GLOBALISASI POLITIK

16

Click here to load reader

Transcript of GLOBALISASI POLITIK

Page 1: GLOBALISASI POLITIK

Makalah

Globalisasi Politik

Untuk memenuhi tugas ujian tengah semester

Mata kuliah Sosiologi Politik

Oleh:

Kukuh Napaki Muttaqin

NIM:125120501111005

Pogram Studi Ilmu Poltik

Kelas B.POL.2

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG 2013

Page 2: GLOBALISASI POLITIK

i

Kata Pengantar

Assalammu’alaikum, Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rizki, hidayah serta

inayahnya. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan atas junjungan alam baginda

Muhammad SAW yang safa’atnya kita nantikan di akhir zaman.

Alhamdulillah, pembuatan paper tugas ujian tengah semester untuk mata kuliah

Sosiologi Politik ini selesai sudah. Saya mengucapkan banyak ucapan terima kasih terhadap

Bapak Dosen Pengampu selaku pembimbing dalam proses pembuatan paper ini. Juga kepada

teman dan sahabat – sahabat dekat saya yang telah memberikan kritik serta sarannya.

Semoga paper ini bermanfaat kedepannya dan bisa menjadi rujukan penelitian yang

selanjutnya.

Wassalammu’alaikum, Wr. Wb

Malang, 8 April 2013

Penyusun

Page 3: GLOBALISASI POLITIK

ii

Daftar Isi

Kata pengantar………………………………………………………………………………… i

Daftar isi…………………………………………………………………………...…………. ii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………..……………...…………… 1

1.1 Latar belakang masalah........................................................................................... 1

1.2 Rumusan masalah……………………………………………...…………………. 1

BAB II PEMBAHASAN....…………………………………………………………………... 2

2.1 Pengertian Globalisasi dan Politik………………………...…………………...… 2

2.2 Pengertian Globalisasi Politik……………………………………………….…… 3

2.3 Proses Globalisasi………………………………………………………………… 3

2.4 Kedudukan Globalisasi Politik Saat Ini………………………………………...… 4

2.5 Globalisasi Politik Pada Negara Dunia Ketiga…………………………………… 6

2.6 Globalisasi dan Politik Identitas………………………………………………….. 9

2.7 Implikasi Globalisasi Politik Terhadap Indonesia…………….………………… 10

BAB III PENUTUP…………………………………………………………………….…… 12

3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………….... 12

Daftar pustaka…...................................................................................................................... 13

Page 4: GLOBALISASI POLITIK

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Globalisasi bidang politik membawa pengaruh besar terhadap kehidupan politik di

dumia, termasuk Indonesia. Dengan adanya globalisasi, perkembangan politik telah merujuk

pada system konglomerasi antara negara-negara maju, Negara berkembang dan Negara-

negara terbelakang. Di Indonesia, perkembangan politik ditandai dengan semakin besarnya

tuntutan masyarakat terhadap pemerintah untuk mewujudkan keterbukaan, kebebasan dan

demokrasi. Gobalisasi mendorong terwujudnya pemerintahan yang demokratis, terbuka,

bersih, dan berwibawa.

Selanjutnya rakyat dapat merasa semakin memiliki kebebasan untuk menyampaikan

semua aspirasi dan tuntutan kepada pemerintah. Selain itu, dengan berlangsungnya era

globalisasi, perhatian pemerintah terhadap penegakan HAM semakin meningkat, hal ini

dikarenakan isu HAM merupakan isu penting yang menjadi sorotan di dunia internasional.

Tenaga kerja dibawah umur, kekerasan dalam rumah tangga, pembunuhan merupakan contoh

permasalahan yang seharusnya mendapatkan ruang agar segera diperhatikan oleh pemerintah

dan mendapatkan cara untuk mengatasinya meskipun dalam praktiknya hal tersebut belum

dapat dituntaskan malahan pemerintah seperti tidak peduli dan lebih mementingkan masalah

mereka sendiri.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah diatas penulis ingin merumuskan:

1. Apa pengertian globalisasi dan globalisasi politik ?

2. Bagaimana proses globalisasi?

3. Dimana kedudukan Globalisasi Politik?

4. Apa dampak negatif dan positif yang ditimbulkan dari gobalisasi politik?

Page 5: GLOBALISASI POLITIK

2

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Globalisasi dan Politik

Kata "globalisasi" diambil dari kata global, yang maknanya ialah universal.

