Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

142

description

dipublikasikan oleh Kementerian koordinator Bidang Kesejahteraan rakyat tahun 2012

Transcript of Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

Page 1: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2
Page 2: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2
Page 3: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

TAHUN 2011-2035i

GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

TAHUN 2011-2035

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT

2012

Page 4: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

iiGRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKANTAHUN 2011-2035

Page 5: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

TAHUN 2011-2035iii

Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan RakyatKementerian Dalam NegeriKementerian Perencanaan Pembangunan/ Badan Perencanaan Pembangunan NasionalKementerian KesehatanKementerian Pendidikan dan KebudayaanKementerian SosialKementerian Tenaga Kerja dan TransmigrasiBadan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035

© Pemegang Copyright Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat

Diproduksi oleh : Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat

Editor :Sekretariat Tim Penyusunan Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011 - 2035

Tim Penyusun :1. Kelompok Kerja Bidang Pengendalian Kuantitas Penduduk2. Kelompok Kerja Bidang Peningkatan Kualitas Penduduk3. Kelompok Kerja Bidang Pembangunan Keluarga4. Kelompok Kerja Bidang Penataan Persebaran dan Pengaturan Mobilitas Penduduk5. Kelompok Kerja Bidang Pembangunan database Kependudukan

Kontributor:1. Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan, Universitas Gajah Mada2. Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia

Cetakan pertama 2012Hak cipta dilindungi undang-undang

Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, et. al. Grand Design PembangunanKependudukan Tahun 2011-2035; — cet. 1 —Jakarta : Kementerian Koordinator BidangKesejahteraan Rakyat, 2012, 126 hlm, 210 x 297 mm

ISBN ____________________978-602-9476-28-6

GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

TAHUN 2011-2035iii

Page 6: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

ivGRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKANTAHUN 2011-2035

Page 7: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

TAHUN 2011-2035v

MENTERI KOORDINATORBIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT R.I

Segala puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, TuhanYang Maha Esa yang senantiasa melimpahkan berkah danrahmat-Nya kepada kita semua, sehingga penyusunan dokumenGrand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035 dapatdiselesaikan. Kerja keras dan kerja cerdas semua pihak diwakilioleh kelompok-kelompok kerja yang secara bertahap, berhasilmenyelesaikan dokumen acuan bagi PembangunanKependudukan di Indonesia. Masukan dari berbagai pihak telahmemberikan kontribusi yang signifikan yang pada gilirannya akanbermanfaat bagi pelaksanaan pembangunan kependudukansecara lintas sektor.

Terdapat 3 (tiga) aspek penting dalam kebijakan pembangunan kependudukan. Pertama,secara internal, dinamika kependudukan memasuki tahap krusial dengan ditandai oleh adanyaperubahan kondisi demografi “di luar perkiraan”. Kondisi itu nampak dari perubahan angkakelahiran dan pertumbuhan penduduk yang cenderung tidak bergerak maju (stagnan).Terlepas dari perbedaan interpretasi mengenai keadaan tersebut, kondisi ini perlu dicermatidan diantisipasi dengan kebijakan kependudukan yang tepat. Kedua, kebijakan pembangunankependudukan belum sepenuhnya menjadi bagian integral dari kebijakan pembangunan.Hal ini tidak selaras dengan hasil ICPD (International Conference on Population and Development)tahun 1994 di Kairo yang mengamanatkan agar, pengintegrasian kebijakan kependudukanke dalam kebijakan pembangunan nasional. Ketiga, pada waktu yang bersamaan dinamikakependudukan sedang mengarah ke fase windows of opportunity yang datangnya hanya sekalidan akan memberikan peluang untuk memperoleh bonus demografi. Ketiga hal tersebutmerupakan alasan mengapa dibutuhkan suatu dokumen grand design pembangunan kependudukanuntuk dijadikan arah bagi perumusan kebijakan dan program kependudukan.

Grand Design Pembangunan Kependudukan (GDPK) selain diperlukan sebagai arah bagikebijakan kependudukan di masa depan juga diharapkan dapat sejalan dengan Master PlanPercepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) dan Master PlanPercepatan dan Perluasan Pengurangan Kemiskinan di Indonesia (MP3KI). Dalam konteks

KA

TA P

EN

GA

NTA

R

Page 8: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

viGRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKANTAHUN 2011-2035

pelaksanaannya diperlukan harmonisasi pelaksanaan kebijakan PembangunanKependudukan dengan Pembangunan Ekonomi Nasional serta PenanggulanganKemiskinan.

Dengan telah selesainya penyusunan dokumen ini, saya mengucapkan terima kasih kepadasemua pihak yang telah berkontribusi secara aktif. Kritik dan saran konstruktif sangatdiharapkan dalam rangka penyempurnaan dokumen ini. Semoga Grand DesignPembangunan Kependudukan ini bermanfaat bagi pembangunan Nasional.

Jakarta, Desember 2012Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Republik Indonesia

H.R. AGUNG LAKSONO

Page 9: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

TAHUN 2011-2035vii

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... vDAFTAR ISI .......................................................................................................... viiDAFTAR TABEL ........................................................................................................... ixDAFTAR GAMBAR DAN GRAFIK ............................................................................... x

BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................................ 11.1. Latar Belakang ............................................................................................ 11.2. Dasar Hukum............................................................................................... 51.3. Visi ............................................................................................................ 61.4. Misi ............................................................................................................ 61.5. Arah Kebijakan ............................................................................................ 71.6. Tujuan .......................................................................................................... 71.7. Sasaran .......................................................................................................... 8

BAB 2. KONDISI KEPENDUDUKAN INDONESIA SAAT INI ........................ 92.1. Kuantitas Penduduk .................................................................................... 92.2 Kualitas Penduduk..................................................................................... 14

2.2.1. Pendidikan ...................................................................................... 142.2.2. Kesehatan ....................................................................................... 172.2.3. Pendapatan per Kapita ................................................................. 252.2.4. Indeks Pembangunan Manusia .................................................... 272.2.5. Kondisi Kesetaraan dan Keadilan Gender ................................ 28

2.3. Pembangunan Keluarga............................................................................ 322.4. Persebaran dan Mobilitas Penduduk ...................................................... 342.5. Data dan Informasi Kependudukan ...................................................... 40

BAB 3. KONDISI YANG DIINGINKAN ................................................................ 473.1. Kuantitas Penduduk .................................................................................. 473.2. Kualitas Penduduk..................................................................................... 493.3. Kondisi Keluarga ....................................................................................... 503.4. Persebaran dan Mobilitas Penduduk ...................................................... 513.5. Database Kependudukan ......................................................................... 533.6. Permasalahan dan Tantangan .................................................................. 55

3.6.1. Kuantitas Penduduk ...................................................................... 563.6.2. Kualitas Penduduk ......................................................................... 593.6.3. Persebaran dan Mobilitas Penduduk .......................................... 65

DA

FTA

R IS

I

Page 10: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

viiiGRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKANTAHUN 2011-2035

BAB 4. POKOK-POKOK PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN .................. 694.1. Pengendalian Kuantitas Penduduk ......................................................... 69

4.1.2. Pengaturan Fertilitas .................................................................... 694.1.3. Penurunan Mortalitas ................................................................... 704.1.4. Strategi Pengendalian Kuantitas .................................................. 71

4.2 . Peningkatan Kualitas ................................................................................. 724.2.1. Dimensi Kesehatan ....................................................................... 724.2.2. Dimensi Pendidikan ...................................................................... 724.2.3. Dimensi Ekonomi ......................................................................... 724.2.4. Strategi Pengendalian Kualitas ..................................................... 72

4.3. Pembangunan Keluarga............................................................................ 74Strategi Pembangunan Keluarga ............................................................. 75

4.4. Persebaran dan Pengarahan Mobilitas Penduduk ................................. 774.5. Pembangunan Database Kependudukan ............................................... 96

Strategi Pembangunan Database Kependudukan ................................ 96

BAB 5. ROADMAP ........................................................................................................ 1035.1. Umum ....................................................................................................... 103

5.1.1. Pengendalian Kuantitas Penduduk ............................................ 1035.1.2. Peningkatan Kualitas Penduduk ................................................ 1045.1.3 Pembangunan Keluarga .............................................................. 1065.1.4 Penataan Persebaran dan Pengarahan Mobilitas

Penduduk ...................................................................................... 1065.1.5. Pembangunan Data dan Informasi Kependudukan .............. 109

BAB 6. PENUTUP ........................................................................................................ 111

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 114

LAMPIRAN : Keputusan Menko Kesra No. 27 Tahun 2011,Tentang Tim Penyusunan Grand Design Pembangunan Kependudukan,Tahun 2011-2035 ........................................................................................................ 115

Page 11: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

TAHUN 2011-2035ix

Tabel 2.1 Angka Partisipasi Sekolah Kasar dan Murni menurutPendidikan 2000–2008 .................................................................................. 15

Tabel 2.2 Angka Partisipasi Sekolah menurut Umur, Tipe Daerah, danJenis Kelamin, 2006 ....................................................................................... 16

Tabel 2.3 Angka Harapan Hidup Beberapa Negara di ASEAN, 1980-2011 .......... 23Tabel 2.4 Jumlah Penduduk Miskin dan Angka Kemiskinan Tahun 2011 ............. 26Tabel 2.5 Nilai IPM Beberapa Negara ASEAN1990-2011....................................... 28Tabel 2.6 Karakteristik Kepala Keluarga menurut Mata Pencaharian, 2008 .......... 31Tabel 3.1 Proyeksi TFR 2010-2035 .............................................................................. 47Tabel 3.2 Persentase Pengangguran Terbuka*) menurut Pendidikan

Tertinggi yang Ditamatkan 2007-2010 ....................................................... 62Tabel 3.3 Jumlah dan Presentase Penduduk Miskin di Indonesia menurut

Daerah Tahun 1998-2011 ............................................................................. 63Tabel 3.4 Kondisi Migrasi Internasional Tahun 2007-2009 ...................................... 66Tabel 4.1 Kelas Ruang .................................................................................................... 83Tabel 4.2 Kelas Penduduk ............................................................................................. 84Tabel 4.3 Potensi Tambahan Jumlah Penduduk Kota-Kota yang Diproyeksikan

sebagai Metropolitan Besar dan Kecil Wilayah Sumatera ....................... 85Tabel 4.4 Potensi Tambahan Jumlah Penduduk Kota-Kota yang Diproyeksikan

sebagai Metropolitan Besar dan Kecil Wilayah Kalimantan ................... 87Tabel 4.5 Potensi Tambahan Jumlah Penduduk Kota-Kota yang Diproyeksikan

sebagai Metropolitan Besar dan Kecil Wilayah Sulawesi-Maluku-Maluku Utara .................................................................................................. 88

Tabel 4.6 Potensi Tambahan Jumlah Penduduk Kota-Kota yang Diproyeksikansebagai Metropolitan Besar dan Kecil Wilayah Papua ............................. 90

Tabel 4.7 Potensi Tambahan Jumlah Penduduk Kota-Kota yang Diproyeksikansebagai Metropolitan Besar dan Kecil Wilayah Bali-Nusa Tenggara ..... 91

Tabel 5.1 Roadmap Pengendalian Kuantitas Penduduk .......................................... 103Tabel 5.2 Perkiraan Rata-Rata Lama Bersekolah (MYoS) ....................................... 104Tabel 5.3 Perkiraan Harapan Rata-Rata Lama Bersekolah (EYoS) ....................... 104Tabel 5.4 Perkiraan Angka Partisipasi Murni 2015-2050......................................... 105Tabel 5.5 Perkiraan Angka Harapan Hidup 2015-2035 ........................................... 105Tabel 5.6 Perkiraan GNI per Kapita Indonesia 2011-2050 .................................... 106Tabel 5.7 Roadmap Pembangunan Keluarga ............................................................ 106Tabel 5.8 Pokok-Pokok Roadmap Grand Design Pengarahan Mobilitas

Penduduk 2010-2035 ................................................................................... 107Tabel 5.9 Roadmap Pmebangunan Data Base Kependudukan ............................. 109

DA

FTA

R TA

BE

L

Page 12: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

xGRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKANTAHUN 2011-2035

Gambar 1.1 Tujuan Pembangunan Kependudukan Selama 2011-2035 ..................... 8

Gambar 2.2 Piramida Penduduk Indonesia Tahun 1971 dan 2010 ........................... 11

Gambar 2.3 Melek Huruf Dewasa di Indonesia ......................................................... 17

Gambar 2.4 Angka Kematian Bayi, Angka Kematian Balita, dan AngkaKematian Ibu 1991-2007 ........................................................................... 18

Gambar 2.5 Angka Kematian Bayi di Indonesia ......................................................... 19

Gambar 2.6 Disparitas Indeks Kematian Bayi dan Kematian Balitadi Indonesia, 1991-2007 ............................................................................ 20

Gambar 2.7 Tren Prevalensi Gizi Kurang dan Gizi Buruk IndonesiaTahun1989 – 2010 ................................................................................................. 21

Gambar 2.8 Angka Harapan Hidup Indonesia 1980–2011 ........................................ 22

Gambar 2.9 Persentase Rumah Tangga yang Mendapatkan Air Bersihdi Indonesia 2000-2008 ............................................................................. 23

Gambar 2.10 Persentase Rumah Tangga yang Mengakses Jamban danSeptic Tank di Indonesia 2000-2008 .......................................................... 24

Gambar 2.11 Pendapatan per Kapita di Indonesia 1980-2011

(Metode Atlas, US$) ................................................................................... 25

Gambar 2.12 Perkembangan Jumlah dan Angka Kemiskinan di Indonesia,2004-2011 .................................................................................................... 25

Gambar 2.13 Profil Persebaran Penduduk Tahun 1930 – 2010 .................................. 35

Gambar 2.14 Peta Persebaran Kategori Kota ................................................................ 36

Gambar 2.15 Peta Ketimpangan Populasi dan Ekonomi ............................................. 37

Gambar 2.16 Kesenjangan Ekonomi Wilayah di Indonesia ........................................ 39

Gambar 2.17 Data Dasar (Database) Kependudukan di Indonesia ........................... 42

Gambar 3.1 Perkembangan Rasio Ketergantungan Usia Anak-anak(< 15 tahun); produktif (15-64 tahun), Lansia (>65 tahun) sertaRasio Ketergantungan di Indonesia Tahun 1950-2050 ......................... 49

Gambar 3.2 Kondisi Persebaran Penduduk yang Diinginkan pada Tahun 2035 .... 51

Gambar 3.3 Kondisi Migrasi Internasional yang Diinginkan Tahun 2035 .............. 52

Gambar 3.5 Pertumbuhan dan Ketimpangan Ekonomi di Indonesia ..................... 63

Gambar 4.1 Unsur-Unsur Pembangunan Sumber Daya Manusia ............................ 73

Gambar 4.2 Tema Pembangunan dan Interkoneksi Koridor Ekonomi (KE) ........ 82

DA

FTA

R G

AM

BA

RD

AN

GR

AF

IK

Page 13: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

TAHUN 2011-2035xi

Gambar 4.3 Strategi Penataan Persebaran Penduduk ................................................. 82

Gambar 4.4 Potensi Tambahan Jumlah Penduduk Kota-Kota yangDiproyeksikan sebagai Metropolitan Besar dan Kecil WilayahSumatera ...................................................................................................... 85

Gambar 4.5 Potensi Tambahan Jumlah Penduduk Kota-Kota yang

Diproyeksikan sebagai Metropolitan Besar dan Kecil WilayahKalimantan ................................................................................................. 87

Gambar 4.6 Potensi Tambahan Jumlah Penduduk Kota-Kota yangDiproyeksikan sebagai Metropolitan Besar dan Kecil WilayahSulawesi-Maluku-Maluku Utara ............................................................... 89

Gambar 4.7 Potensi Tambahan Jumlah Penduduk Kota-Kota yang

Diproyeksikan sebagai Metropolitan Besar dan Kecil

Wilayah Papua ............................................................................................ 90

Gambar 4.8 Potensi Tambahan Jumlah Penduduk Kota-Kota yangDiproyeksikan sebagai Metropolitan Besar dan Kecil WilayahBali-Nusa Tenggara ................................................................................... 92

Gambar 4.9 Kerangka Penyelarasan Isu-Isu Strategis Grand Design SAK............ 96

Gambar 4.10 Tahap-tahap Penerapan KTP Berbasis NIK Nasional ........................ 98

Gambar 4.11 Mekanisme Pembangunan Database Kependudukan danPemutakhirannya ....................................................................................... 99

Gambar 4.12 Pemanfaatan Database untuk Instansi/Lembaga, MasyarakatDunia Usaha, dan Kepentingan Lainnya ............................................. 100

Gambar 4.12 dan 4.13 Pemanfaatan Database Kependudukan dan e-KTPuntuk Mendukung Pemilu ...................................................................... 101

Grafik 2.1 Laju Pertumbuhan Penduduk Tahun 2000-2010 menurutProvinsi ..................................................................................................... 10

Grafik 2.2 Perkembangan IPG Periode 2004-2010 ................................................. 28

Grafik 2.3 Perkembangan Komponen IPG, 2009-2010 ......................................... 29

Grafik 2.4 Perkembangan IDG Tahun 2004-2010 .................................................. 30

Grafik 2.5 Penduduk 15 ke Atas Bekerja Sebagai Tenaga ProfesionalKepemimpinan, Administrasi, Teknisi, 2009-2010 ............................... 31

Page 14: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

xiiGRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKANTAHUN 2011-2035

Grafik 2.6 Persentase PNS Perempuan, 2007-2010 ................................................ 31

Grafik 2.7 Persentase PNS yang Menduduki Jabatan Struktural,

2007-2010 ................................................................................................... 32

Grafik 3.4 Ratio Ketergantungan 1971-2010 ........................................................... 52

Grafik 3.5 Rasio Ketergantungan menurut Provinsi .............................................. 53

Page 15: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

TAHUN 2011-20351

1.1. Latar Belakang

Kebijakan kependudukan di Indonesia sampai saat ini telah menunjukkankeberhasilannya, terutama jika dilihat dari sisi kuantitas penduduk. Sebagai contoh adalahpenurunan angka kelahiran total (TFR) dan penurunan pertumbuhan penduduk secarakonsisten selama periode 1970-2000. Akan tetapi, hasil sensus penduduk maupun surveiakhir-akhir ini, misalnya Sensus Penduduk 2010 dan SDKI 2007, menunjukkankecenderungan yang cukup mengkhawatirkan. Hasil Survei Demografi dan KesehatanIndonesia (SDKI) 2007 misalnya menunjukkan bahwa TFR mengalami stagnasi.Demikian juga halnya dengan hasil Sensus Penduduk (SP) 2010 yang secara nasionalmenunjukkan TFR dalam keadaan stalling. Hasil lain dari SP 2010 menunjukkan bahwa

angka pertumbuhan pendudukmeningkat dibandingkandengan SP tahun 2000meskipun peningkatannyatidak signifikan. Ada indikasibahwa kedua hal tersebutberkaitan: stagnasi ataupeningkatan TFR telah menjadipenyebab peningkatanpertumbuhan penduduk, me-ngingat bahwa secara nasionalmigrasi dianggap tidakberpengaruh terhadapperubahan jumlah penduduk.Jika hal ini berlangsung terus,dikhawatirkan tujuan kebijakankependudukan dari sisi

kuantitatif untuk mencapai Penduduk Tumbuh Seimbang (PTS) pada tahun 2015 sepertitercantum dalam RPJMN tidak dapat dicapai. Bahkan, bukan hanya target yang telahdicanangkan tidak dapat dicapai, tetapi perubahan tersebut akan menimbulkan masalahbaru, baik dibidang kependudukan maupun masalah pembangunan pada umumnya.

Bagi sebagian pengambil kebijakan, pertumbuhan penduduk yang meningkat dianggaptidak merisaukan. Akan tetapi, bagi sebagian yang lain, pertumbuhan penduduk yangmeningkat dianggap sebagai salah satu hambatan dalam mencapai tujuan pembangunansecara luas. Sebagai salah satu ilustrasi, perubahan jumlah penduduk akan mempengaruhi

BBBBBABABABABAB Pendahuluan1BBBBBABABABABAB

GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

TAHUN 2011-20351

Page 16: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

2GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKANTAHUN 2011-2035

demand yang kemudian harus dipenuhi oleh sektor lainnya, misalnya penyediaankebutuhan dasar manusia, yaitu papan, pangan dan pakaian. Kekhawatiran banyak or-ang tentang keamanan pangan misalnya, secara langsung berhubungan denganpeningkatan jumlah penduduk yang tidak terkontrol. Demikian juga halnya dengankebutuhan dasar lainnya. Memang hubungan antara keduanya tidak bersifat eksklusifkarena ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi kompleksitas hubungan, yaitutehnologi dan orgarnisasi. Akan tetapi aspek kependudukan merupakan aspek pentingdalam pembangunan, dan tidak dapat diabaikan.

Salah satu isu penting lainnya yang terkait dengan perkembangan kuantitas pendudukdi Indonesia adalah perubahan komposisi penduduk, khususnya menurut umur. Dengantren perubahan komposisi penduduk menurut umur di masa lalu, diperkirakan Indone-sia akan mencapai tahap windows of opportunity tahun 2030-an. Hal ini hanya akan terjadijika pengelolaan kuantitas penduduk, khususnya fertilitas, dilakukan dengan benar. Jikatidak, maka tahap tersebut akan terlewatkan dan Indonesia akan kehilangan momen-tum untuk mengakselerasi percepatan pencapaian tujuan pembangunan nasional.

Tahap windows of opportunity ditandai dengan angka ketergantungan yang paling rendahdalam perkembangan perubahan komposisi penduduk menurut umur. Kondisi tersebutdisertai dengan besarnya jumlah penduduk usia produktif, menurunnya jumlah pendudukusia anak-anak, dan meningkatnya jumlah penduduk lansia. Tahap ini merupakankesempatan yang hanya datang sekali dan harus direspons dengan kebijakan yangmemadai agar opportunity berubah menjadi bonus demografi. Jika tahap ini terjadi dantidak ada intervensi yang tepat, maka kesempatan tersebut akan berubah menjadi disas-ter. Dengan cara berpikir tersebut, maka seharusnya telah disusun suatu arah danpenahapan pencapaian pembangunan kuantitas yang mampu mendorong terealisasinyatahap tersebut.

Selain persoalan yang terkait dengan pertumbuhan dan komposisi penduduk, Indone-sia masih dihadapkan pada masalah ketimpangan distribusi penduduk, antara Jawa danluar Jawa, atau antara Indonesia bagian barat dengan Indonesia bagian timur. Demikianjuga halnya antara desa dan kota. Persolan ketimpangan distribusi penduduk padadasarnya erat kaitannya dengan persoalan lingkungan. Di satu pihak ketimpangandistribusi penduduk melahirkan persoalan overpopulation yang ditunjukkan oleh,diantaranya, adalah kepadatan penduduk dan tekanan penduduk, di pihak lain munculpersoalan optimalisasi sumber daya alam, khususnya di daerah yang kaya sumber dayaalam tetapi jumlah penduduknya sedikit.

Persoalan kependudukan yang dihadapi Indonesia menjadi lebih kompleks karena selainmasalah kuantitas, juga dihadapkan pada persoalan kualitas penduduk (terutama bidangpendidikan, kesehatan, kesejahteraan, dan pemerataan ekonomi). Contoh yang paling jelas

Page 17: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

TAHUN 2011-20353

adalah rendahnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia jika dibandingkandengan IPM di negara tetangga ASEAN. Indonesia semakin jauh tertinggal dengan beberapanegara tetangga, seperti Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam, dan Thailand.

Permasalahan kuantitas dan kualitas penduduk pada akhirnya bukan hanyamenggambarkan persoalan kependudukan, tetapi lebih dari itu, persoalan tersebutmerupakan permasalahan pembangunan yang sedang dihadapi Indonesia. Hal tersebutberkaitan juga dengan pemikiran secara konseptual bahwa hubungan antarakependudukan dan pembangunan ekonomi bersifat resiprokal (atau timbal balik). Darisatu sisi, ketika variabel kependudukan diletakkan sebagai variabel bebas, maka setiapintervensi untuk mengatasi permasalahan kependudukan tersebut akan memberikankontribusi untuk mengatasi masalah pembangunan lainnya.

Sementara itu, perubahan lingkungan strategis, baik pada skala internasional maupuninternal, telah menjadi salah satu faktor yang memengaruhi dinamika kebijakankependudukan di Indonesia. Pada skala internasional, kesepakatan internasional, baikhasil dari ICPD di Kairo tahun 1994, MDGs, dan juga kesepakatan internasional lainya,telah menyebabkan perubahan orientasi kebijakan kependudukan juga. Sebagai contoh,prinsip-prinsip ICPD yang belum sepenuhnya tertuang dalam UU No. 10 Tahun 1992menjadi salah satu pertimbangan penting dilakukannya amandemen UU tersebut yangkemudian menjadi UU No. 52 Tahun 2009. Arah kebijakan pembangunan kependudukandan hasil ICPD yang menekankan pentingnya hak dan kesehatan reproduksi telahmewarnai program keluarga berencana di Indonesia pasca-ICPD. Selain itu, Indonesiamemiliki komitmen untuk mengadopsi 20 tahun Plan of Action (PoA) ICPD yangmencakup tujuan penting kebijakan penduduk dan pembangunan, yaitu pertumbuhanekonomi yang berkelanjutan dalam konteks pembangunan berkelanjutan (sustainabledevelopment), pendidikan, kesetaraan gender, penurunan kematian maternal, anak danbayi, peningkatan akses terhadap pelayanan kesehatan reproduksi, termasuk keluargaberencana dan kesehatan seksual.

Kesepakatan hasil MDGs tahun 2000 berpengaruh sangat penting dalam mengarahkanpembangunan kependudukan. Target yang tertuang dalam MDGs, menjadi rujukanpokok penentuan indikator pencapaian pembangunan kependudukan sampai dengansaat ini. Bukan hanya dalam konteks pembangunan kependudukan, arah kebijakanpembangunan secara umum juga sangat diwarnai dan dipengaruhi MDGs.

Sementara itu, dalam skala nasional ada dua aspek penting yang perlu dicatat. Pertamaadalah perubahan pemerintahan dari Orde Baru ke Orde Reformasi yang diawali dengankrisis multidimensional tahun 1998. Krisis ekonomi telah menyebabkan menurunnyakemampuan ekonomi pemerintah untuk mendukung kebijakan kependudukan,khususnya program keluarga berencana, sebagaimana dilakukan pada masa Orde Baru.

Page 18: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

4GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKANTAHUN 2011-2035

Krisis politik telah memengaruhi fokus perhatian pemerintah yang lebih pada kebijakanpolitk. Oleh karena itu kebijakan kependudukan di tahun-tahun awal reformasiterabaikan. Kedua, sejalan dengan perubahan pemerintahan tersebut, pemerintahmelaksanakan otonomi daerah yang memberikan kekuasaan lebih besar kepadapemerintah kabupaten/kota untuk menyusun, melaksanakan, serta melakukan moni-toring dan evaluasi pembangunan, termasuk di dalamnya kebijakan kependudukan.Seperti halnya yang terjadi di pusat, pemerintah kabupaten/kota lebih memfokuskanpada pembangunan politik dan ekonomi serta cenderung mengabaikan pembangunankependudukan. Akibatnya adalah komitmen politik menurun dibandingkan denganperiode sebelumnya. Oleh banyak kalangan, hal ini diklaim sebagai salah satu faktoryang ikut memengaruhi penurunan kinerja kebijakan kependudukan di Indonesia.

Untuk mengatasi persoalan-persoalan tersebut di atas, diperlukan suatu acuan bagipembangunan kependudukan di masa mendatang, baik dari sisi kebijakan umum dalambentuk Grand Design Pembangunan Kependudukan (GDPK). Hal ini merupakan tindaklanjut atau operasionalisasi Undang-Undang No. 52 Tahun 2009 tentang PerkembanganKependudukan dan Pembangunan Keluarga.

Usaha untuk menyusun GDPK diawali oleh Menteri Koordinasi Kesejahteraan Rakyatdengan melibatkan semua pemangku kepentingan yang terkait dengan kebijakankependudukan melalui pembentukan kelompok kerja (working group). Melalui KeputusanMenteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat No. 27 Tahun 2011 tentangpenyusunan Grand Design terkait Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035 telahterbentuk lima kelompok kerja untuk menyusun GDPK yang masing-masingbertanggung jawab untuk menyusun grand design termasuk roadmap pembangunankependudukan. Kelima kelompok kerja tersebut adalah sebagai berikut:1. Kelompok Kerja Bidang Pengendalian Kuantitas Penduduk (Kelompok Kerja I)2. Kelompok Kerja Bidang Peningkatan Kualitas Penduduk (Kelompok Kerja II)3. Kelompok Kerja Bidang Pembangunan Keluarga (Kelompok Kerja III)4. Kelompok Kerja Bidang Penataan Persebaran dan Pengaturan Mobilitas Penduduk

(Kelompok Kerja IV)5. Kelompok Kerja Bidang Pembangunan Database Kependudukan (Kelompok

Kerja V)

Kelima kelompok kerja tersebut telah bekerja secara maksimal dan telah menghasilkan drafkonsep grand design. Hasil dari kelima kelompok kerja tersebut merupakan sumber utamadalam penyusunan GDPK pembangunan kependudukan ini. Dengan kata lain, dokumenGDPK ini merupakan integrasi dan penyempurnaan hasil kerja dari kelima kelompok kerja.Diharapkan dokumen GDPK ini dapat menjadi landasan dan acuan bagi perumusan pro-gram atau kegiatan operasional untuk mengatasi permasalahan kependudukan di Indonesiaserta mengintegrasikannya dengan dokumen pembangunan yang lainnya.

Page 19: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

TAHUN 2011-20355

GDPK merupakan arahan kegiatan dalam tahapan lima tahunan pembangunankependudukan Indonesia dengan melihat target pencapaian sampai dengan tahun 2035.Dengan demikian, dalam dokumen ini dicantumkan pula roadmap yang berisi kebijakanyang diperlukan untuk tiap lima tahunan sampai tahun 2035 sehingga dapat diperolehgambaran yang jelas langkah-langkah yang perlu diambil oleh setiap kementerian/lembaga dalam mendukung implementasi pembangunan kependudukan di Indonesia.Selain itu, penyusunan GDPK juga memerhatikan beberapa dokumen yang telah adaterlebih dulu, misalnya Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN),Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), danMasterplan Perluasan Pengurangan Kemiskinan di Indonesia (MP3KI), Serta yang tidakkalah pentingnya adalah acuan regulasi yang terkait dengan kependudukan. Diharapkandengan menggunakan referensi tersebut, GDPK yang dihasilkan merupakan dokumenyang komprehensif, akomodatif, dan terstruktur.

1.2. Dasar Hukum

Beberapa peraturan yang menjadi dasar dalam penyusunan Grand Design PembangunanKependudukan adalah sebagai berikut.1. Undang-Undang Dasar Tahun 1945 (Pembukaan, Pasal 28B, pasal 33, dan pasal 34)2. Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Perkawinan3. Undang-Undang No. 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian5. Undang-Undang No. 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia6. Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (HAM)7. Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan9. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah10. Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Penghapusan Diskriminasi terhadap

Perempuan11. Undang-Undang No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah

Tangga (KDRT)12. Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Perencanaan Pembangunan Nasional13. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan

Dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Di Luar Negeri14. Undang-Undang No. 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan RI15. Undang Undang No 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan16. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang

Nasional (RPJPN) 2005-202517. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang18. Undang-Undang No. 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial

Page 20: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

6GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKANTAHUN 2011-2035

19. Undang-UndangNo. 32 Tahun 2009TentangPerlindungan Dan PengelolaanLingkungan Hidup

20. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2009 tentang PerubahanAtas Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian

21. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009TentangKesehatan22. Undang-Undang No. 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan

Pembangunan Keluarga23. Undang-Undang No. 13 Tahun 2011 tentang Penanganan Fakir Miskin24. Undang-Undang No. 35 tahun 2010 tentang Narkotika25. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 Tentang Pembentukan dan Organisasi

Kementerian Negara;26. Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014.27. Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2010 tentang Badan Kependudukan dan

Keluarga Berencana Nasional;28. Instruksi Presiden No. 1 Tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas

Pembangunan Nasional29. Instruksi Presiden No. 3 Tahun 2010 tentang Pembangunan yang Berkeadilan

1.3.Visi:“Terwujudnya penduduk yang berkualitas sebagai modal pembangunan untuk mencapaiIndonesia yang mandiri, maju, adil, dan sejahtera”. Penekanan visi pada pembangunankualitas penduduk adalah jawaban kunci terhadap terjadinya “windows of opportunity”sehingga “bonus demografi” dapat dimanfaatkan sebagai modal dasar pembangunan.

