GLOBALISASI KOMUNIKASI DAN TUNTUTAN DAKWA H BERMEDIA

12
GLOBALISASI KOMUNIKASI DAN TUNTUTAN DAKWAH BERMEDIA Khoiro Ummatin A. PENDAHULUAN Tulisan ini mencoba untuk mendiskusikan dampak globalisasi informasi yang ditandai dengan kemajuan teknologi komunikasi, dikaitkan dengan kesiapan juru dakwah memanfaatkan teknologi komunikasi dalam penyelenggaraan kegiatan dakwah. Pembahasan kegiatan dakwah yang ada di tangan pembaca ini, akan mengeksplorasi dua variabel penting yang berkaitan dengan kegiatan dakwah bermedia. Pertama, kehadiran media massa sebagai penyedia informasi kepada masyarakat dalam kecenderungan global memiliki daya pemaksa yang sungguh luar biasa. Bahkan media massa memiliki keperkasaan mengonstruksi sebuah tatanan kehidupan manusia. Argumentasi ini merujuk pada hasil penelitian Harold Laswell bahwa media massa menyediakan stimuli perkasa yang secara seragam mampu membangkitkan desakan emosi yang hampirtidakterkontrololehindividu. 1 Atas dasar temuan ini, maka keperkasaan media informasi yang memiliki tingkat efektifitas dan efisiensi sangat tinggi, dapat pula digunakan sebagai sarana kegiatan dakwah, agar kegiatan dakwah mampu menjangkau pada komunitas sasaran dakwah yang lebih luas. Kedua, pendayagunaan media massa sebagai media dakwah agar mampu berfungsi secara efektif JURNAL DAKWAH, Vol.IX No. 2, Juli-Desember 2008 137

Transcript of GLOBALISASI KOMUNIKASI DAN TUNTUTAN DAKWA H BERMEDIA

Page 1: GLOBALISASI KOMUNIKASI DAN TUNTUTAN DAKWA H BERMEDIA

GLOBALISASI KOMUNIKASIDAN TUNTUTAN DAKWAH BERMEDIA

Khoiro Ummatin

A. PENDAHULUANTulisan ini mencoba untuk

mendiskusikan dampak globalisasiinformasi yang ditandai dengankemajuan teknologi komunikasi,dikaitkan dengan kesiapan jurudakwah memanfaatkan teknologikomunikasi dalam penyelenggaraankegiatan dakwah. Pembahasankegiatan dakwah yang ada di tanganpembaca ini, akan mengeksplorasidua variabel penting yang berkaitandengan kegiatan dakwah bermedia.

Pertama, kehadiran mediamassa sebagai penyedia informasikepada masyarakat dalamkecenderungan global memiliki dayapemaksa yang sungguh luar biasa.Bahkan media massa memiliki

keperkasaan mengonstruksi sebuahtatanan kehidupan manusia.Argumentasi ini merujuk pada hasilpenelitian Harold Laswell bahwamedia massa menyediakan stimuliperkasa yang secara seragam mampumembangkitkan desakan emosi yanghampirtidakterkontrololehindividu.1

Atas dasar temuan ini , makakeperkasaan media informasi yangmemiliki tingkat efektifitas danefisiensi sangat tinggi, dapat puladigunakan sebagai sarana kegiatandakwah, agar kegiatan dakwahmampu menjangkau pada komunitassasaran dakwah yang lebih luas.

Kedua, pendayagunaanmedia massa sebagai media dakwahagar mampu berfungsi secara efektif

JURNAL DAKWAH, Vol.IX No. 2, Juli-Desember 2008 137

Page 2: GLOBALISASI KOMUNIKASI DAN TUNTUTAN DAKWA H BERMEDIA

Khoiro Ummatin: Globalisasi Komunikasi dan Tuntutan Dakn-ab Bermedia

dan efisien, perlu didukung olehtenaga professional yang menguasaipaling tidak dua bidang, yaitu tenagaprofesional di bidang penguasaanteknologi komunikasi dan tenagaprofesional di bidang pengelolaanpesan-pesan agama yang menghiasaiprogram siaran di media massa.Idealnya, juru dakwah pada erakebangkitan teknologi komunikasimemiliki kemampuan di bidanginformasi dan kemampuan di bidangagama sekaligus, sehingga tatananglobal yang cenderung membuatmanusia teralienasi dengan tatananreligius dapat dibangun melaluidakwah di media massa.

