GRADASI MATERI DALAM LKS BAHASA ARAB STAR SHOLEH...
-
Upload
nguyentruc -
Category
Documents
-
view
296 -
download
0
Transcript of GRADASI MATERI DALAM LKS BAHASA ARAB STAR SHOLEH...
GRADASI MATERI DALAM LKS BAHASA ARAB STAR SHOLEH KELAS VII
KARYA FATCHIYAH FITRIYAH DKK
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Isalam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh
Gelar Sarjana Strata Satu Pendidikan Islam
Disusun Oleh:
FENI RISAL ALALA
07420072
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2014
v
M O T T O
Kemahiran seseorang dalam suatu bahasa tidak
menjamin kemahirannya mengajarkan bahasa
tersebut kepada orang lain. Mahir berbahasa adalah
satu hal, dan mahir mengajarkan bahasa adalah hal
yang lain
Ahmad Fuad Effendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, (Malang: Penerbit Misykat, 2004)
vi
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan Karya sederhana ini kepada: Jurusan Pendidikan Bahasa Arab Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
vii
ABSTRAK
Feni Risal Alala, “Gradasi Materi Dalam LKS Bahasa Arab Star Shaleh Kelas VII Karya Fatchiyah Fitriyah Dkk”. Skripsi. Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Bahasa Arab Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. 2014.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gradasi materi yang ada di dalam LKS Bahasa Arab Star Shaleh yang disusun oleh Fatchiyah dkk dan untuk menetahui kelebihan dan kekurangan yang dimiliki LKS Bahasa Arab Star Shaleh.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif dengan menerapkan pola fikir induktif yaitu proses berfikir dengan mengorganisasikan hasil pengamatan yang terpisah-pisah menjadi suatu rangkaian yang berhubungan. Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan penelitian kepustakaan.. Adapun sumber data primer LKS Bahasa Arab Star Shaleh semester ganjil dan genap.
Kesimpulannya adalah: 1) Penyusunan gradasi pembelajaran Bahasa Arab di dalam LKS Star Sholeh menerapkan tiga hal yaitu dasar gradasi berdasarkan tujuan penguasaan empat kemampuan berbahasa untuk tingkat pemula , jenis gradasi yang digunakan adalah gradasi putar dan gradasi fungsional-nosional, dan kriteria gradasinya dimulai dengan urutan materi dari hal yang sederhana yang memiliki karakteristik dasar yang kemudian pada materi lanjutannya dikembangkan dan dijelaskan secara lebih komplek . 2) Kelebihan dari LKS Star Shaleh adalah pemaparan empat maharah bahasa Arab yang runtut dan bertahap, latihan soal yang variatif dan pemaparan tarkib/tata Bahasa Arab yang bertahap dan berkelanjutan. Sedangkan kelemahannya adalah indikator pembelajaran tidak dicantumkan secara eksplisit dan kosakata yang tidak mencakup kata kerja.
Kata Kunci : Gradasi, Materi Pembelajaran, Model Pembelajaran .
viii
ا������
�� ا���ب��ّرج ا� �اّد � ور�� ا� �ل ،�� ر��� ا�� �"ّ!� �رس ا���� ا���� وا.�ا�-� ,+��+*( ا���") ا�" '&�ر %��$"& �!/&��!2 ا���� ��2 ، ا�0/1، �
،�!"�� !�ه�5و ���"�&ا� ا����م آ�!� ا��� 7�� '��ن آ��!�9آ� ا8'�7!� ،!( ا��; .2014،��آ!�آ���ا�/>�7!� Bف إا ا�0/1 �-ه�E%و F� ل ا������ ��رس �ب ّرج ا� �اّد � ور�� ا�
�� ,+��+*( ا���") ا�" '&�ر %��$""ّ!� ا���� ا� �!/& و "�ا���-� و ��� وا.�ا�-� �G9� .ا�-� 7� هBا ا�H&'" 0/1وا 0I�1!���م ا��!�ا�&/ �J�����J و �ا��%+! ��K ه�!LM&ت��2 ا�1!� ��*+M �م � هBا ا�0/1 ا� �&�7ّH ا� �.( وأ. إ��7�LM7 F 7ّ&*�� ا�
��رس � ا���بور�� ا� �ل �7 7*�را�1!��ت ه� وأ. >&�1ه� ا� �.( ا�&/P!J ا� �!ّ"����� وا.�ا�-� ��+*( ا���") �E!�5" '&�ر %��$"ا���� ا�& �!/&.
��رس ا���� ا���ب��ّرج ا� �اّد � ور�� ا� �ل أّن)F )1و&!�9 هBا ا�0/1 ه �!ّ"���17أ ا�&�ّرج ��F اه�اف ���K ) أ: (�U�U اT!�ء ��FM1� F" '&�ر %��$"ا�
1&�أ، �� ��) ج(�ع ا�&�ّرج ه� ا�&�ّرج ا��ورّي وا��W!+�، ) ب(ا� -�رات ا8ر"�2��J ) أ(ا�1�ا���-� ه� ) 2. (1!!] ا� �اّد ��1أ " �ّدة "�!�� ا�F �7ّدة 7�ّآ�1 �
��!\ و 7&�ّرج، � ���2��J ا�&�آ!\ ��F ) ج([�� H7&�+�، ا8') ب(ا� -�رات ا8ر"�دات � )ب(، ��م د�_( ا�&��!2 ) أ: (ه� �G9ات7ا�7ّ و. !�� >ا� M-^ ا�&+ ا�
)� � ( آ�`� .
ix
KATA PENGANTAR
بسم اهللا الرحمن الرحيم
!] و", �&�!] ��F أ�7ر ا��!� وا���]���أT-� أن � ا�, ا� اa . ا�/ � a رب ا�
aا ر'� ل ا� � و ��F أ�, و%/1, ا��-2 %( و'�2 . وأT-� ان 7//7 F��
�!]، أ ��أ;" �7.
Segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memlimpahkan
rahmat, taufik dan hidayah-Mu kepada kami, sehingga penulis bisa
menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tetap
tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, yang telah menjadi petunjuk
bagi umat manusia dari jalan kesesatan menuj jalan yang penuh gemerlap bintang
hidayah Alloh SWT.
Alhamdulillah, penyusunan skripsi ini yang berjudul “Gradasi materi
dalam LKS Bahasa Arab Star Sholeh kelas VII karya Fatchiyah Fitriyah dan
kawan-kawan” dapat terselesaikan dengan baik. Penulis menyadari
sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud secara baik tanpa
adanya bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
dengan segala kerendahan hati dan penghargaan yang tulus, dalam kesempatan
penulis sampaikan rasa terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. H. Musa Asy’ari M.Si. selaku rektor UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta.
x
2. Prof. Dr. H. Hamruni, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
3. Bapak Drs. H. Ahmad Rodli, M.Si. selaku ketua Jurusan dan pembimbing
skripsi Pendidikan Bahasa Arab yang telah memberikan arahan dan
bimbinganya dalam menuntut ilmu.
4. Bapak Dr. Abdul Munip,S.Ag, M.Ag. selaku pembimbing akademik yang
telah memberikan arahan dan bimbingan dalam perkuliahan.
5. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang
telah menularkan ilmunya kepada kami semua hingga kita menjadi seperti
sekarang ini.
6. Kedua Orang tua penulis, Bapak Syamsun Effendy dan Ibuk Lilik Yutriani
yang senantiasa mengiringi penulis dengan limpahan do’a dan restunya.
Berkat usaha yang gigih dan kerja keras beliaulah penulis dapat berjuang dan
bertahan hingga saat ini.
7. Gus Nasih Burhani S.Pd.I, Gus. M Thobroni S.Pd.I, Gus M Jaelany S.Pd.I
yang telah membantu lahirnya skripsi penulis, kesabarannya mengajari dan
pembimbing penulis dalam menuntut ilmu, beragama dan berkehidupan.
8. Seluruh kang- kang Pondok Pesantren Krapyak di Asrama Taman Santri
beserta staf dan segenap ustadz atas segala dukungan dan arahannya.
9. Seluruh sahabat-sahabatku, dan kawan-kawan PPL-KKN di MAN popongan
Prambanan Klaten dan yang lainnya. Terima kasih atas kebersamaan,
keceriaan, kekeluargaan dan motivasinya yang kalian berikan selama ini.
xi
10. Kawan-kawan waroeng kopi Yogyakarta. Terima kasih atas kebersamaan,
keceriaan, kekeluargaan dan motivasinya yang kalian berikan selama ini.
11. Kawan-kawan PBA 06 dan 07. Terima kasih atas kebersamaan, keceriaan,
kekeluargaan dan motivasinya yang kalian berikan selama ini.
12. Almarhum Guru besar Bp.Sri Warsono dan sedulor-sedulor Assalam Cahya
Buana. Terima kasih atas kebersamaan, keceriaan, kekeluargaan dan
motivasinya yang kalian berikan selama ini.
13. Kawan-kawan INKAI UIN SUKA. Terima kasih atas kebersamaan,
keceriaan, kekeluargaan dan motivasinya yang kalian berikan selama ini.
14. Rekan-rekan kerjaku di SKB Cellular dan U Cellular yang telah mendukung
dan menyemangatiku.
15. Istriku Diyah Ayu Mujiati yang telah membuatku mengerti arti kesabaran, dan
sudah menemaniku dalam suka dan duka.
16. Anakku Zayyin Nurusshafa Al-Kharomain, dengan perantara nya lah Allah
telah memberikan setitik cahaya Surga.
17. Dan semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari masih banyak kekurangan
dan masih jauh dari kesempurnaan disebabkan keterbatasan kemampuan dan
pengetahuan penulis. Untuk itu penulis mengharap saran dan kritik yang bersifat
membangun.
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................ ii
HALAMAN SURAT PERSETUJUAN SKRIPSI .......................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iv
HALAMAN MOTTO ..................................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vi
ABSTRAKS ................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xv
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xvi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xvii
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN .......................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Rumusan Masalah......................................................................... 10
C. Tujuan dan Kegunaan .................................................................... 10
D. Telaah Pustaka ............................................................................... 11
E. Kerangka Teori ............................................................................ 12
F. Metode penelitian .......................................................................... 53
G. Sistematika Pembahasan ............................................................... 55
xiv
BAB II GAMBARAN UMUM LKS
A. Identitas LKS .................................................................................. 57
B. Latar Belakang Penyusunan LKS ................................................. 57
C. Tujuan Pembelajaran ..................................................................... 59
D. Materi Pembelajaran ..................................................................... 62
E. Daftar Pustaka LKS ...................................................................... 72
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Dasar Penyusunan Gradasi Materi Dalam LKS Bahasa Arab Star
Shaleh Kelas VII Karya Fatchiyah dkk ............................................. .73
B. Jenis Gradasi Materi Dalam LKS Bahasa Arab Star Shaleh Kelas
VII Karya Fatchiyah dkk ……………………………………….. 81
C. Kriteria Materi Dalam LKS Bahasa Arab Star Shaleh Kelas VII
Karya Fatchiyah dkk………………………………………………. 92
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................... 100
B. Saran-saran .................................................................................... 101
C. Penutup ......................................................................................... 101
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 103
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1, Tema: Mufradat Ta’aruf .................................................................. 74
Tabel 2, Tema: Kata Tunjuk ......................................................................... 76
Tabel 3, D}amir Mufrod ................................................................................. 77
Tabel 4, Tema: Kata Tanya ��َ ...................................................................... 78
Tabel 5, Tema: Kata Tanya 78 ...................................................................... ه�
Tabel 6, Nama Kota ...................................................................................... 78
Tabel 7, tema: ��� ��� ��� إ���� و ............................................................ 88
Tabel 8, tema: اء����+��� .............................................................................. 89
Tabel 9, tema: مؤخر وخربمقدم مبتداء ......................................................... 89
Tabel 10, tema: م ����اء���������� ............................................................... 89
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1, tema 62 .................................................................................. ���رف
Gambar 2, tema ر��� 64 ................................................................................. ا
Gambar 3, tema � � 66 .................................................................................... ا
Gambar 4, tema 68 ....................................................................................ا���ة
Gambar 5, tema ان��� 70 ................................................................................... ا
xviii
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Transliterasi kata-kata Arab yang dipakai dalam penyusunan skripsi ini
berpedoman pada Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor : 158/1987 dan
0543b/U/1987.
A. Konsonan tunggal
Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan
ا ب ت ث ج ح خ د ذ ر ز س ش ص ض ط ظ ع غ ف ق ك ل
Alîf Bâ’
Tâ’
Sâ’
Jîm
Hâ’
Khâ’
Dâl
Zâl
Râ’
zai
sin
syin
sâd
dâd
tâ’
zâ’
‘ain
gain
fâ’
qâf
kâf
lâm
mîm
tidak dilambangkan
b
t
ṡ
j
ḥ
kh
d
Ŝ
r
z
s
sy
ṣ
ḍ
ṭ
ẓ
‘
g
f
q
k
l
tidak dilambangkan
be
te
es (dengan titik di atas)
je
ha (dengan titik di bawah)
ka dan ha
de
zet (dengan titik di atas)
er
zet
es
es dan ye
es (dengan titik di bawah)
de (dengan titik di bawah)
te (dengan titik di bawah)
zet (dengan titik di bawah)
koma terbalik di atas
ge
ef
qi
ka
`el
xix
م ن و هـ ء ي
nûn
wâwû
hâ’
hamzah
yâ’
m
n
w
h
’
Y
`em
`en
w
ha
apostrof
ye
B. Konsonan rangkap karena syaddah ditulis rangkap
�ّ�� دةّ�ة
ditulis
ditulis
Muta‘addidah
‘iddah
C. Ta’ marbutah di akhir kata
1. Bila dimatikan ditulis h
�� � ��
ditulis
ditulis
Ḥiiiikmahkmahkmahkmah
‘illah
(ketentuan ini tidak diperlukan bagi kata-kata Arab yang sudah terserap
dalam bahasa Indonesia, seperti salat, zakat dan sebagainya, kecuali bila
dikehendaki lafal aslinya).
