Gangguan Penyakit Saraf Tepi

29
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem saraf menerima rangsangan dari sekitarnya dan dari dalam tubuh sendiri, serta mengarahkan fungsi tubuh dengan memperngaruhi aktivitas otot dan fungsi saraf otonom. Gangguan Sistem Saraf dapat disebabkan oleh beberapa hal, seperti kelainan genetic, penyakit degeneratif, tumor, lesi mekanik (trauma), perdarahan, iskemia, gangguan metabolic sistemik (hipoglikemia, hiperglikemia, uremia, gagal hati, gangguan endokrin, dll), dan kelainan elektrolit. Berbagai penyebab yang lain meliputi obat – obatan, toksin (missal, logam berat, alcohol), radiasi, inflamasi, dan infeksi (virus, bakteri, prion, dan penyakit autoimun. Fungsi efektor diperifer (reseptor sensorik, otot, dan organ yang dipersarafi oleh system saraf otonom), konduksi saraf perifer, fungsi medulla spinalis, dan/atau system saraf supraspinal dapat 1

description

Saraf Tepi, saraf

Transcript of Gangguan Penyakit Saraf Tepi

Page 1: Gangguan Penyakit Saraf Tepi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem saraf menerima rangsangan dari sekitarnya dan dari dalam tubuh

sendiri, serta mengarahkan fungsi tubuh dengan memperngaruhi aktivitas otot dan

fungsi saraf otonom. Gangguan Sistem Saraf dapat disebabkan oleh beberapa hal,

seperti kelainan genetic, penyakit degeneratif, tumor, lesi mekanik (trauma),

perdarahan, iskemia, gangguan metabolic sistemik (hipoglikemia, hiperglikemia,

uremia, gagal hati, gangguan endokrin, dll), dan kelainan elektrolit.

Berbagai penyebab yang lain meliputi obat – obatan, toksin (missal, logam

berat, alcohol), radiasi, inflamasi, dan infeksi (virus, bakteri, prion, dan penyakit

autoimun. Fungsi efektor diperifer (reseptor sensorik, otot, dan organ yang

dipersarafi oleh system saraf otonom), konduksi saraf perifer, fungsi medulla

spinalis, dan/atau system saraf supraspinal dapat terganggu akibat gangguan

system saraf.

Kerusakan pada efektor perifer akan menyebabkan gangguan fungsi

tertentu, yang dapat bersifat local (mengenai satu otot) atau bersifat umum

(mengenai seluruh otot). Kerusakan seperti ini dapat mengakibatkan aktivitas

yang berlebihan (misalnya kram otot yang bersifat involuntary atau aktivitas

reseptor sensorik yang tidak adekwat dengan kesalahan persepsi sensorik), atau

defisit fungsional (paralisis otot atau defisit sensorik). Meskipun reseptor sensorik

tetap utuh, persepsi sensorik terutama melalui mata atau telinga, dapat terganggu

jika bagian transmisi mengalami kerusakan.

1

Page 2: Gangguan Penyakit Saraf Tepi

Penyakit Saraf dan Otot adalah merupakan bagian dari penyakit saraf yang

disebabkan terganggunya fungsi saraf tepi atau otot. Untuk memahami penyakit

tersebut perlu dikuasai anatomi, fisiologi, biokemistri dan farmakologi sistem

saraf baik pusat maupun tepi. Susunan Saraf Pusat terdiri dari Otak dan Medula

Spinalis sedangkan Susunan Saraf Tepi terdiri dari sel saraf dan serabut-

serabutnya yang dapat berasal dari otak seperti saraf kepala (saraf kranialis) atau

medula spinalis seperti radiks dan nervi spinales.

2

Page 3: Gangguan Penyakit Saraf Tepi

BAB II

TEORI

2.1 Anatomi

Saraf Tepi yang termasuk saraf kepala meliputi:

1. n. olfaktorius

2. n. optikus

3. n. oftalmikus

4. n. trokhlearis

5. n. trigeminus

6. n. abduscens

7. n. fasialis

8. n. vestibulocochlearis

9. n glossofaringeus

10. n. vagus

11. n. accessories

12. n. hipoglosus

Saraf Tepi yang termasuk saraf spinales kebanyakan bergabung menjadi

satu sehingga dikenal sebagai nervi servikales, nervi torakales, nervi lumbales,

dan nervi sakrales. Gabungan saraf tepi semacam ini disebut juga pleksus,

sehingga dikenal pleksus servikotorakales (gabungan radiks C1-8 dan T1) dan

pleksus lumbosakrales (gabungan radiks L1-5 dan S1-5).