Perkembangan teknologikomunikasi di Indonesia yangditandai dengan menjamurnya radio(publik, swasta dan komunitas), jugatumbuhnya industri televisi, baiktelevisi lokal maupun televisinasional, ini semua merupakantantangan bagi juru dakwah untukmampu memenuhi formasi wajahmedia massa kita. Dalam kontekspewamaan program siaran dakwah dimedia massa, ada pertanyaan yanglayak disimak, sudahkah juru dakwahmampu mewujudkan dakwahbermedia secara profesional?

Dengan mendasarkan padarealitas media, mungkin ada yangsecara lantang menyatakan bahwapara juru dakwah sudah profesional

dalam mewarnai media massaterutama di media elektronik.Jawaban tersebut tentu tidak salahdan cukup argumentatif, karenamemang realitas media layar kacakita sudah mampu menyuguhkansiaran dakwah dengan berbagai jurudakwah terkemuka. Namunpandangan tersebut tidak seluruhnyabenar, sebab realitas kemampuanjuru dakwah kita sebagian besar barupada tahap profesional dalammenyampaikan pesan-pesan dakwahdi media massa saja, belum sampaipada tahapan penguasaan teknolo-ginya. Akibatnya, ada sebuahkesenjangan antara keperkasaanmedia massa dalam menyuguhkanperadaban baru bila dibandingkandengan pendayagunaannya sebagaimedia dakwah.

B. REALITAS OBJEKTIF PENGARUHMEDIA MASSA

Dalam menjelaskan keper-kasaan media massa dalammempengaruhi masyarakat,misalnya, dapat dengan jelas diamatipada propaganda Barat dalammendiskreditkan kelompok Islamdengan konstruksi terorisme dantindakan kekerasan. Propaganda antiIslam melalui media massa secarakomprehensif dan sistematis memilikidampak sangat luar biasa dan berhasildalam membangun opini publik

138 JURNAL DAKWAH, Vol. IX No. 2, Juli-Desember 2008

Page 3: GLOBALISASI KOMUNIKASI DAN TUNTUTAN DAKWA H BERMEDIA

KJjoiro Ummatin: Glohalisasi Komunikasi dan Tuntutan Dakwab Rermedia

bahwa gerakan Islam garis kerasidentik dengan terorisme yang wajibdiperangi secara internasional.

Gerakan sistematis yangdibangun media massa, juga dapatdilihat dalam kasus robohnya gedungpusat perdagangan dunia WTC(world trade center] kebanggan milikbangsa Amerika yang dihantam duapesawat komersial mili k Amerikasendiripada 11 September 2001 lalu.Tindakan serangkaian pemboman diIndonesia termasuk kasus palingspektakuler adalah bom Bali II. Lagi-lagi opini publik merujuk padagerakan Islam yang tidakdiuntungkan. Nama Usamah binLaden, Dr. Asahari, Imam Samudradan Amrozi, untuk sekedar contoh,adalah sejumlah nama yang tidakdiuntungkan dengan berbagaiperistiwa kekerasan ini.

Dengan kemampuan mediamassa, tragedi kemanusiaan palingspektakuler dan sangat mengerikantersebut dapat diakses secara cepatoleh masyarakat internasional.Bahkan melalui siaran tunda, mediatelevisi mampu menyuguhkanperistiwa tersebut kepada masyarakatinternasional. Masyarakat dapatmenyaksikan secara langsungpesawat yang menghantam gedungWTC hingga hancur atau peledakanbom Bali yang membikin was-was

masyarakat internasional untukmenginjakkan kaki di Indonesia.

Informasi yang melukiskansituasi tegang, cemas, dan panik dilokasi kejadian tragedi WTC, dalamwaktu hitungan menit, dikontraskandengan sebuah tayangankegembiraan masyarakat TimurTengah atas peristiwa runtuhnyagedung WTC tersebut. Dalam kasusini dapat dibaca sebagai kontrasmedia yang memiliki tendensi dalampengemasan pesan media.Kegembiraan masyarakat muslimTimur Tengah merupakan simbolkemarahan dan ekspresi kejengkelankepada Amerika yang diskriminatifdan memakai standar ganda dalampenanganan kasus di Timur Tengah.