Globalisasi belum memiliki definisi yang mapan, kecuali sekadar definisi kerja (working

definition), sehingga tergantung dari sisi mana orang melihatnya. Ada yang memandangnya

sebagai suatu proses sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa

seluruh bangsa dan negara di dunia makin terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan

kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi dengan menyingkirkan batas-batas geografis,

ekonomi dan budaya masyarakat. Dan Globalisasi juga merupakan suatu proses yang

mencakup keseluruhan dalam berbagai bidang kehidupan sehingga tidak tampak lagi adanya

batas-batas yang mengikat secara nyata, sehingga sulit untuk disaring atau dikontrol.

Di sisi lain, ada yang melihat globalisasi sebagai sebuah proyek yang diusung oleh

negara-negara adikuasa, sehingga bisa saja orang memiliki pandangan negatif atau curiga

terhadapnya. Dari sudut pandang ini, globalisasi tidak lain adalah kapitalisme dalam

bentuknya yang paling mutakhir. Negara-negara yang kuat dan kaya praktis akan

mengendalikan ekonomi dunia dan negara-negara kecil makin tidak berdaya karena tidak

mampu bersaing. Sebab, globalisasi cenderung berpengaruh besar terhadap perekonomian

dunia, bahkan berpengaruh terhadap bidang-bidang lain seperti budaya dan agama.

Pengertian politik sendiri adalah, politik berasal dari bahasa yunani yaitu “polis”yang

artinya Negara kota.Pada awalnya politik berhubungan dengan berbagai macam kegiatan

dalam Negara/kehidupan Negara. Istilah politik dalam ketatanegaraan berkaitan dengan tata

cara pemerintahan ,dasar dasar pemerintahan, ataupun dalam hal kekuasaan Negara. Politik

pada dasarnya menyangkut tujuan-tujuan masyarakat, bukan tujuan pribadi. Politik biasanya

menyangkut kegiatan partai politik, tentara dan organisasi kemasyarakatan.

Dapat disimpulkan bahwa politik adalah interaksi antara pemerintah dan masyarakat

dalam rangka proses pembuatan kebijakan dan keputusan yang mengikattentang kebaikan

bersama masyarakat yang tinggal dalam suatu wilayah tertentu.

Page 6: GLOBALISASI POLITIK

3

2.2 Pengertian Globalisasi Politik

Globalisasi politik adalah proses masuknya suatu pola atau nilai-nilai yang diterima

secara menyeluruh Karen amembawa pembaharuan dan menguntungkan di bidang politik,

seperti kerja sama-kerja sama politik antar Negara dengan membentuk suatu organisasi

internasional multilateral. Globalisasi politik disebut juga global governance.

2.3 Proses Globalisasi

Dimulai ketika Vasco da Gama dan Christopher Columbus dari Eropa 500 tahun lalu

untuk berdagang, namun hal ini menjadi awal munculnya kehndak menguasai wilayah bangsa

lain untuk menghisap kekayaan bangsa lain ( kolonialisme), maka saat itulah sudah mulai

tertanam benih-benih yang namanya Globalisasi. Oleh karena itu globalisasi merupakan

kelanjutan darai kolonialisme. Era kolonialisme merupakan juga era perkembangan paham

kapitalisme di Eropa. Paham kapitalisme dikembangkan oleh Adam Smith, kapitalisme

adalah suatu sistem ekonomi yang mengatur proses produksi dan pendistribusian barang dan

jasa.

Proses berikutnya dilanjutkan dengan era pembangunan, yang ditandai dengan

penekanan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional yang berpusat pada negara sendiri.

Ketika era pembanguna mengalami krisis maka dunia masuk pada era baru yaitu globalisasi.

Pada era globalisasi ini negara-negara didorong untuk menjadi bagian dari pertumbuhan

ekonomi global. Aktor utamanya bukan lagi negara sebagai mana di era

pembangunan,melainkan perusahaan-perusahaan transnasional (Trannational Corporations,

TNCs) dan bank-bank transnasional (Transnational Banks, TNBs), Bank Dunia dan IMF

(International Monetary Fund) atau dana moneter internasional, WTO, APEC (Asia Fasific

Economic Cooperation), dll. Semua proses globalisasi digerakkan oleh idiologi

neoliberalisme.

