GIGITAN ULAR
-
Upload
andy-setiawan -
Category
Documents
-
view
209 -
download
1
Transcript of GIGITAN ULAR
5/16/2018 GIGITAN ULAR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/gigitan-ular-55ab587d77e76 1/13
GIGITAN ULAR
A. Pengertian
Bisa ular dapat mengakibatkan orang meninggal oleh karena bias ular yang
bersifat hematotoksik, neurotoksik atau histaminic (Agus, dkk. 200)
B. Etiologi
Elapidae (ular sendok (kobra), ular belang, ular cabai, dll.), Hydrophiidae (ular-ular
laut), dan Viperidae (ular tanah, ular bangkai laut, ular bandotan).
C. Patofisiologi
Bisa ular diproduksi dan disimpan pada sepasang kelenjar di bawah mata. Bisa
ular dikeluarkan dari lubang pada gigi-gigi taring yang terdapat di rahang atas.
Gigi taring ular dapat tumbuh hingga 20 mm pada rattlesnake (ular derik) yang
besar. Dosis bisa setiap gigitan tergantung pada waktu yang berlalu sejak gigitan
terakhir, derajat ancaman yang dirasakan ular, dan ukuran mangsa. Lubang
hidung ular merespon panas yang dikeluarkan mangsa, yang memungkinkan ular
untuk mengubah-ubah jumlah bisa yang akan dikeluarkan.
Ular koral memiliki mulut yang lebih kecil dan gigi taring yang lebih pendek. Hal ini
menyebabkan mereka memiliki lebih sedikit kesempatan untuk menyuntikan bisa
dibanding dengan jenis crotalid, dan mereka menggigit lebih dekat dan lebih mirip
mengunyah daripada menyerang seperti dikenal pada ular jenis viper.
Semua metode injeksi venom ke dalam korban (envenomasi) adalah untuk
mengimobilisasi secara cepat dan mulai mencernanya. Sebagian besar bisa terdiri
dari air. Protein enzimatik pada bisa menginformasikan kekuatan destruktifnya.
Bisa ular terdiri dari bermacam polipeptida yaitu fosfolipase A, hialuronidase, ATP-
ase, 5 nukleotidase, kolin esterase, protease, fosfomonoesterase, RNA-ase, DNA-
ase. Enzim ini menyebabkan destruksi jaringan lokal, bersifat toksik terhadap
saraf, menyebabkan hemolisis, atau pelepasan histamin sehingga timbul reaksi
anafilaksis. Protease, kolagenase, dan arginin ester hydrolase telah diidentifikasi
pada bisa ular viper. Neurotoxin merupakan mayoritas bisa pada ular koral. Detail
spesifik diketahui beberapa enzim seperti berikut ini:
1. Hyaluronidase memungkinkan bisa dapat cepat menyebar melalui jaringansubkutan dengan merusak mukopolisakarida;
2. Phospholipase A2 memainkan peranan penting pada hemolisis sekunder dari
efek esterolitik pada membran eritrosit dan menyebabkan nekrosis otot; dan
3. Enzim trombogenik menyebabkan terbentuknya bekuan fibrin yang lemah,
dimana, pada waktunya mengaktivasi plasmin dan menyebabkan koagulopati
konsumtif dan konsekuensi hemoragiknya.
Konsentrasi enzim bervariasi di antara spesies, karena itu menyebabkan
perbedaan envenomasi. Gigitan copperhead secara umum terbatas pada destruksi jaringan lokal. Rattlesnake dapat menyisakan luka yang hebat dan menyebabkan
5/16/2018 GIGITAN ULAR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/gigitan-ular-55ab587d77e76 2/13
toksisitas sistemik. Ular koral mungkin meninggalkan luka kecil yang kemudian
dapat muncul kegagalan bernafas dengan tipe blokade neuromuscular sistemik.
