Gangguan Somatisasi

14
Gangguan Somatisasi Maria Priscilla 10-2011-352 Fakultas Kedokteran UKRIDA Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510 [email protected] Pendahuluan Somatoform berasal dari bahasa yunani , yaitu soma yang berarti bagian tubuh dan gangguan somatoform adalah sekelompok penyakit yang luas dan memiliki tanda serta gejala yang berkaitan dengan tubuh sebagai komponen utamanya. Gangguan ini mencangkup interaksi tubuh dan pikiran ( body-mind ) , yang menurut pemeriksaan fisik dan laboratorium tidak menunjukan adanya terkekaitan dengan keluhan – keluhan pasien. 1 Pemeriksaan klinis pasien psikiatri 1 Pemeriksaan psikiatri terdiri dari dua bagian. Yang pertama, bagian riwayat (contohnya riwayat psikiatri, medis, keluarga) Bagian kedua pemeriksaan psikiatri, pemeriksaan status mental, secara sistematis mengkaji fungsi kognitif dan emosi pasien saat wawancara dilakukan. Riwayat Psikiatri 1

description

neurologi

Transcript of Gangguan Somatisasi

Page 1: Gangguan Somatisasi

Gangguan Somatisasi

Maria Priscilla

10-2011-352

Fakultas Kedokteran UKRIDA

Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510

[email protected]

Pendahuluan

Somatoform berasal dari bahasa yunani , yaitu soma yang berarti bagian tubuh dan

gangguan somatoform adalah sekelompok penyakit yang luas dan memiliki tanda serta gejala

yang berkaitan dengan tubuh sebagai komponen utamanya. Gangguan ini mencangkup

interaksi tubuh dan pikiran ( body-mind ) , yang menurut pemeriksaan fisik dan laboratorium

tidak menunjukan adanya terkekaitan dengan keluhan – keluhan pasien.1

Pemeriksaan klinis pasien psikiatri1

Pemeriksaan psikiatri terdiri dari dua bagian. Yang pertama, bagian riwayat

(contohnya riwayat psikiatri, medis, keluarga) Bagian kedua pemeriksaan psikiatri,

pemeriksaan status mental, secara sistematis mengkaji fungsi kognitif dan emosi pasien saat

wawancara dilakukan.

Riwayat Psikiatri

Riwayat psikiatri adalah catatan mengenai kehidupan pasien; Riwayat tersebut

merupakan kisah hidup pasien yang diceritakan ke psikiater dalam bahasa pasien dari sudut

pandangnya sendiri. Sering kali, riwayat juga mencantumkan informasi mengenai pasien

yang diperoleh dari sumber lain, Seperti orang tua atau, bila perlu, dari pasangannya. Riwayat

komprehensif yang diperoleh dari pasien dan, bila perlu, dari sumber informasi lain,

merupakan hal yang esensial untuk menegakkan diagnosis yang tepat serta memformulasikan

rencana terapi yang spesifik dan efektif.

Teknik terpenting untuk memperoleh riwayat psikiatri adalah dengan membiarkan

pasien menceritakan kisahnya dengan kata-kata mereka sendiri dalam urutan yang mereka

rasa paling penting. Saat pasien menghubung-hubungkan ceritanya, pewawancara yang

1

Page 2: Gangguan Somatisasi

terampil dapat mengenali intinya sehingga dapat mengajukan pertanyaan yang relevan

mengenai hal yang digambarkan dalam garis besar riwayat serta pemeriksaan status mental.

Data Identitas

Data identitas memberikan rangkuman demografik yang memadai mengenai pasien

berdasarkan nama, usia, status perkawinan, jenis kelamin, pekerjaan, bahasa bila

menggunakan selain bahasa Inggris, latar belakang etnik dan agama selama masih berkaitan,

serta situasi kehidupan terkini.Data identitas dimaksudkan untuk memberikan gambaran

kasar mengenai karakteristik pasien yang secara potensial penting yang dapat memengaruhi

diagnosis, prognosis, tatalaksana, dan kepatuhan.

Keluhan Utama

Keluhan utama, dalam bahasa pasien sendiri, menyatakan mengapa ia datang atau

dibawa untuk memperoleh bantuan. Penjelasan pasien, tak peduli betapa aneh atau tidak

relevan, harus dicatat menggunakan kata-kata pasien pada bagian keluhan utama. Individu

lain yang hadir sebagai sumber informasi nantinya dapat menceritakan versi mereka tentang

kejadian saat itu pada bagian riwayat penyakit sekarang.