Globalisasi bisa dalam berbagai hal, seperti dibidang Politik, Ekonomi, Sosial

Budaya, Pertahanan dan Keamanan. Globalisasi memengaruhi hampir semua aspek yang ada

di masyarakat, termasuk diantaranya aspek budaya. Kebudayaan dapat diartikan sebagai

nilai-nilai (values) yang dianut oleh masyarakat ataupun persepsi yang dimiliki oleh warga

masyarakat terhadap berbagai hal. Baik nilai-nilai maupun persepsi berkaitan dengan aspek-

aspek kejiwaan/psikologis, yaitu apa yang terdapat dalam alam pikiran. Aspek-aspek

Page 7: GLOBALISASI POLITIK

4

kejiwaan ini menjadi penting artinya apabila disadari, bahwa tingkah laku seseorang sangat

dipengaruhi oleh apa yang ada dalam alam pikiran orang yang bersangkutan. Sebagai salah

satu hasil pemikiran dan penemuan seseorang adalah kesenian, yang merupakan subsistem

dari kebudayaan.

2.4 Kedudukan Globalisasi Politik Saat Ini

Pembicaraan mengenai globalisasi adalah pembicaraan mengenai topik yang amat

luas yang meliputi aspek mendasar kehidupan manusia dari budaya, politik, ekonomi dan

sosial. Konsep globalisasi adalah suatu obyek yang nyata untuk ideologi karena seperti

modernisasi yang muncul sebagai pembenaran dari penyebaran kebudayaan barat dan

kapitalis. Ide-ide globalisasi akhirnya mengerucut kepada konsep pembangunan.

Dengan bahasa lain dikatakan bahwa globalisasi adalah konsekuensi dari ekspansi

penyebaran kebudayaan eropa yang dipaksakan kepada dunia ketiga. Kedaulatan negara

merupakan ide dari proses transformasi bentuk negara di dunia. Ide ini dimulai dari tingkatan

non politik, hubungan antar masyarakat sampai kebutuhan untuk mengeksiskan sumberdaya

di sebuah negara dan kemungkinan pergantian konsep pemerintahan. Peningkatan hubungan

ekonomi dan kebudayaan antar negara mengurangi kekuasaan dan keaktifan pemerintah pada

tingkat negara-bangsa dan pemerintahan. Sehingga pemerintah tidak dapat lagi

menghegemoni pemikiran dan bentuk-bentuk perekonomian pada wilayahnya. Akhirnya

instrumen-instrumen yang telah dibangun pemerintah menjadi tidak efektif. Kekuatan

demokrasi (yang dipahami sebagai kekuatan massa) memakai media partai sebagai corong

pembelaan ideologinya. Partai sendiri mencoba untuk mengatur kesejahteraan anggota

partainya masing-masing. Untuk itu perlu stabilitas politik yang mantap. Konsep stabilitas

politik yang mantap, bukan hanya trade mark penganut Rostowian, fenomena negara-negara

komunis pun menunjukkan hal yang serupa.

Sebagai langkah taktis maka negara telah membuat beberapa kerangka

kebijakan.Kebijakan tersebut dijabarkan oleh Waters (1995) menjadi pertama pembangunan

kapasitas negara itu sendiri, sehingga pemberdayaan swasta menjadi sektor yang penting. Di

titik ini negara hanya berperan untuk mancerdaskan masyarakatnya dengan melakukan

pendidikan politik. Kedua tempat atau kekuasaan negara menjadi tersembunyi dibalik

kekuasaan para birokrat. Ketiga intervensi dari negara cenderung merusak kestabilan dan

Page 8: GLOBALISASI POLITIK

5

mekanisme pasar. Keempat negara tidak mampu lagi memberikan kemanan seperti terorisme,

sindikat obat-obatan, AIDS dan lingkungan.

Dengan persekutuan internasional, negara menjadi lebih berbahaya dari keamanan.