Efek lokal dari bisa berfungsi sebagai pengingat akan potensi kerusakan sistemik
dari fungsi system organ. Salah satu efek adalah perdarahan; koagulopati
bukanlah hal yang aneh pada envenomasi yang hebat. Efek lain, edema lokal,
meningkatkan kebocoran kapiler dan cairan interstisial di paru. Mekanisme
pulmonal dapat terpengaruh secara signifikan. Efek terakhir, kematian sel lokal,
meningkatkan konsentrasi asam laktat sekunder terhadap perubahan status
volume dan membutuhkan peningkatan ventilasi per menit. Efek-efek blokade
neuromuskuler berakibat pada lemahnya ekskursi diafragmatik. Gagal jantung
merupakan akibat dari hipotensi dan asidosis. Myonekrosis meningkatkan kejadian
kerusakan adrenal myoglobinuria.
Variasi derajat toksisitas juga membuat bisa ular dapat berguna untuk membunuh
mangsa. Selama envenomasi (gigitan yang menginjeksikan bisa atau racun), bisa
ular melewati kelenjar bisa melalui sebuah duktus menuju taring ular, danakhirnya menuju mangsanya. Bisa ular merupakan kombinasi berbagai substansi
dengan efek yang bervariasi. Dalam istilah sederhana, protein-protein ini dapat
dibagi menjadi bebrapa kategori :
1. Neurotoksin : berakibat pada syaraf perifer atau sentral. Berakibat fatal, karena
paralyse otot-otot lurik/fals
2. Haemotoksin : berakibat haemolitik dengan zat antara fosfolipase dan enzyme
lainnya atau menyebabkan koagulasi dengan mengaktifkan protrombin.
Perdarahan itu sendiri sebagai akibat lisisnya sel darah merah karena toksin.
3. Mytoksin : berakibat rgabdomyolysis yang sering berhubungan dengan
haemotoksin. Myoglobulinuria yang menyebabkan kerusakan ginjal dan
hiperkalemia akibat kerusakan sel-sel.
4. Karditoksin : merusak serat-serat otot jantung yang menimbulkan kerusakan
jantung
5. Cytotoksin : dengan melepaskan histamine dan zat vasoaktifamin lain yang
berakibat terganggunya kardiovaskuler.
6. Cytolitik : zat ini yang menyebabkan peradangan dan nekrose jaringan padatempat patukan
7. Enzym-enzym : termasuk Hyaluronidase sebagai zat aktif pada penebaran bias.
Racun yang merusak jaringan menyebabkan nekrosis jaringan yang luas dan
hemolisis. Gejala dan tanda yang menonjol berupa nyeri yang hebat yang tidak
sebanding dengan besar luka, udem, eritema, petekie, ekimosis, bula, dan tenda
nekrosis jaringan. Dapat terjadi perdarahan di peritoneum atau pericardium, udem
paru, dan syok berat karena efek racun langsung pada otot jantung. Ular berbisa
yang terkenal di Indonesia adalah ular kobra dan ular welang yang bisanya
bersifat neurotoksik. Gejala dan tanda yang timbul akibat bisa jenis ini adalah rasakesemutan, lemas, mual, salivasi, dan muntah. Pada pemeriksaan ditemukan
5/16/2018 GIGITAN ULAR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/gigitan-ular-55ab587d77e76 3/13
ptosis, refleks abnormal, dan sesak nafas sampai akhirnya terjadi henti nafas
akibat kelumpuhan otot pernafasan.
D. Manifestasi klinik
Digigit oleh ular berbisa menghasilkan efek yang bervariasi, dari luka gigitan yang
sederhana sampai sakit yang mengancam nyawa dan kematian. Hasil temuan
pada korban gigitan ular dapat menyesatkan. Seorang korban dapat tidak
menunjukkan gejala inisial, dan kemudian tiba-tiba menjadi sesak nafas dan
menjadi syok.
Gejala dan tanda gigitan ular berbisa dapat dibagi ke dalam beberapa kategori
mayor :
1. Efek lokal : digigit oleh beberapa ular viper atau beberapa kobra menimbulkanrasa sakit dan perlunakan di daerah gigitan. Luka dapat membengkak hebat dan
dapat berdarah dan melepuh. Beberapa bisa ular kobra juga dapat mematikan
jaringan sekitar sisi gigitan luka.
2. Perdarahan : Gigitan oleh famili viperidae atau beberapa elapid Australia dapat
menyebabkan perdarahan organ internal seperti otak atau organ-organ abdomen.
