Gerakan sosial indonesia
-
Upload
tsauroh-arrisalati -
Category
Documents
-
view
3.637 -
download
2
Transcript of Gerakan sosial indonesia
Pietra Widiadi - C�PAD
Analisa Singkat tentang Gerakan Sosial di Indonesia
Oleh Pietra Widiadi1
Pengantar
Berangkat dari difisisi gerakan sosial yang dikemukakan oleh Mirsel (2004), yaitu
seperangkat keyanikan dan tidak terlembagkan (non-institutionalized) yang dilakukan
oleh sekelompok orang untuk memajukan atau menghalangi perubahan di dalam
masyarakat. Maka saya akan mengajak melihat sedikit sekilas tentang lintasan sejarah
gerakan sosial yang disebur dengan periode pertama sampai dengan periode ketiga.
Masih menggunakan pendektan Mirsel tersebut dapat dilihat dalam tabel di bawah ini
Periode Karakteristik
Pertama Irasional, kumpulan orang yang berpartisipasi dalam gerakan tidak punya
ikatan yang kuat dalam organisasi. Semacam kerumunan.
Kedua Rasional. Kekuatan gerakan didukung oleh organisasi yang mapan dengan
tujuan yang cukup jelas. Seperti gerakan lingungan, gerakan melawan
penindasan regim atau kekuatan kebijakan yang tidak adil. Bisa
berkembang pada kepentingan kelompok.
Ketiga Dekonstruksi Sosial. Mengarah kepada tema tertentu, seperti gerakan
fundamentalisme tertentu yang berakar pada tradisi atau agama atau juga
faham tertentu. Kadang bisa berupa suatu perlawanan atas kebijakan elit
politik yang tidak cukup bisa diterima oleh publik.
Dari pendekatan di atas, saya mengajak teman-teman untuk melihat gerakan sosial dalam
kontek Indonesia.
Sejarah Indonesia
Saya mulai dari apa yang disebut dengan gerakan kemerdekaan Indonesia. Jelas
bahwa ini merupakan gerakan pembebasan dari kolonialisme. Gerakan ini dimulai
dengan berkembangnya bentuk perlawanan yang mengarah pada tindakan diplomasi.
Bukan gerakan bersenjata dari fragmentasi gerakan yang ada sebelum ada Indonesia.
Dalam hal ini jelas gerakan ini merupakan gerakan melawan penjajahan, dengan tujuan
yang cukup rasional dan jelas dapat dilihat secara konkrit.
Namun demikian dalam kerangka untuk melawan kolonialisasi tersebut, dalam
perjalanan panjang selama 350 tahun muncul sebuah imaginasi, sebuah anggapan
irasional untuk keluar dari kesulitan. Dalam banyak hal, kemudian impian untuk
menggapai kebebasan itu dibayangkan ada sebuah tokoh yang akan memimpin, akan
membebasakan dari tindak ketidakadilan. Tokoh ini dalam banyak wacana, disebut
dengan Ratu Adil. Meski dalam babakan berikutnya, termaktiub ada gerakan ratu adil.
Menyimak dari pendekatan periodik oleh Mirsel tersebut, apa yang disebut
gerakan ratu adil ini merupakan sebuah alasan yang irasional. Dak mamupuan dalam
melakukan peorganisasi untuk melawan ketidak adilan itu diwujudkan dalam bentuk
legenda, seorang tokoh. Bahkan menjelang runtuhnya regim Soeharto, juga
didengungkan seorang tokoh yang nantinya akan memimpin bangsa ini untuk melawan
penindasan. Dalam wacana ini, cukup banyak tokoh yang digadang akan menjadi Ratu
Adil, sebut saja Tri Sutrisno bahkan Megawati juga.
Namun dalam wacana gerakan sosial yang irasional, bergeraklah sebuah alasan
yang rasional untuk melakukan gerakan sosial. Salah satu yang menjadi contoh adalah
perlawanan terhadap IIU di Sumatera Utara. Secara rasional dapat ditegaskan bahwa
gerakan perlawanan tersebut adalah untuk menolah bahaya yang jauh lebih besar,
kerusakan lingkungan hidup.
1 Aktivis dalam penguatan rakyat dengan lembaga Center for Participatory Development Sidoarjo dan
Yayasan AREK Surabaya.