Hal ini membagi dunia kepada permusuhan dimana komitmen pengadaan teknologi militer

mempunyai satu tujuan. Globalisasi politik ini menjadikan negara mengalami disetisasi atau

pelemahan negara. Kelompok pendukung negara mulai melokal. Komunitas perdagangan

menjadi mengecil dan digantikan oleh kepentingan lokal dan menjadi inisiatif warga negara.

Akibat globalisasi, ada beberapa masalah yang dulu dianggap lokal menjadi masalah

global. Isu masalah ini sangat sensitif dan krusial, sehingga sering kali mengundang

intervensi dari suatu negara ke negara lain. Padahal setiap negara mempunyai hak yang

absolut untuk menentukan otonomi dari suatu negara.

Masalah hak-hak manusia (atau disebut dengan etatocentric) akan membawa dan

mengangkat kemampuan manusia untuk melawan kedaulatan negara. Pelembagaan

etatosentrik dari legal secara politik sampai kepada ekonomi telah memberikan kesempatan

kepada porsi nilai-nilai kemanusiaan dalam pembangunan. Dalam posisi ini negara harus

tunduk kepada beberapa konvensi hak asasi manusia dan beberapa turunannya dalam

konvensi hak PBB. Implikasinya, sebuah negara harus bersikap demokratis dan siap untuk

merubah beberapa kebijakan yang melanggar etatosentrik. Internasionalisasi etatosentrik

lebih cenderung mengambarkan keberpihakan politik negara maju kepada negara dunia

ketiga.

Isu lingkungan hidup menggambarkan kecemasan dunia barat terhadap ‘perilaku’

negara dunia ketiga dalam mengeksplorasi sumber dayanya. Pemanasan global, polusi, efek

rumah kaca dan kelangkaan flora fauna dijadikan komoditas politik negara maju dalam

mengatur kebijakan politik dan ekonomi negara dunia ketiga. Sebuah bantuan (baca : hutang)

luar negeri negara dunia ketiga, acap kali dibumbui proposal lingkungan hidup (termasuk

demokratisasi tentunya) dengan versi negara investor. Standarisasi ini menjadikan negara

dunia ketiga menjadi tidak independen dalam menentukan sikap politik negara masing-

masing.

Kebutuhan akan agenda dan masalah bersama di antara negara-negara di dunia

mengerucut kepada ide untuk membentuk organisasi internasional. Konsensus dari organisasi

internasional ini telah membawa kesadaran kolektif beberapa negara tehadap permasalahan

Page 9: GLOBALISASI POLITIK

6

yang dihadapinya. Sebuah pembangunan di kawasan akan berhadapan dengan perbedaan

budaya, kebutuhan dan cara pandang suatu negara terhadap sikap sosial, politik, ekonomi,

budaya sampai pertahanan dan kemanan.

Komunitas professional juga mempunyai kebutuhan bersama terhadap ratifikasi

traktat atau konvensi yang diberikan oleh PBB. Pada akhirnya, jaringan organisasi ini lebih

mudah untuk digunakan dari pada kemampuan kekuatan diplomatik antara negara.

Fenomena cukup menarik ditunjukkan bahwa globalisasi politik berimplikasi pada

model hubungan internasional, secara spesifik dengan globalisasi tiga dunia (kapitalis,

sosialis maupun dunia ketiga) dapat bersatu. Perang dingin telah menjadi sejarah, dan

kepentingan untuk membentuk dunia baru telah menjadi kepentingan bersama. Pertama

pembangunan liberalisasi demi menunjukkan meleburnya kekuatan super power (pasca

Soviet). Kedua Kemenangan USA dalam perang dingin dan perang di Kuwait (dan terbaru di

Afghan) merupakan kombinasi antara negara adi daya militeristik dengan negara yang kuat

pendanaan. Ketiga kepentingan dunia yang multipolar telah berganti menjadi model

hubungan internasional

Analisis budaya politik dibangun oleh Fukuyama (1992) dan Huntington (1991). Nilai

dan budaya politik akhirnya mengerucut kepada kebutuhan akan kesamaan cara pandang

dalam memahami hubungan antar negara. Implikasinya setiap negara kembali menguatkan

tradisi nasionalnya agar tetap mampu bersaing dalam dunia global.1

2.5 Globalisasi Politik Pada Negara Dunia Ketiga

Dalam kasus beberapa negara, terlihat bahwa globalisasi mau tidak mau akan

membawa dampak baik positif maupun negatif terhadap negara-negara di dunia ketiga.

