GAMBARAN PRAKTEK KERJA AMAN TERHADAP PAPARAN … · Ketua Praktek Belajar Lapangan di Puskesmas...
Transcript of GAMBARAN PRAKTEK KERJA AMAN TERHADAP PAPARAN … · Ketua Praktek Belajar Lapangan di Puskesmas...
i
GAMBARAN PRAKTEK KERJA AMAN TERHADAP PAPARAN
BENZENA PADA PEKERJA OPERATOR SPBU DI WILAYAH
CIPUTAT TIMUR
2017
SKRIPSI
Oleh:
Nizar Fathul Khoir
1112101000017
PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438/2017 M
i
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini sudah saya
cantumkan sesuai yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya saya atau
merupakan jiplakan dari karya orang lain maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 20 Juni 2017
Nizar Fathul Khoir
ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Judul Skripsi
Gambaran Praktek Kerja Aman Terhadap Paparan Benzena Pada
Pekerja Operator SPBU Di wilayah Ciputat Timur
2017
Disusun Oleh:
NIZAR FATHUL KHOIR
1112101000017
Telah disetujui, diperiksa, dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi
Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Jakarta, 20 Juli 2017
Mengetahui,
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Iting Shofwati, S.T, M.KKK
NIP. 19760808 200604 2 001
Izzatu Millah, S.K.M, MKKK
iii
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU K ESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
JAKARTA, 20 Juli 2017
Penguji I
Febrianti, SP., M.Si
NIP. 19710221 200501 2 004
Penguji II
Siti Rahmah Hidayatullah Lubis, S,KM, M.KKK
Penguji III
Ir. Rullyenzi Rasyid, M.KKK
iv
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Skripsi, 20 Juni 2017
Nizar Fathul Khoir, NIM: 1112101000017
Gambaran praktek kerja aman terhadap paparan benzen pada pekerja operator
SPBU di wilayah Ciputat Timur tahun 2017
( xviii + 103 halaman, 41 tabel, 8 gambar, 5 lampiran)
ABSTRAK
Praktek kerja aman adalah prilaku yang dilakukan pekerja dalam bekerja untuk
mencegah terpajan zat kimia. Operator SPBU merupakan sektor pekerjaan yang memiliki
resiko terpajan benzena yang berasal dari BBM.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional untuk
mengetahui gambaran praktek kerja aman yang meliputi pengunaan APD, personal
hygiene, faktor lingkungan, lama kerja, jenis kelamin, dan usia. Penelitian ini dilakukan
pada bulan Desember 2016 sampai dengan Juni 2017. Sampel penelitian sebanyak 8
SPBU tepatnya sebanyak 73 orang pekerja.
Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 11 pekerja (15.1%) pekerja yang bekerja
dengan praktek kerja yang baik, sebanyak 2 pekerja (2.7%) pekerja yang bekerja dengan
APD yang baik, sebanyak 9 pekerja (12,3%) pekerja yang bekerja dengan personel
hygeien yang baik, dan sebanyak 6 pekerja (8.2%) pekerja yang memiliki faktor
lingkungan yang baik.
Untuk meningkatkan praktek kerja aman dalam rangka mengurangi pajanan benzena
sebaiknya perusahaan membuat SOP tentang APD, perlu pengadaan APD, manajemen
perlu membuat poster tentang cara cuci tangan yang baik, dan perlunya pengadaan alat-
alat.
Daftar Bancaan : 100 ( 1970-2016)
Kata Kunci : praktek kerja aman, operator, dan benzena.
v
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Skripsi, 20 Jun e 2017
Nizar Fathul Khoir, NIM: 1112101000017
A description of safe working practices against benzene exposure in gasoline station
operators in East Ciputat by 2017
(Xviii + 103 pages, 41 tables, 8 images, 5 attachments)
ABSTRAK
Safe work practices are behaviors that workers do in working to prevent exposure to
chemicals. Gas station operators are job sectors that are at risk of being exposed to
benzene from BBM.
This research is a quantitative research with cross sectional design to know the
description of safe working practices which include the use of PPE, personal hygiene,
environmental factors, duration of work, gender, and age. This research was conducted in
December 2016 until June 2017. The sample of research is 8 SPBU exactly as many as 73
workers.
The results of the study showed that 11 workers (15.1%) of the workers who work
with good practice, as many as 2 workers (2.7%) workers who work with good PPE, as
many as 9 workers (12.3%) workers who work with hygeien personnel Good, and as
many as 6 workers (8.2%) workers with good environmental factors.
To improve safe work practices in order to reduce benzene exposure should companies
make SOPs on PPE, need to supply PPE, management needs to make posters on how to
wash hands properly, and the need for equipment procurement.
Banner List : 100 (1970-2016)
Keywords : safe working practices, operators, and benzene
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
IDENTITAS DIRI
Nama : Nizar Fathul Khoir
Tempat/Tanggal Lahir : Lampung, 18 Mei 1993
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamt : Wisma Sakinah Jl. SD inpres kelurahan cireundeu Rt 02/
Rw 09 Tangrang Selatan 15419
Telp : 082311018997
Email : [email protected]
PENDIDIKAN FORMAL
1999 – 2000 : TK Ibnu Sina Lampung Timur
2000 – 2006 : MI Miftahul Ulum Lampung Timur
2006 – 2007 : SMP Daer el-Falah Pandeglang
2007 – 2009 : SMP Terpadu Al-hasan Ciamis
2009 – 2012 : MAN 1 Kota Serang
2012 – Sekarang : Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta
ORGANISASI
Anggota Pramuka MI Miftahul Ulum Lampung Timur: Tahun 2005 – 2006
vii
Anggota Pramuka SMP Daer el-Falah Pandeglang: 2006 – 2007
Ketua Dewan Pertimbangan Siswa SMP Terpadu Al-hasan Ciamis: 2008 – 2009
Anggota PMR SMP Terpadu Al-hasan Ciamis: 2008
Anggota Pramuka SMP Terpadu Al-hasan Ciamis: 2008
Anggota Ikatan Remaja Masjid MAN 1 Kota Serang: 2009
Anggota Futsal Kesehatan Masyarakat: 2012 – Sekarang
Anggota Bidang Olahraga dan Seni Badan Eksekutif Mahasiswa Kesehatan
Masyarakat: Periode 2012-2013 dan Periode 2013 – 2014
Kepala Bidang Perlengkapan Futsal Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan :
2013 – Sekarang
Anggota Bidang Public Relations LSO Forum Studi Kesehatan dan Keselamatan
Kerja: Periode 2013 – 2014
Anggota Bidang Finance LSO Forum Studi Kesehatan dan Keselamatan Kerja:
2014 – 2015
KEPANITIAAN
Komisi Disiplin Oriantase Peserta Didik (Opak) Mahasiswa Baru Angkatan 2013
Komisi Disiplin LKTM tahun 2013
Divisi Acara Oriantase Peserta Didik (Opak) Mahasiswa Baru Angkatan 2014
Komisi Disiplin LKTM tahun 2014
Divisi Perlengkapan IKALKES 2014
Ketua Lomba Seni dan Olahraga Tingkat Jabodetabek 2014
viii
Seksi Lomba Lomba Kewirausahaan dan Seminar Kewirausahaan Tingkat
Nasional: 2014
Ketua Kunjungan Industri Pocari Sweat, Yakult, Indocemen, dan ANTAM
Pongkor: 2014
Divisi Perlengkapan Pelatiahan TRAINING SMK3 Based on OHSAS 18001 &
PP No. 50 Tahun 2012
Ketua Praktek Belajar Lapangan di Puskesmas Ciater Tangerang Selatan: 2015
Devisi Perlengkapan Seminar Profesi K3 (aku dan ojek online): 2015
Divisi Perlengkapan Silaturahmi FSK3 UIN Jakarta: 2015
PELATIHAN dan SEMINAR
Seminar K3 “Gambaran Budaya K3 di Rumah SAKIT tahun 2013
Seminar Profesi Kesehatan “be smart and healthy with social media networking”:
2013
Seminar K3 “Budayakan keselamatan berkendara untuk kurangi fatalitas
kecelakaan lalu lintas munuju masyarakat industry yang selamat, sehat, dan
Produktif” :2014
TRAINING SMK3 Based on OHSAS 18001 & PP No. 50 Tahun 2012 : 2014
Seminar 4 Pilar NEGARA: 2014
Workshop “Safety In The Process Industries”: 2014
Workshop “Ergonomics In The Work Place”: 2014
Seminar gizi kesehatan masyarakat “are you selective eater ? be careful to obesity
!: 2015
ix
Seminar kesehatan lingkungan “combat the neglected tropical disease towards a
filariasis-free country by 2020” : 2015
Pelatihan keselamatan kontruksi (lifting crane): 2015
Workshop “Management Of Fire Safety”: 2015
Workshop “RISK ASSESSMENT IN THE WORK PLACE”: 2015
x
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. Alhamdulillah,
karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis mampu menyelesaikan
skripsi ini yang berjudul “Gambaran praktek kerja aman terhadap paparan
benzen pada pekerja operator SPBU di wilayah Ciputat Timur tahun
2017”. Shalawat beserta salam yang teriring do’a semoga selalu tercurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW yang senantiasa atas izin Allah SWT
mengajarkan umatnya untuk terus memperoleh ilmu pengetahuan yang kelak
bermanfaat bagi sesamanya.
Skripsi ini diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) pada Program Studi Kesehatan
Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Di dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis memperoleh banyak
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Keluarga tercinta, yaitu orang tua dan kakak saya karena atas do’a
dan dukungan yang tidak ada hentinya sehingga penulis mampu
xi
memperoleh dan menjalani pendidikan hingga saat ini di jenjang
universitas.
2. Ibu Iting Shofwati, S.T, M.KKK selaku pembimbing satu dan dosen
peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang senantiasa
memberikan arahan dan motivasi dalam menyusun, pelaksanaan dan
penyelesaian skripsi ini.
3. Ibu Izzatu Millah, S.K.M, M.KKK,. selaku pembimbing dua yang
senantiasa memberikan masukan, arahan dan semangat kepada saya
dalam menyusun dan penyelesaian skripsi ini.
4. Ibu Fajar Ariyanti, Ph.D selaku ketua program studi Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dan para dosen Kesehatan Masyarakat atas
semua ilmu yang telah diajarkan.
5. Yaumi khairi azhari dan Agus Dwi Saputra yang telah membantu
dalam turun lapangan untuk mencari data primer dan menganaisis
data primer.
6. Teman-teman peminatan K3, teman-teman cibeng dan Kesehatan
Masyarakat 2012 lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu
oleh penulis.
xii
Demikian yang dapat penulis sampaikan, dengan do’a dan harapan bahwa
segala kebaikan yang mereka berikan dapat bermanfaat bagi penulis. Penulis
menyadari bahwa di dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar kelak dapat menjadi lebih baik. Semoga skripsi ini dapat
memberikan manfaat dalam perkembangan ilmu Keselamatan dan Kesehatan
Kerja dan bermanfaat bagi seluruh pembacanya. Aamiin. Terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, Juni 2017
Nizar Fathul Khoir
xiii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN.................................................................................. i
PERNYATAAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii
ABSTRAK .......................................................................................................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................... vi
KATA PENGANTAR ......................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xviii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xxi
DAFTAR ISTILAH ......................................................................................... xxii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 6
1.3 Pertanyaan Penelitian ............................................................................ 7
1.4 Tujuan Penelitian .................................................................................. 7
1.4.1 Tujuan Umum ................................................................................ 7
1.4.2 Tujuan Khusus ............................................................................... 8
1.5 Manfaat Penelitian ................................................................................ 8
1.6 Ruang Lingkup ...................................................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 10
2.1 Benzena ............................................................................................... 10
2.1.1 Sumber pejanan benzena ............................................................. 11
2.1.2 Sifat fisika dan kimia ................................................................... 12
xiv
2.1.3 Dampak Pejanan Benzena ........................................................... 13
2.1.4 Jalur Pajanan Benzena ................................................................. 15
2.1.5 Mekanisme toksisitas benzena dalam tubuh ................................ 19
2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kadar Benzena dalam Tubuh ..... 23
2.2.1 Umur. ........................................................................................... 23
2.2.2 Jenis kelamin ............................................................................... 25
2.2.3 Kebiasaan merokok ..................................................................... 25
2.2.4 Durasi pejanan ............................................................................. 27
2.2.5 Praktek Kerja aman dengan Zat Benzena .................................... 29
2.2.6 Faktor Lingkungan....................................................................... 38
2.3 Kerangka Teori ................................................................................... 39
BAB III KERANGKA KONSEP, DAN DEFINISI OPERASIONAL ............. 41
3.1 Kerangka Konsep ................................................................................ 41
3.2 Definisi Operasional ........................................................................... 42
BAB IV METODE PENELITIAN .................................................................... 45
4.1 Jenis Penelitian .................................................................................... 45
4.2 Lokasi dan waktu penelitian ............................................................... 45
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian .......................................................... 45
4.3.1 Populasi ....................................................................................... 45
4.3.2 Sampel ......................................................................................... 45
4.3.3 Teknik Sampling .......................................................................... 46
4.4 Metode Pengumpulan Data ................................................................. 47
4.4.1 Sumber Data ................................................................................ 47
xv
4.4.2 Instrumen Penelitian .................................................................... 47
4.5 Pengolahan Data ................................................................................. 48
4.5.1 Pemasukan data ........................................................................... 49
4.5.2 Pengkodean .................................................................................. 49
4.5.3 Pengeditan data ............................................................................ 52
4.5.4 Pembersihan data ......................................................................... 52
4.6 Analisis Data ....................................................................................... 53
BAB V HASIL .................................................................................................. 54
5.1 Gambaran SPBU di Kecamatan Ciputat Timur .................................. 54
5.2 Karakteristik Individu responden ........................................................ 57
5.2.1 Gambaran umur dan lama kerja operator SPBU ......................... 57
5.2.2 Gambaran jenis kelamin operator SPBU ..................................... 57
5.3 Gambaran Praktek Kerja Aman .......................................................... 58
5.3.1 Gambaran penggunaan APD ....................................................... 59
5.3.2 Gambaran Personal Hygiene ....................................................... 65
5.3.3 Gambaran Faktor Lingkungan di area SPBU .............................. 85
5.4 Keluhan pekerja operator SPBU ......................................................... 93
BAB VI PEMBAHASAN ................................................................................. 94
6.1 Keterbatasan Penelitian ....................................................................... 94
6.2 Gambaran Praktek Kerja Aman .......................................................... 94
6.2.1 Gambaran pengunaan APD pada operator SPBU di wilayah
Ciputat Timur ............................................................................................. 96
xvi
6.2.2 Gambaran Personal Hygiene pada operator SPBU di wilayah
Ciputat Timur ........................................................................................... 102
6.2.3 Gambaran faktor lingkungan pada operator SPBU di wilayah
Ciputat Timur ........................................................................................... 106
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 109
7.1 Kesimpulan ....................................................................................... 109
7.2 Saran ................................................................................................. 110
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 112
LAMPIRAN ........................................................................................................ 0
xviii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Sifat Fisik dan Sifat Kimia Benzena.................................................. 13
Tabel 2.2 Pengunaan APD untuk Mengurangi Resiko Pajanan Benzen
Berdasarkan Jalur Masuknya ............................................................................. 34
Tabel 2.3 Personal Hygiene dalam Rangka Mengurangi Resiko Pajanan Benzen
Berdasarkan Jalur Masuknya ............................................................................. 37
Tabel 2.4 Faktor Lingkungan yang dapat Mengurangi Kadar Benzen
Berdasarkan Jalur Masuknya ............................................................................. 38
Tabel 3.1 Definisi Operasional .......................................................................... 42
Tabel 5.1 Gambaran profil SPBU di wilayah Ciputat Timur tahun 2017 ........ 55
Tabel 5.2 Karakteristik usia dan lama kerja pada operator SPBU di wilayah
Ciputat Timur tahun 2017 .................................................................................. 57
Tabel 5.3 Gambaran jenis kelamin operator SPBU pada operator SPBU di
wilayah Ciputat Timur tahun 2017 .................................................................... 57
Tabel 5.4 Praktek Kerja Aman pada operator SPBU di wilayah Ciputat Timur
tahun 2017 ......................................................................................................... 58
Tabel 5.5 Penggunaan APD pada operator SPBU di wilayah Ciputat Timur
tahun 2017 ......................................................................................................... 59
Tabel 5.6 Alasan tidak menggunakan alat pelindung pernapasan pada operator
SPBU di wilayah Ciputat Timur di wilayah Ciputat Timur tahun 2017 ........... 61
Tabel 5.7 Alasan tidak menggunakan APD kacamata pada operator SPBU pada
operator SPBU di wilayah Ciputat Timur tahun 2017 ...................................... 61
Tabel 5.8 Alasan menggunakan dan tidak menggunakan APD sepatu pada
operator SPBU di wilayah Ciputat Timur tahun 2017 ...................................... 62
Tabel 5.9 Alasan tidak menggunakan APD sarung tangan pada operator SPBU
di wilayah Ciputat Timur tahun 2017 ................................................................ 63
Tabel 5.10 Alasan menggunakan dan tidak menggunakan pakaian kerja pada
operator SPBU di wilayah Ciputat Timur tahun 2017 ...................................... 63
xix
Tabel 5.11 Alasan menggunakan atau tidak menggunakan APD pada operator
SPBU di wilayah Ciputat Timur tahun 2017 ..................................................... 64
Tabel 5.12 Personal hygiene pada operator SPBU di wilayah Ciputat Timur
tahun 2017 ......................................................................................................... 66
Tabel 5.13 Alasan melakukan dan tidak melakukan makan dan minum saat
bekerja pada operator SPBU di wilayah Ciputat Timur tahun 2017 ................. 68
Tabel 5.14 Alasan mencuci tangan dan tidak mencuci tangan saat akan makan
dan minum pada operator SPBU di wilayah Ciputat Timur tahun 2017 ........... 69
Tabel 5.15 Alasan melakukan dan tidak melakukan cuci tangan dengan air
mengalir pada operator SPBU di wilayah Ciputat Timur tahun 2017 ............... 70
Tabel 5.16 Alasan melakukan dan tidak melakukan cuci tangan menggunakan
sabun di tempat kerja pada operator SPBU di wilayah Ciputat Timur tahun
2017 ................................................................................................................... 71
Tabel 5.17 Alasan melakukan dan tidak melakukan cuci tangan sebelum
meninggalkan tempat kerja pada operator SPBU di wilayah Ciputat Timur
tahun 2017 ......................................................................................................... 72
Tabel 5.18 Alasan mencuci muka dan tidak mencuci muka sebelum makan dan
minum di tempat kerja pada operator SPBU di wilayah Ciputat Timur tahun
2017 ................................................................................................................... 73
Tabel 5.19 Alasan melakukan dan tidak melakukan mandi setelah bekerja
menggunakan sabun pada operator SPBU di wilayah Ciputat Timur tahun 2017
........................................................................................................................... 74
Tabel 5.20 alasan mandi dengan shampo setelah bekerja pada operator SPBU di
wilayah Ciputat Timur tahun 2017 .................................................................... 75
Tabel 5.21 Alasan merokok dan tidak merokok dalam kehidupan sehari-hari
pada operator SPBU di wilayah Ciputat Timur tahun 2017 .............................. 76
Tabel 5.22 Alasan merokok dan tidak merokok dalam bekerja pada operator
SPBU di wilayah Ciputat Timur tahun 2017 ..................................................... 77
xx
Tabel 5.23 Alasan mencuci pakaian kerja yang terkena tumpahan pada operator
SPBU di wilayah Ciputat Timur tahun 2017 ..................................................... 78
Tabel 5.24 Alasan mengganti dan tidak mengganti pakaian kerja setiap hari
pada operator SPBU di wilayah Ciputat timur tahun 2017 ............................... 79
Tabel 5.25 Faktor alasan Cuci tangan sebelum makan dan minum pada
operator SPBU di wilayah Ciputat Timur tahun 2017 ...................................... 80
Tabel 5.26 Alasan yang mendasari operator merokok atau tidak merokok baik
dalam keseharian atau dalam pekerjaan pada operator SPBU di wilayah Ciputat
Timur tahun 2017 .............................................................................................. 82
Tabel 5.27 Alasan yang mendasari menjaga kebersihan badan pada operator
SPBU di wilayah Ciputat Timur tahun 2017 ..................................................... 83
Tabel 5.28 Alasan yang mendasari mencuci atau mengganti pakaian kerja pada
operator SPBU di wilayah Ciputat Timur tahun 2017 ...................................... 84
Tabel 5.29 faktor lingkungan pada operator SPBU di wilayah Ciputat Timur
tahun 2017 ......................................................................................................... 85
Tabel 5.30 Alasan membersihkan dan tidak membersihkan tumpahan dengan
benar pada operator SPBU di wilayah Ciputat Timur tahun 2017 .................... 87
Tabel 5.31 Alasan membersihkan dan tidak membersihkan tumpahan dengan
cepat pada operator SPBU di wilayah Ciputat Timur tahun 2017..................... 88
Tabel 5.32 Alasan menjaga dan tidak menjaga lingkungan di area SPBU pada
operator SPBU di wilayah Ciputat Timur 2017 ................................................ 89
Tabel 5.33 Alasan menjaga wadah tempat penampungan BBM agar tertutup
pada operator SPBU di wilayah Ciputat Timur tahun 2017 .............................. 90
Tabel 5.34 Alasan menggunakan air tanah sekitar SPBU untuk minum pada
operator SPBU di wilayah Ciputat Timur tahun 2017 ...................................... 91
Tabel 5.35 Alasan faktor lingkungan yang baik pada operator SPBU di wilayah
Ciputat Timur tahun 2017 .................................................................................. 91
Tabel 5.36 Keluhan yang di alami operator SPBU di wilayah Ciputat Timur
tahun 2017 ......................................................................................................... 93
xxi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1Struktur Benzena ........................................................................................ 10
Gambar 2.2 Kerangka Teori ......................................................................................... 40
Gambar 3.1Kerangka Konsep ....................................................................................... 41
Gambar 5.1 Peta wilayah Ciputat Timur ...................................................................... 56
Gambar 5.2 Frekuensi pengunaan APD pada operator SPBU di wilayah Ciputat Timur
tahun 2017 .................................................................................................................... 60
Gambar 5.3 Personal hygiene pada pekerja operator SPBU di wilayah Ciputat Timur
tahun 2017 .................................................................................................................... 67
Gambar 5.4 faktor lingkungan secara meyeluruh pada operator SPBU di wilayah
Ciputat Timur 2017....................................................................................................... 86
xxii
DAFTAR ISTILAH
APD : Alat Pelindung Diri
Hb : Hemoglobin
PAHs : Polycyclic Aromatic Hydrocarbon
SPBU : Stasiun Pengisian Bahan Bakar
TPH : Total petroleum hydrocarbon
1
1. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Benzena adalah senyawa hidrokarbon aromatik yang dapat ditemukan di
udara, air, tanah. Salah satu kegiatan yang beresiko terpajan benzena adalah
industri BBM, dengan produk utama yang disalurkan berupa premium,
pertamax, pertamax plus, kerosene dan solar. Dari produk‐produk tersebut
untuk produk kelompok Gasoline (premium, pertamax dan pertamax plus)
mempunyai kadar benzena sekitar 1% ‐ 5% berat ( WHO 2000).Menurut
Agency for Toxic Substances and Diesease Register (ATSDR, 2007), bahan
kimia berbahaya dan beracun yang terdapat di dalam kandungan minyak
yaitu benzene, toluene, xylene, ethylene, Total Petroleum Hydrocarbon
(TPH), dan Polycyclic Aromatic Hydrocarbon (PAHs) (WHO 1996).
Karyawan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) khususnya
operator pengisian BBM merupakan salah satu populasi pekerja yang
memiliki tingkat resiko pajanan benzena yang tinggi (Pudyoko, 2010).
Pajanan singkat dengan konsentrasi yang tinggi dapat terjadi saat pengisian
BBM kendaraan (WHO - Europe, 2000). terutama melalui jalur inhalasi
dalam waktu pajanan yang terus-menerus (Pudyoko, 2010).
Jalur paparan benzena dapat melalui kulit, saluran pencernaan, dan
saluran pernapasan. Inhalasi dan kulit menjadi jalur paparan utama di
2
lingkungan dan tempat kerja (Putri, 2011). Jalur absorpsi lain yang tidak
kalah penting adalah jalur dermal yaitu penyerapan senyawa benzena
melalui kulit. Absorbsi melalui kulit terjadi bila ada kontak langsung
dengan kulit dan benzena akan terserap melalui jaringan lemak kulit karena
sifatnya yang lipolik (WHO, 1996). Benzena dalam bensin merupakan
bahan kimia yang dapat menembus kulit dengan lebih mudah daripada
bahan kimia lainnya (WHO, 1996). Absorbsi benzena di tubuh dapat
melalui pernapasan sebanyak 70 % dari keseluruhan jumlah benzena yang
masuk ke dalam tubuh dan melalui mulut benzena akan masuk sebanyak
20-25 %, dan melalui kulit 5 % benzena terserap kedalam tubuh (ASTDR
2015).
