GFS Kelas 7C Khusus Absen 12

16

Transcript of GFS Kelas 7C Khusus Absen 12

Manfaat dan Kendala Penerapan Government Finance Statistic (GFS) di Indonesia

MANFAAT DAN KENDALA PENERAPAN GOVERNANCE FINANCE STATISTIC (GFS) DI INDONESIA

1. PENDAHULUAN1.1 Latar BelakangGovernment Finance Statistics (GFS), atau di Indonesia dikenal dengan istilah Statistik Keuangan Pemerintah, telah menjadi agenda reformasi manajemen keuangan pemerintah sejak terbitnya paket undang-undang keuangan negara. GFS telah diamanatkan pada Penjelasan atas UU No. 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara yang mengatur bahwa perlu ditetapkan ketentuan agar laporan keuangan pemerintah dapat menghasilkan statistik keuangan yang mengacu pada manual Statistik Keuangan Pemerintah. Amanat tersebut kemudian diterjemahkan lebih jauh ke dalam PP No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), yang mengamanatkan konsolidasi fiskal dan statistik keuangan pemerintah.Sehubungan dengan keanggotaan Indonesia di IMF dan G20, menyampaikan laporan GFS adalah kewajiban setiap negara anggota IMF dalam rangka pelaksanaan tugas IMF dalam memantau perekonomian dan kebijakan keuangan dunia dan sebagai rekomendasi forum negara G20 agar diterapkan dalam rangka menyelesaikan permasalahan kesenjangan ketersediaan data untuk keperluan analisis dan evaluasi kebijakan fiskal dan makro ekonomi. Data GFS juga telah menjadi salah satu persyaratan yang diminta oleh lembaga rating pada saat melakukan penilaian rating. Bagi negera seperti Indonesia, penilaian rating masih diperlukan dalam upaya menarik investor luar negeri ke Indonesia.Melihat kebutuhan akan laporan keuangan pemerintah konsolidasian tersebut, sejak reformasi pengelolaan keuangan negara digulirkan, pemerintah telah melakukan upaya-upaya penyusunan Laporan Statistik Keuangan Pemerintah. Terbitnya PP No. 71 Tahun 2010 memberikan dasar hukum untuk konsolidasi fiskal dan statistik keuangan pemerintah di Indonesia. PP tersebut juga mengamanatkan penerapan akuntansi berbasis akrual paling lambat pada tahun 2015, yang sejalan dengan basis akrual yang diterapkan dalam sistem statistik dan ekonomi makro secara internasional termasuk Statistik Keuangan Pemerintah yang diatur dalam Manual Statistik Keuangan Pemerintah (Governent Finance Statistics Manual) 2014.Dalam rangka penerapan Statistik Keuangan Pemerintah, Pemerintah Indonesia juga telah melakukan exercise penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian Tahun 2008-2013, baik secara akuntansi maupun secara Statistik Keuangan Pemerintah, exercise Laporan Statistik Keuangan Pemerintah Sektor Publik 2010-2012 serta Statistik Utang Sektor Publik Indonesia tahun 2007-2013. Upaya tersebut telah memberikan gambaran mengenai proses konsolidasi laporan keuangan pemerintah pusat dan pemerintah daerah, proses konsolidasi sektor publik serta permasalahan dalam konsolidasi sektor pemerintah umum maupun sektor publik, yang kemudian menjadi pertimbangan dalam proses penyusunan Manual dan Sistem Statistik Keuangan Pemerintah Indonesia. Dan pada akhirnya pada tahun 2014, pemerintah telah menetapkan PMK Nomor 275/PMK.05/2014 tentang Manual Statistik Keuangan Indonesia.

1.2 Rumusan MasalahMelihat kebutuhan dan dorongan atas penerapan GFS, bila diulas lebih tajam, apa saja manfaat yang bisa diperoleh Indonesia dengan penerapan GFS, bagaimana penerapannya, dan apa kendala yang ditemui oleh Pemerintah.1.3 Tujuan PenulisanMengetahui manfaat dari penerapan GFS, desain penerapan, dan kendala penerapannya di Indonesia.

