Gastroesophageal Reflux Disease

20
Gastroesophageal Reflux Disease Theofilio Leunufna 102012065 B2 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Alamat Korespondensi: Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta – 11510 [email protected] Pendahuluan Skenario Problem Based Learning (PBL) yang di bahas kali ini tentang seorang ibu berusia 50 tahun dengan keluhan bila makan, cepat kenyang dan perut terasa penuh disertai nyeri ulu hati, kembung, dan muntah berupa cairan asam. Makalah ini akan membahas secara mendetail kasus ini sehingga diharapkan menambah pengetahuan penulis tentang topik Sistem Digestivus-2 yang menjadi topik perkuliahan di blok 16 ini. Oleh sebab itu, penulis akan membahas tentang anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, diagnosis, etiologi, epidemiologi, patofisiologi, penatalaksanaan, komplikasi, prognosis, maupun pencegahannya. Refluks gastroesophageal adalah fenomena fisiologis normal dialami sesekali oleh kebanyakan orang, terutama setelah makan. Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) terjadi ketika jumlah asam lambung yang refluks ke kerongkongan melebihi batas normal, menyebabkan gejala dengan atau tanpa cedera mukosa esofagus yang terkait (yaitu esofagitis). 1

description

Skenario Problem Based Learning (PBL) yang di bahas kali ini tentang seorang ibu berusia 50 tahun dengan keluhan bila makan, cepat kenyang dan perut terasa penuh disertai nyeri ulu hati, kembung, dan muntah berupa cairan asam.

Transcript of Gastroesophageal Reflux Disease

GERD

Gastroesophageal Reflux DiseaseTheofilio Leunufna102012065B2Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaAlamat Korespondensi: Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta [email protected]

PendahuluanSkenario Problem Based Learning (PBL) yang di bahas kali ini tentang seorang ibu berusia 50 tahun dengan keluhan bila makan, cepat kenyang dan perut terasa penuh disertai nyeri ulu hati, kembung, dan muntah berupa cairan asam. Makalah ini akan membahas secara mendetail kasus ini sehingga diharapkan menambah pengetahuan penulis tentang topik Sistem Digestivus-2 yang menjadi topik perkuliahan di blok 16 ini. Oleh sebab itu, penulis akan membahas tentang anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, diagnosis, etiologi, epidemiologi, patofisiologi, penatalaksanaan, komplikasi, prognosis, maupun pencegahannya.Refluks gastroesophageal adalah fenomena fisiologis normal dialami sesekali oleh kebanyakan orang, terutama setelah makan. Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) terjadi ketika jumlah asam lambung yang refluks ke kerongkongan melebihi batas normal, menyebabkan gejala dengan atau tanpa cedera mukosa esofagus yang terkait (yaitu esofagitis).

AnamnesisAnamnesis memegang peranan yang sangat penting, bersama-sama dengan pemeriksaan fisik dan penunjang lainnya akan mempermudah diagnosis penyakit. Pada anamnesis wajib ditanyakan identitas pasien, keluhan utama, keluhan penyerta, riwayat penyakit sekarang, dan juga riwayat penyakit menahun keluarga.Pada skenario pasien berumur 50 tahun datang dengan keluhan bila makan cepat kenyang dan perut terasa penuh kadang disertai nyeri ulu hati dan kembung bila makan lebih dari 7 sendok makan. Bila tetap dipaksa makan, perut terasa penuh sekali sehingga sesak disertai muntah berupa cairan asam. Keluhan ini sudah dirasakan sejak 4 bulan dan pasien memiliki kebiasaan minum soft drink dan jamu tiap 2 hari sekali.Dapat pula ditanyakan pada pasien bagaimana nafsu makannya lalu apakah ada rasa perih dilambung. Bila ada sejak kapan dan tanya bagaimana kebiasaan makannya. Tanyakan juga apakah ada tanda-tanda kebanyakan gas dalam perut seperti sering sendawa.Pada pasien ini terdapat nyeri ulu hati, hal ini bisa disebabkan karena refluks isi lambung ke esofagus. Kembung pada pasien ini mungkin juga bisa disebabkan oleh banyaknya gas dalam perut. Perasaan cepat kenyang pada pasien dapat disebabkan oleh adanya obstruksi saluran keluar lambung atau adanya kelainan pada pengosongan lambung, muntah yang disertai asam menandakan makanan berasal dari refluks lambung.

