Green Architecture

79
Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya ____PENDAHULUAN I-1 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN IMPLEMENTASI GREEN ARCHITECTURE PADA SEKOLAH ALAM TINGKAT DASAR DI SOLO RAYA TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur Universitas Sebelas Maret Disusun Oleh : NUNUK LUPIYANTI I0202071 JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

description

Green Architecture

Transcript of Green Architecture

Page 1: Green Architecture

Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

____PENDAHULUAN

I-1

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

IMPLEMENTASI GREEN ARCHITECTURE

PADA SEKOLAH ALAM TINGKAT DASAR DI SOLO RAYA

TUGAS AKHIR

Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai

Gelar Sarjana Teknik Arsitektur

Universitas Sebelas Maret

Disusun Oleh :

NUNUK LUPIYANTI

I0202071

JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 2: Green Architecture

Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

____PENDAHULUAN

I-2

BAB I PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN JUDUL

Implementasi adalah

pelaksanaan ; penerapan1

Green Architecture adalah

suatu konsep arsitektur yang berusaha meminimalkan pengaruh buruk

terhadap lingkungan alam maupun manusia dan menghasilkan tempat hidup

yang lebih baik dan lebih sehat yang dilakukan dengan cara memanfaatkan

sumber energi dan sumber daya alam secara efisien dan optimal.2

Sekolah Alam adalah

sekolah dengan konsep pendidikan berbasis alam semesta.3

Pendidikan Dasar adalah

pendidikan umum yang lamanya 9 tahun diselenggarakan selama 6 tahun di

sekolah dasar dan 3 tahun di sekolah lanjutan tingkat pertama atau satuan

pendidikan yang sederajat.4

Wilayah Solo Raya adalah

wilayah eks-Karesidenan Surakarta yang terletak di propinsi Jawa Tengah.

Implementasi Green Architecture pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Wilayah Solo

Raya adalah suatu penerapan konsep arsitektur yang berusaha meminimalkan pengaruh

buruk terhadap lingkungan alam maupun manusia dan menghasilkan tempat hidup yang lebih

baik dan lebih sehat yang dilakukan dengan cara memanfaatkan sumber energi dan sumber

daya alam secara efisien dan optimal pada sekolah yang berkonsep pendidikan berbasis alam

semesta selama pendidikan dasar 9 tahun (SD & SMP) di wilayah Solo Raya.

B. LATAR BELAKANG

1. Green Architecture Sebagai Tema Perancangan

Peningkatan suhu bumi yang terus berlangsung menimbulkan peningkatan temperatur

global yang akan mempengaruhi pola iklim dan kerusakan serius terhadap bumi. Gejala

1 Depdikbud, 1989, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka 2 Brenda and Robert Vale, Green Architecture, Design for Sustainable Future 3 http://saciganjur.blogspot.com/ 4 Abdul Rajak Husain, 1995, Sistem Pendidikan Nasional: Berpacu Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia, Solo: Aneka

Page 3: Green Architecture

Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

____PENDAHULUAN

I-3

yang dikenal dengan istilah Global Warming atau Greenhouse Effect ini merupakan akibat

dari peningkatan polusi udara berasal dari industri manufaktur, transportasi, bangunan dan

penggunaan energi secara besar-besaran pada semua sektor untuk menunjang kehidupan

modern manusia. Gedung, area parkir, dan jalan yang padat banyak diisi oleh udara panas

yang dihasilkan dari penguapan material keras seperti beton, kaca, kendaraan dan efek

polusi lainnya. dengan demikian perlu adanya material lunak yang dapat mengimbangi

kondisi lingkungan itu. Kurangnya keseimbangan lingkungan kota dapat didorong oleh

kurangnya penghijauan di lingkungan kota. Selain itu juga tidak cukupnya informasi edukasi

mengenai pola lingkungan hidup yang sehat dan baik, sehingga musibah banjir pun menjadi

musiman dan terciptanya iklim panas yang mengkhawatirkan bagi masyarakat perkotaan.

Dewasa ini, isu pemanasan global sedang hangat menjadi permasalahan di seluruh

dunia. Proses yang biasa disebut dengan efek rumah kaca (green house effect) lalu

dihubungkan dengan perubahan iklim yang menjurus ke hal ekstrem, yakni bencana alam,

meningkatnya tinggi muka air laut, udara yang semakin panas, kelangkaan sumber air dan

makanan, sampai timbulnya berbagai ancaman penyakit. Sudah saatnya bangunan

berkesinambungan dengan lingkungannya. Tujuannya untuk menurunkan dampak negatif

terhadap bangunan dan lingkungannya.

Dalam membangun komunitas dan lingkungan, manusia sering melakukan

pembangunan yang tidak memperhatikan lingkungannya. Dengan adanya konsep

perencanaan yang bijak akan dapat mengatur optimalisasi ruang hijau pada bangunan

sekaligus mengedukasi pengguna bangunan agar menyadari dirinya sebagai bagian dari

lingkungan hidup.

Kebutuhan akan tempat tinggal berefek menggerus lahan-lahan hijau yang semula

untuk resapan air atau sumber udara sehat. Gaya hidup modern berdampak pada

pengerukan sumber daya alam hingga batas yang sulit terkontrol. Ini semua berpotensi

merusak lingkungan, sehingga menghasilkan efek-efek negatif seperti di atas.

Kini saatnya umat manusia peduli terhadap lingkungannya. Salah satu langkah untuk

pelestarian lingkungan adalah menciptakan bangunan yang ramah lingkungan, peduli

dengan lingkungan dan dapat mengurangi dampak buruk terhadap lingkungan. Selain itu,

juga memperhatikan sumber daya alam sebagai kesatuan dari lingkungan yang akan

dibentuk. Bangunan semacam ini menerapkan prinsip-prinsip desain Green Architecture.

Kesadaran akan Green Architecture bukan semata-mata tren, namun kondisi alam saat

ini yang membuat tempat tinggal manusia harus dirancang sedemikian rupa. Desain yang

Page 4: Green Architecture

Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

____PENDAHULUAN

I-4

tepat serta memperhatikan iklim dan lingkungan akan berdampak positif pada kualitas hidup

penghuni bangunan.

Green Architecture sendiri merupakan sebuah definisi longgar dari land-use, desain

bangunan dan strategi konstruksi yang ringan, hangat di musim dingin dan sejuk di musim

panas, nyaman dan menyehatkan, efisien dalam hal bahan dan energi, fungsional dan tahan

lama serta memberikan pengaruh baik terhadap pengguna dan lingkungannya.5

Tujuan utama Green Architecture adalah menciptakan eco-design, arsitektur ramah

lingkungan, serta arsitektur alami dengan konsep pembangunan berkelanjutan.6 Manfaat

yang diperoleh dengan mengimplementasikan Green Architecture pada bangunan yaitu

antara lain : mengurangi konsumsi energi dan bahan material baru, perlindungan terhadap

ekosistem, meningkatkan produktivitas kerja dari pengguna serta berpengaruh baik

terhadap kesehatan pengguna.7

Menurut praktisi arsitektur Mauro Purnomo Rahardjo, ciri Green Architecture antara

lain, adanya sistem sirkulasi udara yang dirancang efisien baik untuk pemanasan maupun

pendinginan ruang. Pemakaian pencahayaan dengan sumber energi yang efisien, serta

penggunaan bahan bangunan yang non-synthetic serta non-toxic. Efisiensi ruangan juga

menjadi fokus perhatian dalam ilmu ini.8

Konsep Green Architecture memiliki dua fokus utama yaitu penghematan penggunaan

energi dalam bangunan dan kesadaran bahwa banyak ancaman dalam sebuah bangunan

yang bisa memicu gangguan kesehatan pada penghuni. Efisiensi ruangan juga menjadi

fokus perhatian dalam ilmu ini.

Green Architecture memanfaatkan sumber yang dapat diperbaharui seperti pemakaian

energi sinar matahari melalui passive solar dan active solar. Selain itu, konsep Green

Architecture ini juga memakai teknik photovoltaic seperti penambahan tanaman serta pohon

melalui atap hijau dan taman hujan.

Green Architecture meletakkan dasar-dasar penataan lingkungan yang serasi dan

mengikuti alam. Selain itu, juga menghendaki perbaikan pada sistem bangunan yang

menjamin kesejahteraan sekaligus meningkatkan kesehatan penghuninya.9 Para pengguna

5 dalam Willy Gunawan, 2001, Re-Desain bangunan UTP Balai Pengembangan Kebun Raya-LIPI Bogor ,TA,UNS 6 “Arsitektur Selaras Alam”, edisi 26 April 2008 oleh Oki Baren yang diambil dari www.inilah.com 7 Dalam Willy Gunawan, 2001, Re-Desain bangunan UTP Balai Pengembangan Kebun Raya-LIPI Bogor ,TA,UNS 8 “Arsitektur Selaras Alam”, edisi 26 April 2008 oleh Oki Baren yang diambil dari www.inilah.com 9 oleh Ir. Jimmy Priatman, M.Arch, Republika edisi Jumat 22 Februari 2008

Page 5: Green Architecture

Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

____PENDAHULUAN

I-5

bangunan yang mengimplementasikan Green Architecture telah menikmati hidup lebih

sehat. Ini karena alam sebagai paradigma adalah hal yang menjadi fokus Green

Architecture.

Secara lebih luas dalam skala kota, Green Architecture berusaha mengoptimalkan

lahan bangunan sebagai bagian dari ruang hijau kota. Bangunan berkonsep Green

Architecture merupakan reinterpretasi sosial budaya masyarakat terhadap alam dan

kehidupan tempat tinggalnya.10

2. Sekolah Alam Tingkat Dasar Sebagai Obyek Perancangan

Sekolah Alam didirikan dengan tujuan untuk mengubah paradigma bahwa sekolah

yang berkualitas selalu mahal. Pendidikan berkualitas sulit dijangkau oleh masyarakat

bawah. Untuk mengubah paradigma tersebut, diperlukan sistem pendidikan yang berkualitas

dan terjangkau, tidak bergantung pada alat peraga yang relatif mahal, tetapi mengacu pada

alam sebagai sumber ilmu pengetahuan. Sekolah yang dibuat harus mempunyai dimensi

alam sebagai sumber ilmu dan bisa dikelola oleh para peserta didik. Hakikat tujuan

pendidikan adalah membantu anak didik tumbuh menjadi manusia yang berkarakter.

Menjadi manusia yang tidak saja mampu memanfaatkan apa yang tersedia di alam, tapi

juga mampu mencintai dan memelihara alam lingkungannya.

Penelitian yang dilakukan oleh Kraft (1985) terhadap generasi muda di Amerika

menyatakan metodologi pendidikan dan latihan yang sangat efektif manfaatnya adalah

menggunakan alam sebagai media untuk pengetahuan. Ketika anak-anak berinteraksi

langsung dengan tanah, air, daun, dan ikan adalah saat yang tepat bagi anak-anak lebih

mengenali dan menghayati alam melalui seluruh panca inderanya.

Di sekolah terjadi proses enkulturasi, yaitu proses pembudayaan terhadap nilai-nilai

dan norma-norma yang berkembang dalam masyarakat, termasuk nilai dan norma yang

mengatur hubungan antara manusia dan lingkungannya. Oleh karena sikap terhadap alam,

nilai dan norma yang berlaku, pantangan dan pengetahuan seseorang sangat berpengaruh

terhadap proses pengambilan keputusan, maka pendidikan di sekolah menempati posisi

strategis sebagai tempat persemaian manusia-manusia ramah lingkungan (ecofriendly).

Pada akhirnya, kesepakatan-kesepakatan internasional dalam upaya melestarikan fungsi

ozon dan kelestarian alam bagi kehidupan di bumi dapat dipercepat pencapaiannya.

10 “Mewujudkan Bangunan Arsitektur Hijau”, Nirwono Joga, Kompas edisi Jumat, 16 Desember 2005

Page 6: Green Architecture

Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

____PENDAHULUAN

I-6

Sebenarnya telah lama sekolah menjadi bagian terpenting dalam upaya penyelamatan

bumi. Dr Mubariq Ahmad, Direktur Eksekutif WWF-Indonesia dalam makalahnya mengenai

peranan para pihak dalam pendidikan lingkungan hidup, dengan tegas menyatakan bahwa

sekolah adalah instrumen yang sangat mampu dan strategis untuk mengembangkan

pendidikan lingkungan hidup. Institusi pendidikan diyakini sebagai tempat yang paling tepat

untuk menanamkan nilai serta membentuk mental dan kepribadian. Dalam hal ini,

khususnya menyangkut tentang pendidikan lingkungan hidup yang mengharapkan

tumbuhnya kesadaran, sikap, dan perilaku kecintaan pada kelestarian alam yang

“mendarahdaging” dan sangat sulit diubah dalam diri peserta didik.

Pendidikan pada dasarnya adalah proses pengenalan, pemahaman, dan penghayatan

nilai-nilai pengelolaan lingkungan hidup. Sedangkan penyadaran dan pengelolaan

lingkungan hidup akan menjadi efektif bila didasarkan pada proses pendidikan yang benar.

Proses penyadaran merupakan proses inti atau hakikat dari proses pendidikan itu sendiri.

Sekolah Alam adalah sekolah tempat belajar bertindak mencintai alam, belajar menjadi

manusia yang berdaya lahir batin, bertanggung jawab merawat dan mengawal negara,

karena alam atau tanah air adalah sajadah tempat bersujud kepada Tuhan.11 Di SA, murid-

murid diajak mengenal, mengakrabi, dan kemudian bersahabat dengan alam. Anak didik tak

hanya diajarkan percaya kepada buku. Semua bidang studi yang ditargetkan kurikulum

pemerintah diajarkan, tapi selebihnya mereka diarahkan untuk membaca alam.

Secara psikologis, proses pengetahuan akan maksimal apabila pengalaman yang

dimiliki anak menjadi pengetahuan bagi mereka sendiri. Dengan mengalami sesuatu itu

sendiri, pemahaman yang diterima otak lebih maksimal terekam dan awet dibandingkan

ketika membaca, menghafal, mendengar dan melihat saja. Pada usia-usia pendidikan dasar

yaitu antara 5-12 tahun untuk SD dan 13-15 tahun untuk SMP, keseimbangan tubuh anak

sudah semakin membaik dan besarnya rasa ingin tahu sebagai pertanda keluar dari masa

kanak-kanak mulai terlihat jelas. Kontak dengan dunia luar pun semakin luas dan koordinasi

11 www.indonesiaindonesia.com

Gambar I.1 Sekolah sebagai instrumen yang sangat mampu dan strategis untuk

mengembangkan pendidikan lingkungan hidup. Sumber : www.mbe.com

Page 7: Green Architecture

Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

____PENDAHULUAN

I-7

psikomotorik sudah membaik. Dalam tugas perkembangannya, anak-anak seusia ini sedang

berusaha mencari dan mengumpulkan ilmu sebanyak-banyaknya demi memuaskan

pertanyaan-pertanyaaan yang menyangkut diri dan lingkungan sekitar mereka. Jadi, proses

mengalami sesuatu sebagai metode mendapatkan pengetahuan dapat membantu anak

didik memenuhi tugas perkembangannya di SA.

Internalisasi penanaman nilai, pembentukan mental dan kepribadian, penumbuhan

kesadaran, sikap dan perilaku kecintaan pada kelestarian alam akan lebih berhasil jika

ruang belajar peserta didik juga mengimplementasikan arsitektur yang berpihak pada

kelestarian alam, ramah lingkungan dan mempunyai keterikatan kuat dengan alam. Di

samping itu, peserta didik dan tenaga pendidik sebagai pengguna ruang dan bangunan

dapat meningkat produktivitasnya dan terjaga kesehatannya. Dengan demikian, Green

Architecture berperan sebagai pembentuk ruang belajar dan pendukung media belajar pada

SA Tingkat Dasar.

3. Wilayah Solo Raya Sebagai Area Studi

Solo Raya adalah suatu wilayah yang meliputi kota Surakarta dan se-eks Karesidenan

Surakarta yang terletak di propinsi Jawa Tengah.. Wilayah Solo Raya memiliki lokasi yang

strategis, yaitu di Jawa Tengah, dan merupakan bagian dari area pengembangan wilayah

Joglosemar yang menggabungkan Yogyakarta, Solo dan Semarang. Solo terletak hanya

102 km dari Semarang, 60 km dari Yogyakarta dan sekitar 210 km dari Surabaya. Semua

daerah ini dapat dijangkau dengan mudah dari Solo karena jalan dan lintasan dalam kondisi

baik.12 Solo Raya terdiri dari daerah–daerah terkenal dan berbudaya tinggi yang dahulu

termasuk wilayah Surakarta, antara lain: kota Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar,

Wonogiri, Sragen, dan Klaten (Subosukawonosraten).

Seiring dengan perkembangan kota Surakarta yang mengarah pada kota metropolitan,

kondisi lingkungan kota ikut mengalami perubahan. Luas ruang terbuka hijau di kota

Surakarta semakin berkurang semakin memicu kondisi lingkungan yang semakin tak sehat.

Ruang terbuka hijau tahun 1990 seluas 8,65 % dari luas kota Surakarta atau seluas 380,79

ha menjadi berkurang saat ini. Diprediksikan ruang terbuka hijau dalam RUTRK Kodya

Surakarta tahun 1993-2013 disebutkan hanya akan bersisa 0,5 % dari luas kota Surakarta

atau hanya 22,02 ha.

12 www.soloraya.co.id

Page 8: Green Architecture

Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

____PENDAHULUAN

I-8

Perubahan gaya hidup masyarakat turut menyumbangkan dampak tidak

menguntungkan bagi bumi dan lingkungan. Semakin bertambahnya pusat-pusat

perbelanjaan dan meluasnya area komersial mempengaruhi pergeseran gaya hidup

masyarakat kota menjadi konsumtif dan materialistis. Gaya hidup semacam ini kemudian

mendorong tingginya mobilitas, meningkatnya jumlah kendaraan bermotor dan pemakaian

kendaraan pribadi saat ini mendorong terjadinya pencemaran udara di lingkungan kota

Surakarta. Kegiatan belanja masyarakat konsumtif ini menambah kuantitas sampah,

terutama anorganik yaitu bungkus plastik, kaleng alumunium, kertas kardus dan sebagainya.

Semakin berkembangnya industri di Solo Raya juga ikut andil dalam mencemari

sungai-sungai di kota Surakarta karena sebagian besar limbah dari pabrik-pabrik industri itu

dibuang ke sungai-sungai terdekatnya. Selain itu, perilaku masyarakat yang membuang

sampah ke sungai dan saluran drainase telah menyebabkan banjir lokal. Tepian Sungai

Bengawan Solo dimanfaatkan sebagai lahan pembuangan sampah secara terbuka atau

open dumping.

Dari penelitian, bakteri E.Coli pada air dangkal di kota Solo sudah parah. Kandungan

Fe (besi) dan Mn (mangan) serta konsentrasi merkuri di ambang batas normal. Padahal air

sungai Bengawan Solo digunakan sebagai bahan baku PDAM di Solo, Cepu (Jateng) dan

Bojonegoro (Jatim). Kondisi penghijauan di hulu dan DAS Bengawan Solo semakin tipis

sehingga tak mampu lagi menyerap lebih banyak air hujan. Hal ini diperparah dengan

kondisi sebagian bantaran sepanjang sungai Bengawan Solo yang dihuni sebagai

pemukiman secara ilegal. Padahal, area bantaran yang termasuk garis sempadan sungai

seharusnya dijadikan sabuk hijau (green belt) untuk menambah luasan ruang terbuka hijau

kota.

Hal ini disinyalir menjadi penyebab banjir terbesar kedua setelah banjir terbesar

pertama tahun 1966 yang melanda kota Surakarta. Saluran drainase yang buruk dan

akumulasi sampah kota akibat perilaku buruk masyarakat juga menjadi faktor penyebab

banjir Jateng dan Jatim pada akhir tahun 2007 kemarin. Bersamaan dengan kondisi

tersebut, global warming turut mengubah iklim sedikit demi sedikit sehingga curah hujan

lebih tinggi dari tahun sebelumnya.

Siklus kerusakan lingkungan semacam ini bukannya tanpa campur tangan manusia.

Manusia mulai tidak memperhatikan etika lingkungan. Etika lingkungan menyangkut tentang

kesadaran manusia untuk memelihara kestabilan dan keseimbangan lingkungan sejauh

mungkin dalam tiap kegiatan. Etika lingkungan yang rendah disebabkan karena

Page 9: Green Architecture

Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

____PENDAHULUAN

I-9

pengetahuan masyarakat yang rendah terhadap lingkungan (bumi) sebagai tempat tinggal.

Oleh karena itu, pendidikan berperan penting dalam pemahaman mengenai etika

lingkungan. Dan akan lebih efektif lagi bila pendidikan lingkungan hidup demi penyelamatan

bumi dan kelestarian alam itu direalisasikan lewat jalur pendidikan formal berupa Sekolah

Alam.

Selama ini, pengetahuan tentang lingkungan hidup, upaya pelestariannya dan

penanaman rasa cinta terhadap alam hanya menjadi salah satu bagian kecil yang diselipkan

diantara kurikulum DikNas di sekolah-sekolah pada umumnya. Ada pula yang hanya

diselenggarakan secara ekstrakurikuler dan tidak menyentuh area kurikuler. Padahal, bahan

belajar melalui lingkungan sekitar lebih mudah dilakukan dan dipahami, lebih dekat dan lebih

awet terekam sebagai pengetahuan.

Sementara itu, sekolah-sekolah alam semakin menjamur di kota-kota besar di

Indonesia. Misalnya, SA Ciganjur di Jakarta, Sekolah Alam Bandung (SAB), SA ARridlo di

Semarang, SA Insan Mulia di Surabaya, SA Nurul Islam di Yogyakarta dan sebagainya. Solo

Raya dengan Surakarta sebagai pusat kotanya, dan merupakan salah satu kota besar saat

ini belum mempunyai Sekolah Alam. Padahal, faktor-faktor pendukung didirikannya sebuah

Sekolah Alam cukup memadai.

Kota Surakarta merupakan salah satu daerah yang menjadi barometer pendidikan

nasional. Kondisi pendidikan di kota Surakarta dianggap mewakili dan merupakan titik

tengah dari daerah-daerah yang tingkat pendidikannya maju seperti Jakarta maupun

daerah-daerah yang tingkat pendidikannya masih tergolong rendah.13 Dan sesuai dengan

fungsi kota yang ditetapkan, Surakarta diharapkan menjadi kawasan pusat pengembangan

pendidikan dalam skala lokal, regional dan nasional. Untuk itu perlu adanya peningkatan

kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana pendidikan sehingga dapat mendukung fungsi

kota tersebut. Dengan demikian, masih dimungkinkan adanya pembangunan sekolah-

sekolah baru termasuk Sekolah Alam.

Di samping itu, faktor lainnya adalah perhatian pemerintah kota dan dukungan

masyarakat luas terhadap masalah lingkungan hidup yang cukup baik. Hal tersebut

dibuktikan dengan dipilihnya Kota Surakarta dijadikan sebagai pilot project parliament watch

di bidang lingkungan karena dianggap paling responsif terhadap masalah lingkungan.

Parliament watch bertugas untuk melihat, mengawasi dan mencatat anggota DPRD yang

13 www.republika.co.id, 2005

Page 10: Green Architecture

Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

____PENDAHULUAN

I-10

peduli, tidak peduli bahkan yang anti lingkungan. Tujuan pembentukan parliament watch

adalah untuk mendorong setiap pemerintah daerah agar mempunyai good governance di

bidang lingkungan. Selain itu juga bertujuan untuk menumbuhkan kepekaan terhadap

tuntutan masyarakat di bidang lingkungan. 14 Tumbuhnya perhatian pemkot Surakarta

terhadap lingkungan juga ditunjukkan dengan ditetapkannya rancangan peraturan daerah

tentang pengendalian lingkungan hidup menjadi Perda Pengendalian Lingkungan Hidup.

