Guideline Epilepsi 2006

download Guideline Epilepsi 2006

of 45

Transcript of Guideline Epilepsi 2006

BAB I

PEDOMAN TATALAKSANA

EPILEPSI

KELOMPOK STUDI EPILEPSI

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS SARAF INDONESIA

(PERDOSSI)

BAB I

PENDAHULUAN

Angka kejadian epilepsi cukup tinggi, diperkirakan prevalensinya berkisar antara 0,5-4 % (WHO). Bila jumlah penduduk Indonesia berkisar 220 juta, maka pasien epilepsi mencapai 1,1-8,8 juta orang. Berkaitan dengan umur, grafik prevalensi epilepsi menunjukkan pola bimodal. Prevalensi epilepsi pada bayi dan anak-anak cukup tinggi, menurun pada dewasa muda dan pertengahan, kemudian meningkat lagi pada kelompok usia lanjut.1

Di kalangan masyarakat awam masih terdapat pandangan yang keliru terhadap epilepsi. Ini berpengaruh negatif terhadap upaya pelayanan pasien epilepsi. Di negara-negara yang sedang berkembang pelayanan pasien epilepsi masih menghadapi banyak kendala. Di lain pihak, oleh karena berbagai kendala tadi maka penatalaksanaan kasus-kasus epilepsi oleh tenaga medik masih kurang memadai. Berbagai kendala tadi seyogyanya diidentifikasi dan diinventarisasi secara sistematik sehingga mudah untuk diminimalisasi atau dihilangkan. Beberapa kendala yang sudah diidentifikasi antara lain keterbatasan dalam hal tenaga medik, sarana pelayanan, dana dan kemampuan masyarakat. Berbagai keterbatasan tadi dapat menurunkan optimalisasi penanggulangan penyakit.

Epilepsi berpotensi untuk menimbulkan masalah sosio-medikolegal yang secara keseluruhan dapat menurunkan atau mengganggu kualitas hidup pasien epilepsi, bahkan keharmonisan keluarga pasien epilepsi juga dapat terganggu. Masalah sosio-medikolegal meliputi kesempatan untuk memperoleh pekerjaan, hak untuk memperoleh tanggungan asuransi, hak untuk memperoleh SIM, hak dan kewajiban dalam bidang hukum, pendidikan, karir, dan perkawinan.BAB II

DEFINISI, KLASIFIKASI DAN ETIOLOGI

DEFINISI

Epilepsi didefinisikan sebagai suatu gangguan (kecenderungan) kronik yang ditandai dengan adanya bangkitan epileptik berulang akibat gangguan fungsi otak secara intermiten yang terjadi oleh lepas muatan listrik abnormal di neuron-neuron secara paroksismal, disebabkan oleh berbagai etiologi.2Bangkitan epilepsi adalah manifestasi klinis dari bangkitan serupa (stereotipik) yang berlebihan dan abnormal, berlangsung secara mendadak dan sementara dengan atau tanpa perubahan kesadaran, disebabkan oleh hiperaktifitas listrik sekelompok sel saraf di otak, bukan disebabkan oleh suatu penyakit otak akut (unprovoked) 3. Epilepsi adalah situasi dimana terjadi bangkitan kejang 2 kali atau lebih dalam setahun.

Sindrom epilepsi adalah sekumpulan gejala dan tanda klinis epilepsi yang terjadi secara bersama-sama, meliputi berbagai etiologi, umur, onset, jenis bangkitan, faktor pencetus, dan kronisitas.

