Glomerulonefritis Akut

28
Glomerulonefritis Akut Skabies dengan Infeksi Sekunder Oleh: Pembimbing: dr. Sukardi, Sp.A DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA DI BAGIAN/SMF ILMU KESEHATAN ANAK RSU PROP. NTB FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

description

Glomerulonefritis Akut

Transcript of Glomerulonefritis Akut

Page 1: Glomerulonefritis Akut

Glomerulonefritis Akut

Skabies dengan Infeksi Sekunder

Oleh:

Pembimbing: dr. Sukardi, Sp.A

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA DI

BAGIAN/SMF ILMU KESEHATAN ANAK RSU PROP. NTB

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

MATARAM

2013

Page 2: Glomerulonefritis Akut

BAB I

PENDAHULUAN

Page 3: Glomerulonefritis Akut

BAB II

TIJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

B. Etiologi

C. Patofisiologi

D. Manifestasi Klinis

E. Diagnosis Banding

F. Penatalaksanaan

Page 4: Glomerulonefritis Akut
Page 5: Glomerulonefritis Akut

Pemeriksaan Penunjang.

Komplikasi.

Skabies dengan Infeksi Sekunder

PENDAHULUAN

Penyakit ini disebut juga The itch, Norwegian itch, seven years itch, gatal,

agogo dan budukan1. Skabies adalah penyakit menular yang disebabkan oleh

Sarcoptes scabiei varian hominis, yang penularannya melalui kontak langsung

dengan kulit. Pada tahun 1867, Benomo menemukan kutu skabies dan Von Hebra

pada abad XIX yang telah melukiskan tentang pengetahuan dasar dari penyakit

ini1. Skabies merupakan penyakit endemi di banyak masyarakat, dapat mengenai

seluruh ras dan golongan di seluruh dunia, baik dewasa dan anak-anak, insidens

sama pria dan wanita. Insidensi di Indonesia masih cukup tinggi, terendah di

daerah Sulawesi Utara dan tertinggi di Jawa Barat, dari penelitian di RS Dr.

Soetomo Surabaya didapatkan insiden pada tahun 1983-1984 ialah 2,7%,

sedangkan di RSU Dadi Ujung Pandang sebesar 0,67% (1987-1988) 1.

Banyak faktor yang mempengaruhi kejadian skabies, antara lain, sosial

ekonomi yang rendah, higiene yang buruk, hubungan seksual, dan kesalahan

diagnosis2. Adapun cara penularannya antara lain kontak langsung ( berjabat

tangan, tidur bersama, dan hubungan seksual) dan kontak tak langsung ( pakaian,

sprei, handuk, bantal, dan lainnya). Biasanya penularannya terjadi oleh karena

Sarcoptes scabiei betina yang sudah dibuahi atau kadang oleh bentuk larva. Ada

juga yang sumber penularannya dari hewan peliharaan (seperti anjing) yang

berasal dari varian animalis2.

Patogenesis dari penyakit ini ialah dikarenakan tungau skabies dan

garukan dari pasien sendiri, hal ini dikarenakan karena sensitasi terhadap sekreta

dan ekskreta tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi.

Pada saat itu timbul kelainan kulit menyerupai dermatitis, seperti papul, vesikel,

urtika dan lainnya. Dengan menggaruk, akan timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan

infeksi sekunder2. Sedangkan gatal yang timbul akibat dari sensitasi terhadap

Page 6: Glomerulonefritis Akut

tungau skabies yang terjadi dalam 24 jam setelah sensitasi yang terjadi setelah

beberapa minggu3.

Gejala klinis yang sangat menonjol ialah rasa gatal yang terjadi terutama

pada malam hari, lesi yang khas dan patognomonik ialah berupa terowongan kecil

yang agak meninggi, berkelok dan berwarna putih keabuan ( bila belum ada

infeksi sekunder), dengan panjangnya kurang lebih 10mm 3. Kelainan dapat

berupa papul, vesikula, urtika, ekskoriasi, krusta dan bila timbul infeksi sekunder

akan terdapat pustula yang menghaburkan lesi primernya3. Adapun tempat

predileksi dari penyakit ini ialah, sela-sela jari tangan, telapak tangan, pergelangan

tangan sebelah dalam, siku, ketiak, daerah mammae, daerah pusar dan perut

bagian bawah, daerah genitalis eksterna dan pantat, dalam satu rumah/komunitas

yang terkena lebih dari satu pasien4. Pada anak-anak, terutama yang berusia

kurang dari 2 tahun, lesi cenderung di seluruh tubuh, terutama kepala dan leher,

telapak tangan dan kaki, sedangkan pada anak yang lebih besar predileksi lesi

menyerupai orang dewasa. Pada bayi lesi dapat ditemukan di muka dan kulit

kepala, terutama yang minum air susu ibu (ASI) dari ibu yang menderita skabies5.

