Habit Pasien

6
1. Hubungan kebiasaan pasien dengan keluhan nyeri dada MEROKOK Merokok merupakan faktor yang sangat kuat untuk terjadinya Penyakit Jantung Koroner (PJK). Di USA lebih dari 62.000 orang meninggal karena penyakit jantung yang disebabkan karena mereka adalah perokok pasif. Hasil penelitian Framingham menunjukkan bahwa resiko kematian kardiovaskuler menurun sekitar 24% hanya dengan menghentikan kebiasaan merokok di daerah itu (Depkes RI, 2007a). Angka morbiditas dan mortilitas akibat PJK pada perokok jauh lebih tinggi dibandingkan dengan yang bukan perokok. Hasil studi Framingham yang menyatakan bahwa kematian mendadak 10x lebih banyak pada pria perokok dibandingkan dengan pria bukan perokok. Dan empat setengah kali lebih banyak pada wanita perokok dibandingkan dengan wanita bukan perokok. Merokok berhubungan dengan rendahnya kadar kolesterol HDL dalam darah sehingga dapat meningkatkan resiko terjadinya PJK. Berdasarkan beberapa penelitian diketahui bahwa merokok meningkatkan resiko terkena PJK dan penyakit kardiovaskuler lainnya, antara lain : a. Nikotin dalam rokok menyebabkan mobilisasi katekolamin yang dapat menambahkan reaksi trombosit dan menyebabkan kerusakan pada dinding arteri. Nikotin memacu pengeluaran zat-zat seperti adrenalin. Zat ini merangsang denyut jantung dan tekanan darah, dengan cara :

description

PJK faktor resiko

Transcript of Habit Pasien

Page 1: Habit Pasien

1. Hubungan kebiasaan pasien dengan keluhan nyeri dada

MEROKOK

Merokok merupakan faktor yang sangat kuat untuk terjadinya Penyakit Jantung

Koroner (PJK). Di USA lebih dari 62.000 orang meninggal karena penyakit jantung

yang disebabkan karena mereka adalah perokok pasif.

Hasil penelitian Framingham menunjukkan bahwa resiko kematian kardiovaskuler

menurun sekitar 24% hanya dengan menghentikan kebiasaan merokok di daerah itu

(Depkes RI, 2007a). Angka morbiditas dan mortilitas akibat PJK pada perokok jauh

lebih tinggi dibandingkan dengan yang bukan perokok. Hasil studi Framingham yang

menyatakan bahwa kematian mendadak 10x lebih banyak pada pria perokok

dibandingkan dengan pria bukan perokok. Dan empat setengah kali lebih banyak pada

wanita perokok dibandingkan dengan wanita bukan perokok.

Merokok berhubungan dengan rendahnya kadar kolesterol HDL dalam darah

sehingga dapat meningkatkan resiko terjadinya PJK. Berdasarkan beberapa penelitian

diketahui bahwa merokok meningkatkan resiko terkena PJK dan penyakit

kardiovaskuler lainnya, antara lain :

a. Nikotin dalam rokok menyebabkan mobilisasi katekolamin yang dapat

menambahkan reaksi trombosit dan menyebabkan kerusakan pada dinding arteri.

Nikotin memacu pengeluaran zat-zat seperti adrenalin. Zat ini merangsang denyut

jantung dan tekanan darah, dengan cara :

Merangsang untuk melepaskan norepinefrin melalui saraf adrenergik dan

meningkatkan katekolamin yang dikeluarkan oleh adrenal

Merangsang demoreseptor di arteri carotis dan aorta bodies dalam

meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah.

Secara langsung otot jantung mempunyai efek indropik positif dan efek

chronotropik

b. Asap rokok mengandung karbonmonoksida (CO) yang mempunyai kemampuan

lebih kuat daripada sel darah merah untuk mengikat oksigen, sehingga

menurunkan kapasitas sel darah merah untuk membawa oksigen ke jaringan

termasuk jantung, sehingga dapat menyebabkan hipoksia jaringan arteri.

c. Merokok dapat menyembunyikan angina yaitu sakit di dada yang dapat memberi

sinyal adanya sakit jantung

Page 2: Habit Pasien

Merokok juga berpengaruh terhadap kejadian hipertensi. Zat-zat kimia seperti nikotin

dan karbonmonoksida yang dihisap melalui rokok yang masuk ke dalam aliran darah

dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri, mengakibatkan proses

aterosklerosis dan tekanan darah tinggi. Pada studi autopsi, dibuktikan kaitan erat

antara kebiasaan merokok dengan adanya aterosklerosis pada seluruh pembuluh

darah.