3

Page 4: Gangguan Penyakit Saraf Tepi

2.2 Patomekanisme

Gangguan faal pada saraf tepi dapat berasal dari gangguan biokemistri

seperti terganggunya keseimbangan air dan elektrolit, inflamasi (radang), proses

keganasan, trauma dan lain sebagainya.

Untuk mempercepat hantaran impuls yang berupa muatan listrik dari

proksimal ke distal serabut saraf (akson) mempunyai selubung yang disebut

mielin. Mielin diproduksi oleh sel Schwann yang membalut akson dan pada titik

tertentu mempunyai takik yang disebut nodus Ranvier. Adanya nodus Ranvier

memungkinkan hantaran listrik meloncat sehingga lebih cepat sampai ke efektor

(serabut saraf eferen), atau sebaliknya dari reseptor lebih cepat sampai ke sentral

(serabut saraf aferen). Tidak semua serabut saraf bermielin, ada juga serabut saraf

yang kecil dan pendek tidak bermielin dan saling menghubungkan sesama sel

saraf di otak. Pada penyakit saraf tepi kerusakan dapat terjadi pada akson, disebut

aksonopati, atau pada mielin (mielinolisis) dan kombinasi keduanya dapat saja

terjadi. Pada gangguan di akson, proses kesembuhan berlangsung lama, tidak

demikian halnya bila pada mielin lebih besar kemungkinan cepat kembali seperti

semula.

2.3 Poliomielitis Anterior Akuta

Salah satu diantara penyakit saraf tepi yang populer adalah polio yang

nama selengkapnya adalah poliomielitis anterior akuta. Sesuai namanya bagian

yang terkena sebenarnya adalah mielum bagian anterior yang disebut juga kornu

anterior sehingga lesi yang ditimbulkan berupa kelumpuhan tipe perifer karena

inti sel saraf di kornu anterior mengalami nekrosis. Akibatnya adalah serabut saraf

4

Page 5: Gangguan Penyakit Saraf Tepi

yang terkena terutama aksonnya tidak berfungsi lagi dan otot yang dipersarafi

lama kelamaan (dan proses berlangsung cepat) menjadi atrofi. Otot yang atrofi

menjadi kecil dan ekstremitas memerlukan bantuan alat untuk dapat berfungsi

kembali.

Tidak ada terapi khusus pada polio sehingga terapi pada penyakit ini lebih

bersifat suportif.

Hindari menggunakan terapi suntik pada penderita yang panas saat

epidemi polio sedang berjangkit (outbreak) karena akan memicu lebih banyak sel

saraf yang mati. Kehati-hatian ini juga menjadi penting karena makin banyaknya

kegiatan sueing di tengah masyarakat. Pencegahan penyakit ini adalah dengan

melaksanakan vaksinasi polio di masyarakat.

2.4 Guillain Barre Syndrome

Nama lain:

1. Acute idiopathic poly (radiculo) neuritis,

2. Acute inflammatory (demyelinating) polyneuropathy,

3. Infectious polyneuritis,

4. Landry-Guillain-Barre syndrome

5. French Polio

6. Landry’s ascending paralysis

7. Landry Guillain Barré syndrome.

Guillain-Barre syndrome (GBS) adalah suatu penyakit otoimun yang

bersifat akut. Sebenarnya jarang ditemukan, dimana sel-sel sistim imun

menyerang selubung myelin saraf tepi. Saraf tepi menghubungkan otak dan

5

Page 6: Gangguan Penyakit Saraf Tepi

medulla spinalis dengan bagian tubuh lain. Kerusakan pada saraf tepi akan

menimbulkan gangguan hantaran sinyal sebagai akibatnya otot akan berkurang

kekuatannya, penyebab sebenarnya penyakit ini belum diketahui tetapi dapat

dipicu oleh infeksi, operasi dan vaksinasi.

