GFS
-
Upload
dyah-agustina -
Category
Documents
-
view
28 -
download
1
description
Transcript of GFS
Abstrak- Government Finance Statistic (GFS) atau Statistik Keuangan Pemerintah berisi uraian atas sistem
statistik makro ekonomi, yang dirancang untuk mendukung analisis fiskal suatu negara. Tujuan utama
Government Finance Statistic (GFS) adalah untuk memberikan kerangka kerja konseptual dan kerangka
akuntansi yang komprehensif agar dapat digunakan untuk menganalisis dan mengevaluasi kebijakan fiskal suatu
negara, baik di sektor pemerintah maupun di sektor publik yag lebih luas.
Kata Kunci: Government Finance Statistic, Statistik Keuangan Pemerintah
1. PENDAHULUAN
Government Finance Statistic (GFS) atau dalam
Bahasa Indonesia diartikan sebagai Statistik Keuangan
Pemerintah memiliki arti yang sangat penting,
khususnya dalam perencanaan dan pengambilan
keputusan mengenai kebijakan di bidang fiskal.
Statistik keuangan pemerintah disusun berdasarkan
angka-angka yang dituangkan dalam anggaran
pendapatan dan belanja negara (APBN). Penyusunan
statistik keuangan pemerintah harus dapat
memberikan informasi mengenai kegiatan pemerintah
dan kebutuhan dananya serta gambaran dari pengaruh
transaksi pemerintah tersebut terhadap pendapatan
nasional, keadaan moneter dan neraca pembayaran.
Pada tahun 2000 terjadi beberapa perubahan
mendasar pada sistem anggaran. Pertama, perubahan
tahun anggaran dari tahun fiskal (mulai bulan April
dan berakhir pada bulan Maret) menjadi tahun
kalendar (Januari sampai dengan Desember). Pada
masa transisi pada tahun 2000, pelaksanaan APBN
hanya berlangsung selama 9 (sembilan) bulan. Kedua,
perubahan sistem anggaran dari anggaran berimbang
menjadi anggaran defisit, yang menyebabkan format
APBN mengalami penyesuaian dari bentuk T-account
menjadi I-account. Pada format I-account, catatan
penerimaan, pengeluaran dan pembiayaan anggaran
diletakkan dalam satu kolom. Format I-account secara
garis besar dikelompokkan menjadi 2 bagian, yaitu
bagian atas (above the line) mencatat besarnya
penerimaan dan pengeluaran negara, dan bagian
bawah (below the line) mencatat besarnya pembiayaan
anggaran. Ketiga, dilakukan reklasifikasi beberapa
jenis penerimaan dan pengeluaran negara.
Reklasifikasi tersebut dimaksudkan untuk
menyamakan penggelompokkan anggaran sesuai
dengan yang berlaku internasional, khususnya
penerimaan pembangunan dan pembayaran pokok
utang menjadi bagian dari pembiayaan anggaran.
Keempat, penambahan beberapa item baru dalam
rangka mengantisipasi pelaksanaan desentralisasi
fiskal pada tahun 2001 (sebagai implementasi dari
Undang-undang Nomor 25 tahun 1999 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah),
yaitu dengan munculnya penerimaan sumber daya
alam serta memisahkan antara penerimaan sumber
daya migas dan pajak penghasilan migas. Dengan
perbedaan struktur penerimaan dan pengeluaran
negara pada sistem anggaran yang berimbang dan
dinamis dan sistem yang berlaku secara internasional
menyebabkan tidak dapat diketahui secara langsung
adanya surplus atau defisit anggaran. Dengan adanya
perubahan sistem penganggaran membawa akibat
perlu dilakukan pengembangan statistik keuangan
pemerintah.
Pengembangan statistik keuangan pemerintah juga
dibutuhkan mengingat Indonesia sebagai anggota
International Monetary Fund (IMF), mempunyai
kewajiban secara rutin dan berkala untuk mengirim
data keuangan pemerintah ke IMF yang disusun
berdasarkan panduan statistik keuangan negara
(manual on government finance statistics) yang
dikeluarkan oleh IMF tahun 1986. Hasil dari
penyusunan GFS tersebut secara tahunan diterbitkan
dalam Government Finance Statistics Yearbook
(GFSY). Oleh karena definisi, struktur dan klasifikasi
yang diterapkan oleh IMF tersebut berbeda dengan
statistik keuangan yang tersedia, maka setiap tahun
penyusunan statistik keuangan pemerintah
(Government Finance Statistics/GFS) membutuhkan
waktu yang relatif cukup lama.