Korban dapat berdarah dari luka gigitan atau berdarah spontan dari mulut atau
luka yang lama. Perdarahan yang tak terkontrol dapat menyebabkan syok atau
bahkan kematian.
3. Efek sistem saraf : bisa ular elapid dan ular laut dapat berefek langsung padasistem saraf. Bisa ular kobra dan mamba dapat beraksi terutama secara cepat
menghentikan otot-otot pernafasan, berakibat kematian sebelum mendapat
perawatan. Awalnya, korban dapat menderita masalah visual, kesulitan bicara dan
bernafas, dan kesemutan.
4. Kematian otot : bisa dari Russell’s viper (Daboia russelli), ular laut, dan
beberapa elapid Australia dapat secara langsung menyebabkan kematian otot di
beberapa area tubuh. Debris dari sel otot yang mati dapat menyumbat ginjal, yang
mencoba menyaring protein. Hal ini dapat menyebabkan gagal ginjal.
5. Mata : semburan bisa ular kobra dan ringhal dapat secara tepat mengenai matakorban, menghasilkan sakit dan kerusakan, bahkan kebutaan sementara pada
mata.
Penderajatan envenomasi membedakan kebutuhan akan antivenin pada korban
gigitan ular-ular viper. Derajat dibagi dalam ringan, sedang, atau berat.
1. Envenomasi ringan ditandai dengan rasa sakit lokal, edema, tidak ada tanda-
tanda toksisitas sistemik, dan hasil laboratorium yang normal.
2. Envenomasi sedang ditandai dengan rasa sakit lokal yang hebat; edema lebih
dari 12 inci di sekitar luka; dan toksisitas sistemik termasuk nausea, vomitus dan
5/16/2018 GIGITAN ULAR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/gigitan-ular-55ab587d77e76 4/13
penyimpangan pada hasil laboratorium (misalnya penurunan jumlah hematokrit
atau trombosit).
3. Envenomasi berat ditandai dengan ptekie, ekimosis, sputum bercampur darah,
hipotensi, hipoperfusi, disfungsi renal, perubahan pada protrombin time dan
tromboplastin time parsial teraktivasi, dan hasil-hasil abnormal dari tes-tes lainyang menunjukkan koagulopati konsumtif.
Penderajatan envenomasi merupakan proses yang dinamis. Dalam beberapa jam
sindrom ringan awal dapat berkembang menjadi sedang bahkan reaksi yang berat.
E. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan tergantung derajat keparahan envenomasi; dibagi menjadi
perawatan di lapangan dan manajemen di rumah sakit.
1. Perawatan di Lapangan
seperti kasus-kasus emergensi lainnya, tujuan utama adalah untuk
mempertahankan pasien sampai mereka tiba di instalasi gawat darurat. Sering
penatalaksanaan dengan autentisitas yang kurang lebih memperburuk daripada
memperbaiki keadaan, termasuk membuat insisi pada luka gigitan, menghisap
dengan mulut, pemasangan turniket, kompres dengan es, atau kejutan listrik.
Perawatan di lapangan yang tepat harus sesuai dengan prinsip dasar emergency
life support. Tenangkan pasien untuk menghindari hysteria selama implementasi
ABC (Airway, Breathing, Circulation).
Pertolongan Pertama :
a. Cegah gigitan sekunder atau adanya korban kedua. Ular dapat terus mengigit
dan menginjeksikan bisa melalui gigitan berturut-turut sampai bisa mereka habis.
b. Buat korban tetap tenang, yakinkan mereka bahwa gigitan ular dapat ditangani
secara efektif di instalasi gawat darurat.
c. Batasi aktivitas dan imobilisasi area yang terkena (umumnya satu ekstrimitas),
dan tetap posisikan daerah yang tergigit berada di bawah tinggi jantung untuk
mengurangi aliran bisa.
d. Jika terdapat alat penghisap, (seperti Sawyer Extractor), ikuti petunjuk
penggunaan. Alat penghisap tekanan-negatif dapat memberi beberapa
keuntungan jika digunakan dalam beberapa menit setelah envenomasi. Alat ini
telah direkomendasikan oleh banyak ahli di masa lalu, namun alat ini semakin
tidak dipercaya untuk dapat menghisap bisa secara signifikan, dan mungkin alat
penghisap dapat meningkatkan kerusakan jaringan lokal.
e. Buka semua cincin atau benda lain yang menjepit/ketat yang dapat
menghambat aliran darah jika daerah gigitan membengkak. Buat bidai longgaruntuk mengurangi pergerakan dari area yang tergigit.