Gejala pertama biasanya adalah panas atau demam yang dapat tinggi atau

sedang dan pada hari ketiga diikuti oleh kelemahan dan kesemutan (gringgingen)

di kedua tungkai. Kemudian gejala ini akan memanjat keatas. Pada keadaan yang

parah terjadi kelumpuhan total. Penyakit ini mengancam nyawa bila otot

pernafasan diserang. Pada keadaan seperti ini diperlukan respirator. Keadaan yang

parah akan berlangsung beberapa pekan, kemudian menjadi stabil dan membaik

dengan perawatan yang baik pula. Ada pula perbaikan yang memakan waktu

sangat lama hingga beberapa tahun. Pengobatan biasanya dilakukan dengan obat-

obatan dan penggantian plasma (plasma exchange).

Penyakit ini termasuk kelompok penyakit neuropati perifer. Ada beberapa

jenis GBS, tetapi bila tidak diberi keterangan lain maka yang dimaksud adalah

GBS dalam bentuk umum.

2.5 Epidemiologi

Insidens 1 atau 2 orang per 100,000 penduduk.[6] Seringkali parah dan

menunjukkan kelumpuhan memanjat mula-mula kaki dan tungkai kemudian

lengan dan tangan juga terkena tidak terkecuali otot pernafasan dan wajah. Karena

merupakan lesi saraf tepi makan refleks tendon akan menghilang. Dengan

pengobatan yang segera dengan penggantian plasma maka diharapkan

kesembuhan segera terjadi. Pemberian imunoglobulin menolong. Dan jangan

6

Page 7: Gangguan Penyakit Saraf Tepi

dilupakan pengobatan penunjang seperti pemberian neurotropik vitamin. Sebagian

besar pasen dapat pulih normal kembali. GBS juga menjadi penyebab

kelumpuhan yang tidak disebabkan oleh cedera di dunia.

2.6 Patomekanisme

Untuk memahami terjadinya GBS dapat diuraikan sebagai berikut:

Serabut saraf terdiri dari lembaran myelin yang membungkus akson.

Akson sendiri adalah perpanjangan sel saraf yang menjulur sampai ke bagian

tubuh yang akan di persarafi oleh saraf tersebut. Misalnya N. Ischiadicus

mempunyai kelompok sel saraf yang terletak di cornu anterior medula spinali

segmen lumbal dan kumpulan aksonnya membentuk saraf N. Ischiadicus yang

mempersarafi otot-otot tungkai (AA).

Otak adalah kumpulan sel-sel otak yang banyak sekali jumlahnya. Untuk

dapat menggerakkan anggota tubuh seperti lengan dan tungkai maka dari otak sel

otak tersebut akan menjulurkan bagian sel otak yang disebut akson. Akson akan

terus berjalan sepanjang tubuh dan mencapai organ yang ditujunya (AA). Otak

terdiri dari dua belahan yang disebut hemisfer. Hemisfer serebri sebelah kiri erat

tugasnya dengan tugas menghitung dan bicara bahasa sedangkan hemisfer sebelah

kanan erat tugasnya dengan seni dan ketrampilan ruang. Otak mempunyai banyak

lekuk untuk menghemat ruang yang akan mampu menampung 200 milyar sel otak

yang terdiri dari sel otak neuron dan sel glia (AA). Lobus frontalis mengontrol

fikiran, perencanaan, mengorganisasikan, menyelesaikan masalah, daya ingat

jangka pendek dan gerakan.

7

Page 8: Gangguan Penyakit Saraf Tepi

Lobus parietalis menginterpretasikan informasi sensorik, rasa, suhu, dan

sentuhan.

Lobus oksipitalis memproses bayangan yang masuk melalui mata dan

menghubungkan dengan memori yang tersimpan.

Lobus temporalis memproses informasi yang masuk melalui

penghiduan/penciuman, rasa, dan suara. Juga berperan dalam daya ingat

(AA).

Serebelum terletak dibawah otak belakang oksipital. Tugasnya

menyelaraskan informasi sensor dari mata, telinga, dan otot untuk koordinasi

gerak. Kerusakan menimbulkan intention tremor tubuh bergetar ketika akan

mengambil sesuatu.

Batang Otak bertugas menghubungkan otak dengan medulla spinalis

mengawasi fungsi kehidupan yang vital seperti detak jantung, nafas dan tekanan

darah. Di daerah ini pula terletak kendali tidur dan kesadaran (AA).

2.7 Struktur Dalam Otak

Berfungsi untuk emosi dan daya ingat/memori. Dikenal sebagai system

limbic terdiri dari pasangan-pasangan, di kedua belah otak.

