Green Architecture
-
Upload
datumuseng -
Category
Documents
-
view
596 -
download
8
description
Transcript of Green Architecture
Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya
____PENDAHULUAN
I-1
KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
IMPLEMENTASI GREEN ARCHITECTURE
PADA SEKOLAH ALAM TINGKAT DASAR DI SOLO RAYA
TUGAS AKHIR
Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai
Gelar Sarjana Teknik Arsitektur
Universitas Sebelas Maret
Disusun Oleh :
NUNUK LUPIYANTI
I0202071
JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya
____PENDAHULUAN
I-2
BAB I PENDAHULUAN
A. PENGERTIAN JUDUL
Implementasi adalah
pelaksanaan ; penerapan1
Green Architecture adalah
suatu konsep arsitektur yang berusaha meminimalkan pengaruh buruk
terhadap lingkungan alam maupun manusia dan menghasilkan tempat hidup
yang lebih baik dan lebih sehat yang dilakukan dengan cara memanfaatkan
sumber energi dan sumber daya alam secara efisien dan optimal.2
Sekolah Alam adalah
sekolah dengan konsep pendidikan berbasis alam semesta.3
Pendidikan Dasar adalah
pendidikan umum yang lamanya 9 tahun diselenggarakan selama 6 tahun di
sekolah dasar dan 3 tahun di sekolah lanjutan tingkat pertama atau satuan
pendidikan yang sederajat.4
Wilayah Solo Raya adalah
wilayah eks-Karesidenan Surakarta yang terletak di propinsi Jawa Tengah.
Implementasi Green Architecture pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Wilayah Solo
Raya adalah suatu penerapan konsep arsitektur yang berusaha meminimalkan pengaruh
buruk terhadap lingkungan alam maupun manusia dan menghasilkan tempat hidup yang lebih
baik dan lebih sehat yang dilakukan dengan cara memanfaatkan sumber energi dan sumber
daya alam secara efisien dan optimal pada sekolah yang berkonsep pendidikan berbasis alam
semesta selama pendidikan dasar 9 tahun (SD & SMP) di wilayah Solo Raya.
B. LATAR BELAKANG
1. Green Architecture Sebagai Tema Perancangan
Peningkatan suhu bumi yang terus berlangsung menimbulkan peningkatan temperatur
global yang akan mempengaruhi pola iklim dan kerusakan serius terhadap bumi. Gejala
1 Depdikbud, 1989, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka 2 Brenda and Robert Vale, Green Architecture, Design for Sustainable Future 3 http://saciganjur.blogspot.com/ 4 Abdul Rajak Husain, 1995, Sistem Pendidikan Nasional: Berpacu Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia, Solo: Aneka
Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya
____PENDAHULUAN
I-3
yang dikenal dengan istilah Global Warming atau Greenhouse Effect ini merupakan akibat
dari peningkatan polusi udara berasal dari industri manufaktur, transportasi, bangunan dan
penggunaan energi secara besar-besaran pada semua sektor untuk menunjang kehidupan
modern manusia. Gedung, area parkir, dan jalan yang padat banyak diisi oleh udara panas
yang dihasilkan dari penguapan material keras seperti beton, kaca, kendaraan dan efek
polusi lainnya. dengan demikian perlu adanya material lunak yang dapat mengimbangi
kondisi lingkungan itu. Kurangnya keseimbangan lingkungan kota dapat didorong oleh
kurangnya penghijauan di lingkungan kota. Selain itu juga tidak cukupnya informasi edukasi
mengenai pola lingkungan hidup yang sehat dan baik, sehingga musibah banjir pun menjadi
musiman dan terciptanya iklim panas yang mengkhawatirkan bagi masyarakat perkotaan.
Dewasa ini, isu pemanasan global sedang hangat menjadi permasalahan di seluruh
dunia. Proses yang biasa disebut dengan efek rumah kaca (green house effect) lalu
dihubungkan dengan perubahan iklim yang menjurus ke hal ekstrem, yakni bencana alam,
meningkatnya tinggi muka air laut, udara yang semakin panas, kelangkaan sumber air dan
makanan, sampai timbulnya berbagai ancaman penyakit. Sudah saatnya bangunan
berkesinambungan dengan lingkungannya. Tujuannya untuk menurunkan dampak negatif
terhadap bangunan dan lingkungannya.
Dalam membangun komunitas dan lingkungan, manusia sering melakukan
pembangunan yang tidak memperhatikan lingkungannya. Dengan adanya konsep
perencanaan yang bijak akan dapat mengatur optimalisasi ruang hijau pada bangunan
sekaligus mengedukasi pengguna bangunan agar menyadari dirinya sebagai bagian dari
lingkungan hidup.
Kebutuhan akan tempat tinggal berefek menggerus lahan-lahan hijau yang semula
untuk resapan air atau sumber udara sehat. Gaya hidup modern berdampak pada
pengerukan sumber daya alam hingga batas yang sulit terkontrol. Ini semua berpotensi
merusak lingkungan, sehingga menghasilkan efek-efek negatif seperti di atas.
Kini saatnya umat manusia peduli terhadap lingkungannya. Salah satu langkah untuk
pelestarian lingkungan adalah menciptakan bangunan yang ramah lingkungan, peduli
dengan lingkungan dan dapat mengurangi dampak buruk terhadap lingkungan. Selain itu,
juga memperhatikan sumber daya alam sebagai kesatuan dari lingkungan yang akan
dibentuk. Bangunan semacam ini menerapkan prinsip-prinsip desain Green Architecture.
Kesadaran akan Green Architecture bukan semata-mata tren, namun kondisi alam saat
ini yang membuat tempat tinggal manusia harus dirancang sedemikian rupa. Desain yang
Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya
____PENDAHULUAN
I-4
tepat serta memperhatikan iklim dan lingkungan akan berdampak positif pada kualitas hidup
penghuni bangunan.
Green Architecture sendiri merupakan sebuah definisi longgar dari land-use, desain
bangunan dan strategi konstruksi yang ringan, hangat di musim dingin dan sejuk di musim
panas, nyaman dan menyehatkan, efisien dalam hal bahan dan energi, fungsional dan tahan
lama serta memberikan pengaruh baik terhadap pengguna dan lingkungannya.5
Tujuan utama Green Architecture adalah menciptakan eco-design, arsitektur ramah
lingkungan, serta arsitektur alami dengan konsep pembangunan berkelanjutan.6 Manfaat
yang diperoleh dengan mengimplementasikan Green Architecture pada bangunan yaitu
antara lain : mengurangi konsumsi energi dan bahan material baru, perlindungan terhadap
ekosistem, meningkatkan produktivitas kerja dari pengguna serta berpengaruh baik
terhadap kesehatan pengguna.7
Menurut praktisi arsitektur Mauro Purnomo Rahardjo, ciri Green Architecture antara
lain, adanya sistem sirkulasi udara yang dirancang efisien baik untuk pemanasan maupun
pendinginan ruang. Pemakaian pencahayaan dengan sumber energi yang efisien, serta
penggunaan bahan bangunan yang non-synthetic serta non-toxic. Efisiensi ruangan juga
menjadi fokus perhatian dalam ilmu ini.8
Konsep Green Architecture memiliki dua fokus utama yaitu penghematan penggunaan
energi dalam bangunan dan kesadaran bahwa banyak ancaman dalam sebuah bangunan
yang bisa memicu gangguan kesehatan pada penghuni. Efisiensi ruangan juga menjadi
fokus perhatian dalam ilmu ini.
Green Architecture memanfaatkan sumber yang dapat diperbaharui seperti pemakaian
energi sinar matahari melalui passive solar dan active solar. Selain itu, konsep Green
Architecture ini juga memakai teknik photovoltaic seperti penambahan tanaman serta pohon
melalui atap hijau dan taman hujan.
Green Architecture meletakkan dasar-dasar penataan lingkungan yang serasi dan
mengikuti alam. Selain itu, juga menghendaki perbaikan pada sistem bangunan yang
menjamin kesejahteraan sekaligus meningkatkan kesehatan penghuninya.9 Para pengguna
5 dalam Willy Gunawan, 2001, Re-Desain bangunan UTP Balai Pengembangan Kebun Raya-LIPI Bogor ,TA,UNS 6 “Arsitektur Selaras Alam”, edisi 26 April 2008 oleh Oki Baren yang diambil dari www.inilah.com 7 Dalam Willy Gunawan, 2001, Re-Desain bangunan UTP Balai Pengembangan Kebun Raya-LIPI Bogor ,TA,UNS 8 “Arsitektur Selaras Alam”, edisi 26 April 2008 oleh Oki Baren yang diambil dari www.inilah.com 9 oleh Ir. Jimmy Priatman, M.Arch, Republika edisi Jumat 22 Februari 2008
Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya
____PENDAHULUAN
I-5
bangunan yang mengimplementasikan Green Architecture telah menikmati hidup lebih
sehat. Ini karena alam sebagai paradigma adalah hal yang menjadi fokus Green
Architecture.
Secara lebih luas dalam skala kota, Green Architecture berusaha mengoptimalkan
lahan bangunan sebagai bagian dari ruang hijau kota. Bangunan berkonsep Green
Architecture merupakan reinterpretasi sosial budaya masyarakat terhadap alam dan
kehidupan tempat tinggalnya.10
2. Sekolah Alam Tingkat Dasar Sebagai Obyek Perancangan
Sekolah Alam didirikan dengan tujuan untuk mengubah paradigma bahwa sekolah
yang berkualitas selalu mahal. Pendidikan berkualitas sulit dijangkau oleh masyarakat
bawah. Untuk mengubah paradigma tersebut, diperlukan sistem pendidikan yang berkualitas
dan terjangkau, tidak bergantung pada alat peraga yang relatif mahal, tetapi mengacu pada
alam sebagai sumber ilmu pengetahuan. Sekolah yang dibuat harus mempunyai dimensi
alam sebagai sumber ilmu dan bisa dikelola oleh para peserta didik. Hakikat tujuan
pendidikan adalah membantu anak didik tumbuh menjadi manusia yang berkarakter.
Menjadi manusia yang tidak saja mampu memanfaatkan apa yang tersedia di alam, tapi
juga mampu mencintai dan memelihara alam lingkungannya.
Penelitian yang dilakukan oleh Kraft (1985) terhadap generasi muda di Amerika
menyatakan metodologi pendidikan dan latihan yang sangat efektif manfaatnya adalah
menggunakan alam sebagai media untuk pengetahuan. Ketika anak-anak berinteraksi
langsung dengan tanah, air, daun, dan ikan adalah saat yang tepat bagi anak-anak lebih
mengenali dan menghayati alam melalui seluruh panca inderanya.
Di sekolah terjadi proses enkulturasi, yaitu proses pembudayaan terhadap nilai-nilai
dan norma-norma yang berkembang dalam masyarakat, termasuk nilai dan norma yang
mengatur hubungan antara manusia dan lingkungannya. Oleh karena sikap terhadap alam,
nilai dan norma yang berlaku, pantangan dan pengetahuan seseorang sangat berpengaruh
terhadap proses pengambilan keputusan, maka pendidikan di sekolah menempati posisi
strategis sebagai tempat persemaian manusia-manusia ramah lingkungan (ecofriendly).
Pada akhirnya, kesepakatan-kesepakatan internasional dalam upaya melestarikan fungsi
ozon dan kelestarian alam bagi kehidupan di bumi dapat dipercepat pencapaiannya.
10 “Mewujudkan Bangunan Arsitektur Hijau”, Nirwono Joga, Kompas edisi Jumat, 16 Desember 2005
Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya
____PENDAHULUAN
I-6
Sebenarnya telah lama sekolah menjadi bagian terpenting dalam upaya penyelamatan
bumi. Dr Mubariq Ahmad, Direktur Eksekutif WWF-Indonesia dalam makalahnya mengenai
peranan para pihak dalam pendidikan lingkungan hidup, dengan tegas menyatakan bahwa
sekolah adalah instrumen yang sangat mampu dan strategis untuk mengembangkan
pendidikan lingkungan hidup. Institusi pendidikan diyakini sebagai tempat yang paling tepat
untuk menanamkan nilai serta membentuk mental dan kepribadian. Dalam hal ini,
khususnya menyangkut tentang pendidikan lingkungan hidup yang mengharapkan
tumbuhnya kesadaran, sikap, dan perilaku kecintaan pada kelestarian alam yang
“mendarahdaging” dan sangat sulit diubah dalam diri peserta didik.
Pendidikan pada dasarnya adalah proses pengenalan, pemahaman, dan penghayatan
nilai-nilai pengelolaan lingkungan hidup. Sedangkan penyadaran dan pengelolaan
lingkungan hidup akan menjadi efektif bila didasarkan pada proses pendidikan yang benar.
Proses penyadaran merupakan proses inti atau hakikat dari proses pendidikan itu sendiri.
Sekolah Alam adalah sekolah tempat belajar bertindak mencintai alam, belajar menjadi
manusia yang berdaya lahir batin, bertanggung jawab merawat dan mengawal negara,
karena alam atau tanah air adalah sajadah tempat bersujud kepada Tuhan.11 Di SA, murid-
murid diajak mengenal, mengakrabi, dan kemudian bersahabat dengan alam. Anak didik tak
hanya diajarkan percaya kepada buku. Semua bidang studi yang ditargetkan kurikulum
pemerintah diajarkan, tapi selebihnya mereka diarahkan untuk membaca alam.
Secara psikologis, proses pengetahuan akan maksimal apabila pengalaman yang
dimiliki anak menjadi pengetahuan bagi mereka sendiri. Dengan mengalami sesuatu itu
sendiri, pemahaman yang diterima otak lebih maksimal terekam dan awet dibandingkan
ketika membaca, menghafal, mendengar dan melihat saja. Pada usia-usia pendidikan dasar
yaitu antara 5-12 tahun untuk SD dan 13-15 tahun untuk SMP, keseimbangan tubuh anak
sudah semakin membaik dan besarnya rasa ingin tahu sebagai pertanda keluar dari masa
kanak-kanak mulai terlihat jelas. Kontak dengan dunia luar pun semakin luas dan koordinasi
11 www.indonesiaindonesia.com
Gambar I.1 Sekolah sebagai instrumen yang sangat mampu dan strategis untuk
mengembangkan pendidikan lingkungan hidup. Sumber : www.mbe.com
Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya
____PENDAHULUAN
I-7
psikomotorik sudah membaik. Dalam tugas perkembangannya, anak-anak seusia ini sedang
berusaha mencari dan mengumpulkan ilmu sebanyak-banyaknya demi memuaskan
pertanyaan-pertanyaaan yang menyangkut diri dan lingkungan sekitar mereka. Jadi, proses
mengalami sesuatu sebagai metode mendapatkan pengetahuan dapat membantu anak
didik memenuhi tugas perkembangannya di SA.
Internalisasi penanaman nilai, pembentukan mental dan kepribadian, penumbuhan
kesadaran, sikap dan perilaku kecintaan pada kelestarian alam akan lebih berhasil jika
ruang belajar peserta didik juga mengimplementasikan arsitektur yang berpihak pada
kelestarian alam, ramah lingkungan dan mempunyai keterikatan kuat dengan alam. Di
samping itu, peserta didik dan tenaga pendidik sebagai pengguna ruang dan bangunan
dapat meningkat produktivitasnya dan terjaga kesehatannya. Dengan demikian, Green
Architecture berperan sebagai pembentuk ruang belajar dan pendukung media belajar pada
SA Tingkat Dasar.
3. Wilayah Solo Raya Sebagai Area Studi
Solo Raya adalah suatu wilayah yang meliputi kota Surakarta dan se-eks Karesidenan
Surakarta yang terletak di propinsi Jawa Tengah.. Wilayah Solo Raya memiliki lokasi yang
strategis, yaitu di Jawa Tengah, dan merupakan bagian dari area pengembangan wilayah
Joglosemar yang menggabungkan Yogyakarta, Solo dan Semarang. Solo terletak hanya
102 km dari Semarang, 60 km dari Yogyakarta dan sekitar 210 km dari Surabaya. Semua
daerah ini dapat dijangkau dengan mudah dari Solo karena jalan dan lintasan dalam kondisi
baik.12 Solo Raya terdiri dari daerah–daerah terkenal dan berbudaya tinggi yang dahulu
termasuk wilayah Surakarta, antara lain: kota Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar,
Wonogiri, Sragen, dan Klaten (Subosukawonosraten).
Seiring dengan perkembangan kota Surakarta yang mengarah pada kota metropolitan,
kondisi lingkungan kota ikut mengalami perubahan. Luas ruang terbuka hijau di kota
Surakarta semakin berkurang semakin memicu kondisi lingkungan yang semakin tak sehat.
Ruang terbuka hijau tahun 1990 seluas 8,65 % dari luas kota Surakarta atau seluas 380,79
ha menjadi berkurang saat ini. Diprediksikan ruang terbuka hijau dalam RUTRK Kodya
Surakarta tahun 1993-2013 disebutkan hanya akan bersisa 0,5 % dari luas kota Surakarta
atau hanya 22,02 ha.
12 www.soloraya.co.id
Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya
____PENDAHULUAN
I-8
Perubahan gaya hidup masyarakat turut menyumbangkan dampak tidak
menguntungkan bagi bumi dan lingkungan. Semakin bertambahnya pusat-pusat
perbelanjaan dan meluasnya area komersial mempengaruhi pergeseran gaya hidup
masyarakat kota menjadi konsumtif dan materialistis. Gaya hidup semacam ini kemudian
mendorong tingginya mobilitas, meningkatnya jumlah kendaraan bermotor dan pemakaian
kendaraan pribadi saat ini mendorong terjadinya pencemaran udara di lingkungan kota
Surakarta. Kegiatan belanja masyarakat konsumtif ini menambah kuantitas sampah,
terutama anorganik yaitu bungkus plastik, kaleng alumunium, kertas kardus dan sebagainya.
Semakin berkembangnya industri di Solo Raya juga ikut andil dalam mencemari
sungai-sungai di kota Surakarta karena sebagian besar limbah dari pabrik-pabrik industri itu
dibuang ke sungai-sungai terdekatnya. Selain itu, perilaku masyarakat yang membuang
sampah ke sungai dan saluran drainase telah menyebabkan banjir lokal. Tepian Sungai
Bengawan Solo dimanfaatkan sebagai lahan pembuangan sampah secara terbuka atau
open dumping.
Dari penelitian, bakteri E.Coli pada air dangkal di kota Solo sudah parah. Kandungan
Fe (besi) dan Mn (mangan) serta konsentrasi merkuri di ambang batas normal. Padahal air
sungai Bengawan Solo digunakan sebagai bahan baku PDAM di Solo, Cepu (Jateng) dan
Bojonegoro (Jatim). Kondisi penghijauan di hulu dan DAS Bengawan Solo semakin tipis
sehingga tak mampu lagi menyerap lebih banyak air hujan. Hal ini diperparah dengan
kondisi sebagian bantaran sepanjang sungai Bengawan Solo yang dihuni sebagai
pemukiman secara ilegal. Padahal, area bantaran yang termasuk garis sempadan sungai
seharusnya dijadikan sabuk hijau (green belt) untuk menambah luasan ruang terbuka hijau
kota.
Hal ini disinyalir menjadi penyebab banjir terbesar kedua setelah banjir terbesar
pertama tahun 1966 yang melanda kota Surakarta. Saluran drainase yang buruk dan
akumulasi sampah kota akibat perilaku buruk masyarakat juga menjadi faktor penyebab
banjir Jateng dan Jatim pada akhir tahun 2007 kemarin. Bersamaan dengan kondisi
tersebut, global warming turut mengubah iklim sedikit demi sedikit sehingga curah hujan
lebih tinggi dari tahun sebelumnya.
Siklus kerusakan lingkungan semacam ini bukannya tanpa campur tangan manusia.
Manusia mulai tidak memperhatikan etika lingkungan. Etika lingkungan menyangkut tentang
kesadaran manusia untuk memelihara kestabilan dan keseimbangan lingkungan sejauh
mungkin dalam tiap kegiatan. Etika lingkungan yang rendah disebabkan karena
Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya
____PENDAHULUAN
I-9
pengetahuan masyarakat yang rendah terhadap lingkungan (bumi) sebagai tempat tinggal.
Oleh karena itu, pendidikan berperan penting dalam pemahaman mengenai etika
lingkungan. Dan akan lebih efektif lagi bila pendidikan lingkungan hidup demi penyelamatan
bumi dan kelestarian alam itu direalisasikan lewat jalur pendidikan formal berupa Sekolah
Alam.
Selama ini, pengetahuan tentang lingkungan hidup, upaya pelestariannya dan
penanaman rasa cinta terhadap alam hanya menjadi salah satu bagian kecil yang diselipkan
diantara kurikulum DikNas di sekolah-sekolah pada umumnya. Ada pula yang hanya
diselenggarakan secara ekstrakurikuler dan tidak menyentuh area kurikuler. Padahal, bahan
belajar melalui lingkungan sekitar lebih mudah dilakukan dan dipahami, lebih dekat dan lebih
awet terekam sebagai pengetahuan.
Sementara itu, sekolah-sekolah alam semakin menjamur di kota-kota besar di
Indonesia. Misalnya, SA Ciganjur di Jakarta, Sekolah Alam Bandung (SAB), SA ARridlo di
Semarang, SA Insan Mulia di Surabaya, SA Nurul Islam di Yogyakarta dan sebagainya. Solo
Raya dengan Surakarta sebagai pusat kotanya, dan merupakan salah satu kota besar saat
ini belum mempunyai Sekolah Alam. Padahal, faktor-faktor pendukung didirikannya sebuah
Sekolah Alam cukup memadai.
Kota Surakarta merupakan salah satu daerah yang menjadi barometer pendidikan
nasional. Kondisi pendidikan di kota Surakarta dianggap mewakili dan merupakan titik
tengah dari daerah-daerah yang tingkat pendidikannya maju seperti Jakarta maupun
daerah-daerah yang tingkat pendidikannya masih tergolong rendah.13 Dan sesuai dengan
fungsi kota yang ditetapkan, Surakarta diharapkan menjadi kawasan pusat pengembangan
pendidikan dalam skala lokal, regional dan nasional. Untuk itu perlu adanya peningkatan
kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana pendidikan sehingga dapat mendukung fungsi
kota tersebut. Dengan demikian, masih dimungkinkan adanya pembangunan sekolah-
sekolah baru termasuk Sekolah Alam.
Di samping itu, faktor lainnya adalah perhatian pemerintah kota dan dukungan
masyarakat luas terhadap masalah lingkungan hidup yang cukup baik. Hal tersebut
dibuktikan dengan dipilihnya Kota Surakarta dijadikan sebagai pilot project parliament watch
di bidang lingkungan karena dianggap paling responsif terhadap masalah lingkungan.
Parliament watch bertugas untuk melihat, mengawasi dan mencatat anggota DPRD yang
13 www.republika.co.id, 2005
Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya
____PENDAHULUAN
I-10
peduli, tidak peduli bahkan yang anti lingkungan. Tujuan pembentukan parliament watch
adalah untuk mendorong setiap pemerintah daerah agar mempunyai good governance di
bidang lingkungan. Selain itu juga bertujuan untuk menumbuhkan kepekaan terhadap
tuntutan masyarakat di bidang lingkungan. 14 Tumbuhnya perhatian pemkot Surakarta
terhadap lingkungan juga ditunjukkan dengan ditetapkannya rancangan peraturan daerah
tentang pengendalian lingkungan hidup menjadi Perda Pengendalian Lingkungan Hidup.
Walikota Joko Widodo menyatakan siap melaksanakan amanat Perda tersebut. Menurut
beliau, pelestarian lingkungan hidup harus dilakukan di daerah manapun.15
Perhatian masyarakat luas terhadap lingkungan hidup di Solo Raya dapat dilihat
dengan adanya institusi akademis (formal) dan organisasi-organisasi (non-formal) yang
melibatkan diri dalam pemecahan masalah lingkungan hidup, antara lain :
a. Lembaga Penelitian Perguruan Tinggi, antara lain Pusat Studi Lingkungan Hidup (
Kartasura), Universitas Veteran Bangun Nusantara Bantara (Klaten), Pusat Studi dan
Pengembangan Lingkungan Akademi Teknik Adiyasa (Palur), Pusat Penelitian
Lingkungan Hidup, Lemlit UNS (Surakarta) dan LPM UNS (Surakarta).
b. Anggota Organisasi WALHI Jawa Tengah (www.walhi.or.id) antara lain : Lembaga
Studi dan Lingkungan atau LSL (Pucangsawit), Yayasan Akar (Pajang) dan Gita
Pertiwi (Baturan).
