Gambaran Umum Pelindo Padang
-
Upload
gumbert-maylda-pratama -
Category
Documents
-
view
242 -
download
0
Transcript of Gambaran Umum Pelindo Padang
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 1/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
I - 1
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara lahiriyah, Manusia selalu memiliki keinginan dan kebutuhan baik individu
maupun bersama, dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
manusia memerlukan barang yang secara ekonomi dapat menjadi pemuaskebutuhan. Perpindahan barang dari tempat produksi ke konsumen memiliki alur
dan sistem mobilitas yang baik terutama dengan barang – barang yang bersifat
barang lokal maupun komoditas internasional dari negara lain. Transportasi laut
dalam perannya sebagai moda yang mampu mengakomodir daya tampung
komoditi besar sangat diperlukan terlebih untuk komoditas besar. Dengan alur
ekspor dan impor moda laut sangat menjadi andalan dalam sistem mobilitas
barang tersebut. Jalur barat Sumatera menjadi Jalur alternatif selain Malaka yang
menjadi jalur utama alur perdagangan sudah dapat dikatakan padat dengan
tingkat perdagangan ekspor dan impor komoditas dunia yang meningkat pula.
Terutama di daerah Sumatera Barat menurut angka dari data statistik BPS pada
April 2015 nilai ekspor Sumbar melalui Pelabuhan Teluk Bayur naik 29,73 persen
dibanding bulan sebelumnya dengan total nilai mencapai mencapai US$ 148,1
juta dan mengalami tren meningkat cepat di masa yang akan datang. Pelabuhan
Teluk Bayur merupakan pelabuhan terbesar yang ada di kawasan pantai barat
Sumatera yang merupakan pelabuhan strategis menjadi pintu bagi aktivitasekspor dan impor di Sumatera Barat Sesuai dengan arahan pengembangan
Pelabuhan Teluk Bayur yang tertuang dalam Keputusan Menteri Perhubungan
No. KM 74 Tahun 2004 tentang Rencana Induk Pelabuhan Teluk Bayur yang
menetapkan Pelabuhan Teluk Bayur sebagai pelabuhan internasional dan
nasional. Dalam dokumen tersebut telah disusun tahapan pengembangan
Pelabuhan Teluk Bayur untuk jangka waktu sampai 2030 yang dipecah menjadi
tiga tahapan pengembangan.
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 2/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
I - 2
Melihat perkembangan kondisi pelabuhan saat ini, alur barang komoditas baik
kegiatan ekspor dan impor sangat ditunjang pula keberadaan akses dari tempat
produksi ke titik simpul mobilitas yakni pelabuhan Teluk Bayur itu sendiri. Untuk
menujang peran dan fungsi pelabuhan tersebut sebagai pelabuhan ekspor impor
dibutuhkan efektifitas dan efisiensi system transportasi dan lalu lintas di alur
sekitar kawasan pelabuhan. Dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada
pengguna jasa kepelabuhanan , PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero) Cabang
Teluk Bayur akan melakukan peningkatan dalam hal ini infrakstruktur akses alur
masuk ke dalam titik simpul yang seperti disebutkan di atas. Terkait
peningkatan akses tersebut maka program investasi tahun 2015 akan
dilaksanakan pekerjaan pembangunan Lini II dan pelebaran Jalan Belawan.
Menyikapi peningkatan tersebut sangat rasional sekali bagi PT. Pelindo II untuk
melakukan pengembangan Pelabuhan Teluk Bayur khusus untuk peningkatan
akses alur perdagangan sehingga arus kegiatan perdagangan baik ekspor
maupun impor di pelabuhan menjadi lebih optimal. Selain itu, ini menjadi
peluang terhadap peningkatan pendapatan PT. Pelindo II sebagai pengelola
pelabuhan serta membantu kelancaran investasi di Sumatera Barat.
Peningkatan akses tersebut dari analisis diatas menunjukan peluang investasi
yang menarik. Tapi ini perlu sebuah analisis yang lebih dalam untuk melihat
kelayakan terhadap investasi pembangunan proyek tersebut. Untuk itulah studi
ini dilakukan sebagai sebuah kajian terhadap kelayakan pembangunan
peningkatan akses jalan tersebut secara baik dari sisi finansial sampai pada
analisis dampak terhadap faktor – faktor yang lain.
1.2 Maksud dan Tujuan
a. Maksud Pekerjaan ini adalah melakukan kajian kelayakan Jalan Lini II dan
pelebaran Jalan Belawan yang menyangkut aspek teknis , ekonomi, finasial
dan dampak lingkungannya dan merekomendasikan kelanjutan rencana itu.
b. Tujuan Pekerjaan Studi Kelayakan dan SID Pembangunan Jalan Lini II dan
pelebaran Jalan Belawan di pelabuhan Teluk Bayur adalah mendapatkan
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 3/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
I - 3
kelayakan rancangan rencana geometrik, berikut rencana pelaksanaan
pembangunan dan pengoperasiannya.
1.3 Dasar Pertimbangan
Feasibility Studi Pembangunan Jalan Lini II dan pelebaran Jalan Belawan di
Pelabuhan Teluk Bayur merupakan salah satu rangkaian tahapan pengembangan
Pelabuhan Teluk Bayur. Sebagai pertimbangan analisa kegiatan, telah ada
beberapa dokumen sebagai dasar dan acuan analisis studi, terdiri dari :
1. Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 74 Tahun 2004 Tentang Rencana
Induk Pelabuhan Teluk Bayur yang menetapkan Pelabuhan Teluk Bayur
(2004)
2. Dokumen Master Plan Pengembangan Pelabuhan Teluk Bayur (2004)
3. Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) Pengembangan
Pelabuhan Teluk Bayur (2004)
1.4 Lingkup Pekerjaan
Sesuai arahan TOR / KAK , pekerjaan penyusunan Studi Kelayakan
Pembangunan Jalan Lini II dan pelebaran Jalan Belawan Pelabuhan Teluk Bayur
terdiri dari :
1. Pembuatan perencanaan yang memuat rincian rencana pelaksanaan studi,
antara lain :
A. Jadwal pelaksanaan studi
B. Keanggotaan tim studi
2. Pembuatan formulasi studi
A. Analisis data sekunder (Master Plan Pelabuhan Teluk Bayur 2004 dan
Survei Investigation dan Design tahun 2005)
B. Penelitian kualitatif
C. Metode pengumpulan data kuantitatif (survei, observasi dan
eksperimentasi)
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 4/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
I - 4
D. Analisis data primer
a)
Analisis perencanaan potensi pembangunan proyek
Analisis Bangkitan Perjalanan
Analisis Distribusi Perjalanan
Analisis Pemilihan Moda
Analisis Pembebanan Lalu Lintas kondisi sekarang dan masa
depan
b) Analisis Perencanaan Teknis Jalan
c) Analisis finanasial
Menghitung Net Present Value (NPV)
Menghitung Internal rate of Return (IRR)
Menghitung Payback Period (PP)
Hitungan lain yang terkait dengan kelayakan finansial sebuah
proyek
d) Analisis dampak ekonomi terhadap segmen usaha lain yang terkait di
lingkungan kerja Cabang Pelabuhan Teluk Bayur
Terhadap Jalanumum
Terhadap usaha terminal
e) Analisis teknis dan operasional pelabuhan
f) Analisis dampak lingkungan sosial dan budaya bagi masyarakat
sekitar terhadap pembangunan
3. Pembuatan laporan hasil studi dan presentasi hasil.
1.5 Sistematika Laporan
Sesuai dengan lingkup pekerjaan yang terdapat dalam TOR, perlu kerangka
konseptual yang tepat untuk mendapatkan hasil yang baik terhadap studi
kelayakan pembangunan Jalan Lini II dan pelebaran Jalan Belawan Pelabuhan
Teluk Bayur. Dari kerangka konsep ini akan disusun sitematika laporan.
Sistematika laporan menjelaskan desain secara konsep dari alur pelaporan
pekerjaan yang tertulis dalam laporan studi kelayakan, dan ini dapat dilihat pada
uraian berikut ini.
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 5/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
I - 5
I.
Analisis Kondisi Pelabuhan dan Rencana Pengembangan
Pelabuhan Teluk Bayur
A. Pendahuluan
1. Latar belakang
2. Maksud dan tujuan
3. Lingkup pekerjaan
4. Kerangka konseptual kajian
B. Analisis Kondisi Pelabuhan Teluk Bayur dan Rencana
Pengembangan
1. Letak geografis
2. Kondis Pelabuhan Teluk Bayur saat ini
3. Arah pengembangan Pelabuhan Teluk Bayur
4. Rencana pengembangan Lini II - Pembangunan jalan Belawan
II.
Analisis Teknis, Manajemen Organisasi dan Operasional Lini II -
Pembangunan jalan Belawan
A. Analisa Perencanaan Transportasi berkaitan dengan Lalu
Lintas
1. Analisa Bangkitan Perjalanan Alur Perdagangan
2. Analisa Distribusi Perjalanan Asal dan Tujuan Perjalanan Barang
3. Analisa Pemilihan Moda Angkutan Barang
4. Analisa Kinerja Lalu Lintas
B. Analisa Perencanaan Teknis Jalan
1. Analisa Kontruksi Desain Awal
2. Perencanaan Geometrik Jalan
3. Perencanaan Perkerasan Jalan
4. Perencanaan Kelengkapan wajib dan pendukung jalan
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 6/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
I - 6
III. Analisis dan Evaluasi Finansial
1.
Total investasi awal
2. Sumber pembiayaan investasi
3. Proyeksi biaya operasional Lini II - Pembangunan jalan Belawan
4. Proyeksi pendapatan
5. Tinjauan keuangan (Financial Analysis)
NPV
BCR
IRR
IV. Analisis Dampak Pembangunan Lini II - Pembangunan jalan
Belawan
A. Dampak Ekonomi terhadap Operasional Jalan
1. Dampak terhadap operasional Jalanumum
2. Dampak terhadap pendapatan dan usaha Jalan umum
B.
Dampak Lingkungan, Sosial dan Budaya
1. Aspek Lingkungan
Rona awal lingkungan
Dampak terhadap lingkungan
2. Aspek sosial dan budaya
Rona awal sosial dan budaya masyarakat
Dampak terhadap sosial dan budaya masyarakat
3. Evaluasi dampak
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 7/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
I - 7
Gambar 1.1
Gambar. 1.1 Kerangka konseptualStudi Kelayakan Pembangunan Jalan Lini II dan pelebaran Jalan Belawan
Pelabuhan Teluk Bayur
Bab IPendahuluan
Bab IIGambaran Umum
Analisis Perencanaan Transportasialur perdagangan
Bab IV Analisis PerencanaanTransportasi dan Lalu
Analisis Proyek dan PerencanaanTeknis Jalan
Bab X Analisis Dampak
Lingkungan dan Sosial
Bab V Analisis Perencanaan
TeknisPembangunan Jalan
Analisis dan EvaluasiFinansial
Bab VII
Analisis Finansial
Analisis DampakProyek
Bab IXDampak Ekonomi
Jalan
Studi Kelayakan Pembangunan Jalan Lini II danPelebaran Jalan Belawan Pelabuhan Teluk Bayur
Analisis Kondisi Pelabuhan danRencana Pengembangan
Bab IIIMetodologi
Kesimpulan dan SaranBab XI
Kesimpulan dan Saran
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 8/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
II - 1
BAB II
GAMBARAN UMUM WILAYAH
2.1
Profile Provinsi Sumatera Barat
Provinsi Sumatera Barat adalah salah
satu provinsi di Indonesia yang terletak dipulau Sumatera dengan Kota Padang sebagai
ibukota provinsi. Sesuai dengan namanya, wilayah
provinsi ini menempati sepanjang pesisir barat
Sumatera bagian tengah dan sejumlah pulau
seperti Kepulauan Mentawai.
Secara geografis Provinsi Sumatera Barat terletak antara 0º54’ LU - 3º30’ LS
serta 98º36’ BT - 101º53’ BT dan dilalui garis katulistiwa (garis lintang nol
derajat/garis equator). Wilayah ini mempunyai batas-batas sebagai berikut :
Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Sumatera Utara;
Sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Bengkulu;
Sebelah Timur berbatasan dengan Provinsi Riau dan Jambi; dan
Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia.
Dengan letak tersebut menjadikan provinsi ini sebagai gerbang masuk wilayah
barat Indonesia yang didukung oleh prasarana baik transportasi darat, laut dan
udara yang memadai, seperti jalan nasional Trans Sumatera, Bandara
Internasional Minangkabau (BIM), maupun pelabuhan laut Internasional Teluk
Bayur. Provinsi ini juga termasuk dalam pengembangan Kawasan Ekonomi Sub
Regional (KESR) segitiga pertumbuhan Indonesia-Malaysia-Thailand (IMT-GT).
Luas daratan Provinsi Sumatera Barat ± 42.297,30 km² dan luas perairan (laut)
± 52.882,42 km² dengan panjang pantai wilayah daratan ± 375 km ditambah
panjang garis pantai kepulauan mentawai ± 1.003 km, sehingga total garis
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 9/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
II - 2
pantai keseluruhan ± 1.378 km. Perairan laut ini memiliki 375 pulau-pulau kecil
dengan jumlah pulau terbanyak yaitu 323 pulau berada di Kabupaten Kepulauan
Mentawai.
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 10/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
II - 3
G a m b a r 2 . 1 : P e t a S a r a n a T r a n s p o r t a s i S u m a t e r a B a r a t
S u m b e r : R T R W P r o v . S
u m a t e r a B a r a t
2 0 0 9 - 2 0 2
9
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 11/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
II - 4
2.2 Profile Pelindo II Teluk Bayur
Pelabuhan Teluk Bayur adalah salah satu pelabuhan yang terdapat di Kota
Padang, provinsi Sumatera Barat.
Secara geografis Pelabuhan Teluk Bayur terletak antara 01 00/ 04″ LS, 100 19/
03″ BT dan memiliki lahan seluas 534 Ha.
Pelabuhan ini berfungsi sebagai pintu gerbang antar pulau serta pintu gerbang
arus keluar masuk barang ekspor-impor dari dan ke Sumatera Barat.
Pelabuhan Teluk Bayur merupakan pelabuhan samudera yang terbuka untuk
kegiatan perdagangan internasional. Pelabuhan ini memiliki beberapa kawasan
yang merupakan sentra kegiatan ekonomi di Sumatera Barat meliputi Muara
Padang dan Air Bangis.
Gambar 2.2 : Kondisi Pelabuhan Teluk Bayur Tahun 2015
Sejalan dengan upaya pemerintah daerah untuk pengembangan ekonomi
regional, Pelabuhan Teluk Bayur terus berbenah dan secara berkelanjutan
melengkapi dirinya dengan berbagai sarana dan prasarana yang mampu
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 12/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
II - 5
mendukung percepatan serta kelancaran kegiatan pelayanan kapal dan barang.
Saat ini pelabuhan Teluk Bayur telah dilengkapi dengan peralatan modern yang
mampu menangani berbagai jenis barang antara lain barang curah seperti batu
bara, semen, klinker, CPO serta komoditas yang menggunakan petikemas seperti
kayu manis, teh, moulding, furniture dan karet yang merupakan komoditas
unggulan ekspor ke Amerika Serikat, Eropa, Asia, Australia dan Afrika
Lokasi Pelaksanaan Pekerjaan studi kelayakan dan SID pembangunan jalan lini II
dan pelebaran jalan Belawan di pelabuhan Teluk Bayur ini berada di area PT.
PELINDO II ( Persero ) Cabang Teluk Bayur Sebagaimana gambar berikut :
Gambar 2.3 : Peta lokasi perencanaan jalan Lini II dan jalan Akses
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 13/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
III - 1
BAB III
METODOLOGI
3.1
UMUM
Gambar 3.1 Bagan Alir Penelitian
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 14/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
III - 2
Metodologi penelitian merupakan kerangka pendekatan pola pikir dalam
penyusunan penelitian yang sangat dibutuhkan untuk mengkaji sesuatu sebagai
proses dalam penyusunan studi ini dan untuk mencapai sasaran yang diinginkan.
Penyusunan metodologi yang dapat disampaikan dalam studi ini langsung
ditekankan kepada sejauh mana dampak dan manfaat pembangunan secara
langsung maupun tidak langsung terhadap aktifitas pelabuhan itu sendiri. Secara
umum atau secara garis besar kajian analisis ini dapat dilihat secara garis besar
ialah :
A. Pekerjaan Studi Kelayakan
B. Pekerjaan Survei Investigasi dan Desain (SID)
C. Pelaporan
3.2
PENGUMPULAN DATA
3.2.1
Pengumpulan Data Sekunder
Pada Tahap ini dilakukakan dalam rangka pengumpulan data yang diperlukan
untuk desain jalan dan analisis transportasinya. Pada dasarnya data yang
dikumpulkan semaksimal mungkin diusahakan dari sumber sekunder, survei
primer hanya dilakukan jika data dengan kondisi nyata di lapangan.
Inventarisasi data yang dibutuhkan untuk melakukakan beberapa kajian dan
analisis antara lain :
a. Data Sosial Ekonomi, yaitu data kewilayahan dan penggunaan lahan,
kepadatan dan persebaran penduduk, karkteristik penduduk, PDRB, serta
kegiatan ekonomi.
b. Data Jaringan Lalu Lintas maupun jaringan Transportasi, yaitu kondisi dan
tingkat pelayanan jaringan transportasi yang berada di dalam daerah studi,
baik ruas maupun simpul pada moda transportasi yang dioperasikan (jalan,
laut, sungai dan udara), perasi dan kinerja jaringan transportasi dan
permintaan perjalanan orang dan barang. (matrik asal tujuan perjalanan)
c. Dokumen perencanaan termasuk RTRW/RUTR dan investasi dari pihak
swasta.
d. Data-data tata ruang yang meliputi data penggunaan lahan per jenis
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 15/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
III - 3
kegiatan berikut intensitasnya pola penyebaran lokasi kegiatan, besaran
penggunaan ruang dan pola kegiatannya.
e. Data lalu lintas, yang merangkum karakteristik perjalanan di daerah yang
akan di studi. Data tersebut meliputi kecepatan, volume lalu lintas, waktu
perjalanan, hambatan perjalanan, dan rute pelayanan baik angkutan orang
maupun angkutan barang.
f. Data kondisi geografis/ tanah, yang meliputi data topografi, keberadaan
hembatan alam (sungai, bukit, daerah rawan patahan dll) dan daya dukung
tanah di sekitar lokasi trase rencana jalan dan sekitarnya.
3.2.2 Pengumpulan Data Primer
Data primer adalah data yang didapatkan langsung dari lapangan sesuai
dengan kondisi saat ini. Data primer dapat diperoleh dengan melakukan survei-
survei yang dilakukan langsung di daerah studi. Survei-survei tersebut antara
lain adalah:
a. Survei Pencacahan Volume Lalu Lintas Terklasifikasi (Traffic Counting )
Tujuan dari survei pencacahan volume lalu lintas terklasifikasi adalah untuk
mendapatkan jumlah dan jenis kendaraan yang melewati ruas jalan pada
lingkup studi dengan satuan smp/jam. Survei ini dimaksudkan untuk
mengetahui tingkat kepadatan lalu lintas pada ruas jalan berdasarkan
volume lalu lintas terklasifikasi, arah arus lalu lintas, dan jenis
kendaraannya dalam satuan waktu tertentu yang dilakukan dengan
pengamatan langsung di lapangan.
b. Survei Kecepatan Perjalanan Dengan Metode Pengamatan Kendaraan
Bergerak (Moving Car Observer (MCO )) dan Survei Kecepatan Perjalanan
Dengan Metode Pengamatan Kendaraan Mengambang (Floating Car
Observer (FCO)).
Tujuan dari survei ini untuk mendapatkan data kecepatan dan waktu
tempuh perjalanan.
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 16/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
III - 4
c. Survei Inventarisasi
Tujuan dari survei inventarisasi adalah untuk mendapatkan:
1. Informasi kondisi ruas jalan;
2. Informasi kondisi persimpangan.
d. Survei Occupancy
Tujuan survei untuk mengetahui tingkat faktor muat masing – masing
moda kendaraan.
e. Survei kelayakan teknis
Dilakukakan untuk mengetahui kondisi tknis di lokasi rencana jalan.Kelayakn teknis yang dimaskud dapat beruupa kelaikan trase jalan untuk
operasional transportasi kendaraan, aksesibilitas, seta sarana dan
prasarana penunjang jalan. Pada analisis kelayakan teknis ini juga memuat
desain awal sebuah jalan yang baru.
f. Survei Topografi
Untuk kondisi permukaan dasar tanah dilakukan survei topografi berupa
pengukuran langsung di lapangan untuk mendapatkan data dasar/primer.
Tujuan kegiatan survei topografi adalah memberikan gambaran umum dan
pengenalan mengenai keadaan area rencana sekaligus menggambarkan
situasi /layout jalan rencana yang akan dijadikan patokan untuk trase
rencana jalan tersebut.
Ruang Lingkup yang akan dijadikan patokan topografi adalah :
- Penentuan titik
- Pemasangan
- Bench mark- Pengukuran kerangka dasar pemetaan
- Pengukuran situasi detail rencana
- Pengukuran trase
- Penghitungan dan penggambaran draft sementara elevasi jalan
- Gambar peta topografi
g. Survei penyelidikan tanah
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 17/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
III - 5
Sebelum pelaksanaan penyelidikan tanah, pihak konsultan harus
menyampaikan usulan kepada pemberi tugas untuk mendapatkan
persetujuan mengenai teknis pelaksanaannya. Penyelidikan tanah itu perlu
dilakukan untuk memperoleh parameter tanah dan batuan tersebut, sifat
kompabilitas lapisan tanah dan sifat teknis lainnya. Dari hasil investigasi ini
didapatkan profil lapisan tanah / batuan yang meliputi :
- Boring N-SPT dan Sondir
Jumlah titik bor soil investigasi pada area yang disepakati dengan
pemberi tugas adalah dengan melakukan survei pada areal tersebut
dengan titik kedalaman 50 m dan titik sondir 8 titik harus dengan
sampel undisturb dengan interval kedalaman setiap 3 meter dan
pengujian dengan standard penetration tes .
- Pengujian Laboratorium
Pengujian ini untuk sampel tanah dan batuan yang didapat dengan
indeks propertis tanah dan batuan dan pengujian kuat geser tanah.
Pengujian konsolidasi (consolidation test).
Diperlukan untuk memperoleh nilai koefisien konsolidasi Cc dan Cv yang
selanjutnya dipergunakan untuk memprediksi lamanya konsolidasi dan
besarnya settlement pada periode waktu tertentu.
3.3 METODE ANALISIS
3.3.1 Perencanaan Transportasi
1) Tahap Peramalan Transportasi
Tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut :
a. Bangkitan Perjalanan (Trip Generation)
Tahap ini bertujuan mempelajari dan meramalkan besarnya bangkitan
pergerakan dengan mempelajari beberapa variasi hubungan antara ciri
pergerakan dengan lingkungan tata guna lahan. Pada tahapan ini
biasanya digunakan data berbasis zona untuk memodel besarnya
pergerakan yang terjadi (baik bangkitan maupun tarikan), misalnya tata
guna lahan, pemilihan kendaraan, populasi, jumlah pekerja, kepadatan
penduduk, pendapatan dan juga moda transportasi yang digunakan.
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 18/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
III - 6
Ofyar Z. Tamin (1997) menyatakan bahwa untuk memperkirakan
jumlah bangkitan perjalanan masa mendatang diperlukan suatu model:
Gambar 3.2 Bangkitan Dan Tarikan Perjalanan
b. Distribusi Perjalanan (Trip Distribution)
Distribusi perjalanan merupakan proses yang berhubungan dengan
jumlah asal dan tujuan perjalanan tiap zona dalam daerah studi. Pada
tahap ini mempertimbangkan penetapan hubungan interaksi antara
sejumlah zona berdasarkan bangkitan dan tarikan perjalanan yang telah
dilakukan pada tahap sebelumnya.
Dasar pemikiran distribusi perjalanan adalah mengestimasikan volume
perjalanan orang antar zona (Tid) berdasarkan produksi perjalanan dari
tiap zona i dan daya tarik dari zona d serta kendala antar zona (Fid).
Masukan produksi dan tarikan diperoleh dari tahap bangkitan
perjalanan. Prakiraan kendala antar zona untuk tahun rencana
diperoleh dari spesifikasi rencana transportasi, diantaranya adalah
jarak, waktu dan biaya perjalanan.
Gambar 3.3 Sebaran Pergerakan Antar Dua Zona
i d
pergerakan yang menuju
ke zona d pergerakan yang berasal
dari zona i
di
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 19/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
III - 7
c.
Pemilihan Moda (Moda Split)
Pelaku perjalanan dapat memilih diantara pilihan penggunaan moda,
seperti kendaraan umum, kendaraan pribadi, sepeda motor, dan
kendaraan tidak bermotor. John Black (1981) Menyatakan bahwa dalam
analisis pemilihan moda dapat dilakukan pada tahap yang berbeda-
beda dalam proses pemodelan. Pendekatan model sangat bervariasi
tergantung pada tujuan perencanaan transportasi. Proses pemilihan
moda dilakukan setelah tahap distribusi perjalanan dan akan
dilanjutkan pada tahap pembebanan lalu lintas, Prosesnya diilustrasikan
sebagai berikut :
Keterangan :
G = Trip Generation (Tahap Bangkitan Perjalanan)D = Trip Distribution (Tahap Distribusi Perjalanan)MS = Moda Split (Pemilihan Moda) A = Trip Assignment (Tahap Pembebanan Lalu Lintas)
d. Pembebanan Perjalanan (Trip Assignment)
Ofyar Z. Tamin (1997) menyatakan bahwa tahap pembebanan
perjalanan memerlukan data masukan berupa matrik asal tujuan
perjalanan, kapasitas jalan, dan karakteristik jaringan seperti jarak dan
waktu tempuh antar zona. Matrik yang dibebankan berbentuk
perjalanan perjam atau smp (satuan mobil penumpang) perjam. Bentuk
keluaran dari proses pembebanan ini berupa arus kendaraan tiap ruas
atau biaya dan waktu tempuh perjalanan.
Tujuan proses pembebanan ini adalah:
a) Untuk mengestimasi volume lalu lintas pada ruas-ruas jalan di
dalam jaringan jalan dan persimpangan bila memungkinkan.
G D AMS
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 20/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
III - 8
b) Untuk memperoleh estimasi biaya perjalanan antara asal perjalanan
dan tujuan perjalanan yang digunakan pada model distribusi
angkutan perjalanan dan pemilihan moda.