Riwayat Penyakit Sekarang

Riwayat penyakit sekarang memberikan gambaran komprehensif dan kronologis

mengenai kejadian yang mengarahkan ke peristiwa terkini dalam kehidupan pasien. Bagian

riwayat ini mungkin adalah yang paling membantu dalam menegakkan diagnosis: Kapan

awitan episode sekarang, dan apa kejadian pencetus atau pemicu terdekat yang

menimbulkannya.

Riwayat Penyakit Dahulu

Bagian riwayat psikiatri ini merupakan peralihan antara riwayat penyakit sekarang

dengan riwayat pribadi pasien (anamnesis). Episode penyakit terdahulu baik medis maupun

psikiatri dijelaskan di sini. Idealnya, catatan mendetail mengenai kelainan psikologis maupun

biologis yang mendasari dan yang telah ada sebelumnya dijelaskan pada poin ini, dan

petunjuk penting dan bukti area fungsi yang rawan pada pasien juga disertakan.

2

Page 3: Gangguan Somatisasi

Penyebab, keluhan, dan tatalaksana penyakit serta efek penyakit apapun pada pasien

harus dicatat. Pertanyaan spesifik mengenai gangguan psikosomatik harus ditanyakan dan

dicatat. Termasuk dalam kategori ini adalah Hay fever, artritis reumatoid, kolitis ulseratif,

asma, hipertiroidisme, gangguan gastrointestinal, pilek berulang, serta penyakit kulit. Semua

pasien harus ditanyakan mengenai penggunaan alkohol dan zat lain, mencakup detail

kuantitas dan frekuensi penggunaan.

Riwayat Keluarga

Pernyataan singkat tentang adanya penyakit, rawat inap, dan tatalaksana psikiatri pada

anggota keluarga dekat pasien harus ditanyakan pada bagian ini. Adakah riwayat

penyalahgunaan alkohol atau zat lain atau perilaku antisosial dalam keluarga? Psikiater juga

harus mendefinisikan peran tiap orang dalam pembentukan karakter pasien serta hubungan

orang tersebut. Apa saja etnis keluarga, kebangsaan, dan tradisi keagamaan pasien?

Riwayat pekerjaan. Psikiater harus dapat mendeskripsikan pilihan pekerjaan pasien,

pelatihan awai dan persiapannya, adanya konflik terkait pekerjaan, serta ambisi dan tujuan

jangka panjang. Pewawancara juga harus menggali perasaan pasien mengenai pekerjaannya

saat ini dan hubungan di tempat kerja (dengan atasan, rekan kerja, dan. bila ada, bawahan)

serta mendeskripsikan riwayat pekerjaan (contohnya jumlah pekerjaan dan lama bekerja,

alasan pindah kerja, dan perubahan status pekerjaan). Pekerjaan apa yang akan ia lakukan

seandainya ia bebas memilih?

Riwayat pernikahan dan hubungan. Pada bagian ini, psikiater harus mendeskripsikan

riwayat tiap pernikahan, baik sah secara hukum atau berdasarkan hukum adat. Hubungan

yang signifikan dengan orang yang tinggal bersama pasien dalam waktu lama juga harus

disertakan. Kisah pernikahan atau hubungan jangka panjang harus dapat mendeskripsikan

evolusi hubungan itu, termasuk usia pasien pada awal pernikahan atau hubungan jangka

panjang tersebut.

Riwayat pendidikan. Psikiater perlu memiliki gambaran yang jelas mengenai latar

belakang pendidikan pasien. Informasi ini dapat memberi petunjuk mengenai latar belakang

sosial dan budaya pasien, inteligensi, motivasi, dan adanya halangan dalam pencapaian.

Agama. Psikiater harus mendeskripsikan latar belakang agama kedua orangtua dan

rincian perintah agama pasien. Apakah sikap keluarga terhadap agama ketat atau permisif,

dan apakah terdapat konflik di antara kedua orangtua mengenai pendidikan agama anak?

Psikiater harus melacak perubahan praktik keagamaan pasien semasa remaja hingga

3

Page 4: Gangguan Somatisasi

kepercayaan dan aktivitas keagamaan pasien saat ini.

Aktivitas sosial. Psikiater harus mendeskripsikan kehidupan sosial pasien dan sifat

persahabatan, dengan penekanan pada kedalaman, durasi, dan kuai itas hubungan manusia.

Apa kesamaan sosial, intelektual, dan fisik yang dimiliki pasien dan teman- temannya?

Hubungan apa yang pasien miliki dengan orang-orang dari jenis kelamin yang sama dan

berbeda? Apakah pada dasarnya pasien terasing dan asosial? Apakah pasien lebih memilih

untuk mengasingkan diri, atau apakah pasien terasing karena ansietas dan rasa takutnya

terhadap orang lain? Siapa yang mengunjungi pasien di rumah sakit dan seberapa sering?

