PERAN DAN PROSES KREATIF SANGGAR TARI GUNTUR DANCE COMPANY PADA MASYARAKAT DI KOTA KEDIRI
Guntur Hanes
-
Upload
ebes-aja-lagi -
Category
Documents
-
view
219 -
download
0
description
Transcript of Guntur Hanes
PENERAPAN PANCASILA DI INDONESIA
Posisi pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia di era globalisasi sangat
rawan terhadap pengaruh-pengaruh dari luar yang tidak sesuai dengan kearifan lokal.
Implikasi tersebut diantaranya adalah: secara formal, Pancasila tetap diakui oleh
seluruh bangsa Indonesia sebagai ideologi. Namun dalam penerapannya, perilaku
masyarakat banyak yang mengalami pergeseran nilai. Secara tidak langsung pergeseran
nilai tersebut membuat masyarakat perlahan-lahan melupakan Pancasila.
Berikut adalah beberapa contoh penerapan pancasila di Indonesia baik positif
(sesuai dengan pancasila) dan negatif(bertentangan dengan nilai pancasila):
A. Penerapan Positif Nilai-Nilai Pancasila Di Indonesia.
1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
a) Percaya dan takwa pada Tuhan Yang Maha Esa
b) Saling menghormati dan bekerja sama antar pemeluk agama dan penganut
kepercayaan sehingga terbina kerukunan hidup
c) Saling menghormati kebebasan dalam menjalankan ibadah
d) Tidak memaksakan suatu agama kepada orang lain
Contoh Desa Balun Kec. Turi Kab. Lamongan menjadi bukti bahwa
kemajemukan bukanlah satu hal negatif yang dapat memecah bangsa ini. Keragaman
yang terjalin justru menjadi bukti bahwa kemajemukan adalah kekayaan bangsa ini
yang patut dilestarikan dan bukan hanya keniscayaan semata. Keragaman keyakinan
warga Desa Balun sudah terjalin sejak lama. Dikotomi mayoritas-minoritas yang kerap
didengung-dengungkan sedikit orang yang membenci keberagaman dan hanya
mendambakan keseragaman tak pernah menjadi masalah di desa Balun. Meskipun
1.500 kepala keluarga, atau sekitar 75 persen warga beragama Islam, 15 persen
beragama Kristen dan sepuluh persen sisanya beragama Hindu, kerukunan,
keharmonisan dan toleransi tetap terjalin. Slawi/Detiksurabaya. (Sumber:
http://reformata.com/news/view/4697/desa-pancasila-umat-beda-agama-rukun)
2. Sila Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab
a) Mengakui persamaan derajat,hak,dan kewajiban antar sesama manusia
b) Saling mencintai sesama manusia
c) Mengembangkan sikap tenggang rasa
d) Tidak semena-mena terhadap orang lain
e) Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
f) Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan
g) Berani membela kebenaran dan keadilan
h) Mengembangkan sikap saling menghormati dan bekerja sama dengan bangsa
lain karena bangsa indonesia merupakan bagian dari seluruh umat manusia
Contoh penerapan sila ke-2 adalah yang dilakukan Indonesia dengan mengirim
pasukan perdamaian di bawah naungan PBB ke negara lain yang dilanda gejolak
seperti di Darfur. Misi TNI ini adalah murni demi kemanusiaan. Kegiatan ini sangat
dirasakan manfaatnya oleh penduduk lokal.
