Guntur Hanes

19
PENERAPAN PANCASILA DI INDONESIA Posisi pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia di era globalisasi sangat rawan terhadap pengaruh-pengaruh dari luar yang tidak sesuai dengan kearifan lokal. Implikasi tersebut diantaranya adalah: secara formal, Pancasila tetap diakui oleh seluruh bangsa Indonesia sebagai ideologi. Namun dalam penerapannya, perilaku masyarakat banyak yang mengalami pergeseran nilai. Secara tidak langsung pergeseran nilai tersebut membuat masyarakat perlahan-lahan melupakan Pancasila. Berikut adalah beberapa contoh penerapan pancasila di Indonesia baik positif (sesuai dengan pancasila) dan negatif(bertentangan dengan nilai pancasila): A. Penerapan Positif Nilai-Nilai Pancasila Di Indonesia. 1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa a) Percaya dan takwa pada Tuhan Yang Maha Esa b) Saling menghormati dan bekerja sama antar pemeluk agama dan penganut kepercayaan sehingga terbina kerukunan hidup c) Saling menghormati kebebasan dalam menjalankan ibadah d) Tidak memaksakan suatu agama kepada orang lain Contoh Desa Balun Kec. Turi Kab. Lamongan menjadi bukti bahwa kemajemukan bukanlah satu hal negatif yang dapat memecah bangsa ini. Keragaman yang terjalin justru menjadi bukti bahwa kemajemukan adalah kekayaan bangsa ini yang patut dilestarikan dan bukan hanya keniscayaan semata. Keragaman keyakinan warga Desa Balun sudah terjalin sejak lama. Dikotomi mayoritas-minoritas yang

description

makalah pkn smk

Transcript of Guntur Hanes

PENERAPAN PANCASILA DI INDONESIA

Posisi pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia di era globalisasi sangat

rawan terhadap pengaruh-pengaruh dari luar yang tidak sesuai dengan kearifan lokal.

Implikasi tersebut diantaranya adalah: secara formal, Pancasila tetap diakui oleh

seluruh bangsa Indonesia sebagai ideologi. Namun dalam penerapannya, perilaku

masyarakat banyak yang mengalami pergeseran nilai. Secara tidak langsung pergeseran

nilai tersebut membuat masyarakat perlahan-lahan melupakan Pancasila.

Berikut adalah beberapa contoh penerapan pancasila di Indonesia baik positif

(sesuai dengan pancasila) dan negatif(bertentangan dengan nilai pancasila):

A. Penerapan Positif Nilai-Nilai Pancasila Di Indonesia.

1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

a) Percaya dan takwa pada Tuhan Yang Maha Esa

b) Saling menghormati dan bekerja sama antar pemeluk agama dan penganut

kepercayaan sehingga terbina kerukunan hidup

c) Saling menghormati kebebasan dalam menjalankan ibadah

d) Tidak memaksakan suatu agama kepada orang lain

Contoh Desa Balun Kec. Turi Kab. Lamongan menjadi bukti bahwa

kemajemukan bukanlah satu hal negatif yang dapat memecah bangsa ini. Keragaman

yang terjalin justru menjadi bukti bahwa kemajemukan adalah kekayaan bangsa ini

yang patut dilestarikan dan bukan hanya keniscayaan semata. Keragaman keyakinan

warga Desa Balun sudah terjalin sejak lama. Dikotomi mayoritas-minoritas yang kerap

didengung-dengungkan sedikit orang yang membenci keberagaman dan hanya

mendambakan keseragaman tak pernah menjadi masalah di desa Balun. Meskipun

1.500 kepala keluarga, atau sekitar 75 persen warga beragama Islam, 15 persen

beragama Kristen dan sepuluh persen sisanya beragama Hindu, kerukunan,

keharmonisan dan toleransi tetap terjalin. Slawi/Detiksurabaya. (Sumber:

http://reformata.com/news/view/4697/desa-pancasila-umat-beda-agama-rukun)

2. Sila Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab

a) Mengakui persamaan derajat,hak,dan kewajiban antar sesama manusia

b) Saling mencintai sesama manusia

c) Mengembangkan sikap tenggang rasa

d) Tidak semena-mena terhadap orang lain

e) Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.

f) Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan

g) Berani membela kebenaran dan keadilan

h) Mengembangkan sikap saling menghormati dan bekerja sama dengan bangsa

lain karena bangsa indonesia merupakan bagian dari seluruh umat manusia

Contoh penerapan sila ke-2 adalah yang dilakukan Indonesia dengan mengirim

pasukan perdamaian di bawah naungan PBB ke negara lain yang dilanda gejolak

seperti di Darfur. Misi TNI ini adalah murni demi kemanusiaan. Kegiatan ini sangat

dirasakan manfaatnya oleh penduduk lokal.

Prajurit TNI yang tergabung dalam Satgas Batalyon Komposit TNI Kontingen

Garuda (Konga) XXXV-A/Unamid (United Nations Mission In Darfur) atau

Indonesian Battalion (Indobatt), yang tengah bertugas sebagai Pasukan Perdamaian

PBB. Sementara itu pada kesempatan yang berbeda, Syeikh Ayub selaku tokoh

masyarakat di wilayah tersebut mengatakan bahwa kehadiran Pasukan TNI yang

tergabung dalam Kontingen Garuda Indonesia sangat membantu kebutuhan masyarakat

lokal, baik itu pelaksanaan pengobatan gratis sampai pembangunan dan perbaikan

pompa air di tiga titik di wilayah nya. “Terimakasih banyak pada Peacekeepers

Indonesia yang telah banyak membantu masyarakat lokal, pasukan Indonesia sangat

mengesankan, keramahan, dan berbagai upaya bantuan sangat membantu kami disini”

tandasnya.

Sumber: http://www.tniad.mil.id/index.php/2015/07/tni-gelar-pengobatan-massal-

gratis-di-darfur-barat/

3. Sila Persatuan Indonesia

a) Menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa dan

negara diatas kepentingan pribadi atau golongan.

b) Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.

c) Cinta tanah air dan bangsa.

d) Bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia.

e) Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-

Bhineka Tunggal Ika.

Diadakannya upacara bendera setiap hari Senin di lingkungan sekolah, Instansi

pemerintah dan di kantor lembaga negara merupakan bukti kecintaan terhadap tanah air

Indonesia.

4. Sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam

Permusyawaratan Perwakilan.

a) Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat

b) Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain

c) Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan

bersama

d) Musyawarah untuk mufakat dalam semangat kekeluargaan

e) Itikad baik untuk menerima dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah

f) Musyawarah harus dilakukan dengan akal sehat

g) Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung jawabkan kepada Tuhan

Contoh Pemilihan Ketua Umum MUI Terapkan Pola Musyawarah Mufakat.

Pola pemilihan umum Ketua Umum MUI kemungkinan besar memakai pola

musyawarah mufakat setelah sejumlah anggota formatur dipilih dan ditentukan.

Peluang penerapan pola voting nyaris tak ada.

(Sumber: http://berita.suaramerdeka.com/pemilihan-ketua-umum-mui-terapkan-pola-

musyawarah-mufakat/)

5. Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

a) Mengembangkan perbuatan-perbuatan luhur yang mencerminkan sikap dan

suasana kekeluargaan dan gotong-royong.

b) Bersikap adil.

c) Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.

d) Menghormati hak-hak orang lain.

e) Suka memberipertolongan kepada orang lain.

f) Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain.

g) Tidak bergaya hidup mewah.

h) Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum.

i) Suka bekerja keras.

j) Menghargai hasil karya orang lain.

k) Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan

social

Contoh penerapan positif yaitu pendirian koperasi. Sebagai organisasi ekonomi rakyat,

asas dan prinsip-prinsip koperasi sangat sesuai dengan jiwa Pancasila, terutama sila

kelima, yaitu Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Data Per 31 Desember

2014 Tercatat ada 209.488 koperasi di Indonesia tetapi yang aktip 147.249 dengan

anggota sebanyak 36.443.953 anggota (sumber: Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil

dan Menengah Republik Indonesia)

