(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD...

233

Transcript of (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD...

Page 1: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

PERSPEKTIFPERSPEKTIF

Universitas Pertahanan2018

Universitas Pertahanan2018

Editor: Tatar Bonar Silitonga

BUNGA RAMPAIMASALAH STRATEGIS DAN PERTAHANANBUNGA RAMPAIMASALAH STRATEGIS DAN PERTAHANAN

Page 2: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

PERSPEKTIF BUNGA RAMPAI MASALAH STRATEGIS DAN PERTAHANAN

UNIVERSITAS PERTAHANAN 2018

Page 3: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

ii

PERSPEKTIF BUNGA RAMPAI MASALAH STRATEGIS DAN PERTAHANAN

Penulis : Surya Wiranto, Suyono Thamrin, Gentio Harsono,Yusuf Ali, Tatar Bonar Silitonga, Adnan Madjid, Achmed Sukendro, Marsono, Edward Efendi Silalahi, Zukra Budi Utama

Editor : Tatar Bonar Silitonga Layout : Dindin dan Thoyibi Layout : Dindin

UNIVERSITAS PERTAHANAN Komplek IPSC , Sentul Bogor Jawa Barat Telp : 021.87951555 Email: [email protected]

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor: 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta

Lingkup Hak Cipta Pasal 2:

1. Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk Mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Ketentuan Pidana Pasal 72:

1. Barangsiapa dengan sengaja atau tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (bulan) dan/atau denda paling sedikit Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah).

2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima milyar rupiah).

Page 4: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

iii

PERSPEKTIF BUNGA RAMPAI MASALAH STRATEGIS DAN PERTAHANAN

Penulis : Surya Wiranto, Suyono Thamrin, Gentio Harsono,Yusuf Ali, Tatar Bonar Silitonga, Adnan Madjid, Achmed Sukendro, Marsono, Edward Efendi

Silalahi, Zukra Budi Utama

Editor: Tatar Bonar Silitonga [email protected]

ISBN:

Hal 216 halaman Hak Cipta Dilindungi Undang-undang, Desember 2018

Diterbitkan Oleh UNIVERSITAS PERTAHANAN Bogor, Desember 2018

Kawasan IPSC Sentul Bogor Indonesia 16730 Website: www.idu.ac.id

Page 5: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

iv

KATA SAMBUTAN REKTOR UNHAN

alam Kebangsaan dan Salam Bela Negara.

Selaku Rektor, saya menyambut gembira terbitnya buku

berjudul, Perspektif: Bunga Rampai, karya dari Tim Dosen

Universitas Pertahanan (Unhan) bersama dengan kontributor

penulis lainnya. Selaku Rektor, saya mendukung kegiatan seperti ini,

terutama dalam mendukung produktivitas dosen untuk

menghasilkan karya akademik. Karya-karya yang dihasilkan

setidaknya memperlihatkan dosen terlibat secara intens dengan

bidang yang ditekuninya. Bagaimana pun, untuk dapat

menghasilkan suatu karya tulis, dosen dituntut menekuni bidang

keilmuannya dan setelah sampai pada titik pemahaman tertentu

mengantarkan dosen mampu melakukan inovasi serta

pengembangan ilmu sesuai dengan bidangnya masing-masing. Isi

buku ini diharapkan dapat dijadikan referensi bagi pihak-pihak yang

membutuhkannya, meliputi dosen sendiri, mahasiswa, dan peminat

lainnya.

Buku ini tentu saja menambah catatan karya yang dihasilkan

dosen dan pada sisi yang lain menjadi daftar produktivitas

perguruan tinggi. Dalam perkembangan penilaian kinerja perguruan

tinggi saat ini, unsur terpenting parameternya adalah rekam jejak

produktivitasnya melalui karya-karya yang dihasilkan. Tidak dapat

dinafikan bahwa buku ini dapat dijadikan sebagai bukti untuk itu.

Namun dalam hal ini saya ingin memberi catatan bahwa orientasi

pengembangan ilmu dan substansi keilmuan itu sendiri seharusnya

menjadi poin penting yang menjadi tujuan kita bersama. Saya

mengajak dosen dan berbagai pihak yang concern atas

pengembangan ilmu untuk selalu fokus pada orientasi seperti itu.

Dengan kerja keras dan kerja cerdas tentu ekspektasi seperti itu akan

dapat diwujudkan.

Selaku pimpinan, pada akhirnya saya memberikan apresiasi

bagi Tim Penulis dan kontributor lainnya yang terlibat sehingga

S

Page 6: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

v

terlaksananya penerbitan buku ini di sela-sela penugasannya sebagai

dosen dan tugas tambahan lainnya. Betapapun, buku ini tetap terkait

dengan Unhan khususnya karya akademik dosen, untuk itu

sekaligus juga saya sampaikan terima kasih atas terbitnya buku ini.

Saya berharap, akan disusul pula dengan buku-buku atau karya

lainnya dari para Dosen Unhan. Termasuk juga saya juga terus

mendorong dosen lainnya untuk melakukan hal yang sama dan saya

berharap semua dosen Unhan dapat berkontribusi dan semakin

berprestasi sesuai dengan bidang masing-masing.

Akhirnya, saya ucapkan selamat kepada Tim Penulis atas

terbitnya buku ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa

menyertai kita sekalian dalam keseharian, baik dalam pelaksanaan

tugas sebagai dosen maupun dalam pelaksanaan tugas lainnya.

Salam Bela Negara.

Rektor Universitas Pertahanan,

Dr. Tri Legionosuko, MAP. Letnan Jenderal TNI

Page 7: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

vi

PENGANTAR EDITOR

alam Kebangsaan dan Salam Bela Negara.

Dengan rasa bahagia, buku ini dihadirkan ke sidang pembaca.

Dalam hal ini, penting disampaikan bahwa rasa bahagia

tersebut diawali dengan rasa syukur ke hadirat Tuhan Yang

Maha Esa. Buku ini dapat dihadirkan tentu melalui proses awal yaitu

proses penulisan yang melibatkan semua penulis. Proses tersebut

diyakini aas kasih karunia dan penyertaan Tuhan Yang Maha Esa,

yang memberikan kesehatan dan kemampuan sehingga para penulis

dapat menyusun dan menyelesaikan tulisannya untuk melengkapi

buku bunga rampai ini berjudul, Perspektif: Sebuah Bunga Rampai.

Sebagai sebuah bunga rampai, buku ini menyajikan dua belas

judul tulisan. Isi buku berupa uraian tentang berbagai substansi yang

diulas dari berbagai perspektif. Perspektif yang dimaksudkan di

dalam judul buku ini merepresentasikan sudut tinjauan dari

penulisnya atas berbagai permasalahan yang dibahas. Adanya

tinjauan atau pendekatan teoretik disertai praksisnya menjadi ciri

umum kerangka pembahasan tulisan. Dengan demikian pembaca

dapat melihat kesesuaian antara objek yang dibahas dan berbagai hal

yang terkait di dalamnya.

Dalam tulisan Laksda TNI (Purn) Dr. Surya Wiranto, S.H., M.H.

dengan judul Memperjuangkan Kedaulatan NKRI di Laut China Selatan,

diuraikan tentang masalah pelanggaran kedaulatan dan hukum oleh

kapal-kapal asing di peraian yurisdiksi ZEE Indonesia di Utara

Natuna. Meskipun Indonesia tidak terlibat secara langsung dalam

sengketa Laut China Selatan, namun mempunyai kepentingan vital

nasional berupa kedaulatan dan hak berdaulat di perairan dan

yurisdiksi Indonesia. Klaim Vietnam atas perairan Kepulauan Natuna

Utara sebagai daerah tradisional nelayannya merupakan pelanggaran

berat karena Vietnam berupaya mengekspansi wilayah maritimnya

ke dalam wilayah berdaulat NKRI. Ada beberapa upaya dalam

penguatan hukum kepemilikan wilayah perairan dan yurisdiksi RI di

S

Page 8: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

vii

Utara Natuna. Hal tersebut diperlukan guna penguatan hukum

terhadap klaim unilateral ZEEI. Upaya hukum ini sesuai semangat

Nawacita yang ingin membangun NKRI dari pinggiran (kawasan

perbatasan maritim), khususnya pembangunan infrastruktur non

fisik berupa hukum laut untuk memperkuat batas maritim NKRI.

Dalam tulisan Laksda TNI Dr. Suyono Thamrin, M.Eng.Sc.

dengan judul Energi: Kunci Kemenangan Peperangan Akhir Zaman,

diuraikan tentang Posisi Indonesia yang saat ini berada dalam

bayang-bayang krisis energi. Negeri ini mengalami pertumbuhan

konsumsi energi yang pesat selama 14 tahun. Konsumsi energi final

menurut jenis selama tahun 2010-2015 masih didominasi oleh BBM.

Energi final BBM masih mendominasi kebutuhan energi sektor

transportasi. Walaupun Indonesia pernah menjadi negara pengekspor

minyak, meningkatnya konsumsi di dalam negeri secara tak terkendali

dan turunnya produksi menyebabkan Indonesia menjadi negara net oil

importer sejak 2004. Ketidakseimbangan antara permintaan dan

pasokan inilah yang mengakibatkan terjadinya kelangkaan (scarcity).

Energi memiliki posisi sangat strategis di setiap negara, sehingga

kepastian jaminan pasokan energi menjadi fokus utama dalam

kebijakan energi suatu negara. Pada masa mendatang, timbul

kekhawatiran yang dipicu kenyataan bahwa konsumsi energi dunia

semakin meningkat. Sebaliknya, sumber energi yang ada hanya

terdapat di kawasan tertentu semakin terbatas. Banyak negara

sekarang ini mulai mewaspadai dan menyadari kemungkinan

timbulnya gesekan dalam persaingan menguasai sumber energi.

Salah satu bentuk bentuk pencegahan adalah kerja sama antarnegara

dan kawasan dalam rangka menjaga keamanan bersama terhadap

kepastian pasokan energi. Kondisi seperti ini tentu tidak dapat terus

diharapkan bahwa situasi kondusif akan terus tercipta dalam upaya

mengamankan pemenuhan kebutuhan. Jika solusi strategis tidak

ditemukan, konflik di dunia tentu tak dapat dihindarkan.

Dalam tulisan Letkol Laut (KH) Dr. Gentio Harsono, S.T., M.Si.

dengan judul Pemanfaatan Informasi Mandala Bawah Permukaan Guna

Menentukan Strategi Pertahanan Laut di Wilayah Kompartemen Strategis

Page 9: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

viii

Indonesia, diuraikan tentang upaya penguasaan wilayah laut

Indonesia melalui pengumpulan data dan informasi tentang karakter

laut sebagai bagian dari stragi menguasai laut Indonesia. Tak dapat

dipungkiri, kedepan perairan Indonesia menjadi incaran penguasaan

lautnya oleh negara lain terutama negara-negara besar yang

berkepentingan dengan jalur lautnya. Konsep kemenangan perang di

laut adalah dengan menguasai mandala perang bawah air untuk

memberikan keunggulan yang mampu dimanfaatkan untuk

mengalahkan kekuatan lawan. Konsep peperangan bawah air lebih

rumit dibanding peperangan atas air, karena bukan saja kita harus

memperoleh keunggulan teknologi dari lawan, namun juga

pengetahuan dan kecukupan informasi tentang karakteristik mandala

tempur/operasi sendiri seperti kelengkapan data hidro-oseanografi.

Sebab, keberhasilan sebuah operasi peperangan bawah air bukan lagi

menggantungkan pada sektor kekuatan kapal selam/ anti kapal selam

semata, namun juga pentingnya keunggulan data dan informasi kondisi

mandala bawah air yang lengkap dan akurat.

Dalam tulisan Kolonel Cba Dr. Yusuf Ali, S.E., M.M. dengan judul

Hasil Kepemimpinan, diuraikan tentang kinerja kepemimpinan dalam

suatu organisasi, serta faktor dominan yang berpengaruh terhadap

keberlangsungan dan keberhasilan suatu organisasi. Baik atau

buruknya kepemimipinan dipengaruhi oleh karakter pemimpin,

gaya kepemimpinan, dan kredibilitas pemimpin. Selain itu ada

beberapa variable yang secara dominan mempengaruhi hasil

kepemimpinan.Variable-variable dominan tersebut adalah; visi

pemimpin, dukungan bawahan, latihan/pendidikan/bimbingan,

keterampilan bawahan. Dapat dijelaskan bahwa visi pemimpin yang

baik dan memperoleh dukungan penuh dari bawahannya, akan

memberikan hasil kepemimpinan yang baik. Demikian pula dengan

pemimpin yang memberikan pendidikan, latihan dan bimbingan

kepada bawahannya sehingga memperoleh keterampilan untuk

melaksanakan tugas, maka pemimpin tersebut akan memperoleh

Hasil Kepemimpinan yang baik. Tetapi yang tidak kalah pentingnya

untuk diketahui oleh para pemimpin adalah bahwa berhasilnya

Page 10: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

ix

regenerasi pemimpin juga menjadi indikator hasil kepemimpinan

yang baik.

Dalam tulisan Kolonel Sus Drs. Tatar Bonar Silitonga, M.Si. dengan

judul Rasionalitas dan Irasionalitas dalam Politik, diuraikan tentang

politik irasional yang dimaknai sebagai peran politik yang dalam

praktiknya melakukan hal-hal berlawanan dengan pandangan umum.

Politik identitas yang mendasarkan diri pada nilai-nilai kelompok dan

sentiment primordial masuk juga dalam golongan ini. Bila ditelusuri

lebih jauh, politik irasional didasari rasa frustasi atas kondisi yang

ada. Rasa frustasi boleh jadi atas dasar pengalaman, sudah berkali-

kali memberikan aspirasi tetapi tidak pernah digubris. Terhadap

praktik politik irasional, diharapkan masyarakat arif. Sudah jelas,

rasionalitas politik irasional adalah kepentingan kelompok, bukan

kewarasan kolektif. Dalam hal ini, tuntutan perilaku rasional adalah

logika umum dan keselaraan dengan nilai-nilai kebersamaan.

Langkah konkret dari perilaku rasional itu di tahun politik, dengan

menitipkan aspirasi kepada wakil rakyat pelaku peran politik rasional.

Hal yang menjadi pertanyaan adalah mengapa suara tidak diberikan

kepada elit pelaku politik irasional. Logikanya, jika di panggung

publik sudah berani mempertontonkan perilaku kontras dan

kontroversi, bagaimana lagi ketika memiliki kekuasaan. Betapapun,

dalam terlalu banyak hal, termasuk dalam praktik politik,

kewarasanlah yang dibutuhkan. Maka, sebaiknya politik irasional

jangan dibiarkan.

Dalam tulisan Laksma TNI Dr. M. Adnan Madjid, SH, M.Hum., Dr.

Ichsan Malik, M.Sc. dan Ningsih Susilawati, S.Sos, M.Si (Han) dengan

judul Konstruksi dan Uji Coba Indeks Perdamaian Indonesia (Indonesia

Peace Index), diuraikan tentang Indeks Perdamaian Indonesia sebagai

kerangka analisa konflik dan perdamaian khususnya di Indonesia.

Indeks Perdamaian Indonesia ini diharapkan dapat digunakan

mendapatkan gambaran kondisi konflik yang terjadi di suatu daerah

di Indonesia sekaligus juga mendapatkan peta potensi konflik yang

belum terjadi. Untuk mendapatkan gambaran informasi-informasi

tersebut dengan akurat, proses penyusunan alat ukur serta indeks

Page 11: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

x

yang digunakan sebagai penilaian kondisi dan potensi konflik dan

perdamaian di suatu daerah, maka diperlukan suatu proses

penelitian yang bertahap dengan target partisipan di berbagai daerah

di Indonesia. Temuan dari analisis data menunjukkan bahwa isu

konflik Sosial menjadi salah satu pemicunya. Selain itu, masyarakat

umum juga menjadi aktor paling dominan dalam kejadian konflik di

Indonesia sepanjang tahun 2016. Salah satu penyebabnya adalah

kerentanan masyarakat yang masih rendah dikarenakan faktor-faktor

struktural, seperti kemiskinan, ketidakadilan, dan kesenjangan sosial

yang merupakan kebutuhan dasar manusia. Dengan demikian, dapat

disimpulkan bahwa tidak ada masyarakat yang statis, demikian juga

dalam kelompok apa pun. Penanganan konflik di Indonesia pun

tidak dapat disamaratakan melihat setiap provinsi memiliki

dinamika konfliknya sendiri-sendiri.

Dalam tulisan Letkol Ckm Dr. Achmad Sukendro, S.H., M.Si.,

dengan judul Bencana dalam Kajian Antropologi, diuraikan tentang

dampak bencana terhadap kehidupan sosial, ekonomi, budaya,

pertahanan, keamanan, kesehaan, kesejahteraan masyarakat. Bencana

dapat dikaji dari berbagai kajian; ekonomi, politik, hukum kesehatan,

kebijakan publik, antropologi dsb. Kajian Antropologi dalam bencana

dengan kajian etnosain metode etnoekologi. Selain mengkaji dampak

bencana terhadap manusia, kajian antropologi juga dapat mengkaji

atau melihat tentang penanggulangan bencana maupun mitigasi

bencana yang dilakukan oleh negara, swasta, kelompok masyarakat

lain dari kaca mata masyarakat atau budaya lokal.

Dalam tulisan Kolonel Pas Dr. Drs. Marsono, M.Si., dengan

judul Peningkatan Kapabilitas Militer Jepang Dan Implikasinya

Terhadap Indonesia, diuraikan tentang perkembangan militer Jepang

yang dilatarbelakangi adanya ketidakpuasan terhadap profil militernya

pasca Perang Dunia II, sehingga Jepang berupaya untuk meningkatkan

citra internasionalnya dengan meningkatkan kapabilitas militernya

secara kuantitatif maupun kualitatif. Selain itu, dorongan Jepang untuk

meningkatkan kapabilitas militernya karena adanya peningkatan

kepentingan dan ketegangan yang ada di antara Jepang dan China,

Page 12: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

xi

Jepang dengan Korea Utara dan Jepang dengan Rusia yang merupakan

kekuatan-kekuatan besar terdekatnya. Peningkatan kapabilitas militer

Jepang diupayakan pada pemerintahan Shinzo Abe dengan berusaha

menginterpretasikan kembali pasal 9 Konstitusinya.

Peningkatakan kapabilitas militer Jepang langsung maupun

tidak langsung akan berimplikasi terhadap pertahanan negara

Indonesia pada khususnya. Walaupun selama ini hubungan atau

kerjasama di berbagai bidang antara Jepang dengan Indonesia

berjalan baik dan harmonis, namun munculnya kemungkinan

ancaman seperti spionase, serangan siber, intervensi politik dan perang

informasi bisa muncul dari Jepang. Untuk itu, Indonesia tetap perlu

bersikap antisipatif dan waspada terutama dalam mencermati

peningkatan kapabilitas militer Jepang karena dalam catatan sejarah

Indonesia merupakan salah satu negara yang pernah menjadi korban

langsung imperialisme dan militerisme Jepang.

Dalam tulisan Dr. Edward Efendi Silalahi, M.M., dengan judul

Membuka Ideologi Pancasila, diuraikan tentang upaya untuk

membumikan Pancasila dan pelestarian nilai-nilai yang terkandung

di dalamnya melalui Badan Pembina Ideologi Pancasila (BPIP).

Pembudayaan ideologi Pancasila kepada segenap masyarakat,

kiranya menjadi perhatian untuk menyusun program pendidikan

dan pelatihan disesuaikan dengan kelompok usia dan kearifan lokal

masing-masing daerah sampai kegiatan pendidikan dan pelatihan

pembinaan ideologi Pancasila mencakup seluruh wilayah negara

Indonesia dan rakyat Indonesia dimanapun mereka berdomisili.

Kelompok usia yang dinamai sebagai generasi muda yang bercirikan

generasi Y dan Z kiranya mendapat perhatian khusus di dalam

penyusunan program terhadap generasi millenial ini, disesuaikan

dengan ciri dan karakter umum mereka. Dalam pengendalian dan

evaluasi program-program pembinaan Pancasila, kiranya perlu

dipertimbangkan untuk dilakasanakan pendekatan model yang

digunakan adalah sesuai dengan pendekatan program pendidikan

dan latihan, serta pendekatan model kajian.

Page 13: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

xii

Dalam tulisanKolonel Sus Drs. Tatar Bonara Silitonga, M.Si.,

dengan judul Memajukan Peradaban Menjadi Manusia Pancasilais ,

diuraikan tentang tuntutan implementasi nilai Pancasila dan hukum

negara bukan hanya wajar tetapi bersifat wajib yang merupakan dasar

membangun peradaban keindonesiaan melalui menjadi Manusia

Pancasilais. Tantangan peradaban keindonesiaan ditunjukkan oleh

kondisi realitas sosial dengan masih banyak perilaku anak bangsa

belum sesuai nilai-nilai Pancasila, bahkan sebagian malah menunjukkan

perilaku menyimpang. Meski tinggi kompleksitas permasalahan yang

dihadapi, secara rasionalitas optimis bahwa dengan cinta (tanah air) dan

kebersamaan maka peradaban menjadi Pancasilais dalam rangka

kehormatan dan kebaikan bersama baik di lingkup internal maupun

eksternal semakin maju. Strategi yang direkomendasikan adalah

revitalisasi nilai-nilai Pancasila melalui penguatan peran pemerintah

dan masyarakat. Penguatan peran pemerintah melalui perawatan nilai-

nilai bersama dan peran masyarakat melalui Lingkim, Lingja, Lingdik,

dan Lingkungan Lainnya. Tentu saja kesamaan dalam perspektif dan

kesadaran bersama menjadi penting untuk diwujudkan.

Dalam tulisan Zukra Budi Utama, dengan judul Membangun

Konvergensi Strategi Manajemen dan Strategi SDM untuk Membangun

Keunggulan Bersaing Organisasi, diuraikan tentang penelitian berapa

jarak suatu fungsi kerja dengan strategi manajemen di organisasi

swasta (perusahaan), yang masih terbatas dilakukan di bidang

pendukung (support), khususnya bidang SDM dan hubungan

industrial. Penerapan LSS di bagian support menjadi sangat penting,

sehingga bagian support dapat menjalankan seluruh proses rutin

secara sistematis dan fokus total membantu core process untuk

meningkatkan kualitas dan menurunkan biaya, seiring dengan

meningkatnya cadangan waktu untuk mengembangkan kompetensi

inti organisasi. Penerapan prinsip konvergensi saat ini masih terbatas

pada perusahaan korporasi besar yang merasakan sangat pentingnya

peran aset intelektual bagi ketahanan organisasi dalam jangka

panjang.

Page 14: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

xiii

Dalam tulisan Laksda TNI Dr. Ir. Suyono Thamrin, M.Eng.Sc.,

dengan judul Kisah Enam Kota Catatan Perjalanan dalam Membangun

Kompetensi Distinctive, diuraikan tentang peran SDM di dalam

organisasi adalah utama dan dalam konteks itu SDM telah

ditempatkan sebagai modal social yang dalam pengelolaannya

disebut sebagai human capital management. SDM sebagai modal social

memiliki potensi yang dapat dikembangkan secara optimal dalam

memajukan organisasi. Namun dalam hal ini, disadari bahwa tiap

manusia tidak selalu memiliki potensi yang sama. Itulah sebabnya

dalam proses rekrutmen dan seleksi, pihak organisasi yang

melaksanakan manajemen secara benar biasanya menaruh perhatian

besar untuk melaksanakan proses rekrutmen dan seleksi tersebut

secara benar. Jangan sampai terjadi, proses rekrutmen dan seleksi

tidak dapat menjaring SDM yang memiliki potensi tinggi. Pentingnya

peran SDM melalui keberadaan peran diri ini dapat dilihat pula dari

referensi tentang teori dan konsep kepemimpinan. Dalam referensi

kepemimpinan, terlihat tandem antara pemimpin dan pengikut.

Tandem yang dimaksudkan adalah dalam bentuk implementasi

saling pengaruh antara satu dengan yang lain. Pengaruh tidak hanya

dilihat sepihak dilakukan oleh pemimpin, tetapi juga atas peran yang

dilakukan pengikut.

Pada dasarnya editor ingin memberikan ulasan buku ini dengan

baik, namun harus diakui bahwa penilaian baik menurut penulis

belum tentu sama persepsinya dengan pembaca. Apalagi ada

ungkapan peribahasa,”Tak ada gading yang tak retak,” yang dapat

diartikan ‘tidak ada sesuatu yang sempurna’. Ulasan yang saya

berikan terkait buku ini pun boleh jadi kurang sempurna atau bahkan

sama sekali tidak sempurna. Untuk itu, dalam kesempatan yang baik

ini, selaku editor berharap ada masukan atau saran dari pembaca.

Editor, Tatar Bonar Silitonga

Page 15: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

xiv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………… i

KATA SAMBUTAN REKTOR……………………………………… iv

PENGANTAR EDITOR…….. ……………………………………… vi

DAFTAR ISI…………………………………………………………... xiv

MEMPERJUANGKAN KEDAULATAN NKRI DI LAUT CHINA SELATAN………………………………………………… Oleh: Laksda TNI (Purn) Dr. Surya Wiranto, S.H., M.H.

1

ENERGI: KUNCI KEMENANGAN PEPERANGAN AKHIR ZAMAN…………………………………………………………….. Oleh: Laksda TNI Dr. Suyono Thamrin, M.Eng.Sc.

13

PEMANFAATAN INFORMASI MANDALA BAWAH PERMUKAAN GUNA MENENTUKAN STRATEGI PERTAHANAN LAUT DI WILAYAH KOMPARTEMEN STRATEGIS INDONESIA………………………………………… Oleh: Letkol Laut (KH) Dr. Gentio Harsono, S.T., M.Si.

25

HASIL KEPEMIMPINAN…………………………………............... Oleh: kolonel Cba Dr. Yusuf Ali, S.E., M.M.

53

RASIONALITAS DAN IRASIONALITAS DALAM POLITIK….. Oleh: Tatar Bonar Silitonga

76

KONSTRUKSI DAN UJI COBA INDEKS PERDAMAIAN INDONESIA (INDONESIA PEACE INDEX)……………………. Dr. M. Adnan Madjid, SH, M.Hum, Dr. Ichsan Malik, M.Sc, Ningsih Susilawati, S.Sos, M.Si (Han)

82

BENCANA ALAM DALAM KAJIAN ANTROPOLOGI……….

Oleh: Letkol Ckm Dr. Achmad Sukendro, S.H., M.Si.

104

Page 16: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

xv

PENINGKATAN KAPABILITAS MILITER JEPANG DAN IMPLIKASINYA TERHADAP INDONESIA…………….. Oleh: Kolonel Pas Dr. Drs. Marsono, M.Si.

115

MEMBUMIKAN IDEOLOGI PANCASILA……………………….. Oleh: Dr. Edward Efendi Silalahi, M.M.

139

MEMAJUKAN PERADABAN MENJADI MANUSIA PANCASILAIS………………………………………………………... Oleh: Tatar Bonar Silitonga

167

MEMBANGUN KONVERGENSI STRATEGI MANAJEMEN DAN STRATEGI SDM UNTUK MEMBANGUN KEUNGGULAN BERSAING ORGANISASI……………………… Oleh: Zukra Budi Utama

178

KISAH ENAM KOTA CATATAN PERJALANAN DALAM MEMBANGUN KOMPETENSI DISTINCTIVE…………………... Oleh: Laksda TNI Dr. Ir. Suyono Thamrin, M.Eng.Sc.

197

Page 17: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

MEMPERJUANGKAN KEDAULATAN NKRI

DI LAUT CHINA SELATAN

Oleh: Laksda TNI (Purn) Dr. Surya Wiranto, S.H., M.H.1

Dosen Universitas Pertahanan

email: [email protected]

A. Pendahuluan

Isu panas soal Laut China Selatan kembali menghangat,

kali ini bukan masalah dengan kapal ikan atau kapal

Coastguard China, tetapi dengan kapal nelayan dan

Coastguard Vietnam. Kapal-kapal ikan Vietnam seringkali

menangkap ikan di peraian yurisdiksi ZEE Indonesia di Utara

Natuna, bahkan hingga masuk ke perairan Indonesia. Puluhan

kapal ikan Vietnam juga sering ditangkap dan di proses

hukum hingga perampasan kapal oleh negara dan

pendeportasian ABK nya. Masalah pelanggaran kedaulatan

dan hukum oleh kapal-kapal asing seperti ini perlu

didiskusikan lagi karena menyangkut kedaulatan dan hak

berdaulat Indonesia di perairan dan yurisdiksi Indonesia.

Tulisan semacam ini pernah penulis muat di media

“maritimenews.com pada tanggal 6 Juni 2016, dalam

menanggapi agresifitas Coastguard China terhadap kapal

patroli kamla Indonesia (KRI dan Kapal PSDKP-KKP)2 di Laut

China Selatan. Laut China Selatan memiliki potensi sumber

daya alam yang sangat besar dari berbagai macam sektor,

seperti perikanan, minyak dan gas bumi, maka tak ayal

Vietnam mengklaim bahwa Laut Natuna Utara sebagai daerah

tradisional tangkapan nelayan Vietnam (traditional fishing

1 Penulis adalah Kepala Bidang Organisasi dan Tata Laksana PPAL.

2 PSDKP-KKP adalah Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan

Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan RI.

Page 18: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

2

grounds) yang jelas-jelas itu merupakan wilayah kedaulatan

dan hak berdaulat NKRI.

Meskipun Indonesia tidak terlibat secara langsung

dalam sengketa Laut China Selatan, namun mempunyai

kepentingan vital nasional berupa kedaulatan dan hak

berdaulat di perairan dan yurisdiksi Indonesia. Klaim

Vietnam atas perairan Kepulauan Natuna Utara sebagai

daerah tradisional nelayannya merupakan pelanggaran berat

karena Vietnam berupaya mengekspansi wilayah maritimnya

ke dalam wilayah berdaulat NKRI.

B. Insiden Penangkapan 5 KIA Vietnam dan Penahanan

terhadap petugas PSDKP-KKP.

Insiden tersebut terjadi pada tanggal 21 Mei sekitar

pukul 11.00 WIT saat Kapal Pengawas Perikanan KP. Hiu

macan 001 yang dinahkodai Samson, anggota Ditjen PSDKP

KKP, anak buah Menteri Susi Pujiastuti, melakukan patroli

keamanan laut di perairan ZEEI3 di Utara Natuna. Saat itu

KP. Hiu Macan 001 menangkap 5 (lima) kapal Ikan Asing

pelaku illegal fishing berbendera Vietnam di WPP-NRI 711

(Laut Natuna) yang berdasarkan plotting posisi masih berada

didalam garis batas Landas Kontinen RI, dan berjarak 146 Nm

Timur Laut titik Suar Pulau Sekatung Natuna, dengan jumlah

ABK sebanyak 55 orang dan menggunakan alat tangkap

Gillnet, pancing cumi dan rawai.4 Ke lima kapal yang

ditangkap, yaitu : 5

1) KM. KG-95850-TS, dengan alat tangkap Gilnet ditangkap

jam 09.52 WIB dengan ABK 11 orang,

3 Perairan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI), sesuai Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 tentang Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia. 4 Laporan Tribun Batam, Selasa 23 Mei 2017, dan Jawa Pos.com,

Rabu 24 Mei 2017. 5 Djoko Tjahyo, 26 Mei 2017, pk 21.00.

Page 19: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

3

2) KM. KG-97055-TS, dengan alat tangkap Gilnet ditangkap

jam 09.58 WIB dengan ABK 11 orang,

3) KM. 97579-TS, dengan alat tangkap Gilnet ditangkap jam

10.21 WIB dengan ABK 11 orang,

4) KM. KG-90206-TS, dengan alat tangkap Gilnet ditangkap

jam 10.49 WIB dengan ABK 11 orang,

5) KM. 93979-TS, dengan alat tangkap Gilnet dan pancing

Cumi ditangkap jam 11.25 WIB dengan ABK 11 orang.

Gambar Lokasi Penangkapan 5 KIA Vietnam

Sumber: Mukhtar, 2017

Kapal tangkapan tersebut akan di bawa ke Pangkalan

Pengawasan PSDKP Batam untuk proses penyidikan lebih

lanjut, namun pada saat yang bersamaan sekitar pukul 15.00

WIB, muncul kapal patroli Coastguard Vietnam yang

menghadang KP Hiu Macan-001 yang sedang mengawal

kapal ikan tangkapan. Kapal Coastguard Vietnam tersebut

Page 20: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

4

melakukan tindakan intimidasi lewat radio komunikasi

(hostile intent) serta manuver berbahaya (hostile act) untuk

membebaskan kapal-kapal ikannya yang ditangkap. Akhirnya

karena kapal ikan Vietnam yang ditangkap tidak dibebaskan,

maka kapal Coastguard tersebut menabrak serta

menenggelamkan salah satu kapal tangkapan yang dikawal,

dan kemudian menahan 1 ABK (Anak Buah Kapal) kapal

pengawas Ditjen PSDKP yang mengawal kapal tersebut.

Selanjutnya kapal patroli Vietnam meminta agar ABK dan

kapal nelayan yg di tangkap oleh kapal pengawas di

bebaskan, dengan menukar 1 ABK kapal pengawas perikanan

yg di tahan oleh kapal Patroli Vietnam.

Gambar Kapal Coasguard Vietnam dan KIA Vietnam yang

ditabrak

Sumber: Mukhtar, 2017.

Pada saat itu kapal Coastguard Vietnam juga meminta

bantuan 2 kapal perang Vietnam yang langsung datang ke

lokasi kejadian. Setelah melalui negosiasi yang alot dan untuk

menjaga keamanan dan keselamatan kapal dan anak buah

kapal, maka sekitar pkl. 05.00 WIT, kapal pengawas PSDKP

Page 21: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

5

melepaskan ke-5 kapal tangkapan tersebut, kemudian

menghindar dan berbalik arah kembali ke pangkalan tanpa

membawa hasil tangkapan.

C. RI-Vietnam

Dari kejadian tersebut, secara jelas berdasarkan undang-

undang nasional dan internasional termasuk UNCLOS tahun

1982, wilayah perairan tersebut merupakan bagian integral

dari wilayah NKRI, dan negara lain tidak berhak untuk

memasuki wilayah tersebut apalagi mengeksplorasi hasil

alamnya, sebagaimana dilakukan oleh nelayan-nelayan

Vietnam yang dikawal oleh aparat Coast Guard-nya.

Tindakan kapal ikan dan kapal Coast Guard Vietnam tersebut

seolah ingin menekan Indonesia mengakui wilayah klaim ZEE

Vietnam.

Hal tersebut sudah tertuang jelas dalam berbagai macam

undang-undang yang menyatakan bahwa wilayah tersebut

merupakan bagian dari klaim Indonesia atas perairan

Indonesia & perairan yurisdiksi Indonesia di Utara Natuna,

berdasarkan; (1) Undang-Undang Nomor 43 tahun 2008

tentang Wilayah Negara, (2) Pasal 33 UNCLOS 1982, yang

telah diratifikasi menjadi Undang-Undang nomor 17 tahun

1985 tentang Ratifikasi UNCLOS tahun 1982, (3) Undang-

Undang Nomor 6 tahun 1996 tentang Perairan Indonesia,

dinyatakan Laut teritorial yg diukur 12 Nm dari garis pangkal.

(4) Klaim Unilateral ZEE Indonesia 200Nm, sesuai pasal 55

UNCLOS 1982, dan Undang-Undang Nomor 5 tahun 1983

tentang ZEEI. (5) Batas Landasan Kontinental Indonesia di

Utara Natuna, sesuai pasal 76 UNCLOS Tahun 1982, UU No.1

Tahun 1973 tentang Landas Kontinen Indonesia, dan

Perjanjian Landas Kontinen Indonesia dengan Malaysia dan

Indonesia dengan Vietnam

Page 22: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

6

Atas dasar hukum tersebut secara jelas Natuna memang

menjadi bagian kepentingan vital nasional dan menjadi bagian

integral wilayah NKRI yang tidak bisa diganggu gugat oleh

siapapun, dan klaim Vietnam atas wilayah Natuna Utara

sebagai traditional fishing ground kurang kuat dasar hukumnya,

dan itu tidak bisa menjadi acuan dasar sebuah pengakuan

wilayah yang berdaulat.

Selain itu perairan yurisdiksi ZEEI yang tumpang tindih

dengan klaim ZEE Vietnam, harus dipertahankan

kedaulatannya, karena merupakan klaim unilateral ZEEI

sepanjang 200 Nm dari titik dasar Kepulauan Natuna. Klaim

unilateral tersebut dibuat secara sepihak oleh Pemerintah RI

dan digambarkan di peta NKRI dan peta Hidrografi

Pushidrosal maupun peta buatan Badan Informasi Geospasial

(tanpa koordinat) yang belum di-deposit ke Sekjen PBB

sehingga belum diketahui oleh masyarakat internasional.

Oleh karena, itu silang sengkarut sengketa di Laut China

Selatan terus menerus dilakukan pemecahan masalahnya oleh

pemerintah, praktisi hukum, akademisi dan praktisi geodesi

serta diplomat Indonesia melalui berbagai forum nasional,

regional, maupun internasional. Secara tegas pemerintah juga

telah menyatakan sikapnya dalam memperjuangkan

kedaulatan dan hak berdaulat NKRI di laut Tiongkok Selatan,

khususnya di wilayah Natuna Utara dan perairan sekitarnya.

Pemerintah RI menolak intimidasi, agresi dan tindakan

kekerasan yang dilakukan oleh pemerintah Vietnam, dan

senantiasa berpedoman pada Trisakti dalam menegakkan

kedaulatan politik, kemandirian ekonomi, dan berkepribadian

dalam budaya guna menjaga keutuhan NKRI.

D. Overlapping Claim

Dalam upaya memecahkan silang sengkarut polemik

Laut China Selatan tersebut telah dilaksanakan berbagai

Page 23: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

7

seminar, diskusi publik, FGD, hingga Rapat Koordinasi

Tingkat Menteri di Kemenko Polhukam. Bila berpedoman

pada pakem ilmu dan aturan hukum nasional maupun

internasional, termasuk UNCLOS tahun 1982 yang juga tidak

mengakui adanya klaim ZEE sepihak Vietnam, karena tidak

berdasar hukum dan tidak sesuai dengan perhitungan klaim

wilayah laut yg diperhitungkan dari daratan (pulau, karang,

dangkalan, surut terendah, dll) sesuai teori “Land dominated the

Seas”.

Hasil pertemuan terakhir tim delimitasi batas maritim

Indonesia-Vietnam pada tanggal 28-29 Nopember 2016 di

Hanoi Vietnam, dan dilanjutkan dengan pertemuan informal

antarsesi batas maritim ZEE Republik Indonesia-Republik

Vietnam di Yogyakarta, pada tanggal 19-21 April 2017, belum

membuahkan hasil kesepakatan batas ZEE kedua negara.

Klaim ZEEI unilateral Indonesia bertahan di bagian Utara 200

Nm dari titik-titik dasar kepulauan Natuna, sedangkan klaim

Vietnam juga bertahan pada posisi jauh di Selatan, sehingga

ada overlapping claim atau wilayah abu-abu ZEE kedua negara

yang demikian luas. Dengan adanya wilayah yang belum jelas

kepemilikannya tersebut, maka aparat kedua negara akan

saling tangkap kapal ikan negara tetangganya yang mencari

ikan di wilayah tersebut. Kondisi yang sering terjadi bahwa

nelayan Vietnam banyak yang menangkap ikan di wilayah

tersebut, sedangkan nelayan Indonesia tidak ada yang

memanfaatkannya. Pemanfaatan penangkapan ikan di suatu

wilayah negara, apalagi dikawal oleh unsur Coastguard dan

Angkatan Lautnya seperti Vietnam, menunjukkan adanya

state practice dan positif occupation menjaga kedaulatan negara

terhadap wilayahnya, sebaliknya pemerintah Indonesia

kurang memperhatikan masalah ini.

Page 24: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

8

Peta Hasil Perundingan Delegasi RI-Vietnam

Sumber: Pushidrosal, 2016.

Pada kenyataan-kenyataan di lapangan, bahwa telah

terjadi tindak pidana dan pelanggaran hukum berupa

tindakan-tindakan penguasaan wilayah yurisdiksi NKRI yang

melanggar terhadap hukum nasional dan menyimpang dari

hukum internasional, serta dilakukan dengan terbuka oleh

kapal-kapal ikan Vietnam yang dikawal oleh kapal

Coastguard Vietnam. Dari beberapa kejadian serupa, para

penegak kedaulatan dan hukum di laut yang beroperasi di

wilayah tersebut dengan menggunakan peta hidrografi nomor

354, lebih melihat “the facto”, dan “das sollen” dari pada

kejadian-kejadian dilapangan dan praktek hukum

internasional, termasuk UNCLOS tahun 1982 yang

Page 25: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

9

disimpangkan. Penguasaan wilayah perairan yurisdiksi NKRI

di Laut Natuna Utara sudah lama dilakukan oleh Vietnam

sejak mereka menyatakan dengan tegas bahwa wilayah

tersebut adalah wilayah teritorinya yang telah didepositkan ke

Sekjen PBB.

Secara the facto, beberapa kejadian penangkapan kapal-

kapal ikan Vietnam di perairan yurisdiksi ZEEI Utara Natuna

oleh kapal PSDKP-KKP maupun Kapal Perang RI (KRI), selalu

dipaksa oleh Coasguard Vietnam untuk melepaskan kapal

ikan Vietnam tersebut dengan cara intimidasi lewat radio

komunikasi, hal ini merupakan tindakan “hostile intent” atau

niat bermusuhan dari kapal Coastguard Vietnam. Disamping

itu, tindakan membayang-bayangi, manuver memotong

haluan kapal KKP dan KRI serta menubruk kapal ikan yang

sedang digandeng atau dikawal kapal KKP, berdasarkan

analisis ancaman (dalam ilmu militer) merupakan tindakan

yang kurang bersahabat atau tindakan bermusuhan “hostile

act” yang dilakukan oleh aparat Coastguard Vietnam.

Tindakan-tindakan semacam ini bagi aparat penegak

kedaulatan dan hukum dianggap pelanggaran berat terhadap

kedaulatan dan hak berdaulat NKRI. Sebagaimana perspektif

militer “kenali lawan sebelum berperang” (seni berperang

gaya Sun Tzu) yang selalu menganalisa niat-niat dan

tindakan-tindakan calon lawan, untuk dipersiapkan strategi

dan taktik untuk menghadapinya. Dari hasil skenario simulasi

tindakan-tindakan kapal-kapal Vietnam tersebut diperoleh

beberapa alternatif cara bertindak yang dapat dilakukan oleh

aparat penegak kedaulatan dan hukum di laut. Alternatif

terbaik merupakan course of action atau tindakan yang akan

dilakukan aparat penegak kedaulatan dan hukum di laut.6

6 Tindakan atau aksi militer tersebut diajarkan di bangku sekolah militer, seperti Diklapa, Sesko Angkatan sampai dengan Sesko TNI.

Page 26: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

10

E. Penegakan Hukum di Laut

Tindakan berupa “henrikhan” atau penghentian,

pemeriksaan dan penahanan7 terhadap kapal yang dicurigai

melakukan tindakan pidana di laut sudah merupakan protap

(prosedur tetap) yang dipedomani oleh setiap aparat penegak

kedaulatan dan hukum di laut, termasuk tindakan paksa

dengan menembakkan senjata juga bagian dari “upaya paksa”

yang dilakukan aparat bila kapal yang akan diperiksa

melarikan diri, melakukan tindakan-tindakan berbahaya

seperti manuver yang akan menabrakkan kapalnya ke kapal

aparat, dan mengunci kemudi dengan tetap lari dengan

kecepatan tinggi sebagaimana sering dilakukan oleh kapal-

kapal pencuri ikan Vietnam.

Tindakan kapal aparat penegak kedaulatan dan hukum

berupa penembakan terhadap kapal tersangka merupakan

tindakan terakhir sebagai upaya paksa karena tahapan

peringatan, seperti menaikkan bendera, lampu morse dan

komunikasi radio sebagai isyarat berhenti tidak diindahkan,

bahkan melarikan diri atau melakukan tindakan manuver

kapal yang membahayakan keselamatan kapal aparat.

Tembakan peringatan ke udara, ke depan haluan kapal dan

kebelakang buritan kapal juga tidak diindahkan, maka

dilakukan tindakan terakhir, yang merupakan „upaya paksa‟

dengan menembak di anjungan kapal, dengan harapan

kendali operasional kapal akan lumpuh dan aparat bisa

melakukan tugas pemeriksaan kapal.

Dengan 2 (dua) bukti awal tindakan pidana yang

dilakukan oleh kapal ikan ilegal tersebut sudah cukup bukti

untuk melakukan tindakan paksa berupa penembakan atau

penenggelaman kapal, sesuai pasal 69 Undang-undang nomor

7 TNI AL selalu menggunakan istilah “henrikhan” atau penghentian,

pemeriksaan dan penahanan dalam setiap kegiatan operasi keamanan laut.

Page 27: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

11

45 tahun 2009 tentang Perikanan. Dengan demikian semua

tindakan aparat penegak kedaulatan dan hukum di laut telah

sesuai prosedur dan undang-undang yang berlaku.

F. Sikap Tegas Indonesia

Ada beberapa upaya dalam penguatan hukum

kepemilikan wilayah perairan dan yurisdiksi RI di Utara

Natuna. Hal tersebut diperlukan guna penguatan hukum

terhadap klaim unilateral ZEEI, antara lain; perlu dilakukan

pendepositan peta NKRI sesuai dengan UNCLOS 1982, yang

dilengkapi dengan titik titik koordinatnya ke Sekjen PBB atau

melalui UN-DOALOS8, dan perlunya merevisi Undang-

Undang nomor 5 tahun 1983 tentang ZEEI serta Undang-

Undang nomor 1 tahun 1973 tentang landasan kontinen sesuai

UNCLOS 1982, dengan menambahkan koordinat titik titik

zonasi perairan NKRI.

“The coastal State shall give due publicity to such charts or lists

of geographical coordinates and shall deposit a copy of each

such chart or list with the Secretary-General of the United

Nations”.9

Dasar Hukum pendepositan peta-peta tersebut, adalah

UNCLOS 1982:10

8 UN-DOALOS (United Nations Division for Ocean Affairs and the

Law Of The Sea) merupakan salah satu badan dibawah Sekjen PBB yang menangani batas-batas wilayah negara-negara di dunia. 9 Kalimat anjuran untuk deposit peta ini selalu digunakan di dalam pasal 16, 47, 75, dan 76 UNCLOS 1982. 10 Pasal-pasal yang berkaitan dengan kewajiban pendepositan peta-peta geografi tersebut belum banyak diketahui oleh para praktisi hukum laut di Indonesia, sehingga sampai saat ini yang dimanfaatkan hanya pasal 16 UNCLOS 1982 saja yang merupakan koordinat titik-titik dasar kepulauan Indonesia yang ada di PP 37 Tahun 2008.

Page 28: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

12

Pasal 16 – Baselines (PP 37 tahun 2008)

Pasal 47 – Archipelagic Baselines (PP 37 tahun 2008)

Pasal 75 – Economic Exclusive Zone

Pasal 76 – Continental Shelf

Upaya hukum ini sesuai semangat Nawacita yang ingin

membangun NKRI dari pinggiran (kawasan perbatasan

maritim), khususnya pembangunan infrastruktur non fisik

berupa hukum laut untuk memperkuat batas maritim NKRI.

Melalui pesan singkat Presiden Jokowi diatas KRI Imam

Bonjol-388 di perairan Natuna pada tanggal 23 Juni 2016 yang

merupakan momentum bersejarah dan sekaligus menegaskan

adanya upaya serius dari pemerintah untuk mempertahankan

Natuna sebagai wilayah kedaulatan NKRI. Pesan yang

disampaikan Jokowi sebagai Panglima Tertinggi TNI (“Jaga…

Pertahankan NKRI”), untuk menjaga wilayah negara dan

perairan yurisdiksi sebagai bagian kepentingan vital NKRI.

Tidak ada kompromi dengan Kedaulatan NKRI, jangan ada

sejengkal tanah dan air NKRI yang dikuasai negara asing,

harus dipertahankan !!!

Instruksi dari Presiden Jokowi pun secara langsung

menjadi semangat juang punggawa TNI AL sebagai penegak

kedaulatan dan aparat penegak hukum lainnya dalam

menjalankan tugasnya sebagai tulang punggung negara di

wilayah kemaritiman NKRI. Visi presiden yang serius dalam

bidang kemaritiman tersebut menjadi bukti bahwa Indonesia

memang sudah teruji sebagai negara maritim. Karena ciri dari

negara maritim itu adalah adanya upaya serius dari

Pemerintah yang menjadi penentu kebijakan suatu negara

yang berbasis maritim.

Page 29: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

13

ENERGI: KUNCI KEMENANGAN

PEPERANGAN AKHIR ZAMAN

Oleh: Laksda TNI Dr. Suyono Thamrin, M.Eng.Sc.

Dosen Universitas Pertahanan

email: [email protected]

A. Pendahuluan

Sepuluh tahun lalu, kantor pusat Badan Intelijen

Amerika Serikat Central Intelligence Agency (CIA) dikejutkan

dengan sebuah laporan tentang kelangkaan energi yang

kian menakutkan pada 20251

. Keterkejutan CIA itu

bahkan sampai dimuat dalam Tajuk Rencana koran terkenal

New York Times. Laporan yang bertajuk Global Trends

2025 itu memperingatkan bahwa akan muncul ancaman

serius akibat kelangkaan bahan bakar fosil, yakni minyak dan

gas bumi (migas). Kelangkaan itu bahkan dapat mengancam

kelangsungan pembangunan di banyak negara berkembang.