Untuk memudahkan proses, selanjutnya pembebanan perjalanan
dibantu dengan menggunakan perangkat lunak software transportasi
yang merupakan salah satu program aplikasi komputer untuk
mempunyai kemampuan pemodelan peramalan permintaan perjalanan
(Demand Transport Forecasting Model ). Tahapan dalam proses
pembebanan menggunakan perangkat lunak software transportasi
dapat dilihat pada gambar 3.4 di bawah ini.
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 21/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
III - 9
Gambar 3.4 Bagan Alir Pembebanan Dengan Menggunakan Software
MULAI
DATA PERMINTAAN LALU LINTASOD MATRIK
DATA JARINGAN JALAN1. Peta Jaringan Jalan2. Peta Jaringan Trayek3. Data Japasitas Jalan4. Data Panjang Jalan5. Data Waktu Tempuh6. Data Saturation Flow
MASUKAN DATA
PENGALIHAN RUTEKENDARAAN BERATPENGALIHAN RUTE BUS
FILE CON1. Rute Angkutan
Umum2. Jumlah Iterasi3. Data yang ingin
dicetak
FILE DEM1. Arus Antar Zona
(kend/jam)2. Jenis Kendaraan
(car, bus, lorry)
FILE NET1. Jarak
2. Waktu Tempuh3. Saturation Flow4. Kodifikasi Jaringan5. Nilai smp6. Koefisien BBM
PROSES SOFTWAREFILE CFG
FILE RTE
Rute PembebananLalu Lintas
FILE RES
1. V/C Ratio2. Kepadatan3. Antrian4. Hambatan5. Kecepatan6. Konsumsi BBM
FILE PAF
Udescs(untuk mengecek data)
SELESAI
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 22/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
III - 10
Paket aplikasi Software transportasi juga menggunakan suatu proses
iterasi yang agak berbeda dengan paket aplikasi lainnya dalam
memperkirakan pola rute, arus lalu lintas, antrian dan hambatan-
hambatan yang terjadi pada suatu jaringan. Prinsip kerja Software
transportasi dalam pendistribusian perjalanan adalah menggunakan
lintasan terpendek dengan asumsi para pengemudi telah mengenal
kondisi lalu lintas, sehingga dapat memilih rute asal tujuan dengan
lintasan minimum kecuali untuk rute angkutan umum yang telah
mempunyai rute tetap.
Metode yang digunakan adalah menggunakan metode “ All or Nothing
Capacity Restraint ” dimana pembebanan dilakukan dengan cara paket
demi paket kedalam lintasan minimum, kemudian akan menghasilkan
suatu pola lalu lintas tertentu pada jaringan yang digunakan untuk
iterasi berikutnya ketik masing-masing paket dibebankan kembali
kedalam lintasan minimum yang baru.
Sebelum melakukan langkah-langkah lebih lanjut diperlukan suatu
pengkodean jaringan jalan (Kodefikasi), yaitu sebagai berikut:
a) Kodefikasi persimpangan atau simpul, terdiri dari :
(1) Persimpangan prioritas ( G3e-Way Junction ) dengan kode 31,
32, 33 dan seterusnya.
(2) Persimpangan tidak dikendalikan dengan kode 51, 52, 53 dan
seterusnya.
(3) Persimpangan bersinyal dengan kode 21, 22, 23 dan seterusnya.
b) Kodefikasi ruas jalan.
Maksimal 4 digit, hanya dengan menambahkan satu angka
dibelakang angka simpul atau persimpangan tersebut. Sebagai
contoh 511 (ruas ke satu pada persimpangan ke satu jenis
persimpangan tidak dikendalikan).
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 23/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
III - 11
c) Kodefikasi zona asal dan zona tujuan (maksimal 5 digit), yaitu:
(1) Zona asal digunakan 4 digit dengan kode seperti 5001 (zona
asal 1 sebagai zona asal)
(2) Zona tujuan digunakan 4 digit dengan kode seperti 9001 (zona1
sebagai zona tujuan)
Sedangkan data yang diperlukan dalam pemasukan ke program
Software transportasi ini adalah sebagai berikut:
a) Data jaringan jalan yang meliputi :
a. Panjang tiap-tiap ruas jalan;
b. Waktu perjalanan tanpa hambatan setiap ruas jalan;
c. Arus jenuh (saturation flow).
b) Data ruas jalan yang dibagi dalam tiga jenis, yaitu:
a. Ruas jalan yang persimpangan mempunyai lampu lalu lintas
(APILL);
b. Ruas jalan yang persimpangannya prioritas;
c. Ruas jalan yang persimpangannya tidak dikendalikan.
c) Data permintaan lalu lintas
Software transportasi membutuhkan data permintaan lalu lintas
pergerakan asal tujuan (kend/jam) yang didapat dari O/D matrik
perjalanan tiap-tiap zona dimana pendistribusiannya berdasarkan
kelas kendaraan yaitu “C” car (sedan/jeep/kendaraan pribadi), “B”
bus (bus), “L” lory (kendaraan barang). Adapun distribusi
perjalanan asal tujuan dengan berdasarkan moda atau kendaraan
yang dipergunakan berdasarkan moda split daerah studi.
d) Data mengenai jumlah iterasi yang diinginkan (kartu 50) dan data
yang berkaitan dengan sistem pengendalian persimpangan untuk
masing-masing persimpangan berlampu lalu lintas :
(1) Waktu yang hilang;
(2) Jumlah tahap;
(3) Waktu hijau efektif;
(4) Waktu siklus.
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 24/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
III - 12
Langkah selanjutnya setelah dilakukan Kodefikasi dan pengumpulan
data-data yang diperlukan dalam pemasukan ke program Software
transportasi kemudian dilakukan pemasukan data atau proses input.
Teknik pemasukan data yang dimaksud disinii adalah teknik pemasukan
data seacara konvensional dengan menggunakan kartu berlubang
(Punched Card ). Adapun teknik pengolahan data tersebut dapat
diuraikan sebagai berikut:
a) Memasukan data jaringan jalan dan waktu perjalanan (Network and
Time), terdapat sepuluh kartu yang berkaitan deengan jaringan
jalan dan waktu perjalanan ini dimulai dari kartu judul (tidak
bernomor), kartu nomor 1 sampai dengan 10 (kartu 2 tidak
digunakan), penjelasan terhadap kartu-kartu terdapat pada tabel
3.1 sebagai berikut :
Tabel 3.1 : Tabel Pemasukan Data Jaringan Jalan
Nomor
Kartu
Kartu Judul Data
1 Waktu Interval
2 Tidak Digunakan
3 Zona Asal
4 Ruas yang tidak dikendalikan (Uncontrolled)
5 Ruas yang dikendalikan prioritas (G3e Way Link)
6 Ruas yang dikendalikan oleh lampu lalu lintas
7 Waktu yang hilang (Loss Time)
8 Kartu Pengubah (Change of Mind)
9 Kelas Kendaraan (Vehicle Classes)
10 Konsumsi Bahan Bakar (Fuel Consumption)
Sumber : SOFTWARE TRANSPORTASI USER GUIDE
b) Memasukan data permintaan lalu lintas (Traffic Demand), terdapat
tiga buah kartu yang berkaitan dengan permintaan lalu lintas ini.
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 25/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
III - 13
Penjelasan umum terhadap kartu tersebut adalah terdapat pada
tabel 3.2.
Tabel 3.2 : Tabel Pemasukan Data Permintaan Lalu Lintas
No Kartu Isi Kartu
1 Judul Kartu
2 Permintaan Asal Tujuan
Untuk memasukkan data
yang berkaitan dengan
permintaan dari zona asal
ke zona tujuan
3 Kartu PengubahUntuk memodifikasi data
tanpa mengubah data asli
c) Memasukan data dan sistem penegedalian (Control Data), terdapat
15 kartu yang berkaitan dengan data sistem pengendalian dan
nomor-nomor kartu yang digunakan diidentifikasikan mulai dari
kartu judul (tidak bernomor), kartu 50 sampai kartu 85.
d) Teknik eksekusi, untuk menggunakan aplikasi Software transportasi
pemakai harus memasukan data-data yang telah diuraikan
sebelumnya kedalam tiga kelompok file, yaitu :
(1) Data yang berkaitan dengan jaringan jalan yang harus disimpan
di dalam suatu file khusus (Network File) dengan format nama
file sebagai berikut :
(2) Data yang berkaitan dengan permintaan lalu lintas disimpandalam file khusus (Traffic Demand File) dengan format nama file
data sebagai berikut :
(3) Data yang berkaitan dengan data sistem pengendalian disimpan
dalam file khusus (Traffic Control File) dengan format nama file
data sebagai berikut:
(4) File data input tersebut diatas harus digabungkan dengan file -
file keluaran (out put file) di dalam suatu konfigurasi tersebut
adalah sebagai berikut :
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 26/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
III - 14
Cara mengisi dan membuat file konfigurasi tersebut adalah
sebagai berikut:
Output file yang memiliki ekstension.RES merupakan tempat bagi
Software transportasi untuk menyimpan hasil dari proses eksekusi,
sedangkan ekstension.RTE merupakan tempat bagi Software
transportasi hasil rute yang digunakan, output yang memiliki
ekstension.PAF berguna untuk menyimpan hasil Software transportasi
agar dapat dianalisis lebih lanjut dengan menggunakan program
analisis hasil Software transportasi yang disebut dengan programUfdesc-5 (User Friendly Post Analysis System for Software transportasi ).
Cara menggunakan program Software transportasi untuk eksekusi data
yang telah dimasukan, mengetik perintah seperti berikut:
Hal ini dapat terlaksana apabila kita telah menyimpan file konfigurasi
Software transportasi .CFG sebagaimana yang telah diuraikan
sebelumnya.
Dari keseluruhan proses yang telah diuraikan diatas maka keluaran
yang dihasilkan oleh Software transportasi mancakup antara lain:
a) Arus lalu lintas pada jaringan jalan;
b) Hambatan (delay) dan antrian (queues) pada masing-masing ruas
jalan;
c) Kecepatan rata-rata pada tiap ruas jalan;
d) Pemakaian bahan bakar.
Rumus matematis yang digunakan dalam Software transportasi antara
lain adalah :
a) Ukuran Paket Kendaraan
Ukuran paket kendaraan untuk setiap pasangan titik asal – tujuan
dihitung secara otomatis oleh Software transportasi berdasarkan
pertimbangan terhadap permintaan lalu lintas yang terjadi selama
periode analisis dan besarnya paket kendaraan ini konstan (tetap)
untuk keseluruan interval waktu.
Rumus ukuran paket kendaraan tersebut adalah sebagai berikut:
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 27/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
III - 15
Sumber : SOFTWARE TRANSPORTASI USER GUIDE
Keterangan :
P = Ukuran paket kendaraan
F = Faktor pengubah
( Change of Mind Factor ) biasanya 100 %Flow (i) = Jumlah kendaraan pada interval i
b) Menghitung Hambatan
Perhitungan hambatan pada link (termasuk hambatan dalam
persimpangan), Software transportasi membaginya atas tiga jenis
hambatan sebagaimana diuraikan di bawah ini :
(1) Hambatan Karena Melampaui Arus Jenuh (Oversaturation Delay)
Hambatan ini diterapkan pada semua jenis link dan merupakan
hambatan yang ditimbulkan sebagai akibat dari volume lalu
lintas yang dibebankan telah melampaui arus jenuh.
(2) Hambatan Waktu Merah
Hambatan ini diterapkan pada setiap link yang persimpangannya
dikendalikan oleh lampu pengatur lalu lintas (traffic light). Red +
Random Delay ini dihitung untuk suatu interval waktu dimana
suatu paket kendaraan telah siap untuk berangkat
meninggalkan link.
Rumus yang digunakan untuk perhitungan ini adalah :
Sumber : SOFTWARE TRANSPORTASI USER GUIDE
Keterangan :
C = Waktu siklus pada link (Cycle Time)Q = Jumlah Kendaraan maksimum yang dapat
dilepas
S = Arus jenuh pada link
c ( 1 – Q / s )2
d = + 36 ( 5 q’’ / Q – 4 )2
2 ( 1 – q’ / s )
{ flow (i) }
[ { flow (i) } ]
P = 1,14 * F *
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 28/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
III - 16
q’ = Minimum ( q,Q )
q’’ = 0,8 Q { jika q < 0,8 Q, atau= minimum ( q,Q ) { jika q > 0,8 Q }
q = Jumlah antrian awal dari suatu interval waktu
tertentu dan estimasi arus pada link
(3) Hambatan random ( Random Delay )
Hambatan ini diterapkan pada link yang persimpangannya
dikendalikan dengan sistem prioritas (g3eway ). Dalam Software
transportasi hambatan ini dihitung dengan menggunakan rumus
teori antrian seperti berikut :
Sumber : SOFTWARE TRANSPORTASI USER GUIDE
Keterangan : q’ = Minimum ( q, 0,95 Q )
c) Konsumsi Bahan Bakar
Software transportasi dapat digunakan untuk mengestimasikan
bahan bakar yang dikonsumsi, oleh masing-masing kelas kendaraan
yang bergerak di dalam arus lalu lintas pada suatu jaringan jalan
yang sedang kita kaji. Rumus yang digunakan untuk menghitung
konsumsi bahan bakar kendaraan kelas i dalam mili-liter adalah
seperti berikut :
Sumber : SOFTWARE TRANSPORTASI USER GUIDE
Keterangan :
Fi = Konsumsi bahan bakar kendaraan i (mili-liter) V = Kecepatan perjalanan kendaraan (meter / detik)
Ai,Bi,Ci = Koefisien-koefisien sebagai berikut :
d = q’ / 2 Q ( Q – q’ )
Fi = Ai – Bi / V + Ci V2
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 29/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
III - 17
Tabel 3.3 : Koefisien Bahan Bakar
Jenis Kendaraan A B C
Sedan (C) 0,024 0,361 0,000057
Bis (B) -0,040 2,272 0,000334
Truk (L) -0,040 2,272 0,000334
Sumber : SOFTWARE TRANSPORTASI USER GUIDE
d) Total Time Spent (Kendaraan – Jam)
Kendaraan – Jam didapat dari (jumlah kendaraan yang dating XWaktu tempuh) + (rata-rata antrian X lama waktu interval X
proporsi kedatangan kendaraan kelas kendaraan).
e) Total Travel Distance (Kendaraan – Km)
Kendaraan – Km didapat dari (jumlah kedatangan kelas kendaraan
X panjang link).
f) Kecepatan Rata-rata Kendaraan (Km/Jam)
Merupakan rata-rata kecepatan dari suatu kendaraan yang bergerak
di sepanjang link berdasarkan pada waktu arus bebas dan waktu
rata-rata antrian.
g) Delay = [1/2 (iniial queue + final queue)]
Initial queue adalah jumlah unit kendaraan yang mengantri pada
link pada awal interval waktu. Final queue adalah jumlah unit
kendaraan yang mengantri pada akhir interval waktu.
2) Analisa Kondisi Lalu Lintas Eksisting (Tahun 2015)
Analisa kondisi lalu lintas pada kondisi eksisting tahun 2015 dapat dilakukan
dengan melakukan pembebanan lalu lintas. Analisa pembebanan lalu lintas
dilakukan untuk mengetahui jumlah beban pada ruas jalan dan simpang.
Model pembebanan yang dipakai adalah pembebanan dengan
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 30/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
III - 18
menggunakan bantuan software transportasi.Keluaran software
transportasi yang dipergunakan untuk membandingkan tiap kondisi
eksisting dan kondisi tahun rencana jaringan jalan, mencakup:
a. V/C Ratio, yaitu perbandingan antara volume dengan kapasitas pada
suatu ruas jalan yang menunjukan tingkat pelayanan dari kinerja ruas
jalan. Karakteristik tingkat pelayanan dijelaskan pada tabel 3.4.
Tabel 3.4 : Karakteristik Tingkat Pelayanan
Sumber : Keputusan Menteri Perhubungan No. 14 tahun 2006
3.3.2
Perencanaan Teknis Pembangunan jalan
a. Analisis Geometri Jalan
Analisis ini terdiri dari ;
Alinyemen horizontal
TINGKAT
PELAYANAN KARAKTERISTIK OPERASI TERKAIT
A Arus bebas
Kecepatan perjalanan rata-rata > 80 Km/jam
V/C ratio < 0,6
B
Arus stabil
Kecepatan perjalanan rata-rata turun s/d > 40Km/jam
V/C ratio < 0,7
C
Arus stabil
Kecepatan perjalanan rata-rata turun s/d > 30
Km/jam V/C ratio < 0,8
D
Mendekati arus tidak stabil
Kecepatan perjalanan rata-rata turun s/d > 25Km/jam
V/C ratio < 0,9
E
Arus tidak stabil, terhambat, dengan tundaan yangtidak dapat ditolerir
Kecepatan perjalanan rata-rata sekitar 25 Km/jam
Volume pada kapasitas
F Arus tertahan, macet
Kecepatan perjalanan rata-rata < 15 Km/jam
V/C ratio permintaan melebihi 1
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 31/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
III - 19
Alinyemen vertical
alinyemen ini bertujuan untuk mengevaluasi kesesuaian
geometric jalan ekisiting
Kapasitas jalan, bersama – sama dengan hasil analisis lalu lintas
bertujuan untuk mengevaluasi kinerja jalan.
b. Analisis Lapis perkerasan
Untuk mengevaluasi kondisi jalan eksisiting
c. Analisis Hidrologi
Untuk mengevaluasi kondisi jalan sekitar berkaitan tentang drainase
dan daya serap air.
d. Perancangan Teknis
Perancangan teknis adalah tahap menciptakan desain produk dari
alternate solusi terpilih sebagai panduan dalam melaksanakan
pekerjaan di lapangan. Setiap detail perencanaan yang berlaku ,
spesifikasi teknis dan dasar hukum yang mengaturnya. Produk yang
akan dhasilkan dari studi perencanaan peningkatan jalan:
Perencanaan geometrk jalan;
Perenanaan peningkatan jalan;
Perencanaan struktur perkerasan jalan;
Perencanaan bangunan pelengkap jalan;
Gambar rencana;
Estimasi volume dan biaya pekerjaan (spesifikasi, RAB dan Time
Schedule)
3.3.3. Analisis Finansial dan Kelayakan Ekonomi
Kriteria kelayakan ekonomi ini pada dasarnya dikembangkan dalam usaha
mencari suatu “kriteria” yang dapat menggambarkan tingkat kelayakan
perencanaan dari aspek ekonomi. Dalam analisis kelayakan ekonomi
dilakukan analisis cash flow untuk mengetahui seberapa besar biaya dan
manfaat dari perencanaan yang terjadi apabila proyek tersebut
diterapkan. Tinjauan Aspek Ekonomi yang digunakan adalah:
a. Analisis Manfaat Studi (Benefit Cost)
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 32/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
III - 20
1) Penghematan Waktu Tempuh (Time Saving Cost)
Penghematan atas waktu merupakan salah satu manfaat utama dari
perencanaan transportasi. Pengalihan sebagian arus lalu lintas pada
kawasan yang padat lalu lintas ke kawasan yang tidak padat lalu
lintasnya sehingga dapat mempersingkat waktu perjalanan karena
dapat meningkatkan kecepatan rata-rata kendaraan secara
keseluruhan.
Perhitungan nilai waktu perjalanan dengan menggunakan metode
income approach . Metode tersebut memperhitungkan faktor Produk
Domestik Bruto (PDRB) tiap orang dan jam kerja tahunan tiap orang.
Rumus yang digunakan dalam perhitungan nilai waktu dengan
menggunakan metode income approach adalah compounding factor ,
yaitu:
Pt = Po x ( 1 + i ) n
Keterangan:
Pt = nilai waktu tahun rencanaPo = nilai waktu saat ini (eksisting)i = pertumbuhan ekonomin = tahun rencana
Perhitungan nilai waktu perjalanan yaitu:
£ = PDRB / OrangWaktu kerja Tahunan
Time Saving Cost diperoleh dengan cara:
Time Saving Cost = (waktu perjalanan rencana - waktuperjalanan eksisting) x nilai waktu
b. Analisis Biaya (cost )
Biaya adalah seluruh hal yang berkaitan dengan pembiayaan yang
dikeluarkan oleh pemerintah untuk membangun atau memelihara
suatu prasarana transportasi. Komponen biaya studi menyangkut
komponen biaya investasi untuk konstruksi baik konstruksi baru
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 33/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
III - 21
maupun peningkatan dari suatu jalan, biaya perawatan dan
pemeliharaan, biaya pembebasan lahan dan sebagainya.
c. Analisis Kelayakan Studi
Analisis kelayakan studi berdasarkan kriteria kelayakan ekonomi,
yaitu :
1) Net Present Value (NPV)
NPV = Bt – Ct
( 1 + i ) t
Keterangan:
NPV = Net Present ValueBt = aliran kas masuk atau benefit pada tahun ke tCt = aliran kas keluar atau cost pada tahun ke ti = suku bungan = umur hasil investasiNPV > 0 (bernilai positif) maka studi layak untuk dilaksanakan.NPV <0 (bernilai negatif) maka studi tidak layak untuk dilaksanakan
2) Benefit Cost Ratio (BCR)
Benefit Cost Ratio digunakan untuk mengevaluasi kelayakan proyek
dengan membandingakan total keuntungan terhadap total biaya yang
telah di ek3alenkan terhadap tahun dasar dengan menggunakan nilai
discount rate yang berlaku. Persamaan metode ini adalah:
BCR = B
CKeterangan:
BCR = Benefit Cost Ratio B = Total BenefitC = Total Cost
Jika nilai BCR > 1 berarti perencanaan layak untuk dilaksanakan.
Jika nilai BCR < 1 berarti perencanaan tidak layak untuk dilaksanakan.
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 34/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
III - 22
Jika nilai BCR = 1 berarti perencanaan seimbang antara jumlah biaya
yang dikeluarkan dan jumlah keuntungan yang diperoleh dari adanya
pembangunan jalan proyek tersebut.
3) Internal Rate of Return (IRR)
Internal Rate of Return digunakan untuk melihat kesesuaian arus
pengembalian.
IRR = i1 + NPV 1 x ( i2 – i1 )
NPV 1 – NPV 2 Keterangan:
IRR = Internal Rate of ReturnNPV1 = NPV untuk nilai ke i yang lebih rendah dan mempunyai nilai
positifNPV2 = NPV untuk nilai ke i yang lebih besar dan mempunyai nilai
negatifi1 = discount rate tertinggii2 = discount rate terendah
3.3.4.
Evaluasi Kondisi Eksisting Terhadap Kondisi IdealEvaluasi ini dilakukan dengan membandingkan antara kinerjajalan
eksisting denan kinerja jalan pada kondisi ideal. Hubungan tersebut
dapat direpresentasikan dari parameter – parameter yang dihasilkan
pada tahap analisis data. Fungsi dari evaluasi adalah mengetahui apakah
diperlukan adanya perbaikan terhadap kondisi jalan eksisting dan
seberapa jauh perbaikan akan dilakukan.
3.3.5.
Kajian Solusi Alternatif dan penetapan Solusi Terpilih
Berdasarkan hasil evaluasi terhadap kondisi eksisting, terdapat beberapa
alternatif kemungkinan solusi untuk pemecahan masalah.
Berbagai solusi harus ditelaah untung ruginya, salah satu cara untuk
menentukan batasan adalah dengan penilaian dan pembobotan. Penilaian
dilakukan dengan menilai secara subjektif.
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 35/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
III - 23
3.3.6. Pelaporan
1. Pembuatan dokumen Inception report
Pembuatan dokumen laporan pendahuluan (inception report )
dokumen laporan pendahuluan (inception report ) menguraikan
beberapa kegiatan seperti :
a. Konsep perencanaan jalan
b. Rencana Pelaksanaan yang terdiri dari :
Rencana kerja penyediaan jasa secara menyeluruh;
Rencana mobilisasi tenaga ahli dan tenaga pendukung lainnya.
Metodologi pekerjaan
Jadwal kegiatan secara detail.
Hasil survei pendahuluan
Foto kondisi eksisting yang mewakili.
Bagan Alir kegiatan studi.
2. Pembuatan Dokumen Laporan Antara (Interim Report )
Dokumen laporan antara terdiri dari kelengkapan sebagai berikut:
Survei sosial, ekonomi dan budaya serta hukum terkait peraturan
pemerintah dan lainnya (RTRW Nasional, Propinsi dan Kabupaten
/ Kota ; rencana jaringan jalan dan rencana investasi swasta dan
lain – lain)
Survei kepemilikan tanah terkait rencana jalan
Survei teknis seperti survei geoteknik, survei topografi, survei
lingkungan
-
3. Pembuatan Dokumen perencanaan Draft Final (Draft Final Report )
Dokumen ini terdiri dari kelengkapan sebagai berikut :
Dokumen kajian kelayakan pembangunan jalan baik secara teknis
dan finasnsial
Dokumen Konsep ALternatif rencana desain berupa gambar
perencanaan 2D ukuran A3 : gambar prespektif rencanan jalan
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 36/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
III - 24
termasuk perkiraan RAB dan RKS Teknis masing – masing
alternatif berikut rekomendasi.
3.3.7. Rencana Survey Topografi
Peta merupakan gambaran dari bentuk permukaan bumi yang dapat
digambarkan secara detail dengan skala tertentu serta dapat
dipergunakan untuk berbagai macam keperluan, baik itu keperluan
secara teknis maupun umum.
Peta untuk keperluan teknis menggunakan skala besar, dimana salah
satu cara pengambilan datanya yaitu melakukan pengukuran dengan
cara terestris (Pemetaan Topografi).
Dengan tersedianya peta dasar untuk keperluan teknis tersebut, maka
perencanaan dan penataan ruang akan semakin cepat dan ‘tepat’, karena
dapat dilakukan secara langsung diatas peta dasar teknis yang sudah
tersedia.
Guna mewujudkan hal tersebut diatas, maka diperlukan suatu peta dasar
teknis / peta topografi yang akurat dan informatif. Hal tersebut akan
terkait dengan peralatan yang digunakan, metoda pengukuran yang tepat
serta pemrosesan data yang teliti.
3.3.7.1 Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan dari pekerjaan pengukuran topografi ini
adalah membuat Peta Topografi yang akan dipergunakan
sebagai peta dasar teknis untuk keperluan Pekerjaan Studi
Kelayakan dan SID Pembangunan Jalan Lini II dan Pelebaran
Jalan Belawan.
