gender2013.pdf
-
Upload
gregorius-manoga-banjarnahor -
Category
Documents
-
view
8 -
download
2
Transcript of gender2013.pdf
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
ANALISIS GENDER KABUPATEN TAPANULI UTARA
2013
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
ANALISIS GENDER KABUPATEN TAPANULI UTARA 2013
No. Katalog BPS : 2104001.1205 No. Publikasi : 12050.1441 Jumlah Halaman : 83 + vii Ukuran Buku : 15 x 21 cm
Penyusun Naskah : Penanggung Jawab : Dinar Butarbutar, SE, M.Si Koordinator : Agustina Dwiana, S.Si Anggota : Elisa Dolianto Sipahutar, SE Netes Sihotang Gambar Kulit : Seksi Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Data Badan Pusat Statistik Kabupaten Tapanuli Utara Diterbitkan oleh : Badan Pusat Statistik Kabupaten Tapanuli Utara Jl. Sutan S. L.Tobing No. 7 Telp. (0633) 21153, Fax. (0633) 21755 Tarutung (Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya)
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan
Yang Maha Kuasa, BPS Kabupaten Tapanuli Utara telah
dapat menerbitkan publikasi ”Analisis Gender Kabupaten
Tapanuli Utara Tahun 2013”. Publikasi ini bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan konsumen data dan para perencana
pembangunan terhadap kondisi dan posisi laki-laki terhadap
perempuan pada saat perencanaan dilakukan. Dalam
publikasi ini tersaji berbagai informasi dasar aspek sosial,
yang terpilah menurut jenis kelamin laki-laki dan perempuan
yang menyangkut bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi,
dan lain-lain.
Data-data yang berbasis gender belum sepenuhnya
tersedia secara lengkap dalam penyusunan publikasi ini,
sehingga diharapkan di tahun-tahun mendatang keterbatasan
data tersebut dapat dilengkapi sehingga dapat digunakan
untuk monitoring, evaluasi dan pemantauan kebijakan atau
program kegiatan yang berwawasan gender.
Akhirnya kami berharap kiranya publikasi ini
bermanfaat dan saran maupun kritik dari pemakai data
sangat kami harapkan guna penyempurnaan publikasi ini di
masa yang akan datang.
Tarutung, Desember 2014
Kepala,
Dinar ButarButar, SE, M.Si NIP. 19631017 198702 2 001
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
ii
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar I Daftar Isi Ii Daftar Tabel Iv Daftar Grafik
BAB I PENDAHULUAN
Vii
I.1. Latar Belakang 1 I.2. Tujuan 6 I.3. Sumber Data 6
BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI WILAYAH 9 II.1. Geografis 9 II.2. Sejarah Berdirinya Kabupaten Tapanuli
Utara 10
II.3. Ekonomi dan Sosial Budaya 12 BAB III DEMOGRAFI 16 III.1. Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk 17 III.2. Struktur Umur dan Angka Beban
Ketergantungan 22
BAB IV PENDIDIKAN 26 IV.1. Angka Buta Huruf 27 IV.2. Angka Partisipasi Sekolah 28 IV.3. Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan 36 IV.4. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 37 IV.5. Bias Gender Dalam Pendidikan 40
BAB V KESEHATAN 44 V.1. Angka Kematian Bayi 46 V.2. Penolong Kelahiran 47 V.3. Pemberian ASI dan Imunisasi 49 V.4. Status Gizi 50 V.5. Angka Kematian Ibu (Maternal Mortality
Rate) 53
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
iii
BAB VI FORMASI RUMAH TANGGA 56 VI.1. Kepala Rumah Tangga Menurut Jenis
Kelamin 56
VI.2. Status Perkawinan 57 VI.3. Partisipasi dalam KB 59
BAB VII KEGIATAN EKONOMI 64 VII.1. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
(TPAK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 65
VII.2. Lapangan Pekerjaan 67 VII.3. Status Pekerjaan 69
BAB VIII Perempuan di Sektor Publik 73 VIII.1. Jumlah Perempuan Dalam Bidang
Legislatif dan Yudikatif 73
VIII.2. Jumlah PNS Menurut Eselonisasi 78
BAB IX KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN 81
BAB X PENUTUP 83
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
iv
DAFTAR TABEL
Tabel III.1. Jumlah Penduduk menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Per Kecamatan di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
18
Tabel IV.1. Persentase Penduduk berumur 10 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kelamin dan Kepandaian Membaca dan Menulis di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
27
Tabel IV.2. Persentase Penduduk Umur 7-12 Tahun Menurut Jenis Kelamin dan Partisipasi Sekolah di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013 29
Tabel IV.3. Jumlah dan Persentase Siswa SD/MI Negeri dan Swasta Menurut Jenis Kelamin Per Kecamatan di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun Ajaran 2013/2014
30
Tabel IV.4. Jumlah dan Persentase Siswa SMP/MTs Negeri dan Swasta Menurut Jenis Kelamin Per Kecamatan di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun Ajaran 2013/2014
31
Tabel IV.5. Persentase Penduduk Umur 13-15 Tahun Menurut Jenis Kelamin dan Partisipasi Sekolah di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
32
Tabel IV.6. Jumlah dan Persentase Siswa SMA/SMK Negeri dan Swasta Menurut Jenis Kelamin Per Kecamatan di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun Ajaran 2013/2014
33
Tabel IV.7. Persentase Penduduk Umur 16-18 Tahun Menurut Jenis Kelamin dan Partisipasi Sekolah di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
34
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
v
Tabel IV.8. Persentase Penduduk Umur 19-24 Tahun Menurut Jenis Kelamin dan Partisipasi Sekolah di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
35
Tabel IV.9. Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun Ke Atas Menurut Jenis Kelamin dan Pendidikan Tertinggi yang ditamatkan Tahun 2013 37
Tabel V.1. Persentase Balita Menurut Lamanya Pemberian ASI di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
50
Tabel V.2. Persentase Balita yang Ditimbang dan Status Gizinya di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
52
Tabel V.3. Jumlah Kematian Ibu Maternal Di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
53
Tabel VI.1. Persentase Kepala Rumah Tangga Menurut Jenis Kelamin di Tapanuli Utara dan Sumatera Utara 2013
57
Tabel VI.2. Persentase Penduduk 10 Tahun Ke Atas Menurut Status Perkawinan dan Jenis Kelamin di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
58
Tabel VI.3. Jumlah Keluarga Berencana, Akseptor Aktif Menurut Alat Kontrasepsi yang di Pakai di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
62
Tabel VII.1. Persentase Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun ke atas Menurut Jenis Kelamin dan Kegiatan Seminggu yang lalu Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
65
Tabel VII.2. Persentase Penduduk 15 Tahun Ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan dan Jenis Kelamin di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
67
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
vi
Tabel VII.3. Data UMKM Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2014 68
Tabel VII.4. Persentase Penduduk 15 Tahun Ke Atas Menurut Status Pekerjaan dan Jenis Kelamin di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013 70
Tabel VIII.1. Jumlah Anggota DPRD Menurut Partai dan Jenis Kelamin di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
74
Tabel VIII.2.
Jumlah Camat dan Kepala Desa Menurut Kenis Kelamin di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
75
Tabel VIII.3.
Jumlah Hakim dan Jaksa Menurut Kenis Kelamin di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
76
Tabel VIII.4.
Jumlah Polisi Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
77
Tabel VIII.5.
Jumlah Pegawai Negeri Sipil Menurut Eselonisasi dan Jenis Kelamin Di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
78
Tabel IX.1.
Jumlah Korban dan Pelaku Kekerasan, Pelecehan dan Pemerkosaan Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
82
ht
tp://t
apan
uliu
tara
kab.
bps.g
o.id
vii
DAFTAR GRAFIK
Grafik III.1. Rasio Jenis Kelamin Per Kecamatan di
Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013 18
Grafik III.2. Piramida Penduduk di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
20
Grafik IV.1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2000-2013
36
Grafik V.1. Perkembangan Angka Kematian Bayi di Kabupaten Tapanuli Utara 2000-2010
42
Grafik V.2. Persentase Balita Menurut Penolong Kelahiran di Kabupaten Tapanuli Utara 2013
44
Grafik VI.1. Persentase Wanita 10 Tahun Ke Atas Yang Pernah Kawin Menurut Penggunaan Alat Kontrasepsi di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
55
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
I.2. Tujuan
I.3. Sumber Data
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
1
Analisis Gender Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Second sex, begitu ungkapan khas feminis untuk
menyatakan kedudukan sub–ordinat perempuan dalam
masyarakat. Istilah itu bukanlah sekadar ungkapan biasa
melainkan representasi posisi perempuan yang selalu lebih
rendah dari laki-laki. Dengan demikian, peran perempuan tidak
begitu diperhitungkan bahkan dipinggirkan. Perlakuan ini
merupakan bentuk diskriminasi yang diterima secara wajar oleh
masyarakat. Dasar diskriminasi ini hanyalah perbedaan kodrati
antara perempuan dan laki-laki, pembedaan yang membuat
perempuan dipandang sebagai makhluk lemah. Soal sifat-sikap
perempuan yang suka memberi perhatian pada hal-hal yang
remeh-temeh (concern about trivial things) pun membuat
perempuan dianggap sebagai sosok yang rumit, cerewet dan
emosional. Hal yang sesungguhnya menjadi kelebihan perempuan
ini merupakan tanda bahwa perempuan memiliki pola pikir,
imajinasi dan perasaan lebih peka terhadap lingkungan sekitar
dibanding laki-laki. Praktik pembedaan perempuan dan laki-laki
akhirnya membentuk ’suatu pola budaya’ patriarki. Praktik
budaya ini lebih mengakomodasi kepentingan laki-laki dan secara
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
2
Analisis Gender Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
sistematis terkesan menghambat mobilitas perempuan, namun
seiring dengan berkembangnya zaman terjadi perubahan-
perubahan yang menunjukkan adanya fenomena-fenomena
gerakan perempuan yang menyuarakan aspirasi dan
kebutuhannya. Sejarah mencatat muncul gerakan emansipasi
(women’s emancipation movement) sebagai upaya perempuan
menyuarakan aspirasi dan kebutuhannya yang ingin
dipersamakan haknya sejajar dengan laki-laki. Di Indonesia, usaha
-usaha pertama emansipasi adalah memberi kesempatan kepada
perempuan untuk mendapatkan pendidikan seperti laki-laki.
Salah satu upaya yang dilakukan oleh aktifis emansipasi adalah
dengan menggantikan istilah wanita yang dianggap istilah
tersebut terkesan mengandung makna subordinat yang kemudian
menggantikan istilah tersebut menjadi perempuan. Istilah
Perempuan yang berasal dari kata dasar ’empu’ yang berarti
mempunyai daya pencipta/kreasi yang berkonotasi lebih mandiri.
Gerakan emansipasi pada akhirnya membuahkan
konvensi internasional yang mewajibkan/mengharuskan negara–
negara yang menyepakati konvensi tersebut meratifikasi kedalam
bentuk peraturan perundang–undangan atau kebijakan–kebijakan
lainnya yang pada prinsipnya menghapuskan segala bentuk
diskriminasi terhadap perempuan serta membuka
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
3
Analisis Gender Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
aksespartisipasi, kontrol, dan manfaat yang sama antara laki- laki
dan perempuan.
Beberapa konvensi yang diratifikasi pemerintah RI adalah
Konvensi ILO No. 100/1950 dalam UU No. 80/1957 tentang
Pengupahan Yang Sama. Konvensi Kualitas Hidup dan Hak Anak
diratifikasi dalam Keputusan Presiden, sementara Konvensi
CEDAW diwujudkan dalam UU No. 7/1984 tentang Penghapusan
Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan. Kemajuan
signifikan bagi gerakan perempuan adalah ketika pemerintah
mengakomodasi perempuan dalam kementerian sendiri. Bermula
dari kantor Menteri Muda Urusan Peranan Wanita (1978)
berubah menjadi Menteri Negara Urusan Peranan Wanita (1983),
menjadi Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan (1999).
GBHN pun mengamanatkan pemberdayaan perempuan. Konvensi
perempuan di Beijing menghasilkan The Beijing Platform For
Action 1995, yang menelurkan 12 butir keprihatinan terhadap
kondisi perempuan di dunia oleh pemerintah Indonesia The
Beijing Platform For Action 1995 tersebut diratifikasi dalam
bentuk Inpres No. 9/2000 tentang Pengarusutamaan Gender.
Konvensi Internasional yang paling mutakhir adalah Konvensi
Millenium Development Goal (MDGs)2000, yang menghasilkan 8
tujuan pembangunan millenium yang disebut MDGs salah satu
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
4
Analisis Gender Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
tujuan yang harus dicapai pada tahun 2015 adalah kesetaraan dan
keadilan gender.
Transformasi dan partisipasi perempuan dituntut lebih
aktif sejak kebijakan Inpres No.9/2000 tentang pelaksanaan
pengarusutamaan gender(PUG) 2000. Dengan terbitnya inpres ini
pemerintah diharuskan mereformulasi kebijakan yang bias
gender menjadi responsif gender dan ini tercermin dalam
program/proyek/kegiatan di berbagai bidang pembangunan.
Dalam pelaksanaaan PUG baik ditingkat perencanaan,
pelaksanaaan, maupun monitoring dan evaluasi diisyaratkan
tersedianya data terpilah berdasarkan jenis kelamin. Data terpilah
dimaksudkan untuk membuka wawasan bagi para perencana
pembangunan terhadap kondisi dan posisi laki-laki dan
perempuan pada saat perencanaan dilakukan. Hal ini sangat
penting sebagai bahan analisa lebih lanjut tentang terjadinya isu-
isu gender yang masih berkembang di berbagai bidang
pembangunan.