Benzena telah lama dikenal sebagai karsinogen dan sebagai penyebab
penyakit akibat kerja. Paparan benzena di lingkungan kerja berdampak
sangat serius bagi kesehatan. (WHO 1996). Menurut KEPRES RI Nomor
22 Tahun 1993, benzena merupakan penyebab timbulnya penyakit akibat
hubungan kerja.
Eksposur dengan dosis tinggi dalam waktu yang singkat dapat
menyebabkan gangguan pada sistem syaraf misalnya cepat lelah,
mengantuk, pusing, mual sedangkan dalam konsentrasi yang rendah
dengan waktu yang panjang dapat menyebabkan gangguan terhadap
pembentukan sel-sel darah seperti menurunnya sel darah merah, darah
3
putih, trombosit, dan sifat karsinogenik menyebabkan kanker darah
(leukemia) (Suyono, 1986 dan Brautbar, 1992). Benzena apabila
terinhalasi, dapat menyebabkan anemia aplastic dan leukemia. Hasil
penelitian yang dilakukan Xing, dkk (2010) di Eropa, Amerika, dan
Meksiko telah menunjukkan adanya hubungan yang nyata antara
peningkatan kadar benzena di udara dengan peningkatan kasus kanker dan
leukemia penduduk setempat.
Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) untuk
kawasan Asia Tenggara, Indonesia merupakan negara yang menduduki
posisi teratas terkait angka kematian akibat leukemia yang disebabkan oleh
bawaan dampak pekerjaan dengan benzena sebesar 9,6/1000 penduduk
yang kemudian diikuti oleh Filipina (2,4/1000 penduduk), Thailand
(2,3/1000 penduduk), Malaysia (0,9/1000 penduduk), Singapura (0,1/1000
penduduk), dan Brunei Darussalam (0/1000 penduduk) pada tahun 2002
(Azhari 2010).
Hasil penelitian pada 46 pekerja instalasi BBM di Semarang yang diuji
kadar benzena pada tubuh, didapatkan bahwa sebagian besar pekerja
memiliki ketidaknormal pada sistem hematopoetik seperti 68,03% pekerja
jumlah netrofil yang dimiliki tidaknormalan, adanya ketidaknormalan
jumlah limfosit pada 45,65% pekerja, 73,91% pekerja mengalami
ketidaknormalan pada monositnya, 34,78% pekerja laju endapan darah
4
dalam 1 jam dan 52,17% laju endapan darah dua jam tidak normal. Hal ini
menjelaskan bahwa pajanan benzena berpengaruh terhadap kenormalan
sistem hematopoietik tubuh (Pudyoko 2010).
Besarnya senyawa benzena yang masuk dalam tubuh yang terabsorsi
tidak terlepas dari praktek kerja aman antara lain penggunaan alat
perlindung diri, personal hygiene, dan kebersihan lingkungan. Praktik kerja
aman saat bekerja merupakan faktor pemicu yang mempengaruhi
konsentrasi benzena dalam tubuh pekerja selain faktor lama pajanan, durasi
pajanan, dan kebisaan merokok.
APD menjadi faktor pemicu terhadap jumlah pajanan benzena karena
APD merupakan salah satu pengendalian personal untuk melindungi dan
mengurangi bahaya pajanan benzena saat bekerja (Yuniati 2016).
Penggunaan alat perlindungan tidaklah secara sempurna dapat melindungi
tubuhnya tetapi dapat mengurangi tingkat keparahan yang mungkin terjadi
(Budiono, 2003).
Selain APD, praktek personal hygiene pekerja merupakan salah satu
praktek kerja aman yang harus diperhatikan ketika bekerja dengan pajanan
benzena. Perilaku higiene perorangan merupakan tindakan untuk segera
menghilangkan kontaminan dari bagian tubuh yang terjadi kontak
dengannya. Personal higiene antara lain membersihkan bahan kimia yang
5
mungkin melekat pada tubuh sebelum makan dan sebelum meninggalkan
tempat kerja (Scott, 1989).
Kebiasaan cuci tangan merupakan salah satu praktek personal hygiene
yang menjadi faktor pemicu tingginya kadar benzena dalam tubuh,
(Astrianda 2012 dan Nurzakky M 2012). Kebanyakan kasus dimana suatu
zat kimia terjatuh pada kulit, segera dicuci dengan sungguh-sungguh
menggunakan sabun dan air adalah suatu tindakan pertama yang paling
baik (Putra, 2003).
Jumlah SPBU yang ada di wilayah Ciputat timur berjumlah 9 SPBU,
yang tersebar di beberapa Kelurahan Cempaka Putih, Kelurahan Rengas,
Kelurahan Ciputat, dan Kelurahan Cirendeu. Berdasarkan hasil studi
pendahuluan yang telah dilakukan pada dua SPBU di wilayah kecamatan
Ciputat timur, didapati adanya penderita anemia dengan rata-rata Hb pada
pekerja operator SPBU memiliki kadar Hb sebesar 10 gr/dl atau sebesar
83% pekerja memiliki Hb yang kurang, kadar Hb yang rendah dicurigai
menjadi salah satu faktor akibat paparan benzena. Selain itu para operator
juga merasa lemah, letih, lesu, sakit kepala dan pusing dalam satu tahun
terakhir dan rata-rata para pekerja operator SPBU tidak menggunakan APD
secara lengkap pada saat bekerja. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang gambaran praktek kerja aman terhadap
paparan benzena pada pekerja operator SPBU di wilayah Ciputat Timur.
6
1.2 Rumusan Masalah
Tingginya eksposur benzena pada pekerja operator SPBU
mengharuskan pekerja operator SPBU bekerja secara aman. Namun,
berdasarkan hasil studi pendahuluan sebanyak 6 orang pekerja operator
SPBU. Diketahui sebagian besar responden memiliki kadar Hb yang rendah
atau sebesar 5 orang dari 6 pekerja (85%) operator memiliki kadar Hb
dibawah normal, kadar Hb adalah salah satu indikator yang menunjukan
adanya kadar benzena dalam tubuh, selain itu para operator juga merasa
lemah, letih,lesu, sakit kepala, dan pusing dalam satu tahun terakhir.
Para pekerja operator SPBU dalam praktek kerja tidak menggunakan
cara kerja yang aman berupa tidak menggunakan alat pelindung pernapasan,
tidak menggunakan kacamata, dan tidak menggunakan sarung tangan saat
bekerja. Jika dilihat dari personal hygiene para pekerja operator masih
kurang baik, berupa melakukan kegiatan makan dan minum di saat bekerja,
tidak melakukan cuci tangan sebelum makan dan minum, tidak melakukan
cuci tangan dengan sabun, setelah bekerja tidak langsung mandi, dan suka
mengantuk pakaian kerja bercampur dengan pakaian sehari. Praktek kerja
yang kurang aman dapat memperparah absorbsi benzena dalam tubuh
pekerja operator SPBU, selain itu para pekerja banyak yang bermukim
(mes) di area SPBU sehingga hampir setiap waktu terpapar oleh bahan
bakar. Banyak pekerja yang membuat mie dengan menggunakan air keran
7
SPBU, air tanah yang berada dilingkungan SPBU dikhawatirkan tercemar
paparan benzena oleh sebab itu peneliti tertarik untuk meneliti tentang
praktek kerja aman terhadap paparan benzena pada pekerja operator SPBU.
1.3 Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran praktek kerja aman pada operator SPBU di
wilayah Ciputat Timur tahun 2017?
2. Bagaimana gambaran dan alasan penggunaan Alat Pelindung Diri
(APD) pada operator SPBU di wilayah Ciputat Timur tahun 2017?
3. Bagaimana gambaran dan alasan personal hygiene pada operator SPBU
di wilayah Ciputat Timur tahun 2017?
4. Bagaimana gambaran dan alasan faktor lingkungan pada operator SPBU
di wilayah Ciputat Timur tahun 2017?
5. Bagaimana gambaran karakteristik individu (jenis kelamin,lama kerja,
dan usia) pekerja operator SPBU di wilayahCiputat Timur tahun 2017?
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu tujuan umum dan
tujuan khusus. Berikut adalah tujuan dilakukannya penelitian ini :
1.4.1 Tujuan Umum
Gambaran praktek kerja aman terhadap paparan benzena pada
pekerja operator SPBU di wilayah Ciputat Timur 2017
8
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Diketahuinya gambaran praktek kerja aman pada diri pekerja
operator SPBU di wilayah Ciputat Timur tahun 2017
2. Diketahuinya gambaran dan alasan penggunaan Alat Pelindung
Diri (APD) pada operator SPBU di wilayah Ciputat Timur tahun
2017
3. Diketahuinya gambaran dan alasan personal hygiene pada operator
SPBU di wilayah Ciputat Timur tahun 2017
4. Diketahuinya gambaran faktor lingkungan pada operator SPBU di
wilayah Ciputat Timur tahun 2017
5. Diketahuinya gambaran karakteristik individu (jenis kelamin, lama
kerja, dan usia,) pekerja wanita SPBU di wilayah Ciputat Timur
tahun 2017
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini antara lain:
1. Manfaat bagi perusahaan
Dapat dijadikan sebagai tambahan informasi tentang gambaran
praktek kerja aman dan alasan pada operator SPBU di wilayah
Ciputat Timur tahun 2017.
9
2. Manfaat bagi peneliti
Dapat dijadikan sebagai dasar atau acuan dalam melaksanakan
penelitian selanjutnya.
1.6 Ruang Lingkup
Penelitian ini adalah penelitian dengan desain cross sectional untuk
mengetahui gambaran praktek kerja aman yang meliputi penggunaan APD,
personal hygiene, faktor lingkungan, dan karakteristik individu (jenis
kelamin, lama kerja, dan usia). Penelitian ini dilakukan di 8 SPBU yang
berada di wilayah Ciputat Timur dengan jumlah sampel 73 responden dan
dilaksanakan pada bulan Desember 2016 sampai dengan Juni 2017. Analisis
yang dilakukan adalah univariat.
10
2. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Benzena
Agency for Toxic Subtances and Disease registry (ATSDR)(2007)
menyebutkan bahwa benzena merupakan senyawa hidrokarbonaromatik
rantai tertutup tidak jenuh. Benzena mempunyai nama lain Benzol,
Cyclohexatrene, Phenyl Hydride, atau coal naphta. Benzena merupakan
cairan tidak berwarna dengan bau yang manis. Benzena menguap ke udara
sangat cepat dan sedikit larut dalam air. Adapun rumus struktur benzena
adalah sebagai berikut,
Gambar 2.1Struktur Benzena
Benzena bersifat lipofilik, sehingga benzena merupakan pelarut yang
sangat baik. Benzena memiliki aroma yang menyenangkan dan dapat
terdeteksi pada konsentrasi 1,5-4,7 ppm (ATSDR,2006).
11
2.1.1 Sumber pejanan benzena
Benzena dapat ditemukan di lingkungan sekitar dalam
konsentrasi rendah, biasanya benzena muncul dari minyak mentah
dalam industri minyak, benzena juga dapat terbentuk akibat proses
pembakaran bensin, batubara dan kayu (Ramon, 2007). Sumber
paparan lain dapat berasal dari uap atau gas produk-produk yang
mengandung benzena, seperti lem, cat, lilin pelapis peralatan rumah
tangga dan sabun deterjen (Rendy, 2012).
Di Amerika Serikat sumber paparan benzena setengahnya
berasal dari asap rokok. Jumlah asupan rata-rata benzena yang
terserap oleh perokok (± 32 batang per hari) adalah sekitar 1,8 mg
perhari. Jumlah tersebut 10 kali lipat lebih besar dibandingkan
dengan asupan rata-rata benzena perhari dari orang yang tidak
merokok (Rendy, 2012).
Menurut ATSDR (2007) Benzena ditemukan di udara, air,
dan tanah. Benzena berasal dari sumber industri dan alam.
a. Sumber Alami
Secara alami benzena juga dapat terbentuk dari peristiwa alam
seperti letusan gunung merapi dan kebakaran hutan (Zuliyawan,
2010).
12
Sumber alami dari benzena, yang meliputi emisi gas dari gunung
berapi dan kebakaran hutan, juga berkontribusi terhadap
keberadaan benzena dilingkungan. Benzena juga hadir dalam
minyak mentah dan bensin dan asap rokok(ATSDR 2007).
b. Sumber Antropogenik
Sumber benzena terutama berasal dari penguapan bensin sebesar
1-5% benzena, selain itu dapat juga berasal dari pembuatan mesin
otomobil, rokok, dan asap dari pembakaran. Kadar benzena di
udara luar ruangan ada pada kisaran 0,02 - 34 ppb (1 ppb= 1000
kali lebih kecil dari 1 ppm). Orang yang tinggal di perkotaan
kemungkinan terpapar benzena dengan kadar yang lebih tinggi
karena umumnya di wilayah perkotaan lebih banyak terdapat
tempat pembuangan limbah hasil proses industri, pabrik
petrokimia, asap kendaraan yang lebih banyak, dan juga stasiun
pengisian bahan bakar umum (Ramon, 2007).
2.1.2 Sifat fisika dan kimia
Benzena adalah senyawa hidrokarbon aromatik, dalam suhu
ruangan, benzena adalah cairan tidak berwarna, mudah menguap
dengan bau aromatik yang khas. Sedikit larut dalam air tetapi sangat
mudah larut dengan pelarut organik, benzena akan mengapung di
permukaan air. Mendidih pada suhu 80,1°C dan sangat mudah
13
terbakar serta dapat menyebar ke sumber api. Uapnya sangat mudah
meledak, memiliki titik leleh 5,5°C dan spontan terbakar pada suhu
498°C(ATSDR, 2007). Adapun sifat fisik dan kimia dari benzena
dapat dilihat di tabel
Tabel 2.1
Sifat Fisik dan Sifat Kimia Benzena
No Sifat Fisik dan Kimia Informasi
1 Rumus kimia C6H6
2 Berat molekul 78, 11 gr/mol
3 Titik nyala -11,1°C
4 Titik leleh 5,5°C
5 Titik didih 80,1°C
6 Berat jenis suhu 15°C 0,8787 gr/L
7 Kelarutan dalam air pada 25°C 0,188% (w/w) atau 1.8 gr/L
8 Kelarutan dalam pelarut Alkohol, Kloroform, eter, karbon
sulfide,
aseton, minyak, karbon
tetraklorida, asam
asetat glacial
Sumber : MSDS Benzena, USA.
2.1.3 Dampak Pejanan Benzena
Benzena dilepaskan ke udara dari berbagai sumber termasuk
knalpot mobil, bensin, asap dari tembakau dan kebakaran hutan dan
dari industri. Hal ini sangat bebas dalam tanah dan larut (dapat larut)
dalam air. Orang yang merokok terkena sekitar 10 kali lebih benzena
per-tahun dari rata-rata non-perokok. Efek pada kesehatan manusia
14
tergantung pada konsentrasi benzena dan tingkat eksposur (SA
Health, 2008).
a. Dampak akut
Individu yang tidak sengaja menelan atau menghirup
benzena untuk jangka waktu singkat cenderung tidak mengalami
risiko kesehatan. Namun demikian, efek samping tertentu masih
terjadi dan meliputi peningkatan denyut jantung, sesak napas,
sakit kepala, pingsan, dan kerusakan sistem saraf. (SA Health,
2008).
Adapun efek akut dari paparan benzena menurut WHO
(2010) adalah dapat menyebabkan narkosis: sakit kepala, pusing,
mengantuk, kebingungan, tremor dan kehilangan kesadaran, dan
pada pengguna alkohol dapat meningkatkan efek toksik.
Benzena juga merupakan iritan yang dapat menyebabkan iritasi
pada mata dan kulit.
b. Dampak kronis
Depresi sumsum tulang dengan efek lambat, pada
beberapa kasus, sampai beberapa tahun. Gejala dan tanda yang
pertama sangat samar, namun kemudian kelelahan dan
pendarahan spontan yang akan mengakibatkan anemia, selain itu
terjadi penurunan jumlah berbagai sel darah di sirkulasi darah
15
dan berkurangnya keeping trombosit dalam darah. Anemia
aplastik, leukemia mieloblastik akut daneritroleukimia akut
merupakan efek yang paling ditakutkan pada pemajan kronik.
Efek kronis dari paparan benzena adalah menyebabkan
kanker pada manusia. Badan Internasional untuk Penelitian
Kanker (IARC) telah mengklasifikasikan benzena sebagai
karsinogenik pada manusia (Kelompok 1). EPA memperkirakan
bahwa pajanan benzena seumur hidup pada konsentrasi 4ppb di
udara akan menghasilkan 1 tambahan kasus leukemia dalam
10.000 orang yang terpajan. EPA juga memperkirakan bahwa
pajanan benzena seumur hidup pada konsentrasi 100 ppb dalam
air minum akan menambah 1 kasus kanker tambahan dalam
10.000 orang yang terpajan (ATSDR, 2006).
2.1.4 Jalur Pajanan Benzena
Jalur pajanan menunjukkan perbedaan jalan masuk
bahan/materi ke dalam tubuh, dapat melalui kulit, saluran pencernaan
dan saluran pernapasan (IPCS, 2000).
a. Inhalasi
Inhalasi adalah jalur pajanan yang dominan. Konsentrasi ambang
bau benzena (1,5-5 ppm) umumnya memberikan peringatan yang
cukup tentang bahaya akut. Uap benzena lebih berat dari pada
16
udara dan dapat menyebabkan sesak napas di ruang tertutup,
berventilasi buruk atau di dataran rendah. Jalur pajanan inhalasi
menyebabkan terjadinya asupan harian sebesar 99% dari seluruh
jalur pajanan. Laporan kasus pada pajanan inhalasi akut telah ada
sejak awal tahun 1900. Kejadian kematian tiba-tiba terjadi setelah
beberapa jam pajanan. Tidak diketahui berapa konsentrasi
benzena yang ditemukan pada korban. Namun diperkirakan
bahwa pajanan sebesar 20.000 ppm selama 5-10 menit akan
mengakibatkan hal kejadian yang fatal (ATSDR, 2007).
Benzena mudah diabsorpsi melalui pernapasan, ketahanan paru-
paru mengabsorpsi benzena mencapai lebih kurang 50% untuk
beberapa jam pada paparan di antara 2-100 cm3/m3 (Brautbar,
1992).
b. Ingesti
Kontaminasi benzena dapat masuk melalui minuman dan
makanan (WHO, 2010). Benzena dapat terabsorbsi dengan efektif
melalui saluran pencernaan dan dapat mengakibatkan intoksikasi
akut, walaupun data kuantitatif pada manusia masih kurang
(Sungkyoon dkk, 2006). Laporan kasus kematian pada paparan
benzena secara ingesti juga telah ada sejak awal tahun 1900-an,
namun konsentrasi benzena yang ditemukan pada korban tidak
diketahui (Sungkyoon dkk, 2006). Diperkirakan bahwa paparan
17
benzena sebesar 10 ml adalah dosis yang dapat mematikan bagi
manusia (Zuliyawan,2010). Absorpsi benzena yang efektif
melalui pencernaan dapat mengakibatkan intoksikasi akut,
walaupun data kuantitatif pada manusia masih kurang
(WHO,1996). Tidak ada informasi tentang absorpsi oral dari
benzena pada larutan encer, diasumsikan bahwa absorpsi oral dari
air adalah hampir 100% (Ramon, 2007).
Pudyoko (2011) juga disebutkan bahwa absorbsi benzena melalui
saluran pencernaan dapat mengakibatkan efek akut yang
membahayakan. Efek akut yang terjadi antara lain:
i. Muntah-muntah yang disebabkan oleh iritasi pada saluran
pencernaan.
ii. Kejang, tremor, iritasi, depresi, kehilangan keseimbangan
dan koordinasi, pening, sakit kepala, pucat karena
benzena bersifat mempengaruhi sistem saraf pusat.
iii. Gangguan pada sistem kardiovaskuler ditandai dengan
denyut nadi yang melemah atau sebaliknya denyut nadi
yang semakin kencang.
iv. Gangguan pada sistem hematopoietik.
Absorpsi benzena yang efektif melalui pencernaan dapat
mengakibatkan intoksikasi akut, walaupun data kuantitatif pada
18
manusia masih kurang. Walaupun tidak ada informasi tentang
absorpsi oral dari benzena pada larutan encer, diasumsikan
bahwa absorpsi oral dari air adalah hampir 100% (Ramon, 2007).
c. Dermal
Apabila benzena memercikkan pada mata dapat mengakibatkan
rasa sakit dan cedera pada kornea. ATSDR (2007) menemukan 3
kasus kematian dari 338 pekerja laki-laki. Kematian ini di
sebabnya oleh leukemia, dimana sebelumnya pekerja tersebut
biasanya menggunakan cairan BBM untuk membersihkan
peralatan dengan tangan terbuka dan bahkan juga untuk mencuci
tangan mereka. Berdasarkan penelitian ini vitro yang dilakukan
pada kulit manusia, diperkirakan bahwa absorbsi benzena
melalui kulit, lebih kecil jika dibandingkan dengan total absorbsi
(Ramon, 2007, Pudyoko, 2011).
Diperkirakan dari studi in vitro yang dilakukan pada kulit
manusia, bahwa absorpsi gas benzena melalui kulit, lebih kecil
dibandingkan dengan total absorbsi, tetapi absorpsi dari gas
benzena dapat merupakan rute paparan yang signifikan. Ada
penemuan yang menyatakan bahwa kontak melalui kulit
merupakan rute utama absorpsi benzena pada pekerja yang
terpapar bensin cair (Ramon, 2007).
19
2.1.5 Mekanisme toksisitas benzena dalam tubuh
Pemantauan biologis pekerja pajanan benzena termasuk
pemeriksaan kadar hemoglobin, hitung jenis sel darah lengkap dan
sediaan hapusan darah perifer. Kadar fenol urin pada akhir giliran
kerja berguna untuk memperkirakan kadar pajanan terhadap benzena
bila kadar lingkungan di atas 5 ppm. Untuk pajanan dibawah 5 ppm,
trans,trans - muconic acid (t,t-MA) dalam urin merupakan biomarker
yang lebih baik (Jeyaratman, 2010).
ATSDR (2007) menjelaskan mekanisme toksisitas benzena
dalam tubuh dengan proses absorpsi, distribusi, metabolisme,
eliminasi dan ekskresi. Adapun penjelasan dari tahapan prosesnya
adalah sebagai berikut
A. Absorpsi
Benzena dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui tiga jalur
yaitu inhalasi, ingesti dan absorbsi kulit. Jalur pajanan utama
benzena ke dalam tubuh adalah melalui inhalasi dalam bentuk
uap lalu akan diabsorbsi melalui paru-paru. Ketika seseorang
menghirup benzena maka sekitar 40-50% dari keseluruhan
jumlah benzena yang terhirup akan masuk ke dalam saluran
pernapasan kemudian masuk ke dalam aliran darah (ATSDR,
2000).
20
Namun apabila benzena yang terhirup tidak segera dikeluarkan
melalui ekspirasi maka benzena akan diabsorbsi ke dalam darah.
Benzena akan larut dalam cairan tubuh dalam konsentrasi sangat
rendah sehingga akan cepat terakumulasi dalam jaringan lemak
karena kelarutannya yang tinggi dalam lemak. Uap benzena
mudah diabsorbsi oleh darah dimana sebelumnya diabsorbsi
dengan baik oleh jaringan lemak (ATSDR, 2000).
Setengah dari benzena yang terhirup dalam konsentrasi tinggi
akan masuk ke dalam saluran pernapasan yang kemudian masuk
ke dalam aliran darah (Jorrun dkk, 2008). Hal yang sama akan
terjadi jika terpapar benzena melalui makanan dan minuman,
sebagian besar akan masuk ke dalam jaringan gastrointestinal,
kemudian akan diserap oleh pembuluh darah yang terdapat pada
jaringan gastrointestinal (Zuliyawan, 2010; Rendy, 2012).
Setelah masuk ke dalam aliran darah, benzena akan beredar ke
seluruh tubuh dan disimpan sementara di dalam jaringan lemak
dan sumsum tulang (Karen, 1994), kemudian akan dikonversi
menjadi metabolik di dalam hati dan sumsum tulang (Martinez,
2006). Setelah kurang lebih 48 jam paparan, sebagian besar hasil
metabolisme akan keluar melalui urin (Zuliyawan, 2010).
21
B. Distribusi
Benzena yang telah masuk ke dalam jaringan darah akan beredar
ke seluruh tubuh dan disimpan sementara dalam sumsum tulang
dan lemak kemudian akan dikonversi menjadi produk
metabolisme di dalam hati dan sumsum tulang. Benzena
memiliki sifat lipofilik maka distribusi terbesar benzena adalah
dijaringan lemak. Jaringan lemak, sumsum tulang, dan urin
mengandung benzena kira-kira 20 lebih banyak dari yang
terdapat dalam darah. Kadar benzena dalam otot dan organ 1-3
kali lebih banyak dibandingkan dalam darah. Sel darah merah
mengandung benzena dua kali lebih banyak dari dalam plasma
(ATSDR, 2000). Sebagian besar hasil metabolisme akan keluar
melalui urin dalam waktu 48 jam setelah terpajan.