KLASIFIKASI

Klasifikasi ILAE 1981 untuk tipe bangkitan epilepsi 4

1. Bangkitan parsial

1.1.Bangkitan parsial sederhana (kesadaran baik)

1.1.1. Motorik

1.1.2. Sensorik

1.1.3. Otonom

1.1.4. Psikis

1.2. Bangkitan parsial kompleks (kesadaran terganggu)

1.2.1. Bangkitan parsial sederhana diikuti dengan gangguan kesadaran

1.2.2. Gangguan kesadaran saat awal bangkitan1.3. Bangkitan umum sekunder

1.3.1. Parsial sederhana menjadi tonik klonik

1.3.2. Parsial kompleks menjadi tonik klonik

1.3.3. Parsial sederhana menjadi parsial kompleks menjadi tonik klonik

2. Bangkitan Umum

2.1. Lena (absence)2.2. Mioklonik

2.3. Klonik

2.4. Tonik

2.5. Tonik-klonik

2.6. Atonik

3. Tak tergolongkan

Klasifikasi ILAE 1989 untuk sindrom epilepsi 5

1. Berkaitan dengan letak fokus

1.1. Idiopatik (primer)

1.1.1 Epilepsi Rolandik Benigna (childhood epilepsy with centrotemporal spikes)

1.1.2 Epilepsi pada anak dengan paroksismal oksipital

1.1.3 Epilepsi membaca primer (primary reading epilepsy)

1.2. Simtomatik (sekunder)

1.2.1 Lobus temporalis

1.2.2 Lobus frontalis

1.2.3 Lobus parietalis

1.2.4 Lobus oksipitalis

1.2.5 Kronik progresif parsialis kontinua

1.3. Kriptogenik

2. Umum

2.1. Idiopatik (primer)

2.1.1 Kejang neonatus familial benigna

2.1.2 Kejang neonatus benigna

2.1.3 Kejang epilepsi mioklonik pada bayi

2.1.4 Epilepsi lena pada anak

2.1.5 Epilepsi lena pada remaja

2.1.6 Epilepsi mioklonik pada remaja

2.1.7 Epilepsi dengan bangkitan tonik-klonik pada saat terjaga

2.1.8 Epilepsi tonik klonik dengan bangkitan acak

2.2. Kriptogenik atau simtomatik

2.2.1 Sindrom West (spasmus infantilis dan hipsaritmia)2.2.2 Epilepsi mioklonik astatik2.2.3 Sindrom Lennox-Gastaut2.2.4 Epilepsi lena mioklonik

2.3. Simtomatik

2.3.1 Etiologi non spesifik

Ensefalopati mioklonik neonatal

Sindrom Ohtahara

2.3.2 Etiologi / sindrom spesifik

Malformasi serebral

Gangguan metabolisme

3. Epilepsi dan sindrom yang tak dapat ditentukan fokal atau umum

3.1. Bangkitan umum dan fokal

Bangkitan neonatal

Epilepsi mioklonik berat pada bayi

Sindrom Taissinare

Sindrom Landau-Kleffner

3.2. Tanpa gambaran tegas fokal atau umum

4. Epilepsi berkaitan dengan situasi

4.1 Kejang demam

4.2 Berkaitan dengan alkohol

4.3 Berkaitan dengan obat-obatan

4.4 Eklamsi

4.5 Bangkitan berkaitan dengan pencetus spesifik (epilepsi reflektorik)

Klasifikasi bangkitan neonatal 6

1.Samar-samar (Subtle) (30%)

a. Gerakan mengayuh sepeda (Bicycling / pedaling) atau gerakan bertinju (boxing movements)b. Gerakan mulut (mengunyah, menelan, atau menjulurkan lidah)

c. Deviasi bola mata (ke bawah atau ke atas)

2.Klonik (25%)

a. Fokal (satu lengan atau satu tungkai)

b. Multifokal (misalnya lengan ipsilateral dan tungkai kontralateral)

c. Jacksonian (menjalar atau marching / migrating)

3.Mioklonik (20 %)

a. Fokal

b. Multifokal

c. Umum4.Tonik (20 %)

a. Fokal

b. UmumETIOLOGI1. Idiopatik: penyebabnya tidak diketahui, umumnya mempunyai predisposisi genetik. Biasanya berupa epilepsi dengan bangkitan kejang umum.2. Kriptogenik : dianggap simtomatik tapi penyebabnya belum diketahui, termasuk di sini adalah sindrom West, sindrom Lennox-Gestaut dan epilepsi mioklonik. Gambaran klinis sesuai dengan ensefalopati difus.

