GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TERHADAP STATUS IMUNISASI …repository.utu.ac.id/239/1/BAB...

35
i GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TERHADAP STATUS IMUNISASI BAYI DI GAMPONG UJONG TANOH DARAT KECAMATAN MEUREUBO KABUPATEN ACEH BARAT SKRIPSI Oleh NURVIKA 07C10104128 PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH ACEH BARAT 2013

Transcript of GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TERHADAP STATUS IMUNISASI …repository.utu.ac.id/239/1/BAB...

Page 1: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TERHADAP STATUS IMUNISASI …repository.utu.ac.id/239/1/BAB I_V.pdf · GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TERHADAP STATUS IMUNISASI BAYI DI GAMPONG

i

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TERHADAPSTATUS IMUNISASI BAYI DI GAMPONG UJONG

TANOH DARAT KECAMATAN MEUREUBOKABUPATEN ACEH BARAT

SKRIPSI

Oleh

NURVIKA07C10104128

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS TEUKU UMARMEULABOH ACEH BARAT

2013

Page 2: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TERHADAP STATUS IMUNISASI …repository.utu.ac.id/239/1/BAB I_V.pdf · GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TERHADAP STATUS IMUNISASI BAYI DI GAMPONG

ii

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TERHADAPSTATUS IMUNISASI BAYI DI GAMPONG UJONG

TANOH DARAT KECAMATAN MEUREUBOKABUPATEN ACEH BARAT

SKRIPSI

Oleh

NURVIKA07C10104128

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk MemperolehGelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar Meulaboh

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS TEUKU UMARMEULABOH ACEH BARAT

2013

Page 3: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TERHADAP STATUS IMUNISASI …repository.utu.ac.id/239/1/BAB I_V.pdf · GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TERHADAP STATUS IMUNISASI BAYI DI GAMPONG

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Anak merupakan buah hati yang sangat berharga, yang akan menjadi

pengganti orang tuanya dikemudian hari, maka sering dikatakan anak adalah

penerus bangsa. Untuk mempersiapkannya diperlukan anak-anak Indonesia yang

sehat baik fisik maupun mental sehingga bermanfaat untuk bangsa dan negara.

Maka disamping pengobatan yang diberikan apabila seorang anak menderita

penyakit, upaya pencegahan melalui imunisasi merupakan pilihan. Imunisasi

dilakukan untuk kepentingan dua arah yaitu mencegah penyakit bagi individu

yang rentan dan membentuk kekebalan penyakit bagi masyarakat luas atau disebut

Herd Immunity (IDAI, 2011)

Imunisasi akan meningkatkan kekebalan tubuh bayi dan anak sehingga

mampu melawan penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin tersebut. Imunisasi

telah terbukti sebagai salah satu upaya kesehatan masyarakat yang sangat penting.

Program imunisasi telah menunjukkan keberhasilan yang luar biasa dan

merupakan usaha yang sangat hemat biaya dalam mencegah penyakit menular.

Imunisasi juga telah berhasil menyelamatkan begitu banyak kehidupan

dibandingkan dengan upaya kesehatan masyarakat lainnya. Program ini

merupakan intervensi kesehatan yang paling efektif, yang berhasil meningkatkan

angka harapan hidup (Depkes RI, 2010).

Menurut WHO, sekitar 194 negera maju maupun sedang berkembang tetap

melakukan imuniasi rutin pada bayi dan balitanya. Di Eropa imunisasi rutin

dilakukan di 43 negara, Amerika 37 negara, Australia dan sekitarnya 16 negara,

Page 4: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TERHADAP STATUS IMUNISASI …repository.utu.ac.id/239/1/BAB I_V.pdf · GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TERHADAP STATUS IMUNISASI BAYI DI GAMPONG

2

Afrika di 53 negara, Asia 48 negara. Negara maju dengan tingkat gizi dan

lingkungan yang baik tetap melakukan imunisasi rutin pada semua bayinya,

karena terbukti bermanfaat untuk bayi yang diimunisasi dan mencegah

penyebaran ke anak di sekitarnya. Setiap tahun sekitar 85 -95 % bayi di negara-

negara tersebut mendapat imunisasi rutin, sedangkan sisanya belum terjangkau

imunisasi karena menderita penyakit tertentu (Yuli, 2011).

Secara nasional, berdasarkan estimasi bersama oleh WHO dan UNICEF,

meskipun Indonesia telah mencapai kemajuan signifikan dalam beberapa tahun

terakhir dalam peningkatkan cakupan imunisasi rutin, namun Indonesia masih

menempati peringkat keempat di antara negara-negara Asean dengan sejumlah

besar anak-anak yang tidak divaksin atau hanya mendapatkan sebagian vaksinasi

saja. Bayi –bayi di Indonesia yang di imunisasi setiap tahun sekitar 90 % dari

sekitar 4,5 juta bayi yang lahir. Artinya setiap tahun ada 10 % bayi (sekitar

450.000 bayi) yang belum mendapat imunisasi, sehingga dalam 5 tahun menjadi

2 juta anak yang belum mendapat imunisai dasar lengkap. Bila terjadi wabah,

maka 2 juta balita yang belum mendapat imunisasi dasar lengkap akan mudah

tertular penyakit berbahaya tersebut, akan sakit berat, meninggal atau cacat. Selain

itu mereka dapat menyebarkan penyakit tersebut kemana-mana bahkan sampai ke

negara lain, seperti kasus polio yang sangat merepotkan dan menghebohkan

seluruh dunia ( Depkes RI, 2010).

Provinsi Aceh merupakan salah satu provinsi yang cakupan imunisasinya

sangat rendah. (Yuli Rahmad, The Globe Jurnal). Perwakilan UNICEF Indonesia

Angela Kearney dalam kampanye Polio dan Campak di Banda Aceh,

menyebutkan, Aceh merupakan salah satu provinsi yang cakupan imunisasinya

Page 5: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TERHADAP STATUS IMUNISASI …repository.utu.ac.id/239/1/BAB I_V.pdf · GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TERHADAP STATUS IMUNISASI BAYI DI GAMPONG

3

sangat kecil di Indonesia. Karenanya, pihaknya berkomitmen mengurangi resiko

wabah lebih lanjut dari virus yang sangat menular ini. Gubernur Aceh, Irwandi

Yusuf juga mengatakan pencapaian imunisasi di Aceh masih rendah. Dari sekitar

100.462 bayi usia 0 hingga 1 tahun yang menjadi sasaran pemberian imunisasi,

realisasinya rata-rata baru mencapai 60 persen. Pencapaian tahun ini masih

rendah, tapi jika dibanding tahun 2009 yang hanya 36 persen, ini sudah cukup

baik walaupun kita belum mencapai pada angka minimal yaitu 80 persen

(serambinews, 2010).