Thalamus bekerja sebagai pintu gerbang pesan yang masuk antara otak

dan medulla spinalis Hipothalamus mengontrol emosi dan mengatur suhu, makan

dan tidur. Hippocampus mengirimkan ingatan untuk disimpan di tempat yang

disediakan di otak dan dapat di panggil kembali bila dibutuhkan (AA).

8

Page 9: Gangguan Penyakit Saraf Tepi

2.8 Sel Saraf

Sel Saraf memiliki dua tipe cabang yaitu neurite atau akson dan dendrite.

Dendrit membawa impuls dari luar kea rah sel dan neurite membawa impuls dari

sel kea rah luar. Sel saraf saling berhubungan dengan sesame sel saraf melalui

dendrite tersebut sehingga tercipta komunikasi yang efeisien dan cepat sekali

(AA).

2.9 Susunan Saraf Tepi

Saraf tepi adalah semua saraf di tubuh keluar dari otak dan medulla

spinalis. Bekerja sebagai penghantar antara otak dan anggota tubuh. Misalnya

tangan menyentuh setrika panas maka seketika tangan akan ditarik karena

informasi panas dibawa ke otak dan otak memerintahkan untuk menarik tangan

dari setrika. Ini hanya beberapa milidetik (AA).

2.10Neurotransmitters

Neuron berhubungan dengan sel lain melalui impuls elektrik yang

mendorong neurotransmitter lepas dari ujung sel saraf.

Neurotransmiter lepas ke sinaps suatu celah antara dua sel saraf dan

menempel ke reseptor di sel penerima. Proses ini terjadi berulang antara neuron ke

neuron. Semuanya ini memungkinkan terjadinya gerakan, pikiran, perasaan dan

kemampuan untuk berkomunikasi (AA).

Pada GBS terjadi gangguan pada saraf tepi sehingga kekuatan kedua

tungkai dan ekstremitas dapat terkena. Klasifikasi

9

Page 10: Gangguan Penyakit Saraf Tepi

Terdapat enam jenis GBS yaitu:

Acute inflammatory demyelinating polyneuropathy (AIDP) gangguan

terutama terjadi berupa kerusakan selubung saraf myelin dari sel.

Miller Fisher syndrome (MFS) adalah jenis yang jarang karena berupa

kelumpuhan yang menurun dari atas ke bawah jadi kebalikan dari GBS.

Mula-mula otot mata yang terserang sehingga terjadi trias

ophthalmoplegia, ataxia, dan areflexia. Antibodi Anti-GQ1b sering

dijumpai pada 90% kasus.

Acute motor axonal neuropathy (AMAN),[8] atau Chinese Paralytic

Syndrome, menyerang motorik yaitu pada nodes of Ranvier dan banyak

(prevalen) di China dan Mexico. Merupakan serangan auto-immune pada

axoplasm saraf tepi. Sering terjadi pada musim tertentu dan penyembuhan

lebih cepat. Pada pasen akan terdapat anti-GD1a antibodi[9]. Antibody

Anti-GD3 banyak dijumpai pada AMAN.

Acute motor sensory axonal neuropathy (AMSAN) serupa dengan AMAN

hanya juga disertai serangan pada serabut saraf sensorik dengan kerusakan

aksonal. Seperti AMAN juga disebabkan serangan oto imun terhadap

aksoplasma saraf tepi. Penyembuhan lambat dan inkomplit.

Acute panautonomic neuropathy imerupakan jenis yang jarang dari GBS

sering disertai ensefalopati dengan mortalitas yang tinggi. Kematian

disebabkan pembesaran jantung dan disritmia, gangguan berkeringat dan

10

Page 11: Gangguan Penyakit Saraf Tepi

kekurangan air mata. Fotofobia, keringnya rongga hidung dan mukosa

mulut, gatal, mual dan muntah sering terjadi dan disfagia. Konstipasi juga

dapat terjadi yang tidak hilang dengan laksan. Dan bisa pula berganti

dengan diare. Gejala awal biasanya lelah dan lemas seperti lethargy,

fatigue, sakit kepala, dan menurunnya kemauan, malas, lalu diikuti

gangguan otonomik seperti pusing bila berdiri, mata kabur, nyeri perut,

diare, mata kering, dan gangguan kencing. Yang paling sering adalah

pusing bila berdiri, gangguan gastrointestinal dan kencing dan gangguan

berkeringat.

