GIGITAN ULAR

13
 GIGITAN ULAR A. Pengertian Bisa ula r dap at men gak ibat kan ora ng men ing gal ole h kar ena bia s ula r yan g bersifat hematotoksik, neurotoksik atau histaminic (Agus, dkk. 200) B. Etiologi Elapidae (ular sendok (kobra), ular belang, ular cabai, dll.), Hydrophiidae (ular-ular laut), dan Viperidae (ular tanah, ular bangkai laut, ular bandotan). C. Patofisiologi Bisa ular diproduksi dan disimpan pada sepasang kelenjar di bawah mata. Bisa ular dikeluarkan dari lubang pada gigi-gigi taring yang terdapat di rahang atas. Gigi taring ular dapat tumbuh hingga 20 mm pada rattlesnake (ular derik) yang besar. Dosis bisa setiap gigitan tergantung pada waktu yang berlalu sejak gigitan ter akh ir, der aja t ancaman yan g dira sak an ula r, dan uku ran man gsa . Lub ang hidung ular merespon panas yang dikeluarkan mangsa, yang memungkinkan ular untuk mengubah-ubah jumlah bisa yang akan dikeluarkan. Ular koral memiliki mulut yang lebih kecil dan gigi taring yang lebih pendek. Hal ini menyebabkan mereka memiliki lebih sedikit kesempatan untuk menyuntikan bisa dibanding dengan jenis crotalid, dan mereka menggigit lebih dekat dan lebih mirip mengunyah daripada menyeran g seperti dikenal pada ul ar jenis viper. Semua me tod e inje ksi venom ke dal am kor ban (en venomasi ) ada lah unt uk mengimobilisasi secara cepat dan mulai mencernanya. Sebagian besar bisa terdiri dari air. Protein enzimatik pada bisa menginformasikan kekuatan destruktifnya. Bisa ular terdiri dari bermacam polipeptida yaitu fosfolipase A, hialuronidase, ATP- ase, 5 nukleotidase, kolin esterase, protease, fosfomonoesterase, RNA-ase, DNA- ase. Enzim ini meny ebabk an destruksi jaringan lokal, bersif at toksi k terha dap saraf, menyebabkan hemolisis, atau pelepasan histamin sehingga timbul reaksi anafilaksis. Protease, kolagenase, dan arginin ester hydrolase telah diidentifikasi pada bisa ular viper. Neurotoxin merupakan mayoritas bisa pada ular koral. Detail spesifik diketahui beberapa enzim seperti berikut ini: 1. Hyalu ronid ase memungk inkan bisa dapat cepat meny ebar melalui jaring an subkutan dengan merusak mukopolisakarida; 2. Phospholipase A2 memainkan peranan penting pada hemolisis sekunder dari efek esterolitik pada membran eritrosit dan menyebabkan nekrosis otot; dan 3. Enzim trombogenik meny ebabkan terbentuknya bekuan fibrin yang lemah, diman a, pada waktu nya meng aktiv asi plasmin dan meny ebabk an koagu lopa ti konsumtif dan konsekuensi hemoragiknya. Konsentras i en zim bervar iasi di an tara spesie s, karena itu meny eb ab ka n perbedaan envenomasi. Gigitan copperhead secara umum terbatas pada destruksi  jaringa n lokal. Rattlesnake dapat menyisakan luka yang hebat dan menyebabkan

Transcript of GIGITAN ULAR

Page 1: GIGITAN ULAR

5/16/2018 GIGITAN ULAR - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/gigitan-ular-55ab587d77e76 1/13

 

GIGITAN ULAR

A. Pengertian

Bisa ular dapat mengakibatkan orang meninggal oleh karena bias ular yang

bersifat hematotoksik, neurotoksik atau histaminic (Agus, dkk. 200)

B. Etiologi

Elapidae (ular sendok (kobra), ular belang, ular cabai, dll.), Hydrophiidae (ular-ular

laut), dan Viperidae (ular tanah, ular bangkai laut, ular bandotan).

C. Patofisiologi

Bisa ular diproduksi dan disimpan pada sepasang kelenjar di bawah mata. Bisa

ular dikeluarkan dari lubang pada gigi-gigi taring yang terdapat di rahang atas.

Gigi taring ular dapat tumbuh hingga 20 mm pada rattlesnake (ular derik) yang

besar. Dosis bisa setiap gigitan tergantung pada waktu yang berlalu sejak gigitan

terakhir, derajat ancaman yang dirasakan ular, dan ukuran mangsa. Lubang

hidung ular merespon panas yang dikeluarkan mangsa, yang memungkinkan ular

untuk mengubah-ubah jumlah bisa yang akan dikeluarkan.

