GEMA RAPPOA Edisi 1 ( Juli - Agustus 2015)

46
Perahu Nelayan di Tepi Pantai Rappoa Menghitung Potensi Unggulan Rappoa Adat dan Filosofi Desa Internet dan Komunikasi Kades : Meneropong Gerakan (Mahasiswa) Kekinian GEMA RAPPOA No. 1 - Juli - Agustus 2015

description

GEMA RAPPOA adalah sebuah bulletin desa hasil kreasi Tim Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM) Universitas Gadjah Mada 2015. bulletin ini merupakan sebuah wadah bagi potensi - potensi yang ada di Desa Rappoa, Kecamatan Pa'jukukang, Kabupaten Bantaeng, Provinsi Sulawesi Selatan.

Transcript of GEMA RAPPOA Edisi 1 ( Juli - Agustus 2015)

Page 1: GEMA RAPPOA  Edisi 1 ( Juli -  Agustus 2015)

Perahu Nelayan di Tepi Pantai Rappoa

Menghitung Potensi Unggulan RappoaAdat dan Filosofi Desa

Internet dan KomunikasiKades : Meneropong Gerakan (Mahasiswa) Kekinian

GEMA RAPPOANo. 1 - Juli - Agustus 2015

Page 2: GEMA RAPPOA  Edisi 1 ( Juli -  Agustus 2015)

Daftar Isi

2

• GEMARAPPOA 1• DaftarIsi2• Pengantar 4• MonografiDesa 6• BudayaSilaturahmiDesaRappoa,PengikatRasaKebersamaanDanPersaudaraan 8• RumahPanggung:AntaraAdatIstiadatdanKonsepKeseimbanganSemesta 10• KepalaDesaRappoa:MeneropongGerakan(Mahasiswa)Kekinian12• RumputLaut,HartaKarunDesaRappoa 14• PerdesaanSehat,KonsepMasaDepanDesaIndonesia20

Page 3: GEMA RAPPOA  Edisi 1 ( Juli -  Agustus 2015)

CLOUD STORAGE

Cross Cultural “Laki-laki dan Perahu”

3

• CrossCulturalUnderstandingdanMultikulturalismeDemiKesatuanNKRISertaKendalanya 24

• “Laki-lakidanPerahu”BudayaMaritimPetaniRumputLautdiDesaRappoa,KecamatanPa’jukkukang,KabupatenBantaeng,ProvinsiSulawesiSelatan 29

• MariBunuhPolitikPencitraan 34• OnlineCloudStorageServices(LayananPenyimpananOnline) 38• Gallery 42

Page 4: GEMA RAPPOA  Edisi 1 ( Juli -  Agustus 2015)

4

Pengantar

Desa Rappoa adalah desa yang terletak di Kecamatan Pa’jukukang, Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan tepatnya pada garis lintang. Desa ini terkenal sebagai desa percontohan transparasi dana di Indonesia. Desa dengan luas wilayah 3,4 km/persegi ini berada di

sepanjang Jalan Pinang Raya Rappoa yang menjadi jalan poros Kabupaten Bantaeng. Terbentuk sejak tahun 1997 melalui Perda No. 6 Tahun 2007, Rappoa telah memiliki lima dusun yaitu Tonrokassi, Sapa-sapa, Rappoa, Bo’ddong, dan Kampong Toa. Untuk mencapai desa ini, dibutuhkan waktu kurang lebih 3-4 jam dari Kota Makassar dengan jarak tempuh 124 km. Rappoa berbatasan langsung dengan Laut Flores di sebelah selatan, Desa Biangloe di sebelah utara, Desa Lumpangan di sebelah timur, dan Desa Lamalaka di sebelah barat.

Desa Rappoa menjadi salah satu wilayah subur di daerah Kabupaten Bantaeng. Hampir tiap tahun lahan pertanian di Rappoa menghasilkan padi dengan masa tanam dua tahun sekali dan beberapa komoditas palawija. Selain itu, Rappoa yang merupakan daerah dataran rendah juga menjadi desa penghasil rumput laut dengan lokasi rumput laut di sebelah selatan desa yaitu Laut Flores.

Buletin ini, GEMA RAPPOA, adalah sebuah wadah bagi potensi - potensi yang ada di Desa Rappoa untuk semakin berkembang mengikuti zaman yang senantiasa dinamis. Perkembangan dunia luar yang semakin menawarkan berbagai pengetahuan, juga merupakan tujuan - tujuan mengapa buletin ini tercipta. Semoga, dengan adanya buletin ini, masyarakat Desa Rappoa sebagai sasaran akan menjadi semakin terbuka pikiran serta dapat mengikuti perkembangan zaman tanpa melupakan karakter yang ada di desa Rappoa.

GEMA RAPPOA - Pelindung: Kepala Desa Rappoa, Penanggung Jawab dan Pemimpin Redaksi: Reza Wijaya, Dewan Redaksi: Indra Rudianto, Koordinator berita dan liputan: Dikko Rama Dhany, Desain: Reza Wijaya, Indra Rudianto, Distribusi: Indah Lestari, Alamat kantor redaksi: Kantor Desa Rappoa, Desa Rappoa, Kecamatan Pa’jukukang, Kabupaten Bantaeng.

GEMA RAPPOA adalah buletin untuk berbagi informasi warta antar warga yang terbit sebulan sekali. Para warga Desa Rappoa dapat berperan aktif di dalamnya.

Page 5: GEMA RAPPOA  Edisi 1 ( Juli -  Agustus 2015)
Page 6: GEMA RAPPOA  Edisi 1 ( Juli -  Agustus 2015)

6

Monografi DesaA. Data Desa

1. Nama Desa : Rappoa2. Tahun Pembentukan : 19973. Dasar Hukum Pembentukan : Perda No. 6

Tahun 20074. Kode Wilayah : 73.03.055. Kode Pos : 924616. Kecamatan : Pa’Jukukang7. Kabupaten : Bantaeng8. Propinsi : Sulawesi Selatan9. Alamat Kantor : Jl. Pinang Raya Rappoa10. Email : [email protected]. Website : www.rappoa.com

B. Keadaan Wilayah1. Luas Wilayah : 3,4 Km Persegi2. Jarak ke Ibu Kota Kecamatan : 4 Km3. Jarak ke Ibu Kota Kabupaten : 4 Km4. Jarak ke Ibu Kota Propinsi : 124 Km5. Jumlah Dusun : 56. Jumlah RK : 37. Jumlah RT : 118. Ketinggian : 250 Mdpl9. Curah Hujan : 650 mm/tahun10. Batas Bagian Utara : Desa Biangloe11. Batas Bagian Selatan : Laut Flores12. Batas Bagian Timur :Desa Lumpangan13. Batas Bagian Barat : Kelurahan Lamalaka

Page 7: GEMA RAPPOA  Edisi 1 ( Juli -  Agustus 2015)

C. Tipologi DesaPersawahan, Peternakan, Nelayan, Pertukangan, Perdagangan, Budidaya Rumput Laut, Budidaya Ikan Air Tawar, Perbengkelan, Industri Kecil.

D. Sarana dan Prasarana1. Kantor : 1 Buah2. Masjid : 2 Buah3. Musholla : 2 Buah4. Sekolah TK : 1 Buah5. Sekolah SD : 1 Buah6. Sekolah Madrasah : 1 Buah7. Sanggar Tani : 1 Buah8. Poskamling : 1 Buah

9. Kamar Mandi Umum : 5 Buah10. Bak Penampungan Air Bersih : 10 Buah11. Rumah Penduduk : 395 Buah12. Posyandu Permanen : 1 Buah13. Posyandu Non Permanen : 2 Buah14. Penjemuran Rumput Laut : 8 Buah15. Pembibitan Rumput Laut : 2 Buah16. Tambak Ikan Air Tawar : 1 Buah17. Tanggul Sungai : 1.000 Meter18. Tanggul Pantai : 350 Meter19. Jalan Aspal : 1.500 Meter20. Jalan Rabat Beton : 1.500 Meter21. Jalan Pengerasan : 4.000 Meter

E. Usaha1. Kios Usaha : 28 Unit2. Counter Pulsa : 4 Unit3. Bengkel Motor : 2 Unit4. Pres Ban : 2 Unit5. Penggilingan Padi : 4 Unit6. Penggilingan Tepung : 3 Unit7. Pengelasan : 1 Unit8. Instalasi TV Kabel : 1 Unit9. Industri Makanan Ringan : 1 Unit

7

Page 8: GEMA RAPPOA  Edisi 1 ( Juli -  Agustus 2015)

BudayaBudaya Silaturahmi Desa Rappoa, Pengikat Rasa Kebersamaan Dan Persaudaraan

Ketika ufuk Barat semakin menggelap, rumah Pak Desa Rappoa malah terlihat semakin terang dan ramai. Kehangatan

para warga yang saling bercengkerama penuh gelak tawa dalam acara harian buka bersama warga telah menjadi agenda rutin setiap ba’da Maghrib, tentu saja, ketika memasuki bulan suci ini. Dalam kesehariannya, masyarakat desa Rappoa tak pernah lepas dari interaksi antar warga. Utamanya dalam bulan Ramadhan seperti ini, masyarakat desa Rappoa selalu mengadakan buka bersama dengan sistem berurutan yang terjadwal di setiap rumah.

Buka bersama ini menjadi salah satu wujud silaturahmi serta sikap toleransi yang mendasari pergaulan sosial antar individu di masyarakat desa Rappoa. Secara filosofis, selalu ada dasar dalam melakukan sesuatu, termasuk dalam hal silaturahmi di desa Rappoa. Para warga desa

menganggap bahwa esensi silaturahmi yang sesungguhnya bukanlah sekedar tegur sapa, tengok menengok, maupun bahu membahu ketika hanya ada peristiwa tertentu. Dalam hal ini, para warga desa menggunakan filosofi semut.

Kita semua mengerti dan memahami bahwa semut adalah seekor binatang yang mempunyai etos dan etis kerja tinggi. Dari semut satu ke semut yang lain, ketika mereka bertemu mereka akan melakukan gerakan bertabrakan seolah – olah menunjukkan ingin berjabat tangan. Ketika mereka menepukkan tepukan atau tabrakan yang keras, hal itu berarti di depan ada bahaya maupun rintangan yang mengancam. Masyarakat Rappoa, menyerap filosofi tepukan keras ini sebagai teguran bila kita melihat tetangga ada seseorang yang kita kenal atau ketahui melakukan tindaakn yang

8

Page 9: GEMA RAPPOA  Edisi 1 ( Juli -  Agustus 2015)

membahayakan diri mereka sendiri maupun orang lain. Menurut masyarakat Rappoa, sudah merupakan kewajiban ketika kita melihat orang lain melakukan sesuatu yang salah dan merugikan, kita harus menegurnya. Bila perlu, dengan “tepukan” atau “tabrakan” yang keras.