Kemudian pemerintah juga telah memasukkan program
pengarusutamaan gender (gender mainstreaming) dalam seluruh
perencanaan, monitoring, dan evaluasi proyek pembangunan.
Pemerintah berupaya mendorong dan menciptakan suasana agar
setiap program pembangunan yang dilaksanakan berwawasan
gender yang mengarah kepada kemitrasejajaran gender yang adil.
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
5
Analisis Gender Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
Dalam hal ini Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara
sebagai bagian integral dari Negara Republik Indonesia tentunya
sejalan dengan pemerintah pusat. Pemerintah Kabupaten
Tapanuli Utara sedang berupaya untuk mengintegrasikan
program pengarusutamaan gender pada seluruh kebijakan dan
program pembangunan daerah.
Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara giat mendorong
kaum perempuan untuk maju dan memiliki keterampilan dan
pengetahuan, dengan melalui Bagian Pemberdayaan Perempuan
telah menyelenggarakan berbagai kegiatan untuk meningkatkan
keterampilan dan pengetahuan perempuan Kabupaten Tapanuli
Utara dan terus memprogramkannya untuk tahun-tahun
mendatang. Jika kita melihat pada akhir-akhir ini kaum
perempuan di Kabupaten Tapanuli Utara mulai menunjukkan
peningkatan perannya di tengah-tengah masyarakat karena
kesenjangan gender yang ada dimasyarakat masih cukup besar.
Untuk keperluan perencanaan, pengawasan, dan evaluasi
hasil pembangunan yang berwawasan gender Pemerintah
Kabupaten Tapanuli Utara memerlukan data statistik yang
akurat, untuk mendapatkan bahan informasi yang memadai
sehingga diperlukan kehadiran sebuah buku yang memuat
statistik gender.
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
6
Analisis Gender Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
I.2. Tujuan
1. Menyusun analisis gender dan indikator-indikatornya
dengan mempergunakan data tahun 2013.
2. Menganalisis data terpilah dengan analisis gender.
3. Memberikan masukan bagi pihak-pihak yang
berkepentingan untuk mempergunakan analisis gender ini
dalam perencanaan pelaksanaan monitoring dan evaluasi
kebijakan/program/proyek dan kegiatan.
I.3.Sumber Data
Penyusunan statistik gender dan analisis Kabupaten
Tapanuli Utara 2013 ini menggunakan metode analisis gender.
Seluruh data-data yang menyajikan perbandingan perempuan dan
laki-laki akan menjadi perangkat untuk mengukur akses,
partisipasi, peran dan kontrol perempuan pada bidang yang
disebut di atas. Oleh sebab itu berbagai sumber dan dokumen
terbaru yang menyajikan perkembangan statistik pada bidang di
atas dibutuhkan untuk memberikan gambaran konferenhensif.
Sumber-sumber data diambil dari:
1. Sensus Penduduk 2010
2. Tapanuli Utara Dalam Angka 2013
3. Survei Sosial danEkonomi Nasional (Susenas) 2013
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
7
Analisis Gender Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
4. Data Terpilah Laki-laki dan Perempuan Tapanuli Utara
2013
5. Laporan administrasi dari instansi/lembaga terkait
(Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Dinas
Kesehatan, Kepolisian, Kejaksaan, Dinas Pendidikan dan
BKD Kabupaten Tapanuli Utara)
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
8
Analisis Gender Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
BAB II
GAMBARAN UMUM KONDISI WILAYAH
II.1. Geografis
II.2. Sejarah Berdirinya Kabupaten
Tapanuli Utara
II.3. Ekonomi dan Sosial Budaya
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
9
Analisis Gender Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI WILAYAH
II.1. Geografis
Kabupaten Tapanuli Utara merupakan salah satu dari 33
daerah kabupaten/kota di Propinsi Sumatera Utara terletak
diwilayah pengembangan dataran tinggi Sumatera Utara berada
pada ketinggian antara 150-1700 meter di atas permukaan laut.
Topografi dan kontur tanah Kabupaten Tapanuli Utara beraneka
ragam yaitu yang tergolong datar (3,15 persen), landai (26,62
persen), miring (25,62 persen),dan terjal (44,35 persen).
Secara astronomis Kabupaten Tapanuli Utara berada pada
posisi 1020’-2041’ Lintang Utara dan 98005’-99016’ Bujur Timur.
Sedangkan secara geografis letak Kabupaten Tapanuli Utara diapit
atau berbatasan langsung dengan lima kabupaten yaitu, disebelah
utara berbatasan dengan Kabupaten Toba Samosir di sebelah
timur berbatasan dengan Kabupaten Labuhan Batu, di sebelah
selatan berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Selatan dan
disebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Humbang
Hasundutan dan Kabupaten Tapanuli Tengah.
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
10
Analisis Gender Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
Letak geografis dan astronomis Kabupaten Tapanuli Utara
ini sangat menguntungkan karena berada pada jalur lintas dari
beberapa kabupaten di Provinsi Sumatra Utara.
II.2. Sejarah berdirinya Kabupaten Tapanuli Utara
Pada masa pemerintahan Hindia Belanda, Kabupaten
Tapanuli Utara termasuk kedalam Karesidenan Tapanuli yang
dipimpin oleh residen bangsa Belanda yang berkedudukan di
Sibolga. Pada saat itu, Karesidenan Tapanuli dibagi menjadi 4
(empat) afdeling (kabupaten), salah satu diantaranya adalah
Afdeling Batak Landen dengan ibukotanya Tarutung, dan 5 (lima)
onder afdeling (wilayah) yang meliputi Onder Afdeling Silindung,
Toba, Samosir, Dairi, dan Barus.
Setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia,
sejarah perkembangan pemerintah Republik Indonesia di
Kabupaten Tapanuli Utara diawali dengan terbitnya Besluit
Nomor 1 dari Residen Tapanuli Dr. Ferdinand Lumbantobing pada
tanggal 05 Oktober 1945 yang memuat pembentukan daerah
Tapanuli dan pengangkatan staf pemerintahannya, juga
pengangkatan kepala Luhak Tanah Batak dan sebagai Kepala
Luhak diangkat Cornelius Sihombing. Dalam catatan sejarah
Tapanuli Utara, beliaulah dianggap sebagai Bupati pertama
Tapanuli Utara.
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
11
Analisis Gender Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
Sesuai dengan Undang-undang Darurat Nomor 7 Tahun
1956, di Daerah Propinsi Tapanuli Utara dibentuk daerah otonom
kabupaten. Salah satu kabupaten yang dibentuk dalam undang-
undang darurat tersebut adalah Kabupaten Tapanuli Utara yang
wilayahnya mencakup Kabupaten Dairi sekarang.
Mengingat luasnya wilayah Kabupaten Tapanuli Utara,
maka untuk meningkatkan daya guna pemerintahan dan
pemerataan hasil-hasil pembangunan di daerah ini,maka pada
tahun 1964 Kabupaten Tapanuli Utara memekarkan menjadi 2
(dua) kabupaten, yaitu Kabupaten Tapanuli Utara dimekarkan
menjadi Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Dairi.
Pemekaran Kabupaten Dairi dari Kabupaten Tapanuli Utara
sesuai dengan Undang-undang nomor 15 Tahun 1964 tentang
Pembentukan Daerah Tingkat II Dairi.
Pada tahun 1998 untuk kedua kalinya Kabupaten Tapanuli
Utara dimekarkan menjadi 2 (dua) kabupaten yaitu Kabupaten
Tapanuli Utara dan Toba Samosir, sesuai dengan Undang-undang
nomor 12 Tahun 1998 tentang pembentukan Daerah Tingkat II
Toba Samosir dan Kabupaten Daerah Tingkat II Tapanuli Utara.
Kemudian pada tahun 2003, dimekarkan lagi menjadi 2 (dua)
Kabupaten yaitu Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten
Humbang Hasundutan, sesuai dengan undang-undang nomor 9
tahun 2003 tentang pembentukan Kabupaten Nias Selatan,
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
12
Analisis Gender Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
Kabupaten Pakpak Bharat dan Kabupaten Humbang Hasundutan
di Propinsi Sumatera Utara.
II.3. Ekonomi dan Sosial Budaya
Sektor pertanian, bagi daerah Kabupaten Tapanuli Utara
sampai saat ini masih merupakan tulang punggung perekonomian
daerah sebagai penghasil nilai tambah dan devisa maupun
sumber penghasilan atau penyedia lapangan pekerjaan sebagian
besar penduduknya. Hal ini ditunjukkan dari kontribusi sektor
pertanian dalam pembentukan PDRB tahun 2012 masih tetap
dominan yakni mencapai 50,52 persen dari total PDRB yang
dihasilkan. Mengingat pentingnya sektor pertanian bagi daerah
Kabupaten Tapanuli Utara yang mana memberikan fasilitas dan
dorongan yang lebih terarah bagi perkembangan pembangunan
kerakyatan. Pemerintah daerah Kabupaten Tapanuli Utara
menetapkan visi pembangunan yakni ”Mewujudkan
Kemakmuran Masyarakat Berbasis Pertanian ”.
Usaha perekonomian rakyat yang lain adalah peternakan
dengan hasil ternak yang utama yaitu babi, kerbau, ayam, itik dan
kambing. Kegiatan perekonomian rakyat di sektor industri yang
menonjol adalah kelompok industri sandang dankulit yang
merupakan usaha berskala home industry. Kelompok industri
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
13
Analisis Gender Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
lainnya adalah industri pangan, bahan bangunan, kerajinan logam
dan kerajinan umum lainnya.
Berdasarkan SP2000 sebesar 97,54 persen penduduk
Kabupaten Tapanuli Utara didominasi oleh suku batak
toba/tapanuli, otomatis budaya dan adat istiadat masyarakat
Tapanuli Utara sangat dipengaruhi oleh budaya dan adat istiadat
suku batak toba, dimana suku ini sangat menjunjung tinggi adat
istiadat dan budayanya.
Ada 3 filsafat suku batak yang sangat mengakar di
kehidupan masyarakat Tapanuli Utara yaitu :
- Somba Marhula-hula
Bahwa orang batak harus hormat terhadap hula-hula
(keluarga dari pihak perempuan), karena hula-hula
dianggap sebagai saluran berkat dari Tuhan.
- Elek Marboru
Bahwa orang batak harus baik terhadap anak
perempuannya, karena anak perempuan inilah yang akan
selalu membantu keluarga dalam masalah apapun.
- Manat mardongantubu
Menjaga sikap baik terhadap keluarga-keluarganya agar
keluarga bisa bersatu dan tidak terpecah-pecah.
Dari ketiga filsafat ini ada 2 (dua) filsafat yaitu somba
marhula-hula dan elek marboru yang menunjukkan bahwa orang
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
14
Analisis Gender Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
batak sangat menghargai kedudukan perempuan baik dalam
kehidupan sehari-hari maupun dalam adat istiadat. Kemudian
dalam adat perkawinan ada tuhor/sinamot yang diberikan oleh
keluarga pengantin laki-laki kepada keluarga pengantin
perempuan yang besarnya ditentukan oleh kesepakatan dalam
suasana damai dan saling menghormati untuk penghargaan
kepada pihak perempuan yang telah membesarkan si pengantin
perempuan ini. Jadi kalau dilihat dari falsafah suku batak dan adat
istiadat suku batak, bahwa orang batak sebenarnya sangat
menghargai kedudukan perempuan di masyarakat dan keluarga.
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
15
Analisis Gender Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
BAB III
DEMOGRAFI
III.1. Jumlah dan Pertumbuhan
Penduduk
III.2. Struktur Umur dan Angka Beban
Ketergantungan
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
16
Analisis Gender Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
BAB III DEMOGRAFI
Salah satu aspek yang sangat penting dan perlu mendapat
fokus perhatian dalam proses pembangunan adalah aspek
kependudukan, khususnya yang berkaitan dengan aspek kuantitas
dan kualitas, komposisi dan tingkat penyebaran penduduk.
Kuantitas penduduk yang relatif besar dapat menjadi modal dasar
pembangunan dengan asumsi kualitas sumber daya manusia yang
tinggi, namun sebaliknya dapat menjadi beban pembangunan jika
kualitasnya rendah.
Dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah
(RPJM) Kabupaten Tapanuli Utara telah ditetapkan bahwa salah
satu dari tiga agenda pembangunan Kabupaten Tapanuli Utara
adalah menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang
berkualitas dan handal.
Untuk mendukung pembangunan SDM yang berkualitas
dan handal tersebut harus dimulai dari perencanaan
pembangunan kependudukan yang berkualitas atau dengan
perkataan lain perencanaan harus didasarkan pada fakta dan data
kependudukan yang akurat. Dari data kependudukan tersebut
pemerintah dan pihak-pihak lainnya yang terkait dengan
pembangunan (termasuk pihak swasta) dapat menyusun berbagai
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
17
Analisis Gender Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
perencanaan seperti kebutuhan fasilitas pokok dan fasilitas
penunjang kesejahteraan rakyat (kebutuhan dasar seperti
pangan, fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, perumahan,
pasar, tempat ibadah, tempat rekreasi, dan kebutuhan masyarakat
lainnya).
Data kependudukan yang dianalisis pada bab ini meliputi
jumlah dan pertumbuhan penduduk, struktur penduduk
berdasarkan kelompok umur dan angka beban ketergantungan,
rasio jenis kelamin, dan kepadatan penduduk.