B. Penerapan Negatif Penerapan Nilai-Nilai Pancasila Di Indonesia.

1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

Contoh penyimpangan terhadap sila pertama adalah kasus pembakaran masjid di Kota

Karubaga,Tolikora, Papua pada saat umat Islam melaksanakan ibadah sholat Idul Fithri

pada tanggal 17 Juli 2015. Kejadian ini jelas merupakan pelanggaran terhadap nilai

pancasila yaitu saling menghormati kebebasan beribadah. Kasus ini langsung ditangani

pihak berwajib guna mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Sumber:

http://nasional.tempo.co/read/news/2015/08/04/063688976/kasus-tolikara-presiden-

gidi-diperiksa-polisi-papua

2. Sila Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab

Contoh kasus pembunuhan bocah kecil Angeline di Bali. Merupakan bukti penerapan

negatif akan nilai-nilai kemanusiaan di Indonesia yang dilakukan oleh warga negara.

Kasus ini termasuk kejahatan kemanusiaan yang nyata.

(Sumber: http://www.bbc.com/indonesia/majalah/2015/06/150610_trensosial_angeline)

3. Sila Persatuan Indonesia

- Kelompok Hizbut Tahrir Indonesia (HTI)

Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) adalah organisasi Islam yang kerap membuat

resah masyarakat, bukan karena demonstrasi-demonstrasi anti-pemerintah yang

digelarnya, tapi karena ajaran-ajarannya yang bertentangan dengan kebanyakan

lembaga Islam di Indonesia. Jika lembaga-lembaga Islam besar seperti Muhammadiyah

dan NU (Nahdlatul Ulama) dikenal karena menyuarakan Islam yang toleran dan ramah,

HTI mengajak kaum Muslim untuk mengecam dan melawan negara RI yang sah.

Yang paling menyedihkan dari organisasi ini adalah keinginannya untuk mengganti

konstitusi Indonesia, sistem pemerintahan dan sosial Indonesia yang sudah

diperjuangkan dengan nyawa dan darah oleh para pendiri bangsa ini, dengan ideologi

sempit yang mereka yakini. HTI menganggap bahwa NKRI adalah sistem kufur yang

harus digempur. HTI menganggap bahwa konstitusi NKRI harus diganti dengan sistem

khilafah. Tentu saja, yang mereka maksud dengan “khilafah” adalah khilafah menurut

versi mereka sendiri, yang tak disetujui oleh organisasi-organisasi besar Islam seperti

Muhammadiyah dan NU.

Sumber: http://www.madinaonline.id/khazanah/fikih/hti-makar-terhadap-ri/

- Organisasi Papua Merdeka (OPM)

Organisasi Papua Merdeka (OPM) adalah sebuah gerakan nasionalis yang

didirikan tahun 1965 yang bertujuan untuk mewujudkan kemerdekaan Papua bagian

barat dari pemerintahan Indonesia. Sebelum era reformasi, provinsi yang sekarang

terdiri atas Papua dan Papua Barat ini dipanggil dengan nama Irian Jaya.

OPM merasa bahwa mereka tidak memiliki hubungan sejarah dengan bagian Indonesia

yang lain maupun negara-negara Asia lainnya. Penyatuan wilayah ini ke dalam NKRI

sejak tahun 1969 merupakan buah perjanjian antara Belanda dengan Indonesia dimana

pihak Belanda menyerahkan wilayah tersebut yang selama ini dikuasainya kepada

bekas jajahannya yang merdeka, Indonesia. Perjanjian tersebut oleh OPM dianggap

sebagai penyerahan dari tangan satu penjajah kepada yang lain.

4. Sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan.

Adapun penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan terhadap sila ke-4 adalah:

a) Banyak warga Negara/masyarakat belum terpenuhi hak dan kewajibannya didalam hukum.

b) Ketidak transparannya lembaga-lembaga yang ada didalam Negara Indonesia dalam sistem kelembagaannya yang menyebabkan masyarakat enggan lagi percaya kepada pemerintah.

c) Banyak para wakil rakyat yang merugikan Negara dan rakyat, yang seharusnya mereka adalah penyalur aspirasi demi kemajuan dan kesejahteraan Negara Indonesia.

d) Banyak keputusan-keputusan lembaga hukum yang tidak sesuai dengan azas untuk mencapai mufakat,sehingga banyak masyarakat yang merasa dirugikan.

e) Banyak masyarakat yang kurang bisa menghormati adanya peraturan-peraturan yang dibuat oleh pemerintah.

f) Demonstrasi yang dilakukan tanpa melapor kepada pihak yang berwajib.g) Kasus kecurangan terhadap pemilu, yang melihat bukan dari sisi kualitas,

tetapi dari kuantitas.h) Lebih mementingkan kepentingan pribadi atau golongan daripada

kepentingan bersama atau masyarakat.i) Menciptakan perilaku KKN.

Contoh kasus yang dilakukan Romi dan istrinya Masyito (mantan walikota Palembang).

Romi dan Masyito secaara bersama-sama memberikan uang Rp14,145 miliar dan 316.700 dolar AS (sekitar total Rp17,9 miliar)kepada mantan Akil Mochtar melalui tangan kanan Akil bernama Muhtar Ependy untuk mempengaruhi putusan perkara permohonan keberatan hasil pemilihan kepala daerah (pilkada) kota Palembang yang sedang ditangani oleh Akil.

(Sumber: http://www.antaranews.com/berita/506250/kpk-eksekusi-romi-herton-dan-istrinya)

5. Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Sila ke-5, yang seharusnya sudah terimplementasikan dengan baik dalam

kehidupan, justru pada prakteknya, implementasi dari sila tersebut tidak sesuai dengan

kondisi rakyat Indonesia saat ini, dimana masih ada praktek diskriminasi dari para

penguasa. Ada empat hal yang ingin saya paparkan yaitu mengenai bukti penerapan

keadilan dalam bidang hukum, kesehatan, pendidikan dan ekonomi, yang dirasa

mempunyai masalah kompleks terhadap implementasi dari sila Keadilan Sosial Bagi

Seluruh Rakyat Indonesia.

a) Bidang Hukum

Contoh kecil yang menggambarkan bukti ketidakadilan hukum di Indonesia ini

adalah banyaknya kasus korupsi yang menyeret pejabat publik seperti kepala daerah,

anggota legislatif, para anggota kabinet, dan politisi partai politik yang merugikan

negara sampai milyaran rupiah, tetapi hukuman yang diberikan tidak sebanding dengan

apa yang telah diperbuat dan kadang walaupun sudah divonis sebagai tersangka masih

saja bisa pergi kemana-mana bahkan sampai keluar negeri.

kasus beberapa waktu lalu yang sempat menggemparkan masyarakat Indonesia. Yakni

kasus yang menjerat Gayus Halomoan Tambunan yang terbukti telah menggelapkan

dana pajak negara sebesar Rp. 5 milyar. Namun, beberapa saat dari jatuhan vonis yang

diberikan oleh pengadilan, sang terdakwa (Gayus) malah tertangkap media massa

sedang berlibur di Bali.

Bandingkan dengan kasus Nenek Asyani!

Nenek enam puluh tiga (63) tahun ini terbukti oleh pihak perhutani telah

mengambil kayu jati di hutan yang terdapat di Situbondo Jawa timur. Menurut Humas

KRPH Perhutan Bondowoso, Abdul Ghani, kasus pencurian ini dilakukan pada tanggal

14 juli tahun lalu. Kejadian ini bermula ketika petugas perhutani sedang melakukan

patroli rutin dan menemukan dua tunggak bekas pencurian di area hutan.

Akibat kasus ini, nenek tua asal Jatibanteng ini terjerat Pasal 12 juncto pasal 83

Undang-Undang tahun 2013 tentang Illegal Loging atau perusakan hutan lindung

dengan ancaman hukuman selama lima tahun penjara. Nenek Asyani pun mulai

merasakan pahitnya hidup dipenjara terhitung mulai dari tanggal 15 Desember tahun

lalu. (Sumber: http://www.koranmuria.com/2015/08/27/13975/potret-buram-hukum-

indonesia.html)

b) Bidang Kesehatan

Buruknya layanan kesehatan masih menjadi keluhan dikalangan masyarakat

yang kurang mampu di Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat dari berbagai aspek, mulai

dari antrean yang panjang, kerumitan dalam mengurus syarat-syarat administrasi,

bahkan tidak jarang yang mendapat penolakan dari berbagai rumah sakit. Hingga

pungutan liar untuk memperoleh pengobatan gratis juga masih terjadi.