Secara singkat terdapat 4 tanda kardinal, bila 2 dari 4 tanda kardinal diatas

maka diagnosis dapat ditegakkan2 :

1. Pruritus Nokturna

Gatal pada malam hari , karena aktivitas tungau yang lebih tinggi pada

suhu yang lembab dan panas

2. Sering menyerang manusia secara kelompok, bilamana dalam satu

keluarga, biasanya semua terkena infeksi, begitu pula kampung padat

penduduk yang tetangganya bisa terkena infeksi. Bila terkena infeksi

dari tungau ini namun tidak menimbulkan gejala, penderita ini bersifat

pembawa (karier)

3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat predileksi yang berwarna

putih atau keabuan, bergaris lurus, atau berkelok, rata-rata panjang 1

cm, pada ujung terowogan ditemukan papul atau vesikel, bila disertai

infeksi sekunder maka lesinya polimorfik (pustul, ekskoriasi, dan lain-

Page 7: Glomerulonefritis Akut

lain), biasanya tempatnya pada stratum korneum tipis yang sudah

disebutkan di atas.

4. Menemukan tungau, merupakan hal paling diagnostik. Cara

menemukannya ialaha dengan tekhnik scrapping :

a. Carilah terowongan, kemudian lihat ujungnya yang terdapat

papul atau vesikel dicongkel dengan jarum dan diletakkan di

atas sebuah kaca objek, ditutup dengan kaca penutup kemudian

di lihat dengan mikroskop cahaya

b. Dengan cara menyikat di tampung diatas selembar kertas putih

dan dilihat dengan kaca pembesar

c. Dengan membuat biopsi irisan, lesi dijepit dengan 2 jari

kemudian dibuat irisan tipis dengan pisau dan diperiksa dengan

mikroskop cahaya]

d. Dengan biopsi eksisional diperiksa dengan pewarnaan H.E

Adapula bentuk-bentuk skabies khusus1 :

1. Skabies pada orang bersih, sulit didiagnosis, karena kutu ikut hilang

setelah pasien mandi

2. Skabies pada bayi dan anak

3. Skabies yang ditularkan oleh hewan, Sarcoptes scabiei van canis dapat

menyerang manusia yang pekerjannya misal sebagai peternak atau

penggembala, gejalanya ringan, tidak timbul terowongan, lesi terutama

pada tempat kontak, sembuh sendiri bila menjauhi hewan tersebut dan

mandi bersih

4. Skabies noduler, nodul yang timbul akibat reaksi hipersensitivitas,

yang sering terkena ialah genitalia pria, lipat paha dan aksila. Lesi ini

dapat menetap beberapa minggu, hingga beberapa bulan, bahkan satu

tahun walaupun sudah mendapat terabi skabies

5. Skabies inkognito, obat steroid topikal atau sistemik, dapat

menyamarkan gejala dan tanda skabies, sementara infestasi tetap ada,

sebaliknya pengobatan dengan steroid topikal yang lama dapat pula

Page 8: Glomerulonefritis Akut

menyebabkan lesi bertambah hebat, bisa dikarenakan penurunan

respons imun seluler

6. Skabies terbaring di tempat tidur (bed-ridden), biasa pada lansia atau

penderita penyakit kronis, yang tidur lama di ranjang akibat

penyakitnya, biasanya lesinya terbatas

7. Skabies krustosa (Norwegian scabies), lesinya berupa dermatosis

berkrusta pada tangan dan kaki, kuku yang distrofik, dan skuama yang

generalisata, bentuk ini sangat menular, dengan rasa gatal yang sedikit,

tungau dapat ditemukan dalam jumlah yang besar2. Krusta yang timbul

ini melindungi tungau dibawahnya, dikatakan sangat menular karena

jumlah tungaunya yang banyak dan rasa gatal yang ditimbulkan sangat

sedikit. Sering menyebabkan salah diagnosis, yang sering terkena ialah

lansia, penderita Down’s syndrome, sensasi kulit yang rendah (lepra,

syringomelia, tabes dorsalis), penderita penyakit sistemik yang berat

(leukemia dan DM), dan penderita imunosupresif (HIV dan pengguna

steroid atau sitotoksik yang kronis).

