Gunung API

download Gunung API

of 17

Transcript of Gunung API

HUBUNGAN ANTARA KEBERADAAN GUNUNG API DENGAN VISI PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI INDONESIA

Visi Pembangunan Berkelanjutan

Pengertian Visi Pembangungan Berkelanjutan Visi pembangunan berkelanjutan adalah proses pembangunan (lahan, kota, bisnis, masyarakat, dan sebagainya) yang berprinsip memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan (menurut Brundtland Report dari PBB). Salah satu fakor yang harus dihadapi untuk mencapai pembangunan berkelanjutan adalah bagaimana memperbaiki kerusakan lingkungan tanpa mengorbankan kebutuhan pembangunan ekonomi dan keadilan sosial. Dapat dikatakan bahwa konsekuensi pelaksanaan UU No. 32 Tahun 2004 dengan PP No. 25 Tahun 2000, Pengelolaan Lingkungan Hidup titik tekannya ada di Daerah, maka kebijakan nasional dalam bidang lingkungan hidup secara eksplisit PROPENAS merumuskan program yang disebut sebagai pembangunan sumberdaya alam dan lingkungan hidup. Program itu mencakup : 1. Program Pengembangaan dan Peningkatan Akses Informasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup. Program ini bertujuan untuk memperoleh dan menyebarluaskan informasi yang lengkap mengenai potensi dan produktivitas sumberdaya alam dan lingkungan hidup melalui inventarisasi dan evaluasi, serta penguatan sistem informasi. Sasaran yang ingin dicapai melalui program ini adalah tersedia dan teraksesnya informasi sumberdaya alam dan lingkungan hidup, baik berupa infrastruktur data spasial, nilai

dan neraca sumberdaya alam dan lingkungan hidup oleh masyarakat luas di setiap daerah. 2. Program Peningkatan Efektifitas Pengelolaan, Konservasi dan Rehabilitasi Sumber Daya Alam. Tujuan dari program ini adalah menjaga keseimbangan pemanfaatan dan pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup hutan, laut, air udara dan mineral. Sasaran yang akan dicapai dalam program ini adalah termanfaatkannya, sumber daya alam untuk mendukung kebutuhan bahan baku industri secara efisien dan berkelanjutan. Sasaran lain di program adalah terlindunginya kawasan-kawasan konservasi dari kerusakan akibat pemanfaatan sumberdaya alam yang tidak terkendali dan eksploitatif 3. Program Pencegahan dan Pengendalian Kerusakan dan Pencemaran Lingkungan Hidup. Tujuan program ini adalah meningkatkan kualitas lingkungan hidup dalam upaya mencegah kerusakan dan/atau pencemaran lingkungan dan pemulihan kualitas lingkungan yang rusak akibat pemanfaatan sumberdaya alam yang berlebihan, serta kegiatan industri dan transportasi. Sasaran program ini adalah tercapainya kualitas lingkungan hidup yang bersih dan sehat adalah tercapainya kualitas lingkungan hidup yang bersih dan sehat sesuai dengan baku mutu lingkungan yang ditetapkan. 4. Program Penataan Kelembagaan dan Penegakan Hukum, Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Pelestarian Lingkungan Hidup. Program ini bertujuan untuk mengembangkan kelembagaan, menata sistem hukum, perangkat hukum dan kebijakan, serta menegakkan hukum untuk mewujudkan

pengelolaan sumberdaya alam dan pelestarian lingkungan hidup yang efektif dan berkeadilan. Sasaran program ini adalah tersedianya kelembagaan bidang sumber daya alam dan lingkungan hidup yang kuat dengan didukung oleh perangkat hukum dan perundangan serta terlaksannya upaya penegakan hukum secara adil dan konsisten. 5. Progam Peningkatan Peranan Masyarakat dalam Pengelolaan Sumber Daya alam dan Pelestarian fungsi Lingkungan Hidup. Tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan peranan dan kepedulian pihakpihak yang berkepentingan dalam pengelolaan sumberdaya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup. Sasaran program ini adalah tersediaanya sarana bagi masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup sejak proses perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan, perencanaan, pelaksanaan sampai pengawasan.