Masalah pembangunan adalah isu sentral dalam globalisasi. Perdebatan tentang globalisasi

ini dapat dilihat dalam Giddens (1995), yaitu budaya politik sampai konsep keluarga.

Dalam konteks budaya Giddens, mencontohkan pergeseran tradisi karena

modernisasi. Tradisi adalah hasil dari proses penciptaan manusia dimana faktor kekuasan

sangat memegang peran terhadap perubahan tersebut. Para pemimpin, Kaisar, Raja bahkan

pemuka agama menciptakan tradisi untuk membenarkan diri mereka sendiri dan membangun

legitimasi bagi kekuasaannya. Realitas dunia melahirkan beberapa kombinasi antara tradisi

1 Sujianto, Muhlisin. (2007). Praktik Belajar Kewarganegaraan. Jakarta. Ganeca Exact

Page 10: GLOBALISASI POLITIK

7

dengan ilmu pengetahuan. Banyak kasus seperti di India pada tahun 1995. Pada saat itu

dibangun opini bahwa para dewa juga meminum susu implikasinya adalah pada hari itu dan

hari kemudian terjadi sebuah fenomena dimana banyak orang yang mempersembahkan susu

dihadapan patung atau gambar dewa-dewi. Teknologi dan pengaruh para pemuka agama

menjadikan ketika fenomena pemberian susu menjadi sebuah tradisi baru.2

Dalam kebijakan dan teori ekonomi pembangunan, dapat dilihat implikasi teori

pembangunan terhadap negara dunia ketiga atau negara-negara selatan.Implikasi kebijakan

pembangunan ini dapat dipetakan secara lebih mikro untuk ukuran benua. Negara-negara di

Amerika Latin termasuk negara-negara yang memiliki hutang besar pada bank-bank

internasional, kondisi ini disebabkan kebijakan penguasa yang tidak menghasilkan

peningkatan kapasitas produktif. Negara-negara Amerika Latin lebih cenderung untuk

berhadapan dengan kondisi internalnya sendiri, seperti masalah demokratisasi yang

berhadapan dengan diktator militer. Setelah kediktatoran hancur, dilema baru datang yaitu

kebijakan ekonomi yang tidak diikuti dengan kebijakan politik. Sehingga negara-negara ini

membutuhkan “dokter” yang dapat menyembuhkan mereka, dokter itu adalah IMF.

Implikasi dari industrialisasi membuat negara-negara di Afrika harus mengejar GNP dan

devisa negara. Rostowian telah membuat syarat yaitu stabilisasi politik dan keamanan.

Sehingga anggaran negara lebih banyak diutamakan dalam membangun kekuatan militer.

Untuk itu banyak negara-negara di Afrika yang menggenjot industrialisasi dan mencoba

membangun ketahanan pangan. Revolusi hijau telah membuat keberhasilan semu dalam

peningkatan jumlah pangan. Keberhasilan dari industrialisasi dan modernisasi (plus

stabilisasi) membuat negara-negara Afrika ‘berhasil’ dalam penggenjotan devisa. Namun,

kondisi ini ternyata menyempitkan jumlah petani dan eksplorasi tanah. Industrialisasi dan

modernisasi telah memakan korbannya kembali

Kasus di Asia banyak sekali permasalahan pangan dan hutang negara. Fenomena yang

paling mendasar selain kedua masalah di atas adalah masalah etnis. Kasus etno politik seperti

di Sri Lanka, Tibet, Kashmir dan Ambon telah menjadikan kasus ini menjadi akut. Paradigma

pembangunan yang menjadi masalah dalam konteks ini adalah perubahan dari ekonomi non

dinamis yang diregulasi dan diproteksi dimana keberpihakan penguasa pada salah satu etnis

menjadikan sistem ekonomi tidak lancar. Kasus ini memicu disintegrasi sosial, sehingga

dibutuhkan kembali identifikasi etnis, jati diri bangsa dan teritorial. ASEAN komponen