Dalam rangka mencapai visi tersebut, GDPK memiliki misi:

1.4. Misi:1. Menempatkan aspek kependudukan sebagai titik sentral pembangunan dan

mengintegrasikan kebijakan kependudukan ke dalam kebijakan pembangunan sosialbudaya, ekonomi, dan lingkungan hidup

2. Mendorong tercapainya jejaring (networking) kebijakan antarpemangku kepentingandi tingkat pusat maupun daerah dalam membangun tata kelola kependudukan untukmendukung terciptanya pembangunan berkelanjutan

3. Menciptakan sinkronisasi antarberbagai peraturan perundangan dan kebijakanpemerintah di tingkat pusat dan daerah tentang kependudukan

4. Memfasilitasi perkembangan kependudukan ke arah yang seimbang antara jumlah,struktur, dan persebaran penduduk dengan lingkungan hidup, baik yang berupadaya dukung alam maupun daya tampung lingkungan serta kondisi perkembangansosial dan budaya

5. Mengintegrasikan kegiatan ekonomi secara sinergis antara wilayah pertumbuhan

Page 21: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

TAHUN 2011-20357

dengan wilayah perdesaan menjadi suatu sistem wilayah pengembangan ekonomiyang mampu menarik gerak keruangan penduduk yang aman, nyaman, cepat, danterjangkau

6. Membangun potensi dan sinergi aktor kependudukan, baik pada level individu,keluarga maupun masyarakat untuk meningkatkan kualitas penduduk yangmendukung pembangunan berkelanjutan

7. Membangun keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, dan harmonis yangberkeadilan dan berkesetaraan gender serta mampu merencanakan sumber dayakeluarga dan jumlah anak yang ideal

8. Mewujudkan migrasi tenaga kerja internal dan internasional secara terarah, tertib,teratur, dan terlindungi

9. Membuka peningkatan partisipasi masyarakat dan transparansi kebijakan dalammembangun tata kelola kependudukan yang berpusat pada manusia, termasukmembangun sistem informasi dan data kependudukan yang transparan dan akuntabel

10. Membangun kesadaran, sikap, dan kebijakan bagi kesamaan hak dan kewajibanantarkelompok, termasuk kesadaran gender bagi terciptanya kehidupan yang serasi,selaras, dan seimbang demi tercapainya tujuan-tujuan pembangunan

Sementara itu, arah kebijakan dari GDPK dapat dirumuskan adalah:

1.5. Arah Kebijakan:1. Pembangunan kependudukan yang menggunakan pendekatan hak asasi sebagai

prinsip utama2. Pembangunan kependudukan yang mengakomodasi partisipasi semua pemangku

kepentingan, baik di tingkat pusat, daerah maupun masyarakat3. Pembangunan kependudukan yang mendasarkan penduduk sebagai titik sentral

pembangunan, yaitu penduduk sebagai pelaku (subjek) maupun penikmat (objek)pembangunan

4. Pembangunan kependudukan yang mampu menjadi bagian dari usaha untukmencapai pembangunan berkelanjutan

5. Pembangunan kependudukan yang mampu menyediakan data dan informasikependudukan yang valid dan dapat dipercaya

Arah kebijakan ini seterusnya dimaksudkan untuk mencapai tujuan GDPK sebagaiberikut:

1.6. Tujuan

1. Tujuan utama pembangunan kependudukan adalah tercapainya kualitas pendudukyang tinggi sehingga mampu menjadi faktor penting dalam mencapai kemajuanbangsa. Hal itu dilakukan melalui pencapaian tujuan sebagai berikut.

Page 22: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

8GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKANTAHUN 2011-2035

Gambar 1.1 Tujuan Pembangunan Kependudukan Selama 2011-2035

Penduduk berkualitas sebagai modal pembangunan untuk mencapaiIndonesia yang mandiri, maju, adil, dan sejahtera

Peningkatan Kualitas Penduduk

Pengembangan Sistem Informasi Data Kependudukan yangberkualitas dan terintegrasi

Pengelolaan Kuantitaspenduduk

Pengarahan MobilitasPenduduk

Pembangunan Keluarga

1.7. Sasaran

1. Terwujudnya pembangunan berwawasan kependudukan yang berdasarkan padapendekatan hak asasi untuk meningkatkan kualitas penduduk dalam rangka mencapaipembangunan berkelanjutan

2. Pencapaian windows of opportunity melalui pengelolaan kuantitas penduduk dengancara pengendalian angka kelahiran, penurunan angka kematian, dan pengarahanmobilitas penduduk

3. Keluarga berkualitas yang memiliki ciri ketahanan sosial, ekonomi, budaya tinggiserta mampu merencanakan sumber daya keluarga secara optimal

4. Pembangunan database kependudukan melalui pengembangan sistem informasi datakependudukan yang akurat, dapat dipercaya, dan terintegrasi

a. mewujudkan tercapainya tahap windows of opportunity melalui pengelolaan kuantitaspenduduk yang berkaitan dengan jumlah, struktur/komposisi, pertumbuhan,dan persebaran penduduk

b. mewujudkan keseimbangan sumber daya manusia dan lingkungan melaluipengarahan mobilitas penduduk serta pengelolaan urbanisasi

c. mewujudkan keluarga yang berketahanan, sejahtera, sehat, maju, mandiri, danharmonis yang berkeadilan dan berkesetaraan gender serta mampu merencanakansumber daya keluarga

2. Terwujudnya data dan informasi kependudukan yang akurat (valid) dan dapatdipercaya serta terintegrasi melalui pengembangan sistem informasi datakependudukanSecara konseptual, tujuan pembangunan kependudukan selama 2011-2035 dapatdigambarkan sebagai berikut:

Page 23: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

TAHUN 2011-20359

Kondisi KependudukanIndonesia Saat Ini

2.1. Kuantitas Penduduk

Dalam banyak tulisan disebutkan bahwa salah satu masalah kependudukan klasik diIndonesia adalah jumlah penduduk yang besar dan saat ini menduduki peringkat keempattertinggi di dunia setelah China, India, dan Amerika Serikat. Berdasarkan asumsi bahwajumlah yang besar tanpa disertai dengan kualitas yang memadai akan menjadi “beban”pembangunan, maka kebijakan pengendalian pertumbuhan penduduk memperolehjustifikasinya. Pada waktu yang bersamaan, kebijakan tersebut disertai dengan usahauntuk meningkatkan kualitas penduduk dalam rangka mengubah “beban” menjadi “aset”pembangunan.

2BBBBBABABABABAB

GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

TAHUN 2011-20359

Page 24: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

10GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKANTAHUN 2011-2035

Grafik 2.1. Laju Pertumbuhan Penduduk Tahun 2000-2010 menurut Provinsi

Sumber: SP 2000 dan 2010, BPS, Statistik Indonesia 2011

Kebijakan pengendalian pertumbuhan penduduk di Indonesia telah menunjukkan hasilyang ditandai dengan penurunan laju pertumbuhan penduduk. Pada periode 1971-1980pertumbuhan penduduk Indonesia tercatat 2,32 persen kemudian menurun menjadi1,97 persen pada periode 1980-1990. Sepuluh tahun berikutnya, 1990-2000, angkatersebut turun menjadi 1,45 persen. Akan tetapi, pada periode berikutnya adakecenderungan pertumbuhan penduduk justru naik, yaitu menjadi 1,49 persen, denganjumlah penduduk sebesar 237,6 juta jiwa.

Page 25: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

TAHUN 2011-203511

Terlepas dari kontroversi yang ada, kecenderungan bahwa angka pertumbuhan penduduktahun 2000-2010 tidak menurun seperti yang diharapkan merupakan alarm bagi kebijakanpengendalian pertumbuhan penduduk di Indonesia. Dengan melihat tren yang terjaditahun-tahun sebelumnya, diperkirakan tahun 2000-2010 pertumbuhan pendudukmencapai 1,27 persen dengan jumlah penduduk tahun 2010 sebesar 234,2 juta jiwa.Dengan demikian, hasil Sensus Penduduk tahun 2010 lebih tinggi dibandingkan denganperkiraan. Jumlah penduduk tahun tersebut menunjukkan sekitar 3,5 juta yang lebihbesar 0,4 persen daripada proyeksi atau perkiraan dan pertumbuhan penduduk selamaperiode 2000-2010.

Gambar 2.2. Piramida Penduduk Indonesia Tahun 1971 dan 2010

Sumber: Hasil Sensus Penduduk BPS, Tahun 2010, www.sp2010.bps.go.id

Satu hal yang perlu dicatat adalah angka pertumbuhan penduduk di Indonesia tidakhomogen. Terdapat disparitas angka pertumbuhan menurut provinsi dan dalam kontekskebijakan kependudukan, hal ini harus menjadi perhatian tersendiri. Sebagai ilustrasi,pada umumnya angka pertumbuhan penduduk di provinsi-provinsi di Jawa lebih rendahdibandingkan dengan provinsi lainnya di luar Jawa. Namun karena jumlah penduduksangat besar di Jawa, maka pertumbuhan penduduk yang rendah di wilayah ini akanmemberikan tambahan jumlah penduduk yang besar. Sebaliknya, di luar Jawa, khususnyadi Indonesia bagian timur, dengan jumlah penduduk yang relatif sedikit walaupun angka

Page 26: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

12GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKANTAHUN 2011-2035

pertumbuhan penduduk lebih tinggi, kontribusi terhadap pertambahan jumlah penduduksecara absolut juga kecil.

Dari sisi komposisi penduduk, telah terjadi perubahan yang cukup mencolok selamaperiode 1971-2010. Gambar 2.2 memperlihatkan bahwa tahun 1971 bentuk piramidapenduduk Indonesia termasuk tipe ekspansif. Hal ini ditandai dengan bagian dasar(kelompok anak-anak) yang jauh lebih lebar dibandingkan dengan usia di atasnya. Dipihak lain bagian atas yang menunjukkan usia lansia cenderung mengecil sejalan denganmeningkatnya umur. Bentuk ini berubah secara drastis tahun 2010. Bagian bawah, yaitupada kelompok 0-5 tahun, lebih rendah dibandingkan dengan usia 10-14 tahun sertapada waktu yang bersamaan usia produktif ditengah cembung dan kelompok lansia semakinmembesar.

Penduduk Indonesia dapat dikategorikan sebagaipenduduk menengah karena memiliki umur me-dian sebesar 27,2 tahun, yaitu pemusatanpenduduk terjadi pada kelompok umur 25-29tahun. Pada 1971, penduduk Indonesia termasukdalam kategori penduduk muda dengan umurmedia sebesar 18,5 tahun. Secara keseluruhan,tahun 2010 provinsi-provinsi di Indonesiamempunyai umur media kategori “muda”, kecualiempat provinsi yang termasuk kategori “tua”,yaitu DI Yogyakarta, Bali, Jawa Timur, dan JawaTengah.

Perubahan bentuk piramida ini sekaligusmenggambarkan suatu proses demografi yangtelah berlangsung selama hampir 40 tahunterakhir, yaitu perubahan fertilitas, kematian. danmobilitas penduduk. Semakin mengecilnyapenduduk usia anak-anak menggambarkan penurunan angka fertilitas dan meningkatnyapenduduk usia lansia merupakan implikasi dari meningkatnya usia harapan hidup yangmerupakan konsekuensi dari menurunnya angka kematian. Sementara itu, secara nasionalangka migrasi tidak memengaruhi struktur penduduk secara signifikan sehinggakelompok usia produktif yang meningkat merupakan konsekuensi logis dari baby boomyang terjadi di masa-masa setelah kemerdekaan.

Aspek lain yang penting untuk dibahas dari sisi komposisi penduduk adalah perubahanrasio ketergantungan. Pada 1971 tercatat rasio ketergantungan di Indonesia sangat tinggi,

Jumlah penduduk Indonesia sesuai

dengan hasil sensus 2010 adalah 237,6

juta jiwa merupakan nomor 4 dunia

setelah China, India, dan Amerika Serikat;

Laju pertumbuhan penduduk pada

periode 1970 sampai tahun 2010

memperlihatkan bahwa selama 10 tahun

terakhir, pertumbuhan penduduk Indone-

sia mengalami stagnasi, yaitu berkisar

antara 1,4-1,5 persen per tahun; Terjadi

Perubahan rasio ketergantingan dari 86,8

(1971), 79,3 (1980), 67,8 (1990), 53,8

(2000), 51,3 (2010) jika kecenderungan

penurunan ini berlangsung terus, maka

diharapkan Indonesia akan segera

mencapai fase ketika rasio

ketergantungan mencapai titik terendah,

yang disebut dengan

windows of opportunity.

Page 27: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

TAHUN 2011-203513

yaitu 86,8. Ini berarti setiap 100 penduduk produktif menanggung 86,8 penduduk tidakproduktif yang terdiri dari lansia dan anak-anak. Angka tersebut turun menjadi 79,3tahun 1980; 67,8 tahun 1990; 53,8 tahun 2000; dan 51,3 tahun 2010. Perubahan inimerupakan gambaran bahwa jumlah penduduk usia produktif semakin meningkat relatifterhadap pertambahan jumlah penduduk usia tidak produktif. Jika kecenderunganpenurunan ini berlangsung terus, maka diharapkan Indonesia akan segera mencapaifase ketika rasio ketergantungan mencapai titik terendah, yang disebut dengan windowsof opportunity.

Sebagaimana telah dijelaskan di bagian sebelumnya, seiring dengan perubahan lingkunganstrategis sejak akhir tahun 1990-an, kebijakan kependudukan di Indonesia mengalami“kemunduran” yang ditandai dengan melemahnya program keluarga berencana (KB).Salah satu indikator melemahnya program KB dapat dilihat dari pencapaian angka pesertaKB (CPR) yang stagnan. Berdasarkan data dua SDKI terakhir (tahun 2002 dan 2007),CPR relatif tidak berubah, yaitu sekitar 60 persen dan angka fertilitas total (TFR) sebesar2,4 anak per perempuan. Di sisi lain angka kebutuhan kontrasepsi tidak terpenuhi (unmetneed) KB justru meningkat dari 8,6 persen (2002) menjadi 9,1 persen (2007).

Seperti halnya angka pertumbuhan penduduk, terdapat disparitas pencapaian programKB antarprovinsi. Disparitas pencapaian program ini sangat besar yang, antara lain,dapat ditunjukkan dari range peserta KB yang berkisar dari 40 persen (Maluku) sampaidengan 74 persen (Bengkulu). Angka prevalensi tersebut masih didominasi olehpemakaian jenis kontrasepsi jangka pendek (67 persen). Hal ini diperburuk denganpersoalan yang lain, yaitu tingginya kebutuhan kontrasepsi tidak terpenuhi KB (unmetdemand). Seperti halnya CPR, kebutuhan kontrasepsi yang tidak terpenuhi juga memilikikesenjangan yang cukup lebar antara provinsi yang satu dengan yang lain, yaitu antara3,2 persen (Babel) sampai dengan 22,4 persen (Maluku) (lihat SDKI 2007). Dalamwaktu yang bersamaan disparitas juga terjadi untuk angka fertilitas total. Agka fertilitastotal antarprovinsi tercatat memiliki gap yang cukup besar, yaitu dari 1,8 per perempuan(DIY) sampai dengan 4,2 (NTT).

Disahkannya Undang-Undang No. 52 Tahun 2009 tentang PerkembanganKependudukan dan Pembangunan Keluarga merupakan dasar untuk melakukanrevitalisasi kebijakan kependudukan di Indonesia. Dari sisi kelembagaan, UU tersebutmemberikan kesempatan yang besar untuk mengelola kebijakan kependudukan secaramemadai dengan mengubah Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)menjadi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. Di tingkat provinsidan kabupaten/kota, UU No. 52 Tahun 2009 mengamanatkan terbentuknya BKKBD(Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Daerah) di setiap provinsi dankabupaten/kota. Namun sampai dengan akhir tahun 2012 hanya beberapa kabupaten/kota yang telah membentuk BKKBD dan belum ada satu pun provinsi yang

Page 28: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

14GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKANTAHUN 2011-2035

membentuknya.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa secara nasional masalah kependudukan diIndonesia dari aspek pengendalian kuantitas adalah adanya kecenderungan stagnasikinerja pembangunan kependudukan. Disamping itu, indikator kuantitas penduduksemuanya memperlihatkan adanya disparitas antar provinsi (bahkan juga antarkabupaten/kota). Hal ini tampaknya bersumber dari belum maksimalnya kebijakanpengendalian pertumbuhan dan jumlah penduduk.

2.2 Kualitas Penduduk

2.2.1 Pendidikan

a. Angka Partisipasi Sekolah

Angka partisipasi sekolah merupakan ukurandaya serap sistem pendidikan terhadappenduduk usia sekolah. Angka tersebutmemperhitungkan adanya perubahanpenduduk, terutama usia muda yang masihsekolah. Ukuran yang banyak digunakan disektor pendidikan, seperti pertumbuhanjumlah murid, lebih menunjukkan perubahanjumlah murid yang mampu ditampung disetiap jenjang sekolah. Dengan demikian,naiknya persentase jumlah murid tidak dapatdiartikan sebagai semakin meningkatnyapartisipasi sekolah. Kenaikan tersebut dapatpula dipengaruhi oleh semakin besarnyajumlah penduduk usia sekolah yang tidakdiimbangi dengan ditambahnya infrastruktursekolah serta peningkatan akses masuksekolah sehingga partisipasi sekolah seharusnya tidak berubah atau malah semakinrendah.

Pada 2009, Indonesia menargetkan Angka Partisipasi Kasar (Gross Enrollment Rate)di Sekolah Dasar (SD) sebesar 100 persen dan 96 persen pada Sekolah MenengahPertama (SMP) (Granado, et.al., 2007). Jika dilihat dalam Tabel 2.1, tampak bahwa daritahun ke tahun terjadi peningkatan, baik dalam Angka Partisipasi Murni (APM) maupunAngka Partisipasi Kasar (APK) di tingkat SD dan SMP. Masih menurut Granado, sejaktahun 1970, enrollment rates di Indonesia meningkat secara signifikan sebagai dampak

Angka partisipasi sekolah usia 19-24 di wilayah

perdesaan masih jauh dari harapan, yaitu

berkisar 5,94 persen. Terdapat kesenjangan

yang cukup besar Angka Melek Huruf antara

laki-laki (94,79 persen) dengan perempuan

(89,97 persen). Kesenjangan Angka Melek

Huruf juga terjadi antara perkotaan (96,32

persen) dan perdesaan (88,33 persen).

Sesuai data Riskesdas 2010, prevalensi gizi

kurang dan anak pendek (stunting) yaitu

masing-masing 17,9 persen dan 35,6 persen.

Dimana Indonesia menempati peringkat kelima

dengan jumlah anak pendek terbanyak setelah

India, China, Nigeria, dan Pakistan.

Data yang dirilis oleh UNDP

2011 menunjukkan bahwa Angka Harapan

Hidup orang Indonesia menunjukkan

peningkatan dari tahun ke tahun yaitu 57,6

(1980); 65,7 (2000); 69,4 (2011).

Page 29: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

TAHUN 2011-203515

Tabel 2.1 Angka Partisipasi Sekolah Kasar dan Murni menurut Pendidikan 2000–2008

Sumber: BPS, SUSENAS.

Pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi, yakni SMA, tampak bahwa APM mengalamipeningkatan dari tahun 1994, yakni 33,22 persen, meningkat menjadi 39,33 persen tahun2000 dan 43,50 persen tahun 2005 serta tahun 2010 menjadi 45,48 persen. APM untukperguruan tinggi juga mengalami peningkatan dari 7,92 persen tahun 1994 menjadi7,95 persen tahun 2000, kemudian 8,71 persen tahun 2005, dan terakhir tahun 2010meningkat pesat menjadi 11,01 persen.

Perubahan tersebut memperlihatkan bahwa peningkatan APM tertinggi tercatat di tingkatSMP dan SMA. Sementara itu, untuk tingkat SD, karena telah mencapai angka yangtinggi (hampir 100 persen), maka peningkatannya paling lambat.

Tabel 2.2 lebih jelas menunjukkan adanya ketidakmerataan angka partisipasi sekolah diIndonesia. Wilayah perkotaan dalam segala kelompok umur umumnya memiliki tingkatpartisipasi sekolah lebih tinggi, baik jika dilihat dari jenis kelamin laki-laki maupunperempuan. Perbedaan paling mencolok adalah pada kelompok usia 16-18 yangumumnya menduduki Sekolah Menengah Atas (SMA). Pada pendidikan ini, perbedaandapat mencapai sekitar 20 persen.

dari pembangunan sekolah di seluruh wilayah negeri. Peningkatan ini cukupmenggembirakan: APM SD tahun 1975 adalah sebesar 72 persen yang meningkat secaramenyeluruh. Pada 2008 APM SD telah mencapai 93,96 persen. Untuk SMP,peningkatannya lebih mencengangkan karena sejak tahun 1970 yang angkanya masihberkisar 18 persen, tahun 2008 telah mencapai 66,98 persen.

Page 30: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

16GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKANTAHUN 2011-2035

Hal ini menunjukkan bahwa di wilayah perdesaan lebih banyak anak tidak melanjutkanke pendidikan lebih tinggi karena cukup sulit mengakses SMA di wilayah perdesaan.Pada umumnya SMA hanya terdapat di ibukota kecamatan atau ibukota kabupatensehingga biaya sekolah untuk transportasi dan asrama meningkat bagi siswa dariperdesaan yang ingin melanjutkan sekolahnya ke jenjang SMA. Sementara itu, untukpartisipasi sekolah pada penduduk usia 19-24, perbedaan antara perdesaan dan perkotaanjuga cukup tinggi. Angka partisipasi sekolah untuk usia ini di wilayah perdesaan masihjauh dari harapan, yaitu berkisar 5,94 persen. Gap antara perdesaan dan perkotaanuntuk kelompok umur ini adalah berkisar 11,76 persen.

Peningkatan yang cukup menggembirakan terhadap angka partisipasi murni (net enroll-ment) pada level nasional hingga mencapai 90 persen ternyata tidak terjadi secara merata.Menurut data Susenas tahun 2005, net enrollment rate terendah untuk SD adalah Papuasebesar 80 persen dan tertinggi adalah Kalimantan Tengah sebesar 95 persen. UntukSMP, Provinsi Papua masih juga masuk dalam kategori terendah sekitar 41 persen,sedangkan tertinggi adalah Daerah Istimewa Yogyakarta.

Tabel 2.2 Angka Partisipasi Sekolah menurut Umur, Tipe Daerah, dan JenisKelamin, 2006

Sumber: Susenas, 2006

Page 31: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

TAHUN 2011-203517

b. Angka Melek Huruf

Menurut United Nation Development Program tahun 2005, angka melek huruf diIndonesia menduduki urutan ke-95, yaitu sebesar 87,9 persen. Menurut data BPS tahun2007, anak usia 10-14 tahun yang mampu membaca dan menulis huruf latin sebesar98,2 persen, tidak banyak perbedaan yang besar antara perkotaan dan perdesaan (98,8persen dan 97,7 persen). Sementara itu, berdasarkan data Susenas, dari tahun 2000hingga tahun 2008, jumlah penduduk yang melek huruf mengalami peningkatan danrasio perempuan yang melek huruf lebih rendah daripada laki-laki, seperti yang tampakpada Gambar 2.3.

Gambar 2.3. Melek Huruf Dewasa di Indonesia

Sumber: BPS, 2000-2008.

Data terakhir menurut Sensus Penduduk 2010 menunjukkan angka melek huruf diIndonesia tercatat 92,37 persen. Terdapat kesenjangan yang cukup besar antara laki-laki (94,79 persen) dengan perempuan (89,97 persen). Pada waktu yang bersamaankesenjangan juga masih muncul antara perkotaan (96,32 persen) dan perdesaan (88,33persen). Kesenjangan antarprovinsi ditunjukkan dengan tingginya angka melek hurufdi DKI Jakarta (90,09 persen) dan rendahnya angka melek huruf di Papua (63,85 persen).

2.2.2. Kesehatan

a. Angka Kematian

Ada kemajuan yang konsisten pada indikator kesehatan, terutama angka kematian bayi(AKB), angka kematian balita (U5MR), dan rasio kematian ibu (AKI). Untuk semuaindikator tersebut, telah terjadi penurunan secara signifikan meskipun masih di bawahnegara-negara Asia Tenggara lainnya. Kematian ibu menurun dari 390 per 100.000kelahiran hidup tahun 1991 menjadi 307 per 100.000 KH tahun 2002 dan 228 per100.000 kelahiran hidup tahun 2007. Angka kematian bayi juga menurun, dari 68 per

Page 32: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

18GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKANTAHUN 2011-2035

1000 KH tahun 1991 menjadi 35 per 1000 KH tahun 2002. Namun terjadi perlambatanpenurunan AKB, tahun 2007 AKB hanya turun 1 point menjadi 34 per 1000KH.Sementara itu, prevalensi gizi buruk menurun dari 25,8 persen tahun 2003 menjadi18,4 persen tahun 2007 (lihat Gambar 2.4).

Penurunan ini memang membuktikan dampak positif dari upaya pembangunan,khususnya kesehatan anak. Akan tetapi, jika dilihat pada besarnya penurunan, ada indikasiperlambatan penurunan pada era setelah desentralisasi. Pengurangan besarnya penurunanterlihat dari tingkat penurunan tahunan (ARR). Sebagai contoh, ARR untuk AKB, danU5MR, angkanya telah turun dari tiga persen pada periode sebelum desentralisasi menjadisatu persen setelah desentralisasi. Kondisi ini dikhawatirkan akan mengganggupencapaian target MDGs.

Sementara itu, angka kematian neonatal telah berkurang dari 32 per 1000 per KH tahun1991 menjadi 19 per 1000 KH tahun 2007. Proporsi kematian neonatal jika dibandingkandengan kematian bayi cukup tinggi yaitu 47% tahun 1991 dan terjadi peningkatanmenjadi 57% tahun 2002. Namun tahun 2007, proporsi kematian neonatal turun menjadi56% dari seluruh kematian bayi. Masih tingginya kematian kematian neonatalmencerminkan dua faktor kunci: masih tingginya persalinan di rumah dan belumoptimalnya penerapan intervensi neonatal yang efektif dan tepat waktu.

Gambar 2.4. Angka Kematian Bayi, Angka Kematian Balita, danAngka Kematian Ibu 1991-2007

Sumber: SDKI 1991, 1994, 1997, 2002/2003, 2007

Page 33: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

TAHUN 2011-203519

Selain isu perlambatan penurunan dan peningkatan proporsi, ada juga isu kesenjanganpencapaian antar daerah (lihat Gambar 2.5). Kesenjangan terjadi antara daerah perkotaandan perdesaan, serta di antara berbagai status sosial ekonomi. Misalnya, angka kematiandi bawah usia 5 tahun yang berkisar 22 di DI Yogyakarta dibandingkan dengan 96 diSulawesi Barat. Angka kematian di bawah usia 5 tahun juga jauh lebih tinggi bagi anak-anak yang tinggal di daerah perdesaan (60 kematian per 1.000 kelahiran hidup)dibandingkan dengan mereka yang tinggal di perkotaan (38 kematian per 1.000 kelahiranhidup).

Data lainnya memperlihatkan bahwa secara nasional 46 persen kelahiran berlangsungdi fasilitas kesehatan. Pada tingkat subnasional, terdapat variasi yang sangat tajamantardaerah dalam penggunaan fasilitas kesehatan untuk melahirkan, yaitu berkisar dari91 persen di Bali sampi 8 persen di Sulawesi Selatan. Perbedaan yang sama juga terjadiantar kelompok sosial ekonomi. Jika 83 persen perempuan dalam kuintil kekayaantertinggi melahirkan di fasilitas kesehatan, maka angka tersebut jauh lebih rendah, yaituhanya 14 persen bagi perempuan dalam kuintil terendah. Sementara itu, persenperempuan dalam kuintil kekayaan tertinggi saat melahirkan mendapat bantuan danhanya 65 persen dari mereka dalam kuintil terendah yang mendapat bantuan.

Gambar 2.5. Angka Kematian Bayi di Indonesia

Sumber: SDKI, 2007

Page 34: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

20GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKANTAHUN 2011-2035

Gambar 2.6. Disparitas Indeks Kematian Bayi dan Kematian Balita diIndonesia, 1991-2007

Sumber: SDKI 1991, 1994, 1997, 2002/3, 2007

Berkaitan dengan pemanfaatan fasilitas kesehatan, maka pola yang sama juga muncul.Hal itu ditunjukkan oleh fakta yang memperlihatkan 83 persen perempuan dalam kuintilkekayaan tertinggi dan hanya 14 persen perempuan dalam kuintil terendah, yangmemanfaatkan fasilitas kesehatan. Sementara 34 persen perempuan dalam kuintilkekayaan tertinggi dibantu oleh dokter kandungan/ginekolog (OB/Gyn), hanya satupersen dari mereka dalam kuintil termiskin yang dibantu oleh OB/Gyn. Jika ditarikindeks kesenjangan dari dua indikator utama kesehatan anak serta tingkat kematian bayidan balita, yaitu angka kematian jelas, tampak bahwa kesenjangan meningkat dalamsepuluh tahun terakhir.

b. Angka Gizi Buruk

Kondisi kesehatan lain yang memengaruhi kualitas penduduk adalah masih tingginyaangka gizi kurang dan gizi buruk, serta anak pendek karena ketidaksesuaian antara tinggibadan dengan usia standar (stunting) pada balita. Pada 2007 prevalensi anak balita yangmengalami gizi kurang dan pendek masing-masing 18,4 persen (dengan kasus gizi buruksebesar 5,4 persen) dan 36,8 persen sehingga Indonesia termasuk di antara 36 negara didunia yang memberi 90 persen kontribusi masalah gizi dunia (UN-SC on Nutrition2008).

Walaupun tahun 2010 prevalensi gizi kurang dan pendek menurun menjadi masing-masing 17,9 persen dan 35,6 persen, masih terjadi disparitas antarprovinsi yang perlumendapat penanganan karena sifatnya yang spesifik di wilayah rawan pangan (Riskesdas,2010). Indonesia menempati peringkat kelima dengan jumlah anak pendek terbanyak

Page 35: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

TAHUN 2011-203521

setelah India, China, Nigeria, dan Pakistan. Tinggi standar anak berusia 5 tahun adalah110 cm. Namun tinggi rata-rata anak Indonesia umur lima tahun tahun 2010 diketahuilebih pendek 6,7 cm untuk anak laki-laki dan lebih pendek 7,3 cm pada anak perempuan.

Gambar 2.7. Tren Prevalensi Gizi Kurang dan Gizi BurukIndonesiaTahun 1989 – 2010

Sumber: UN-SC on Nutrition, 2008

Penyebab anak-anak bertubuh pendek adalah karena kurang gizi kronis sejak dalamkandungan. Parahnya kekurangan gizi ini banyak dipengaruhi oleh faktor kemiskinandan kekurangtahuan orang tua sehingga anak dan ibu hamil tidak mendapat asupan gizisesuai kebutuhan. Kurang gizi pada ibu hamil menyebabkan 11,1 persen bayi telah lahirdengan berat badan rendah, yaitu kurang dari 2.500 gram.

Masalah gizi sangat terkait dengan ketersediaan dan aksesibilitas pangan penduduk.Berdasarkan data BPS, tahun 2009 jumlah penduduk sangat rawan pangan (asupankalori <1.400 Kkal/orang/hari) mencapai 14,47 persen. Angka ini, telah meningkatdibandingkan dengan kondisi tahun 2008, yaitu 11,07 persen. Rendahnya aksesibilitaspangan (kemampuan rumah tangga untuk selalu memenuhi kebutuhan pangan bagianggota keluarganya) mengancam penurunan konsumsi makanan yang beragam, bergiziseimbang, dan aman di tingkat rumah tangga. Pada akhirnya ini akan berdampak padasemakin beratnya masalah kurang gizi masyarakat, terutama pada kelompok rentan,yaitu ibu, bayi, dan anak.