III.1. Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin
Perkembangan jumlah penduduk Tapanuli Utara dari
tahun ke tahun selalu mengalami pertumbuhan, tetapi relatif tidak
begitu tinggi. Berdasarkan hasil proyeksi penduduk, jumlah
penduduk pada tahun 2013 sebanyak 287.166 jiwa terdiri dari
laki-laki sebanyak 141.893 jiwa dan perempuan sebanyak
145.273 jiwa. Dibandingkan dengan tahun 2012 jumlah penduduk
Kabupaten Tapanuli Utara mengalami pertambahan sebesar 2.096
jiwa.
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
18
Analisis Gender Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
Tabel III.1. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Per Kecamatan di Kabupaten Tapanuli Utara
Tahun 2013
Kecamatan Laki-laki Perempuan L + P
Sex Ratio
Jml % Jml % Jml % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Parmonangan 6.639 49,59 6.750 50,41 13.389 4,66 98,36
2 Adiankoting 7.215 50,56 7.056 49,44 14.271 4,97 102,25
3 Sipoholon 11.254 49,15 11.644 50,85 22.898 7,97 96,65
4 Tarutung 19.797 48,74 20.823 51,26 40.620 14,15 95,07
5 Siatas Barita 6.477 48,21 6.957 51,79 13.434 4,68 93,10
6 Pahae Julu 5.910 48,93 6.168 51,07 12.078 4,21 95,82
7 Pahae Jae 5.258 48,38 5.611 51,62 10.869 3,78 93,71
8 Purbatua 3.570 48,47 3.796 51,53 7.366 2,57 94,05
9 Simangumban 3.665 48,82 3.842 51,18 7.507 2,61 95,39
10 Pangaribuan 13.571 49,36 13.925 50,64 27.496 9,57 97,46
11 Garoga 8.047 50,22 7.975 49,78 16.022 5,58 100,90
12 Sipahutar 12.636 50,08 12.596 49,92 25.232 8,79 100,32
13 Siborongborong 22.829 50,26 22.591 49,74 45.420 15,82 101,05
14 Pagaran 8.422 49,51 8.589 50,49 17.011 5,92 98,06
15 Muara 6.603 48,72 6.950 51,28 13.553 4,72 95,01
Jumlah 141.893 49,41 145.273 50,59 287.166 100,00 97,67
Sumber : BPS Kabupaten Tapanuli Utara
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
19
Analisis Gender Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
Jika jumlah penduduk dianalisis menurut kecamatan,
maka Kecamatan Siborongborong dan Kecamatan Tarutung
merupakan dua kecamatan yang memiliki populasi penduduk
yang terbesar yaitu masing-masing sebanyak 45.420 jiwa atau
15,82 persen dan 40.620 jiwa atau 14,15 persen dari total
penduduk Kabupaten Tapanuli Utara, sedangkan kecamatan yang
memiliki populasi penduduk terkecil adalah Kecamatan Purba
Tua sebanyak 7.366 jiwa atau 2,57 persen dari total penduduk
Kabupaten Tapanuli Utara. Pada periode 2000-2010, rata-rata laju
pertumbuhan penduduk Tapanuli Utara tercatat sebesar 0,87
persen per tahun.
Besar kecilnya rasio jenis kelamin penduduk dipengaruhi
oleh pola mortalitas dan migrasi penduduk suatu daerah. Jika
rasio jenis kelamin di suatu daerah di atas 100, artinya jumlah
penduduk laki-laki lebih banyak dari pada jumlah penduduk
perempuan di daerah tersebut dan dapat berarti pula tingkat
mortalitas penduduk laki-laki lebih rendah dari perempuan,
disamping itu faktor perpindahan (migrasi out) penduduk laki-
laki untuk merantau dan melanjutkan pendidikannya juga diduga
ikut mempengaruhi.
Dari hasil Sensus Penduduk pada tahun 2010
menunjukkan bahwa jumlah penduduk perempuan di Tapanuli
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
20
Analisis Gender Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
Utara lebih banyak dari pada laki-laki, dengan perbandingan
setiap 100 penduduk perempuan terdapat 97 penduduk laki-laki,
dan pada tahun 2013 meningkat menjadi sekitar 9.767 laki-laki
tiap 10.000 perempuan.
Grafik III.1. Rasio Jenis Kelamin Per Kecamatan
di Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2013
Dari Grafik III.1.terlihat bahwa ada empat kecamatan
dengan nilai sex ratio lebih besar dari 100, yang berarti bahwa
jumlah penduduknya lebih besar laki-laki dibanding perempuan,
yaitu Kecamatan Adiankoting (102,25), Garoga (100,90),
98,36
102,25
96,65 95,07
93,1
95,82 93,71 94,05
95,39 97,46
100,9 100,32 101,05
98,06
95,01
90
95
100
105
Parm
onan
gan
Adian
kotin
g
Sipo
holo
n
Taru
tung
Siat
as B
arita
Paha
e Jul
u
Paha
e Jae
Purb
a Tua
Sim
angu
mba
n
Pang
arib
uan
Garo
ga
Sipa
huta
r
Sibo
rong
-bor
ong
Paga
ran
Muar
a
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
21
Analisis Gender Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
Sipahutar (100,32) dan Siborongborong (101,05). Sedangkan
kecamatan dengan nilai sex ratio lebih kecil dari 100, yang berarti
bahwa penduduk perempuan lebih besar dibanding laki-laki
adalah Kecamatan Parmonangan (98,36), Sipoholon (96,65),
Tarutung (95,07), Siatas Barita (93,10), Pahae Julu (95,82), Pahae
Jae (93,71), Purba Tua (94,05), Simangumban (95,39),
Pangaribuan (97,46), Pagaran (98,06) dan Muara (95,01).
Jika kita telusuri lebih lanjut untuk umur 0-39 tahun
dimana jumlah penduduk laki-laki lebih besar dibanding
perempuan, sedangkan pada umur 40 tahun ke atas jumlah
perempuan lebih besar dari laki-laki begitu juga pada umur lansia
75 tahun keatas, dimana jumlah penduduk perempuan lebih dari
dua kali lipat terhadap penduduk laki-laki. Hal ini menunjukkan
bahwa harapan hidup perempuan lebih tinggi dibanding harapan
hidup laki-laki.
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
22
Analisis Gender Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
III.2. Struktur Umur dan Angka Beban Ketergantungan
Dilihat dari komposisi penduduk menurut kelompok umur
pada tahun 2013 (Grafik III.2), sebanyak 36,46 persen penduduk
Kabupaten Tapanuli Utara termasuk dalam kelompok umur anak-
anak (0-14 tahun), sebanyak 57,46 persen merupakan kelompok
usia produktif (15-64 tahun) dan kelompok lanjut usia (65 tahun
ke atas) sebanyak 6,08 persen.
Dilihat dari kelompok penduduk usia non produktif (anak-
anak dan lansia) di Kabupaten Tapanuli Utara pada Tahun 2013
ada sebanyak 42,54 persen. Jumlah tersebut perlu mendapat
perhatian khusus dari pemerintah dan masyarakat, sebab
kelompok penduduk usia anak-anak merupakan cikal bakal
sebagai pengganti generasi yang akan datang. Demikian halnya
pada kelompok umur lansia juga perlu mendapatkan perhatian
khusus terutama agar mereka mendapatkan perawatan yang
layak sehingga mereka merasa tidak menjadi beban dalam
keluarga maupun di lingkungan sekitar keluarga.
Dilihat dari Angka Beban Tanggungan Penduduk sebesar
74,04 artinya setiap 10.000 orang penduduk yang aktif secara
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
23
Analisis Gender Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
ekonomi menanggung sekitar 7.404 orang penduduk yang secara
ekonomi tidak aktif.
Grafik III.2.
Piramida Penduduk Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
Pada Grafik III.2 dapat kita lihat bahwa kelompok
penduduk terbesar terdapat pada kelompok penduduk usia 0-4
tahun baik laki-laki maupun perempuan, kemudian pada
kelompok usia 10-14 tahun dan yang ketiga terbesar adalah
0-45-9
10-1415-1920-2425-2930-3435-3940-4445-4950-5455-5960-6465-6970-74
75+
18.710 17.950
16.782 15.071
8.592 8.545 8.953
8.427 7.736 7.569
6.788
5.808 4.413
2.524 1.823 1.727
17.914
16.95716.016
13.956 7.139 8.060
8.667
8.089 8.060 8.152
7.852 7.125
5.397 3.833
3.257
4.226
.
Laki-laki Perempuan
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
24
Analisis Gender Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
kelompok penduduk usia 5-9 tahun. Kemudian mengalami
penurunan pada usia 15-19 tahun dan mengalami penurunan
agak jauh pada kelompok usia 20-24 tahun yang kemungkinan
dikarenakan banyak penduduk yang bersekolah jauh ke luar kota
mulai tingkat SLTA dan perguruan tinggi, dan banyak penduduk
merantau mencari pekerjaan.
Dasar piramida yang cukup lebar menunjukkan kelompok
penduduk ini memiliki angka rasio ketergantungan penduduk
muda yang cukup tinggi sementara puncak piramida yang
menciut masih menunjukkan rendahnya angka rasio
ketergantungan penduduk tua.
Piramida penduduk seperti inilah yang dinamakan
piramida penduduk ekspansif, dimana sebagian besar penduduk
berada dalam kelompok umur muda. Tipe seperti ini umumnya
terdapat pada negara-negara yang mempunyai angka kelahiran
dan angka kematian yang tinggi, juga pada negara-negara dengan
pertumbuhan penduduk yang cepat akibat dari masih tingginya
angka kelahiran dan sudah mulai menurunnya angka kematian.
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
25
Analisis Gender Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
BAB IV
PENDIDIKAN
IV.1. Angka Buta Huruf
IV.2. Angka Partistipasi Sekolah
IV.3. Pendidikan Tertinggi yang
Ditamatkan
IV.4. Indeks Pembangunan Manusia
(IPM)
IV.5. Bias Gender Dalam Pendidikan
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
26
Analisis Gender Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
BAB IV PENDIDIKAN
Pendidikan merupakan faktor yang mempengaruhi
kehidupan manusia. Lewat pendidikan, kecerdasan dan
keterampilan manusia terasah dan teruji menghadapi dinamika
kehidupan yang kian kompleks dalam skala makro, pendidikan
merupakan indikator kualitas sumber daya manusia. Semakin
baik pendidikan maka semakin baik pula kualitas sumber daya
manusia.
Perempuan memiliki hak yang sama dengan laki-laki
untuk memperoleh pendidikan. Bila partisipasi pendidikan
perempuan meningkat, maka akan memperluas partisipasi
perempuan di bidang–bidang lain. Bidang ekonomi, kesehatan,
sosial, hukum dan politik merupakan ranah yang menunggu
partisipasi aktif perempuan itu. Kemajuan pembangunan bangsa
dan negara tak bisa dilepaskan dari peran serta perempuan,
terutama para ibu. Sayangnya, tingkat pendidikan perempuan di
Indonesia masih cukup rendah.
Berikut adalah beberapa data pendidikan yang sudah
dipilah menjadi data terpilah laki-laki perempuan yang bisa
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
27
Analisis Gender Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
menjadi dasar pemerintah untuk melakukan perencanaan
pembangunan pendidikan berdasarkan pengarusutamaan gender.
IV.1. Angka Buta Huruf
Penduduk buta huruf adalah penduduk yang tidak dapat
membaca dan menulis huruf latin yang masing-masing
merupakan dasar yang diajarkan di kelas-kelas awal jenjang
pendidikan dasar/SD. Indikator yang biasa digunakan untuk
melihat penduduk buta huruf adalah angka buta huruf yang
merupakan proporsi jumlah penduduk buta huruf terhadap
seluruh penduduk.
Tabel IV.1.
Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun Keatas Menurut Jenis Kelamin dan Kepandaian Membaca dan Menulis di
Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
Kemampuan Baca Tulis L P L+P
Huruf Latin 95,46 91,86 93,61 Huruf Arab 1,39 2,07 1,74 Huruf Lainnya 2,50 3,88 3,21 Tidak Dapat 0,65 2,19 1,44
Jumlah 100,00 100,00 100,00 Sumber : Susenas 2013 – BPS Kabupaten Tapanuli Utara
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
28
Analisis Gender Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
Angka buta huruf sangat dipengaruhi angka melek huruf,
semakin kecil angka buta huruf semakin besar angka melek huruf
dan sebaliknya. Dalam kenyataan, jumlah angka buta huruf
Indonesia masih tinggi dibanding negara lainnya. Beberapa upaya
sudah dilakukan untuk meminimalisir/menghapus angka itu
tetapi belum mencapai hasil yang maksimal.
Dari Tabel IV.1 bisa dilihat bahwa angka buta huruf
penduduk usia 10 tahun ke atas adalah sebesar 1,44 persen,
dimana angka buta huruf perempuan (2,19 persen) lebih besar
dibanding laki-laki (0,65 Persen), hal ini menunjukkan pada
tahun-tahun terdahulu akses pendidikan untuk perempuan sangat
kurang dibanding laki-laki. Tetapi pada tahap sekarang hal ini
sudah mulai berubah dimana APS perempuan lebih besar dari APS
laki-laki.
IV. 2. Angka Partisipasi Sekolah
Angka partisipasi sekolah merupakan model
penghitungan untuk mengukur keterlibatan/peran serta
masyarakat dalam kegiatan belajar-mengajar di sekolah.
Pengukuran angka partisipasi sekolah dalam arti sempit
akan memberi gambaran berupa jumlah (persentase) keterlibatan
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
29
Analisis Gender Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
masyarakat berdasarkan jenis kelamin untuk menentukan
kualitas dan jumlah SDM yang mengecap pendidikan formal.