Gunung api

Meskipun memang agak susah untuk mendefinisikan apa itu gunung berapi atau gunung api, namun secara umum istilah tersebut dapat didefinisikan sebagai suatu sistem saluran fluida panas (batuan dalam wujud cair atau lava) yang memanjang dari kedalaman sekitar 10 km di

bawah permukaan bumi sampai ke permukaan bumi, termasuk endapan hasil akumulasi material yang dikeluarkan pada saat dia meletus. Lebih lanjut, istilah gunung api ini juga dipakai untuk menamai fenomena pembentukan ice volcanoes atau gunung api es dan mud volcanoes atau gunung api lumpur. Gunung api es biasa terjadi di daerah yang mempunyai musim dingin bersalju, sedangkan gunung api lumpur dapat kita lihat di daerah Kuwu, Purwodadi, Jawa Tengah. Masyarakat sekitar menyebut fenomena di Kuwu tersebut dengan istilah Bledug Kuwu Gunung berapi terdapat di seluruh dunia, tetapi lokasi gunung berapi yang paling dikenali adalah gunung berapi yang berada di sepanjang busur Cincin Api Pasifik (Pacific Ring of Fire). Busur Cincin Api Pasifik merupakan garis bergeseknya antara dua lempengan tektonik. Gunung berapi terdapat dalam beberapa bentuk sepanjang masa hidupnya. Gunung berapi yang aktif mungkin bertukar menjadi separuh aktif, menjadi padam, sebelum akhirnya menjadi tidak aktif atau mati. Bagaimanapun gunung berapi mampu menjadi padam dalam waktu 610 tahun sebelum bertukar menjadi aktif semula. Oleh itu, sukar untuk menentukan keadaan sebenarnya sesuatu gunung berapi itu, apakah sesebuah gunung berapi itu berada dalam keadaan padam atau telah mati. Apabila gunung berapi meletus, magma yang terkandung di dalam kamar magmar di bawah gunung berapi meletus keluar sebagai lahar atau lava. Selain daripada aliran lava, kemusnahan oleh gunung berapi disebabkan melalui pelbagai cara seperti berikut: 1. Aliran lava. 2. Letusan gunung berapi. 3. Aliran lumpur. 4. Abu.

5. Kebakaran hutan. 6. Gas beracun. 7. Gelombang tsunami. 8. Gempa bumi.

Gunung api adalah Gunungapi atau sering disebut gunung berapi adalah bukit atau gunung yang mempunyai lubang kepundan sebagai tempat keluarnya magma dan atau gas ke permukaan bumi. Gunung Api atau yang lebih lazim disebut dengan gunung berapi, merupakan gunung yang masih aktif melakukan aktivitas letusan atau suatu permukaan bumi yang menonjol yang mempunyai kekuatan dari dalam untuk mengeluarkan material yang terkandung di dalamnya yang di sertai dengan awan panas.

KONDISI GEOGRAFIS INDONESIA Indonesia sebuah negara kepulauan di Asia Tenggara, memiliki lebih dari 17.000 pulau, dengan pulau-pulaunya yang besar seperti Pulau Sumatera, Pulau Jawa, Pulau Kalimatan, Pulau Sulawesi, dan Pulau Papua; terbagi menjadi 26 propinsi; berbatasan dengan Laut Andaman, Singapura, Laut Cina Selatan, Malaysia, Philipina, dan Samudra Pasifik (utara), Papua nugini (timur), Samudra Hindia dan Australia (selatan), serta Samudra Hindia (barat). Berdasarkan bentang alamnya secara umum, wilayah Indonesia dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu daratan barat dan dataran timur yang dangkal,