C. Metabolisme
Metabolisme benzena sebenarnya terjadi di hampir seluruh
jaringan, namun tempat penyimpanan metabolik benzena yang
utama ialah pada hati. Metabolik yang dihasilkan di hati
selanjutnya dibawa ke sumsum tulang. Tiap metabolik fenolik
dari benzena (katekol, hidrokuinon, 1,2,4-benzenatriol, dan
fenol) dapat mengalami konjugasi sulfonat ataupun glukuronat.
Hasil konjugat dari fenol dan hidrokuinon merupakan metabolik
yang paling banyak ditemukan di urine. Asam trans-
22
transmukonat, fenol, katekol, hidrokuinon, dan benzokuinon
dapat merangsang enzimsitokrom p-450 pada sistem sel darah
manusia. Enzim ini mengkatalisis reaksi metabolisme benzena
pada sumsum tulang, karena itu benzena dapat menyebabkan
efek toksisitas pada sel darah (hematotoxicity).
D. Eliminasi dan Ekskresi
Benzena yang diserap diekskresikan melalui metabolisme
menjadi asam fenol dan muconic diikuti oleh ekskresi derivatif
terkonjugasi (sulfat danglucuronides). Enam relawan pria dan
wanita terkena benzena 52-62 ppm selama 4 jam, ekskresi
pernapasan (jumlah benzena diserap diekskresikan melalui paru-
paru) adalah sekitar 17%. Hasil studi dari 23 orang yang
menghirup 47-110 ppm benzena selama 2-3 jam menunjukkan
bahwa 16,4-41,6% dari benzena 19 ditahan diekskresikan
dengan paru-paru dalam hitungan jam 5-7 (ATSDR 2007).
Tingkat ekskresi benzena adalah yang terbesar selama satu jam
pertama.benzena terutama dieksresikan di dalam urin sebagai
metabolik khususnya konjugasi phenol, glucuronic dan
sulphuricacid, dan dihembuskan ke udara dalam bentuk yang
tidak berubah. Diperkirakan sesudah terpajan benzena di tempat
kerja pada tingkat 100 cm3/m3, sejumlah 13,2% fenol, 10,2%
quinol, 1,9 % t,t-MA, 1,6% kathekol, dan 0,5% 1,2,4,-
23
benzenatriol dari jumlah yang diabsorbsi, diekskresikan lewat
urin sesudah jam kerja (ATSDR 2006).
2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kadar Benzena dalam Tubuh
Ketika menginterpretasikan data monitoring biologi, harus
dipertimbangkan kontribusi dari variasi individu dalam merespon paparan.
Hal ini karena ada perbedaan antar individu dalam hal fungsi penyerapan di
paru, komposisi tubuh, efikasi dari organ ekskresi, aktivitas sistem enzim
yang berperan dalam metabolisme bahan kimia. Faktor lain yang perlu
dipertimbangkan adalah faktor personal (umur, jenis kelamin, kehamilan,
status kesehatan), gaya hidup (merokok, penggunaan obat, kebiasaan
makan, dan personal higiene) serta paparan di luar lingkungan kerja (Scott,
1989).
2.2.1 Umur.
Usia atau umur seseorang akan mempengaruhi daya tahan
tubuh terhadap paparan zat toksik/bahan kimia. Menurut ILO, tenaga
kerja yang berumur kurang dari 18 tahun sebaiknya tidak bekerja di
lingkungan yang terpapar benzena, sebab pada umur tersebut
ketahanan sumsum tulang terhadap efek toksik benzena masih
rendah. Semakin tua umur tenaga kerja maka semakin tinggi risiko
keracunan benzena (Mahawati, 2006).
24
Usia dapat mempengaruhi kadar benzena dalam darah, ini
dikaitkan dengan semakin bertambah usia akan menurunkan status
kesehatan seseorang. Penurunan status kesehatan dikaitkan dengan
penuaan yang menyebabkan penurunan berbagai fungsi organ tubuh
termasuk fungsi paru (Boss dan Edwin, 1981). Murray (1986) dan
Krumpe dkk (1985) menyebutkan paru-paru manusia mengalami
perkembangan pada usia 10-20 tahun, alveolus berkembang
maksimal pada usia 10-12 tahun. Setelah itu sistem pernapasan akan
mengalami perkembangan sampai pada fungsi yang maksimal, yaitu
pada usia 20 tahun untuk perempuan dan 25 tahun untuk laki-laki
(Janssens dkk, 1999).
Paru-paru pada orang dengan usia antara 30-40 tahun akan
mengalami penurunan fungsi sistem pernapasan. Penurunan ini
ditunjukkan dari melambatnya sistem penyaringan udara oleh silia
yang terdapat di trakea dan bronkus (Boss dan Edwin, 1981).
Melambatnya sistem penyaringan udara mempermudah polutan
termasuk benzena untuk masuk melalui sistem pernapasan. Salah
satu bagian dari sistem pernapasan yang juga mengalami penurunan
fungsi adalah alveolus (Janssens dkk, 1999). Pada usia 20 tahun ke
atas alveolus akan membesar hingga usia 50 tahun. Setelah usia 50
tahun serat elastis pada bronkiolus dan alveolus menjadi tidak elastis
bahkan akan pecah dan bergulung (Janssens dkk, 1999).
25
2.2.2 Jenis kelamin
Berkaitan dengan perbedaan gender dalam kerentanan
terhadap toksisitas benzena telah diamati pada hewan. Banyak
penelitian menunjukkan hasil konsisten bahwa peningkatan
metabolisme dan genotoxicity tinggi terhadap jantan dibandingkan
pada betina (ATSDR, 2007). Menurut Sato dkk (1975)
dibandingkan kinetik eliminasi benzena pada pria dan perempuan
sama usia. Laki-laki menunjukkan kinetika eliminasi yang kurang
dibanding perempuan. Hal ini dikarenakan lemak dalam perempuan
lebih banyak dibanding pada laki-laki.
Efek toksik dari benzena pada laki-laki berbeda dengan
perempuan. Perempuan lebih rentan daripada laki-laki karena
perbedaan faktor ukuran tubuh (fisiologi), keseimbangan hormonal
dan perbedaan metabolisme (Saito dkk, 2006).
2.2.3 Kebiasaan merokok
Menurut Rizkiawati (2012) merokok dapat menyebabkan
rusaknya sel silia pada saluran pernapasan yang menyaring zat-zat
yang masuk ke dalam saluran pernapasan. Merokok dapat merusak
mekanisme tersebut dan menyebabkan aliran udara terhambat,
alveoli rusak dan kapasitas paruparu menurun, merokok dapat
mengiritasi sel mukus dan menyebabkan peningkatan mukus.
26
Mukus yang berkumpul menyebabkan infeksi dan kerusakan pada
paru.
Sebagian besar pajanan benzena bersumber dari asap rokok,
pembakaran kendaraan bermotor, bengkel, dan emisi dari industri.
Di alam jika ada senyawa yang kaya karbon yang mengalami
pembakaran secara tidak sempurna akan menghasilkan benzena
tetapi dalam jumlah kecil dan biasanya diperoleh dari letusan
gunung berapi dan kebakaran hutan. Kejadian alam yang dialami
kedua contoh ini juga menghasilkan salah satu komponen yang
terkandung pada asap rokok. Kebiasaan merokok di kalangan
mekanik sepeda motor dilakukan setiap hari dan sering ditemukan
saat jam istirahat berlangsung ( Pudyoko S, 2010).
Rokok merupakan hasil dari pengolahan tembakau yang di
bungkus dan dibentuk seperti cerutu. Satu batang rokok yang
dibakar, akan mengeluarkan 4000 bahan kimia. Rokok
menghasilkan suatu pembakaran yang tidak sempurna yang dapat
diendapkan dalam tubuh ketika dihisap. Komponen rokok secara
umum dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu komponen partikel
atau padat (8 %) dan komponen gas (92%) (Suryo S 2007).
27
Gas asap rokok terdiri dari karbondioksida, karbon
monoksida, hidrogen sianida, oksida dari nitrogen, amoniak, dan
senyawa hidrokarbon. Partikel rokok terdiri dari tar, benzana,
nikotin, fenol, benzopiren, cadmium, karbozol, indol, dan kresol.
Zat-zat tersebut mengiritasi, sangat beracun, dan bersifat
karsinogen (Peraturan Pemerintah RI No 109 tahun 2012).
Penelitian dari Amerika Serikat didapatkan hasil dimana
asap rokok dianggap sebagai penyumbang setengah dari sumber
paparan benzena, karena didapatkan rata-rata jumlah benzena yang
terserap oleh pekerja dengan predikat perokok aktif (32 batang per
hari) yaitu sekitar 1,8 mg per hari. Hasil itu menunjukkan bahwa
rata-rata asupan benzena pada seorang perokok aktif lebih besar 10
kali lipat dibandingkan pekerja yang tidak merokok (Egeghy V
2000). Hasil olah data dengan uji Rank Spearman kebiasaan
merokok menunjukan hasil p= 0,000 atau p < 0,05 yang artinya ada
hubungan kebiasaan merokok dengan konsentrasi benzena dalam
urin pekerja mekanik bengkel ( Yuniati 2016).
2.2.4 Durasi pejanan
Durasi pajanan adalah lamanya seseorang terpajan bahan
kimia berbahaya (benzena) di bengkel dalam satuan tahun. Durasi
pajanan ditentukan berdasarkan lama kerja dari pekerja bengkel baik
28
di bengkel ia bekerja sekarang maupun di pekerjaan yang
sebelumnya pernah ia tekuni, sehingga pengalaman kerja dari pekerja
akan mempengaruhi besar kecilnya pajanan benzena yang diterima
pekerja tersebut (Irmayanti H 2013).
Penelitian di Semarang tahun 2010 terhadap paparan benzena
dengan durasi sedang dan kronis menunjukkan bahwa rata-rata
benzena yang teridentifikasi pada tubuh pekerja diperoleh dari
pekerja yang telah bekerja lebih dari 1 tahun, selain itu juga
penelitian ini menyatakan hasil dimana benzena dapat menyebabkan
penurunan tingkat sirkulasi leukosit pada pekerja yang terpapar
benzena kadar rendah (30 ppm) dan menurunkan tingkat sirkulasi
sistem antibodi pada pekerja yang terpapar benzena dengan
konsentrasi 3-7 ppm sehingga hal ini menunjukkan semakin besar
kemungkinan pekerja terpajan benzena berdasarkan durasi pajanan (
Pundyoko S, 2010).
ATSDR (2015) menyebutkan durasi pajanan zat kimia
berbahaya yang diperbolehkan pada seorang pekerja adalah 3 tahun
dan jika telah melebihi angka yang telah ditetapkan maka harus
dilakukan rolling pekerja atau pemberhentian pekerja.
29
2.2.5 Praktek Kerja aman dengan Zat Benzena
Besarnya senyawa benzena yang masuk melalui kontak dengan
kulit tidak terlepas dari praktik saat bekerja. Praktik kerja disini terkait
faktor penggunaan alat pelindung diri (APD), faktor lingkungan dan
personal higiene yang mempengaruhi banyaknya pajanan benzena
didalam tubuh operator SPBU (Maywati 2012).
Salah satu metabolik benzena adalah fenol dalam urin yang
jumlahnya tergantung pada proses pemajanan yang secara umum
terjadi melalui jalur absorbsi inhalasi uap benzena. Jalur absobsi lain
yang tidak kalah penting adalah jalur dermal yaitu penyerapan senyawa
benzena melalui kulit. Absorbsi melalui kulit terjadi bila ada kontak
langsung dengan kulit dan benzena akan terserap melalui jaringan
lemak kulit karena sifatnya yang lipofilik (WHO, 1996).
Besarnya senyawa benzena yang masuk melalui kontak dengan
kulit tidak terlepas dari perilaku saat bekerja antara lain menggunakan
alat perlindung diri dan perilaku kebersihan pribadi. Penggunaan alat
perlindung diri tidaklah secara sempurna dapat melindungi tubuhnya
tetapi dapat mengurangi tingkat keparahan yang mungkin terjadi
(Budiono dkk., 2003). Sedangkan menurut Kamal, Atif dan Audil
Rashid (2014) cara praktek kerja aman membagi menjadi
30
penggunaan alat pelindung diri (APD), personal hygiene, dan faktor
lingkungan.
2.2.5.1. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
Alat pelindung diri (APD) atau sering disebut juga
dengan Personal Protective equipment (PPE) adalah peralatan
yang digunakan untuk melindungi pengguna terhadap risiko
kesehatan ataupun keselamatan yang belum dapat dikendalikan
di tempat kerja (Tanwaka, 2008). Alat pelindung diri sebisa
mungkin harus nyaman saat digunakan dan memberikan
perlindungan secara efektif terhadap bahaya serta tidak
mengganggu proses pekerjaan (Ridley 2008).
Alat pelindung diri (APD) untuk pekerja perbengkelan
merupakan suatu kewajiban dan merupakan suatu kebutuhan
kerja karena APD adalah upaya terakhir ketika usaha rekayasa
(engineering), administratif dan cara kerja aman tidak dapat
dilakukan secara baik atau sudah dilakukan secara maksimum
sehingga bisa tetap melindungi dan mengurangi tingkat
kecelakaan kerja ataupun penyakit akibat kerja yang mungkin
biasa terjadi. Pada saat bekerja para pekerja sering kontak
langsung dengan banyak hazard yang dapat menimbulkan efek
kesehatan bagi pekerja. Penggunaan secara disiplin alat
31
pelindung diri saat bekerja akan mengurangi risiko kesehatan
tersebut (Irmayanti 2012).
Alat pelindung diri yang digunakan oleh pekerja untuk
mengurangi pajanan benzena di lingkungan kerja seperti masker
dan sarung tangan. Menggunakan masker, pajanan benzena dari
lingkungan kerja yang masuk melalui saluran pernapasan akan
berkurang. Masker akan menyaring udara yang dihirup dan
benzena dalam udara akan tersaring meskipun tidak seluruhnya
tersaring (WHO, 1977). Berdasarkan penelitian yang dilakukan
Yuniati (2016) menyebutkan bahwa hubungan penggunaan APD
dengan konsentrasi benzena dalam urin pekerja mekanik
bengkel.
Berdasarkan Peraturan Mentri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi RI No PER.08/MEN/VII/2010 tentang alat
pelindung diri, bermacam-macam antara lain alat pelindung
pernapasan, alat pelindung tangan, alat pelindung kaki, alat
pelindung mata, dan alat pelindung muka. Sementara alat
pelindung diri (APD) yang cocok untuk pekerja operator SPBU
sesuai dengan Tabel 2.2
32
Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No 109 tahun 2012
tentang alat pelindung diri yang biasanya digunakan diarea
SPBU adalah
A. Alat pelindung pernapasan
Alat pelindung pernapasan berguna untuk melindungi
sistem pernapasan dari pengaruh gas, uap, debu, atau udara
yan terkontaminasi di tempat kerja. Alat pelindung
pernapasan antara lain:
a. Air-purifyng respirators
Respirator ini berfungsi melindungi pemakainya dari
paparan (inhalasi) debu, gas, uap, mist, fumes, asap,
dan fog. Alat ini dipakai terutama apabila toksisitas
zat kimia yang terpapar dan kadarnya dalam udara
tempat kerja rendah. Respirator tipe ini
membersihkan udara yang terkontaminasi dengan
cara filtrasi, adsorsi, dan absorsi. Macam-macam
Air-purifyng respirators:
1) Chemical respirator (catridge respirator dan
canister as mask)
Berupa full face mask, half mask, atau
mouthpiece respirator. Alat ini mampu
membersihkan kontaminan zat kimia di udara
dengan cara adsorsi dan absorbsi.
2) Canister gas mask (canister respirator)
Cara kerjanya sama seperti chemical
respirator tetapi tidak boleh digunakan di
tempat kerja dengan kadar toksik tinggi
33
(immedietly dangerous to life). Alat ini dapat
melindungi dari paparan partikel-partikel
karena dilengkapi filter.
3) Mechanical filter respirator
Digunakan untuk melindungi dari paparan
aerosol zat padat (debu, asap, fume) dan
aerosol cair (mist, fog) melalui berbagai
proses filtrasi. Efisiensi alat ini ditentukan
oleh ukuran aerosol dan jenis filter. Semakin
kecil diameter pori-pori filternya semakin
besar tahanan (resistence) terhadap aliran
udara. Filter dapat dibedakan menurut
fungsinya menjadi 3 macam, yaitu:
dust and mist filters
fume filter
high efficiency filter
b.Air-supplied respirators/breathing apparatus
Alat ini tidak dilengkapi dengan filter dan absorbent.
Alat ini melindngi pemakainya dari paparan zat-zat
kimia sangat toksik dan atau bahaya dari kekurangan
oksigen (oxygen deficiency).
B. Alat pelindung tangan (sarung tangan).
Alat pelindung tangan atau sarung tangan berfungsi
untuk melindungi kulit tangan dari paparan bahan
berbahaya, untuk memilih sarung tangan yang tepat perlu
dipertimbangkan faktor-faktor dibawah ini.
a. Bentuk bahan berbahaya, apakah berbentuk bahan
kimia korosif, benda panas/dingin, dan tajam/kasar
34
b. Daya tahan terhadap bahan-bahan kimia
c. Kepekaan yang diperlukan dalam melakukan suatu
pekerjaan
d. Bagian tangan yang dilindungi.
Menurut bentuknya sarung tangan dapat dibedakan
menjadi:
a. Gloves, adalah sarung tangan biasa
b. Gauntlets, adalah sarung tangan yang dilapisi plat
logam
c. Mitts, adalah sarung tangan dimana keempat jari
pemakai dibungkus menjadi satu kecuali ibu jari
(seperti sarung tangan tinju)
C. Alat pelindung kaki
Alat-alat yang digunakan untuk melindungi kaki dari
benda-benda jatuh, dan benda ceceran minyak pelumas agar
tidak menempel dikulit kaki.
D. Alat pelindung mata dan muka; digunakan untuk melindungi
mata ataupun muka dari gas uap.
Tabel 2.2 Pengunaan APD untuk Mengurangi Resiko Pajanan Benzena
Berdasarkan Jalur Masuknya
No Jenis Pencegahan Inhalasi Ingesti Dermal Referensi
1 Menggunakan
kacamata (Safety
googles)
X Government
of Alberta,
2010
2 Menggunakan masker
jenis Air-purifyng
respirators
X Government
of Alberta,
2010
3 safety shoes yang
berbahan PVC
X Suncor
energy 2015
4 Sarung tangan jenis
chemical resistant
X X Suncor
energy 2015
35
No Jenis Pencegahan Inhalasi Ingesti Dermal Referensi
5 Menggunakan
peralatan pelindung
pakaian yang sesuai
X Government
of Alberta,
2010
2.2.5.2. Personal Hygiene
Kebiasaan cuci tangan merupakan bagian dari menjaga
kebersihan diri. Kebiasaan mencuci tangan sangat penting dilakukan
karena tangan merupakan bagaian dari tubuh yang paling sering
berkontak langsung dengan bahan maupun alat yang berbahaya dan
yang paling sering digunakan untuk bekerja (SNI 2005). Personal
hygiene dapat digambarkan dari kebiasaan cuci tangan, kebiasaan
mencuci tangan adalah salah satu bagian dari aktualisasi menjaga
kebersihan, keadaan kulit yang kotor dan adanya timbunan subtansi
dari bahan-bahan iritan dan elergen menjadi alasan utama dari
pentingnya mencuci tangan menggunakan sabun dan air yang
mengalir (Maywati, 2012).
Personal higiene antara lain membersihkan bahan kimia
yang mungkin melekat pada tubuh sebelum makan dan sebelum
meninggalkan tempat kerja (Scott, 1989). Tangan merupakan salah
satu anggota tubuh terpenting untuk bekerja, akan tetapi sering
mengalami kontak dengan bahan kimia dan kulit adalah salah satu
organ tubuh yang sangat berperan penting untuk melindungi dari
36
sinar matahari, bahan kimia, panas, dingin, trauma fisik, dehidrasi
dan mikroorganisme sehingga diperlukan penjagaan terhadap kedua
anggota tubuh ini untuk menunjang produktivitas kita dalam bekerja
(yuniati 2016). Kebanyakan kasus dimana suatu zat kimia terjatuh
pada kulit, segera dicuci dengan sungguh-sungguh menggunakan
sabun dan air adalah suatu tindakan pertama yang paling baik (Putra,
2003).
Berdasarkan penelitian Yuniati (2016) hubungan kebiasaan
cuci tangan dengan kosentrasi benzena diketahui bahwa pekerja
yang memiliki kebiasaan cuci tangan kurang baik dan mengalami
keracunan sebanyak 18 pekerja (78,3%) sedangkan pekerja yang
memiliki kebiasaan cuci tangan baik dan mengalami keracunan
sebanyak 2 pekerja ( 16,7%) mengalami keracunan. Penelitian
kajian faktor individu terhadap kadar fenol urin pekerja bagian
pengeleman sandal menunjukan ada hubungan signifikan antara
hygiene personal dengan kadar fenol urin (Maywati 2012).
Sebagian besar pajanan benzena bersumber dari asap rokok,
pembakaran kendaraan bermotor, bengkel, dan emisi dari industri.
Di alam jika ada senyawa yang kaya karbon yang mengalami
pembakaran secara tidak sempurna akan menghasilkan benzena
tetapi dalam jumlah kecil dan biasanya diperoleh dari letusan
gunung berapi dan kebakaran hutan. Kejadian alam yang dialami
37
kedua contoh ini juga menghasilkan salah satu komponen yang
terkandung pada asap rokok. Kebiasaaan merokok di kalangan
mekanik sepeda motor dilakukan setiap hari dan sering ditemukan
saat jam istirahat berlangsung (Pudyoko S, 2010).
Tabel 2.3 Personal Hygiene dalam Rangka Mengurangi Resiko Pajanan
Benzena Berdasarkan Jalur Masuknya
No Jenis Pencegahan Inhalasi Ingesti Dermal Referensi
1 Tidak melakukan kegiatan
makan/minum sambil
bekerja
X Government
of Alberta,
2010
2 Melakukan cuci tangan
sebelum makan saat
ditempat kerja
X X Maywati,
2012
3 Melakukan cuci tangan
sebelum meninggalkan
tempat kerja
X X Maywati,
2012
4 Melakukan cuci tangan
dengan air yang mengalir
X X Maywati,
2012
5 Melakukan cuci tangan
menggunakan sabun
X X Benzene
awareness,
2015
6 Melakukan mandi setelah
bekerja menggunakan
shampoo
X Benzene
awareness,
2015
7 Melakukan mandi setelah
bekerja menggunakan
sabun
X Benzene
awareness,
2015
8 Mencuci muka sebelum
makan dan minum
X X Government
of Alberta,
2010
9 Mencuci pakaian kerja X X Benzene
38
No Jenis Pencegahan Inhalasi Ingesti Dermal Referensi
yang terkena tumpahan
bahan bakar munyak
awareness,
2015
10 Pengantian pakaian setiap
hari
X X Kamal, Atif
dan Audil
Rashid
2014
2.2.6 Faktor Lingkungan
Kebersihan lingkungan hendaknya tidak terpisahkan dari
setiap manusia, lingkungan yang bersih akan memberikan manfaat
yang besar kepada manusia dan sebaliknya lingkungan yang kotor
akan memberikan masalah yang besar kepada manusia (Government
of Alberta, 2010), sementara faktor lingkungan yang cocok
digunakan yang cocok untuk pekerjaan di area SPBU sesuai dengan
Tabel 2.4
Tabel 2.4 Faktor Lingkungan yang dapat Mengurangi Kadar Benzena
berdasarkan Jalur Masuknya
No Jenis Pencegahan Inhalasi Ingesti Dermal Referensi
1 Membersihkan tumpahan
cepat dan benar
X X Kamal, Atif
dan Audil
Rashid 2014
2 Menggunakan air tanah
sekitar SPBU untuk minum
X American
Petroleum
Institute,
2016
3 Menjaga kebersihan
lingkungan
X X Kamal, Atif
dan Audil
39
No Jenis Pencegahan Inhalasi Ingesti Dermal Referensi
Rashid
2014
4 Menjaga wadah selalu
tertutup
X Government
of Alberta,
2010
2.3 Kerangka Teori
Kerangka teori pada penelitian ini berdasarkan pada, ATSDR 2007, IPCS
2000. Menurut Scott (1989) menyebutkan bahwa benzena dipengaruhi oleh
umur, jenis kelamin, kebiasaan merokok, penggunaan APD, durasi
pajanan..
Menurut ATSDR (2007) benzena berasal dari alami seperti letusan gunung
dan kebakaran hutan, dan buatan seperti industry dan trasportasi. Sedangkan
jalur pajanan benzena berasal dari inhalasi, ingesti, dan dermal (IPCS
2000).
40
Gambar 2.2 Kerangka Teori
Sumber: ATSDR 2007, IPCS 2000, Scott 1989, Maywati 2012
Letusan
gunung
Kebakaran
hutan
Udara
Makan dan
Minuman
Industri
Inhalasi
Ingesti
Kadar
Benzena
dalam
tubuh
Air
Alami
Benzenaa
Buatan Dermal
Trasportsi
Kebiasaanmerok
ok
Jenis kelamin
Umur
Lama kerja
Praktek kerja
aman:
1. Pengunaaan
APD
2. Persona
hygienel
Hygiene
personal
41
3. BAB III
KERANGKA KONSEP, DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep
Penelitian ini bertujuan hanya untuk mengetahui gambaran praktek
kerja aman terhadap paparan benzena pada pekerja operator SPBU di
wilayah Ciputat Timur tahun 2017. Praktek kerja ini meliputi penggunaan
APD, personal hygiene, faktor lingkungan, jenis kelamin, lama kerja, dan
usia. Dalam penelitian ini merokok tidak di jadikan satu variabel melainkan
dikelompokkan atau dijadikan satu dengan variabel personal hygiene.
