam hukum

yang ada di Quran dan sunnah (qiyas tidak boleh melawan aturan yang ada di

Quran dan sunnah)

• Penyebab efektif (illah): Dimana sebuah atribut (wasf) dari asl dan ditemukan

sebagai hal yang umum untuk kasus asal dan kasus baru

Kondisi penyebab efektif harus mengikuti 5 hal:

1. Berdasarkan pendapat jumhur ulama, ‘illah harus sebuah atribut yang

konstan (mundabit) yang dapat diaplikasikan ke semua kasus tanpa

dipengaruhi oleh perbedaan orang, waktu, tempat dan keterbatasan.

2. Penyebab efektif harus jelas (zahir), bukan sesuatu yang tidak jelas

seperti kesengajaan, goodwill, dan lain-lain.

3. ‘Illah harus merupakan atribut yang tepat dan mempunyai hubungan yang beralasan

kepada hukum dari Quran dan sunnah.

4. ‘Illah harus sesuatu yang membutuhkan objek (muta’addi)

5. Harus bukan sebuah atribut yang melawan Quran dan sunnah.

• Peraturan (hukm) : Mengatur kasus asli yang diperluas menjadi kasus

baru Hukm harus memenuhi 4 kondisi ini:

1. Hukm harus merupakan sebuah peraturan syariah yang bersifat praktis

2. Hukm harus rasional atau dapat dimengerti alasan atau penyebab diberlakukannya

3. Hukm harus tidak terbatas pada situasi pengecualian atau pernyataan parsial

dari suatu urusan.

4. Hukum dari teks harus merepresentasikan asal dari peraturan umum dari qiyas

pada tempat pertama.

Ilustrasi Qiyas

Page 25: RESUME USHUL FIQH DAN QAWAIDH FIQQIYAH · Ahkam diturunkan dari adillah. ... “Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan sindiran. ... Misalnya dalam hadis nabi

Ayat tersebut secara eksplisit melarang meminum khamr. Apabila pelarangan ini diperluas dengan analogi kepada obat-obatan terlarang, empat pilar analogi dalam contoh ini akan menjadi:

Asl :Minum Khamr

Far’ :Konsumsi obat-obatan

terlarang ‘Illah :Efek memabukkan

Hukm :Pelarangan

Jenis-Jenis Qiyas

1. Analogi yang superior (Qiyas al-Awla) .Contoh dalam QS: al-Isra ayat 23

2. Analogi persamaan (Qiyas al-Musawi). Contoh dalam QS: an-Nisa’ ayat 2

yang melarang manusia untuk memakan harta anak yatim.

3. Analogi yang inferior (Qiyas al-Adna). Contoh dalam QS: al-Maidah ayat

90 tentang larangan minum kahamr dengan ‘illat memabukkan.

4. Analogi yang jelas (Qiyas Jali). Contoh dalam QS : an-Nisa’ ayat 101

tentang diperbolehkannya mengqashar shalat dalam bepergian baik untuk laki-

laki maupun perempuan.

5. Analogi yang tersembunyi (Qiyas Khafi).

Bukti (Hujjiyyah) Qiyas

Ayat yang mendukung adanya qiyas, salah satunya QS: an-Nisa ayat 150

Sebuah penilaian yang diberikan harus berdasarkan oetunjuk yang Allah jelaskan. Quran

selalu mengindikasikan rasionalisasi dari hukum itu sendiri. Contohnya zakat mengurangi

konsentrasi kekayaan di orang-orang tertentu.

Ada dua jenis indikasi dalam sunnah: Pandangan Pertama:

Qiyas adalah sebuah bentuk ijtihad yang tervalidasi dalam hadits Muadz bin Jabal.

Sunnah menghasilkan fakta bahwa Rasulullah terpaksa menggunakan penalaran

analogis ketika beliau tidak menemukan wahyu pada kasus tertentu.

Page 26: RESUME USHUL FIQH DAN QAWAIDH FIQQIYAH · Ahkam diturunkan dari adillah. ... “Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan sindiran. ... Misalnya dalam hadis nabi

Qiyas hanya digunakan apabila tidak ada peraturan eksplisit yang ditemukan di dalam

sumber, sehingga pertanyaan bagaimana jika ada konflik yang timbul antara nash dan

qiyas, bukan sebuah pertanyaan yang relevan.