Page 36: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

22GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKANTAHUN 2011-2035

c. Angka Harapan Hidup

Data yang dirilis oleh UNDP 2011 (lihat Gambar 2.8) menunjukkan bahwa AngkaHarapan Hidup penduduk Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Jikatahun 1980 usia harapan hidup Indonesia masih 57,6, maka tahun 2000 mengalamipeningkatan menjadi 65,7. Pada 2011 rata-rata harapan hidup orang Indonesia menjadi69,4 yang berarti sedikit di bawah rata-rata dunia, yaitu 69,8 tahun, tetapi jauh di bawahNorwegia (peringkat pertama dalam HDR 2011), yaitu 81,1 tahun.

Gambar 2.8. Angka Harapan Hidup Indonesia 1980–2011

Sumber: UNDP, 2011

Angka harapan hidup Indonesia telah naik sebanyak 11,8 tahun sepanjang 1980-2011(lihat Tabel 2.3). Viet Nam tahun 1980 memiliki angka harapan hidup yang lebih rendahdibandingkan dengan Indonesia, tetapi tampak bahwa keadaan di Indonesia tahun 2011jauh tertinggal dibandingkan dengan angka harapan hidup Viet Nam yang mencapai75,2 tahun. Hal ini berarti bahwa di bidang kesehatan, pencapaian pembangunan Indo-nesia masih belum sebaik Viet Nam. Angka Harapan Hidup ini mencerminkan kondisikesehatan seseorang dilihat dari asupan gizi, terhindar dari penyakit infeksi denganimunisasi lengkap, cara hidup yang bersih dan sehat, kualitas pelayanan kesehatan yangbaik, serta sehat mental dan perilaku.

Seperti halnya dengan indikator lainnya, terdapat kesenjangan angka harapan hidupantarprovinsi. Hasil Sensus Penduduk 2010 menunjukkan bahwa angka harapan hiduptertinggi tercatat di DKI Jakarta (74,7 tahun) dan terendah di Gorontalo (63,2 tahun).Masih terdapat sembilan provinsi yang memiliki angka harapan hidup di bawah rata-rata nasional.

Page 37: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

TAHUN 2011-203523

Tabel 2.3. Angka Harapan Hidup Beberapa Negara di ASEAN, 1980-2011

Sumber: www.undp/org

d. Air dan Sanitasi

Pada 1992, hanya 14,7 persen rumah tangga Indonesia memiliki akses terhadap airminum perpipaan, tetapi tahun 2000 jumlah ini telah meningkat menjadi 19,2 persen.Namun angka tersebut turun 14,6 persen tahun 2009. Sementara itu, jumlah rumahtangga dengan akses nonpipa pelayanan air minum, seperti sumur dan sumber air yangdilindungi, terus meningkat dari 38,2 persen tahun 1994 menjadi 43,4 persen tahun2000 dan selanjutnya meningkat menjadi 54,1 persen tahun 2009. Dengan demikian,jumlah orang yang memiliki akses ke air minum yang aman (pipa air minum dan dilindunginonpipa air minum) terus meningkat dari 54,4 persen tahun 1994 menjadi 68,7 persentahun 2009. Dari data 1994 yang mencapai 54,4 persen, target MDGs telah meningkatmenjadi 77,2 persen tahun 2009. Data inilah yang digunakan sebagai pengganti datalainnya. Secara umum, upaya untuk mencapai target MDGs telah berada dalam jaluryang benar.

Gambar 2.9 Persentase Rumah Tangga yang Mendapatkan Air Bersih diIndonesia 2000-2008

Sumber: Susenas 2000-2008

Page 38: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

24GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKANTAHUN 2011-2035

Gambar 2.9 memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan persentase rumah tangga yangmemiliki akses terhadap air bersih selama periode 2001-2008. Namun tampak denganjelas bahwa di awal tahun 2000-an kondisinya masih belum stabil yang terlihat darikecenderungan penurunan selama periode 2000-2003. Kondisi membaik setelah tahun2003 ditunjukkan oleh peningkatan persentase rumah tangga yang memiliki aksesterhadap air bersih secara konsisten.

Sehubungan dengan fasilitas sanitasi dasar, proporsi rumah tangga yang memiliki aksesterhadap fasilitas sanitasi yang layak (yang harus memenuhi kriteria menjadi keluargadengan jamban berventilasi dan septic tank) terus meningkat antara tahun 1995 dan2009. Angkanya mencapai 18,2 persen tahun 1995 dan meningkat menjadi 42,5 persentahun 2009.

Gambar 2.10 memperlihatkan bahwa selama periode 2000-2008 jumlah rumah tanggadengan sanitasi yang layak meningkat secara signifikan dari 33,44 persen menjadi hampirseparuh (49,54 persen). Dalam waktu yang bersamaan indeks disparitas mengalamipenurunan dari 0,33 tahun 2000 menjadi 0,22 tahun 2008. Hal ini sekaligusmenggambarkan perbaikan sanitasi rumah tangga, tetapi perlu juga dicatat bahwa masihterdapat 50 persen rumah tangga yang belum memiliki sanitasi yang layak.

Gambar 2.10. Persentase Rumah Tangga yang Mengakses Jamban danSeptic Tank di Indonesia 2000-2008

Sumber: Susenas 2000-2008

Page 39: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

TAHUN 2011-203525

2.2.3. Pendapatan per Kapita

Data pada Gambar 2.11 menunjukkan bahwa GNI per kapita Indonesia menunjukkanpeningkatan yang cukup signifikan sejak tahun 2000. Hal yang sama pula terjadi dengankelompok negara lain di wilayah Asia Pasifik dan negara kelompok berpendapatanrendah. Dibandingkan dengan beberapa negara berkembang di Asia Pasifik, peningkatanyang dialami Indonesia relatif lebih lambat, tetapi tetap berada di atas negaraberpendapatan menengah rendah. Pendapatan per kapita yang meningkat ternyata belumdiimbangi dengan pemerataan. Hal ini ditandai dengan indeks gini dari 0,31 (2000)meningkat menjadi 0,41 tahun 2011. Di pihak lain, peningkatan pendapatan per kapitatersebut juga masih menyisakan persoalan lain yang cukup serius, yaitu jumlah pendudukmiskin yang masih sangat besar.

Gambar 2.11. Pendapatan per Kapita di Indonesia 1980-2011 (Metode Atlas, US$)

Sumber: diolah dari data Bank Dunia, 2011

Gambar 2.12. Perkembangan Jumlah dan Angka Kemiskinan di Indonesia,2004-2011

Sumber: BPS, 2011

Page 40: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

26GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKANTAHUN 2011-2035

Indonesia mengalami fase terburuk selama Orde baru ketika terjadi krisis ekonomitahun 1998. Hal itu ditandai dengan angka kemiskinan yang mencapai 24,2 persen yangmeningkat dari 15,1 persen tahun 1990. Pada 2011, angka kemiskinan menurun menjadi12,4 persen. Gambar 2.12 memperlihatkan bahwa pada periode 2004-2006 terjadipeningkatan jumlah penduduk miskin dan juga angka kemiskinan. Pada periodesetelahnya jumlah penduduk miskin dan angka kemiskinan secara konsisten mengalamipenudukan. Meskipun angka kemiskinan menurun, secara absolut jumlah pendudukmiskin sangat besar, yaitu lebih dari 30 juta orang. Hal ini menjadi isu penting dalamprogram penanggulangan kemiskinan di Indonesia.

Tabel 2.4 memperlihatkan bahwa terdapat kesenjangan antarpulau. Sebagai konsekuensidari jumlah penduduk yang terkonsentrasi di Jawa, maka jumlah penduduk miskinterbesar terdapat di Jawa kemudian disusul oleh Sumatera. Akan tetapi, jikadibandingkan angka kemiskinan antarpulau, terlihat adanya pola yang berbeda. Jawa,Sumatera, dan Sulawesi adalah pulau dengan angka kemiskinan yang hampir sama,yaitu sekitar 12 persen. Kalimantan adalah pulau dengan angka kemiskinan terendahdan Maluku bersama dengan Papua adalah pulau dengan angka kemiskinan tertinggi.

Tabel 2.4. Jumlah Penduduk Miskin dan Angka Kemiskinan Tahun 2011

Sumber: BPS, 2011

Indonesia juga berhasil menurunkan jumlah penduduk yang berpenghasilan kurangdari USD 1 per hari (PPP). Pada 1990 tercatat jumlah penduduk yang berpenghasilankurang dari USD 1 per hari adalah 20,6 persen dan turun menjadi 5,9 persen tahun2008. Sementara itu, jumlah penduduk yang berpenghasilan kurang dari USD 2 perhari menurun dari 56,1 persen tahun 2007 menjadi 46,1 persen tahun 2010. Terlepasdari penurunan ini, jumlah absolut penduduk yang berpenghasilan kurang dari USD 1maupun USD 2 masih sangat besar.

Page 41: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

TAHUN 2011-203527

Berdasarkan kriteria garis kemiskinan yang digunakan jumlah penduduk miskin sangatbesar dan akan lebih besar lagi jumlahnya jika menggunakan pendekatan human capabil-ity. Banyak penduduk tidak mampu mengakses kebutuhan dan layanan dasar untukhidup layak. Melalui 12 program penanganan kemiskinan dengan dana yang amat besardari Rp18 trilliun (2000) yang meningkat menjadi Rp64,6 trilliun (2010), tetap sajapenurunan jumlah penduduk miskin relatif lambat dibandingkan dengan peningkatanjumlah anggaran untuk penanganan kemiskinan.

2.2.4. Indeks Pembangunan Manusia

Dengan memerhatikan sejumlah indikator pembangunan kualitas manusia sebagaimanatelah dijelaskan di atas, implikasinya adalah pada nilai IPM Indonesia secara umum.Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia menurut data UNDP tahun 2009menunjukkan bahwa Indonesia berada pada peringkat ke-108 dari 169 negara. Peringkat108 tersebut adalah termasuk kategori medium. Peringkat ini memang belum memuaskankarena masih cukup banyak indikator pembangunan manusia yang belum mencapaihasil sebagaimana diharapkan jika dibandingkan dengan beberapa negara lain, khususnyanegara tetangga ASEAN. Dibandingkan dengan negara ASEAN, Indonesia beradapada urutan keenam dari 10 negara.

Peringkat tersebut mengalami penurunan tahun 2011, tetapi masih masuk dalam kategorimedium human development dan menduduki peringkat 124 dari 187 negara dengan nilaiHDI sebesar 0,617. Nilai setiap indikator dalam HDI tersebut terdiri dari angka harapanhidup saat lahir 69,4 tahun, Adult years of schooling 5,8 tahun dan expected years of schooling13,2 tahun; dan GNI per kapita PPP sebesar $ 3.716. Posisi Indonesia tahun 2011 inijauh di bawah sesama negara ASEAN: Singapura (26), Brunei Darussalam (33), Malay-sia (61), Thailand (103), dan Filipina (112); serta China (101). Akan tetapi, posisiIndonessia masih lebih tinggi dibandingkan dengan Viet Nam (128), India (134), danTimor Leste (147) .

Kendati peringkat menurun, tren angka indeks sesungguhnya mengalami peningkatansecara absolut. Grafik di bawah menunjukkan bahwa IPM Indonesia tahun 1980 sebesar0,423. Rata-rata pertumbuhan nilai HDI sebesar 1,23 persen per tahun (1980-2011).Namun khusus rata-rata pertumbuhan HDI antara periode 2000-2011 adalah sebesar1,17 persen per tahun. Dengan demikian, selama periode 2000-2011 nilai HDI mengalamipenurunan dibandingkan dengan periode sebelumnya.

Page 42: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

28GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKANTAHUN 2011-2035

Tabel 2.5 Nilai IPM Beberapa Negara ASEAN1990-2011

Sumber: www.undp.org

2.2.5 Kondisi Kesetaraan dan Keadilan Gender (KKG)

Kondisi pencapaian pembangunan gender di Indonesia dari waktu ke waktumemperlihatkan perkembangan yang semakin membaik seperti terlihat pada Grafik2.2. Tahun 2004 IPG secara nasional sebesar 63,94, kemudian naik menjadi 65,81tahun 2007 dan bergerak naik lagi secara perlahan hingga menjadi 67,20 tahun 2010.

Meskipun meningkat tetapi hasil yang dicapai upaya pembangunan kualitas hidup masihmenguntungkan penduduk laki-laki seperti tampak pada indikator komposit yangdigunakan untuk menilai kesenjangan gender, yaitu IPG menunjukkan angka yang lebihrendah dibanding IPM, yaitu selama kurun waktu 2004-2010 secara nasional IPG selalu

Grafik 2.2. Perkembangan IPG Periode 2004-2010

Sumber: Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, 2011.

Page 43: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

TAHUN 2011-203529

menunjukkan posisi lebih rendah dibandingkan IPM dengan rasio perbandingan antaraIPG terhadap IPM pada kisaran 93 persen. Artinya, meskipun IPG selalu meningkatselama periode 2004-2010, tetap kesenjangan gender masih terjadi.

Komponen IPG yang mempunyai kontribusi terhadap kenaikan IPG adalah sumberpendapatan, angka harapan hidup, angka melek huruf, dan rata-rata lama sekolah sepertidalam grafik berikut.

Grafik 2.3. Perkembangan Komponen IPG, 2009-2010

Sumber: Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, 2011.

Meskipun pertumbuhan komponen IPG relatif lambat namun upaya peningkatan perluterus dilakukan untuk itu diperlukan program peningkatan kapasitas dasar yang mencakupberbagai pelayanan dasar kesehatan, maupun pendidikan, termasuk kemudian aksesekonomi yang diberikan pemerintah kepada semua penduduk, termasuk juga bidang-bidang sosial lainnya agar kualitas sumberdaya perempuan semakin membaik dan padagilirannya kualitas hidup manusia Indonesia akan meningkat.

Pertumbuhan yang lain yang perlu diperhatikan dalam melihat KKG adalah IDG. IDGdibentuk berdasarkan tiga komponen, yaitu keterwakilan perempuan dalam parlemen,perempuan sebagai tenaga profesional, teknisi, kepemimpinan dan ketatalaksanaan,dan sumbangan pendapatan.

Page 44: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

30GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKANTAHUN 2011-2035

Tampak bahwa peranan perempuan dalam pengambilan keputusan tahun 2004 barumencapai sebesar 59,70 persen dari peranan yang dijalankan laki-laki, kemudianmeningkat menjadi 68,15 persen tahun 2010.

Sumber: Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, 2011

Peranan perempuan dalam pengambilan keputusan di Indonesia yang diukur melaluiIDG memperlihatkan perkembangan yang semakin membaik namun persamaan dalamperanan bagi perempuan lebih bermakna pemberdayaan perempuan yang mengandungupaya peningkatan kapabilitas perempuan untuk berperan serta dalam berbagai bentukpengambilan keputusan serta memiliki kesempatan dalam kegiatan ekonomi secarastrategis. Berikut ini adalah kondisi terkini dari komponen IDG yang menunjukkankondisi yang menunjukkan peranan perempuan dalam pengambilan keputusan.

Grafik 2.4. Perkembangan IDG Tahun 2004-2010

Tabel 2.6. Perkembangan Jumlah Anggota DPR RI, 1955-2009

Sumber: Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, 2011.

Page 45: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

TAHUN 2011-203531

Grafik 2.5. Penduduk 15 ke Atas Bekerja Sebagai TenagaProfesional Kepemimpinan, Administrasi,Teknisi, 2009-2010

Sumber: Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, 2011

Grafik 2.6. Persentase PNS Perempuan, 2007-2010

Sumber: Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, 2011.

Grafik 2.7. Persentase PNS yang Menduduki JabatanStruktural, 2007-2010

Sumber: Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, 2011.

Page 46: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

32GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKANTAHUN 2011-2035

2.3. Pembangunan Keluarga

Sebagian besar dari 62,3 juta keluarga Indonesiamasih belum mampu menjalankan peran dan fungsikeluarga secara optimal, baik fungsi ekonomi,pendidikan, maupun kesehatan. Fungsi ekonomidiharapkan dapat mendorong keluarga agar dapatmembina kualitas kehidupan ekonomi keluarga,sekaligus dapat bersikap realistis serta bertanggungjawab terhadap kesejahteraan keluarga. Fungsipendidikan, bukan hanya berhubungan dengankecerdasan, melainkan juga termasuk pendidikanemosional dan juga pendidikan spiritualnya. Fungsikesehatan berintikan bahwa setiap keluarga dapatmenerapkan cara hidup sehat dan mengerti tentangkesehatan reproduksinya. Termasuk di dalamnyaadalah pemahaman tentang alat kontrasepsi maupunpengetahuan penyiapan kehidupan berkeluarga bagipara remaja.

Tidak berfungsinya sistem keluarga secara baikterutama disebabkan oleh masih banyak keluarga In-donesia yang hidup di bawah garis kemiskinan, kurang sejahtera, dan kurang berketahanansosial. Hal ini dapat dilihat dari data berikut ini.a. Hasil pendataan keluarga tahun 2010 menemukan masih terdapat Keluarga Sejahtera

I dan prasejahtera atau keluarga miskin sebesar 44,8 persen.b. Data penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) Pusdatin 2009 menunjukkan

fakir miskin (2,9 juta), keluarga miskin (6,9 juta), keluarga hampir miskin/rentan(7,6 juta) RTLH ( 5,9 juta), anak terlantar (3,2 juta), anak jalanan (83,776), WTS(97,403).

Tabel 2.7 menunjukkan karakteristik Kepala Keluarga (KK) menurut mata pencahariantahun 2008. Uniknya adalah KK miskin di perkotaan cukup banyak menggantungkanhidupnya pada sektor pertanian (30,02 persen) dan sebanyak 14.71 persen tidak bekerja.Untuk mereka yang tinggal di pedesaan, masih menggantungkan hidupnya pada pertanian(68,99 persen). Untuk kelompok rumah tangga tidak miskin di perkotaan, lebayankanKK banyak bekerja (12,19 persen), tetapi 15.38 persen banyak yang tidak bekerja.Sebaliknya rumah tangga tidak miskin di perdesaan dominan masih menggantungkanhidupnya pada sektor pertanian 55,2 persen dan 7,91 persen yang tidak bekerja.

Hasil pendataan keluarga tahun 2010

menemukan masih terdapat Keluarga

Sejahtera I dan prasejahtera atau

keluarga miskin sebesar 44,8%, Sesuai

dengan data penyandang masalah

kesejahteraan sosial (PMKS) Pusdatin

2009 menunjukkan fakir miskin (2,9

juta), keluarga miskin (6,9 juta),

keluarga hampir miskin/rentan (7,6

juta) dan RTLH ( 5,9 juta). Angka ini

tergolong tinggi dan perlu usaha untuk

pemberdayaan ekonomi keluarga untuk

memperbaiki kondisi tersebut. Kepala

Keluarga miskin di perkotaan cukup

banyak menggantungkan hidupnya

pada sektor pertanian (30,02 persen)

dan sebanyak 14.71 persen tidak

bekerja, di pedesaan, masih

menggantungkan hidupnya pada

pertanian (68.99 persen).

Page 47: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

TAHUN 2011-203533

Tabel 2.7. Karakteristik Kepala Keluarga menurut Mata Pencaharian, 2008

Sumber: Badan Pusat Statistik

Dampak dari tidak berfungsinya keluarga secara optimal adalah munculnya beberapapermasalahan dari sisi internal maupun eksternal keluarga.

Dari sisi internal keluarga, beberapa dampak yang teridentifikasi adalah sebagai berikut.1. Penyikapan terhadap pola berkeluarga

Sebagian keluarga belum memahami pola keluarga yang ideal sehinggaketidakpahaman ini menghambat implementasi pola keluarga ideal.

2. Pemenuhan hak dasar keluargaPemenuhan hak dasar keluarga, seperti partisipasi dalam pendidikan serta aksesterhadap pelayanan kesehatan, perumahan, dan sosial, belum sepenuhnya tercapai.

3. Berkaitan dengan ketahanan keluarga• Rendahnya tingkat partisipasi keluarga terhadap penyandang masalah

kesejahteraan sosial• Adanya konflik antarkelompok di beberapa daerah• Rendahnya partisipasi keluarga untuk terlibat dalam kegiatan organisasi di

masyarakat• Rendahnya kemampuan keluarga dalam memelihara kearifan lokal dan dalam

mengelola sumber daya

Dampak eksternal keluarga yang dapat dicatat adalah sebagai berikut.1. Daya dukung lingkungan

Pertambahan penduduk yang tidak terkendali menyebabkan daya dukung lingkunganberkurang, seperti beralih fungsinya lahan produktif (sawah dan perkebunan) untukpermukiman dan makin berkurangnya ketersediaan air bersih. Penduduk yangbertambah mengakibatkan mobilitas yang tinggi dan meningkatkan jumlah alattransportasi. Hal ini menyebabkan pencemaran udara yang akan berpengaruh padagangguan kesehatan. Pertambahan penduduk meningkatkan jumlah limbah rumah

Page 48: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

34GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKANTAHUN 2011-2035

tangga/industri dan sampah sehingga meningkatkan pencemaran lingkungan yangakan menyebabkan gangguan kesehatan.

2. Penyikapan terhadap program yang prokeluarga. Kebijakan dan program pendukungkesejahteraan keluarga yang dilakukan oleh pemerintah, swasta, dan masyarakatbelum terintegrasi dan terkoordinasi.

2.4. Persebaran dan Mobilitas Penduduk

Masalah kependudukan klasik di Indonesia, selain jumlahpenduduk yang besar, adalah persebaran penduduk yangtidak merata, baik antarpulau, provinsi maupun antardesadan kota. Kesenjangan pembangunan antarwilayahmerupaan salah satu penyebab terjadinya permasalahanpersebaran penduduk. Kesenjangan tersebut akanmemengaruhi pola, arah, dan tren mobilitas penduduk.Kecenderungannya adalah arus mobilitas pendudukberasal dari daerah yang belum maju menuju ke daerahyang lebih maju.

Di pihak lain, mobilitas penduduk semakin meningkatseiring dengan peningkatan sarana dan prasaranatransportasi, komunikasi, industrialisasi, danpertumbuhan ekonomi. Beberapa faktor tersebut turutmenjadi penentu arah, arus, dan volume mobilitaspenduduk dari daerah-daerah padat penduduk, sepertiJawa, Bali, dan NTB, ke beberapa wilayahperkembangan ekonomi baru, seperti Sumatera, Kalimantan, dan Kawasan Timur In-donesia. Hal ini seiring dengan peningkatan secara signifikan perkembangan ekonomiwilayah Kalimantan dan Sulawesi. Namun perlu dicermati pula adanya arus balik mobilitaspenduduk dari wilayah-wilayah Sumatera, Kalimantan, dan Indonesia timur ke Jawa,khususnya kaum terpelajar dan kaya dari beberapa daerah tersebut. Di samping itu, adapula penurunan jumlah migrasi atau mobilitas penduduk kelas menengah ke bawah dariJawa ke luar Jawa akibat kebijakan-kebijakan dan kondisi daerah tujuan yang kurangkondusif.

Data menunjukkan bahwa tahun 1970, sekitar 65 persen penduduk Indonesia tinggal diPulau Jawa. Hasil Sensus Penduduk tahun 1980 menunjukkan 62 persen pendudukyang ada masih berkonsentrasi di Pulau Jawa dan untuk periode dua sensus selanjutnya(1990 dan 2000) masih sekitar 60 persen penduduk tinggal di Pulau Jawa. Hasil SensusPenduduk 2010 menunjukkan sedikit penurunan, yaitu Pulau Jawa masih dihuni oleh

Pulau Jawa yang luasnya 6,8% dihuni

oleh 57,5% penduduk, sementara 5

Pulau lain (Sumatera, Kalimantan,

Sulawesi, Maluku dan Papua) yang

luasnya 89,5% dihuni oleh 37%

penduduk. Dalam konteks ini

persebaran penduduk menjadi hal

penting dalam rangka mendukung

keberhasilan MP3EI, terutama dikaitkan

dengan kualitas penduduk.

Ketidakseimbangan pembangunan

antara desa dan kota, sebagai akibat

dari urban bias policy, telah

menyebabkan terjadinya migrasi dari

desa ke kota yang mengakibatkan

tingkat urbanisasi meningkat

dengan cepat.

Page 49: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

TAHUN 2011-203535

Gambar 2.13. Profil Persebaran Penduduk Tahun 1930 – 2010

Sumber: BPS, 2011

Keterangan:Untuk persebaran penduduk Indonesia dari tahun 1930 – 2010, penduduk di Pulau Jawa mengalamipenurunan walaupun tidak terlalu signifikan (dari 69 persen menjadi 58 persen). Sementara itu,penduduk yang berdomisili di luar Pulau Jawa mengalami kenaikan dari 39 persen menjadi 42 persen.

Gambar 1.14 dan 1.15 menunjukkan ketidakseimbangan persebaran penduduk yangdisebabkan oleh terkonsentrasinya kota-kota metropolitan dan kota-kota besar di wilayahJawa-Bali dan Sumatera. Hanya sedikit kota besar di luar kedua pulau besar ini, yaitusebagian di Kalimantan dan Sulawesi. Kota metropolitan kategori besar dengan jumlahpenduduk lebih dari 1 juta orang adalah Medan, Jakarta, Bandung, dan Surabaya. Kotametropolitan kategori kecil dengan jumlah penduduk lebih dari 1 juta orang adalahPalembang, Semarang, dan hanya satu kota di Kawasan Timur Indonesia, yakni Makassar.Wilayah Indonesia Timur biasanya hanya berada pada kategori kota sedang. Memusatnyakeberadaan kota metropolitan dan kota besar di Jawa-Bali dan Sumatera ini berdampakpada terkonsetrasinya penduduk yang lebih besar di kedua pulau tersebut.

sekitar 58 persen penduduk Indonesia. Dibandingkan dengan luas wilayah Indonesia,Pulau Sumatera yang luasnya 25,2 persen dihuni oleh 21,3 persen penduduk, Jawa yangluasnya 6,8 persen dihuni oleh 57,5 persen penduduk, Kalimantan yang luasnya 28,5persen dihuni oleh 5,8 persen penduduk, Sulawesi yang luasnya 9,9 persen dihuni oleh7,3 persen penduduk, Maluku yang luasnya 4,1 persen dihuni oleh 1,1 persen penduduk,dan Papua yang luasnya 21,8 persen dihuni oleh 1,5 persen penduduk.

Page 50: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

36GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKANTAHUN 2011-2035

Gambar 2.14. Peta Persebaran Kategori Kota

Sumber: Draf Rancangan Umum Pembangunan Kependudukan

Keterangan:Kondisi Kota Metropolitan Aktual (penduduk > 1 juta) tahun 2010 adalah Medan, Jakarta, Bandung, dan Surabayayang digolongkan sebagai kota metropolitan besar. Kemudian kota metropolitan kecil adalah Palembang danSemarang.

Jumlah migran risen terus meningkat dari waktu ke waktu. Migran risen adalah pendudukpada lima tahun terakhir mempunyai tempat tinggal yang berbeda (baik provinsi,kabupaten atau kota). Hasil Sensus Penduduk 2010 mencatat 5,396 juta jiwa pendudukatau 2,5 persen penduduk merupakan migran masuk risen antarprovinsi. Persentasemigran risen di daerah perkotaan tiga kali lipat lebih besar daripada migran risen didaerah perdesaan, masing-masing sebesar 3,8 dan 1,2 persen. Menurut jenis kelamin,jumlah migran laki-laki lebih banyak daripada migran perempuan, 2,83 juta jiwaberbanding 2,6 juta jiwa. Seks rasio migran risen adalah 110,3. Data tersebut menunjangteori bahwa migran lebih banyak di daerah perkotaan dan laki-laki lebih banyakmelakukan perpindahan. Beberapa provinsi merupakan daerah tujuan migran adalahKepulauan Riau, Papua Barat, dan DI Yogyakarta. Daerah-daerah ini mempunyai dayatarik tersendiri bagi migran. Pada umumnya alasan utama pindahnya para migran iniadalah karena pekerjaan, mencari pekerjaan, atau sekolah.Seperti halnya migran risen, jumlah migran seumur hidup juga meningkat dari waktu kewaktu. Hasil Sensus Penduduk tahun 2010 mencatat 27.975.612 penduduk atau 11,8persen penduduk merupakan migran masuk seumur hidup antarprovinsi. Persentase

Page 51: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

TAHUN 2011-203537

migran seumur hidup di daerah perkotaan hampir tiga kali lipat daripada migran seumurhidup di daerah perdesaan, masing-masing sebesar 17,2 dan 6,3 persen. Menurut jeniskelamin, jumlah migran laki-laki lebih banyak daripada migran perempuan: 14.736.632berbanding 13.238.980 orang. Rasio jenis kelamin migran seumur hidup adalah 111,3.Data tersebut menunjang teori bahwa migran lebih banyak di daerah perkotaan danlaki-laki lebih banyak melakukan perpindahan. Beberapa provinsi merupakan daerahtujuan migran adalah Kepulauan Riau, DKI Jakarta, dan Kalimantan Timur. Daerahtersebut mempunyai daya tarik tersendiri bagi migran. Pada umumnya alasan utamapindahnya para migran ini adalah karena pekerjaan, mencari pekerjaan, atau melanjutkansekolah. Indonesia mengalami peningkatan urbanisasi yang cukup pesat. Pada 1990,urbanisasi atau daerah yang dikategorikan daerah urban masih berjumlah sekitar 30persen, meningkat terus menjadi 42 persen tahun 2000, dan meningkat lagi menjadi 54persen pada Sensus Penduduk tahun 2010.

Gambar 2.15. Peta Ketimpangan Populasi dan Ekonomi

Sumber: Draf Rancangan Umum Pembangunan Kependudukan

Keterangan:Luas Pulau Jawa adalah sekitar 7 persen dari seluruh luas daratan Indonesia dan ditempati sekitar 60 persenpenduduk Indonesia (2010). Kontribusi Pulau Jawa terhadap Produk Domestik Regioal Bruto Nasional adalah 59persen.

Page 52: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

38GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKANTAHUN 2011-2035

Hubungan antara migrasi dan ketimpangan pembangunan ekonomi antarwilayah bersifatresiprokal. Di satu pihak pola migrasi seperti yang telah disebutkan di atas menyebabkanketimpangan ekonomi antardaerah. Akan tetapi, ketimpangan ekonomi antarwilayahdapat memengaruhi volume dan arah migrasi. Oleh karenanya, dalam pengelolaanmigrasi, sifat hubungan seperti ini harus menjadi perhatian.

Pola kesenjangan ekonomi wilayah di Indonesia secara umum dapat diuraikan sebagaiberikut.1. Wilayah Jawa dan Bali

• Kontribusi produk domestik regional bruto (PDRB)nasional: 62 persen PDRB 62,00

• Pertumbuhan ekonomi: 5,89 persen PE 5,89• Pendapatan per kapita: Rp11,27 juta PPK 11,27• jumlah penduduk miskin: 20,19 juta jiwa (12,5 persen) JPM 12,50

2. Wilayah Sumatera• Kontribusi produk domestik regional bruto (PDRB)

nasional: 21,55 persen PDRB 21,55• Pertumbuhan ekonomi: 4,65 persen PE 4,56• Pendapatan per kapita: Rp 9,80 juta PPK 9,80• Jumlah penduduk miskin: 7,3 juta jiwa (14,4 persen) JPM 14,40

3. Wilayah Kalimantan• Kontribusi produk domestik regional bruto (PDRB)

nasional: 8,83 persen PDRB 8,83• Pertumbuhan ekonomi: 5,26 persen PE 5,26• Pendapatan per kapita: Rp13,99 juta PPK 13,99• Jumlah penduduk miskin: 1,21 juta jiwa (9 persen) JPM 9,00

4. Wilayah Sulawesi• Kontribusi produk domestik regional bruto (PDRB)

nasional: 4,6 persen PDRB 4,60• Pertumbuhan ekonomi: 7,72 persen PE 7,72• Pendapatan per kapita: Rp. 4,98 juta PPK 4,98• Jumlah penduduk miskin: 2,61 juta jiwa (17,6 persen) JPM 17,60

5. Wilayah Papua• Kontribusi produk domestik regional bruto (PDRB)

nasional: 1,28 persen PDRB 1,28• Pertumbuhan ekonomi: 0,6 persen PE 0,60• Pendapatan per kapita: Rp. 8,96 juta PPK 8,96• Jumlah penduduk miskin: 0,98 juta jiwa (36,1 persen) JPM 0,98

6. Wilayah Maluku• Kontribusi produk domestik regional bruto (PDRB)

nasional: 0,32 persen PDRB 0,32• Pertumbuhan ekonomi: 4,94 persen PE 4,94• Pendapatan per kapita: Rp. 2,81 juta PPK 2,81• Jumlah penduduk miskin: 0,49 juta jiwa (20,5 persen) JPM 20,50

Page 53: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

TAHUN 2011-203539

Gambar 2.16. Kesenjangan Ekonomi Wilayah di Indonesia

Sumber: Draf Rancangan Umum Pembangunan Kependudukan

Secara spasial ketimpangan ekonomi di Indonesia dapat dilihat pada Gambar 2.16.Data dan gambar tersebut menunjukkan bahwa Jawa dan Bali masih merupakan pusatpertumbuhan. Kontribusi Jawa dan Bali terhadap PDB sangat dominan, yaitu hampirdua pertiga. Pulau lain yang memiliki kontribusi terhadap PDB terbesar kedua adalahSumatera, yaitu sekitar 20 persen, disusul oleh Kalimantan dengan sekitar delapan persen.Pulau-pulau lainnya memiliki kontribusi yang sangat rendah, bahkan kontribusi Malukukurang dari satu persen. Memerhatikan hal ini tidak aneh jika kemudian arus migrasicenderung ke Jawa Bali dan juga ke Sumatera.