Bickerstaff’s brainstem encephalitis (BBE), jenis lain dari Guillain-Barré

syndrome. Ditandai oleh acute onset ophthalmoplegia, ataxia, gangguan

kesadaran, hyperreflexia or Babinski’s sign (Bickerstaff, 1957; Al-Din et

al.,1982). Perjalanan penyakit monofasik atau sering relaps. Gangguan

patologi terutama di batang otak, pons, midbrain, dan medulla. Meski pada

fase awal terlihat parah prognosis baik. Diagnosis dengan MRI.

Sebagian pasen BBE mempunyai hubungan dengan axonal Guillain-Barré

syndrome, menjadi indikasi bahwa kedua penyakit ini mempunyai

kesamaan.

Pada GBS terjadi gangguan pada saraf tepi sehingga kekuatan kedua

tungkai dan ekstremitas dapat terkena.

Klasifikasi

Terdapat enam jenis GBS yaitu:

Acute inflammatory demyelinating polyneuropathy (AIDP) gangguan

11

Page 12: Gangguan Penyakit Saraf Tepi

terutama terjadi berupa kerusakan selubung saraf myelin dari sel.

Miller Fisher syndrome (MFS) adalah jenis yang jarang karena berupa

kelumpuhan yang menurun dari atas ke bawah jadi kebalikan dari GBS.

Mula-mula otot mata yang terserang sehingga terjadi trias

ophthalmoplegia, ataxia, dan areflexia. Antibodi Anti-GQ1b sering

dijumpai pada 90% kasus.

Acute motor axonal neuropathy (AMAN),[8] atau Chinese Paralytic

Syndrome, menyerang motorik yaitu pada nodes of Ranvier dan banyak

(prevalen) di China dan Mexico. Merupakan serangan auto-immune pada

axoplasm saraf tepi. Sering terjadi pada musim tertentu dan penyembuhan

lebih cepat. Pada pasen akan terdapat anti-GD1a antibody [9]. Antibody

Anti-GD3 banyak dijumpai pada AMAN.

Acute motor sensory axonal neuropathy (AMSAN) serupa dengan AMAN

hanya juga disertai serangan pada serabut saraf sensorik dengan kerusakan

aksonal. Seperti AMAN juga disebabkan serangan oto imun terhadap

aksoplasma saraf tepi. Penyembuhan lambat dan inkomplit.

Acute panautonomic neuropathy imerupakan jenis yang jarang dari GBS

sering disertai ensefalopati dengan mortalitas yang tinggi. Kematian

disebabkan pembesaran jantung dan disritmia, gangguan berkeringat dan

kekurangan air mata. Fotofobia, keringnya rongga hidung dan mukosa

mulut, gatal, mual dan muntah sering terjadi dan disfagia. Konstipasi juga

dapat terjadi yang tidak hilang dengan laksan. Dan bisa pula berganti

dengan diare. Gejala awal biasanya lelah dan lemas seperti lethargy,

12

Page 13: Gangguan Penyakit Saraf Tepi

fatigue, sakit kepala, dan menurunnya kemauan, malas, lalu diikuti

gangguan otonomik seperti pusing bila berdiri, mata kabur, nyeri perut,

diare, mata kering, dan gangguan kencing. Yang paling sering adalah

pusing bila berdiri, gangguan gastrointestinal dan kencing dan gangguan

berkeringat.

Bickerstaff’s brainstem encephalitis (BBE), jenis lain dari Guillain-Barré

syndrome. Ditandai oleh acute onset ophthalmoplegia, ataxia, gangguan

kesadaran, hyperreflexia or Babinski’s sign (Bickerstaff, 1957; Al-Din et

al.,1982). Perjalanan penyakit monofasik atau sering relaps. Gangguan

patologi terutama di batang otak, pons, midbrain, dan medulla. Meski pada

fase awal terlihat parah prognosis baik. Diagnosis dengan MRI.

Sebagian pasen BBE mempunyai hubungan dengan axonal Guillain-Barré

syndrome, menjadi indikasi bahwa kedua penyakit ini mempunyai

kesamaan.