Seperti Tiongkok dan sejumlah negara Asia. Dapat

dibayangkan kegoncangan yang akan terjadi saat terjadi

kelangkaan migas.

Amerika Serikat (AS) membutuhkan minyak

setidaknya seperempat dari kebutuhan dunia. Dalam laporan

itu juga disebutkan, pada 2030 nanti, setiap hari minyak yang

1 Global Trends 2025: A Transformed World. Central

Intelligence Agency. 2008.

Page 30: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

14

akan “dibakar” oleh dua negara, yaitu Tiongkok dan India,

akan menyamai kebutuhan minyak dua negara, AS dan

Jepang. Masalah itu akan semakin akut dikarenakan energi

pengganti yang digadang-gadang, yakni energi baru dan

terbarukan, pada 2025 diprediksi belum dapat diproduksi

untuk memenuhi kebutuhan komersial. Pembangunan

Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) pun tak sanggup

mengimbangi lonjakan kebutuhan listrik. Kelangkaan

minyak itu diperkirakan akan memicu persaingan sengit

banyak negara untuk memperebutkan sumber energi. Pada

masa mendatang, banyak negara yang meyakini bahwa

barangsiapa menguasai sumber daya energi akan menguasai

dunia. Karena begitu strategisnya sumber daya ini, Indonesia

tak boleh berdiam diri. Undang-Undang Dasar (UUD) 1945

telah mengamanatkan pemanfaatan Sumber Daya Alam

(SDA) ini untuk kemakmuran bangsa.

Seperti halnya negara-negara ekonomi baru

lainnya di Asia (Tiongkok dan India), Indonesia juga

berada dalam bayang-bayang krisis energi. Negeri ini

mengalami pertumbuhan konsumsi energi yang pesat

selama 14 tahun. Konsumsi energi final menurut jenis

selama tahun 2010-2015 masih didominasi oleh BBM

(bensin, minyak solar, minyak diesel, minyak tanah, minyak

bakar, avtur dan avgas) mencapai 25%, disusul gas bumi

(11%), listrik (11%), batubara (6,2%), LPG (4,8%)2

. Energi

final BBM masih akan mendominasi kebutuhan energi

sektor transportasi. Sektor-sektor pengguna lainnya pun

2 BPPT Energy Outlook 2017.

Page 31: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

15

tidak terlepas dari penggunaan BBM karena teknologinya

cukup efisien. Pemanfaatan BBM meningkat dengan laju

pertumbuhan 4,7% per tahun. Demikian juga dengan

kebutuhan batubara pada tahun 2050, kebutuhannya

meningkat tajam sebesar lebih dari 7 kali lipat (skenario dasar)

atau lebih dari 10 kali lipat (skenario tinggi) terhadap tahun

2015. Hal ini terjadi karena harga batubara yang kompetitif

dan pesatnya perkembangan industri berbasis batubara

(semen, kertas, tekstil, dan lainnya).

Walaupun Indonesia pernah menjadi negara pengekspor

minyak, meningkatnya konsumsi di dalam negeri secara tak

terkendali dan turunnya produksi menyebabkan Indonesia

menjadi negara net oil importer sejak 2004. Kondisi ini berakibat

serius pada perekonomian nasional dan juga pada ketahanan

energi. Sebab, sebagian danri pasokan energi tersebut berasal

dari impor. Ketidakseimbangan antara permintaan dan pasokan

akan mengakibatkan terjadinya kelangkaan (scarcity).

Dampaknya, keekonomian energi tidak lagi bersifat elastis tapi

juga dapat menimbulkan contagion effect (efek menular) bagi

perekonimian nasional, stabilitas politik, dan kerawanan sosial.

Oleh karena itu, melalui instrumen kebijakannya, negara harus

mengambil peran dalam menjaga agar tidak terjadi kelangkaan

energi. Daniel Yergin (Mallaby, 2006) menyatakan bahwa konsep

ketahanan energi suatu negara dalam era globalisasi mencakup

dua dimensi, yaitu independensi dan interedependensi3.

3 Yergin, Daniel. 2006. Ensuring Energy Security, Jornal of

Foreign Affairs, Vol. 85, No.2.

Page 32: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

16

Dimensi independensi, yaitu pemenuhan kebutuhan energi

yang berasal dari sumber daya energi di dalam negeri

(domestik). Sedangkan dimensi interdependensi golbal, yaitu

pemenuhan energi setiap negara tidak dapat lepas dari pasokan

energi dari negara lain, terutama yang berasal dari negara-

negara produsen utama minyak dan gas bumi.

British Petroleum (BP) dalam Energy Outlook-nya pada

2017 mengemukakan bahwa, minyak, gas dan batubara tetap

akan menjadi sumber energi dominan yang menggerakkan

ekonomi dunia ke depan. Gas bumi merupakan bahan bakar

yang tumbuh paling cepat dengan porsi 1,6% dalam

peningkatan energi primer karena akan menggantikan

batubara menjadi sumber bahan bakar terbesar kedua pada

tahun 2035. Pertumbuhan batubara sendiri diproyeksikan

akan menurun tajam sebesar 0,2% berbanding 2,7% selama 20

tahun terakhir. Konsumsi batubara diperkirakan akan

mencapai puncaknya pada pertengahan 2020-an. Sementara,

minyak bumi terus tumbuh (0,7%), meskipun laju

pertumbuhannya diperkirakan melambat secara bertahap4

.

Transisi bertahap dilakukan dalam bauran bahan

bakar. Terhitung lebih dari tiga perempat dari total pasokan

energi pada tahun 2035 (turun dari 85% pada tahun 2015).

Namun, transisi bertahap dalam bauran bahan bakar diatur

untuk menggunakan energi terbarukan, bersama dengan

tenaga nuklir dan hidroelektrik, yang diperkirakan akan

mencapai setengah dari pertumbuhan pasokan energi selama

20 tahun ke depan. Energi terbarukan adalah sumber energi

4 BP Energy Outlook: 2017

Page 33: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

17

yang paling cepat berkembang (7,1%),dengan pangsa energi

primer meningkat menjadi 10% pada tahun 2035, naik dari

3% di tahun 2015.

Indonesia sebagai negara berpenduduk terbesar ke-4 di

dunia pada beberapa tahun terakhir menikmati tingkat

pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, yaitu rata- rata 5,5%

per tahun. Pertumbuhan ekonomi tersebut juga seiring dengan

meningkatnya laju pertumbuhan penduduk 1,5% per tahun,

meningkatnya pendapatan masyarakat, dalam hal ini agregat

Produk Domestik Bruto/PDB sebesar 6,11% serta kenaikan

jumlah kelas menengah sebesar 7 juta orang per tahun. Faktor

tersebut diatas berdampak pada meningkatnya konsumsi energi

nasional rata-rata 7% per tahun, merupakan yang tertinggi di

dunia dibanding tingkat konsumsi energi dunia yang hanya

mencapai rata-rata 2,6% per tahun. Pertumbuhan tingkat

konsumsi energi tersebut tercermin dari meningkatnya Total

Pasokan Energi Primer (TPEP), yaitu sebesar 209 MTOE pada

tahun 2011 (meningkat 27% dibanding tahun 2002). Dewan

Energi Nasional (DEN) memperkirakan TPEP akan mencapai

400 MTOE (tahun 2025), 480 MTOE (tahun 2030) dan 1.000

MTOE (tahun 2050).

Sejak tahun 1999 bauran TPES didominasi oleh sumber

energi fosil yang tidak terbarukan, yaitu minyak bumi (49%

pada TPES tahun 2010), gas bumi (sekitar 20%) serta batubara.

Keberlanjutan pasokan energi fosil tersebut dimasa mendatang

perlu diwaspadai mengingat dari sisi cadangan Indonesia

bukanlah negara yang kaya energi fosil. Dengan tingkat

produksi saat ini dan dengan asumsi tidak akan ditemukan

Page 34: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

18

sumber baru di Indonesia, maka diperkirakan cadangan terbukti

minyak bumi akan habis dalam waktu 11 tahun lagi, gas bumi

34 tahun lagi, dan batubara 26 tahun lagi. Dari sisi produksi,

tingkat produksi minyak bumi sebesar 824 ribu barel perhari

pada tahun 2013 (menurun 14% dibanding produksi tahun 2007)

sedangkat tingkat kebutuhan bahan bakar minyak (BBM)

meningkat dari sekitar 1 juta barrel perhari (tahun 2008) menjadi

1,3 juta barel perhari (tahun 2013) dan diprediksi sebesar 1,7 juta

barel perhari (tahun 2020). Kekurangan untuk memenuhi

kebutuhan energi tersebut dilakukan melalui impor dalam

bentuk minyak mentah (382 ribu barel per hari tahun 2011) serta

produk olahan antara lain BBM (608 ribu barel perhari tahun

2011). Ketergantungan impor tersebut menyebabkan kerentanan

terhadap tingkat ketahanan energi nasional khususnya jaminan

keberlangsungan pasokan yang dibutuhkan Indonesia.

Kerentanan juga disebabkan karena keterbatasan total

kapasitas fasilitas pengolahan (refinery) yang hanya sebesar

1,2 juta barel serta keterbatasan total kapasitas tempat

penyimpanan (storage) produk olahan sebesar 30,3 juta barel

atau hanya mampu untuk memenuhi kebutuhan rata-rata

nasional selama 18-23 hari. Melihat realitas di atas, maka

perlu adanya cadangan energi dalam jumlah yang memadai

yang dapat dipergunakan setiap saat untuk mengatasi

kondisi krisis dan darurat energi sekaligus untuk menjamin

ketahanan energi nasional, apabila sewaktu-waktu ada.

Untuk menjamin keberlangsungan pasokan kebutuhan

energi, Indonesia sampai pada saat ini tidak memiliki

cadangan minyak yang dimiliki oleh Pemerintah (public

stocks) atau cadangan wajib yang dimiliki oleh Badan Usaha

Page 35: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

19

(compulsory industry stocks) untuk penanggulangan apabila

terjadi kondisi krisis. Saat ini Indonesia hanya

mengandalkan pada cadangan operasional yang dikelola

oleh PT Pertamina yang hanya mencukupi untuk memenuhi

kebutuhan 15-23 hari konsumsi nasional.

Kemajuan teknologi dalam bidang perminyakan

khususnya industri petrokimia, telah menciptakan industri hilir

dengan berbagai produk sampingan yang memberikan nilai

ekonomi yang tinggi. Hal ini merupakan salah satu penyebab

pesatnya industri minyak bumi. Penemuan gas alam akhir-akhir

ini telah memberikan warna baru dalam pengadaan sumber

energi. Tidak seperti minyak bumi yang memerlukan

pengolahan panjang sebelum digunakan, gas lebih praktis dan

lebih murah. Indonesia memiliki cadangan gas bumi yang

cukup besar, yaitu 103,3 Trillion Cubic Feed (TCF) atau 1,6%

cadangan gas dunia5.

Berdasarkan hasil temuan cadangan dan rencana

pengembangan wilayah kerja, proyek-proyek gas bumi akan

menjadi andalan serta tumpuan industri migas Indonesia dalam

5-10 tahun ke depan. Apalagi produksi gas bumi terus naik dari

1,2 Million Barrel Oil Equivalent (MBOE) per hari pada 2001

menjadi 1,5 MBOE pada tahun berikutnya. Dalam beberapa

tahun mendatang, produksi gas akan meningkat seiring dengan

hasil dari proyek-proyek ladang gas bumi yang sedang

dikembangkan. Bahkan, dengan cadangan terbukti gas alam

sebesar 108 TCF pada 2010, jumlah ini cukup untuk memasok

kebutuhan gas Indonesia hingga 50 tahun untuk tingkat

produksi saat ini.

Page 36: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

20

Upaya menggunakan gas adalah bagian dari

diversifikasi energi fosil, terutama minyak bumi. Dengan

adanya fenomena kelangkaan energi di berbagai belahan dunia,

ketahanan energi menjadi isu terpanas dalam konteks

kepentingan nasional suatu bangsa dalam upaya

mempertahankan eksistensinya. Isu ketahanan energi menjadi

latar belakang berbagai permasalahan politik, ekonomi, sosial

budaya, dan pertahanan keamanan. Ketahanan energi sendiri

adalah suatu kondisi terjaminnya ketersediaan energi dan akses

masyarakat terhadap energi pada harga yang terjangkau dalam

jangka panjang dengan tetap memperhatikan perlindungan

terhadap lingkungan hidup6.

Masalah itu akan semakin akut dikarenakan energi

pengganti yang digadang- gadang, yakni energi baru dan

terbarukan, pada 2025 diprediksi belum bisa diproduksi

untuk memenuhi kebutuhan komersial. Pembangunan

pembangkit listrik tenaga nuklir pun tak sanggup

mengimbangi lonjakan kebutuhan listrik. Kelangkaan minyak

itu diperkirakan akan memicu persaingan sengit antar negara

untuk memperebutkan sumber energi. Pada masa

mendatang, banyak negara yang meyakini bahwa siapa yang

menguasai sumber energi akan menguasai dunia.

Dikarenakan sumber daya ini bernilai sangat strategis,

Indonesia tidak bisa berdiam diri. Undang-Undang Dasar

(UUD) 194 telah mengamanatkan pemanfaatan sumber daya

5 BP Statistical Energy Review: 2014

6 Peraturan Pemerintah No. 79 Tahun 2014

Page 37: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

21

alam ini untuk kemakmuran bangsa. Ketidakseimbangan

antara permintaan dan pasokan akan mengakibatkan

kelangkaan (scarcity) yang berdampak pada keekonomian

energi yang tidak lagi bersifat elastis sehingga menimbulkan

contagion effect (efek menular) bagi perekonomian nasional,

stabilitas politik, dan kerawanan sosial. Oleh karena itu,

melalui instrument kebijakannya, negara harus mengambil

peran dalam menjaga agar tidak terjadi kelangkaan energi.

Saat ini, energi memiliki posisi sangat strategis di

setiap negara, karena merupakan input utama dalam

menggerakan pertumbuhan ekonomi secara

berkesinambungan, sehingga kepastian jaminan pasokan

energi menjadi fokus utama dalam kebijakan energi suatu

negara. Pada masa mendatang, timbul kekhawatiran yang

dipicu kenyataan bahwa konsumsi energi dunia semakin

meningkat. Sebaliknya, suber energi yang ada hanya terdapat

di kawasan tertentu semakin terbatas. Menyikapi kondisi

kelangkaan pasokan, berbagai strategi telah dikembangkan

oleh banyak negara untuk mengamankan pasokan energi

dengan pola yang lebih agresif. Banyak negara sekarang ini

mulai mewaspadai dan menyadari kemungkinan timbulnya

gesekan dalam persaingan menguasai sumber energi. Salah

satu bentuk bentuk pencegahan adalah kerja sama

antarnegara dan kawasan dalam rangka menjaga keamanan

bersama terhadap kepastian pasokan energi. Kebijakan energi

bersama yang merupakan penggabungan kekuatan dalam

menangani krisis energi, stabilitas pasokan energi, keragaman

energi, dan harga energi kadang berjalan tidak seperti yang

diharapkan. Kita tentu tidak dapat terus berharap bahwa

Page 38: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

22

situasi kondusif akan terus tercipta dalam upaya

mengamankan pemenuhan kebutuhan. Jika solusi strategis

tidak ditemukan, konflik di dunia tentu tak dapat

dihindarkan.

Untuk di dalam negeri, tentu kita harus mulai

berpikir untuk mengubah paradigma pengelolaan energi

kita. Dengan kekayaan alam melimpah, jumlah penduduk

230 juta jiwa, dan posisi geoekonomi yang sangat strategis,

Indonesia yang telah lebih dari 72 tahun merdeka seharusnya

sudah menjadi bangsa yang besar, maju dan makmur.

Namun, hingga kini Indonesia masih tergolong sebagai

negara berkembang dengan angka pengangguran dan

kemiskinan yang tinggi serta berdaya saing rendah. Banyak

faktor yang menyebabkan kita masih terbelakang, mulai dari

carut-marutnya sistem politik dan hukum, lemahnya

penguasaan IPTEK sampai etos kerja bangsa yang rendah.

Dan, salah satu penyebab utamanya adalah karena sejak

zaman kolonial hingga kini, paradigma pembangunan

nasional terlalu berorientasi pada daratan (land-based

development), sedangkan laut hanya diperlakukan sebagai

tempat eksploitasi Sumber Daya Alam (SDA) secara

ekstraktif, pembuangan limbah (“keranjang sampah”), dan

berlangsungya berbagai kegiatan ilegal. Sementara,

Nusantara ini merupakan negara maritim dan kepulauan

terbesar di dunia yang tiga per-empat wilayahnya berupa

laut seluas 5,8 juta km2 yang mempersatukan lebih dari

17.500 pulau dengan 81.000 km garis pantai, terpanjang

kedua setelah Kanada. Dalam wilayah pesisir dan lautan itu

terdapat potensi berbagai Sumber Daya Alam (SDA) dan

Page 39: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

23

jasa-jasa lingkungan yang sangat besar, yang hingga kini

belum dimanfaatkan secara optimal. Mengingat stok SDA di

wilayah daratan juga semakin menipis, sementara kita masih

harus memacu pertumbuhan ekonomi tinggi dan berkualitas

untuk memerangi pengangguran dan kemiskinan yang kian

meningkat, terutama akibat krisis ekonomi global, maka

sekarang saatnya kita meningkatkan pendayagunaan SDA

kelautan secara produktif, efisien, dan berkelanjutan bagi

kemajuan serta kemakmuran bangsa.

Keuntungan sebagai negara maritim harus pula

dimanfaatkan dengan memperbaiki sistem tata kelola SDA.

Salah satu konsep yang dapat ditawarkan adalah dengan

melakukan pemerataan pembangunan melalui desentralisasi

pusat industri. Pembangunan industri yang selama ini

terpusat di Jawa, harus mulai “digeser” secara merata.

Kementrian Perindustrian telah menerbitkan Rencana Induk

Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) 2015-2035 sebagai

panduan serta roadmap pembangunan industri yang

didalamnya mencakup tentang pemanfaatan potensi daerah

secara maksimal, baik secara ekonomi dan hukum

dengan tetap memperhatikan lingkungan hidup. Jika RIPIN

ini dikolaborasikan dengan Rencana Umum Energi Nasional

(RUEN) secara optimal, maka Indonesia tentu dapat berjaya

sebagai negara kepulauan dengan memaksimalkan

keunggulan setiap daerah.

Pembangunan industri yang tersebar tentu akan

membutuhkan energi yang tidak sedikit, disinilah peran

pemerintah untuk dapat mengeluarkan kebijakan pendukung

yang dapat menarik investor baik dalam maupun luar negeri.

Page 40: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

24

Karena, sama-sama kita ketahui bahwa untuk memenuhi

kebutuhan energi pada sektor industri membutuhkan cost

yang tinggi, sehingga diperlukan campur tangan pihak

swasta untuk dapat mengembangkan optimalisasi sentra

industri di daerah. Jika skema ini dapat berjalan dengan baik,

bukan tidak mungkin bahwa di kemudian hari, Indonesia

dapat tetap bertahan bahkan berjaya di tengah tipisnya

cadangan energi fosil dunia. Dan secara tidak langsung, kita

adalah pemegang kunci kemenangan peperangan di akhir

zaman.

Page 41: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

25

PEMANFAATAN INFORMASI MANDALA

BAWAH PERMUKAAN

GUNA MENENTUKAN STRATEGI

PERTAHANAN LAUT DI WILAYAH

KOMPARTEMEN STRATEGIS INDONESIA

Oleh: Letkol Laut (KH) Dr. Gentio Harsono, S.T., M.Si. Dosen Universitas Pertahanan

email: [email protected]

A. Pendahuluan

Konstelasi geografis Indonesia sebagai benua maritim

memberikan keuntungan dalam aspek geostrategis, geopolitik

dan geoekonomi. Wilayahnya berupa pulau-pulau besar dan

kecil, dikelilingi selat-selat sempit mulai dari tipe dangkal

sampai dalam dengan beberapa punggung laut didalamnya,

menjadi menjadi mandala yang lebih rumit dalam aspek

pertahanan keamanan. Selain itu dalam aspek pelayaran

Internasional perairan Indonesia merupakan jalur lintas kapal-

kapal dunia yang mengangkut komoditas niaga, pangan dan

energi dari Asia, Eropa, dan Amerika. Empat dari sembilan

chocke point lintas pelayaran dunia bahkan berada di

Indonesia. Sebagai konsekuensi ratifikasi UNCLOS 1982

melalui Undang Undang No. 17 Tahun 1985, Indonesia

memberikan jalur pelayaran Internasional yang dikenal

dengan Sea Line atau Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI).

Dengan kondisi seperti ini, Indonesia berpeluang memberikan

Page 42: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

26

pengaruh politik dan menentukan ekonomi global. Pelayaran

global yang terjadi selama ini, baik pelayaran sipil maupun

militer, sangat bergantung pada kelancaran serta keamanan

beberapa selat penting dunia, tentu saja dalam hal terjadi

suatu peristiwa buruk yang kemudian berakibat terhambat

atau bahkan menghalangi jalur pelayaran maka akan

mengacaukan perdagangan dan perekonomian global,

termasuk pula dapat menghambat pergerakan militer dari

negara pengguna jalur pelayaran tersebut. Kita bisa belajar

dari kasus Laut China Selatan betapa pentingnya jalur

pelayaran tersebut hingga diperebutkan oleh beberapa negara

termasuk Amerika Serikat. Tidak diragukan lagi, kedepan

perairan Indonesia menjadi incaran penguasaan lautnya oleh

negara lain terutama negara-negara besar yang

berkepentingan dengan jalur lautnya. Penguasaan dimaksud

dapat melalui pengumpulan data dan informasi tentang

karakter laut Indonesia sebagai bagian dari stragi menguasai

laut Indonesia.

B. Karakteristik Mandala Lingkungan Laut Perairan

Indonesia

Perairan Indonesia berada diantara benua Asia dan

Australia dan antara Samudera Pasifik dan Samudera Hindia.

Wilayah perairan ini meliputi sebagian besar wilayah Perairan

Asia Tenggara dengan bentuk kesatuan geografi yang kompleks

Page 43: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

27

baik struktur maupun karakteristiknya. Indonesia menjadi satu

satunya wilayah yang mempunyai struktur dengan dasar laut

beragam dan distribusi pulau-pulaunya yang paling kompleks di

bumi. Berbagai macam pulau besar dan kecil dipisahkan oleh

berbagai macam laut dangkal dan dalam yang dihubungkan

oleh banyak selat dan terusan. Praktis semua tipe topografi dasar

laut ditemukan mulai dari landas benua (continental shelf), lereng

benua (continental slope), berbagai macam bentuk dasar laut

seperti basin laut dalam, palung, sill (punggung laut), pulau

vulkanik serta pulau berterumbu. Punggung laut terbentuk

antara pulau pulau dengan dengan ridge bawah laut yang

memisahkan antara basin laut serta menentukan pertukaran

massa air antara kedua basin. Di daratannya, rangkaian gunung

berapi tinggi membentuk cincin api, bukit pegunungan, serta tak

terhitung jumlahnya pulau-pulau berterumbu karang yang

melengkapi fenomena yang tidak ditemukan di wilayah

manapun di bumi. Oleh karenanya Indonesia menjadi daya

perhatian peneliti mengungkap kondisi topografi, geologi,

tektonik serta geofisiknya.

Dalam terminologi osanografi, perairan Indonesia

merupakan bagian dari Samudera Pasifik oleh karenanya massa

air yang mengisi perairan Indonesia adalah massa air Samudera

Pasifik dan kepulauan Indonesia adalah pemisah antara

Samudera Pasifik dengan Samudera Hindia. Massa air Samudera

Pasifik sangat jelas dominan terutama di wilayah perairan laut

Page 44: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

28

dalam seperti di wilayah timur Perairan Indonesia seperti Laut

Sulawesi, Laut Maluku, Laut Buru, Laut Seram dan Selat

Makassar. Massa air tersebut mengalir ke perairan dalam

Indonesia yang kita kenal dengan sebutan Arus Lintas Indonesia

(Arlindo) atau dikenal Indonesian Throughflow (ITF).

Keunikan dan kompleksitas perairan Indonesia telah

menjadi daya tarik para peneliti dari berbagai negara datang ke

Indonesia. Hampir semua tipe dasar topografi di dasar laut

ditemukan di Indonesia seperti continental shelves, insular slope,

basin laut dalam, palung dan relung. Juga kenampakan topografi

lainnya seperti gunung bawah laut dan pulau-pulau terumbu

karang yang tersebar disepanjang gugusannya. Beberapa

peneitian laut telah dilaksanakan di Indonesia dimulai sejak

penjajahan Belanda, ekspedisi penelitian laut Internasionalpun

sering dilakukan mulai dari ekspedisi Challenger (1872-1875),

The Gazelle (1875), The Valdivia (1899), The Siboga (1899-1900),

The Planet (1906-1907), The Snellius I (1929-1930), The Albatros

(1948), The Spencer of Bird (1947-1950), The Galathea (1981) serta

yang terakhir Deep Sea Explorer (2010) yang dilakukan dengan

kapal Angkatan Laut Amerika Serikat (USNS) di Laut Sulawesi.

Semua riset tersebut pada dasarnya ingin mengungkap rahasia

dan keunikan karakteristik laut Indonesia yang bahkan hingga

sekarang pun banyak yang belum terungkap.

Page 45: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

29

C. Hidro-Meterologi Perairan Indonesia

Perairan Indonesia sering disebut dengan benua maritim

karena lautan yang lebih luas dibanding daratannya, sehingga

pengaruh dinamika lautnya lebih kuat dibanding daratannya,

interkasi lautan-atmosfir atasnya menjadi penentu iklimnya.

Berada di wilayah tropis dengan curah hujan tinggi dan

evaporasi yang rendah, Indonesia menjadi daerah yang paling

lembab ditambah banyak pulau-pulau tersebar berperan

sebagai pusat aktivitas konveksi pertumbuhan awan terutama

daerah pesisirnya. Curah hujan tinggi dengan evaporasi

rendah mengakibatkan perairan laut Indonesia memiliki nilai

salinitas yang rendah terutama di musim hujan dimana

terdapat tambahan kontribusi besar dari aliran sungai dari

daratan.

Sebagai daerah tropis, wilayah ini ditandai dengan

lemahnya angin permukaan dan tingginya tekanan udara

permukaan. Perubahan tekanan udara juga relatif kecil

dibandingkan skala perubahan waktu sehingga sulit terjadi

pembentukan angin kencang. Hal ini juga didukung oleh

lemahnya Gaya Coriolis di ekuator menyebabkan tidak

mungkinnya di daerah tropis terbentuk atau menjadi lintasan

siklon tropis. Angin permukaan untuk daerah tropis

umumnya lemah, hal ini berlawanan dengan angin pada level

atas yang umumnya relatif kencang. Salah satu penyebab

lemahnya angin permukaan adalah karena kecilnya

Page 46: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

30

perbedaan tekanan udara permukaan di daerah tropis. Pada

musim hujan, akibat kuatnya suplai udara basah dan konveksi

udara, sirkulasi angin kencang pada level atas terganggu

sehingga angin pada level tersebut lebih lemah daripada pada

musim kemarau. Lemahnya angin permukaan di daerah

tropis membawa konsekuensi lemahnya sirkulasi arus laut di

daerah tropis jika dibandingkan dengan daerah non tropis.

Seperti disebutkan sebelumnya, luasnya perairan laut

Indonesia telah menyebabkan interaksi laut dengan atmosfir

(air-sea interaction) lebih dominan dibanding pengaruh

daratannya mengakibatkan kondisi lautnya sangat

dipengaruhi dinamika atmosfirnya. Berikut ini adalah

beberapa komponen pengaruh atmosferik yang membentuk

variasi kondisi perairan Indonesia.

1. Madden Julian Oscillation (MJO)

Easterly waves atau gelombang ke timur terjadi di

berbagai belahan dunia. Peristiwa easterly wave terjadi di

permukaan laut yang merupakan gejala interaksi laut

atmosfer dimana selain tekanan udara juga terjadi

perubahan suhu permukaan laut yang pada akhirnya

menghasilkan siklon tropis. Untuk daerah benua maritim

Indonesia, penjalaran gelombang ke timur dikenal

dengan istilah Madden Julian Oscillation untuk menyebut

nama penemu gelombang ini. Gejala yang terjadi di

Page 47: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

31

Samudra Hindia dan peristiwa yang dimulai di laut akan

berakibat pada daerah hujan yang mana daerah hujan ini

akan bergerak ke arah timur masuk di Kepulauan

Indonesia melalui ekuator propinsi Sumatera Barat dan

terus bergerak ke Timur. Apabila peristiwa tersebut

terjadi pada bulan musim hujan maka pergerakan akan

lebih ke arah selatan mengikuti jalur ITCZ (Inter-Tropical

Convergence Zone) yang sedang berada di bumi belahan

selatan. Apabila penjalaran terjadi pada saat musim

kemarau maka akan bergerak ke utara juga mengikuti

jalur ITCZ. Peristiwa penjalanan dengan gelombang ini

terjadi dengan periode antara 30 - 90 hari sehingga gejala

MJO ini dikenal juga dengan istilah intraseasonal wave.

Pergerakan gelombang ini membawa implikasi ke laut

dan atmosfer seperti perpindahan suhu laut hangat

menuju timur dan daerah konvektif yang juga kearah

timur. Hal yang paling sering dirasakan di Indonesia

adalah gelombang MJO seringkali membawa awan tebal

menyebabkan hujan ringan saat musim kemarau serta

peningkatan tinggi gelombang laut (terutama di Laut

Jawa) mengikuti arah pergerakannya. Kekuatan

gelombang MJO semakin ke wilayah timur Indonesia

semakin berkurang (lemah).

Page 48: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

32

2. Monsoon

Monsun adalah fenomena akibat pergerakan titik

kulminasi matahari terhadap bumi yang bergerak utara-

selatan, menyebabkan kontrasnya tekanan udara dan

suhu antara benua (Asia dan Australia) dan samudra,

yang menyebabkan terjadinya pusat-pusat konveksi

udara. Untuk wilayah Indonesia pergerakan titik pusat

konveksi membawa akibat daerah pumpunan awan

akibat bertemunya angin pasat timur laut dan tenggara

dan daerah dengan suhu muka laut maksimum.

Kontrasnya pemanasan antara Benua Asia dan

Australia yang semakin memperkuat pergerakan utara

selatan dari ITCZ. Monsun merupakan daerah dimana

arah angin yang dominan berbalik arah paling sedikit

120° antara bulan Januari dan Juli. Januari adalah

maksimum musim dingin di belahan bumi utara (BBU)

dengan suhu rata-rata terendah di BBU dan Juli adalah

maksimum musim panas dengan suhu rata-rata tertinggi

di BBU. Meskipun dipengaruhi monsun, tidak semua

daerah Indonesia memiliki pola iklim tahunan yang

serupa. Untuk daerah selatan Indonesia, memiliki satu

puncak hujan dan satu puncak kemarau. Sedangkan

untuk daerah sebelah utaranya dapat memiliki dua

puncak hujan dan dua puncak kemarau. Pada daerah

tengah dan utara Indonesia, terkadang disebut daerah

Page 49: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

33

iklim ekuatorial dimana tidak jelas nampak perbedaan

puncak musim kemarau dan hujan pada pola

tahunannya. Kedua puncak atas terjadi pada saat titik

kulminasi matahari melewati daerah tersebut.

Pergerakan arus laut yang diakibatkan oleh pola

monsunal yang mengikuti titik kulminasi matahari telah

dipetakan oleh Wyrtki (1961). Perubahan di laut juga

terjadi karena penurunan suhu laut permukaan pada

musim kemarau. Pada waktu musim kemarau lautan jauh

lebih tenang sehingga mengakibatkan tingkat turbiditas

yang rendah (Aldrian, 2008)

Gambar 1. Pola Arus Permukaan Perairan Indonesia saat puncak kemarau di bulan Agustus (Wyrtki, 1961)

Gambar 2. Pola Arus Permukaan Perairan Indonesia bulan Februari (Wyrtki, 1961)

Page 50: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

34

3. Pengaruh ENSO (El Nino Southern Oscillation)

ENSO merupakan fenomena yang terjadi antara

faktor meteorologi dan kandungan bahang (kalor) yang

bersumber di barat ekuator Samudera Pasifik dimana

diyakini tempat inilah embrio semua denyut kejadian

terkait El Nino/La Nina. ENSO atau El Niño Southern

Oscillation adalah fenomena alam global yang berpusat di

Samudra Pasifik. Fluktuasi atau osilasi dari ENSO terdiri

dari tiga fenomena yaitu kondisi Normal, El Niño (identik

musim kemarau panjang) dan La Niña (identik curah

hujan tinggi).

Berawal dari sistim angin di sepanjang ekuator,

angin pasat (trade wind) yang bertiup secara mantap

(steady) sepanjang tahun membawa massa air permukaan

hangat sepanjang ekuator Samudera Pasifik, kemudian

menumpuk di tropis Pasifik barat kira-kira di utara Pulau

Papua hingga timur Mindanao yang dikenal Welahar

Panas (Warm Pool). Membentuk perairan dengan suhu

permukaan laut sangat hangat bahkan di perairan dunia,

rata-rata diatas 29oC.

Suhu permukaan laut sangat hangat (>29°C) di

ekuator barat Samudera Pasifik (atau kira kira di utara

Pulau Papua) menjadikan evaporasi dan curah hujan

tinggi. Fase ini dikenal dengan nama fase La Nina.

Karena laut mempunyai sistem kesetimbangan, maka

Page 51: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

35

Welahar Panas ini bergeser ke Pasifik Tengah. Sementara

itu di ekuator barat Samudera Pasifik suhu permukaan

laut menjadi lebih dingin, menyebabkan jumlah uap air

sangat sedikit, dan curah hujanpun menjadi rendah.

Event ini disebut Fase El Nino. Pengaruhnya terhadap

wilayah Indonesia sangat terasa seperti keadaan kemarau

panjang saat El Nino dan banjir saat fase La Nina. Namun

pada kenyataannya pengaruh ENSO (El Nino dan La

Nina) bukan saja pada daratan saja namun juga pada

karakteristik lautannya. Pada Event La Nina (hujan

tinggi) aliran massa air Arlindo lebih kuat dibandingkan

saat fase Normal. Bahkan mengalir berbalik alirannya

saat Fase El Nino dimana alirannya dari Samudera

Hindia ke Samudera Pasifik.

Gambar 3.Volume Transport Arlindo di Selat Makassar (bawah) dan

Grafik Indeks NINO 3.4 (Samudera Pasifik) dan DMI (Samudera

Hindia). Nilai positif menunjukkan arus ke utara, negatif merupakan

arah selatan (Gordon et al., 2005)

Page 52: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

36

Aldrian dan Djamil (2007) menyebut bahwa

pengaruh ENSO merupakan sinyal terkuat kedua

setelah monsun. Hal ini dapat dipahami karena kuatnya

pengaruh ENSO terhadap iklim wilayah Indonesia

disebabkan oleh kuatnya pengaruh wilayah warm pool

dan Arlindo terhadap iklim benua maritim.

4. Indian Ocean Dipole (IOD)

Ossilasi lautan-atmosfir tropis Samudera Hindia

ini terungkap pada akhir tahun 90-an, merupakan

penggerak iklim global lain yang sebelumnya diketahui,

ENSO di Samudera Pasifik. Intensitas IOD digambarkan

sebagai gradien anomali suhu permukaan laut antara

basin barat ekuator (50E-70E dan 10S-10N) dengan basin

timur ekuator (90E-110E and 10S-0N) Samudera Hindia,

selanjutnya dinamakan Dipole Mode Index (DMI).

DMI ditandai dengan menghangatnya

permukaan laut di salah satu basin dan mendingin di

basin lainnya. Saat suhu permukaan laut basin timur

menghangat diatas normal, terjadi peningkatan

penguapan air yang menyebabkan hujan diatas normal

wilayah barat Indonesia dan Australia. Sementara pantai

timur Afrika mengalami kekeringan, sebagai akibat

pendinginan suhu permukaan laut dengan minimnya

Page 53: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

37

intensitas penguapan, kemudian disebut sebagai DMI

fase negatif.

Fenomena ini kemudian mengalami kondisi

berbalik, dimana suhu permukaan laut basin timur

samudera mendingin dan basin baratnya menghangat,

menyebabkan wilayah barat Indonesia dan Australia

mengalami kekeringan yang selanjutnya disebut DMI

fase positif. Proses ini terjadi secara bergantian, mirip

dengan sebuah ayunan (ossilasi) meskipun periode satu

dengan lainnya tidak sama.

Pengaruh DMI terutama paling terasa di wilayah

Indonesia adalah seperti Sumatera dan Jawa bagian

barat.

5. Arus Pusar (Eddies)

Fenomena laut lainnya yang harus menjadi

perhatian adalah adanya arus pusar. Berbeda dengan

keempat pengaruh atmosferik di atas. Arus pusar

(Eddy) tidak dibangkitkan oleh pengaruh angin. Arus

pusar di perairan Indonesia beberapa tempat ditemukan

mempunyai tipe permanen namun dibeberapa lokasi

lain bertipe musiman. Eddy terjadi akibat pertemuan

dua arus yang berlawanan atau akibat arus yang

terbentur oleh massa daratan. Arus pusar terdiri dari

dua macam yaitu arus pusar yang searah jarum jam

Page 54: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

38

disebut anti siklonik dan berlawanan jarum jam disebut

dengan siklonik. keduanya mempunyai perbedaan yang

sangat jelas terutama pola aliran sirkularnya.

Antisiklonik Eddy bersifat menarik massa air

sekelilingnya kearah pusat sehingga terbentuk pola

dimana muka lautnya lebih tinggi pada pusat

sirkulasinya. Massa air ditengah menekan kebawah

sehingga pada lapisan dibawahnya terjadi downwelling

dimana tekanan isobar terlihat melembah. Sedangkan

pada Siklonik Eddy, massa air pada bagian pusatnya

dipindahkan ke arah luar aliran pusarannya yang

menyebabkan muka laut di bagian tengahnya kosong

dan membentuk lembah. Aliran massa air dibawahnya

mengalir ke atas (Up welling) untuk mengisi

kekosongan air pada permukaan yang bergerak ke luar

pusaran.

Gambar 4. Antisiklonik Eddy dan Stratifikasi Kolom Air

Bawahnya

Page 55: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

39

Baik Antisiklonik Eddy maupun Siklonik Eddy sangat

bermanfaat untuk peperangan kapal selam karena

diantara lapisan permukaan dan lapisan bawahnya

mempunyai densitas yang berbeda dan sangat kontras

yang menyebabkan deteksi akustik lebih rumit karena

pancaran sinyal bisa jadi dibelokkan sehingga target

tidak dapat dideteksi.

Salah satu eddy yang skalanya paling luas adalah

Halmahera Eddy. Arus ini terletak di timur laut ujung

paling utara Pulau Halmahera. Sirkulasi arus di wilayah

perairan ini rumit, namun penting sebagai kunci

perubahan iklim global.

Gambar 5. Sistim arus ekuator Pasifik Barat The Low

Latitude Western Boundary Currents, panah hitam

menunjukkan vektor arus data Shipboard ADCP, panah

merah lintasan air Pasifik Selatan, panah biru air Pasifik

Utara. HE: Halmahera Eddy, NGE: New Guinea Eddy

(diilustrasikan oleh Kashino et. al, 2007)

Page 56: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

40

Wilayah ini merupakan tempat cikal bakal massa

air Arlindo ini, dua arus besar dari dua belahan bumi di

Pasifik bertemu. Pengaruh meteorologi yang sangat

nyata terhadap kontraksi dan translasi eddy dalam skala

musiman misalnya, Halmahera Eddy berkembang

cukup baik selama musim kemarau di belahan bumi

utara saat aliran massa air Pasifik Selatan mengalami

periode kuat. Sebaliknya selama Desember - Februari,

ketika arus ini melemah bahkan sering berbalik arah ke

timur, Halmahera Eddy hampir tidak dapat terpantau

dengan jelas. Sedangkan dalam skala antar tahunan

dimana pengaruh dominan adalah ENSO, Halmahera

Eddy terlihat menguat saat fase El Nino, namun

melemah saat fase La Nina.

Harsono et al. (2014) melakukan penelitian tentang

perkembangan dan pergeseran Halmahera Eddy

menggunakan citra klorofil-a permukaan Aqua MODIS

dan data altimetri Jason-1 selama kurun waktu hampir

satu dasawarsa 2002 - 2012. Hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa Halmahera Eddy mempunyai

wilayah pergeseran yang membentuk sumbu tenggara –

barat laut dengan jarak antar titik pusat terjauh 446 km.

Diameter Halmahera Eddy diketahui rata-rata sekitar

520 km. Dalam skala musiman (seasonal), Halmahera

Eddy bergeser ke barat laut selama musim tenggara dan

Page 57: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

41

bergeser ke tenggara selama musim barat laut. Pada

skala antar-tahunan (inter-annual), Halmahera Eddy

bergeser ke barat laut selama even La Niña dan ke

tenggara selama even El Niño.

Selain Halmahera Eddy, terdapat New Guinea

Eddy di utara Biak dan eddies yang lain yang lebih kecil

ukurannya muncul secara musiman seperti di Selat

Lombok, Selat Bali serta perairan dekat Tanjung

Fukuaku Kupang. Namun karena belum dipetakan

dengan baik informasi tentang eddy tersebut belum

banyak diungkap dan diketahui karakteristiknya.

D. Karakteristik Perairan Indonesia

Perairan Indonesia secara oseanografi dibagi kedalam

wilayah berikut: Dataran Sunda (Sunda Shelf), Laut China,

Eastern Archipelago, Arafuru Shelf, Sahul Shelf dan Laut

Andaman. Hal yang tampak nyata adalah batimetri perairan

Indonesia antara barat dan timur wilayahnya sangat berbeda.

Jika dibagian barat perairan pedalamannya dengan

karakteristik batimetri yang dangkal dengan dasar laut yang

cenderung seragam, berbeda halnya dengan perairan di timur

Indonesia banyak didominasi oleh pulau-pulau yang

dipisahkan oleh selat dengan batimetri yang dalam serta

bentuk topografi dasar lautnya yang kasar dan sangat

komplek sebagai akibat formasi pembentukan geologinya.

Page 58: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

42

1. Karakteristik Wilayah Perairan Timur NKRI

Karakter perairan timur Indonesia adalah

batimetri yang dalam, sebaran pulau-pulau dengan selat

sempit dan dalam dan adanya punggung laut (sill).

Massa air di perairan timur Indonesia diisi oleh massa

air dari Samudera Pasifik. Massa air Samudera Pasifik

mengalir dan mengisi basin Samudera Hindia melalui

perairan timur Indonesia yang dikenal dengan Arus

Lintas Indonesia (Arlindo) atau sering dikenal dengan

Indonesian Throughflow (ITF). Arlindo membawa massa

air pertengahan Samudera Pasifik sekitar kedalaman

350-500 meter. Massa air yang berada lebih dari 500

meter tidak dapat masuk ke Perairan Indonesia karena

terhalang di Talaud Sill dan Halmahera Sill.

Gambar 6. Sebaran Punggung Laut (Sill) di Perairan

Wilayah Timur NKRI

Page 59: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

43

Besaran flux bahang (energi) yang dipindahkan dari

Samudera Pasifik ke Samudera Hindia melewati

Perairan Indonesia mencapai 0.5-1.0 Peta Watts (1 PW =

1015 Watt) (Godfrey,1996; Gordon, 2001; Vranes et al.,

2002). Massa air Samudera Pasifik yang dikenali dari

salinitas dan temperatur pada lapisan thermoklin masuk

ke Perairan Indonesia dan di sinilah massa air Samudera

Pasifik mengalami percampuran secara intensif akibat

kuatnya turbulensi arus pasang surut (karena

banyaknya selat sempit dan dalam) serta proses

percampuran massa air permukaan yang lebih tawar

(akibat percampuran dengan lapisan permukaan yang

lebih taar karena pengaruh hujan dan suplai air tawar

dari sungai-sungai sekitarnya), selanjutnya massa air

keluar dari Perairan Indonesia menjadi lebih massa air

yang lebih dingin dan lebih tawar.

Gambar 7. Karakteristik batimetri wilayah perairan Indonesia

antara bagian barat dan bagian timur (Gordon, 2005)

Page 60: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

44

Gambar 8. Perubahan Karakteristik Massa Air Samudera

Pasifik yang dibawa Arlindo dan mengisi basin Samudera

Hindia (Gordon, 2005)

Lingkungan bawah permukaan air di perairan timur

Indonesia juga ditandai dengan kuatnya gelombang dalam

(internal wave) yang kuat, karena terjebak dalam laut yang

semi tertutup. Energi difusive akibat gelombang dalam ini

bahkan dapat mencapai 1,5 cm2/detik (Syamsudin, 2002).

Sehingga terjadilah percampuran horisontal dan vertikal yang

cukup kuat. Hal ini dapat kita bayangkan seperti halnya air

dan serbuk minuman ringan yang diisikan kedalam tabung

dengan lapisan bagian dalam tabung yang kasar kemudian

kita tutup dan di kocok, maka proses percampuran tersebut

menjadi kuat dan lebih sempurna.

Page 61: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

45

Massa air Samudera Pasifik dengan salinitas tinggi dan

temperatur lebih hangat yang masuk ke Perairan Indonesia dan

dibawa Arlindo (ITF) terlihat makin pudar karakteristiknya

setelah setelah melewati punggung laut seperti di Talaud Sill,

Dewakang Sill di Selat Makassar, Halmahera Sill di Selat

Halmahera dan di laut Seram sehingga massa air Pasifik tidak

sampai masuk ke Laut Banda karena sudah berubah karakter

dari asalnya. Untuk diketahui Arlindo (ITF) adalah satu satunya

aliran massa air global (yang dikenal dengan The Great Conveyor

Belt) yang melintas di lintang rendah antara dua samudera,

Samudera Pasifik ke Samudera Hindia. Karena Arlindo lah

Indonesia mempunyai posisi strategis yang memainkan peran

penting dalam lautan global dan pengaturan iklim dunia.

Arlindo (ITF) dipisahkan dalam 3 cabang yang

mengalirkan massa air pasifik Utara dan Pasifik Selatan. Route

utama adalah dari Pasifik Utara (dengan ciri Salinitasmax 34.8

PSU) mengalir melewati Laut Sulawesi kemudian ke Selat

Makassar dan keluar melewati Selat Lombok dan Selat ombai

dan melewati celah Timor. Sekitar 90% massa air Samudera

Paifik yang dibawa Arlindo berada pada lapisan termoklin

mengalir melewati route ini.

Route kedua mengalir di lapisan thermoklin (lapisan

massa air dimana gradien suhu menurun dengan cepat 0,1oC/m)

dari wilayah Pasifik Selatan lewati Laut Maluku dan Selat

Lifamatola. Karakter massa air pasifik Selatan (Salinitas max 35.45

Page 62: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

46

PSU). Sedangkan rute ketiga adalah melewati Laut Halmahera

dan Laut Seram.

Gambar 9. Sistim Arus Thermohaline Global “The Great

Conveyor Belt”

(Sumber: www.ces.fau.edu)

Gambar 10. Route Arus Lintas Indonesia (Arlindo)

dalam 3 lintasan Utama dengan nilai satuan aliran

persatuan waktu yaitu Sv (juta m3/detik) berdasarkan

nilai rerata tahunan (Gordon, 2005).

Page 63: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

47

Sebagai bagian dari wilayah ekuator Pasifik Barat,

perairan Indonesia sangat sensitif terhadap pengaruh

perubahan atmosfir atasnya, hal ini akibat periode

resident time-nya yang pendek (Wyrtki, 1962a).

Fenomena ini mengakibatkan variasi volume dan

kandungan bahang antar tahunannya menjadi lebih

sensitif terhadap fluktuasi adveksi dan fluks bahang

permukaan yang berinteraksi langsung dengan atmosfir

atasnya. Sebagai contoh, variabilitas dan pergerakan

Arlindo yang mengalir dari Samudera Pasifik di ekuator

barat ke Samudera Hindia terkait erat dengan El Nino

Southern Oscillation (ENSO) dimana pada event El Nino

massa air Arlindo justru berbalik dari Samudera Hindia

ke Samudera Pasifik. El Nino kita tahu pengaruhnya

bukan saja pada skala regional namun juga global

sebagai ikon bencana kekeringan di Indonesia.

2. Wilayah Perairan Barat NKRI

Sangat kontras dengan wilayah timurnya,

batimetri perairan barat Indonesia didominasi oleh

perairan dangkal dan topografi dasar laut yang hampir

seragam. Karakteristik oseanografi perairan dangkal

adalah stratifikasi kolom air mulai dari permukaan

hingga dasar lautnya adalah hampir homogen akibat

kuatnya pengaruh adukan angin di atasnya. Praktis di

Page 64: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

48

wilayah perairan ini tidak ditemukan adanya sill laut

dalam dan gelombang laut dalam (internal wave).