Situasi kehidupan terkini. Psikiater harus meminta pasien untuk mendeskripsikan

tempat tinggalnya yaitu mencakup lingkungan dan penghuninya. Ia harus menyebutkan

jumlah kamar, jumlah anggota keluarga yang tinggal di rumah tersebut, dan pengaturan tidur.

Psikiater harus menanyakan bagaimana isu-isu pribadi ditangani, dengan penekanan khusus

pada ketelanjangan orangtua atau saudara kandung dan pengaturan kamar mandi. Ia harus

pula menanyakan sumber pendapatan keluarga dan adanya masalah finansial di keluarga. Bila

dapat diterapkan, psikiater dapat menanyakan mengenai bantuan masyarakat dan perasaan

pasien tentang hal itu. Bila pasien dirawat inap, sudahkah dibuat ijin penyesuaian sehingga ia

tidak akan kehilangan pekerjaan atau apartemennya? Psikiater harus menanyakan siapa yang

merawat anak di rumah, siapa yang mengunjungi pasien di rumah sakit, dan seberapa sering.

Riwayat Hukum. Apakah pasien pernah ditahan pihak berwajib dan, bila ya, atas

tuduhan apa? Berapa kali pasien pernah ditahan? Apakah pasien pernah dipenjara? Berapa

lama? Riwayat kekerasan dalam skala besar dapat menjadi peringatan bagi psikiater adanya

potensi kekerasan di kemudian hari.

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik harus terpadu dan harus dilakukan pada keluhan yang dikeluhkan oleh

pasien. Penemuan negatif atau pun positif harus dicatat . Bila memungkinkan pemeriksaan fisik dapat

dilakukan sebelum pemeriksaan mental pasien , karena observasi perilaku pasien selama pemeriksaan

fisik sering bermanfaat dalam mengungkapkan fakta kelainan mental pasien.

Pemeriksaan status mental

Pemeriksaan status mental adalah gambaran penampilan pasien, cara bicara, tindakan,

dan pikiran selama wawancara. Bahkan bila pasien membisu, inkoheren, atau menolak

menjawab pertanyaan, dokter dapat memperoleh segudang informasi berdasarkan

pengamatan yang cermat.

4

Page 5: Gangguan Somatisasi

Deskripsi Umum. Penilaian ini dapat dilihat dari penampilan pasien, perilaku di

bangsal sejak awal masuk rumah sakit, sikap terhadap rumah sakit, dokter, perawat, pasien

lain, kegiatan makan, tidur, dsb. Sikap pasien terhadap pemeriksa dapat dideskripsikan

sebagai kooperatif, bersahabat, penuh perhatian, tertarik, blak-blakan, dan sebagainya.

Mood. Mood didefinisikan sebagai emosi yang menetap dan telah meresap yang

mewarnai persepsi orang tersebut terhadap dunia. Kata sifat yang biasanya digunakan untuk

mendeskripsikan mood berupa depresif, putus asa, mudah tersinggung, cemas, marah.

Afek. Afek didefinisikan sebagai responsivitas emosi pasien saat ini, yang tersirat dari

ekspresi wajah pasien, termasuk jumlah dan kisaran perilaku ekspresif. Afek dapat kongruen

atau tidak kongruen dengan mood.

Karakteristik gaya bicara. Gaya bicara dapat dideskripsikan berdasarkan kuantitas,

laju produksi, dan kualitasnya. Pasien dapat digambarkan sebagai banyak bicara, cerewet,

fasih, pendiam, tidak spontan, atau terespons normal terhadap petunjuk dari pewawancara.

Gaya bicara dapat cepat atau lambat, tertekan, tertahan, emosional.

Persepsi. Gangguan persepsi, seperti halusinasi dan ilusi mengenai dirinya atau

lingkungannya, dapat dialami oleh seseorang.

Isi Pikir dan Kecenderungan Mental. Isi merujuk pada apa yang sebenarnya dipikirkan

seseorang: ide, kepercayaan, preokupasi, obsesi.

Isi Pikir. Gangguan isi pikir meliputi waham, preokupasi (yang dapat melibatkan

penyakit pasien), obsesi (“Apakah Anda memiliki ide yang menganggu dan berulang?”),

kompulsi ("Adakah hal yang Anda kerjakan berulang-ulang, dalam suatu repetisi?” “Adakah

hal yang harus Anda lakukan dengan cara atau urutan tertentu?” “Bila Anda tidak

mengerjakan dengan cara tersebut, haruskah Anda mengulang?” “Apakah Anda tahu

mengapa Anda melakukannya dengan cara itu?”), fobia, rencana, niat, ide berulang mengenai

bunuh diri atau pembunuhan, gejala hipokondriakal, dan kecenderungan antisosial tertentu.