Lewat media massa, pejabattinggi Amerika menuduh peristiwaWTC dilakukan oleh kelompokterorisme internasional yangmelibatkan kelompok muslim gariskeras. Sejumlah media massamelansir besar-besaran tuduhanAmerika atas penyerangan gedungWTC. Dugaan adanya keterlibatanterorisme internasional, ironisnyaoleh media massa sudahdikonstruksikan sebagai wacanapublik yang benar, meski pihak yangdituduh paling bertanggung jawab(Usamah Bin Laden) manyatakanmenolak tuduhan Amerika tersebut

JURNAL DAKWAH, VoJ.IX No. 2, Juli-Desember 2008 139

Page 4: GLOBALISASI KOMUNIKASI DAN TUNTUTAN DAKWA H BERMEDIA

Kljoiro Ummatin: Globalisasi Komunikasi dan 1'untutan Dakn'ab Bermettja

dan menyatakan tidak bertanggungjawab.

Konstruksi pemberitaan mediamassa yang menyangkut peristiwarobohnya gedung WTC yangdikaitkan dengan gerakan muslimgaris keras, secara psikologis danpolitis sangat merugikan umat Islamdi pentas dunia. Di samping itu,konstruksi pemberitaan media massayang mengarah pada terorismeinternasional dan gerakan Islam gariskeras sebagai pihak yang bertang-gung jawab, memiliki dampak seriusbagi tumbuhnya kembali wacanapublik tentang stereotype Islam yangidentik dengan tindakan kekerasandan peperangan.

Berangkat dari konstruksi yangdibangun oleh media massa dalamkasus di atas, membuktikan mediamassa memiliki kekuatan memba-ngun wacana publik dan sekaligusmemposisikan sebuah komunitassebagai objek pemberitaan. Dampakdari propaganda politik yang dilansirmedia massa menjadikan banyaknegara menyatakan perang terhadapterorisme.

Keberhasilan propagandainternasional yang menempatkangerakan Islam garis keras pada realitasmedia, kondisi ini membuktikanpenguasaan dan pendayagunaanmedia massa di kalangan umat Islam

masih jauh ketinggalan, karenabantahan umat Islam atas tuduhanAmerika dalam kasus WTC, tidakmampu menahan propaganda mediayang menempatkan gerakan Islamgaris keras sebagai kelompok yangbertanggung jawab. Peristiwa inimerupakan pengalaman berhargabagi umat Islam dalam melakukanperang urat syaraf melawanpropaganda gerakan kelompok antiIslam di media massa.

Mencermati propaganda politikkelompok anti Islam yang berada dibalik peristiwa tragedi WTC, kalaumerujuk pendapat Onong UchjanaEffendi yang mengutip pendapatWilliam E. Daugherty dalam bukullmu Komunikasi Teori dan Praktek,propaganda dibedakan dalam tigaklasifikasi, yaitu propaganda putih(white propaganda], propagandahitam (black propaganda) danpropaganda kelabu (gray propa-ganda). Terlepas apa motivasinya,yang jelas perang urat syaraf inimerupakan suatu metode komunikasiyang secara berencana dan sistematisberupaya merubah sikap, pendapat,perilaku seseorang atau kelompokorang dalam ajang kemiliteran untukmeraih kemenangan.2

Makalah ini tidak diperuntuk-kan membahas atau menganalisistragedi WTC dengan perpolitikan