Prajurit TNI yang tergabung dalam Satgas Batalyon Komposit TNI Kontingen
Garuda (Konga) XXXV-A/Unamid (United Nations Mission In Darfur) atau
Indonesian Battalion (Indobatt), yang tengah bertugas sebagai Pasukan Perdamaian
PBB. Sementara itu pada kesempatan yang berbeda, Syeikh Ayub selaku tokoh
masyarakat di wilayah tersebut mengatakan bahwa kehadiran Pasukan TNI yang
tergabung dalam Kontingen Garuda Indonesia sangat membantu kebutuhan masyarakat
lokal, baik itu pelaksanaan pengobatan gratis sampai pembangunan dan perbaikan
pompa air di tiga titik di wilayah nya. “Terimakasih banyak pada Peacekeepers
Indonesia yang telah banyak membantu masyarakat lokal, pasukan Indonesia sangat
mengesankan, keramahan, dan berbagai upaya bantuan sangat membantu kami disini”
tandasnya.
Sumber: http://www.tniad.mil.id/index.php/2015/07/tni-gelar-pengobatan-massal-
gratis-di-darfur-barat/
3. Sila Persatuan Indonesia
a) Menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa dan
negara diatas kepentingan pribadi atau golongan.
b) Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.
c) Cinta tanah air dan bangsa.
d) Bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia.
e) Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-
Bhineka Tunggal Ika.
Diadakannya upacara bendera setiap hari Senin di lingkungan sekolah, Instansi
pemerintah dan di kantor lembaga negara merupakan bukti kecintaan terhadap tanah air
Indonesia.
4. Sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan Perwakilan.
a) Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat
b) Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain
c) Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan
bersama
d) Musyawarah untuk mufakat dalam semangat kekeluargaan
e) Itikad baik untuk menerima dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah
f) Musyawarah harus dilakukan dengan akal sehat
g) Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung jawabkan kepada Tuhan
Contoh Pemilihan Ketua Umum MUI Terapkan Pola Musyawarah Mufakat.
Pola pemilihan umum Ketua Umum MUI kemungkinan besar memakai pola
musyawarah mufakat setelah sejumlah anggota formatur dipilih dan ditentukan.
Peluang penerapan pola voting nyaris tak ada.
(Sumber: http://berita.suaramerdeka.com/pemilihan-ketua-umum-mui-terapkan-pola-
musyawarah-mufakat/)
5. Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
a) Mengembangkan perbuatan-perbuatan luhur yang mencerminkan sikap dan
suasana kekeluargaan dan gotong-royong.
b) Bersikap adil.
c) Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
d) Menghormati hak-hak orang lain.
e) Suka memberipertolongan kepada orang lain.
f) Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain.
g) Tidak bergaya hidup mewah.
h) Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum.
i) Suka bekerja keras.
j) Menghargai hasil karya orang lain.
k) Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan
social
Contoh penerapan positif yaitu pendirian koperasi. Sebagai organisasi ekonomi rakyat,
asas dan prinsip-prinsip koperasi sangat sesuai dengan jiwa Pancasila, terutama sila
kelima, yaitu Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Data Per 31 Desember
2014 Tercatat ada 209.488 koperasi di Indonesia tetapi yang aktip 147.249 dengan
anggota sebanyak 36.443.953 anggota (sumber: Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil
dan Menengah Republik Indonesia)
B. Penerapan Negatif Penerapan Nilai-Nilai Pancasila Di Indonesia.
1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
Contoh penyimpangan terhadap sila pertama adalah kasus pembakaran masjid di Kota
Karubaga,Tolikora, Papua pada saat umat Islam melaksanakan ibadah sholat Idul Fithri
pada tanggal 17 Juli 2015. Kejadian ini jelas merupakan pelanggaran terhadap nilai
pancasila yaitu saling menghormati kebebasan beribadah. Kasus ini langsung ditangani
pihak berwajib guna mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Sumber:
http://nasional.tempo.co/read/news/2015/08/04/063688976/kasus-tolikara-presiden-
gidi-diperiksa-polisi-papua
2. Sila Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab
Contoh kasus pembunuhan bocah kecil Angeline di Bali. Merupakan bukti penerapan
negatif akan nilai-nilai kemanusiaan di Indonesia yang dilakukan oleh warga negara.
Kasus ini termasuk kejahatan kemanusiaan yang nyata.