2 Giddens, Anthony. 2001 (Edisi Terjemahan). Runaway World.. Jakarta : Gramedia.

Page 11: GLOBALISASI POLITIK

8

organisasi internasional yang beranggotakan negara-negara di kawasan Asia Tenggara

mempunyai hubungan politik, geografis dan budaya. Masalah etnis dan hutang negara telah

menjadi maslaha bersama. Untuk kasus etnis terdapat maslaah antara etnis dengan penguasa

negara, seperti etnis Pattani di Thailand, Moro di Filipina, Melayu dan India di Singapura,

Jawa, Bugis di beberapa tempat dalam kawasan Indonesia. Penyikapan masalah hutang

negara juga sangat berbeda. IMF sangat bermain kuat di Indonesia dan Thailand, padahal

kesadaran arus bawah terhadap perilaku IMF yang merugikan negara ini sudah jelas. Rezim

Thailand yang baru sudah berani untuk mengungkapkan bahwa kebutuhan akan kembali ke

identitas nasional dan menolak secara halus IMF.

Globalisasi di bidang politik juga memberikan dampak terhadap perubahan

perpolitikan dunia, khususnya akhir akhir ini seperti diberitakan oleh para media

internasional yakni kasus demonstrasi yang menuntun pemerintah Tiongkok untuk

memberikan kemerdekaan kepada rakyat Tibet yang berujung pada sebuah demonstrasi

berdarah.

Implikasi dari adanya globalisasi politik yang dalam hal ini melibatkan negara Mao

Zedong yaitu munculnya tuntutan kebebasan demokrasi pada tahun 1989. Peristiwa berdarah

yang dikenal dengan “Peristiwa Tiananmen” tersebut berakhir dengan bentrokan dengan

aparat keamanan yang menewaskan ribuan mahasiswa dan pemuda.Pemberontakan ini sedikit

membawa angin demokratisasi sehingga membuat China saat ini dapat dikatakan sebagai

negara Super Power baru.

Di Filipina, rakyat melakukan gerakan sosial (people power) dan berhasil

menggulingkan rezim diktator Ferdinand Marcos pada tahun 1986. Pada tahun 1991, politik

apartheid dihapuskan di Afrika Selatan. Perubahan yang sama juga terjadi di Eropa Timur,

rakyat melakukan demonstrasi menggulingkan rezim komunis yang berkuasa. Kasus serupa

juga terjadi di Indonesia, yaitu dengan runtuhnya rezim pemerintahan Orde Baru pada tahun

1998.

Sebenarnya dalam beberapa tahun terakhir ini terdapat satu isu yang amat menarik

untuk dianalisa. Adanya demonstrasi beberapa masyarakat di wilayah Timur Tengah yang

mengundang perhatian masyarakat dunia dikarenakan gelombang demonstrasi ini menyambar

ke beberapa negara bukan hanya melibatkan satu negara saja. Bahkan akhir akhir ini timbul

istilah “Arab Spring“ yang mengacu kepada adanya gelombang demonstrasi beberapa negara

Page 12: GLOBALISASI POLITIK

9

Timur Tengah yang menuntut diberlakukannya sistem pemerintahan yang demokrasi yang

memperhatikan hak hak kaum sipil. Dan yang lebih menarik lagi faktor pendorong secara

eksternal berseminya “Arab Spring“ adalah peran dari globalisasi dalam tekhnologi yang

makin hari semakin dikuasai orang banyak.

Demonstrasi besar besaran masyarakat Mesir tak lepas dari adanya peran globalisasi

tekhnologi sehingga berdampak pada globalisasi politik. Rakyat Mesir melakukan

demonstrasi menuntut ditegakkannya demonstrasi di negeri para Firaun karena telah

mengetahui berhasilnya aksi demonstrasi rakyat Tunisia yang menuntut dijatuhkannya rezim

Ben Ali. Karena peran media massa seperti internet dan televisi, rakyat Mesir bersatu untuk

melakukan aksi serupa dengan turun ke jalan jalan khususnya ke daerah Tahrir Square di

mana konsentrasi massa berkumpul untuk menuntun diturunkannya Husni Mubarak dari

jabatanya yang hampir genap 30 tahun. Berhasilnya aksi yang dilancarkan rakyat Mesir

mengundang simpati masyarakat dunia namun juga mengundang rasa kesadaran masyarakat

dunia bahwa globalisasi khususnya dalam bidang politik memudahkan ideologi demokrasi di

dunia ini. Akibat dari aksi rakyat Mesir , beberapa negara seperti Libya,Yaman, Bahrain dan

Suriah juga turut melakukan aksi serupa demi ditegakkannya demokrasi di wilayah Timur

Tengah.