Walikota Joko Widodo menyatakan siap melaksanakan amanat Perda tersebut. Menurut

beliau, pelestarian lingkungan hidup harus dilakukan di daerah manapun.15

Perhatian masyarakat luas terhadap lingkungan hidup di Solo Raya dapat dilihat

dengan adanya institusi akademis (formal) dan organisasi-organisasi (non-formal) yang

melibatkan diri dalam pemecahan masalah lingkungan hidup, antara lain :

a. Lembaga Penelitian Perguruan Tinggi, antara lain Pusat Studi Lingkungan Hidup (

Kartasura), Universitas Veteran Bangun Nusantara Bantara (Klaten), Pusat Studi dan

Pengembangan Lingkungan Akademi Teknik Adiyasa (Palur), Pusat Penelitian

Lingkungan Hidup, Lemlit UNS (Surakarta) dan LPM UNS (Surakarta).

b. Anggota Organisasi WALHI Jawa Tengah (www.walhi.or.id) antara lain : Lembaga

Studi dan Lingkungan atau LSL (Pucangsawit), Yayasan Akar (Pajang) dan Gita

Pertiwi (Baturan).

Lembaga yang melakukan upaya penyadaran melalui pendidikan lingkungan hidup

saat ini yaitu Yayasan Masyarakat Indonesia Hijau (YMIH) yang berada di Colomadu,

Karanganyar. YMIH mempunyai motivasi gerakan kesadaran meminimalisir dampak

kerusakan lingkungan dengan cara memberikan PLH untuk usia dini. Upayanya antara lain

pendidikan lingkungan hidup untuk SD, penghijauan berbasis sekolah dan pengelolaan

sampah/ pengomposan dengan kelompok sasaran masyarakat dan pelajar. Adapun Sekolah

Alam yang ada di Solo Raya baru diwujudkan dalam bentuk fasilitas rekreasi dan edukasi

SA Griyo Kulo di Kali Samin, Tawangmangu, Karanganyar.

C. PERMASALAHAN DAN PERSOALAN

1. Permasalahan

Bagaimana aplikasi Green Architecture pada wadah fisik Sekolah Alam Tingkat Dasar

di Solo Raya.

14 Kompas, edisi Selasa, 29 Juli 2003 15 Kompas, edisi Jumat, 17 Maret 2006

Page 11: Green Architecture

Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

____PENDAHULUAN

I-11

2. Persoalan

Bagaimana aplikasi Green Architecture pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

dalam rangka memenuhi kebutuhan terhadap :

a. penentuan lokasi

b. peruangan meliputi kebutuhan ruang, besaran ruang, persyaratan ruang dan pola

hubungan ruang

c. pengolahan tapak

d. desain fisik bangunan

e. lansekap

f. sistem utilitas

D. TUJUAN DAN SASARAN

1. Tujuan

Mengaplikasikan Green Architecture pada wadah fisik Sekolah Alam Tingkat Dasar di

Wilayah Solo Raya.

2. Sasaran

Mendapatkan konsep program dan desain fisik Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo

Raya yang mengimplementasikan Green Architecture guna memenuhi kebutuhan terhadap

penentuan :

a. konsep lokasi

b. konsep peruangan

c. konsep tapak

d. konsep desain fisik bangunan

e. konsep lansekap

f. sistem sistem utilitas

E. LINGKUP DAN BATASAN

1. Lingkup

a. Area permasalahan

Pembahasan berada dalam lingkup disiplin ilmu arsitektur, khususnya Green

Architecture. Sebagai teori penunjang di luar arsitektur yaitu yang berkaitan dengan

kegiatan pendidikan alam di Sekolah Alam dan PLH (Pendidikan Lingkungan Hidup).

Page 12: Green Architecture

Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

____PENDAHULUAN

I-12

b. Area spasial

Lingkungan makro yang akan dibahas adalah wilayah perkotaan Solo Raya. Surakarta

sebagai pusat kota bagi Solo Raya dan eks-Karesidenan Surakarta yang bersentuhan

langsung dengan Surakarta.

2. Batasan

Pembahasan difokuskan pada upaya implementasi Green Architecture dalam

memenuhi kebutuhan untuk mendapatkan wadah yang sesuai dengan aktivitas kegiatan

belajar mengajar dalam penyelenggaraan pendidikan alam (lingkungan hidup) berupa

perencanaan dan perancangan Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya. Dengan

demikian, gagasan desain dapat diungkapkan secara grafis sesuai dengan disiplin ilmu

arsitektur.

F. METODE

1. Maksud Studi

Green Architecture memiliki beragam pandangan. Yang paling mudah dilakukan adalah

membuat kesimpulan dari banyaknya pendapat tersebut sehingga langkah-langkah menuju

desain dapat segera dilakukan. Kesimpulan berisi tentang hal-hal yang esensial dan bersifat

konstan dalam Green Architecture.

Green Architecture berperan sebagai subyek yaitu variabel yang bekerja

mempengaruhi atau memberi akibat tertentu pada wadah fisik obyeknya yaitu Sekolah Alam

Tingkat Dasar di Solo Raya. Maksud dari studi ini antara lain :

a. Menjelaskan esensi Green Architecture dengan cara melihat sejarah, paradigma,

filosofi, tujuan, manfaat dan ciri, serta strategi desain Green Architecture.

b. Menunjukkan bahwa pendidikan di sekolah mempunyai posisi strategis untuk

mengembangkan pendidikan lingkungan hidup, menanamkan nilai serta membentuk

mental dan kepribadian yang memahami etika lingkungan melalui proses enkulturasi.

c. Menjelaskan adanya pendidikan sustainabilitas lingkungan hidup melalui desain yang

menerapkan Green Architecture pada Sekolah Alam Tingkat Dasar.

2. Pendataan

a. Observasi (pengamatan) terhadap kondisi eksisting pada site-site

b. Studi literatur

c. Diskusi

d. Informasi dari internet

Page 13: Green Architecture

Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

____PENDAHULUAN

I-13

e. Data BPS untuk melengkapi data non fisik dan data fisik eksisting site yang menjadi

alternatif

f. Obyek karya ilmiah produk tugas akhir dan produk sayembara

g. Studi banding tentang green building yang sudah ada dan sekolah alam yang ada di

Indonesia

3. Analisa

Merupakan metode penguraian dan pengkajian dari data-data, informasi dan

pengalaman empiris yang kemudian digunakan sebagai data relevan bagi implementasi

Green Architecture pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Wilayah Surakarta.

a. Mengobservasi site-site yang menjadi lokasi alternatif lokasi site disertai dengan data

BMG untuk mengetahui kondisi dan karakteristik sebenarnya.

b. Menentukan program aktivitas (indoor –outdoor) dan peruangan yang sesuai dengan

kebutuhan belajar anak, psiko-fisik anak, perkembangan anak dan dapat merangsang

kecerdasan anak dengan cara studi literatur (psikologi pendidikan) dan menggunakan

obyek bandingan Sekolah Alam yang sudah ada untuk merangsang ide baru.

c. Melakukan studi literatur dan wawancara ahli untuk mengetahui struktur konstruksi

dan material yang aman, berkesan ringan, hemat energi, bebas dari zat berbahaya

dan dapat menyatu dengan alam.

d. Mengeksplorasi bentuk-bentuk arsitektural untuk menentukan bentuk massa, pola

tata massa dan tampilan yang sesuai dengan prinsip-prinsip Green Architecture

e. Menambah wacana tentang preseden Green Architecture agar dapat mengatur

sistem energi dalam bangunan yaitu penerangan, penghawaan, kelistrikan dan

kebutuhan air.

4. Sintesa

Merupakan tahap penggabungan dari data sumber di lapangan, literatur dan pengalaman

empiris yang telah dikaji pada tahap analisa dan kemudian diolah menjadi sebuah konsep

program dan desain yang lebih spesifik memperlihatkan implementasi Green Architecture

pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Wilayah Surakarta, antara lain :

a. Konsep site, konsep struktur konstruksi dan sistem operasional bangunan yang

sesuai dengan prinsip-prinsip Green Architecture

b. Konsep pemrograman aktivitas dan peruangan yang merepresentasikan Sekolah

Alam Tingkat Dasar

Page 14: Green Architecture

Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

____PENDAHULUAN

I-14

G. RENCANA SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Tahap Pertama menyajikan tentang latar belakang, permasalahan & persoalan, tujuan &

sasaran, batasan & lingkup pembahasan, metode dan sistematika pembahasan.

Tahap Kedua memaparkan tinjauan teori secara lengkap dan mendalam tentang Green

Architecture dan tinjauan tentang Sekolah Alam yang berorientasi pada pendidikan

lingkungan hidup.

Tahap Ketiga menyajikan data-data baik fisik dan non-fisik. Data fisik berupa kondisi,

karakteristik dan potensi Solo Raya. Data non-fisik dapat berupa peraturan daerah dan

kebijakan setempat tentang tata ruang makro dan mikro sebagai acuan berdirinya suatu

bangunan.

Tahap Keempat merupakan sintesa dari tinjauan teori dengan tinjauan data sehingga

dapat mengemukakan kesimpulan awal antara prinsip-prinsip Green Architecture dan konsep

belajar di Sekolah Alam Tingkat Dasar dengan data kewilayahan Surakarta yang kemudian

menjadi gagasan/ide desain.

Tahap Kelima mengelola gagasan/ide desain awal sebagai dasar pendekatan analisis

Green Architecture untuk diimplementasikan pada wadah fisik Sekolah Alam Tingkat Dasar di

Solo Raya.

Tahap Keenam merupakan sintesa dari analisa pendekatan desain yang berupa

konsep program dan desain Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya yang

mengimplementasikan Green Architecture.

Page 15: Green Architecture

Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

____PENDAHULUAN

I-15

BAB II TINJAUAN TEORI

H. GREEN ARCHITECTURE

1. Kemunculan Green Architecture

a. Sejarah Green Architecture

Dekade 1980-1990 merupakan tonggak bersejarah di mana dalam masa ini terjadi

pengungkapan saintifik tentang fenomena kerusakan planet bumi dan atmosfir yang akan

terus berlanjut. Jurnal saintifik (1985) melaporkan terjadinya lubang besar pada lapisan

ozon di atmosfer di atas Antartica yang selanjutnya dikenal dengan fenomena Ozone

Depletion (pelubangan ozon). Fenomena ini terjadi akibat konsentrasi gas CFC di atmosfer

yang akan terus menerus terjadi apabila tidak ada langkah-langkah pencegahan yang

serius.

Tahun 1988 para ahli klimatologi sepakat menyatakan bahwa suatu problema riil

sedang terjadi. Peningkatan suhu bumi yang terus berlangsung menimbulkan peningkatan

temperatur global yang akan mempengaruhi pola iklim dan kerusakan serius terhadap

bumi. Gejala yang dikenal dengan istilah Global Warming atau Greenhouse Effect ini

merupakan akibat dari peningkatan polusi udara berasal dari industri manufaktur,

transportasi, bangunan dan penggunaan energi secara besar-besaran pada semua sektor

untuk menunjang kehidupan modern manusia. Mengingat 50% konsumsi energi fosil dunia

adalah berhubungan dengan kebutuhan energi bangunan. Berarti, 50% gas buang

karbondioksida yang menimbulkan kontaminasi udara atau 25% dari seluruh gas

greenhouse berasal dari bangunan. Keprihatinan ini yang mendorong timbulnya pemikiran

baru dalam perancangan arsitektur yang kemudian dikenal dengan Green Architecture.

Perkembangan arsitektur dalam eco-design semakin kuat pasca tahun 1990-an.

Sebelumnya, pemahaman konsep Green Architecture belum menjadi fokus perhatian di

kalangan arsitek dunia. Kini, perkembangan pembangunan di kawasan perkotaan

menuntut dukungan Green Architecture. Tren itu kini berkembang di hampir setiap

perkotaan yang ada di dunia.

b. Urgensi Green Architecture

Saat ini, alam mulai menunjukkan perubahannya yaitu efek-efek buruk akibat ulah

manusia yang tak bijak terhadap bumi. Industrialisasi dan pemakaian energi secara besar-

besaran dan terus menerus telah menggerogoti bumi dan menyebabkan fenomena

Page 16: Green Architecture

Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

____PENDAHULUAN

I-16

pemanasan global atau global warming. Efek utama pemanasan global yaitu perubahan

pola iklim bumi yang drastis. Perubahan iklim ini dapat menjurus ke efek ekstrem seperti

bencana alam (banjir, angin puting beliung, topan siklon, gelombang besar), meningkatnya

tinggi muka air laut karena pencairan es di kutub, udara yang semakin panas, kelangkaan

sumber air dan makanan, timbulnya berbagai ancaman penyakit yang sulit diprediksi

sebelumnya, musnahnya spesies karena kerusakan habitat, deforestasi dan hujan asam.

Semua efek tersebut membahayakan kehidupan manusia. Hal ini akan berpengaruh pada

ruang-ruang mikro yaitu bangunan sebagai kulit ketiga manusia.

Faktanya, penyumbang efek global warming terbesar adalah bangunan mulai dari

pembangunan, pengoperasian dan penghancurannya. Sumber daya alam, industri dan

energi untuk memenuhi tuntutan material bangunan, pembangunan, operasional dan

ketika dihancurkan untuk membangun kembali membutuhkan jumlah besar. Padahal,

kebutuhan terhadap bangunan bersifat primer. Oleh karenanya, perlu strategi desain yang

memperhatikan lingkungan sehingga dapat lestari dan berkelanjutan.

Pemanasan global saat ini tidak dapat dihilangkan begitu saja, namun manusia dapat

memperlambat dan mengurangi efek buruknya. Untuk mengurangi dampak ekstrem

tersebut, manusia harus berani mengubah diri untuk lebih memperhatikan alam. Bangunan

tempat berlindung akhirnya harus dikondisikan sedemikian rupa agar manusia sebagai

penghuni dapat mengurangi efek buruk tersebut. Salah satu upaya untuk mengurangi

dampak kerusakan global yang dikenal dengan global warming atau pemanasan global

terhadap ruang makro yaitu dengan memperbaiki ruang mikro secara bersama-sama.

Manusia sebagai penghuni planet bumi dituntut untuk “berpikir global, bertindak lokal”.

Green Architecture hadir sebagai pendekatan desain bangunan yang mengubah pola

pikir dan kebiasaan manusia yang kurang menjaga kelestarian lingkungan hidup. Green

Architecture berangkat dari kesadaran akan kerusakan lingkungan secara global. Green

Architecture menghendaki perbaikan pada sistem bangunan yang menjamin kesejahteraan

sekaligus meningkatkan kesehatan penghuninya.16

2. Green Architecture sebagai Tema Perancangan

a. Definisi Green Architecture

Green Architecture dapat diartikan sebagai konsep arsitektur yang berusaha

meminimalkan pengaruh buruk terhadap lingkungan alam maupun manusia, dan

16 oleh Ir. Jimmy Priatman, M.Arch, Republika edisi Jumat 22 Februari 2008

Page 17: Green Architecture

Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

____PENDAHULUAN

I-17

menghasilkan tempat hidup yang lebih baik dan lebih sehat, yang dilakukan dengan cara

memanfaatkan sumber energi dan sumber daya alam secara efisien dan optimal.17

Sedangkan menurut Jimmy Priatman, dosen UK Petra sekaligus pemerhati Green

Architecture, mengungkapkan Green Architecture adalah arsitektur yang berwawasan

lingkungan dan berlandaskan kepedulian tentang konservasi lingkungan global alami

dengan penekanan pada efisiensi energi (energy-efficient), pola keberlanjutan

(sustainable) dan pendekatan holistik (holistic approach).

Green Architecture dapat diinterpretasikan sebagai sustainable (berkelanjutan),

earthfriendly (ramah lingkungan), dan high performance building (bangunan dengan

performa sangat baik).18

Green Architecture sendiri merupakan sebuah definisi longgar dari land-use, desain

bangunan dan strategi konstruksi yang ringan, hangat di musim dingin dan sejuk di musim

panas, nyaman dan menyehatkan, efisien dalam hal bahan dan energi, fungsional dan

tahan lama serta memberikan pengaruh baik terhadap pengguna dan lingkungannya.19

b. Tujuan, Manfaat, Ciri dan Peran Green Architecture

Tujuan utama Green Architecture adalah menciptakan eco-design, arsitektur ramah

lingkungan, serta arsitektur alami dengan konsep pembangunan berkelanjutan.20

Manfaat yang diperoleh dengan mengimplementasikan Green Architecture pada

bangunan yaitu antara lain : mengurangi konsumsi energi dan bahan material baru,

perlindungan terhadap ekosistem, meningkatkan produktivitas kerja dari pengguna serta

berpengaruh baik terhadap kesehatan pengguna.21

Menurut praktisi arsitektur Mauro Purnomo Rahardjo, ciri Green Architecture antara

lain, adanya sistem sirkulasi udara yang dirancang efisien baik untuk pemanasan maupun

pendinginan ruang. Pemakaian pencahayaan dengan sumber energi yang efisien, serta

penggunaan bahan bangunan yang non-synthetic serta non-toxic. Efisiensi ruangan juga

menjadi fokus perhatian dalam ilmu ini.22

17 Brenda & Robert Vale, Green Architecture, Design for Sustainable Architecture. 18 Oleh Budi Pradono, Konsep Green Architecture, edisi Minggu, 10 November 2008, yang diambil dari www.astudioarchitect.com 19 dalam Willy Gunawan, 2001, Re-Desain bangunan UTP Balai Pengembangan Kebun Raya-LIPI Bogor ,TA,UNS 20 oleh Oki Baren, Arsitektur Selaras Alam, edisi 26 April 2008 yang diambil dari www.inilah.com 21 Dalam Willy Gunawan, 2001, Re-Desain bangunan UTP Balai Pengembangan Kebun Raya-LIPI Bogor ,TA,UNS 22 “Arsitektur Selaras Alam”, edisi 26 April 2008 oleh Oki Baren yang diambil dari www.inilah.com

Page 18: Green Architecture

Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

____PENDAHULUAN

I-18

Green Architecture lebih dari sekedar menanam rumput atau menambah tanaman

lebih banyak di sebuah bangunan. Lebih luas dari itu, Green Architecture berperan untuk

memberdayakan arsitektur atau bangunan agar lebih bermanfaat bagi lingkungan,

menciptakan ruang-ruang publik baru, menciptakan alat pemberdayaan masyarakat,

sarana informasi dan edukasi masyarakat dan sebagainya.23

Bangunan berkonsep Green Architecture merupakan reinterpretasi sosial budaya

masyarakat terhadap alam dan kehidupan tempat tinggalnya.24 Secara lebih luas dalam

skala kota, Green Architecture berusaha mengoptimalkan lahan bangunan sebagai bagian

dari ruang hijau kota.

c. Komponen Green Architecture

Terdapat beberapa komponen dari Green Architecture menurut Jason Frederick

McLennan (Universitas Oregon) dalam tulisannya yang berjudul “Solar Incidents” yaitu

antara lain :

1). Memperhatikan energi (Respect for energy)

Mengurangi/menghemat kebutuhan bangunan untuk mengkonsumsi energi.

Menghemat pemakaian lampu listrik, AC, dan pemanas ruangan. Memanfaatkan

pencahayaan alami untuk penerangan di siang hari.

2). Memperhatikan tempat (Respect for place)

Bekerja dengan iklim lokal, konteks dan material untuk menghasilkan arsitektur

yang sesuai dengan masyarakat dan lingkungan alami di sekitarnya. Dengan

menggunakan komponen ini dapat mengolah beragam kondisi sekitar juga dapat

mengangkat potensi lokal.

3). Memperhatikan sumber daya (Respect for resources)

Meminimalkan jumlah sumber daya alam dan sumberdaya buatan manusia yang

digunakan dalam sebuah bangunan. Desain layout menjadi lebih kecil dan lebih efisien.

Eliminasi elemen-elemen yang tidak dibutuhkan dalam program. Pembangunan ditujukan

untuk jangka panjang. Menggunakan material yang dapat diperbaharui/dapat didaur

ulang.

23 Oleh Budi Pradono, Konsep Green Architecture, edisi Minggu, 10 November 2008 yang diambil dari www.astudioarchitect.com 24 Nirwono Joga, Mewujudkan Bangunan Arsitektur Hijau, Kompas edisi Jumat, 16 Desember 2005

Page 19: Green Architecture

Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

____PENDAHULUAN

I-19

4). Memperhatikan masyarakat (Respect for people)

Menggunakan material yang tidak beracun dan menyebabkan udara di dalam

bangunan menjadi tidak sehat. Tidak membuat bangunan dengan material, yang dalam

langkah penggunaannya, dari pembuatan hingga instalasi dapat menyebabkan manusia

menjadi tidak sehat. Membangun dengan tidak mengabaikan umur maupun kemampuan

fisik manusia sehingga penggunaan dalam kegiatan sehari-hari menjadi lebih maksimal.

Dan jika memungkinkan juga memperhatikan faktor keindahan atau estetika bangunan.

5). Memperhatikan tapak (Respect for site)

Memelihara karakter dari bagian alam di tapak manapun. Memperbaiki dan

memugar kembali area yang rusak dari tapak tersebut. Memelihara lingkungan setempat

sehingga mampu untuk bertahan di kemudian hari. Tidak membangun di area yang

sensitif seperti area atau tapak dimana kondisi tanahnya mudah longsor.

6). Memperhatikan siklus kehidupan (Respect for the cycle of life)

Menghindari pemakaian material yang sulit dihancurkan oleh proses alamiah dan

berbahaya bagi manusia dan lingkungannya. Membangun hanya dengan material yang

dirancang secara berkelanjutan.

3. Strategi Desain Green Architecture

Global Warming dapat mengakibatkan temperatur bumi naik, perubahan iklim, dan

konsumsi energi meningkat. Green Architecture diimplementasikan semaksimal mungkin

agar tak menyumbang efek global warming namun tetap dapat memenuhi kebutuhan

kegiatan yang diwadahinya. Untuk mewujudkan suatu bangunan dengan pendekatan Green

Architecture, manusia harus membuka wawasan lingkungannya dan bekerja dengan alam

sekitar. Beberapa strategi desain Green Architecture yang diharapkan dapat memecahkan

persoalan arsitektural, antara lain :

a. Penghematan energi dalam bangunan

Bangunan sebagai pemboros energi terbesar perlu dikendalikan. Perbaikan sistem

energi di dalam bangunan dapat dilakukan dengan tujuan penghematan sumber daya

alam dan penghematan biaya operasional. Penghematan energi dalam bangunan dapat

dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1). Pendinginan alami dengan cara cross ventilation dalam bangunan dapat

menghemat energi penggunaan AC dan kipas angin. Bangunan dapat diberdayakan

untuk menangkap angin, menyaring debunya dan meneruskannya ke dalam

ruangan hingga terjadi sirkulasi udara yang terus menerus.

Page 20: Green Architecture

Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

____PENDAHULUAN

I-20

2). Pencahayaan alami dalam bangunan dapat menghemat penggunaan lampu listrik.

3). Sumber energi listrik alternatif dari sinar matahari dihasilkan dengan menggunakan

alat photovoltaic yang diletakkan di atas atap.

4). Menggunakan energi terbaharui dalam operasional bangunan. Energi terbaharui

mendapatkan energi dari aliran energi yang berasal dari ”proses alam yang

berkelanjutan”, seperti sinar matahari, angin, air yang mengalir, proses biologi dan

geothermal.

5). Bangunan dibuat memanjang dan tipis untuk memaksimalkan area pencahayaan

dan menghemat energi listrik.

6). Penggunaan atap miring. Atap miring termasuk atap

dingin karena memiliki dua lapisan terpisah dengan

rongga udara di tengahnya. Bidang atap yang

menghadap utara-selatan cocok untuk penempatan

kolektor datar atau photovoltaic. Kemiringan untuk

pengaliran air hujan yang disalurkan oleh talang air

menuju pipa ke penyimpanan air bawah tanah

sehingga menghemat air murni. Tritisan lebar melindungi dinding dan jendela dari

cahaya matahari dan hujan.

b. Material berkelanjutan

Pembangunan ditujukan untuk jangka panjang. Agar berkelanjutan, maka upaya

konservasi sumber daya alam material dapat dilakukan dengan:

1). Penggunaan material dengan kandungan energi rendah

Material dianggap memiliki kandungan energi rendah yaitu apabila material itu

diupayakan dengan menggunakan sedikit energi mulai dari penambangan hingga

Gambar II.1 Panel surya yang dipasang pada atap sebagai sumber energi dalam bangunan. Sumber : www.wikipedia.com

Gambar II.2 Respon bangunan terhadap pergerakan udara (1) Ventilasi silang secara vertikal : pada saat panas, udara mengembang, naik dan ditempati

oleh udara yang lebih dingin. (2) dan (3) Ventilasi silang secara horisontal : udara bergerak akibat perbedaan tekanan yaitu tekanan lebih tinggi ke tekanan yang lebih rendah. Sumber :

Tabloid Home, 2005

(1) (2) (3)

Page 21: Green Architecture

Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

____PENDAHULUAN

I-21

transportasi untuk distribusinya. Oleh karenanya, material yang ada pada site atau yang

lebih dekat perolehannya akan lebih menghemat energi untuk transportasi.