2. Bila diikuti dengan kata sandang ‘al’ serta bacaan kedua itu terpisah,
maka ditulis dengan h.
ditulis آ�ا� ا�و���ء Karāmah al-auliyā’
3. Bila ta’ marbutah hidup atau dengan harakat, fathah, kasrah dan dammah
ditulis t atau h.
ditulis زآ�ة ا���� Zakāh al-fiṭri
xx
D. Vokal pendek
__َ_
��� __ِ_
ذآ�__ُ_
#"ه
fathah
kasrah
dammah
ditulis
ditulis
ditulis
ditulis
ditulis
ditulis
A
fa’ala
i
Ŝukira
u
yaŜhabu
E. Vokal panjang
1
2
3
4
Fathah + alif
$�ه���fathah + ya’ mati
%&'( kasrah + ya’ mati
آـ�#(dammah + wawu mati
��وض
ditulis
ditulis
ditulis
ditulis
ditulis
ditulis
ditulis
ditulis
Ā
jāhiliyyah
ā
tansā
ī
karīm
ū
furūḍ
F. Vokal rangkap
1
2
Fathah + ya’ mati
) '�/ fathah + wawu mati
12ل
ditulis
ditulis
ditulis
ditulis
ai
bainakum
au
qaul
G. Vokal pendek yang berurutan dalam satu kata dipisahkan dengan
apostrof
أأ�3( أ�ت
)(� 6 78�
ditulis
ditulis
ditulis
A’antum
U‘iddat
La’in syakartum
xxi
H. Kata sandang alif + lam
1. Bila diikuti huruf Qomariyyah ditulis dengan menggunakan huruf “l”.
ا�;�:ن ا�;��س
ditulis
ditulis
Al-Qur’ ān
Al-Qiy ās
2. Bila diikuti huruf Syamsiyyah ditulis dengan menggunakan huruf
Syamsiyyah yang mengikutinya, dengan menghilangkan huruf l (el) nya.
ا�&�=ء ا�?�<
ditulis
ditulis
As-Samā’
Asy-Syams
I. Penulisan kata-kata dalam rangkaian kalimat
Ditulis menurut penulisannya.
ذوي ا���وض أه� ا�&'�
ditulis
ditulis
śawawawawī alalalal----furfurfurfurūḍ
Ahl as-Sunnah
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemahiran seseorang dalam suatu bahasa tidak menjamin
kemahirannya mengajarkan bahasa tersebut kepada orang lain. Mahir
berbahasa adalah satu hal, dan mahir mengajarkan bahasa adalah hal yang
lain1. Manusia sejak lahir berusaha untuk dapat berkomunikasi dengan
lingkungannya. Dari situ lahirlah bahasa masyarakat tertentu dengan tanpa
harus bermusyawarah lebih dulu. Karena setiap masyarakat melahirkan bahasa
untuk berkomunikasi dikalangan mereka, maka terjadilah bahasa-bahasa yang
beraneka ragam sesuai dengan masyarakat, dimana bahasa itu lahir.2
Bahasa Arab tak ubahnya bahasa bahasa lain di dunia. Ia tumbuh dan
berkembang sesuai kepentingan orang orang yang menggunakannya. Suatu
bahasa hidup atau mati sangat ditentukan oleh sejauh mana masyarakat
memakainya dalam berbagai aspek kehidupan mereka. Suatu bahasa dikatakan
hidup jika masyarakat masih memakainya dalam kehidupan sehari hari, dan
dikatakan mati bila terjadi sebaliknya.3
Pembelajaran bahasa merupakan suatu sistemyang melibatkan banyak
komponen. Komponen-komponen tersebut saling kait mengkait dan
mempengaruhi berhasil atau tidaknya proses pembelajaran bahasa. Di antara
1 Ahmad Fuad Effendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, (Malang: Penerbit
Misykat, 2004) hlm.1. 2 Abdul Mun’im, Analisis kontrastif Bhs. Arab & Bhs Indonesia, (Jakarta: Penerbit PT
Pustaka Al-Husna Baru 2004) hlm.19. 3 Ibid., hlm.24
2
komponen-komponen itu adalah tujuan, materi, metode, sumber belajar, media
pembelajaran, interaksi belajar mengajar, evaluasi hasil belajar, pembelajar
atau siswa dan komponen guru.4 Setiap guru dan atau pendidik lainnya harus
menguasai komponen komponen itu dan trampil menerapkannya dalam proses
belajar mengajar, sehingga dapat menghasilkan proses belajar mengajar yang
berkualitas.5 Bahasa Arab dan al-Qur’an bagaikan dua sisi mata uang yang
tidak dapat dipisahkan, mempelajari bahasa Arab adalah syarat wajib untuk
menguasai isi al-Qur’an. Dan mempelajari al-Qur’an berarti mempelajari
bahasa Arab. Selain itu kenyataan lain bahwa bahasa Arab dalam fase
perkembanganya telah dijadikan sebagai bahasa resmi dunia Internasional,
dan ini sangat menggembirakan bagi kita semua. Maka tidak berlebihan jika
pengajaran bahasa Arab perlu mendapatkan penekanan dan perhatian seksama
di Indonesia yang mayoritas penduduknya memeluk agama Islam baik dalam
pendidikan formal maupun nonformal, mulai dari tingkat SD sampai
perguruan tinggi.6
Dengan demikian, sumber belajar bahasa arab pada hakikatnya adalah
sebuah sub disiplin yang mencoba mengelola semua komponen pembelajaran
bahasa tersebut agar dapat berjalan efektif dan efisien guna mencapai tujuan
pengajaran bahasa arab yang telah ditentukan. Sumber belajar (Learning
Resourch) menurut C. Asri Budiningsih dalam buku Metodologi Pengajaran
Bahasa Arab karya Syamsuddin Asyrofi, adalah segala macam sumber yang
4 Syamsuddin Asyrofi dkk, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Yogyakarta: Pokja
Akademik UIN Sunan Kalijaga, 2006), .15-16 5 Ibid., hlm. 18 6 Tayar Yusuf dan Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab,
(Jakarta: Grafindo Persada, 1995), hal. 188.
3
ada di luar diri seseorang (peserta didik) dan yang memungkinkan
(memudahkan) terjadinya proses belajar mengajar. Sumber belajar dapat
dimaknai sebagai alat pendidikan, dapat pula dimaknai melieu atau
lingkungan. Sesuatu menjadi alat pendidikan bila difungsikan untuk
membantu proses belajar mengajar. Sesuatu yang sama bila tidak difungsikan
untuk tujuan membantu proses belajar mengajar maka akan kehilangan
fungsinya sebagai alat dan berubah menjadi lingkungan hidup.7
Menurut S. Nasution sebagaimana yang dikutip oleh Syamsuddin
Asyrofi mengemukakan bahwa sumber belajar itu berupa sumber dari
masyarakat dan lingkungan berupa manusia, museum, organisasi, bahan
cetakan, perpustakaan, alat audio visual, dan sebagainya. Dalam proses belajar
mengajar, sumber belajar memegang peran sangat vital. Saat ini, proses
belajar mengajar berbasis sumber belajar (resourch-based learning) menjadi
tuntutan zaman. Proses belajar tidak lagi cukup hanya mengandalkan
informasi dari guru. Sebab, pengetahuan manusia akhir akhir ini berkembang
sangat cepat, bahkan terjadi apa yang disebut dengan eksplosi pengetahuan.
Sehingga, tuntutan agar siswa memiliki kemampuan belajar mandiri melalui
sumber-sumber belajar yang ada (learn how to learn) semakin tidak
terelakkan. Tanpa kemampuan menggali sendiri ilmu pengetahuan yang ada,
maka siswa akan terus ketinggalan informasi.8
Salah satu sumber belajar yang sangat dekat dengan siswa adalah
Lembar Kerja Siswa atau lebih sering disebut LKS, Lembar Kerja Siswa
7 Syamsuddin Asyrofi dkk, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Yogyakarta: Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga, 2006), hal.23-24
8 Ibid.
4
(LKS) mempunya peranan yang sangat penting bagi proses belajar siswa, hal
ini dikarenakan banyak sekolah dan guru-guru menggunakan Lembar Kerja
Siswa (LKS) dalam proses belajar mengajar, baik itu digunakan sebagai
sumber belajar atau sekedar buku latihan saja. Sejauh pengamatan penulis,
ternyata LKS lebih sering digunakan oleh siswa sebagai sumber belajarnya
dibandingkan dengan buku materi resmi yang disediakan oleh lembaga
pendidikan atau sekolah, mungkin karena dalam kenyataannya lebih banyak
siswa yang lebih dekat dengan LKS dari pada buku materi terlepas dari
mungkin sedikitnya buku materi yang tersedia. Penulis juga sudah melakukan
wawancara singkat ke lebih dari 15 Guru bahasa Arab, dan mereka
mengatakan hal yang sama. Inilah alasan utama penulis mengapa lebih
memilih LKS sebagai bahan penelitian.
Sumber belajar adalah bahan atau materi untuk menambah ilmu
pengetahuan yang mengandung hal-hal baru bagi pelajar. Sumber belajar itu
dapat berasal dari manusia, buku, perpustakaan, media massa, alam
lingkungan dan media pendidikan. Dengan demikian, LKS dapat
dikategorikan sebagai salah satu sumber belajar yang dapat digunakan siswa.
Depdiknas dalam Darusman menyatakan bahwa LKS adalah lembaran yang
berisikan pedoman bagi siswa untuk melaksanakan kegiatan yang terprogram.
Sedangkan Shadiq mendefinisikan LKS sebagai lembaran duplikat yang
dibagikan guru kepada siswa di suatu kelas untuk melakukan kegiatan atau
aktivitas belajar mengajar. Lembaran ini berisi petunjuk, tuntunan pertanyaan
dan pengertian agar siswa dapat mempeluas serta memperdalam
5
pemahamannya terhadap materi yang dipelajari. Sehingga dapat dikatakan
bahwa LKS merupakan salah satu sumber belajar yang berbentuk lembaran
yang berisikan materi secara singkat, tujuan pembelajaran, petunjuk
mengerjakan pertanyan pertanyaan dan sejumlah pertanyaan yang harus
dijawab siswa9.
Sumber belajar merupakan informasi yang disajikan dan disimpan
dalam berbagai bentuk media, yang dapat membantu siswa dalam belajar
sebagai perwujudan dari kurikulum. Bentuknya tidak terbatas dalam bentuk
cetakan, video, format perangkat lunak atau kombinasi dari berbagai format
yang dapat digunakan oleh siswa ataupun guru. Menurut Association for
Educational Communications and Technology, sumber belajar adalah segala
sesuatu atau daya yang dapat dimanfaatkan oleh guru, baik secara terpisah
maupun secara terpadu untuk kepentingan pembelajaran dengan tujuan
meningkatkan efektivitas dan efisiensi tujuan pembelajaran.10 Berdasarkan
batasan-batasan di atas, secara singkat dapat dikatakan bahwa sumber belajar
adalah segala bentuk sumber informasi yang dapat digunakan untuk kegiatan
pembelajaran.
Terdapat beberapa jenis sumber belajar yang dapat digunakan guru
untuk menunjang kegiatan pembelajaran. Sumber belajar dapat dikatagorikan
tempat atau lingkungan alam sekitar yaitu dimana saja seseorang dapat
melakukan belajar atau proses perubahan tingkah laku, benda yaitu segala
benda yang memungkinkan terjadinya perubahan tingkah laku bagi siswa,
9Firdaus, “lembar-kerja-siswa-lks-sebagai-sumber-belajar,” http://pirdauslpmp.wordpress.com/ 2011/ 04/19/, akses 5 Mei 2014
10 Ibid.
6
orang yaitu siapa saja yang memiliki keahlian tertentu dimana siswa dapat
belajar sesuatu, bahan yaitu segala sesuatu yang berupa teks tertulis, cetak,
rekaman elektronik, atau web yang dapat digunakan untuk belajar, buku yaitu
segala macam buku yang dapat dibaca secara mandiri oleh siswa, peristiwa
dan fakta yang sedang terjadi.11
Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa bahan ajar
merupakan bagian dari sumber belajar. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan
yang digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan
tidak tertulis.
Bahan ajar disusun dengan tujuan berikut, antara lain adalah
menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan
mempertimbangkan kebutuhan siswa, yakni bahan ajar yang sesuai dengan
karakteristik dan setting atau lingkungan sosial siswa; membantu siswa dalam
memperoleh alternatif bahan ajar disamping buku-buku teks yang terkadang
sulit diperoleh; dan memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran.
Tujuan penyusunan bahan ajar di atas dapat dikembangkan guru sesuai dengan
kebutuhan proses pembelajaran, misalnya untuk membantu kesulitan siswa
dalam memahami suatu konsep, menggunakan konsep, atau memecahkan
masalah.12
Pengembangan bahan ajar hendaklah memperhatikan prinsip-prinsip
pembelajaran. Di antara prinsip pembelajaran tersebut adalah, mulai dari yang
11 Ibid. 12 Ibid.
7
mudah untuk memahami yang sulit, dari yang kongkret untuk memahami
yang abstrak, pengulangan akan memperkuat pemahaman, umpan balik positif
akan memberikan penguatan terhadap pemahaman siswa, motivasi belajar
yang tinggi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan belajar,
mencapai tujuan ibarat naik tangga, setahap demi setahap, akhirnya akan
mencapai ketinggian tertentu, mengetahui hasil yang telah dicapai akan
mendorong siswa untuk terus mencapai tujuan 13
Uraian di atas menunjukkan bahwa terdapat cukup banyak jenis bahan
ajar. Berdasarkan teknologi yang digunakan, bahan ajar dapat dikelompokkan
menjadi empat kategori, yaitu bahan cetak (printed) seperti antara lain
handout, buku, modul, LKS, brosur, leaflet, wallchart, foto/gambar,
model/maket. Bahan ajar dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam,
dan compact disk audio. Bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti
video compact disk, film. Bahan ajar multimedia interaktif (interactive
teaching material) seperti CAI (Computer Assisted Instruction), compact disk
(CD) multimedia pembelajarn interaktif, dan bahan ajar berbasis web (web
based learning materials).14
Dalam proses belajar mengajar bahasa Arab metode merupakan hal
yang penting. Bahkan menurut ahli bahasa metode termasuk rukun yang
keempat dalam proses belajar mengajar. Setelah guru, murid dan materi.15
Menurut Mackey, metode adalah keseluruhan peristiwa mengajar dan belajar
13 Ibid. 14 Firdaus, ” lembar-kerja-siswa-lks-sebagai-sumber- belajar, ”
http://pirdauslpmp.wordpress.com/2011/04/19/, akses 5 mei 2014 15Abdul Mun’im, Analisis Kontrastif Bhs.Arab & Bhs Indonesia, (Jakarta: Penerbit PT
Pustaka Al-Husna Baru 2004), hal.151
8
yang meliputi hal-hal, yakni: a) Seleksi; b) Gradasi; c) Presentasi; dan d)
Repetisi16
Disamping faktor metodologi dalam proses pembelajaran, faktor
materi atau pelajaran bahasa Arab itu sendiri harus mendapat perhatian.