140 JURNAL DAKWAH, Vol. IX No. 2, Juli-Desember 2008

Page 5: GLOBALISASI KOMUNIKASI DAN TUNTUTAN DAKWA H BERMEDIA

Khoiro \Jfiimatin:GkbalisasiKomumkasidan Tuntutan Dakwah Bermedia

internasional yang menghadapkan masyarakat internasional.kelompok Islam atau kelompok lain Keduanya memang dapatdengan gerakan anti Islam. Paparan dipahami dalam realitas media,singkat dalam makalah ini, untuk namun harus diakui posisi seperti inimendeskripsikan secara realistis sangat tidak menguntungkan bagibahwa media massa memiliki posisi umat Islam. Kejadian ini dapatstrategis dalam membangun wacana dijadikan inspirasi baru bagi umatpublik dan mempengaruhi isiam bahwa media massa menjadimasyarakat. Pemaparan ini sekaligus ujung tombak dalam melawanmenunjukkan kelemahan umat Islam propaganda kelompok anti Islam. Didalam penguasaan media massa. samping untuk keperluan propa-Dengan derasnya pesan-pesan ganda, penguasaan media massa jugapropaganda anti Islam di media, umat penting sebagai media dakwah,Islam tidak mampu melakukan karena media massa memiliki tingkatcounter balik atau menggeser opini, efektifitas yang tinggi untuksehingga bantahan dari kelompok melakukan kegiaan dakwah.Islam kurang mendapat apresiasi Sebelum membahas soalmasyarakat internasional. antisipasi juru dakwah, pada bagian

Dalam merespon situasi perang ini periu dibahas ruang lingkupurat syaraf seperti ini, sikap optimis aktifitas dakwah, agar konotasidan pesimis selalu menghinggapi terorisme tidak merembet pada ruangmasyarakat. Sikap pesimis dibangun gerakan dakwah yang dibangun danpada realitas yang serba terbatas, baik dikembangkan umat Isiam. "keterbatasan sumber daya manusiapengelola media maupun keterbatas- Dart Pengertian ke Realitasan media yang dikelola oleh umat DakwahIslam sendiri, sehingga tidak mampu Pengertian dakwah dapatmenandingi propaganda pihak dirumuskan sebagai proseslawan. Sementara optimisnme penyampaian ajaran Islam kepadamuncul bersamaan dengan para umat manusia. Dari pengertianperkembangan tingkat rasionalitas jn j , pali ng tidak ada empatmasyarakat, yang tidak maumenelan komponen yang terlibat dalamseluruh propaganda anti Islam, aktifitas dakwah, yaitu pesan yangsehingga sekecil apapun informasi disampaian (ajaran), penyampaidari kelompok muslimakan dijadikan ajaran (juru dakwah), penerimawacana pembanding bagi

JURNAL DAKWAH, Vol.IX No. 2, Juli-Desember 2008 141

Page 6: GLOBALISASI KOMUNIKASI DAN TUNTUTAN DAKWA H BERMEDIA

Khoiro Ummatin: Globalisasi Komunikasi dan Tuntafan Dakn'ab Eennedia

pesan dakwah (umat manusia), danmedia yang dipakai untuk melakukandakwah Islam.

Di antara para pemerhatidakwah sendiri terjadi perbedaandalam merumuskan pengertiandakwah. Pada dasarnya dari berbagairumusan tentang pengertian dakwah,dapat dikatakan bahwa dakwahmerupakan kegiatan ajakan amarma'ruf nahi mungkar, dilakukandengan cara-cara yang baik (ishlah),dan bertujuan agar objek dakwahmencapai kebahagian di dunia dandi akhirat.3

Sedang dakwah menurut Al-Quran diartikan sebagai perintahmenyeru manusia ke jalan Tuhandengan cara hikmah dan pelajaranyang baik dengan berbagai metodedan pendekatan, seperti ditegaskanAllah dalam Al-Qur'an surat An-Nahlayat 125 yang artinya:

"Serulah manusia ke jalanTuhanmu dengan hikmah danpelajaran yang baik danbantahlah mereka dengan jalanyang baik pula. SesungguhnyaTuhanmu mengetahui siapayang tersesat dari jalan-Nya danDialah yang lebih mengetahuiorang-orang yang mendapatpetunjuk."4

Pada ayat 104 surat Ali Imranjuga menjelaskan pengetian dakwah:

"Dan hendaklah ada di antarakamu segolongan umat yangmenyeru kepada kebajikan,menyuruh kepada yang ma'rufdan mencegah dari yangmungkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung."5