Visibiltas perairan pedalamannya umumnya lebih

rendah dibanding perairan wilayah timurnya. Selain

akibat besarnya pengadukan angin hingga dasar juga

banyaknya suplai air sungai yang turut meningkatkan

angka kekeruhan. Pengaruh atmosfir atasnya

berpengaruh kuat terhadap arus hampir disemua

lapisan kolom airnya. Pengaruh suplai air dengan

angkutan sedimen yang tinggi dari sungai sungai besar

menjadikan kecerahan air rendah. Salinitas airpun

menjadi rendah <30.00 PSU terutama saat musim hujan.

Wilayah ini juga sangat kuat dipengaruhi oleh

variabilitas atmosfir atasnya, yang seringkali membawa

banjir di wilayah sekitarnya, yang turut menyumbang

dalam pengenceran massa air laut pada lapisan

permukaannya.

Perairan ini merupakan lalu lintas paling ramai

karena jumlah kapal niaga yang melintas dan jalur

perdagangan ramai di dunia seperti Selat Malaka dan

Selat Sunda. Sehingga tingkat kebisingan suara di

perairan tersebut sangat tinggi.

Page 65: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

49

E. Strategi Pertahanan Mandala Bawah Laut

Revolution in Military Affairs (RMA) telah mensintesa

sebuah konsep baru dimana perang sekarang lebih banyak

menggunakan rekayasa ilmu pengetahuan dan teknologi

keangkatanlautan, termasuk didalamnya membangun

teknologi terbaru dalam sistem pendeteksian kapal selam

lawan menggunakan metode akustik pasif yang kurang

menjadi perhatian baik oleh Blok Barat maupun Blok Timur.

Dalam kepentingan militer, karakteristik unik bentang

alam oseanografi regionalnya menjadikan perairan Indonesia

wilayah yang menantang untuk menguji keandalan alat-alat

perang bawah air negara-negara besar. Hal ini mengingat

dinamisnya sifat-sifat fisika, kimia dan biologi laut Indonesia

yang tidak dijumpai di negara negara besar dimana teknologi

akustiknya sudah sangat maju. Umumnya teknologi yang

mereka kuasai sangat andal digunakan di perairannya sendiri

(negara barat dan Timur) yang mempunyai karakter sederhana

tidak sekomplek seperti di wilayah perairan Indonesia.

Kepentingan ini diperuncing dengan meningkatknya

ketegangan akibat masalah perbatasan dan sengketa Laut Cina

Selatan antara Cina dengan Pilipina, Vietnam, Malaysia dan juga

Indonesia. Juga perebutan pengaruh Cina dengan USA dalam

menguasai jalur sutera. Dalam suatu pertempuran modern

apalagi yang menggunakan berbagai macam senjata perusak

masal Indonesia akan mengalami kerugian yang sangat besar

Page 66: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

50

jika wilayahnya sampai dijadikan wilayah pertempuran,

infrastruktur publik akan rusak belum lagi kerusakan

lingkungan dan banyaknya korban sipil yang akan timbul

seandainya war zone terjadi di wilayah Indonesia. Jika terjadi

pertempuran sebisa mungkin Indonesia harus bisa menggiring

agar zona perangnya terjadi jauh diluar wilayah Indonesia atau

kalau bisa jadikan wilayah musuh sebagai zona perangnya.

Dalam konsepsi pertahanan, perang laut masa kini tidak

hanya didominasi kapal atas air yang berhadapan dengan

musuh sejenis serta pesawat udara. Namun juga harus

berhadapan dengan ancaman lain yang harus diperhitungkan

yang berasal dari bawah permukaan air. Satu diantaranya adalah

kekuatan kapal selam, mesin perang yang hingga kini paling

ditakuti oleh kapal atas air termodern sekalipun, karena sifat

kerahasiaan dan pendadakan yang sangat mematikan lawan.

Aplikasi militer sistem navigasi dan persenjataan kapal selam

sebagian besar menggunakan transmisi gelombang akustik yang

sangat menggantungkan pada kondisi sifat sifat fisik medium air

seperti halnya suhu dan salinitas. Setiap perubahan sifat fisik air

sangat ditentukan oleh kedalaman kolom air dan letak

geografisnya.

Konsep kemenangan perang di laut adalah kita mampu

menguasai mandala perang bawah air untuk memberikan

keunggulan yang mampu dimanfaatkan untuk mengalahkan

kekuatan lawan. Konsep peperangan bawah air lebih rumit

Page 67: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

51

dibanding peperangan atas air, karena bukan saja kita harus

memperoleh keunggulan teknologi dari lawan, namun juga

pengetahuan dan kecukupan informasi tentang karakteristik

mandala tempur/operasi sendiri seperti kelengkapan data hidro-

oseanografi. Sebab, keberhasilan sebuah operasi peperangan

bawah air bukan lagi menggantungkan pada sektor kekuatan

kapal selam/ anti kapal selam semata, namun juga pentingnya

keunggulan data dan informasi kondisi mandala bawah air yang

lengkap dan akurat.

Teknologi SONAR yang selama menjadi instrumen

unggulan kapal atas air maupun kapal selam sendiri dalam

peperangan bawah air, ternyata mempunyai kelemahan, seperti

penyusupan kapal selam kedalam “wilayah kedap” terhadap

transmisi gelombang suara yang dikenal Shadow Zone, sebuah

lapisan bawah permukaan dimana temperatur dan salinitas laut

pada lapisan tersebut mampu memberikan efek pantulan

gelombang suara yang dikirim (backschattering) sonar musuh

secara minumum. Selain dengan memanfaatkan karakter

mandala bawah air tersebut, kapal selam sekarang juga

dilengkapi bahan material yang mampu mengakibatkan

minimnya pemantulan gelombang suara (acoustic absorbser)

dan juga teknologi jamming, yang dapat mengacaukan hamburan

balik (backschatering) kiriman gelombang akustik lawan serta

dapat merusak sistem peralatan pada Sonar sendiri.

Page 68: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

52

Kapal kapal selam mereka akan diuji keandalannya jika

sudah melalui uji di Perairan Indonesia dengan karakteristik dan

tantangan yang lebih beragam, terutama di perairan timur

Indonesia yang mempunyai kompleksitas topografi dasar laut

dan dinamika badan airnya seperti halnya stratifkasi kuat kolom

airnya serta besarnya energi akibat internal wave (gelombang laut

dalam) sebagai mandala paling rumit dalam pancaran sonar

kapal selam.

Strategi pertahanan ALKI yang selama ini menjadi bagian

dari upaya pertahanan keamanan menghadapi ancaman yang

ada dengan menggunakan potensi pertahanan agar tercipta

stabilitas keamanan di Indonesia melalui terciptanya

pengendalian laut untuk meminimalisir potensi ancaman guna

menjamin keamanan pertahanan nasional. Oleh karena itu perlu

menyelaraskan kebutuhan wahana dan peralatan deteksi pada

ketiga kawasan kompartemen strategis disesuaikan dengan

karakteristik mandala lingkungan lautnya, terutama kebutuhan

kapal selam dan sistem deteksi dini di selat-selat sempitnya.

Artikel 20 UNCLOS dengan jelas mengatur bahwa setiap

kapal selam asing yang melakukan navigasi di permukaan harus

menunjukkan bendera mereka, ketika memasuki wilayah

teritorial Indonesia. Namun pada kenyataannya tidak semua

negara yang telah meratifikasinya patuh pada aturan tersebut.

Tentu saja dengan alasannya mereka, kalau bukan untuk

kepentingan pertahanannya.

Page 69: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

53

HASIL KEPEMIMPINAN

Oleh: kolonel Cba Dr. Yusuf Ali, S.E., M.M. Dosen Universitas Pertahanan

email: [email protected]

A. Pendahuluan

Kepemimpinan merupakan topik bahasan yang terus

menerus dikaji oleh para ahli manajemen. Salah satu

alasannya karena kepemimpinan mempunyai pengaruh yang

dominan terhadap keberlangsungan dan keberhasilan suatu

organisasi. Banyaknya penelitian terhadap kepemimpinan

dapat dilihat dari beragamnya definisi kepemimpinan sesuai

dengan konsepsi penelitinya. Pada pokok bahasan kali ini,

penulis mengutip lima (5) pengertian dari peneliti yang

berbeda ;

a. Kepemimpinan adalah proses untuk membuat orang

memahami manfaat bekerja bersama orang lain,

sehingga mereka paham dan mau melakukannya

(Orath & Palus, 1994, h.4).

b. Kepemimpinan adalah cara mengartikulasikan visi,

mewujudkan nilai, dan menciptakan lingkungan

guna mencapai sesuatu (Richards & Eagle, 1986, h.4).

c. Kepemimpinan adalah proses ketika seorang atasan

mendorong bawahannya untuk berperilaku sesuai

Page 70: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

54

dengan keinginannya (Hughes, Ginnett, Curphy,

2012, h.5).

d. Kepemimpinan adalah proses memberikan tujuan

(arahan yang berarti) keusaha kolektif, yang

menyebabkan adanya usaha yang dikeluarkan untuk

mencapai tujuan (Jacobs & Jaques, 1990, h.281).

e. Kepemimpinan adalah proses dimana individu

memengaruhi sekelompok individu untuk mencapai

tujuan bersama (Peter G. Northouse, 2013, h.5).

Beberapa pengertian kepemimpinan di atas

menunjukkan pentingnya peran kepemimpinan dalam

mencapai tujuan organisasi. Sebagian besar definisi

kepemimpinan mencerminkan asumsi bahwa kepemimpinan

berkaitan dengan proses yang disengaja dari seseorang untuk

menekankan pengaruhnya yang kuat terhadap orang lain

untuk membimbing, membuat struktur, memfasilitasi aktifitas

dan hubungan didalam kelompok atau organisasi (Gari Yukl,

2001). Pada umumnya kinerja kepemimpinan dalam suatu

organisasi dilihat dari hasil kepemimpinannya. Banyak sekali

teori tentang kepemimpinan, teori-teori tersebut membahas

kepemimpinan dari berbagai aspek, antara lain tentang gaya

kepemimpinan, karakter pemimpin, model kepemimpinan

yang efektif dan sebagainya, tetapi pada akhirnya teori

kepemimpinan tersebut mempunyai ujung yang sama yaitu

bagaimana mencapai "Hasil Kepemimpinan" yang diinginkan.

Page 71: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

55

Kouzes & Posner (2004) merangkum beberapa pertanyaan dari

beberapa pemimpin yang selama ini bekerja sama dengan

mereka untuk meningkatkan kepemimpinan mereka.

Pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah;

- Nilai-nilai apa yang seharusnya mempengaruhi

tindakan-tindakan saya sebagai seorang pemimpin ?,

- Bagaimana cara yang terbaik bagi saya untuk menjadi

teladan bagi orang lain ?

- Bagaimana cara saya mengartikulasi visi mengenai masa

depan jika keadaan benar-benar diliputi oleh ketidak

pastian ?

- Bagaimana cara saya meningkatkan kemampuan saya

untuk menginspirasi orang lain unuk menuju kearah

tujuan bersama ?

- Bagaimana cara saya menciptakan lingkungan yang

dapat mendukung lahirnya inovasi dan risiko ?

- Bagaiman cara saya membangun tim yang kohesif dan

bersemangat ?

- Bagaiman cara saya membagi kekuatan dan informasi

dan disisi lain masih dapat mempertahankan

akuntabilitas ?

- Bagaimana cara saya menghadirkan kesenangan dan

keceriaan kedalam usaha-usaha kami ?

- Apa sumber dari rasa percaya diri yang dibutuhkan

untuk memimpin orang lain ?

Page 72: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

56

- Bagaimana cara saya meningkatkan kemampuan

kepemimpinan saya ?

Dengan mempelajari beberapa pertanyaan diatas

ternyata terdapat cukup banyak variable yang dapat

mempengaruhi hasil kepemimpinan. Tetapi jika kita batasi

maka ada beberapa variable dominan yang mempengaruhi

hasil kepemimpinan. Variable-variable dominan tersebut

antara lain adalah ; Visi pemimpin, dukungan bawahan,

Pendidikan/latihan/bimbingan, keterampilan bawahan.

Variable-variable tersebut saling mempengaruhi untuk

mencapai hasil kepemimpinan yang diharapkan. Pengaruh

dari variable di atas terhadap hasil kepemimpinan dapat

digambarkan seperti di bawah ini :

Dari gambar di atas dapat dijelaskan pengaruh

variable - variable tersebut pada pasal - pasal di bawah ini.

B. Visi Pemimpin.

Menurut MajGen Joseph P Franklin (Leadership, west

point ways), visi adalah kemampuan melihat jauh melewati

Page 73: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

57

semua kendala agar dapat menuntaskan perjalanan, visi

adalah prinsip kepemimpinan yang paling penting dan

menantang karena ia menuntut seorang pemimpin untuk

terus menerus menciptakan suatu lingkungan dimana para

bawahan dapat berfungsi dalam tingkatan yang tinggi dan

melaksanakan semua tugas yang disyaratkan dalam sebuah

organisasi, sementara secara berkesinambungan menyiapkan

berbagai perubahan yang tidak dapat tidak akan terjadi.

Kredibilitas (jujur, kompeten, dan memberi inspirasi) adalah

pondasi dari kepemimpinan, namun jika

pemimpin yang memiliki kredibilitas tidak berprientasi

kedepan, maka ia akan ditinggalkan oleh pengikutnya.

Berorientasi kedepan artinya Ia mampu melihat masa depan,

melintasi cakrawala waktu dan membayangkan datangnya

peluang yang lebih besar (Kouzes-Posner, 2004). Pemikiran

jauh ke depan tentang kejayaan dan masa depan organisasi

yang dilakukan oleh para pemimpin, akan melahirkan Visi

pemimpin. Dave Campbell mengatakan “Jikalau engkau tak

tahu kemana tujuanmu melangkah, engkau bisa tiba ditempat

yang berbeda”, Visi ini akan menentukan arah serta jalannya

roda organisasi. Sebaliknya kepemimpinan tanpa visi, akan

membuat organisasi yang dipimpin berjalan tanpa arah yang

jelas, tidak ada ukuran yang dapat dievaluasi, sehingga hasil

kepemimpinannya juga menjadi tidak jelas. Menurut Gary

Yukl (2001), visi yang jelas dan mendorong amat berguna

Page 74: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

58

untuk memandu perubahan dalam organisasi. Sebelum orang

akan mendukung perubahan yang radikal, mereka harus

memiliki visi mengenai masa depan yang lebih baik, yang

cukup menarik untuk membenarkan pengorbanan dan kerja

keras yang akan dibutuhkan oleh perubahan itu. Visi tersebut

dapat memberikan sebuah makna kelanjutan bagi para

bawahan dengan menghubungkan peristiwa lampau dan

strategi masa kini dengan citra hidup dari sebuah masa depan

yang lebih baik bagi organisasi. Visi itu memberikan harapan

untuk masa depan yang lebih baik dan keyakinan bahwa visi

itu akan tercapai pada suatu hari. Sebuah visi haruslah

sederhana dan idealistis, sebuah gambaran akan masa depan

yang diinginkan, bukan sebuah rencana rumit yang memiliki

sasaran kuantitatif dan langkah tindakan yang rinci. Sebuah

visi yang berhasil haruslah cukup sederhana untuk

disampaikan dengan jelas kepada bawahan dalam waktu lima

menit atau kurang. Agar berarti dan dapat dipercaya, visi itu

tidak boleh berbentuk hayalan atau impian, tetapi sebuah

masa depan yang dapat dicapai yang dasarnya dibuat pada

kenyataan saat ini. Sebuah kemungkinan visi bisa seperti di

bawah ini : "Kita harus menjadikan satuan ini sebagai

organisasi yang berkinerja baik, memiliki personel yang

cekatan dalam melaksanakan tugas serta memiliki kreatifitas,

Alutsista yang selalu siap pakai, mempunyai kepedulian

terhadap lingkungan sekitar, sehingga membuat kita mampu

Page 75: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

59

untuk memenangkan setiap misi yang diberikan". Visi harus

dapat dijabarkan dalam program kerja maupun rencana

pembinaan satuan, sebagai acuan day to day action (apa

yang harus dilakukan setiap harinya). Dan yang tak kalah

penting, visi pemimpin tidak boleh bertentangan dengan

organisasi yang lebih tinggi. Contohnya ; cita-cita reformasi

birokrasi yang dicanangkan oleh pemerintah, seharusnya

menjadi visi para pemimpin di organisasi pemerintah untuk

menjabarkannya ke dalam langkah-Iangkah menuju tata

kelola pemerintahan yang baik dan bersih. Pimpinan TNI

menjabarkan visi reformasi birokrasi ini salah satunya di

dalam road map lima tahunan reformasi birokrasi mulai tahun

2010 sampai dengan tahun 2025, reformasi birokrasi meliputi

bidang Intelijen, operasi, personel, territorial, dan bidang

logistik. Untuk bidang logistik menyangkut tentang pelayanan

publik isinya antara lain tentang pengadaan barang dan jasa

secara elektronik, pelayanan kesehatan. Apabila dalam

evaluasi pelaksanaanya dinilai tidak mencapai hasil sesuai

target pertahun, maka akan mempengaruhi pemberian

tunjangan kinerja bagi prajurit dan PNS TNI. Inilah

konsekuensi apabila visi satuan bawahan menyimpang dari

visi satuan di atasnya. Demikian pula dengan rencana

pembinaan satuan seorang Komandan lapangan tidak boleh

bertentangan dengan program kerja satuan di atasnya.

Misalnya program kerja satuan atas adalah pembinaan

Page 76: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

60

personel harus mengacu pada talent spotting, maka rencana

pembinaan satuan di bidang pembinaan personel sebagai

penjabaran visinya adalah penempatan personel sesuai talent

spotting. Sebaiknya visi pemimpin mengandung semangat

perubahan menuju keadaan yang lebih baik, karena visi

perubahan yang berasal dari pemimpin akan lebih mudah

untuk dilaksanakan (Rhenald Kasali, Change).

Sebaik apapun visi pemimpin, dan sesempurna

apapun program kerja atau rencana pembinaan satuan sebagai

hasil penjabaran visi, pada pelaksanaannya akan sulit

dilakukan tanpa dukungan dari bawahan, oleh karena itu

menjadi penting bahwa visi pemimpin haruslah menjadi cita

cita bersama di dalam organisasinya, sehingga didukung oleh

para bawahan.

C. Dukungan Bawahan.

Sudah menjadi sifat manusia bahwa dia akan

mendukung sesuatu yang dipercaya dan diyakini akan

membawa kebaikan bagi dirinya. Oleh karena itu unsur

"kepercayaan" menjadi dominan untuk memperoleh

dukungan. Itulah sebabnya seorang pemimpin harus meraih

kepercayaan bawahannya sebelum ia melaksanakan visinya.

Stephen MR Covey (Smart trust) mengatakan, "Pemimpin

yang baik adalah pemimpin yang mampu membangun rasa

saling percaya dalam organisasi yang dipimpinnya. Pemimpin

Page 77: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

61

idola juga selalu transparan dan hadir di tengah problematika

yang muncul di tengah organisasi. Pemimpin yang terpercaya

selalu berani menghadapi kenyataan, dia juga terbuka,

membuat komitmen yang meneguhkan, dan selalu menjaga

komitmennya. Pemimpin yang baik dapat dilihat dari karakter

dan kompetensinya. Kejujuran serta komitmennya untuk

sukses bersama mereka yang dipimpin selalu dipraktekkan

dalam kehidupan sehari-hari di organisasi".

Selanjutnya bagaimana seorang pemimpin meraih

dukungan bawahan agar secara ikhlas mengikuti visinya yang

dijabarkan dalam program atau rencana yang harus

dilakukan?. Untuk meyakinkan bawahan bahwa program

atau rencana maupun perubahan tersebut baik dan

menguntungkan bagi mereka serta organisasi, maka

pemimpin harus dapat menunjukkan perbedaan menyolok

(kontras) antara kondisi saat ini dan kondisi yang akan dicapai

apabila program/rencana/perubahan itu dilakukan.

Menunjukkan kontras selain dengan penjelasan, sebaiknya

juga dilakukan study banding, misalnya seorang pemimpin

mempunyai cita-cita adanya suasana kerja yang nyaman di

kantornya dan mencanangkan program kebersihan serta bebas

asap rokok di ruang ber AC, maka untuk memperoleh

dukungan bawahannya dia dapat membandingkan suasana

kantornya saat ini yang kumuh dan berasap, dengan suasana

kantor yang bersih dan bebas asap rokok. Bila perlu dengan

Page 78: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

62

membawa bawahannya ke ruangan yang nyaman tersebut

agar merasakan “kontras”. Yang paling sulit adalah

menunjukkan kontras untuk sesuatu yang tidak bersifat fisik,

misalnya pemimpin yang mempunyai visi tata kelola bebas

KKN. Untuk menunjukkan kontrasnya boleh jadi seorang

pemimpin memperlihatkan atau mengajak bawahannya

mengunjungi penjara atau persidangan kasus korupsi, agar

efek kontras tersebut masuk dan bawahan menyadari bahwa

tata kelola bebas KKN itu akan membawa keuntungan bagi

dirinya. Untuk memperoleh dukungan seluruh bawahannya,

maka pemimpin juga harus memanfaatkan bawahan yang

satu visi dengan dirinya, sehingga si pemimpin akan

terbantu dengan menjadikan bawahan ini sebagai agen-agen

perubahan untuk meyakinkan bawahan lain yang awalnya

resisten (menolak) terhadap rencana/program/perubahan,

sehingga beralih menjadi mendukung si pemimpin. Sejak

awal pencanangan visinya, si pemimpin harus mencari dan

membentuk agen-agen perubahan, agar "Virus" perubahan

cepat menular kepada bawahan yang lain. Jika hal tersebut

tidak dilakukan sejak awal, maka perubahan akan kehilangan

momentum untuk memperoleh dukungan.

Mengajarkan sebuah visi dan mengkonfirmasikan bahwa

visi itu sudah dimiliki bersama adalah proses untuk melibatkan

para bawahan/followers kedalam perbincangan mengenai hidup

mereka, mengenai harapan dan mimpi mereka. Kepemimpinan

Page 79: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

63

adalah dialog, bukan monolog. Kepemimpinan bukan mengenai

pemaksaan impian tunggal seorang pemimpin; namun

mengenai pengembangan suatu arah tujuan bersama (Kouzes-

Posner, 2004). Visi pemimpin yang baik dan berhasil dijadikan

visi bersama di dalam organisasi, akan memperoleh dukungan

penuh dari bawahan, sehingga akhirnya akan tercapai hasil

kepemimpinan yang baik.

D. Pendidikan, Latihan dan Bimbingan.

Variable dominan lainnya yang mempengaruhi hasil

kepemimpinan adalah pendidikan, latihan dan bimbingan.

Pendidikan berhubungan dengan pengetahuan baru maupun

tambahan pengetahuan yang diyakini dapat meningkatkan

pengetahuan serta keterampilan bawahan dalam

melaksanakan tugasnya. Sedangkan latihan adalah

keterampilan baru maupun tambahan keterampilan yang

diyakini dibutuhkan oleh bawahan untuk meningkatkan

kinerjanya. Pendidikan dan latihan harus terprogram dengan

baik, serta dilaksanakan secara bertingkat dan berlanjut.

Untuk menunjang program pendidikan dan latihan bagi

bawahan, maka pemimpin harus menerapkan manajemen

knowledge (pengetahuan) yang baik di dalam organisasi yang

dipimpinnya, sehingga menjamin kelancaran aliran knowledge.

Tacid knowledge (pengetahuan yang masih berada di dalam diri

seseorang) maupun explicit knowledge (pengetahuan yang sudah

Page 80: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

64

ada di dalam buku/media baca ) harus bisa ditransfer dan

mengalir kepada individu yang ada di dalam organisasi,

sehingga tidak ada pengetahuan penting yang mengendap

hanya pada individu tertentu. Pengetahuan serta

keterampilan yang berguna bagi organisasi, harus dapat

dibagi dan dipelajari. Aliran pengetahuan dan keterampilan

yang berguna tersebut harus dibuatkan sistem aliran di dalam

organisasi. Misalnya tacid knowledge seorang Komandan dapat

dialirkan kepada Perwira lain melalui paparan Komandan

setelah melaksanakan perintah penugasannya, atau penembak

handal di satuan dijadwalkan memberikan pelatihan

menembak kepada anggota lain di satuannya. Tacid knowledge

seorang Komandan atau perwira yang memiliki pengalaman

dalam suatu tugas/operasi militer juga bisa dijadikan explicid

knowledge melalui pembuatan karangan militer oleh Komandan

atau perwira tersebut, dengan menuliskan pengalaman

tugasnya tersebut, pengalaman yang tadinya hanya

mengendap dalam dirinya bisa diubah dalam bentuk tertulis

sehingga orang lain bisa membaca dan memetik pengetahuan

dari tulisannya tersebut. Dalam era teknologi informasi yang

sangat maju sekarang ini, seorang pemimpin dapat

menggunakan media on-line sebagai sarana memperoleh

informasi terbaru dari bawahan yang sedang bertugas dan

langsung dapat dibagi kepada bawahan yang lain sebagai

pengetahuan terbaru yang dapat membantu mereka dalam

Page 81: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

65

memecahkan persoalan. Pendidikan dan latihan yang diyakini

oleh pemimpin sangat dibutuhkan oleh bawahannya, tetapi

tidak ada dalam program pendidikan formal di satuan, harus

dicarikan alternatifnya, misalnya bekerja sama dengan

lembaga yang memiliki kemampuan di bidang tersebut untuk

melatih atau mendidik bawahannya.

Seorang pemimpin jika ingin memperoleh hasil

kepemimpinan yang maksimal, maka ia harus mau

melakukan introspeksi terhadap kemampuan dirinya,

sehingga Ia dapat mengetahui kekurangannya dan mampu

menentukan pengetahuan serta ketrampilan tambahan apa

yang diperlukan untuk meningkatkan kompetensinya.

Dengan demikian selain memberikan peluang kepada

bawahannya untuk mengikuti pendidikan dan latihan, maka

seorang pemimpin juga harus selalu belajar dan berlatih.

Pemimpin yang baik harus memberikan bimbingan

kepada bawahannya. Pemimpin tidak hanya mengevaluasi

kinerja bawahannya, tetapi hasil evaluasi tersebut menjadi

bahan untuk membimbing melalui mekanisme umpan balik.

Di dunia militer dikenal adanya pengertian bahwa pemimpin

harus bisa menjadi bapak maupun guru bagi bawahannya

yang maknanya adalah pemimpin melaksanakan bimbingan

serta pengasuhan kepada bawahannya. Bimbingan kepada

bawahan merupakan wujud kepedulian dari pemimpin.

Seorang pemimpin tidak boleh membiarkan bawahannya

Page 82: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

66

berada dalam situasi yang membingungkan, karena

ketidakpastian keputusan atau karena ketidak mampuan dari

bawahan itu sendiri untuk menyelesaikan tugasnya,

sehingga menjadi tugas pemimpin untuk membantu

bawahannya yang berada dalam kepemimpinannya melalui

bimbingan layaknya seorang guru membimbing muridnya

sampai memahami pelajaran yang diberikan.

Pemimpin yang memberikan pendidikan dan latihan

serta membuka aliran seluas-Iuasnya kepada bawahan untuk

memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang bermanfaat,

akan mendapatkan hasil berupa bawahan yang memiliki

keterampilan dalam melaksanakan tugasnya. Pemimipin yang

selalu ikhlas membimbing bawahannya akan menghasilkan

bawahan yang setia dan mau meningkatkan keterampilannya.

E. Keterampilan bawahan.

Memiliki bawahan yang terampil dalam melaksanakan

tugas, adalah dambaan setiap pemimpin. Tetapi tidak semua

bawahan dari intake awal langsung memiliki keterampilan

yang baik dalam melaksanakan tugas. Sehingga menjadi

kewajiban seorang pemimpin untuk selalu meningkatkan

keterampilan bawahan. Tujuan organisasi akan lebih mudah

dicapai oleh pemimpin yang memiliki bawahan terampil

daripada oleh pemimpin yang bawahannya kurang terampil.

Agar keterampilan bawahan dapat digunakan secara efektif

Page 83: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

67

dan efisien bagi kepentingan organisasi, maka pemimpin

harus membuat dan memiliki data tentang keterampilan yang

dibutuhkan untuk setiap kompetensi jabatan bawahannya.

Keterampilan bawahan sesuai kompetensinya harus selalu

diuji agar dapat dievaluasi dan ditentukan siapa saja bawahan

yang perlu mendapatkan pendidikan dan latihan tambahan,

serta dengan hasil uji maupun evaluasi tersebut pemimpin

dapat menempatkan bawahannya pada jabatan yang tepat.

Tindakan menempatkan orang pada jabatan yang

tepat, memperlakukan orang secara lebih etis, perhatian yang

lebih besar dalam hubungan dan tanggung jawab sosial,

meningkatkan produktivitas personel, menentukan perlu

tidaknya memberdayakan personel dan mengambil langkah

yang tepat untuk mengatasi penurunan keterampilan

bawahan adalah merupakan tanggung jawab pimpinan yang

akan berpengaruh terhadap hasil kepemimpinannya. Dalam

masalah pengujian dan penilaian terhadap bawahan kita

dapat mengambil contoh analisis tentang penilaian kinerja di

lingkungan TNI. Menurut analisa penulis, alat ukur untuk

menilai bawahan di lingkungan TNI hanya ada pada saat

dilakukan uji terampil perorangan dan uji terampil jabatan

untuk Bintara dan Tamtama, sedangkan penilaian kinerja di

lingkungan TNI dilaksanakan dengan mengisi daftar

penilaian (Dapen) bagi setiap anggota berdasarkan Golongan

pangkat Perwira dan Bintara/Tamtama. Hasil penilaian

Page 84: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

68

tercantum dalam Daftar penilaian bagi setiap anggota sesuai

dengan golongannya dan berlaku untuk masa penilaian 6

bulan. Penilaian ini terutama digunakan untuk persyaratan

kenaikan pangkat dan pengajuan pendidikan. Penilaian

kinerja seperti di atas pada pelaksanaannya tidak memberi

manfaat optimal bagi kepentingan organisasi maupun

kepentingan individu. Hal ini disebabkan karena :

- Dalam pelaksanaannya belum terdapat penilaian kinerja

terhadap uraian tugas (Job Description) dari anggota

sesuai jabatan/tugas di satuan yang bersangkutan.

- Hasil penilaian kinerja belum dimanfaatkan secara

optimal, karena dalam persyaratan kenaikan pangkat

dan pendidikan hanya membutuhkan batas nilai

minimal dari daftar penilaian, sedangkan untuk

penempatan jabatan belum secara maksimal

memanfaatkan penilaian kinerja. Format penilaian

kinerja yang terdapat di dalam daftar penilaian (Dapen)

bagi anggota TNI hanya berisi indikator Penampilan

umum, Prestasi, Kesehatan, Kesemaptaan jasmani,

Kehidupan keluarga, Potensi dan Catatan masalah

mental ideologi. Dengan demikian daftar penilaian

(Dapen) hanya mengukur 2 kriteria dalam penilaian

kinerja yaitu perilaku individu dan ciri individu. Untuk

kriteria tugas individu secara spesifik sesuai tugas dan

tanggung jawabnya, belum diukur/dinilai. Di dalam

Page 85: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

69

teori manajemen kinerja disebutkan bahwa Formal Job

description dari semua jabatan yang akan dievaluasi

harus ada. Dalam pelaksanaan penilaian kinerja di

lingkungan TNI belum ada format atau metode yang

secara berkala mengevaluasi jabatan sesuai Job

description yang sudah ada, bersamaan dengan

penggunaan daftar penilaian. Manfaat dari penilaian

kinerja antara lain merupakan dasar rasional untuk

menentukan bonus dan merit sistem, memberikan

feedback bagi individu.

Penilaian juga dibutuhkan untuk memperbaiki kinerja

dan memperjelas kinerja apa yang dibutuhkan oleh

organisasi/perusahaan. Di dalam pelaksanaan penilaian

kinerja di lingkungan TNI hasilnya masih belum

dimanfaatkan untuk penentuan pemberian

kompensasi/bonus (merit system). Demikian pula untuk

penempatan dalam jabatan serta kinerja sesuai tugas

yang dibebankan hasil penilaiannya masih belum

dimanfaatkan secara maksimal. Ada 3 kriteria dalam

melakukan penilaian kinerja yaitu, Tugas individu,

Perilaku individu, Ciri individu. Di dalam format daftar

penilaian yang dilakukan di lingkungan TNI, penilaian

mengenai kriteria tugas individu masih belum spesifik

penilaiannya sesuai dengan Job description masing-

masing. Pengisian daftar penilaian juga tidak luput dari

Page 86: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

70

efek bias oleh penilai, walaupun di dalam daftar

penilaian sebenarnya sudah tercantum klausul tentang

pengamatan penilai yaitu, Langsung terus-menerus,

Langsung sering, Langsung kadang-kadang, Tidak

langsung, tetapi dalam pelaksanaanya penilaian sering

dilaksanakan hanya pada saat daftar penilaian itu

dibutuhkan. Sehingga peluang adanya bias oleh penilai

dapat terjadi. Hal tersebut terjadi antara lain karena :

- Adanya batas nilai minimal bagi Golongan Perwira dan

Bintara/Tamtama akan mempengaruhi penilai untuk

memberi nilai dalam koridor batas tersebut.

- Karena daftar penilaian akan ditandatangani oleh atasan

penilai maka ada kecenderungan penilai tidak memberi

nilai rendah bagi bawahannya karena nilai rendah

bawahannya akan berpengaruh terhadap nilai

kepemimpinan penilai sebagai atasan.

- Karena ada batas nilai minimal dalam persyaratan naik

pangkat dan pendidikan maka penilai cenderung

memberi nilai tengah-tengah pada bawahannya dengan

selisih yang tidak ekstrim.

- Karena pengisian daftar penilaian sering kali dibutuhkan

segera untuk kebutuhan persyaratan kenaikan

pangkat/pendidikan, maka kadang kala pengisiannya

dipengaruhi suasana perasaan penilai saat itu .

- Karakter penilai kemungkinan akan mempengaruhi

Page 87: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

71

pengisian daftar penilaian ( terlalu lunak/terlalu keras).

Oleh karena itu penilai harus sudah terlatih dalam

teknik penilaian kinerja, penilai harus sering mengamati

orang yang akan dievaluasi, bila memungkinkan evaluasi

dilakukan lebih dari satu penilai, diberikan peluang

untuk anggota yang dinilai menyatakan keberatannya

kepada si penilai.

Kita dapat mengambil hikmah dari analisis di atas agar

dapat menggunakan alat ukur yang tepat untuk menguji dan

mengevaluasi bawahan, karena dengan sistem evaluasi yang

baik maka ketrampilan bawahan akan terukur dan

memudahkan untuk dilakukan peningkatan ketrampilannya.

Selain itu dengan adanya pengukuran kinerja yang baik maka

kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap individu dalam

organisasi tersebut dapat diketahui dan dievaluasi secara

terus menerus.

Pelatihan merupakan alat untuk meningkatkan

ketrampilan bawahan, secara umum pelatihan mengacu pada

upaya yang direncanakan oleh seorang pemimpin untuk

mempermudah pembelajaran para bawahannya tentang

kompetensi-kompetensi yang berkaitan dengan pekerjaan.

Kompetensi-kompetensi tersebut meliputi pengetahuan,

keterampilan, atau perilaku yang sangat penting untuk

keberhasilan kinerja pekerjaan. Sasaran pelatihan bagi para

bawahan adalah menguasai pengetahuan, keterampilan dan

Page 88: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

72

perilaku yang ditekankan pada program-program pelatihan

serta menerapkannya kedalam aktifitas-aktifitas sehari-hari

(Raymond A.Noe, John R. Hollenbeck, 2008). Pelatihan untuk

meningkatkan ketrampilan bawahan tidak hanya menyangkut

keterampilan dasar tetapi juga menyangkut keterampilan

lanjutan yang dibutuhkan melalui pembelajaran secara terus

menerus. Dengan pembelajaran secara terus menerus para

bawahan diharapkan memperoleh berbagai keterampilan dan

pengetahuan yang baru, menerapkannya kedalam pekerjaan,

dan berbagi informasi tersebut dengan personel yang lainnya.

Pemimpin harus mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan

pelatihan dan membantu memastikan bahwa para bawahan

menggunakan hasil pelatihan kedalam pekerjaannya.

Sehubungan dengan meningkatkan keterampilan bawahan

maka pemimpin harus menyediakan berbagai peluang

pendidikan bagi seluruh bawahan. Berbagai peluang tersebut

dapat berupa program-program pelatihan, tetapi juga

dukungan kepada bawahan untuk mengambil kursus-kursus

yang ditawarkan diluar organisasi, belajar sendiri, dan

pembelajaran melalui perputaran pekerjaan (Tour of duty, Tour

of area). Untuk meningkatkan motivasi berlatih dari bawahan,

maka pemimpin harus dapat menunjukkan manfaat dari

latihan yang akan diberikan.

Keterampilan bawahan yang diperoleh melalui

pendidikan, latihan dan bimbingan akan meningkatkan

Page 89: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

73

kinerja bawahan dan memberi pengaruh positif terhadap hasil

kepemimpinan.

F. Regenerasi pemimpin.

Salah satu indikator hasil kepemimpinan yang baik

adalah pemimpin tersebut dapat menciptakan pemimpin-

pemimpin baru yang baik melalui regenerasi kepemimpinan.

Seorang pemimpin harus dapat menyiapkan kader pemimpin

sebagai regenerasi kepemimpinannya. Pemimpin harus memiliki

keberanian dan tekad untuk memberi peluang dan kesempatan

bagi kader pemimpin unggulan dengan memberikan rotasi tugas

yang dapat meningkatkan kemampuan kader pemimpin

tersebut. Para atasan yang telah disibukkan dengan kemajuan

karier mereka sendiri tidak mungkin menghabiskan banyak

waktu mengembangkan bawahan sebagai para pemimpin.

Seorang pemimpin yang terlalu melindungi para bawahannya

dan gagal memberikan tantangan yang cukup dan umpan balik

yang jujur kepada mereka biasanya tidak berhasil dalam

mengembangkan keterampilan kepemimpinan mereka. Atasan

langsung memiliki pengaruh besar pada pengembangan

kepemimpinan bawahannya (Gary yukl, 2001). Sayangnya ,

banyak atasan yang gagal melakukan hal-hal yang diperlukan

untuk pengembangan keterampilan kepemimpinan para

bawahan, seorang atasan yang tidak memahami pentingnya

pelatihan dan mentoring tidak dapat memberikan banyak hal

Page 90: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

74

dalam kaderisasi pemimpin kepada bawahan (Valerio,1990).

Organisasi akan dirugikan apabila kader pemimpin yang baik

"Mati Sebelum Berkembang", disebabkan karena rotasi tugas

yang tidak sehat, seperti juga bibit tanaman yang unggul tetap

akan mati sia-sia apabila tidak diberikan media tanam yang

baik. Contoh kaderisasi pemimpin yang telah dilakukan oleh

pemerintah Amerila Serikat adalah dengan mencari dan

menyeleksi puluhan pemimpin muda yang berusia 30an tahun

dari kalangan sipil dan militer, selanjutnya diberi rotasi

penugasan termasuk di kementrian pertahanan (Collin Powel,

2004). Cara tersebut terbukti berhasil melahirkan pemimpin

sekaliber jenderal Collin Powel. Pemerintah Indonesia sepertinya

sudah mulai melakukan kaderisasi seperti contoh di atas melalui

kementerian pertahanan. Oleh karena itu jika seorang pemimpin

menginginkan hasil kepemimpinan yang baik, maka pemimpin

tersebut harus peduli dengan regenerasi pemimpin.

G. Kesimpulan.

Baik atau buruknya kepemimipinan dipengaruhi oleh

karakter pemimpin, gaya kepemimpinan, dan kredibilitas

pemimpin. Selain itu ada beberapa variable yang secara

dominan mempengaruhi hasil kepemimpinan.Variable-

variable dominan tersebut adalah; visi pemimpin, dukungan

bawahan, latihan/pendidikan/bimbingan, keterampilan

bawahan. Dapat dijelaskan bahwa visi pemimpin yang baik

Page 91: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

75

dan memperoleh dukungan penuh dari bawahannya, akan

memberikan hasil kepemimpinan yang baik. Demikian pula

dengan pemimpin yang memberikan pendidikan, latihan dan

bimbingan kepada bawahannya sehingga memperoleh

keterampilan untuk melaksanakan tugas, maka pemimpin

tersebut akan memperoleh Hasil Kepemimpinan yang baik.

Tetapi yang tidak kalah pentingnya untuk diketahui oleh para

pemimpin adalah bahwa berhasilnya regenerasi pemimpin

juga menjadi indikator hasil kepemimpinan yang baik.

Semoga tulisan ini memberi banyak manfaat bagi pembaca.

Page 92: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

76

RASIONALITAS DAN IRASIONALITAS

DALAM POLITIK

Oleh: Kolonel Sus Drs. Tatar Bonar Silitonga, M.Si.

Dosen Universitas Pertahanan

email: [email protected]

A. Pendahuluan

Hari-hari dapat dicermati perilaku aktor atau elit politik

yang gencar memainkan peran. Para elit tersebut tidak

menyia-nyiakan kesempatan untuk mengartikulasikan pesan

kepada khalayak. Gairah demokrasi yang kian memuncak di

era reformasi ini menjadi momentum yang semakin membuat

semarak perhelatan menyambut tahun politik, termasuk

rencana Pemilihan Presiden (Pilpres) tahun depan. Rasanya

menarik melihat perkembangannya dan tentu saja terlebih

pada perilaku yang dipertontonkan para elit. Adu strategi

dan energi menjadi kian seru, terasa sayang untuk dilewatkan.

Sudah bukan asing lagi sasaran para elit politik, apalagi

kalau bukan kekuasaan (baca: kepentingan) yang menjadi

tujuan. Deskripsi ilmu politik pun sudah mengamini seperti

disebut Peter Merkl. Para elit menempuh berbagai cara untuk

mencapai tujuan kekuasaan itu. Machiaveli lebih tegas

menjelaskan cara memperoleh dan mempertahankan

kekuasaan yaitu melalui tiga postulatnya.

Dari deskripsi ilmu politik, kiranya tidak sulit

memahami perilaku para elit. Tidak heran ada elit politik

semula tidak dekat ritual keagamaan tiba-tiba saja sering

bersafari ke tempat-tempat bersimbolkan agama. Tidak heran

ada elit berprofesi penceramah kebenaran agama kemudian

berasimilasi menjadi penceramah kebenaran partai. Tidak

aneh pula, ada elit berusia uzur tetapi ucapannya malah lebih

Page 93: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

77

mirip kombur. Pun tidak aneh juga ada elit tidak tabu

berkolaborasi dengan tokoh kontroversi di masyarakat.

Di atas kertas telah umum diketahui, agar khalayak

tertarik dan mendukung sang elit maka formulasi program

serta rekam jejaklah yang dikedepankan. Namun dari

tendensinya, para elit belum melihat dari perspektif itu.

Celakanya khusus rekam jejak malah diartikan sebagai kiprah

diri berani vokal di mata masyarakat. Seakan ketika dapat

tampil berani kritis meski miskin substansi, dimaknai telah

memiliki rekam jejak sebagai pengemban amanat rakyat.

Terkesan tidak peduli apakah kiprah yang dilakukan telah

menuai kontroversi tertentu di masyarakat.

Peran kritis elit seringkali tidak selalu sama apalagi

ketika berasal dari kelompok berbeda (baca: beda partai).

Sebut aja dari unsur bukan pendukung pemerintah, hampir

pasti selalu menyalahkan kebijakan dan program yang

dijalankan pemerintah. Sementara bagi elit politik pendukung

pemerintah, secara konsisten dan gencar menangkis kritikan

terhadap pemerintah. Pertanyaannya, jika semua pengemban

amanat rakyat, mengapa adu pendapat begitu kontras.

Mungkin pertanyaan lebih tepat, mengapa kontras harus

dipaksakan ketika sudah dihadapkan dengan data kuantitatif.

Gambaran kontras sudut pandang politisi tersebut mudah

dicermati sekarang ini. Penulis pernah menyimak diskusi pada

suatu layar kaca. Ketika itu politisi tertentu menampilkan data-

data statistik dari beberapa lembaga survei. Lalu saat tiba sesi

tanggapan, dengan lugas disebutkan, “Soal data-data itu bisa

diotak-atik.” Jika merujuk tanggapan itu bahwa data hasil survei

bisa diotak-atik, maka logika lainnya mengartikan sajian data

bukan hasil survei yang hanya formulasi kata dari hasil imajinasi

tentu lebih parah lagi otak-atiknya.

Page 94: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

78

B. Melawan Politik Irasional

Kontrasnya pendapat dari dua kelompok terhadap objek

sama seperti digambarkan tersebut hanya dapat dipahami

dari peran elit politik. Peran mereka tidak terlepas dari

pandangan politik diri dan kelompok. Maka tidak heran

adanya pengeluaran statemen kontras dan sulit dipahami

secara rasio umum. Orientasinya yang penting berani tampil

beda pendapat. Bagi elit sendiri, semua hal yang diartikulasikan

adalah rasional karena menyangkut kepentingan kelompok.

Politik irasional dapat dimaknai sebagai peran politik

yang dalam praktiknya melakukan hal-hal berlawanan dengan

pandangan umum. Politik identitas yang mendasarkan diri

pada nilai-nilai kelompok dan sentiment primordial masuk juga

dalam golongan ini. Secara rasio umum, pelaksanaan politik

seperti itu secara etika tidak dibenarkan. Nilai-nilai demokrasi

pastilah mengedepankan kesetaraan, toleransi, dan adu konsep

program. Namun bagi pelaku politik irasional, cara-cara yang

tidak dibenarkan menurut etika umum itu tidak menjadi

masalah dan dianggap strategi.

Bila ditelusuri lebih jauh, politik irasional didasari rasa

frustasi atas kondisi yang ada. Rasa frustasi boleh jadi atas

dasar pengalaman, sudah berkali-kali memberikan aspirasi

tetapi tidak pernah digubris. Hal lainnya, bisa juga dari

perspektif kecilnya peluang memenangkan kontestasi. Cara

yang kemudian ditempuh adalah melakukan hal-hal yang

“berani” bahkan mengandung kontroversi. Dalam kamus

politik irasional begini, kebenaran perilaku diukur menurut

kriteria sendiri dan mengabaikan patron umum.

Terhadap praktik politik irasional, diharapkan

masyarakat arif. Sudah jelas, rasionalitas politik irasional

adalah kepentingan kelompok, bukan kewarasan kolektif. Ada

teman yang mempertanyakan, mampukah orang waras

menghadapi yang tidak waras. Bukankah sering terdengar

Page 95: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

79

adagium yang waras yang mengalah. Dalam hal ini, tuntutan

perilaku rasional kita adalah logika umum dan keselaraan

dengan nilai-nilai kebersamaan.

Langkah konkret dari perilaku rasional itu di tahun

politik, dengan menitipkan aspirasi kepada wakil rakyat

pelaku peran politik rasional. Mengapa suara tidak diberikan

kepada elit pelaku politik irasional? Logikanya, jika di

panggung publik sudah berani mempertontonkan perilaku

kontras dan kontroversi, bagaimana lagi ketika memiliki

kekuasaan. Betapapun, dalam terlalu banyak hal, termasuk

dalam praktik politik, kewarasanlah yang dibutuhkan. Maka,

sebaiknya politik irasional jangan dibiarkan, mari melawannya.

C. Kesimpulan dan Rekomendasi

Tuntutan implementasi nilai Pancasila dan hukum negara

bukan hanya wajar tetapi bersifat wajib yang merupakan dasar

membangun peradaban keindonesiaan melalui menjadi Manusia

Pancasilais. Tantangan peradaban keindonesiaan ditunjukkan

oleh kondisi realitas sosial dengan masih banyak perilaku anak

bangsa belum sesuai nilai-nilai Pancasila, bahkan sebagian malah

menunjukkan perilaku menyimpang. Meski tinggi kompleksitas

permasalahan yang dihadapi, secara rasionalitas kita optimis

bahwa dengan cinta (tanah air) dan kebersamaan kita dapat

memajukan peradaban menjadi Pancasilais dalam rangka

kehormatan dan kebaikan bersama baik di lingkup internal

maupun eksternal. Strategi yang direkomendasikan adalah

revitalisasi nilai-nilai Pancasila melalui penguatan peran

pemerintah dan masyarakat. Penguatan peran pemerintah

melalui perawatan nilai-nilai bersama dan peran masyarakat

melalui Lingkim, Lingja, Lingdik, dan Lingkungan Lainnya.

Tentu saja kesamaan dalam perspektif dan kesadaran bersama

menjadi penting untuk diwujudkan.

Page 96: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

80

REFERENSI

(Periodical style)

[1] Budiardjo, Miriam. 2017. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta:

PT Gramedia

[2] S. Chen, B. Mulgrew, and P. M. Grant, “A clustering

technique for digital communications channel equalization

using radial basis function networks,” IEEE Trans. on

Neural Networks, vol. 4, pp. 570-578, July 1993.

[3] J. U. Duncombe, “Infrared navigation—Part I: An

assessment of feasibility,” IEEE Trans. Electron Devices, vol.

ED-11, pp. 34-39, Jan. 1959.

[4] C. Y. Lin, M. Wu, J. A. Bloom, I. J. Cox, and M. Miller,

“Rotation, scale, and translation resilient public

watermarking for images,” IEEE Trans. Image Process., vol.

10, no. 5, pp. 767-782, May 2001.