Buruknya pelayanan kesehatan yang diterima rakyat miskin menjadi potret bahwa

keadilan belum bisa ditegakkan dengan baik. Tapi disisi lain, orang kaya atau orang

yang mempunyai jabatan/pangkat tinggi justru mendapatkan pelayanan yang istimewa.

c) Bidang Pendidikan

Terjadi ketimpangan antara pendidikan di Jawa dengan di kawasan Indonesia

sebelah timur (seperti: Papua, Maluku).

Apabila data survei dipilah berdasarkan daerah, masyarakat di Indonesia timur tidak

puas dengan peningkatan pendidikan yang dalam survei itu indikatornya ialah “wajib”

belajar 12 tahun dan peningkatan kualitas pendidikan. Masyarakat di Maluku-Papua

yang puas terhadap pelaksanaan “wajib” belajar 12 tahun hanya 33,3 persen, sedangkan

di Sumatera 70,7 persen dan Jawa 61,5 persen.

Untuk peningkatan kualitas pendidikan, masyarakat yang puas di Sumatera 66

persen, Jawa 68 persen, dan Sulawesi 75 persen. Sebaliknya sikap puas masyarakat di

Maluku-Papua terhadap isu serupa (29,2 persen). Masyarakat juga puas dengan

pengembangan budaya gotong royong. Namun, pembangunan pendidikan-lah yang

jauh lebih peka terhadap kebijakan publik yang diambil pemimpin.

Pembangunan pendidikan di Jawa memang mulai dirasakan masyarakat,

terlepas kinerja Jokowi yang baru menjabat sebagai Presiden RI. Di Surabaya, Jawa

Timur, biaya sekolah mulai dari SD, SMP, hingga SMA/SMK gratis sejak 2010.

Bahkan, baju seragam dan buku siswa miskin dibiayai Pemerintah Kota Surabaya.

“Tak ada lagi sekolah yang hanya untuk anak orang mampu,” kata Wali Kota Surabaya

Tri Rismaharini, Selasa (28/4).

Sebaliknya, di kawasan Indonesia timur, seperti Maluku dan Papua, masyarakat

masih merindukan perbaikan. Di sanalah Jokowi-Kalla dapat meningkatkan dukungan

sekaligus memenuhi hak pendidikan masyarakat. Indeks pembangunan manusia di

Provinsi Papua, misalnya, menempati peringkat terakhir dari 33 provinsi selama satu

dekade. Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Papua Protasius Lobya

menuturkan telah menetapkan program wajib belajar 12 tahun. Namun, angka buta

huruf di Papua masih 600.000 jiwa. Pemprov Papua mengucurkan dana otonomi

khusus sekitar Rp 30 miliar ke setiap kabupaten untuk sektor pendidikan sejak 2014.

“Kami harap pemda konsisten menggunakan dana itu untuk pendidikan,” katanya.

Di Papua, sentuhan kebijakan lamban. Protasius menyatakan, terkait Kurikulum 2013,

hanya 6.000 dari target 16.094 tenaga guru yang dilatih. Hingga saat ini, dia juga belum

mendapatkan sosialisasi program Kartu Indonesia Pintar, andalan Jokowi.

Di Maluku, guru dan masyarakat di Negeri (Desa) Lima, Kecamatan Leihitu,

Kabupaten Maluku Tengah, kecewa dengan pemerintah yang belum juga membangun

gedung untuk SDN 1 Negeri Lima, SDN 2 Negeri Lima, dan SD Inpres Negeri Lima.

Ketiga SD itu terkena banjir bandang Juli 2013. Sebanyak 400 siswa telantar.