Namun ada hal menarik yang dapat menjadi dasar dalam pengarahan mobilitas pendudukdi masa depan. Sulawesi memiliki pertumbuhan ekonomi tertinggi. Hal ini merupakan

7. Wilayah Nusa Tenggara• Kontribusi produk domestik regional bruto (PDRB)

nasional: 1,42 persen PDRB 1,42• Pertumbuhan ekonomi: 3,5 persen PE 3,50• Pendapatan per kapita: Rp. 3,18 juta ; PPK 3,18• Jumlah penduduk miskin: 2,17 juta jiwa (24,8 persen) JPM 24,80

Page 54: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

40GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKANTAHUN 2011-2035

potensi dan jika didukung oleh kualitas sumber daya manusia yang memadai, maka dimasa depan Sulawesi akan memiliki peran ekonomi lebih besar.

Tren mobilitas penduduk di Indonesia pada dasarnya dipengaruhi oleh beberapa faktorpenting, yakni kebijakan ekonomi makro, kebijakan politik nasional, gaya hidup, danglobalisasi. Kebijakan ekonomi makro pada era Orba (1967-1998) telah menghasilkanpemusatan ekonomi di Jawa dan kota besarnya sehingga mendorong mobilitas desa-kota secara besar-besaran khusunya ke kota-kota di Jawa. Sementara itu, persebaranpenduduk melalui transmigrasi mati suri seiring dengan berakhirnya era Orba dandigantikan era reformasi (yang menghasilkan kebijakan desentralisasi). Pengembangantransmigrasi saat ini lebih bertumpu pada transmigrasi swakarsa dan kerja samaantardaerah provinsi/(kabupaten/kota) yang didukung oleh kebijakan pengembangankawasan pusat pertumbuhan ekonomi terpadu (Kapet). Munculnya era Otonomi Daerahdalam beberapa hal menurunkan minat dan tingkat penduduk melakukan transmigrasiyang dicirikan oleh munculnya kebijakan di beberapa daerah yang melakukan pembatasanmigrasi masuk penduduk (atau mensyaratkan syarat yang memberatkan pendatang).Kondisi ini mendorong semakin meningkatnya migran spontan dan migrasi keluarga.

Secara umum dapat digambarkan bahwa fenomena mobilitas penduduk di Indonesiaditandai dengan tetap meningkatnya mobilitas antardaerah dan hanya di beberapa daerahterjadi penurunan, peningkatan konsentrasi penduduk di perkotaan, peningkatanmobilitas nonpermanen, peningkatan mobilitas internasional, peningkatan arus mobilitastenaga kerja dari luar negeri (khususnya perempuan untuk ke wilayah Asia).

2.5. Data dan Informasi Kependudukan

Dalam pembangunan kependudukan, administrasi kependudukan sebagai suatu sistemmerupakan bagian yang tidak terpisahkan dari adminstrasi pemerintahan dan administrasinegara dalam rangka pemberian perlindungan terhadap hak-hak individu penduduk,melalui pelayanan publik dalam bentuk penerbitan dokumen kependudukan (KartuTanda Penduduk, Kartu Keluarga, Akta Catatan Sipil). Sesuai amanat Undang-UndangNo. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan sebagai landasan hukumpelaksanaan kebijakan administrasi kependudukan dan data dasar (database)kependudukan nasional dan terwujudnya tertib administrasi kependudukan, padagilirannya nanti akan dapat didayagunakan untuk kepentingan-kepentingan perumusankebijakan pemerintahan dan perencanaan pembangunan yang berbasis administrasikependudukan, sehingga akan terwujud pembangunan administrasi kependudukan yangberkelanjutan.

Sumber data kependudukan dapat diambil dari beberapa sumber. Pertama, sensuspenduduk dengan informasi yang dikumpulkan bersifat umum, dilakukan di seluruh

Page 55: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

TAHUN 2011-203541

Indonesia, untuk semua penduduk, tidak menggunakan sampel penduduk atau sampelwilayah, dan dilakukan setiap sepuluh tahun sekali. Kedua, survei kependudukan untukpengumpulan data umum dan khusus. Data kependudukan yang umum didapatkandari SUPAS (Survei Penduduk Antar Sensus) yang dilaksanakan 10 tahun sekali danyang khusus misalnya Sakernas untuk bidang ketenagakerjaan yang dikumpulkan duakali dalam setahun. Disamping itu, Indonesia juga melaksanakan Survey Sosial EkonomiNasional (Susenas) yang terdiri dari Susenas inti untuk pengumpulan data pokok bidangsosial ekonomi yang dilakukan sekali setahun dan Susenas Modul untuk data yang lebihrinci atau khusus, seperti pendapatan, pengeluaran, kesehatan, pendidikan, perumahan,

lingkungan tempat tinggal, dan sosial budaya lainnya yangdilakukan setiap tiga tahun. Di luar kedua survei ini, masih adayang lain, seperti SDKI serta Survei Upah dan Perjalanan danlain sebagainya.

Ketiga, registrasi atau pendaftaran penduduk yang dilakukan setiapsaat apabila ada perubahan status kependudukan. Dalam sistemini, penduduk dan/atau rumah tangga harus melaporkanperubahan status kependudukan mulai dari RT, RW, dan dusun.Apabila penduduk atau rumah tangga pasif melaporkan kepadapetugas pencatatan dan pelaporan, akan terjadi kekurangan cacahperubahan status kependudukan yang terjadi. Sifat pasif dalammelaporkan perubahan status kependudukan merupakan

kelemahan utama dari pelaksanaan registrasi/pendaftaran penduduk. Secara normatif,registrasi penduduk merupakan sumber data yang paling ideal. Hal ini didasarkan padakarakteristik data registrasi penduduk. Pertama, dari sisi cakupan, registrasi pendudukdilaksanakan di seluruh wilayah Indonesia mencaku unit administrasi terkecil, yaitu desa/kalurahan. Hal ini memungkikan penggunaan hasil registrasi penduduk untukperencanaan pembangunan secara menyeluruh. Kedua, registasi penduduk dilaksanakansecara kontinyu, sehingga pemanfaatannya dapat dilakukan setiap waktu.

Sebagai sumber data yang ideal, registrasi penduduk sampai dengan saat ini masih belumdimanfaatkan secara optimal. Salah satu masalahnya adalah kualitas data yang rendah.Sumber masalah tersebut diantaranya adalah penggunaan sistem pasif yang dalam tingkattetentu bersamaan dengan kurangnya kesadaran penduduk untuk melaporkan kehadiandemografis, menyebabkan data yang terkumpul underreporting. Persoalan yang perlu dicaripemecahannya adalah membuat penduduk lebih proaktif untuk melaporkan perubahanstatus kependudukan kepada petugas yang berwenang pada tingkat dusun dan desa,bahkan RT sebagai ujung tombak pendaftaran penduduk. Memperkuat pemahamandalam pencatatan dan pelaporan pada lini paling bawah ini sangat penting karenakelengkapan dan kualitas data berada pada tingkat desa. Pada tingkat desa inilah sebagianbesar daftar isian atau formulir pencatatan tersedia secara lengkap.

Data dan informasi

kependudukan di Indonesia

belum tertata dengan baik,

meskipun usaha untuk

membangun Sistem

Administrasi Kependudukan

(SIAK) sebagai amanat UU No.

23 tahun 2006 telah

dilaksanakan.

Page 56: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

42GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKANTAHUN 2011-2035

Gambar 2.17. Data Dasar (Database) Kependudukan di Indonesia

Sumber: Draf Rancangan Umum Pembangunan Kependudukan

Data dasar (database) kependudukan adalah kumpulan berbagai jenis data kependudukanyang tersimpan secara sistematik, terstruktur, dan saling berhubungan menggunakanperangkat lunak, perangkat keras, dan jejaring komunikasi data. Untuk itu, diperlukanadanya penataan administrasi kependudukan yang merupakan rangkaian kegiatanpenataan dan penertiban dalam penerbitan dokumen dan data kependudukan melaluipendaftaran penduduk, pencatatan sipil, pengelolaan informasi administrasikependudukan, serta pendayagunaan hasilnya untuk pelayanan publik dan pembangunansektor lain.

Untuk membangun data dasar (database) kependudukan, saat ini sedang dibangun SistemInformasi Administrasi Kependudukan (SIAK) dalam kerangka administrasikependudukan, yang terdiri dari hal-hal berikut.

1. Sistem Pendaftaran Penduduk (Dafduk)• Pencatatan biodata penduduk per keluarga• Pencatatan atas pelaporan peristiwa kependudukan• Pendataan penduduk rentan kependudukan• Pelaporan penduduk yang tidak dapat melapor sendiri

Page 57: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

TAHUN 2011-203543

2. Sistem Pencatatan Sipil (Capil)• Pencatatan kelahiran• Pencatatan lahir mati• Pencatatan perkawinan• Pencatatan pembatalan perkawinan• Pencatatan perceraian• Pencatatan pembatalan perceraian• Pencatatan kematian• Pencatatan pengangkatan pengesahan dan pengakuan anak• Pencatatan perubahan nama dan perubahan status kewarganegaraan• Pencatatan peristiwa penting• Pelaporan penduduk yang tidak dapat melapor sendiri

Hasil yang telah dicapai tahun 2010 adalah pemutakhiran data dasar (database)kependudukan di semua kabupaten dan kota serta penerbitan Nomor IdentitasKependudukan (NIK) di 329 kabupaten dan kota. NIK adalah nomor identitas pendudukyang bersifat unik atau khas, tunggal, dan melekat pada seseorang yang terdaftar sebagaipenduduk Indonesia. NIK berlaku seumur hidup dan selamanya, yang diberikan olehpemerintah dan diterbitkan oleh instansi pelaksana kepada setiap penduduk setelahdilakukan pencatatan biodata. NIK dicantumkan dalam setiap dokumen kependudukandan dijadikan dasar penerbitan paspor, surat izin mengemudi, nomor pokok wajib pajak,polis asuransi, sertifikat hak atas tanah, dan penerbitan dokumen identitas penduduklainnya.

Secara umum dapat disimpulkan bahwa masalah data dan informasi kependudukanyang muncul di Indonesia adalah belum tertatanya administrasi kependudukan dalamrangka membangun sistem pembangunan, pemerintahan, dan pembangunan yangberkelanjutan. Penataan sistem penyelenggaraan administrasi kependudukan telah dimulaisejak tahun 1960-an, tetapi hingga saat ini belum terwujud. Walaupun telah ada peraturantentang pengelolaan sistem informasi kependudukan, sampai saat ini belum dapatterwujud sistem informasi kependudukan yang memadai. Masih banyaknya permasalahanadministrasi kependudukan, seperti Kartu Tanda Penduduk ganda dan kesulitanpengurusan akta kelahiran. Selanjutnya, kesadaran masyarakat terhadap pentingnyadokumen kependudukan dan tertib administrasi pun belum memadai. Bank data sebagaidata dasar kependudukan juga belum tersedia.

Sementara itu, secara khusus beberapa permasalahan yang dihadapi terkait dengan kondisiAdministrasi Kependudukan di Indonesia adalah sebagai berikut.

Page 58: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

44GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKANTAHUN 2011-2035

1). Regulasi• Regulasi Ditjen Kependudukan dan Pencatatan Sipil, baik di tingkat pusat maupun

daerah, masih belum lengkap dan memadai. Hal ini menyebabkan lembaga legislatifsulit menyesuaikan diri dengan perkembangan TIK yang sangat pesat.

• Harmonisasi regulasi antarinstansi terkait dengan pemanfaatan databasekependudukan dari pelayanan aplikasi SIAK masih perlu diintensifkan menujukonvergensi seluruh regulasi yang saling mendukung dalam rangka tertib administrasikependudukan.

2). Kelembagaan• Sinkronisasi struktur organisasi dengan tupoksi

Sinkronisasi struktur organisasi dengan tupoksi masih belum optimal. Oleh karenaitu, pekerjaan setiap direktorat atau Ditjen Kependudukan dan Pencatatan Sipildengan tupoksinya menjadi terhambat.

• Koordinasi kegiatan antarunit yang bermuara pada pencapaian visiKegiatan antarunit yang bermuara pada pencapaian visi belum terkoordinasi secarabaik sehingga pencapaian visi itu pun menjadi terhambat.

3). Sumber Daya ManusiaKemampuan SDM dalam mendukung penerapan aplikasi SIAK sebagai subsistempengelola database kependudukan masih perlu ditingkatkan. Pemahaman SDMterhadap sistem ini masih sangat rendah dan jumlahnya masih sedikit. Hal ini akanberakibat terhambatnya penerapan dan pemanfaatan aplikasi SIAK.

4). Aplikasi dan Database SIAK• Penerapan aplikasi SIAK masih belum optimal karena terbatasnya kesiapan

infrastruktur.• Konsolidasi database dari kabupaten/kota kemudian ke pusat data pusat dan provinsi

masih rendah. Meskipun daerah telah mengimplementasikan SIAK, konsolidasidata ke jenjang berikutnya (provinsi dan ke pusat) masih belum optimal.

• Penerapan tata kelola IT (governance) yang mendukung tercapainya tata administrasikependudukan belum optimal.

• Pemanfaatan database kependudukan masih mengalami kendala dan belum sesuaiharapan.

5). Nomor Induk Kependudukan dan Kartu Tanda Penduduk Elektronik• Nomor Induk Kependudukan

Kondisi NIK yang ada masih belum pasti tunggal yang diindikasikan dengan masihterdapatnya penduduk yang memiliki beberapa NIK. Walaupun NIK yangditerbitkan adalah unik, beberapa NIK yang unik tersebut dimiliki oleh penduduk

Page 59: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

TAHUN 2011-203545

yang sama. Hal ini karena setiap database kependudukan belum tersambung melaluijaringan komunikasi data dan terkonsolidasi secara nasional serta belumtermanfaatkannya faktor ketiga dalam proses pemastian ketunggalan, yaitukarakteristik yang melekat pada diri seseorang, yaitu biometri sidik jari. ApabilaNIK tunggal telah direalisasikan, maka pemanfaatan NIK tunggal sebagai kunciakses pelayanan dapat memudahkan penduduk dalam registrasi dan transaksi, baikuntuk layanan pemerintahan maupun nonpemerintahan.

• Kartu Tanda Penduduk ElektronikMasih banyak beredar KTP palsu dan KTP ganda yang dimanfaatkan untuk hal-hal ilegal, terorisme, kriminal, dan pemalsuan identitas. KTP yang bersifat nasionalmasih kurang dipercaya sehingga banyak kebijakan lokal maupun institusi yang“mengharuskan” penduduk agar memiliki KTP di tempat penduduk tersebutbertransaksi. Hal ini tersebut tampak dalam praktik berikut ini.

• Di lapangan beberapa instansi “mengharuskan” penduduk memiliki KTP di tempatkejadian transaksi walaupun orang tersebut telah memiliki KTP dari tempat asal.Hal ini mendorong maraknya penerbitan KTP “lokal”, yang secara nasional akanberakibat pada penerbitan KTP ganda. Kebijakan yang melarang kepemilikan KTPganda, baik untuk urusan administrasi pemerintahan maupun urusannonpemerintah, telah dikeluarkan. Namun permasalahan koordinasi, sosialisasi,dan penegakan (enforcement) kebijakan dengan lembaga/instansi terkait masihlemah sehingga praktik KTP ganda tetap berlangsung.

• Potensi manipulasi data biodata penduduk tidak semua dapat terdeteksi dalam proses

Page 60: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

46GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKANTAHUN 2011-2035

verifikasi dan validasi untuk penerbitan dokumen kependudukan. Pada banyak kasus,data invalid masih dapat dideteksi pada proses verifikasi dan validasi, tetapi sengajadibiarkan agar dapat menerbitkan dokumen kependudukan. Sistem verifikasi danvalidasi, serta kontrol prosedur/SOP masih dapat dimanipulasi oleh faktor manusia.Diperlukan suatu sistem dan mekanisme verifikasi dan validasi dari otentitas jatidiri penduduk yang lebih kebal manipulasi (robust). Sistem e-KTP didesain lebihkebal manipulasi yang disebabkan oleh faktor manusia.

• KTP belum dapat dijadikan sebagai kartu identitas pemilih dalam pemilu nasional.Kegiatan pendaftaran penduduk untuk pembuatan Daftar Pemilih Tetap (DPT)harus melalui tahapan proses dan verifikasi sehingga hasil akhir DPT masihmenimbulkan masalah. Pada pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009, permasalahanDPT menyebabkan Mahkamah Konstitusi melegalkan penggunaan KTP, dengansyarat tambahan tertentu, pada saat–saat terakhir menjelang dilaksanakannya pemilu.Namun hal tersebut bukanlah suatu solusi permanen. Sistem e-KTP akan lebihmempermudah kebijakan penggunaan KTP sebagai kartu identitas pemilih.

6. Infrastruktur TIKKondisi infrastruktur yang tersedia di lingkungan Ditjen Kependudukan danPencatatan Sipil Kementerian Dalam Negeri maupun di daerah masih terbatas.Untuk itu, perlu ditingkatkan pemerataan sarana dan prasarana infrastrukturpendukung operasional aplikasi SIAK.

Page 61: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

TAHUN 2011-203547

3.1. Kuantitas Penduduk

Dalam jangka panjang, kondisi kependudukan yang diinginkan adalah tercapainyapenduduk stabil dalam jumlah yang tidak terlalu besar. Untuk mencapai kondisi inijumlah bayi yang lahir diharapkan sama (seimbang) dengan jumlah kematian sehinggapenduduk menjadi stasioner. Indikator pencapaian penduduk tumbuh seimbang (PTS),adalah angka kelahiran total (TFR) sama dengan 2,1 per perempuan atau Net Reproduc-tion Rate (Angka Reproduksi Bersih=NRR) sebesar 1 per perempuan. Dalam RPJMN,TFR sama dengan 2,1 diperkirakan tercapai pada tahun 2015. Selanjutnya TFRdiperkiakan menurun menjadi 1,88 dan NRR menjadi 0,89 tahun 2020. Kondisi iniakan dipertahankan terus sampai dengan tahun 2035.

Akan tetapi target tersebut berbeda dengan perkiraan yang dilakukan oleh PBB. Sepertihalnya RPJMN, diperkirakan TFR sama dengan 2,1 akan tercapai pada tahun 2015tetapi pada periode berikutnya penurunan TFR akan melambat yaitu mencapai 1,94pada periode 2020-2025; 1,86 pada periode 2025-2030 dan 1,85 pada periode 2030-2035. Oleh UN angka ini dibuat konstan sampai dengan tahun 2050. Hasil proyeksipenduduk (sementara) yang dilakukan oleh BPS menunjukkan bahwa TFR sama dengan2,1 juga lebih lambat dibandingkan target RPJMN.

Kondisi Yang Diinginkan

Tabel 3.1. Proyeksi TFR 2010-2035

Tabel 3.1 memperlihatkan bahwa dengan skenario paling optimis TFR sama dengan2,1 akan tercapai pada tahun 2020. Kondisi inilah yang inginj dicapai, sebab jikamemperhatikan dua skenario lainnya, pencapaian TFR sama dengan 2,1 terjadi padaperiode yang lebih lambat dan akan memiliki implikasi terhadap perubahan komposisipenduduk menurut umur dan jenis kelamin.

3BBBBBABABABABAB

Sumber: Data Sekunder, Diolah, 2012

GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

TAHUN 2011-203547

Page 62: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

48GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKANTAHUN 2011-2035

Berdasarkan pencapaian TFR tersebut dan perkiraan IMR yangdidasarkan pada target program, maka tahun 2015 jumlah pendudukdiperkirakan akan mencapai 254,0 juta, dan tahun 2035 diperkirakanmenjadi 304,7 juta. Jika perkiraan ini menjadi kenyataan jikapertumbuhan penduduk per tahun dapat ditekan menjadi 1,35persen pada periode 2010-2015; 1,19 persen pada periode 2015-2020; 1,03 persen pada periode 2020-2025; 0,89 persen pada periode2025-2030 dan 0,75 persen pada periode 2030-2035.

Di samping itu, dari sisi perubahan komposisi penduduk menurutumur, tahun 2027 diharapkan Indonesia berada pada fase ketikarasio ketergantungan mencapai angka terendah, yaitu kurang dari44,8. Pencapaian ini mirip dengan hasil perhitungan UN (lihatGambar 3.1), meskipun dengan rasio ketergantungan yang lebihtinggi. Kondisi ini penting karena akan memberi kesempatan bagi Indonesia untukmencapai bonus demografi. Salah satu tandanya adalah dengan jumlah penduduk usiaproduktif yang mencapai puncak, yaitu kira-kira 70 persen dari jumlah penduduk. Kondisiini merupakan kondisi yang diharapkan agar sejak sekarang dapat disusun kebijakanuntuk optimalisasi kesemapatan tersebut. Pencapaian tahap ini sangat tergantung kepadapengelolaan pertumbuhan penduduk melalui pengendalian angka kelahiran. Jika angkakelahiran meningkat seperti halnya indikasi yang muncul dari berbagai sumber data,maka tahap tersebut akan tertunda atau bahkan hilang sama sekali.

Gambar 3.1 Perkembangan Rasio Ketergantungan Usia Anak-anak(< 15 tahun); produktif (15-64 tahun), Lansia (>65tahun) serta Rasio Ketergantungan di IndonesiaTahun 1950-2050.

Sumber: Adioetomo, 2005.

Dalam jangka panjang, kondisi

kependudukan yang diinginkan

adalah tercapainya penduduk stabil

(penduduk tumbuh seimbang)

dalam jumlah yang tidak terlalu

besar. Untuk mencapai kondisi

penduduk tumbuh seimbang (PTS),

diharapkan angka kelahiran total

(TFR) akan berada pada 2,1 per

perempuan atau Net Reproduction

Rate (NRR) sebesar 1 per

perempuan tahun 2020.

Selanjutnya secara berlanjut angka

fertilitas total menjadi 2,04 pada

tahun 2025, 1,99 pada thun 2030

dan 1,97 pada tahun 2035.

Page 63: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

TAHUN 2011-203549

Perlu untuk dicatat bahwa kondisi ini adalah kondisi di tingkat nasional. Pada tingkatprovinsi atau kabupaten/kota, kondisinya sangat bervariasi. Bagi wilayah yang angkaTFR rendah misalnya DI Yogyakarta dan DKI Jakarta, kondisinya akan sangat berbedadengan NTT yang masih memiliki TFR cukup tinggi. Disamping itu, variabel lain yangtidak kalahpentingnya adalah migrasi, karena besar dan kecilnya migrasi akan sangatmemengaruhi komposisi penduduk.

3.2. Kualitas Penduduk

Kualitas penduduk adalah kondisi penduduk dalam aspek fisik dan nonfisik yang meliputiderajat kesehatan, pendidikan, pekerjaan, produktivitas, tingkat sosial, ketahanan,kemandirian, kecerdasan, sebagai ukuran dasar untuk mengembangkan kemampuandan menikmati kehidupan sebagai manusia yang bertakwa, berbudaya, berkepribadian,berkebangsaan, dan hidup layak (UU No. 52 Tahun 2008 Pasal 1 ayat 5). Pengembangankualitas penduduk dilakukan untuk mewujudkan manusia yang sehat jasmani dan rohani,

cerdas, mandiri, beriman, bertakwa, berakhlak mulia, dan memilikietos kerja yang tinggi. Untuk mewujudkan tujuan tersebut,pembangunan kualitas penduduk difokuskan pada unsurpendidikan, kesehatan, dan ekonomi.

Dari sisi pendidikan target utama adalah angka melek huruf mencapai100 persen. Hal ini didukung oleh angka partisipasi murni (APM)untuk SD mencapai 100 persen dari 94,0 persen pada tahun 2008,meskipun sebenarnya pencapaian target tersebut dapat dilakukanpada periode sebelumnya melalui program wajib belajar. Sementaraitu APM untuk tingkat SLP mencapai 100 persen dari 66,9 tahun1998. Pencapaian ini cukup realistis dengan memerhatikan trenselama 30 tahun terakhir yang memperlihatkan knaikan cukupimpresif. Pada 2010 APM pada tingkat SLA telah mencapai hampir46 persen, maka pencapaian 70-80 persen tahun 2035 adalah masuk

akal. Pada 2035 APM pada jenjang perguruan tinggi diharapkan meningkat menjadi 20-25persen dari 11 persen tahun 2010.

Berdasarkan target program, angka kematian bayi tahun 2015 diharapkan akan menjadi23 per 1.000 kelahiran hidup dan terus menurun secara berlanjut hingga pada periode2035 menjadi sekitar 14,5 per 1.000 kelahiran hidup. Sejalan dengan menurunnya angkakematian bayi, usia harapan hidup juga meningkat menjadi dari 71,4 tahun tahun 2015menjadi 74, 9 tahun pada 2035.

Pemerintah dalam visi 2025 menargetkan PDB mencapai 3,8-4,5 triliun dolar AS denganpendapatan per kapita 13.000-16.000 dolar AS dari kurang lebih 3000 dolar AS tahun

Angka kematian bayi pada kurun

waktu 2010-2015 diharapkan akan

menjadi 23 per 1.000 kelahiran

hidup dan terus menurun secara

berlanjut hingga pada periode

2030-2035 menjadi sekitar 12 per

1.000 kelahiran hidup. Sejalan

dengan menurunnya angka

kematian bayi, usia harapan hidup

juga meningkat dari

71,4 tahun tahun 2015 menjadi

74,9 tahun tahun 2035.

Page 64: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

50GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKANTAHUN 2011-2035

2010 dari 3500-3600 dolar AS tahun 2011. Sebagai sasaran antara, tahun 2015 ditargetkanpendapatan per kapita akan meningkat menjadi 5500 dolar AS. Jika target ini dijadikandasar untuk menentukan pencapaian tahun 2035, tampaknya sulit dilakukan. Keinginanuntuk mencapai pendapatan per kapita dua kali lipat lebih tahun 2025 dibandingkantahun 2005 mengakibatkan angkanya tahun 2035 akan lebih besar lagi. Untuk mencapainiperlu didukung oleh pertumbuhan ekonomi yang tinggi (kurang lebih 10 persen pertahun). Angka paling realistis adalah bahwa tahun 2035 GNI per kapita penduduk In-donesia berkisar antara 8000-9000 dolar AS (lihat pada pembahasan Roadmap).

Terdapat isu yang lebih penting dari sekedar kenaikan pendapatan per kapita, yaitupemerataan pendapatan. Pada 2012 Gini ratio diperkirakan berada pada kisaran 0,4,artinya tidak berubah banyak deari kondisi terakhir tahun 2010. Angka ini harus ditekanserendah mungkin tahun 2035 agar kesenjangan pendapatan yang merupakan salahsatu sumber kemiskinan dapat ditekan.

Wakil Presiden Boediono menyatakan bahwa tahun 2014 angka kemiskinan ditargetkanturun menjadi 8-10 persen. Pada tahun 2011 angka kemiskinan tercatat 12,5 persen.Artinya selama satu tahun pemerintah berupaya untuk menurunkan angka kemiskinansebesar 2,5-4,5 persen. Jika perkiraan ini menjadi acuan maka tidak mustahil untukmengharapkan tahun 2035 angka kemiskinan akan turun menjadi 5-7 persen.

3.3. Kondisi Keluarga

Kondisi yang diinginkan melalui pembangunan keluarga adalahterwujudnya keluarga Indonesia yang berkualitas, sejahtera, danberketahanan sosial yang meliputi:• Keluarga yang bertakwa kepada Tuhan YME, yaitu keluarga

berdasarkan pernikahan yang sah menurut hukum negara• Keluarga sejahtera, sehat, maju, mandiri, dan harmonis yang

berkeadilan dan berkesetaraan gender dengan jumlah anak yangideal sesuai kemampuan keluarga tersebut

• Keluarga yang berketahanan sosial, yaitu.- Keluarga yang memiliki perencanaan sumber daya keluarga- Keluarga berwawasan nasional, yaitu keluarga yang

mengembangkan kepribadian dan budaya bangsa Indonesia- Keluarga yang berkontribusi kepada masyarakat, yaitu keluarga

yang mampu berperan serta dalam kegiatan sosial kemasya-rakatan dan memiliki kepedulian terhadap lingkungannya

- Keluarga yang berkontribusi kepada bangsa dan negara serta berpartisipasi dalamkegiatan bela negara, taat membayar pajak, patuh terhadap peraturan perundanganyang berlaku

Terwujudmya keluarga Indonesia

yang berkualitas berdasarkan

perkawinan yang sah dan

bertakwa kepada Tuhan YME,

dalam menuju keluarga

sejahtera, sehat, maju, mandiri,

dengan jumlah anak yang ideal

dan harmonis yang berkeadilan

dan berkestaraan gender,

keluarga yang berketahanan

sosial memiliki perencanaan

sumberdaya keluarga,

berwawasan nasional,

berkontribusi bagi masyarakat

dan bangsa.

Page 65: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

TAHUN 2011-203551

3.4. Persebaran dan Mobilitas Penduduk

Dari aspek mobilitas penduduk, kondisi yang diinginkan adalah terjadinya persebaranpenduduk yang lebih merata ke luar Pulau Jawa sehingga konsentrasi penduduk tidaksemakin besar di Pulau Jawa yang memang sangat padat penduduk. Demikian jugahalnya dengan urbanisasi, diharapkan agar penduduk tidak berbondong-bondong datangke perkotaan yang pada gilirannya menimbulkan masalah baru yang tidak kalah peliknya.Namun patut disadari bahwa urbanisasi tidak semata-mata karena perpindahan pendudukdari desa ke kota, tetapi juga karena daerah-daerah dengan kategori urban semakin banyakjumlahnyakarena fasilitas dan hasil pembangunan yang merata.

Kondisi persebaran penduduk yang diinginkan adalah persebaran penduduk yang meratadan pengaturan mobilitas sesuai dengan potensi daerahnya. Tentunya yang diharapkanadalah adanya penataan dan persebaran yang proporsial sesuai daya dukung alam danlingkungan. Ini berarti pemerintah harus dapat menata keberadaan penduduk melaluiperpindahan penduduk dari Pulau Jawa.

Gambar 3.2. Kondisi Persebaran Penduduk yang Diinginkan Tahun 2035

Sumber: Data Sekunder, Diolah, 2012

Keterangan:Kota metropolitan potensial tahun 2035 adalah• Berkembangnya kota metropolitan besar dari empat menjadi 14• Berkembangnya kota metropolitan kecil dari tiga menjadi 18 berkembangnya kota besar dari 17 menjadi 44• Kota metropolitan aktual: Medan, Palembang, Jakarta, Surabaya, dan Makassar• Kota metropolitan yang harus ditingkatkan: Pontianak, Banjarmasin, Balikpapan, Menado, Kupang, Ambon,

Sorong, Jayapura, dan Merauke• Kota metropolitan yang harus dikendalikan bebannya: Bandung dan Semarang

Page 66: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

52GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKANTAHUN 2011-2035

Dari segi Mobilitas, kondisi yang diinginkan adalahmendorong urbanisasi tahun 2010/2011 (sekitar 52persen berada di pulau Jawa) men jadi tahun 2025/2035 (> 65 persen). Penjelasannya adalah sebagaiberikut.• Persebaran penduduk di Pulau Jawa dan luar

Pulau Jawa tahun 2010/2011 (60 persen/40persen) menjadi kurang dari 50 persen dan lebihdari 50 persen tahun 2025-2035.

