GAMBARAN PENGETAHUAN IBU DAN METODE PENANGANAN DEMAM...
Transcript of GAMBARAN PENGETAHUAN IBU DAN METODE PENANGANAN DEMAM...
i
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU DAN METODE
PENANGANAN DEMAM PADA BALITA DI WILAYAH
PUSKESMAS PISANGAN KOTA TANGERANG SELATAN
Skripsi
Diajukan Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Oleh:
Hizah Septi Kurniati
1112104000001
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/ 2016
ii
iii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
SCHOOL OF NURSING
SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF JAKARTA
Undergraduate Thesis, June 2016
Hizah Septi Kurniati, NIM: 1112104000001
Knowledge Descrptive Mother And Toddler on Fever Management In Area
Pisangan Local Clinics South Tangerang
xvii + 62 pages + 7 Table + 2 + 7 Appendix Chart
ABSTRACT
Fever has two different way treatments which are fever with
immediately treatment and without immediately treatment. This problems for
parents, especially for the mother has not much to know. The purpose of this
research is to describe the mother's knowledge and fever management in infants.
This research used descriptive quantitative method with frequency distribution
analysis. Samples of this research are 72 respondents in Area Pisangan Local
Clinic South Tangerang in April 2016 using a questionnaire and interview
guidelines. The results of this study almost half of the mothers is high school
education 35 mothers (48.6%), half of the mothers have enough knowledge 36
mothers (50%), and most mothers give medicine when the child has a fever 32
mothers (44.4%), mothers whose give paracetamol 67 mothers (93.1%), also 25
mothers (34.7%) which gives compress as the fever management, but most
mothers gives compress on the forehead 44 mothers (61.1%). This study is to
provide for the health professionals in order to give information or counseling to
mothers in fever management properly.
Keywords: Knowledge mother, Fever management.
Reference: 54 (Years 2001-2015)
iv
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi, Juni 2016
Hizah Septi Kurniati, NIM: 1112104000001
Gambaran Pengetahuan Ibu Dan Metode Penanganan Demam Pada Balita
Di Wilayah Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan
xvii+ 62 halaman + 7 Tabel + 2 Bagan + 7 Lampiran
ABSTRAK
Demam memiliki dua penanganan yang berbeda yaitu demam yang tidak
boleh terlalu cepat diturunkan dan demam yang membutuhkan penanganan
segera. Hal tersebut orang tua khususnya ibu belum banyak yang mengetahuinya.
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu
dan metode penanganan demam pada balita. Penelitian ini menggunakan metode
kuantitatif deskriptif dengan analisis distribusi frekuensi. Pengambilan data
dilakukan pada 72 orang responden di Wilayah Puskesmas Pisangan Kota
Tangerang Selatan pada bulan April 2016 dengan menggunakan kuesioner dan
pedoman wawancara. Hasil penelitian ini hampir separuh ibu memiliki pendidikan
menengah keatas sebanyak 35 ibu (48,6%), separuh ibu memiliki pengetahuan
yang cukup 36 ibu (50%), dan kebanyakan ibu memberikan obat ketika anak
demam 32 ibu (44,4%), obat yang diberikan adalah parasetamol 67 ibu (93,1%),
serta sebanyak 25 ibu (34,7%) yang memberikan kompres sebagai penangannnya,
tetapi kebanyakan ibu meletakan kompres di bagian dahi 44 ibu (61,1%).
Penelitian ini diharapkan memberikan masukan kepada tenaga kesehatan supaya
dapat memberikan informasi atau penyuluhan kepada ibu dalam penanganan
demam yang tepat.
Kata kunci: Pengetahuan ibu, penanganan demam.
Referensi : 54 (tahun 2001-2015)
v
vi
RIWAYAT HIDUP
Nama : Hizah Septi Kurniati
vii
viii
RIWAYAT HIDUP
Nama : Hizah Septi Kurniati
Tempat/ Tanggal Lahir : Kota Gajah, 26 Mei 1994
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Alamat : Tanggul Angin Kecamatan Punggur Kabupaten
Lampung Tengah RT. 04 RW. 02 No. 164
Telepon : 081278987966
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan :
1. 1999-2000 : TK Kartika
2. 2000 - 2006 : SD Negeri 03 Tanggul Angin
3. 2006 - 2009 : SMP Negeri 01 Punggur
4. 2009 - 2012 : MAN 2 Metro Lampung
5. 2012 - 2016 : S – 1 Ilmu Keperawatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan
hidayah-Nya peneliti dapat menyelesaikan proposal yang berjudul “Gambaran
Pengetahuan Ibu dan Metode Penanganan Demam pada Balita di Wilayah
Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan”. Shalawat dan salam senantiasa
kita sanjungakan kehadirat Nabi Besar Muhammad SAW.
Selama proses penyelesaian skripsi ini, peneliti telah banyak mendapatkan
bantuan berupa bimbingan dan dukungan dari semua pihak. Untuk itu, peneliti
ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Prof. DR. Arif Sumantri, M. Kes, selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Maulina Handayani, S.Kp, M.Sc, selaku Ketua Program Studi Ilmu
KeperawatanUIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Puspita Palupi, M. Kep, Ns. Sp. Kep. Mat, selaku DosenPembimbing
Akademik dan dosen pembimbing kedua skripsi yang selalu memberikan
perhatian, waktu, dan bimbingannya selama perkuliahan.
4. Bapak Ns. Waras Budi Utomo, S. Kep. MKM, selaku Dosen Pembimbing
Pertama yang senantiasa memberikan waktu dan bimbingannya selama
penyusunan skripsi ini.
5. Segenap Staf bidang Akademik dan Adminstrasi FKIK dan Program Studi
Ilmu Keperawatan
x
6. Teristimewa ucapan terima kasih kepada seluruh keluarga tercinta, Mama
dan Papa tersayang (Ibu Tukiyah dan Ayah Tugiono). Kakak-kakak ku
tersayang (Dian Erna Mega Sari, Wahyudi Julianto, Destri Lestari
Ningsih). Terimakasih atas segala perhatian dan dukungan yang telah
kalian berikan untukku, atas doa yang senantiasa selalu terpanjatkan, dan
terimakasih telah menjadi bagian hidupku.
7. Teman-temanku seperjuanganku di ilmu keperawatan kita semua luar
biasa, terimakasih atas perkenalan berharga selama dibangku perkuliahan
ini.
8. Teruntuk teman –teman (Ida, Ria, Anis, Ukhti, Hanif, Tantri) terimakasih
segala support nya.
Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat
peneliti harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.
Jakarta, Juni 2016
Penulis
xi
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul.......................................................................................... i
Lembar Pernyataan................................................................................... ii
Abstract..................................................................................................... iii
Abstrak..................................................................................................... iv
Pernyataan Persetujuan............................................................................. v
Lembar Pengesahan................................................................................. vi
Daftar Riwayat Hidup.............................................................................. viii
Kata Pengantar......................................................................................... ix
Daftar Isi.................................................................................................. xi
Daftar Singkatan...................................................................................... xiv
Daftar Bagan............................................................................................ xv
Daftar Tabel............................................................................................. xvi
Daftar Lampiran...................................................................................... xvii
BAB I PENDAHUALUAN
A. Latar Belakang........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian........................................................................ 6
D. Manfaat Penelitian...................................................................... 6
E. Ruang Lingkup Penelitian.......................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengetahuan............................................................................... 8
xii
1. Definisi Pengetahuan........................................................... 8
2. Tingkat Pengetahuan........................................................... 8
3. Proses Pengetahuan.............................................................. 9
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan................ 10
5. Cara Mengukur Pengetahuan.............................................. 12
B. Demam...................................................................................... 12
1. Definisi Demam.................................................................. 12
2. Penyebab Demam............................................................... 15
3. Mekanisme......................................................................... 16
4. Metode Penanganan Demam.............................................. 17
5. Faktor yang Berpengaruh terhadap Tindakan Kesehatan ... 25
C. Balita ....................................................................................... 26
D. Penelitian Terkait..................................................................... 27
E. Kerangka Teori........................................................................ 31
BAB III KERANGAKA KONSEP, DEFINISI OPRASIONAL, DAN
HIPOTESIS
A. Kerangka Konsep....................................................................... 32
B. Hipotesis.................................................................................... 33
C. Definisi Oprasional................................................................... 33
BAB IV METODELOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian...................................................................... 35
B. Tempat dan Waktu Penelitian.................................................. 35
C. Populasi dan Sampel.............................................................. 35
D. Besar Sampel............................................................................ 36
xiii
E. Pengumpulan Data................................................................... 37
F. Instrument Penelitian............................................................... 38
G. Uji Validitas dan Reabilitas..................................................... 40
H. Pengolahan Data...................................................................... 42
I. Analisis Data Statitik............................................................... 43
J. Etika Penelitian........................................................................ 44
BAB V HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Lokasi Penelitian................................................... 47
B. Hasil Analisis Univariat.......................................................... 48
BAB VI PEMBAHASAN
A. Analisis Univariat.................................................................... 52
B. Keterbatasan Penelitian........................................................... 60
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan.............................................................................. 61
B. Saran........................................................................................ 62
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR SINGKATAN
AAP : American Academy of Pediatrics
COX-2 :Cycloogsigenase-2
Hb : Hemoglobin
Hct : Hematocrit
IL-1 : Interleukin-1
IL-6 : Interleukin-6
MIP-1 : Macrophage Inflammatory Protein-1
NAPN : National Association of Pediatric Nurse
RR : Respiratory rate
TNF-α : Tumor necrosis factor alpha
UIN : Universitas Islam Negeri
FKIK : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
xv
DAFTAR BAGAN
Halaman
Gambar 1. Kerangka Teori 31
Gambar 2. Kerangka Konsep 32
xvi
DAFTAR TABEL
No tabel Judul Tabel Halaman
1.1 Definsi Operasional 33
4.1 Pertanyaan 38
5.1 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat Pendidikan 48
5.2 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pengetahuan Ibu 49
5.3 Distribusi frekuensi Responden Hal yang ibu lakukakan ketika 49
balita demam
5.4 Distribusi frekuensi bagian tubuh balita yang dapat 50
Diberikkan kompres
5.6 Distribusi frekuensi obat yang diberikan saat balita demam 51
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Perizinan
Lampiran 2 Informed Consent
Lampiran 3 Kuesioner Penelitian
Lampiran 4 Pedoman Skoring
Lampiran 5 Surat Keterangan Validasi Instrument Penelitian
Lampiran 6 Uji Validitas dan Reliabilitas
Lampiran 7 Hasil Analisis Univariat
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak bagi orang tua merupakan suatu aset yang berharga yang harus
dijaga dan dilindungi. Orang tua akan senang ketika melihat anaknya
tumbuh dan berkembang secara sehat. Namun ketika anak sedang sakit
menjadikan suatu kekhawatiran yang akan muncul pada orang tua dan
menimbulkan ekspresi tingkah laku yang tidak seperti biasanya
(Notoatmodjo, 2007). Anak-anak merupakan suatu kelompok yang mudah
sekali terserang penyakit karena mereka masih memiliki daya tahan tubuh
yang rendah. Penyakit yang umumnya menyerang bayi dan balita antara
lain: demam, batuk, pilek, dan diare. Demam merupakan suatu gejala dan
bukan merupakan penyakit tersendiri yang sering di derita oleh anak
(Nanik, 2008). Menurut penelitian yang dilakukan Tarigan dkk (2007) hal
yang sering ditakutkan orang tua ketika anak demam yaitu anak dapat
terjadi kejang (70%).
Demam adalah suatu kondisi saat suhu badan lebih tinggi dari pada
biasanya atau di atas suhu normal. Umumnya terjadi ketika seseorang
mengalami gangguan kesehatan. Suhu badan normal manusia biasanya
berkisar antara 36-37 ºC. Seseorang yang mengalami demam, suhu
badanya diatas 37 ºC sebenarnya, suhu badan yang mencapai 37,5 ºC
masih berada di ambang batas suhu normal. Tentu saja sepanjang suhu
tersebut tidak memiliki kecenderungan untuk meningkat. Dengan kata
2
lain, ketika kondisi suhu badan melebihi suhu normal sudah selayaknya
hal tersebut mendapatkan perhatian yang lebih serius sehingga
kemungkinan melampaui batas normal dapat dihindarkan (Widjaja, 2008).
Demam memiliki dua kondisi penanganan yang berbeda yaitu
demam yang tidak boleh terlalu cepat diturunkan karena hal tersebut
merupakan respon terhadap infeksi ringan yang bersifat self limitied atau
sebagai antibodi dan demam yang membutuhkan penanganan segera
karena merupakan tanda infeksi serius karena dapat mengancam jiwa
seperti pneumonia, meningitis, dan sepsis. Kedua kondisi tersebut belum
banyak orang tua mengetahuinya oleh sebab itu, orang tua terutama ibu
perlu memahami bagaimana cara penanganan demam yang baik dan tepat
bagi anak (Finkelstein, 2000).
Penanganan demam pada anak sangat tergantung pada peran orang
tua terutama ibu. Ibu biasanya menjadi orang terdekat bagi anak-anak nya
yang memiliki sikap kelembutan. Ibu yang tahu tentang demam dan
memiliki sikap yang baik dalam memberikan perawatan dapat menentukan
penanganan yang terbaik untuk anaknya (Riandita, 2012). Perlakuan dan
penanganan yang salah, lambat, dan tidak tepat akan mengakibatkan
terganggunya pertumbuhan dan perkembangan tubuh balita, serta dapat
membahayakan keselamatan jiwanya (Widjaja, 2008).