Pandangan kedua :

Dimana dipegang oleh Imam Malik, juga mengeluarkan kemungkinan adanya konflik

diantara qiyas dan nash tapi tidak menolak bahwa ada kemungkinan teks yang spekulatif

dengan qiyas. Berdasarkan pandangan ini, analogi menjadi konflik dengan keumuman dari

Quran.

Hanafi berpendapat bahwa keumuman adalah implikasi definitif (qat’I al-dalalah) dimana

qiyas bersifat spekulatif.

Ijtihad

Secara etimologis menurut Loweis Ma’luf, ijtihad adalah bersungguh-sungguh sehabis usaha.

Ijtihad adalah pengerahan daya nalar secara maksimal, usaha ijtihad dilakukan oleh orang

yang telah mencapai derajat tertentu di bidang kelilmuan disebut faqih, produk atau usaha

yang diperoleh dari ijtihad adalah dugaan kuat tentang hukum yang bersifat amaliah,

ijtihad ditempuh dengan cara-cara istinbath.

Para ahli ushul fiqih sepakat bahwa lapangan ijtihad hanya berlaku dalam kasus yang tidak

terdapat dalam nash atau yang terdapat dalam teks Quran dan sunnah yang masuk ke dalam

kategori zhanni al-dalalat.

Syarat-Syarat Berijtihad

Menurut Prof. Satria Efendi M. Zein, syarat yang harus dimiliki oleh

seorang mujtahid:

Mengerti dengan makna-makna yang dikandung oleh ayat-ayat dalam Quran baik secara bahasa maupun secara istilah

Mengetahui hadits-hadits hukum baik secara bahasa maupun dalam pemakaian syara’

Mengetahui ayat atau hadits mana yang tidak berlaku lagi

Mempunyai pengetahuan masalah yang menjadi ijma

Mengetahui seluk beluk qiyas

Menguasai bahasa Arab serta ilmu yang berhubungan

Menguasai ushul fiqih

Mengetahui maqashid syariah

Tingkatan Ijtihad

Page 27: RESUME USHUL FIQH DAN QAWAIDH FIQQIYAH · Ahkam diturunkan dari adillah. ... “Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan sindiran. ... Misalnya dalam hadis nabi

Menurut Abu Zahrah, mujtahid terbagi menjadi beberapa tingkatan yaitu:

Mujtahid mustaqil (independen). Mujtahid ini adalah tingkatan tertinggi, seseorang harus memenuhi syarat-syarat diatas. Contoh orang dalam tingkatan ini adalah imam mujtahid yang empat orang.

Mujtahid muntashib fi al-mazhab. Mujtahid tingkat ini mampu merumuskan sendiri

akan tetapi berpegang pada mazhab tertentu. Contoh: Qadhi Abu Yusuf

Mujtahid fi al-mazhab. Tingkatan mujtahid yang bertaqlid pada imam mujtahid tertentu.

Mujtahid fi al-tarjih (ijtihad intiaq’i). Mujtahid yang kegiatannya memperbandingkan

berbagai mazhab atau pendapat dan mempunyai kemampuan mentarjih salah satu pendapat

terkuat dengan metode tarjih.

Pembagian Ijtihad dari Proses Kerja

Menurut al-Syatibi, ijtihad dilihat dari segi proses kerjanya dapat dibagi menjadi dua

bentuk: Ijtihadi istinbathi yaitu upaya untuk meneliti ‘illah yang dikandung oleh nash.

Ijtihad tatbiqi yaitu upaya untuk meneliti suatu masalah dimana hukum hendak

diidentifikasi dan diterapkan sesuai dengan ide yang dikandung oleh nash. Ijtihad yang kedua ini disebut tahqiq al-manat, berfokus pada mengaitkan kasus-kasus yang muncul dengan kandungan makna yang ada di dalam nash

Pembagian Ijtihad dari Mujtahid dalam melakukan Ijtihad\

Pertama, kelompok tradisional yaitu usaha menggali hukum yang lebih berorientasi pada ungkapan-ungkapan yang tersurat dalam Quran dan Sunnah. Kelompok ini biasanya disebut dengan ahl al-hadits.