Pengobatan yang ideal ialah seluruh orang yang pernah berkontak dengan

pasien termasuk keluarga maupun tetangga. Sedangkan untuk prognosis,

tergantung dari cara pemilihan pemakaian obat, menghilangkan faktor

predisposis ( seperti higien), prognosisnya baik. Sedangkan komplikasinya

timbul karena tidak diobati beberapa minggu atau bulan dapat timbul erupsi

akibat dermatitis karena garukan, bisa berbentuk impetigo, ektima, selulitis,

limfangitis, furunkel, dan folikulitis. Sedangkan dermatitis iritan dapat timbul

akibat penggunaan obat anti-skabies, salep sulfur dengan konsentras 15% dapat

menyebabkan dermatitis bila digunakan terus-menerus selama beberapa hari

pada daerah kulit yang tipis. Benzilbenzoat juga dapat menyebabkan iritasi bila

digunakan 2 kali dalam sehari selama beberapa hari, terutama di sekitar genitalia

pria. Gamma benzena heksaklorida sudah diketahui menyebabkan dermatitis bila

digunakan secara berlebih1.

Page 9: Glomerulonefritis Akut
Page 10: Glomerulonefritis Akut

BAB III

Laporan Kasus

I. Identitias

a. Nama : An. S

b. Usia : 13 tahun

c. Jenis Kelamin : Laki-Laki

d. Alamat : Pringgarata

e. Pekerjaan : Pelajar

f. Status : Belum Menikah

g. Ruang Rawat : Dahlia 210

h. MRS : 04 Mei 2013

i. Tanggal Periksa : 10 Mei 2013

j. No. Rekam Medis : 51-18-96

II. Anamnesis/ Heteroanamnesis

a. Keluhan Utama :

- Nyeri Kepala

b. Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien mengeluhkan nyeri kepala sejak mulai demam ( 9 hari

yang lalu). Nyeri dirasakan di seluruh kepala, tanpa dirasakan

berputar. Demam yang dirasakan hanya 7 hari yang lalu

sebelum masuk rumah sakit dan turun setelah minum obat

penurun panas. Saat baru tiba di rumah sakit os telah muntah

sebanyak lebih dari 5 kali, berisi makanan serta cairan

kehijauan, yang mulai dari siang hari. Os sempat kejang satu

kali di puskesmas Pringgarata kurang lebih 3 menit. Setelah itu

os tersadar. Namun os setelah sadar, menurut keluarga os

masih suka mengamuk dan suka mengeluarkan kata-kata yang

tidak jelas. Pasien juga mengeluhkan gatal0gatal kemerahan

pada kaki, sela jari kedua tangan dan selangkangan. Hal ini

berlangsung sejak seminggu seblum os masuk rumah sakit.

Page 11: Glomerulonefritis Akut

Gatal dirasakan lebih gatal pada malam hari. Sepupu os juga

merasa keluhan yang sama dan sering tidur satu kamar.

Awalnya bintik-bintik kemudian menjadi banyak dan ada yang

seperti bisul.

Buang air besar lancar, buang air kecil dirasa macet dan

kemudian lancar kembali menurut os, tidak ada darah dan

dirasa sedikit anyang-anyangan. Batuk dan pilek tidak

dirasakan pasien.

c. Riwayat Penyakit Dahulu :

- Os pernah saat umur 2 tahun dirawat di rumah sakit Praya

karena sesak selama 9 hari.

- Pernah kejang demam saat usia 4 tahun sebanyak satu kali.

d. Riwayat Penyakit Keluarga

- Tidak ada keluhan serupa

- Terdapat riwayat tekanan darah tinggi dari ibu os

- Tidak ada riwayat kencing manis

e. Riwayat Kehamilan dan Persalinan

Saat ibu os hamil, rajin kontrol kehamilannya sebulan sekali,

dan Os lahir spontan ditolong oleh bidan di puskesmas

Pringgarata. Os langsung menangis spontan.

f. Riwayat Imunisasi

Menurut ibu os imunisasi os lengkap dan teratur di posyandu

g. Riwayat Alergi

Tidak didapat alergi

h. Riwayat Nutrisi

Os suka mengkonsumsi minuman beralkohol setengah botol

tiap minggu. Os sudah merokok

i. Riwayat Tumbuh Kembang

Os dari lahir hingga sekarang tidak mengalami keterlambatan

tumbuh kembang. Tumbuh kembang os sesuai dengan teman

usia sebayanya.