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 37/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
III - 25
3.3.7.2 Lokasi Pekerjaan
Lokasi pekerjaan pengukuran / survei topografi ini berada di
Lingkungan Pelabuhan Teluk Bayur Kota Padang Provinsi
Sumatera Barat, seperti terlihat pada peta dibawah ini :
Gambar 3.5. Peta Lokasi Pekerjaan
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 38/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
III - 26
3.3.7.3
Lingkup Pekerjaan
Lingkup pekerjaan dalam survei topografi ini adalah:
- Instalasi Bench Mark GPS sebanyak 4 pasang
- Pengukuran GPS sebanyak 4 pasang
- Pengukuran Poligon (sepanjang ± 3 km + jalur rencana
pelebaran)
- Pengukuran Detail Situasi (long section dan cross section)
- Penggambaran Kontur.
- Penggambaran Potongan (long section dan cross section)
- Laporan Akhir Pekerjaan
3.3.7.4
Personil dan Peralatan
Jumlah personil yang terlibat di pekerjaan survei topografi ini
adalah sebagai berikut :
No Personil Jumlah (orang)
1 Koordinator 1
2 Surveyor Pemasangan BM 1
3 Surveyor Topografi (Total Station) 1
4 Assisten Surveyor Topografi (Total Station) 2
5 Surveyor GPS 2
6 Tenaga Lokal 3
Sedangkan Peralatan yang digunakan adalah sebagai berikut :
No Jenis Alat
Jumlah
(Unit)
1 Total Station 1
2 GPS Handheld 2
3 Laptop 2
4 Mobil 1
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 39/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
III - 27
3.3.7.5
Waktu Pelaksanaan
Pekerjaan survei topografi ini dilaksanakan selama ± 12 hari,
dengan rincian mobilisasi dan demobilisasi sebagai berikut :
Tabel 3.5. Jadwal Pelaksanaan Survei Topografi
3.4 METODOLOGI PEKERJAAN
Mengacu kepada Lingkup Pekerjaan di atas maka metode dan prosedur pekerjaan
yang digunakan dalam kegiatan pengukuran ini dijelaskan sebagai berikut :
3.4.1 Instalasi Bench Mark GPS
Proses Instalasi Bench Mark diawali dengan peninjauan ke titik-titik lokasi
rencana pemasangan. Peninjauan ini dilakukan dengan terlebih dahulu
melakukan koordinasi dengan pihak pihak terkait.
Pemilihan lokasi titik-titik Bench Mark GPS dilakukan dengan
mempertimbangkan beberapa syarat utama antara lain sebagai berikut :
No KegiatanHari Ke :
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
SURVEI TOPOGRAFI
A Persiapan
B Survei Topografi
1 Pembuatan dan Pemasangan BM
2 Pengukuran GPS Geodetic 4 Pasang
3 Pengukuran Kerangka Horizontal
4 Pengukuran Kerangka Vertikal
5 Pengukuran Cross dan Long Section
6 Penggambaran Kontur
7 Penggambaran Potongan
C Laporan Akhir
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 40/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
III - 28
Bench Mark GPS (MT dan CP) akan ditempatkan di area terbuka, sehingga
receiver GPS dapat menerima sinyal dengan baik.
Lokasi Bench Mark GPS harus cukup jauh dari objek reflektif yang dapat
memantulkan sinyal satelit GPS dan juga cukup jauh dari kabel listrik atau
benda dengan kandungan listrik yang kuat.
Lokasi Bench Mark GPS akan berada di area yang tidak mengganggu atau
terganggu oleh utilitas publik dan fasilitas umum dan mudah
dijangkau. Selain itu lokasi Bench Mark GPS harus di tanah stabil dengan
sedapat mungkin bebas dari banjir dan tanah longsor.
Bench Mark GPS ditempatkan di sepanjang ROW jalan (kiri dan kanan)
untuk menghindari kerusakan pada Bench Mark selama pekerjaan
konstruksi.
Spesifikasi Bench Mark GPS adalah :
- Untuk BM : 20cm x 20cm x 80cm, dicor dan muncul ± 30 cm diatas
tanah dan ± 50 cm ditanam
- Untuk CP : Paralon 4” dicor dan muncul ± 30 cm diatas tanah dan ± 50
cm ditanam
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 41/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
III - 29
3.4.2 Survei GPS
3.4.2.1 Perencanaan
1. Perencanaan disain dan geometrik pengukuran dan jaringan distribusi
BM GPS di plot di atas peta rencana kerja yang sudah ada.
Rencana jarak penempatan antara BM GPS sebagai titik kontrol ini
adalah setiap ± 1 km.
2. Menentukan titik referensi yang akan diambil.
3. Persiapan dan memeriksa semua peralatan pengukuran GPS dengan
semua peralatan pendukung.
4. Perencanaan mobilisasi dan transportasi untuk pengukuran GPS
3.4.2.2 Rencana Pengamatan
1. Dengan mempertimbangkan aspek lokasi dan jarak (jarak terjauh ± 1
km), lama pengamatan yang akan dilakukan adalah ± 30’ untuk lokasi
yang clear / terbuka, ± 1 jam untuk lokasi yang kurang clear / kurang
terbuka.
2. Dengan menggunakan 3 (tiga) unit alat GPS, hasil pengamatan akan
membentuk jaring segitiga setiap session-nya.
3. Pengamatan GPS terhadap titik referensi akan diikatkan ke Bench Mark
yang ada di awal dan akhir jalur pekerjaan.
3.4.2.3 Pelaksanaan Pekerjaan
Tahapan dari pekerjaan pengamatan GPS ini adalah sebagai berikut :
1. Titik referensi yang akan digunakan adalah referensi yang sudah di
publikasikan secara resmi oleh BIG (Badan Informasi Geospasial), yaitu
Station Cors CBAL yang online 24 jam, dimana data pengamatan dari
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 42/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
III - 30
station tersebut dapat di download dari web site BIG, yaitu
inacors.big.go.id (contoh deskripsi koordinat Cors CBAL terlampir dibawah
ini).
2. Referensi CBAL ini diikatkan ke BM-1 dan CP-1 sebagai awal dari jalur
pengukuran GPS
3. Prosedur untuk pengamatan GPS, yang dilakukan oleh surveyor di lapangan
adalah sebagai berikut :
a. Setiap tim pengamat pindah ke lokasi BM sesuai dengan jadwal
pengamatan yang sudah direncanakan sebelumnya.
b. Melakukan Optical Centering sebelum memasang antena
c. Menyiapkan, menginstal receiver dan antena.
d. Mengukur ketinggian antena.
e. Hidupkan receiver dan melakukan pencatatan seperti : Nama Bench
Mark, tanggal pengamatan, tinggi antena, jam dimulainya pengamatan
dan jam akhir pengamatan serta skets lokasi.
f. Matikan receiver , memeriksa semua peralatan, pindah ke lokasi
berikutnya.
Metode pengukuran menggunakan Statik Diferensial untuk menentukan posisi relatif
setiap titik yang diukur.
Durasi pengamatan untuk tiap baseline, mengacu kepada tabel dibawah ini:
Panjang
Baseline
Metoda
Pengamatan
Durasi
(L1)
Durasi
(L1, L2)
0 Km – 5 Km Static 45 minutes 30 minutes
5 Km – 8 Km Static 90 minutes 45 minutes
8 Km – 20 Km Static 120 minutes 60 minutes
20 Km – 50 Km Static 180 minutes 120 minutes
Table 3.6. Durasi Pengamatan GPS
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 43/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
III - 31
3.4.3 Pengukuran Poligon
3.4.3.1 Pengukuran Sudut
Titik kontrol Poligon (sekunder) dibentuk di antara titik kontrol GPS. Titik
kontrol sekunder diukur dengan metode poligon tertutup (terikat sempurna
kepada titik kontrol GPS) dengan menggunakan Total Station.
Point-point yang di survei pada pengukuran poligon ini antara lain adalah
titik BM dan CP sebagai titik awal dan akhir pengukuran poligon, patok-
patok poligon setiap ± 50m dan titik-titik bantu.
Langkah langkah praktis dalam pengukuran poligon adalah:
Siapkan catatan, daftar pengukuran dan buat sket lokasi areal yang
akan diukur.
Tentukan dan tancapkan patok pada titik-titik yang akan dibidik (±
setiap 50 m)
Dirikan alat Total Station di atas titik BM/CP (titik kontrol GPS) dan
lakukan penyetelan alat. Arahkan pesawat ke arah BM/CP pada posisi Bacaan Biasa dan set 0º
sebagai bacaan awal horizontal, masukkan tinggi alat dan tinggi target,
bidikkan dan rekam.
Arahkan teropong pesawat ke titik P1 (titik Poligon), isi tinggi target,
bidikkan dan rekam.
Selanjutnya pada posisi Luar Biasa, dengan posisi pesawat tetap di atas
titik BM/CP, bidikkan ke titik P1 dan rekam.
Bidikkan ke titik BM/CP dan rekam (Bacaan Luar Biasa).
Dengan cara yang sama, lakukan pada titik-titik poligon berikutnya
hingga sampai di titik kontrol GPS (BM/CP) selanjutnya.
Metoda pengukuran sudut dan jarak titik poligon diantara titik kontrol GPS dapat
dilihat pada gambar dibawah ini :
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 44/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
III - 32
Gambar 3.6. Titik Kontrol GPS dan Titik Poligon
3.4.3.2 Pengukuran Jarak
Jarak yang digunakan dalam poligon adalah jarak datar yang dapat
dihasilkan dari pengamatan target Prisma dengan Alat Digital Total Station.
Jarak datar (hd) = d cosV
Gambar 3.7. Pengukuran Jarak
3.4.4 Pengukuran Tinggi (Elevasi) Titik Kerangka Dasar
Penentuan tinggi (elevasi) titik kerangka dasar menggunakan metoda Triginometris
dengan menggunakan Total Station, yang merupakan salah satu dari beberapa
metoda penentuan tinggi (elevasi).
hd
d
BM
CP
BM
CPP1
P2
P3
: Titik Kontrol GPS
: Titik Poligon
β1 β 2
β 3 β 4
β 5
: Sudut yang diukur
: Jarak yang diukur
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 45/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
III - 33
Data yang diukur dilapangan untuk mendapatkan tinggi suatu titik dari titik yang
sudah diketahui atau didefinisikan tingginya adalah jarak miring (d) dan sudut vertikal
(Z).
Gambar 3.8. Penentuan Tinggi (elevasi) dengan Metoda Trigonometris
Dimana :
d = Jarak miring (ukuran)Z = Sudut vertikal (ukuran)h = Beda tinggi (hitungan)
P1 = Titik yang diketahui tinggi-nyaP2 = Titik yang akan dicari tinggi-nya
Elevasi/Tinggi yang dipakai dilapangan adalah Tinggi Orthometrik hasil reduksi dari
tinggi Ellipsoid GPS, dimana Tinggi Orthometrik tersebut adalah pendekatan terhadap
tinggi MSL (Mean Sea Level )
3.4.4.1 Pengukuran Detail / Situasi
Pemetaan detail/situasi dilakukan dengan menggunakan metode trigonometri, dimana
perbedaan ketinggian, sudut dan jarak setiap detail diukur dan terikat ke titik kontrol
yang telah diinstal sebelumnya. Alat yang akan digunakan adalah Total Station.
Detail situasi yang dipetakan adalah seperti sungai, danau, lembah, gunung dan
informasi buatan seperti rumah, jembatan dll.
Pengukuran detail situasi dilakukan untuk mendapatkan data situasi secara lebih
detail.
Teknik dalam pengambilan data pada pengukuran ini adalah dengan cara cross
section , dimana pengambilan datanya adalah dengan melakukan pengukuran cross
d
Z h
P1
P2
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 46/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
III - 34
terhadap tegak lurus jalan setiap jarak ± 25m dengan koridor ± 50 m kearah kiri dan
± 50 m kearah kanan jalan dan terikat pada titik poligon.
Berikut adalah ilustrasi pengambilan data pada pengukuran detail survei untuk jalan :
Gambar 3.9 Ilustrasi pengambilan data pada pengukuran detail jalan
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 47/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
III - 35
Gambar 3.10. Ilustrasi pengambilan data pada pengukuran detail survei untuk relief
3.5 PENGOLAHAN DATA DAN PENGGAMBARAN
3.5.1 Pengolahan Data GPS
Pengolahan data GPS menggunakan Software Trimble Business Center. Format data
yang diproses adalah dalam bentuk Dat file, dimana data tersebut adalah hasil
download dari receiver GPS.
Pengolahan data dilakukan pada setiap selesainya pengamatan di lapangan di mana
pada saat telah membentuk jaringan langsung dilakukan pemrosesan data, sehingga
dapat dilakukan pengecekan di lapangan.
Di dalam pengolahan data dibagi dalam tahap-tahap sebagai berikut :
Pra Processing
Di dalam pekerjaan pra processing ini dilakukan pekerjaan antara lain:
- Down load data dari receiver ke komputer
- Pengecheckan kualitas data
- Transformasi format data
Proses Reduksi Baseline / Data GPS
Proses Reduksi Baseline dilakukan setiap pengamatan di lapangan selesai
dilakukan. Proses dimulai dari Baseline yang terikat dengan Titik Referensi,
secara bertahap sehingga baseline yang diproses selalu terkait dengan baseline
yang sudah diproses sebelumnya sesuai arah jalannya pengamatan yang telah
direncanakan.
Hitungan Perataan Jaring
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 48/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
III - 36
Sebelum dapat digunakan sebagai input dalam suatu perataan jaringan
(network- adjustment), hasil perhitungan suatu vektor baseline harus dicek dan
dikontrol terlebih dahulu kualitasnya.
Untuk setiap baseline di dalam jaringan, standar deviasi hasil perhitungan
suatu vektor baseline toposentrik ( dN, dE, dH, ) yang didapat dari software
yang digunakan, harus memenuhi hubungan sebagai berikut:
N M
E M
H 2 M
dimana :
M = [10² + (10d)²]½/1.96 mm
d = panjang baseline dalam Km
Hitungan Transformasi Koordinat
Hasil hitungan vector baseline dan koordinat seluruh titik/stasiun bereferensi
pada Ellipsoide WGS 84.
Koordinat lintang, bujur (koordinat geografi) dan tinggi terhadap Spheroid
(Tinggi Ellipsoid) ditransformasi ke System Koordinat UTM (XYZ / Easting -
Northing - Elevasi) dengan system pusat bumi (Geocentris) pada datum SRGI
2013.
3.5.2 Pengolahan Data Poligon
Pengolahan data poligon dihitung dengan menggunakan Software AutoCad Land
Development, dimana dalam software tersebut sudah tersedia fasilitas untuk
menghitung poligon dan langsung di plotkan dalam format Dwg.
Input data untuk pemrosesan tersebut adalah data dalam format fbk (field book) yang
didapat dari hasil proses download (dari Total Station).
Tahapan dari pengolahan data poligon ini adalah sebagai berikut :
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 49/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
III - 37
- Download data
- Gabungkan data apabila pengukurannya lebih dari 1 hari
- Editing untuk kode-kode titik (apabila diperlukan) dan convert ke format .fbk
(field book)
- Pengisian koordinat awal dan akhir pengukuran dengan menggunakan koordinat
hasil dari pengukuran GPS
- Membuat project dan setting konfigurasi pada Autocad Land Development
- Import data yang sudah dalam format .fbk (field book)
- Lakukan process hitungan dan adjustment poligon
- Analisa hasil adjustment
Dari hasil adjustment poligon, kita bisa langsung melihat hasil plottingnya secara
visual, dimana hal tersebut sangat penting untuk dilakukan cross check dengan skets
atau dilihat langsung oleh surveyor bersangkutan, apabila ada bentuk atau arah yang
tidak sesuai dengan di lapangan.
3.5.3 Pengolahan Data Situasi
Setelah proses poligon selesai di plot, data situasi yang sudah dalam format .fbk (field
book), diimportkan ke project yang sama dengan project hitungan poligon
sebelumnya, sehingga data-data situasi tersebut akan terikat ke kerangka poligon
yang sudah terkoreksi.
Dengan menggunakan Autocad Land Development ini, sangat membantu dalam hal
kecepatan penggambaran untuk efisiensi waktu.
3.5.4 Penggambaran
Proses penggambaran masih menggunakan Autocad Land Development.
Setelah semua data diplotkan, tahapan selanjutnya adalah sebagai berikut :
a. Gambarkan layout dari point-point yang ada (dibantu dengan skets lokasi),
seperti garis jalan, jembatan, saluran dan bangunan-bangunan.
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 50/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
III - 38
b. Buat surface dari point-point tersebut.
c. Editing surface supaya bentuk dan arahnya sesuai dengan di lapangan.
d. Create kontur , analisa bentuk dan elevasi.
Untuk penggambaran kontur, Interval yang digunakan dalam pekerjaan ini
adalah setiap ketinggian 1m, sedangkan indeks kontur setiap interval 5 m
e. Apabila terdapat ketidak sesuaian bentuk dan elevasi, diulangi kembali mulai dari
point b) sampai d), kalau masih tidak sesuai, di check kembali mulai dari
hitungan poligon dan situasi-nya.
f. Demikian seterusnya, sampai gambar tersebut diatas siap untuk dipakai proses
selanjutnya.
g. Proses penggambaran selanjutnya adalah pembuatan gambar potongan
memanjang (long section ) dan potongan melintang (cross section ).
Proses tersebut menggunakan fasilitas yang sudah tersedia dalam Autocad Land
Development.
h. Terakhir melakukan editing pada hasil akhir gambar topografi, seperti format
gambar, skala (sesuai dengan keinginan owner ), legenda dan sebagainya.
Tahapan Pekerjaan Pengukuran Topografi tersebut diatas sampai dengan
penggambaran, dapat dilihat seperti pada skema dibawah ini :
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 51/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
III - 39
Gambar 3.11 Skema Tahapan Pekerjaan Pengukuran Topografi
Persiapan
Orientasi Lapangan dan
Pemasangan BM
Pengukuran
Titik Kontrol
dengan GPS
Pengukuran
Kerangka Dasar
Horisontal dan VertikalPengukuran
Situasi
Pengolahan
Data
Penggambaran
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 52/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
IV - 1
BAB IV
HASIL SURVEY PENDAHULUANDAN ANALISIS AWAL
4.1 Kajian Teori Standar Kriteria Perancangan Geometrik Jalan
Perancangan geometri jalan merupakan perancangan jalan dimana gemetrik
atau dimensi suatu jalan dan bagian-bagian jalan meliputi alinyemen vertikal,
horizontal, serta dimensi dan bentuk melintang jalan tersebut. Selanjutnya akan
dijabarkan kriteria perancangan yang dipakai, yaitu Standar Tata Cara
Perencanaan Geometrik Jalan Perkotaan.
Dasar perencanaan geometrik adalah sifat gerakan dan ukuran kendaraan, sifat
pengemudi dalam mengendalikan gerak kendaraanya, dan karakteristik lalu
lintas. Hal-hal ini merupakan hal yang mutlak diperhatikan oleh perencana,
sehingga jalan yang dibuat memiliki bentuk dan ukuran sedemikian rupa,
sehingga memenuhi tingkat kenyamana dan keamanan. Elemen-elemen
perencanaan geometrik jalan adalah :
Alinyemen horizontal/trase jalan
Perencanaan ini dititik beratkan pada perencanaan sumbu jalan, apakah jalan
tersebut lurus, belok kekiri, atau ke kanan, dengan mempertimbangkan
pengoperasian lalu lintas dan keamanan. Keamanan ditinjau dari jarak
pandangan dan sifat mengemudikan kendaraan ditikungan.
Alinyemen vertikal/penampang memanjang jalan
Perencanaan ini mempertimbangkan kndisi medan dengan memperhatikan sifat
operasi kendaraan, keamanan, jarak pandangan, dan fungsi jalan. Hal lain yang
juga diperhatikan dan tak kalah pentingnya adalah pekerjan tanah akibat galian
dan timbunan yang harus dilakukan. Yang tampak pada perencanaan vertikal ini
adalah apakah jalan tersebut rata, mendaki, atau menurun.
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 53/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
IV - 2
Penampang melintang jalan
Bagian ini merencanakan antara lain lebar dan jumlah jalur, median (jika ada),
drainase permukaan, kelandaian lereng tepi galian dan timbunan, serta
pelengkap jalan (road furniture lainnya
Perencanan lainnya
Yaitu koordinasi antara alinyemen horizontal dan alinyemen vertikal untuk
memberikan keamanan dan kenyamanan bagi pengguna jalan dan penomoran
jalan (stationing) untuk mempermudah pengenalan lokasi.
4.2 Kriteria Perencanaan
4.2.1. Kendaraan Rencana
Yang dimaksud denga kendaraan rencana adalah kendaraan yang
dimensi dan rasdius putarnya dipakai sebagai acuan dalam perencanan desain
geometrik jalan. Berdasarkan pada kedua kriteria tersebut maka kendaraan
rencana dapat dikelompokkan sebagai berikut :
Kendaran kecil, kendaraan kelompok ini diwakili oleh mobil penumpang.
Kendaraan sedang, diwakili oleh truck 3 as tandem atau oleh bus besar 2 as
Kendaraan besar, yang diwakili oleh truck semi trailer
4.2.2. Satuan Mobil Penumpang (SMP)
Satuan mobil penumpang atau yang lebih dikenal dengan SMP, adalah
angka satuan kendaraan dalam hal kapasitas jalan. Dimana mobil penumpang
ditetapkan memiliki satu SMP. Sementara utuk kendaraan dalam kelompok
lainnya, nilai SMP mengacu pada mobil penumpang, dala hal pengaruh yang
diberikan pada arus lalu lintas yang dilewatinya. Nilai ini bersifat empiris, dan
untuk indonesia telah ditetapkan bagi jenis kendaraan dan kondisi medan seperti
pada tabel 4.1 berikut :
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 54/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
IV - 3
Tabel. 4.1 Ekivalen Mobil Penumpang
No. Jenis Kendaraan Datar/Perbukitan
Pegunungan
1. Sedan, jeep, station wagon 1.0 1.0
2. Pick-up, Bus kecil, Truck Kecil 1.2 – 2.4 1.9 – 3.5
3. Bus dan Truck Besar 1.2 – 5.0 2.2 – 6.0
4.2.3. Volume Lalu lintas rencana
Yang dimaksud dengan lalu lintas rencana (VLHR) adalah perkiraan
volume harian pada akhir tahun rencana lalu lintas. Satuan yang digunakanadalah SMP/hari. Sementara volume jam rencana (VJR) adalah besar volume lalu
lintas yang diperkirakan pada jam sibuk di tahun rencana lalu lintas. Satuan yang
digunakan adalah SMP/jam.
Nilai VJR dapat ditentukan dengan persamaan :
VJR = VLHR x K/F
Dimana :
K = faktor K, yaitu faktor volume lalu lintas jam sibuk
F = faktor F, yaitu faktor variasi tingkat lalu lintas per-seperempat jamdalam satu jam
Nilai VJR ini digunakan untuk keperlua menghitung jumlah lajur jalan dan
fasilitas jalan lainnya yang diperlukan.
Tabel. 4.2 Penentuan Faktor K dan F Berdasarkan Volume Lalulintas
No. VLHR Faktor K (%) Faktor F (%)
1. > 50.000 4 - 6 0.9 - 1
2. 30.000 - 50.000 6 - 8 0.8 - 1
3. 10.000 - 30.000 6 - 8 0.8 - 1
4. 5.000 - 10.000 8 - 10 0.6 - 0.8
5. 1.000 - 5.000 10 - 12 0.6 - 0.8
6. <1.000 12 - 16 <0.6
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 55/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
IV - 4
4.2.4 Kecepatan Rencana
Kecepatan rencana (VR) pada suatu ruas jalan adalah kecepatan yang
dipilih sebagai dasar perencanaa geometrik jalan yang memungkinkan
kendaraan – kendaraan bergerak dengan aman dan nyaman dalam kondisi yang
cerah, lalu lintas yang lengang, dan pengaruh samping jalan yang tidak berarti.
Untuk kondisi medan yang memang sulit dan tidak memungkinkan, maka (VR)
pada suatu segmen jalan dapat diturunkan dengan syarat penurunan tersebut
tidak lebih dari 20 km/jam.
4.3 Penampang Melintang
4.3.1 komposisi Penampang Melintang
Penampang melintang jalan terdiri dari bagian - bagian berikut :
Jalur lalu lintas
Median dan jalur tepian
Bahu
Jalur pejalan kaki
Selokan
Lereng
4.3.2 Jalur Lalu lintas
Jalur lalu lintas merupakan bagian jalan yang dipergunakan untuk
keperluan lalu lintas kendaran yang secara fisik berupa perkerasan jalan,
dapat terdiri dari beberapa lajur.
Batas jalur jalan dapat berupa :
Median
Bahu
Trotoar
Pulau jalan
Separator
Jalur lalu lintas dapt terdiri dari beberapa tipe :
1 jalur – 2 lajur – 2 arah (2/2 tak terbagi)
1 jalur – 2 lajur – 1 arah (2/1 tak terbagi)
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 56/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
IV - 5
2 jalur – 4 lajur – 2 arah (4/2 terbagi)
2 jalur – n lajur – 2 arah (n/2 terbagi)
Dimana n adalah jumlah lajur
4.3.3. Lajur
Lajur adalah bagian jalur lalu lintas yang memanjang, dibatasi oleh marka
jalan, memiliki lebar yang cukup untuk dilewati suatu kendaran bermotor sesuai
kendaraan rencana. Lebar lajur tergantung kepada kecepatan dan kendaraan
rencana, yang dinyatakan pada tabel 2.5. Jumlah lajur ditetapkan dengan
mengacu kepada MKJI berdasarkan tingkat kinerja yang direncanakan, dimana
untuk suatu ruas jalan dinyatakan oleh nilai rasio antara volume dan kapasitas.
Nilai rasio ini tidakboleh melebihi 0.80. Untuk keperluan drainase
permukaan,lajur lalu lintas pada alinyemen lurus dibuat kemiringanmelintang
normal, yang besarnya tergantung pada bahan perkerasan.
· 2 – 3 % untuk perkerasan aspaldan perkerasan beton
· 4 – 5 % untuk perkerasan kerikil
4.3.4. Bahu jalan
Bahu jalan merupakan bagian jalan yang terletak di tepi jalur lalu lintas
dan harus diperkeras.
Fungsi bahu jalan adalah sebagai berikut :
Lajur lalu lintas darurat, tempat berheti sementara, dan atau tempat
parkir darurat
Ruang bebas samping bagi lalu lintas
Penyangga samping untuk kestabilan perkerasan jalur lalu lintas
Untuk kemiringan normal bahu jalan bagi keperluan drainae permukaan
adalah 3 – 5 %.
4.4 Teori Perkerasan Jalan
Perkerasan adalah suatu lapisan yang berada di atas tanah dasar yang bertujuan
untuk memperkuat daya dukung tanah tersebut dan memberikan cukup kekasaran
untuk bergeraknya kendaraan diatasnya.