Pemeriksaan FisikDalam memudahkan melakukan pemeriksaan fisik abdomen maka dibagi berdasarkan kuadran dan region. Pembagian abdomen berdasarkan kuadran dibagi menjadi 4 yaitu kuadran kanan atas, kuadran kanan bawah, kuadran kiri atas dan kuadran kiri bawah. Sedangkan pembagian berdasarkan region dibagi menjadi 9 yaitu epigastrium kanan-kiri, umbilicus, lumbal kanan-kiri, supra pubik, inguinal kanan-kiri. Pemeriksaan fisik yang dilakukan antara lain inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.Inspeksi: bentuk abdomen, warna kulit abdomen.Palpasi: kita meraba terdapat nyeri tekan pada epigastrium dan perut sekitar pusar.Perkusi: timpani di seluruh kuadran abdomen,batas hepar, batas ginjal, batas lien, ada/tidaknya penimbunan cairan diperut.Auskultasi: terdapatnya bising usus.Umumnya pemeriksaan fisik untuk kasus seperti skenario di atas tidak begitu khas.1

Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan penunjang yang dilakukan antara lain pemeriksaan laboratorium, endoskopi, biopsi jaringan dan radiologi. Pemeriksaan laboratorium berguna untuk mengidentifikasi adanya faktor infeksi (leukositosis), pankreatitis (amilase dan lipase), keganasan saluran cerna (CEA, CA 19-9, AFP).Pemeriksaan endoskopi sangat dianjurkan untuk dikerjakan. Teknik pemeriksaan ini dapat mengidentifikasi dengan akurat adanya kelainan struktural/intra lumen saluran cerna bagian atas seperti adanya tukak atau ulkus, tumor dan sebagainya serta dapat disertai dengan pengambilan contoh jaringan (biopsi) dari jaringan yang dicurigai untuk memperoleh gambaran histopatologiknya atau untuk keperluan lain seperti mengidentifikasi adanya kuman Helicobacter pylori. Radiologi (pemeriksaan barium meal); pemeriksaan ini dapat mengidentifikasi kelainan struktural dinding atau mukosa saluran cerna bagian atas seperti adanya tukak atau gambaran ke arah tumor. Pemeriksaan ini terutama bermanfaat pada kelainan yang bersifat penyempitan atau stenotik/obstruktif dimana skop endoskopi tidak dapat melewatinya.1 Pada tukak di lambung akan terlihat gambar yang disebut niche yaitu suatu kawah dari tukak yang terisi kontras media. Kanker di lambung secara radiologis akan tampak massa yang irregular, tidak terlihat peristaltik di daerah kanker dan bentukdari lambung berubah.2

Diagnosis KerjaDiagnosis kerja yang dipilih adalah GERD. GERD adalah suatu keadaan patologis sebagai akibat dari refluks kendungan lambung ke dalam esofagus, laring, faring, dan saluran nafas. Telah diketahui bahwa refluks kandungan lambung ke esofagus dapat menimbulkan berbagai gejala di esofagus maupun ekstraesofagus, dapat menyebabkan komplikasi berat seperti striktur, barrets esophagus bahkan adenokarsinoma di kardia dan esofagus.3Terdapat dua kelompok GERD. Yang pertama adalah GERD erosif (esofagitis erosif), didefinisikan sebagai GERD dengan gejala refluks dan kerusakan mukosa esofagus distal akibat refluks gastroesofageal. Pemeriksaan baku emas untuk diagnosis GERD erosif adalah endoskopi saluran cerna atas. Yang kedua adalah penyakit refluks nonerosif (non-erosive reflux disease, NERD), yang juga disebut endoscopic-negative GERD, didefinisikan sebagai GERD dengan gejala refluks tipikal tanpa kerusakan mukosa esofagus saat pemeriksaan endoskopi saluran cerna.4

Diagnosis BandingDiagnosis banding yang dijalankan adalah dispepsia fungsional, tukak peptik dan gastritis.