2. HASIL DAN PEMBAHASAN2.1 GFS dan Konsolidasi Statistik Keuangan PemerintahTerdapat dua jenis konsolidasi pemerintah pusat dan daerah, yaitu konsolidasi akuntansi dan konsolidasi statistik keuangan pemerintahan. Konsolidasi fiskal dan statistik keuangan Pemerintah merupakan penggabungan data keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah untuk kebutuhan informasi fiskal dan statistik secara nasional. Konsolidasi tersebut dilakukan bukan dalam rangka pertanggungjawaban, melainkan untuk keperluan statistik keuangan pemerintah. Dalam upaya melakukan konsolidasi statistic keuangan pemerintah inilah pemerintah menggunakan GFS.Dalam PMK Nomor 275/PMK.05/2014, Governance Fnance Statistik (GFS) atau Statistik Keuangan Pemerintah didefinisikan sebagai suatu sistem pelaporan yang menghasilkan data yang komprehensif atas aktivitas ekonomi dan keuangan pemerintah dan sektor publik yang dilaksanakan dengan mengacu pada Manual Statistik Keuangan Pemerintah Indonesia. Referensi yang digunakan dalam penyusunan Manual Statistik Keuangan Pemerintah Indonesia adalah Manual GFS yang diterbitkan oleh IMF.2.2 Desain Statistik Keuangan PemerintahStatistik Keuangan Pemerintah dilaksanakan dengan mengacu pada Manual Statistik Keuangan Pemerintah Indonesia. Dalam PMK Nomor 275/PMK.05/2014, Manual Statistik Keuangan Pemerintah Indonesia didefinisikan sebagai manual/pedoman yang menyediakan kerangka konseptual dan pelaporan untuk menghasilkan data yang komprehensif atas aktivitas ekonomi dan keuangan pemerintah yang sejalan dengan standar internasional yang digunakan dalam menyusun laporan ekonomi dan statistik seperti Sistem Neraca Nasional (System of National Accounts-SNA), Manual Neraca Pembayaran (The Balance of Payments Manual), dan Manual Statistik Moneter dan Keuangan (The Monetary and Finance Statistics Manual), sebagai acuan dalam melaksanakan Statistik Keuangan Pemerintah, sehingga data Statistik Keuangan Pemerintah dapat digunakan untuk menganalisis dan mengevaluasi kebijakan fiskal, khususnya kinerja sektor pemerintah umum dan sektor publik.Manual Statistik Keuangan Pemerintah Indonesia bertujuan untuk:a. menyediakan kerangka konseptual dan akuntansi yang komprehensif untuk analisis dan evaluasi kebijakan fiskal, khususnya kinerja sektor pemerintahan umum (general governent sector) dan sektor publik (public sector) di Indonesia.b. mengembangkan kerangka dan sistem statistik keuangan pemerintah dalam rangka penyusunan laporan Statistik Keuangan Pemerintah, dengan mempertimbangkan kondisi dan kepentingan Pemerintah Indonesia serta mengkaitkannya dengan standar dan sistem akuntansi pemerintahan yang diterapkan di Indonesia.Manual Statistik Keuangan Pemerintah Indonesia disusun dengan mengacu kepada manual statistik keuangan pemerintah yang berlaku secara internasional setelah diadaptasi dengan kondisi dan kebutuhan pengambilan kebijakan fiskal pemerintah. Entitas yang dicakup dalam Manual Statistik Keuangan meliputi entitas pemerintah pusat, entitas pemerintah daerah, dan entitas korporasi public.Penyusunan Manual Statistik Keuangan Pemerintah Indonesia dilaksanakan dengan memperhatikan:a. Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP);b. Standar Akuntansi Keuangan (SAK);c. Peraturan perunang-undangan.Dalam penyusunan Manual Statistik Keuangan Pemerintah Indonesia, Kementerian Keuangan berkoordinasi dengan para pemangku kepentingan Statistik Keuangan Pemerintah, meliputi:a. Bank Indonesia;b. Badan Pusat Statistik;c. Kementerian Dalam Negeri;d. Kementerian Badan Usaha Milik Negara.Manual Statistik Keuangan Pemerintah Indonesia menjadi acuan penyusunan sistem Statistik Keuangan Pemerintah yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Keuangan. Sistem Statistik Keuangan Pemerintah menghasilkan Laporan Statistik Keuangan Pemerintah yang terdiri dari:a. Laporan Operasional Statistik Keuangan Pemerintah;b. Laporan Arus Ekonomi lainnya;c. Neraca Statistik Keuangan Pemerintah;d. Laporan Sumber dan Penggunaan Kas.Laporan Operasional Statistik Keuangan Pemerintah merupakan laporan yang menyajikan ringkasan transaksi yang berasal dari interaksi yang disepakati bersama antara unit institusi pada suatu periode pelaporan yang mengakibatkan perubahan posisi keuangan. Laporan Arus Ekonomi Lainnya merupakan laporan yang menyajikan perubahan aset, kewajiban, dan kekayaan neto yang berasal dari sumber selain transaksi, yang diklasifikasikan berdasarkan perubahan nilai atau volume aset, kewajiban, dan kekayaan neto.Neraca Statistik Keuangan Pemerintah merupakan laporan yang menyajikan posisi aset, kewajiban, dan kekayaan neto pada akhir periode pelaporan. Laporan Sumber dan Penggunaan Kas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d merupakan laporan yang mencatat arus kas masuk dan arus kas keluar untuk operasi tahun berjalan, transaksi aset non-keuangan, dan transaksi aset keuangan dan kewajiban selain uang dan deposito.