3. Simtomatik :

Trauma

Infeksi

Kelainan kongenital

Lesi desak ruang

Gangguan peredaran darah otak

Toksik (alkohol, obat)

Metabolik

Kelainan neurodegeneratif

BAB III

DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS DIFERENSIALDIAGNOSIS

Ada 3 langkah untuk menuju diagnosis epilepsi, yaitu:7 Langkah pertama: memastikan apakah kejadian yang bersifat paroksismal menunjukkan bangkitan epilepsi atau bukan epilepsi? Langkah kedua: apabila ya, maka bangkitan yang ada termasuk jenis bangkitan yang mana?

Langkah ketiga: apakah faktor penyebabnya, sindrom epilepsi apa yang ditunjukkan oleh bangkitan tadi, atau penyakit epilepsi apa yang diderita oleh pasien?Secara struktural, diagnosis epilepsi ditegakkan atas dasar :

1. Anamnesis (auto dan aloanamnesis) 8 Pola / bentuk bangkitan Lama bangkitan Gejala sebelum, selama dan pascabangkitan

Frekuensi bangkitan Faktor pencetus

Ada/ tidak adanya penyakit lain yang diderita sekarang

Usia pada saat terjadinya bangkitan pertama

Riwayat kehamilan, persalinan dan perkembangan

Riwayat penyakit, penyebab atau terapi sebelumnya

Riwayat penyakit epilepsi dalam keluarga

2. Pemeriksaan fisik umum dan neurologikMelihat adanya tanda-tanda dari gangguan yang berhubungan dengan epilepsi, seperti trauma kepala, infeksi telinga atau sinus, gangguan kongenital, gangguan neurologik fokal atau difus, kecanduan alkohol atau obat terlarang dan kanker. 3. Pemeriksaan penunjang dilakukan sesuai dengan indikasi dan bila memungkinkan 3.1. EEG Indikasi :

Membantu menegakkan diagnosis

Menentukan prognosis pada kasus tertentu

Pertimbangan dalam penghentian obat anti-epilepsi

Membantu dalam menentukan letak fokus

Rekaman EEG termasuk rekaman waktu tidur, stimulasi fotik, dan hiper-ventilasi.

Kira-kira 29-38% dari pasien epilepsi dewasa, EEG tunggal menunjukkan kelainan epileptiform. Bila diulang pemeriksaannya, gambaran epileptiform meningkat menjadi 59-77%.,3,8,9 Bila EEG normal dan persangkaan epilepsi sangat tinggi, maka dapat dilakukan EEG ulangan dengan persyaratan khusus.3.2. Pemeriksaan neuroimaging struktural dan fungsional Indikasi :

Semua kasus bangkitan pertama yang diduga ada kelainan struktural

Adanya perubahan bentuk bangkitan

Terdapat defisit neurologik fokal

Epilepsi bangkitan parsial

Bangkitan pertama diatas usia 25 tahun

Untuk persiapan operasi epilepsi

CT scan : dapat mendeteksi lesi fokal tertentu

MRI : merupakan prosedur imaging pilihan untuk epilepsi dengan sensitivitas tinggi dan lebih spesifik dibanding CT scan. Dapat mendeteksi sklerosis hipokampus, disgenesis kortikal, tumor dan hemangioma kavernosa. Diindikasikan untuk epilepsi refrakter yang sangat mungkin memerlukan terapi pembedahan 8,10,113.3. Pemeriksaan Laboratorium

Darah: rutin, elektrolit, kadar gula, fungsi hati, dll sesuai indikasi

Cairan serebrospinal : atas indikasi

Pemeriksaan-pemeriksaan lain dilakukan atas indikasi

Dagnosis pasti

Ditegakkan atas dasar adanya gejala dan tanda klinis bangkitan berulang (minimum 2 kali) yang ditunjang oleh gambaran epileptiform pada EEG.

