GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA...

129
GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA BERDASARKAN PEMETAAN INTENSITAS KEBISINGAN DI PT. BAKRIE METAL INDUSTRIES BEKASI TAHUN 2015 SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) OLEH: ANGGITA RISQI PRADITAMI 1111101000116 PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN IMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H / 2016

Transcript of GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA...

Page 1: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA

BERDASARKAN PEMETAAN INTENSITAS KEBISINGAN DI PT. BAKRIE

METAL INDUSTRIES BEKASI TAHUN 2015

SKRIPSI

Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan

Masyarakat (SKM)

OLEH:

ANGGITA RISQI PRADITAMI

1111101000116

PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN IMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1437 H / 2016

Page 2: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

i

Page 3: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

ii

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Skripsi, Maret 2016

Anggita Risqi Praditami, NIM : 1111101000116

Gambaran Risiko Gangguan Pendengaran Pada Pekerja Berdasarkan

Pemetaan Intensitas Kebisingan di PT. Bakrie Metal Industries BekasiTahun

2015

xv + 87 Halaman + 29 Tabel + 8 Gambar + 10 Lampiran

ABSTRAK

Pemetaan kebisingan merupakan penggambaran secara visual dari tingkat

kebisingan yang diketahui dari pengukuran yang dilakukan pada setiap titik

pengukuran kebisingan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran risiko

gangguan pendengaran pada pekerja berdasarkan pemetaan intensitas kebisingan PT.

Bakrie Metal Industries Bekasi Tahun 2015. Penelitian ini merupakan penelitian

epidemiologi deskriptif kuantitatif dengan desain cross sectional. Pengumpulan data

dilakukan dengan observasi, pengukuran dan perhitungan.

Sumber kebisingan di Area PT. BMI berasal dari proses welding, fit up,

stamping, metal finish, mesin punch/bor, cutting, pemindahan material menggunakan

overhead crane, corrugating, press material. Intensitas kebisingan berdasarkan

sumber kebisingan pada area Fabrikasi I 80,13 dB - 91,62 dB, Fabrikasi II 90,02 dB -

98,48 dB, Fabrikasi III 80,48 dB - 85,50 dB, Fabrikasi IV 81,23 dB - 86,21 dB,

Presshop 80,61 dB - 97,96 dB serta Painting 79,94 dB - 83,46 dB.

Pemetaan Kebisingan Pemetaan Kebisingan secara umum terdapat area tinggi

pada seluruh area kecuali area Fabrikasi IV dan Painting.Sehingga risiko gangguan

pendengaran berdasarkan pemetaan intensitas kebisingan area Fabrikasi I, Fabrikasi

II dan area Presshop sebelum penggunaan APT termasuk kedalam kategori berat dan

sedang. Sedangkan pada semua area termasuk kedalam kategori risiko sedang setelah

penggunaan APT.

Untuk mencegah terjadinya gangguan pendengaran, sebaiknya perusahaan

membuat kontur kebisingan dan diletakkan pada setiap area kerja, memasang alat

peredam bising disekitar mesin yang menghasilkan kebisingan serta memberikan

APT yang sesuai dengan risiko yang ada serta perlu adanya pengawasan dan sangsi

tegas bagi pekerja yang tidak menggunakan APT.

Kata Kunci : Risiko, Gangguan Pendengaran, Pemetaan Kebisingan

Daftar Bacaan : 66 (1975-2015)

Page 4: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

iii

STATE ISLAMIC UNIVERSITY

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE

PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM

OCCUPATIONAL SAFETY AND HEALTH DEPARTMENT

Undergraduate thesis,March 2016

Anggita Risqi Praditami, NIM : 1111101000116

an overview of hearing loss in workers Based on Noise Mapping at PT. Bakrie

Metal Industries Bekasi in 2015

xv + 87 Pages + 29 Table + 8 Pictures + 10 Attachments

ABSTRACT

Noise mapping is a visual overview of noise level which known by noise

measurement on every noise measurement spots. The aim of tis research is to find

out an overview of hearing loss risk among workers based on noise mapping at PT.

Bakrie Metal Industries Bekasi in 2015. This research is a quantitative descriptive

epidemiological research with cross sectional study design. The data collected by

observation, measurement and calculation.

Noise sources in PT BMI area are come from process of welding, fit up,

stamping, metal finish, mesin punch/bor, cutting, handling material by using

overhead crane, corrugating, press material. Noise intensity based on noise source in

fabrication area I is 80,13 dB - 91,62 dB, Fabrication II 90,02 dB - 98,48 dB,

Fabrication III 80,48 dB - 85,50 dB, Fabrication IV 81,23 dB - 86,21 dB, Presshop

80,61 dB - 97,96 dB and Painting 79,94 dB - 83,46 dB.

Mainly, noise mapping in every area was in high risk except fabrication IV and

painting area. So the risk of hearing loss based on noise mapping in Fabrication I,

Fabrication II and Presshop area before the using of ear protecting device were in

High and Medium. Meanwhile, every area were in medium risk after the using of ear

protecting device.

To prevent hearing loss, the company should make noise contours and placed

them in every work area, set noise reducer around the machine which produce noise

and give proper ear protecting device in accordance with existing risk and also

there’s an urgent need to monitor and punish every workers who not wear their ear

protecting device.

Keyword : Risk, Hearing Loss, Noise Mapping

References : 66 (1975-2015)

Page 5: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

iv

Page 6: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

v

Page 7: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : Anggita Risqi Praditami

Alamat : Pondok Ungu Permai Blok E5 No.14 RT 001/014

Kaliabang Tengah, Bekasi Utara, Bekasi 17125

Tempat/Tanggal Lahir: Pacitan, 03 April 1993

Umur : 22 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Telepon/HP : 08990717557

Email : [email protected]

PENDIDIKAN

1998 – 1999 : TK. Al-Muhajirin

1999 – 2005 : SDN Kaliabang Tengah VI

2005 - 2008 : SMP Negeri 19 Bekasi

2008 – 2011 : SMA Negeri 4 Bekasi

2011- sekarang : S1 Kesehatan Masyarakat Peminatan Keselamatan dan

Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 8: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

vii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim

Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat, taufik serta hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Gambaran Risiko Gangguan Pendengaran Pada Pekerja

Berdasarkan Intensitas Kebisingan di PT. Bakrie Metal Industries Bekasi

Tahun 2015”.

Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi MuhammadSAW,

yang atas perkenan Allah, telah mengantarkan umat manusia kepintu gerbang

pengetahuan Allah yang Maha luas.

Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa

bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis turut mengucapkan terima

kasih kepada:

1. Keluarga tercinta, Ibuku Sujarmi dan Adikku Dyas yang dengan doa serta

dukungan yang diberikan hingga akhirnya penulis mampu menyelesaikan skripsi

ini.

2. Prof. Dr. H. Arif Sumantri, SKM, M.Kes selaku dekan Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Fajar Ariyanti, Ph.D selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Pak Tris dan Pak Fadri yang telah bersedia membantu penulis saat mengambil

data yang dibutuhkan dalam skripsi ini, serta Pak Kaisar dan Mas Angga selaku

staff Dept QHSE PT. Bakrie Metal Industries yang bersedia memberikan

masukan terkait skripsi ini.

5. Pak Adi, Ibu Merti, dan mbak Lina selaku staff Dept HRD yang membantu

penulis dalam memenuhi kebutuhan data hingga surat-menyurat dari kegiatan

magang hingga skripsi.

6. Ibu Yuli Amran, Ibu Raihana serta Bapak Yuli Prapanca selaku dosen

pembimbing skripsi yang telah membantu dan membimbing penulis hingga

skripsi ini dapat terselesaikan.

7. Prof. Meily Kurniawidjaja yang telah bersedia membantu penulis serta memberi

masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Ibu Dewi Utami Iriani, Ph.D selaku dosen pembimbing akademik yang telah

membimbing penulis selama masa perkuliahan

9. Ibu Iting Shofwati selaku Dosen Peminatan K3 atas semua ilmu yang telah

diberikan.

10. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat atas semua ilmu

yang telah diberikan.

11. Bapak Azib Rasyidi yang telah banyak membantu penulis terkait urusan dengan

program studi selama menyelesaikan masa perkuliahan.

12. Febriana Maizura yang telah membantu penulis saat mengambil data yang

diperlukan dalam skripsi ini, serta Defirna Indah yang telah membantu penulis

menyelesaikan urusan terkait skripsi ini serta memberi masukan pada penulis.

13. Mas Imam Abdul Rohman yang selalu memberikan semangat kepada penulis

untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

14. Sahabat kesayangan Cupa, Anis dan Icha yang selalu berbagi informasi serta

saling menyemangati dari masa kuliah hingga skripsi ini selesai.

Page 9: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

viii

15. Teman-teman Peminatan K3 2011 dan teman- teman Kesmas 2011 yang saling

berbagi informasi dari awal hingga akhir perkuliahan.

16. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini yang

tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.

Dan akhirnya kepada Allah SWT jualah penulis panjatkan doa dan harap,

semoga kebaikan mereka dicatat sebagai amal shaleh di hadapan Allah SWT dan

menjadi pemberat bagi timbangan kebaikan mereka kelak.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Kritik dan

saran yang membangun senantiasa penulis harapkan agar dapat dijadikan masukan di

waktu mendatang. Semoga laporan ini dapat mendatangkan manfaat kepada penulis

khususnya, dan kepada seluruh pembaca secara keseluruhan.

Ciputat, Februari 2016

Penulis

Page 10: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN . .........................................................................................i

ABSTRAK ................................................................................................................... ii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ...............................................iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN PENGUJI ......... ................................................... v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................. ...................................................vi

KATA PENGANTAR ............................................................................................... vii

DAFTAR ISI ............................................................................................................. viii

DAFTAR TABEL ...................................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xiii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xiv

DAFTAR ISTILAH ................................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

A. Latar Belakang .................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 4

C. Pertanyaan Penelitian.......................................................................................... 4

D. Tujuan ................................................................................................................. 5

1.Tujuan Umum .................................................................................................. 5

2.Tujuan Khusus ................................................................................................. 5

E. Manfaat Penelitian .............................................................................................. 5

1. Manfaat Bagi PT. Bakrie Metal Industries ..................................................... 5

Page 11: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

x

2. Manfaat Bagi Institusi Pendidikan.................................................................. 6

3. Manfaat Bagi Peneliti Lain ............................................................................. 6

F. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................................. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 7

A. Penyakit Akibat Kerja (PAK) ............................................................................. 7

B. Pendengaran Manusia ......................................................................................... 7

1. Anatomi Organ Pendengaran .......................................................................... 7

2. Mekanisme Pendengaran Manusia ................................................................. 8

3. Pemeriksaan Pendengaran ............................................................................ 11

C. Gangguan Pendengaran .................................................................................... 13

1. Definisi ......................................................................................................... 13

2. Faktor Risiko Gangguan Pendengaran ......................................................... 13

3. Dampak Gangguan Pendengaran .................................................................. 14

D. Kebisingan ........................................................................................................ 17

1. Pengertian Kebisingan .................................................................................. 17

2. Jenis Kebisingan ........................................................................................... 18

3. Sumber Kebisingan ........................................................................................... 20

4. Faktor Yang Mempengaruhi Kebisingan .......................................................... 23

5. Metode Pengukuran Kebisingan ....................................................................... 23

E. Risiko Gangguan Pendengaran ......................................................................... 27

F. Kerangka Teori ................................................................................................. 30

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ...................... 31

A. Kerangka Konsep.............................................................................................. 31

Page 12: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

xi

B. Definisi Operasional ......................................................................................... 32

BAB IV METODE PENELITIAN ............................................................................ 34

A. Desain Penelitian .............................................................................................. 34

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................................ 34

C. Pengumpulan Data ............................................................................................ 34

D. Validasi Penelitian ............................................................................................ 35

E Analisis Data ..................................................................................................... 36

BAB V HASIL ........................................................................................................... 44

A. Gambaran Sumber dan Tingkat Kebisingan PT. Bakrie Metal Industries Tahun

2015 ....................................................................................................................... 44

B. Gambaran Pemetaan/ Kontur Kebisingan PT. Bakrie Metal Industries Tahun

2015 ....................................................................................................................... 47

C. Gambaran Risiko Gangguan Pendengaran Pada Pekerja Berdasarkan Pemetaan

Intensitas Kebisingan di PT. Bakrie Metal Industries Tahun 2015.......................54

BAB VI PEMBAHASAN .......................................................................................... 76

A. Keterbatasan Penelitian .................................................................................... 76

B. Gambaran Sumber dan Tingkat Kebisingan PT. Bakrie Metal Industries Tahun

2015........................................................................................................................76

C. Gambaran Pemetaan/ Kontur Kebisingan PT. Bakrie Metal Industries Tahun

2015 ....................................................................................................................... 80

D. Gambaran Risiko Gangguan Pendengaran Berdasarkan Pemetaan Intensitas

Kebisingan PT. Bakrie Metal Industries Tahun 2015 ........................................... 81

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 88

A. Simpulan ........................................................................................................... 88

Page 13: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

xii

B. Saran ................................................................................................................. 90

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 92

LAMPIRAN ............................................................................................................... 96

Page 14: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Estimasi Konsekuensi dari Efek Buruk Kesehatan yang Mungkin

Ditimbulkan......................................................................................... 29

Tabel 2.2 Risiko Gangguan Pendengaran............................................................ 29

Tabel 3.1 Definisi Operasional............................................................................ 32

Tabel 4.1 Contoh Analisis Risiko Gangguan Pendengaran................................. 43

Tabel 5.1 Risiko Area Kontur Hijau Fabrikasi I Sebelum Penggunaan APT...... 55

Tabel 5.2 Risiko Area Kontur Hijau Fabrikasi I Setelah Penggunaan APT........ 56

Tabel 5.3 Risiko Area Kontur Kuning Fabrikasi I Sebelum Penggunaan APT.. 56

Tabel 5.4 Risiko Area Kontur Kuning Fabrikasi I Setelah Penggunaan APT..... 57

Tabel 5.5 Risiko Area Kontur Merah Fabrikasi I Sebelum Penggunaan APT.... 58

Tabel 5.6 Risiko Area Kontur Merah Fabrikasi I Setelah Penggunaan APT...... 59

Tabel 5.7 Risiko Area Fabrikasi II Sebelum Penggunaan APT.......................... 60

Tabel 5.8 Risiko Area Fabrikasi II Setelah Penggunaan APT............................. 61

Tabel 5.9 Risiko Area Kontur Kuning Fabrikasi III Sebelum Penggunaan APT 62

Tabel 5.10 Risiko Area Kontur Kuning Fabrikasi III Setelah Penggunaan APT.. 63

Tabel 5.11 Risiko Area Kontur Merah Fabrikasi III Tanpa Penggunaan APT..... 64

Tabel 5.12 Risiko Area Kontur Merah Fabrikasi III Setelah Penggunaan APT.... 65

Tabel 5.13 Risiko Area Kontur Hijau Fabrikasi IV Sebelum Penggunaan APT... 66

Tabel 5.14 Risiko Area Kontur Hijau Fabrikasi IV dengan Penggunaan APT..... 67

Tabel 5.15 Risiko Area Kontur Kuning Fabrikasi IV Sebelum Penggunaan

APT...................................................................................................... 67

Tabel 5.16 Risiko Area Kontur Kuning Fabrikasi IV dengan Penggunaan APT. 68

Tabel 5.17 Risiko Area Kontur Kuning Presshop Sebelum Penggunaan APT..... 69

Tabel 5.18 Risiko Area Kontur Kuning Presshop dengan Penggunaan APT........ 70

Tabel 5.19 Risiko Area Kontur Merah Presshop Sebelum Penggunaan APT...... 71

Tabel 5.20 Risiko Area Kontur Merah Presshop Setelah Penggunaan APT......... 72

Tabel 5.21 Risiko Area Kontur Hijau Painting Sebelum Penggunaan APT......... 73

Tabel 5.22 Risiko Area Kontur Hijau Painting Setelah Penggunaan APT............ 74

Tabel 5.23 Risiko Area Kontur Kuning Painting Sebelum Penggunaan APT..... 74

Tabel 5.24 Risiko Area Kontur Kuning Painting Setelah Penggunaan APT....... 75

Tabel 5.25 Simpulan Risiko Gangguan Pendengaran Seluruh Area Sebelum

dan Setelah Penggunaan APT.............................................................. 76

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori............................................................... 30

Gambar 3.1 Kerangka Konsep............................................................ 31

Gambar 5.1 Noise Contour Area Fabrikasi I...................................... 47

Gambar 5.2 Noise Contour Area Fabrikasi II..................................... 49

Gambar 5.3 Noise Contour Area Fabrikasi III.................................... 50

Gambar 5.4 Noise Contour Area Fabrikasi IV................................... 51

Gambar 5.5 Noise Contour Area Pesshop.......................................... 53

Gambar 5.6 Noise Contour Area Painting.......................................... 54

Page 15: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Surat Izin Magang dan Penelitian di PT. Bakrie Metal Industries

LAMPIRAN 2 Form Pengukuran Kebisingan

LAMPIRAN 3 Denah Area Produksi PT. BMI

LAMPIRAN 4 Noise Maping Area Fabrikasi I

LAMPIRAN 5 Kondisi Area Fabrikasi I pada Titik yang Tidak Dilakukan

Pengukuran

LAMPIRAN 6 Noise Maping Area Fabrikasi II

LAMPIRAN 7 Noise Maping Area Fabrikasi III

LAMPIRAN 8 Noise Maping Area Fabrikasi IV

LAMPIRAN 9 Noise Maping Area Presshop

LAMPIRAN 10 Noise Maping Area Painting

Page 16: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

xv

DAFTAR ISTILAH

APT : Alat Pelindung Telinga

BMI : Bakrie Metal Industries

dB : Desibel

K3 : Keselamatan dan Kesehatan Kerja

K3L : Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan

NAB : Nilai Ambang Batas

NIHL : Noise Induced Hearing Loss

NIOSH : National Institute of Occupational Safety and Health

NR : Noise Reduction

OEL : Observed Effect Level

PAK : Penyakit Akibat Kerja

PT : Perseroan Terbatas

QHSE : Quality Health Safety Environment

Page 17: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahaya kesehatan adalah bahaya yang berpotensi menimbulkan gangguan

kesehatan, salah satu gangguan kesehatan yang dialami pekerja adalah gangguan

pendengaran (Kurniawidjadja, 2012). Gangguan pendengaran merupakan

perasaan terganggu atau tidak nyaman yang dirasakan oleh pekerja tanpa

mempertimbangkan aspek patologis secara medis (Babba, 2007). Gangguan

pendengaran dapat timbul karena beberapa faktor, salah satunya adalah karena

kebisingan. Gangguan pendengaran akibat bising ialah gangguan pendengaran

yang disebabkan akibat terpajan oleh bising yang cukup keras dalam jangka

waktu yang cukup lama dan biasanya disebabkan oleh bising di lingkungan kerja

(Tjan, Fransiska dan Wenny, 2013).

Berdasarkan data National Institute of Occupational Safety and Health

(NIOSH) di Amerika Serikat pada tahun 2007, sekitar 23.000 kasus dilaporkan

gangguan pendengaran dan kasus gangguan pendengaran menyumbang 14% dari

penyakit akibat kerja pada tahun 2007, selanjutnya pada tahun 2008, sekitar 2 juta

pekerja terkena tingkat kebisingan di tempat kerja yang menempatkan mereka

pada risiko gangguan pendengaran dan yang terakhir adalah tahun 2011

mengatakan bahwa di dunia sebanyak empat juta pekerja pergi bekerja setiap

harinya terkena gangguan kebisingan dan sebanyak 22 juta pekerja yang

berpotensi terkena gangguan kebisingan per tahunnya (NIOSH, 2011). Sehingga

menurut Widex (2008) dalam Bahri (2009) pada tahun 2015, angka ini diramalkan

meningkat menjadi 700 juta dengan alasan bahwa kita terekspose pada kebisingan

Page 18: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

2

di sekitar kita seperti bisingnya jalan raya, pada tempat kerja serta kebiasaan

mendengarkan musik, yang kian lama kian bertambah.

Kebisingan adalah bunyi maupun suara-suara yang tidak dikehendaki dan

dapat mengganggu kesehatan, kenyamanan, serta dapat menyebabkan gangguan

pendengaran (Kurniawidjadja, 2012). Beberapa penelitian menyebutkan bahwa

kebisingan berhubungan dengan kejadian gangguan pendengaran, antara lain

penelitian yang dilakukan oleh Tjan, Fransiska dan Wenny (2013) menyebutkan

bahwa adanya hubungan antara kebisingan terhadap gangguan fungsi

pendengaran. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Istantyo (2011)

menyebutkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara kebisingan dengan

gangguan fungsi pendengaran.

Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor 13/MEN/X/ 2011 tentang

Nilai Ambang Batas (NAB) Faktor Fisika di Tempat Kerja, pasal 5 menyatakan

bahwa NAB kebisingan ditetapkan sebesar 85 dBA dan dalam lampiran I

ditetapkan batas waktu pemajanan sesuai dengan intensitas kebisingan dan batas

teratas adalah 139 dBA pekerja tidak boleh terpajan walaupun sesaat. Beberapa

penelitian menyebutkan bahwa intensitas bising lebih dari 85 dB merupakan salah

satu faktor risiko terjadinya gangguan pendengaran, seperti penelitian yang

dilakukan oleh Putra, Rum dan Lalu (2010) menyebutkan bahwa Intensitas bising

yang tinggi merupakan faktor risiko kejadian penuruan ambang dengar. Sehingga

semakin besar intensitas bising, maka semakin besar risiko terjadinya gangguan

pendengaran.