Penanganan demam pada anak yang terjadi di masyarakat sangat
bervariasi dari berbagai penelitian. Mulai dari penanganan demam yang
ringan berupa self management yaitu penanganan yang dilakukan secara
3
sendiri maupun penanganan demam yang serius dengan cara non self
management yaitu penanganan yang memerlukan pengobatan dari tenaga
medis. Sumber pengobatan di indonesia mencakup sektor yang saling
berhubungan, yaitu pengobatan sendiri, dan pengobatan tenaga medis
profesional. Dalam pengobatan sakit, seseorang dapat memilih satu sampai
lima sumber pengobatan, tetapi tindakan pertama yang paling banyak
dilakukan adalah pengobatan sendiri atau pengobatan self managment
(Kalangie 1984 dalam sudibyo 2005).
Menurut Oshikoya dkk (2008) di Nigeria menunjukkan bahwa
66,7% ibu melakukan self management sebagai penanganan awal terhadap
demam anak. Terapi fisik, terapi obat-obatan maupun kombinasi keduanya
merupakan penanganan demam secara self management (Pilpat dkk, 2002
dan Kayman, 2003). Menempatkan anak dalam ruangan bersuhu normal,
memberikan minum yang banyak, dan melakukan kompres adalah terapi
secara fisik yang sering dilakukan pada anak yang demam. Pemberian
antipiretikpun merupakan terapi obat-obatan yang diberikan pada anak
(Pilpat dkk, 2002).
Pengetahuan orang tua terhadap demam pada balita wajib dikuasai
dengan baik oleh para orang tua khususnya ibu. Para peneliti melaporkan
80% orang tua menjadi cemas ketika anak mereka mengalami demam, hal
ini dikarenakan pengetahuan mereka tentang demam dan cara mengatasi
demam tidak memadai, sehingga sikap dan perilaku mereka cenderung
berlebihan (Soedjatmiko, 2005). Pengetahuan orang tua tersebut salah
satunya dapat dilatar belakangi oleh pendidikan (Cerah, 2010).
4
Menurut Tarigan, (2007) di RS. Dr. Pirngdi medan mengungkapkan
bahwa pengetahuan ibu tentang demam meliputi pengetahuan mereka
mengenai kompres demam, sebanyak (46%) menggunakan kompres dingin
dan (22%) menggunakan kompres hangat untuk menurunkan panas tubuh.
Kebanyakan ibu mengetahui penanganan kompres tersebut dari dokter. Ibu
mengetahui lokasi yang diajarkan untuk kompres adalah kebanyakan di
dahi (57%), dan yang menganjurkan diketiak/selangkangan (18%).
Kompres yang di letakan diketiak ataupun selangkangan pada bayi
ataupun balita dapat menurunkan demam anak secara cepat dikarenakan
terdapat pembuluh darah yang besar. Oshikoya dkk, (2008) di Nigeria
mengatakan yang dimaksud dengan pengetahuan ibu tentang demam
adalah pengetahuan terhadap temperatur demam, serta penyebab demam.
Penelitan yang dilakukan oleh Riandita, (2012) dijumpai sebanyak
(52%) ibu memiliki pengetahuan yang rendah mengenai penanganan
demam. Dawood dkk (2010) di Malaysia mengatakan pengetahuan
mengenai demam adalah mengenai obat demam, efek samping obat. Nanik
(2008) dalam penelitianya didapatkan ibu mengatakan kurang mengetahui
konsep dari demam, penyebab-penyebab demam dan dampak dari demam.
Para ibu mengatakan bahwa jika anak demam harus segera dibawa ke
dokter, dan harus istirahat penuh.
Dari hasil observasi peneliti ke Puskesmas Pisangan Kota Tangerang
didapatkan bahwa dari bulan Januari sampai Oktober balita yang
mengalami demam sebanyak 224 balita laki-laki dan 192 balita
perempuan. Studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti dengan
5
membagikan kuesioner pada 10 orang tua di RW 11 RT 02 di Pisangan
Ciputat didapatkan bahwa 70% orang tua memiliki termometer dan hanya
ada 20% orang tua yang mengetahui rentang normal suhu tubuh. Terdapat
lebih dari satu penanganan demam yang dilakukan oleh orang tua, jika
dilakukan pengkategorian penanganan demam di dapatkan 80% orang tua
mengkompres air hangat, 50% memberikan minum yang banyak, 30%
memberikan obat penurun panas dan 30% menggunakan baju anak yang
tipis ketika demam atau memberikan aliran udara yang baik.
Melihat hal tersebut peneliti tertarik untuk meneliti mengenai
gambaran pengetahuan ibu dan metode penanganan demam pada balita di
Wilayah Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan.
B. Rumusan Masalah
Penelitian yang mengkaji gambaran pengetahuan ibu dan metode
penanganan demam pada balita di wilayah puskesmas pisangan kota
tangerang selatan merupakan hal yang membuat peneliti tertarik
dikarenakan belum ada yang meneliti diwilayah puskesmas pisangan kota
tangerang mengenai hal tersebut. Dilihat dari observasi peneliti
kebanyakan ibu belum mengetahui bagaimana penanganan demam yang
tepat untuk anak-anak mereka. Pengetahuan ibu yang berbeda-beda
mengenai demam akan mengakibatkan penanganan yang berbeda pula
bagi anak. Berdasarkan masalah tersebut, maka dirumuskan sebuah
pertanyaan: Bagaimana gambaran pengetahuan ibu dan metode
penanganan demam pada balita di wilayah puskesmas pisangan kota
tangerang selatan?
6
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran
pengetahuan ibu dan metode penanganan demam pada balita di wilayah
puskesmas pisangan kota tangerang selatan?
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui karakteristik ibu: gambaran tingkat pendidikan ibu di
wilayah puskesmas pisangan kota tangerang selatan
b. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu terkait demam pada
balita
c. Mengetahui gambaran metode penaganan demam yang dilakukan
ibu
D. Manfaat penelitian
1. Bagi Peneliti
Manfaat bagi peneliti adalah memperoleh pengalaman,
wawasan dan pengetahuan mengenai gambaran pengetahuan ibu dan
metode penanganan demam pada balita.
2. Bagi Ilmu Keperawatan
Manfaat bagi ilmu keperawatan sebagai tambahan literatur ilmu
pengetahuan bagi pendidik maupun peserta didik untuk meningkatkan
wawasan tentang metode penanganan demam pada balita.
7
3. Bagi Masyarakat
Manfaat bagi masyarakat adalah memberikan informasi dan
meningkatkan manajemen tambahan dalam penanganan demam pada
balita.
4. Bagi Penelitian
Manfaat bagi peneliti selanjutnya adalah sebagai tambahan
informasi dan data dasar penelitian mengenai gambaran pengetahuan
ibu dan metode penanganan demam pada balita.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
gambaran pengetahuan ibu dan metode penanganan demam pada balita.
Jenis penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif
dengan analisis distribusi frekuensi.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengetahuan
1. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi melalui proses
sensoris khususnya mata dan telinga terhadap objek tertentu (Sunaryo,
2004). Menurut Ihsan (2010) pengetahuan merupakan segala sesuatu
yang diketahui oleh manusia yang ditangkap dari berbagai sumber.
2. Tingkat Pengetahuan
Tingkat pengetahuan mencakup 7 tingkatan yaitu:
a. Tahu
Tahu dapat diartikan mengingat atau mengingat kembali suatu
materi yang telah dipelajari sebelumnya. Ukuran bahwa seseorang
itu tahu, adalah ia dapat menyebutkan, menguraikan,
mendefinisikan, dan menyatakan.
b. Memahami
Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan dan
menginterpretasikan dengan benar tentang objek yang diketahui.
Seseorang yang telah paham tentang sesuatu harus dapat
menjelaskan, memberikan contoh, dan menyimpulkan.
9
c. Penerapan
Penerapan yaitu kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi dan kondisi nyata atau dapat
menggunakan hukum-hukm, rumus, metode dalam situasi nyata.
d. Analisis
Analisis adalah kemampuan untuk menguraikan objek ke dalam
bagian-bagian lebih kecil, tetapi masih di dalam suatu struktur
objek tersebut dan masih terkait satu sama lain.
e. Sintesis
Sintesis, yaitu suatu kemampuan untuk menghubungkan bagian-
bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-
formulasi yang ada.
f. Evaluasi
Evaluasi adalah kemampuan memberikan penilaian terhadap
suatu objek
g. Cipta
Cipta adalah kemampuan memadukan unsur-unsur menjadi suatu
bentuk baru yang utuh atau membuat sesuatu yang orisinil
(Sunaryo, 2004; Bloom, 2001).
3. Proses Pengetahuan
Proses dari pengetahuan terdapat beberapa tahap diantaranya:
awereness (kesadaran) yaitu dimana individu menyadari adanya
stimulus, setelah itu individu merasa interest (tertarik) terhadap
10
stimulus, kemudian terjadi Evaluation (menimbang-nimbang) induvidu
menimbang-nimbang tentang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi
dirinya, kemudian individu melakukan sesuatu yang baru sesuai
dengan apa yang dikehendaki (trial atau coba). Pada tahapan terakhir
yaitu Adoption, individu telah berprilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, sikap, dan kesadarannya terhadap stimulus (Sunaryo,
2004).
4. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Faktor–faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang
diantaranya; pendidikan, informasi, umur, sosial budaya, pengalaman,
dan sosial ekonomi (Notoatmodjo, 2007).
a. Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan sebuah proses pengubahan sikap dan tata
laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan
manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan (KBBI).
Berdasarkan jurnal Pro-Health menyatakan bahwa pendidikan
mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan ibu makin
mudah menerima informasi.
b. Informasi
Informasi bisa diartikan sebagai berita yang mengandung maksud
tertentu. Manusia memiliki pengetahuan dan pengalaman yang selalu
ingin dibagikan kepada orang lain. Pengalaman atau pengetahuan
yang di komunikasikan tersebut yaitu pesan atau informasi. Dengan
memberikan informasi, dapat diharapkan akan terjadi peningkatan
11
pengetahuan, sikap perilaku pada individu atau kelompok
berdasarkan kesadaran dan kemauan. Ibu yang memiliki sumber
informasi yang banyak memiliki pengetahuan yang lebih luas
(Notoatmodjo, 2007).
Menurut Sidiknas (2003) mengatakan informasi yang diperoleh baik
dari pendidikan formal dan non formal dapat memberikan pengaruh
sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan.
Sejalan dari penelitian Rindita, 2012 mengatakan sebagai sarana
komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti telivisi radio, surat
kabar, majalah, termasuk penyukuhan kesehatan mempunyai
pengaruh besar terhadap pembentukan pengetahuan seseorang.
c. Umur
Umur dapat mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang.
Menurut Notoatmodjo (2010), semakin bertambah usia semakin
berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga
pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.
d. Sosial budaya
Kebiasaan atau tradisi yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok
dapat mempengaruhi proses masuknya pengetahuan kedalam
individu tersebut (Farhani, 2014).
e. Pengalaman
Semua pengalaman pribadi seseorang dapat merupakan sumber
pengetahuan untuk menarik kesimpulan dan pengalaman.
Pengalaman adalah sesuatu hal atau kejadian yang pernah dialami,
12
dijalani, atau dirasai (Kusmayadi, 2008). Menurut Riandita (2012)
mengatakan bahwa pengetahuan ibu dari anak yang pernah atau
bahkan sering mengalami demam seharusnya lebih tinggi dari
pengetahuan ibu dari anak yang belum pernah mengalami demam
sebelumnya.
f. Sosial ekonomi
Tingkat kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Semakin tinggi kemampuan sosial ekonomi semakin mudah
seseorang dalam mendapatkan pengetahuan (Farhani, 2014).
5. Cara Mengukur Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003), pengukuran pengetahuan dapat
dilakukan dengan wawancara atau kuesioner yang menanyakan
tentang isi materi yang akan diukur dari subjek penelitian atau
responden.
B. Demam
1. Definisi Demam
Demam adalah suatu kondisi saat suhu badan lebih tinggi dari
pada biasanya atau di atas suhu normal. Umumnya terjadi ketika
seseorang mengalami gangguan kesehatan. Suhu badan normal
manusia biasanya berkisar antara 36-37ºC. Jadi, seseorang yang
mengalami demam, suhu badanya diatas 37ºC sebenarnya, suhu badan
yang mencapai 37,5ºC masih berada di ambang batas suhu normal.
Tentu saja sepanjang suhu tersebut tidak memiliki kecenderungan
untuk meningkat. Dengan kata lain, ketika kondisi suhu badan
13
melebihi suhu normal sudah selayaknyahal tersebut mendapatkan
perhatian yang lebih serius sehingga kemungkinan melampaui batas
normal dapat dihindarkan (Widjaja, 2008).
Demam dapat didefinisikan baik secara patofisiologi dan secara
klinis. Demam secara patofisiologi yaitu peningkatan
thermoregulatory set point dari pusat hipotalamus yang diperantarai
olehinterleukin (IL-1). Sedangkan demam secara klinis yaitu
peningkatan suhu tubuh 1ºC atau lebih besar di atas nilai rerata suhu
normal (El Rahdi, 2009).
Demam adalah suatu keadaan suhu tubuh mengalami kenaikan.
Menurut NAPN (National Association of Pediatric Nurse) dikatakan
demam bila bayi berumur kurang dari 3 bulan suhu rektal melebihi
38ºC. Pada anak umur lebih dari 3 bulan, suhu aksila dan oral lebih
dari 38,3ºC. Sedangakan menurut American Academy of Pediatrics
(AAP) Demam adalah mekanisme fisiologis yang memiliki efek
menguntungkan pada infeksi. Suhu normal rektal pada anak berumur
kurang dari 3 tahun sampai 38ºC, suhu normal oral sampai 37,5ºC.