(Sumber: http://www.bbc.com/indonesia/majalah/2015/06/150610_trensosial_angeline)
3. Sila Persatuan Indonesia
- Kelompok Hizbut Tahrir Indonesia (HTI)
Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) adalah organisasi Islam yang kerap membuat
resah masyarakat, bukan karena demonstrasi-demonstrasi anti-pemerintah yang
digelarnya, tapi karena ajaran-ajarannya yang bertentangan dengan kebanyakan
lembaga Islam di Indonesia. Jika lembaga-lembaga Islam besar seperti Muhammadiyah
dan NU (Nahdlatul Ulama) dikenal karena menyuarakan Islam yang toleran dan ramah,
HTI mengajak kaum Muslim untuk mengecam dan melawan negara RI yang sah.
Yang paling menyedihkan dari organisasi ini adalah keinginannya untuk mengganti
konstitusi Indonesia, sistem pemerintahan dan sosial Indonesia yang sudah
diperjuangkan dengan nyawa dan darah oleh para pendiri bangsa ini, dengan ideologi
sempit yang mereka yakini. HTI menganggap bahwa NKRI adalah sistem kufur yang
harus digempur. HTI menganggap bahwa konstitusi NKRI harus diganti dengan sistem
khilafah. Tentu saja, yang mereka maksud dengan “khilafah” adalah khilafah menurut
versi mereka sendiri, yang tak disetujui oleh organisasi-organisasi besar Islam seperti
Muhammadiyah dan NU.
Sumber: http://www.madinaonline.id/khazanah/fikih/hti-makar-terhadap-ri/
- Organisasi Papua Merdeka (OPM)
Organisasi Papua Merdeka (OPM) adalah sebuah gerakan nasionalis yang
didirikan tahun 1965 yang bertujuan untuk mewujudkan kemerdekaan Papua bagian
barat dari pemerintahan Indonesia. Sebelum era reformasi, provinsi yang sekarang
terdiri atas Papua dan Papua Barat ini dipanggil dengan nama Irian Jaya.
OPM merasa bahwa mereka tidak memiliki hubungan sejarah dengan bagian Indonesia
yang lain maupun negara-negara Asia lainnya. Penyatuan wilayah ini ke dalam NKRI
sejak tahun 1969 merupakan buah perjanjian antara Belanda dengan Indonesia dimana
pihak Belanda menyerahkan wilayah tersebut yang selama ini dikuasainya kepada
bekas jajahannya yang merdeka, Indonesia. Perjanjian tersebut oleh OPM dianggap
sebagai penyerahan dari tangan satu penjajah kepada yang lain.
4. Sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan.
Adapun penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan terhadap sila ke-4 adalah:
a) Banyak warga Negara/masyarakat belum terpenuhi hak dan kewajibannya didalam hukum.
b) Ketidak transparannya lembaga-lembaga yang ada didalam Negara Indonesia dalam sistem kelembagaannya yang menyebabkan masyarakat enggan lagi percaya kepada pemerintah.
c) Banyak para wakil rakyat yang merugikan Negara dan rakyat, yang seharusnya mereka adalah penyalur aspirasi demi kemajuan dan kesejahteraan Negara Indonesia.
d) Banyak keputusan-keputusan lembaga hukum yang tidak sesuai dengan azas untuk mencapai mufakat,sehingga banyak masyarakat yang merasa dirugikan.
e) Banyak masyarakat yang kurang bisa menghormati adanya peraturan-peraturan yang dibuat oleh pemerintah.
f) Demonstrasi yang dilakukan tanpa melapor kepada pihak yang berwajib.g) Kasus kecurangan terhadap pemilu, yang melihat bukan dari sisi kualitas,
tetapi dari kuantitas.h) Lebih mementingkan kepentingan pribadi atau golongan daripada
kepentingan bersama atau masyarakat.i) Menciptakan perilaku KKN.