Kedua, kelompok rasional, yaitu upaya menggali dan menetapkan hukum yang lebih

berorientasi kepada akal. Hal ini didasarkan kepada pemahaman bahwa hukum merupakan sesuatu yang kepentingannya dapat ditelaah dengan memerhatikan aspek- aspek kemaslahatan. Kelompok ini biasanya disebut dengan ahl ar-ra’yi

Metode Ijtihad

Ijtihad Bayani. Yaitu metode analisis kebahasaan untuk memberikan penjelasan- penjelasan terhadap makna teks Quran dan Sunnah.

Page 28: RESUME USHUL FIQH DAN QAWAIDH FIQQIYAH · Ahkam diturunkan dari adillah. ... “Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan sindiran. ... Misalnya dalam hadis nabi

Ijtihad Ta’lili/Qiyasi. Yaitu memberi segala daya kesungguhan untuk memperoleh suatu hukum yang tidak ada padanya nash qath’i, nash dzanni dan tidak ada pula ijma.

Ijtihad Istishlahi. Yaitu memberikan segala daya kesungguhan untuk memperoleh

hukum-hukum syara dengan jalan menerapkan kaidah-kaidah kulliyah.

Hukum Melakukan Ijtihad dan Fatwa

Orang yang mampu melakukan ijtihad maka ia berkewajiban berijtihad (berfatwa). Karena itu mufti berkewajiban, ketika ia satu-satunya yang ada di lokasi tertentu, untuk mengeluarkan fatwa dan mengajar kapan saja ia diminta untuk melakukan itu. Berdasarkan keterangan diatas maka hukum berfatwa adalah fardhu kifayah.

Produk Ijtihad

• Fiqih

• Qanun (Undang-Undang)

• Qadha’i (Putusan Pengadilan)

• Fatwa (Pendapat Hukum)

Taqlid

Secara etimologis taqlid yaitu meletakkan sesuatu di lehernya dengan mengitarinya seperti

kalung.

Secara terminologis yaitu “Mengikuti perkataan seseorang yang perkataannya bukan hujjah.”

Dalam masalah taqlid dalam bidang furu’iyah, Ibnu Subki mengelompokkan

umat kepada 4 kelompok:

Orang awam yang tidak mempunyai keahlian sama sekali

Orang alim namun belum mencapai tingkat mujtahid

Orang yang mampu melakukan ijtihad namun baru sampai ke tingkat dugaan kuat (zhann)

Mujtahid

PERTEMUAN 6

METODE PENETAPAN HUKUM LAINNYA

Page 29: RESUME USHUL FIQH DAN QAWAIDH FIQQIYAH · Ahkam diturunkan dari adillah. ... “Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan sindiran. ... Misalnya dalam hadis nabi

Istihsan

Istihsan memiliki arti “untuk menerima atau menggantikan sesuatu yang lebih baik”. Istihsan

merupakan turunan dari hasuna dimana menjadi baik atau cantik. Dalam istilah fiqih,

istihsan adalah sebuah metode untuk melakukan opini personal dalam rangka untuk

menghindari kekakuan dan ketidakadilan yang mungkin dihasilkan dari penegakan literal

hukum yang ada.

Dalam beberapa kasus, istihsan bermaksud menghindari kesulitan dan memberikan sebuah

solusi yang harmonis dengan sumber yang lebih tinggi dari Syariah.

Istihsan pada dasarnya mengutamakan maslahah atas keputusan qiyas dalam hal konflik yang

timbul diantara mereka. Menurut Imam Malik, esensi dari istihsan adalah mengutamakan

maslahah apabila qiyas melanggar maslahah.

Istihsan sebagai metode dalam pencarian fasilitas dan memudahkan dalam perintah yang

legal. Menurutnya prinsip utama dari agama sesuai dengan yang dituliskan dalam Quran QS:

Al-Baqarah ayat 185.

Dan juga dalam hadits yang berbunyi “Hal yang paling baik dari agamamu adalah yang

membawa kemudahan bagi orang-orang.