(Book style)

[5] A. Cichocki and R. Unbehaven, Neural Networks for

Optimization and Signal Processing, 1st ed. Chichester, U.K.:

Wiley, 1993, ch. 2, pp. 45-47.

[6] W.-K. Chen, Linear Networks and Systems, Belmont, CA:

Wadsworth, 1993, pp. 123-135.

[7] H. Poor, An Introduction to Signal Detection and Estimation;

New York: Springer-Verlag, 1985, ch. 4.

Page 97: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

81

PENULIS

Tatar Bonar tinggal di Jakarta Selatan lahir

di Deli Serdang, 25 Juli 1967. Gelar

doctorandus diperoleh dari Universitas

Sumatera Utara (USU) Medan tahun 1990

pada bidang bahasa, gelar magister sains dari

Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta

tahun 2003 pada bidang Ketahanan Nasional, dan saat ini

sedang menempuh program doctoral di Universitas Negeri

Jakarta pada bidang manajemen sumber daya manusia,

sedang dalam proses penyelesaian disertasi.

Dia saat ini berstatus sebagai Dosen Tetap Program Studi

Manajemen Pertahanan dan sekaligus sebagai Kepala Pusat

Penjaminan Mutu Lembaga Pengembangan Pendidikan dan

Penjaminan Mutu Universitas Pertahanan. Dia juga menjadi

Dosen Tidak Tetap pada PKN STAN Bintaro sebagai

pengampu Mata Kuliah (MK) Pendidikan Pancasila dan

Pendidikan Kewarganegaraan, serta Universitas 17 Agustus

Jakarta sebagai pengampu MK Kepemimpinan dan MK

Bahasa Indonesia dan Penulisan Makalah. Beberapa buku

telah dihasilkan sebagai penulis maupun editor. Keterlibatan

dalam organisasi ilmiah meliputi KIPI (Komunitas Ilmu

Pertahanan Indonesia) dan IDIPI (Ikatan Dosen Ilmu

Pertahanan Indonesia).

Page 98: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

82

KONSTRUKSI DAN UJI COBA

INDEKS PERDAMAIAN INDONESIA

(INDONESIA PEACE INDEX)

1) Dr. M. Adnan Madjid, SH, M.Hum, 2) Dr. Ichsan Malik, M.Sc,

3) Ningsih Susilawati, S.Sos, M.Si (Han) 1) 2)Dosen Universitas Pertahanan

3)Asisten Dosen Universitas Pertahanan

ABSTRACT

This study aims to analyze a measuring instrument for peace

in Indonesia with measure conflict resolution and the prevention of

conflict. Analysis of the dynamic and holistic perspective will be able

effectively and appropriately to resolve and prevent conflict. Through

a new way of looking at the conflict, then we will be more pro-active

in resolving conflicts and prevent the conflict from the

beginning.Measuring tools that will be created is intended to make

Indonesia Peace Index analytical framework of conflict and peace,

especially in Indonesia. Indonesia Peace Index is expected to be used

to get a picture of the conflict in a region in Indonesia as well as get a

map of potential conflicts before it’s happen. The results of this study

indicate that the DKI Jakarta is a region with the highest intensity of

the conflict in 2016. In the meantime, social conflict is the dominant

conflict also with the highest actors as perpetrators of conflict is the

general public. This is due to structural factors are still frequently

occur and not be solved completely by the government.

Keywords: Indonesia Peace Index, Dynamic Framework of Conflict

Prevention and Resolution, Structural Conflict, Factor of Conflict,

Actor of Conflict.

Page 99: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

83

A. Pendahuluan

Para ahli kajian konflik dan perdamaian mempercayai

bahwa konflik adalah suatu keniscayaan. Konflik akan selalu

terjadi karena manusia tidak dapat menghindari pertentang

dalam tujuan, kepentingan, nilai-nilai, serta kepercayaan yang

dimiliki. Konflik dapat terjadi baik itu dalam cakupan antar

individu (interpersonal), antar kelompok (intergroup), atau

bahkan dalam skala besar (interpersonal). Konflik keceil antar

individu dapat berkembang menjadi konflik berskala besar

dengan kekerasan yang berlarut-larut dan mengakibatkan

kehancuran total dari suatu masyarakat atau bangsa (Bar-Tal,

2011; Galtung, 2004; Jeong, 2008).

Hasil studi terhadap konflik dan proses perdamaian

menunjukkan kunci untuk dapat menyelesaikan masalah

tersebut adalah dengan menggunakan alat ukur yang baik

yang dapat menghasilkan informasi tepat dan membantu

pembuatan interpretasi dan analisa yang baik dan mudah

dipahami secara umum (Druckman, 2005). Salah satu contoh

alat ukur yang digunakan secara luas untuk dapat mengetahui

kondisi konflik dan perdamaian suatu negara adalah Global

Peace Index (GPI). GPI dibuat oleh Institute of Economics and

Peace (IEP) pada tahun 2007 dan kemudian dipergunakan oleh

banyak negara di dunia sampai saat ini. Pada tahun 2015 saja

tercatat GPI mempublikasikan indeks perdamaian untuk 162

negara di dunia, termasuk Indonesia (IEP, 2015; Michalos,

2013)

Kelemahan lain dari GPI disampaikan Tasiran dan Lin

(2012) dari Middlesex University yang menyatakan bahwa

model teori GPI tidak dapat menjelaskan kondisi damai

dengan baik, karena kondisi damai menurut GPI hanya

ditentukan berdasaarkan keadaan dimana tidak ada kekerasan

yang terjadi. Dengan kata lain, GPI tidak dapat digunakan

untuk mendapatkan informasi konflik laten atau potensi

Page 100: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

84

konflik yang dapat terjadi. Pengukuran yang hanya dilakukan

berdasarkan penilaian oleh sekumpulan ahli menggunakan 23

indikator GPI dianggap menjadi kelemahan GPI itu sendiri.

Informasi yang dihasilkan oleh GPI dianggap hanya dapat

menjelaskan suatu kondisi khusus dengan maksud tertentu.

Dari segi statistika, teknik analisa GPI dianggap tepat, karena

hanya menggunakan statistika deskriptif (Tasiran & Lin,

2012).

Di lain pihak, alat ukur lain yang digunakan untuk

mengukur indek perdamaian juga dibuat di Amerika

berdasarkan teori Johan Galtung. Alat ukur yang diberi nama

Peace Evaluation Across Cultures and Environments (PEACE) ini

merupakan alat ukur yang menghasilkan indeks yang

menunjukkan kondisi konflik dan impact konflik pada

kesehatan. Walaupun dapat menunjukkan kondisi real konflik

di suatu daerah, namun tidak dapat menjelaskan kondisi

damai atau potensi yang dapat menyebabkan konflik.

Kelebihan alat ukur ini Spesifik menjelaskan keadaan konflik

dan impact terhadap kesehatan di suatu daerah (state), dan

merupakan alat ukur sudah teruji secara empiris (valid dan

reliabel). Kekurangannya alat ukur ini hnya menjelaskan

kejadian konflik dan impact kejadian konflik pada kesehatan,

tidak menjelaskan potensi konflik.

Berdasarkan analisis tersebut, kebutuhan kerangka

analisis yang komprehensif bukan hanya untuk

menyelesaikan konflik yang terjadi, namun juga untuk

melakukan pencegahan konflik khususnya di Indonesia.

Analisis yang dinamis dan perspektif yang holistik akan dapat

secara efek tif dan tepat guna untuk menyelesaikan dan

mencegah konflik. Selama ini kajian konflik dengan

menggunakan alat ukur seperti GPI akan menyebabkan

upaya penyelesaian konflik ibaratnya seperti pemadam

kebakaran yang tiba di lokasi ketika kebakaran itu sudah

Page 101: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

85

hampir menghanguskan suatu wilayah. Melalui cara pandang

yang baru dalam melihat konflik, maka kita akan lebih pro-

aktif dalam menyelesaikan konflik dan dalam melakukan

antisipasi-antisipasi guna mencegah konflik sejak awal.

Alasan-alasan tersebut di atas menjadi dasar alat ukur

yang akan dibuat dengan maksud untuk membuat Indeks

Perdamaian Indonesia sebagai kerangka analisa konflik dan

perdamaian khususnya di Indonesia. Indeks Perdamaian

Indonesia ini diharapkan dapat digunakan mendapatkan

gambaran kondisi konflik yang terjadi di suatu daerah di

Indonesia sekaligus juga mendapatkan peta potensi konflik

yang belum terjadi. Untuk mendapatkan gambaran informasi-

informasi tersebut dengan akurat, maka proses penyusunan

alat ukur serta indeks yang digunakan sebagai penilaian

kondisi dan potensi konflik dan perdamaian di suatu daerah,

maka diperlukan suatu proses penelitian yang bertahap

dengan target partisipan di berbagai daerah di Indonesia.

B. Metode Penelitian

1. Uji Alat Ukur dan Indeks Perdamaian

Alat ukur dan indikator IPI dibuat dengan melakukan

pengujian yang bertahap. Pada tahapan pertama, draft 1

disusun dan diuji setelah model Indeks Perdamaian Indonesia

beserta operasionalisasi pengukurannya selesai dibuat.

Pengujian ini ditujukan untuk mengetahui apakah model

yang disusun dalam Blue Print sudah tepat. Setelah model dan

indikator yang disusun dalam Blue Print berhasil diuji dan

diperbaiki, kemudian model dan indikator tersebut

diterjemahkan menjadi instrumen IPI dalam bentuk kuesioner.

Berbagai pertanyaan dan pernyataan disusun untuk melihat

kondisi yang terkait dengan konflik dan perdamaian.

Sejumlah item diramu berdasarkan Kerangka Dinamis

Page 102: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

86

Pencegahan dan Resolusi Konflik yang dijelaskan oleh Ichsan

Malik (Malik, 2014) Model, Indikator, dan Instrumen yang

menjadi Draft 2 tersebut kemudian diuji oleh Critical Readers.

Pengujian dilakukan dengan melakukan Focus Group

Discussion (FGD) di 2 daerah yang berbeda yaitu Yogyakarta

dan Jakarta. Pengujian model teori IPI di 2 kota ini akan

menggunakan teknik pengambilan data dengan Focus Group

Discussion (FGD) dan menggunakan kuesioner.

2. Pengembangan Definisi Operasional Indonesian Peace

Index

Pengukuran IPI disusun berdasarkan Kerangka

Dinamis Pencegahan dan Resolusi Konflik yang dibangun

oleh Ichsan Malik (Malik, 2014). Alat ikur IPI diterjemaahkan

menjadi butir-butir item, dimana tiap butir item akan

mengukur potensi konflik, situasi konflik, serta potensi damai.

Hasil pengukuran tiap item akan dikategorisasikan menjadi 3

facet: Hijau (damai), Kuning (potensi konflik tinggi), serta

Merah (krisis sampai konflik terbuka).

Berdasarkan Kerangka tersebut IPI dibangun menjadi

5 Dimensi Pengukuran Aktor Konflik, Kemauan Politik

Penguasa (Political Will) untuk Perdamaian, Faktor Konflik,

Pemangku Kepentingan (Stake Holder), dan Eskalasi dan De-

eskalasi konflik. Penyusunan alat ukur dan Indeks

Perdamaian Indonesia ini dibagi menjadi 3 tahapan besar.

Tahapan pertama adalah Pengembangan Definisi Operasional

Indeks Perdamaian Indonesia; tahapan kedua, Pengembangan

Alat Ukur dan Indikator Indeks Perdamaian Indonesia;

tahapan ketiga adalah pengujian alat ukur dan indeks secara

nasional; dan tahapan terakhir adalah publikasi secara

nasional.

Page 103: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

87

Gambar Kerangka Konsep Indeks Perdamaian Indonesia

Alat ukur Indeks Perdamaian Indonesia ini akan

dibuat berdasarkan faktor-faktor yang diidentifikasikan

terkait dengan konflik dan perdamaian yang ada pada

Kerangka Dinamis Pencegahan dan Resolusi Konflik yang

dijelaskan oleh Ichsan Malik (Malik, 2014). Prosedur

penyusunan Indeks Perdamaian Indonesia ini akan dimulai

dari tahapan Pengembangan definisi operasional dari Indeks

Perdamaian Indonesia; Pengembangan instrumen serta

kategori pengukuran; Uji coba instrumen Indeks Perdamaian

Indonesia; serta Publikasi Indeks Perdamaian Indonesia.

Hasil dari Pengembangan Definisi Operasional Indeks

Perdamaian Indonesia kemudian diterjemaahkan menjadi alat

ukur dan indikator Indeks Perdamaian Indonesia (IPI).

Pembuatan alat ukur dan indikator IPI diterjemahkan menjadi

3 kegiatan: Pembuatan draft alat ukur; Uji coba alat ukur; dan

Analisa hasil uji coba alat ukur IPI. Ketiga kegiatan tersebut

akan dilakukan dengan menggunakan kaidah-kaidah

pembuatan alat ukur psikologis (Crocker & Algina, 2008;

Page 104: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

88

Cohen & Swerdlik, 2010; Kaplan & Saccuzzo, 2009; Urbina,

2014), dengan menggunakan equential exploratory design atau

yang disebut juga sebagai qual – quan mixed methods design

(Creswell, 2008; Hesse-Biber, 2010).

Dengan menggunakan desain ini, informasi yang

dieksplorasi dengan pendekatan kualitatif digunakan untuk

mengembangkan instrumen atau alat ukur beserta indikator

kuantitatif IPI. Pendekatan kualitatif digunakan untuk

mendekati gejala yang diteliti dari perspektif yang lebih

holistik, naturalistik, dan interpretif, yang sesuai dengan

tujuan penelitian, metode kualitatif digunakan untuk

mengeksplorasi gejala secara mendalam Pendekatan

kuantitatif dilakukan untuk melakukan konfirmasi terhadap

keberlakuan hubungan antar variabel dalam teori yang

terbangun dari penelitian kualitatif (Creswell, 2008).

3. Indeks Perdamaian Indonesia Tahun 2016

Dari hasil studi literatur, pada tahun 2016 didapatkan

data sebagai berikut:

Indeks Perdamaian di Indonesia Menurut Lokasi

Intensitas Konflik di Indonesia Menurut Lokasi

DK

I JA

KA

RT

A

PA

PU

A

KE

PU

LA

UA

N …

JAM

BI

SU

MA

TR

A …

SU

LA

WE

SI …

JAW

A B

AR

AT

KA

LIM

AN

TA…

LA

MP

UN

G

RIA

U

DI …

JAW

A …

KA

LIM

AN

TA…

MA

LU

KU

NA

NG

RO

E …

NT

T

SU

LA

WE

SI …

00,5

11,5

22,5

33,5

Page 105: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

89

Berdasarkan data di atas maka didapatkan bahwa

Provinsi DKI Jakarta sebagai wilayah dengan persentase

konflik yang paling tinggi. Hal ini dikarenakan masih

banyaknya tindak kekerasan yang baik secara langsung

maupun tidak langsung di wilayah tersebut. Di posisi kedua,

terdapat Provinsi Papua yang dengan intensitas konflik

tertinggi. Sebagaimana diketahui bahwa di wilayah Papua

terdapat konflik antara pemerintah setempat dengan

kelompok separatis Organisasi Papua Merdeka (OPM).

Berikut Gambaran persebaran konflik di daerah-daerah di

Indonesia:

Persebaran Konflik di Indonesia Menurut Lokasi

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa wilayah yang

rentan konflik adalah Provinsi DKI Jakarta dan Provinsi

Papua. Sementara itu, Provinsi yang sama sekali tidak tercatat

memiliki konflik yang cukup signifikan adalah Bali, Bangka

Belitung, Banten, Bengkulu, Gorontalo, Jawa Timur,

Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara, Maluku Utara, Nusa

18%

18%

10% 9%

7% 6%

4% 4% 4%

4% 3% 3% 1% 1% 1% 1% 1% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%

DKI Jakarta PapuaKepulauan Riau JambiSumatra Utara Sulawesi SelatanJawa Barat Kalimantan TimurLampung RiauDI Yogyakarta Jawa TengahKalimantan Barat MalukuNangroe Aceh Darussalam NTTSulawesi Tenggara BaliBangka Belitung Banten

Page 106: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

90

Tenggara Barat, Papua Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi

Utara, Sumatra Barat, dan Sumatra Selatan.

Sebagaimana diketahui bahwa Provinsi DKI Jakarta

merupakan wilayah yang rentan terjadinya konflik, seperti

konflik tawuran antar pelajar, demonstrasi, konflik antar

kelompok, konflik politik, dan konflik sosial lainnya.

Sementara itu, Provinsi Papua sebagaimana diketahui

merupakan tempat terjadinya konflik separatisme Organisasai

papua Merdeka (OPM) yang hendak memisahkan diri dari

Indonesia, sehingga seringkali terjadi bentrokan antara aparat

dengan kelompok OPM tersebut. Malik (2014) menyatakan

bahwa konflik dapat terjadi karena tidak adanya atau

terlambatnya upaya de-ekskalasi oleh pemerintah atau aparat.

Di Jakarta misalnya, Pemerintah Daerah dan stakeholders

kerapkali terlambat melakukan pencegahan konflik dan

terlambat melakukan deteksi konflik sehingga konflik sulit

dihindari.

Sebagaimana dinyatakan oleh Burton bahwa

pencegahan konflik pada tingkat mikro bergantung pada

usaha dari masyarakat lokal itu sendiri maka diperlukan

sistem yang resilience untuk mencegah konflik terjadi, dimana

perencanaan dan early warning system dapat segera dilakukan

oleh pemerintah lokal. Oleh karena itu, masyarakat perlu

membangun ketahanan yang kuat dan pemerintah setempat

perlu untuk membangun CEWERS dalam rangka mencegah

terjadi dan meluasnya konflik.

Indeks Perdamaian di Indonesia Berdasarkan Isu

Isu yang dominan menjadi faktor penyebab konflik

adalah isu agama – sosial – ekonomi. Sebagaimana diketahui

Hal yang perlu dicermati adalah isu konflik sosial masih

menjadi kategori isu tertinggi di Indonesia pada 2016

mengingat masih adanya pihak-pihak yang menganggap

Page 107: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

91

adanya ketidakselarasan di dalam masyarakat. Bentuk konflik

sosial yang terjadi pun tidak jauh berbeda dengan beragam

konflik sosial pada tahun sebelumnya yang didominasi

dengan demonstrasi yang bersifat anarkis, kerusuhan, dan

tawuran akibat permasalahan sosial. Tingginya angka konflik

sosial masih menunjukkan bahwa pada tingkat akar rumput,

Indonesia masih rawan konflik. Berikut persebaran konflik di

Indonesia menurut Isu dalam kurva :

Persebaran Konflik di Indonesia Menurut Isu

Salah satu fenomena yang menarik adalah provinsi

dengan jumlah konflik tertinggi dalam konflik sosial adalah

DKI Jakarta dan disusul oleh Jawa Barat. Hal ini unik karena

jika dilihat dari tingkat pendidikan, kedua provinsi ini masih

relatif lebih tinggi dibandingkan provinsi lain di Indonesia.

Kemungkinan pertama adalah bahwa tekanan dari jumlah

penduduk yang tinggi di kedua provinsi ini mengakibatkan

tingkat ketegangan dan perselisihan yang lebih tinggi

sehingga ketika ada permasalahan maka akan dengan mudah

terpancing. Kemungkinan yang kedua, berita di kedua

Sosial Ekonomi - Ekonomi

15%

Sosial Ekonomi -

Sosial 27%

SDA-Agraria 17%

SDA - Kehutanan

8%

Politik - Separatisme

9%

Politik- Partai Politik

9%

Politik - pemerintahan

8%

Agama - Sosial -

Ekonomi 4%

Etnis 3%

Sosial Ekonomi -Ekonomi

Sosial Ekonomi - Sosial

SDA-Agraria

SDA - Kehutanan

Politik - Separatisme

Politik- Partai Politik

Page 108: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

92

provinsi ini lebih banyak muncul di media dibandingkan

daerah lain. Kasus tawuran misalnya, yang terjadi di Jakarta

akan diliput dan masuk dalam media sedangkan di

Kalimantan Timur tidak mendapat porsi dalam media.

Sementara itu, hal-hal yang menjadi trigger adalah

adanya isu-isu tertentu seperti kebijakan pemerintah melalui

penerapan Peraturan Pemerintah, Undang-Undang yang

kemudian berlawanan dengan kebiasaan masyarakat sehingga

dapat dengan mudah diprovokasi oleh media massa, media

online, ataupun pemberitaan dan para kelompok provokator

yang kemudian dapat menyebarluaskan konflik

Dengan demikian maka dapat dipetakan bahwa pada

tahun 2016 yang menjadi faktor struktural dalam konflik

merupakan permasalahan sosial ekonomi, seperti kemiskinan,

kesenjangan sosial, dan ketidakadilan yang kemudian dapat

memprovokasi ekskalasi konflik. Sebagaimana dinyatakan

oleh Galtung bahwa kekerasan struktural adalah kekerasan

yang disebabkan oleh struktur sosial. Kekerasan struktural ini

dapat berbentuk eksploitasi sistematis disertai mekanisme

yang menghalangi terbentuknya kesadaran serta menghambat

kehadiran lembaga-lembaga yang dapat melawan eksploitasi

dan penindasan itu. Kekerasan struktural ini lebih

tersembunyi, dapat diientifikasi melalui tumbuhnya

ketidakadilan, kebijakan yang menindas, perundang-

undangan yang diskriminatif, ketimpangan kekuasaan dan

kesenjangan ekonomi.

Indeks Perdamaian di Indonesia Berdasarkan Aktor

Berdasarkan data yang diperoleh, dapat disimpulkan

bahwa 5 (lima) aktor tertinggi konflik di Indonesia adalah

masyarakat umum, partai politik, aparat kepolisian, korporasi

swasta serta paguyuban. Sementara aparat TNI, kelompok

Page 109: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

93

tidak dikenal serta Pemerintah Daerah juga memicu konflik di

sejumlah daerah.

Pada tahun 2016, persentase tertinggi untuk kategori

aktor konflik di Indonesia didominasi oleh masyarakat umum

dan persentase terendah oleh Organisasi Keagamaan.

Masyarakat umum merupakan individu atau kumpulan

individu yang berbeda-beda. Perbedaan ini karena adanya

kepentingan, kebutuhan dan tujuan dari masing-masing

anggota masyarakat sehingga dapat menyebabkan terjadinya

konflik.

Unsur masyarakat yang dimaksud terdiri dari

kelompok tidak dikenal/ kelompok sipil bersenjata,

masyarakat etnis tertentu, masyarakat umum,

mahasiswa/pelajar, dan preman. Sedangkan yang menjadi

kategori unsur masyarakat umum adalah masyarakat yang

terikat secara geografis di daerah tertentu seperti misalnya

masyarakat desa dan lain-lain. Luasnya jangkauan daerah

atau desa menjadikan masyarakat umum sebagai persentase

tertinggi aktor penyebab konflik. Dapat dikatakan bahwa

antara lokasi dan aktor mempunyai keterkaitan yang

menyebabkan tingginFaktor lainnya yang menyebabkan

masyarakat umum menjadi aktor yang memiliki persentase

tertinggi penyebab konflik adalah perbedaan latar belakang

kebudayaan yang berbeda-beda di dalam masyarakatnya.

Kebudayaan yang berbeda-beda tersebut menyebabkan setiap

manusia dan individu memiliki sudut pandang yang berbeda-

beda pula dalam menanggapi suatu fenomena. Berikut

persebaran konflik di Indonesia berdasarkan aktor :

Page 110: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

94

Persebaran Konflik di Indonesia Berdasarkan Aktor

Dalam penelitian ini masyarakat umum mempunyai

persentase tertinggi sebagai aktor konflik di wilayah Jawa

Barat. Konflik masyarakat umum diartikan sebagai

perkelahian antar masyarakat atau perkelahian yang

melibatkan massa yang besar dan melibatkan antar kelompok,

golongan maupun suku bangsa. Konflik sosial ini dapat

dipahami sebagai akibat adanya upaya-upaya untuk

menguasai sumber-sumber daya atau kekuasaan yang

berkenaan dengan kepentingan umum. Upaya-upaya untuk

menguasai kekuasaan tersebut antara lain memperebutkan

atau mempertahankannya dengan cara konflik dan saling

menghancurkan. Konflik Masyarakat Umum terbesar terjadi

di Daerah DKI Jakarta dengan jumlah 25 kasus. Konflik

tersebut paling tinggi terjadi pada bulan April dan Agustus

2016. Konflik masyarakat umum di Jakarta merupakan konflik

terbesar di Indonesia pada tahun 2016.

Disadari pula bahwa di setiap kelompok masyarakat

Jakarta saat ini terdapat potensi-potensi konflik seperti

39%

11% 10%

8%

6%

5%

5%

5% 5% 2% 2% 1% 1%

Masyarakat Umum Partai PolitikAparat - Polisi Korporasi - SwastaPaguyuban Aparat - TNIKelompok Tidak Dikenal PemdaMasyarakat Etnis tertentu Korporasi - BUMNSerikat Buruh Lembaga PemerintahOrganisasi Keagamaan

Page 111: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

95

permsalahan struktural, kemiskinan, kesenjangan sosial dan

lain-lain. Dikarenakan kebutuhan dasar yang tidak terpenuhi

tersebut maka hal ini tentu saja dapat memicu terjadinya

konflik laten.

Konflik masyarakat umum yang terjadi di Jakarta

dikarenakan berbagai hal diantaranya, penggusuran

Pedagang Kaki Lima, masalah ekonomi yang dirasakan

masyarakat atas ketidakadilan, serta persoalan-persoalan lain.

Ketidakadilan akses dalam sumber daya ekonomi mampu

memprovokasi berbagai akses dalam prasangka-prasangka

kehidupan masyarakat tersebut yang diperparah dengan

kebijakan pemerintah yang tidak berpihak pada kepentingan

masyarakat dalam hal ini masyarakat umum.

Pada umumnya dalam pengelompokan aktor,

masyarakat umum, seperti kelompok tidak dikenal/kelompok

sipil bersenjata, masyarakat etnis tertentu, masyarakat umum,

mahasiswa/pelajar, dan preman merupakan kelompok

rentan. Faktor kerentanan ini dikarenakan adanya faktor-

faktor struktural seperti kemiskinan, keterbelakangan

pendidikan, dan ketidakadilan. Kelompok ini pada umumnya

akan dengan mudah menerima distorsi informasi dari

kelompok provokator seperti Partai Politik, Media Masa, dan

organisasi-organisasi kemasyarakatan lainnya (Malik, 2014).

Sementara itu, polisi, TNI, Babinsa, dan kelompok

aparat negara lainnya merupakan kelompok fungsional yang

bertanggungjawab utamanya adalah menghentikan kekerasan

dan mencegah meluasnya konflik. Kelompok ini diharapkan

dapat memiliki koordinasi yang baik dengan masyarakat dan

organisasi lainnya serta Pemerintah sebagai Kelompok

Penguasa untuk melakukan pencegahan dan pembangunan

perdamaian. Namun, jika antar kelompok ini tidak memiliki

komunikasi dan koordinasi yang baik maka potensi-potensi

konflik memiliki kemungkinan untuk mengekskalasi.

Page 112: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

96

Uji Coba Indeks Perdamaian Indonesia di DKI Jakarta

Marietta (Dosen Unhan : 2016) menyatakan bahwa DKI

Jakarta sebagai ibukota negara yang merupakan “barometer

dan refleksi” bangsa Indonesia yang multi etnik, multi agama,

multi ras, dan multi golongan dan kepentingan

menjadikannya sangat rentan terhadap konflik. Beberapa

kondisi objektif yang dihadapi masyarakat dan berpotensi

menjadi ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan yang

dapat berujung pada konflik diantaranya adalah:

1. Jakarta sebagai ibukota negara merupakan pusat

pertarungan politik dan perebutan kekuasaan dalam

pemerintahan. Keadaan ini membuat Jakarta rentan

terhadap segala dampak yang timbul dari kehidupan

politik di Indonesia.

2. Masyarakat Jakarta merupakan masyarakat majemuk

(pluralisitic society) yang terdiri dari beraneka ragam

suku bangsa, ras, agama dan golongan. Keadaan ini

membuat interaksi sosial di Jakarta menjadi sangat

kompleks dan dinamis.

3. Krisis multi dimensi yang berkepanjangan membuat

kehidupan masyarakat menjadi sangat berat. Keadaan

ini pada akhirnya nyaris menghilangkan kepercayaan

(trust) masyarakat terhadap rasa pengharapan masa

depan yang lebih baik.

Eko (Wartawan : 2016) mengungkapkan terdapat tiga

unsur yang menyebabkan suatu daerah dikategorikan rawan

konflik sosial, yaitu, memudarnya rasa saling percaya

antarwarga, terputusnya komunikasi antarwarga, dan

hilangnya kohensivitas sosial antarwarganya. Selain itu,

secara fisik dapat dilihat makin tingginya provokasi,

pengrusakan sarana warga misalnya rumah terbakar, aduk

Page 113: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

97

fisik, teror terhadap warga di suatu wilayah juga termasuk

kategori daerah rawan konflik sosial.

Eko juga menambahkan bahwa daerah rawan konflik

sosial disebabkan oleh kondisi ekonomi yang tertinggal.

Terdapat enam daerah diprediksi paling rawan pada 2016 ini,

meliputi Papua, Jawa Barat, Jakarta, Sumatera Utara, Sulawesi

Tengah, dan Jawa Tengah. Hal ini dikarenakan sebagian besar

kondisi ekonominya tertinggal dibanding daerah lain. Namun,

terdapat juga daerah maju akan tetapi interaksi sosial antar

kelompok sangat kaku, sehingga konflik dengan mudah

meletus hanya karena permasalahan kecil.

Yuniarti (LIPI : 2016) menyatakan bahwa Jakarta adalah

bukti terjadinya ketimpangan ekonomi antar wilayah serta

kesenjangan kaya dan miskin yang begitu nyata di Indonesia.

Dalam ukuran matematis ekonomi, ketimpangan di Ibukota

sangat kentara. Gini ratio atau indeks ketimpangan DKI

Jakarta mencapai 0,41, atau pada urutan tertinggi

dibandingkan provinsi lain di Indonesia. Juga lebih tinggi dari

gini ratio nasional yang 0,38. Semakin besar angka gini ratio

semakin besar tingkat ketimpangan. Angka 0,4 hingga 0,6

sudah termasuk kategori lampu kuning. Sedangkan, lebih dari

0,6 adalah rasio berbahaya, yang menunjukkan ketimpangan

sosial ekonomi tidak lagi bisa ditoleransi.

Yuniarti juga menambahkan bahwa Akses paling nyata

dari kesenjangan adalah tindak kriminalitas. Awal tahun ini,

Jakarta menempati rangking terakhir di antara 50 kota besar di

dunia dalam hal keamanan berdasarkan riset dari The

Economist Intelligence Unit. Benar bahwa indikator yang

dipakai dalam riset tersebut bukan semata tingkat kriminalitas

jalanan.

Wibowo (Akademisi, 2016) menambahkan bahwa angka

kemiskinan Jakarta itu meningkat 41.090 jiwa dibanding tahun

sebelumnya pada periode yang sama. Melihat fakta tadi,

Page 114: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

98

kemiskinan dan ketimpangan ekonomi Jakarta bukan hanya

isu. Dengan demikian diharapakan agar Pemerintah Provinsi

DKI Jakarta fokus untuk orientasi pembangunan tidak hanya

bertumpu pada pembangunan fisik infrastruktur. Selain itu

pemerintah juga seharusnya melakukan pendataan status

masyarakat sesuai kriteria yang sudah menjadi kesepakatan

bersama sangat penting untuk dasar melakukan aksi

perbaikan. Data yang benar-benar gambaran kondisi di

lapangan sangat mempengaruhi keberhasilan program. Dan

kemudian Pemerintah DKI Jakarta juga diharapkan dapat

melakukan pengentasan warga dari kemiskinan. Program

kampung deret atau rumah susun sederhana bagi warga

miskin di bantaran sungai tidak serta merta mengangkat

masyarakat dari kemiskinan karena juga membutuhkan

lapangan kerja atau modal usaha untuk survive.

Namun, di sisi lain, Fadhil (Wartawan, 2016)

mengemukakan bahwa kondisi di Jakarta dapat digambarkan

dengan warna hijau. Hal ini menurutnya karena pasca

reformasi belum pernah terjadi konflik kekerasan langsung

yang menyebabkan banyak orang menjadi korban seperti

kasus tahun 1998. Pada peristiwa 1998 tersebut, sebanyak

1.217 orang meninggal, 85 orang diperkosa dan 70.000 orang

mengungsi. Kejadian ini berlangsung selama 3 hari dari 13-15

Mei 1998 dengan kerugian materil diperkiaran mencapai Rp

2,5 triliun. Menurutnya, suatu wilayah dapat dikatakan tidak

aman jika benar-benar terjadi kekerasan langsung.

Sementara itu, Marietta (Dosen Unhan, 2016)

menyatakan bahwa kondisi Jakarta saat ini dapat

digambarkan dengan warna kuning, mengingat bahwa

kondisi di Jakarta saat ini masih rentan terjadi konflik sosial

serta kekerasan struktural seperti kemisikinan dan

ketimpangan sosial. Menurutnya, dengan demikian Jakarta

memiliki ketahanan yang rendah hingga konflik baik

Page 115: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

99

structural dan kekerasan langsung dapat dengan mudah

terjadi. Aktor-aktor konflik seperti kelompok provokator yang

kemudian menyampaikan distorsi informasi kepada

kelompok rentan seperti masyakat kalangan bawah yang

minim pendidikan masih kerap terjadi.

Susilawati (Akademisi, 2016) menambahkan bahwa

warna kuning dapat merepresentasikan kondisi Jakarta saat

ini. Alasannya karena konflik struktural seperti kemiskinan,

ketimpangan sosial, konflik-konflik sosial seperti tawuran

antar pelajar, demonstrasi massa masih kerap terjadi dan

cenderung meningkat pertahunnya. Faktor konflik seperti

permasalahan struktural dan aktor-aktor konflik seperti

provokator, kelompok rentan, dan kelompok fungsional

masih belum dapat dikelola dengan baik. Menurutnya,

masalah struktural seperti kemiskinan dan ketimpangan sosial

merupakan permasalahan yang patut menjadi fokus

pemerintah mengingat bahwa hal tersebut merupakan

kenutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi, sebagaimana

dinyatakan oleh Burton bahwa hal yang paling dasar untuk

pencegahan konflik adalah memenuhu kebutuhan dasar

manusia itu sendiri.

C. Simpulan

Dari hasil analisis dan pengkategorian daerah

berdasarkan jumlah konflik yang terjadi selama tahun 2016,

terdapat dua provinsi yang tergolong sebagai daerah

berwarna merah (dengan intensitas konflik tertinggi), yaitu

Provinsi DKI Jakarta dan Papua. Hal ini sangatlah

memprihatinkan karena walaupun dilihat dari kuantitas

bahwa hanya ada dua daerah yang memiliki intensitas konflik

yang tinggi, namun salah satu dari daerah tersebut secara

geografis memiliki nilai yang sangat strategis.

Page 116: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

100

Temuan dari analisis data juga memperlihatkan bahwa

isu konflik Sosial. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa

masyarakat Indonesia saat ini lebih banyak terpicu oleh isu-

isu yang bersifat tangible dibanding isu-isu yang bersifat

identitas seperti misalnya soal agama. Walaupun demikian,

pemerintah dan pemangku kepentingan terkait harus tetap

mewaspadai potensi isu agama tersebut sembari mengatasi

akar-akar persoalan konflik lainnya.

Temuan penelitian juga memperlihatkan bahwa

masyarakat umum menjadi aktor paling dominan dalam

kejadian konflik di Indonesia sepanjang tahun 2016.

Masyarakat umum ini adalah masyarakat suatu wilayah di

Indonesia yang tidak tergabung ke dalam suatu kelompok

tertentu, atau melekat pada suatu instansi tertentu.

Terlibatnya masyarakat umum kedalam sebuah konflik

merupakan bagian dari dinamika kehidupan bermayarakat itu

sendiri. Berbagai macam etnis dan suku hidup dalam suatu

wilayah tertentu di mana pada pola interaksinya gesekan-

gesekan sering ditemui. Gesekan-gesekan ini muncul karena

adanya perbedaan. Perbedaan ini karena adanya kepentingan,

kebutuhan dan tujuan dari masing-masing anggota

masyarakat sehingga dapat menyebabkan terjadinya konflik.

Salah satu penyebabnya adalah kerentanan masyarakat

yang masih rendah dikarenakan faktor-faktor struktural,

seperti kemiskinan, ketidakadilan, dan kesenjangan sosial

yang merupakan kebutuhan dasar manusia. Faktor-faktor ini

menjadi penyebab utama yang dapat memprovokasi ekskalasi

konflik jika tidak teratasi dengan baik oleh Pemerintah.

Dengan demikian, dapat ditarik suatu kesimpulan

bahwa tidak ada masyarakat yang statis, demikian juga dalam

kelompok apa pun. Penanganan konflik di Indonesia pun

tidak dapat disamaratakan melihat setiap provinsi memiliki

dinamika konfliknya sendiri-sendiri. Hal ini diperjelas dengan

Page 117: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

101

kategorisasi peta konflik di Indonesia bahwa terdapat provinsi

yang dominan konflik sosial, namun terdapat pula provinsi

yang dominan konflik agraria. Untuk ke depannya, tantangan

globalisasi akan semakin kompleks yang berpotensi

membentuk konflik-konflik baru, oleh sebab itu keutuhan dan

kedaulatan NKRI merupakan prioritas penyelenggaraan

pertahanan negara yang harus diperjuangkan oleh setiap

Warga Negara Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Bar-Tal, D. (2011). Intergroup conflict and their resolution: A social

psychological perspective. New York: Taylor & Francis

Group.

Bar-Tal, D. Chernyak-Hai, L., Schori, N., & Gindar, A. (2009).

A sense of self-perceived collective victimhood in

intractable conflicts. International review of the Red

Cross. Vol. 91, No. 874, hlm. 229-258.

doi:10.1017/S1816383109990221

Cohen, R. J., & Swerdlik, M. E. (2010). Psychological testing and

assessment: An introduction to test and measurement. (7th

ed.). Boston: McGraw Hill

Cozby, P.C. & Bates, S.C. (2014). Methods in behavioral research.

New York: McGraw-Hill Education.

Creswell, J.W. (2008). Research design: Qualitative, quantitative,

and mixed methods approaches. 3rd Ed. California: SAGE

Publication Inc.

Crocker, L. & Algina, J. (2008). Introduction to classical and

modern test theory. Ohio: Cengage Learning

Druckman,D (2005). Doing Research: Methods of Inquiry for

Conflict Analysis. London: Sage Publications.

Field, A. (2009). Discovering statistics using SPSS. (3rd ed.). New

York: SAGE Publications, Ltd.

Page 118: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

102

Fishman, J.A. & Galguera, T. (2003). Introduction to test

construction in the social and behavioral sciences: a practical

guide. Rowman & Littlefield Publishers.

Galtung, J. (2004). Transcend and transform: An introduction to

conflict work. London: Pluto Press

Gravetter, F.J. & Forzano, L.B. (2011). Research Methods for the

Behavioral Sciences. 4th edition. California: Wadsworth,

Cengage Learning

Gravetter, F.J. & Wallnau, L.B. (2013). Essentials of statistics for

the behavioral sciences. 9th Ed. California: Wadsworth,

Cengage Learning.

Hesse-Biber, S.N. (2010). Mixed methods research: merging theory

with practice. New York: The Guilford Press.

IEP. (2015). Global Peace Index: Measuring peace, its causes, and its

economic value. Institute for Economics and Peace (IEP).

Jeong, H.W. (2008) Understanding Conflict and Conflict Analysis.

London: SAGE Press.

Kaplan, R.M. & Saccuzzo, D.P. (2009). Psychological testing:

Principles, applications, and issues. California:

Wadsworth Cengage Learning

Kumar, R. (2011). Research methodology: A step-by-step guide for

beginners. Los Angeles: SAGE

Lincoln, Y.S. &Guba, E.G. (2000) Doing Qualitative Research: A

practical book. London: SAGE

Malik, I. (2014). Kerangka Dinamis Pencegahan dan Resolusi

Konflik

Michalos, A.C. (2013). Encyclopedia of quality of life and wel-being

research. New York: Springer Reference

Patton, M.Q. (2002) Qualitative Research and Evaluation Methods.

3rd Ed. London: SAGE Publication Ltd.

Tasiran, A.C. & Lin, Q.Y. (2012). Factors to theorise the Global

Peace Index. Middlesex University.

Page 119: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

103

Urbina, S. (2014). Essentials of psychological testing. New York:

John Wiley & Sons, Inc.

Wessells, M.G. &Bretherton, D. (2000). Psychological

Reconciliation: National and International

Perspectives. Australian Psychologist. Vol. 35, No. 2. pp.

100-108.

Wessells, M.G. (2008). Community Reconciliation and Post-

Conflict Reconstruction for Peace. In (2009) Handbook

on Building Cultures of Peace Peace Psychology Book Series

III, Part 2. Springer LINK. pp. 349-361.

Zucker, H., Ahn, R., Sindai, S.J., Blais, M., Nelson, B.D., &

Burke, T.F. (2014). Development of a scale to measure

individuals’ ratings of peace. Conflict and Health, Vol 8,

no.17

Page 120: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

104

BENCANA ALAM DALAM KAJIAN

ANTROPOLOGI

Oleh: Letkol Ckm Dr. Achmad Sukendro, S.H., M.Si

Dosen Universitas Pertahanan

email: [email protected]

A. Pendahuluan

Bencana dapat terjadi sewaktu-waktu tanpa bisa diduga

atau diprediksi manusia,meskipun kemampuan teknologi

informasi mampu membuat ramalan,perhitungan akan

datangnya bencana.Setiap bencana alam selalu merupakan

sebuah peristiwa atau pengalaman yang baru bagi kita semua.

Bencana alam datang tanpa bisa diduga,penuh kejutan dan

kita tidak siap menghadapinya serta selalu menimbulkan

kerusakan dalam berbagai bentuk.

Hewitt mengklasifikasikan bencana: 1) Bencana Alam

(Athmosfir,hidrologi,geologi dan biologi), 2) Bencana

Teknologi (Barang-barang atau benda-benda berbahaya,

kerusakan, mesin, dan proses produksi), 3) Bencana Sosial

(Perang, terorisme, konflik masyarakat sipil, penyalahgunaan

teknologi, barang-barang berbahaya,dan proses produksi).

Indonesia mempunyai kerentanan dan potensi bencana

yang sangat tinggi ditinjau dari berbagai aspek. Aspek

geografis, klimatoligis, dan sosial demografis mempengaruhi

lingkup kebencanaan Indonesia. Daerah rawan gempa bumi

di Indonesia tersebar pada wilayah yang terletak pada atau

dekat dengan zona penunjaman lempeng tektonik dan sesar

aktif. Gempa yang berpengaruh pada atau memicu kejadian

tsunami umumnya berupa dangkal dengan kedalaman

kurang lebih 50 km.Letusan gunung api berpotensi terjadi

karena letak Indonesia di Pasific Ring of Fire/Tiga lempeng.

Page 121: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

105

Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki musim

kemarau dan musim penghujan. Banjir umumnya disebabkan

oleh tingginya curah hujan diatas normal yag melebihi daya

tampung sungai dan jaringannya.Perilaku manusia dari

sepanjang hulu, sepanjang aliran sungai, hingga bagian bawah

sistem sungai dalam beberapa tahun terakhir mengakibatkan

peningkatan aliran air permukaan.

Dampak dari bencana bagi manusia dalam berbagai

bentuk seperti sosial, ekonomi, kesehatan, kebudayaan,

sehingga bencana dapat dikaji dalam berbagai kajian seperti

ekonomi, kesehatan, sosiologi, perilaku/behavior, keamanan

juga kebudayaan.Kajian–kajian bencana dalam hubungannya

dengan kebudayaan dengan ilmu antropologi.

B. Antropologi Ekologi

Berbagai kajian telah digunakan para ahli untuk

mempelajari dan memahami interaksi atau saling

mempengaruhi antara manusia dengan lingkungan alam

tempat ia berada. Kesadaran tentang hubungan antara

manusia dengan alam sebagai hubungan yang perlu

dipelajari,karena manusia terkait,berhubungan, tergantung

pada alam. Ekologi adalah ilmu yang mempelajari saling

keterkaitan antara organisme dengan lingkungannya,

termasuk lingkungan fisik dan berbagai bentuk hidup

organisme.

Fondasi kajian antropologi yang memusatkan

perhatian pada interaksi antara manusia dengan

lingkungan,Ekologi Budaya (Cultural Ecology) yang kini

populer disebut antropologi ekologi pada dasarnya diletakkan

oleh Julian H. Steward, seorang ahli antropologi yang banyak

meneliti orang Indian di Amerika Tengah pada tahun 1930-an,

ketika dia menerbitkan essaynya yang berjudul “ The Economic

and Social Basis of Primitive Bands” di tahun 1936.Tulisan

Page 122: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

106

Steward merupakan hasil penelitiannya yang seksama tentang

hubungan antara manusia dengan lingkungan di kalangan

orang Indian Shoshone.Tujuan umum Ekologi Budaya dari

Julian H. Steward adalah untuk” menjelaskan asal-usul,ciri-

ciri dan pola-pola budaya tertentu yang tampak di berbagai

daerah yang berlainan”.Lebih khusus lagi, cabang

antrolpologi ini berusaha untuk menentukan apakah

penyesuaian diri berbagai masyarakat manusia pada

lingkungannya memerlukan bentuk-bentuk perilaku tertentu

ataukah penyesuaian diri tersebut bersifat luwes, artinya

masih memberikan ruang dan kemungkinan pada berbagai

pola perilaku lain yang mungkin diwujudkan. Steward yakin

bahwa tujuan ini dapat dicapai dengan mempelajari relasi

antara kebudayaan dan lingkungannya dalam kurun waktu

tertentu. Lebih lanjut Steward juga berpendapat bahwa

hubungan antara kebudayaan dengan alam sekitarnya juga

dapat dijelaskan melalui aspek tertentu dalm kebudayaan,

sekalipun alam sekitarnya belum tentu akan berpengaruh

terhadap kebudayaan dari suatu suku bangsa.

Ada tiga langkah yang perlu diikuti dalam studi

ekologi budaya, yakni (1) melakukan analisis atas hubungan

antara lingkungan dan teknologi pemanfaatan dan produksi;

(2) melakukan analisis atas “ tingkat pengaruh dari pola-pola

perilaku dalam eksplotasi suatu kawasan tertentu yang

menggunakan teknologi tertentu”; (3) melakukan analisis atas

“ tingkat pengaruh dari pola-pola perilaku dalam

pemanfaatan lingkungan terhadap aspek-aspek lain dari

kebudayaan”.

Selanjutnya Steward juga menyatakan bahwa beberapa

sektor kebudayaan lebih erat kaitannya dengan pemanfaatan

lingkungan daripada sektor-sektor yang lain .Perhatian utama

kata Steward,perlu diarahkan pada sektor-sektor yang penting

ini, yang ia sebut sebagai” inti budaya “(Cultural Core). Dari

Page 123: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

107

sudut pandang lingkungan, hal ini berarti bahwa metodenya

menuntut dilakukannya pemfokusan pada aspek-aspek

lingkungan yang penting bagi adaptasi tertentu, dan bukan

pada keseluruhan lingkungan. Lewat prespektif ini bisa

dikemukakan pertanyaan tentang bagaimana variabel-

variabel tertentu,baik budaya maupun lingkungan,

berinteraksi; bagaimana kerja mereka diatur dan sampai

dimana tingkat kestabilan sistem yang terbentuk.

Studi ekologi budaya yang dipelopori oleh Julian Steward

dapat diklasifikasikan setidaknya dalam empat aliran atau

pendekatan, yakni: pendekatan etnoekologi, pendekatan

ekologi silang-budaya (cross-cultural ecological approach),

pendekatan ekosistemik kultural dan pendekatan

ekosistemik materialistik.

Etnoekologi merupakan sebuah pendekatan untuk

mempelajari masalah-maslah interaksi manusia dengan

lingkugan lewat prespektif orang-orang yang diteliti. Aliran

Etnoekologi dicetuskan oleh ahli-ahli antropologi dengan latar

belakang linguistik yang kuat.Tujuan dan metode pendekatan

etnoekologi banyak berasal dari pendekatan etnosains

(Ethnoscience). Etnosains dapat diefinisikan sebagai sebuah

pendekatan yang”concerned solely classification principles as they

are expressed by native speakers of languange, not as they are

determined through anthropological observation. Ethosciences are

instersted the speaker’s knowledge of the various domains within his

cultures,not in his actual behavior in these domains”. Kata

ethnoscience berasal dari kata Yunani,ethnos yang berarti

„bangsa‟,dan kata Latin scientia yang berarti „pengetahuan‟.