Paper ini akan memaparkan definisi, manfaat dan
penerapan Government Finance Statistic (GFS) di
Indonesia. Paper ini disusun dalam rangka tugas akhir
individu menjelang pelaksanaan Ujian Akhir Semester
(UAS) pada mata kuliah Akuntansi Pemerintahan.
2. LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian Government Finance Statistic
(GFS)
Government Finance Statistic (GFS) atau Statistik
Keuangan Pemerintah merupakan suatu sistem yang
digunakan untuk menghasilkan data pemerintah yang
sejalan dengan standar ekonomi dan statistik
internasional dalam rangka analisis kebijakan fiskal
dan ekonomi makro. Output dari Statistik Keuangan
Pemerintah adalah laporan yang dapat digunakan
dalam sistem statistik dan makro ekonomi
Sebagaimana yang telah diungkap sebelumnya di
pendahuluan, referensi yang digunakan dalam
penyusunan Laporan Statistik Keuangan Pemerintah
adalah Manual Government Finance Statistic (GFS)
yang diterbitkan oleh International Monetary Fund
(IMF).
Dalam Peraturan Direktur Jenderal
Perbendaharaan Nomor : PER-41/PB/2013 disebutkan
bahwa Laporan Statistik Keuangan Pemerintah
Tingkat Wilayah (LSKP-TW) adalah laporan yang
disusun dalam rangka pengambilan kebijakan fiskal
dan makro ekonomi di wilayah kerja Kanwil Ditjen
Perbendaharaan selama suatu periode berdasarkan
klasifikasi Statistik Keuangan Pemerintah yang
sejalan dengan standar internasional yang digunakan
untuk menyusun laporan ekonomi dan statistik, seperti
Sistem Neraca Nasional, Manual Neraca Pembayaran,
Manual Statistik Moneter dan Keuangan.
Laporan Statistik Keuangan Pemerintah Tingkat
Wilayah (LSKP-TW) terdiri dari :
1. Laporan Statistik Keuangan Pemerintah Pusat
Tingkat Wilayah (LSKPP-TW). LSKPP-TW
disusun berdasarkan mapping Bagan Akun Standar
dan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tingkat
Wilayah di wilayah kerja Kanwil Ditjen
Perbendaharaan selama suatu periode ke dalam
klasifikasi Statistik Keuangan Pemerintah;
2. Laporan Statistik Keuangan Pemerintah Daerah
(LSKPD). LSKPD disusun berdasarkan mapping
Bagan Akun Standar dan Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah Konsolidasian ke dalam
klasifikasi Statistik Keuangan Pemerintah selama
suatu periode di wilayah kerja Kanwil Ditjen
Perbendaharaan;
3. Laporan Statistik Keuangan Pemerintah Umum
Tingkat Wilayah (LSKPU-TW). LSKPU-TW
disusun berdasarkan konsolidasi antara Laporan
Statistik Keuangan Pemerintah Pusat Tingkat
Wilayah (LSKPP-TW) dan Laporan Statistik
Keuangan Pemerintah Daerah (LSKPD), atau
berdasarkan mapping Laporan Keuangan
Pemerintah Konsolidasian Tingkat Wilayah ke
dalam klasifikasi Statistik Keuangan Pemerintah
selama suatu periode di wilayah kerja Kanwil
Ditjen Perbendaharaan.
2.2. Tujuan dan Kegunaan Government Finance
Statistic (GFS)
Tujuan utama Government Finance Statistic (GFS)
adalah menyediakan kerangka konseptual dan
akuntansi yang komprehensif yang cocok untuk
analisis dan evaluasi kebijakan fiskal, khususnya
kinerja sektor pemerintahan umum dan publik sektor
suatu negara.
Kegunaan Government Finance Statistic (GFS) :
a. GFS sebagai pelaporan dengan tujuan khusus
(specific purpose reporting)
GFS sebagai pelaporan dengan tujuan khusus
disusun dalam rangka pengambilan kebijakan
ekonomi baik fiskal maupun moneter, sehingga
fokus GFS adalah menyampaikan informasi yang
sesuai dengan kebutuhan pengguna tertentu yaitu
para pengambil kebijakan fiskal dan makro
ekonomi.
b. GFS sebagai pelaporan yang komprehensif dan
terintegrasi
GFS menyediakan data yang komprehensif atas
aktivitas ekonomi dan keuangan pemerintah yang
dapat digunakan untuk analisis serta evaluasi
kebijakan fiskal dan makro ekonomi, seperti :
– analisis sektor publik dan sumbangannya
terhadap perekonomian seperti permintaan,
investasi dan tabungan agregat
– analisis pengaruh kebijakan fiskal terhadap
ekonomi, termasuk sumber daya yang
digunakan, beban pajak, kondisi keuangan, dan
utang nasional
– analisis efektivitas pengeluaran terhadap
pengentasan kemiskinan dan kesinambungan
kebijakan fiskal.