Cakupan imunisasi pada bayi di dinas kesehatan Aceh Barat tahun 2013

menunjukkan bahwa dari jumlah sasaran bayi sebanyak 3750, tercatat bahwa

hanya 66% yang mendapat vaksin BCG, 70% mendapat vaksin polio 52% vaksin

DPT serta 75% yang mendapat vaksin campak. Sedangkan di Kecamatan

Meureubo, dari 520 orang sasaran bayi hanya 5,8% yang mendapat vaksin BCG,

2,1% polio3, 5,2% polio4, 7,1% mendapat DPT/HB2 dan 2,9% yang mendapat

vaksin DPT/HB3, serta 5,8 yang mendapat vaksin campak (Dinkes Aceh Barat,

2013).

Khusus di Desa Ujong Tanoh Darat, cakupan imunisasi masih tergolong

sangat rendah. Dari laporan hasil imunisasi rutin bayi di Puskesmas Meureubo,

tercatat bahwa dari 51 sasaran bayi hanya, 27% HB0, 49% yang mendapatkan

vaksin BCG, 43% mendapat vaksin polio, 48% vaksin DPT, serta hanya 46%

yang mendapat vaksin campak (Puskesmas Meureubo, 2013).

Beberapa studi menemukan bahwa tingkat pengetahuan berhubungan

dengan cakupan imunisasi. Tingkat pengetahuan seorang ibu pada program

Page 6: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TERHADAP STATUS IMUNISASI …repository.utu.ac.id/239/1/BAB I_V.pdf · GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TERHADAP STATUS IMUNISASI BAYI DI GAMPONG

4

imunisasi sangatlah penting. Karenanya suatu pemahaman tentang program ini

amat diperlukan untuk kalangan orang tua (Rahayu, 2009).

Berbagai fenomena yang terjadi di atas, maka penulis ingin melakukan

penelitian dengan judul “Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Terhadap

Status Imunisasi Bayi di Gampong Ujong Tanoh Darat Kecamatan

Meureubo Kabupaten Aceh Barat”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan dari penelitian ini adalah

bagaimanakah gambaran tingkat pengetahuan ibu terhadap imunisasi bayi di

Gampong Ujong Tanoh Darat Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu terhadap status

imunisasi bayi di Gampong Ujong Tanoh Darat Kecamatan Meureubo Kabupaten

Aceh Barat.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui gambaran ibu terhadap status imunisasi bayi di Gampong

Ujong Tanoh Darat Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat pada

Pengetahuan baik.

2. Untuk mengetahui gambaran ibu terhadap status imunisasi bayi di Gampong

Ujong Tanoh Darat Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat pada

Pengetahuan kurang baik.

Page 7: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TERHADAP STATUS IMUNISASI …repository.utu.ac.id/239/1/BAB I_V.pdf · GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TERHADAP STATUS IMUNISASI BAYI DI GAMPONG

5

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat teoritis

1. Sebagai tambahan pengetahuan kepada para pembaca baik dalam hal penulisan

karya ilmiah maupun teori- teori tentang imunisasi.

2. Sebagai tambahan bahan bacaan yang berguna bagi para mahasiswa Universitas

Teuku Umar khususnya dan bagi masyarakat pada umumnya.

1.4.2. Manfaat Aplikatif

1. Bagi instansi, hasil penelitian ini bisa dijadikan informasi dan bahan

pertimbangan dalam menyusun kegiatan atau program imunisasi yang akan

dilaksanakan pada masa yang akan dating.

2. Bagi ibu, sebagai tambahan pengetahuan dan salaha satu upaya meningkatkan

pengetahuan ibu khususnya tentang imunisasi.

3. Bagi peneliti, untuk mengetahui dan mendapat pengalaman yang nyata dalam

melakukan penelitian tentang tingkat pengetahuan ibu dalam imunisasi.

Page 8: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TERHADAP STATUS IMUNISASI …repository.utu.ac.id/239/1/BAB I_V.pdf · GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TERHADAP STATUS IMUNISASI BAYI DI GAMPONG

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan

Benyamin Bloom dalam Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa

pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui

pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa,

dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang (overt behaviour).

Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh

pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh

pengetahuan. Penelitian Rogers dalam Notoatmodjo (2003) mengungkapkan

bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri

orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :

1. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui

stimulus (objek) terlebih dahulu.

2. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus (objek).

3. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi

dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

4. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru.

5. Adoption, subjek telah berperilaku sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan

sikapnya terhadap stimulus.

Page 9: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TERHADAP STATUS IMUNISASI …repository.utu.ac.id/239/1/BAB I_V.pdf · GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TERHADAP STATUS IMUNISASI BAYI DI GAMPONG

7

Namun demikian dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa

perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap di atas.

Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti

ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif, maka perilaku

tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku ini

tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama.

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan.

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya dan merupakan pengetahuan yang rendah.

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut

secara benar.

3. Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke

dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan

masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Page 10: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TERHADAP STATUS IMUNISASI …repository.utu.ac.id/239/1/BAB I_V.pdf · GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TERHADAP STATUS IMUNISASI BAYI DI GAMPONG

8

Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi

baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu objek atau materi.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

yang menanyakkan isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau

responden. Pengetahuan dapat diperoleh melalui proses belajar yang didapat dari

pendidikan (Notoatmodjo, 2003).

2.2 Imunisasi

Imunisasi merupakan upaya yang dilakukan guna mencegah penyakit

tertentu, dengan jalan memberikan kekebalan secara pasif. Bayi yang diimunisasi

berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Kekebalan

(imunitas) seseorang dapat diperoleh sejak lahir yaitu imunitas bawaan (innate

immunity) dan ada juga imunitas yang diperoleh (acquired immunity). Proses

terjadinya imunitas dalam tubuh ada secara aktif yaitu apabila seseorang

menderita penyakit tertentu seperti cacar air (varicella) dan campak (measles)

atau diberikan imunisasi DPT, BCG dan lain-lain. Dikatakan imunitas secara aktif

yaitu karena tubuh sendiri yang berusaha membuat pertahanan dengan

membentuk antibodi setelah terinfeksi dengan bibit penyakit tadi, maupun melalui

rangsangan dengan memberikan vaksin yang berisikan kuman-kuman penyakit

yang telah dilemahkan atau toxin kuman penyakit yang disebut toxoid (Sampama,

2000).

Page 11: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TERHADAP STATUS IMUNISASI …repository.utu.ac.id/239/1/BAB I_V.pdf · GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TERHADAP STATUS IMUNISASI BAYI DI GAMPONG

9

Imunisasi merupakan investasi kesehatan masa depan karena pencegahan

penyakit melalui imunisasi merupakan cara perlindungan terhadap infeksi yang

paling efektif dan jauh lebih murah dibanding mengobati seseorang apabila telah

jatuh sakit dan harus dirawat di rumah sakit.

Dengan imunisasi, anak akan terhindar dari penyakit infeksi berbahaya,

maka mereka memiliki kesempatan beraktifitas, bermain, belajar tanpa terganggu

masalah kesehatan. Namun demikian, sampai saat ini masih terdapat masalah-

masalah dalam pemberian imunisasi, antara lain pemahaman orang tua yang

masih kurang pada sebagian masyarakat, mitos salah tentang imunisasi, sampai

jadwal imunisasi yang terlambat.