Tabel IV.2.
Persentase Penduduk Umur 7-12 Tahun Menurut Jenis Kelamin dan Partisipasi Sekolah di Kabupaten Tapanuli
Utara Tahun 2013
Partisipasi Sekolah L P L+P
Masih Bersekolah 98,57 100,00 99,33
Lainnya 1,43 0,00 0,67 Total 100,00 100,00 100,00
Sumber : Susenas 2013 – BPS Kabupaten Tapanuli Utara
Dari Tabel IV.2. bisa dilihat bahwa dari penduduk usia 7-
12 tahun atau usia sekolah SD masih ada yang tidak/belum
pernah sekolah dan tidak bersekolah lagi sebesar 0,67 persen,
untuk laki-laki 1,43 persen, sedangkan penduduk usia 7-12 tahun
yang masih bersekolah SD sebesar 99,33 persen, dimana laki-laki
98,57 persen dan perempuan sebesar 100,00 persen.
Dari Tabel IV.3. bisa dilihat bahwa dari 124.227 siswa
SD/MI, sebesar 70,13 persen berasal dari siswa laki-laki dan
29,87 persen siswa perempuan. Keadaan bahwa siswa SD laki-laki
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
30
Analisis Gender Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
lebih besar daripada siswa SD perempuan terdapat di hampir
semua kecamatan.
Tabel IV.3. Jumlah dan Persentase Siswa SD/MI Negeri dan Swasta
Menurut Jenis Kelamin Per Kecamatan di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun Ajaran 2013/2014
Kecamatan Jenis Kelamin dan Persentase Jumlah L % P % (1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Parmonangan 2.993 51,84 2.781 48,16 5.774 2 Adiankoting 948 53,29 831 46,71 1.779 3 Sipoholon 1.744 51,89 1.617 48,11 3.361 4 Tarutung 1.250 49,37 1.282 50,63 2.532 5 Siatas Barita 3.976 52,05 3.663 47,95 7.639 6 Pahae Julu 937 48,80 983 51,20 1.920 7 Pahae Jae 859 50,12 855 49,88 1.714 8 Purbatua 638 51,04 612 48,96 1.250 9 Simangumban 579 48,45 616 51,55 1.195
10 Pangaribuan 2.403 51,89 2.228 48,11 4.631 11 Garoga 2.582 52,17 2.367 47,83 4.949 12. Sipahutar 1.462 51,35 1.385 48,65 2.847 13 Siborongborong 1.583 50,51 1.551 49,49 3.134 14 Pagaran 1.179 49,25 1.215 50,75 2.394 15 Muara 1.107 51,01 1.063 48,99 2.170
Jumlah 24.240 51,26 23.049 48,74 47.289 Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Tapanuli Utara
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
31
Analisis Gender Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
Tabel IV.4. Jumlah dan Persentase Siswa SMP Negeri dan Swasta
Menurut Jenis KelaminPer Kecamatan di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun Ajaran 2013/2014
Kecamatan Jenis Kelamin dan Persentase Jumlah L % P % (1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Parmonangan 473 52,79 423 47,21 896
2 Adiankoting 526 51,67 492 48,33 1.018
3 Sipoholon 676 48,60 715 51,40 1.391
4 Tarutung 1.480 49,45 1.513 50,55 2.993
5 Siatas Barita 390 52,77 349 47,23 739
6 Pahae Julu 377 50,07 376 49,93 753
7 Pahae Jae 383 48,54 406 51,46 789
8 Purbatua 240 52,52 217 47,48 457
9 Simangumban 214 47,87 233 52,13 447
10 Pangaribuan 1.063 50,86 1.027 49,14 2.090
11 Garoga 659 52,85 588 47,15 1.247
12 Sipahutar 996 51,10 953 48,90 1.949
13 Siborongborong 1.681 52,29 1.534 47,71 3.215
14 Pagaran 822 50,18 816 49,82 1.638
15 Muara 574 50,17 570 49,83 1.144
Jumlah 10.554 50,82 10.212 49,18 20.766
Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Tapanuli Utara
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
32
Analisis Gender Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
Kemudian dari Tabel IV.4. jumlah siswa SMP sebanyak
20.766 siswa dimana 50,82 persennya adalah laki-laki dan 49,18
persennya adalah perempuan.
Tabel IV.5. Persentase Penduduk Umur 13-15 Tahun Menurut Jenis Kelamin dan Partisipasi Sekolah di Kabupaten Tapanuli
Utara Tahun 2013
Partisipasi Sekolah L P L+P
Masih Bersekolah 96,15 98,26 97,11
Lainnya 3,85 1,74 2,89
Total 100,00 100,00 100,00
Sumber : Susenas 2013 – BPS Kabupaten Tapanuli Utara
Jika dilihat pada Tabel IV.5. bahwa penduduk umur 13-15
tahun di Kabupaten Tapanuli Utara, masih ada yang tidak/belum
pernah sekolah dan tidak bersekolah lagi yaitu sebesar 2,89
persen, untuk laki-laki 3,85 persen dan untuk perempuan 1,74
persen, sedangkan yang masih sekolah sebesar 97,85 persen,
dimana laki-laki sebesar 96,15 persen dan perempuan sebesar
98,26 persen, persentase secara total lebih rendah dibanding
usia 7-12 tahun hal ini mungkin dikarenakan biaya kebutuhan
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
33
Analisis Gender Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
sekolah yang cukup tinggi, masalah keluarga dan kurangnya
kemauan siswa itu sendiri untuk bersekolah.
Tabel IV.6. Jumlah dan Persentase Siswa SMA Negeri dan Swasta Menurut Jenis Kelamin Per Kecamatan di Kabupaten
Tapanuli Utara Tahun Ajaran 2013/2014
Kecamatan Jenis Kelamin dan Persentase
Jumlah L % P %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) 1 Parmonangan 108 46,55 124 53,45 232 2 Adiankoting 150 46,44 173 53,56 323 3 Sipoholon 187 36,59 324 63,41 511 4 Tarutung 1.243 42,57 1.677 57,43 2.920 5 Siatas Barita - - - - - 6 Pahae Julu 130 38,35 209 61,65 339 7 Pahae Jae 167 40,44 246 59,56 413 8 Purbatua - - - - - 9 Simangumban 98 43,36 128 56,64 226
10 Pangaribuan 331 43,32 433 56,68 764
11 Garoga 185 51,97 171 48,03 356
12 Sipahutar 424 50,06 423 49,94 847
13 Siborongborong 1.022 41,94 1.415 58,06 2.437 14 Pagaran 347 48,13 374 51,87 721 15 Muara 244 41,08 350 58,92 594
Jumlah 4.636 43,40 6.047 56,60 10.683
Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Tapanuli Utara
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
34
Analisis Gender Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
Dari Tabel IV.6. ini menunjukkan bahwa ada sebanyak
10.683 siswa SMA dengan rincian bahwa 43,40 persen adalah
siswa laki-laki dan 56,60 persen adalah siswa perempuan.
Keadaaan seperti itu hampir di semua kecamatan kecuali
Kecamatan Garoga dan Kecamatan Sipahutar yang lebih banyak
siswa laki-laki dibanding perempuan.
Dari Tabel IV.7 bisa dilihat bahwa persentase siswa yang
masih bersekolah umur 16-18 tahun menurun menjadi 75,96
persen jika dibandingkan dengan persentase penduduk yang
masih bersekolah umur 7-12 tahun (99,33 persen) dan umur 13-
15 tahun (97,11 persen). Sedangkan untuk yang tidak/belum
pernah sekolah dan tidak bersekolah lagi adalah sebesar 24,04
persen, sangat tinggi jika dibandingkan dengan umur 7-12 tahun
(0,67 persen) dan umur 13-15 tahun (2,89 persen).
Tabel IV.7. Persentase Penduduk Umur 16-18 Tahun Menurut Jenis
Kelamin dan Partisipasi Sekolah di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
Partisipasi Sekolah L P L+P
Masih Bersekolah 68,44 86,59 75,96
Lainnya 31,56 13,41 24,04
Total 100,00 100,00 100,00
Sumber : Susenas 2013 – BPS Kabupaten Tapanuli Utara
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
35
Analisis Gender Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
Pada Tabel IV.8. bisa dilihat bahwa penduduk usia 19-24
tahun yang tidak/belum pernah sekolah dan tidak bersekolah lagi
sebesar 87,67 persen, dimana terdiri dari laki-laki sebesar 90,78
persen dan perempuan sebesar 83,59 persen, sedangkan untuk
yang masih bersekolah hanya sebesar 12,33 persen dimana laki-
laki 9,22 persen dan perempuan 16,41 persen.
Pada umur 19-24 tahun inilah terjadi perubahan pola
partisipasi sekolah, kalau dari umur 7-18 tahun lebih banyak yang
masih bersekolah dibandingkan yang tidak bersekolah lagi,
sedangkan pada kelompok umur ini lebih banyak yang tidak
bersekolah lagi dibandingkan yang masih bersekolah, karena
masih bersekolah disini berarti bersekolah di perguruan tinggi
dimana biaya sekolah perguruan tinggi cukup tinggi.
Tabel IV.8.
Persentase Penduduk Umur 19-24 Tahun Menurut Jenis Kelamin dan Partisipasi Sekolah di Kabupaten Tapanuli
Utara Tahun 2013
Partisipasi Sekolah L P L+P
Masih Bersekolah 9,22 16,41 12,33
Tidak Bersekolah 90,78 83,59 87,67
Total 100,00 100,00 100,00
Sumber : Susenas 2013 – BPS Kabupaten Tapanuli Utara
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
36
Analisis Gender Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
IV.3. Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan
Pendidikan yang ditamatkan seseorang secara langsung
menunjukkan tingkat pendidikan yang dicapainya. Sejalan dengan
itu, pola dan distribusi pendidikan menurut tingkat pendidikan
yang ditamatkan dapat menggambarkan taraf pendidikan
penduduk secara keseluruhan. Semakin tinggi persentase
penduduk yang menamatkan pendidikan pada jenjang yang lebih
tinggi menunjukkan kondisi pendidikan penduduk yang semakin
membaik.
Tabel IV.9. menyajikan persentase penduduk menurut
jenjang pendidikan dan jenis kelamin. Dari tabel tersebut
ditunjukkan bahwa persentase penduduk yang menamatkan
suatu jenjang pendidikan cenderung semakin mengecil sejalan
dengan semakin meningkatnya jenjang pendidikan. Persentase
penduduk 10 tahun ke atas yang tamat SD sebesar 23,37 persen,
kemudian sedikit naik pada jenjang SMP 24,41 persen kemudian
menurun pada setiap jenjang diatasnya berturut-turut SMU 20,00
persen, SM Kejuruan 7,46 persen, Diploma I/II 0,50 persen,
Diploma III 1,05 persen, Diploma IV/S1 sebesar 2,55 persen.
Kemudian jika berdasarkan jenis kelamin, pada tabel ditunjukkan
bahwa lebih banyak perempuan yang tidak/belum pernah sekolah
serta yang belum tamat SD dibanding laki-laki.
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
37
Analisis Gender Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
Tabel IV.9.
Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kelamin dan Pendidikan Tertinggi yang ditamatkan
Tahun 2013
Tingkat Pendidikan Perbandingan tingkat
pendidikan L P L + P
1. Tidak/belum pernah sekolah 0,80 1,76 1,29
2. Belum tamat SD 15,98 22,59 19,36
3. SD/MI/Sederajad 24,06 22,71 23,37
4. SLTP/MTs/Sederajad 26,62 22,30 24,41
5. SMU/MA/Sederajad 19,57 20,41 20,00
6. SM Kejuruan 9,34 5,68 7,46
7. D I / D II 0,09 0,89 0,50
8. D III / Sarmud 0,68 1,41 1,05
9. D IV / S1 2,86 2,24 2,55
Jumlah 100,00 100,00 100,00
Sumber : Susenas 2013 – BPS Kabupaten Tapanuli Utara
IV.4. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Manusia adalah kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai
modal dasar pembangunan. Tujuan utama dari pembangunan
adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
38
Analisis Gender Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
rakyatnya untuk menikmati hidup sehat, umur panjang dan
menjalankan kehidupan yang produktif.
Untuk mewujudkan tercapainya ketiga unsur tersebut
dilakukan upaya konkrit dan berkesinambungan. Misalnya untuk
mencapai umur panjang (angka harapan hidup) yang tinggi, harus
didukung oleh tingkat kesehatan yang baik, status gizi baik dan
semua prasarana kesehatan lingkungan yang baik. Untuk memiliki
pengetahuan dan keterampilan, manusia harus meningkatkan
kualitas pendidikannya, pembangunan pendidikan harus
diutamakan agar angka melek huruf dapat ditingkatkan. Untuk itu
rata-rata lama sekolah harus diatas 12 tahun atau setingkat tamat
SLTA. Disamping itu penduduk harus mempunyai kesempatan
untuk merealisasikan pengetahuan dan keterampilannya dengan
tersedianya lapangan pekerjaan, sehingga dapat direfleksikannya
dalam kegiatan produktif yang menghasilkan pendapatan bagi
manusia. Dengan pendapatan tersebut manusia dapat memenuhi
kebutuhannya dengan cara meningkatkan daya beli. Akhirnya
dengan ketiga unsur tersebut diatas diharapkan masyarakat dapat
meningkatkan kualitas hidupnya dan mencapai standar hidup
layak.