Pietra Widiadi - C�PAD
Lihat tabel di bawah ini yang merupakan gerakan perlawanan rakyat untuk
menentang kebijakan yang menempatkan diri mereka sebagai korban. Artinya
perlawanan rakyat rtesebut cukup jelas dan sangat rasional.
Contoh Kasus
Kasus aktor organizer Metode Focus Samin warga samin pembangkangan Kolonialis Badega Petani Mahasiswa pengorganisian Penggusuran Cimacan Petani Mahasiswa pengorganisian Penggusuran Kedung Ombo Petani Mahasiswa pengorganisian Penggusuran Blangguan Petani Mahasiswa pengorganisian Penggusuran Sumberklampok Petani Mahasiswa pengorganisian Penggusuran Jenggawah Petani Mahasiswa pengorganisian Penggusuran Penolakan Revisi UU Naker
Buruh/karyawan Serikat Pekerja/LSM
pengorganisian Kebijakan perburuhan
Persada Nusantara
Kepala Desa Asosiasi Kades & Pemdes
Provokasi/ pengorganisasian
Kelompok interes
FPI Kelompok agama Interest group Provokasi/ pengorganisasian
Fundamentalism
GAM warga Separtisme Diplomasi & senjata
Distribusi “resource”
Reformasi warga Aktivis kampus
pengorganisian Regim diktator
Miskin Kota Warga miskin UPC pengorganisian Kebijakan kota
Masalah Sosial sebagai Peletup Gerakan Sosial
Dari sedikit gambaran di atas, coba kita lihat apakah dalam kasanah Indonesia
kontemporer akan muncul gerakan sosial yang masuk dalam karakteristik tertentu. Bila
dilihat gelaja yang ada, maka karakter periode kedua dan ketiga kemungkinan akan
muncul dan menguat.
Kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah yang tidak memberikan rasa
keadilan akan mendorong munculnya kelompok interes yang pada akhirnya akan mampu
melakukan pengorganisasian (penggalangan) kelompok warga yang merasa tidak diberi
keadilan. Dengan alasan yang cukup kuat dan rasional dalam tataran pandang warga
maka terbentuknya suatu organisasi yang matang untuk melawan dapat dengan mudah
dilaksanakan. Misalnya misalnya embrio gerakan melawan kenaikan harga listrik,
kenaikan harga BBM, dll.
Namun demikian, kita juga bisa melihat bahwa gerakan yang mencerminkan pola
dekonstruksi. Di sini, saya tidak akan membawa masuk dalam kajian yang lebih teoritis.
Karena cara pandang seperti di atas cenderung melihat suatu keadaan secara ideal. Tetapi
pada dasarnya di masyarakt berkembang dengan ragam yang cukup banyak. Misalnya
(dalam versi resmi pemerintah) di Poso tentang kelompok pengikut tokoh dengan
penyimpangan terhadap ajaran agama tertentu misalnya. Atau terjadi juga dekonstruksi
atas cara pandan terhadap ajaran tertentu yang dianggap menyimpang. Dalam hal ini
nampaknya jelas bahwa ada persoalan vis a vis antara golongan dan negara (pemerintah)
yang tidak mampu memberikan ruang terbukan untuk perbedaan.
Community Organizer
Selama ini, dalam sebuah gerakan selalu saja ada orang atau sekelompok orang
yang dianggap sebagai dalang atau tokok intelektual. Namun pada dasarnya gerakan yang
muncul dengan tingkat radikalisme yang cukup kuat umumnya ada yang mengorganisir.
Ada pihak yang melakukan pemeliharaan isu di tingkat masyarakat untuk terus
didengungkan sebagai sebuah pijakan kekuatan oragnisasi.
Dalam hal ini, dalam teori gerakan sosial juga dikemukakan kelompok orang atau
lembaga yang bukan aktor, tetapi menjadi kelompok yang mendukung berkembangkan
gerakan, yaitu yang disebut dengan community organizer (CO). Mengapa bukan aktor,
Pietra Widiadi - C�PAD
katena pada umumnya mereka tidak pernah tampil sebagai pemimpin masa tetapi lebih
berperan sebagai ahli strateginya kelompok gerakan tersebut. Dalam kasus yang muncul
di Indonesia, pada periode tahun 80 – 90 dilakukan oleh kalangan mahasiswa yang
didukung oleh LSM yang punya interes terhadap isu tertentu. Misalnya lingkungan,
penggusuran, petani dan seterusnya. Umumnya kelompok ini memiliki ideologi kuat
terhadap pembelaan hak-hak asasi manusia. Namun demikian juga bisa memiliki ideologi
politik tertentu, misalnya idiologi kiri yang kritis. Atau ideologi kanan ultra
fundamentalis.