serta cekungan tengah yang lebih dalam. Dengan demikian, bentuk penampang melintangnya menyerupai sebuah piring yang tenggelam di air. Indonesia terletak pada pertemuan deretan Pegunungan Muda Sirkum Pasifik dan Pegunungan Mediterania. Akibatnya, di Indonesia banyak dijumpai gunung api dan pusatpusat gempa. Akibat kegiatan gempa dan vulkanisme, di Indonesia banyak ditemukan sumber daya bahan galian, seperti minyak bumi, gas alam, batu bara dan timah. Sumber daya bahan galian (mineral) merupakan potensi yang dapat dimanfaatkan sebagai komoditas perdagangan dan industri yang juga komoditas ekspor. Dataran barat yang mempunyai perairan laut dangkal disebut Dangkalan Sunda. Perairan laut dangkal ini meliputi Selat Malaka bagian selatan, Laut Cina Selatan bagian ujung selatan, Selat Karimata, Selat Gaspar, Selat Bangka, Selat Sunda, dan laut Jawa. Di perairan ini pula terletak tiga pulau yang besar, yaitu Pulau Sumatera, Pulau Jawa, dan Pulau Kalimantan, beserta pulau-pulau kecil di sekitarnya.

Dataran timur juga mempunyai perairan laut dangkal yang disebut Dangkalan Sahul. Perairan laut dangkal ini meliputi Laut Arafuru dan perairan di lepas pantai Papua lainnya. Di perairan ini terletak Papua dan Kepulauan Aru. Cekungan tengah mempunyai perairan laut yang lebih dalam yaitu lebih dari 4.000 m. Bahkan beberapa cekungan memiliki kedalaman lebih dari 6.000 m, seperti Palung Halmahera, Palung Banda, dan Palung Sulawesi. Perairan laut dalam ini meliputi Laut Sulawesi, Laut Maluku, Laut Seram, Laut Banda, Laut Timor, Laut Sawu, Laut Flores, dan Selat Makassar. Di perairan ini terletak Pulau Sulawesi, Kepulauan Maluku, dan Kepulauan Nusa Tenggara, beserta pulau-pulau kecil di sekitarnya. Dengan demikian, sebagai negara kepulauan yang terletak di antara dua benua dan dua samudera, maka wilayah Indonesia boleh dikatakan merupakan kelanjutan dari benua Asia dan Benua Australia pada Dangkalan Sunda dan Dangkalan

Sahul, dengan celah yang menghubungkan Samudera Hindia dan Samudera Pasifik pada cekungan tengahnya.

Hampir semua wilayah daratan Indonesia sebenarnya merupakan kelanjutan dari dua jalur pegunungan muda di dunia, yaitu jalur Sirkum Pasifik dan jalur Sirkum Mediteran. Jalur Sirkum Pasifik adalah rangkaian pegunungan sekeliling Samudera Pasifik, mulai dari pegunungan Andes di Amerika Selatan, Rocky Mountains, Alaska, Aleut, Kamsyatka, Kepulauan Kuril, Jepang, Pilipina, terus melewati bagian utara Papua sampai Selandia Baru. Jalur ini di Indonesia melalui dua rangkaian pegunungan, yaitu rangkaian pegunungan di Papua dan rangkaian pegunungan di Halmahera. Sirkum Mediteran adalah rangkaian pegunungan yang tersebar dari Afrika Utara ke Eropa Selatan melalui Asia Kecil, terus ke Himalaya, Myanmar, dan akhirnya sampai ke Indonesia. Jalur ini di Indonesia melalui dua rangkaian pegunungan pula, yaitu rangkaian pegunungan luar dan busur dalam. Rangkaian pegunungan busur luar merupakan rangkaian pegunungan yang tidak vulkanis dan melalui pulau-pulau kecil di sebelah barat Sumatera ke sebelah selatan Jawa, Sumba, Sawu, Roti, Babar, Tanibar, Kai, Seram, dan Buru. Sebaliknya, rangkaian pegunungan busur dalam merupakan rangkaian pegunungan yang vulkanis melalui Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, dan akhirnya sampai ke Laut Banda. Dataran rendah yang luas terbentang di Sumatera, Kalimantan, dan Papua. Di Sumatera, dataran rendah ini terdapat di sebelah timur pegunungan Bulit Barisan, yang dialiri oleh sungai-sungai yang besar dan panjang, serta dapat dilayari sampai jauh ke pedalaman. Bentangan dataran rendah ini meliputi wilayah sangat luas, dari Sumatera Utara sampai Lampung. Di Kalimantan, dataran rendah yang sangat luas terpotong-potong oleh

