Glomerulonefritis Akut
-
Upload
putra-mahautama -
Category
Documents
-
view
88 -
download
0
description
Transcript of Glomerulonefritis Akut
Glomerulonefritis Akut
Skabies dengan Infeksi Sekunder
Oleh:
Pembimbing: dr. Sukardi, Sp.A
DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA DI
BAGIAN/SMF ILMU KESEHATAN ANAK RSU PROP. NTB
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2013
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TIJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
B. Etiologi
C. Patofisiologi
D. Manifestasi Klinis
E. Diagnosis Banding
F. Penatalaksanaan
Pemeriksaan Penunjang.
Komplikasi.
Skabies dengan Infeksi Sekunder
PENDAHULUAN
Penyakit ini disebut juga The itch, Norwegian itch, seven years itch, gatal,
agogo dan budukan1. Skabies adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
Sarcoptes scabiei varian hominis, yang penularannya melalui kontak langsung
dengan kulit. Pada tahun 1867, Benomo menemukan kutu skabies dan Von Hebra
pada abad XIX yang telah melukiskan tentang pengetahuan dasar dari penyakit
ini1. Skabies merupakan penyakit endemi di banyak masyarakat, dapat mengenai
seluruh ras dan golongan di seluruh dunia, baik dewasa dan anak-anak, insidens
sama pria dan wanita. Insidensi di Indonesia masih cukup tinggi, terendah di
daerah Sulawesi Utara dan tertinggi di Jawa Barat, dari penelitian di RS Dr.
Soetomo Surabaya didapatkan insiden pada tahun 1983-1984 ialah 2,7%,
sedangkan di RSU Dadi Ujung Pandang sebesar 0,67% (1987-1988) 1.
Banyak faktor yang mempengaruhi kejadian skabies, antara lain, sosial
ekonomi yang rendah, higiene yang buruk, hubungan seksual, dan kesalahan
diagnosis2. Adapun cara penularannya antara lain kontak langsung ( berjabat
tangan, tidur bersama, dan hubungan seksual) dan kontak tak langsung ( pakaian,
sprei, handuk, bantal, dan lainnya). Biasanya penularannya terjadi oleh karena
Sarcoptes scabiei betina yang sudah dibuahi atau kadang oleh bentuk larva. Ada
juga yang sumber penularannya dari hewan peliharaan (seperti anjing) yang
berasal dari varian animalis2.
Patogenesis dari penyakit ini ialah dikarenakan tungau skabies dan
garukan dari pasien sendiri, hal ini dikarenakan karena sensitasi terhadap sekreta
dan ekskreta tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi.
Pada saat itu timbul kelainan kulit menyerupai dermatitis, seperti papul, vesikel,
urtika dan lainnya. Dengan menggaruk, akan timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan
infeksi sekunder2. Sedangkan gatal yang timbul akibat dari sensitasi terhadap
tungau skabies yang terjadi dalam 24 jam setelah sensitasi yang terjadi setelah
beberapa minggu3.
Gejala klinis yang sangat menonjol ialah rasa gatal yang terjadi terutama
pada malam hari, lesi yang khas dan patognomonik ialah berupa terowongan kecil
yang agak meninggi, berkelok dan berwarna putih keabuan ( bila belum ada
infeksi sekunder), dengan panjangnya kurang lebih 10mm 3. Kelainan dapat
berupa papul, vesikula, urtika, ekskoriasi, krusta dan bila timbul infeksi sekunder
akan terdapat pustula yang menghaburkan lesi primernya3. Adapun tempat
predileksi dari penyakit ini ialah, sela-sela jari tangan, telapak tangan, pergelangan
tangan sebelah dalam, siku, ketiak, daerah mammae, daerah pusar dan perut
bagian bawah, daerah genitalis eksterna dan pantat, dalam satu rumah/komunitas
yang terkena lebih dari satu pasien4. Pada anak-anak, terutama yang berusia
kurang dari 2 tahun, lesi cenderung di seluruh tubuh, terutama kepala dan leher,
telapak tangan dan kaki, sedangkan pada anak yang lebih besar predileksi lesi
menyerupai orang dewasa. Pada bayi lesi dapat ditemukan di muka dan kulit
kepala, terutama yang minum air susu ibu (ASI) dari ibu yang menderita skabies5.
