GFS

16
Abstrak- Government Finance Statistic (GFS) atau Statistik Keuangan Pemerintah berisi uraian atas sistem statistik makro ekonomi, yang dirancang untuk mendukung analisis fiskal suatu negara. Tujuan utama Government Finance Statistic (GFS) adalah untuk memberikan kerangka kerja konseptual dan kerangka akuntansi yang komprehensif agar dapat digunakan untuk menganalisis dan mengevaluasi kebijakan fiskal suatu negara, baik di sektor pemerintah maupun di sektor publik yag lebih luas. Kata Kunci: Government Finance Statistic, Statistik Keuangan Pemerintah 1. PENDAHULUAN Government Finance Statistic (GFS) atau dalam Bahasa Indonesia diartikan sebagai Statistik Keuangan Pemerintah memiliki arti yang sangat penting, khususnya dalam perencanaan dan pengambilan keputusan mengenai kebijakan di bidang fiskal. Statistik keuangan pemerintah disusun berdasarkan angka-angka yang dituangkan dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN). Penyusunan statistik keuangan pemerintah harus dapat memberikan informasi mengenai kegiatan pemerintah dan kebutuhan dananya serta gambaran dari pengaruh transaksi pemerintah tersebut terhadap pendapatan nasional, keadaan moneter dan neraca pembayaran. Pada tahun 2000 terjadi beberapa perubahan mendasar pada sistem anggaran. Pertama, perubahan tahun anggaran dari tahun fiskal (mulai bulan April dan berakhir pada bulan Maret) menjadi tahun kalendar (Januari sampai dengan Desember). Pada masa transisi pada tahun 2000, pelaksanaan APBN hanya berlangsung selama 9 (sembilan) bulan. Kedua, perubahan sistem anggaran dari anggaran berimbang menjadi anggaran defisit, yang menyebabkan format APBN mengalami penyesuaian dari bentuk T-account menjadi I-account. Pada format I-account, catatan penerimaan, pengeluaran dan pembiayaan anggaran diletakkan dalam satu kolom. Format I-account secara garis besar dikelompokkan menjadi 2 bagian, yaitu bagian atas (above the line) mencatat besarnya penerimaan dan pengeluaran negara, dan bagian bawah (below the line) mencatat besarnya pembiayaan anggaran. Ketiga, dilakukan reklasifikasi beberapa jenis penerimaan dan pengeluaran negara. Reklasifikasi tersebut dimaksudkan untuk menyamakan penggelompokkan anggaran sesuai dengan yang berlaku internasional,

description

GFS

Transcript of GFS

Page 1: GFS

Abstrak- Government Finance Statistic (GFS) atau Statistik Keuangan Pemerintah berisi uraian atas sistem

statistik makro ekonomi, yang dirancang untuk mendukung analisis fiskal suatu negara. Tujuan utama

Government Finance Statistic (GFS) adalah untuk memberikan kerangka kerja konseptual dan kerangka

akuntansi yang komprehensif agar dapat digunakan untuk menganalisis dan mengevaluasi kebijakan fiskal suatu

negara, baik di sektor pemerintah maupun di sektor publik yag lebih luas.

Kata Kunci: Government Finance Statistic, Statistik Keuangan Pemerintah

1. PENDAHULUAN

Government Finance Statistic (GFS) atau dalam

Bahasa Indonesia diartikan sebagai Statistik Keuangan

Pemerintah memiliki arti yang sangat penting,

khususnya dalam perencanaan dan pengambilan

keputusan mengenai kebijakan di bidang fiskal.

Statistik keuangan pemerintah disusun berdasarkan

angka-angka yang dituangkan dalam anggaran

pendapatan dan belanja negara (APBN). Penyusunan

statistik keuangan pemerintah harus dapat

memberikan informasi mengenai kegiatan pemerintah

dan kebutuhan dananya serta gambaran dari pengaruh

transaksi pemerintah tersebut terhadap pendapatan

nasional, keadaan moneter dan neraca pembayaran.

Pada tahun 2000 terjadi beberapa perubahan

mendasar pada sistem anggaran. Pertama, perubahan

tahun anggaran dari tahun fiskal (mulai bulan April

dan berakhir pada bulan Maret) menjadi tahun

kalendar (Januari sampai dengan Desember). Pada

masa transisi pada tahun 2000, pelaksanaan APBN

hanya berlangsung selama 9 (sembilan) bulan. Kedua,

perubahan sistem anggaran dari anggaran berimbang

menjadi anggaran defisit, yang menyebabkan format

APBN mengalami penyesuaian dari bentuk T-account

menjadi I-account. Pada format I-account, catatan

penerimaan, pengeluaran dan pembiayaan anggaran

diletakkan dalam satu kolom. Format I-account secara

garis besar dikelompokkan menjadi 2 bagian, yaitu

bagian atas (above the line) mencatat besarnya

penerimaan dan pengeluaran negara, dan bagian

bawah (below the line) mencatat besarnya pembiayaan

anggaran. Ketiga, dilakukan reklasifikasi beberapa

jenis penerimaan dan pengeluaran negara.