pegunungan-pegunungan Kapuas Hulu, Kapuas Hilir, Iban, Muller-Schwaner, dan Meratus. Bentangan dataran rendah ini meliputi wilayah yang sangat luas, dari kaki pegunungan tersebut sampai ke pantai. Dataran rendah ini juga dialiri oleh sungai sungai besar, panjang, dan dapat dilayari sampai jauh ke pedalaman. Di Papua, dataran rendah yang sangat luas terdapat di sebelah selatan Pegunungan Jaya Wijaya, yang dialiri oleh beberapa sungai yang besar, panjang, dan dapat dilayari sampai jauh ke pedalaman. Bentangan dataran rendah ini meliputi wilayah yang sangat luas, mulai dari kaki pegunungan tersebut sampai ke pantai.

Indonesia mempunyai 129 buah gunungapi aktif atau sekitar 13% dari gunungapi aktif didunia. Seluruh gunungapi tersebut berada dalam jalur tektonik yang memanjang mulai dari Pulau-pulau Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, Kep. Banda, Halmahera dan Kep. Sangir Talaud yang menempati seperenam dari luas daratan Nusantara. lebih dari 10% populasi penduduk berada dikawasan rawan bencana gunungapi. Selama 100 tahun terakhir lebih dari 175 ribu manusia menjadi korban akibat letusan gunungapi. Data Gunung Api di Indonesia Jumlah gunung api aktif = 129 bh Jumlah gunung api yang meletus dalam 400 th terahkir = 70 bh Luas daerah yang terancam = 16.670 km Jumlah jiwa yang terancam = 5.000.000 orang Penyebaran Gunung Api di Indonesia Sumatra : 30 buah Jawa : 35 buah Bali dan Nusa Tenggara: 30 buah Maluku : 16 buah Sulawesi : 18 buah

Jumlah : 129 buah

Manfaat gunung api Gunungapi selain dapat menimbulkan bencana, juga dapat memberikan manfaat yang besar bagi kehidupan manusia. Manfaat tersebut antara lain sebagai berikut 1. Sumberdaya Energi :

Energi panasbumi dapat dimanfaatkan sebagai pembangkit tenaga listrik. Aliran sungai bervolume besar dan deras dapat dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik tenaga air.

2. Sumberdaya Bahan Galian Industri

Material yang dihasilkan dari letusan/kegiatan gunungapi dapat dijadikan sebagai bahan galian industri seperti yarosit dan belerang untuk bahan industri kimia dan farmasi, tawas untuk penjernih air serta pasir, batu bongkah dan kerikil untuk bahan bangunan.

3. Sumberdaya Lingkungan

Keindahan panorama gunungapi dapat menjadi daya tarik pariwisata. Tanah subur akan diperoleh beberapa tahun kemudian. Hujan lebat di kawasan gunungapi dapat menjadikan gunungapi sebagai daerah konservasi air.

Kawasan gunungapi merupakan kawasan cagar alam dan suaka margasatwa. Kawasan gunungapi yang subur dapat dijadikan lahan industri pertanian seperti padi, sayuran, teh, cengkeh dan lain sebagainya.