DIAGNOSIS DIFERENSIAL

1. Pada neonatus dan bayi

Jittering

Apneu

2. Pada anak

Breath holding spell

Sinkop Migren

Bangkitan psikogenik / konversi Prolonged QT syndrome Night terror Tic Hypercyanotic attack (pada tetralogi Fallot)

3. Pada dewasa

Sinkop; dapat sebagai vasovagal attack, sinkop kardiogenik, sinkop hipovolumik, sinkop hipotensi dan sinkop saat miksi (micturition syncope)

Serangan iskemik sepintas (TIA)

Vertigo

Transient global amnesia

Narkolepsi

Bangkitan panik, psikogenik

Menier

TicGAMBARAN KLINIS A. Bentuk Bangkitan 12,13Contoh beberapa bentuk bangkitan epilepsi1. Bangkitan Umum Lena (Petit mal)

gangguan kesadaran mendadak (absence) berlangsung beberapa detik

selama bangkitan kegiatan motorik terhenti dan pasien diam tanpa reaksi

mungkin terdapat automatisme

pemulihan kesadaran segera terjadi tanpa perasaan bingung

2. Bangkitan Umum Tonik Klonik (Grand mal)

dapat didahului prodromal seperti jeritan, sentakan , mioklonik

pasien kehilangan kesadaran, kaku (fase tonik) selama 10-30 detik, diikuti gerakan kejang pada kedua lengan dan tungkai (fase klonik) selama 30-60 detik, mulut berbusa

selesai bangkitan pasien menjadi lemas (fase flaksid) dan tampak bingung pasien sering tidur setelah bangkitan 3. Bangkitan Parsial Kompleks

bangkitan fokal disertai kehilangan / terganggunya kesadaran

sering diikuti dengan automatisme yang stereotipik seperti mengunyah, menelan, tertawa dan kegiatan motorik lainnya tanpa tujuan yang jelas4. Bangkitan Parsial Sederhana

tidak terjadi perubahan kesadaran

bangkitan dimulai dari tangan, kaki atau muka (unilateral / fokal) kemudian menyebar (Jacksonian march)

kepala mungkin berpaling kearah yang terkena kejang (serangan adversif)

5. Bangkitan Umum Sekunder

berkembang dari bangkitan parsial sederhana atau kompleks yang dalam waktu singkat menjadi bangkitan umum

bangkitan parsial dapat berupa aura

bangkitan umum yang terjadi biasanya bersifat kejang tonik-klonik

B. Sindrom Epilepsi 14,15Contoh sindrom epilepsi yang sering ditemui

1. Sindrom West

Terdiri dari trias kombinasi bangkitan epilepsi (spasmus infantilis) yang berlangsung beberapa detik, terhentinya perkembangan psikomotor dan pola EEG yang khas yaitu hipsaritmia.

Terjadi pada usia di bawah 1 tahun.

2. Sindrom Lennox-Gastaut

Bangkitan epilepsi : bangkitan tonik aksial, atonik, dan lena atipikal.

EEG abnormal : diffuse slow spike and wave (SSW) atau petit mal variant (PMV) pada kondisi sadar, burst of fast rhytms 10 spd pada keadaan tidur.

Perkembangan mental yang lambat.

Biasanya muncul pada usia 3-5 tahun, lebih banyak pada perempuan.

3. Sindrom Landau Kleffner

Kelainan pada anak-anak dengan 2 gejala mayor berupa afasia didapat dan gambaran EEG paroksismal dengan spike dan spike and wave, sebagian besar multifokal terutama di regio temporal atau parieto-temporo-parietal selama tidur.

Kejang jarang didapatkan, bila ada berbentuk tonik klonik umum atau parsial motor.

BAB IV

TERAPITUJUAN TERAPIMengontrol gejala atau tanda secara adekuat dengan menggunakan obat tanpa / dengan efek samping minimal.