• Konsentrasi pusat pelayanan publik diubahdengan mendorong mengalirnya pendudukperdesaan ke perkotaan (pada metropolitanpotensial, terutama luar Pulau Jawa)

• Distribusi pusat pelayanan publik diubah danwilayah perdesaan menjadi pusat perekonomian.

Gambar 3.3. Kondisi Migrasi Internasional yang Diinginkan Tahun 2035

Sumber: Draf Rancangan Umum Pembangunan Kependudukan

Terjadinya persebaran penduduk yang

lebih merata ke luar Pulau Jawa

sehingga konsentrasi penduduk tidak

semakin besar di Pulau Jawa yang

memang sangat padat penduduk.

Meskipun demikian pemerataan

distribusi penduduk harus dikaitkan

dengan kebutuhan SDM di masing-

masing wilayah dalam rangka

mendorong terwujudnya tujuan MP3EI

dan MP3KI. Tercapainya persebaran

penduduk yang merata dan

pengaturan mobilitas harus sesuai

dengan potensi daerahnya dan yang

proporsial sesuai daya dukung alam

dan lingkungan.

Page 67: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

TAHUN 2011-203553

3.5. Database Kependudukan

Kondisi yang diinginkan dari pembangunan data dan informasi kependudukan secaraumum dapat diuraikan sebagai berikut.1. tersusunnya sistem survei dan pengumpulan data kependudukan yang sesuai dengan

kebutuhan kementerian terkait dan pihak swasta yang membutuhkan2. tersusunnya sistem database kependudukan sehingga diharapkan dapat diperoleh

data dan informasi kependudukan yang andal, akurat, riil, dan dapat digunakansebagai bahan pengambilan keputusan secara cepat

Enam kategori isu-isu strategis: Regulasi dan Kebijakan, Kelembagaan,Sumber Daya Manusia (SDM), Aplikasi Sistem Informasi AdministrasiKependudukan (SIAK), NIK, dan Infrastruktur Teknologi Informasidan Komunikasi (TIK) saling terkait satu sama lain. Demikian pulauntuk prioritas pemecahan masalah dari setiap isu-isu strategistersebut.

Regulasi dan kebijakan yang berkenaan dengan kependudukan telahada, tetapi masih perlu penjelasan yang lebih rinci, terutama untukoperasionalisasi regulasi dan kebijakan tersebut di daerah-daerah.Operasionalisasi regulasi dan kebijakan tersebut harus diiringi denganenforcement dan pemberian sanksi bagi yang melanggar regulasi dankebijakan. Di samping itu, regulasi dan kebijakan tersebut perlu secarasistematis disosialisasikan kepada semua pemangku kepentingan yangterkait dengan data kependudukan. Sosialisasi tersebut dapat berupapelatihan-pelatihan cara menerjemahkan regulasi dan kebijakan kedalam bentuk-bentuk yang lebih operasional dan pembuatan alur kerja

(work flow) tertib administrasi kependudukan. Pembuatan operasionalisasi alur kerja iniakan menjamin standardisasi pelaksanaan Sistem Administrasi Kependudukan (SAK).Regulasi dan perundang-undangan serta standardisasi ini tidak akan dapat berjalan secaraoptimal jika sekiranya tidak didukung oleh kelembagaan yang baik.

Kelembagaan di lingkungan Ditjen Kependudukan dan Pencatatan Sipil telah tertatadengan baik. Semua fungsi SAK dan SIAK telah terbagi ke dalam unit-unit yang adaSetiapunit memiliki tugas pokok dan fungsi (tupoksi) yang terdefinisikan dengan jelas. Beberapaunit masih perlu menyiinkronkan dan mengoordinasikan pelaksanaan tupoksinya. Disamping itu, perlu ditetapkan indikator kinerja setiap unit agar irama kerja sama antarunitdapat menghasilkan produk layanan yang optimal. Sementara itu, kelembagaan yangmenangani SAK dan SIAK di daerah masih beravariasi. Ada daerah yang secara jelasdan tegas menetapkan Dinas Kependudukan untuk menangani SAK dan SIAK, tetapimasih ada daerah yang menetapkan penanganan SAK dan SIAK ini di bawah dinas

Kondisi yang diinginkan dari

pembangunan data dan informasi

kependudukan adalah tersusunnya

sistem survei dan pengumpulan

data kependudukan yang sesuai

dengan kebutuhan instansi

pemerintah terkait dan pihak

swasta yang membutuhkan, dan

tersusunnya sistem database

kependudukan sehingga

diharapkan dapat diperoleh data

dan informasi kependudukan yang

andal, akurat, riil, dan dapat

digunakan sebagai bahan

pengambilan keputusan

secara cepat

Page 68: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

54GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKANTAHUN 2011-2035

yang lain walaupun jumlah hanya satu dua daerah saja. Untuk itu, perlu mendesakkanadanya standardisasi struktur organisasi penanganan SAK di daerah. Struktur organisasiyang menangani SAK dan SIAK, baik yang di pusat maupun yang di daerah, tidak akanberjalan jika tidak didukung oleh SDM yang berkualitas.

SDM TIK yang menangani SAK dan SIAK seyogianya disusun berdasarkan hierarkikelembagaan yang mengelola SAK dan SIAK tersebut. Setiap tingkatan pada hierarkitersebut memerlukan kompetensi yang berbeda-beda. Oleh karena itu, perluditetapkan SDM yang sesuai dengan kompetensinya pada setiap unit. SDM ini secaraterus-menerus perlu ditingkatkan kapasitasnya, baik pengetahuan maupunketerampilannya dalam menangani SAK dan SIAK. Pelatihan untuk SDM ini perludilakukan secara berkala, terjadwal, dan berkelanjutan. Terutama untuk SDM TIKyang telah dilatih, mereka tidak boleh dimutasikan ke bidang non-TIK, tetapi perludisediakan jenjang karier yang jelas. Hal ini perlu dilakukan agar SDM TIK tersebuttetap dapat merespond perubahan-perubahan infrastruktur TIK yang sangat pesat.

Aplikasi SIAK itu tersendiri terdiri dari dua modul utama, yaitu modul pendaftaranpenduduk dan modul pencatatan sipil. Setiap modul utama tersebut dibagi lagi atasberbagai submodul yang digunakan, baik di pusat maupun di daerah. Oleh karenaitu, perlu direviu sejauh mana aplikasi SIAK diterapkan, baik yang di pusat maupunyang di daerah. Seyogianya, aplikasi SIAK tersebut mengalir mulai dari titik layanankependudukan (kelurahan atau kecamatan), lanjut ke kabupaten/kota, dan pusatserta ke provinsi. Secara proporsional dan terdistribusi, aliran aplikasi SIAK iniharus disesuaikan dengan kondisi di daerah masing-masing. Bersamaan denganaplikasi SIAK tersebut, maka database kependudukan dapat dikonsolidasikan secarabertingkat.

NIK dan KTP elektronik adalah salah satu informasi identitas dan dokumenkependudukan sebagai keluaran dari aplikasi SIAK yang sangat penting danberdampak luas. NIK, selain sebagai identitas penduduk Indonesia, juga merupakankunci akses dalam melakukan verifikasi dan validasi data jati diri seseorang gunamendukung pelayanan publik. Ketunggalan NIK secara efektif dimulai sejakditerbitkannya kepada seorang menggunakan SIAK. Pada saat ini untuk menjaminautentitas NIK hanya digunakan dua faktor, yaitu faktor yang menyatakan sesuatuyang Anda ketahui dan faktor yang menyatakan sesuatu yang Anda miliki. Dalam rangkamemastikan ketunggalan NIK, dilakukan konsolidasi antar-database kabupaten/kota,provinsi, dan nasional secara sistem tersambung (on-line). Pada saat bersamaan, setiapdatabase kependudukan kabupaten/kota dimuktakhirkan untuk membersihkan unsuryang menjadikan NIK ganda, NIK yang tidak merepresentasikan pemiliknya, satuNIK dimiliki oleh dua orang, dan seterusnya dengan mekanisme konsolidasi secaraon-line dan verifikasi 1: N.

Page 69: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

TAHUN 2011-203555

Dalam rangka meningkatkan ketunggalannya NIK seseorang, maka seluruh pendudukwajib KTP akan direkam karakteristik yang melekat pada diri seseorang berupa biometriseluruh sidik jari dan disimpan dalam server database sidik jari (AFIS). Sistem database initerintegrasi database SIAK sehingga seseorang wajib KTP dapat diakses biodata termasukNIK dan biometri sidik jarinya. KTP elektronik sebagai KTP ber-chip yang memuatbiodata, sidik jari, dan foto penduduk bersangkutan adalah upaya untuk meniadakankepemilikan KTP palsu dan KTP ganda, serta kurangnya kepercayaan terhadap KTPbersifat nasional. Untuk itu, secara bertahap akan diterapkan KTP elektronik sesuaiamanat Perpres No. 26 Tahun 2009 tentang KTP Berbasis NIK Secara Nasional.

Infrastruktur TIK untuk mendukung kegiatan SAK dan SIAK akan terus berkembangdan berubah. Sering kali perkembangan dan perubahan TIK ini tidak sejalan denganpengetahuan dan keterampilan yang dimiliki pegawai. Dapat saja pengetahuan danketerampilan yang dimiliki sekarang tidak berlaku lagi bagi TIK di masa yang akandatang. Agar terjadi kesinambungan dalam penanganan infrastruktur TIK, maka perludisusun suatu tata kelola TIK (IT Governance) untuk SAK dan SIAK. Tata kelola TIK inimenjamin TIK yang digunakan untuk SAK dan SIAK memberikan manfaat yang optimalbagi unit-unit yang menangani administrasi kependudukan. Untuk mendapatkan manfaatyang optimal, infrastruktur TIK, seperti server, jaringan internet, dan komputer pribadi,perlu di-upgrade secara berkala dan berkelanjutan. Perlu dipertimbangkan untuk melakukan-outsource pengelolaan infrastruktur TIK ini agar SDM TIK yang menangani SAK dan SIAKdapat lebih fokus pada masalah-masalah yang substantif. Oleh karena itu, perlu dijalin kerjasama antara Ditjen Adminduk dengan penyedia jasa TIK, terutama untuk mendukungkegiatan aplikasi SIAK agar memberikan hasil yang optimal.

3.6. Permasalahan dan Tantangan

Secara umum, sebagai mana dapat dilihat pada Bab 1, disparitas antar wilayah merupakanpermasalahan pokok di bidang kependudukan. Semua indikator kuantitas penduduk,kualitas penduduk, pembangunan keluarga, mobilitas penduduk dan juga pembangunandata base memperlihatkan bahwa masih ada kesenjangan antara satu wilayahdenganwilayah yang lain. Artinya adalah bahwa di masa mendatang Indonesia dihadapkanpada tantangan untuk memeratakan hasil-hasil pembangunan.

Penjelasan di bawah ini merupakan ilustrasi singkat mengenaipermasalahan dan tantanganpembangunan kependudukan di Indonesia di tingkat nasional. Penjelasannya perludipahami dalam konteks seperti telah disebutkan di atas yaitu permasalahan tersebuttidak bersifat tunggal, tetapi bervariasi antar wilayah. Pendalaman lebih lanjut sangatdiperlukan untuk dijadikan dasar perumusan kebijakan.

Page 70: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

56GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKANTAHUN 2011-2035

3.6.1. Kuantitas Penduduk

a. Pencapaian Bonus Demografi

Bonus demografi akan terjadi di tanah air pada kurun waktu 15 tahun ke depan ataumulai 2025. Bonus “ledakan” kaum muda dan angkatan kerja produktif ini sangat krusialjika SDM yang tumbuh tidak berkualitas. Bonus demografi terjadi apabila mayoritaspenduduk Indonesia adalah usia angkatan kerja. Penduduk yang berada di usia angkatankerja tersebut dapat menjadi potensi bagi Indonesia menjadi negara maju, tetapi jugadapat menjadi bumerang apabila kualitas sumber daya manusia usia produktif itu rendah.Modal untuk pembangunan adalah kualitas SDM.

Salah satu tanda bonus demografi adalah angka ketergantungan di bawah 50 persen,artinya satu orang penduduk nonproduktif ditanggung oleh 1-2 orang penduduk usiaproduktif. Berdasarkan kelompok umur, penduduk dapat dibedakan atas tiga kategori,yaitu muda (0-14 tahun), menengah (15-64 tahun), dan tua (65 tahun keatas). Padatahun 2010, proporsi penduduk lanjut usia sebesar 5 persen dengan proporsi di daerahperkotaan sebesar 4,3 persen dan di perdesaan sebesar 5,8 persen. Dibandingkan dengansensus penduduk tahun sebelumnya, proporsi penduduk lanjut usia mempunyai trenmeningkat dengan rata-rata peningkatan 0,6 persen. Peningkatan persentase penduduklansia dapat diinterpretasikan sebagai hasil perbaikan derajat kesehatan masyarakat,peningkatan gizi, dan perbaikan pola hidup. Proporsi penduduk lansia di daerahperdesaan lebih besar dibandingkan dengan perkotaan.

Grafik 3.4 . Ratio Ketergantungan 1971-2010

Data Sekunder, Diolah, 2012

Page 71: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

TAHUN 2011-203557

Pengelompokan penduduk yang terkait dengan kemampuan berproduksi secara ekonomidapat diklasifikasikan menjadi penduduk nonproduktif dan penduduk usia produktif.Penduduk nonproduktif terdiri dari penduduk yang berumur 0-14 tahun dan pendudukyang berumur 65 tahun. Kelompok penduduk usia produktif adalah penduduk yangberumur 15-64 tahun. Angka beban ketergantungan Indonesia sebesar 51,3 persen,yang artinya setiap 100 penduduk usia produktif menanggung sekitar 52 penduduknonproduktif. Hasil sensus tahun sebelumnya menunjukkan tren yang semakin menurunyang berarti beban penduduk usia produktif semakin kecil sehingga diharapkan tingkatkesejahteraan penduduk mengalami peningkatan. Secara umum di tingkat provinsimenunjukkan angka rasio ketergantungan yang menurun.

Data BPS menunjukkan bahwa rasio ketergantungan penduduk Indonesia tahun 2010adalah 51,33 persen. Sekitar 80 juta penduduk usia tidak produktif di Indonesiabergantung pada sekitar 157 juta penduduk pada usia produktif (15—64 tahun). Angkatersebut sangat berbeda dibandingkan dengan rasio ketergantungan penduduk sebelumpenerapan program Keluarga Berencana tahun 1970 yang sekitar 80 persen.

Grafik 3.5 . Rasio Ketergantungan menurut Provinsi

Data Sekunder, Diolah, 2012

Page 72: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

58GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKANTAHUN 2011-2035

Rasio ketergantungan penduduk antarprovinsi di Indonesia ternyata tidak merata karenahampir setengah dari 33 provinsi di Indonesia memiliki rasio ketergantungan pendudukdi bawah rata-rata nasional. Rasio ketergantungan provinsi masih timpang dengan adanyarasio tertinggi di Nusa Tenggara Timur sebesar 73,23 persen dan rasio terendah diDKI Jakarta sebesar 36,95 persen. Pemerintah dapat memanfaatkan mobilitas pendudukuntuk meratakan angka ketergantungan penduduk antarprovinsi di Indonesia.

Dengan adanya kebijakan tersebut, penduduk usia produktif dari provinsi lain disediakanuntuk menunjang pertumbuhan ekonomi di wilayah dengan rasio ketergantunganpenduduk yang tinggi.

Beban ketergantungan merupakan indikator yang tidak hanya ditentukan oleh jumlahpenduduk muda, tetapi juga ditentukan oleh jumlah penduduk tua. Peningkatan derajatkesehatan yang sangat memadai pada titik tertentu akan berdampak pada membesarnyakelompok ini yang secara langsung akan meningkatkan angka bebean ketergantunganpenduduk usia produktif. Dengan kata lain, seiring dengan perjalanan waktu bebanketergantungan tidak ditentukan oleh besarnya angka kelahiran, tetapi denganmeningkatnya derajat kesehatan.

Lansia yang panjang umur, sehat, dan tidak tergantung merupakan langkah yang harusdipersiapkan untuk menjemput penduduk “tua”. Penurunan kualitas fisik dan psikislansia dapat disikapi secara bijak sehingga kelemahan yang ada dapat dimanfaatkanmenjadi suatu modal pembangunan.

Aspek lain yang perlu diperhatikan dalam membicarakan bonus demografi adalah kualitaspenduduk usia “dewasa” atau produktif. Menyiapkan generasi muda yang berkualitasdari aspek pendidikan dan kesehatan merupakan modal utama untuk membekali generasimuda melakukan kompetisi mendapatkan pasar kerja yang lebih berkualitas.Pengangguran terdidik dan peningkatan angkatan kerja perempuan di satu sisi, sedangkandi sisi yang lain lapangan pekerjaan yang semakin terbatas merupakan tantangan tersendiribidang ketenagakerjaan. Satu hal yang perlu disikapi adalah besarnya jumlah pendudukusia kerja yang kemudian disebut dengan bonus demografi benar-benar merupakanjendela kesempatan di bidang ekonomi, bukan sebaliknya sebagai petaka yang menyertailedakan penduduk usia kerja ini.

b. Pengaturan angka kelahiran

Pencapaian bonus demografi sangat tergantung kepada usaha pengaturan fertilitas.Memerhatikan kecederungan perubahan angka fertilitas, baik dari hasil sensus pendudukmaupun SDKI, tantangan terbesar di bidang kuantitas penduduk adalah tetap

Page 73: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

TAHUN 2011-203559

mempertahankan penurunan angka fertilitas sehingga dicapai angka replacement levelyaitu TFR sama dengan 2,1 per perempuan. Target yang dicanangkan dalam RPJMN,yaitu TFR sama dengan 2,1 diharapkan tercapai tahun 2015 dan jika kemudiankecenderungan penurunan TFR berlanjut terus maka pencapaian angka ketergantunganpaling rendah akan dicapai tahun 2030. Akan tetapi memerhatikan TFR yang cenderungstagnan, atau bahkan meningkat, tampaknya Indonesia akan mengalami masalah yangcukup serius. Oleh karena itu tantangan ke depan adalah bagaimana TFR dapatditurunkan secara konsisiten sehingga mencapai 2,1 tahun 2020.

Tampaknya kondisi tersebut berkaitan dengan menurunnya kinerja program keluargaberencana (KB), khususnya sejak krisis ekonomi di akhir tahun 1990an. Ada indikasibahwa CPR cenderung stagnan dan unmet demand meningkat. Jika penurunan fertilitasmenjadi salah satu tujuan kebijakan kependudukan di bidang kuantitas penduduk, makarevitalisasi program keluarga berencana menjadi tantangan di tahun-tahun mendatang.Dalam konteks ini ada empat tantangan utama yang perlu diperhatikan, yaitu bagaimanamengembangkan aspek kelembagaan sebagaimana diamanatkan oleh UU No. 52 tahun2009; mengembangkan komitmen politik dalam bidang KB di tingkat provinsi dankabupaten/kota; mengubah orientasi program keluarga berencana dari supply ke de-mand driven; serta bagaimana meningkatkan akes dan kualitas pelayanan KB dankesehatan reproduski, khsusunya bagi kelompok miskin.

3.6.2. Kualitas Penduduk

a. Pendidikan

Salah satu masalah penting pendidikan di Indonesia adalah masih rendahnya partisipasimurni di tingkat SLA dan perguruan tinggi. Untuk tingkat SD sudah hampir 95 persendan SLP hampir 70 persen. Dengan program wajib belajar 12 tahun tampaknya masalahtersebut akan segera teratasi. Akan tetapi jika di lihat di tingkat SLA dan PT makaterlihat bahwa angkanya masih relatif rendah. Hal ini menggambarkan rendahnya aksespenduduk untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang SLA dan PT. Akses pendudukdapat dilihat dari dua sisi, yaitu akses ekonomi dan akses fisik. Keterbatasan akses secaraekonomi terutama terjadi pada penduduk miskin yang tidak mampu membeayaipendidikan di jenjang SLA dan PT. Keterbatasan akses dari sisi fisik mengacu kepadaketerbatasan sarana dan prasarana serta kondisi geografis.

Sementara itu, dilihat dari rata-rata tahun sekolah (mean years of schooling) Indonesiatergolong masing rendah dibandingkan dengan negara tetangga. Kondisi ini merupakanindikasi besarnya jumlah murid yang drop out dari pendidikan SD atau SLP. Sekali lagihal ini terkait dengan persoalan alkses terutama akses ekonomi.

Page 74: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

60GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKANTAHUN 2011-2035

Pendidikan Indonesia juga berhadapan dengan tantangan untuk meningkatkankompetensi dan kompetisi penduduk. Berhadapan dengan globalisasi peningkatan dayakompetensi dan kompetisi menjadi salah satu kunci. Hal ini sekaligus untuk mendukungpencapaian tujuan pembangunan sebagaimana tertuang dalam MP3EI.

b. Kesehatan

1. Perilaku KesehatanSalah satu tantangan terbesar di bidang kesehatan adalah berkaitan dengan perilakukesehatan. Kesadaran penduduk untuk berperlaku sehat masih rendah.

2. Kesehatan LingkunganTantangan dalam bidang ini menyangku kondisi lingkungan fisik dan biologis yangbelum memadai

3. Pelayanan KesehatanPaling tidak ada dua tantangan yang perlu diperhatikan. Pertama adalah berkaitandengan masih rendahnya akses penduduk terhadap pelayanan kesehatan, khusunyabagi penduduk miskin. Akses terhadap pelayanan dapat dibagi menjadi dua yaituakses dari sisi fisik yang terkaitdengan kondisi geografis yang tidak menguntungkan.Kedua, adalah akses penduduk yang rendah karena kemampuan ekonomi yangtidak memadai. Hal ini terkait dengan ketersediaan dan distribusi pelayanankesehatan. Kedua adalah kualitas pelayanan kesehatan. Kualitas pelayanan kesehatanyang baik belum merata di seluruh wilayanh Indonesia sehingga belum semuapenduduk dapat menikmati pelayanan yang prima. Sumbernya adalah masihterbatasnya tenaga kesehatan yang profesional serta distribusi tenaga kesehatanyang timpang.

4. Status GiziSelama periode 1989-2010, persentase penduduk dengan status gizi kurang danburuk menurun secara signifikan. Akan tetapi, untuk status gizi buruk angkanyacenderung fluktuatif dan penurunan selama periode tersebut relatif rendah. Dengankata lain Indonesia masih berhadapan dengan masalah gizi buruk dan hal ini eratkaitannya dengan persoalan kemiskinan.

5. Perubahan Pola PenyakitDi bidang penanggulangan penyakit, saat ini Indonesia berada di persimpanganjalan. Penanganan dan penanggulangan penyakit yang mudah diberantas dan murahbiayanya belum sampai tuntas dilakukan telah muncul berbagai tipe penyakit yangsulit diberantas dan memerlukan biaya sangat mahal. Transisi epidemiologi tidakberjalan sebagaimana mestinya karena munculnya penyakit degeneratif masih diikutitingginya insiden penyakit infeksi. Hal ini menjadi tantangan tersendiri sebab angkakematian bayi pada umumnya berkaitan dengan penyakit infeksi, sedangkan kematian

Page 75: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

TAHUN 2011-203561

penduduk usia dewasa pada umumnya disebabkan karena oleh penyakit degeneratif.Persoalan yang menyangkut penentuan skala prioritas menjadi problematik.

c. Ekonomi

1. Kesempatan Kerja dan PengangguranJumlah penduduk tahun 1971 sekitar 118,3 juta dan meningkat menjadi 237,6 jutatahun 2010. Angka pertumbuhan penduduk periode 1971-1980 adalah 2,32 persenper tahun dan menurun menjadi 1,49 persen per tahun pada periode 2000-2010.Persebaran penduduk antara Jawa dan Luar Jawa sangat timpang. Pada 1971 sekitar64,2 persen penduduk bertempat tinggal di Jawa dan menurun menjadi 59,1 persentahun 2010. Ketimpangan ini menyebabkan terkurasnya sumber daya alam ataudaya dukung lingkungan di Jawa. Sebaliknya, sumber daya alam yang ada di LuarJawa kurang dimanfaatkan secara optimal karena kekurangan sumber daya manusia.Dilihat menurut struktur umur, terutama usia 0-14, dari sekitar 25,4 persen atau63,0 juta tahun 2015 akan terjadi penurunan menjadi 18,9 persen atau 56,6 jutatahun 2035. Penduduk usia kerja (15+) tahun 2015 hanya sekitar 74,6 persen atau185,2 juta dan akan meningkat menjadi 81,1 persen atau 243,0 juta tahun 2035.Dengan menggunakan TPAK 69,2 persen (Sakernas, 2011), maka jumlah angkatankerja yang tahun 2015 mencapai sekitar 128,1 juta akan bertambah menjadi 168,2juta tahun 2035. Apabila angka pengangguran terbuka hanya sekitar 6,7 persen danangka setengah pengangguran hanya 29,5 persen, maka jumlah pengangguranterbuka sekitar 8,6 juta meningkat menjadi 11,3 juta tahun 2035. Kemudian pekerjasetengah penganggur meningkat dari 37,8 juta tahun 2015 menjadi 49,6 juta tahun2035. Apabila pemerintah dan swasta nasional berhasil memperluas kesempatankerja sebanyak 50 persen hingga 2035, maka jumlah pengangguran terbuka danpekerja setengah penganggur masih sekitar 30 juta penduduk. Hal ini merupakanpekerjaan yang berat, tetapi harus dilakukan untuk menciptakan kesempatan kerjayang baru.

Tantangannya adalah bagaimana pertumbuhan ekonomi mampu menciptakankesempatan kerja yang memadai bagi angkatan kerja baru. Setiap tahun pertambahanjumlah angkatan kerja diperkirakan 2 juta sehingga untuk mempertahankan jumlahpengangguran terbuka pada angka yang sama dengan tahun sebelumnya ada tuntutanpenambahan kesempatan kerja dalam yang sama. Jika targetnya adalah penurunanjumlah pengangguran terbuka, maka kesempatan kerja yang diciptakan harus lebihbesar dari pada jumlah angkatan kerja baru.

Page 76: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

62GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKANTAHUN 2011-2035

Tabel 3.2 Persentase Pengangguran Terbuka*) menurut Pendidikan Tertinggi yangDitamatkan 2007-2010

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) 2004 - 2011

Keterangan:*) mencari pekerjaan, mempersiapkan usaha, merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan, sudah punya pekerjaan,tetapi belum mulai bekerja

Permasalahan lain yang dihadapi Indonesia adalah bahwa ternyata pertumbuhan ekonomiyang relatif stabil tinggi diikuti oleh peningkatan kesenjangan. Salahsatu indikatornyaadalah kenaikan gini rasio. Sejak tahun 2007 hingga 2011 angka gini rasio meningkatdari 0,33 menjadi 0,41. Ketimpangan pendapatan adalah salah satu faktor pentig yangmenyebabkan munculnya kemiskinan. Disamping itu, ketimpangan merupakan sumberdariinstabilitas sosial dan politik, sehingga tantangannya adalah bagaimana tetap menjagapertumbuhan ekonomi yang tinggi dan dalam waktu yang bersamaan menurunkanketimpangan.

2. KemiskinanKarakteristik rumah tangga atau penduduk miskin, antara lain, berada pada keadaan4L, yaitu the last, the least, the lowest, dan the lost atau mereka yang tercecer di belakang.Menurut Bappenas (2007), batasan kemiskinan adalah sekelompok orang atau seseorangyang tidak mampu memenuhi hak-hak dasar untuk mempertahankan danmengembangkan kehidupan yang bermanfaat. Hak-hak dasar, antara lain, adalahterpenuhi kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan dan airbersih, merasa aman dari tindak kekerasan, serta mempunyai hak berpartisipasi dalamkehidupan sosial politik. Konsep operasional kemiskinan model Bappenas tersebutsebagian sulit diukur sehingga perhitungan kemiskinan yang digunakan adalah denganpendekatan makro dan dilakukan oleh BPS dengan data sampel dari Susenas modulkonsumsi. Hasil perhitungan menyajikan jumlah dan persentase penduduk miskin sertatidak dapat menunjukkan siapa dan lokasi penduduk miskin. Metode ini dilakukan sejak1984 sampai sekarang. Perkembangan persentase dan jumlah penduduk miskin di In-donesia tersajikan pada tabel berikut.

Page 77: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

TAHUN 2011-203563

Tabel 3.3 Jumlah dan Presentase Penduduk Miskin di Indonesia menurut DaerahTahun 1998-2011

Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Naisonal (Susenas)

Gambar 3.5. Pertumbuhan dan Ketimpangan Ekonomi di Indonesia

Sumber: BPS

Page 78: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

64GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKANTAHUN 2011-2035

Persoalan kemiskinan tidak lepas dari ketimpangan pendapatan antargolongan di In-donesia yang diukur dari rasio Gini. Data menunjukkan bahwa rasio Gini setelah tahun2006 mengalami peningkatan, sebaliknya pertumbuhan ekonomi setelah tahun 2007hingga 2009 mengalami penurunan. Data lain menunjukkan bahwa secara nasionalpenurunan rasio Gini hanya terjadi di perkotaan dari 0,362 menjadi 0,352, sedangkan diperdesaan justru meningkat menjadi 0,297 dari 0,288.

3. Ketahanan PanganPembahasan kebutuhan dasar makanan dan minuman mencakup satu dari 52komoditas saja, yaitu beras. Kebutuhan pangan beras dihitung berdasarkanKebutuhan Hidup Pantas (KHP), yaitu 10 kg beras per kapita per bulan atau 120kg beras per kapita per tahun. Pada 2011 jumlah penduduk Indonesia diperkirakantelah mencapai 242 juta, tahun 2015 sekitar 257,3 juta, dan tahun 2035 minimaltelah menjadi 307,2 juta. Menggunakan kriteria di atas, maka kebutuhan panganberas sekitar 2.575 juta kg per bulan atau 30.900 juta kg per tahun. Jumlah ini akanmeningkat menjadi 308,2 juta kg per tahun atau 36.984 juta kg per tahun. Ini barukebutuhan pangan beras, belum termasuk kacang, kedelai, jagung, gula, garam,ikan, daging, dan lain-lain. Persediaan beras sebagai pangan nasional menurun terusakibat dari berbagai hal, seperti penyusutan lahan pertanian pangan menjadiperuntukan nonpangan, gagal panen karena hama dan penyakit, serta musimkemarau yang panjang. Solusi paling mudah adalah mengimpor beras yang banyakmenguras devisa negara. Jika pengendalian jumlah penduduk gagal, maka jumlahberas itulah yang akan muncul.

Kebijakan penciptaan tanah pertanian pangan yang baru di Jawa-Madura sangatsulit dilakukan dan yang terjadi adalah alih fungsi lahan pertanian produktif menjaditempat tinggal, industri, dan jasa. Memperlambat cepatnya penyusutan lahanpertanian dalam jangka panjang sampai 2035 agaknya sulit dilakukan, tetapi iniharus dilakukan. Penciptaan lahan pertanian baru di luar Jawa adalah pilihan utamasambil mempelajari kegagalan pencetakan lahan pertanian sejuta hektar diKalimantan. Pemberian subsidi input pertanian juga diperlukan, utamanya dalambentuk pupuk, bibit unggul lokal, pestisida, dan infrastruktur irigasi teknis. Perlujuga dilakukan perluasan kesempatan kerja di luar sektor pertanian danpemberdayaan upah sekaligus mengerem urbanisasi desa-kota. Apabila beberapahal tersebut gagal dilaksanakan, ada kemungkinan Indonesia akan tetap menjadipengimpor produk pertanian terbesar di dunia. Hal yang sama juga terjadi dalamhal negara pengimpor garam yang cukup besar jumlahnya, padahal Indonesia adalahnegara dengan garis pantai terpanjang di dunia

Page 79: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

TAHUN 2011-203565

3.6.3. Persebaran dan Mobilitas Penduduk

Salah satu tantangan pembangunan kependudukan yang perlu memperoleh perhatianserius adalah persebaran penduduk. Hal ini perlu memperoleh perhatian karena masalahpersebaran penduduk tidak hanya masalah kependudukan, tetapi terkait denganpembangunan pada umumnya. Dari sisi pembangunan ekonomi, distribusi pendudukerat kaitannya dengan kesenjangan wilayah. Daerah padat penduduk merupakan daerahyang secara ekonomi maju, sebaliknya daerah yang tidak padat penduduk adalahdaerah yang secara ekonomi kurang menguntungkan. Dalam konteks ini, dikotomiJawa+Bali dengan Luar Jawa Bali dan/atau kota dengan desa merupakan representasidari perbandingan antara daerah maju dengan yang belum atau tidak maju.