Komponen rasional yang terkandung dalam qiyas sebagian besar merupakan opini personal

(ra’y). Ini membenarkan bahwa istihsan lebih mengandung ra’y yang lebih besar

Bagaimanapun juga, karena identitasnya yang dekat dengan Quran dan Sunnah, qiyas lebih

diterima secara luas sebagai prinsip dari fiqih. Namun qiyas dan istihsan keduanya harus

diekspresikan dari kecenderungan rasional dalam sebuah sistem yang tetap menjaga

kedekatan identitasnya dengan Quran dan Sunnah.

Qiyas jali atau analogi yang jelas berbeda dengan Qiyas khafi atau analogi yang tersembunyi.

Qiyas khafi biasa disebut dengan istihsan atau qiyas mustahsan (qiyas yang lebih baik) lebih

kuat dan lebih efektif dibandingkan dengan qiyas jali, hal ini disebabkan oleh refleksi dan

analisis yang lebih dalam. Istihsan bisa berasal dari qiyas jali maupun qiyas khafi, menurut

jumhur ulama.

Maslahah Mursalah (Pertimbangan Kepentingan Publik)

Maslahah memiliki arti “manfaat”. Persamaan maslahah adalah istislah. Al-Ghazali

menyatakan bahwa maslahah mengandung beberapa pertimbangan dimana melindungi

manfaat atau mengurangi bahaya namun secara simultan harmonis dengan tujuan (maqashid)

syariah.

Maslahah mursalah didefinisikan sebagai pertimbangan yang menyesuaikan dan

mengharmoniskan dengan tujuan dari Pemberi Hukum, dimana melindungi manfaat atau

mencegah bahaya. Contohnya adalah sahabat Rasulullah memilih untuk menerbitkan mata

uang, membangun penjara dan mengenakan pajak kepada tanah pertanian yang berada dalam

teritorinya dan hal ini tidak terdapat dalam hukum tekstual.

Page 30: RESUME USHUL FIQH DAN QAWAIDH FIQQIYAH · Ahkam diturunkan dari adillah. ... “Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan sindiran. ... Misalnya dalam hadis nabi

Jenis-jenis Maslahah (secara umum)

• Daruriyyat (Essential)

Sesuatu yang menjadi ketergantungan orang-orang yang apabila tidak adanya dia

akan mengakibatkan kerusakan. Ia termasuk lima hal esensial (agama, jiwa, akal,

keturunan dan harta).

• Hajiyyat (Complementary)

Sesuatu yang menjadi pelengkap dari lima nilai esensial yang apabila diabaikan dapat

menyebabkan kesulitan namun tidak sampai mengakibatkan kerusakan. Contohnya

keringanan puasa dan shalat untuk orang yang sedang bersafar.

• Tahsiniyyat (Embellishment)

Sesuatu yang realisasinya dapat meningkatkan dan mencapai apa yang diinginkan

Jenis-jenis Maslahah(berdasarkan otoritas tekstual)

• Al-Maslahah Al-Mu’tabarah

• Maslahah yang tegas ditegakkan dan diberlakukan hukum untuk realisasinya.

Contohnya adalah qisas untuk melindungi kehidupan, membela kepemilikan

barang dengan menghukum pencuri.

• Maslahah Mursalah

• Maslahah yang berlaku setelah wahyu Allah diturunkan. Contohnya

diperlukan adanya dokumen untuk pembuktian atas kepemilikan barang

(misalnya rumah)

• Maslahah Mulgha

• Maslahah yang dibatalkan secara eksplisit atau indikasinya dapat ditemukan

dalam Syariah. Contohnya adalah pembagian waris kepada anak laki-laki dan

anak perempuan yang sama nilainya telah dibatalkan oleh QS An-Nisa ayat

11.

Kondisi dari Maslahah Mursalah

• Maslahah harus asli (haqiqi)

• Maslahah bertujuan untuk melindungi lima hal yang esensial yang telah

dijelaskan sebelumnya.

• Maslahah harus umum (kulliyah)

• Yang akan melindungi manfaat atau melindungi bahaya. Bukan sebuah

maslahah apabila hanya melindungi sedikit individu.