Page 12: Glomerulonefritis Akut

j. Riwayat Ikhtisar Keluarga

Identitas Ibu Ayah

Nama Ny. J Tn. R

Umur 30 tahun 35 tahun

Pendidikan SD SD

Pekerjaan Kuli TKI

III. Pemeriksaan Fisik (10 Mei 2013)

♣ Status Generalis

Keadaan umum : sedang

Kesadaran / GCS : kompos mentis / E4V5M6

Tanda Vital

Frekuensi nadi : 82 x/menit

Frekuensi napas : 22 x/menit

Suhu : 36,3oC

Tekanan Darah : 130/80 mmHg

CRT : < 2 detik

16th 13th 6th

Page 13: Glomerulonefritis Akut

♣ Status Gizi

BB : 40 Kg

PB : 154,5 cm

Z-score (Grafik WHO)

BB/PB = = gizi

BB/U = =

TB/U = = normal

♣ Pemeriksaan Fisik Umum

Kepala/Leher

Bentuk : Normocephali,

Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)

Mulut : pucat (-), mukosa bibir basah (+), sianosis sentral (-)

THT : otorhea (-), rinorhea (-), napas cuping hidung (-)

Leher : pembesaran KGB (-)

Thoraks

Inspeksi : bentuk dan ukuran normal, retrakis (-), gerakan simetris

(+/+)

Palpasi : pengembangan dinding dada simetris, fremitus raba

Normal simetris

Perkusi : Pulmo → sonor Cor → dbn

Auskultasi : Cor → S1S2 tunggal, reguler, murmur (-), gallop (-).

Pulmo → vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-).

Abdomen :

Inspeksi : Distensi (-), jejas (-), scar/luka bekas operasi (-)

Auskultasi : bising usus (+) normal

Perkusi : timpani (+)

Palpasi : nyeri tekan (-), H/L/R tak teraba, turgor kulit normal

Page 14: Glomerulonefritis Akut

Ekstremitas

PemeriksaanEkstremitas Atas Ekstremitas Bawah

Dextra Sinistra Dextra Sinistra

Akral hangat + + + +

Edema - - - -

Pucat - - - -

Status Dermatologis

Lokasi : Palmar dekstra et sinistra, selangkangan dekstra et sinistra,

dan plantar dekstra et sinistra

UKK : terdapat papul multipel , pustul, krusta, dan skuama kasar,

disertai ekskoriasi serta discharge. Beberapa nodul

ditemukan di beberapa tempat.

Page 15: Glomerulonefritis Akut

IV. Pemeriksaan Penunjang

♣ Darah Lengkap (04 Mei 2013)

HGB : 11,1 g/dl

HCT : 32,6 %

RBC : 4,28 x 106/µL

MCV : 76,1 fl

MCH : 25,9 pg

MCHC : 34,0 g/dl

WBC : 11,54 x 103/µL

PLT : 353 x 103/µL

♣ Pemeriksaan Lainnya (04 Mei 2013)

GDS : 118 mg%

ICT Malaria (Sticks) : Negatif

Urine Lengkap :

BJ : 1.020

pH : 5.0

Nitrit : +3

Protein : -

Glukosa : -

Keton : -

Page 16: Glomerulonefritis Akut

Urobilinogen : -

Bilirubin : -

Darah : +4

Pemeriksaan elektrolit

- Na+ : 142 mmol/L

- K+ : 5,2 mmol/L

- Cl- : 111 mmol/L

V. Resume

Seorang anak laki-laki berumur 13 tahun berasal dari Pringgarata,

datang karena nyeri kepala yang tidak bisa ditahan, sebelumnya

sempat kejang sekali selama 3 menit di puskesmas Pringgarata

kemudian pergi di rujuk menuju RSUP NTB pada tanggal 4 Mei

2103. Seminggu sebelumnya os sempat demam dengan minum

penurun panas sudah tidak demam lagi saat os masuk puskesmas.