Tantangan ke depan adalah membuat suatu wilayah di satu pihak tidak menanggungbeban terlalu besar karena menjadi tempat akumulasi penduduk dan pada saat yangsama ada wilayah lain yang tidak mampu melakukan optimalisasi pemanfaat sumberdaya alam karena kekurangan syumber daya manusia. Hal ini menjadi lebih pentingketika dikaitkan dengan MP3EI ketika setiap koridor yang telah ditetapkan berkembangdengan dukungan sumber daya manusia yang memadai.

Dalam konteks mobilitas penduduk di Indonesia dewasa ini, terdapat beragam tantanganyang perlu menjadi perhatian, yakni transmigrasi, urbanisasi, migrasi tenaga kerja TKI/TKW, IDPs, pencari suaka ilegal, resettlement, dan lain-lain. Tiga kecenderungan migrasidi Indonesia sejak tahun 2000 adalah sebagai berikut.• Pertama adalah mobilitas akibat globalisasi. Migran masuk dengan kualifikasi tenaga

ahli dari luar negeri dan diiringi dengan migrasi tenaga kerja dengan keterampilanrendah ke luar negeri mengalami peningkatan.

• Kedua adalah proses akselerasi, yakni pertumbuhan pesat suatu daerah akibat prosesmigrasi (dengan beragam alasan), sebagai contoh adalah Kota Jakarta, Balikpapan,dan Batam.

• Ketiga adalah proses feminisasi, yakni meningkatnya jumlah migran perempuanyang akhirnya menjadi mayoritas di berbagai tingkatan dan kawasan. Feminisasipada proses mobilitas penduduk terjadi pada mobilitas internasional oleh tenagamigran TKW/TKI migran. Sebagian besar mereka masih bekerja pada sektor in-formal, seperti sebagai pembantu rumah tangga dan beberapa pekerjaan rendahan.Beberapa tahun terakhir mulai muncul pekerja migran yang masuk ke sektor for-mal sebagai perawat.

Page 80: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

66GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKANTAHUN 2011-2035

Tabel 3.4. Kondisi Migrasi Internasional Tahun 2007-2009

Sumber: Bappenas, Badan Pusat statistik

Bentuk mobilitas lain yang cukup mengemuka dalam satu dasawarsa terakhir di Indo-nesia adalah pengungsian (displacement) akibat bencana alam, konflik sosial, kerusuhanlokal, serta intervensi-investasi ekonomi yang akhirnya mendorong sebagian pendudukterusir dari tanah kelahiran dan tempat tinggalnya lalu terpaksa untuk pindah ke tempatlain. Dalam konteks di Indonesia, fenomena pengungsian terjadi secara besar-besaranterkait dengan berbagai konflik sosial dan politik. Sementara itu, perpindahan terpaksaakibat konflik laten antarelemen masyarakat pada satu dasawarsa terakhir akibatmunculnya sentimen antipendatang di beberapa wilayah Indonesia yang semakinmengemuka.

Pengungsi dalam negeri atau Internally Displaced Oersons (IDPs) dalam satu dasawarsaterakhir semakin meningkat dengan berbagai alasan. Perlu adanya kebijakan nasionalmaupun lokal yang kondusif bagi seluruh penduduk sehingga mengurangi biaskepentingan lokal, etnis, dan kelompok. Konflik lokal yang marak dalam beberapatahun terakhir harus mampu dikelola dengan baik dan dicarikan solusi dalam kerangkakepentingan nasional. Apabila negara gagal melakukan hal ini, maka tidak dapat dihindariterjadinya mobilitas penduduk dari penduduk nonlokal yang meninggalkan daerahnonasal etnis, meninggalkan daerah mayoritas religi akibat adanya diskriminasi kelompokminoritas, dan proses-proses reclaiming kelompok masyarakat atas aset tanah kelompokmasyarakat yang lain (pendatang). Hal yang sangat khas Indonesia adalah pada saat inifenomena IDPs (sukarela maupun terpaksa) belum dianggap sebagai masalah penting.Belum muncul kebijakan maupun aksi nyata untuk menangani penduduk terusir ini,baik pada tingkatan nasional maupun lokal. Pada kenyataannya, masalah ini sebenarnyasemakin meningkat dalam satu dasawarsa terakhir seiring dengan menguatnya isukedaerahan dalam kebijakan politik saat ini.

Page 81: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

TAHUN 2011-203567

Konflik di berbagai tempat merupakan tantangan yang tidak dapat diabaikan. Dalamkonteks IDPs, kebijakan mobilitas penduduk harus mampu menjadi bagian daripenyelesaian masalah terebut. Tidak dapat dipungkiri bahwa konflik yang terjadi diberbagai tempat merupakan ekses dari mobilitas penduduk yang tidak dikelola secarabaik. Konflik berdarah yang terjadi di Indonesia selama beberapa tahun terakhir telahmenyebabkan tidak kurang dari 1,2 juta manusia yang tersebar di 20 provinsi harusmengungsi di negara sendiri. Meskipun telah ada strategi penanganan pengungsi yangmencakup normalisasi, relokasi, dan pemberdayaan, penanganan pengungsi belummenunjukkan kemajuan yang signifikan.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa beberapa dampak dan masalah yang timbuldari mobilitas kependudukan adalah sebagai berikut.

Fenomena dan Dampak Migrasi Internal1. Migrasi Sirkuler (commuting)

• Peningkatan secara eksponensial jumlah kendaraan bermotor mengakibatkanpeningkatan kemampuan jarak tempuh > 50 km per hari dari desa ke kota.

• Paling tidak ada seorang anggota dari 25 persen rumah tangga perdesaanmelakukan ulang-alik desa-kota-desa.

• Sulitnya memperoleh pekerjaan/mengembangkan usaha di perdesaanmengakibatkan ulang-alik dan bekerja/berusaha di sektor informal di perkotaan.

• Jumlah wilayah perkotaan yang terbatas, utamanya di Jawa, dengan infrastrukturdan pelayanan yang tidak memadai serta penegakan hukum yang lemahmenyebabkan kekumuhan perkotaan dan kemacetan lalu lintas.

2. Migrasi Musiman (temporary)• Terbukanya lapangan kerja berbasis usaha migas dan berbasis pertanian/kehutanan

di luar Jawa (wilayah perdesaan) yang tanpa keberpihakan kepada masyarakatsetempat telah menarik penduduk luar wilayah tersebut bermigrasi masuk secaramusiman.

• Buruknya konektivitas antarwilayah mengakibatkan masuknya penduduk yangberketerampilan tinggi, cukup pengalaman, dan cukup modal sehingga memicudisparitas di perdesaan.

• Secara nasional terjadi disparitas tingkat upah dan pengangguran antarwilayah,padahal aliran informasi antarwilayah cukup memadai sehingga berpotensiterjadinya kecemburuan sosial.

Migrasi internal yang lebih spesifik di Indonesia adalah transmigrasi yang telah dikenalsejak zaman kolonisasi sampai otonomi daerah. Cukup banyak lokasi penempatantransmigrasi dari Jawa-Madura dan Bali yang telah berkembang pesat dan daerah tersebut

Page 82: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

68GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKANTAHUN 2011-2035

menjadi kabupaten/kota, seperti di Provinsi Lampung, Sumatera Selatan, Riau, danSumatera Utara. Demikian pula yang terjadi di semua provinsi di Kalimantan, Sulawesi,dan kawasan timur Indonesia. Persoalan utama yang tidak pernah terselesaikan adalahtanah garapan (pekarangan, ladang, dan sawah) untuk jaminan kegiatan ekonomi rumahtangga migran internal termasuk di dalamnya pelayanan kebutuhan dasar.

Sejak otonomi daerah diberlakukan, kerja sama dalam penerimaan dan pengirimanantardaerah pengirim dan penerima lebih diintensifkan dalam arti calon transmigrandiberi kesempatan untuk datang dan melihat lokasi yang akan ditempati. Termasuk puladaerah pemerima harus menyiapkan calon transmigran lokal (translok) dari penduduksetempat atau dari sekitar lokasi penempatan transmigrasi. Dengan demikian, prosesasimilasi antara pendatang dan penduduk lokal dapat segera tercapai dan sekaligusmenghilangkan prasangka buruk di antara kedua kelompok tersebut.Model translok dengan menyisipkan ke dalam transmigrasi umum dalam beberapa haldapat mengurangi aspek negatif atau saling curiga. Tidak hanya itu, tanah yang disiapkanuntuk transmigrasi tidak sekadar diklaimkan sebagai tanah ulayat yang tidak dapatdiberikan pada transmigran umum. Pembangunan sarana prasarana pelayanan kebutuhandasar tidak hanya terbatas pada lokasi penempatan transmigrasi, tetapi terkondisi dengandaerah-daerah pinggirannya. Studi banding untuk translok, bahkan sering didampingioleh pemerintah daerah Jawa Bali.

Fenomena dan Dampak Migrasi Internasional• Belum semua profesi pekerjaan berstandar kompetensi internasional sehingga

kesempatan kerja di pasar kerja internasional tidak termanfaatkannya secara opti-mal.

• Hanya pekerjaan D3 (dirty-dark-dangerous) di pasar kerja internasional yang dapatdimanfaatkan oleh TKI nonprofesional. Hal ini melemahkan perlindungan bagitenaga kerja. Investasi asing yang mengalir tanpa batas dan dikuti dengan kehadirantenaga kerja asing dan lemahnya regulasi migrasi internasional dalam konteksPerjanjian Perdagangan Bebas menimbulkan persaingan tenaga kerja.

Page 83: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

TAHUN 2011-203569

Prinsip mengenai integrasi kebijakan kependudukan ke dalam kebijakan pembangunanharus menjadi prioritas, karena hanya dengan menerapkan prinsip tersebut pembangunankependudukan akan berhasil. Untuk itu strategi pertama yang harus dilakukan adalahmelakukan population mainstreaming. Semua kebijakan pembangunan harus dilakukandengan mendasarkan pada prinsip people centered development untuk mencapai pembangunanyang berwawasan kependudukan. Pelaksanannya harus mendasarkan pada pendekatanhak asasi. Untuk itu langkah pertama adalah melakukan capacity building untuk seluruhpemangku kepentingan, baik di tingkat pemerintah pusat, provinsi, maupun kabupaten.

Langkah berikutnya adalahmelakukan integrasi kebijakankependudukan dengan kebijakanpembangunan sejak tahapperumusan, implementasi sampaidengan evaluasi dan monitoring.

Dengan memerhatikan bahwakondisi dari semua aspek di In-donesia tidak homogen, makadisparitas yang terjadi antar-provinsi, terlebih lagi antar-kabupaten/kota, harus menjadipertimbangan utama dalammerumuskan strategi. Strategiyang dirumuskan tidak harusbersifat tunggal, tetapi dise-suaikan dengan kondisi danpermasalahan di setiap daerah.Oleh karena itu, dalam menyusun

strategi diperlukan mekanisme yang saling melengkapi antara bottom-up dan top-down.

4.1. Pengendalian Kuantitas Penduduk

Pengendalian kuantitas penduduk dilakukan melalui pengaturan dua komponen utamakependudukan, yaitu pengaturan fertilitas dan penurunan mortalitas.

4.1.2. Pengaturan Fertilitas

Pokok-Pokok PembangunanKependudukan4

BBBBBABABABABAB

GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

TAHUN 2011-203569

Page 84: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

70GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKANTAHUN 2011-2035

Pengaturan fertilitas dilakukan melalui program KB yang mengatur (1) usia idealperkawinan, (2) usia ideal melahirkan, (3) jarak ideal melahirkan, dan (4) jumlah idealanak yang dilahirkan.

Kebijakan pengaturan fertilitas melalui program KB pada hakikatnya dilaksanakan untukmembantu pasangan suami istri mengambil keputusan dan memenuhi hak-hakreproduksi yang berkaitan dengan hal berikut. (1) Pengaturan kehamilan yang diinginkan,(2) penurunan angka kematian bayi dan angka kematian ibu, (3) peningkatan akses dankualitas pelayanan, (4) peningkatan kesertaan KB pria, serta (5) promosi pemanfaatanair susu ibu.

Pengaturan fertilitas melalui program KB juga dilakukan dengan cara berikut. (1)Peningkatan akses dan kualitas KIE serta pelayanan kontrasepsi di daerah, (2) laranganpemaksaan pelayanan KB karena bertentangan dengan HAM, (3) pelayanan kontrasepsidilakukan sesuai dengan norma agama, budaya, etika, dan kesehatan, serta (4) perhatianbagi penyediaan kontrasepsi bagi penduduk miskin di daerah terpencil, tertinggal, danperbatasan.

4.1.3 Penurunan Mortalitas

Penurunan angka kematian bertujuan untuk mewujudkanpenduduk tumbuh seimbang dan berkualitas pada seluruhdimensinya. Penurunan angka kematian ini diprioritaskanpada upaya (1) penurunan angka kematian ibu hamil, (2)penurunan angka kematian ibu melahirkan, (3) penurunanangka kematian pasca melahirkan, serta (4) penurunan angkakematian bayi dan anak.

Upaya penurunan angka kematian diselenggarakan olehpemerintah pusat, pemerintah daerah, dan masyarakatmelalui upaya-upaya proaktif, preventif, kuratif, danrehabilitatif sesuai peraturan perundang-undangan dannorma agama. Di samping itu, upaya penurunan angkakematian difokuskan pada (1) kesamaan hak reproduksipasangan suami istri (pasutri), (2) keseimbangan akses,kualitas KIE, dan pelayanan, (3) pencegahan danpengurangan risiko kesakitan dan kematian, serta (4)partisipasi aktif keluarga dan masyarakat.

Pengaturan fertilitas dilakukan

melalui : (1) Peningkatan akses

dan kualitas KIE serta pelayanan

kontrasepsi di daerah, (2)

larangan pemaksaan pelayanan

KB karena bertentangan dengan

HAM, (3) pelayanan kontrasepsi

dilakukan sesuai dengan norma

agama, budaya, etika, dan

kesehatan, serta (4) perhatian

bagi penyediaan kontrasepsi.

Penurunan angka kematian ini

diprioritaskan pada upaya (1)

penurunan angka kematian ibu

hamil, (2) penurunan angka

kematian ibu melahirkan, (3)

penurunan angka kematian pasca

melahirkan, serta (4) penurunan

angka kematian bayi dan anak.

Page 85: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

TAHUN 2011-203571

4.1.4 Strategi Pengendalian Kuantitas

Untuk mencapai tahap yang diinginkan, yaitu pertumbuhan penduduk yang terkendalidan pencapaian windows of opportunity, maka pengendalian angka kelahiran sangat penting.Untuk itu, diperlukan revitalisasi program KB di Indonesia. Dalam melakukan revitalisasiprogram KB, pendekatan pelaksanaan program KB perlu diubah orientasinya dari sup-ply ke demand side approach.

Strategi yang dikembangkan adalah melakukan integrasi, desentralisasi, kemitraan, danpemberdayaan serta fokus pada penduduk miskin. Berikut adalah penjelasan detailnya.Integrasi adalah implementasi program KB ke dalam program pembangunan sosial,budaya, dan ekonomi. Sementara itu, desentralisasi dilakukan melalui lima cara. Pertama,memberikan otoritas yang lebih besar kepada provinsi dan kabupaten/kota dalamimplementasi program KB, salah satunya adalah dengan memperkuat kelembagaan.Tujuannya adalah melakukan sinkronisasi dan menghindarkan overlap fungsi dan peranantara pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota. Seperti telah diamanatkan dalamUU No. 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Penduduk dan Pembangunan Keluarga,BKKBD (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Daerah) perlu segera dibentuk.Pemerintah memfasilitasi pembentukan BKKBD dengan merevisi regulasi, khususnyayang terkait dengan otonomi daerah, yang menghambat terbentuknya lembaga tersebut.

Kedua, melakukan pemberdayaan SDM di tingkat provinsi maupun kabupaten/kotadalam rangka capacity building. Ketiga, memperkuat komitmen politik, khususnya ditingkat kabupaten/kota dalam pelaksanaan program KB. Keempat, memperkuatinfrastruktur untuk mendukung pelaksanaan program KB di tingkat kabupaten/kota.Kelima, mendelegasikan kewenangan operasional di tingkat kabupaten/kota untukmemberikan otoritas yang lebih besar pada kabupaten/kota dalam rangkamengembangkan program dan melaksanakannya berdasarkan kondisi spesifik setiapdaerah.

Sementara itu, strategi kemitraan dilakukan dengan cara memperkuat kerja sama antarapemerintah, swasta, dan masyarakat sipil. Tujuan strategi ini adalah untuk lebihmengembangkan keterlibatan pihak swasta dan masyarakat sipil dalam pelaksanaan pro-gram KB. Kemitraan tidak terbatas dilakukan secara internal, tetapi juga dengan lembagainternasional dengan prinsip kesetaraan dan mutual benefits. Pemberdayaan dilakukanmelalui peningkatan kapasitas kelembagaan untuk memperkuat jejaring antarpemangkukepentingan, baik secara vertikal maupun horizontal, nasional maupun intenasional.

Sejalan dengan program penanggulangan kemiskinan, pelaksanaan program KBdifokuskan pada masyarakat miskin dengan cara memberikan subsidi pelayanan kesehatan

Page 86: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

72GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKANTAHUN 2011-2035

reproduksi dan KB. Dalam pelaksanaannya, strategi ini perlu memerhatikan kondisisosial, budaya, demografi, dan ekonomi kelompok sasaran

4.2 . Peningkatan Kualitas

4.2.1. Dimensi Kesehatan

Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam rangka menurunkan angka kematiandan meningkatkan angka harapan hidup

4.2.2. Dimensi Pendidikan• Meningkatkan kompetensi dan daya kompetisi penduduk Indonesia melalui

pendidikan formal, nonformal maupun informal dalam rangka memenuhikebutuhan pembangunan nasional, khsususnya dalam rangka mendukungtercapainya MP3EI dan MP3KI

• Mengurangi kesenjangan pendidikan menurut jenis kelamin melalui peningkatanakses perempuan untuk memperoleh pendidikan

4.2.3. Dimensi Ekonomi• Meningkakan status ekonomi penduduk melalui perluasan kesempatan kerja dan

pengurangan pengangguran dan setengah pengangguran.• Mengurangi kesenjangan ekonomi sebagai salah satu usaha untuk menurunkan angka

kemiskinan

4.2.4. Strategi Peningkatan Kualitas

Strategi peningkatan kualitas penduduk merupakan aspek yang sangat penting dalampembangunan kependudukan. Di samping itu, strategi peningkatan kualitas pendudukmerupakan bagian integral dari strategi pengendalian kuantitas penduduk, pembangunankeluarga, dan pengarahan mobilitas penduduk.

Penduduk merupakan pelaku, pelaksana, dan penikmat pembangunan. Dengan kualitasyang tinggi, penduduk akan lebih banyak berperan sebagai pelaku dan pelaksanapembangunan. Selain itu, pembangunan tidak hanya bergantung pada sumber dayaalam dan teknologi, tetapi justru lebih bergantung pada kualitas penduduknya. Dengantersedianya sumber daya manusia yang memadai dalam arti kuantitas dan kualitas, makatantangan di masa yang akan datang dapat diatasi dengan baik. Kualitas sumber dayamanusia yang ada sekarang masih perlu ditingkatkanagar tantangan tersebut diatasidengan baik.

Page 87: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

TAHUN 2011-203573

Gambar 4.1. Unsur-Unsur Pembangunan Sumber Daya Manusia

PEMBANGUNANEKONOMI

PEMBANGUNANPENDIDIKAN

SDM

PEMBANGUNANKESEHATAN

Sumber: Draf Rancangan Umum Pembangunan Kependudukan

Pembangunan kualitas penduduk Indonesia ditentukan oleh tiga hal: pembangunanekonomi, pembangunan kesehatan, dan pendidikan. Oleh karena itu, kondisi yang ingindicapai dalam peningkatan kualitas penduduk tahun 2035 adalah penduduk yang sehat,cerdas, produktif, dan berakhlak mulia serta berkarakter. Kondisi inilah yang harusdicapai oleh seluruh penduduk Indonesia. Kualitas penduduk adalah kondisi pendudukdalam aspek fisik dan nonfisik meliputi kesehatan, pendidikan, pekerjaan, produktivitas,tingkat sosial, ketahanan, kemandirian, dan kecerdasan. Hal itu dianggap sebagai ukurandasar untuk mengembangkan kemampuan dan menikmati kehidupan sebagai manusiayang bertakwa, berbudaya, berkepribadian, berkebangsaan, dan hidup layak. Pendudukyang sehat tidak hanya berumur panjang sejalan dengan bertambahnya usia harapanhidup, tetapi juga produktif, cerdas, dan berdaya saing. Penduduk dengan kualitas seprtiitu diharapkan dapat mengatasi arus pasar global yang semakin menguat.

Dengan memerhatikan unsur-unsur tersebut, maka strategi peningkatan kualitaspenduduk harus fokus pada tiga dimensi, yaitu kesehatan, pendidikan, dan ekonomi.Strategi di bidang kesehatan dilakukan untuk menurunkan angka kematian bayi dananak serta kematian maternal. Sebagaimana diketahui bahwa Indonesia mengalamipergeseran pola penyakit dari penyakit infeksi pada penyakit kronis dan degeneratif.Untuk itu, strategi utama yang harus dilakukan adalah melakukan pencegahan dan treat-ment penyakit infeksi, khususnya pada bayi dan anak-anak. Di samping itu, sejalan denganmeningkatnya penyakit kronis dan degenratif sebagai penyebab kematian orang dewasa,maka alokasi sumber daya kesehatan harus juga diarahkan untuk pencegahan dan treat-ment penyakit tersebut. Akan tetapi, dengan memerhatikan diversitas kondisi kesehatanantardaerah, terutama dalam hal penyakit, maka setiap strategi, sekali lagi, tidak dapatbersifat homogen atau tunggal, tetapi harus merespons kondisi spesifik setiap daerah.

Page 88: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

74GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKANTAHUN 2011-2035

Sementara itu, strategi penurunan kematian maternal sangat erat kaitannya dengan pro-gram KB sehingga strategi yang dijalankan untuk pelaksanaan program KB juga akanmemberikan kontribusi terhadap penurunan angka kematian maternal. Hal tersebut harusditopang dengan pengembangan pelayanan prenatal maupun antenatal.

Dari sisi pendidikan, strategi yang harus dilakukan adalahmemberikan akses yang sebesar-besarnya kepada kelompokrentan, khususnya penduduk miskin, untuk memperolehpendidikan. Penurunan gender gap dalam hal akses terhadappelayanan pendidikan juga penting sebagai prioritas,khususnya untuk mengatasi masalah di berbagai daerah yangmasih lebar kesenjangan pendidikan antara laki-laki danperempuannya. Karena di berbagai provinsi angka melekhuruf masih rendah, maka untuk pendidikan nonformalmaupun informal perlu memperoleh prioritas. Dalam rangkamendukung tercapainya MP3EI, maka kebijakan pendidikanjuga harus disusun berdasarkan kebutuhan kualifikasi SDMdi setiap koridor. Sejauh ini dokumen MP3EI belumsepenuhnya memerhatikan kebutuhan SDM, terutama darisegi kualitas, sebagai bagian penting dalam mencapaipercepatan pembangunan ekonomi di setiap koridor. Olehkarena itu, kebijakan pendidikan harus dimulai denganmengidentifikasi kebutuhan tersebut.

Dari sisi ekonomi, pemerintah telah menyusun MP3KI danjuga MP3EI, maka yang tertuang dalam master plan tersebut merupakan bagian daristrategi peningkatan kualitas penduduk dari sisi ekonomi. Karena persoalan pemerataanhasil pembangunan merupakan masalah mendesak dan penting di Indonesia, makastrategi untuk mengatasi masalah tersebut, baik yang tertuang dalam MP3EI maupunMP3KI, harus menjadi prioritas.

Strategi di tiga dimensi tersebut sekaligus merupakan strategi untuk meningkatkan IPM.Namun karena ketertinggalan Indonesia dalam hal IPM dibandingkan dengan negaraASEAN lainnya adalah pada bidang pendidikan, maka tampaknya sektor tersebut perlumenjadi prioritas dalam strategi peningkatan IPM.

4.3. Pembangunan Keluarga

Pokok-pokok pembangunan keluarga memuat pokok-pokok kegiatan membangunkeluarga yang bertakwa kepada Tuhan yang maha Esa; membangun iklim berkeluargaberdasarkan perkawinan yang sah; membangun keluarga berketahanan, sejahtera, sehat,

Strategi Peningkatan Kualitas melalui

peningkatan pendidikan formal,

nonformal maupun informal dalam

rangka memenuhi kebutuhan

pembangunan nasional, khususnya

dalam rangka mendukung tercapainya

MP3EI dan MP3KI; peningkatan status

ekonomi penduduk yang berkeadilan

melalui perluasan akses ke pasar kerja

sebagai bagian integral dari program

penanggulangan kemiskinan;

peningkatan peringkat IPM Indonesia

di antara negara- negara ASEAN

melalui peningkatan derajat

kesehatan, pendidikan, dan status

ekonomi penduduk; pencegahan dan

treatment penyakit infeksi, khususnya

pada bayi dan anak-anak; penurunan

kematian maternal

Page 89: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

TAHUN 2011-203575

maju, mandiri, dan harmonis yang berkeadilan dan berkesetaraan gender; membangunkeluarga yang berwawasan nasional dan berkontribusi kepada masyarakat, bangsa, dan negara;serta membangun keluarga yang mampu merencanakan sumber daya keluarga.

Sasaran dari pokok kegiatan pembangunan keluarga tersebut adalahseluruh keluarga Indonesia yang terdiri dari keluarga dengan sikluskeluarganya; keluarga yang memiliki potensi dan sumber kesejahteraansosial; keluarga rentan secara ekonomi, sosial, lingkungan, maupunbudaya; serta keluarga yang bermasalah secara sosial ekonomi dansosial psikologis.

Strategi Pembangunan Keluarga

a. Membangun keluarga yang bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa

StrategiDalam upaya membangun keluarga yang bertakwa kepada Tuhanyang Maha Esa, strategi yang disuguhkan adalah pembangunankeluarga melalui Pendidikan Etika, Moral, dan Sosial Budaya secaraformal maupun informal.

Indikator keberhasilanPembangunan keluarga yang bertakwa kepada Tuhan yang maha Esamempunyai indikator keberhasilan yang dilihat dari hal berikut.

• Keluarga yang menjalankan ibadah menurut agama dan keyakinan masing-masing• Keluarga yang menaati nilai, norma, dan aturan agama• Keluarga yang memelihara kerukunan antarumat beragama

b. Membangun iklim berkeluarga berdasarkan perkawinan yang sah

StrategiStrategi untuk membangun iklim berkeluarga berdasarkan perkawinan yang sah dilakukandengan hal berikut.• Meningkatkan pelayanan lembaga penasihat perkawinan• Meningkatkan peran kelembagaan keluarga• Komitmen Pemerintah Indonesia yang hanya mengakui perkawinan antara laki-

laki dan perempuan• Perkawinan yang dilakukan menurut hukum agama dan negara• Perkawinan yang mensyaratkan diketahui oleh keluarga dan masyarakat

Pembangunan keluarga melalui

pembangunan keluarga yang

bertakwa kepada Tuhan yang

Maha Esa; pembangunan iklim

berkeluarga berdasarkan

perkawinan yang sah;

pembangunan keluarga

harmonis, sejahtera, sehat,

maju, dan mandiri;

pembangunan keluarga yang

berwawasan nasional dan

berkontribusi kepada bangsa

dan Negara; pembangunan

keluarga yang mampu

merencanakan sumber daya

dengan pendampingan

manajemen sumber daya

keluarga.

Page 90: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

76GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKANTAHUN 2011-2035

Indikator keberhasilanIndikator keberhasilan dalam membangun iklim berkeluarga berdasarkan perkawinanyang sah adalah.• Keluarga dibangun dari perkawinan menurut hukum agama dan negara.• Keluarga dibangun dari perkawinan antara laki-laki dan perempuan, bukan

perkawinan dengan sejenis kelamin.• Keluarga dibangun dari perkawinan yang diketahui oleh keluarga dan masyarakat.• Setiap perkawinan tercatat di lembaga yang berwenang dengan dibuktikan oleh

kepemilikan akta nikah.

c. Membangun keluarga harmonis, sejahtera, sehat, maju, dan mandiri

StrategiBeberapa strategi untuk membangun keluarga harmonis, sejahtera, sehat, maju, danmandiri adalah sebagai berikut.1. Peningkatan ketahanan keluarga berwawasan gender berbasis kelembagaan lokal

Strategi ini dijalankan melalui kegiatan konsultasi dan advokasi keluarga,pendampingan keluarga rentan, pengembangan nilai keluarga dan keadilan gender,pembagian peran gender yang berkeadilan dan berkesetaraan, serta optimalisasifungsi keluarga menuju kesejahteraan dan ketahanan keluarga.

2. Pengembangan perilaku hidup sehat pada keluarga (sehat fisik/reproduksi, sehatpsikologis, sehat sosial, dan sehat lingkungan)

3. Pendidikan dan pengasuhan anak agar berkarakter baik4. Pengembangan ketahanan keluarga dan ketahanan pangan keluarga. Strategi ini

dilaksanakan dengan pemanfaatan pekarangan dan dukungan sosial lingkungan.

Indikator keberhasilan1. Keluarga berketahanan (kuat, bertahan hidup, beradaptasi)2. Keluarga sejahtera (pendapatan per kapita/bulan tidak miskin, rumah layak huni,

mempunyai tabungan)3. Keluarga sehat (kecukupan pangan dan gizi, morbiditas rendah, tidak berpenyakit,

sehat psikologis)4. Keluarga maju (partisipasi pendidikan, partisipasi kerja)5. Keluarga mandiri (kemandirian sosial ekonomi)6. Keluarga harmonis (tidak bercerai, penurunan tingkat kekerasan dalam rumah

tangga, penurunan tingkat perdagangan manusia, penurunan tingkat kenakalan anak)

d. Membangun keluarga yang berwawasan nasional dan berkontribusi kepada masyarakat, bangsa, dan negara

Strategi

Page 91: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

TAHUN 2011-203577

Strategi yang digunakan adalah penyadaran melalui pendidikan, pembinaan, danpenyuluhan. Strategi ini dilakukan melalui kegiatan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi(KIE) keluarga, seperti penguatan kapasitas keluarga, pembangunan sebuah keluargaberketahanan sosial, pemilihan keluarga pionir, dan peningkatan peran serta keluargadalam kegiatan sosial kemasyarakatan.

Indikator keberhasilanIndikator keberhasilannya adalah keluarga yang berketahanan sosial, berwawasan kedepan (menguasai iptek), serta berkontribusi kepada masyarakat, bangsa, dan negara(berperan serta dalam kegiatan sosial kemasyarakatan).

e. Membangun keluarga yang mampu merencanakan sumber daya keluarga

StrategiStrategi yang dapat dilakukan adalah untuk membangun keluarga yang mampumerencanakan sumber daya dengan pendampingan manajemen sumber daya keluarga.Kegiatan lainnya adalah dengan konsultasi perkawinan, pengasuhan anak, manajemenkeuangan rumah tangga, manajemen stres, serta manajemen waktu dan pekerjaankeluarga.

Indikator keberhasilanIndikator keberhasilan dari kegiatan ini adalah.1. Keluarga mampunyai perencanaan berkeluarga.2. Keluarga mempunyai perencanaan investasi anak.