Ular koral memiliki mulut yang lebih kecil dan gigi taring yang lebih pendek. Hal ini

menyebabkan mereka memiliki lebih sedikit kesempatan untuk menyuntikan bisa

dibanding dengan jenis crotalid, dan mereka menggigit lebih dekat dan lebih mirip

mengunyah daripada menyerang seperti dikenal pada ular jenis viper.

Semua metode injeksi venom ke dalam korban (envenomasi) adalah untuk

mengimobilisasi secara cepat dan mulai mencernanya. Sebagian besar bisa terdiri

dari air. Protein enzimatik pada bisa menginformasikan kekuatan destruktifnya.

Bisa ular terdiri dari bermacam polipeptida yaitu fosfolipase A, hialuronidase, ATP-

ase, 5 nukleotidase, kolin esterase, protease, fosfomonoesterase, RNA-ase, DNA-

ase. Enzim ini menyebabkan destruksi jaringan lokal, bersifat toksik terhadap

saraf, menyebabkan hemolisis, atau pelepasan histamin sehingga timbul reaksi

anafilaksis. Protease, kolagenase, dan arginin ester hydrolase telah diidentifikasi

pada bisa ular viper. Neurotoxin merupakan mayoritas bisa pada ular koral. Detail

spesifik diketahui beberapa enzim seperti berikut ini:

1. Hyaluronidase memungkinkan bisa dapat cepat menyebar melalui jaringansubkutan dengan merusak mukopolisakarida;

2. Phospholipase A2 memainkan peranan penting pada hemolisis sekunder dari

efek esterolitik pada membran eritrosit dan menyebabkan nekrosis otot; dan

3. Enzim trombogenik menyebabkan terbentuknya bekuan fibrin yang lemah,

dimana, pada waktunya mengaktivasi plasmin dan menyebabkan koagulopati

konsumtif dan konsekuensi hemoragiknya.

Konsentrasi enzim bervariasi di antara spesies, karena itu menyebabkan

perbedaan envenomasi. Gigitan copperhead secara umum terbatas pada destruksi jaringan lokal. Rattlesnake dapat menyisakan luka yang hebat dan menyebabkan

Page 2: GIGITAN ULAR

5/16/2018 GIGITAN ULAR - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/gigitan-ular-55ab587d77e76 2/13

 

toksisitas sistemik. Ular koral mungkin meninggalkan luka kecil yang kemudian

dapat muncul kegagalan bernafas dengan tipe blokade neuromuscular sistemik.

Efek lokal dari bisa berfungsi sebagai pengingat akan potensi kerusakan sistemik

dari fungsi system organ. Salah satu efek adalah perdarahan; koagulopati

bukanlah hal yang aneh pada envenomasi yang hebat. Efek lain, edema lokal,

meningkatkan kebocoran kapiler dan cairan interstisial di paru. Mekanisme

pulmonal dapat terpengaruh secara signifikan. Efek terakhir, kematian sel lokal,

meningkatkan konsentrasi asam laktat sekunder terhadap perubahan status

volume dan membutuhkan peningkatan ventilasi per menit. Efek-efek blokade

neuromuskuler berakibat pada lemahnya ekskursi diafragmatik. Gagal jantung

merupakan akibat dari hipotensi dan asidosis. Myonekrosis meningkatkan kejadian

kerusakan adrenal myoglobinuria.

Variasi derajat toksisitas juga membuat bisa ular dapat berguna untuk membunuh

mangsa. Selama envenomasi (gigitan yang menginjeksikan bisa atau racun), bisa

ular melewati kelenjar bisa melalui sebuah duktus menuju taring ular, danakhirnya menuju mangsanya. Bisa ular merupakan kombinasi berbagai substansi

dengan efek yang bervariasi. Dalam istilah sederhana, protein-protein ini dapat

dibagi menjadi bebrapa kategori :

1. Neurotoksin : berakibat pada syaraf perifer atau sentral. Berakibat fatal, karena

paralyse otot-otot lurik/fals

2. Haemotoksin : berakibat haemolitik dengan zat antara fosfolipase dan enzyme

lainnya atau menyebabkan koagulasi dengan mengaktifkan protrombin.

Perdarahan itu sendiri sebagai akibat lisisnya sel darah merah karena toksin.

3. Mytoksin : berakibat rgabdomyolysis yang sering berhubungan dengan

haemotoksin. Myoglobulinuria yang menyebabkan kerusakan ginjal dan

hiperkalemia akibat kerusakan sel-sel.

4. Karditoksin : merusak serat-serat otot jantung yang menimbulkan kerusakan

 jantung

5. Cytotoksin : dengan melepaskan histamine dan zat vasoaktifamin lain yang

berakibat terganggunya kardiovaskuler.