2.3 Manfaat Penerapan GFSDilihat secara umum, penerapan GFS memberikan manfaat sebagai berikut.a. GFS menyediakan informasi untuk para pengambil kebijakan fiskal dan makro ekonomi.GFS dan akuntansi merupakan system pelaporan yang sama-sama memiliki Bagan Akun Standar (BAS) dan menghasilkan laporan. Namun demikian, GFS memiliki perbedaan tujuan dan cakupan jika dibandingkan dengan akuntansi. GFS dapat dikategorikan sebagai pelaporan dengan tujuan khusus (specific purpose reporting) yang disusun dalam rangka pengambilan kebijakan ekonomi baik fiskal maupun moneter. Fokus GFS adalah menyampaikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan pengguna tertentu saja yaitu para pengambil kebijakan fiskal dan makro ekonomi sedangkan akuntansi merupakan pelaporan tujuan umum (general purpose reporting) yang disusun dalam rangka pertanggungjawaban dengan fokus menyampaikan informasi kepada pengguna laporan secara umum. Oleh karena itu, GFS memiliki struktur/klasifikasi BAS dan penyajian laporan yang berbeda dengan akuntansi untuk mendukung pengambilan kebijakan fiskal dan makro ekonomi.Penggunaan data Statistik Keuangan Pemerintah dalam pengembangan kajian fiscal dan ekonomi adalah:a) Dalam Kajian Fiskal Regional, sebagai penyedia data dalam kajian perkembangan ekonomi regional, perkembangan perlaksanaan anggaran pusat di wilayah, dan perkembangan pelaksanaan anggaran daerahb) Dalam Kajian Fiskal Nasional, sebagai penyedia data dalam kajian perkembangan ekonomi nasional dan perkembangan pelaksanaan anggaran pusat dan daerah;c) Dalam Kajian Ekonomi Nasional (Bank Indonesia), sebagai penyedia data dalam kajian perkembangan ekonomi regional, inflasi, moneter, perbankan dan system pembayaran, Ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat, keuangan daerah, dan prospek perekonomian regional.