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 57/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
IV - 6
Perkerasan mempunyai beberapa fungsi antara lain :
Memperkuat tanah dasar di bawahnya agar tidak gagal dalam menahan beban
lalu lintas.
Memperkaku lapisan yang dilewati kendaraan agar tidak berubah bentuk secara
berlebihan bila dilewati beban.
Membuat bidang pergerakan yang rata agar roda kendaraan dapat bergerak
dengan lancar dan nyaman
Menjamin agar lapisan yang dilewatinya cukup kesat agar terjadi cukup friksi
antara ban dengan lapisan sehingga kendaraan dapat bergerak dengan baik.
Membuat agar lapisan yang dilewati kendaraan tetap keringsehingga kontak ban
dengan permukaan tidak terganggu.
Ide dasar dari perkerasan adalah manipulasi tegangan yang terjadi akibat beban
yang terjadi di atasnya disalurkan secara merata sehingga pada akhirnya tegangan
yang mencapai dasar tanah menjadi kecil sehingga mampu ditahan oleh tanah dasar.
Saat ini ada dua macam konstruksi perkerasan yang dipakai, yaitu perkerasan
kaku dan perkerasan lentur. Kedua macam perkerasan tersebut bertujuan untuk
menahan tegangan yang terjadi akibat beban, namun berbeda dalam konsep
menahan tegangannya
Pada perkerasan lentur tegangan diredam oleh deformasi dari lapisan
perkerasan yanga da, karena bahan pengikat agregat yang dipakai memiliki tingkat
elastisitas yang tinggi. Sedangkan pada perkerasan kaku tegangan dilawan dengan
counter stress dari lapisan perkerasan, karena bahan pengikat agregat yang dipakai
membuat perkerasan memiliki tingkat kekakuan yang tinggi.
Sedangkan pada perkerasan kaku tegangan dilawan dengan counter stress dari
lapisan perkerasan, karena bahan pengikat agregat yang dipakai membuat perkerasan
memiliki tingkat kekakuan yang tinggi.
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 58/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
IV - 7
Gambar 4.1. Perbandingan Tegangan Perkerasan kaku dan Lentur
4.4.1 Lapisan Permukaan (Surface Coarse)
Lapisan permukaan adalah bagian perkerasan jalan yang paling atas.
Lapisan tersebut berfungsi sebagai berikut:
a Lapisan perkerasan penahan beban roda, yang mempunyai stabilitas tinggi
untuk menahan roda selama masa pelayanan.
b
Lapisan kedap air. Air hujan yang jatuh di atasnya tidak meresap ke lapisan bawahnya dan
melemahkan lapisan-lapisan tersebut.
c
Lapisan aus.
Lapisan ulang yang langsung menderita gesekan akibat roda kendaraan.
d
Lapis-lapis yang menyebabkan beban ke lapisan dibawahnya sehingga dapat
dipikul oleh lapisan lain dengan daya dukung yang lebih jelek.
Lapis permukaan berdasarkan fungsinya:
1)
Lapis non structural, sebagai lapis aus dan kedap air.
2)
Lapis structural, sebagai lapis yang menahan dan menyebarkan beban
roda.
Bahan-bahannya terdiri dari batu pecah, kerikil, dan stabilitas tanah
dengan semen atau kapur. Penggunaan bahan aspal diperlukan agar lapisan
dapat bersifat kedap air dan memberikan bantuan tegangan tarik yang berarti
mempertinggi daya dukung lapisan terhadap beban roda lalu lintas.
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 59/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
IV - 8
Pemilihan bahan lapis permukaan perlu dipertimbangkan kegunaan, umur
rencana, serta pentahapan konstruksi agar tercapai manfaat yang sebesar-
besarnya dari biaya yang dikeluarkan
4.4.2 Lapis Pondasi Atas (Base Coarse)
Lapis pondasi atas adalah bagian lapis perkerasan yang terletak antara
lapis permukaan dengan lapis pondasi pondasi bawah (atau dengan tanah dasar
bila tidak menggunakan lapis pondasi bawah).
Fungsi lapis pondasi atas adalah:
1. Bagian perkerasan yang menahan gaya lintang dari beban roda dan
menyebarkan beban ke lapisan bawahnya.
2.
Lapisan peresapan untuk lapisan pondasi bawah.
3.
Bantalan terhadap lapisan permukaan.
Bahan untuk lapis pondasi atas cukup kuat dan awet sehingga dapat menahan
beban-beban roda.
4.4.3 Lapis Pondasi Bawah (Sub-Base Coarse)
Lapis perkerasan yang terletak antara lapis pondasi atas dengan tanah
dasar. Fungsi lapis pondasi bawah adalah:
1. Memyebarkan beban roda ke tanah dasar.
2. Efisiensi penggunaan material. Materi pondasi bawah lebih murah daripada
lapisan di atasnya.
3. Lapis peresapan agar air tanah tidak berkumpul di pondasi.
4. Lapisan partikel-partikel halus dari tanah dasar naik ke lapisan pondasi atas.
Campuran-campuran tanah setempat dengan kapur atau semen Portland dalam
beberapa hal sangat dianjurkan agar didapat bantuan yang efektif terhadap kestabilan
konstruksi perkerasan.
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 60/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
IV - 9
4.4.4 Tanah Dasar (subgrade)
Tanah dasar adalah permukaan tanah semula atau permukaan tanah
galian atau permukaan tanah timbunan yang dipadatkan dan merupakan
permukaan dasar untuk perletakan bagian-bagian perkerasan lainnya.
Kekuatan dan keawetan konstruksi perkerasan jalan tergantung dari sifat-
sifat daya dukung tanah dasar.
4.5 Galian dan Timbunan
Dalam pekerjaan galian dan timbunan, material yang terdapat di alam itu berada
dalam keadaan padat dan terkonsolisdasi dengan baik, sehingga hanya sedikit bagian
yang kosong atau berisi udara diantara butir-butirnya, terutama bila butir-butir
tersebut sangat halus. Pada saat meterial tersebut digali, maka akan terjadi
pengembangan volume (swelling). Besarnya swelling tidak sama untuk setiap jenis
tanah, tergantung pada berat jenis tanah. Pengembangan volume dinyatakan dengan
swell faktor yang dinyatakan dalam persen (%). Untuk itu, diperlukan pemeriksaan
keadaan lapangan (survey), untuk menghindari adanya swelling.
Dari hasil survey kita dapat menentukan beberapa kegiatan selanjutnya, diantaranya :
a.
Metoda pelaksanaan pekerjaan yang dipilih.
b. Macam, jenis, tipe peralatan/alat-alat berat yang digunakan.
c. Jumlah alat-alat berat atau peralatan yang sesuai dengan volume dan bagan
waktu pelaksanaan pekerjaan.
Setelah kita mengetahui metoda pelaksaan pekerjaan dan peralatannya, dari
beberapa alternatif kita dapat memilih mana yang paling menguntungkan dan paling
baik.
Metoda pelaksaan pekerjaan harus sudah meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Pembersihan Medan (Land Clearing)
b. Penguapan Medan (Stripping)]
c.
Galian Tanah
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 61/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
IV - 10
d. Timbunan Tanah dan Penebaran
e.
Pemadatan Tanah
f.
Perataan Tanah
Cara kerja yang tepat dan benar mempunyai efek yang besar terhadap produksi
alat. Cara pelaksanaan pekerjaan yang tepat sangat dipengaruhi oleh volume
pekerjaan, spesifikasi pekerjaan, bagan waktu yang ditentukan, keadaan lapangan dan
sebagainya. Pemilihan cara pelaksaan pekerjaan adalah identik dengan pemilihan
penggunaan peralatan di dalam pelaksaanaan pekerjaan tanah dengan mengunakan
alat berat.
Dari pemilihan penggunaan peralatan di dalam pelaksanaan pekerjaan tanah
dengan menggunakan alat-alat berat, tentunya faktor kemampuan pelaksanaan kerja
dan faktor ekonomi sangat perlu diperhatikan. Pemilihan beberapa alternatif tersebut
dapat kita batasi dengan faktor sebagai berikut:
1. Keadaan medan
2. Keadaan tanah
3.
Kualitas pekerjaan yang disyaratkan
4. Penagaruh Lingkungan
5. Volume pekerjaan yang disyaratkan
6. Biaya produksi untuk pelaksanaan pekerjaan dengan alat berat yang relatif
rendah
7.
Prosedur operasi alat dan pemeliharaan alat yang mudah dan sederhana
8.
Umur alat yang tinggi
9.
Undang-undang perburuhan termasuk keselamatan kerja untuk para pelaksana.
Setelah secara garis beras ditentukan alternatif-alternatif yang mendekati
dengan asumsi yang wajar untuk pelaksanaan pekerjaan, secara kasar dapat
diperkirakan jumlah biaya keseluruhan untuk tiap-tiap alternatif, sehingga alternati-
alternatif dapat dibandingkan dari segi besarnya biaya. Dengan demikian, pemilihan
alat bukan didasarkan pada besarnya produksi atau kapasitas alat, tetapi didasarkan
pada biaya termurah untuk tiap cu / yard atau cu / meter produksinya.
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 62/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
IV - 11
Komponen-komponen biaya produksi yang mempengaruhi harga satuan pekerjan
adalah :
1. Biaya Pemilikan (Ownership Cost)
2. Biaya Operasi (Operating Cost)
3. Biaya Perbaikan (Repairing Cost)
4. Biaya Tidak Langsung (Undirect Cost)
4.6
Stabilitas Lereng
Sebuah permukaan tanah yang terbuka yang berdiri membentuk sudut tertentuterhadap horisontal disebut sebuah lereng tanpa perkuatan. Lereng dapat terjadi
secara ilmiah atau buatan manusia. Jika tanah tidak horisontal, suatu komponen
gravitasi akan cenderung untuk menggerakkan tanah ke bawah. Jika kompoen
gravitasi cukup besar, kegagalan lereng akan terjadi, yakni massa tanah dapat
meluncur jatuh. Gaya yang meluncurkan mempengaruhi ketahanan dari kuat geser
tanah sepanjang permukaan keruntuhan.
Untuk membuat perhitungan untuk memeriksa keamanan dari lereng alamiah,
lereng galian, dan lereng timbunan. Pemeriksaan ini termasuk menentukan kekuatan
geser yang terbangun sepanjang permukaan keruntuhan dan membedakannya
dengan kekuatan geser tanah. Proses ini disebut analisa stabilitas lereng. Permukaan
keruntuhan itu biasanya adalah permukaan kritis yang memiliki faktor keamanan
minimum.
Analisa stabilitas lereng adalah hal yang sulit untuk dilakukan. Evaluasi
variabel-variabel seperti stratifikasi tanah dan parameter- parameter tanahnya bisa
menjadi suatu pekerjaan yang berat. Rembesan pada lereng dan pemilihan suatu
permukaan gelincir potensial menambah kompleksitas dari pemasalahan ini.
Dalam menganalisa stabilitas lereng terlebih dahulu menentukan faktor keamanan.
Secara umum, faktor keamanan didefinisikan sebagai berikut:
Fs = τf / τd
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 63/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
IV - 12
Keterangan:Fs = Faktor keamananτf = Kuat geser tanah rata-rataτd = Tegangan geser tanah rata-rata disepanjang permukaan
keruntuhan potensial
Kuat geser tanah terdiri ari dua komponen, yakni kohesi dan sudut friksi atau
sudut geser, dan bisa ditulis sebagai :
Keterangan :c = kohesiφ= Sudut friksi (sudut geser)σ= tegangan normal pada permukaan keruntuhan potensial
Metode Perhitungan Faktor Keamanan Lereng
1. Metode Fellenius
Ada beberapa metode untuk menganalisis kestabilan lereng, yang paling umum
digunakan ialah metode irisan yang dicetuskan oleh Fellenius (1939). Metode ini
banyak digunakan untuk menganalisis kestabilan lereng yang tersusun oleh tanah, dan
bidang gelincirnya berbentuk busur (arc-failure).
Menurut Sowers (1975), tipe longsorang terbagi kedalam 3 bagian berdasarkan
kepada posisi bidang gelincirnya, yaitu longsoran kaki lereng (toe failure), longsorang
muka lereng (face failure), dan longsoran dasar lereng (base failure). Longsoran kaki
lereng umumnya terjadi pada lereng yang relatif agak curam (>450) dan tanah
penyusunnya relatif mempunyai nilai sudut geser dalam yang besar (>300). Longsoran
muka lereng biasa terjadi pada lereng yang mempunyai lapisan keras (hard layer),
dimana ketinggian lapisan keras ini melebihi ketinggian kaki lerengnya, sehingga
lapisan lunak yang berada diatas lapisan keras berbahaya untuk longsor. Longsoran
dasar lereng biasa terjadi pada lereng yang tersusun oleh tanah lempung, atau bisa
juga terjadi pada lereng yang tersusun oleh beberapa lapisan lunak (soft seams).
τ = c + σ tanφ
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 64/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
IV - 13
2. Metode Bishop
1)
Metode ini pada dasarnya sama dengan metode swedia, tetapi dengan
memperhitungkan gaya-gaya antar irisan yang ada. Metode Bishop
mengasumsikan bidang longsor berbentuk busur lingkaran.
2) Pertama yang harus diketahui adalah geometri dari lereng dan juga titik pusat
busur lingkaran bidang luncur, serta letak rekahan.
3) Untuk menentukan titik pusat busur lingkaran bidang luncur dan letak
rekahan pada longsoran busur dipergunakan grafik
Metode Bishop yang disederhanakan merupakan metode sangat populer dalam
analisis kestabilan lereng dikarenakan perhitungannya yang sederhana, cepat dan
memberikan hasil perhitungan faktor keamanan yang cukup teliti. Kesalahan metode
ini apabila dibandingkan dengan metode lainnya yang memenuhi semua kondisi
kesetimbangan seperti Metode Spencer atau Metode Kesetimbangan Batas Umum,
jarang lebih besar dari 5%. Metode ini sangat cocok digunakan untuk pencarian secara
otomatis bidang runtuh kritis yang berbentuk busur lingkaran untuk mencari faktor
keamanan minimum.
3. Metode Janbu
1) Metode ini digunakan untuk menganalisis lereng yang bidang longsornya tidak
berbentuk busur lingkaran.
2) Bidang longsor pada analisa metode janbu ditentukan berdasarkan zona
lemah yang terdapat pada massa batuan atau tanah.
3) Cara lain yaitu dengan mengasumsikan suatu faktor keamanan tertentu yang
tidak terlalu rendah. Kemudian melakukan perhitungan beberapa kali untuk
mendapatkan bidang longsor yang memiliki faktor keamanan terendah.
4.7
Kajian Teori perancangan Drainase
Secara mendasar perkerasan jalan memikul beban lali lintas pada jalan tersebut.
kekuatan dan keawetan dari perkerasan jalan selain dipengaruhi oleh beban juga
dipengaruhi oleh keadaan cuaca dan genangan air pada permukaan air pada
permukaan jalan. untuk itu perlu dilakukan tindakan khusus mengenai genangan air di
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 65/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
IV - 14
permukaan jalan, drainase jalan merupakan usaha untuk mengalirkan air yang
bertujuan untuk :
a. Menghindari terjadinya selip pada kendaraan pada saat hujan.
b. Menghilangkan air yang berlebihan (excess water) yang berasal dari hujan maupun
banjir sebagai aliran permukaan (surface runoff) atau aliran bawah permukaan
(subsurface runoff) dari konstruksi jalan bagian atas (pavement).
c. Mengurangi rembesan air yang berlebihan yang dapat mengganggu kekuatan
tanah dasar (subgrade).
Ada dua kriteria yang harus diperhatikan dalam perencanaan drainase, yaitu
kriteria hidrologi dan kriteria hidrolis.
a.
Kriteria Hidrologi
Debit rencana didasarkan pada curah hujan harian maksimum selama
pengamatan minimal 10 tahun berturut-turut, dengan periode ulang
tertentu.
Periode ulang ditetapkan berdasarkan fungsi dan nilai ekonomi bangunan
yang memerlukan drainase, serta luas dan jenis daerah pengaliran.
b. Kriteria Hidrolis
Daya angkut atau kapasitas saluran drainase didasarkan pada Q rencana.
Aliran dianggap seragam, karena debit umumnya relative kecil.
Dimensi saluran ditetapkan dengan metode kecepatan maksimum (v-max)
izin dan kecepatan minimum (v-min) izin.
Aspek-aspek perancangan drainase meliputi perhitungan hidrologi, perhitungan
debit hingga menentukan dimensi saluran. Dalam sub bab berikut ini dijelaskan
mengenai kriteria perancangan yang dipakai, yaitu Tata Cara Perencanaan Drainase
Permukaan Jalan oleh Badan Standarisasi Nasianal (SNI 03-3424 tahun 1994).
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 66/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
IV - 15
4.7.1 Ketentuan Umum
Sistem Drainase permukaan jalan terdiri dari kemiringan melintang
perkerasan dan bahu jalan, saluran samping, gorong-gorong dan saluran
penangkap.
4.7.2 Kemiringan Melintang Jalan
Kemiringan melintang perkerasan dan bahu jalan harus memenuhi
ketentuan sebagai berikut:
a.
Untuk daerah jalan datar dan lurus, kemiringan perkerasan dimulai dari sumbu
tengah perkerasan melandai ke saluran samping dengan kelandaian sebagai
berikut:
Tabel 4.3 Kemiringan Melintang Perkerasan dan Bahu Jalan
Jenis Lapis Permukaan Kemiringan melintang
Beraspal, beton 2% - 3%
Japat 4% - 6%
Kerikil 3% - 6%
Tanah 4% - 6%
Catt: bahu jalan = 2 % lebih besar dari permukaan jalanSumber: Tata Cara Perencanaan Drainase Permukaan tahun 1994
b. Daerah jalan yang lurus peda tanjakan/turuna perlu mempertimbangkan
besarnya kemiringan alinemen vertical jalan yang berupa tanjakan dan
turunan, agar aliran air secepatnya bisa mengalir ke saluran samping. Untuk
menentukan kemiringan melintang jalan digunakan nilai terbesar pada Tabel
6.1.
c. Pada daerah tikungan harus memperimbangkan kemiringan (superelevasi)
pada tikungan yang sesuai dengan ketentuan desain alinyemen horizontal.
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 67/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
IV - 16
4.7.3 Ketentuan Umum Saluran Samping Jalan
Beberapa hal yang ditentukan oleh SNI 03-3424 tahun 1994 adalah
sebagai berikut:
a. Kecepatan rencana aliran air yang akan melewati saluran samping jalan
ditentukan berdasarkan jenis material.
b. Kemiringan saluran samping ditentukan berdasarkan bahan yang digunakan,
misalnya 0-5% untuk tanah asli, 5-7,5% untuk kerikil, dan 7,5% untuk batu
pasangan.
c. Pematah arus diperlukan bagi saluran yang cukup panjang dan mempunyai
kemiringan cukup besar.
d. Tipe dan jenis bahan saluran samping jalan mengacu pada kondisi tanah
dasar, kedudukan muka air tanah dan kecepatan abrasi.
e.
Penampang minimumdari saluran samping jalan adalah 0,50 m2.
4.7.4 Penentuan Debit Aliran
Faktor-faktor yang digunakan untuk menentukan debit aliran yaitu:
1.
Data curah hujan, merupakan data curah hujan harian meksimum dalam
setahun (mm/hari) yang biasanya diambil dari lembaga meteorologi untuk
stasiun hujan terdekat.
2. Peride ulang, karakteristik hujan yang menunjukkan tingkat hujan tertentu
mempunyai periode ulang tertentu. Periode ulang rencana untuk saluran
samping ditentukan 5 tahun.
3. Lama waktu curah hujan ditentukan berdasarkan hasil penyelidikan Van
Breen, bahwa curah hujan terkonsentrasi selama 4 jam dengan jumlah
besar sebesar 90% dari jumlah hujan selam 24 jam.
4. Kurva Basis, untuk menentukan kurva intensitas hujan rencana yang dapat
diturunkan dari lengkung intensitas standar pada kurva basis.
5. Waktu Konsentrasi (Tc)
6.
Harga koefisien pengaliran (c) pada berbagai kondisi.
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 68/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
IV - 17
4.7.5 Tinggi Jagaan
Untuk saluran samping berbentuk terbuka diperlukan suatu penambahan
kedalaman, yang disebut tinggi jagaan. tinggi jagaan.
4.7.6 Kemiringan Saluran samping
Karena adanya faktor kekasaran dari permukaan saluran maka diperlukan
kemiringan saluran yang diijinkan. kemiringan.
4.8 Rambu-Rambu Lalu Lintas
Menurut Petunjuk Perambuan Sementara Selama Pelaksanaan Pekerjaan Jalan
No. 003/T/Bnkt/1990. Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya 16 : Secara umum
pengertian rambu-rambu lalu lintas adalah tanda- tanda, alat, benda yang digunakan
untuk menyampaikan pesan sebagai piranti pengaturan lalu lintas jalan raya.
Berdasarkan jenis pesan yang disampaikan rambu lalu lintas dapat dikelompokkan
menjadi rambu-rambu seperti berikut :
a.
Rambu peringatan.
b.
Rambu Petunjuk.
c. Rambu larangan dan perintah.
Penempatan Rambu Dan Pengaturan Lalu Lintas
Penempatan
Rambu-rambu lalu lintas dapat ditempatkan di sebelah kiri atau kanan jalur lalu
lintas. Rambu-rambu yang ditempatkan pada sisi jalan, jarak sisi rambu bagian
terbawah sampai ke permukaan jalur kendaraan minimum 175 cm dan jarak
bagian rambu terdekat dengan tepi jalur lalu lintas adalah 60 cm. Rambu-rambu
yang ditempatkan di atas permukaan jalur lalu lintas, jarak sisi rambu bagian
terbawah sampai ke permukaan jalur lalu lintas minimum 45 cm.
Cara Penanganan.
Pengaturan Perambuan pada dasarnya dibedakan berdasarkan skala pekerjaan.
Untuk pekerjaan dengan skala relatif kecil, rambu- rambu dapat dibuat dari
bahan-bahan yang cukup murah dan sederhana, untuk keperluan tanda di malam
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 69/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
IV - 18
hari dapat digunakan lampu isyarat seperti misalnya yang memakai (sesuai
kebutuhan) misal dengan lampu minyak atau lentera lainnya.
Pada pekerjaan Proyek jalan yang kami kerjakan, Rambu-rambu jalan yang digunakan
sebagai berikut :
GambarRambu
Nama Rambu Fungsi Rambu Ket
TurunanRambu untuk memberikanperingatan di depan akan adaturunan
TanjakanRambu untuk memberikanperingatan di depan akan adatanjakan
Lalu lintas 2arah
Rambu untuk memberikanperingatan jalan dua arah
Tikungan belokke kiri
Rambu peringatan digunakan untukmember peringatan kemungkinanada bahaya di depan pengguna jalan.
Tikungan belokke kanan
Rambu peringatan digunakan untuk
member peringatan kemungkinanada bahaya di depan pengguna jalan
Jalan licinRambu untuk memberikanperingatan bahwa jalan licin saathujan
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 70/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
IV - 19
Bataskecepatan 80
km/jamKecepatan yang diijinkan 80km/jam
Laranganberhenti
Larangan berhenti sepanjang jalansampai rambu berikutnya
Laranganparkir
Larangan parkir sepanjang jalansampai rambu berikutnya
4.9
Marka Jalan
Marka jalan adalah suatu tanda yang berada di permukaan jalan atau diatas
permukaan jalan yang meliputi peralatan atau tanda yang berbentuk garis membujur,
garis melintang dan garis serong.
Marka jalan terdiri dari marka dengan garis putus-putus dan marka dengan garis utuh.
a Garis utuh berfungsi menandai tepi jalur lalulintas, dan menyatakan batas
berhenti kendaraan.
b Garis putus-putus berfungsi :
1.
Mengarahkan lalulintas
2.
Memperingatkan akan ada marka membujur berupa garis utuh didepan.
c
Pembatas jalur pada jalan 2 (dua) arah.
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 71/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
IV - 20
Gambar 4.2. Marka jalan garis putus-putus.
Pada proyek jalan ini menggunakan marka jalan tipe garis putus-putus
karena memungkinkan kendaraan akan menyalip kendaraan lain.
4.10 Perhitungan Volume Pekerjaan
Setelah proses desain yang bersifat teknik selesai, dibahas perhitungan
volume pekerjaan dan biaya konstruksi. Bab ini akan membahas volume
pekerjaan terutama mengenai pekerjaan galian timbunan dan biaya pekerjaan
perkerasan lentur. Dalam laporan perencanaan ini tidak dilakukan kajian
ekonomi.
Perhitungan volume pekerjaan jalan ini lebih dititikberatkan pada volume
pekerjaan perkerasan dan galian timbunan, karena kedua hal tersebut
merupakan komponen biaya konstruksi jalan terbesar.
No
Divisi Pekerjaan Satuan Volume1 UMUM
a. Pekerjaan Persiapan ls
b. Mobilisasi ls
c. Laboratorium ls
d. Pekerjaan Lain - lain ls
SUBTOTAL
2 PEMBERSIHAN
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 72/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
IV - 21
a. Clearing m2
b. Grubbing m2
c. Pembongkaran m2
SUBTOTAL
3 PEKERJAAN TANAH
a. Galian Biasa m3
b. Timbunan m3
c. Persiapan Subgrade m2
SUBTOTAL
4 PERKERASAN
a. Perkerjan Tanah dasar m3
b. Lapisan Pondasi bawah m3
c. Lapisan Pondasi atas m3
d. Lapisan Permukaan m3
SUBTOTAL
5 DRAINASE
a. Drainase Sisi m3
b. Drainase Silang m3
c. Gorong - gorong m3
SUBTOTAL
6 PEKERJAAN LAIN -LAIN
a. Rambu Lalulintas ls
b. Kelengkapan Jalan ls
c. Utilitas Jalan ls
SUBTOTAL
JUMLAH
PPN 10%
TOTAL
PEMBULATAN
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 73/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
BAB V
KONSEP RENCANA DAN MODEL TRASE
Dalam merencanakan jaringan jalan untuk mendukung optimalisasi pelayanan transportasi
di Pelabuhan Teluk Bayur, maka sangat diperlukan perencanaan pembangunan jalan yang
disesuaikan dengan jenis kendaraan bermuatan tonase tinggi sehingga pada saat
dilaksanakan pembangunan fisik nantinya, umur rencana teknis jalan tercapai dengan
standar teknis yang memenuhi kaidah teknis perkerasan, kemiringan jalan, dan drainase
yang berfungsi memadai sehingga tidak mudah terjadi kerusakan jalan. Selain itu,
perhitungan alinyemen vertikal dan horizontal serta gradien harus mutlak direncanakan
dengan baik pun diwaspadai dengan ketat untuk tujuan menghindari faktor kemungkinan
terjadinya lakalantas yang disebabkan oleh faktor teknis jalan. Dan sebelum dioperasikan
harus dilakukan audit keselamatan terlebih dulu sehingga mampu meningkatkan level of
service jalan dan untuk mencegah lakalantas yang disebabkan faktor teknis. Berikut ini di
akan diuraikan konsep rencana dan model trase jalan di Pelabuhan Teluk Bayur Provinsi
Sumatera Barat.