Dispepsia Dispepsia merupakan suatu istilah yang digunakan untuk suatu sindrom atau kumpulan gejala nyeri atau rasa tidak nyaman di ulu hati, kembung, mual, muntah, sendawa, rasa cepat kenyang, perut terasa penuh/begah. Keluhan ini tidak perlu semua ada pada tiap pasien. Terdapat berbagai definisi tentang dispepsia, salah satunya yang dapat dipakai adalah dyspepsia refers to pain or discomfort centered in the upper abdomen. Definisi ini berdasarkan kriteria Roma II tahun 1999-2000. Dispepsia bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan suatu sindrom yang harus dicari penyebabnya.Dispepsia fungsional adalah dispepsia yang terdapat pada kasus yang tidak terbukti adanya kelainan/gangguan organik/struktural biokimia. Dalam konsensus Roma III (tahun 2006) yang khusus membicarakan tentang gastrointestinal fungsional, dispepsia fungsional didefinisikan sebagai:1. Adanya satu atau lebih keluhan berikut : rasa penuh setelah makan, cepat kenyang, nyeri ulu hati, rasa terbakar di epigastrium.2. Tidak ada bukti kelainan struktural (termasuk didalamnya endoskopi saluran cerna) yang dapat menerangkan penyebab keluhan tersebut.3. Keluhan terjadi selama 3 bulan dalam waktu 6 bulan terakhir sebelum diagnosis ditegakkan.Dari kriteria di atas pemeriksaan endoskopi sangat diperlukan untuk memastikan tidak adanya kelainan struktural. Jika terdapat kelainan struktural maka dapat dimasukkan ke dispepsia organik atau penyakit lain seperti GERD.5

Ulkus peptikTukak gaster atau ulkus peptik merupakan luka terbuka dengan pinggiran edema disertai indurasi dengan dasar tukak ditutupi debris. Sebab-sebab yang pasti dari ulkus peptikum belum diketahui. Beberapa teori yang menerangkan terjadinya tukak peptik antara lain sebagai berikut:1) Asam getah lambung terhadap resistensi mukosa.2) Golongan darah. Penderita dengan darah O lebih banyak.3) Susunan saraf pusat4) Inflamasi bakterial.5) Inflamasi nonbakterial.6) Infark.7) Faktor hormonal.8) Obat-obatan (drug induced peptic ulcer).9) Aspirin, alkohol, tembakau dapat menyebabkan kerusakan sawar mukosa lambung. Golongan salisilat, yaitu menyebabkan kelainan pada mukosa lambung. Phenylbutazon juga dapat menyebabkan timbulnya tukak peptik, seperti halnya juga histamin, reseprin akan merangsang sekresi lambung.10) Herediter.11) Berhubungan dengan penyakit lain, misal hernia diafrakmatika, sirosis hati dan penyakit pada paru-paru.12) Faktor daya tahan jaringan.Definisiulkus peptikum adalah ekskavasasi (area berlubang) yang terbentuk dalam dinding mukosal lambung, pilorus, duodenum atau esofagus. Ulkus peptikum disebut juga sebagai ulkus lambung, duodenal atau esofageal, tergantung pada lokasinya.

Gejala-gejala ulkus dapat hilang selama beberapa hari, minggu, atau beberapa bulan dan bahkan dapat hilang hanya sampai terlihat kembali, sering tanpa penyebab yang dapat diidentifikasi seperti nyeri, pirosis (nyeri uluhati),muntah,konstipasi dan perdarahan.6

GastritisGastritis adalah inflamasi pada dinding gaster terutama pada lapisan mukosa lambung. Gastritis dibagi menjadi 2 yaitu:1) Gastritis akut,merupakan lesi mukosa akut berupa erosi dan perdarahan akibat faktor-faktor agresik atau akibat gangguan sirkulasi akut mukosa lambung.2) Gastritis kronis adalah suatu peradangan bagian permukaan mukosa lambung yang berkepanjangan yang disebabkan baik oleh ulkus lambung jinak maupun ganas atau oleh bakteri Helicobacter pylori.Gejala klinis pada gastritis akut antara lain nyeri epigastrum, nausea, muntah-muntah, anorexia. Cepat sembuh bila penyebab cepat dihilangkan. Pada gastritis kronik pasien tampak pucat, Hb tidak normal, perut terasa panas, anorexia, epigastrum terasa tegang. Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan endoskopi dan pemeriksaan histopatologi.7