Siti Sarah Suneth, guru kelas I SDN 1 Negeri Lima, mengatakan, kondisi tenda darurat

tak layak lagi. Ketika hujan, kegiatan belajar dihentikan. Sumber:

https://indonesiacompanynews.wordpress.com/2015/04/30/terjadi-ketimpangan-

bidang-pendidikan/

d) Bidang Ekonomi

Sebagian besar masyarakat yang menggantungkan kehidupan pada sektor riil

tidak tesentuh oleh kemajuan sektor keuangan. Dengan demikian masalah

pengangguran dan kemiskinan tetap saja menjadi masalah yang akut yang tidak dapat

teratasi. Perkembangan sektor finansial hanya dinikmati oleh pemilik modal kuat dan

mereka yang bekerja pada sektor tersebut yang jumlahnya relatif kecil.

Ketimpangan ini menciptakan kepincangan pendapatan pekerja dan pengusaha yang

bergerak pada kedua sektor. Masyarakat sektor keuangan yang jumlahnya relatif lebih

kecil menerima pendapatan yang lebih besar sehingga kepincangan pendapatan dari

kedua sektor ini tidak dapat dielakkan.

Pengangguran dan kemiskinan tak dapat diatasi karena tidak adanya kegiatan ekonomi

nyata yang berjalan. Secara nasional perkembangan ekonomi memang terjadi tapi

pengangguran juga bertambah. Ini sangat paradoksial yang disebut dengan the paradox

of growth. Pertumbuhan kedua sektor tidak berjalan seimbang sehingga pertumbuhan

ekonomi nasional menjadi tidak sehat.

Kedua, ketimpangan pembangunan antar wilayah akibat terkonsentrasinya

aktifitas ekonomi pada wilayah tertentu. Secara naional konsentrasi itu dapat terlihat,

dimana kekuatan ekonomi Indonesia 58 persen berada di pulau Jawa, yang pulaunya

lebih kecil dari pulau Sumatera maupun Kalimantan, Sulawesi dan Irian. Pulau

Sumatera menguasai 20 persen, Kalimantan 5 persen, sisanya berada di Sulawesi dan

Irian dan pulau pulau di Indonesia timur. Akibatnya kepincangan pendapatan dan

kesejahteraan pun terjadi. Tidak heran jika kesejahteraan masyarakat pulau Jawa adalah

yang tertinggi. Disusul oleh masyarakat yang tinggal di wilayah Sumatera dan baru

kemudian masyarakat yang berada di wilayah Indonesia timur. Ini terlihat dari

pertumbuhan ekonomi yang berjalan pada ketiga wilayah itu.

Keadaan yang sama terjadi pada daerah provinsi. Di provinsi juga terdapat kepincangan

pembangunan antar daerah sehingga kesejahteraan antar daerah dalam satu provinsi

tidak sama. Ketidakmerataan ini sangat tidak menguntungkan dan menjadikan

perekonomian menjadi tidak sehat. Kepincangan kesejahteraan dan keadilan pun

berjalan. Banyak faktor yang menjadikan hal ini bisa terjadi. Mungkin karena

terdapatnya isolasi geograpi. Baik secara nasional maupun daerah terdapat isolasi

geograpi yang disebabkan oleh pembangunan infra struktur yang tidak merata. Daerah

yang terisolasi memiliki infrastruktur yang terbatas sehingga perkembangannya sangat

lambat. Dengan demikian ditemukan ada wilayah yang berkembang namun ada

wilayah yang tidak bergerak. Konsentrasi perekonomian pada satu wilayah juga

disebabkan oleh kebijakan ekonomi yang tidak tepat dan ketidakmampuan pemerintah

mengendalikan pasar. Kebijakan pemerintah masih berisikan pemikiran bagaimana

perekonomian dapat didorong tumbuh tanpa melihat pemerataannya. Artinya masih

bersifat kuantitatif belum kualitatif dilihat dari sudut kesejahteraan anak bangsa secara

keseluruhan. Secara nyata terlihat bahwa kebijakan ekonomi dan pembangunan

infrastruktur diarahkan dan dibangun untuk mendorong pusat pusat pertumbuhan yang

telah berkembang. Sementara wilayah yang tertinggal hanya dijadikan pelengkap

pembangunan semata. Dengan kondisi seperti ini, pelaku ekonomi tentu akan memilih

tempat usaha di pusat pertumbuhan dimana pemerintah memusatkan perhatiannya. Ini

membikin keadaan menjadi seakin timpang.