Gambar 3.1Kerangka Konsep
Sumber: Scott 1989, Maywati 2012
.
Penggunaan APD
Personal hygiene
Faktor lingkungan
Jenis kelamin
Lama kerja
Usia
Praktek kerja
aman
42
3.2 Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No Variabel Definisi
Operasiolal
Cara ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
1 Praktek
kerja
aman
Penilaian hasil
wawancara
secara
keseluruhan yan
meliputi
pengunaan
APD, personal
hygiene, dan
faktor
lingkungan
wawancara Kuesioner dan
lembar observasi
1. Sangat buruk apabila total
skor berada pada Q1 (24-
57)
2. Buruk apabila total skor
berada pada Q2 (58-66)
3. Cukup apabila total skor
berada pada Q3 (67-72)
4. Baik apabila total skor
berada pada Q4 (73-78)
Ordinal
2 Penguna
an APD
Frekuensi
pemakaian APD
yang terdiri dari
masker, sarung
tangan, pakaian
pelindung,
safety shoes, dan
kacamata
Wawancara Kuesioner dan
lembar observasi
1. Sangat buruk apabila total
skor berada pada Q1 (3-5)
2. Buruk apabila total skor
berada pada Q2 (6-8)
3. Cukup apabila total skor
berada pada Q3 (9-11)
4. Baik apabila total skor
berada pada Q4 (11-14)
Ordinal
3 Personal
hygiene
Kebiasaan
menjaga
kebersihan
badan pekerja
Wawancara Kuesioner
kuisiner dan
lembar observasi
1. Sangat buruk apabila total
skor berada pada Q1 (25-
35)
2. Buruk apabila total skor
berada pada Q2 (36-42)
Ordinal
43
No Variabel Definisi
Operasiolal
Cara ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
3. Cukup apabila total skor
berada pada Q3 (43-48)
4. Baik apabila total skor
berada pada Q4 (49-53)
4 Faktor
lingkung
an
Kebiasaan yang
sering dilakukan
diarea SPBU
untuk
membersihkan
lingkungan
Wawancara Kuesioner dan
lembar observasi
1. Sangat buruk apabila total
skor berada pada Q1 (25-
35)
2. Buruk apabila total skor
berada pada Q2 (36-42)
3. Cukup apabila total skor
berada pada Q3 (43-48)
4. Baik apabila total skor
berada pada Q4 (49-53)
Ordinal
5 Usia lama
waktu hidup
seseorang sejak
dilahirkan
sampai dengan
dilakukan
pengukuran
Wawancara Kuesioner Tahun Rasio
6 Lama
kerja
Waktu yang
dihitung
dalam bulan
yang telah
digunakan
responden
untuk bekerja di
Wawancara Kuesioner Bulan
Rasio
44
No Variabel Definisi
Operasiolal
Cara ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
bagian
pengisian
7 Jenis
kelamin
Perbedaan
gender yang
dilihat dari laki-
laki atau
perempuat
wawancara kuisioner 1. Perempuan
2. Laki-laki
ordinal
45
4. BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian dengan menggunakan metode
cross sectional karena pada penelitian ini variabel akan diamati pada waktu
yang sama.
4.2 Lokasi dan waktu penelitian
Penelitian dilakukan di SPBU yang ada di Ciputat timur dan waktu
penelitian akan dilakukan pada bulan Desember sampai dengan Juni 2017.
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian
4.3.1 Populasi
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah karyawan
bagian operator SPBU yang berada di wilayah kecamatan Ciputat timur
4.3.2 Sampel
Besar sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus uji
estimasi beda satu proporsi. Adapun hasil perhitungannya sebagai
berikut:
46
Keterangan :
n = Besar sampel
Z1-α/2 = Nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada 1-α = 95%
P = Proporsi (0.23) (Neghab, 2015)
d = Presisi absolut (10%=0,1)
Besar sampel minimum yang di gunakan pada penelitian ini
adalah 69 orang, untuk mencegah adanya sampel drop out maka total
sampel di tambah, sehingga total sampel dalam penelitian ini adalah 73
orang.
4.3.3 Teknik Sampling
Pemilihan sampel dalam penelitian ini diambil dengan
menggunakan systematic random sampling. Alasan menggunakan
systematic random sampling karena populasi mempunyai kesempatan
yang sama untuk dijadikan responden penelitian, selain itu pasti
perusahaan memiliki daftar nama setiap pengawai.
47
4.4 Metode Pengumpulan Data
4.4.1 Sumber Data
Sumber data yang akan digunakan pada penelitian ini adalah
data primer dan data sekunder. Data primer yang digunakan pada
penelitian ini diperoleh dengan menyebarkan kuesioner kepada
responden untuk mengetahui variabel karakteristik individu. Data
sekunder berisi daftar nama pekerja yang bekerja di bagian pengisian
disetiap SPBU di kawasan Ciputat timur.
4.4.2 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner
dan observasi.
A. Kuesioner
Kuesioner digunakan untuk mengukur variabel karakteristik
individu (usia, lama kerja, dan kebiasaan merokok) dan praktek kerja
aman (jalur masuknya melalui inhalasi, ingesti, dan dermal). Pengisian
kuesioner dilakukan sendiri oleh responden (self administration).
Adapun pengkodifikasian dalam kuisioner penelitian ini adalah:
1) Identitas responden diberi kode IR1-IR4
48
2) Varibel praktek kerja aman diberi kode C1-C10, D1-D30,
dan E1-E10.
3) Variabel penggunaan APD diberi kode C1-C10
4) Variabel personal hygiene di beri kode D1-D30
5) Variabel faktor lingkungan diberi kode E1-E10.
6) Variabel umur diberi kode IR2
7) Variabel jenis kelamin diberi kode A1
8) Variabel lama kerja diberi kode B1-B3
B. Observasi
Observasi pada penelitian ini dilakukan satu kali pada setiap
pekerja dan dilakukan pada saat mereka bertugas. Observasi pada
penelitian ini dengan tujuan untuk mendukung hasil dari kuesioner,
lembar observasi yang akan digunakan berupa data checklist yang
sebelumnya sudah disiapkan oleh peneliti. Nilai hasil observasi
dijadikan acuan untuk menadah kebenaran data yang di peroleh dari
hasil wawancara. Apabila hasil jawaban kuesioner dengan temuan
observasi tidak sesuai, maka hasil observasi yang dijadikan sebagai
rujukan penilaian variabel penelitian terutama untuk variable
penggunaan APD.
4.5 Pengolahan Data
49
Data-data yang ada diproses dari awal penelitian hingga akhir penelitian
sehingga terdiri dari beberapa tahapan pengolahan data yaitu:
4.5.1 Pemasukan data
Pemasukan ke dalam program yang digunakan, pada tahap ini
data dimasukkan kedalam komputer dan diperiksa dengan menggunakan
program komputer.
4.5.2 Pengkodean
Pengkodean dilakukan dengan memberikan kode pada setiap
jawaban dari responden dan dari setiap variabel yang mengacu standar
untuk mempermudah dalam pengolahan data. Adapun pengkodean
dalam kuesioner penelitian ini adalah:
a. Variabel praktek kerja aman
Pada variabel ini, pengkodean diberi kode C1-C10, D1-D30,D1-
D10 dan skoring yang dilakukan adalah selalu (skor : 4), sering,
(skor : 3), kadang-kadang (skor : 2), tidak pernah (skor : 1).
Hasil ukur praktek kerja aman pada operator SPBU adalah:
1. Sangat buruk apabila total skor berada pada Q1 (41-58)
2. Buruk apabila total skor berada pada Q2 (59-64)
3. Cukup apabila total skor berada pada Q3 (65-72)
4. Baik apabila total skor berada pada Q4 (73-79)
50
b. Variabel pengunaan APD
Pada variabel ini, pengkodean diberi kode C1-C10, dan skoring
yang dilakukan adalah selalu (skor : 4), sering, (skor : 3),
kadang-kadang (skor : 2), tidak pernah (skor : 1). Hasil ukur
pengunaan APD pada operator SPBU adalah:
1. Sangat buruk apabila total skor berada pada Q1 (5-6)
2. Buruk apabila total skor berada pada Q2 (7-8)
3. Cukup apabila total skor berada pada Q3 (9-11)
4. Baik apabila total skor berada pada Q4 (12)
c. Variabel Personal Hygiene
Pada variabel ini, pengkodean diberi kode D1-D30, dan skoring
yang dilakukan adalah selalu (skor : 4), sering, (skor : 3),
kadang-kadang (skor : 2), tidak pernah (skor : 1). Hasil ukur
personal hygiene pada operator SPBU adalah:
1. Sangat buruk apabila total skor berada pada Q1 (25-35)
2. Buruk apabila total skor berada pada Q2 (36-42)
3. Cukup apabila total skor berada pada Q3 (43-48)
4. Baik apabila total skor berada pada Q4 (49-53)
51
d. Variabel faktor lingkungan
Pada variabel ini, pengkodean diberi kode E1-E1 0dan skoring
yang dilakukan adalah selalu (skor : 4), sering, (skor : 3),
kadang-kadang (skor : 2), tidak pernah (skor : 1). Hasil ukur
faktor lingkungan pada operator SPBU adalah:
1. Sangat buruk apabila total skor berada pada Q1 (25-35)
2. Buruk apabila total skor berada pada Q2 (36-42)
3. Cukup apabila total skor berada pada Q3 (43-48)
4. Baik apabila total skor berada pada Q4 (49-53)
e. Variabel Jenis Kelamin
Pengkodean diberi kode A1, pada variabel jenis kelamin,
dilakukan pengisian kuesioner dilakukan dengan
mengidentifikasi penampilan fisik dan identitas biologis. Hasil
ukur variabel jenis kelamin adalah:
1. Perempuan
2. Laki-laki
f. Variabel lama kerja
Pengkodean diberi kode B1-B3, pada variabel lama kerja
dilakukan pengisian kuesioner dilakukan dengan menghitung
dari mulai bekerja sebagai operator SPBU atau pertama bekerja
sampai dengan penelitian ini dilakukan.
52
g. Variabel Umur
Pengkodean diberi kode IR2, pada variabel umur dilakukan
pengisian kuisioner, dilakukan dengan menghitung dari
semenjak dia lahir sampai dengan penelitian ini dilakukan.
4.5.3 Pengeditan data
Pengeditan dilakukan dengan memeriksa kelengkapan data
yang telah dikumpulkan dengan cara menjumlahkan serta
menghubungkan (mengkorelasikan). Yang dimaksud dengan
menjumlahkan adalah menghitung banyaknya lembar daftar
kuesioner yang telah diisi untuk mengetahui apakah sudah sesuai
dengan jumlah yang telah ditentukan. Sedangkan yang dimaksud
dengan korelasi adalah proses membenarkan atau menyelesaikan
apabila terdapat hal-hal yang salah atau tidak jelas dalam pengisian
kuesioner.
4.5.4 Pembersihan data
Pembersihan data merupakan proses terakhir dalam
pengolahan data. Pada proses ini dilakukan koreksi terhadap
kesalahan yang kemungkinan masih terjadi pada saat data entry.
53
4.6 Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat digunakan untuk
mendapatkan distribusi frekuensi dari setiap variabel. Pada penelitian ini
variabel yang dilakukan analisis dengan univariat menyebutkan praktek
kerja aman meliputi penggunaan APD, personal hygiene, faktor lingkungan,
dan karakteristik individu meliputi jenis kelamin, lama kerja, dan usia.
54
5. BAB V
HASIL
5.1 Gambaran SPBU di Kecamatan Ciputat Timur
Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) merupakan
prasarana umum yang disediakan oleh PT Pertamina (Persero) untuk
masyarakat Indonesia secara luas guna memenuhi kebutuhan bahan bakar.
Pada umumnya SPBU menjual bahan bakar berjenis premium, pertalite,
deklex, solar, pertamax, dan pertamax plus. Setiap SPBU memiliki struktur
organisasi mulai dari manajer, supervisor, operator, satuan pengaman
(SATPAM), dan petugas kebersihan. Selain itu, SPBU juga terdapat
berbagai fasilitas untuk umum diantaranya toilet, mushola, dan tempat
pengisian angin ban kendaraan. Hal ini untuk memberikan pelayanan bagi
masyarakat, agar terpenuhi kenyamanan yang diharapkan.
Penelitian ini dilakukan di seluruh wilayah SPBU Kecamatan
Ciputat Timur tahun 2017. Lokasi SPBU di Kecamatan Ciputat Timur
semua terletak tepat berada dipingir jalan raya utama. Posisi yang berada di
pinggir jalan raya memudahkan pengendara untuk melakukan pengisian
Bahan Bakar Minyak (BBM). Disamping memudahkan pengendara dalam
melakukan pengisian BBM, ada hal lain yang dapat merugikan yaitu
paparan debu dan karbon dioksida (CO2) akibat aktifitas dari kendaraan di
sepanjang hari.
55
Hasil pengamatan langsung yang dilakukan di lingkungan kerja
operator SPBU dapat terlihat jelas banyaknya kendaraan melintas di area
SPBU untuk melakukan pengisian BBM. Namun jumlah kendaraan yang
melintas di lingkungan kerja operator SPBU berbeda-beda pada bagi hari
dan sore menjelang malam jumlah kendaraan meningkat secara signifikan
di area SPBU untuk melakukan pengisian BBM. Hal ini sesuai dengan
aktifitas pengendara pada saat berangkat kerja di pagi hari dan pulang
bekerja pada sore ataupun malam hari.
Berikut ini gambaran obeservasi mengenai jumlah operator SPBU
yang dilakukan pada SPBU di wilayah kecamatan Ciputat Timur dapat
dijelaskan pada tabel
Tabel 5.1
Gambaran profil SPBU di wilayah Ciputat Timur tahun 2017
No SPBU Lokasi Jumlah
operator
1 31.15402 jl. Jakarta-Bogor 11 orang
2 31.15405 Jl. Jakarta –Bogor Tidak dapat izin
3 34.15414 Jl. Cireundeu raya 12 orang
4 34.15402 Jl. Cireundeu raya 12 orang
5 34.15404 Jl. Cireundeu raya 13 orang
6 34.15401 Jl. Pondok cabe 13 orang
7 34.15416 Jl. W R Supratman 13 orang
8 34.15410 Jl. W R Supratman 11 orang
9 34.15209 Jl. Bintaro utama 13 orang
56
Berikut ini adalah peta jalan SPBU di wilayah Ciputat Timur tahun
2017 yang digunakan sebagai objek penelitian tentang praktek kerja aman
pada operator SPBU
Gambar 5.1
Peta wilayah Ciputat Timur
57
5.2 Karakteristik Individu responden
5.2.1 Gambaran umur dan lama kerja operator SPBU
Gambaran umur dan lama kerja operator SPBU di wilayah
Ciputat Timur dapat dilihat pada tabel 5.2 sebagai berikut:
Tabel 5.2
Karakteristik usia dan lama kerja pada operator SPBU di wilayah
Ciputat Timur tahun 2017
No Variable Mean Min-max SD
1 Umur (tahun) 24.97 18-47 6.710
2 Lama kerja (bulan) 27.74 1-90 24.983
Berdasarkan tabel 5.2 menunjukan nilai rata-rata umur adalah
24.97 dengan standar deviasi 6.210, sedangkan nilai rata-rata lama
kerja 27,74 dengan standar devisiasi sebesar 24.983.
5.2.2 Gambaran jenis kelamin operator SPBU
Gambaran lama jenis kelamin operator SPBU di wilayah
Ciputat Timur dapat dilihat pada tabel 5.3 sebagai berikut:
Tabel 5.3
Gambaran jenis kelamin operator SPBU pada operator SPBU di
wilayah Ciputat Timur tahun 2017
Jenis kelamin frekuensi Persentase
Perempuan
Laki-laki
30
43
41.1
58.9
Total 73 100%
58
Berdasarkan tabel 5.3 didapatkan bahwa jumlah persentase
pekerja perempuan sebesar 41.1% (30 orang), sedangkan persentase
pekerja laki-laki sebesar 58.9% (43 orang).
5.3 Gambaran Praktek Kerja Aman
Cara kerja yang dilakukan operator untuk meminimalisir masuknya
masuknya benzena kedalam tubuh. Gambaran praktek kerja aman pada
operator SPBU ini merupakan gabungan penilaian dari pengunaan APD,
personal hygiene, dan faktor lingkungan. Gambaran praktek kerja aman pada
operator SPBU di wilayah Ciputat Timur dapat di lihat pada tabel 5.4
Tabel 5.4
Praktek Kerja Aman pada operator SPBU di wilayah Ciputat Timur
tahun 2017
No Praktek kerja aman Frekuensi Persentase
1 Sangat buruk 10 13,7
2 Buruk 29 39,7
3 cukup 23 31,5
4 Baik 11 15,1
Total 73 100%
Berdasarkan tabel 5.4 didapatkan bahwa sebanyak 10 orang (13,7%)
operator SPBU melakukan praktek kerja sangat buruk. Sebanyak 29 orang
(39,7%) operator melakukan praktek kerja buruk. Sebanyak 23 orang
(31,5%) operator SPBU malakukan praktek kerja cukup. Sebanyak 11 orang
(15,1%) operator SPBU melakukan praktek kerja baik.
59
5.3.1 Gambaran penggunaan APD
APD yang sesuai dengan jenis pekerjaan operator SPBU adalah
APD masker, APD kacamata, APD sepatu, sarung tangan, dan pakaian
kerja. Secara keseluruhan pengunaan APD dapat dilihat pada tabel 5.5
Tabel 5.5
Penggunaan APD pada operator SPBU di wilayah Ciputat Timur
tahun 2017
No Penggunaan APD Frekuensi Persentase
1 Sangat buruk 2 2,7
2 Buruk 35 47,9
3 Cukup 34 46,6
4 Baik 2 2,7
Total 73 100%
Berdasarkan tabel 5.5 didapatkan bahwa sebanyak 2 orang
(2,7%) operator SPBU menggunakan APD sangat buruk. Sebanyak 35
orang (47,9%) operator SPBU menggunakan APD buruk. Sebanyak 34
orang (46,6%) operator SPBU menggunakan APD cukup. Sebanyak 2
orang (2,7%) operator SPBU menggunakan APD baik.
Seharusnya operator SPBU selalu menggunakan APD untuk
mencegah terjadinya bahaya akibat paparan benzena atau bahaya yang
terdapat di SPBU, untuk melihat gambaran persentase pengunaan APD
pada operator SPBU di wilayah Ciputat Timur dapat dilihat pada
gambar 5.2
60
Gambar 5.2
Frekuensi pengunaan APD pada operator SPBU di wilayah Ciputat
Timur tahun 2017
Berdasarkan gambar 5.2 secara umum penggunaan APD
masker, APD kacamata, dan sarung tangan banyak yang tidak
menggunakan dengan persentase 100%. Sementara penggunaan APD
sepatu dan APD pakaian yang selalu menggunakan dengan persentase
secara berturut-turut 12% dan 84%.
Berikut ini alasan operator SPBU di wilayah Ciputat Timur baik
yang menggunakan atau tidak menggunakan APD saat bekerja, sebagai
berikut:
100% 100%
88%
100% 100%
0% 0%
0%
0% 0%0% 0%
0%
0% 0%0% 0%
12%
0% 0%
M A S K E R K A C A M A T A S E P A T U S A R U N G T A N G A N
P A K A I A N
tidak pernah kadang-kadang sering selalu
61
a. Alasan tidak menggunakan alat pelindung pernapasan pada operator
SPBU di wilayah Ciputat Timur
Tabel 5.6
Alasan tidak menggunakan alat pelindung pernapasan pada operator
SPBU di wilayah Ciputat Timur di wilayah Ciputat Timur tahun
2017
No Alasan Frekuensi Persentase
1 Tidak betah 9 12%
2 Hasilnya sama aja masih
nembus
3 4%
3 Susah nafas 26 36%
4 Tidak bisa 5S 9 12%
5 Tidak ada di peraturan 15 21%
6 Untuk kesehatan 6 8%
7 Supaya debu tidak masuk 5 7%
Total 62 100%
Berdasarkan tabel 5.6 diketahui bahwa alasan tertinggi
operator tidak menggunakan alat pelindung pernapasan karena
susah nafas (36%) dan alasan terendah adalah hasilnya sama saja
masih nembus (4%).
b. Alasan tidak menggunakan APD kacamata pada operator SPBU
pada operator SPBU di wilayah Ciputat Timur
Tabel 5.7
Alasan tidak menggunakan APD kacamata pada operator SPBU
pada operator SPBU di wilayah Ciputat Timur tahun 2017
No Alasan Frekuensi persentase
1 Matanya sudah minus 6 8%
62
No Alasan Frekuensi persentase
2 Memang tidak menggunakan 1 2%
3 Matanya masih normal 63 86%
4 Tidak punya kacamata 1 1%
5 Mengganggu dalam bekerja 2 3%
Total 67 100
Berdasarkan tabel 5.7 diketahui bahwa alasan tertinggi
operator tidak menggunakan APD kacamata karena matanya masih
normal (86%) dan yang terendah operator beralasan bahwa tidak
punya kacamata (1%).
c. Alasan menggunakan dan tidak menggunakan APD sepatu pada
operator SPBU di wilayah Ciputat Timur
Tabel 5.8
Alasan menggunakan dan tidak menggunakan APD sepatu pada
operator SPBU di wilayah Ciputat Timur tahun 2017
No Alasan Frekuensi Persentase
1 Karena SOP 57 81%
2 Keamanan 12 18%
3 Biar kelihatan sopan 1 1%
Total 70 100%
Berdasarkan tabel 5.8 alasan tertinggi operator
menggunakan atau tidak menggunakan APD sepatu karena SOP
karyawan (81%) sedangkan alasan operator terendah adalah biar
kelihatan sopan (1%).
63
d. Alasan tidak menggunakan APD sarung tangan pada operator
SPBU di wilayah Ciputat Timur
Tabel 5.9
Alasan tidak menggunakan APD sarung tangan pada operator
SPBU di wilayah Ciputat Timur tahun 2017
No Alasan Frekuensi Persentase
1 Tidak disediakan kantor 4 6%
2 Tidak ada di SOP 12 16%
3 Licin ketika memegang
nozle
43 59%
4 Mengganggu saat kerja 14 19%
Total 73 100%
Berdasarkan tabel 5.9 alasan tertinggi oporator tidak
menggunakan APD sarung tangan karena licin ketika memegang
nozle (59%) dan yang terendah operator beralasan bahwa tidak
disediakan kantor (6%).
e. Alasan menggunakan dan tidak menggunakan baju kerja pada
operator SPBU di wilayah Ciputat Timur
Tabel 5.10
Alasan menggunakan dan tidak menggunakan pakaian kerja pada
operator SPBU di wilayah Ciputat Timur tahun 2017
No Alasan Frekuensi Persentase
1 menggunakan a. Sudah ada baju
seragam
52 82%
b. Sudah peraturan 10 16
c. Untuk keamanan 1 2
Total 63 100%
2 Tidak
menggunakan
a. Karena masih
baru (belum dapat
seragam)
7 10
64
No Alasan Frekuensi Persentase
b. Menggunakan
rompi
3 4
Total 10 100%
Berdasarkan tabel 5.10 alasan tertinggi operator
menggunakan alat pelindung pakaian karena sudah ada baju
seragam/baju merah (82%) dan terendah operator beralasan untuk
keamanan (2%). Sedangkan alasan operator tidak menggunakan
pakaian sepatu karena tidak ada di peraturan (70%) dan
menggunakan rompi (30%).
Bila dilihat secara keseluruhan alasan operator
menggunakan dan tidak menggunakan APD dapat digolongkan
menjadi SOP, pengetahuan, persepsi, dan ketersedian APD. Untuk
melihat alasan pengunaan APD pada operator SPBU di wilayah
Ciputat Timur tahun 2017 dapat di lihat pada tabel 5.11 sebagai
berikut:
Tabel 5.11
Alasan menggunakan atau tidak menggunakan APD pada operator
SPBU di wilayah Ciputat Timur tahun 2017
No
APD
Alasan menggunakan APD
SOP Pengetahuan Persepsi Ketersedia
n APD
1 Masker − + − −
2 Kacamata − −
3 Sepatu + + − −
4 Sarung
tangan
− − −
65
No
APD
Alasan menggunakan APD
SOP Pengetahuan Persepsi Ketersedia
n APD
5 Pakaian + − + + −
Keterangan :(+) alasan menggunakan APD
(-) alasan tidak menggunakan APD
Berdasarkan tabel 5.11 diketahui bahwa alasan operator
menggunakan APD masker karena pengetahuan sedangkan, alasan
operator tidak menggunakan APD masker karena SOP, pengetahuan,
dan persepsi. Alasan operator tidak menggunakan APD kacamata
karena pengetahuan dan persepsi. Alasan operator menggunakan APD
sepatu karena SOP, pengetahuan sedangkan alasan operator tidak
menggunakan APD karena pengetahuan dan persepsi. Alasan operator
tidak menggunakan APD sarung tangan karena SOP, persepsi, dan
ketersedian. Alasan operator menggunakan APD pakaian karena SOP,
pengetahuan, dan ketersedian APD sedangkan alasan operator tidak
menggunakan APD karena SOP dan ketersedian APD.