EtiologiInflamasi esofagus bagian distal terjadi ketika cairan lambung dan duedonum, termasuk asam lambung, pepsin, tripsin dan asam empedu mengalami regurgitasi ke dalam esofagus. Penurunan tonus sphincter esofagus bagian bawah dan gangguan motilitas meningkatkan waktu pengosongan esofagus dan menyebabkan GER. Inflamasi esofagus nantinya dapat mengakibatkan kedua mekanisme diatas seperti lingkaran setan.Walaupun penurunan tonus sphincter bagian bawah terjadi pada bayi dengan GER, GERD, dan kelainan dismotilitas, akan tetapi ada satu faktor yangbelakangan diakui sebagai patogenesis terpenting pada GERD adalah terjadinya relaksasitransien sphincteresofagusbawah secaraberulang. Faktoryang meningkatkan waktu pengosongan esofagus termasuk didalamnya interaksi antara postur dan gravitasi, ukuran dan isi makanan yang dimakan, pengosongan lambung abnormal dan kelainanperistalsis esofagus.3Umur dapat mempengaruhi terjadinya GERD, karena seiring dengan pertambahan umur maka produksi saliva, yang dapat membantu penetralan pH pada esofagus, berkurang sehingga tingkat keparahan GERD dapat meningkat. Jenis kelamin dan genetik tidak berpengaruh signifikan terhadap GERD.Faktor resiko GERD adalah kondisi fisiologis atau penyakit tertentu, seperti tukak lambung, hiatal hernia, obesitas, kanker, asma, alergi terhadap makanan tertentu dan luka pada dada (chest trauma). Sebagai contoh, pada pasien tukak lambung terjadi peningkatan jumlah asam lambung maka semakin besar kemungkinan asam lambung untuk mengiritasi mukosa esofagus dan LES.4

Epidemiologi GERD umum ditemukan pada populasi dinegara-negara barat, namun dilaporkan rendah insidennya di negara Asia-Afrika. Di Amerika dilaporkan bahwa satu dari lima orang dewasa mengalami gejala refluks sekali dalam seminggu serta lebih dari 40% mengalami gejala tersbut sekali dalam sebulan.Di Indonesia sendiri belum ada data epidemiologi mengenai penyakit ini, namun pada divisi gastroenterologi departemen ilmu penyakit dalam FKUI-RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta didapatkan kasus esofagitis sebanyak 22,8% dari semua pasien yang menjalani pemeriksaan endoskopi atas indikasi dispepsia.Tingginya gejala refluks pada populasi di negara-negara barat diduga disebabkan karena faktor diet dan meningkatnya obesitas.3

PatogenesisEsofagus dan gaster dipisahkan oleh suatu zona tekanan tinggi yang dihasilkan oleh kontraksi lower esophageal sphincter (LES). Pada individu normal, pemisah ini akan dipertahankan kecuali pada saat terjadinya aliran antegrad yang terjadi pada saat menelan atau aliran retrograd yang terjadi pada saat sendawa atau muntah. Aliran balik dari gaster ke esofagus melalui LES hanya terjadi jika tonus LES tidak ada atau sangat rendah. Refluks gastroesofageal terjadi melalui 3 mekanisme:1. Refluks spontan pada saat relaksasi LES yang tidak adekuat.2. Aliran retrograd yang mendahului kembalinya tonus LES setelah menelan.3. Meningkatnya tekanan intra abdomen.

Patogenesis terjadinya GERD menyangkut keseimbangan antara faktor defensif dari esofagus dan faktor ofensif dari bahan refluksat. Yang termasuk faktor defensif esofagus adalah:1. Pemisah refluks (tonus LES).2. Bersihan asam dari lumen esofagus.3. Ketahanan epitel esofagus.