Reklasifikasi tersebut dimaksudkan untuk

menyamakan penggelompokkan anggaran sesuai

dengan yang berlaku internasional, khususnya

penerimaan pembangunan dan pembayaran pokok

utang menjadi bagian dari pembiayaan anggaran.

Keempat, penambahan beberapa item baru dalam

rangka mengantisipasi pelaksanaan desentralisasi

fiskal pada tahun 2001 (sebagai implementasi dari

Undang-undang Nomor 25 tahun 1999 tentang

Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah),

yaitu dengan munculnya penerimaan sumber daya

alam serta memisahkan antara penerimaan sumber

daya migas dan pajak penghasilan migas. Dengan

perbedaan struktur penerimaan dan pengeluaran

negara pada sistem anggaran yang berimbang dan

dinamis dan sistem yang berlaku secara internasional

menyebabkan tidak dapat diketahui secara langsung

adanya surplus atau defisit anggaran. Dengan adanya

perubahan sistem penganggaran membawa akibat

perlu dilakukan pengembangan statistik keuangan

pemerintah.

Pengembangan statistik keuangan pemerintah juga

dibutuhkan mengingat Indonesia sebagai anggota

International Monetary Fund (IMF), mempunyai

kewajiban secara rutin dan berkala untuk mengirim

data keuangan pemerintah ke IMF yang disusun

berdasarkan panduan statistik keuangan negara

(manual on government finance statistics) yang

dikeluarkan oleh IMF tahun 1986. Hasil dari

penyusunan GFS tersebut secara tahunan diterbitkan

dalam Government Finance Statistics Yearbook

(GFSY). Oleh karena definisi, struktur dan klasifikasi

yang diterapkan oleh IMF tersebut berbeda dengan

Page 2: GFS

statistik keuangan yang tersedia, maka setiap tahun

penyusunan statistik keuangan pemerintah

(Government Finance Statistics/GFS) membutuhkan

waktu yang relatif cukup lama.

Paper ini akan memaparkan definisi, manfaat dan

penerapan Government Finance Statistic (GFS) di

Indonesia. Paper ini disusun dalam rangka tugas akhir

individu menjelang pelaksanaan Ujian Akhir Semester

(UAS) pada mata kuliah Akuntansi Pemerintahan.

2. LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Government Finance Statistic

(GFS)

Government Finance Statistic (GFS) atau Statistik

Keuangan Pemerintah merupakan suatu sistem yang

digunakan untuk menghasilkan data pemerintah yang

sejalan dengan standar ekonomi dan statistik

internasional dalam rangka analisis kebijakan fiskal

dan ekonomi makro. Output dari Statistik Keuangan

Pemerintah adalah laporan yang dapat digunakan

dalam sistem statistik dan makro ekonomi

Sebagaimana yang telah diungkap sebelumnya di

pendahuluan, referensi yang digunakan dalam

penyusunan Laporan Statistik Keuangan Pemerintah

adalah Manual Government Finance Statistic (GFS)

yang diterbitkan oleh International Monetary Fund

(IMF).

Dalam Peraturan Direktur Jenderal

Perbendaharaan Nomor : PER-41/PB/2013 disebutkan

bahwa Laporan Statistik Keuangan Pemerintah

Tingkat Wilayah (LSKP-TW) adalah laporan yang

disusun dalam rangka pengambilan kebijakan fiskal

dan makro ekonomi di wilayah kerja Kanwil Ditjen

Perbendaharaan selama suatu periode berdasarkan

klasifikasi Statistik Keuangan Pemerintah yang

sejalan dengan standar internasional yang digunakan

untuk menyusun laporan ekonomi dan statistik, seperti

Sistem Neraca Nasional, Manual Neraca Pembayaran,

Manual Statistik Moneter dan Keuangan.

Laporan Statistik Keuangan Pemerintah Tingkat

Wilayah (LSKP-TW) terdiri dari :

1. Laporan Statistik Keuangan Pemerintah Pusat

Tingkat Wilayah (LSKPP-TW). LSKPP-TW

disusun berdasarkan mapping Bagan Akun Standar

dan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tingkat

Wilayah di wilayah kerja Kanwil Ditjen

Perbendaharaan selama suatu periode ke dalam

klasifikasi Statistik Keuangan Pemerintah;

2. Laporan Statistik Keuangan Pemerintah Daerah

(LSKPD). LSKPD disusun berdasarkan mapping

Bagan Akun Standar dan Laporan Keuangan

Pemerintah Daerah Konsolidasian ke dalam

klasifikasi Statistik Keuangan Pemerintah selama

suatu periode di wilayah kerja Kanwil Ditjen

Perbendaharaan;

3. Laporan Statistik Keuangan Pemerintah Umum

Tingkat Wilayah (LSKPU-TW). LSKPU-TW

disusun berdasarkan konsolidasi antara Laporan

Statistik Keuangan Pemerintah Pusat Tingkat

Wilayah (LSKPP-TW) dan Laporan Statistik

Keuangan Pemerintah Daerah (LSKPD), atau

berdasarkan mapping Laporan Keuangan

Pemerintah Konsolidasian Tingkat Wilayah ke

dalam klasifikasi Statistik Keuangan Pemerintah

selama suatu periode di wilayah kerja Kanwil

Ditjen Perbendaharaan.