Realiabilitas

Bagian status mental ini menyimpulkan kesan psikiater tentang sejauh mana pasien

dapat dipercaya dan kemampuan untuk melaporkan keadaannya secara akurat.

5

Page 6: Gangguan Somatisasi

Pemeriksaan penunjang

Tidak ada yang spesifik. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah uji darah,

urin, dan pemeriksaan penunjang lain sesuai keluhan pasien. Misalnya pasien merasa nyeri di

dada kiri, bisa kita lakukan pemeriksaan ekg.

Working Diagnosis : Gangguan somatisasi.

Gangguan somatisasi ditandai dengan banyak gejala somatik yang tidak dapat

dijelaskan dengan adekuat berdasarkan pemeriksaan fisik dan laboratorium. Gangguan ini

biasanya dimulai sebelum usia 30, dapat berlanjut hingga tahunan, dan dikenali menurut

DSM-IV-TR sebagai “kombinasi gejala nyeri, gastrointestinal, seksual, serta

pseudoneurologis”. Gangguan somatisasi berbeda dengan gangguan somatoform lainnya

karena banyaknya keluhan dan banyaknya sistem organ yang terlibat (contohnya

gastrointestinal dan neurologis). Gangguan ini bersifat kronis dan disertai penderitaan

psikologis yang signifikan, hendaya fungsi sosial dan pekerjaan, serta perilaku mencari

bantuan medis yang berlebihan.

Diagnosis Banding

Cemas, gangguan panik, dan depresi juga biasa terjadi pada pasien somatisasi, hingga

depresi mayor, sehingga perlu dipertimbangkan dalam diagnosis banding.2

Hipokondriasis

Hipokondriasis merupakan keadaan seseorang yang berpreokupasi dengan ketakutan

atau keyakinan menderita penyakit yang serius. Pasien ini memiliki interpretasi yang tidak

realistis maupun akurat terhadap gejala atau sensasi fisik, meskipun tidak ditemukan

penyebab medis. Pasien yakin bahwa mereka menderita penyakit serius yang belum bisa

dideteksi, dan sulit diyakinkan dengan hal yang sebaliknya. Keyakinannya tetap bertahan

meskipun hasil lab menunjukkan negatif. Preokupasi ini menyebabkan penderitaan bagi

dirinya dan mengganggu kemampuannya untuk berfungsi secara baik di bidang sosial,

interpersonal, dan pekerjaan.1,2

Gangguan Depresi

Gejala utama dari depresi adalah mood yang terdepresi, kehilangan minat, dan

berkurangnya energi. Pasien mungkin menyatakan perasaannya sedih, tidak mempunyai

6

Page 7: Gangguan Somatisasi

harapan, dicampakkan, atau tidak berharga. Dapat muncul pikiran untuk bunuh diri pada dua

pertiga kasus. Gejala tersering lainnya adalah kecemasan. Pasien juga mengalami perubahan

asupan makanan dan istirahat yang dapat menyebabkan penyakit lain seperti hipertensi, dan

sebagainya.1

Gangguan Cemas Panik

Gangguan panik terutama ditandai dengan serangan panik yang berulang. Serangan

panik terjadi secara spontan dan tidak terduga, disertai gejala otonomik yang kuat, terutama

sistem kardiovaskular dan sistem pernafasan. Serangan sering dimulai selama 10 menit,

gejala meningkat secara cepat. Kondisi cemas pada gangguan panik biasanya terjadi secara

tiba-tiba, dapat meningkat hingga sangat tinggi disertai gejala-gejala yang mirip gangguan

jantung, yaitu rasa nyeri di dada, berdebar-debar, keringat dingin, hingga merasa seperti

tercekik. Hal ini dialami tidak terbatas pada situasi atau rangkauan kejadian tertentu dan

biasanya tidak terduga sebelumnya.1

Epidemiologi.