Karena keberhasilan pengajaran bahasa tidaklah semata-mata ditentukan oleh
metode. Faktor bahan pelajaran (buku teks) bagaimana dia disusun dan
disampaikan kepada murid-murid juga menentukan tercapainya tujuan
pengajaran.17 Seperti yang diungkapkan Akrom Malibari dkk, bahwa ada
enam faktor lain yang dapat menentukan keberhasilan pengajaran bahasa arab
dan salah satunya adalah texbook yang sesuai dengan tujuan dan metode
pengajaran.18
Seperti yang kita ketahui bahwa setiap karakteristik-karakteristik
texbook pelajaran bahasa arab dengan segala isinya yang berbeda-beda pada
setiap aspek penyusunan buku, bisa jadi dua metode menggunakan materi
yang sama tetapi penyajiannya tahap demi tahap (gradasi) berlainan,19.ada
yang menggunakan gradasi lurus (linear gradation) dalam menyusun isi
materi, ada juga yang menggunakan gradasi putar (cyclic gradation). Dari
segi kebahasaan dalam menyusun isi materi ada yang menggunakan gradasi
gramatis (grammatical gradation), ada yang menggunakan gradasi situasional
16 Mulyanto Sumardi, Pengajaran Bahasa Asing: sebuah tinjauan dari segi Metodologis,
(Jakarta: Penerbit Bulan Bintang, 1976), hal.41-64 17 Busyairi Madjidi, Metodologi pengajaran Bahasa Arab, (Yogyakarta: Sumbangsih
offset, 1994), hal.7 18 A. Akrom Malibary L.A.S. dkk, Pedoman Pengajaran Bahasa Arab, (Jakarta:
Departemen RI), hal.206 19 Mulyanto Sumardi, Pengajaran Bahasa Asing: Sebuah Tinjauan Dari Segi
Metodologis, (Jakarta: Penerbit Bulan Bintang, 1976), hal.47
9
(situational gradation), ada juga yang menggunakan gradasi fungsional-
nosional (functional-notional gradation).
Menurut Ibrahim Abdul ’Alim dan Badri kamal Ibrahim sebagaimana
yang dikutip Radliyah Zaenuddin dkk, mengemukakan bahwa salah satu
prinsip pokok pengajaran bahasa Arab adalah Gradasi yaitu tingkatan yang
harus dilalui dalam proses pembelajaran bahasa Arab. Gradasi mengenal lima
tahapan, yakni (a) dari tahap yang mudah kepada yang sulit, (b) dari tahap
yang sederhana kepada yang kompleks, (c) dari tahap yang jelas kepada yang
samar, (d) dari tahap yang kongkrit kepada yang abstrak, dan (e) dari tahap
yang sering dipergunakan kepada yang jarang dipergunakan.20
Dalam mengajarkan bahasa gradasi sangat penting, karena gradasi
yang sistematis akan mengurangi kesulitan mempelajari bahasa dengan cara
menyusun materi yang banyak itu kedalam bagian-bagian yang berurutan
tahap demi tahap.21 Dari permasalahan tersebut, penyusun tertarik untuk
meneliti gradasi materi dalam lks bahasa Arab kelas VII semester ganjil dan
semester genap yang disusun oleh Fatchiyah Fitriyah, S.Pd, Rosiatul
Hidayati,S.Ag, Huriyatul Cholisoh,S.ag, yang diterbitkan oleh Star Sholeh
Klaten Jawa Tengah.
20 Radliyah Zaenuddin dkk, Dra. Hj. M.Ag. Metodologi & Strategi alternatif
pembelajaran bahasa Arab, (Yogyakarta: Pustaka Rihlah Group, 2005), hal.47 21 Mulyanto Sumardi, Pengajaran Bahasa Asing: sebuah tinjauan dari segi Metodologis,
(Jakarta: Penerbit Bulan Bintang, 1976), hal.48
10
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, permasalahan yang
menjadi fokus penelitian ini adalah sebagai berikut:
Bagaimana Gradasi Materi dalam LKS Bahasa Arab Star Shaleh kelas
VII karya Fatchiyah Fitriyah, S.Pd dkk ?
C. Tujuan Dan Kegunaan
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak
dicapai dalam penelitian ini adalah :
Untuk mengetahui Gradasi Materi dalam LKS Bahasa Arab Star
Shaleh kelas VII karya Fatchiyah Fitriyah, S.Pd dkk.
2. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah :
a. Dari sisi kegunaan ilmiah, penyusunan skripsi ini di harapkan dapat
memberikan kontribusi nyata untuk memperkaya khazanah ilmu
pengetahuan dan kepustakaan pada umumnya dan dalam bidang ilmu
bahasa Arab pada khususnya.
b. Dari sisi kegunaan terapan adalah memberikan sumbangan pemikiran
bagi umat Islam, khususnya bagi pengajar bahasa Arab dan pelajar
atau siswa yang berkaitan dengan efektifitas metode pegajaran bahasa
arab pada saat ini.
11
D. Telaah Pustaka
Ada beberapa karya ilmiah berupa skripsi yang membahas tentang
metode pengajaran dalam hal ini adalah gradasi yang penulis ketahui,
diantaranya yaitu : skripsi yang berjudul ”Gradasi materi dalam kitab al-
Nah}wu al-Wa>dih} li al-Mada>ris al-Ibtida>iyyah karya ‘Ali al-Jarim dan Mustofa
Amin dan al-‘Imriti karya Syaikh Syarifuddin Yahya al-Imriti” yang ditulis
oleh saudara Muhammad Thobrony. Skripsi tersebut membahas tentang
gradasi materi dalam kitab Al-Nahwu Al-Wadih, dan gradasi materi dalam
kitab al-Imriti, dan mencari persamaan dan perbedaan diantara keduanya
karaena merupakan studi komparatif, sama-sama membahas gradasi dan
menjadikan dunia teks sebagai obyek kajiannya (penelitian kepustakaan),
yang menjadi pembeda adalah bahan penelitian penulis yaitu LKS.
Skripsi yang ditulis oleh saudara syafiq yaitu tentang analisis buku teks
Ta’li>m al-Lugah al-‘Ara>biyyah Pendidikan Bahasa Arab SMP/MTs
Muhammadiyah Kelas VII Karya Muhammad Thariq Aziz, S.Pd.I dan Nurul
Cholidiyah S.H.I, meneliti buku dari empat aspek seleksi, gradasi, presentasi,
repetisi, berbeda dengan skripsi penulis yang meneliti LKS dan lebih
menfokuskan pada aspek gradasi materi.
Fitri Na’imah juga menulis skripsi yang membahas tentang buku teks
dengan judul “Analisis Materi Kitab Al Balaghah Al Wadlihah”. Fokus skripsi
tersebut sama dengan skripsi yang ditulis oleh Ayi Sudarisman yaitu
kesesuaian Al Balagah Al Wadlihah untuk diajarkan kepada peserta didik
12
tingkat pemula non-Arab dan juga menerapkan teknik seleksi, repetisi, dan
gradasi materi dalam buku tersebut.
Berbeda dengan beberapa penelitian tersebut di atas, di sini penulis
akan meneliti GRADASI MATERI DALAM LKS BAHASA ARAB STAR
SHALEHKELAS VII SEMESTER GANJIL DAN GENAP KARYA
FATCHIYAH FITRIYAH DKK.
Atas dasar penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa penelitian ini
berbeda dangan penelitian-penelitian sebelumnya. Baik arah pembahasannya,
tujuan maupun objek kajiannya. Dengan kata lain penelitian ini belum pernah
dilakukan oleh orang lain (orisinil).
E. Kerangka Teoritik
1. Gradasi Materi pembelajaran bahasa
Gradasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah susunan
derajat atau tingkat, tingkat dl peralihan suatu keadaan pada keadaan lain;
tingkat perubahan. Gradasi menurut kesimpulan M. Thobroni dalam
skripsinya, gradasi adalah penataurutan isi pembelajaran bahasa yang
sesuai dengan kemampuan siswa pada suatu tahapan tertentu sehingga
tersaji secara sistematis. Istilah gradasi isi pembelajaran menurut Richards
dan Platt sebagaimana yang dikutip Budinuryanta adalah the arrangement
of the content of language course or a textbook so that it is presented in a
13
helpful way, yaitu penataan isi pembelajaran bahasa atau isi buku ajar
bahasa sehingga tersaji secara berdaya guna.22
Menurut Mackey sebagaimana yang dikutip Mulyanto Sumardi,
mengemukakan bahwa Prinsip penting dalam pembelajaran adalah
masalah pentahapan. Bahan yang disajikan kepada siswa harus sesuai
dengan kemampuan siswa pada suatu tahapan pembelajaran tertentu.
Karena materi yang telah diseleksi tidak mungkin diajarkan sekaligus.
Comenius (dalam Mulyanto Sumardi) berpendapat bahwa dalam gradasi
dasarnya harus diletakkan secara baik dengan penyajian dan contoh-
contoh yang baik pula. Seperti dijelaskan dalam prinsip pembelajaran
bahasa bahwa urutan pentahapan harus direncankan. 23
Dari beberapa pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwa
gradasi adalah pentahapan atau penataurutan materi pembelajaran sesuai
tata tingkatan siswa sehingga tersusun secara sistematis agar mudah
dinikmati.
a. Jenis Gradasi
Menurut Budinuryanta Yohanes dalam bukunya “Gradasi Isi
Pembelajaran Bahasa” sebagaimana yang dikutip oleh Muhammad
Thobroni dalam skripsinya menyatakan bahwa pengembangan bahan
ajar bahasa akan berhadapan dengan pilihan gradasi yang pada
22 M. Thobroni, ”Gradasi Materi Dalam Kitab Al-Nahwu Al-Wadih Li Al-Madaris Al-
Ibtidaiyyah Karya ‘Ali Al-Jarim dan Mustofa Amin Dan Al-‘Imriti Karya Syaikh Syarifuddin Yahya Al-Imriti”, Skripsi, (Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2009), hal 7-8
23 Mulyanto Sumardi, Pengajaran Bahasa Asing: sebuah tinjauan dari segi Metodologis, (Jakarta: Penerbit Bulan Bintang, 1976), hal.48
14
dasarnya antara dua jenis gradasi, yaitu gradasi lurus (linear
gradation), dan gradasi putar (cyclic gradation). Gradasi lurus sering
juga disebut sebagai gradasi suksesif (successive gradation) dan
gradasi putar disebut juga sebagai gradasi spiral (spiral gradation)
atau gradasi konsentris (concentric gradation) Di samping itu,
berdasarkan kategori kebahasaan gradari isi pembelajaran dapat juga
dibedakan atas gradasi gramatis (grammatical gradation), gradasi
situasional (situational gradation), dan gradasi fungsional-nosional
(functional-notional gradation).24 Berikut penjelasannya:
1) Gradasi lurus
Gradasi lurus merupakan jenis penata tingkatan isi
pembelajaran yang paling awal digunakan sebelum dikenal adanya
gradasi putar. Gradasi ini menatatingkatkan isi pembelajaran
secara lurus satu demi satu. Artinya setiap pokok pembelajaran
disajikan secara detail dengan tujuan pencapaian secara tuntas atas
pokok pembelajaran tersebut. Sebelum pokok pembelajaran itu
dikuasai secara tuntas oleh pembelajar, pembelajaran tidak akan
berlanjut ke pokok pembelajaran berikutnya. Pada gradasi lurus
(penuh), penyajian secara intensif mendalam dan detail terinci hal
itu perlu dilakukan karena gradasi ini menolak adanya
24 Budinuryanta Yohanes, ”Gradasi isi Pembelajaran Bahasa”, Makalah, (Bentara Bahasa,
2004), Lihat juga M. Thobroni, ”Gradasi materi dalam kitab al-nahwu al-wadih li al-madaris al-ibtidaiyyah karya ‘ali al-jarim dan mustofa amin dan al-‘imriti karya syaikh lihat juga M. Thobroni, ”Gradasi materi dalam kitab al-nahwu al-wadih li al-madaris al-ibtidaiyyah karya ‘ali al-jarim dan mustofa amin dan al-‘imriti karya syaikh syarifuddin yahya al-imriti”, Skripsi (Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2009), hal : 12