6. Cytolitik : zat ini yang menyebabkan peradangan dan nekrose jaringan padatempat patukan

7. Enzym-enzym : termasuk Hyaluronidase sebagai zat aktif pada penebaran bias.

Racun yang merusak jaringan menyebabkan nekrosis jaringan yang luas dan

hemolisis. Gejala dan tanda yang menonjol berupa nyeri yang hebat yang tidak

sebanding dengan besar luka, udem, eritema, petekie, ekimosis, bula, dan tenda

nekrosis jaringan. Dapat terjadi perdarahan di peritoneum atau pericardium, udem

paru, dan syok berat karena efek racun langsung pada otot jantung. Ular berbisa

yang terkenal di Indonesia adalah ular kobra dan ular welang yang bisanya

bersifat neurotoksik. Gejala dan tanda yang timbul akibat bisa jenis ini adalah rasakesemutan, lemas, mual, salivasi, dan muntah. Pada pemeriksaan ditemukan

Page 3: GIGITAN ULAR

5/16/2018 GIGITAN ULAR - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/gigitan-ular-55ab587d77e76 3/13

 

ptosis, refleks abnormal, dan sesak nafas sampai akhirnya terjadi henti nafas

akibat kelumpuhan otot pernafasan.

D. Manifestasi klinik

Digigit oleh ular berbisa menghasilkan efek yang bervariasi, dari luka gigitan yang

sederhana sampai sakit yang mengancam nyawa dan kematian. Hasil temuan

pada korban gigitan ular dapat menyesatkan. Seorang korban dapat tidak

menunjukkan gejala inisial, dan kemudian tiba-tiba menjadi sesak nafas dan

menjadi syok.

Gejala dan tanda gigitan ular berbisa dapat dibagi ke dalam beberapa kategori

mayor :

1. Efek lokal : digigit oleh beberapa ular viper atau beberapa kobra menimbulkanrasa sakit dan perlunakan di daerah gigitan. Luka dapat membengkak hebat dan

dapat berdarah dan melepuh. Beberapa bisa ular kobra juga dapat mematikan

 jaringan sekitar sisi gigitan luka.

2. Perdarahan : Gigitan oleh famili viperidae atau beberapa elapid Australia dapat

menyebabkan perdarahan organ internal seperti otak atau organ-organ abdomen.

Korban dapat berdarah dari luka gigitan atau berdarah spontan dari mulut atau

luka yang lama. Perdarahan yang tak terkontrol dapat menyebabkan syok atau

bahkan kematian.

3. Efek sistem saraf : bisa ular elapid dan ular laut dapat berefek langsung padasistem saraf. Bisa ular kobra dan mamba dapat beraksi terutama secara cepat

menghentikan otot-otot pernafasan, berakibat kematian sebelum mendapat

perawatan. Awalnya, korban dapat menderita masalah visual, kesulitan bicara dan

bernafas, dan kesemutan.

4. Kematian otot : bisa dari Russell’s viper (Daboia russelli), ular laut, dan

beberapa elapid Australia dapat secara langsung menyebabkan kematian otot di

beberapa area tubuh. Debris dari sel otot yang mati dapat menyumbat ginjal, yang

mencoba menyaring protein. Hal ini dapat menyebabkan gagal ginjal.

5. Mata : semburan bisa ular kobra dan ringhal dapat secara tepat mengenai matakorban, menghasilkan sakit dan kerusakan, bahkan kebutaan sementara pada

mata.

Penderajatan envenomasi membedakan kebutuhan akan antivenin pada korban

gigitan ular-ular viper. Derajat dibagi dalam ringan, sedang, atau berat.

1. Envenomasi ringan ditandai dengan rasa sakit lokal, edema, tidak ada tanda-

tanda toksisitas sistemik, dan hasil laboratorium yang normal.

2. Envenomasi sedang ditandai dengan rasa sakit lokal yang hebat; edema lebih

dari 12 inci di sekitar luka; dan toksisitas sistemik termasuk nausea, vomitus dan

Page 4: GIGITAN ULAR

5/16/2018 GIGITAN ULAR - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/gigitan-ular-55ab587d77e76 4/13

 

penyimpangan pada hasil laboratorium (misalnya penurunan jumlah hematokrit

atau trombosit).

3. Envenomasi berat ditandai dengan ptekie, ekimosis, sputum bercampur darah,

hipotensi, hipoperfusi, disfungsi renal, perubahan pada protrombin time dan

tromboplastin time parsial teraktivasi, dan hasil-hasil abnormal dari tes-tes lainyang menunjukkan koagulopati konsumtif.