2). Penggunaan bahan material yang dapat didaur ulang

Bahan-bahan bangunan yang digolongkan menurut penggunaan bahan mentah dan

tingkat transformasinya sebagai berikut25 :

a). Bahan bangunan yang dapat dibudidayakan kembali, antara lain :

Kayu dan bahan perkayuan (vinil, kayu lapis, papan partikel, kulit kayu)

Bambu

Tangkai dan serat alam (rotan, serabut kelapa, ijuk, kapas, serat kayu dan

papan serat kayu)

Daun dan rumput

Kulit hewan dan bulu binatang (wol domba)

b). Bahan bangunan alam yang dapat digunakan kembali, antara lain :

Tanah liat, pasir dan tanah pekat

Bahan pengikat hidrolis terpendam, contoh : semen merah dari bata merah

Batu alam

c). Bahan bangunan buatan yang dapat digunakan kembali dengan mengalihkan

fungsinya : Kardus pembungkus, botol bekas, mobil bekas, ban mobil bekas,

potongan plat seng, dll.

d). Bahan bangunan alam yang mengalami perubahan transformasi sederhana :

Batu buatan yang dibakar atau dikukus : batu merah/ batu bata, beton ringan

berpori

Genting dan pipa tanah liat

Bahan keramik

Batu buatan yang tidak dibakar : batako, conblock, beton, genting beton, pipa

beton, ubin semen dan traso

Logam : besi dan baja, tembaga, alumunium, seng

3). Pemanfaatan kembali material yang telah digunakan

4). Sistem dan penyesuaian bentuk bangunan yang tepat bagi lingkungan

5). Ruang-ruang multifungsi dapat menghemat luasan ruang sehingga menghemat

kuantitas material yang dibutuhkan.

25 Heinz Frick & Ch. Koesmartadi, 1999, Ilmu Bahan Bangunan, Kanisius, Yogyakarta, h. 11

Page 22: Green Architecture

Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

____PENDAHULUAN

I-22

Demi kenyamanan dan kesehatan pengguna, maka usaha yang dapat dilakukan

yaitu:

a). Menggunakan material yang tidak beracun dan menyebabkan udara di dalam

bangunan menjadi tidak sehat.

Tabel II.1 Bahan bangunan berbahaya bagi kesehatan

No Bahan bangunan/material Bahaya yang ditimbulkan

1). Kayu sumber bahaya: penggunaan politur, melamin (urea formal-dehyde)

Alergi kulit, mata, gangguan selaput lendir

2). Pipa PVC, lem PVC, cat PVC, lantai Vinil, karpet plastik (yang dibuat dari PVC), lem kontak

Kanker, pembakaran menguapkan asam khlorida (mematikan tanaman), penyakit hati, ginjal

3). Cat sintetis (cat besi/kayu), thinner, cat epoksi yang mengandung ethylalkohol, epoksi mesin

Penyakit syaraf, darah, pernafasan, mata buta, gangguan keseimbangan, selaput lendir, eksim pada kulit

4). Asbes (plafon dan atap) Asbestose (penyakit paru), kanker

5). Gas radon (merupakan penguapan dari tanah)

Mutagen dan karsinogenik (penyebab kanker

Sumber : www.astudioarchitect.com

Tabel II.2 Bahan bangunan yang sehat

No Bahan bangunan/material Jenis material

1). Bahan material dari alam Batu alam, tanah liat, batako, kayu, bambu, rumbia, ijuk, alang-alang, logam

2). Bahan material buatan bata merah, genteng tanah, kaca, beton, batako, conblok

Sumber : www.astudioarchitect.com

b). Tidak membuat bangunan dengan material, yang dalam langkah penggunaannya,

dari pembuatan hingga instalasi dapat menyebabkan manusia menjadi tidak

sehat.

c). Membangun dengan tidak mengabaikan umur maupun kemampuan fisik manusia

sehingga penggunaan dalam kegiatan sehari-hari menjadi lebih maksimal.

c. Green roof technology

Salah satu teknologi lingkungan yang ikut berperan dalam mempengaruhi bentuk

rancang bangun dan sekaligus mempengaruhi kualitas lingkungan hidup adalah konsep

green roof. Green roof merupakan layer atau lapisan struktur konstruksi hijau yang terdiri

dari media pertumbuhan/tanah dan media tanaman diatas sebuah bangunan.

Kebun atap dan penghijauan di atap sudah dikenal abad 6 sebelum Masehi oleh

orang Babilonia. Sekitar tahun 1890 rumah di Berlin ditutupi oleh suatu lapisan humus

yang dilapisi tumbuh-tumbuhan dengan tujuan untuk melindungi dari kebakaran. Pada

Page 23: Green Architecture

Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

____PENDAHULUAN

I-23

abad 20, Le Corbusier menemukan kembali atap ditanami yang hampir terlupakan.26 Atap

dan teras atas yang ditutupi rumput dan tanaman hidup lainnya merupakan konsekuensi

pengembalian fungsi ruang hijau yang telah diambil oleh massa bangunan di bawahnya.

Tanaman yang dipilih adalah dari jenis semak yang tahan panas, memerlukan sedikit

air, namun banyak daun untuk meningkatkan daya serap CO2. Alternatif lain yaitu palem

untuk peneduh dan mereduksi panas matahari.

Kini, kebangkitan dari taman gantung ini dikenal dengan nama

Green Roof Technology. Teknologi ini bukan hanya sekedar

gerakan penghijauan semata. Lebih dari itu teknologi ini

bermanfaat mempengaruhi kualitas lingkungan hidup. Secara garis

besar ada 2 keuntungan yang diperoleh dari teknologi ini yaitu

antara lain:

1). Keuntungan Ekologi

a). Mereduksi “Urban Heat Island Effect”. “Green Roof” dapat

mengendalikan dan menciptakan iklim mikro yang

bertindak sebagai pendingin dan kelembaban udara sekitar. Selain itu dapat juga

berperan sebagai penangkap partikel polusi perkotaan dan CO2 yang terdapat

pada udara dan debu.

b). Menetralisasi polusi suara dengan pengaturan disain lansekap melalui komposisi

tanaman pada area atap dapat meminimaliskan polusi suara sampai 8 db.

c). Menciptakan habitat bagi kehidupan alam liar Dengan pemilihan dan konsep

disain lansekap taman yang tepat menimbulkan efek positif dengan memperbesar/

menambah luas ruang habitat bagi kehidupan alam liar seperti burung-burung di

perkotaan maupun fauna lainnya.

2). Keuntungan Ekonomi

a). Penambahan ruang aktif dengan kreasi para arsitek lansekap mendisain area atap

menjadi “taman gantung atau Roof Garden” akan menambah ruang untuk aktivitas

interaksi. Hal ini sangat membantu pada daerah perkotaan dimana cadangan

tanah/lahan tidak tersedia.

b). Meminimalkan biaya pemeliharaan dan renovasi. Teknologi “Green Roof”

merupakan lapisan “water proofing” hidup berfungsi untuk memproteksi bangunan

26 Neufert Architect Data, jilid 1

Gambar II.3 Kebun semiramis yang

menggantung di Babilon (dalam abad ke 6 sebelum Masehi). Sumber : Neufert

Architect Data, jilid 1

Page 24: Green Architecture

Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

____PENDAHULUAN

I-24

dari energi ultraviolet, temperatur suhu energi matahari yang ekstrem. Hasil studi

telah membuktikan bahwa dengan adanya lapisan “green roof” ini dapat

menambah umur lapisan tradisional “water proofing” berumur lebih dari 40 Tahun.

c). Mereduksi air buangan dengan adanya lapisan “green roof” dapat memperkecil

volume kandungan air akibat curah hujan sebanyak 50-90% dan menjadi lapisan

filter bagi partikel-partikel polusi yang terkandung di dalamnya. Akibatnya volume

air tidak menjadi beban bagi aliran pembuangan.

d). Pendidikan bagi generasi penerus. Merupakan suatu “Living Monument” bagi

pendidikan tentang arti lingkungan hidup bagi generasi penerus.

d. Lansekap

Indonesia adalah Negara dengan area hutan yang luas dan dapat dilihat sebagai “the

world lungs”, atau paru-paru dunia karena memiliki banyak hutan lindung. Organisasi dunia

atau PBB berharap Indonesia melindungi dan melestarikan hutannya, sehingga

masyarakatnya dapat menyelamatkan kualitas udara yang baik bagi dunia.

Menurut Sri Pare Eni, dalam Green Principle Of Landscaping Design In The Tropics,

masyarakat kota membutuhkan lebih banyak pohon dan tanaman untuk mengurangi polusi

udara dengan cara memelihara banyak taman, kebun, taman bermain anak, taman kota,

hutan kota, dan sejenisnya di kota. Setiap kota harus mempunyai taman public untuk

memberikan peneduhan, melindungi saat musim hujan dan hutan kota untuk

menyeimbangkan lingkungan.

Banyaknya fungsi bangunan sebagai apartemen, kantor, dan bangunan industri harus

disesuaikan dengan lingkungan. Pilihan material bangunan harus lebih banyak pengalas

lagi (green cover) seperti rumput, perdu (shrubs) dan pohon (trees). Permukaan

perkerasan untuk dinding dan atap, akan memberi efek nyata pada iklim mikro pada tapak.

Tanaman alami berfungsi menjaga stabilitas temperatur dan meminimalisir kondisi

ekstrem. Secara umum, tumbuhan yang hidup berperan sebagai material absorban,

menyerap panas, cahaya dan suara. Karena dedaunan melimpahkan kelembaban, maka

daun dapat menghilangkan sebagian besar jumlah panas yang jatuh pada permukaan

daun. Dengan demikian, daun dapat memantulkan panas kurang dari material anorganik.

Perbedaan temperatur yang besar antara rumput dan perkerasan:

Pada saat siang hari di musim kemarau (panas), temperatur udara 30 cm di

bawah permukaan tanah sekitar 4°-5° C lebih rendah daripada permukaan tanah

itu sendiri.

Page 25: Green Architecture

Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

____PENDAHULUAN

I-25

Rumput juga lebih dingin daripada permukaan tanah yang gundul, perbedaan

temperatur yang terjadi berkisar antara 5°-6°C.

Pada hari yang terang, beton dan permukaan beton yang dicat akan merefleksikan

mulai dari 25%-35% dari cahaya yang datang. Sementara permukaan rumput

merefleksikan hanya sekitar 10%-15% cahaya yang datang.

Potensi alam sekitar dapat digunakan seperti misalnya memberdayakan vegetasi

sekitar, penyiraman tanaman dari air sungai dengan water treatment. Semakin banyak

jumlah dan ukuran tanaman dan semakin lebar ukuran/tajuk daun, semakin dingin tempat

tersebut. Perdu dapat meningkatkan suhu panas jika sirkulasi udara dipotong. Perdu yang

sangat rendah dianjurkan. Angin penting untuk menghilangkan

panas, angin kering di musim kemarau dan angin dingin di

musim hujan.

Mengolah dan memanfaatkan eksisting yang potensial

seperti iklim, kontur, jenis tanah, pergerakan matahari, angin,

air, kelembaban, temperatur, bentukan alam (danau, bukit,

lembah, rawa-rawa, sungai dll), kondisi infrastruktur (jalan,

jembatan, menara seluler) dll.

1). Vegetasi

Vegetasi merupakan komponen lansekap yang bersifat organik, yaitu berupa

tumbuh –tumbuhan. Vegetasi dapat memanfaatkan eksisting yang sudah ada atau bisa

juga berupa built environment.

Keberadaan tanaman hidup di ruang dalam atau di taman (void) berguna menjaga

kestabilan suhu udara di dalam tetap segar dan sejuk. Potensi hijau tumbuhan dalam

lahan dapat digantikan atau dimaksimalkan dengan berbagai inovasi, misalnya

pembuatan atap di atas bangunan (taman atap), vertikultur sebagai dinding sekat atau

bagian dari struktur, dll. Elemen vegetasi di dalam lansekap memiliki kegunaan –

kegunaan, antara lain :27

# sebagai elemen struktural :

menciptakan ruang dengan membentuk dinding, lantai dan langit – langit

mengatur dan mengarahkan pandangan, menutup pandangan tertentu

mengatur lalu lintas dalam pergerakan pedestrian maupun kendaraan

27 dalam Danny Widya Kristiani, Wisma Retret Ngargoyoso Karanganyar, TA Arsitektur UNS

Gambar II.4 Gifu Techno Plaza : respon bangunan mengikuti

kontur alami lahan perbukitan. Sumber : dok.pribadi,2006

Page 26: Green Architecture

Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

____PENDAHULUAN

I-26

sebagai elemen environmental : dapat mengatur kualitas air, mencegah

terjadinya erosi, dan mengatur iklim

sebagai elemen visual : menjadi pusat perhatian dan komponen penghubung

antar pusat perhatian

# kegunaan arsitektural :

diutamakan pada organisasi lingkungan dan penciptaan ruang sebagai

pembatas antar ruang

pembentuk sifat ruang yang berbeda

# fungsi estetik :

complementer : melengkapi obyek dalam lingkungan untuk mencapai

keselarasan dan kesatuan

unifer : secara visual menyelaraskan dan menyatukan komponen – komponen

yang berbeda pada suatu lingkungan.

emphasizer : berfungsi menonjolkan atau menekan suatu obyek tertentu dalam

suatu lingkungan.

acknowledger : untuk menunjukkan suatu lokasi atau obyek yang mempunyai

tingkat interest tinggi.

softener : melunakkan elemen buatan manusia atau lanscape yang mempunyai

wujud keras dan kaku.

2). Air

Air merupakan elemen lunak pada lansekap yang dapat menciptakan kesegaran

lingkungan, memberikan berbagai nuansa yang menggugah rasa dan menggelitik emosi.

Hubungan air dan ruang dengan porsi yang tepat dapat menciptakan berbagai bentuk

yang bernilai seni tinggi dan suasana yang menarik.

Fungsi air dapat dikembangkan sesuai dengan sifat air yang lentur, mudah bergerak

atau digerakkan, serta memantulkan semua bayang –bayang yang ada di sekitarnya,

dan dapat menimbulkan bunyi–bunyian yang menarik bila dirancang secara tepat,

misalnya membuat musik air, waterwall, pancuran bambu pada taman Zen, kolam mini,

empang dll.

Di daerah yang panas, air sangat dibutuhkan untuk mengkondisikan penghawaan

agar mereduksi suhu panas lingkungan. Kolam–kolam di sekitar bangunan bukan saja

merupakan elemen estetis, namun juga merupakan elemen penunjang suhu udara

ruangan yang nyaman.

Page 27: Green Architecture

Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

____PENDAHULUAN

I-27

Melalui desain lansekap, kita harus menjaga prinsip pembangunan berkelanjutan

yang anti polusi, higienis, indah, evergreen, dan menghasilkan udara segar. Seluruh

faktor itu harus nampak dalam kesatuan yang harmonis pada pembangunan kota.

e. Manajemen limbah

Sumber daya alam yang penting dalam proses konstruksi hingga operasional yaitu

air. Konservasi dan efisiensi air dilakukan untuk meminimalkan pemanfaatan langsung dari

alam. Konservasi air dapat dilakukan dengan memelihara air tanah melalui penghijauan,

pemanfaatan air hujan dan pemanfaatan kembali air dalam bangunan28. Untuk

efisiensinya, perlu menyesuaikan dengan kebutuhan, misalnya untuk minum, mandi, cuci,

menyiram tanaman, metabolisme dan sebagainya. Selain itu juga diupayakan

pengurangan konsumsi air bersih secara terus menerus.29 Misalnya untuk menyetor

kotoran padat (faeces) tidak perlu dengan air bersih PAM yang biasanya digunakan untuk

minum.

Untuk menjamin kelangsungan hidup

tanaman harus dirancang sistem penyiraman

yang khusus. Penyiramannya berasal dari

penyemprot yang airnya didapat dari daur ulang

air limbah dari tempat cuci tangan, termasuk

juga air limbah dari WC yang diolah terlebih

dulu dengan sistem tertentu. Penggunaan air

limbah dari WC dimaksudkan untuk membuat

tanaman menjadi subur.

Air hujan dapat dimanfaatkan secara inovatif untuk menampung dan mengolah air

hujan bagi keperluan domestik. Salah satu cara yang saat ini sedang dikembangkan

adalah Teknik Biopori. Biopori adalah pori-pori berbentuk lubang (terowongan kecil) yang

dibuat oleh aktivitas fauna tanah atau akar tanaman. Lubang biopori yang berupa lubang

silindris vertikal di dalam tanah diisi sampah organik untuk memicu terbentuknya biopori.

Lubang resapan biopori adalah teknologi tepat guna dan ramah lingkungan untuk

mengatasi banjir dengan cara :

a). Meningkatkan daya resapan air

28 Kim,Jong Jin, Introduction to Sustainable Design 29 Kim,Jong Jin, Introduction to Sustainable Design

Gambar II.5 Keunggulan lubang resapan biopori

Sumber : www.biopori.com

Gambar II.6 Penampang membujur lubang biopori

Sumber : www.biopori.com

Page 28: Green Architecture

Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

____PENDAHULUAN

I-28

b). Mengubah sampah organik menjadi kompos dan mengurangi emisi gas rumah

kaca (CO2 dan metan)

c). Memanfaatkan peran aktivitas fauna tanah dan akar tanaman dan mengatasi

+masalah yang ditimbulkan oleh genangan air seperti penyakit demam berdarah

dan malaria.

Untuk mendapatkan air bersih dapat dilakukan dengan penjernihan air secara

tradisional. Air dialirkan pada beberapa bak. Pada bak diberi tawas yang dapat mengatasi

kesadahan air dengan membuat unsur besi menjadi endapan yang berwarna kuning

coklat. Dalam proses ini, koloid lain pun akan ikut menggumpal dan mengendap.

Kemudian air dialirkan pada

bak kedua yang berisi batu,

kerikil, ijuk dan pasir.

Penyaring pasir tersebut

disusun dengan baik

sehingga menghasilkan air

yang jernih dan tak

menimbulkan kerak pada alat dapur dan sebagainya.

3). Penanganan limbah domestik

Yang termasuk limbah domestik antara lain : kotoran padat lavatori, air kotor

lavatori, air bekas cuci tangan, air cuci rumahtangga, air kolam, air hujan, dan sampah.

Limbah sebagai hasil buangan dari kegiatan manusia tersebut dapat dikelola sebagai

berikut :

a). Air kotor (WC)

b). Air hujan

Septic tank

Sumur resapan

setempat

Air tanah

Makanan lele

Biogas Limbah padat

Air sabun

Air cuci tangan

WC

Gambar II.8 Pengolahan limbah padat dan cair dari lavatori.

Sumber : analisa pribadi, 2008

tawas

batu

kerikil

ijuk

pasir

air keruh

air jernih

Gambar II.7 Proses penjernihan air tradisional.

Sumber : analisa penulis, 2008

Page 29: Green Architecture

Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

____PENDAHULUAN

I-29

Air hujan merupakan limpahan air yang mampu memberi kontribusi terhadap

penciptaan iklim mikro (dalam bangunan) dan dapat dimanfaatkan sebagai sumber air

untuk operasional bangunan.

c). Sampah

Sampah dikelola dengan lebih dulu memisahkan antara sampah organik,

anorganik dan logam. Sampah organik biasanya berupa limbah pertanian seperti

rumput, semak dan daun-daun yang berguguran. Juga berupa sampah rumahtangga

seperti sisa makanan, kulit buah, batang sayuran dan lain-lain. Sampah anorganik

biasanya barang bekas yang terbuat dari kertas, plastik, karet, kardus, kain perca, kulit,

kayu, PVC dan lain sebagainya. Sampah logam biasanya berupa barang bekas yang

terbuat dari alumunium (kaleng minuman), besi, kuningan dan lain sebagainya.

f. Konservasi alam

Konservasi alam bertujuan untuk menyelamatkan dan melestarikan ekosistem yang

terancam eksistensinya. Tindakan ini dapat dilakukan dengan cara :

1). Memelihara lingkungan setempat sehingga mampu untuk bertahan di kemudian

hari.

2). Menggunakan lahan yang ada. Tidak semua lahan harus ditutupi dengan bangunan,

sehingga lahan yang ada dapat memiliki cukup lahan hijau dan taman.

3). Menggunakan lahan secara efisien, kompak dan terpadu.

4). Menghargai kehadiran tanaman yang ada di lahan, dengan tidak mudah menebang

pohon-pohon, sehingga tumbuhan yang ada dapat menjadi bagian untuk berbagi

dengan bangunan.

I. SEKOLAH ALAM

1. Sekolah secara Umum

Air sumur sebagai air

bersih

Air bersih siap pakai

Air hujan Biopori

Pepohonan

Tadah hujan

Air tanah

Penjernihan air tradisional

Penyiraman tanaman

Kolam ikan

Gambar II.9 Pemanfaatan air hujan sebagai sumber air untuk operasional bangunan.

Sumber : analisa penulis, 2008

Page 30: Green Architecture

Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

____PENDAHULUAN

I-30

a. Pengertian Sekolah

Sekolah adalah bangunan/ lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat

menerima dan memberi pelajaran (menurut tingkatannya, ada dasar-menengah-tinggi).30

b. Jenjang Pendidikan di Indonesia

Jenjang pendidikan yang termasuk jalur pendidikan terdiri atas31 :

1). Pendidikan dasar

Pendidikan dasar adalah pendidikan umum yang lamanya 9 tahun diselenggarakan

selama 6 tahun di sekolah dasar dan 3 tahun di sekolah lanjutan tingkat pertama atau

satuan pendidikan yang sederajat. Sekolah Dasar adalah bentukan satuan pendidikan

dasar yang menyelenggarakan program pendidikan enam tahun. Sedangkan Sekolah

Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) adalah bentuk satuan pendidikan dasar yang

menyelenggarakan program pendidikan tiga tahun.

2). Pendidikan menengah

Pendidikan menengah adalah pendidikan yang lamanya tiga tahun sesudah

pendidikan dasar dan diselenggarakan di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) atau

satuan pendidikan yang sederajat.

3). Pendidikan tinggi

Pendidikan tinggi adalah pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi daripada

pendidikan menengah di jalur pendidikan sekolah. Sedangkan satuan pendidikan yang

menyelenggarakan pendidikan tinggi disebut perguruan tinggi.

4). Pendidikan pra sekolah

Pendidikan pra sekolah adalah pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan

perkembangan jasmani dan rohani anak didik di luar lingkungan keluarga sebelum

memasuki pendidikan dasar, yang diselenggarakan di jalur pendidikan sekolah atau di

jalur pendidikan luar sekolah. Pendidikan prasekolah tidak menjadi persyaratan untuk

memasuki pendidikan dasar.

c. Klasifikasi Pendidikan

Tripusat pendidikan merupakan penyangga pendidikan yang ideal, di mana

pendidikan diposisikan secara proporsional yaitu tetap berpijak pada kekuatan keluarga,

masyarakat dan sekolah.32

30 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, PN. Balai Pustaka Jakarta, Dep P & K, 1989 31 Sistem Pendidikan Nasional, Berpacu Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia, Abdul Rajak Husain, 1995, Solo : Aneka

Page 31: Green Architecture

Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

____PENDAHULUAN

I-31

Tabel II.3 Tripusat pendidikan di Indonesia

Lingkungan pendidikan

Lingkup Tipe Kegiatan Proses Belajar

Informal Lingkungan keluarga, merupakan lingkungan terdekat dan paling dulu dikenal.

Kegiatan kehidupan sehari-hari dalam berinteraksi antar anggota keluarga, sebagai pendidikan dan pengalaman fundamental.

Formal Lingkungan sekolah atau pendidikan akademis, merupakan lingkungan yang terlembagakan (institusional) yang memiliki persyaratan tertentu sesuai peraturan dan kebijakan suatu negara, serta bertujuan untuk menciptakan SDM profesional.

Kegiatan interaksi belajar mengajar dalam suatu wadah yang dilakukan dengan pola berkelompok secara efektif dan efisien, sesuai dengan kurikulum yang telah ditetapkan.

Non-formal Lingkungan masyarakat luas. Kegiatan interaksi sosial, wadah komunitas, kursus/pelatihan dengan jangka waktu pendek.