15
pengulangan. Jadi setiap bagian isi pembelajaran hanya tersaji satu
kali. Andaikata ada bagian yang belum terkuasai, maka
pengulangan dilakukan secara sekilas dalam konteks yang sama
persis.25
Gradasi lurus, dengan demikian, memiliki sejumlah
kelemahan. Pada tingkat permulaan kemajuan belajar akan sangat
lambat karena setiap pokok pembelajaran disajikan secara
mendasar. Hal itu mengakibatkan pembelajaran memerlukan waktu
yang relatif banyak. Kedua hal itu dapat menimbulkan pengaruh
negatif pada motivasi pembelajar, bahkan dapat terjadi
kepercayaan diri pembelajar juga rendah, atau menimbulkan
keraguan atas relevansi yang dipelajarinya bagi dirinya. Dalam
paduan dengan gradasi gramatis, misalnya, gradasi lurus ini akan
berlama-lama pada pembelajaran gramatika tertentu, dan tidak
kunjung tiba pada pembelajaran komunikatifnya. Akibatnya
pembelajar jenuh, bosan, dan tidak jarang patah semangat.26
Fuad Abdul Hamied mengemukakan bahwa dalam literatur
mutakhir pada umumnya gradasi lurus dianggap tidak cocok untuk
pengajaran bahasa ke 2 atau asing. Keberatan utama terhadap
gradasi lurus itu adalah sebagai berikut, bahwa dalam pelajaran
yang disusun secara lurus, sebuah pokok pelajaran itu hanya
disuguhkan satu kali, dilatihkan secara intensif, dan kemudian pada
25 Ibid. 26 Ibid.
16
pokoknya diacuhkan, meskipun kebanyakan pelajaran mempunyai
sejumlah unit “revisi”, didalamnya bahan pelajaran dikaji ulang
sekilas dan biasanya dalam konteks yang asli. Akan tetapi studi
akan retensimenunjukkan bahwa pokok pelajaran akan lebih baik
diingat jika terjadi berulang dalam konteks yang berbeda beda.27
2) Gradasi putar
Berbeda dengan gradasi lurus, gradasi putar
menatatingkatkan isi pembelajaran dengan pengarahan pada
pemahaman bertahap dengan kembali ke isi pembelajaran itu pada
interval yang berbeda dalam alur pembelajaran tersebut. Dalam
gradasi putar isi pembelajaran tidak disajikan dan dibahas secara
mendalam seperti halnya dalam gradasi lurus, tetapi hanya aspek-
aspek penting yang disajikannya. Tanpa harus menunggu
penguasaan tuntas atas isi pembelajaran yang tersajikan, proses
pembelajaran dapat berlanjut pada penyajian isi pembelajaran
berikutnya. Pada pembelajaran yang baru itu, isi pembelajaran
yang lama diulang, dan diintegrasikan.28
Lebih lanjut Corder menganjurkan gradasi berputar karena
sesuai dengan hakikat struktur bahasa yang kait-mengait tak
terpisahkan antara unsur yang satu dengan yang lain. Begitu juga
Howatt (1974: 20) gradasi putar mirip dengan proses alamiah
27 Fuad Abdu Hamied, l. Proses Belajar Mengajar Bahasa. (Jakarta: Depdikbud, Dirjen
Dikti, P2LPTK, 1987). hal.161-162 28 Budinuryanta Yohanes, ”Gradasi isi Pembelajaran Bahasa”, Makalah, (Bentara Bahasa,
2004)
17
pembelajaran bahasa yang tidak berjalan secara linear tetapi secara
spiral. Oleh karena itu, pengembangan bahan ajar dianjurkan
menggunakan gradasi putar ini.29
Gradasi berputar, mempunyai keuntungan keuntungan
yang jelas, di samping kesesuaiannya dengan hakihat bahasa dan
proses alamiah pembelajaran bahasa, adalah revisi yang terus
terjadi dalam konteks yang berbeda dari bahan yang telah
disajikan, kemajuan pada tahap awal akan relatif cepat. Tentu saja,
hal itu akan mengakibatkan pengehematan waktu, dan peningkatan
motivasi pembelajar (setidak-tidaknya pengonstanan motivasi
pembelajar). Keunggulan lain, memeiliki keleluasaan dalam
pembedaan isi pembelajaran bahasa reseptif dan produktif.30
Gradasi berdasarkan kategori kebahasaan :
1) Gradasi gramatis
Secara tradisional, pada umumnya diasumsikan bahwa
proses pembelajaran bahasa dapat dikembangkan dengan baik
melalui penatatingkatan isi pembelajaran yang berdasarkan
karakteristik struktural. Hal itu didasarkan pada pandangan bahwa
penguasaan yang cukup tentang sistem kaidah morfo-sintaktik
29 Fuad Abdu Hamied, Proses Belajar Mengajar Bahasa..hal.163, Lihat juga
Budinuryanta Yohanes, ”Gradasi isi Pembelajaran Bahasa”, Makalah, (Bentara Bahasa, 2004), Lihat juga M. Thobroni, ”Gradasi materi dalam kitab al-nahwu al-wadih li al-madaris al-ibtidaiyyah karya ‘ali al-jarim dan mustofa amin dan al-‘imriti karya syaikh syarifuddin yahya al-imriti” , Skripsi (Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2009), hal : 14
30 Ibid.
18
bahasa merupakan prasyarat untuk komunikasi yang efektif. Itulah
dasar penatatingkatan isi pembelajaran dalam gradasi gramatis.31
Dalam pelajaran yang disusun secara khas gramatis, isi
pembelajaran ditatatingkatkan berdasarkan pemusatan pada satu
atau beberapa struktur morfologi atau sintaktik. Artinya, isi
pembelajaran disajikan kepada pembelajar berdasarkan aspek
gramatikal tertentu (misal: imbuhan ber-), kaidah morfo-sintaktik
disajikan lebih dahulu, barulah kemudian diikuti oleh kaidah
komunikatifnya.32
Sejumlah keberatan muncul tentang gradasi gramatis itu.
Keberatan penggunaan gradasi ini adalah karena penekanan pada
penguasaan sistem kaidah morfo-sintaktik, sehingga sering
dilupakan bahwa forma linguistik itu adalah alat untuk mencapai
tujuan dan bahwa tujuan itu adalah komunikasi. Padahal untuk
komunikasi verbal diperlukan lebih dari sekedar penguasaan
kaidah morfo-sintaktik. Karena itulah kaidah penggunaan bahasa
harus dipelajari bersama sama dengan kaidah tata bahasa. Dengan
kata lain pengajaran bahasa kedua harus menekankan bukan saja
pada pengembanagan kompetensi linguistik, teapi juga pada
pengembangan kompetensi komunikatif.
Keberatan kedua adalah kaidah-kaidah gramatis yang
disajikan miskin unsur leksikal. Akibatnya pembelajar menguasai
31 Fuad Abdu Hamied, l. Proses Belajar Mengajar Bahasa. (Jakarta: Depdikbud, Dirjen Dikti, P2LPTK, 1987).hal.163
32 Ibid.
19
sistem kaidah bahasa yang dipelajari, tetapi tidak mempunyai
cukup kosa kata yang diperlukan dalam situasi komunikasi yang
dihadapinya.33
2) Gradasi situasional
Siswa yang diajar dengan pelajaran yang disusun secara
gramatis sering tidak mampu menerapkan apa yang dipelajarinya
dalan situasi komunikatif yang sesungguhnya. Itulah yang
mendorong munculnya gradasi situasional. Situasi tempat siswa
dapat menggunakan bahasa merupakan pertimbangan penting
dalam gradasi situasional. Situasi komunikasi adalah lingkungan
fisik tempat bahasa itu digunakan. Dalam gradasi situasional isi
pembelajaran ditatatingkatkan berdasarkan lingkungan tersebut,
untuk itulah unit dalam pelajaran situasional sering diberi nama
seperti ‘in the post office’, ‘in the restaurant’ dan lain sebagainya.34
Pendekatan situasional terhadap gradasi adalah pendekatan
yang faktor utamanya adalah lingkungan fisik tempat tuturan itu
diproduksi. Sebagaimana telah dipahami bahwa tuturan ditentukan
oleh sejumlah faktor yang melatarinya, salah satunya adalah
lingkungan fisik. Faktor lain adalah peranan sosial dan pskologis
para pelibat pertuturan, di samping faktor tujuan yang hendak
dicapai oleh penggunaan tuturan tersebut. Oleh karena itu, isi
pembelajaran ditatatingkatkan berdasarkan faktor tempat, pelibat,
33 Ibid., hal.164 34 Ibid., hal.164-165
20
tujuan, dan saat atau waktu pertuturan. Semua itulah yang disebut
sebagai konteks pertuturan.35
Keunggulan gradasi ini jelas bahwa isi pembelajaran
bahasa sesuai dengan konteks penggunaan bahasa tersebut,
sehingga pembelajar akan langsung dapat menerapkan atau
menggunakan kecakapan yang dipelajari sesuai situasi yang
ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran menjadi lebih
bermakna karena yang dipelajari berguna dalam kehidupannya.
Pada gilirannya, yang demikian itu akan dapat meningkatkan
motivasi pembelajar. Kelemahan gradasi situasional terletak pada
penekanan yang berlebihan antara isi pembelajaran dengan
lingkungan fisik tempat bahasa digunakan. Hal itu akan
mengakibatkan pemaksaan isi pembelajaran yang secara
kebahasaan belum tentu sesuai dengan situasi, atau sebaliknya.
Akhirnya, pembelajaran yang seharusnya natural tercipta oleh
gradasi situasional ini, menjadi artifisial juga.36
3) Gradasi Fungsional-Nasional
Dalam dasa warsa terakhir ini pendekatan pada desain
silabus yang dikenal dengan pendekatan fungsiona-nasional.
Gradasi ini menatatingkatkan isi pembelajaran dengan memadukan
35Fuad Abdu Hamied, Proses Belajar Mengajar Bahasa..hal.163, Lihat juga
Budinuryanta Yohanes, ”Gradasi isi Pembelajaran Bahasa”, Makalah, (Bentara Bahasa, 2004), Lihat juga M. Thobroni, ”Gradasi materi dalam kitab al-nahwu al-wadih li al-madaris al-ibtidaiyyah karya ‘ali al-jarim dan mustofa amin dan al-‘imriti karya syaikh syarifuddin yahya al-imriti” , Skripsi (yogyakarta: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2009), hal: 16-17
36 Ibid.
21
tiga kategori fungsional-nasional yang terdiri atas (1)kategori
semantico-grammatikal, yaitu kategori yang berkaitan dengan
persepsi kita atas kejadian, proses, keadaan, dan abstraksi,
(2)kategori modal meaning, yaitu kategori yang berkaitan dengan
cara penutur bahasa mengekspresikan sikpnya terhadap yang
dikatakannya atau yang dituliskannya, serta (3)kategori
communicative function, yaitu kategori yang digunakan untuk
menunjukkan yang dilakukan melalui bahasa sebagai lawan yang
dilaporkan melalui bahasa. 37 Dalam gradasi ini isi pembelajaran
bahasa tetap mencakup kaidah-kaidah gramatis sebagaimana
ditatatingkatkan oleh gradasi gramatis.
Kelebihan gradasi ini dibandingkan dengan gradasi
gramatis adalah kaidah gramatis langsung dipadukan dengan
penggunaannya. Wilkins menyarankan untuk menatatingkatkan isi
pembelajaran dalam beberapa putaran. Putaran pertama berisi
realisasi kategori nosional-fungsional yang paling sederhana dan
produktif. Dalam putaran kedua, bahan tersebut diulang lagi, tetapi
isi pembelajaran secara struktural lebih rumit lagi. Dengan
demikian dalam gradasi ini tetap bergradasi gramatis tetapi ditata
secara national-fungsional.38
Atas dasar karakteristik yang demikian itu, gradasi
notional-fungsional dapat dikatakan sebagai gradasi yang minim
37 Fuad Abdu Hamied, Proses Belajar Mengajar Bahasa, hal.165-166 38 Ibid.
22
kelemahan tetapi kaya akan keunggulan. Teristimewa manakala,
gradasi ini dikaitkan dengan tujuan pembelajaran komunikatif
yang di dalamnya mencakup kompetensi gramatikal maupun
kompetensi pragmatikal. Di bandingkan dengan gradasi
situasional, gradasi ini menjaga keseimbangan antara faktor situasi
dengan kaidah gramatis. Artinya gradasi national-fungsional tidak
memberikan penekanan berlebihan pada situasi yang justru dapat
menyulitkan penataannya sebagaimana hal itu terjadi pada gradasi
situasional.39
b. Dasar-Dasar Penyusunan Gradasi
Menurut Theo Van Els, etc 1984 sebagaimana yang dikutip
oleh Budinuryanta Y, menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang
harus diperhatikan sebelum menyusun gradasi isi pembelajaran, yaitu
faktor tujuan, tingkat, dan waktu pembelajaran.40 Sedangkan menurut
Nunan sebagaimana pula yang dikutip oleh Budinuryanta Y,
mengajukan faktor gradasi isi pembelajaran atas faktor masukan (input
39 Budinuryanta Yohanes, ”Gradasi isi Pembelajaran Bahasa”, Makalah, (Bentara
Bahasa, 2004), Lihat juga M. Thobroni, ”Gradasi materi dalam kitab al-nahwu al-wadih li al-madaris al-ibtidaiyyah karya ‘ali al-jarim dan mustofa amin dan al-‘imriti karya syaikh syarifuddin yahya al-imriti”, Skripsi (Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2009), hal.18-19
40 Van Els, Theo etc.. 1984. Applied Linguistics and the Learning and Teaching of Foreign Languages. Victoria: Edward Arnold, hal.226, Lihat juga Budinuryanta Yohanes, ”Gradasi isi Pembelajaran Bahasa”, Makalah, (Bentara Bahasa, 2004), Lihat juga M. Thobroni, “materi dalam kitab al-nahwu al-wadih li al-madaris al-ibtidaiyyah karya ‘ali al-jarim dan mustofa amin dan al-‘imriti karya syaikh syarifuddin yahya al-imriti”, Skripsi (yogyakarta: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2009), hal.8
23
factors), pembelajar (learners factors), dan aktivitas (activity
factors).41
Berikut faktor yang harus diperhatikan dalam menyusun
Gradasi isi pembelajaran bahasa :
1) Faktor tujuan pembelajaran
Tujuan pembelajaran merupakan faktor yang bukan saja
perlu dipertimbangkan dalam gradasi isi pembelajaran, melainkan
faktor yang wajib diperhitungkan dalam gradasi isi pembelajaran.
Hal itu berarti bahwa gradasi isi pembelajaran harus dilakukan
berdasarkan tujuan pembelajaran. Bagaimanapun, penatatingkatan
isi pembelajaran diabdikan bagi tercapainya tujuan pembelajaran.