Pentingnya Gerakan Sosial sebagai Gerakan Perubahan Sosial
Implikasi dari gerakan sosial cukup beraneka ragam bentuk. Tetapi pada dasarnya
adalah mendorong adanya sebuah perubahan sosial. Gerak sosial ini berjalan dengan
rentang waktu yang cukup lama. Tidak akan bergerak begitu saja dan spontan. Dengan
demikian unsur yang penting dalam mengelola sebgau gerakan sosial adalah bertahannya
sebuah isu yang diyakini merupakan musuh bersama, kuatnya sebuah organisasi yang
mengusung isu tersebut dan tentu saja adalah kuatnya logistik untuk menghidupkan
organisasi.
Dengan demikian jelas bahwa gerakan sosial yang berkembang saat ini tidak akan
mampu bertahan lama apabila tidak mengakar pada anggota organisasinya. Jadi isu yang
terus menerus menjadi kepenting bersama dapat menguatkan organisasi dan mendorong
sebuah pergerakan yang merubah. Banyak contoh yang telah dikemukakan. Namun
demikian perlu diingat bahwa ada 2 kecenderungan yang akan muncul yaitu tema-tema
yang menentang HAM dan tema-tema yang mengedepankan ineteres tertentu seperti
fundamentalisme atau radikalisme sempit yang merupakan dekonstruksi dari sebuah
keyakinan yang dianggap dapat dikembangkan kembali pada budaya yang berbeda.
Dalam kerangka politik lokal, gerakan sosial akan sangat sulit muncul apabila
kesadaran warga masyarakat akan hak-haknya tidak pernah dianggap. Artinya gerakan
sosial akan lahir apabila ada kepentingan bersama yang diganggu. Lalu pertanyaannya
apakah dalam tingkat lokal, seperti ranah kabupaten akan muncul gerakan sosial,
sekalipun dengan prawacana seperti ratu adil. Ataupun suatu sekte tertentu yang
mengajak sekelompok warga melakukan tindakan yang diluar kebiasaan. Jadi .....apakah
kemiskinan, korupsi, penggundulan hutan, hilanganya air bersih dan sumber mata air bisa
mendorong lahirnya sebuah gerakan yang dalam mendorong terjadinya perubahan?
Rujukan
1. Robert Mirsel, Teori Pergerakan Sosial, Insist, Yogyakarta, 2004
2. Gerakan Keagamaan dalam penguatan Civil Society, Analisa Perbandingan Visi
dan Misi LSM dan Ormas Berbasis Agama, TAF & LSAF, Jakarta, 1999
3. Jonh Harriss, dkk, Politisasi Demokrasi Politik Lokal, Demos, Jakarta 2004
4. JOS Hafid, Perlawanan Petani; Kasus Tanah Jenggawah, Pustaka Latin, Jakarta
2001.
5. Fadjar Pratikto, Gerakan Rakyat Kelaparan; Gagalnya Politik Radikalisasi Petani,
Media Presindo, Yogyakarta 2000.
6. James C Scott, Perlawanan Kaum Tani, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta 1993.
7. Noer Fauzi, Petani & Penguasa; Dinamika Perjalanan Politik Agraria, Insist, KPA
dan Pustaka Pelajar, Yogyakarta 1999.
8. Ben Agger, Teori Sosial Kritis; Kritik, Perapan dan Implikasinya, Kreasi Wacana,
Yogyakarta 2003.
9. Michael Amaladoss, Teologi Pembebasan Asia, Pustaka Pelajar, Yogyakarta
2000.
10. Darmawan (ed), Lembaga Swadaya Masyarakat Menyuarakan Nurani Menggapai
Kesetaraan, Kompas, Jakarta 2004.
11. Vedi R. Hadiz, Politik, Budaya dan Perubahan Sosial, Gramedia, Jakarta 1992