Sumber : Kedaulatan Rakyat, Kembalikan Pendidikan pada Tripusat, edisi Sabtu, 7 Juni 2003

d. Kurikulum Nasional menurut Standar Nasional Pendidikan (SNP)

Sejak tahun 2006, pemerintah mulai mensosialisasikan kurikulum baru pengganti

Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2003 yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP) 2006 sebagai Kurikulum Nasional. Dalam KTSP 2006, ditentukan Standar

Nasional Pendidikan (SNP) yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan

(BSNP) dan ditetapkan oleh Peraturan Menteri.

Beberapa standar isinya antara lain menetapkan tentang :

1). Kelompok mata pelajaran secara umum

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal

6 ayat (1) menyatakan bahwa kurikulum untuk jenis pendidikan umum, kejuruan dan

khusus pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas :

a). Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia

b). Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian

c). Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi

d). Kelompok mata pelajaran estetika

e). Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan

2). Struktur kurikulum SD/MI dan SMP/MTs

Tabel II.4 Struktur kurikulum SD/MI

Komponen Kelas dan Alokasi Waktu

I II III IV, V, VI

A. Mata Pelajaran

32 Kedaulatan Rakyat, Kembalikan Pendidikan pada Tripusat, edisi Sabtu, 7 Juni 2003

Page 32: Green Architecture

Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

____PENDAHULUAN

I-32

1. Pendidikan Agama 3

2. Pendidikan Kewarganegaraan 2

3. Bahasa Indonesia 5

4. Matematika 5

5. Ilmu Pengetahuan Alam 4

6. Ilmu Pengetahuan Sosial 3

7. Seni Budaya dan Ketrampilan 4

8. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan

4

B. Muatan Lokal 2

C. Pengembangan Diri 2*)

Jumlah 26 27 28 32

*) Ekuivalen 2 jam pelajaran Sumber : www.bsnp-indonesia.com

Tabel II.5 Struktur kurikulum SMP/MTs

Komponen Kelas dan Alokasi Waktu

VII VIII IX

A. Mata Pelajaran 2 2 2

1. Pendidikan Agama 2 2 2

2. Pendidikan Kewarganegaraan 4 4 4

3. Bahasa Indonesia 4 4 4

4. Bahasa Inggris 4 4 4

5. Matematika 4 4 4

6. Ilmu Pengetahuan Alam 4 4 4

7. Ilmu Pengetahuan Sosial 4 4 4

8. Seni dan Budaya 2 2 2

9. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan

2 2 2

10. Ketrampilan/Teknologi Informasi dan Komunikasi

2 2 2

B. Muatan Lokal 2 2 2

C. Pengembangan Diri 2*) 2*) 2*)

Jumlah 32 32 32

2*) Ekuivalen 2 jam pelajaran Sumber : www.bsnp-indonesia.com

a). Ketentuan sarana dan prasarana

Tabel II.6 Ketentuan Sarana dan Prasarana menurut SNP

SD SMP

1). Ruang kelas 1). Ruang kelas

2). Ruang perpustakaan 2). Ruang perpustakaan

3). Ruang laboratorium IPA 3). Ruang laboratorium IPA

4). Ruang pimpinan 4). Ruang pimpinan

5). Ruang guru 5). Ruang guru

6). Tempat ibadah 6). Ruang tata usaha

7). Ruang UKS 7). Tempat ibadah

8). Jamban 8). Ruang konseling

9). Gudang 9). Ruang UKS

10). Ruang sirkulasi 10). Ruang organisasi kesiswaan

11). Tempat bermain/berolahraga 11). Jamban

12). Gudang

13). Ruang sirkulasi

14). Tempat bermain/berolahraga

Sumber : Badan Standar Nasional Pendidikan, 2007

Page 33: Green Architecture

Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

____PENDAHULUAN

I-33

2. Sekolah Alam Tingkat Dasar (SATD)

a. Pengertian Sekolah Alam

Sekolah Alam adalah sekolah dengan konsep pendidikan berbasis alam semesta. 33.

Sekolah Alam (SA) dapat dimaknai sebagai suatu lembaga pendidikan dengan metoda

tertentu dan dapat pula dimaknai sebagai suatu sistem. Sebagai sistem, Sekolah Alam

merupakan sistem pendidikan yang memanfaatkan dimensi alam sebagai obyek

pendidikan, eksperimen/ uji coba, modal produksi dan sarana pengembangan manusia.34

Sedangkan, penulis D. Zawawi Imron dalam berpendapat bahwa Sekolah Alam adalah

sekolah tempat belajar bertindak mencintai alam, belajar menjadi manusia yang berdaya

lahir batin, bertanggung jawab merawat dan mengawal negara, karena alam atau tanah air

adalah sajadah tempat bersujud kepada Tuhan.35

b. Urgensi Sekolah Alam

Pendidikan dan pengelolaan lingkungan hidup (alam) merupakan dua komponen

yang sangat berhubungan. Pendidikan pada dasarnya adalah proses pengenalan,

pemahaman, dan penghayatan nilai-nilai pengelolaan lingkungan hidup. Sedangkan

penyadaran dan pengelolaan lingkungan hidup akan menjadi efektif bila didasarkan pada

proses pendidikan yang benar. Proses penyadaran merupakan proses inti atau hakikat

dari proses pendidikan itu sendiri.

Secara psikologis, proses pengetahuan akan maksimal apabila pengalaman yang

dimiliki anak menjadi pengetahuan bagi mereka sendiri. Dengan mengalami sesuatu itu

sendiri, pemahaman yang diterima otak lebih maksimal terekam dan awet dibandingkan

ketika membaca, menghafal, mendengar dan melihat saja.

Di sekolah terjadi proses enkulturasi, yaitu proses pembudayaan terhadap nilai-nilai

dan norma-norma yang berkembang dalam masyarakat, termasuk nilai dan norma yang

mengatur hubungan antara manusia dan lingkungannya. Oleh karena sikap terhadap

alam, nilai dan norma yang berlaku, pantangan dan pengetahuan seseorang sangat

berpengaruh terhadap proses pengambilan keputusan, maka pendidikan di sekolah

menempati posisi strategis sebagai tempat persemaian manusia-manusia ramah

lingkungan.

c. Karakteristik Sekolah Alam

33 Profil Sekolah Alam Ciganjur 34 Profil Sekolah Alam Ar-Ridho Semarang 35 www.indonesiaindonesia.com

Page 34: Green Architecture

Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

____PENDAHULUAN

I-34

Berbeda dengan konsep belajar konvensional yang pada umumnya dikelola oleh

pemerintah, Sekolah Alam menawarkan konsep belajar yang lebih dinamis dan fleksibel.

Meski bukan mustahil jika sekolah-sekolah negeri pada umumnya turut mengembangkan

kurikulum seperti di Sekolah Alam, namun faktanya sekolah-sekolah konvensional tersebut

banyak mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan kurikulum baru dari

pemerintah. Hal ini disebabkan karena sekolah-sekolah negeri terbiasa terikat secara

birokratif sehingga kurang mandiri dan cenderung berorientasi pada teori saja.

Berdasarkan hasil studi banding, Sekolah-sekolah Alam di Indonesia mempunyai

beberapa kesamaan ciri yang membentuk karakteristik umum Sekolah Alam. SA sangat

spesifik dilihat dari paradigma belajar, metoda, hubungan guru-siswa, media belajar,

kurikulum, desain fisik, dan penentuan lokasi. Karakteristik SA secara umum antara lain :

1). Pembelajaran berpusat pada siswa (learner centered) sehingga mendorong siswa

untuk terlibat secara aktif dalam membangun pengetahuan, sikap dan perilaku.

2). Guru diposisikan sebagai fasilitator proses pembelajaran siswa. Guru menjadi mitra

pembelajaran yang berfungsi sebagai pendamping (guide on the side) bagi siswa.

3). Belajar Berbasis Pengalaman (Experiential Learning) sehingga siswa memperoleh

pemahaman terhadap suatu pengetahuan dengan lebih mendalam (deep learning).

4). Alam digunakan sebagai media belajar. Alam sekitar dijadikan sebagai

laboratorium.

5). Menekankan pada Pendidikan Luar Ruang (Outbound Education) yang sarat

dengan permainan yang menantang, mengandung nilai-nilai pendidikan, dan

mendekatkan siswa dengan alam.

6). Memodifikasi kurikulum nasional dengan memasukkan kurikulum pengembangan

seperti : falsafah ilmu pengetahuan, spiritualisasi di alam, kepemimpinan, ilmu

pengetahuan hayati, pendidikan lingkungan hidup, distribusi bisnis dan retail,

teknologi informasi dan komunikasi, dll.

7). Menggunakan konsep pembelajaran spider web (mengambil satu obyek lalu

mengaitkannya dengan banyak mata pelajaran sekaligus) dan fun learning

(menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan).

8). Desain fisik ruang kelas biasanya berupa saung-saung tanpa bangku kelas

umumnya. Anak-anak dapat bebas memilih posisi duduk di lantai.

9). Fasilitas untuk melakukan kegiatan di alam biasanya berupa laboratorium, rumah

kaca, area kebun dan ternak, lapangan untuk outbound, kolam/empang untuk

Page 35: Green Architecture

Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

____PENDAHULUAN

I-35

variasi outbound dan playground. Fasilitas lain yang umumnya disediakan SA

antara lain perpustakaan, ruang administrasi, laboratorium komputer, ruang

serbaguna dan tempat ibadah.

10). Lokasi SA pada umumnya dipilih di pinggir kota, di mana anak-anak dapat dengan

mudah menemukan lingkungan hijau seperti kebun, sawah, sungai, dan cukup

tenang dari keramaian aktivitas kota.

11). Tapak SA biasanya mempunyai potensi alam dan eksisting alami yang menarik,

seperti misalnya sawah, sungai, kontur bervariasi, kebun, peternakan, waduk tadah

hujan, pemukiman penduduk setempat, bukit, dan jenis biodiversitas lainnya.

12). Lansekap SA dirancang dinamis, jauh dari kesan formal, mengikuti kontur alami,

cenderung berkesan rekreatif dan menyatu dengan alam.

13). Bahan material bangunan didominasi oleh kayu, bambu, ijuk dan batu bata yang

menimbulkan kesan menyatu dengan alam.

14). Massa-massa bangunan biasanya dipolakan secara terpisah agar tercipta ruang-

ruang terbuka di antara massa-massa bangunan itu. Ruang-ruang antara dijadikan

lahan bertanam dan area untuk berinteraksi dengan alam.

d. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Mendukung Eksistensi Sekolah

Alam (SA)

KTSP memuat 7 prinsip dasar pembelajaran36, yaitu antara lain :

1). Pelaksanaan kurikulum didasarkan pada potensi, perkembangan dan kondisi

peserta didik untuk menguasai kompetensi yang berguna bagi dirinya. Dalam hal ini,

peserta didik harus mendapatkan pelayanan pendidikan yang bermutu, serta

memperoleh kesempatan untuk mengekspresikan dirinya secara bebas, dinamis

dan menyenangkan.

2). Kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan kelima pilar belajar, yaitu : (a) belajar

untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (b) belajar untuk

memahami dan menghayati, (c) belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat

secara efektif, (d) belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain, dan (e)

belajar untuk membangun dan menemukan jatidiri, melalui proses pembelajaran

yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.

36 Jawa Pos, edisi Selasa, 17 Oktober 2006

Page 36: Green Architecture

Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

____PENDAHULUAN

I-36

3). Pelaksanaan kurikulum memungkinkan peserta didik mendapat pelayanan yang

bersifat perbaikan, pengayaan, dan/atau percepatan sesuai dengan potensi, tahap

perkembangan dan kondisi peserta didik dengan tetap memperhatikan keterpaduan

pengembangan pribadi peserta didik yang berdimensi keTuhanan, keindividuan,

kesosialan dan moral.

4). Kurikulum dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik dan pendidik yang

saling menerima dan menghargai, akrab, terbuka, dan hangat, dengan prinsip tut

wuri handayani, ing madya mangun karsa, ing ngarso sung tulada (di belakang

memberikan daya dan kekuatan, di tengah membangun semangat dan prakarsa, di

depan memberikan contoh dan teladan)

5). Kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan multistrategi dan

multimedia, sumber belajar dan teknologi yang memadai, dan memanfaatkan

lingkungan sekitar sebagai sumber belajar, dengan prinsip ”alam takambang jadi

guru” (semua yang terjadi, tergelar dan berkembang di masyarakat dan lingkungan

sekitar serta lingkungan alam semesta dijadikan sumber belajar, contoh dan

teladan).

6). Kurikulum dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam, sosial dan budaya

serta kekayaan daerah untuk keberhasilan pendidikan dengan muatan seluruh

bahan kajian secara optimal.

7). Kurikulum yang mencakup seluruh komponen kompetensi mata pelajaran, muatan

lokal dan pengembangan diri diselenggarakan dalam keseimbangan, keterkaitan

dan kesinambungan yang cocok dan memadai antarkelas dan jenis serta jenjang

pendidikan.

Secara ringkas, KTSP dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip berikut :

1) Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik

dan lingkungannya.

2) Beragam dan terpadu

3) Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni

4) Relevan dengan kebutuhan kehidupan

5) Menyeluruh dan berkesinambungan

6) Belajar sepanjang hayat

7) Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah

Page 37: Green Architecture

Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

____PENDAHULUAN

I-37

Dengan membandingkan antara prinsip dasar pembelajaran dalam KTSP 2006 dan

konsep pembelajaran Sekolah Alam terdapat keselarasan muatan sebagai berikut :

Tabel II.7 Perbandingan antara Prinsip Dasar Pembelajaran KTSP dengan

Konsep Pembelajaran Sekolah Alam

No. Prinsip Dasar Pembelajaran KTSP 2006

Konsep Pembelajaran Sekolah Alam

1) Pelaksanaan kurikulum didasarkan pada potensi, perkembangan dan kondisi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang berguna bagi dirinya. Dalam hal ini, peserta didik harus mendapatkan pelayanan pendidikan yang bermutu, serta memperoleh kesempatan untuk mengekspresikan dirinya secara bebas, dinamis dan menyenangkan.

Kurikulum tak hanya berupa daftar kumpulan mata pelajaran melainkan juga sebagai kegiatan belajar dan pengalaman belajar peserta didik. Cara pandang ini menuntut guru untuk mampu berkreativitas, mengaitkan perilakunya di depan kelas dengan konteks pembelajaran yang menjadi pengalaman dan dibutuhkan oleh peserta didik, sehingga orientasi pembelajarannya berpusat pada peserta didik (learner centred). Anak-anak SA diarahkan untuk memahami potensi dasarnya sendiri. Setiap anak dihargai kelebihannya dan dipahami kekurangannya.

2) Kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan kelima pilar belajar, yaitu : (a) belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (b) belajar untuk memahami dan menghayati, (c) belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif, (d) belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain, dan (e) belajar untuk membangun dan menemukan jatidiri, melalui proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.

Hakikat tujuan pendidikan SA adalah membantu anak didik tumbuh menjadi manusia yang berkarakter. SA tetap mengikuti kurikulum nasional sebagai acuan dasar lalu mengembangkannya sesuai kebutuhan dan kemampuan SA.

3) Pelaksanaan kurikulum memungkinkan peserta didik mendapat pelayanan yang bersifat perbaikan, pengayaan, dan/atau percepatan sesuai dengan potensi, tahap perkembangan dan kondisi peserta didik dengan tetap memperhatikan keterpaduan pengembangan pribadi peserta didik yang berdimensi keTuhanan, keindividuan, kesosialan dan moral.

Kurikulum yang diterapkan SA disusun staf pengajar agar sesuai dengan kemampuan siswanya. Sistem pendidikan SA memadukan teori dan penerapannya.

4) Kurikulum dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik dan pendidik yang saling menerima dan menghargai, akrab, terbuka, dan hangat, dengan prinsip tut wuri handayani, ing madya mangun karsa, ing ngarso sung tulada

Fun learning merupakan metode belajar mengajar yang bertujuan untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga anak didik senang untuk belajar. Guru dan murid adalah teman sehingga terbina hubungan yang akrab, menyenangkan, terbuka dan saling menghargai di SA.

5) Kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan multistrategi dan multimedia, sumber belajar dan teknologi yang memadai, dan

SA merupakan sekolah dengan konsep pendidikan berbasis alam semesta. SA mempunyai dimensi alam sebagai sumber ilmu yang bisa dikelola oleh para

Page 38: Green Architecture

Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

____PENDAHULUAN

I-38

Sumber : Analisa pribadi, 2008

e. Sekolah Alam di Indonesia

Sebagian besar SA di Indonesia berada pada jenjang pendidikan dasar (SD dan

SMP) dan prasekolah (Playgroup dan TK). Hal ini disebabkan karena SA masih baru di

Indonesia. SA yang pertama kali muncul dan mempelopori berdirinya banyak SA di

Indonesia adalah Sekolah Alam Ciganjur di Ciganjur, Jakarta.

1). Sekolah Alam Ciganjur di Jakarta

SA ini didirikan oleh Lendo Novo yang prihatin dengan kondisi pendidikan di

Indonesia. Ia melihat banyak kegiatan belajar mengajar di sekolah pada umumnya

didominasi oleh sistem kurikulum yang sempit, masif, cenderung teoretik, didominasi

oleh guru dan identik dengan peraturan yang menyamaratakan. Orientasi anak belajar

hanya untuk mencari nilai, bukan sebagai life skill yang bisa diterapkan dalam kehidupan

sehari-hari. Ilmu hanya berhenti pada angka bukan pada manfaatnya bagi kehidupan

apabila diterapkan. Oleh karenanya, Lendo Novo menggagas sebuah ide membangun

model sekolah yang sekarang populer dengan nama SA Ciganjur dengan harapan dapat

mewujudkan pendidikan yang ideal bagi anak-anak Indonesia.

Demi hakikat pendidikan dalam membentuk manusia yang berkarakter, proses

belajar mengajar berlangsung dalam suasana yang menggunakan metoda :

a). Fun Learning

Belajar di alam terbuka, secara naluriah akan menimbulkan suasana “fun”, tanpa

tekanan dan jauh dari kebosanan. Sehingga, akan tumbuh kesadaran pada anak

bahwa “learning is fun” dan sekolah identik dengan kegembiraan.

memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar, dengan prinsip ”alam takambang jadi guru” (semua yang terjadi, tergelar dan berkembang di masyarakat dan lingkungan sekitar serta lingkungan alam semesta dijadikan sumber belajar, contoh dan teladan).

peserta didik. Anak-anak tak hanya belajar di kelas melainkan belajar dari alam sekelilingnya, dari manapun dan dari siapapun.

6) Kurikulum dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam, sosial dan budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan pendidikan dengan muatan seluruh bahan kajian secara optimal.

Spider web merupakan metode yang mengintegrasikan beberapa mata pelajaran pada satu obyek pembelajaran. Dengan demikian, pengetahuan menjadi lebih menyeluruh dan terinternalisasi.

7) Kurikulum yang mencakup seluruh komponen kompetensi mata pelajaran, muatan lokal dan pengembangan diri diselenggarakan dalam keseimbangan, keterkaitan dan kesinambungan yang cocok dan memadai antarkelas dan jenis serta jenjang pendidikan.

Penciptaan sistem pembelajaran yang berbasis lingkungan memberikan suasana yang kondusif bagi pendidikan. Kondisi tersebut dapat meningkatkan daya retensi serta kompetensi siswa pada konsep-konsep yang dipelajarinya.

Page 39: Green Architecture

Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

____PENDAHULUAN

I-39

b). Spider Web

Spider Web merupakan metoda belajar yang mengintegrasikan tema dalam

semua mata pelajaran sehingga pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran

bersifat integratif, komprehensif dan aplikatif. Misalnya, tema pelajaran adalah pasar.

Ini berarti, para murid mempelajari semua hal yang ada di pasar. Dari sisi pelajaran

Sains, murid diajak mencari tahu asal sayuran dan buah-buahan. Dari segi pelajaran

Matematika, mereka belajar menghitung harga jual supaya pedagang tidak rugi.

Sedangkan dari segi pelajaran bahasa, mereka berlatih cara berbicara yang baik

dengan pedagang maupun pembeli.

Kurikulum SA Ciganjur didasarkan atas tiga output proses pendidikan Sekolah

Alam. Ketiga output tersebut adalah :

a). Integritas Akhlaq dicapai dengan keteladanan; keteladanan guru, orang tua,

serta semua komponen Sekolah Alam

b). Integritas Logika dicapai dengan model pembelajaran action learning,

anak-anak belajar langsung dari alam. Alam menjadi laboratorium bagi mereka.

c). Kepemimpinan dicapai dengan metode outbound dan dynamic group.

Dengan landasan ketiga output tersebut, maka kurikulum Sekolah Alam terdiri dari

dari tiga aspek, yaitu kurikulum akhlak, kurikulum kognitif (pendekatan dari logika

berfikir), dan kurikulum kepemimpinan.

a). Akhlaqul Karimah menjadikan anak memiliki akhlaq yang baik dengan

metode utamanya keteladanan yang berdasar pada Al-Qur’an dan Hadits

b). Falsafah Ilmu Pengetahuan menjadikan anak memiliki logika berpikir

yang baik, mencermati alam lingkungannya menjadi media belajarnya dengan

metoda action learning dan diskusi.

c). Kepemimpinan/Leadership menjadikan anak memiliki semangat

kepemimpinan yang baik dengan metoda outbound dan dynamic group.

Kurikulum SA mempunyai komposisi materi pembelajaran dengan perbandingan

80:20, artinya sebanyak 80% merupakan kurikulum akhlak, sedangkan 20%-nya adalah

kurikulum kognitif. Kurikulum model ini diambil karena keberhasilan anak cenderung

ditentukan oleh kecerdasan emosinya. Dalam penyampaian pembelajaran, 70% kegiatan

pembelajaran di SA merupakan outdoor activity dan 30% lainnya adalah indoor activity.

Materi pembelajaran disampaikan secara active dan fun.

Kegiatan penunjang pembelajaran antara lain :

Page 40: Green Architecture

Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

____PENDAHULUAN

I-40

a). Outbound Salah satu kegiatan outdoor di Sekolah Alam ini rutin

diberikan untuk semua siswa. Outbound bertujuan untuk pembentukan sikap

kepemimpinan siswa (kepercayaan diri, kerja sama tim, dan lain-lain).

b). Kebun dan Ternak Kegiatan kebun dan ternak dilakukan oieh semua siswa.

Adapun jenis kegiatannya ditentukan sesuai jenjang kelas siswa. Selain belajar

mencintai lingkungan, kegiatan ini juga dapat dijadikan sebagai media

pembelajaran untuk materi pelajaran lain secara terpadu.

c). Market Day Merupakan ajang setiap kelas untuk berjualan di Sekolah

Alam. Setiap siswa akan terlibat mulai dari perencanaan, promosi hingga

penjualan produk mereka. Hal ini membutuhkan kerjasama antar siswa dari

masing-masing kelas. Pada saat market day, orang tua siswa dan masyarakat

diundang untuk secara langsung melihat dan membeli dagangan siswa sekolah

alam.

d). Outing Merupakan kegiatan untuk memperdalam pembelajaran yang

disampaikan di sekolah. Kegiatan ini dilakukan dengan mengunjungi tempat-

tempat yang sesuai dengan tema pembelajaran siswa saat itu.

e). Muhadhoroh dan Audiensi Merupakan pertemuan pekanan siswa yang

bertujuan menjalin keakraban antara siswa yaitu audiensi siswa, yaitu pertunjukan

setiap kelas seperti drama, ensamble, puisi, menyanyi lagu, dll. Kegiatan untuk

menumbuhkan jiwa entertainership siswa dan melatih apresiasi siswa terhadap

hasil karya temannya.

f). Ramadhan Camp dan I'tikaf Merupakan kegiatan yang bernuansa Ramadhan.

Salah satu bentuk kegiatannya adalah buka puasa bersama. Siswa mulai kelas 3

melanjutkan acara buka puasa dengan menginap di sekolah. Bersama-sama

mereka melakukan sholat tarawih, tilawah quran, kajian islam, qiyamul lail dan

sahur. Kegiatan menginap diadakan selama dua hari semalam.

g). OTFA (Out Tracking Fun Adventure) Merupakan evaluasi akhir dari

keseluruhan kegiatan outbound bagi siswa SD. OTFA biasanya dilakukan di luar

sekolah selama dua hari di akhir tahun ajaran. Bentuk kegiatannya berupa

camping, outbound¸ dan tracking.

h). Renang Kegiatan diikuti oleh seluruh siswa satu bulan sekali secara bergiliran

tiap kelasnya.