Lembaga yang melakukan upaya penyadaran melalui pendidikan lingkungan hidup
saat ini yaitu Yayasan Masyarakat Indonesia Hijau (YMIH) yang berada di Colomadu,
Karanganyar. YMIH mempunyai motivasi gerakan kesadaran meminimalisir dampak
kerusakan lingkungan dengan cara memberikan PLH untuk usia dini. Upayanya antara lain
pendidikan lingkungan hidup untuk SD, penghijauan berbasis sekolah dan pengelolaan
sampah/ pengomposan dengan kelompok sasaran masyarakat dan pelajar. Adapun Sekolah
Alam yang ada di Solo Raya baru diwujudkan dalam bentuk fasilitas rekreasi dan edukasi
SA Griyo Kulo di Kali Samin, Tawangmangu, Karanganyar.
C. PERMASALAHAN DAN PERSOALAN
1. Permasalahan
Bagaimana aplikasi Green Architecture pada wadah fisik Sekolah Alam Tingkat Dasar
di Solo Raya.
14 Kompas, edisi Selasa, 29 Juli 2003 15 Kompas, edisi Jumat, 17 Maret 2006
Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya
____PENDAHULUAN
I-11
2. Persoalan
Bagaimana aplikasi Green Architecture pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya
dalam rangka memenuhi kebutuhan terhadap :
a. penentuan lokasi
b. peruangan meliputi kebutuhan ruang, besaran ruang, persyaratan ruang dan pola
hubungan ruang
c. pengolahan tapak
d. desain fisik bangunan
e. lansekap
f. sistem utilitas
D. TUJUAN DAN SASARAN
1. Tujuan
Mengaplikasikan Green Architecture pada wadah fisik Sekolah Alam Tingkat Dasar di
Wilayah Solo Raya.
2. Sasaran
Mendapatkan konsep program dan desain fisik Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo
Raya yang mengimplementasikan Green Architecture guna memenuhi kebutuhan terhadap
penentuan :
a. konsep lokasi
b. konsep peruangan
c. konsep tapak
d. konsep desain fisik bangunan
e. konsep lansekap
f. sistem sistem utilitas
E. LINGKUP DAN BATASAN
1. Lingkup
a. Area permasalahan
Pembahasan berada dalam lingkup disiplin ilmu arsitektur, khususnya Green
Architecture. Sebagai teori penunjang di luar arsitektur yaitu yang berkaitan dengan
kegiatan pendidikan alam di Sekolah Alam dan PLH (Pendidikan Lingkungan Hidup).
Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya
____PENDAHULUAN
I-12
b. Area spasial
Lingkungan makro yang akan dibahas adalah wilayah perkotaan Solo Raya. Surakarta
sebagai pusat kota bagi Solo Raya dan eks-Karesidenan Surakarta yang bersentuhan
langsung dengan Surakarta.
2. Batasan
Pembahasan difokuskan pada upaya implementasi Green Architecture dalam
memenuhi kebutuhan untuk mendapatkan wadah yang sesuai dengan aktivitas kegiatan
belajar mengajar dalam penyelenggaraan pendidikan alam (lingkungan hidup) berupa
perencanaan dan perancangan Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya. Dengan
demikian, gagasan desain dapat diungkapkan secara grafis sesuai dengan disiplin ilmu
arsitektur.
F. METODE
1. Maksud Studi
Green Architecture memiliki beragam pandangan. Yang paling mudah dilakukan adalah
membuat kesimpulan dari banyaknya pendapat tersebut sehingga langkah-langkah menuju
desain dapat segera dilakukan. Kesimpulan berisi tentang hal-hal yang esensial dan bersifat
konstan dalam Green Architecture.
Green Architecture berperan sebagai subyek yaitu variabel yang bekerja
mempengaruhi atau memberi akibat tertentu pada wadah fisik obyeknya yaitu Sekolah Alam
Tingkat Dasar di Solo Raya. Maksud dari studi ini antara lain :
a. Menjelaskan esensi Green Architecture dengan cara melihat sejarah, paradigma,
filosofi, tujuan, manfaat dan ciri, serta strategi desain Green Architecture.
b. Menunjukkan bahwa pendidikan di sekolah mempunyai posisi strategis untuk
mengembangkan pendidikan lingkungan hidup, menanamkan nilai serta membentuk
mental dan kepribadian yang memahami etika lingkungan melalui proses enkulturasi.
c. Menjelaskan adanya pendidikan sustainabilitas lingkungan hidup melalui desain yang
menerapkan Green Architecture pada Sekolah Alam Tingkat Dasar.
2. Pendataan
a. Observasi (pengamatan) terhadap kondisi eksisting pada site-site
b. Studi literatur
c. Diskusi
d. Informasi dari internet
Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya
____PENDAHULUAN
I-13
e. Data BPS untuk melengkapi data non fisik dan data fisik eksisting site yang menjadi
alternatif
f. Obyek karya ilmiah produk tugas akhir dan produk sayembara
g. Studi banding tentang green building yang sudah ada dan sekolah alam yang ada di
Indonesia
3. Analisa
Merupakan metode penguraian dan pengkajian dari data-data, informasi dan
pengalaman empiris yang kemudian digunakan sebagai data relevan bagi implementasi
Green Architecture pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Wilayah Surakarta.
a. Mengobservasi site-site yang menjadi lokasi alternatif lokasi site disertai dengan data
BMG untuk mengetahui kondisi dan karakteristik sebenarnya.
b. Menentukan program aktivitas (indoor –outdoor) dan peruangan yang sesuai dengan
kebutuhan belajar anak, psiko-fisik anak, perkembangan anak dan dapat merangsang
kecerdasan anak dengan cara studi literatur (psikologi pendidikan) dan menggunakan
obyek bandingan Sekolah Alam yang sudah ada untuk merangsang ide baru.
c. Melakukan studi literatur dan wawancara ahli untuk mengetahui struktur konstruksi
dan material yang aman, berkesan ringan, hemat energi, bebas dari zat berbahaya
dan dapat menyatu dengan alam.
d. Mengeksplorasi bentuk-bentuk arsitektural untuk menentukan bentuk massa, pola
tata massa dan tampilan yang sesuai dengan prinsip-prinsip Green Architecture
e. Menambah wacana tentang preseden Green Architecture agar dapat mengatur
sistem energi dalam bangunan yaitu penerangan, penghawaan, kelistrikan dan
kebutuhan air.
4. Sintesa
Merupakan tahap penggabungan dari data sumber di lapangan, literatur dan pengalaman
empiris yang telah dikaji pada tahap analisa dan kemudian diolah menjadi sebuah konsep
program dan desain yang lebih spesifik memperlihatkan implementasi Green Architecture
pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Wilayah Surakarta, antara lain :
a. Konsep site, konsep struktur konstruksi dan sistem operasional bangunan yang
sesuai dengan prinsip-prinsip Green Architecture
b. Konsep pemrograman aktivitas dan peruangan yang merepresentasikan Sekolah
Alam Tingkat Dasar
Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya
____PENDAHULUAN
I-14
G. RENCANA SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Tahap Pertama menyajikan tentang latar belakang, permasalahan & persoalan, tujuan &
sasaran, batasan & lingkup pembahasan, metode dan sistematika pembahasan.
Tahap Kedua memaparkan tinjauan teori secara lengkap dan mendalam tentang Green
Architecture dan tinjauan tentang Sekolah Alam yang berorientasi pada pendidikan
lingkungan hidup.
Tahap Ketiga menyajikan data-data baik fisik dan non-fisik. Data fisik berupa kondisi,
karakteristik dan potensi Solo Raya. Data non-fisik dapat berupa peraturan daerah dan
kebijakan setempat tentang tata ruang makro dan mikro sebagai acuan berdirinya suatu
bangunan.
Tahap Keempat merupakan sintesa dari tinjauan teori dengan tinjauan data sehingga
dapat mengemukakan kesimpulan awal antara prinsip-prinsip Green Architecture dan konsep
belajar di Sekolah Alam Tingkat Dasar dengan data kewilayahan Surakarta yang kemudian
menjadi gagasan/ide desain.
Tahap Kelima mengelola gagasan/ide desain awal sebagai dasar pendekatan analisis
Green Architecture untuk diimplementasikan pada wadah fisik Sekolah Alam Tingkat Dasar di
Solo Raya.
Tahap Keenam merupakan sintesa dari analisa pendekatan desain yang berupa
konsep program dan desain Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya yang
mengimplementasikan Green Architecture.
Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya
____PENDAHULUAN
I-15
BAB II TINJAUAN TEORI
H. GREEN ARCHITECTURE
1. Kemunculan Green Architecture
a. Sejarah Green Architecture
Dekade 1980-1990 merupakan tonggak bersejarah di mana dalam masa ini terjadi
pengungkapan saintifik tentang fenomena kerusakan planet bumi dan atmosfir yang akan
terus berlanjut. Jurnal saintifik (1985) melaporkan terjadinya lubang besar pada lapisan
ozon di atmosfer di atas Antartica yang selanjutnya dikenal dengan fenomena Ozone
Depletion (pelubangan ozon). Fenomena ini terjadi akibat konsentrasi gas CFC di atmosfer
yang akan terus menerus terjadi apabila tidak ada langkah-langkah pencegahan yang
serius.
Tahun 1988 para ahli klimatologi sepakat menyatakan bahwa suatu problema riil
sedang terjadi. Peningkatan suhu bumi yang terus berlangsung menimbulkan peningkatan
temperatur global yang akan mempengaruhi pola iklim dan kerusakan serius terhadap
bumi. Gejala yang dikenal dengan istilah Global Warming atau Greenhouse Effect ini
merupakan akibat dari peningkatan polusi udara berasal dari industri manufaktur,
transportasi, bangunan dan penggunaan energi secara besar-besaran pada semua sektor
untuk menunjang kehidupan modern manusia. Mengingat 50% konsumsi energi fosil dunia
adalah berhubungan dengan kebutuhan energi bangunan. Berarti, 50% gas buang
karbondioksida yang menimbulkan kontaminasi udara atau 25% dari seluruh gas
greenhouse berasal dari bangunan. Keprihatinan ini yang mendorong timbulnya pemikiran
baru dalam perancangan arsitektur yang kemudian dikenal dengan Green Architecture.
Perkembangan arsitektur dalam eco-design semakin kuat pasca tahun 1990-an.
Sebelumnya, pemahaman konsep Green Architecture belum menjadi fokus perhatian di
kalangan arsitek dunia. Kini, perkembangan pembangunan di kawasan perkotaan
menuntut dukungan Green Architecture. Tren itu kini berkembang di hampir setiap
perkotaan yang ada di dunia.
b. Urgensi Green Architecture
Saat ini, alam mulai menunjukkan perubahannya yaitu efek-efek buruk akibat ulah
manusia yang tak bijak terhadap bumi. Industrialisasi dan pemakaian energi secara besar-
besaran dan terus menerus telah menggerogoti bumi dan menyebabkan fenomena
Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya
____PENDAHULUAN
I-16
pemanasan global atau global warming. Efek utama pemanasan global yaitu perubahan
pola iklim bumi yang drastis. Perubahan iklim ini dapat menjurus ke efek ekstrem seperti
bencana alam (banjir, angin puting beliung, topan siklon, gelombang besar), meningkatnya
tinggi muka air laut karena pencairan es di kutub, udara yang semakin panas, kelangkaan
sumber air dan makanan, timbulnya berbagai ancaman penyakit yang sulit diprediksi
sebelumnya, musnahnya spesies karena kerusakan habitat, deforestasi dan hujan asam.
Semua efek tersebut membahayakan kehidupan manusia. Hal ini akan berpengaruh pada
ruang-ruang mikro yaitu bangunan sebagai kulit ketiga manusia.
Faktanya, penyumbang efek global warming terbesar adalah bangunan mulai dari
pembangunan, pengoperasian dan penghancurannya. Sumber daya alam, industri dan
energi untuk memenuhi tuntutan material bangunan, pembangunan, operasional dan
ketika dihancurkan untuk membangun kembali membutuhkan jumlah besar. Padahal,
kebutuhan terhadap bangunan bersifat primer. Oleh karenanya, perlu strategi desain yang
memperhatikan lingkungan sehingga dapat lestari dan berkelanjutan.
Pemanasan global saat ini tidak dapat dihilangkan begitu saja, namun manusia dapat
memperlambat dan mengurangi efek buruknya. Untuk mengurangi dampak ekstrem
tersebut, manusia harus berani mengubah diri untuk lebih memperhatikan alam. Bangunan
tempat berlindung akhirnya harus dikondisikan sedemikian rupa agar manusia sebagai
penghuni dapat mengurangi efek buruk tersebut. Salah satu upaya untuk mengurangi
dampak kerusakan global yang dikenal dengan global warming atau pemanasan global
terhadap ruang makro yaitu dengan memperbaiki ruang mikro secara bersama-sama.
Manusia sebagai penghuni planet bumi dituntut untuk “berpikir global, bertindak lokal”.
Green Architecture hadir sebagai pendekatan desain bangunan yang mengubah pola
pikir dan kebiasaan manusia yang kurang menjaga kelestarian lingkungan hidup. Green
Architecture berangkat dari kesadaran akan kerusakan lingkungan secara global. Green
Architecture menghendaki perbaikan pada sistem bangunan yang menjamin kesejahteraan
sekaligus meningkatkan kesehatan penghuninya.16
2. Green Architecture sebagai Tema Perancangan
a. Definisi Green Architecture
Green Architecture dapat diartikan sebagai konsep arsitektur yang berusaha
meminimalkan pengaruh buruk terhadap lingkungan alam maupun manusia, dan
16 oleh Ir. Jimmy Priatman, M.Arch, Republika edisi Jumat 22 Februari 2008
Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya
____PENDAHULUAN
I-17
menghasilkan tempat hidup yang lebih baik dan lebih sehat, yang dilakukan dengan cara
memanfaatkan sumber energi dan sumber daya alam secara efisien dan optimal.17
Sedangkan menurut Jimmy Priatman, dosen UK Petra sekaligus pemerhati Green
Architecture, mengungkapkan Green Architecture adalah arsitektur yang berwawasan
lingkungan dan berlandaskan kepedulian tentang konservasi lingkungan global alami
dengan penekanan pada efisiensi energi (energy-efficient), pola keberlanjutan
(sustainable) dan pendekatan holistik (holistic approach).
Green Architecture dapat diinterpretasikan sebagai sustainable (berkelanjutan),
earthfriendly (ramah lingkungan), dan high performance building (bangunan dengan
performa sangat baik).18
Green Architecture sendiri merupakan sebuah definisi longgar dari land-use, desain
bangunan dan strategi konstruksi yang ringan, hangat di musim dingin dan sejuk di musim
panas, nyaman dan menyehatkan, efisien dalam hal bahan dan energi, fungsional dan
tahan lama serta memberikan pengaruh baik terhadap pengguna dan lingkungannya.19
b. Tujuan, Manfaat, Ciri dan Peran Green Architecture
Tujuan utama Green Architecture adalah menciptakan eco-design, arsitektur ramah
lingkungan, serta arsitektur alami dengan konsep pembangunan berkelanjutan.20
Manfaat yang diperoleh dengan mengimplementasikan Green Architecture pada
bangunan yaitu antara lain : mengurangi konsumsi energi dan bahan material baru,
perlindungan terhadap ekosistem, meningkatkan produktivitas kerja dari pengguna serta
berpengaruh baik terhadap kesehatan pengguna.21
Menurut praktisi arsitektur Mauro Purnomo Rahardjo, ciri Green Architecture antara
lain, adanya sistem sirkulasi udara yang dirancang efisien baik untuk pemanasan maupun
pendinginan ruang. Pemakaian pencahayaan dengan sumber energi yang efisien, serta
penggunaan bahan bangunan yang non-synthetic serta non-toxic. Efisiensi ruangan juga
menjadi fokus perhatian dalam ilmu ini.22
17 Brenda & Robert Vale, Green Architecture, Design for Sustainable Architecture. 18 Oleh Budi Pradono, Konsep Green Architecture, edisi Minggu, 10 November 2008, yang diambil dari www.astudioarchitect.com 19 dalam Willy Gunawan, 2001, Re-Desain bangunan UTP Balai Pengembangan Kebun Raya-LIPI Bogor ,TA,UNS 20 oleh Oki Baren, Arsitektur Selaras Alam, edisi 26 April 2008 yang diambil dari www.inilah.com 21 Dalam Willy Gunawan, 2001, Re-Desain bangunan UTP Balai Pengembangan Kebun Raya-LIPI Bogor ,TA,UNS 22 “Arsitektur Selaras Alam”, edisi 26 April 2008 oleh Oki Baren yang diambil dari www.inilah.com
Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya
____PENDAHULUAN
I-18
Green Architecture lebih dari sekedar menanam rumput atau menambah tanaman
lebih banyak di sebuah bangunan. Lebih luas dari itu, Green Architecture berperan untuk
memberdayakan arsitektur atau bangunan agar lebih bermanfaat bagi lingkungan,
menciptakan ruang-ruang publik baru, menciptakan alat pemberdayaan masyarakat,
sarana informasi dan edukasi masyarakat dan sebagainya.23
Bangunan berkonsep Green Architecture merupakan reinterpretasi sosial budaya
masyarakat terhadap alam dan kehidupan tempat tinggalnya.24 Secara lebih luas dalam
skala kota, Green Architecture berusaha mengoptimalkan lahan bangunan sebagai bagian
dari ruang hijau kota.
c. Komponen Green Architecture
Terdapat beberapa komponen dari Green Architecture menurut Jason Frederick
McLennan (Universitas Oregon) dalam tulisannya yang berjudul “Solar Incidents” yaitu
antara lain :
1). Memperhatikan energi (Respect for energy)
Mengurangi/menghemat kebutuhan bangunan untuk mengkonsumsi energi.
Menghemat pemakaian lampu listrik, AC, dan pemanas ruangan. Memanfaatkan
pencahayaan alami untuk penerangan di siang hari.
2). Memperhatikan tempat (Respect for place)
Bekerja dengan iklim lokal, konteks dan material untuk menghasilkan arsitektur
yang sesuai dengan masyarakat dan lingkungan alami di sekitarnya. Dengan
menggunakan komponen ini dapat mengolah beragam kondisi sekitar juga dapat
mengangkat potensi lokal.
3). Memperhatikan sumber daya (Respect for resources)
Meminimalkan jumlah sumber daya alam dan sumberdaya buatan manusia yang
digunakan dalam sebuah bangunan. Desain layout menjadi lebih kecil dan lebih efisien.
Eliminasi elemen-elemen yang tidak dibutuhkan dalam program. Pembangunan ditujukan
untuk jangka panjang. Menggunakan material yang dapat diperbaharui/dapat didaur
ulang.
23 Oleh Budi Pradono, Konsep Green Architecture, edisi Minggu, 10 November 2008 yang diambil dari www.astudioarchitect.com 24 Nirwono Joga, Mewujudkan Bangunan Arsitektur Hijau, Kompas edisi Jumat, 16 Desember 2005
Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya
____PENDAHULUAN
I-19
4). Memperhatikan masyarakat (Respect for people)
Menggunakan material yang tidak beracun dan menyebabkan udara di dalam
bangunan menjadi tidak sehat. Tidak membuat bangunan dengan material, yang dalam
langkah penggunaannya, dari pembuatan hingga instalasi dapat menyebabkan manusia
menjadi tidak sehat. Membangun dengan tidak mengabaikan umur maupun kemampuan
fisik manusia sehingga penggunaan dalam kegiatan sehari-hari menjadi lebih maksimal.
Dan jika memungkinkan juga memperhatikan faktor keindahan atau estetika bangunan.
5). Memperhatikan tapak (Respect for site)
Memelihara karakter dari bagian alam di tapak manapun. Memperbaiki dan
memugar kembali area yang rusak dari tapak tersebut. Memelihara lingkungan setempat
sehingga mampu untuk bertahan di kemudian hari. Tidak membangun di area yang
sensitif seperti area atau tapak dimana kondisi tanahnya mudah longsor.
6). Memperhatikan siklus kehidupan (Respect for the cycle of life)
Menghindari pemakaian material yang sulit dihancurkan oleh proses alamiah dan
berbahaya bagi manusia dan lingkungannya. Membangun hanya dengan material yang
dirancang secara berkelanjutan.
3. Strategi Desain Green Architecture
Global Warming dapat mengakibatkan temperatur bumi naik, perubahan iklim, dan
konsumsi energi meningkat. Green Architecture diimplementasikan semaksimal mungkin
agar tak menyumbang efek global warming namun tetap dapat memenuhi kebutuhan
kegiatan yang diwadahinya. Untuk mewujudkan suatu bangunan dengan pendekatan Green
Architecture, manusia harus membuka wawasan lingkungannya dan bekerja dengan alam
sekitar. Beberapa strategi desain Green Architecture yang diharapkan dapat memecahkan
persoalan arsitektural, antara lain :
a. Penghematan energi dalam bangunan
Bangunan sebagai pemboros energi terbesar perlu dikendalikan. Perbaikan sistem
energi di dalam bangunan dapat dilakukan dengan tujuan penghematan sumber daya
alam dan penghematan biaya operasional. Penghematan energi dalam bangunan dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1). Pendinginan alami dengan cara cross ventilation dalam bangunan dapat
menghemat energi penggunaan AC dan kipas angin. Bangunan dapat diberdayakan
untuk menangkap angin, menyaring debunya dan meneruskannya ke dalam
ruangan hingga terjadi sirkulasi udara yang terus menerus.
Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya
____PENDAHULUAN
I-20
2). Pencahayaan alami dalam bangunan dapat menghemat penggunaan lampu listrik.
3). Sumber energi listrik alternatif dari sinar matahari dihasilkan dengan menggunakan
alat photovoltaic yang diletakkan di atas atap.
4). Menggunakan energi terbaharui dalam operasional bangunan. Energi terbaharui
mendapatkan energi dari aliran energi yang berasal dari ”proses alam yang
berkelanjutan”, seperti sinar matahari, angin, air yang mengalir, proses biologi dan
geothermal.
5). Bangunan dibuat memanjang dan tipis untuk memaksimalkan area pencahayaan
dan menghemat energi listrik.
6). Penggunaan atap miring. Atap miring termasuk atap
dingin karena memiliki dua lapisan terpisah dengan
rongga udara di tengahnya. Bidang atap yang
menghadap utara-selatan cocok untuk penempatan
kolektor datar atau photovoltaic. Kemiringan untuk
pengaliran air hujan yang disalurkan oleh talang air
menuju pipa ke penyimpanan air bawah tanah
sehingga menghemat air murni. Tritisan lebar melindungi dinding dan jendela dari
cahaya matahari dan hujan.
b. Material berkelanjutan
Pembangunan ditujukan untuk jangka panjang. Agar berkelanjutan, maka upaya
konservasi sumber daya alam material dapat dilakukan dengan:
1). Penggunaan material dengan kandungan energi rendah
Material dianggap memiliki kandungan energi rendah yaitu apabila material itu
diupayakan dengan menggunakan sedikit energi mulai dari penambangan hingga
Gambar II.1 Panel surya yang dipasang pada atap sebagai sumber energi dalam bangunan. Sumber : www.wikipedia.com
Gambar II.2 Respon bangunan terhadap pergerakan udara (1) Ventilasi silang secara vertikal : pada saat panas, udara mengembang, naik dan ditempati
oleh udara yang lebih dingin. (2) dan (3) Ventilasi silang secara horisontal : udara bergerak akibat perbedaan tekanan yaitu tekanan lebih tinggi ke tekanan yang lebih rendah. Sumber :
Tabloid Home, 2005
(1) (2) (3)
Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya
____PENDAHULUAN
I-21
transportasi untuk distribusinya. Oleh karenanya, material yang ada pada site atau yang
lebih dekat perolehannya akan lebih menghemat energi untuk transportasi.
