Gerakan Agama AIK III S5

24
MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN KEAGAMAAN AIK III (Ke-Muhammadiyahan) Profesor Dr Ishomuddin, M.Si

description

Gerakan Agama AIK III S5

Transcript of Gerakan Agama AIK III S5

Page 1: Gerakan Agama AIK III S5

MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN KEAGAMAAN

AIK III (Ke-Muhammadiyahan)

Profesor Dr Ishomuddin, M.Si

Page 2: Gerakan Agama AIK III S5
Page 3: Gerakan Agama AIK III S5
Page 4: Gerakan Agama AIK III S5
Page 5: Gerakan Agama AIK III S5
Page 6: Gerakan Agama AIK III S5

Periode Kedua: Zaman Khulafaur Rasyidin

Yang dimaksud periode Khulafaur Rasyidin adalah pada kurun

waktu kepemimpinan Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman,

dan Ali.

Ajaran Islam pada periode ini tetap bersumber al-Qur’an dan as-

Sunnah. Pengamalannya seutuhnya berdasakan pada kedua

sumber tersebut. Para shahabat mampu menggunakan akal

pikiran dengan sebaik-baiknya, selalu berdasarkan hati nurani

yang bersih. Pada zaman ini agama dan umat Islam bisa

berkembang dengan pesat, menyempurnakan pengaruh jazirah

Arabia seluruhnya. Bahkan sampai dapat menguasai Persia. Hal

itu dimungkinkan karena hidup umat Islam bersumber pada

kedua tersebut, diamalkan secara utuh. Mereka mampu

memahami al-Qur’an dan as-Sunnah dengan menggunakan akal

pikiran yang cerdas, beas dan dengan menggunakan hati nurani

yang bersih.

Page 7: Gerakan Agama AIK III S5

Zaman Khulafaur Rasyidin sering juga disebut sebagai periode sahabat-sahabat senior (sahabat besar), karena waktu itu mereka sudah berada di masa dewasa dan selalu bergaul dengan Rasulullah. Perbuatan mereka bersumber pada al-Qur’an dan as-Sunnah dengan menggunakan ar-ra’yu (rasio) yang cerdas dan bersih (lazim disebut ijtihad yang dilakukan secara ketat).

Periode kedua ini mulai tahun 10 Hijriyah sampai tahun 41 Hijriyah.

Page 8: Gerakan Agama AIK III S5

Periode Ketiga: Zaman Sahabat-Sahabat Yunior dan Permualaan Tabiin.

Mulai tahun 41 Hijriah sampai permulaan abad kedua Hijriah.Pada waktu itu ajaran agama Islam tetap bersumber pada al-Qur’an dan as-Sunnah, difahami dan dilaksanakan seutuhnya. Pada waktu itu, baik sahabat Yunior atau para Tabiin dapat memahami al-Qur’an dan as-Sunnah dengan menggunakan kemampuan akal pikirannya dengan sebaik-baiknya dan dengan hati nurani yang bersih.Ternyata pada periode ketiga ini pun umat dan agama Islam tetap mendapat kemajuan yang pesat sekali. Sehingga sampai ke negeri-negeri Jazirah Arabia, di samping dapat menguasai Romawi Timur.Dalam periode pertama, kedua, dan ketiga, ajaran Islam bersumber pada al-Qur’an dan as-Sunnah, dipahami dengan menggunakan akal pikiran yang cerdas dan bebas daan dengan hati nurani yang bersih—kemudian diamalkan seutuhnya.

Page 9: Gerakan Agama AIK III S5

Agama dan umat Islam dalam ketiga periode itu mendapatkan kemajuan pesat sekali. Hal ini mengandung pengertian bahwa selama umat Islam berpegang teguh kepada agama Islam secara murni dan setutuhnyaa akan mendapatkan kemajuan yang sangat menakjubkan.

Bukti sejarah menunjukkan, bahwa selama umat Islam berpegang teguh kepada al-Qur’an dan as-Sunnah dan mampu menggunakan akal pikiran yang cerdas dan bebas berdasarkan hati nurani yang bersih, serta mampu mengamalkan Islam sepenuhnya, maka umat Islam mampu meraih kemajuan yang berarti. Di masa ini, ijtihad yang dilakukan umat Islam pun lebih meluas.

Page 10: Gerakan Agama AIK III S5

Periode Keempat : penekanan pada Fiqh

Agama Islam pada periode ini sudah mulai tidak dipahami dan tidak diamalkan seutuhnya. Pada waktu ini Islam sudah meluas sekali. Umat islam terutama yang baru masuk Islam ingin memahami agama Islam dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam dari segi yang praktis-praktis saja. Tidak aneg bila masa ini yang berkembang adalah ajaran agama Islam yang berhubungan dengan hukum (fiqh). Yang berkembang hanya berkenaan dengan hukum, peraturan dan perundang-undangan meskipun masih bersumber pada al-Qur’an dan as-Sunnah, namun tidak seutuhnya. Hanya berkembang sebagian.