Reaksi samping imunisasi dapat disebabkan faktor penyimpanan yang

kurang memperhatikan sistem ‘rantai dingin’ (cold chain), cara menyuntiknya

karena ada vaksin yang harus disuntikkan ke dalam otot tapi ada juga yang ke

lemak. Reaksi samping setelah imunisasi dapat ditemukan reaksi umum (sistemik)

seperti demam ringan setelah imunisasi DPT. Demam itu sendiri adalah suatu

reaksi tubuh ketika membentuk kekebalan. Untuk mengurangi demam dan rasa

tidak nyaman bisa diberikan obat penurun panas.

Kekebalan yang diperoleh secara aktif biasanya bertahan lama, malah

seumur hidup. Selain kekebalan aktif tersebut ada juga yang diperoleh secara pasif

yaitu kekebalan yang diperoleh karena bawaan sejak lahir, misalnya bayi yang

baru lahir sampai berumur di bawah sembilan bulan tidak akan terkena campak

karena dalam tubuhnya telah ada antibodi yang diperoleh dari ibunya sewaktu

berada dalam kandungan (Sampama, 2000).

Page 12: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TERHADAP STATUS IMUNISASI …repository.utu.ac.id/239/1/BAB I_V.pdf · GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TERHADAP STATUS IMUNISASI BAYI DI GAMPONG

10

2.2.1. Perkembangan Imunisasi di Indonesia

Di Indonesia, program imunisasi telah dimulai sejak abad ke 19 untuk

membasmi penyakit cacar di Pulau Jawa. Kasus cacar terakhir di Indonesia

ditemukan pada tahun 1972 dan pada tahun 1974 Indonesia secara resmi

dinyatakan negara bebas cacar. Tahun 1977 sampai dengan tahun 1980 mulai

diperkenalkan imunisasi BCG, DPT dan TT secara berturut-turut untuk

memberikan kekebalan terhadap penyakit-penyakit TBC anak, difteri, pertusis dan

tetanus neonatorum. Tahun 1981 dan 1982 berturut-turut mulai diperkenalkan

antigen polio dan campak yang dimulai di 55 buah kecamatan dan dikenal sebagai

Kecamatan Pengembangan Program Imunisasi (PPI) (Depkes RI, 2005).

Pada tahun 1984, cakupan imunisasi lengkap secara nasional baru

mencapai 4%. Dengan strategi akselerasi, cakupan imunisasi dapat ditingkatkan

menjadi 73% pada akhir tahun 1989. Strategi ini terutama ditujukan untuk

memperkuat infrastruktur dan kemampuan manajemen program. Dengan bantuan

donor internasional (antara lain WHO, UNICEF, USAID) program berupaya

mendistribusikan seluruh kebutuhan vaksin dan peralatan rantai dinginnya serta

melatih tenaga vaksinator dan pengelola rantai dingin . Pada akhir tahun 1989,

sebanyak 96% dari semua kecamatan di tanah air memberikan pelayanan

imunisasi dasar secara teratur (Depkes RI, 2000).

Dengan status program demikian, pemerintah bertekad untuk mencapai

UCI yaitu komitmen internasional dalam rangka Child Survival pada akhir tahun

1990. Dengan penerapan strategi mobilisasi sosial dan pengembangan

Pemantauan Wilayah Setempat (PWS), UCI ditingkat nasional dapat dicapai pada

Page 13: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TERHADAP STATUS IMUNISASI …repository.utu.ac.id/239/1/BAB I_V.pdf · GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TERHADAP STATUS IMUNISASI BAYI DI GAMPONG

11

akhir tahun 1990. Akhirnya lebih dari 80% bayi di Indonesia mendapat imunisasi

lengkap sebelum ulang tahunnya yang pertama. (Depkes RI, 2000).

Dengan capaian program Imunisasi dasar rutin lebih dari 80%, selama 10

tahun sejak tahun 1995 sampai 2005, maka di Indonesia tidak ditemukan kasus

polio. Tetapi pada Maret 2005, ditemukan virus polio liar yang berasal dari

Nigeria di desa Cidahu Jawa Barat. Kemudian kasus polio menyebar ke beberapa

provinsi. Sehingga untuk memutus rantai penularannya, pemerintah segera

melakukan imunisasi serentak pada daerah-daerah yang terdapat kasus polio.

Kemudian imunisasi dilanjutkan dengan 5 kali putaran Pekan Imunisasi Nasional

pada tahun 2005 dan 2006. Dengan dilakukannya upaya imunisasi tersebut,

sampai saat ini tidak ada lagi kasus polio liar di Indonesia (Simbolon, 2010).

Mulai tahun 1992 diperkenalkan imunisasi Hepatitis B di beberapa

kabupaten di beberapa propinsi dan mulai tahun 1997 imunisasi Hepatitis B

dilaksanakan secara nasional. Sampai saat ini program imunisasi di Indonesia

secara rutin memberikan antigen BCG, DPT, Polio, Campak, dan hepatitis B

(Simbolon, 2010).

2.2.2. Tujuan Imunisasi

Tujuan imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada

seseorang, dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat,

karena dengan imunisasi tubuh akan membuat zat antibodi dalam jumlah yang

cukup banyak sehingga anak menjadi kebal atau imun terhadap penyakit yang

dapat dicegah dengan imunisasi tersebut (Achmadi, 2006).

Program imunisasi dasar merupakan salah satu program priorotas Dirjen

PPM&PL (Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan).

Page 14: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TERHADAP STATUS IMUNISASI …repository.utu.ac.id/239/1/BAB I_V.pdf · GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TERHADAP STATUS IMUNISASI BAYI DI GAMPONG

12

Adapun dalam imunisasi dasar meliputi DPT, Polio, BCG, Campak dan Hepatitis.

Sebagai sasaran adalah bayi berumur 0-1 tahun. Tujuan dari imunisasi dasar

adalah tercapainya kekebalan Penyakit yang dapat Dicegah Dengan Imunisasi

(PD3I) pada masyarakat (Depkes RI, 2005).

Tanpa imunisasi sekitar 2 dari 100 kelahiran hidup akan meninggal karena

batuk rejan, 2 dari 100 kelahiran hidup akan meninggal karena tetanus. Imunisasi

yang dilakukan dengan memberikan vaksin tertentu akan melindungi anak dari

penyakit-penyakit tertentu. Walaupun saat ini fasilitas pelayanan untuk imunisasi

telah tersedia di masyarakat tetapi tidak semua bayi telah dibawa untuk

mendapatkan imunisasi yang lengkap (Depkes RI, 1997).