5/16/2018 GIGITAN ULAR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/gigitan-ular-55ab587d77e76 5/13
f. Monitor tanda-tanda vital korban; temperatur, denyut nadi, frekuensi nafas, dan
tekanan darah (jika mungkin). Tetap perhatikan jalan nafas setiap waktu jika
sewaktu-waktu menjadi membutuhkan intubasi.
g. Jika daerah yang tergigit mulai membengkak dan berubah warna, ular yang
mengigit kemungkinan berbisa.
h. Segera dapatkan pertolongan medis. Transportasikan korban secara cepat dan
aman ke fasilitas medis darurat kecuali ular telah pasti diidentifikasi tidak
berbahaya (tidak berbisa).
i. Identifikasi atau upayakan mendeskripsikan jenis ular, tapi lakukan jika tanpa
resiko yang signifikan terhadap adanya gigitan sekunder atau jatuhnya korban
lain. Jika aman, bawa serta ular yang sudah mati. Hati-hati pada kepalanya saat
membawa ular-ular masih dapat mengigit hingga satu jam setelah mati (dari
reflek).
j. Jika berada di wilayah yang terpencil dimana transportasi ke instalasi gawat
darurat akan lama, pasang bidai pada ekstremitas yang tergigit. Jika memasang
bidai, ingat untuk memastikan luka tidak cukup bengkak sehingga menyebabkan
bidai menghambat aliran darah. Periksa untuk memastikan jari atau ujung jari
tetap pink dan hangat, yang berarti ekstrimitas tidak menjadi kesemutan, dan
tidak memperburuk rasa sakit.
k. Jika dipastikan digigit oleh elapid yang berbahaya dan tidak terdapat efek mayor
dari luka lokal, dapat dipasang pembalut dengan teknik imobilisasi dengan
tekanan. Teknik ini terutama digunakan untuk gigitan oleh elapid Australia atau
ular laut. Balutkan perban pada luka gigitan dan terus sampai ke bagian atas
ekstremitas dengan tekanan seperti akan membalut pergelangan kaki yang
terpeleset. Kemudian imobilisasi ekstremitas dengan bidai, dengan tetap
memperhatikan mencegah terhambatnya aliran darah. Teknik ini membantu
mencegah efek sistemik yang mengancam nyawa dari bisa, tapi juga bisa
memperburuk kerusakan lokal pada sisi gigitan jika gejala yang signifikan terdapat
di sana.
Sejumlah teknik pertolongan pertama yang lama telah ditinggalkan. Penemuan
klinik terbaru mendukung hal-hal berikut:
a. Jangan mencoba menghisap bisa dengan mulut dan memotong sisi gigitan.
Memotong sisi yang tergigit dapat merusak organ yang mendasarinya,
meningkatkan resiko infeksi, dan tidak membuang racun.
b. Jangan gunakan es atau kompres dingin pada sisi gigitan. Es tidak
mendeaktivasi bisa dan dapat menyebabkan radang dingin.
c. Jangan menggunakan kejutan listrik. Kejutan listrik tidak efektif dan dapat
menyebabkan luka bakar atau masalah elektrik pada jantung.
d. Jangan gunakan alkohol. Alkohol dapat menghilangkan sakit, tapi juga membuatpembuluh darah lokal berdilatasi, dimana dapat meningkatkan absorpsi bisa.
5/16/2018 GIGITAN ULAR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/gigitan-ular-55ab587d77e76 6/13
e. Jangan menggunakan turniket atau verband yang ketat. Hal ini tidak terbukti
efektif, dapat meningkatkan kerusakan jaringan, dan dapat menyebabkan
keharusan amputasi.
f. Jangan mengangkat sisi gigitan di atas tinggi jantung korban.