Pada anak berumur lebih dari 3 tahun suhu oral normal sampai 37,2ºC,
suhu rektal normal sampai 37,8ºC. Menurut Patient information: fever
in children (beyond the basic) demam merupakan respon normal
untuk berbagai kondisi, yang paling umum dari infeksi, tidak ada nilai
tunggal yang didefinisikan sebagai demam. Namun terdapat nilai-nilai
yang berlaku untuk demam yaitu, suhu rektal diatas 100,4º F (38ºC),
suhu oral diatas 100ºF (37,8ºC), aksila (ketiak) suhu di atas 100.4
14
Fº(38ºC) dalam mode rektal atau 99,5ºF (37,5ºC), Dahi (arteri
temporalis) suhu diatas 100,4ºF (38ºC).
Pada umumnya demam adalah suatu gejala dan bukan
merupakan penyakit tersendiri. Para ahli berpendapat bahwa demam
adalah suatu reaksi tangkis yang berguna dari tubuh terhadap infeksi.
Pada suhu di atas 37 ºC limfosit dan makrofag menjadi lebih aktif.
Bila suhu melampaui 40-41 ºC, barulah terjadi situasi kritis yang bisa
menjadi fatal, karena tidak terkendali-kan lagi oleh tubuh (Tjay,
2007).
Bahren dkk (2014), mengatakan Demam merupakan respon
yang normal terhadap berbagai kondisi, penyebab demam paling
banyak adalah infeksi mikroorganisme seperti virus, bakteri atau
parasite. Demam adalah peningkatan suhu tubuh sebagai akibat
termostat yang ada di otak, mensetting suhu tubuh lebih tinggi dari
biasanya.
Variasi normal suhu dipertahankan dalam rentang yang sempit
antara penurunan 0,5 ºC dibawah normal pada pagi hari dan
peningkatan 0,5ºC diatas normal pada malam hari, sehingga demam
tidak hanya dinyatakan dalam satu nilai atau derajat tertentu. Berikut
ini adalah batasan nilai atau derajat demam untuk semua usia dengan
pengukuran di berbagai bagian tubuh: suhu aksila/ketiak diatas 37,2
ºC, suhu oral/mulut diatas 37,8 ºC, suhu rektal/anus diatas 38ºC suhu
dahi diatas 38ºC, suhu dimembran telinga diatas 38ºC. Sedangkan
demam tinggi bila suhu tubuh diatas 39,5 ºC dan hiperpireksia bila
15
suhu > 41,1 ºC. Walaupun pengukuran suhu pada oral dan rektal lebih
menunjukkan suhu tubuh yang sebenarnya, hal ini tidak
direkomendasikan kecuali benar-benar dapat dipastikan keamananya
khususnya pada anak-anak.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Tarigan dkk (2007),
didapatkan kebanyakan orang tua mengetahui demam pada anak dari
telapak tangan (38%), lokasi untuk merasakan demam adalah dahi
(77%), dan jenis termometer yang dimiliki adalah digital (20%)
dengan tempat pengukuran diketiak (56%). Persentase batas demam
menurut orang tua terbanyak >37,5 ºC (31%).
2. Penyebab Demam
Secara garis besar, ada dua kategori demam yang sering kali
diderita oleh anak balita (dan manusia pada umumnya), yaitu demam
noninfeksi dan demam infeksi.
a. Demam Noninfeksi
Demam noninfeksi adalah demam yang bukan disebabkan
oleh masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh. Demam noninfeksi
jarang terjadi dan diderita oleh manusia dalam kehidupan sehari-
hari. Demam ini timbul karena adanya kelainan pada tubuh yang
dibawa sejak lahir, dan tidak ditangani dengan baik. Contoh
demam noninfeksi anatara lain demam yang disebabkan oleh
adanya kelianan degeneratif atau kelainan bawaan pada jantung,
demam karena stres, atau demam yang disebabkan oleh adanya
penyakit-penyakit berat, misalnya leukimia atau kanker darah.
16
b. Demam Infeksi
Demam infeksi adalah demam yang disebabkan oleh
masuknya patogen, misalnya kuman, bakteri, viral atau virus, atau
binatang kecil lainnya ke dalam tubuh. Demam infeksi paling
sering terjadi dan diderita oleh manusia dalam kehidupan sehari-
hari. Bakteri, kuman, atau virus dapat masuk ke dalam tubuh
manusia melalui berbagai cara, misalnya melalui makanan, udara
atau persentuhan tubuh (Widjaja, 2008).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Oshikoya dkk,
2008 di Nigeria mayoritas ibu menyatakan demam disebabkan oleh
infeksi (43,7%), paparan sinar matahari (27%) dan hiperaktivitas
(16,7%).
Gejala penyerta yang dialami balita ketika demam adalah
muntah, lemah, rewel, dan pucat (lau Ass dkk, 2002 ; Ohsikoya
dkk, 2008).
3. Mekanisme Demam
Demam merujuk kepada peningkatan suhu tubuh akibat infeksi
atau peradangan. Sebagai respons terhadap masuknya mikroba, sel-sel
fagosistik tertentu (makrofag) mengeluarkan suatu bahan kimia yang
dikenal sebagai pirogen endogen yang, selain efek-efeknya dalam
melawan infeksi, bekerja pada pusat termoregulasi hipotalamus untuk
meningkatkan patokan termostat (Sherwood, 2011).
Monosit, makrofag dan sel kuper mengeluarkan sitokin
berperan sebagai pirogen endogen (IL-1, TNF-α, IL-6, dan Interferon)
17
yang bekerja pada pusat hipotalamus. Sebagai suatu respon terhadap
sitokin tersebut. Maka dari itu akan terjadi sintesis prostaglandin,
terutama prostaglandin E2 melalui metabolisme asam bikarbonat jalur
siklooksigenase-2 (COX-2) dan menimbulkan peningkatan suhu tubuh
(Ganong, 2002 dan Nelwan, 2006).
Mekanisme demam dapat juga terjadi melalui jalur non
prostagalndin melalui sinyal afferen nervus vagus yang dimediasi oleh
produk lokal Macrophage Inflammatory Protein-1 (MIP-1), suatu
kemokin yang bekerja langsung terhadap hipotalamus anterior.
Berbeda dengan demam dari jalur prostaglandin, demam melalui MIP-
1 ini tidak dapat dihambat oleh antipiretik (Nelwan, 2006).
Secara spesifik, hipotalamus memicu menggigil agar produksi
panas segera meningkat, dan mendorong vasokonstriksi kulit untuk
segera mengurangi pengeluaran panas. Kedua tindakan ini mendorong
suhu naik dan menyebabkan menggigil yang sering terjadi pada
permulaan demam. Karena itu, terjadinya demam sebagai respons
terhadap infeksi adalah tujuan yang disengaja dan bukan disebabkan
oleh kerusakan mekanisme termoregulasi (Sherwood, 2011).
4. Metode Penanganan Demam
Pada prinsipnya demam dapat menguntungkan dan dapat
merugikan, menguntungkan karena peningkatan kemampuan sistem
imunitas atau kekebalan tubuh dalam melawan penyakit dan
menurunkan kemampuan virus atau bakteri dalam memperbanyak diri.
Merugikan karena demam menimbulkan anak menjadi gelisah, tidak
18
bisa tidur, selera makan dan minum menurun dan bahkan dapat
menimbulkan kejang demam (Bahren, 2014).
Menurut penelitian yang dilakukan Tarigan dkk (2007), hal yang
sering ditakutkan orang tua ketika anak demam yaitu anak dapat
terjadi kejang (70%). Maka dari itu demam perlu diketahui cara
penangananya. Penanganan demam pada anak merupakan salah satu
bentuk perilaku pemulihan kesehatan terhadap anak yang mengalami
demam. Menurut Plipat, (2002) penanganan demam pada anak dapat
dilakukan dengan self management maupun non self management.
1.1 Penanganan Demam secara Self Management
Penanganan secara self management merupakan
penanganan demam yang dilakukan sendiri tanpa menggunakan
jasa tenaga kesehatan. Penanganan secara self management dapat
dilakukan dengan terapi fisik, terapi obat, maupun kombinasi
keduanya (Plipat, 2002). Menurut penelitian Oshikoya dkk
(2008), sebanyak (66,7%) ibu melakukan penganan demam di
rumah dengan membuka baju anak, memberikan aliran udara
yang baik, tepid water spong dan memberikan obat paracetamol.
1.1.1 Terapi Fisik
Terapi fisik merupakan upaya yang dapat dilakukan
untuk menurunkan demam dengan cara memberikan
tindakan ataupun perlakuan tertentu secara mandiri.
Adapun serangkaian tindakan yang bisa dilakukan untuk
mengurangi gejala demam pada anak, menurut buku
19
Clinical Manual of Fever in Children (2009):
memberikan lebih banyak cairan pada anak, sedikit-sedikit
tapi sering, hal ini merupakan cara untuk mencegah
terjadinya dehidrasi. Asupan cairan sangat penting karena
demam menyebabkan anak banyak kehilangan cairan
tubuh dengan cepat. Selain minum air putih, anak juga
bisa diberi sup hangat atau jus. Pakaikan baju tipis dan
tutupi anak dengan selimut tipis saja.Jangan selimuti anak
dengan selimut tebal atau baju tebal. Pemakaian baju atau
selimut yang berlebihan membuat panas tubuh
terperangkap sehingga suhu tubuh malah naik. Secara
umum, biarkan anak makan sejumlah yang ia mau, tak
perlu memaksanya makan jika ia tak ingin makan.
Asalkan anak masih mau minum dan masih bisa buang air
kecil dengan normal.
Anak yang demam tentu harus mendapat istirahat
yang cukup. Tapi memaksa anak yang demam untuk terus
menerus istirahat di tempat tidur (bed rest), bukan hanya
tak berpengaruh untuk menurunkan demam, tapi secara
psikologis juga dampaknya buruk untuk anak. Seorang
peneliti pernah meneliti terhadap 1082 anak yang demam,
ternyata peneliti tidak menemukan bukti bahwa istirahat
terus menerus di tempat tidur bisa menurunkan panas
badan. Jadi minta anak untuk istirahat yang cukup, tapi tak
20
perlu memaksanya untuk selalu berbaring di tempat tidur.
Di masa kini, kompres yang diperbolehkan hanyalah
mengompres anak yang demam dengan air hangat.
Kompres yang tidak direkomendasikan lagi adalah
kompres air dingin dan kompres dengan alkohol
(Harjaningrum, 2011).
Menurut Tarigan dkk (2007), Lokasi yang diajarkan
untuk mengkompres adalah dahi (57%) dan yang
menganjurkan diketiak ataupun selangkangan (18%).
Menurut penelitian Alex-hart dkk, (2011) di Nigeria
didapatkan orang tua mengukur suhu tubuh anak mereka
dengan menyentuh dahi mereka (76,2 %). Pemberian
kompres hangat dengan temperatur air 29,5ºC-32ºC (tepid-
sponging) dapat memberikan sinyal ke hipotalamus dan
memacu terjadinya vasodilatasi pembuluh darah perifer.
Hal ini menyebabkan pembungan panas melalui kulit
meningkat sehingga terjadi penurunan suhu tubuh menjadi
normal kembali. Kalaupun mengompres tubuh anak dirasa
perlu, maka dilakukakan jika suhu tubuh anak melebihi
40ºC, dengan catatan sebelumnya sudah diberi obat
penurun panas terlebih dahulu, dan obat penurun panas
tidak berespon (Harjaningrum, 2011).
Menurut penelitian Soedibyo (2006), didapatkan 78
responden yang melakukan pengukuran suhu tubuh
21
dengan menggunakan termometer yang diletakkan di
ketiak (aksila). Sementara Menurut penelitian Alex-hart
dkk (2011), di Nigeria didapatkan orang tua yang
menggunakan termometer sebanyak (13,9%). Banyak
orang tua tidak melakukan pengukuran suhu dengan
menggunakan termometer karena tidak mempunyai alat
pengukur suhu, tetapi cukup dengan perabaan pada
punggung tangan saja. Sebenarnya untuk pengukuran
demam secara akurat yaitu menggunakan termometer.
1.1.2 Terapi Obat
Antipiretik seperti parastamol, ibuprofen dan aspirin
merupakan obat yang sering orang tua gunakan
untukmenurunkan demam pada anak (Soedibyo, 2006).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Ohsikoya dkk
(2008), 60% Orang tua menggunakan antipiretik untuk
menurunkan suhu tubuh anak. Menurut Soedibyo dkk
(2006), informasi penggunaan antipiretik didapatkan dari
tenaga medis (88,3%).
Obat penurun panas hanya dapat di rekomendasikan
bila demam yang timbul menyebabkan nyeri badan dan
rasa tidak nyaman pada anak, biasanya anak dengan suhu
badan kurang dari 38, 9ºC tak membutuhkan obat penurun
panas. Jika anak merasa gelisah dan tidak nyaman, barulah
obat penurun panas diberikan. Anak bisa diberikan
22
parasetamol (asetaminofen) atau ibuprofen sesuai dosis
yang dihitung dari berat badan. Tapi parasetamol
merupakan obat pilihan pertama karena efek dari
parasetamol yaitu menghilangkan atau mengurangi nyeri
ringan sampai sedang. Menurut dr. Wiyarni (2016), obat
penurun panas diberikan ketika suhu tubuh 38,5ºC atau
lebih. Penelitian yang dilakukan Alex-hart dkk (2011),
Tindakan yang paling umum diambil oleh orang tua ketika
anak demam adalah dengan memberikan parasetamol
(70,9 %). Efek iritasi, erosi, perdarahan lambung,
gangguan pernafasan dan keseimbangan asam basapun
tidak terlihat pada obat parasetamol, efek anti inflamasi
dan reaksi alergi hampir tidak ada.