2.2.3. Lima Imunisasi Dasar Lengkap

1. Imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guerin)

Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit

TBC yang berat sebab terjadinya penyakit TBC yang primer atau yang ringan

dapat terjadi walaupun sudah dilakukan imunisasi BCG, pencegahan imunisasi

BCG untuk TBC yang berat seperti TBC pada selaput otak, TBC Milier (pada

seluruh lapangan paru) atau TBC tulang. Imunisasi BCG ini merupakan vaksin

yang mengandung kuman TBC yang telah dilemahkan. Frekuensi pemberian

imunisasi BCG adalah satu kali dan diberikan pada bayi umur 2 atau 3 bulan,

kemudian cara pemberian imunisasi BCG melalui intra dermal. Efek samping

pada BCG dapat terjadi ulikus pada daerah suntikan dan dapat terjadi limfadenitis

regional, dan reaksi panas (Hadinegoro, 2005).

Vaksin ini wajib diberikan yang gunanya mencegah penyakit TB

(Tuberkulosis). Vaksin BCG bisa 80 persen efektif mencegah TBC selama jangka

Page 15: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TERHADAP STATUS IMUNISASI …repository.utu.ac.id/239/1/BAB I_V.pdf · GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TERHADAP STATUS IMUNISASI BAYI DI GAMPONG

13

waktu 15 tahun. Imunisasi BCG hanya dilakukan sekali, efektifnya saat bayi

berusia 1 bulan. Suntikan ini akan menampakkan 'bisul' kecil di daerah yang

disuntik. Bila tidak, harus dilakukan suntikan ulang

TBC merupakan penyakit yang banyak dijumpai di Indonesia. Kuman

TBC masuk ke dalam tubuh manusia, utamanya melalui paru-paru dengan cara

menghirup udara yang terkontaminasi dengan kuman TBC. Anak-anak yang

terpapar oleh kuman TBC untuk pertama kalinya, akan menderita penyakit TBC

yang dikenal dengan sebutan komplek primer. Kuman yang berhasil ditangkap di

saluran pernapasan bronkhus, lalu diseret ke dalam kelenjar limfe. Namun karena

kuman TBC ini amat bandel untuk dimatikan, kadang kuman TBC malah bisa

menginfeksi kelejar limfe. Bila anak dengan pertahanan tubuh yang cukup karena

memliki status gizi yang baik, maka umumnya tubuh dapat menahan serangan

infeksi TBC, dan penyakitnya tidak berkembang. Sampai tahap tersebut anak

yang bersangkutan sukses menahan serangan kuman TBC. Pada anak-anak

penyakit TBC dapat menimbulkan komplikasi, menjalar ke otak dan

menimbulkan meningitis (meningitis tuberculosa). Penyakit ini sangat berbahaya,

karena menimbulkan kematian dan kelainan saraf apabila survive dan dapat

menimbulkan kecacatan yang permanen (Achmadi, 2006).

Daya kekebalan yang ditimbulkan oleh vaksin BCG amat bervariasi. 85

persen daya kekebalan yang telah ditimbulkan oleh pemberian vaksin BCG

semasa lahir akan menurun efektifitasnya ketika anak menjelang dewasa.

Meskipun terdapat kontroversi terhadap pemberian vaksin BCG, terutama dalam

hal kemampuan perlindungan terhadap serangan TBC, ada kesepakatan bahwa

pemberian BCG dapat mencegah timbulnya komplikasi seperti radang otak atau

Page 16: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TERHADAP STATUS IMUNISASI …repository.utu.ac.id/239/1/BAB I_V.pdf · GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TERHADAP STATUS IMUNISASI BAYI DI GAMPONG

14

meningitis yang diakibatkan oleh TBC pada anak. Dengan demikian, BCG masih

bermafaat khususnya dalam mencegah timbulnya cacat pascameningitis. Dengan

kata lain, vaksin BCG masih diperlukan bagi anak-anak (Achmadi, 2006).

2. Imunisasi DPT (Diptheri, Pertusis, dan Tetanus)

Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit

difteri. Imunisasi DPT ini merupakan vaksin yang mengandung racun kuman

difteri yang telah dihilangkan sifat racunnya akan tetapi masih dapat merangsang

pembentukan zat anti (toksoid). Frekuensi pemberian imunisasi DPT adalah tiga

kali, dengan maksud pemberian pertama zat anti terbentuk masih sangat sedikit

(tahap pengenalan) terhadap vaksin dan mengaktifkan organ-organ tubuh

membuat zat anti, kedua dan ketiga terbentuk zat anti yang cukup. Waktu

pemberian imunisasi DPT melalui intra muskular.

Vaksin ini wajib diberikan yang merupakan campuran dari tiga vaksin

yaitu untuk mencegah penyakit difteri (yang menyerang tenggorokan), pertusis

(batuk rejan), dan tetanus (infeksi akibat luka yang menimbulkan kejang-kejang).

Vaksin ini diberikan sebanyak 4 kali dan pertama kali saat bayi berumur lebih dari

enam minggu. Lalu saat bayi berumur 4 dan 6 bulan. Suntikan terakhir biasanya

diberikan saat anak berusia di atas 1 tahun.

Efek samping pada DPT mempunyai efek ringan dan efek berat, efek

ringan seperti pembengkakan dan nyeri pada tempat penyuntikan, demam

sedangkan efek berat dapat menangis hebat kesakitan kurang lebih empat jam,

kesadaran menurun, terjadi kejang, ensefalopati, dan shock (Hadinegoro, 2005).

Page 17: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TERHADAP STATUS IMUNISASI …repository.utu.ac.id/239/1/BAB I_V.pdf · GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TERHADAP STATUS IMUNISASI BAYI DI GAMPONG

15

3. Imunisasi Polio

Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit

poliomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak. Kandungan

vaksin ini adalah virus yang dilemahkan. Frekuensi pemberian imunisasi polio

adalah empat kali. Waktu pemberian imunisasi polio pada umur 0-11 bulan

dengan interval pemberian 4 minggu. Cara pemberian imunisasi melalui oral (

Hadinegoro, 2005).

Vaksin ini wajib diberikan karena ancaman polio yang masih ada. Vaksin

ini untuk menangkal kelumpuhan akibat virus polio. Vaksin polio pertama

diberikan setelah lahir. Kemudian vaksin ini diberikan 3 kali, saat bayi berumur 2,

4, dan 6 bulan. Pemberian vaksin ini bisa diulang pada usia 18 bulan dan 5 tahun.

4. Imunisasi Campak

Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit

campak pada anak karena penyakit ini sangat menular. Kandungan vaksin ini

adalah virus yang dilemahkan. Frekuensi pemberian imunisasi campak adalah satu

kali. Waktu pemberian imunisasi campak pada umur 9-11 bulan. Cara pemberian

imunisasi campak melalui subkutan kemudian efek sampingnya adalah dapat

terjadi ruam pada tempat suntikan dan panas (Hadinegoro, 2005).

Vaksin MMR melindungi anak dari tiga virus: campak (yang

menyebabkan demam tinggi dan ruam tubuh-lebar), gondong (yang menyebabkan

rasa sakit wajah, pembengkakan kelenjar liur, dan kadang-kadang pembengkakan

skrotum pada laki-laki), dan rubella atau campak Jerman (yang dapat

menyebabkan kecacatan lahir jika infeksi terjadi selama kehamilan). Vaksin ini

Page 18: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TERHADAP STATUS IMUNISASI …repository.utu.ac.id/239/1/BAB I_V.pdf · GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TERHADAP STATUS IMUNISASI BAYI DI GAMPONG

16

pertama diberikan pada anak saat usia 12 hingga 15 bulan dan pada usia antara 4

dan 6 tahun.