2.2. Tujuan dan Kegunaan Government Finance

Statistic (GFS)

Tujuan utama Government Finance Statistic (GFS)

adalah menyediakan kerangka konseptual dan

akuntansi yang komprehensif yang cocok untuk

analisis dan evaluasi kebijakan fiskal, khususnya

kinerja sektor pemerintahan umum dan publik sektor

suatu negara.

Kegunaan Government Finance Statistic (GFS) :

a. GFS sebagai pelaporan dengan tujuan khusus

(specific purpose reporting)

GFS sebagai pelaporan dengan tujuan khusus

disusun dalam rangka pengambilan kebijakan

Page 3: GFS

ekonomi baik fiskal maupun moneter, sehingga

fokus GFS adalah menyampaikan informasi yang

sesuai dengan kebutuhan pengguna tertentu yaitu

para pengambil kebijakan fiskal dan makro

ekonomi.

b. GFS sebagai pelaporan yang komprehensif dan

terintegrasi

GFS menyediakan data yang komprehensif atas

aktivitas ekonomi dan keuangan pemerintah yang

dapat digunakan untuk analisis serta evaluasi

kebijakan fiskal dan makro ekonomi, seperti :

– analisis sektor publik dan sumbangannya

terhadap perekonomian seperti permintaan,

investasi dan tabungan agregat

– analisis pengaruh kebijakan fiskal terhadap

ekonomi, termasuk sumber daya yang

digunakan, beban pajak, kondisi keuangan, dan

utang nasional

– analisis efektivitas pengeluaran terhadap

pengentasan kemiskinan dan kesinambungan

kebijakan fiskal.

GFS dapat menghasilkan informasi kinerja

keuangan, posisi keuangan, dan likuiditas

pemerintah dengan cakupan yang lebih luas  dan

terkonsolidasi. Cakupan sektor dalam GFS dapat

dilihat pada gambar berikut :

c. GFS sebagai Jembatan antara akuntansi, ekonomi

dan statistik

Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) dan

Laporan Keuangan Pemerintah Darah (LKPD)

disusun sesuai dengan Standar Akuntansi

Pemerintah sehingga hanya dapat dimengerti oleh

para akuntan atau pengguna non akuntan yang

mengerti akuntansi.

GFS didesain untuk menjadi jembatan antara data

akuntansi dengan kebutuhan analisis dan evaluasi

kebijakan fiskal dan makro ekonomi sehingga

akan lebih mudah dimengerti oleh penggunanya.

GFS dikembangkan sejalan dengan standar

internasional yang digunakan dalam menyusun

laporan ekonomi dan statistik seperti System of

National Accounts-SNA), The Balance of

Payments Manual, The Monetary and Financial

Statistics Manual.

2.3. Dasar Hukum Penerapan Government

Finance Statistic (GFS) di Indonesia

Dasar hukum penerapan Government Finance

Statistic (GFS) di Indonesia adalah :

1. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Negara mengamanatkan agar laporan keuangan

pemerintah dapat menghasilkan statistik keuangan

yang mengacu kepada manual Statistik Keuangan

Pemerintah sehingga dapat memenuhi kebutuhan

analisis kebijakan dan kondisi fiskal, pengelolaan

dan analisis perbandingan antarnegara;

2. Laporan hasil reviu BPK atas pelaksanaan

transparansi fiskal tahun 2010 meng-highlight

signifikansi dari statistik keuangan pemerintah

melalui reviu atas unsur transparansi fiskal:

a. Fungsi pemerintah secara keseluruhan belum

terlihat karena laporan Laporan Keuangan

Pemerintah Daerah (LKPD) belum terintegrasi

dengan LKPP.

b. Pemerintah belum sepenuhnya dapat

menyajikan informasi fiskal mengenai, antara

Page 4: GFS

lain, integrasi posisi fiskal nasional (gabungan

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah).

Laporan Keuangan Pemerintah Pusat

merupakan konsolidasi dari laporan keuangan

kementerian/lembaga, namun belum termasuk

laporan keuangan pemerintah daerah.