Page 31: RESUME USHUL FIQH DAN QAWAIDH FIQQIYAH · Ahkam diturunkan dari adillah. ... “Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan sindiran. ... Misalnya dalam hadis nabi

• Maslahah tidak boleh bertentangan dengan nash atau ijma

Perbedaan Istislah, Analogi dan Istihsan

Dalam menentukan aturan syariah pada sebagian isu, ulama harus berpedoman kepada Quran, Sunnah dan Ijma’. Apabila tidak ada aturan dari sumber ini, maka mereka harus menggunakan qiyas dengan mengidentifikasi illah yang umum diantara aturan teks dan menghasilkan sebuah solusi yang dipersyaratkan. Apabila solusi yang dihasilkan melaui qiyas memberikan kesulitan atau hasil yang tidak adil walaupun ia berasal dari qiyas yang jelas maka sebaiknya digunakan istihsan.

Apabila tidak ada analogi yang bisa digunakan maka ulama dapat menggunakan maslahah mursalah.

‘Urf (Adat/Kebiasaan)

Urf adalah sebuah kata yang diturunkan dari akar bahasa arabnya yaitu ‘arafa (untuk

mengetahui), ‘urf secara abahasa berarti “yang diketahui”. Beberapa pengamat mengatakan

bahwa ‘adah berarti praktek pengulangan dan dapat digunakan kepada individu maupun

grup

Kondisi ‘Urf yang Berlaku (Valid) Harus merepresentasikan sebuah keumuman dan fenomena yang terjadi Harus ada dalam waktu sebuah transaksi terjadi Harus tidak bertentangan dengan ketentuan yang jelas Tidak boleh melanggar nass yang definit dan prinsip dalam hukum

Istishab (Anggapan keberlanjutan)

Secara bahasa, istishab memiliki arti “menemani atau “mengawal. Secara terminologi (istilah) menurut Ibn al-Qayyim al-Jauziyah: “mengukuhkan menetapkan apa yang pernah ditetapkan dan meniadakan apa yang sebelumnya tiada.”

Jenis-jenis Istishab

• Istishab al-adam al-asli

• Fakta atau aturan dari hukum yang tidak ada dalam masa lalu yang dianggap

tidak ada sampai dengan pembuktiannya.

• Istishab al-wujud al-asli

• Istishab yang diterima begitu saja atas kehadirannya atau eksistensinya

dimana diindikasikan oleh hukum atau alasan

• Istishab al-hukm

Page 32: RESUME USHUL FIQH DAN QAWAIDH FIQQIYAH · Ahkam diturunkan dari adillah. ... “Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan sindiran. ... Misalnya dalam hadis nabi

• Keberlanjutan dari hukum umum dan prinsip dari sebuah hukum

• Istishab al-wasf

• Keberlanjutan dari atribut seperti menganggap air bersih (bersih menjadi

sebuah atribut)

Beberapa Kaidah Fiqih dalam Istishab

• Keyakinan tidak dapat dibantah dengan keraguan

• Praduga umum sampai umum dikenakan kepada pembatasan

• Praduga dari kebebasan asli dari hutang dimana kebebasan dari hutang sampai dengan

kontraknya diterima

• Asal dari segala sesuatu adalah dibolehkan

Sadd al-Dhara’I (Menghalangi cara menuju hasil yang tidak diharapkan)

Dhara’iah adalah sebuah kata yang memiliki sinonim dengan wasilah dimana secara bahasa

shadd artinya memblokir atau menutup.

Secara bahasa al-dzari’ah artinya jalan yang membawa kepada sesuatu , secara hissi atau

ma’nawi baik atau buruk. Menurut Ibnu Qayyim, al-dzari’ah: apa apa yang menjadi

perantara dari jalan kepada sesuatu.

Dengan memandang pada natijahnya, perbuatan itu ada dua bentuk:

Natijahnya baik. Maka segala sesuatu yang mengarah kepadanya adalah baik dan oleh karenanya dituntut untuk mengerjakannya.

Natijahnya buruk. Maka segala sesatu yang mendorong kepadanya adalah juga buruk

dan karenanya dilarang.

Ijma’ (Kesepakatan Ulama’)

Secara etimologis Ijma’ berasal dari kata ajma’a yujmi’u Ijma'an memiliki 2 arti;

=>> "ajma’a fulan 'ala safar" tekat yang kuat

=>> "ajma' muslimun 'ala kadza” kesepakatan

Secara terminology Ijma’ berarti kesepakatan para ulama ahli ijtihad dari kalangan umat

Muhammad setelah wafatnya beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam pada masa tertentu atas

suatu perkara agama.