Page 11: Gerakan Agama AIK III S5

Ilmu Fiqh pada periode keempat dapat dikatakan merupakan ajaran agama Islam yang menonjol. Periode ini terjadi pada permulaan abad keempat Hijriah. Ilmu fiqh yang sudah berdiri sendiri dan menonjol di dalam kalangan umat Islam, masih tetap bersumber pada al-Qur’an dan as-Sunnah.Pada masa ini lahirlah imam-imam besar dalam dunia Islam. Antara lain yang mempunyai nama terkenal:

IMAM HANAFI yang namanya dikaitkan dengan madzab hanafi. Nama yang sebenarnya adalah Abu Hanifah. Ia lahir pada tahun 80 Hijriah dan wafat pada tahun 150 H di Kufah.

IMAM MALIK bin ANAS bin MALIK, dikaitkan dengan madzab Maliki pada tahun 93 Hijriah dan wafat di Madinah pada tahun 179 Hijriah.

Page 12: Gerakan Agama AIK III S5

IMAM SYAFI’I yang dikaitkan dengan madzab syafii. Nama lengkap imam ini adalah Muhammad bin Idris as-Syafii. Lahir pada tahun 150 H dan wafat pada tahun 204 H di Mesir.

IMAM HAMBALI, dikaitkan dengan madzab Hambali. Dia wafat di Bagdad pada tahun 241 H sedang lahirnya pada tahun 164 H.

Pada masa ini terutama pada masa imam empat dalam memahami agama Islam tetap bersumber pada al-Qur’an dan as-Sunnah dengan mampu mempergunakan akal pikiran yang cerdas, bebas dan dengan mempergunakan hati nurani yang bersih. Tetapi fatwa-fatwa yang mere berikan lebih menitikberatkan pada bidang hukum syari’ah yang disebut Ilmu Fiqh.

Ijtihad pada masa ini memang masih berjalan dan berkembang lebih luas, akan tetapi sudah tidak utuh lagi. Hanya akhirnya, pada umumnya umat islam memahami Islam di bidang hukumnya, tidak dari aspek-aspek lainnya. Maka pada akhir ini umat Iislam sudah mengalami kemunduran.

Page 13: Gerakan Agama AIK III S5

Kenyataan sejarah tersebut merupakan bukti bahwa apabila umat Islam sudah tidak dapat lagi memahami Islam yang murni dan mau menggunakan akal pikiran secara cerdas dan bebas, tidak bisa memahami Islam serta mengamalkan Islam seutuhnya, maka akan berarti sudah tidak ada jaminan bahwa Islam akan dapat berkembang maju dan pesat.

Page 14: Gerakan Agama AIK III S5

Periode Kelima: Zaman Lahirnya Fanatisme pada Imam-Imama Besar

Periode ini muncul di saat umat Islam pada umumnya sudah bersikap fanatis terhadap ajaran para imam. Tidak berani lagi mengkaji Islam langsung dari sumbernya yang asli. Walaupun pendirinya bersumber kepada al-Qur’an dan as-Sunnah, tetapi para pengikutnya sudah tidak mempunyai keberanian melandaskan sikap perbuatannya langsung kepada al-Qur’an dan as-Sunnah. Mereka sudah sangat fanatik terhadap para imam.

Ketika itu para imam yang namanya dikaitkan dengan madzab sudah mempunyai murid yang sangat banyak. Para murid inilah yang kemudian mendirikan madzab-madzab. Para imam itu sendiri tidak mendirikan. Mereka masih mengajarkan dengan ijtihad. Tetapi para pengikutnya yang fanatik pada para imam tidak mampu dan tidak mempunyai keberanian untuk memahami Islam langsung kepada al-Qur’an dan as-Sunnah. Jadi lahirnya madzab itu terjadi pada periode kelima.

Page 15: Gerakan Agama AIK III S5

Pada periode ini mereka masih menggunakan kemampuan ijtihadnya, meski sudah sangat terbatas dan tidak bisa bebas lagi. Bahkan hanya mempertahankan madzab-madzabnya sendiri. Ijtihadnya hanya sekedar untuk mempertahankan madzab, karena sudah terlanjur fanatik. Karenanya perkembangan agama Islam pada waktu itu sudah timpang. Tidak utuh lagi. Hanya menitik beratkan kepada soal fiqih. Itu pun sudah terkotak-kotak karena fanatik pada madzab tersebut.

Perkembangan ajaran Islam pada periode ini mempunyai pengaruh besar. Hingga menyebabkan keadaan umat Islam kian melemah. Begitulah yang terjadi pada pertengahan abad keempat sampai akhir runtuhnya kerajaan Abbasyiyah.