Contoh kasus yang dilakukan Romi dan istrinya Masyito (mantan walikota Palembang).
Romi dan Masyito secaara bersama-sama memberikan uang Rp14,145 miliar dan 316.700 dolar AS (sekitar total Rp17,9 miliar)kepada mantan Akil Mochtar melalui tangan kanan Akil bernama Muhtar Ependy untuk mempengaruhi putusan perkara permohonan keberatan hasil pemilihan kepala daerah (pilkada) kota Palembang yang sedang ditangani oleh Akil.
(Sumber: http://www.antaranews.com/berita/506250/kpk-eksekusi-romi-herton-dan-istrinya)
5. Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Sila ke-5, yang seharusnya sudah terimplementasikan dengan baik dalam
kehidupan, justru pada prakteknya, implementasi dari sila tersebut tidak sesuai dengan
kondisi rakyat Indonesia saat ini, dimana masih ada praktek diskriminasi dari para
penguasa. Ada empat hal yang ingin saya paparkan yaitu mengenai bukti penerapan
keadilan dalam bidang hukum, kesehatan, pendidikan dan ekonomi, yang dirasa
mempunyai masalah kompleks terhadap implementasi dari sila Keadilan Sosial Bagi
Seluruh Rakyat Indonesia.
a) Bidang Hukum
Contoh kecil yang menggambarkan bukti ketidakadilan hukum di Indonesia ini
adalah banyaknya kasus korupsi yang menyeret pejabat publik seperti kepala daerah,
anggota legislatif, para anggota kabinet, dan politisi partai politik yang merugikan
negara sampai milyaran rupiah, tetapi hukuman yang diberikan tidak sebanding dengan
apa yang telah diperbuat dan kadang walaupun sudah divonis sebagai tersangka masih
saja bisa pergi kemana-mana bahkan sampai keluar negeri.
kasus beberapa waktu lalu yang sempat menggemparkan masyarakat Indonesia. Yakni
kasus yang menjerat Gayus Halomoan Tambunan yang terbukti telah menggelapkan
dana pajak negara sebesar Rp. 5 milyar. Namun, beberapa saat dari jatuhan vonis yang
diberikan oleh pengadilan, sang terdakwa (Gayus) malah tertangkap media massa
sedang berlibur di Bali.
Bandingkan dengan kasus Nenek Asyani!
Nenek enam puluh tiga (63) tahun ini terbukti oleh pihak perhutani telah
mengambil kayu jati di hutan yang terdapat di Situbondo Jawa timur. Menurut Humas
KRPH Perhutan Bondowoso, Abdul Ghani, kasus pencurian ini dilakukan pada tanggal
14 juli tahun lalu. Kejadian ini bermula ketika petugas perhutani sedang melakukan
patroli rutin dan menemukan dua tunggak bekas pencurian di area hutan.
Akibat kasus ini, nenek tua asal Jatibanteng ini terjerat Pasal 12 juncto pasal 83
Undang-Undang tahun 2013 tentang Illegal Loging atau perusakan hutan lindung
dengan ancaman hukuman selama lima tahun penjara. Nenek Asyani pun mulai
merasakan pahitnya hidup dipenjara terhitung mulai dari tanggal 15 Desember tahun
lalu. (Sumber: http://www.koranmuria.com/2015/08/27/13975/potret-buram-hukum-
indonesia.html)
b) Bidang Kesehatan
Buruknya layanan kesehatan masih menjadi keluhan dikalangan masyarakat
yang kurang mampu di Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat dari berbagai aspek, mulai
dari antrean yang panjang, kerumitan dalam mengurus syarat-syarat administrasi,
bahkan tidak jarang yang mendapat penolakan dari berbagai rumah sakit. Hingga
pungutan liar untuk memperoleh pengobatan gratis juga masih terjadi.