Hakikat Ijma’ sebagai Sumber Hukum

tidak ada yang berwenang memutuskan suatu hukum yang tidak ada dalam Al Qur’an dan Hadits setelah Rasulullah wafat

Page 33: RESUME USHUL FIQH DAN QAWAIDH FIQQIYAH · Ahkam diturunkan dari adillah. ... “Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan sindiran. ... Misalnya dalam hadis nabi

dalam hadits Rasulullah SAW bersabda “tidak mungkin umatku bersepakat dalam hal kesesatan”

bila Ijma' telah diputuskan secara permanen atas suatu hukum, maka tidak boleh bagi

siapapun keluar dari keputusan Ijma' tersebut

Rukun dan Syarat Ijma’

Jumhur ulama ushul fiqh mengemukakan 5 rukun Ijma’ Setiap ulama’ yang mengikuti pembahasan sebuah masalah harus menyatakan

persetujuannya. Mujtahid yang terlibat dalam pembahasan hukum itu adalah seluruh mujtahid yang

ada pada masa tersebut dari berbagai belahan dunia Islam.

Kesepakatan itu diawali setelah masing-masing mujtahid mengemukakan

pandangannya. Hukum yang disepakati adalah hukum syara ‟ yang b ersi fat aktual da nt idak a da yang bersifat aktual dantidak ada

hukumnya secara rinci dalam al-Qur ‟ yang bersi fat aktu al dant ida k ada an. Sandaran hukum ijma‟ yang bersi fat aktual dant idak ada tersebut haruslah al-Qur ‟ yang bersi fat aktual dant idak ada an dan atau hadis Rasulullah.

Syarat ijma’ diantaranya : Yang melakukan ijma ‟ yang bersifat aktual dantidak ada tersebut adalah orang-orang yang memenuhi persyaratan ijtihad Kesepakatan itu muncul dari para mujtahid yang bersifat adil(berpendirian kuat terhadap

agamnya) Para mujtahid yang terlibat adalah yang berusaha menghindarkan diri ucapan atau

perbuatan bid ‟ yang bersi fat aktu al dant ida k ada ah.

PERTEMUAN 7

METODE IJTIHAD DAN PENETAPAN FATWA

Pengertian Ijtihad

Secara etimologis menurut Loweis Ma’luf, ijtihad adalah bersungguh-sungguh sehabis usaha

Ijtihad adalah pengerahan daya nalar secara maksimal, usaha ijtihad dilakukan oleh orang yang telah mencapai derajat tertentu di bidang kelilmuan disebut faqih, produk atau usaha yang diperoleh dari ijtihad adalah dugaan kuat tentang hukum yang bersifat amaliah, ijtihad ditempuh dengan cara-cara istinbath.

Para ahli ushul fiqih sepakat bahwa lapangan ijtihad hanya berlaku dalam kasus yang tidak terdapat dalam nash atau yang terdapat dalam teks Quran dan sunnah yang masuk ke dalam kategori zhanni al-dalalat.

Syarat-Syarat Ber-ijtihad

Page 34: RESUME USHUL FIQH DAN QAWAIDH FIQQIYAH · Ahkam diturunkan dari adillah. ... “Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan sindiran. ... Misalnya dalam hadis nabi

Menurut Prof. Satria Efendi M. Zein, syarat yang harus dimiliki oleh

seorang mujtahid:

Mengerti dengan makna-makna yang dikandung oleh ayat-ayat dalam Quran baik secara bahasa maupun secara istilah

Mengetahui hadits-hadits hukum baik secara bahasa maupun dalam pemakaian syara’

Mengetahui ayat atau hadits mana yang tidak berlaku lagi

Mempunyai pengetahuan masalah yang menjadi ijma

Mengetahui seluk beluk qiyas

Menguasai bahasa Arab serta ilmu yang berhubungan

Menguasai ushul fiqih

Mengetahui maqashid syariah

Tingkatan Ijtihad

Menurut Abu Zahrah, mujtahid terbagi menjadi beberapa tingkatan yaitu:

Mujtahid mustaqil (independen). Mujtahid ini adalah tingkatan tertinggi, seseorang harus memenuhi syarat-syarat diatas. Contoh orang dalam tingkatan ini adalah imam mujtahid yang empat orang.