2.6 Globalisasi dan Politik Identitas

Globalisasi telah memfasilitasi kemunculan dari ‘politik identitas’ yang sejak tahun

1960-an telah melemahkan posisi dari negara-bangsa sebagai struktur sosial utama di

masyarakat dan juga ikut meningkatkan munculnya beragam framework alternatif akan

struktur sosial. Pada prosesnya, bangunan dari identitas kolektif bergerak untuk menjadi

semakin multidimensi dan tidak pasti. Scholte melihat identitas kolektif menjadi ‘penanda’

bagi sejumlah gerakan sosial.3

Untuk menemukan kedekatan interaksi pada saat teknologi globalisasi telah membuka

ruang keterbatasan akan jarak, benda, tempat, gagasan yang nampaknya tidak mencapai

sasaran (Scholte 1996 : 55).

3 Bice Maiguashca, Chapter 7 ‘Globalisation and the politics of identity’, dalam Adhe Nuansa Wibisono, Kajian

Terorisme FISIP UI (Jakarta : 2012)

Page 13: GLOBALISASI POLITIK

10

Dalam perspektif ini, mobilisasi akan identitas kultural dilihat sebagai upaya untuk

mendekatkan seseorang secara personal dan kultural kepada komunitasnya. Mungkin saja

perspektif ini ada benarnya, gerakan indigenous people juga berupaya untuk melakukan

perlawanan terhadap relasi kekuasaan yang mengancam eksistensi keberadaan mereka,

dengan persenjataan yang tidak berimbang, baik melalui dominasi dan kekerasan seperti

genosida budaya (Maiguashca 1994).

Pada awalnya Globalisasi dinilai telah membantu munculnya ‘politik identitas’ yang

juga ikut menggeser peran dari kedaulatan negara sebagai struktur sosial utama di

masyarakat. Gerakan sosial kemudian muncul sebagai respon dari keterbukaan globalisasi

dan memungkinkan munculnya ragam framework alternatif akan struktur sosial di

masyarakat (Scholte : 1996). Tetapi kehadiran gerakan sosial ini bisa saja tidak hanya dilihat

dari bergersernya peran kedaulatan negara tetapi sebagai konsekuensi dari kebijakan negara.

Linklater (1998) mencoba menjelaskan akan adanya upaya negara untuk melakukan

pemisahan antar individu melalui batas-batas negara, warganegara domestik, warganegara

asing kemudian juga terjadi cara pandang terhadap kelompok minoritas yang dianggap

sebagai ‘internal other’, minoritas yang berbeda yang dimarjinalkan. Jika Scholte melihat

kondisi ini sebagai awal munculnya kelompok minoritas untuk memunculkan suatu ‘politik

identitas’ di dalam negara, maka Linklater bergerak lebih jauh dengan berbicara tentang

‘politik pengakuan’ yang menuntut adanya ekspresi sensitivitas kepada perbedaan dan

kemungkinan-kemungkinan baru untuk memperluas berbagai perbedaan pendapat terkait

komunitas politik’ (Linklater 1998 : 187)

2.7 Implikasi Globalisasi Politik Terhadap Indonesia

Globalisasi politik telah masuk ke Indonesia. Kedaulatan negara hari ini menjadi

sebuah wacana yang tidak akan pernah habis diperbincangkan. Disintegrasi nasional di

beberapa tempat seperti Aceh, Poso, Ambon, lepasnya Timor Timur. Rekayasa politik global

(factor ekstern) yang dikombinasikan dengan ekonomi membuat pemerintah Indonesia

menjadi bulan-bulanan di dunia Internasional. Masalah HAM, AIDS, cyber crime (kejahatan

siber), pengelolaan negara yang serba KKN, ketidakberanian menghadapi IMF. Kejatuhan

pemerintahan Suharto pada tahun 1998 yang diikuti ketidakstabilan politik, menjadikan

Indonesia merosot dari segi GNP, kemampuan pemerintah untuk mengelola kecerdasan

bangsa dan yang paling fatal adalah krisis identitas dan jati diri bangsa.