3. PP 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi

Pemerintahan (SAP) yang menggantikan PP 24

tahun 2005. Pasal 6 ayat (2) PP Nomor 71 Tahun

2010 mengatur bahwa pemerintah menyusun

Pedoman Umum Sistem Akutansi Pemerintah

yang akan menjadi acuan untuk penyusunan

Sistem Akuntansi Pemerintah pusat dan daerah,

yang diperlukan dalam rangka mewujudkan

konsolidasi fiskal dan statistik keuangan

pemerintah secara nasional;

4. PMK 238/PMK.05/2011 Tentang Pedoman Umum

Sistem Akuntansi Pemerintahan. Pedoman Umum

Sistem Akuntansi Pemerintahan (PUSAP) menjadi

acuan pengembangan sistem akuntansi berbasis

akrual pemerintah pusat dan pemerintah daerah

dalam rangka menciptakan keseragaman untuk

mendukung penyusunan konsolidasi fiskal dan

statistik keuangan pemerintah;

5. PMK No. 169/PMK.01/2012 tentang Organisasi

Dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat

Jenderal Perbendaharaan;

6. PMK No. 275/PMK.05/2014 tentang Manual

Statistik Keuangan Pemerintah Indonesia;

7. Perdirjen No. 41/PB/2013 tentang Petunjuk Teknis

Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah

Konsolidasian Tingkat Wilayah dan Laporan

Statistik Keuangan Pemerintah Tingkat Wilayah

pada Kanwil Ditjen Perbendaharaan.

3. PEMBAHASAN

3.1. Hubungan antara Laporan GFS dan laporan

akuntansi

Peranan GFS sebagai pendukung dalam

pengambilan kebijakan fiskal dan makro ekonomi

dapat tercermin dari outputnya. Laporan GFS terdiri

dari Laporan Operasi Pemerintah (Statement of

Government Operations), Laporan Arus Ekonomi

Lainnya (Statement of Other Economic Flows),

Neraca (Balance Sheet) dan Laporan Arus Kas

(Statement of Sources and Uses of Cash). Walaupun

nama laporan yang dihasilkan GFS sama dengan

laporan akuntansi, cara penyajian dan penggunaannya

berbeda.

Perhitungan surplus/defisit pada Laporan Operasi

Pemerintah yang dihasilkan GFS dan Laporan

Operasional (LO) sama-sama berasal dari pendapatan

dikurangi dengan beban, namun terdapat struktur

pendapatan dan beban yang berbeda sehingga angka

surplus/defisit yang dihasilkan juga berbeda.

Contohnya, pengakuan penjualan aset tetap diakui

sebagai pendapatan dalam akuntansi, sedangkan GFS

mengakui transaksi tersebut sebagai transaksi

perolehan neto aset tetap.

Perbedaan lainnya, Laporan Operasi Pemerintah

melaporkan penggunaan surplus/defisit untuk

membiayai transaksi pembelian aset non keuangan

seperti aset tetap dan persediaan. Sedangkan, dalam

akuntansi, transaksi-transaksi tersebut merupakan

belanja. Transaksi pembelian aset tetap merupakan

belanja modal dan transaksi pembelian persediaan

merupakan belanja barang.

Laporan Arus Ekonomi Lain mengikhtisarkan

perubahan-perubahan dalam aset, kewajiban dan

kekayaan bersih yang tidak berasal dari transaksi,

seperti perubahan harga dan volume aset. Laporan ini

tidak ada dalam akuntansi karena semua peristiwa

yang memiliki pengaruh keuangan pada laporan

keuangan merupakan transaksi.

GFS membedakan antara transaksi dengan arus

ekonomi lainnya. GFS mendefinisikan transaksi

sebagai interaksi antara dua pihak berdasarkan

kesepakatan bersama. Jika terdapat peristiwa yang

Page 5: GFS

memiliki pengaruh keuangan namun tidak terjadi

berdasarkan kesepakatan bersama, maka peristiwa

tersebut dicatat sebagai arus ekonomi lainnya.

Contohnya, perubahan nilai tukar uang yang terjadi

karena pengaruh kekuatan pasar atau kerusakan

gedung akibat bencana alam. Pembedaan transaksi

dan arus ekonomi lainnya diperlukan dalam GFS

karena transaksi dan arus ekonomi lainnya memiliki

pengaruh yang berbeda dalam analisis ekonomi.

Neraca akuntansi dan Neraca GFS sama-sama

melaporkan aset, kewajiban dan kekayaan bersih,

namun dengan cara dan penyajian yang berbeda.

Neraca akuntansi menyajikan aset dalam aset lancar

dan non lancar, sedangkan Neraca GFS menyajikan

aset keuangan dan non keuangan. Kewajiban disajikan

dalam neraca akuntansi sebagai kewajiban jangka

pendek dan kewajiban jangka panjang, sedangkan

kewajiban dalam Neraca GFS diklasifikasikan

berdasarkan residensi (tempat kedudukan)

krediturnya: apakah krediturnya bertempat kedudukan

di dalam negeri atau luar negeri.