Kemudian pasien sadar kembali dan dari siangnya os muntah

sebanyak kurang lebih 5 kali berupa makanan yang dimakan

beserta cairan berwarna hijau. Os mengeluh gatal pada sela jari dan

tangan kanan dan kiri beserta kaki kanan dan kiri dan selangkangan

os. Dari pemeriksaan fisik didapat tekanan darah 130/80mmHg,

dengan suhu 36,3oC, nadi 82x/menit dan frekuensi nafas 22x/menit.

Dari pemeriksaan dermatologis pada daerah telapak tangan dan

kaki kanan dan kiri serta selangkangan didapat UKK berupa

terdapat papul multipel , pustul, krusta, dan skuama kasar, disertai

ekskoriasi serta discharge. Beberapa nodul ditemukan di beberapa

tempat.

Page 17: Glomerulonefritis Akut

VI. Diagnosis

a. Hipertensi Ensefalopati e.c Suspek GNA-PS/ dd. Malaria

serebral

b. Skabies dengan infeksi sekunder

VII. Planning

- Diagnostik :

Tampung urin

UL ulang

Ureum dan kreatinin (Fungsi Ginjal)

Titer ASTO

Scrapping (untuk keluhan kulitnya)

USG Ginjal

- Terapeutik :

D5 1/4NS : 20tpm

Furosemid : 0,5 x 40= 20mg (2 x 1 ampul)

Penisilin prokain G= 3.000.000 IU/ Hari /IM

Diet rendah protein rendah garam tinggi kalori

Untuk simtom berupa gatal pasien diberikan setirizin tablet 10 mg

sekali sehari setelah makan dipakai hanya bila gatal

untuk infeksi sekunder diberikan tablet eritromisin 250 mg 4 kali

sehari diberikan selama seminggu (5-10 mg/Kgbb/kali)

untuk antiparasitnya sendiri diberikan salep 2-4 yang mengandung

asidum salisikum 2% dan sulfur presipitatim dalam vaselin album

30 gram, 2 kali sehari (pagi dan malam sebelum tidur) di tempat

keluhan selama 3-4 hari, kemudian dapat diulang minggu depan

bilamana keluhan belum hilang.

Kemudian, untuk saran hendaknya pasien menjemur kasur di

bawah matahari, merendam pakaian, dan sprei di bak air panas,

memberi informasi kepada temannya agar segera berobat dan

sama-sama bisa sembuh

Page 18: Glomerulonefritis Akut

VIII. Follow-up Pasien

(di lembar satu lagi..program windows saya yg ini g bisa d edit, klo

jadi landscape, halaman di atas juga ikut berubah)

IX.

Page 19: Glomerulonefritis Akut

BAB IV

PEMBAHASAN

Page 20: Glomerulonefritis Akut

DAFTAR PUSTAKA

1. Harahap, Marwali. Ilmu Penyakit Kulit. 2000. Ilmu Penyakit Kulit.

Jakarta: Hipokrates. Bab 9, Infeksi Parasit dan Gigitan Serangga; Hal.

109-113

2. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. 2008. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin.

Ed.5. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Bab II, Skabies ; Hal.122-125.

3. Zulkarnain I, Evi E, Saut S.P. 2005. Pedoman Diagnosis dan Terapi

Bag/SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed.III. Surabaya: Rumah

Sakit Umum Dokter Soetomo. Skabies; Hal 49-52.

4. Barakbah, J. 2007. Atlas Penyakit Kulit dan Kelamin. Surabaya :

Airlangga University Press. Bab 4; Hal 61-63

5. Tjokronegoro, Arjatmo. 2005. Infeksi Kulit pada Bayi dan Anak. Jakarta :

Balai Penerbit FKUI; Hal 62-78

6. Sutanto, Inge. 2008. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran. Ed.4. Jakarta :

Balai Penerbit FKUI; Bab.III, Entomologi; Hal. 297-300

7. Currie, Bart J. 2010. Permetrin and Ivermectin for Scabies. Available from

: http://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMct0910329 . Accessed on :

December 29th 2012

8. Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ.

Scabies. In : Fitzpatrick. Dermatology in General Medicine. 7 thed. New

York : McGraw-Hill Company.2008.p. 2029-2032.

9. Beggs, J. Scabies Prevention And Control Manual. USA : Michigan

Department Of Community Health. 2005 : 4-7

10. Fitzpatrick, B. Thomas. Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology

Common and Serious Disease. New York : McGraw-Hill Company.

1997.p. 1681

Page 21: Glomerulonefritis Akut