2. Manajemen di Rumah Sakit
a. Perawatan definitif meliputi pengecekan kembali ABC dan mengevaluasi pasien
atas tanda-tanda syok (seperti takipneu, takikardi, kulit kering dan pucat,
perubahan status mental, hipotensi). Rawat dahulu keadaan yang mengancam
nyawa.
b. Korban dengan kesulitan bernafas mungkin membutuhkan endotracheal tube
dan sebuah mesin ventilator untuk menolong korban bernafas. Korban dengan
syok membutuhkan cairan intravena dan mungkin obat-obatan lain untuk
mempertahankan aliran darah ke organ-organ vital.
c. Semburan bisa ular sendok, apabila mengenai mata, dapat mengakibatkan
iritasi menengah dan menimbulkan rasa pedih yang hebat. Mencucinya bersih-
bersih dengan air yang mengalir sesegera mungkin dapat membilas dan
menghanyutkan bisa itu, mengurangi iritasi dan mencegah kerusakan yang lebih
lanjut pada mata.
d. Bersihkan luka dan cari pecahan taring ular atau kotoran lain. Hindari kontak
luka dengan larutan asam, KMnO4, yodium atau benda panas.
e. Medikasi
Tujuan dari farmakoterapi adalah untuk menetralisir toxin, untuk mengurangi
morbiditas, dan untuk mencegah komplikasi.
1) Beri antivenin pada korban gigitan ular koral sebagai standar perawatan jika
korban datang dalam 12 jam setelah gigitan, tanpa melihat adanya tanda-tanda
lokal atau sistemik. Neurotoksisitas dapat muncul tanpa tanda-tanda sebelumnya
dan berkembang menjadi gagal nafas.
a) Anti-bisa (antivenin) (biasanya di Indonesia disebut SABU, serum anti bisa ular)
Untuk menetralisir bia ular dilakukan penyuntikan serum antivenin intravena atau
intra-arteri yang menperdarahi daerah yang bersangkutan. Sekarang tersedia 2
jenis antivenin. Salah satunya telah diproduksi sejak 1956. Dibuat dari serum kuda
setelah kuda diinjeksi dengan bisa ular dalam dosis subletal (Wyeth). Antivenin
telah dipurifikasi tapi masih mengandung protein serum lain yang mungkin bisa
imunogenik. Versi terakhir, didukung oleh FDA pada tahun 2000 (CroFab, Savage)
adalah suatu fragmen immunoglobulin monovalen yang berasal dari domba
namun dipurifikasi untuk menghilangkan protein antigenik lain.
5/16/2018 GIGITAN ULAR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/gigitan-ular-55ab587d77e76 7/13
b) Antivenin yang lama mungkin masih tersedia, namun secara umum telah
direkomendasikan untuk memakai obat yang lebih spesifik dan telah dipurifikasi.
Bahkan dengan agen terbaru, harus diperhatikan bahwa saat mungkin antivenin
dapat menyelamatkan nyawa, antivenin juga dapat mengarah pada reaksi
hipersensitivitas tipe cepat (anafilaksis) dan tipe lambat (serum sickness) dan
harus digunakan dalam pengawasan. Untuk mencapai efikasi maksimum, berikan
dalam 4 – 6 jam setelah gigitan.
c) Ovine crotalidae polyvalent immune fab-purified (Crofab) dibuat secara spesifik
dari bisa ular eastern dan western diamondback, Mojave rattlesnake, dan ular
cottonmouth/water moccasin. Tujuan pemberian antivenin adalah untuk mengikat
racun dalam bisa dan mencegah efek buruk baik lokal maupun sistemik. CroFab
telah digunakan pada gigitan ular copperhead dan ular Crotalid lain dengan efek
yang baik dan dipercaya atas kurangnya toksisitas antivenin.
Dosis Dewasa :
Dosis untuk gigitan ular viper tergantung dari derajat envenomasinya :
a. Ringan : tidak perlu
b. Sedang : inisial 6-10 vial IV
c. Berat : dapat membutuhkan >25 vial IV.
Derajat envenomasi bersifat dinamis, dan kebutuhan antivenin dapat meningkat.