5.1
Data Perencanaan Geometrik Jalan Baru Pelabuhan Teluk Bayur
5.1.1
Data Perencanaan
Nama Proyek : Studi Kelayakan dan SID Pembangunan Jalan Lini II
dan Pelebaran Jalan Belawan
Lokasi Proyek : Pelabuhan Teluk Bayur ( Padang )
Klasifikasi Jalan : Jalan Arteri ( kelas I )
Kecepatan Rencana : 80 km/jam
Lebar Perkerasan : 1 jalur dengan 2 lajur tak terbagi (2 x 3,5m)
Lebar Median : Tidak ada
Lebar Bahu Jalan : 1,5 m
Lebar Daerah Penguasaan : 35 m
e max : 8 %
e normal : 2 %
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 74/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
Gambar Rencana Jalan
Rencana Jalan
Pelabuhan Teluk Bayur
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 75/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
5.1.2 Lengkung Horisontal
•
Lengkung horizontal atau trase/as suatu jalan adalah garis proyeksi sumbu
jalan tegak lurus pada bidang peta
• Trase/as jalan yang tertera dalam bidang kertas gambar biasanya disebut
dengan gambar situasi jalan, secara umum menunjukkan arah dari jalan
yang bersangkutan
• Trase merupakan susunan dari potongan-potongan garis lurus yang biasa
disebut dengan istilah ” tangent” dan satu sama lain dihubungkan dengan
lengkung• Lengkung tersebut dapat berupa busur lingkaran saja atau busur lingkaran
ditambah lengkung peralihan, lengkung ini biasa disebut dengan istilah
” tikungan”
• Panjang bagian lurus/tangent maksimum
Tabel . Panjang bagian lurus maksimum
Fungsi Jalan Panjang Bagian Lurus Maksimum (m)
Datar (<3%) Bukit (3-25%) Gunung (>25%)
Arteri 3000 2500 2000
Kolektor 2000 1750 1500
(Sumber: RSNI 2004)
• Jari - jari tikungan (R)
Tabel . Jari - jari minimum berdasarkan kecepatan rencana
V R
(km/h)
100 90 80 70 60 50 40 30
Fmax 0,12 0,13 0,14 0,14 0,15 0,16 0,17 0,17
R min
(m) 435 335 250 195 135 90 55 30
(Sumber: RSNI 2004)
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 76/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
Titik Koordinat
Titik Awal : X=653826.2273 Y=9890603.4536
Titik 1 : X=653535.6626 Y=9890447.6297
Titik 2 : X=653236.8687 Y=9890204.5307
Titik 3 : X=652754.4607 Y=9890227.7933
Titik 4 : X=652222.8243 Y=9889970.0263
Titik 5 : X=652043.7372 Y=9889632.5655
Titik Akhir : X=652096.9269 Y=9889375.4070
Panjang Ruas Sebelum ada Lengkung
Dawal-1 :22 )369890603.45979890447.62() 3653826.227 6653535.662( = 329,710
m
D1-2 :22)979890447.62079890204.53() 6653535.662 7653236.868( = 385,194
m
D2-3 :22 )079890204.53339890227.79() 7653236.868 7652754.460( = 482,968
m
D3-4 :22
)339890227.79639889970.02() 7652754.460 3652222.824( =590,830m
D4-5 :22)639889970.02559889632.56() 3652222.824 2652043.737( = 382,036
m
D5-akhir :22)559889632.56709889375.40() 2652043.737 9652096.926( = 262,601
m
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 77/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
5.1.3 Pemilihan Tipe Lengkung
Jalan terdiri dari lima lengkung horizontal. Lengkung Horizontal pada rencana
jalan menggunakan Spiral Circle Spiral (SCS) . Hal ini dikarenakan bentuk tikungan
mempunyai tipikal kontur yang sama sehingga menghindari medan yang berat
(perbukitan).
1
23
4
5
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 78/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
Tabel . Data koordinat lengkung horizontal (software civil 3d )
N o. Ty pe Le ngth De si gn S pe ed Di re cti on Start Stati on End S tati on De lta angl e Chord l engt h Chord Di re cti on Pass Through Poi nt1 Pass Through Poi nt2
1 Line 301.014m 80 km/h S61° 47' 47"W 0+0.00m 3+1.01m (653826.2273m,9890603.4536m,0.0000m) (653535.6626m,9890447.6297m,0.0000m)
2 Curve 57.219m 300.000m 230.000m eMax 8% 80 km/h 3+1.01m 3+58.23m 10.9281 (d) 57.133m S56° 19' 56"W (653536.4217m,9890446.4900m,0.0000m)
3 Line 241.661m 80 km/h S50° 52' 05"W 3+58.23m 5+99.89m (653535.6626m,9890447.6297m,0.0000m) (653236.8687m,9890204.5307m,0.0000m)
4 Curve 219.349m 300.000m 230.000m eMax 8% 80 km/h 5+99.89m 8+19.24m 41.8926 (d) 214.496m S71° 48' 52"W (653230.2436m,9890224.6984m,0.0000m)
5 Line 291.586m 80 km/h N87° 14' 21"W 8+19.24m 11+10.83m (653236.8687m,9890204.5307m,0.0000m) (652754.4607m,9890227.7933m,0.0000m)
6 Curve 149.893m 300.000m 230.000m eMax 8% 80 km/h 11+10.83m 12+60.72m 28.6275 (d) 148.339m S78° 26' 49"W (652756.3856m,9890218.3766m,0.0000m)
7 Line 416.291m 80 km/h S64° 08' 00"W 12+60.72m 16+77.01m (652754.4607m,9890227.7933m,0.0000m) (652222.8243m,9889970.0263m,0.0000m)
8 Curve 189.432m 300.000m 230.000m eMax 8% 80 km/h 16+77.01m 18+66.45m 36.1789 (d) 186.301m S46° 02' 38"W (652233.6518m,9889958.7970m,0.0000m)
9 Line 175.916m 80 km/h S27° 57' 16"W 18+66.45m 20+42.36m (652222.8243m,9889970.0263m,0.0000m) (652043.7372m,9889632.5655m,0.0000m)
10 Curve 207.557m 300.000m 230.000m eMax 8% 80 km/h 20+42.36m 22+49.92m 39.6405 (d) 203.442m S8° 08' 03"W (652062.4380m,9889629.8926m,0.0000m)
11 Line 154.475m 80 km/h S11° 41' 10"E 22+49.92m 24+4.39m (652043.7372m,9889632.5655m,0.0000m) (652096.9269m,9889375.4070m,0.0000m)
Minimum
Radius Table
Minimum
RadiusRadius
PI Included Angle PI Station Start Point End Point Center Point Degree of Curvature by Arc PI Point
(653826.2273m,9890603.4536m,0.0000m) (653560.9522m,9890461.1920m,0.0000m)
169.0719 (d) 3+29.71m (653560.9522m,9890461.1920m,0.0000m) (653513.4026m,9890429.5190m,0.0000m) (653702.7347m,9890196.8102m,0.0000m) 5.7296 (d) (653535.6626m,9890447.6297m)
(653513.4026m,9890429.5190m,0.0000m) (653325.9471m,9890277.0050m,0.0000m)
138.1074 (d) 7+14.73m (653325.9471m,9890277.0050m,0.0000m) (653122.1653m,9890210.0619m,0.0000m) (653136.6150m,9890509.7137m,0.0000m) 5.7296 (d) (653236.8687m,9890204.5307m)
(653122.1653m,9890210.0619m,0.0000m) (652830.9174m,9890224.1064m,0.0000m)
151.3725 (d) 11+87.38m (652830.9174m,9890224.1064m,0.0000m) (652685.5841m,9890194.3980m,0.0000m) (652816.4677m,9889924.4546m,0.0000m) 5.7296 (d) (652754.4607m,9890227.7933m)
(652685.5841m,9890194.3980m,0.0000m) (652311.0004m,9890012.7790m,0.0000m)143.8211 (d) 17+75.01m (652311.0004m,9890012.7790m,0.0000m) (652176.8878m,9889883.4664m,0.0000m) (652441.8840m,9889742.8355m,0.0000m) 5.7296 (d) (652222.8243m,9889970.0263m)
(652176.8878m,9889883.4664m,0.0000m) (652094.4236m,9889728.0758m,0.0000m)
140.3595 (d) 21+50.49m (652094.4236m,9889728.0758m,0.0000m) (652065.6381m,9889526.6803m,0.0000m) (652359.4198m,9889587.4450m,0.0000m) 5.7296 (d) (652043.7372m,9889632.5655m)
(652065.6381m,9889526.6803m,0.0000m) (652096.9269m,9889375.4070m,0.0000m)
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 79/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
5.1.4
Lengkung Vertikal
Lengkung vertikal adalan garis potong yang dibentuk oleh bidang vertikal
terhadap sumbu jalan atau bidang tegak melalui sumbu jalan.
Profil ini menggambarkan perencanaan terhadap adanya jalan naik atau
turun untuk memberikan pertimbangan akan kemampuan kendaraan
bermuatan penuh melalui jalan tersebut.
Bagian lurus dapat berupa landai positif (tanjakan), atau landai negatif
(turunan), atau landai nol (datar).
Kelandaian adalah nilai untuk menunjukkan besarnya kenaikan atau
penurunan vertikal dalam suatu jarak horizontal yang biasa dinyatakan
dengan persen
Pembatasan kelandaian maksimum dimaksudkan untuk memungkinkan
kendaraan bergerak terus tanpa kehilangan kecepatan yang berarti.
Kelandaian maksimum didasarkan pada kecepatan truk yang
bermuatan penuh yang mampu bergerak dengan penurunan kecepatantidak lebih dari separuh kecepatan semula tanpa harus menggunakan
gigi rendah.
Tabel 3.6 Kelandaian maksimum berdasarkan kecepatan rencana
V R (km/jam) 120 110 100 80 60 50 40 <40
Kelandaian3 3 4 5 8 9 10 10
Maksimum (%)Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Perkotaan, RSNI 2004
Jarak Pandangan : Jarak Pandangan adalah panjang bagian jalan di depan
pengemudi yang masih dapat dilihat dengan jelas, diukur dari tempat
kedudukan pengemudi.
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 80/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
Jarak pandangan diukur dari ketinggian mata pengemudi ke puncak
penghalang di atas jalan pada waktu pertama kali dilihat oleh pengemudi.
1. Jarak Pandangan Henti
Jarak Pandang Henti adalah panjang bagian jalan yang diperlukan oleh
pengemudi untuk menghentikan kendaraannya.
Untuk jarak pandangan henti :
• Tinggi mata pengemudi = 1,05 m
• Tinggi penghalang = 0,15 m
2.
Jarak Pandangan Menyiap
Jarak pandangan henti adalah panjang bagian jalan yang
diperlukan oleh pengemudi suatu kendaraan untuk
melaksanakan gerakan menyiap kendaraan lain yang lebih
lambat dengan aman.
Untuk jarak pandangan menyiap :
• Tinggi mata pengemudi = 1,05 m
• Tinggi penghalang = 1,05 m
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 81/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
Tabel . Data koordinat lengkung vertical (software civil 3d )
No. PVI Station PVI Elevation Grade In Grade Out A (Grade Change) Profile Curve Type Sub-Entity Type Profile Curve Length K Value Curve Radius
1 0+0.00m 16.908m 5.00%
2 4+80.00m 40.908m 5.00% 1.22% 3.78% Crest Symmetric Parabola 200.000m 52.948 5294.753m
3 10+60.00m 48.000m 1.22% 5.00% 3.78% Sag Symmetric Parabola 200.000m 52.948 5294.753m
4 13+40.00m 62.000m 5.00% -1.00% 6.00% Crest Symmetric Parabola 150.000m 25 2500.000m
5 19+20.00m 56.200m -1.00% -4.58% 3.58% Crest Symmetric Parabola 200.000m 55.819 5581.854m
6 24+4.39m 34.000m -4.58%
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 82/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
5.2 Galian Dan Timbunan
2.1
Dasar Teori
a. Pekerjaan galian tanah adalah pekerjaan pembuatan lubang/galian
ditanah yang diperlukan untuk :
Pondasi Sloof dan Poer.
Saluran dan Trench ( bila ada ).
Galian lain seperti yang ditunjukan dalam gambar kerja atau oleh
pengawas.
b. Pekerjaan galian ini baru boleh dilaksanakan setelah papan patok ukur
terpasang lengkap dengan penandaan sumbu, ketinggian dan bentuk telah
diperiksa disetujui oleh pengawas.
c. Galian untuk konstruksi harus sesuai dengan gambar kerja dan bersih
dari tanah urug bekas serta sisa bahan bangunan.
d. Urutan penggalian ini harus diatur sedemikian rupa dengan mengikuti
petunjuk petunjuk pengawas sehingga tidak menimbulkan gangguan
pada lingkungan tapak atau menyebabkan timbulnya genangan air untuk
waktu lebih dari 24 jam.
e. Jika pada galian terdapat akar kayu, kotoran dan bagian tanah yang tidak
padat atau longgar maka bagian ini harus dikeluarkan seluruhnya,
kemudian lubang yang terjadi harus ditutup urugan pasir yang dipadatkan
dan disirami air setiap ketebalan 5 cm lapis demi lapis sampai jenuh
sehingga mencapai ketinggian yang diinginkan. Biaya pekerjaan ini
menjadi tanggung jawab kontraktor tidak dapat diklaim sebagai pekerjaan
tambah.
f. Bila pada galian terdapat instalasi existing, kontraktor harus mengikuti
prosedur seperti terurai dalam pasal 1.5
Bila Kontraktor melakukan penggalian yang melebihi kedalaman yang
ditentukan dalam gambar kerja, maka Kontraktor wajib untuk menutup
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 83/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
g. kelebihan tersebut dengan urugan pasir yang dipadatkan dan disirami air
setiap ketebalan 5 cm lapis demi lapis sampai jenuh sehingga mencapai
ketinggian yan diinginkan.Biaya pekerjaan ini tangung jawab
kontraktor tidak dapat di klaim sebagai pekerjaan tambah.
h. Dasar galian harus dikerjakan dengan teliti, datar sesuai dengan gambar
kerja dan harus dibersihkan dari segala macam kotoran.
Galian pondasi Sloof dan Poer harus dilakukan sesuai dengan lebar lantai
kerja pondasi atau seperti tercantum dalam gambar kerja , dengan
penampang lereng galian kiri dan kanan dimiringkan 10° kearah luar
pondasi, dan sumbu, ketinggian serta bentuk selesai sesuai gambar kerja,
diperiksa serta disetujui pengawas.
i. Kelebihan tanah galian harus dibuang keluar dari dalam tapak kontruksi.
area antara papan patok ukur dengan galian harus bebas dari timbunan
tanah.
j. Untuk menjaga lereng-lereng lubang galian agar tidak longsor atau runtuh
, maka apabila dianggap perlu oleh perencana, kontraktor harus
memasang kontruksi penahan / casing sementara dari bahan senggelombang BjLS 50 atau setara,
atau dari papan-papan tebal 3 cm diperkuat dengan kayu-kayu dolken,
minimal diameter 8 cm sehingga konstruksi tersebut dapar menjamin
kestabilan lereng. Apabila permukaan air tanah tinggi, kontraktor harus
menyediakan pompa air secukupnya untuk mengeringkan air yang
menggenangi galian.
k. Di syaratkan bahwa seluruh permukaan galian, terutama lantai galian,
harus kering untuk pekerjaan-pekerjaan selanjutnya, khususnya untuk
pekerjaan :
Pondasi batu kali dan sloof beton bertulang.
Poer Beton dan Sloof Beton Bertulang.
Pengurugan dan pemadatan.
l. Biaya untuk lingkup yang terurai pada butir 1.10 s/d 1.12. diatas
ditanggung oleh kontraktor, tidak dapat di klaim sebagai pekerjaan
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 84/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
5.3 Pekerjaan Pengurugan dan Pemadatan
1) Pekerjaan pengurugan dan pemadatan tanah ini untuk :
Semua galian sampai permukaan yang ditentukan atau sesuaigambar kerja.
Semua tanah lantai bangunan sampai permukaan yang ditentukan
atau sesuai gambar kerja.
2) Kontraktor diwajibkan melakukan test kepadatan tanah apabila diminta
oleh owner / pengawas sebanyak titik yang ditentukan oleh pengawas.
3) Sebelum pelaksanaan pekerjaan ini, seluruh area pembangunan harus
sudah bersih dari humus, akar tanaman, banda-benda organis, sisa
bongkaran dan bahan lain yang dapat mengurangi kualitas pekerjaan ini.
4) Sebelum pelaksanaan pemadatan, seluruh area pembangunan harus
dikeringkan terlebih dahulu.
5) Urugan harus bebas dari segala bahan yang membusuk, sisa bongkaran,
dan atau yang mempengaruhi kepadatan urugan. Tanah urugan dapat
diambil diambil dari bekas galian atau tanah yang didatangkan dari luar
yang tidak mengandung bahan-bahan seperti tersebut diatas atau telah
disetujui Pengawas.
6) Penghamparan tanah timbunan dilakukan lapis demi lapis langsung
dipadatkan sampai mencapai permukaan atau Peil yang diinginkan.
Ketebalan perlapis setelah dipadatkan tidak boleh melebihi 15 cm atau 20
cm. Setiap kali penghamparan harus mendapat persetujuan dari pengawas
yang menyatakan bahwa lapisan dibawahnya telah memenuhi kepadatan
yang disyaratkan dan seluruh prosedur pemadatan ini harus ditulis dalam
berita acara yang disetujui pengawas.
7) Pelaksanaan pemadatan harus dilakukan dalam cuaca baik. Apabila hari
hujan, pemadatan harus dihentikan. Selama pekerjaan ini, kadar air harus
dijaga agar tidak lebih besar dari 2 % kadar air optimum.
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 85/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
5.4 Persyaratan Bahan
1. Semua bahan yang akan digunakan untuk penyelesaian pekerjaan
ini, harus berkualitas baik dari jenisnya dan atas persetujuankonsultan pengawas/MK.
Tanah urugan dari bekas galian dalam lokasi proyek, dapat
dipertimbangkan untuk digunakan jika memenuhi persyaratan, harus
gembur, bersih, bebas kotoran atau bahan organis.
Tanah urug dari luar lokasi proyek, merupakan tanah dari jenis silty
clay.
Memiliki koefisien permeabilitas kurang dari 10³ cm/detik. Mengadung
minimum 20% partikel lanau atau lempung, harus gembur, bersih, bebas
kotoran atau bahan organis, serta mengandung kurang dari 10%
partikel gravel. Mempunyai Indeks Plastisitas (IP) lebih dari 10%.
Pasir urug, harus bersih, butir-butir tajam, bebas kotoran atau
bahan organis, melalui ayakan # 1.6-2.0 mm, memenuhi
persyaratan yang tercantum dalam NI-3 pasal 14 dan PBUI- 1982
pasal 9.
2. Bahan lain yang tidak tercantum tetapi dibutuhkan untuk penyelesaian
pekerjaan ini, harus berkualitas baik dari jenisnya dan atas persetujuan
Konsultan Pengawas/MK.
3. Penyimpanan bahan yang akan digunakan harus diusahakan sedemikian
rupa, sehingga bebas dari pengaruh yang dapat mengurangi kualitas bahan.
4. Pengendalian seluruh pekerjaan ini harus memenuhi ketentuan yang
tercantum dalam gambar rencana dan spesifikasi.
5.5
Perhitungan Striping (Pengupasan)
Striping atau pengupasan adalah proses pengupasan tanah untuk
menghilangkan humus yang berada diatas permukaan tanah, tebal striping
biasanya 0,2 m - 0,3 m Tebal stripping (pengupasan) = 25 cm = 0,25 m
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 86/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
Total volume stripping = tebal stripping x total panjang jalan x
lebar rata - rata damija (m)
= 0,25 x 2404 x 35
= 21035 m3 5.6 Perhitungan Galian dan Timbunan Tanah
Contoh perhitungan :
Volume Pekerjaan Timbunan Tanah
Gambar . Typical timbunan STA 1+050
Gambar . Typical timbunan STA 1+400
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 87/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
Luas timbunan di STA 1+050 = 175,70 m2 (luas didapat dari autocad)
timbunan di STA 1+100 = 144,10 m2
(luas didapat dari autocad)
Panjang horizontal = 50 m
Kemiringan = 5 %
Panjang jalan sebenarnya = 50 m
Luas gabungan = (175,70 +144,10)/2
= 159,9 m2
Volume = 159,9 x 50
= 7994,90 m3
5.7 Drainase Jalan Raya
5.7.1 Dasar Teori
a. Drainase Jalan Raya
Drainase jalan raya dibuat bertujuan untuk membuat sistem pengeringan
dan pengaliran secepatnya dari daerah jalan ke daerah yang lebih rendah
dengan memperhatikan kontur dan kondisi lingkungan.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan drainase adalah sebagai berikut:
1) Perencanaan drainase harus sedemikian rupa sehingga fungsi fasilitas
drainase sebagai penampung, pembagi, dan pembiang air dapat
sepenuhnya berdaya guna dan berhasil guna
2) Pemilihan dimensi dari fasilitas drainase harus mempertimbangkan faktor
ekonomi dan faktor keamanan
3) Perencanaan drainase harus dipertimbangkan pula segi kemudahan dan
nilai ekonomis terhadap pemeliharaan sistem drainase tersebut
4) Sebagai bagian sistem drainase yang lebih besar atau sungai-sungai
pengumpul drainase
5) Perncanaan drainase ini tidak termasuk untuk sistem drainase areal,
tetapi harus diperhatikan dalam perencanaan terutama tempat air keluar
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 88/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
Dua hal pokok yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan sistem
drainase untuk jalan raya yaitu;
Drainase Permukaan Drainase Bawah Permukaan
Drainase permukaan adalah sistem drainase yang dibuat untuk
mengendalikan air (limpasan) permukaan akibat hujan. Tujuan dari sistem
drainase ini, untuk memelihara agar jalan tidak tergenang air hujan dalam waktu
yang cukup lama (yang mengakibatkan kerusakan pada jalan), tetapi harus
segera dibuang melalui sarana drainase jalan.
Sarana drainase jalan permukaan terdiri dari tiga jenis, yaitu ;
1. Saluran ;
a. Saluran samping (side ditch)
b. Saluran pembuangan
2. Gorong-gorong (culvert)
3. Saluran Alam (sungai yang memotong jalan)
Dimensi saluran drainase ditentukan berdasarkan kapasitas yang diperlukan
(Qs), yaitu harus dapat menampung besarnya debit aliran rencana (Qr) yang
timbul akibat hujan pada daerah aliran, dengan melalui proses perhitungan
sehingga diperoleh Qs > Qr Proses perhitungan hujan rencana sampai debit
rencana ini adalah analisis hidrologi.
Penampang saluran terbuka, pada drainase muka tanah, umumnya
berbentuk tempang segitiga, empat persegi panjang, trapesium dan setengah
lingkaran. Dalam jenisnya, masing masing bentuk drainase mempunyai
efektifitasnya sendiri, diantaranya yaitu:
1) Bentuk Trapesium
Saluran drainase bentuk trapezium pada umumnya saluran dari tanah. Tapi
dimungkinkan juga bentuk ini dari pasangan. Saluran ini membutuhkan ruang
yang cukup dan berfungsi untuk pengaliran air air hujan. Saluran ini cocok
untuk daerah dengan tingkat kependudukan yang masih jarang.
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 89/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
2) Benuk Persegi Panjang
Saluran drainase berbentuk persegi panjang tidak banyak membutuhkan ruang,
sebagai konsekuensinya pada bentuk ini harus dipakai pasangan ataupun beton.
3) Bentuk Lingkaran, Parabola dan Bulat Telor
Saluran drainase bentuk ini berupa saluran dari pasangan atau kombinasi
pasangan dan pipa beton. Dengan bentuk dasar saluran yang bulat
memudahkan pengangkutan bahan endapan/limbah.
4) Bentuk Tersusun
Saluran bentuk tersusun dapat berupa tanah maupun dari pasangan, tampang
saluran yang bawah berfungsi mengairkan air rumah tangga pada kondisi
tidak ada hujan, apabila terjadi hujan maka kelebihan air dapat ditampung
pada saluran bagian atas.
Tampang saluran ini membutuhkan ruang yang cukup dan dapat digunakan
untuk saluran air hujan, saluran air rumah rangga ataupun saluran irigasi.
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 90/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
Gambar . Penampang saluran untuk drainase muka tanah
a. Perencanaan pemilihan bentuk saluran drainase
Dari keempat jenis saluran diatas, kami merencanakan saluran ini dengan
bentuk persegi panjang dikarenakan jumlah penduduk disana yang
berkembang dan padat. Dari bentuk persegi panjang ini, dalam pelaksanaannya
pun dapat memudahkan proses penggalian dan hal ini akan berdampak pada
waktu proyek yang cepat.
b. Rumus perhitungan drainase
Perhitungan dimensi saluran tepi jalan berdasarkan “Tata Cara
Perencanaan Drainase Permukaan Jalan, SNI 03-3424- 1994
a. Luas Desain Saluran
Tinggi muka air pada saluran (H) dan lebar saluran (B), merupakan parameter
untuk menentukan luas basah saluran (Fs). Luas basah/ desain saluran (Fs)
dianalisis berdasarkan debit hujan (Q) uang notabene menjadi debit saluran
kecepatan aliran air pada saluran (v) :
Q = Fs . v Fs = Q / v
V adalah kecepatan aliran air pada saluran drainase yang didapatkan dari tabel i/v
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 91/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
atau dianalisis dengan formula Manning atau formula Chezy.
b. Kecepatan Aliran Air
Kecepatan aliran air pada saluran, ditentukan berdasrkan :
Tabel .kemiringan saluran terhadap kecepatan aliran.
Kemiringan Saluran i (%) Kecepatan rata-rata v (m/detik)
< 1 0,40
1 - < 2 0,60
2 - < 4 0,90
4 - < 6 1,20
6 - < 10 1,50
10 - < 2,40
1. Berdasarkan Formula
Manning Formula Manning
:
V = 1/n.Rs2/3.S ½
Keterangan :
V = kecepatan aliran air di saluran
(m/detik) n = Koefisien kekasaran
dinding.