Yang dimaksud faktor ofensif adalah potensi daya rusak reflukstat. Kandungan lambung yang menambah potensi daya rusak reflukstat terdiri dari HCl, pepsin, garam empedu dan enzim pankreas. Faktor-faktor lain yang turut berperan dalam timbulnya gejala GERD adalah kelainan di lambung yang meningkatkan terjadinya refluks fisiologis, antara lain dilatasi lambung atau obstruct gastric outlet dan delayed gastric emptying. 3Tidak ada korelasi antara infeksi H. pylori dan GERD. Hanya sedikit bukti yang menunjukkan bahwa infeksi H. pylori mempunyai peran patogenik langsung terhadap kejadian GERD. Tidak terdapat korelasi antara infeksi H. Pylori dan esofagitis, tetapi infeksi galur (strain) bervirulen organisme tersebut, yang ditandai oleh CagA positif, berbanding terbalik dengan esofagitis, barrets esophagus (dengan atau tanpa displasia) dan adenokarsinoma esofagus. Setiap pengaruh infeksi H. Pylori pada GERD terkait dengan gastritis yang ditimbulkannya dan efeknya pada sekresi asam lambung. Efek eradikasi H. pylori pada gejala refluks dan GERD bergantung pada dua faktor yaitu distribusi anatomis gastritis dan ada tidaknya GERD sebelumnya. Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) adalah suatu keadaan patologis yang disebabkan oleh kegagalan dari mekanisme anti refluks untuk melindungi mukosa esofagus terhadap refluks asam lambung dengan kadar yang abnormal dan paparan yang berulang.Refluks asam sendiri merupakan suatu pergerakan isi lambung dari lambung ke esofagus. Refluks ini sendiri bukan merupakan suatu penyakit, bahkan keadan ini merupakan keadaan fisiologis. Refluks ini terjadi pada semua orang, khususnya pada saat makan banyak tanpa menghasilkan gejala atau tanda rusaknya mukosa esofagus.Pada GERD sendiri merupakan suatu spektrum dari penyakit yang menghasilkan gejala heartburn dan regurgitasi asam. Telah diketahui bahwa refluks kandungan asam lambung ke esofagus dapat menimbulkan berbagai gejala di esofagus, seperti esofagitis, striktur peptik, dan barrets esophagus dan gejala ekstraesofagus, seperti nyeri dada, gejala pulmoner dan batuk.8Esofagus dan gaster dipisahkan oleh zona tekanan tinggi yang dihasilkan oleh kontraksi lower esophageal sphincter (LES). Pada individu normal, pemisah ini akan dipertahankan kecuali pada saat terjadinya aliran antegrad yang terjadi pada saat menelan atau aliran retrograde yang terjadi pada saat sendawa atau muntah. Aliran balik dari gaster ke esofagus melalui LES hanya terjadi apabila tonus LES tidak ada atau sangat rendah (< 3mmhg). Refluks gastroesofageal pada pasien GERD terjadi melalui 3 mekanisme yaitu refluks spontan pada saat relaksasi LES yang tidak adekuat, aliran retrograde yang mendahului kembalinya tonus LES setelah menelan serta meningkatnya tekanan intra abdomen. Dengan demikian dapat diterangkan bahwa patogenesis terjadinya GERD menyangkut keseimbangan antara faktor defensif dari esofagus dan faktor ofensif dari bahan refluksat. Faktor defensif dari esofagus yaitu pemisah antirefluks berupa tonus LES. Menurunnya tonus LES menyebabkan menurunnya kecepatan klirens asam sehingga apabila terjadi aliran retrograde transient akan ada cukup waktu untuk asam mengiritasi mukosa esofagus. Faktor defensif lainnya dari esofagus adalah ketahanan dari epitelial esofagus.5GERDdisebabkan oleh kegagalankardia. Pada orangyang sehat terdapat katup antara esofagus dan lambung yang mencegah empedu duodenum, enzim dan asam lambung kembali ke kerongkongan di mana mereka dapat menyebabkan pembakaran dan peradangan esofagus. Tanda dan gejala yang paling umum dari GERD yaitu :1. Mulas2. Regurgitasi (naiknya makanan dari kerongkongan atau lambung tanpa disertai oleh rasa mual maupun kontraksi otot perut yang sangat kuat)3. Disfagia (kesulitan menelan)4. Asma5. Pneumonia6. Suara serak7. AspirasiSedangkan gejala lainnya yaitu :1. Nyeri menelan (odynophagia)2. Nyeri dada atipikal non kardia3. MualFaktor faktor penyebab GERD lainnya yaitu : Hiatus hernia, yang meningkatkan kemungkinan GERD karena faktor mekanik dan motilitas. Obesitas, yaitu peningkatanindeks massa tubuhberhubungan dengan GERD yang lebih parah. Dalam serangkaian besar 2000 pasien dengan penyakit refluks bergejala, telah menunjukkan bahwa 13% dari perubahan dalam paparan asam esofagus ini disebabkan perubahan indeks massa tubuh. Sindrom Zollinger-Ellison, yang dapat hadir dengan keasaman lambung meningkat karenagastrinproduksi. Hypercalcemia, yang dapat meningkatkanproduksi gastrin, menyebabkan keasaman meningkat. Sklerodermadansistemik sclerosis, yang dapat menyebabkan dismotilitas esofagus. Penggunaan obat-obatan sepertiprednisolon. Visceroptosisatau Glnard sindrom.3