Hal ini dapat dilihat dari tingkat partisipasi sekolah wajib belajar, tabungan/asuransipendidikan anak, dan angka drop-out menurun.

3. Keluarga mempunyai perencanaan keuangan.Hal ini dapat diukur dari tabungan keluarga, partisipasi keluarga menabung di bank,dan perencanaan membeli rumah.

4.4. Persebaran dan Pengarahan Mobilitas Penduduk

Pokok-pokok Pembangunan Kependudukan pada penataan persebaran dan pengerahanmobilitas, dapat diuraikan sebagai berikut,

1. Pengarahan mobilitas penduduk yang didorong dan mendukung pembangunanpembangunan daerah yang berkeadilan

2. Pengelolaan urbanisasi yang mengarah pada pembangunan perkotaan yangberkelanjutan

3. Pengarahan persebaran penduduk untuk mencapai tujuan MP3EI dan MP3KI sesuaidengan kebutuhan setiap koridor

Page 92: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

78GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKANTAHUN 2011-2035

4. Pencegahan munculnya faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya IDPs5. Pemberian perlindungan kepada tenaga kerja Indonesia yang bekerja di luar negeri

secara maksimal

Strategi Pengarahan Mobilitas dan Distribusi PendudukStrategi mencapai tujuan-tujuan kebijakan pengarahan mobilitas penduduk sebagaiberikut.• Menumbuhkan kondisi kondusif bagi terjadinya migrasi internal yang harmonis• Melindungi penduduk yang terpaksa pindah karena keadaan (pengungsi)• Memberikan kemudahan, perlindungan, dan pembinaan terhadap para migran

internasional dan keluarganya• Menciptakan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan daya dukung

dan daya tampung lingkungan• Mengendalikan kuantitas penduduk di suatu daerah/wilayah tertentu• Mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru• Memperluas kesempatan kerja produktif• Meningkatkan ketahanan dan pertahanan nasional• Menurunkan angka kemiskinan dan mengatasi pengangguran• Meningkatkan kualitas dan produktivitas sumber daya manusia• Meningkatkan infrastruktur permukiman, meningkatkan daya saing

wilayah baru, meningkatkan kualitas lingkungan, dan meningkatkanpenyediaan pangan bagi masyarakat.

Untuk mencapai tujuan tersebut, pengarahan mobilitas penduduk perludilakukan dengan beberapa strategi sebagai berikut.1) Mengupayakan peningkatan mobilitas nonpermanen dengan cara

menyediakan berbagai fasilitas sosial, ekonomi, budaya, danadministrasi di beberapa daerah yang diproyeksikan sebagai daerahtujuan mobilitas penduduk

2) Mengurangi mobilitas penduduk ke kota megapolitan, seperti Jakarta dan supayahal itu tidak terulang di luar Jawa, dengan adanya penataan wilayah penyanggauntuk mengembangkan daerah tujuan transmigrasi yang secara khusus diintegrasikandengan kota besar sekitarnya. Transmigrasi seharusnya tidak terkesan membuangpenduduk ke wilayah terpencil, tetapi benar-benar menonjolkan napas distribusipenduduk .

Untuk tujuan ini, perlu tiga pendekatan dalam kebijakan pengarahan mobilitas penduduk.1) Mengurangi peran pusat dan meningkatkan promosi daerah-daerah tujuan baru

sehingga penduduk terangsang untuk melakukan perpindahan secara spontan2) Membuat regulasi yang menguntungkan bagi daerah tujuan dengan sasaran

menghambat/mengurangi minat penduduk yang tidak berkualitas berpindah ke

Penataan persebaran dan

pengaturan mobilitas penduduk

dilakukan melalui pengurangan

peran pusat dan meningkatkan

promosi daerah-daerah tujuan

baru sehingga penduduk

terangsang untuk melakukan

perpindahan secara spontan;

membuat regulasi yang

menguntungkan bagi daerah

tujuan dengan memacu minat

penduduk berkualitas sebaliknya

menghambat/mengurangi minat

penduduk yang tidak berkualitas

untuk berpindah ke daerah lain

(mobilitas bukan sekadar

pemindahan kemiskinan)

Page 93: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

TAHUN 2011-203579

daerah lain (mobilitas bukan sekadar pemindahan kemiskinan). Penduduk miskinadalah tanggung jawab daerah asal/kelahiran.

3) Membuat kebijakan yang berskala nasional dan berujung pada kepentingan nasional,misalnya transmigrasi ke pulau terdepan, peningkatan kualitas prasarana dan saranaekonomi, serta peningkatan akulturasi dan asimilasi kultural antara pendatang danpenduduk asli

Penyusunan roadmap kebijakan pengarahan mobilitas penduduk tidak semata-mata atasdasar pertimbangan hukum, tetapi juga didasari oleh fakta sosiologis dan dinamikalingkungan sosio-kultural dan politik Indonesia pasca reformasi. Berdasarkanpertimbangan ini, maka roadmap pengarahan mobilitas penduduk secara tegas berbasispada UU No. 25 Tahun 2004 tentang Perencanaan Pembangunan Nasional, UU No. 17Tahun 2007 tentang RPJPN 2005-2025, UU No. 52 Tahun 2009 tentang PerkembanganKependudukan dan Pembangunan Keluarga, Inpres No. 1 Tahun 2010 tentangPercepatan Pelaksanaan Prioritas Pembanguan Nasional, Inpres No. 3 Tahun 2010tentang Pembangunan yang Berkeadilan, serta Perpres No. 5 Tahun 2010 tentangRencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014.

Sementara itu, basis kondisi sosiologis serta dinamika sosio-kultural dan politikmengamanatkan penyusunan strategi pengerahan mobilitas penduduk perlumempertimbangkan berbagai kondisi perkembangan lingkungan global, nasional, dandaerah. Basis ini pun secara nyata mencermati sejauh mana komitmen pemerintahprovinsi dan kota/kabupaten terhadap aspek mobilitas penduduk sehingga menjadibagian yang integral dan menentukan bagi perkembangan dan keberhasilanpembangunan penduduk dan pembangunan berkelanjutan di wilayahnya dalam koridorkepentingan nasional.

Pada titik ini, pengerahan mobilitas penduduk perlu menjamin kepastian pelibatan elemennonpusat. Fakta yang berkembang menunjukkan bahwa pengerahan mobilitas penduduksaat ini tidak semata dilakukan oleh pemerintah, tetapi juga elemen masyarakat sipil danpasar. Oleh karena itu, penting untuk mereposisi dan mengidentifikasi peran yang harusdimainkan pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota. Mereka memilikikewenangan dan perannya masing-masing. Demikian juga peran dan kewenangan LSMmaupun Civil Society Organization (CSO). Semua elemen harus memiliki peran strategisdalam pelaksanaan pembangunan kependudukan. Kebijakan mobilitas daerah harusmemerhatikan perkembangan-perkembangan spesifik daerah, misalnya kemungkinandampak masuknya penduduk ke daerah industri baru, cara mengantisipasi dan memitigasikemungkinan dampak negatif bagi daerah tujuan, dampak bagi keseimbangan penduduklokal dan pendatang, serta kemungkinan marginalisasi penduduk lokal. Dengan demikian,penting dirumuskan sebuah kebijakan lokal yang dapat merespons hal-hal tersebut,misalnya melalui perda pengendalian penduduk.

Page 94: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

80GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKANTAHUN 2011-2035

Berbicara tentang pengerahan penduduk, maka dalam jangka pendek maupun menengahdan panjang, perlu dirumuskan beberapa sasaran pengarahan mobilitas penduduk yangantara lain meliputi hal berikut.1. Pemodelan rekayasa sosial yang memungkinkan integrasi antara penduduk pendatang

dan penduduk asli2. Pengembangan kebijakan lokal yang pro masyarakat asli tanpa mengurangi hak

hidup pendatang3. Pengembangan regulasi yang memungkinkan adanya migration selection berdasarkan

kapasitas pendidikan dan keterampilan, aspek politik, dan kelembagaan4. Penguatan peran elemen masyarakat sipil (CSO, NGO, dan universitas) dalam ca-

pacity building permukiman baru hasil kebijakan mobilitas formal5. Pengembangan forum komunikasi antarwarga di daerah-daerah tujuan mobilitas6. Penguatan kelembagaan keluarga migran dalam konteks kebijakan kesehatan

reproduksi7. Strategi pengembangan daerah penyangga perkotaan dan pengembangan ekonomi

perdesaan sehingga mengurangi minat penduduk desa melakukan urbanisasi8. Pemodelan pengembangan ekonomi makro dan distribusi kesejahteraan yang merata

sehingga semakin mengurangi distorsi biaya hidup antarwilayah9. Memikirkan kembali keterkaitan antara pendidikan dan kesempatan kerja10. Desentralisasi kewenangan pengarahan mobilitas penduduk11. Pengembangan kajian akademis terkait pemodelan mobilitas penduduk dan dikaitkan

dengan kepentingan nasional (sesuai dengan dokumen perundangan), dengan tujuanpengembangan dan mengonstruksikan proposisi/teori menengah terkait denganproses-proses migrasi yang berhasil diidentifikasi dari studi terkait kondisi masyarakatIndonesia untuk menjawab tantangan tujuan-tujuan pengerahan penduduk,mengaitkan kebijakan pengerahan mobilitas penduduk dengan konteksperkembangan ekonomi, politik, budaya, dan lingkungan fisik migran, baik lokal,regional maupun global, membangun kerangka konseptual baru yang memungkinkanuntuk menjawab tantangan pengarahan mobilitas penduduk, serta pengembanganstrategi-strategi baru terkait dengan pengarahan mobilitas penduduk, baik internalmaupun internasional

Untuk tercapainya tujuan-tujuan pengarahan mobilitas penduduk tersebut, maka perlusejak awal dipastikan bahwa PP, perda, dan berbagai aturan pelaksana lainnya telahdapat diselesaikan. Beberapa peraturan yang dibutuhkan untuk mengimplementasikantujuan itu adalah sebagai berikut.a. Penataan dan penyebaran penduduk ke daerah perbatasan antarnegarab. Kebijakan mobilitas penduduk nonpermanenc. Penataan persebaran penduduk melalui kerja sama antardaerah

Page 95: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

TAHUN 2011-203581

d. Pengarahan mobilitas penduduk melalui pengembangan daerah penyanggae. Pedoman pengelolan urbanisasi di perkotaanf. Pedoman pelayanan terhadap penduduk musiman serta tata cara pengumpulan

data, analisis mobilitas, dan persebaran penduduk. Sementara itu, pada tataran perda,dibutuhkan adanya perda tentang kebijakan mobilitas penduduk.

Pada tataran operasional, pengarahan mobilitas penduduk dalam konteks dukunganterhadap percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi dilakukan melalui manajementerpadu pada koridor utama pembangunan wilayah sebagai berikut.1) Mengembangkan potensi ekonomi wilayah di enam Koridor Ekonomi Indonesia,

yaitu Koridor Ekonomi Sumatera, Koridor Ekonomi Jawa, Koridor EkonomiKalimantan, Koridor Ekonomi Sulawesi, Koridor Ekonomi Bali–Nusa Tenggara,dan Koridor Ekonomi Papua–Kepulauan Maluku

2) Memperkuat konektivitas nasional yang terintegrasi secara lokal dan terhubungsecara global (locally integrated, globally connected)

3) Memperkuat kemampuan SDM dan iptek nasional untuk mendukungpengembangan program utama di setiap koridor ekonomi.

Keinginan dan komitmen yang kuat dari pemerintah untuk menebar kekuatan ekonomike seluruh penjuru Nusantara ini semakin kentara melalui percepatan pembangunanekonomi nasional berbasis koridor (ruang) ekonomi dengan delapan program utamanya.Komitmen ini diawali dengan percepatan penyediaan infrastruktur: (1) industri, (2)pertambangan, (3) pertanian, (4) kelautan, (5) pariwisata, (6) telekomunikasi, (7) energi,dan (8) ekonomi Kawasan. Koridor ekonomi yang dalam hal ini berbasis “ruang pulau”terbagi menjadi enam koridor sebagai berikut.1. Pulau Sumatera sebagai sentra produksi dan pengolahan hasil bumi serta lumbung

energi nasional2. Pulau Jawa sebagai pendorong industri manufaktur dan jasa nasional3. Pulau Kalimantan sebagai pusat produksi dan pengolahan hasil tambang serta

lumbung energi nasional4. Pulau Sulawesi sebagai pusat produksi dan pengolahan hasil pertanian, perkebunan,

perikanan, migas, dan pertambangan nasional5. Pulau Bali, NTB, dan NTT sebagai pintu gerbang pariwisata dan pendukung pangan

nasional6. Pulau Papau-Maluku sebagai pusat pengembangan pangan, perikanan, energi, dan

pertambangan nasional (di Papua)

Page 96: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

82GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKANTAHUN 2011-2035

Gambar 4.2. Tema Pembangunan dan Interkoneksi Koridor Ekonomi (KE)

Sumber: Draf Rancangan Umum Pembangunan Kependudukan

Gambar 4.3. Strategi Penataan Persebaran Penduduk

Sumber: Draf Rancangan Umum Pembangunan Kependudukan

“Pusat PengembanganPangan, Perikanan, Energidan PertambanganNasional”

“Pusat Produksi danPengolahan Hasil Pertanian,Perkebunan, Perikanan, Migasdan Pertambangan Nasional”

“Pintu GerbangPariwisata danPendukung PanganNasional”

“PendorongIndustri danJasa Nasional”

Pusat Ekonomi Mega

“Pusat Produksi danPengolahan HasilTambang dan LumbungEnergi Nasional”

“Sentra Produksi danPengolahan Hasil Bumidan Lumbung EnergiNasional”

Jakarta dan P. Jawa sebagaipusat segala-galanya(Poleksosbud)

TERSEBARNYA WILAYAHPERKOTAAN SEBAGAI PUSAT

PELAYANAN YANG TERINTEGRASIDENGAN WILAYAH PEDESAANSEBAGAI WILAYAH PRODUKSI

PERTANIAN DAN PENGELOLAANSUMBERDAYA ALAM

Persebaran Penduduk yang serasi dan seimbang dengan daya dukungalam dan daya tampung lingkungan

SKENARIO GDPK P3MPMENDORONG TERJADINYAPERUBAHAN PETA RUANGDAN PESEBARAN ORANG

INDONESIA

Page 97: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

TAHUN 2011-203583

Koridor ekonomi ini, dengan demikian, merupakan ruang yang secara sengaja dirancanguntuk tempat tumbuh dan berkembangnya komoditas dan/atau usaha unggulan tertentuyang terintegrasi dengan kawasan permukiman dan membentuk pusat-pusat pelayananbaru atau mendukung pusat-pusat pelayanan yang ada.

Pola pikir penataan persebaran adalah dengan cara mengembangkan dan membangunsentra-sentra ekonomi di luar Pulau jawa. Strategi yang dilaksanakan adalah denganmenciptakan kota-kota metropolitan potensial dari empat kota metropolitan besarmenjadi 14 kota metropolitan besar, kota metropolitan kecil dari tiga menjadi 18, kotabesar dari 17 menjadi 44, serta penciptaan kota sedang, kota kecil, dan pusat-pusatpertumbuhan (pusat kegiatan lokal). Strategi Penataan Persebaran Penduduk dapat dilihatpada skema di bawah ini.

Penataan persebaran penduduk disesuaikan dengan pusat-pusat pertumbuhan yangtersebar di seluruh pulau di Indonesia dan diarahkan pada pulau-pulau luar Jawa yangmerupakan pusat pertumbuhan ekonomi baru dan potensial. Diharapkan wilayah-wilayahtersebut menjadi kota-kota metropolitan baru dan sebagai pusat pertumbuhan ekonomibaru yang akan menarik penduduk untuk bertempat tinggal di dalamnya.Pengembangan Daerah Metropolitan

Dalam pengembangan daerah metropolitan, diperlukan pemahaman Kelas Ruang (KR)dan Kelas Penduduk (KP). Kelas ruang merupakan jarak jalajah pelayanan maksimum,sedangkan kelas penduduk merupakan penggambaran jumlah penduduk yang ada dikota tersebut. Tabel tersbut dapat dilihat pada Tabel 4.1 dan 4.2.

Tabel 4.1. Kelas Ruang

Sumber: Hugh Denney, 1972, De Congesting Metropolitan America, It Can be Done, University of Missoury,Extension Divission

Page 98: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

84GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKANTAHUN 2011-2035

Tabel 4.2. Kelas Penduduk

Sumber: Hugh Denney, 1972, De Congesting Metropolitan America, It Can be Done, University of Missoury,Extension Divission

Pengembangan Kota Metropolitan di wilayah Indonesia terutama di luar Jawa diuraikansebagai berikut.

Sumatera

Di Pulau Sumatera secara administratif terdapat 10 wilayah provinsi. Secara aktualkeruangan, wilayah Sumatera memiliki dua metropolitan ber-KR 10 (Medan danPalembang). Kedua pusat ruang ini berdasarkan kelas penduduk dengan sedirinya akanmenjadi dan bersama kota-kota lainnya berpotensi sebagai titik-titik pusat KR-9 (Gambar4.4). Teridentifikasi bahwa seluruh ibukota provinsi di Sumatera dapat menjadi pusatKR 9, kecuali Pekanbaru (ibukota Provinsi Riau) yang digantikan peran dan fungsinyaoleh Dumai serta Batam menggantikan Tanjung Pinang (ibukota Provinsi KepulauanRiau).

Dalam hal ini Batam tetap di bawah pengaruh dan sebagai daerah belakang Singapura.Kota-kota metropolitan di luar Sumatera yang dianggap membatasi pengaruh danmempunyai pengaruh timbal balik adalah Penang (Malaysia) terhadap Medan dan BandaAceh, Kuala Lumpur (Malaysia) terhadap Dumai (Riau), Singapura terhadap Dumai,Jambi, dan Pangkal Pinang (Babel); Pontianak terhadap Pangkal Pinang, serta Jakartaterhadap Bandar Lampung dan Pangkal Pinang. Dengan adanya sepuluh pusat KR 9dan dua di antaranya sudah ber KR 10 di wilayah Sumatera ini, diperkirakan potensitambahan penduduk yang dapat diakomodasikan mencapai sekitar 14,4 juta jiwa.

Page 99: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

TAHUN 2011-203585

Tabel 4.3. Potensi Tambahan Jumlah Penduduk Kota-Kota yang Diproyeksikansebagai Metropolitan Besar dan Kecil Wilayah Sumatera

Sumber: Data Sekunder, Diolah, 2012

Gambar 4.4.Potensi Tambahan Jumlah Penduduk Kota-Kota yang Diproyeksikansebagai Metropolitan Besar dan Kecil Wilayah Sumatera

Sumber: Draf Rancangan Umum Pembangunan Kependudukan

Page 100: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

86GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKANTAHUN 2011-2035

Kalimantan

Di Pulau Kalimantan terdapat empat provinsi dengan tiga kota aktual yang diproyeksikansebagai pusat KR 10 dan satu di antaranya (Balikpapan) secara aktual merupakan kotaotonom yang bukan ibukota provinsi. Dengan demikian, berdasarkan kelas penduduk,di pulau ini terdapat limakota potensi metropolitan ber- KR 9, dengan rincian tiga diantaranya secara otomatis karena telah ber-KR 10 dan dua lainnya (Samarinda merupakanibukota Provinsi Kaltim dan Palangkaraya sebagai ibukota Kalteng) diproyeksikan sebagaisalah satu alternatif pengganti DKI Jaya untuk menjadi ibukota negara. Samarinda,bahkan dalam hal ini dipersyaratkan untuk beraglomerasi dengan Tenggarong, ibukotaKabupaten Kutai Kertanegara. Selengkapnya Lihat Gambar 4.5. Denganmemperhitungkan kapasitas daya tampung terhadap lima pusat KR 9 yang tiga diantaranya telah ber-KR 10, potensi tambahan jumlah penduduk di kota-kota metro-politan baru di wilayah Kalimantan ini adalah sekitar 12,1 juta jiwa.

Tabel 4.4 Potensi Tambahan Jumlah Penduduk Kota-Kota yang Diproyeksikansebagai Metropolitan Besar dan Kecil Wilayah Kalimantan

Sumber: Data Sekunder, Diolah, 2012

Page 101: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

TAHUN 2011-203587

Gambar 4.5 Potensi Tambahan Jumlah Penduduk Kota-Kota yang Diproyeksikan sebagaiMetropolitan Besar dan Kecil Wilayah Kalimantan

Sumber: Data Sekunder, Diolah, 2012

Melalui analisis spasial KR 9, diketahui bahwa bagian terbesar wilayah kabupaten dankota perbatasan, baik di Provinsi Kalbar maupun Kaltim, berada di bawah pengaruhkota-kota negara tetangga (Kuching-Serawak-Malaysia untuk Kalbar, serta BandarSeribegawan-Brunei Darussalam dan Tawao-Sabah-Malaysia untuk Kaltim). Sementaraitu, KR 9 yang saling memengaruhi dalam lingkup domestik antarpulau adalah Palu-Sulteng untuk Samarinda, Memuju-Sulbar untuk Balikpapan, serta Pangkal Pinang-Ba-bel dan Singapura untuk Pontianak.

Sulawesi-Maluku-Maluku Utara

Di wilayah ini terdapat tiga kota yang diproyeksikan sebagai pusat untuk KR 10, yaituMakassar, Manado, dan Ambon. Berdasarkan gambaran spasial dan kelas pendudukwilayah ini, untuk KR 9 teridentifikasi selain tiga kota tersebut yang telah menjadi pusatKR 10, adalah ibukota-ibukota provinsi se-Sulawesi lainnya (Mamuju-Sulbar ketimbang

Page 102: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

88GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKANTAHUN 2011-2035

Palopo-Sulsel, Palu-Sulteng, dan Kendari-Sultra). Sementara itu, untuk Maluku Utara,tetap Ternate yang konglomerasi dengan Tidore untuk dijadikan pusat kegiatan ekonomiKR 9, bukannya Sofifi yang hanya difungsikan sebagai pusat pemerintahan provinsi(Gambar 4.6). Ketujuh kota ber- KR 9 tersebut, termasuk tiga yang telah ber-KR 10,diperhitungkan dapat menampung potensi tambahan jumlah penduduk sekitar 13,9juta jiwa.

Tabel 4.5 Potensi Tambahan Jumlah Penduduk Kota-Kota yang Diproyeksikansebagai Metropolitan Besar dan Kecil Wilayah Sulawesi-Maluku-MalukuUtara

Mamuju (ibukota Provinsi Sulbar) dengan segala keterbatasan infrastrukturnya saat inilebih berorientasi ke luar ketimbang Palopo (salah satu kota otonom di Sulsel yanglebih berorientasi ke dalam). Mamuju juga dapat menjadi akses utama keluar masuk(seaway) bagi salah satu titik di Kabupaten Luwu Utara (Sulsel) bila terpilih menjadisalah satu alternatif bagi letak ibukota negara. Kota-kota antarpulau yang dominanmembatasi ruang pengaruh pusat-pusat ber-KR 9 di wilayah ini adalah Samarinda(Kaltim) untuk Palu, Balikpapan (Kaltim) dan Banjarmasin (Kalsel) untuk Mamuju,serta Sorong (Papua Barat) untuk Ternate dan Ambon.

Sumber: Data Sekunder, Diolah, 2012

Page 103: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

TAHUN 2011-203589

Gambar 4.6 Potensi Tambahan Jumlah Penduduk Kota-Kota yang Diproyeksikan sebagaiMetropolitan Besar dan Kecil Wilayah Sulawesi-Maluku-Maluku Utara

Papua

Wilayah tertimur NKRI ini memiliki tiga pusat untuk KR 10 (Sorong di Papua Baratserta Jayapura dan Merauke yang keduanya ada di Papua). Dengan kondisi alam yangrelatif miskin infrastruktur ini, pusat–pusat untuk KR 9 berdasarkan kelas pendudukselain tiga kota tadi, yang juga diproyeksikan adalah Timika (ibukota Kabupaten Mimika-Papua), Kota Biak (Papua), dan Manokwari (ibukota Provinsi Papua Barat). Lihatselengkapnya Gambar 4.7. Dengan memperhitungkan potensi daya tampung keenamkota yang diproyeksikan menjadi pusat KR 9, tiga di antaranya telah ber-KR 10 denganjumlah penduduk yang dapat mencari dan menggerakkan kehidupan di metropolitanbaru tersebut sekitar 14 jutaan jiwa.

Jayapura dan Merauke yang keduanya diproyeksikan menjadi pusat KR 10 tetap diarahkandapat memengaruhi wilayah pantai utara PNG dan ibukota negara NPG. Bila tidak,tentunya dalam jangka menengah-panjang akan terjadi fenomea saling pengaruhi ataubahkan dipengaruhi. Khusus Sorong, pengaruh ruangnya akan dibatasi oleh Ternate(Malut) dan Ambon (Maluku). Khusus Sorong dan Jayapura, sejak awal harus

Sumber: Data Sekunder, Diolah, 2012

Page 104: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

90GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKANTAHUN 2011-2035

merencanakan aglomerasinya masing-masing dengan Aimas (ibukota Kabupaten Sorong)dan Sentani (ibukota Kabupaten Jayapura). Wilayah ini secara keseluruhan dalam jangkapendek-menengah masih tetap didominasi oleh sistem angkutan laut dan udara, yangdalam jangka menengah panjang harus telah dilengkapi dengan system transportasijalan raya Trans-Papua.

Tabel 4.6 Potensi Tambahan Jumlah Penduduk Kota-Kota yang Diproyeksikansebagai Metropolitan Besar dan Kecil Wilayah Papua

Gambar 4.7 Potensi Tambahan Jumlah Penduduk Kota-Kota yang Diproyeksikansebagai Metropolitan Besar dan Kecil Wilayah Papua

Sumber: Data Sekunder, Diolah, 2012

Sumber: Data Sekunder, Diolah, 2012

Page 105: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

TAHUN 2011-203591

Bali-Nusa Tenggara

Wilayah ini dalam konstelasi KR 10 berada di bawah pengaruh Surabaya (Jatim), Makassar(Sulsel), dan Kupang (NTT). Untuk analisis spasial berdasarkan kelas penduduk, diwilayah ini teridentifikasi kota-kota yang diproyeksikan menjadi pusat-pusat KR 9, selainKupang, adalah Atambua (ibukota Kabupaten Belu yang juga diproyeksikan sebagaisalah satu kota Pusat Kegiatan Strategis Nasional/PKSN di wilayah perbatasan), Bima(sebagai kota otonom di Pulau Sumbawa ketimbang Mataram di Pulau Lombok yangtetap diproyeksikan menjadi pusat pemerintahan provinsi dan di bawah pengaruhDenpasar), dan Denpasar sendiri yang menjadi ibukota Provinsi Bali (Gambar 16).Empat potensi metropolitan ber-KR 9 di wilayah ini (termasuk Kota Kupang yangdiproyeksikan sebagai pusat KR 10) diperhitungkan dapat mengakomodasikan potensijumlah tambahan sekitar 7 jutaan jiwa penduduk.

Tabel 4.7. Potensi Tambahan Jumlah Penduduk Kota-Kota yang Diproyeksikansebagai Metropolitan Besar dan Kecil Wilayah Bali-Nusa Tenggara

Sumber: Data Sekunder, Diolah, 2012

Secara keruangan, batas pengaruh pusat-pusat ber-KR 9 di wilayah ini dengan wilayahlainnya hanya terdapat di sebelah timur, yaitu Ambon-Kendari-Makassar, terutamaAtambua dan Darwin (Australia) untuk Kupang. Kupang sebagai pusat KR 10 melaluiAtambua, Kefamenanu, dan Kalabahi secara khusus diproyeksikan dapat memengaruhisemua wilayah Negara Timor Leste. Sementara itu, untuk sebelah barat adalah Surabaya(Jatim) yang saling pengaruhi terhadap Denpasar.

Ada kekhasan dalam sistem transportasi di wilayah ini, yaitu satu entitas kepulauanyang terkoneksi melalui jalan raya didukung dengan angkutan penyeberangan, selainseaways dan airways untuk menghubungkan antarwilayah (dengan Pulau Jawa khususnya)pada kelas ruang di atasnya dengan metropolitan Surabaya sebagai salah satu pusat KR10 yang memengaruhinya.

Page 106: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

92GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKANTAHUN 2011-2035

Gambar 4.8 Potensi Tambahan Jumlah Penduduk Kota-Kota yang Diproyeksikan sebagai Metro-politan Besar dan Kecil Wilayah Bali-Nusa Tenggara

Sumber: Data Sekunder, Diolah, 2012

Dari tabel dan gambar di atas dapat diuraikan potensi pertambahan pendudukan untukkota yang diproyeksikan sebagai kota metropolitan besar dan kecil pada wilayah tersebut.• Pulau Sumatera mampu menampung tambahan penduduk sebesar 13,6 juta jiwa.• Pulau Kalimantan mampu menampung tambahan penduduk sebesar 12,1 juta jiwa,• Pulau Sulawesi, Maluku dan Maluku Utara mampu menampung tambahan penduduk

sebesar 13,7 juta jiwa.• Pulau Papua mampu menampung tambahan penduduki sebesar 14 juta jiwa,• Pulau Bali dan Nusa Tenggara mampu menampung tambahan penduduk sebesar 7

juta jiwa.

Oleh karena itu, potensi perpindahan penduduk dari Pulau Jawa ke luar Pulau Jawasampai dengan tahun 2035 adalah sebesar sekitar 70,5 juta jiwa.

Sementara itu, potensi penduduk yang dapat dipindahkan dari Pulau Jawa ke luar PulauJawa sehubungan dengan proyeksi terbentuknya kota besar adalah sebagai berikut :• Pulau Sumatera sebesar 9,2 juta jiwa.• Pulau Kalimantan sebesar 10,9 juta jiwa.

Page 107: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

TAHUN 2011-203593

• Sulawesi, Maluku, dan Maluku Utara sebesar 12,8 juta jiwa.• Papua sebesar 15,6 juta jiwa.• Bali dan Nusa Tenggara sebesar 2,9 juta jiwa.

Oleh karena itu, potensi perpindahan penduduk dari Pulau Jawa ke luar Pulau Jawasampai dengan tahun 2035 adalah sebesar sekitar 51,5 juta jiwa. Dengan diterapkannyastrategi pembentukan kota-kota metropolitan besar, kecil, dan kota besar di luar PulauJawa, potensi penduduk yang dapat dipindahkan dari Pulau Jawa ke luar Pulau Jawasampai dengan tahun 2035 sebesar adalah sekitar 125 juta jiwa.

Selain strategi pembentukan kota-kota metropolitan besar, kecil, dan kota besar di luarPulau Jawa, pengaturan dan penataan persebaran serta mobilitas penduduk dilaksanakanmelalui fokus intervensi perubahan sebagai berikut.1. Komitmen politik pada kebijakan kependudukan dengan menerbitkan regulasi2. Pemisahan lokalitas antara pusat pemerintahan dengan pusat pelayanan ekonomi,

sosial budaya, dan bisnis3. Penataan, penggunaan dan pengendalian tata ruang dan tata wilayah4. Reorientasi dan keberpihakan pembangunan dan investasi ekonomi ke pulau-pulau

luar Jawa5. Pengarahan mobilitas penduduk secara spasial dan vertikal6. Penguatan kelembagaan

Fokus intervensi perubahan dijabarkan dalam kebijakan penataan persebaran danpengaturan mobilitas penduduk sebagai berikut.1. Percepatan pembangunan dan pengembangan antarwilayah dengan sekaligus

penataan persebaran dan pengaturan mobilitas penduduk yang berbasis spasial2. Pengembangan wilayah diprioritaskan pada pengembangan pusat pertumbuhan di

luar Pulau Jawa berbasis pemberdayaan ekonomi lokal3. Pemihakan alokasi dan belanja APBN dan APBD bagi daerah-daerah di luar Pulau

Jawa4. Pembangunan ekonomi yang inklusif dan berkeadilan5. Pembangunan dan pengembangan kehidupan bermasyarakat berbasis kearifan lokal6. Penghormatan kepada hak asasi setiap warga negara untuk bertempat tinggal,

bekerja, dan membangun kehidupan di wilayah NKRI7. Fasilitasi penempatan tenaga kerja ke luar negeri sebagai alternatif peluang pasar

kerja global8. Penghapusan diskriminasi9. Pembangunan berlandaskan hukum10. Penetapan zonasi permukiman yang bebas dari potensi bencana

Page 108: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

94GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKANTAHUN 2011-2035

11. Peningkatan Komunikasi Informasi dan Edukasi pada penduduk potensial bencanauntuk menyadari besarnya potensi risiko keselamatan bagi diri, keluarga, danmasyarakat luas

12. fasilitasi perpindahan penduduk yang terpaksa pindah akibat menempati ruangyang tidak sesuai dengan peruntukkannya

Kebijakan tersebut dilaksanakan dengan strategi berikut.1. Penciptaan iklim investasi yang berpihak ke kawasan di luar Pulau Jawa melalui

penyederhanaan Standar Pelayanan Minimal dan Norma Standar Prosedur danKriteria yang terkait dengan the Ease of Doing Business

2. Pewilayahan komoditas unggulan dan industri turunannya3. Peningkatan infrastruktur yang mampu mendorong investasi dan pergerakan

penduduk secara keruangan4. Restrukturisasi sistem penganggaran5. Penyediaan perangkat regulasi yang adil6. Penegakan hukum yang adil dan berpihak kepada masyarakat

Pengaturan mobilitas penduduk bertujuan untuk mewujudkan persebaran pendudukoptimal yang didasarkan pada keseimbangan jumlah penduduk dengan daya dukungalam dan daya tampung lingkungan. Mobilitas penduduk dibagi menjadi dua katagori,yaitu mobilitas nasional dan internasional.