Rs = radius hidrolis = Fs /
Ps S = kemiringan
saluran
c. Gorong-gorong (Culvert)
Pada drainase jalan, gorong-gorong termasuk dalam sarana drainase permukaan
yang berfungsi sebagai penerus aliran dari saluran samping ke tempat
pembuangan.
Gorong-gorong ini ditempatkan melintang jalan dibeberapa lokasi sesuai
dengan kebutuhan.
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 92/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
Disamping berfungsi sebagai penerus aliran dari saluran samping jalan, gorong-
gorong juga perlu dibuat atau ditempatkan pada jalan yang berbentuk
punggungan yaitu berupa timbunan (embarkment) dengan lembah pada sisi kiri
dan kanan jalan. Gorong-gorong ini berfungsi untuk mengalirkan air dari lembah
satu ke lembah yang lainnya yang ada sarana pembuangan, jadi gorong-gorong
ini berfungsi sebagai pengering.
Untuk menentukan dimensi Culvert pada perencanaan sarana drainase jalan,
culvert dianggap saluran terbuka dengan mengambil freeboard (jagaan) = 0,2 d
maka h = 0,8 d
Agar gorong-gorong tetap berfungsi sebagai saluran terbuka, maka untuk
mengantisipasi jika banyak benda-benda terbawa aliran akan menghambat
gerakan aliran, sebaiknya kapasitas gorong-gorong diambil 80% dari Qg, jadi :
Qg = (0,8) F (R2/3.S1/2)n
Qg = (0,8) √ (1,6670,667)
Untuk menentukan dimensi culvert, sebelumnya harus diketahui debit saluran (Qs)
yang akan melalui culvert
d. Istilah- istilah dalam drainase:
a. Intensitas hujan (I) adalah besarnya curah hujan maksimum yang akan
diperhitungkan dalam sistem drainase
b. Waktu konsentrasi (Tc) adalah waktu yang diperlukan oleh butiran air ntuk
bergerak dari titik terjauh pada daerah pengaliran sampai pembuangan
c.
Debit (Q) adalah volume air yang mengalir melewati suatu penampangmelintang saluran atau jalur air persatuan waktu
d. Koefisien pengaliran (C) adalah suatu koefisien yang menunjukkan
perbandingan antara besarnya jumlah air yang dialirkan oleh suatu jenis
permukaan terhadap jumlah air yang ada.
e. Gorong-gorong adalah saluran tertutup yang berfungsi mengalirkan air, dan
biasanya melintang jalan
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 93/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
f. Selokan samping jalan adalah selokan yang dibuat di sisi kiri dan kanan badan
jalan
Tabel . Koefisien Pengaliran
Tabel . Kecepatan aliran yang diijinkan berdasarkan jenis material
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 94/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
Tabel .Koefisien kekasaran manning
A. Perkerasan Jalan
4.1. Umum
Perencanaan mengacu pada AASHTO (American Association of State Highway and
Transportation Officials) guide for design of pavement structures 1993 (selanjutnya
disebut AASHTO 1993) . Langkah-langkah / tahapan, prosedur dan parameter-
parameter perencanaan secara praktis diberikan sebagai berikut dibawah ini.
Parameter perencanaan terdiri :
Analisis lalu-lintas : mencakup umur rencana, lalu-lintas harian rata-rata,
pertumbuhan lalu-lintas tahunan, vehicle damage factor, equivalent single axle
load
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 95/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
Terminal serviceability index (Pt)
Initial serviceability (Po)
Serviceability loss (ΔPSI)
Reliability (R )
Standar normal deviasi (Zr)
Standar deviasi (So)
CBR dan Modulus reaksi tanah dasar (k)
Modulus elastisitas beton, fungsi dari kuat tekan beton (Ec)
Flexural strength (Sc)
Drainage coefficient (Cd)
Load transfer coefficient (J)
Bagan alir prosedur perencanaan diperlihatkan seperti pada Gambar 6.1.
4.2. Analisis Lalu-Lintas (Traffic Design)
4.2.1. Umur rencana
Umur rencana rigid pavement umumnya diambil 20 tahun untuk konstruksi baru.
4.2.2. Lalu-lintas harian rata-rata (LHR) dan pertumbuhan lalu-lintas tahunan
Ciri pengenalan penggolongan kendaraan seperti dibawah ini, penggolongan lalu-
lintas terdapat paling tidak 3 versi yaitu berdasar Manual Kapasitas Jalan Indonesia
1997(Tabel 6.1.), berdasar Pedoman Teknis No. Pd.T-19-2004-B Survai pencacahan
lalu lintas dengan cara manual (Tabel 6.2.) , dan berdasar PT. Jasa Marga (Persero)
lihat Tabel 6.3.
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 96/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
BAGAN ALIR PROSEDUR PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN KAKUCARA AASHTO 1993
Umur rencana Faktor distribusi arah
Traffic Faktor distribusi lajur
LHR pada tahun dibuka Pertumbuhan lalu-lintas tahunan Vehicle damage factor
Reliability Standard normal deviation
Standard deviation Tidak
Serviceability Terminal serviceability Check Ya Tebal pelat Initial serviceability Equation
Kuat tekan beton Modulus elastisitas beton
Drainage coefficient
Load transfer coefficient
CBR
rencana
Flexural strength
Serviceability loss CobaTebal pelat
Desain ESAL
Modulus reaksi tanah dasar
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 97/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
Pengenalan ciri kendaraan :
Kecuali Combi, umumnya sebagai kendaraan penumpang umum maximal 12
tempat duduk seperti mikrolet, angkot, minibus, pick-up yang diberi penaung
kanvas / pelat dengan rute dalam kota dan sekitarnya atau angkutan pedesaan.
Umumnya sebagai kendaraan barang, maximal beban sumbu belakang 3,5 ton
dengan bagian belakang sumbu tunggal roda tunggal (STRT).
Bus kecil adalah sebagai kendaraan penumpang umum dengan tempat duduk
antara 16 s/d 26 kursi, seperti Kopaja, Metromini, Elf dengan bagian belakang
sumbu tunggal roda ganda (STRG) dan panjang kendaraan maximal 9 m
dengan sebutan bus ¾. : Golongan 5a.
Bus besar adalah sebagai kendaraan penumpang umum dengan tempat duduk
antara 30 s/d 50 kursi, seperti bus malam, bus kota, bus antar kota yang
berukuran 12 m dan STRG : Golongan 5b.
Truk 2 sumbu adalah sebagai kendaraan barang dengan beban sumbu belakang
antara 5 - 10 ton (MST 5, 8, 10 dan STRG) : Golongan 6.
Truk 3 sumbu adalah sebagai kendaraan barang dengan 3 sumbu yang letaknya
STRT dan SGRG (sumbu ganda roda ganda) : Golongan 7a.
Truk gandengan adalah sebagai kendaraan no. 6 dan 7 yang diberi gandengan
bak truk dan dihubungkan dengan batang segitiga. Disebut juga Full Trailer
Truck : Golongan 7b.
Truk semi trailer atau truk tempelan adalah sebagai kendaraan yang terdiri dari
kepala truk dengan 2 - 3 sumbu yang dihubungkan secara sendi dengan pelat
dan rangka bak yang beroda belakang yang mempunyai 2 atau 3 sumbu pula :
Golongan 7c.
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 98/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
Tabel 6.1. : Penggolongan kendaraan berdasar MKJI.
No. Type kendaraan Golongan
1. Sedan, jeep, st. wagon 2
2. Pick-up, combi 3
3. Truck 2 as (L), micro truck, mobil hantaran 4
4. Bus kecil 5a
5. Bus besar 5b
6. Truck 2 as (H) 6
7. Truck 3 as 7a
8. Trailer 4 as, truck gandengan 7b
9. Truck s. trailer 7c
4.2.4. Traffic design
Data dan parameter lalu-lintas yang digunakan untuk perencanaan tebal perkerasan
meliputi :
Jenis kendaraan.
Volume lalu-lintas harian rata-rata.
Pertumbuhan lalu-lintas tahunan.
Damage factor .
Umur rencana.
Faktor distribusi arah.
Faktor distribusi lajur.
Equivalent Single Axle Load , ESAL selama umur rencana (traffic design).
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 99/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
Faktor distribusi arah : DD = 0,3 – 0,7 dan umumnya diambil 0,5 (AASHTO 1993
hal. II-9) .
Faktor distribusi lajur (DL), mengacu pada Tabel 6.14.(AASHTO 1993 halaman II-9).
Tabel 6.14. : Faktor Distribusi Lajur (DL).
Jumlah lajur setiap
arah
DL (%)
1 100
2 80 – 100
3 60 – 80
4 50 – 75
Rumus umum desain traffic (ESAL = Equivalent Single Axle Load) :
Nn
1N
LD j j18 365DDVDFLHRW
dimana :
W18 = Traffic design pada lajur lalu-lintas, Equivalent Single Axle Load .
LHR j = Jumlah lalu-lintas harian rata-rata 2 arah untuk jenis kendaraan j.
VDF j = Vehicle Damage Factor untuk jenis kendaraan j.
DD = Faktor distribusi arah.
DL = Faktor distribusi lajur.
N1 = Lalu-lintas pada tahun pertama jalan dibuka.
Nn = Lalu-lintas pada akhir umur rencana.
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 100/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
Lalu-lintas yang digunakan untuk perencanaan tebal perkerasan adalah lalu-lintas
kumulatif selama umur rencana. Besaran ini didapatkan dengan mengalikan beban
gandar standar kumulatif pada jalur rencana selama setahun dengan besaran
kenaikan lalu-lintas (traffic growth) . Secara numerik rumusan lalu-lintas kumulatifini sebagai berikut :
g
1g1WW
n
18t
dimana :
Wt = Jumlah beban gandar tunggal standar kumulatif
W18 = Beban gandar standar kumulatif selama 1 tahun.
n = Umur pelayanan, atau umur rencana UR (tahun).
g = perkembangan lalu-lintas (%)
4.3. CBR
California Bearing Ratio (CBR), dalam perencanaan perkerasan kaku digunakan
untuk penentuan nilai parameter modulus reaksi tanah dasar (modulus of subgrade
reaction : k) .
CBR yang umum digunakan di Indonesia berdasar besaran 6 % untuk lapis tanah
dasar, mengacu pada spesifikasi (versi Kimpraswil / Departemen Pekerjaan Umum
edisi 2004 dan versi Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta edisi 2004). Akan tetapi
tanah dasar dengan nilai CBR 5 % dan atau 4 % pun dapat digunakan setelah
melalui kajian geoteknik, dengan CBR kurang dari 6 % ini jika digunakan sebagai
dasar perencanaan tebal perkerasan, masalah yang terpengaruh adalah fungsi tebal
perkerasan yang akan bertambah, atau masalah penanganan khusus lapis tanahdasar tersebut.
4.4. MATERIAL KONSTRUKSI PERKERASAN
Material perkerasan yang digunakan dengan parameter yang terkait dalam perencanaan
tebal perkerasan sebagai berikut :
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 101/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
1. Pelat beton
Flexural strength (Sc’) = 45 kg/cm2
Kuat tekan (benda uji silinder 15 x 30 cm) : f c’ = 350 kg/cm2 (disarankan)
2. Wet lean concrete
Kuat tekan (benda uji silinder 15 x 30 cm) : f c’ = 105 kg/cm2
Sc’ digunakan untuk penentuan paramater flexural strength , dan f c’ digunakan
untuk penentuan parameter modulus elastisitas beton (Ec).
4.5. RELIABILITY
Reliability : Probabilitas bahwa perkerasan yang direncanakan akan tetap
memuaskan selama masa layannya.
Penetapan angka Reliability dari 50 % sampai 99,99 % menurut AASHTO
merupakan tingkat kehandalan desain untuk mengatasi, mengakomodasi
kemungkinan melesetnya besaran-besaran desain yang dipakai. Semakin tinggi
reliability yang dipakai semakin tinggi tingkat mengatasi kemungkinan terjadinya
selisih (deviasi) desain. Besaran-besaran desain yang terkait dengan ini antara lain :
Peramalan kinerja perkerasan.
Peramalan lalu-lintas.
Perkiraan tekanan gandar.
Pelaksanaan konstruksi.
1. Kinerja perkerasan diramalkan pada angka desain Terminal Serviceability pt
= 2,5 (untuk jalan raya utama), pt = 2,0 (untuk jalan lalu-lintas rendah), dan
Initial Serviceability po = 4,5 (angka ini bergerak dari 0 – 5).
2. Peramalan lalu-lintas dilakukan dengan studi tersendiri, bukan hanya
didasarkan rumus empirik. Tingkat kehandalan jauh lebih baik dibandingkan
bila dilakukan secara empiris, linear, atau data sekunder.
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 102/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
3. Perkiraan tekanan gandar yang diperoleh secara primer dari WIM survey,
tingkat kehandalannya jauh lebih baik dibanding menggunakan data
sekunder.
4. Dalam pelaksanaan konstruksi, spesifikasi sudah membatasi tingkat / syarat
agar perkerasan sesuai (atau lebih) dari apa yang diminta desain. Bahkan
desain merupakan syarat minimum dalam spesifikasi.
Mengkaji keempat faktor diatas, penetapan besaran dalam desain sebetulnya sudah
menekan sekecil mungkin penyimpangan yang akan terjadi. Tetapi tidak ada satu
jaminan-pun berapa besar dari keempat faktor tersebut menyimpang.
Reliability (R) mengacu pada Tabel 6.15. (diambil dari AASHTO 1993 halaman II-9).
Standard normal deviate (ZR ) mengacu pada Tabel 2.17. (diambil dari AASHTO
1993 halaman I-62).
Standard deviation untuk rigid pavement : So = 0,30 – 0,40 (diambil dari AASHTO
1993 halaman I-62).
Penetapan konsep Reliability dan Standar Deviasi :
Parameter reliability dapat ditentukan sebagai berikut :
Berdasar parameter klasifikasi fungsi jalan
Berdasar status lokasi jalan urban / rural
Penetapan tingkat Reliability (R)
Penetapan standard normal deviation (ZR )
Penetapan standar deviasi (So)
Kehandalan data lalu-lintas dan beban kendaraan
Tabel 6.15. : Reliability (R) disarankan
Klasifikasi Reliability : R (%)
jalan Urban Rural
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 103/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
Jalan tol 85 – 99,9 80 – 99,9
Arteri 80 – 99 75 – 95
Kolektor 80 – 95 75 – 95Lokal 50 – 80 50 – 80
Catatan : Untuk menggunakan besaran-besaran dalam standar AASHTO ini
sebenarnya dibutuhkan suatu rekaman data, evaluasi desain / kenyataan beserta
biaya konstruksi dan pemeliharaan dalam kurun waktu yang cukup. Dengan
demikian besaran parameter yang dipakai tidak selalu menggunakan “angka
tengah” sebagai kompromi besaran yang diterapkan.
Tabel 6.16. : Standard normal deviation (ZR ).
R (%) ZR R (%) ZR
50 - 0,000 93 - 1,476
60 - 0,253 94 - 1,555
70 - 0,524 95 - 1,645
75 - 0,674 96 - 1,751
80 - 0,841 97 - 1,881
85 - 1,037 98 - 2,054
90 - 1,282 99 - 2,327
91 - 1,340 99,9 - 3,090
92 - 1,405 99,99 - 3,750
4.6. SERVICEABILITY
Terminal serviceability index (pt) mengacu pada Tabel 6.17. (diambil dari AASHTO
1993 hal II-10).
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 104/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
Initial serviceability untuk rigid pavement : po = 4,5 (diambil dari AASHTO 1993 hal.
II-10).
Total loss of serviceability : to ppPSI
Tabel 6.17. : Terminal serviceability index (pt).
Percent of peoplept
stating unacceptable
12 3,0
55 2,5
85 2,0
Penetapan parameter serviceability :
Initial serviceability : po = 4,5
Terminal serviceability index Jalur utama (major highways) : pt = 2,5
Terminal serviceability index Jalan lalu-lintas rendah : pt = 2,0
Total loss of serviceability : to ppPSI
4.7. MODULUS REAKSI TANAH DASAR
Modulus of subgrade reaction (k) menggunakan gabungan formula dan grafik
penentuan modulus reaksi tanah dasar berdasar ketentuan CBR tanah dasar.
MR = 1.500 x CBR
4,19
Mk R
MR = Resilient modulus .
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 105/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
Effective Modulus of Subgrade Reaction, k (pci)
Correction of Effective modulus of Subgrade Reaction for Potensial Loss Subbase Support (6)
Gambar6.4.
Koreksi Effective Modulus of Subgrade Reaction , menggunakan Grafik pada Gambar
6.4. (diambil dari AASHTO 1993 halaman II-42).
Faktor Loss of Support (LS) mengacu pada Tabel 6.18. (AASHTO 1993 halaman II-
27).
Tabel 6.18. : Loss of Support Factors (LS).
No. Tipe material LS
1. Cement Treated Granular Base ( E = 1.000.000 – 0 – 1
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 106/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
California Bearing Ratio (CBR)
60 70 80 10025 30 40 50
700 800
2 3 4 5 6 10 15 20
Modulus reaksi tanah dasar : k (psi/in)100 150 200 250 300 400 500 600
2.000.000 psi )
2. Cement Aggregate Mixtures ( E = 500.000 – 1.000.000
psi )
0 – 1
3. Asphalt Treated Base ( E = 350.000 – 1.000.000 psi ) 0 – 14. Bituminous Stabilized Mixtures ( E = 40.000 – 300.000
psi )
0 – 1
5. Lime Stabilized ( E = 20.000 – 70.000 psi ) 1 – 3
6. Unbound Granular Materials ( E = 15.000 – 45.000 psi ) 1 – 3
7. Fine grained / Natural subgrade materials ( E = 3.000 –
40.000 psi )
2 – 3
Pendekatan nilai modulus reaksi tanah dasar dari referensi / literatur :
Pendekatan nilai Modulus Reaksi Tanah Dasar (k) dapat menggunakan hubungan
nilai CBR dengan k seperti yang ditunjukkan pada Gambar 6.5. Diambil dari
literatur Highway Engineering (Teknik Jalan Raya), Clarkson H Oglesby, R Gary
Hicks, Stanford University & Oregon State University, 1996.
Gambar 6.5. : Hubungan antara (k) dan (CBR).
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 107/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
4.8. MODULUS ELASTISITAS BETON
'cc f 000.57E
dimana :
Ec = Modulus elastisitas beton (psi).
f c’ = Kuat tekan beton, silinder (psi).
Kuat tekan beton f c’ ditetapkan sesuai pada Spesifikasi pekerjaan (jika ada dalam
spesifikasi).
Di Indonesia saat ini umumnya digunakan : f c’ = 350 kg/cm2
4.9. FLEXURAL STRENGTH
Flexural strength (modulus of rupture) ditetapkan sesuai pada Spesifikasi
pekerjaan.
Flexural strength saat ini umumnya digunakan : Sc’ = 45 kg/cm2 = 640 psi.
4.10. DRAINAGE COEFFICIENT
4.10.1. Variabel faktor drainase
AASHTO memberikan 2 variabel untuk menentukan nilai koefisien drainase.
Variabel pertama : mutu drainase, dengan variasi excellent, good, fair, poor,
very poor. Mutu ini ditentukan oleh berapa lama air dapat dibebaskan dari
pondasi perkerasan.
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 108/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
Variabel kedua : persentasi struktur perkerasan dalam satu tahun terkena air
sampai tingkat mendekati jenuh air (saturated), dengan variasi < 1 %, 1 – 5 %,
5 – 25 %, > 25 %
4.10.2. Penetapan variable mutu drainase
Penetapan variable pertama mengacu pada Tabel 6.19. (diambil dari AASHTO 1993
halaman II-22), dan dengan pendekatan sebagai berikut :
a. Air hujan atau air dari atas permukaan jalan yang akan masuk kedalam
pondasi jalan, relatif kecil berdasar hidrologi yaitu berkisar 70 – 95 % air yang
jatuh di atas jalan aspal / beton akan masuk ke sistem drainase (sumber :
BINKOT Bina Marga & Hidrologi Imam Subarkah) . Kondisi ini dapat dilihat
acuan koefisien pengaliran pada Tabel 6.20 . & 6.21.
b. Air dari samping jalan yang kemungkinan akan masuk ke pondasi jalan, inipun
relatif kecil terjadi, karena adanya road side ditch, cross drain , juga muka air
tertinggi di-desain terletak di bawah subgrade.
c. Pendekatan dengan lama dan frekuensi hujan, yang rata-rata terjadi hujan
selama 3 jam per hari dan jarang sekali terjadi hujan terus menerus selama 1minggu.
Maka waktu pematusan 3 jam (bahkan kurang bila memperhatikan butir b.) dapat
diambil sebagai pendekatan dalam penentuan kualitas drainase, sehingga pemilihan
mutu drainase adalah berkisar Good , dengan pertimbangan air yang mungkin masih
akan masuk, quality of drainage diambil kategori Fair .
Untuk kondisi khusus, misalnya sistem drainase sangat buruk, muka air tanah
terletak cukup tinggi mencapai lapisan tanah dasar, dan sebagainya, dapat
dilakukan kajian tersendiri.
Tabel 6.19. : Quality of drainage.
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 109/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
Quality of
drainage
Water removed within
Excellent 2 jam
Good 1 hari
Fair 1 minggu
Poor 1 bulan
Very poor Air tidak
terbebaskan
Tabel 6.20. : Koefisien pengaliran C (Binkot)
No. Kondisi permukaan
tanah
Koefisien pengaliran
(C)
1. Jalan beton dan jalan
aspal
0,70 – 0,95
2. Bahu jalan :
- Tanah berbutir halus 0,40 – 0,65
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 110/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
- Tanah berbutir kasar 0,10 – 0,20
- Batuan masif keras 0,70 – 0,85
- Batuan masif lunak 0,60 – 0,75
Sumber : Petunjuk desain drainase permukaan jalan No. 008/T/BNKT/1990, Binkot,
Bina Marga, Dep. PU, 1990.
Tabel 6.21. : Koefisien pengaliran C (Hidrologi, Imam Subarkah)
Type daerah aliran C
Jalan Beraspal 0,70 - 0,95
Beton 0,80 - 0,95
Batu 0,70 - 0,85
Sumber : Hidrologi, Imam Subarkah.
4.10.3. Penetapan variable prosen perkerasan terkena air
Penetapan variable kedua yaitu persentasi struktur perkerasan dalam 1 tahun
terkena air sampai tingkat saturated , relatif sulit, belum ada data rekaman
pembanding dari jalan lain, namun dengan pendekatan-pendekatan, pengamatan
dan perkiraan berikut ini, nilai dari faktor variabel kedua tersebut dapat didekati.
Prosen struktur perkerasan dalam 1 tahun terkena air dapat dilakukan pendekatan
dengan asumsi sebagai berikut :
100W365
T
24
TP L
hari jamheff
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 111/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
dimana :
Pheff = Prosen hari effective hujan dalam setahun yang akan berpengaruh
terkenanya perkerasan (dalam %).
T jam = Rata-rata hujan per hari (jam).
Thari = Rata-rata jumlah hari hujan per tahun (hari)
WL = Faktor air hujan yang akan masuk ke pondasi jalan (%)
Selanjutnya drainage coefficient (Cd) mengacu pada Tabel 6.22.(AASHTO 1993
halaman II – 26) .
Tabel 6.22. : Drainage coefficient (Cd).
Percent of time pavement structure is exposed
to moisture levels approaching saturation
Quality of
drainage
< 1 % 1 – 5 % 5 – 25 % > 25 %
Excellent 1.25 – 1.20 1.20 – 1.15 1.15 – 1.10 1.10
Good 1.20 – 1.15 1.15 – 1.10 1.10 – 1.00 1.00
Fair 1.15 – 1.10 1.10 – 1.00 1.00 – 0.90 0.90
Poor 1.10 – 1.00 1.00 – 0.90 0.90 – 0.80 0.80
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 112/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
Very poor 1.00 – 0.90 0.90 – 0.80 0.80 – 0.70 0.70
Penetapan parameter drainage coefficient :
Berdasar kualitas drainase
Kondisi Time pavement structure is exposed to moisture levels approaching
saturation dalam setahun
4.11. LOAD TRANSFER
Load transfer coefficient (J) mengacu pada Tabel 6.23. (diambil dari AASHTO 1993
halaman II-26), dan AASHTO halaman III-132.
Tabel 6.23. : Load transfer coefficient.
Shoulder Asphalt Tied PCC
Load transfer devices Yes No Yes No
Pavement type
1. Plain jointed & jointed
reinforced
3.2 3.8 – 4.4 2.5 – 3.1
(JRCP)
3.6 –
4.2
(JPCP)
2. CRCP (Continuous
Reinforced Concrete
Pavement)
2.9 – 3.2 N/A 2.3 – 2.9 N/A
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 113/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
JRCP = Jointed Reinforced Concrete Pavement
JPCP = Jointed Plain (Unreinforced) Concrete Pavement
Pendekatan penetapan parameter load transfer :
Joint dengan dowel : J = 2,5 – 3,1 (diambil dari AASHTO 1993 halaman II-
26).
Untuk overlay design : J = 2,2 – 2,6 (diambil dari AASHTO 1993 halaman
III-132).
4.12. PERSAMAAN PENENTUAN TEBAL PELAT (D)
25,0c
75,0
75,0d
'c
10t
46,8
7
10
10oR1810
k:E
42,18DJ63,215
132,1DCSlog p32,022,4
)1D(
10624,11
5,15,4
PSIlog
06,0)1D(log35,7SZWlog
dimana :
W18 = Traffic design, Equivalent Single Axle Load (ESAL).
ZR = Standar normal deviasi.
So = Standar deviasi.
D = Tebal pelat beton (inches).
PSI = Serviceability loss = po – pt
po = Initial serviceability.
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 114/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
pt = Terminal serviceability index.
Sc’ = Modulus of rupture sesuai spesifikasi pekerjaan (psi).
Cd = Drainage coefficient.
J = Load transfer coefficient. Ec = Modulus elastisitas (psi).
k = Modulus reaksi tanah dasar (pci).
4.13. PAREMETER DESAIN DAN DATA PERENCANAAN RIGID PAVEMENT
Parameter desain dan data perencanaan untuk kemudahan bagi perencana dalam
menentukan tebal pelat beton rigid pavement, disajikan seperti pada Tabel 6.24.
Tabel 6.24. : Parameter dan data yang digunakan dalam perencanaan.