2). Penggunaan bahan material yang dapat didaur ulang
Bahan-bahan bangunan yang digolongkan menurut penggunaan bahan mentah dan
tingkat transformasinya sebagai berikut25 :
a). Bahan bangunan yang dapat dibudidayakan kembali, antara lain :
Kayu dan bahan perkayuan (vinil, kayu lapis, papan partikel, kulit kayu)
Bambu
Tangkai dan serat alam (rotan, serabut kelapa, ijuk, kapas, serat kayu dan
papan serat kayu)
Daun dan rumput
Kulit hewan dan bulu binatang (wol domba)
b). Bahan bangunan alam yang dapat digunakan kembali, antara lain :
Tanah liat, pasir dan tanah pekat
Bahan pengikat hidrolis terpendam, contoh : semen merah dari bata merah
Batu alam
c). Bahan bangunan buatan yang dapat digunakan kembali dengan mengalihkan
fungsinya : Kardus pembungkus, botol bekas, mobil bekas, ban mobil bekas,
potongan plat seng, dll.
d). Bahan bangunan alam yang mengalami perubahan transformasi sederhana :
Batu buatan yang dibakar atau dikukus : batu merah/ batu bata, beton ringan
berpori
Genting dan pipa tanah liat
Bahan keramik
Batu buatan yang tidak dibakar : batako, conblock, beton, genting beton, pipa
beton, ubin semen dan traso
Logam : besi dan baja, tembaga, alumunium, seng
3). Pemanfaatan kembali material yang telah digunakan
4). Sistem dan penyesuaian bentuk bangunan yang tepat bagi lingkungan
5). Ruang-ruang multifungsi dapat menghemat luasan ruang sehingga menghemat
kuantitas material yang dibutuhkan.
25 Heinz Frick & Ch. Koesmartadi, 1999, Ilmu Bahan Bangunan, Kanisius, Yogyakarta, h. 11
Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya
____PENDAHULUAN
I-22
Demi kenyamanan dan kesehatan pengguna, maka usaha yang dapat dilakukan
yaitu:
a). Menggunakan material yang tidak beracun dan menyebabkan udara di dalam
bangunan menjadi tidak sehat.
Tabel II.1 Bahan bangunan berbahaya bagi kesehatan
No Bahan bangunan/material Bahaya yang ditimbulkan
1). Kayu sumber bahaya: penggunaan politur, melamin (urea formal-dehyde)
Alergi kulit, mata, gangguan selaput lendir
2). Pipa PVC, lem PVC, cat PVC, lantai Vinil, karpet plastik (yang dibuat dari PVC), lem kontak
Kanker, pembakaran menguapkan asam khlorida (mematikan tanaman), penyakit hati, ginjal
3). Cat sintetis (cat besi/kayu), thinner, cat epoksi yang mengandung ethylalkohol, epoksi mesin
Penyakit syaraf, darah, pernafasan, mata buta, gangguan keseimbangan, selaput lendir, eksim pada kulit
4). Asbes (plafon dan atap) Asbestose (penyakit paru), kanker
5). Gas radon (merupakan penguapan dari tanah)
Mutagen dan karsinogenik (penyebab kanker
Sumber : www.astudioarchitect.com
Tabel II.2 Bahan bangunan yang sehat
No Bahan bangunan/material Jenis material
1). Bahan material dari alam Batu alam, tanah liat, batako, kayu, bambu, rumbia, ijuk, alang-alang, logam
2). Bahan material buatan bata merah, genteng tanah, kaca, beton, batako, conblok
Sumber : www.astudioarchitect.com
b). Tidak membuat bangunan dengan material, yang dalam langkah penggunaannya,
dari pembuatan hingga instalasi dapat menyebabkan manusia menjadi tidak
sehat.
c). Membangun dengan tidak mengabaikan umur maupun kemampuan fisik manusia
sehingga penggunaan dalam kegiatan sehari-hari menjadi lebih maksimal.
c. Green roof technology
Salah satu teknologi lingkungan yang ikut berperan dalam mempengaruhi bentuk
rancang bangun dan sekaligus mempengaruhi kualitas lingkungan hidup adalah konsep
green roof. Green roof merupakan layer atau lapisan struktur konstruksi hijau yang terdiri
dari media pertumbuhan/tanah dan media tanaman diatas sebuah bangunan.
Kebun atap dan penghijauan di atap sudah dikenal abad 6 sebelum Masehi oleh
orang Babilonia. Sekitar tahun 1890 rumah di Berlin ditutupi oleh suatu lapisan humus
yang dilapisi tumbuh-tumbuhan dengan tujuan untuk melindungi dari kebakaran. Pada
Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya
____PENDAHULUAN
I-23
abad 20, Le Corbusier menemukan kembali atap ditanami yang hampir terlupakan.26 Atap
dan teras atas yang ditutupi rumput dan tanaman hidup lainnya merupakan konsekuensi
pengembalian fungsi ruang hijau yang telah diambil oleh massa bangunan di bawahnya.
Tanaman yang dipilih adalah dari jenis semak yang tahan panas, memerlukan sedikit
air, namun banyak daun untuk meningkatkan daya serap CO2. Alternatif lain yaitu palem
untuk peneduh dan mereduksi panas matahari.
Kini, kebangkitan dari taman gantung ini dikenal dengan nama
Green Roof Technology. Teknologi ini bukan hanya sekedar
gerakan penghijauan semata. Lebih dari itu teknologi ini
bermanfaat mempengaruhi kualitas lingkungan hidup. Secara garis
besar ada 2 keuntungan yang diperoleh dari teknologi ini yaitu
antara lain:
1). Keuntungan Ekologi
a). Mereduksi “Urban Heat Island Effect”. “Green Roof” dapat
mengendalikan dan menciptakan iklim mikro yang
bertindak sebagai pendingin dan kelembaban udara sekitar. Selain itu dapat juga
berperan sebagai penangkap partikel polusi perkotaan dan CO2 yang terdapat
pada udara dan debu.
b). Menetralisasi polusi suara dengan pengaturan disain lansekap melalui komposisi
tanaman pada area atap dapat meminimaliskan polusi suara sampai 8 db.
c). Menciptakan habitat bagi kehidupan alam liar Dengan pemilihan dan konsep
disain lansekap taman yang tepat menimbulkan efek positif dengan memperbesar/
menambah luas ruang habitat bagi kehidupan alam liar seperti burung-burung di
perkotaan maupun fauna lainnya.
2). Keuntungan Ekonomi
a). Penambahan ruang aktif dengan kreasi para arsitek lansekap mendisain area atap
menjadi “taman gantung atau Roof Garden” akan menambah ruang untuk aktivitas
interaksi. Hal ini sangat membantu pada daerah perkotaan dimana cadangan
tanah/lahan tidak tersedia.
b). Meminimalkan biaya pemeliharaan dan renovasi. Teknologi “Green Roof”
merupakan lapisan “water proofing” hidup berfungsi untuk memproteksi bangunan
26 Neufert Architect Data, jilid 1
Gambar II.3 Kebun semiramis yang
menggantung di Babilon (dalam abad ke 6 sebelum Masehi). Sumber : Neufert
Architect Data, jilid 1
Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya
____PENDAHULUAN
I-24
dari energi ultraviolet, temperatur suhu energi matahari yang ekstrem. Hasil studi
telah membuktikan bahwa dengan adanya lapisan “green roof” ini dapat
menambah umur lapisan tradisional “water proofing” berumur lebih dari 40 Tahun.
c). Mereduksi air buangan dengan adanya lapisan “green roof” dapat memperkecil
volume kandungan air akibat curah hujan sebanyak 50-90% dan menjadi lapisan
filter bagi partikel-partikel polusi yang terkandung di dalamnya. Akibatnya volume
air tidak menjadi beban bagi aliran pembuangan.
d). Pendidikan bagi generasi penerus. Merupakan suatu “Living Monument” bagi
pendidikan tentang arti lingkungan hidup bagi generasi penerus.
d. Lansekap
Indonesia adalah Negara dengan area hutan yang luas dan dapat dilihat sebagai “the
world lungs”, atau paru-paru dunia karena memiliki banyak hutan lindung. Organisasi dunia
atau PBB berharap Indonesia melindungi dan melestarikan hutannya, sehingga
masyarakatnya dapat menyelamatkan kualitas udara yang baik bagi dunia.
Menurut Sri Pare Eni, dalam Green Principle Of Landscaping Design In The Tropics,
masyarakat kota membutuhkan lebih banyak pohon dan tanaman untuk mengurangi polusi
udara dengan cara memelihara banyak taman, kebun, taman bermain anak, taman kota,
hutan kota, dan sejenisnya di kota. Setiap kota harus mempunyai taman public untuk
memberikan peneduhan, melindungi saat musim hujan dan hutan kota untuk
menyeimbangkan lingkungan.
Banyaknya fungsi bangunan sebagai apartemen, kantor, dan bangunan industri harus
disesuaikan dengan lingkungan. Pilihan material bangunan harus lebih banyak pengalas
lagi (green cover) seperti rumput, perdu (shrubs) dan pohon (trees). Permukaan
perkerasan untuk dinding dan atap, akan memberi efek nyata pada iklim mikro pada tapak.
Tanaman alami berfungsi menjaga stabilitas temperatur dan meminimalisir kondisi
ekstrem. Secara umum, tumbuhan yang hidup berperan sebagai material absorban,
menyerap panas, cahaya dan suara. Karena dedaunan melimpahkan kelembaban, maka
daun dapat menghilangkan sebagian besar jumlah panas yang jatuh pada permukaan
daun. Dengan demikian, daun dapat memantulkan panas kurang dari material anorganik.
Perbedaan temperatur yang besar antara rumput dan perkerasan:
Pada saat siang hari di musim kemarau (panas), temperatur udara 30 cm di
bawah permukaan tanah sekitar 4°-5° C lebih rendah daripada permukaan tanah
itu sendiri.
Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya
____PENDAHULUAN
I-25
Rumput juga lebih dingin daripada permukaan tanah yang gundul, perbedaan
temperatur yang terjadi berkisar antara 5°-6°C.
Pada hari yang terang, beton dan permukaan beton yang dicat akan merefleksikan
mulai dari 25%-35% dari cahaya yang datang. Sementara permukaan rumput
merefleksikan hanya sekitar 10%-15% cahaya yang datang.
Potensi alam sekitar dapat digunakan seperti misalnya memberdayakan vegetasi
sekitar, penyiraman tanaman dari air sungai dengan water treatment. Semakin banyak
jumlah dan ukuran tanaman dan semakin lebar ukuran/tajuk daun, semakin dingin tempat
tersebut. Perdu dapat meningkatkan suhu panas jika sirkulasi udara dipotong. Perdu yang
sangat rendah dianjurkan. Angin penting untuk menghilangkan
panas, angin kering di musim kemarau dan angin dingin di
musim hujan.
Mengolah dan memanfaatkan eksisting yang potensial
seperti iklim, kontur, jenis tanah, pergerakan matahari, angin,
air, kelembaban, temperatur, bentukan alam (danau, bukit,
lembah, rawa-rawa, sungai dll), kondisi infrastruktur (jalan,
jembatan, menara seluler) dll.
1). Vegetasi
Vegetasi merupakan komponen lansekap yang bersifat organik, yaitu berupa
tumbuh –tumbuhan. Vegetasi dapat memanfaatkan eksisting yang sudah ada atau bisa
juga berupa built environment.
Keberadaan tanaman hidup di ruang dalam atau di taman (void) berguna menjaga
kestabilan suhu udara di dalam tetap segar dan sejuk. Potensi hijau tumbuhan dalam
lahan dapat digantikan atau dimaksimalkan dengan berbagai inovasi, misalnya
pembuatan atap di atas bangunan (taman atap), vertikultur sebagai dinding sekat atau
bagian dari struktur, dll. Elemen vegetasi di dalam lansekap memiliki kegunaan –
kegunaan, antara lain :27
# sebagai elemen struktural :
menciptakan ruang dengan membentuk dinding, lantai dan langit – langit
mengatur dan mengarahkan pandangan, menutup pandangan tertentu
mengatur lalu lintas dalam pergerakan pedestrian maupun kendaraan
27 dalam Danny Widya Kristiani, Wisma Retret Ngargoyoso Karanganyar, TA Arsitektur UNS
Gambar II.4 Gifu Techno Plaza : respon bangunan mengikuti
kontur alami lahan perbukitan. Sumber : dok.pribadi,2006
Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya
____PENDAHULUAN
I-26
sebagai elemen environmental : dapat mengatur kualitas air, mencegah
terjadinya erosi, dan mengatur iklim
sebagai elemen visual : menjadi pusat perhatian dan komponen penghubung
antar pusat perhatian
# kegunaan arsitektural :
diutamakan pada organisasi lingkungan dan penciptaan ruang sebagai
pembatas antar ruang
pembentuk sifat ruang yang berbeda
# fungsi estetik :
complementer : melengkapi obyek dalam lingkungan untuk mencapai
keselarasan dan kesatuan
unifer : secara visual menyelaraskan dan menyatukan komponen – komponen
yang berbeda pada suatu lingkungan.
emphasizer : berfungsi menonjolkan atau menekan suatu obyek tertentu dalam
suatu lingkungan.
acknowledger : untuk menunjukkan suatu lokasi atau obyek yang mempunyai
tingkat interest tinggi.
softener : melunakkan elemen buatan manusia atau lanscape yang mempunyai
wujud keras dan kaku.
2). Air
Air merupakan elemen lunak pada lansekap yang dapat menciptakan kesegaran
lingkungan, memberikan berbagai nuansa yang menggugah rasa dan menggelitik emosi.
Hubungan air dan ruang dengan porsi yang tepat dapat menciptakan berbagai bentuk
yang bernilai seni tinggi dan suasana yang menarik.
Fungsi air dapat dikembangkan sesuai dengan sifat air yang lentur, mudah bergerak
atau digerakkan, serta memantulkan semua bayang –bayang yang ada di sekitarnya,
dan dapat menimbulkan bunyi–bunyian yang menarik bila dirancang secara tepat,
misalnya membuat musik air, waterwall, pancuran bambu pada taman Zen, kolam mini,
empang dll.
Di daerah yang panas, air sangat dibutuhkan untuk mengkondisikan penghawaan
agar mereduksi suhu panas lingkungan. Kolam–kolam di sekitar bangunan bukan saja
merupakan elemen estetis, namun juga merupakan elemen penunjang suhu udara
ruangan yang nyaman.
Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya
____PENDAHULUAN
I-27
Melalui desain lansekap, kita harus menjaga prinsip pembangunan berkelanjutan
yang anti polusi, higienis, indah, evergreen, dan menghasilkan udara segar. Seluruh
faktor itu harus nampak dalam kesatuan yang harmonis pada pembangunan kota.
e. Manajemen limbah
Sumber daya alam yang penting dalam proses konstruksi hingga operasional yaitu
air. Konservasi dan efisiensi air dilakukan untuk meminimalkan pemanfaatan langsung dari
alam. Konservasi air dapat dilakukan dengan memelihara air tanah melalui penghijauan,
pemanfaatan air hujan dan pemanfaatan kembali air dalam bangunan28. Untuk
efisiensinya, perlu menyesuaikan dengan kebutuhan, misalnya untuk minum, mandi, cuci,
menyiram tanaman, metabolisme dan sebagainya. Selain itu juga diupayakan
pengurangan konsumsi air bersih secara terus menerus.29 Misalnya untuk menyetor
kotoran padat (faeces) tidak perlu dengan air bersih PAM yang biasanya digunakan untuk
minum.
Untuk menjamin kelangsungan hidup
tanaman harus dirancang sistem penyiraman
yang khusus. Penyiramannya berasal dari
penyemprot yang airnya didapat dari daur ulang
air limbah dari tempat cuci tangan, termasuk
juga air limbah dari WC yang diolah terlebih
dulu dengan sistem tertentu. Penggunaan air
limbah dari WC dimaksudkan untuk membuat
tanaman menjadi subur.
Air hujan dapat dimanfaatkan secara inovatif untuk menampung dan mengolah air
hujan bagi keperluan domestik. Salah satu cara yang saat ini sedang dikembangkan
adalah Teknik Biopori. Biopori adalah pori-pori berbentuk lubang (terowongan kecil) yang
dibuat oleh aktivitas fauna tanah atau akar tanaman. Lubang biopori yang berupa lubang
silindris vertikal di dalam tanah diisi sampah organik untuk memicu terbentuknya biopori.
Lubang resapan biopori adalah teknologi tepat guna dan ramah lingkungan untuk
mengatasi banjir dengan cara :
a). Meningkatkan daya resapan air
28 Kim,Jong Jin, Introduction to Sustainable Design 29 Kim,Jong Jin, Introduction to Sustainable Design
Gambar II.5 Keunggulan lubang resapan biopori
Sumber : www.biopori.com
Gambar II.6 Penampang membujur lubang biopori
Sumber : www.biopori.com
Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya
____PENDAHULUAN
I-28
b). Mengubah sampah organik menjadi kompos dan mengurangi emisi gas rumah
kaca (CO2 dan metan)
c). Memanfaatkan peran aktivitas fauna tanah dan akar tanaman dan mengatasi
+masalah yang ditimbulkan oleh genangan air seperti penyakit demam berdarah
dan malaria.
Untuk mendapatkan air bersih dapat dilakukan dengan penjernihan air secara
tradisional. Air dialirkan pada beberapa bak. Pada bak diberi tawas yang dapat mengatasi
kesadahan air dengan membuat unsur besi menjadi endapan yang berwarna kuning
coklat. Dalam proses ini, koloid lain pun akan ikut menggumpal dan mengendap.
Kemudian air dialirkan pada
bak kedua yang berisi batu,
kerikil, ijuk dan pasir.
Penyaring pasir tersebut
disusun dengan baik
sehingga menghasilkan air
yang jernih dan tak
menimbulkan kerak pada alat dapur dan sebagainya.
3). Penanganan limbah domestik
Yang termasuk limbah domestik antara lain : kotoran padat lavatori, air kotor
lavatori, air bekas cuci tangan, air cuci rumahtangga, air kolam, air hujan, dan sampah.
Limbah sebagai hasil buangan dari kegiatan manusia tersebut dapat dikelola sebagai
berikut :
a). Air kotor (WC)
b). Air hujan
Septic tank
Sumur resapan
setempat
Air tanah
Makanan lele
Biogas Limbah padat
Air sabun
Air cuci tangan
WC
Gambar II.8 Pengolahan limbah padat dan cair dari lavatori.
Sumber : analisa pribadi, 2008
tawas
batu
kerikil
ijuk
pasir
air keruh
air jernih
Gambar II.7 Proses penjernihan air tradisional.
Sumber : analisa penulis, 2008
Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya
____PENDAHULUAN
I-29
Air hujan merupakan limpahan air yang mampu memberi kontribusi terhadap
penciptaan iklim mikro (dalam bangunan) dan dapat dimanfaatkan sebagai sumber air
untuk operasional bangunan.
c). Sampah
Sampah dikelola dengan lebih dulu memisahkan antara sampah organik,
anorganik dan logam. Sampah organik biasanya berupa limbah pertanian seperti
rumput, semak dan daun-daun yang berguguran. Juga berupa sampah rumahtangga
seperti sisa makanan, kulit buah, batang sayuran dan lain-lain. Sampah anorganik
biasanya barang bekas yang terbuat dari kertas, plastik, karet, kardus, kain perca, kulit,
kayu, PVC dan lain sebagainya. Sampah logam biasanya berupa barang bekas yang
terbuat dari alumunium (kaleng minuman), besi, kuningan dan lain sebagainya.
f. Konservasi alam
Konservasi alam bertujuan untuk menyelamatkan dan melestarikan ekosistem yang
terancam eksistensinya. Tindakan ini dapat dilakukan dengan cara :
1). Memelihara lingkungan setempat sehingga mampu untuk bertahan di kemudian
hari.
2). Menggunakan lahan yang ada. Tidak semua lahan harus ditutupi dengan bangunan,
sehingga lahan yang ada dapat memiliki cukup lahan hijau dan taman.
3). Menggunakan lahan secara efisien, kompak dan terpadu.
4). Menghargai kehadiran tanaman yang ada di lahan, dengan tidak mudah menebang
pohon-pohon, sehingga tumbuhan yang ada dapat menjadi bagian untuk berbagi
dengan bangunan.
I. SEKOLAH ALAM
1. Sekolah secara Umum
Air sumur sebagai air
bersih
Air bersih siap pakai
Air hujan Biopori
Pepohonan
Tadah hujan
Air tanah
Penjernihan air tradisional
Penyiraman tanaman
Kolam ikan
Gambar II.9 Pemanfaatan air hujan sebagai sumber air untuk operasional bangunan.
Sumber : analisa penulis, 2008
Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya
____PENDAHULUAN
I-30
a. Pengertian Sekolah
Sekolah adalah bangunan/ lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat
menerima dan memberi pelajaran (menurut tingkatannya, ada dasar-menengah-tinggi).30
b. Jenjang Pendidikan di Indonesia
Jenjang pendidikan yang termasuk jalur pendidikan terdiri atas31 :
1). Pendidikan dasar
Pendidikan dasar adalah pendidikan umum yang lamanya 9 tahun diselenggarakan
selama 6 tahun di sekolah dasar dan 3 tahun di sekolah lanjutan tingkat pertama atau
satuan pendidikan yang sederajat. Sekolah Dasar adalah bentukan satuan pendidikan
dasar yang menyelenggarakan program pendidikan enam tahun. Sedangkan Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) adalah bentuk satuan pendidikan dasar yang
menyelenggarakan program pendidikan tiga tahun.
2). Pendidikan menengah
Pendidikan menengah adalah pendidikan yang lamanya tiga tahun sesudah
pendidikan dasar dan diselenggarakan di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) atau
satuan pendidikan yang sederajat.
3). Pendidikan tinggi
Pendidikan tinggi adalah pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi daripada
pendidikan menengah di jalur pendidikan sekolah. Sedangkan satuan pendidikan yang
menyelenggarakan pendidikan tinggi disebut perguruan tinggi.
4). Pendidikan pra sekolah
Pendidikan pra sekolah adalah pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani anak didik di luar lingkungan keluarga sebelum
memasuki pendidikan dasar, yang diselenggarakan di jalur pendidikan sekolah atau di
jalur pendidikan luar sekolah. Pendidikan prasekolah tidak menjadi persyaratan untuk
memasuki pendidikan dasar.
c. Klasifikasi Pendidikan
Tripusat pendidikan merupakan penyangga pendidikan yang ideal, di mana
pendidikan diposisikan secara proporsional yaitu tetap berpijak pada kekuatan keluarga,
masyarakat dan sekolah.32
30 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, PN. Balai Pustaka Jakarta, Dep P & K, 1989 31 Sistem Pendidikan Nasional, Berpacu Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia, Abdul Rajak Husain, 1995, Solo : Aneka
Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya
____PENDAHULUAN
I-31
Tabel II.3 Tripusat pendidikan di Indonesia
Lingkungan pendidikan
Lingkup Tipe Kegiatan Proses Belajar
Informal Lingkungan keluarga, merupakan lingkungan terdekat dan paling dulu dikenal.
Kegiatan kehidupan sehari-hari dalam berinteraksi antar anggota keluarga, sebagai pendidikan dan pengalaman fundamental.
Formal Lingkungan sekolah atau pendidikan akademis, merupakan lingkungan yang terlembagakan (institusional) yang memiliki persyaratan tertentu sesuai peraturan dan kebijakan suatu negara, serta bertujuan untuk menciptakan SDM profesional.
Kegiatan interaksi belajar mengajar dalam suatu wadah yang dilakukan dengan pola berkelompok secara efektif dan efisien, sesuai dengan kurikulum yang telah ditetapkan.
Non-formal Lingkungan masyarakat luas. Kegiatan interaksi sosial, wadah komunitas, kursus/pelatihan dengan jangka waktu pendek.