5.3.2 Gambaran Personal Hygiene
Personal hygiene untuk operator SPBU mencakup kebiasaan
mencuci tangan, tidak merokok, dan pengantian pakaian kerja, untuk
melihat gambaran personal hygiene operator SPBU di wilayah Ciputat
Timur dapat dilihat pada tabel 5.12 sebagai berikut
66
Tabel 5.12
Personal hygiene pada operator SPBU di wilayah Ciputat Timur tahun 2017
No Personal Hygiene Frekuensi Persentase
1 Sangat buruk 12 16.4
2 Buruk 28 38.4
3 Cukup 24 32.9
4 Baik 9 12.3
Total 73 1000%
Berdasarkan tabel 5.12 didapatkan bahwa sebanyak 12 orang
(16.4%) operator SPBU melakukan personal hygiene sangat buruk.
Sebanyak 28 orang (38.4%) operator SPBU melakukan personal
hygiene buruk. Sebanyak 24 orang (32.9%) operator SPBU melakukan
personal hygiene cukup. Sebanyak 9 orang (12.3%) operator SPBU
melakukan personal hygiene baik.
Seharusnya operator SPBU memiliki personal hygiene yang baik
untuk melihat persentase personal hygiene pada pekerja operator SPBU
di wilayah Ciputat Timur dapat dilihat pada gambar 5.3
67
Gambar 5.3
Personal hygiene pada pekerja operator SPBU di wilayah Ciputat Timur
tahun 2017
Berdasarkan gambar 5.3 secara umum merokok saat bekerja,
merokok dalam kehidupan sehari-hari, cuci muka sebelum makan
meninggalkan tempat kerja lebih banyak yang tidak pernah dengan
persentase secara berturut-turut 90%, 57%, dan 31%. Sementara untuk
yang banyak dilakukan adalah cuci tangan saat akan makan dengan
persentase 63% tetapi masih ada yang tidak melakukan dengan
presentas 1%.
Berikut ini alasan jawaban para operator SPBU di wilayah
Ciputat Timur tentang personal hygiene saat bekerja, sebagai berikut:
19%1% 8% 11% 23% 31%
8% 4%
57%90%
18% 20%
67%
19% 10%
41%51% 45%
32% 37%
11%
7%
18%47%
10%
17% 20%
12%
7% 3%
12%25%
10%
0%
14%
25%
4%
63% 62%36%
19% 21%48% 34% 22%
3%
50%
8%
tidak pernah kadang-kadang sering selalu
68
a. Alasan melakukan dan tidak melakuan makan dan minum saat
bekerja pada operator SPBU di wilayah Ciputat Timur
Tabel 5.13
Alasan melakukan dan tidak melakukan makan dan minum saat
bekerja pada operator SPBU di wilayah Ciputat Timur tahun 2017
No Alasan Frekuensi Persentase
1 Melakukan
makan dan
minum saat
kerja
a. Lapar saat jaga 19 30%
b. Haus 9 14%
c. Makan dan
minum saat
istirahat
10 16%
d. Ketika ada
tukang gorengan
lewat
2 3%
e. Lapar dan haus 13 21%
f. Ketika suntuk 5 8%
g. Untuk
menambah
tenaga
5 8%
Total 63 100%
2 Alasan
tidak makan
dan minum
saat bekerja
a. Tidak boleh
makan dan
minum saat
bekerja
7 67%
b. Takut dimarahin 3 33%
Total 10 100%
Berdasarkan tabel 5.13 alasan tertinggi operator yang
melakukan makan dan minum karena lapar saat jaga (30%) dan
yang terendah operator beralasan bahwa ketika ada tukang
gorengan lewat (3%). Sedangkan alasan operator tidak melakukan
makan dan minum dikarenakan tidak boleh makan dan minum saat
bekerja (67%) dan takut dimarahin (33%).
69
b. Alasan mencuci tangan dan tidak mencuci tangan saat akan makan
dan minum pada operator SPBU di wilayah Ciputat Timur
Tabel 5.14
Alasan mencuci tangan dan tidak mencuci tangan saat akan
makan dan minum pada operator SPBU di wilayah Ciputat
Timur tahun 2017
No Alasan Frekuensi Persentase
1 Alasan
mencuci
tangan saat
akan makan
dan minum
di tempat
kerja
a. Supaya bakteri
tidak ikut masuk
2 3%
b. Banyak kuman
yang menempel
12 18%
c. Biar bersih 28 41%
d. Biar terhindar
penyakit dan
untuk kesehatan
26 38%
Total 100%
2 Alasan
tidak
mencuci
tangan saat
akan makan
dan mimum
di tempat
kerja
a. Tergantung mau
makan apa
2 40%
b. Tanggung
cuman gemil
dan mimum
3 60%
Total 5 100%
Berdasarkan tabel 5.14 alasan tertinggi operator yang
melakukan cuci tangan karena biar bersih (41%) dan yang terendah
operator beralasan bahwa ketika supaya bakteri tidak ikut masuk
(3%). Sedangkan alasan operator tidak melakukan cuci tangan
sebelum makan dan minum karena tergantung mau makan apa
(33%) dan tanggung cuman gemil dan minum (67%).
70
c. Alasan melakukan dan tidak melakukan cuci tangan dengan air
mengalir pada operator SPBU di wilayah Ciputat Timur.
Tabel 5.15
Alasan melakukan dan tidak melakukan cuci tangan dengan air
mengalir pada operator SPBU di wilayah Ciputat Timur tahun 2017
No Alasan Persentase Frekuensi
1 Melakukan
cuci tangan
dengan air
mengalir
a. Agar kotoran
atau bakteri
hilang
12 18%
b. Kebersihan
sebelum makan
53 82%
Total 65 100%
2 Tidak
melakukan
cuci tangan
dengan air
mengalir
a. Hemat air 4 50%
b. Tidak sempat
ketika jaga
4 50%
Total 8 100%
Berdasarkan tabel 5.15 alasan operator melakukan cuci
tangan dengan air mengalir pada operator adalah agar kotoran atau
bakteri hilang (18%) dan kebersihan sebelum makan (82%).
Sedangkan alasan operator SPBU tidak melakukan cuci tangan
dengan air mengalir adalah hemat air (50%) dan tidak sempat ketika
jaga (50%).
71
d. Alasan melakukan dan tidak melakukan cuci tangan menggunakan
sabun di tempat kerja pada operator SPBU di wilayah Ciputat
Timur
Tabel 5.16
Alasan melakukan dan tidak melakukan cuci tangan menggunakan
sabun di tempat kerja pada operator SPBU di wilayah Ciputat
Timur tahun 2017
No Alasan Persentase Frekuensi
1 Melakukan
cuci tangan
menggunak
an sabun
a. Agar bersih dari
kotoran dari
bakteri
24 44%
b. Biar tidak ada
kuman saat
makan
32 56%
Total 56 100%
2 Tidak
melakukan
cuci tangan
menggunak
an sabun
a. Kalau ada sabun 5 31%
b. Kalau buru-buru
malas
11 69%
Total 16 100%
Berdasarkan tabel 5.16 alasan operator melakukan cuci
tangan dengan air mengalir adalah agar bersih dari kotoran dan
bakteri (44%) dan biar tidak ada kuman saat akan makan (56%).
Sedangkan alasan operator tidak melakukan cuci tangan dengan
sabun adalah kalau ada sabun (31%) dan kalau buru-buru malas
(69%).
72
e. Alasan melakukan dan tidak melakukan cuci tangan sebelum
meninggalkan tempat kerja pada operator SPBU di wilayah Ciputat
Timur.
Tabel 5.17
Alasan melakukan dan tidak melakukan cuci tangan sebelum
meninggalkan tempat kerja pada operator SPBU di wilayah Ciputat
Timur tahun 2017
No Alasan Frekuensi Persentase
1 Melakukan
cuci tangan
sebelum
meninggalk
an tempat
kerja
a. Biar bersih enak 10 23%
b. Tangannya bau
bensin
34 77%
Total 44 100%
2 Tidak
melakuakn
cuci tangan
sebelum
meninggalk
an tempat
kerja
a. Pengen buru-
buru pulang
7 24%
b. Tidak sempat 15 52%
c. Tanggung
sekalian bersih-
bersih pulang
7 24%
Total 29 100%
Berdasarkan tabel 5.17 diketahui alasan tidak melakukan cuci
tangan sebelum meninggalkan tempat kerja karena tidak sempat
(52%), pengen buru-buru pulang (24%), dan tanggung sekalian
pulang dan bersih-bersih (24%). Sedangkan alasan operator
melakukan cuci tanggan sebelum meninggalkan tempat kerja adalah
tangannya bau bensin (77%) dan biar bersih dan enak (23%).
73
f. Alasan mencuci muka dan tidak mencuci muka sebelum makan dan
minum di tempat kerja pada operator SPBU di wilayah Ciputat Timur
Tabel 5.18
Alasan mencuci muka dan tidak mencuci muka sebelum makan dan
minum di tempat kerja pada operator SPBU di wilayah Ciputat Timur
tahun 2017
No Alasan Frekuensi Persentase
1 Mencuci
muka
sebelum
makan dan
minum
a. Supaya segar
dan fresh
19 61%
b. Menghilangkan
kotoran dan
debu diwajah
12 39%
Total 31 100%
2 Tidak
melakukan
cuci muka
sebelum
makan dan
minum
a. Makan
mengunakan
tangan bukan
muka
19 45%
b. Kalau sempat 23 55%
Total 42 100%
Berdasarkan tabel 5.18 diketahui bahwa alasan operator
melakukan cuci muka sebelum makan dan minum ditempat kerja
karena supaya segar dan fresh (61%) dan menghilangkan kotoran
dan debu diwajah (39%).
74
g. Alasan melakukan dan tidak melakukan mandi setelah bekerja
menggunakan sabun pada operator SPBU di wilayah Ciputat Timur
Tabel 5.19
Alasan melakukan dan tidak melakukan mandi setelah bekerja
menggunakan sabun pada operator SPBU di wilayah Ciputat Timur
tahun 2017
No Alasan Frekuensi Persentase
1 Melakukan
mandi
setelah
bekerja
menggunak
an sabun
a. Supaya bersih 32 57%
b. Supaya segar 26 43%
Total 58 100%
2 Tidak
melakukan
mandi
setelah
bekerja
menggunak
an sabun
a. Sudah lelah
kerja langsung
tidur
10 67%
b. Sekalian beres-
beres dan mandi
5 33%
Total 15 100%
Berdasarkan tabel 5.19 alasan pertanyaan apakah melakukan
mandi setelah bekerja menggunakan sabun karena supaya bersih
(57%) dan supaya segar (43%). Sedangkan alasan operator tidak
langsung mandi dengan sabun setelah bekerja karena sudah lelah
kerja, pulang langsung tidur (67%) dan sekalian beres-beres dan
mandi (33%).
75
h. Alasan mandi dengan shampo setelah bekerja pada operator SPBU
di wilayah Ciputat Timur
Tabel 5.20
alasan mandi dengan shampo setelah bekerja pada operator SPBU
di wilayah Ciputat Timur tahun 2017
No Alasan Frekuensi Persentase
1 Mandi
setelah
bekerja
dengan
shampo
a. Supaya rambut
bersih
21 40%
b. Setiap mandi
pasti keramas
31 60%
Total 52 100%
2 Tidak
mandi
setelah
bekerja
dengan
shampo
a. Tidak sempat 16 76%
b. Karena paginya
udah keramas
5 24%
Total 21 100%
Berdasarkan tabel 5.20 alasan operator mandi setelah bekerja
dengan shampo karena supaya rambutnya bersih (40%) dan setiap
mandi pasti keramas (60%). Sedangkan alasan operator tidak
keramas setelah bekerja karena tidak sempat (75%) dan paginya
sudah keramas (24%).
76
i. Alasan merokok dan tidak merokok dalam kehidupan sehari-hari
pada operator SPBU di wilayah Ciputat Timur
Tabel 5.21
Alasan merokok dan tidak merokok dalam kehidupan sehari-hari
pada operator SPBU di wilayah Ciputat Timur tahun 2017
No Alasan Frekuensi Persentase
1 Merokok
dalam
kehidupan
sehari-hari
a. Sudah
kecanduan
20 83%
b. Ketika kumpul
bersama teman
3 13%
c. Menghilangkan
stres
1 4%
Total 24 100%
2 Tidak
merokok
dalam
kehidupan
sehari-hari
a. Terlalu banyak
merokok tidak
sehat
32 65%
b. Karena
perempuan
6 12%
c. Memang tidak
merokok
11 23%
Total 49 100%
Berdasarkan tabel 5.21 diketahui alasan operator merokok dalam
kehidupan sehari-hari adalah sudah kecanduan (83%), ketika kumpul
bersama teman (13%), dan menghilangkan stres (4%). Sedangkan
alasan operator tidak merokok dalam kehidupan sehari-hari karena
terlalu banyak merokok tidak sehat (65%), karena perempuan (12%),
dan memang tidak merokok (23%).
77
j. Alasan merokok dan tidak merokok dalam bekerja pada operator
SPBU di wilayah Ciputat Timur
Tabel 5.22
Alasan merokok dan tidak merokok dalam bekerja pada operator
SPBU di wilayah Ciputat Timur tahun 2017
No Alasan Frekuensi Persentase
1 Alasan
merokok
dalam
tempat kerja
a. Biasanya
merokok dalam
kantor
3 60%
b. Kalau tidak
merokok gatal
2 40%
Total 5 100%
2 Alasan
tidak
merokok
dalam
tempat kerja
a. Tidak boleh
merokok di area
SPBU
14 21%
b. Tidak sopan 1 2%
c. Bisa meledak 12 17%
d. Bisa kebakaran 12 17%
e. Karena
berbahaya
9 13%
f. Memang tidak
merokok
20 30%
Total 68 100%
Berdasarkan tabel 5.22 diketahui bahwa alasan operator merokok
saat bekerja karena suka gatal kalau tidak merokok (60%) dan ada
kesempatan untuk merokok dalam kantor (40%). Sedangkan alasan
operator tertinggi yang tidak merokok dalam bekerja karena
memang tidak merokok (30%) dan yang terendah operator
beralasan bahwa tidak sopan (2%).
78
k. Alasan mencuci pakaian kerja yang terkena tumpahan pada operator
SPBU di wilayah Ciputat Timur
Tabel 5.23
Alasan mencuci pakaian kerja yang terkena tumpahan pada operator
SPBU di wilayah Ciputat Timur tahun 2017
No Alasan Frekuensi Persentase
1 Mencuci
pakaian
kerja yang
terkena
tumpahan
a. Bau mesin 21 37%
b. Karena kotor 11 20%
c. Menjaga
kebersihan
24 43%
Total 56 100%
2 Tidak
mencuci
pakaian
kerja yang
terkena
tumpahan
a. Takut tidak
kering
7 41%
b. Jumlah
seragamnya
terbatas
9 53%
c. Didiamkan
kering sendiri
1 6%
Total 17 100%
Berdasarkan tabel 5.23 diketahui alasan operator mencuci pakaian
yang terkena tumpahan karena bau bensin (37%), karena kotor
(20%), dan menjaga kebersihan dan kerapian (43%). Sedangkan
alasan operator tidak mencuci pakaian yang terkena tumpahan
karena takut tidak kering (41%), jumlah seragamnya terbatas
(53%), dan didiemkan kering sendiri (6%).
79
l. Alasan menganti dan tidak menganti pakaian kerja setiap hari pada
operator SPBU di wilayah Ciputat timur
Tabel 5.24
Alasan mengganti dan tidak mengganti pakaian kerja setiap hari
pada operator SPBU di wilayah Ciputat timur tahun 2017
No Alasan Frekuensi Persentase
1 Menganti
pakaian
kerja setiap
hari
a. Agar selalu rapi
dan bersih
17 94%
b. Biar tidak bau 1 6%
Total 19 100%
2 Tidak
menganti
pakaian
kerja setiap
hari
a. Malas untuk
mencuci
2 4%
b. Karena tidak
kotor
6 11%
c. Takut tidak
kering
20 36%
d. Jumlah
seragamnya
terbatas
16 29%
e. Kalau sudah
kotor
8 15%
f. Tanggung dua
hari sekali
3 5%
Total 55 100%
Berdasarkan tabel 5.24 diketahui bahwa alasan operator SPBU
menganti pakaian kerja setiap hari dikarenakan agar selalu rapi dan
bersih (94%) dan biar tidak bau (6%). Sedangkan alasan operator
tidak menganti pakaian kerja setiap hari tertinggi karena takut tidak
kering (36%) dan terendah adalah malas untuk mencuci (4%).
80
Personal hygiene dalam penelitian ini dikelompokan menjadi
beberapa bagian yaitu 1) cuci tangan saat akan makan dan minum, 2)
mandi dengan sabun dan shampo, 3) merokok, 4)mencuci pakaian.
Alasan operator memiliki persoanal hygiene yang baik bisa
digolongkan menjadi 4 kategori yaitu SOP, pengetahuan, persepsi, dan
ketersediaan alat. Alasan operator mimiliki atau tidak memiliki personal
hygiene yang baik bisa dilihat sebagai berikut::
a. Cuci tangan sebelum makan dan minum
Tabel 5.25
Faktor alasan Cuci tangan sebelum makan dan minum
pada operator SPBU di wilayah Ciputat Timur tahun 2017
No
Cuci tangan sebelum
makan dan minum
Alasan
SOP Pengeta
huan
Persepsi Ketersedi
aan
1 Tidak makan dan minum
saat kerja +/− −
2 Cuci tangan saat akan
makan dan minum
+ −
3 Cuci tangan dengan air
mengalir saat akan makan
dan minum
+/− −
4 Cuci tangan dengan sabun − + −
5 Cuci muka sebelum makan
dan minum
+/− +/−
Keterangan :(+) alasan yang melakukan
(-) alasan tidak melakukan
Berdasarkan tabel 5.25 diketahui alasan dasar
operator melakukan makan dan minum di tempat kerja
karena SOP, sedangkan yang menjadi alasan dasar operator
81
tidak melakukan makan dan minum saat kerja karena SOP
dan persepsi. Alasan dasar operator melakukan cuci tangan
saat akan makan dan minum di tempat kerja karena
pengetahuan, sedangkan yang menjadi alasan dasar operator
tidak melakukan cuci tangan saat akan makan dan minum
karena persepsi. Alasan dasar operator melakukan cuci
tangan dengan air yang mengalir di tempat kerja karena
pengetahuan, sedangkan yang menjadi alasan dasar operator
tidak melakukan cuci tangan dengan air mengalir karena
pengetahuan dan persepsi. Alasan dasar operator melakukan
cuci tangan dengan sabun di tempat kerja karena
pengetahuan, sedangkan yang menjadi alasan dasar operator
tidak melakukan cuci tangan dengan sabun karena SOP dan
persepsi. Alasan dasar operator melakukan cuci muka
sebelum makan dan minum di tempat kerja karena
pengetahuan dan persepsi, sedangkan yang menjadi alasan
dasar operator tidak melakukan cuci muka sebelum makan
dan minum di tempat kerja karena pengetahuan dan persepsi.
82
b. Alasan yang mendasari operator merokok atau tidak
merokok baik dalam keseharian atau dalam pekerjaan.
Tabel 5.26
Alasan yang mendasari operator merokok atau tidak merokok
baik dalam keseharian atau dalam pekerjaan pada operator
SPBU di wilayah Ciputat Timur tahun 2017
No
Alasan merokok
Alasan
SOP Pengeta
huan
Persepsi Ketersedi
aan
1 Tidak merokok dalam
kehidupan sehari-hari
+/− +/−
2 Tidak merokok saat bekerja +/−
Keterangan (+)tidak merokok
(-)merokok
Berdasarkan tabel 5.26 diketahui bahwa alasan dasar
operator merokok dalam kehidupan sehari-hari karena
pengetahuan dan persepsi, sedangkan alasan operator tidak
merokok dalam kehidupan sehari-hari karena pengetahuan
dan persepsi. Alasan dasar operator merokok saat bekerja
karena persepsi, sedangkan alasan operator tidak merokok
saat bekerja karena pengetahuan.
83
c. Alasan yang mendasar menjaga kebersihan badan pada
operator SPBU di wilayah Ciputat Timur
Tabel 5.27
Alasan yang mendasari menjaga kebersihan badan pada
operator SPBU di wilayah Ciputat Timur tahun 2017
No
Menjaga kebersihan
badan
Alasan
SOP Pengeta
huan
Persepsi Ketersedi
aan
1 Cuci tangan sebelum
meninggalkan tempat kerja
+ +/−
2 Mandi setelah bekerja
dengan sabun
+/−
3 Mandi dengan shampo
setelah bekerja
+ −
Keterangan (+) yang melakukan
(-) yang tidak melakukan
Berdasarkan tabel 5.27 alasan operator mencuci
tangan sebelum meninggalkan tempat kerja karena
pengetahuan dan persepsi, sedangkan alasan operator tidak
melakukan cuci tanagan sebelum meninggalkan tempat kerja
karena persepsi. Alasan operator mandi setelah bekerja
dengan sabun karena pengetahuan, sedangkan alasan operator
tidak mandi setelah bekerja dengan sabun karena
pengetahuan. Alasan aperator mandi dengan shampo setelah
bekerja karena pengetahuan, sedangkan alasan operator tidak
mandi dengan shampo setelah bekerja karena persepsi.
84
d. Alasan yang mendasari mencuci atau mengganti pakaian
kerja pada operator SPBU di wilayah Ciputat Timur
Tabel 5.28
Alasan yang mendasari mencuci atau mengganti pakaian kerja
pada operator SPBU di wilayah Ciputat Timur tahun 2017
No
Mencuci atau menganti
pakaian
Alasan
SOP Pengeta
huan
Persepsi Ketersedi
aan
1 Mencuci pakaian yang
terkena tumpahan bahan
bakar
+ +/− −
2 Mengganti pakaian setiap
hari
+/− − −
Keterangan (+) yang melakukan
(-) yang tidak melakukan
Berdasarkan tabel 5.28 diketahui bahwa alasan dasar
operator mencuci pakaian yang terkena tumpahan bahan bakar
karena pengetahuan dan persepsi, sedangkan alasan yang tidak
mencuci pakaian yang terkena tumpahan bahan bakar karena
persepsi dan ketersediaan. Alasan dasar operator mangganti
pakaian setiap hari karena pengetahuan, sedangkan alasan yang
tidak mengganti pakaian setiap hari karena pengetahuan,
persepsi dan ketersediaan.
85
5.3.3 Gambaran Faktor Lingkungan di area SPBU
Gambaran faktor lingkungan diarea SPBU di wilayah Ciputat
Timur dapat lihat pada tabel 5.29 sebagai berikut
Tabel 5.29
faktor lingkungan pada operator SPBU di wilayah Ciputat Timur tahun
2017
No Faktor lingkungan Frekuensi Persentase
1 Sangat buruk 7 9.6
2 Buruk 42 57.5
3 Cukup 18 24.7
4 Baik 6 8.2
Total 73 1000%
Berdasarkan tabel 5.29 didapatkan bahwa sebanyak 7 orang
(9.6%) operator SPBU memiliki faktor lingkungan sangat buruk.
Sebanyak 42 orang (57.5%) operator SPBU memiliki faktor lingkungan
buruk. Sebanyak 18 orang (24.7%) operator SPBU memiliki faktor
lingkungan cukup. Sebanyak 6 orang (8.2%) operator SPBU memiliki
faktor lingkungan baik
Faktor lingkungan untuk karyawan SPBU seharusnya mendapat
nilai yang bagus guna mencegah hal-hal yang buruk terjadi. Untuk
melihat persentase faktor lingkungan dapat dilihat pada gambar 5.4
86
Gambar 5.4
faktor lingkungan secara meyeluruh pada operator SPBU di wilayah
Ciputat Timur 2017
Berdasarkan gambar 5.4 secara umum faktor lingkungan pada
operator SPBU sudah banyak yang melakukan menjaga kebersihan,
menutup tempat penampungan BBM, membersihkan dengan cepat, dan
membersihkann dengan benar lebih banyak yang melakukan dengan
persentase berturut-turut 67%, 62%, 52%, dan 44%. Tetapi masih ada
operator yang tidak melakukan dengan persentase berturut-turut 1%,
5%, 7%, dan 5%.