Manifestasi KlinikGejala klinik yang khas dari GERD adalah nyeri atau rasa tidak enak di epigastrium atau retrosternal bagian bawah. Rasa nyeri biasanya dideskripsikan sebagai rasa terbakar (heartburn), kadang-kadang bercampur dengan gejala disfagia, mual atau regurgitasi dan rasa pahit di lidah. Disfagia yang timbul saat makan makanan padat mungkin terjadi karena striktur atau keganasan yang berkembang dari barrets esophagus. Odinofagia bisa timbul jika sudah terjadi ulserasi esofagus yang berat. GERD dapat pula menimbulkan gejala ekstraesofageal seperti non cardiac chest pain, suara serak, laringitis, batuk, bronkiektasis dan asma.Gejala GERD biasanya terjadi perlahan-lahan, sangat jarang terjadi secara akut atau keadaan yang mengancam nyawa. Oleh sebab itu umumnya pasien dengan GERD memerlukan penatalaksanaan secara medik. Gejala klinis GERD digolongkan menjadi 3 macam, yaitu gejala tipikal, gejala atipikal dan gejala alarm.1. Gejala tipikal (typical symptom)Gejala yang umum diderita oleh pasien GERD yaitu: heart burn, bleching (sendawa) dan regurgitasi (muntah).2. Gejala atipikal (atypical symptom)Gejala yang terjadi di luar esofagus dan cenderung mirip dengan gejala penyakit lain. Contohnya separuh dari kelompok pasien yang sakit dada dengan elektrokardiogram normal ternyata mengidap GERD dan separuh dari penderita asma ternyata mengidap GERD. Kadang hanya gejala ini yang muncul sehingga sulit untuk mendeteksi GERD dari gejala ini. Contoh gejala atipikal yaitu asma non alergi, batuk kronis, faringitis, sakit dada dan erosi gigi.3. Gejala alarm (alarm symptom)Gejala yang menunjukkan GERD yang berkepanjangan dan kemungkinan sudah mengalami komplikasi. Pasien yang tidak ditangani dengan baik dapat mengalami komplikasi. Hal ini disebabkan oleh refluks berulang yang berkepanjangan. Contoh gejala alarm yaitu sakit berkelanjutan, disfagia (kehilangan nafsu makan), penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan dan tersedak.Penting untuk diperhatikan bahwa keparahan gejala tidak selalu berkaitan dengan keparahan esofagitis, tetapi berkaitan dengan durasi refluks. Pasien dengan penyakit yang nonerosif dapat menunjukkan gejala yang sama dengan pasien yang secara endoskopi menunjukkan adanya erosi esofagus.3,5

Penatalaksanaan Prinsip penatalaksanaan GERD terdiri dari modifikasi gaya hidup, terapi medikamentosa serta akhir-akhir ini mulai dilakukan terapi endoskopik. Target penatalaksanaan GERD adalah menyembuhkan lesi esofagus, menghilangkan gejala atau keluhan, mencegah kekambuhan, memperbaiki kualitas hidup dan mencegah timbulnya komplikasi. Hal-hal yang perlu dilakukan dalam modifikasi gaya hidup adalah sebagai berikut:1. Meninggikan posisi kepala pada saat tidur serta menghindari makan sebelum tidur dengan tujuan untuk meningkatkan bersihan asam selama tidur serta mencegah refluks dari lambung ke esofagus.2. Berhenti merokok dan mengkonsumsi alkohol karena keduanya dapat menurunkan tonus LES.3. Mengurangi konsumsi lemak serta mengurangi jumlah makanan yang dimakan karena keduanya dapat menimbulkan distensi lambung.4. Menurunkan berat badan serta menghindari pakaian ketat sehingga dapat mengurangi tekanan intra abdomen.5. Hindari makanan atau minuman seperti coklat, teh, kopi dan minuman bersoda karena dapat menstimulasi sekresi asam.6. Jika memungkinkan hindari obat-obat yang dapat menurunkan tonus LES saperti antikolinergik, teofilin, diazepam, opiat, antagonis kalsium.3