Sumber : Kedaulatan Rakyat, Kembalikan Pendidikan pada Tripusat, edisi Sabtu, 7 Juni 2003
d. Kurikulum Nasional menurut Standar Nasional Pendidikan (SNP)
Sejak tahun 2006, pemerintah mulai mensosialisasikan kurikulum baru pengganti
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2003 yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) 2006 sebagai Kurikulum Nasional. Dalam KTSP 2006, ditentukan Standar
Nasional Pendidikan (SNP) yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan
(BSNP) dan ditetapkan oleh Peraturan Menteri.
Beberapa standar isinya antara lain menetapkan tentang :
1). Kelompok mata pelajaran secara umum
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal
6 ayat (1) menyatakan bahwa kurikulum untuk jenis pendidikan umum, kejuruan dan
khusus pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas :
a). Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia
b). Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian
c). Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi
d). Kelompok mata pelajaran estetika
e). Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan
2). Struktur kurikulum SD/MI dan SMP/MTs
Tabel II.4 Struktur kurikulum SD/MI
Komponen Kelas dan Alokasi Waktu
I II III IV, V, VI
A. Mata Pelajaran
32 Kedaulatan Rakyat, Kembalikan Pendidikan pada Tripusat, edisi Sabtu, 7 Juni 2003
Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya
____PENDAHULUAN
I-32
1. Pendidikan Agama 3
2. Pendidikan Kewarganegaraan 2
3. Bahasa Indonesia 5
4. Matematika 5
5. Ilmu Pengetahuan Alam 4
6. Ilmu Pengetahuan Sosial 3
7. Seni Budaya dan Ketrampilan 4
8. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan
4
B. Muatan Lokal 2
C. Pengembangan Diri 2*)
Jumlah 26 27 28 32
*) Ekuivalen 2 jam pelajaran Sumber : www.bsnp-indonesia.com
Tabel II.5 Struktur kurikulum SMP/MTs
Komponen Kelas dan Alokasi Waktu
VII VIII IX
A. Mata Pelajaran 2 2 2
1. Pendidikan Agama 2 2 2
2. Pendidikan Kewarganegaraan 4 4 4
3. Bahasa Indonesia 4 4 4
4. Bahasa Inggris 4 4 4
5. Matematika 4 4 4
6. Ilmu Pengetahuan Alam 4 4 4
7. Ilmu Pengetahuan Sosial 4 4 4
8. Seni dan Budaya 2 2 2
9. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan
2 2 2
10. Ketrampilan/Teknologi Informasi dan Komunikasi
2 2 2
B. Muatan Lokal 2 2 2
C. Pengembangan Diri 2*) 2*) 2*)
Jumlah 32 32 32
2*) Ekuivalen 2 jam pelajaran Sumber : www.bsnp-indonesia.com
a). Ketentuan sarana dan prasarana
Tabel II.6 Ketentuan Sarana dan Prasarana menurut SNP
SD SMP
1). Ruang kelas 1). Ruang kelas
2). Ruang perpustakaan 2). Ruang perpustakaan
3). Ruang laboratorium IPA 3). Ruang laboratorium IPA
4). Ruang pimpinan 4). Ruang pimpinan
5). Ruang guru 5). Ruang guru
6). Tempat ibadah 6). Ruang tata usaha
7). Ruang UKS 7). Tempat ibadah
8). Jamban 8). Ruang konseling
9). Gudang 9). Ruang UKS
10). Ruang sirkulasi 10). Ruang organisasi kesiswaan
11). Tempat bermain/berolahraga 11). Jamban
12). Gudang
13). Ruang sirkulasi
14). Tempat bermain/berolahraga
Sumber : Badan Standar Nasional Pendidikan, 2007
Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya
____PENDAHULUAN
I-33
2. Sekolah Alam Tingkat Dasar (SATD)
a. Pengertian Sekolah Alam
Sekolah Alam adalah sekolah dengan konsep pendidikan berbasis alam semesta. 33.
Sekolah Alam (SA) dapat dimaknai sebagai suatu lembaga pendidikan dengan metoda
tertentu dan dapat pula dimaknai sebagai suatu sistem. Sebagai sistem, Sekolah Alam
merupakan sistem pendidikan yang memanfaatkan dimensi alam sebagai obyek
pendidikan, eksperimen/ uji coba, modal produksi dan sarana pengembangan manusia.34
Sedangkan, penulis D. Zawawi Imron dalam berpendapat bahwa Sekolah Alam adalah
sekolah tempat belajar bertindak mencintai alam, belajar menjadi manusia yang berdaya
lahir batin, bertanggung jawab merawat dan mengawal negara, karena alam atau tanah air
adalah sajadah tempat bersujud kepada Tuhan.35
b. Urgensi Sekolah Alam
Pendidikan dan pengelolaan lingkungan hidup (alam) merupakan dua komponen
yang sangat berhubungan. Pendidikan pada dasarnya adalah proses pengenalan,
pemahaman, dan penghayatan nilai-nilai pengelolaan lingkungan hidup. Sedangkan
penyadaran dan pengelolaan lingkungan hidup akan menjadi efektif bila didasarkan pada
proses pendidikan yang benar. Proses penyadaran merupakan proses inti atau hakikat
dari proses pendidikan itu sendiri.
Secara psikologis, proses pengetahuan akan maksimal apabila pengalaman yang
dimiliki anak menjadi pengetahuan bagi mereka sendiri. Dengan mengalami sesuatu itu
sendiri, pemahaman yang diterima otak lebih maksimal terekam dan awet dibandingkan
ketika membaca, menghafal, mendengar dan melihat saja.
Di sekolah terjadi proses enkulturasi, yaitu proses pembudayaan terhadap nilai-nilai
dan norma-norma yang berkembang dalam masyarakat, termasuk nilai dan norma yang
mengatur hubungan antara manusia dan lingkungannya. Oleh karena sikap terhadap
alam, nilai dan norma yang berlaku, pantangan dan pengetahuan seseorang sangat
berpengaruh terhadap proses pengambilan keputusan, maka pendidikan di sekolah
menempati posisi strategis sebagai tempat persemaian manusia-manusia ramah
lingkungan.
c. Karakteristik Sekolah Alam
33 Profil Sekolah Alam Ciganjur 34 Profil Sekolah Alam Ar-Ridho Semarang 35 www.indonesiaindonesia.com
Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya
____PENDAHULUAN
I-34
Berbeda dengan konsep belajar konvensional yang pada umumnya dikelola oleh
pemerintah, Sekolah Alam menawarkan konsep belajar yang lebih dinamis dan fleksibel.
Meski bukan mustahil jika sekolah-sekolah negeri pada umumnya turut mengembangkan
kurikulum seperti di Sekolah Alam, namun faktanya sekolah-sekolah konvensional tersebut
banyak mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan kurikulum baru dari
pemerintah. Hal ini disebabkan karena sekolah-sekolah negeri terbiasa terikat secara
birokratif sehingga kurang mandiri dan cenderung berorientasi pada teori saja.
Berdasarkan hasil studi banding, Sekolah-sekolah Alam di Indonesia mempunyai
beberapa kesamaan ciri yang membentuk karakteristik umum Sekolah Alam. SA sangat
spesifik dilihat dari paradigma belajar, metoda, hubungan guru-siswa, media belajar,
kurikulum, desain fisik, dan penentuan lokasi. Karakteristik SA secara umum antara lain :
1). Pembelajaran berpusat pada siswa (learner centered) sehingga mendorong siswa
untuk terlibat secara aktif dalam membangun pengetahuan, sikap dan perilaku.
2). Guru diposisikan sebagai fasilitator proses pembelajaran siswa. Guru menjadi mitra
pembelajaran yang berfungsi sebagai pendamping (guide on the side) bagi siswa.
3). Belajar Berbasis Pengalaman (Experiential Learning) sehingga siswa memperoleh
pemahaman terhadap suatu pengetahuan dengan lebih mendalam (deep learning).
4). Alam digunakan sebagai media belajar. Alam sekitar dijadikan sebagai
laboratorium.
5). Menekankan pada Pendidikan Luar Ruang (Outbound Education) yang sarat
dengan permainan yang menantang, mengandung nilai-nilai pendidikan, dan
mendekatkan siswa dengan alam.
6). Memodifikasi kurikulum nasional dengan memasukkan kurikulum pengembangan
seperti : falsafah ilmu pengetahuan, spiritualisasi di alam, kepemimpinan, ilmu
pengetahuan hayati, pendidikan lingkungan hidup, distribusi bisnis dan retail,
teknologi informasi dan komunikasi, dll.
7). Menggunakan konsep pembelajaran spider web (mengambil satu obyek lalu
mengaitkannya dengan banyak mata pelajaran sekaligus) dan fun learning
(menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan).
8). Desain fisik ruang kelas biasanya berupa saung-saung tanpa bangku kelas
umumnya. Anak-anak dapat bebas memilih posisi duduk di lantai.
9). Fasilitas untuk melakukan kegiatan di alam biasanya berupa laboratorium, rumah
kaca, area kebun dan ternak, lapangan untuk outbound, kolam/empang untuk
Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya
____PENDAHULUAN
I-35
variasi outbound dan playground. Fasilitas lain yang umumnya disediakan SA
antara lain perpustakaan, ruang administrasi, laboratorium komputer, ruang
serbaguna dan tempat ibadah.
10). Lokasi SA pada umumnya dipilih di pinggir kota, di mana anak-anak dapat dengan
mudah menemukan lingkungan hijau seperti kebun, sawah, sungai, dan cukup
tenang dari keramaian aktivitas kota.
11). Tapak SA biasanya mempunyai potensi alam dan eksisting alami yang menarik,
seperti misalnya sawah, sungai, kontur bervariasi, kebun, peternakan, waduk tadah
hujan, pemukiman penduduk setempat, bukit, dan jenis biodiversitas lainnya.
12). Lansekap SA dirancang dinamis, jauh dari kesan formal, mengikuti kontur alami,
cenderung berkesan rekreatif dan menyatu dengan alam.
13). Bahan material bangunan didominasi oleh kayu, bambu, ijuk dan batu bata yang
menimbulkan kesan menyatu dengan alam.
14). Massa-massa bangunan biasanya dipolakan secara terpisah agar tercipta ruang-
ruang terbuka di antara massa-massa bangunan itu. Ruang-ruang antara dijadikan
lahan bertanam dan area untuk berinteraksi dengan alam.
d. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Mendukung Eksistensi Sekolah
Alam (SA)
KTSP memuat 7 prinsip dasar pembelajaran36, yaitu antara lain :
1). Pelaksanaan kurikulum didasarkan pada potensi, perkembangan dan kondisi
peserta didik untuk menguasai kompetensi yang berguna bagi dirinya. Dalam hal ini,
peserta didik harus mendapatkan pelayanan pendidikan yang bermutu, serta
memperoleh kesempatan untuk mengekspresikan dirinya secara bebas, dinamis
dan menyenangkan.
2). Kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan kelima pilar belajar, yaitu : (a) belajar
untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (b) belajar untuk
memahami dan menghayati, (c) belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat
secara efektif, (d) belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain, dan (e)
belajar untuk membangun dan menemukan jatidiri, melalui proses pembelajaran
yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
36 Jawa Pos, edisi Selasa, 17 Oktober 2006
Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya
____PENDAHULUAN
I-36
3). Pelaksanaan kurikulum memungkinkan peserta didik mendapat pelayanan yang
bersifat perbaikan, pengayaan, dan/atau percepatan sesuai dengan potensi, tahap
perkembangan dan kondisi peserta didik dengan tetap memperhatikan keterpaduan
pengembangan pribadi peserta didik yang berdimensi keTuhanan, keindividuan,
kesosialan dan moral.
4). Kurikulum dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik dan pendidik yang
saling menerima dan menghargai, akrab, terbuka, dan hangat, dengan prinsip tut
wuri handayani, ing madya mangun karsa, ing ngarso sung tulada (di belakang
memberikan daya dan kekuatan, di tengah membangun semangat dan prakarsa, di
depan memberikan contoh dan teladan)
5). Kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan multistrategi dan
multimedia, sumber belajar dan teknologi yang memadai, dan memanfaatkan
lingkungan sekitar sebagai sumber belajar, dengan prinsip ”alam takambang jadi
guru” (semua yang terjadi, tergelar dan berkembang di masyarakat dan lingkungan
sekitar serta lingkungan alam semesta dijadikan sumber belajar, contoh dan
teladan).
6). Kurikulum dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam, sosial dan budaya
serta kekayaan daerah untuk keberhasilan pendidikan dengan muatan seluruh
bahan kajian secara optimal.
7). Kurikulum yang mencakup seluruh komponen kompetensi mata pelajaran, muatan
lokal dan pengembangan diri diselenggarakan dalam keseimbangan, keterkaitan
dan kesinambungan yang cocok dan memadai antarkelas dan jenis serta jenjang
pendidikan.
Secara ringkas, KTSP dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip berikut :
1) Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik
dan lingkungannya.
2) Beragam dan terpadu
3) Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
4) Relevan dengan kebutuhan kehidupan
5) Menyeluruh dan berkesinambungan
6) Belajar sepanjang hayat
7) Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah
Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya
____PENDAHULUAN
I-37
Dengan membandingkan antara prinsip dasar pembelajaran dalam KTSP 2006 dan
konsep pembelajaran Sekolah Alam terdapat keselarasan muatan sebagai berikut :
Tabel II.7 Perbandingan antara Prinsip Dasar Pembelajaran KTSP dengan
Konsep Pembelajaran Sekolah Alam
No. Prinsip Dasar Pembelajaran KTSP 2006
Konsep Pembelajaran Sekolah Alam
1) Pelaksanaan kurikulum didasarkan pada potensi, perkembangan dan kondisi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang berguna bagi dirinya. Dalam hal ini, peserta didik harus mendapatkan pelayanan pendidikan yang bermutu, serta memperoleh kesempatan untuk mengekspresikan dirinya secara bebas, dinamis dan menyenangkan.
Kurikulum tak hanya berupa daftar kumpulan mata pelajaran melainkan juga sebagai kegiatan belajar dan pengalaman belajar peserta didik. Cara pandang ini menuntut guru untuk mampu berkreativitas, mengaitkan perilakunya di depan kelas dengan konteks pembelajaran yang menjadi pengalaman dan dibutuhkan oleh peserta didik, sehingga orientasi pembelajarannya berpusat pada peserta didik (learner centred). Anak-anak SA diarahkan untuk memahami potensi dasarnya sendiri. Setiap anak dihargai kelebihannya dan dipahami kekurangannya.
2) Kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan kelima pilar belajar, yaitu : (a) belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (b) belajar untuk memahami dan menghayati, (c) belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif, (d) belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain, dan (e) belajar untuk membangun dan menemukan jatidiri, melalui proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
Hakikat tujuan pendidikan SA adalah membantu anak didik tumbuh menjadi manusia yang berkarakter. SA tetap mengikuti kurikulum nasional sebagai acuan dasar lalu mengembangkannya sesuai kebutuhan dan kemampuan SA.
3) Pelaksanaan kurikulum memungkinkan peserta didik mendapat pelayanan yang bersifat perbaikan, pengayaan, dan/atau percepatan sesuai dengan potensi, tahap perkembangan dan kondisi peserta didik dengan tetap memperhatikan keterpaduan pengembangan pribadi peserta didik yang berdimensi keTuhanan, keindividuan, kesosialan dan moral.
Kurikulum yang diterapkan SA disusun staf pengajar agar sesuai dengan kemampuan siswanya. Sistem pendidikan SA memadukan teori dan penerapannya.
4) Kurikulum dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik dan pendidik yang saling menerima dan menghargai, akrab, terbuka, dan hangat, dengan prinsip tut wuri handayani, ing madya mangun karsa, ing ngarso sung tulada
Fun learning merupakan metode belajar mengajar yang bertujuan untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga anak didik senang untuk belajar. Guru dan murid adalah teman sehingga terbina hubungan yang akrab, menyenangkan, terbuka dan saling menghargai di SA.
5) Kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan multistrategi dan multimedia, sumber belajar dan teknologi yang memadai, dan
SA merupakan sekolah dengan konsep pendidikan berbasis alam semesta. SA mempunyai dimensi alam sebagai sumber ilmu yang bisa dikelola oleh para
Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya
____PENDAHULUAN
I-38
Sumber : Analisa pribadi, 2008
e. Sekolah Alam di Indonesia
Sebagian besar SA di Indonesia berada pada jenjang pendidikan dasar (SD dan
SMP) dan prasekolah (Playgroup dan TK). Hal ini disebabkan karena SA masih baru di
Indonesia. SA yang pertama kali muncul dan mempelopori berdirinya banyak SA di
Indonesia adalah Sekolah Alam Ciganjur di Ciganjur, Jakarta.
1). Sekolah Alam Ciganjur di Jakarta
SA ini didirikan oleh Lendo Novo yang prihatin dengan kondisi pendidikan di
Indonesia. Ia melihat banyak kegiatan belajar mengajar di sekolah pada umumnya
didominasi oleh sistem kurikulum yang sempit, masif, cenderung teoretik, didominasi
oleh guru dan identik dengan peraturan yang menyamaratakan. Orientasi anak belajar
hanya untuk mencari nilai, bukan sebagai life skill yang bisa diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari. Ilmu hanya berhenti pada angka bukan pada manfaatnya bagi kehidupan
apabila diterapkan. Oleh karenanya, Lendo Novo menggagas sebuah ide membangun
model sekolah yang sekarang populer dengan nama SA Ciganjur dengan harapan dapat
mewujudkan pendidikan yang ideal bagi anak-anak Indonesia.
Demi hakikat pendidikan dalam membentuk manusia yang berkarakter, proses
belajar mengajar berlangsung dalam suasana yang menggunakan metoda :
a). Fun Learning
Belajar di alam terbuka, secara naluriah akan menimbulkan suasana “fun”, tanpa
tekanan dan jauh dari kebosanan. Sehingga, akan tumbuh kesadaran pada anak
bahwa “learning is fun” dan sekolah identik dengan kegembiraan.
memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar, dengan prinsip ”alam takambang jadi guru” (semua yang terjadi, tergelar dan berkembang di masyarakat dan lingkungan sekitar serta lingkungan alam semesta dijadikan sumber belajar, contoh dan teladan).
peserta didik. Anak-anak tak hanya belajar di kelas melainkan belajar dari alam sekelilingnya, dari manapun dan dari siapapun.
6) Kurikulum dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam, sosial dan budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan pendidikan dengan muatan seluruh bahan kajian secara optimal.
Spider web merupakan metode yang mengintegrasikan beberapa mata pelajaran pada satu obyek pembelajaran. Dengan demikian, pengetahuan menjadi lebih menyeluruh dan terinternalisasi.
7) Kurikulum yang mencakup seluruh komponen kompetensi mata pelajaran, muatan lokal dan pengembangan diri diselenggarakan dalam keseimbangan, keterkaitan dan kesinambungan yang cocok dan memadai antarkelas dan jenis serta jenjang pendidikan.
Penciptaan sistem pembelajaran yang berbasis lingkungan memberikan suasana yang kondusif bagi pendidikan. Kondisi tersebut dapat meningkatkan daya retensi serta kompetensi siswa pada konsep-konsep yang dipelajarinya.
Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya
____PENDAHULUAN
I-39
b). Spider Web
Spider Web merupakan metoda belajar yang mengintegrasikan tema dalam
semua mata pelajaran sehingga pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran
bersifat integratif, komprehensif dan aplikatif. Misalnya, tema pelajaran adalah pasar.
Ini berarti, para murid mempelajari semua hal yang ada di pasar. Dari sisi pelajaran
Sains, murid diajak mencari tahu asal sayuran dan buah-buahan. Dari segi pelajaran
Matematika, mereka belajar menghitung harga jual supaya pedagang tidak rugi.
Sedangkan dari segi pelajaran bahasa, mereka berlatih cara berbicara yang baik
dengan pedagang maupun pembeli.
Kurikulum SA Ciganjur didasarkan atas tiga output proses pendidikan Sekolah
Alam. Ketiga output tersebut adalah :
a). Integritas Akhlaq dicapai dengan keteladanan; keteladanan guru, orang tua,
serta semua komponen Sekolah Alam
b). Integritas Logika dicapai dengan model pembelajaran action learning,
anak-anak belajar langsung dari alam. Alam menjadi laboratorium bagi mereka.
c). Kepemimpinan dicapai dengan metode outbound dan dynamic group.
Dengan landasan ketiga output tersebut, maka kurikulum Sekolah Alam terdiri dari
dari tiga aspek, yaitu kurikulum akhlak, kurikulum kognitif (pendekatan dari logika
berfikir), dan kurikulum kepemimpinan.
a). Akhlaqul Karimah menjadikan anak memiliki akhlaq yang baik dengan
metode utamanya keteladanan yang berdasar pada Al-Qur’an dan Hadits
b). Falsafah Ilmu Pengetahuan menjadikan anak memiliki logika berpikir
yang baik, mencermati alam lingkungannya menjadi media belajarnya dengan
metoda action learning dan diskusi.
c). Kepemimpinan/Leadership menjadikan anak memiliki semangat
kepemimpinan yang baik dengan metoda outbound dan dynamic group.
Kurikulum SA mempunyai komposisi materi pembelajaran dengan perbandingan
80:20, artinya sebanyak 80% merupakan kurikulum akhlak, sedangkan 20%-nya adalah
kurikulum kognitif. Kurikulum model ini diambil karena keberhasilan anak cenderung
ditentukan oleh kecerdasan emosinya. Dalam penyampaian pembelajaran, 70% kegiatan
pembelajaran di SA merupakan outdoor activity dan 30% lainnya adalah indoor activity.
Materi pembelajaran disampaikan secara active dan fun.
Kegiatan penunjang pembelajaran antara lain :
Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya
____PENDAHULUAN
I-40
a). Outbound Salah satu kegiatan outdoor di Sekolah Alam ini rutin
diberikan untuk semua siswa. Outbound bertujuan untuk pembentukan sikap
kepemimpinan siswa (kepercayaan diri, kerja sama tim, dan lain-lain).
b). Kebun dan Ternak Kegiatan kebun dan ternak dilakukan oieh semua siswa.
Adapun jenis kegiatannya ditentukan sesuai jenjang kelas siswa. Selain belajar
mencintai lingkungan, kegiatan ini juga dapat dijadikan sebagai media
pembelajaran untuk materi pelajaran lain secara terpadu.
c). Market Day Merupakan ajang setiap kelas untuk berjualan di Sekolah
Alam. Setiap siswa akan terlibat mulai dari perencanaan, promosi hingga
penjualan produk mereka. Hal ini membutuhkan kerjasama antar siswa dari
masing-masing kelas. Pada saat market day, orang tua siswa dan masyarakat
diundang untuk secara langsung melihat dan membeli dagangan siswa sekolah
alam.
d). Outing Merupakan kegiatan untuk memperdalam pembelajaran yang
disampaikan di sekolah. Kegiatan ini dilakukan dengan mengunjungi tempat-
tempat yang sesuai dengan tema pembelajaran siswa saat itu.
e). Muhadhoroh dan Audiensi Merupakan pertemuan pekanan siswa yang
bertujuan menjalin keakraban antara siswa yaitu audiensi siswa, yaitu pertunjukan
setiap kelas seperti drama, ensamble, puisi, menyanyi lagu, dll. Kegiatan untuk
menumbuhkan jiwa entertainership siswa dan melatih apresiasi siswa terhadap
hasil karya temannya.
f). Ramadhan Camp dan I'tikaf Merupakan kegiatan yang bernuansa Ramadhan.
Salah satu bentuk kegiatannya adalah buka puasa bersama. Siswa mulai kelas 3
melanjutkan acara buka puasa dengan menginap di sekolah. Bersama-sama
mereka melakukan sholat tarawih, tilawah quran, kajian islam, qiyamul lail dan
sahur. Kegiatan menginap diadakan selama dua hari semalam.
g). OTFA (Out Tracking Fun Adventure) Merupakan evaluasi akhir dari
keseluruhan kegiatan outbound bagi siswa SD. OTFA biasanya dilakukan di luar
sekolah selama dua hari di akhir tahun ajaran. Bentuk kegiatannya berupa
camping, outbound¸ dan tracking.
h). Renang Kegiatan diikuti oleh seluruh siswa satu bulan sekali secara bergiliran
tiap kelasnya.
Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya
____PENDAHULUAN
I-41
Kekhasan secara fisik, massa-massa bangunan SA berupa saung-saung persegi
empat dengan tampilan yang menonjolkan nuansa yang menyatu dengan alam. Di sini
terdapat halaman parkir, saung tunggu, saung kantor guru dan administrasi,
perpustakaan, ruang Special Needs Centre, musholla, lapangan, Green Lab, kebun,
kolam ikan dan tempat ternak. Green Lab, yaitu laboratorium tanam-tanaman dalam
rumah plastik dan kaca, lengkap dengan saung kebunnya, berpadu dengan petak-petak
kebun yang ditanami aneka tanaman organik dan hidroponik, milik masing-masing kelas
sebagai penanggung jawabnya.
SA Tingkat Dasar memberi kesempatan seluas-luasnya bagi peserta didik maupun
pendidik untuk belajar bersama di alam baik di dalam maupun di luar sekolah. Secara
psikologis, anak-anak di usia 5-15 tahun sedang berusaha mencari dan mengumpulkan
ilmu sebanyak-banyaknya demi memuaskan pertanyaan-pertanyaaan yang menyangkut
diri dan lingkungan sekitar mereka. Secara psikomotorik, koordinasi dan keseimbangan
tubuh anak sudah semakin membaik. Secara sosial, kontak dengan dunia luar pun
semakin luas. Karakteristik perkembangan psiko-fisik anak dan kebutuhan kegiatannya
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel II.8 Karakteristik perkembangan psiko-fisik anak dan kebutuhan kegiatan37 Kelompok
usia Perkembangan psiko fisik Kebutuhan anak
5-10 tahun (anak sekolah)
Keseimbangan badan sudah membaik
Koordinasi psikomotorik semakin berkembang
Kontak dengan dunia luar semakin luas
Permainan mengarah permainan kelompok
Menyukai bermain kejar – kejaran
Mulai bersifat menyelidik
Ketergantungan pada individu lain berkurang
Suka mendengarkan cerita
Rasa tanggungjawab mulai tumbuh
Kognitif, contoh : iptek, membaca
Afektif, contoh : menggambar/ melukis, musik, teater boneka
Motorik gerak, konstruktif, reseptif
11-14 tahun (anak remaja)
Koordinasi psikomotorik sudah baik
Proses sosialisasi semakin baik
Permainan mengarah pada permainan kelompok dan sudah dapat memahami peraturan tertentu
Dapat memisahkan persepsi dengan tindakan, mulai menggunakan logika dalam bertindak
Mulai usia 12 tahun gerakan anak semakin tergantung aturan
Kognitif, contoh : iptek, membaca
Afektif, contoh : menggambar/ melukis, musik, film
Motorik gerak, konstruktif, reseptif
Sumber : Winkel, WS. 1991. Psikologi Pengajaran. Jakarta : Grasindo
37 Winkel, WS. 1991. Psikologi Pengajaran. Jakarta : Grasindo
anorganik
Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya
____PENDAHULUAN
I-42
Gambar III.1 Pembagian wilayah Solo Raya
Sumber : www.soloraya.co.id dengan analisa pribadi, 2008
BAB III TINJAUAN WILAYAH SOLO RAYA
J. SOLO RAYA
1. Kewilayahan Solo Raya
Solo Raya adalah suatu wilayah yang meliputi kota Surakarta dan se-eks Karesidenan
Surakarta yang terletak di propinsi Jawa Tengah. Wilayah Solo Raya memiliki lokasi yang
strategis, yaitu di Jawa Tengah, dan merupakan bagian dari area pengembangan wilayah
Joglosemar yang menggabungkan Yogyakarta, Solo dan Semarang.
Solo terletak tidak jauh dari pusat–pusat perdagangan utama di Jawa Tengah dan
Jawa Timur. Solo terletak 102 km dari Semarang, 60 km dari Yogyakarta dan sekitar 210 km
dari Surabaya.38
Solo Raya terdiri dari daerah–daerah terkenal dan berbudaya tinggi yang dahulu
termasuk wilayah Surakarta, antara lain: kota Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar,
Wonogiri, Sragen, dan Klaten.
38 www.soloraya.co.id
Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya
____PENDAHULUAN
I-43
Secara administratif, Solo Raya terbagi atas 124 kecamatan dan 1.431 desa. Secara
umum, wilayah ini menawarkan keseimbangan lingkungan, tata kota yang rapi, area hunian
dan industri yang teratur dengan baik. Keseluruhan wilayah tersebut menempati area seluas
5.722,38 km2 dengan batas fisik wilayah sebagai berikut:
o Batas sebelah utara yaitu Kabupaten Purwodadi & Kabupaten Ngawi.
o Batas sebelah selatan yaitu Kabupaten Wonosari (DI Yogyakarta), Samudera Hindia,
Kabupaten Pacitan.
o Batas sebelah barat yaitu Kabupaten Salatiga.
o Batas sebelah timur yaitu Kabupaten Ngawi, Kabupaten Magetan.
2. Infrastruktur Solo Raya
Solo Raya terletak secara strategis di tengah-tengah Pulau Jawa yang didukung oleh
infrastruktur memadai. Secara umum, infrastruktur di Solo Raya39 diuraikan sebagai berikut :
a. Sumber Air, berasal dari sungai Bengawan Solo yang membelah wilayah Solo Raya.
Sarana air dengan banyak fungsi sebagai tadah hujan, pencegah banjir, irigasi
pertanian, dan air bersih dari waduk/ bendungan.
b. Pembangkit Listrik, terutama dengan tenaga air yang dihasilkan oleh PLTA Waduk
Kedungombo, PLN cabang Wonogiri dan suplai penunjang dari wilayah Semarang
serta Jatisrono. Total pemakaian 2.441.088.997 kW per jam dengan jumlah
pelanggan sebanyak 179.118 rumah.
c. Jalan Raya, dengan total panjang jalan 5.506 km, telah diaspal 85,43% dan sebagian
besar dalam kondisi baik. Menghubungkan setiap regionnya dan memudahkan
intensitas akses antar daerah dalam rangka saling memenuhi kebutuhan.
d. Transportasi, meliputi jaringan KA yang dapat diakses melalui Stasiun Balapan
(Surakarta) atau Stasiun Tugu (Yogyakarta), terhubung dengan Jakarta, Bandung
dan Surabaya. Maskapai penerbangan nasional dan internasional dari Singapura dan
Malaysia dapat diakses bandara Adi Sucipto dan bandara Adi Sumarmo (Boyolali).
e. Telekomunikasi, berkembang seiring berkembangnya stasiun televisi daerah,
stasiun radio dan akses internet. Jaringan telepon di Solo Raya disediakan PT.
Telkom secara meluas. Terdapat beberapa penyedia jaringan telepon selular swasta,
diantaranya Excelcomindo, Komselindo, Indosat, Mobisel, Lippo Telecom, PSN,
Satelindo dan Telkomsel.
39 www.soloraya.co.id
Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya
____PENDAHULUAN
I-44
3. Kondisi Demografis Penduduk di Surakarta dan Eks Karesidenannya
a. Demografis secara Umum
Penduduk di kota Surakarta hampir sebagian besar bekerja di sektor perdagangan
dan industri. Sedangkan di eks-Karesidenannya sebagian besar bekerja di sektor
pertanian. Corak masyarakatnya menunjukkan suatu perbedaan antara kehidupan
masyarakat kota yang modern dan masyarakat desa yang tradisional. Kondisi penduduk
secara demografis ditunjukkan dalam tabel berikut ini :
Tabel III.1 Luas wilayah, jumlah dan kepadatan penduduk tingkat kecamatan di Surakarta dan
kecamatan yang bersentuhan di dalam wilayah Solo Raya Kecamatan di
Surakarta Luas
wilayah (km²)
Jumlah penduduk
(jiwa)
Kepadatan penduduk (jiwa/km²)
Laweyan 8,63 91.131 10.559
Serengan 3,19 48.112 15.082
Pasarkliwon 4,82 78.120 16.207
Jebres 12,58 134.716 10.708
Banjarsari 14,81 158.632 10.711
Ngemplak 38,52 69.686 1.809
Baki 21,97 51.513 2.344
Grogol 30,00 99.989 3.332
Kartosuro 19,23 88.348 4.594
Mojolaban 35,54 77.269 2.147
Gondangrejo 56,80 60.251 1.061
Jaten 25,55 63.393 2.481
Colomadu 15,64 49.472 3.163
Sumber : BPS Surakarta, BPS Karanganyar, dalam Angka 2006 (dengan pengolahan dari penulis, 2008)
Kondisi penduduk di Surakarta dan eksKaresidenannya di tingkat kecamatan
menunjukkan kepadatan penduduk yang kontras. Kecamatan-kecamatan di Surakarta
mempunyai luas wilayah yang kecil namun ditinggali oleh jumlah penduduk yang banyak.
Sedangkan kecamatan-kecamatan di eks Karesidenannya mempunyai luas wilayah yang
jauh lebih besar namun ditinggali oleh jumlah penduduk yang relatif sedang.
Kepadatan penduduk di dalam kota Surakarta memungkinkan kebutuhan akan
sarana pendidikan karena jumlah penduduk yang banyak. Kendalanya yaitu tentang
luasan wilayah yang relatif kecil untuk dijadikan site obyek. Sedangkan, kepadatan
penduduk di luar kota Surakarta yang lebih kecil daripada di dalam kota mempengaruhi
kebutuhan akan sarana pendidikan yang lebih sedikit. Namun, dengan luasan wilayah
yang lebih besar dibandingkan dengan di kota Surakarta lebih memungkinkan adanya
lahan kosong yang tersedia.
b. Demografis Anak Usia Dasar
Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya
____PENDAHULUAN
I-45
Untuk melihat kebutuhan daya tampung suatu sekolah, diperlukan tinjauan mengenai
jumlah anak usia sekolah tingkat pendidikan dasar yaitu SD dan SMP baik di sekolah
negeri maupun swasta dalam ruang lingkup :
Solo Raya yaitu Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar, Wonogiri, Sragen dan
Klaten.
Surakarta dan Daerah eks Karesidenan yang bersentuhan langsung dengan kota
Surakarta antara lain Ngemplak, Baki, Grogol, Kartosuro, Mojolaban, Gondangrejo,
Jaten dan Colomadu.
Tabel III.2 Jumlah murid SD dan SMP di Solo Raya
No. Wilayah Jumlah Murid SD (jiwa)
Jumlah Murid SMP (jiwa)
Jumlah murid SD dan SMP (jiwa)
1. Surakarta 63.512 60.153 123.665
2. Boyolali 45.312 42.176 87.488
3. Sukoharjo 48.578 49.453 98.031
4. Karanganyar 52.356 50.565 102.921
5. Wonogiri 20.234 19.048 39.282
6. Sragen 32.835 30.903 63.738
7. Klaten 35.038 37.344 72.382
Jumlah anak usia SD dan SMP di Solo Raya 587.507
Sumber : data kuantitatif dari BPS Surakarta dan Karanganyar yang telah diolah, 2009
Tabel di atas memperlihatkan jumlah murid SD dan SMP di Solo Raya. Jumlah murid
SD dan SMP di Solo Raya sebanyak 587.507 jiwa menunjukkan besarnya minat anak
terhadap sekolah di jenjang SD dan SMP.
Tabel III.3 Jumlah anak usia pra-dasar dan dasar
di Surakarta dan kecamatan yang bersentuhan langsung di Solo Raya Surakarta & Kecamatan yang
bersentuhan langsung Usia 0-4
(jiwa) Usia 5-9
(jiwa) Usia 10-14
(jiwa)
Surakarta 30.723 37.202 38.247
Ngemplak 4.236 5.129 5.289
Baki 3.131 3.791 3.899
Grogol 6.079 7.359 7.569
Kartosuro 5.371 6.502 6.687
Mojolaban 4.697 5.686 5.849
Gondangrejo 3.669 4.434 4.561
Jaten 3.854 4.665 4.798
Colomadu 3.007 3.641 3.745
Jumlah 64.767 78.409 80.374
Sumber : BPS Kota Surakarta (Hasil Olahan Data SUSENAS 2004), BPS Kab. Karanganyar
Tabel di atas memperlihatkan jumlah anak-anak di Surakarta dan kecamatan yang
berbatasan langsung dengan kota Surakarta. Jumlah anak usia 5-14 tahun seperti yang
tertera pada tabel tersebut menggambarkan kebutuhan akan pelayanan pendidikan yang
cukup tinggi. Anak-anak pada usia sekitar 5-14 tahun diwajibkan mengenyam pendidikan
Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya
____PENDAHULUAN
I-46
dasar 9 tahun sesuai program pemerintah dalam mencerdaskan tunas bangsa dan
meningkatkan taraf pendidikan. Oleh karenanya, pemerintah berharap perbaikan sumber
daya manusia terjadi secara kuantitatif dan kualitatif. Tak hanya bertujuan menuntaskan
wajib belajar 9 tahun semata, melainkan juga mampu mencetak anak bangsa menjadi
generasi yang cerdas, terampil dan kreatif.
4. Sarana Pendidikan Formal di Surakarta dan Eks Karesidenannya
Pendidikan merupakan salah satu sarana dalam meningkatkan sumber daya manusia.
Ketersediaan fasilitas pendidikan baik sarana dan prasarana akan sangat menunjang dalam
meningkatkan pendidikan.40
Menurut Departemen Pendidikan dan Budaya, saat ini Solo Raya mempunyai sarana
pendidikan formal dengan rincian sebagai berikut41 :
Tabel III.4 Sarana pendidikan formal di Solo Raya
SDN SD Swasta
SMPN SMP Swasta
SMAN SMA Swasta
SMK N SMK Nasional
PTN Universitas/ Politeknik
492 7 49 27 12 6 10 2 2 36
Sumber : www.soloraya.co.id
Solo Raya menawarkan akses sekolah, universitas, dan lembaga pelatihan yang
berkualitas. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah bersama di Solo Raya mempunyai
perhatian besar terhadap pendidikan dan upaya peningkatan kualitas sumber daya
manusia.
K. DUNIA PENDIDIKAN DI SOLO RAYA
1. Kota Surakarta sebagai Barometer Pendidikan
Kota Surakarta merupakan salah satu daerah yang menjadi barometer pendidikan
nasional. Kondisi pendidikan di kota Surakarta dianggap mewakili dan merupakan titik
tengah dari daerah-daerah yang tingkat pendidikannya maju seperti Jakarta maupun
daerah-daerah yang tingkat pendidikannya masih tergolong rendah.42
Sesuai dengan fungsi kota yang ditetapkan, Surakarta diharapkan menjadi kawasan
pusat pengembangan pendidikan dalam skala lokal, regional dan nasional. Untuk itu, perlu
adanya peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana pendidikan sehingga
dapat mendukung fungsi kota tersebut.
40 Surakarta Dalam Angka Tahun 2004 41 www.soloraya.co.id 42 www.republika.co.id, 2005
Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya
____PENDAHULUAN
I-47
Dengan demikian, lokasi penentuan tapak SATD difokuskan di Kota Surakarta yang
mampu melayani Solo Raya.
2. Pendidikan Lingkungan Hidup Masuk Kurikulum Nasional
Ketentuan dalam KTSP memungkinkan adanya bentuk-bentuk pengembangan belajar
sesuai potensi sebuah sekolah. Lingkungan sekitar, baik alam maupun sosial dapat
dijadikan bahan belajar secara virtual. Anak-anak di sekolah konvensional diharapkan
mengikuti perkembangan dunia di berbagai bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
Topik belajar tentang pemanasan global, energi fosil dan energi alternatif, perlindungan
ekosistem dan sumber daya, penghijauan kota, kehutanan, keanekaragaman hayati,
bencana alam, dan fenomena-fenomena alam sekitar disampaikan agar anak-anak
memahami benar tentang kondisi bumi saat ini. Kelemahannya sangat klasik yaitu hanya
disampaikan secara teori dan pengembangan topik-topik tentang alam sangat terbatas.
3. Sarana Pendidikan Alam di Solo Raya
Solo Raya baru dapat melayani kebutuhan terhadap pendidikan alam dalam kemasan
wisata rekreasi edukasi “Sekolah Alam Griyo Kulo” yang berlokasi di Kali Samin, Kabupaten
Karanganyar. Saat ini, tempat wisata rekreasi edukasi yang berwawasan lingkungan dan
menekankan pada pendidikan alam satu-satunya di wilayah Solo Raya tersebut telah ditutup
karena persoalan keberlanjutan biaya. Kegiatan utama yang tidak bersifat rutin, non-formal,
dan biaya operasional yang besar diduga menjadi penyebab utama ditutupnya SA Griyo
Kulo. Biaya operasional harian untuk sarana prasarana yang besar tak diimbangi dengan
omset yang cukup dari kedatangan para pengunjung yang tidak tentu. Menurut keterangan
warga setempat yang berada pada satu kawasan dan sempat dilibatkan dalam pelayanan
aktivitas alam di SA Griyo Kulo dapat diketahui bahwa minat pengunjung sangat besar,
namun kendala kontinuitas biaya menjadi problem mendasar.
Fasilitas untuk aktivitas-aktivitas alam, pendidikan alam dan sejenisnya di Solo Raya
hanya sebatas dalam bentuk rekreasi di alam. Fasilitas khusus yang mewadahi kegiatan
khusus di alam belum ada. Kegiatan alam yang paling umum saat ini misalnya flying fox,
dynamic group, outbound games, banyak dilakukan secara terprogram saja dan berpindah-
pindah tempat secara komunitas. Kegiatan pencinta alam, aplikasi pendidikan lingkungan
hidup dan sejenisnya di lembaga pendidikan formal hanya bersifat ekstrakurikuler semata.
4. Sekolah Alam Secara Formal Belum Ada di Solo Raya
Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya
____PENDAHULUAN
I-48
Semakin banyaknya sekolah-sekolah swasta dengan kurikulum unggulan masing-
masing turut meramaikan dunia pendidikan di Solo Raya. Banyak metoda pembelajaran
baru ditawarkan untuk memenuhi tuntutan perkembangan zaman yang cepat ini. Sekolah
negeri pada umumnya terbatas dalam hal sarana dan prasarana serta media belajar kurang
beragam. Hal ini sangat lazim mengingat keterbatasan dari segi pembiayaan oleh
pemerintah. Sementara itu, sebagian orangtua yang mampu akan menyekolahkan anaknya
di sekolah swasta berbiaya mahal. Tujuannya, agar anak-anak mendapatkan materi belajar,
media belajar, sarana-prasarana dan lingkungan belajar yang berkualitas.
Kini, hampir seluruh kota-kota besar di Pulau Jawa dapat ditemukan Sekolah Alam,
yaitu SA Ciganjur dan Sekolah Citra Alam di Jakarta, Sekolah Alam Bandung, School of
Universe dan Sekolah Peradaban di Bandung, SA Ar-Ridlo di Semarang, SA Nurul Islam di
Yogyakarta, dan SA Insan Mulia di Surabaya. Fenomena Sekolah Alam di kota-kota besar
dianggap sebagai sebuah bentuk kearifan lokal dan berharap semakin luas menjadi kearifan
global. Kota Solo yang baru saja dinobatkan sebagai kota besar, baru dapat melayani
kebutuhan terhadap pendidikan alam sebatas pada bentuk non-formal seperti kegiatan
pencinta alam, wisata rekreasi edukasi Griyo Kulo, camping club dan bentuk kecil dari
pendidikan alam lainnya.
Dengan demikian, SATD diharapkan dapat menjawab kebutuhan para orangtua untuk
menyekolahkan anak-anaknya secara formal sesuai minat, potensi dan perkembangan
mereka. Di SATD, fasilitator dan peserta didik dapat mengembangkan dan mengelola
sendiri lingkungan sekolah menjadi sekolah yang berwawasan lingkungan dan sarat
pendidikan alam sehingga media belajar anak di alam menjadi lebih murah. Bagi sekolah-
sekolah lain juga dapat terlayani kebutuhannya terhadap aktivitas alam dengan ikut
mengakses fasilitas khusus yang disediakan SATD. Membuka kunjungan ini sangat
bermanfaat untuk menciptakan semacam sugesti, kampanye atau ajakan positif kepada
banyak pihak untuk menjadi akrab dan ramah terhadap alam (lingkungan hidup).
L. POTENSI WILAYAH SOLO RAYA UNTUK MENUNJANG BAHAN PEMBELAJARAN
SEKOLAH ALAM TINGKAT DASAR.
Belajar di alam tak hanya dilakukan di lingkup sekolah saja. Sekali waktu, peserta didik
dapat dibawa ke luar sekolah untuk mempelajari lingkungan sosial mereka. Selain melakukan
kunjungan antar SA, SA Tingkat Dasar di Solo Raya ini melakukan kunjungan belajar di
lingkungan sekitar mereka.
Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya
____PENDAHULUAN
I-49
Lingkungan sosial dapat berupa fasilitas pemerintahan kota seperti balaikota, kantor
kecamatan, fasilitas kesehatan seperti rumah sakit, fasilitas hiburan seperti THR Sriwedari,
fasilitas transportasi seperti terminal, bandara dan stasiun KA, fasilitas pelayanan umum
seperti bank, kantor Telkom, panti sosial, tempat industri seperti pabrik, home industry dll.
Sarana lain berupa lingkungan alami seperti waduk, sungai, perkebunan, peternakan, taman
kota, dan lain-lain. Secara umum, potensi Solo Raya yang menonjol mempunyai banyak
ragam sebagai berikut :
Infrastruktur kota yang baik : kondisi jalan, lalu lintas, listrik, sumber air bersih, dan
tersedia cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Solo Raya.
Potensi sumber daya alam Solo Raya cukup lengkap untuk kelangsungan hidup
ekosistem perekonomian
Bidang agraris : pertanian masih berperan penting di wilayah Solo Raya. Lebih dari
61.495,10 hektar permukaan tanah digunakan untuk perkebunan, tanaman bahan
pangan dan tanaman komoditi pertanian lainnya. Komoditi terbanyak adalah beras dan
palawija.
Bidang industri : industri pengolahan pertanian (agrobisnis dan agroindustri), tekstil,
industri garmen, tekstil dan manufakturing (mebel)
Bidang perdagangan : bertahannya pasar-pasar tradisional dan semakin
berkembangnya pasar modern.
Bidang pariwisata : wisata situs bersejarah, wisata seni dan budaya, wisata air, wisata
alam, wisata belanja, wisata kuliner, wisata keluarga, wisata edukasi dan lain-lain.
Ketersediaan bahan baku melimpah dan mudah diperoleh di wilayah sekitar Solo Raya.
Bidang seni dan budaya : tari daerah, lagu daerah, permainan tradisional, peninggalan
sejarah, batik, handicraft, kraton,
Bidang pendidikan : PAUD, playgroup, TK, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MAN, SMK, SDIT,
SMPIT, SMAIT, SLB A/B/C/D/E, Sekolah-Sekolah Tinggi, Perguruan Tinggi, Politeknik.
Secara spesifik, beberapa potensi yang menonjol dari daerah-daerah yang masuk
wilayah Solo Raya antara lain :
1. Potensi Kota Surakarta
Sebagai pusat kota bagi Solo Raya, dikelilingi daerah kabupaten Boyolali, Sukoharjo,
Karanganyar, Wonogiri, Sragen dan Klaten.
Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya
____PENDAHULUAN
I-50
Letak kota yang strategis sebagai salah satu titik pusat perdagangan di Joglosemar
(Jogja, Solo, Semarang).
Dekat dengan Bandara Internasional Adi Sumarmo, dan didukung oleh infrastruktur
seperti terminal antar propinsi, stasiun kereta api antar propinsi, rumah sakit nasional
terkemuka, universitas terkemuka, pusat perbelanjaan besar dan kondisi jalan raya
yang baik.
Surakarta memegang peranan sebagai pusat perdagangan dan jasa di wilayah Solo,
penyedia tulang punggung manufaktur yang penting dan potensi investasi.
Potensi yang kuat dalam peranannya sebagai pusat pemasaran hasil pertanian, pusat
distribusi dan bidang jasa.
Kemegahan budaya dan peninggalan sejarah kerajaan.