GFS dapat menghasilkan informasi kinerja
keuangan, posisi keuangan, dan likuiditas
pemerintah dengan cakupan yang lebih luas dan
terkonsolidasi. Cakupan sektor dalam GFS dapat
dilihat pada gambar berikut :
c. GFS sebagai Jembatan antara akuntansi, ekonomi
dan statistik
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) dan
Laporan Keuangan Pemerintah Darah (LKPD)
disusun sesuai dengan Standar Akuntansi
Pemerintah sehingga hanya dapat dimengerti oleh
para akuntan atau pengguna non akuntan yang
mengerti akuntansi.
GFS didesain untuk menjadi jembatan antara data
akuntansi dengan kebutuhan analisis dan evaluasi
kebijakan fiskal dan makro ekonomi sehingga
akan lebih mudah dimengerti oleh penggunanya.
GFS dikembangkan sejalan dengan standar
internasional yang digunakan dalam menyusun
laporan ekonomi dan statistik seperti System of
National Accounts-SNA), The Balance of
Payments Manual, The Monetary and Financial
Statistics Manual.
2.3. Dasar Hukum Penerapan Government
Finance Statistic (GFS) di Indonesia
Dasar hukum penerapan Government Finance
Statistic (GFS) di Indonesia adalah :
1. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara mengamanatkan agar laporan keuangan
pemerintah dapat menghasilkan statistik keuangan
yang mengacu kepada manual Statistik Keuangan
Pemerintah sehingga dapat memenuhi kebutuhan
analisis kebijakan dan kondisi fiskal, pengelolaan
dan analisis perbandingan antarnegara;
2. Laporan hasil reviu BPK atas pelaksanaan
transparansi fiskal tahun 2010 meng-highlight
signifikansi dari statistik keuangan pemerintah
melalui reviu atas unsur transparansi fiskal:
a. Fungsi pemerintah secara keseluruhan belum
terlihat karena laporan Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah (LKPD) belum terintegrasi
dengan LKPP.
b. Pemerintah belum sepenuhnya dapat
menyajikan informasi fiskal mengenai, antara
lain, integrasi posisi fiskal nasional (gabungan
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah).
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat
merupakan konsolidasi dari laporan keuangan
kementerian/lembaga, namun belum termasuk
laporan keuangan pemerintah daerah.
3. PP 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP) yang menggantikan PP 24
tahun 2005. Pasal 6 ayat (2) PP Nomor 71 Tahun
2010 mengatur bahwa pemerintah menyusun
Pedoman Umum Sistem Akutansi Pemerintah
yang akan menjadi acuan untuk penyusunan
Sistem Akuntansi Pemerintah pusat dan daerah,
yang diperlukan dalam rangka mewujudkan
konsolidasi fiskal dan statistik keuangan
pemerintah secara nasional;
4. PMK 238/PMK.05/2011 Tentang Pedoman Umum
Sistem Akuntansi Pemerintahan. Pedoman Umum
Sistem Akuntansi Pemerintahan (PUSAP) menjadi
acuan pengembangan sistem akuntansi berbasis
akrual pemerintah pusat dan pemerintah daerah
dalam rangka menciptakan keseragaman untuk
mendukung penyusunan konsolidasi fiskal dan
statistik keuangan pemerintah;
5. PMK No. 169/PMK.01/2012 tentang Organisasi
Dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat
Jenderal Perbendaharaan;
6. PMK No. 275/PMK.05/2014 tentang Manual
Statistik Keuangan Pemerintah Indonesia;
7. Perdirjen No. 41/PB/2013 tentang Petunjuk Teknis
Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah
Konsolidasian Tingkat Wilayah dan Laporan
Statistik Keuangan Pemerintah Tingkat Wilayah
pada Kanwil Ditjen Perbendaharaan.
3. PEMBAHASAN
3.1. Hubungan antara Laporan GFS dan laporan
akuntansi
Peranan GFS sebagai pendukung dalam
pengambilan kebijakan fiskal dan makro ekonomi
dapat tercermin dari outputnya. Laporan GFS terdiri
dari Laporan Operasi Pemerintah (Statement of
Government Operations), Laporan Arus Ekonomi
Lainnya (Statement of Other Economic Flows),
Neraca (Balance Sheet) dan Laporan Arus Kas
(Statement of Sources and Uses of Cash). Walaupun
nama laporan yang dihasilkan GFS sama dengan
laporan akuntansi, cara penyajian dan penggunaannya
berbeda.