b. GFS sebagai pelaporan yang komprehensif dan terintegrasiGFS menyediakan data yang komprehensif atas aktivitas ekonomi dan keuangan pemerintah yang dapat digunakan untuk analisis serta evaluasi kebijakan fiskal dan makro ekonomi. GFS dapat menghasilkan, antara lain, informasi kinerja keuangan, posisi keuangan, dan likuiditas pemerintah dengan cakupan yang lebih luas dan terkonsolidasi. GFS dapat mencakup sektor pemerintah umum (general government sector) dan sektor publik (public sectors). Sektor pemerintah umum terdiri dari Pemerintah Pusat dan pemerintah daerah, sedangkan sektor publik terdiri dari sektor pemerintah umum ditambah dengan korporasi publik yang aktivitas utamanya merupakan aktivitas komersial namun masih berada di bawah kendali pemerintah, seperti Badan Usaha Milik Negara/Daerah (BUMN/D). Saat ini, laporan keuangan disusun secara terpisah, baik untuk Pemerintah Pusat, pemerintah daerah maupun Badan Usaha Milik Negara/Daerah (BUMN/D). Hal ini menyebabkan kesulitan untuk melakukan analisis secara komprehensif atas sektor publik di Indonesia. Laporan GFS menyediakan konsolidasi informasi keuangan Pemerintah Pusat dan pemerintah daerah, bahkan Badan Usaha Milik Negara/Daerah, untuk dapat menggambarkan posisi sektor publik di Indonesia secara utuh.

c. GFS menjembatani akuntansi, ekonomi dan statistikLaporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) dan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah, sehingga nafas akuntansi yang melekat di dalamnya hanya dapat dimengerti oleh para akuntan atau pengguna non akuntan yang telah mengerti mengenai akuntansi. GFS didesain untuk menjadi jembatan antara data akuntansi dengan kebutuhan analisis dan evaluasi kebijakan fiskal dan makro ekonomi. GFS dapat menerjemahkan bahasa akuntansi ke dalam bahasa ekonomi dan statistik yang diharapkan akan lebih mudah dimengerti oleh penggunanya. Oleh karena itu, GFS telah dikembangkan sejalan dengan standar yang digunakan dalam bidang akuntansi, maupun ekonomi dan statistik.GFS dapat berfungsi sebagai jembatan untuk akuntansi karena logika konsepsi GFS sejalan dengan prinsip-prinsip akuntansi, seperti basis akrual, double-entry accounting, konsepsi arus (flows) dan posisi (stocks). Kesamaan logika konsepsi GFS dengan akuntansi mempermudah penyusunan laporan GFS karena pemrosesan data keuangan cukup dilakukan sekali melalui sistem akuntansi saja, dan GFS hanya perlu melakukan mapping (reklasifikasi) data akuntansi tersebut ke dalam klasifikasi GFS. GFS juga dikembangkan sejalan dengan standar internasional yang digunakan dalam menyusun laporan ekonomi dan statistik seperti Sistem Neraca Nasional (System of National Accounts - SNA), Manual Neraca Pembayaran (The Balance of Payments Manual), Manual Statistik Moneter dan Keuangan (The Monetary and Financial Statistics Manual).

d. GFS Wilayah sebagai dasar analisis dan evaluasi kebijakan fiskal di daerahSelama ini, data masing-masing pemerintah daerah yang tidak terkonsolidasi menyulitkan dalam melakukan analisis secara komprehensif. GFS wilayah dapat menyediakan informasi kinerja dan posisi keuangan suatu wilayah secara terkonsolidasi, sehingga dapat dilakukan analisis dan kajian yang menghubungkan antara kinerja keuangan pemerintah dengan kondisi perekenomian suatu wilayah. Informasi ini menjadi penting dalam analisis perekonomian, misalnya dalam menganalisis keterkaitan pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah dengan pengeluaran pemerintah sebagaimana dikemukakan oleh para ahli dan pengamat ekonomi. Data GFS wilayah tersebut dapat digunakan baik oleh Pemerintah Pusat dalam menganalisis kebijakan fiskal dalam kaitannya dengan hubungan pusat dan daerah, maupun oleh pemerintah daerah pada saat melakukan perencanaan dan penganggaran di daerahnya. Data GFS dapat digunakan Kanwil DJPB dalam menyusun Kajian Fiskal Regional maupun dalam melakukan spending review daerah. Untuk penyusunan GFS wilayah dibutuhkan kompilasi data Bagan Akun Standar (BAS) detail dan laporan keuangan pemerintah daerah (LKPD). Data-data tersebut akan di-mapping ke dalam BAS GFS sehingga dapat menghasilkan laporan GFS wilayah. Salah satu kesulitan dalam penyusunan laporan GFS wilayah adalah keterlambatan penyampaian data dan kualitas data pemerintah daerah. Ketepatan waktu dalam penyusunan laporan GFS merupakan hal yang tidak dapat ditawar karena pengambilan kebijakan fiskal dan makro ekonomi membutuhkan data yang up-to-date. Kualitas data juga merupakan hal yang krusial karena dapat mempengaruhi kualitas pengambilan kebijakan fiskal dan makro ekonomi. Di sinilah, Kanwil DJPB mempunyai peran strategis untuk meningkatkan ketepatan waktu dan kualitas data pemerintah daerah. Letak geografis Kanwil DJPB, yang didukung dengan forum komunikasi yang telah terjalin antara Kanwil DJPB dengan pemerintah daerah sangat mendukung pelaksanaan peran baru Kanwil DJPB tersebut.