Secara singkat terdapat 4 tanda kardinal, bila 2 dari 4 tanda kardinal diatas
maka diagnosis dapat ditegakkan2 :
1. Pruritus Nokturna
Gatal pada malam hari , karena aktivitas tungau yang lebih tinggi pada
suhu yang lembab dan panas
2. Sering menyerang manusia secara kelompok, bilamana dalam satu
keluarga, biasanya semua terkena infeksi, begitu pula kampung padat
penduduk yang tetangganya bisa terkena infeksi. Bila terkena infeksi
dari tungau ini namun tidak menimbulkan gejala, penderita ini bersifat
pembawa (karier)
3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat predileksi yang berwarna
putih atau keabuan, bergaris lurus, atau berkelok, rata-rata panjang 1
cm, pada ujung terowogan ditemukan papul atau vesikel, bila disertai
infeksi sekunder maka lesinya polimorfik (pustul, ekskoriasi, dan lain-
lain), biasanya tempatnya pada stratum korneum tipis yang sudah
disebutkan di atas.
4. Menemukan tungau, merupakan hal paling diagnostik. Cara
menemukannya ialaha dengan tekhnik scrapping :
a. Carilah terowongan, kemudian lihat ujungnya yang terdapat
papul atau vesikel dicongkel dengan jarum dan diletakkan di
atas sebuah kaca objek, ditutup dengan kaca penutup kemudian
di lihat dengan mikroskop cahaya
b. Dengan cara menyikat di tampung diatas selembar kertas putih
dan dilihat dengan kaca pembesar
c. Dengan membuat biopsi irisan, lesi dijepit dengan 2 jari
kemudian dibuat irisan tipis dengan pisau dan diperiksa dengan
mikroskop cahaya]
d. Dengan biopsi eksisional diperiksa dengan pewarnaan H.E
Adapula bentuk-bentuk skabies khusus1 :
1. Skabies pada orang bersih, sulit didiagnosis, karena kutu ikut hilang
setelah pasien mandi
2. Skabies pada bayi dan anak
3. Skabies yang ditularkan oleh hewan, Sarcoptes scabiei van canis dapat
menyerang manusia yang pekerjannya misal sebagai peternak atau
penggembala, gejalanya ringan, tidak timbul terowongan, lesi terutama
pada tempat kontak, sembuh sendiri bila menjauhi hewan tersebut dan
mandi bersih
4. Skabies noduler, nodul yang timbul akibat reaksi hipersensitivitas,
yang sering terkena ialah genitalia pria, lipat paha dan aksila. Lesi ini
dapat menetap beberapa minggu, hingga beberapa bulan, bahkan satu
tahun walaupun sudah mendapat terabi skabies
5. Skabies inkognito, obat steroid topikal atau sistemik, dapat
menyamarkan gejala dan tanda skabies, sementara infestasi tetap ada,
sebaliknya pengobatan dengan steroid topikal yang lama dapat pula
menyebabkan lesi bertambah hebat, bisa dikarenakan penurunan
respons imun seluler
6. Skabies terbaring di tempat tidur (bed-ridden), biasa pada lansia atau
penderita penyakit kronis, yang tidur lama di ranjang akibat
penyakitnya, biasanya lesinya terbatas
7. Skabies krustosa (Norwegian scabies), lesinya berupa dermatosis
berkrusta pada tangan dan kaki, kuku yang distrofik, dan skuama yang
generalisata, bentuk ini sangat menular, dengan rasa gatal yang sedikit,
tungau dapat ditemukan dalam jumlah yang besar2. Krusta yang timbul
ini melindungi tungau dibawahnya, dikatakan sangat menular karena
jumlah tungaunya yang banyak dan rasa gatal yang ditimbulkan sangat
sedikit. Sering menyebabkan salah diagnosis, yang sering terkena ialah
lansia, penderita Down’s syndrome, sensasi kulit yang rendah (lepra,
syringomelia, tabes dorsalis), penderita penyakit sistemik yang berat
(leukemia dan DM), dan penderita imunosupresif (HIV dan pengguna
steroid atau sitotoksik yang kronis).