Perhitungan surplus/defisit pada Laporan Operasi
Pemerintah yang dihasilkan GFS dan Laporan
Operasional (LO) sama-sama berasal dari pendapatan
dikurangi dengan beban, namun terdapat struktur
pendapatan dan beban yang berbeda sehingga angka
surplus/defisit yang dihasilkan juga berbeda.
Contohnya, pengakuan penjualan aset tetap diakui
sebagai pendapatan dalam akuntansi, sedangkan GFS
mengakui transaksi tersebut sebagai transaksi
perolehan neto aset tetap.
Perbedaan lainnya, Laporan Operasi Pemerintah
melaporkan penggunaan surplus/defisit untuk
membiayai transaksi pembelian aset non keuangan
seperti aset tetap dan persediaan. Sedangkan, dalam
akuntansi, transaksi-transaksi tersebut merupakan
belanja. Transaksi pembelian aset tetap merupakan
belanja modal dan transaksi pembelian persediaan
merupakan belanja barang.
Laporan Arus Ekonomi Lain mengikhtisarkan
perubahan-perubahan dalam aset, kewajiban dan
kekayaan bersih yang tidak berasal dari transaksi,
seperti perubahan harga dan volume aset. Laporan ini
tidak ada dalam akuntansi karena semua peristiwa
yang memiliki pengaruh keuangan pada laporan
keuangan merupakan transaksi.
GFS membedakan antara transaksi dengan arus
ekonomi lainnya. GFS mendefinisikan transaksi
sebagai interaksi antara dua pihak berdasarkan
kesepakatan bersama. Jika terdapat peristiwa yang
memiliki pengaruh keuangan namun tidak terjadi
berdasarkan kesepakatan bersama, maka peristiwa
tersebut dicatat sebagai arus ekonomi lainnya.
Contohnya, perubahan nilai tukar uang yang terjadi
karena pengaruh kekuatan pasar atau kerusakan
gedung akibat bencana alam. Pembedaan transaksi
dan arus ekonomi lainnya diperlukan dalam GFS
karena transaksi dan arus ekonomi lainnya memiliki
pengaruh yang berbeda dalam analisis ekonomi.
Neraca akuntansi dan Neraca GFS sama-sama
melaporkan aset, kewajiban dan kekayaan bersih,
namun dengan cara dan penyajian yang berbeda.
Neraca akuntansi menyajikan aset dalam aset lancar
dan non lancar, sedangkan Neraca GFS menyajikan
aset keuangan dan non keuangan. Kewajiban disajikan
dalam neraca akuntansi sebagai kewajiban jangka
pendek dan kewajiban jangka panjang, sedangkan
kewajiban dalam Neraca GFS diklasifikasikan
berdasarkan residensi (tempat kedudukan)
krediturnya: apakah krediturnya bertempat kedudukan
di dalam negeri atau luar negeri.
Informasi residensi kreditur bermanfaat pada saat
menganalisis risiko dan kesinambungan
perekenomian, misalnya struktur utang dengan
komposisi utang luar negeri yang besar memiliki
risiko yang lebih tinggi karena adanya perbedaan
karakter dan kepentingan antara kreditur domestik
dengan kreditur asing, selain meningkatnya risiko
gagal bayar utang karena lonjakan nilai tukar. Selain
itu, Neraca GFS menganut konsep counterpart, yang
berarti setiap kewajiban yang dimiliki oleh debitur
pasti terkait dengan aset keuangan yang dimiliki oleh
kreditur, misalnya utang bunga yang dicatat pada buku
debitur terkait dengan piutang bunga yang dicatat oleh
kreditur. Informasi ini bermanfaat pada saat
menganalisis hubungan keuangan antara sektor dalam
perekonomian.
3.2. Perkembangan dan Penerapan GFS di
Indonesia
Sejak reformasi pengelolaan keuangan negara
digulirkan, pemerintah telah melakukan upaya-upaya
penyusunan Laporan GFS meskipun laporan tersebut
masih bersifat parsial dan belum terintegrasi dengan
Sistem Akuntansi Pemerintahan. Direktorat Jenderal
Perbendaharaan Kementerian Keuangan telah
menyusun Laporan Statistik Keuangan Pemerintah
dari tahun 2008.