Mengingat ibuprofen memiliki efek samping lebih
banyak dan sangat diperhatikan untuk ibuprofen tidak
direkomendasikan untuksemua anak karena memiliki efek
samping yaitu mual, perut kembung, dan perdarahan tetapi
lebih jarang dibanding dengan aspirin. Selain itu efek
berat yang dapat timbul dari obat ibuprofen yaitu
agranulositosis dan anemia aplastik, eritema kulit, sakit
kepala, gagal ginjal akut dan trombositopenia jarang
terjadi (Wilmana, 2007).
Aspirin, lebih baik dihindarkan karena bisa
menyebabkan reye’s syndrom (Harjaningrum, 2011).
23
Selain itu, efek sampingnya adalah merangsang lambung
dan perdarahan usus maka aspirin tidak dianjurkan untuk
diberikan pada demam ringan (Soedjatmiko, 2005).
Pemberian dosis obat harus disesuaikan dengan
berat badan supaya tidak terjadinya over dosis. Dosis obat
parastamol adalah 15mg/kg BB, bisa diberikan 4 kali
sehari. Dosis ibuprofen adalah 10 mg/kg BB, bisa
diberikan 3-4 kali sehari, tapi perlu diingatkan untuk tidak
meminumkan obat ini saat perut anak kosong
(Harjaningrum, 2011). Dosis untuk aspirin per hari tidak
lebih dari 325 mg untuk menghindarkan dari mual dan
perdarahan saluran cerna.
1.2 Penanganan Demam secara Non Self Management
Penanganan Non self management merupakan penanganan
demam yang menggunakan jasa tenaga kesehatan (Plipat, 2002).
Rumah sakit atau puskesmas merupakan sarana fasilitas
kesehatan untuk mendapatkan pengobatan. Mengunjungi fasilitas
kesehatan merupakan salah satu jalan keluar untuk mendapatkan
pengobatan penganan demam, namun belum tentu menjadi
pilihan yang terbaik sebab penanganan demam pada anak tidak
bersifat mutlak dapat dilihat dari tinggi suhu, keadaan umum, dan
umur anak.
Beberapa kriteria anak demam untuk segera dibawa ke
tenaga medis yaitu, demam pada anak usia di bawah 3
24
bulandengan suhu tubuh 38 ºC, bila bayi berusia 3-6 bulan dengan
suhu tubuh 38,5 ºC bayi dan anak berusia lebih dari 6 bulan,
dengan suhu tubuh 40 ºC (Pujiarto, 2008). Demam pada anak
yang mempunyai riwayat penyakit kronis dan defisiensi sistem
imun, ketika anak balita demam diberi obat tapi tidak ada
perubahan, demam pada anak yang disertai gelisah, lemah, atau
sangat tidak nyaman dan demam yang berlangsung lebih dari 3
hari (>72 jam) (Faris, 2009; Riandita 2012).
Perawat profesional dengan sikap dan kemampuan
profesionalnya harus memberikan pelayanan yang baik dan
bertanggungjawab. Bukan hanya perawat tetapi dokter, farmasi,
gizi dan tim kesehatan lainya dituntut untuk memberikan
penanganan yang baik.
Asuhan keperawatan Nanda, Nic dan Noc untuk demam
yaitu diagnosa keperawatan Hypertemia dengan definisi suhu
tubuh meningkat diatas batas normal. Tujuan dari keperawatan
hipertermia adalah Termoregulation dengan kriteria hasil suhu
tubuh dalam rentang normal, nadi dan RR dalam rentang normal
dan tidak ada perubahan warna kulit dan tidak pusing. Tindakan
keperawatan yang dapat diambil dari hipertermia yaitu fever
treatment dengan beberapa aktivitas misalnya, monitor suhu
sesering mungkin, Monitor warna kulit, monitor tekanan darah,
nadi dan RR, monitor penurunankesadaran, Hb, dan Hct, monitor
intake dan output, kolaborasi pemberian antipiretik, selimuti
25
pasien dengan selimut yang tipis, berikan tepid water spong,
berikan cairan intravena, tingkatkan sirkulasi udara.
5. Faktor yang Berpengaruh terhadap Tindakan Kesehatan
Faktor-faktor yang mempengaruhi tindakan atau perilaku
kesehatan menurut Green (2000), terdiri dari faktor predisposisi
(Predisposing factors), faktor pemungkin (Enabling factors), dan
faktor penguat (Reinforcing factors). Berikut ini penjelasan dari ketiga
faktor yaitu:
1. Faktor Predisposisi (Predisposing factors) adalah faktor yang
mencakup pengetahuan, sikap, keyakinan atau kepercayaan, dan
pendidikan. Kebutuhan yang dapat dirasakan serta kemampuan
yang berhubungan dengan motivasi seseorang individu ataupun
kelompok untuk bertindak. Faktor predisposisi pada penelitian ini
adalah Pengetahuan.
2. Faktor pemungkin (Enabling factors) merupakan faktor yang
memungkinkan atau memfasilitasi perilaku atau tindakan seperti
ketersediaan akses dan fasilitas pelayanan kesehatan. Apabila
adanya sarana kesehatan dapat membantu orang tua/ibu membawa
anak nya ke pelayanan kesehatan ketikan anak sakit (non self
management)
3. Faktor Penguat (Reinforcing factors) merupakan faktor yang
mendorong atau memperkuat terjadinya suatu tindakan atau
perilaku yaitu dukungan keluarga ataupun dukungan sosial dan
sumber Informasi. Adanya dorongan untuk melakukan hal positif
26
dalam penanganan demam yang tepat maka akan mendapatkan
kualitas hidup yang sehat.
C. Balita
Balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun atau
lebih sering dikenal sebagai anak usia di bawah lima tahun (Muaris, 2006).
Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita.
Karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan
menentukan perkembangan selanjutnya. Pada masa balita ini
perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial,
emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan
perkembangan berikutnya (Soetjiningsih, 2014). Jadi, disanyangkan
apabila anak sakit maka dapat berpengaruh pada proses tumbuh
kembangnya.
Periode balita jika dilihat dari periode perkembanganya yaitu terdiri
dari perode bayi (lahir sampai 12 atau 18 bulan), Toddler (1 sampai 3
tahun) dan prasekolah (3 sampai 6 tahun).
Periode bayi merupakan salah satu perkembangan motorik, kognitif,
dan sosial yang cepat. Melalui hubungan timbal balik dengan pemberi
perawatan (orang tua), bayi menetapkan dasar kepercayaan di dunia dan
dasar untuk hubungan interpersonal di masa yang akan datang. Periode ini
merupakan bulan pertama kehidupan yang kritis, walaupun bagian dari
periode bayi, sering dibedakan dari sisi masanya karena penilaian fisik
utama untuk keberadaan ekstrauterin dan penilaian psikologis orang tua.
27
Periode toddler dan prasekolah merupakan periode yang meluas
dari masa anak-anak mencapai peningkatan daya gerak sampai mereka
masuk sekolah, yang ditandai dengan aktivitas dan penemuan yang intens.
Hal Ini adalah waktu penandaan perkembangan fisik dan kepribadian.
Perkembangan motorik meningkat secara stabil. Anak-anak pada usia ini
mendapatkan bahasa dan perluasan hubungan sosial, belajar standar peran,
meningkatkan kontrol diri dan penguasaan, mengembangkan peningkatan
kesadaran tentang ketergantungan dan kemandirian, dan mulai
mengembangkan konsep diri (Perry and Potter, 2005).
D. Penelitian Terkait
1. Penelitian yang dilakukan oleh Riandita (2012) dengan judul
Hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang demam dengan
pengelolaan demam pada anak. Penelitiannya dilakukan di RSUD Dr.
Kariadi Semarang. Penelitianya dengan menggunakan metode
pengumpulan data kuesioner dengan desain analitik cross sectional,
sampel yang digunakan sebanyak 44 ibu rerata usia ibu adalah 32,68 ±
7,087. Sebagian besar responden berpendidikan rendah (45,5%).
Pekerjaan responden terbanyak adalah ibu rumah tangga (31,8%) dan
sebagian besar penghasilan keluarga berada diatas UMR. Dijumpai
sebanyak 52% responden memiiki pengetahuan yang rendah tentang
demam dan didapati masing-masing (50%) dari total responden
memiliki pengelolaan demam yang baik dan buruk. Berdasarkan hasil
uji Chi square didapatkan nilai p=0,002 dan rasio prefalensi 7,0 (1,1
s/d 46,2) sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan yang
28
bermakna antara tingkat pengetahuan ibu tentang demam dengan
pengelolaan demam pada anak.
2. Penelitian yang dilakuakan oleh Alex-hart, dkk (2011) di Nigerian
yang berjudul Mothers' perception of fever management in Children
dalam penelitiannya menggunakan metode pengumpulan data
kuesioner dengan desain analitik cross sectional, sampel yang
digunakan sebanyak 151 ibu yang berpartisipasi berusia 19 tahun
sampai 54 tahun. Hasil dari penelitiannya ini didapatkan Gejala yang
umum dari demam adalah hilangnya nafsu makan (71,5%). Ibu
mengukur suhu tubuh anak mereka dengan menyentuh dahi anak 115
(6,2%), sementara yang menggunakan termometer 21 (13,9%).
Tindakan yang paling umum diambil ketika anak demam adalah
dengan memberikan parasetamol (107 (70,9 %)). Komplikasi umum
dari demam yang teridentifikasi adalah kejang (86 (67,7%)).
Kesimpulan yang didapatkan bahwa pengetahuan demam ibu yaitu
baik, namun perlu adanya pendidikan tentang penggunaan termometer
dan penggunaan obat yang tepat.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Dawood, dkk (2010) yang berjudul
Parent's knowledge and management of their children's ailments in
malaysia.Penelitiannya ini menggunakan metode cross sectional
dengan kuesioner dan sampel yang digunakan sebanyak 197 orang
tuamengisi kuesioner dari 48,2% adalah respondennya laki-laki.
Penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki
pengetahuan sedang (6,11 SD = 3,6) dan manajemen sedang (4,39 SD
29
= 2,7). Hasil menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan
antara tingkat pengetahuan dan tingkat manajemen penyakit (P=0,033).
Mengenai tingkat pendidikan orang tua dan status sosial ekonomi, p-
value menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara tingkat
pengetahuan dan tingkat pendidikan orang tua (P=0,012 ). Penanganan
demam pada anak selft management dengan menggunakan terapi obat
dan non self management .
4. Penelitian yang dilakukan oleh Oshikoya, dkk (2008) di Nigeria yang
berjudul Fever in childern : mother’s perceptions and their home
managementdalam penelitiannya menggunakan metode pengumpulan
data kuesioner dengan desain analitik cross sectional, sampel yang
digunakan sebanyak 144 ibu rumah tangga. Penelitianya didapatkan
sebagian besar ibu merasakan panas anak diseluruh tubuh disebut
dengan demam (83,3%). Kebanyakan ibu mengetahui penyebab
demam yang paling sering adalah infeksi (43,8%). Sebanyak (66,7%)
ibu melakukan pengelolaan demam dirumah (self management).
Pengelolaan demam yang dilakukan ibu dirumah adalah mengurangi
pakaian atau menggunakan anak dengan baju tipis dan memberikan
aliran udara, tepid sponge serta penggunaan parasetamol. Kesimpulan
dari penelitian ini didapatkan yaitu mayoritas ibu memiliki
pengetahuan yang tinggi tentang demam dan melakukan self
managementsebagai pengelolaan pertama pada demam anak.
5. Penelitian yang dilakukan oleh Tarigan dkk, (2007) yang berjudul
Pengetahuan, sikap dan perilaku orang tua tentang demam dan
30
pentingnya edukasi oleh dokter. Penelitiannya ini dilakukan di RS. Dr.
Pirngdi medan. Metode pengumpulan data yang di gunakan yaitu
menggunakan kuesioner dengan desain analitik cross sectional, sampel
yang digunakan sebanyak 100 ibu. Hasil yang didapatkan dari
penelitian ini adalah Kebanyakan orang tua mengetahui demam pada
anak dari telapak tangan (38%), lokasi untuk merasakan demam adalah
dahi (77%), dan jenis termometer yang dimiliki adalah digital (20%)
dengan tempat pengukuran di ketiak (56%). Persentase batas demam
menurut orang tua terbanyak menjawab > 37,5°C (31%). Hal yang
ditakutkan orang tua bila anak demam yang terbanyak, dapat
menyebabkan kejang (70%). Persentase terbanyak orang tua mendapat
informasi tentang bahaya demam dari tenaga kesehatan (56%), obat
penurun panas dari dokter adalah sirup (65%), jenis sendok dijelaskan
oleh dokter (68%) dan dosis juga dijelaskan oleh dokter (71%). Tetapi
kebanyakan dokter menganjurkan kompres dengan air dingin yaitu
(46%) dan hanya 22 (22%) yang menganjurkan kompresdengan air
hangat. Lokasi yang diajarkan untuk kompres adalah kebanyakan di
dahi (57%), dan yang menganjurkan diketiak/ selangkangan (18%).
31
E. Kerangka Teori
Demam
Faktor Pemungkin
(Enabling factors)
1. Fasilitas pelayanan
kesehatan
2. Akses pelayanan
kesehatan
Faktor Penguat
(Reinforcing factors)
1. Dukungan keluarga
(dukungan sosial)
2. Sumber Informasi
Faktor Predisposisi
(Predisposing factors)
1.
2. Keyakinan atau
kepercayaan
3. Sikap
4.