Banyak penulis yang tidak setuju pemberian antivenin untuk envenomasi ular
copperhead kecuali luka benar-benar nyeri ( merupakan tanda awal envenomasiyang signifikan). Dosis untuk gigitan ular koral : dosis inisial 4-6 vial IV, dapat
membutuhkan sebanyak 10 vial, gunakan antivenin spesifik untuk ular koral.
Dosis Anak :
a. Envenomasi ular viper : dapat membutuhkan dua kali dosis dewasa
b. Envenomasi ular koral : sama dengan dosis dewasa
2) Antibiotik – sering diberikan saat korban tiba di rumah sakit tapi lebih sering
digunakan hanya pada kasus berat. Bagaimanapun, profilaksis dengan antibiotik
spektrum luas masih direkomendasikan. Contoh obat yang sering digunakan
adalah Ceftriaxone (Rocephin)-generasi-ketiga dari cephalosporin; diberikan
dengan dosis dewasa 1-2 g IV per 12 – 24 jam, dan dosis anak 75 mg/kg/d IV per
12 jam. Imunisasi – ular tidak membawa Clostridium tetani pada mulutnya, tapi
gigitan ular dapat membawa bakteri lain, terutama spesies gram-negatif.
Profilaksis tetanus direkomendasikan jika pasien belum diimunisasi dalam 5 tahun
terakhir.
3) Difteri-tetanus toxoid – digunakan untuk menginduksi imunitas aktif melawan
tetanus pada pasien tertentu. Agen imunisasi pilihan untuk kebanyakan korban
dewasa dan anak > 7 tahun adalah tetanus dan toxoid difteri. Perlu untukmemberi dosis booster untuk memelihara imunitas tetanus seumur hidup. Korban
5/16/2018 GIGITAN ULAR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/gigitan-ular-55ab587d77e76 8/13
yang hamil harus mendapat hanya toxoid tetanus bukan produk yang
mengandung antigen difteri. Pada dewasa dan anak-anak, dapat diberikan pada
m. deltoid atau paha midlateral. Pada bayi, pemberian sebaiknya pada paha
midlateral. Dosis pemberian untuk dewasa adalah 0.5 mL IM, sedangkan untuk
anak 6 mgg – 6 thn : tiga kali 0.5-mL IM dosis DT setidaknya dengan jarak
pemberian 4 minggu dan booster 6 – 12 bulan setelah injeksi ketiga.
4) Pengobatan suportif terdiri dari infus NaCl, plasma, atau darah, dan pemberian
vasopresor untuk menanggulangi syok. Mungkin perlu diberikan fibrinogen untuk
memperbaiki kerusakan sistem pembekuan. Dianjurkan juga pemberian
kortikosteroid.
5) Bila terjadi kelumpuhan pernafasan dilakukan intubasi, dilanjutkan dengan
memasang respirator untuk ventilasi. Bila terjadi pembengkakan hebat biasanya
perlu dilakukan fasiotomi untuk mencegah sindrom kompartemen. Bila perlu,
dilakukan upaya untuk mengatasi faal ginjal. Nekrotomi dikerjakan bila telah
nampak jelas batas kematian jaringan, kemudian dilanjutkan dengan cangkok
kulit. Bila ragu-ragu mengenai jenis ularnya, sebaiknya penderita diamati selama
48 jam karena kadang efek keracunan bisa timbul lambat. Gigitan ular tak berbisa
tidak memerlukan pertolongan khusus, kecuali pencegahan infeksi.
f. Tindakan Bedah:
Jarang terjadi, dokter mungkin perlu berkonsultasi dengan ahli bedah jika terdapat
bukti-bukti sindrom kompartemen. Jika perawatan dengan elevasi tungkai dan
obat-obatan gagal, ahli bedah mungkin perlu melakukan pembedahan pada kulit
sampai kompartemen yang terkena, disebut fasciotomy.
Prosedur ini dapat memperbaiki pembengkakan dan penekanan tungkai,
berpotensi menyelamatkan lengan atau tungkai. Fasciotomi tidak diindikasikan
pada setiap gigitan ular, tapi dilakukan pada pasien dengan bukti objektif adanya
peningkatan tekanan kompartemen. Cedera jaringan setelah sindrom
kompartemen bersifat reversible tapi dapat dicegah.
