Gizi Buruk Pada Batita

Click here to load reader

description

PBL

Transcript of Gizi Buruk Pada Batita

Gizi Buruk pada Batita

Nama: Josephine Claudia Nim: 102013396 /kelompok : B9Email : [email protected]

Pendahuluan

Gizi buruk dapat mempengaruhi perkembangan prenatal mulai dari awal kehamilan dan disepanjang usia kanak kanak. Anak anak dengan gizi buruk biasanya berasal dari lingkungan yang tidak menguntungkan dan cenderung terpajan dengan berbagai resiko biologis. Adanya status gizi buruk yang ditemukan pada anak, menyimpulkan akan lebih banyak lagi anak yang berstatus gizi kurang.

Definisi

Gizi dibagi 3 :

Gizi baik : keadaan gizi seseorang menurut ukuran berat badan dan menurut umur sesuai dengan acuan baku WHO. Keadaan gizi baik terjadi karena adanya keseimbangan jumlah makanan yang dimakan dan yang dibutuhkan tubuh.

Gizi seimbang :Hidangan makanan yang berkualitas dalam jumlah dan proporsi yang sesuai sehingga memenuhi kebutuhan gizi seseorang.

Gizi Lebih :Keadaan gizi seseorang yang kebutuhannya melampaui batas lebih dari cukup dalam waktu yang lama.

Gizi Kurang :Tingkat sedang yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dari makanan sehari hari dalam waktu yang lama.

Gizi Buruk :Kurang gizi tingkat berat yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam jangka waktu yang lama.Gizi buruk diketahui dengan cara pengukuran berat badan menurut tinggi badan atau umur dibandingkan dengan standar dengan atau tanpa tanda tanda klinis (marasmus, kwasiorkor) . Batas gizi buruk pada balita 3,0 SD baku WHO.

Pola Makan Balita

1. ASI (Air Susu Ibu)a. Kandungan ASI : Mengandung zat kekebalan , terutama Immunoglobulin A (IgA) : Untuk melindungi bayi dari berbagai penyakit seperti diare. Jumlah kolostrum yang diproduksi bervariasi, tegantung isapan bayi pada hari hari pertama kelahiran. Walaupun sedikit, cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi. Mengandung protein dan vitamin A yang tinggi serta mengandung karbohidrat dan lemak yang rendah sehingga sesuai dengan kebutuhan gizi bayi pada hari hari pertama kelahiran bayi. Membantu mengeluarkan mekonium , yaitu kotoran bayi yang pertama berwarna hitam kehijauan.

b. Manfaat ASI : Bayi mendapat enzim dan nutrisi terbaik yang dibutuhkan. Bayi mendapatkan zat zat imun serta perlindungan dan kehangatan melalui kontak dari kulit ke kulit dengan ibunya. Meningkatkan sensitivitas ibu dan kebutuhan bayinya. Mengurangi pendarahan , serta konservasi zat besi, protein, dan zat lainnya Penghematan karena tidak perlu membeli susu. ASI dapat menurunkan angka kejadian alergi , terganggunya pernapasan, diare dan obesitas pada anak.

2. Air Tajin

Air tajin merupakan cairan putih ketika kita memasak nasi. Karena mengandung partikel beras, air tajin mengandung karbohidrat tetapi tidak mengandung nutrisi lain.

Resiko memberi air tajin kepada batita :

Setelah berusia 6 bulan, barulah organ pencernaan bayi siap menerima menu pendamping ASI/susu. Jangankan air tajin, memberikan air putih kepada bayi yang belum berusia 6 bulan saja bisa merusak ginjalnya dan mengakibatkan gangguan kesehatan yang fatal.

3. Mie Instan

Mie instan hanya banyak mengandung karbohidrat dan tidak ada nutrisi lainnya. Disamping itu banyak mengandung Msg dan bahan bahan kimia yang tidak baik untuk pertumbuhan dan perkembangan otak.

Pengetahuan Orang Tua yang Minim

a. Tentang Gizi

Baik buruknya gizi seorang anak sangat dipengaruhi oleh informasi yang dimiliki oleh orang tuanya karena bagaimana pun juga, seorang anak kecil tidak dapat mengatur pola makannya sendiri.

Orang tua tidak mengetahui dengan jelas pentingnya gizi yang diperlukan anaknya karena faktor : Kurangnya pendidikan yang dimiliki oleh orang tua. Baik pendidikan saat dibangku sekolah ataupun petugas posyandu. Jauhnya tempat tempat kesehatan seperti posyandu dan puskesmas dari lingkungan tempat tinggal.

Orang tua yang baik adalah orang tua yang bisa memenuhi kebutuhan bayi nya, khususnya kebutuhan makanannya. Sebagai contoh adalah : Makanan yang mengandung zat tenaga seperti karbohidrat, lemak dan protein. Makanan yang mengandung zat pembangun dari protein.Selain itu kurangnya pengetahuan tentang gizi untuk ibu yang sedang hamil dengan mengkonsumsi makanan yang tidak sehat, dapat mengakibatkan kelahiran yang tidak sempurna / cacat.

b. Tentang KB

KB (keluarga berencana ) adalah program pemerintah yang berfungsi untuk menekan pertambahan jumlah penduduk.Yang termasuk KB antara lain : Pil Suntik Kondom

Disamping itu ada pemerintah juga menggalakkan agar : Menghindari pernikahan usia dini Menunjang prestasi terlebih dahulu sebelum menikah Jarak anak antara pertama dan keduaharus lebih kurang 2 tahun.

Banyaknya kegagalan yang ditemukan dari praktik KB ini daintaranya karena :1. Pendidikan yang kurang memadai2. Informasi yang didapat baik dari media hiburan ataupun praktisi kesehatan tentang KB sangat sedikit.3. Letak geografis rumah yang tidak berada di pusat kota (di pinggiran/ pedesaan) sehingga sangat sulit untuk mendapatkan pelayanan atau sosialisasi.4. Masih adanya anggapan budaya yaitu mempunyai banyak anak mempunyai banyak rejeki.

Faktor Ekonomi

Dengan minimnya pengetahuan dan keuangan yang dimiliki oleh orang tua, maka tidak menggunakan KB dapat mengakibatkan bertambah banyaknya anak yang di miliki sementara uang yang mereka miliki tidak sepadan dengan jumlah anggota keluarga mereka. Pada akhirnya gizi buruk adalah permasalahan terakhir yang dapat terjadi.

Kesimpulan

Gizi buruk dapat terjadi karena dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya pola makan balita yang tidak memenuhi standar pemenuhan gizi bagi seorang batita, kurangnya pengetahuan orang tua tentang gizi, program KB serta faktor ekonomi yang rendah sehingga tidak mendukung keluarga terutama batita untuk mendapat gizi yang lebih baik lagi. Saran Sebaiknya perekonomian jauh lebih ditingkatkan dan sebaliknya kelahiran anak dihentikan serta mendapatkan pendidikan dan informasi yang lebih baik untuk mendukung kehidupan yang lebih baik lagi.

Daftar PustakaPersagi. Kamus Gizi Pelengkap Kesehatan Keluarga. Jakarta : Buku Kompas; 2009. h. 75.Suhardjo. Pemberian Makanan pada Bayi dan Anak. Yogyakarta : Kanisius. 1992. Soetjininggsih. Asi Petunjuk Kesehatan Masyarakat ;Jakarta. 1997/ h.131 5