Gambar 1. Dimodifikasi dari Green,
Lawrence (2000)
Penanganan
Pengetahuan
Faktor yang mempengaruhi
tindakan kesehatan
Pendidikan ibu
32
BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS
A. Kerangka Konsep
Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan. Pengetahuan dan
penanganan demam perlu diketahui dan diteliti dengan baik sehingga
penanganan demam dapat diterapkan oleh ibu dengan tepat. Karena
penanganan demam yang salah, lambat, dan tidak tepat akan berdampak
pada pertumbuhan dan perkembangan pada balita. Dibawah ini akan
digambarkan mengenai kerangka konsep yang akan dilakukan oleh
peneliti.
B. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah batasan pengertian yang akan dijadikan
pedoman untuk melakukan penelitian (Budiarto, 2003). Definisi
oprasional dalam penelitian ini terdapat pada tabel 3.1.
Gambar. 2 Kerangka
Konsep
- Pendidikan
- Pengetahuan ibu
- Metode Penanganan Demam
pada Balita
33
No. Variabel penelitian Defenisi Oprasional Cara ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
1. Pengetahuan Pengetahuan yang
dimiliki oleh ibu
tentang demam yang
meliputi :
1. Pengertian
demam
2. Penyebab
demam
3. Cara
menentukan
demam
4. Gejala demam
Penyebaran
kuesioner
Kuesioner ini
terdiri dari 9
pertanyaan
Pemberian skor
menggunakan
skala Guttman:
Jawaban benar
= 1
Jawaban salah=
0
(Siregar, 2013)
1. Baik = jika
persentase jawaban
benar 76%-100%
2. Cukup = jika
persentasi jawaban
benar 51%-75%
3. Kurang = jika
persentase jawaban
benar ≤ 50%
(Nursalam, 2008).
Ordinal
2. Metode penanganan
demam
Cara yang digunakan
oleh ibu dalam
penanganan demam
pertama kali yang
meliputi:
1. Apa yang
dilakukan ibu
ketika anak
demam
2. bagian tubuh
balita yang
dapat
Wawancara Pedoman
wawancara
Jawaban yang diberikan
responden melalui
pertanyaan terbuka dan
akan dinilai dengan
distribusi frekuensi.
Nominal
Tabel. 3.1 Definisi Operasional
34
dikompres saat
demam
3. Obat yang
diberikan
ketika demam
35
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian
deskriptif kuantitatif dengan analisis distribusi frekuensi. Tujuan dari
penelitian ini untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu dan metode
penanganan demam pada balita di Wilayah Puskesmas Pisangan Kota
Tangerang melalui alat ukur kuesioner yang akan diberikan kepada
responden dan menggunakan pedoman wawancara.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Wilayah Puskesmas Pisangan Kota
Tangerang Selatan sedangkan waktu penelitian ini dilakukan pada bulan
April 2016.
C. Populasi dan Sampel
Populasi didefinisikan sebagai sekumpulan data yang
mengidentifikasi suatu fenomena, sedangakan sampel didefinisikan
sebagai sekumpulan data yang diambil atau diseleksi dari suatu populasi
(Santoso, 2009). Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan
teknik purposive sampling yaitu pemilihan sampel dengan pertimbangan
tertentu.yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat
populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Notoatmodjo, 2005). Populasi
36
dalam penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki balita di Wilayah
Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan.
Sampel penelitian ini adalah ibu yang memiliki balita dengan
beberapa kriteria inklusi sebagai berikut:
Kriteria inklusi:
1. Balita memiliki riwayat demam
2. Bersedia menjadi responden
3. Dapat membaca dan menulis
D. Besar Sampel
Penentuan besar sampel pada penelitian ini dihitung menggunakan
rumus beda dua proporsi yaitu:
{ √ ( ) √ ( ) ( )}
( )
Keterangan:
N = besar sampel yang diharapkan
Z1-α/2 = nilai Z pada derajat kepercayaan 1-α/2 atau derajat kemaknaan α
pada uji dua sisi, derajat kemaknaan α yang digunakan adalah
5% sehingga nilai Z= 1,96
Z1-β = nilai Z pada kekuatan uji (power) 1-β, kekuatan uji yang
digunakan adalah 95% yaitu dengan nilai Z= 1,64
P = (P1+P2)/2
P1 = proporsi pengetahuan baik dengan metode penanganan demam
yang baik sebesar 90,5% (Riandita, 2012)
37
P2 = proporsi pengetahuan tidak baik dengan metode penanganan
demam baik sebesar 13% (Riandita, 2012)
{ √ ( ) √ ( ) ( )}
( )
n = 64,47 dibulatkan menjadi 65
tambahan 10% sebagai cadangan sampel 65+7= 72 responden.
E. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan mengisi
data demografi yang ada pada kuesioner yang terdiri dari nama orang tua,
umur dan pendidikan terakhir dan kemudian mengisi kuesioner terkait
sumber informasi serta kuesioner tentang penanganan demam, sebelumnya
peneliti melakukan prosedur dibawah ini:
1. Setelah proposal mendapatkan persetujuan dari pembimbing akademik,
peneliti mengajukan surat permohonan izin penelitian dari PSIK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta yang ditujukan kepada Dinas Kesehatan
Kota Tangerang Selatan.
2. Setelah mendapatkan persetujuan dari Dinas Kesehatan Kota Tangerang
Selatan kemudian surat izin diajukan ke Puskesmas Pisangan Kota
Tangerang Selatan.
3. Setelah mendapat persetujuan Peneliti kemudian melakukan uji
validitas dan reabilitas.
4. Setelah instrument dinyatakan valid dan reliabel, peneliti menyeleksi
calon responden sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan
sebelumnya.
38
5. Penelitian dilakukan oleh peneliti sendiri dengan mendatangi posyandu-
posyandu.
6. Peneliti kemudian menjelaskan maksud dan tujuan peneliti kepada
responden terkait penelitian, serta meminta persetujuan responden.
7. Waktu pengisian kuesioner selama kurang lebih 10-15 menit untuk
masing-masing responden. Responden diharapkan menjawab semua
pernyataan yang ada di lembar kuesioner kemudian di kembalikan
kepada peneliti.
8. Setelah hasil penelitian terkumpul, peneliti mulai melakukan
pengolahan data dan menyimpulkan hasil pengumpulan data.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen pada penelitian ini yaitu menggunakan kuesioner tertutup
dan kuesioner terbuka yang dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan
literatur ilmu yang ada dan dikonsultasikan pada pakar.
Tabel . 4.1 Pertanyaan
Nomor Pertanyaan
Bagian 1 Data demografi yang terdiri dari:
1. Nama / inisial,
2. Umur,
3. Agama,
4. Alamat,
5. No. Telepon/ HP
6. Pendidikan Terakhir
Bagian 2 kuesioner Pengetahuan
Nomor 1
Nomor 2-3
Nomor 4
Nomor 5
Nomor 6
Nomor 7
Nomor 8
Pengertian demam
Penyebab demam
Bukan penyebab demam
Cara menentukan demam
Gejala penyerta demam
Letak pengukuran suhu tubuh di bagian
Dampak demam tinggi
39
Untuk mendapatkan informasi dari responden, instrumen penelitian
yang digunakan yaitu dengan menggunakan lembar kuesioner dan
pedoman wawancara. Instrument ini terdiri dari 3 bagian. Bagian pertama
berisi data demografi, bagian kedua berisi pengetahuan mengenai demam
dan bagian ketiga berisi metode penanganan demam.
Skala pengukuran pengetahuan ibu mengenai demam menggunakan
skala guttman, skala ini merupakan yang bersifat tegas dan konsisten
dengan memberikan jawaban yang tegas. Skala Guttman dapat dibuat
dalam bentuk pilihan ganda atau dalam bentuk check list. Pada kuesioner
yang dibuat peneliti ini dalam bentuk pilihan ganda. Skor penilaiannya jika
jawaban salah akan diberi nilai 0, jika jawaban benar maka diberi nilai 1.
Penilaian untuk pengetahuan mengenai demam dilakuakan dengan
cara membandingkan jumlah skor jawaban dengan skor yang diharapkan
(tertinggi) setelah itu dikalikan 100% dan hasilnya berupa presentase.
Selanjutnya, persentase jawaban diinterpretasikan dalam kalimat kualitatif
dengan acuan diatas. (Arikunto,2006).
Nomor 9 Waktu pemberian obat
Bagian 3 Pedoman wawancara metode
penanganan demam
Nomor 1
Nomor 2
Nomor 3
Penangan demam yang ibu lakukan
Bagian tubuh untuk mengkompres
demam
Obat yang diberikan ketika demam
40
Skala pengukuran penanganan demam menggunakan jawaban yang
diberikan responden melalui pertanyaan terbuka dan akan dinilai dengan
melihat distribusi frekuensi.
G. Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-
tingkat kesahihan sesuatu instrument. Instrument dikatakan valid apabila
mampu mengukur apa yang diinginkan dan dikatakan valid apabila dapat
mengungkap variabel yang diteliti secara tepat. Instrumen yang baik
harus memenuhi dua syarat penting yaitu valid dan reliabel (Arikunto,
2006).
Menurut Sugiyono (2010), Instrumen yang valid yaitu instrument
tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.
Hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang
terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang di
teliti.
Hal ini di uji dengan korelasi antar skor item dengan skor total
menggunakan korelasi Product Moment dari Person atau perhitungan
dengan bantuan software Statistic for windows. Suatu Instrument
dikatakan valid apabila korelasi tiap butiran memiliki nilai positif dan
nilai hitung t hitung > t tabel (Hidayat, 2008; Azwar, 2009). Nilai t tabel
untuk responden 30 adalah 0,296. Jika r hitung lebih besar dari 0,296
maka pertanyaan valid. Hasil uji validitas kuesioner dari 9 pertanyaan
untuk pengetahuan demam didapatkan nomor 6 dan 8 tidak valid.
Sedangkan untuk kuesioner penanganan demam dari 4 pertanyaan
41
terdapat 2 pertanyaan yang tidak valid yaitu nomor 1 dan 3. Setelah itu
peneliti melakuakan uji conten validity.
Reabilitas ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti
menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten bila
dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama,
dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2006).
Teknik pengujian pada penelitian ini menggunakkan teknik Alpha
Crombach (α), dalam uji reliabilitas r hasil adalah alpha. Ketentuannya
apabila r alpha > r tabel maka pertanyaan tersebut reliabel. Sebaliknya
bila r alpha < r tabel maka pertanyaan tersebut tidak reliable. Uji
reliabilitas pada kuesioner sebanyak 13 pertanyaan yang diisi oleh 30
responden menghasilkan nilai 0,672 yang menunjukkan bahwa kuesioner
ini bersifat reliabel.
H. Pengolahan Data
Menurut Hidayat (2008), dalam melakukan analisis, data terlebih
dahulu harus diolah dengan tujuan mengubah data menjadi informasi.
Dalam statistik, informasi yang diperoleh dipergunakan untuk proses
pengambilan keputusan, terutama dalam pengujian hipotesis. Dalam
proses pengolahan data terdapat langkah-langkah yang harus ditempuh
diantaranya :
42
1. Editing
Editing merupakan upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data
yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap
pengumpulan data atau setelah data terkumpul.
2. Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka)
terhadap data yang terdiri atas beberapa kategorik. Pemberian kode ini
sangat penting bila pengolahan dan analisa data menggunakan
komputer. Contoh pengkodingan pada penelitian ini salah satunya
yaitu; 1 untuk pendidikan tinggi, 2 untuk pendidikan menengah, 3
untuk pendidikan rendah.
3. Entry Data
Data entry merupakan kegiatan memasukan data yang telah
dikumpulkan kedalam master tabel atau database komputer, kemudian
membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa dengan membuat
tabel kontingensi.
4. Cleaning Data
Pembersihan data merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang
telah dimasukkan kedalam komputer untuk memastikan data bersih
dari kesalahan sehingga siap dianalisis.Pada penelitian ini peneliti
mengecek kembali apakah ada terjadinya missing saat pengolahan
data.
43
I. Analisis Data Statistik
Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini dengan
menggunakan komputer, yaitu analisa univariat. Analisis univariat adalah
analisis yang menggambarkan dan meringkas data tiap variabel dengan
cara ilmiah dalam bentuk table atau grafik (Setiadi, 2007). Analisis
univariat dalam penelitian ini menggunakan distribusi frekuensi. Analisis
yang digambarkan yaitu pengetahuan ibu dan metode penanganan demam
pada balita.
J. Etika Penelitian
1. Prinsip-Prinsip Etika Penelitian
Dalam penelitian, banyak hal yang harus dipertimbangkan,
tidak hanya metode, desain dan yang lainnya, tetap ada hal yang sangat
penting dan kursial yang harus diperhatikan oleh peneliti yaitu ethical
principles (Swarjana, 2012). Pada penelitian ini, peneliti meyakinkan
bahwa responden perlu mendapatkan perlindungan dari segala hal
yang dapat merugikan selama penelitian, sehingga dalam penelitian ini
memperhatikan 3 acuan utama etika, yaitu prinsip keadilan, prinsip
manfaat, dan prinsip menghormati orang lain (Dahlan, 2010).
a. Prinsip Manfaat
Dengan berprinsip pada aspek manfaat, maka segala bentuk
penelitian yang dilakukan diharapkan dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan manusia. Prinsip ini dapat ditegakkan dengan
membebaskan, tidak memberikan atau menimbulkan kekerasan
pada manusia, tidak menjadikan manusia untuk di eksploitasi. Pada
44
penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk
kepentingan manusia dan juga mempertimbangkan antara aspek
risiko dengan aspek manfaat, bila penelitian yang dilakukan dapat
mengalami dilema dalam etik.
b. Prinsip menghormati manusia
Menghormati otonomi kapasitas dari responden. Responden harus
bebas dari konsekuensi negative akibat penelitian yang diikutinya.