PT. Bakrie Metal Industries merupakan salah satu perusahaan swasta

nasional yang memproduksi jembatan baja dan baja bergelombang, dimana dalam

Page 19: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

3

proses produksinya menggunakan baja dan mesin untuk membentuk baja itu

sesuai dengan yang diinginkan. Dalam proses produksi salah satu masalah yang

ditimbulkan adalah kebisingan yang berasal dari alat kerja dan mesin yang sedang

beroperasi, serta memiliki risiko terjadinya gangguan pendengaran yang dialami

oleh pekerjanya. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada

bulan Februari 2015 didapatkan hasil rata-rata kebisingan pada area Fabrikasi 1

±79,7 dB, Fabrikasi 2 ±79,3 dB, Fabrikasi 3 ±73,5 dB, Fabrikasi 4 ±79,1 dB,

Presshop ±84,2 dB, Galvanize ±78,1 dB, Generator ±94,3 dB dan ±98,3 dB pada

area yang menggunakan mesin gerinda, kebisingan yang timbul di area produksi

merupakan salah satu faktor risiko terjadinya gangguan pendengaran bagi pekerja.

Berdasarkan wawancara dengan staff QHSE PT. Bakrie Metal Industries,

perusahaan telah melakukan pengendalian gangguan pendengaran, seperti

penyediaan Alat Pelindung Telinga (APT) standar CE EN 352 dengan NRR 33

bagi para pekerjanya dan melaksanakan program tes audiometri yang diadakan

tiap setahun sekali sekaligus untuk memantau berapa banyak kejadian gangguan

pendengaran. seperti yang dapat dilihat pada hasil tes audiometri pekerja PT.

Bakrie Metal Industries, pada tahun 2014 terdapat 17 orang pekerja menderita

gangguan pendengaran, terdiri dari 1 pekerja mengalami gangguan pendengaran

tinggi, 6 pekerja mengalami gangguan pendengaran sedang dan 10 pekerja

mengalami gangguan pendengaran rendah.

Masalah diatas sesuai dengan penelitian Tumewu, Tumbel dan Paladeng

(2014) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara bising dengan

gangguan pendengaran. Selain itu masalah di atas sesuai dengan penelitian Tjan,

Fransiska dan Wenny (2013) yang menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang

Page 20: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

4

bermakna antara gangguan pendengaran dengan tingkat intensitas bising.

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis ingin meneliti gambaran risiko

gangguan pendengaran pada pekerja berdasarkan pemetaan intensitas kebisingan

PT. Bakrie Metal Industries Bekasi Tahun 2015.

B. Rumusan Masalah

Kebisingan merupakan salah satu masalah kesehatan utama dalam bidang

industri yang sampai saat ini belum dapat ditanggulangi, karena berpotensi

menyebabkan gangguan pendengaran. Berdasarkan studi pendahuluan yang telah

dilakukan diketahui bahwa salah satu masalah yang ditimbulkan dari proses

produksi adalah kebisingan yang berasal dari alat kerja dan mesin yang sedang

beroperasi, sehingga memiliki risiko terjadinya gangguan pendengaran yang

dialami oleh pekerja yang dilihat dari hasil medical check up pekerja PT. Bakrie

Metal Industries. Oleh karena itu dari masalah intensitas bising yang terdapat di

PT. Bakrie Metal Industries yang dapat menyebabkan gangguan pendengaran,

maka peneliti ingin mengetahui gambaran risiko gangguan pendengaran pada

pekerja berdasarkan pemetaan intensitas kebisingan di PT. Bakrie Metal

Industries Bekasi Tahun 2015.

C. Pertanyaan Penelitian

Bagaimana gambaran risiko gangguan pendengaran pada pekerja

berdasarkan pemetaan intensitas kebisingan di PT. Bakrie Metal Industries tahun

2015?

Page 21: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

5

D. Tujuan

1. Tujuan Umum

Diketahui risiko gangguan pendengaran pada pekerja berdasarkan

pemetaan intensitas kebisingan di PT. Bakrie Metal Industries Bekasi

Tahun 2015.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya gambaran sumber kebisingan dan tingkat

kebisingan area Produksi PT. Bakrie Metal Industries tahun 2015.

b. Diketahuinya gambaran pemetaan/ kontur kebisingan PT. Bakrie

Metal Industries tahun 2015.

c. Diketahuinya gambaran risiko gangguan pendengaran

berdasarkan pemetaan intensitas kebisingan sebelum dan sesudah

penggunaan APT PT. Bakrie Metal Industries tahun 2015.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Bagi PT. Bakrie Metal Industries

a. Perusahaan akan mendapat informasi mengenai kontur kebisingan

yang belum dibuat oleh PT. Bakrie Metal Industries yang dapat

digunakan untuk memprediksi risiko gangguan pendengaran pada

pekerja.

b. Perusahaan akan mendapat informasi mengenai faktor risiko yang

terdapat di PT. Bakrie Metal Industries yang dapat menimbulkan

risiko gangguan pendengaran pada pekerja.

c. Dapat dijadikan sebagai masukan dan bahan pertimbangan dalam

menentukan langkah-langkah pencegahan penyakit akibat kerja

Page 22: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

6

karena bahaya kebisingan yang ada di PT. Bakrie Metal

Industries.

2. Manfaat Bagi Institusi Pendidikan

Menambah literatur di perpustakaan FKIK UIN Jakarta dan

sarana pengembangan pengetahuan tentang ilmu K3.

3. Manfaat Bagi Peneliti Lain

Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi sumber informasi

dan acuan untuk melakukan penelitian sejenis yang lebih kompleks,

seperti penelitian bivariat atau multivariat.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini berjudul “Gambaran Risiko Gangguan Pendengaran pada

Pekerja Berdasarkan Pemetaan Intensitas Kebisingan di PT. Bakrie Metal

Industries Bekasi Tahun 2015”. Penelitian ini akan dilakukan di PT. Bakrie Metal

Industries Bekasi pada bulan Mei- Desember 2015. Penelitian ini dilakukan

karena terdapatnya kebisingan di PT. Bakrie Metal Industries sehingga dapat

menimbulkan risiko gangguan pendengaran pekerja. Penelitian ini dilakukan

dengan metode kuantitatif dengan menggunakan desain cross sectional melalui

data primer dengan observasi, pengukuran serta perhitungan.

Page 23: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penyakit Akibat Kerja (PAK)

Menurut Kepmenakertrans RI No. 609 Tahun 2012 Penyakit Akibat Kerja

yang disingkat PAK (Occupational Disease) yaitu penyakit yang disebabkan oleh

pekerjaan atau lingkungan kerja. Selanjutnya menurut ILO dalam Buchari (2007)

Penyakit Akibat Kerja (PAK) adalah penyakit yang mempunyai penyebab yang

spesifik atau asoisasi yang kuat dengan pekerjaan, yang umumnya terdiri dari

agen penyebab yang sudah diakui.

Penyebab penyakit akibat kerja, antara lain yaitu (Buchari, 2007):

1. Golongan fisik

2. Golongan kimiawi

3. Golongan biologik

4. Gangguan fisiologi

5. Gangguan psikososial

B. Pendengaran Manusia

1. Anatomi Organ Pendengaran

Menurut Buchari (2007) Telinga terdir dari 3 bagian utama yaitu:

a. Telinga bagian luar

Terdiri dari daun telinga dan liang telinga (audiotory canal), dibatasi

oleh membran timpani. Telinga bagian luar berfungsi sebagai mikrofon

yaitu menampung gelombang suara dan menyebabkan membran

timpani bergetar. Semakin tinggi frekuensi getaran semakin cepat pula

membran tersebut bergetar begitu juga pula sebaliknya

Page 24: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

8

b. Telinga bagian tengah

Terdiri atas osside yaitu 3 tulang kecil (tulang pendengaran yang halus),

yaitu martil, landasan, dan sanggurdi yang berfungsi memperbesar

getaran dari membran timpani dan meneruskan getaran yang telah

diperbesar ke ovalwindow yang bersifat fleksibel. Oval window ini

terdapat pada ujung dari cochlea.

c. Telinga bagian dalam

Yang juga disebut cochlea dan berbentuk rumah siput. Cochlea

mengandung cairan, di dalamnya terdapat membran basiler dan organ

corti yang terdiri dari sel-sel rambut yang merupakan reseptor

pendengaran. Getaran dari oval window akan diteruskan oleh cairan

dalam cochlea, mengantarkan membran basiler. Getaran ini merupakan

impuls bagi organ corti yang selanjutnya diteruskan ke otak melalui

syaraf pendengar (nervus cochlearis).

2. Mekanisme Pendengaran Manusia

Menurut Pearce (2009) suara ditimbulkan oleh getaran atmosfer

yang dikenal sebagai gelombang suara yang kecepatan dan volumenya

berbeda-beda. Gelombang suara bergerak melalui rongga telinga luar yang

menyebabkan membrana tympani bergetar. Getaran tersebut selanjutnya

diteruskan menuju inkus dan stapes, melalui malleus yang terikat pada

membrana itu karena gerakan-gerakan yang timbul pada setiap tulang ini

sendiri, maka tulang-tulang itu memperbesar getaran yang kemudian

disalurkan melalui fenestra vestibuler menuju perilimfe. Getaran perilimfe

dialihkan melalui membran menuju endolimfe dalam saluran kokhlea dan

Page 25: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

9

rangsangan mencapai ujung-ujung akhir saraf dalam organ corti, untuk

kemudian diantarkan menuju otak oleh nervus auditorius.

Perasaan pendengaran ditafsirkan otak sebagai suara yang enak atau

tidak enak, hingar bingar atau musikal. Istilah-istilah ini digunakan dalam

artinya yang seluas-luasnya. Gelombang suara yang tidak teratur

menghasilkan keributan atau kehingarbingaran, sementara gelombang

suara berirama teratur menghasilkan bunyi musikal enak. Suara merambat

dengan kecepatan 343 m/detik dalam udara tenang pada suhu 15-50°C

(Pearce, 2009).

Menurut Budiono (2003) apabila telinga memperoleh rangsang

suara, maka sesuai dengan besarnya rangsangan akan terjadi proses:

a. Adaptasi, yang berlangsung 0-3 menit, yakni berupa kenaikan ambang

dengar sesaat. Jika rangsangan berhenti, ambang dengar akan kembali

seperti semula.

b. Pergeseran ambang dengar sementara (temporary threshold shift),

sebagai kelanjutan proses adaptasi akibat rangsang suara yang lebih

kuat dan dapat dibedakan dalam dua tahap yakni kelelahan (fatigue) dan

tuli sementara terhadap rangsangan (temporary stimulation deafness).

Kelelahan tersebut akan pulih kembali secara lambat dan akan semakin

bertambah lambat lagi jika tingkat kelelahan semakin tinggi. Sedang

tuli sementara akibat rangsang suara terjadi akibat pengaruh mekanisme

getaran pada koklea yang mengalami rangsang suara dengan intensitas

tinggi dan berlangsung lama.

Page 26: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

10

c. Pergeseran ambang dengar yang persisten (persistent treshold shift),

yang masih ada setelah 40 jam rangsang suara berhenti.

d. Pergeseran ambang suara yang menetap (permanent threshold shift),

meskipun rangsang suara sudah tidak ada. Pada keadaan ini sudah

terjadi kelainan patologis yang permanen pada koklea, umumnya pada

kasus trauma akustik dan akibat kebisingan di tempat kerja.

Proses pendengaran sangatlah menakjubkan. Getaran sumber bunyi

dihantarkan melalui media udara menggetarkan gendang dan tulang-tulang

kecil yang terletak dalam rongga telinga bagian tengah, yang kemudian

menghantarkan getaran ke dalam suatu sistem cairan yang terletak dalam

putaran rongga bangunan menyerupai rumah siput atau lebih dikenal

sebagai koklea, yang terletak bersebelahan dengan alat keseimbangan di

dalam tulang temporalis (Pearce, 2009).

Di dalam telinga bagian tengah juga terdapat sebuah otot terkecil

dalam tubuh manusia, yaitu tensor timpani, yang bertugas membuat tegang

rangkaian tulang pendengaran pada saat bunyi yang mencapai sistem

pendengaran kita berkekuatan lebih dari 70 dB, untuk meredam getaran

yang mencapai sel-sel rambut reseptor pendengaran manusia. Namun, otot

ini yang bekerja terus menerus juga tak mampu bertahan pada keadaan

bising yang terlalu kuat dan kontinu, dan terjadilah stimulasi berlebih yang

merusak fungsi sel-sel rambut. Kerusakan sel rambut dapat bersifat

sementara saja pada awalnya sehingga dapat terjadi ketulian sementara.

Akan tetapi, kemudian bila terjadi rangsangan terus menerus, terjadi

Page 27: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

11

kerusakan permanen, sel rambut berkurang sampai menghilang dan terjadi

ketulian menetap (Pearce, 2009).

3. Pemeriksaan Pendengaran

Menurut Gabriel (1990) untuk mengetahui gangguan pendengaran dapat

dilakukan dengan menggunakan:

a. Tes suara berbisik/ noise box

Telinga normal dapat mendengar suara berbisik dengan tone/ nada

rendah. Misalnya suara konsonan dan palatal: b, p, t, m, n pada jarak 5-

10 meter.Suara berbisik dnegan nada tinggi misalnya suara desis s, z, ch,

pada jarak 20 meter.

b. Tes garputala

Untuk melihat ada tidaknya gangguan fungsi pendengaran pada pekerja

denganmenggunakan garpu tala untuk pemeriksaan gangguan fungsi

pendengaran oleh peneliti. Test garpu tala untuk pengukuran kualitatif,

idealnya menggunakan garputala dengan frekuensi 512, 1024 dan 2084

Hz. Bila tidak mungkin cukup dipakaigarpu tala dengan 512 Hz karena

tidak penggunaan garpu tala ini tidak terlaludipengaruhi oleh suara bising

disekitar lingkungan pemeriksaan. Tes garputala ada tiga macam,

diantaranya (Gabriel, 1990):

1) Tes Schwabach

Tes ini digunakan untuk membandingkan penghantaran bunyi

melalui tulang penderita dan pemeriksa.

2) Tes Rinne

Tes ini digunakan untuk membandingkan penghantaran bunyi

melalui tulang dan melalui udara pada penderita.

Page 28: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

12

3) Tes Weber

Tes ini digunakan untuk membandingkan penghantaran bunyi

melalui sebelah kanan / kiri penderita.

c. Audiometri

Untuk pemeriksaan kuantitatif gangguan pendengaran dilakukan

pemeriksaan audiometri. Dari audiogram dapat dilihat apakah

pendengaran normal atau tuli,kemudian jenis dan derajat ketuliannya.

Derajat ketulian dihitung dengan indeks Fletcher, yaitu rata-rata ambang

pendengaran pada frekuensi 500, 1.000 dan 2.000Hz. Pada interpretasi

audiogram harus ditulis telinga yang mana, apa jenis ketuliannya, dan

bagaimana derajat ketuliannya.

Hasil pemeriksaan audiometri biasanya direkam dalam bentuk

grafik yang disebut audiogram. Audiogram yang dihitung dengan indeks

fletcher yaitu (Gabriel, 1990):

1) Normal 0-25 dB

2) Tulis ringan26-40 dB

3) Tuli sedang 41-60 dB

4) Tuli berat 61- 90 dB

5) Tuli Total > 90 dB

Untuk membedakan tuli koklea dan tuli retrokoklea diperlukan

pemeriksaan audiologi khusus yang terdiri dari audiometri khusus

(seperti tes Tone decay, tes ShortIncrement Sensitivity Index (SISI), tes

Alternate Binaural Loudness Balance (ABLB), audiometri tutur,

audiometri Bekessy, audiometric objektif (audiometri impedans,

Page 29: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

13

elektrokokleografi, Brain Evoked Reponse Audiometry (BERA),

pemeriksaan tuli anorganik (tes Stenger, audiometri nada murni secara

berulang,impedans) dan pemeriksaan audiometri anak (Gabriel, 1990).

C. Gangguan Pendengaran

1. Definisi

Menurut Khabori dan Khandekar (2004), gangguan pendengaran

menggambarkan kehilangan pendengaran di salah satu atau kedua telinga.

Tingkat penurunan gangguan pendengaran terbagi menjadi ringan, sedang,

sedang berat, berat, dan sangat berat. Sedangkan menurut Anton (1989)

dalam Natadireja (2000) Gangguan pendengaran adalah suatu kerusakan yang

mengganggu untuk mengerti percakapan. Selanjutnya gangguan pendengaran

adalah perubahan pada tingkat pendengaran yang berakibat kesulitan dalam

melaksanakan kehidupan normal, biasanya dalam memahami pembicaraan

(Buchari, 2007).

Gangguan pendengaran akibat bising (Noise Induced Hearing Loss/ NIHL)

adalah tuli akibat terpapar oleh bising yang cukup keras dalam jangka waktu

yang cukup lama dan biasanya diakibatkan oleh bising lingkungan kerja

(Christoper, 2009).

2. Faktor Risiko Gangguan Pendengaran

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat dan luasnya

gangguan pendengaran yaitu intensitas atau kerasnya bunyi (sound pressure

level), tipe bunyi (spektrum frekuensi), lama pajanan bising per hari, masa

kerja, kerentanan individu, usia pekerja, penyakit telinga, karakteristik

lingkungan yang menghasilkan bising, jarak dari sumber bising dan posisi

telinga saat menerima gelombang bunyi. Empat faktor yang disebutkan

Page 30: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

14

pertama merupakan faktor yang paling penting dan faktor-faktor tersebut

sering disebut dengan noise exposure (Standard, 2002).

Selain itu gangguan pendengaran dapat disebabkan oleh pekerjaan

(occupational hearing loss), misalkan akibat kebisingan, trauma akustik,

dapat pula disebabkan oleh bukan karena kerja (non-occupational hearing

loss) (Buchari, 2007).

Menurut Buchari (2007) faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ketulian

akibat kerja (occupational hearing loss), adalah sebagai berikut:

a. Intensitas kebisingan

b. Usia karyawan

c. Ketulian yang sudah ada sebelum bekerja (Pre-employment hearing

impairment)

d. Tekanan dan frekuensi bising

e. Lamanya bekerja

f. Lama pajanan

g. Jarak dari sumber suara

h. Penggunaan APT

i. Gaya hidup

3. Dampak Gangguan Pendengaran

Dampak gangguan pendengaran pada manusia secara umum dapat

dibedakan menjadi dua golongan yaitu dampak auditorial atau Auditory

Effects dan dampak non-auditorial atau Non Auditory Effects (National Safety

Council, 1975).

Page 31: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

15

a. Dampak Auditorial atau Auditory Effects

Dampak auditori akibat bising adalah terjadinya gangguan pendengaran,

kemungkinan dapat berupa:

1) Trauma Akustik

Trauma akustik merupakan luka pada elemen sensorineural ditelinga

bagian dalam, akibat terpajan bising tinggi atau terjadi trauma

langsung pada kepala atau telinga menyebabkan robeknya membran

timpani atau terjadi dislokasi serta kerusakan tulang-tulang

pendengaran disebut dengan trauma akustik (National Safety

Council, 1975).

2) Perubahan Ambang Pendengaran Sementara atau Temporary

Threshold Shift (TTS)

Akibat terpajan bising ditempat kerja, mula-mula pekerja merasa

terganggu, tetapi lama kelamaan akan menjadi terbiasa dan suara

bising yang tinggi tidak lagi dirasakan, artinya bahwa pekerja

tersebut telah mengalami gangguan pendengaran. Setelah pekerja

tersebut keluar dari tempat kerja yang bising, maka pendengarannya

sedikit demi sedikit akan pulih seperti semula. Hal tersebut berarti

gangguan pendengaran yang dialami bersifat sementara. Waktu yang

dibutuhkan untuk pemulihan sangat tergantung pada tingkat

kebisingan, lama pajanan, jenis bising, serta kerentanan atau

kepekaan seseorang. Efektifitas suara dalam menyebabkan terjadinya

tuli sementara tergantung pada frekuensinya. Suara-suara dengan

Page 32: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

16

frekuensi rendah mempunyai efek bahaya yang ringan (National

Safety Council, 1975).

3) Perubahan Ambang Pendengaran Menetap atau Permanent

Threshold Shift (PTS).

Pekerja yang mengalami perubahan ambang dengar sementara, terus

berlanjut terpajan oleh bising sebelum pemulihan secara bertahap

terjadi, maka akan terjadi sisa gangguan pendengaran. Jika hal

tersebut berlangsung secara berulang-ulang dan menahun maka

mengakibatkan gangguan pendengaran yang bersifat menetap.

Gangguan pendengaran menetap mula-mula terjadi pada frekuensi

4000 Hz, kemudian berkembang pada frekuensi 2000, 1000 dan 500

Hz yang merupakan frekuensi pembicaraan manusia. Jika ini terjadi

akibatnya pekerja akan mengalami kesulitan dalam berkomunikasi.

Efektifitas suara dalam menyebabkan terjadinya tuli permanen

seperti suara dengan frekuensi sedang hingga frekuensi tinggi

memiliki efek bahaya yang berat atau dengan kata lain semakin

tinggi frekuensi paparan suara maka semakin besar kemungkinannya

untuk menyebabkan tuli permanen (National Safety Council, 1975).

b. Dampak Non-Auditorial Non Auditory Effects (Buchari, 2007) meliputi:

1) Gangguan Fisiologis

Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah, peningkatan

nadi, basal metabolisme, konstruksi pembuluh darah kecil terutama

pada bagian kaki, dapat menyebabkan pucat dan gangguan sensoris.