5. Imunisasi Hepatitis B

Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit

hepatitis yang kendungannya adalah HbsAg dalam bentuk cair. Frekuensi

pemberian imunisasi hepatitis tiga kali. Waktu pemberian imunisasi hepatitis B

pada umur 0-11 bulan. Cara pemberian imunisasi ini adalah intramuskular

(Hadinegoro, 2005).

Vaksin ini wajib diberikan ke bayi bahkan sebelum ia meninggalkan

rumah sakit. Imunisasi ini merupakan langkah efektif untuk mencegah masuknya

VHB, yaitu virus penyebab penyakit hepatitis B. Vaksin ini diberikan sebanyak 3

kali. Aturannya, bila suntikan ke-1 dilakukan pada usia 1 bulan, jangka waktu

suntikan ke-2 antara 1-2 bulan kemudian, sedangkan suntikan ke-3 dilakukan

sampai 5 bulan kemudian. Vaksin ini melindungi bayi dari virus hepatitis B yang

sulit disembuhkan yang mana balita bisa terkena dari ibu yang mengidap hepatitis

selama proses persalinan.

2.2.4. Usia dan Jadwal Imunisasi

Usia yang baik untuk diberikan imunisasi secara lengkap adalah sebelum

bayi mendapat infeksi dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, berilah

imunisasi sedini mungkin setelah bayi lahir dan usahakan melengkapi imunisasi

sebelum bayi berumur 1 tahun, hal ini berkaitan dengan semakin menurunnya

daya tahan tubuh bayi yang diperoleh dari ibunya. Khusus untuk campak dimulai

segera setelah anak berusia 9 bulan, kemungkinan besar pembentukan zat

Page 19: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TERHADAP STATUS IMUNISASI …repository.utu.ac.id/239/1/BAB I_V.pdf · GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TERHADAP STATUS IMUNISASI BAYI DI GAMPONG

17

kekebalan dalam tubuh anak dihambat oleh karena masih adanya zat kekebalan

yang berasal dari darah ibu.

Urutan pemberian jenis imunisasi, berapa kali harus diberikan serta jumlah

dosis juga sudah ditentukan sesuai dengan kebutuhan tubuh bayi. Penggabungan

pemberian imunisasi DPT dengan Hepatitis B (HB) yang dinamakan DPT+HB

Combo dengan tujuan untuk meningkatkan cakupan jenis imunisasi, mengurangi

jumlah suntikan imunisasi dan menghemat biaya vaksin.Untuk jenis imunisasi

yang harus diberikan lebih dari sekali juga harus diperhatikan rentang waktu

antara satu pemberian dengan pemberian berikutnya.

2.2.5. Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi

Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi adalah tuberculosis, difteri,

pertusis, tetanus, hepatitis B, polio, dan campak. Berikut ini akan dijelaskan

secara ringkas mengenai bahaya penyakit-penyakit tersebut :

a. Tuberkulosis

Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium

tuberculosa (disebut juga batuk darah). Penyakit ini menyebar melalui pernafasan

lewat bersin atau batuk . Gejala awal penyakit adalah lemah badan, penurunan

berat badan, demam dan keluar keringat pada malam hari. Gejala selanjutnya

adalah batuk terus-menerus, nyeri dada dan (mungkin) batuk darah. Gejala lain

tergantung pada organ yang diserang. Tuberculosis dapat menyebabkan

kelemahan dan kematian (Depkes RI, 2005).

b. Difteri

Difteri adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium

diphtheriae. Penyebarannya adalah melalui kontak fisik dan pernafasan. Gejala

Page 20: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TERHADAP STATUS IMUNISASI …repository.utu.ac.id/239/1/BAB I_V.pdf · GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TERHADAP STATUS IMUNISASI BAYI DI GAMPONG

18

awal penyakit adalah radang tenggorokan, hilang nafsu makan dan demam ringan.

Dalam 2-3 hari timbul selaput putih kebiru-biruan pada tenggorokan dan tonsil.

Difteri dapat menimbulkan komplikasi berupa gangguan pernafasan yang

berakibat kematian (Depkes RI, 2005).

c. Pertusis

Disebut juga batuk rejan atau batuk 100 hari adalah penyakit pada saluran

pernafasan yang disebabkan oleh bakteri Bordetella pertusis. Penyebaran pertusis

adalah melalui tetesan-tetesan kecil yang keluar dari batuk atau bersin. Gejala

penyakit adalah pilek, mata merah, bersin, demam dan batuk ringan yang lama-

kelamaan batuk menjadi parah dan menimbulkan batuk menggigil yang cepat dan

keras. Komplikasi pertusis adalah pneumonia bacterialis yang dapat

menyebabkan kematian (Depkes RI, 2005).

d. Tetanus

Tetanus adalah penyakit yang disebabkan oleh Clostridium tetani yang

menghasilkan neurotoksin. Penyakit ini tidak menyebar dari orang ke orang, tetapi

melalui kotoran yang masuk ke dalam luka yang dalam. Gejala awal penyakit

adalah kaku otot pada rahang disertai kaku pada leher, kesulitan menelan, kaku

otot perut, berkeringat dan demam. Pada bayi terdapat juga gejala berhenti

menyusui (sucking) antara 3-28 hari setelah lahir. Gejala berikutnya adalah kejang

yang hebat dan tubuh menjadi kaku. Komplikasi tetanus adalah patah tulang

akibat kejang, pneumonia dan infeksi lain yang dapat menimbulkan kematian

(Depkes RI, 2005).

e. Hepatitis B

Page 21: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TERHADAP STATUS IMUNISASI …repository.utu.ac.id/239/1/BAB I_V.pdf · GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TERHADAP STATUS IMUNISASI BAYI DI GAMPONG

19

Hepatitis B (penyakit kuning) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus

hepatitis b yang merusak hati. Penyebaran penyakit terutama melalui suntikan

yang tidak aman, dari ibu ke bayi selama proses persalinan dan melalui hubungan

seksual. Infeksi pada anak biasanya tidak menimbulkan gejala. Gejala yang ada

ialah merasa lemah, gangguan perut, dan gejala lain seperti flu. Urine menjadi

kuning, kotoran menjadi pucat. Warna kuning bisa terlihat pula pada mata ataupun

kulit. Penyakit ini bisa menjadi kronis dan menimbulkan Cirrhosis hepatic, kanker

hati dan menimbulkan kematian (Depkes RI, 2005).

f. Polio

Penyakit polio dapat dicegah dengan pemberian vaksin polio. Dikenal

sebagai penyakit lumpuh pada anak. Penyakit ini ditandai dengan panas badan,

sakit tenggorokan, mual, sakit kepala, diare, kekakuan pada leher, punggung dan

lengan. Penyakit ini dapat menyebabkan kesulitan bernafas, kelumpuhan dan

kematian. Merupakan penyakit yang masih banyak ditemukan pada anak lebih

dari 2 tahun. Keluhannya berupa panas badan, lemah, lidah menjadi kotor. Pada

kasus yang berat dapat menimbulkan perdarahan usus, penurunan kesadaran,

meningitis sampai menimbulkan kematian (Depkes RI, 2005).

g. Campak (measles)

Campak adalah penyakit yang disebabkan oleh virus measles. Disebarkan

melalui droplet bersin atau batuk dari penderita. Gejala awal penyakit adalah

demam, bercak kemerahan, batuk, pilek, conjunctivitis (mata merah). Selanjutnya

timbul ruam pada muka dan leher, kemudian menyebar ke tubuh dan tangan serta

kaki. Komplikasi campak adalah diare hebat, peradangan pada telinga dan infeksi

saluran nafas (pneumonia) (Depkes RI, 2005).