Page 41: Green Architecture

Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

____PENDAHULUAN

I-41

Kekhasan secara fisik, massa-massa bangunan SA berupa saung-saung persegi

empat dengan tampilan yang menonjolkan nuansa yang menyatu dengan alam. Di sini

terdapat halaman parkir, saung tunggu, saung kantor guru dan administrasi,

perpustakaan, ruang Special Needs Centre, musholla, lapangan, Green Lab, kebun,

kolam ikan dan tempat ternak. Green Lab, yaitu laboratorium tanam-tanaman dalam

rumah plastik dan kaca, lengkap dengan saung kebunnya, berpadu dengan petak-petak

kebun yang ditanami aneka tanaman organik dan hidroponik, milik masing-masing kelas

sebagai penanggung jawabnya.

SA Tingkat Dasar memberi kesempatan seluas-luasnya bagi peserta didik maupun

pendidik untuk belajar bersama di alam baik di dalam maupun di luar sekolah. Secara

psikologis, anak-anak di usia 5-15 tahun sedang berusaha mencari dan mengumpulkan

ilmu sebanyak-banyaknya demi memuaskan pertanyaan-pertanyaaan yang menyangkut

diri dan lingkungan sekitar mereka. Secara psikomotorik, koordinasi dan keseimbangan

tubuh anak sudah semakin membaik. Secara sosial, kontak dengan dunia luar pun

semakin luas. Karakteristik perkembangan psiko-fisik anak dan kebutuhan kegiatannya

dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel II.8 Karakteristik perkembangan psiko-fisik anak dan kebutuhan kegiatan37 Kelompok

usia Perkembangan psiko fisik Kebutuhan anak

5-10 tahun (anak sekolah)

Keseimbangan badan sudah membaik

Koordinasi psikomotorik semakin berkembang

Kontak dengan dunia luar semakin luas

Permainan mengarah permainan kelompok

Menyukai bermain kejar – kejaran

Mulai bersifat menyelidik

Ketergantungan pada individu lain berkurang

Suka mendengarkan cerita

Rasa tanggungjawab mulai tumbuh

Kognitif, contoh : iptek, membaca

Afektif, contoh : menggambar/ melukis, musik, teater boneka

Motorik gerak, konstruktif, reseptif

11-14 tahun (anak remaja)

Koordinasi psikomotorik sudah baik

Proses sosialisasi semakin baik

Permainan mengarah pada permainan kelompok dan sudah dapat memahami peraturan tertentu

Dapat memisahkan persepsi dengan tindakan, mulai menggunakan logika dalam bertindak

Mulai usia 12 tahun gerakan anak semakin tergantung aturan

Kognitif, contoh : iptek, membaca

Afektif, contoh : menggambar/ melukis, musik, film

Motorik gerak, konstruktif, reseptif

Sumber : Winkel, WS. 1991. Psikologi Pengajaran. Jakarta : Grasindo

37 Winkel, WS. 1991. Psikologi Pengajaran. Jakarta : Grasindo

anorganik

Page 42: Green Architecture

Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

____PENDAHULUAN

I-42

Gambar III.1 Pembagian wilayah Solo Raya

Sumber : www.soloraya.co.id dengan analisa pribadi, 2008

BAB III TINJAUAN WILAYAH SOLO RAYA

J. SOLO RAYA

1. Kewilayahan Solo Raya

Solo Raya adalah suatu wilayah yang meliputi kota Surakarta dan se-eks Karesidenan

Surakarta yang terletak di propinsi Jawa Tengah. Wilayah Solo Raya memiliki lokasi yang

strategis, yaitu di Jawa Tengah, dan merupakan bagian dari area pengembangan wilayah

Joglosemar yang menggabungkan Yogyakarta, Solo dan Semarang.

Solo terletak tidak jauh dari pusat–pusat perdagangan utama di Jawa Tengah dan

Jawa Timur. Solo terletak 102 km dari Semarang, 60 km dari Yogyakarta dan sekitar 210 km

dari Surabaya.38

Solo Raya terdiri dari daerah–daerah terkenal dan berbudaya tinggi yang dahulu

termasuk wilayah Surakarta, antara lain: kota Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar,

Wonogiri, Sragen, dan Klaten.

38 www.soloraya.co.id

Page 43: Green Architecture

Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

____PENDAHULUAN

I-43

Secara administratif, Solo Raya terbagi atas 124 kecamatan dan 1.431 desa. Secara

umum, wilayah ini menawarkan keseimbangan lingkungan, tata kota yang rapi, area hunian

dan industri yang teratur dengan baik. Keseluruhan wilayah tersebut menempati area seluas

5.722,38 km2 dengan batas fisik wilayah sebagai berikut:

o Batas sebelah utara yaitu Kabupaten Purwodadi & Kabupaten Ngawi.

o Batas sebelah selatan yaitu Kabupaten Wonosari (DI Yogyakarta), Samudera Hindia,

Kabupaten Pacitan.

o Batas sebelah barat yaitu Kabupaten Salatiga.

o Batas sebelah timur yaitu Kabupaten Ngawi, Kabupaten Magetan.

2. Infrastruktur Solo Raya

Solo Raya terletak secara strategis di tengah-tengah Pulau Jawa yang didukung oleh

infrastruktur memadai. Secara umum, infrastruktur di Solo Raya39 diuraikan sebagai berikut :

a. Sumber Air, berasal dari sungai Bengawan Solo yang membelah wilayah Solo Raya.

Sarana air dengan banyak fungsi sebagai tadah hujan, pencegah banjir, irigasi

pertanian, dan air bersih dari waduk/ bendungan.

b. Pembangkit Listrik, terutama dengan tenaga air yang dihasilkan oleh PLTA Waduk

Kedungombo, PLN cabang Wonogiri dan suplai penunjang dari wilayah Semarang

serta Jatisrono. Total pemakaian 2.441.088.997 kW per jam dengan jumlah

pelanggan sebanyak 179.118 rumah.

c. Jalan Raya, dengan total panjang jalan 5.506 km, telah diaspal 85,43% dan sebagian

besar dalam kondisi baik. Menghubungkan setiap regionnya dan memudahkan

intensitas akses antar daerah dalam rangka saling memenuhi kebutuhan.

d. Transportasi, meliputi jaringan KA yang dapat diakses melalui Stasiun Balapan

(Surakarta) atau Stasiun Tugu (Yogyakarta), terhubung dengan Jakarta, Bandung

dan Surabaya. Maskapai penerbangan nasional dan internasional dari Singapura dan

Malaysia dapat diakses bandara Adi Sucipto dan bandara Adi Sumarmo (Boyolali).

e. Telekomunikasi, berkembang seiring berkembangnya stasiun televisi daerah,

stasiun radio dan akses internet. Jaringan telepon di Solo Raya disediakan PT.

Telkom secara meluas. Terdapat beberapa penyedia jaringan telepon selular swasta,

diantaranya Excelcomindo, Komselindo, Indosat, Mobisel, Lippo Telecom, PSN,

Satelindo dan Telkomsel.

39 www.soloraya.co.id

Page 44: Green Architecture

Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

____PENDAHULUAN

I-44

3. Kondisi Demografis Penduduk di Surakarta dan Eks Karesidenannya

a. Demografis secara Umum

Penduduk di kota Surakarta hampir sebagian besar bekerja di sektor perdagangan

dan industri. Sedangkan di eks-Karesidenannya sebagian besar bekerja di sektor

pertanian. Corak masyarakatnya menunjukkan suatu perbedaan antara kehidupan

masyarakat kota yang modern dan masyarakat desa yang tradisional. Kondisi penduduk

secara demografis ditunjukkan dalam tabel berikut ini :

Tabel III.1 Luas wilayah, jumlah dan kepadatan penduduk tingkat kecamatan di Surakarta dan

kecamatan yang bersentuhan di dalam wilayah Solo Raya Kecamatan di

Surakarta Luas

wilayah (km²)

Jumlah penduduk

(jiwa)

Kepadatan penduduk (jiwa/km²)

Laweyan 8,63 91.131 10.559

Serengan 3,19 48.112 15.082

Pasarkliwon 4,82 78.120 16.207

Jebres 12,58 134.716 10.708

Banjarsari 14,81 158.632 10.711

Ngemplak 38,52 69.686 1.809

Baki 21,97 51.513 2.344

Grogol 30,00 99.989 3.332

Kartosuro 19,23 88.348 4.594

Mojolaban 35,54 77.269 2.147

Gondangrejo 56,80 60.251 1.061

Jaten 25,55 63.393 2.481

Colomadu 15,64 49.472 3.163

Sumber : BPS Surakarta, BPS Karanganyar, dalam Angka 2006 (dengan pengolahan dari penulis, 2008)

Kondisi penduduk di Surakarta dan eksKaresidenannya di tingkat kecamatan

menunjukkan kepadatan penduduk yang kontras. Kecamatan-kecamatan di Surakarta

mempunyai luas wilayah yang kecil namun ditinggali oleh jumlah penduduk yang banyak.

Sedangkan kecamatan-kecamatan di eks Karesidenannya mempunyai luas wilayah yang

jauh lebih besar namun ditinggali oleh jumlah penduduk yang relatif sedang.

Kepadatan penduduk di dalam kota Surakarta memungkinkan kebutuhan akan

sarana pendidikan karena jumlah penduduk yang banyak. Kendalanya yaitu tentang

luasan wilayah yang relatif kecil untuk dijadikan site obyek. Sedangkan, kepadatan

penduduk di luar kota Surakarta yang lebih kecil daripada di dalam kota mempengaruhi

kebutuhan akan sarana pendidikan yang lebih sedikit. Namun, dengan luasan wilayah

yang lebih besar dibandingkan dengan di kota Surakarta lebih memungkinkan adanya

lahan kosong yang tersedia.

b. Demografis Anak Usia Dasar

Page 45: Green Architecture

Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

____PENDAHULUAN

I-45

Untuk melihat kebutuhan daya tampung suatu sekolah, diperlukan tinjauan mengenai

jumlah anak usia sekolah tingkat pendidikan dasar yaitu SD dan SMP baik di sekolah

negeri maupun swasta dalam ruang lingkup :

Solo Raya yaitu Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar, Wonogiri, Sragen dan

Klaten.

Surakarta dan Daerah eks Karesidenan yang bersentuhan langsung dengan kota

Surakarta antara lain Ngemplak, Baki, Grogol, Kartosuro, Mojolaban, Gondangrejo,

Jaten dan Colomadu.

Tabel III.2 Jumlah murid SD dan SMP di Solo Raya

No. Wilayah Jumlah Murid SD (jiwa)

Jumlah Murid SMP (jiwa)

Jumlah murid SD dan SMP (jiwa)

1. Surakarta 63.512 60.153 123.665

2. Boyolali 45.312 42.176 87.488

3. Sukoharjo 48.578 49.453 98.031

4. Karanganyar 52.356 50.565 102.921

5. Wonogiri 20.234 19.048 39.282

6. Sragen 32.835 30.903 63.738

7. Klaten 35.038 37.344 72.382

Jumlah anak usia SD dan SMP di Solo Raya 587.507

Sumber : data kuantitatif dari BPS Surakarta dan Karanganyar yang telah diolah, 2009

Tabel di atas memperlihatkan jumlah murid SD dan SMP di Solo Raya. Jumlah murid

SD dan SMP di Solo Raya sebanyak 587.507 jiwa menunjukkan besarnya minat anak

terhadap sekolah di jenjang SD dan SMP.

Tabel III.3 Jumlah anak usia pra-dasar dan dasar

di Surakarta dan kecamatan yang bersentuhan langsung di Solo Raya Surakarta & Kecamatan yang

bersentuhan langsung Usia 0-4

(jiwa) Usia 5-9

(jiwa) Usia 10-14

(jiwa)

Surakarta 30.723 37.202 38.247

Ngemplak 4.236 5.129 5.289

Baki 3.131 3.791 3.899

Grogol 6.079 7.359 7.569

Kartosuro 5.371 6.502 6.687

Mojolaban 4.697 5.686 5.849

Gondangrejo 3.669 4.434 4.561

Jaten 3.854 4.665 4.798

Colomadu 3.007 3.641 3.745

Jumlah 64.767 78.409 80.374

Sumber : BPS Kota Surakarta (Hasil Olahan Data SUSENAS 2004), BPS Kab. Karanganyar

Tabel di atas memperlihatkan jumlah anak-anak di Surakarta dan kecamatan yang

berbatasan langsung dengan kota Surakarta. Jumlah anak usia 5-14 tahun seperti yang

tertera pada tabel tersebut menggambarkan kebutuhan akan pelayanan pendidikan yang

cukup tinggi. Anak-anak pada usia sekitar 5-14 tahun diwajibkan mengenyam pendidikan

Page 46: Green Architecture

Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

____PENDAHULUAN

I-46

dasar 9 tahun sesuai program pemerintah dalam mencerdaskan tunas bangsa dan

meningkatkan taraf pendidikan. Oleh karenanya, pemerintah berharap perbaikan sumber

daya manusia terjadi secara kuantitatif dan kualitatif. Tak hanya bertujuan menuntaskan

wajib belajar 9 tahun semata, melainkan juga mampu mencetak anak bangsa menjadi

generasi yang cerdas, terampil dan kreatif.

4. Sarana Pendidikan Formal di Surakarta dan Eks Karesidenannya

Pendidikan merupakan salah satu sarana dalam meningkatkan sumber daya manusia.

Ketersediaan fasilitas pendidikan baik sarana dan prasarana akan sangat menunjang dalam

meningkatkan pendidikan.40

Menurut Departemen Pendidikan dan Budaya, saat ini Solo Raya mempunyai sarana

pendidikan formal dengan rincian sebagai berikut41 :

Tabel III.4 Sarana pendidikan formal di Solo Raya

SDN SD Swasta

SMPN SMP Swasta

SMAN SMA Swasta

SMK N SMK Nasional

PTN Universitas/ Politeknik

492 7 49 27 12 6 10 2 2 36

Sumber : www.soloraya.co.id

Solo Raya menawarkan akses sekolah, universitas, dan lembaga pelatihan yang

berkualitas. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah bersama di Solo Raya mempunyai

perhatian besar terhadap pendidikan dan upaya peningkatan kualitas sumber daya

manusia.

K. DUNIA PENDIDIKAN DI SOLO RAYA

1. Kota Surakarta sebagai Barometer Pendidikan

Kota Surakarta merupakan salah satu daerah yang menjadi barometer pendidikan

nasional. Kondisi pendidikan di kota Surakarta dianggap mewakili dan merupakan titik

tengah dari daerah-daerah yang tingkat pendidikannya maju seperti Jakarta maupun

daerah-daerah yang tingkat pendidikannya masih tergolong rendah.42

Sesuai dengan fungsi kota yang ditetapkan, Surakarta diharapkan menjadi kawasan

pusat pengembangan pendidikan dalam skala lokal, regional dan nasional. Untuk itu, perlu

adanya peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana pendidikan sehingga

dapat mendukung fungsi kota tersebut.

40 Surakarta Dalam Angka Tahun 2004 41 www.soloraya.co.id 42 www.republika.co.id, 2005

Page 47: Green Architecture

Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

____PENDAHULUAN

I-47

Dengan demikian, lokasi penentuan tapak SATD difokuskan di Kota Surakarta yang

mampu melayani Solo Raya.

2. Pendidikan Lingkungan Hidup Masuk Kurikulum Nasional

Ketentuan dalam KTSP memungkinkan adanya bentuk-bentuk pengembangan belajar

sesuai potensi sebuah sekolah. Lingkungan sekitar, baik alam maupun sosial dapat

dijadikan bahan belajar secara virtual. Anak-anak di sekolah konvensional diharapkan

mengikuti perkembangan dunia di berbagai bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.

Topik belajar tentang pemanasan global, energi fosil dan energi alternatif, perlindungan

ekosistem dan sumber daya, penghijauan kota, kehutanan, keanekaragaman hayati,

bencana alam, dan fenomena-fenomena alam sekitar disampaikan agar anak-anak

memahami benar tentang kondisi bumi saat ini. Kelemahannya sangat klasik yaitu hanya

disampaikan secara teori dan pengembangan topik-topik tentang alam sangat terbatas.

3. Sarana Pendidikan Alam di Solo Raya

Solo Raya baru dapat melayani kebutuhan terhadap pendidikan alam dalam kemasan

wisata rekreasi edukasi “Sekolah Alam Griyo Kulo” yang berlokasi di Kali Samin, Kabupaten

Karanganyar. Saat ini, tempat wisata rekreasi edukasi yang berwawasan lingkungan dan

menekankan pada pendidikan alam satu-satunya di wilayah Solo Raya tersebut telah ditutup

karena persoalan keberlanjutan biaya. Kegiatan utama yang tidak bersifat rutin, non-formal,

dan biaya operasional yang besar diduga menjadi penyebab utama ditutupnya SA Griyo

Kulo. Biaya operasional harian untuk sarana prasarana yang besar tak diimbangi dengan

omset yang cukup dari kedatangan para pengunjung yang tidak tentu. Menurut keterangan

warga setempat yang berada pada satu kawasan dan sempat dilibatkan dalam pelayanan

aktivitas alam di SA Griyo Kulo dapat diketahui bahwa minat pengunjung sangat besar,

namun kendala kontinuitas biaya menjadi problem mendasar.

Fasilitas untuk aktivitas-aktivitas alam, pendidikan alam dan sejenisnya di Solo Raya

hanya sebatas dalam bentuk rekreasi di alam. Fasilitas khusus yang mewadahi kegiatan

khusus di alam belum ada. Kegiatan alam yang paling umum saat ini misalnya flying fox,

dynamic group, outbound games, banyak dilakukan secara terprogram saja dan berpindah-

pindah tempat secara komunitas. Kegiatan pencinta alam, aplikasi pendidikan lingkungan

hidup dan sejenisnya di lembaga pendidikan formal hanya bersifat ekstrakurikuler semata.

4. Sekolah Alam Secara Formal Belum Ada di Solo Raya

Page 48: Green Architecture

Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

____PENDAHULUAN

I-48

Semakin banyaknya sekolah-sekolah swasta dengan kurikulum unggulan masing-

masing turut meramaikan dunia pendidikan di Solo Raya. Banyak metoda pembelajaran

baru ditawarkan untuk memenuhi tuntutan perkembangan zaman yang cepat ini. Sekolah

negeri pada umumnya terbatas dalam hal sarana dan prasarana serta media belajar kurang

beragam. Hal ini sangat lazim mengingat keterbatasan dari segi pembiayaan oleh

pemerintah. Sementara itu, sebagian orangtua yang mampu akan menyekolahkan anaknya

di sekolah swasta berbiaya mahal. Tujuannya, agar anak-anak mendapatkan materi belajar,

media belajar, sarana-prasarana dan lingkungan belajar yang berkualitas.

Kini, hampir seluruh kota-kota besar di Pulau Jawa dapat ditemukan Sekolah Alam,

yaitu SA Ciganjur dan Sekolah Citra Alam di Jakarta, Sekolah Alam Bandung, School of

Universe dan Sekolah Peradaban di Bandung, SA Ar-Ridlo di Semarang, SA Nurul Islam di

Yogyakarta, dan SA Insan Mulia di Surabaya. Fenomena Sekolah Alam di kota-kota besar

dianggap sebagai sebuah bentuk kearifan lokal dan berharap semakin luas menjadi kearifan

global. Kota Solo yang baru saja dinobatkan sebagai kota besar, baru dapat melayani

kebutuhan terhadap pendidikan alam sebatas pada bentuk non-formal seperti kegiatan

pencinta alam, wisata rekreasi edukasi Griyo Kulo, camping club dan bentuk kecil dari

pendidikan alam lainnya.

Dengan demikian, SATD diharapkan dapat menjawab kebutuhan para orangtua untuk

menyekolahkan anak-anaknya secara formal sesuai minat, potensi dan perkembangan

mereka. Di SATD, fasilitator dan peserta didik dapat mengembangkan dan mengelola

sendiri lingkungan sekolah menjadi sekolah yang berwawasan lingkungan dan sarat

pendidikan alam sehingga media belajar anak di alam menjadi lebih murah. Bagi sekolah-

sekolah lain juga dapat terlayani kebutuhannya terhadap aktivitas alam dengan ikut

mengakses fasilitas khusus yang disediakan SATD. Membuka kunjungan ini sangat

bermanfaat untuk menciptakan semacam sugesti, kampanye atau ajakan positif kepada

banyak pihak untuk menjadi akrab dan ramah terhadap alam (lingkungan hidup).

L. POTENSI WILAYAH SOLO RAYA UNTUK MENUNJANG BAHAN PEMBELAJARAN

SEKOLAH ALAM TINGKAT DASAR.

Belajar di alam tak hanya dilakukan di lingkup sekolah saja. Sekali waktu, peserta didik

dapat dibawa ke luar sekolah untuk mempelajari lingkungan sosial mereka. Selain melakukan

kunjungan antar SA, SA Tingkat Dasar di Solo Raya ini melakukan kunjungan belajar di

lingkungan sekitar mereka.

Page 49: Green Architecture

Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

____PENDAHULUAN

I-49

Lingkungan sosial dapat berupa fasilitas pemerintahan kota seperti balaikota, kantor

kecamatan, fasilitas kesehatan seperti rumah sakit, fasilitas hiburan seperti THR Sriwedari,

fasilitas transportasi seperti terminal, bandara dan stasiun KA, fasilitas pelayanan umum

seperti bank, kantor Telkom, panti sosial, tempat industri seperti pabrik, home industry dll.

Sarana lain berupa lingkungan alami seperti waduk, sungai, perkebunan, peternakan, taman

kota, dan lain-lain. Secara umum, potensi Solo Raya yang menonjol mempunyai banyak

ragam sebagai berikut :

Infrastruktur kota yang baik : kondisi jalan, lalu lintas, listrik, sumber air bersih, dan

tersedia cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Solo Raya.

Potensi sumber daya alam Solo Raya cukup lengkap untuk kelangsungan hidup

ekosistem perekonomian

Bidang agraris : pertanian masih berperan penting di wilayah Solo Raya. Lebih dari

61.495,10 hektar permukaan tanah digunakan untuk perkebunan, tanaman bahan

pangan dan tanaman komoditi pertanian lainnya. Komoditi terbanyak adalah beras dan

palawija.

Bidang industri : industri pengolahan pertanian (agrobisnis dan agroindustri), tekstil,

industri garmen, tekstil dan manufakturing (mebel)

Bidang perdagangan : bertahannya pasar-pasar tradisional dan semakin

berkembangnya pasar modern.

Bidang pariwisata : wisata situs bersejarah, wisata seni dan budaya, wisata air, wisata

alam, wisata belanja, wisata kuliner, wisata keluarga, wisata edukasi dan lain-lain.

Ketersediaan bahan baku melimpah dan mudah diperoleh di wilayah sekitar Solo Raya.

Bidang seni dan budaya : tari daerah, lagu daerah, permainan tradisional, peninggalan

sejarah, batik, handicraft, kraton,

Bidang pendidikan : PAUD, playgroup, TK, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MAN, SMK, SDIT,

SMPIT, SMAIT, SLB A/B/C/D/E, Sekolah-Sekolah Tinggi, Perguruan Tinggi, Politeknik.

Secara spesifik, beberapa potensi yang menonjol dari daerah-daerah yang masuk

wilayah Solo Raya antara lain :

1. Potensi Kota Surakarta

Sebagai pusat kota bagi Solo Raya, dikelilingi daerah kabupaten Boyolali, Sukoharjo,

Karanganyar, Wonogiri, Sragen dan Klaten.

Page 50: Green Architecture

Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

____PENDAHULUAN

I-50

Letak kota yang strategis sebagai salah satu titik pusat perdagangan di Joglosemar

(Jogja, Solo, Semarang).

Dekat dengan Bandara Internasional Adi Sumarmo, dan didukung oleh infrastruktur

seperti terminal antar propinsi, stasiun kereta api antar propinsi, rumah sakit nasional

terkemuka, universitas terkemuka, pusat perbelanjaan besar dan kondisi jalan raya

yang baik.

Surakarta memegang peranan sebagai pusat perdagangan dan jasa di wilayah Solo,

penyedia tulang punggung manufaktur yang penting dan potensi investasi.

Potensi yang kuat dalam peranannya sebagai pusat pemasaran hasil pertanian, pusat

distribusi dan bidang jasa.