Beberapa obat-obatan yang digunakan untuk terapi medikamentosa GERD antara lain:1. Antasida; cukup efektif dan aman dalam menghilangkan gejala GERD tetapi tidak menyembuhkan lesi esofagitis.2. Antagonis reseptor H2; yang termasuk golongan obat ini antara lain simetidin, ranitidin, famotidin dan nizatidin. Golongan obat ini hanya efektif pada pengobatan esofagitis gejala ringan sampai sedang tanpa disertai komplikasi.3. Prokinetik; paling sesuai untuk pengobatan GERD secara teoritis karena penyakit GERD lebih condong ke arah gangguan motilitas. Namun pada prakteknya, pengobatan GERD sangat bergantung kepada penekanan sekresi asam. Yang termasuk golongan ini antara lain metoklopramid, domperidon dan cisapride.4. PPI; merupakan drug of choice dalam pengobatan GERD. Sangat efektif dalam menghilangkan keluhan serta penyembuhan lesi esofagus, bahkan pada esofagitis erosif derajat berat serta refrakter dengan golongan antagonis reseptor H2. Yang termasuk golongan obat ini yaitu omeprazole, lansoprazole, pantoprazole dan rabreprazole.3

PrognosisPrognosis dari penyakit ini baik jika derajat kerusakan esofagus masih rendah dan pengobatan yang diberikan tepat. Pada kasus-kasus dengan esofagitis grade D dapat masuk tahap displasia sel sehingga menjadi barrets esophagus dan pada akhirnya Ca esofagus.3

PencegahanGERD sebagian besar dapat dicegah melalui perubahan gaya hidup, yang juga digunakan sebagai pengobatan, sepertitidur di sisi kiri atau dengan mengangkat tubuh bagian atas.Relief ini sering ditemukan dengan menaikkan kepala tempat tidur, mengangkat tubuh bagian atas dengan bantal, atau tidur duduk. Para tubuh bagian atas harus dinaikkan, bukan hanya kepala, bantal yang hanya mengangkat kepala melakukan sedikit untuk mulas dan menempatkan ketegangan pada leher.1. Makan porsi kecil.Makan dalam porsi besar menyebabkan produksi asam lambung berlebihan, sehingga serangan dapat diminimalkan dengan makan makanan kecil. Hal ini juga penting untuk menghindari makan sesaat sebelum tidur.2. Menurunkan berat badan.Kelebihanlemak didalam tubuh mengakibatkan lebih banyak tekanan pada perut sehingga dapat menyebabkan isi lambung yang sangat asam untuk refluks keesofagus.3. Hindari makanan asam.

Beberapa peralatan kemungkinan digunakan untuk meringankan gastroesophageal reflux. Mengangkat kepala pada tempat tidur kira-kira 6 inci mencegah asam mengalir dari kerongkongan sebagaimana seseorang tidur. Makanan dan obat-obatan yang menjadi penyebab harus dihindari, sama seperti merokok. Seorang dokter bisa meresepkan sebuah obat (misal bethanechol atau metoclopramide) untuk membuat sphincter bagian bawah lebih ketat. Kopi, alkohol dan minuman yang mengandung asam seperti jus jeruk, minuman cola dan saus salad yang berbahan dasar cuka dan bahan-bahan lain yang secara kuat merangsang perut untuk menghasilkan asam atau yang menghambat pengosongan perut harus dihindari sebaiknya.3

Kesimpulan Pasien berusia 50 tahun dengan keluhan bila makan cepat kenyang dan perut terasa penuh disertai nyeri ulu hati, kembung, dan muntah berupa cairan asam di diagnosis menderita GERD. Untuk memastikan pasien tersebut terkena GERD dilakukan pemeriksaan penunjang seperti endoskopi.

Daftar Pustaka1. Matondang, Corry S. Diagnosa fisik pada anak. Ed. 2. Jakarta: EGC; 2003. h. 34-5.2. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Ed. 4. Jakarta: Interna Publishing; 2009. h. 441-2.3. Makmun D. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Ed. 5. Jakarta: Interna Publishing; 2009. h. 480-7.4. Bestari MD. Penatalaksanaan GERD dalam kalbemed. Jakarta: Erlangga; 2011. h. 490-2.5. Djojoningrat D. Buku ajar penyakit dalam. Ed. 5. Jakarta: Interna Publishing; 2009. h. 529-33.6. Rusdi I. Gastroenterologi anak praktis. Jakarta : Balai Penerbitan FKUI; 1988. h. 105-8.7. McPhee, Stephen, William F, Ganong. Gastrointestinal diseases. San Fransisco: McGraw-Hill Companies; 2006. p. 317.8. Richard N, Mitchell, et al. Buku saku dasar patologis penyakit Robbins & Cotran. Ed. 7. Jakarta: EGC; 2008. h. 470.13