Kondisi pencapaian pembangunan manusia di Tapanuli
Utara menunjukkan peningkatan yang cukup berarti, hal ini dapat
dilihat dari pencapaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dari
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
39
Analisis Gender Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
tahun ke tahun yang semakin meningkat. Hal ini merupakan hasil
yang dicapai akibat pembangunan yang dilaksanakan secara terus
menerus secara konsisten oleh pemerintah.
Grafik IV. 1
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2000-2013
Pada tahun 2000, IPM Tapanuli Utara sebesar 66,36 dan
pada tahun 2013 sebesar 75,81. Hal ini menunjukkan betapa
masyarakat Kabupaten Tapanuli Utara jauh lebih produktif
dibandingkan sepuluh tahun yang lalu. Tetapi angka ini masih
66,36 66,44
68,4569,7
70,9 72,1 72,6 72,99 73,53
73,86 74,31 74,77 75,33
75,81
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
40
Analisis Gender Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
berada pada kriteria menengah, berarti masih harus lebih
ditingkatkan untuk pembangunan manusianya agar produktivitas
masyarakat semakin meningkat dan bermanfaat bagi modal
pembangunan Kabupaten Tapanuli Utara dan bukan menjadi
beban pembangunan.
IV.5. Bias Gender dalam pendidikan
Bias gender pendidikan juga sering terjadi di negara kita
dalam buku ajar misalnya, banyak ditemukan gambar maupun
rumusan kalimat yang tidak mencerminkan kesetaraan gender.
Sebut saja gambar seorang pilot selalu laki-laki karena pekerjaan
sebagai pilot memerlukan kecakapan dan kekuatan yang "hanya"
dimiliki oleh laki-laki. Sementara gambar guru yang sedang
mengajar di kelas selalu perempuan karena guru selalu
diidentikkan dengan tugas mengasuh atau mendidik. Ironisnya
siswa pun melihat bahwa meski guru-gurunya lebih banyak
berjenis kelamin perempuan, tetapi kepala sekolahnya umumnya
laki-laki.
Dalam rumusan kalimat pun demikian. Kalimat seperti "Ini
ibu Budi" dan bukan "ini ibu Suci", "Ayah membaca Koran dan ibu
memasak di dapur" dan bukan sebaliknya "Ayah memasak di
dapur dan ibu membaca koran", masih sering ditemukan dalam
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
41
Analisis Gender Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
banyak buku ajar atau bahkan contoh rumusan kalimat yang
disampaikan guru di dalam kelas. Rumusan kalimat tersebut
mencerminkan sifat feminim dan kerja domestik bagi perempuan
serta sifat maskulin dan kerja publik bagi laki-laki.
Demikian pula dalam perlakuan guru terhadap siswa, yang
berlangsung di dalam atau di luar kelas. Misalnya ketika seorang
guru melihat murid laki-lakinya menangis, ia akan mengatakan
"Masak laki-laki menangis. Laki-laki nggak boleh cengeng".
Sebaliknya ketika melihat murid perempuannya naik ke atas meja
misalnya, ia akan mengatakan "anak perempuan kok tidak tahu
sopan santun". Hal ini memberikan pemahaman kepada siswa
bahwa hanya perempuan yang boleh menangis dan hanya laki-laki
yang boleh kasar dan kurang sopan santunnya.
Bias gender ini tidak hanya berlangsung dan
disosialisasikan melalui proses serta sistem pembelajaran di
sekolah, tetapi juga melalui pendidikan dalam lingkungan
keluarga. Jika ibu atau pembantu rumah tangga (perempuan) yang
selalu mengerjakan tugas-tugas domestik seperti memasak,
mencuci, dan menyapu, maka akan tertanam di benak anak-anak
bahwa pekerjaan domestik memang menjadi pekerjaan
perempuan.
Bias gender yang berlangsung di rumah maupun di
sekolah tidak hanya berdampak negatif bagi siswa atau anak
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
42
Analisis Gender Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
perempuan tetapi juga bagi anak laki-laki. Anak perempuan
diarahkan untuk selalu tampil cantik, lembut, dan melayani.
Sementara laki-laki diarahkan untuk tampil gagah, kuat, dan
berani. Ini akan sangat berpengaruh pada peran sosial mereka di
masa datang. Singkatnya, ada aturan-aturan tertentu yang
dituntut oleh masyarakat terhadap perempuan dan laki-laki. Jika
perempuan tidak dapat memenuhinya ia akan disebut tidak tahu
adat dan kasar. Demikian pula jika laki-laki tidak dapat
memenuhinya ia akan disebut banci, penakut atau bukan laki-laki
sejati.
Lalu apa yang dapat dilakukan terhadap fenomena bias
gender dalam pendidikan ini? Keterlibatan semua pihak sangat
dibutuhkan bagi terwujudnya kehidupan yang lebih egaliter.
Kesetaraan gender seharusnya mulai ditanamkan pada anak sejak
dari lingkungan keluarga. Ayah dan ibu yang saling melayani dan
menghormati akan menjadi contoh yang baik bagi anak-anaknya.
Demikian pula dalam hal memutuskan berbagai persoalan
keluarga, tentu tidak lagi didasarkan atas "apa kata ayah". Jadi,
orang tua yang berwawasan gender diperlukan bagi pembentukan
mentalitas anak baik laki-laki maupun perempuan yang kuat dan
percaya diri.
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
43
Analisis Gender Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
BAB V
KESEHATAN
V.1. Angka Kematian Bayi
V.2. Penolong Kelahiran
V.3. Pemberian ASI dan Imunisasi
V.4. Status Gizi
V.5. Angka Kematian Ibu
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
44
Analisis Gender Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
BAB V KESEHATAN
Kesehatan merupakan salah satu indikator kesejahteraan
penduduk sekaligus indikator keberhasilan program
pembangunan. Berdasarkan UU No. 36/2009 tujuan
pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang, agar
terwujud derajat kesehatan yang optimal. Salah satu program
pemerintah mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi
seluruh penduduk adalah peningkatan pelayanan kesehatan yang
disokong oleh sarana/prasarana kesehatan yang memadai di
tingkat desa sampai kota.
Sebagai upaya perbaikan derajat kesehatan masyarakat di
Tapanuli Utara, pemerintah daerah memberikan perhatian khusus
terhadap sektor kesehatan. Hal ini ditunjukkan dalam salah satu
agenda pembangunan yang menjadi prioritas Rencana Jangka
Panjang Pembangunan Kabupaten Tapanuli Utara 2005-2025,
yaitu Meningkatkan sektor pendidian guna menciptakan kualitas
SDM yang berkualitas dan handal. Untuk mencapai sasaran
tersebut, telah disusun enam strategi pembangunan dan arah
kebijakan, salah satunya adalah peningkatan kualitas sumber daya
manusia dan derajad kesehatan .
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
45
Analisis Gender Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
Untuk mengetahui perkembangan pencapaian Tapanuli
Utara Sehat diperlukan indikator yang harus dipantau setiap
tahun. Beberapa faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan
masyarakat diantaranya adalah ketersediaan fasilitas pelayanan
kesehatan, keadaan sanitasi dan lingkungan, dan konsumsi
makanan bergizi masyarakat. Tetapi faktor yang terpenting
dalam upaya peningkatan derajat kesehatan tersebut terletak
pada manusianya sebagai subyek dan sekaligus obyek dari upaya
tersebut.
Kesehatan berimplikasi pada produktifitas perorangan
dan kelompok, sehingga pembangunan dan berbagai upaya di
bidang kesehatan diharapkan menjangkau semualapisan
masyarakat serta tidak diskriminatif dalam pelaksanaannya,
program di bidang kesehatan untuk laki-laki dan perempuan
harus sama.
Indikator kesehatan umum yang biasa digunakan untuk
mengetahui derajat kesehatan anak antara lain : angka kematian
bayi, pemberian ASI, pemberian imunisasi, dan status gizi,
sedangkan indikator untuk mengetahui derajat kesehatan
perempuan antara lain : penolong kelahiran, angka kematian ibu,
dan partisipasi dalam KB.
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
46
Analisis Gender Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
V.1. Angka Kematian Bayi
Angka Kematian Bayi (AKB) secara umum dapat dijadikan
ukuran tingkat kesehatan penduduk. Angka ini diperkirakan
melalui cara atau metode tertentu dari data hasil sensus/survei.
Kematian bayi berkaitan erat dengan tingkat pendidikan keluarga,
keadaan sosial ekonomi keluarga, sistem nilai adat istiadat,
kebersihan dan kesehatan lingkungan serta pelayanan kesehatan
yang tersedia.
Grafik V.1.
Perkembangan Angka Kematian Bayi Di Tapanuli Utara 2000-2010
51 45,3 47 44 41,5
37,3
28,3 26,5 25,6 24,33
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2010
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
47
Analisis Gender Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
AKB di Kabupaten Tapanuli Utara terus mengalami
penurunan, berdasarkan perhitungan proyeksi Sensus Penduduk
2000 diperkirakan sebesar 51 per 1000 kelahiran hidup
kemudianmenurun menjadi 25,60 per 1000 kelahiran hidup
tahun 2008, dan semakin menurun pada tahun 2010 yaitu sebesar
24,33 per 1000 kelahiran hidup.
Faktor yang mempengaruhi Angka Kematian Bayi selain
kesehatan ibu, juga penolong kelahiran, pemberian ASI dan
makanan tambahan serta pemberian imunisasi.
V.2. Penolong Kelahiran
Kesehatan balita selain dipengaruhi oleh kesehatan ibu,
dapat juga dipengaruhi oleh faktor lain, diantaranya adalah
penolong kelahiran. Data komposisi penolong kelahiran bayi
dapat dijadikan salah satu indikator kesehatan terutama dalam
hubungannya dengan tingkat kesehatan ibu dan anak serta
pelayanan kesehatan secara umum. Dilihat dari kesehatan ibu
dan anak, persalinan yang ditolong oleh tenaga medis seperti
dokter dan bidan dapat dianggap lebih baik dari yang ditolong
oleh dukun, famili atau lainnya.
Penolong kelahiran pertama balita yang terbanyak secara
berurutan di Tapanuli Utara Tahun 2013 adalah bidan 84,18
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
48
Analisis Gender Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
persen, Dokter 9,70 persen, dukun 4,54 persen, lainnya 1,58
persen. Sedangkan pada data penolong kelahiran terakhir ada
perbedaan angka pada bidan yang menurun menjadi 83,65
persen, dan naik pada dokter menjadi 10,23 persen, di sini
menunjukkan bahwa ada beberapa kelahiran yang awalnya di
tolong bidan dan akhirnya di tolong dokter
Grafik V.2. Persentase Balita Menurut Penolong Kelahiran
Di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
Dokter, 9,7
Bidan, 84,18
Dukun, 4,54
Lainnya, 1,58
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
49
Analisis Gender Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
Membaiknya kondisi penolong kelahiran balita dalam
persalinannya merupakan buah kebijakan pemerintah yang telah
menempatkan bidan-bidan yang berstatus PNS maupun Pegawai
Tidak Tetap (PTT) di hampir seluruh pedesaan di Tapanuli
Utara.
V.3. Pemberian ASI
Faktor yang mempengaruhi Angka Kematian Bayi selain
kesehatan ibu, juga masa persalinan, pemberian ASI dan makanan
tambahan serta pemberian imunisasi.Oleh karena itu lamanya
masa pemberian ASI dan lengkapnya pemberian imunisasi perlu
diperhatikan.
Rata-rata Lama pemberian ASI bagi balita di Tapanuli
Utara adalah sebanyak 13,5 bulan, dimana yang paling dominan
antara 12 sampai 17 bulan sebanyak 51,42 persen, antara 6
sampai dengan 11 bulan yaitu sekitar 17,01 persen, 18-23 bulan
11,54 persen, lebih dari 23 bulan sebanyak 11,27 persen, dan
disusul 1-5 bulan 8,76 persen.
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
50
Analisis Gender Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
Tabel V.1. Persentase Balita Menurut Lamanya Pemberian ASI
Di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
Lamanya pemberian ASI (Bulan) L+P
1-5 8,76
6-11 17,01
12-17 51,42
18-23 11,54
>23 11,27
Total 100,00
Sumber : Susenas 2013 – BPS Kabupaten Tapanuli Utara
V.4. Status Gizi.
Status gizi buruk yang dipublikasikan media massa
beberapa waktu yang lalu agaknya menyiratkan persoalan serius
yang mengancam kehidupan anak-anak Indonesia. Sesudah
publikasi pertama, berturut-turut ditampilkan sosok anak-anak
dengan ciri bermata sayu, lemah, kurus dengan perut buncit yang
diindikasikan menderita gizi buruk.
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
51
Analisis Gender Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
Jumlahnya tidak sedikit, daerah-daerah yang selama ini
tidak tersentuh media, tidak terdata sebagai daerah beresiko atau
tertutupi ’klaim sehat’ mulai terkuak dengan munculnya sosok
anak-anak penderita gizi buruk di media massa. Jumlah balita gizi
buruk Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2013 adalah sebanyak 27
orang dan jumlah balita gizi kurang sebesar 75 orang .
Melihat banyaknya balita yang menderita gizi buruk dan
kurang, Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara tidak tinggal diam,
melalui Dinas Kesehatan, pemerintah melakukan upaya
penurunan gizi kurang dan gizi buruk dengan cara :
1. Pemberian PMT kepada anak yang menderita gizi kurang
dan gizi buruk selama 60 hari makan anak yaitu berupa
susu, kacang hijau dan gula pasir.