Manusia adalah makhluk Allah yang di muliakan karena itu
manusia harus dihormati. Setiap manusiaitu memiliki hak-hak
azasi sehingga manusia berhak menentukan pilihannya untuk ikut
serta atau tidak menjadi responden, sehingga dalam penelitian ini
mengedepankan aspek kesukarelaan bagi setiap responden.
c. Prinsip Keadilan
Prinsip ini dilakukan untuk menjunjung tinggi keadilan manusia
dengan menghargai hak atau memberikan perlakuan secara adil
bagi seluruh responden (tidak condong terhadap responden
tertentu), hak menjaga privasi (Memproteksi privacy participan
secara semaksimal mungkin), dan tidak berpihak dalam perlakuan
terhadap manusia (Dalam penelitian peneliti tidak hanya respek
kepada partisipan tetapi juga kepada keluarga dan kerabat lainnya)
(Dahlan, 2010 ; Swarjana, 2012 ; Hidayat, 2013).
2. Masalah Etika Penelitian
Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang
sangat penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan
45
berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian
harus diperhatikan. Pada penelitian ini juga mempertimbangkan
masalah etik yang harus diperhatikan anatara lain adalah sebagai
berikut:
a. formed Consent
Merupakan suatu bentuk persetujuan antara peneliti dan responden
dengan memberikan lembar persetujuan sebelum penelitian
dilakukan. Informed concent dimulai dengan pernyataan pihak
(peneliti) untuk mengikat dirinya atau menawarkan suatu
perjanjian yang disebut penawaran. Tujuan dari Informed
concentyaitu supaya responden mengerti maksud dan tujuan
penelitian serta dampaknya dalam penelitian ini, memudahkan
responden dalam memutuskan ketersediaan mengikuti penelitian.
Responden diminta menandatangani lembar informed consent jika
bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini.
b. Anonimity (tanpa nama)
Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan
jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak
memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat
ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data
atau hasil penelitian yang disajikan.
c. Confidentially (Kerahasiaan)
Confidentially dimana peneliti wajib menjamin kerahasiaan data
atau informasi yang disampaikan oleh responden. Memberikan
46
jaminan kerhasiaan penelitian, baik informasi maupun masalah-
masalah lainnya. Kerahasiaan ini bukan tanpa alasan sering kali
subjek penelitian menghendaki agar dirinya tidak di ekspos kepada
khalayak ramai(Wasis, 2006; Hidayat, 2013).
47
47
BAB V
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini akan menjelaskan hasil penelitian tentang hubungan
pengetahuan ibu dengan metode penanganan demam pada balita. Penelitian
ini telah dilakukan pada bulan April 2016 pada 72 ibu yang memiliki balita.
A. Gambaran Lokasi Penelitian
Puskesmas pisangan merupakan puskesmas yang ada di kecamatan
Ciputat Timur, yang terletak di sebelah tenggara Tanggerang, dengan luas
wilayah: 797 Ha, dengan sebagian besar tanah darat dan sisanya rawa.
Adapun letak Puskesmas Pisangan berada dengan batas-batasnya yaitu,
sebelah barat adalah wilayah kerja PKM Ciputat (Kec. Ciputat), sebelah
timur yaitu DKI Jakarta, sebelah utara adalah wilayah kerja puskesmas
Jurangmangu Timur (Kec. Pondok Cabe ilir). Puskesmas pisangan ini
terdiri dari 2 kelurahan pisangan dan kelurahan cireundeu. Di wilayah ini
jumlah penduduk sebesar 63.764 jiwa.
Puskesmas pisangan membawahi 44 posyandu, sebanyak 24
posyandu berada di pisangan dan 20 berada di Cireundeu dengan beberapa
kader aktif di setiap posyandu. Kegiatan aktif posyandu dilaksanakan
setiap 1 bulan sekali dibantu oleh kader. Kegiatannya berupa imunisasi
pada anak, pemeriksaan ibu hamil pemberantasan nyamuk (Profil
Puskesmas Pisangan).
48
B. Hasil Analisis Univariat
Analisis univariat menjelaskan atau mendeskripsikan tentang
karakteristik responden. Analisis univariat dalam penelitian ini bertujuan
untuk menggambarkan hasil dari pengambilan data responden.
1. Karakteristik Responden
a.Tingkat Pendidikan
Tabel 5.1
Distribusi frekuensi Responden Menurut Tingkat Pendidikan di
Wilayah Puskesmas Pisangan April 2016 (n=72)
Kategori Hasil
N %
Tinggi 16 22,2
Menengah 35 48,6
Rendah 21 29,2
Total 72 100,0
Wilayah Puskesmas Pisangan paling banyak berpendidikan tinggi
sebanyak 16 ibu (22, 2%), pendidikan menengah sebanyak 35 ibu
(48,6%), dan pendidikan rendah sebanyak 21 ibu (29,2%).
2. Pengetahuan Ibu
Analisis univariat dalam penelitian ini bertujuan untuk
menggambarkan hasil dari pengambilan data responden. Hal yang
dianalisa dalam penelitian ini yaitu mengenai pengetahuan ibu terhadap
demam.
49
Tabel 5.2
Distribusi frekuensi Responden Menurut Pengetahuan Ibu terhadap
Demam di Wilayah Puskesmas Pisangan April 2016 (n=72)
Kategori Hasil
N %
Baik
Cukup
Kurang
21
36
15
29,2
50,0
20,8
Total 72 100,0
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa ibu yang memiliki
pengetahuan baik sebanyak 21 ibu (29,2%), cukup sebanyak 36 ibu
(50,0%), dan kurang sebanyak 15 ibu (20,8%).
3. Metode penanganan demam
Analisis univariat untuk penanganan demam merupakan
penggambaran mengenai penaganan demam yang dilakukan pertama kali
oleh ibu, air yang digunakan ibu untuk mengkompres, bagian tubuh mana
saja yang dilakukan untuk mengkompres serta obat yang diberikan ketika
anak demam. Berikut ini penjelasan dari hal tersebut yaitu;
Tabel 5.3
Distribusi frekuensi Responden Hal yang ibu lakukan ketika balita
demam (n=72)
Kategori Hasil
N %
Diberi Obat 32 44,4
Diberi Kompres
- Kompres Hangat (22)
- Kompres Dingin (3)
25 34,7
Diberi Cairan (air putih/ asi) 9 12,5
Dibawa ke pelayanan kesehatan 2 2,8
Menggunakan baju tipis 2 2,8
Menggunakan baju tebal/
diselimuti 2 2,8
Total 72 100
50
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa hal yang sering ibu
lakukan ketika balita demam yaitu diberi obat sebanyak 32 ibu (44,4%),
diberi kompres 25 ibu (34,7%), diberikan cairan (Air putih/ Asi)
sebanyak 9 ibu (12,5 %), dibawa kepelayanan kesehatan sebanyak 2 ibu
(2,8%), menggunakan baju tipis sebanyak 2 ibu (2,8%), diberi kan baju
tebal/ selimut sebanyak 2 ibu (2,8%).
Tabel 5.4
Distribusi frekuensi bagian tubuh balita yang dapat dikompres saat
demam (n= 72)
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa ibu meletakan
kompres pada bagian dahi saja sebanyak 44 ibu (61,1%), ibu yang
meletakan kompres di bagian dahi, ketiak, selangkangan sebanyak 4 ibu
(5,6%), ibu yang meletakan kompres pada punggung sebanyak 3 ibu
(4,2%), ibu yang meletakan kompres pada dahi dan ketiak sebanyak 12
ibu (25%), ibu yang meletakan kompres pada ketiak 2 ibu (2,8%), ibu
yang meletakan ketiak dan selangakangan sebanyak 1 ibu (1,4%).
Kategori Hasil
N %
Dahi 44 61,1
Dahi, ketiak, selangkangan. 4 5,6
Punggung 3 4,2
Dahi, ketiak 18 25
Ketiak 2 2,8
Ketiak, selangkangan 1 1,4
Total 72 100
51
Tabel 5.5
Distribusi frekuensi obat yang diberikan saat balita demam
(n=72)
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa obat yang
diberikan ibu ketika anak demam yaitu parastamol sebanyak 67 ibu
(93,1%), ibuprofen 1ibu (1,4%), dan ibu tidak memberikan obat 4 ibu
(5,6%).
Kategori Hasil
N %
Parasetamol 67 93,1
ibuprofen 1 1,4
Tidak diberi obat 4 5,6
Total 72 100
52
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Analisis Univariat
1. Gambaran karakteristik ibu
a. Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan mempengaruhi kesadaran akan
pentingnya arti kesehatan baik pada diri sendiri maupun pada
lingkunganya yang dapat mendorong kebutuhan pelayanan
kesehatan. Pendidikan diartikan sebagai usaha manusia untuk
membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai dalam
masyarakat dan kebudayaan (Notoatmodjo, 2005; Hasbullah,
2006).
Hasil analisis didapatkan data responden yang
berpendidikan menengah sebanyak 35 orang (48,6%). Responden
tersebut dengan jenjang pendidikan SMA/sederajat. Hal tersebut
menunjukkan bahwa hampir separuh responden memiliki tingkat
pendidikan yang cukup. Diketahui bahwa semakin tinggi tingkat
pendidikan akan berimplikasi pada pengetahuan dan sikap
(Farhani, 2014). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Riandita (2012) bahwa penanganan demam pada anak yang
buruk mayoritas dilakukan oleh ibu dengan tingkat pendidikan
rendah.
Pendidikan tinggi dianggap mempunyai pengetahuan yang
lebih baik tentang demam dan penanganannya, namun pada
53
kenyataanya responden yang memiliki pendidikan menengah dan
rendah bisa saja jauh lebih baik pengetahuanya. Karena menurut
safwan (1986) unsur lingkungan juga merupakan faktor yang
berpengaruh terhadap proses pendidikan yang berlangsung.
b. Gambaran Pengetahuan ibu
Pengetahuan tidak hanya dipengaruhi oleh pendidikan, tapi
juga dapat dipengaruhi hal lain salah satunya yaitu pengalaman
sebelumnya dan kebutuhan individu (Swansburg, Russel, 2001).
Pengetahuan mengenai demam dan penanganan demam yang di
dapat dari lingkungan sekitar dapat berpengaruh besar terhadap
proses masuknya pengetahuan. Hal tersebut terjadi karena ada
interaksi timbal balik antar individu dalam merespon pengetahuan
yang diterimanya sehingga sumber informasi baik dari pendidikan
formal maupun nonformal berpengaruh untuk meningkatkan
pengetahuan (Notoadmodjo, 2005).
Pengetahuan ibu mengenai demam pada balita pada
penelitian ini sudah cukup yang ditunjukan dengan data bahwa
sebanyak 36 responden (50,0%) memiliki pengetahuan yang
cukup. Baik buruknya pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa
faktor diantaranya, tingkat pendidikan, umur, informasi,
pengalaman, status ekonomi dan sosial budaya (Notoatmodjo,
2005). Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Dawood
(2010) pengetahuan yang cukup tersebut bisa disebabkan oleh
54
adanya informasi maupun pengalaman yang didapatkan mengenai
pengetahuan demam.
Pengetahuan mengenai penyebab demam secara garis
besar ada dua kategori demam yang sering kali diderita oleh anak
balita (dan manusia pada umumnya), yaitu demam noninfeksi dan
demam infeksi (Widjaja, 2008). Pada pertanyaan mengenai
“penyebab demam yang bukan disebabkan karena bakteri, virus,
kuman atau bibit penyakit (demam non infeksi)” sebanyak 56
orang (77,77%) menjawab salah. Pemahaman mengenai penyebab
demam non infeksi atau yang bukan disebabkan karena adanya
bakteri atau bibit penyakit yang masuk kedalam tubuh. Menurut
Peneliti kemungkinan rerata ibu belum memahami penyebab
demam tersebut. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Oshikoya dkk (2008) di Nigeria mayoritas ibu menyatakan demam
disebabkan oleh infeksi (43,7%).
Pertanyaan tentang “dampak yang terjadi ketika balita
demam tinggi” sebanyak 71 orang (98,61%) menjawab benar.
Pemahaman tentang dampak demam tinggi ini menurut peneliti
pengetahuan yang dimiliki responden mengenai dampak demam
rerata ibu sudah mengetahuinya. Didukung oleh penelitian yang
dilakukan oleh Tarigan (2007) mengatakan bahwa kebanyakan ibu
takut ketika anak demam dampaknya adalah akan terjadi kejang
(70%). Secara umum dapat disimpulkan mengenai pengetahuan
tentang demam pada balita bisa dikatakan cukup.
55
c. Gambaran metode penanganan demam
Penanganan demam merupakan suatu prilaku pemulihan
kesehatan yang dilakukan ibu terhadap anak yang mengalami
demam. Dalam pembahasan mengenai gambaran mengenai demam
akan dijelaskan peritem pertanyaan mengenai penanganan demam
sebagai berikut:
1. Distribusi frekuensi responden mengenai hal yang ibu
lakukan ketika balita demam.
Penanganan demam pada balita merupakan salah satu
bentuk perilaku pemulihan kesehatan. Bentuk perilaku ini
berupa penanganan demam. Penanganan demam yang beredar
dimasyarkat sangat bervariasi baik penanganan yang dilakukan
dirumah atau langsung dibawa ke pelayanan kesehatan.
Penanganan yang dilakukan dirumah dapat berupa terapi fisik
maupun terapi obat atau kombinasi dari keduanya (Plipat,
2002). Terapi fisik yang bisa dilakukan seperti memberikan
kompres, diberikan cairan lebih banyak (air putih),
menggunakan baju tipis (Oshikoya dkk, 2008).
Pada penelitian ini didapatkan bahwa ibu yang
melakukan terapi fisik yaitu memberikan kompres sebanyak 25
ibu (34, 7%). Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
luk, leung (2008) mengatakan bahwa ketika anak demam hal
yang dapat dilakukan ibu yaitu salah satunya memberikan
kompres.