Page 33: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

17

2) Gangguan Psikologis

Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang

kosentrasi, susah tidur, emosi dan lain-lain. Pemaparan jangka waktu

lama dapat menimbulkan penyakit, psikosomatik seperti gastristis,

penyakit jantung koroner dan lain-lain.

3) Gangguan Komunikasi

Gangguan komunikasi ini menyebabkan terganggunya pekerjaan,

bahkan mungkin terjadi kesalahan, terutama bagi pekerja baru yang

belum berpengalaman. Gangguan komunikasi ini secara tidak

langsung akan mengakibatkan bahaya terhadap keselamatan dan

kesehatan tenaga kerja, karena tidak mendengar teriakan atau isyarat

tanda bahaya dan tentunya akan dapat menurunkan mutu pekerjaan

dan produktifitas kerja.

4) Gangguan keseimbangan

Gangguan keseimbangan ini mengakibatkan gangguan fisiologis

seperti kepala pusing, mual dan lain-lain.

D. Kebisingan

1. Pengertian Kebisingan

Menurut Salim (2002) dalam Dewi (2009) menyatakan bahwa suara

adalah sesuatu yang dihasilkan oleh benda yang mengalami getaran sehingga

menghasilkan gelombang yang berada di udara.. Suara yang berlebihan dan

tidak diinginkan oleh manusia atau dapat merusak kesehatan pendengaran

manusia disebut bising.

Kebisingan merupakan bunyi atau suara yang tidak dikehendaki dan

dapat mengganggu kesehatan, kenyamanan serta dapat menimbulkan ketulian

Page 34: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

18

(Buchari, 2007). Selanjutnya menurut Suma’mur (2009) menyatakan bahwa

kebisingan adalah semua suara atau bunyi yang tidak dikehendaki yang

bersumber dari alat-alat proses produksi atau alat-alat kerja yang pada tingkat

tertentu dapat menibulkan gangguan pendengaran.

Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor

13 tahun 2011, kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang

bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja. Dari definisi

di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bising adalah bunyi dengan multi

frekuensi yang tidak dikehendaki dari proses produksi dan penggunaan alat-

alat kerja dalam intensitas tertentu dan waktu paparan tertentu dapat

mengakibatkan penurunan pendengaran.

2. Jenis Kebisingan

Jenis-jenis bising dapat dilihat dari berbagai aspek. Dilihat dari sifat,

spektrum dan frekuensi, bising dikelompokan menjadi lima jenis (Suma’mur,

1996) yaitu:

a. Kebisingan kontinyu dengan spektrum frekuensi luas (steady state,

wide band noise)

Merupakan kebisingan yan terus menerus denga spektrum frekuensi

yang luas, seperti pada mesin-mesin, kipas angin, dapur pijar, dan lain-

lain.

b. Kebisingan kontinyu dengan spektrum frekuensi sempit (steady state,

narrow band noise)

Merupakan kebisingan terus menerus yang spktrum frekuensinya

sempit. Biasanya tingkat kebisingannya lebih rendah walaupun terus

menerus. Contohnya pada gergaji sikuler, katup gas, dan lain-lain.

Page 35: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

19

c. Kebisingan terputus-putus (intermittent)

Kebisingan yang terputus dengan terbentuknya fase tenang diantara

bising yang ada. Contohnya adalah kebisingan lalu lintas, kebisingan

kapal terbang di bandar udara, dan lain sebagainya.

d. Kebisingan impulsif (impact or impulsive noise)

Merupakan bising yang terjadi karena adanya perubahan tekanan suara

melebihi 40 dB dalam waktu sangat cepat. Contohnya bising karena

pembakan meriam atau bedil, ledakan bom, pukulan palu, dan lain

sebagainya.

e. Kebisingan impulsive berulang

Merupakan bising yang terjadi karena adanya perubahan tekanan suara

melebihi 40 dB dalam waktu sangat cepat yang terjadi berulang-ulang.

Contohnya bising oleh mesin tempa.

Dilihat dari bentuk gangguan yang ditimbulkan, bising dikelompokan

menjadi tiga jenis, yaitu (Buchari, 2007):

a. Irritating noise

Merupakan kebisingan yang mengakibatkan pendengar merasa

terganggu atau sering disebut dengan bising yang mengganggu. Jenis

bising ini tidak memiliki intensitas yang tinggi. Contohnya adalah suara

dengkuran.

b. Masking noise

Merupakan bising yang menutupi, dimana bising tersebut menutupi

suara lain sehingga pendengar tidak bisa mendengar apapun selama di

area bising ini. Contohnya bising yang dikeluarkan oleh mesin produksi

Page 36: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

20

sehingga pekerja harus teriak bahkan menggunakan bahasa isyarat

untuk berkomunikasi.

c. Damaging or injurious noise

Merupakan bising yang merusak. Bising ini memiliki intensitas yang

tinggi dan melebihi nilai ambang batas. Bising ini juga bisa

menyebabkan penurunan pendengaran, bahkan tuli. Contohnya adalah

bising oleh ledakan.

3. Sumber Kebisingan

Mengacu pada definisi kebisingan menurut Keputusan Menteri

Tenaga Kerja Nomor 13 tahun 2011, sumber bising adalah dari alat-alat

produksi dan alatalat kerja. Dengan kata lain sumber bising berasal dari

aktivitas produksi di suatu industri. Biasanya sumber bising tersebut

berasal dari gabungan dari beberapa komponen di industri (Sasongko dan

kawan-kawan, 2000), yaitu:

a. Fluid turbulence

Merupaakan kondisi yang terbentuk karena getaran yang diakibatkan

oleh benturan antar partikel dalam fluida. Biasanya terjadi pada pipa

penyalur cairan, gas, valve, gas exhaust, dan lain-lain.

b. Temperature difference

Temperature difference terbentuk karena penyusunan dan pemuaian

fluida. Biasanya dijumpai pada jet, flare boom, gas buang, dan lain

sebagainya.

c. Moving and vibration parts

Kondisi ini terbentuk karena getaran yang disebabkan oleh gesekan,

benturan atau ketidak seimbangan gerakan bagian peralatan. Sering

Page 37: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

21

dijumpai pada roda gigi (gear), roda gila (fly wheel), batang torsi,

piston, fan (blower), bearing, dan lain sebagainya.

d. Electrical equipment

Ini terjadi karena efek perubahan fluks elektromagnetik pada bagian

inti dari logam. Kondisi ini sering terjadi pada rentang frekuensi

yang rendah, seperti pada transformator, ballast, motor listrik,

generator, dan lain-lain.

Dilihat dari peralatan di industri, ada beberapa peralatan yang

menjadi sumber utama bising di lingkungan industri yaitu: (Sasongko dan

kawan-kawan,2000)

a. Fan Noise

Fan di dunia industri merupakan peralatan yang sangat krusial karena

dibutuhkan untuk menggerakan udara dalam sistem ventilasi

untukkebutuhan pekerja. Selain dijumpai di sistem ventilasi, fan juga

ada dalamoperasi pengeringan dalam produksi serta peralatan

pengumpul debu.Bising dari fan berasal dari gerakan fan yang

menimbulkan getaran danmenghasilkan suara yang tidak nyaman bagi

pekerja

b. Jet Noise

Jet noise ini merupakan sumber bising yang paling mengganggu

dalam dunia industri. Jet noise atau kebisingan karena semburan udara

(gas) ini biasanya berupa aerodynamic noise. Contoh jet noise ini

adalah blow off nozzle, system valves, gas burner, dan lain sebagainya.

Page 38: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

22

Biasanya tingkat kebisingan yang dihasilkan jet noise bisa mencapai

105 dBA – 107 dBA.

e. Pipe Noise

Merupakan kebisingan dari sistem pemipaan dalam industri. Pemipaan

yang menghasilkan bising biasanya pipa yang dialiri cairan atau gas

bertekanan. Jenis pipe noise ini bisa menghasilkan bising mencapai

130 dBA – 140 dBA.

f. Pump Noise

Pumpnoise merupakan sumber bising yang berasal dari kegiatan

pemompaan atau kompres. Bising bisa berasal dari alat yang

digunakan maupun dari apa yang dipompa atau dikompres.

g. Furnace and Burner Noise

Kebisingan ini disebabkan oleh interaksi-interaksi terkait dengan

aliran kecepatan tinggi, turbulensi, dan proses pembakaran.

h. Blower

Bising oleh blower sebenarnya sama dengan konsep bising oleh fan.

Dimana bising oleh blower ini terkait pergerakan udara dalam volume

besar. Akan tetapi bising oleh blower ini lebih tinggi dibandingkan

bising oleh fan karena kecepatan gerak pada blower lebih cepat

dibandingkan pada fan.

i. Boiler

Boiler merupakan alat yang berfungsi untuk menghasilkan uap air dan

nantinya akan menjadi sumber tenaga penggerak. Bising yang

dihasilkan boiler bisa mencapai 94 dBA.

Page 39: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

23

4. Faktor yang Mempengaruhi Kebisingan

Tingkat kebisingan dipengaruhi oleh beberapa faktor Widiapura

(1991) dalam Armaini (2008) yaitu:

a. Sumber bising

Kuat lemahnya bunyi tidak selalu menentukan apakah bunyi

tersebut mempunyai bising atau tidak, tetapi hal ini lebih banyak

ditentukan oleh perasaan dan persepsi seseorang. Dengan

demikian bunyi yang sama dapat merupakan bising bagi seorang

tetapi belum tentu bising bagi orang lain

b. Jarak dengan Sumber Bising

Semakin jauh sumber bunyi, semakin kecil tingkat kebisingannya.

c. Suhu Udara

Jika suhu udara tinggi maka kecepatan rambat bunyi yang sampai

ke telinga akan melambat sehingga bunyi terdengar lemah.

d. Arah dan kecepatan angin

Bunyi akan diterima lebih lama dan lebih keras oleh orang yang

berada pada down stream (searah dengan angin) dibandingkan

dengan bunyi yang diterima oleh orang yang berada pada arah

yang berlawanan dengan arah angin, karena getaran bunyi dari

sumber bunyi di hambar oleh angin.

e. Kelembaban udara

Semakin lembab udara, suara yang didengar semakin jelas, tetapi

pengaruhnya terhadap kebisingan di dalam ruangan tidak besar.

Page 40: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

24

f. Penghalang (barier)

Menurut Kristanto (2014) Noise Barrier (Soundwall, Tanggul

suara, penghalang suara, atau penghalang akustik) adalah struktur

eksterior yang dirancang untuk meredam polusi suara (bising).

Noise Barrier merupakan metode yang paling efektif mengurangi

jalan, kereta api, dan sumber kebisingan industri tanpa

penghentian aktivitas penggunaan kontrol sumber. Fungsi dari

Penghalang Bising ini untuk memberikan zona bayangan

(shadow zone) atau daerah dimana mempunyai bising yang lebih

senyap pada penerima.

5. Metode Pengukuran Kebisingan

Menurut Nasri (1997) menyatakan bahwa ada tiga cara atau

metode pengukuran akibat kebisingan di lokasi kerja.

a. Pengukuran dengan titik sampling

Pengukuran ini dilakukan bila kebisingan diduga melebihi

ambang batas hanya pada satu atau beberapa lokasi saja. Pengukuran

ini juga dapat dilakukan untuk mengevalusai kebisingan yang

disebabkan oleh suatu peralatan sederhana, misalnya

compresor/generator. Jarak pengukuran dari sumber harus

dicantumkan, misal 3 meter dari ketinggian 1 meter. Selain itu juga

harus diperhatikan arah mikrofon alat pengukur yang digunakan

(Nasri, 1997).

b. Pengukuran dengan peta kontur

Pemetaan diartikan sebagai penggambaran secara visual yang

menghasilkan sebuah peta, sedangkan pemetaan kebisingan berarti

Page 41: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

25

penggambaran secara visual dari tingkat kebisingan yang

ditimbulkan pada tiap-tiap titik pengamatan dimana pengukuran ini

akan menghasilkan sebuah peta kontur kebisingan.Garis kontur

adalah garis khayal dilapangan yang menghubungkan titik dengan

ketinggian yang sama atau garis kontur adalah garis kontinyu diatas

peta yang memperlihatkan titik-titik di atas peta dengan ketinggian

yang sama (Hustim, 2014).

Pengukuran dengan membuat peta kontur sangat bermanfaat

dalam mengukur kebisingan, karena peta tersebut dapat menentukan

gambar tentang kondisi kebisingan dalam cakupan area. Pengukuran

ini dilakukan dengan membuat gambar isoplet pada kertas berskala

yang sesuai dengan pengukuran yang dibuat. Biasanya dibuat kode

pewarnaan untuk menggambarkan keadaan kebisingan, warna hijau

untuk kebisingan dengan intensitas dibawah 80 dBA, warna kuning

untuk kebisingan dengan intensitas antara 80 – 84 dBA, warna

merah untuk tingkat kebisingan yang tinggi ≥ 85 dBA (Hustim,

2014).

Kode pewarnaan kontur kebisingan, sebagai berikut warna

hijau untuk kebisingan dengan intensitas dibawah 85 dBA warna

orange untuk tingkat kebisingan yang tinggi diatas 90 dBA, warna

kuning untuk kebisingan dengan intensitas antara 85 – 90 dBA

(Nasri, 1997). Selain itu menurut penelitian Ramli dan Ulfah (2014)

yang menyatakan bahwa kode pewarnaan kontur kebisingan, antara

lain warna hijau untuk tingkat kebisingan dengan intensitas antara

Page 42: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

26

62.1 dB-69.0 dB, warna kuning untuk tingkat kebisingan dengan

intensitas antara 69.1 dB-76.0 dB, dan warna merah untuk tingkat

kebisingan dengan intensitas antara 76.1 dB-81.0 dB.

Sedangkan menurut penelitian Saputra (2007) yang

menyatakan bahwa zona warna kontur kebisingan dibedakan atas:

1) Zona tanpa pelindung : <85 dBA diberi warna hijau

2) Zona dengan pelindung ear plug : 85- 95 dBA diberi warna

kuning

3) Zona dengan pelindung earmuff : > 95 dBA diberi warna

merah

Pada penelitian ini pembuatan kode warna pada peta kontur

sesuai dengan kode pewarnaan kontur milik Hustim, dengan

pertimbangan bila memberikan peringatan warna merah pada

kebisingan ≥ 85 dB dapat membantu perusahaan dalam mengurangi

jumlah pekerja yang menderita gangguan pendengaran dan juga

membuat para pekerja lebih berhati-hati terhadap risiko yang ada di

Area kerja mereka.

Pembuatan peta kontur kebisingan menggunakan aplikasi

untuk proses pemetaan (proses membuat peta) berupa peta kontur.

Pengukuran dengan membuat peta kontur sangat bermanfaat dalam

mengukur kebisingan, karena peta tersebut dapat menentukan

gambar tentang kondisi kebisingan dalam cakupan area. Pengukuran

ini dilakukan dengan membuat gambar isoplet pada kertas berskala

yang sesuai dengan pengukuran yang dibuat (Nasri, 1997).

Page 43: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

27

c. Pengukuran dengan Grid

Untuk mengukur dengan Grid adalah dengan membuat contoh

data kebisingan pada lokasi yang di inginkan. Titik–titik sampling

harus dibuat dengan jarak interval yang sama diseluruh lokasi. Jadi

dalam pengukuran lokasi dibagi menjadi beberpa kotak yang

berukuran dan jarak yang sama, misalnya: 10 x 10 m kotak tersebut

ditandai dengan baris dan kolom untuk memudahkan identitas

(Nasri, 1997).

E. Risiko Gangguan Pendengaran

Risiko adalah kejadian yang tidak tentu yang dapat mengakibatkan suatu

kerugian (Redja, 2003). Menurut Supriyadi (2005) menyatakan bahwa risiko

adalah seberapa besar kemungkinan suatu bahan atau material, proses atau

kondisi untuk menumbulkan kerusakan atau kerugian dan kesakitan, sedangkan

menurut Kolluru, risiko dapat dikategorikan menjadi 5, yaitu (Kolluru, 1996):

1. Risiko Keselamatan

Risiko keselamatan memiliki tingkat probabilitas rendah, tingkat paparan

tinggi, akut dan jika terjadi kontak langsung terlihat efeknya, penyebabnya

lebih dapat diketahui serta lebih berfokus pada keselamatan manusia dan

pencegahan kerugian di area kerja.

2. Risiko Kesehatan

Risiko kesehatan memiliki sifat probabilitas yang tinggi, tingkat paparan

rendah, kronis, penyebabnya sulit diketahui dan fokusnya lebih ke

kesehatan manusia.

Page 44: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

28

3. Risiko Lingkungan dan Ekologi

Umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut: permasalahan difokeuskan

pada dampak yang timbul terhadap habitat dan ekosistem yang lebih jauh

dari sumber risiko.

4. Risiko Terhadap Masyarakat Publik

Komunitas dan pandangan masyarakat terhadap kinerja organisasi dan

produksi, memperhatikan pada segi estetika, sumber daya dengan

menggunakan batasan-batasan yang ada dampak negatif dan persepsi

masyarakat seperti perubahan positif dari suatu tindakan yang lamban,

semua hal tersebut terfokus pada penilaian dan persepsi masyarakat.

5. Risiko Keuangan

Dalam jangka pendek dan jangka panjang risiko dan kehilangan property

dan pajak, mempertanggungjawabkan pajanan, asuransi terhadap

lingkungan, kesehatan dan keselamatan, investasi terfokus pada aspek

operasional dan kelangsungan hidup secara finansial.

Menurut Kent (2004) dalam Oktova (2010) analisis risiko memiliki dua

bagian, yaitu memperkirakan kemungkinan atau Risiko dan memperkirakan

dampak yang diestimasi. Pengukuran risiko mengacu pada dua faktor yaitu

kuantitatif dan kualitatif. Kuantitas risiko menyangkut berapa banyak eksposure

yang rentan terhadap risiko, sedangkan kualitatif menyangkut kemungkinan

suatu risiko muncul. Bahaya kebisingan dapat menimbulkan risiko kerugian, bila

Risikonya besar berarti risiko yang ditimbulkan juga besar dan tidak dapat

diterima (Kurniawidjaja, 2012).

Page 45: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

29

Tabel 2.1 Estimasi Konsekuensi dari Efek Buruk Kesehatan yang Mungkin

Ditimbulkan

Hazard Rating Batasan Efek Buruk pada Pekerja

Sangat Ringan Tidak berdampak pada kapasitas kerja dan gangguan

kesehatan.

Ringan Menimbulkan gangguan kesehatan yang dapat pulih.

Berat Menimbulkan gangguan kesehatan yang nirpulih,

namun tidak menimbulkan kematian.

Cacat Permanen Menimbulkan kerusakan yang nirpulih, cacat

permanen atau kematian

Kematian Massal Bahan kimia yang dapat menimbulkan efek keracunan

akut.

Menurut Environmental Protection Agency (EPA) menunjukan efek

kesehatan ringan pada pemanajan 8 jam perhari dengan tingkat kebisingan < 85

dBA atau tingkat kebisingan rendah, sedangkan efek kesehatan berat bila tingkat

kebisingan ≥85 dBA atau tingkat kebisingan tinggi (EPA, 1979).

Tabel 2.2 Risiko Gangguan Pendengaran

Sev

erit

y

Efe

k

Kes

ehat

an <10% of

OEL

10%-

15% of

OEL

50%-

100% of

OEL

> 100%

of OEL

100% of

OEL

1 Sangat

ringan Perbaikan Berkesinambungan

2 Ringan Penurunan Risiko

3 Berat

4 Kematian

/Cacat

Permanen

Risiko Tidak Dapat Diterima

5 Kematian

Massal

*OEL = Observed Effect Level

Sumber: Risiko Kejadian Gangguan Pendengaran

Menurut Kurniawidjaja (2012)

F. Kerangka Teori

Teori yang digunakan sebagai acuan untuk mengetahui faktor yang

mempengaruhi tingkat dan luasnya gangguan pendengaran adalah Teori Standard

(2002) karena teori ini membahas intensitas atau kerasnya bunyi (sound pressure

Page 46: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

30

level), tipe bunyi (spektrum frekuensi), karakteristik lingkungan yang

menghasilkan bising, jarak dari sumber bising dan posisi telinga saat menerima

gelombang bunyi serta barrier yang digunakan.

Gambar 2.1. Kerangka Teori Standard (2000)

Gangguan Pendengaran

Bunyi

Sel Rambut

Rumah Siput

Gendang Telinga

Liang Telinga

Daun Telinga

Tidak Berjalan Baik

Otak

Syaraf Pendengaran Kondisi Lingkungan Kerja,

meliputi:

1. Sumber Kebisingan

2. Intensitas atau kerasnya

bunyi (sound pressure

level),

3. Tipe bunyi (spektrum

frekuensi),

4. Jarak dari sumber

bising

5. Penghalang atau barrier

Page 47: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

31

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui risiko gangguan pendengaran

pada pekerja PT. Bakrie Metal Industries tahun 2015. Faktor yang tidak diteliti

adalah tipe bunyi (spektrum frekuensi) karena keterbatasan alat dalam penelitian

dan kemampuan pengamatan peneliti. Selanjutnya jarak dari sumber bising tidak

diteliti karena pekerja yang berpindah-pindah saat bekerja dan penghalang

(barrier) yang meliputi dinding dan lantai tidak di teliti karena tidak hanya

dinding dan lantai saja yang dapat menyerap kebisingan, namun setiap material

yang terdapat pada area produksi memiliki daya serap masing-masing.

Sedangkan variabel-variabel yang diteliti terdapat pada kerangka konsep

dibawah ini:

*Tidak dilakukan uji hipotesis untuk melihat hubungan antar variabel

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

Pemetaan Intensitas

Kebisingan

Berdasarkan Sumber

Kebisingan.