4. Menyuburkan Tanah Kesuburan tanah di Pulau Jawa diakibatkan oleh banyaknya gunung api yang terdapat di pulau Jawa. Hal tersebut merupakan salah satu manfaat vulkanisme, yang merupakan salah satu kegiatan Gunung Api. Gunung Api dapat menyuburkan tanah ketika gunung meletus banyak mengeluarkan abu. Abu vulkanik ini pada awalnya menutupi daerah pertanian dan merusak tanaman yang ada. Namun dalam jangka waktu setahun atau dua tahun saja, tanah ini menjadi jauh lebih subur. Kesuburan ini dapat bertahan lama bahkan bisa puluhan tahun. Selain itu tanah hancuran bahan vulkanik sangat banyak mengandung unsur hara yang menyuburkan tanah. Lahar adalah campuran yang panas atau dingin dari air dan fragmen batuan yang mengalir menuruni lereng gunungapi dan atau lembah sungai. Material yang tertransportasikan di dalam lahar berkisar dari material berukuran butir lempung sampai bongkah dengan diameter butiran lebih dari 10 m. Lahar memiliki ukuran dan kecepatan meluncur yang bervariasi. Lahar kecil berukuran lebar beberapa meter dan dalam beberapa senti-meter dan kecepatan alirannya beberapa meter per detik. Lahar besar memiliki ukuran leber beberapa ratus meter dan dalam beberapa puluh meter dan dapat meluncur dengan mengalir dengan kecepatan beberapa puluh meter per detik.

Aliran lahar yang bergerak cepat menuruni lembah sungai dan kemudian menyebar di dataran banjir di daerah kaki gunungapi dapat menyebabkan kerusakan ekonomi dan lingkungan yang serius. Dampak langsung dari turbulensi yang terjadi di ujung aliran lahar atau dari bongkah-bongkah batuan dan kayu yang dibawa aliran lahar adalah menghancurkan, menggerus atau menggosok segala sesuatu yang ada di jalan jalur aliran lahar. Bila tidak hancur atau tergerus oleh liran lahar, bangunan-bangunan dan lahanlahanyang berharga dapat sebagian atau seluruhnya tertimbun oleh endapan lahar. Aliran lahar juga bisa merusak jalan dan jembatan sehingga aliran lahar juga dapat menyebabkan orang-oramng terisolasi atau terkurung di daerah bahaya erupsi gunungapi. Selain memberikan dampak yang merugikan, aliran lahar juga memberikan dampak yang menguntungkan, yaitu memberikan endapan batuan dan pasir yang sangat banyak yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan. Sebagai contoh, banyak aktifitas penambangan pasir dan batu yang dilakukan di lereng Gunung Merapi yang terletak di perbatasan Propinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Hal itu menunjukkan bahwa endapan lahar dapat memberikan dampak positif kepada aktifitas perekonomian masyarakat secara langsung yang tinggal di sekitar gunungapi, dan menyediakan bahan bangunan yang melimpah. Selain itu, setelah bertahun puluhan sampai ratusan tahun, dan tanah terbentuk di permukaannya, endapan lahar juga dapat menjadi lahan pertanian yang subur

5. Sebagai tempat wisata Gunung api mampu menyuguhkan kepada kita keadaan alam yang unik. Topografinya yang menjulang memberikan kepada kita pemandangan yang luas didaerah sekitarnya. Contohnya Gunung Bromo, Matahari terbit disini amat menakjubkan karena dapat dipandang lepas dari ketinggian, lalu dipuncak gunung api kita bisa menyaksikan alam yang gersang, berbatu batu, alam yang keras. Sangat berbeda dengan pemandangan yang lembut, yang terdapat di sekitarnya. Dikaki dan lereng gunung api lubang kawah yang menganga yang ditingkahi dengan letupan - letupan yang tak kenal henti membuat setiap insan bergetar, bau belerang yang menyeruak kesegaran hawa pegunungan akan memberikan kenangan tersendiri kepada setiap pendaki atau wisatawan. Kegiatan wisata yang lebih menantang seperti pendakian hingga ke puncak gunung yang ditunjang dengan jalur pendakian yang jelas- juga mulai diminati oleh wisatawan remaja dan