56
Kompres merupakan upaya yang dilakukan oleh ibu
untuk menurunkan demam pada anak. Kompres yang diberikan
di masyarakat bervariasi ada yang menggunakan air hangat ada
pula yang menggunakan air dingin. Pada penelitian ini
didapatkan sebanyak 22 ibu melakukan kompres dengan
menggunakan air hangat dan sebanyak 3 menggunakan
kompres air dingin. Pada penelitian ini tidak sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Tarigan (2007) pada
penelitianya lebih banyak yang menggunakan air dingin
sebanyak (46%), sedangkan yang mengkompres anak dengan
menggunakan air hangat sebanyak (22%).
Pemberian kompres hangat dapat memberikan sinyal ke
hipotalamus dan memacu terjadinya vasodilatasi pembuluh
darah perifer. Hal tersebut menyebabkan pembuangan panas
melalui kulit meningkat sehingga terjadi penurunan suhu tubuh
menjadi normal kembali. Di masa kini, kompres yang
diperbolehkan hanyalah dengan mengkompres demam
menggunakan air hangat. Kompres dengan air dingin dan
alkohol sudah tidak direkomendasi lagi (Harjaningrum, 2011).
Dapat disimpulkan bahwa pada penelitian ini dapat
digambarkan bahwa rerata ibu sudah menggunakan air yang
tepat untuk mengkompres anak yang demam yaitu dengan
menggunakan air hangat.
57
Selanjutnya untuk pemberian cairan lebih banyak (air
putih/asi) dalam penelitian ini didapatkan sebanyak 9 ibu
(12,5%) memberikan cairan lebih banyak untuk menurunkan
demam anak. Berdasarkan buku clinical manual of fever in
children (2009) mengatakan bahwa memberikan lebih banyak
cairan pada anak, sedikit dikit tapi sering merupakan cara
untuk mencegah anak terjadinya dehidrasi ketika demam.
Pemberian aliran udara yang baik atau menempatkan
anak pada ruangan yang bersuhu normal ataupun dapat
memberikan anak baju yang tipis pada penelitian ini terdapat
sebanyak 2 ibu (2,8%) yang melakukan hal tersebut. Terdapat
2 ibu (2,8%) ibu memberikan baju tebal atau selimut tebal
pada anak ketika demam. Pemakaian baju atau selimut tebal
tersebut akan membuat panas tubuh terperangkap sehingga
suhu tubuh akan bertambah tinggi (Harjaningrum, 2011).
Pemberian obat ketika anak demam menurut Wiyarni
(2016) diberikan saat suhu tubuh ≥ 38,5ºC . Pada penelitian ini
ibu yang memberikan obat ketika anaknya demam sebanyak 32
ibu (44,4%) melakukan hal tersebut. Penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Soedibyo (2006)
mengatakan bahwa pemberian obat penurun panas pada anak
yang demam sering dilakukan oleh orang tua. Walaupun
masih ada orang tua yang memberikannya dengan indikasi dan
cara yang kurang tepat.
58
Berdasarkan analisis diatas dapat disimpulkan bahwa
terdapat banyak sekali cara ataupun upaya ibu untuk
melakukan penanganan demam pada anak balita nya.
Perlakuan demam yang salah, lambat, dan tidak tepat akan
mengakibatkan terganggunya pertumbuhan dan perkembangan
pada balita, serta dapat membahayakan bagi keselamatan
jiwanya (Widjaja, 2008).
2. Distribusi frekuensi bagian tubuh balita yang dapat
diberikan kompres saat demam.
Bagian-bagian tubuh manusia memiliki manfaat-manfaat
tersendiri. Selangkangan dan ketiak merupakan bagian yang
memiliki pembuluh darah yang besar sehingga untuk
penurunan suhu tubuh dapat lebih cepat. Panas keluar melalui
tempat- tempat dimana terdapat pembuluh darah besar yang
dekat dengan kulit. Dilihat dari tujuan dilakukannya kompres
supaya panas dalam tubuh dapat keluar. Kompres air hangat
merupakan sesuatu yang membantu untuk memacu terjadinya
vasodilatasi pembuluh darah. Bagian dahi tak banyak
manfaatnya untuk penurunan panas (Harjaningrum, 2011;
Tarigan 2007).
Dilihat dari hasil penelitian ini mengenai bagian tubuh
mana saja yang dilakukan ibu untuk mengkompres, di
dapatkan separuh lebih ibu yang melakukan kompres di bagian
dahi yaitu sebanyak 44 ibu (61,1%). Pada penelitian ini sejalan
59
dengan penelitian yang dilakukan oleh Tarigan (2007) bahwa
lokasi untuk mengkompres kebanyakan orang tua
melakukanya pada dahi (57%). Dapat digambarkan bahwa
rerata ibu meletakan kompres kebanyakan di bagian dahi.
3. Distribusi frekuensi mengenai obat yang diberikan ketika
anak demam
Terapi obat merupakan salah satu cara untuk
menurunkan demam pada anak. Antipiretik seperti parastamol,
ibuprofen dan aspirin merupakan obat yang sering orang tua
gunakan untuk menurunkan demam (Soedibyo, 2006).
Parastamol merupakan obat yang sering digunakan dibanding
ibuprofen dan aspirin karena efek samping dari parastamol
lebih sedikit dan hampir tidak terlihat efek-efek sampingnya
(Alex-hart dkk, 2011).
Pada penelitian ini digambarkan sebanyak 67 ibu
(93,1%) menggunakan obat parastamol. Penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Soedibyo (2006)
mengatakan antipiretik yang sering orang tua gunakan adalah
parasetamol karena mudah di dapat dan harga murah.
Dapat disimpulkan bahwa separuh lebih ibu
menggunakan obat parastamol dibandingkan obat yang
lainnya, karena dilihat dari efek sampingnya yang lebih sedikit
dan mudah di dapat serta harganya murah.
60
B. Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari adanya keterbatasan dalam pelaksanaan
peneltian ini. Keterbatasan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pada penelitian ini instrument di buat oleh peneliti sendiri yang
menyebabkan masih banyak kekurangan. Seharusnya peneliti
membuat dengan pertanyaan-pertanyaan yang struktur, namun tidak
dilakukan. Setelah dilakukanya uji validitas terdapat kuesioner yang
dihilangkan. Sehingga dalam penelitian ini menggunakan pertanyaan
terbuka.
61
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian mengenai pengetahuan ibu dan metode penanganan
demam pada balita di Wilayah Puskesmas Pisangan Kota Tangerang
Selatan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Gambaran tingkat pendidikan ibu yang berada di Wilayah Puskesmas
Pisangan Kota Tangerang Selatan didapatkan bahwa hampir separuh
dari responden memiliki pendidikan menengah yaitu pendidikan
SMA/ sederajat sebanyak 35 ibu (48,6%).
2. Gambaran mengenai pengetahuan ibu mengenai demam di Wilayah
Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan sudah cukup baik.
Separuh dari responden 36 ibu (50%) sudah mengetahui tentang
demam.
3. Gambaran mengenai metode penanganan demam di Wilayah
Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan di dapatkan bahwa
terdapat berbagai cara ibu untuk mengatasi demam pada anak balita
mereka kebanyakan ibu memberikan obat ketika anak demam
sebanyak 32 ibu (44,4%), ibu yang melakukan kompres sebanyak 25
ibu (34,7%), lokasi untuk pemberian kompres kebanyakan ibu
meletakanya di bagian dahi sebanyak 44 ibu (61,1%), Parasetamol
merupakan obat yang sering digunakan ibu untuk menurunkan suhu
tubuh anak sebanyak 67 ibu (93,1%) memberikan obat tersebut.
62
B. Saran
1. Pelayanan kesehatan
Perawat atau petugas kesehatan diharapkan aktif memberikan
informasi mengenai kesehatan anak terutama dalam penanganan
demam.
2. Bagi ilmu keperawatan
Hasil penelitian ini dapat di jadikan sebagai bahan pembelajaran untuk
mahasiswa atau bagi peserta didik.
3. Peneliti selanjutnya
Diharapkan dapat mengembangkan penelitian yang serupa dengan
menambah variabel dan jumlah penelitian, sehingga di dapatkan hasil
penelitian yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Alex-hart, balafama A. dkk. Mothers' perception of fever management in
Children. Nigerian, 2011
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktek Jakarta:
Rineka Cipta, 2006
Azrul, Azwar. 2010. Pengantar Administrasi kesehatan. Edisi Ketiga. Jakarta. PT.
Bina Rupa Aksara, 2010
Bahren, Raehanul. Kesehatan Muslim Menjaga Kesehatan dimusim Hujan.
Yogyakarta: Pustaka Muslim, 2014
Bloom, Benjamin Samuel, et al. A taxonomy for learning, teaching, and
assessing: a revision of Bloom’s taxonomy of educational objectives.
Pennsylvania State University: Longman, 2001
Dahlan, M. Sopiyudin. Langkah-Langkah Membuat Proposal Penelitian Bidang
Kedokteran dan Kesehatan Berdasarkan Prinsip IKVE (1741), Seri
Evidence Based Medicine 3, 2th
ed. Jakarta: Sagung Seto, 2010
El-Rahdi,A. Sahib, dkk. Clinical Manual of Fever in Children. Berlin: Springer-
Verlag, 2009
Eriyanto. Teknik Sampling Analisis Opini Publik. Yogyakarta: LkiS, 2007.
Farhani, Fitri. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Pengetahuan Ibu Hamil
tentang Hubungan Seksual Saat Kehamilan di Wilayah Sukabumi Utara.
Skripsi S1 Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.
Finkelstein, Jonathan A. dkk. Fever in Pediatric Primary Care: Occurrence,
Management, and Outcomes. 2000
Ganong, william F. Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC, 2002
Harjaningrum, Agnes Tri. Smart Patient, Mengupas Rahasia Menjadi Pasien
Cerdas. Jakarta: Lingkar Pena Publishing House, 2011.
Hasbullah. Dasar-dasar ilmu pendidikan. Ed 5. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2006
Herijulianti, E. Pendidikan Kesehatan gigi. Jakarta. EGC, 2003
Hidayat, Aziz Alimul. Metode Pendidikan Keperawatan dan Teknik Analisa Data.
Jakarta: Salemba Medika, 2008
Hidayat, Aziz Alimul. Metode Pendidikan Keperawatan dan Teknik Analisa Data.
Jakarta: Salemba Medika, 2013.
http://kbbi.web.id/informasi (kamus besar bahasa indonesia) [last Access: 20 nov
2015] pukul: 13:35
Iranto, Koes. Ilmu Kesehatan Anak. Bandung: Alfabeta, 2014
Kayman H. Management of fever: making evidence-based decision. Clin Pediatr
J.2003: 43; 383.
Larasati, Anindia. Pengetahuan ibu rumah tangga mengenai gejala demam
berdarah dengue dan faktor-faktor yang berhubungan di Paseban
baratJakarta Pusat. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009.
Luk, leung dkk. A survey on faver management practices among pediatric nurses
in three regional acute hospitals in Hong Kong; Macau, 2008.
Maryono, Y dan Istiana, B. Patmi. Teknologi Informasi & komunikasi. Bandung
:Yudhistira Quarda. 2008
Muaris. H. Sarapan Sehat Untuk Anak Balita. Jakarta: PT Gramedia; 2006
Nasution, Rifwanul Basir. Tingkat Pengetahuan Ibu dalam Pemilihan Parastamol
Generik dan Merek Dagang untuk Mengatasi Demam pada Balita di
kelurahan denai Skripsi S1 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara
Medan, 2010
Nelwan RHH. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbit
Departemen Ilmu Penyakit Dalam, 2006
Notoatmodjo, S. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rhineka Cipta, 2005
Notoatmodjo, S. Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta: Rhineka Cipta,
2007
Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan,
Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan Edisi 2.
Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika. 2008
Oshikoya, Kazeem A.Fever in Children: Mothers’ Perceptions and their Home
Management. Iran J Pediatr. 2008. Vol 18 (No 3), Pp: 229-236
P. Cerah wati P. Gambaran Pengetahuan Ibu dalam Penatalaksanaan Demam
Pada Anak di Kelurahan Pasar Merah Timur Medan. Skripsi S1 Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatra Utara Medan, 2010
Patient information: fever in children (beyond the basic)
http://www.uptodate.com/contents/fever-in-children-beyond-the-basics[Last
Access: 19 Desember 2015] pukul. 09.53
Plipat N, Hakim S, Ahrens WR. The febrile child. In: Pediatric emergency
medicine.2nd
ed. New York: McGraw-Hill, 2002: 315-24
Potter, Patricia A. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses,
dan Praktik. Jakarta: EGC
Pujiarto, Purnamawati Sujud. Demam Pada Anak.Maj Kedokteran Indon, volum:
58, nomor 9, 2008.
Riandita, Amarilla. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Demam
Dengan Pengelolaan Demam pada Anak. Skripsi S1 Fakultas Kedokteran
Universitas Diponoegoro, 2012
Sani, Fakhrudin Nasrul. Hubungan Tingkat pengetahuan Sehat Sakit dengan
Sikap Mahasiswa universitas Muhamadiyah Surakarta tentang perilaku
hidup bersih dan sehat. jurnal KesMaDaSKa, Vol 2 No. 2, 2011
Santoso, Singgih. Panduan Lengkap Menguasai Statisti dengan SPSS 17. Jakarta:
PT Elex Media Komputindo, 2009.