Buruknya pelayanan kesehatan yang diterima rakyat miskin menjadi potret bahwa
keadilan belum bisa ditegakkan dengan baik. Tapi disisi lain, orang kaya atau orang
yang mempunyai jabatan/pangkat tinggi justru mendapatkan pelayanan yang istimewa.
c) Bidang Pendidikan
Terjadi ketimpangan antara pendidikan di Jawa dengan di kawasan Indonesia
sebelah timur (seperti: Papua, Maluku).
Apabila data survei dipilah berdasarkan daerah, masyarakat di Indonesia timur tidak
puas dengan peningkatan pendidikan yang dalam survei itu indikatornya ialah “wajib”
belajar 12 tahun dan peningkatan kualitas pendidikan. Masyarakat di Maluku-Papua
yang puas terhadap pelaksanaan “wajib” belajar 12 tahun hanya 33,3 persen, sedangkan
di Sumatera 70,7 persen dan Jawa 61,5 persen.
Untuk peningkatan kualitas pendidikan, masyarakat yang puas di Sumatera 66
persen, Jawa 68 persen, dan Sulawesi 75 persen. Sebaliknya sikap puas masyarakat di
Maluku-Papua terhadap isu serupa (29,2 persen). Masyarakat juga puas dengan
pengembangan budaya gotong royong. Namun, pembangunan pendidikan-lah yang
jauh lebih peka terhadap kebijakan publik yang diambil pemimpin.
Pembangunan pendidikan di Jawa memang mulai dirasakan masyarakat,
terlepas kinerja Jokowi yang baru menjabat sebagai Presiden RI. Di Surabaya, Jawa
Timur, biaya sekolah mulai dari SD, SMP, hingga SMA/SMK gratis sejak 2010.
Bahkan, baju seragam dan buku siswa miskin dibiayai Pemerintah Kota Surabaya.
“Tak ada lagi sekolah yang hanya untuk anak orang mampu,” kata Wali Kota Surabaya
Tri Rismaharini, Selasa (28/4).
Sebaliknya, di kawasan Indonesia timur, seperti Maluku dan Papua, masyarakat
masih merindukan perbaikan. Di sanalah Jokowi-Kalla dapat meningkatkan dukungan
sekaligus memenuhi hak pendidikan masyarakat. Indeks pembangunan manusia di
Provinsi Papua, misalnya, menempati peringkat terakhir dari 33 provinsi selama satu
dekade. Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Papua Protasius Lobya
menuturkan telah menetapkan program wajib belajar 12 tahun. Namun, angka buta
huruf di Papua masih 600.000 jiwa. Pemprov Papua mengucurkan dana otonomi
khusus sekitar Rp 30 miliar ke setiap kabupaten untuk sektor pendidikan sejak 2014.
“Kami harap pemda konsisten menggunakan dana itu untuk pendidikan,” katanya.
Di Papua, sentuhan kebijakan lamban. Protasius menyatakan, terkait Kurikulum 2013,
hanya 6.000 dari target 16.094 tenaga guru yang dilatih. Hingga saat ini, dia juga belum
mendapatkan sosialisasi program Kartu Indonesia Pintar, andalan Jokowi.
Di Maluku, guru dan masyarakat di Negeri (Desa) Lima, Kecamatan Leihitu,
Kabupaten Maluku Tengah, kecewa dengan pemerintah yang belum juga membangun
gedung untuk SDN 1 Negeri Lima, SDN 2 Negeri Lima, dan SD Inpres Negeri Lima.
Ketiga SD itu terkena banjir bandang Juli 2013. Sebanyak 400 siswa telantar.