3. Perawatan pasien lebih lanjut di rumah sakit:
Pengiriman pasien ke rumah sakit sudah menjadi hal rutin untuk setiap kasus
envenomasi. Untuk kasus gigitan kering dari ular viper, observasi di instalasigawat darurat selama 8-10 jam; namun hal ini sering tidak mungkin dilaksanakan.
Pasien dengan envenomasi yang berat membutuhkan perawatan khusus di ICU
untuk pemberian produk-produk darah, menyediakan monitoring yang invasif, dan
memastikan proteksi jalan nafas. Observasi untuk gigitan ular koral minimal
selama 24 jam.
Buat evaluasi serial untuk penderajatan lebih lanjut dan untuk menyingkirkan
sindrom kompartemen. Tergantung pada skenario klinik, ukur tekanan
kompartemen setiap 30-120 menit.
5/16/2018 GIGITAN ULAR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/gigitan-ular-55ab587d77e76 9/13
Fasciotomy diindikasikan untuk tekanan yang lebih dari 30-40 mm Hg. Tergantung
dari derajat keparahan gigitan, pemeriksaan darah lebih lanjut mungkin
dibutuhkan, seperti waktu pembekuan darah, jumlah trombosit, dan level
fibrinogen.
F. Pemeriksaan penunjang
1. Studi Laboratorium :
a. Penghitungan jumlah sel-sel darah
b. Prothrombin time dan activated partial thromboplastin time.
c. Fibrinogen dan produk-produk pemisahan darah
d. Tipe dan jenis golongan darah
e. Kimia darah, termasuk elektrolit, BUN, kreatinin
f. Urinalisis untuk myoglobinuria
g. Analisa gas darah untuk pasien dengan gejala sistemik
2. Studi Imaging :
a. Radiografi thoraks pada pasien dengan edema pulmoner
b. Radiografi untuk mencari taring ular yang tertinggal
c. Tes lain : Tekanan kompartemen dapat perlu diukur. Secara komersial tersedia
alat yang steril, sederhana untuk dipasang atau dibaca, dan dapat dipercaya
(seperti Stryker pressure monitor). Pengukuran tekanan kompartemen
diindikasikan jika terdapat pembengkakan yang signifikan, nyeri yang sangat
hebat yang menghalangi pemeriksaan, dan jika parestesi muncul pada
ekstremitas yang tergigit.
G. Komplikasi
Sindrom kompartemen adalah komplikasi tersering dari gigitan ular pit viper.
Komplikasi luka lokal dapat meliputi infeksi dan hilangnya kulit. Komplikasi
kardiovaskuler, komplikasi hematologis, dan kolaps paru dapat terjadi. Jarang
terjadi kematian. Anak-anak mempunyai resiko lebih tinggi untuk terjadinya
kematian atau komplikasi serius karena ukuran tubuh mereka yang lebih kecil.
Perpanjangan blokade neuromuskuler timbul dari envenomasi ular koral.
Komplikasi yang terkait dengan antivenin termasuk reaksi hipersensitivitas tipe
cepat (anafilaksis, tipe I) dan tipe lambat (serum sickness, tipe III). Anafilaksis
terjadi dimediasi oleh immunoglobulin E (IgE), berkaitan dengan degranulasi selmast yang dapat berakibat laryngospasme, vasodilatasi, dan kebocoran kapiler.
5/16/2018 GIGITAN ULAR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/gigitan-ular-55ab587d77e76 10/13
Kematian umumnya pada korban tanpa intervensi farmakologis. Serum sickness
dengan gejala demam, sakit kepala, bersin, pembengkakan kelenjar lymph, dan
penurunan daya tahan, muncul 1 – 2 minggu setelah pemberian antivenin.
Presipitasi dari kompleks antigen-immunoglobulin G (IgG) pada kulit, sendi, dan
ginjal bertanggung jawab atas timbulnya arthralgia, urtikaria, dan
glomerulonephritis (jarang). Biasanya lebih dari 8 vial antivenin harus diberikan
pada sindrom ini. Terapi suportif terdiri dari antihistamin dan steroid.
H. Patway
Semua metode injeksi venom ke dalam korban (envenomasi) adalah untuk
mengimobilisasi secara cepat dan mulai mencernanya. Sebagian besar bisa terdiri
dari air.