Maksudnya adalah pengetahuan yang dimiliki oleh suatu

bangsa atau lebih tepat suatu sukubangsa tertentu atau

subkultur tertentu.Ini sesuai dengan tujuan antropologi

sendiri,yakni mendapatkan pengetahuan yang dimiliki oleh

suatu sukubangsa tertentu.Jadi etnosains lebih tepat diartikan

Page 124: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

108

sebagai “system of knowledge and cognition typical of a given

culture”. Mengingat pengetahuan ini sangat luas ruang

lingkupnya,bisa menyangkut berbagai macam hal,maka

dalam penelitiannya seorang ahli antropologi biasanya akan

membatasi ruang lingkup kajiannya.Ada yang

memperhatikan sistem klasifikasi tentang tumbuh-tumbuhan,

binatang, obat-obatan, lingkungan dan sebagainya. Dari

berbagai macam penelitian seperti inilah kemudian muncul

istilah-istilah seperti; ethnobotany, ethnozoology,ethnomedicine,

ethnoecology dan sebagainya. Tujuan pendekatan etnosains

adalah melukiskan lingkungan sebagaimana dilihat oleh

masyarakat yang diteliti.Asumsi dasarnya adalah bahwa

lingkungan atau”lingkungan efektif” (effetive enviroment)

bersifat kultural sebab lingkungan”obyektif” yang sama dapat,

dan pada umumnya “dilihat atau “dipahami”(perceived)

secara berlainan oleh masyarakat yang berbeda latar belakang

kebudayaannya. “Lingkungan Budaya (cultural

enviroment), ”Ethnoenviromet” atau “cognized enviroment”

dikodifikasikan dalam bahasa.Oleh karenanya untuk

memahami lingkungan kita harus mengungkapkan

taksonomi-taksonomi, klasifikasi-klasifikasi yang ada dalam

istilah-istilah lokal,sebab dalam taksonomi dan klasifikasi

inilah terkandung pernyataan-pernyataan atau ide-ide

masyarakat yang kita teliti mengenai lingkungannya.

Klasifikasi twntang lingkungan berisi berbagai informasi yang

penting untuk mrndapatkan etnoekologi masyarakat yang

diteliti.Bilamana berbagai macam taksonomi,klasifikasi serta

makna referensialnya telah dideskripsikan, langkah

selanjutnya adalah memformuasikan aturan-aturan perilaku

terhadap lingkungan yang dianggap tepat oleh masyarakat

yang kita teliti. Dengan pendekatan etnoekologi diharapkan

kita akan mampu menebak perilaku orang dalam berbagai

aktifitas yang berkaitan dengan lingkungan.Relevansi

Page 125: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

109

infromasi semacam ini bagi studi lingkungan terletak pada

pendapat bahwa pandangan orang (people‟s cognition)

mengenai lingkungan merupakan bagian dari mekanisme

yang menghasilkan perilaku fisik yang nyata, lewat mana

orang secara langsung menciptakan perubahan dalam

lingkungan fisik mereka.

C. Antropologi Bencana

Bencana dapat dikaji dari aspek antropologi. Pada saat

ini kajian antropologi banyak digunakan untuk penelitian

bencana termasuk bencana alam. Kajian Antropologi dalam

bencana dengan menggunakan pendekatan etnoekologi. Studi

antropologi telah berhasil menghimpun berbagai kearifan

ekologi komunitas lokal, tidak terkecuali kearifan ekologi

terhadap lingkungan rawan bencana. Dalam memahami

perilaku ekonomi, sosial, budaya, pertahanan keamanan

masyarakat dalam beradaptasi dengan bencana, strategi yang

ditempuh adalah menggunakan studi antropologi dengan

menggunakan etnoekologi dan political ecology(politik

lingkungan). Kemampuan komunitas lokal beradaptasi itu

merupakan konsekuensi dari proses interaksi jangka panjang

terhadap lingkungannya sehingga mereka menemukan

potensi sumber daya alam yang bisa dimanfaatkan dan

menyiasati berbagai resiko yang timbul secara alami atau

sebagai akibat dari aktifitas produksi dan sosial budayanya.

Dengan menggunakan etnoekologi,berbagi konsep

lokal mengenai lingkungan dan bencana alam diekplorasi dan

danalisis guna memahami praktik masyarakat lokal dalam

melakukan mtigasi,evakuasi dan pengungsian, rekontruksi

dan pemulihan ekonomi pasca bencana.Hasil analisis ini akan

menemukan tema budaya yang dapat menerangkan makna

dari strategi adaptasi masyarakat lokal,keputusan

Page 126: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

110

ekonomi,sosial dan politik untuk memaknai bencana dan

dampak yang ditimbulkannya.

Tema budaya adaptasi masyarakat lokal terhadap

bencana juga dapat dipakai memahami persoalan ekonomi

politik mengapa mereka tetap bertahan dengan

lingkungannya yang dalam kacamata orang luar disebut

berbahaya. Dengan menggunakan prespektif politik

ekologi ,maka akan jelas persoalan ekonomi politik tersebut.

Dalam erupsi gunung Merapi misalnya [16]. Gunung Merapi

menjadi arena persaingan kepentingan berbagai fihak. Mereka

memperebutkan sumber daya Merapi termasuk dampak

erupsi yang menyediakan kesuburan tanah,pasir batu dan

dana penanganan korban baik dari negara, donor dan

masyarakat luas.

Dengan memakai kacamata politik ekologi, maka

dapat diterangkan bahwa pengetahuan dan praktik adaptasi

ekologis masyarakat lokal merupakan strategi untuk

melindungi sumber daya yang secara tradisional menjadi

miliknya. Oleh karena itu mereka tidak serta merta bisa

menerima pengetahuan dan praktik adaptasi baru yang

menghilangkan akses dan kontrol atas sumber daya lokal.

Mereka juga akan menolakn daerahnya dijadikan kawasan

tidak aman karena konsep itu akan mengancam eksistensi

mereka menguasai wilayahnya yang subur dan mendapatkan

keuntungan material seperti pasir dan batu setiap kali terjadi

erups Merapi.

Dengan menggunakan politik ekologi,maka terlihat

bahwa selalu terjadi politisasi status suatu gunung merapi

bukan sekedar sebagai suatu gejala alam, melainkan sebagai

suatu tindakan politik untuk menguasai penanganan korban,

dan penggunaan bantuan.Politisasi ini memaksa masyarakat

lokal untuk memilih pada pilihan yang tepat agar tidak

menjadi korban.

Page 127: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

111

Masalah yang muncul dalam studi politik ekologi

dalam kasus erupsi gunung merapi di Indonesia adalah

semakin meningkatnya konsentrasi antar fihak untuk

memperebutkan sumber daya. Mereka itu adalah masyarakat

lokal,masyarakat luar,pengusaha, pemerintah dan Organisasi

Masyarakat lain/LSM.[17]. Sumber daya yang dimaksud

bukan semata tanah,batu,pasir dan materi lainnya tetapi juga

anggaran penanganan bencana dari negara,lembaga

internasional dan dana sosial masyarakat yang jumlahnya bisa

sangat fantastis. Perebutan akses atas sumber daya

mendorong masing-masing fihak mengembangkan dan

melibatkan diri secara maksimal dalam aktivitas

penanggulangan bencana yang sebenarnya dalam

pelaksanaannya terkandung kepentingan ekonomi dan politik

masing-masing fihak tersebut.Kontestasi penanggulangan

bencana diatas dapat membuat posisi masyarakat lokal

melemah.Hal ini karena masyarakat berhadapan dengan

negara,media, LSM,dan swasta yang kuat dalam melakukan

tekanan dan hegemoni dengan mereproduksi berbagai

ancaman bahaya erupsi dan rekayasa penanggulangan dan

bantuan ke korban. Melemahnya posisi masyarakat lokal

menyebabkan urusan penanggulangan bencana berada dalam

kontrol negara dan swasta yang belum tentu dapat

menyelamatkan masyarakat lokal untuk hidup lebih aman

dan sejahtera. Apa yang terjadi menunjukkan bahwa dana

publik untuk penanggulangan sangat besar,tetapi kurang

menetes ke bawah dan masyarakat tidak mendapatkan

manfaat karena tidak sesuai dengan kepentingan masyarakat.

Pendekatan dalam penanggulangan bencana adalah

pendekatan yang emansipatif dengan strategi yang berbasis

pada kekuatan masyarakat.Dengan strategi ini,

penanggulangan bencana lebih membuka akses dan kontrol

masyarakat dalam menghadapi masalah bencana, sumber

Page 128: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

112

daya,daya baru dari bencana, dan dana bantuan sosial yang

menjadi hak masyarakat.Pendekatan emansipatif itu sesuai

dengan tradisi sosial budaya dalam masyarakat bahwa pada

dasarnya urusan kebencanaan dan potensi ekologis yang

dihasilkan oleh suatu bencana merupakan urusan lokal.

D. Kesimpulan

Bencana dapat berdampak terhadap kehidupan sosial,

ekonomi, budaya, pertahanan, keamanan, kesehaan,

kesejahteraan masyarakat. Bencana dapat dikaji dari berbagai

kajian; ekonomi, politik, hukum kesehatan, kebijakan publik,

antropologi dsb.

Kajian Antropologi dalam bencana dengan kajian

etnosain metode etnoekologi Selain mengkaji dampak bencana

terhadap manusia,kajian antropologi juga dapat mengkaji atau

melihat tentang penanggulangan bencana maupun mitigasi

bencana yang dilakukan oleh negara, swasta, kelompok

masyarakat lain dari kaca mata masyarakat atau budaya lokal.

Page 129: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

113

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Irwan, 2009. The Structure and Culture of Disaster:

Theory, Research and Policy, Proceeding International Seminar

Disaster: Theory,Research and Policy, Yogyakarta: Graduate

School Universitas Gadjah Mada.

Hewitt,K.,1983. Interpretation of Calamity,New York: Allen &

Unwin.

Ahimsa-Putra,H.S,2007. “Antropologi Ekologi: Beberapa

Paradigma dan Kajian”, Bahan Mata Kuliah Antropologi

Ekologi,Yogyakarta: Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah

Mada.

Poerwanto, Hari, 2006. “Kebudayaan dan Lingkungan dalam

Perspektif Antropologi”, Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar.

Steward.J, 1955. “Theory of Culture Change”, Urbanna:

University of Illinois Press.

Vayda,A.P dan R.A. Rappaport.1968. “Ecology,Cultural and

Non-Cultural” dalam Introduction to Cultural Anthropology,J.A.

Clifton (ed),Boston : Houghton Miffin.

Ahimsa-Putra,H.S, 1985. “Etnosains dan Etnometodologi: Sebuah

Perbandingan”, Masyarakat Indonesia 12 (21).

Perchonock,Norma and Oswald Werner,1969.Navaho Sytem

of Classification: Some Implication for Ethnoscience, North

Western Unversity Ethnology Vol 8 no 3.

Page 130: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

114

Werner,Oswald,1972.Ethnoscience, Annual Review of

Anthropolgy Vol 1.

Sturtevant,William C, 1964. Studies in Ethnoscience,American

Anthropologist 66(3).

Ahimsa Putra,H.S,1996. “Sungai dan Air Cliwung, Prisma.

Frake,C.O.,1962. Cultural Ecology and Ethnography. American

Anthropologist:64.

Vayda,A.P.,(ed),1969. “ Enviroment and Cultural Behavior”

Garden City,New York The Natural History Press.

Oliver Smith, A. and Hoffman,S.M., 1999. The Angry Earth :

Disaster in Anthropological Perspective, New York: Routledge.

Hudayana, B, 1994. Adaptasi Masyarakat terhadap Bencana

Alam : Studi Kasus Bencana Alam Gunung Merapi, Yogyakarta:

Fakultas Sastra Universitas Gajah Mada.

Warouw N.J, Setiadi, Tiwikromo Y.A, Nugraheni

D.S.M,Fauzanafi M.Z, Prasodjo T, Rianty A, Yuwono J.S.E,

Hudayana B (Koord.), 2012. Laporan Penelitian Komunitas

Lereng Merapi serta Respon terhadap Erupsi Merapi 2010,

Yogyakarta: Laboratorium Antropologi Untuk Riset dan

Aksi/LAURA Universitas Gadjah Mada.

Judith S, ”Culture Political of Natural Disaster: Discourse on

Volcanic Eruptions in Indonesia “ dalam Casimer Michael J

(Ed.),2008. Culture and Changing Environment, Oxford: Berhahn

Books.

Page 131: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

115

PENINGKATAN KAPABILITAS MILITER

JEPANG DAN IMPLIKASINYA

TERHADAP INDONESIA

Oleh: Kolonel Pas Dr. Drs. Marsono, M.Si.

Dosen Universitas Pertahanan

email: [email protected]

Abstrak - Jepang dalam catatan sejarah termasuk negara yang cukup

menonjol dalam bidang militer terutama pada masa Perang Dunia

kedua. Sampai dengan sekarang, Jepang terus membangun kekuatan

militernya terutama kekuatan personel dan peralatan perangnya.

Pembangunan tersebut tidak terlepas dari pengaruh global dan

geopolitik di kawasan Asia terutama adanya krisis di Semenanjung

Korea, senketa kepulauan Senkaku/Diaoyu, dan ketegangan di Laut

China Selatan. Peningkatan kapabilitas militer Jepang secara langsung

maupun tidak langsung berimplikasi terhadap negara–negara di Asia

termasuk Indonesia. Permasalahan tersebut menarik untuk dikaji.

Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara dan studi

literature serta studi dokumentasi. Data yang berhasil dikumpulkan

dan sudah teruji keabsahannya, dianalisis menggunakan metode

kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan

kapabilitas militer Jepang terkait erat dengan adanya kepentingan dan

ketegangan dengan beberapa negara seperti China dan Korea Utara.

Selain itu, peningkatan kapabilitas militer Jepang berimplikasi

terhadap situasi keamanan di kawasan termasuk terhadap Indonesia.

Untuk menanggapi hal tersebut, Indonesia perlu langkah-langkah

antisipatif meskipun dalam kerja sama di berbagai bidang terbilang

harmonis karena bagaimanapun Indonesia merupakan salah satu

negara yang pernah menjadi korban langsung imperialisme dan

militerisme Jepang.

Kata Kunci: Kapabilitas militer, pertahanan negara, antisipatif, imperialisme, militerisme.

Page 132: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

116

Abstract - Japan in the historical record includes a country that is quite

prominent in the military aspect. The Japanese military forces of that era

were shown by the power of personnel and equipment of war. To explore

this, it is necessary to elaborate a study to analyze the development of

Japanese military capability and to know the implications of increasing

Japan's military capability to ASEAN and Indonesian defense state.

Through research with data analysis techniques conducted using

qualitative method. In the end it will be seen if the increase in Japanese

military capability is closely related to the interests and tensions with some

countries like China, Japan and North Korea. For Indonesia, it is necessary

to anticipate steps in observing the rise or enhancement of Japan's military

capability even though in various cooperation in various fields somewhat

harmonious because Indonesia is one of the countries that has been the

direct victim of imperialism and militarism of Japan.

Keywords: Military Capability, Defense State, Anticipate, Imperialism,

militarism.

A. Pendahuluan

Jepang dalam catatan sejarah termasuk negara yang cukup

menonjol dalam bidang militer. Kekuatan militer Jepang tampak

pada keberhasilannya menduduki Semenanjung Korea dan sebagian

besar China pada Perang Dunia I. Bahkan pada Perang Dunia II,

Jepang pernah menjajah Asia dan menguasainya, termasuk

Indonesia. Namun pada tahun 1945, Hiroshima dan Nagasaki dibom

oleh Sekutu yang menyebabkan Jepang menyerah kepada Sekutu.

Kekalahannya membawa pengaruh besar bagi Jepang, baik secara

fisik maupun psikis. Segi fisik pulau-pulau utama Jepang seperti

Hanshu dan Hokaido diduduki musuh dan penurunan di berbagai

bidang termasuk bidang pertahanannya. Secara psikis, menciptakan

trauma masyarakat Jepang pada perang.

Pemerintah pendudukan berusaha menjadikan Jepang sebagai

negara yang demokratis dan menginstitusionalkan anti kekerasan

Page 133: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

117

sebagai bentuk jaminan melawan militerisme. Berdasar Pasal 9

Konstitusi yang dirancang oleh Amerika Serikat (AS) tahun 1947,

secara tegas melarang Jepang untuk mengembangkan kekuatan

militernya.

Interaksi Jepang dengan negara-negara sekawasan dalam

sistem internasional yang telah berubah membuat equlibrium

hubungan antar negara tersebut bergerak. Untuk membangun

kembali negara dan perekonomiannya, Jepang menyerahkan

masalah pemeliharaan keamanannya kepada AS dalam sebuah

perjanjian keamanan Jepang-AS tahun 1951 yang dipertegas lagi di

tahun 1960. Keadaan tersebut tidak berlangsung lama. Pecahnya

Perang Korea, pada tahun 1954 membawa Jepang untuk mengubah

National Safety Forces (NSF) menjadi Japan Self Defence Force (JSDF)

atau Pasukan Bela Diri Jepang.

Perebutan status atas beberapa kepulauan di Laut China

Selatan antara China, Vietnam, Taiwan dan beberapa negara Asia

Tenggara seperti Malaysia, Brunei dan Filipina membawa

kekhawatiran Jepang akan munculnya penggunaan kekuatan militer

secara terbuka. Hal tersebut membahayakan kedudukan Jepang,

karena wilayah tersebut merupakan jalur perdagangannya.

Meningkatnya agresivitas negara-negara seperti China, Korea Utara

dan beberapa negara Asia Tenggara serta meningkatnya konflik

regional menyusul penarikan pasukan AS dari kawasan Asia Pasifik,

memaksa Jepang untuk melindungi sendiri akses perekonomiannya

secara politis maupun militer. Untuk itu Jepang kembali mulai

mengembangkan militernya.

Faktor lain yang mendorong Jepang untuk membangun

militernya kembali adalah penolakan Soviet untuk memenuhi

tuntutan Jepang mengembalikan kepulauan Kurir. Selanjutnya

adanya ketegangan antara Jepang dan China yang saling mengklaim

kepulauan Senkaku/Diaoyu di Laut China Timur serta ketegangan

Jepang dan Korea Utara. Pengembangan militer Jepang dilakukan

dengan mempersenjatai kembali Pasukan Bela Dirinya dalam skala

Page 134: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

118

besar yang difokuskan pada pembentukan Korps Marinir,

meningkatkan efisiensi udara dan pertahanan rudal.

Peningkatan kapabilitas militer Jepang, dikawatirkan akan

berdampak terhadap keamanan kawasan termasuk terhadap

pertahanan negara Indonesia. Berdasarkan hal-hal tersebut, maka

permasalahan yang dibahas dalam artikel ini sebagai berikut:

a. Bagaimana perkembangan kapabilitas militer Jepang?

b. Bagaimana implikasi peningkatan kapabilitas militer

Jepang terhadap pertahanan negara Indonesia?

B. Kapabilitas

Kapabilitas atau kemampuan menunjukkan potensi orang

untuk melaksanakan tugas atau pekerjaan. Beberapa pakar

mengartikan kapabilitas beragam berdasarkan sudut pandangnya

masing-masing. Robbins dan Judge sebagaimana dikutip oleh

Rudhaliawan, Utami dan Hakam (2013:1-10) mengemukakan bahwa

kapabilitas merupakan suatu kapasitas individu untuk mengerjakan

berbagai tugas dalam suatu pekerjaan. Seluruh kemampuan

individu pada hakekatnya adalah kemampuan intelektual dan

kemampuan fisik. Kemampuan fisik yang khusus memiliki makna

penting untuk melakukan pekerjaan yang kurang menuntut

ketrampilan dan yang lebih terbakukan dengan sukses.

Menurut Nurhadi dan Agus (2003:15) bahwa kapabilitas

merupakan pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai lain yang

direfleksikan dalam berpikir dan bertindak. Kemampuan menunjuk

pada pengetahuan fundamental, ketrampilan dan pembawaan

perilaku berkaitan pada keadaan seseorang dalam menunjukkan

kepemilikan suatu keterampilan (kompetensi).

Berkaitan dengan kapabilitas, Suparno (2004:16) mengatakan

“Kemampuan merujuk pada pengetahuan fundamental,

ketrampilan dan pembawaan perilaku berkaitan pada keadaan

seseorang dalam menunjukkan pemilikan suatu kompetensi”.

Kemampuan sebagai pengetahuan, keterampilan dan nilai yang

Page 135: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

119

diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Jadi

kemampuan merujuk pada kemampuan mendemontrasikan

pengetahuan. Pendapat ini dikuatkan oleh (Sutikno, 2005:197) yang

mengatakan bahwa kemampuan adalah gabungan dari ilmu

pengetahuan (knowledge) dengan keterampilan (skill).

Menurut Kreitner dan Kinicki (2002:183) bahwa kemampuan

diartikan sebagai ciri luas dan karakteristik tanggung jawab yang

stabil pada tingkat prestasi yang maksimal berlawanan dengan

kemampuan kerja mental maupun fisik. Seseorangyang memiliki

kemampuan memadai akan dapat menyelesaikan pekerjaannya

dengan baik sesuai dengan waktu atau target yang telah ditetapkan

dalam program kerja.

Terkait dengan militer, indikator kapabilitas militer ada pada

kesiapan tempur (Combat Readiness), keberlangsungan kapabilitas

(Sustainable Capability) dan struktur kekuatan (Force Structure)

adalah tolak ukur yang relevan guna mengetahui sejauh mana

kapabilitas di sebuah negara. Kompleksnya masalah kapabilitas

militer memerlukan penjelasan yang sistematis dari setiap

variabelnya. Khusus dalam kesiapan tempur, akan terlihat

bagaimana sebenarnya komposisi kekuatan militer yang terdiri dari

kekuatan matra darat, laut, udara, struktur satuan, pola operasi,

teknologi dan peralatan pendukung merupakan pengukuran combat

readiness yang sebenarnya.

Kapabilitas militer merupakan aspek penting yang perlu

diperhatikan guna menilai sejauhmana pengaruh peningkatannya

di sisi negara Jepang dapat mempengaruhi hubungan politik dan

pertahanannya dengan ASEAN sebagai kawasan dan Indonesia.

Jika selama ini, indikator yang digunakan didominasi pada aspek

ekonomi dan perdagangan, maka perlu diteliti lebih jauh,

bagaimana sebuah kapabilitas militer sanggup mempengaruhi pola

kerja sama baik terhadap kawasan maupun negara.

Terkait dengan kapabilitas militer yaitu adanya perimbangan

kekuatan (balance of power). Balance of power ini dapat digunakan

Page 136: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

120

untuk melihat perilaku suatu negara terhadap negara lain, seperti

Jepang terhadap China karena adanya peningkatan kapabilitas

militer China. Kondisi tersebut memunculkan persaingan di antara

kedua negara yang berdekatan secara geografi ini.

Dalam melakukan proses balance of power diperlukan adanya

aliansi (alliance). Alliance merupakan bentuk dari balance of power

yang dilakukan oleh negara yang merasa terancam untuk

melindungi keamanan negaranya. Aliansi adalah hubungan

kerjasama keamanan antara dua negara atau lebih dalam bentuk

komitmen militer. Sebuah negara akan melakukan aliansi dengan

negara lain apabila berhadapan dengan negara yang mempunyai

power kuat untuk melakukan perimbangan kekuatan.

C. Hubungan Internasional

Secara definisi, hubungan internasional (HI) memiliki banyak

konsep yang pada akhirnya membawa pada perbedaan perspektif

dalam menilai mekanisme sebuah hubungan internasional itu

sendiri. Oleh sebab itu, konsep hubungan internasional sangat

mempengaruhi bagaimana cara memandang sebuah tatanan

internasional antarnegara diselenggarakan atas dasar beberapa

sudut pandang.

Teori Hubungan Internasional saat ini sudah sangat

berkembang dengan masing-masing perspektif yang

dikembangkan, namun hanya tiga jenis teori HI populer di dunia

yaitu Realisme, Liberalisme dan Konstruksivisme.

a. Realisme

Realisme dalam teori HI dipengaruhi oleh pemikiran

beberapa tokoh, salah satunya yaitu Hans J Morgenthau yang

menulis buku berjudul Politics Among Nations pada akhir

Perang Dunia II, saat itu Amerika menjadi negara yang

memiliki kekuatan internasional yang paling tangguh. Selain

pembahasannya terpaku pada perang akan tetapi di sisi lain

Page 137: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

121

juga membahas peranan Amerika Serikat terhadap dunia

pasca perang. Morgenthau sebagaimana dikutip oleh Burchil

dan Linklater berpendapat ada enam prinsip realisme politik

yaitu: 1. Politik ditentukan oleh hukum-hukum obyektif yang

berakar pada kodrat manusia. 2. Untuk mengetahui tentang

politik internasional tidak terlepas dari pengertian kekuatan

maksudnya adalah kepentingan yang sangat berkaitan dengan

kekuasaan. 3. Bentuk dan sifat kekuasaan negara akan

brmacam-macam dalam waktu, tempat dan konteks, tetapi

konsep kepentingan masih tetap sama. 4. Prinsip-prinsip

moral universal tidak menuntut sikap negara, meski sikap

negara jelas akan memiliki implikasi moral dan etika. 5. Tidak

ada serangkaian prinsip-prinsip moral yang disetujui secara

universal. 6. Secara intelektual, bidang politik itu otonom dari

setiap bidang perhatian manusia lainnya, entah bidang-bidang

yang lain tersebut bersifat legal, moral atau ekonomi (Burchil

dan Linklater, 1996:99).

Selain Morgenthau, pemikir realis yang juga sangat

dikenal pemikiran-pemikirannya ialah Thucydides. Jackson

dan Serensen (2009:92) mengutip pendapat Thucydides

menyatakan bahwa hubungan antar negara-kota tidak

memiliki kesetaraan dalam hal kekuatan. Setiap negara-kota

baik besar atau kecil harus mampu mempertahankan

kekuasaannya berdasarkan realitas kekuatan yang berbeda

tiap negara-kota. Jika suatu negara-kota tidak bisa

mempertahankan negara-kotanya maka negara-kota tersebut

akan hancur, sebaliknya jika negara-kota mampu

mempertahankan kekuataannya maka negara-kota tersebut

bisa bertahan bahkan menghancurkan negara-kota lainnya

yang memiliki kekuatan di bawahnya.

Page 138: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

122

b. Liberalisme

Teori Liberalisme lahir sebagai bentuk kritik terhadap

teori Realisme. Pasca Perang Dunia II usai, konsentrasi politik

dunia telah bergeser kepada orientasi ekonomi, sehingga

hubungan internasional diarahkan pada kerjasama

internasional untuk membangun kembali negara-negara

akibat perang dan upaya untuk menciptakan tatanan dunia

yang damai serta terwujudnya stabilitas internasional.

Liberalisme meyakini bahwa perdamaian dapat dicapai tanpa

melalui perang terlebih dahulu. Liberalisme juga mempunyai

beberapa asumsi dasar yaitu lebih memandang bahwa

manusia itu mempunyai sifat dasar yang baik. Manusia selalu

mempunyai cara yang baik, tidak dengan kekerasan ataupun

perang. Manusia masih mempunyai hati nurani untuk

mencapai sebuah perdamaian. Pada dasarnya negara

terbentuk dari sekumpulan manusia-manusia yang

mempunyai persamaan, jika manusia tersebut mempunyai

sifat yang baik maka sebuah negara juga pasti mempunyai

sifat yang baik pula.

Dalam liberalisme lebih mengutamakan perdamaian

melalui kerjasama yang lebih bermanfaat dan menghindari

perang. Seperti dijalankannya perdagangan bebas atau free

trade untuk saling menumbuhkan rasa kerjasama dan saling

menguntungkan satu sama lain sebagai perwujudan bahwa

untuk mencapai sebuah perdamaian tidak harus melalui

perang. Hal ini sangat berbanding terbalik dengan perspektif

realisme (Burchill, 2001:29).

Menurut Jackson dan Sorensen (2009:139) bahwa

perspektif liberalisme memandang bahwa hubungan

internasional bersifat kooperatif dan sangat menjunjung tinggi

kebebasan serta kemajuan individunya. Individu tersebut

akan membentuk sebuah kelompok atau organisasi yang

dapat saling memberikan kebahagian satu sama lain. Dari

Page 139: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

123

kelompok-kelompok tersebut, setiap individu dapat mencapai

kebahagiannya dengan menyatukan kepentingan-kepentingan

bersama. Hubungan antar negara dapat dilakukan seperti itu,

karena negara terbentuk dari individu-individu yang

mempunyai kepentingan bersama sehingga mencapai sebuah

kebahagiaan, sehingga hubungan internasional dapat bersifat

kooperatif daripada konfliktual.

Kaum liberalis percaya bahwa dengan adanya kerjasama

dan institusi internasional, maka konflik antar negara atau

konflik internasional dapat diselesaikan dalam forum

internasional. Adanya organisasi internasional juga dapat

menjaga agar dunia tetap dalam keadaan damai. Oleh karena

itu dapat disimpulkan bahwa liberalisme bertujuan untuk

menciptakan win-win solution bagi setiap aktor yang terlibat di

dalam hubungan internasional, baik negara, organisasi,

maupun individu, karena untuk memenuhi kebutuhan atau

kepentingan setiap aktor tersebut akan saling membutuhkan

(interdependensi) dan saling ketergantungan tersebut

diwujudkan dalam kerjasama.

c. Konstruksivisme

Konstruktivisme hadir dalam ilmu Hubungan

Internasional pada tahun 1989. Konstruktivisme mulai

diperkenalkan dalam Hubungan Internasional oleh Nicholas

Onuf. Kajian konstruktivisme secara luas terpengaruh oleh

kontribusi Alexander Wendt (Jackson dan Sorensen, 2009:369).

Perspektif konstruktivisme hadir untuk menjawab semua

permasalahan yang ada dalam hubungan internasional,

karena perspektif ini telah menjadi jembatan antara neorealis

dan neoliberalis, terutama saat setelah Perang Dingin. Reus-

Smit dalam Burchill, et al (Palgrave, 2001:195-196) menyatakan

bahwa pasca Perang Dingin, neoliberalis dan neorealis

terkesan tidak dapat memperkuat asumsi dan argumennya

Page 140: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

124

dengan realita yang terjadi. Tidak hanya menjadi jembatan

bagi neorealis dan neoliberalis tetapi konstruktivisme juga

hadir untuk menjadi solusi bagi permasalahan dinamika

internasional, sifat dasar kelembagaan, peran aktor non-state,

dan permasalahan hak-hak manusia.

Menurut Jackson dan Sorensen (2009:370), terdapat

beberapa asumsi dasar dalam konstruktivisme. Pertama,

dunia sosial bukanlah suatu hal yang given seperti tata surya

akan tetapi terdapat konstruksi yang dilakukan oleh individu

atau negara. Kaum konstruktivis memiliki pemikiran bahwa

dunia sosial bukanlah suatu hal yang sama dengan ilmu alam.

Hal ini dikarenakan dalam hubungan internasional setiap

negara memiliki pengaruhnya satu sama lain dan negara juga

terikat pada masyarakatnya. Kedua, konstruktivisme

menganggap bahwa identitas merupakan suatu hal yang

penting. Identitas ini bukan suatu hal yang lahir dengan

sendirinya, tetapi suatu hal yang telah terkonstruksi dari

kultur dan norma dalam suatu negara. Ketiga, proses yang

terjadi dalam hubungan internasional bukan suatu hal yang

stagnan melainkan continue.

Konstruktivisme telah memberikan warna yang baru

dalam Hubungan Internasional yang telah didominasi oleh

perspektif tradisional yang menganggap bahwa anarki dan

dunia sosial merupakan suatu hal given. Namun kaum

konstruktivis menganggap bahwa hal tersebut merupakan

suatu hal yang telah terkonstruksikan baik melalui interaksi

maupun norma yang ada.

D. Perkembangan Kapabilitas Militer Jepang

Secara umum, kapabilitas militer Jepang ditujukan untuk

menciptakan SDF yang memiliki efisiensi, mobilitas dan fleksibilitas

yang tinggi untuk menghadapi ancaman yang berkembang di

sekitar wilayah Jepang. Perubahan terjadi di antaranya pada postur

Page 141: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

125

GSDF dari postur sebelumnya yang ditujukan untuk menghadapi

kondisi Perang Dingin, yaitu dengan menambah main battle tank

(MBT) baru yang lebih sesuai dengan kondisi geografis Jepang serta

artileri, memperkuat pertahanan udara dengan menggunakan misil

kendali darat ke udara yang lebih canggih dan meningkatkan sistem

jaringan dan komando serta membangun unit siaga yang dapat

dikerahkan dengan cepat dan efektif. Selain itu, peningkatan

pertahanan udara dan laut juga dilakukan dengan pengadaan dan

upgrade alutsista yang dimilikinya serta peningkatan kekuatan SDF

di barat daya Jepang, wilayah kepulauan-kepulauan untuk

mengantisipasi kemungkinan penyerangan dan invasi ke pulau-

pulau pantai. Perkembangan kekuatan SDF juga ditekankan pada

peningkatan kemampuan pengintaian dan peringatan dini yang

terus dilakukan secara berkesinambungan yang juga terintegrasi

melalui pengembangan.

Indikator yang digunakan untuk dapat melihat dan

mengukur kapabilitas militer Jepang dapat melihat jumlah

kekuatan (numerical preponderance) dan teknologinya.

a. Jumlah Kekuatan

Jika dilihat dari jumlah pasukan, Jepang mengalami

peningkatan secara kuantitatif semenjak kekuatan

pertahanannya dibangun kembali pasca kekalahannya dalam

PD II. Pada awal dibentuknya NPR, jumlah pasukan sebanyak

75.000 personel, yang kemudian diubah menjadi JSDF pada

tahun 1954 yang terdiri dari 165.000 personel hingga

mencapai 180.000 personel pada NDPG 1976. Pada 2011

Jepang mempunyai pasukan darat yang terdiri dari personel

aktif yang berjumlah 151.641 dan personel cadangan siaga

yang berjumlah 8.479 orang (Military Balance, 2011:245).

Jepang melakukan peningkatan kuantitas dan kualitas

terhadap kekuatan JSDF pada masa Perang Dingin,

khususnya melalui Defense Build up Program yang berujung

Page 142: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

126

pada NDPG tahun 1976. Namun setelah itu Jepang lebih fokus

pada peningkatan kualitas pertahanannya, khususnya pada

kekuatan maritim dan udaranya serta melakukan efisiensi

terhadap kekuatan daratnya dengan melakukan pengurangan

persenjataan, terutama MBT dan artileri yang dimilikinya.

Alutsista yang dimiliki oleh Jepang mengalami

pengurangan khususnya pada MBT, artileri dan tug/anti-tank.

Jumlah MBT yang dimiliki oleh Jepang berkurang dari 10.400

unit pada tahun 2001 menjadi 3.600 unit pada tahun 2010,

jumlah artileri yang dimiliki berkurang dan 2.120 pada tahun

2001 menjadi 1.880 pada tahun 2010 dan jumlah tug/anti-tank

berkurang dari 5084 pada tahun 2001 menjadi 3.600 pada

tahun 2010. Akan tetapi pengurangan tersebut tidak terjadi

secara keseluruhan tipe dan masing-masing jenis tersebut

(Military Balance 2011:245).

Contohnya Jepang melakukan pengurangan terhadap

Tank Tipe-74 secara bertahap yang akan digantikan oleh Tank

terbaru Tipe-10, di sisi lain meningkatkan jumlah MBT Tipe-

90. Sedangkan jumlah alutsista yang dimiliki oleh ASDF dan

MSDF cenderung mengalami peningkatan, walaupun tidak

signifikan.

Jepang saat ini telah memiliki 4 unit satelit pengintai,

pesawat pengisi bahan bakar di udara (KC-767) sebanyak 4

unit yang dimulai pengadaannya semenjak tahun 2007 secara

bertahap, 1 unit aircraft carrier helicopter pada tahun 2010 dan

masih akan bertambah karena masih dalam tahap

pembangunannya serta sistem pertahanan misil balistik,

seperti penambahan kapal tempur yang dilengkapi dengan

sistem ini, dari 4 unit kapal tempur kelas Kongo menjadi 6 unit

dengan penambahan 2 unit dari kapal tempur kelas Atago.

Selain itu, peningkatan jumlah persenjataan dapat

diketahui melalui program pengadaan alutsista Jepang di

dalam Defense Programs and Budget of Japan Oveiview of FY 2012

Page 143: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

127

Budget yang dikeluarkan oleh Menteri Pertahanan Jepang, di

antaranya adalah pembuatan destroyer helikopter (19.500 ton)

sebagai pengganti destroyer kelas Kurama yang akan

diberhentikan pada tahun 2016. Pembuatan satu kapal selam

(2.900 ton) yang dilengkapi dengan Torpedo Counter Measure

(TCM). Selain itu, Jepang juga mengakuisisi 4 unit pesawat

tempur generasi baru F-35A, 1 unit helikopter tempur AH-

64D serta 13 unit MBT tipe-10.

Berdasarkan SIPRI dan IISS’ Military Balance 2011, 2012,

2013 dan 2014, jumlah personel, alutsista dan anggaran militer

Jepang sebagai berikut:

1) Personel. Total personel militer aktif Jepang

sebanyak 247.150 orang, yang terdiri dari

Angkatan Darat sebanyak 151.050 personel,

Angkatan Laut (Maritim) sebanyak 45.500

personel, Angkatan Udara sebanyak 47.100

personel, dan Staf Pusat sebanyak 3.500 personel.

Paramiliter Jepang sebanyak 12.650 personel.

Sedangkan personel Cadangan sejumlah 56.100

personel terbagi atas 46.000 personel General

Reserve Army, 8.200 personel Ready Reserve Army,

1.100 personel AL dan 800 personel AU (Military

Balance, 2014:250).

2) Alutsista

Tabel 1 Alutsista Militer Jepang

Alutsista Jumlah Keterangan

Tank

(Main Battle Tank)

777 unit 26 Type-10, 410 Type-

74, 341 Type-90

Kendaraan Infanteri:

1) AIFV

2) APC

68 unit

803 unit

Type-89

254 Type-73 (Track),

Page 144: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

128

3) Reconnaissance

152 unit

549 (Wheel): 227 Type-

82 dan 322 Type-96

105 Type-87, 47 Che.

Recce

Artileri 1.773 unit

Pesawat Terbang:

1) F-15J Eagle

2) F-4EJ Phantom II

3) Mitsubishi F-2

4) EW

5) ISR

6) AEW&C

7) SAR

8) Tanker

9) Transport

10) Training

11) Penerbangan AL

552 unit

7 skadron

2 skadron

3 skadron

3 unit

17 unit

17 unit

28 unit

4 unit

66 unit

248 unit

78 unit

201 F-15J

63 F-4E

76 F-2A/B

1 Kawasaki EC-1, 2 YS-

11EA

13 RF-4E, 4 YS-11EB

13 E-2C Hawkeye, 4 E-

767

U-125A Peace Krypton

KC-767J

Medium: 16 C-130H

Hercules, PAX: 50 (2 B-

747-400, 13 Beech T-

400, 26 C-1, 5

Gulfstream IV/U-4, 4

YS-11).

199 unit T-4, 49 unit T-

7.

7 Air Groups (ASW,

MPA, EW, MCM, SAR,

TPT, TRG).

Helikopter:

1) Attack

2) ISR

109 unit

80 unit

73 AH-1S Cobra, 10

AH-64D Apache, 26

OH-1

OH-6D

Page 145: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

129

3) Transport

4) Penerbangan AL

238 unit

134 unit

Berat: 55 unit (34 CH-

47D Chinook dan 21

CH-47JA).

Medium: 33 unit (3

EC225LP Super Puma

Mk-II VIP, 30 UH-

60JA).

Ringan: 150 unit (140

Bell-205 UH-1J dan 10

Enstrom 480B TH-

480B).

87 ASW, 12 MCM, 4

ISR (OH-6DA), 19 SAR

(UH-60J Blackhawk), 12

TPT (2 medium, 10

ringan).

Kapal Selam 18 unit 2 Harushio, 11

Oyashio, 5 Soryu (plus

AIP)

Kapal Perang:

1) Kapal Induk

2) Cruiser (Penjelajah)

3) Destroyer (Perusak)

4) Frigate

2 unit

2 unit

32 unit

11 unit

Kelas Hyuga

Kelas Atago (Aegis)

8 Asagiri, 2 Akizuki, 9

Murasame, 5 Takanami

(Murasame++), 2

Hatakaze, 4 Kongo, 2

Shirane.

5 Hatsuyuki, 6

Abukuma.

b. Teknologi

Teknologi canggih Jepang yang dipadukan ke dalam

Page 146: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

130

alutsistanya menjadi kelebihan Jepang untuk mengimbangi

kekurangan dalam hal jumlah. Khususnya dalam hal

kekuatan darat, Jepang kalah dalam hal jumlah jika

dibandingkan dengan negara-negara dalam satu kawasan

seperti China, Korea Selatan, bahkan Korea Utara.

Perkembangan teknologi yang kemudian menjadi

tambahan alutsista Jepang adalah pengoperasian misil Tipe-03

Chu-SAM (Surface-to-Air Missile) untuk memperkuat

pertahanan udara. Jepang telah mengembangkan sistem

pertahanan anti misil dan anti pesawat tersebut untuk

menggantikan sistem MIM-23 Hawk. Jepang memanfaatkan

teknologi jaringan sensor untuk memperluas tingkat

perlindungan dan respon terhadap misil jelajah.

Dalam hal kekuatan udara, Jepang memiliki sistem

pertahanan udara yang canggih dengan menggunakan

kombinasi pesawat tempur, sistem radar pengintai udara dan

pesawat pendukung lainnya di bawah ASDF. Hal yang cukup

menjadi perhatian dalam perkembangan kekuatan ASDF

adalah pengadaan pesawat pengisi bahan bakar di udara KC-

767 yang diterima pertama kali pada tahun 2007 (Roy,

2004:86-101).

Jepang mengembangkan pesawat prototipe Advaced

Technology Demonstrator-X (ATD-X). Kementerian Pertahanan

Jepang akan menggunakan ATD-X sebagai demonstrasi

teknologi dan prototipe penelitian untuk mengetahui apakah

Jepang dapat menjangkau secara domestik teknologi canggih

yang digunakan untuk pesawat tempur generasi ke-5. Jepang

telah menghabiskan sekitar 39 milyar yen (sekitar 475 juta

dolar AS) dalam proyek ini semenjak tahun 2009, terlebih lagi

semenjak ada kejelasan bahwa AS tidak akan menjual F-22

Raptor kepada Jepang.

Pada tahun 2009 Jepang menyelesaikan pembuatan

kapal 16DDH/Hyuga dan kapal kedua selesai pada tahun

Page 147: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

131

2011 dengan kode 18DDH/Ise. Kedua kapal tersebut adalah

destroyer pembawa helikopter yang dimiliki oleh MSDF

dengan total berat 13500 ton, panjang 197 meter dan lebar 33

meter.

Pada bulan Agustus 2013 Kementerian Pertahanan Jepang

meluncurkan Izumo, sebuah kapal perusak helikopter terbesar

kedua yang pernah dibangun sejak Perang Dunia II. Kapal

tersebut bergabung dengan Maritime Self Defense Forces.

E. Implikasi Peningkatan Kapabilitas Militer Jepang Terhadap

Pertahanan Negara Indonesia

Dengan kemampuan diplomasi, kekuatan ekonomi, potensi

militer yang dimilikinya serta keeratan aliansi dengan Amerika

Serikat, Jepang merupakan salah satu negara maju di Asia yang

senantiasa diperhitungkan dalam menentukan strategi politik,

keamanan maupun ekonomi di kawasan Asia dan Pasifik.

Posisi strategis Jepang tersebut selanjutnya telah mendorong

Indonesia untuk menempatkan Jepang sebagai salah satu mitra

penting dalam mewujudkan kepentingan nasional Indonesia di

berbagai bidang kehidupan, baik untuk program pembangunan

nasional maupun keikutsertaannya dalam menjaga ketertiban dunia

sesuai Pembukaan UUD 1945 melalui berbagai kerja sama bilateral,

regional dan multilateral.

Sejak bergulirnya proses reformasi dan demokratisasi,

Indonesia merasakan Jepang menunjukkan keinginan untuk

membantu pulihnya stabilitas politik dan bergeraknya kembali roda

perekonomian Indonesia. Dalam kaitan ini juga Indonesia

menghargai komitmen dan dukungan Jepang dalam ikut menjaga

dan memelihara keutuhan integritas teritorial dan wilayah Kesatuan

Negara Republik Indonesia dari segala bentuk gejala disintegrasi

bangsa.

Sementara itu, hubungan pada tingkat diplomatik didasarkan

pada perjanjian perdamaian antara Indonesia dengan Jepang pada

Page 148: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

132

bulan Januari 1958. Sejak itu hubungan bilateral antara kedua

negara berlangsung baik, akrab dan terus berkembang tanpa

mengalami hambatan berarti. Eratnya hubungan bilateral tersebut

juga tercermin dalam berbagai persetujuan yang ditandatangani

maupun pertukaran nota oleh kedua pemerintah, yang pada

dasarnya dimaksudkan untuk memberikan landasan yang lebih

kuat bagi kerja sama di berbagai bidang.

Persetujuan Indonesia-Jepang antara lain meliputi: Pertama,

“Treaty of Amity and Commerce” yang ditandatangani pada tanggal 1

Juli 1961 di Tokyo. Kedua, “Perjanjian Hubungan Udara” yang

ditandatangani pada tanggal 23 Januari 1962 di Tokyo. Ketiga,

“Kerja sama di bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi” yang

ditandatangani pada tanggal 12 Januari 1981 di Jakarta. Keempat,

“Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda” yang ditandatangani

pada tanggal 3 Maret 1982 di Tokyo. Sejak tahun 1966 sampai

sekarang antara pemerintah Indonesia dan Jepang telah dilakukan

sekitar 200 pertukaran nota yang menyangkut kerja sama di bidang

perikanan pertanian, kehutanan, peningkatan produksi pangan dan

bantuan keuangan Jepang.

Antara kedua negara juga terjalin kerja sama erat sebagai

sesama anggota organisasi/forum regional dan internasional seperti

PBB, ESCAP, APEC, WTO dan ASEM. Dalam kerangka kerja sama

regional ASEAN, Jepang merupakan salah satu mitra dialog utama

dan anggota ARF. Meskipun dalam suasana krisis Jepang tetap

memandang Indonesia sebagai stabilisator di kawasan Asia

Tenggara.

Jepang memiliki kepentingan agar kerja sama dengan

Indonesia dapat dilanjutkan dalam berbagai forum internasional

dalam bentuk dukungan timbal balik, baik kepada posisi negara

maupun kepada calon negara masing-masing, di sejumlah

organisasi regional dan internasional, termasuk pada sidang Komisi

HAM PBB dan Sidang Sub-Komisi PDPM PBB.

Page 149: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

133

Pentingnya hubungan Indonesia dengan Jepang juga

tercermin dari besarnya perwakilan kedua negara di Tokyo dan

Jakarta. Kedutaan besar Jepang di Jakarta termasuk perwakilan

Jepang terbesar di negara lain, demikian juga halnya dengan KBRI

Tokyo yang merupakan salah satu KBRI yang terbesar.

Jepang merupakan mitra dagang utama Indonesia yang

berada di urutan pertama sebagai negara tujuan ekspor dan sebagai

sumber impor dengan total nilai perdagangan sampai dengan bulan

Desember 2007 sebesar US$30 milyar meningkat dibandingkan

periode yang sama tahun 2006 senilai US$ 27 milyar. Pada periode

2007, Indonesia mendapatkan surplus US$17 milyar. Sementara itu

untuk tahun 2008 periode Januari-September, nilai perdagangan

Indonesia-Jepang senilai US$ 32,8 milyar, dengan ekspor Indonesia

senilai US$ 21,8 milyar, impor Indonesia senilai US$ 11 milyar dan

Indonesia mendapatkan surplus sebesar US$ 10,87 milyar.

Dalam kaitannya dengan isu energy security masih terdapat

kekhawatiran Jepang terhadap pasokan energi dari Indonesia

setelah berakhirnya kontrak pada tahun 2010 dan 2011. Presiden RI

telah menyatakan komitmen Indonesia untuk menghormati kontrak

yang sedang berjalan dan akan mempertimbangkan dengan

seksama keinginan pemerintah Jepang terhadap pasokan energi

Indonesia dimaksud.

Hubungan sosial budaya antara Indonesia dan Jepang telah

terjalin dengan baik sejak lama. Untuk mewadahi jalinan hubungan

kerja sama yang lebih baik, telah dibentuk beberapa lembaga

persahabatan Jepang dan Indonesia.

Pada tahun 2004 wisatawan Jepang meningkat menjadi

615.720 orang, tetapi kembali mengalami penurunan pada tahun

2005 menjadi 517.879 orang dan pada tahun 2006 menjadi 419.213

orang. Data Depbudpar pada tahun 2007 menunjukkan bahwa

wisatawan Jepang yang berkunjung ke Indonesia tercatat sebanyak

508.820 orang.

Page 150: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

134

Jepang juga merupakan negara yang penting dalam rangka

pengembangan sumber daya manusia khususnya di bidang

pendidikan. Berdasarkan data dari KBRI Tokyo hingga Oktober

2006, jumlah mahasiswa Indonesia yang belajar di Jepang tercatat

sebanyak 993 orang. Sebagian besar dari mahasiswa Indonesia di

Jepang atas biaya dari Pemerintah Jepang melalui program beasiswa

Monbukagakusho (sebanyak 469 orang, atau sekitar 47,23%).

Sedangkan yang mendapat beasiswa dari pemerintah Indonesia

(OECF/STAID, maupun beasiswa dari Pemerintah Daerah)

sebanyak 44 orang (sekitar 4,43%) dan yang atas tanggungan dari

swasta Indonesia sebanyak 44 orang (4,43%). Selain itu, 270 orang

(27,17%) mendapatkan beasiswa dari swasta Jepang, dan sekitar 166

orang (16,71%) atas tanggungan pribadi.