Pengobatan yang ideal ialah seluruh orang yang pernah berkontak dengan
pasien termasuk keluarga maupun tetangga. Sedangkan untuk prognosis,
tergantung dari cara pemilihan pemakaian obat, menghilangkan faktor
predisposis ( seperti higien), prognosisnya baik. Sedangkan komplikasinya
timbul karena tidak diobati beberapa minggu atau bulan dapat timbul erupsi
akibat dermatitis karena garukan, bisa berbentuk impetigo, ektima, selulitis,
limfangitis, furunkel, dan folikulitis. Sedangkan dermatitis iritan dapat timbul
akibat penggunaan obat anti-skabies, salep sulfur dengan konsentras 15% dapat
menyebabkan dermatitis bila digunakan terus-menerus selama beberapa hari
pada daerah kulit yang tipis. Benzilbenzoat juga dapat menyebabkan iritasi bila
digunakan 2 kali dalam sehari selama beberapa hari, terutama di sekitar genitalia
pria. Gamma benzena heksaklorida sudah diketahui menyebabkan dermatitis bila
digunakan secara berlebih1.
BAB III
Laporan Kasus
I. Identitias
a. Nama : An. S
b. Usia : 13 tahun
c. Jenis Kelamin : Laki-Laki
d. Alamat : Pringgarata
e. Pekerjaan : Pelajar
f. Status : Belum Menikah
g. Ruang Rawat : Dahlia 210
h. MRS : 04 Mei 2013
i. Tanggal Periksa : 10 Mei 2013
j. No. Rekam Medis : 51-18-96
II. Anamnesis/ Heteroanamnesis
a. Keluhan Utama :
- Nyeri Kepala
b. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengeluhkan nyeri kepala sejak mulai demam ( 9 hari
yang lalu). Nyeri dirasakan di seluruh kepala, tanpa dirasakan
berputar. Demam yang dirasakan hanya 7 hari yang lalu
sebelum masuk rumah sakit dan turun setelah minum obat
penurun panas. Saat baru tiba di rumah sakit os telah muntah
sebanyak lebih dari 5 kali, berisi makanan serta cairan
kehijauan, yang mulai dari siang hari. Os sempat kejang satu
kali di puskesmas Pringgarata kurang lebih 3 menit. Setelah itu
os tersadar. Namun os setelah sadar, menurut keluarga os
masih suka mengamuk dan suka mengeluarkan kata-kata yang
tidak jelas. Pasien juga mengeluhkan gatal0gatal kemerahan
pada kaki, sela jari kedua tangan dan selangkangan. Hal ini
berlangsung sejak seminggu seblum os masuk rumah sakit.
Gatal dirasakan lebih gatal pada malam hari. Sepupu os juga
merasa keluhan yang sama dan sering tidur satu kamar.
Awalnya bintik-bintik kemudian menjadi banyak dan ada yang
seperti bisul.
Buang air besar lancar, buang air kecil dirasa macet dan
kemudian lancar kembali menurut os, tidak ada darah dan
dirasa sedikit anyang-anyangan. Batuk dan pilek tidak
dirasakan pasien.
c. Riwayat Penyakit Dahulu :
- Os pernah saat umur 2 tahun dirawat di rumah sakit Praya
karena sesak selama 9 hari.
- Pernah kejang demam saat usia 4 tahun sebanyak satu kali.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
- Tidak ada keluhan serupa
- Terdapat riwayat tekanan darah tinggi dari ibu os
- Tidak ada riwayat kencing manis
e. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Saat ibu os hamil, rajin kontrol kehamilannya sebulan sekali,
dan Os lahir spontan ditolong oleh bidan di puskesmas
Pringgarata. Os langsung menangis spontan.