Siti Sarah Suneth, guru kelas I SDN 1 Negeri Lima, mengatakan, kondisi tenda darurat
tak layak lagi. Ketika hujan, kegiatan belajar dihentikan. Sumber:
https://indonesiacompanynews.wordpress.com/2015/04/30/terjadi-ketimpangan-
bidang-pendidikan/
d) Bidang Ekonomi
Sebagian besar masyarakat yang menggantungkan kehidupan pada sektor riil
tidak tesentuh oleh kemajuan sektor keuangan. Dengan demikian masalah
pengangguran dan kemiskinan tetap saja menjadi masalah yang akut yang tidak dapat
teratasi. Perkembangan sektor finansial hanya dinikmati oleh pemilik modal kuat dan
mereka yang bekerja pada sektor tersebut yang jumlahnya relatif kecil.
Ketimpangan ini menciptakan kepincangan pendapatan pekerja dan pengusaha yang
bergerak pada kedua sektor. Masyarakat sektor keuangan yang jumlahnya relatif lebih
kecil menerima pendapatan yang lebih besar sehingga kepincangan pendapatan dari
kedua sektor ini tidak dapat dielakkan.
Pengangguran dan kemiskinan tak dapat diatasi karena tidak adanya kegiatan ekonomi
nyata yang berjalan. Secara nasional perkembangan ekonomi memang terjadi tapi
pengangguran juga bertambah. Ini sangat paradoksial yang disebut dengan the paradox
of growth. Pertumbuhan kedua sektor tidak berjalan seimbang sehingga pertumbuhan
ekonomi nasional menjadi tidak sehat.
Kedua, ketimpangan pembangunan antar wilayah akibat terkonsentrasinya
aktifitas ekonomi pada wilayah tertentu. Secara naional konsentrasi itu dapat terlihat,
dimana kekuatan ekonomi Indonesia 58 persen berada di pulau Jawa, yang pulaunya
lebih kecil dari pulau Sumatera maupun Kalimantan, Sulawesi dan Irian. Pulau
Sumatera menguasai 20 persen, Kalimantan 5 persen, sisanya berada di Sulawesi dan
Irian dan pulau pulau di Indonesia timur. Akibatnya kepincangan pendapatan dan
kesejahteraan pun terjadi. Tidak heran jika kesejahteraan masyarakat pulau Jawa adalah
yang tertinggi. Disusul oleh masyarakat yang tinggal di wilayah Sumatera dan baru
kemudian masyarakat yang berada di wilayah Indonesia timur. Ini terlihat dari
pertumbuhan ekonomi yang berjalan pada ketiga wilayah itu.
Keadaan yang sama terjadi pada daerah provinsi. Di provinsi juga terdapat kepincangan
pembangunan antar daerah sehingga kesejahteraan antar daerah dalam satu provinsi
tidak sama. Ketidakmerataan ini sangat tidak menguntungkan dan menjadikan
perekonomian menjadi tidak sehat. Kepincangan kesejahteraan dan keadilan pun
berjalan. Banyak faktor yang menjadikan hal ini bisa terjadi. Mungkin karena
terdapatnya isolasi geograpi. Baik secara nasional maupun daerah terdapat isolasi
geograpi yang disebabkan oleh pembangunan infra struktur yang tidak merata. Daerah
yang terisolasi memiliki infrastruktur yang terbatas sehingga perkembangannya sangat
lambat. Dengan demikian ditemukan ada wilayah yang berkembang namun ada
wilayah yang tidak bergerak. Konsentrasi perekonomian pada satu wilayah juga
disebabkan oleh kebijakan ekonomi yang tidak tepat dan ketidakmampuan pemerintah
mengendalikan pasar. Kebijakan pemerintah masih berisikan pemikiran bagaimana
perekonomian dapat didorong tumbuh tanpa melihat pemerataannya. Artinya masih
bersifat kuantitatif belum kualitatif dilihat dari sudut kesejahteraan anak bangsa secara
keseluruhan. Secara nyata terlihat bahwa kebijakan ekonomi dan pembangunan
infrastruktur diarahkan dan dibangun untuk mendorong pusat pusat pertumbuhan yang
telah berkembang. Sementara wilayah yang tertinggal hanya dijadikan pelengkap
pembangunan semata. Dengan kondisi seperti ini, pelaku ekonomi tentu akan memilih
tempat usaha di pusat pertumbuhan dimana pemerintah memusatkan perhatiannya. Ini
membikin keadaan menjadi seakin timpang.