Dari pengertian dakwah dalamAl-Qur'an tersebut di atas, secarasingkat dapat dirumuskan bahwatujuan akhir dakwah adalahtercapainya kebahagiaan manusia didunia dan akherat, sebagaimanadifirmankan dalam surat Al-Baqarah201 yang artinya:

"Wahai Tuhan kamidatangkanlah kepada kamikebahagiaan di dunia dan diakhirat serta peliharalah kamidari siksa api neraka."5

Untuk dapat mencapai tujuanaktifitas dakwah tersebut, maka dalamdakwah dikenal ada konsep strategidakwah. Strategi dakwah merupakankegiatan yang berkaitan denganperencanaan dalam menentukanmetode, pesan, dan pilihan mediayang akan digunakan.

Dalam konteks pilihan mediadakwah, ada macam-macam mediadakwah. Media dakwah padadasarnya bisa diartikan sebagaisesuatu yang dapat dipergunakansebagai alat untuk mencapai tujuandakwah. Media tersebut antara lain:

142 JURNAL DAKWAH, Vol. IX No. 2, Juli-Desember 2008

Page 7: GLOBALISASI KOMUNIKASI DAN TUNTUTAN DAKWA H BERMEDIA

Khoiro Ummatin: Globalisasi Komunikasi dan Tuntutan Dakwah Bermedia

a. Lembaga pendidikan formal,yang bisa dijadikan sebagaimedia dakwah karena seorangpendidik dapat memasukkan ide-ide dakwahnya melalui prosesbelajar mengajar;

b. Lingkungan keluarga, yangmerupakan media dakwah yangpaling efektif jik a objekdakwahnya adalah kerabatkeluarga;

c. Peringatan hari-hari besar Islam,yang sering dipakai oleh seorangjuru dakwah untuk menyampai-kan misi dakwahnya kepadamasyarakat.

d. Organisasi-organisasi Islam, yangdapat dijadikan sebagai mediadakwah melalui misi dankegiatan-kegiatan mereka;

e. Media massa, yang dapat dipakaioleh juru dakwah dakwah dalammenyampaikan pesan-pesandakwahnya, baik media massaelektronik maupun media massacetak.7

Dalam penentuan pilihanmedia dakwah ini, tidak semata-matadidasarkan pada kemauan jurudakwah, melainkan juga didasarkanpada kondisi objektif sasaran dankapasitas juru dakwah. Oleh karenaitu, media dakwah yang sudahdisebutkan oleh Asmuni Syukir dan

Nasrudin Harahap di atas, belumtentu seluruhnya dapat dipakaisebagai media dakwah.

2. Pola Antisipasi Juru Dakwah

Mencermati kebangkitan erainformasi sebagaimana digambarkandalam kasus WTC di New YorkAmerika Serikat dengan segalakonsekuensi yang harus ditanggungoleh umat Islam, maka alangkahbijaksana kalau era kebangkitanmedia komunikasi tersebut diantisi-pasi dengan langkah-langkah yanglebih positif.

Dalam menentukan langkahantisipatif terhadap bangkitnya mediakomunikasi, penulis mengajukanempat hal yang relevan dijadikanacuan sebagai pijakan kaumagamawan untuk melakukan kegiatandakwah di media massa.

Pertama, kesadaran bahwapesatnya media komunikasi tidakmungkin dicegah keberadaannyadan justru akan terus berkembang.Sudah selayaknya kondisi demikiandimanfaatkan sebaik-baiknyadengan mempersiapkan juru dakwahyang mampu menguasai agama danteknologi informasi. Kebangkitanmedia komunikasi tidak dianggapsebagai ancaman eksistensikeagamaan manusia, melainkandijadikan sebagai partner dalam

JURNAL DAKWAH, VoLIX No. 2, Juli-Desember 2008 143

Page 8: GLOBALISASI KOMUNIKASI DAN TUNTUTAN DAKWA H BERMEDIA

KJjoiro \3mmatin: Globalisasi Komunikasi dan 1 'untutan Dakwah Rermedia

melaksanakan kegiatan dakwah.Dengan adanya persiapan sumberdaya manusia di bidang tekonologikomunikasi, kebangkitan teknologikamunikasi justru memiliki kontribusibagi kemajuan dakwah Islam.