2. MP-ASI berupa biskuit
3. Suplemen, Muliavit, dan Kapsul Vitamin A.
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
52
Analisis Gender Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
Tabel V.2. Jumlah Balita yang Ditimbang dan Status Gizinya
Di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
Kecamatan Jml Balita
yang ditimbang
Status Gizi
Lebih Baik Kurang Buruk
1. Parmonangan 1.015 - 1.008 5 2 2. Adiankoting 1.233 - 1.227 3 3 3. Sipoholon 1.737 - 1.730 6 1 4. Tarutung 2.368 - 2.364 1 3 5. Siatas Barita 619 - 610 5 4 6. Pahae Julu 753 - 745 8 - 7. Pahae Jae 840 - 835 4 1 8. Purba Tua 550 - 546 3 1 9. Simangumban 667 - 662 4 1 10. Pangaribuan 2.015 - 2.004 10 1 11. Garoga 1.001 - 1.000 1 - 12. Sipahutar 2.192 - 2.185 5 2 13. Siborongborong 3.383 - 3.371 10 2 14. Pagaran 718 - 711 5 2 15. Muara 1.258 - 1.249 5 4
Total 20.349 - 20.247 75 27
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Utara
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
53
Analisis Gender Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
V.5. Angka Kematian Ibu (Maternal Mortality Rate)
Menurut WHO-SEARO, 1998, Kematian ibu adalah
kematian perempuan selama masa kehamilan, persalinan dan
dalam masa 42 hari (6 minggu) setelah berakhirnya kehamilan
tanpa memandang usia kehamilan maupun tempat melekatnya
janin, oleh sebab apapun yang berkaitan dengan atau diperberat
oleh kehamilan atau pengelolaannya, bukan akibat kecelakaan.
Angka kematian ibu berguna untuk menggambarkan tingkat
kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi, dan kesehatan ibu,
kondisi kesehatan lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan
terutama untuk ibu hamil, pelayanan kesehatan waktu melahirkan
dan masa nifas. Menurut Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli
Utara ada 10 kematian ibu maternal pada tahun 2013 di
Kabupaten Tapanuli Utara.
Tabel V.3. Jumlah Kematian Ibu Maternal
Di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
Kematian Jumlah 1. Kematian Ibu Hamil 2 2. Kematian Ibu Bersalin 4 3. Kematian Ibu Nifas 4
Total 10 Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Utara
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
54
Analisis Gender Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
Penyebab utama kematian maternal secara umum adalah
keterlambatan mencari, mencapai dan mendapat pelayanan
kesehatan yang dibutuhkan dalam mengatasi komplikasi yang
terjadi karena berbagai sebab. Pengetahuan yang kurang, jarak
yang sulit dicapai, bidan tidak berada ditempat merupakan
penyebab pelayanan kesehatan tidak diperoleh ketika
dibutuhkan.
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
55
Analisis Gender Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
BAB VI
FORMASI RUMAH TANGGA
VI.1. Kepala Rumah Tangga Menurut
Jenis Kelamin
VI.2. Status Perkawinan
VI.3. Partisipasi Dalam KB
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
56
Analisis Gender Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
BAB VI FORMASI RUMAH TANGGA
VI.1. Kepala Rumah Tangga Menurut Jenis Kelamin
Perempuan sebagai kepala rumah tangga identik dengan
kemandirian, meski di sisi lain posisi ini sering diasosiasikan
dengan stereotip orangtua tunggal (single parent; tanpa
suami/bapak, janda dan sebagainya). Pandangan mengenai
kemandirian perempuan sebagai kepala rumahtangga bukanlah
hal yang aneh, melainkan fakta yang dikuatkan data-data
kuantitatif yang menunjukkan fenomena khas jumlah rumah
tangga yang dikepalai perempuan di Kabupaten Tapanuli Utara.
Perbandingan perempuan dan laki-laki yang hampir
berimbang secara tidak langsung memperlihatkan karakteristik
Kabupaten Tapanuli Utara. Dari total rumah tangga Kabupaten
Tapanuli Utara, sebanyak 25,09 persen kepala rumah tangganya
adalah perempuan, jumlah ini tergolong cukup signifikan
mengingat posisi kepala rumah tangga selalu identik dengan laki-
laki. Hal ini pun sejalan dengan sistem kekerabatan patrilineal
(clan) yang secara umum dianut di Kabupaten Tapanuli Utara
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
57
Analisis Gender Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
Tabel VI.1. Persentase Kepala Rumah Tangga Menurut Jenis Kelamin
Di Tapanuli Utara 2013
Jenis Kelamin % KRT
Laki-laki 74,91
Perempuan 25,09
Total 100,00
Sumber : Kantor Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Tapanuli Utara
VI.2. Status Perkawinan
Status perkawinan adalah indikator awal untuk
mengetahui pembentukan perkembangan sebuah rumah tangga.
Sebagai unit terkecil dalam masyarakat, rumah tangga berperan
penting dalam pembentukan tatanan masyarakat. Dalam rumah
tangga peranan ibu sangat besar terutama dalam peningkatan
kualitas hidup anggota rumah tangga. Selama ini ibu berperan
penuh di dalam tumbuh kembang anak, melakukan pengasuhan
dan perawatan bagi anak, mengatur urusan rumahtangga dan
mengatur pola konsumsi, serta bertanggung jawab terhadap
kesehatan anggota rumah tangga.
Dalam budaya Indonesia, pembentukan sebuah rumah
tangga harus dimulai dari perkawinan. Perkawinan cukup
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
58
Analisis Gender Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
menentukan untukmengubah status seorang laki-laki dan
perempuan yang semula lajang menjadi suami isteri. Status
perempuan dan laki-laki sebelum menikah (lajang, duda atau
janda) bahkan dapat direduksi melalui perkawinan. Oleh sebab itu
perkawinan sangat berperan untuk memahami bagaimana rumah
tangga memiliki peran sangat penting bagi pembentukan individu.
Status perkawinan adalah gambaran pembentukan rumah tangga
dengan membedakan status perkawinan penduduk.
Tabel VI.2. Persentase Penduduk 10 Tahun ke Atas Menurut Status
Perkawinan dan Jenis Kelamin Di KabupatenTapanuli Utara Tahun 2013
Status Perkawinan L P L+P
Belum Kawin 45,92 33,92 39,78
Kawin 50,72 48,32 49,49
Cerai Hidup 0,71 1,65 1,19
Cerai Mati 2,65 16,12 9,54
100,00 100,00 100,00 Sumber : Susenas 2013-BPS Kabupaten Tapanuli Utara
Ada yang menarik bila membahas terminologi di atas.
Dalam masyarakat Indonesia, status seseorang sebelum menikah
cukup menentukan bagaimana budaya patriarki itu berlangsung
dan mempengaruhi masyarakat. Perempuan yang berstatus
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
59
Analisis Gender Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
janda,misalnya cenderung dipandang sebelah mata. Kepada janda
dilekatkan stigma bernada negatif, seperti janda kembang,
lengkap uraian khas tentang sifat-sikap perempuan berstatus
janda, seperti janda mudah dirayu. Sementara laki-laki yang
berstatus duda hampir tidak ada hal negatif yang dilekatkan
padanya, bahkan ungkapan umum untuk laki-laki yang tidak
beristeri lagi terkesan membanggakan para duda itu, seperti
duren (duda keren) dan jojoba (jomblo-jomblo bahagia).
Kalau dilihat di tabel VI.2. di sini membuktikan bahwa
ungkapan janda mudah dirayu itu salah karena status perkawinan
cerai hidup dan cerai mati untuk perempuan sangat besar
persentasenya yaitu sebanyak 17,77 persen dibanding laki-laki
yang hanya sebanyak 3,36 persen, disini menunjukkan bahwa
perempuan lebih tahan dengan status janda atau tidak kawin
dibandingkan laki-laki.
VI.3. Partisipasi dalam KB
Program Keluarga Berencana (KB) yang mempunyai
slogan 2 anak cukup dicanangkan pemerintah sebagai usaha
untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk serta
meningkatkan kesehatan ibu dan anak. Dengan KB keluarga
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
60
Analisis Gender Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
Indonesia atau pasangan usia subur didorong untuk
merencanakan kehamilan dan kelahiran, menjarangkan kelahiran
agar kualitas kesehatan anak, ibu dan keluarga mencapai hasil
maksimal. Dalam upaya merencanakan kehamilan atau
menjarangkan kelahiran pemerintah mengenalkan alat
kontrasepsi yang dikenal masyarakat dirancang untuk
perempuan.
Grafik VI.1 Persentase Wanita 10 Tahun Ke Atas Yang Pernah Kawin Menurut
Penggunaan Alat Kontrasepsi di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
Tetapi Pada grafik VI.1. menunjukkan bahwa di Kabupaten
Tapanuli Utara yang tidak pernah menggunakan alat KB sebanyak
44,13 persen, paling besar persentasenya jika dibandingkan
Sedang Menggunakan,
40,52
Tidak Menggunakan
Lagi, 15,34
Tidak Pernah Menggunakan,
44,13
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
61
Analisis Gender Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
dengan yang sedang menggunakan sebesar 40,52 persen dan yang
tidak menggunakan lagi sebesar 15,34 persen. Dari data tersebut
bisa disimpulkan bahwa penggunaan alat KB oleh perempuan
masih dianggap tidak terlalu penting, atau sosialisasi tentang
tujuan dan keuntungan menggunakan alat KB belum tersebar luas.
Dari tabel VI.3. menunjukkan bahwa jumlah akseptor aktif
sebanyak 22.864 akseptor aktif, dengan kecamatan yang paling
banyak akseptor aktifnya adalah Kecamatan Tarutung sebanyak
3.401 orang dan yang paling kecil Kecamatan Purba Tua sebanyak
561 orang.
Alat KB yang paling banyak digunakan oleh akseptor aktif
adalah menggunakan suntik KB sebesar 32,31 persen, kemudian
menggunakan pil sebesar 20,95 persen, implant sebesar 18,44
persen, MO sebesar 14,14 persen dan total yang lainnya 16,09
persen. Kecamatan yang paling banyak menggunakan suntik dan
pil KB adalah Kecamatan Tarutung. Sedangkan yang
menggunakan MO paling banyak adalah Kecamatan Pangaribuan.
.
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
62
Analisis Gender Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
Tabel VI.3.
Jumlah Keluarga Berencana, Akseptor Aktif Menurut Alat Kontrasepsi Yang Dipakai Di KabupatenTapanuli Utara
Tahun 2013
Kecamatan IUD MO Implant Suntik Pil Kondom Jumlah
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 1. Parmonangan 49 136 274 292 337 109 1.197
2. Adiankoting 86 188 271 285 240 179 1.249
3. Sipoholon 49 256 333 674 296 217 1.825
4. Tarutung 227 457 515 1.097 837 268 3.401
5. Siatas Barita 48 57 212 449 172 157 1.095
6. Pahae Julu 94 113 217 554 236 66 1.280
7. Pahae Jae 176 188 199 298 122 59 1.042
8. Purbatua 88 78 93 206 51 45 561
9. Simangumban 125 81 159 137 410 40 952
10. Pangaribuan 58 594 635 751 243 69 2.350
11. Garoga 115 170 250 435 328 210 1.508
12. Sipahutar 78 339 308 383 263 57 1.428
13. Siborongborong 65 315 453 927 696 255 2.711
14. Pagaran 9 237 272 325 273 165 1.281
15. Muara 4 23 24 574 287 72 984
Tapanuli Utara 1.271 3.232 4.215 7.387 4.791 1.968 22.864
Sumber : Tapanuli Utara Dalam Angka 2013-BPS Kabupaten Tapanuli Utara
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
63
Analisis Gender Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
BAB VII
KEGIATAN EKONOMI
VII.1. TPAK dan TPT
VII.2. Lapangan Pekerjaan
VII.3. Status Pekerjaan
VII.4. Jam Kerja
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
64
Analisis Gender Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
BAB VII KEGIATAN EKONOMI
VII.1. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
Penduduk yang termasuk kategori angkatan kerja adalah
penduduk yang secara ekonomis berpotensi menghasilkan output
atau pendapatan, baik yang sudah bekerja maupun yang sedang
mencari pekerjaan. TPAK merupakan persentase jumlah
angkatankerja terhadap jumlah penduduk usia kerja (15 tahun ke
atas). Semakin tinggi TPAK, berarti semakin besar pula
keterlibatan penduduk usia 15 tahun ke atas ke dalam pasar kerja.
TPAK Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2013 adalah sebesar 87,57
persen dari seluruh penduduk umur 15 tahun ke atas. Jika dilihat
menurut jenis kelamin TPAK laki-laki hampir sama dibanding
TPAK perempuan yaitu masing-masing 87,51 persen dan 87,62
persen.
Dari total laki-laki dan perempuan ada sekitar 87,57
persen merupakan angkatan kerja sedangkan 12,43 persen bukan
angkatan kerja, dan kegiatan yang dilakukan seminggu yang lalu
yang paling besar persentasenya adalah kegiatan bekerja (85,52
persen), kemudian yang sekolah (4,74 persen), sedangkan untuk
laki-laki angkatan kerja adalah sebesar 87,51 persen dan bukan
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
65
Analisis Gender Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
angkatan kerja sebesar 12,49 persen, dan kegiatan yang paling
besar dilakukan adalah bekerja (85,27 persen) kemudian sekolah
(5,62 persen), sedangkan untuk perempuan persentase angkatan
kerja sebesar 87,62 persen dan bukan angkatan kerja sebesar
12,38 persen, dengan kegiatan paling besar adalah bekerja 85,75
persen, kemudian mengurus rumah tangga sebanyak 5,71 persen,
sekolah 3,92 persen.
Tabel VII.1.