Satu kebiasaan semut yang lainnya adalah menepuk lembut kawannya. Hal ini mempunyai maksud bahwa ketika para semut tersebut menepuk lembut, maka di depan semut terdapat sebuah sumber daya yang bisa di manfaatkan, entah air, makanan, maupun gundukan tanah yang bisa di bangun sebagai tempat tinggal lanjutan. Dalam hal ini, masyarakat Rappoa juga menerapkan hal yang sama dalam setiap aspek sosial mereka. Ketika ada kerabat, kawan, maupun tetangga yang membutuhkan tepukan “lembut” baik berupa bantuan materi maupun sebuah peluang untuk menuju kepada

kehidupan yang lebih baik, masyarakat desa ini selalu berusaha membantu sesuai dengan bidang dan kemampuan masing – masing.

Sudah seharusnya, penerapan filosofi berbasiskan persaudaraan kemanusiaan seperti ini tak hanya di terapkan di masyarakat Desa Rappoa saja. Lebih jauh lagi, prinsip hidup masyarakat perkotaan yang mulai individual dan tak memedulikan satu sama lain di harapkan dapat tergerus dengan pemikiran serta falsafah hidup seperti ini. Harapannya adalah, bahwasanya perbedaan yang seolah olah menuntut kita untuk merasakan kebahagiaan kita sendiri dapat berubah menjadi sebuah kunci yang menyatukan rasa simpati dan empati kemanusiaan kita.[]

9

Page 10: GEMA RAPPOA  Edisi 1 ( Juli -  Agustus 2015)

Budaya adalah sebuah karya yang tercipta atas dasar rasa serta keinginan yang kuat dari penciptanya. Begitu pula di dalam

desa Rappoa, adat dan istiadat menjadi sesosok ruh yang menggerakkan dan menghidupi tiap unsur yang ada di desa tersebut. Dari beberapa adat istiadat dan bentuk budaya yang terlihat secara kasat mata, adalah rumah adat yang paling mudah untuk di identifikasikan serta tertangkap jelas secara inderawi.

Layaknya beberapa bangunan yang memang memiliki makna serta membawa konsep filosofis di dalam desain arsitektur, komponen – komponen bangunan, dan komposisi tata ruangnya, rumah adat desa Rappoa juga membawa gagasan – gagasan yang mendasari dalam setiap aspek yang terbangun di rumah adatnya. Dalam beberapa sisi arsitektur, ada kesamaan antara rumah-rumah adat

Sulawesi dengan rumah – rumah di Kalimantan dan Sumatera.

Rumah adat Sulawesi, biasa kita sebut dengan Alliri. Keunikan rumah adat masyarakat desa Rappoa dan masyarakat Sulawesi di bandingkan Kalimantan dan Sulawesi adalah bentuknya yang memanjang dengan tambahan di samping bangunan utama dan bagian depan. Dalam istilah bahasa setempat, perpanjangan bangunan ini di sebut lego – lego atau dego – dego.

Unsur – unsur serta komposisi – komposisi yang terkandung di dalam Alliri ini pun memiliki makna yang beragam dan mempunyai makna tersendiri sehingga menambah nilai yang menjual di dalam rumah adatnya. Sebagai contoh, tiang utama yang terdiri dari empat bagian tiang, menganut falsafah tentang empat arah mata angin yang mewakili setiap penjuru

Adat dan TradisiRumah Panggung : Antara Adat Istiadat dan Konsep Keseimbangan Semesta

10

Page 11: GEMA RAPPOA  Edisi 1 ( Juli -  Agustus 2015)

dunia. Empat mata angin di pandang dengan artian bahwa setiap petunjuk, halangan, rejeki, maupun cobaan dapat datang dari segala penjuru sehingga sebagai manusia kita harus selalu siap sedia ketika berbagai unsur kehidupan tersebut datang dengan tiba – tiba maupun terencana.

Menganut tiga falsafah alam semesta, bangunan rumah panggung Sulawesi ini bertengger dengan bangunan utama di bagian tengahnya yang di haruskan berbentuk persegi. Persegi melambangkan bahwa walaupun ada berbagai sudut pandang yang berbeda di dalam kehidupan, sudah seharusnya perbedaan tersebut tak mencegah kita semua untuk bersatu dan tetap terbentuk dengan solid sebagai sebuah persegi yang tak mudah hancur. Bagian utama yang berbentuk persegi adalah bagian kedua dari rumah yang disebut dengan ale kawa. Bagian pertama, atau bagian atap disebut

dengan botting langi, sedangkan bagian bawah ataupun fondasi disebut dengan peretiwi.

Ketika sebuah hal, terutama adat dan istiadat, memiliki sebuah potensi filosofis serta falsafah hidup yang dapat menjadi panduan hidup masyarakat luas, adalah sebuah hal yang perlu kita apresiasi mengingat adat istiadat, tradisi, serta budaya pada masa kini semakin tergerus oleh globalisasi maupun teknologi yang semakin berkembang pesat. Dengan tetap menjaga, memaknai, dan menerapkan kebudayaan yang ada di dekat kita, setidaknya kita telah membantu menjaga kelanggengan serta kelangsungan hidup si budaya yang menjadi karakter bangsa nan indah ini.[]

11

Page 12: GEMA RAPPOA  Edisi 1 ( Juli -  Agustus 2015)

Sebagai kekuatan besar, gerakan mahasiswa masih memiliki legitimasi moral dari masyarakat. Namun,

walau harapan tinggi dari masyarakat masih dibebankan ke pundak mahasiswa, saat ini gerakan mahasiswa cenderung menurun. Mahasiswa seakan-akan tak memiliki progresivitas dan sensitivitas dalam menanggapi berbagai persoalan real bangsa ini.

Itu sangat tampak jika kita melihat ruang-ruang diskusi mahasiswa yang tak lagi diramaikan pembicaraan tentang problematika umat. Jika dahulu keterbatasan media malah membuat para aktivis kampus makin kreatif dan kritis, saat ini berbanding terbalik. Banyak gerakan mahasiswa terjebak berbagai kepentingan pribadi dan golongan. Itulah mahasiswa hari ini, mereka mendahulukan egonya demi menjaga eksistensi organisasinya. Mereka mengagung-agungkan simbol kebesaran organisasi masing-masing dan sibuk memperdebatkan perbedaan idiologi sehingga lupa dengan tugas-tugas sebagai mahasiswa. Mahasiswa hari ini hanya jago kandang tak ubahnya

katak dalam tempurung hanya bisa berkoar-koar dibelakang layar namun tidak berani tampil kedepan untuk menjadi sebagai pelopor perubahan.

Selain itu, era globalisasi dengan teknologi yang makin canggih dan membuat dunia makin kecil justru makin mengerdilkan jiwa para aktivis pergerakan mahasiswa. Suara keberanian dan kejujuran mahasiswa yang semula nyaring terdengar, kini seakan-akan hilang bagai ditelan bumi. Nilai tawar mahasiswa yang semula senantiasa menjadi kebanggaan, kini tak lagi ada.

Idealisme sebagai prinsip dasar gerakan mahasiswa seolah-olah tertawan di ruang perkuliahan yang sangat mengekang. Sifat kritis sebagai senjata utama mahasiswa dalam mengupas berbagai isu dan persoalan bangsa, menanggapi berbagai kebijakan pemerintah, serta memperjuangkan aspirasi rakyat menumpul dan berkarat. Semua itu menjadi faktor penyebab degradasi gerakan mahasiswa.

Akibatnya, gerakan mahasiswa yang dulu lebih mengedepankan kepentingan rakyat kecil, saat ini hanya berperan sebatas lingkup kampus. Tak pelak, yang tampak adalah gerakan

TokohKepala Desa Rappoa : Meneropong Gerakan

(Mahasiswa) Kekinian

12

Page 13: GEMA RAPPOA  Edisi 1 ( Juli -  Agustus 2015)

mahasiswa mati suri.

Di lain sisi, tingginya angka pertumbuhan ekonomi Indonesia, dirayakan di tengah maraknya pengungkapan korupsi yang melibatkan para pejabat dan politisi. Elektabilitas partai-partai besar turun karena petinggi dan kader-kadernya terlibat korupsi. Saat yang sama, potret penderitaan warga akibat perluasan investasi yang bertumpu pada pengerukan kekayaan alam meningkat dan meluas. Pada kondisi ini Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) diusung. Proyek ini menjanjikan mimpi Indonesia menjadi sepuluh negara besar di dunia pada 2025.

MP3EI berlabel Not Business As Usual dengan menu lama, yaitu sektor industri

ekstraktif, kehutanan, dan perkebunan skala besar yang rakus lahan dan buruh murah. Proyek seperti ini telah terbukti melahirkan kasus-kasus perampasan lahan, penurunan mutu fungsi-fungsi alam, serta bencana industrial yang menyingkirkan permukiman dan ruang-ruang ekonomi, seperti kasus luapan lumpur Lapindo.

Guna memuluskan jalannya proyek ini, gincu-gincu kepedulian ditempel di sana sini, seperti janji menurunkan laju emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 26 persen hingga 41 persen, dan meningkatkan kesejahteraan. Tetapi, kenyataannya MP3EI masih mengandalkan sektor-sektor yang rakus lahan, infrastruktur pengangkutan, sumber energi dan buruh murah. Itu sebabnya hampir 80 persen investasi MP3EI untuk pengadaan fasilitas pengangkutan dan energi. Konsekuensinya, pelanggaran Hak-hak Asasi Manusia (HAM) menjadi niscaya. Laporan yang diungkap Komisi Nasional (Komnas) HAM menunjukkan, sebagian besar pelanggaran HAM yang terjadi akibat investasi rakus lahan dan bertumpu pada buruh murah. Ini membuka mata kita bahwa MP3EI adalah rencana induk bagi perluasan tingkat derita dan bencana bagi warga.