Page 22: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TERHADAP STATUS IMUNISASI …repository.utu.ac.id/239/1/BAB I_V.pdf · GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TERHADAP STATUS IMUNISASI BAYI DI GAMPONG

20

2.2.6. Efek samping Imunisasi

Dewasa ini pemberian imunisasi dapat dikatakan sudah aman, meskipun

demikian karena vaksin yang dimasukkan merupakan kuman yang telah

dilemahkan maka biasanya setelah pemberian imunisasi bayi mengalami gejala

umum seperti demam disertai perilaku rewel dan menangis. Sebenarnya gejala

demam dan panas itu merupakan hal yang menunjukkan reaksi vaksin di dalam

tubuh sehingga tidak perlu dicemaskan (Aguslina, 2007).

Bagi ibu yang bayinya telah diimunisasi sering kali salah menafsirkan

gejala tersebut, hal ini berakibat bayinya tidak dibawa untuk imunisasi pada

jadwal berikutnya (Achmadi, 2006).

Sesuai dengan keputusan KONIKA (Kongres Nasional Ilmu Kesehatan

Anak) tahun 1984 bahwa sakit ringan bukanlah indikasi kontra untuk pemberian

imunisasi. Hal ini perlu diperhatikan oleh para petugas kesehatan sebab hal

tersebut sangat berbeda dengan anggapan lama bahwa imunisasi dapat diberikan

hanya pada anak yang sehat (Depkes RI, 1997).

Berdasarkan petunjuk pelaksanaan pengembangan program imunisasi

(Depkes RI, 1990) imunisasi dapat diberikan kepada :

1. Anak sehat

2. Anak pilek

3. Anak batuk rejan/tanpa sesak nafas. Bila anak batuk berat obati dulu dan

imunisasinya ditunda sampai batuknya sembuh.

4. Anak diare,enam kali

5. Kurang gizi, derajat ringan dan sedang, berikan terutama vaksinasi Campak

karena merupakan kelompok resiko tinggi untuk terserang campak.

Page 23: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TERHADAP STATUS IMUNISASI …repository.utu.ac.id/239/1/BAB I_V.pdf · GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TERHADAP STATUS IMUNISASI BAYI DI GAMPONG

21

6. Sakit ringan yang lain

7. Alergi

2.3 Kerangka Teori

Gambar 2.1 Kerangka Teori

2.4 Kerangka Konsep

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Pengetahuan Imunisasi Bayi

PengetahuanTeori :

Bloom dan RogersDalam Notoatmodjo (2003)

Imunisasi bayi

Page 24: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TERHADAP STATUS IMUNISASI …repository.utu.ac.id/239/1/BAB I_V.pdf · GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TERHADAP STATUS IMUNISASI BAYI DI GAMPONG

22

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini bersifat Deskriptif. Metode deskriptif adalah

menggambarkan secara keseluruhan suatu objek penelitian, dengan desain cross

sectional (mengukur variabel dependen dan independen pada waktu yang

bersamaan dengan satu kali kunjungan untuk hasil penelitian) yaitu untuk

mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu terhadap status imunisasi bayi di

Gampong Ujong Tanoh Darat Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilakukan di Gampong Ujong Tanoh Darat Kecamatan

Meureubo Kabupaten Aceh Barat pada pada tanggal 8 sampai 21 September tahun

2013.

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki Bayi di

Gampong Ujong Tanoh Darat Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat yang

berjumlah 51 orang, data ini di dapat dari kujungan ibu yang mengimunisasikan

bayinya ke posyandu di Desa Ujong Tanoh Darat.

3.3.2. Sampel

Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan total

populasi. Menurut Arikunto (2002) apabila sampel kurang dari 100 maka dapat di

ambil dari seluruh jumlah populasi yaitu berjumlah 51 orang.

Page 25: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TERHADAP STATUS IMUNISASI …repository.utu.ac.id/239/1/BAB I_V.pdf · GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TERHADAP STATUS IMUNISASI BAYI DI GAMPONG

23

3.4. Metode Pengumpulan data

3.4.1. Data Primer

Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dengan

menggunakan kueisioner yang telah disusun dan dipersiapkan sebelumnya

meliputi : Pengetahuan dan Imunisasi Balita.

3.4.2. Data Sekunder

Didapat dari Dinas Kesehatan, Puskesmas Meureubo, Kader posyandu

Ujong Tanoh Darat dan literatur lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini.

3.5. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Variabel PenelitianNo Variabel Keterangan

Variable Independen1. Pengetahuan Definisi Pemahaman para ibu tentang pemberian

imunisasiCara ukur WawancaraAlat ukur KuesionerHasil ukur 1. Baik

2. Kurang BaikSkala ukur Ordinal

Variabel Dependen2. Imunisasi Definisi Pemberian lima imunisasi dasar lengkap

Bayi yaitu imunisasi BCG, DPT, Polio, CampakDan Hepatitis B

Cara ukur WawancaraAlat ukur KuesionerHasil ukur 1. lengkap

2. Tidak lengkapSkala ukur Ordinal

Page 26: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TERHADAP STATUS IMUNISASI …repository.utu.ac.id/239/1/BAB I_V.pdf · GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TERHADAP STATUS IMUNISASI BAYI DI GAMPONG

24

3.6. Aspek Pengukuran Variabel

1. Pengetahuan

- Baik : Apabila responden menjawab benar dengan skor > 50% = > 15

- Kurang : Apabila responden menjawab benar dengan skor < 50% = ≤ 15

2. Imunisasi bayi

- Lengkap : Apabila responden menjawab benar dengan skor > 50% = >7,5

- Tidak Lengkap : Apabila responden menjawab benar dengan skor < 50%= ≤ 7,5

3.7. Teknik Analisis Data

3.7.1 Analisa Univariat

Analisa univariat merupakan analisa yang digunakan untuk menjelaskan

karakteristik masing-masing variabel yang akan diteliti. Dalam penelitian ini

analisa univariat di gunakan untuk menjelaskan atau mendiskripsikan angka atau

nilai karakteristik responden berdasarkan tingkat pengetahuan ibu tentang

imunisasi.