PRINSIP TERAPI Terapi dilakukan bila terdapat minimum 2 kali bangkitan dalam setahun.

Terapi mulai diberikan bila diagnosis telah ditegakkan dan setelah pasien dan atau keluarganya menerima penjelasan tentang tujuan pengobatan dan kemungkinan efek samping.

Pemilihan jenis obat sesuai dengan jenis bangkitan.

Sebaiknya terapi dengan monoterapi.

Pemberian obat dimulai dari dosis rendah dan dinaikkan bertahap sampai dosis efektif tercapai.

Pada prinsipnya terapi dimulai dengan obat antiepilepsi lini pertama. Bila diperlukan penggantian obat, maka dosis obat pertama diturunkan secara bertahap dan dosis obat kedua dinaikkan secara bertahap.

Bila didapatkan kegagalan monoterapi maka dapat dipertimbangkan untuk diberi kombinasi OAE.

Bila memungkinkan dilakukakan pemantauan kadar obat sesuai indikasi.

Pasien dengan bangkitan pertama direkomendasikan untuk dimulai terapi bila 16:

Dijumpai fokus epilepsi yang jelas pada EEG.

Pada pemeriksaan CT scan atau MRI otak dijumpai lesi yang berkorelasi dengan bangkitan.

Pada pemeriksaan neurologik dijumpai kelainan yang mengarah pada adanya kerusakan otak.

Ada riwayat epilepsi pada orang tua dan saudara kandung kecuali kejang demam sederhana.

Ada riwayat infeksi otak atau trauma kapitis terutama yang disertai penurunan kesadaran.

Bangkitan pertama berupa status epileptikus.

JENIS OBAT ANTI EPILEPSI

Pemilihan obat anti-epilepsi didasarkan atas jenis bangkitan epilepsi, efek samping, interaksi antara obat anti-epilepsi.

Tabel 1. Pemilihan obat anti-epilepsi atas dasar jenis bangkitan epilepsi 3

TIPE KEJANG DAN SINDROMA EPILEPSIOBAT LINI PERTAMAOBAT LINI KEDUA

Kejang sederhana dan kejang parsial kompleks, kejang umum tonik-klonik primer dan sekunder

Carbamazepine, valproate dan phenytoin

Levetiracetam, Acetazolamide, clobazam, clonazepam, ethosuximide*, gabapentin, lamotrigine, , oxcarbazepine, phenobarbital, primidone*, tiagabine*, topiramate, vigabatrin

Generalized absence seizures

Valproate, ethosuximde*

Acetazolamide, clobazam, clonazepam , lamotrigine, phenobarbital, primidone*

Atypical absence, tonic and clonic seizures

Valproate

Acetazolamide, carbamazepine, clobazam, clonazepam, ethosuximide* , lamotrigine, oxcarbazepine, phenobarbital, phenytoin, primidone*, topiramate

Myoclonic seizures

Valproate

Clobazam, clonazepam, ethosuximide* , lamotrigine, phenobarbital, piracetam, primidone*

* Obat tersebut belum tersedia di Indonesia

Tabel 2. Pedoman dosis obat anti-epilepsi lini pertama pada orang dewasa 10,17,18OBATINDIKASIDOSIS AWALDOSIS HARIAN UMUM (Miligram)DOSIS RUMATANJUMLAH DOSIS PER HARIWAKTU PARUH PLASMA (Jam)

CarbamazepineParsial & KUTK400600600-12002-3*16-36

Phenytoin

Parsial & KUTK atau status epilepticus300300300-500124-40

Valproic acid Parsial & KUTK500-100010001000-300028-16

PhenobarbitalParsial & KUTK, kejang neonatal, atau status epilepticus60-9012090-120172-120

48

Primidone Parsial & KUTK100-125500250-15003

EthosuximideKejang absans umum50010001000-20002

ClonazepamEpilepsi mioklonik, sindroma L-G, spasme infantil, atau status epilepsticus142-81 or 2