Kemegahan budaya dan peninggalan sejarah kerajaan.

Kekayaan seni tradisional

2. Potensi Daerah Boyolali

Bidang pertanian menjadi sumber mata pencaharian dominan.

Bidang sumber daya alam dan ekowisata

Terkenal dengan “Susu Boyolali”

Industri manufaktur

3. Potensi Daerah Sukoharjo

Mata pencaharian utama masyarakat dengan bercocok tanam dan berdagang yang

difilosofikan dengan simbol Pak Tani dan Jamu Gendong (kesabaran dan semangat

yang tinggi serta keuletan dalam bekerja)

Produksi potensial yaitu dari sektor industri manufaktur di antaranya adalah mebel

rotan, tekstil, dan mebel kayu. Selain itu, Sukoharjo juga merupakan sentra industri

gamelan, gitar, kaca grafir, tatah sungging untuk pembuatan wayang, hiasan dinding,

shuttle cock, dan jamu tradisional.

4. Potensi Daerah Karanganyar

Bidang industri kimia : produk–produk utama berbahan plastik, monosodium glutamat

dan alkohol medis.

Industri tekstil dan garmen, industri mebel besar, dan jumlah UKM tinggi

Penghasil aneka sayur dan buah terutama stroberi

Terkenal dengan agrowisata didukung oleh iklim sejuk

Terkenal dengan perkebunan dan industri the

Page 51: Green Architecture

Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

____PENDAHULUAN

I-51

Penghasil ternak babi nomor satu dan penghasil ternak ayam nomor dua di Jawa

Tengah.

Pariwisata Karanganyar menunjukkan prospek yang potensial : Candi Hindu Sukuh dan

Candi Cetho di kaki Gunung Lawu, Gunung Lawu menawarkan rute hiking yang sangat

unik dan menakjubkan yang melintasi Jawa Timur dengan pemandangan Telaga

Sarangan yang elok, Beberapa tempat di dataran tinggi Tawangmangu seperti

Kuningan dapat dijadikan camping ground.

5. Potensi Daerah Wonogiri

Sektor pertanian yang kuat, khususnya pertanian tanaman pangan menarik untuk

bisnis di Wonogiri. Terkenal sebagai produsen kacang mete sebagai salah satu

komoditi ekspor.

Hutan kayu yang luas dan melimpah, sangat menunjang ketersediaan bahan baku

furnitur.

Keanekaragaman potensi seperti kalsit dan getah pinus yang menarik

Terkenal dengan sebutan sebagai “markas pengusaha bus”

Penghasil bahan obat-obatan

6. Potensi Daerah Sragen

Penghasil utama beras di lahan basah didukung oleh tanah yang subur dan pengairan

irigasi yang baik

Pionir penghasil beras organik

Museum Arkeologi Manusia Purba atau Museum Sangiran dan terdaftar sebagai situs

Peradaban Manusia Dunia oleh UNESCO

Pionir dalam pengembangan One Stop Service atau Pelayanan Perizinan Satu Pintu.

Atas prestasinya yang efisien dalam pelayanan publik, Sragen meraih penghargaan

dari Presiden, dan dijadikan contoh untuk tingkat nasional.

7. Potensi Daerah Klaten

Satu-satunya kabupaten dengan jumlah dan ragam UKM tertinggi di Indonesia, yaitu

sekitar 36.000 pengusaha yang bergerak di bidang yang berbeda.

Pada umumnya, jika industri muncul, maka dampaknya adalah surutnya pertanian.

Keunikan Klaten, yang jarang ditemukan di tempat lain adalah bahwa pertanian dan

industri dapat berjalan seiring tanpa saling mematikan satu sama lain.

Sektor mebel dan kerajinan cor logam berpotensi ekspor

Daerah penghasil kayu berkualitas yang sesuai dengan konstruksi.

Page 52: Green Architecture

Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

____PENDAHULUAN

I-52

Gambar III.3 Mengenali dan mengolah sayuran di kebun organik.

Sumber : Dok. Pribadi, 2008

Pariwisata misalnya lokasi yang dekat dengan Candi Prambanan yang tersohor dengan

tarian tradisionalnya, Candi Sewu, Candi Plaosan, serta Museum Gula Jawa Tengah.

Potensi-potensi unggulan masing-masing daerah tersebut di atas dapat dimanfaatkan

sebagai sumber bahan belajar anak-anak didik SA Tingkat Dasar.

M. SARANA PENDIDIKAN ALAM DI SOLO RAYA

SA Tingkat Dasar dengan skup pelayanan Solo Raya sekaligus menjadikan Solo Raya

sebagai area kunjungan belajar yang potensial, membutuhkan

lokasi strategis yaitu di Solo perkotaan. Kota Surakarta sebagai

pusat kota bagi Solo Raya menjadi tujuan bagi tercapainya

berbagai fasilitas perkotaan, tak terkecuali fasilitas pendidikan.

Kota Solo sebagai salah satu kota besar di Indonesia belum

menyediakan fasilitas pendidikan alam secara formal.

1. Sekolah Alam Griyo Kulo

Tempat wisata yang sarat edukasi tentang alam, dalam konteks pendidikan lingkungan

secara non-formal di Solo Raya yaitu Sekolah Alam Griyo Kulo di Karanganyar. SA Griyo

Kulo dikemas secara rekreatif dan edukatif untuk memberikan pendidikan alam dalam

konteks lingkungan hidup. SA Griyo Kulo menempati area di dusun Tengklik, Plumbon dan

Nglebak, Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah. Pola usaha yang dilakukan sejak 15

Mei 2005 dilakukan dengan bermitra bersama masyarakat dari tiga dusun tersebut dan saat

ini telah mampu menjadi motivator bagi pertumbuhan kawasan wisata alternatif di

lingkungannya. Dengan dukungan media, Jogja TV dan

Semarang TV, SA Griyo Kulo mengajak partisipasi sekolah,

keluarga atau komunitas edukasi bagi terselenggaranya

gagasan Sekolah Alam on TV dan Griyo Kulo Life Education.

Konsep sekolah alam ini melibatkan masyarakat untuk

berpartisipasi aktif karena dari program ini diharapkan juga

masyarakat sekitar dapat tumbuh, bersinergi, dan mendapat nilai

tambah. Dan, peserta mampu mengenali potensi-potensi yang

ada di sekitar Griyo Kulo dengan maksud membawa pengetahuan ke rumah/ sekolah untuk

mengenali potensi diri dan lingkungannya yang bermanfaat untuk kehidupan. Adapun

fasilitas semacam ini hanya dikembangkan secara non-formal dalam koridor wisata edukasi

saja yaitu SA Griyo Kulo yang sasaran pengunjungnya dari berbagai kalangan baik sekolah,

keluarga, instansi maupun komunitas. Untuk menunjukkan seberapa besar minat terhadap

Gambar III.2 Anak-anak belajar sambil bermain di luar ruangan.

Sumber : Dok. Pribadi, 2008

Page 53: Green Architecture

Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

____PENDAHULUAN

I-53

pendidikan alam, berikut adalah data sekolah dan perusahaan yang telah menggunakan

fasilitas SA Griyo Kulo:

Tabel III.5 Daftar pengunjung Sekolah Alam Griyo Kulo

No. Sekolah Perguruan Tinggi Komunitas/Instansi Publikasi

1. TK dan SD Al Azhar Surakarta

Fakultas Seni Rupa UNS

Susteran SND Pekalongan

Sisi Lain Trans TV

2. TK dan SD Ibu Qoyyim Surakarta

UAD Yogyakarta Panti Asuhan Kartini Tawangmangu

Selera Nusantara TPI

3. TK Marsudirini Surakarta

UMY GBIS Samaan Surakarta

Jelajah Trans TV

4. TK Al Choir Surakarta

Enterpreneurship University

GBIS Kalfari Surakarta Surat Budaya Trans TV

5. TK dan SD Budi Mulia II Surakarta

POLTEKKES Surakarta Bank Danamon Surakarta

Surat Sahabat Trans TV

6. TK Aisyiyah Klaten Politeknik API Yogyakarta

BRI KanWil DIY & Jateng

Cakra TV Semarang

7. TK & Playgroup Bethany Salatiga

Kopma UII Yogyakarta Oto Multi Arta DOY & Jateng

Jogja TV, Yogyakarta

8. TK Putra Bangsa Klaten

Adira Finance Surakarta

9. TK Santo Yosepf Pekalongan

Suzuki Finance Surakarta

10. TK Kanisius Prambanan

PT. Dosniroha Surakarta

11. TK Bhakti 6 Surakarta

Bank BTN Surakarta

12. TK Pranatami Sukoharjo

Casa Grande Yogyakarta

13. TK & Playgroup Anak Prima Yogyakarta

PT. Astra International Inc. Surakarta

14. TK Birrul Walidain Sragen

DKP Pemkot Yogyakarta

15. TK dan SD El Yaumi Klaten

Sequis Life Insurance

16. SDN Kemasan Surakarta

Toko Amalia Klaten

17. SDII Al Abidin PT. Daanliris

18. SDN 3 Kratonan Surakarta

Stepari Semarang

19. SD Islamiyah Warung Boto Yogyakarta

PT. Danar Hadi Surakarta

20. SD Marsudirini Semarang

PT. Roda Mas Karanganyar

21. SD Muhammadiyah Program Khusus Surakarta

BII Surakarta

22. SD Marsudirini COR YESU Semarang

BCA Surakarta

23. SD Marsudirini Gedangan Semarang

Yayasan Sangga Buana Surakarta

24. SD Kanisius II Keprabon Surakarta

RS. Dr. Oen Surakarta

25. SD Cemara II Surakarta

ABN AMRO Bank Semarang

Page 54: Green Architecture

Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

____PENDAHULUAN

I-54

26. SDIT Nur Hidayah Surakarta

Kantor Pariwisata Sleman

27. SDN.16 Surakarta Dinas Pasar Klaten

28. SMP Baromius Purbolingga

Sumber : Brosur SA Griyokulo, Tawangmangu, 2008

Sarana pendidikan alam seperti outbound yang sangat digemari saat ini banyak

ditemukan di tempat-tempat wisata di Solo Raya seperti di Agrowisata Sundokoro

Karanganyar, Taman Wisata Keluarga Amanah Karanganyar, Sekolah Alam Griyo Kulo dan

sebagainya. Perangkat outbound yang paling banyak dijumpai yaitu flying fox.

2. Yayasan Masyarakat Indonesia Hijau (YMIH)

Adapun lembaga yang melakukan upaya penyadaran melalui pendidikan lingkungan

hidup saat ini yaitu Yayasan Masyarakat Indonesia Hijau (YMIH) yang berada di Colomadu,

Karanganyar. YMIH mempunyai motivasi gerakan kesadaran meminimalisir dampak

kerusakan lingkungan dengan cara memberikan PLH (Pendidikan Lingkungan Hidup) untuk

usia dini. Upayanya antara lain pendidikan lingkungan hidup untuk SD, penghijauan

berbasis sekolah dan pengelolaan sampah/ pengomposan dengan kelompok sasaran

masyarakat dan pelajar.

N. KONDISI LINGKUNGAN DI SOLO RAYA

1. Iklim Solo Berubah Drastis43 Sebagai Efek Pemanasan Global

Isu global warming tak lagi menjadi ancaman. Tetapi dipastikan sudah terjadi di

Indonesia. Banjir di Solo merupakan salah satu dampak nyata pemanasan global. Iklim di

Solo dan Jateng secara umum telah berubah drastis. Fakta ini merupakan kajian ilmiah

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG).

Menurut keterangan Koordinator BKMG Jateng, Muhammad Khoiron, pengamatan

dilakukan selama tiga tahun terakhir. Hasilnya, muncul tekanan rendah di barat Sumatra

yang bergeser ke timur mendekati selatan Jateng. Padahal, sepanjang sejarah, tekanan

rendah di wilayah ini tidak pernah ada.

Perubahan iklim ini diduga kuat menjadi penyebab bencana banjir Solo yang cukup

parah pada tahun 2007. Perubahan iklim

yang terjadi di Jateng secara umum,

termasuk Solo, adalah perubahan yang

sangat mendasar. Kerusakan hutan di

43 Radar Solo Jawa Pos, edisi hari Rabu, 4 Februari 2009

Gambar III.4 Banjir setinggi tiga meter melanda

pemukiman warga Surakarta.

Sumber : dok. pribadi, 2007

Page 55: Green Architecture

Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

____PENDAHULUAN

I-55

daerah hulu sungai merupakan salah satu faktor penyebab berubahnya iklim mikro.

Meluasnya air bah adalah dampak buruknya.

Sekarang, wilayah yang termasuk daerah hulu tak bisa sepenuhnya aman dari

terjangan banjir. Tingginya erosi ikut menyumbang banyaknya bencana di beberapa tempat

di Indonesia. Kerusakan hutan di daerah hulu juga membuat persentase kelembaban udara

tinggi. Curah hujan di Solo saat ini (3/2) di Solo rata-rata mencapai 130 mm per hari. Di

daerah lain rata-rata mencapai 144 mm per hari. Perubahan iklim mikro di daerah Jateng

dikhawatirkan mengubah kondisi iklim makro. Salah satunya adalah kelembaban udara.

Perubahan iklim mikro ini sangat berbahaya. Kalau hutan tidak ada, erosi tinggi, sedimentasi

tinggi dan peresapan tidak ada maka akan menyebabkan banjir, termasuk di daerah hulu.

2. Berkurangnya Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota Solo

Seiring dengan perkembangan kota Surakarta yang mengarah pada kota metropolitan,

kondisi lingkungan kota ikut mengalami perubahan. Luas ruang terbuka hijau di kota

Surakarta semakin berkurang semakin memicu kondisi lingkungan yang semakin tak sehat.

Ruang terbuka hijau tahun 1990 seluas 8,65 % dari luas kota Surakarta atau seluas 380,79

ha menjadi berkurang saat ini. Diprediksikan ruang terbuka hijau dalam RUTRK Kodya

Surakarta tahun 1993-2013 disebutkan hanya akan bersisa 0,5 % dari luas kota Surakarta

atau hanya 22,02 ha.

Faktanya, Kota Solo seluas sekitar 44,04 km² kini hanya memiliki ruang publik sekitar

4-5 hektare (ha) saja. Dengan kata lain, kota Solo mulai kehabisan area publik. Oleh karena

itu, pemkot Solo berupaya menghijaukan kota guna menyeimbangkan ruang terbuka hijau

(RTH). Salah satu kebijakannya yaitu mengikuti amanat UU No. 23/1997 tentang Ketentuan

Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup, UU No 26/2007 tentang Penataan Ruang dan

Permendagri No 1/2007 tentang RTH Kawasan Perkotaan. Setiap kota harus memiliki

minimal 30 persen RTH sesuai ketentuan tersebut. 44

3. Pencemaran Lingkungan di Kota Solo

Semakin berkembangnya industri di Solo Raya juga ikut

andil dalam mencemari sungai-sungai di kota Surakarta karena

sebagian besar limbah dari pabrik-pabrik industri itu dibuang ke

sungai-sungai terdekatnya. Selain itu, perilaku masyarakat yang

membuang sampah ke sungai dan saluran drainase telah

44 Mewujudkan Solo “Ijo Royo-royo”, wacana Suara Merdeka, edisi 17 Juni 2008

Gambar III.5 Tepi Sungai Bengawan Solo menjadi lahan pembuangan

sampah terbuka. Sumber : dok.pribadi,2006

Page 56: Green Architecture

Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

____PENDAHULUAN

I-56

menyebabkan banjir lokal. Tepian Sungai Bengawan Solo dimanfaatkan sebagai lahan

pembuangan sampah secara terbuka atau open dumping.

Dari penelitian, bakteri E.Coli pada air dangkal di kota Solo sudah parah. Kandungan

Fe (besi) dan Mn (mangan) serta konsentrasi merkuri di ambang batas normal. Padahal air

sungai Bengawan Solo digunakan sebagai bahan baku PDAM di Solo, Cepu (Jateng) dan

Bojonegoro (Jatim). Kondisi penghijauan di hulu dan DAS

Bengawan Solo semakin tipis sehingga tak mampu lagi

menyerap lebih banyak air hujan. Hal ini diperparah dengan

kondisi sebagian bantaran sepanjang sungai Bengawan Solo

yang dihuni sebagai pemukiman padat secara ilegal. Area

tersebut seharusnya menjadi sabuk hijau (green belt) untuk

menambah luasan RTH kota. Buruknya saluran drainase dan

akumulasi sampah kota akibat perilaku buruk masyarakat juga menjadi faktor penyebab

banjir di Solo yang juga meliputi Jateng dan Jatim pada akhir tahun 2007.

O. BENTUK-BENTUK KESADARAN LINGKUNGAN DI SOLO RAYA

1. Mewujudkan Kota Hijau45

Salah satu cara Pemkot Surakarta dalam mewujudkan kota hijau adalah menggalakkan

aksi tanam sejuta pohon. Penanaman pohon akan berdampak ekologis. Pohon yang

ditanam di area publik sebagai hutan kota cukup efektif mencegah pemanasan global,

karena jasa-jasa biologis dan hidrologisnya, serta mampu mendaur ulang CO2

(karbondioksida).

Selain membudidayakan dan mempertahankan kawasan yang telah ada, menggagas

wilayah-wilayah baru yang patut sebagai hutan kota. Beberapa lahan yang dapat

ditumbuhkembangkan sebagai hutan kota adalah daerah Mojosongo, Banyuanyar, lapangan

Ngipang, lapangan tembak Kadipiro, komplek Mangkunegaran, Taman Balekambang, TPA

Putri Cempo, sepanjang sungai Bengawan Solo, Kali Anyar, Kali Premulung, dan kawasan

Stadion Manahan.

Pengadaan hutan kota bisa terealisasi jika ada komitmen Pemkot dan stakeholders

kota dalam menggalakan penanaman, pembudidayaan pohon, dan perawatan pohon yang

sudah ada. Kesadaran, kepedulian, dan komitmen warga Kota Solo sangat dibutuhkan, di

samping keseriusan Pemkot untuk kehidupan masa depan kota.

45 Mewujudkan Solo “Ijo Royo-royo”, wacana Suara Merdeka, edisi 17 Juni 2008

Gambar III.6 Bagian tepi Sungai

Bengawan Solo yang sebagian gundul.

Sumber : dok.pribadi,2006

Page 57: Green Architecture

Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

____PENDAHULUAN

I-57

Selain penataan RTH sebagai hutan kota, area publik lain juga terlihat asri dengan

penanaman berbagai bunga. Seperti penataaan seputar Stadion Manahan dengan relokasi

PKL dalam shelter serta pembuatan taman air mancur, pembuatan taman dengan patung

Arjuna (depan Gedung Wanita), penataan Taman Gilingan dengan patung Werkudara, serta

revitalisasi sepanjang jalan utama dengan pembuatan taman kota.

Demikian halnya penghijauan (taman kota) di sepanjang Jalan Slamet Riyadi dan di

setiap perpotongan jalan (seirama relokasi PKL) yang ditata dan dibuat taman bunga yang

makin mempercantik dan memperindah kota.

Pohon identik sebagai penanda kota. Sebagaimana pusat-pusat kota di Jawa yang

identik dengan keberadaan dua pohon beringin kurung di Alun-alun sebagai titik nol. Konon

pohon beringin (Ficus benjamina) dipilih sebagai lambang pengayom (persatuan negeri).

Untuk area publik di Solo banyak ditanam pohon palem (Carpenteria acuminata).

Pada era pemanasan bumi, aksi penanaman pohon menjadi sebuah keharusan.

Gerakan penanaman pohon besar merupakan sesuatu yang mutlak dilakukan untuk

menjaga keseimbangan ekologis. Fungsi pohon dapat menahan air dalam tanah, mencegah

erosi dan longsor, menjadi habitat berbagai ragam makhluk hidup, menurunkan suhu kota,

memproduksi oksigen, menyerap karbondioksida, dan gas rumah kaca penyebab

pemanasan global.

Sebuah penelitian membuktikan, setiap hektare RTH yang ditanami pohon besar

mampu menghasilkan 0,6 ton oksigen (O2) untuk 1.500 penduduk / hari. Selain itu dapat

menyerap 2,5 ton CO2 / tahun (setiap batang mampu menyerap 6 kg CO2 / tahun).

Setiap hektare RTH yang ditanami pohon besar juga mampu menyimpan 900 m3 air

tanah / tahun, mentransfer air 4.000 liter / hari, menurunkan suhu 25-80% , dan mengurangi

kekuatan angin 75-80%. Setiap mobil mengeluarkan gas emisi, yang bisa diserap oleh

empat pohon dewasa (tinggi 10 meter lebih, diameter 10 cm lebih), dan tajuk lebar berdaun

lebat (Nirwono Joga, 2008).

Penanaman pohon merupakan investasi perlindungan alam dan manusia ke depan.

Sebuah program jangka panjang yang berdampak pada penjaminan kelangsungan hidup

sehat warga dan penduduk. Perlu sebuah kearifan lokal dan berpikir cerdas untuk

kelangsungan hidup yang berkualitas.

Gerakan menanam pohon dari Pemkot Solo dengan memobilisasi kesadaran warga

kota harus menjadi kesepakatan bersama. Partisipasi seluruh warga dengan menyisakan

ruang yang dimiliki untuk penanaman pohon juga menjadi suatu kebutuhan. Upaya

Page 58: Green Architecture

Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

____PENDAHULUAN

I-58

menjadikan Solo yang ijo royo-royo, sedikit banyak, akan mengurangi proses percepatan

Solo menjadi ’’Hutan Beton’’.

Oleh karena itu, berbagai kampanye pelestarian lingkungan hidup harus menjadi

pemompa semangat untuk menghijaukan Solo secara komprehensif. Pemkot dan

masyarakat perlu bergerak bersama untuk menanam pohon. Kalau perlu, kita berjanji akan

memelihara dan melindungi setiap pohon besar di lingkungan masing-masing.

Pohon tidak hanya dirawat, dipelihara, dan dilindungi masyarakat saja. Pemkot melalui

DKP (Dinas Kebersihan dan Pertamanan) harus selalu mensurvei usia pohon. Pendataan

pohon besar ini sebagai bentuk upaya preventif. Kalau dinilai mengkhawatirkan keamanan

umum, perlu ditebang dan diremajakan dengan bibit muda.

Pemkot perlu juga membuat aturan tegas (harga mati) bagi setiap pengembang untuk

menyisakan lahan bagi hutan kota / taman kota maupun cagar buah. Demi tercapainya Solo

yang berudara bersih, gagasan menghijaukan kota dengan gerakan menanam pohon

merupakan kebutuhan yang amat penting. Apalagi Solo merupakan kota budaya dan bisnis

terbesar kedua di Jawa Tengah.

2. Kota Solo sebagai City Of Tree and Flower46

Kota Solo akan diproyeksikan menjadi kota pohon dan bunga. Saat ini tengah

dilakukan pembenahan taman dan pembangunan taman baru di beberapa pojok kota.

Sebagai tahap awal, Pemkot Solo juga menanam ratusan pohon kelapa dan ecaliptus di

sejumlah lokasi.

Obsesinya, Kota Solo akan dijadikan sebagai city of tree and flower. Langkah awal

adalah penataan taman dan penanaman ratusan pohon kelapa dan ecaliptus (8/12). Belum

ada kota di Indonesia yang mendayagunakan kelapa dan ecaliptus untuk taman kota.

Direncanakan pohon tersebut sebagai karakter khas Kota Solo. Ribuan pohon kelapa dan

ecaliptus akan menyusul ditanam di tengah kota maupun pinggiran.

Selain di ruang publik juga di taman-taman kota yang sedang dipersiapkan. Walikota

berharap impian menjadikan Solo sebagai kota pohon dan bunga akan mampu terealisasi

dalam dua tahun ke depan. Pemkot Solo juga akan membangun belasan taman bermain

bagi anak-anak yang tersebar di beberapa tempat di Kota Solo. Luas masing-masing taman

minimal 800 m².

46 Tempo, edisi Sabtu, 9 Desember 2006

Page 59: Green Architecture

Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

____PENDAHULUAN

I-59

Selain itu masih terdapat taman rekreasi keluarga dan taman bermain bagi anak-anak

di Kompleks Monumen Banjarsari yang cukup luas dan saat ini sudah mulai dibangun.

Sebelumnya, lokasi itu ditempati ratusan pedagang kaki lima.