Pembelajaran bahasa dengan tujuan khusus oral (misal: wicara,
atau menyimak), akan berbeda penatatingkatan isi
pembelajarannya dengan pembelajaran bahasa dengan tujuan
khusus literal (misal: membaca, atau menulis), ataupun
pembelajaran dengan tujuan khusus reseptif (misal: menyimak,
membaca) akan berbeda penatatingkatan isi pembelejarannya
dengan tujuan khusus produktif (misal: wicara, menulis).
Walaupun dimungkinkan bahwa di antara tujuan pembelajaran
khusus tersebut, terjadi kesamaan tata tingkat pada beberapa isi
pembelajaran.42
41 Nunan, David. Designing Tasks for the Communicative Classroom. (Cambridge:
Cambridge University Press, 1989), hal.97, Lihat juga Budinuryanta Yohanes, ”Gradasi isi Pembelajaran Bahasa”, Makalah, (Bentara Bahasa, 2004).
42 Fuad Abdu Hamied, l. Proses Belajar Mengajar Bahasa. (Jakarta: Depdikbud, Dirjen Dikti, P2LPTK, 1987)..hal.147, Lihat juga Budinuryanta Yohanes, ”Gradasi isi Pembelajaran Bahasa”, Makalah, (Bentara Bahasa, 2004)
24
2) Faktor tingkat kecakapan
Demikianpun, tingkat kecakapan perlu dipertimbangkan
dalam gradasi isi pembelajaran. Pembelajaran pada tingkat pemula
memerlukan penatatingkatan isi pembelajaran yang berlainan
dengan pembelajaran pada tingkat lanjut. Dengan kata lain,
pengembangan bahan ajar bahasa harus mengetahui atau
memastikan lebih dahulu untuk tingkat manakah bahan ajar itu
disusun. Gradasi isi pembelajaran bahasa untuk jenjang sekolah
dasar semestinya tidak sama dengan yang diperuntukkan pada
jenjang sekolah lanjutan, dan atau sekolah menengah. Gradasi isi
pembelajaran bahasa tingkat dasar (elementary) tentu berbeda
dengan tingkat lanjut (advanced).
3) Faktor waktu
Alokasi waktu dan persebaran waktu dalam keseluruhan
kurikulum juga ikut menentukan gradasi isi pembelajaran. Pertama
alokasi waktu akan berpengaruh langsung pada seleksi isi
pembelajaran, khususnya segi kuatitas. Pembelajaran bahasa yang
dirancang untuk waktu tiga tahun dengan alokasi waktu tiga jam
per minggu pasti memungkinkan pemuatan isi pembelajaran yang
lebih banyak daripada yang dirancang untuk waktu dua tahun
dengan alokasi waktu dua jam per minggu. Tentu saja, jumlah isi
pembelajaran ini akhirnya berpengaruh pada gradasinya.
25
4) Faktor masukan (input factors)
Gradasi isi pembelajaran harus mempertimbangkan faktor
masukan, yaitu yang berkaitan dengan teks sebagai isi
pembelajarannya. Tentang hal ini, ada beberepa segi yang perlu
dipertimbangkan dalam pengembangan bahan ajar bahasa. Pertama
adalah kompleksitas teks. Teks yang memuat kalimat-kalimat
sederhana secara umum akan lebih mudah daripada teks yang
memuat kalimat-kalimat rumit. Kalimat-kalimat tunggal, misalnya,
lebih mudah daripada kalimat-kalimat majemuk.. Demikianpun,
teks yang mengeksplisitkan hubungan antarteks relatif lebih mudah
dan daripada yang mengimplisitkan hubungan antarteks.43 Tuturan
(1) terkategori sederhana karena mengeksplisitkan hubungan
antarbagiannya dengan penggunaan konjungsi ‘karena’, sedangkan
tuturan (2) karena hubungan antarteks tidak eksplisit, terkategori
rumit. (1) Murid-murid membuang-buang waktu karena guru
meninggalkan ruang kelas. (2) Guru meninggalkan ruang kelas.
Murid-murid membuang-buang waktu.
Tentu saja, paragraf yang secara jelas mengungkapkan
gagasan pokoknya dalam kalimat utama termasuk kategori
sederhana, sedangkan paragraf yang menyembunyikan gagasan
pokoknya atau tidak menyatakan gagasan pokoknya dalam kalimat
utama terkategori teks rumit. Dari sini ini dapat dipahami mengapa
43 Nunan, David. Designing Tasks for the Communicative Classroom. (Cambridge:
Cambridge University Press, 1989).hal.97-101
26
tulisan berita, misalnya, lebih mudah dibandingkan dengan tulisan
sastra karena yang satu lebih mengeksplisitkan gagasan utama,
yang lain kurang –untuk tidak mengatakan tidak- mengeksplisitkan
gagasan utama. Teks yang bersesirah dan bersubsesirah, serta
dilengkapi gambar, foto, tabel, grafik lebih mudah dipahami
daripada teks yang tak berserirah, tanpa gambar, tanpa foto, dan
sebagainya.
Kedua, kompleksitas teks sebagai isi pembelajaraan dapat
juga disebabkan oleh jenis teks. Teks deskripsi berbeda tingkat
kesulitannya dengan teks argumentasi, narasi, ataupun eksposisi.
Teks yang menyajikan opini atau pendapat dan sikap seperti halnya
argumentasi lebih sulit dibandingkan teks yang sekedar
menyajikan fakta dan data seperti halnya deskripsi dan eksposisi.
Narasi yang menyajikan fakta dengan bumbu fiksi dengan
demikian juga lebih sulit daripada eksposisi dan deskripsi. Belum
lagi jika dipertimbangkan dari segi lisan (oral), dan tulis (literal),
ataupun asli, dan saduran.44
5) Faktor pembelajar (learners factors)
Pertimbangan penatatingkatan isi pembelajaran harus juga
didasarkan pada faktor pembelajar Termasuk dalam faktor ini
adalah pengetahuan dasar (background knowlegde) atau skemata
yang dimiliki pembelajar. Dapat dipahami bahwa penatatingkatan
44 Ibid.
27
isi pembelajaran yang berdasarkan skemata yang dimiliki siswa
menuju ke yang belum dimiliki siswa akan memudahkan
pemahaman daripada sebaliknya. Setidak-tidaknya dapat
diharapkan bahwa kesulitan pemahaman isi pembelajaran yang
didasarkan pada skemata pembelajar lebih kecil dibandingkan yang
tidak didasarkan pada skemata pembelajar.45
Brindley dalam Nunan mengemukakan selain pengetahuan
dasar atau skemata yang dimiliki pembelajar, faktor pembelajar
mencakup juga kepercayaan diri (confidence), motivasi
(motivation), pengalaman pembelajaran sebelumnya (prior
learning experience), kepesatan pembelajaran (learning pace),
kecakapan terpelajari (observed ability in language skills),
kesadaran kultural (cultural knowledge/awarenes), dan
pengetahuan kebahasaan (linguistic knowledge).46
6) Faktor aktivitas (activity factors)
Faktor lain dalam gradasi isi pembelajaran bahasa adalah
aktivitas pembelajaran. Menurut Nunan, akhir-akhir ini telah
terjadi kecenderungan untuk mengontrol kesulitan (isi
pembelajaran) bukan dengan penyederhanaan masukan, malainkan
dengan pemvariasian kesulitan aktivitas pembelajaran. 47
45 Nunan, David. Designing Tasks for the Communicative Classroom. (Cambridge:
Cambridge University Press, 1989).hal.101-103 46 Ibid., hal.101-103 47 Ibid., hal.104
28
Kompleksitas kegiatan pembelajar bisa ditengarai
berdasarkan faktor relevansi, kekompleksan, jumlah konteks yang
tersedia sebelumnya, keterprosesan bahasa, jumlah bantuan yang
tersedia bagi pembelajar, tingkat ketepatan gramatikal/kesesuaian
konstekstual, dan ketersediaan waktu. Apakah isi pembelajaran itu
bermakna dan berkesan bagi pembelajar; berapa langkah kegitan
yang terkandung di dalamnya; berapa banyak pengetahuan dunia
yang mendasarinya; berapa lama waktu yang dimiliki pembelajar
untuk menyelesaikan isi pembelajaran? Itu semua baru sebagian
pertanyaan yang jawabannya akan menentukan kompleksitas
aktivitas pembelajar48
Candlin dan Nunan menyarankan bahwa aktivitas
pembelajaran juga dapat ditatatingkatkan dengan mengacu pada
kecenderungan kognitif secara umum. Dengan mengadaptasi
pandangan Bruner, aktivitas tersebut terdiri atas (1)pemusatan
perhatian dan pengenalan (attending and recognizing),
(2)pemahaman (making sense), (3)penguasaan informasi yang
tersaji (going beyond the information given), dan (4)pentransferan
dan perampatan (transferring and generalising).49
c. Kriteria Gradasi
Kriteria gradasi adalah rambu-rambu yang digunakan untuk
mengkaji keoptimalan gradasi isi pembelajaran bahasa yang disusun
48 Ibid., hal.109 49 Ibid., hal. 110
29
berdasar faktor atau jenis gradasi tertentu. Kriteria tersebut dapat
didasarkan pada deskripsi bahasa sasaran, analisis kontrastif bahasa
yang telah dikuasai dan bahasa yang sedang dipelajari, dan struktur
proses pembelajaran.50
Berdasarkan deskripsi bahasa sasaran, isi pembelajaran bahasa
dapat diteropong pada kesederhanan atau kerumitan struktur bahasa
tersebut. Oleh karena itu, isi pembelajaran dapat ditatatingkatkan
berdasarkan urutan dari yang sederhana ke yang rumit. Mengapa
demikian? Kelazimannya struktur rumit identik dengan kesulitan
pembelajarannya, dan struktur yang sederhana identik dengan
kemudahan pembelajarannya. Walaupun sesungguhnya, secara teoretis
kerumitan atau kesederhanaan struktur itu masih diperdebatkan.51
Kriteria lain yang ditarik dari deskripsi bahasa sasaran adalah
frekuensi keterjadian, dan bobot fungsional.52 Frekuensi keterjadian
dan bobot fungsional adalah produktivitas struktur tertentu,
penggunaannya dalam membentuk ragam kalimat, dan fungsinya
sebagai basis bagi struktur lainnya. Gradasi isi pembelajaran bahasa
dapat juga dikaji dari dua hal tersebut. Apakah tertata atas struktur
yang memiliki frekuensi keterjadian tinggi dan bobot fungsional
tinggi, atau tidak.
50 Budinuryanta Yohanes, ”Gradasi isi Pembelajaran Bahasa”, Makalah, (Bentara Bahasa,
2004) 51 Ibid. 52 Fuad Abdu Hamied, l. Proses Belajar Mengajar Bahasa. (Jakarta: Depdikbud, Dirjen
Dikti, P2LPTK, 1987).hal.168
30
Analisis kontrastif atas bahasa yang telah terkuasai dengan
bahasa yang sedang dipelajari dapat juga digunakan sebagai kriteria
peneropongan gradasi isi pembelajaran bahasa. Asumsinya unsur yang
sama (bac:a: isomorfik) akan lebih sederhana dan lebih mudah bagi
pembelajar, sedangkan unsur yang beda akan lebih rumit dan sulit bagi
pembelajar. Oleh karena itu apakah penatatingkatan isi pembelajaran
bahasa bermula dari isomorfik atau bukan, jika gradasi ditata berdasar
tingkat kesulitannya. Meskipun, penelitian Politzer menyimpulkan
bahwa gradasi berdasar analisis kontrastif dengan pola beda-sama
lebih menunjukkan hasil belajar yang lebih baik ketimbang pola sama-
beda.53 Jadi penatatingkatan atas pola sama-beda tidak dapat
dipastikan memberikan gradasi isi pembelajaran bahasa yang optimal.
Alternatif lain dalam penggunaan kriteria gradasi ialah
berdasarkan struktur proses pembelajaran. Hal ini sebagaimana
diintroduksi Candlin dan Nunan yang mengadaptasi model Bruner
seperti telah diketengahkan di muka. Kriteria ini dapat diperluas pada
urutan proses pemerolehan bahasa sebagai para penutur asli bahasa itu
memperolehnya. Walaupun harus diakui penelitian tentang kedua hal
tersebut –proses pembelajaran dan urutan pemerolehan bahasa- masih
sangat terbatas sehingga informasi tentang hal itupun juga belum dapat
dianggap memadai dan mencukupi. Menurut penelitian Knapp dalam
Hamied pola urutan itu sangat rumit, tidak ada urutan yang menjamin
53 Ibid.
31
bahwa semua aspek struktur klausa dipelajari secara relatif berurut.
Suatu urutan yang terbukti efektik pada pembelajaran aspek tertentu,
ternyata berpengaruh negatif terhadap pembelajaran aspek lain. Hasil
lain penelitian Knapp (1) Aspek yang disuguhkan di awal pada
umumnya dikuasi lebih baik daripada aspek yang disajikan di akhir,
dan yang disuguhkan di tengah terbukti paling tidak efektif, dan (2)
Struktur yang kontras terbukti lebih sukar daripada struktur paralel.54
Secara keseluruhan ada dua aspek pokok dalam pengurutan,
yaitu pengelompokan (grouping) dan pengurutan (gradation).
Pengelompokan harus didasarkan pada prinsip-prinsip keseragaman,
kekontrasan, dan kepararelan. Sedangkan pengurutan harus didasarkan
pada prinsip psikologi belajar, yaitu Biasanya dari yang mudah ke
yang sulit, dari yang sederhana ke yang rumit (kompleks atau
sophisticated), dari yang umum ke yang khusus dari yang ringkas ke
yang panjang, dari bentuk yang analogous ke bentuk anomalous, dan
dari yang paling berguna bagi siswa ke yang kurang berguna.55
2. Gradasi Materi pembelajaran bahasa Arab
Dalam penyusunan gradasi pembelajaran bahasa Arab juga dapat
menerapkan tiga hal yaitu jenis gradasi, faktor gradasi, dan kriteria
gradasi.