* KUTK (Kejang Umum Tonik Klonik) L-G (Lennox Gastaut) : dewasa : anak-anak

Tabel 3. Pedoman dosis obat anti-epileptik baru 17,18OBATINDIKASIDOSIS AWALDOSIS RUMATANWAKTU PARUH DALAM PLASMA(JAM)

Levetiracetam Parsial & KUTKS2 X 1000 mg/hari 1000 mg/hari q 2 wk1000-3000 mg/harinot established

GabapentinParsial & KUTKS (dewasa)300 mg/hari ;( 300mg/hari q1-3d900-3600 mg/hari6

Lamotrigine Parsial & KUTKS (dewasa)25-50mg/d; ( 50mg q1-2 wk; or 25mg q2d; with VPASampai 700 mg/hari (100-150 mg/hari dengan VPA)25 (12-14 dengan obat-obat induksi enzim ; 60 dengan VPA)

FelbamateParsial & KUTKS (dewasa)Sindroma L-G

2-3 X 400 mg/hari (( concomitant PHT, CBZ,VPA tiap 20-33%) dengan dosis ( tiap 400-600 mg/d q2wk

3-4 x 15 mg/kg/d; (( concomitant PHT, CBZ,VPA tiap 20-33%), dengan dosis ( 15 mg/kg/d q1-2 wk 1800-4800 mg/dsampai 45 mg/kg/d

20-23

ClobazamParsial & KUTKS10mg qb atau 2 X10 mg/hari20-30mg/hari sampai 60mg/d30-46

Oxcarbazepine Parsial & KUTKS2 X 300mg/d1200-2400mg/hari8-24

Tiagabine**Parsial & KUTKSTidak Tersedia32-56mg/hari6-8

TopiramateParsial & KUTKS100 mg/hari ; ( 25 -50 mg/hari tiap minggu400-1000mg/hari20-24

Vigabatrine**Parsial & KUTKS Dimungkinkan untuk spasme infantil2 X 500 mg/hariSampai 3 g/hari4-8 (efek berlangsung sampai 3 hari)

Zonisamide*Parsial & KUTKS100-200 mg/hari 100 mg/hari q1-2 wk400-600 mg/hari50-68 (27-38 dengan obat-obat induksi enzim)

** - di Indonesia tidak tersedia dan dilaporkan banyak efek sampingKUTKS : Kejang Umum Tonik-Klonik Sekunder ; L-G = Lennox-Gastaut ; q = every ; qb = at bedtime

Catatan : ada obat yang sudah diakui sebagai mono terapi yaitu oxcarbazepine, lamotrigin, topiramat, levetriracetam untuk mioklonik.Tabel 4. Pedoman dosis obat anti-epilepsi klasik pada anak-anak 16OBATINDIKASIDOSIS AWALDOSIS RUMATAN STANDAR (RANGE)JUMLAH DOSIS/ HARITARGET KONSENTRASI OBAT DALAM DARAH (RANGE)

Mg/kg/harig/mgG

CarbamazepineParsial & KUTKS510-252-46-12

PhenytoinParsial & KUTKS atau status epilepsi55-151 or 210-20

Valproic acidParsial & KUTKS515-401-350-100

PhenobarbitalParsial & KUTKS, kejang neonatal, atau status epileptikus44-81 or 210-40

PrimidoneParsial & KUTKS1020-301 or 25-12

EthosuximideKejang absans umum1015-301 or 240-100

ClonazepamEpilepsi mioklonik, sindroma Lennox-Gastaut, spasme infantil, atau status epileptikus0.0250.025-0.12 or 3none

KUTKS : Kejang Umum Tonik-Klonik SekunderTabel .5.