Dalam perkembangannya, Pemerintah Indonesia
akan mengadapatasi GFS Manual 2014 (dan
revisinya), serta menyesuaikannya dengan kondisi dan
kebutuhan Pemerintah Indonesia. Beberapa
pengaturan dalam Manual Statistik Keuangan
Pemerintah Indonesia akan berbeda dengan GFS
Manual 2014 dikarenakan adanya perbedaan
pengaturan dengan Standar Akuntansi Pemerintahan
(SAP) dan sistem akuntansi pemerintah. Perbedaan-
perbedaan tersebut akan diminimalisir untuk
mendukung penyusunan Laporan Statistik Keuangan
Pemerintah. Perbedaan yang tidak dapat diselesaikan
akan diungkapkan dalam penyusunan Laporan
Statistik Keuangan Pemerintah
Laporan Statistik Keuangan Pemerintah disusun
dari konsolidasi statistik keuangan pemerintahan,
yaitu Konsolidasi fiskal dan statistik keuangan
Pemerintah yang merupakan penggabungan data
keuangan antara Pemerintah Pusat (LKPP) dan
Pemerintah Daerah (LKPD) untuk kebutuhan
informasi fiskal dan statistik secara nasional.
Konsolidasi ini dilakukan bukan dalam rangka
pertanggungjawaban, melainkan untuk keperluan
statistik keuangan pemerintah.
Penyusun dan pengguna Statistik Keuangan
Pemerintah
Penyusun GFS terdiri dari :
1. Sektor Pemerintah Umum
1. Kementerian Keuangan, menyediakan :
Data Pemerintah Pusat; Data Pemerintah
Daerah; Laporan Konsolidasi dan Laporan
GFS.
Menurut PMK Nomor 184/PMK.01/2010
tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Keuangan, fungsi penyusunan
statistik keuangan pemerintah terkait dengan
beberapa tugas dan fungsi yang dijalankan
oleh beberapa direktorat jenderal pada
Kementerian Keuangan, yaitu: , DJPB c.q.
Direktorat Akuntansi dan Pelaporan
Keuangan, DJPK c.q. Direktorat Evaluasi
Pendanaan dan Informasi Keuangan Daerah,
DJA c.q. Direktorat Penyusunan APBN, dan
DJPU c.q. Direktorat Evaluasi, Akuntansi
dan Settlement
2. Kementerian Dalam Negeri, menyediakan :
data Pemerintah Daerah
2. Sektor Publik
a. Bank Indonesia, menyediakan : data Bank
Indonesia
b. Kementerian BUMN, menyediakan : data
perusahaan negara/BUMN
Pengguna GFS terdiri dari :
1. Otoritas penganggaran Pusat maupun daerah dapat
menggunakan data GFS dalam kebijakan
pengalokasian anggaran pemerintah, misalnya data
belanja per fungsi
2. Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan dapat
menggunakan data GFS sebagai salah satu
pertimbangan dalam perhitungan dana
perimbangan
3. Badan Kebijakan Fiskal dapat menggunakan data
GFS dalam penyusunan kebijakan fiskal secara
menyeluruh yang mencakup semua sektor dalam
ekonomi
4. Badan Pusat Statistik dapat menggunakan data
GFS dalam pernyusunan data statistik nasional
5. Bank Indonesia dapat menggunakan data GFS
untuk menyusunan laporan statistik moneter
6. Lembaga rating (seperti Moodys dan Standard and
Poors) adalah suatu perusahaan yang menyediakan
penilaian rating untuk penerbit obligasi. Mereka
dapat menggunakan data keuangan pemerintah
dalam analisis untuk menentukan apakah suatu
pemerintah mempunyai kemampuan keuangan
yang baik dan berkelanjutan (misalnya kebijakan
fiskal yang transparan, tingkat utang yang rendah,
defisit anggaran yang rendah)
7. Pengguna lain, seperti Kementerian Dalam Negeri
dan IMF
Jenis dan Periode pelaporan Statistik Keuangan
Pemerintah
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, Laporan
Statistik Keuangan Pemerintah terdiri dari Laporan
Operasi Pemerintah (Statement of Government
Operations), Laporan Arus Ekonomi Lainnya
(Statement of Other Economic Flows), Neraca
(Balance Sheet) dan Laporan Arus Kas (Statement of
Sources and Uses of Cash).
Laporan Operasi Pemerintah mencatat hasil dari
semua transaksi selama periode akuntansi, yang
diklasifikasikan menjadi pendapatan, biaya, perolehan
bersih dari aset non keuangan (net acquisitions of
nonfinancial assets), perolehan bersih dari aset
keuangan (net acquisitions of financial assets), atau
kewajiban bersih (net incurrences of liabilities).