3.7.2 Analisa Bivariat

Digunakan untuk menentukan variabel tabulasi silang guna melihat tingkat

pengetahuan ibu terhadap pemberian imunisasi.

Page 27: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TERHADAP STATUS IMUNISASI …repository.utu.ac.id/239/1/BAB I_V.pdf · GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TERHADAP STATUS IMUNISASI BAYI DI GAMPONG

25

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Ditinjau dari letak geografisnya, Desa Ujong Tanoh Darat Kecamatan

Meureubo Kabupaten Aceh Barat terdiri dari 3 dusun dengan jumlah penduduk

3199 jiwa dengan 617 KK. Luas wilayah ini ±17,8 Ha / m luas wilayah desa ini

digunakan untuk pemukiman dan sarana umum ( sekolah, tempat ibadah, kuburan,

perkebunan dan sebagainya). Desa Ujong Tanoh Darat ini dibatasi oleh wilayah-

wilayah sebagai berikut:

Sebelah utara berbatasan dengan Sungai Ujong Tujoh / Sungai Peureubee

Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Peunaga Cut Ujong

Sebelah timur berbatasan dengan Desa Peunaga Cut Ujong, Gunung

Kleng, Rantau Panjang Timur, dan Desa Mesjid Tuha.

Sebelah barat Berbatasan dengan Desa Mesjid Tuha dan Desa Ranup

Dong.

4.1.1 Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Ujong Tanoh Darat Kecamatan Meureubo

Kabupaten Aceh Barat, dimana penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 8

September sampai 21 September 2013. Dari data yang dikumpulkan terdapat 51

sampel dari jumlah populasi yang ada. Data di kumpulkan melalui kuesioner dan

wawancara dan di hitung secara manual.

Page 28: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TERHADAP STATUS IMUNISASI …repository.utu.ac.id/239/1/BAB I_V.pdf · GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TERHADAP STATUS IMUNISASI BAYI DI GAMPONG

26

4.1.2 Analisa Univariat

4.1.2.1 Pekerjaan

Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden Menurut Pekerjaan Ibu yang

Memiliki Bayi di Gampong Ujong Tanoh Darat Tahun 2013

No Pekerjaan Frekuensi Persentase1.2.3.

Ibu Rumah TanggaPNSPetani

29517

571033

51 100Sumber : Data primer diolah tahun 2013

Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa dari 51 responden

pekerjaan terbanyak dari subjek penelitian ini adalah ibu rumah tangga yaitu

sebanyak 29 orang (57%) dan yang paling sedikit adalah yang bekerja sebagai

PNS sebanyak 5 orang (10%).

4.1.2.2 Pengetahuan

Tabel 4.2 Distribusi Karakteristik Responden Menurut Pengetahuan

Terhadap Status Imunisasi Bayi di Gampong Ujong Tanoh Darat

Tahun 2013

No Pengetahuan Frekuensi Persentase1.2.

BaikKurang baik

2229

4357

51 100Sumber : Data primer diolah tahun 2013

Dari Tabel 4.2 di atas dapat dilihat bahwa dari 51 responden, diketahui

tingkat pengetahuan responden tentang imunisasi dapat dilihat sebahagian besar

responden yakni sebanyak 29 orang (57%) yang pengetahuannya dikategorikan

kurang baik.

Page 29: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TERHADAP STATUS IMUNISASI …repository.utu.ac.id/239/1/BAB I_V.pdf · GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TERHADAP STATUS IMUNISASI BAYI DI GAMPONG

27

4.1.2.3 Imunisasi

Tabel 4.3 Distribusi Karakteristik Responden Menurut Status Imunisasi

Bayi di Gampong Ujong Tanoh Darat Tahun 2013

No Status Imunisasi Frekuensi Persentase1.2.

LengkapTidak lengkap

2328

4555

51 100Sumber : Data primer diolah tahun 2013

Dari Tabel 4.3 di atas dapat dilihat bahwa dari 51 responden, diketahui

status imunisasi bayi dapat dilihat sebahagian besar responden yakni sebanyak 28

orang (45%) yang dikategorikan lengkap.

4.1.3 Analisa Bivariat

Hasil penelitian Tingkat Pengetahuan Ibu Terhadap Imunisasi Bayi di

Gampong Ujong Tanoh Darat Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat,

dapat dilihat dari tabel 4.4 di bawah ini:

Tabel Dari 4.4 Tabulasi Silang Tingkat Pengetahuan Ibu Terhadap Status

Imunisasi Bayi di Gampong Ujong Tanoh Darat Tahun 2013

No PengetahuanImunisasi

JumlahLengkap Tidak lengkapF % F % F %

1. Baik 13 59 9 41 22 1002. Kurang Baik 10 34 19 66 29 100

Jumlah 23 28 51

Sumber : Data primer diolah tahun 2013

Dari data tabel 4.4 di atas dapat dilihat bahwa dari 51 respoden, 22 orang

responden yang berpengetahuan baik terdapat 13 orang (59%) yang lengkap

imunisasinya, dan dari 29 orang yang berpengetahuan kurang baik terdapat 19

orang ( 66%) yang tidak lengkap imunisasinya.

Page 30: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TERHADAP STATUS IMUNISASI …repository.utu.ac.id/239/1/BAB I_V.pdf · GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TERHADAP STATUS IMUNISASI BAYI DI GAMPONG

28

4.2 Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan Pengetahuan Ibu yang mengimunisasikan

bayinya di Gampong Ujong Tanoh Darat Tahun 2013, berpengetahuan baik 22

orang terdapat 13 orang (59%) yang lengkap dalam pemberian imunisasinya, yang

berpengetahuan kurang baik 29 orang terdapat 19 orang (66%) tidak lengkap

dalam pemberian imunisasi pada bayinya.

Berdasarkan dari hasil penelitian di Gampong Ujong Tanoh Darat Ibu

yang memiliki pengetahuan kurang baik lebih banyak tidak membawa bayi

mereka ke posyandu untuk di imunisasi, karena menurut para Ibu jika bayinya di

imunisasi maka bayinya akan demam dan juga menurut mereka bayinya akan

sehat-sehat saja jika tidak di imunisasi.

Sebahagian besar pengetahuan ibu masih dalam tingkat kurang baik yaitu

29 orang (57%) dari 51 responden. Menurut Notoadmodjo (2010) untuk

meningkatkan pengetahuan seseorang menjadi baik dengan cara promosi

kesehatan dan penyuluhan-penyuluhan. Maka diharapkan dari hasil penelitian ini

petugas kesehatan meningkatkan promosi kesehatan kepada mesyarakat

Menurut Meliono (2007) pengetahuan adalah gejala yang ditemui dan

diperoleh dari manusian melalui pengamatan indrawi, pengetahuan muncul ketika

seseorang menggukan indra atau akal budidaya benda kejadian tertentu yang

belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya.