Informasi residensi kreditur bermanfaat pada saat

menganalisis risiko dan kesinambungan

perekenomian, misalnya struktur utang dengan

komposisi utang luar negeri yang besar memiliki

risiko yang lebih tinggi karena adanya perbedaan

karakter dan kepentingan antara kreditur domestik

dengan kreditur asing, selain meningkatnya risiko

gagal bayar utang karena lonjakan nilai tukar. Selain

itu, Neraca GFS menganut konsep counterpart, yang

berarti setiap kewajiban yang dimiliki oleh debitur

pasti terkait dengan aset keuangan yang dimiliki oleh

kreditur, misalnya utang bunga yang dicatat pada buku

debitur terkait dengan piutang bunga yang dicatat oleh

kreditur. Informasi ini bermanfaat pada saat

menganalisis hubungan keuangan antara sektor dalam

perekonomian.

3.2. Perkembangan dan Penerapan GFS di

Indonesia

Sejak reformasi pengelolaan keuangan negara

digulirkan, pemerintah telah melakukan upaya-upaya

penyusunan Laporan GFS meskipun laporan tersebut

masih bersifat parsial dan belum terintegrasi dengan

Sistem Akuntansi Pemerintahan. Direktorat Jenderal

Perbendaharaan Kementerian Keuangan telah

menyusun Laporan Statistik Keuangan Pemerintah

dari tahun 2008.

Dalam perkembangannya, Pemerintah Indonesia

akan mengadapatasi GFS Manual 2014 (dan

revisinya), serta menyesuaikannya dengan kondisi dan

kebutuhan Pemerintah Indonesia. Beberapa

pengaturan dalam Manual Statistik Keuangan

Pemerintah Indonesia akan berbeda dengan GFS

Manual 2014 dikarenakan adanya perbedaan

pengaturan dengan Standar Akuntansi Pemerintahan

(SAP) dan sistem akuntansi pemerintah. Perbedaan-

perbedaan tersebut akan diminimalisir untuk

mendukung penyusunan Laporan Statistik Keuangan

Pemerintah. Perbedaan yang tidak dapat diselesaikan

akan diungkapkan dalam penyusunan Laporan

Statistik Keuangan Pemerintah

Laporan Statistik Keuangan Pemerintah disusun

dari konsolidasi statistik keuangan pemerintahan,

yaitu Konsolidasi fiskal dan statistik keuangan

Pemerintah yang merupakan penggabungan data

keuangan antara Pemerintah Pusat (LKPP) dan

Pemerintah Daerah (LKPD) untuk kebutuhan

informasi fiskal dan statistik secara nasional.

Konsolidasi ini dilakukan bukan dalam rangka

pertanggungjawaban, melainkan untuk keperluan

statistik keuangan pemerintah.

Penyusun dan pengguna Statistik Keuangan

Pemerintah

Penyusun GFS terdiri dari :

1. Sektor Pemerintah Umum

1. Kementerian Keuangan, menyediakan :

Page 6: GFS

Data Pemerintah Pusat; Data Pemerintah

Daerah; Laporan Konsolidasi dan Laporan

GFS.

Menurut PMK Nomor 184/PMK.01/2010

tentang Organisasi dan Tata Kerja

Kementerian Keuangan, fungsi penyusunan

statistik keuangan pemerintah terkait dengan

beberapa tugas dan fungsi yang dijalankan

oleh beberapa direktorat jenderal pada

Kementerian Keuangan, yaitu: , DJPB c.q.

Direktorat Akuntansi dan Pelaporan

Keuangan, DJPK c.q. Direktorat Evaluasi

Pendanaan dan Informasi Keuangan Daerah,

DJA c.q. Direktorat Penyusunan APBN, dan

DJPU c.q. Direktorat Evaluasi, Akuntansi

dan Settlement

2. Kementerian Dalam Negeri, menyediakan :

data Pemerintah Daerah

2. Sektor Publik

a. Bank Indonesia, menyediakan : data Bank

Indonesia

b. Kementerian BUMN, menyediakan : data

perusahaan negara/BUMN

Pengguna GFS terdiri dari :

1. Otoritas penganggaran Pusat maupun daerah dapat

menggunakan data GFS dalam kebijakan

pengalokasian anggaran pemerintah, misalnya data

belanja per fungsi

2. Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan dapat

menggunakan data GFS sebagai salah satu

pertimbangan dalam perhitungan dana

perimbangan

3. Badan Kebijakan Fiskal dapat menggunakan data

GFS dalam penyusunan kebijakan fiskal secara

menyeluruh yang mencakup semua sektor dalam

ekonomi

4. Badan Pusat Statistik dapat menggunakan data

GFS dalam pernyusunan data statistik nasional

5. Bank Indonesia dapat menggunakan data GFS

untuk menyusunan laporan statistik moneter

6. Lembaga rating (seperti Moodys dan Standard and

Poors) adalah suatu perusahaan yang menyediakan

penilaian rating untuk penerbit obligasi. Mereka

dapat menggunakan data keuangan pemerintah

dalam analisis untuk menentukan apakah suatu

pemerintah mempunyai kemampuan keuangan

yang baik dan berkelanjutan (misalnya kebijakan

fiskal yang transparan, tingkat utang yang rendah,

defisit anggaran yang rendah)

7. Pengguna lain, seperti Kementerian Dalam Negeri

dan IMF

Jenis dan Periode pelaporan Statistik Keuangan

Pemerintah

Seperti yang telah dibahas sebelumnya, Laporan

Statistik Keuangan Pemerintah terdiri dari Laporan

Operasi Pemerintah (Statement of Government

Operations), Laporan Arus Ekonomi Lainnya

(Statement of Other Economic Flows), Neraca

(Balance Sheet) dan Laporan Arus Kas (Statement of

Sources and Uses of Cash).