Page 16: Gerakan Agama AIK III S5

Periode Keenam : Zaman Merajalelanya Taqlid Buta Terhadap Madzab

Pada masa ini tidak hanya lagi fanatik, tetapi sudah menimbulkan sikap taqlid buta. Kalu dulu fanatik tapi masih dapat menggunakan akal fikirannya untuk memahami pendapat imam dengan mencari alasan-alasan pada dalil al-Qur’an dan as-Sunnah, sekarang tidak berani melampaui imamnya. Meski masih mampu menggunakan rasionya tetapi fanatik lebih mencekam lagi sehingga akhirnya bersikap taqlid. Kalimat yang banyak muncul antara lain seperti , “Ini pendapat imam saya, harus saya pertahankan.Hal ini terjadi pada masa keruntuhan Kerajaan Abbasyiyah sampai pada abad ke 19 M. Pada periode keenam ini umat Islam sudah menjadi umat yang taqlid buta terhadap imam. Dikatakan pada waktu itu pintu ijtihad sudah tertutup sama sekali. Dan tidak ada lagi kerajaan Islam yang merdeka, semua dijajah oleh bangsa-bangsa di luar Islam.

Page 17: Gerakan Agama AIK III S5

Periode Ketujuh: Gerakan-Gerakan kembali Kepada al-Qur’an dan as-Sunnah

Gerakan ini dimulai oleh Ibnu Taymiah, Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Muhammad bin Abdul Wahhab, jamaluddin al-Afghany, Muhammad Abduh, Rasyid Ridha, dan lain-lain. Dari sejarah perkembangan itu, K.H, Ahmad Dahlan mempunyai kesimpulan bahwa selama agama Islam masih murni dan masih utuh dilaksanakan, umat islam akan dapat bangkit kembali. Karenanya K.H. Ahmad Dahlan ikut dalam gerakan kembali kepada al-Qur’an dan as-Sunnah untuk dapat memurnikan dan dapat kembali kepada agama Islam yang sebenar-benarnya.

Page 18: Gerakan Agama AIK III S5
Page 19: Gerakan Agama AIK III S5

Dimaksud Proses Islamisasi yang terus menerus adalah suatu proses di mana sejumlah besar orang Islam memandang keadaan agama yang ada, termasuk diri mereka sendiri, sebagai belum memuaskan. Karenanya sebagai langkah perbaikan diusahakan untuk memahami kembali Islam, dan selanjutnya berbuat sesuai dengan apa yang mereka anggap sebagai standar Islam yang benar.

Page 20: Gerakan Agama AIK III S5
Page 21: Gerakan Agama AIK III S5
Page 22: Gerakan Agama AIK III S5

Dalam masalah aqidah Muhammadiyah bekerja dengan tegaknya aqidah Islam murni, bersih dari gejala-gejala kemusyrikan, bid’ah dan khurafat tanpa mengabaikan prinsip-prinsip toleransi menurut ajaran Islam, sedangkan dalam ibadah Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya ibadah tersebut sebagaimana yang dituntunkan Rasulullah tanpa tambahan dan perubahan dari manusia.

Dengan gerakan Islam kembali kepada sumbernya, al-Qur’an dan al-Hadits, Muhammadiyah berusaha menghilangkan segala macam ibadah tambahan dalam beragama. Hal ini sangat terasakan sekali karena keadaan Islam di Indonesia lebih nampak serapan dari berbagai unsur kebudayaan yang ada.

Page 23: Gerakan Agama AIK III S5

Usaha Muhammadiyah untuk memurnikan keyakinan umat Islam Indonesia, adalah dengan mengenalkan penellaahan kembali dan perubahan jika diperlukan, menuju penafsiran yang benar terhadap al-Qur’an dan Hadits. Usaha pemurnian tersebut antara lain dapat disebut :

1.Penentuan arah kiblat yang tepat dalam shalat, sebagai kebalikan dari kebiasaan sebelumnya, yang menghadap tempat arah barat.2.Penggunaan perhitungan astronomi dalam menentukan permulaan dan akhir bulan puasa (hisap), sebagai kebalikan dari pengamatan perjalanan bulan oleh petugas agama.3.Menyelenggarakan shalat bersama di lapangan terbuka pada hari raya Islam, Idul Fitri dan Idul Adha, sebagai ganti dari shalat serupa dalam jumlah jamaah yang lebih kecil, yang diselenggarakan di masjid.4.Pengumpulan dan pembagian zakat fitrah dan qurban pada hari raya tersebut di atas, oleh panitia khusus, mewakili masyarakat Islam setempat, yang dapat dibandingkan sebelumnya dengan memberikan hak istimewa dalam persoalan ini pada pegawai atau petugas agama (penghulu, naib, modin, dsb).

Page 24: Gerakan Agama AIK III S5

5. Penyampaian khutbah dalam bahasa Indonesia/daerah, sebagai ganti dari penyampaian khutbah dalam bahasa Arab.

6. Penyederhanaan upacara dan ibadah dalam upacara kelahiran, khitanan, perkawinan dan pemakaman, dengan menghilangkan hal-hal yang bersifat politeistik.

7. Penyederhanaan makam (kuburan) yang semula dihiasi secara berlebihan.

8. Menghilangkan kebiasaan berziarah ke makam orang-orang yang dianggap suci (wali).

9. Membersihkan anggapan adanya berkah yang bersifat ghaib, yang dimiliki oleh para kyai/ulama tertentu, dan pengaruh skstrem pemujaan terhadap mereka.

10.Penggunaan kerudung untuk wanita, dan pemisahan laki-laki dengan wanita dalam pertemuan-pertemuan yang bersifat keagamaan.