mereka yang berjiwa petualangan. Umumnya obyek wisata yang dikembangkan di Indonesia masih mengandalkan pada daya tarik yang dimiliki sumberdaya wisatanya (resource based tourism) dan belum menggali lebih dalam pada segi keilmuannya (knowledge based tourism). Demikian juga dengan obyek wisata gunung api, yang baru memanfaatkan bentuk fisik dari suatu gunung api. Padahal diharapkan dari satu kegiatan wisata, wisatawan tidak hanya mendapat manfaat dari segi kesenangan (pleasure) belaka, tetapi juga bisa mendapatkan manfaat keilmuan yang berguna. Hal ini dapat menjadi nilai tambah pada obyek wisata tersebut. Fenomena gunung api sebagai obyek dan daya tarik wisata alam sebetulnya tidak hanya sekedar menawarkan gunung dengan pemandangan alam dan udaranya yang sejuk, tetapi juga memiliki potensi daya tarik lain. Keberadaan kawah maupun kaldera, sumber air panas yang biasanya berkaitan dengan keberadaan gunung api juga menjadi daya tarik tambahan lainnya. Terlebih jika terdapat adat istiadat / budaya masyarakat setempat, seperti upacara tradisional maupun legenda yang berkaitan dengan gunung api ataupun letusannya. Selain daya tarik fisik, daya tarik non-fisik seperti pengetahuan tentang gunung api sebetulnya sangat beraneka ragam dan menarik untuk diceritakan pada wisatawan. Proses pembentukan gunung api, sejarah letusan, kegiatan dan aktivitas gunung api hingga terjadinya erupsi dan penanggulangan bahaya akibat letusannya merupakan daya tarik wisata yang bersifat ilmiah. Tempat-tempat pengawasan kegiatan/aktivitas suatu gunung berapi seperti menara pengawas misalnya, juga dapat dimanfaatkan menjadi obyek wisata ilmiah yang menarik, tidak hanya sekedar mengawasi kegiatan gunung berapi tapi juga menceritakan kegiatan dan fenomena alam tersebut kepada wisatawan. Bahkan masyarakat dapat mempelajari fenomena kegunungapian termasuk pencegahan dan penanggulangan bahaya letusan gunung api. Pemanfaatan potensi gunung api sebagai obyek wisata ilmiah memang masih memerlukan arahan pengembangan yang tepat agar dapat memberikan manfaat keilmuan bagi wisatawan

dengan tetap mengawasi aktivitas kegunungapiannya dan mewaspadai kegiatan-kegiatan gunung api tersebut. Dilain pihak, bentuk wisata ilmiah yang tidak atau kurang dikombinasikan dengan segi pleasure saat ini umumnya masih kurang diminati. Motivasi untuk mencari kesenangan dalam berwisata masih mendominasi wisatawan. Obyek wisata yang terlalu ilmiah membuat wisatawan merasa seolah-olah digurui, dan akhirnya membuat obyek wisata tersebut menjadi tidak populer.

Oleh karena itu diperlukan suatu bentuk pengembangan yang tidak hanya menampilkan bentuk fisik gunung api saja, tetapi juga mengemas potensi wisata gunung api menjadi obyek dan daya tarik wisata yang bersifat rekreatif edukatif yang tetap mengandung unsur rekreasi sekaligus memberikan manfaat keilmuan. Potensi obyek dan daya tarik wisata gunung api tersebut juga perlu dipadukan dengan obyek wisata jenis lainnya sehingga saling mendukung dan memperkuat daya tarik yang ada. Pengemasan dengan jenis wisata lain atau obyek wisata lain yang telah lebih dahulu populer, bisa menjadi langkah awal untuk mempromosikan jenis wisata ini. Munculnya jenis wisata gunung api juga merupakan salah satu bentuk diversifikasi produk wisata yang menambah kekayaan jenis-jenis wisata yang dapat ditawarkan Indonesia, sekaligus membuka segmen pasar wisatawan yang baru. 6. Sebagai Tempat Petualangan Menjelajahi gunung api memang banyak resiko batuan yang tajam terkadang dapat merenggut nyawa dan itulah tantangan bagi pendakian gunung api. Petualangan digunung api di Indonesia masih memerlukan pengembangan karena masih sering terdengar pemuda - pemuda kita yang tersesat dalam petualangan menjelajahi gunung api antara lain Gunung Gede Pangrango, Gunung Salak, Gunung Semeru, Gunung Ceremai atau Gunung Slamet seringkali menjadi berita karena telah menelan korban.