3. Kota Surakarta Dijadikan sebagai Pilot Project Parliament Watch di Bidang

Lingkungan

Kota Surakarta dijadikan sebagai pilot project parliament watch di bidang lingkungan

karena dianggap paling responsif terhadap masalah lingkungan. Parliament watch bertugas

untuk melihat, mengawasi dan mencatat anggota DPRD yang peduli, tidak peduli bahkan

yang anti lingkungan. Tujuan pembentukan parliament watch adalah untuk mendorong

setiap pemerintah daerah agar mempunyai good governance di bidang lingkungan. Selain

itu juga bertujuan untuk menumbuhkan kepekaan terhadap tuntutan masyarakat di bidang

lingkungan. 47

Tumbuhnya perhatian pemkot Surakarta terhadap lingkungan juga ditunjukkan dengan

ditetapkannya rancangan peraturan daerah tentang pengendalian lingkungan hidup menjadi

Perda Pengendalian Lingkungan Hidup. Walikota Joko Widodo menyatakan siap

melaksanakan amanat Perda tersebut. Menurut beliau, pelestarian lingkungan hidup harus

dilakukan di daerah manapun.48

4. Dukungan Masyarakat Luas terhadap Masalah Lingkungan Hidup

Masalah lingkungan hidup sangat beragam dan pada umumnya bersifat kompleks

karena menyangkut hubungan antar makhluk hidup dan siklus kehidupan. Misalnya,

kerusakan alam, keterbatasan sumber energi fosil, minimnya ruang terbuka hijau kota dan

lain-lain. Perhatian masyarakat luas terhadap lingkungan hidup di Solo Raya dapat dilihat

dengan adanya institusi akademis (formal) dan organisasi-organisasi (non-formal) yang

melibatkan diri dalam pemecahan masalah lingkungan hidup, antara lain :

c. Lembaga Penelitian Perguruan Tinggi

1). Pusat Studi Lingkungan Hidup, Lemlit UMS di Jln. Ahmad Yani Pabelan, Kartasura

2). Universitas Veteran Bangun Nusantara Bantara di Jln. Letjend. Soejono, Jombor,

Klaten

3). Pusat Studi dan Pengembangan Lingkungan Akademi Teknik Adiyasa di Jln. Raya

Palur Km.5 Karanganyar

47 Kompas, edisi Selasa, 29 Juli 2003 48 Kompas, edisi Jumat, 17 Maret 2006

Page 60: Green Architecture

Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

____PENDAHULUAN

I-60

4). Pusat Penelitian Lingkungan Hidup, Lemlit UNS di Jln. Ir. Sutami 36A Surakarta

5). LPM UNS di Jln. Urip Sumoharjo 110 Surakarta

d. Anggota Organisasi WALHI Jawa Tengah (www.walhi.or.id)

1). LSL (Lembaga Studi dan Lingkungan) di Pucangsawit RT 03/03 Surakarta

2). Yayasan Akar Rumput di Jln. Lempuyang no.19 Pajangan, Pajang, Surakarta

3). Gita Pertiwi di Griyan Lama 20 RT 01/01 Baturan Surakarta

e. LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat)

Lembaga yang melakukan upaya penyadaran melalui pendidikan lingkungan hidup

saat ini yaitu Yayasan Masyarakat Indonesia Hijau (YMIH) yang berada di Colomadu,

Karanganyar. Selain memberikan PLH untuk usia dini, YMIH juga berusaha membawa

aspirasinya tentang masalah-masalah lingkungan hidup misalnya seperti pencemaran

sungai oleh industri batik, jerat hukum bagi perusak lingkungan baik institusi, industri

maupun perseorangan dan mengupayakan perlindungan hukum bagi korban pencemaran

lingkungan.

Page 61: Green Architecture

Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

____PENDAHULUAN

I-61

BAB IV GAGASAN SEKOLAH ALAM TINGKAT DASAR

YANG MENGIMPLEMENTASIKAN GREEN ARCHITECTURE

P. PROGRAM SA TINGKAT DASAR (SATD) YANG DIRENCANAKAN

Program pendidikan SATD direncanakan mengacu pada Sekolah Alam yang sudah ada

yaitu SA Ciganjur. Dasar pertimbangan penentuan SA Ciganjur, yaitu antara lain :

SA Ciganjur adalah SA pertama di Indonesia

SA Ciganjur sebagai pelopor berdirinya SA lain di Indonesia merupakan sebuah perwujudan

gagasan pendidikan yang menggunakan dimensi alam sebagai sumber ilmu dan bisa dikelola

oleh para peserta didik. Pertama berdiri, SA Ciganjur baru dapat melayani kebutuhan

pendidikan di jenjang TK dan SD saja. Dalam perkembangannya saat ini SA yang terletak di

Ciganjur Jakarta ini telah membuka program hingga ke jenjang SMP.

SA Ciganjur mewakili karakteristik SA di Indonesia

SA Ciganjur banyak ditiru SA lain di kota-kota besar. Kurikulum, metoda pembelajaran,

kebijakan sekolah, cara belajar, ketentuan belajar, media belajar, kegiatan belajar-mengajar,

tuntutan ruang belajar dan berbagai kebutuhan yang ada di SA Ciganjur menjadi preseden/

contoh bagi SA lain yang mengikutinya. Secara ideal, SA Ciganjur mewakili karakteristik SA

yang ada di Indonesia sehingga sering dijadikan acuan bagi SA-SA yang baru.

SA Ciganjur sebagai pendiri komunitas sekolah alam di Indonesia

Setelah berdirinya SA Ciganjur, sekolah-sekolah alam yang menjamur menjalin interaksi

hubungan yang dekat dengan adanya program kunjungan ke sesama sekolah alam. Sharing

yang dilakukan secara terus menerus menciptakan hubungan saling akrab. Tukar pikiran,

berdiskusi, tukar pengalaman dan kegiatan bersama ini mendorong terbentuknya sebuah

komunitas sekolah-sekolah alam yang dipelopori oleh SA Ciganjur.

SA Ciganjur bersifat multikultur

Meski nuansa keislamannya kental, namun anak dengan berbagai latar belakang

kebangsaan, suku, dan agama apapun, bisa diterima untuk bersekolah di sini.

Untuk daya tampung dan jumlah pengajar dapat disesuaikan dengan mengacu pedoman

Standar Nasional Pendidikan. Sarana dan prasarana minimal didasarkan pada Standar

Nasional Pendidikan. Pengembangan kebutuhan sarana dan prasarana dapat disesuaikan

dengan jenis kegiatan dalam konteks Solo Raya.

1. Pengertian dan Visi

Page 62: Green Architecture

Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

____PENDAHULUAN

I-62

SATD di Solo Raya adalah suatu lembaga pendidikan formal di tingkat pendidikan

dasar yaitu SD 6 tahun dan SMP 3 tahun yang menggunakan alam sebagai media belajar

dengan skup pelayanan di wilayah Solo Raya.

Visi :

a. mengajak anak mencintai alam dan memelihara lingkungan hidup sekitarnya

b. mendampingi setiap anak manusia untuk menjadi "pemimpin" di muka bumi dan

memberi "rahmat" bagi sekalian alam.

2. Jenjang Pendidikan yang Disediakan

SATD menyediakan jenjang pendidikan dasar yaitu SD 6 tahun dan SMP 3 tahun.

Penentuan jenjang ini berdasar pada pertimbangan berikut :

a. Sekolah Alam yang sudah ada

Berdasarkan penelusuran terhadap komunitas Sekolah Alam yang ada di Indonesia,

saat ini semua Sekolah Alam membuka maksimal hingga jenjang SMP saja. Jenjang hingga

ke SMA belum ada. Kegiatan-kegiatan menurut kurikulum SA hanya dapat diketahui hingga

jenjang SMP saja. Kapasitas perencana hanya bergerak pada perancangan desain, bukan

pada perancangan kurikulum.

b. Program wajib belajar 9 tahun

Sudah lebih dari dua puluh tahun, tepatnya sejak tahun 1984, pemerintah

mendengungkan kampanye wajib belajar. Pemerintah menyadari bahwa pembangunan

suatu bangsa memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang memadai

untuk mendukung pembangunan. Wajib belajar dikenakan pada jenjang pendidikan dasar

yaitu jenjang SD (6 tahun) dan SMP (3 tahun). Pemerintah mencanangkan wajib belajar 9

tahun agar kualitas sumber daya manusia Indonesia dapat memadai dan sejajar dengan

standar pendidikan negara-negara lain.

c. Jumlah anak usia dasar di Solo Raya

Jumlah anak usia dasar berada (usia 5-15 tahun) di Solo Raya sebanyak 587.507 jiwa.

d. Psiko-fisik anak usia dasar 5-15 tahun

Secara psikologis, anak-anak di usia 5-15 tahun sedang berusaha mencari dan

mengumpulkan ilmu sebanyak-banyaknya demi memuaskan pertanyaan-pertanyaan yang

menyangkut diri dan lingkungan sekitar mereka. Secara psikomotorik, koordinasi dan

keseimbangan tubuh anak sudah semakin membaik. Secara sosial, kontak dengan dunia

luar pun semakin luas.

3. Kurikulum

Page 63: Green Architecture

Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

____PENDAHULUAN

I-63

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan

bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan

pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan pendidikan tertentu ini

meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi

daerah, satuan pendidikan dan peserta didik.49

Kurikulum SATD terdiri dari dari tiga aspek50, yaitu kurikulum akhlak, kurikulum kognitif

(pendekatan dari logika berfikir), dan kurikulum kepemimpinan. Tiga aspek tersebut

diprioritaskan dalam konsep pendidikan SATD dengan pokok materi sebagai berikut :

a. Akhlaqul Karimah : menjadikan anak memiliki akhlaq yang baik dengan metode

utamanya keteladanan yang berdasar pada Al-Qur’an dan Hadits. Meliputi keimanan,

ibadah, sikap hidup, dan integrasi dengan alam.

b. Falsafah Ilmu Pengetahuan : menjadikan anak memiliki logika berpikir yang baik,

mencermati alam lingkungannya menjadi media belajarnya dengan metoda action

learning dan diskusi. Meliputi bahasa, sains, daya pikir, daya kreasi, dan seni.

c. Kepemimpinan : menjadikan anak memiliki semangat kepemimpinan

yang baik dengan metoda outbound dan dynamic group. Meliputi outward bound,

pendidikan jasmani, kewirausahaan, dan sosial kemasyarakatan.

Kurikulum Sekolah Alam didasarkan atas tiga output proses pendidikan Sekolah Alam.

Ketiga output tersebut51 adalah :

a. Integritas Akhlaq

Dicapai dengan keteladanan; keteladanan guru, orang tua, serta semua komponen SATD.

b. Integritas Logika

Dicapai dengan model pembelajaran action learning, anak-anak belajar langsung dari

alam. Alam menjadi laboratorium bagi mereka.

c. Kepemimpinan

Dicapai dengan metode outbound dan dynamic group.

Dalam penyampaian pembelajaran, 70% kegiatan pembelajaran di SATD merupakan

outdoor activity dan 30% lainnya adalah indoor activity. Materi pembelajaran disampaikan

secara active dan fun.

4. Metoda Pembelajaran

49 Standar Nasional Pendidikan 50 www.saciganjur.com yang diambil dari website komunitas sekolah alam 51 www.saciganjur.com yang diambil dari website komunitas sekolah alam

Page 64: Green Architecture

Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

____PENDAHULUAN

I-64

Proses belajar di alam berlangsung dengan menggunakan metoda :

a. Fun Learning

Belajar di alam terbuka, secara naluriah akan menimbulkan suasana fun, tanpa tekanan

dan jauh dari kebosanan. Dengan demikian akan tumbuh kesadaran pada anak bahwa

learning is fun dan sekolah identik dengan kegembiraan.

b. Spider Web

Pembelajaran di STD menggunakan spider web, tidak per Bab mata pelajaran. Spider

Web merupakan metoda belajar yang mengintegrasikan tema dalam semua mata

pelajaran sehingga pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran bersifat integratif,

komprehensif dan aplikatif. Dengan model ini, siswa SATD mampu mengaitkan pelajaran

dengan nyata, juga dapat mengaitkan hubungan antar pelajaran yang mereka terima.

Anak-anak belajar tidak hanya mendengar penjelasan guru, melainkan juga melihat,

menyentuh, merasakan, dan mengikuti keseluruhan proses dari setiap pembelajaran.

Contoh pembelajaran dengan spider web dapat diskemakan sebagai berikut :

Alternatif belajar di alam terbuka memiliki fleksibilitas tinggi dalam upaya transfer ilmu.

Belajar secara dinamis akan lebih membuka wawasan dan pandangan yang luas.

Beberapa cara menyampaikan belajar berikut diterapkan di SATD dalam rangka

internalisasi nilai-nilai, antara lain:

a. Learner Centered : pembelajaran berpusat pada siswa sehingga mendorong siswa

untuk terlibat secara aktif dalam membangun pengetahuan, sikap dan perilaku.

Tema : PASAR

Matematika : soal cerita tentang jual-beli dan rugi-laba, perbandingan, operasional bilangan (penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian), perhitungan volume (liter) dll.

Bahasa Indonesia : kosakata bidang perdagangan, kalimat langsung-tak

langsung, karangan narasi tentang pasar, dll

Pendidikan Kewarganegaraan : menghargai kerja keras orang lain, cara

bertutur kata yang sopan kepada penjual, bergaya hidup sederhana dll

IPS : pengertian pasar, interaksi di pasar,manfaat pasar, permasalahan di pasar, produk andalan di pasar, menyebutkan pasar-pasar di kota Solo dll

IPA : mengenal empat sehat lima sempurna, mengenal berbagai penyakit karena makanan, cara mengolah makanan yang tepat, eksperimen sederhana, dll

Bahasa Inggris : vocabulary tentang green grocery, conversation tentang tawar-

menawar barang, writing tulisan deskriptif tentang pasar dll

Gambar IV.1 Contoh mengintegrasikan pelajaran dalam satu tema pada metoda spiderweb.

Sumber : analisa pribadi, 2009

Page 65: Green Architecture

Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

____PENDAHULUAN

I-65

b. Guide on the Side : guru diposisikan sebagai fasilitator proses pembelajaran

siswa. Jadi, guru menjadi mitra pembelajaran yang berfungsi sebagai pendamping

bagi siswa.

c. Experiential Learning : 90 % kesan yang diperoleh anak didapat dari pengalaman

konkret. Semaksimal mungkin anak-anak diupayakan agar benar-benar melihat,

mendengar, menyentuh, merasakan, dan mengalami proses belajar secara langsung.

d. Deep Learning : pengetahuan lebih mendalam yang tak sebatas teori dalam

buku. Salah satu upaya memperdalam pembelajaran yaitu dengan kegiatan outing.

e. Active Learning : pergerakan belajar yang dinamis sehingga memungkinkan

siswa mencari tahu tentang sesuatu melalui banyak sumber secara mandiri.

f. Action Learning : dikembangkan melalui ceramah dan diskusi, pemecahan

masalah terstruktur, adanya studi kasus dan presentasi.

g. Outbound Education : belajar di alam terbuka melalui petualangan, permainan

menantang, dan menjadikan alam sebagai guru kehidupan.

h. Environmental Learning : potensi lingkungan sekolah dapat dikembangkan dan

dikelola sendiri oleh peserta didik sebagai media belajar guru dan siswa. Jadi, SATD

merupakan sekolah yang berwawasan lingkungan.

5. Daya Tampung

Penentuan daya tampung sekolah negeri berbeda dengan sekolah swasta. Sekolah

swasta lebih fleksibel dalam menentukan kebijakan program-programnya, tak terkecuali

dalam hal daya tampung yang akan disediakan.

Sebelum menentukan daya tampung, maka perlu mengacu pada Standar Nasional

Pendidikan sebagai berikut :

Tabel IV.1 Ketentuan rombongan belajar

No. Ketentuan Standar Nasional Pendidikan SD SMP

1. Daya tampung yang diperkenankan 6-24 3-24

2. Kapasitas maksimum ruang kelas 28 32

Sumber : www.bsnp-indonesia.org

Sebagai pertimbangan, hasil survey dari SDII Al-Abidin menyebutkan rata-rata

sekolah modern (swasta) menyerap 20 anak/ kelas dan rata-rata sekolah konvensional

(negeri) menyerap 40 anak/ kelas. Sehingga, penentuan daya tampung pada studi banding

SDII Al-Abidin menggunakan angka tengahnya yaitu 30 peserta didik/ kelas.52

52 Hasil studi banding survey SDII Al Abidin, 2 Juni 2008

Page 66: Green Architecture

Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

____PENDAHULUAN

I-66

Pertimbangan efektivitas belajar mengajar juga menentukan besar daya tampung peserta

didik per kelas.

Dengan demikian, daya tampung SA Tingkat Dasar yang direncanakan yaitu :

a. SD

Daya tampung : 12 rombongan belajar, dengan rincian kelas IA,

IB, IIA, IIB, IIIA, IIIB, IVA, IVB, VA, VB, VIA, VIB.

Kapasitas ruang kelas : 20 peserta didik

Total daya tampung peserta didik : 12 x 20 = 240 anak SD

b. SMP

Daya tampung : 9 rombongan belajar, dengan rincian VIIA,

VIIB, VIIC, VIIIA, VIIIB, VIIIC, IXA, IXB, IXC

Kapasitas ruang kelas : 20 peserta didik

Total daya tampung peserta didik : 12 x 20 = 240 anak SMP

c. Jumlah daya tampung SD dan SMP di SATD yang direncanakan

Total seluruh siswa SATD : 480 siswa.

6. Struktur Organisasi

.

7. Jangkauan Pelayanan

SATD yang direncanakan akan melayani Wilayah Solo Raya yaitu Surakarta, kota

Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar, Wonogiri, Sragen, dan Klaten. Namun, tidak

menutup kemungkinan melayani anak didik yang berasal dari luar daerah Solo Raya dengan

sistem klasifikasi tertentu, misal kuota.

Gambar IV.2 Struktur organisasi SA Tingkat Dasar

yang direncanakan. Sumber : Analisa Pribadi, 2009

Page 67: Green Architecture

Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

____PENDAHULUAN

I-67

8. Waktu Belajar

Jika pada umumnya sekolah konvensional menggunakan sistem jadwal tetap yang

ditentukan sepihak dari sekolah dan peserta didik tinggal mengikuti sesuai jam pelajaran

dan jadwalnya, berbeda halnya dengan SATD. Anak-anak dapat memilih mata pelajaran

yang ingin mereka kerjakan lebih dulu. Guru sebagai fasilitator menuliskan jadwal hari ini

sesuai dalam catatan jadwal siswa di papan tulis. Setelah itu, fasilitator menawarkan mata

pelajaran apa yang ingin disampaikan lebih dulu kepada peserta didik.

SA Tingkat Dasar menerapkan sistem Full Day School dan Five Day School. Full Day

School yaitu pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar yang diselenggarakan satu hari penuh

mulai pukul 07.00-16.00 WIB. Five Day School berarti kegiatan belajar-mengajar

berlangsung hari Senin hingga Jumat. Hari Sabtu dan Minggu libur. Hari Sabtu digunakan

untuk materi variasi seperti kunjungan lapangan (field trip), market day, pentas seni pekanan

dan lain-lain.

9. Bidang Belajar

Semua bidang studi yang ditargetkan kurikulum pemerintah diajarkan di SATD,

selebihnya anak-anak didik diarahkan untuk membaca alam. SATD mengajarkan teori-teori

seperti sekolah umumnya. Kelebihannya, ditambah dengan pengalaman-pengalaman

konkret baik di lingkungan sekolah yang dikembangkan dan dikelola secara mandiri maupun

lingkungan luar sekolah berupa kunjungan-kunjungan.

Bidang belajar tingkat SD di SATD, antara lain :

a. Mata pelajaran : Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa

Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, Seni

Budaya dan Ketrampilan, Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan.

b. Muatan lokal : dikembangkan sesuai potensi lokal, yaitu tentang pertanian,

perkebunan dan peternakan, lingkungan hidup, dan konservasi alam.

c. Pengembangan diri : dapat diwujudkan dalam pengembangan life skill,

pembentukan karakter dan kepemimpinan yaitu dengan kegiatan di alam seperti

outbound dan dynamic group, kewirausahaan, teknologi dan multimedia.

Bidang belajar tingkat SMP di SATD, antara lain :

a. Mata pelajaran : Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa

Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan

Sosial, Seni dan Budaya, Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan,

Ketrampilan/Teknologi Informasi dan Telekomunikasi.

Page 68: Green Architecture

Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

____PENDAHULUAN

I-68

b. Muatan lokal : dikembangkan sesuai potensi lokal, yaitu tentang pertanian,

perkebunan dan peternakan, lingkungan hidup, dan konservasi alam.

c. Pengembangan diri : dapat diwujudkan dalam pengembangan life skill,

pembentukan karakter dan kepemimpinan, yaitu dengan kegiatan di alam seperti

outbound dan dynamic group, kewirausahaan, teknologi dan multimedia,

keorganisasian.

10. Suasana Belajar

a. Anak-anak dibebaskan untuk tidak berseragam. Untuk kegiatan outbound dan terjun

di alam bebas, anak-anak harus mempersiapkan baju jelek dan sepatu bot. Saat

belajar di alam, anak-anak akan berkotor-ria dengan tanah, lumpur dan debu.

b. Guru sebagai fasilitator mendampingi murid satu kelas.

c. Kegiatan belajar-mengajar dikondisikan sefleksibel mungkin di dalam maupun luar

ruangan. Ketika anak-anak bosan di dalam kelas, dapat menggunakan alam sebagai

ruang belajar misalnya, di bawah pohon rindang, open space, di atas rerumputan,

bebatuan, hutan mini, dekat kolam, dekat sungai dan lain-lain.

d. Tidak duduk di atas kursi kelas. Anak-anak dapat belajar dengan duduk bersila dan

selonjoran di mana saja di lantai, namun tetap sopan dan teratur. Menulis di atas

meja pendek sambil duduk melantai.

e. Koordinasi waktu belajar dan penggunaan ruang-ruang belajar dengan kelas-kelas

lain sangat penting mengingat urutan jadwal pelajaran menyesuaikan keinginan

siswa. Jadi, memungkinkan belajar bersama dengan kelas lainnya dan menggunakan

media belajar secara bersamaan.

Q. IDENTIFIKASI JENIS KEGIATAN

1. Kegiatan Utama

Kegiatan utama merupakan kegiatan transfer ilmu yaitu berupa kegiatan belajar-

mengajar yang disajikan dalam bentuk :

a. Kegiatan kurikuler

Kegiatan kurikuler adalah kegiatan pokok belajar-mengajar di dalam kelas sesuai

dengan jadwal pelajaran yang telah ditentukan. Kegiatan ini diselenggarakan sefleksibel

mungkin sehingga dapat dilakukan di dalam maupun luar ruang sesuai materi dan

keinginan peserta didik dalam suasana fun learning. Misalnya, belajar matematika di

bawah pohon rindang yang besar, belajar bahasa Inggris di dekat kolam ikan, belajar sains

di atas rerumputan hijau, belajar bahasa Indonesia di dalam rumah kaca, atau dapat pula

Page 69: Green Architecture

Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

____PENDAHULUAN

I-69

belajar yang lainnya di dalam ruangan kelas masing-masing. Peserta didik dapat memilih

mata pelajaran mana dulu yang mereka sukai. Sedapat mungkin guru memfasilitasi

keinginan belajar siswa ini.

Obyek kegiatan kurikuler adalah materi-materi dari mata pelajaran yang diatur sesuai

standar kompetensi DikNas. Selebihnya, dikembangkan dengan kurikulum alam yang

berbentuk kegiatan khusus. Bidang muatan lokal dan pengembangan diri sarat dengan

kegiatan-kegiatan khusus.

b. Kegiatan khusus

Kegiatan khusus merupakan kegiatan-kegiatan spesifik yang mengacu pada

kurikulum pengembangan SATD yaitu kurikulum alam. Semaksimal mungkin kegiatan

khusus dimasukkan pada kegiatan kurikuler sesuai metoda belajar di alam yang

mengutamakan belajar secara virtual, berbasis pengalaman, mendalam, terintegrasi,

aplikatif, aktif dan menjadikan alam sebagai sumber belajar sekaligus guru kehidupan.

Bidang muatan lokal dan pengembangan diri sarat dengan kegiatan khusus.