Kekayaan seni tradisional
2. Potensi Daerah Boyolali
Bidang pertanian menjadi sumber mata pencaharian dominan.
Bidang sumber daya alam dan ekowisata
Terkenal dengan “Susu Boyolali”
Industri manufaktur
3. Potensi Daerah Sukoharjo
Mata pencaharian utama masyarakat dengan bercocok tanam dan berdagang yang
difilosofikan dengan simbol Pak Tani dan Jamu Gendong (kesabaran dan semangat
yang tinggi serta keuletan dalam bekerja)
Produksi potensial yaitu dari sektor industri manufaktur di antaranya adalah mebel
rotan, tekstil, dan mebel kayu. Selain itu, Sukoharjo juga merupakan sentra industri
gamelan, gitar, kaca grafir, tatah sungging untuk pembuatan wayang, hiasan dinding,
shuttle cock, dan jamu tradisional.
4. Potensi Daerah Karanganyar
Bidang industri kimia : produk–produk utama berbahan plastik, monosodium glutamat
dan alkohol medis.
Industri tekstil dan garmen, industri mebel besar, dan jumlah UKM tinggi
Penghasil aneka sayur dan buah terutama stroberi
Terkenal dengan agrowisata didukung oleh iklim sejuk
Terkenal dengan perkebunan dan industri the
Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya
____PENDAHULUAN
I-51
Penghasil ternak babi nomor satu dan penghasil ternak ayam nomor dua di Jawa
Tengah.
Pariwisata Karanganyar menunjukkan prospek yang potensial : Candi Hindu Sukuh dan
Candi Cetho di kaki Gunung Lawu, Gunung Lawu menawarkan rute hiking yang sangat
unik dan menakjubkan yang melintasi Jawa Timur dengan pemandangan Telaga
Sarangan yang elok, Beberapa tempat di dataran tinggi Tawangmangu seperti
Kuningan dapat dijadikan camping ground.
5. Potensi Daerah Wonogiri
Sektor pertanian yang kuat, khususnya pertanian tanaman pangan menarik untuk
bisnis di Wonogiri. Terkenal sebagai produsen kacang mete sebagai salah satu
komoditi ekspor.
Hutan kayu yang luas dan melimpah, sangat menunjang ketersediaan bahan baku
furnitur.
Keanekaragaman potensi seperti kalsit dan getah pinus yang menarik
Terkenal dengan sebutan sebagai “markas pengusaha bus”
Penghasil bahan obat-obatan
6. Potensi Daerah Sragen
Penghasil utama beras di lahan basah didukung oleh tanah yang subur dan pengairan
irigasi yang baik
Pionir penghasil beras organik
Museum Arkeologi Manusia Purba atau Museum Sangiran dan terdaftar sebagai situs
Peradaban Manusia Dunia oleh UNESCO
Pionir dalam pengembangan One Stop Service atau Pelayanan Perizinan Satu Pintu.
Atas prestasinya yang efisien dalam pelayanan publik, Sragen meraih penghargaan
dari Presiden, dan dijadikan contoh untuk tingkat nasional.
7. Potensi Daerah Klaten
Satu-satunya kabupaten dengan jumlah dan ragam UKM tertinggi di Indonesia, yaitu
sekitar 36.000 pengusaha yang bergerak di bidang yang berbeda.
Pada umumnya, jika industri muncul, maka dampaknya adalah surutnya pertanian.
Keunikan Klaten, yang jarang ditemukan di tempat lain adalah bahwa pertanian dan
industri dapat berjalan seiring tanpa saling mematikan satu sama lain.
Sektor mebel dan kerajinan cor logam berpotensi ekspor
Daerah penghasil kayu berkualitas yang sesuai dengan konstruksi.
Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya
____PENDAHULUAN
I-52
Gambar III.3 Mengenali dan mengolah sayuran di kebun organik.
Sumber : Dok. Pribadi, 2008
Pariwisata misalnya lokasi yang dekat dengan Candi Prambanan yang tersohor dengan
tarian tradisionalnya, Candi Sewu, Candi Plaosan, serta Museum Gula Jawa Tengah.
Potensi-potensi unggulan masing-masing daerah tersebut di atas dapat dimanfaatkan
sebagai sumber bahan belajar anak-anak didik SA Tingkat Dasar.
M. SARANA PENDIDIKAN ALAM DI SOLO RAYA
SA Tingkat Dasar dengan skup pelayanan Solo Raya sekaligus menjadikan Solo Raya
sebagai area kunjungan belajar yang potensial, membutuhkan
lokasi strategis yaitu di Solo perkotaan. Kota Surakarta sebagai
pusat kota bagi Solo Raya menjadi tujuan bagi tercapainya
berbagai fasilitas perkotaan, tak terkecuali fasilitas pendidikan.
Kota Solo sebagai salah satu kota besar di Indonesia belum
menyediakan fasilitas pendidikan alam secara formal.
1. Sekolah Alam Griyo Kulo
Tempat wisata yang sarat edukasi tentang alam, dalam konteks pendidikan lingkungan
secara non-formal di Solo Raya yaitu Sekolah Alam Griyo Kulo di Karanganyar. SA Griyo
Kulo dikemas secara rekreatif dan edukatif untuk memberikan pendidikan alam dalam
konteks lingkungan hidup. SA Griyo Kulo menempati area di dusun Tengklik, Plumbon dan
Nglebak, Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah. Pola usaha yang dilakukan sejak 15
Mei 2005 dilakukan dengan bermitra bersama masyarakat dari tiga dusun tersebut dan saat
ini telah mampu menjadi motivator bagi pertumbuhan kawasan wisata alternatif di
lingkungannya. Dengan dukungan media, Jogja TV dan
Semarang TV, SA Griyo Kulo mengajak partisipasi sekolah,
keluarga atau komunitas edukasi bagi terselenggaranya
gagasan Sekolah Alam on TV dan Griyo Kulo Life Education.
Konsep sekolah alam ini melibatkan masyarakat untuk
berpartisipasi aktif karena dari program ini diharapkan juga
masyarakat sekitar dapat tumbuh, bersinergi, dan mendapat nilai
tambah. Dan, peserta mampu mengenali potensi-potensi yang
ada di sekitar Griyo Kulo dengan maksud membawa pengetahuan ke rumah/ sekolah untuk
mengenali potensi diri dan lingkungannya yang bermanfaat untuk kehidupan. Adapun
fasilitas semacam ini hanya dikembangkan secara non-formal dalam koridor wisata edukasi
saja yaitu SA Griyo Kulo yang sasaran pengunjungnya dari berbagai kalangan baik sekolah,
keluarga, instansi maupun komunitas. Untuk menunjukkan seberapa besar minat terhadap
Gambar III.2 Anak-anak belajar sambil bermain di luar ruangan.
Sumber : Dok. Pribadi, 2008
Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya
____PENDAHULUAN
I-53
pendidikan alam, berikut adalah data sekolah dan perusahaan yang telah menggunakan
fasilitas SA Griyo Kulo:
Tabel III.5 Daftar pengunjung Sekolah Alam Griyo Kulo
No. Sekolah Perguruan Tinggi Komunitas/Instansi Publikasi
1. TK dan SD Al Azhar Surakarta
Fakultas Seni Rupa UNS
Susteran SND Pekalongan
Sisi Lain Trans TV
2. TK dan SD Ibu Qoyyim Surakarta
UAD Yogyakarta Panti Asuhan Kartini Tawangmangu
Selera Nusantara TPI
3. TK Marsudirini Surakarta
UMY GBIS Samaan Surakarta
Jelajah Trans TV
4. TK Al Choir Surakarta
Enterpreneurship University
GBIS Kalfari Surakarta Surat Budaya Trans TV
5. TK dan SD Budi Mulia II Surakarta
POLTEKKES Surakarta Bank Danamon Surakarta
Surat Sahabat Trans TV
6. TK Aisyiyah Klaten Politeknik API Yogyakarta
BRI KanWil DIY & Jateng
Cakra TV Semarang
7. TK & Playgroup Bethany Salatiga
Kopma UII Yogyakarta Oto Multi Arta DOY & Jateng
Jogja TV, Yogyakarta
8. TK Putra Bangsa Klaten
Adira Finance Surakarta
9. TK Santo Yosepf Pekalongan
Suzuki Finance Surakarta
10. TK Kanisius Prambanan
PT. Dosniroha Surakarta
11. TK Bhakti 6 Surakarta
Bank BTN Surakarta
12. TK Pranatami Sukoharjo
Casa Grande Yogyakarta
13. TK & Playgroup Anak Prima Yogyakarta
PT. Astra International Inc. Surakarta
14. TK Birrul Walidain Sragen
DKP Pemkot Yogyakarta
15. TK dan SD El Yaumi Klaten
Sequis Life Insurance
16. SDN Kemasan Surakarta
Toko Amalia Klaten
17. SDII Al Abidin PT. Daanliris
18. SDN 3 Kratonan Surakarta
Stepari Semarang
19. SD Islamiyah Warung Boto Yogyakarta
PT. Danar Hadi Surakarta
20. SD Marsudirini Semarang
PT. Roda Mas Karanganyar
21. SD Muhammadiyah Program Khusus Surakarta
BII Surakarta
22. SD Marsudirini COR YESU Semarang
BCA Surakarta
23. SD Marsudirini Gedangan Semarang
Yayasan Sangga Buana Surakarta
24. SD Kanisius II Keprabon Surakarta
RS. Dr. Oen Surakarta
25. SD Cemara II Surakarta
ABN AMRO Bank Semarang
Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya
____PENDAHULUAN
I-54
26. SDIT Nur Hidayah Surakarta
Kantor Pariwisata Sleman
27. SDN.16 Surakarta Dinas Pasar Klaten
28. SMP Baromius Purbolingga
Sumber : Brosur SA Griyokulo, Tawangmangu, 2008
Sarana pendidikan alam seperti outbound yang sangat digemari saat ini banyak
ditemukan di tempat-tempat wisata di Solo Raya seperti di Agrowisata Sundokoro
Karanganyar, Taman Wisata Keluarga Amanah Karanganyar, Sekolah Alam Griyo Kulo dan
sebagainya. Perangkat outbound yang paling banyak dijumpai yaitu flying fox.
2. Yayasan Masyarakat Indonesia Hijau (YMIH)
Adapun lembaga yang melakukan upaya penyadaran melalui pendidikan lingkungan
hidup saat ini yaitu Yayasan Masyarakat Indonesia Hijau (YMIH) yang berada di Colomadu,
Karanganyar. YMIH mempunyai motivasi gerakan kesadaran meminimalisir dampak
kerusakan lingkungan dengan cara memberikan PLH (Pendidikan Lingkungan Hidup) untuk
usia dini. Upayanya antara lain pendidikan lingkungan hidup untuk SD, penghijauan
berbasis sekolah dan pengelolaan sampah/ pengomposan dengan kelompok sasaran
masyarakat dan pelajar.
N. KONDISI LINGKUNGAN DI SOLO RAYA
1. Iklim Solo Berubah Drastis43 Sebagai Efek Pemanasan Global
Isu global warming tak lagi menjadi ancaman. Tetapi dipastikan sudah terjadi di
Indonesia. Banjir di Solo merupakan salah satu dampak nyata pemanasan global. Iklim di
Solo dan Jateng secara umum telah berubah drastis. Fakta ini merupakan kajian ilmiah
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
Menurut keterangan Koordinator BKMG Jateng, Muhammad Khoiron, pengamatan
dilakukan selama tiga tahun terakhir. Hasilnya, muncul tekanan rendah di barat Sumatra
yang bergeser ke timur mendekati selatan Jateng. Padahal, sepanjang sejarah, tekanan
rendah di wilayah ini tidak pernah ada.
Perubahan iklim ini diduga kuat menjadi penyebab bencana banjir Solo yang cukup
parah pada tahun 2007. Perubahan iklim
yang terjadi di Jateng secara umum,
termasuk Solo, adalah perubahan yang
sangat mendasar. Kerusakan hutan di
43 Radar Solo Jawa Pos, edisi hari Rabu, 4 Februari 2009
Gambar III.4 Banjir setinggi tiga meter melanda
pemukiman warga Surakarta.
Sumber : dok. pribadi, 2007
Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya
____PENDAHULUAN
I-55
daerah hulu sungai merupakan salah satu faktor penyebab berubahnya iklim mikro.
Meluasnya air bah adalah dampak buruknya.
Sekarang, wilayah yang termasuk daerah hulu tak bisa sepenuhnya aman dari
terjangan banjir. Tingginya erosi ikut menyumbang banyaknya bencana di beberapa tempat
di Indonesia. Kerusakan hutan di daerah hulu juga membuat persentase kelembaban udara
tinggi. Curah hujan di Solo saat ini (3/2) di Solo rata-rata mencapai 130 mm per hari. Di
daerah lain rata-rata mencapai 144 mm per hari. Perubahan iklim mikro di daerah Jateng
dikhawatirkan mengubah kondisi iklim makro. Salah satunya adalah kelembaban udara.
Perubahan iklim mikro ini sangat berbahaya. Kalau hutan tidak ada, erosi tinggi, sedimentasi
tinggi dan peresapan tidak ada maka akan menyebabkan banjir, termasuk di daerah hulu.
2. Berkurangnya Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota Solo
Seiring dengan perkembangan kota Surakarta yang mengarah pada kota metropolitan,
kondisi lingkungan kota ikut mengalami perubahan. Luas ruang terbuka hijau di kota
Surakarta semakin berkurang semakin memicu kondisi lingkungan yang semakin tak sehat.
Ruang terbuka hijau tahun 1990 seluas 8,65 % dari luas kota Surakarta atau seluas 380,79
ha menjadi berkurang saat ini. Diprediksikan ruang terbuka hijau dalam RUTRK Kodya
Surakarta tahun 1993-2013 disebutkan hanya akan bersisa 0,5 % dari luas kota Surakarta
atau hanya 22,02 ha.
Faktanya, Kota Solo seluas sekitar 44,04 km² kini hanya memiliki ruang publik sekitar
4-5 hektare (ha) saja. Dengan kata lain, kota Solo mulai kehabisan area publik. Oleh karena
itu, pemkot Solo berupaya menghijaukan kota guna menyeimbangkan ruang terbuka hijau
(RTH). Salah satu kebijakannya yaitu mengikuti amanat UU No. 23/1997 tentang Ketentuan
Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup, UU No 26/2007 tentang Penataan Ruang dan
Permendagri No 1/2007 tentang RTH Kawasan Perkotaan. Setiap kota harus memiliki
minimal 30 persen RTH sesuai ketentuan tersebut. 44
3. Pencemaran Lingkungan di Kota Solo
Semakin berkembangnya industri di Solo Raya juga ikut
andil dalam mencemari sungai-sungai di kota Surakarta karena
sebagian besar limbah dari pabrik-pabrik industri itu dibuang ke
sungai-sungai terdekatnya. Selain itu, perilaku masyarakat yang
membuang sampah ke sungai dan saluran drainase telah
44 Mewujudkan Solo “Ijo Royo-royo”, wacana Suara Merdeka, edisi 17 Juni 2008
Gambar III.5 Tepi Sungai Bengawan Solo menjadi lahan pembuangan
sampah terbuka. Sumber : dok.pribadi,2006
Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya
____PENDAHULUAN
I-56
menyebabkan banjir lokal. Tepian Sungai Bengawan Solo dimanfaatkan sebagai lahan
pembuangan sampah secara terbuka atau open dumping.
Dari penelitian, bakteri E.Coli pada air dangkal di kota Solo sudah parah. Kandungan
Fe (besi) dan Mn (mangan) serta konsentrasi merkuri di ambang batas normal. Padahal air
sungai Bengawan Solo digunakan sebagai bahan baku PDAM di Solo, Cepu (Jateng) dan
Bojonegoro (Jatim). Kondisi penghijauan di hulu dan DAS
Bengawan Solo semakin tipis sehingga tak mampu lagi
menyerap lebih banyak air hujan. Hal ini diperparah dengan
kondisi sebagian bantaran sepanjang sungai Bengawan Solo
yang dihuni sebagai pemukiman padat secara ilegal. Area
tersebut seharusnya menjadi sabuk hijau (green belt) untuk
menambah luasan RTH kota. Buruknya saluran drainase dan
akumulasi sampah kota akibat perilaku buruk masyarakat juga menjadi faktor penyebab
banjir di Solo yang juga meliputi Jateng dan Jatim pada akhir tahun 2007.
O. BENTUK-BENTUK KESADARAN LINGKUNGAN DI SOLO RAYA
1. Mewujudkan Kota Hijau45
Salah satu cara Pemkot Surakarta dalam mewujudkan kota hijau adalah menggalakkan
aksi tanam sejuta pohon. Penanaman pohon akan berdampak ekologis. Pohon yang
ditanam di area publik sebagai hutan kota cukup efektif mencegah pemanasan global,
karena jasa-jasa biologis dan hidrologisnya, serta mampu mendaur ulang CO2
(karbondioksida).
Selain membudidayakan dan mempertahankan kawasan yang telah ada, menggagas
wilayah-wilayah baru yang patut sebagai hutan kota. Beberapa lahan yang dapat
ditumbuhkembangkan sebagai hutan kota adalah daerah Mojosongo, Banyuanyar, lapangan
Ngipang, lapangan tembak Kadipiro, komplek Mangkunegaran, Taman Balekambang, TPA
Putri Cempo, sepanjang sungai Bengawan Solo, Kali Anyar, Kali Premulung, dan kawasan
Stadion Manahan.
Pengadaan hutan kota bisa terealisasi jika ada komitmen Pemkot dan stakeholders
kota dalam menggalakan penanaman, pembudidayaan pohon, dan perawatan pohon yang
sudah ada. Kesadaran, kepedulian, dan komitmen warga Kota Solo sangat dibutuhkan, di
samping keseriusan Pemkot untuk kehidupan masa depan kota.
45 Mewujudkan Solo “Ijo Royo-royo”, wacana Suara Merdeka, edisi 17 Juni 2008
Gambar III.6 Bagian tepi Sungai
Bengawan Solo yang sebagian gundul.
Sumber : dok.pribadi,2006
Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya
____PENDAHULUAN
I-57
Selain penataan RTH sebagai hutan kota, area publik lain juga terlihat asri dengan
penanaman berbagai bunga. Seperti penataaan seputar Stadion Manahan dengan relokasi
PKL dalam shelter serta pembuatan taman air mancur, pembuatan taman dengan patung
Arjuna (depan Gedung Wanita), penataan Taman Gilingan dengan patung Werkudara, serta
revitalisasi sepanjang jalan utama dengan pembuatan taman kota.
Demikian halnya penghijauan (taman kota) di sepanjang Jalan Slamet Riyadi dan di
setiap perpotongan jalan (seirama relokasi PKL) yang ditata dan dibuat taman bunga yang
makin mempercantik dan memperindah kota.
Pohon identik sebagai penanda kota. Sebagaimana pusat-pusat kota di Jawa yang
identik dengan keberadaan dua pohon beringin kurung di Alun-alun sebagai titik nol. Konon
pohon beringin (Ficus benjamina) dipilih sebagai lambang pengayom (persatuan negeri).
Untuk area publik di Solo banyak ditanam pohon palem (Carpenteria acuminata).
Pada era pemanasan bumi, aksi penanaman pohon menjadi sebuah keharusan.
Gerakan penanaman pohon besar merupakan sesuatu yang mutlak dilakukan untuk
menjaga keseimbangan ekologis. Fungsi pohon dapat menahan air dalam tanah, mencegah
erosi dan longsor, menjadi habitat berbagai ragam makhluk hidup, menurunkan suhu kota,
memproduksi oksigen, menyerap karbondioksida, dan gas rumah kaca penyebab
pemanasan global.
Sebuah penelitian membuktikan, setiap hektare RTH yang ditanami pohon besar
mampu menghasilkan 0,6 ton oksigen (O2) untuk 1.500 penduduk / hari. Selain itu dapat
menyerap 2,5 ton CO2 / tahun (setiap batang mampu menyerap 6 kg CO2 / tahun).
Setiap hektare RTH yang ditanami pohon besar juga mampu menyimpan 900 m3 air
tanah / tahun, mentransfer air 4.000 liter / hari, menurunkan suhu 25-80% , dan mengurangi
kekuatan angin 75-80%. Setiap mobil mengeluarkan gas emisi, yang bisa diserap oleh
empat pohon dewasa (tinggi 10 meter lebih, diameter 10 cm lebih), dan tajuk lebar berdaun
lebat (Nirwono Joga, 2008).
Penanaman pohon merupakan investasi perlindungan alam dan manusia ke depan.
Sebuah program jangka panjang yang berdampak pada penjaminan kelangsungan hidup
sehat warga dan penduduk. Perlu sebuah kearifan lokal dan berpikir cerdas untuk
kelangsungan hidup yang berkualitas.
Gerakan menanam pohon dari Pemkot Solo dengan memobilisasi kesadaran warga
kota harus menjadi kesepakatan bersama. Partisipasi seluruh warga dengan menyisakan
ruang yang dimiliki untuk penanaman pohon juga menjadi suatu kebutuhan. Upaya
Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya
____PENDAHULUAN
I-58
menjadikan Solo yang ijo royo-royo, sedikit banyak, akan mengurangi proses percepatan
Solo menjadi ’’Hutan Beton’’.
Oleh karena itu, berbagai kampanye pelestarian lingkungan hidup harus menjadi
pemompa semangat untuk menghijaukan Solo secara komprehensif. Pemkot dan
masyarakat perlu bergerak bersama untuk menanam pohon. Kalau perlu, kita berjanji akan
memelihara dan melindungi setiap pohon besar di lingkungan masing-masing.
Pohon tidak hanya dirawat, dipelihara, dan dilindungi masyarakat saja. Pemkot melalui
DKP (Dinas Kebersihan dan Pertamanan) harus selalu mensurvei usia pohon. Pendataan
pohon besar ini sebagai bentuk upaya preventif. Kalau dinilai mengkhawatirkan keamanan
umum, perlu ditebang dan diremajakan dengan bibit muda.
Pemkot perlu juga membuat aturan tegas (harga mati) bagi setiap pengembang untuk
menyisakan lahan bagi hutan kota / taman kota maupun cagar buah. Demi tercapainya Solo
yang berudara bersih, gagasan menghijaukan kota dengan gerakan menanam pohon
merupakan kebutuhan yang amat penting. Apalagi Solo merupakan kota budaya dan bisnis
terbesar kedua di Jawa Tengah.
2. Kota Solo sebagai City Of Tree and Flower46
Kota Solo akan diproyeksikan menjadi kota pohon dan bunga. Saat ini tengah
dilakukan pembenahan taman dan pembangunan taman baru di beberapa pojok kota.
Sebagai tahap awal, Pemkot Solo juga menanam ratusan pohon kelapa dan ecaliptus di
sejumlah lokasi.
Obsesinya, Kota Solo akan dijadikan sebagai city of tree and flower. Langkah awal
adalah penataan taman dan penanaman ratusan pohon kelapa dan ecaliptus (8/12). Belum
ada kota di Indonesia yang mendayagunakan kelapa dan ecaliptus untuk taman kota.
Direncanakan pohon tersebut sebagai karakter khas Kota Solo. Ribuan pohon kelapa dan
ecaliptus akan menyusul ditanam di tengah kota maupun pinggiran.
Selain di ruang publik juga di taman-taman kota yang sedang dipersiapkan. Walikota
berharap impian menjadikan Solo sebagai kota pohon dan bunga akan mampu terealisasi
dalam dua tahun ke depan. Pemkot Solo juga akan membangun belasan taman bermain
bagi anak-anak yang tersebar di beberapa tempat di Kota Solo. Luas masing-masing taman
minimal 800 m².
46 Tempo, edisi Sabtu, 9 Desember 2006
Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya
____PENDAHULUAN
I-59
Selain itu masih terdapat taman rekreasi keluarga dan taman bermain bagi anak-anak
di Kompleks Monumen Banjarsari yang cukup luas dan saat ini sudah mulai dibangun.
Sebelumnya, lokasi itu ditempati ratusan pedagang kaki lima.