Mujtahid muntashib fi al-mazhab. Mujtahid tingkat ini mampu merumuskan sendiri

akan tetapi berpegang pada mazhab tertentu. Contoh: Qadhi Abu Yusuf

Mujtahid fi al-mazhab. Tingkatan mujtahid yang bertaqlid pada imam mujtahid tertentu.

Mujtahid fi al-tarjih (ijtihad intiaq’i). Mujtahid yang kegiatannya

memperbandingkan berbagai mazhab atau pendapat dan mempunyai kemampuan mentarjih salah satu pendapat terkuat dengan metode tarjih.

Ijtihad Fardhi : Ini merupakan ijtihad yang dilakukan pleh perorangan atau hanya

beberapa orang mujtahid

Ijtihad Kolektif : Berkat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, saat ini ijtihad

bisa dilakukan oleh kelompok para ahli di bidangnya. Banyak lembaga ijtihad kolektif

yang bersifat nasional, regional bahkan internasional.

Pembagian Ijtihad dari Proses Kerja

Menurut al-Syatibi, ijtihad dilihat dari segi proses kerjanya dapat dibagi menjadi dua

bentuk:

Page 35: RESUME USHUL FIQH DAN QAWAIDH FIQQIYAH · Ahkam diturunkan dari adillah. ... “Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan sindiran. ... Misalnya dalam hadis nabi

Ijtihadi istinbathi yaitu upaya untuk meneliti ‘illah yang dikandung oleh nash.

Ijtihad tatbiqi yaitu upaya untuk meneliti suatu masalah dimana hukum hendak diidentifikasi dan diterapkan sesuai dengan ide yang dikandung oleh nash. Ijtihad yang kedua ini disebut tahqiq al-manat, berfokus pada mengaitkan kasus-kasus yang muncul dengan kandungan makna yang ada di dalam nash

Pembagian Ijtihad dari Mujtahid dalam melakukan Ijtihad

Pertama, kelompok tradisional yaitu usaha menggali hukum yang lebih berorientasi pada ungkapan-ungkapan yang tersurat dalam Quran dan Sunnah. Kelompok ini biasanya disebut dengan ahl al-hadits.

Kedua, kelompok rasional, yaitu upaya menggali dan menetapkan hukum yang lebih

berorientasi kepada akal. Hal ini didasarkan kepada pemahaman bahwa hukum merupakan sesuatu yang kepentingannya dapat ditelaah dengan memerhatikan aspek- aspek kemaslahatan. Kelompok ini biasanya disebut dengan ahl ar-ra’yi.

Metode Ijtihad

Ijtihad Bayani. Yaitu metode analisis kebahasaan untuk memberikan penjelasan-

penjelasan terhadap makna teks Quran dan Sunnah.

Ijtihad Ta’lili/Qiyasi. Yaitu memberi segala daya kesungguhan untuk memperoleh suatu hukum yang tidak ada padanya nash qath’i, nash dzanni dan tidak ada pula ijma.

Ijtihad Istishlahi. Yaitu memberikan segala daya kesungguhan untuk memperoleh

hukum-hukum syara dengan jalan menerapkan kaidah-kaidah kulliyah.

Hukum Melakukan Ijtihad dan Fatwa

Orang yang mampu melakukan ijtihad maka ia berkewajiban berijtihad (berfatwa). Karena itu mufti berkewajiban, ketika ia satu-satunya yang ada di lokasi tertentu, untuk mengeluarkan fatwa dan mengajar kapan saja ia diminta untuk melakukan itu. Hanya ketika ada mujtahid lain, mufti tersebut bebas dari kewajiban. Karena hanya ketika permintaan itu dipenuhi maka kewajiban itu hilang, dan masyarakat secara keseluruhan dianggap telah memenuhi kewajiban itu.

Berdasarkan keterangan diatas maka hukum berfatwa adalah fardhu kifayah.