Gejala dan Tanda (Signs and symptoms)

Penyakit GBS ditandai dengan gangguan kelemahan yang bersifat

simetris. Pada awalnya menyerang kedua tungkai dan kemudian berangsur-

angsur naik ke lengan. Pasen biasanya mengeluh kedua tungkai terasa berat

dan merasakan seperti ada beban dan perasaan gringgingen serta tebal. Ada

juga rasa disestesia (numbness atau tingling). Penyakit berlanjut keatas dalam

waktu beberapa jam atau hari dan kemudian otot wajah dan lengan mulai

lemah. Sering kali saraf otak bagian bawah terkena. Disebut juga kelumpuhan

tipe bulbar dan menimbulkan oropharyngeal dysphagia, dengan kesulitan

13

Page 14: Gangguan Penyakit Saraf Tepi

menelan mengisap air liur dan sulit bernafas. Sebagian besar pasen perlu

perawatan rumah sakit (MRS) dan sekitar 30% perlu bantuan ventilator [11].

Kelemahan otot wajah dapat terjadi tapi otot mata jarang terkena. Bila otot

wajah dan otot mata terkena maka kemungkinan besar kasus tersebut adalah

Sindroma Miller-Fisher (varian Miller-Fisher). Hilangnya sensorik biasanya

berupa sensasi proprioception (rassa posisi) dan areflexia (hilangnya refleks

tendo) tanda khas GBS. Hilangnya sensasi nyeri dan suhu biasanya ringan.

Dan semsasi nyeri bahkan bertambah pada otot yang terkena. Rasanya seperti

nyeri orang yang kelelahan. Nyeri ini biasanya hilang sendiri dan dapat diobati

dengan analgesic biasa. Gangguan kandung kencing dapat terjadi pula pada

kasus yang parah. Tetapi bersifat sementara. Bila gangguan kandung kencing

berlebihan perlu dipertimbangkan kelainan medulla spinalis.

Demam jarang ada dan bila ada harus dipikirkan kemungkinan suatu

sebab yang lain.

Pada keadaan yang berat hilangnya fungsi otonom dapat terjadi berupa

tekanan darah yang naik dan turun berfluktuasi, hipotensi orthostatik dan

aritmia jantung.

Penyebab paralisi akut Guillain-Barré Syndrome dapat dihubungkan

dengan faktor blokade sodium channel di cairan spinal (cerebrospinal fluid

(CSF)). Gangguan pemberian SIADH dapat terjadi akibat pemberian air dan

garam secara intravena yang tidak tepat. Gejalanya serupa dengan progressive

inflammatory neuropathy.[12]

Penyebab

14

Page 15: Gangguan Penyakit Saraf Tepi

Semua bentuk Guillain-Barré syndrome merupakan akibat respons

immune terhadap antigen asing (seperti infeksi) yang menjadi salah sasaran.

Target sebenarnya dari antigen tersebut diduga adalah gangliosides, suatu

bahan alami yang terdapat dalam junlah besar dalam saraf manusia.

Sedangkan infeksi penyebab paling sering adalah bakteri Campylobacter

jejuni.[13] Namun demikian 60% kasus tidak diketahui kuman penyebabnya,

dimana diduga dapat berupa virus influenza atau semacam reaksi imun

terhadap virus influenza.

Akibat serangan otot imun terhadap saraf tepi adalah kerusakan mielin

selaput pembungkus saraf dan gangguan hantaran saraf.sehingga

menimbulkan kelumpuhan otot dan gangguan otonomik dan sensorik.

Pada kasus yang ringan akson mungkin tidak terlalu terganggu dan

penyembuhan kembali cepat berlangsung dengan remielinasi. Sebaliknya pada

kasus yang parah terjadi kerusakan akson dan penyembuhan berlangsung

lama. Diperkirakan 80% kasus GBS terhadi kehilangan mielinof sedangkan

pada yang dua puluh persen kehilangan akson.

Guillain–Barré Syndrome tidak seperti multiple sclerosis (MS) dan

penyakit ALS (Lou Gehrig’s disease (ALS), yang menyebabkan kerusakan

otak dan medulla spinalis.

Diagnosis

Diagnosis GBS ditegakkan dengan adanya kelumpuhan yang akut,

areflexia, tidak ada demam saat kelumpuhan, dan hasil pemeriksaan cairan

spinal. Cairan spinal diperoleh dari pungsi lumbal dan pemeriksaan

15

Page 16: Gangguan Penyakit Saraf Tepi

elektromiografi (EMG) berupa tes hantaran saraf pada otot yang lumpuh.