Laporan Arus Ekonomi Lainnya meliputi
perubahan harga dan berbagai kejadian ekonomi
lainnya yang mempengaruhi aset dan kewajiban,
seperti penghapusan utang dan kerugian. Laporan ini
mengikhtisarkan perubahan-perubahan dalam aset,
kewajiban dan kekayaan bersih (net worth).
Neraca pemerintah umum atau sektor publik
adalah laporan posisi aset keuangan dan non keuangan
yang dimiliki, kumpulan klaim terhadap pemilik aset
tersebut dalam bentuk kewajiban, dan kekayaan bersih
sektor tersebut
Laporan Arus Kas menunjukkan total kas yang
dihasilkan atau digunakan dalam aktivitas operasi,
transaksi aset non keuangan dan transaksi yang
melibatkan aset keungan dan kewajiban selain kas
Periode pelaporan Statistik Keuangan Pemerintah :
a. Bulanan : Laporan Operasional Pemerintah Pusat
b. Triwulanan :
• Laporan Operasional Pemerintah Pusat
• Laporan Operasional Konsolidasian
Pemerintah Daerah (survey dan estimasi)
c. Semesteran :
• Laporan Operasional Konsolidasian
Pemerintah Pusat dan Daerah
• Neraca Konsolidasian Pemerintah Pusat dan
Daerah
• Laporan Arus Kas Konsolidasian Pemerintah
Pusat dan Daerah
d. Tahunan :
• Laporan Operasional Konsolidasian
Pemerintah Pusat dan Daerah, serta Laporan
Operasional Sektor Publik
• Neraca Konsolidasian Pemerintah Pusat dan
Daerah, serta Neraca Sektor Publik
• Laporan Arus Kas Konsolidasian Pemerintah
Pusat dan Daerah, serta Laporan Arus Kas
Sektor Publik
Proses Kompilasi Data GFS di Indonesia
Proses Kompilasi Data GFS di Indonesia :
1. Lingkup institusi dan sektor
Langkah pertama kompilasi data statistik adalah
pendefinisian sektor publik, yang meliputi unit
sektor pemerintah umum dan sektor korporasi
publik. Untuk tujuan analitis, masing-masing
sektor dapat dibagi ke dalam subsektor.
Klasifikasi sektor menurut Statistik Keuangan
Pemerintah dapat dilakukan dengan menggunakan
Pohon Keputusan Klasifikasi Sektor Publik, yang
menggunakan konsep residen, unit institusi,
pengendalian dan produsen pasar versus non pasar
untuk mengklasifikasikan Sektor Publik.
2. Seleksi sumber data
Data yang dibutuhkan dalam Statistik Keuangan
Pemerintah adalah klasifikasi detail :
• Pendapatan menurut jenis
• Beban menurut jenis (klasifikasi ekonomi)
• Transaksi aset dan kewajiban
• Aset non keuangan menurut jenis aset
• Aset dan kewajiban keuangan menurut jenis
instrumen
• Keuntungan/kerugian atau perubahan volume
aset dan kewajiban (jenis)
• Aset dan kewajiban dalam Neraca (jenis)
• Pengeluaran berdasarkan fungsi
pemerintahan
• Transaksi dalam aset dan kewajiban
keuangan menurut sektor dari pihak
counterpart
• Total arus ekonomi lain dalam aset dan
kewajiban (jenis)
3. Kompilasi GFS
3.1 Klasifikasi dan derivasi
BAS akuntansi berbeda dengan BAS GFS.
Oleh karena itu diperlukan mapping untuk
menyajikan BAS GFS dengan menggunakan
informasi yang berasal dari Sistem
Akuntansi. Diperlukan kebijakan /manual
yang mengatur mengenai mapping dan
eliminasi akun resiprokal yang tidak sama
serta dibutuhkan data BAS detail untuk
memastikan ketepatan mapping. Ada 3 jenis
mapping yaitu :
a. Mapping one-to-one, satu akun pada BAS
akuntansi menjadi satu akun pada BAS
GFS;
b. Mapping many-to-one, beberapa akun
pada BAS akuntansi menjadi satu akun
pada BAS GFS, contohnya kumpulan
akun Pendapatan PPh Non-Migas menjadi
akun taxes – Payable by Individuals;
c. Mapping one-to-many, satu akun pada
BAS akuntansi menjadi beberapa akun
pada BAS GFS, contohnya akun
Pendapatan Hibah Luar Negeri –
Multilateral menjadi akun Grants – from
International Organizations - Current dan
Grants – from International Organizations
- Capital.