Pola antisipasi juru dakwahsudah mulai dirasa manfaatnya akhir-akhir ini, dengan banyaknya tenagamuda yang memiliki basis ilmu agamakemudian menekuni bidangkomunikasi. Sehingga ada beberapamedia massa mulai menaruh pedulipada program siaran dakwah yangdikemas dalam paket menarik, baikpada tayangan TV, radio, maupunmedia cetak.

Kedua, antisipasi terhadappenguasaan media. Ada sloganmenarik dalam kajian komunikasi,bahwa barang siapa yang inginmenguasai dunia maka hams lebihdahulu menguasai media informasi.Ini artinya pada era sekarang ini, disamping harus mampu mendayagu-nakan media komunikasi, juga adatuntutan untuk memil iki mediakomunikasi sebanyak-banyaknya.Penguasaan banyak media massasecara logis akan berdampak kepadameningkatnya frekuensi penyampai-an pesan-pesan keagamaan. Kalaupenguasaan dan kepemilikan mediamassa sebagai sarana dakwah sudahmemadai, yang perlu dipikirkan

selanjutnya adalah antisipasi terhadappenyajian materi.

Ketiga, penyampaian materidakwah melalui media komunikasitidak semudah yang dibayangkanatau seperti menyampaikan materidakwah melalui ceramah di mimbar-mimbar khotbah. Selain dituntutmemiliki kemampuan ilmu keislaman,juru dakwah masih dituntut memilikikemampuan penunjang lain yangada relevansinya dengan mediamassa, seperti kemampuan retorika(untuk media radio), retorika danakting (untuk media TV), dankemampuan menulis (untuk mediacetak). Hal lain yang perludiperhatikan oleh juru dakwah dalammelaksanakan dakwah melaluimedia massa adalah tentang khalayakpendengar atau pembaca. Dalamprinsip ini ada asumsi bahwa mediamassa memiliki target group yangkompleks baik kemampuankeagamaannya maupun pahamkeagamaannya. Karena pluralitassasaran dakwah melalui media massacukup tinggi, maka juru dakwahdituntut lebih berhati-hati dan lebihmenguasai materi keagamaan.Kehati-hatian dan penguasaan materiini agar materi yang disampaikan bisaditerima oleh semua golongan, dantidak terjebak pada sektarianisme,sebab kalau sampai terjebak padasektarianisme, efektifitas pesan juru

144 JURNAL DAKWAH, Vol. IX No. 2, Juli-Desember 2008

Page 9: GLOBALISASI KOMUNIKASI DAN TUNTUTAN DAKWA H BERMEDIA

K&oirv Vmmatin: Globalisasi Komunikasi dan Tuntutan Dakwah Bemiedia

dakwah di media massa akan sangatterganggu.

Keempat, kerjasama denganmedia massa yang sudah ada. Kalauantisipasi pengadaan sumber dayapengelola media dan pengadaanmedia belum mampu terjawab dalammewujudkan kegiatan dakwah yangideal, maka tepat kiranyadikemukakan pendapat Sutirman EkaArdhana dalam bukunya JurnalistikDakwah yang berkaitan denganantisipasi ini. Eka Ardhanamenuliskan bahwa di tengah-tengahperkembangan dan pembangunansektor komunikasi, ajakan ataupemikiran untuk mengembangkandakwah dengan mengerling mediamassa merupakan langkah yang tepatdan bijak.8

Pada tingkat antisipasi ini, akanterjadi hubungan kerja antara jurudakwah dengan media massa dalamproses penyampaian materi dakwah.Apa yang dilontarkan Eka Ardhanatersebut sedikit banyak menjadidorongan moral bagi juru dakwahuntuk mengembangkan aktifitasdakwah melalui media massa.Meskipun penguasaan tenaga ahlimedia dan pengadaan media masihterbatas di kalangan umat Islam, kalaupola mengerling media massadikembangkan, dakwah di mediamassa tetap dapat dilaksanakan. Oleh

karena itu juru dakwah dituntutbenar-benar mampu memenuhipermintaan media massa menyajikanmateri dakwah yang menarik dansesuai dengan harapan khalayakyang menjadi pasar media, agar pasaryang sudah dibangun media tidakrusak.