Risiko Gangguan

Pendengaran

Page 48: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

32

B. Definisi Operasional

Tabel 3.1. Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

Risiko

Gangguan

Pendengaran

Besarnya kemungkinan gangguan

pendengaran dari hasil pengukuran

dan observasi yang telah dilakukan,

meliputi ringan, sedang, dan berat.

Tabel risiko Analisis menggunakan

tabel risiko

Kategori risiko gangguan

pendengaran:

1. Ringan jika efek

kesehatan ringan dan

OEL <10% of OEL

atau efek kesehatan

ringan dan 10%-15%

of OEL atau efek

kesehatan berat dan

<10% of OEL,

2. Sedang jika efek

kesehatan ringan dan

50%- 100% of OEL

atau efek kesehatan

ringan dan > 100% of

OEL atau efek

kesehatan berat dan

10%-15% of OEL

atau efek kesehatan

berat dan 50%- 100%

of OEL,

Ordinal

Page 49: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

33

Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

3. Berat jika efek

kesehatan berat dan >

100% of OEL

Sumber dan

Tingkat

Kebisingan

Proses kerja di area produksi yang

menghasilkan suara yang

mengganggu kenyamanan

pendengaran pekerja serta besarnya

tingkat suara yang bersumber dari

proses dan alat kerja yang ada di

area produksi.

1. Lembar

Observasi

2. Sound

Level

Meter

(SLM)

3. Lembar

penentuan

titik

kebisingan.

1. Observasi

2. Pengukuran

kebisingan di area

kerja bagian

produksi.

3. Menuliskan titik

pengukuran

kebisingan di area

produksi pada lembar

penentuan titik

kebisingan.

1. Proses kerja yang

menimbulkan

kebisingan

2. Kadar kebisingan

setiap titik yang ada

pada area kerja

bagian produksi

dalam satuan dBA

dan peta kontur

kebisingan

Rasio

Pemetaan

Intensitas

Kebisingan

Penggambaran secara visual dari

tingkat kebisingan yang

ditimbulkan pada setiap titik

pengukuran dan diberi warna sesuai

dengan tingkat kebisingan.

Perangkat

Lunak

Pemetaan

Kebisingan

Memasukkan kadar

kebisingan pada perangkat

lunak yang yang

disesuaikan dengan titik

pengukuran.

1. Berwarna hijau bila

kadar kebisingan < 80

dBA

2. Berwarna kuning bila

kadar 80 – 84 dBA,

3. Berwarna merah bila

kadar kebisingan ≥ 85

dBA

(Hustim, 2014)

Ordinal

Page 50: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

34

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian epidemiologi deskriptif yang

menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain cross sectional study

karena penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran antara variabel

dependen dan independen dalam satu waktu. Variabel independen dalam

penelitian ini adalah sumber dan tingkat kebisingan serta kontur kebisingan,

sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah risiko gangguan

pendengaran.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT. Bakrie Metal Industries Bekasi pada

bulan Mei- Desember 2015.

C. Pengumpulan Data

1. Sumber Data

Data yang dikumpulkan oleh peneliti adalah data primer yang diperoleh

melalui observasi dan analisis.

2. Cara Pengumpulan Data

a. Sumber kebisingan diperoleh dari hasil observasi secara langsung ke

Area Produksi Perusahaan.

b. Intensitas bising berdasarkan observasi langsung pada sumber

kebisingan dikumpulkan peneliti dengan cara melakukan

pengukuran kebisingan di area kerja secara langsung menggunakan

SLM dengan merk Krisbow tipe KW06-291 dengan kadar toleransi

0%+3,5 digits.

Page 51: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

35

3. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan dalam penelitian untuk

memperoleh data, dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah:

a) Menggunakan perangkat lunak untuk menggambarkan denah sumber

kebisingan area produksi, hasilnya adalah berupa denah area

produksi, antara lain: Denah Area Fabrikasi I, Denah Area Fabrikasi

II, Denah Area Fabrikasi III, Denah Area Fabrikasi IV, Denah Area

Presshop, dan Denah Area Painting.

b) Menggunakan perangkat lunak untuk menggambarkan noise maping

area produksi, hasilnya adalah berupa noise maping area produksi,

antara lain: noise maping Area Fabrikasi I, noise maping Area

Fabrikasi II, noise maping Area Fabrikasi III, noise maping Area

Fabrikasi IV, noise maping Area Presshop, dan noise maping Area

Painting.

c) Sound Level Meter untuk mengukur intensitas kebisingan, hasil

ukurnya adalah skala dBA.

d) Perangkat lunak pemetaan kebisingan, hasilnya adalah berupa

pemetaan kebisingan Area Produksi.

e) Tabel risiko yang digunakan untuk mengetahui dan menyimpulkan

risiko gangguan pendengaran.

D. Validasi Penelitian

Pada penelitian ini validitas dilakukan dengan melibatkan orang yang

ahli dalam bidang kesehatan kerja. Pada variabel risiko gangguan

Page 52: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

36

pendengaran, validitas diperoleh dengan cara menyimpulkan bersama dengan

ahli kesehatan kerja.

E. Analisis Data

Penelitian ini menggunakan analisa secara univariat untuk

mendeskripsikan seluruh variabel. Data kuantitatif yang diperoleh akan

disajikan dalam bentuk tabel atau grafik. Analisis univariat pada penelitian ini

bertujuan untuk memberikan informasi mengenai:

1. Variabel Sumber dan Tingkat Kebisingan PT. Bakrie Metal Industries;

a. Sumber kebisingan ini diperoleh dengan cara observasi langsung ke

area produksi PT. Bakrie Metal Industries, selanjutnya adalah

menganalisis proses kerja yang menjadi sumber kebisingan di area

produksi, setelah diketahui sumber kebisingannya, penulis

menggambarkan denah area produksi yang menjadi target penelitian

per bagian, seperti area Fabrikasi I, Fabrikasi II, Fabrikasi III,

Fabrikasi IV, Presshop dan Painting. Instrumen yang digunakan

untuk menggambar denah area produksi PT. Bakrie Metal Industries

ini adalah dengan menggunakan perangkat lunak.

Berikut adalah langkah- langkah membuat denah sumber kebisingan

dengan perangkat lunak:

1) Buka program,

2) Gambar denah area produksi sesuai dengan bentuk yang ada,

3) Save file sesuai dengan nama area.

Page 53: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

37

b. Intensitas kebisingan berdasarkan sumber kebisingan PT. Bakrie

Metal Industries;

Untuk mengetahui gambaran intensitas kebisingan area

produksi PT. Bakrie Metal Industries, maka dilakukan pengukuran

kebisingan. Pengukuran dilakukan mulai pukul 09.00 – 11.00 WIB

kemudian dilanjutkan kembali pukul 13.00- 16.00 WIB. Pemilihan

waktu tersebut dipilih karena pekerja telah bekerja secara efektif

pada rentang waktu tersebut, sehingga kondisi yang ada pada rentang

waktu tersebut diharapkan dapat menggambarkan kondisi pajanan

kebisingan yang sebenarnya.

Pembuatan noise maping yang dibuat dengan menggunakan

perangkat lunak. Berikut adalah langkah membuat noise maping

yaitu:

1) Mencari data terkait ukuran area produksi per bagian,

2) Buka software,

3) Buat noise maping dengan skala 1:100 yang disesuaikan

dengan ukuran area produksi,

4) Save file sesuai dengan nama area aproduksi.

Adapun persiapan yang dilakukan sebelum melakukan

pengukuran adalah sebagai berikut:

1) Menyiapkan Sound Level Meter (SLM)

2) Pastikan posisi alat dalam dB

3) Mengaktifkan alat dengan menekan tombol on/off

Page 54: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

38

4) Memilih filter pengukuran tingkat kebisingan pada Weighting

A (dBA)

5) Mempersiapkan noise map untuk menentukan posisi titik

sampling pengukuran dengan membuat titik- titik koordinat

dengan jarak 5 meter.

Pengukuran dilakukan pada area kerja dimana terdapat

aktivitas kerja. Pengukuran dilakukan dengan interval lima detik,

selama satu menit, sehingga didapat 12 sample nilai kebisingan

untuk setiap titiknya selanjutnya dilakukan perhitungan untuk

memperoleh nilai rata-rata kebisingan.

2. Langkah selanjutnya setelah dilakukan pengukuran adalah membuat noise

contour yang menggunakan perangkat lunak pemetaan bising. Setelah

membuat noise contour penulis menganalisis hasil noise contour dengan

mendeskripsikan arti dari per satu warna yang ada pada bagian hasil

penelitian.

Berikut adalah cara membuat noise contour yang menggunakan

adalah sebagai berikut:

a. Jalankan software,

b. Untuk meng-input hasil pengukuran kebisingan maka data

dimasukkan kedalam format worksheet pada software dengan cara:

Klik File → New → Worksheet → Ok,

Page 55: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

39

c. Diinput hasil pengumpulan data dimana A adalah absis, B adalah

ordinat, dan C adalah tingkat kebisingan (dB(A)). Setelah diinput nilai

kemudian di save dalam bentuk excel spreadsheet (*.xls)

d. Untuk mengolah data yang diinput maka dibuka perangkat lunak yang

baru kemudian klik Grid → Data→ buka file dalam bentuk excel

yang telah disimpan kemudian klik OK sehingga akan muncul

tampilan Grid Report.

1 2

1 2

Page 56: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

40

e. Untuk menampilkan peta kebisingan maka klik Map → Contour Map

→ New Contour Map kemudian buka file dalam bentuk (*.grd),

f. Untuk memasukkan warna ambang batas kebisingan maka, Klik

kanan pada peta → Properties. Pada Filled Contours, cek Fill

Contours kemudian pilih Levels → Fill. Jika puas dengan tampilan

3 4

1 2

3

Page 57: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

41

kontur klik Apply kemudian OK untuk menampilkan kontur tingkat

kebisingan yang telah dibuat,

g. Jadilah kontur kebisingan per area,

h. Save file kontur per area produksi.

Pada penelitian ini kontur kebisingan di berikan kode pewarnaan, yaitu

pada kontur berwarna hijau untuk kebisingan dengan intensitas dibawah 80

1 2

Page 58: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

42

dBA, sedangkan kontur berwarna kuning untuk kebisingan dengan intensitas

antara 80 – 84 dBA, dan kontur berwarna merah untuk tingkat kebisingan

yang tinggi ≥ 85 dBA.

3. Risiko gangguan pendengaran berdasarkan pemetaan intensitas

kebisingan PT. Bakrie Metal Industries.

Pada variabel Risiko gangguan pendengaran berdasarkan intensitas

kebisingan PT. Bakrie Metal Industries diperoleh berdasarkan analisis hasil

pengukuran intensitas kebisingan dengan melibatkan ahli kesehatan kerja,

lalu dihitung menggunakan tabel penentuan risiko yang dapat dilihat pada

tabel 2.2 lalu dilihat dari kategori OEL yang ada pada tabel tersebut

disesuaikan dengan hasil pengukuran intensitas kebisingan.

Selanjutnya untuk menentukkan risiko, maka peneliti juga harus

mengetahui kategori efek kesehatan pada gangguan pendengaran yang

mengacu pada Environmental Protection Agency (EPA) yang menyatakan

bahwa efek kesehatan ringan dengan tingkat kebisingan < 85 dBA atau

tingkat kebisingan rendah, sedangkan efek kesehatan berat bila tingkat

kebisingan ≥85 dBA atau tingkat kebisingan tinggi. Dari hasil kategori OEL

dan juga kategori efek kesehatan gangguan pendengaran, maka diketahui

gambaran risiko kerjadian gangguan pendengaran pekerja di PT. Bakrie

Metal Industries.

Misalnya, bila efek kesehatan ringan dan OEL <10% of OEL atau efek

kesehatan ringan dan 10%-15% of OEL atau efek kesehatan berat dan <10% of

OEL maka termasuk kategori risiko ringan, sedangkan bila efek kesehatan

ringan dan 50%- 100% of OEL atau efek kesehatan ringan dan > 100% of OEL

Page 59: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

43

atau efek kesehatan berat dan 10%-15% of OEL atau efek kesehatan berat dan

50%- 100% of OEL maka termasuk kedalam kategori risiko sedang, serta bila efek

kesehatan berat dan > 100% of OEL maka termasuk kedalam risiko berat. Contoh

analisis risiko gangguan pendengaran, seperti yang terdapat tabel 4.1.

Tabel 4.1 Contoh Analisis Risiko Gangguan Pendengaran

Sev

erit

y

Efe

k

Kes

ehat

an <10%

of OEL

10%-

15% of

OEL

50%-

100% of

OEL

>

100%

of

OEL

>> of

OEL

1 Sangat

ringan

2 Ringan

3 Berat

4 Kematian

/Cacat

Permanen

5 Kematian

Massal

*OEL = Observed Effect Level

Page 60: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

44

BAB V

HASIL

A. Gambaran Sumber dan Tingkat Kebisingan PT. Bakrie Metal Industries

Tahun 2015

Sumber kebisingan yang ada pada area produksi PT. Bakrie Metal

Industries berasal dari macam-macam mesin atau alat kerja. Berikut adalah

sumber dan tingkat kebisingan pada setiap Area, sebagai berikut:

1. Berdasarkan observasi (dapat dilihat pada lampiran 3) diperoleh hasil bahwa

sumber kebisingan area Fabrikasi I berasal dari proses pengelasan (welding)

yang mengggunakan mesin las, jumlah mesin las di area Fabrikasi I yang

berfungsi dengan baik adalah 25 buah dengan kadar kebisingan per mesin

sekitar 91dB, proses metal finish (dengan menggunakan mesin gerinda), di

area Fabrikasi I mesin gerinda yang berfungsi dengan baik berjumlah 13 buah

dengan kadar kebisingan per mesin sekitar 91 dB dan proses pemindahan

material menggunakan overhead crane dengan kadar kebisingan sekitar 100

dB.

Berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan, maka diketahui tingkat

kebisingan sumber bising pada setiap titik pengukuran yang terdapat pada

area Fabrikasi I yang dapat dilihat pada lampiran 4. Titik pengambilan sampel

pengukuran kebisingan di area Fabrikasi I berjumlah 110 titik, adapun jarak

dari satu titik ke titik lainnya adalah sepanjang 5 meter seperti yang

tergambar lampiran 4. Pengukuran kebisingan pada area Fabrikasi I ini

dilakukan pada 57 titik pengukuran, sedangkan pada 53 titik tidak dilakukan

pengukuran, karena pada titik tersebut terdapat mesin kerja serta material baja

Page 61: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

45

yang dapat membahayakan keselamatan peneliti dapat dilihat pada lampiran

5.

2. Sumber kebisingan area Fabrikasi II berasal dari proses pengelasan (welding)

yang mengggunakan mesin las, jumlah mesin las di area Fabrikasi II yang

berfungsi dengan baik adalah 19 buah dengan kadar kebisingan per mesin

sekitar 91dB, proses fit up menggunakan mesin las atau gerinda sesuai

dengan kebutuhan produksi, proses stamping (saat kegiatan memukul

material menggunakan palu) dengan kadar kebisingan sekitar 95-100 dB,

proses metal finish (dengan menggunakan mesin gerinda), di area Fabrikasi

II mesin gerinda yang berfungsi dengan baik berjumlah 16 buah dengan kadar

kebisingan per mesin sekitar 91 dB dan proses pemindahan material

menggunakan overhead crane dengan kadar kebisingan sekitar 100 dB

(dapat dilihat pada lampiran 3). Titik sampling pengukuran kebisingan di area

Fabrikasi II berjumlah 70 titik, adapun jarak dari satu titik ke titik lainnya

adalah sepanjang 5 meter serta pada area Fabrikasi II pengukuran kebisingan

dilakukan di semua titik pengukuran seperti yang tergambar pada lampiran 6.

3. Sumber kebisingan area Fabrikasi III berasal dari mesin punch/bor yang

berfungsi dengan baik di area ini berjumlah 17 buah dengan kadar kebisingan

86,31dB, proses metal finish (dengan menggunakan mesin gerinda), di area

Fabrikasi III mesin gerinda yang berfungsi dengan baik berjumlah 14 buah

dengan kadar kebisingan per mesin sekitar 91 dB dan proses pemindahan

material menggunakan overhead crane dengan kadar kebisingan sekitar 100

dB (dapat dilihat pada lampiran 3). Titik sampling pengukuran kebisingan di

area Fabrikasi III berjumlah 48 titik, adapun jarak dari satu titik ke titik

Page 62: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

46

lainnya adalah sepanjang 5 meter, serta pada area Fabrikasi III pengukuran

kebisingan dilakukan di semua titik pengukuran seperti yang tergambar pada

lampiran 7.

4. Sumber kebisingan area Fabrikasi IV berasal dari proses welding yang

mengggunakan mesin las, jumlah mesin las di area Fabrikasi IV yang

berfungsi dengan baik adalah 17 buah dengan kadar kebisingan per mesin

sekitar 91 dB, proses metal finish (dengan menggunakan mesin gerinda) di

area Fabrikasi IV mesin gerinda yang berfungsi dengan baik berjumlah 5

buah dengan kadar kebisingan per mesin sekitar 91 dB, proses stamping (saat

kegiatan memukul material menggunakan palu menggunakan palu) dengan

kadar kebisingan sekitar 95-100 dB dan proses pemindahan material

menggunakan overhead crane dengan kadar kebisingan sekitar 100 dB (dapat

dilihat pada lampiran 3). Titik sampling pengukuran kebisingan di area

Fabrikasi IV berjumlah 55 titik, adapun jarak dari satu titik ke titik lainnya

adalah sepanjang 5 meter, serta pada area Fabrikasi IV pengukuran

kebisingan dilakukan di semua titik pengukuran seperti yang tergambar pada

lampiran 8.

5. Sumber kebisingan area Presshop berasal dari proses welding yang

mengggunakan mesin las, jumlah mesin las di area Presshop yang berfungsi

dengan baik adalah 8 buah dengan kadar kebisingan per mesin sekitar 91 dB,

proses corrugating pada mesin cincinnati (proses pemotongan baja

gelombang) dengan kadar kebisingan sebesar 99,5- 100,3 dB, proses

pressmaterial dengan menggunakan mesin LVD yang memiliki kadar

kebisingan sebesar 90,3 dB, proses pembentukkanmaterial dengan

Page 63: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

47

menggunakan mesin curving roll (proses pembentukkan baja gelombang)

yang memiliki kadar kebisingan sebesar 90,7 dB dan proses pemindahan

material menggunakan overhead crane dengan kadar kebisingan sekitar 100

dB (dapat dilihat pada lampiran 3). Titik sampling pengukuran kebisingan di

area Presshop berjumlah 48 titik, adapun jarak dari satu titik ke titik lainnya

adalah sepanjang 5 meter, serta pada area Presshop pengukuran kebisingan

dilakukan di semua titik pengukuran seperti yang tergambar pada lampiran 9.

6. Sumber kebisingan area Painting adalah berasal dari area sekitar painting

yaitu bising yang berasal dari Fabrikasi II. Titik sampling pengukuran

kebisingan di area Painting berjumlah 16 titik, adapun jarak dari satu titik ke

titik lainnya adalah sepanjang 5 meter, serta pada area Painting pengukuran

kebisingan dilakukan di semua titik pengukuran seperti yang tergambar pada

lampiran 10.

B. Gambaran Pemetaan/ Kontur Kebisingan PT. Bakrie Metal Industries

Tahun 2015

1. Berdasarkan sumber serta tingkat kebisingan maka dapat digambarkan kontur

kebisingan untuk area Fabrikasi I, seperti yang terdapat pada gambar 5.1:

Skala 1: 100

Gambar 5.1 Noise Contour Area Fabrikasi I

Page 64: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

48

Keterangan Gambar 5.1:

A: Area Cutting 1 I: Area Welding Q: Area Metal Finish

B: Area Marking J: Area Fitup R: Area Metal Finish

C: Area Cutting 3 K: Area Fitup S: Area Metal Finish

D: Area Cutting 2 L: Area Fitup T: Area Cutting

E: Area Fitup M: Area Fitup U: Area Welding 2

F: Area Fitup N: Area Fitup V: Area Welding 3

G: Area Welding O: Area Fitup

H: Area Welding P: Area Fitup

Berdasarkan gambar noise contour Area Fabrikasi I, warna hijau

menunjukkan kadar kebisingan < 80 dB, warna kuning menunjukkan kadar

kebisingan 80,1 dB sampai dengan 84,5 dB, sedangkan warna merah

menunjukkan kadar kebisingan ≥ 85dB. Dari gambar noise contour tersebut dapat

disimpulkan bahwa area berwarna hijau artinya area kerja tersebut masuk kategori

aman, namun pekerja tetap diwajibkan menggunakan Alat Pelindung Telinga

untuk mencegah terjadinya gangguan pendengaran yang disebabkan oleh

kebisingan yang dihasilkan dari area kerja di sekitarnya, sedangkan area berwarna

kuning artinya adalah pekerja harus berhati-hati terhadap risiko bising pada area

tersebut, disarankan untuk menggunakan Alat Pelindung Telinga yang sesuai

dengan risiko bising yang diterima dan area berwarna merah berarti pekerja harus

berhenti melakukan pekerjaannya dikarenakan paparan bising yang diterima

sudah lebih dari NAB kebisingan.