Sistem akuntansi saat ini tidak mencatat kode
pihak kedua yang menjadi partner transaksi
sehingga menimbulkan kesulitan dalam
identifikasi akun resiprokal antar sektor, yaitu
atas :
a. Pemerintah Pusat dan Pemda (utang
piutang)
b. Pemerintah dan Bank Indonesia (surat
utang dan uang kas)
c. Pemerintah dan BUMN (simpanan
pemerintah di Bank BUMN)
d. BUMN (simpanan dan utang BUMN di
Bank BUMN)
e. BUMN dan Bank Indonesia (deposit
Bank BUMN di BI, utang BUMN ke BI)
3.2 Konsolidasi
Terdapat dua pilihan konsolidasi pemerintah
pusat dan daerah, yaitu konsolidasi akuntansi
dan konsolidasi statistik keuangan
pemerintahan. Konsolidasi akuntansi diatur
dalam PSAP 11. Prosedur konsolidasi dalam
PSAP 11 dilaksanakan dengan cara
menggabungkan dan menjumlahkan akun
yang diselenggarakan oleh entitas pelaporan
dengan entitas pelaporan lainnya
dengan/tanpa mengeliminasi akun timbal
balik (reciprocal accounts). Apabila
eliminasi tersebut belum memungkinkan,
maka nama akun dan estimasi besaran jumlah
akun timbal balik diungkapkan dalam CaLK..
Seperti PSAP 11, penerapan manual Statistik
Keuangan Pemerintah juga mensyaratkan
adanya konsolidasi laporan keuangan
pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Hal
yang harus diperhatikan dalam konsolidasi
adalah identifikasi akun timbal balik
(reciprocal accounts).
Untuk jangka pendek, mapping dan konsolidasi
GFS akan dilakukan secara manual/excel. Untuk
jangka menengah, mapping ke GFS untuk
pemerintah pusat akan dilakukan pada SPAN dan
mapping ke GFS untuk pemerintah daerah akan
dilakukan pada SIKD. Ilustrasi dapat dilihat pada
gambar berikut :
Selanjutnya akan dikembangkan sistem/aplikasi
konsolidasian antara SPAN dan SIKD. Pengembangan
dapat dijadikan sebagai extension dari SPAN atau
dengan aplikasi konsolidasian terpisah.
Permasalahan, Hambatan dan Kendala Penerapan
GFS di Indonesia
Permasalahan, hambatan dan kendala yang dihadapi
dalam penerapan GFS di Indonesia :
a. Masih terdapat gap antara sistem akuntansi
pemerintah dengan requirement yang
diharapkan Statistik Keuangan pemerintah;
b. Belum terintegrasinya seluruh sistem yang
diperlukan, seperti :
• Sistem penganggaran belum terintegrasi
sepenuhnya dengan sistem akuntansi dan
pelaporan;
• Laporan Statistik Keuangan Pemerintah
belum terintegrasi dengan sistem
akuntansi pemerintah;
c. Masih adanya kendala dalam proses
sinkronisasi standar akuntansi pemerintahan
dengan statistik keuangan pemerintah.
Klasifikasi dan penilaian yang berbeda antara
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Darah dengan Laporan Statistik
Keuangan Pemerintah menyebabkan perlu
dilakukannya maping dari nama akun di
laporan keuangan ke akun di statistik
keuangan pemerintah. Selain itu, terdapat
beberapa perbedaan antara Permendagri 13
tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah dengan Government
Finance Statistics (GFS) yang merupakan
standar laporan statistik keuangan pemerintah
yang disusun berdasarkan pedoman
internasional. Perbedaan tersebut antara lain
mencakup sebagian akun di Permendagri 13
tahun 2006 belum sejalan dengan bagan akun
standar pemerintah pusat, klasifikasi
investasi, serta pengaturan pengeluaran
mengenai aktiva tetap dan tidak tetap;
d. Perbedaan persepsi mengenai Statistik
Keuangan pemerintah antara penyusun dan
pengguna laporan Statistik Keuangan
pemerintah mengenai konsep dan manfaat
Statistik Keuangan pemerintah. Selain itu,
belum ada identifikasi dan koordinasi
stakeholders Statistik Keuangan pemerintah
secara komprehensif, baik penyusun maupun
pengguna informasi;
e. Belum adanya petunjuk teknis secara detail
mengenai cakupan dan proses Statistik
Keuangan pemerintah (sektor dan unit), dan
Standard Operating Procedure (SOP) yang
jelas terkait alur data, proses mapping dan
konsolidasi, serta pihak yang diserahi
tanggung jawab untuk melaksanakannya;
f. Kesulitan dalam konsolidasi data yang
disebabkan :
• banyaknya variasi sumber data yang akan
digunakan dalam GFS;
• adanya perbedaan antara sistem akuntansi
pemerintah pusat dan sistem akuntansi
pemerintah daerah;
• keterlambatan penyampaian data dari
pemerintah daerah;
• Praktek keuangan negara/daerah yang
beragam menghasilkan kualitas laporan
yang berbeda pula. Masalah ini dapat
diakibatkan karena informasi yang
terbatas dalam hubungan keuangan
Kementerian/Lembaga dengan Pemda
maupun hubungan keuangan antar pemda
4. KESIMPULAN DAN SARAN
Statistik keuangan pemerintah merupakan
jembatan antara informasi akuntansi dan sistem
statistik makro ekonomi. Penerapan sistem akuntansi
dan statistik keuangan pemerintah secara bersamaan
akan menghasilkan dua laporan, pertama laporan
keuangan untuk pertanggungjawaban dan kedua
laporan statistik keuangan pemerintah untuk
pengambilan kebijakan fiskal.