Penderajatan envenomasi merupakan proses yang dinamis. Dalam beberapa jam

sindrom ringan awal dapat berkembang menjadi sedang bahkan reaksi yang berat.

E. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan tergantung derajat keparahan envenomasi; dibagi menjadi

perawatan di lapangan dan manajemen di rumah sakit.

1. Perawatan di Lapangan

seperti kasus-kasus emergensi lainnya, tujuan utama adalah untuk

mempertahankan pasien sampai mereka tiba di instalasi gawat darurat. Sering

penatalaksanaan dengan autentisitas yang kurang lebih memperburuk daripada

memperbaiki keadaan, termasuk membuat insisi pada luka gigitan, menghisap

dengan mulut, pemasangan turniket, kompres dengan es, atau kejutan listrik.

Perawatan di lapangan yang tepat harus sesuai dengan prinsip dasar emergency

life support. Tenangkan pasien untuk menghindari hysteria selama implementasi

ABC (Airway, Breathing, Circulation).

Pertolongan Pertama :

a. Cegah gigitan sekunder atau adanya korban kedua. Ular dapat terus mengigit

dan menginjeksikan bisa melalui gigitan berturut-turut sampai bisa mereka habis.

b. Buat korban tetap tenang, yakinkan mereka bahwa gigitan ular dapat ditangani

secara efektif di instalasi gawat darurat.

c. Batasi aktivitas dan imobilisasi area yang terkena (umumnya satu ekstrimitas),

dan tetap posisikan daerah yang tergigit berada di bawah tinggi jantung untuk

mengurangi aliran bisa.

d. Jika terdapat alat penghisap, (seperti Sawyer Extractor), ikuti petunjuk

penggunaan. Alat penghisap tekanan-negatif dapat memberi beberapa

keuntungan jika digunakan dalam beberapa menit setelah envenomasi. Alat ini

telah direkomendasikan oleh banyak ahli di masa lalu, namun alat ini semakin

tidak dipercaya untuk dapat menghisap bisa secara signifikan, dan mungkin alat

penghisap dapat meningkatkan kerusakan jaringan lokal.

e. Buka semua cincin atau benda lain yang menjepit/ketat yang dapat

menghambat aliran darah jika daerah gigitan membengkak. Buat bidai longgaruntuk mengurangi pergerakan dari area yang tergigit.

Page 5: GIGITAN ULAR

5/16/2018 GIGITAN ULAR - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/gigitan-ular-55ab587d77e76 5/13

 

f. Monitor tanda-tanda vital korban; temperatur, denyut nadi, frekuensi nafas, dan

tekanan darah (jika mungkin). Tetap perhatikan jalan nafas setiap waktu jika

sewaktu-waktu menjadi membutuhkan intubasi.

g. Jika daerah yang tergigit mulai membengkak dan berubah warna, ular yang

mengigit kemungkinan berbisa.

h. Segera dapatkan pertolongan medis. Transportasikan korban secara cepat dan

aman ke fasilitas medis darurat kecuali ular telah pasti diidentifikasi tidak

berbahaya (tidak berbisa).

i. Identifikasi atau upayakan mendeskripsikan jenis ular, tapi lakukan jika tanpa

resiko yang signifikan terhadap adanya gigitan sekunder atau jatuhnya korban

lain. Jika aman, bawa serta ular yang sudah mati. Hati-hati pada kepalanya saat

membawa ular-ular masih dapat mengigit hingga satu jam setelah mati (dari

reflek).

 j. Jika berada di wilayah yang terpencil dimana transportasi ke instalasi gawat

darurat akan lama, pasang bidai pada ekstremitas yang tergigit. Jika memasang

bidai, ingat untuk memastikan luka tidak cukup bengkak sehingga menyebabkan

bidai menghambat aliran darah. Periksa untuk memastikan jari atau ujung jari

tetap pink dan hangat, yang berarti ekstrimitas tidak menjadi kesemutan, dan

tidak memperburuk rasa sakit.

k. Jika dipastikan digigit oleh elapid yang berbahaya dan tidak terdapat efek mayor

dari luka lokal, dapat dipasang pembalut dengan teknik imobilisasi dengan

tekanan. Teknik ini terutama digunakan untuk gigitan oleh elapid Australia atau

ular laut. Balutkan perban pada luka gigitan dan terus sampai ke bagian atas

ekstremitas dengan tekanan seperti akan membalut pergelangan kaki yang

terpeleset. Kemudian imobilisasi ekstremitas dengan bidai, dengan tetap

memperhatikan mencegah terhambatnya aliran darah. Teknik ini membantu

mencegah efek sistemik yang mengancam nyawa dari bisa, tapi juga bisa

memperburuk kerusakan lokal pada sisi gigitan jika gejala yang signifikan terdapat

di sana.