Bagaimana dengan buruh murah? Masih resep lama. Alih fungsi lahan dan hutan besar-besaran akan melahirkan orang miskin baru, yang tak punya pilihan dan bersedia menjadi buruh murah. Laporan pemetaan perempuan dan pemiskinan pada lima tahun terakhir yang dikeluarkan Komnas Perempuan (2012), menegaskan terjadinya Pencerabutan sumber-sumber kehidupan perempuan secara sistematis. Berbagai kebijakan Negara menghasilkan peningkatan konsentrasi lahan kepada segelintir orang. Mereka yang tergusur dari tanahnya berakhir di sektor perburuhan, pekerja rumah tangga, pekerja seks dan buruh migran – sektor-sektor yang minim perlindungan Negara. Jumlah buruh migran yang sebagian besar adalah perempuan, angkanya justru paling tinggi pada kawasan lumbung-lumbung Padi, seperti Indramayu, Karawang, Cianjur, Lombok dan Sumbawa.[]

13

Page 14: GEMA RAPPOA  Edisi 1 ( Juli -  Agustus 2015)

Desa Rappoa. Sebuah lentera kecil di ujung selatan pulau Sulawesi. Berjarak 124 km dari Makassar, Desa Rappoa terletak di Kecamatan Pa’jukukang, Kabupaten

Bantaeng, Provinsi Sulawesi Selatan. Cobalah berjalan kaki dari gapura depan Desa Rappoa sambil menikmati pemandangan deretan rumah panggung khas Sulawesi Selatan. Di sebelah kiri, kita dapat melihat sawah membentang begitu luas. Cobalah tengok ke belakang, sehingga kita dapat melihat hamparan gunung yang berdiri dengan gagahnya. Teruslah berjalan, hanya 300 meter saja, kita dapat melihat pemadangan birunya laut flores sejauh mata memandang. Tak heran, Desa Rappoa tidak hanya indah, namun juga kaya akan sumber daya alam yang melimpah. Padi, ikan, serta hasil perkebunan tersedia melimpah dari alam Desa Rappoa. Tentu saja, ada satu lagi kekayaan alam yang merupakan ciri khas desa ini yaitu sebuah kekayaan bahari, atau yang berasal dari laut, yang telah menjadi budaya dan pengisi kehidupan penduduk Desa Rappoa.

Saat kita sudah sampai di pinggir laut, kemudian sejenak memejamkan mata dan menikmati hembusan angin laut yang sejuk dan hangat, cobalah amati laut lebih baik. Dijamin, kita akan menyadari akan adanya sesuatu. Ya, jika diperhatikan dengan seksama, laut di desa ini terlihat kotor dan ada banyak sekali benda-benda yang mengapung di sana.

Cobalah untuk kemudian melihat ke sekeliling pantai. Jika pantai-pantai wisata yang sering kita kunjungi umumnya memiliki pasir yang halus dan banyak ditumbuhi pohon

Rumput Laut, Harta Karun Desa Rappoa

Potensi

14

Oleh : Indah Lestari1

1Indah Lestari adalah mahasiswa Universitas Gadjah Mada jurusan teknik kimia angkatan 2012 yang melaksanakan Kuliah Kerja Nyata di Desa Rappoa pertengahan tahun 2015. Selama di desa Rappoa, ia melakukan pengabdian berupa peran dalam pemaksimalan potensi rumput laut serta pembuatan pupuk sekam padi secara swadaya.

Page 15: GEMA RAPPOA  Edisi 1 ( Juli -  Agustus 2015)

kelapa untuk bersantai, pantai di desa Rappoa ini istimewa karena kita bisa melihat hamparan sesuatu yang semu nan berkilau di pantai yang berwarna coklat dan merah di mana-mana.

Hamparan coklat-merah itu adalah rumput laut yang sedang dijemur. Tak perlu heran ketika melihat berbagai tumpukan botol yang senantiasa mengapung bebas nan asing yang ada di laut. Botol tersebut adalah botol-botol plastik yang digunakan sebagai pelampung untuk jaring tempat di mana rumput laut “ditanam”, yang juga berfungsi agar rumput laut tidak terbawa jauh oleh ombak sekaligus menandakan kepemilikan.

Salah satu petani rumput laut adalah seorang bapak paruh baya bernama Firman. Bersama perahu kecilnya, sejak 10 tahun yang lalu setiap hari beliau bolak-balik dari pantai ke laut untuk mengurusi ladang rumput laut miliknya dari mulai penanaman bibit di laut, perapihan nai (bentang tali), hingga pemanenan rumput laut. Lokasi penanaman rumput laut terbagi tiga, bagian dalam, tengah, dan luar. Bagian dalam adalah yang paling dekat dengan pantai sedangkan bagian luar adalah yang terjauh. Yang membedakan antara wilayah dalam, tengah, dan luar adalah bahwa tingkat salinitas di bagian luar lebih tinggi dibandingkan air laut di bagian

15

Page 16: GEMA RAPPOA  Edisi 1 ( Juli -  Agustus 2015)

tengah dan dalam. Rumput laut yang terkena lebih banyak air tawar yaitu bagian dalam yang beruhubungan langsung dengan muara sungai, kualitasnya lebih baik namun rumput laut di bagian luar lebih bersih karena paling sedikit terkena kotoran (pasir).

Rumput laut di Desa Rappoa ada dua macam. Euchema spinosum dan Euchema cottonii. Spinosum, yang oleh masyarakat Rappoa disebut pemburu, berciri-ciri kenyal, batangnya gemuk dan berwarna kuning atau kehitaman, tergantung tingkat salinitas dan waktu pemanenan sejak pembibitan. Sedangkan cottonii, atau yang disebut katoni oleh penduduk Rappoa, berciri batangnya lebih kurus, keras dan cabang-cabangnya lebih kurus.

Rumput laut umumnya dipanen 40 hari setelah pembibitan. Bibit ditanam sebanyak 100 nai masing-masing sepanjang sekitar 13 meter. Setelah dipanen, selanjutnya rumput laut akan melalui proses pensortiran untuk dipotong pucuknya dan sisanya dijemur atau langsung dijual. Pucuk-pucuk yang telah dipotong ini akan dijadikan bibit dan ditanam kembali di laut. Bibit yang bagus adalah yang berukuran besar, bening, keras, serta banyak cabangnya.

Indikator kualitas rumput laut dilihat dari besar batang dan jumlah cabangnya. Semakin banyak cabangnya, semakin baik kualitasnya. Begitupun dengan besar batangnya, semakin besar semakin baik. Besarnya diameter batang dan banyaknya cabang yang terbentuk berbanding lurus dengan besarnya gelombang. Semakin besar gelombang, cabang yang terbentuk semakin banyak. Cuaca juga berpengaruh. Jika cuaca panas dan hanya sedikit angin yang berhembus justru tidak baik karena gelombang laut cenderung tenang. Panas matahari juga akan mempengaruhi tingkat penguapan air yang tentunya akan berpengaruh pada tingkat salinitas air laut. Bahkan, pertumbuhan rumput laut akan lebih baik kualitasnya jika ada hujan. Lamanya pertumbuhan juga menentukan kualitas rumput laut. Pemanenan yang paling baik adalah dalam

waktu 40 hari setelah pembibitan. Namun, kadang kala, ada petani yang sudah memanen rumput lautnya meskipun baru berusia 30 hari. Hal tersebut tentunya berpengaruh pada kualitas rumput laut yang dihasilkan. Selain itu, pemakaian benih secara terus menerus dari rumput laut yang sama dapat menurunkan produktivitas rumput laut.

Rumput laut warna kuning artinya penanaman di daerah yang konsentrasi air tawarnya rendah. Sedangkan yang kehitaman justru sebaliknya, konsentrasi air tawarnya tinggi, bahkan berlebihan. Rumput laut cottonii yang baik kualitasnya adalah yang

16

Page 17: GEMA RAPPOA  Edisi 1 ( Juli -  Agustus 2015)

berwarna merah namun tidak kehitaman. Rumput laut jenis ini, menurut Firman, adalah yang paling murni dan tinggi kualitasnya. Namun, rumput laut yang gemuk dan hitam adalah yang paling sehat. Harga jual spinosum dan cottonii jelas berbeda dilihat dari kualitas dan lama pembudidayaannya. Pembudidayaan spinosum lebih cepat, mudah, dan hasil panennya lebih banyak bila dibandingkan dengan cottonii. Oleh sebab itu, harga jual spinosum lebih rendah berkisar 3.000 rupiah per kilogram. Namun, harga jual spinosum terus mengalami kenaikan, dari 3.000 per kilogram, naik menjadi 5.000, dan kini telah menyentuh 8.000 rupiah per kilogram, sama dengan harga rumput laut cottonii. Karena

pembudidayaan yang lebih mudah dan harga jual yang tidak jauh berbeda, wajar saja jika para petani rumput laut di desa Rappoa lebih senang membudidayakan spinosum dengan rata-rata 100 nai tiap satu kali panen seberat 200 kg.

Rangkaian kegiatan penanaman-pemanenan rumput laut di Desa Rappoa ini berlangsung terus sepanjang tahun. Petani rumput laut bekerja dari mulai pukul 6 pagi hingga sore hari. Dalam kesehariannya, para petani rumput laut menghadapi dinamika jadwal yang berubah-ubah bergantung pada cuaca yang mempengaruhi keadaan ombak laut. Sekitar tahun 1970, pembudidayaan rumput laut dilakukan hanya di laut dangkal menggunakan pancang yang diikat dan para petani mengurusi rumput lautnya dengan mengunakan rakit. Kini, petani rumput laut menggunakan bentang tali yang diberi pelampung, dan pembudidayaan dilakukan di laut yang agak dalam. Dengan salinitas serta kecepatan angin yang tepat yaitu berkisar antara 20 hingga 40 meter per detik, kualitas rumput laut menjadi lebih baik. Para petani kini menggunakan perahu nelayan. Ada yang berkapasitas 400 kilogram, ada pula 700 kilogram. Seringkali nelayan menamai perahunya, seperti Firman yang memberi nama perahunya Malboro.