2. Pada Area Fabrikasi II, berdasarkan sumber serta tingkat kebisingan maka dapat

digambarkan kontur kebisingan untuk area Fabrikasi II, seperti yang terdapat

pada gambar 5.2:

Page 65: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

49

Skala 1:100

Gambar 5.2 Noise Contour Area Fabrikasi II

Keterangan Gambar 5.2:

A:Area Welding 1 L: Area Welding 2, QC &Stamping W: Area Metal Finish

B: Area Welding1 M: Area Welding 2, QC &Stamping X: Area Metal Finish

C: Area Welding1 N: Area Welding 2, QC &Stamping Y: Area Metal Finish

D: Area Fitup 1 O: Area Welding 2, QC &Stamping Z: Area Metal Finish

E: Area Fitup 1 P: Area Welding 2, QC &Stamping AA: Area Metal Finish

F: Area Fitup 1 Q: Area Welding 2, QC &Stamping AB: Area Metal Finish

G: Area Fitup 1 R: Area Welding 2, QC &Stamping

H: Area Fitup1 S: Area Welding 2, QC &Stamping

I: Area Fitup 2 T: Area Welding 2, QC &Stamping

J: Area Fitup 2 U: Area Welding 2, QC &Stamping

K: Area Fitup 2 V: Area Welding 2, QC &Stamping

Berdasarkan gambar noise contour Area Fabrikasi II, warna kuning

menunjukkan kadar kebisingan < 85 dB, sedangkan warna merah menunjukkan

kadar kebisingan ≥ 85Db, dari noise contour tersebut dapat disimpulkan bahwa

area Fabrikasi II termasuk dalam kategori bahaya, pekerja harus berhenti

melakukan pekerjaannya dikarenakan paparan bising yang diterima sudah lebih

dari NAB kebisingan, namun hal tersebut tidak mungkin diterapkan sebab

produksi harus tetap berjalan normal, maka sebaiknya perusahaan mengatur waktu

kerja serta mengatur waktu lamanya mesin harus beroperasi.

Page 66: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

50

3. Area Fabrikasi III, berdasarkan sumber serta tingkat kebisingan maka dapat

digambarkan kontur kebisingan untuk area Fabrikasi III, seperti yang terdapat

pada gambar 5.3:

Skala 1:100

Gambar 5.3 Noise Contour Area Fabrikasi III

Keterangan Gambar 5.3:

A: Area Pembuatan Pola H: Area Punching/Boring 1

B: Area Punching/Boring 1 I: Area Punching/Boring 1

C: Area Punching/Boring 1 J: Area QC & Metal Finish

D: Area Cutting 1 K: Area QC & Metal Finish

E: Area Cutting 2 L: Area Punching/Boring 2

F: Area Cutting 2 M: Area Punching/Boring 2

G: Area Punching/Boring 1

Berdasarkan gambar noise contour Area Fabrikasi III, warna kuning

menunjukkan kadar kebisingan < 85 dB, sedangkan warna merah menunjukkan

kadar kebisingan ≥ 85dB. Dari noise contour tersebut dapat disimpulkan bahwa

area Fabrikasi III adalah termasuk kategori hati-hati, pekerja harus berhati-hati

terhadap risiko bising pada area tersebut, disarankan untuk menggunakan Alat

Pelindung Telinga yang sesuai dengan risiko bising yang diterima.

4. Pada area Fabrikasi IV, berdasarkan sumber serta tingkat kebisingan maka

dapat digambarkan kontur kebisingan, seperti yang terdapat pada gambar 5.4:

Page 67: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

51

Skala 1:100

Gambar 5.4 Noise Contour Area Fabrikasi IV

Keterangan Gambar 5.4:

Berdasarkan gambar noise contour Area Fabrikasi IV, warna hijau

menunjukkan kadar kebisingan < 83 dB, selanjutnya warna kuning menunjukkan

kadar kebisingan antara 83 dB sampai dengan 85dB, sedangkan warna merah

menunjukkan kadar kebisingan ≥85dB. Dari noise contour tersebut dapat

A: Area Marking L: Area Stamping & Metal

Finish

W: Area Welding

B: Area Marking M: Area Stamping &

Metal Finish

X: Area Welding

C: Area Marking N: Area Stamping &

Metal Finish

Y: Area Welding

D: Area Marking O: Area Welding Z: Area Welding

E: Area Stamping & Metal

Finish

P: Area Welding AA: Area Welding

F: Area Stamping & Metal

Finish

Q: Area Welding AB: Area Welding

G: Area Stamping & Metal

Finish

R: Area Welding AC: Area Welding

H: Area Stamping & Metal

Finish

S: Area Welding

I: Area Stamping & Metal

Finish

T: Area Welding

J: Area Stamping & Metal

Finish

U: Area Welding

K: Area Stamping & Metal

Finish

V: Area Welding

Page 68: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

52

disimpulkan bahwa area Fabrikasi IV adalah area kerja tersebut masuk kategori

aman, namun pekerja tetap diwajibkan menggunakan Alat Pelindung Telinga

untuk mencegah terjadinya gangguan pendengaran yang disebabkan oleh

kebisingan yang dihasilkan dari area kerja di sekitarnya.

5. Pada area Presshop, sumber serta tingkat kebisingan maka dapat digambarkan

kontur kebisingan untuk area Presshop, seperti yang terdapat pada gambar 5.5:

Skala 1:100

Gambar 5.5 Noise Contour Area Presshop

Keterangan Gambar 5.5:

A: Area Welding K: Area Cincinnati 1

B: Area Welding L: Area Cincinnati 1

C: Area Mesin Press Curving Roll M: Area Mesin Press Accur Langing

D: Area Mesin Press Curving Roll N: Area Mesin Press Accur Langing

E: Area Cincinnati 2 O: Area Mesin Press LVD

F: Area Cincinnati 2 P: Area Mesin Press LVD

G: Area Cincinnati 2 Q: Area Mesin Press LVD

H: Area Cincinnati 2 S: Area Mesin Press LVD

I: Area Cincinnati 2 T: Area Mesin Press LVD

J: Area Cincinnati 1 R: Area Mesin Press LVD

Berdasarkan gambar noise contour Area Presshop, warna hijau

menunjukkan kadar kebisingan < 83 dB, selanjutnya warna kuning menunjukkan

kadar kebisingan antara 83 dB sampai dengan 85dB, sedangkan warna merah

menunjukkan kadar kebisingan > 85dB. Dari noise contour tersebut dapat

disimpulkan bahwa area Presshop pada kontur berwarna merah adalah termasuk

kategori bahaya, pekerja harus berhenti melakukan pekerjaannya dikarenakan

Page 69: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

53

paparan bising yang diterima sudah lebih dari NAB kebisingan, namun hal

tersebut tidak mungkin diterapkan sebab produksi harus tetap berjalan normal,

maka sebaiknya perusahaan mengatur waktu kerja serta mengatur waktu

lamanya mesin harus beroperasi, sedangkan terdapat juga area berwarna kuning

artinya adalah pekerja harus berhati-hati terhadap risiko bising pada area

tersebut, disarankan untuk menggunakan alat pelindung telinga (APT) yang

sesuai dengan risiko bising yang diterima.

6. Pada area Painting, sumber serta tingkat kebisingan maka dapat digambarkan

kontur kebisingan, seperti yang terdapat pada gambar 5.6:

Skala 1:100

Gambar 5.6 Noise Contour Area Painting

Berdasarkan gambar noise contour Area Painting, warna hijau

menunjukkan kadar kebisingan <80 dB, sedangkan warna kuning menunjukkan

kadar kebisingan > 80dB. Dari noise contour tersebut dapat disimpulkan bahwa

area Painting adalah termasuk kategori hati-hati, pekerja harus berhati-hati

terhadap risiko bising pada area tersebut, disarankan untuk menggunakan Alat

Page 70: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

54

Pelindung Telinga yang sesuai dengan risiko bising yang diterima, sedangkan

pada kontur berwarna hijau artinya pekerja aman bekerja pada aderah tersebut.

C. Gambaran Risiko Gangguan Pendengaran Pada Pekerja Berdasarkan

Pemetaan Intensitas Kebisingan di PT. Bakrie Metal Industries Tahun

2015

1. Pada Area Fabrikasi I, kontur kebisingan diperoleh melalui observasi

terhadap sumber kebisingan yang selanjutnya dilakukan pengukuran

intensitas kebisingan, sehingga diperoleh kontur kebisingan yang

menunjukkan bahwa area Fabrikasi I berwarna merah yang termasuk

dalam kategori berbahaya, hal ini menunjukkan bahwa pekerja harus

berhenti melakukan pekerjaannya dikarenakan paparan bising yang

diterima sudah lebih dari NAB kebisingan, sedangkan kontur area

berwarna kuning artinya adalah pekerja harus berhati-hati terhadap risiko

bising pada area tersebut, disarankan untuk menggunakan APT yang

sesuai dengan risiko bising yang diterima, dan kontur area warna hijau

artinya area kerja tersebut masuk kategori aman, namun pekerja tetap

diwajibkan menggunakan APT untuk mencegah terjadinya gangguan

pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan yang dihasilkan dari area

kerja di sekitarnya.

Berdasarkan hasil pengukuran intensitas bising yang terdapat pada

lampiran 4 dan diskusi dengan ahli kesehatan kerja, efek kesehatan pada

intensitas kebisingan tingkat rendah menunjukkan kategori ringan,

sedangkan severity pada area Fabrikasi I dengan kontur berwarna hijau

adalah 50%- 100% of OEL sesuai dengan kontur kebisingan yang ada

pada gambar 5.1 yang menunjukkan kadar intensitas 80,13 dB - 82,88 dB,

Page 71: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

55

maka hasil analisis menunjukkan risiko gangguan pendengaran pada area

Fabrikasi I dengan kontur kebisingan berwarna hijau adalah masuk

kategori sedang.

Tabel 5.1 Risiko Gangguan Pendengaran Area Kontur Hijau

Fabrikasi I Sebelum Penggunaan APT

Sev

erit

y

Efe

k

Kes

ehat

an <10% of

OEL

10%-

15% of

OEL

50%-

100% of

OEL

>

100%

of OEL

100% of

OEL

1 Sangat

ringan

2 Ringan

3 Berat

4 Kematian

/Cacat

Permanen

5 Kematian

Massal

*OEL = Observed Effect Level.

Selanjutnya bila pekerja pada area kontur hijau Fabrikasi I setelah

menggunakan APT, maka paparan yang mungkin diterima sebagai berikut:

dBA = TWA – [( NRR–7) x 50%]

= 82,88 – [( 33–7) x 50%]

= 82,88 – (26x50%)

= 82,88 – 13

= 69,88 dBA

Berdasarkan perhitungan di atas, maka hasil analisis menunjukkan

risiko gangguan pendengaran pada area Fabrikasi I dengan kontur

kebisingan berwarna hijau bila pekerja menggunakan APT adalah masuk

kategori sedang.

Page 72: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

56

Tabel 5.2 Risiko Gangguan Pendengaran Area Kontur Hijau

Fabrikasi I Setelah Penggunaan APT

Sev

erit

y

Efe

k

Kes

ehat

an <10% of

OEL

10%-

15% of

OEL

50%-

100% of

OEL

>

100%

of OEL

100% of

OEL

1 Sangat

ringan

2 Ringan

3 Berat

4 Kematian

/Cacat

Permanen

5 Kematian

Massal

*OEL = Observed Effect Level.

Selanjutnya efek kesehatan pada intensitas kebisingan tingkat sedang

menunjukkan kategori ringan, sedangkan severity pada area Fabrikasi I

dengan kontur berwarna kuning adalah 50%- 100% of OEL sesuai dengan

kontur kebisingan yang ada pada gambar 5.1 yang menunjukkan kadar

intensitas 83 dB - 84,98 dB, maka hasil analisis menunjukkan risiko

gangguan pendengaran pada area Fabrikasi I dengan kontur kebisingan

berwarna kuning adalah masuk kategori sedang.

Tabel 5.3 Risiko Gangguan Pendengaran Area Kontur Kuning

Fabrikasi I Sebelum Penggunaan APT

Sev

erit

y

Efe

k

Kes

ehat

an <10% of

OEL

10%-

15% of

OEL

50%-

100% of

OEL

>

100%

of OEL

100% of

OEL

1 Sangat

ringan

2 Ringan

3 Berat

4 Kematian

/Cacat

Permanen

5 Kematian

Page 73: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

57

Sev

erit

y

Efe

k

Kes

ehat

an <10% of

OEL

10%-

15% of

OEL

50%-

100% of

OEL

>

100%

of OEL

100% of

OEL

Massal

*OEL = Observed Effect Level.

Selanjutnya bila pekerja pada area kontur kuning Fabrikasi I setelah

menggunakan APT, maka paparan yang mungkin diterima sebagai berikut:

dBA = TWA – [( NRR–7) x 50%]

= 84,98 – [( 33–7) x 50%]

= 84,98 – (26x50%)

= 84,98 – 13

= 71,98 dBA

Berdasarkan perhitungan di atas, maka hasil analisis menunjukkan

risiko gangguan pendengaran pada area Fabrikasi I dengan kontur

kebisingan berwarna kuning bila pekerja menggunakan APT adalah masuk

kategori sedang.

Tabel 5.4 Risiko Gangguan Pendengaran Area Kontur Kuning

Fabrikasi I Setelah Penggunaan APT

Sev

erit

y

Efe

k

Kes

ehat

an <10% of

OEL

10%-

15% of

OEL

50%-

100% of

OEL

>

100%

of OEL

100% of

OEL

1 Sangat

ringan

2 Ringan

3 Berat

4 Kematian

/Cacat

Permanen

5 Kematian

Massal

*OEL = Observed Effect Level.

Page 74: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

58

Sedangkan efek kesehatan pada intensitas kebisingan tingkat tinggi

menunjukkan kategori berat, severity pada area Fabrikasi I dengan kontur

berwarna merah adalah > 100% of OEL sesuai dengan kontur kebisingan

yang ada pada gambar 5.1 yang menunjukkan kadar intensitas 85,03 dB –

91,62 dB, maka hasil analisis menunjukkan risiko gangguan pendengaran

pada area Fabrikasi I dengan kontur kebisingan berwarna merah adalah

masuk kategori tinggi.

Tabel 5.5 Risiko Gangguan Pendengaran Area Kontur Merah

Fabrikasi I Sebelum Penggunaan APT

Sev

erit

y

Efe

k

Kes

ehat

an <10% of

OEL

10%-

15% of

OEL

50%-

100% of

OEL

>

100%

of OEL

100% of

OEL

1 Sangat

ringan

2 Ringan

3 Berat

4 Kematian

/Cacat

Permanen

5 Kematian

Massal

*OEL = Observed Effect Level.

Selanjutnya bila pekerja pada area kontur merah Fabrikasi I setelah

menggunakan APT, maka paparan yang mungkin diterima sebagai berikut:

dBA = TWA – [( NRR–7) x 50%]

= 91,62 – [( 33–7) x 50%]

= 91,62 – (26x 50%)

= 91,62 – 13

= 78,62 dBA

Page 75: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

59

Berdasarkan perhitungan di atas, maka hasil analisis menunjukkan

risiko gangguan pendengaran pada area Fabrikasi I dengan kontur

kebisingan berwarna merah bila pekerja menggunakan APT adalah masuk

kategori sedang.

Tabel 5.6 Risiko Area Kontur Merah Fabrikasi I Setelah Penggunaan

APT

Sev

erit

y

Efe

k

Kes

ehat

an <10% of

OEL

10%-

15% of

OEL

50%-

100% of

OEL

>

100%

of OEL

100% of

OEL

1 Sangat

ringan

2 Ringan

3 Berat

4 Kematian

/Cacat

Permanen

5 Kematian

Massal

*OEL = Observed Effect Level.

2. Pada Area Fabrikasi II, kontur kebisingan diperoleh melalui observasi

terhadap sumber kebisingan yang selanjutnya dilakukan pengukuran

intensitas kebisingan, sehingga diperoleh kontur kebisingan sebagian besar

warna merah menunjukkan kadar kebisingan 85 dB – 98, 48 dB dan dapat

disimpulkan bahwa area Fabrikasi II adalah masuk dalam kategori bahaya,

sehingga pekerja harus berhenti melakukan pekerjaannya dikarenakan

paparan bising yang diterima sudah lebih dari NAB kebisingan, namun hal

tersebut tidak mungkin diterapkan sebab produksi harus tetap berjalan

normal, maka sebaiknya perusahaan mengatur waktu kerja serta mengatur

waktu lamanya mesin harus beroperasi.

Page 76: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

60

Berdasarkan hasil pengukuran intensitas kebisingan yang terdapat

pada gambar 5.2 dan diskusi dengan ahli kesehatan kerja, efek kesehatan

menunjukkan kategori berat, karena gangguan pendengaran merupakan

gangguan kesehatan yang bersifat irreversible atau tidak dapat pulih

kembali seperti sedia kala, sedangkan severity pada area ini adalah >

100% of OEL sesuai dengan lampiran 6 yang menunjukkan sebagian

besar kadar kebisingan berwarna merah, maka hasil analisis pada area

Fabrikasi II menunjukkan risiko gangguan pendengaran masuk kategori

tinggi.

Tabel 5.7 Risiko Gangguan Pendengaran Area Fabrikasi II

Sebelum Penggunaan APT

Sev

erit

y

Efe

k

Kes

ehat

an <10% of

OEL

10%-

15% of

OEL

50%-

100% of

OEL

>

100%

of OEL

100% of

OEL

1 Sangat

ringan

2 Ringan

3 Berat

4 Kematian

/Cacat

Permanen

5 Kematian

Massal

*OEL = Observed Effect Level

Selanjutnya bila pekerja pada area Fabrikasi II setelah menggunakan

APT, maka paparan yang mungkin diterima sebagai berikut:

dBA = TWA – [( NRR–7) x 50%]

= 98,48 – [( 33 –7) x 50%]

= 98,48 – (26x 15%)

= 98,48 – 13 => 85, 48 dBA

Page 77: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

61

Berdasarkan perhitungan di atas, maka hasil analisis menunjukkan

risiko gangguan pendengaran pada area Fabrikasi II bila pekerja

menggunakan APT adalah masuk kategori berat.

Tabel 5.8 Risiko Gangguan Pendengaran Area Fabrikasi II

Setelah Penggunaan APT

Sev

erit

y

Efe

k

Kes

ehat

an <10% of

OEL

10%-

15% of

OEL

50%-

100% of

OEL

>

100%

of OEL

100% of

OEL

1 Sangat

ringan

2 Ringan

3 Berat

4 Kematian

/Cacat

Permanen

5 Kematian

Massal

*OEL = Observed Effect Level

3. Pada Area Fabrikasi III, kontur kebisingan diperoleh melalui observasi

terhadap sumber kebisingan yang ada, kemudian dilakukan pengukuran

intensitas kebisingan, sehingga diperoleh kontur kebisingan yang

menunjukkan bahwa area Fabrikasi III berwarna kuning yang termasuk ke

dalam kategori hati-hati, hal ini menunjukkan bahwa pekerja harus berhati-

hati terhadap risiko bising pada area tersebut, disarankan untuk

menggunakan APT yang sesuai dengan risiko bising yang diterima dan

juga terdapat kontur berwarna merah yang masuk dalam kategori

berbahaya, hal ini menunjukkan bahwa pekerja harus berhenti melakukan

pekerjaannya dikarenakan paparan bising yang diterima sudah lebih dari

NAB kebisingan.

Page 78: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

62

Berdasarkan hasil pengukuran intensitas bising yang terdapat pada

gambar 5.3 dan diskusi dengan ahli kesehatan kerja, efek kesehatan pada

intensitas kebisingan tingkat sedang menunjukkan kategori ringan,

sedangkan severity pada area Fabrikasi III dengan kontur berwarna kuning

adalah 50%- 100% of OEL sesuai dengan kontur kebisingan yang ada

pada lampiran 7 yang menunjukkan kadar intensitas 80,48 dB - 84,40 dB,

maka hasil analisis menunjukkan risiko gangguan pendengaran pada area

Fabrikasi III dengan kontur kebisingan berwarna kuning adalah masuk

kategori sedang.

Tabel 5.9 Risiko Gangguan Pendengaran Area Kontur Kuning

Fabrikasi III Sebelum Penggunaan APT

Sev

erit

y

Efe

k

Kes

ehat

an <10% of

OEL

10%-

15% of

OEL

50%-

100% of

OEL

>

100%

of OEL

100% of

OEL

1 Sangat

ringan

2 Ringan

3 Berat

4 Kematian

/Cacat

Permanen

5 Kematian

Massal

*OEL = Observed Effect Level.

Selanjutnya bila pekerja pada area kontur kuning Fabrikasi III

menggunakan APT, maka paparan yang mungkin diterima sebagai berikut:

dBA = TWA – [( NRR–7) x 50%]

= 84,40 – [( 33 –7) x 50%]

= 84,40 – (26 x 50%)

= 84,40 – 13 => 71,4 dBA

Page 79: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

63

Berdasarkan perhitungan di atas, maka hasil analisis menunjukkan

risiko gangguan pendengaran pada area Fabrikasi III dengan kontur

kebisingan berwarna kuning bila pekerja menggunakan APT adalah masuk

kategori sedang.

Tabel 5.10 Risiko Gangguan Pendengaran Area Kontur Kuning

Fabrikasi III Setelah Penggunaan APT

Sev

erit

y

Efe

k

Kes

ehat

an <10% of

OEL

10%-

15% of

OEL

50%-

100% of

OEL

>

100%

of OEL

100% of

OEL

1 Sangat

ringan

2 Ringan

3 Berat

4 Kematian

/Cacat

Permanen

5 Kematian

Massal

*OEL = Observed Effect Level.