Bila dilihat lebih spesifik berdasarkan pengguna data GFS, maka penerapan GFS memberikan manfaat sebagai berikut.a. Otoritas Penganggaran Pusat dan Daerah dapat menggunakan data GFS dalam kebijakan pengalokasian anggaran pemerintah, misalnya data belanja per fungsi;b. Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan dapat menggunakan data GFS sebagai salah satu pertimbangan dalam perhitungan dana perimbangan;c. Badan Kebijakan Fiskal dapat menggunakan data GFS dalam penyusunan kebijakan fiscal secara menyeluruh yang mencakup semua sector dalam ekonomi;d. Badan Pusat Statistik dapat menggunakan data GFS dalam penyusunan data statistic nasional;e. Bank Indonesia dapat menggunakan data GFS untuk penyusunan laporan statistic moneter;f. Lembaga rating (Moodys dan S&P) dapat menggunakan data keuangan pemerintah dalam analisis kualitas dan kesinambungan kemampuan keuangan;g. Kementerian Dalam Negeri;

2.4 Kendala dalam Penerapan GFSKendala yang ditemui dalam penerapan GFS di Indonesia adalah diantaranya sebagai berikut.a. Masih terdapat gap antara standar/sistem akuntansi pemerintah dengan requirement GFS, misalnya penggunaan nilai pasar dalam GFS dan nilai perolehan dalam akuntansi;b. Laporan GFS belum terintegrasi dengan sistem akuntansi pemerintah;c. Kualitas dan keterlambatan penyampaian data pemerintah daerah;d. Perbedaan sistem akuntansi pemerintah pusat dan sistem akuntansi pemerintah daerah mengakibatkan kesulitan dalam konsolidasi data;e. Perbedaan persepsi mengenai GFS antara penyusun dan pengguna laporan GFS mengenai konsep dan manfaat GFS.f. Belum ada identifikasi dan koordinasi stakeholdersGFS secarakomprehensif, baik yang berfungsi sebagai penyusun maupun pengguna informasi GFS, sepertiKementerian Keuangan,Kementerian Dalam Negeri,Badan Pusat Statistik,Bappenas, danPemerintah Daerah.g. Belum ada pengaturan mengenai cakupan dan proses GFS (sektordanunit), dan memberikan gambaran mengenaiStandard Operating Procedure(menjelaskan alur data, proses mapping dan konsolidasi, dan pihak yang diserahi tanggung jawab untuk melaksanakannya).h. Variasi sumber data yang akan digunakan dalam GFS karena masih terdapat beberapa sumber data yang digunakan.