Persentase Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Menurut Jenis Kelamin dan Kegiatan Seminggu yang lalu
Kabupaten Tapanuli UtaraTahun 2013
Kegiatan Seminggu Yang Lalu L P L+P I. Angkatan Kerja 87,51 87,62 87,57 1. Bekerja 85,27 85,75 85,52 2. Pernah bekerja 0,50 0,47 0,49 3.Tidak pernah bekerja 1,74 1,39 1,56 II. Bukan Angkatan Kerja 12,49 12,38 12,43 1. Sekolah 5,62 3,92 4,74 2. Mengurus RT 2,13 5,71 3,98 3. Lainnya 4,74 2,75 3,71 Total AK+Bukan AK 100,00 100,00 100,00 TPAK 87,51 87,62 87,57 TPT 2,56 2,13 2,34
Sumber : Susenas 2013 – BPS Kabupaten Tapanuli Utara
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
66
Analisis Gender Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
TPAK perempuan di masa depan, di duga mempunyai
potensi untuk meningkat di masa yang akan datang, hal ini
diakibatkan oleh pemahaman kaum perempuan tentang
persamaan hak dan kewajiban, di samping adanya ruang bagi
kaumperempuan tidak hanya terbatas bekerja di rumah tangga
saja, tetapi juga layak bekerja serta membina karir untuk
memberikan kontribusi pendapatan terhadap dirinya dan atau
keluarganya.
Dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah
perbandingan jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan
kerja, dimana TPT Kabupaten Tapanuli Utara adalah sebanyak
2,34 persen dari jumlah penduduk 15 tahun keatas yang
merupakan angkatan kerja.
VII.2. Lapangan Pekerjaan
Dari struktur lapangan pekerjaan di Kabupaten Tapanuli
Utara diketahui bahwa sektor pertanian merupakan lapangan
pekerjaan yang paling dominan, hal ini sesuai dengan keadaaan
Tapanuli Utara yang merupakan daerah agraris di samping itu
berdasarkan data PDRB Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
atas dasar harga berlaku, sektor pertanian memberi kontribusi
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
67
Analisis Gender Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
sebesar 50,52 persen terhadap total PDRB Kabupaten Tapanuli
Utara.
Tabel VII.2. Persentase Penduduk 15 Tahun Ke AtasMenurut lapangan Pekerjaan dan Jenis Kelamin Di KabupatenTapanuli Utara
Tahun 2013
Lapangan Usaha L P L+P
1. Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan 75,49 73,42 74,41
2. Pertambangan dan Penggalian 0,26 0,00 0,13
3. Industri 1,43 4,40 2,97
4. Listrik, gas dan air minum 0,09 0,00 0,04 5. Konstruksi 4,38 0,00 2,11 6. Perdagangan rumah makan dan jasa
akomodasi 5,03 7,31 6,21
7. Transportasi, pergudangan dan komunikasi 2,97 0,35 1,61
8. Lembaga keuangan, usaha persewaan bangunan dan jasa perusahaan 0,80 0,17 0,47
9. Jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan 9,55 14,36 12,05
Total 100,00 100,00 100,00
Sumber : Susenas 2013-BPS Kabupaten Tapanuli Utara
Menurut data Susenas 2013 sekitar 74,41 persen
penduduk berumur 15 tahun keatas bekerja di sektor
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
68
Analisis Gender Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
pertanian,perkebunan, kehutanan dan perburuan sedangkan
sektor yang lainnya hanya sebesar 25,59 persen. Untuk sektor
industri, persentase wanita yang bekerja di sektor ini sebesar
4,40% lebih besar dibanding laki-laki yang hanya 1,43% seperti
yang dijelaskan pada tabel VII.3.
Tabel VII.3. Data UMKM
Kabupaten Tapanuli Utara
No Jenis UKM/Tahun Pria Wanita Jumlah
1 Tenun Ulos - 2,252 2,252 2 Kacang Garing 200 220 420 3 Sandang dan Kulit 305 390 695 4 Kemenyan 300 75 375 5 Pangan 68 300 368 6 Dagang Tradisional 182 4,500 4,682 7 Peternakan 500 1,293 1,793 8 Rumah Makan 400 1,572 1,972
Total 1,955 10,602 12,557 Sumber : Dinas Koperasi UKM, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Tapanuli Utara
VII.3. Status Pekerjaan
Status pekerjaan di bedakan menjadi lima macam status
pekerjaan, yaitu usaha sendiri tanpa bantuan orang lain, usaha
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
69
Analisis Gender Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
dengan dibantu anggota rumah tangga (ART)/ buruh tidak tetap,
berusaha dibantu dengan buruh tetap, buruh/karyawan
pemerintah dan swasta, serta pekerja keluarga. Klasifikasi status
pekerjaan ini bermanfaat terutama untuk membandingkan
proporsi penduduk yang bekerja sebagai buruh atau pekerja,
usaha sendiri dengan yang menjadi pekerja keluarga pada sektor
tertentu.
Pada umumnya pekerja keluarga, pengusaha tanpa buruh
dan pengusaha dengan bantuan pekerja keluarga lebih menonjol
pada sektor dan jenis pekerja yang relatif tradisional, sedangkan
sektor dan jenis yang relatif modern terdapat lebih banyak buruh
atau karyawan dan pengusaha dengan buruh tetap. Pekerja
keluarga biasanya mengelompok pada sektor-sektor pertanian,
terutama di kalangan perempuan dan penduduk laki-laki berusia
muda.
Data ketenagakerjaan menurut status pekerjaannya pada
tahun 2013 tersaji pada tabel 6.3. di bawah ini. Penduduk
Kabupaten Tapanuli Utara yang bekerja, umumnya sebagai
pekerja keluarga yaitu sebanyak 47,87 persen, kemudian
berusaha dibantu buruh/pekerja tidak tetap sebanyak 30,81
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
70
Analisis Gender Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
persen, buruh/ karyawan/pegawai 11,49 persen, dan berusaha
sendiri 8,35 persen, total yang lainnya sekitar 1,48 persen.
Tabel VII.4.
Persentase Penduduk 15 Tahun Ke Atas Menurut Status Pekerjaan danJenis Kelamin Di KabupatenTapanuli Utara
Tahun 2013
Status Pekerjaan L P L+P
1. Berusaha sendiri 7,16 9,46 8,35 2. Berusaha dibantu buruh tidak
tetap 45,13 17,51 30,81 3. Berusaha dibantu buruh tetap 0,74 0,00 0,36 4. Buruh/Karyawan/Pegawai 15,23 8,02 11,49 5. Pekerja Bebas di Pertanian 0,45 0,56 0,51 6. Pekerja Bebas di Non Pertanian 1,27 0,00 0,61 7. Pekerja Tidak Dibayar 30,03 64,45 47,87
Total 100,00 100,00 100,00
Sumber : Susenas 2013-BPS Kabupaten Tapanuli Utara
Pola struktur pekerja antara pekerja laki-laki dan pekerja
perempuan mengalami pola yang berbeda. Lebih dari setengah
pekerja perempuan sebagai pekerja keluarga atau pekerja tidak
dibayar (64,45 persen) dan berusaha dibantu pekerja tidak tetap
(17,51 persen), sedangkan pekerja laki-laki untuk berusaha
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
71
Analisis Gender Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
dibantu pekerja tidak tetap (45,13 persen) dan pekerja tidak
dibayar (30,03 persen).
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
BAB VIII
PEREMPUAN DI SEKTOR PUBLIK
VIII.1. Jumlah Perempuan dalam
Bidang Legislatif dan Yudikatif
VIII.2. Jumlah PNS Menurut Eselonisasi
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
72
Analisis Gender Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
BAB VIII PEREMPUAN DI SEKTOR PUBLIK
VIII.1. Jumlah Perempuan Dalam Bidang Legislatif dan
Yudikatif
Tingkat partisipasi perempuan dalam bidang politik
direpresentasikan dalam lembaga legislatif tergolong rendah. Dari
hasil Pemilu 2009 lalu, perempuan yang sesungguhnya menjadi
kelompok pemilih paling besar secara nasional tidak lebih dari
komoditas politik. Kuota perempuan di parlemen sebagaimana
yang diamanatkan Undang-undang pemilu tidak tercapai karena
berbagai persoalan mendasar. Suatu persoalan yang sangat terkait
dengan kultur patriarki, bahwa aktifitas politik identik dengan
laki-laki. Oleh sebab itu, sekalipun perempuan didorong untuk
terlibat aktif dalam politik, partai politik sebagai wahana
transformasi politik belum menunjukkan sikap akomodatif
perempuan. Dalam pemilihan anggotalegislatif tingkat nasional
maupun daerah pada Pemilu 2009 lalu, nomor urut calon-calon
legislatif (caleg) perempuan ditempatkan nomor bawah. Situasi
ini mendorong munculnya anekdot ’caleg nomor sepatu’ karena
nomor urut caleg perempuan di sekitar angka 36 dan seterusnya
sesuai dengan ukuran sepatu.
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
73
Analisis Gender Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
Sikap ini berbeda dengan usaha partai politik saat musim
kampanye di tiap daerah pemilihan di Kabupaten Tapanuli Utara.
Untuk urusan kampanye agaknya partai memilih cara mobilisasi
massa memanfaatkan organisasi sosial masyarakat (ormas)
seperti Serikat Tolong Menolong (STM), perwiridan,
partangiangan marga dan kelompok-kelompok perempuan yang
berbasis komunitas seperti gereja, masjid maupun yang berbasis
keluarga. Usaha mengerahkan massa organisasi yang sebagian
besar perempuan itu umumnya melalui pemimpin, guru atau
pembina kelompok.
Dengan demikian dapat dikatakan kelompok terbesar
dalam satu acara kampanye partai politik adalah perempuan.
Kenyataan saat kampanye itu sangat berbeda dengan situasi
setelah penghitungan suara diumumkan. Dari data Tapanuli
Utara Dalam Angka 2014, perempuan hanya mendapatkan 8,57
persen kursi DPRD Tapanuli Utara.
Dengan perolehan demikian, terlihat bahwa partisipasi
politik perempuan dalam pemilihan anggota legislatif di daerah
masih belum dianggap sebagai usaha memberdayakan
perempuan dalam arti luas. Bagi sebagian besar pemilih di
Kabupaten Tapanuli Utara, politik masih dianggap sebagai
bidang/dunia yang lebih pantas untuk laki-laki karena politik
(konon) lebih mengedepankan logika.
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
74
Analisis Gender Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
Tabel VIII.1. Jumlah Anggota DPRD Menurut Partai dan Jenis Kelamin
Di KabupatenTapanuli Utara Tahun 2013
No Partai L P L+P 1. Partai Hati Nurani Rakyat 1 2 3 2. PKPB 2 2 3. PPRN 2 2 4. Gerindra 2 2 5. Barnas 1 1 6. PPIB 1 1 7. PPD 1 1 8. PKB 3 3 9. PDP 1 1 10. PMB 1 1 11. Golkar 3 3 12. PDS 2 2 13. PDIP 2 1 3 14. Patriot 2 2 15. Demokrat 3 3 16. PIS 2 2 17. Merdeka 1 1 18. Buruh 2 2
Total 32 3 35 Sumber : KPU Kabupaten Tapanuli Utara
Aktifitas politik selalu disebut sebagai kegiatan penuh
resiko. Oleh sebab itu politisi harus bertindak cepat, tanggap dan
harus bisa mengabaikan perhitungan-perhitungan yang
didasarkan pada perasaan. Bila demikian halnya dunia politik itu,
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
75
Analisis Gender Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
perempuan akan tetap tidak cocok berkecimpung di dunia politik.
Anggapan itu tentu akan melangggengkan stigma stereotip politik
identik dengan laki-laki.
Tabel VIII.2.
Jumlah Camat dan Kepala Desa Menurut Jenis Kelamin Di KabupatenTapanuli Utara Tahun 2013
Kecamatan Jumlah Camat Jumlah Kepala Desa L P L+P L P L+P
1. Parmonagan 1 - 1 12 2 14 2. Adiankoting 1 - 1 13 3 16 3. Sipoholon 1 - 1 11 3 14 4. Tarutung 1 - 1 28 3 31 5. Siatas Barita - 1 1 11 1 12 6. Pahae Julu 1 - 1 19 - 19 7. Pahae Jae 1 - 1 10 3 13 8. Purba Tua 1 - 1 11 - 11 9. Simangumban 1 - 1 7 1 8 10. Pangaribuan 1 - 1 26 - 26 11. Garoga 1 - 1 12 1 13 12. Sipahutar 1 - 1 18 7 25 13. Siborongborong 1 - 1 17 4 21 14. Pagaran - 1 1 14 - 14 15. Muara 1 - 1 15 - 15
Total 13 2 15 236 16 252 Sumber : Tapanuli Utara Dalam Angka 2014
Seperti halnya perempuan yang menduduki jabatan-
jabatan di lembaga legislatif daerah, jumlah perempuan yang
meniti karier dan menduduki jabatan strategis di lembaga
eksekutif di daerah masih tergolong rendah, seperti jumlah Kepala
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
76
Analisis Gender Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
Desa perempuan hanya 16 dari 252 orang Kepala Desa yaitu
hanya sekitar 6,34 persen.
Tetapi untuk lembaga peradilan, keterwakilan perempuan
sudah diakui karena terlihat dari perbandingan jumlah hakim
perempuan dengan hakim laki-laki. Dunia dan pekerjaan Hakim
dan Jaksa tidak sempurna bila tidak melibatkan aparat kepolisian.
Sinergi hakim, jaksa dan polisi merupakan sistem yang harus di
bangun untuk menegakkan keadilan, mendorong masyarakat
memahami hak dan kewajibannya secara seimbang dan
menumbuhkan rasa aman. Kehadiran polisi di tengah masyarakat,
selain memberi rasa aman juga menjadi indikator dinamisnya
gerak hidup masyarakat.