3. Kota Surakarta Dijadikan sebagai Pilot Project Parliament Watch di Bidang
Lingkungan
Kota Surakarta dijadikan sebagai pilot project parliament watch di bidang lingkungan
karena dianggap paling responsif terhadap masalah lingkungan. Parliament watch bertugas
untuk melihat, mengawasi dan mencatat anggota DPRD yang peduli, tidak peduli bahkan
yang anti lingkungan. Tujuan pembentukan parliament watch adalah untuk mendorong
setiap pemerintah daerah agar mempunyai good governance di bidang lingkungan. Selain
itu juga bertujuan untuk menumbuhkan kepekaan terhadap tuntutan masyarakat di bidang
lingkungan. 47
Tumbuhnya perhatian pemkot Surakarta terhadap lingkungan juga ditunjukkan dengan
ditetapkannya rancangan peraturan daerah tentang pengendalian lingkungan hidup menjadi
Perda Pengendalian Lingkungan Hidup. Walikota Joko Widodo menyatakan siap
melaksanakan amanat Perda tersebut. Menurut beliau, pelestarian lingkungan hidup harus
dilakukan di daerah manapun.48
4. Dukungan Masyarakat Luas terhadap Masalah Lingkungan Hidup
Masalah lingkungan hidup sangat beragam dan pada umumnya bersifat kompleks
karena menyangkut hubungan antar makhluk hidup dan siklus kehidupan. Misalnya,
kerusakan alam, keterbatasan sumber energi fosil, minimnya ruang terbuka hijau kota dan
lain-lain. Perhatian masyarakat luas terhadap lingkungan hidup di Solo Raya dapat dilihat
dengan adanya institusi akademis (formal) dan organisasi-organisasi (non-formal) yang
melibatkan diri dalam pemecahan masalah lingkungan hidup, antara lain :
c. Lembaga Penelitian Perguruan Tinggi
1). Pusat Studi Lingkungan Hidup, Lemlit UMS di Jln. Ahmad Yani Pabelan, Kartasura
2). Universitas Veteran Bangun Nusantara Bantara di Jln. Letjend. Soejono, Jombor,
Klaten
3). Pusat Studi dan Pengembangan Lingkungan Akademi Teknik Adiyasa di Jln. Raya
Palur Km.5 Karanganyar
47 Kompas, edisi Selasa, 29 Juli 2003 48 Kompas, edisi Jumat, 17 Maret 2006
Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya
____PENDAHULUAN
I-60
4). Pusat Penelitian Lingkungan Hidup, Lemlit UNS di Jln. Ir. Sutami 36A Surakarta
5). LPM UNS di Jln. Urip Sumoharjo 110 Surakarta
d. Anggota Organisasi WALHI Jawa Tengah (www.walhi.or.id)
1). LSL (Lembaga Studi dan Lingkungan) di Pucangsawit RT 03/03 Surakarta
2). Yayasan Akar Rumput di Jln. Lempuyang no.19 Pajangan, Pajang, Surakarta
3). Gita Pertiwi di Griyan Lama 20 RT 01/01 Baturan Surakarta
e. LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat)
Lembaga yang melakukan upaya penyadaran melalui pendidikan lingkungan hidup
saat ini yaitu Yayasan Masyarakat Indonesia Hijau (YMIH) yang berada di Colomadu,
Karanganyar. Selain memberikan PLH untuk usia dini, YMIH juga berusaha membawa
aspirasinya tentang masalah-masalah lingkungan hidup misalnya seperti pencemaran
sungai oleh industri batik, jerat hukum bagi perusak lingkungan baik institusi, industri
maupun perseorangan dan mengupayakan perlindungan hukum bagi korban pencemaran
lingkungan.
Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya
____PENDAHULUAN
I-61
BAB IV GAGASAN SEKOLAH ALAM TINGKAT DASAR
YANG MENGIMPLEMENTASIKAN GREEN ARCHITECTURE
P. PROGRAM SA TINGKAT DASAR (SATD) YANG DIRENCANAKAN
Program pendidikan SATD direncanakan mengacu pada Sekolah Alam yang sudah ada
yaitu SA Ciganjur. Dasar pertimbangan penentuan SA Ciganjur, yaitu antara lain :
SA Ciganjur adalah SA pertama di Indonesia
SA Ciganjur sebagai pelopor berdirinya SA lain di Indonesia merupakan sebuah perwujudan
gagasan pendidikan yang menggunakan dimensi alam sebagai sumber ilmu dan bisa dikelola
oleh para peserta didik. Pertama berdiri, SA Ciganjur baru dapat melayani kebutuhan
pendidikan di jenjang TK dan SD saja. Dalam perkembangannya saat ini SA yang terletak di
Ciganjur Jakarta ini telah membuka program hingga ke jenjang SMP.
SA Ciganjur mewakili karakteristik SA di Indonesia
SA Ciganjur banyak ditiru SA lain di kota-kota besar. Kurikulum, metoda pembelajaran,
kebijakan sekolah, cara belajar, ketentuan belajar, media belajar, kegiatan belajar-mengajar,
tuntutan ruang belajar dan berbagai kebutuhan yang ada di SA Ciganjur menjadi preseden/
contoh bagi SA lain yang mengikutinya. Secara ideal, SA Ciganjur mewakili karakteristik SA
yang ada di Indonesia sehingga sering dijadikan acuan bagi SA-SA yang baru.
SA Ciganjur sebagai pendiri komunitas sekolah alam di Indonesia
Setelah berdirinya SA Ciganjur, sekolah-sekolah alam yang menjamur menjalin interaksi
hubungan yang dekat dengan adanya program kunjungan ke sesama sekolah alam. Sharing
yang dilakukan secara terus menerus menciptakan hubungan saling akrab. Tukar pikiran,
berdiskusi, tukar pengalaman dan kegiatan bersama ini mendorong terbentuknya sebuah
komunitas sekolah-sekolah alam yang dipelopori oleh SA Ciganjur.
SA Ciganjur bersifat multikultur
Meski nuansa keislamannya kental, namun anak dengan berbagai latar belakang
kebangsaan, suku, dan agama apapun, bisa diterima untuk bersekolah di sini.
Untuk daya tampung dan jumlah pengajar dapat disesuaikan dengan mengacu pedoman
Standar Nasional Pendidikan. Sarana dan prasarana minimal didasarkan pada Standar
Nasional Pendidikan. Pengembangan kebutuhan sarana dan prasarana dapat disesuaikan
dengan jenis kegiatan dalam konteks Solo Raya.
1. Pengertian dan Visi
Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya
____PENDAHULUAN
I-62
SATD di Solo Raya adalah suatu lembaga pendidikan formal di tingkat pendidikan
dasar yaitu SD 6 tahun dan SMP 3 tahun yang menggunakan alam sebagai media belajar
dengan skup pelayanan di wilayah Solo Raya.
Visi :
a. mengajak anak mencintai alam dan memelihara lingkungan hidup sekitarnya
b. mendampingi setiap anak manusia untuk menjadi "pemimpin" di muka bumi dan
memberi "rahmat" bagi sekalian alam.
2. Jenjang Pendidikan yang Disediakan
SATD menyediakan jenjang pendidikan dasar yaitu SD 6 tahun dan SMP 3 tahun.
Penentuan jenjang ini berdasar pada pertimbangan berikut :
a. Sekolah Alam yang sudah ada
Berdasarkan penelusuran terhadap komunitas Sekolah Alam yang ada di Indonesia,
saat ini semua Sekolah Alam membuka maksimal hingga jenjang SMP saja. Jenjang hingga
ke SMA belum ada. Kegiatan-kegiatan menurut kurikulum SA hanya dapat diketahui hingga
jenjang SMP saja. Kapasitas perencana hanya bergerak pada perancangan desain, bukan
pada perancangan kurikulum.
b. Program wajib belajar 9 tahun
Sudah lebih dari dua puluh tahun, tepatnya sejak tahun 1984, pemerintah
mendengungkan kampanye wajib belajar. Pemerintah menyadari bahwa pembangunan
suatu bangsa memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang memadai
untuk mendukung pembangunan. Wajib belajar dikenakan pada jenjang pendidikan dasar
yaitu jenjang SD (6 tahun) dan SMP (3 tahun). Pemerintah mencanangkan wajib belajar 9
tahun agar kualitas sumber daya manusia Indonesia dapat memadai dan sejajar dengan
standar pendidikan negara-negara lain.
c. Jumlah anak usia dasar di Solo Raya
Jumlah anak usia dasar berada (usia 5-15 tahun) di Solo Raya sebanyak 587.507 jiwa.
d. Psiko-fisik anak usia dasar 5-15 tahun
Secara psikologis, anak-anak di usia 5-15 tahun sedang berusaha mencari dan
mengumpulkan ilmu sebanyak-banyaknya demi memuaskan pertanyaan-pertanyaan yang
menyangkut diri dan lingkungan sekitar mereka. Secara psikomotorik, koordinasi dan
keseimbangan tubuh anak sudah semakin membaik. Secara sosial, kontak dengan dunia
luar pun semakin luas.
3. Kurikulum
Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya
____PENDAHULUAN
I-63
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan pendidikan tertentu ini
meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi
daerah, satuan pendidikan dan peserta didik.49
Kurikulum SATD terdiri dari dari tiga aspek50, yaitu kurikulum akhlak, kurikulum kognitif
(pendekatan dari logika berfikir), dan kurikulum kepemimpinan. Tiga aspek tersebut
diprioritaskan dalam konsep pendidikan SATD dengan pokok materi sebagai berikut :
a. Akhlaqul Karimah : menjadikan anak memiliki akhlaq yang baik dengan metode
utamanya keteladanan yang berdasar pada Al-Qur’an dan Hadits. Meliputi keimanan,
ibadah, sikap hidup, dan integrasi dengan alam.
b. Falsafah Ilmu Pengetahuan : menjadikan anak memiliki logika berpikir yang baik,
mencermati alam lingkungannya menjadi media belajarnya dengan metoda action
learning dan diskusi. Meliputi bahasa, sains, daya pikir, daya kreasi, dan seni.
c. Kepemimpinan : menjadikan anak memiliki semangat kepemimpinan
yang baik dengan metoda outbound dan dynamic group. Meliputi outward bound,
pendidikan jasmani, kewirausahaan, dan sosial kemasyarakatan.
Kurikulum Sekolah Alam didasarkan atas tiga output proses pendidikan Sekolah Alam.
Ketiga output tersebut51 adalah :
a. Integritas Akhlaq
Dicapai dengan keteladanan; keteladanan guru, orang tua, serta semua komponen SATD.
b. Integritas Logika
Dicapai dengan model pembelajaran action learning, anak-anak belajar langsung dari
alam. Alam menjadi laboratorium bagi mereka.
c. Kepemimpinan
Dicapai dengan metode outbound dan dynamic group.
Dalam penyampaian pembelajaran, 70% kegiatan pembelajaran di SATD merupakan
outdoor activity dan 30% lainnya adalah indoor activity. Materi pembelajaran disampaikan
secara active dan fun.
4. Metoda Pembelajaran
49 Standar Nasional Pendidikan 50 www.saciganjur.com yang diambil dari website komunitas sekolah alam 51 www.saciganjur.com yang diambil dari website komunitas sekolah alam
Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya
____PENDAHULUAN
I-64
Proses belajar di alam berlangsung dengan menggunakan metoda :
a. Fun Learning
Belajar di alam terbuka, secara naluriah akan menimbulkan suasana fun, tanpa tekanan
dan jauh dari kebosanan. Dengan demikian akan tumbuh kesadaran pada anak bahwa
learning is fun dan sekolah identik dengan kegembiraan.
b. Spider Web
Pembelajaran di STD menggunakan spider web, tidak per Bab mata pelajaran. Spider
Web merupakan metoda belajar yang mengintegrasikan tema dalam semua mata
pelajaran sehingga pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran bersifat integratif,
komprehensif dan aplikatif. Dengan model ini, siswa SATD mampu mengaitkan pelajaran
dengan nyata, juga dapat mengaitkan hubungan antar pelajaran yang mereka terima.
Anak-anak belajar tidak hanya mendengar penjelasan guru, melainkan juga melihat,
menyentuh, merasakan, dan mengikuti keseluruhan proses dari setiap pembelajaran.
Contoh pembelajaran dengan spider web dapat diskemakan sebagai berikut :
Alternatif belajar di alam terbuka memiliki fleksibilitas tinggi dalam upaya transfer ilmu.
Belajar secara dinamis akan lebih membuka wawasan dan pandangan yang luas.
Beberapa cara menyampaikan belajar berikut diterapkan di SATD dalam rangka
internalisasi nilai-nilai, antara lain:
a. Learner Centered : pembelajaran berpusat pada siswa sehingga mendorong siswa
untuk terlibat secara aktif dalam membangun pengetahuan, sikap dan perilaku.
Tema : PASAR
Matematika : soal cerita tentang jual-beli dan rugi-laba, perbandingan, operasional bilangan (penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian), perhitungan volume (liter) dll.
Bahasa Indonesia : kosakata bidang perdagangan, kalimat langsung-tak
langsung, karangan narasi tentang pasar, dll
Pendidikan Kewarganegaraan : menghargai kerja keras orang lain, cara
bertutur kata yang sopan kepada penjual, bergaya hidup sederhana dll
IPS : pengertian pasar, interaksi di pasar,manfaat pasar, permasalahan di pasar, produk andalan di pasar, menyebutkan pasar-pasar di kota Solo dll
IPA : mengenal empat sehat lima sempurna, mengenal berbagai penyakit karena makanan, cara mengolah makanan yang tepat, eksperimen sederhana, dll
Bahasa Inggris : vocabulary tentang green grocery, conversation tentang tawar-
menawar barang, writing tulisan deskriptif tentang pasar dll
Gambar IV.1 Contoh mengintegrasikan pelajaran dalam satu tema pada metoda spiderweb.
Sumber : analisa pribadi, 2009
Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya
____PENDAHULUAN
I-65
b. Guide on the Side : guru diposisikan sebagai fasilitator proses pembelajaran
siswa. Jadi, guru menjadi mitra pembelajaran yang berfungsi sebagai pendamping
bagi siswa.
c. Experiential Learning : 90 % kesan yang diperoleh anak didapat dari pengalaman
konkret. Semaksimal mungkin anak-anak diupayakan agar benar-benar melihat,
mendengar, menyentuh, merasakan, dan mengalami proses belajar secara langsung.
d. Deep Learning : pengetahuan lebih mendalam yang tak sebatas teori dalam
buku. Salah satu upaya memperdalam pembelajaran yaitu dengan kegiatan outing.
e. Active Learning : pergerakan belajar yang dinamis sehingga memungkinkan
siswa mencari tahu tentang sesuatu melalui banyak sumber secara mandiri.
f. Action Learning : dikembangkan melalui ceramah dan diskusi, pemecahan
masalah terstruktur, adanya studi kasus dan presentasi.
g. Outbound Education : belajar di alam terbuka melalui petualangan, permainan
menantang, dan menjadikan alam sebagai guru kehidupan.
h. Environmental Learning : potensi lingkungan sekolah dapat dikembangkan dan
dikelola sendiri oleh peserta didik sebagai media belajar guru dan siswa. Jadi, SATD
merupakan sekolah yang berwawasan lingkungan.
5. Daya Tampung
Penentuan daya tampung sekolah negeri berbeda dengan sekolah swasta. Sekolah
swasta lebih fleksibel dalam menentukan kebijakan program-programnya, tak terkecuali
dalam hal daya tampung yang akan disediakan.
Sebelum menentukan daya tampung, maka perlu mengacu pada Standar Nasional
Pendidikan sebagai berikut :
Tabel IV.1 Ketentuan rombongan belajar
No. Ketentuan Standar Nasional Pendidikan SD SMP
1. Daya tampung yang diperkenankan 6-24 3-24
2. Kapasitas maksimum ruang kelas 28 32
Sumber : www.bsnp-indonesia.org
Sebagai pertimbangan, hasil survey dari SDII Al-Abidin menyebutkan rata-rata
sekolah modern (swasta) menyerap 20 anak/ kelas dan rata-rata sekolah konvensional
(negeri) menyerap 40 anak/ kelas. Sehingga, penentuan daya tampung pada studi banding
SDII Al-Abidin menggunakan angka tengahnya yaitu 30 peserta didik/ kelas.52
52 Hasil studi banding survey SDII Al Abidin, 2 Juni 2008
Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya
____PENDAHULUAN
I-66
Pertimbangan efektivitas belajar mengajar juga menentukan besar daya tampung peserta
didik per kelas.
Dengan demikian, daya tampung SA Tingkat Dasar yang direncanakan yaitu :
a. SD
Daya tampung : 12 rombongan belajar, dengan rincian kelas IA,
IB, IIA, IIB, IIIA, IIIB, IVA, IVB, VA, VB, VIA, VIB.
Kapasitas ruang kelas : 20 peserta didik
Total daya tampung peserta didik : 12 x 20 = 240 anak SD
b. SMP
Daya tampung : 9 rombongan belajar, dengan rincian VIIA,
VIIB, VIIC, VIIIA, VIIIB, VIIIC, IXA, IXB, IXC
Kapasitas ruang kelas : 20 peserta didik
Total daya tampung peserta didik : 12 x 20 = 240 anak SMP
c. Jumlah daya tampung SD dan SMP di SATD yang direncanakan
Total seluruh siswa SATD : 480 siswa.
6. Struktur Organisasi
.
7. Jangkauan Pelayanan
SATD yang direncanakan akan melayani Wilayah Solo Raya yaitu Surakarta, kota
Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar, Wonogiri, Sragen, dan Klaten. Namun, tidak
menutup kemungkinan melayani anak didik yang berasal dari luar daerah Solo Raya dengan
sistem klasifikasi tertentu, misal kuota.
Gambar IV.2 Struktur organisasi SA Tingkat Dasar
yang direncanakan. Sumber : Analisa Pribadi, 2009
Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya
____PENDAHULUAN
I-67
8. Waktu Belajar
Jika pada umumnya sekolah konvensional menggunakan sistem jadwal tetap yang
ditentukan sepihak dari sekolah dan peserta didik tinggal mengikuti sesuai jam pelajaran
dan jadwalnya, berbeda halnya dengan SATD. Anak-anak dapat memilih mata pelajaran
yang ingin mereka kerjakan lebih dulu. Guru sebagai fasilitator menuliskan jadwal hari ini
sesuai dalam catatan jadwal siswa di papan tulis. Setelah itu, fasilitator menawarkan mata
pelajaran apa yang ingin disampaikan lebih dulu kepada peserta didik.
SA Tingkat Dasar menerapkan sistem Full Day School dan Five Day School. Full Day
School yaitu pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar yang diselenggarakan satu hari penuh
mulai pukul 07.00-16.00 WIB. Five Day School berarti kegiatan belajar-mengajar
berlangsung hari Senin hingga Jumat. Hari Sabtu dan Minggu libur. Hari Sabtu digunakan
untuk materi variasi seperti kunjungan lapangan (field trip), market day, pentas seni pekanan
dan lain-lain.
9. Bidang Belajar
Semua bidang studi yang ditargetkan kurikulum pemerintah diajarkan di SATD,
selebihnya anak-anak didik diarahkan untuk membaca alam. SATD mengajarkan teori-teori
seperti sekolah umumnya. Kelebihannya, ditambah dengan pengalaman-pengalaman
konkret baik di lingkungan sekolah yang dikembangkan dan dikelola secara mandiri maupun
lingkungan luar sekolah berupa kunjungan-kunjungan.
Bidang belajar tingkat SD di SATD, antara lain :
a. Mata pelajaran : Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa
Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, Seni
Budaya dan Ketrampilan, Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan.
b. Muatan lokal : dikembangkan sesuai potensi lokal, yaitu tentang pertanian,
perkebunan dan peternakan, lingkungan hidup, dan konservasi alam.
c. Pengembangan diri : dapat diwujudkan dalam pengembangan life skill,
pembentukan karakter dan kepemimpinan yaitu dengan kegiatan di alam seperti
outbound dan dynamic group, kewirausahaan, teknologi dan multimedia.
Bidang belajar tingkat SMP di SATD, antara lain :
a. Mata pelajaran : Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa
Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan
Sosial, Seni dan Budaya, Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan,
Ketrampilan/Teknologi Informasi dan Telekomunikasi.
Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya
____PENDAHULUAN
I-68
b. Muatan lokal : dikembangkan sesuai potensi lokal, yaitu tentang pertanian,
perkebunan dan peternakan, lingkungan hidup, dan konservasi alam.
c. Pengembangan diri : dapat diwujudkan dalam pengembangan life skill,
pembentukan karakter dan kepemimpinan, yaitu dengan kegiatan di alam seperti
outbound dan dynamic group, kewirausahaan, teknologi dan multimedia,
keorganisasian.
10. Suasana Belajar
a. Anak-anak dibebaskan untuk tidak berseragam. Untuk kegiatan outbound dan terjun
di alam bebas, anak-anak harus mempersiapkan baju jelek dan sepatu bot. Saat
belajar di alam, anak-anak akan berkotor-ria dengan tanah, lumpur dan debu.
b. Guru sebagai fasilitator mendampingi murid satu kelas.
c. Kegiatan belajar-mengajar dikondisikan sefleksibel mungkin di dalam maupun luar
ruangan. Ketika anak-anak bosan di dalam kelas, dapat menggunakan alam sebagai
ruang belajar misalnya, di bawah pohon rindang, open space, di atas rerumputan,
bebatuan, hutan mini, dekat kolam, dekat sungai dan lain-lain.
d. Tidak duduk di atas kursi kelas. Anak-anak dapat belajar dengan duduk bersila dan
selonjoran di mana saja di lantai, namun tetap sopan dan teratur. Menulis di atas
meja pendek sambil duduk melantai.
e. Koordinasi waktu belajar dan penggunaan ruang-ruang belajar dengan kelas-kelas
lain sangat penting mengingat urutan jadwal pelajaran menyesuaikan keinginan
siswa. Jadi, memungkinkan belajar bersama dengan kelas lainnya dan menggunakan
media belajar secara bersamaan.
Q. IDENTIFIKASI JENIS KEGIATAN
1. Kegiatan Utama
Kegiatan utama merupakan kegiatan transfer ilmu yaitu berupa kegiatan belajar-
mengajar yang disajikan dalam bentuk :
a. Kegiatan kurikuler
Kegiatan kurikuler adalah kegiatan pokok belajar-mengajar di dalam kelas sesuai
dengan jadwal pelajaran yang telah ditentukan. Kegiatan ini diselenggarakan sefleksibel
mungkin sehingga dapat dilakukan di dalam maupun luar ruang sesuai materi dan
keinginan peserta didik dalam suasana fun learning. Misalnya, belajar matematika di
bawah pohon rindang yang besar, belajar bahasa Inggris di dekat kolam ikan, belajar sains
di atas rerumputan hijau, belajar bahasa Indonesia di dalam rumah kaca, atau dapat pula
Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya
____PENDAHULUAN
I-69
belajar yang lainnya di dalam ruangan kelas masing-masing. Peserta didik dapat memilih
mata pelajaran mana dulu yang mereka sukai. Sedapat mungkin guru memfasilitasi
keinginan belajar siswa ini.
Obyek kegiatan kurikuler adalah materi-materi dari mata pelajaran yang diatur sesuai
standar kompetensi DikNas. Selebihnya, dikembangkan dengan kurikulum alam yang
berbentuk kegiatan khusus. Bidang muatan lokal dan pengembangan diri sarat dengan
kegiatan-kegiatan khusus.
b. Kegiatan khusus
Kegiatan khusus merupakan kegiatan-kegiatan spesifik yang mengacu pada
kurikulum pengembangan SATD yaitu kurikulum alam. Semaksimal mungkin kegiatan
khusus dimasukkan pada kegiatan kurikuler sesuai metoda belajar di alam yang
mengutamakan belajar secara virtual, berbasis pengalaman, mendalam, terintegrasi,
aplikatif, aktif dan menjadikan alam sebagai sumber belajar sekaligus guru kehidupan.
Bidang muatan lokal dan pengembangan diri sarat dengan kegiatan khusus.