Hanya saja, kelemahan modelaktifitas dakwah dengan mengerlingmedia massa ini adalah juru dakwahtidak bisa leluasa mengekspresikanmisi dan strategi dakwah, karenasifatnya hanya numpang, sehinggasudah barang tentu banyak rambu-rambu yang diberikan oleh pemilikmedia.

Dari empat antisipasi terhadapperkembangan media komunikasisebagai media dakwah di atas,antisipasi dalam bentuk mengerlingmedia massa, anehnya merupakanmodel yang paling menonjol diIndonesia. Pilihan antisipasi tersebut,untuk saat ini tidak terlepas daripersoalan kemampuan teknikpenguasaan media dan keterbatasansumber dana yang dimilik i umatIslam.

Dalam konteks dakwah dimedia massa, secara teoritik dikenalada dua model sumber informasi jurudakwah, yaitu nara sumber kolektif(co//ectiue communicator) dan narasumber individual (Individual

JURNAL DAKWAH, Vol.IX No. 2, Juli-Desember 2008 145

Page 10: GLOBALISASI KOMUNIKASI DAN TUNTUTAN DAKWA H BERMEDIA

Khoiro Vmmatin: Globalisasi Komunikasi dan Tunttttan Dakwah Eermedia

communicator). Posisi juru dakwahdalam proses penyampaian pesan-pesan dakwah di media massatermasuk dalam kategori komunikatorindividual,9 karena sebagian besarjuru dakwah di media massa adalahorang dari luar sistem manajemen,kecuali media-media kecil yangsecara khusus digunakan untuk mediaaktifitas dakwah.

3. Tawaran Alternatif PilihanMedia Dakwah

Banyak alternatif produk mediatelekomunikasi yang bisa dijadikanpilihan alternatif sebagai mediadakwah. Dengan memperhatikanrealitas objektif kemampuanpendanaan dan kemampuanpengelolaan media massa sebagaisalah satu produk media teleko-munikasi, berikut ini akan dipaparkanpilihan alternatif yang bisa dijadikanmedia dakwah.

Pertama, juru dakwah perlumengembangkan pengadaan mediakomunitas seperti, radio, TV danmedia cetak yang memilikikemampuan jangkauan terbatas ditingkat lokal. Pilihan media ini perlu,karena tiga media yang disebut di atasmemiliki kedekatan denganmasyarakat dan memiliki tingkatefektifitas yang tinggi. Alasan lainpilihan media tersebut, didasarkanpada kemampuan umat Islam di

bidang pendanaan. Pengadaanmedia komunitas ini secara finansialtidak membutuhkan pendanaanyang sangat besar.

Kedtia, juru dakwah perludilengkapi dengan kemampuan dibidang pengelolaan media massayang menjadi pil ihan alternatif,apakah itu radio, TV atau mediacetak, karena dengan adanyaspesifikasi kemampuan di bidangpengelolaan media massa, jurudakwah dapat melakukan dakwahsecara profesional.

Ketiga, penanganan dakwahsecara profesional di media massa inihendaknya dilakukan secara terpadu,baik sumber daya manusia yangterlibat dalam proses dakwah maupunpilihan pesan-pesan dakwah yangdituangkan pada media massa.Penerapan sistem dakwah secaraterpadu ini, agar pelaksanaandakwah di media massa bisadilakukan sebaik mungkin, dan agarsasaran dakwah merasa tertarikdengan dakwah yang dilakukan.Kalau ini bisa diwujudkan, makadakwah akan terlaksana secara efektifdan efisien.

C. PENUTUPSemua antisipasi yang

dikemukakan di atas semuaberpulang kepada sumber dayamanusia sebagai juru dakwah dan

146 JURNAL DAKWAH, Vol. IX No. 2, Juli-Desember 2008

Page 11: GLOBALISASI KOMUNIKASI DAN TUNTUTAN DAKWA H BERMEDIA

Khoiro Ummatin: Globalisasi Komunikasi dan Tuntutan Dakwah Rermedia

dukungan dana yang cukup untukpengadaan media massa. Denganmemperhatikan kecenderunganobjektif pelaksanaan dakwah dimedia massa, maka umat Islam perlumengambil langkah secara bersamaantara pengadaan media dakwah danpeningkatan kompetensi jurudakwah yang profesionat.