No. Parameter AASHTO Desain
1. Umur Rencana -
2. Lalu-lintas, ESA -
3. Terminal serviceability
(pt)
2,0 – 3,0
4. Initial serviceability (po) 4,5
5. Serviceability loss (PSI) po – pt
6. Reliability (R) 75 – 99,9
7. Standard normal
deviation (ZR )
- 0,674 s/d - 1,645
8. Standard deviation (So) 0,30 – 0,40
9. Modulus reaksi tanah Berdasar CBR = 6 *)
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 115/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
dasar (k)
10. Modulus elastisitas beton
(Ec)
Berdasar : f’c = 350
kg/cm2
11. Flexural strength (S’ c) Berdasar : S’c = 45kg/cm2
12. Drainage coefficient (Cd) 1,10 – 1,20
13. Load transfer coefficient
(J)
2,50 – 2,60
Keterangan : Parameter dan data diatas, sebagai contoh.
*) Dapat dikaji secara khusus terhadap nilai CBR rencana.
4.14. DESAIN GABUNGAN RIGID & FLEXIBLE PAVEMENT (COMPOSITE
PAVEMENT)
Perencanaan gabungan rigid & flexible pavement (composite) yang digunakan
adalah pendekatan desain overlay hotmix diatas rigid pavement yang mengacu
pada AASHTO guide for design of pavement structures 1993 .
Prosedur, parameter-parameter perencanaan mengikuti metode perencanaan Rigid
Pavement diatas dengan gabungan formula overlay diatas rigid pavement tersebut,
sebagai berikut ini.
Dol = A ( Df – Deff )
A = 2,2233 + 0,0099 ( Df – Deff )2 – 0,1534 ( Df – Deff )
dimana :
Dol = Tebal flexible pavement (inches).
Df = Tebal total perkerasan rencana (inches).
Deff = Tebal lapis pelat beton effective (inches).
A = Faktor konversi lapis perkerasan beton ke hotmix.
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 116/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
4.15. REINFORCEMENT DESIGN
4.15.1. Steel working stress
Allowable working stress f s untuk grade 40 = 30.000 psi.
4.15.2. Friction factor
Tabel 6.25. : Recommended friction factor.
Type material dibawahslab
Friction factor (F)
Surface treatment 2,2
Lime stabilization 1,8
Asphalt stabilization 1,8
Cement stabilization 1,8
River gravel 1,5
Crushed stone 1,5
Sandstone 1,2
Natural subgrade 0,9
Sumber : AASHTO 1993 halaman II-28.
4.15.3. Longitudinal & transverse steel reinforcing
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 117/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
Prosen longitudinal & transverse steel diperlukan :
100
f 2
LFP
s
s
dimana :
Ps = Longitudinal & transverse steel diperlukan (%).
L = Panjang slab (feet).
f s = Steel working stress (psi).
F = Friction factor.
4.15.4. Tie bar
Tie Bar dirancang untuk memegang plat sehingga teguh, dan dirancang untuk
menahan gaya-gaya tarik maksimum. Tie bar tidak dirancang untuk memindah
beban.
Jarak tie bar dapat mengacu pada Tabel 6.26.
Tabel 6.26. : Tie bar.
Diameter batang ½ in Diameter batang 5/8 in
Jenis
dan
Tegang
an
Tebal Jarak maximum (in) Jarak maximum (in)
mutubaja
kerja perkerasan
Panjang
Lebar
Lebar
Lebar
Panjang
Lebar
Lebar
Lebar
(psi) (in) (in) lajur lajur lajur (in) lajur lajur lajur
10 ft 11 ft 12 ft 10 ft 11 ft 12 ft
Grade
40
30.000 6 25 48 48 48 30 48 48 48
7 25 48 48 48 30 48 48 48
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 118/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
8 25 48 44 40 30 48 48 48
9 25 48 40 38 30 48 48 48
10 25 48 38 32 30 48 48 48
11 25 35 32 29 30 48 48 4812 25 32 29 26 30 48 48 48
Sumber : Literartur / Makalah UI.
4.15.5. Dowel
Alat pemindah beban yang biasa dipakai adalah dowel baja bulat polos . Syarat
perancangan minimum dapat mengacu pada Tabel 6.27, atau penentuan diameter
dowel dapat menggunakan pendekatan formula :
8
Dd
dimana :
d = Diamater dowel (inches).
D = Tebal pelat beton (inches)
Tabel 6.27. : Rekomendasi dowel.
Tebal Dowel Panjang Jarak
perkerasan diameter dowel dowel
(in) (in) (in) (in)
6 3/4 18 12
7 1 18 12
8 1 18 12
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 119/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
9 1 1/4 18 12
10 1 1/4 18 12
11 1 1/4 18 12
12 1 1/4 18 12
Sumber : Literartur / Makalah UI.
4.15.6. Parameter desain dan data reinforcement design
Parameter desain dan data untuk reinforcement design disajikan seperti pada Tabel6.28.
Tabel 6.28. : Parameter dan data yang digunakan dalam perencanaan.
No. Parameter AASHTO Desain
1. Steel working stress ( fs ) :
grade 40
Grade 40 30.000 psi
2. Friction factor ( F ) 1,8 1,8
3. Tebal pelat Lihat desain tebal
pelat
4. Panjang pelat arah
longitudinal
15,00 feet
5. Traffic lane & shoulder wide 24,00 feet
6. Jarak dari tepi bebas 11,00 feet
7. Lebar lajur 11,00 feet
Keterangan : Parameter dan data diatas, sebagai contoh.
4.16. TINJAUAN KHUSUS PERENCANAAN PENULANGAN DAN SAMBUNGAN
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 120/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
Untuk perencanaan penulangan dan sambungan pada perkerasan jalan kaku,
berikut ini diambilkan referensi dari beberapa standard dan literatur, yaitu dari
sumber :
Principles of pavement design by Yoder & Witczak 1975
SNI 1991.
SKBI 2.3.28.1988
4.16.1. Tata cara perencanaan penulangan
Tujuan dasar distribusi penulangan baja adalah bukan untuk mencegah terjadinya
retak pada pelat beton tetapi untuk membatasi lebar retakan yang timbul pada
daerah dimana beban terkonsentrasi agar tidak terjadi pembelahan pelat beton
pada daerah retak tersebut, sehingga kekuatan pelat tetap dapat dipertahankan.
Banyaknya tulangan baja yang didistribusikan sesuai dengan kebutuhan untuk
keperluan ini yang ditentukan oleh jarak sambungan susut, dalam hal ini
dimungkinkan penggunaan pelat yang lebih panjang agar dapat mengurangi jumlah
sambungan melintang sehingga dapat meningkatkan kenyamanan.
1. Kebutuhan penulangan pada perkerasan bersambung tanpa
tulangan
Pada perkerasan bersambung tanpa tulangan, penulangan tetap dibutuhkan
untuk mengantisipasi atau meminimalkan retak pada tempat-tempat dimana
dimungkinkan terjadi konsentrasi tegangan yang tidak dapat dihindari.
Tipikal penggunaan penulangan khusus ini antara lain :
Tambahan pelat tipis.
Sambungan yang tidak tepat.
2. Penulangan pada perkerasan bersambung dengan tulangan
Luas tulangan pada perkerasan ini dihitung dari persamaan sebagai berikut :
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 121/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
ss
f
hLF 76,11 A
dimana :
A s = luas tulangan yang diperlukan (mm2 /m lebar)
F = koefisien gesekan antara pelat beton dengan lapisan di bawahnya
(Tabel 6.29.)
L = jarak antara sambungan (m)
h = tebal pelat (mm)
f s = tegangan tarik baja ijin (MPa)
A s min. menurut SNI 1991 untuk segala keadaan = 0,14 % dari luas
penampang beton.
Tabel 6.29. : Koefisien gesekan antara pelat dengan lapisan pondasi
dibawahnya.
Type material dibawah slab Friction factor (F)
Burtu, Lapen dan konstruksi
sejenis
2,2
Aspal beton, Lataston 1,8
Stabilisasi kapur 1,8
Stabilisasi aspal 1,8
Stabilisasi semen 1,8
Koral sungai 1,5
Batu pecah 1,5
Sirtu 1,2
Tanah 0,9
3). Penulangan pada perkerasan menerus dengan tulangan
a. Penulangan memanjang
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 122/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
ty
ts
f nf
)F2,03,1(f 100P
dimana :
Ps = persentase tulangan memanjang yang dibutuhkan terhadap
penampang beton (%).
f t = kuat tarik lentur beton yang digunakan = 0,4 – 0,5 f r
f y = tegangan leleh rencana baja (SNI 1991. f y < 400 MPa – BJTD40)
n = angka ekivalen antara baja dan beton =c
s
E
E (Tabel 6.30.)
F = koefisien gesekan antara pelat beton dengan lapisan di
bawahnya (Tabel 6.29.)
Es = modulus elastisitas baja (berdasarkan SNI 1991 digunakan
200.000 MPa)
Ec = modulus elastisitas beton (SNI 1991 digunakan 4700'cf MPa)
Tabel 6.30. : Hubungan antara kuat tekan beton dan angka ekivalen baja & beton
(n) serta f r.
f c’ f c’ nf r
(kg/cm2) (MPa) (MPa)
115 11,3 13 2,1120 – 135 11,8 – 13,2 12 2,2
140 – 165 13,7 – 16,2 11 2,4
170 – 200 16,7 – 19,6 10 2,6
205 – 250 20,1 – 24,5 9 2,9
260 – 320 25,5 – 31,4 8 3,3
330 – 425 32,4 – 41,7 7 3,7
450 44,1 6 4,1
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 123/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
Sumber : SNI 1991
Persentase minimum tulangan memanjang pada perkerasan beton
menerus adalah 0,6 % dari luas penampang beton.
Jarak antara retakan pada perkerasan beton menerus dengan tulangan
dapat dihitung dengan persamaan :
f ESf up n
f L
tcb2
2t
cr
dimana :
Lcr = jarak teoritis antara retakan (m), jarak optimum antara 1 – 2
m.
p = luas tulangan memanjang per satuan luas.
f b = tegangan lekat antara tulangan dengan beton yang dikenal
sebagai lekat lentur (MPa). Besaran lekat lentur yang dipakai
dalam praktek menurut ACI 1963 untuk tulangan dengan
diameter 35,7 mm (# 11) :
tegangan lekat dasar ='cf
d
5,9 800 psi
atau dalam SI unit :
tegangan lekat dasar ='cf
d
79,0 5,5 MPa
d = diameter tulangan (cm).
S = koefisien susut beton, umumnya dipakai antara 0,0005 –
0,0006 untuk pelat perkerasan jalan.
f t = kuat tarik lentur beton yang digunakan = 0,4 – 0,5 f r (MPa).
n = angka ekivalen antara baja dan beton =c
s
E
E (Tabel 6.30.)
u = keliling penampang tulangan per satuan luas tulangan = 4/d
(dalam m-1)
Ec = modulus elastisitas beton = 4700'cf (MPa)
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 124/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
b. Penulangan melintang
Luas tulangan melintang yang diperlukan pada perkerasan beton
menerus, dihitung dengan persamaan yang sama seperti pada
perhitungan penulangan perkerasan beton bersambung dengan
tulangan.
4.16.2. Sambungan
Perencanaan sambungan pada perkerasan kaku, merupakan bagian yang harus
dilakukan, baik jenis perkerasan beton bersambung tanpa atau dengan tulangan,
maupun pada jenis perkerasan beton menerus dengan tulangan.
1. Jenis sambungan
Sambungan dibuat atau ditempatkan pada perkerasan beton dimaksudkan
untuk menyiapkan tempat muai dan susut beton akibat terjadinya tegangan
yang disebabkan : perubahan lingkungan (suhu dan kelembaban), gesekan
dan keperluan konstruksi (pelaksanaan).
Sambungan pada perkerasan beton umumnya terdiri dari 3 jenis, yang
fungsinya sebagai berikut :
a. Sambungan susut
Atau sambungan pada bidang yang diperlemah (dummy) dibuat untuk
mengalihkan tegangan tarik akibat : suhu, kelembaban, gesekan
sehingga akan mencegah retak. Jika sambungan susut tidak dipasang,
maka akan terjadi retak acak pada permukaan beton.
b. Sambungan muai
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 125/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
1 - 1,5 m
Jarak sambungan melintang
Bahu
Lajur 1
Lajur 2
Lajur 3
Tie bar
Dowel
Dowel iebar
epi dalam
Tepi luar
Sambungan memanjang
ie bar
Sambungan melintang serong
Sambungan memanjang
ie bar
Dowel
Fungsi utamanya untuk menyiapkan ruang muai pada perkerasan,
sehingga mencegah terjadinya tegangan tekan yang akan menyebabkan
perkerasan tertekuk.
c. Sambungan konstruksi (pelaksanaan)
Diperlukan untuk kebutuhan konstruksi (berhenti dan mulai
pengecoran). Jarak antara sambungan memanjang disesuaikan dengan
lebar alat atau mesin penghampar (paving machine) dan oleh tebal
perkerasan.
Selain 3 jenis sambungan tersebut, jika pelat perkerasan cukup lebar (> 7 m)
maka diperlukan sambungan ke arah memanjang yang berfungsi sebagai
penahan gaya lenting (warping) yang berupa sambungan engsel, dengan
diperkuat batang pengikat (tie bar).
2. Geometrik sambungan
Geometrik sambungan adalah tata letak secara umum dan jarak antara
sambungan.
Gambar 6.8. : Tata letak sambungan pada perkerasan kaku.
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 126/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
a. Jarak sambungan
Pada umumnya jarak sambungan konstruksi memanjang dan melintang
tergantung keadaan bahan dan lingkungan setempat, dimana
sambungan muai dan susut sangat tergantung pada kemampuan
konstruksi dan tata letaknya.
Untuk sambungan muai, jarak untuk mencegah retak sedang akan
mengecil jika koefisien panas, perubahan suhu atau gaya gesek tanah
dasar bertambah bila tegangan tarik beton bertambah. Jarak
berhubungan dengan tebal pelat dan kemampuan daya ikat sambungan.
Untuk menentukan jarak sambungan yang akan mencegah retak, yang
terbaik dilakukan dengan mengacu petunjuk dari catatan kemampuan
pelayanan setempat. Pengalaman setempat penting diketahui karena
perubahan jenis agregat kasar akan memberi dampak yang nyata pada
koefisien panas beton dengan konsekuensi jarak sambungan yang dapat
diterima.
Sebagai petunjuk awal, jarak sambungan untuk beton biasa 2 h (dua
kali tebal pelat beton dalam satuan berbeda, misalkan tebal pelat h = 8
inci, maka jarak sambungan = 16 feet, jadi kalau dengan SI unit jarak
sambungan = 24 – 25 kali tebal pelat, misalkan tebal pelat 200 mm,
maka jarak sambungan = 4.800 mm) dan secara umum perbandingan
antara lebar pelat dibagi panjang pelat 1,25
Penggunaan sambungan muai biasanya diminimalkan pada proyek
dengan pertimbangan masalah biaya, kompleksitas dan penampilannya.
Sambungan digunakan pada struktur dimana jenis perkerasan berubah
(misalnya : dari jenis menerus ke jenis bersambung) pada
persimpangan.
Jarak antara sambungan konstruksi, biasanya diatur pada penempatan
di lapangan dan kemampuan peralatan. Sambungan konstruksi
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 127/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
memanjang harus ditempatkan pada tepi lajur untuk memaksimalkan
kerataan perkerasan dan meminimalkan persoalan pengalihan beban.
Sambungan konstruksi melintang terjadi pada akhir pekerjaan atau pada
saat penghentian pengecoran.
b. Tata letak sambungan
Sambungan menyerong atau acak (random), akan meminimalkan
dampak kekasaran sambungan, sehingga dapat memperbaiki mutu
pengendalian.
Sambungan melintang serong akan meningkatkan penampilan dan
menambah usia perkerasan kaku, yaitu biasa atau bertulang, dengan
atau tanpa ruji. Sambungan harus serong sedemikian agar beban roda
dari masing-masing sumbu dapat melalui sambungan pada saat yang
tidak bersamaan.
Sudut tumpul pada sisi luar perkerasan harus dibagian depan
sambungan pada arah lalu-lintas, karena sudut akan menerima dampak
beban roda terbesar secara tiba-tiba.
Keuntungan dari sambungan serong sebagai berikut :
Mengurangi lendutan dan tegangan pada sambungan, sehingga
menambah daya dukung beban pelat dan memperpanjang usia
pelat.
Mengurangi dampak reaksi kendaraan pada saat melintasi
sambungan dan memberikan kenyamanan yang lebih.
Untuk lebih meningkatkan penampilan perkerasan biasa adalah dengan
menggunakan sambungan serong pada jarak acak atau tidak teratur.Pola jarak acak mencegah irama atau resonansi pada kendaraan yang
bergerak dalam kecepatan normal. Dari hasil penelitian menunjukkan
bahwa pada pola jarak pelat 2,50 m harus dihindarkan.
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 128/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
c. Dimensi sambungan
Lebar sambungan, ditentukan oleh alur yang akan diuraikan pada bagian
bawah. Kedalaman takikan sambungan susut harus cukup memadai
untuk memastikan akan terjadi retak pada tempat yang dikehendaki dan
tidak pada sembarang tempat. Biasanya kedalaman takikan sambungan
susut melintang ¼ tebal pelat dan sambungan memanjang 1/3
ketebalan.
Sambungan tersebut dibuat dengan pemotongan, penyelipan atau
pembentukan. Waktu pemotongan sangat kritis untuk mencegah retak
acak sehingga sambungan harus dipotong dengan hati-hati untuk
memastikan semuanya bekerja bersamaan. Jarak waktu untukpengecoran dengan pemotongan akan berubah dengan perubahan suhu
pelat, keadaan pengeringan dan proporsi campuran.
3. Dimensi bahan penutup sambungan
a. Sambungan susut
Pergerakan sambungan dan kemampuan bahan penutup alur harusdioptimalkan. Pada umumnya mutu bahan penutup sambungan harus
ditingkatkan jika pergerakan sambungan diperkirakan akan bertambah.
Bertambahnya pergerakan sambungan dapat diakibatkan oleh
perpanjangan pelat, perubahan suhu yang besar dan atau koefisien
panas beton yang tinggi.
Pergerakan sambungan pada perkerasan dipengaruhi faktor-faktor
seperti perubahan sifat volume panjang beton dan gesekan antara pelat
dan pondasi bawah (tanah dasar).
Dalam hal untuk menjaga bentuk penutup-lapangan yang efektif, lubang
alur (takikan) yang akan diisi bahan penutup harus mempunyai faktor
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 129/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
bentuk (lebar dan dalam) yang benar. Dalam batasan praktis,
kedalaman sambungan minimum lubang harus mendekati segiempat
dan berada dibawah permukaan minimum 3 mm (1/8 inci). Dengan
demikian berarti takikan biasanya dibentuk dengan menambah lebar danmengurangi kedalaman bagian atas sambungan untuk mengikat bahan
penutup. Untuk sambungan yang sempit dengan jarak sambungan yang
dekat, lubang dapat dibentuk dengan menyisipkan tali atau bahan lain
sampai kedalaman yang telah ditentukan. Metoda ini mengurangi
kebutuhan bahan penutup. Pada umumnya dalam berbanding lebar
berkisar 1 – 1,5 dengan kedalaman minimum 9,5 mm (3/8 inci) untuk
sambungan memanjang dan 12,5 mm (1/2 inci) untuk sambungan
melintang.
Lebar sambungan didefinisikan sebagai nilai maximum yang terjadi pada
suhu minimum. Jadi nilai maximum meliputi pergerakan horisontal yang
diantisipasi ditambah dengan lebar sisa disebabkan sifat bahan penutup.
Pergerakan horisontal dapat dihitung dengan memperkirakan bukaan
sambungan yang disebabkan siklus temperatur ditambah dengan
penyusutan beton. Besarnya bukaan dan sebaliknya tergantung pada :
perubahan temperatur dan kelembaban
jarak antara sambungan kerja (pelaksanaan) atau retak
gesekan antara lapis pondasi dan pelat
kondisi dari rencana pemberian beban sambungan, dan sebagainya.
Untuk keperluan perencanaan bukaan sambungan melintang rata-rata
pada selang waktu dapat dihitung dengan pendekatan. Lebar
sambungan harus memperhitungkan pergerakan ditambah dengan
tegangan sisa yang diijinkan pada penutup sambungan.
Menurut AASHTO : disyaratkan lebar bukaan 0,04 inci untuk
sambungan tanpa ruji (dowel).
Menurut Yoder & Witczak : lebar bukaan 0,04 inci untuk
sambungan tanpa dowel, lebar bukaan 0,25 inci untuk sambungan
dengan dowel.
Menurut SKBI 1988 : lebar bukaan retakan minimum (mm) = 0,45 x
Panjang Pelat (m), umumnya lebar retakan yang diijinkan berkisar
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 130/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
antara 1 – 3 mm, tetapi untuk kemudahan pengisian bahan penutup,
lebar bukaan pada bagian atas diperlebar maximum 6 – 10 mm
dengan kedalaman tidak lebih dari 20 mm dan semua sambungan
susut melintang harus dipasang ruji.
b. Sambungan muai
Pergerakan pada sambungan muai didasarkan pada pengalaman agen
pembuat. Dimensi alur takikan akan optimal didasarkan pada
pergerakan dan kemampuan bahan pengisi. Pada umumnya, dimensi
akan lebih besar dari pada untuk sambungan susut.
c. Sambungan pelaksanaan
Menurut AASHTO, tipikal sambungan susut melintang juga dapat
digunakan untuk sambungan pelaksanaan dan sambungan memanjang
lainnya.
4. Dowel (ruji)
Dowel berupa batang baja tulangan polos (maupun profil), yang digunakan
sebagai sarana penyambung / pengikat pada beberapa jenis sambungan pelat
beton perkerasan jalan.
Dowel berfungsi sebagai penyalur beban pada sambungan, yang dipasang
dengan separuh panjang terikat dan separuh panjang dilumasi atau dicat
untuk memberikan kebebasan bergeser.
Tabel 6.31. : Ukuran dan jarak batang dowel (ruji) yang disarankan.
Tebal pelat Diameter Panjang Jarak
inci mm inci mm inci mm inci mm
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 131/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
6 150 ¾ 19 18 450 12 300
7 175 1 25 18 450 12 300
8 200 1 25 18 450 12 300
9 225 1¼ 32 18 450 12 30010 250 1¼ 32 18 450 12 300
11 275 1¼ 32 18 450 12 300
12 300 1½ 38 18 450 12 300
13 325 1½ 38 18 450 12 300
14 350 1½ 38 18 450 12 300
Sumber : Principles of pavement design by Yoder & Witczak, 1975
d = diameter batang dowel
Ld = panjang batang dowel
D = tebal pelat beton perkerasan
Gambar 6.9. : Sambungan susut melintang dengan dowel.
0,5 Ld 0,5 Ld
6 - 10 mm
0,25 D
0,5 D
0,5 D
D
Bahan penutup Batang polos
diminyaki / dicatmax. 20 mm
25 mm
0,5 D
0,5 Ld0,5 Ld
50 mm
19 mm
0,25 D
0,5 D
D
Bahan penutup
Batang polos diminyaki / dicatTerikat / fixed
Bahan pengisi / filler
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 132/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
d = diameter batang dowel
Ld = panjang batang dowel
D = tebal pelat beton perkerasan
Gambar 6.10. : Sambungan muai dengan dowel.
5. Batang pengikat (Tie bar)
Tie bar adalah potongan baja yang diprofilkan yang dipasang pada
sambungan lidah-alur dengan maksud untuk mengikat pelat agar tidak
bergerak horisontal. Batang pengikat dipasang pada sambungan memanjang,
lihat Gambar 6.11.
Cara menentukan dimensi batang pengikat :
Jarak sambungan dari tepi terdekat, lihat sketsa Gambar 6.11.
Tabel perhitungan :
Nomor Jarak (X) Jarak maximum Tie bar (cm)
Sambungan meter 12 mm 16 mm
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 133/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
2 3,50 Tergantung tebal
pelat
Tergantung tebal
pelat
Gambar 6.11. : Jarak sambungan dari tepi
terdekat.
Sketsa sambungan pelaksanaan memanjang seperti pada Gambar 6.12.
X
X2
1 2
1, 2, 3, = Sambungan pelaksanaan
Bah
La ur La ur
0,5 3,5 3,5
6 - 10 mm
0,25 D
D
12 mm
12 mm
50 mm
D/3
Bahan penutup
Batang pengikat baja profil
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 134/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
Gambar 6.12. : Sambungan pelaksanaan memanjang dengan lidah alur dan Tie
bar
B.
Utilitas Jalan
5.1 Utilitas
Utilitas adalah fasilitas umum yang menyangkut kepentingan masyarakat banyak
yang mempunyai sifat pelayanan lokal maupun wilayah diluar bangunan
pelengkap dan perlengkapan jalan. Termasuk dalam fasilitas umum ini antara lain
jaringan listrik, jaringan telekomunikasi, jaringan air bersih, jaringan distribusi gas,
bahan bakar dan lain-lain.
Bangunan pelengkap adalah bangunan pelengkap yang mendukung utilitas
antara lain jembatan, ponton, lintas atas, lintas bawah, tempat parkir, gorong-
gorong, tembok penahan dan saluran tepi yang dibangun sesuai dengan
persyaratan teknik.
Perlengkapan jalan terdiri dari:
1. Yang mempunyai fungsi sebagai sarana untuk mengatur kelancaran,
keamanan, dan ketertiban lalu lintas, marka jalan.
2. Yang mempunyai fungsi sebagai sarana untuk keperluan memberikan
perlengkapan dan pengaman jalan yaitu : patok kilometer, batas seksi,
pagar pengaman jalan.