Sedangkan efek kesehatan pada intensitas kebisingan tingkat tinggi

menunjukkan kategori berat, severity pada area Fabrikasi III dengan

kontur berwarna merah adalah > 100% of OEL sesuai dengan kontur

kebisingan yang ada pada gambar 5.3 yang menunjukkan kadar intensitas

85,28 dB – 86,48 dB, maka hasil analisis menunjukkan risiko terjadinya

gangguan pendengaran pada area Fabrikasi III dengan kontur kebisingan

berwarna merah adalah termasuk kategori tinggi.

Page 80: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

64

Tabel 5.11 Risiko Gangguan Pendengaran Area Kontur Merah

Fabrikasi III Sebelum Penggunaan APT

Sev

erit

y

Efe

k

Kes

ehat

an <10% of

OEL

10%-

15% of

OEL

50%-

100% of

OEL

>

100%

of OEL

100% of

OEL

1 Sangat

ringan

2 Ringan

3 Berat

4 Kematian

/Cacat

Permanen

5 Kematian

Massal

*OEL = Observed Effect Level.

Selanjutnya bila pekerja pada area kontur merah Fabrikasi III

menggunakan APT, maka paparan yang mungkin diterima sebagai berikut:

dBA = TWA – [( NRR–7) x 50%]

= 86,48 – [( 33 –7) x 50%]

` = 86,48 – (26x50%)

= 86,48 – 13

= 73,48 dBA

Berdasarkan perhitungan di atas, maka hasil analisis menunjukkan

risiko gangguan pendengaran pada area Fabrikasi III dengan kontur

kebisingan berwarna merah bila pekerja menggunakan APT adalah

termasuk kategori sedang.

Page 81: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

65

Tabel 5.12 Risiko Gangguan Pendengaran Area Kontur Merah

Fabrikasi III Setelah Penggunaan APT

*OEL = Observed Effect Level.

4. Pada Area Fabrikasi IV, kontur kebisingan diperoleh melalui observasi

terhadap sumber kebisingan yang ada lalu dilakukan pengukuran intensitas

kebisingan, sehingga diperoleh kontur area berwarna kuning artinya adalah

pekerja harus berhati-hati terhadap risiko bising pada area tersebut,

disarankan untuk menggunakan APT yang sesuai dengan risiko bising

yang diterima, dan kontur area warna hijau artinya area kerja tersebut

masuk kategori aman, namun pekerja tetap diwajibkan menggunakan APT

untuk mencegah terjadinya gangguan pendengaran yang disebabkan oleh

kebisingan yang dihasilkan dari area kerja di sekitarnya.

Berdasarkan hasil pengukuran intensitas bising yang terdapat pada

gambar 5.4 dan diskusi dengan ahli kesehatan kerja, efek kesehatan pada

intensitas kebisingan tingkat rendah menunjukkan kategori ringan,

sedangkan severity pada area Fabrikasi IV dengan kontur berwarna hijau

adalah 50%- 100% of OEL sesuai dengan kontur kebisingan yang ada

pada lampiran 8 yang menunjukkan kadar intensitas 81,23 dB - 82,93 dB,

Sev

erit

y

Efe

k

Kes

ehat

an <10% of

OEL

10%-

15% of

OEL

50%-

100% of

OEL

>

100%

of OEL

100% of

OEL

1 Sangat

ringan

2 Ringan

3 Berat

4 Kematian

/Cacat

Permanen

5 Kematian

Massal

Page 82: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

66

maka hasil analisis menunjukkan risiko gangguan pendengaran pada area

Fabrikasi IV dengan kontur kebisingan berwarna hijau adalah masuk

kategori sedang.

Tabel 5.13 Risiko Gangguan Pendengaran Area Kontur Hijau

Fabrikasi IV Sebelum Penggunaan APT

Sev

erit

y

Efe

k

Kes

ehat

an <10% of

OEL

10%-

15% of

OEL

50%-

100% of

OEL

>

100%

of OEL

100% of

OEL

1 Sangat

ringan

2 Ringan

3 Berat

4 Kematian

/Cacat

Permanen

5 Kematian

Massal

*OEL = Observed Effect Level.

Selanjutnya bila pekerja pada area kontur hijau Fabrikasi IV

menggunakan APT, maka paparan yang mungkin diterima sebagai berikut:

dBA = TWA – [( NRR–7) x 50%]

= 82,93 – [( 33 –7) x 50%]

= 82,93 – (26x 50%)

= 82,93 – 13

= 69,93 dBA

Berdasarkan perhitungan di atas, maka hasil analisis menunjukkan

risiko gangguan pendengaran pada area Fabrikasi IV dengan kontur

kebisingan berwarna hijau bila pekerja menggunakan APT adalah masuk

kategori sedang.

Page 83: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

67

Tabel 5.14 Risiko Gangguan Pendengaran Area Kontur Hijau

Fabrikasi IV Setelah Penggunaan APT

Sev

erit

y

Efe

k

Kes

ehat

an <10%

of OEL

10%-

15% of

OEL

50%-

100% of

OEL

>

100%

of

OEL

100% of

OEL

1 Sangat

ringan

2 Ringan

3 Berat

4 Kematian

/Cacat

Permanen

5 Kematian

Massal

*OEL = Observed Effect Level.

Sedangkan efek kesehatan pada intensitas kebisingan tingkat sedang

menunjukkan kategori ringan, severity pada area ini adalah 50%- 100% of

OEL karena kadar kebisingan menunjukkan antara 83-85 dB, maka hasil

analisis menunjukkan risiko gangguan pendengaran pada area Fabrikasi IV

dengan kontur kebisingan berwarna kuning adalah masuk kategori sedang.

Tabel 5.15 Risiko Gangguan Pendengaran Area Kontur Kuning

Fabrikasi IV Sebelum Penggunaan APT

Sev

erit

y

Efe

k

Kes

ehat

an <10%

of OEL

10%-

15%

of

OEL

50%-

100% of

OEL

>

100%

of

OEL

100% of

OEL

1 Sangat ringan

2 Ringan

3 Berat

4 Kematian

/Cacat

Permanen

5 Kematian

Massal

*OEL = Observed Effect Level

Selanjutnya bila pekerja pada area kontur kuning Fabrikasi IV

menggunakan APT, maka paparan yang mungkin diterima sebagai berikut:

Page 84: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

68

dBA = TWA – [( NRR–7) x 50%]

= 85– [( 33 –7) x 50%]

= 85– (26x50%)

= 85– 13

= 72 dBA

Berdasarkan perhitungan di atas, maka hasil analisis menunjukkan

risiko gangguan pendengaran pada area Fabrikasi IV dengan kontur

kebisingan berwarna kuning bila pekerja menggunakan APT adalah masuk

kategori sedang.

Tabel 5.16 Risiko Gangguan Pendengaran Area Kontur Kuning

Fabrikasi IV Setelah Penggunaan APT

Sev

erit

y

Efe

k

Kes

ehat

an <10%

of OEL

10%-

15%

of

OEL

50%-

100% of

OEL

>

100%

of

OEL

100% of

OEL

1 Sangat

ringan

2 Ringan

3 Berat

4 Kematian

/Cacat

Permanen

5 Kematian

Massal

*OEL = Observed Effect Level

5. Pada Area Presshop, kontur kebisingan diperoleh melalui observasi

terhadap sumber kebisingan yang ada sehingga diperoleh kontur

kebisingan yang menunjukkan bahwa area Presshop berwarna merah yang

masuk dalam kategori berbahaya, hal ini menunjukkan bahwa pekerja

harus berhenti melakukan pekerjaannya dikarenakan paparan bising yang

diterima sudah lebih dari NAB kebisingan, sedangkan terdapat juga kontur

Page 85: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

69

area berwarna kuning artinya adalah pekerja harus berhati-hati terhadap

risiko bising pada area tersebut, disarankan untuk menggunakan APT yang

sesuai dengan risiko bising yang diterima.

Berdasarkan hasil pengukuran intensitas bising yang terdapat pada

gambar 5.5 dan diskusi dengan ahli kesehatan kerja, efek kesehatan pada

intensitas kebisingan tingkat sedang menunjukkan kategori ringan,

sedangkan severity pada area Presshop dengan kontur berwarna kuning

adalah 50%- 100% of OEL sesuai dengan kontur kebisingan yang ada

pada lampiran 9 yang menunjukkan kadar intensitas 80,61 dB - 84,68 dB,

maka hasil analisis menunjukkan risiko gangguan pendengaran pada area

Presshop dengan kontur kebisingan berwarna kuning adalah masuk

kategori sedang.

Tabel 5.17 Risiko Gangguan Pendengaran Area Kontur Kuning

Presshop Sebelum Penggunaan APT

Sev

erit

y

Efe

k

Kes

ehat

an <10%

of

OEL

10%-

15% of

OEL

50%-

100% of

OEL

>

100%

of OEL

100% of

OEL

1 Sangat ringan

2 Ringan

3 Berat

4 Kematian

/Cacat

Permanen

5 Kematian

Massal

Selanjutnya bila pekerja pada area kontur kuning Presshop

menggunakan APT, maka paparan yang mungkin diterima sebagai berikut:

Page 86: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

70

dBA = TWA – [( NRR–7) x 50%]

= 84,68 –[( 33 –7) x 50%]

= 84,68 (26x50%)

= 84,68 – 13

= 71,68 dBA

Berdasarkan perhitungan di atas, maka hasil analisis menunjukkan

risiko gangguan pendengaran pada area Presshop dengan kontur

kebisingan berwarna kuning bila pekerja menggunakan APT adalah masuk

kategori sedang.

Tabel 5.18 Risiko Gangguan Pendengaran Area Kontur Kuning

Presshop Setelah Penggunaan APT

Sev

erit

y

Efe

k

Kes

ehat

an <10% of

OEL

10%-

15% of

OEL

50%-

100% of

OEL

>

100%

of OEL

100% of

OEL

1 Sangat

ringan

2 Ringan

3 Berat

4 Kematian

/Cacat

Permanen

5 Kematian

Massal

*OEL = Observed Effect Level.

Sedangkan efek kesehatan pada intensitas kebisingan tingkat tinggi

menunjukkan kategori berat, severity pada area Presshop dengan kontur

berwarna merah adalah > 100% of OEL sesuai dengan kontur kebisingan

yang ada pada gambar 5.5 yang menunjukkan kadar intensitas 85,18 dB –

97,96 dB, maka hasil analisis menunjukkan risiko gangguan pendengaran

Page 87: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

71

pada area Presshop dengan kontur kebisingan berwarna merah adalah

masuk kategori tinggi.

Tabel 5.19 Risiko Gangguan Pendengaran Area Kontur Merah

Presshop Sebelum Penggunaan APT S

ever

ity

Efe

k

Kes

ehat

an <10% of

OEL

10%-

15% of

OEL

50%-

100% of

OEL

>

100%

of OEL

100% of

OEL

1 Sangat

ringan

2 Ringan

3 Berat

4 Kematian

/Cacat

Permanen

5 Kematian

Massal

*OEL = Observed Effect Level.

Selanjutnya bila pekerja pada area kontur merah Presshop

menggunakan APT, maka paparan yang mungkin diterima sebagai berikut:

dBA = TWA – [( NRR–7) x 50%]

= 97,96 – [( 33 –7) x 50%]

= 97,96 – (26x50%)

= 97,96 – 13

= 84,96 dBA

Berdasarkan perhitungan di atas, maka hasil analisis menunjukkan

risiko gangguan pendengaran pada area Presshop dengan kontur

kebisingan berwarna merah bila pekerja menggunakan APT adalah masuk

kategori sedang.

Page 88: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

72

Tabel 5.20 Risiko Gangguan Pendengaran Area Kontur Merah

Presshop Setelah Penggunaan APT

Sev

erit

y

Efe

k

Kes

ehat

an <10%

of OEL

10%-

15% of

OEL

50%-

100% of

OEL

>

100%

of

OEL

100% of

OEL

1 Sangat

ringan

2 Ringan

3 Berat

4 Kematian

/Cacat

Permanen

5 Kematian

Massal

*OEL = Observed Effect Level

6. Pada Area Panting, kontur kebisingan diperoleh melalui observasi terhadap

sumber kebisingan yang ada yang selanjutnya dilakukan pengukuran

intensitas kebisingan area Painting, sehingga diperoleh kontur area

berwarna kuning artinya adalah pekerja harus berhati-hati terhadap risiko

bising pada area tersebut, disarankan untuk menggunakan APT yang

sesuai dengan risiko bising yang diterima, dan kontur area warna hijau

artinya area kerja tersebut masuk kategori aman, namun pekerja tetap

diwajibkan menggunakan APT untuk mencegah terjadinya gangguan

pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan yang dihasilkan dari area

kerja di sekitarnya.

Berdasarkan hasil pengukuran intensitas bising yang terdapat pada

gambar 5.6 dan diskusi dengan ahli kesehatan kerja, efek kesehatan pada

intensitas kebisingan tingkat rendah menunjukkan kategori ringan,

sedangkan severity pada area Painting dengan kontur berwarna hijau

adalah 50%- 100% of OEL sesuai dengan kontur kebisingan yang ada

Page 89: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

73

pada lampiran 10 yang menunjukkan kadar intensitas 79,94 dB - 82,29 dB,

maka hasil analisis menunjukkan risiko gangguan pendengaran pada area

Painting dengan kontur kebisingan berwarna hijau adalah masuk kategori

sedang.

Tabel 5.21 Risiko Gangguan Pendengaran Area Kontur Hijau

Painting Sebelum Penggunaan APT

Sev

erit

y

Efe

k

Kes

ehat

an <10% of

OEL

10%-

15% of

OEL

50%-

100% of

OEL

>

100%

of OEL

100% of

OEL

1 Sangat

ringan

2 Ringan

3 Berat

4 Kematian

/Cacat

Permanen

5 Kematian

Massal

*OEL = Observed Effect Level.

Selanjutnya bila pekerja pada area kontur hijau Painting

menggunakan APT, maka paparan yang mungkin diterima sebagai berikut:

dBA = TWA – [( NRR–7) x 50%]

= 82,29 – [( 33 –7) x 50%]

= 82,29 – (26x50%)

= 82,29 – 13

= 69,29 dBA

Berdasarkan perhitungan di atas, maka hasil analisis menunjukkan

risiko gangguan pendengaran pada area Painting dengan kontur kebisingan

berwarna hijau bila pekerja menggunakan APT adalah masuk kategori

sedang.

Page 90: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

74

Tabel 5.22 Risiko Gangguan Pendengaran Area Kontur Hijau

Painting Setelah Penggunaan APT

Sev

erit

y

Efe

k

Kes

ehat

an <10%

of OEL

10%-

15% of

OEL

50%-

100% of

OEL

>

100%

of

OEL

100% of

OEL

1 Sangat

ringan

2 Ringan

3 Berat

4 Kematian

/Cacat

Permanen

5 Kematian

Massal

*OEL = Observed Effect Level.

Sedangkan efek kesehatan pada intensitas kebisingan tingkat sedang

menunjukkan kategori ringan, severity pada area ini adalah 50%- 100% of

OEL karena kadar kebisingan menunjukkan antara 83,46 dB, maka hasil

analisis menunjukkan risiko gangguan pendengaran pada area Painting

dengan kontur kebisingan berwarna kuning adalah masuk kategori sedang.

Tabel 5.23 Risiko Gangguan Pendengaran Area Kontur Kuning

Painting Sebelum Penggunaan APT

Sev

erit

y

Efe

k

Kes

ehat

an <10%

of OEL

10%-

15%

of

OEL

50%-

100% of

OEL

>

100%

of

OEL

100% of

OEL

1 Sangat ringan

2 Ringan

3 Berat

4 Kematian

/Cacat

Permanen

5 Kematian

Massal

*OEL = Observed Effect Level

Selanjutnya bila pekerja pada area kontur kuning Painting

menggunakan APT, maka paparan yang mungkin diterima sebagai berikut:

Page 91: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

75

dBA = TWA – [( NRR–7)x 50%]

= 83, 46 – [( 33 –7)x 50%]

= 83, 46 – (26x 50%)

= 83,46 – 13

= 70,46 dBA

Berdasarkan perhitungan di atas, maka hasil analisis menunjukkan

risiko gangguan pendengaran pada area Painting dengan kontur kebisingan

berwarna kuning bila pekerja menggunakan APT adalah masuk kategori

sedang.

Tabel 5.24 Risiko Gangguan Pendengaran Area Kontur Kuning

Painting dengan Penggunaan APT

Sev

erit

y

Efe

k

Kes

ehat

an <10%

of OEL

10%-

15%

of

OEL

50%-

100% of

OEL

>

100%

of

OEL

100% of

OEL

1 Sangat

ringan

2 Ringan

3 Berat

4 Kematian

/Cacat

Permanen

5 Kematian

Massal

*OEL = Observed Effect Level

Berdasarkan hasil analisis risiko di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

terjadi penurunan risiko gangguan pendengaran sebelum penggunaan APT dan

setelah penggunaan APT pada beberepa area, seperti area Fabrikasi I, Fabrikasi

III, dan Fabrikasi IV yang dapat dilihat pada tabel 5.25 sebagai berikut:

Page 92: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

76

Tabel 5.25 Simpulan Risiko Gangguan Pendengaran Seluruh Area Sebelum dan Setelah Penggunaan APT

Fabrikasi I Fabrikasi II Fabrikasi III Fabrikasi IV Presshop Painting

Sebelum

APT

Setelah

APT

Sebelum

APT

Setelah

APT

Sebelum

APT

Setelah

APT

Sebelum

APT

Setelah

APT

Sebelum

APT

Setelah

APT

Sebelum

APT

Setelah

APT

Hijau

Kuning

Merah

Zona

Area

Warna

Kontur

Page 93: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

77

BAB VI

PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan, antara lain:

1. Pengukuran tingkat kebisingan hanya dilakukan satu kali pada setiap

titik pengukuran. Selain itu, aspek background noise saat dilakukan

pengukuran pun tidak diperhitungkan, sebab izin pengambilan data

diperbolehkan hanya saat produksi sedang berlangsung.

2. Penulis tidak mendapatkan literatur terkait besar intensitas kebisingan

yang menunjukkan efek kesehatan kategori sangat ringan, sehingga

pada penelitian ini bila intensitas <85 dBA efek kesehatan termasuk

dalam kategori ringan.

B. Gambaran Sumber dan Tingkat Kebisingan PT. Bakrie Metal

Industries Tahun 2015

Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor 13 tahun 2011

menyatakan bahwa sumber kebisingan adalah suara yang tidak

dikehendaki yang berasal dari alat-alat produksi dan alat-alat kerja yang

pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran.

Sumber kebisingan yang ada pada area produksi PT. Bakrie Metal

Industries berasal dari macam-macam mesin atau alat kerja. Berdasarkan

observasi diperoleh bahwa sumber kebisingan area produksi yang meliputi

Fabrikasi I, Fabrikasi II, Fabrikasi III, Fabrikasi IV, Presshop dan Painting

berasal dari proses pengelasan (welding) yang mengggunakan mesin las.

Menurut Siswanto (1989) dalam Bakhtiar dan Sulaksmono (2013) yang

menyatakan bahwa las merupakan ikatan metalurgi pada sambungan

Page 94: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

78

logam atau logam paduan yang dihasilkan oleh pemanasan pada suhu

tertentu atau temperatur yang sesuai dengan atau tanpa tekanan dan dengan

atau tanpa pemakaian logam pengisi. Hasil observasi tersebut sesuai

dengan penelitian Nasution (2011) yang menyatakan bahwa proses

produksi menimbulkan kebisingan karena operasi pengelasan terhadap

material yang menghasilkan suara yang sangat bising. Selain itu penelitian

Noer (2012) juga mendukung hasil observasi ini dengan menyatakan

bahwa kegiatan welding atau pengelasan adalah pekerjaan yang

berhubungan dengan penggunaan alat-alat pengelasan yang menghasilkan

suhu tinggi, pencahayaan dengan intensitas tinggi serta kebisingan.

Selanjutnya proses kerja yang menjadi sumber bising adalah proses

metal finish (dengan menggunakan mesin gerinda), menurut ILO (2013)

proses penggerindaan adalah proses pemotongan logam kedalam suatu

bentuk tertentu dengan mengunakan roda gerinda yang padat. Roda

gerinda ini dipasang pada poros utama (spindle) dari mesin gerinda.

Hasilobservasi sumber bising tersebut membuktikan teori Tigor (2005)

dalam Luxson (2010) yang menyatakan bahwa suara bising sering timbul

berasal dari benturan antara alat kerja dan benda kerja seperti proses

menggerinda permukaan material. Selain itupenelitian Rahmawati (2015)

juga mendukung hasil observasi ini dengan menyatakan bahwa sumber

bising yang dapat menimbulkan gangguan pendengaran pekerja berasal

dari mesin dan proses kerja menggunakan alat seperti palu, gerinda dan

router.

Page 95: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

79

Selanjutnya adalah proses stamping (saat kegiatan memukul material

menggunakan palu) hasil observasi tersebut membuktikan teori Tigor

(2005) dalam Luxson (2010) yang menyatakan bahwa suara bising sering

timbul berasal dari benturan antara alat kerja dan benda kerja seperti

proses memalu material, penelitian Rahmawati (2015) juga mendukung

hasil observasi ini dengan menyatakan bahwa sumber bising yang dapat

menimbulkan gangguan pendengaran pekerja berasal dari mesin dan

proses kerja menggunakan alat seperti palu, gerinda dan router.

Proses kerja yang menghasilkan bising adalah mesin punch/bor,

menurut ILO (2013) mesin bor adalah mesin perkakas yang digunakan

untuk membuat lubang, memperluas lubang, mengetap pada logam, atau

bahan lain. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hidayat (2012)

yang menyatakan bahwa pekerjaan yang menggunakan mesin bor

merupakan salah satu sumber kebisingan karena menghasilkan tingkat

kebisingan tertinggi pada area kerja pertambangan.