54 Ibid., hal.169 55 Nurhadi, Tata Bahasa Pendidikan, Landasan Penyusunan Buku Pelajaran Bahasa
(Semarang: IKIP Semarang Press, 1995) hal. 402, Lihat juga M. Thobroni, “materi dalam kitab al-nahwu al-wadih li al-madaris al-ibtidaiyyah karya ‘ali al-jarim dan mustofa amin dan al-‘imriti karya syaikh syarifuddin yahya al-imriti”, Skripsi (Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2009), hal.21
32
a. Jenis Gradasi Pembelajaran Bahasa Arab
Penyusunan bahan ajar bahasa Arab juga dapat menerapkan
dengan pilihan gradasi yang pada dasarnya antara dua jenis gradasi,
yaitu gradasi lurus (linear gradation), dan gradasi putar (cyclic
gradation), dan berdasarkan kategori kebahasaan gradari isi
pembelajaran dapat juga dibedakan atas gradasi gramatis
(grammatical gradation), gradasi situasional (situational gradation),
dan gradasi fungsional-nosional (functional-notional gradation).
b. Dasar-Dasar Penyusunan Gradasi pembelajaran Bahasa Arab
1) Faktor tujuan
Gradasi isi pembelajaran bahasa Arab harus
memperhatikan tujuan pembelajaran. Pembelajaran bahasa Arab
dengan tujuan khusus maha>rah al-kala>m atau maha>rah al-istima>’,
akan berbeda penatatingkatan isi pembelajarannya dengan
pembelajaran bahasa Arab dengan tujuan khusus maha>rah al-
qira>’ah atau maha>rah al-kita>bah, meskipun mungkin di antara
tujuan pembelajaran khusus tersebut terjadi kesamaan tata tingkat
pada beberapa isi pembelajaran. Maka sebaiknya sebelum
menyusun gradasi harus menentukan dulu tujuan pembelajaran,
apakah untuk tujuan maha>rah al-istima>’, maha>rah al-kala>m,
maha>rah al-qira>’ah atau maha>rah al-kita>bah.
33
2) Faktor tingkat kecakapan
Pembelajaran pada tingkat ibtida>iyyah berbeda
penatatingkatan isi pembelajarannya dengan pembelajaran pada
tingkat s\ana>wiyyah. Sebaiknya pengembangan bahan ajar bahasa
Arab harus mengetahui atau memastikan lebih dahulu untuk
tingkat manakah bahan ajar itu disusun.
3) Faktor waktu Pembelajaran
Alokasi waktu dan persebaran waktu dalam keseluruhan
kurikulum juga ikut menentukan gradasi isi pembelajaran, begitu
juga dengan pembelajaran bahasa Arab, selain berpengaruh
terhadap seleksi (kualitas), alokasi waktu juga berpengaruh pada
gradasi. Pembelajaran bahasa Arab yang dirancang untuk waktu
tiga tahun dengan alokasi waktu tiga jam per minggu pasti
memungkinkan pemuatan isi pembelajaran yang lebih banyak
daripada yang dirancang untuk waktu dua tahun dengan alokasi
waktu dua jam per minggu. Tentu saja jumlah isi pembelajaran ini
akhirnya berpengaruh pada gradasinya
4) Faktor masukan (input factors)
Teks Arab yang memuat kalimat-kalimat sederhana secara
umum akan lebih mudah daripada teks yang memuat kalimat-
kalimat rumit. Kalimat-kalimat tunggal lebih mudah daripada
kalimat-kalimat majemuk. Begitu juga teks Arab yang berbentuk
sya’ir lebih sulit dipahami daripada yang tidak berbentuk sya’ir.
34
Kompleksitas teks sebagai isi pembelajaraan dapat juga disebabkan
oleh jenis teks. Teks deskripsi berbeda tingkat kesulitannya dengan
teks argumentasi, narasi, ataupun eksposisi. Teks yang menyajikan
opini atau pendapat dan sikap seperti halnya argumentasi lebih
sulit dibandingkan teks yang sekedar menyajikan fakta dan data
seperti halnya deskripsi dan eksposisi. Narasi yang menyajikan
fakta dengan bumbu fiksi dengan demikian juga lebih sulit
daripada eksposisi dan deskripsi. Belum lagi jika dipertimbangkan
dari segi lisan (oral), dan tulis (literal), ataupun asli, dan saduran
5) Faktor pembelajar (learners factors)
Penatatingkatan isi pembelajaran bahasa Arab yang
berdasarkan skemata yang dimiliki siswa menuju ke yang belum
dimiliki siswa akan memudahkan pemahaman daripada sebaliknya.
Pada umumnya siswa baru s\ana>wiyyah dengan background
ibtidaiyah tentu akan lebih mumpuni dari pada siswa baru
s\ana>wiyyah dengan background sekolah dasar.
6) Faktor aktivitas (activity factors)
Apakah isi pembelajaran baasa Arab itu bermakna dan
berkesan bagi pembelajar; berapa langkah kegitan yang terkandung
di dalamnya; berapa banyak pengetahuan dunia yang
mendasarinya; berapa lama waktu yang dimiliki pembelajar untuk
menyelesaikan isi pembelajaran? Itu semua baru sebagian
pertanyaan yang jawabannya akan menentukan kompleksitas
aktivitas pembelajar.
35
c. Kriteria Gradasi Pembelajaran Bahasa Arab
Ibrahim Abdul ’Alim dan Badri kamal Ibrahim sebagaimana
yang dikutip Radliyah Zaenuddin dkk, bahwa salah satu prinsip pokok
pengajaran bahasa Arab adalah Gradasi yaitu tingkatan yang harus
dilalui dalam proses pembelajaran bahasa Arab. Gradasi mengenal
lima tahapan, yakni (a) dari tahap yang mudah kepada yang sulit, (b)
dari tahap yang sederhana kepada yang kompleks, (c) dari tahap yang
jelas kepada yang samar, (d) dari tahap yang kongkrit kepada yang
abstrak, dan (e) dari tahap yang sering dipergunakan kepada yang
jarang dipergunakan.56
Hendaklah mengajarkan materi bahasa Arab itu dimulai dengan
bercakap cakap dan membaca, dimulai dari hal yang terdekat. Sekali
sekali jangan dimulai pengajaran bahasa arab itu dengan mengajarkan
nahwu dan s}araf (Gramatica) karena cara seperti itu lambat sekali dan
tidak menarik hati murid-murid. Jangan mengajarkan bahasa asing itu
dengan memakai terjemahan (kecuali terpaksa) karena murid tidak
akan mengerti bahasa itu waktu bercakap cakap, sebab ia harus lebih
dulu memikirkan terjemahannya agar ia mengerti (metode langsung/
direct method). Apabila hendak mengajarkan kata-kata baru dalam
bahasa Arab, maka hendaklah kata-kata itu dipergunakan dalam
kalimat, supaya pelajar memakai kata-kata itu pada tempatnya.
Mengajarkan kata-kata saja biasanya akan mendatangkan kekhilafan
56 Radliyah Zaenuddin dkk, Metodologi & Strategi alternatif pembelajaran bahasa Arab,
(Yogyakarta: Pustaka Rihlah Group, 2005), hal.47
36
tentang pemakaian kata-kata tersebut dalam kalimat.57Kedua,
Hendaklah memperkenalkan unsur-unsur bagian kalimat, misalnya
janis kata mubtada’, khabar, fa’il dan sebagainya dalam hubungannya
dalam kalimat ini tidak bebas, dan tidak diajarkan dengan penuh jika
tidak diletakkan dalam kerangka kalimat. Ketiga, tambahkanlah tiap
unsur pola baru kepada yang terdahulu. Keempat, sesuaikanlah
pelajaran yang sulit-sulit dengan kesanggupan para palajar. Inilah arti
”langkah-langkah bertahap” yang menghendaki interpretasi yang lebih
berbelit-belit dari pada sesuatu yang diterapkan dalam pelajaran linier
berprogram, dimana sesuatu dipecahkan dalam langkah-langkah
minimal agar para pelajar yang paling bodoh tidak membuat
kesalahan.58
Dengan sangat rinci Syamsuddin Asyrofi menguraikan kriteria
Gradasi dalam bukunya Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, beliau
menguraikannya dalam empat elemen maha>rah secara urut, beliau
menebutnya teknik mengajarkan kemempuan berbahasa arab, berikut
uraiannya:
1) Teknik Mengajarkan al-istima>’
Salah satu prinsip linguistik menyatakan bahwa bahasa itu
pertama-tama adalah ujaran, yakni bunyi-bunyi bahasa yang
diucapkan dan bisa didengar. Dengan demikian, beberapa
57 Mahmud Yunus, Metodik Khusus Bahasa Arab (bahasa Al-Qur’an), (Jakarta: PT
Hidakarya Agung, 1983). hal. 22-23 58 Abdul Mun’im, Analisis Kontrastif bahasa Arab & bahasa Indonesia (Jakarta: PT
Pustaka Al-Husna Baru, 2004), hal.145
37
pengajaran ahli bahasa menetapkan suatu prinsip bahwa
pengajaran bahasa harus dimulai dengan mengajarkan aspek-aspek
pendengaran dan pengucapan sebelum membaca dan menulis59.
Oleh karena itu, menyimak merupakan suatu pengalaman
belajar yang amat penting. Implikasinya, guru hendaknya memulai
pengajarannya dengan memperdengarkan ujaran-ujaran bahasa
Arab baik berupa kata-kata maupun kalimat. Manfaat aktifitas ini
adalah untuk membiasakan siswa mendengar ujaran dan mengenal
dengan baik tata bunyi bahasa Arab, menciptakan kondisi belajar
penuh gairah dan menumbuhkan motivasi dalam diri siswa. Secara
umum, tujuan latihan menyimak adalah agar siswa dapat
memahami ujaran dalam bahasa Arab, baik bahasa sehari-hari
maupun bahasa yang digunakan dalam forum resmi.60
Ada beberapa tahapan dalam pengajaran istima’, yaitu:
a) Latihan pengenalan (identifikasi)
Kegiatan ini bertujuan agar siswa dapat
mengidentifikasi bunyi-bunyi bahasa Arab secara tepat.
Penyajian pelajaran menyimak ini bisa langsung oleh guru
secara lisan. Akan tetapi lebih baik jika, guru menggunakan
rekaman tape recorder dengan suara orang Arab asli. Latihan
mengenal (identifikasi) bisa berupa latihan mendengar
59 Syamsuddin Asyrofi dkk, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Yogyakarta: Pokja
Akademik UIN Sunan Kalijaga, 2006).hal.125 60 Ibid.
38
untukmembedakan fonem atau huruf-huruf Arab dengan teknik
mengontraskan pasangan-pasangan ucapan yang hampir sama.
b) Latihan mendengar dan menirukan
Meskipun latihan menyimak bertujuan melatih
pendengaran, tetapi dalam prakteknya selalu diikuti dengan
latihan pengucapan dan pemahaman, bahkan yang terakhir
inilah yang menjadi tujuan utama kegiatan menyimak. Jadi,
setelah siswa mengenal bunyi-bunyi bahasa Arab melalui
ujaran-ujaran yang didengarnya, maka mereka dilatih untuk
mengucapkan dan memahami makna yang terkandung dalam
ujaran tersebut. Dengan demikian, pelajaran istima’ sekaligus
melatih dasar-dasar kemampuan reseptif dan produktif.
Latihan mendengarkan dan menirukan ini (istima’ wa
tardi>d) ini akan lebih efektif dan efisien jika dilakukan di
laboraturium bahasa, sebab berbagai teknik bisa dipraktekkan.
Dismping itu, latihan bisa dilakukan secara individual dalam
waktu yang bersamaan, dan siswa bisa membandingkan
ucapanya sendiri dengan model ucapan yang ditirukannya.
c) Latihan mendengarkan dan memahami.
Latihan mendengar untuk pemahaman ini dapat
dilakukan dengan berbagai maacam teknik seperti melihat dan
mendengar (unz{ur wa isma’), membaca dan mendengar (iqra’
wa isma’), dan mendengarkan dan memeragakan (iqra’ wa
39
mas\s\il). Ketiga jenis latihan tersebut adalah latihan
permulaanbagi jenis latihan berikutnya, yakni latihan
pemahaman atau fahm al-masmu’.61
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
mengajarkan fahm al-masmu’ antara lain:
a) Dalam pelajaran menyimak hendaknya dipupuk kemampuan
siswa untuk menafsirkan makna kalimat melalui intonasi dan
bunyi-bunyi lainnnya.
b) Siswa perlu dilatih untuk dapat mengidentifikasi gagasan
pokok (Main idea) dan membedakannya dengan gagasan
tambahan dalam materi diaolg atau teks yang didengarnya.
c) Dalam memilih teks lisan, hendaknya guru perlu
memperhatikan usia dan minat siswa, kosa kata yang dimiliki
siswa, dan tingkat kematangan serta kecepatan siswa dalam
mengikuti teks lisan.
d) Penyajian teks lisan untuk tingkat permulaan perlu diulang agar
siswa dapat membiasakan diri.
e) Penggunaan alat peraga akan sangat membantu.
f) Untuk siswa tingkat lanjut, situasi atau konteks perlu dibuat
mendekati situasi sehari-hari.
g) Guru hendaknya menuliskan kata-kata kunci sebelum pelajaran
dimulai.
61 Syamsuddin Asyrofi dkk, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Yogyakarta: Pokja
Akademik UIN Sunan Kalijaga, 2006).hal.125-126
40
h) Guru menyampaikan kepada siswa dengan jelas apa yang harus
dikerjakan.
i) Untuk mengetahui sejauhmana tingkat pemahaman siswa
terhadap apa yang disimaknya, maka setiap materi hendaknya
dilengkapi dengan daftar pertanyaan.62
2) Teknik mengajarkan al-kala>m
Kemahiran berbicara merupakan salah satu jenis
kemampuan berbahasa yang ingin dicapai dalam pengajaran
bahasa Arab. Kegiatan berbicara di dalam kelas bahasa mempunyai
aspek komunikasi dua arah, yakni antara pembicara dan pendengar
secara timbal balik. Dengan demikian, latihan berbicara harus
terlebih dahulu didasari oleh (i) kemampuan mendengarkan, (ii)
kemmpuan mengucapkan, dan (iii) penguasaan relatif terhadap
kosa kata dan ungkapan yang memungkinkan siswa dapat
mengkomunikasikan gagasan dan pikirannya.