Gunung api memang bisa buas bila kita tidak siap berkawan dengannya, bukan saja pengetahuan dan kemampuan fisik yang cukup, tetapi juga lapangannya disiapkan termasuk kebutuhan-kebutuhan berpetualang di gunung api. 7. Sebagai pengobatan dan tempat peninggalan sejarah Air panas acapkali terdapat disekitar gunung api, oleh karena panas gunung api merambat kedalam air tanah. Dalam perjalannya ke permukaan air yang panas tersebut melarutkan berbagai mineral yang berguna untuk kesehatan. Air panas yang keluar dapat dipergunakan untuk pengobatan berbagai macam penyakit antara lain koreng sampai kolesterol, tetapi sebelum berendam di air panas gunung api harus tetap waspada akan kandungan racun yang ada.

8. Bahan Galian Bahan galian yang sangat berharga banyak dihasilkan gunung api. Pada saat gunung api masih aktif dihasilkan bahan galian seperti : belerang, pasir, batu bangunan, tras, batu apung, dan sebagainya. Sedangkan pada saat gunung api yang istirahat dapat dihasilkan bahan tambang seperti : emas, perak, besi, timah, marmer, dan lainnya. Di samping itu banyak pula batuan malihan akibat persinggungan magma dengan mineral tertentu, sehingga terbentuk cadangan mineral baru yang lebih berharga, seperti tembaga, batu pualam, dan kokas. Hampir seluruh gunungapi aktif di kepulaian Indonesia menghasilkan batuan yang berasal dari magma kapur alkali. Perkecualian hanya terdapat pada letusan G. Tambora di Sumbawa Utara pada tahun 1815 dan G. Batu Tara di Laut Flores yang leusitik (Hartmann. 1935; brouwer, 1940). Volkanisma orogen memproduksi batuan yang bervariasi mulai gabro, diorit dan tonalit. Komposisi diagram diferensiasi magma

pada busur kepulauan Sunda menunjukkan hubunagn nilai Al (alumina), Fm (feromagnesian), dan Alk (alkali) dengan Si (silika). Perubahan komposisi dalam perkembangan gunungapi terjadi secara bertahap dari basa (basaltik) ke asam (dasit liparit). G. Tanggamus di Sumatra Selatan pada erupsi awal menghasilkan lava basalt olivin yang mengandung SiO2antara 52 - 53%, yang diikuti tufa liparit yang mengandung SiO2 73%, dan diakhiri dengan sumbat lava latit yang mengandung SiO270%. (Van Bemmelen & Esenwein, 1932). G. Krakatau di selat Sunda memiliki 3 siklus yang masing-masing dibatasi oleh amblesan besar. Batuan tertua terdiri dari andesit hipersten yang mengandung silika 70%. Pasca amblesan pembentukan kaldera, gunungapi ini menghasilkan batuan sangat asam yang mengandung 71% SiO2. Siklus magmatisma berikutnya dimulai dari basalt Rakata yang mengandung 50 % SiO2, dan mengalami peningkatan menjadi 53 %. Peningkatan silika ini diikuti erupsi G. Danan and G. Perbuwatan yang mengerupsikan lava yang mengandung Si02 lebih dari 60%. Selama 2 abad kandungan SiO2G. Krakatau berkisar pada 69 %. Pada tahun 1883 siklus ini diakiri dengan adanya erupsi tipe Plinian yang memprodusi material lepas yang mengandung SiO2berkisar antara 64 - 67 %. Setelah erupsi besar tersebut, kandungan SiO2 kembali rendah dan secara bertahap meningkat kembali, sehingga menjadi sekitar 51 % pada pada tahun 1928, 52 % pada tahun 1930, dan 76 % pada tahun 1935. Kelompok gunungapi Dieng di Jawa Tengah menunjukkan peningkatan keasaman yang jelas dalam tahapan perkembangan erupsinya (Neumann Van Padang 1936; Van Bemmelen 1937). Aktifitas magmatisma dimulai dengan basalt yang mengandung 51 52 % SiO2; diikuti dengan andesit hipersten yang mengandung 53 - 56 % SiO2, andesit hornblenda yang mengandung 57 % SiO2dan akhirnya andesit biotit yang mengandung 60,5 - 63 % SiO2. G. Ungaran di dekat Semarang menunjukkan tiga tahap pertumbuhan yang dipisahkan oleh dua amblesan (Bemmelen 1941 dan 1943). Tahap pertama aktivitas gunungapi ini terjadi pada Pleistosen bawah sampai Pleistosen Tengah sebagai penyusun Formasi Damar. Pertumbuhan gunungapi tahap pertama ini memproduksi andesit basaltis