f. Riwayat Imunisasi
Menurut ibu os imunisasi os lengkap dan teratur di posyandu
g. Riwayat Alergi
Tidak didapat alergi
h. Riwayat Nutrisi
Os suka mengkonsumsi minuman beralkohol setengah botol
tiap minggu. Os sudah merokok
i. Riwayat Tumbuh Kembang
Os dari lahir hingga sekarang tidak mengalami keterlambatan
tumbuh kembang. Tumbuh kembang os sesuai dengan teman
usia sebayanya.
j. Riwayat Ikhtisar Keluarga
Identitas Ibu Ayah
Nama Ny. J Tn. R
Umur 30 tahun 35 tahun
Pendidikan SD SD
Pekerjaan Kuli TKI
III. Pemeriksaan Fisik (10 Mei 2013)
♣ Status Generalis
Keadaan umum : sedang
Kesadaran / GCS : kompos mentis / E4V5M6
Tanda Vital
Frekuensi nadi : 82 x/menit
Frekuensi napas : 22 x/menit
Suhu : 36,3oC
Tekanan Darah : 130/80 mmHg
CRT : < 2 detik
16th 13th 6th
♣ Status Gizi
BB : 40 Kg
PB : 154,5 cm
Z-score (Grafik WHO)
BB/PB = = gizi
BB/U = =
TB/U = = normal
♣ Pemeriksaan Fisik Umum
Kepala/Leher
Bentuk : Normocephali,
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Mulut : pucat (-), mukosa bibir basah (+), sianosis sentral (-)
THT : otorhea (-), rinorhea (-), napas cuping hidung (-)
Leher : pembesaran KGB (-)
Thoraks
Inspeksi : bentuk dan ukuran normal, retrakis (-), gerakan simetris
(+/+)
Palpasi : pengembangan dinding dada simetris, fremitus raba
Normal simetris
Perkusi : Pulmo → sonor Cor → dbn
Auskultasi : Cor → S1S2 tunggal, reguler, murmur (-), gallop (-).
Pulmo → vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-).
Abdomen :
Inspeksi : Distensi (-), jejas (-), scar/luka bekas operasi (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal
Perkusi : timpani (+)
Palpasi : nyeri tekan (-), H/L/R tak teraba, turgor kulit normal
Ekstremitas
PemeriksaanEkstremitas Atas Ekstremitas Bawah
Dextra Sinistra Dextra Sinistra
Akral hangat + + + +
Edema - - - -
Pucat - - - -
Status Dermatologis
Lokasi : Palmar dekstra et sinistra, selangkangan dekstra et sinistra,
dan plantar dekstra et sinistra
UKK : terdapat papul multipel , pustul, krusta, dan skuama kasar,
disertai ekskoriasi serta discharge. Beberapa nodul
ditemukan di beberapa tempat.
IV. Pemeriksaan Penunjang
♣ Darah Lengkap (04 Mei 2013)
HGB : 11,1 g/dl
HCT : 32,6 %
RBC : 4,28 x 106/µL
MCV : 76,1 fl
MCH : 25,9 pg
MCHC : 34,0 g/dl
WBC : 11,54 x 103/µL
PLT : 353 x 103/µL
♣ Pemeriksaan Lainnya (04 Mei 2013)
GDS : 118 mg%
ICT Malaria (Sticks) : Negatif
Urine Lengkap :
BJ : 1.020
pH : 5.0
Nitrit : +3
Protein : -
Glukosa : -
Keton : -
Urobilinogen : -
Bilirubin : -
Darah : +4
Pemeriksaan elektrolit
- Na+ : 142 mmol/L
- K+ : 5,2 mmol/L
- Cl- : 111 mmol/L
V. Resume
Seorang anak laki-laki berumur 13 tahun berasal dari Pringgarata,
datang karena nyeri kepala yang tidak bisa ditahan, sebelumnya
sempat kejang sekali selama 3 menit di puskesmas Pringgarata
kemudian pergi di rujuk menuju RSUP NTB pada tanggal 4 Mei
2103. Seminggu sebelumnya os sempat demam dengan minum
penurun panas sudah tidak demam lagi saat os masuk puskesmas.