Faktor lain yang penting dalam menghidupkan kegiatan
berbicara adalah keberanian siswa dan perasaan tidak takut salah.
Oleh karena itu, guru harus dapat memberikan dorongan kepada
siswa agar berani berbicara meskipun dengan resiko salah. Kepada
siswa hendaknya ditekankan bahwa takut salah adalah kesalahan
yang paling besar. Secara umum, tujuan latihan berbicara untuk
62 Ibid. hal.126-127
41
tingkat pemula dan menengah adalah agar siswa dapat
berkomunikasi lisan secara sederhana dalam bahasa Arab.63
Beberapa model latihan berbicara antara lain:
a) Latihan asosiasi dan identifikasi.
Latihan ini terutama dimaksudkan untuk melatih
spontanitas siswa dan kecepatannya dalam mengidentifikasi
dan mengasosiasikan makna ujaran yang didengarnya.
Bentuk latihannya antara lain:
(1) Guru menyebut satu kata, siswa menyebut kata lain yang
ada hubunganya dengan kata tersebut.
(2) Guru menyebut satu kata, siswa menyebut kata lain yang
tidak ada hubungannya dengan kata tersebut.
(3) Guru menyebut satu kata benda (ism), siswa menyebut kata
sifat yang sesuai dengan kata tersebut.
(4) Guru menyebut satu kata kerja (fi’il), siswa menyebut
pelaku (fa>’il) yang cocok dengan kata tersebut.
(5) Dan lain-lain
b) Latihan pola kalimat (pattern practice)
Latihan ini dilakukan melalui berbagai drill, baik yang
bersifat mekanis, bermakna maupun komunikatif yang
dpraktekkan secara lisan.
63 Ibid. hal.127-128
42
c) Latihan pecakapan.
Latihan percakapan ini terutama mengambil topik
tentang kehidupan sehari-hari atau kegiatan yang dekat dengan
kehidupan siswa. Dalam kegiatan ini juga diajarkan berbagai
macam ucapan selamat (tahiyat), ungkapan basa-basi dan lain-
lain. Tidak hanya aspek-aspek bahasa yang diajarkan tetapi
juga aspek sosial budaya seperti sopan santun, gerak-gerik,
bahasa tubuh dan perilaku dalam bercakap-cakap. Banyak
teknik dan model latihan percakapan yang telah dikembangkan.
Setiap pendekatan atau metode memberikan penekanan kepada
teknik atau model tertentu. Diantara moel-model tersebut
antara lain: tanya jawab, menghafalkan model dialog,
percakapan terpimpin, dan percakapan bebas.
d) Bercerita
Bercerita mungkin salah satu kegiatan yang
menyenangkan, tetapi bagi yang mendapatkan tugas bercerita
seringkali merupakan siksaan karena tidak punya gambaran apa
yang akan diceritakan. Oleh karena itu, guru hendaknya
membantu siswa dalam menemukan topik cerita yang sesuai.
e) Diskusi
Ada beberapa model diskusi yang bisa diterapkan,
seperti diskusi kelas dua kelompok berhadapan, diskusi
kelompok, diskusi panel, dan lain-lain.
43
f) Wawancara
Wawancara juga bisa dijadikan strategi untuk
mengajarkan keterampilan berbicara. Wawancara bisa
dilakukan dengan tamu, dengan teman sekelas, dan bisa
juga dengan guru.
g) Drama, berpidato dan lain-lain64.
3) Teknik mengajarkan al-qira>’ah
Kemahiran membaca mengandung dua aspek atau
pengertian. Pertama, mengubah lambang tulis menjadi lambang
bunyi, dan kedua, menangkap arti dari situasi yang dilambangkan
dengan simbol-simbol tulisan dan bunyi tersebut. Inti dari
kemahiran membaca adalah pada aspek atau pengertian kedua
tersebut, yakni agar siswa dapat membaca dan memahami teks
bahasa Arab.
Secara umum, ada beberapa jenis membaca, yaitu membaca
keras, membaca dalam hati, membaca cepat, membaca kreatif dan
membaca analitis. Masing-masing jenis membaca tersebut perlu
dilatihkan kepada siswa secara bertahap dan disesuaikan dengan
tingkat kemampuan siswa.
Agar pengajarankemahiran membaca dapat terarah kepada
tujuan, maka bacaan-bacaan yang disajikan perlu dilengkapi
dengan sejumlah pertanyaan atau model-model latihan. Bentuk dan
64 Ibid. hal.128-129
44
sistematika pertanyaan disesuaikan dengan tujuan atau jenis
membaca atau pengalamanbelajar yang ingin dilatihkan kepad
siswa,65
a) Belajar mengetahui dan mengingat
Siswa belajar mengetahui (al-ma’rifah) dan mengingat
informasi yang berupa sejumlah fakta atau definisi tentang
sesuatu dari teks yang dibacanya. Jenis pertanyaan yang bisa
dipakai untuk membimbing siswa menemukan informasi
tersebut adalah man, ma>, aina, mata dan lain-lainnya.
Pertanyaan-pertanyaan tingkat pertama ini nampaknya sepele,
tetapi cukup penting artinya sebagai landasan untuk berpikir
lebih lanjut atau mengenal teks pada tingkat yang lebih tinggi.
b) Belajar memahami
Ini berarti siswa belajar memahami dan menguasai
sesuatu dari teks berdasarkan fakta-fakta yang telah ditemukan
pada tingkat pertama. Jika seorang guru bertanya “apa yang
dikatakan Nabi mengenai kebersihan?”, maka pertanyaan ini
masih tergolong tingkat pengetahuan karena guru hanya
meminta siswa untuk menyebutkan dan mengingat kembali
perkataan Nabi (idalam teks) mengenai kebersihan. Namun,
jika guru bertanya “apa yang dimaksudkan oleh Nabi dengan
65 Syamsuddin Asyrofi dkk, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Yogyakarta: Pokja
Akademik UIN Sunan Kalijaga, 2006) hal.130
45
al-nadzafat min al-iman?”, maka pertanyaan ini sudah
tergolong tingkat pemahaman
Beberapa kata tanya untuk merangsang berkembangnya
kemampuan memahami teks bacaan antara lain: limaz{a, ma al-
laz}i, isyrah, s}if, bayyin, qarrin, dan lain-lain.
c) Belajar mengaplikasikan pengetahuan
Siswa tidak hanya cukup bisa menyebutkan,
menerangkan dan menafsirkan informasi, tetapi dituntut pula
untuk bisa mengaplikasikan atau menerapkan (tat{biq)
informasi pengetahuan tersebut. Menggunakan informasi yang
diperoleh dari teks untuk memecahkan masalah juga termasuk
dalam tingkat aplikasi ini.
d) Belajar menganalisis
Belajar menganalisis (al-tahlil) menuntut siswa secara
kritis dan mendalam untuk menemukan sesuatu yang tidak
dinyatakan secara eksplisit dalam teks bacaan. Menemukan ide
pokok dalam paaragraf bisa digolongkan dalam belajar
menganalisis. Dalam hai ini, siswa perlu dikenalkan dengan
kata-kata penghubung yang bisa dijadikan acuan menemukan
ide pokok, seperti liz}alik, li’anna, li’annahu, rag}}{{ma anna, ma’a
anna, dan lain-lain..
e) Belajar mensintesis
46
Kegiatan sintesis (al-tarkib) adalah merangkum bagian-
bagian dalam teks untuk ditampilkan kembali dengan “baju
baru” atau dalam sebuah kerangka yang sama sekali baru dan
original. Hal ini memerlukan kreatifitas siswa, seperti membuat
bagan, denah, skema, grafik dan sejenisnya yang
menggambarkan isi teks.
Sebagai contoh, untuk sebuah teks yang mengutarakan
secara rinci tetapi tidak sistematis tentang perbedaan pendapat
di antara para ahli mengenai suatu masalah, guru meminta
mereka untuk melakukan sintesa dengan membuat sebuah
bagan yang menampilkan secara jelas kedua kubu yang
berbeda pendapat, mencakup siapa pendukungnya, alasan-
alasannya, da a-data pendukungnya, dan lain-lain.
f) Belajar mengevaluasi
Pengalaman belajar keenam dalam menghadapi teks
bacaan adalah melakukan evaluasi (taqwi>m). Dalam kegiatan
ini, siswa dituntut untuk menilai kualitas atau manfaat dari teks
yang dipelajari, baik menyangkut sistematika maupun gagasan
yang dimuat dalam teks tersebut. Penilaian itu harus didasarkan
pada kriteria-kriteria yang jelas, apakah ini menyangkut standar
objektif atau pendapat subjektif pribadi. Hasil penilaian siswa
mungkin akan berbeda-beda, baik karena pebedaan kriteria
47
yang dipakai atau perbedaan sudut pandang, tetapi perbedaan
itu justru diharapkan.
g) Belajar untuk mengenal pola kalimat
Ada bahan bacaan yang disajikan dengan tujuan untuk
memperkenalkan pola kalimat baru kepada siswa. Untuk itu
harus dipersiapkan latihan guna memantapkan pola kalimat
tersebut secara lisan maupun tulisan.dalam hubungan ini, bila
dianggap perlu, siswa juga bisa dilatih untuk mengenal fungsi-
fungsi gramatikal dari kata-kata dalam kalimat, misalnya untuk
mengetahui mana fa’il, fi’il, maf’ul bih, mubtada’, khabar dan
lain-lain. Tujuannya adalah untuk membantu memahami teks,
tetapi harus dibatasi seperlunya agar pelajaran qira>’ah tidak
berubah menjadi pelajaran nahw.66
4) Teknik mengajarkan al-kita>bah
Seperti halnya membaca, kemahiran menulis (kita>bah)
mempunyai dua aspek yang berbeda, yaitu: pertama, kemahiran
membentuk huruf dan menguasai ejaan, kedua, kemahiran
melahirkan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan berbahasa
Arab.
a) Kemahiran membentuk huruf
Inti kemahiran menulis dalam pelajaran bahasa terletak
dalam dua aspek di atas. Namun, dalam kenyataanya, banyak
66 Ibid. hal.130-134
48
orang yang dapat menulis Arab dengan baik tetapi tidak faham
makna kalimat yang ditulisnya, apalagi melahirkan maksud dan
pikirannya sendiri dengan bahasa Arab. Sebaliknya, tidak
sedikit sarjana Bahasa Arab tulisannya kurang baik.
b) Kemahiran mengungkapkan pikiran dengan tulisan
Aspek ini merupakan inti dari kemahiran menulis.
Latihan menulis ini pada prinsipnya diberikan setelah latihan
menyimak, berbicara dan membaca. Hal ini tidak berarti bahwa
latihan menulis hanya diberikan setelah siswa memiliki ketiga
kemahiran tersebut di atas. Latihan menulis dapat diberikan
pada jam yang sama dengan latihan kemahiran yang lain,
tentunya dengan memperhatikan tahap-tahap latihan sesuai
dengan tingkat kemampuan siswa.
c) Tahap-tahap latihan menulis
(1) Mencontoh
Kegiatan mencontoh sepintas lalu nampaknya tidak
ada gunanya dan membuang waktu saja, tetapi sebenarnya
aktivitas ini tidak semudah yang kita bayangkan. Tentu saja
kegiatan mencontoh ini diberikan pada tahap-tahap
permulaan dan juga untuk variasi pada tahap-tahap
berikutnya.
49
(2) Reproduksi
Reproduksi adalah menulis berdasarkan apa yang
telah dipelajari secara lisan. Dalam tahap kedua ini, siswa
sudah mulai dilatih menulis tanpa ada model. Model
lisan tetap ada dan harus model yang benar-benar baik.
Jawaban-jawaban yang benar atas pertanyaan-
pertanyaan dalam pengajaran membaca, misalnya dapat
dipakai sebagai latihan untuk maksud atau tujuan ini.
Jawaban-jawaban latihan pola kalimat yang biasanya
dikerjakan secara lisan dapat juga dipakai sebagai latihan
menulis, dan ini akan menyangkut berbagai macam latihan
seperti telah dijelaskan dimuka.
(3) Imlak (mendikte)
Imlak atau mendikte sangat banyak manfaatnya asal
bahan yang diimlakkan dipilih dengan cermat. Disamping
melatih ejaan, imlak juga melatih penggunaan pendengaran,
bahkan pemahaman juga dilatihkan sekaligus.
Ada dua macam imlak, yaitu: pertama, imlak yang
dipersiapkan sebelumnya, artinya siswa diberitahu
sebelumnya tentang materi atau teks yang akan diimlakkan.
Kedua, imlak yang tidak dipersiapkan sebelumnya, artinya
siswa tidak diberitahu sebelumnya tentang materi atau teks
yang akan diimlakkan.
50
(a) Rekombinasi dan transformasi
Rekombinasi adalah latihan menggabungkan
kalimat-kalimat yang pada mulanya berdiri sendiri
menjadi satu kalimat yang panjang. Sedangkan
transformasi adalah latihan mengubah bentuk kalimat
tertentu menjadi bentuk kalimat yang lain, seperti
kalimat positif menjadi kalimat negatif, kalimat berita
menjadi kalimat tanya dan lain-lain.
(b) Mengarang terpimpin
Pada tahap rekombinasi dan transformasi,
kalimat kalimat yang dilatihkan masih merupakan
kalimat-kalimat yang lepas. Pada tahap mengarang
terpimpin ini, siswa mulai dikenalkan dengan penulisan
alinea, meskipun sifatnya masih terpimpin.
(4) Mengarang bebas
Tahap ini merupakan tahap melatih siswa
mengutarakan pikirannya dan isi hatinya dengan memilih
kata-kata dan pola kalimat secara bebas. Namun, guru
hendaknya tetap memberikan bimbingan dan pengarahan.