Selanjutnya adalah proses press material dengan menggunakan

mesin LVD dan proses corrugating pada mesin cincinnati (proses

pemotongan baja gelombang) hasil observasi tersebut membuktikan teori

Tarwaka (2004) yang menyatakan bahwa sumber bising berasal dari

berbagai mesin untuk proses produksi seperti mesin potong material.

Setelah itu adalah sumber kebisingan yang berasal dari proses

pemindahan material menggunakan overhead crane, hasil observasi

tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wulandari (2010)

Page 96: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

80

yang menyatakan bahwa proses pengangkutan atau pemindahan material

menimbulkan kebisingan di area product handling.

Proses kerja yang menjadi sumber bising lainnya adalah, proses fit

up, proses pembentukan material dengan menggunakan mesin curving roll

(proses pembentukkan baja gelombang), sedangkan sumber kebisingan

area Painting adalah berasal dari area sekitar painting yaitu bising yang

berasal dari Fabrikasi II.

Sehingga menurut penulis proses kerja yang telah disebutkan di atas

dapat dikatakan sebagai sumber bising karena proses kerja tersebut

menimbulkan suara yang tidak dikehendaki dan membuat tidak nyaman,

serta dapat sebagai pemicu terjadinya gangguan pendengaran bagi pekerja

yang ada di bagian produksi.

Menurut Ridley (2006) dalam Sari (2011) menyatakan bahwa

Intensitas kebisingan adalah bunyi yang tidak dikehendaki karena tidak

sesuai dengan konteks ruang dan waktu sehingga dapat menimbulkan

gangguan terhadap kenyamanan dan kesehatan manusia.

Berdasarkan hasil pengukuran intensitas kebisingan yang terjadi

pada area produksi yang dilihat dari sumber kebisingannya, didapatkan

hasil bahwa pada intensitas kebisingan area Fabrikasi I antara 80,13 dB -

91,62 dB, Fabrikasi II antara 85 dB - 98,48 dB, Fabrikasi III antara 80,48

dB – 86,48 dB, Fabrikasi IV antara 81,23 dB - 85 dB,area Presshop 80,61

dB-97,96 dB serta area Painting antara 79,94 dB-83,46 dB. Perbedaan

intensitas setiap area dapat terjadi karena jenis dan jumlah mesin,

perbedaan kondisi ruangan pada setiap area kerja, hal ini sesuai dengan

Page 97: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

81

penelitian yang dilakukan oleh Arini (2005) yang menyatakan bahwa

adanya perbedaan intensitas pada masing-masing area kerja sangat erat

kaitannya dengan jenis dan jumlah mesin, jarak tenaga kerja dengan

mesin, posisi kerja serta kondisi ruangan kerja tersebut.

C. Gambaran Pemetaan/ Kontur Kebisingan Berdasarkan Sumber

Kebisingan PT. Bakrie Metal Industries Tahun 2015

Pemetaan kebisingan adalah penggambaran secara visual dari tingkat

kebisingan yang ditimbulkan pada tiap-tiap titik pengamatan dimana

pengukuran ini akan menghasilkan sebuah peta kontur kebisingan

(Hustim, 2014). Berdasarkan hasil penelitian pemetaan kebisingan yang

diperoleh dari observasi sumber kebisingan yang ada di PT. Bakrie Metal

Industries menunjukkan warna hijau bila kadar kebisingan < 80 dBA pada

area Fabrikasi I, Fabrikasi IV dan area Painting yang artinya area kerja

tersebut masuk kategori aman, namun pekerja tetap diwajibkan

menggunakan APT untuk mencegah terjadinya gangguan pendengaran

yang disebabkan oleh kebisingan yang dihasilkan dari area kerja di

sekitarnya. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan

oleh Suharja (2014) yang menyatakan bahwa zona kontur kebisingan

berwarna hijau merupakan zona aman bagi pekerja karena memiliki

tingkat intensitas kebisingan di bawah ambang batas <85 dBA

Selanjutnya adalah zona kontur kebisingan dengan warna kuning

bila kadar 80 – 84 dBA yaitu pada area Fabrikasi I, Fabrikasi III, Fabrikasi

IV, Presshop dan Painting, sehingga pekerja harus berhati-hati terhadap

risiko bising pada area tersebut, disarankan untuk menggunakan APT yang

sesuai dengan risiko bising yang diterima. Hasil penelitian ini sesuai

Page 98: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

82

dengan dengan penelitian yang dilakukan oleh Saputra (2007) yang

menyatakan bahwa zona yang diberi warna kuning merupakan zona kontur

yang artinya hati-hati/ warning pada pekerja terhadap risiko yang mereka

hadapi, biasanya pekerja diberikan pelindung telinga berjenis earplug.

Selain zona warna hijau dan kuning pada hasil penelitian ini terdapat

juga zona kontur warna merah bila kadar kebisingan ≥ 85 dBA pada area

Fabrikasi I, Fabrikasi II, Fabrikasi III, Fabrikasi IV, dan Presshop sehingga

pekerja harus berhenti melakukan pekerjaannya dikarenakan paparan

bising yang diterima sudah lebih dari NAB kebisingan, selain itu

dibutuhksn pengendalian pada zona kontur yang berwarna merah. Hasil

penelitian ini sesuai dengan dengan penelitian yang dilakukan oleh Suharja

(2014) yang menyatakan bahwa zona kontur kebisingan berwarna merah

merupakan zona berbahaya bagi pekerja sehingga pada zona ini diperlukan

penanganan kebisingan untuk menghindari terjadinta gangguan

pendengaran akibat paparan kebisingan yang berlebihan.

D. Gambaran Risiko Gangguan Pendengaran Berdasarkan Pemetaan

Intensitas Kebisingan PT. Bakrie Metal Industries Tahun 2015

Menurut Supriyadi (2005) menyatakan bahwa risiko adalah seberapa

besar kemungkinan suatu bahan atau material, proses atau kondisi untuk

menimbulkan kerusakan atau kerugian dan kesakitan, seperti risiko

terjadinya gangguan pendengaran adalah kemungkinan seorang pekerja

terkena risiko gangguan pendengaran. Gangguan pendengaran dapat

terjadi karena adanya faktor risiko, sesuai dengan teori Standard (2002),

yang menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi tingkat dan luasnya

gangguan pendengaran yaitu intensitas atau kerasnya bunyi (sound

Page 99: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

83

pressure level), tipe bunyi (spektrum frekuensi), lama pajanan bising per

hari, masa kerja, kerentanan individu, usia pekerja, penyakit telinga,

karakteristik lingkungan yang menghasilkan bising, jarak dari sumber

bising dan posisi telinga saat menerima gelombang bunyi.

Dalam penelitian ini risiko gangguan pendengaran dilihat dari

pemetaan intensitas kebisingan pada area produksi yang diperoleh dari

pengukuran pada area produksi menunjukkan hasil bahwa terdapat kadar

kebisingan 85 dB serta terdapat kadar kebisingan diatas 85 dB yang di

tunjukkan oleh kontur berwarna merah, sehingga area tersebut memiliki

risiko untuk terjadinya gangguan pendengaran jika pekerja terpapar lebih

dari 8 jam per hari, sebab intensitas kebisingan yang ada pada area tersebut

tidak sesuai dengan peraturan yang tercantum dalam Kepmenaker

No.13/Men/ X/ 2011, yaitu 85 dBA dengan waktu kerja 8 jam/hari.

Hasil pengukuran ini sesuai dengan teori Budiono (2003) yang

menyatakan bahwa intensitas kebisingan yang tinggi dapat memberikan

efek yang merugikan pada tenaga kerja, terutama akan mempengaruhi

pada indera pendengaran. Mereka mempunyai risiko mengalami

penurunan daya pendengaran yang terjadi secara perlahan-lahan dan tanpa

mereka sadari. Selanjutnya hasil pengukuran ini sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Primadona (2012) yang menyatakan bahwa orang

yang berisiko mengalami gangguan pendengaran adalah saat kondisi

dimana telinga tersebut terpajan kebisingan dengan intensitas tinggi dalam

jangka waktu cukup lama, maka gangguan pendengaran dapat terjadi.

Page 100: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

84

Berdasarkan hasil penelitian diketahui risiko terjadinya gangguan

pendengaran pada area Fabrikasi I, Fabrikasi II dan area Presshop sebelum

penggunaan APT termasuk kedalam kategori berat, namun terdapat juga

area yang memiliki kategori risiko sedang. Sedangkan pada semua area

termasuk kedalam kategori risiko sedang setelah penggunaan APT dan

pada area Fabrikasi I, Fabrikasi II dan area Presshop terjadi penurunan

risiko saat sebelum dan setelah menggunakan APT. Hal ini sesuai dengan

penelitian yang telah dilakukan oleh Ni’mah (2012) yang menyatakan

bahwa pekerja yang tidak menggunakan APT memiliki risiko gangguan

pendengaran yang lebih besar untuk mengalami gangguan pendengaran

dibandingkan dengan pekerja yang menggunakan APT.

Page 101: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

85

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

1. Gambaran sumber Kebisingan dan Tingkat Kebisingan PT. Bakrie Metal

Industries, sebagai berikut:

a. Gambaran sumber kebisingan PT. Bakrie Metal Industries antara lain

berasal dari proses welding, proses metal finish (dengan menggunakan

mesin gerinda), proses fit up, proses stamping (saat kegiatan memukul

material menggunakan palu), prosespunch/bor, proses cutting, proses

corrugating pada mesin cincinnati (proses pemotongan baja

gelombang), proses press material dengan menggunakan mesin LVD,

proses press material dengan menggunakan mesin curving roll (proses

pembentukkan baja gelombang), proses pemindahan material

menggunakan overhead crane dan dari area sekitar painting yaitu bising

yang berasal dari Fabrikasi II.

b. Intensitas kebisingan berdasarkan sumber kebisingan yang ada di area

Fabrikasi I antara 80,13 dB-91,62 dB, Fabrikasi II antara 90,02 dB-

98,48 dB, Fabrikasi III antara 80,48 dB-85,50 dB, Fabrikasi IV antara

81,23 dB-86,21 dB, Presshop 80,61 dB-97,96 dB serta Painting antara

79,94 dB-83,46 dB.

2. Pemetaan Kebisingan secara umum terdapat area tinggi pada seluruh area

kecuali area Fabrikasi IV dan Painting.

3. Gambaran risiko kejadian gangguan pendengaran pada area Fabrikasi I,

Fabrikasi II dan area Presshop sebelum penggunaan APT termasuk

Page 102: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

86

kedalam kategori berat, namun terdapat juga area yang memiliki kategori

risiko sedang. Sedangkan pada semua area termasuk kedalam kategori

risiko sedang setelah penggunaan APT dan pada area Fabrikasi I,

Fabrikasi II dan area Presshop terjadi penurunan risiko saat sebelum dan

setelah menggunakan APT.

B. SARAN

Berdasarkan hasil dan simpulan penelitian di atas, maka penulis

mencoba memberikan saran sebagai bahan pertimbangan perbaikan

kedepannya, yaitu:

1. Bagi Peneliti Lain

Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian terkait

dengan risiko gangguan pendengaran dengan cara mempertimbangkan

faktor lainnya selain pemetaan intensitas kebisingan.

2. Bagi PT. Bakrie Metal Industries

a. Perusahaan sebaiknya membuat kontur kebisingan dan diletakkan

pada setaip area kerja, agar memudahkan serta membantu pekerja

dalam memahami tingkat bahaya dan risiko yang ada pada area

kerja mereka. Selain itu dengan adanya kontur kebisingan, maka

memudahkan perusahaan dalam melakukan analisis risiko serta

upaya perbaikan seperti penentuan jenis APT yang akan diberikan

ke pekerja sehingga sesuai dengan risiko yang mereka terima.

b. Perusahaan sebaiknya melakukan pengukuran kebisingan secara

rutin sehingga membantu perusahaan dalam memperbarui risiko

kebisingan yang mereka hadapi di area kerja mereka.

Page 103: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

87

c. Perusahaan sebaiknya meminimalisir risiko gangguan pendengaran

pada pekerja dengan cara memasang alat peredam suara atau bising

di sekitar mesin yang menghasilkan kebisingan atau pada mesin itu

sendiri, misalnya menggunakan alat atau mesin kerja yang terdapat

penutupnya, pengoperasian alat dengan kecepatan minimum,

d. Perusahaan sebaiknya memberikan APT yang sesuai dengan risiko

yang ada pada area kerja mereka, karena sampai saat ini

perusahaan masih menyama ratakan APT yang diberikan pada

pekerja tanpa mempertimbangkan bahaya yang mereka hadapi.

e. Perlu adanya pengawasan dan sangsi tegas bagi pekerja yang tidak

menggunakan APT dan reward bagi pekerja yang menggunakan

agar mereka termotivasi untuk semakin sadar akan pentingnya

keselamatan dan kesehatan kerja.

Page 104: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

88

DAFTAR PUSTAKA

Armaini, Dian. 2008. Gambaran Umum Sistem Pengawasan Dan Pengendalian

Kebisingan di PT.United Can.Co Ltd Jakarta Barat. Laporan Magang.

Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan

Universitas Esa Unggul Jakarta

Arini, Evy Yulia. 2005. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Gangguan

Pendengaran Tipe Sensorineural Tenaga Kerja Unit Produksi di PT. Kurnia

Jati Utama Semarang. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Diponegoro

Semarang

Babba, Jennie, 2007. Hubungan Antara Intensitas Kebisingan Di Lingkungan

Kerja Dengan Peningkatan Tekanan Darah. Tesis. Program Pasca Sarjana

Magister Kesehatan Lingkungan Universitas Diponegoro Semarang

Bahri, Syaiful, 2009. Hubungan Mendengarkan Musik Menggunakan Headset

dengan Gangguan Fungsi Pendengaran pada Mahasiswa UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta Tahun 2009. Skripsi. Program Studi Kesehatan

Masyarakat. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Page 105: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

89

Bakhtiar dan Sulaksmono. 2013. Risk Assessment pada Pekerjaan Welding

Confined Space Di Bagian Ship Building PT DOK dan Perkapalan

Surabaya.Jurnal Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Vol 2. No.1. Halaman

52-60

Buchari. 2007. Kebisingan Industri dan Hearing Conservation Program. Diambil

dari http://library.usu.ac.id/download/ft/07002749.pdf diakses pada 9 Mei

2015 pukul 21.58 WIB

Buchari. 2007. Penyakit Akibat Kerja dan Penyakit Terkait Kerja. Universitas

Sumatera Utara

Budiono, Sugeng. 2003. Program Pemeliharaan Pendengaran di Perusahaan.

BungaRampai HIPERKES & KK. Semarang: Badan Penerbit UNDIP

Dewi, Mirza Paska. 2009. Analisis Pemaparan Intensitas Kebisingan di Unit

Compressor dan Unit Cooling Tower PT. Indo Acidatama Tbk, Kemiri,

Kebakkramat, Karanganyar. Laporan Khusus. Program D-III Hiperkes dan

Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Direktorat Bina Kesehatan Kerja DepKes RI. 2006. Pedoman Program

Konservasi Pendengaran

Environmental Protection Agency. (1979). 40 CFR Part 211 - Product noise

labeling, Subpart B - Hearing protective devices. 44 Federal Register

56139-56147.

Faradilla, Novantri . 2004. Pengendalian Kebisingan Pada Industri Pencuci Pasir

Di PT. Maharadia Prakarsa Rembang - Jawa Tengah. ITS: Surabaya

Gabriel, JF. 1990. Fisika Kedokteran. Jakarta: EGC

Page 106: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

90

Hidayat, Syarif . 2012. Kajian Tingkat Kebisingan Pertambangan yang Diterima

di Area Pemukiman Sekitar Tambang di Desa Jaladri, Kecamatan

Winongan, Kabupaten Pasuruan Jawa Timur. Seminar Nasional Pengelolaan

Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Hustim . 2014. Analisis Tingkat Kebisingan Pada Kawasan Sekolah Dasar Di

Makassar. Jurnal Teknik Lingkungan Jurusan Sipil Fakultas Teknik

Universitas Hasanuddin Makassar

http://www.acousticalsurfaces.com/acoustic_IOI/101_13.htm diakses pada 15

Oktober 2015

Hughson, GW . 2002. Behavioural studies of people’s attitudes to wearing

hearing protection and how these might be changed. United Kingdom:

Institute of Occupational Medicine. Diambil dari

http://www.hse.gov.uk/research/rrpdf/rr028.pdf diakses pada 02 Juni 2015

pukul 22.00 WIB

ILO. 2013. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: International Labour

Office

Istantyo, Dan. 2011. Pengaruh Dosis Kebisingan dan Faktor Determinan Lainnya

Terhadap Gangguan Fungsi Pendengaran Pada Pekerja Operator PLTU 1-

4 PT. Indonesia Power UBP Suralaya Tahun 2011. Skripsi. Program Studi

Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Jatiningrum, Tri Astuti. 2010. Tugas Akhir. Penilaian Risiko Kebisingan

Berdasarkan Analisa Noise Mapping Dan Noise Dose Di Unit Produksi Hot

Strip Mill PT. Krakatau Steel Cilegon-Banten. Program Diploma III

Page 107: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

91

Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas

Maret Surakarta

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: KEP-48/MENLH/11/1996

Tentang Baku Tingkat Kebisingan

Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor: KEPMENAKERTRANS No.

13/MEN/X/ 2011 Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika Di Tempat

Kerja

Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi RI Nomor 609 Tahun 2012

Tentang Pedoman Penyelesaian Kasus Kecelakaan Kerja dan Penyakit

Akibat Kerja

Khabori, M.A., dan Khandekar, R., 2004. The Prevalence and Causes of Hearing

Impairment in Oman. Dalam: International Journal of Audiology, 43:486-

492

Kolluru, Rao.v..[et.al]. 1996. Risk Assesment and Management Handbook for

Environmental, Health and Safety. Mc Graw-Hill.Inc.

Kristanto, Dionisius Andy. 2014. Noise Barrier. Program Studi Teknik Fisika

Fakultas Teknologi Industri Institut Sepuluh Nopember Surabaya

Kurniawidjaja, L Meily, 2012. Teori dan Aplikasi Kesehatan Kerja. Jakarta: UI

Press

Lubis, Halinda Sari. 2002. Program Perlindungan Pendengaran Pekerja terhadap

Kebisingan. Fakultas Kesehatan Msyarakat Program Studi Keselamatan dan

Kesehatan Kerja Universitas Sumatera Utara

Luxon . 2010. Kebisingan di Tempat Kerja. Jurnal Kesehatan Bina Husada.

Volume 6 No. 2. Halaman 75-85

Maria, Margareta . 2007. Hubungan Tingkat Kebisingan Pesawat Udara Terhadap

Kesehatan Pekerja Di Sekitar Landas Pacu 1 Dan 2 Bandar Udara

Internasional Soekarno–Hatta, Banten. Volume 4. Halaman 9-13

Mediastika, Christina E. 2009. Material Akustik Pengendali Kualitas Bunyi pada

Bangunan. Yogyakarta: Andi Offset

Page 108: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

92

Nasri, Syahrul M. 1997. Teknik Pengukuran dan Pemantauan Kebisingan di

Tempat Kerja

Nasution, Bebby Asmara. 2011. Rancangan Pengelolaan Tingkat Kebisingan

Untuk Mengurangi Dosis Paparan Kebisingan pada Unit Produksi Guard

Shop Di Perusahaan Elektronik Jakarta. Skripsi. Fakultas Teknik

Universitas Sumatera Utara. Diakses pada 12 Januari 2016 pukul 21.15

WIB dari http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/26788

Natadireja, Dheni Yudhi Wahyudhien. 2000. Gambaran Tingkat Kebisingan dan

Gangguan Pendengaran pada Unit Weaving II PT. Argo Pantes Tbk.

Tangerang Tahun 2000. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Indonesia

National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH). 1998.

Occupational Noise Exposure: Revised Criteria 1998. Amerika Serikat:

Departemen Kesehatan dan Pelayanan Masyarakat. Diakses pada 17 Maret

2015 pukul 23.00 WIB dari http://www.niosh.com

National Safety Council. 1975. Industrial Noise and Hearing Conservation,

Chicago

Ni’mah, Amin Miftahun. 2012. Gambaran Determinan Gangguan Pendengaran

pada Pekerja Perawatan KRL Depo Depok Tahun 2012. Skripsi. Program

Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Noer, Widayu Rahmida. 2012. Gambaran Perilaku Tidak Aman pada Pekerja di

Unit Welding PT. Gaya Motor, Sunter II, Jakarta Utara. Skripsi. Program

Page 109: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

93

Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Oktova, Jihad. 2010. Semi Kualitatif Analisis Risiko Pipa Penyalur Gas. Tesis.

Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Pearce, C Evelyn. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta:

Gramedia

Primadona, Amira. 2012. Analisis Faktor Risiko yang Berhubungan dengan

Penurunan Pendengaran pada Pekerja di PT. Pertamina Area Kamojang

Tahun 2012. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Putra, Hengki Adi, Rum Rahim dan Lalu Saleh. 2010. Faktor Risiko Kejadian

Penurunan Ambang Dengar pada Karyawan Bagian Proces Plant PT. Inco

Soroako.Volume 6. No. 2

Rahmawati, Dini. 2015. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Gangguan

Pendengaran pada Pekerja di Departemen Metal Forming dan Heat

Treatment PT. Dirgantara Indonesia Tahun 2015. Skripsi. Program Studi

Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Ramli, Muhammad Isran dan Ulfah Ariani. 2014. Analisis Tingkat Kebisingan

Pada Kawasan Perbelanjaan (Mall) di Kota Makassar Dan Dampaknya

Terhadap Lingkungan. Jurnal Teknik Lingkungan Jurusan Sipil Fakultas

Teknik Universitas Hasanuddin Makassar

Redja, George E. 2003. Principles of Risk Management and Insurance. Eight

Edition. Person Education Inc.