Laporan Operasi Pemerintah mencatat hasil dari

semua transaksi selama periode akuntansi, yang

diklasifikasikan menjadi pendapatan, biaya, perolehan

bersih dari aset non keuangan (net acquisitions of

nonfinancial assets), perolehan bersih dari aset

keuangan (net acquisitions of financial assets), atau

kewajiban bersih (net incurrences of liabilities).

Laporan Arus Ekonomi Lainnya meliputi

perubahan harga dan berbagai kejadian ekonomi

lainnya yang mempengaruhi aset dan kewajiban,

seperti penghapusan utang dan kerugian. Laporan ini

mengikhtisarkan perubahan-perubahan dalam aset,

kewajiban dan kekayaan bersih (net worth).

Neraca pemerintah umum atau sektor publik

adalah laporan posisi aset keuangan dan non keuangan

yang dimiliki, kumpulan klaim terhadap pemilik aset

Page 7: GFS

tersebut dalam bentuk kewajiban, dan kekayaan bersih

sektor tersebut

Laporan Arus Kas menunjukkan total kas yang

dihasilkan atau digunakan dalam aktivitas operasi,

transaksi aset non keuangan dan transaksi yang

melibatkan aset keungan dan kewajiban selain kas

Periode pelaporan Statistik Keuangan Pemerintah :

a. Bulanan : Laporan Operasional Pemerintah Pusat

b. Triwulanan :

• Laporan Operasional Pemerintah Pusat

• Laporan Operasional Konsolidasian

Pemerintah Daerah (survey dan estimasi)

c. Semesteran :

• Laporan Operasional Konsolidasian

Pemerintah Pusat dan Daerah

• Neraca Konsolidasian Pemerintah Pusat dan

Daerah

• Laporan Arus Kas Konsolidasian Pemerintah

Pusat dan Daerah

d. Tahunan :

• Laporan Operasional Konsolidasian

Pemerintah Pusat dan Daerah, serta Laporan

Operasional Sektor Publik

• Neraca Konsolidasian Pemerintah Pusat dan

Daerah, serta Neraca Sektor Publik

• Laporan Arus Kas Konsolidasian Pemerintah

Pusat dan Daerah, serta Laporan Arus Kas

Sektor Publik

Proses Kompilasi Data GFS di Indonesia

Proses Kompilasi Data GFS di Indonesia :

1. Lingkup institusi dan sektor

Langkah pertama kompilasi data statistik adalah

pendefinisian sektor publik, yang meliputi unit

sektor pemerintah umum dan sektor korporasi

publik. Untuk tujuan analitis, masing-masing

sektor dapat dibagi ke dalam subsektor.

Klasifikasi sektor menurut Statistik Keuangan

Pemerintah dapat dilakukan dengan menggunakan

Pohon Keputusan Klasifikasi Sektor Publik, yang

menggunakan konsep residen, unit institusi,

pengendalian dan produsen pasar versus non pasar

untuk mengklasifikasikan Sektor Publik.

2. Seleksi sumber data

Data yang dibutuhkan dalam Statistik Keuangan

Pemerintah adalah klasifikasi detail :

• Pendapatan menurut jenis

• Beban menurut jenis (klasifikasi ekonomi)

• Transaksi aset dan kewajiban

• Aset non keuangan menurut jenis aset

• Aset dan kewajiban keuangan menurut jenis

instrumen

• Keuntungan/kerugian atau perubahan volume

aset dan kewajiban (jenis)

• Aset dan kewajiban dalam Neraca (jenis)

• Pengeluaran berdasarkan fungsi

pemerintahan

• Transaksi dalam aset dan kewajiban

keuangan menurut sektor dari pihak

counterpart

• Total arus ekonomi lain dalam aset dan

kewajiban (jenis)

3. Kompilasi GFS

3.1 Klasifikasi dan derivasi

BAS akuntansi berbeda dengan BAS GFS.

Oleh karena itu diperlukan mapping untuk

menyajikan BAS GFS dengan menggunakan

informasi yang berasal dari Sistem

Akuntansi. Diperlukan kebijakan /manual

yang mengatur mengenai mapping dan

eliminasi akun resiprokal yang tidak sama

serta dibutuhkan data BAS detail untuk

memastikan ketepatan mapping. Ada 3 jenis

mapping yaitu :

a. Mapping one-to-one, satu akun pada BAS

akuntansi menjadi satu akun pada BAS

GFS;

b. Mapping many-to-one, beberapa akun

pada BAS akuntansi menjadi satu akun

pada BAS GFS, contohnya kumpulan

Page 8: GFS

akun Pendapatan PPh Non-Migas menjadi

akun taxes – Payable by Individuals;

c. Mapping one-to-many, satu akun pada

BAS akuntansi menjadi beberapa akun

pada BAS GFS, contohnya akun

Pendapatan Hibah Luar Negeri –

Multilateral menjadi akun Grants – from

International Organizations - Current dan

Grants – from International Organizations

- Capital.