Cairan spinal (cerebrospinal fluid)

Disosiasi albumino sitologis sering dijumpai berupa albumin tinggi tetapi

jumlah sel tetap. Protein naik hingga 100–1000 mg/dL, tanpa disertai

kenaikan jumlah sel (pleositosis). Bila dijumpai sel meningkat maka

diagnosis GBS perlu dipertimbangkan.

Elektrodiagnosis

Pemeriksaan Electromyography (EMG) dan nerve conduction study (NCS)

dapat menunjukkan latensi yang memanjang dan perlambatan hantaran atau

blok hantaran dan potensial aksi kompleks pada kasus demielinating. Pada

kerusakan akson dapat amplitude menurun tanpa perlambatan hantaran.

Kriteria Diagnosis

Utama

Kelumpuhan yang progresif, simetris kedua tungkai atau disertai lengan

akibat neuropati.

Areflexia

Penyakit berlangsung lebih dari 4 pekan.

Faktor Eksklusi sebab-sebab lain.

Pendukung

Kelumpuhan yang relative simetris dan adanya nyeri atau rasa tebak pada

tungkai yang terkena

Gangguan sensori ringan

16

Page 17: Gangguan Penyakit Saraf Tepi

Gangguan saraf fasial dan saraf otak lain

Tidak ada demam

Perubahan temuan cairan spinal (CSF)Elektrodiagnostik ada tanda

demielinasi

Diagnosis Banding

acute myelopathies dengan chronic back pain dan sphincter dysfunction

botulism dengan hilangnya refleks pupil yang cepat

diphtheria dengan disfungsi oropharyngeal yang cepat

Lyme disease polyradiculitis dan kelumpuhan karena gigitan kutu (tick-

borne)

porphyria dengan nyeri abdomen, kejang, psikosis

vasculitis neuropatia

poliomyelitis dengan demam dan tanda meningeal

CMV polyradiculitis pada pasen dengan immunokompromis

neuropatia pada penyakit kritis

miastenia gravis

Keracunan dengan organofosfat, keracunan bahan hemlock, thallium, atau

arsen

Kelumpuhan karena virus West Nile

astrositoma spinal

Penyakit Motor Neuron

Virus West Nile dapat menimbulkan penyakit neurologis yang fatal seperti

ensefalitis, meningitis, Guillain-Barre syndrome, dan mielitis anterior

17

Page 18: Gangguan Penyakit Saraf Tepi

Ensefalomielitis Mialgik Parah/Sindroma Fatig Kronik.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sistem saraf tepi adalah sistem saraf di luar sistem saraf pusat, untuk

menjalankan otot dan organ tubuh. Tidak seperti sistem saraf pusat, sistem saraf

tepi tidak dilindungi tulang, membiarkannya rentan terhadap racun dan luka

mekanis.

Sistem saraf tepi terbagi menjadi sistem saraf simpatik dan sistem saraf

parasimpatik. Perbedaan struktur antara saraf simpatik dan parasimpatik terletak

pada posisi ganglion. Saraf simpatik mempunyai ganglion yang terletak di

sepanjang tulang belakang menempel pada sumsum tulang belakang sehingga

mempunyai urat pra ganglion pendek, sedangkan saraf parasimpatik mempunyai

urat pra ganglionyang panjang karena ganglion menempel pada organ yang

dibantu.

Fungsi sistem saraf simpatik dan parasimpatik selalu berlawanan

(antagonis). Sistem saraf parasimpatik terdiri dari keseluruhan "nervus vagus"

18

Page 19: Gangguan Penyakit Saraf Tepi

bersama cabang-cabangnya ditambah dengan beberapa saraf otak lain dan saraf

sumsum sambung.

19

Page 20: Gangguan Penyakit Saraf Tepi

DAFTAR PUSTAKA

Leksmono P. Neuralgia Trigeminal, PKB III Ilmu Penyakit Saraf, Nyeri : Diagnosis dan Penatalaksanaannya, Surabaya, 1997.

Mardjono M, Sidharta P, Saraf Otak kelima atau Nervus Trigeminus dalam Neurologi Klinis Dasar, Dian Rakyat, Jakarta.

Meliala L . Neuralgia Kranial, dalam Meliala L, Suryamiharja A, Purba JS dkk, Nyeri Neuropatik: Patofisiologi dan Penatalaksanaan, 2001

20