gb

26
PENDAHULUAN Masalah gizi menjadi masalah kesehatan utama di negara berkembang dan salah satu penyebab kesakitan dan kematian paling sering pada anak di seluruh dunia. Gizi buruk merupakan penyebab langsung dari 300.000 kematian anak setiap tahunnya dan secara tidak langsung bertanggung jawab terhadap setengah dari seluruh kematian anak. WHO ( World Health Organization ) memperkirakan bahwa 54% penyebab kematian bayi dan balita didasari oleh keadaan gizi buruk. Pada tahun 2008 di Indonesia status gizi kurang dan gizi buruk sangat tinggi karena 5.119.935 (atau 28,47%) dari 17.983.244 balita di Indonesia termasuk gizi kurang dan gizi buruk. Angka ini cenderung meningkat pada tahun 2009-2010. Setiap tahun kurang lebih 11 juta dalam balita di seluruh dunia meninggal oleh karena penyakit-penyakit infeksi seperti ISPA, diare, dan beberapa penyakit lainnya. Ironisnya, 54% dari kematian tersebut berkaitan dengan adanya gizi kurang dan gizi buruk. Menurut Depkes (2003), status gizi merupakan tanda-tanda penampilan seseorang akibat keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran zat gizi yang berasal dari pangan yang dikonsumsi pada suatu saat berdasarkan pada kategori dan indikator yang digunakan dalam 1

description

m

Transcript of gb

PENDAHULUAN

Masalah gizi menjadi masalah kesehatan utama di negara berkembang dan salah satu penyebab kesakitan dan kematian paling sering pada anak di seluruh dunia. Gizi buruk merupakan penyebab langsung dari 300.000 kematian anak setiap tahunnya dan secara tidak langsung bertanggung jawab terhadap setengah dari seluruh kematian anak. WHO ( World Health Organization ) memperkirakan bahwa 54% penyebab kematian bayi dan balita didasari oleh keadaan gizi buruk.Pada tahun 2008 di Indonesia status gizi kurang dan gizi buruk sangat tinggi karena 5.119.935 (atau 28,47%) dari 17.983.244 balita di Indonesia termasuk gizi kurang dan gizi buruk. Angka ini cenderung meningkat pada tahun 2009-2010. Setiap tahun kurang lebih 11 juta dalam balita di seluruh dunia meninggal oleh karena penyakit-penyakit infeksi seperti ISPA, diare, dan beberapa penyakit lainnya. Ironisnya, 54% dari kematian tersebut berkaitan dengan adanya gizi kurang dan gizi buruk.Menurut Depkes (2003), status gizi merupakan tanda-tanda penampilan seseorang akibat keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran zat gizi yang berasal dari pangan yang dikonsumsi pada suatu saat berdasarkan pada kategori dan indikator yang digunakan dalam menetukan klasifikasi status gizi harus ada ukuran baku yang sering disebut reference. Baku antropometri yang sering digunakan di Indonesia adalah World Health Organization National Centre for Health Statistic (WHO-NCHS). Berdasarkan baku WHO - NCHS status gizi dibagi menjadi empat : Pertama, gizi lebih untuk over weight, termasuk kegemukan dan obesitas. Kedua, Gizi baik untuk well nourished. Ketiga, Gizi kurang untuk under weight yang mencakup mild dan moderat, PCM (Protein Calori Malnutrition). Keempat, Gizi buruk untuk severe PCM, termasuk marasmus, marasmik-kwasiorkor dan kwashiorkor. 3Upaya perbaikan gizi dengan ruang lingkup nasional dimulai pada tahun 1980. Diawali dengan berbagai survei dasar, disusun strategi dan kebijakan yang pada umumnya melibatkan berbagai sektor terkait. Keberhasilan program perbaikan gizi dinilai berdasarkan laporan rutin dan juga survei berkala melalui survei khusus maupun diintegrasikan pada survei nasional seperti Susenas (Survei Sosial Ekonomi nasional), Survei Kesehatan Rumah Tangga dan lain-lain.Program pemerintah dalam rencana strategis departemen kesehatan tahun 2005 2009 adalah perbaikan gizi masyarakat. program ini bertujuan meningkatkan kesadaran gizi keluarga dalam upaya meningkatkan status gizi masyarakat terutama pada ibu hamil, bayi dan balita, serta usia produktif. Surat edaran menkes no. 1209/menkes/x/1998 tentang monitoring dan penanggulangan krisis kesehatan ( klb gizi buruk), Surat keputusan menkes no. 128/menkes/sk/ii/2004, tentang kebijakan dasar puskesmas (6 pokok program yang harus dilakukan o/ puskesmas), kewenangan wajib standar pelayanan minimal SK menkes no: 1457/menkes/sk/x2003.Salah satu cara untuk menanggulangi masalah gizi kurang dan gizi buruk adalah dengan menjadikan tatalaksana gizi buruk sebagai upaya menangani setiap kasus yang ditemukan. Pada saat ini seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi tatalaksana gizi buruk menunjukkan bahwa kasus ini dapat ditangani dengan dua pendekatan. Gizi buruk dengan komplikasi (anoreksia, pneumonia berat, anemia berat, dehidrasi berat, demam tinggi dan penurunan kesadaran) harus dirawat di rumah sakit, Puskesmas perawatan, Pusat Pemulihan Gizi (PPG) atau Therapeutic Feeding Center (TFC), sedangkan gizi buruk tanpa komplikasi dapat dilakukan secara rawat jalan.4Penyakit penyerta yang sering pada gizi buruk adalah defisiensi vitamin A, tuberkulosis paru, bronkopneumonia, askariasis, dan sebagainya. 4,5