Sistem akuntansi saat ini tidak mencatat kode

pihak kedua yang menjadi partner transaksi

sehingga menimbulkan kesulitan dalam

identifikasi akun resiprokal antar sektor, yaitu

atas :

a. Pemerintah Pusat dan Pemda (utang

piutang)

b. Pemerintah dan Bank Indonesia (surat

utang dan uang kas)

c. Pemerintah dan BUMN (simpanan

pemerintah di Bank BUMN)

d. BUMN (simpanan dan utang BUMN di

Bank BUMN)

e. BUMN dan Bank Indonesia (deposit

Bank BUMN di BI, utang BUMN ke BI)

3.2 Konsolidasi

Terdapat dua pilihan konsolidasi pemerintah

pusat dan daerah, yaitu konsolidasi akuntansi

dan konsolidasi statistik keuangan

pemerintahan. Konsolidasi akuntansi diatur

dalam PSAP 11. Prosedur konsolidasi dalam

PSAP 11 dilaksanakan dengan cara

menggabungkan dan menjumlahkan akun

yang diselenggarakan oleh entitas pelaporan

dengan entitas pelaporan lainnya

dengan/tanpa mengeliminasi akun timbal

balik (reciprocal accounts). Apabila

eliminasi tersebut belum memungkinkan,

maka nama akun dan estimasi besaran jumlah

akun timbal balik diungkapkan dalam CaLK..

Seperti PSAP 11, penerapan manual Statistik

Keuangan Pemerintah juga mensyaratkan

adanya konsolidasi laporan keuangan

pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Hal

yang harus diperhatikan dalam konsolidasi

adalah identifikasi akun timbal balik

(reciprocal accounts).

Untuk jangka pendek, mapping dan konsolidasi

GFS akan dilakukan secara manual/excel. Untuk

jangka menengah, mapping ke GFS untuk

pemerintah pusat akan dilakukan pada SPAN dan

mapping ke GFS untuk pemerintah daerah akan

dilakukan pada SIKD. Ilustrasi dapat dilihat pada

gambar berikut :

Selanjutnya akan dikembangkan sistem/aplikasi

konsolidasian antara SPAN dan SIKD. Pengembangan

dapat dijadikan sebagai extension dari SPAN atau

dengan aplikasi konsolidasian terpisah.

Permasalahan, Hambatan dan Kendala Penerapan

GFS di Indonesia

Permasalahan, hambatan dan kendala yang dihadapi

dalam penerapan GFS di Indonesia :

a. Masih terdapat gap antara sistem akuntansi

pemerintah dengan requirement yang

diharapkan Statistik Keuangan pemerintah;

b. Belum terintegrasinya seluruh sistem yang

diperlukan, seperti :

Page 9: GFS

• Sistem penganggaran belum terintegrasi

sepenuhnya dengan sistem akuntansi dan

pelaporan;

• Laporan Statistik Keuangan Pemerintah

belum terintegrasi dengan sistem

akuntansi pemerintah;

c. Masih adanya kendala dalam proses

sinkronisasi standar akuntansi pemerintahan

dengan statistik keuangan pemerintah.

Klasifikasi dan penilaian yang berbeda antara

Laporan Keuangan Pemerintah Pusat dan

Pemerintah Darah dengan Laporan Statistik

Keuangan Pemerintah menyebabkan perlu

dilakukannya maping dari nama akun di

laporan keuangan ke akun di statistik

keuangan pemerintah. Selain itu, terdapat

beberapa perbedaan antara Permendagri 13

tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan

Keuangan Daerah dengan Government

Finance Statistics (GFS) yang merupakan

standar laporan statistik keuangan pemerintah

yang disusun berdasarkan pedoman

internasional. Perbedaan tersebut antara lain

mencakup sebagian akun di Permendagri 13

tahun 2006 belum sejalan dengan bagan akun

standar pemerintah pusat, klasifikasi

investasi, serta pengaturan pengeluaran

mengenai aktiva tetap dan tidak tetap;

d. Perbedaan persepsi mengenai Statistik

Keuangan pemerintah antara penyusun dan

pengguna laporan Statistik Keuangan

pemerintah mengenai konsep dan manfaat

Statistik Keuangan pemerintah. Selain itu,

belum ada identifikasi dan koordinasi

stakeholders Statistik Keuangan pemerintah

secara komprehensif, baik penyusun maupun

pengguna informasi;

e. Belum adanya petunjuk teknis secara detail

mengenai cakupan dan proses Statistik

Keuangan pemerintah (sektor dan unit), dan

Standard Operating Procedure (SOP) yang

jelas terkait alur data, proses mapping dan

konsolidasi, serta pihak yang diserahi

tanggung jawab untuk melaksanakannya;

f. Kesulitan dalam konsolidasi data yang

disebabkan :