Berikut ini alasan jawaban para operator SPBU di wilayah
Ciputat Timur tentang faktor lingkungan saat bekerja, sebagai berikut:
5% 7% 1% 5%
88%
30% 20%10% 10%
4%
21%21%
22% 23%
1%
44% 52%67% 62%
7%
membersihkandengan benar
membersihkandengan cepat
menjagakebersihan
menutuptempat
penampunganBBM
air tanah untukminum
tidak pernah kadang-kadang sering selalu
87
a. Alasan membersihkan dan tidak membersihkan tumpahan dengan
benar pada operator SPBU di wilayah Ciputat Timur
Tabel 5.30
Alasan membersihkan dan tidak membersihkan tumpahan dengan
benar pada operator SPBU di wilayah Ciputat Timur tahun 2017
No Alasan Frekuensi Persentase
Membersihka
n tumpahan
dengan benar
a. Agar tidak
menggenang
5 9%
b. Karena berbahaya 13 25%
c. Tidak enak dengan
pelanggan
16 30%
d. Supaya bersih 19 36%
Total 53 100%
2 Tidak
membersihka
n tumpahan
dengan benar
a. Kain lapnya tidak ada 2 10%
b. Kalau mengantri tidak
sempat
9 45%
c. Kalau ada kain lapnya
langsung dilap
7 35%
d. Biasanya kering
sendiri
2 10
Total 20 100%
Berdasarkan gambar 5.30 diketahui alasan operator
membersihkan tumpahan dengan benar tertinggi adalah supaya
bersih (36%), sedangkan yang terendah adalah agar tidak
menggenang (6%). Sedangkan alasan operator SPBU tidak
membersihkan tumpahan dengan benar tertinggi adalah kalau
mengantri tidak sempat (45%), sedangkan yang terendah adalah
kain lapnya tidak ada (10%) dan biasanya kering sendiri (10%).
88
b. Alasan membersihkan dan tidak membersihkan tumpahan dengan
cepat pada operator SPBU di wilayah Ciputat Timur
Tabel 5.31
Alasan membersihkan dan tidak membersihkan tumpahan dengan
cepat pada operator SPBU di wilayah Ciputat Timur tahun 2017
No Alasan Frekuensi Persentase
1 Membersihak
an tumpahan
dengan cepat
a. Agar tidak ada
percikan bila ada
kendaraan lain masuk
18 32%
b. Karena berbahaya 4 7%
c. Menghindari hal-hal
yang tidak diinginkan
7 12%
d. Kalau tidak
dibersihakan
berbahaya dan mudah
terbakar
20 36%
e. Di tempat kerja tidak
boleh basah
2 4%
f. Agar terlihat bersih 5 9%
Total 56 100%
2 Tidak
membersihka
n tumpahan
dengan cepat
a. kalau ada kain lap
langsung dibersihkan
7 41%
b. ketika tidak ada
antrian
10 59%
Total 17 100%
Berdasarkan tabel 5.31 diketahui alasan operator SPBU
membersihkan tumpahan dengan cepat tertinggi adalah kalau tidak
dibersihkan berbahaya dan mudah terbakar (36%) dan ditempat kerja
tidak boleh basah (4%). Sedangkan alasan operator tidak
membersihkan tumpahan dengan cepat adalah kalau ada kain lap
langsung dibersihkan (41%) dan ketika tidak ada antrian (59%).
89
c. Alasan menjaga dan tidak menjaga lingkungan di area SPBU pada
operator SPBU di wilayah Ciputat Timur
Tabel 5.32
Alasan menjaga dan tidak menjaga lingkungan di area SPBU pada
operator SPBU di wilayah Ciputat Timur 2017
No Alasan Frekuensi Persentase
1 Menjaga
lingkungan di
area SPBU
a. Agar lingkungan
bersih
25 37%
b. Kebersihan
merupakan cara hidup
yang sehat dan bersih
7 10%
c. Kebersihan sebagian
dari iman
6 9%
d. Karena ada auditor 5 7%
e. Untuk kenyaman
konsumen
8 12%
f. Wajib bersih 9 13%
g. Biar enak dilihat 8 12%
Total 68 100%
2 Tidak
menjaga
kebersihan
dilingkungan
SPBU
Sudah ada OB 5 100%
Total 5 100%
Berdasarkan tabel 5.32 alasan tertinggi operator menjaga
kebersihan lingkungan karena operator beralasan bahwa agar
lingkungan bersih (37%) dan yang terendah operator beralasan
karena ada auditor (7%). Sedangkan alasan operator tidak menjaga
lingkungan karena sudah ada OB (100%)
90
d. Alasan menjaga wadah tempat penampungan BBM agar tertutup
pada operator SPBU di wilayah Ciputat Timur
Tabel 5.33
Alasan menjaga wadah tempat penampungan BBM agar tertutup pada
operator SPBU di wilayah Ciputat Timur tahun 2017
No Alasan Frekuensi Persentase
1 Menjaga
wadah
penampunga
n BBM agar
tertutup
a. Emang wajib ditutup 6 9%
b. Takut terjadi
kebakaran kalau tidak
di tutup
28 39%
c. Takut kemasukan air 9 13%
d. Biar tidak berbahaya
karena uapnya sangat
kuat
28 39%
Total 71 100%
2 Tidak
manjaga
wadah
penampunga
n BBM agar
tertutup
Sudah ada petugasnya 2 100%
Berdasarkan tabel 5.33 alasan tertinggi operator menjaga
wadah tempat penampungan BBM karena takut terjadi kebakaran
bila tidak ditutup (39%) dan biar tidak berbahaya karena uapnya
sangan kuat (39%). Sedangkan operator yang tidak menjaga wadah
tertutup beralasan karena sudah ada petugasnya (100%).
91
e. Alasan menggunakan air tanah sekitar SPBU untuk minum pada
operator SPBU di wilayah Ciputat Timur
Tabel 5.34
Alasan menggunakan air tanah sekitar SPBU untuk minum pada
operator SPBU di wilayah Ciputat Timur tahun 2017
No Alasan Frekuensi Persentase
1 Tidak
mengunakan
air tanah
untuk minum
a. Takut airnya sudah
tercemar BBM
1 2%
b. Air galon 55 75%
c. Air kemasan 17 23%
Total 73 100%
Berdasarkan tabel 5.34 alasan tertinggi operator SPBU tidak
menggunakan air tanah untuk minum karena menggunakan air
galon (75%) dan yang terendah operator beralasan bahwa takut
airnya sudah tercemar BBM (2%).
Alasan opertor memiliki faktor lingkungan baik dapat di
kategorikan menjadi SOP, pengetahuan, dan persepsi. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.35
Tabel 5.35
Alasan faktor lingkungan yang baik pada operator SPBU di wilayah
Ciputat Timur tahun 2017
No
Personal hygiene Alasan
SOP Pengetah
uan
Pesepsi Keterse
diaan
1 Membersihkan dengan cepat +/− −
2 Membersikan dengan benar + − −
3 Menjaga kebersihan + + −
92
No
Personal hygiene Alasan
SOP Pengetah
uan
Pesepsi Keterse
diaan
4 Menutup tempat
penampungan BBM
+
5 Air tanah untuk minum − −
Berdasarkan tabel 5.35 diketahui bahwa alasan operator
membersihkan dengan cepat karena persepsi sedangkan alasan
operator tidak membersihkan dengan cepat karena persepsi dan
ketersediaan. Alasan operator membersihkan dengan benar karena
pengetahuan sedangkan alasan operator tidak membersihkan
dengan cepat karena persepsi dan ketersediaan. Alasan operator
menjaga kebersihan karena SOP dan pengetahuan sedangkan alasan
operator tidak menjaga kebersihan karena persepsi. Alasan operator
menutup tempat penampungan BBM karena pengetahuan. Alasan
operator tidak minum BBM karena pengetahuan dan ketersediaan
93
5.4 Keluhan pekerja operator SPBU
Tabel 5.36 Keluhan yang di alami operator SPBU di wilayah Ciputat Timur tahun 2017
No Frekuensi Keluhan/gejala
Lemah Letih Lesu Mudah
lelah
Nafsu
makan
berkurang
Wajah
pucat
Mata
berkunang-
kunag
Pusing Muntah-
muntah
Denyut
nadi
kencang
Tidak
pernah
51% 18% 33% 46% 45% 68% 69% 41% 86% 86%
Kadang-
kadang
45% 70% 56% 47% 48% 28% 34% 44% 12% 10%
Sering 4% 9% 10% 7% 7% 5% 6% 15% 2% 3%
Selalu 0% 3% 1% 0% 0% 0% 1% 0% 0% 1%
Berdarsarkan tabel 5.36 keluhan yang tidak pernah dialami tertinggi terjadi pada keluhan muntah-muntah (86%) dan
keluhan denyut nadi kencang (86%) dan yang paling sedikit adalah letih (18%). Keluhan kadang-kadang yang paling
banyak terjadi dialami pada keluhan letih (70%) dan yang paling sedikit adalah denyut nadi kencang (10%). Keluhan yang
sering dialami paling banyak terjadi pada keluhan pusing (15%) dan yang paling sedikit adalah muntah-muntah (2%).
Keluhan yang selalu di alami paling namyak adalah letih (3%).
94
6. BAB VI
PEMBAHASAN
6.1 Keterbatasan Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada operator SPBU di Kecamatan
Ciputat Timur Tahun 2017, ada beberapa keterbatasan diantaranya sebagai berikut:
a. Dalam penelitian ini observasi dilakukan hanya satu kali yaitu saat .pengambilan data
saja, sehingga hasil observasi tidak bisa mengambarkan secara konsisten bagaimana
penggunaan APD, personal hygiene, dan faktor lingkungan.
b. Cara pengumpulan data yang dilakukan secara bersamaan memungkinkan bahwa
jawaban terpengaruh pada orang lain.
6.2 Gambaran Praktek Kerja Aman
Besarnya senyawa benzena yang masuk ke dalam tubuh pekerja tidak terlepas
dari praktek kerja aman, praktek kerja aman terkait faktor penggunaan alat pelindung
diri (APD) personal higiene dan faktor lingkungan yang mempengaruhi banyaknya
pajanan benzena didalam tubuh operator SPBU (Maywati 2012).
Salah satu metabolisme benzena adalah fenol dalam urin yang jumlahnya
tergantung pada proses pemajanan yang secara umum terjadi melalui jalur absorsi inhalasi
uap benzena. Jalur absorpsi lain yang tidak kalah penting adalah jalur dermal yaitu
penyerapan senyawa benzena melalui kulit. Absorpsi melalui kulit terjadi bila ada kontak
95
langsung dengan kulit dan benzena akan terserap melalui jaringan lemak kulit karena
sifatnya yang lipofilik (WHO, 1996).
Besarnya senyawa benzena yang masuk melalui kontak dengan kulit tidak terlepas
dari perilaku saat bekerja antara lain penggunaan alat pelindung dan perilaku kebersihan
pribadi. Penggunaan alat pelindung tidaklah secara sempurna dapat melindungi tubuhnya
tetapi dapat mengurangi tingkat keparahan yang mungkin terjadi (Budiono dkk., 2003).
Sedangkan menurut Kamal, Atif dan Audil Rashid (2014) cara praktek kerja aman
meliputi penggunaan alat pelindung diri (APD), personal hygiene, dan faktor
lingkungan.
Gambaran praktek kerja pada petugas operator di wilayah Ciputat Timur
didapatkan sebanyak 10 orang (13,7%) operator SPBU melakukan praktek kerja sangat
buruk, sebanyak 29 orang (39,7%) operator melakukan praktek kerja buruk, sebanyak
23 orang (31,5%) operator SPBU melakukan praktek kerja cukup, dan sebanyak 11
orang (15,1%) operator SPBU melakukan praktek kerja baik.
Praktek kerja sangat buruk dan buruk dapat dimungkinkan berkaitan dengan
penggunaan APD yang jelek misalnya dalam penggunaan masker, kacamata, dan
sarung tangan yang masih banyak yang tidak menggunakannya, personal hygiene
misalnya masih banyak operator yang melakukan makan dan minum saat bekerja, dan
faktor lingkungan yang buruk misalnya dalam membersihkan tumpahan dengan benar
dan cepat. Masih adanya pekerja operator SPBU yang bekerja dengan kerja yang tidak
96
sesuai dengan standar yang sesuai mengakibatkan ada beberapa pekerja yang suka
mengalami keluhan pusing dan lesu setelah bekerja.
Praktek kerja yang tidak aman pada pekerja operator SPBU terhadap paparan
benzena dapat mengakibatkan timbulnya beberapa penyakit diantaranya hepatitis akut,
disfungsi hepotoseluler kronik persisten, dan paroxysmal nocturnal hemoglobinuria
(PERMENAKERTRANS no 25 tahun 2008).
Banyak anggapan yang menyatakan bahwa kecelakaan kerja yang terjadi, baik
berupa luka ringan maupun sampai terjadinya kematian, berasal dari tindakan tidak
aman yang dilakukan oleh pekerja (Hinze, 1997), dengan kata lain, tindakan tidak
aman (human error) adalah penyebab utama terjadinya kecelakaan kerja. Menurut
beberapa penelitian, 85-90% kecelakaan yang terjadi itu disebabkan oleh perilaku tidak
aman (Anizar, 2012). Ketika perilaku aman tenaga kerja meningkat maka akan
meningkatkan keselamatan kerja yang dapat meningkatkan produktivitas sebesar 12 %,
menurunkan kecelakaan kerja, dan mensejahterakan pekerja (Cooper, 2009).
6.2.1 Gambaran pengunaan APD pada operator SPBU di wilayah Ciputat
Timur
Alat pelindung diri (APD) atau sering disebut juga dengan Personal
Protective equipment (PPE) adalah peralatan yang digunakan untuk melindungi
pengguna terhadap risiko kesehatan ataupun keselamatan yang belum dapat
dikendalikan di tempat kerja (Tanwaka, 2008). Berdasarkan Peraturan Menteri
97
Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No PER.08/MEN/VII/2010 tentang Alat
Pelindung Diri, bermacam-macam antara lain alat pelindung pernapasan, alat
pelindung tangan, alat pelindung kaki, alat pelindung mata, dan alat pelindung
muka.
Berdasarkan hasil wawancara, penggunaan APD pada operator SPBU
sangat buruk dan buruk Penggunaan APD pada operator SPBU di wilayah Ciputat
Timur hanya mewajibkan operator menggunakan APD sepatu dan pelindung
pakaian (seragam kerja), dalam prakteknya penggunaan APD sepatu, masih banyak
yang belum sesuai dengan standar yang sesuai dengan praktek kerja pada bahan
kimia benzena.
Penggunaan APD yang sesuai dengan paparan benzena seharusnya
menggunakan APD sepatu yang terbuat dari bahan karet, alat pelindung pernapasan
jenis air-supplying respirator, alat pelindung mata jenis safety googles, alat
pelindung tangan yang terbuat dari bahan karet, dan pakaian yang dapat melindungi
semua bagian tubuh (Workplace Health and Safety 2010 dan Suncor energy. 2015)
Penggunaan APD seharusnya selalu diwajibkan untuk pekerja SPBU
khususnya operator SPBU yang dalam proses kerjanya selalu kontak langsung
dengan bahan bakar minyak. Hal ini penting karena penggunaan alat pelindung diri
berfungsi untuk memproteksi diri dalam mencegah terjadinya penyakit akibat kerja
dan kecelakaan akibat kerja pada tenaga operator SPBU saat sedang bekerja
(Sadryani, 2008).
98
Berdasarkan hasil wawancara dengan operator diketahui bahwa alasan
operator tidak menggunakan APD secara lengkap dikarenakan 1)kurang atau tidak
tersedianya APD seperti APD sarung tangan, 2)kurangnya pengetahuan misalnya
ada anggapan kalau menggunakan masker tidak bisa 5S 3)persepsi yang salah
misalnya ada anggapan bahwa alasan tidak menggunakan masker karena hasilnya
sama aja dan masih nembus juga, 4) tidak adanya SOP tentang kewajiban
menggunakan APD. Sedangkan alasan operator menggunakan APD karena 1) sudah
adanya SOP, SOP yang ada di perusahaan hanya mewajibkan operator
menggunakan sepatu dan pakaian. 2) ada beberapa pengetahuan operator yang
sudah bagus tetapi hanya sedikit persentase misalnya tentang pentingnya
penggunaan masker beralasan agar debu tidak masuk, 3) tentang ketersediaan APD
tetapi hanya ada tentang pakaian kerja.
Akibat penggunaan APD yang yang tidak sesuai dengan standar dapat
mempengaruhi kadar benzena di dalam tubuh manusia. Penyakit yang dapat timbul
akibat tidak menggunakan APD diantaranya adalah penyakit disfungsi hepotoseluler
kronik persisten yang ditimbulkan karena ada kontak dengan agen
(PERMENAKERTRANS no 25 tahun 2008).
Dari segi ketersediaan banyak APD yang tidak disediakan oleh manajemen,
sehingga perlunya pengadaan APD yang sesuai dengan jenis bahaya yang
ditimbulkan akibat pekerjaan. Apabila manajemen tidak mau menyediakan berarti
sudah melanggar Undang-undang Republik Indonesia No 1 tahun 1970 tentang
99
keselamatan kerja pasal 9 yang menyatakan bahwa pengurus wajib menyediakan
APD bagi setiap karyawan atau tenaga kerja.
Tenaga kerja merasa bahwa ketersediaan APD yang ada terkadang masih
belum mencukupi kebutuhan mereka dan hal ini dapat menghambat mereka untuk
berperilaku aman (Irlianti 2014). Setiap pekerja mempunyai hak untuk memperoleh
perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, dan setiap perusahaan wajib
menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (Menurut UU no
13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan). Menurut permen 08 tahun 2010 tentang
alat pelindung diri, APD yang di berikan secara cuma-cuma berupa pelindung
kepala, pelindung mata dan muka, pelindung telinga, pelindung pernapasan beserta
perlengkapannya, pelindung tangan dan kaki. Pemilik SPBU seharusnya melakukan
identifikasi bahaya yang ada ditempat kerja setelah itu menentukan APD yang
cocok dan menyediakannya dengan cuma-cuma untuk operator.
Bila dilihat dari peraturan atau SOP tentang kewajiban penggunaan SPBU di
wilayah Ciputat Timur masih banyak yang tidak memiliki peraturan tentang
kewajiban penggunaan APD, misalnya ada pernyataan dari operator yang
mengatakan “alasan operator tidak menggunakan masker dan penggunaan sarung
tangan karena tidak ada dalam SOP” sehingga dari peryataan tersebut dapat
disimpulkan pentingnya SOP tentang APD yang akan mempengaruhi kepatuhan
pekerja dalam penggunaan APD misalnya dalam penggunaan APD pakaian karena
ada dalam SOP maka tingkat kepatuhan penggunaannya tinggi.
100
Peraturan dan prosedur keselamatan kerja merupakan salah satu faktor yang
dapat meminimalkan kecelakaan yang diakibatkan adanya kondisi tidak aman
(Pipitsupaphol, 2003) karena dapat memberikan gambaran dan batasan yang jelas
terhadap penerapan program keselamatan kerja pada pekerja. Menurut Mohamed
(2002) mengungkapkan bahwa peraturan dan prosedur keselamatan kerja yang
diterapkan oleh perusahaan hendaknya mudah dipahami dan tidak sulit untuk
diterapkan, ada sanksi yang tegas bila peraturan dan prosedur keselamatan kerja
dilanggar, dan ada perbaikan secara berkala sesuai dengan kondisi..
Menurut Reason (1997), program keselamatan kerja hendaklah dimulai dari
awal, dalam hal ini dimulai dari tingkat teratas organisasi (top management)
perusahaan tersebut. Untuk memulai program keselamatan kerja, top management
dapat merumuskan suatu kebijakan yang menunjukkan komitmen terhadap masalah
keselamatan dan kesehatan kerja. Langkah awal ini selanjutnya akan menentukan
pengambilan kebijakan berikutnya dalam hal keselamatan kerja. Penelitian yang
telah dilakukan sebelumnya (Cheyne dkk, 1998) menunjukkan bahwa faktor
komitmen merupakan salah satu faktor utama budaya keselamatan kerja, dimana
tanpa dukungan dari pihak manajemen sangatlah sulit untuk mencapai keberhasilan
dalam menjalankan program keselamatan kerja.
Setelah ketersediaan APD dan peraturan tentang penggunaan APD maka
perlunya dilakukan sosialisasi, karena dengan sosialisasi maka pengetahuan dan
persepsi operator akan meningkat, hal ini karena ada operator yang memiliki
101
pengetahuan dan persepsi yang yang tidak sesuai, misalnya ada pernyataan dari
operator yang mengatakan “kalau hujan males soalnya suka becek dan basah
sepatunya” sehingga penting dan perlunya dilakukan pelatihan atau training tentang
pentingnya penggunaan APD pada operator SPBU.
Penelitian yang dilakukan oleh salawai (2009) menunjukkan bahwa
pengetahuan berhubungan dengan terjadinya kecelakaan kerja pada petugas
laboratorium patologi klinik rumah sakit dr. Zainal Abidin yang di sebabkan oleh
kurangnya pengetahuan tentang pentingnya penggunaan APD. Training merupakan
salah satu hal penting untuk diberikan kepada tenaga kerja sebagai upaya pemicu
perilaku aman karena tujuan dari training ialah untuk meningkatkan Knowlegde,
Skill, dan Attitude (KSA) tenaga kerja. Oleh karena itu training harus dirancang
secara spesifik sesuai dengan pekerjaan dan kebutuhan tenaga kerja (The Keil
Centre, 2002).
Training inilah yang meningkatkan pengetahuan tenaga kerja terhadap
pekerjaan atau tugasnya, Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta perilaku aman.
Dari pengetahuan yang didapat ini akhirnya tenaga kerja dapat menilai bahwa
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan perilaku aman merupakan hal yang penting
saat bekerja dan merupakan faktor yang harus diutamakan (Irlianti, 2014).
Cheyne dkk (1998) dalam penelitiannya menemukan bahwa keterlibatan
pekerja pada program keselamatan kerja sangatlah penting sebagai bentuk
kesadaran pekerja terhadap program keselamatan kerja. Pekerja yang menyadari
102
pentingnya program keselamatan kerja akan menerapkannya dengan sepenuh hati
dan tanpa paksaan, dan merasa bahwa program keselamatan kerja merupakan hak
pekerja bukan merupakan kewajiban dalam melakukan pekerjaannya (Harper,
Koehn, 1998).
6.2.2 Gambaran Personal Hygiene pada operator SPBU di wilayah Ciputat
Timur
Personal higiene antara lain membersihkan bahan kimia yang mungkin
melekat pada tubuh sebelum makan dan sebelum meninggalkan tempat kerja (Scott,
1989). Kebiasaan cuci tangan merupakan bagian dari menjaga kebersihan diri.
Kebiasaan mencuci tangan sangat penting dilakukan karena tangan merupakan
bagian dari tubuh yang paling sering kontak langsung dengan bahan maupun alat
yang berbahaya dan yang paling sering digunakan untuk bekerja (SNI, 2005)..
Para operator SPBU memiliki personal hygiene yang sangat buruk dan
buruk. Adapun operator SPBU yang memiliki personal hygiene yang sangat buruk
dan buruk adalah merokok dalam kehidupan sehari-hari, tidak mencuci muka
sebelum makan dan minum, dan tidak mencuci tangan sebelum meninggalkan
tempat kerja.
Operator yang memiliki pengetahuan tentang pentingnya cuci tangan
sebelum makan sudah baik akan tetapi persepsi operator tentang penting cuci tangan
yang masih kurang sehingga perlunya pemahaman tentang pentingnya cuci tangan.
103
Persepsi yang salah tentang perlunya cuci tangan adalah mereka mau cuci tangan
tetapi tergantung jenis makanan apa yang mau dimakan, hemat air, dan melakukan
cuci tangan sebelum meninggalkan tempat kerja mereka mengganggap tanggung
kalau cuci tangan di tempat kerja. Pengetahuan sangat penting terhadap terjadinya
perilaku. Semakin tinggi atau semakin baik pengetahuan akan menimbulkan
persepsi yang selanjutnya membentuk sikap yang mendorong terhadap terjadinya
perilaku yang baik ( Widhaaprilandini, 2011).
Berdasarkan hasil wawancara alasan para operator yang memiliki personal
hygiene yang cukup baik dan baik adalah 1) alasan operator melakukan cuci tangan
saat akan makan dan minum adalah supaya bakteri tidak ikut masuk, banyak kuman
yang menempel, biar bersih, biar terhindar penyakit dan untuk kesehatan, dan
tergantung mau makan apa. 2) alasan tidak merokok saat bekerja karena tidak boleh
di area SPBU, tidak sopan, bisa meledak, bisa kebakaran, karena berbahaya, dan
memang tidak merokok. 3) alasan operator mandi dengan sabun karena supaya
bersih dan supaya segar. 4) alasan operator keramas setelah bekerja karena supaya
rambutnya bersih dan setiap mandi pasti keramas.
Kebiasaan mencuci tangan adalah salah satu bagian dari aktualisasi menjaga
kebersihan terutama bagi pekerja yang terpapar zat kimia benzena (Astrianda,
2012). Proses cuci tangan yang kurang sempurna atau salah pada pekerja, baik dari
segi intensitas, keadaan air maupun proses pengeringan dapat sangat berpengaruh
sehingga paparan benzena tetap masuk kedalam tubuh (Nurzakky, 2012). Proses
104
kerja yang sering kontak dengan benzena dapat dipastikan adanya timbunan bahan-
bahan iritan dan elergen pada tubuh maupun pakaian yang dipakai pekerja maka
perlu menjaga personal hygiene yang baik dan benar (Irsro'in, 2012).