Statistik keuangan pemerintah akan memberikan
manfaat sebagai gambaran perkembangan kegiatan
pemerintah apabila cakupan dalam setiap komponen
keuangan pemerintah konsisten setiap tahunnya.
Saran yang dapat disampaikan oleh Penulis :
1. Tersedianya data series APBN tahunan dengan
format dan struktur yang sama pada setiap tahun
anggaran untuk efisiensi pemenuhan permintaan
data keuangan pemerintah dari berbagai pihak
yang membutuhkan;
2. Tersedianya perangkat lunak/software yang secara
langsung dapat menghubungkan komponen-
komponen penerimaan dan pengeluaran yang sama
pada tabel-tabel GFS (linked table) sebagai wujud
dari efisiensi dan konsistensi pengisian data GFS;
3. Pihak penyusun laporan sebaiknya membuat
catatan pada pos-pos tertentu yang mengandung
asumsi atau penyesuaian (adjustment) serta
catatan yang berisi cross check antara GFS dan
APBN untuk mengetahui kebenaran memasukkan
data penerimaan dan pengeluaran, untuk menjaga
konsistensi penyusunan GFS tahun berikutnya;
4. Pembatasan keberagaman kebijakan akuntansi
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
untuk mempermudah proses konsolidasi data
keuangan;
5. Peningkatan koordinasi antara stakeholders GFS,
baik yang berfungsi sebagai penyusun maupun
pengguna laporan;
6. Peningkatan komitmen dan konsistensi untuk
melakukan harmonisasi peraturan, baik vertikal
maupun horizontal, di semua tingkatan
pemerintahan. Isi Permendagri 13 tahun 2006
dapat ditelaah kembali agar mengacu pada standar
akuntansi pemerintahan yang berlaku.
Penyempurnaan klasifikasi akun perlu dilakukan,
terutama di pemerintah daerah yang mengacu pada
international best practices, yaitu GFS;
7. Pemerintah Daerah diwajibkan menyampaikan
data secara lengkap dan tepat waktu ke Pemerintah
Pusat dalam rangka penyusunan Laporan Statistik
Keuangan Pemerintah sesuai dengan PMK Nomor
04/PMK.07/2011 tentang Tata Cara Penyampaian
Informasi Keuangan Daerah dan revisinya.
DAFTAR REFERENSI
[1] Perdirjen No. 41/PB/2013 tentang Petunjuk
Teknis Penyusunan Laporan Keuangan
Pemerintah Konsolidasian Tingkat Wilayah dan
Laporan Statistik Keuangan Pemerintah Tingkat
Wilayah pada Kanwil Ditjen Perbendaharaan
[2] PMK No. 275/PMK.05/2014 tentang Manual
Statistik Keuangan Pemerintah Indonesia
[3] PMK Nomor 04/PMK.07/2011 tentang Tata Cara
Penyampaian Informasi Keuangan Daerah dan
revisinya
[4] http://www.bppk.kemenkeu.go.id/bppklama/
index.php/id/berita/1137-orasi-ilmiah-statistik-
keuangan-pemerintah-republik-indonesia-proses-
penyusunan-dan-kendala-yang-dihadapinya
(diakses tanggal 8 Februari 2015)
[5] http://www.perbendaharaan.go.id/new/?
pilih=hal&id=41
(diakses tanggal 8 Februari 2015)
[6] http://www.perbendaharaan.go.id/new/?
pilih=hal&id=43
(diakses tanggal 8 Februari 2015)
[7] http://www.wikiapbn.org/statistik-keuangan-
pemerintah/
(diakses tanggal 8 Februari 2015)