• banyaknya variasi sumber data yang akan

digunakan dalam GFS;

• adanya perbedaan antara sistem akuntansi

pemerintah pusat dan sistem akuntansi

pemerintah daerah;

• keterlambatan penyampaian data dari

pemerintah daerah;

• Praktek keuangan negara/daerah yang

beragam menghasilkan kualitas laporan

yang berbeda pula. Masalah ini dapat

diakibatkan karena informasi yang

terbatas dalam hubungan keuangan

Kementerian/Lembaga dengan Pemda

maupun hubungan keuangan antar pemda

4. KESIMPULAN DAN SARAN

Statistik keuangan pemerintah merupakan

jembatan antara informasi akuntansi dan sistem

statistik makro ekonomi. Penerapan sistem akuntansi

dan statistik keuangan pemerintah secara bersamaan

akan menghasilkan dua laporan, pertama laporan

keuangan untuk pertanggungjawaban dan kedua

laporan statistik keuangan pemerintah untuk

pengambilan kebijakan fiskal.

Statistik keuangan pemerintah akan memberikan

manfaat sebagai gambaran perkembangan kegiatan

pemerintah apabila cakupan dalam setiap komponen

keuangan pemerintah konsisten setiap tahunnya.

Saran yang dapat disampaikan oleh Penulis :

1. Tersedianya data series APBN tahunan dengan

format dan struktur yang sama pada setiap tahun

anggaran untuk efisiensi pemenuhan permintaan

Page 10: GFS

data keuangan pemerintah dari berbagai pihak

yang membutuhkan;

2. Tersedianya perangkat lunak/software yang secara

langsung dapat menghubungkan komponen-

komponen penerimaan dan pengeluaran yang sama

pada tabel-tabel GFS (linked table) sebagai wujud

dari efisiensi dan konsistensi pengisian data GFS;

3. Pihak penyusun laporan sebaiknya membuat

catatan pada pos-pos tertentu yang mengandung

asumsi atau penyesuaian (adjustment) serta

catatan yang berisi cross check antara GFS dan

APBN untuk mengetahui kebenaran memasukkan

data penerimaan dan pengeluaran, untuk menjaga

konsistensi penyusunan GFS tahun berikutnya;

4. Pembatasan keberagaman kebijakan akuntansi

antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

untuk mempermudah proses konsolidasi data

keuangan;

5. Peningkatan koordinasi antara stakeholders GFS,

baik yang berfungsi sebagai penyusun maupun

pengguna laporan;

6. Peningkatan komitmen dan konsistensi untuk

melakukan harmonisasi peraturan, baik vertikal

maupun horizontal, di semua tingkatan

pemerintahan. Isi Permendagri 13 tahun 2006

dapat ditelaah kembali agar mengacu pada standar

akuntansi pemerintahan yang berlaku.

Penyempurnaan klasifikasi akun perlu dilakukan,

terutama di pemerintah daerah yang mengacu pada

international best practices, yaitu GFS;

7. Pemerintah Daerah diwajibkan menyampaikan

data secara lengkap dan tepat waktu ke Pemerintah

Pusat dalam rangka penyusunan Laporan Statistik

Keuangan Pemerintah sesuai dengan PMK Nomor

04/PMK.07/2011 tentang Tata Cara Penyampaian

Informasi Keuangan Daerah dan revisinya.

DAFTAR REFERENSI

[1] Perdirjen No. 41/PB/2013 tentang Petunjuk

Teknis Penyusunan Laporan Keuangan

Pemerintah Konsolidasian Tingkat Wilayah dan

Laporan Statistik Keuangan Pemerintah Tingkat

Wilayah pada Kanwil Ditjen Perbendaharaan

[2] PMK No. 275/PMK.05/2014 tentang Manual

Statistik Keuangan Pemerintah Indonesia

[3] PMK Nomor 04/PMK.07/2011 tentang Tata Cara

Penyampaian Informasi Keuangan Daerah dan

revisinya

[4] http://www.bppk.kemenkeu.go.id/bppklama/

index.php/id/berita/1137-orasi-ilmiah-statistik-

keuangan-pemerintah-republik-indonesia-proses-

penyusunan-dan-kendala-yang-dihadapinya

(diakses tanggal 8 Februari 2015)

[5] http://www.perbendaharaan.go.id/new/?

pilih=hal&id=41

(diakses tanggal 8 Februari 2015)

[6] http://www.perbendaharaan.go.id/new/?

pilih=hal&id=43

(diakses tanggal 8 Februari 2015)

[7] http://www.wikiapbn.org/statistik-keuangan-

pemerintah/

(diakses tanggal 8 Februari 2015)