Setiadi. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Jogjakarta: Graha Ilmu, 2007
Sherwood, Lauralee. Fisiologi Manusia. Jakarta: EGC, 2011
Siregar, Syofian. Statistik Parametik untuk Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Bumi
Aksara. 2013
Soedibyo, dkk. Gambaran persepsi orang tua tentang penggunaan antipiretik
sebagai obat demam. RS. Cipto Mangunkusumo, 2006
Soedjatmiko. Penananganan demam pada anak secara profesional. In:
Pendidikan kedokteran berkelanjutan Ilmu Kesehatan Anak XLVII. 1st
ed.
Jakarta FKUI-RSCM. :32-4, 2005
Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC, 2014.
Sugiyono, Prof. Dr. Memahami Penelitian Kualitatif: Bandung, Alfabeta, 2010
Sunaryo.Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC, 2004.
Swarjana, I Ketut. Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: ANDI, ISBN,
2012
Tarigan, Terapul. dkk. Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Orang tua tentang
Demam dan Pentingnya Edukasi oleh Dokter. 2007
Tarigan, Terapul. dkk. Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Orang tua tentang
Demam dan Pentingnya Edukasi oleh Dokter. 2007
Umar, Husein. Riset Sumber Daya Manusia dalam Organisasi. Jakarta:
Gramedia, 2011.
Undang- undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan
Nasional
Wasis. Pedoman Riset Praktis untuk Profesi Perawat. Jakarta; EGC, 2006
Widjaja. M. C. Mencegah dan Mengatasi Demam pada Balita. Jakarta: Kawan
Pustaka, 2008
Wilmana PF, Gan SG. Analgesik, antipiretik, antiinflamasi nonsteroid dan obat
gangguan sendi lainnya. In :Farmakologi dan Terapi. 5th
ed. Jakarta: Gaya
Baru: 2007. 230-40
Lampiran 2
INFORMED CONSENT
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU DAN METODE PENANGANAN
DEMAM PADA BALITA DI WILAYAH PUSKESMAS PISANGAN KOTA
TANGERANG SELATAN
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Salam Sejahtera,
Nama : Hizah Septi Kurniati
NIM : 1112104000001
Saya mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Ilmu Keperawatan sedang
melaksanakan penelitian untuk penulisan sebagai tugas akhir untuk menyelesaikan
pendidikan sebagai sarjan keperawatan (S.Kep).
Dalam lampiran ini terdapat beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan
penelitian. Untuk itu saya harap dengan segala kerendahan hati agar kiranya Bapak/ibu
bersedia meluangkan waktunya untuk mengisi kuesioner yang telah disediakan.
Kerahasiaan jawaban Bapak/ibu akan dijaga dan hanya diketahui oleh peneliti.
Kuesioner ini mohon diisi dengan sejujur-jujurnya sesuai dengan apa yang
dipertanyakan sehingga hasilnya dapat memberikan gambaran yang baik untuk peneliti
ini.
Saya ucapkan terima kasih atas bantuan dan partisipasi Bapak/ Ibu dalam
pengisian kuesioner ini.
Apakah Bapak/ibu bersedia menjadi responden?
Ya/Tidak
Tertanda
Responden
Lampiran 3
KUSIONERTENTANG GAMBARAN PENGETAHUAN IBU DAN
METODE PENANGANAN DEMAM PADA BALITA DI WILAYAH
PUSKESMAS PISANGAN KOTA TANGERANG SELATAN
No. Responden : Tanggal :
Petunjuk Pengisian Kuesioner :
1. Isilah kuesioner A sesuai identitas Anda
2. Isilah kuesioner B sesuai yang anda ketahui dengan memberi tanda ceklis (X)
pada jawaban
3. Jawablah pertanyaan kuesioner C sesuai dengan yang anda lakukan
A. IDENTITAS RESPONDEN
Nama :
Umur :
Agama :
Alamat :
No. Telepon/ HP :
PendidikanTerakhir :
B. Kuesioner Pengetahuan
1. Dapat dikatakan demam apabila suhu tubuh balita mencapai?
a. Suhu tubuh balita diatas 36 ºC
b. Suhu tubuh balita Diatas 36,5 ºC
c. Suhu tubuh balita Diatas 37 ºC
d. Suhu tubuh balita Diatas 37,5 ºC
SD
SMP
SMA
Perguruan Tinggi
Lainnya.....
2. Demam yang bukan disebabkan karena masuknya bakteri, virus, kuman
(bibit penyakit) disebut......
a. demam infeksi
b. demam non infeksi/ bawaan
c. demam panas
d. meriang
3. Demam yang disebabkan karena masuknya bakteri, virus, kuman
disebut.....
a. demam infeksi
b.demam non infeksi
c. demam panas
d. meriang
4 .Yang tidak dapat menyebabkan demampada balita.....
a. Cacat tubuh bawaan contoh: kelainan bawaan pada jantung
b. Masuknya kumman bakteri
c. Masuknya virus ke dalam tubuh
d. ASI
1. Bagaimana cara menentukan demam yang benar.....
a.menggunakan tensi meter
b.menggunakan telapak tangan
c.menggunakan termometer
d.menggunakan stetoskop
6. Apa saja gejala penyerta demam pada balita yang tepat dibawah ini.....
a. mual muntah, lemah, rewel, pucat
b. rambut rontok
c. timbul jerawat, bintik-bintik merah
d. keringat pada malam hari
7. Pengukuran suhu tubuh anak menggunakan termometer dapat dilakukan di
bagian tubuh....
a. punggung, mulut, ketiak
b.pusar, ketiak, dahi
c.hidung, anus, pusar
d.anus, mulut, ketiak
8. Apa dampak yang terjadi ketika anak demam tinggi.......
a. kejang demam
b.kanker
c. DM/ penyakit gula
d. osteoporosis/ pengroposan tulang
9. Kapan obat penurun demam boleh diberikan.........
a. ketika badan anak teraba panas
b. ketika suhu tubuh 37,5 ºC
c. ketika suhu tubuh 38,5 ºC atau lebih
d. ketika anak tidak rewel
C. Kuesioner Penanganan Demam
1. Apa yang paling sering ibu lakukan ketika balita ibu demam?
2. Ketika demam, air apa yang digunakan untuk mengkompres balita ibu?
3. Di bagian tubuh mana saja yang bisa ibu lakukan untuk mengkompres
balita yang demam?
4. Obat apa saja yang dapat ibu berikan ketika anak ibu demam?
Lampiran 4
PEDOMAN SKORING
A. PENGETAHUAN IBU MENGENAI DEMAM
No. Pertanyaan Skor
Benar Salah
1. Dapat dikatakan demam apabila suhu
tubuh balita mencapai?
a. Suhu tubuh balita diatas 36 ºC
b. Suhu tubuh balita Diatas 36,5 ºC
c. Suhu tubuh balita Diatas 37 ºC
d. Suhu tubuh balita Diatas 37,5 ºC
1
(31 (43,05%))
0
(41 (56,94%))
2. Demam yang bukan disebabkan karena
masuknya bakteri, virus, kuman (bibit
penyakit) disebut......
a. demam infeksi
b. demam non infeksi/ bawaan
c. demam panas
d. meriang
1
(16 (22,22%)
0
(56 (77,77%)
3. Demam yang disebabkan karena
masuknya bakteri, virus, kuman
disebut.....
a. demam infeksi
b.demam non infeksi
c. demam panas
d. meriang
1
(55 (76,38%))
0
(17 (23,61%))
4. Yang tidak dapat menyebabkan
demampada balita.....
a. Cacat tubuh bawaan contoh: kelainan
bawaan pada jantung
1
(59 (81,94%))
0
(13 (18,05%))
b. Masuknya kumman bakteri
c. Masuknya virus ke dalam tubuh
d. ASI
5. Bagaimana cara menentukan demam
yang benar.....
a.menggunakan tensi meter
b.menggunakan telapak tangan
c.menggunakan termometer
d.menggunakan stetoskop
1
(65 (90,27%))
0
(7 (9,722%))
6. Apa saja gejala penyerta demam pada
balita yang tepat dibawah ini.....
a. mual muntah, lemah, rewel, pucat
b. rambut rontok
c. timbul jerawat, bintik-bintik merah
d. keringat pada malam hari
1
(67 (93,05%))
0
(5 (6,944))
7. Pengukuran suhu tubuh anak
menggunakan termometer dapat
dilakukan di bagian tubuh....
a. punggung, mulut, ketiak
b.pusar, ketiak, dahi
c.hidung, anus, pusar
d.anus, mulut, ketiak
1
(18 (25%))
0
(54 (75%))
8. Apa dampak yang terjadi ketika anak
demam tinggi.......
a. kejang demam
b.kanker
c. DM/ penyakit gula
d. osteoporosis/ pengroposan tulang
1
(71 (98,61%))
0
(1 (1,388%)
9. Kapan obat penurun demam boleh
diberikan.........
a. ketika badan anak teraba panas
1
(24 (33,33%))
0
(48 (66,66%))
b. ketika suhu tubuh 37,5 ºC
c. ketika suhu tubuh 38,5 ºC atau lebih
d. ketika anak tidak rewel
D. KUESIONER METODE PENANGANAN DEMAM
Pertanyaan Frekuensi Persentase
1. Apa yang ibu lakukan ketika balita ibu
demam?
- Diberi obat 32 44,4
- Diberi kompres
a. Air hangat 22 ibu
b. Air dingin 3ibu
25 34,7
- Diberi cairan (air putih/ asi) 9 12,5
- Dibawa ke pelayanan kesehatan
(kedokter/ klinik)
2 2,8
- Menggunakan baju tipis 2 2,8
- Menggunakan baju tebal/ diselimuti 2 2,8
2. Di bagian tubuh mana saja yang bisa ibu
lakukan untuk mengkompres balita yang
demam?
- Dahi 44 61,1
- Dahi, ketiak, selangkangan 4 5,6
- Punggung 3 4,2
- Dahi, ketiak 18 25
- Ketiak 2 2,8
- Ketiak selangkangan 1 1,4
3. Obat apa saja yang dapat ibu berikan ketika
anak ibu demam?
Parastamol 67 93,1
ibuprofen 1 1,4
Tidak diberi obat 4 5,6
Lampiran 6
UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS
Uji Validitas Pengetahuan
Correlations
p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 skor_penget
p1 Pearson Correlation 1 -,030 ,293 ,175 ,120 ,175 ,063 .a ,539
** ,559
**
Sig. (2-tailed) ,875 ,116 ,354 ,529 ,354 ,740 . ,002 ,001
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p2 Pearson Correlation -,030 1 -,015 -,053 -,036 -,251 ,523** .
a ,081 ,398
*
Sig. (2-tailed) ,875 ,939 ,782 ,850 ,182 ,003 . ,670 ,029
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p3 Pearson Correlation ,293 -,015 1 -,043 ,408* -,043 ,463
** .
a ,230 ,586
**
Sig. (2-tailed) ,116 ,939 ,822 ,025 ,822 ,010 . ,221 ,001
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p4 Pearson Correlation ,175 -,053 -,043 1 ,288 ,135 ,069 .a ,237 ,378
*
Sig. (2-tailed) ,354 ,782 ,822 ,122 ,478 ,716 . ,208 ,040
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p5 Pearson Correlation ,120 -,036 ,408* ,288 1 ,288 ,189 .
a ,161 ,504
**
Sig. (2-tailed) ,529 ,850 ,025 ,122 ,122 ,317 . ,395 ,005
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p6 Pearson Correlation ,175 -,251 -,043 ,135 ,288 1 -,139 .a ,237 ,257
Sig. (2-tailed) ,354 ,182 ,822 ,478 ,122 ,465 . ,208 ,170
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p7 Pearson Correlation ,063 ,523** ,463
** ,069 ,189 -,139 1 .
a ,213 ,667
**
Sig. (2-tailed) ,740 ,003 ,010 ,716 ,317 ,465 . ,258 ,000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p8 Pearson Correlation .a .
a .
a .
a .
a .
a .
a .
a .
a .
a
Sig. (2-tailed) . . . . . . . . .
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p9 Pearson Correlation ,539** ,081 ,230 ,237 ,161 ,237 ,213 .
a 1 ,670
**
Sig. (2-tailed) ,002 ,670 ,221 ,208 ,395 ,208 ,258 . ,000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
skor_penget Pearson Correlation ,559** ,398
* ,586
** ,378
* ,504
** ,257 ,667
** .
a ,670
** 1
Sig. (2-tailed) ,001 ,029 ,001 ,040 ,005 ,170 ,000 . ,000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
a. Cannot be computed because at least one of the variables is constant.
Uji Validitas Metode Penanganan Demam
Correlations
p1 p2 p3 p4 skor_penangan
p1 Pearson Correlation .a .
a .
a .
a .
a
Sig. (2-tailed) . . . .
N 30 30 30 30 30
p2 Pearson Correlation .a 1 .
a -,050 ,802
**
Sig. (2-tailed) . . ,795 ,000
N 30 30 30 30 30
p3 Pearson Correlation .a .
a .
a .
a .
a
Sig. (2-tailed) . . . .
N 30 30 30 30 30
p4 Pearson Correlation .a -,050 .
a 1 ,557
**
Sig. (2-tailed) . ,795 . ,001
N 30 30 30 30 30
skor_penangan Pearson Correlation .a ,802
** .
a ,557
** 1
Sig. (2-tailed) . ,000 . ,001
N 30 30 30 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
a. Cannot be computed because at least one of the variables is constant.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,672 14
Lampiran 7
HASIL ANALISIS SPSS UNIVARIAT
A. Tingkat pendidikan
Pendidikan Ibu
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tinggi 16 22,2 22,2 22,2
menengah 35 48,6 48,6 70,8
rendah 21 29,2 29,2 100,0
Total 72 100,0 100,0
B. Pengetahauan
Pengetahuan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Baik 21 29,2 29,2 29,2
Cukup 36 50,0 50,0 79,2
Kurang 15 20,8 20,8 100,0
Total 72 100,0 100,0