Untuk memenuhi kebutuhan terhadap aspek kognitif, afektif, psikomotorik dan sosial

dalam konteks pendidikan alam, maka beberapa kegiatan khusus yang bisa

dikembangkan di SATD antara lain :

a). Kegiatan yang berkaitan dengan masalah lingkungan hidup antara lain aplikasi

zerowaste, penerapan 4R : Reduce, Recycle¸ Reuse, Repair, eksperimen

sederhana tentang lingkungan hidup, gerakan penghijauan, menonton video

tentang masalah lingkungan hidup, konservasi lahan dengan penanaman,

pengenalan konsep konservasi, implementasi PLH (Pendidikan Lingkungan

Hidup).

b). Kegiatan yang berkaitan dengan pertanian antara lain menanam dan belajar

berkebun, belajar beternak dan mengenal keanekaragaman ekosistem,

pemeliharaan tanaman, pemanfaatan kebun bibit (silvikultur), penambahan koleksi

kebun untuk proses pembelajaran keanekaragaman hayati, konservasi flora dan

fauna, perbanyakan tanaman untuk melatih life skill. Setiap kelas diberi tanggung

jawab memelihara sepetak kebun koleksi dan memelihara kelinci.

c). Kegiatan yang berkaitan dengan kepemimpinan, seperti outbound dan camping

and tracking, panjat dinding (wall climbing) dan lain-lain.

d). Kegiatan yang berkaitan dengan pendidikan jasmani, antara lain senam, olahraga

pertandingan (basket, voli dan futsal), atletik, pencak silat, dan renang.

Page 70: Green Architecture

Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

____PENDAHULUAN

I-70

e). Kegiatan yang berkaitan dengan seni dan budaya yaitu pentas seni pekanan yang

dihadiri ortu murid untuk menyaksikan anak-anaknya tampil di atas panggung,

pameran karya seni anak, dll

f). Kegiatan yang berkaitan dengan kewirausahaan yaitu mengembangkan produk

olahan bahan sekitar, mengadakan pameran produk kreasi siswa dalam bentuk

market day

g). Kegiatan yang berkaitan dengan sosial kemasyarakatan, seperti bakti sosial, kerja

bakti lingkungan, partisipasi penghijauan kota, kampanye anti penggundulan

hutan, kunjungan-kunjungan sosial, jalan sehat, sarasehan/diskusi dan lain

sebagainya.

h). Kegiatan yang berkaitan dengan dunia teknologi dan multimedia, seperti

komputer/laptop, internet, dan audiovisual.

i). Kegiatan kompetitif, seperti monitoring dan evaluasi, penilaian antar kelas, lomba

daur ulang barang bekas, diskusi panel, bidang jurnalistik, lomba mading tentang

alam & lingkungan dll.

c. Kegiatan ekstrakurikuler

Sekolah perlu melakukan strategi efektif yang mampu menumbuhkembangkan rasa

cinta bumi. Ekstrakurikuler sebagai salah satu bentuk pengembangan diri yang bertujuan

membantu pengembangan potensi peserta didik sesuai dengan potensi, minat dan bakat.

Kegiatan ekstrakurikuler dapat menjadi wahana pengembangan pendidikan alam.

Kegiatan khusus yang sangat beragam tersebut dapat dikembangkan beberapa

diantaranya menjadi kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler antara lain

outbound, kepanduan (pramuka), kesenian (lukis dan musik), multimedia dan internet,

science club, OSIS, majalah dinding, olahraga, sarasehan/diskusi.

Tabel IV.2 Jadwal Kegiatan Kurikuler dan Ekstrakurikuler Siswa SA Tingkat Dasar

Jam Jenjang Pendidikan

SD kelas I-III SD kelas IV-VI SMP kelas VII-IX

Jam Kegiatan Jam Kegiatan Jam Kegiatan

06.45-07.00 Apel Pagi

07.00-07.30 Freeplay 07.00-07.10 Freeplay 07.00-07.45 Jampel 1

07.30-08.00 Jampel 1 07.10-07.50 Jampel 1 07.45-08.30 Jampel 2

08.00-08.30 Jampel 2 07.50-08.30 Jampel 2 08.30-09.00 Sholat Dhuha

08.30-09.15 Sholat Dhuha

08.30-09.15 Sholat Dhuha 09.00-09.45 Jampel 3

09.15-09.45 Jampel 3 09.15-09.55 Jampel 3 09.45-10.30 Jampel 4

09.45-10.15 Jampel 4 09.55-10.35 Jampel 4 10.30-10.45 Istirahat

10.15-10.30 Istirahat 10.35-10.50 Istirahat 10.45-11.30 Jampel 5

10.30-11.00 Jampel 5 10.55-11.30 Jampel 5

Page 71: Green Architecture

Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

____PENDAHULUAN

I-71

11.00-11.30 Jampel 6

11.30-12.30 SHOLAT DHUHUR + MAKAN SIANG

12.30-13.30 Ekskul 12.30-13.10 Jampel 6 12.30-13.15 Jampel 6

13.30 Closing Date 13.10-13.50 Jampel 7 13.15-14.00 Jampel 7

13.30-16.00 TPA 13.50-14.30 Jampel 8 14.00-14.45 Jampel 8

14.30-15.30 Ekskul 14.45-15.45 Ekskul

15.30-16.00 Sholat Ashar 15.45-16.00 Sholat Ashar

16.00 Closing Date 16.00 Closing Date

Sumber : SAIT di Surakarta, TGA, Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik,UNS, 2000

2. Kegiatan Pengelolaan

Kegiatan pengelolaan berupa kegiatan administratif seperti koordinasi, melakukan kegiatan

perkantoran, kegiatan administrasi, menerima tamu, mengadakan rapat dan lain-lain.

3. Kegiatan Penunjang

Kegiatan penunjang berupa kegiatan di luar akademik untuk memfasilitasi kegiatan-kegiatan

seperti : eksperimen laboratorium IPA, keorganisasian, kegiatan pustaka, bermain,

pelayanan kesehatan, jual-beli alat sekolah, fotokopi, berkumpul, ibadah, makan/minum,

metabolisme.

4. Kegiatan Servis

Kegiatan servis adalah kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan operasional bangunan,

seperti keamanan, kebersihan, perawatan bangunan, pengelolaan kebun dan ternak,

penyimpanan peralatan gudang.

R. IDENTIFIKASI PELAKU KEGIATAN

Berdasarkan jenis-jenis kegiatan yang telah disebutkan, pelaku kegiatan atau pengguna

bangunan dibedakan menjadi :

1. Peserta Didik

1. Siswa-siswi SD sebanyak ± 240 anak dengan 12 rombongan belajar @ 20 anak

2. Siswa-siswi SMP sebanyak ± 240 anak dengan 12 rombongan belajar @ 20 anak.

Jumlah siswa-siswi sebanyak ± 480 anak.

2. Pengelola Administratif

a. Kepala Yayasan (1 orang)

b. Kepala Sekolah (1 orang) dan Wakil Kepala Sekolah SD (1 orang)

c. Kepala Sekolah (1 orang) dan Wakil Kepala Sekolah SMP (1 orang)

d. Sekretaris (1 orang)

e. Bagian Personalia (1 orang)

f. Tenaga Pendidik, dengan rincian :

Page 72: Green Architecture

Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

____PENDAHULUAN

I-72

1). Guru kelas SD (12 orang). Ada 12 rombongan belajar, @ 1 orang guru kelas.

Biasanya guru kelas mengajar Matematika, IPA, IPS, Bahasa Indonesia, PPKn.

2). Guru bidang studi SD (10 orang) terdiri atas 2 orang guru seni (musik dan gambar),

1 orang guru ketrampilan, 1 orang guru Bahasa Daerah, 5 orang guru agama

(Islam, Kristen, Katolik, Hindu dan Budha), 1 orang guru Bahasa Inggris dan 2 orang

guru komputer.

3). Guru bidang studi SMP (30 orang), 9 orang diantaranya merangkap sebagai guru

kelas mengingat terdapat 9 rombongan belajar.

4). Kepala divisi olahraga dan kepemimpinan (1 orang) membawahi bidang outward

bound (4 orang), bidang pendidikan jasmani (2 orang), bidang kewirausahaan (4

orang), dan bidang sosial kemasyarakatan (2 orang). Kepala divisi dipilih salah satu

dari pembimbing bidang-bidang tersebut.

g. Bagian Tata Usaha, terdiri dari 1 orang kepala TU dan 2 staf

h. Bagian Konsultan Pendidikan, terdiri dari 1 orang kepala staf dan 2 staf

i. Bagian Konsultan Psikologi, terdiri dari 1 orang kepala staf dan 2 staf

j. Bagian Perpustakaan, terdiri dari 1 orang kepala staf dan 2 staf

k. Bagian Pelayanan Kesehatan (UKS), terdiri dari 2 staf

Jumlah pengelola administratif sebanyak 76 orang.

3. Pengelola Servis

a. Penjaga Keamanan (2 orang)

b. Pekebun (2 orang) dan Peternak (2 orang)

c. Penjaga Sekolah (2 keluarga, asumsi @ ±4 orang/keluarga) sekaligus membuka

kantin sekolah

d. Teknisi Sekolah (2 orang)

e. Penjaga minimarket (2 orang)

Jumlah pengelola servis sebanyak 18 orang.

4. Pengunjung Umum

a. Orangtua murid

b. Tamu sekolah, dll

S. IDENTIFIKASI POLA KEGIATAN MENURUT PELAKU

Page 73: Green Architecture

Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

____PENDAHULUAN

I-73

Datang Pulang

Parkir Mengambil kendaraan

Absensi

Memimpin Yayasan, SD dan SMP

Kegiatan kesekretariatan

Mengurus kegiatan kepustakaan

Menyiapkan materi, mengajar

Melayani cek kesehatan

Melayani bidang SDM

Menyimpan arsip & berkas sementara

Kegiatan ketatausahaan

Rapat/pertemuan/ menerima tamu

Makan, minum, istirahat,

ibadah/sholat, metabolisme

Mengurus kurikulum Fotokopi dokumen

Melayani konseling pendidikan&psikologi

Seminar/workshop

Gambar IV.4

Pola kegiatan pengelola administratif SATD. Sumber : analisa pribadi, 2009

Datang Pulang

Parkir Mengambil kendaraan Menunggu jemputan

Upacara/apel

Ikrar

Anak didik SD Belajar, mengerjakan tugas, kegiatan kurikuler, kegiatan di alam (khusus), kegiatan ekstrakurikuler

Anak didik SMP Belajar, mengerjakan tugas, kegiatan kurikuler, kegiatan di alam (khusus), kegiatan ekstrakurikuler

Istirahat, makan&minum, ibadah/shalat, metabolisme, cek kesehatan, konsultasi psikologi

Gambar IV.3

Pola kegiatan peserta didik SATD. Sumber : analisa pribadi, 2009

1. Pola Kegiatan Peserta Didik

2. Pola Kegiatan Pengelola Administratif

Page 74: Green Architecture

Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

____PENDAHULUAN

I-74

Datang

Pergi

Sharing, adaptasi

lingkungan

Parkir

Mengambil kendaraan

Kegiatan pendidikan

rapat/pertemuan, pameran, pelatihan/pengembangan IPTEK, Open House, seminar/workshop

Kegiatan kesiswaan

Mengantar jemput siswa PG/TK & SD, pertemuan antar guru&orangtua,

penerimaan raport, konsultasi pendidikan & psikologi, mencari informasi pendidikan, pameran

Kegiatan penelitian dsb

Pameran, pelatihan/pengembangan IPTEK, Open House, mencari informasi

pendidikan

Istirahat, makan&minum, ibadah/shalat, metabolisme

Gambar IV.6

Pola kegiatan pengunjung SATD. Sumber : analisa pribadi, 2009

Datang Pergi

Menjaga keamanan,

mengatur perparkiran

Absensi

Parkir

Mengambil kendaraan

Membersihkan interior

& lingkungan

Mengajar dan mengurus

kebun & ternak

Bertempat tinggal di

lingkungan sekolah

Melayani pengunjung kantin&konsumsi rutin

Membuka minimarket & melayani

Merawat sistem operasional bangunan

Merawat fisik bangunan

Koordinasi servis, rapat non-formal

Istirahat, metabolisme, makan&minum, ibadah/shalat

Gambar IV.5 Pola kegiatan pengelola servis. Sumber : analisa pribadi, 2009

3. Pola Kegiatan Pengelola Servis

4. Pola Kegiatan Pengunjung

T. MEDIA BELAJAR DI ALAM

Kurikulum spesifik yang dikembangkan oleh SATD menuntut media belajar di alam yang

dapat memenuhi kebutuhan kegiatan belajar-mengajar. SATD dkembangkan menjadi sekolah

yang berwawasan lingkungan. Sekolah menjadi laboratorium alam bagi guru dan siswa.

Page 75: Green Architecture

Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

____PENDAHULUAN

I-75

Sedekat dan semudah mungkin, guru dan siswa dapat belajar di alam sehingga akrab dengan

alam. Media belajar dikategorikan sebagai berikut :

1. Lingkungan Alami (Natural Environment)

Segala sesuatu yang belum diubah dari lokasi tapak menjadi bagian alami dari

lingkungan SATD. Pada umumnya berupa tanah, kontur, bebatuan, jalan setapak, sungai,

parit, udara, air, matahari, angin, pepohonan besar dan rindang, tanaman sedang, semak-

semak, rerumputan, binatang liar, sawah, alang-alang dan berbagai ekosistem alami yang

sudah ada pada tapak dipotensialkan menjadi media belajar di alam.

Pemanfaatannya antara lain pohon tinggi, besar, kuat dan rindang menjadi tiang struktur

instalasi outbound, tanah yang subur dapat ditanami menjadi taman, kebun bibit, dan lain-

lain agar anak dapat belajar menanam, banyaknya pepohonan dan lahan hijau memberi

produksi oksigen yang besar untuk menciptakan kualitas udara yang baik pada iklim mikro

bagi kesehatan pengguna dan kesegaran lingkungan, dan sebagainya.

Lahan terbuka hijau sangat penting untuk mewadahi kegiatan belajar di alam bebas.

Ruang belajar di alam bebas dibiarkan secara alami dengan perawatan sederhana agar

dapat digunakan untuk alternatif ruang belajar, berkemah, outbound, dynamic group, latihan

ketangkasan, keberanian, keseimbangan, flying fox, petualangan mini, tadabur alam,

bermain bebas (freeplay), dan mengenal keanekaragaman hayati.

2. Lingkungan Buatan (Artifisial Environment/Built Environment)

Metoda belajar di alam pada SATD mengutamakan belajar secara virtual, berbasis

pengalaman, mendalam, terintegrasi, aplikatif, aktif dan menjadikan alam sebagai sumber

belajar sekaligus guru kehidupan. Mengembangkan SATD menjadi sekolah yang

berwawasan lingkungan sekaligus laboratorium alam menuntut konsekuensi tuntutan model

ekosistem artifisial dalam rangka menghadirkan alam sebagai media belajar. Model

lingkungan buatan disesuaikan dengan kebutuhan kegiatan belajar-mengajar di SATD.

a. Model ekofarming

Bidang pertanian sangat menonjol di Indonesia. Corak agraris sangat kuat di Solo

Raya. Every culture comes from agriculture atau segala kebudayaan dimulai dari

pertanian. Dengan belajar menanam, siswa akan belajar mencintai tanaman dan peduli

dengan lingkungan alam. Semakin peduli berarti semakin akrab dengan alam. Model alam

yang akan dikembangkan adalah model ekofarming yang diskemakan sebagai berikut:

Page 76: Green Architecture

Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

____PENDAHULUAN

I-76

Elemen ekofarming

yang dikembangkan:

Kebun-kebun

budidaya

Kolam irigasi

Peternakan

Tempat pengolahan

kompos

Lumbung

Pertanian sangat beragam. Tak hanya berhubungan dengan padi di sawah saja,

melainkan juga banyak tanaman budidaya lainnya. Teknologi pertanian masa kini

cenderung kembali pada pertanian organik. Jenis teknologi budidaya pertanian lain yang

bisa dikembangkan untuk media belajar di alam pada SATD, antara lain :

1). Pertanian Rumah Kaca (PRK)

Sistem PRK mempunyai beberapa keuntungan diantaranya mudah dalam

mengendalikan hama dan penyakit, meningkatkan produksi dan mutu produk yang

dihasilkan. Jenis tanaman yang cocok untuk PRK biasanya adalah :

Tanaman yang mempunyai siklus hidup pendek, seperti : melon, semangka dan

sayuran.

Penanaman bibit pohon tanaman keras yang siklus hidupnya panjang seperti kayu

jati, sengon dan pohon untuk hutan tanaman industri.

Di Indonesia, rumah kaca berfungsi untuk mengendalikan musim terutama dari

curah hujan tinggi. Agar tanaman lebih beragam, rumah kaca dapat ditanami berbagai

tanaman baik dataran tinggi, sedang maupun rendah.

2). Vertikultur

Vertikultur diambil dari istilah verticulture dalam bahasa Inggris yaitu vertical dan

culture. Artinya sistem budidaya pertanian yang dilakukan secara vertical atau bertingkat.

Sistem vertikultur ini sangat cocok diterapkan bagi petani atau perorangan sebagai

Gambar IV.7 Model integrasi usaha-usaha

dalam sistem ekofarming. Sumber : Ekologi, Juergen H.

Hohnholz, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 1988

Pemberian makan di kandang

Produksi ternak

Produk silvikultur (kayu bakar, kayu, buah-buahan)

Irigasi pohon

Perlindungan tanah

Pupuk hijau Jerambah pengendalian

erosi (dengan rumput makanan ternak)

Perbaikan kesuburan

tanah

Integrasi

peternakan

Pemupukan organik (kompos & kotoran ternak)

Pemupukan mineral

Tumpang sari, tanaman pelindung

Tanaman budidaya

Page 77: Green Architecture

Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

____PENDAHULUAN

I-77

alternatif pertanian di lahan sempit, namun ingin menanam tanaman sebanyak-

banyaknya.

Tanaman yang bisa dibudidayakan dengan sistem ini yaitu tanaman sayuran,

tanaman hias, tanaman buah-buahan, tanaman obat dan tanaman pangan. Sawah atau

kebun mini dapat juga diciptakan dengan sistem ini.

Model dan bahan untuk membuat wadah vertikultur sangat banyak, tinggal

disesuaikan dengan kondisi dan keinginan. Vertikultur dengan bahan bambu sangat

dominan. Selain bambu, dapat juga digunakan pralon, kaleng bekas, dan lembaran

karung beras. Wadah tanam vertikultur dapat juga memanfaatkan sisa-sisa bahan

bangunan. Salah satu filosofi dari vertikultur adalah memanfaatkan benda-benda bekas

di lingkungan sekitar.

3). Padi alternatif

Sawah mini dapat dibuat dengan teknologi sederhana yang mudah dibuat oleh anak-

anak yaitu mengaplikasikan padi ember.

Jenis teknologi penunjang budidaya pertanian yang bisa dikembangkan untuk media

belajar di alam pada SATD, antara lain :

1). Pengolahan pupuk organik

Pupuk organik berasal dari sampah organik. Selain untuk menunjang budidaya

pertanian, juga bertujuan agar kuantitas sampah tidak terlalu membebani lingkungan.

2). Tadah hujan

Air hujan yang melimpah di iklim tropis lembab dapat dipanen pada musim hujan untuk

menyiram tanaman ketika musim kemarau. Air hujan berlebih yang masuk sumur

resapan dapat mencegah hilangnya lapisan humus tanah dan mencegah erosi.

b. Model ekosistem peternakan

Peternakan yang memungkinkan untuk dikembangkan, antara lain :

1). Kelinci

2). Sapi dan kambing dipelihara oleh peternak

3). Ayam dan burung dipelihara oleh peternak

4). Ikan, dapat berupa kolam ikan atau akuarium.

c. Model aplikasi berwawasan lingkungan

Aplikasi-aplikasi berwawasan lingkungan merupakan penunjang media belajar di alam.

Anak-anak dapat mengembangkan inovasi atau menciptakan inovasi baru tentang aplikasi

Page 78: Green Architecture

Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

____PENDAHULUAN

I-78

berwawasan lingkungan sebagai karya nyata belajar di alam. Beberapa aplikasi

berwawasan lingkungan yang dapat dikembangkan, antara lain :

1). Kolam taman air limbah53

Merupakan model aplikasi ramah lingkungan untuk mengelola grey water menjadi

kolam ikan dan taman eceng gondok. Selengkapnya dijelaskan pada bab berikutnya

yaitu Bab V Analisis.

2). Mengenal teknologi biopori

Merupakan model aplikasi ramah lingkungan untuk mengelola air hujan yang

banyak keuntungannya yaitu mencegah banjir pada lingkungan SATD, menyuburkan

tanah dan meningkatkan resapan air. Selengkapnya dijelaskan pada bab berikutnya yaitu

Bab V Analisis.

3). Ecotech garden

Merupakan model aplikasi ramah lingkungan untuk mengelola grey water dengan

cara memanfaatkan tanaman hias air sehingga menghilangkan efek bau grey water.

4). Keranjang Takakura dan Pos Kompos

Merupakan model aplikasi ramah lingkungan untuk mengelola sampah organik

menjadi pupuk yang berguna bagi tanaman koleksi SATD.

Dengan melihat dan terlibat langsung cara kerja dari teknologi ini, anak-anak SATD

dapat menerapkannya di lingkungan masing-masing. Model aplikasi ini menjadi bagian

operasional bangunan SATD sehingga anak-anak SATD benar-benar dapat memahami

kinerja dan manfaatnya secara langsung.

3. Media Belajar Lainnya

a. Audio

Mendengarkan cerita, syair, puisi, musik/nyanyian, bertema alam atau lingkungan hidup.

53 Oleh Sobirin, Kolam Taman Air Limbah Cucian Piring, edisi Selasa, 4 November 2008, yang diambil dari www.clearwaste.blogspot.com

Gambar IV.8 Model-model aplikasi ramah lingkungan Ki-ka: kolam taman air limbah, lubang biopori, pos kompos, keranjang kompos takakura, ecotech

garden. Sumber : www.clearwaste.blogspot.com, www.biopori.com, tabloid Rumah edisi Maret 2009

Page 79: Green Architecture

Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

____PENDAHULUAN

I-79

b. Visual

Media lukis, origami, kriya seni, kerajinan tangan, maket, karya ilmiah, replika, yang berkaitan

dengan alam atau lingkungan hidup.

c. Audiovisual

Melihat video, film dokumenter, internet, teater, tarian, yang berkaitan dengan alam atau

lingkungan hidup.

U. TUNTUTAN WADAH KEGIATAN SATD

1. Ruang Belajar Dinamis, Fleksibel Dan Luas

Proses pendidikan alam diberikan melalui metoda pembelajaran yang mengutamakan

belajar secara virtual, berbasis pengalaman, mendalam, terintegrasi, aplikatif, aktif dan

menjadikan alam sebagai sumber belajar sekaligus guru kehidupan. SATD membutuhkan

ruang-ruang belajar yang dinamis, fleksibel dan luas. Belajar terintegrasi menuntut kegiatan

di dalam kelas dan di alam bebas secara terintegrasi pula.

2. Kemudahan Berinteraksi

Alam dimodifikasi dan ditata sedemikian rupa sehingga dapat memberi kebebasan

kepada anak-anak untuk dapat berinteraksi dengan alam sesering mungkin, sedekat

mungkin dan semudah mungkin, mulai pada saat datang ke sekolah hingga pulang.

Kemudahan interaksi didukung oleh kelancaran sirkulasi yang memudahkan akses

pencapaian laboratorium alam.

3. Built Environment

SATD menghadirkan alam ke dalam lingkungan sekolah yang dapat dikelola oleh para

peserta didik dan fasilitator. Alam menjadi ruang belajar sekaligus media belajar. Kegiatan

belajar SATD mengacu pada kurikulum alam yang sarat dengan kegiatan spesifik di alam

maupun ekosistem buatan. Ekosistem alami dikembangkan sesuai potensi. Ekosistem

buatan diwujudkan dalam model ekosistem artifisial.

4. Pendidikan melalui desain

Pendidikan melalui desain di SATD diharapkan sangat membantu proses belajar di

alam secara nyata dan aplikatif. Bangunan beserta lansekapnya dikondisikan untuk ramah

lingkungan (berwawasan lingkungan), beriklim mikro yang baik untuk kesehatan, hemat

energi, berkelanjutan, peduli pada perlindungan ekosistem dan bermakna luas sebagai alat

edukasi bagi anak-anak SATD.