Efek samping obat anti-epilepsi klasik 17DRUGSIDE EFFECT

TERKAIT DOSISIDIOSINKRETIK

CarbamazepinDiplopia, dizziness, nyeri kepala, mual, mengantuk, neutropenia, hiponatremiaRuam morbiliform, agranulositosis, anemia aplastik, efek hepatotoksik, Sindroma Stevens-Johnson, teratogenecity

PhenytoinNistagmus, ataxia, mual, muntah, hipertrofi gusi, depresi, mengantuk, paradoxical increase in seizure, anemia megaloblastikJerawat, coarse facies, hirsutism, cariasis, lupus-like syndrome, ruam, Sindroma Stevens-Johnson, Dupuytrens contracture, efek hepatotoksik, teratogenicity

Valproic acidTremor, berat badan bertambah, dispepsia, mual, muntah, kebotakan, tetratogenicityPankreatitis akut, efek hepatotoksik, trombositopenia, ensefalopati , udem perifer

PhenobarbitalKelelahan, listlesness, depresi, insomnia (pada anak), distractability (pada anak), hiperkinesia (pada anak), irritability (pada anak)Ruam makulopapular, exfoliation, nekrosis epidermal toksik, efek hepatotoksik, arthritic changes, Dupuytrens contracture, teratogenicity

PirimidoneKelelahan, listlessness, depresi, psikosis, libido menurun, impotenRuam, agranulositosis, trombositopenia, lupus-like syndrome, teratogenicity

EthosuximideMual, anoreksia, muntah agitasi, mengantuk, nyeri kepala, lethargyRuam, eritema multiformis, Sindroma Steven-Johnson, lupus-like syndrome, agranulositosis, anemia aplastik

ClonazepamKelelahan, sedasi, mengantuk, dizziness, agresi (pada anak) hiperkinesia (pada anak)Ruam, trombositopenia

Tabel.6. Efek samping obat anti-epilepsi baru 16___________________________________________________________________________

OBATEFEK SAMPING UTAMAEFEK SAMPING YANG LEBH SERIUS NAMUN JARANG

LevetiracetamSomnolen, asthenia, sering muncul ataksia. Juga dilaporkan penurunan kecil kadar sel darah merah, hemoglobin, dan hematokrit.

GabapentinSomnolen, kelelahan, ataksia, dizziness, gangguan saluran cerna

LamotrigineRuam, dizziness, tremor, ataksia, diplopia, nyeri kepala, gangguan saluran cernaSindroma Stevens- Johnson

ClobazamSedasi, dizziness, irritability, depresi, disinhibition

VigabatrinPerubahan perilaku, depresi, sedasi, kelelahan, berat badan bertambah, gangguan saluran cernaPsikosis

OxcarbazepineDizziness, diplopia, ataksia, nyeri kepala, kelemahan, ruam, hiponatremia

ZonisamideSomnolen, nyeri kepala, dizziness, ataksia, renal calculi

TiagabineConfusion, dizziness, gangguan saluran cerna, anoreksia, kelelahan

Topiramate

Gangguan kognitif, tremor, dizziness, ataksia, nyeri kepala, kelelahan, gangguan saluran cerna, renal calculi

Tabel .

Dosis obat untuk status epileptikus konvulsif

DrugRouteAdult DosePediatric Dose

ClomethiazoleIV Infusa dalam 0,8% cairan40-100 ml (320-800) pada pemberian 5-15 ml/menit, kemudian dilanjutkan 0,5-20 ml/menit0,1 ml/kg/menit meningkat tiap 2-4 jam sesuai yang dibutuhkan

ClonazepamIV Bolus

IV Infusa1 mg pada pemberian < 2 mg/menit

Dosis rumatan 10 mg/24 jam250-500 g pada pemberian < 2 mg/menit

DiazepamIV BolusRectal

IV Infus10-20 mg pada pemberian< 5 mg/menit10-30 mg

3 mg/kg/hari0,25-0,5 mg/kg pada pemberian 2-5 mg/menit0,5-0,75 mg/kg

200-300 g/kg/hari

FosphenytoinIV Bolus

15 mg PE/kg pada rentang pemberian