LAPORAN KASUSIdentitasNama: An. SNJenis Kelamin: PerempuanUsia: 3 tahun 2 bulan Tanggal Lahir: 08 September 2011Tanggal Masuk RS: 27 November 2014AnamnesaKeluhan utama: buang air besar cairRiwayat penyakit sekarang: BAB cair (+) banyak kali atau >6 kali sehari sejak 3 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit, volume banyak, ampas (+), lendir (+), darah (-), bau amis, warna kuning kehijauan. Mual (-), muntah (+) sejak 3 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit, muntah 10 kali sehari, muntah berisi makanan, . Panas (+) sejak 1 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit, panas naik turun dan turun dengan pemberian obat penurun panas, kejang (-), menggigil (-), mimisan (-), perdarahan spontan (-). Batuk (-), Flu (-)., sesak napas (-), sakit menelan (-) Nafsu makan menurun saat sakit, minum seperti orang kehausan BAK biasa Riwayat penyakit sebelumnya: Belum pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnyaRiwayat keluarga: Tidak ada yang memiliki riwayat penyakit yang sama. Riwayat alergi (-), riwayat asma (-)Riwayat persalinan & kehamilan: G1P0A0, anak lahir spontan di rumah sakit pasien cukup bulan, dengan BBL = 3800 gram, dan PBL tidak diketahui Selama hamil ibu tidak pernah sakit dan antenatal care rutinAnamnesis Makanan : Anak mengkonsumsi ASI dan susu formula sejak lahir sampai usia 1 bulan. Susu formula diteruskan sampai usia 1 tahun Mulai makan nasi pada usia >1 tahun Sekarang anak sudah makan nasi, sayur dan lauk pauk, namun sejak sakit nafsu makan anak menurun.Imunisasi: Imunisasi wajib lengkapPemeriksaan Fisik : Keadaan Umum: Sakit sedangKesadaran: Compos mentisBerat badan: 8 kgTinggi badan: 87 cmStatus Gizi: Z score < (-3) = Gizi burukTanda vital Denyut nadi : 100 x/menit Suhu : 38oC Pernapasan : 26 x/menit Tekanan darah : 100/80 mmHg

Kulit: Ruam (-) Turgor melambat CRT < 2 detik Warna sawo matang Rumple leed Test (-) Tidak ditemukan edema Kepala: Normocephal, rambut biasa, Mata: cekung (+), konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), gerakan bola mata normal, refleks cahaya (+/+) Hidung: Sekret (-/-), pernapasan cuping hidung (-/-) Telinga: Sekret (-/-) Mulut: bibir tidak tampak sianosis, bibir kering (+), lidah kotor (-), gusi normal, tonsil T1/T1 hiperemis (-)Leher: Pembesaran kelenjar getah bening (-), pembesaran kelenjar tiroid (-)Paru Inspeksi: Pergerakan dinding dada simetris bilateral, retraksi intercosta (-) Palpasi: vocal fremitus kanan=kiri Perkusi: sonor pada semua lapang paru Auskultasi: Bronkovesikuler +/+,Rhongki -/-,Wheezing -/-Jantung Inspeksi: ictus cordis tidak tampak Palpasi: ictus cordis teraba pada interkosta V linea midklavikula sinistra Perkusi: batas jantung atas teraba di sela interkosta II linea parasternal sinistra; batas jantung kanan pada sela interkosta IV linea midklavikula dekstra; batas jantung kiri pada sela interkosta V linea midklavikula sinistra Auskultasi: bunyi jantung I & II murni reguler, murmur (-)Abdomen Inspeksi: datar , distensi (-) Auskultasi: peristaltik usus (+) kesan meningkat Perkusi : timpani pada 4 kuadran abdomen Palpasi: nyeri tekan (-), hepatosplenomegali (-)Genitalia: Normal

Anggota gerak Ekstremitas atas: akral hangat, edema (-/-) Ekstremitas bawah: akral hangat, edema (-/-)Tulang belakang: tidak ada kelainanOtot-otot: eutrofiRefleks: Refleks fisiologis (+), refleks patologis (-)Pemeriksaan Laboratorium : a. Pemeriksaan Darah LengkapWHOLE BLOODHasilRujukanSatuan