Menurut Ranuh (2010) seorang ibu yang rutin membawa bayinya

keposyandu untuk dapa mencegah penyakit tertentu karena dengan imunisasi

tubuh akan membuat antibodi dalam jumlah yang cukup banyak sehingga anak

menjadi kebal atau imun terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi

Page 31: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TERHADAP STATUS IMUNISASI …repository.utu.ac.id/239/1/BAB I_V.pdf · GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TERHADAP STATUS IMUNISASI BAYI DI GAMPONG

29

tersebut. Oleh karena itu jika lengkapnya seorang bayi di imunisasi semakin besar

sisten kekebalan tubuhnya agar terhindar dari berbagai macam penyakit.

Berdasarkan dari hasil penelitian dan teori yang ada dapat disimpulkan

bahwa dengan baiknya tingkat pengetahuan ibu maka kepedulian ibu terhadap

status kesehatan anak akan menjadi baik pula.

Page 32: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TERHADAP STATUS IMUNISASI …repository.utu.ac.id/239/1/BAB I_V.pdf · GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TERHADAP STATUS IMUNISASI BAYI DI GAMPONG

30

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di Gampong Ujong Tanoh Darat

Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat, tentang Gambaran Tingkat

Pengetahuan Ibu Terhadap Status Imunisasi Bayi, maka penulis mengambil

kesimpulan dan saran sebagai berikut:

5.1 Kesimpulan

1. Tingkat pengetahuan ibu terhadap imunisasi bayi di Gampong Ujong Tanoh

Darat dari 51 responden yang termasuk kategori baik terdapat 22 orang (43%)

dan kurang baik 29 orang (57%).

2 Ibu yang mengimunisasi bayinya di Gampong Ujong Tanoh Darat dari 51

responden terdapat 23 orang (45%) yang lengkap imunisasinya dan 28 orang

(55%) tidak lengkap imunisasinya.

3. Tingkat pengetahuan ibu terhadap status imunisasi bayi di Gampong Ujong

Tanoh Darat dari 22 orang responden yang dikategorikan kurang baik

terdapat 13 orang (59%) yang lengkap imunisasinya, dan dari 29 orang

responden yang dikategorikan kurang baik terdapat 19 orang (66%) yang

tidak lengkap imunisasinya.

Page 33: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TERHADAP STATUS IMUNISASI …repository.utu.ac.id/239/1/BAB I_V.pdf · GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TERHADAP STATUS IMUNISASI BAYI DI GAMPONG

31

5.2 Saran

1. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk dapat mengembangkan veriabel

penelitian dan sampel penelitian lebih banyak tentang status imunisasi bayi.

2. Bagi institusi diharapkan akan lebih mengembangkan penelitian lebih lanjut

mengenai imunisasi dan dapat memberikan informasi atau penyuluhan

kepada ibu yang mengimunisasi bayinya tentang imunisasi, dan menjelaskan

dampak apa saja yang akan terjadi pada bayi jika kurang di imunisasi.

3. Bagi pemerintah dan dinas kesehatan untuk lebih meningkatkan program

promosi kesehatan tentang pemberian imunisasi pada ibu- ibu.

4. Bagi responden yang mengimunisasikan anaknya lebih memahami imunisasi

dan mengikuti promosi kesehatan atau penyuluhan-penyuluhan tentang

imunisasi yang diadakan petugas kesehatan setempat.

5. Imunisasi sangat penting bagi seorang bayi demi meningkatkan kekebalan

tubuh maka di harapkan membawa bayi untuk di imunisasi, baik di posyandu

maupun di Puskesmas terdekat.

Page 34: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TERHADAP STATUS IMUNISASI …repository.utu.ac.id/239/1/BAB I_V.pdf · GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TERHADAP STATUS IMUNISASI BAYI DI GAMPONG

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, 2006. Imunisasi Mengapa Perlu, http://www.pascaunhas.net/jurnal_pdf di akses 20 januari 2012.

Aguslina, Fazidah, 2007. Hepatitis B Ditinjau Dari Kesehatan Masyarakat danUpaya Pencegahan. FKM USU.http://www.library.usu.ac.id.

Arikunto, 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.Yogyakarta .

Azwar S., 2000. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta.http://www.gdl-res.badan litbang kesehatan.com..

Depkes RI. 2000. Imunisasi Bayi. Jakarta

. 2010. Ibu Sehat Bayi Sehat. Jakarta.

. 1998. Pedoman Pelayanan Antenatal di Tingkat Pelayanan DasarJakarta.

Dinas Kesehatan Aceh, 2012, Profil Dinas Kesehatan Aceh. Banda Aceh.

Dinas Kesehatan, 2013. Data Cakupan Imunisasi. Aceh Barat.

Hadinegoro, dkk. 2005. Pedoman Imunisasi di Indonesia Edisi 3. IDAI (IkatanDokter Anak Indonesia). Jakarta.

Nadesul H. 2000. Makanan Sehat Untuk Ibu Hamil. Jakarta : Puspa Swara.

Nesti, 2012, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta : SalembaMedika.

Notoatmodjo S. 1997. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu PerilakuKesehatan.Yogyakarta : Andi Offset.

. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta.

. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Rineka Cipta.Jakarta.

.2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Rineka cipta. Jakarta

Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian IlmuKeperawatan. Pedoman.

Rahayu, Sri. 2009. Faktor- Faktor yang mempengaruhi perilaku orang tuadalam memberikan imunisasi anak. Sumatera Utara : USU Press.

Page 35: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TERHADAP STATUS IMUNISASI …repository.utu.ac.id/239/1/BAB I_V.pdf · GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TERHADAP STATUS IMUNISASI BAYI DI GAMPONG

Rahmad Yuli. 2011. Cakupan Imunisasi di Aceh Masih Rendah. The GlobeJurnal.

Sari, Nurdiana. 2012. Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Polio PadaBayi. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada. Surakarta

Sampama, I, 2000. Perbandingan Tanggap Kebal Imunisasi Hepatitis Dosis ke-1 umur 0-7 hari dan umur 3 bulan di Kabupaten Hulu Sungai Tengah(HST) Propinsi Kalimantan Selatan, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.http://digilib.gunadarma.ac.id (Diakses tanggal 21 Mei 2012)

Simbolon, A. 2010. Pengaruh Karakteristik dan Lingkungan sosial budayaterhadap Pemberian Imunisasi Hepatitis B pada Bayi 0-7 hari diKelurahan Aek Muara Pinang Kecamatan Sibolga Selatan Kota Sibolga.Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan. http:// Repositoy USU. ac.id(Diakses tanggal 14 April 2012)

Prawirohardjo S. 1994. Ilmu Kebidanan. Bina Pustaka. Jakarta.

Purwodarminto. 1997. Kamus Besar Bahasa Indonesia Jilid I. Jakarta : BalaiPustaka.

. 1999. Kamus Besar Bahasa Indonesia Jilid II. Jakarta : BalaiPustaka.

Puskesmas. 2013. Data Jumlah Bayi dan Cakupan Imunisasi. Meureubo