Untuk memenuhi kebutuhan terhadap aspek kognitif, afektif, psikomotorik dan sosial
dalam konteks pendidikan alam, maka beberapa kegiatan khusus yang bisa
dikembangkan di SATD antara lain :
a). Kegiatan yang berkaitan dengan masalah lingkungan hidup antara lain aplikasi
zerowaste, penerapan 4R : Reduce, Recycle¸ Reuse, Repair, eksperimen
sederhana tentang lingkungan hidup, gerakan penghijauan, menonton video
tentang masalah lingkungan hidup, konservasi lahan dengan penanaman,
pengenalan konsep konservasi, implementasi PLH (Pendidikan Lingkungan
Hidup).
b). Kegiatan yang berkaitan dengan pertanian antara lain menanam dan belajar
berkebun, belajar beternak dan mengenal keanekaragaman ekosistem,
pemeliharaan tanaman, pemanfaatan kebun bibit (silvikultur), penambahan koleksi
kebun untuk proses pembelajaran keanekaragaman hayati, konservasi flora dan
fauna, perbanyakan tanaman untuk melatih life skill. Setiap kelas diberi tanggung
jawab memelihara sepetak kebun koleksi dan memelihara kelinci.
c). Kegiatan yang berkaitan dengan kepemimpinan, seperti outbound dan camping
and tracking, panjat dinding (wall climbing) dan lain-lain.
d). Kegiatan yang berkaitan dengan pendidikan jasmani, antara lain senam, olahraga
pertandingan (basket, voli dan futsal), atletik, pencak silat, dan renang.
Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya
____PENDAHULUAN
I-70
e). Kegiatan yang berkaitan dengan seni dan budaya yaitu pentas seni pekanan yang
dihadiri ortu murid untuk menyaksikan anak-anaknya tampil di atas panggung,
pameran karya seni anak, dll
f). Kegiatan yang berkaitan dengan kewirausahaan yaitu mengembangkan produk
olahan bahan sekitar, mengadakan pameran produk kreasi siswa dalam bentuk
market day
g). Kegiatan yang berkaitan dengan sosial kemasyarakatan, seperti bakti sosial, kerja
bakti lingkungan, partisipasi penghijauan kota, kampanye anti penggundulan
hutan, kunjungan-kunjungan sosial, jalan sehat, sarasehan/diskusi dan lain
sebagainya.
h). Kegiatan yang berkaitan dengan dunia teknologi dan multimedia, seperti
komputer/laptop, internet, dan audiovisual.
i). Kegiatan kompetitif, seperti monitoring dan evaluasi, penilaian antar kelas, lomba
daur ulang barang bekas, diskusi panel, bidang jurnalistik, lomba mading tentang
alam & lingkungan dll.
c. Kegiatan ekstrakurikuler
Sekolah perlu melakukan strategi efektif yang mampu menumbuhkembangkan rasa
cinta bumi. Ekstrakurikuler sebagai salah satu bentuk pengembangan diri yang bertujuan
membantu pengembangan potensi peserta didik sesuai dengan potensi, minat dan bakat.
Kegiatan ekstrakurikuler dapat menjadi wahana pengembangan pendidikan alam.
Kegiatan khusus yang sangat beragam tersebut dapat dikembangkan beberapa
diantaranya menjadi kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler antara lain
outbound, kepanduan (pramuka), kesenian (lukis dan musik), multimedia dan internet,
science club, OSIS, majalah dinding, olahraga, sarasehan/diskusi.
Tabel IV.2 Jadwal Kegiatan Kurikuler dan Ekstrakurikuler Siswa SA Tingkat Dasar
Jam Jenjang Pendidikan
SD kelas I-III SD kelas IV-VI SMP kelas VII-IX
Jam Kegiatan Jam Kegiatan Jam Kegiatan
06.45-07.00 Apel Pagi
07.00-07.30 Freeplay 07.00-07.10 Freeplay 07.00-07.45 Jampel 1
07.30-08.00 Jampel 1 07.10-07.50 Jampel 1 07.45-08.30 Jampel 2
08.00-08.30 Jampel 2 07.50-08.30 Jampel 2 08.30-09.00 Sholat Dhuha
08.30-09.15 Sholat Dhuha
08.30-09.15 Sholat Dhuha 09.00-09.45 Jampel 3
09.15-09.45 Jampel 3 09.15-09.55 Jampel 3 09.45-10.30 Jampel 4
09.45-10.15 Jampel 4 09.55-10.35 Jampel 4 10.30-10.45 Istirahat
10.15-10.30 Istirahat 10.35-10.50 Istirahat 10.45-11.30 Jampel 5
10.30-11.00 Jampel 5 10.55-11.30 Jampel 5
Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya
____PENDAHULUAN
I-71
11.00-11.30 Jampel 6
11.30-12.30 SHOLAT DHUHUR + MAKAN SIANG
12.30-13.30 Ekskul 12.30-13.10 Jampel 6 12.30-13.15 Jampel 6
13.30 Closing Date 13.10-13.50 Jampel 7 13.15-14.00 Jampel 7
13.30-16.00 TPA 13.50-14.30 Jampel 8 14.00-14.45 Jampel 8
14.30-15.30 Ekskul 14.45-15.45 Ekskul
15.30-16.00 Sholat Ashar 15.45-16.00 Sholat Ashar
16.00 Closing Date 16.00 Closing Date
Sumber : SAIT di Surakarta, TGA, Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik,UNS, 2000
2. Kegiatan Pengelolaan
Kegiatan pengelolaan berupa kegiatan administratif seperti koordinasi, melakukan kegiatan
perkantoran, kegiatan administrasi, menerima tamu, mengadakan rapat dan lain-lain.
3. Kegiatan Penunjang
Kegiatan penunjang berupa kegiatan di luar akademik untuk memfasilitasi kegiatan-kegiatan
seperti : eksperimen laboratorium IPA, keorganisasian, kegiatan pustaka, bermain,
pelayanan kesehatan, jual-beli alat sekolah, fotokopi, berkumpul, ibadah, makan/minum,
metabolisme.
4. Kegiatan Servis
Kegiatan servis adalah kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan operasional bangunan,
seperti keamanan, kebersihan, perawatan bangunan, pengelolaan kebun dan ternak,
penyimpanan peralatan gudang.
R. IDENTIFIKASI PELAKU KEGIATAN
Berdasarkan jenis-jenis kegiatan yang telah disebutkan, pelaku kegiatan atau pengguna
bangunan dibedakan menjadi :
1. Peserta Didik
1. Siswa-siswi SD sebanyak ± 240 anak dengan 12 rombongan belajar @ 20 anak
2. Siswa-siswi SMP sebanyak ± 240 anak dengan 12 rombongan belajar @ 20 anak.
Jumlah siswa-siswi sebanyak ± 480 anak.
2. Pengelola Administratif
a. Kepala Yayasan (1 orang)
b. Kepala Sekolah (1 orang) dan Wakil Kepala Sekolah SD (1 orang)
c. Kepala Sekolah (1 orang) dan Wakil Kepala Sekolah SMP (1 orang)
d. Sekretaris (1 orang)
e. Bagian Personalia (1 orang)
f. Tenaga Pendidik, dengan rincian :
Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya
____PENDAHULUAN
I-72
1). Guru kelas SD (12 orang). Ada 12 rombongan belajar, @ 1 orang guru kelas.
Biasanya guru kelas mengajar Matematika, IPA, IPS, Bahasa Indonesia, PPKn.
2). Guru bidang studi SD (10 orang) terdiri atas 2 orang guru seni (musik dan gambar),
1 orang guru ketrampilan, 1 orang guru Bahasa Daerah, 5 orang guru agama
(Islam, Kristen, Katolik, Hindu dan Budha), 1 orang guru Bahasa Inggris dan 2 orang
guru komputer.
3). Guru bidang studi SMP (30 orang), 9 orang diantaranya merangkap sebagai guru
kelas mengingat terdapat 9 rombongan belajar.
4). Kepala divisi olahraga dan kepemimpinan (1 orang) membawahi bidang outward
bound (4 orang), bidang pendidikan jasmani (2 orang), bidang kewirausahaan (4
orang), dan bidang sosial kemasyarakatan (2 orang). Kepala divisi dipilih salah satu
dari pembimbing bidang-bidang tersebut.
g. Bagian Tata Usaha, terdiri dari 1 orang kepala TU dan 2 staf
h. Bagian Konsultan Pendidikan, terdiri dari 1 orang kepala staf dan 2 staf
i. Bagian Konsultan Psikologi, terdiri dari 1 orang kepala staf dan 2 staf
j. Bagian Perpustakaan, terdiri dari 1 orang kepala staf dan 2 staf
k. Bagian Pelayanan Kesehatan (UKS), terdiri dari 2 staf
Jumlah pengelola administratif sebanyak 76 orang.
3. Pengelola Servis
a. Penjaga Keamanan (2 orang)
b. Pekebun (2 orang) dan Peternak (2 orang)
c. Penjaga Sekolah (2 keluarga, asumsi @ ±4 orang/keluarga) sekaligus membuka
kantin sekolah
d. Teknisi Sekolah (2 orang)
e. Penjaga minimarket (2 orang)
Jumlah pengelola servis sebanyak 18 orang.
4. Pengunjung Umum
a. Orangtua murid
b. Tamu sekolah, dll
S. IDENTIFIKASI POLA KEGIATAN MENURUT PELAKU
Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya
____PENDAHULUAN
I-73
Datang Pulang
Parkir Mengambil kendaraan
Absensi
Memimpin Yayasan, SD dan SMP
Kegiatan kesekretariatan
Mengurus kegiatan kepustakaan
Menyiapkan materi, mengajar
Melayani cek kesehatan
Melayani bidang SDM
Menyimpan arsip & berkas sementara
Kegiatan ketatausahaan
Rapat/pertemuan/ menerima tamu
Makan, minum, istirahat,
ibadah/sholat, metabolisme
Mengurus kurikulum Fotokopi dokumen
Melayani konseling pendidikan&psikologi
Seminar/workshop
Gambar IV.4
Pola kegiatan pengelola administratif SATD. Sumber : analisa pribadi, 2009
Datang Pulang
Parkir Mengambil kendaraan Menunggu jemputan
Upacara/apel
Ikrar
Anak didik SD Belajar, mengerjakan tugas, kegiatan kurikuler, kegiatan di alam (khusus), kegiatan ekstrakurikuler
Anak didik SMP Belajar, mengerjakan tugas, kegiatan kurikuler, kegiatan di alam (khusus), kegiatan ekstrakurikuler
Istirahat, makan&minum, ibadah/shalat, metabolisme, cek kesehatan, konsultasi psikologi
Gambar IV.3
Pola kegiatan peserta didik SATD. Sumber : analisa pribadi, 2009
1. Pola Kegiatan Peserta Didik
2. Pola Kegiatan Pengelola Administratif
Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya
____PENDAHULUAN
I-74
Datang
Pergi
Sharing, adaptasi
lingkungan
Parkir
Mengambil kendaraan
Kegiatan pendidikan
rapat/pertemuan, pameran, pelatihan/pengembangan IPTEK, Open House, seminar/workshop
Kegiatan kesiswaan
Mengantar jemput siswa PG/TK & SD, pertemuan antar guru&orangtua,
penerimaan raport, konsultasi pendidikan & psikologi, mencari informasi pendidikan, pameran
Kegiatan penelitian dsb
Pameran, pelatihan/pengembangan IPTEK, Open House, mencari informasi
pendidikan
Istirahat, makan&minum, ibadah/shalat, metabolisme
Gambar IV.6
Pola kegiatan pengunjung SATD. Sumber : analisa pribadi, 2009
Datang Pergi
Menjaga keamanan,
mengatur perparkiran
Absensi
Parkir
Mengambil kendaraan
Membersihkan interior
& lingkungan
Mengajar dan mengurus
kebun & ternak
Bertempat tinggal di
lingkungan sekolah
Melayani pengunjung kantin&konsumsi rutin
Membuka minimarket & melayani
Merawat sistem operasional bangunan
Merawat fisik bangunan
Koordinasi servis, rapat non-formal
Istirahat, metabolisme, makan&minum, ibadah/shalat
Gambar IV.5 Pola kegiatan pengelola servis. Sumber : analisa pribadi, 2009
3. Pola Kegiatan Pengelola Servis
4. Pola Kegiatan Pengunjung
T. MEDIA BELAJAR DI ALAM
Kurikulum spesifik yang dikembangkan oleh SATD menuntut media belajar di alam yang
dapat memenuhi kebutuhan kegiatan belajar-mengajar. SATD dkembangkan menjadi sekolah
yang berwawasan lingkungan. Sekolah menjadi laboratorium alam bagi guru dan siswa.
Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya
____PENDAHULUAN
I-75
Sedekat dan semudah mungkin, guru dan siswa dapat belajar di alam sehingga akrab dengan
alam. Media belajar dikategorikan sebagai berikut :
1. Lingkungan Alami (Natural Environment)
Segala sesuatu yang belum diubah dari lokasi tapak menjadi bagian alami dari
lingkungan SATD. Pada umumnya berupa tanah, kontur, bebatuan, jalan setapak, sungai,
parit, udara, air, matahari, angin, pepohonan besar dan rindang, tanaman sedang, semak-
semak, rerumputan, binatang liar, sawah, alang-alang dan berbagai ekosistem alami yang
sudah ada pada tapak dipotensialkan menjadi media belajar di alam.
Pemanfaatannya antara lain pohon tinggi, besar, kuat dan rindang menjadi tiang struktur
instalasi outbound, tanah yang subur dapat ditanami menjadi taman, kebun bibit, dan lain-
lain agar anak dapat belajar menanam, banyaknya pepohonan dan lahan hijau memberi
produksi oksigen yang besar untuk menciptakan kualitas udara yang baik pada iklim mikro
bagi kesehatan pengguna dan kesegaran lingkungan, dan sebagainya.
Lahan terbuka hijau sangat penting untuk mewadahi kegiatan belajar di alam bebas.
Ruang belajar di alam bebas dibiarkan secara alami dengan perawatan sederhana agar
dapat digunakan untuk alternatif ruang belajar, berkemah, outbound, dynamic group, latihan
ketangkasan, keberanian, keseimbangan, flying fox, petualangan mini, tadabur alam,
bermain bebas (freeplay), dan mengenal keanekaragaman hayati.
2. Lingkungan Buatan (Artifisial Environment/Built Environment)
Metoda belajar di alam pada SATD mengutamakan belajar secara virtual, berbasis
pengalaman, mendalam, terintegrasi, aplikatif, aktif dan menjadikan alam sebagai sumber
belajar sekaligus guru kehidupan. Mengembangkan SATD menjadi sekolah yang
berwawasan lingkungan sekaligus laboratorium alam menuntut konsekuensi tuntutan model
ekosistem artifisial dalam rangka menghadirkan alam sebagai media belajar. Model
lingkungan buatan disesuaikan dengan kebutuhan kegiatan belajar-mengajar di SATD.
a. Model ekofarming
Bidang pertanian sangat menonjol di Indonesia. Corak agraris sangat kuat di Solo
Raya. Every culture comes from agriculture atau segala kebudayaan dimulai dari
pertanian. Dengan belajar menanam, siswa akan belajar mencintai tanaman dan peduli
dengan lingkungan alam. Semakin peduli berarti semakin akrab dengan alam. Model alam
yang akan dikembangkan adalah model ekofarming yang diskemakan sebagai berikut:
Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya
____PENDAHULUAN
I-76
Elemen ekofarming
yang dikembangkan:
Kebun-kebun
budidaya
Kolam irigasi
Peternakan
Tempat pengolahan
kompos
Lumbung
Pertanian sangat beragam. Tak hanya berhubungan dengan padi di sawah saja,
melainkan juga banyak tanaman budidaya lainnya. Teknologi pertanian masa kini
cenderung kembali pada pertanian organik. Jenis teknologi budidaya pertanian lain yang
bisa dikembangkan untuk media belajar di alam pada SATD, antara lain :
1). Pertanian Rumah Kaca (PRK)
Sistem PRK mempunyai beberapa keuntungan diantaranya mudah dalam
mengendalikan hama dan penyakit, meningkatkan produksi dan mutu produk yang
dihasilkan. Jenis tanaman yang cocok untuk PRK biasanya adalah :
Tanaman yang mempunyai siklus hidup pendek, seperti : melon, semangka dan
sayuran.
Penanaman bibit pohon tanaman keras yang siklus hidupnya panjang seperti kayu
jati, sengon dan pohon untuk hutan tanaman industri.
Di Indonesia, rumah kaca berfungsi untuk mengendalikan musim terutama dari
curah hujan tinggi. Agar tanaman lebih beragam, rumah kaca dapat ditanami berbagai
tanaman baik dataran tinggi, sedang maupun rendah.
2). Vertikultur
Vertikultur diambil dari istilah verticulture dalam bahasa Inggris yaitu vertical dan
culture. Artinya sistem budidaya pertanian yang dilakukan secara vertical atau bertingkat.
Sistem vertikultur ini sangat cocok diterapkan bagi petani atau perorangan sebagai
Gambar IV.7 Model integrasi usaha-usaha
dalam sistem ekofarming. Sumber : Ekologi, Juergen H.
Hohnholz, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 1988
Pemberian makan di kandang
Produksi ternak
Produk silvikultur (kayu bakar, kayu, buah-buahan)
Irigasi pohon
Perlindungan tanah
Pupuk hijau Jerambah pengendalian
erosi (dengan rumput makanan ternak)
Perbaikan kesuburan
tanah
Integrasi
peternakan
Pemupukan organik (kompos & kotoran ternak)
Pemupukan mineral
Tumpang sari, tanaman pelindung
Tanaman budidaya
Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya
____PENDAHULUAN
I-77
alternatif pertanian di lahan sempit, namun ingin menanam tanaman sebanyak-
banyaknya.
Tanaman yang bisa dibudidayakan dengan sistem ini yaitu tanaman sayuran,
tanaman hias, tanaman buah-buahan, tanaman obat dan tanaman pangan. Sawah atau
kebun mini dapat juga diciptakan dengan sistem ini.
Model dan bahan untuk membuat wadah vertikultur sangat banyak, tinggal
disesuaikan dengan kondisi dan keinginan. Vertikultur dengan bahan bambu sangat
dominan. Selain bambu, dapat juga digunakan pralon, kaleng bekas, dan lembaran
karung beras. Wadah tanam vertikultur dapat juga memanfaatkan sisa-sisa bahan
bangunan. Salah satu filosofi dari vertikultur adalah memanfaatkan benda-benda bekas
di lingkungan sekitar.
3). Padi alternatif
Sawah mini dapat dibuat dengan teknologi sederhana yang mudah dibuat oleh anak-
anak yaitu mengaplikasikan padi ember.
Jenis teknologi penunjang budidaya pertanian yang bisa dikembangkan untuk media
belajar di alam pada SATD, antara lain :
1). Pengolahan pupuk organik
Pupuk organik berasal dari sampah organik. Selain untuk menunjang budidaya
pertanian, juga bertujuan agar kuantitas sampah tidak terlalu membebani lingkungan.
2). Tadah hujan
Air hujan yang melimpah di iklim tropis lembab dapat dipanen pada musim hujan untuk
menyiram tanaman ketika musim kemarau. Air hujan berlebih yang masuk sumur
resapan dapat mencegah hilangnya lapisan humus tanah dan mencegah erosi.
b. Model ekosistem peternakan
Peternakan yang memungkinkan untuk dikembangkan, antara lain :
1). Kelinci
2). Sapi dan kambing dipelihara oleh peternak
3). Ayam dan burung dipelihara oleh peternak
4). Ikan, dapat berupa kolam ikan atau akuarium.
c. Model aplikasi berwawasan lingkungan
Aplikasi-aplikasi berwawasan lingkungan merupakan penunjang media belajar di alam.
Anak-anak dapat mengembangkan inovasi atau menciptakan inovasi baru tentang aplikasi
Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya
____PENDAHULUAN
I-78
berwawasan lingkungan sebagai karya nyata belajar di alam. Beberapa aplikasi
berwawasan lingkungan yang dapat dikembangkan, antara lain :
1). Kolam taman air limbah53
Merupakan model aplikasi ramah lingkungan untuk mengelola grey water menjadi
kolam ikan dan taman eceng gondok. Selengkapnya dijelaskan pada bab berikutnya
yaitu Bab V Analisis.
2). Mengenal teknologi biopori
Merupakan model aplikasi ramah lingkungan untuk mengelola air hujan yang
banyak keuntungannya yaitu mencegah banjir pada lingkungan SATD, menyuburkan
tanah dan meningkatkan resapan air. Selengkapnya dijelaskan pada bab berikutnya yaitu
Bab V Analisis.
3). Ecotech garden
Merupakan model aplikasi ramah lingkungan untuk mengelola grey water dengan
cara memanfaatkan tanaman hias air sehingga menghilangkan efek bau grey water.
4). Keranjang Takakura dan Pos Kompos
Merupakan model aplikasi ramah lingkungan untuk mengelola sampah organik
menjadi pupuk yang berguna bagi tanaman koleksi SATD.
Dengan melihat dan terlibat langsung cara kerja dari teknologi ini, anak-anak SATD
dapat menerapkannya di lingkungan masing-masing. Model aplikasi ini menjadi bagian
operasional bangunan SATD sehingga anak-anak SATD benar-benar dapat memahami
kinerja dan manfaatnya secara langsung.
3. Media Belajar Lainnya
a. Audio
Mendengarkan cerita, syair, puisi, musik/nyanyian, bertema alam atau lingkungan hidup.
53 Oleh Sobirin, Kolam Taman Air Limbah Cucian Piring, edisi Selasa, 4 November 2008, yang diambil dari www.clearwaste.blogspot.com
Gambar IV.8 Model-model aplikasi ramah lingkungan Ki-ka: kolam taman air limbah, lubang biopori, pos kompos, keranjang kompos takakura, ecotech
garden. Sumber : www.clearwaste.blogspot.com, www.biopori.com, tabloid Rumah edisi Maret 2009
Implementasi GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya
____PENDAHULUAN
I-79
b. Visual
Media lukis, origami, kriya seni, kerajinan tangan, maket, karya ilmiah, replika, yang berkaitan
dengan alam atau lingkungan hidup.
c. Audiovisual
Melihat video, film dokumenter, internet, teater, tarian, yang berkaitan dengan alam atau
lingkungan hidup.
U. TUNTUTAN WADAH KEGIATAN SATD
1. Ruang Belajar Dinamis, Fleksibel Dan Luas
Proses pendidikan alam diberikan melalui metoda pembelajaran yang mengutamakan
belajar secara virtual, berbasis pengalaman, mendalam, terintegrasi, aplikatif, aktif dan
menjadikan alam sebagai sumber belajar sekaligus guru kehidupan. SATD membutuhkan
ruang-ruang belajar yang dinamis, fleksibel dan luas. Belajar terintegrasi menuntut kegiatan
di dalam kelas dan di alam bebas secara terintegrasi pula.
2. Kemudahan Berinteraksi
Alam dimodifikasi dan ditata sedemikian rupa sehingga dapat memberi kebebasan
kepada anak-anak untuk dapat berinteraksi dengan alam sesering mungkin, sedekat
mungkin dan semudah mungkin, mulai pada saat datang ke sekolah hingga pulang.
Kemudahan interaksi didukung oleh kelancaran sirkulasi yang memudahkan akses
pencapaian laboratorium alam.
3. Built Environment
SATD menghadirkan alam ke dalam lingkungan sekolah yang dapat dikelola oleh para
peserta didik dan fasilitator. Alam menjadi ruang belajar sekaligus media belajar. Kegiatan
belajar SATD mengacu pada kurikulum alam yang sarat dengan kegiatan spesifik di alam
maupun ekosistem buatan. Ekosistem alami dikembangkan sesuai potensi. Ekosistem
buatan diwujudkan dalam model ekosistem artifisial.
4. Pendidikan melalui desain
Pendidikan melalui desain di SATD diharapkan sangat membantu proses belajar di
alam secara nyata dan aplikatif. Bangunan beserta lansekapnya dikondisikan untuk ramah
lingkungan (berwawasan lingkungan), beriklim mikro yang baik untuk kesehatan, hemat
energi, berkelanjutan, peduli pada perlindungan ekosistem dan bermakna luas sebagai alat
edukasi bagi anak-anak SATD.