KURANG OLAHRAGA

Aktivitas fisik dalam bentuk olahraga teratur dapat menurunkan resiko penyakit

jantung koroner. Olahraga yang dilakukan secara teratur dengan kaidah tertentu sudah

dapat menimbulkan adaptasi setelah minimal 4-6 minggu. Bila rangsang diberikan

tepat dan sesuai maka akan terjadi adaptasi lengkap yang berdampak pada tingkat

kebugaran jasmani. Acuan takaran yang dianjurkan oleh American College of Sport

Medicine (ASCM) adalah sebagai berikut :

a. Frekuensi latihan 3-5 seminggu

b. Intensitas latihan antara 60-80% Denyut Nadi Maksimal. (DNM). DNM = 220-

umur

c. Lamanya latihan berlangsung antara 20-30 menit latihan daya tahan atau aerobik

tanpa henti. Lama durasi tergantung dari intensitas latihan, lebih disarankan

latihan berlangsung cukup lama dalam intensitas rendah sampai sedang sebab

telah terbukti pola latihan tersebut dapat meningkatkan tingkat kebugaran jasmani.

Olahraga secara teratur banyak memberikan keuntungan terutama bagi orang yang

telah usia lanjut, antara lain berkurangnya berat badan, dapat mengontrol tekanan

darah, menghindari penyumbatan pembuluh darah, mencegah penyakit jantung.

2. Hubungan usia dengan keluhan

Pada umur lanjut, telah terjadi perubahan struktural dan fungsional pada pembuluh

darah perifer, lumen menjadi lebih sempit dan dinding pembuluh darah menjadi lebih

kaku sehingga meningkatkan tekanan darah sistole.

Pembuluh darah perifer bertanggung jawab terhadap perubahan tekanan darah.

Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan

penurunan dalam relaksasi otot polos pada pembuluh darah yang pada gilirannya

menurunkan kemampuan distensi dan daya tegang pembuluh darah. Konsekuensinya,

aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah

Page 3: Habit Pasien

yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup) yang mengakibatkan penurunan curah

jantung dan penurunan tahanan perifer.

Dengan semakin bertambahnya umur, seseorang akan semakin lama terpapar oleh

faktor resiko PJK. Kelainan awal di pembuluh darah dan plak aterosklerotik yang ada

pada umur lebih dari 20 tahun sebenarnya sudah bermula sejak kanak-kanak dan

remaja yang disebabkan oleh pola hidup seperti pola makan, merokok, dan perilaku

olahraga. Sebelum umur 10 tahun, garis lemak (fatty streak) pada intima pembuluh

aorta dan arteri koroner telah ada, dan bila kadar kolesterol pada umur 2-20 tahun

tidak terkendali, maka garis lemak yang sudah ada akan lebih cepat menjadi plak

fibrous dan akan menutupi lumen pembuluh darah koroner.

3. Keluhan nyeri dada, sudahkah dipastikan sakit jantung? Apakah hal tersebut turunan

dari ayahnya?

Evaluasi sakit dada iskemia dimulai dengan lima pertanyaan berikut: dimana sakitnya

(lokasi), seperti apa sakitnya (sifat), apa penyebabnya (sebab/pencetus), kemana

menjalarnya (radiasi), apa yang mengurangi sakitnya; apa yang anda lakukan bila

sakitnya datang (bebas sakit).

Sakit yang khas adalah retroseternal, dan radiasi dapat ke leher dengan perasaan

tercekik. Sering menyebar ke bagian dalam tangan kiri dibawah ketiak sedangkan rasa

sakit dari musculoskeletal biasanya terasa di bahu atau di bagian luar tangan.

 Sifat sakitnya seperti tertekan, perasaan kencang atau berat, seperti diperas, rasa

sesak atau pegal. Perasaan seperti pisau ditusuk pisau biasanya bukan disebabkan oleh

iskemia miokard apalagi kalau bisa ditunjuk dengan jarinya.

Perbedaan sifat sakit dada

Jantung Non Jantung

Tegang tidak enak Tajam

Tertekan Seperti pisau

Berat Ditusuk

Mengencangkan/diperas Dijahit

Nyeri/pegal Ditimbulkan tekanan/posisi

Menekan/menghancurkan Terus menerus seharian

Penyebab sakit dada berhubungan dengan pengisian arteri koronaria sewaktu diastole.

Setiap keadaan yang akan meningkatkan denyut jantung akan meningkatkan juga

Page 4: Habit Pasien

kebutuhan jantung yang tidak bisa dipenuhi oleh pasok aliran darah koroner dan akan

mengakibatkan sakit. Sakit menghilang bila kecepatan denyut jantung diperlambat,

relaksasi, istirahat, atau makan obat glyceryl trinitrat. Sakit biasanya hilang dalam 5

menit.

Riwayat keluarga dengan PJK adalah faktor resiko PJK. Orang yang mempunyai

saudara kandung menderita PJK atau ada saudaranya yang meninggal mendadak

sebelum umur 50 tahun dianggap memiliki faktor resiko PJK. Jika mempunyai

riwayat keluarga, serangan PJK relatif lebih cepat dibandingkan dengan orang yang

tidak punya riwayat keluarga terkena PJK dengan resiko relatifnya sebesar 2,36 kali.

Faktor resiko ini tidak berdiri sendiri, tetapi dipengaruhi juga oleh faktor gaya hidup.

Dafpus

Zakiyah, Dinie. 2008. Faktor-faktor Resiko yang Berhubungan dengan Hipertensi dan

Hiperlipidemia sebagai Faktor Resiko PJK Diantara Pekerja di Kawasan Industri Pulo

Gadung. Jakarta : FKM UI