Budidaya rumput laut baik jika hujan dan dan angin berhembus kencang. Namun terlalu banyak hujan juga tidak baik. Saat musim hujan besar, rumput laut harus digeser menjauhi pantai. Firman menceritakan, pernah satu kali, terjadi banjir besar yang menyebabkan rusaknya rumput laut yang ditanam di bagan dalam yang paling dekat dengan pantai akibat meningkatnya konsentrasi air tawar yang terlalu besar. Setelah dipanen, rumput laut dijemur kurang-lebih selama tiga hari. Ada yang dijemur begitu saja di atas pasir pantai atau di tanah lapang dengan atau tanpa dialasi terpal, ada pula yang menggunakan para-para (sejenis dipan untuk menjemur rumput laut

17

Page 18: GEMA RAPPOA  Edisi 1 ( Juli -  Agustus 2015)

yang terbuat dari bambu untuk menghindari ayam atau binatang lain). Bahkan di beberapa daerah di luar Desa Rappoa, ada pula yang menggunakan sistem penjemuran vertikal.

Sebagian besar hasil panen rumput laut dijual di sekitaran kabupaten Bantaeng dan ke Makassar, ada pula yang dijual ke luar Sulawesi seperti industri karaginan di Surabaya. Bahkan Singapur dan Jepang turut melirik potensi rumput laut Desa Rappoa dan membelinya untuk dijadikan obat, kosmetik, serta susu. Kabupaten Bantaeng sendiri juga memiliki Balai Pengolahan Rumput laut. Di sini, rumput laut dapat diolah menjadi lebih dari 20 jenis produk olahan rumput laut. Di antaranya kerupuk, dodol, jus, dan lain-lain. Di Kabupaten Bantaeng, ada lebih dari 50 kelompok pembudidaya rumput laut.

Kegiatan pembudidayaan rumput laut memiliki dampak bagi lingkungan bahari. Karena masih termasuk tradisional, seringkali petani rumput laut menggunakan pasir sebagai pemberat atau biasa disebut mola-mola. Berat beban disesuaikan agar pelampung dapat mengapung atau melayang di air dengan tepat. Jika terlalu berat, pasir dibuang ke laut dan hal ini dapat merusak terumbu karang apabila dilakukan terus menerus. Peran pemerintah tentu sangat dibutuhkan untuk menanggulangi permasalahan ini.

Lain rumput laut, lain lagi ikan. Desa Rappoa yang terletak di kabupaten Bantaeng memiliki Balai Benih Ikan (BBI) di bawah naungan Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Bantaeng. Bekerjasama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), BBI adalah tempat pengembangbiakan berbagai jenis ikan dengan berbasis teknologi.

BBI mendapat bantuan dari BPPT berupa bibit ikan nila gesit dan nila air laut atau nila

merah sebanyak empat paket yang masing-masing berisi ikan sebanyak 400 ekor dengan perbandingan jantan dan betina 1:3, nantinya setelah lima bulan, akan menghasilkan anak ikan sebanyak 1 juta ekor. Di tempat yang sudah berdiri sejak tahun 2013 ini, kegiatan pembudidayaan ikan dilakukan secara sistematis dan diawasi oleh para ahli salah satunya Bapak Frapydiah Rioeh sebagai kepala bidang perikanan budidaya dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Bantaeng. Ikan yang sudah siap kawin dipisahkan ke dalam kolam pemijahan. Di sini, ikan-ikan akan kawin dan menghasilkan telur. Setelah telur-telur menetas, anak-anak

18

Page 19: GEMA RAPPOA  Edisi 1 ( Juli -  Agustus 2015)

ikan yang berukuran sangat kecil dipindahkan ke kolam yang berisi jaring-jaring hingga tumbuh besar. Setelah besar, ikan-ikan dipisahkan kembali ke kolam untuk ikan yang lebih besar.

Selain nila, di BBI juga dibudidayakan ikan mas, patin, dan lele. Nila gesit merupakan kependekan dari genetically super male Indonesian te lavia karena pertumbuhannya yang tergolong cepat. Hambatan dalam pembudidayaan adalah sumber air. Karena letaknya dekat laut, air tanah yang ada mengandung air laut padahal ikan nila gesit tumbuh di air tawar. Untuk menanggulangi hal ini, digunakanlah air irigasi yang berasal dari pegunungan, air ini ditampung di dam yang dapat dialirkan ke kolam ikan saat dibutuhkan.

Itulah beberapa informasi mengenai sebagian kekayaan bahari Desa Rappoa. Sudah seharusnya sebuah industri desa tidak hanya terpaku pada satu bidang industri saja. Desa Rappoa menjadi salah satu desa yang dapat dicontoh dunia perindustriannya karena selain rumput laut sebagai ujung tombak perekonomiannya, perkembangan perindustrian ikan di sektor air tawar maupun laut dapat diandalkan pula. Masyarakat apabila didukung dan disuplai penuh oleh seperangkat pemerintahan baik desa maupun pusat tentu saja akan menjadi masyarakat majemuk nan maju dalam perindustrian. Rumput laut dan industri pengembangan ikan di Desa Rappoa hanyalah secuil contoh dari melimpahnya kekayaan alam di Desa Rappoa, sebuah lentera kecil di ujung selatan pulau Sulawesi yang menyala dengan anggunnya dan tak lekang oleh waktu. Dengan mempelajari dan memahaminya, semakin menyadarkan penulis bahwa Indonesia bukan hanya kaya, namun sangat amat kaya.[]

19

Page 20: GEMA RAPPOA  Edisi 1 ( Juli -  Agustus 2015)

Lahirnya Undang - Undang Desa memunculkan beberapa muatan krusial pada: alokasi dana dari

pemerintah pusat yang masuk ke Desa; penghasilan tetap setiap bulan Kepala Desa dan perangkat desa yang bersumber dari dana perimbangan APBN yang diterima Kabupaten/Kota; adanya kewenangan tambahan adanya peluang desa untuk mengatur penerimaan yang merupakan pendapatan desa; masa jabatan Kepala Desa selama 6 tahun dan dapat dapat menjabat paling banyak 3 kali masa jabatan; penambahan fungsi Badan Permusyawaratan Desa dalam melakukan pengawasan kinerja Kepala Desa; sistem informasi pembangunan desa dan kawasan perdesaan bagi daerah yang minim aksesibilitas komunikasi, teknologi, informasi dan sumber daya manusia; serta tingkat partisipatif masyarakat desa dalam proses perencanaan dan penganggaran di tingkat Desa.

MerDesa Institute dan Sekretariat Perdesaan Sehat menggelar Diskusi “Masa Depan Desa Indonesia” yang dilaksanakan pada tanggal 16 April 2014 dan bertempat di Gedung Newseum Jl. Veteran I No 27 Jakarta Pusat. Diskusi tersebut menghadirkan narasumber Prof. Dr. Drs. H. Khasan Effendy, M.Pd (Direktur Pasca Sarjana IPDN), dr. Hanibal Hamidi, M.Kes (Asisten

Perdesaan Sehat, Konsep Masa Depan Desa Indonesia

Fokus

20

Page 21: GEMA RAPPOA  Edisi 1 ( Juli -  Agustus 2015)

Deputi Urusan Sumber Daya Kesehatan KPDT), serta Taufik Razen (Budayawan merDesa). Peserta yang hadir berasal dari kalangan instansi pemerintahan, dunia akademis, mahasiswa, organisasi sosial kemasyarakatan, pemerhati masalah Desa, masyarakat serta jurnalis. Hasil diskusi tersebut menghasilkan masukan mengenai muatan substansi dan nomenklatur Desa didalam RPJMN 2015-2019; memberikan masukan kritis dalam melengkapi peraturan turunan mengenai Desa (Peraturan Pemerintah maupun Permendagri) serta pembentukan Kabinet periode 2015- 2019.

Undang-Undang Desa merupakan salah satu komitmen besar untuk mendorong perluasan kesejahteraan bagi seluruh lapisan masyarakat, dan diharapkan bisa semakin mengurangi disparitas wilayah yang selama ini menjadi tantangan pembangunan nasional. Berkaitan dengan disparitas (ketertinggalan) wilayah merupakan domain Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal, memerlukan fokus afirmatif yang komprehensif dari berbagai stakeholder dalam upaya percepatan pembangunan daerah tertinggal. Di dalam Undang-Undang Desa mengamanatkan tentang Pembangunan Kawasan Perdesaan yang Masa Depan Desa Indonesia dilaksanakan dalam upaya mempercepat dan meningkatkan kualitas pelayanan, pembangunan, dan pemberdayaan masyarakat Desa di Kawasan Perdesaan melalui pendekatan pembangunan partisipatif, salah satunya melalui pelayanan yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat perdesaan.

Kondisi faktual kesejahteraan masyarakat perdesaan yang notabene banyak berada di daerah tertinggal, masih memprihatinkan. Kesejahteraan masyarakat yang diindikasikan dari rata-rata pertumbuhan ekonomi, persentase penduduk miskin serta Indeks Pembangunan Manusia (IPM), terutama bagi daerah tertinggal menunjukkan status perlu kerja keras (hasil evaluasi paruh waktu RPJMN 2010-2014 Prioritas Nasional 10 yang dikeluarkan oleh Bappenas

pada tahun 2013). Berkaitan dengan pencapaian IPM yang salah satu indikatornya adalah kesehatan, memerlukan dukungan afirmatif nyata dari stakeholder terkait. Kondisi capaian pembangunan kesehatan (Prioritas Nasional 3) yang menunjukkan status sangat sulit dicapai tahun 2014, maupun pencapaian target MDGs tahun 2015, membutuhkan kebijakan yang mampu merekonstruksi pembangunan kesehatan nasional. KPDT telah melakukan rekonstruksi pembangunan kesehatan melalui kebijakan Perdesaan Sehat, yang termuat dalam Peraturan Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal No,or 1 Tahun 2013 Tentang Pedoman Pembangunan Perdesaan Sehat di Daerah Tertinggal.