Di tengah ketimpangan ini pemerintah pun tidak berniat untuk memberikan

insentif atau kompensasi bagi pelaku ekonomi yang mau berusaha di daerah yang

belum berkembang. Tak terpikirkan oleh pemerintah untuk memberikan keringanan

pajak, kemudahan mendapatkan ijin, bantuan kredit dsb bagi dunia usaha yang mau

bekerja di wilayah / daerah yang perekonomiannya belum maju.

Pemberian kompensasi/insentif tentu dapat mendorong pelaku ekonomi bekerja di

daerah yang belum berkembang sehingga mengurangi kepincangan pembangunan antar

wilayah dan yang dapat memeratakan pembangunan antar wilayah serta dapat

memperkuat perekonomian nasional.

Ketiga, ketimpangan kesempatan berusaha. Ketimpangan ini bisa terjadi antara

perusahaan asing yang memiliki modal kuat, memiliki tenaga ahli dan teknologi tinggi

dengan pengusaha nasional. Demikian juga kepincangan antara perusahaan kuat

dengan perusahaan UKM di dalam negeri. Ketimpangan seperti ini juga akan

menciptakan kepincangan dalam kesejahteraan dan menjadikan ekonomi tidak sehat.

Akan terjadi saling menggusur dan persaingan yang tidak sehat. Sumber:

http://waspadamedan.com/index.php?

option=com_content&view=article&id=6992:ketimpangan-perekonomian-

indonesia&catid=59:opini&Itemid=215

Kesimpulan

Penerapan nilai-nilai pancasila di Indonesia belum sepenuhnya dilaksanakan

terbukti masih banyaknya kasus-kasus penyimpangan seperti pembahasan diatas.

Bangsa Indonesia akan mampu mengatasi persolan-persoalan dalam kehidupan

berbangsa dan bernegara apabila berpegang pada nilai-nilai luhur pancasila.

Beberapa fakta tersebut di atas merupakan kendala tersendiri bagi bangsa

Indonesia ke depan, hal ini bukan berarti Pancasila yang gagal dalam mengawal

tercapainya tujuan dan cita-cita nasional. Akan tetapi, bangsa Indonesia lah yang belum

bisa menerapkan Pancasila itu dalam kehidupannya. Sesempurna apapun ideologi kalau

manusia-manusianya tidak mempunyai kesadaran dalam mengamalkannya, hasilnya

akan nihil. Hal ini akan berdampak pada semakin jauhya cita-cita dan tujuan nasional

yang ingin dicapai.

MAKALAHPkn

PENERAPAN NILAI-NILAI PANCASILA

DI INDONESIA

Dosen Pembimbing:

Ida Riana, M.Pd.

Disusun Oleh:

Guntur Santoso (XII TKR II)

Hanes Angga Tahana (XII TKR II)

SMK PGRI SUKODADI

TAHUN PELAJARAN 2015/2016

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah atas berkat rohmat dan pertolongan Allah SWT, kami

dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami ucapkan terimakasih kepada Ibu Ida Riana, M.Pd. selaku guru mata

pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sekaligus guru pembimbing dalam penulisan

makalah ini. Tak lupa juga kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam proses

penulisan makalah ini yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.

Makalah dengan judul:”PENERAPAN NILAI-NILAI PANCASILA DI

INDONESIA” ini memuat Penerapan Nilai-Nilai Pancasila yang Positif dan Negatif

beserta realita yang terjadi di Indonesia,

Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan ini dikarenakan

keterbatasan pengetahuan serta kemampuan kami untuk itu kritik dan saran yang

membangun sangat diharapkan demi pebaikan di masa yang akan datang, semoga

makalah sederhana ini bermanfaat bagi kita semua.

Sukodadi, September 2015

Penulis

1