Perempuan dengan gangguan somatisasi jumlahnya melebihi laki-laki 5 hingga 20

kali tetapi perkiraan tertinggi dapat disebabkan adanya tendensi dini tidak mendiagnosis

gangguan somatisasi pada pasien laki-laki. Meskipun demikian, gangguan ini adalah

gangguan yang lazim ditemukan. Dengan rasio perempuan banding laki-laki 5 banding 1,

prevalensi seumur hidup gangguan somatisasi pada perempuan di populasi umur mungkin 1

atau 2 persen. Di antara pasien yang ditemui, sebanyak 5 sampai 1 persen dapat memenuhi

kriteria diagnostik gangguan somatisasi. Gangguan ini berbanding terbalik dengan posisi

sosial dan terjadi paling sering pada pasien yang memiliki sedikit edukasi dan tingkat

pendapatan yang rendah. Gangguan somatisasi didefinisikan dimulai sebelum usia 30 tahun;

dan paling sering dimulai selama masa remaja seseorang.3

Etiologi

Faktor Psikososial. Formulasi psikososial melibatkan interpretasi gejala sebagai

komunikasi sosial, akibatnya adalah menghindari kewajiban (contohnya harus pergi ke

tempat kerja yang tidak disukai), mengekspresikan emosi (contohnya marah kepadi

pasangan), atau menyimbolkan suatu perasaan atau keyakinan (contohnya nyeri di usus).

Interpretasi gejala psikoanalitik yang kaku bertumpu pada hipotesis bahwa gejala-gejala

7

Page 8: Gangguan Somatisasi

tersebut menggantikan impuls berdasarkan insting yang ditekan. Di samping itu, sejumlah

pasien dengan gangguan somatisasi datang dari keluarga yang tidak stabil dan mengalami

penyiksaan fisik.

Faktor Biologis dan Genetik. Data genetik menunjukkan bahwa gangguan

somatisasi dapat memiliki komponen genetik. Gangguan somatisasi cenderung menurun di

dalam keluarga dan terjadi pada 10 hingga 20 persen kerabat perempuan derajat pertama

pasien dengan gangguan somatisasi.

Gambaran klinis

Pasien dengan gangguan somatisasi memiliki banyak keluhan somatik dan riwayat

medis yang rumit dan panjang. Mual dan muntah (selain selama kehamilan), kesulitan

menelan, nyeri di lengan dan tungkai, napas pendek tidak berkaitan dengan olahraga,

amnesia, dan komplikasi kehamilan serta menstruasi adalah gejala yang paling lazim ditemui.

Pasien sering meyakini bahwa mereka telah sakit selama sebagian besar hidup mereka.

Gejala pseudoneurologis mengesankan, tetapi tidak patognomonik, untuk adanya gangguan

neurologis.4

Penatalaksanaan

Penanganan sebaiknya dengan satu orang dokter, sebab apabila dengan beberapa

dokter pasien akan mendapat kesempatan lebih banyak mengungkapkan keluhan somatiknya.

Interval pertemuan sebulan sekali. Meskipun pemeriksaan fisik tetap harus dilakukan untuk

setiap keluhan somatik yang baru, dokter atau terapis harus mendengarkan keluhan somatik

sebagai ekspresi emosional dan bukan sebagai keluhan medik.1

Psikoterapi baik yang individual maupun kelompok akan menurunkan pengeluaran

dana perawatan kesehatannya terutama untuk rawat inap di rumah sakit. Psikoterapi

membantu pasien untuk mengatasi gejala-gejalanya, mengekspresikan emosi yang mendasari

dan mengembangkan strategi alternatif untuk mengungkapkan perasaannya.1

Terapi psikofarmakologi dianjurkan apabila terdapat gangguan lain (komorbid).

Pengawasan ketat terhadap pemberian obat harus dilakukan karena pasien dengan gangguan

somatisasi cenderung menggunakan obat berganti-ganti dan tidak rasional.1

Karena pada somatisasi pasien juga dapat mengalami depresi mayor, sehingga dapat

diberikan antidepresan seperti duloxetine, sekaligus mengurangi nyeri yang dialami oleh

pasien.4

8

Page 9: Gangguan Somatisasi

Prognosis

Prognosis biasanya baik jika dokter primer dapat mengintervensi secara cepat dan dini

sebelum situasi menjadi lebih buruk. Jika masalah-masalah atau gejala yang diderita pasien

sudah dirasa menetap cukup lama menjadi kronis, sangat sulit untuk diharapkan adanya

perubahan.2

Daftar Pustaka

1. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & sadock’s sypnosis of psychiatry. 10 th ed. USA:

Lippincott Williams & Wilkins; 2007.

2. Elvira SD, Hadisukanto D. Buku ajar psikiatri. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia; 2010. p.45-6; 214; 237; 265-8.

3. McPhee SJ, Papadakis MA. Current medical diagnosis & treatment. USA: The

McGrawHill Companies; 2010. p. 944-5.

4. Longo DL, Fauci AS, Kasper DL, Hauser SL, Jameson JL, Loscalzo J. Harrison’s

principles of internal medicine. 18thed Vol II. Philadelphia: The McGraw-Hill

Companies; 2012. p.3541-2.

9