Mobilitas penduduk internal mencakup: mobilitas penduduk permanen dannonpermanen, mobilitas penduduk ke daerah penyangga dan pusat pertumbuhanekonomi baru, penataan persebaran penduduk melalui kerja sama antardaerah,sertaurbanisasi dan persebaran penduduk ke daerah perbatasan, daerah tertinggal, dan pulau-pulau kecil terluar.

Pengarahan penduduk internal dilakukan dengan menghormati hak setiap pendudukuntuk bebas bergerak, berpindah, dan bertempat tinggal dalam wilayah NKRI.Pemerintah daerah menetapkan kebijakan pengarahan mobilitas penduduk sepanjangtidak bertentangan dengan kebijakan nasional.

Perencanaan pengarahan mobilitas penduduk dan/atau persebaran penduduk dilakukanmenggunakan data dan informasi persebaran penduduk dengan memerhatikan RencanaTata Ruang Wilayah. Sistem informasi kesempatan kerja yang memungkinkan pendudukuntuk melakukan mobilitas ke daerah tujuan sesuai dengan kemampuan yang dimilikinyaperlu dikembangkan.

Page 109: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

TAHUN 2011-203595

Pengarahan mobilitas internasional dilaksanakan melalui kerja sama internasional dengannegara pengirim dan penerima migran internasional ke dan dari Indonesia sesuai denganperjanjian internasional yang telah diterima dan disepakati pemerintah.

Dalam pengaturan mobilitas penduduk terdapat sepuluh prinsip pengelolaan migrasiinternasional sesuai IOM-ILO-RED CROSS/CRECENT sebagai berikut.1. Fokus pada kebutuhan dan kerentanan migran2. Bagian dari program kemanusiaan3. Perhatikan dan dukung aspirasi migran4. Pengakuan dan penghormatan pada hak para migran5. Bantuan, perlindungan, dan advokasi kemanusiaan sebagai satu kesatuan upaya

bagi migran6. Bangun kemitraan upaya lintas pemangku kepentingan bagi migran7. Pengawalan dan pelayanan sepanjang jalur migrasi8. Bantuan bagi kepulangan/pemulangan migran9. Atasi kejadian migrasi terpaksa10. Atasi tekanan akibat migrasi terhadap masyarakat setempat

Secara garis besar pokok-pokok penataan persebaran dan pengaturan mobilitaspenduduk sebagai berikut.1. Pembangunan dan pengembangan kawasan perdesaan sebagai sistem produksi

pertanian dan pengelolaan sumber daya alam yang mempunyai keterkaitan fungsionaldan hierarki keruangan dengan pusat-pusat pertumbuhan yang terkait dengan kota-kota kecil, kota menengah, kota besar, dan kota metropolitan

2. Peningkatan kerja sama pembangunan antardaerah (desa-kota, kota-kota,antarprovinsi)

3. Peningkatan pelayanan investasi4. Pengembangan kegiatan usaha berbasis komoditas unggulan dan kebutuhan pasar5. Peningkatan kualitas SDM dengan memprioritaskan pada penduduk setempat dan

pekerja migran untuk menjadi wirausahawan yang handal dan pekerja yang kompeten6. Peningkatan keterlibatan masyarakat dalam perencanaan dan pelaksanaan

pembangunan7. Peningkatan infrastruktur intra dan antarwilayah8. Pengarahan gerak keruangan penduduk dengan mengadopsi visi jangka panjang

untuk tata ruang urban demi perencanaan penggunaan lahan yang lestari, danmendukung strategi urbanisasi secara terpadu

9. Reviu menyeluruh untuk memperkirakan dampak positif dan negatif kebijakanmigrasi (lalu lintas penduduk) internasional yang harus terintegrasi dengan paket(R/O) liberalisasi perdagangan dalam kerangka FTA (barang dan jasa)

Page 110: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

96GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKANTAHUN 2011-2035

10. Penyiapan SDM yang kompeten berstandar internasional sejak dari dunia pendidikanhingga ke/dan selama di dunia kerja sebagai kebutuhan mutlak dan merupakansalah satu alat perlindungan utama dalam hubungan kerja

11. Peningkatan tata kelola pemerintahan yang baik

4.5. Pembangunan Database Kependudukan

Kebijakan umum pembangunan database kependudukan dilakukan denganmengembangkan database kependudukan yang memiliki akurasi dan tingkat kepercayaanyang tinggi serta dikelola dalam suatu sistem yang integratif, mudah diakses oleh parapemangku kepentingan, serta menjadi bagian dari Decision Support System (DSS). Kondisiini didukung oleh penguatan kapasitas sumber daya manusia yang memiliki kompetensitinggi, infrastruktur yang memadai, serta sistem kelembagaan yang kuat.

4.5.1. Strategi Pembangunan Database Kependudukan

Salah satu aspek penting dalam penyusunan strategi adalah menyikapi isu-isu strategis(strategic issues) di lingkungan nasional maupun global serta pengembangan berbagaiukuran atau indikator kinerja untuk mengakui keberhasilan implementasi untuk setiaprencana aksi. Penahapan strategi yang dimaksud adalah sebagai berikut.

Gambar 4.9. Kerangka Penyelarasan Isu-Isu Strategis Grand Design SAK

Sumber: Data Sekunder, Diolah, 2012

Page 111: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

TAHUN 2011-203597

• Periode 2010-2015: fokus utama periode ini adalah pemantapan layanan SistemAdministrasi Kependudukan (SAK) untuk instansi pemerintah terkait lainnya ataulebih dikenal dengan konsep Government to Government (G2G), layanan SAK untukmasyarakat atau dikenal dengan istilah Government to Citizen (G2C), layanan SistemAdministrasi Kependudukan (SAK) untuk dunia bisnis (G2B), dan PemantapanSistem Administrasi Kependudukan (SIAK) dengan berbagai penyempurnaan danpenyesuaian fitur agar sesuai dengan amanat UU No. 23 Tahun 2006. Pada periodeini juga mulai dikembangkan sistem identifikasi pengenal tunggal dengan teknologibiometrik. Pendekatan pengembangan dan penerapan, baik sisi fitur teknologimaupun dari sisi implementasi di lapangan dilakukan secara bertahap danberkesinambungan.

• Periode 2016-2020: fokus periode ini terletak pada cara SAK dapat memberikanlayanan prima untuk mendukung hubungan sesama instansi pemerintah (G2G),hubungan kepada masyarakat (G2C) dan hubungan dengan dunia bisnis, atau dikenaldengan Goverment to Business (G2B). Pada periode ini, ditargetkan databasekependudukan untuk menjadi acuan bagi perencanaan pemerintah secara nasionaldan pemanfaatan dunia bisnis, seperti untuk kebutuhan marketing research, e-payment,e-commerce, dan transaksi bisnis berbasis elektronik lainnya.

• Periode 2021–2025: fokus pada periode ini adalah pemantapan fungsi dan perananDatabase Kependudukan Nasional yang berlandaskan pada tertib administrasikependudukan dan layanan prima administrasi kependudukan. DatabaseKependudukan Nasional ini diharapkan dapat memberikan kontribusi padapemerintah, dunia bisnis, dan dunia internasional. Pada periode ini DatabaseKependudukan Nasional telah memiliki tingkat kepercayaan (trust) yang tinggi dandiakui oleh dunia internasional. Kepercayaan yang tinggi terhadapa DatabaseKependudukan Nasional dapat digunakan untuk mendukung kerja sama multilat-eral bidang pertahanan dan keamanan, seperti cross border cyber crime, bidangperekonomian (international investment), dan bidang lainnya, sehingga Indonesiamemiliki daya saing yang tinggi untuk menghadapi persaingan global. Pada periodeini juga diharapkan peranan SAK menjadi faktor daya saing bangsa dan sebagaiakselerator dalam mewujudkan iklim masyarakat informasi (Information Society) danmasyarakat berpengetahuan (Knowledge base society).

• Periode 2026-2030: Fokus strategi periode ini untuk mengembangkan database yangada terintegrasi dengan data lain terkait. Hal itu dilakukan dengan mengembangkansistem yang terhubung dengan data lain yang berasal dari berbagai lembaga dansesuai dengan data yang telah ada. Sistem ini dikembangkan agar mudah diaksesoleh pemangku kepentingan.

• Periode 2031-2035: Strategi yang dilakukan adalah mengembangkan sistem yang telahterbangun menjadi bagian dari DSS (Decision Support System) yang terintegratif.Tujuannya adalah memfasilitasi pengambil kebijakan untuk menggunakan data dan

Page 112: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

98GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKANTAHUN 2011-2035

informasi yang tersedia untuk pengambilan keputusan atau penanganan suatupermasalahan secara cepat.

Dalam jangka pendek, strategi disusun berdasarkan kegiatan yang telah, sedang, danakan dijalankan sampai dengan tahun 2012 seperti pada Gambar 4.10.

Gambar 4.10. Tahap-tahap Penerapan KTP Berbasis NIK Nasional

Sumber: Data Sekunder, Diolah, 2012

Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya, makadalam jangka waktu pendek database kependudukanakan tersedia dan termutakhirkan setiap saatdengan gambaran sebagai berikut.

Gambar 4.11 menjelaskan bahwa pada tahap awal,untuk mendapatkan database kependudukan yangdari kabupaten/kota, maka seluruh kabupaten/kota (497 kabupaten/kota) melakukan kegiatanpemutakhiran data tahun 2010 dan di antaranyaada 330 kabupaten/kota yang selanjutnyamelaksanakan penerbitan NIK. Penerbitan NIKuntuk kabupaten/kota sisanya, yaitu 167kabupaten/kota, diselesaikan tahun 2011. Untuk

Pembangunan sistem data dan informasi

kependudukan melalui pemantapan layanan

Sistem Administrasi Kependudukan (SAK),

pengembangan database kependudukan untuk

menjadi acuan bagi perencanaan pemerintah

secara nasional dan pemanfaatan dunia bisnis,

pemantapan fungsi dan peranan Database

Kependudukan Nasional yang berlandaskan

pada tertib administrasi kependudukan dan

layanan prima administrasi kependudukan,

pengembangan sistem yang terhubung dengan

data lain yang berasal dari berbagai lembaga

dan sesuai dengan data yang telah ada,

pengembangan sistem yang telah terbangun

menjadi bagian dari DSS (Decision Support

System) yang terintegratif

Page 113: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

TAHUN 2011-203599

Gambar 4.11. Mekanisme Pembangunan Database Kependudukandan Pemutakhirannya

penerapan e-KTP, diselesaikan akhir tahun 2012 dan pada saat itu akan didapat databaseyang benar-benar dijamin keakuratannya.

Update database kependudukan agar data kependudukan yang ada sesuai dengan kondisinyatanya dilakukan secara regular melalui pelayanan pendaftaran penduduk, pencatatansipil, dan pelayanan e-KTP secara regular juga. Terbangunnya database kependudukanberbasis NIK secara nasional akan memberikan banyak sekali keuntungan dari berbagaisektor pembangunan dan pelayanan publik. Database kependudukan melalui NIKdiintegrasikan dengan sidik jari sebagai kunci akses sehingga data kependudukan terjaminvaliditasnya dan secara mudah diakses oleh berbagai pihak yang membutuhkan. Secaragaris besar, aksesibilitas database kependudukan dapat digambarkan pada ilustrasi berikut.

Sumber: Data Sekunder, Diolah, 2012

Page 114: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

100GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKANTAHUN 2011-2035

Gambar 4.12. Pemanfaatan Database

Database kependudukan juga dapat digunakan untuk kepentingan pemilu dan pemilukada,baik itu melalui data kependudukan yang telah dimutakhirkan dan diverifikasi denganbimoterik dalam program e-KTP (Gambar 4.12) maupun melalui pemanfaatan e-KTPuntuk kegiatan pelaksanaan pemungutan suara di TPS-TPS (Gambar 4.12. dan 4.13).Berikut adalah gambarannya.

Sumber: Data Sekunder, Diolah, 2012

Page 115: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

TAHUN 2011-2035101

Gambar 4.12 dan 4.13 Pemanfaatan Database Kependudukan dan e-KTP untuk Mendukung Pemilu

Sumber: Data Sekunder, Diolah, 2012

Departemen/Instansi Lain

Dirjen Adminduk(Departemen

Dalam Negeri)

Badan PusatStatistik

(Nondepartemen)

Sistem Pendataansesuai Kebutuhan

Departemen/Instansi

Sistem Pendataan Pasif Sistem Pendataan Aktif

1.Sensusa. Sensus Pendudukb. Sensus Ekonomic. Sensus Pertanian

2.Survei Kependudukana. SUPASb. Sakernasc. Susenas Kovd. Susenas Module. SDKIf. Lain-lain

1. Kartu Keluarga (KK)2. Laporan Kelahiran3. Laporan Kematian4. Laporan Migrasi Masuk5. Laporan Migrasi Keluar6. KTP7. Akta Kelahiran8. Akta Kematian9. Akta Pernikahan10. Akta Adopsi11. Lain-lain

KebutuhanDepartemen/

Instansi

Pengolahandan Publikasi

Pengolahan danPublikasi

Pengolahan danPublikasi

Penyesuaian Data Tertentusensus/survei dan registrasi

Pendukung

DIAGRAM DATABASE KEPENDUDUKAN

Page 116: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

102GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKANTAHUN 2011-2035

102GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKANTAHUN 2011-2035

Page 117: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

TAHUN 2011-2035103

5.1. Umum

Pembangunan kependudukan dan keluarga kecil berkualitas merupakan langkah pentingdalam mencapai pembangunan berkelanjutan. Hal ini diselenggarakan melaluipengendalian kuantitas penduduk dan peningkatan kualitas insani dan sumber dayamanusia. Karakteristik pembangunan, antara lain, dilaksanakan melalui pengendalianpertumbuhan penduduk, keluarga berencana, dan dengan cara pengembangan kualitaspenduduk, melalui pewujudan keluarga kecil yang berkualitas dan mobilitas pendudukyang terarah. Dalam kaitan itu, aspek penataan data dan informasi kependudukanmerupakan hal penting dalam mendukung perencanaan pembangunan, baik di tingkatnasional maupun daerah.

5.1.1. Pengendalian Kuantitas Penduduk

Roadmap Grand Design Pengendalian Kuantitas Penduduk ini mencakup kurun waktu2010 sampai dengan 2035 dengan periode lima tahunan. Roadmap dibuat untukmengetahui sejauh mana sasaran-sasaran pengendalian kuantitas penduduk telah dapatdicapai, baik yang mencakup fertilitas maupun mortalitas. Dengan demikian, tujuanroadmap ini dapat berjalan secara sistematis dan terencana sehingga dapat diketahuisasaran-sasaran yang harus dicapai pada setiap periode, serta kebijakan, strategi, danprogram yang perlu dilakukan.

Roadmap5BBBBBABABABABAB

Sumber: Data Sekunder, Diolah, 2012

GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

TAHUN 2011-2035103

Tabel 5.1. Roadmap Pengendalian Kuantitas Penduduk

Page 118: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

104GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKANTAHUN 2011-2035

5.1.2. Peningkatan Kualitas Penduduk

Sasaran Pembangunan Kualitas Penduduk Lima Tahunan

Rata-Rata Lama BersekolahTabel di bawah adalah target rata-rata lama bersekolah untuk jangka waktu lima tahunan.Skenario rendah yang menggunakan model asimtot 11,3 tahun berdasarkan asumsirata-rata lama bersekolah negara-negara very high developed saat ini adalah sebesar11,3 tahun. Skenario sedang menggunakan model asimtot 12,6 tahun berdasarkan asumsimaksimal rata-rata lama bersekolah adalah sebesar 12,6 tahun dan skenario tinggimenggunakan model tanpa asimtot.

Tabel 5.2. Perkiraan Rata-Rata Lama Bersekolah (MYoS)

Sumber: Draf Rancangan Umum Pembangunan Kependudukan

Harapan Rata-Rata Lama Bersekolah (EYoS)

Skenario rendah menggunakan model asimtot 15,9 tahun berdasarkan asumsi expectedyears of schooling negara-negara very high developed saat ini adalah sebesar 15,9 tahun.Skenario sedang menggunakan model asimtot 18 tahun berdasarkan asumsi maksimalexpected years of schooling. Skenario tinggi menggunakan model tanpa asimtot.

Tabel 5.3. Perkiraan Harapan Rata-Rata Lama Bersekolah (EYoS)

Sumber: Draf Rancangan Umum Pembangunan Kependudukan

Page 119: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

TAHUN 2011-2035105

Angka Partisipasi Murni SMA

Skenario rendah dengan asimtot APM SMA adalah 100 persen. Skenario sedang denganasimtot APM SMA adalah 100 persen dengan laju pertumbuhan penduduk yangmeningkat 1,5 persen per tahun dan skenario tinggi tanpa asimtot.

Tabel 5.4. Perkiraan Angka Partisipasi Murni 2015-2050

Sumber: Draf Rancangan Umum Pembangunan Kependudukan

Angka Harapan Hidup

Skenario rendah menggunakan model asimtot 80 tahun berdasarkan asumsi dari AHHnegara-negara very high developed saat ini adalah sebesar 80 tahun. Skenario sedangmenggunakan model asimtot 83,4 tahun berdasarkan asumsi maksimal AHH sebesar83,4 tahun. Skenario tinggi menggunakan model tanpa asimtot.

Tabel 5.5. Perkiraan Angka Harapan Hidup 2015-2035

GNI per Kapita (Purchasing Power Parity/PPP$)

Skenario rendah menggunakan model asimtot 10.000 berdasarkan asumsi GNI perkapita PPP$ rata-rata dunia saat ini adalah sebesar 10.000 per kapita PPP$ (HDR 2011).Skenario sedang menggunakan model asimtot 12.000 tahun berdasarkan asumsi GNIper kapita PPP$ negara Eropa dan Asia Tengah saat ini adalah sebesar 12.000 perkapita PPP$ (HDR 2011). Skenario tinggi menggunakan tren (model tanpa asimtot).

Sumber: Data Sekunder, Diolah, 2012

Page 120: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

106GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKANTAHUN 2011-2035

Tabel 5.6. Perkiraan GNI per Kapita Indonesia 2011-2050

Sumber: Draf Rancangan Umum Pembangunan Kependudukan

5.1.3 Pembangunan Keluarga

Pembangunan keluarga dilakukan untuk mencapai kondisi keluarga yang harmonis,sejahtera, dan damai yang siap menghadapi perubahan-perubahan yang sangat cepat.Ketahanan keluarga diharapkan dapat menjadi sandaran bagi kelangsungan berkehidupanyang aman, damai, dan sejahtera. Adapun kegiatan untuk setiap periode dapat dilihatpada tabel 5.7.

Tabel 5.7. Roadmap Pembangunan Keluarga

Sumber: Data Sekunder, Diolah, 2012

5.1.4 Penataan persebaran dan Pengarahan Mobilitas Penduduk

Merujuk pada UU No. 52 Tahun 2009 pasal 33:1, pengarahan mobilitas pendudukbertujuan untuk tercapainya persebaran penduduk optimal dan didasarkan padakeseimbangan jumlah penduduk dengan daya dukung alam dan daya tampunglingkungan. Mobilitas penduduk meliputi mobilitas internal dan internasional. Pasal16A PP No. 57 Tahun 2009 menegaskan bahwa mobilitas penduduk dilaksanakan secara

Page 121: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

TAHUN 2011-2035107

permanen dan/atau nonpermanen. Mobilitas penduduk sebagaimana dimaksud padaayat (1) meliputi mobilitas penduduk dalam kabupaten/kota, mobilitas pendudukantarkabupaten/kota dalam provinsi, dan mobilitas penduduk antarkabupaten/kotaantarprovinsi. Pasal 16B menjelaskan bahwa mobilitas sebagaimana dimaksud dalampasal 16A dapat dilakukan atas kemauan sendiri, fasilitas pemerintah, dan/atau fasilitaspemerintah daerah.

Pasal 16J menegaskan dalam penyelenggaraan pengarahan mobilitas penduduk,pemerintah daerah provinsi pengumpulan dan analisis data-data mobilitas/persebaranpenduduk sebagai dasar perencanaan pembangunan daerah; pengembangan sisteminformasi kesempatan kerja, peluang usaha dan pasar kerja serta kondisi daerah tujuan;pengembangan sistem database dan penertiban pelaksanaan pengumpulan/laporan,pengolahan, analisis data dan informasi yang berkaitan dengan mobilitas penduduk;sosialisasi dan advokasi mengenai kebijakan pengarahan mobilitas penduduk pada instansiterkait; komunikasi, informasi, dan edukasi mengenai kebijakan dan pengelolaanpengarahan mobilitas penduduk kepada masyarakat; pembinaan dan fasilitasi pengarahanmobilitas penduduk pada seluruh instansi terkait; pelaporan data statistik mobilitaspenduduk; pemantauan dan evaluasi serta pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakanpengarahan mobilitas penduduk; pengendalian dampak mobilitas penduduk terhadappembangunan dan lingkungan.

Dalam hal mobilitas internal, beberapa aspek perlu diperhatikan, antara lain, adalahmobilitas permanen dan nonpermanen, mobilitas ke daerah penyangga dan ke pusatpertumbuhan ekonomi baru, penataan persebaran penduduk melalui kerja samaantardaerah, kebijakan urbanisasi, serta penyebaran penduduk ke daerah perbatasanantarnegara, daerah tertinggal, dan pulau-pulau kecil terluar (UU No. 52 Tahun 2009pasal 33:3). Selanjutnya, pengerahan mobilitas penduduk dilakukan menggunakan datadan informasi serta persebaran penduduk yang memerhatikan Rencana Tata RuangWilayah (pasal 36:1), di samping juga pengembangan sistem informasi kesempatan kerjayang memungkinkan untuk melakukan mobilitas ke daerah tujuan sesuai kemampuanyang dimilikinya (UU No. 52 Tahun 2009 pasal 36:2). Dalam hal migrasi internasional,pengarahan dilakukan melalui kerja sama internasional dengan negara pengirim danpenerima migran internasional ke dan dari Indonesia sesuai dengan perjanjianinternasional yang telah diterima dan disepakati oleh pemerintah (UU No. 52 Tahun2009 pasal 33:4).

Sebagai arahan kebijakan, berikut adalah Pokok-Pokok Roadmap Grand Design PengerahanPenduduk 2010-2034.

Page 122: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

108GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKANTAHUN 2011-2035

Tabel 5.8 Pokok-Pokok Roadmap Grand Design Pengarahan Mobilitas Penduduk 2010-2035

Sumber: Data Sekunder, Diolah, 2012

Page 123: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

TAHUN 2011-2035109

5.1.5. Pembangunan Data dan Informasi Kependudukan

Pada prinsipnya roadmap pembangunan data dan informasi kependudukan dibagi menjadilima periode. Setiap periode merupakan penahapan yang sangat terkait denganpencapaian tujuan dari pengembangan data dan informasi kependudukan, yaitumenciptakan suatu sistem yang terintegrasi, mudah diakses, dan menjadi bagian dariDecision Support System (DSS). Adapun pentahapannya dapat dilihat pada Tabel 5.9.

Tabel 5.9. Roadmap Pembangunan Database Kependudukan

Page 124: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

110GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKANTAHUN 2011-2035

110GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKANTAHUN 2011-2035

Page 125: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

TAHUN 2011-2035111

Tantangan besar persoalan kependudukan di Indonesia di masa depan adalah bagaimanameraih bonus demografi. Dengan tren perubahan komposisi penduduk menurut umurdi masa lalu, diperkirakan Indonesia akan mencapai tahap windows of opportunity tahun2030-an dengan asumsi bahwa jika pengelolaan kuantitas penduduk, khususnya fertilitasdilakukan dengan benar. Selain itu, kunci utama meraih bonus demografi ini terletakpada kualitas SDM sebagai modal dasar pembangunan. Oleh karena itu, visi GDPK inidiarahkan pada terwujudnya penduduk yang berkualitas sebagai modal dasar dalampembangunan untuk tercapainya masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil dansejahtera.

Terwujudnya penduduk yangberkualitas ini harus ditopangoleh upaya yang terarah danterencana hingga tahun 2035melalui komponenpeningkatan kualitaspenduduk baik dari sisipendidikan, kesehatan, danekonomi. Pembangunankualitas penduduk ini tidakdapat berdiri sendiri jika tidakditopang oleh tigakomponen besar GDPKyang lain yakni pengendaliankuantitas penduduk,pembangunan keluarga, danpengarahan mobilitas

penduduk. Sebagai dasar perencanaan dan pengembangan dari semua komponen GDPKdi atas adalah tersedianya system data dan informasi kependudukan yang memadai.

Permasalahan utama kualitas penduduk Indonesia adalah masih rendahnya kualitas yangdapat diukur dari angka IPM yang masih rendah dibandingkan dengan beberapa negaratetangga di kawasan ASEAN. Kualitas penduduk adalah kondisi penduduk dalam aspekfisik dan nonfisik yang meliputi derajat kesehatan, pendidikan, pekerjaan, produktivitas,tingkat sosial, ketahanan, kemandirian, kecerdasan, sebagai ukuran dasar untukmengembangkan kemampuan dan menikmati kehidupan sebagai manusia yang bertakwa,

PPPPPenenenenenutuputuputuputuputup6BBBBBABABABABAB

GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

TAHUN 2011-2035111

Page 126: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

112GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKANTAHUN 2011-2035

berbudaya, berkepribadian, berkebangsaan, dan hidup layak (UU No. 52 Tahun 2008Pasal 1 ayat 5). Pengembangan kualitas penduduk dilakukan untuk mewujudkan manusiayang sehat jasmani dan rohani, cerdas, mandiri, beriman, bertakwa, berakhlak mulia,dan memiliki etos kerja yang tinggi. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, pembangunankualitas penduduk difokuskan pada peningkatan kapasitas pendidikan, terjaminnyakesehatan, serta kapasitas perekonomian.

Permasalahan utama kuantitas penduduk adalah pertumbuhan yang masih cukup tinggi.Dalam jangka panjang, kondisi kependudukan yang diinginkan adalah tercapainyapenduduk stabil dalam jumlah yang tidak terlalu besar. Dari kondisi ini diharapkanbahwa jumlah bayi yang lahir diharapkan sama (seimbang) dengan jumlah kematiansehingga penduduk menjadi stasioner. Untuk mencapai kondisi penduduk tumbuhseimbang (PTS), diharapkan angka kelahiran total (TFR) akan berada pada 2,1 perperempuan atau Net Reproduction Rate (NRR) sebesar 1 per perempuan tahun 2015.Selanjutnya secara berlanjut angka fertilitas total menjadi 1,88 per perempuan dan NRRmenjadi 0,89 tahun 2020. Kondisi ini akan dipertahankan terus sampai dengan tahun2035.

Permasalahan utama pembangunan keluarga adalah masih banyaknya keluarga yangberada dalam kemiskinan atau hampir (rentan) miskin. Kondisi yang diinginkan melaluipembangunan keluarga adalah terwujudnya keluarga Indonesia yang berkualitas, sejahtera,dan berketahanan sosial yang mampu melaksanakan fungsi keluarga secara maksimal.

Persoalan lain yang masih menjadi kendala besar dalam pembangunan kependudukanadalah tidak tersebarnya mobilitas penduduk secara merata. Lebih banyak pendudukyang terkonsentrasi di kota-kota besar khususnya di Jawa. Ketidakmerataan ini berdampakpada lambatnya perkembangan ekonomi antar daerah sehingga terjadi ketimpanganekonomi antar daerah. Dari aspek mobilitas penduduk, kondisi yang diinginkan adalahterjadinya persebaran penduduk yang lebih merata ke luar Pulau Jawa sehinggakonsentrasi penduduk tidak semakin besar di Pulau Jawa yang memang sangat padatpenduduk. Demikian juga halnya dengan urbanisasi, diharapkan agar penduduk tidakberbondong-bondong datang ke perkotaan yang pada gilirannya menimbulkan masalahbaru. Kondisi persebaran penduduk yang diinginkan adalah persebaran penduduk yangmerata dan pengaturan mobilitas sesuai dengan potensi daerahnya. Tentunya yangdiharapkan adalah adanya penataan dan persebaran yang proporsial sesuai daya dukungalam dan lingkungan.

Page 127: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

TAHUN 2011-2035113

Sebagai penopang dari keempat komponen kependudukan di atas adalah tersedianyasistem data dan informasi kependudukan yang memadai. Namun sayangnya kualitassistem ini belum tercapai oleh sebab adanya berbagai kendala baik dari regulasi,kelembagaan, kapasitas SDM maupun kewenangan pusat daerah pasca diterapkannyaotonomi daerah. Seharusnya dikembangkan sistem survei dan pengumpulan datakependudukan yang sesuai dengan kebutuhan lembaga pemerintah terkait dan pihaknon-pemerintah seperti swasta dan kelompok masyarakat sipil lainnya yangmembutuhkan. Selain itu, kebijakan seharusnya diarahkan pada tersusunnya sistem da-tabase kependudukan sehingga diharapkan dapat diperoleh data dan informasikependudukan yang andal, akurat, riil, dan dapat digunakan sebagai bahan pengambilankeputusan secara cepat.

Page 128: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

114GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKANTAHUN 2011-2035

Daftar Pustaka

Adioetomo, Sri Murtiningsih. 2005. “Bonus Demografi Menjelaskan Hubungan antaraPertumbuhan Penduduk dengan Pertumbuhan Ekonomi” Pidato PengukuhanGuru Besar Fakultas Ekonomi UI. Jakarta: FE-UI

Badan Pusat Statistik. 2000. Sensus Penduduk 2000. Jakarta.

——. 2002. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2002. Jakarta.

——. 2007. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007. Jakarta.

——. 2010. Sensus Penduduk 2010. Jakarta.

——. 2011. Survei Angkatan Kerja Nasional 2011. Jakarta.

Bappenas. 2007.

Denny, Hugh. 1972. De Congesting Metropolitan America, It Can be Done. University ofMissoury, Extension Divission.

Granado, et.al. 2007.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Riset Kesehatan Dasar 2010. Jakarta.

UN-SC on Nutrition. 2008.

Saleh, Harry Heriawan, Mengurai Benang Kusut Metropolitan (Bumi Nusantara untukManusia Indonesia). Jakarta.

Page 129: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

TAHUN 2011-2035115

Lampiran

Page 130: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

116GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKANTAHUN 2011-2035

Page 131: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

TAHUN 2011-2035117

Page 132: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

118GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKANTAHUN 2011-2035

Page 133: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

TAHUN 2011-2035119

Page 134: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

120GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKANTAHUN 2011-2035

Page 135: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

TAHUN 2011-2035121

Page 136: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

122GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKANTAHUN 2011-2035

Page 137: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

TAHUN 2011-2035123

Page 138: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

124GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKANTAHUN 2011-2035

Page 139: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

TAHUN 2011-2035125

Page 140: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2

126GRAND DESIGNPEMBANGUNAN KEPENDUDUKANTAHUN 2011-2035

Page 141: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2
Page 142: Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 2011-2035. Buku 2