Kerja sama dalam bidang pertahanan telah dilaksanakan,

namun masih terbatas pada pendidikan personel TNI. Sejak tahun

1971 sampai dengan 2010 Indonesia telah mengirimkan personel

TNI (termasuk Polri sebelum reformasi) sebanyak 102 orang untuk

mengikuti program Major Course/ kecabangan di Jepang, termasuk

pengiriman personel ke National Defence Academy (NDA) Jepang.

(Ditkersin Ditjen Strahan Kemhan RI, 2014:2).

Sesuai dengan program beasiswa Pemerintah Jepang, sejak

tahun 1998, Indonesia telah mengirimkan lulusan SMU Taruna

Nusantara untuk menjadi Taruna NDA Jepang dalam rangka

pendidikan S-1 bidang sience. Secara berkala/tiap tahun pemerintah

jepang juga memberi bea siswa satu seat untuk program S-2.

Tawaran S2 lainnya diberikan melalui Setneg RI dari Japan

International Cooperation Agency (JICA). Sedangkan Perwira siswa

Jepang, pada (1973-2008), telah mengikuti pendidikan di Indonesia

sebanyak 5 orang (Sesko Angkatan).

Pada tanggal 23 Mei 2008, Japan Self Defence College (JSDF)

mengadakan kunjungan kehormatan kepada Sekjen Dephan.

Selanjutnya, pada tanggal 9 Juni 2008, National Institute for Defense

Study (NIDS) setingkat Lemhannas mengadakan kunjungan

Page 151: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

135

kehormatan kepada Sekjen Dephan. Sementara itu, kegiatan dialog

antara Indonesia-Jepang juga dilakukan dalam bentuk Military to

Military Talks (MTMT). MTMT ke-3 terakhir dilaksanakan Oktober

2011 di Tokyo yang ditandemkan dengan Policy Talks dengan

Kemlu. Kedua pihak memaparkan tentang kebijakan umum

pertahanan negara, kebijakan tentang keikutsertaan dalam PKO,

Maritime Security dan tentang pengembangan kerja sama ke depan

tentang pertahanan terutama dalam bidang capacity building. Dari

Indonesia menyampaikan hal berkaitan pelaksanaan ADMM

(ASEAN Defence Ministers' Meeting) dan keketuaan dalam ASEAN.

MTMT ke-5 dilaksanakan di Hotel Borobudur Jakarta pada

tanggal 18 Juli 2013. Kedua pihak membahas tentang National

Security Policies kedua negara, Indonesia-Japan Cooperation

(Capacity Building Support, Education and Training Exchange, Diskusi

tentang Moll on Cooperation Activities in the field of Defence, Possibility

Procurement of US-2 Amphibian), Update on Regional Security

Cooperation (ADMM Plus).

F. Kesimpulan

Berdasarkan temuan penelitian dan pembahasan, maka dapat

disimpulkan sebagai berikut:

a. Perkembangan militer Jepang dilatarbelakangi adanya

ketidakpuasan terhadap profil militernya pasca Perang

Dunia II, sehingga Jepang berupaya untuk meningkatkan

citra internasionalnya dengan meningkatkan kapabilitas

militernya secara kuantitatif maupun kualitatif. Selain itu,

dorongan Jepang untuk meningkatkan kapabilitas

militernya karena adanya peningkatan kepentingan dan

ketegangan yang ada di antara Jepang dan China, Jepang

dengan Korea Utara dan Jepang dengan Rusia yang

merupakan kekuatan-kekuatan besar terdekatnya.

Peningkatan kapabilitas militer Jepang diupayakan pada

Page 152: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

136

pemerintahan Shinzo Abe dengan berusaha

menginterpretasikan kembali pasal 9 Konstitusinya.

b. Peningkatakan kapabilitas militer Jepang langsung

maupun tidak langsung akan berimplikasi terhadap

pertahanan negara Indonesia pada khususnya.

Walaupun selama ini hubungan atau kerjasama di

berbagai bidang antara Jepang dengan Indonesia

berjalan baik dan harmonis, namun munculnya

kemungkinan ancaman seperti spionase, serangan siber,

intervensi politik dan perang informasi bisa muncul dari

Jepang. Untuk itu, Indonesia tetap perlu bersikap

antisipatif dan waspada terutama dalam mencermati

peningkatan kapabilitas militer Jepang karena dalam

catatan sejarah Indonesia merupakan salah satu negara

yang pernah menjadi korban langsung imperialisme dan

militerisme Jepang.

Page 153: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

137

DAFTAR PUSTAKA

As’ad, Mohammad. 2000. Psikologi Industri. Yogyakarta: Liberty.

Burchil, Scott dan Andrew Linklater. 1999. Teori-Teori Hubungan

Internasional. Bandung: Nusa Media.

Burchill, Scott, et al. 2001. Theories of International Relations. Palgrave.

Ditkersin Ditjen Strahan Kemhan RI. 2014. Pointers Kerjasama Jepang-

Indonesia, Jakarta.

Jackson, Robert dan Georg Sorensen. 2009. Pengantar Studi Hubungan

Internasional. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kementerian Pertahanan RI. 2014. Doktrin Pertahanan Negara.

Jakarta: Kementerian Pertahanan RI.

Kementerian Pertahanan RI. 2015. Buku Putih Pertahanan Indonesia.

(Jakarta: Kementerian Pertahanan RI.

Kreitner, R. dan A. Kinicki. 2002. Organizational Behavior: Key

Concepts, Skill & Best Practise. McGraw-Hill/Irwin.

Nurhadi dan Agus Gerrad. 2003. Pembelajaran Konstektual dan

Penerapannya Dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang.

Suparno, Paul. 2004.Teori Intelligensi Ganda dan Aplikasinya di Sekolah.

Yogkarta: Kanisius,

Sutikno, R.B. 2013. Mengoptimalkan Performa Karyawan Dengan

Prinsip Empati. Jakarta: UI-Press, 2005, Volume 4 (2), h. 1-10.

Page 154: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

138

Jurnal dan Makalah

Ke Wang. "Japan Defense Policy", Standford Journal of East Asian

Affairs. Vol. 8, No. 1, 2008.

Rudhaliawan, Very Mahmudhitya, Hamidah Nayati Utami dan

Moehammad Soe’oed Hakam. “Pengaruh Pelatihan Terhadap

Kemampuan Kerja Dan Kinerja Karyawan (Studi Pada

Karyawan PT. Telkom Indonesia, Tbk Kandatel Malang)”,

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), Volume 4 (2), 2013, h. 1-10.

Roy, Denny. "Stirring Samurai, Disaproving Dragon: Japan's

Growing Security Activity and Sino-Japan Relations". Asian

Affairs. Vol. 31, No.2, 2004. Hlm. 86 -101

Undang-Undang

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2002 tentang

Pertahanan Negara

Internet/Wibesite

"Advance Technology Demonstrator (ATD-X) Shinshin", dalam

http://www.globalsecurity.ore/ military/world/japan/atd-

x.htm (diakses pada 29 September 2017).

Page 155: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

139

139

MEMBUMIKAN IDEOLOGI PANCASILA

Oleh: Dr. Edward Efendi Silalahi, M.M.

Dosen Universitas 17 Agustus Jakarta

email: [email protected]

A. PENDAHULUAN

Pada era globalisasi sekarang ini, dunia terkesan menjadi

semakin datar, arus informasi sudah sedemikian cairnya sehingga

dapat menyebar ke mana saja dan tidak lagi mengenal sekat-sekat

antar wilayah dan antar bangsa. Demikian juga ide, pemikiran,

faham, atau pandangan dari suatu kelompok masyarakat, baik itu

sebagai suatu kesatuan formal bangsa maupun negara ataupun

kelompok masyarakat di luar itu, dengan cepat dapat diakses,

dipahami, bahkan ditiru oleh masyarakat di belahan bumi lainnya.

Perkembangan di bidang teknologi dalam realitasnya telah

mengakselerasi berbagi dinamika kehidupan umat manusia.

Pengaruhnya sangat luas, baik dalam implikasi positif maupun

negatif.

Radikalisme, kekerasan, bahkan terorisme merupakan contoh

sajian menu yang sering kita terima dan saksikan sebagai realitas

kehidupan belakangan ini. Munculnya radikalisme, ekstrim, dan

terorisme telah menjadi konsumsi politik internasional atau dalam

hubungan internasional. Jika mau dirujuk ke belakang, fenomena

tersebut mulai eksis di era 1960-an. Kemajuan di bidang teknologi

informasi kemudian ikut menstimulus perkembangannya sehingga

aktivitas terorisme cepat merambat ke berbagai belahan dunia.

Pada sisi ini, terdapat kelompok-kelompok yang bermotivasi

untuk menentang status quo dengan jalan kekerasan dan

mengorganisir upaya mereka secara transnasional, melampaui

batas-batas wilayah negara. Gerakan mereka muncul akibat dari

fenomena sistem politik internasional. Keputusan-keputusan

organisasi internasional seperti PBB misalnya, dinilai tidak

Page 156: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

140

140

independen dan cenderung sebagai representasi kepentingan

negara-negara barat. Mereka tidak percaya dan frustasi terhadap

efektivitas dari lembaga-lembaga tersebut dalam mengatasi isu-isu

global. Kekerasan dengan cara sendiri kemudian dipilih sebagai

metode untuk melawan keberpihakan organisasi-organisasi

internasional.

Penyelesaian dengan cara kekerasan yang kemudian

menghadirkan faham radikalisme, ekstrim, dan terorisme dalam

eskalasinya saat ini menjadi ancaman nyata terhadap kehidupan

dunia global. Gerakan mereka berimplikasi terhadap dinamika

ekonomi dan politik yang serius sehingga mampu menciptakan rasa

tidak aman pada masyarakat luas. Kekerasan yang

mengatasnamakan agama/keyakinan seringkali dikaitkan kedalam

ranah radikalisme dan terorisme semenjak dicetuskannya program

Global War on Terror (GwoT) oleh Amerika Serikat pasca kejadian 11

September 2001. Sejak itu, dunia dalam satu satu suara bahwa

radikalisme dan terorisme menjadi musuh bersama.

Sebagai bagian dari komunitas kehidupan global, Indonesia

tidak terlepas dari dinamika ancaman radikalisme dan terorisme.

Bahkan dalam berbagai analisis, ada senyalemen yang menyebutkan

negeri ini menjadi sasaran dan basis aktivitas kegiatan radikalisme

dan terorisme. Benar atau tidaknya, lebih bijak apabila seluruh anak

bangsa meresponnya dengan melakukan upaya-upaya secara

komprehensif agar permasalahan radikalisme dan terorisme dapat

diantisipasi sedemikian rupa sehingga keberadaan Indonesia

sebagai negara bangsa dapat tetap kokoh dan utuh menyertai

perjalanan bangsa-bangsa lainnya di dunia.

Mencermati kondisi peri kehidupan kita saat ini dengan

segala aspeknya, bermasyarakat, berbangsa, maupun bernegara,

harus diakui realitas kompleksitas permasalahan yang dihadapi.

Radikalisme dan terorisme menjadi sebagian saja dari persoalan

yang dihadapi. Tantangan lainnya juga dihadapi seperti di bidang

ekonomi, politik, sosial budaya, pertahanan keamanan, dan juga

Page 157: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

141

141

ideologi. Tentu saja dinamika demikian sebagai bagian dari gejala

normal yang dihadapi, eksistensi negara selalu mendapat

tantangan, besar atau kecil, dari dalam atau dari luar, ancaman

militer, nonmiliter, atau proxy.

Khususnya Indonesia dengan beragamnya corak masyarakat, .

dari dituduhan negeri ini sebagai an sebagai sebuah bangsa dan

negara yang dipersatukan dari banyak suku bangsa dan puak, dari

banyak pulau dan banyak agama atau keyakinan dimulai proses

panjangnya pada era tahun 1928-an dan mencapai klimaksnya pada

17 Agustus 1945 dimana sebagai sebuah bangsa, Indonesia

mendeklarasikan kemerdekaannya sebagai sebuah negara (state)

dan membentuk pemerintahan yang bebas merdeka dengan dasar

negara yang jelas yakni Undang-Undang Dasar 1945 dan Ideologi

yang mempersatukan yakni Pancasila, berbeda dengan ideologi-

ideologi yang sudah ada sebelumnya yang dianut oleh negara-

negara lain.

B. PEMBAHASAN

1. Hakikat Pancasila sebagai Dasar Negara

Setiap negara di dunia ini mempunyai dasar negara yang

dijadikan landasan dalam menyelenggarakan pemerintahan negara.

Seperti Indonesia, Pancasila dijadikan sebagai dasar negara atau

ideologi negara untuk mengatur penyelenggaraan negara. Hal

tersebut sesuai dengan bunyi pembukaan UUD 1945 alinea ke-4

yang berbunyi: “Maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan

Indonesia itu dalam suatu UUD negara Indonesia yang berbentuk

dalam suatu susunan negara”.

Dengan demikian kedudukan Pancasila sebagai dasar negara

termaktub secara yuridis konstitusional dalam pembukaan UUD

1945, yang merupakan cita-cita hukum dan norma hukum yang

menguasai hukum dasar negara Republik Indonesia dan

dituangkan dalam pasal-pasal UUD 1945 dan diatur dalam

peraturan perundangan. Selain bersifat yuridis konstitusional,

Page 158: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

142

142

Pancasila juga bersifat yuridis ketatanegaraan yang artinya

Pancasila sebagai dasar negara, pada hakikatnya adalah sebagai

sumber dari segala sumber hukum. Artinya segala peraturan

perundangan secara material harus berdasar dan bersumber pada

Pancasila. Apabila ada peraturan (termasuk di dalamnya UUD 1945)

yang bertentangan dengan nilai-nilai luhur Pancasila, maka sudah

sepatutnya peraturan tersebut dicabut.

Berdasarkan uraian tersebut Pancasila sebagai dasar negara

mempunyai sifat imperatif atau memaksa, artinya mengikat dan

memaksa setiap warga negara untuk tunduk kepada Pancasila dan

bagi siapa saja yang melakukan pelanggaran harus ditindak sesuai

hukum yang berlaku di Indonesia. Nilai-nilai luhur yang

terkandung dalam Pancasila memiliki sifat objektif-subjektif. Sifat

subjektif maksudnya Pancasila merupakan hasil perenungan dan

pemikiran bangsa Indonesia,sedangkan bersifat objektif artinya nilai

Pancasila sesuai dengan kenyataan yang bersifat universal yang

diterima oleh bangsa-bangsa beradap. Oleh karena memiliki nilai

objektif-universal dan diyakini kebenarannya oleh seluruh bangsa

Indonesia maka Pancasila selalu dipertahankan sebagai dasar

negara.

Jadi berdasarkan uraian tersebut diatas maka dapat

disimpulkan bahwa Pancasila sebagai dasar negara memiliki

peranan yang sangat penting dalam mengatur kehidupan berbangsa

dan bernegara sehingga cita-cita para pendiri bangsa Indonesia

dapat terwujud.

Setiap bangsa di dunia yang ingin berdiri kokoh dan

mengetahui dengan jelas kearah mana tujuan yang ingin dicapainya

sangat memerlukan pandangan hidup. Dengan pandangan hidup

inilah suatu bangsa akan memandang persoalan yang dihadapinya

sehingga dapat memecahkannya secara tepat. Tanpa memiliki

pandangan hidup,suatu bangsa akan merasa terombang-ambing

dalam menghadapi persoalan yang timbul, baik persoalan

masyarakatnya sendiri maupun persoalan dunia.

Page 159: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

143

143

Menurut Padmo Wahjono:” Pandangan hidup adalah sebagai

suatu prinsip atau asas yang mendasari segala jawaban terhadap

pertanyaan dasar,untuk apa seseorang itu hidup”. Jadi berdasarkan

pengertian tersebut, dalam pandangan hidup bangsa terkandung

konsepsi dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan,

terkandung pula dasar pikiran terdalam dan gagasan mengenai

wujud kehidupan yang dianggap baik. Pancasila sebagai

pandangan hidup atau sering juga disebut way of life, pegangan

hidup, pedoman hidup,pandangan dunia atau petunjuk hidup.

Walaupun ada banyak istilah mengenai pengertian pandangan

hidup tetapi pada dasarnya memiliki makna yang sama. Lebih

lanjut Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa dipergunakan

sebagai petunjuk dalam kehidupan sehari-hari masyarakat

Indonesia baik dari segi sikap maupun perilaku mestilah selalu

dijiwai oleh nilai-nilai luhur Pancasila.

Hal ini sangat penting karena dengan menerapkan nilai-nilai

luhur Pancasila dalm kehidupan sehari-hari maka tata kehidupan

yang harmonis diantara masyarakat Indonesia dapat terwujud.

Untuk dapat mewujudkan ini semua maka masyarakat Indonesia

tidak bisa hidup sendiri, mereka harus tetap mengadakan hubungan

dengan masyarakat lain. Dengan begitu masing-masing pandangn

hidup dapat beradaptasi artinya pandangan hidup

perorangan/individu dapat beradaptasi dengan pandangan hidup

kelompok karena pada dasarnya Pancasila mengakui adanya

kehidupan individu maupun kehidupan kelompok.

Selain sebagai dasar negara, Pancasila juga merupakan

pandangan hidup bangsa Indonesia. Sebagai pandangan hidup

bangsa Indonesia, Pancasila berarti konsepsi dasar tentang

kehidupan yang dicita-citakan oleh bangsa Indonesia dalam

menghadapi berbagai tantangan dalam menjalani kehidupan.

Dalam konsepsi dasar itu terkandung gagasan dan pikiran tentang

kehidupan yang dianggap baik dan benar bagi bangsa Indonesia

yang bersifat majemuk. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa

Page 160: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

144

144

sebenarnya merupakan perwujudan dari nilai-nilai budaya milik

bangsa Indonesia sendiri yang diyakini kebaikan dan kebenarannya.

Pancasila digali dari budaya bangsa sendiri yang sudah ada,

tumbuh dan berkembang berabad-abad lamanya. Oleh karena itu,

Pancasila adalah khas milik bangsa Indonesia sejak keberadaannya

sebagai sebuah bangsa.Pancasila merangkum nilai-nilai yang sama

yang terkandung dalam adat-istiadat, kebudayaan, dan agama-

agama yang ada di Indonesia. Dengan demikian, Pancasila sebagai

pandangan hidup mencerminkan jiwa dan kepribadian bangsa

Indonesia.

Sebagai pandangan hidup bangsa, Pancasila juga berperan

sebagai pedoman dan penuntun dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara. Dengan demikian ia menjadi sebuah

ukuran/kriteria umum yang diterima dan berlaku untuk semua

pihak. Secara sederhana, ideologi dipahami sebagai gagasan-

gagasan dan nilai-nilai yang tersusun secara sistematis yang

diyakini kebenarannya oleh suatu masyarakat dan diwujudkan

didalam kehidupan nyata. Nilai-nilai yang tercermin didalam

pandangan hidup ditempatkan secara sitematis kedalam seluruh

aspek kehidupan yang mencakup aspek politik, ekonomi, sosial,

budaya, dan pertahanan keamanan di dalam upaya mewujudkan

cita-citanya. Jadi, dengan kata lain ideologi berisi pandangan hidup

suatu bangsa yang menyentuh segala kehidupan bangsa itu sendiri.

Setiap bangsa yang ingin berdiri kokoh dan mengetahui dengan

jelas kearah mana tujuan yang ingin dicapainya sangat

membutuhkan pandangan hidup. Dengan pandangan hidup yang

jelas,suatu bangsa akan memiliki pegangan dan pedoman

bagaimana mereka memecahkan masalah-masalah politik, sosial

budaya yang timbul dalam gerak masyarakat yang makin maju.

Dengan berpedoman pada pandangan hidup sebagai ideologi,

sebuah bangsa akan membangun diri dan negrinya.

Pandangan hidup yang dijadikan ideologi bangsa

mengandung konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan

Page 161: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

145

145

oleh sebuah bangsa dan pikiran-pikiran terdalam serta gagasan-

gagasan sebuah bangsa mengenai wujud kehidupan yang dianggap

baik. Pandangan hidup suatu bangsa adalah perwujudan nilai-nilai

yang dimiliki oleh bangsa itu yang diyakini kebenarannya dan

menimbulkan tekad bagi bangsa itu.

2. Upaya Menjaga Nilai-nilai Pancasila

Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila merupakan

suatu cerminan dari kehidupan masyarakat Indonesia(nenek

moyang kita) dan secara tetap telah menjadi bagian yang tak

terpisahkan dari kehidupan bangsa Indonesia. Untuk itu sebagai

bangsa Indonesia,khususnya generasi penerus bangsa ,segenap

komponen bangsa sudah seharusnya menjaga nilai-nilai tersebut.

Untuk mencapai hal dimaksud maka perlu adanya berbagai upaya

yang didukung oleh segenap masyarakat Indonesia.

Upaya-upaya tersebut antara lain: Ideologi secara praktis

diartikan sebagai sistem dasar seseorang tentang nilai-nilai dan

tujuan-tujuan serta sarana-sarana pokok untuk mencapainya. Jika

diterapkan oleh negara maka ideologi diartikan sebagai kesatuan

gagasan-gagasan dasar yang disusun secara sistematis dan

dianggap menyeluruh tentang manusia dan kehidupannya, baik

sebagai individu,sosial,maupun dalam kehidupan bernegara.Secara

etimologis,ideologi berasal dari bahasa Yunani yaitu idea dan

logia.Idea berasal dari idein yang berarti melihat. Idea juga diartikan

sesuatu yang ada dalam pikiran sebagai hasil perumusan sesuatu

pemikiran atau rencana.Kata logia mengandung makna ilmu

pengetahuan atau teori,sedang kata logis berasal dari kata logos dari

kata legein yaitu berbicara.Istilah ideologi sendiri pertama kali

dilontarkan oleh Antoine Destutt de Tracy (1754-1836), ketika

bergejolaknya revolusi Prancis untuk mendefenisikan sains tentang

ide. Jadi dapat disimpulkan secara bahasa, ideologi adalah

pengucapan atau pengutaraan terhadap sesuatu yang terumus

didalam pikiran.

Page 162: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

146

146

Dalam tinjauan terminologis, ideology is manner or content of

thinking characteristic of an individual or class (cara hidup/tingkah

laku atau hasil pemikiran yang menunjukkan sifat-sifat tertentu dari

seorang individu atau suatu kelas). Ideologi adalah, ideas

characteristic of a school of thinkers a class of society a political party or the

like (watak/ciri-ciri hasil pemikiran dari pemikiran suatu kelas

didalam masyarakat atau partai politik ataupun lainnya). Ideologi

ternyata memiliki beberapa sifat, yaitu dia harus merupakan

pemikiran mendasar dan rasional. Kedua, dari pemikiran mendasar

ini dia harus bisa memancarkan sistem untuk mengatur kehidupan.

Ketiga,selain kedua hal tadi, dia juga harus memiliki metode praktis

bagaimana ideologi tersebut bisa diterapkan, dijaga eksistensinya

dan disebarkan.

Pancasila sebagaimana diyakini merupakan jiwa kepribadian

dan pandangan hidup bangsa Indonesia, disamping itu juga telah

dibuktikan dengan kenyataan sejarah bahwa Pancasila merupakan

sumber kekuatan bagi perjuangan karena menjadikan bangsa

Indonesia bersatu. Pancasila dijadikan ideologi

dikarenakan,Pancasila memiliki nilai-nilai falsafah mendasar dan

rasional. Pancasila telah teruji kokoh dan kuat sebagai dasar dalam

mengatur kehidupan bernegara. Selain itu, Pancasila juga

merupakan wujud dari konsensus nasional karena negara bangsa

Indonesia ini adalah sebuah desain negara modern yang disepakati

oleh para pendiri negara Republik Indonesia kemudian nilai

kandungan Pancasila dilestarikan dari generasi ke generasi.

Pancasila pertama kali dikumandangkan oleh Soekarno pada saat

berlangsungnya sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan

Kemerdekaan Republik Indonesia (BPUPKI).

Pada pidato tersebut, Soekarno menekankan pentingnya

sebuah dasar negara. Istilah dasar negara ini kemudian disamakan

dengan fundamen, filsafat,pemikiran yang mendalam, serta jiwa

dan hasrat yang mendalam serta perjuangan suatu bangsa

senantiasa memiliki karakter sendiri yang berasal dari kepribadian

Page 163: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

147

147

bangsa. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa Pancasila secara

formal yuridis terdapat dalam alinea IV pembukaan UUD 1945.

Disamping pengertian formal menurut hukum atau formal yuridis

maka Pancasila juga mempunyai bentuk dan juga mempunyai isi

dan arti (unsur-unsur yang menyusun Pancasila tersebut).

a. Ketuhanan(Religiusitas)

Nilai religius adalah nilai yang berkaitan dengan keterkaitan

individu dengan sesuatu yang dianggapnya memiliki kekuatan

sakral, suci, agung dan mulia. Memahami Ketuhanan sebagai

pandangan hidup adalah mewujudkan masyarakat yang

berketuhanan,yakni membangun masyarakat Indonesia yang

memiliki jiwa maupun semangat untuk mencapai ridho Tuhan

dalam setiap perbuatan baik yang dilakukannya. Dari sudut

pandang etis keagamaan, negara berdasarkan Ketuhanan Yang

Maha Esa itu adalah negara yang menjamin kemerdekaan tiap-tiap

penduduknya untuk memeluk agama dan beribadat menurut

agama dan kepercayaan masing-masing. Dari dasar ini pula, bahwa

suatu keharusan bagi masyarakat warga Indonesia menjadi

masyarakat yang beriman kepada Tuhan, dan masyarakat yang

beragama.

b. Kemanusiaan (Moralitas)

Kemanusiaan yang adil dan beradab, adalah pembentukan sutu

kesadaran tentang keteraturan,sebagai asas kehidupan,sebab setiap

manusia mempunyai potensi untuk menjadi mansia sempurna yaitu

manusia yang beradab. Manusia yang maju peradabannya tentulah

lebih mudah menerima kebenaran dengan tulus, lebih mungkin

untuk mengikuti tata cara dan pola kehidupan masyarakat yang

teratur, dan mengenal hukum universal. Kesadaran inilah yang

menjadi semangat membangun kehidupan masyarakat dan alam

semesta untuk mencapai kebahagiaan dengan usaha gigih, serta

Page 164: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

148

148

dapat diimplementasikan dalam bentuk sikap hidup yang harmoni

penuh toleransi dan damai.

c. Persatuan (Kebangsaan) Indonesia

Persatuan adalah gabungan yang terdiri atas beberapa

bagian,kehadiran Indonesia dan bangsanya dimuka bumi ini bukan

untuk bersengketa. Bangsa Indonesia hadir untuk mewujudkan

kasih sayang kepada segenap suku bangsa dari Sabang sampai

Merauke. Persatuan Indonesia,bukan sebuah sikap maupun

pandangan dogmatik dan sempit, namun harus menjadi upaya

untuk melihat diri sendiri secara lebih objektif dari dunia luar.

Negara Kesatuan Republik Indonesia terbentuk dalam proses

sejarah perjuangan panjang dan terdiri dari bermacam-macam

kelompok suku bangsa namun perbedaan tersebut tidak untuk

dipertentangkan namun justru dijadikan persatuan Indonesia.

d. Permusyawaratan dan Perwakilan

Sebagai mahluk sosial, manusia membutuhkan hidup

berdampingan dengan orang lain,dalam interaksi itu biasanya

terjadi kesepakatan, dan saling menghargai satu sama lain atas

dasar tujuan dan kepentingan bersama. Prinsip-prinsip kerakyatan

yang menjadi cita-cita utama untuk membangkitkan bangsa

Indonesia,mengerahkan potensi mereka dalam dunia moderen,

yakni kerakyatan yang mampu mengendalikan diri, tabah

menguasai diri walau berada dalam kancah pergolakan yang hebat

untuk menciptakan perubahan dan pembaharuan. Hikmah

kebijaksanaan adalah kondisi sosial yang menampilkan rakyat

berfikir dalam tahap yang lebih tinggi sebagai bangsa,dan

membebaskan diri dari belenggu pemikiran berazaskan kelompok

dan aliran tertentu yang sempit.

Page 165: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

149

149

e. Keadilan Sosial

Nilai keadilan adalah nilai yang menjunjung norma

berdasarkan ketidak berpihakan, keseimbangan serta pemerataan

terhadap suatu hal. Mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh

rakyat Indonesia merupakan cita-cita bernegara dan berbangsa. Itu

semua bermakna mewujudkan keadaan masyarakat yang bersatu

secara organik, dimana setiap anggotanya mempunyai kesempatan

yang sama untuk tumbuh dan berkembang serta belajar hidup pada

kemampuan aslinya. Segala upaya diarahkan kepada potensi

rakyat, memupuk perwatakan dan peningkatan kualitas rakyat,

sehingga kesejahteraan tercapai secara merata.

C. Membumikan Pancasila Sebagai Sebuah Ideologi

Tujuh puluh tahun lebih bangsa Indonesia sejak pertama kali

secara resmi dan formal menjadikan Pancasila sebagai Ideologi

Negara,menjadikan Pancasila sebagai landasan pemerintahan dalam

menyusun rencana pembangunan dari periode ke periode lainnya.

Dalam kekinian dunia yang semakin cair ini dapat dilihat benih-

benih keretakan sebagai sebuah bangsa dan negara sedang melanda

Indonesia, faham-faham radikalisme mengalir deras menerpa

bangsa yang plural ini, bahkan tindakan terorisme yang dilakukan

segelintir anak bangsa sudah sampai pada tataran di luar nalar

kemanusiaan, sebuah keluarga dengan sadar dan sukarela

melakukan tindakan kejahatan kemanusiaan dengan meledakkan

dirinya sendiri dan orang lain dirumah ibadah atau tempat

pertemuan sosial lainnya.

Nilai-nilai universal dalam semua kaidah keyakinan agama

yang ada dimuka bumi dijungkir balikkan di Indonesia, yakni

”Sayangilah sesamamu seperti dirimu sendiri”. Bukan hanya tidak

”mengasihi sesama manusia”, namun tindakan radikalisme di usia

bangsa dan negara yang tujuh puluh tahun lebih ini bahkan sudah

sampai pada ”tidak mengasihi dirinya sendiri”. Sangat sedikit atau

Page 166: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

150

150

bahkan mungkin belum ada teori yang secara komprehensif dapat

menjelaskan fenomena ini.

Pertanyaan yang muncul adalah kenapa di bumi Pancasila ini,

hal demikian dapat terjadi. Bukankah ideologi Pancasila sudah

secara eksplisit mengakomodir nilai-nilai Ketuhanan yang Maha

Esa, dalam iklim demokrasi Pancasila negara menjamin kebebasan

individu mengapresiasikan keyakinan dan agama yang dianutnya?

Dalam negara yang berasaskan Pancasila, negara juga menjamin

kebebasan demokrasi dalam bingkai permusyawaratan dan

perwakilan, juga menjamin keadilan sosial bagi seluruh rakyat

Indonesia dan negara menjaga dan menjamin persatuan Indonesia.

Pertanyaan selanjutnya menyusul adalah, apa yang salah?

Jika dilihat dari perspektif demografi manusia-manusia

penghuni planet bumi ini dibagi dalam kelompok generasi

berdasarkan usia dan tahun kelahirannya,yang lahir antara tahun

1946-1964 disebut dengan generasi Baby Boomers, yang tahun

kelahirannya 1961-1981 dinamai generasi X, dan yang hadir kedunia

pada tahun 1980 sampai dengan tahun 2000 dicirikan sebagai

generasi millenial atau generasi Y. Dari berbagai penelitian yang

bertemakan sumber daya manusia, beberapa ahli memetakan ciri-

ciri negatif generasi millenial ini yakni tidak merasa bersyukur,

egosentris, individualisme yang sangat tinggi, gampang

bosan.Tidak mau ambil pusing tentang poilitis, namun mempunyai

toleransi yang tinggi.

Generasi Y ini tumbuh ditengah-tengah hiruk pikuknya

perkembangan teknologi wireless. Majalah TIME menyebut gen Y

adalah pribadi yang bekerja untuk dapat menerapkan

kreativitasnya, serta mencari lingkungan kerja yang santai penuh

hura-hura. Mereka bekerja tidak terlalu serius, karena bekerja bagi

mereka bukan untuk kehidupan atau menghidupi keluraga seperti

yang dilakukan generasi sebelumnya. Mereka sangat techno minded

dan berinteraksi lebih banyak melalui gadget, walau dengan teman

satu ruangan namun berbeda kamar kerja. Generasi ini saat ini

Page 167: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

151

151

berusia 18 sampai 38 tahun, sebuah usia yang sangat produktif dan

secara kluster disebut generasi muda penerus bangsa.

Kelangsungan suatu bangsa dan negara sangat ditentukan

generasi penerus bangsa itu sendiri. Menurut Badan Pusat Statistik

(BPS) data tahun 2017 jumlah penduduk Indonesia sebanyak 261

juta jiwa, kelompok usia 15-39 tahun, yakni kelompok usia generasi

Y, lazim juga disebut generasi millenialis berjumlah 85,77 juta jiwa

atau ekuivalen dengan 22,85%. Dari jumlah 261 juta penduduk,

kelompok usia produktif yakni 15-60 tahun mencapai angka 167,08

juta jiwa, artinya 50% lebih penduduk Indonesia adalah usia

produktif, sementara generasi Y atau kelompok usia millenial

terhadap penduduk usia produktif sebanyak 34%. Sementara

penduduk usia tua 60 tahun keatas dan penduduk usia kanak-kanak

dan remaja 0-14 tahun berjumlah 94,02 juta jiwa, lazim disebut

kelompok usia non produktif.

Dari data demografi kekinian bangsa Indonesia dapat

disimpulkan bahwa kelangsungan Indonesia ke masa mendatang

sebagai sebuah bangsa dan negara dilanjutkan oleh kelompok usia

generasi Y dan ditambah dengan kelompok usia yang lahir pada

tahun 2000-2020 dikelompokkan dengan nama generasi Z. Generasi

Z inipun ciri-cirinya tidak jauh berbeda dengan generasi Y seperti

yang telah diuraikan di atas.

Ideologi Pancasila adalah ideologi final yang mempersatukan

bangsa Indonesia sejak tahun 1945 sampai saat ini, siapapun yang

mengaku dirinya bangsa Indonesia atau penduduk negara

Indonesia yang mempunyai kartu tanda penduduk atau belum,

harus tunduk dan menerima Pancasila sebagai Ideologi berbangsa

dan bernegara dalam kehidupannya sehari-hari.

Jika kita berdiri di seputaran puncak monumen nasional

(MONAS) dan melayangkan pandangan kepada bangsa-bangsa

sekitar kita, maka akan kita temui beberapa arus besar (main stream)

pembentukan ideologi-ideologi yang dianut bangsa lain, ada

Page 168: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

152

152

ideologi liberalisme, ada Kapitalisme, ada ideologi Sosialisme, dan

Komunisme dan negara Jepang menganut Ideologi Hakko Ichiu.

Ideologi Hakko Ichiu merupakan ideologi yang sangat

diyakini bangsa Jepang. Menurut ideologi ini bangsa Jepang

ditakdirkan untuk menguasai dunia, arti dari ideologi ini adalah

”delapan penjuru dunia di bawah satu atap”. Ideologi Hakku Ichiu

ditanamkan melalui pendidikan disekolah-sekolah dan pertama kali

melalui proses sosialisasi di kalangan guru. Para guru inilah yang

ditugasi untuk menanamkan dan menyebarkan ideologi ini. Proses

pelatihan untuk pemahaman Hakko Ichiu dilakukan disetiap

kabupaten dan berlangsung sekitar masa 3 (tiga) bulan secara

bergiliran hingga merata semua kabupaten.

Berkaca kepada bangsa Jepang, sudah selayaknya bangsa

Indonesia mencari inovasi untuk lebih membumikan Pancasila

sebagai ideologi bangsa dan negara di tengah-tengah masyarakat

yang berjumlah kurang lebih 261 juta jiwa dengan usia produktif

sebanyak 167,02 jiwa dan sejumlah 85,75 juta jiwa adalah generasi Y

dan Z sebagai generasi penerus bangsa. Eksistensi Indonesia sebagai

bangsa dan negara sangat tergantung pada generasi millenial di

masa yang akan datang. Pendapat atau analisis bangsa lain yang

dikutip tokoh nasional belum lama ini bahwa potensi Indonesia

akan bubar sebagai bangsa dan negara pada tahun 2030, yakni

tahun yang diperkirakan Indonesia berada pada masa-masa bonus

demografi, tidak akan terjadi. Jika Pancasila dapat dibumikan,

diyakinkan sebagai Ideologi kepada masyarakat generasi penerus

bangsa.

Pemerintah telah membentuk organ pemerintahan non-

struktural sebagai pembina ideologi Pancasila, yakni Badan

Pembina Ideologi Pancasila, di tengah-tengah kondisi arus

informasi yang tiada lagi batas batas wilayah, di tengah-tengah

bangsa-bangsa di dunia yang menghadapi arus radikalisme dan

terorisme. Tentu badan yang dibentuk Pemerintah ini telah

mempunyai rencana program dalam membumikan Pancasila

Page 169: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

153

153

sebagai Ideologi, meyakinkan seluruh komponen bangsa bahwa

Pancasila adalah Ideologi terbaik dalam menjaga kesatuan dan

persatuan bangsa, bahwa Ideologi Pancasila adalah Ideologi terbuka

yang menjamin terus tegaknya eksistensi bangsa dan negara

Indonesia dimuka bumi ini.

Dari sekian rencana program yang telah disusun ataupun

yang sudah dilaksanakan, penulis menyampaikan agar supaya

sasaran membumikan Pancasila dalam situasi dan kondisi kekinian,

salah satunya adalah upaya sosialisasi, melakukan pembinaan

melalui mekanisme pendidikan dan pelatihan kepada masyarakat

Indonesia khususnya kelompok usia generasi Y dan Z atau generasi

millenial. Apa yang dilakukan negara Jepang dapat menjadi

referensi program pembinaan ideologi Pancasila di Indonesia

kepada generasi muda, diawali pemberian pelatihan kepada guru-

guru mulai dari guru pendidikan PAUD sampai dosen perguruan

tinggi. Para guru ditugaskan baik itu masuk dalam kurikulum

pendidikan nasional maupun masuk dalam kegiatan program

ekstra kurikuler, untuk membumikan Pancasila kepada anak

bangsa. Para guru diprogramkan dalam diklat, atau penataran atau

apapun namanya, selama kurun waktu tertentu, di semua kota dan

kabupaten secara bergiliran sampai semua kota dan kabupaten

terjangkau untuk pada akhirnya para guru dan dosen di perguruan

tinggi menyampaikan kepada anak didiknya mengenai Ideologi

Pancasila adalah Ideologi final bagi bangsa Indonesia dan Pancasila

sebagai Ideologi akan mampu memelihara kondusifisme dalam

berkeyakinan dan berketuhanan, memelihara persatuan, mencapai

kesejahteraan dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia.

Bagi masyarakat umum di luar generasi muda (generasi

millenial) pemerintah dapat memanfaatkan simpul-simpul relawan

dari berbagai komunitas, rohaniawan, budayawan, sineas, jurnalis,

tua-tua adat dan tokoh masyarakat dijaring dalam konektivitas

supaya sama-sama bertanggung jawab dalam Pancasila. Sebagai

salah satu program pemerintah sudah seharusnyalah tugas yang

Page 170: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

154

154

diemban BPIP dalam memperkuat pengamalan Pancasila dalam

kehidupan sehari-hari, terintegrasi dengan program-program

pembangunan lainnya,termasuk pembangunan pengentasan

kemisakinan.

D. Pembudayaan Ideologi Pancasila

Bangsa Indonesia telah melalui tahapan-tahapan sejarah dalam

penerimaan dan penerapan Pancasila sebagai dasar negara.

Rumusan Pancasila berkembang dari waktu ke waktu sampai

akhirnya mengkristal seperti yang sudah disepakati bersama

sebagaimana tercantum dalam rumusan alinea keempat pembukaan

UUD 1945 Negara Republik Indonesia yang ada sekarang. Rumusan

dan susunan kelima sila Pancasila yang tercantum dalam alinea

keempat pembukaan UUD 1945 dapat dikatakan sah sebagai urutan

resmi berdasrkan UUD1945, untuk lebih menegaskan hal itu,

Presiden Soeharto bahkan pernah mengeluarkan Instruksi Presiden

no 12 tahun 1968 tanggal 13 April 1968. Instruksi Presiden ini

memberikan penegasan mengenai rumusan Pancasila yang resmi

yang harus digunakan baik dalam penulisan,pembacaan maupun

dalam pengucapan sehari-hari.

Susunan kelima sila Pancasila itu adalah suatu kebulatan

yang bersipat hirarkis dan piramidal yang mengakibatkan adanya

hubungan organik antar 5(lima) sila negara Indonesia.Dalam pasal

37 UUD 1945, pembukaan UUD 1945 tidak dapat dijadikan objek

perubahan UUD sebagaimana ditentukan oleh pasal 37 UUD 1945

tersebut. Bahkan pasal 37 ayat(5) UUD 1945 menentukan adanya

penegasan sikap, yaitu bahwa” khusus mengenai bentuk negara

kesatuan Republik Indonesia, tidak dapat dilakukan perubahan”.

Artinya, sekarang dan dimasa mendatang, ketentuan mengenai

susunan negara kesatuan, ketentuan mengenai bentuk Negara

Republik, dan ketentuan mengenai nama Indonesia dengan dasar

negara UUD 1945 dan ideologi bangsa Pancasila ialah bentuk final

dari cita-cita kenegaraan segenap bangsa Indonesia.

Page 171: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

155

155

Oleh karaena itu, dapat dikembangkan pengertian-

pengertian Pancasila tidak dapat dipisahkan dari UUD 1945 dan

sistem ketata negaraan Indonesia.Pancasila dan UUD 1945 dapat

tumbuh sesuai dengan kebutuhan zamannya, tetapi keduanya tetap

tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Untuk itu perlu dilakukan

upaya-upaya oleh Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP)

dalam pembudayaan Pancasila bagi segenap bangsa Indonesia

untuk pentingnya kesadaran baru dalam mengembangkan

pemahaman bahwa UUD 1945 itu merupakan wujud penjabaran

normatif dari nilai-nilai Pancasila, dan sebaliknya dalam setiap ide-

ide normatif UUD 1945 ada ruh,”the spirit”, yaitu Pancasila. Orang

tidak dapat dan tidak boleh memahami pasal-pasal UUD 1945

terlepas dari ruhnya atau spiritnya, yaitu kelima nilai Pancasila itu

sendiri. Sebaliknya,wacana tentang Pancasila sebaiknya juga tidak

dilihat dan dipandang secara berdiri sendiri tanpa penjabarannya

dalam haluan-haluan negara sebagaimana yang terkandung dalam

pasal-pasal UUD 1945.

Dengan kata lain, hubungan antara Pancasila dan UUD 1945

itu dapat digambarkan seakan-akan sebagai hubungan antara roh

dengan jasad. Pancasila adalah rohnya, sedangkan UUD 1945

adalah merupakan jasadnya. UUD 1945 merupakan bentuk

hukumnya, sedangkan Pancasila adalah esensi nilai atau

substansinya, keduanya tidak dapat dipisahkan satu dengan yang

lain. Karena itu, jikapun Pemerintah telah membentuk suatu

lembaga yang diberi tugas dan tanggung jawab melakukan

Pembudayaan nilai-nilai Pancasila yakni Badan Pembinaan Ideologi

Pancasila (BPIP) sebaiknya juga dikaitkan dengan UUD 1945.

Agenda nasional yang berkaitan dengan Pancasila dan UUD 1945,

mestilah diletakkan dalam tiga konteks fungsi kekuasaan (trias

politika), yaitu 1) fungsi perumusan nilai dan pembentukannya

menjadi sistem norma dalam kehidupan bernegara dilakukan oleh

MPR sebagai lembaga perwakilan dan permusyawaratan, 2) fungsi

pelaksanaan, pengamalan, pemasyarakatan, dan pembudayaan

Page 172: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

156

156

nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945 yang merupakan tanggung

jawab cabang kekuasaan pemerintahan negara yang dipimpin oleh

Presiden sebagai kepala negara dan kepala Pemerintahan, dan 3)

fungsi pengawasan oleh lembaga peradilan baik (a) karena terjadi

pelanggaran dalam elaborasi normanya, ataupun (b) karena terjadi

pelanggaran dalam penerapan norma atau kaidah hukumnya

didalam praktik.

Dalam rangka Pembudayaan Ideologi Pancasila secara

kongkrit, Pancasila haruslah tercermin dalam perumusan kebijakan

(policy making) di bidang etika dalam bentuk infra-struktur kode etik

dan kode perilaku (code of ethics and code of conduct) beserta

pelembagaan lembaga penegaknya. Pembangunan infra struktur

etik (ethics infra structure) dalam bentuk ”code of ethics” yang

biasanya disertai dengan pelembagaan “ethics commission” atau

“ethics committee” di berbagai negara perlu dikembangkan tidak saja

dilingkungan organisasi pemerintahan dan negara, tetapi juga

dilingkungan organisasi kemasyarakatan dan lembaga swadaya

masyarakat (civil society), dan di lingkungan dunia usaha. Elaborasi

nilai-nilai etika berdasarkan Pancasila dapat dijabarkan lebih lanjut

berdasarkan ketetapan MPR no VI/MPR/2001 yang sampai saat ini

masih berlaku resmi sebagai hukum. Dengan demikian, upaya

Pembudayaan Nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945 dapat

diwujudkan secara kongkrit dalam praktik kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak saja melalui infra

struktur ”rule of law”, namun juga infra struktur “rule of ethics”.

Kebijakan mengenai hal itu dapat dirumuskan dalam

bentuk: 1) kode etik dan kode perilaku beserta pelembagaan

institusi penegaknya dilingkungan jabatan kenegaraan dan

pemerintahan, 2) kode etik dan kode perilaku beserta pelembagaan

institusi penegaknya dilingkungan Ormas dan LSM, dan 3) kode

etik dan kode perilaku beserta pelembagaan institusi penegaknya

dilingkungan badan usaha.

Page 173: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

157

157

Pancasila juga idealnya tercermin dalam berbagai bentuk

program dan aturan-aturan kebijakan,yaitu dalam rangka

penyusunan dan perumusan: 1) program dan perencanaan program

beserta penentuan anggaran pembiyayaannya, baik dari APBN

ataupun APBD. Misalnya, setiap tahun dapat diadakan evaluasi dan

pengukuran sejauh mana kelima sisla Pancasila itu tercermin dalam

pelbagai program dan rencana proyek beserta kebijakan anggaran

tahunan, 2) kebijakan-kebijakan yang tertuang dalam bentuk

aturan-aturan kebijakan (beleids-regels, policy rules), seperti Instruksi

Presiden (INPRES), Surat Edaran (SE), Petunjuk Pelaksanaan

(JUKLAK), Petunjuk Teknis (JUKNIS), dan lain sebagainya.

Yang tidak kalah pentingnya adalah bahwa nilai-nilai

Pancasila semestinya tercermin pula dalam kegiatan pendidikan

dan komunikasi publik. Komunikasi publik melalui media massa,

baik cetak apalagi elektronika mempunyai peran yang sangat

penting dalam Pembudayaan nilai-nilai Pancasila dan nilai-nilai

kebangsaan. Kegiatan pendidikan dilembaga pendidikan formal

mulai pendidikan pra-dasar sampai perguruan tinggi, akan tetapi,

peran keluarga dan media massa dalam membentuk kepribadian

berdasarkan nilai-nilai yang diidealkan seringkali terbukti lebih

efektif daripada pendidikan yang ditanamkan melalui lembaga

pendidikan formal. Lebih-lebih di era globalisasi dan digitalisasi

sistem informasi dan komunikasi dewasa ini, peran media massa

jauh menentukan dalam proses pembentukan Pembudayaan nilai-

nilai yang di idealkan.

Oleh karena itu, khusus mengenai kebijakan informasi dan

komunikasi publik, diperlukan upaya yang sungguh-sungguh

untuk meletakkan agenda Pembudayaan nilai-nilai Pancasila dan

UUD 1945 dalam kerangka: 1) kebijakan redaksional media cetak

yang secara sadar dan dengan daya paksa untuk mewujudkan nilai-

nilai Pancasila dan UUD 1945, 2) kebijaksanaan redaksional dan

produksi acara siaran media elektronik dan media internet yang

Page 174: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

158

158

secara sadar dan daya paksa diarahkan untuk mewujudkan nilai-

nilai Pancasila dan UUD 1945.

Pancasila juga harus tercermin dalam kebijakan materi

(kurikulum dan satuan ajar) pendidikan, dan dalam proses kegitan

belajar dan mengajar dilembaga-lembaga pendidikan, mulai dari

taman kanak-kanak sampai keperguruan tinggi.Dengan

demikian,nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945 haruslah tercermin

dalam : 1) kurikulum pendidikan dan materi satuan ajar, atau

materi satuan acara perkuliahan, 2) kebijakan kegiatan belajar

mengajar yang mempraktikkan dan menerapkan nilai-nilai

Pancasila dan UUD 1945.