Sejumlah teknik pertolongan pertama yang lama telah ditinggalkan. Penemuan

klinik terbaru mendukung hal-hal berikut:

a. Jangan mencoba menghisap bisa dengan mulut dan memotong sisi gigitan.

Memotong sisi yang tergigit dapat merusak organ yang mendasarinya,

meningkatkan resiko infeksi, dan tidak membuang racun.

b. Jangan gunakan es atau kompres dingin pada sisi gigitan. Es tidak

mendeaktivasi bisa dan dapat menyebabkan radang dingin.

c. Jangan menggunakan kejutan listrik. Kejutan listrik tidak efektif dan dapat

menyebabkan luka bakar atau masalah elektrik pada jantung.

d. Jangan gunakan alkohol. Alkohol dapat menghilangkan sakit, tapi juga membuatpembuluh darah lokal berdilatasi, dimana dapat meningkatkan absorpsi bisa.

Page 6: GIGITAN ULAR

5/16/2018 GIGITAN ULAR - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/gigitan-ular-55ab587d77e76 6/13

 

e. Jangan menggunakan turniket atau verband yang ketat. Hal ini tidak terbukti

efektif, dapat meningkatkan kerusakan jaringan, dan dapat menyebabkan

keharusan amputasi.

f. Jangan mengangkat sisi gigitan di atas tinggi jantung korban.

2. Manajemen di Rumah Sakit

a. Perawatan definitif meliputi pengecekan kembali ABC dan mengevaluasi pasien

atas tanda-tanda syok (seperti takipneu, takikardi, kulit kering dan pucat,

perubahan status mental, hipotensi). Rawat dahulu keadaan yang mengancam

nyawa.

b. Korban dengan kesulitan bernafas mungkin membutuhkan endotracheal tube

dan sebuah mesin ventilator untuk menolong korban bernafas. Korban dengan

syok membutuhkan cairan intravena dan mungkin obat-obatan lain untuk

mempertahankan aliran darah ke organ-organ vital.

c. Semburan bisa ular sendok, apabila mengenai mata, dapat mengakibatkan

iritasi menengah dan menimbulkan rasa pedih yang hebat. Mencucinya bersih-

bersih dengan air yang mengalir sesegera mungkin dapat membilas dan

menghanyutkan bisa itu, mengurangi iritasi dan mencegah kerusakan yang lebih

lanjut pada mata.

d. Bersihkan luka dan cari pecahan taring ular atau kotoran lain. Hindari kontak

luka dengan larutan asam, KMnO4, yodium atau benda panas.

e. Medikasi

 Tujuan dari farmakoterapi adalah untuk menetralisir toxin, untuk mengurangi

morbiditas, dan untuk mencegah komplikasi.

1) Beri antivenin pada korban gigitan ular koral sebagai standar perawatan jika

korban datang dalam 12 jam setelah gigitan, tanpa melihat adanya tanda-tanda

lokal atau sistemik. Neurotoksisitas dapat muncul tanpa tanda-tanda sebelumnya

dan berkembang menjadi gagal nafas.

a) Anti-bisa (antivenin) (biasanya di Indonesia disebut SABU, serum anti bisa ular)

Untuk menetralisir bia ular dilakukan penyuntikan serum antivenin intravena atau

intra-arteri yang menperdarahi daerah yang bersangkutan. Sekarang tersedia 2

 jenis antivenin. Salah satunya telah diproduksi sejak 1956. Dibuat dari serum kuda

setelah kuda diinjeksi dengan bisa ular dalam dosis subletal (Wyeth). Antivenin

telah dipurifikasi tapi masih mengandung protein serum lain yang mungkin bisa

imunogenik. Versi terakhir, didukung oleh FDA pada tahun 2000 (CroFab, Savage)

adalah suatu fragmen immunoglobulin monovalen yang berasal dari domba

namun dipurifikasi untuk menghilangkan protein antigenik lain.

Page 7: GIGITAN ULAR

5/16/2018 GIGITAN ULAR - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/gigitan-ular-55ab587d77e76 7/13

 

b) Antivenin yang lama mungkin masih tersedia, namun secara umum telah

direkomendasikan untuk memakai obat yang lebih spesifik dan telah dipurifikasi.