Di tengah ketimpangan ini pemerintah pun tidak berniat untuk memberikan
insentif atau kompensasi bagi pelaku ekonomi yang mau berusaha di daerah yang
belum berkembang. Tak terpikirkan oleh pemerintah untuk memberikan keringanan
pajak, kemudahan mendapatkan ijin, bantuan kredit dsb bagi dunia usaha yang mau
bekerja di wilayah / daerah yang perekonomiannya belum maju.
Pemberian kompensasi/insentif tentu dapat mendorong pelaku ekonomi bekerja di
daerah yang belum berkembang sehingga mengurangi kepincangan pembangunan antar
wilayah dan yang dapat memeratakan pembangunan antar wilayah serta dapat
memperkuat perekonomian nasional.
Ketiga, ketimpangan kesempatan berusaha. Ketimpangan ini bisa terjadi antara
perusahaan asing yang memiliki modal kuat, memiliki tenaga ahli dan teknologi tinggi
dengan pengusaha nasional. Demikian juga kepincangan antara perusahaan kuat
dengan perusahaan UKM di dalam negeri. Ketimpangan seperti ini juga akan
menciptakan kepincangan dalam kesejahteraan dan menjadikan ekonomi tidak sehat.
Akan terjadi saling menggusur dan persaingan yang tidak sehat. Sumber:
http://waspadamedan.com/index.php?
option=com_content&view=article&id=6992:ketimpangan-perekonomian-
indonesia&catid=59:opini&Itemid=215
Kesimpulan
Penerapan nilai-nilai pancasila di Indonesia belum sepenuhnya dilaksanakan
terbukti masih banyaknya kasus-kasus penyimpangan seperti pembahasan diatas.
Bangsa Indonesia akan mampu mengatasi persolan-persoalan dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara apabila berpegang pada nilai-nilai luhur pancasila.
Beberapa fakta tersebut di atas merupakan kendala tersendiri bagi bangsa
Indonesia ke depan, hal ini bukan berarti Pancasila yang gagal dalam mengawal
tercapainya tujuan dan cita-cita nasional. Akan tetapi, bangsa Indonesia lah yang belum
bisa menerapkan Pancasila itu dalam kehidupannya. Sesempurna apapun ideologi kalau
manusia-manusianya tidak mempunyai kesadaran dalam mengamalkannya, hasilnya
akan nihil. Hal ini akan berdampak pada semakin jauhya cita-cita dan tujuan nasional
yang ingin dicapai.
MAKALAHPkn
PENERAPAN NILAI-NILAI PANCASILA
DI INDONESIA
Dosen Pembimbing:
Ida Riana, M.Pd.
Disusun Oleh:
Guntur Santoso (XII TKR II)
Hanes Angga Tahana (XII TKR II)
SMK PGRI SUKODADI
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah atas berkat rohmat dan pertolongan Allah SWT, kami
dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami ucapkan terimakasih kepada Ibu Ida Riana, M.Pd. selaku guru mata
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sekaligus guru pembimbing dalam penulisan
makalah ini. Tak lupa juga kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam proses
penulisan makalah ini yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
Makalah dengan judul:”PENERAPAN NILAI-NILAI PANCASILA DI
INDONESIA” ini memuat Penerapan Nilai-Nilai Pancasila yang Positif dan Negatif
beserta realita yang terjadi di Indonesia,
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan ini dikarenakan
keterbatasan pengetahuan serta kemampuan kami untuk itu kritik dan saran yang
membangun sangat diharapkan demi pebaikan di masa yang akan datang, semoga
makalah sederhana ini bermanfaat bagi kita semua.
Sukodadi, September 2015
Penulis
1