Kemudian pasien sadar kembali dan dari siangnya os muntah
sebanyak kurang lebih 5 kali berupa makanan yang dimakan
beserta cairan berwarna hijau. Os mengeluh gatal pada sela jari dan
tangan kanan dan kiri beserta kaki kanan dan kiri dan selangkangan
os. Dari pemeriksaan fisik didapat tekanan darah 130/80mmHg,
dengan suhu 36,3oC, nadi 82x/menit dan frekuensi nafas 22x/menit.
Dari pemeriksaan dermatologis pada daerah telapak tangan dan
kaki kanan dan kiri serta selangkangan didapat UKK berupa
terdapat papul multipel , pustul, krusta, dan skuama kasar, disertai
ekskoriasi serta discharge. Beberapa nodul ditemukan di beberapa
tempat.
VI. Diagnosis
a. Hipertensi Ensefalopati e.c Suspek GNA-PS/ dd. Malaria
serebral
b. Skabies dengan infeksi sekunder
VII. Planning
- Diagnostik :
Tampung urin
UL ulang
Ureum dan kreatinin (Fungsi Ginjal)
Titer ASTO
Scrapping (untuk keluhan kulitnya)
USG Ginjal
- Terapeutik :
D5 1/4NS : 20tpm
Furosemid : 0,5 x 40= 20mg (2 x 1 ampul)
Penisilin prokain G= 3.000.000 IU/ Hari /IM
Diet rendah protein rendah garam tinggi kalori
Untuk simtom berupa gatal pasien diberikan setirizin tablet 10 mg
sekali sehari setelah makan dipakai hanya bila gatal
untuk infeksi sekunder diberikan tablet eritromisin 250 mg 4 kali
sehari diberikan selama seminggu (5-10 mg/Kgbb/kali)
untuk antiparasitnya sendiri diberikan salep 2-4 yang mengandung
asidum salisikum 2% dan sulfur presipitatim dalam vaselin album
30 gram, 2 kali sehari (pagi dan malam sebelum tidur) di tempat
keluhan selama 3-4 hari, kemudian dapat diulang minggu depan
bilamana keluhan belum hilang.
Kemudian, untuk saran hendaknya pasien menjemur kasur di
bawah matahari, merendam pakaian, dan sprei di bak air panas,
memberi informasi kepada temannya agar segera berobat dan
sama-sama bisa sembuh
VIII. Follow-up Pasien
(di lembar satu lagi..program windows saya yg ini g bisa d edit, klo
jadi landscape, halaman di atas juga ikut berubah)
IX.
BAB IV
PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
1. Harahap, Marwali. Ilmu Penyakit Kulit. 2000. Ilmu Penyakit Kulit.
Jakarta: Hipokrates. Bab 9, Infeksi Parasit dan Gigitan Serangga; Hal.
109-113
2. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. 2008. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin.
Ed.5. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Bab II, Skabies ; Hal.122-125.
3. Zulkarnain I, Evi E, Saut S.P. 2005. Pedoman Diagnosis dan Terapi
Bag/SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed.III. Surabaya: Rumah
Sakit Umum Dokter Soetomo. Skabies; Hal 49-52.
4. Barakbah, J. 2007. Atlas Penyakit Kulit dan Kelamin. Surabaya :
Airlangga University Press. Bab 4; Hal 61-63
5. Tjokronegoro, Arjatmo. 2005. Infeksi Kulit pada Bayi dan Anak. Jakarta :
Balai Penerbit FKUI; Hal 62-78
6. Sutanto, Inge. 2008. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran. Ed.4. Jakarta :
Balai Penerbit FKUI; Bab.III, Entomologi; Hal. 297-300
7. Currie, Bart J. 2010. Permetrin and Ivermectin for Scabies. Available from
: http://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMct0910329 . Accessed on :
December 29th 2012
8. Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ.
Scabies. In : Fitzpatrick. Dermatology in General Medicine. 7 thed. New
York : McGraw-Hill Company.2008.p. 2029-2032.
9. Beggs, J. Scabies Prevention And Control Manual. USA : Michigan
Department Of Community Health. 2005 : 4-7
10. Fitzpatrick, B. Thomas. Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology
Common and Serious Disease. New York : McGraw-Hill Company.
1997.p. 1681