Bahkan dengan agen terbaru, harus diperhatikan bahwa saat mungkin antivenin

dapat menyelamatkan nyawa, antivenin juga dapat mengarah pada reaksi

hipersensitivitas tipe cepat (anafilaksis) dan tipe lambat (serum sickness) dan

harus digunakan dalam pengawasan. Untuk mencapai efikasi maksimum, berikan

dalam 4 – 6 jam setelah gigitan.

c) Ovine crotalidae polyvalent immune fab-purified (Crofab) dibuat secara spesifik

dari bisa ular eastern dan western diamondback, Mojave rattlesnake, dan ular

cottonmouth/water moccasin. Tujuan pemberian antivenin adalah untuk mengikat

racun dalam bisa dan mencegah efek buruk baik lokal maupun sistemik. CroFab

telah digunakan pada gigitan ular copperhead dan ular Crotalid lain dengan efek

yang baik dan dipercaya atas kurangnya toksisitas antivenin.

Dosis Dewasa :

Dosis untuk gigitan ular viper tergantung dari derajat envenomasinya :

a. Ringan : tidak perlu

b. Sedang : inisial 6-10 vial IV

c. Berat : dapat membutuhkan >25 vial IV.

Derajat envenomasi bersifat dinamis, dan kebutuhan antivenin dapat meningkat.

Banyak penulis yang tidak setuju pemberian antivenin untuk envenomasi ular

copperhead kecuali luka benar-benar nyeri ( merupakan tanda awal envenomasiyang signifikan). Dosis untuk gigitan ular koral : dosis inisial 4-6 vial IV, dapat

membutuhkan sebanyak 10 vial, gunakan antivenin spesifik untuk ular koral.

Dosis Anak :

a. Envenomasi ular viper : dapat membutuhkan dua kali dosis dewasa

b. Envenomasi ular koral : sama dengan dosis dewasa

2) Antibiotik – sering diberikan saat korban tiba di rumah sakit tapi lebih sering

digunakan hanya pada kasus berat. Bagaimanapun, profilaksis dengan antibiotik

spektrum luas masih direkomendasikan. Contoh obat yang sering digunakan

adalah Ceftriaxone (Rocephin)-generasi-ketiga dari cephalosporin; diberikan

dengan dosis dewasa 1-2 g IV per 12 – 24 jam, dan dosis anak 75 mg/kg/d IV per

12 jam. Imunisasi – ular tidak membawa Clostridium tetani pada mulutnya, tapi

gigitan ular dapat membawa bakteri lain, terutama spesies gram-negatif.

Profilaksis tetanus direkomendasikan jika pasien belum diimunisasi dalam 5 tahun

terakhir.

3) Difteri-tetanus toxoid – digunakan untuk menginduksi imunitas aktif melawan

tetanus pada pasien tertentu. Agen imunisasi pilihan untuk kebanyakan korban

dewasa dan anak > 7 tahun adalah tetanus dan toxoid difteri. Perlu untukmemberi dosis booster untuk memelihara imunitas tetanus seumur hidup. Korban

Page 8: GIGITAN ULAR

5/16/2018 GIGITAN ULAR - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/gigitan-ular-55ab587d77e76 8/13

 

yang hamil harus mendapat hanya toxoid tetanus bukan produk yang

mengandung antigen difteri. Pada dewasa dan anak-anak, dapat diberikan pada

m. deltoid atau paha midlateral. Pada bayi, pemberian sebaiknya pada paha

midlateral. Dosis pemberian untuk dewasa adalah 0.5 mL IM, sedangkan untuk

anak 6 mgg – 6 thn : tiga kali 0.5-mL IM dosis DT setidaknya dengan jarak

pemberian 4 minggu dan booster 6 – 12 bulan setelah injeksi ketiga.

4) Pengobatan suportif terdiri dari infus NaCl, plasma, atau darah, dan pemberian

vasopresor untuk menanggulangi syok. Mungkin perlu diberikan fibrinogen untuk

memperbaiki kerusakan sistem pembekuan. Dianjurkan juga pemberian

kortikosteroid.

5) Bila terjadi kelumpuhan pernafasan dilakukan intubasi, dilanjutkan dengan

memasang respirator untuk ventilasi. Bila terjadi pembengkakan hebat biasanya

perlu dilakukan fasiotomi untuk mencegah sindrom kompartemen. Bila perlu,

dilakukan upaya untuk mengatasi faal ginjal. Nekrotomi dikerjakan bila telah

nampak jelas batas kematian jaringan, kemudian dilanjutkan dengan cangkok

kulit. Bila ragu-ragu mengenai jenis ularnya, sebaiknya penderita diamati selama

48 jam karena kadang efek keracunan bisa timbul lambat. Gigitan ular tak berbisa

tidak memerlukan pertolongan khusus, kecuali pencegahan infeksi.

f. Tindakan Bedah:

 Jarang terjadi, dokter mungkin perlu berkonsultasi dengan ahli bedah jika terdapat

bukti-bukti sindrom kompartemen. Jika perawatan dengan elevasi tungkai dan

obat-obatan gagal, ahli bedah mungkin perlu melakukan pembedahan pada kulit

sampai kompartemen yang terkena, disebut fasciotomy.