2. SIMPULANGFS adalah sistem untuk menghasilkan data pemerintah yang sejalan dengan standar ekonomi dan statistik internasional dalam rangka analisis kebijakan fiskal dan ekonomi makro. Statistik Keuangan Pemerintah menghasilkan laporan yang dapat digunakan dalam sistem statistik dan makro ekonomi. Statistik Keuangan Pemerintah dilaksanakan dengan mengacu pada Manual Statistik Keuangan Pemerintah Indonesia.Banyak manfaat yang diperoleh dengan penerapan GFS, diantaranta adalah GFS menyediakan informasi untuk para pengambil kebijakan fiskal dan makro ekonomi, GFS sebagai pelaporan yang komprehensif dan terintegrasi, GFS menjembatani akuntansi, ekonomi dan statistic, GFS Wilayah sebagai dasar analisis dan evaluasi kebijakan fiskal di daerah. Diantara pengguna GFS adalah Otoritas Penganggaran Pusat dan Daerah, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan, Badan Kebijakan Fiskal, Badan Pusat Statistik, Bank Indonesia, Lembaga rating (Moodys dan S&P), dan Kementerian Dalam Negeri.Diantara kendala yang ditemui pemerintah dalam penerapan GFS adalah: 1) Masih terdapat gap antara standar/sistem akuntansi pemerintah dengan requirement GFS, 2) Laporan GFS belum terintegrasi dengan sistem akuntansi pemerintah, 3) Kualitas dan keterlambatan penyampaian data pemerintah daerah, 4) Perbedaan sistem akuntansi pemerintah pusat dan sistem akuntansi pemerintah daerah, 5) Perbedaan persepsi mengenai GFS antara penyusun dan pengguna laporan GFS mengenai konsep dan manfaat GFS, 6) Belum ada identifikasi dan koordinasi stakeholdersGFS secarakomprehensif, dan 7) Variasi sumber data yang akan digunakan dalam GFS.

3. SARANBerdasarkan pembahasan sebelumnya, maka kami memberikan saran sebagai berikut:a. Mempersiapkan dan mengembangkan system yang dapat membantu proses mapping dan konsolidasi GFS sebagai upaya menghilangkan gap antara standar/sistem akuntansi pemerintah dengan requirement GFS. Mapping yang masih dilakukan secara manual akan menjadi lebih mudah dan cepat serta meminimalkan kesalahan bila dilakukan by sistem atau secara otomatis;b. Mengembangkan sistem akuntansi pemerintah daerah sesuai dengan PUSAP dan permendagri terkait sebagai upaya mengatasi perbedaan sistem akuntansi pemerintah dan sistem akuntansi pemerintah daerah;c. Mendorong Pemerintah Daerah untuk dapat menyampaikan data secara lengkap dan tepat waktu ke Pemerintah Pusat dalam rangka penyusunan Laporan Statistik Keuangan Pemerintah sesuai dengan PMK Nomor 04/PMK.07/2011 tentang Tata Cara Penyampaian Informasi Keuangan Daerah dan revisinya. Kanwil DJPB mempunyai peran strategis untuk meningkatkan ketepatan waktu dan kualitas data pemerintah daerah. Letak geografis Kanwil DJPB, yang didukung dengan forum komunikasi yang telah terjalin antara Kanwil DJPB dengan pemerintah daerah sangat mendukung pelaksanaan peran baru Kanwil DJPB tersebut;d. Meningkatkan kapasitas SDM penyokong di semua sekor statistic keuangan pemerintah sebagai upaya pengembangan dan pemantapan pemahaman teknis terutama mengenai aspek praktis dari kompilasi data statistic keuangan pemerintah, konversi data akuntansi ke dalam sistem statistik keuangan pemerintah, serta methodologi penyusunan statistik keuangan pemerintah;e. Mensosialisasikan konsep dan manfaat GFS kepada penyusun dan pengguna laporan GFS sebagai upaya menyamakan persepsi diantara keduanya;f. Mengembangkan system/apliaksi konsolidasian antara SPAN dan SIKD.

DAFTAR PUSTAKA

PMK Nomor 275/PMK.05/2014 Tentang Manual Statistik Keuangan Pemerintah.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan. ____. Kegunaan GFS. Diakses di http://www.perbendaharaan.go.id/new/?pilih=hal&id=42

David.2015. Kuliah Umum Seminar Akuntansi Pemerintah: Konsolidasi Fiskal dan Statistik Keuangan Pemerintah. Diakses di http://www.stan.ac.id/kategori/index/4/page /kuliah-umum-seminar-akuntansi-pemerintah-konsolidasi-fiskal-dan-statistik-keuangan-pemerintah-the-next-level-of-government-reporting.

Abdul Haq, Ahmad. 2014. Statistik Keuangan Pemerintah. Diakses di http://www.wikiapbn.org/statistik-keuangan-pemerintah/

Page | 10