Perdesaan Sehat adalah suatu kebijakan yang disertai dengan instrumen koordinasi dan fasilitasi pelaksanaan percepatan pembangunan kualitas kesehatan berbasis perdesaan di daerah tertinggal dalam kerangka mempercepat keterjangkauan pelayanan kesehatan dasar yang berkualitas berbasis struktur kependudukan Liputan Utama serta mempercepat keberdayaan masyarakat dalam pembangunan kualitas kesehatan di wilayah perdesaan. Dua misi tersebut memandu arah kebijakan Perdesaan Sehat untuk “penajaman” prioritas pembangunan pada peningkatan ketersediaan insfrastruktur dan kapasitas lembaga kesehatan di perdesaan dengan memprioritaskan pada keterjangkauan atas fungsi faktor-faktor utama kualitas kesehatan. Faktor-faktor utama kualitas kesehatan tersebut adalah: Dokter Puskesmas dan Bidan Desa sebagai ‘faktor dasar’ kualitas kesehatan, serta air bersih, sanitasi dan gizi seimbang (bagi Ibu hamil, ibu menyusi, bayi, dan balita) sebagai ‘faktor penentu dasar’ kualitas kesehatan. Kelima faktor utama tersebut disosialisasikan sebagai Lima Pilar Perdesaan Sehat. Diangkatnya lima faktor utama itu juga menunjukkan bahwa pemenuhan hak sehat sebagai hak dasar mencakup aspek yang luas, subyektif dan dipengaruhi berbagai macam faktor. Tidak hanya melalui upaya

21

Page 22: GEMA RAPPOA  Edisi 1 ( Juli -  Agustus 2015)

pelayanan kesehatan semata dalam menjangkau pentingnya standard tertinggi kesehatan fisik dan mental, tetapi juga mencakup faktor-faktor sosial dan ekonomi, termasuk faktor geografis yang berpengaruh pada penciptaan hak atas sehat.

Desa dalam paradigma entitas sosial-politik memiliki karakteristik unik dalam struktur formal kelembagaan negara, oleh karena itu desa dipahami sebagai kesatuan masyarakat hukum yang memiliki hak dan kekuasaan dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya untuk mencapai kesejahteraan.

Pemerintahan Desa sebagai garda terdepan dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa memiliki peranan menjadi motor penggerak utama dalam membangun daerah, juga motivator untuk pembangunan desa sekaligus pemberdayaan masyarakat. Dengan membangun desa, berarti mempercepat pembangunan daerah sekaligus membangun bangsa. Oleh sebab itu, upaya untuk merekonstruksi dan reposisi penguatan penyelenggaraan Desa menjadi suatu hal mutlak untuk dilakukan. Lahirnya Undang-Undang Desa sebagai starting point dimulainya babak baru dalam tata kelola pemerintahan dan pembangunan di Desa.[]

22

Page 23: GEMA RAPPOA  Edisi 1 ( Juli -  Agustus 2015)
Page 24: GEMA RAPPOA  Edisi 1 ( Juli -  Agustus 2015)

Apakah Cross Cultural Understanding itu? CCU adalah sebuah studi untuk menjembatani dua kebudayaan atau

kebiasaan local, maupun antar negara yang bertujuan untuk mendapatkan pemahaman atas perbedaan budaya dan kebiasaan dari dua hal tersebut. Setidaknya ada tiga hal yang mendorong dan mempermudah perkembangan CCU ini. Ketiga hal tersebut adalah HAM, Globalisme, dan Proses Demokratisasi. HAM yang dimaksud adalah penghargaan atas hak – hak asasi manusia. Globalisme, bukan globalisasi, adalah pandangan menyeluruh bahwa kesetaraan antar budaya itu universal dan tidak kabur hanya karena sejumlah klaim kebenaran. Sedangkan, Proses Demokratisasi ini adalah proses pengakuan kita secara fair terhadap apa yang di kaji secara objektif.

Ketiga hal tersebut sama seperti segitiga sama sisi yang seimbang dan tidak boleh timpang. HAM dan Globalisme merujuk pada pengakuan serta kesadaran bahwa setiap manusia adalah sama. Adanya prinsip-prinsip kesamaan kesempatan mengekspresikan diri, hidup berdampingan, dan bekerjasama antar berbagai kelompok masyarakat membuat konsep masyarakat multikultural berdekatan dengan sejumlah konsep yang didengungkan oleh masyarakat demokrasi dan masyarakat sipil. Konsep-konsep yang berdekatan itu, atau bahkan menjadi landasan bagi penegakan masyarakat multikultural ialah demokrasi, hak asasi manusia, keadilan dan hukum, nilai-nilai budaya dan etos, kebersamaan, kesederhanaan,

penghargaan atas keyakinan, kesempatan berprestasi dan mobilitas sosial, penghindaran tindak kekerasan fisik, dan keyakinan rasa aman dengan identitas dan eksistensi.

Dengan menyebut sejumlah konsep yang berdekatan itu, kita sudah dapat melihat bagaimana dekatnya konsep multikulturalisme masyarakat dengan upaya peningkatan kesempatan masyarakat memperoleh kesejahteraan sosial. Untuk mewujudkan cita-cita mulia ini diperlukan niat baik dan upaya serius dari segenap komponen bangsa. Secara konseptual, multikulturalisme sebenarnya relatif baru jika dibandingkan dengan konsep pluralis (plurality) maupun keragaman (diversity). Sekitar tahun 1970-an gerakan multikultural muncul pertama kali di Kanada dan Australia kemudian di Amerika Serikat,

Cross Cultural Understanding dan Multikulturalisme Demi Kesatuan NKRI Serta Kendalanya

Fokus

Cross

24

Page 25: GEMA RAPPOA  Edisi 1 ( Juli -  Agustus 2015)

Inggris, Jerman, dan lainnya. Selain itu, ketiganya memiliki perbedaan titik tekan. Konsep pluralitas mengandaikan adanya “hal-hal yang lebih dari satu”.

Keragaman menunjukkan bahwa keberadaan yang “lebih dari satu” itu berbeda-beda, heterogen, dan bahkan tidak dapat disamakan. Sedangkan multikulturalisme memberikan penegasan bahwa dengan segala perbedaan itu mereka adalah sama di dalam ruang publik sehingga dibutuhkan kesediaan menerima kelompok lain secara sama sebagai kesatuan, tanpa memedulikan perbedaan agama, budaya, etnik, gender, maupun bahasa. Sikap semacam itu membutuhkan keterbukaan hati semua pihak. Tanpa sikap yang terbuka, masing-masing kelompok masyarakat akan membangun berlapis-lapis kecurigaan. Multikulturalisme merupakan

pengikat dan jembatan yang mengakomodasi perbedaan-perbedaan, termasuk perbedan–perbedaan kesukubangsaan dalam masyarakat yang multikultural. Perbedaan-perbedaan itu terwadahi di tempat-tempat umum, tempat kerja dan pasar, dan sistem nasional dalam hal kesetaraan derajat secara politik, hukum, ekkonomi, dan sosial.

Namun, dalam kenyataannya, banyak hambatan agar CCU dan Multikulturalisme terealisasikan, antara lain :

1. Menganggap budaya sendiri yang paling baik. Hal ini dapat menyebabkan kita tidak menghargai dan memandang dengan hak yang sama ketika melihat budaya lain.

2. Pertentangan antara budaya barat dan timur. Orang barat sering menganggap bahwa budaya timur adalah budaya yang tidak progresif, sedangkan orang – orang timur menganggap budaya barat adalah budaya materialis yang hedon. Hal inilah yang membuat tembok perbedaan semakin menebal.

3. Pandangan yang paternalistis. Kebanyakan budaya menganggap bahwa laki – laki lebih tinggi kedudukannya dibanding wanita. Hal ini juga menyulitkan pemahaman antar budaya.

4. Pandangan tentang indigenous culture. Kita sering menganggap bahwa budaya kita yang tetap atau indigen, adalah yang terbaik sehingga kita tak mau berubah dengan alasan tersebut.

5. Kesanksian dan subjektivitas para penduduk asli. Bila ada orang asing yang berbicara dan mengkritik tentang budaya kita, kita biasanya meragukan pendapat tersebut dengan alasan ketidak tahuan.

Menurut Gibson ( 1997 ), sebagaimana dikutip Djohar ( 2003: 85 ) menyatakan bahwa masa depan bangsa memiliki kriteria khusus yang ditandai oleh hiper kompetisi, suksesi revolusi teknologi serta dislokasi dan konflik sosial, menghasilkan keadaan yang non-linier dan sangat tidak dapat diperkirakan dari

Cultural

25

Page 26: GEMA RAPPOA  Edisi 1 ( Juli -  Agustus 2015)

keadaan masa lampau dan masa kini. Masa depan hanya dapat dihadapi dengan kreativitas, meskipun posisi keadaan sekarang memiliki peranan penting untuk memicu kreativitas.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa perubahan keadaan yang non-linier ini tidak akan dapat diantisipasi dengan cara berpikir linier. Pemikiran linier dan rasional yang sekarang kita kembangkan tidak lagi fungsional untuk mengakomodasi perubahan keadaan yang akan terjadi. Keadaan ini mestinya dapat mendorong kita untuk memiliki disain pendidikan masa depan yang memungkinkan peserta didik dan pelaku praksis pendidikan dapat mengaktualisasikan dirinya.

Dari paparan tersebut mengindikasikan bahwa pendidikan multikultural menjadi sesuatu yang sangat penting dan mendesak untuk

di implementasikan dalam praksis pendidikan di Indonesia karena pendidikan multikultural dapat berfungsi sebagai sarana alternatif pemecahan konflik. Melalui pembelajaran yang berbasis multikultur, siswa diharapkan tidak tercerabut dari akar budayanya, dan rupanya diakui atau tidak pendidikan multikultural sangat relevan di praktekkan di alam demokrasi seperti saat ini.

Pendidikan multikultural juga dapat dimanfaatkan untuk membina siswa agar tidak tercabut dari akar budayanya, sebab pertemuan antar budaya di era globalisasi ini bisa jadi dapat menjadi ancaman serius bagi anak didik kita. Dalam kaitan ini siswa perlu diberi penyadaran akan pengetahuan yang beragam, sehingga mereka memiliki kompetensi yang luas akan pengetahuan global, termasuk aspek kebudayaan.[]

“Masa depan hanya dapat dihadapi dengan kreativitas”

26

Page 27: GEMA RAPPOA  Edisi 1 ( Juli -  Agustus 2015)
Page 28: GEMA RAPPOA  Edisi 1 ( Juli -  Agustus 2015)
Page 29: GEMA RAPPOA  Edisi 1 ( Juli -  Agustus 2015)

“Laki-laki dan Perahu” Budaya Maritim Petani Rumput Laut di Desa Rappoa, Kecamatan Pa’jukkukang, Kabupaten Bantaeng, Provinsi Sulawesi Selatan

Karya Ilmiah

Pendahuluan Kabuaten Bantaeng adalah kabupaten yang memiliki kekayaan alam

melimpah. Selain itu secara geografis, Bantaeng sendiri memiliki wilayah pantai hingga perkebunan di pegunungan. Memiliki komoditas seperti jagung dan rumput laut. Begitu memasuki wilayah Desa Rappoa yang ada di Kecamatan Pa’jukkukang terdapat banyak lahan persawahan, irigasinya lancar dan kondisi tanahnya subur. Pada pertengahan tahun 2015 ini, ketika wilayah lain dilanda kekeringan, Desa Rappoa tidak perlu mengkhawatirkan gagal panen. Desa Rappoa juga memiliki wilayah laut, sebagian dari masyarakat bermatapencaharian sebagai petani rumput laut. Rumput laut merupakan komoditas utama di Rappoa yang memakmurkan masyarakat. Selain itu, masyarakat juga banyak menjadi nelayan.