Langkah antisipatif di atas perluditempuh karena masih sangatterbatasnya media dakwah yangberbasis media massa. Dengangerakan terpadu sebagai jawaban ataskekurangan pelaksanaan dakwahselama ini , diharapkan aktifitasdakwah di media massa ke depantidak mengalami kesenjangan antarakepemilikan media dakwah berbasismedia massa dengan kemampuanjuru dakwah melakukan dakwah dimedia massa.

Keseimbangan antara kepemi-likan media massa dan kemampuanberdakwah di media massamerupakan bentuk ideal pelaksanaandakwah Islam. Namun, antisipasipengadaan, pelaksanaan, danpenguasaan dakwah di media massaserta kepemilikan dakwah melaluimedia massa belum banyak tersentuholeh juru dakwah.

Dakwah Islam yang dilakukanoleh juru dakwah masih sebatasceramah-ceramah di mimbar atau

podium dan kalau pun mulaimelakukan dakwah Islam melaluimedia massa baik elektronik maupunmedia cetak sebatas sebagai pengisiacara yang keleluasaan misidakwahnya terbatasi oleh tata aturanpemilik media itu sendiri. Ini yangoleh Ardhana disebut sebagai "polaantisipasi mengerling media massa".

CATATAN:1 Jalaluddin Rahmat, PsiJeo/ogi

Komunifcosi (Bandung: Remaja Rosda Karya,1991), him. 197.

2 Onong Uchjana Effendi, //muKomunifcosi Teori dan Praktek (Bandung:Remaja Rosda Karya, 1994), him. 214-215.

3 Nasruddin Harahap, DakwahPembangunan, (Yogyakarta: DPD Golkar TKIDIY , 1992), him. 3; MasdarHelmy, DakwahIslam da/am A/am Pembangunan, (Semarang:Toha Putra, 1973), him. 31; Syamsuri Siddiq,Dakwah dan TeknikBerkhutbah, (Bandung:Al-Ma'arif, 1993), him. 8; Asmuni Syukir,Dasar-dasar Strategi dakwah Islam,(Surabaya: Al-lkhlas, 1983), him. 19.

4 DepartemenAgama,A/-Qur'andanTcr/'emahnya, {Jakarta: DepagRI, 1989), him.419.

5 Ibid., him. 93.6 Ibid., him. 49.7 Asmuni Syukir, op.cit, him. 201;

Nasruddin Harahap, op.cit., him. 201.8 S. EkaArdana.Jurna/isti/cDafciuah,

Yogyakarta: Pustaka F^lajar, 1994, him. 47.9 Onong Uchjana Effendi, op. cit.,

him. 38.

JURNAL DAKWAH, Vol.IX No. 2, Juli-Desember 2008 147

Page 12: GLOBALISASI KOMUNIKASI DAN TUNTUTAN DAKWA H BERMEDIA

Kboiro Ummatin: Glohalisasi Komunikasi dan "Yuntntan Dakimh Bem/edia

DAFTAR PUSTAKA

Ardana, S. Eka, Jurnalistik Dakwah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1994.

Departemen Agama, Al-Qur'an dan Terjemahnya, Jakarta: Depag RI, 1989.

Effendi, Onong Uchjana, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, Bandung:Remaja Rosda karya, 1994.

Harahap, Nasruddin, Dakwah Pembangunan, Yogyakarta: DPD Golkar TK IDIY, 1992.

Helmy, Masdar, Dakwah is/am Da/am A/am Pembangunan, Semarang: TohaPutra, 1973.

Rahmat, Jalaluddin, Psikologi Komunikasi, Bandung: Remaja Rosda Karya,1991.

Siddiq, Syamsuri, Dakwah dan Teknik Berkhutbah, Bandung: Al-Ma'arif,1993.

Syukir, Asmuni, Dosar-dosar Strategi Dakwah Islam, Surabaya: Al-Ikhlas, 1983.

148 JURNAL DAKWAH, Vol. IX No. 2, Juli-Desember 2008