Hemoglobin12,312-14g/dl

RBC4,524,10-5,50106/mm3

WBC18,05-15103/mm3

HCT29,636- 44%

PLT281200-400103/mm3

MCHC32,632-36g/dl

MCH27,424- 30Pg

MCV8473-89fl

RESUME Pasien anak perempuan 3 tahun 2 bulan, datang ke rumah sakit dengan keluhan BAB cair sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, frekuensi banyak kali, 6 kali sehari volume banyak, konsistensi lunak, berlendir, berampas, warna kuning kehijauan dan bau amis. Pasien muntah berisi makanan sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, frekuensi muntah 10 kali sehari Nafsu makan menurun saat sakit, minum seperti orang kehausan. Berdasarkan skor WHO ditemukan, mata cekung, bibir kering dan kuat minum sehingga dikategorikan sebagai dehidrasi ringan sedang. Pasien juga demam sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, suhu tubuh meningkat dan menurun saat di beri obat antipiretik Pada pemeriksaan abdomen diperoleh peristaltik usus (+) kesan meningkat dan timpani pada 4 kuadran abdomen. Pada pemeriksaan darah lengkap diperoleh leukositosis dengan kadar leukositosis dengan kadar WBC 18,0 103/mm3 Diagnosis: Gizi buruk tipe marasmus dengan konsidi 3 (Diare dan dehidrasi ringan sedang) Terapi: Bolus D10% 50 ml Vitamin A 200.000 IU 2 jam pertama Resomal 50 cc tiap 30 menit 10 jam berikutnya resomal selang-seling dengan F75 tiap 1 jam(Resomal 50-100 cc)(F75 90 cc tiap 2 jam) bila diare (-) hentikan Resomal Observasi Tanda vital tiap 2 jam

FOLLOW UP

Tanggal: 28 November 2014Subjek (S): BAB cair (+) 6 kali, darah (-), lendir (+), ampas (+) warna kuning kehijauan, bau tinja biasa, demam (+), muntah (+) 3 kali berisi makananObjek (O): Denyut Nadi: 96 kali/menit Respirasi: 20 kali/menit Suhu: 37,70 C BB: 8,2 kg Mata cekung (-), konjungtiva anemis (-), bibir kering (-), turgor kembali cepat, peristaltik (+) kesan meningkat. Assesment (A): Gizi buruk tipe marasmus dengan konsidi 3 (Diare akut post dehidrasi ringan sedang) Plan (P): Lanjut pengobatan fase stabilisasi hari ke-2 Tablet Zinc 1 x 20 mg F-75 setiap 3 jam 135 ml Beri resomal jika diare (50-100 cc) Observasi tanda vital tiap 3 jamTanggal: 29 November 2014Subjek (S): BAB cair (+) 5 kali, darah (-), lendir (+), ampas (+) warna kuning kehijauan, bau tinja biasa, demam (+), muntah (+) 1 kali berisi makanan.Objek (O): Denyut Nadi: 112 kali/menit Respirasi: 24 kali/menit Suhu: 37,50 C BB : 8,5 kg Mata cekung (-), konjungtiva anemis (-), bibir kering (-), turgor kembali cepat, peristaltik (+) kesan meningkat.\Assesment (A): Gizi buruk tipe marasmus dengan konsidi 3 (Diare akut post dehidrasi ringan sedang) Plan (P): Lanjut pengobatan fase stabilisasi Tablet Zinc 1 x 20 mg F-75 setiap 3 jam 140 ml Beri resomal jika diare (50-100 cc) Periksa tanda vital tiap 3 jam

Tanggal: 30 November 2014Subjek (S): BAB dan BAK biasa, muntah (-), demam (-)Objek (O): Denyut Nadi: 108 kali/menit Respirasi: 26 kali/menit Suhu: 37,20 C BB: 8,5 kg Mata cekung (-), konjungtiva anemis (-), bibir kering (-), turgor kembali cepat, peristaltik (+) kesan normal. Assesment (A): Gizi buruk tipe marasmus Plan (P): Lanjut pengobatan fase stabilisasi Vitamin B 2 x 1 Terapi gizi buruk, diberikan F-75 setiap 4 jam 145 ml Periksa tanda vital tiap 4 jam

Tanggal: 1 Desember 2014Subjek (S): BAB dan BAK biasa, demam (-).Objek (O): Denyut Nadi: 116 kali/menit Respirasi: 25 kali/menit Suhu: 36,80 C BB: 9 kg Mata cekung (-), konjungtiva anemis (-), bibir kering (-), turgor kembali cepat, peristaltik (+) kesan normal.Assesment (A): Gizi buruk tipe marasmus Plan (P): Lanjut pengobatan fase stabilisasi Vitamin B 2 x 1 F-100 setiap 4 jam 225 - 330 ml Periksa tanda vital tiap 4 jamTanggal: 02 Desember 2014 Pasien Pulang Atas Permintaan Keluarga

DISKUSIPada kasus ini, gizi buruk yang dialami oleh pasien termasuk tipe Marasmus. Hal ini berdasarkan pada hasil perhitungan status gizi menggunakan Z score didapatkan hasil standar deviasi