Menurut saya pribadi, Desa Rappoa tidak jauh berbeda dengan beberapa lingkungan di wilayah Jawa, bahkan suasana yang ada. Perbedaan kontras yang terlihat adalah bahasa dan bentuk konstruksi rumah. Konstruksi rumah di Desa Rappoa, begitu juga di Kabupaten Bantaeng pada umumnya adalah rumah panggung yang terbuat dari kayu meskipun terlihat banyak juga rumah dengan dinding beton atau yang masyarakat di Desa Rappoa sering sebut sebagai rumah batu. Bahasa yang digunakan di Desa Rappoa adalah bahasa daerah. Meskipun masyarakat Desa Rappoa telah mengalami percampuran suku yaitu suku-bangsa Bugis dan suku-bangsa Makassar, Desa Rappoa memiliki kekhasan tersendiri dalam hal bahasa karena memiliki bahasa daerah di sekitar wilayah Kecamatan Pa’jukkukang. Sehingga, belajar bahasa adalah hal pertama yang harus saya lakukan untuk memahami kondisi masyarakat dan Desa Rappoa.

1Lara Wilis adalah mahasiswa jurusan Antropologi Budaya Universitas Gadjah Mada yang melakukan pengumpulan data dan penulisan artikel pada proses Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Rappoa, Kecamatan Pa’jukkukang, Kabupaten Bantaeng, Provinsi Sulawesi Selatan periode Antar-Semester. KKN dilakukan pada bulan Juli-Agustus 2015

Lara Wilis1

29

Page 30: GEMA RAPPOA  Edisi 1 ( Juli -  Agustus 2015)

Kebudayaan Suatu kondisi fisik masyarakat akan

mempengaruhi juga bagaimana kebudayaan yang terbentuk. Sebagai gambaran umumnya adalah Desa Rappoa. Desa Rappoa yang terletak di pesisir pantai menyebabkan masyarakatnya memiliki mata pencaharian sebagai nelayan dan petani rumput laut. Mata pencaharian tersebut menuntut masyarakat untuk menciptakan teknologi seperti perahu. Kondisi laut juga mempengaruhi bagaimana pola hidup masyarakat. Ketika malam nelayan harus pergi melaut, maka siang hari akan dihabiskan waktunya untuk beristirahat. Kondisi fisik (geografis) adalah salah satu pembentuk kebudayaan masyarakat. Lalu apa kebudayaan itu sendiri ?

Koentjaraningrat mendefinisikan kebudayaan menurut ilmu antropologi sebagai keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar (Koentjaraningrat,1990). Persoalan kebudayaan bersifat kompleks. Dalam ilmu antropologi, dalam prosesnya memahami kebudayaan metode observasi partisipasi digunakan sebagai sebuah alat. Untuk mempermudah pengumpulan data ketika pergi ke lapangan maka konsep kebudayaan itu sendiri perlu dibatasi.

Ada tujuh unsur-unsur kebudayaan universal menurut Koentjaraningrat, yaitu bahasa, sistem pengetahuan, organisasi sosial, sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem mata pencaharian hidup, sistem religi, dan kesenian. Setiap unsur kebudayaan akan menjelma sebagai wujud kebudayaan yang dapat dibandingkan dengan pranta-pranata sosial (Koentjaraningrat, 1990). Dalam hal tersebut Desa Rappoa memiliki kekhasannya sendiri.

Perahu sebagai Bagian dari Kehidupan Desa Rappoa memiliki lima dusun;

Rappoa, Boddong, Kampong Toa, Sapa Sapa dan Tonrokassi. Semuanya memiliki wilayah

laut kecuali Kampong Toa yang berada di bagian utara dari Desa Rappoa. Kondisi tersebut sangat mempengaruhi pada mata pencaharian masyarakat. Laut dimanfaatkan sebagai lahan untuk mengembangkan rumput laut. Oleh sebab itu perahu menjadi suatu yang penting.

Ketika berjalan di sepanjang garis pantai Desa Rappoa di beberapa bagian terlihat banyak perahu. Baik perahu untuk melaut, meletakkan bibit rumput laut di lokasi ataupun perahu balap yang sedang sangat populer di desa. Kepopuleran perahu balap di tengah-tengah masyarakat Desa Rappoa merupakan bagian dari akibat akan diadakannya lomba balap perahu yang diadakan pada awal bulan Agustus. Untuk menambah kemenarikan dari perahu-perahu tersebut, perahu dihias dengan dicat dan diberi nama. Di Dusun Tonrokassi, misalnya, ada perahu bernama Te Bo singkatan dari Tete Bobo, Spogebob, atau BRS. Anak-anak, orangtua, atau pun pemilik perahu semuanya antusias akan diadakannya lomba balap perahu yang menjadi agenda wajib Desa Rappoa, umumnya diadakan tiga kali dalam setahun.

Fungsi utama perahu adalah alat bantu transportasi masyarakat bekerja. Di Rappoa sendiri, dusun yang memiliki nelayan terbanyak adalah dusun Tonrokassi. Nelayan mulai melaut sore hari dan kembali pulang membawa hasil tangkapan tengah malam hingga dini hari. Perahu menggunakan bahan bakar minyak dan penangkapan ikan dilakukan dengan menggunakan jaring. Perolehan ikan sangat dipengaruhi oleh ‘musim’. Musim yang dimasksud adalah musim yang disebut sebagai Musim Timur dan Musim Barat oleh Masyarakat Rappoa. Musim tersebut merupakan bagian dari pengetahuan lokal mengenai arah angin, ketika angin bertiup ke Barat maka Musim Timur dan sebaliknya. Untuk musim ikan sendiri juga mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Ada suatu waktu ketika tongkol sangat mudah diperoleh. Namun tangkapan paling ditunggu-tunggu adalah Ikan Cakalang, karena dijual dengan harga termahal di pasaran.

30

Page 31: GEMA RAPPOA  Edisi 1 ( Juli -  Agustus 2015)

Petani Rumput Laut Di sudut-sudut Desa Rappoa terdapat

banyak kelompok ibu-ibu yang berkumpul mengelilingi gunungan rumput laut berwarna kecoklatan. Mereka mengikat potongan-potongan rumput laut ke tali dari pagi hari hingga sore hari. Kegiatan tersebut menjadi kegiatan yang sangat biasa dalam masyarakat Desa Rappoa. Kegiatan tersebut adalah kegiatan pembibitan rumput laut. Rumput laut yang telah dipanen dapat diambil sebagian kemudian dipotong menjadi lebih kecil dan diikatkan pada tali-tali yang telah dibuat menjadi bentang. Bentang merupakan sebutan untuk tali yang telah diikatkan dengan tali-tali yang lebih kecil.

Umumnya pembibitan rumput laut di Desa Rappoa dilakukan secara kelompok. Proses kerja produksi rumput laut telah menunjukkan pula adanya pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan. Dari semua pembibitan yang dilakukan di Desa Rappoa, menurut observasi dan pengamatan, dilakukan oleh perempuan. Pembibitan biasanya dilakukan dalam skala besar sehingga membutuhkan banyak tenaga kerja. Tenaga biasanya didapat dari pemilik bibit dengan memanggil saudara, tetangga, atau kenalan, baik dari dalam desa sendiri atau luar desa.

Selain dengan cara tersebut, masyarakat biasanya membuat kelompok-kelompok untuk mengerjakan usaha rumput laut bersama. Kelompok-kelompok petani rumput laut sendiri terbentuk karena kebutuhan untuk saling membantu dalam proses pembibitan hingga pemanenan rumput laut. Karena akan sulit dan membutuhkan waktu lama jika proses pembibitan hingga pemanenan rumput laut dilakukan secara mandiri dalam lingkup rumah tangga. Kelompok perkerja rumput laut yang terbentuk karena kedekatan hubugan satu sama lain. Sehingga ketika salah satu anggotanya harus melakukan proses pembibitan anggota kelompok lainnya wajib membantu dan begitu seterusnya untuk anggota-anggota yang lainnya.

Laki-laki dan Perahu Dalam masyarakat terdapat pembagian

kerja antara laki-laki dan perempuan. Kerja seperti pembawaan bibit rumput laut ke laut, pemanenan, atau rumput laut umumnya dilakukan oleh laki-laki. Mereka menggunakan perahu sebagai alat bantu transportasinya. Selain itu memiliki peralatan semacam jaring yang terbiat dari tali yang diikatkan dengan bambu atau kayu untuk melakukan proses pemanenan.

“Suatu sistem nilai budaya terdiri dari konsepsi-konsepsi, yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar dari warga masyarakat, mengenai hal-hal yang harus mereka anggap amat bernilai dalam hidup. Karena itu, suatu sistem nilai budaya biasanya berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia, sistem-sistem tata kelakuan manusia lain yang tingkatnya lebih konkret, seperti aturan-aturan khusus, hukum dan norma-norma, semuanya juga berpedoman kepada sistem nilai-budaya itu.” (Koentjaraningrat, 1974: 32).

Hal tersebut menunjukkan adanya suatu pola dalam perilaku masyarakat yang tidak universal, namun berpola di tingkat lokal. Artinya pembagian kerja antara perempuan dan laki-laki menjadi suatu yang telah dikonstruksi oleh budaya. “...konsep gender, yakni suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun kultural.” (Fakih, 1996: 8).

Pernah, ketika melakukan pengajaran menggambar dan melukis pada anak-anak, saya tercengang. Anak-anak perempuan cenderung lebih banyak menggambarkan bunga dan rumah, namun semua anak laki-laki menggambarkan perahu. Maka saya menganggap hal itu sebagai suatu yang menarik. Anak-anak telah dikonstruksi oleh budaya lokal mengenai apa yang dianggap penting dan menjadi kebanggaannya.