Tabel VIII.3.
Jumlah Hakim dan Jaksa Menurut Jenis Kelamin Di KabupatenTapanuli Utara Tahun 2013
Jabatan Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan
(1) (2) (3 1. Hakim 6 2 2. Jaksa 7 1
Sumber : Pengadilan Negeri Tarutung
Berdasarkan dari data kepolisian daerah Tapanuli Utara
bahwa jumlah polisi perempuan hanya 3 dari 404 polisi, angka
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
77
Analisis Gender Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
yang sangat memprihatinkan, dari sini menjelaskan bahwa masih
rendahnya partisipasi perempuan sebagai penegak hukum terkait
dengan stereotipe yang masih berlangsung sampai saat ini yakni
bahwa dunia penegakan hukum adalah identik dengan laki-laki.
Tabel VIII.4. Jumlah Polisi dan PNS Polri Menurut Jenis Kelamin
Di KabupatenTapanuli Utara Tahun 2013
Jabatan Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan
(1) (2) (3) 1. Polisi 401 3
Sumber : Kepolisian Daerah Tapanuli Utara
VIII.2. Jumlah PNS Menurut Eselonisasi.
Selain kepala daerah, jabatan dan kedudukan birokratis di
pemerintahan menjadi bagian jenjang karir bagi Pegawai Negeri
Sipil (PNS). Untuk mencapai posisi yang lebih baik, PNS harus
melalui serangkaian proses yang akan menentukan posisinya
dalam jabatan-jabatan di lingkungan kerjanya. Jabatan, pangkat
dan golongan PNS akan menempatkan posisinya dalam jenjang
eselonisasi, yang terdiri dari eselon I sampai IV. Jenjang eselon
dapat dijadikan indikator kemajuan karir seorang PNS, dalam arti
semakin tinggi eselon seorang PNS maka semakin tinggi jabatan
yang dapat diraih dalam karir birokrasinya. Untuk mencapai
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
78
Analisis Gender Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
jenjang eselon tertinggi setiap PNS akan melalui serangkaian
proses seperti pelatihan, penataran dan sebagainya yang akan
menentukan arah karir masing-masing PNS.
Tabel VIII.5. Jumlah Pegawai Negeri Sipil Menurut Eselonisasi dan Jenis
KelaminDi KabupatenTapanuli Utara Tahun 2013
Jlh PNS Menurut Eselonisasi Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan
(1) (2) (3) 1 Eselon II. 26 2 2 Eselon III 125 15 3 Eselon IV 282 170
Jumlah 433 187
Sumber : Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Tapanuli Utara
Berdasarkan data dari Badan Kepegawaian Daerah
Kabupaten Tapanuli Utara, terdapat 620 PNS yang menjadi
pejabat eselon. Dari jumlah itu PNS perempuan yang memiliki
eselon hanya sebesar 30,16 persen dari total PNS yang memiliki
eselon. Jumlah ini termasuk rendah jika dibandingkan dengan
jumlah laki-laki dalam kategori yang sama.Dari paparan tersebut
dapat dikatakan bahwa perempuan belum mendapatkan akses
yang sama dengan laki-laki di dalam menduduki jabatan yang
strategis. Dalam jabatan-jabatan ini pengambilan keputusan
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
79
Analisis Gender Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
dilakukan, ini berarti pengambilan keputusan yang menyangkut
hajat masyarakat tentunya belum sepenuhnya dapat menangkap
atau mengakomodir aspirasi kebutuhan dan pengalaman
perempuan.
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
80
Analisis Gender Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
BAB IX
KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
81
Analisis Gender Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
BAB IX KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN
Praktik/tindak kekerasan terhadap perempuan
merupakan salah satu bentuk bias gender yang terjadi di
masyarakat. Kekerasan dapat terjadi baik dalam rumah tangga
maupun di ranah publik. Kekerasan yang terjadi pada perempuan
diasumsikan karena faktor berlangsungnya budaya patriarki yang
berimplikasi pada stigma-stigma yang melekat baik kepada laki-
laki maupun perempuan. Dalam budaya ini laki-laki dianggap
kuat, berkuasa, memiliki sumber-sumber daya sehingga berstatus
superior dan menjadi ordinat. Sebaliknya sosok perempuan
dianggap lemah, dikuasai, tidak memiliki sumber-sumber daya
dan tergantung kepada suami sehingga memiliki status inferior
dan menjadi subordinat laki-laki. Kekerasan yang dialami
perempuan terutama dalam rumah tangga sulit diperoleh karena
pada umumnya perempuan atau keluarga tidak mengadukan
kasus tersebut kepada pihak yang berwajib. Kekerasan di dalam
rumahtangga sering dianggap sebagai urusan rumah tangga
antara suami dan isteri sehingga ini menjadi aib keluarga yang
secara nilai-nilai norma budaya sangat tabu untuk diungkapkan
keluar apalagi sampai kepada pihak yang berwajib. Menyikapi
persoalan kekerasan dalam rumah tangga pemerintah telah
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
82
Analisis Gender Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
menerbitkan UU No. 23/2004 tentang Penghapusan Kekerasan
Dalam Rumah Tangga. Pada saat ini UU tersebut sangat terkait
dengan berlangsungnya budaya patriarki yang mempengaruhi
relasi gender yang timpang.
Dari tabel IX.1. menunjukkan bahwa persentase jumlah
perempuan sebagai korban penganiayaan adalah 100 persen.
Demikian juga korban pelecehan dan pemerkosaan 100 persen
adalah perempuan dan pelakunya 100 persen adalah laki-laki, di
sini menunjukkan masih ada kerawanan perempuan di Tapanuli
Utara untuk bergerak bebas dan berkreasi.
Tabel IX.1.
Jumlah Korban dan Pelaku Kekerasan, Pelecehan dan Pemerkosaan Menurut Jenis Kelamin Di KabupatenTapanuli
Utara Tahun 2013
Jenis Tindak PidanaKorban Tersangka
Lk Pr Lk Pr
1. Penganiayaan - 13 13 - 2. Pelecehan dan
Pemerkosaan - 1 1 -
Jumlah - 14 14 -
Sumber : Polres Tapanuli Utara
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
BAB X
PENUTUP
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
83
Analisis Gender Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
BAB X PENUTUP
Kesimpulan
Perbedaan laki-laki dan perempuan yang bukan biologis
inilah yang dimaksud dengan gender. Dengan demikian
perbedaan gender ini bisa berubah dari waktu ke waktu dari
tempat ke tempat dan bahkan dari kelas ke kelas, sedangkan
perbedaan jenis kelamin laki-laki dan perempuan yang bersifat
biologis (sex) bersifat tetap, permanen dan tidak bisa berubah-
ubah.
Beberapa Permasalahan Gender yang perlu diperhatikan
seperti :
1. Double burden (Beban Ganda)
o Perempuan bekerja di luar maupun di dalam rumah
o Perempuan sebagai perawat, pendidik anak sekaligus
pendamping suami mencari nafkah tambahan
2. Stereotype / pelabelan negatif /citra baku
o Perempuan di labelkan : sumur, dapur, kasur
o Pria : tulang punggung keluarga
o Janda : mudah dirayu
o Laki-laki : mata keranjang
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
84
Analisis Gender Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
3. Marjinalisasi ( Peminggiran )
o Upah perempuan lebih kecil dibanding laki-laki, walaupun
dengan beban yang sama
o Izin usaha perempuan harus diketahui ayah ( jika masih
lajang ) dan diketahui suami jika sudah menikah
o Permohonan kredit harus seizin suami
o Ada pembatasan kesempatan dibidang pekerjaan terhadap
perempuan
o Kemajuan teknologi industri meninggalkan peran serta
perempuan
4. Subordinasi ( Penomorduaan )
o Perempuan sebagai orang yang kerjanya di belakang
o Hak kawin perempuan dinomorduakan
o Bagian waris perempuan lebih sedikit (hukum)
o Perempuan dinomorduakan dalam peluang di bidang
politik, jabatan, karir, pendidikan
5.Violence / Tindak kekerasan baik fisik maupun non fisik
o Eksploitasi terhadap perempuan
o Pelecehan seksual terhadap perempuan
o Pemerkosaan
o Perempuan jadi objek iklan
o Pria jadi objek iklan
o Pria diharuskan / diharapkan sebagai pencari nafkah
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
85
Analisis Gender Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
o Pria bertubuh pendek dianggap kurang laki-laki
o Pria gagal dibidang karir akan dilecehkan
Faktor-faktor penyebab terjadinya kesenjangan gender :
1. Nilai sosial dan budaya Patriarki
2. Produk dan peraturan perundang-undangan yang masih
bias gender
3. Pemahaman ajaran agama yang tidakkomprehensif dan
cenderung parsial
4. Tekad dan kemauan perempuan
Gender di beberapa sektor kehidupan manusia :
1. Gender dalam bidang pendidikan
Penyebab gender dalam bidang pendidikan adalah pandangan
orangtua bahwa anak laki-laki yang menjadi tulang punggung
keluarga sehingga dirasa perlu untuk menyekolahkan anak laki-
laki sampai ke jenjang yang paling tinggi, sedangkan anak
perempuan hanyalah mengurus rumahtangga dan kalau sudah
menikah akan mengikuti keluarga suaminya atau kasarnya
sudah menjadi milik orang sehingga perempuan tidak terlalu
dipikirkan pendidikannya, atau dinomorduakan, di sini untuk si
laki-laki menjadi korban pelabelan bahwa laki-laki menjadi
tulang punggung keluarga, sedangkan si perempuan menjadi
korban subordinasi/penomorduaan.Dampak dari pola pikir
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
86
Analisis Gender Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
seperti ini adalah Angka Buta huruf Perempuan pasti lebih
tinggi dibanding laki-laki.
2. Pada bidang kesehatan tidak terlalu terjadi kesenjangan gender.
Tetapi perempuan diberi kemampuan kesehatan yang lebih baik
dibanding laki-laki, misalnya :
• Di kelompok umur 0-14 tahun jumlah penduduk laki-
laki lebih besar dibanding perempuan, tetapi angka
kematian bayi laki-laki lebih besar dibanding bayi
perempuan, karena bayi laki-laki lebih rentan terkena
penyakit.
• Menurut data Indikator Kesejahteraan anak tahun 2000,
bahwa angka kematian bayi di Sumut untuk laki-laki 45
dan perempuan 35, sedangkan Indonesia untuk laki-laki
50 dan perempuan 38, bahwa lebih banyak kematian
bayi laki-laki dibanding bayi perempuan.
• Untuk kelompok umur 65+ jumlah penduduk
perempuan lebih besar dibanding laki-laki ini
menunjukkan bahwa angka harapan hidup perempuan
lebih tinggi dibanding laki-laki.
• Angka Sex Ratio Kabupaten Tapanuli Utara adalah 98,65,
artinya bahwa setiap 100 wanita ada 98 laki-laki,
dengan jumlah perempuan lebih besar dari laki-laki ini
sebenarnya adalah kekuatan perempuan dalam
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
87
Analisis Gender Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
pembangunan kalau diberdayakan, tetapi kalau tidak
malah sebaliknya menjadi beban pembangunan.
3. Gender dalam kegiatan ekonomi
• Untuk kegiatan bekerja persentase laki-laki lebih besar
dari perempuan, ini akibat dari pelabelan bahwa laki-laki
merupakan tulang punggung keluarga, tetapi
kesenjangannya terhadap persentase perempuan yang
bekerja tidak terlalu bias.
• Tetapi untuk mengurus rumahtangga kesenjangan biasnya
sangat besar, ini juga akibat pelabelan negatif bahwa
ruang kerja perempuan hanya berkutat di dapur, sumur
dan kasur.
• Kemudian kalau kita lihat lebih lanjut, sebanyak 5,71
persen perempuan yang kegiatan utamanya adalah hanya
mengurus rumahtangga, tetapi ada 85,75 persen
perempuan yang kegiatan utamanya adalah bekerja, dan
kegiatan lainnya adalah mengurus rumahtangga, inilah
yang menjadi permasalahan gender pada perempuan yaitu
Double Burden atau beban ganda, dia bekerja di dalam
dan di luar rumah
• Untuk sektor industri persentase perempuan bekerja lebih
besar dibanding laki-laki, kemudian untuk sektor
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
88
Analisis Gender Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
konstruksi, lebih besar persentase laki-laki bekerja
dibanding perempuan karena sektor ini sangat diperlukan
fisik yg kuat, padahal seperti dijelaskan di depan bahwa
fisik laki-laki kokoh, berkebalikan dgn perempuan yang
lentur.
• Status pekerjaan yang berusaha sendiri, kesenjangan
persentasenya tidak terlalu bias, maksud berusaha sendiri
disini bahwa berusaha tanpa dibantu baik pekerja dibayar
maupun tidak dibayar jadi kemungkinan dia seorang
janda/duda/tidak punya keluarga atau dia ada keluarga
tetapi tidak membantu.
• Kemudian pada status berusaha dibantu baik pekerja
dibayar maupun tidak dibayar, sangat besar kesenjangan
persentasenya, ini merupakan akibat pelabelan tadi
bahwa laki-laki sebagai pencari nafkah utama.
• Pada status pekerja tidak dibayar bahwa persentase
jumlah perempuan bekerja lebih besar dari laki-laki, ini
akibat penomorduaan, bahwa perempuan hanyalah
membantu suami mencari nafkah.
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id
http
://tap
anul
iuta
raka
b.bp
s.go.
id