Toxic Substances (2015) mengatakan personal hygiene yang baik meliputi
pelatihan karyawan untuk selalu menjaga kebersihan, mencuci pakaian yang terkena
tumpahan, mandi setelah bekerja dengan menggunakan sabun dan shampo, dan
penggantian pakaian secara berkala. Personal Hygiene yang buruk maka
konsentrasi benzena dapat masuk ke dalam tubuh manusia (Diana, 2014).
Operator yang memiliki personal hygiene yang sangat buruk dan buruk
adalah 1) alasan merokok dalam kehidupan sehari-hari karena sudah kecanduan,
ketika kumpul bersama teman, dan untuk menghilangkan stres. 2) alasan operator
tidak melakukan cuci muka sebelum makan dan minum karena makan
menggunakan tangan bukan muka dan beralasan operator kalau sempat 3) alasan
operator tidak melakukan cuci tangan sebelum meninggalkan tempat kerja karena
ingin buru-buru pulang, tidak sempat, dan tanggung pulang dan bersih-bersih.
Penerapan personal higiene penting untuk segera menghilangkan
kontaminasi dari bagian tubuh yang terjadi kontak. Personal higiene antara lain
membersihkan bahan kimia sebelum makan dan sebelum meninggalkan tempat
kerja (Scott, 1989). Kebanyakan kasus dimana suatu zat kimia terjatuh pada kulit,
segera dicuci dengan sungguh-sungguh menggunakan sabun dan air adalah suatu
tindakan pertama yang paling baik (Putra, 2003). Bahan kimia yang melekat pada
105
tangan seharusnya langsung dicuci karena apabila tidak langsung dibersihkan maka
akan terjadi kontak dengan kulit menjadi lebih panjang (Maywati, 2012).
Workplace Health and safety (2010) menyatakan bahwa untuk mencegah
bahaya dari zat kimia benzena dalam pekerjaan seharusnya pekerja tidak makan dan
minum saat bekerja, mencuci tangan dan wajah sebelum makan dan minum, dan
selalu menjaga kebersihan diri pada operator. Toxic Subtances Benzene (2015)
pekerja yang bekerja dengan benzena seharusnya mengidentifikasi paparan,
mencuci pakaian yang terkena, mandi setelah bekerja dengan menggunakan sabun,
dan pergantian pakaian secara berkala.
Bila dilihat dari alasan jarang mengganti dan mencuci pakaian pada operator
SPBU dikarenakan ketersediaan pakaian kerja yang kurang sesuai dengan peryataan
pekerja yang mengatakan bahwa “jumlah seragamnya terbatas mas kalau di cuci
takut tidak kering” padahal penting menjaga pakaian kerja yang bersih akan
berakibat pada kesehatan pekerja penelitian ini sejalan dengan penelitian Menurut
Daryanto (2007), pakaian kerja yang digunakan dapat mengurangi penyakit akibat
kerja. Kesehatan kulit tidak terlepas dari menjaga kebersihan pakaian selain itu
pemakaian pakaian kerja harus diperhatikan sehingga tujuan pemakaian pakaian
kerja tercapai yaitu keselamatan kerja.. Hal ini sesuai dengan penelitian Alfian
(2004) yang mengatakan bahwa kebiasaan ganti pakaian yang kategori tidak baik
dan menderita penyakit kulit sebesar 88%.
106
Masih banyaknya kebiasaan merokok pada operator SPBU dapat menambah
jumlah asupan benzena ke dalam tubuh selain yang berasal dari proses kerja mereka
(Pudyoko, 2010). Hasil penelitian dari Amerika Serikat yang menyatakan bahwa
asap rokok merupakan penyumbang setengah dari sumber paparan benzena dan
hasil itu menunjukkan bahwa rata-rata asupan benzena pada seorang perokok aktif
lebih besar 10 kali lipat dibandingkan pekerja yang tidak merokok meskipun tidak
bisa dipungkiri pekerja yang tidak merokok juga tetap terpapar benzena dari asap
rokok pekerja yang merokok (Egeghy, 2000).
6.2.3 Gambaran faktor lingkungan pada operator SPBU di wilayah Ciputat
Timur
Kebersihan lingkungan hendaknya tidak terpisahkan dari setiap manusia,
lingkungan yang bersih akan memberikan manfaat yang besar kepada manusia dan
sebaliknya lingkungan yang kotor akan memberikan masalah yang besar kepada
manusia (Government of Alberta, 2010).
Operator SPBU dalam faktor lingkungan didominasi oleh faktor lingkungan
yang buruk. Faktor lingkungan dalam penelitian ini meliputi 1) membersihkan
dengan benar, 2) membersihkan dengan cepat, 3) menjaga kebersihan lingkungan
area SPBU, 4) menutup tempat penampungan BBM, 5) air tanah untuk minum.
Berdasarkan hasil kuesioner sebenarnya persentase operator dalam menjaga
lingkungan sudah baik tetapi masih ada beberapa yang masih jelek walau persentase
masih kecil.
107
Alasan operator tidak membersihkan tumpahan dengan benar karena kain
lapnya tidak ada, tergantung jenis bahan bakarnya, kalau mengantri tidak sempat,
kalau ada kain lapnya langsung dilap, dan biasanya kering sendiri. Sedangkan
alasan operator membersihkan dengan benar adalah agar tidak mengenang,
langsung dilap karena berbahaya, tidak enak dengan pelanggan, dan supaya bersih.
Alasan operator membersihkan tumpahan dengan cepat karena agar tidak
ada percikan bila ada kendaraan lain masuk, karena berbahaya, menghindari hal-hal
yang tidak diinginkan, kalau tidak dibersihkan berbahaya dan mudah terbakar, di
tempat kerja tidak boleh basah, dan agar terlihat bersih. Sedangkan alasan operator
tidak membersihkan dengan cepat karena ada antrian yang panjang dan kain lapnya
tidak ada.
Bila dilihat dari ketersediaan kain lap diketahui bahwa banyak SPBU yang
tidak menyediakan kain lap, itu sesuai dengan alasan operator yang menyatakan
“tidak ada kain lap”. Sebagaimana yang di ungkapkan Natoadmojo (2003) dapat
disimpulkan bahwa kesulitan mendapatkan alat atau bahan menjadi salah satu
penyebab berperilaku tidak aman. Seharusnya manajemen menyediakan peralatan
kebersihan dengan cuma-cuma karena itu berkaitan dengan kebersihan yang ada di
lingkungan SPBU itu sesuai dengan Workplace Health and Safety (2010) bila
terjadi tumpahan yang mengandung zat kimia benzena harus segera dibersihkan
dengan cepat dan benar.
108
Masih adanya operator yang memiliki pengetahuan yang kurang misalnya
tentang membersihkan tumpahan dengan cepat dan benar seperti peryataan operator
“bila terjadi tumpahan di biarkan saja karena bisa kering sendiri” padahal itu tidak
sesuai dengan teori Kemal, Atif, dan Audil Rashid (2014) yang menggatakan
seharusnya bila terjadi tumpahan harus segera di bersihkan.
Setelah manajemen komitmen tentang keselamatan dan kesehatan langkah
selanjutnya adalah meningkatkan pengetahuan pekerja, untuk menambah
pengetahuan operator tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan itu perlu
diadakan penyuluhan, penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
hermawan (2013) yang menyatakan bahwa tingkat pengetahuan tentang kesehatan
lingkungan meningkat setelah di berikan penyuluhan kesehatan lingkungan.
Kenyataan ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Widayatun (1999)
bahwa semakin luas pengetahuan seseorang maka semakin positif prilaku yang
dilakukan.
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan raba. Sebagian pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga
(Notoatmodjo, 2007)
109
7. BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
1. Gambaran praktek kerja aman pada operator SPBU di wilayah Ciputat
Timur pada tahun 2017 di peroleh nilai sebanyak 11 orang (15,1%)
operator SPBU melakukan praktek kerja dengan baik.
2. Gambaran penggunaan APD operator SPBU di wilayah Ciputat Timur
pada tahun 2017 diperoleh nilai sebanyak hanya 35 orang (47.9%)
operator SPBU menggunakan APD buruk dengan alasan mata masih
normal sehingga tidak perlu menggunakan alat pelindung kacamata.
3. Gambaran personal hygiene operator SPBU di wilayah Ciputat Timur
pada tahun 2017 di peroleh nilai sebanyak hanya 28 orang (38.4%)
operator SPBU mempunyai personal hygiene yang buruk dengan alasan
melakukan makan dan minum karena lapar saat jaga.
4. Gambaran faktor lingkungan operator SPBU di wilayah Ciputat Timur
pada tahun 2017 di peroleh nilai sebanyak hanya 42 orang (57.5%)
operator SPBU memiliki faktor lingkungan yang buruk dengan alasan
tidak membersihkan tumpahan dengan cepat dan benar karena ada
antrian yang panjang sehingga tidak sempat.
5. Nilai gambaran usia pada operator SPBU di wilayah Ciputat Timur rata-
rata 24.97 tahun.
6. Nilai gambaran lama kerja pada operator SPBU di wilayah Ciputat
Timur rata-rata 27,74 bulan.
7. Nilai gambaran jenis kelamin pada operator SPBU di wilayah Ciputat
Timur tahun 2017 berjenis kelamin laki-laki berjumlah 42 orang
(57.5%), sedangkan yang berjenis perempuan berjumlah 31 orang
(41.1%)
110
7.2 Saran
Untuk mengurangi risiko terpapar benzena pada operator SPBU maka perlunya
perbaikan baik dari pihak SPBU atau pihak pekerja yang harus dilakukan
sebagai berikut:
1. Bagi pihak SPBU
a) manajemen harus komitmen tentang kesehatan dan keselamatan
kerja.
b) Perlunya dibuat SOP tentang kewajiban menggunakan APD bagi
operator.
c) Manajemen perlu pengadaan kain lap di setiap stasiun
d) Perlunya pengadaan APD yang sesuai dengan bahaya yang ada di
SPBU.
e) Perlunya diadakan pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan
pekerja tentang pentingnya praktek kerja aman.
f) Sosialisasi tentang pentingnya penggunaan APD bagi operator.
g) Manajemen perlu membuat poster tentang cuci tangan yang baik dan
bahaya merokok
2. Bagi Operator SPBU
a. Operator Wajib mentaati semua peraturan yang dibuat oleh
manajemen tentang kesehatan dan keselamatan kerja.
b. Operator wajib menjaga dan merawat APD yang telah di
diberikan kantor.
c. Operator sebaiknya memperbaiki personal hygiene tentang
barang-barang inventaris, mentaati peraturan tentang larangan
merokok, dan melakukan cuci tangan setelah bekerja.
d. Sebaiknya pakaian kerja jangan digantung atau dicampur dengan
pakaian sehari-hari.
111
3. Bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Sebaiknya UIN Syarif Hidayatullah selaku instansi akademik
terdekat dapat menjadikan ini sebagai tri darma perguruan tinggi dengan
melakukan pengabdian masyarakat berupa edukasi tentang pentingnya
bekerja secara aman terhadap suatu zat kimia..
112
DAFTAR PUSTAKA
American Conferrence Governmental Industrial Hygienists (ACGIH). 1997.
Threshold Limit Value for Chemical Substances and Physical Agents
and Biological Exposurelindices. Cincinnati, Ohio,
USAhttps://www.acgih.org/forms/store/ProductFormPublic/search?actio
n=1&Product_productNumber=0100Doc
Almatsier, S, 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Alfian, H, 2004. Manajemen Pemeliharaan Pabrik.e-USU Repository 2004,
Universitas Sumatera Utara.
Al-Malki, Abdulrahman L. 2009. Serum Heavy Metals and Hemoglobin
Related Compounds in Saudi Arabia Firefighters. Journal of
Occupational Medicineand Toxicology 2009, 4:18 halaman 1-6.
American Petroleum Institute. 2016. Voluntary Children’s Chemical Evaluation
Program (VCCEP) Tier 1 Pilot Submission for BENZENE. Benzene
VCCEP Submission
Anizar. 2012. Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Industri.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Arisman, MB, 2004 . Gizi dalam daur kehidupan. EGC. Jakarta
Asif, Muhammad dkk. 2013. Effect Of Cigarette Smoking Based On
Hematological Parameters: Comparison Between Male Smokers And
Nonsmokers. Turkish Journal of Biochemistry 2013; 38 (1);75–80.
Astrianda. (2012). faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadia dermatitis
kontakpada pekerja bengekl wilayah kecamatan ciputat timur tahun
2012. Uin Jakarta.
Astriana dkk. 2013. Pengetahuan, Persepsi, Dan Praktik Perlindungan Diri
Terhadap Risiko Bahaya Kimia Pada Karyawan Percetakan Di Kota
Makassar. Jurnal FKM Unhas.
ATSDR. (2015). Addendum To The Toxicological Profile For
Benzena.http://www.atsdr.cdc.gov/toxprofiles/Benzena_Addendum.pdfdi
akses
113
ATSDR. (2000). Benzena. 3 November 2010.
http://www.atsdr.cdc.gov/csem/benzena/docs/benzena.pdf
ATSDR. 2006. Case Studies in Environmental Medicine, Benzena Toxicity.
U.S. Department of Health and Human Service.
ATSDR. 2007. Toxicological Profile for Benzena. U.S. Department of Health
and Human Service
ATSDR. 2015. Addendum To The Toxicological Profile For Benzenae.
Azhari AN, Pramita E, Pratiwi N. 2010.Leukemia Sebagai Dampak
Penggantian Timbal Dengan High Octane Mogas Component Dalam
Bahan Bakar Minyak
DiIndonesia.https://www.uiuntukbangsa.files.wordpress.com
Benzene awareness. 2015. Monterey Mechanical Co. San Leandro Street
Biochemistry (14th ed.) Appliton & Lange, Stanford-Connecticut.
Boogaard, et al. 1995. Biological Monitoring Of Exposure To Benzena: A
Comparison Between S-Phenylmercapturic Acid, Trans,Trans-Muconic
Acid, And Phenol. ShellResearch BV. Netherland.
Boss, Gerry R dan Edwin Seegmiller. 1981. Age-Related Physiological
Changes and Their Clinical Significance. The Western Journal of
Medicine Vol.135(6): h. 434–440.
Brautbar, Nachman. 1992. Benzena and Diseases of the Blood:Revisited.
CWCE. From URL : (http://www. environmental disease, corn/)
Budiono, A.M.S, Jusuf, R.M.S., Pusparini, A. 2003.Bunga Rampai Hiperkes &
Keselamatan Kerja.Semarang: Penerbit UNDIP
Cooper, Dominic. 2009,Behavioral Safety A Framework For Success. USA:
Bsafe Management Solution, Inc
Cheyne, A., Sue, C., Oliver, A., and Tomas, J.M., 1998, “Modeling Safety
Climate in the Prediction of Levels of Safety Activity”, Work & Stress,
12, 3, 255-271.
Daryanto, 2007. Keselamatan Kerja Bengkel Otomotif. Bumi Aksara. Jakarta.
114
Depkes RI. 2003. Program Penanggulangan Anemia Gizi untuk Remaja Putrid
an WUS. Depkes RI. Jakarta
Dharma, Stefanus Satria Adi. Pengaruh Paparan Uap Bensin Terhadap
Frekuensi Pembentukan Mikronukleus Mukosa Bukal Pada Penjual
Bensin Eceran. Undip
Diana U. (2014). Analisis Resiko Kesehatan Paparan Benzenae Pada Pekerja
Di pusat Pengepul Produksi (PPP) PT Pertamina EP Asset 2
Prabumulih Field Tahun 2014.
Egeghy V. 2000. Rapport Environment and Biological Monitoring of Benzena
during Self-Service Automobile Refueling, North Carolina, USA.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1240202/pdf/ehp0108-
001195.pdf.
Government of Alberta. 2010. Workplace Health and Safety. Bulletn Chemical
hazards
GPWSP. (2012). Pedoman Gerakan Pekerja Perempuan Sehat Produktif.
http://betterwork.org/indonesia/?page_id=5144&lang=id
Groff James L ,Gropper, sareen S, and Smith ,Jack L, 2005. Advanced Nutrition
and Human Metabolism, Fourth edition. Wadsworth,a division of
Thomson Learning,Inc. USA . 301-315
Gusnita, Dessy. 2012. Pencemaran Logam Berat Timbal (Pb) di Udara
danUpaya Penghapusan Bensin Bertimbal. Peneliti Bidang Komposisi
Atmosfer.LAPAN Berita Dirgantara Vol. 13 No. 3 September 2012:95-
101.
Harrianto R. 2010. Buku Aajar Kesehatan Kerja. Buku Kedokteran EGC.
Jakarta
Hendra. 2008. Peningkatan Pengetahuan Pengrajin Sepatu Informal tentang
Bahaya Kimia dan Cara Kerja Aman dengan Bahan Kimia. Departemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Universitas Indonesia (online).
http://staff.ui.ac.id/internal/132255817/publikasi/PeningkatanPengetahu
anPengrajinSepatuInformalMengenaiBahayaKimiadanCaraKerjaAmand
enganBahanKimia.pdf diakses 19 Desember 2012
115
Hamill, T. 2010. Hemocue Classic Procedure. UCSF Medical Center Clinical
laboratories. Available from.
http://labmed.uscf.edu/labmanual/mftlngmtzn/dndl/poct
Harper, R.S., Koehn, E., 1998, “Managing Industrial Construction Safety in
Southeast Texas”, Journal of Construction Engineering and
Management, 124, 6, 452-457.
Irlianti, Ayu. Endang Dwiyanti. 2014. Analisis perilaku aman tenaga kerja
menggunakan model Perilaku abc ( antecedent behavior consequence).
The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 3, No 1
Irmayanti H. 2013. Analisis Besaran Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Pada
Petugas Operator SPBU Di Wilayah Ciputat Tahun 2012. Repository
Uin Syarif Hidayatullah. Jakarta
Jorunn, K., Trond. R., Bjorn. T.G., Bente. E.M., Magne. B., Oystein. B. 2008.
Effects Of Benzena on Human Hematopoiesis. The Open Hematologi
Journal. 2:87-102
Jeyaratnam, J. 2010. Buku Ajar Praktik Kedokteran Kerja. Jakarta : ECG.
Joko, Suyono. 1995. Deteksi Dini Penyakit Akibat Kerja (World Health
Organization). Editor : Caroline Wijaya. Jakarta: EGC: Penerbit
BukuKedokteran
Junadi, P. 1995. Strategi Operasional Penanggulngan Anemia Gizi di
Indonesia. FKM UI. Depok
Karen, H.W., Frederic, Y.B., Joan, M.D., David, M.A., Robert, C.S. 1994.
Benzena toxicokinetics in humans: exposure of bone marrow to
metabolite. Occupational andEnvironmental Medicine. 51:414-420.
Kamal, Atif dan Audil Rashid .2014. Benzene Exposure Among Auto-Epair
Workers From Workplace Ambience: A Pioneer Study From Pakistan.
Journal of Occupational Medicine and Environmental Health.
Vol(5):830 – 839
116
Keputusan Presiden RI Nomor 22 Tahun 1993 tentang Penyakit yang Timbul
Akibat Hubungan Kerja
Khalid, khalisanni. 2012. Determination of Diffusion Coefficients and
Activation Energy of Selected Organic Liquids using Reversed-Flow
Gas Chromatographic Technique. Sains Malaysiana. Vol 41
Kusuma, Ayu Arnita dkk. 2006. Analisis Pemajanan Benzena terhadap Kadar
Fenol dalam Urin dan Status Anemia pada Pekerja Sektor Industri
Pengolahan Petroleum. Jurnal kesehatan lingkungan. Vol 5
Lauwerys, Robert R dan Perrine Hoet. 2001. Industrial Chemical Exposure
Guidelines for Biological Monitoring 3rd Ed. Amerika: CRC Press
LLC.
Martinez-Velazquez, M., Maldonado, V., Ortega, A., Melendez-Zajgla, J.,
Albores, A. 2006.Benzena metabolites induce apoptosis in lymphocytes.
Experimental and ToxicologicPathology. 58:65-70.
Maywati, Sri. 2012. Kajian Faktor Individu Terhadap Kadar Fenol Urin
Pekerja Bagian Pengeleman Sandal. Jurnal kesehatan masyarakat, vol.
(2). 137-143
Maywati S, Novianti S. 2012. Hubungan Faktor Pemajanan (Masa Kerja Dan
Ventilasi) Dengan Kadar fenol Urin Pekerja Bagian Pengeleman Pada
Industri Sandal KotaTasikmalaya. Kesmas : 137-143
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi.2011.Peraturan Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor PER13/MEN/X/2011
tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat
Kerja. Jakarta,.
Muchtadi D, 1993. Metabolisme Zat Gizi, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta,
151-159
Murray, RK., Granner, DK., Robert, KM., Peter, AM., Victor, WR. 1996.
Harper’s
Neghab, Masoud. Dkk. 2015. Early Liver and Kidney Dysfunction Associated
with Occupational Exposure to Sub-Threshold Limit Value Levels of
Benzene, Toluene, and Xylenes in Unleaded Petrol. Safety and Health
(6) hal 312-316
117
NIOSH. 2007. Pocket Guide To Chemical Hazards.
Pittsburgh,http://www.cdc.gov/niosh/docs/2005-149/pdfs/2005-149.pdf
Noorkasiani. 2009. Sosiologi Keperawatan. Buku kedokteran EGC. Jakarta
Nurzakky M (2012). Pengaruh Kebiasaan Mencuci Tangan Terhadap Kejadian
Dermatitis Kontak Akibat Kerja Pada Tangan Pekerja Bengkel di
Surakarta. 2012. Semarang
Lestari, ED. 2005. Peran Perkembangan Ketrampilan Makan Terhadap Asupan
Zat Besi Anak, Makalah Simposium Clinical Role development,
Surakarta 18 Juni 2005.
Palar, Heryando. 2004. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat.
Jakarta:Rineka Cipta.
Patel, Kushang V. 2008. Variability and Heritability of Hemoglobin
Concentration : An Opportunity to Improve Understanding of Anemia in
Older Adults. haematologica | 2008; 93 (9) halaman 1281-1283.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor : PER
25/MEN/XII/2008 tentang pedoman diagnosis dan penilaian cacat
karena kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Peraturan RI. Peraturan Menteri Tenag Kerja Dan Transmigrasi
RepublikIndonesia Nomor Per.13/Men/X/2011 Tentang Nilai Ambang
Batas Faktor Fisika Dan Faktor Kimia Di Tempat Kerja.
http://www.djpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2011/bn684-2011.pdf.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor : PER.01/MEN/1981
tentang Kewajiban Melapor Penyakit Akibat Kerja
Patel Pudyoko, S. 2010. Hubungan Pajanan Benzena dengan kadar Phenol
dalam Urin dan Gangguan Sistem Hematopoietik pada Pekerja
Instalasi BBM [Tesis]. Semarang:Magister Kesehatan Lingkungan
Universitas Diponegoro Semarang
Pudyoko S. 2010.Hubungan Pajanan Benzenae Dengan Kadar fenol Dalam
Urine Dan Gangguan Sistem Hematopoietic Pada Pekerja Instalasi
BBM 2010.https://core.ac.uk/download/pdf/11722839.pdf. Diakses pada
(1/7/17) pukul 23.58 WIB
118
Putra., Eff endi, D.L. 2003. Keracunan Bahan Organikdan Gas di Lingkungan
Kerja, dan UpayaPencegahannya.
Putri. YRP . (2011).Benzena di (Mara Perkotaan. Departemen Kimia Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.UniversitasIndonesia, Depok.
Reason, J., 1997, “Managing the Risks of Organizational Accidents”, Ashgate
Publishing Limited, England
Raharjo, B. 2003. Faktor-Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Anemia
Pada Pekerja Perempuan di Desa Jetis Kecamatan Sukoharjo
KabupatenSukoharjo. Universitas Diponegoro. Thesis.
Rahim, abdul. Suaniti, ni made. Analisis Fenol Dalam Urin Pekerja Salah Satu
Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umumdi Kota Denpasar. Jurnal Kimia.
Vol 9 (105-108)
Ramakrishnan,U. 2001. Nutritional Anemias. CRC Press, Boca London, New
York Washingon,DC.
Ramon, A. 2007.Anlisis Paparan Benzena Terhadap Profil Darah pada
Pekerja Industri Pengolahan Minyak Bumi [Tesis]. Semarang: Magister
Kesehatan Lingkungan Universitas Diponegoro Semarang.
Rendi, N.S. 2012. Anlisis Resiko Kesehatan Pajanan Benzena pada karyawan
di SPBU „X‟ Pancormas Depok tahun 2011 [Skripsi]. Jakaarta:
Fakultas Kesehatan MasyarakatProgram Studi Kesehatan Masyarakat
Departemen Keselamatan dan Kesehatan KerjaDepok.
Ridley J.2008. Kesehatan dan Keselamatan Kerja: Erlangga.Jakarta.
Rizkiawati, Aulia. 2012. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kadar
Hemoblobin (Hb) dalam Darah pada Tukang Becak di Pasar Mranggen
Demak. Jurnal Kesehatan Masyarakat, Volume 1, Nomor 2, Tahun
2012,Halaman 663 – 669.