“Walaupun nilai-nilai budaya berfungsi

31

Page 32: GEMA RAPPOA  Edisi 1 ( Juli -  Agustus 2015)

sebagai pedoman hidup manusia dalam masyarakat, tetapi sebagai konsep, suatu nilai budaya itu bersifat sangat umum, mempunyai ruang lingkup yang sangat luas dan biasanya sulit diterangkan secara rasional dan nyata. Namun, justru karena sifatnya yang umum, luas dan tak konkret itu, maka nilai-nilai budaya dalam suatu kebudayaan berada dalam suatu daerah emosional dari alam jiwa para individu yang menjadi warga dari kebudayaan bersangkutan. Kecuali itu, para individu sejak kecil telah diresapi dengan nilai-nilai budaya yang hidup dalam masyarakatnya, sehingga konsep-konsep itu sejak lama telah telah berakar dalam alam jiwa mereka. Itulah sebabnya nilai-nilai budaya dalam suatu kebudayaan tidak dapat diganti dengan nilai-nilai budaya yang lain dalam waktu yang singkat, dengan mendiskusiakannya secara rasional.” (Koentjaraningrat, 1990:190).

Perahu telah menjadi bentuk yang mencirikan laki-laki di Desa Rappoa. Jika dipahami lagi, perahu adalah alat transportasi yang digunakan di laut. Tanpa perahu, manusia tidak dapat bertahan lama di tengah laut atau tidak dapat berenang jauh ke tengah-tengah laut. Perahu telah berhasil melawan rintangan berat tersebut, dapat diberi sifat ‘jantan’. Di Desa Rappoa sendiri, pekerjaan yang berhubungan dengan perahu semuanya ‘milik’ laki-laki. Perempuan hanya bekerja di darat. Nelayan, semuanya jug laki-laki. Konsep gender telah meletakkan posisi laki-laki dan perempuan.

Ketika lomba balap perahu diadakan, orang dari berbagai daerah mengikuti perlombaan. Penonton di sepanjang garis pantai juga begitu antusias ketika perlombaan berlangsung. Kecepatan laju perahu banyak dipengaruhi oleh mesin dan bahan bakar. Artinya yang paling cepat

32

Page 33: GEMA RAPPOA  Edisi 1 ( Juli -  Agustus 2015)

mencapai garis finish, yang hebat. Kemenangan membuat masyarakat begitu heboh dan bersorak pada pemenangnya. Menurut spekulasi saya, perahu menjadi satu benda penting di dalam masyarakat.

KesimpulanBudaya yang merupakan konsep yang

ada dalam masyarakat. Gagasan-gagasan dalam masyarakat membentuk pola perilaku masyarakat. Benda-benda yang penting, dapat menjadi penanda penting. Pola perilaku masyarakat Rappoa telah menunjukkan adanya perhatian terhadap kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan perahu. Perahu menjadi suatu benda yang penting dalam masyarakat Desa Rappoa

Pekerjaan yang berhubungan dengan perahu dilekatkan dengan laki-laki. Perahu yang menjadi alat transportasi, dianggap memiliki jenis kelamin yaitu laki-laki. Perahu dianggap memiliki sifat tangkas dan jantan. Pekerjaan yang membutuhkan bantuan perahu juga dilakukan oleh kaum laki-laki. Di sini perbedaan pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan bukan merupakan bentuk subordinasi. Hanya saja benda (perahu) memiliki makna khusus yang hanya ditemukan dalam konteks lokal.

Daftar Pustaka Fakih, Mansour. 1996. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Koentjaraningrat. 1974. Kebudayaan, Mentalitet, dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia. Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.

33

Page 34: GEMA RAPPOA  Edisi 1 ( Juli -  Agustus 2015)

Mari Bunuh Politik Pencitraan

Oleh : Muhammad Reza Wijaya

Opini

SEKITAR awal bulan Juni 2012 lalu, di halaman Facebook kawan saya, yang juga anggota redaksi Jurnal IndoPROGRESS,

mendadak muncul gambar, poster, dan pesan tentang sosok Jokowi-Basuki. Spontan saya tanya kepada kawan saya tersebut, ‘apakah kamu aktif mendukung pasangan ini?’ Ia menjawabnya ‘ya. Kembali belajar bagaimana mengorganisir.’

Setelah percakapan singkat itu, saya tidak pernah lagi berkomunikasi dengannya soal aktivitas politiknya yang baru ini. Saya tidak mempertanyakan alasan dia mendukung

pasangan nomor urut tiga (3) itu, dan kontorversi yang mengikutinya. Sama seperti saya juga tidak mempertanyakan alasan kenapa beberapa kawan saya yang lain mendukung calon independen Faisal-Biem. Sampai kemudian, hasil pemilu kepala daerah pada 11 Juli, memperlihatkan pasangan Jokowi-Basuki unggul telak atas pasangan lainnya.

Tak pelak, kemenangan mengejutkan Jokowi-Basuki di putaran pertama pemilu gubernur DKI Jakarta ini, telah menimbulkan debat yang cukup ramai, terutama seputar

www.detik.com

34

Page 35: GEMA RAPPOA  Edisi 1 ( Juli -  Agustus 2015)

melesetnya perhitungan banyak lembaga survey dalam pesta demokrasi ini. Ketika saya mengucapkan selamat pada kawan saya tersebut, ia menjawab ‘ini memang di luar perkiraan.’

Namun demikian, dalam artikel ini saya akan melihat sisi lain yang luput dibincangkan berkaitan dengan kemenangan pasangan nomor urut tiga (3) itu. Dalam hal ini, saya akan membahas pasang surut politik pencitraan (image politics) yang mendominasi kehidupan politik pasca runtuhnya rezim kediktatoran orde baru. Menurut saya, politik citra inilah yang sesungguhnya lebih penting didiskusikan ketimbang terlalu fokus pada peran lembaga survey yang kontroversial itu. Alasan saya, lembaga survey menjadi begitu penting posisinya dalam lanskap politik pasca kediktatoran orde baru, karena ia memperkuat dominasi politik pencitraan tersebut.

Dominasi politik citraSetelah bebas dari kediktatoran orde

baru, kehidupan politik Indonesia berlangsung hingar-bingar. Dari keramaian politik itu, satu hal yang sangat menonjol adalah munculnya tradisi politik baru yang sama sekali berbeda dengan tradisi politik sebelumnya, yakni politik citra (image politics). Politik citra ini, terutama menonjol dan selanjutnya menjadi dominan dan menentukan kehidupan politik Indonesia, pada pemilu presiden 2004 yang memenangkan Susilo Bambang Yudhoyono, sebagai presiden.

Filosofi mendasar di balik dominasi politik citra ini adalah ide atau gagasan menentukan realitas. Kenyataan adalah hasil dari persepsi yang diproduksi oleh otak, dan karenanya persepsi itulah yang mesti dibentuk pertama kalinya. Dengan dukungan media massa (televisi, koran, radio), iklan, dan kini sosial media, politik pencitraan ini menjadi tujuan yang ingin dicapai oleh setiap partisipan politik. Misalnya, sangat sering kita mendengar bahwa SBY memenangi kontestasi pemilu karena ia sukses menjual citra dirinya lebih baik ketimbang kontestan lainnya. Sebaliknya, beragam sumpah serapah ditujukan

kepada SBY ketika ia lebih mementingkan citra dirinya tinimbang mengurusi soal-soal yang sangat penting dan mendesak bagi kebutuhan rakyat,

Namun demikian, kontradiksi ini tak melunturkan keyakinan para politisi, pengamat politik, pelaku survey, maupun pekerja media bahwa kini merupakan eranya politik pencitraan. Tak heran, di hampir semua kegiatan pemilihan (provinsi, kabupaten, dan kotamadya), citra diri kandidat menjadi perhatian utama. Milyaran dana dikeluarkan untuk memoles sang kandidat agar tampil meyakinkan di hadapan calon pemilih. Bagaimana cara ia berpakaian, cara berbicara, tata panggung, iklan yang pas, acara-acara yang mesti dikunjungi, semuanya direncanakan, diatur, dan diukur secara kuantitatif. Kalau memang tampil lucu lebih menguntungkan, maka si kandidat diharuskan bisa melucu. Kita tentu ingat, bagaimana SBY mendadak jadi biduan agar ia bisa meraih suara pemilih pemula.

Dampak politik citraLalu, apa masalahnya dengan politik citra

ini? Bukankah wajar jika seorang kandidat presiden, gubernur, walikota, atau bupati tampil sempurna di hadapan konstituennya?

Sayang pertanyaannya bukan soal-soal demikian, karena kita tahu tidak ada yang salah dengan pertanyaan itu. Yang jadi soal dari politik citra, sebagai sebuah keyakinan (gairah dan tujuan) berpolitik adalah:

Pertama, kecenderungannya untuk menampilkan hal-hal yang bersifat fenomenal dan permukaan sebagai hal yang utama ketimbang hal-hal yang bersifat substansial dan struktural. Sebagai contoh, dengan menampilkan citra sebagai seorang biduan, konstituen akhirnya melupakan aspek yang lebih penting dari kandidat, yakni rekam jejak (track-record) dalam berpolitik. Konstituen akhirnya lebih mengetahui SBY sebagai seorang penyanyi yang bersuara emas, pandai mengambil hati penonton, mudah tersenyum, yang intinya

35

Page 36: GEMA RAPPOA  Edisi 1 ( Juli -  Agustus 2015)

SBY adalah pemimpin yang peramah dan rendah hati. Bahwa ia adalah seorang jenderal abdi setia Soeharto, tak lagi penting. Bahwa ia adalah orang yang mendukung penuh kebijakan neoliberal, tersapu oleh suara emasnya di atas panggung;

Kedua, politik citra menempatkan poltik sebagai urusannya para elit. Di sini, maju mundurnya kehidupan politik ditentukan oleh kontestasi di antara para elit, sehingga rakyat kemudian mau tak mau harus memilih salah satu dari sekian kontestan yang datang atau ditentukan oleh para elit itu. Rakyat tidak lebih sebagai obyek elit, pelaku penggembira dalam sebuah pesta demokrasi lima tahunan, dan berkuasa penuh atas keputusannya hanya selama ini berada di bilik suara;