Kebijakan otonomi daerah, agar daerah menjadi terberdayakan telah menjadi senjata

makan tuan. Keinginan beberapa daerah untuk memerdekakan diri dan meminta otonomi

seluas-luasnya dianggap mengganggu kedaulatan negara. Kematian Theys di Jayapura

Page 14: GLOBALISASI POLITIK

11

menjadi indicator bahwa pemerintah pusat sudah tidak mampu lagi menjaga keselamatan diri

warga negara. Pembantaian massal di Ambon, Poso, Aceh menjadi sebuah ironi dari

keinginan negara yang hendak mewujudkan masyarakat madani dan supremasi hukum.

Proses penyelesaian masalah telah membuat kesadaran pemerintah dan warga negara

agar mampu memanfaatkan lobi di dunia internasional. Namun, sampai hari ini Indonesia

masih menjadi negara yang paling tidak stabil di kawasan ASEAN. Isu-isu lokal seperti

pengelolaan hutan, pengelolaan hutang luar negeri menjadikan Indonesia momok di dunia

Internasional baik di lingkungan LSM Internasional dan PBB.

Implikasi sangat teknis terjadi dalam sector kebijakan ekonomi dan perdagangan.

Indonesia yangmenjadi negara eksportir nomor dua terbesar untuk karet mentah, ternyata

tidak mampu untuk mengelola perdagangan karet mentah sampai barang jadi berupa ban

mobil. Terjadi diskriminasi oleh negara barat terhadap Indonesia. Indonesia sampai hari ini

tidak boleh mengimpor mesin pembuat bahan baku karet, sehingga untuk membuat ban

mobil, Indonesia harus mengekspor dulu ke Inggris kemudian mengimpor lagi ban mobil dari

Inggris.[18] Kebijakan untuk mendirikan pabrik pembuat bahan dasar seperti Texmaco dan

pengaplikasian ekonomi kerakyatan mendapat tentangan dari IMF. IMF bahkan mengancam

tidak akan memberikan bantuan hutang luar negeri, jika Indonesia masih memperbolehkan

Texmaco beroperasi dan mencoba menggulirkan ekonomi kerakyatan.

Page 15: GLOBALISASI POLITIK

12

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Globalisasi politik ternyata hanya menguntungkan negara-negara pertama, atau

negara kapitalis. Kebijakan politik negara-negara dunia ketiga, ternyata harus memenuhi

standar dan kualifikasi dari negara-negara utara. Konsekuensinya, Indonesia sebagai negara

berkembang harus meningkatkan kualitas bernegara dan berhati-hati agar tidak menjadi

negara yang dimusuhi oleh dunia barat.

Keberanian Indonesia untuk menghadapi hegemoni barat hanyalah menjadi mimpi

sampai pada hari ini. Sehingga keinginan Indonesia untuk melakukan pemerataan dalam

pembangunan, menjadi tidak nyata. Pada gilirannya warga negara harus menghadapi nasib

yang sangat tragis. 2003, pada masanya globalisasi, Indonesia harus menjadi negara jajahan

baru kaum kapitalis dengan model penjajahan yang baru, penjajahan ekonomi dan penjajahan

politik.

Page 16: GLOBALISASI POLITIK

13

Daftar Pustaka

Giddens, Anthony. 2001 (Edisi Terjemahan). Runaway World.. Jakarta : Gramedia.

Nuansa Wibisono, Adhe. Kajian Terorisme FISIP UI (Jakarta : 2012)

Nur Fuad, Ahmad. Sekulerisasi Politik; Pengalaman Amerika Serikat dan Dunia Islam

Volume 12 Nomor 2 Juli - Desember 2009

Sujianto, Muhlisin. (2007). Praktik Belajar Kewarganegaraan. Jakarta. Ganeca Exact

Globalisasi, Wikipedia Bahasa Indonesia Ensiklopedia Bebas,

id.wikipedia.com/globalisasi/?refid.php (didownload 3 April 2013)

Globalisasi dan Politik Identitas, opini.kompasiana.com/globalisasi-dan-politik-

identitas/?refid-php (didownload 7 April 2013)

Wacana Globalisasi Politik, politik.kompasiana.com/wacana-globaisasi-politik/?refid:

(didownload 7 April 2013)