Prosedur ini dapat memperbaiki pembengkakan dan penekanan tungkai,

berpotensi menyelamatkan lengan atau tungkai. Fasciotomi tidak diindikasikan

pada setiap gigitan ular, tapi dilakukan pada pasien dengan bukti objektif adanya

peningkatan tekanan kompartemen. Cedera jaringan setelah sindrom

kompartemen bersifat reversible tapi dapat dicegah.

3. Perawatan pasien lebih lanjut di rumah sakit:

Pengiriman pasien ke rumah sakit sudah menjadi hal rutin untuk setiap kasus

envenomasi. Untuk kasus gigitan kering dari ular viper, observasi di instalasigawat darurat selama 8-10 jam; namun hal ini sering tidak mungkin dilaksanakan.

Pasien dengan envenomasi yang berat membutuhkan perawatan khusus di ICU

untuk pemberian produk-produk darah, menyediakan monitoring yang invasif, dan

memastikan proteksi jalan nafas. Observasi untuk gigitan ular koral minimal

selama 24 jam.

Buat evaluasi serial untuk penderajatan lebih lanjut dan untuk menyingkirkan

sindrom kompartemen. Tergantung pada skenario klinik, ukur tekanan

kompartemen setiap 30-120 menit.

Page 9: GIGITAN ULAR

5/16/2018 GIGITAN ULAR - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/gigitan-ular-55ab587d77e76 9/13

 

Fasciotomy diindikasikan untuk tekanan yang lebih dari 30-40 mm Hg. Tergantung

dari derajat keparahan gigitan, pemeriksaan darah lebih lanjut mungkin

dibutuhkan, seperti waktu pembekuan darah, jumlah trombosit, dan level

fibrinogen.

F. Pemeriksaan penunjang

1. Studi Laboratorium :

a. Penghitungan jumlah sel-sel darah

b. Prothrombin time dan activated partial thromboplastin time.

c. Fibrinogen dan produk-produk pemisahan darah

d. Tipe dan jenis golongan darah

e. Kimia darah, termasuk elektrolit, BUN, kreatinin

f. Urinalisis untuk myoglobinuria

g. Analisa gas darah untuk pasien dengan gejala sistemik

2. Studi Imaging :

a. Radiografi thoraks pada pasien dengan edema pulmoner

b. Radiografi untuk mencari taring ular yang tertinggal

c. Tes lain : Tekanan kompartemen dapat perlu diukur. Secara komersial tersedia

alat yang steril, sederhana untuk dipasang atau dibaca, dan dapat dipercaya

(seperti Stryker pressure monitor). Pengukuran tekanan kompartemen

diindikasikan jika terdapat pembengkakan yang signifikan, nyeri yang sangat

hebat yang menghalangi pemeriksaan, dan jika parestesi muncul pada

ekstremitas yang tergigit.

G. Komplikasi

Sindrom kompartemen adalah komplikasi tersering dari gigitan ular pit viper.

Komplikasi luka lokal dapat meliputi infeksi dan hilangnya kulit. Komplikasi

kardiovaskuler, komplikasi hematologis, dan kolaps paru dapat terjadi. Jarang

terjadi kematian. Anak-anak mempunyai resiko lebih tinggi untuk terjadinya

kematian atau komplikasi serius karena ukuran tubuh mereka yang lebih kecil.

Perpanjangan blokade neuromuskuler timbul dari envenomasi ular koral.

Komplikasi yang terkait dengan antivenin termasuk reaksi hipersensitivitas tipe

cepat (anafilaksis, tipe I) dan tipe lambat (serum sickness, tipe III). Anafilaksis

terjadi dimediasi oleh immunoglobulin E (IgE), berkaitan dengan degranulasi selmast yang dapat berakibat laryngospasme, vasodilatasi, dan kebocoran kapiler.

Page 10: GIGITAN ULAR

5/16/2018 GIGITAN ULAR - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/gigitan-ular-55ab587d77e76 10/13

 

Kematian umumnya pada korban tanpa intervensi farmakologis. Serum sickness

dengan gejala demam, sakit kepala, bersin, pembengkakan kelenjar lymph, dan

penurunan daya tahan, muncul 1 – 2 minggu setelah pemberian antivenin.

Presipitasi dari kompleks antigen-immunoglobulin G (IgG) pada kulit, sendi, dan

ginjal bertanggung jawab atas timbulnya arthralgia, urtikaria, dan

glomerulonephritis (jarang). Biasanya lebih dari 8 vial antivenin harus diberikan

pada sindrom ini. Terapi suportif terdiri dari antihistamin dan steroid.