Kegiatan-kegiatan dalam rangka Pembudayaan Pancasila

dan UUD 1945 yang dapat dikerjakan oleh Badan Pembinaan

Ideologi Pancasila (BPIP) bersama lembaga-lembaga lain secara

terkoordinasi,misalnya, adalah: 1) kegiatan penelitian dan

pengkajian, 2) kegiatan penerangan kampanye dan komunikasi, 3)

penerbitan dan penulisan buku pedoman, 4) kegiatan pendidikan

dan pengajaran, 4) kegiatan koordinasi dan advokasi kebijakan, dan

6) kegiatan pengawasan dan koordinasi pembinaan.

E. Pengendalian dan Evaluasi Program Pembinaan Ideologi

Pancasila.

Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Badan Pembinaan

Ideologi Pancasila (BPIP), yakni: 1) merumuskan arah kebijakan

pembinaan ideologi Pancasila, 2) melaksanakan koordinasi,

sinkronisasi, dan pengendalian Pembinaan Ideologi Pancasila, 3)

melaksanakan penyusunan standarisasi pendidikan dan latihan,

menyelenggarakan pendidikan dan latihan serta memberi

rekomondasi berdasarkan hasil kajian terhadap regulasi yang

bertentangan dengan Pancasila kepada lembaga tinggi negara,

kementerian atau lembaga, pemerintah daerah, organisasi sosial dan

politik dan komponen masyarakat lainnya.

Page 175: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

159

159

Maka fungsi pengendalian adalah sesuai fungsi

pengendalian pemerintahan yakni meliputi kejelasan sasaran

anggaran, pengendalian akuntansi dan sistem pelaporan terhadap

akuntabilitas kinerja.Terdapat beberapa pendekatan yang dapat

dilakukan dalam melaksanakan fungsi pengendalian, yakni melelui

pendekatan manejemen kualitas. Kualitas bukan hanya

menekankan pada aspek-aspek akhir yaitu produk barang dan jasa

tetapi juga menyangkut kualitas manusia, kualitas proses dan

kualitas lingkungan.

Dalam fungsi pengendalian pembinaan ideologi Pancasila,

Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) sebagai cabang

pemerintahan yang melaksanakan penyusunan standarisasi

pendidikan dan latihan, menyelenggarakan pendidikan dan latihan

serta memberi rekomondasi terhadap regulasi yang bertentangan

dengan Pancasila, dalam melaksanakan pengendalian haruslah

senantiasa mensinkronkan kejelasan sasaran dengan perencanaan

dan kejelasan kegiatan dengan sasaran anggaran melalui

pengendalian akuntansi dan sistem pelaporan terhadap sasaran

akuntabilitas kinerja.

Dalam sistem pengendalian program,demikian juga

halnya dalam pengendalian pembinaan ideologi Pancasila ada

beberapa karakteristik yang harus dipenuhi, yakni: 1) sistem

pengendalian manejemen diharuskan untuk selaras dengan strategi

dan tujuan organisasi, 2) sistem kontrol manejemen harus dibuat

dengan sesuai struktur organisasi dan bertanggung jawab dalam

pengambilan keputusan pejabat individual, dan 3) sistem

pengendalian program pembinaan ideologi Pancasila harus efektif

yang memotivasi seorang pejabat dan pegawai untuk berusaha

kearah pencapaian tujuan organisasi dengan cara berbagai

penghargaan berhubungan dengan pencapaian tujuan tersebut.

Dalam sistem pengendalian manejemen pelaksanaan

program pemerintah ada faktor yang mempengaruhi dalam

pelaksanaannya, yakni :

Page 176: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

160

160

a. Ukuran dan penyebarannya, ukuran dan penyebaran suatu

program akan menentukan isi dan sifat dari sistem kontrol

pada organisasi.

b. Struktur organisasi, delegasi dan desentralisasi. Aturan

dasar dan konvensi yang melakukan pengaturan struktur

dan sejauh mana desentralisasi dan delegasi dilaksanakan

dalam memenuhi tantangan lingkungan yang terus berubah.

c. Sifat dan pembagian kerja. Sifat dan pembagian kerja harus

berpengaruh terhadap sistem pengendalian manejemen

pembinaan ideologi Pancasila.

d. Jenis pusat tanggung jawab. Sistem kontrol yang tidak sama

dibutuhkan untuk berbagai pusat tanggung jawab atau sub

sistem dalam organisasi. Apakah kinerja pusat tanggung

jawab harus dilakukan pengukuran dari segi anggaran,atau

out comes bergantung dari pusat tanggung jawab.

e. Orang dan persepsi. Persepsi orang pada organisasi

mengenai dampak yang mungkin dari sistem pengendalian

(kontrol) kerja pada kehidupan mereka, kepuasan

kerja,keamanan kerja, promosi dan kesejahteraan umum.

Pertimbangan ini secara signifikan akan menjadi pengaruh sifat

dan sisi dari sistem pengendalian manejemen yang dibutuhkan

dalam organisasi dan harus menjadi pertimbangan ketika

merancang sistem pengendalian manejemen.

Sementara dalam pelaksanaan aktivitas Evaluasi Program

Pembinaan Ideologi Pancasila, banyak pendekatan model yang

dapat dijadikan referensi, sebagai bentuk pelaksanaan kegiatan

evaluasi program. Teori-teori evaluasi program banyak bisa

ditemukan berkaitan dengan pelaksanaan program pendidikan dan

pelatihan. BPIP telah menetapkan sasaran tugas pokoknya yakni

melaksanakan penyusunan standarisasi pendidikan dan latihan,

menyelenggarakan pendidikan dan latihan, melaksanakan

koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian pembinaan ideologi

Pancasila.

Page 177: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

161

161

Dengan kata lain kegiatan utama BPIP dalam melakukan

pembinaan ideologi Pancasila adalah melalui program pendidikan

dan pelatihan, bukan indoktrinasi seperti di masa lalu. Jika

melakukan kegiatan utamanya adalah melalui mekanisme

pendidikan dan pelatihan, beberapa pendekatan metode evaluasi

yang akan diuraikan dibawah ini, dapat menjadi kerangka acuan

dalam melakukan evaluasi program yang dilaksanakan.

1. Model Kirkpatrick

Program pelatihan dalam bidang sumber daya manusia ini

sering disebut dengan istilah Four Levels Evaluation yang diawali

dengan: 1) evaluasi reaksi (reaction evaluation) yakni reaksi

mengukur peserta,atau mengukur kepuasan peserta, 2) evaluasi

belajar (learning evaluation) peserta training dikatakan telah belajar

jika ntelah mengalami perubahan sikap,perbaikan

pengetahuan,maupun peningkatan keterampilan, 3) evaluasi

perilaku (behavior evaluation) yakni penilaian tingkah laku di

fokuskan pada perubahan tingkah laku peserta setelah selesai

mengikuti pembelajaran, 4) evaluasi hasil (final result evaluation) di

mana level ini fokus pada hasil yang terjadi karena peserta (siswa)

telah mengikuti suatu program pembelajaran, termasuk dalam

kategori hasil, dari suatu program pembelajaran diantaranya

peningkatan hasil belajar, peningkatan pengetahuan dan

peningkatan keterampilan.

2. Model Evaluasi CIPP

Sebuah model evaluasi yang dikemukakan Stufflebeam dan

Shinkfield (1985). Pendekatan evaluasi ini berorientasi pada

pengambilan keputusan untuk memberikan bantuan kepada

administrator atau leader pengambil keputusan. Evaluasi ini terdiri dari:

a. Evaluasi konteks,yang mencakup analisis masalah yang

berkaitan dengan lingkungan program,atau kondisi objektif

Page 178: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

162

162

yang dilaksanakan berisi analisis kelemahan dan kekuatan

objek tertentu.

b. Evaluasi input,atau evaluasi masukan untuk membantu

mengatur keputusan,menentukan sumber-sumber yang

ada,alternatif apa yang diambil, apa rencana dan strategi

untuk mencapai tujuan,bagaimana prosedur kerja untuk

mencapainya. Komponen evaluasi input (masukan) meliputi

sumber daya manusia, sarana dan prasarana, anggaran dan

SOP yang digunakan.

c. Evaluasi proses,meliputi koleksi data penilaian yang telah

ditentukan dan diterapkan dalam prktik pelaksanaan

program.Digunakan untuk mendeteksi (memprediksi)

rancangan prosedur,atau rancangan implementasi,

menyediakan informasi untuk keputusan program dan

sebagai rekaman atau arsip prosedur yang telah terjadi.

Evaluasi proses pada dasarnya untuk mengetahui sampai

sejauh mana rencana telah diterapkan dan komponen apa

yang perlu diperbaiki.

d. Evaluasi produk (hasil), dimana penilaian yang dilakukan

guna melihat keberhasilan/ ketercapaian suatu program

dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan

sebelumnya.Pada tahap evaluasi inilah seorang evaluator

dapat menentukan atau memberi rekomendasi kepada

evaluan apakah suatu program dapat dilanjutkan,

dikembangkan(dimodifikasi) atau bahkan dihentikan.

3. Evaluasi Model Wheel(roda)

Evaluasi yang berkaitan dan berkelanjutan dari suatu proses

ke proses selanjutnya,model ini digunakan untuk mengetahui

apakah pelatihan yang dilakukan suatu instansi telah berhasil,untuk

itu diperlukan sebuah alat untuk mengevaluasinya.

Page 179: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

163

163

Model ini mempunyai tiga tahap utama, yakni: pembentukan tujuan

pembelajaran, pengukuran out comes pembelajaran, dan

penginterpretasian hasil pengukuran dan penilaian.

4. Evaluasi model Provus

Model ini digunakan untuk mengevaluasi kesenjangan

program.Kesenjangan program adalah sebagai suatu keadaan antara

yang diharapkan dalam rencana dengan yang dihasilkan dalam

pelaksanaan program. Evaluasi kesenjangan dimaksudkan untuk

mengetahui tingkat kesesuaian antara standard yang sudah

ditentukan dalam program dengan penampilan aktual dari program

tersebut. Tujuan model evaluasi ini untuk menganalisis suatu

program sehingga dapat ditentukan apakah suatu program layak

diteruskan, ditingkatkan atau sebaliknya disesuaikan dengan standar.

5. Evaluasi Model Stake

Evaluasi ini menekankan adanya dua dasar kegiatan dalam

evaluasi,yakni description dan judgement dan membedakan adanya

tiga tahap dalam program pendidikan yaitu, context, process dan out

comes. Dalam model ini antencedent (masukan), transaction (proses)

dan outcomes (hasil) data dibandingkan tidak hanya untuk

menentukan apakah ada perbedaan antara tujuan dengan keadaan

yang sebenarnya, tetapi juga dibandingkan dengan standar yang

absolut untuk menilai manfaat program.

6. Evaluasi Model Brinkerhoff

Model evaluasi ini dikemukakan oleh Brinkerhoff dkk,tahun

1983. Menyatakan 3 (tiga) golongan evaluasi yang disusun

berdasarkan penggabungan elemen-elemen yang sama.

1) Fixed vs Emergent Evaluation Design.

Desain evaluasi fixed (tetap) harus direncanakan dan disusun

secara sistematik terstruktur desain fixed ini sebelum program

dilaksanakan,desain fixed dapat juga disesuaikan dengan

Page 180: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

164

164

kebutuhan yang sewaktu-waktu dapat berubah. Desain

evaluasi ini dikembangkan berdasarkan tujuan program.

Kegiatan evaluasi dilakukan dalam disain fixed ini antara lain;

menyusun pertanyaan-pertanyaan, menyusun dan

menyiapkan instrumen, menganalisis hasil evaluasi dan

melaporkan hasil evaluasi secara formal kepada fihak-fihak

yang berkepentingan, untuk mengumpulkan data dalam

desain ini dapat digunakan teknik,seperti test, observasi,

wawancara, kuesioner, dan skala penilaian.

2) Formative vs Summative Evaluation

Formative evaluation berfungsi untuk memperbaiki

kurikulum dan pembelajaran, sedangkan evaluasi Summative

berfungsi untuk melihat kemanfaatan kurikulum dan

pembelajaran secara menyeluruh. Artinya jika hasil kurikulum

dan pembelajaran memang bermanfaat bagi semua fihak

terkait (terutama peserta didik) maka kurikulum dan

pembelajaran dapat dihentikan.

7. Model Evaluasi Pendidikan

1) Measurement Model

Model yang dikembangkan oleh R.Tohrndike dan

R.L.Ebel ini menitik beratkan peranan kegiat an pengukuran

didalam melaksanakan proses evaluasi,menurut model

ini,evaluasi pendidikan pada dasarnya tidak lain adalah

pengukuran terhadap berbagai aspek tingkah laku dengan

tujuan untuk melihat perbedaan-perbedaan individual atau

kelompok yang hasilnya diperlukan dalam rangka

seleksi,bimbingan,dan perencanaan pendidikan.Yang

dijadikan subjek dari kegiatan ini adalah tingkah laku siswa

yang mencakup kemampuan hasil belajar,kemampuan

pembawaan,minat,sikap dan juga aspek-aspek kepribadian

siswa. Model ini menitik beratkan pada pengukuran terhadap

Page 181: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

165

165

hasil belajar yang dicapai siswa pada asing-masing bidang

pelajaran dengan menggunakan test.

2) Congruence Model

Model ini dikembangkan Raph.W Tyler, John.B

Carrol,dan Lee. J Cronbach, model ini berusaha untuk

memeriksa persesuaian (congruence) antara tujuan-tujuan

pendidikan yang diinginka dan hasil belajar yang telah

dicapai. Objek evaluasi dalam model ini adalah tingkah laku

siswa, secara lebih khusus, yang dinilai adalah perubahan

tingkah laku yang diinginkan yang diperhatikan oleh siswa

pada akhir kegiatan pendidikan.Tingkah laku hasil belajar

ini tidak hanya terbatas pada aspek pengetahuan,melainkan

juga mencakup aspek keterampila dan sikap sebagai

hasildari proses pendidikan.

3) Educational System Evaluation Model

Model ini dikembangkan oleh Daniel E. Stufflebeam,

Michael Scriven, Robert E. Stake dan Malcolm M. Provus.

Model evaluasi ini bertitik tolak dari pandangan, bahwa

keberhasilan dari suatu sistem pendidikan dipengaruhi oleh

berbagai faktor, evaluasi menurut model ini dimaksudkan

untuk membandingkan performance dari berbagai dimensi

sistem yang sedang dikembangkan dengan sejumlah kriteria

tertentu,untuk akhirnya sampai pada suatu deskripsi dan

judgement mengenai sistem yang dinilai tersebut. Model ini

juga memandang fungsi evaluasi sebagai bahan atau input

untuk kepentingan pengambilan keputusan dalam rangka

penyesuaian-penyesuaian dan penyempurnaan sistem yang

sedang dikembangkan.

Page 182: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

166

166

F. PENUTUP

Proses kegiatan sehari-hari berjalannya suatu pemerintahan

adalah sebuah proses manejerial, yang diawali dengan perencanaan,

pengorganisasian apa yang telah direncanakan, melakasanakan

program apa yang menjadi rencana, mengawasi atau mengendalikan

program kerja dan muara akhirnya sebagai sebuah sirkulasi manejerial

adalah evaluasi program yang sudah dan sedang dilaksanakan.

Badan Pembina Ideologi Pancasila (BPIP) merupakan cabang

pemerintahan yang bertanggung jawab terhadap pembinaan

ideologi Pancasila dengan metode pendidikan dan latihan, sesuai

dengan standarisasi kurikulum yang diinginkan, dimana dalam

standarisasi kurikulum tersebut tentunya telah mencakup dan telah

tergambar nilai-nilai Ideologi Pancasila yang dapat

dioperasionalkan dalam kehidupan sehari-hari berbangsa dan

bernegara bagi segenap rakyat Indonesia (membumi).

Untuk membumikan Pancasila, salah satu kegiatan penting

BPIP adalah menyusun program pembudayaan Pancasila dan

pelestarian nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Pembudayaan

ideologi Pancasila kepada segenap masyarakat, kiranya menjadi

perhatian untuk menyusun program pendidikan dan pelatihan

disesuaikan dengan kelompok usia dan kearifan lokal masing-

masing daerah sampai kegiatan pendidikan dan pelatihan

pembinaan ideologi Pancasila mencakup seluruh wilayah negara

Indonesia dan rakyat Indonesia dimanapun mereka berdomisili.

Kelompok usia yang dinamai sebagai generasi muda yang

bercirikan generasi Y dan Z kiranya mendapat perhatian khusus di

dalam penyusunan program terhadap generasi millenial ini,

disesuaikan dengan ciri dan karakter umum mereka.

Dalam pengendalian dan evaluasi program-program

pembinaan Pancasila, kiranya perlu dipertimbangkan untuk

dilakasanakan pendekatan model yang digunakan adalah sesuai

dengan pendekatan program pendidikan dan latihan,serta

pendekatan model kajian.

Page 183: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

167

MEMAJUKAN PERADABAN

MENJADI MANUSIA PANCASILAIS

Oleh: Tatar Bonar Silitonga

Dosen Universitas Pertahanan

email: [email protected]

A. Pendahuluan

Semua negara bangsa di jagad raya pasti menuntut

warga negara berperilaku sesuai dengan nilai-nilai dan sistem

hukum negara. Tuntutan perilaku demikian bukan hanya

wajar tetapi juga wajib. Bagi kita, tuntutan manusia Indonesia

adalah implementasi nilai sila-sila Pancasila yang merupakan

ideologi dan dasar negara. Mewujudkan nilai-nilai Pancasila

berarti menjadi Pancasilais. Pancasilais berarti penganut

ideologi Pancasila yang baik dan setia (KBBI, 2007: 820).

Implementasi Pancasilais adalah berperilaku sesuai dengan

nilai-nilai Pancasila yang terefleksi dalam pola pikir, pola

sikap, dan pola tindak.

Sekarang mari coba kita lihat realitas sosial melalui

berbagai perilaku anak bangsa. Apakah gambaran ideal

Pancasilais sebagaimana tuntutan menjadi manusia Indonesia

telah sesuai harapan? Kasus terorisme dengan modus bom,

Minggu, 13 Mei 2018, di tiga rumah ibadah di Surabaya dan

ikutan peristiwa lain, kiranya menjadi paradoks tersendiri

tentang tuntutan perilaku anak bangsa. Pelaku pengeboman,

bagaimanapun, anak bangsa kita juga, sehingga hal-hal yang

menyangkut aktivitas perilakunya tetap menjadi bagian

pembicaraan kita dalam konteks perilaku manusia Indonesia.

Heboh kasus terorisme yang mencoreng citra kita

agaknya menjadi sebagian dari kompleksitas tatanan

kehidupan kita. Bila dirinci, ada banyak gambaran

Page 184: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

168

ketidakcakapan kita dalam berperilaku. Ironisnya dalam

banyak kesempatan hal itu sangat vulgar di depan mata dan

di seputaran kita, termasuk melalui laporan berbagai media,

baik cetak maupun elektronik. Paristiyanti dkk (2016: 14-20)

menyebutkan berbagai permasalahan di negeri tercinta

meliputi masalah kesadaran perpajakan, korupsi, lingkungan,

disintegrasi bangsa, dekadensi moral, narkoba, penegakan

hukum yang berkeadilan, dan masalah terorisme.

Dalam naskah ini, perlu disebut sekilas kondisi

kehidupan masyarakat. Bukankah terlihat lugas makin

menurunnya kohesivitas keseharian kita. Nilai individualistik

dan politik identitas terkesan berkembang luwes. Praktik

keberagamaan belum selaras dengan kondisi keberagaman

masyarakat. Motif golongan terkesan menonjol daripada

kepentingan bangsa dan negara. Gemar materi dan perilaku

hedonistik juga tidak kalah pamor. Perilaku korup aparat dan

pejabat publik masih klasik. Pidato politikus bukan fokus

pada yang benar tetapi sesuatu pembenaran, yang

merefleksikan lebih kentalnya orientasi kekuasaan daripada

embanan amanat rakyat.

Beberapa deskripsi singkat realitas sosial kita menjadi

gambaran belum optimalnya perwujudan manusia Indonesia

yang Pancasilais. Perlu kesadaran etis terhadap berbagai

bentuk kegiatan pengabaian nilai-nilai kehidupan bersama

tersebut. Kita tidak ingin terus tergerus berbagai

permasalahan tersebut yang dalam konteks ini dilihat sebagai

ancaman peradaban kita, baik internal maupun eksternal.

Bagaimanapun kompleksitas permasalahannya sudah

selayaknya direnungkan dan tentu lebih akurat dengan

rekomendasi. Persoalannya adalah bagaimana strategi yang

penting dilakukan dalam mengatasinya.

Page 185: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

169

B. Rujukan Teoretis

Pancasilais berarti setia dan mendasarkan perilaku pada

nilai-nilai Pancasila. Pancasila sejatinya bukan sebagai

ideologi tertutup yang membelenggu pikiran manusia dengan

acuan kesakralan dan doktrin hidup manusia. Nilai-nilai

Pancasila berlaku umum, terbuka untuk siapa saja, kapan saja,

dan di mana saja manusia Indonesia itu hidup. Pancasila

bersifat dinamis karena nilainya dapat dikembangkan sesuai

dinamika kehidupan manusia Indonesia (Rahayu, 2017: 34).

Dengan keterbukaannya, nilai-nilai Pancasila selalu dapat

dikontekstualisasi serta diaktualisasikan dalam

perkembangan zaman serta seluruh sendi kehidupan.

Sesuai perkembangan, saat ini kita dihadapkan dengan

spektrum globalisasi. Dunia digambarkan menjadi transparan

seolah-olah menjadi sebuah kampung sedunia tanpa

mengenal batas negara dan menciptakan struktur baru

(Sumarsono, 2002: 2). Perkembangan pesat di bidang

teknologi, komunikasi, dan transportasi memberi akses arus

deras informasi serta mudahnya pergerakan manusia.

Implikasinya, di satu sisi kita dapat memanfaatkan hasil

berbagai kemajuan, namun di sisi yang lain ada potensi

sulitnya pengendalian masyarakat yang terkoneksi nilai-nilai

yang bertentangan dengan karakter bangsa.

Bila dilihat, kehidupan manusia secara umum penuh

dinamika. Manusia hidup bekerja sama sekaligus suasana

antagonis dan penuh pertentangan (Budiardjo, 2017: 47). Lalu

corak masyarakat juga penuh keragaman. Khususnya

identitas kesukubangsaan bernuansa primordial memiliki

ikatan emosional serta melahirkan solidaritas lebih kuat

terutama bila berhadapan dengan primordial kelompok lain

(Winarno, 2014: 8). Rasionalitas demikian menjelaskan

dinamisnya masyarakat dan untuk itu perlu peran negara

sebagai alat yang berwenang mengatur hubungan dan

Page 186: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

170

menertibkan gejala kekuasaan dalam masyarakat (Budiardjo,

2017: 47).

Hubungan manusia Indonesia dan interaksi yang

dilakukan merupakan aktivitas warga negara mengisi

pembangunan. Dalam hal itu peran manusia Indonesia adalah

dalam konteks kontribusi menghasilkan peradaban bangsa.

Peradaban berarti ’kemajuan (kecerdasan, kebudayaan) lahir

batin; hal yang menyangkut sopan santun, budi bahasa, dan

kemajuan suatu bangsa’ (KBBI, 2007: 6). Peradaban

kemanusiaan Indonesia merupakan kondisi yang

menggambarkan tingkat kesadaran untuk membangun

kehormatan diri melalui aktualisasi nilai-nilai Pancasila

sebagai manusia yang menjadi bagian dari kewargaan

Indonesia.

C. Revitalisasi Nilai-nilai Pancasila

Memajukan peradaban menjadi manusia Pancasilais

adalah kegiatan membangun kesadaran bersama anak bangsa

tentang pentingnya implementasi nilai-nilai Pancasila. Nilai-

nilai Pancasila sudah teramat tidak asing lagi. Bagian mana

nilai yang terasa ribet dan tidak dipahami? Untuk ukuran

manusia Indonesia yang rasionya dapat difungsikan secara

normal pasti dapat memahami sila-sila Pancasila. Amanat

perilaku yang dituntut sesuai sila-sila Pancasila dari sila

pertama sampai sila kelima adalah sangat jelas, simpel, dan

tidak rumit.

Nilai-nilai Pancasila secara konsepsional mudah namun

tidak disertai implementasi sesuai ekspektasi. Gambaran

singkat berbagai kondisi seperti disebutkan di awal menjadi

bukti belum optimalnya implementasi nilai. Uraian

sebelumnya juga telah menyebutkan faktor-faktor penyebab

antara lain dinamika perkembangan, sifat manusia, dan

kondisi corak masyarakat. Kita harus tetap optimis dapat

memiliki perspektif yang sama, apalagi nilai-nilai Pancasila

Page 187: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

171

bukanlah sesuatu yang sulit untuk dimaknai maupun

dilaksanakan. Tantangan pasti ada, namun dengan cinta

(tanah air) dan kebersamaan apakah yang tidak mungkin.

Masih belum optimalnya pelaksanaan nilai-nilai

Pancasila antara lain dari pandangan kita terhadap Pancasila.

Pentingnya Pancasila sebagai ideologi terkesan sebagai suatu

konsep yang keberadaannya relevan ketika membicarakan

negara dan aparaturnya. Padahal perilaku aparatur negara

masih banyak belum berkorelasi dengan implementasi nilai-

nilai Pancasila. Maka menjadi penting merevitalisasi nilai-nilai

Pancasila yaitu menempatkannya sebagai sesuatu yang

penting sebagai tuntutan dan tuntunan perilaku bersama.

Revitalisasi nilai Pancasila tersebut direkomendasikan melalui

penguatan peran pemerintah dan masyarakat.

Pertama, penguatan peran pemerintah dalam merawat

nilai-nilai keindonesiaan. Negara memiliki sifat memaksa,

monopoli, dan mencakup semua (Budiardjo, 2017: 50). Sebagai

representasi negara, pemerintah harus konsisten dan berani

mengeluarkan kebijakan yang mendorong tegaknya nilai

bersama. Penegakan hukum termasuk di dalamnya. Bila

terdapat aktivitas, organisasi, atau paham yang menyimpang,

negara harus tanggap dan tegas. Peran itu terkesan mudah,

namun menjadi tidak mudah saat dihadapkan dengan issu

“peka” (terkait identitas kultural). Takut tidak terpilih lagi

dalam Pilkada biasanya menjadi alasan pejabat pemerintah

enggan mengambil risiko.

Pengeluaran Perppu (menjadi UU No. 16 Thn 2017)

tentang Ormas berakibat pembubaran HTI, yang dilakukan

Pemerintah baru-baru ini kiranya menjadi contoh ketegasan

negara menjaga nilai bersama. Berlanjut langkah berani

ditunjukkan pemerintah terkait berlarutnya pengeluaran UU

tentang Antiterorisme. Pemerintah mengumumkan akan

menerbitkan Perppu bila DPR tidak bisa menyelesaikannya.

Page 188: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

172

Kasus Bom Surabaya boleh jadi ikut menstimulus Pemerintah

dalam pernyataannya. Langkah tegas pemerintah tersebut

patut diapresiasi karena diyakini kian mendorong rakyat lebih

mengakui peran pemerintah dan nilai bersama.

Langkah pemerintah tersebut diharapkan secara

berjenjang diikuti oleh Pemda dan unsur di bawahnya.

Tindak lanjutnya misalnya dengan pengeluaran Perda yang

memperkuat kebijakan pemerintah pusat. Selain itu

pelaksanaannya harus komprehensif dan konsisten pula. Saat

terdapat pejabat, staf, atau aparatur yang terindikasi berafiliasi

dalam jaringan paham radikal atau melakukan ujaran

kebencian, maka dilakukan tindakan tegas sesuai tingkat

kesalahan seperti pemecatan, pembebastugasan, atau bahkan

pengajuan proses hukum.

Peran pemerintah juga diwujudkan dengan optimalisasi

dunia pendidikan kita dan sosialisasi nilai bersama. Telah

diyakini semua bangsa di dunia, pendidikan berperan sangat

besar dalam kemajuan bangsa (Raharjo, 2012). Pendidikan

yang mencerdaskan akan memberikan pemahaman secara

kontekstual pentingnya nilai-nilai bersama dalam kehidupan

sehari-hari. Pemerintah lebih memperhatikan lagi segi

mencerdaskan yang mencerahkan serta sosialisasi nilai-nilai

kebangsaan melalui pemanfaatan media massa, media sosial,

dan dengan merangkul representasi kelompok masyarakat

seperti ormas dan juga organisasi keagamaan.

Kedua, peran masyarakat selain mendukung kebijakan

yang diambil pemerintah dalam merawat nilai bersama, juga

mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila dalam seluruh sendi

kehidupan. Menyebutkan seluruh sendi kehidupan terasa

sangat luas cakupannya. Dalam rangka lebih fokus dan lebih

menyentuh keseharian kita maka dalam naskah ini

dikerucutkan menjadi empat lingkungan yaitu 1) lingkungan

permukiman (Lingkim), 2) lingkungan tempat kerja (Lingja),

Page 189: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

173

3) lingkungan pendidikan (Lingdik), dan 4) lingkungan

lainnya. Penyebutan lingkungan tersebut mengutip konsep

bela negara yang digagas Kemhan yaitu khususnya tiga

lingkungan pertama, sementara Lingkungan lainnya sengaja

ditambahkan agar lebih lengkap pengakomodasian berbagai

sendi kehidupan.

Revitalisasi di Lingkim, adalah melalui aktualisasi

interaksi antarmasyarakat di lingkungannya. Contoh, dari

Pendeta Gereja HKBP Kernolong Jakpus, diperoleh penjelasan

bahwa masyarakat tetangganya menerima keberadaannya

dengan baik meski beda agama. Sang Pendeta dan keluarga

dapat berinteraksi tanpa hambatan dengan masyarakat

sekitar. Pelaksanaan toleransi antara lain digambarkan sang

Pendeta melalui pemahaman tetangganya dalam pelaksanaan

ibadah jemaat gereja. Lalu saat bulan Ramadhan, misalnya,

umat Kristiani menunjukkan toleransinya bagi umat muslim

yang menjalankan ibadah puasa.

Aktualisasi peran Lingkim dapat diperinci melalui posisi

seseorang dalam lingkungan seperti menjadi pengurus

RT/RW atau hanya anggota kompleks. Pengurus RT/RW

seyogyanya dapat memprogramkan kegiatan yang dapat

mempererat kohesivitas, kebersamaan dan keberagaman,

bukan keetnikan. Selanjutnya anggota kompleks kiranya

mengikuti kegiatan program RT/RW demi kekompakan

bersama. Kepedulian sesama warga dan mengenal tetangga

menjadi bagian yang juga dipentingkan. Ketika ada warga

baru misalnya sebaiknya dicari tahu asal usulnya dan

mengajaknya untuk saling berinteraksi.

Keluarga termasuk ke dalam golongan Lingkim.

Orangtua diharapkan dapat membina keharmonisan keluarga.

Khususnya orangtua, bisa terjadi semua bekerja sehingga

pembinaan anak sebagian menjadi urusan asisten

rumahtangga. Melarang kedua orangtua bekerja juga terasa

Page 190: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

174

kurang bijak. Namun dalam konteks ini pembinaan keluarga

tetap harus menjadi fokus tersendiri orangtua yang semua

bekerja. Setidaknya, keluarga yang dibangun bukan hanya

sebatas keluarga inti. Ayah-ibu, anak-anak, dan hubungan

keluarga adalah bagian dari keluarga Indonesia sehingga

harus dibangun dengan nilai-nilai keindonesiaan.

Peran orangtua dalam memperhatikan perkembangan

anak-anak sangat dirasakan urgensinya mengingat

lingkungan di luar dapat saja menawarkan nilai-nilai negatif.

Seperti diketahui, para pemuda rentan terjebak pada paham

radikal. Catatan terhadap para “pengantin” atau pelaku bom

bunuh diri rata-rata adalah pemuda. Kasus Surabaya baru-

baru ini diperankan orangtua yang ikut mengorbankan

anaknya. Ketika setelah kejadian ditanyakan kepada keluarga

pelaku bom, kemudian diperoleh info bahwa pelaku

sebetulnya merupakan orang baik-baik. Benarkah demikian,

jangan-jangan kejadiannya sebetulnya sebagai implikasi dari

kurang berperannya orangtua dan keluarga dalam membina

nilai kerangka kebangsaan.

Revitalisasi di Lingja, adalah melalui aktualisasi peran

atasan dan pekerja yang dituntut melakukan unjuk kerja

secara bermutu. Orientasi kinerja atasan antara lain dalam

bentuk penerapan kepemimpinan secara baik, memperhatikan

kesejahteraan, dan ikatan kohesif kebangsaan. Pemberdayaan

pegawai sesuai kinerja tanpa unsur ke-SARA-an merupakan

pelaksanaan nilai-nilai Pancasila. Menjadi teladan bagi anak

buah dalam disiplin, bersikap objektif dan adil, berkinerja

baik, berkomitmen terhadap hubungan kerja, dan tidak

melakukan korupsi juga menjadi gambaran pelaksanaan nilai-

nilai Pancasila.

Sebagai bawahan, seorang pekerja telah melaksanakan

nilai Pancasila ketika yang bersangkutan melakukan unjuk

kerja secara baik dalam mendukung capaian atau target

Page 191: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

175

organisasi/perusahaan meski dalam kondisi atasan sedang

tidak ada di tempat kerja. Begitu juga seorang pekerja telah

melaksanakan nilai Pancasila ketika dengan hati riang, tulus,

dan tetap penuh semangat saat harus mengerjakan suatu

beban kerja tertentu meski tanpa tambahan finansial di luar

gaji. Dalam hal ini, pekerja berupaya menunjukkan etos kerja.

Revitalisasi di Lingdik, adalah melalui aktualisasi peran

pendidik, tenaga kependidikan (Gapendik), dan peserta didik

(Serdik). Peran Gapendik memberi pelayanan prima

dukungan pendidikan. Lalu peran pendidik melalui

profesionalitas transfer keilmuan, keteladanan, dan

penanaman karakter kebangsaan. Karena ada pendidik yang

mendapat tugas tambahan pengelolaan institusi, maka peran

pendidik tersebut termasuk melakukan pengawasan kegiatan

internal di luar kurikulum. Sudah jamak terdengar, Lingdik

kurang awas malah jadi tempat penyemaian paham tidak

sesuai nilai-nilai kebangsaan.

Peran peserta didik dalam implementasi nilai Pancasila

diwujudkan dengan mengikuti program belajar dengan baik.

Mengikuti jadwal kegiatan dan tidak bolos menjadi salah satu

contoh praktik baik peserta didik. Segi yang seringkali

membuat peserta didik abai dalam nilai Pancasila antara lain

ketika ada penugasan dari pendidik kemudian memplagiasi

kerjaan orang lain. Seperti diketahui pada era internet

sekarang, mudah mengakses informasi dan kondisi ini dapat

membuat peserta didik mengambil jalan pintas melakukan

plagiarisme.

Keempat revitalisasi di lingkungan lainnya, adalah aktualisasi

nilai-nilai Pancasila pada tempat di luar ketiga lingkungan di

atas. Ada banyak sekali aktivitas di luar dari ketiga lingkungan

tersebut. Di jalan, misalnya, ketika tidak dalam posisi sebagai

pengatur jalan, di luar negeri, di bis kota ketika tidak dalam

posisi sebagai kondektur atau pengemudi, di toilet, di tempat

Page 192: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

176

fasilitas umum, di halte, di stasiun, di tempat pemungutan suara,

di bioskop, di tengah keramaian, menjadi pendemo, penceramah

agama, dan banyak sekali tempat atau aktivitas lain yang

menuntut kita berperilaku tertentu, namun dalam konteks ini

tuntutannya adalah nilai bersama.

Mengingat banyaknya lingkungan lain, tentu tidak

mungkin untuk disebutkan semua. Pengembangan sendiri

oleh sidang pembaca sangat dipentingkan guna semakin

memperkaya aktualisasi nilai-nilai Pancasila. Salah satu yang

akan disebutkan di sini, misalnya, ketika kita berada di tempat

umum, katakanlah di jalan raya. Mari menaati rambu-rambu

lalu lintas, tertib, serta santun di jalan. Perhatikan keselamatan

diri dan orang lain. Ketika ada yang menyalip tidak karuan,

tetaplah tenang, tidak perlu ngedumel apalagi berteriak-teriak.

Mulai dari diri sendiri, kiranya penting menjadi filsofi diri

menjadi manusia Pancasilais.

D. Kesimpulan dan Rekomendasi

Tuntutan implementasi nilai Pancasila dan hukum

negara bukan hanya wajar tetapi bersifat wajib yang

merupakan dasar membangun peradaban keindonesiaan

melalui menjadi Manusia Pancasilais. Tantangan peradaban

keindonesiaan ditunjukkan oleh kondisi realitas sosial dengan

masih banyak perilaku anak bangsa belum sesuai nilai-nilai

Pancasila, bahkan sebagian malah menunjukkan perilaku

menyimpang. Meski tinggi kompleksitas permasalahan yang

dihadapi, secara rasionalitas kita optimis bahwa dengan cinta

(tanah air) dan kebersamaan kita dapat memajukan peradaban

menjadi Pancasilais dalam rangka kehormatan dan kebaikan

bersama baik di lingkup internal maupun eksternal. Strategi

yang direkomendasikan adalah revitalisasi nilai-nilai

Pancasila melalui penguatan peran pemerintah dan

masyarakat. Penguatan peran pemerintah melalui perawatan

Page 193: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

177

nilai-nilai bersama dan peran masyarakat melalui Lingkungan

Permukiman, Lingkungan Kerja, Lingkungan Pendidikan, dan

Lingkungan lainnya. Tentu saja kesamaan dalam perspektif

dan kesadaran bersama menjadi penting untuk diwujudkan.

REFERENSI

[1] Budiardjo, Miriam. 2017. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta:

PT Gramedia

[2] Nurwardani, Paristiyanti dkk. 2016. Pendidikan Pancasila

untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Ditjen Belmawa.

[3] Raharjo, Sabar Budi, 2012, “Evaluasi Trend Kualitas

Pendidikan di Indonesia”, Jurnal Penelitian dan Evaluasi

Pendidikan.

[4] Rahayu, Ana Sri. 2017. Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan (PPKn). Jakarta: Bumi Aksara.

[5] Sumarsono, dkk. 2002. Pendidikan Kewarganegaraan.

Jakarta: Pustaka Mandiri.

[6] Winarno. 2014. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan.

Jakarta: Bumi Aksara.

PENULIS Tatar Bonar tinggal di Jakarta Selatan lahir di Deli Serdang, 25

Juli 1967. Gelar doctorandus diperoleh dari Universitas

Sumatera Utara (USU) Medan tahun 1990 pada bidang bahasa,

gelar magister sains dari Universitas Gadjah Mada (UGM)

Yogyakarta tahun 2003 pada bidang Ketahanan Nasional, dan

saat ini sedang menempuh program doctoral di Universitas

Negeri Jakarta pada bidang manajemen sumber daya manusia,

sedang dalam proses penyelesaian disertasi.

Dia saat ini berstatus sebagai Dosen Tetap Program Studi Manajemen Pertahanan

dan sekaligus sebagai Kepala Pusat Penjaminan Mutu Lembaga Pengembangan

Pendidikan dan Penjaminan Mutu Universitas Pertahanan. Dia juga menjadi Dosen

Tidak Tetap pada PKN STAN serta Universitas 17 Agustus Jakarta. Beberapa buku

telah dihasilkan termasuk sebagai penulis maupun editor. Keterlibatan dalam

organisasi ilmiah meliputi KIPI (Komunitas Ilmu Pertahanan Indonesia) dan IDIPI

(Ikatan Dosen Ilmu Pertahanan Indonesia).

Page 194: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

178

MEMBANGUN KONVERGENSI STRATEGI

MANAJEMEN DAN STRATEGI SDM UNTUK

MEMBANGUN KEUNGGULAN BERSAING

ORGANISASI

Oleh: Zukra Budi Utama

Prodi MSDM UNJ

email: [email protected]

A. Pendahuluan

Para pelaksana departemen Sumber Daya Manusia

(HRD) pernah mengalami masa gegap gempitanya semboyan

HR Strategic Partner di era tahun 2000-an, setelah sebelumnya

ramai membahas peran manusia sebagai aset terpenting bagi

pertumbuhan organisasi, seperti disampaikan Snell,

Youndt dan Wright (1996: 62), pada masa lalu para

eksekutif umumnya mencoba "mengambil sumber daya

manusia dari persamaan strategi - yaitu, dengan mengganti

modal untuk tenaga kerja jika mungkin, dan dengan

merancang organisasi hierarkis yang memisahkan mereka

yang berpikir dari mereka yang benar-benar melakukan

pekerjaan”. Ini merupakan gejala awal dirasakan pentingnya

SDM bagi organisasi.

Teori manajemen strategis pada 1990-an mengarah

pada pandangan berbasis sumber daya dan pengetahuan, di

mana keunggulan kompetitif ada dalam kemampuan

organisasi untuk belajar, berinovasi, dan berubah, sehingga

elemen manusia menjadi semakin penting dalam

menghasilkan nilai ekonomi (Conner & Prahalad, 1996;

Itami, 1987) sebagaimana Quinn (1992: 241) mencatat,

“dengan pengecualian langka, kekuatan ekonomi dan

produksi organisasi lebih terletak pada kemampuan

intelektual dan layanannya daripada dalam aset kerasnya

Page 195: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

179

tanah, pabrik dan peralatan… Hampir semua organisasi

publik dan swasta termasuk organisasi yang paling sukses

menjadi repositori dan koordinator intelektual yang

dominan. ”

Lebih lanjut penelitian Snell, Shadur dan Wright (2000)

menemukan irisan antara strategi manajemen dengan strategi

SDM. Berdasarkan fakta bahwa pemikir strategi awal sangat

dipengaruhi oleh ekonomi (Porter, 1980). Namun,

konseptualisasi terbaru, khususnya pandangan berbasis

sumber daya dari organisasi (Wernerfelt, 1984), telah

memfokuskan kembali pada aspek internal organisasi.

Evolusi ini telah menempatkan isu-isu orang di garis depan

model manajemen strategis, khususnya berfokus pada

pengelolaan modal intelektual sebagai sumber daya

organisasi yang berharga dan langka serta memahami

bagaimana organisasi dapat mengembangkan kemampuan

dinamis.

Di sisi lain, model HRM strategis awal didasarkan

dalam psikologi (Schuler & MacMillan, 1984) tetapi secara

konsisten bergerak ke arah pendekatan makro yang lebih

mengintegrasikan teori organisasi dan ekonomi ke dalam

pemahaman kita tentang strategi SDM (Wright dan

McMahan, 1992). Baru-baru ini, penekanan pada eksplorasi

strategi SDM sebagai sarana untuk mengelola modal

intelektual organisasi (Lepak & Snell, 1999) dan mengelola

dilema kecocokan / fleksibilitas.

Ketika kedua bidang ini bergabung, diyakini ada

beberapa cara yang dapat dilakukan para peneliti untuk

mencapai keuntungan bersama. Misalnya, penekanan strategi

pada isu-isu di seluruh organisasi (makro) memberikan

konteks dan perspektif bagi para peneliti HR sementara

orientasi SDM terhadap detail yang lebih spesifik (mikro)

menambah ketepatan pada analisis dan praktik strategis.

Page 196: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

180

Terkait dengan ini, teori organisasi, kompetisi, kerjasama,

dan sejenisnya penting bagi para peneliti HR, terutama

dalam kritik bahwa HR secara tradisional telah "bebas teori."

di sisi lain,

Berdasar temuan diatas dapat dipahami bahwa strategi

SDM terbaik adalah bagaimana menerjemahkan strategi

manajemen menjadi terapan terbaik SDM secara terintegrasi.

Secara spesifik dalam hubungannya dengan organisasi,

bahwa telah terjadi perkembangan tipe organisasi, dimana

Beyond Learning Organization adalah organisasi yang mampu

bersaing di era global dengan HRD sebagai sentral

pertumbuhan melalui re-engineering HRD membangun

proses kerja sistematis yang terintegrasi ke unit bisnis (Gilley

and Maycunich, 2001). Untuk bisa mengaitkan

operasional dengan strategi, maka organisasi harus

menerapkan sistem manajemen dengan dimensi yang

berbeda dalam kesatuan Strategy Focused Organization,

dimana setiap tindakan searah dan sejalan dengan strategi

dan terintegrasi dengan seluruh unit bisnis dan individu”.

(Kaplan dan Norton, 2001).

Jika kesimpulan Snell, Shadur dan Wright (2000)

digabungkan dengan dua teori pertumbuhan organisasi

maka syarat untuk dapat mencicipi manfaat SDM strategis di

masa mendatang adalah harus memiliki proses sistematis

yang terintegrasi sebagai salahsatu syarat utama dalam

membangun Organisasi yang Tumbuh. Hal ini

menggambarkan tingkat dinamis internal yang maksimal

dalam merespon perubahan yang cepat.

Ini sesuai dengan penelitian teoretikus kompleksitas

dari Brown & Eisenhardt, (1998) yang telah memulai analisis

ini dan telah membantu dalam mengidentifikasi bagaimana

organisasi mengatasi perubahan berkelanjutan menggunakan

fleksibilitas strategis, koadaptasi, dan eksperimentasi.

Page 197: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

181

Kecepatan dan tingkat perubahan di lingkungan

menonjolkan fokus pada kemampuan dinamis internal.

Lebih jauh Snell, Shadur dan Wright (2000) menemukan

penelitian SDM perlu berfokus pada bagaimana organisasi

menciptakan, mentransfer, dan mengintegrasikan

pengetahuan untuk mengatasi perubahan yang cepat.

Singkatnya, konvergensi berkelanjutan antara strategi bisnis

dan literatur strategi SDM akan menguntungkan kedua

bidang. Konvergensi ini harus menghasilkan pemahaman

yang lebih dalam dan lebih luas tentang bagaimana

organisasi dapat secara efektif mengelola semua sumber daya

mereka untuk mendapatkan keunggulan kompetitif.

Konvergensi ini dapat dikatakan sebagai bagian utama dari

apa yang disyaratkan dalam menjadikan SDM sebagai mitra

strategis organisasi, sebagaimana yang sering digaungkan

di era tahun 2000-an.

B. Bagaimana membangun konvergensi?

Kenapa semboyan HR Strategic Partner tidak lagi

membahana di Indonesia, apakah sebabnya? Untuk itu

dapat dilihat dari persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu

mampu membangun konvergensi strategi manajemen

dengan strategi SDM. Diantaranya adalah organisasi harus

punya alat bantu (tool) untuk membangun proses terintegrasi

dan sistematis, serta pelibatan SDM kreatif dalam

membangun, mengendalikan dan mengembangkan alat

bantu tersebut, sekaligus terlibat dalam membangun dan

mengendalikan konvergensi berkesinambungan.

Pelibatan SDM sepenuhnya harus menjadi hal yang

diprioritaskan oleh organisasi, karena tak mungkin

menyerahkan sesuatu yang menyangkut kompetensi inti

yang paling berharga bagi organisasi kepada pihak eksternal.

Sedangkan kita pahami bahwa kemampuan pemograman

Page 198: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

182

adalah bidang khusus dengan keahlian tersendiri yang tak

mungkin mudah diserap dan dikembangkan dengan mudah

oleh setiap pekerja di organisasi.

Maka syarat kemampuan inovasi dari hasil kreatifitas

SDM internal dalam merespon setiap perubahan eksternal,

sangat dibutuhkan dalam menjaga keberlangsungan

konvergensi.

Membangun kreatifitas pekerja untuk menghasilkan

inovasi menjadi syarat bagi pertumbuhan organisasi. Fokus

terhadap inovasi tersebut merupakan hal yang sangat

penting dalam manajemen saat ini yang menjadi pusat

perhatian bersama-sama dengan pengendalian perubahan

(Daft, 2010). Menurutnya sangat banyak pengamat trend

bisnis menyatakan terjadi perubahan mendasar dari yang

sebelumnya dinamakan dengan “pengetahuan ekonom” di

era tahun 1900-an menjadi kreativitas ekonomi di era tahun

2000-an.

Dua hal yang harus mampu dijawab adalah:

1. Sudahkah punya alat manajemen yang sekaligus

merangsang kreatifitas pekerja untuk cepat

berinovasi mengatasi setiap perubahan yang

beresiko tidak jalannya rencana proses sesuai

strategi. Untuk itu (dengan karakter yang sama), alat

itu harus mampu dibangun, dikendalikan dan

dikembangkan pekerja dalam merespon seluruh

perubahan dengan standar yang sesuai untuk

mewujudkan sasaran strategis manajemen. Ini

penting untuk memahami kenapa selama ini sulit

menerapkan tool manajemen, karena unsur budaya

organisasi mengharuskannya mengembangkan alat

sendiri untuk dapat direfleksikan pada TQM, Six

sigma dan Balance score card.

Page 199: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

183

2. Sudahkah seluruh hubungan antar proses yang

sistematis tersebut dapat terdekteksi secara online

dan realtime, sehingga mampu menunjukkan

dimana akar masalah sesungguhnya dalam waktu

yang sesingkat-singkatnya.

C. Logic Simulation System (LSS) sebagai tool

Proses kerja yang sistematis dan terintegrasi merupakan

salahsatu temuan penting dari banyak riset tentang

organisasi yang punya daya saing. Berangkat dari temuan

tersebut, Utama, Z. B. (2010) memperkenalkan Logic

Simulation System (LSS) sebagai tool utama dalam

membangun daya saing organisasi. Selain mampu

membangun proses kerja yang sistematis dan terintegrasi di

organisasi, sekaligus bermanfaat membangun system

thinking atau pola berpikir „sistem‟ bagi para pekerja,

karena dibangun sendiri oleh pekerja selaku pelaksana proses

kerja.