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 135/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
A. Pada pekerjaan pemasangan utilitas ini, terdiri dari pekerjaan galian
dan penimbunan kembali, yaitu :
1. Pekerjaan galian pada pekerjaan utilitas mencakup pula pekerjaan
pengaturan penempatan tanah galian agar tidak mengurangi kelancaran lalulintas kendaraan, pejalan kaki pada trotoar / bahu jalan, dan tidak mengganggu
kelancaran drainase serta pencegahan pengotoran permukaan permukaan jalan
B. Persyaratan Lingkungan
1. Pekarjaan pemasangan utilitas harus memperhatikan dan mengindahkan
masalah lingkungan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
2. Penggalian, penimbunan, pembongkaran bangunan dan peasangan bangunan
utilitas serta peralatan yang digunakan harus memperhatikan kepentingan lalu
lintas termasuk penghuni rumah/ pejalan kaki
3. Pembangunan atau perbaikan kembali bangunan, halaman, atau pagar
menjadi tanggung jawab pemilik utilitas
4. Pemasangan utilitas tidak boleh mengganggu bangunan utilitas lain
5. Kerusakan yang timbul akibat butir 2, 3 dan 4 menjadi tanggung j awab
pemilik utilitas
C. Penempatan utilitas
Penempatan bangunan utilitas baru dan penggantian utilitas lama agar mengikuti
ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
Di luar Daerah Perkotaan
1. Penempatan arah memanjang
1) Bangunan utilitas yang mempunyai sifat pelayanan wilayah pada system
jaringan jalan primer di luar kota, harus ditempatkan di luar Daerah Milik
Jalan
2) Bangunan utilitas yang mempunyai sifat pelayanan local pada system
jaringan jalan primer di luar kota dapat ditempatkan di luar Daerah Manfaat
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 136/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
Jalan sejauh mungkin , mendekati kebatas Daerah Milik Jalan
2. Penempatan arah melintang
Penempatan arah melintang harus memenuhi tinggi ruang bebas , yaitu paling
rendah 5m diatas permukaan perkerasan jalan dengan kedalaman min 1,5 m dari
perkerasan jalan
3. Didaerah Persimpangan Jalan
Penempatan utilitas didaerah persimpangan jalan, harus memanfaatkan
fasilitas utilitas yang telah disediakan . Penempatan utilitas pada fasilitas ini
perlu mendapatkan informasi dan petunjuk kepada Pembina jalan.
D. Bahan Galian
Bahan galian tidak dibenarkan ditumpuk di penggir jalan, di atas perkerasan atau
di daerah manfaat jalan (Damaja). Bekas timbunan bahan galian yang telah
diangkut ke tempat penimbunan sementara harus bersih kembali.
E. Bahan Timbunan
Bahan timbunan tanah harus menggunakan bahan dengan jenis dan mutu yang
min sama dengan bahan yang digali sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Bahan timbunan lapis perkerasan harus menggunakan bahan baru jenis pondasi
atas (base) pndasi bawah (sub base) dan lapis permukaan (surface ) yang
mutunya minimal sama dengan bahan semula.
5.2
Rambu - Rambu Lalu Lintas
Rambu adalah alat yang utama dalam mengatur, memberi peringatan dan
mengarahkan lalu lintas.
Rambu yang efektif harus memenuhi hal-hal berikut:
memenuhi kebutuhan.
menarik perhatian dan mendapat respek pengguna jalan.
memberikan pesan yang sederhana dan mudah dimengerti.
menyediakan waktu cukup kepada pengguna jalan dalam memberikan respon.
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 137/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, pertimbangan - pertimbangan yang
harus diperhatikan dalam perencanaan dan pemasangan rambu adalah:
1. Keseragaman bentuk dan ukuran rambu
Keseragaman dalam alat kontrol lalu lintas memudahkan tugas pengemudi
untuk mengenal, memahami dan memberikan respon. Konsistensi dalam
penerapan bentuk dan ukuran rambu akan menghasilkan konsistensi persepsi
2. Desain rambu
Warna, bentuk, ukuran, dan tingkat retrorefleksi yang memenuhi standar
akan menarik perhatian pengguna jalan, mudah dipahami dan memberikan
waktu yang cukup bagi pengemudi dalam memberikan respon.
3. Lokasi rambu
Lokasi rambu berhubungan dengan pengemudi sehingga pengemudi yang
berjalan dengan kecepatan normal dapat memiliki waktu yang cukup dalam
memberikan respon.
4. Operasi rambu
Rambu yang benar pada lokasi yang tepat harus memenuhi kebutuhan
lalu lintas dan diperlukan pelayanan yang konsisten dengan memasang
rambu yang sesuai kebutuhan.
5. Pemeliharaan rambu
Pemeliharaan rambu diperlukan agar rambu tetap berfungsi baik.
5.1.2 Jarak Penempatan
1. Rambu di sebelah kiri
a. Rambu ditempatkan di sebelah kiri menurut arah lalu lintas, di luar
jarak tertentu dan tepi paling luar bahu jalan atau jalur lalu lintas
kendaraan dan tidak merintangi lalu lintas kendaraan atau pejalan kaki.
b. Jarak penempatan antara rambu yang terdekat dengan bagian tepi paling
luar bahu jalan atau jalur lalu lintas kendaraan minimal 0,60 meter.
c. Penempatan rambu harus mudah dilihat dengan jelas oleh pemakai jalan.
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 138/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
Min 0,6 m
Gambar . Rambu disebelah kiri
2. Rambu di sebelah kanan
a. Dalam keadaan tertentu dengan mempertimbangkan lokasi dan
kondisi lalu lintas rambu dapat ditempatkan disebelah kanan
atau di atas daerah manfaat jalan.
b. Penempatan rambu di sebelah kanan jalan atau daerah manfaat
jalan harus mempertimbangkan faktor-faktor antara lain
geografis, geometris jalan, kondisi lalu lintas, jarak pandang dankecepatan rencana.
c. Rambu yang dipasang pada pemisah jalan
(median) ditempatkan dengan jarak 0,30 meter dari bagian paling luar dari
pemisah jalan.
Gambar . Rambu disebelah kanan
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 139/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
5.2.2 Tinggi rambu
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 140/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
a. Ketinggian penempatan rambu pada sisi jalan minimum 1,75 meter dan
maksimum 2,65 meter diukur dari permukaan jalan sampai dengan sisi
daun rambu bagian bawah, atau papan tambahan bagian bawah
apabila rambu dilengkapi dengan papan tambahan.
Gambar . Tinggi rambu
5.2.3
Posisi Rambu
a. Pada kondisi jalan yang lurus atau melengkung ke kiri, rambu yang
ditempatkan pada sisi jalan, pemasangan posisi rambu digeser 3°
(derajat) searah jarum jam dan posisi tegak lurus sumbu jalan
(a) (b)
Gambar . Posisi rambu
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 141/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
b. Rambu petunjuk pada Gambar 8.7 e pemasangan posisi rambunya
sejajar dengan sumbu jalan.
Gambar . Pemasangan rambu
(a) (b)
(c) (d)
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 142/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
(e)
Gambar . Rambu petunjuk
c. Pada kondisi jalan yang melengkung ke kanan, rambu petunjuk yang
ditempatkan pada sisi jalan, pemasangan posisi rambu tegak luru
Gambar . Pemasangan rambu pada jalan melengkung ke kanan
d. Posisi rambu tidak boleh terhalangi oleh bangunan, pepohonan atau benda
- benda lain yang dapat berakibat mengurangi atau menghilangkan arti
rambu tersebut.
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 143/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
Gambar . Rambu terhalang pohon
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 144/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
e. Daun rambu harus dipasang pada tiang yang khusus disediakan
untuk pemasangan daun rambu
f. Pemasangan daun rambu pada satu tiang maksimum 2 (dua) buah daun rambu.
Gambar . Pemasangan tiang rambu
5.2.4
Rambu Peringatan
Rambu peringatan digunakan untuk memberi peringatan kemungkinan
ada bahaya atau tempat berbahaya di depan pengguna jalan.
Warna dasar rambu peringatan berwarna kuning dengan lambang
atau tulisan berwarna hitam
Gambar . Rambu Peringatan
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 145/165
Laporan AntaraS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
8.2.4.1 Penempatan Rambu Peringatan
a. Rambu peringatan ditempatkan pada sisi jalan sebelum tempat atau
bagian jalan yang berbahaya dengan jarak sesuai dengan Tabel 8.1
Tabel 8.1 Jarak Penempatan Rambu Peringatan
Kecepatan Rencana
(km/jam)
Jarak
minimum
> 100 180 m
81 - 100 100 m
61 - 80 80 m
< 60 50 m
Gambar . Penempatan rambu peringatan
b. Rambu peringatan pada Gambar 35 (Tabel 1 Nomor 1i dan 1j
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 61 tahun 1993 tentang Rambu-
Rambu Lalu Lintas di Jalan) ditempatkan pada sisi sebelah luar bahu jalan
atau jalur lalu lintas dimulai pada awal tikungan sampai dengan akhir
tikungan, jarak antara masing-masing rambu sesuai dengan kebutuhan
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 146/165
Laporan AntaraS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
8.2.5 Rambu Perintah
Warna dasar rambu perintah berwarna biru dan lambang atau tulisan
berwarna putih serta merah untuk garis serong sebagai batas akhir perintah.
8.2.5.1 Penempatan Rambu Perintah
a. Rambu perintah wajib ditempatkan sedekat mungkin dengan titik
kewajiban dimulai
b. Rambu perintah pada Gambar 8.13 ditempatkan sedekat mungkin
pada awal bagian jalan dimulainya perintah.
Gambar . Penempatan rambu perintah
c. Rambu perintah pada gambar 60 ditempatkan pada sisi seberang
jalan dari arah lalu lintas datang.
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 147/165
Laporan AntaraS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
8.2.5.2 Ukuran Rambu Perintah
A
Gambar . Rambu perintah
Tabel . Ukuran rambu perintah
Ukuran Kecepata
A (mm)
Sangat Kecil Dalam kondisi 450
Kecil < 60 600
Sedang 61-80 750
Besar > 80 900
8.2.6 Rambu Petunjuk
a. Rambu petunjuk yang menyatakan tempat fasilitas umum, batas wilayah
suatu daerah, situasi jalan, dan rambu berupa kata-kata serta tempat
khusus dinyatakan dengan warna dasar biru.
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 148/165
Laporan AntaraS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
Gambar . Rambu petunjuk
b. Rambu petunjuk pendahulu jurusan, rambu petunjuk jurusan dan dan
rambu penegas jurusan yang menyatakan petunjuk arah untuk mencapai
tujuan antara lain kota, daerah/wilayah serta rambu yang menyatakan nama
jalan dinyatakan dengan warna dasar hijau dengan lambang dan/atau tulisan
warna putih.
Gambar . Rambu petunjuk arah
c. Rambu petunjuk jurusan menggunakan huruf kapital pada huruf pertama,
dan selanjutnya menggunakan huruf kecil dan/atau seluruhnya
menggunakan huruf kapital dan/atau huruf kecil.
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 149/165
Laporan AntaraS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
(a)
(b)
Gambar . Penulisan rambu petunjuk
(b)
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 150/165
Laporan AntaraS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
5.2.6.1
5.2.7 Rambu Pendahulu Petunjuk Jurusan
Rambu pendahulu petunjuk jurusan adalah bagian dari rambu petunjuk yang
menyediakan informasi kepada pengemudi tentang tujuan dan fasilitas-fasilitas
sepanjang jalan.
Rambu pendahulu petunjuk jurusan sangat penting dalam keselamatan jalan.
Pengemudi yang belum mengenal tujuannya sangat bergantung kepada rambu
pendahulu petunjuk jurusan. Rambu pendahulu petunjuk jurusan yang baik harus
jelas dan mudah dipahami dan memberi informasi kepada pengemudi dalam
memilih jalan.
Pengemudi yang ragu-ragu dengan arah yang harus diikuti, dapat menimbulkan
bahaya pada saat menyadari kesalahannya dalam memilih jalan, misalnya
dengan melakukan pengereman, pemberhentian, mundur, atau memutar
kendaraan.
Prinsip-prinsip yang diperlukan dalam memasang rambu pendahulu petunjuk
jurusan yang baik:
- Seluruh rambu petunjuk harus direncanakan dengan baik. Rencana rute harus
ditetapkan pada jalan-jalan primer dan sekunder
- Harus terdapat kesinambungan pada pemilihan jurusan untuk setiap rambu. Suatu
tujuan, ketika sudah dinyatakan pada satu rambu pendahulu petunjuk jurusan,
harus muncul pada rambu berikutnya sepanjang jalan menuju tujuan.
- Jumlah tujuan dalam satu rambu harus dibatasi. Tidak lebih dari 4 (empat) tujuan
pada rambu yang sama atau pada kombinasi rambu. Hal ini berarti seluruh
perencanaan rambu pendahulu petunjuk jurusan harus berdasarkan asumsi bahwa
pengemudi memiliki peta jalan dan mengetahui pengetahuan secara umum dalam
memilih rute.
- Rambu identifikasi lokasi harus selalu memastikan tujuan yang diberikan pada rambu
pendahulu petunjuk jurusan kecuali lokasi tujuan tersebut sudah sangat jelas.
- - Lokasi-lokasi atau situasi yang sama harus diberi rambu secara konsisten. Desain
rambu juga harus sama untuk lokasi yang serupa.
- Bentuk rambu pendahulu petunjuk jurusan pada umumnya bujur sangkar atau
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 151/165
Laporan AntaraS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
persegi panjang, dengan tulisan dan simbol putih pada latar belakang hijau.
- Rambu pendahulu petunjuk jurusan, untuk selanjutnya disebut RPPJ, harus
ditempatkan pada jarak tertentu dari persimpangan, sehingga efektif baik pada siang
hari maupun pada malam hari, mempertimbangkan kondisi jalan dan kondisi lalu lintas,termasuk kecepatan normal dan jarak dimana rambu dapat terlihat. RPPJ dapat diulang
jika diperlukan.
5.2.7.1 Jenis Rambu Petunjuk Pendahulu Jurusan
a. Rambu Diagramatik
• Rambu diagramatik harus digunakan jika volume kendaraan berbelok
tinggi atau bila informasi awal diperlukan untuk pertimbangan
keselamatan lalu lintas.
• Rambu diagramatik harus menunjukkan arah lokasi secara
diagramatis dari persimpangan di depan. Diperlukan papan
tambahan yang menunjukkan jarak antara rambu dengan
persimpangan.
• Rambu diagramatik dipasang di sisi kiri jalan. Rambu seharusnya
tidak mengandung lebih dari tiga jurusan pada tiap arah.
Diperlukan simbol untuk mengatasi hal tersebut.
Rambu diagramatik harus diikuti dengan rambu petunjuk pada
persimpangan atau simpang susun.
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 152/165
Laporan AntaraS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
Tabel . Jenis Rambu Diagramatik
Rambu Rekomendasi Penggunaan
Rambu Diagramatik Untuk Simpang
Susun
Rambu harus menunjukkan arah lokasi
secara diagramatik dari persimpangan didepan
Pada jalan arteri dan jalan bebas hambatan
dengan desain yang sama, harus diberikan
rambu awal. Pada jalan tersebut, harus
dipasang rambu yang memberi informasi
jalur perlambatan ke arah keluar.
Pada jalan dengan banyak lajur harus
dipasang RPPJ pilihan lajur sebagai rambu
pendahulu petunjuk jurusan di samping
rambu diagramatik.
Pada jalan bebas hambatan dengan
kecepatan tinggi, rambu diagramatik dapat
diulang dan diletakkan pada jarak 1 km
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 153/165
Laporan AntaraS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
Rambu Rekomendasi Penggunaan
Rambu Diagramatik Untuk
Persimpangan
Sebidang
Rambu harus menunjukkan arah lokasi
secara diagramatik dari persimpangan didepan.
Rambu Diagramatik Untuk Bundaran Rambu harus menunjukkan arah lokasi
secara diagramatik dari bundaran di
depan.
Rambu harus ditempatkan pada jarak 200-
400 m sebelum bundaran. Pada daerah
perkotaan, rambu harus ditempatkan lebih
dekat dengan bundaran, yaitu 50 - 200
meter.
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 154/165
Laporan AntaraS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
b. Rambu Bersusun
• Rambu bersusun dapat digunakan sebagai RPPJ pada jalan
dengan volume lalu lintas yang lebih rendah, namun memerlukan
informasi awal.
• Jika digunakan rambu bersusun sebagai RPPJ, harus dilengkapi
dengan papan tambahan yang menunjukkan jarak rambu dengan
persimpangan. Jarak antara rambu dengan persimpangan adalah 200-
400 m di luar kota dan 50-200 m di dalam kota.
• Anak panah yang menunjukkan arah kiri dan kanan harus memiliki
tangkai dan berbelok 45 derajat atau 90 derajat mengikuti desain
dari persimpangan.Rambu harus menunjukkan arah dengan urutan sebagai berikut:
- lurus
- kiri
- kanan
Gambar. Arah rambu
5.2.8 Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 155/165
Laporan AntaraS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
5.2.8.1 Jenis Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas
Alat pemberi isyarat lalu lintas terdiri dari:
a. Lampu 3 (tiga) warna, untuk mengatur kendaraan :
• Lampu tiga warna terdiri dari warna merah, kuning
dan hijau.
• Lampu tiga warna dipasang dalam posisi vertikal
atau horizontal.
• Apabila dipasang secara vertikal, susunan lampu dari
atas ke bawah dengan urutan merah, kuning, hijau.
• Apabila dipasang secara horizontal, susunan lampu dari kiri
ke kanan menurut arah datangnya lalu lintas dengan
urutan merah, kuning, hijau.
• Lampu tiga warna dapat dilengkapi dengan lampu
warna merah dan/atau hijau yang memancarkan
cahaya berupa tanda panah.
Gambar . Posisi lampu 3 warna
b. Lampu 2 (dua) warna, untuk mengatur kendaraan dan/atau
pejalan kaki;
• Lampu dua warna terdiri dari warna merah dan hijau.
• Lampu dua warna dipasang dalam posisi vertikal atau
horizontal.
• Apabila dipasang secara vertikal, susunan lampu
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 156/165
Laporan AntaraS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
dari atas ke bawah dengan urutan merah, hijau.
• Apabila dipasang secara horizontal, susunan lampu
dari kiri ke kanan menurut arah datangnya lalu lintas
dengan urutan merah, hijau.
Gambar . Posisi lampu 2 warna
c.Lampu 1 (satu) warna, untuk memberikan peringatan bahayakepada pemakai jalan.
Lampu satu warna, berwarna
kuning atau merah.
Lampu satu warna dipasang
dalam posisi vertikal atau
horizontal.
Gambar . Posisi lampu 1 warna
5.2.8.2
Penempatan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas
a. Penempatan alat pemberi isyarat lalu lintas dilakukan sedemikian rupa,
sehingga mudah dilihat dengan jelas oleh pengemudi, pejalan kaki dan
tidak merintangi lalu lintas kendaraan.
b. Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas yang ditempatkan pada persimpangan di sisi
jalur lalu lintas, tinggi lampu bagian yang paling bawah sekurang-kurangnya
3,00 meter dari permukaan jalan.
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 157/165
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 158/165
Laporan AntaraS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
Gambar . Penempatan lampu
5.2.9
Fasilitas Penerangan Jalan
Fasilitas penerangan jalan harus memenuhi persyaratan perencanaan
dan penempatan sebagai berikut :
\
Gambar . Ukuran lampu penerangan
Dimana :
H = tinggi tiang lampu
L = lebar badan jalan, termasuk median jika
ada e = jarak interval antar tiang lampu
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 159/165
Laporan AntaraS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
s1 + s2 = proyeksi kerucut cahaya lampu
s1 = jarak tiang lampu ke tepi perkerasan
s2 = jarak dari tepi perkerasan ke titik penyinaran
terjauh i = sudut inklinasi pencahayaan / penerangan
Tabel . Persyaratan Perencanaan Dan Penempatan
Fasilitas Penerangan Jalan
Uraian Besaran-Besaran
Tinggi Tiang Lampu (H)
10 - 15 m
13 m
20 - 50 rn
- Lampu Standar
Tinggi Tiang fata-rata digunakan
- Lampu Monara
Jarak Interval Tiang Lampu (e)
-- Jalan Arteri
- Jalan Kolektor 3.5 H - 4.0 H
- Jalan Lokal 5.0 H - 6.0 H
- minimum jarak Interval tiang 30 m
Jarak Tiang Lampu ke Tepi minimum 0.7 m
Jarak dari tepi Perkerasan ke titik Penerangan
Ter auh s2
minimum L/2
Sudut Inklinasi ( I ) 20o – Sumber: Pedoman Fasilitas Penerangan Jalan, Ditjen Bina Marga
Tabel . Ketentuan Penempatan Fasilitas Penerangan Jalan Yang Disarankan
Lokasi Penempatan Keterangan
- di kiri atau kanan jalan L < 1.2 H Gambar 107
-di kiri dan kanan jalan berselang
1.2 H < L <
1.6 H Gambar 108
- di kiri dan kanan jalan berhadapan
1.6 H < L <
2.4 H Gambar 109
- di median jalan 3 L < 0.8 H Gambar
110Sumber: Pedoman Fasilitas Penerangan Jalan, Ditjen Bina Marga
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 160/165
Laporan AntaraS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
5.2.9.2 Penempatan Lampu Penerangan Jalan Pada Jalan Dua Arah
Gambar . Lampu penerangan berada di sebelah kiri jalan
Gambar . Lampu penerangan berada selang – seling
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 161/165
Laporan AntaraS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
5.2.9.3
Kebutuhan Lampu Penerangan dan Kabel
Jumlah lampu yang diperlukan
Sebelah kiri jalan = total panjang jalan / jarak per lampu
= 2404/35
= 68 buah
Total kebutuhan lampu = 68 x 2
= 136
buah
Panjang jalan 2404 m digunakan panel lampu sebanyak
6 unit Kebutuhan 1 unit panel = 2404/6
= 13,5 ~ 15 buah
Kebutuhan kabel untuk 1 panel = (35 + 0,6 + 11 + 2,5) + (13 x (35 + 0,6
+11
+ 2,5 + 3)
= 726, 4 m untuk 1 unit panel
Kebutuhan untuk 6 panel = 726,4 x 6 = 4358,4
m Kebutuhan lampu untu kiri dan kanan jalan
Panjang total = 4358,4 m x 2
= 8716,8 ~ 8717 m
Maka total kebutuhan kabel sebanyak 8717 m
5.3 Penghijauan
Penghijauan dibagian kiri dan kanan jalan serta dibagian lereng berfungsi
untuk pelestarian nilai estetis lingkungan dan usaha mereduksi polusi udara.
Penghijauan pada jalan ini menggunakan rumput dan pohon mahoni
1. Kebutuhan Pohon
Pohon ditanam setiap 100 meter, diawal dan diakhir jalan, maka
jumlah pohon yang ditanam = 2404/100 = 24 pohon + 2 = 26
pohon . Untuk kanan dan kiri jalan dibutuhkan : 26 x 2 = 52 pohon
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 162/165
Laporan AntaraS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 163/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
VI - 1
BAB VI
JADWAL PELAKSANAAN DAN RENCANA KERJASELANJUTNYA
M g.1 M g.2 M g.3 Mg.4 Mg.5 Mg.6 M g.7 M g.8 M g.9 Mg.10 Mg.11 Mg.12 M g.13
1 Mobilisasi Personil
2 Survai Pendahuluan dan Data Sekunder
3 Laporan Pendahuluan
4 Presentasi dan Diskusi Lap Pedahuluan
5 Revisi dan Penyerahan Lap Pedahuluan
6 Survai To o rafi
7 Survai Pen elidikan Tanah
8 Analisa Laboratorium Tanah
9 Survai Hidrolo i
10 Survai Jenis dan Har a Satuan
11 La oran Bulanan
12 La oran Antara
13 Analisa Data Survai
14 Perhitun an Struktur Jalan
15 Perhitun an Struktur Jembatan
16 Desain Perkeresan Jalan
17 Desain Drainase/Box Culvert
20 Konse La oran Akhir dan Sumar La Akhir
21 Presentasi dan Diskusi Konse La Akhir
22 Revisi Konse La oran Akhir Jadi La Akhir
23 Pen erahan La oran Akhir dan Album Gambar
BULAN KE 1 BULAN KE 2 BULAN KE 3
No Uraian
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 164/165
Laporan PendahuluanS t ud i K el a yak an dan S I D Pembangunan J al an Lini II dan P el ebar an J al an Bel awan
Pelabuhan Teluk Bayur
VI - 2
5.1 Laporan Pendahuluan (Inception Report )
Laporan Pendahuluan yang saat ini disampaikan merupakan laporan
pertama yang telah diserahkan pada awal pertengahan Oktober 2015 atau 3
(tiga) minggu sejak penandatanganan kontrak kerja. Secara umum laporan ini
berisi Latar belakang, maksud dan tujuan, lingkup pekerjaan, rencana kerja,
metodologi, organisasi pelaksanaan pekerjaan dan jadual kerja. Laporan
Pendahuluan ini dibuat dalam rangkap 5 (lima) buku laporan, 1 (satu) buku
asli, dan 4 (empat) buku copy.
5.2 Laporan Antara (Interim Report)
Laporan Antara ini merupakan laporan kedua dan telah disampaikan
pada akhir November 2015 yang berisikan seluruh aktivitas survai lapangan
dan hasil test laboratorium. Laporan tersebut berisi tentang data hasil Survai
Topografi, Mekanika Tanah, kajian Hidrologi-hidrolika, Trase Jalan serta
alternatifnya. Selain itu laporan tersebut juga berisikan ketentuan-ketentuan
pokok untuk mencapai kesepakatan bersama dalam rangka penyusunan
Konsep Laporan Akhir. Interim Report ini diserahkan rangkap sebanyak 5
(lima) buku laporan.
5.3 Konsep Laporan Akhir (Draft Final Report )
Konsep Laporan Akhir merupakan laporan ketiga yang akan diserahkan
paling lambat pada pertengahan Desember 2015. Laporan ini akan memuat
seluruh pekerjaan desain jalan serta masalah pokok lainnya untuk mencapai
kesepakatan bersama dalam rangka penyusunan Laporan Akhir. Konsep
laporan akhir ini diserahkan dalam rangkap 5 (lima) buku Laporan Utama, 1
(satu) buah buku asli, 4 (empat ) buku copy
5.4 Laporan Akhir (Final Report ) Dan Ringkasannya (Executive Summary )
Hasil pembahasan Kosep Laporan Akhir bersama Pemberi Tugas yang
telah dilakukan penyempurnaan akan dituangkan dalam Laporan Akhir yang
akan diserahkan pada akhir bulan Desember dalam rangkap 5 (lima) buku, 1
8/18/2019 Gambaran Umum Pelindo Padang
http://slidepdf.com/reader/full/gambaran-umum-pelindo-padang 165/165
(satu) buah buku asli, 4 (empat) buku copy, 5 (lima) set dokumen pendukung,
1 (satu) set dokumen asli, 4 (empat) set dokumen copy yang terdiri dari :
Laporan final kajian kelayakan
Laporan final final perencanaan jalan
Ecevutive Summary
Serta 3 set Compact Disk (CD) berisi soft copy semua laporan, data, gambar
dan hasil laboratorium.
5.5 RENCANA KERJA SELANJUTNYA
Berdasarkan rencana kerja yang ada jadwal pelaksanaan, maka
schedule terdekat setelah pembahasan laporan pendahuluan ini adalah
konsultan akan langsung melaksanakan pengolahan dan analisa data dari hasil
survai lapangan yaitu survai topografi dan penyelidikan tanah. Kemudian akan
disusul dengan perhitungan desain