Ketiga, politik citra ini telah menjadikan partai politik semata-mata sebagai mesin pemenangan pemilu, kereta kencana para elit untuk menuju singasana kekuasaan. Fungsi-fungsi kepartaian, seperti fungsi kaderisasi, pendidikan, dan pemersatu konflik sama sekali tidak berjalan efektif. Akibatnya, kita melihat secara kasat-mata fenomena kutu loncat di kalangan politisi, kaderisasi yang macet, dan asal bapak/ibu senang. Di era politik citra ini, apa yang dianggap penting dan satu-satunya tujuan bagi partai politik adalah bagaimana memenangkan suara di setiap ajang pemilu. Dan karena itu, misalnya, rekrutmen politik lebih

mendahulukan siapa figur yang berpotensi bisa mendulang suara. Sepintar dan seloyal apapun anggota parpol, tidak menjadi jaminan bahwa dirinya bisa dipromosikan ke jenjang yang lebih tinggi. Dan yang tak kalah penting, parpol sebagai sekolah politik, sebagai wadah latihan berpolitik bagi rakyat tak berfungsi sama sekali;

Keempat, konsekuensi dari parpol yang hanya menjadi mesin pemenangan pemilu, maka masalah ideologi hanya menjadi merek dagang, untuk menarik suara konstituen. Parpol boleh saja mengklaim dirinya berideologi nasionalis, Islam, Nasionalis-Relijius, atau Kerakyatan, tapi semuanya setuju dengan penerapan kebijakan neoliberal dalam berbagai gradasinya. Tidak heran kita temukan bagaimana partai A pada hari ini berkoalisi dengan partai B untuk memenangkan kandidatnya melawan koalisi partai C dan partai D, lalu besoknya partai A dan B ini saling bersaing untuk memenangkan kandidat masing-masing yang diusungnya dengan partai C dan partai D tadi. Dengan kata lain, sebenarnya kita memiliki banyak partai dengan satu ideologi, yakni ideologi kapitalisme-neoliberal. Atau dalam bahasa yang berbeda, selama lebih dari 12 tahun pasca kediktatoran ini yang kita saksikan adalah dominasi satu partai dengan banyak cabang: cabang Golkar, cabang PDI-P, cabang PKS, cabang Demokrat, dst;

Terakhir, karena sistem kepartaian tidak berjalan, karena partai hanya menjadi

36

Page 37: GEMA RAPPOA  Edisi 1 ( Juli -  Agustus 2015)

mesin pemenangan pemilu, dan karena tidak ada kontestasi ideologi, maka tak heran jika partai dan kandidat kemudian menjadi sangat tergantung pada aktor-aktor non-partai, terutama lembaga survey dan konsultan politik. Peran lembaga survey, yang seringkali juga bertindak sebagai konsultan politik ini, lebih menentukan ketimbang proses demokrasi internal parpol. Lembaga survey dibutuhkan untuk mengecek tingkat elektabilitas dan tinggi rendahnya tingkat kepercayaan publik (ingat bukan anggota parpol) pada partai atau kandidat. Sementara konsultan politik dibutuhkan untuk memenangkan proses pemilu secara langsung.

PenutupHal lain yang menarik dari proses Pilkada

DKI ini adalah munculnya calon independen dengan perolehan suara yang bisa mengalahkan calon dari partai mapan, seperti partai Golkar. Kalau saya tidak keliru, kemunculan kandidat Faisal-Biem ini, secara sengaja dimaksudkan untuk mengoreksi dan menantang hegemoni oligarki kepartaian yang begitu memuakkan. Sebuah maksud politik yang direspon secara positif oleh konstituennya.

Namun, sayangnya, sentimen anti-partai yang diusung atau disuarakan oleh para pendukung calon independen ini tidak menyentuh akar persoalan mengapa partai-partai ini begitu korup, menjadi mainannya

elit partai, atau menjadi kuda tunggangannya para oligarkh. Kalau hanya sekadar anti partai, menurut saya, itu justru akan makin membunuh proses demokrasi yang berlangsung selama ini. Tanpa partai, rakyat tak punya wadah politik untuk mengorganisir diri, mendidik diri, dan melatih dirinya untuk memegang kekuasaan, sehingga pada akhirnya rakyat kembali hanya menjadi obyek, yang hanya boleh memikirkan bagaimana mencari makan untuk hari ini dan besok. Politik kembali menjadi urusan elit, dan bukankah itu esensi dari sistem politik otoritarian, yang saat ini tampil dalam wujud ‘Politik Pencitraan?’

Menurut saya, untuk melawan politik pencitraan ini bukan dengan cara mengampanyekan sikap anti partai. Justru sebaliknya, adalah dengan membangun partai dan kembali memaksimalkan fungsi-fungsi kepartaian: rekrutmen, kaderisasi, pendidikan, dan pengambilalihan kekuasaan, yang kalau disingkat menjadi tiga kata kunci: Aksi, Pendidikan, dan Bacaan.[]

37

Page 38: GEMA RAPPOA  Edisi 1 ( Juli -  Agustus 2015)

Online Cloud Storage Services (Layanan Penyimpanan Online)

Tips & Tricks

CLOUD

Cloud Storage (Penyimpanan Online) telah menjadi bagian yang penting dalam kehidupan modern. Dengan banyaknya

orang-orang yang memiliki perangkat teknologi informasi seperti smartphone, tablet, laptop dan personal computer, kebutuhan akan penyimpanan data yang dapat diakses kapan saja dan dimana saja menjadi sangat penting. Pengguna (users) dapat mendaftar (sign up) dengan membuat akun di penyedia layanan (service provider). Dengan membuat akun, pengguna dapat mengupload file seperti dokumen, foto, video dan file-file lain ke server layanan. Secara otomatis, file-file tersebut dapat diakses melalui berbagai platform baik

mobile phone, laptop, maupun computer yang terkoneksi dengan internet. Berikut beberapa penyedia layanan penyimpanan online yang dapat digunakan untuk penyimpanan data, manajemen data, backup data, baik digunakan untuk personal maupun organisasi.

1. Dropbox (https://www.dropbox.com/en/)Tanpa diragukan lagi, Dropbox merupakan penyedia layanan penyimpanan online terbaik. Layanan ini mudah digunakan dan tersedia dalam berbagai platform baik mobile phone, laptop, maupun computer. Dropbox menyediakan kapasitas penyimpanan 2 GB secara gratis untuk setiap pengguna dan dapat diupgrade sampai 18 GB.

38

Page 39: GEMA RAPPOA  Edisi 1 ( Juli -  Agustus 2015)

2. Google Drive (https://www.google.com/drive/)

Google Drive menyediakan kapasitas penyimpanan yang cukup besar yaitu 15 GB yang tersinkronasi dengan layanan Google lainnya seperti Gmail, Google Plus, dll. Dengan Google Drive, pengguna dapat menyimpan, membagikan dan mengedit file, dan bahkan dapat dikolaborasikan dengan layanan dan file-file yang lain.

3. Box (https://www.box.com/)

Box terkenal dengan media penyimpanan untuk bisnis dan enterprise. Dengan membuat akun di Box, pengguna dapat menyimpan file secara online dengan kapasitas penyimpanan sebesar 10 GB.

4. Mega (https://mega.co.nz/)

Sebelumnya Mega terkenal dengan layanan hosting megaupload.com. setelah megaupload.com berhenti, Mega memperkenalkan layanan penyimpanan online. Kapasitas penyimpanan

yang diberikan sebesar 50 GB.

5. Copy (https://www.copy.com/)

Copy menyediakan kapasitas penyimpanan 15 GB secara gratis kepada setiap pengguna. Dengan menggunakan layanan Copy, tidak ada batasan kapasitas penyimpanan dan inipun dapat diakses secara gratis.

6. ADrive (www.adrive.com/)

Dengan menggunakan layanan ADrive, setiap pengguna akan mendapatkan fasilitas layanan penyimpanan yang sangat mengejutkan. Untuk setiap personal account, pengguna mendapatkan kapasitas penyimpanan sebesar 50 GB.

7. Bitcasa (https://www.bitcasa.com/)

Bitcasa merupakan penyedia layanan pemimpanan online yang lebih menekankan pada kerahasiaan data pengguna. Semua data yang tersimpan di Bitcasa di enkripsi sebelum di upload, dan hanya pengguna saja yang dapat melihat data mereka. Bitcasa menyediakan

39

STORAGE

Page 40: GEMA RAPPOA  Edisi 1 ( Juli -  Agustus 2015)

kapasitas penyimpanan sebesar 20 GB.

8. OneDrive (https://onedrive.live.com/)

OneDrive merupakan layanan penyimpanan online yang disediakan oleh Microsoft. Sebelumnya Microsoft menamakan layanan ini dengan SkyDrive. Setiap pengguna mendapatkan kapasitas penyimpanan sebesar 15 GB. Pengguna juga dapat mendapatkan bonus 5 GB dengan mempromosikan ke teman yang lain, dan juga 3 GB dengan mengaktifkan fasilitas photo backup.

9. SpiderOak (https://spideroak.com/)

SpiderOak hampir sama dengan Bitcasa, layanan penyimpanan online yang lebih menekankan pada kerahasiaan data. SpiderOak menyediakan kapasitas penyimpanan sebesar 2 GB dan dapat diupgrade sampai 10 GB dengan mempromosikan ke teman yang lain.

10. Tencent Weiyun (www.weiyun.com/)

Tencent merupakan perusahaan internet China yang sangat besar. Tencent menawarkan kapasitas media penyimpanan online yang sangat besar yaitu sebesar 10 TB (10240 GB) kepada setiap pengguna. Jika anda tertarik untuk menyimpan file anda dengan layanan fasilitas ini, anda dapat melihat info lebih lanjut di website resminya. [IR]

Sumber: http://www.1mtb.com/top-10-best-free-online-cloud-storage-services/

40

Page 41: GEMA RAPPOA  Edisi 1 ( Juli -  Agustus 2015)
Page 42: GEMA RAPPOA  Edisi 1 ( Juli -  Agustus 2015)

Gallery

42

Page 43: GEMA RAPPOA  Edisi 1 ( Juli -  Agustus 2015)

43

Page 44: GEMA RAPPOA  Edisi 1 ( Juli -  Agustus 2015)

44

Page 45: GEMA RAPPOA  Edisi 1 ( Juli -  Agustus 2015)
Page 46: GEMA RAPPOA  Edisi 1 ( Juli -  Agustus 2015)

Copyright © 2015 Tim KKN-PPM UGM SSL-03