LSS yang selama ini sudah berhasil diterapkan secara

terpisah di beberapa organisasi, terbukti sanggup pula

mengembangkan „cara pandang‟ pekerja atas proses yang

tidak hanya sebatas apa yang menjadi tanggungjawabnya,

namun juga memahami apa dampak dari proses „sebelum‟

serta dampak pada proses „sesudah‟-nya. Hal tersebut

memberikan dorongan signifikan pada rasa tanggungjawab

atas kepentingan proses sesudahnya, yang sering dikenal

dengan nama “internal customer” di organisasi.

Dengan kepedulian dan tanggungjawab yang tinggi

terhadap „internal customer‟ atau „proses sesudahnya‟

tersebut, maka aliran proses dengan sendirinya dapat

terintegrasi dengan baik, memudahkan pengendalian

operasional organisasi mencapai hasil optimal bagi

pertumbuhan berkesinambungan.

Page 200: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

184

Secara kebetulan riwayat LSS seiring sejalan dengan

dua tahap pendidikan yang penulis jalani yaitu pada saat

penyusunan skripsi di tingkat sarjana dan saat penyusunan

tesis di tingkat pasca sarjana, disamping periode

implementasi di organisasi antara rentang waktu tersebut

dan sesudahnya.

Tahap awal menggunakan LSS adalah saat menyusun

Skripsi tahun 1992 di bidang Teknik Mesin pada perencanaan

dimensi sudu yaitu semacam sirip yang mirip dengan kipas

yang berputar di fan. Uap bertekanan tinggi mengalir ke tiap

baris sudu dan memutarnya sehingga poros utama

bergerak memutar generator pembangkit energi listrik.

Terdapat beberapa variabel yang harus diperhitungkan

dalam menetapkan bahan dan dimensi sudu dan poros agar

tidak melanggar kaidah hukum termodinamika.

Ketika merancang sampai baris ke-11, ternyata dimensi

penampang aliran fluida (sudu) melanggar kaidah

termodinamika. Karena perhitungannya saling berhubungan

dari baris 1 maka perhitungan harus dimulai lagi dari

baris 1, namun kesalahan terjadi lagi di baris ke 7, demikian

seterusnya berulang tanpa ada kepastian apakah

perhitungan awal sudah tepat sehingga tidak ada lagi

kesalahan perhitungan ratusan baris berikutnya sampai

menuju tekanan atmosfir. Cara biasa butuh banyak

pengulangan penghitungan yang memakan waktu panjang

tanpa ada kepastian kapan menemukan susunan dimensi

yang tepat.

Setelah mengevaluasi lagi secara keseluruhan dan

mengamati variabel yang butuh penghitungan berulang,

penulis menemukan ide untuk membuat program komputer,

sehingga hanya dengan melakukan berbagai kemungkinan

masukan, segera terlihat hasilnya untuk seluruh baris sampai

Page 201: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

185

pada akhir hitungan atau pada kondisi keluaran (output).

Teknik ini disebut sebagai simulasi.

Simulasi dijelaskan Srivastava U.K. dalam bukunya

Quantitative Techniques for Managerial Decisions, 1989

dalam rangkaian kalimat sebagai berikut:

“Untuk menyelesaikan persoalan-persoalan bisnis yang kompleks

dibutuhkan metoda analisa yang bisa mengatasi perubahan-

perubahan yang acak pada pendekatan matematis suatu model,

dikenal dengan metoda simulasi. Simulasi adalah teknik yang

dipergunakan untuk pembuatan keputusan dibawah kondisi-

kondisi ketidakpastian (berubah-ubah). Dalam keadaan dimana

dengan formulasi matematik persoalan tidaklah fisibel, teknik

simulasi digunakan untuk menyatakan realitas melalui sebuah

model yang akan menanggapi dengan cara yang serupa

sebagaimana keadaan nyata yang sebenarnya“.

Berdasarkan pengalaman mengimplementasikan teknik

ini yang selalu berpedoman pada logika proses kerja, dan

dengan mengacu pada pendapat diatas, maka tool tersebut

dinamakan Logic Simulation System (LSS) seperti terlihat pada

gambar berikut.

Gambar Pola Kerja Umum Logic Simulation System (LSS)

Page 202: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

186

Dari gambar di atas terlihat proses kerja LSS dalam

satu kesatuan terintegrasi. Dimulai dari menangkap apa

saja kemungkinan untuk dapat memuaskan konsumen,

lalu menyediakan seluruh kemungkinan proses untuk itu

dalam syarat atau tingkat keadaan misalnya 1 sampai 5 di

dalam kondisi batas 1 (line process 1) misalnya keterbatasan

jumlah pelaksana proses, ukuran ruang dan waktu

pelayanan dan lain- lain. Berikutnya setiap syarat di line 1

akan memberikan sinyal yang berbeda kepada line 2 dan

seterusnya line kedua menanggapi dengan sejumlah syarat

berbeda misalnya 3 syarat pemenuhan bagi seluruh

kemungkinan proses line 1 dan seterusnya line dua

memberi sinyal kepada proses di line 3. Untuk terakhir

disimpan dalam bank data.

Analisa variasi (anova) kepuasan konsumen dari

hasil proses, dilakukan berkesinambungan untuk memberi

solusi terbaik meningkatkan kepuasan konsumen.

D. Lompatan Pertumbuhan melalui “System Thinking”

dengan LSS.

Hal menarik yang ditemukan dalam

mengimplementasikan LSS di organisasi adalah bahwa

hampir seluruh masalah yang ditemukan ternyata sudah

berlangsung bertahun-tahun sebagai proses kerja rutin di

organisasi, padahal organisasi sudah menerapkan PDCA

pada sistem manajemennya. Hal ini menimbulkan beberapa

hipotesa terkait tidak adanya tindakan perbaikan yang

dilakukan atas masalah berulang, diantaranya adalah

perlunya kemampuan analisa dari berbagai sudut pandang

untuk bisa merasakan apa yang dirasakan oleh pihak yang

dilayani dalam proses kerja.

Page 203: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

187

Salahsatu contoh kasus adalah pelayanan pengantaran

crew pesawat dari dan menuju bandara. Biasanya mereka

menunggu namanya dipanggil oleh pengatur. Solusi yang

diberikan LSS adalah; begitu turun dari pesawat mereka

langsung menuju komputer di ruang tunggu antar

jemput, menginput nomor ID dan kode pin agar segera

tahu naik kendaraan nomor berapa, jam-menit-detik berapa

dan dengan siapa saja. Sementara menunggu, dia bisa

melakukan apa saja yang ingin dilakukan. Dengan tingkat

akurasi diatas 95%, kondisi ini akan memberikan tingkat

kepuasan yang lebih tinggi.

Dalam prakteknya di banyak organisasi yang

mempermudah proses kerja dengan akurasi nyaris 100%,

menghasilkan hipotesis bahwa jika pelaksana proses kerja

(PIC) memiliki cara berpikir sistem (system thinking), maka

akan terjadi stimulus pada dirinya dalam membangun sudut

pandang yang lebih luas sehingga menjadi lebih sensitif

terhadap setiap kekurangan yang ada yang jadi potensi

masalah dalam proses kerja. Kemampuan ini bisa merubah

karakter pekerja menjadi lebih kreatif dalam mengidentifikasi

dan menyelesaikan masalah secara cepat, sehingga

meniadakan terjadinya kesalahan yang berulang, disamping

kemampuan antisipasi masalah pada proses kerja.

Realita yang ditemukan di lapangan terkait potensi

SDM memberi keyakinan baru akan kemampuan yang luar

biasa yang bisa dikembangkan organisasi dari membangun

system thinking. Kecerdasan pekerja memiliki keunikan dan

kelebihan yang beragam, akan berdampak luar biasa jika

ditingkatkan dengan pengembangan pola pikir sistem.

Pengalaman di bidang masing-masing akan

menghasilkan terobosan-terobosan luar biasa yang

terkadang diluar dugaan memberikan hasil yang sangat

memuaskan.

Page 204: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

188

Pemahaman tentang system thinking ini dijelaskan HR

Scorecard (2001): “Thinking systematically emphasizes the

interrelationship of the HR system components and the link

between HR and the larger strategy implementation

system…that make a system more than just the sum of its

parts (see the Laws of Systems Thinking)”. Kesimpulannya

cara berpikir sistem adalah memikirkan penyelesaian

keseluruhan masalah sekaligus, bukan per-bagian.

E. SNS untuk mempercepat respon dengan memastikan

akar masalah proses

Tindakan lebih lanjut yang dapat dikembangkan HRD

adalah dengan mengaitkan seluruh variabel simulasi dengan

pencapaian organisasi. Teknik yang digunakan merupakan

pengembangan LSS yang dinamakan SNS (Spider net

System). Setiap fungsi yang berkaitan dengan strategi

organisasi dapat dilibatkan dalam mengevaluasi integrasi

sistem agar sesuai dengan prioritas organisasi. Akhirnya

diperoleh peta prestasi individu dan kelompok dalam bentuk

kontribusi pada pencapaian organisasi, serta kemudahan

presdir mengawasi proses operasional. Teknik ini dapat

menjadi acuan yang objektif dalam penilaian kinerja dan

remunerasi (Utama, Z. B., 2015).

Pengembangan LSS selanjutnya dalam bentuk tool SNS

adalah aplikasi dashboard department berupa integrasi

gabungan LSS dari seluruh proses kerja yang ada dalam

suatu department, seterusnya dalam bentuk dashboard divisi

yang terdiri dari gabungan dashboard department

didalamnya dan terakhir dashboard organisasi yang terdiri

atas gabungan dashboard divisi didalamnya sebagaimana

gambat berikut ini.

Page 205: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

189

Gambar Bagan aliran kendali berdasarkan dashboard tiap bagian

Gabungan hasil proses LSS di bawahnya akan menjadi

dashboard untuk fungsi di atasnya. Untuk korporasi bisa

dibuatkan corporate dashboard yang terdiri atas gabungan

dashboard organisasi. Dashboard menyatukan strategi organisasi

dengan operasional organisasi. Pengambil kebijakan setiap saat

dapat mengikuti dengan baik perkembangan dan arah seluruh

proses operasional untuk mengendalikannya agar searah dan

sejalan dengan strategi. Proses LSS membangun dashboard

dimulai dengan membangun alur komunikasi data yang

digambarkan seperti sarang laba-laba (SNS), secara sederhana

diperlihatkan oleh gambar berikut ini.

Gambar Pola aliran proses Spider Net System (SNS)

Page 206: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

190

Umumnya proses kerja berinteraksi dengan bagian lain

dalam berbagai lapisan hirarki, pada gambar diperlihatkan

oleh titik sentuh yang berbentuk bulatan. Dengan LSS

berbagai lapis hirarki ini dilewati dengan sangat baik

mengingat setiap proses yang berjalan akan langsung masuk

pada sistem report yang terintegrasi, sehingga setiap selesai

suatu proses maka proses tersebut dianggap sudah

berjalan sekalipun belum ada reaksi dari proses-proses

berikutnya. Dengan demikian inisiator tidak bisa menjadi

kambing hitam dari suatu masalah sekalipun level hirarkinya

lebih rendah. Sebaliknya jika proses awal belum selesai maka

tidak bisa disalahkan jika proses berikut belum

menindaklanjuti.

Hal ini menjadi penting karena terkadang pada saat

tertentu terjadi komunikasi yang kurang baik antara satu

departemen dengan yang lain yang membuat tindak

lanjut proses kerja menjadi terhambat. Dengan teknik

integrasi spider diatas, maka proses kerja tidak bisa

diambangkan begitu saja karena selesainya setiap proses dan

masuk ke next process akan tercatat melalui jaringan

komputer.

Maka mudah dibuktikan jika ada departemen yang

menghambat proses kerja departemen lain dengan tidak

menindaklanjuti proses yang terkait dengannya, atau

sebaliknya menahan prosesnya sehingga tidak bisa

ditindaklanjuti proses berikutnya.

Dengan sudah tersusun dan terintegrasikannya seluruh

LSS pada setiap fungsi masing-masing department bisa

dikembangkan bentuk dashboard, sehingga cukup dengan

perangkat multimedia standard semacam telepon genggam

dengan dilengkapi fasilitas multimedia, seorang presdir bisa

melihat seluruh proses kerja sampai pada kedalaman paling

dasar dari seluruh operasional organisasi.

Page 207: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

191

Dengan sistem alarm yang menghubungkan proses

(kondisi tertentu) dengan telepon genggamnya, maka Presdir

bisa menjaga performa organisasi setiap saat dimana saja

dan kapan saja sesuai arah strategi organisasi. Untuk

melihat masalah lebih dalam Presdir bisa masuk ke

dashboard divisi dan departemen guna menemukan jawaban

setiap masalah yang dideteksi oleh company dashboard.

Salahsatu terapan dashboard dalam pengendalian

resiko hubungan industrial di organisasi dapat dilihat

dalam gambar berikut.

Proje ct ProjGambar Dashboard Hubungan Industrial di Organisasi

Page 208: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

192

Menunjukkan pemenuhan syarat strategi manajemen

oleh setiap bidang kerja yang ada dalam bidang hubungan

industrial. Dimana OP adalah pencapaian keseluruhan,

sedang setiap fungsi bidang kerja dari total 9 fungsi

ditunjukkan oleh dashboard 1 sampai 9. Sepanjang tahun

dashboard akan bergerak terus setiap hari, memberitahu apa

yang harus segera dipenuhi dalam memenuhi syarat

pencapaian strategi organisasi.

F. Kesimpulan

1. Indikator jalannya LSS dan SNS dalam sebuah

organisasi:

a. Supervisor menguasai sangat dalam bidangnya

melingkup sistematis proses dan continuous

improvement, atasan supervisor menguasai naik

turunnya performa setiap hasil kerja bidang yang

dipegang setiap supervisor

b. Supervisor dibawah koordinasi atasan (manajer

up) melakukan presentasi bidangnya ke seluruh

level di atasnya (manajer up) terkait bidangnya

tersebut mengenai LSS yang dibangun untuk

pelayanan

c. Untuk memenuhi syarat eksperimentasi (Brown &

Eisenhardt, 1998), lebih dalam supervisor dapat

mengembangkan skripsi atau tesis untuk penelitian

di bidangnya. Ini jadi mudah karena dalam jangka

waktu tertentu sistem sudah memberikan sangat

banyak data dari berbagai variasi perubahan.

d. Manajer dibawah koordinasi atasan melakukan

presentasi bidangnya ke seluruh level di atasnya

(GM, direksi) terkait SNS yang dibangun untuk

pelayanan

Page 209: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

193

e. Sama dengan butir c diatas, manajer dapat

mengembangkan tesis atau disertasi untuk

penelitian di bidangnya yang lebih komprehensif

dalam satu pola Divisi yang berhubungan dengan

pencapaian strategi organisasi atau organisasi.

2. Penelitian berapa jarak suatu fungsi kerja dengan strategi

manajemen di organisasi swasta (perusahaan), masih

terbatas dilakukan di bidang pendukung (support),

khususnya bidang SDM dan hubungan industrial. Kami

menemukan kisaran pencapaian masih berada dalam

angka 60% sampai 70%. Perkiraan kami bahwa

dashboard bidang proses inti organisasi (core process)

seharusnya bernilai dalam kisaran diatas 90%. Hal ini

disebabkan bagian proses inti atau biasa disebut bagian

produksi, selalu menuntut keberhasilan proses yang tinggi

dengan diikat oleh SOP yang ketat. Syaratnya target

strategi yang ditetapkan KPI harus tepat.

3. Berdasarkan hasil analisa butir 2 diatas, maka penerapan

LSS di bagian support menjadi sangat penting, sehingga

bagian support dapat menjalankan seluruh proses rutin

secara sistematis dan fokus total membantu core process

untuk meningkatkan kualitas dan menurunkan biaya,

seiring dengan meningkatnya cadangan waktu untuk

mengembangkan kompetensi inti organisasi. Sebagaimana

diketahui bagian support atau diluar proses inti organisasi

menghadapi dilema produktifitas selama ini,

mengingat perbedaan mendasar dari pekerja proses inti

yang jelas terukur hasil kerjanya. Maka ukuran hasil kerja

dari fungsi support adalah kemampuan untuk menjaga

konvergensi guna meniadakan resiko produksi dengan

Page 210: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

194

membangun sistematika proses kerja yang terintegrasi

dengan seluruh bagian yang berhubungan dengan proses

kerjanya.

4. Berdasarkan kesimpulan butir 3 dapat disimpulkan pula

bahwa dalam pelaksanaan kerja sehari-hari bagian support

hendaklah meniadakan pekerjaan yang bersifat rutin

dengan membangun LSS untuk seluruh pekerjaan rutin

tersebut, sehingga tidak pernah ada lagi kita mendengan

pekerja support yang berdalih tidak mempunyai waktu

karena disibukkan oleh tugas rutinnya, sehingga tak

sempat untuk mengikuti meeting pembahasan solusi

masalah dalam sistem manajemen organisasi. Bagian

support hendaklah fokus sepenuhnya kepada inovasi

membangun antisipasi resiko proses seiring

pengembangan kompetensi inti organisasi.

5. Penerapan prinsip konvergensi saat ini masih terbatas pada

perusahaan korporasi besar yang merasakan sangat

pentingnya peran aset intelektual bagi ketahanan

organisasi dalam jangka panjang. Kebanyakan pimpinan

perusahaan yang berukuran kecil dan menengah masih

ragu dalam menerapkannya, terutama mereka yang masih

berharap pada penjualan jasa dalam skala proyek yang

terbatas waktu, sehingga lebih fokus bekerjasama terbatas

dengan pihak ketiga dalam menjalankan proyek tanpa

merasa harus berinvestasi pada aset intelektual.

Disamping jawaban klasik mereka merasa tidak yakin

untuk membiarkan pekerja support tidak disibukkan oleh

pekerjaan rutinnya. Padahal mereka seharusnya paham,

sangat penting memisahkan orang dari pekerjaan.

Page 211: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

195

REFERENSI

Brown, S.L.& Eisenhardt, K.M. 1998. Competing on the

edge: strategy as structured chaos. Boston: Harvard Business

School Press.

Daft Richard L., New Era of Management, ninth edition,

cengage learning international, 2010

Jerry, Maycunich, Beyond Learning Organization,

Perseus Book, Cambridge, Massacusetts, 2001

Kaplan Robert S. and Norton David, The Strategy

Focused Organization, Harvard Business School Press

Boston Massachusetts, 2001

Porter, M.E. Competitive strategy: Techniques for

analyzing industries and competitors. New York: Free Press,

1980

Snell, S. A., Youndt, M. A. and Wright, P. M.

Establishing a framework for research in strategic human

resource management: Merging resource theory and

organization learning, Research in Personnel and Human

Resources Management, 14. 1996.

Snell, S.A., Lepak, D.P. & Youndt, M.A., Managing the

architecture of intellectual capital: implications for strategic

human resource management. In G.R. Ferris (Ed.) Research in

Personnel and Human Resources Management. 175-193.

Supplement 4. London: JAI Press, 1999

Snell, S. A., Shadur, M. A. & Wright, P. M., Human

resources strategy: The era of our ways (CAHRS Working

Paper #00-17). Ithaca, NY: Cornell University, School of

Industrial and Labor Relations, Center for Advanced Human

Resource Studies, 2000

Page 212: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

196

Schuler, R.S. & MacMillan, Gaining competitive

advantage through human resource practices, Human

Resource Management, 1984

Quinn, J.B. The intelligent enterprise: A new

paradigm, Academy of Management Executive, 6(4), 1992

Wernerfelt, B. A resource-based view of the firm,

Strategic Management Journal, 5: 171180, 1984

Utama, Z.B., Membangun Organisasi yang Tumbuh,

Lingkar Sinergi Sejati, Jakarta, 2010

Utama, Z.B. Anomali Kebijakan Keuangan Negara

Dan Solusinya Melalui Perubahan Budaya Kerja Di Lembaga

Pengguna Anggaran, Jurnal Integritas, Komisi

Pemberantasan Korupsi, KPK, 2015

Page 213: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

197

KISAH ENAM KOTA

CATATAN PERJALANAN DALAM

MEMBANGUN KOMPETENSI DISTINCTIVE

Oleh: Laksda TNI Dr. Ir. Suyono Thamrin, M.Eng.Sc.

Dosen Universitas Pertahanan

email: [email protected]

A. Pendahuluan

Catatan ini untuk memberikan gambaran secara garis

besar tentang peran diri penulis untuk menghimpun

kompetensi diri di TNI AL. Sebetulnya bisa ditanyakan juga

apalah arti peran diri, namun dalam konteks ini peran

tersebut dilihat dari perspektif manajemen sumber daya

manusia (SDM) yang telah menempatkan manusia sebagai

asset terpenting di dalam organisasi. SDM dengan bilangan

tertentu, katakanlah 87, 200, 40, 500, atau berapa pun jumlah

personel yang mengawaki organisasi, pada akhirnya akan

menunjuk juga pada orang per orang yang ada di dalam

organisasi tersebut. Ketika menunjuk pada orang, sudah

barang tentu akan dilihat bagaimana kapasitas dan perannya

di dalam organisasi. Memang diakui peran SDM di dalam

organisasi adalah utama dan dalam konteks itu SDM telah

ditempatkan sebagai modal social yang dalam pengelolaannya

disebut sebagai human capital management. SDM sebagai modal

social memiliki potensi yang dapat dikembangkan secara

optimal dalam memajukan organisasi. Namun dalam hal ini,

disadari bahwa tiap manusia tidak selalu memiliki potensi

yang sama. Itulah sebabnya dalam proses rekrutmen dan

seleksi, pihak organisasi yang melaksanakan manajemen

secara benar biasanya menaruh perhatian besar untuk

melaksanakan proses rekrutmen dan seleksi tersebut secara

Page 214: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

198

benar. Jangan sampai terjadi, proses rekrutmen dan seleksi

tidak dapat menjaring SDM yang memiliki potensi tinggi.

Sesuai hasil pengalaman di bidang pengelolaan SDM, jumlah

SDM yang banyak tidak dapat menjamin mereka dapat

menopang keberhasilan organisasi. Orientasi terhadap SDM

bertalenta dan memiliki keunggulan sesuai kebutuhan

merupakan bagian dari pengelolaan SDM yang dilakukan

pada masa sekarang ini.

Pentingnya peran SDM melalui keberadaan peran diri

ini dapat dilihat pula dari referensi tentang teori dan konsep

kepemimpinan. Dalam referensi kepemimpinan, terlihat

tandem antara pemimpin dan pengikut. Tandem yang

dimaksudkan di sini adalah dalam bentuk implementasi

saling pengaruh antara satu dengan yang lain. Pengaruh

tidak hanya dilihat sepihak dilakukan oleh pemimpin, tetapi

juga atas peran yang dilakukan pengikut. Wirawan (2013)

menyebutkan bahwa dalam proses interaksi social, pengaruh

bukan hanya milik pemimpin, tetapi antara pemimpin (agen)

dan para pengikut (target) terdapat saling pengaruh. Berbagai

pengalaman dan kesempatan dapat diketahui melalui

interaksi pemimpin dan pengikutnya tentang proses saling

pengaruh tersebut. Dalam hal ini dapat digarisbawahi, bahwa

sekecil apa pun keberadaan seorang pengikut namun ketika

dapat memberikan pengaruh secara signifikan, tentu

perannya selayaknya untuk diapresiasi. Hanya saja patut

diberi catatan, perspektif di sini bukanlah fokus pada

personal, namun sebagai catatan saja untuk melihat berbagai

pengalaman yang rasanya penting untuk dibagikan.

Catatan ini lebih banyak terbangun bukan by design

berdasarkan kepada kompetensi dasar saya sebagai seorang

"mekanik" yang merupakan hasil bekal awal dari organisasi

melainkan karena keberuntungan (luckiness) dan faktor lain.

Faktor keberuntungan ini dalam banyak hal juga sebetulnya

Page 215: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

199

masih terkait dengan spectrum penugasan sebagai seorang

mekanik yang bekerja di dalam organisasi dengan ciri

kedisiplinan dan loyalitas. Selanjutnya faktor-faktor lain ini

menyangkut berbagai pengalaman keberadaan di enam kota

atau tempat berlabuh. Pada berbagai kota tersebut terdapat

dinamika yang telah turut mewarnai pola pikir dan pola

tindak saya dalam kedinasan, penugasan dan dalam

menghadapi masalah kehidupan sehari-hari. Keenam kota itu

adalah Jakarta, Brisbane, Freetown, Bangkok, Sudan, dan

Beijing.

B. Catatan Pertama: Jakarta

Saat berpangkat Kapten, dari penugasan semula di

Surabaya kemudian saya mendapat perintah mutasi ke Mabes

AL di Jakarta. Dengan berbekal ijazah AAL jurusan Teknik

dan S1 jurusan Teknik Manajemen Industri Sekolah Tinggi

Teknologi Angkatan Laut, bismillah, saya berangkat

meninggalkan keluarga di rumah kontrakan Jalan Sedayu

III/23, Surabaya. Di Jakarta, berkat pertolongan dari para

senior, alhamdulillah, saya akhirnya mendapatkan tempat

tinggal di mess perwira yang tidak jauh dari kantor. Dari

perspektif pengelolaan SDM, ketersediaan mess yang

dapatkan tersebut menjadi salah satu poin catatan saya.

Organisasi seharusnya dapat memfasilitasi atau memberikan

kompensasi yang dapat mendukung kebutuhan hidup

personelnya.

Sebagai seorang Perwira yang mengawali titian

kariernya di Surabaya dan bukan berasal dari Jakarta,

bertugas di Ibukota merupakan penugasan yang sangat

menantang. Penuh dengan tuntutan. Highly demanding. Frasa

“kejamnya ibu tiri tidak sekejam ibukota” jadi terasa begitu

nyata. Semua pergerakan berbuntut biaya. Kondisi tersebut

menuntut keterampilan tersendiri agar saya dapt mengatasi

Page 216: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

200

berbagai persoalan yang menghadang. Artinya dalam hal ini

tuntutan bukan sebatas optimalisasi pelaksanaan kinerja

sebagai bagian dari organisasi, tetapi juga optimalisasi

pengelolaan anggaran rumah tangga. Bukankah ada begitu

banyak juga cerita miring, karena tidak mampu melakukan

afektivitas dan efisiensi, akhirnya pegawai takluk oleh

perilaku yang menyimpang. Untuk itu dibutuhkan akurasi

diri. Untungnya, pada saat yang sama ada tawaran untuk

menjadi pengajar. Mestinya tawaran tersebut sangat terkait

erat dengan upaya pengelolaan anggaran rumah tangga.

Namun pada bagian ini, saya lebih melihatnya sebagai

kesempatan untuk melakukan aktualisasi diri. Maka pada

tahun-tahun selanjutnya, di luar jam dinas atau jam kerja, saya

memanfaatkan idle capacity yang ada untuk mengajar di STTI

di Raden Saleh, kerja paruh waktu di perusahaan

penyeberangan hingga membuat bengkel yang menerima

pekerjaan-pekerjaan mesin atau motor di atas kapal.

Tapi, saya ingin kembali kepada cerita saat hari-hari

awal setibanya di Jakarta. Pada hari pertama di kantor, saya

di-interview oleh atasan saya, Kepala Sub Direktorat

Pembinaan Tenaga Manusia atau disingkat Kasubdit

Binteman saat itu.

“Pak Thamrin, di Jakarta tinggal di mana?” tanya Pak

Kasubdit.

"Mohon izin, saya asli Kudus, Bapak," saya menjawab

dengan lugu.

“Oh dari Kudus? Skripsinya tentang personel ya,

menulis tentang apa?” Ia melanjutkan.

"Mohon izin Bapak, saya menulis skripsi tentang

kebutuhan suku cadang kritis untuk motor pokok KRI FTH

kalau akan berlayar, kebetulan saya saat perwira remaja

berdinas di KRI FTH." Saya menjelaskan skripsi saya dan

dengan dua pertanyaan itu akhirnya wawancara itu selesai.

Page 217: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

201

Lalu Kasubdit memberikan saran agar saya tetap bekerja

dengan baik.

Dalam prespektif pembinaan MSDM sebenarnya

dalam interview di atas ada beberapa kesalahan mendasar.

Pertama, bagaimana mungkin seorang yang berkecimpung di

bidang pembinaan SDM tidak tahu dari mana kelahiran calon

anak buahnya dan juga tidak tahu apa kompetensi calon anak

buahnya? Dalam setiap jabatan tentunya melekat job

description, job analysis, job information, job spesification dan job

evaluation untuk menjamin pengawak organisasi akan mampu

bekerja secara optimal pada jabatan tersebut. Tentunya bila

penempatan jabatan itu mangacu kepada “the right man on the

right place” maka pertanyaan-pertanyaan pada interview tadi

tidak akan muncul. Jangan-jangan penempatan saya saat itu

adalah laksana daun kering yang jatuh ditiup angin entah

kemana? Namun karena kita percaya bahwa semua adalah

kehendak Yang Mahakuasa, maka kejadian seperti ini bukan

dijadikan kajian manajemen SDM melainkan lebih menjadi

pelajaran pribadi masing-masing anggota organisasi untuk

tetap melaksanakan self improvement atau menyerah melihat

kekurangan suatu sistem. Untunglah pada saat itu saya

seruangan dengan dua senior saya yang rajin dalam

membimbing yuniornya dalam melaksanakan tugas sehari-

hari saya sebagai Kasubsirendal kuat Ditrendalpersal.

Kesalahan kedua adalah bahwa penempatan itu seolah

tanpa mempertimbangkan

faktor pendukung untuk

tercapainya peleksanaan

tugas seseorang, dimana

dengan keluarga yang

berjauhan sudah barang

tentu sebagai manusia

biasa akan terpecah

Page 218: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

202

perhatiannya untuk dua sararan yaitu dinas dan keluarga.

Perumahan anggota menjadi kebutuhan mutlak untuk

menciptakan kepuasan kerja anggota sehingga menumbuhkan

motivasi berprestasi dan bekerja terbaik untuk organisasi.

Mengingat pekerjaan yang saya geluti adalah tentang

SDM maka dengan baik hati Kasubdit saya mengikutkan saya

dalam kursus Binteman di Mabes TNI yang pelaksanaannya

dilaksanakan Sekkau Halim Perdana Kusuma. Dengan

pembekalan itu saya akhirnya menjadi lebih familiar dengan

terminology yang digunakan dalam perencanaan personel

sesuai dengan tugas harian saya.

Ketika harapan dan kenyataan sangat berbeda maka

self improvement adalah merupakan langkah „filling the gap‟

yang akan melahirkan peluang baru bagi perbaikan masa

depan. Saya selalu berupaya mengasah diri saya agar

memiliki kompetensi dalam bahasa Inggris dengan harapan

bisa menuntut ilmu ke negara Paman Sam, Naval Post-

graduate School

di Monterey

karena terobsesi

oleh senior saya

di kapal

sebelumnya.

Akhirnya saya

dinyatakan

diterima di

NPGS dengan

major international resources planning. Namun demikian, pecah

kerusuhan 27 Juli. Keberangkatan saya ke Amerika ditunda.

Oleh Kemhan, saat itu masih disebut Dephan, saya

dimasukkan dalam daftar tunggu Beasiswa ke LN dan

diikutkan dalam kursus bahasa Inggris “ TOEFL IV” di

Page 219: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

203

Pusbasa Hankam bersama beberapa rekan yang juga akan

belajar ke luar negeri.

Dalam prespektif MSDM, pendidikan dan latihan

adalah upaya organisasi untuk mengisi berbagai kekurangan

tenaga ahli yang diperlukan organisasi. Seyogianya,

pendidikan dan latihan yang dikembangkan organisasi adalah

pendidikan dan latihan yang benar-benar diperlukan

organisasi, bukan asal sekolah seperti yang akan saya

laksanakan ini. Hal ini harus dikendalikan secara baik untuk

menjamin tidak terjadinya over capacity yang akan

menyebabkan tenaga ahli tersebut menjadi idle karena tidak

ada pekerjaan yang sesuai dengan keahlian personel tersebut.

C. Catatan ke 2 : Brisbane

Alih-alih berangkat ke NPS di Monterrey, saya justru

akhirnya diberangkatkan ke Brisbane, Australia, untuk

mengikuti pendidikan S-2 di sana. Pada waktu akan

berangkat ke Brisbane, saya diantarkan oleh Istri dan ketiga

anak saya di Bandara Internasional Sukarno Hatta,

Cengkareng.

Ketika mendarat di bandara Brisbane saya dikagetkan

oleh pemandangan yang belum pernah saya lihat di

Indonesia. Kenapa ada banyak sekali burung gagak

berterbangan? Saya kaget karena teringat akan mitos di

kampung saya bahwa burung gagak adalah lambang

kematian. Sempat gundah dalam hati saya, dan bertanya apa

arti tanda ini? Namun setelah agak lama, saya melihat bahwa

burung gagak ada dimana-mana di Brisbane. Legalah hati

saya.

Saya dijemput oleh seorang petugas dan olehnya saya

diantarkan serta diinapkan di Indoopilly Hotel. Lokasi hotel

Page 220: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

204

ini dekat dengan kampus dimana saya akan belajar yaitu

University of Queensland (UQ).

Karena pada saat tiba di

Australia kemampuan bahasa

Inggris saya belum memenuhi

standar yang ditetapkan, maka

saya dimasukkan dalam kursus

bahasa Inggris untuk kuliah, atau

English for academic purpose (EAP).

Di tempat ini saya diajari bagaimana

cara mendengarkan kuliah dan

mencatat materi yang disampaikan

dosen, membuat materi paparan di kelas dan

membuat essay.

Pada awalnya saya diterima di UQ sebagai calon

mahasiswa S2 jurusan information technology, namun ternyata

program itu sudah tidak ada lagi dan saya dialihkan di

jurusan environment management. Saya ragu atas pengalihan

sepihak ini, atau kembali ke pulang kampung. Masa

perkuliahan akan segera dimulai dan saya harus bisa

memutuskan jurusan apa yang paling tidak ada gunanya bagi

organisasi dan juga saya pribadi.

Berkat bantuan pak Wahyu Nirbito seorang

mahasiswa program Doktor di QUT (Queensland University

of Technology), saya dikenalkan dengan Professor Wong,

Ketua Program Pendidikan Engineering and Engineering

Management di QUT. Setelah mendengarkan masalah saya,

Sang Profesor bersedia menerima saya sebagai mahasiswa

QUT. Alhasil, uang kuliah yang telah saya setorkan ke UQ

langsung ditransfer ke QUT.

Di QUT saya belajar Advance manufacturing technology,

energy management, maintenance management, asset management

and international finance, total quality management, project

Page 221: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

205

management, simulation dan material requirement planning, paling

tidak ada relevansinya sedikit dengan kedinasan saya.

Suatu ketika, saya berbincang-bincang dengan salah

seorang temen sekelasku, Greg.

Greg bertanya, "Mengapa kamu kuliah susah-susah?

Apa yang akan kamu dapatkan setelah ini?”.

Jawab saya, “Tidak tahu. Terserah nanti bagaimana

senior menempatkan saya”.

"Lho kok gitu?", sahutnya, "Kalau saya, setelah ini gaji

saya akan naik menjadi

39,000 A$ per tahun."

Dari perspektif

MSDM, terdapat beberapa

hal yang dapat dijadikan

perhatian dalam penggalan

cerita di atas, khususnya

bagi para pengawak

organisasi yang

berkecimpung di MSDM.

Pertama, kursus bahasa

Inggris “EAP” adalah

bridging course untuk

membekali siapa saja yang

hendak melaksanakan

kuliah di perguruan tinggi.

Materinya didesain seperti

pelaksanaan kuliah yang sebenarnya, membuat note taking

saat mendengarkan kuliah, berdiskusi, membuat essay, riset

menggunakan internet dan juga belajar bagaimana

mempresentasikan ide/gagasan di depan kelas. Hal ini sejalan

dengan tujuan dilaksanakannya suatu kursus ataupun suatu

training untuk membekali calon mahasiswa agar siap dalam

mengikuti kuliah.

Page 222: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

206

Kedua, aspek penentuan jurusan. Penugasan saya

untuk sekolah, seperti rekan-rekan yang lain, seakan tidak

disesuaikan dengan kebutuhan organisasi. Dari 26 perwira

yang diberangkatkan bersama-sama saya, jurusannya

berbeda-beda, mulai dari linguistic

hingga project management.

Jadi, pendidikan ke luar

negeri yang dilaksanakan

belum merupakan

program untuk

pemenuhan kebutuhan

spesialisasi pengawak

organisasi secara lebih

spesifik. Penugasan itu

lebih bersifat pemberian

kesempatan untuk sekedar

"belajar" kepada

personilnya, tanpa

mempermasalahkan apa

yang akan dipelajari oleh

calon siswa. Hal ini sebenarnya merupakan hal yang kontra

produktif bagi organisasi karena sebenarnya kita telah

menyia-nyiakan waktu dan tenaga dengan menghamburkan

SDM untuk kegiatan yang tidak tepat sasaran. Memang, kalau

kita mengacu kepada ajaran agama, menuntut ilmu itu apa

saja diperbolehkan dan kapanpun harus diupayakan, mulai

dari ayunan hingga ke liang lahat. Namun demikian, tentu

akan lebih bijaksana bila ilmu-ilmu pengetahuan/ketrampilan

yang dipelajari atau yang ditugaskan kepada personel yang

akan belajar adalah subyek yang benar-benar akan bisa

dimanfaatkan oleh organisasi.

Page 223: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

207

D. Catatan ke 3 : Freetown, Sierra Leone

Kalau Anda pernah nonton film “Black diamond”, maka

lokasi

pengambilan

gambar untuk

film itu adalah di

Freetown, sebuah

kota di Sierra

Leone, Afrika

Barat. Di kota inilah

penugasan pertama saya di misi

perdamaian Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) sebagai Miltary

Observer (MILOBS). Untuk menuju ke kota ini saya harus

terbang terlebih dahulu ke Heathrow, sebuah Bandara di

London, dilanjutkan jalan darat menuju Gatwick, juga sebuah

Bandara di London, lalu kemudian melanjutkan penerbangan

ke Ghana. Setibanya di Ghana, saya harus bermalam sebelum

melanjutkan perjalanan keesokan harinya ke Sierra Leone.

Dari Bandara Lungi, di Sierra Leone, saya menuju Freetown

menggunakan

helikopter.

Sebuah

perjalanan yang cukup

panjang, melelahkan

dan menakjubkan.

Panjang karena

perjalanan itu melalui

Jakarta –Singapura -

Inggris – Ghana dan

akhirnya Sierra Leone.

Suatu hal yang tentunya

sangat melelahkan.

Menakjubkan karena

Page 224: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

208

begitu naik helicopter, pemandangan yang ada di jalan-jalan

itu persis seperti adegan film perang di bioskop layar lebar.

Banyak road block yang dijaga oleh serdadu bersenjata,

ditambah suasananya saat itu adalah hujan gerimis dan begitu

mendarat yang ada hanya kebingungan mulai dari mencari

akomodasi dan tugas yang akan dikerjakanpun belum jelas

karena saat itu misi UNAMSIL (United Nation Mission in Sierra

Leone) baru dimulai.

Pada periode pertama, saya ditempatkan di Hasting

team sebagai perwira DDR (Disarmament, Dimobilization and

Reintegration) yang bertugas mengorganisir proses perlucutan

senjata atau disarmaming para kombatan atau pihak yang

bersenjata. Dua tugas yang berkesan adalah ketika saya dan

seorang rekan saya harus menjemput Brigadir Mani di Kaidu

dengan asistensi seorang L.O Batalyon Ghana menggunakan

helikopter PAE dan yang kedua, bersama team leader (Ltk

Zamir Serkoulov) menerima beberapa kombatan cilik atau

child combatant di markas Brigadir 55 dengan kawalan APC.

Pada peride kedua, saya ditugaskan di Daru Team

sebagai operation officer. Daerah yang sangat jauh dari

Freetown dan sangat dekat dengan markas faksi yang bertikai.

Makanya tidak heran jika pada tanggal 2 mei 2000 rekan-rekan

MILOBS dari Kailahun tim disandera oleh tentaranya Foday

Sankoh, yang akhirnya bisa dibebaskan dengan Operasi

Khukri oleh tentara Inggris dan India. Dari kedua periode

penempatan itu, yang menakutkan adalah kombatan karena

mereka kebanyakan dalam keadaan mabuk dan yang paling

menakutkan adalah penyakit malaria dan lazza fever, dimana

personel yang terjangkit penyakit ini, pagi terkena penyakit

itu maka sorenya akan mati.

Page 225: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

209

Dalam prespektif MSDM, penugasan ke misi ini minim

bekal. Seharusnya mereka mendapatkan pre deployment

training terlebih dahulu. Dalam penugasan ini kami tidak

mendapatkan pembekalan yang memadai tentang daerah

tujuan. Hal itu disadari karena saat itu

belum ada Peace

Keeping

Center

seperti

sekarang ini

yang telah

dimiliki TNI

di Sentul.

Pengiriman

personel ke

medan seperti

ini harus

dibekali

pengetahuan

yang memadai

tentang daerah

tujuan dan

berbagai kendala yang akan

dihadapi oleh personel yang akan ditugaskan.

Pengetahuan tentang geografi, demografi dan ipoleksosbud

mutlak diperlukan agar kita dapat melaksanakan tugas

dengan baik. Ini merupakan pembelajaran bagi kita, agar di

kemudian hari pengiriman perwira ke misi PBB mutlak

diberikan pembekalan yang memadai agar personil siap lahir

batin.

Page 226: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

210

E. Catatan ke 4 : Bangkok, Thailand

Siapa yang mengira atau memprediksi akan terjadi

tsunami sedahsyat yang terjadi di Aceh 26 Desember 2004?

Karena bencana ini juga, saya berdua dengan Letkol I Wayan

Deli (Alm) ditugaskan menjadi liason officer atau L.O untuk

Letnan Jenderal Marinir Blackman di markas “Joint Task

Forces” JTF-536

Utapao,

Bangkok,

Thailand.

Tugas

sehari-hari

kami adalah

meng-update

Komandan

JTF-536

tentang apa-

apa yang telah dilaksanakan oleh pemeritah Indonesia dalam

hal ini BNPB dan Satgas BNPB serta organ-organ dibawahnya

dalam menangani tsunami di Aceh dan memberikan

saran tindak tentang operasi-operasi yang akan dilaksanakan,

Page 227: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

211

seperti mengantarkan logistic di bandara maupun kordinasi

tentang kunjungan

pejabat RI yang

akan on board di

kapal induk USS

Lincoln. Tugas ini

sangat mendadak

sehingga terkesan

terjun bebas, kami

pun berupaya

menjalin kontak dengan Lanud Banda Aceh dan Sabang agar

semua bantuan yang akan dideliver dapat sampai tujuan

sesuai jadual. Begitu juga saat team JTF melakukan quick

assessment kebutuhan logistik. Tim ini merujuk kepada SOP-

MPAT yang merupakah hasil design bersama negara-negara

di Asia Pasific. JTF-536 berubah nama menjadi “ Combined

Support Forces” CSF-536.

Dari cerita singkat dia atas dapat diambil pelajaran

bahwa penugasan apapun, personel yang ditugasi harus

diberi pembekalan secukupnya sehingga personel tersebut

mengetahui dengan jelas tugas yang harus diembannya,

sehingga tugas tersebut akan dapat dilaksanakan dengan baik.

F. Catatan ke 5: Kharthoum, Sudan

Saya beserta 3

rekan lainnya mendapat

tugas untuk menjadi

MILOBS di UNMIS

(United Nation Mission in

Sudan). Mandat PBB di

Sudan kali ini adalah

untuk mengawal “Comprehensive Peace Agreement” yaitu

Page 228: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

212

perjanjian antara pemerintah Sudan pusat dengan SPLA (

Sudanesse People Liberation Army ). Untungnya pada misi ini

kita dibekali deployment

training selama 2 minggu di

Nairobi.

Pembekalan tersebut

sangat terorganisir dengan

baik, dengan tenaga

pengajar yang telah

berpengalaman di berbagai

misi perdamaian di dunia.

Materi yang diajarkan pun sangat

lengkap mulai dari budaya Sudan, bernegosiasi, pembekalan

tentang peranjauan, dan juga tentang fihak-fihak

yang

bertikai.

Pada

penugasan

ini, periode

pertama saya

sebagai

deputi team

leader dan

merangkap

personel

officer di Kauda team, southern

Kordofan dimana markas SPLA

berada. Dan pada periode kedua

saya berdinas di Kassala sebagai team leader.

Dalam prespektif MSDM penugasan di Sudan jauh

lebih siap daripada tugas MILOBs terdahulu, hal ini tidak lain

karena tahap persiapannya lebih matang daripada tugas

Page 229: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

213

G. Catatan ke 6: Beijing, China

Tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri China.

Kalimat di atas adalah sebuah hadist yang walaupun

oleh beberapa ulama Islam dipertentangkan kesahihannya,

namun dari

pandangan penulis

tidaklah berlebihan

jika sekitar 1400

tahun yang lalu Nabi

Muhammad SAW

menghimbau

umatnya untuk

menuntut ilmu

walau ke China. Bebarapa alasan

yang dapat dijadikan pemikiran adalah, pertama, China

merupakan negara yang mempunyai perjalanan sejarah

kehidupan manusia yang amat panjang. Bukankah kita

dihimbau untuk tidak melupakan sejarah, yang artinya kita

harus banyak belajar dari sejarah peradaban umat manusia

untuk kita ambil hikmah dari kejadian-kejadian masa lalu.

Kedua, China juga melahirkan ahli strategi perang

bernama Sun Zi (biasa oleh orang asing ditulis Sun Tsu) yang

sangat terkenal di dunia. Pemikiran ahli strategi klasik China

ini dipakai oleh berbagai kalangan baik praktisi militer

ataupun pebisnis. Oleh sebab itu, mendalaminya dari negeri

sumbernya merupakan hal bagus untuk memahaminya.

Page 230: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

214

Ketiga, China juga dianggap sebagai negeri di mana

beberapa hal ditemukan di sana. Beberapa di antaranya,

kertas pertama di dunia, teknik percetakan, bahan amunisi,

kompas dan lain-lain.

Dengan penemuan-

penemuan tersebut,

lahir ilmu-ilmu

lainnya serta

menggugah adanya

inovasi penemuan

baru yg bermanfaat

bagi manusia.

Keempat, China juga merupakan Negara yang

memiliki penduduk yang terbesar di dunia. Coba bayangkan

dengan 1,339 milyar manusia yang menghuni daratan China

berapa juta liter air minum yg dibutuhkan jika per orang per

hari? Jika setiap orang membutuhkan 8 liter saja maka

dibutuhkan 10,7 milyar liter air untuk minum. Itu baru

urusan penyediaan air minum. Bagaimana dengan kebutuhan

pokok lainnya

seperti penyediaan

makan, sandang

dan papan serta

fasilitas lainnya.

Jelaslah semua itu

bukan pekerjaan

yang mudah.

Berdasarkan itu,

adalah tidak

berlebihan bila kita

perlu menengok ke

Page 231: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

215

China untuk mempelajari bagaimana mereka mengelola hal-

hal tersebut. Tentu kita hanya perlu mempelajari hal-hal yang

baik saja.

Seperti diketahui bersama bahwa reformasi negara

Republik Rakyat China (RRC) dilaksanakan sejak tahun 1978

telah menghasilkan kemajuan di segala bidang. Data statistik

menunjukkan bahwa selama 30 tahun pertumbuhan ekonomi

RRC merupakan tercepat di dunia dan dapat meningkatkan

standar kehidupan rakyatnya secara signifikan. Capaian

tersebut perlu kiranya layak dijadikan pelajaran atau minimal

bahan studi banding. Di samping prestasi gemilang yang

selama ini diraih tentulah ada banyak tantangan tantangan

yang harus dihadapi oleh pemerintah RRC baik dalam sekala

nasional maupun internasional untuk menjamin

terselenggaranya kesinambungan pembangunan RRC di masa

mendatang dikaitkan dangan perkembangan lingkungan

strategis baik nasional, regional dan global.

Oleh-oleh belajar dari CDS NDU CPLA, pada modul

persiapan

siswa diajari

tentang

pelajaran

bahasa

Mandarin

dan computer

network di

CDS. Pada modul dasar siswa diajari China studies, War History

and Military Thought, Science of Leadership and Strategic

Management. Pada modul utama siswa dibekali International

security, National Security Strategy, Development of National

Defense and Army Building,Military strategy dan Employmet of

Military Forces. Sedangkan pada modul praktis komprehensif

siswa diajak mengikuti kegiatan Academic visit and study tour

Page 232: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

216

ke berbagai kota-kota yang terkenal di China, International

security Symposium, dan latihan peran pada Comprehensive

Scenario.

H. Penutup

Demikian sekilas cerita perjalanan hidup saya semoga

ada kebaikan yang dapat diambil darinya, sesuai dengan

pepatah China, “san ren xing bi you woshi” yang artinya "di

antara tiga, pasti ada satu yang dapat dijadikan guru".

Page 233: (GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)opac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/e72e1...(GLWRU 7DWDU %RQDU 6LOLWRQJD 3(563(.7,)

Penerbit: UUNHAN PressUNIVERSITAS PERTAHANANKawasan IPSC, Sentul, Bogor, Jawa BaratTelp: 021-87951555 Fax: 021-87953757Website: www.idu.ac.id