H. Patway

Semua metode injeksi venom ke dalam korban (envenomasi) adalah untuk

mengimobilisasi secara cepat dan mulai mencernanya. Sebagian besar bisa terdiri

dari air.

Protein enzimatik pada bisa menginformasikan kekuatan destruktifnya.

Bisa ular terdiri dari bermacam polipeptida yaitu fosfolipase A, hialuronidase, ATP-

ase, 5 nukleotidase, kolin esterase, protease, fosfomonoesterase, RNA-ase, DNA-

ase.

Page 11: GIGITAN ULAR

5/16/2018 GIGITAN ULAR - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/gigitan-ular-55ab587d77e76 11/13

 

Enzim ini menyebabkan destruksi jaringan lokal, bersifat toksik terhadap saraf 

Menyebabkan hemolisis, atau pelepasan histamin sehingga timbul reaksi

anafilaksis.

Konsentrasi enzim bervariasi di antara spesies, karena itu menyebabkan

perbedaan envenomasi.

Gigitan copperhead secara umum terbatas pada destruksi jaringan lokal.

Rattlesnake dapat menyisakan luka yang hebat dan menyebabkan toksisitas

sistemik.

Ular koral mungkin meninggalkan luka kecil yang kemudian dapat muncul

kegagalan bernafas dengan tipe blokade neuromuscular sistemik.

Efek lokal dari bisa berfungsi sebagai pengingat akan potensi kerusakan sistemik

dari fungsi system organ.

Salah satu efek adalah perdarahan; koagulopati bukanlah hal yang aneh pada

envenomasi yang hebat.

Efek lain, edema lokal, meningkatkan kebocoran kapiler dan cairan interstisial diparu.

Mekanisme pulmonal dapat terpengaruh secara signifikan.

Efek terakhir, kematian sel lokal, meningkatkan konsentrasi asam laktat sekunder

terhadap perubahan status volume dan membutuhkan peningkatan ventilasi per

menit.

Efek-efek blokade neuromuskuler berakibat pada lemahnya ekskursi diafragmatik.

Gagal jantung merupakan akibat dari hipotensi dan asidosis.

Myonekrosis meningkatkan kejadian kerusakan adrenal myoglobinuria.

Page 12: GIGITAN ULAR

5/16/2018 GIGITAN ULAR - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/gigitan-ular-55ab587d77e76 12/13

 

I. Asuhan keperawatan

1. Pengkajian

2. Diagnose keperawatan

 J. Daftar pustaka

Agus P, dkk : Kedaruratan Medik : Edisi Revisi, Binarupa Aksara, Jakarta, 2000

Daley eMedicine – Snakebite : Article by Brian James, MD, MBA, FACS, 2006

available at URL : http://www.emedicine.com/med/topic2143.htm

Hafid, Abdul, dkk., editor : Sjamsuhidajat,R. dan de Jong, Wim, Bab 2 : Luka,

 Trauma, Syok, Bencana., Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, EGC : Jakarta, Mei

1997. Hal. 99-100. 2.

MedlinePlus Medical Encyclopedia: Snake bite, A.D.A.M., Inc. 2006 available at URL: http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000031.htm

MedlinePlus Medical Encyclopedia:Snakebite (poison) treatment – series…

A.D.A.M., Inc. 2006, available at URL :

http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/presentations/100141_1.htm

http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/presentations/100141_2.htm

MedlinePlus Medical Encyclopedia: Snake bite on the finger, A.D.A.M., Inc. 2006

available at URL :

http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/imagepages/2583.htm

Snakes and snake bites, 2005 available at URL :

http://www.netdoctor.co.uk/travel/diseases/snakes_and_snake_bites.htm

Page 13: GIGITAN ULAR

5/16/2018 GIGITAN ULAR - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/gigitan-ular-55ab587d77e76 13/13

 

Snakebite, 2005 available at URL :

http://www.emedicinehealth.com/snakebite/article_em.htm#Snakebite..

Ular – Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia available at

URL : http://id.wikipedia.org/wiki/Ular

Diposkan oleh Zaenal Arifin, NS.SKep di 09.08

2 komentar:

Zaenal Arifin, NS.SKep mengatakan...

12 Januari 2010 20.20

silahkan berkunjung di blog jaer.... http://jager-blog.blogspot.com

ners_purbalingga mengatakan...

19 Mei 2010 19.15

gigitan pacar ada gak?

Poskan Komentar

Posting Lebih Baru Beranda

Langgan: Poskan Komentar (Atom)