Page 110: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

94

Roestam, Ambar. 2004. Program Konservasi Pendengaran di Tempat Kerja,

Cermin Dunia Kedokteran No. 144

Saputra, Agus Jaya. 2007. Analisis Kebisingan Peralatan Pabrik dalam Upaya

Peningkatan Penaatan Peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja PT.

Pupuk Kaltim. Tesis. Program Magister Ilmu Lingkungan Program

Pascasarjana Universitas Diponegoro

Sari, Ratna. 2011. Hubungan Intensitas Kebisingan dengan Tinglat Stres Kerja

pada Pegawai di PT. KAI DAOP IV Semarang. Skripsi. Program Studi

Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Semarang

Standard, John J.2002. Chapter 9: Industrial Noise, dalam Barbara A. Plog dan

Patricia J. Quinlan (editor), Fundamentals of Industrial Hygiene 5th

Edition. United States of America: National Safety Council.

Sasongko. 2000. Kebisingan Lingkungan. Semarang; Badan penerbit Undip

Satwiko, Prasasto. 2009. Fisika Bangunan. Penerbit: AndiYogyakarta

Simanjuntak, Vivi H. 2011. Pembuatan dan Karakterisasi Batako Ringan dengan

Memanfaatkan Sabut Kelapa Sebagai Agregat untuk Bahan Kedap Suara.

Tesis. Program Pasca Sarjana Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam Universitas Sumatera Utara diakses pada 12 Januari pukul 22.00

WIB dari http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/24356

Suharja, Jaya. 2014. Pemetaan Penyebaran Kebisingan Yang Dihasilkan Oleh

Mesin Pabrik PT. Semen Tonasa Pangkep. Skripsi. Program Sarjana

Fakultas MIPA Universitas Hasanudin Makassar

Suma’mur, P.K. 1996. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta. PT

Gunung Agung

Page 111: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

95

Suma’mur, P.K. 2009. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta. PT

Gunung Agung

Supriyadi, Gemilar SP. 2005. Penilaian Resiko Kecelakaan Pada Kegiatan di Bagian

Pengantongan PT. Semen Cibinong Tbk Bogor. Skripsi S1 Fakultas Kesehatan

Masyarakat, Universitas Indonesia.

Tarwaka ., 2004, Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan

Produktivitas, Surakarta: UNIBA PRESS

Tjan, Hardini, Fransiska Lintong dan Wenny S, 2013. Efek Bising Mesin

Elektronika Terhadap Gangguan Fungsi Pendengaran Pada Pekerja Di

Kecamatan Sario Kota Manado, Sulawesi Utara. Jurnal e-Biomedik. Vol 1.

Halaman 34-39

Tumewu, Billi, Tumbel dan Paladeng. 2014. Pengaruh Bising Terhadap Ambang

Pendengaran Pada Karyawan Yang Bekerja Di Tempat Mainan Anak

Manado Town Square. 2014. Jurnal e-CliniC (eCl), Volume 2

Wulandari, Devi wahyu. 2010. Pengendalian Potensi Bahaya Kebisingan di Area

Product Handling Sebagai Upaya Pencegahan Penyakit Akibat Kerja di PT.

Polyta Indonesia. Tugas Akhir. Program Diploma III Hiperkes dan

Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Yuda, Asri. 2011. Pengaruh Disiplin Kerja Karyawan dan Lingkungan Kerja

Terhadap Kinerja Karyawan Bagian Pertenunan pada Perusahaan PT.

Iskandar Tex Surakarta Tahun 2011. Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

Page 112: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

96

LAMPIRAN

Page 113: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

LAMPIRAN 1 SURAT IZIN PENELITIAN

Page 114: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

LAMPIRAN 2 FORM PENGUKURAN KEBISINGAN

Tanggal Pengukuran:

LOKASI

/ AREA

WAKTU

PENGUKURAN

PENGUKURAN

KE-

TITIK

SAMPLING

NAB

(dB)

HASIL

PENGUKURAN

RATA-

RATA

TITIK

SAMPLING

Page 115: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

LAMPIRAN 3

DENAH AREA PRODUKSI PT. BAKRIE METAL INDUSTRIES

AREA FABRIKASI 1

AREA WELDING 3

AREA CUTTING 1

AREA MARKING

AREA CUTTING

2

AREA CUTTING

3

AREA FITUPAREA

WELDING 1

AREA WELDING 2 DAN AREA

METAL FINISH

107 m

25 m

Denah Area Fabrikasi I

AREA FABRIKASI 2

AR

EA

WE

LD

ING

1

AR

EA

FIT

UP

1

AR

EA

PE

JAL

AN

KA

KI

AR

EA

FIT

UP

2

AREA PEJALAN KAKI

AR

EA

WE

LD

ING

2,

AR

EA

QC

&

AR

EA

ST

AM

PIN

G

AR

EA

ME

TA

L

FIN

ISH

35 m

20 m

70 m

15 m

Denah Area Fabrikasi II

Page 116: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

AREA PUNCHING/ BORING 1

AR

EA

CU

TT

ING

1AR

EA

FA

BR

IKA

SI

3

AREA PEMBUATAN

POLA

AREA QC & AREA METAL FINISH

AREA CUTTING

2

AREA PUNCHING/ BORING 2

AREA PEJALAN KAKI

60 m

20

m

Denah Area Fabrikasi III

AR

EA

FA

BR

IKA

SI

4

25

m

AREA STAMPING & AREA MATERIAL FINISH

AR

EA

MA

RK

ING

AREA WELDING

Denah Area Fabrikasi IV

AR

EA

PR

ES

SH

OP

AREA CINCINNATI 1

AREA CINCINNATI 2

AREA MESIN PRESS

ACCUR LANGING

AREA MESIN PRESS LVD

AREA MARKING &

WELDING

AREA PEJALAN KAKI

60 m

20

m

AREA MESIN PRESS

CURVING ROLL

Denah Area Presshop

Page 117: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

AREA PAINTING

20 m

20

m

Denah Area Painting

Page 118: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

LAMPIRAN 4 NOISE MAPING AREA FABRIKASI I

8

81

86

91

71

11

16

21

76

31

26

46

36

41

51

61

96

66

56

2 4316

5

7 9 10

12

10

6

57

154

18

13

52

47

42

37

32

27

22

17

23

20

19

25

28

24

30

33

40

29

35

38

39

34

43

48

53

58

44 45

49 50

54

55

67

65

64

63

62

60

59

68

69

70

72

73

80

79

7574

78

77

88

87

85

84

83

82

94

93

92

90

89

95

99

98

97

10

2

10

3

10

4

10

0

10

7

10

8

10

9

10

51

10

AREA FABRIKASI 1

10

1

Titik Pengukuran Area Fabrikasi I

Page 119: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

AR

EA

FA

BR

IKA

SI 1

TITIK 8

85,79

dB

TITIK 81

86,12

d

B

TITIK 86

81,04

d

B

TITIK 91

80,60

d

B

TITIK 71

86,24

d

B

TITIK 11

85,8

5 dB

TITIK 16

86,4

7 dB

TITIK 21

80,38

d

B

TITIK 76

84

,04

dB

TITIK 31

86,16

d

B

TITIK 26

85,7

9 dB

TITIK 46

89,48

d

B

TITIK 10

182

,02

dB

TITIK 36

83,45

d

B

TITIK 41

81,99

d

B

TITIK 51

84,21

d

B

TITIK 61

84,95

d

B

TITIK 96

80,87

d

B

TITIK 66

85,03

d

B

TITIK 56

85,40

d

B

TITIK 2

85,06

dB

TITIK 4

85,04

dB

TITIK 3

84,40

dB

TITIK 1

88,08

dB

TITIK 6

84,3

4 dB

TITIK 5

84,04

dB

TITIK 7

85,34

dB

TITIK

9

TITIK

10

TITIK 12

85,62

dB

TITIK 10

681

,07

dB

TITIK 57

86,08

d

B

TITIK 15

88,5

4 dB

TITIK 14

89,96

dB

TITIK 18

80

,13

dB

TITIK 13

84,98

dB

TITIK 52

86,93

d

B

TITIK 47

TITIK 42

84,58

d

B

TITIK 37

85,34

d

B

TITIK 32

83,42

dB

TITIK 27

81,80

d

B

TITIK 22

83,90

d

B

TITIK 17

86,56

d

B

TITIK 23

80,85

d

B

TITIK 20

TITIK 19

TITIK 25

TITIK 28

TITIK 24

TITIK 30

TITIK 33

TITIK 40

TITIK 29

TITIK 35

TITIK 38 TITIK

39TITIK

34

TITIK 43

TITIK 48

TITIK 53

TITIK 58

TITIK 44

TITIK 45

TITIK 49 TITIK

50

TITIK 54

TITIK 55

TITIK 67

TITIK 65

TITIK 64

TITIK 63

89,93

d

B

TITIK 62

85,83

d

B

TITIK 60

TITIK 59

TITIK 68

91,62

d

B

TITIK 69

TITIK 70

TITIK 72

TITIK 73

86,85

d

B

TITIK 80

TITIK 79

TITIK 75

TITIK 74

TITIK 78

87,39

d

B

TITIK 77

TITIK 88

TITIK 87

TITIK 85

81,69

d

B

TITIK 84

81,45

d

B

TITIK 83

82,88

d

B

TITIK 82

84,57

d

B

TITIK 94

TITIK 93

TITIK 92

TITIK 90

81,04

d

B

TITIK 89

TITIK 95

81,55

d

B

TITIK 99

TITIK 98

TITIK 97

TITIK 10

2

TITIK 10

3

TITIK 10

4

TITIK 10

083

,58

dB

TITIK 10

781

,58

dB

TITIK 10

881

,25

dB

TITIK 10

983

,33d

B

TITIK 10

581

,00

dB

TITIK 11

0

Tingkat Kebisingan Fabrikasi I pada Setiap Titik Pengukuran

Page 120: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

LAMPIRAN 5

Kondisi Area Fabrikasi I pada Titik yang Tidak Dilakukan Pengukuran

Page 121: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

LAMPIRAN 6 NOISE MAPING AREA FABRIKASI II

1 2 3 4

59

17

13

21

26

861

01

4

12

16

11

7

20

15

22

27

28

31

23 24

29

34

19

30

32

35

33

38

41

44

50

53

56

47

59

25

39

62

65

68

36

37

40

42

45

48

51

57

54

60

63

66

69

18 43

46

49

52

55

58

61

70

67

64

TITIK PENGUKURAN AREA

FABRIKASI 2

Titik Pengukuran Area Fabrikasi II

Page 122: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

TITIK1

92,20 dB

TITIK 2

91,64 dB

TITIK 3

91,56 dB

TITIK 4

92,2

3 d

B

TITIK5

96,47 dB

TITIK 9

94,18 dB

TITIK 17

89,19 dB

TITIK 13

91,23 dB

TITIK 21

91,86 dB

TITIK 26

94,82 dB

TITIK8

91,49 dB

TITIK 6

90,02 dB

TITIK10

90,54 dB

TITIK 14

89,28 dB

TITIK 12

98,48 dB

TITIK 16

89,51 dB

TITIK 11

95,83 dB

TITIK7

93,46 dB

TITIK 20

89,39 dB

TITIK 15

90,76 dB

TITIK 22

90,57 dB

TITIK 27

91,34 dB

TITIK 28

92,33 dB

TITIK 31

87,58 dB

TITIK 23

90,06 dB

TITIK 24

89,71 dB

TITIK 29

87,62 dB

TITIK 34

92,28 dB

TITIK 19

89,8

5 d

B

TITIK 30

87,53 dB

TITIK 32

89,85 dB

TITIK 35

89,01 dB

TITIK 33

86,76 dB

TITIK 38

85,88 dB

TITIK 41

84,49 dB

TITIK 44

85,80 dB

TITIK 50

86,63 dB

TITIK 53

88,13 dB

TITIK 56

86,32 dB

TITIK 47

87,82 dB

TITIK 59

87,75 dB

TITIK 25

91,02 dB

TITIK 39

88,23 dB

TITIK 62

86,67 dB

TITIK 65

84,98 dB

TITIK 68

86,40 dB

TITIK 36

87,16 dB

TITIK 37

91,38 dB

TITIK 40

86,78 dB

TITIK 42

88,69 dB

TITIK 45

84,58 dB

TITIK 48

87,76 dB

TITIK 51

86,53 dB

TITIK 57

86,06 dB

TITIK 54

86,96 dB

TITIK 60

86,03 dB

TITIK 63

86,18 dB

TIITK 66

87,03 dB

TITIK 69

86,87 dB

TITIK 18

90,00 dB

TITIK 43

86,96 dB

TITIK 46

86,73 dB

TITIK 49

89,18 dB

TITIK 52

88,58 dB

TITIK 55

85,98 dB

TITIK 58

85,15 dB

TITIK 61

90,43 dB

TITIK 70

86,07 dB

TITIK 67

87,03 dB

TITIK 64

88,58 dB

TITIK PENGUKURAN AREA

FABRIKASI 2

Tingkat Kebisingan Fabrikasi II pada Setiap Titik Pengukuran

Page 123: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

LAMPIRAN 7 NOISE MAPING AREA FABRIKASI III

14

5 9 13

17

21

25

23

41

45

106 14

18

26

22

30

34

38

42

46

19

20

24

28

32

36

40

44 48

47

43

31

35

39

27

237 11

15

8 12

16

29

33

37

AR

EA

FA

BR

IKA

SI 3

Titik Pengukuran Area Fabrikasi III

Page 124: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

TITIK 1

81

,61

d

B

TITIK 4

81,9

8

dB

TITIK 5

82,3

3

dB

TITIK 9

81

,54

d

B

TITIK 13

85

,28

d

B

TITIK 17

84

,16

d

B

TITIK 21

86

,48

d

B

TITIK 25

84,4

0

dB

TITIK 2

80

,97

d

B

TITIK 3

80

,93

dB

TITIK 41

83,5

3

dB

TITIK 45

82

,62

d

B

TITIK 10

82

,43

dB

TITIK 6

80

,48

dB

TITIK 14

83

,47

dB

TITIK 18

85

,50

dB

TITIK 26

82

,75

dB

TITIK 22

81

,64

d

B

TITIK 30

83

,78

dB

TITIK 34

82

,31

dB

TITIK 38

82

,51

d

B

TITIK 42

82

,18

dB

TITIK 46

82

,30

dB

TITIK 19

83

,90

dB

TITIK 20

83

,90

d

B

TITIK 24

81,9

8

dB

TITIK 28

82,3

8

dB

TITIK 32

84

,21

d

B

TITIK 36

81,2

3

dB

TITIK 40

82

,82

d

B

TITIK 4

4

82,4

8

dB TITIK 48

82

,09

dB

TITIK 47

82

,61

dB

TITIK 43

82

,55

dB

TITIK 31

83

,07

d

B

TITIK 35

82

,67

dB

TITIK 39

82

,21

d

B

TITIK 27

82

,74

dB

TITIK 23

82

,68

dB

TITIK 7

83

,37

dB

TITIK 11

81

,73

d

B

TITIK 15

82

,26

d

B

TITIK 8

81,6

5

dB

TITIK 12

82,0

8

dB

TITIK 16

82

,88

dB

TITIK 29

81

,24

d

B

TITIK 33

82

,24

d

B

TITIK 37

82

,93

d

B

AR

EA

FA

BR

IKA

SI 3

Tingkat Kebisingan Fabrikasi III pada Setiap Titik Pengukuran

Page 125: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

LAMPIRAN 8 NOISE MAPING AREA FABRIKASI IV

49

40 452520 351510

41

39

48

305

4750

46

4443

42

3429241944

383328

9

231813

37

3132

36

2726

22

3 8

2116

12 17

11

2

61

7

AREA FABRIKASI 4

Titik Pengukuran Area Fabrikasi IV

Page 126: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

TITIK 29

82

,00

dB

TITIK 4

9

82

,93

dB

TITIK 4

0

81

,56 d

B

TITIK 4

5

82

,35 d

B

TITIK 2

5

81

,53

dB

TITIK 2

0

82

,30 d

B

TITIK 35

83

,13

dB

TITIK 1

5

81

,70 d

B

TITIK 1

0

83

,17

dB

TITIK 4

1

81,2

3 d

B

TITIK 3

9

83

,16

dB

TITIK 4

8

81,82

dB

TITIK 30

82

,43

dB

TITIK

5

82

,20

dB

TITIK 4

7

81

,98

dB

TITIK 5

0

82

,88 d

BT

ITIK 46

82,2

2 d

B

TITIK 4

4

81

,71

dB

TIT

IK 4

3

82

,55

dB

TITIK 42

82

,41

dB

TITIK 34

81

,69

dB

TITIK 2

4

82

,36

dB

TITIK 1

9

81

,98

dB

TITIK 4

82

,54

dB

TITIK 4

82

,54

dB

TITIK 3

8

82,40

dB

TIT

IK 33

81

,23

dB

TIT

IK 28

84

,19

dB

TITIK 9

83

,65

dB

TIT

IK 2

3

81

,74

dB

TIT

IK 1

8

82

,20

dB

TIT

IK 1

3

82

,78

dB

TITIK 3

7

84

,74

dB

TITIK 3

1

83

,21

dB

TITIK 3

2

83

,04

dB

TITIK 3

6

82,0

0 d

B

TITIK 27

83

,34

dB

TITIK 26

81

,88

dB

TITIK 22

82

,24

dB

TITIK 3

83

,12

dB

TITIK 8

83

,94

dB

TITIK 21

86

,21

dB

TITIK 1

6

81

,42

dB

TITIK 12

84

,52

dB

TITIK 1

7

81

,84

dB

TITIK 11

84

,89

dB

TITIK

2

82

,89

dB

TIT

IK 6

84,9

9 d

B

TIT

IK 1

83

,61

dB

TIT

IK 7

83

,33

dB

AR

EA

FA

BR

IKA

SI 4

TITIK 55

82

,92

dB

TITIK

54

83

,24

dB

TITIK 5

1

84,63

dB

TITIK 52

85

,97

dB

TITIK 53

82

,58

dB

Tingkat Kebisingan Fabrikasi IV pada Setiap Titik Pengukuran

Page 127: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

LAMPIRAN 9 NOISE MAPING AREA PRESSHOP

14

5913

17

21

25

23

41

45

10 614

18

26

22

30

34

38

42

46

19

20

24

28

32

36

40

4448

47

43

31

35

39

27

23 711

15

812

16

29

33

37

AR

EA

PR

ES

SH

OP

Titik Pengukuran Area Presshop

Page 128: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

TITIK1

91,14

dB

TITIK4

95,15

d

B

TITIK 5

90,83

dB

TITIK 9

92,22

dB

TITIK 13

94,93

dB

TITIK 17

89,44

dB

TITIK 21

91,18

dB

TITIK 25

89,67

dB

TITIK2

91,27

dB

TITIK 3

95,45

dB

TITIK 41

85,18

dB

TITIK 45

84,03

dB

TITIK 10

89,5

5

dB

TITIK 6

92,33

dB

TITIK 14

88,31

dB

TITIK 18

91,80

dB

TITIK 26

93,48

dB

TITIK 22

90,93

dB

TITIK 30

94,48

dB

TITIK 34

90,23

dB

TITIK 38

84,67

dB

TITIK 42

84,00

dB

TITIK 46

82,65

dB

TITIK 19

93,16

dB

TITIK 20

92,48

dB

TITIK 24

89,64

dB

TITIK 28

89,10

dB

TITIK 32

89,97

dB

TITIK 36

85,28

dB

TITIK 40

86,06

dB

TITIK 44

83,96

dB

TITIK 48

80,96

dB

TITIK 47

80,61

dB

TITIK 43

84,68

dB

TITIK 31

91,59

dB

TITIK 35

91,03

dB

TITIK 39

85,57

dB

TITIK 27

90,08

dB

TITIK 23

91,76

dB

TITIK 7

97,96

dB

TITIK 11

89,18

d

B

TITIK 15

96,97

dB

TITIK 8

96,29

d

B

TITIK 12

90,47

dB

TITIK 16

89,73

dB

TITIK 29

92,82

dB

TITIK 33

90,06

dB

TITIK 37

84,23

dB

AR

EA

PR

ES

SH

OP

Tingkat Kebisingan Presshop pada Setiap Titik Pengukuran

Page 129: GAMBARAN RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37220/1/Anggita... · welding, fit up, stamping, metal finish, mesin . punch/bor,

LAMPIRAN 10 NOISE MAPING AREA PAINTING

15

9

26

4 3

8 7

12

11 10

16 15 14 13

TITIK PENGUKURAN

AREA PAINTING

TITIK 1

82,16

dBTITIK 5

82,29

dB

TITIK 9

80,10

dB

TITIK 2

83,46

dBTITIK 6

82,26

dB

TITIK 4

80,06

dB

TITIK 3

80,65

dB

TITIK 8

79,94

dB

TITIK 7

80,03

dB

TITIK 12

81,18

dB

TITIK 11

81,64

dB

TITIK 10

82,03

dB

TITIK 16

80,11

dB

TITIK 15

80,55

dB

TITIK 14

80,56

dB

TITIK 13

80,54

dB

TITIK PENGUKURAN AREA

PAINTING

Painting Titik Pengukuran Area Intensitas Kebisingan Painting pada Setiap Titik Pengukuran