Protein enzimatik pada bisa menginformasikan kekuatan destruktifnya.
Bisa ular terdiri dari bermacam polipeptida yaitu fosfolipase A, hialuronidase, ATP-
ase, 5 nukleotidase, kolin esterase, protease, fosfomonoesterase, RNA-ase, DNA-
ase.
5/16/2018 GIGITAN ULAR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/gigitan-ular-55ab587d77e76 11/13
Enzim ini menyebabkan destruksi jaringan lokal, bersifat toksik terhadap saraf
Menyebabkan hemolisis, atau pelepasan histamin sehingga timbul reaksi
anafilaksis.
Konsentrasi enzim bervariasi di antara spesies, karena itu menyebabkan
perbedaan envenomasi.
Gigitan copperhead secara umum terbatas pada destruksi jaringan lokal.
Rattlesnake dapat menyisakan luka yang hebat dan menyebabkan toksisitas
sistemik.
Ular koral mungkin meninggalkan luka kecil yang kemudian dapat muncul
kegagalan bernafas dengan tipe blokade neuromuscular sistemik.
Efek lokal dari bisa berfungsi sebagai pengingat akan potensi kerusakan sistemik
dari fungsi system organ.
Salah satu efek adalah perdarahan; koagulopati bukanlah hal yang aneh pada
envenomasi yang hebat.
Efek lain, edema lokal, meningkatkan kebocoran kapiler dan cairan interstisial diparu.
Mekanisme pulmonal dapat terpengaruh secara signifikan.
Efek terakhir, kematian sel lokal, meningkatkan konsentrasi asam laktat sekunder
terhadap perubahan status volume dan membutuhkan peningkatan ventilasi per
menit.
Efek-efek blokade neuromuskuler berakibat pada lemahnya ekskursi diafragmatik.
Gagal jantung merupakan akibat dari hipotensi dan asidosis.
Myonekrosis meningkatkan kejadian kerusakan adrenal myoglobinuria.
5/16/2018 GIGITAN ULAR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/gigitan-ular-55ab587d77e76 12/13
I. Asuhan keperawatan
1. Pengkajian
2. Diagnose keperawatan
J. Daftar pustaka
Agus P, dkk : Kedaruratan Medik : Edisi Revisi, Binarupa Aksara, Jakarta, 2000
Daley eMedicine – Snakebite : Article by Brian James, MD, MBA, FACS, 2006
available at URL : http://www.emedicine.com/med/topic2143.htm
Hafid, Abdul, dkk., editor : Sjamsuhidajat,R. dan de Jong, Wim, Bab 2 : Luka,
Trauma, Syok, Bencana., Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, EGC : Jakarta, Mei
1997. Hal. 99-100. 2.
MedlinePlus Medical Encyclopedia: Snake bite, A.D.A.M., Inc. 2006 available at URL: http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000031.htm
MedlinePlus Medical Encyclopedia:Snakebite (poison) treatment – series…
A.D.A.M., Inc. 2006, available at URL :
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/presentations/100141_1.htm
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/presentations/100141_2.htm
MedlinePlus Medical Encyclopedia: Snake bite on the finger, A.D.A.M., Inc. 2006
available at URL :
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/imagepages/2583.htm
Snakes and snake bites, 2005 available at URL :
http://www.netdoctor.co.uk/travel/diseases/snakes_and_snake_bites.htm
5/16/2018 GIGITAN ULAR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/gigitan-ular-55ab587d77e76 13/13
Snakebite, 2005 available at URL :
http://www.emedicinehealth.com/snakebite/article_em.htm#Snakebite..
Ular – Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia available at
URL : http://id.wikipedia.org/wiki/Ular
Diposkan oleh Zaenal Arifin, NS.SKep di 09.08
2 komentar:
Zaenal Arifin, NS.SKep mengatakan...
12 Januari 2010 20.20
silahkan berkunjung di blog jaer.... http://jager-blog.blogspot.com
ners_purbalingga mengatakan...
19 Mei 2010 19.15
gigitan pacar ada gak?
Poskan Komentar
Posting Lebih Baru Beranda
Langgan: Poskan Komentar (Atom)