Produk Ijtihad

• Fiqih

Page 36: RESUME USHUL FIQH DAN QAWAIDH FIQQIYAH · Ahkam diturunkan dari adillah. ... “Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan sindiran. ... Misalnya dalam hadis nabi

• Qanun (Undang-Undang)

• Qadha’i (Putusan Pengadilan)

• Fatwa (Pendapat Hukum)

Secara literal, al-fatwa berarti “jawaban atas persoalan-persoalan syariat atau

perundang-undangan yang sulit.

Fatwa secara syariat bermakna, penjelasan hukum syariat atas suatu permasalahan

dari permasalahan-permasalahan yang ada, yang didukung oleh dalil yang berasal

dari Al-Qur’an, Sunnah Nabawiyyah, dan ijtihad.

Perbedaan Mujtahid Dan Mufti

Para ahli ushul fiqih menyamakan antara mujtahid dengan mufti, orang yang diminta

pendapatnya. Disemua karya-karya mereka, kedua istilah ini dipakai secara sinonim.

Mandat kesarjanaan apapun yang dimiliki oleh mujtahid, mufti juga harus memilikinya, tapi

dengan satu perbedaan :

Mufti, menurut sebagian ulama ushul fiqh, tidak hanya harus bersifat adil dan dapat

dipercaya, tapi juga harus diketahui bahwa ia menjadikan agama dan persoalan-persoalan

agama dengan sangat serius.

Syarat Mufti

Syarat seorang mufti adalah sebagai berikut : Seorang yang sudah mukallaf, yaitu Muslim, dewasa, dan sempurna akalnya

Seorang yang ahli dan mempunyai kemampuan untuk berijtihad, misalnya

mengetahui dalil-dalil sama’i dan dalil-dalil aqli

Seorang yang adil dan dapat dipercaya. Dua persyaratan ini dituntut dari seorang mufti karena ia seorang panutan.

Bersikap tenang (sakinah) dan berkecukupan, mempunyai niat dan iktikad yang baik,

kuat pendirian dan dikenal di tengah umat.

Metode Penetapan Fatwa

Metode yang digunakan oleh komisi fatwa MUI dalam proses menetapkan fatwa melalui tiga

pendekatan, yaitu :

• Nash qath’i: Pendekatan nash qath’i dilakukan dengan berpegang dengan nash Al-

Qur’an dan Hadist untuk sesuatu masalah apabila masalah yang ditetapkan terdapat

dalam nash Al-Qur’an ataupun Hadist secara jelas.

Page 37: RESUME USHUL FIQH DAN QAWAIDH FIQQIYAH · Ahkam diturunkan dari adillah. ... “Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan sindiran. ... Misalnya dalam hadis nabi

• Qauli : Pendekatan qauli adalah pendekatan dalam proses penetapan fatwa dengan

mendasarkannya pada pendapat para imam mazhab dalam kitab-kitab fiqh

terkemuka (al-kutub al-mu’tabarah).

• Manhaji : Pendekatan manhaji adalah pendekatan dalam proses penetapan fatwa

yang mempergunakan kaidah-kaidah pokok dan metodologi yang dikembangkan oleh

imam mazhab dalam merumuskan suatu masalah.

Pendekatan manhaji dilakukan melalui ijtihad secara kolektif dengan

menggunakan metode :

• Mempertemukan pendapat yang berbeda

• Memilih pendapat yang lebih kuat dalilnya (tarjihi)

• Menganalogikan permasalahan yang muncul dengan permasalahan yang

telah ditetapkan hukumnya dalam kitab-kitab fiqh (ilhaqi)

• istinbathi

Produk Fatwa MUI

• Ibadah

Shalat jumat musafir di kapal, kepeloporan pejabat dalam melaksanakan ibadah,

istitha’ah dalam melaksanakan ibadah haji, ibadah haji hanya sekali dalam

seumur hidup, dll.

• Sosial kemasyarakatan

Penyalahgunaan narkotika, film the message, talak tiga sekaligus, panti pijat, daging

kelinci, adopsi, nyanyian dengan menggunakan ayat Al-Qur’an, Natal bersama, dll

• Paham keagamaan

Islam jama’ah, ahmadiyah qadiyan, faham syi’ah, jama’ah, khalifah, bai’at 145, darul

arqam, dll.

• IPTEK

Pemyembelihan hewan secara mekanis, tubektomi, wasiat menghibahkan kornea

mata, penyakit kusta, dll.