SA Health. 2008. Department of Health, Government of South
Australiahttp://www.health.sa.gov.au/pehs/PDF-files/ph-factsheet-
benzena-health.pdf (25Juli 2012).
Sadryani S. 2008. Analisis Pengaruh Konsentrasi Benzena Ditempat Kerja
Terhadap Kadar Fenol Dalam Urin Tenaga Kerja Bengkel Rumbia Jaya
119
Makasar. Universitas Hasanudin. Makasar.
http://repository.unhas.ac.id:4001/digilib/files/disk1/8/--srisadryan-378-
1-ps0387.pdf.
Salawati, Liza. 2009, Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja di Laboratorium
Patologi Klinik Rumah Sakit Umum Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh
Satoto dkk. 2001.Standar Pelayanan Gizi Wanita Usia Subur Anemia Gizi.
Dinkes prop. Jateng, semarang, 94-127
Scott., Ronald, M. 1989. Chemical Hazard in the Workplace. Michigan: Lewis
Publip Inc
Sitorus, H. 2004. Kerusakan lingkungan oleh limbah industry adalah itikad, e-
USU repository 2004. Universitas Sumatera Utara.
SNI.2005. SNI no. 19‐0232‐2005 tentang ambang batas zat kimia lingkunga
kerja. http://web.ipb.ac.id/~tml_atsp/test/SNI%2019-0232-2005.pdf
Soeripto M. 2008. Higiene Industri. Fakultas Kedokteran UI. Jakarta
Sugiyono.2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D.Jakarta.
Alfabeta
Suharno D, 1993. Gizi Kerja Pada Masyarakat Kerja Informal dalam Upaya
Kesehatan Kerja Sektor Informal Di Indonesia, Departemen Kesehatan
RI, Jakarta, 66-157
Suncor energy. 2015. Designated Substance Control Program for Benzene.
EH&S Loss Management
Sungkyoon, K. 2006. Benzena Metabolism in Humans: Dose-dependent
Metabolism and Interindividual Variability [Dissertation]. Chapel Hill:
Departement of EnvironmentalScience and Engineering, School of
Public Health
Supariasa, IDN, Bakri B, Fajar. 2002. Penilaian Status Gizi. EGC. Jakarta
120
Suriyaprom, Kanjana. dkk. Effects Of Tobacco Smoking On Alpha-2-
Macroglobulin And Some Biochemical Parameters In Thai Males.
SoutheastAsian J Trop Med Public Health Vol 38 No. 5 September 2007
Suryo S. 2007. Filosofi Rokok: Sehat Tanpa Berhenti Merokok. Pinus Book
Publisher. Yogyakarta
Suyono, Joko.1986. World Health Organization (WHO). Deteksi Dini PenyakH
Akibat Kerja. Cetakan II. Penerbit EGC. Jakarta: 125-135
Taha. 2000. Knowledge and Practice of Preventive Measures in Small
Industries in Al-Khobar. Saudi Medical Journal Volume 21 Nomor 8
Tahun 2000, hal: 740-745. (online).
http://www.smj.org.sa/PDFFiles/Aug00/Knowledge.pdf
Tambayong, Jan. 2000. Patofisiologi untuk keperawatan. EGC. Jakarta
Tanwaka.2008.Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Manajemen dan
implementasi K3 di tempat kerja. Harapan Press. Surakarta
The Keil Centre. 2000.Behaviour Modification to Improve Safety: Literature
Review. Health and Safety Executive.
Undang-undang Republik Indonesia No 1 tahun 1970 tentang keselamatan
kerja.
Wijayanti. A,. 2005. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Balita Gizi Buruk
dengan Praktek Ibu dalam Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan
(PMT-P) Modisco di Kabupaten Semarang. Tesis. Program Ilmu Gizi.
Universitas Diponegoro.
Workplace Health and Safety. 2010. Benzen at the work site. Goverment of
Alberta.
World Health Organization (WHO). 1977. Environmental Health Criteria 3.
Lead.
Geneva.http://www.inchem.org/documents/ehc/ehc/ehc003.htmdiakses
pada 16 Desember 2016 pukul 04.30.
WHO. 1996. Biological Monitoring of Selected Solvent. Geneva
121
World Health Organization, Blood Transfusion Safety. The Clinical Use of
Blood in Medicine, Obstetrics, Paediatrics, Surgery & Anaesthesia,
Trauma & Burn. Geneva: World Health Organization: 2002. Available
from: http://whqlibdoc.who.int/hq/2001/a72894.pdf
WHO. 2000. Regional Office for Europe.
WHO. 2001. Iron Deficiency, Assessment, Prevention,And Control: A guide for
programne managers, in: anamia Iron Deficiency,and Iron deficiency
Anemia, INACG, Washinton: 1-6
WHO.1996. Biological Monitoring of Chemical Exposure in the Work place
Guidelines,Volume 2. Geneva. WHO.
Winandar, Aris. Tika, Indiraswari. 2016. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap
Pekerja SPBU Dengan Penggunaan APD Masker Terhadap Paparan
Benzenaedikota langsa tahun 2014. Serambi Saintia Vol IV. 2016
Wirakusumah. 1999. Perencaanaan Menu Anemia Gizi Besi. Trubus
Agriwidya. Jakarta
Yuniati, ita. 2016. hubungan praktik kerja, pajanan benzena dankebiasaan
merokok dengan konsentrasi benzenae dalam urin. Skripsi Universitas
Muhamadiyah Yogyakarta.
Zuliyawan. 2010. Analisis Resiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui
Penentuan Level Trans, Trans-Muconic Acid Dalam Urin Pada
Karyawan di SPBU „X‟ Jakarta Utara 2010 [Skripsi]. Jakarta: Fakultas
Kesehatan Masyarakat Program Studi SarjanaKesehatan Masyarakat
Kesehatan Lingkungan Depok.
0
LAMPIRAN
1
KUESIONER PENELITIAN
Nama, saya Nizar Fathul Khoir (Mahasiswa Program Sarjana Kesehatan Masyarakat UIN Syarif
Hidayatulloh Jakarta), Gambaran Prilaku Aman Pekerja Dan Kadar Benzena Pada Pekerja
Operator Spbu Diwilayah Ciputat Timur 2017
Penelitian ini menghargai dan menjujung tinggi hak-hak responden dengan cara menjaga
kerahasian indentitas dari data yang diperoleh.
Penelitian sangat menghargai partisipasi bapak atau ibu dalam penelitian ini.
LEMBAR PERSETUJUAN
Setelah membaca penjelsaan diatas, saya memahami tujuan dan manfaat penelitian ini, saya
mengerti bahwa penelitian akan menghargai dan menjunjung tinggi hak-hak saya sebagai
responden dan saya menyadari bahwa penelitian ini tidak akan berdampak negatif kepada saya.
Saya mengetahui bahwa keikutsertaan saya dalam penelitian sangat besar manfaatnya bagi
mahasiswa Gambaran Prilaku Aman Pekerja Dan Kadar Benzena Pada Pekerja Operator Spbu
Diwilayah Ciputat Timur 2016.
Maka saya bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini
Jakarta, Februari 2017
Responden
2
No. Reponden
LEMBAR KUESIONER PENELITIAN
Identitas Responden
IR1 Nama
IR2 Tempat tanggal lahir
IR3 No hendphone
IR4 No SPBU
A. Jenis Kelamin (lingkari jawaban yang anda pilih) Diisi oleh peneliti
A1 Jenis kelamin 0. Perempuan
1. Laki-laki
[ ] A1
B. Lama kerja (lingkari jawaban yang anda pilih) Diisi oleh peneliti
B1 Mulai kapan anda bekerja menjadi
operator SPBU ?
[ ] B1
B2 Apakah anda sebelumnya pernah
bekerja menjadi operator SPBU lain
sebelum bekerja di sini?
1. Ya
2. Tidak (lanjut
ke C1)
[ ] B2
B3 Apabila pernah mulai dari kapan dan
sampai kapan anda bekerja ?
[ ]B3
C. APD (Berilah tanda (√ ) pada kolom yang mewakili pendapat anda)
3
No Pertanyaan Tidak
pernah
(1)
Kadang-
kadang
(2)
Sering
(3)
Selalu
(4)
(Diisi
oleh
peneliti)
C1 Apakah anda mengunakan
alat pelindung pernafasan saat
bekerja ?
1 2 3 4 [ ]C1
C2 Berikan alasan dari
pertanyaan C1 ?
[ ]C2
C3 Apakah anda mengunakan
kacamata sewaktu bekerja?
1 2 3 4 [ ]C3
C4 Berikan alasan dari
pertanyaan C3 ?
[ ]C4
C5 Apakah anda mengunakan
sepatu saat bekerja menjadi
operator SPBU?
1 2 3 4 [ ]C5
C6 Berikan alasan dari
pertanyaan C5 ?
[ ]C6
C7 Apakah anda mengunakan
sarung tangan saat bekerja?
1 2 3 4 [ ]C7
C8 Berikan alasan dari
pertanyaan C7 ?
[ ]C8
C9 Apakah anda mengunakan
peralatan pelindung pakaian
saat bekerja ?
1 2 3 4 [ ]C9
C10 Berikan alasan dari
pertanyaan C9 ?
[ ]C10
4
C. APD (Berilah tanda (√ ) pada kolom yang mewakili pendapat anda)
No Pertanyaan Tidak
pernah
(1)
Kadang-
kadang
(2)
Sering
(3)
Selalu
(4)
(Diisi
oleh
peneliti)
D. Personal hygiene (Berilah tanda (√ ) pada kolom yang mewakili pendapat anda)
No Pertanyaan Tidak
pernah
(1)
Kadang-
kadang
(2)
Sering
(3)
Selalu
(4)
(Diisi oleh
peneliti)
D1 Apakah anda melakukan
kegiatan makan/minum pada
saat bekerja?
1 2 3 4 [ ]D1
D2 Apakah alasan anda
menjawab pertanyaan D1 ?
[ ] D2
D3 Apakah anda melakukan cuci
tangan saat akan
makan/minum ditempat
kerja?
1 2 3 4 [ ] D3
D4 Apakah alasan anda
menjawab pertanyaan D3 ?
[ ] D4
D5 Apakah anda melakukan cuci
tangan dengan air yang
mengalir?
1 2 3 4 [ ] D5
D6 Apakah alasan anda
menjawab pertanyaan D5 ?
[ ] D6
5
D. Personal hygiene (Berilah tanda (√ ) pada kolom yang mewakili pendapat anda)
No Pertanyaan Tidak
pernah
(1)
Kadang-
kadang
(2)
Sering
(3)
Selalu
(4)
(Diisi oleh
peneliti)
D7 Apakah anda melakukan cuci
tangan mengunakan sabun di
tempat kerja?
1 2 3 4 [ ] D7
D8 Apakah alasan anda
menjawab pertanyaan D7 ?
[ ] D8
D9 Apakah anda melakukan cuci
tangan sebelum meningalkan
tempat kerja?
1 2 3 4 [ ]D9
D10 Apakah alasan anda
menjawab pertanyaan D10 ?
[ ] D10
D11 Apakah anda mencuci muka
sebelum makan dan minum
ditempat kerja?
1 2 3 4 [ ] D11
D12 Apakah alasan anda
menjawab pertanyaan D11 ?
[ ] D12
D13 Apakah anda melakukan
mandi setelah bekerja
mengunakan sabun?
1 2 3 4 [ ] D13
D14 Apakah alasan anda
menjawab pertanyaan D13 ?
[ ] D14
D15 Apakah anda melakukan
mandi setelah bekerja
mengunakan shampoo?
1 2 3 4 [ ] D15
6
D. Personal hygiene (Berilah tanda (√ ) pada kolom yang mewakili pendapat anda)
No Pertanyaan Tidak
pernah
(1)
Kadang-
kadang
(2)
Sering
(3)
Selalu
(4)
(Diisi oleh
peneliti)
D16 Apakah alasan anda
menjawab pertanyaan D15 ?
[ ] D16
D17 Apakah anda merokok saat
kehidupan sehari?
1 2 3 4 [ ] D17
D18 Apakah alasan anda
menjawab pertanyaan D17 ?
[ ] D18
D19 Apakah anda merokok dalam
bekerja ?
1 2 3 4 [ ] D19
D20 Apakah alasan anda
menjawab pertanyaan D19 ?
[ ] D20
D21 Apakah anda mencuci pakian
kerja yang terkena tumpahan
bahan bakar minyak ?
1 2 3 4 [ ] D21
D22 Apakah alasan anda
menjawab pertanyaan D20 ?
[ ] D22
D23 Apakah anda menganti
pakaian kerja setiap hari?
1 2 3 4 [ ] D23
D24 Apakah alasan anda
menjawab pertanyaan D21 ?
[ ] D24
Berilah tanda (√ ) pada jawaban yang mewakili pendapat anda
7
D. Personal hygiene (Berilah tanda (√ ) pada kolom yang mewakili pendapat anda)
No Pertanyaan Tidak
pernah
(1)
Kadang-
kadang
(2)
Sering
(3)
Selalu
(4)
(Diisi oleh
peneliti)
D15 Berapa kali anda menganti
pakaian kerja (jika
mengunakan) ?
1. Satu kali
2. Dua kali
3. Tiga kali
4. Lebih dari tiga kali
[ ] D15
D16 Berapa kali anda menganti
sarung tangan (jika
mengunakan) ?
1. Satu kali
2. Dua kali
3. Tiga kali
4. Lebih dari tiga kali
[ ] D16
D17 Berapa kali anda menganti
masker (jika mengunakan)?
1. Satu kali
2. Dua kali
3. Tiga kali
4. Lebih dari tiga kali
[ ] D17
D18 Berapa jumlah rokok yang
anda hisap dalam sehari?
[ ] D18
D19 Berapa kali anda mandi
mengunakan shampoo dalam
seminggu (jika mengunakan)
?
1. Satu kali
2. Dua kali
3. Tiga kali
4. Lebih dari tiga kali
[ ] D19
D20 Berapa kali anda mencuci
sepatu untuk kerja dalam satu
minggu (jika mengunakan) ?
1. Satu kali
2. Dua kali
3. Tiga kali
4. Lebih dari tiga kali
[ ] D20
E. Faktor Lingkungan (Berilah tanda (√ ) pada kolom yang mewakili pendapat anda)
8
No Pertanyaan Tidak
pernah
(1)
Kadang-
kadang
(2)
Sering
(3)
Selalu
(4)
(Diisi oleh
peneliti)
E1 Apakah anda membersihkan
tumpahan benar (mengunakan
kain lab atau kain pel yang
bersih)?
1 2 3 4 [ ]E1
E2 Apakah alasan anda
menjawab pertanyaan E1 ?
[ ]E1
E3 Apakah anda membersihkan
tumpahan cepat (segera
setelah terjadi tumpahan) ?
1 2 3 4 [ ]E3
E4 Apakah alasan anda
menjawab pertanyaan E3 ?
[ ]E4
E5 Apakah anda selalu menjaga
kebersihan lingkungan diarea
SPBU?
1 2 3 4 [ ]E5
E6 Apakah alasan anda
menjawab pertanyaan E5 ?
[ ]E6
E7 apakah anda menjaga wadah
tempat penampungan BBM
agar tertutup ?
1 2 3 4 [ ] E7
E8 Berikan alasan dari
pertanyaan E7?
[ ]E8
E9 Apakah anda mengunakan air
tanah sekitar SPBU untuk
1 2 3 4 [ ] E9
9
E. Faktor Lingkungan (Berilah tanda (√ ) pada kolom yang mewakili pendapat anda)
No Pertanyaan Tidak
pernah
(1)
Kadang-
kadang
(2)
Sering
(3)
Selalu
(4)
(Diisi oleh
peneliti)
minum ditempat kerja?
E10 Berikan alasan dari
pertanyaan E9 ?
[ ]E10
F. Keluhan (Berilah tanda (√ ) pada kolom yang mewakili pendapat anda)
No Pertanyaan Tidak
pernah
(1)
Kadang-
kadang
(2)
Sering
(3)
Selalu
(4)
(Diisi oleh
peneliti)
F1 Apakah anda mengalami
gejala Lemah ?
1 2 3 4 [ ]F1
F2 Apakah anda mengalami
gejala letih, ?
1 2 3 4 [ ]F2
F3 Apakah anda mengalami
gejala lesu ?
1 2 3 4 [ ]F3
F4 Apakah anda mengalami
gejala mudah lelah ?
1 2 3 4 [ ] F4
F5 Apakah anda mengalami
gejala nafsu maskan
berkurang dalam 1 bulan
terakhir?
1 2 3 4 [ ]F5
F6 Apakah anda mengalami
gejala wajah pucat dalam 1
bulan terakhir?
1 2 3 4 [ ]F6
F7 Apakah anda mengalami 1 2 3 4 [ ] F7
10
F. Keluhan (Berilah tanda (√ ) pada kolom yang mewakili pendapat anda)
No Pertanyaan Tidak
pernah
(1)
Kadang-
kadang
(2)
Sering
(3)
Selalu
(4)
(Diisi oleh
peneliti)
gejala mata berkunang-
kunang dalam 1 bulan
terakhir?
F8 Apakah anda mengalami
gejala sakit kepala, pusing
dalam 1 bulan terakhir?
1 2 3 4 [ ] F8
F9 Apakah anda mengalami
muntah-muntah dalam 1 bulan
terakhir?
1 2 3 4 [ ]F9
F10 Apakah anda mengalami
denyut nadi yang kencang
dalam 1 bulan terakhir?
1 2 3 4 [ ]F10
G. Hasil pengukuran denyut nadi
G1 Denyut nadi pekerja
(Permenit)
TERIMAKASIH ATAS PARTISIPASINYA
11
LEMBAR OBSERVASI
No Observasi Kelengkapan Keterangan
Ya Tidak
1 Mengunakan kacamata 1. Kaca mata biasa
2. Safety googles
2 Mengunakan masker jenis
Air-purifyng respirators
1. Masker Air-purifyng
respirators
2. Masker Air-supplied
respirators/breathing
apparatus
3. Masker biasa (medis)
3 Mengunakan safety shoes 1. Berbahan PVC
2. Bahan biasa
4 Mengunakan Sarung tangan 1. chemical resistant
2. Bahan kain
3. Bahan plastik
5 Mengunakan peralatan
pelingdung pakaian yang
sesuai
6 Air bersih (untuk cici tangan)
7 Ada sabun di area SPBU
9 Kebersihan lingkungan di area
SPBU
10 Air minum dari air tanah
12
Lampiran 2 (uji valididitas san reabiltas kuesioner)
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
C1 91.00 200.000 -1.000 .874
E1 88.50 180.500 .000 .854
E4 88.50 180.500 .000 .854
D3 88.50 180.500 .000 .854
D9 91.50 180.500 .000 .854
D10 91.50 180.500 .000 .854
D11 88.50 180.500 .000 .854
D12 90.50 180.500 .000 .854
B2 91.00 200.000 -1.000 .874
C2 91.50 180.500 .000 .854
C3 89.50 144.500 1.000 .825
C4 91.00 200.000 -1.000 .874
C5 88.50 180.500 .000 .854
D1 90.50 180.500 .000 .854
D2 88.50 180.500 .000 .854
D4 88.50 180.500 .000 .854
D5 89.50 144.500 1.000 .825
D6 91.50 180.500 .000 .854
D7 88.50 180.500 .000 .854
D8 90.00 128.000 1.000 .819
D13 90.00 162.000 1.000 .837
D14 90.50 220.500 -1.000 .895
D15 90.00 128.000 1.000 .819
D17 91.00 200.000 -1.000 .874
D18 88.50 180.500 .000 .854
E2 89.00 162.000 1.000 .837
E3 88.50 180.500 .000 .854
E5 91.50 180.500 .000 .854
F1 91.00 162.000 1.000 .837
F2 90.00 128.000 1.000 .819
F3 89.50 144.500 1.000 .825
F4 89.50 144.500 1.000 .825
F5 91.00 162.000 1.000 .837
F6 91.00 162.000 1.000 .837
F7 91.00 162.000 1.000 .837
13
F8 90.50 144.500 1.000 .825
F9 91.50 180.500 .000 .854
F10 91.50 180.500 .000 .854
14
Lampiran 3
Statistics
praktek_kerja_aman
N Valid 73
Missing 12
Mean 64,62
Median 65,00
Mode 65a
Percentiles
25 60,00
50 65,00
75 69,00
praktek_kerja_aman
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
41 1 1,2 1,4 1,4
46 1 1,2 1,4 2,7
49 1 1,2 1,4 4,1
51 1 1,2 1,4 5,5
54 1 1,2 1,4 6,8
56 1 1,2 1,4 8,2
58 4 4,7 5,5 13,7
59 5 5,9 6,8 20,5
60 5 5,9 6,8 27,4
61 4 4,7 5,5 32,9
62 4 4,7 5,5 38,4
63 4 4,7 5,5 43,8
64 2 2,4 2,7 46,6
65 6 7,1 8,2 54,8
66 4 4,7 5,5 60,3
67 5 5,9 6,8 67,1
68 4 4,7 5,5 72,6
69 3 3,5 4,1 76,7
71 5 5,9 6,8 83,6
72 1 1,2 1,4 84,9
74 6 7,1 8,2 93,2
15
75 2 2,4 2,7 95,9
76 1 1,2 1,4 97,3
77 1 1,2 1,4 98,6
79 1 1,2 1,4 100,0
Total 73 85,9 100,0
Missing System 12 14,1
Total 85 100,0
kelompok praktek kerja aman revisian 1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
sangat buruk 10 11,8 13,7 13,7
buruk 29 34,1 39,7 53,4
cukup 23 27,1 31,5 84,9
baik 11 12,9 15,1 100,0
Total 73 85,9 100,0
Missing System 12 14,1
Total 85 100,0
Statistics
apd
N Valid 73
Missing 12
Mean 8,74
Median 8,00
Mode 8
Percentiles
25 8,00
50 8,00
75 9,00
apd
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
5 1 1,2 1,4 1,4
6 1 1,2 1,4 2,7
7 3 3,5 4,1 6,8
8 32 37,6 43,8 50,7
9 19 22,4 26,0 76,7
16
10 10 11,8 13,7 90,4
11 5 5,9 6,8 97,3
12 2 2,4 2,7 100,0
Total 73 85,9 100,0
Missing System 12 14,1
Total 85 100,0
kuartil apd revisian 1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
sangat buruk 2 2,4 2,7 2,7
buruk 35 41,2 47,9 50,7
cukup 34 40,0 46,6 97,3
baik 2 2,4 2,7 100,0
Total 73 85,9 100,0
Missing System 12 14,1
Total 85 100,0
Statistics
personal_hygiene
N Valid 73
Missing 12
Mean 41,42
Median 42,00
Mode 45
Minimum 25
Maximum 53
Percentiles
25 37,00
50 42,00
75 45,00
personal_hygiene
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
25 1 1,2 1,4 1,4
30 2 2,4 2,7 4,1
31 1 1,2 1,4 5,5
33 3 3,5 4,1 9,6
34 3 3,5 4,1 13,7
35 2 2,4 2,7 16,4
17
36 4 4,7 5,5 21,9
37 3 3,5 4,1 26,0
38 2 2,4 2,7 28,8
39 7 8,2 9,6 38,4
40 5 5,9 6,8 45,2
42 7 8,2 9,6 54,8
43 6 7,1 8,2 63,0
44 3 3,5 4,1 67,1
45 8 9,4 11,0 78,1
46 2 2,4 2,7 80,8
47 1 1,2 1,4 82,2
48 4 4,7 5,5 87,7
49 1 1,2 1,4 89,0
50 3 3,5 4,1 93,2
51 2 2,4 2,7 95,9
52 2 2,4 2,7 98,6
53 1 1,2 1,4 100,0
Total 73 85,9 100,0
Missing System 12 14,1
Total 85 100,0
kuartil personal hygiene
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
sangat buruk 12 14,1 16,4 16,4
buruk 28 32,9 38,4 54,8
cukup 24 28,2 32,9 87,7
baik 9 10,6 12,3 100,0
Total 73 85,9 100,0
Missing System 12 14,1
Total 85 100,0
Statistics
faktor_lingkungan
N Valid 73
Missing 12
Mean 14,45
Median 15,00
18
Mode 15
Minimum 7
Maximum 20
Percentiles
25 13,00
50 15,00
75 16,00
faktor_lingkungan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
7 1 1,2 1,4 1,4
8 1 1,2 1,4 2,7
10 2 2,4 2,7 5,5
11 3 3,5 4,1 9,6
12 8 9,4 11,0 20,5
13 12 14,1 16,4 37,0
14 6 7,1 8,2 45,2
15 16 18,8 21,9 67,1
16 7 8,2 9,6 76,7
17 11 12,9 15,1 91,8
18 4 4,7 5,5 97,3
20 2 2,4 2,7 100,0
Total 73 85,9 100,0
Missing System 12 14,1
Total 85 100,0
kuartil faktor lingkungan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
sangat buruk 7 8,2 9,6 9,6
buruk 42 49,4 57,5 67,1
cukup 18 21,2 24,7 91,8
baik 6 7,1 8,2 100,0
Total 73 85,9 100,0
Missing System 12 14,1
Total 85 100,0