sampai andesit biotit. Tahap kedua terjadi pada Pleistosen atas dan Holosen yang memroduksi andesites biotit yang mengandung 54 - 57% S02. Selanjutnya tahap terakhir gunungapi ini menghasilkan andesit horblenda yang lebih asam. Kompleks Tengger di Jawa Timur juga menunjukkan peningkatan kandungsn Si02 selama evolusinya. Fase kontruksi pertama, G. Tengger purba memproduksi gabro, diorit gabro dan diorit yang mengandung 50 - 54 % Si02. Fase kontruksi kedua berupa aliran lava yang terjadi setelah amblesan sektor utara yang memanjang sampai selat Madura (yang kemudian dikenal dengan lembah Sapikerep). Lava ini memiliki viskositas rendah yang mengandung 51 - 56 % SiO2. Fase kontruksi ketiga terjadi setelah amblesan pembentukan kaldera Laut Pasir. Gunungapi yang ada di dalam kaldera Lautpasir tersebut memproduksi batuan yang mengandung 55 - 59 % Si02. Di kawasan Toba, aktivitas gunungapi andesitik hadir sebelum dan sesudah erupsi liparit Toba. Sebelum erupsi besar liparit, andesit yang dierupsikan mengandung 55 62 % Si02. Erupsi besar mengandung liparit biotite - hornblende yang mengandung 67 - 69 % Si02. Pada akhirnya, pasca erupsi liparit, erupsi Toba memproduksi andesit yang mengandung 56- 58 % SiO2.

9. Penangkap Air Hujan Gunung api juga bermanfaat sebagai penangkap hujan yang baik. Dengan tanahnya yang subur, berakibat pada tumbuh suburnya berbagai tumbuhan dan hutan yang lebat. Ini berarti gunung berapi menjadi tempat reservoir air tanah yang sangat baik. Hutan lebat ini bisa menghasilkan mata air yang sangat berguna terutama sebagai sumber air di musim kemarau. Sedangkan musim hujan, hutan dapat menyerap air dan menahan erosi/longsor sehingga dapat mencegah terjadinya banjir.

Daftar Pustaka

http://chusnan.web.ugm.ac.id/index.php? subaction=showfull&id=1197517869&archive=&start_from=&ucat=2&do=artikel http://wahyuancol.wordpress.com/category/glosarium/l/ http://images.google.co.id/imgres?imgurl=http://www.edukasi.net/mol/datafitur/modul_online/MO_132/images/gb0409.jpg&imgrefurl=http://www.e -dukasi.net/mol/mo_full.php%3Fmoid%3D132%26fname %3Dgeox0405.htm&usg=__49lHottzUGwysCqhdg2JOCt1b8=&h=216&w=236&sz=27&hl=id&start=5&um=1&tbnid=mjiIwlCbvJCqM:&tbnh=100&tbnw=109&prev=/images%3Fq%3Dgunung%2Bapi%26hl%3Did %26sa%3DN%26um%3D1 http://books.google.co.id/books? id=x5a9iC4a1bEC&pg=PA122&lpg=PA122&dq=dampak+positif+gunung+api+di+Indonesia &source=bl&ots=HJ0PyB0Gk2&sig=rSLDej6YoxvA3wkOIyzYhUwJVVg&hl=id&ei=nUT6 SZe9Jo3a6gOUna2kAg&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=1#PPA122,M1 http://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_berapi