Tanpa bimbingan guru, siswa mungkin akan mengalami
kebingungan dan tidak tahu apa yang harus ditulisnya. Ada
baiknya kalau topik, unsur-unsur dan panjang karangan
ditentukan oleh guru dengan mengikutsertakan siswa dalam
51
proses penentuannya. Harus diingat bahwa tidak semua
orang dapat mengarang dengan mudah. Oleh karena itu,
judul yang diberikan hendaknya disesuaikan dengan
kemampuan dan tingkat kematangan anak.67
Beberapa hal berikut ini mungkin bisa dijadikan
pedoman sesuai dengan tingkat kesukarannya;
(a) Menulis definisi kata sehari-hari
(b) Menuliskan kembali apa yang telah dipelajari dalam
pelajaran membaca
(c) Menceritakan suatu peristiwa
(d) Mendeskripsikan satu benda atau suatu keadaan
(e) Menulis surat
(f) Menulis suatu topik tentang pengetahuan yang telah
dikuasainya dari mata pelajaran lain
(g) Menulis artikel yang menuntut daya pikir
(h) Menulis cerpen yang menuntut daya hayal, dan lain-
lain.
(5) Jenis-jenis karangan
Berdasarkan jenisnya, karangan yang bisa dibagi
menjadi:
(a) Eksposisi sederhana (‘ard{ bas}it{)
67 Syamsuddin Asyrofi dkk, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, Pokja Akademik
UIN Sunan Kali Jaga, Yogyakarta, 2010.hal.135-138
52
Misalnya, siswa diminta menulis definisi
tentang kata-kata sehari-hari yang dilihat atau didengar
oleh siswa, atau bisa juga berupa komentar singkat
mengenai suatu keadaan atau peristiwa.
(b) Narasi-cerita (qis{s{ah)
Misalnya, siswa diminta untuk menulis berbagai
macam kejadian dengan urutan yang tepat, seperti
menceritakan sebuah kecelakaan yang baru dialaminya
sendiri. Gambar mengenai kejadian secara kronologis
bisa dipakai untuk membantu siswa.
(c) Deskripsi/pemerian (was{f)
Siswa dilatih untuk menggunakan kata-kata
yang kongkrit, memilih rincian untuk mendukung
sebuah kesan dengan menggunakan bahasa yang akurat,
misalnya deskripsi tentang suatu daerah wisata, keadaan
sekolah dan lain-lain.
(d) Surah (risa>lah)
Siswa diminta berlatih untuk menulis berbagai
jenis surat seperti surat persahabatan, surat keluarga,
surat resmi dan lain-lain. Penulisan surat ini juga
mengandung unsur-unsur narasi dan deskripsi.
53
(e) Kreasi (ibtikari>)
Jenis karangan ini akan baik dilatihkan kepada
siswa tingkat lanjut, karena penulis dituntut untuk
berpikir dan menulis secara logis, mampu
mengutarakan atau mendukung suatu pendapat dengan
argumentasi dan bukti-bukti yang cukup.
(f) Imajinasi (h{ayali)
Jenis karangan ini juga sebaiknya dilatihkan
kepada siswa tingkat lanjut, karena menuntut daya
imaginasi yang kuat. Faktor bakat nampakya cukup
besar pengaruhnya. Contoh karangan jenis ini antara
lain, cerpen.68
F. Metode Penelitian
1. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan untuk menyusun skripsi ini adalah
library research (penelitian kepustakaan) yaitu jenis penelitian yang
berusaha menghimpun data penelitian dari khazanah literatur dan
menjadikan “dunia teks” sebagai objek utama analisis penelitiannya.
2. Sifat penelitian
Sifat penelitian skripsi ini adalah deskriptif yaitu penguraian secara
teratur seluruh konsep yang ada relevansinya dengan pembahasan.69
68 Ibid. hal.138-140 69 Anton Baker, Metode Filssfat, (Jakarta: Galia Indonesia, 1996), hal. 10
54
3. Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini adalah pelelitian kepustakaan murni, maka metode
pengumpulan data yang digunakan adalah studi kepustakaan, yaitu
mengkaji dan menelaah perbagai buku, tulisan, artikel, jurnal ataupun
majalah yang mempunyai relevansi dengan tema pokok dalam
pembahasan skripsi ini.
Adapun sumber datanya dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
a. Data Primer
Sumber data primer adalah sumber pokok yang sesuai dengan
permasalahan dalam skripsi ini. Adapun sumber data primer dalam
penelitian ini adalah 1), LKS Bahasa Arab kelas VII Semester ganjil
Penerbit Star Sholeh 2), LKS Bahasa Arab kelas VII Semester genap
Penerbit Star Sholeh.
b. Data Skunder
Sumber sekunder adalah sumber informasi yang tidak secara
langsung mempunyai wewenang dan tanggung jawab terhadap
informasi yang ada. Adapun yang dijadikan sumber sekunder adalah:
1) Buku Proses Belajar Mengajar Bahasa karya Fuad Abdul Hamied
2) Buku Pengajaran Bahasa Asing: sebuah tinjauan dari segi
Metodologis karya Dr. Mulyanto Sumardi 3) Buku Metodologi
Pembelajaran Bahasa Arab karya Drs.H. Syamsuddin Asyrofi, MM
dan data-data yang diambil dari makalah, skripsi, buku-buku, kamus,
jurnal, dan karya lain yang relevan dengan pembahasan tersebut.
55
4. Metode Analisis Data
Metode Induktif
Metode induktif adalah cara pembahasan dari suatu pengetahuan
yang sifatnya khusus dan bertitik tolak pada pengetahuan yang khusus itu
kita hendak menilai suatu kejadian yang umum, berangkat dari fakta fakta
yag konkrit dan kemudian digeneralisasikan.70
Dengan metode induktif ini penulis bermaksud melakukan analisis
terhadap kedua data primer yang diperoleh dengan konsep-konsep atau
teori-teori khusus tentang gradasi yang ada sebagai landasan dalam
pengambilan kesimpulan yang bersifat umum.
G. Sistematika Pembahasan
Secara keseluruhan, skripsi ini terdiri dari empat bab yang tiap bab
mempunyai spesifikasi sendiri.
Bab pertama merupakan pendahuluan yang memaparkan latar
belakang umum bagi keseluruhan rancangan penulisan skripsi ini. Bab ini
memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan
penelitian, kajian pustaka, kerangka teori, metode penelitian dan sistematika
pembahasan.
Bab kedua menguraikan karakteristik LKS yang terdiri dari Identitas
LKS, latar belakang disusunnya, petunjuk pengajaran, isi LKS, dan teknik
pembelajaran.
70 Sutrisno Hadi Metodologi Reserch II. (Yogyakarta : Andi Offset, 2004), hal. 47
56
Bab ketiga merupakan inti dari skripsi ini berisi analisis Gradasi
materi dalam LKS Bahasa Arab Semester ganjil dan LKS Bahasa Arab
semester genap.
Bab keempat adalah penutup terdiri dari kesimpulan, saran-saran dan
kata penutup.
100
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh penulis pada LKS
Star Sholeh pelajaran Bahas Arab Kelas IIV semester ganjil dan genap yang
dikarang oleh Fatchiyah Fitriyah, Rosidatul Hidayati, dan Huriyatul Cholisoh
tentang gradasi materi di dalam buku tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa:
Penyusunan gradasi pembelajaran Bahasa Arab di dalam LKS Star
Sholeh menerapkan tiga hal yaitu dasar gradasi, jenis gradasi, dan kriteria
gradasi. Pengarang LKS Star Shaleh menatatingkatkan isi pembelajaran
berdasarkan tujuan penguasaan empat kemampuan berbahasa yaitu menyimak,
berbicara, membaca dan menulis. LKS ini dikatagorikan sebagai materi
gradasi yang ditujukan untuk pembelajar pemula didalam bahasa Arab dengan
ragam aktivitas yang beragam. Jenis gradasi yang digunakan adalah gradasi
putar (cyclic gradation) dan berdasarkan katagori kebahasaan gradasi isi
pembelajaran mengunakan gradasi fungsional-nosional (functional-notional
gradation). Kriteria gradasi di dalam LKS Star Shaleh adalah dimulai dengan
urutan materi menyimak dan berbicara, membaca serta menulis dengan
mufradat dan tarkib sebagai penunjang pembelajaran keempat maha>ra>h
tersebut. Materi dimulai dari hal yang terdekat dan sederhana yang memiliki
101
karakteristik dasar yang kemudian pada materi lanjutannya dikembangkan dan
dijelaskan secara lebih komplek.
B. Saran
1. Dalam setiap babnya hendaknya pengarang mencantumkan indikator
pembelajaran. Hal ini penting untuk menjadi tolok ukur ketercapaian
standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan sehingga
proses pembelajaran lebih terarah dan efektif.
2. Pengarang LKS, hendaknya melengkapi materi pembelajaran maha>rah
istima’ dengan media audio dari teks yang disajikan dengan pengisi suara
native speaker. Hal ini akan membantu siswa dalam mengenal dan
mengidentifiasi bunyi-bunyi bahasa Arab dengan baik dan benar.
3. Mengingat bahwa kata-kata dalam bahasa Arab bersifat derivatif, maka
penyajian mufradat jadi<dah tidak bisa hanya sebatas kata benda (isim) dan
kata bantu (huruf) saja. Kata kerja (fiil) hendaknya juga perlu disampaikan
agar penguasaan kosakata dapat menyeluruh.
C. Penutup
Alh{amdulillah, segala puji bagi Allah Ta’a>la yang senantiasa
melimpahkan kekuatan, rahmat serta anugerahnya sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan. Dengan penuh kelegaan, penulis menghaturkan rasa syukur
kepada-Nya karena hanya dengan pertolongan-Nya lah skripsi ini dapat
terwujud.
102
Dengan penuh kesadaran, kami menyadari bahwa skripsi ini masih
jauh dari kata sempurna sebagai sebuah karya, yang tidak lain karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang peneliti miliki. Oleh karena
itu, saran dan kritik yang membangun sangat peneliti harapkan dari berbagai
pihak guna menjadi bahan pertimbangan bagi peneliti untuk terus berkarya
dalam bidak akademik dan memaksimalkan potensi yang telah dianugerahkan
oeh Allah Yang Maha Kuasa.
Besar harapan peneliti, agar apa yang telah peneliti usahakan ini tidak
sia-sia dan dapat ernilai ibadah serta dapat memberikan banyak manfaat bagi
peneliti dan juga berbagai pihak yang selalu berjuang untuk memajukan dunia
pendidikan kita sesuai dengan apa yang dicita-citakan. Amin.
103
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Mun’im, Drs. H. M.A. Analisis kontrastif bahasa Arab & bahasa Indonesia, PT.Pustaka Al Husna Baru, Jakarta, 2004.
Abdul Hamid dkk,.H.M M.A. Pembelajaran Bahasa Arab, UIN Malang Press, Malang, 2008 Akrom Malibary L.A.S. dkk, Pedoman Pengajaran Bahasa Arab pada Perguruan Tinggi
Agama Islam, Departeman RI, Jakarta, 1976 Asyrofi, Syamsuddin,.Drs. Metodologi Pengajaran Bahasa, Analisa Textbook Bahasa Arab,
Sumbangsih, Yogyakarta, 1988 Budinuryanta yohanes, “Gradasi isi pembelajaran Bahasa”, Makalah, (Bentara Bahasa,
2004) Busyairi Madjidi, Drs. Metodologi pengajaran Bahasa Arab (penerapan audio lingual
method dalam All in one system), sumbangsih offset, Yogyakarta, 1994. Drs. Nurhadi, M.Pd. Tata Bahasa Pendidikan, Landasan Penyusunan Buku Pelajaran
Bahasa, IKIP Semarang Press, Semarang, 1995 Dr. Mulyanto Sumardi, Pengajaran Bahasa Asing: sebuah tinjauan dari segi Metodologi,
Bulan Bintang, Jakarta, 1976
Effendi Ahmad Fuad, Metodologi pengajaran Bahasa Arab, Misykat, Malang, 2004. Fachrudin,.Dr.H.MA. Teknik Pengembangan Kurikulum Pengajaran Bahasa Arab, Global
pustaka utama, Yogyakarta, 2006 Firdaus,http://pirdauslpmp.wordpress.com/2011/04/19/lembar-kerja-siswa-lks-sebagai-
sumber- belajar/ akses 5 mei 2014 Fuad Abdul Hamied,. 1987. Proses Belajar Mengajar Bahasa. Jakarta: Depdikbud, Dirjen
Dikti, P2LPTK
Imam bawani, Drs. Tata Bahasa Bahasa Arab tingkat pemula, Al-Ikhlas, Surabaya, 1987.
Mahmud yunus, metodik khusus bahasa Arab (bahasa Al-Qur’an), PT Hidakarya Agung, Jakarta, 1983.
M. Thobroni, ”Gradasi materi dalam kitab al-nahwu al-wadih li al-madaris al-ibtidaiyyah
karya ‘ali al-jarim dan mustofa amin dan al-‘imriti karya syaikh syarifuddin yahya al- imriti”,Skripsi,(yogyakarta: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2009)
104
Nunan, David. 1989. Designing Tasks for the Communicative Classroom. Cambridge:
Cambridge University Press.
Radliyah Zaenuddin dkk, Dra. Hj. M.Ag. Metodologi & Strategi alternatif pembelajaran bahasa Arab, Pustaka Rihlah Group,Yogyakarta, 2005
Suja’i DR, M.Ag. inovasi pembelajaran Bahasa Arab (strategi dan metode pengembangan
kompetensi ), Walisongo Press, Semarang, 2008. Suharsimi arikunto DR, prosedur penelitian (suatu pendekatan praktek), Rineka Cipta,
Jakarta, 1993.
Syamsuddin Asyrofi dkk, Drs. H. MM. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, Pokja Akademik UIN Sunan Kali Jaga, Yogyakarta, 2010.
Tarigan, Henry Guntur .Prof. Dr.dan Drs. Djago Tarigan . Telaah buku Teks Bahasa
Indonesia, Angkasa, Bandung, 1986
Tayar yusuf dan Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab, Grafindo Persada, Jakarta, 1995.
Yayat hidayat,http://arabicforall.or.id/metode/studi-prinsip-dasar-metode-pengajaran-bahasa-arab/ akses 8 april 2009